Si Rase Hitam 5
Si Rase Hitam Karya Chin Yung Bagian 5
Si Rase Hitam Karya dari Chin Yung Sungguh sial, bahwa untuk menculik Ouw Ho. It Hoa bukan meminta sutenya yang seorang ini. Kalau dia yang meminta memimpin penculi kan itu, tentunya salah paham itu dapat dihindarkan, dan Ouw Ho pasti tidak akan bisa meloloskan diri. Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Yang sudah terjadi jelas tidak dapat disalahkan lagi. Kini tidak lebih baik dari melakukan suatu pekerjaan yang memungkinkan mereka bekerja sama untuk melaksanakan pembalasan sakit hati terhadap Ouw Hui. Ketiga orang kawan Ie Koan Ke itu adalah putera dan kedua sute Touw Sat Kauw. Sejak diobrak-abrik Swat Hong Sancung oleh Kim Bian Hud dan Ouw Hui, seisi rumah Touw Sat Kauw telah menyingkir ke Pakkhia un tuk mencari perlindungan dengan bekerja dalam pasukan Gie Lim Kun. Tetapi disini mereka harus mengalami keke ceWaan pula. Karena kegagalannya dalam usaha menawan Kim Bian Hud dan Ouw Hui, maka dalam mata dan pandangan para pembesar Boan harga mere ka sudah turun. jauh. Walaupun diterima juga menjadi pasukan Gie Lim Kun, kedudukan mereka tidak setinggi yang mereka harapkan. Dengan sangat terpaksa mereka menerima ju ga kedudukan yang diberikan pemerintah Boan itu, karena bagi mereka sudah tidak ada pilihan lain. Jengkel, malu dan kecewa memenuhi hati Touw Sat Kauw, sehingga tidak sampai setengah tabun kemudian meninggallah dia. Puteranya vang bernama Peng Liang dan le dua sutenya, Ma Sat Long dan Lie Sat Houw te tap bekerja dalam pasukan Oie Lim Kun. Diantara pegawai rumah tangga dari keluarga Touw tersebut, hanya In Koanke yang ma sih tetap setia dan karena Touw Sat Kauw sudah tidak kuat membayar gaji mereka, maka pelayan2 yang lainnya telah berhenti untuk men cari pekerjaan ditempat lain. Selama sepuluh tahun itu, mereka tidak per nah melupakan Kim Bian Hud maupun Ouw Hui, dua orang yang mereka anggap sebagai biang keladi dan sumber kesialan keluarga mereka. Selama ber-tahun2 pula mereka telah mempelajari ber- macam2 ilmu silat lagi tanpa mengenal lelah, karena dorongan nafsu membalas dendam. Sementara itu, per lahan2 kedudukan mereka didalam pasukan Gie Lim Kun juga menan jak sedikit demi sedikit, sehingga kini mereka sudah menjabat kedudukan sebagai komandan regu. Hipertengahan tahun yang lalu, pemerintah Ceng telah mendengar berita burung bahwa Kim Bian Hud dan Ouw Hui yang sekian lama tidak terdengar kabar beritanya lagi, sesungguhnya su dah menyingkir dan menyembunyikan diri diwi layah barat laut. Dalam rapat kerja para perwira Gie Lim Kun. hal inipun telah dibicarakan, dan Peng Liang serta kedua susioknya itu melihat suatu kesempatan baik untuk membalas dendam sekalian memupuk jasa bagi mereka. Karena itu, mereka lalu mengajukan diri un tuk pergi melakukan penyelidikan, dan kalau be rita itu memang benar, mereka akan memperta ruhkan jiwa untuk menawan dua pelarian penting itu. Komandan pasukan Gie Lim Kun mengetahui, bahwa dalam pasukannya memang tak ada yang lebih tepat dari mereka untuk berusaha me laksanakan tugas itu. Tetapi dengan sengaja dia mengejek mereka dulu, agar hati mereka menja di panas. Dikatakanlah oleh komandan Gie Lim-Kun bahwa dia masih ragu2 dan meragukan kesanggu pan mereka, mengingat peristiwa di Swat hong Sancuog yang memalukan itu. Kata2 seperti itu dati komandan pasukan Gie-Lim-Kun tentu saja benar2 berhasil membang kitkan amarah mereka dan semakin keraslah te kad mereka untuk membalas dendam dan mencuci malu. Mereka telah bersumpah untuk tidak kembali dengan masih bernyawa, kalau tidak berhasil menawan atau membinasakan Kim Bian Hud dan Ouw Hui. Demikianlah mereka berangkat dua bulan yang lalu bersama dengan lima orang Gie Cian Siewie dari istana kaisar, ditambah pula dengan ada orang rokoh Kun Lun Pai dan sipengurus rumah tangga she Ie. Orang2 Kun Lun Pai itu adalah orang2 yang telah diminta bantuannya oleh pemerintah Ceng dan segera menyanggupi permintaan itu karena didorong nafsu mereka untuk membalaskan sakit bati guru mereka, Leng Ceng Kiesu yang telah tewas dikaki puncak Giok Pit Hong ber-sama2 dengan Say Congkoan dan beberapa siewie lainnya. Setibanya mereka didatrah barat laut, rom bongan itu lalu dipecah menjadi tiga kelompok. Setiap kolompok hanya bertugas melakukan penyelidikan dulu, dan kalau sudah berhasil me nemukan jejak orang2 yang mereka cari itu, me reka harus menghubungi yang lainnya agar dengan bersatu mereka dapat mengeroyok dan menga lahkan lawan. Agar tidak meninbulkai kecurigaan, dalam perjalanan itu mereka menyamar sebagai saudagar. Sudah ber-bu!an2 mereda mjiciri kesana ke mari dengan sia2 saja. Kemudian tibalah saatnya untuk mereka ber kumpul di kota Ili, sebagai telah dijanjikan jika sekiranya mereka sama'2 belum berhasil se'elah lewat setengah tali in. Kelompok orang2 Swat Hong San Cung ini lah yang telah tiba lebih d ilu dikota Ili, dima-na secara tidak terduga mereka telah berpapasan dengan .Ouw Hui dan puteranya. Kemudian sambil menanti kedatangan kawan2 yang di- tunggu2 itu, mereka sengaja menyewa ka mar disebelah kamar Ouw Hui dirumah penginap an itu, yang kemudian ternyata justru telah mengakibatkan mereka telah dipermainkan oleh Ouw Ho, sehingga mereka mengalami peristiwa yang memalukan itu. Waktu mereka bertemu dengan rombongan Ceng Cong Pai yang telah berhasil menculik Ouw Ho, mereka sesungguhnya mereka hendak menyongsong kawan2 mereka. Karena kemudian mereka kehilangan tunggangan dan bekal, maka terpaksa mereka kembali ke lli ber-sama2 dengan tiga orang Cong Pai itu. Keesokan harinya tibalah kawan2 yang di-nantikan itu. Rombongan mereka itu seluruhnya jadi ter diri dari dua puluh satu orang. Dari keterangan yang mereka peroleh dari sana-sini dan terutama sekali dari para pegawai penginapan langganan Ouw Hui, mereka jadi, mengetahui bahwa musuh yang dicari itu tinggal dikaki pegunungan Thiansan, kurang lebih empat ratus lie di sebelah tenggara kota Ili. Demikianlah, mereka ikalau berangkat kearah tenggara dan berpencar untuk mencari tem pat kediaman Ouw Hui, Achirnya Hong It Hoa yang berhasil menemukannya dan setelah berkumpul pula mereka segera ramai2 menuju kerumah terpencil ditepi padang rumput itu. Orang2 yang sudah bertekad bulat untuk mempertaruhkan jiwa inilah yang kini dihadapi Ouw Hui dan keluarganya. Walaupun yakin, bahwa kepandaiannya sendiri tentu masih dapat mengatasi musuh2 itu, te tapi Ouw Hui iuga menyadari bahwa kenekadan musuh2nya itu tidak dapat dianggap sepi, bahkan bisa menimbulkan bahaya yang tidak terduga. Hal inipun sudah disadari oleh Kim Bian Hud, yang mengenali anggota2 keluarga Touw Sat Kauw. Seperti juga Ouw Hui, Kim Bian Hud me ngerti bahwa dalam pertempuran yang akan terja di ini, dia tidak boleh berlaku murah bati lagi. Inilah suatu pertempuran yang tidak akan mengenal kasihan, yang harus menentukan siapa yang akan tetap hidup, pihaknya atau pihak sana. Dan sebagai umumnya semua makluk hidup Kim Bian Hud juga tidak mau menyerahkan jiwanya dengan cuma2. Melihat keluarnya musuh, kedua puluh satu orang itu lalu membentuk setengah lingkaran de ngan sikap mengepung. Hong It Hoa yang per-tama2 ditegur Ouw Hui segera menjawabnya dengan bentakan ; "Jahanam, jangan membentang mulut seenakmu !" Salah seorang Gie Cian Siewie itu menyam bungi . "Pemberontak2 Ouw Hui dan Biauw Jin Hong! Dosamu sudah terlalu besar ! Lebih baik kalian lekas2 menyerah untuk menerima hukuman! Jangan harap kalian bisa mengelakan kematian sekali ini!" Ouw Hui menyapu matanya kearah orang2 itu, didalam hatinya dia sedang mempertimbang kan siasat yang harus ditempuhnya untuk mem peroleh kemenangan yang cepat lagi mutlak. Kemudian dia telah berkata. "Dosaku memang sudah ber- limpah2, dan aku memang pantas mendapat hukuman. Hanya kukira tidak te patlah jika kalian, manusia hina dina yang akan menghukumku. Lebih tepat jika aku menghukum kalian. Kalian jauh2 telah memerlukan datang kemari, maka biarlah aku tidak akan mengecewa kan kalian. Akan kukirim pulang kalian semua nya ramai2, hanya bukan kembali kerumahmu, tetapi ketempat asalmu, keneraka, menghadap raja akheratl" Ma Sat Long dan Lie Sat Houw tidak dapat bersabar pula. Dengan ber-sama2 mereka telah berteriak garang sekali. "Saudara! Untuk apa menghambur kan Kata2 pemberontak ini? Kita bukan datang untuk mengadu lidah dengan bangsat itu! ,Serbu saja, dan kita bereskan mereka, habis perkara!" Menurut akan kata2nya itu, ber sama2 dengan Touw Peng Liang dan sipengemis rumah tang ga, mereka segera rnenerjang Ouw Hui, yang berdiri terdekat dengan mereka. Enam belas kawan mereka serentak ikut maju menerjang melancarkan serangan. Ouw Hui perintahkan sikembar Cie Beng dan Cie Jin agar mundur sampai kesamping pintu untuk menghalangi setiap orang yang berusaha menerjang maju kedalarn. Dia sendiri segera memutar goloknya untuk melakukan perlawanan. Kim Bian Had juga telah menggerakan pe dangnya. "Trang! Trang!" Terdengar dua kali bunyi logam terbentur dengan logam pula, disusul juga dengan teriakan kaget. Dalam gebrakan pertama itu ternyata pedang2 Ma Sat Long dan Lie Sat Houw sudah ditabas putus oleh golok Ouw Hui. Sambil berteriak memperingati kawan2 m reka agar ber- hati2 terhadap senjata Ouw Hui kedua orang itu segera melompat mundur dan ber-lari2 kearah tempat kuda2 mereka. Sesaat kemudian mereka sudah kembali dengan memegang pedang baru, ternyata mereka telah membekal cadangan senjata. Sementara itu pertempuran itu telah berlangsung dengan ramainya. Pertempuran itu benar2 merupakan pertempuran terberat yang pernah dialami oleh Ouw Hui maupun Kim Bian Hud dalam menghadapi kawanan garuda. Lawan2 yang kini dihadapinya tidak dapat dipersamakan dengan musuh yang mereka jumpai di Swat Hong Sancung. Walaupun sebagian besar terdiri dari murid dan keturunan musuh yang lain, tetapi kepandaian mereka sudah jauh melebihi kepandaian guru mereka berkat ketekunan mereka melatih diri hampir sepuluh tahun. Disamping itu, hampir semua musuh2 itu adalah orang2 yang sudah nekad, yang akan ragu2 mengorbankan jiwanya de ni berhasilnya melak sanakai pembalasan dendam sedalam lautan itu. Kini terbuktilah bahwa kenekadan bisa me rupakan senjata yang ampuh, apa lagi kalau yang nekad itu seorang akhli silat tingkat tinggi- Setelah mengetahui bahwa golok Ouw Hui sebatang senjata mustika, maka para pengepungnya itu tidak mau mengadu senjata mereka lagi. Setiap bacokan atau tabasan Ouw Hui selalu banya dielakkannya dengan melompat ke-samping. sedangkan jika serangan mereka hendak ditangkis oleh Ouw Hui, merekapun cepat sekali menarik senjata masing2. Cara bertempur demikian, yang selalu menghindarkan benturan senjata, sesungguhnya banyak kerugiannya. Tetapi berkat jumlah kawan mereka yang jauh lebih besar dan semua benar2 sudah merupakan tokoh2 silat yang jarang ada tandingan nya, maka dengan bekerja sama secara teratur seperti itu, mereka bukan hanya berhasil menambal kelemahan itu, sebaliknya mereka bahkan berhasil menarik keuntungan untuk pihak mereka. Setiap kali Ouw Hui hendak meneruskan tangkisannya menjadi serangan, hampir selalu dia harus membatalkan niatnya, karena dari arah lain sudah segera tiba serangan lagi. Dengan melancarkan serangan2 susul menyusul silih bergantian itu, mereka telah dapat memaksa Ouw Hui terus menerus membela diri tanpa berkesempatan melancarkan serangan balasan. Karena itu maka jika hanya dilihat sepintas lalu, orang bisa mendapatkan kesan bahwa dia sudah jatuh dibawah angin. Tetapi bagi mata seorang ahli. keadaan Ouw Hui sama sekali belum menguatirkan. Disebelah pihak lainnya, Kim Bian Hud ju ga tengah bertempur dengan penuh kewaspadaan melawan para siewie dan orang2 Kun Lun Pai. Kedudukannya agak lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan kedudukan Ouw Hui. Diantara musuh2nya tidak ada seorangpun pernah merasakan send ri betapa hebatnya orang tua itu. Walaupun sudah sering kali mereka mende ngar tentang kepandaian dan kehebatan Kim Bian Hud, tetapi mereka percaya, bahwa dengan berkawan begitu banyak, yang semuanya berimu silat tinggi, tidak nantinya mereka akan ca pai. Karena itu, mereka jadi lebih berani dalam melakukan serangan. Sementara itu Cie Beng dan Cie Jin terpaksa hanya menyaksikan saja sambil menjaga di-ambang pintu. Sesungguhnya tangan mereka sudah gatal se kali, ingin benar mereka menggabungkan diri dalam pertempuran itu. Tetapi pemerintah guru mereka juga tidak dapat dilanggar oleh mereka. Tiba2 disamping rumah terdengar suara ber kerotok, bagaikan terbakarnya kayu setengah ke ring, dan sesaat kemudian terdengar suara Peng Ah Sie dari dalam. "Celaka, mereka membakar rumah " Kedua saudara Cie itu tentu saja teikejut se kali karenanya dan merekapun agak heran. Jelas sekali kedua puluh musuh itu tengah asyik bertempur dan seorangpun tidak ada yang meninggalkan medan pertempuran. Siapakah yang melepas api disamping ? Apakah ada serombongan musuh lain yang belum memperlihatkan diri dan kini berusaha membokong dan menimbulkan kekacauan dengan membakar rumah ? Dalam kagetnya dan bingungnya, kedua saudara Cie itu tidak dapat mengambil keputusan yang cepat tindakan apa yang harus mereka laku kan dengan segera disaat itu, Memberitahukan kepada Ouw Hui atau Kim Bian Hnd tentang adanya perkembangan baru i-tu, mereka memaDg tidak berani karena kuatir mengejutkan dan mengacaukan pemusatan perha tian mereka. Pergi sendiri untuk melihat dan memadamkan api, juga sulit dilakukan, karena mungkin sekali akan ada musuh yang berusaha menerobos masuk kalau mereka meninggalkan pintu itu. Sekarang api masih kecil dan belum mena rik perhatian mereka yang tengah bertempur, te tapi sebentar pula api itu tentu akan menjadi semakin besar dan Kim Bian Hud maupun Ouw Hui tentu akan melihatnya. Kalau sampai terjadi begitu, bukankah kedua orang itu akan menjadi terkejut dan perha ttan mereka jadi terpecah ? Maka perlu sekali mereka bertindak dengan cepat. Dan Cie Beng maupun Cie Jin telah memu tuskan untuk masing2 melakukan tugas sendiri2. Cie Jin tetap menjaga pintu, sedangkan Cie Beng akan pergi kesamping untuk berusaha memadamkan kebakaran. Yang dijumpainya disamping ternyata hanya Seorang. Legalah hati Cie Beng, disamping dia juga sangat murka sekali. Orang itu ternyata telah menumpuk sekian banyak rumput dan ranting cabang kering kayu disamping rumah dan telab menyalakannya. Kini orang itu tengah mengipasi api itu, su paya semakin besar nyalanya. Tanpa mengucapkan sepatah kata Cie Beng lalu menyerangnya. Maksudnya ialah untuk merubuhkan orang itu, agar kemudian dia berusaha dan bekerja leuasa untuk memadamkan api. Tetapi sayangnya, maksud itu tidak begitu mudah untuk dicapai dan dilaksanakannya. Walaupun tengah memusatkan perhatiannya kepada api yang tengah dinyatakannya itu, sera iigan Cie Beng yang datang dengan tiba2 dapat pula dielakkan dengan mudah oleh sipembakar rumah. Sambil membalikkan tubuh, orang itu kemudian membalas serangan Cie Beng. Tidak berapa gesit gerakannya itu. tetapi gerakannya ku telah memperlihatkan bahwa serang an yang dilancarkan itu dengan mengerahkan telaga dalam yang dahsyat. Hal itupun dapat juga dirasakan oleh Cie Beng, yang jadi terkejut sekali. Dengan melihat kenyataan seperti ini. Cie Beng tidak berani berlaku ceroboh. Dia mengetahui bahwa menghadapi musuh yang memiliki Iwekang yang demikian kuat, dengan bertempur tanpa senjata,' dia belum tentu bisa merebut kemenangan. Dan kalau akhirnya dia bisa menang juga, kemenangannya pasti baru bisa dicapainya setelah lewat seratus jurus lebih. Dia tidak dapat menanti sekian lama, karena api yang menyala itu semakin besar saja dan sudah mulai mengancam dinding rumah yang ter buat dari kayu. Dibarengi dengan kesulitannya, Cie Beng te lah mencabut pedangnya dan dengan pedang pan jang di tangan kiri serta pedang pendek dtiangan kanan, dia segera melancarkan serargan tanpa ragu lagi. Cie Beng juga yakin bahwa pertempuran ini bukan seperti pertempuran yang pernah dialaminya. Sekali ini dia harus bertempur tanpa mengenal ampun, jika dia tidak mau kehilangan jiwanya sendiri. Yah, kalau hanya jiwanya sendiri saja masih tidak mengapa, tetapi kalau dia gagal atau terlambat merobohkan lawannya, jiwa selurul keluarga gurunya akan terancam maut. Karena menyadari akan hal ilu, maka dalam serangan2nya yang pertama dia sudah segera mempergunakan ilmu silat yang liehay dai ganas. Sipembakar rumah pertama kali agak lega melihat penyerangannya hanya seorang muda. Sebagai seorang siewie kelas satu, dengan kepandaian dan pengalamannya, dia telah meru buhkannya tidak sedikit tokoh2 Kangouw yang terkenal. Si Rase Hitam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Maka seorang muda belia seperti Cie Beng yang kini tengah dihadapinya tentu saja tidak dipandang sebelah mata. Dengan tangan kosong, dia hendak merubuhkan sipemuda yang dianggapnya tidak tahu diri. Tetapi sesaat kemudian ternyatalah bahwa sianak muda yang tak tahu diri, sebaliknya dia lah yang ternyata menganggap kepandaiannya sendiri terlalu.tinggi. Pedang Cie Beng yaog meluncur kearah teng gorok ann ya dengan tipu Pek Hong Kwan Jit" Pelangi putih menembus mata bari, dapat dielak kannya dengan memiringkan kepalanya kesam-ping, dan bersamaan dengan itu dia telah mengulurkan tangannya untuk merampas pedang si-pemuda. Kalau serangannya dengan ilmu Tai-lek-eng-jiauw-kang itu berhasil maka celakalah Cie Beng Se-tidak2nya pergelangan tangannya akan hancur tergencet jari2 siewie itu yang keras bagaikan baja. Tetapi tidak sia2 Ouw Hui telah mendlidik pemuda itu. Sebelum tangan siewie itu dapat mencapai sasarannya, dengan sekali membalikan tangannya Cie Beng telah memutarkan pedangnya yang kini terbalik mengancam ketelapak- tangan siewie itu. Dengan terkejut sekali, siewie itu menarik kembali tangannya yang kiri berusaha menotok Hong Tie Hiat Cie Beng dibelakang telinganya. Sambil menunduk, Cie Beng mengelakkan totokan itu dan sambil memutar tubuh mengikuti gerakan lawan .... Halaman 57-58 sobek Walaupun dia melihat sualu kesempatan yang baik untuk dia, tetapi Cie Beng tidak mempergu nakannya sebaik mungkin. Disamping itu, karena masih sangat kurang pengalaman, pemuda tersebut tidak menyadari bahwa belas kasihan kepada seorang yang berjiwa rendah akhirnya bisa merugikan diri sendlri. Kebimbangan Cie Beng ini segera terlihat oleh siewie itu dan tahulah siewie itu bahwa Cie Beng bisa dimanfaatkannya. Secepat kilat dia telah melompat bangun dan kepalan tangannya telah ditujukan kepada si pemuda. Alangkah kagetnya Cie Beng ketika segalanya sudah terlambat. Dan Cie Beng menyadari semua itu disebabkan sikap ragu2nya tadi. Waktu itu Cie Beng sudah tidak mungkin pu la mengelakkan diri dari serangan si siewie yaig dilancarkannya dengan kuat penuh dan cepat sekali. Dalam saat2 yang begitu berbahaya seperti itulah ilmu silat keluarga Ouw memperlihatkan faedahnya. Dengan perobohannya yang luar biasa, seseorang yang mahir dalam ilmu itu dapat menarik suatu keuntungan dari keadaan yang sangat buruk. Waktu itu Cie Beng agaknya akan terluka berat karena pukulan musuh yang sangat dahsyat itu, akan tetapi secara aneh dan sama sekali tidak terduga, tiba2 pedangnya ditangan kiri berkelebat dan bersama dengan tibanya pukulan musuh didadanya, pedangnya itu telah menancap didada lawan. Bersama mereka mengeluarkan teriakan tertahan kemudian ke-dua2nya rubuh bersama. Hanya bedanya, Siewie itu rubuh untuk se lanjutnya tidak bangkit pula. Sedangkan Cie Beng segera merangkak bangun dengan menahan kesakitan. Sungguh untung bagi Cie Beng, bahwa disaat yang menentukan itu dia tidak kehilangan a-kal dan bisa mempergunakan pelajaran yang telah diperolehnya dengan baik. Entah seperseratus atau seperlima puluh detik ujung pedangnya mendahului tinju lawan mencapai sasarannya. Tetapi perbedaan waktu yang demikian kecil itu cukuplah sudah untuk membebaskan diri dari serangan lawannya itu, bahkan telah berhasil membinasakan lawannya. Karena tusukannya itu tiba lebih dulu, maka kedahsyatan serangan musuh telah berkurang sangat banyak. Kini dia hanya menderita kesakitan dan luka ringan didalam. Dan kalau memang tadi daya serang dari lawannya tidak berkurang, jangan harap Cie Beng dapat hidup terus. Tanpa ada yang merintangi, kini dia dapat berusaha memadamkan api itu. Dengan pedangnya dia me-lontar2kan kayu2 kering yang tersusun dan sudah mulai menyala itu, sehingga ke adaan disekeliling rumah itu menjadi terang ben derarg. "Tetapi sementara itu, api sudah menjilat dinding rumah, yang terbuat dari kayu. Tahulah Cie Beng, bahwa seorang diri dan karena adanya musuh, tidak mungkin dia bisa memadamkan kebakaran itu. Cepat2 dia kembali kepintu depan rumah itu, dimana adiknya masih tetap menjaga dengan senjata terhunus. Diserukannya kepada Yok Lan, Peng Ah Sie dan Ouw Ho agar keluar. Kedua saudara Cie itu diam2 agak bingung juga. Dengan Cie Beng menderita luka didalam walaupun luka itu tidak berapa berat, tentu saja daya tempurnya tidak seperti biasanya. Disamping itu dalam halaman rumah yang terbuka itu tugas mereka untuk menjaga keselamatan tiga orang itu tentu saja menjadi sema kin sulit. Sementara itu pertempuran antara Kim Bian Hud dan Ouw Hui melawan musuh2 itu sedarg memuncak. Kedua pahlawan itu kini telah dapat menyelami cara2 pihak lawan dan dengan itu mereka punsudah dapat menemukan titik2 kelemahan dalam siasat keroyokan itu. Karena pihak sina terdiri dari orang2 berbagai gotongan yang ilmunya masing2 berbeda satu dengan yang lain, dan juga mereka memiliki maksud tersendiri, maka penyatuan tenaga mereka itu tidak sekuat seperti yang dilihat sepintas lalu. Jika pertama kali tampaknya pihak musuh Itu dapat mengambil posisi untuk menguasai dua lawannya itu, justru ini Ouw Hui maupun Kim Bian Hud sudah bisa mengimbangi mereka bahkan sudah mulai bisa lebih sering merugikan siasat pengepungan mereka itu. Berbeda dengan awal pengepungan tersebut kini merekalah yang lebih sering melancarkan serangan2 kepada belasan orang musuh itu. Walaupun demikian, mereka tidak dapat cepat2 memperolah kemenangan, terutama karena kenekadan orang2 Swat Hong Sancung. mereka telah bertempur dengan tidak memperdulikan keselamatan jiwa sendiri, dan begitu pula dengan Bong It Hoa dan sute2nya. Mereka itu sering sekali melancarkan serangan-serangan tanpa menperdulikan keselamatan jiwa sendiri dan khusus melancarkan serangan dengan keseluruhannya dipusatkan untuk mati ber-sama2 dengan pihak lawannya. Tentu saja, dengan keadaan lawan2nya seperti itu, tidak mudah bagi Kim Bian Hud dan Ouw Hui untuk rrembinasakan mereka semuanya Sedangkan pihaknya sudah mulai berada atas angin, saat itulah Kim Bian Hud dan Ouw Hui melihat bahwa rumah mereka sedang terbakar. Peristiwa itu tentu saja sangat mengejutkan hati mereka, sehingga sesaat perhatian mereka jadi terpecah dan mereka jadi lengah. Kesempatan yang baik itu tidak dilewatkan dengan percuma oleh Hong It Hoa, yang berhadapan dengan Ouw Hui; Tangannya melayang kearah kepala musuh besar itu dan agaknya dia sudah akan berhasil melakukan pembalasan dendam itu. Di saat yang sangat berbahaya itu. Ouw Hui tersadar dari tertegunnya. Dan cepat2 Ouw Hui melompat mundur selangkah. Kepalanya terhindar dari serangan It-Hoa. Tetapi sayangnya, bahunya kini yang telah menggantikan untuk menerima pukulan tersebut. --ooo0dw0oo-- Jilid 5 DENGAN menyalurkan tenaga dalam yang kuat Ouw Hui sesungguhnya tidak menderita kerugian apa2 dari benturan serangan yang dilancarkan It Hoa. Hanya saja, diluar tahunya, tangan It Hoa beracun, dan racun Tok See Ciang yang ganas itu serentak merembas kedalam dagingnya. Untuk beberapa saat lamanya Ouw Hui belum merasakan apa2 dari serangan itu, tetapi setelah bertempur lagi beberapa jurus, tiba2 dia merasakan bahunya gatal dan agak kaku. Segera juga Ouw Hui mengetahui bahwa dia telah terkena serangan racun. Disaat itu gerak geriknya masih tetap lancar dan leluasa, itulah berkat kesempurnaan Iwekangnya. Dengan tenaga dalam yang kuat itu, dia berhasil mencegah menjalarnya racun, mencegah mengganasnya racun itu kedalam pembuluh2 darahnya, walaupun hanya akan berlangsung dalam batas2 tertentu saja. Namun Ouw Hui juga merasa menyadari bahwa daya tahan itu tidak dapat dipertahankan terus menerus, Lambat atau cepat tenaganya akan berkurang, dan yang terutama sekali ototnya akan menjadi kaku dan akhirnya dia akan rubuh sendirinya walaupun belum sampai terpukul oleh musuh. Sesungguhnya dia memiliki obat mustajab yaitu pil yang dibuat dari sari bunga Swatlian (teratai salju) yang hanya terdapat dipegunungan Thiansan. Cara pembuatan obat itu telah diperolehnya dari kitab Yo Ong Sin Pian, yang juga menyebutkan bahwa obat itu dapat memusnahkan segala jenis racun yang umum. Selanjutnya kitab itu juga menyebutkan bahwa sayang sekali bunga Swatlian itu tidak mudah diperoleh. Kebetulan sekali Ouw Hui tinggal dikaki pegunungan Tkiansan. dan sering pula memburu di sana. Oleh sebab itu, maka dia telah beberapa kali menemukan bunga yang luar biasa itu dan bisa membuat pil2 manjur mustajab itu' Hanya saja sayangnya, cara pengobatan keracunan Tok See Ciang tidaklah cukup menelan pil2 Swatlian saja, dia harus pula beristirahat sambil mengerahkan pernapasannya dengan cara bersemedi. Kalau tidak, akan sia2 saja dia menelan pil itu. Kini dia tengah melakukan pertempuran mati2an dan tidak ada waktu untuk dia menuruti aturan cara pengobatan itu. Apa dayanya sekarang? Benar2 Ouw Hui murka sekali, dia menghadapi jalan buntu dan terjepit. Agaknya kematiannya sudah tidak terelakkan pula dari mati percuma, lebih baik dia membawa serta beberapa orang musuhnya untuk meng hadap raja akherat. Tetapi kalau dia mati sebelum musuhnya, atau terbasmi semuanya, keadaan keluarganya tentu akan menjadi lebih berbahaya sekali. Seorang diri Kim Bian Hud tentu akan menghadapi tugas yang jauh lebih berat lagi untuk menghadapi musuh2 mereka yang memang memiliki kepandaian tinggi dan cukup sempurna itu. Dengan pertimbangan seperti itu, karena putus asa, dia menjadi nekad. Dalam perhitungannya, dia masih dapat mem pertahankan diri selama kurang lebih lima puluh jurus lagi dan Waktu itu hendak dipergunakan sebaik mungkin. Kini dia telah merobah cara berkelahinya Tidak lagi dia menghiraukan serangan2 musuh, yang diutamakan adalah menyerang, dan terus saja dia melancarkan serangan2 yang kian lama kian hebat. Dengan tujuan membinasakan lawan2nya sebanyak mungkin, Ouw Hui telah mengeluarkan ilmu simpanannya dan dalam waktu yang cepat sekali dia berhasil mendesak hebat lawan2nya itu. Ouw Hui telah memperhitungkannya, kalau saja dia berhasil membinasakan sebagian dari belasan lawannya, maka Kim Bian Hud seorang diri dapat menyelesaikan sisanya dan bolehlah dia mati dengan mata yang meram dan hati rela. Diluar dugaannya, Kim Bian Hud sendiri sedang menghadapi bahaya yang tidak ringan. Para Gie Cian Siewie yang tengah dilawannya itu telah memperoleh bekal semacam senjata rahasia yang d'Saat itu benar2 masih merupakan barang baru bagi orang2 di Tionggoan. Diistana Kaisar Kian Liong, disaat itu ada seorang pendeta Katholik dari sekte Jesuit yang bekerja sebagai akhli ilmu falak. Di Eropa sendiri sekte Jesuit itu sangat tidak disenangi ke lena terlalu senang mencampuri politik, bahkan seringkalt mempergunakan Cara2 yang bukan semestinya untuk mencapai tujuan mereka. Disaat itu sekte Jesuit telah menjadi sebiuah organisasi terlarang diseluruh Eropa, Tetapi walaupun demikian, tidaklah dapat disangkal, bahwa banyak sekait diantara tokoh2 kaum itu terdapat orang2 yang sangat pandai dan cerdas. Dcmiisianpun halnya dengan pendeta yang bekerja sebagai akhli falak itu, Disamping memiliki keakhlian dalam ilmu tersebut, sebagai seorang anggota sekte Jesuit, orang-orang itupun berpengetahuan luas sekali dalam bidang mempergunakan racun dan obat bius. Dan kini, Senjata rahasia yang dipergunakan oleh salah seorang Gie Cian Siewie itu terhadap Kim Bian Hud adalah semacam obat pembius buatan pendeta itu, yang disimpan dalam sebilah tabung, yang dipergunakannya dengan disemprotkan kepada musuh. Mungkin sekali itulah zat yang kini umumnya kita kenal dengan nama Chloroform. Jika dia diserang dengan senjata rahasia a-tau dengan benda cair, bagi Kim Bian Hud ti dak sulit untuk menghindarinya. Tetapi zit yang disemprotkan itu tidak mungkin dikelit, karena seketika berada diudara bebas, berobahlah zat itu menjadi gas dan memenuhi udara disekitarnya. Dengan terkejut Biauw Jin Hong merasakan bagaikan disetiap saat dia akan jatuh pingsan seperti dikuasai oleh semacam pengaruh yang tidak tampak olehnya. Seketika itn juga Biauw Jin Hong menger ti bahwa itulah disebabkan semprotan siewie ta di. Cepat2 Biauw Jin Hong mengerahkan lwekangnya sambil menutup hidungnya. Selain itu diapun mengibaskan kedua buah lengan bajunya untuk membersihkan udara di sekelilingnya dari pengaruh gas itu. Untunglah bagi Biauw Jin Hong, bahwa sie wie itu sendiri juga masih asing akan senjata baru itu dan belum begitu mengerti bagaimana cara mempergunakannya. Selain itu, diapun agak takut terhadap Kini Bian Hud, sehingga serangannya tadi hanya dilakukannya dari jarak agak jauh. Oleh sebab itu, maka gas yang tersedot oleh Kmi Bian Hud tidak seberapa dan tidak cukup untuk merubuhkaonya, aehingga Kim Bian Hud berhasil mengerahkan Lwekangnya. yang sangat kuat sekali. Kalau saja siewie itu berani mendekati ketika menyemprotkan Zat itu, tentu Kim Bian Hud sudah akan rubuh tidak akan sadarkan diri. Walaupun demikian, bahaya yang dihadapi Kim Bian Hud tidaklah kecil ketika itu. Pengaruh gas pembius itu masih terasa juga Pikirannya tidak dapat dipusatkan pula se dangkan kaki dan tangannya menjadi lemah. Kenyataan ini juga diketahui oleh para pengepungnya. Mereka ramai2 mendesak maju agar bisa melancarkan pukulan2 dari jarak lebih dekat dan tahu2... mereka juga menjadi terhuyung seperti Kim Bian Hud. Itulah suatu kejadian yang tak pernah diduga dan suatu akibat dari kurang pengetahuan mereka tentang zat itu. ' Kibasan lengan baju Kim Bian Hud itu telah membuyarkan gas itu disekelilingnya, keempat penjuru dan para siewie yang saling menerjang maju itu umumnya telah menghirup udara yang mengandung gas itu. Bagi Kim Bian Hud, peristiwa tersebut merupakan suatu pertolongan yang tidak ternilai harganya. Musuh2nya yang umumnya memiliki lwe-kang tidak sekuat dia, tentu saja harus menderita akibat yang jauh lebih besar. Sesaat kemudian Kim Bian Hud sudah dapat bernapas dengan biasa lagi, sedangkan kaki dan tangannya sudah tidak lemas lagi, berhasil digerakan seperti semula. Benar2 Kim Bian Hud diliputi kemarahan yang tidak terhingga atas terjadinya persoalan tersebut-, dan disaat itu segera juga dia yakin kalau dia tidak bisa cepai2 merebut kemenangan tentu keselamatan keluarganya akan hancur dan terancam. Disaat itu, terbukalah waktu yang sangat baik baginya. Sebagian dari musuh2aya itu yang tadi sangat bernafsu maju telah menghirup gas beracun itu dan kini masih terhuyung bagai kan setiap saat akan rubuh sendiri. Yang berada dibelakang tidak terkena begini berat dan saat itu sudah dapat berdiri dengan tetap pula. Kesempatan itu tentu saja tidak disa2kan Oleh Kim Bian Hud. Dengan sekali bergerak secepat kilat, dirubuhkannya enam orang yang terdekat dengannya Kemudian perhatiannya dialihkan kepaJa sisa pengeroyoknya itu, yang berjumlah empat orang. Disamping itu, pertempuran antara Ouw Hui dengan Hoig It Hoa serta kawannya, juga sudah meperlihatkan perobahan. Jika tadi karena masih memikirkan keselamatan jiwanya sendiri, Ouw Hui jadi sukar mem peroleh keterangan, kini nekad sebentar saja, dia sudah bisa membuat lawan2nya menjadi sibuk bukan main. Dengan ilmu goloknya yang tiada taranya didunia ini, dia telah menghujani lawangnya itu dengan serangan2 yang gencar dan ber-tubi2. Sia2 belaka saja musuh2nya itu berusaha mengambil alih pimpinan jalannya pertempuran itu karena serangan- yang dilancarkan oleh Oiw Hui memang sangat hebat dan gencar sekali, setiap kali mereka tetap sudah didahului lawannya hanya seorang ini Disamplng itu, merela juga sangat rejan sekali terhadap golok Ouw Bui, yang Sudah terbukti ketajamannya. Mereka tidak berani menangkis serangannya, tetapi dengan demikian golok Ouw Hui jadi dapat bergerak kesegala penjuru dengan bebas sekali, dan serangannya jadi semakin gencar. Kini tahulah mereka, bahwa harapan mereka satu2nya ialah agar racun Tok See Ciang itu bekerja selekas mungkin. Tetapi sia2 belaka harapan merela itu. Berkat Iwekargnya yang memang telah sempurna. Ouw Hui dapat menghambat menjalarnya racun Itu. Memang benar bahu kirinya terasa kaku dan lengannya yang kiri hampir tidak dapat digerak kan, tetapi kenekadannya dan amarahnya mem buat gerakan golok ditangan kanan itu menjadi lebih hebat dari yang Sesungguhnya. Hal itu disebabkan karena Ouw Hui benar2 telah mengeluarkan kepandaiannya yang sesung guhnya dalam melancarkan serangan2 yang me matikan. Kalau mereka dapat bertahan terus sampai kurang lebih tiga atau empat puluh jurus lagi, akhirnya Ouw Hui tentu akan rubuh juga. Tidak mungkin Ouw Hui akan sanggup me nahan terus bekerjanya racun itu untuk selama-nya. Tetapi agaknya lebih tidak mungkin pula, bahwa mereka akan dapat bertahan sampai tiga puluh jurus terhadap serangan2 golok Ouw Hci, karena pada saat itu saja napas mereka sudah mulai memburu keras dan keringat membasahi sekujur tubuh mereka. Keadaan orang2 Ceng Cong Pai dan orang2 Swat Hong Sancung itu dengan cepat sudah men jadi semakin buruk keadaannya, beberapa orang diantara mereka yang tenaganya paling lemah, sudah hampir tidak kuat untuk mengangkat sen jata mereka lagi. Dipihak lain, karena harus berlomba dengan sang waktu, maka Ouw Hui mengeluarkan selu ruh kepandaiannya dan serangannya semakin la ma menjadi semakin dahsyat. Angin goloknya telah men-deru2 menerjang kesegala penjuru, dan membuat lawan2nya itu su lit bernapas. Ternyata terjangan angin serangan golok Ouw Hui, yang disertai dengan tenaga dalam di tingkat yang tertinggi, membuat dada mereka seperti tertindih oleh benda berat. Lewat lagi lima jurus, terdengarlah suara jeritan yang mengerikan sekali, disusul rubuhnya tubuh seseorang diantara sute2nya Hong It Hoa. Benar2 peristiwa itu sangat mengejutkan. Tadi baru Ouw Hui tengah melancarkan se rangan kearah Touw Peng Liang dengan tipu Hwai Tiong Po Gwat, setelah beberapa kali, belasan tahun yang lalu Ouw Hui berhasil meru buhkan musuhnya dengan serangan yang hebat ini yang bisa juga dipergunakan sebagai serangan gertakan belaka, dengan serangan lanjutannya yang ber sungguh2 dan bernama Geng Bun Po Pit Bun Tiat San, atau langsung dipergunakan sebagai serangan sungguh2, maka tipu serangannya itu sudah menjadi buah bibir kaum kangouw di Tionggoan. Juga Touw Peng Liang sudah mengetahui perihal ini dan diapun sudah membawa sikap yang ber-hati2 untuk melayaninya atau menghindarkannya. Semua orang menduga bahwa kalau serangan itu dilakukannya sebagai serangan gertakan, serangan susulannya tentu adalah Geng Bun Po Pit Bun Tiat San. Tetapi diluar dugaan mereka- sekali ini me reka justru harus menyaksikan sesuatu yang jauh lebih bebat dari serangan susulan yang sudah diketahui itu. Di waktu Peng Liang bersiap-siap setelah me lompat mundur menghindarkan diri dari serangan Ouw Hui, tiba-tiba Ouw Hui justru memutar tubuhnya sambil melompat tinggi sekali. Lalu dari atas. dia melancarkan serangan ke pada adik seperguruan Hong It Hoa yang malang nasibnya itu. Serangannya yang mirip dengan tipu serang an Hui Liong Tai Thian atau (Naga Terbang Ke langit), salah satu serangan yang terlihay dari Hang Liong Sip Pat Ciang dari kaum Siauw Lim Sie. Inilah memang suatu keistimewaan dari Ouw Ke To Hoat, yang selalu dapat diberikan penam bahan tipu-tipu serangan istimewa yang dipetiknya dari ilmu perguruan lain. Belasan tabun yang lalu dalam pengembaraannya, Ouw Hui pernah menolong jiwa beberapa orang murid kesayangan Tai Ho hwcehio pemimpin kaum Siauw Lim Sie disaat itu. Untuk membalas budinya, Hweshio berilmu tinggi itu telah menurunkan tipu serangan istimewa itu ke padanya. Hang Liong Sip Pat Cang sesungguhnya ialah ilmu silat tangan kosong, tetapi pukulan2 ilmu itu selalu dilakukan dengan tangan terbuka, dan yang dipukulkan adalah sisi telapak tangan. Oleh sebab itu, maka serangan2 Hang Liong Sip Pat Ciang memang dasarnya sudah mirip de ngan bacokan2 golok, sehingga setelah dapat me nvelami inti sarinya dan memahaminya, dengan mudah Ouw Hui dapat memasukkannya kedalam ilmu goloknya sendiri. Serangan yang tidak terduga itu tentu saja tidak keburu dikelit pula oleh adik seperguruan Hong It Hoa. Si Rase Hitam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia masih berusaha membela diri dengan mengangkat pedangnya untuk menangkis, tetapi sia-sia saja golok Ouw Hui membelah tubuhnya setelah lebih dulu memutuskan pedang orang itu- Peristiwa tersebut tentu saja mengejutkan hati para pengeroyoknya dan keterkejutan mereka itu ternyata sangat merugikan mereka sendiri Untuk sejenak mereka tertegun dan agak Je ngah. Sikap lengah reperti itulah, yang hanya ber langsung selama beberapa detik saja, cukup sudah bagi Ouw Hui untuk merubuhkan beberapa orang lagi. Ilmu meringankan tubuh Pek Pian Kwie Eng, yang sudah dipelijari Ouw Hui dengan sem purna, memberikan kemungkinan kepadanya un tuk bergerak secepat kilat. Terlebih lagi, setelah bertempur sekian lama dia sudah mengetahui siapa diantara lawan2nya yang terlemah kepandaiannya Dalam sekejap mata dia sudah berhasil memperkecil jumlah lawannnya yang kini hanya ber jumlah lima orang. Kini jauh lebih ringanlah pekerjaannya. Semangat Ouw Hui jadi semakin bertambah dan terbangun dan serangan2 nya juga semakin keras. Kelima orang lawannya itu tentu saja menjadi semakin sibuk, tetapi karena yang masih ke tinggalan itu justru yang terhebat kepandaiannya maka tidak mudah baginya untuk merubuhkan mereka semua. Demikianlah pertempuran itu berlangsung terus. Golok Ouw Hui me-layang2 kebelakang, kedepan, kekiri dan kekanan, dan keatas atau dengan cepat berobah kebawah, bagaikan ratusan kilat saling simbar menyambar orang2 itu. Baru sekali ini mereka melihat ilmu silat yang demikian hebat dan kecepatan bergerak yang begitu menakjubkan sekali. Mereka memang semua sudah mengerti, bahwa Ojw Hui berkepandaian sangat tinggi, tetapi perkiraan mereka itu ternyata masih jauh dibawah dari kenyataannya. Diantara mereka itu, yang sangat heran dan juga sangat kuatir aialah Hong It Hoa sendiri. Dia benar2 tidak mengerti, mengapa racun Tbk See Ciang dari pukulannya itu masih belum bekerja . Biasanya orang tidak bisa bertahan lebih lama dari dua puluh jurus setelah terkena racun tersebut. Mengingat bahwa Oaw Hui memiliki Iwe-kang yaig sempurna, dia telah menduga akan lebih lambat ssdikit bekerjanya racun itu. Tetapi terlambatnya itu tidak akan selambat seperti itu. Kini sudah hampir lima puluh jurus mereka bertempur sejak pukulannya yang beracun itu mengenai sasarannya, tetapi Ouw Hui masih tetap segar dan dapat bertempur dengan gagah perkasa. Dalam saat itu jumlah kawan2 Hong It Hoa sudah berkurang pula. Dari pihak perguruannya kini hanya tinggal dia seorang, sedangkan dari orang2 keluarga Touw sat Kauw itu hanya masih tertinggal Peng Liang dan seorang paman gurunya. Hati ketiga orang itu sesungguhnya sudah ciut sekali. Mereka menysdarinya bahwa dengan mengadu senjata mereka tetap bukan tandingan musuh besar itu. Tetapi mereka mengetahui bahwa musuh itu sudah terkena pukulan beracun, dan pasti akan tiba saatnya bahwa musuh itu akan habis daya perlawanannya dan mudah dibunuh. Saat itulah yang mereka nantikan dan nafsu membalas dendam yang sudah lama dikandung mereka telah memberikan dorongan untuk bertahan terus sedaoat mungkin, sambil menanti kan saat yang diharapkan itu. Bukankah kalau mereka melarikan diri. musuh besar itu akan memiliki kesempatan berobat dan bukankah selanjutnya mereka tidak akan sanggup membalas sakit hati mereka yang sedalam lautan itu. Hampir sepuluh jurus lagi telah lewat, keadaan musuh2 Ouw Hui sudah semakin menyedihkan sekali. Napas mereka sudah memburu ksras, pakaian mereka sudah basah kuyup dengan keringat bercampur darah, karena tubuh mereka sudah terlukakan oleh ujung golok Ouw Hui dibeberapa tempat dan bagian ditubuh mereka. Tenaga mereka sudah benar2 hampir habis, sedangkan Oaw Hui masih tetap tampak gagah sekali. Hong It Hoa dan kedua kawannya itu menjadi putus asa. Mereka juga menyesal, bahwa tidak siang2 mereka melarikan diri. Kini, jika mereka ingin meloloskan diri, jangan harap mereka dapat melarikan diri dari tangan Ouw Hui. Sudah tidak ada pilihan lain lagi bagi mereka kecuali menyerah kepada penentuan nasib sambil berusaha bertahan sedapat mungkin mem pergunakan sisa2 tenaga yang masih mereka miliki. Tiba2 mereka jadi lebih terkejut pula, dise belah sana terdengar Kim Bian Hud membentak biberapa kali dan setiap bentakanrya itu selalu disusul oleh suara teriakan kesakitan bercampur ketakutan setengah mati. Dalam kesibukan mereka sendiri menghadapi golok Ouw Hui, mereka tentu saja tidak ber m mei.oleh kearah lain. Tetapi suara2 itupun sudah tidak akan salah lagi, bahwa suara terse-but pasti merupakan suara kawan2 mereka. Sekarang yakinlah mereka bahwa harapan meresa sudah kandas dan habis sama sekali. Disaat itu mereka telah melepaskan harapan mereka itu, terjadilah sesuatu yang tidak tef duga, tetapi telah mereka harapkan sejak sekian lama. Ketika Ouw Hui tengah melancarkan sera ngan dahsyat, yang agaknya tidak akan dapat di hindarkan pula oleh Hong It Hoa, se-konyong2 goloknya itu turun dan terlepas dari tangannya, Ke mudian Ouw Hui terhuyung2 beberapa langkah dan rubuh sambil merintih perlahan. Akhirnya tidak dapat pula Ouw Hui menahan pengaruh racun yang ganas itu. Masih untung, bahwa ketiga musuhnya ketika itu sudah hampir kehabisan tenaga, pikiran mereka sudah tidak terang rugi dan penglihatan mereka jaga sudah kabur. Karena itu rrereka tidak bisa segera menya dari perobahan mendadak itu. Sesaat mereka telah berdiri bingung mematung. Memang aneh jiwa manusia. Kalau kita sudah lama mengharapkan sesu-itu yang tidak Kunjung tiba, dan yang diharapkan itu lalu muncul dengan mendadak, umumnya kita tidak dapat mempercayai mata kita sen diri dan sering pula kita tidak bisa segera mengerti apa yang harus kita lakukan ketika itu. Demikianlah peristiwa seperti itu telah terjadi didiri ketiga orang itu, tiga musuh besar Ouw Hui, ying karena itu jadi membuang kesem patan sebaik itu. Lewat beberapa saat lagi mereka baru tersadar, bahwa inilah yang mereka harap2kan sejak tadi. Hati mereka melompat kegirangan. Lupalah mereka akan keletihan mereka. Dengan bernafsu sekali mereka telah saling terjang untuk menghabiskan jiwa musuh besar itu. Masing2 tidak mau mengalah dan hendak memotong kepala Ouw Hui dengan tangan mereka sendiri. Tidak seorargpun diantara mereka rela membiarkan yang lain mengecap kepuasan dapat mef laksanakan pembalasan dendam itu. Touw Peng Liang sudah lebih dulu bisa mendekati Ouw Hui, yang menggelatak ditanah dengan tidak sadarkan diri itu. Tetapi, ketika dia mengangkat pedangnya untuk menabas batang leber Ojw Hui, tiba2 Hong It Hoa menangkis pedangnya. Putera Hong Jin Eng ini menganggap dirinya lebih berhak dari yang lain2nya dalam mengambil jiwa Ouw Hui. Tindakannya itu tentu saja mengejutkan dan membangkitkan amarah rouw Peig Liang dan paman gurunya. Kedua orang itu berbalik dengan mata yang mendelik dan agaknya kedua orang tersebut akan mencaci -It Hoa. Sudah pasti akan terjadi pertengkaran diantara mereka sendiri, jika bukan disaat itu tiba2 tampak dua sosok tubuh melayang kearah mereka serta melancarkan serangan. Peng Liang merasakan angin dingin menyambar kearahnya. Cepat2 dia telah mengelakkannya kesam-ping dan sebatang pedang melayang disamping tubuhnya, nyaris memutuskan bahunya. Dengan cepat dia mengangkat pedangnya un tuk membalas serangan itu, tetapi sesaat kemudian dia menjadi terkejut sekali. Sebatang pedang pendek, atau sebilah pedang panjang, beikelebat cepat sekali seperti kilat. Dan disaat itu, tahu2 pedangnya suduh ting gal hanya gagangnya saja, dan sebelum kagetnya itu lenyap, tiba2 pedang yang baru lewat disam-ping tubuhnya itu melayang balik, mengarah ke dua kakinya. Peng Liang berusaha untuk menghindari diri dari serangan itu, dia berusaha melompat ke atas. Dalam keadaan biasa dia tentu akan dapat berkelit dari serangan itu walaupun datangnya secara tiba2 dan cepat sekali. Kepandaian Peng Liang menang sudah tinggi sekali, tetapi disaat itu dia barj saja melaku kan pertempuran yang menghabiskan seluruh tenaganya. Dengan sendirinya kini gerakannya jadi lambat dan dia sudah tidak berdaya sekali. Lompatannnya jadi lambat dengan mengeluarkan suara teriakan yang menyerupai jerit kematian mengerikan, tubuh Peng Liang rubuh tanpa memi liki kaki pula. Paman guru Peng Liang telah melibat bahaya yang mengancam diapun sudah berusaha untuk menolongnya. Teta pi diapun memiliki gerakan yang lambat, karena diapun tengah kehabisan tenaga. Dan dengan sendirinya Peng Liang harus menerima nasibnya. Paman guru itu, Lie Sat Hauw, segera mero bah gerakan pedangnya. Dia telah berusaha men dahului menyerang sebelum musuh baru itu dapat menarik kembali pedangnya. Juga dia harus mengalami keterkejutan pula, karena begitu tersentuh pedang pendek musuh, pedangnya segera putus terpotong. Untung baginya bahwa benturan itu terjadi didekat ujung pedang sehingga sisa yang masih berada ditaogannyaitu tetap bisa dipergunakan sebagai senjata. Setelah adanya pengalaman seperti itu, dia jadi iebih berhati2, tenaganya tidak mengijin-kan pula dalam sekejap mata dia sudah terdesak hebat, bahkan setiap saat bisa rubuh diujung sen jata lawannya. Didekat mereka, Hong It Hoa juga tengah bertempur dengan seorang lawan baru. Beda dengan kawannya, dia mendapatkan seorang musuh yang gerak geriknya tidak begitu cepat dan tenaganya juga tidak besar. Karena itu dia bisa mengimbangi serangan2 lawannya. Yang datan? menyerbu ketiga orang itu, calon penbunuh Ouw Hui, memang tidak lain dari si kembar Cie Beng dan Cie Jin. Dengan tenaganya yang masih segar. Cie Jin dengan mudah dapat merubuhkan Peng Liang, yang sudah diliputi keletihan, dan bisa pula membuat Lie Sat Houw dengan cepat menjadi terdesak hebat. Kalau mereka masih sama2 segar, tentu tidak semudah itu hasil yang diperoleh Cie-Jin. Pertempuran antara Cie Beng dan It Hoa sebaliknya berjalan dengan berimbang. Memang sesungguhnya kepandaian mereka ku rang lebih setingkat. Dan keadaan mereka juga memang serupa. It Hoa sudah hampir kehabisan tenaga, sedangkan Cie Beng telah menderita luka didalam, sehingga tenaganya sudah tidak ada. Berlangsung beberapa saat lagi, tiba2 Cie Beng terhuyung2 dan jatuh sambil memuntahkan darah, tepat disaat Cie Jin telah berhasil merubuhkan Lie Sat How, yang jatuh dengan berlumuran darah dan kehilangan sebelah tangannya. Luka Cie Beng karena pukulan siewie pembakar rumah itu seseagguhnya tidak terlalu berat. Walaupun demikian, seharusnya dia beristirahat dulu dan.tidak boleh mengeluarkan tenaga, terlebih lagi melakukan pertempuran. Tetapi melihat gurunya terancam maut tentu saja dia tidak dapat berpeluk tangan dan ber sama2 dengan adiknya dia telah memaksakan diri untuk menyerbu musuh. Pengerahan tenaga untuk melawan musuh i-ta telfh menyebabkan dnahi.ya mengalir lebih deras dan cepat, sehingga luka didalzmnya itu jadi berian bah parah dm berat, maka jatuhlah dia dengan memuntahkan darah. Alangkah terkejutnya Cie Jin, yang ketika itu sudah siap membantu kakaknya membereskan musuh yang tinggal seorang itu. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Cinta antara saudara kembar umumnya lebih mendalam dari persaudaraan biasa. Kitapun sudah mengeta hui bahwa cinta yang terlalu besar seringkali menimbulkan kekuatiran yang ber lebih2an, jika melihat orang yarg dicintai itu merderita sesuatu. Dalam hal ini Cie Jin juga bukan terkecua li, seketika itu juga dia melupakan keadaan di-sekelilingnya dan dengan perasaan yang tidak dapat dilukiskan, dia telah menubruk kakaknya. Untuk kedua kalinya Hong It Hoa lolos dari lobang jarum. Kalauu memang bukan tertolong peristiwa yang sama sekali tidak terduga itu, jiwarya tentu sudah menyusul kawan2nya yang sudah mendahuluinya menghedap kepada Giam Lo Ong. Sungguh girang It Hoa, karena tidak ada yang merintangi pula baginya uniuk membalas rasa sakit hatinya kepada Ouw Hui. Ingin sekali dia cepat2 melompat kearah musuhnya itu yang menggeletak ditanah kurang lebih tiga tombak dari tempatnya berdiri. Tetapi, ka-kinya tidak Sanggup melaksanakan keinginan hatinya, bahkan lari pula sudah tidak kuat. Berjalanlah dia mendekati tubuh musuhnya itu. Kini sudah tinggal tiga langkah lagi sebelum dia dapat membacokan pedangnya. Sementara itu Cie Jin masih memeluki kakaknya yang sudah pingsan sambil me-manggil2 nya dengan suara yang mencerminkan kesedihan yarg tidak terkira. Seulas senyum puas menghiasi bibir It Hoa. Tiba2 dibelasangnya terdengar suara bentakan "Bangsat ! Jahanam ! Binatang l Jangan ganggu ayahku !" Bentakan itu kemudian disusul serangan ke arah punggungnya Dengan terkejut It Hoa berbalik. It Hoa menduga Cie Jin telah mengetahui maksudnya dan kini datang memburu. Dalam kegirangannya vang me-luap2 karena melihat kesempatan terakhir itu, otaknya tidak dapat menangkap maksud kata2 yang masuk kedalam te linganya, yaitu bahwa sipenyerang tadi menyebut Ouw Hui sebagai ayahnya. Sipenyerang bukan lain dari Ouw Ho, bersama dengan ibunya dan Peng Ah Sie, dia telah mengikuti jalannya pertempuran itu dengan hati yang tergoncang. Tadi, ketika melihat ayahnya rubuh, dia su dah hendak melompat maju untuk menyerbu ke dalam gelanggang pertempuran. Tetapi kedua saudara Cie telah mendahuluinya. Hatinya telah jadi lega ketika melihat bahwa kedua suhengnya itu dengan cepat berhasil menguasai keadaan. Namun kegembiraan itu ternyata hanya berlangsung sebentar, karena lewat beberapa saat lagi dia harus menyaksikan, bagaimana Cie Beng rubuh, Cie Jin juga melupakan segala apa dalam kecemasannya. Ketika melihat Hong It Hoa setindak demi setindak menghampiri ayahnya, dia tentu saja tidak dapat berdiam diri lagi. Yok Lan dan Peng Ah Sie berusaha merintanginya. tetapi sudah terlambat. Ketika itu Ouw Ho sudah melompat maju kedepan dan sebagai seorang anak yang memiliki kepandaian ilmu silat, jelas Ouw Ho dapat meninggalkan Yok Lan dan Peng Ah Sie yang memang tidak mengerti ilmu silat. Betitulah Ouw Ho tiba dibelakang Hong It Hoa, yang serta merta telah diserangnya. Yok Lan tentu saja jadi kuatir sekali, dia mengetahui betapa besar bahaya yang tengah di hadapi Ouw Ho dengan sikapnya itu. Sebagai seorang ibu yang hanya memiliki seorang anak seperti itu, kasih sayangnya kepada sianak tentu saja besar sekali dan karena cintanya, maka kekuatirannya kalau anaknya akan mengalami bencana dan bahaya itu terlampau berlebihan. Belum apa2 dia sudah membayangkan bagai mana anaknya rubuh terkulai dengan bermandikan darah, jatuh sebagai korban keganasan tangan musuh yang kejam. Pikirannya jadi kacau dan dalam gugup dan kebingungan sepertii itu dia hanya dapat berdiri mematung saja tanpa bisa mengeluarkan sepatahkata. Ketika telah lewat beberapa saat lamanya dia sudah bisa mengatasi goncangan harapannya Untuk melalukan pembalasan Sakit hatinya dan tentu juga akan habis riwayatnya. Didalam hatinya dia merasa sayang kini dia sudah harus mati sebelum bisa mewujudkan cita ta2nya membalaskan sakit hati ayah dan guru nya. Kalau saja dia belum kehabisan tenaga, memang tidak sulit baginya untuk melarikan diri untuk kemudian per lahan2 menghimpun sahabat2 nya lagi dan datang pula untuk menggempur musuh2nya tersebut. Tetapi apa daya, justru semua itu hanya suatu cita2 kosong belaka. Si Rase Hitam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Disaat itu, tiba2 Hong It Hoa merasakan tangannya dijambret sianak kecil muka hitam itu dan seketika itu berkelebatlah suatu akal dalam pikirannya. Itulah kekeliruan Ouw Ho yang masih tidak merriliki pengalaman. Setelah tadi dia mendapatkan kenyataan babwa pukulan2nya tidak bisa merubuhkan lawannya, seharusnya dia mengerti bahwa tenaganya belum cukup untuk mengimbangi musuhnya tersebut. Perangkap Karya Kho Ping Hoo Perintah Maut Karya Buyung Hok Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo