Ceritasilat Novel Online

Si Rase Hitam 6


Si Rase Hitam Karya Chin Yung Bagian 6


Si Rase Hitam Karya dari Chin Yung   Dengan timbulnya keyakiran itu, timbulah Ingatan untuk merampas senjata musuh, yang segera juga dilakukan oleh Ouw Ho.   Kalau saja tenaga Ouw Ho sudah cukup besar, memang seketika itu dia tentu sudah ber hasil merampas senjata musuh, untuk kemudian dipergunakannya untuk merubuhkan musuh itu sendiri.   Tetapi dengan tenaganya yang masih terbatas seperti itu, percobaannya sia2 belaka, bahkan menguntungkan pihak lawannya.   Memang sungguh lebih berpaedah jika dia terus menyerang dengan tangan kosong saja dan menarik keuntungan dari kelincahannya.   Dengan demikian dia akan dapat terus menerus merinta ngi Hong It Hoa meadekati ayahnya, sambil me nantikan Cie Jin dan Kim Bian Hud datang me nolong kepadanya.   Walaupun sudah sangat letih, sebagai seorang tokoh terkemuka dalam Ceng Cong Pai, It Hoa tentu masih lebih kuat dari Ouw Ho, yang baru berusia sembilan tahun.   Begitu tangannya yang memegang, tangannya yang kiri segera bergerak dengan cepat dan tangan Ouw Ho seketika itu juga sudah tercekal kuat olehnya.   Ditekuk kebelakang lengan Ouw Ho membuat anak itu kesakitan dan tidak berdaya untuk bergerak.   Kemudian pedangnya telah ditempelkan dibelakang leher anak itu sambil mengeluarkan' ancaman .   "Kalau kalian masih sayang jiwa anak ini. cepat kalian minggir !"   Serunya.   Ancaman itu ditujukan kepada Kim Bian Hud dan Cie Jin yang sementara itu sudah tiba didekatnya.   Dalam saat2 dia sudah terjepit sekali tadi.   percobaan Ouw Ho untuk merampas senjatanya justru memberikannya jalan keluar.   Dengan menangkap tangan It Hoa.   justru Ouw Ho telah memberikan kesempatan kepada musuhnya Untuk berbalik menangkap tangannya.   Kekeliruan itu baru disadari oleh Ouw Ho setelah terlambat, dan kini dia dijadikan perisai.   Kim Bian Hud begitu pula Cie Jin, terpaksa mundur oleh ancaman tersebut.   Tetapi mereka berdua tidak mau menyingkir terlalu jauh.   Disaat itu, It Hoa sedang mempertimbangkan, apakah dengan adanya kesempatan ini tidak lebih baik jika dia segera menghampiri Ouw Hui dan melaksanakan maksudnya membalas dendam.   Per-tama2 memang begitu hasratnya, tetapi sesaat kemudian pikirannya telah berobah.   Dia menyadari babwa dalam keadaannya seperti saat itu dia tidak bisa bergerak dengan cepat.   Sebaliknya dia sudah mengetahui betapa tinggi ilmu meringankan tubuh kedua lawan yang masih tetap memperhatikan setiap gerak-geriknya.   Dia mengerti, babwa seketika dia memisahkan pedangnya dari batang leher anak kecil itu untuk menabas batmg leher Ouw Hui.   Kim Bian Hud dan Cie Jin tentu akan bertirdak secepat kilat dan memang akhirnya akan gagal sama sekali usahanya untuk membunuh Ouw Hui sebalik bya jiwanya sendiri tentu sudah tidak akan tertolong lagi.   Setelah berpikir sekian lama, dia memutuskan untuk mempergunakan Ouw Ho sebagai perisai untuk menyingkir.   Setindak demi setindak dia berjalan kearah tambatan kuda2 yang ditunggangi tadi bersama kawar2nya.   Selama itu pedangnya tidak pernah berpisah dari batang leher Ouw Ho dan setibanya disitu, kudanya itu, It Hoa telah mengancam lagi ;   "Janganlah kalian bergerak. Dengan sekali menabas, akan kupotong batang leher anak ini, kalau saja kalian memperlihatkan gerak dan ikap mencurigakan*'. Dengan tetap mengancam belakang leher Ouw Ho, dia perintahkan anak itu naik kekudanya dan rebah menelungkup didepan pelana. Lalu dia sendiri naik dengan per lahan2. Diulangi lagi ancamannya dan sesaat kemudian dia telah memacu kudanya. Ketika It Hoa hendak menaiki kudanya, Cie Jin sudah hendak melompat maju untuk berusaha menolonginya sianak muka hitam itu. Dia menganggap bahwa selekas It Hoa sudah berhasil membawa adik seperguruannya itu pergi dari tempat itu, tentu akan sulitlah untuk menolonginya lasi, dan dapat diduga sama sekali sudah tidak mungkin untuk menolongnya lagi. Rupanya Kim Bian Hud telah menerka isi hati Cie Jin. Cepat2 dia mencegahnya maksud pemuda itu, sambil dibisiknya dengan suara yang perlahan sekali agar tidak terdengar It Hoa.   "Jangan ter-gesa2"   Katanya dengan suara yang perlahan.   "Kalau kau sekarang melompat kearahnya, dia tentu akan membuktikan ancamannya itu dan si Ho tentu benarr jadi tidak ter tolong lagi. Biarlah kita mengikuti saja, sambil menantikan kesempatan baik untuk bertindak". Halaman 39-40 sobek Berkat lwekangnya yang sudah demikian sem purna, akibatnya memang tidak segera terasa, terutama diwaktu jiwanya sedang bergolak, sehingga dia melupakan segalanya. Tetapi secepat ketegangan hatinya mereda, sedikit demi sedikit akan mulai terasalah gangguan seperti itu. Demikianpun sekali ini. Tadi waktu amarahnya sedang bergolak dan dia harus memusatkan perhatiannya dalam pertempuran, dia tidak merasakan apa2. Juga setelah pertempuran itu selesai dan dia mulai mengikuti It Hoa, masih tiada yang dirasakannya sam pai sekian lama. Lewat lagi kurang lebih setengah jam, setelah hatinya ber- angsur2 menjadi tenang, mulai terasalah keletihan yang diakibatkan goncangan hatinya tadi. Dia menyadarinya apa artinya gejala itu, tetapi agar tidak mengecilkan hati Cie Jin, dia tidak memberitahukannya dan hanya berusaha mengembalikan tenaganya dengan menjalankan nafas menurut pelajaran ilmu tenaga dalam Keadaannya kini sudah hampir serupa dengan It Hoa Harapan satu2nya kini hanyalah agar bisa bertahan lebih lama dari musuh itu. Dalam perlombaan keuletan itu, dia memperoleh keuntungan dari lwekangnya yang memang jauh lebih sempurna dari lawannya tetapi musuhnya itu memiliki keuntungan lain. Usia mereka yang jauh lebih muda tentu sa ja memberikan keuletan yang jauh lebih kuat dari keuletan Kim Bian Hud yang berusia lanjut. Per lahan2, tetapi pasti, dia menjadi semakin. lelah. Sedapat mungkin dia telah melawan dengan lwekangnya. Tetapi kepandaian manusia mana da pat melawan hukum alam? Sebagai seorang tua, tenaga sejatinya, tena ga pemberian alam, tentu sudah sangat berkurang Pergolakan dihatinya, pengerahan tenaga yaog luar biasa daa disamping itu diapun telah terkena serangan obat beracun yang memabokkan dalam pertempuran tadi. semuanya kini mendatangkan keletihan yang mungkin dilawannya de ngan apapun 'juga. Dan suatu saat, dia merasa sudah tidak kuat untuk melanjutkan perjalanannya untuk mengikuti It Hoa. Dia hendak merintahkan Cie Jin melanjutkannya seorang diri dan hendak pula berpesan bagaimana pemuda itu harus bertindak jika waktunya sudah tiba, atau jika terjadi perkembangan yang tidak terduga, tindakan2 yang harus di lakukannya. Tetapi semuanya itu terlambat. Sebelum dia dapat mengucapkan sepatah kata, matanya sudah ber-kunang2, dadanya terasa sesak, napasnya memburu dan setelah beberapa kali urung jatuh, akhirnya rubuhlah dia dari pe lana. Dia rubuh tidak sadarkan diri. Wajahnya pucat bagaikan kertas dan napasnya juga mem buru keras sekali. Jelaslah kini bahwa keadaan Kiai Bian Hud sangat menguatirkan sekali. Betapa terkejutnya Cie Jin waktu itu. Cepat2 pemuda tersebut melompat turun dari kudanya dan dengan diliputi kekuatiran yang sangat dia telah memeriksa keadaan jago tua tef sebut. Hatinya menjadi agak lega ketika mempero leh kenyataan Kim Bian Hud masih bernapas. Dicobanya menyadarkan orang tua itu, teta pi sampai sekian lama dia masih belum berha nil menyadarkan orang tua itu Perasaan bingungnya disaat itu benar2 tidak terlukiskan. Sulit sekali Cie Jin mengambil keputusan, musuh yang menculik Ouw Ho sudah semakin menjauh, kalau tidak cepat2 dia pergi menyusul lagi, dia tentu akan kehilangan jejak Ouw Ho. Sebaliknya, apakah dia harus meringgalkan Kim Bian Hud disitu dalam keadaan demikian menguatirkan ? Kalau saja didekat tempat itu ada rumah penduduk, dia akan dapat menitipkan Kim Bian Hud ditempat penduduk itu dan dia sendiri bi sa cepat2 melanjutkan pengejarannya. Tetapi mereka berada ditengah padang rum put luas, yang tidak berpenduduk. Disekelilingnya, sejauh mata dapat meman dang, yang tampak hanyalah tanah berumput. Kalau kebetulan ada serombongan pengem-bala didekatnya, dia jvga akan dapat minta per tolongan mereka untuk msrawat Kjm Bian Hud, Selama dia mengejar musuh yang menculik adik seperguruannya. Tetapi jelaslah sudah, bahwa kecuali mere ka tidak ada orang lain lagi di padang rumput itu. Apa yang kini harus kita lakukannya? Akhirnya Cie Jin memutuskan untuk mena ikkan Kim Bian Hud keatas kudanya dan mem bawanya serta mengejar musuh itu. Dia telah teringat akan perhitungan orang tua ini, bahwa dalam keadaan Hong It Hoa tentu tidak akan kuat pergi jauh. Dia percaya bahwa tidak lama pula It Hoa Pasti akau berhenti, dan dia akan bisa turun ta ngan menolong Ouw Ho. Setelah itu dia akan dapat cepat2 menempuh perjalanan pulang dengan membawa ke-dua2nya, yang segera hendak dilaksanakannya. Tetapi alangkah terkejutnya, ketika setelah menaikkan Kim Bian Hud keatas kudanya, dia hendak mulai berjalan lagi. Hong It Hoa sudah tidak terlihat pula Agaknya Cie Jin telah ragu2 terlalu lama, sehingga musuh yang membawa Ouw Ho itu telah sempat meninggalkannya jauh sekali- Musuh itu sedikitnya tentu sudah terpisah sepuluh lie dari tempatnya. Cie Jin mengerti bahwa kini dia tidaklah boleh mem-buang2 waktu lagi. Kalau menuruti kehendak hatinya, ingin sekali Cie Jin melarikan kudanya agar bisa cepat cepat menyusul musuhnya. Tetapi dia kuatir jika goncangan2 yang ditimbulkannya itu terlalu keras dan bisa mendatangkan keadaan yang membahayakan Kim Bian Hud, yang masih tetap belum sadar dari ping sannya. Terpaksa dia membatasi lari kudanya, agar orang tua yang menelungkup didepan pelana itu tidak terlalu menderita karenanya. Sungguh bingung dan gugup hati Cie Jin dan betapa berat dirasakannya tugas yang tengah dihadapinya itu. Diapun bimbang sekali, apikah dia masih akan dapat menyusul musuhnya yang lenyap da ri pandangan matanya. Sudah sekian lama dia melanjutkan pengejaran itu dan jarak yang telah ditempuhnya bu kan dekat lagi. Se tidak2nya dia telah berjalan kurang lebih dua lie, tetapi musuhnya yaag hendak dikejarnya masih tetap belum terlihat mata hidung nya. Kebingungannya yang meliputi hati pemuda ini semakin bertambah, disertai juga oleh ke kuatirannya yang menjadi semakin besar. Kelirukah arah yang telah ditempuhnya ? Tidak mungkin ! Mustahil dia telah menempuh arah yang keliru dari jejak musuh yang memba wa Ouw Ho itu. Dan dirpun mengetahui bahwa jejak semula musuh itu tidak pernah mem-belok2 kearah lain. Apakah perhitungan Kim Bian Hud yang te Ih keliru ? Mungkinkah musuhnya itu belum se letih yang diduganya ? Agasnya itupun tidaK mungkin. Dengan mata kepala sendiri Cie Jin telah melihat keadaan musuh itu diwaktu akhir pertempuran. Jelaslah bahwa musuh itu bahkan sudah ham pir tidak kuat berdiri diatas sepasang kakinya. Tetapi mengapa dia masih tetap belum bisa menyusul, sedangkan sejak semula musuh itu ti dak berani melarikan kudanya terlalu keras kare m kuatir tidak dapat mempertahankan tubuhnya 'ia.as kuda tunggangannya itu ? Sungguh mengherankan sekali, tetapi juga sangat menggelisahkan sekali hati pemuda itu. Cie Jin berhenti sejenak untuk melihat ke sekelilingnya. Hanya rumput hijau bergelombang dihembus angin yang dilihatnya. Bayangan musuh sudah lenyap dan tidak tam pak sama sekali olehnya, lenyap tidak menirg-galkan jejak. Cie Jin berjalan lagi sampai sa'sian lama. Hasil yang diperolehnya tetap nihil, aktif nya dia yakin bahwa dia t-lah mengambil arah yang keliru. Dia membelokkan kudanya dan de ngan membuat sebuah lingkaran besar dia berpu tar mengelilingi daerah itu. Akhirnya dia ke m bali ditempat dia mulai membiluk tadi, sedang kan sepanjang jalai bsrkeliliag itupun dia tidak memperoleh suatu petunjuk apapun juga. Cie Jin jadi putus asa. Disamping itu dia pun kuatir jika keadaan Kim Bian Hud akan menjadi se makin parah dan mengkhawatirkin. Dia mengetahui juga tidak dapat dia membuang- waktu, walau bagaimana tetap saja dia harus cepat2 kembali, agar Kim Bian Hud mem peroleh perawatan yang semestinya. Tetapi dia masih agak ragu2 untuk segera menyudahi pengejaran itu, kenbali dengan hanya membawa sucouwnya ini tanpa sekalian memba wa Ouw Ho. Untuk beberapa waktu dia berusaha untuk mencari jejak Hong It Hoa. Sementara itu hari sudah mendekati pergan tian dari pagi kelohor. Sinar matahari yang terik semakin terasa dan tenggorokannya juga su dah terasa kering sekali- Karena itu dia menyadarinya bahwa dia tidak boleh mem- buang2 waktu lagi untuk keselamatan Kim Bian Hud. Cie Jin sudah tidak memiliki harapan pula untuk dapat menyusul Hong It Hoa dan meno longi Ouw Ho. Dan dia tidak mau menyebabkan Kim Bian Hud kehilangan jiwa karena ke- ragu2annya itu. Demikianlah, Cie Jin lalu menempuh kembali jalan pulang dengan hati yang sedih, karena dia tidak berhasil menolongi adik seperguruannya itu. Dia berusaha menghibur dirinya dengan membayangkan bahwa keadaan musuhnya itu yang sudah demikian lemah, tentu akan memberikan kesempatan kepada Ouw Ho yang sangat cerdas dan banyak sekali akalnya untuk dapat meloloskan diri dari cengkeraman tangan musuh yang menculiknya iru dan dapat kembali dengan Kiamat. Bukankah anak itu sudah pernah berhasil meloloskan diri dari tangan para penculik2nya dikota I li ? Dan demikianlah, Cie Jin telah menghibur' dirinya sendiri. Tetapi sayangnya, kata2nya sen diri itu tidak dapat meyakinkan hatinya dan ke sedihannya itu tidak juga lenyap karenanya. Han pir saja Cie Jin menitikkan air matanya, tetapi untuk mengurangi kesedihan hatinya itu, dia telah melarikan kudanya untuk menuju pulang untuk memberikan pertolongan kepada Kim Bian Hud. Walaupun bagaimana jiwa Kim Bian Hud harus dituruti. ---oodwoo-- SEMENTAPA itu, sesungguhnya kemana Hong It Hoa telah pergi dengan bawa Ouw Ho? Dari semula It Hoa sudah tahu bahwa dibelakangnya memang ada yang mengikuti dari jauh. It Hoa juga mengerti bahwa anak lelaki ke cil yang berada ditangannya masih dibutuhkan nya sebagai perisai keselamatan diri dan jiwanya Itulah yang telah menolong jiwa Ouw Ho. sesuai dengan perhitungan Kim Bian Hud, yang sudah dapat menerka bahwa secepat anak itu sudah tidak dibutuhkan lagi, It Hoa tentu akan membunuhnya. Mengenai keadaan It Hoa, dugaan Kim Bian Hud juga sesungguhnya tidak meleset. Hanya karena timbulnya suatu hal yang tidak diduga, maka rubuhnya It Hoa karena perasaan letihnya itu menjadi tertunda. Sesungguhnya It Hoa memang tidak akan dapat bertahan lebih lama dari yang diperkirakan Kim Bian Hud Tetapi pada saat itu keadaan jiwa It Hoa su dah tidak biasa lagi, tidak wajar. Sebagai kita sering melihat atau mendengar orang bercerita, seseorang yang tengah terancam jiwanya atau juga terancam maut, dan sudah ke hilangan akal, seringkali bisa melakukan hal2 yang tampaknya sangat mustahil. Didalam saat2 demikian orang itu sudah bagaikan bukan dirinya sendiri lagi dan suatu kekuatan gaib yang agaknya seperti bukan tubuh dari suatu sumber dalam tubuhnya sendiri, mem berikan kekuatan yang tidak terhingga dan tidak dapat diterima oleh akal sehat. Berkat telaga gaib semacam itti, maka it Hoa telah dapat bertahan lebih lama lagi dari semestinya. Waktu dia tidak sadar lagi akan apa yang dilakukannya, bagaikan seorang yang kesurupan hanya satu keinginannya yang menguasai seluruh alam pemikirannya bahwa dengan membawa anak musuhnya itu sebagai jaminan untuk keselamatannya dia harus pergi menyingkir dari tempat itu pergi... pergi... pergi sejauh mungkin. Sedikitpun dia tidak menghiraukan lagi ke-mana dia harus pergi, dan kendali kudanya juga sudah lama dilepaskannya. Dengan dibiarkannya berjalan Sekehendak' nya sendiri, lambat laun dan dikit demi sedikit binatang tunggangan itu mulai menyeleweng dari arah yang semula ditempuhnya. Sebelum lewat dari satu lie, arah perjalanan iya sudah jauh berbeda dibandingkan sebelumnya. Perobahan arah perjalanan itu tidak pernah diduga oleh Cie Jin, sehingga tidak mengherankan jika dia tidak berhasl menemui jejak dari it Hoa, walaupun dia telah mencarinya sekian lama, dan karena perhatiannya lebih banyak dicurahkan Untuk menolong keselamatan jiwa Kim Bian Hud. Dipihak lain, kerdaan It Hoa juga sudah semakin memburuk. Kuda yang tidak terkendali kan itu kini sudah mulai membawa kedaerah perbatasan gurun pasir. Rumput yang tumbuh didaerah itu sangat jarang dan sinar matahari yang sangat terik di pantulkan kembali oleh pasir dibawah kaki kuda itu membuat hawa udara jadi panas luar biasa. Hawa yang demikian panasnya itu tentu saja tidak meringankan penderitaan It Hoa, tetapi dia sama sekali tidak ingin untuk mengambil kantong airnya. Ketika itu dia bensr2 sudah tidak sadarkan akan dirinya. Bahkan ingatan untuk menyingkir, yang semula menguasai seluruh pemikirannya itu juga sudah dilupakannya. Dengan pikiran kosong dan berjokol terus bagaikan sebuah patung diatas kudanya. It Hoa masih dapat meneruskan perjalanannya itu sampai beberapa lie lagi. Tetapi pada suatu saat, tiba2 tubuhnya ber-goyang2 dan doyong kedepan rubuhlah dia. Pedang yang selama perjalanan itu tidak per nah terpisah jauh dari leher Ouw Ho, ikut jatuh terlepas dari genggamannya. Malang bagi Ouw Ho, ikut jatuh setelah terlepas dari pegangannya It Hoa. Dan lebih malang lagi bagi Ouw Ho, pedang itu justeru jatuh menyelusupi bahunya, se hingga dibagian atas lengannya terluka. Ouw Ho berteriak, alangkah sakitnya luka itu. Sesungguhnya luka yang diderita oleh Ouw Ho itu tidak terlalu berat, tetapi karena baru pertama kali terluka oleh senjata tajam, dalam kesakitan dan kaget dia jadi tidak ingat untuk memegang pelana kuda itu erat2 dan telah rubuh terbanting dipasir. Pedang It Hoi yang telah melukai lengan Ouw Ho. Dalam jatuhnya telah lebih dulu melukatl iga kuda itu dan gagangnya juga telah memukul nya. Karena kesakitan kuia itu tiba2 melompati untuk kabur dengan pesatnya, itulah sebabnya Ouw Ho terlempar dari punggung binatang tunggang annya itu, jatuh terbanting agak keras juga, Selama beberapa saat dia tidak menyadari apa yang telah terjadi diatas dirinya, dan dia rebah dengan mata ber-kunang2 dan kepalanya juga pusing. Berselang lagi beberapa saat, pikirannya men jadi terang kembali Per-lahan2 dia merangkak bangun dengan menahan perasaan sakit, dia telah menoleh keka nan kiri untuk melihat dimana dia berada dan untuk mencari kuda yang telah kabur dari tem pat itu. Untuk pertama kali kini Ouw Ho merasakan apa artinya takut. Dia yang biasanya tabah luar biasa lagi fa igat berakal budi, pada saat itu benar2 putus asa dan tidak mengetahui apa yang harus dibu at dan dilakukannya Apa yang didapatkannya disaat itu memang tidak dapat berakibat lain dari membuatnya ber putus asa. Binatang tunggangannya itu sudah tidak ke lihatan pula, hilang bersama semua perbekalan air dan makanan yang diikatkan dipelana, sedang kan dia sendiri ternyata berada di- tengab2 pa dang pasir. Hanya It Hoa yang berada bersamanya disi tu, tetapi mungkin sekali orang itupun sudah menjadi mayat, sedangkan andaikata masih hidup pun tentu tidak ada gunanya lagi bagi Ouw Ho, bahkan mungkin sekali membahayakan. Sungguh hebat penderitaan anak kecil yang! biasa hidup dalam suasana bahagia itu. Seluruh tubuhnya terasa sakit akibat terpelanting tadi. Disamping itu luka dilengannya itu pun menambah perasaan sakitnya. Dan juga terik cahaya matabaii serta perasaan hausnya tidak membuat dia merasakan ringannya keadaan saat itu. Mau tidak mau, Ouw Ho menyadari bahwa dirinya tengah terancami oleh keadaan dan alam. Segala itu sudah cukup membawa kepatahan semangat seorang dewasa yang bukan pengecut, maka apalagi bagi seorang anak kecil seperti Ouw Ho. Walaupun tidak dapat menduga dimana dia berada, dia menginsafi bahwa dalam keadaannya tidak mungkin dia dapat keluar dari daerah gersang dan kering itu dengan berjalan kaki dani mencapai daerah padang rumput, dimana banyak terdapat sumber air. Dalam usia semuda itu dia sebenarnya bel lum mengerti apa artinya mati, tetapi disaat itu' dia seakan-akan memperoleh firasat bahwa kema tiannya sudah dekat sekali dengannya. Tanpa terasa air matanya mulai menitik tu run, alangkah sedihnya ketika dia teringat akan orang tuanya yang kini tentu tidak akan 'dijum painya lagi. Didepan matanya terbayanglah segala peristiiwa dimasa lampau yang masih dapat diingatnya. Teringatlah dia akan segala cinta kasih ayah ibunya yang dilimpahkan kepadanya dan perawatan serta kekuatiran mereka jika dia sedang sakit. Semuanya itu, yang dimasa lampau tampak biasa saja baginya, kini baru benar2 dapat disadarinya. Dia sungguh menyesal, bahwa dulu dia sering menimbulksn perasaan kurang senang orang tuanya karena kenakalannya. Dengan segala pikiran itu mengaduk dida-lam hatinya, tanpa disadarinya, dia mulai melangkahkan kakinya. Semakin lama semakin jauh dari tempat jatuhnya tadi dan semakin jauh pula dia mema suki gurun pasir. Terik matahari yang se-akan2 membakar tubuhnya dan pasir panas yang membuat kakinya melepuh menginjaknya, sama sekali tidak dirasakannya. Kakinya melangkah terus bagaikan sebuah mesin, dan kemudian mata hari sudah menyentuh kaki langit, lalu menghilang sama sekali......... Senja indah dengan warna-warninya cemerlang, merah membara disebelah barat, berwarna ke-emas2an, kuning, lalu biru yang ketimur semakin tua warnanya, semua itu tidak terlihat olehnya. Ouw Ho berjalan terus, tanpa tujuan dan secara tidak sadar...... Akhirnya jatuhlah dia karena keletihan dan hausnya. Dia jatuh tidak sadarkan diri dan itu lah kemurahan Tuhan yang dilimpahkan kepadanya, agar dia tidak perlu merasakan penderitaan yang lebih hebat didalam saat kesengsaraannya mencapai puncaknya. --oo0dw0oo-- CIE JIN telah kembali dengan membawa Biuaw Jin Hong yang masih tetap tidak Sadarkan diri. Kegagalannya menolong Ouw Ho tea tu membuat Yok Lan bersedih hati sekali. Untunglah bahwa nyonya yang bertubuh lemah justeru berhati tabah luar biasa. Pukulan dan gempuran diliatinya tidak melupakan tugasnya. Sedikit dia tidak menyesali Cie Jin, dia menyadari bahwa betapapun usaha manusia tidak akan dapat merobah takdir. Terlebih lagi, bagaimana nasib Ouw Ho sebenarnya juga belum diketahui. Mungkin anak Itu memang sudah menemui ajalnya dibawah sen Jata musuh yang kejam itu. tefapi sama besar ke inungkinan bahwa dia masih hidup', bahkan titak mustahil pula bahwa berkat kecerdikannya dia su dah dapat meloloskan diri dari cengkeraman mu Ruhnya dan dalam keadaan sehat walafiat. Soal-soal yang gawat, yang belum ada keten tuannya bisa berakibat dua macam kemungkinan Dalam keadaau2 tertentu, peristiwa demikian bisa membuat seseorang menjadi gelisah dan risau, menderita karenanya. Dalam keadaan lain, hal itu bisa merupakan hiburan, karena belum lenyapnya semua harapan. Sungguh beruntung bahwa yang tersebut be lakangan inilah yang terjadi dengan Yok Lan, se hingga dia jadi tidak kehilangan akal sehatnya. Dengan demikian dia dapat menyadari bahwa sa a t itu, secara langsung dia tengah menghadapi tugas2 lain, yang tidak kalah pentingnya. Kesembuhan Kim Bian Hud, Ouw Hui dan Cie Beng, haruslah diutamakan dalam keadaan seperti itu. Tanpa mereka, sebagai seorcng wanita le mah, dia tentu tidak akan sanggup melakukan. sesuatu apapun juga untuk menolong anaknya. Sedangkan Cie Jin yang mash kurang pengalami an juga tidak bisa diharapkan untuk dapat me lakukan sesuatu yang banyak. Suatu hal lain yang menguntungkan ialah bahwa rumah mereka tidak terbakar habis. Dengan sendirinya kini mereka masih memiliki tempat untuk berteduh. Dalam musim panas, angin didaerah itu ber tiup dari arah timur laut utara, kearah barat daya. Oleh sebab2 tertentu, maka api yang dilepas musuh itu tidak memusnahkat seluruh rumah ba gian depan yang tetap utuh dan masih dapat di tinggali. Berkat rawatan yang teliti dan kasiat pil Thian San Swat Lian, maka lewat enam hari Ouw Hui dan Cie Beng telah sembuh sehat sekali. Tetapi keadaan Biauw Jin Hong masih tetap lemah, meskipun kesadarannya sudah kembali seluruhnya. Dalam usia lebih dari tujuh puluh tahun tenaga asli Kim Bian Hud tentu sudah ber ku rang sangat banyak. Hanya berkat latihannya yang sudah sem-purna, maka biasanya dia masih tetap gagah dan tampak bersemaagat. Tetapi latihan silat yang betapapun gagah dan tampaknya kuat, tidak akan sanggup menara bah kekurangan karena menurunkan tenaga alami seseorang akibat usia tua. Dalam keadaan^ luar biasa, bilamana orang itu harus memeras keluar seluruh daya tubuh masih ada padanya, akibatnya bisa membahayakan dirinya sendiri. Dan bahaya itu menjadi semakin besar kalau pengerahan tenaga yang melampaui batas da ri kemampuan seorang manusia. Terlebih lagi jika hati orang itu tengah bergolak karena hawa amarah atau kesedihan yang hebat. Lima belas hari yang telah lewat, tetapi keadaan Kim Bian Hud masih tetap begitu saja lemah dan tidak ada kemajuan. Sedikitpun tidak memperlihatkan bahwa dia akan segera sembuh. Dalam hari2 akhir seperti itu, kedua sauda ra kembar Cie Beng dan Cie Jin jadi sangat gelisah sekali. Demikian pun dengan Ouw Hui dan isteri nya mereka semuanya mengerti, bahwa berlalu 'nya setiap hari, berarti semakin besarnya kesu litan bagi mereka untuk mencari jejak musuh yang menculik 0uw Ho. Tetapi keadaan Kim B.an Hud yang masih menguatirkan anak kecil yang menjadi cucunya itu, tidak berbasil untuk berangsur sembuh, karena pikiran orang tua itu sslalu gelisah dan berkuatir, memperlambat kesembuhannya dan juga memang menambah berat penyakitnya. Disamping itu. Ouw Hui dan yang lainnya walaupun memang merasa kuatir akan keselamatan Ouw Ho, namun karena keadaan Kim Bian Hud yang menguatirkan itu, terpaksa mereka menunda dulu maksud untuk melakukan pencariannya jejak It Hoa yang telah menculik anak nya. Akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ketempat kediaman pemimpin Ang Hwa Hwe. Setelat sampai disana kelak, Cie Beng dan Cie Jin akan segera bertolak ke Tionggoan un tuk berusaha mencari dan menolong adik seperguruan mereka, sedangkan Ouw Hui untuk sementara waktu akan tetap menemani Yok Lan dan Peng Ah Sie merawat Kim Bian Hud; Kelak kalau memang Kim Bian Hud sudah sembuh, dia baru akan menyusul untuk ikut mencari anaknya. Begitulah, sebulan kemudian Cie Beng dan Cie Jin berdua menempuh perjalanan ke Tiong goan. Mereka telah pergi kemana saja menuruti keyakinan hati mereka yang men duga2 dimana adanya Hong It Hoa. Ketika mereka hendak berangkat, Ouw Hui telah memberikan rupa2 nasehat dan pesan yang berguna. Kedua anak muda itu rupa2nya memang hi jau dalam pergaulan kalangan rimba persilatan, tetapi Ouw Hui percaya bahwa dengan kepandaiah dan ketabahan serta kecerdasan mereka, kedua nya akan dapat mengatasi semua kesulitan. Dengan jarak waktu tertentu mereka harus memberikan berita mengenai hasil mereka melalui anggota2 Ang Hwa Hwe yang sering mundar mandir ke Sinkiang untuk memberikan laporan kepusat organisasi itu. Untuk mempermudah mereka memperoleh bantuan dari cabang2 Ang Hwa Hwe diseluruh Tionggoan, maka Tan Ke Lok telah memberikan mereka sebuah Kim Pai dan surat perkenalan... Dua Pemuda berjalan disepanjang tepi utara sungai Tiangkang. Mereka berpakaian sederhana sekali, disamping itu sebagai dua orang pemuda petani biasa. Tetapi wajah mereka yang sangat tampan dan rupawan, sedikitpun tidak memperlihatkan persamaan dengan wajah petani kebanyakan yang umumnya berkulit kasar. Mau tidak mau, setiap orang yang melihat mereka tentu akan memperoleh kesan, bahwa me reka akan tam pak lebih sesuai dalam pakaian sastrawan, atau juga pakaian2 putera orang kaya yang mewah. Bagi yang memperhatikan perihal itu belumlah merupakan sesuatu yang sangat menyolok. Dan yang lebih menyolok adalah persamaan antara muka kedua pemuda itu, yang sekali dllihat tentu akan menimbulkan kecenderungan untuk menarik kesimpulan, bahwa mereka adalah sepasang saudara kembar. --oo0dw0oo--   Jilid 6 WALAUPUN keduanya berpakaian sebagai petani biasa, tetapi nyatanya pakaian me reka itu masih berbeda jauh dengan paKaian para petani yang tampak di-jalan2 dan di- ladang2 yang dilaluinya.   Perbedaannya ialah bahwa keduanya berpakaian utuh dan juga sangat bersih, sedangkan para petani diladang itu hanya mengenakan pakaian yang compang-camping.   Disaat itu adalah tahun terakhir dari pemerintahan Kian Liong ( masehi tahun 1795 ), masa yang dapat disebutkan sebagai awal kemerosotan pamor pemerintah Boanceng, yang ketika itu menjajah Tionggoan dan masih akan te rus menjajah sampai seratus dua puluh tahun lagi.   Karena sikap tamak raja2 Boan untuk memperluas daerah kekuasaannya, ketamakan akan kekuasaan yang tidak pernah surut selama empat turunan, dari Sun Tie sampai Kian Liong, maka terus menerus mereka telah melakukan peperangan yang menelan biaya tidak sedikit Dan sumber satu2nya yang harus memenuhi kebutuhan pembiayaan itu, tentulah tidak lain dari rakyat, yang sebagian besar terdiri dari petani.   Pajak2 yang sangat berat mengikat dibebankan kepada golongan tersebut.   Pertama kali pajak2 berat itu tidak terlalu mencekik hidup rakyat jelata.   Walaupun berat masih terbayarkan juga, sedangkan hidup rakyat masih tidak sampai terla lu sengsara.   Raja2 kuat lagi cakap seperti Kong Hie dani Kian Liong dapat memilih menteri2 yang jujur dan tidak ragu2 menghukum setiap penyalahgunaan kekuasaan.   Karena pimpinan yang kuat itu, sepak terjang para pegawai pemerintah selalu berada di bawah pengawasan yang keras, sehingga mereka tidak berani berlaku curang atau melampaui ba tas kekuasaannya.   Seperti juga halnya dengan Kong Hie, Kian, Liong juga mengetahui dengan baik sampai berapa jauh dia bisa mengambil pajak rakyatnya itu tanpa perlu membahayakan ekonomi negaranya.   Dimasa mudanya Kian Liong dapat melakukan pengawasan yang sangat keras seperti itu, tapi setelan usianya lanjut dan semangatnya sudah ber kurang kewaspadaannya jadi merosot.   Beberapa orang menteri yang sangat dipercayanya kini mulai berani berbuat curang.   Con toh yang bersumber dari penjabat didaerah.   Dari secara sembunyi2 dan secara diam2, lambat laun para pembesar tinggi rendah semakin berani secara terang2an menerima suapan dan melakukan penghisapan kepada rakyat.   Korupsi meraja-lela dan rakyat yang sejak tadi tidak pernah hidup dalam kecukupan, kini benar2 harus menderita kemiskinan dan kelapar an yang sangat.   Disamping para pegawai negeri itu, kaum tuan tanah juga melihat kesempatan baik itu dengan tidak kurang kejamnya merekapun turut dan ikut2 menghisap para petani.   Untuk mengisi kantongnya sendiri para pem besar mengharuskan petani2 itu membayar pajak yang lebih besar dari yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.   Hasil para petani, yang memang sudah tidak seberapa itu, selalu habis untuk membayar pajak.   Dan terkadang juga, jika masa panen mengalami paceklik, mereka bahkan sampai tidak dapat melunaskan pajak itu.   Dalam kesempatan seperti itulah para tuan tanah selalu memaksa kaum tani menjual tanah nya dengan harga se murah2nya.   Bagi tuan2 tanah itu, kelaliman pembesar2 negeri bahkan menguntungkan, dan dengan rupa2 cara mereka malah menganjurkan dipungutnya pajak2 yang jauh lebih berat lagi dari para petani.   Oleh karena itu maka tidaklah heran, bab wa banyak diantara petani kecil jadi kehilangan sawah ladangnya dan karenanya telah kehilangan mata pencariannya pula.   Banyak diantara mereka itu terpaksa menja di pengemis, ada juga yang tidak melibat jalan lain dari menjadi perampok dan tidak sedikit pula yang dalam keadaan nekadnya itu melakukan pemberontakan secara kecil2an itu tentu tidak dapat berakibat lain dari mengalami kegagalan dan kehancuran.   Hanya gejala2 itu adalah tanda buruk bagi pemerintahan, bahwa di-waktu2 mendatang rakyat yahg sudah matang Untuk melakukan pemberontakan dan hanya menantikan saja adanya pimpinan yang dapat mempersatukan mereka.   Daerah lembah sungai Tiangkang (Yangtze) merupakan salah satu daerah yang sangat subur dan makmur di Tionggoan dan biasanya dapat memberikan hidup yang layak bagi penduduknya Tetapi sekali ini daerah tersebut tidak men jadi terkeetialian dalam penderitaan yang dialami para petani diseluruh Tionggoan.   Disepanjang jalan yang dilalui dua pemuda itu, tiada lain dari kesengsaraan dan kemiskinan yang tampak.   Semakin lama mereka semakin sedih menyaksikan itu dan sambil berjalan tidak jarang terdengar mereka mengutuk pemerintah penjajah yang lalim itu.   "Koko, sudah enam tahun kita menjelajah seluruh negeri tetapi jerih payah kita itu sedi-kitpun tidak ada hasilnya. Sebaliknya, setiap ha ri kita harus menyaksikan penderitaan rakyat, semakin lama semakin banyak kita melihatnya, sehingga hatiku kini tidak tertahan pula',"   Kata salah seorang diantara kedua pemuda itu, setelah berdiam sejenak kemudian melanjutkan pula perkataannya "Urusan kita Sendiri sesungguhnya disebabkan penjajah itu pula, maka kupikir apakah tidak lebih baik jika kita menggabungkan diri dalam suaru gerakan orang2 gagah pencinta negara, untuk bantu mengusir penjajah ? Terlebih lagi.   mungkin tugas yang suhu bebankan kepada kita akan menjadi lebih mudah terlaksana dengan bantuan sebuah organisasi yang luas pengaruhnya".   "Benar adikku, akupun setuju, bahkan kuki ra suhu tentu juga akan senang jika kita turut menyumbangkan tenaga bagi tanah air. Hanya, sebaiknya kita berhati-hati sebelum memutuskan untuk melibatkan diri dalam suatu gerakan. Tidak semua penggerakan2 yang kini banyak bertumbuhan dimana2, sesungguhnya memiliki tujuan murni. Dalam masa sesulit seperti ini, mu dahlab bagi petualang-petualang jahat yang pandai memutar lidah, untuk menghasut rakyat ikuti dengan mereka membentuk organisasi ini atau tu, dengan berkedok menjadi patriot bangsa. Gedangkan tujuan mereka yang sesungguhnya ha myalah untuk mencari keuntungan diri sendiri Dan rakyat yang diajaknya dalam penggerakan dalam penggerakan semacam itu hanya dipandang sebagai alat untuk mencapai maksud2 buruk mereka. Sungguh kasihan rakyat jelata, mereka haoya yang dikambing hitamkan juga* "Tidak salah. Kita memang harus ber-hati2 agar tidak diperalat orang2 untuk maksud yang tidak baik. Sejauh yang kudengar, agaknya gerakan Pek Lian Kauw (gerakan teratai putih) benar2 bertujuan mengusir penjajah dan menegak kan kembali keraj^sn bangsa kita sendiri. Entah bagaimana pendapatmu tentang penggerakan itu?"   "Ya, akupun mendengar bahwa gerakan Pek Lian Kauw memang yang sangat teratur dan berdisiplin keras. Bahkan menurut cerita orang banyak, seringkali bekas anggota2 An Hwa Hwe yang telah ikut menggabungkan diri dengan mereka, atau se-tidak2nya menyatakan kesediaannya mereka untuk bekerja sama. Tetapi dalam bal ini pun kita sebaiknya ber hati2. Lebih baik kita melakukan penyelidikan dulu dari dekat sebelum kita mengambil keputusan". Percakapan mereka itu jelas memperlihatkan kebencian mereka terhadap penjajah2 Boan yang dengan lainnya menindas rakyat di Tiong-goan disaat itu. Diluar tahu mereka sendiri, kedua pemuda itupun sesungguhnya memiliki darah Boan didalam tubuh masing2, karena mereka tidak lain dari Cie Beng dan Cie Jin, yang sesungguhnya sepasang putera kembar Hok Kong An. Hanya, yang diketahui oleh mereka, bahwa mereka adalah putera kembar Cie Ceng, dan ber darah Han secara mutlak. Mengingat bahwa Cie Ceng telah tewas karena kekejaman budak2nya pemerintah penjajah dan karena sejak mengikuti Ouw Hui berkelana sudah seringkali melihat dan mengalami sendiri betapa kejamnya kaum penjajah itu menjalankan pemerintahan, maka tidak aneh mereka demikian membenci pemerintah Boan. --oo0dw0oo-- PERSEKUTUAN Pek Lian Kauw bukanlah suatu penggerakan baru dimasa itu. Penggerakan itu telah didirikan sejak masa kerajaan Beng dan pernah meniililiki pengaruh yang besar sekali, yang disegani oleh orang2 gagah rimba persi latan. Yang mendirikannya dan menjadi Kauwcu (pemimpin besar)nya yang pertama kali adalah Han San Tong. Diakhir masa kerajaan Beng, pengaruh gerakan itu telah merosot banyak. Selama kurang lebih seratus tahun sejak Tionggoan dijajah oleh bangsa Boan, hampir tidak pernah terdengar pula kegiatannya, sampai dipertengahan masa pemerintahan Kian Liong, se orang yang cakap dan cerdik yang bernama Lauw Siong, berhasil mempersatukan kembali gerakan yang sudah terpecah belah itu. Maksud dan tujuan Pek Lian Kauw sebenar nya sangat baik, yaitu untuk mempersatukan rakyat agar dapat melawan penindasan kaum feodal dahulunya dan belakangan untuk melawan dan mengusir kaum penjajah. Hanya harus dibuat sayang bahwa tata cara nya terlalu banyak didasarkan atas ketakhayulan sehingga akhirnya menimbulkan perpecahan dalam tubuh organisasi itu sendiri. Dimasa pemerintahan Kian Liong, dapatlah disebut sebagai masa keemasan kerajaan penjajah Boanceng, tetapi juga dapat disebut sebagai awal kemerosotan pamor dari kejayaan dan kemunduran pemerintahan Boan itu terjadi ditahun Kian Liong ke 35 ( masebi 1771). Waktu itu pemerintah Boan sudah mulai kekurangan pembiayaan untuk tentaranya yang terus menerus berperang kesana kemari. Untuk menutupi kekurangan itu, rakyat jelata terutama sekali adalah kaum petani, mulailah diperas dan perasaan tidak puas dengan cepat meluas dikalangan rakyat cepat sekali. Karena itu, maka gerakan Pek Llan Kauw yang baru dibangkitkan kembali oleh Lauw Siong mudah memperoleh pengikut, dan dengat cepat sudah menjadi kuat. Pada tabun Kian Liong 39 (masehi 1775), kaum Pek Lian Kauw telah melancarkan pembe rontakan di Holam. Waktu itu Lauw Siong sebenarnya masih hendak menanti sampai beberapa tahun lagi sambil memperkuat organisasi dani tentaranya. Tetapi keadaan telah memaksanya bertindak tahun itu juga. Sebagai juga seringkali terjali gerakan2 lain nya Pek Lian Kauw telah kena diselundupkan kaki tangan pemerintah. Rahasia penting mereka menjadi bocor dan pemerintah dengan mudah mendatangkan puluhan ribu tentara untuk menumpas mereka. Disamping itu beberapa mata2 pemerintah yang bertugas untuk mengacaukan gerakan terse but, telah berhasil menghasut anggota2 Pek Liati Kauw untuk menuntut Kauwcu mereka segera mengangkat senjata. Inilah siasat kaum penjajah, agar pekerjaan menumpas gerakan itu menjadi lebih mudah. Dengan bergerak "dibawah tanah"   Sebagai sebuah perkumpulan rahasia, markas pusat Pek Lian Kauw yang ber- pindah2 terus, tidak mudah diketahui pemerintah Ceng.   Tetapi, secepat mereka memberontak secara terang2an, pusat gerakan mereka itu menjadi terang dan jelas, dan pemerintah dapat mengirimkan tentara dengan serentak.   Pemberontakan ter-gesa2 itu tentu melihat kegagalan, bahkan Lauw Siong telah tertangkap dan dibuang kedaerah perbatasan.   Tetapi kegagalan itu bukan berarti berakhir nya gerakan tersebut Anggota2 pimpinan yang berhasil menyelamatkan diri, lambai laun dapat menghimpun kekuatan baru lagi, bahkan berhasil pula meluas kan kegiatan mereka keberbagai propinsi.   Yang terutama sekali adalah dikeenarn propinsi, yaitu Kam Siok, Siamsay, Kolam, Anhu Ouwpak dan Sucwan, dimana Pek Lian Kau telah memperoleh jumlah pengikut yang besar sekali.   Pemerintah Boan tentu saja tidak berpeluk tangan.   Berulang kali mereka telah berusaha membasmi gerakan itu dan sejak tahun Kia Liong ke 57 ( masehi 1793 ) seringkali tentara Boan melakukan penyelidikan besar2an.   Sebagai akibatnya, pertempuran2 sengit antara kesatuan2 pasukan pemerintah dengan cabang cabang Pek Lian Kauw setempat sudah sering terjadi.   Demikianlah, penindasan terhadap rakyat yang dimaksud untuk menutup kekurangan anggaran belanja ketentaraan pemerintah Boan, ternyata telah berakibat harus dikeluarkannya biaya lebih besar lagi seiring dengan dibutuhkannya lebih banyak pula tentara untuk mempertahankan kekuasaannya.   --oodwoo-- Sekian lama pemuda itu berjalan tanpa bercakap2 lagi.   Waktu itu adalah awal musim se-mi.   Pucuk daun muda yang segar dan menambah keindahan disepanjang lembah sungai Tiang kang mulai terlibat cerah.   Biasanya, kesibukan2 para petani dimulai pada minggu2 pertama setiap musim semi, tetapi di waktu itu Cie Beng dan Cie Jin hanya me lihat sedikit sekali kegiatan di-ladang2 yang di laluinya, di-mana2 tampak kelesuan, tedikitpun juga tidak tampak semangat bekerja diantara mereka.   Pemandangan seperti itu semakin menyedihkan bati Cie Beng dan Cie Jin.   Kurang lebih tengah hari mereka tiba dise buah kota kecil atau lebih tepatnya sebuah desa besar, Juga dalam desa tersebut ternyata tampak kelesuan diantara penduduknya.   Pasar2 tampak sepi, sedikit sekali pedagang yang membuka kedainya, sedangkan pembelipun hanya tampak seorang dua orang.   Sebaliknya di sana sini tampak orang ber-kelompok2, asyik membicarakan sesuatu dengan ber- bisik2.   Cie Ceng dan Cie Jin ingin sekali mengetahui apa yang mereka bicarakan itu tetapi setiap kelompok yarg mereka dekati segera menghentikan percakapan mereka dan cepat2 bubar.   Anehnya, sebentar pula, orang2 itu sudah berkumpul lagi, tidak jauh dari tempat semula.   Jelaslah sudah, bahwa orang2 itu membicarakan sesuatu yang bisa mendatangkan bahaya ji ka terdengar oleh orang lain.   Kedua pemuda yang masih asing bagi mereka itu, tentu saja dicurigai dan tidak boleh ikut mendengar percakapan mereka.   Setelah berjalan sepanjang pagi, perut Cie Beng dan Cie Jin sudah lapar, maka tanpa menghiraukan lagi orang2 yang ber kelompok2 itu pergilah mereka mencari rumah makan.   Tetapi dengan kecewa mereka mendapatkan kenyataan bahwa sebuah rumah makanpun tidak ada yang dibuka hari itu.   Kenyataan seperti itu semakin membangkitkan perasaan ingin tahunya kedua saudara she Cie itu.   Sementara itu, suasana tegang didalam desa itu menjadi semakin terlihat jelas.   Agaknya akan terjadi sssuatu yang luar biasa hari itu.   Kareanya maka mereka terpaksa menahan lapar dengan hati agak jengkel, walaupun pertama sekali mereka sudah hendak meninggalkan desa tersebut untuk mencari rumah makan didesaa lain.   Tanpa tujuan mereka lalu ber jalan2 kesana kemari, terdorong perasaan lapar dan juga memang perasaan ingin mengetahui sebab musabab dari ketegangan yang meliputi desa itu.   Dan sambil menantikan terjadinya perkembangan lebih lanjut, sudah jelaslah bagi mereka bahwa sesuatu yang luar biasa itu akan terjadi di hari itu juga.   Benar saja.   tidak perlu terlalu lama mereka harus me nanti2, jawaban atas perasaan herannya menghadapi suasana yang luar biasa itu, Kurang lebih setengah jam kemudian, sepasukan d utara Boan yang mengawal kurang lebih dua gerobak, tampak memasuki desa tersebut.   Seketika itu siraplah bisik2 kelompok rakyat disepanjang jalan desa itu, bahkan sebagian besar dari mereka segera lari masuk kedalam rumah masing2.   Gerobak2 yang dikawal pasukan tentara itu tampaknya berat2 semua.   Agaknya itulah iringan2 bahan makanan untuk perbekalan tentara.   Pasukan pengawal itu terdiri kurang lebih seratus orang peiajurit dibawah pimpinan tiga orang perwira.   Datangnya rombongan pemerintah Boan itu dari utara dan agaknya mereka ter gesa2 sekali Tanpa berhenti sejenak untuk beristirahat, mereka langsung keluar lagi dari desa itu dan menuju ketempat penyeberangan disebelah desa itu.   Secepat iring2an itu sudah lewat, orang2 desa yang tadi masuk kedalam rumah, lalu keluar lagi dan mengikuti rombongan tentara negeri itu dari jarak jauh sambil ber bisik2 lagi.   Cie Beng dan Cie Jin mengerti bahwi rombongan tentara itu tentu yang sejak tadi te lah ramai dibicarakan para peiduduk desa tersebut.   Keduanya lalu juga mengikuti orang2 desa itu untuk menyaksikan apa yang akan terjadi Rombongan tentara itu sudah sampai ditempat penyeberangan tetapi sebuah perahupun tidak tampak, sedangkan didermaga kayu di tepi sungai itu tidak ada seorangpun juga.   Rombongan tentara itu terpaksa berhenti ketiga perwira yang memimpinnya lalu berunding.   Ketika itu mereka sesungguhnya tengah menghadapi kesulitan yang besar.   Tempat penyebrangan lain yang terdekat dari tempat itu masih terpisah kurang lebih sepuluh lie.   Berjalan memutar kesana dan kembali lagi kejalan yang sudah direncanakan setelah menyebrang, tentu akan berarti keterlambatan barang lebih satu hari, sedangkan jika dilihat dari sikap ter-gesa2nya mereka melakukan perjalanan, mereka agaknya harus tiba secepat mungkin ditempat tujuan mereka.   Disaat itu tiba2 munculah kurang lebih lima ratus petani dari gerombolan pohon2 Yan Liu dan rumput sungai yang tinggi2 disebelahan tempat penyebrangan itu.   Semua petani itu bersenjata golok, tongkat, cangkul dan segala macam alat yang biasanya dipergunakan sebagai alat pertanian.   pakaian mereka compang camping, wajah dan tubuh mereka kurus2, lukisan jelas menggambarkan kemiskinan dan penderitaan yang sudah terlalu ber-larut2.   Tetapi diwajah mereka justru memperlihatkan perasaan benci yang sangat dan mendidih tanpa mengucapkan sepahat kata mereka bergerak untuk mengurung iring2an tentara itu.   Melihat sikap mereka yang sangat mengancam, ketiga perwira itu segera mengeluarkan perintah2.   Gerobak2 barang itu segera dikumpulkan ber jajar menjadi satu rapat sekali dan tentara pengawal itu dengan cepat sudah mengatur diri di sekitar dengan senjata terhunus Disaat itu, baru saja mereka selesai mengatur diri, para petani itu sudah melancarkan serangan.   Maka segera berkobarlah sadah pertempuran sengit.   Dengan nekad dan berani sekali petani itu merangsang maju kedepan melancarkan serangan untuk mengadu jiwa.   Tetapi tanpa pengalaman bertempur dan hanya bersenjatakan alat2 yang sebenarnya bukan untuk bertempur, sedangkan sebaliknya musuh mereka itu merupakan pasukan tentara yang ter atur dan sudah memiliki pengalaman luas dalam pertempuran2 yang sudah bukan sedikit mereka alami, para petani tentu saja tidak dapat berbuat banyak.   Serbuan mereka itu hanyalah ibarat serombongan rusa yang menerjang sekelompok harimau.   Dalam waktu yang singkat sekali, sudah banyaklah korban yang jatuh dalam pertempuran itu korban2 itu hampir seluruhnya dari petani2.   Tetapi semula itu tidak dihiraukan, mereka menyerbu terus dengan berani dan nekad.   Cie Beng dan Cie Jin tidak tega melihat ke jadian yang menyedihkan itu mereka teringat la gi akan peristiwa dimasa lampau, yang telah me reka saksikan dan alami sendiri.   Tidak dapat mereka mendiamkan saja tentara penjajah itu mengganas dan membunuh bunuhi petani2 yang sudah nekad itu.   Serentak mereka mencabut senjata masing2, dan melompatlah mereka ke tengah2 pergumulan tersebut.   Setelah mengikuti jalannya pertempuran itu selama beberapa saat, kedua pemuda itu sudah mengetahui bahwa diantara pasukan tentara itu tidak seoraagpun yang memiliki kepandaian berarti.   Kekuatan pertahanan mereka itu hanya terletak dalam sikap disiplin dan kesigapan mereka melakukan komando2 pemimpinnya sebagai tentara yang sudah terlatih.   Dengan pimpinan yang cakap, tentara demikian memang kokoh, kuat sekali.   Si Rase Hitam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tetapi bila pemimpinnya dapat dijadikan tidak berdaya sama sekali, maka pertahanan mereka akan kacau dengan sendirinya.   Karena menarik kesimpulan seperti itu, Cie Beng dan Cie Jin segera juga hendak menorobos masuk kedalam lingkaran tentara itu.   Perbuatan kedua saudara she Cie itu tentu saja tidak ada yang dapat merintangi Tetapi meng hadapi kedua orang murid2 jago silat yang luar biasa ini, memang seperti juga menghadapi deng an akhli silat yang tidak bisa dipersamakan deng an petani- biasa, sehingga walaupun banyak juga tentara negeri yang telah maju menghadangi Cie Beng dan Cie Jin, kenyataannya mereka itu sudah dapat dirubuhkannya dengan mudah olen kedua pemuda itu.   Alangkah terkejutnya kawan2 pasukan tentara yang menjaga garis pertahanan didepan itu.   Sungguh tidak pernah mereka menduga bahwa diantara kaum tamu itu bisa ada dua orang yang demikian gagah perkasa.   Sebaliknya, Cie Beng dan Cie Jin tidak menghiraukan lagi pasukan2 itu, secepat kilat mereka sudah berhasil menerobos masuk, mereka serentak melompat kearah sebuah gerobak besar yang berada di-tengah2.   Diatas gerobak yang dituju oleh Cie Beng dan Cie Jin itu, merupakan tempat berdirinya ketiga orang perwira itu Dengan masing2 memimpia satu sektor dari aaris pertahanan, mereka bertiga dapat memimpin pasukan itu bertempur secara, teratur, dan dengan hasil yang baik.   Yang lebih dulu mengetahui kedatangan kedua pemuda she Cie itu, tentu saja yang pemim pin sektor yang dibobolkan pemuda Cie itu- Dia-pun tidak kalah terkejutnya dari pasukannya sen diri ketika melihat kegagahan kedua pemuda petani itu Cepat2 dia memberitahukan rekan2nya dan menghunus goloknya masing2.   Disaat itu Cie Beng dan Cie Jin sudah melompat kearah gerobak tersebut dan sebelum kaki mereka menginjak atas gerobak itu, keduanya telah melancarkan serangan.   Masing2 telah mengincer seorang perwira.   Kedaa perwira itu yarjg diserang hebat tidak tinggal berpeluk tangan saja.   Dengan cepat mereka telah melancarkan serangan dengan golok masing2.   Sebagai umumnya orang2 Boan, kedua perwira itupun sangat mengandalkan tenaga gwa-kang (tenaga kasar), yang dalam medan peperangan memang sudah dapat diandalkan Tetapi mereka sesungguhnya memang memiliki tenaga yang besar, hanya untuk menghadapi pertempuran yang harus mempergunakan keulet an belaka- Namun jika menghadapi jago2 silat yang memiliki tenaga lwekeh, berarti mereka a-kan cepat sekali dirubuhkan.   Mereka melancarkan serangan disaat Cie Beng dan Cie Jin masih berada diteogah udara, maka ketiga perwira itu yakin mereka akan ber hasil melontarkan kedua pemuda itu kebawah.   Namun, alangkah terkejutnya mereka, keti ka senjata2 mereka saling bentur dengan senja ta kedua pemuda itu dan seketika itu juga mere ka merasakan tangan mereka tergtar dan linu.   Sesaat kemudian mereka harus mengalami kekagetan lebih hebat lagi Entah dengan gerakan macam apa, sepasang pedang kedua pemuda yang baru tertangkis itu, tahu2 sudah meluncur pula kearah tenggorokan nya perwira2 tersebut.   Mau atau tidak mereka terpaksa berkelit memiringkan tubuh, sambil berusaha menangkis.   Dua perwira Boan itu berhasil membebaskan diri dari bahaya, tetapi lagi2 pedang kedua saudara Cie sudah melayang kearah mereka.   Kini kedua perwira itu sudah mengetahui kekuatan lawan.   Tidak berani mereka memandang rendah lagi dan dengan mengerahkan seluruh tenaganya, masing2 menangkis serangan lawan.   bunyi bentrokan senjata yang dahsyat sekali terdengar seketika itu juga, disaat terjadinya benturan antara senjata2 itu.   Sekali ini kedua perwira tersebut bukan hanya merasakan tangannya linu, juga kuda2 mereka ikut tergempur karenanya dan terpentallah kedua perwira itu kebawah gerobak.   Tetapi dengan suatu gerakan yang indah mereka dapat menguasai jatuhnya mereka ditahan, sehingga tidak sampai terbanting dan jatuh dengan kedua kaki terlebih dulu.   Di pihak lain.   Cie Beng dan Cie Jin juga terkejut sekali.   Tenaga kedua perwira itu ternyata tidak dapat diremehkan.   Sepengetahuan mereka, kecuali dalam pasukan pengawal raja dan tentara keamananan kota raja, dalam pasukan2 lain dari ang katan bersenjata bangsa Boan, biasanya tidak ter dapat orang2 yang memiliki kepandaian silat tinggi.   Tetapi kedua perwira itu agaknya adalah pengecualiannya.   Didalam bentrokan senjata yang terakhir itu mereka memang telah berahsil menggempur kedua perwira itu, sehingga jatuh dari atas gerobak, terapi sebaliknya sendiri juga terhuyung mundur dan harus melompat mundur dan harus melompat turun agar tidak jatuh terperosok.   Setibanya diatas tanah, kedua saudara Cie segera melompat pula kearah kedua musuh itu yang juga sudah meoggerakkan golok masing2 Dengan ber sama2 berada ditanah.   kedua belah pihak jadi berhasil mengerahkan seluruh tenaganya, sehingga benturan2 senjata yang se ring terjadi sekarang sudah tentu jauh lebih hebat dari tadi.   Jurus demi jurus telah dilewatkan dengan cepat dan semakin lama Cie Beng dan Cie Jin Semakin menjadi heran dibuat Oleh kepandaian yang dimiliki kedua perwira ltu Itulah tipu silat dari kaum Siauw Lim Sie yang dipergunakan kedua perwira tersebut, Mengapa perwira2 Boan itu dapat bersilat dengan ilmu Siauw Lim Sie? Siapakah yang telah menurunkan kepandaian Siauw Lim Sie itu kepada mereka Bukankah dalam Siauw Lim Pai terdapat aturan yang yang keras sekali, yang melarang diajarkannya ilmu silat partai itu ke pada sembararg n orang? Dan bukankah orang2 Siauw Lim bermusuhan keras dengan pe nerintah Boanceog atau se -tidak2nya tidak sudi membantunya? Memang, memang aneh bahwa kedua perwira Boan itu dapat bersilat dengan ilmu silat Siauw Lim.    Golok Sakti Karya Chin Yung Perintah Maut Karya Buyung Hok Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini