Si Rase Hitam 7
Si Rase Hitam Karya Chin Yung Bagian 7
Si Rase Hitam Karya dari Chin Yung Tetapi disaat itu Cie Beng dan Cie Jin tidak memiliki waktu untuk memikirkannya. Mereka menyadari bahwa untuk menghindarkan petani2 itu dari kerusuhan lebih hebat, mereka harus cepat2 merubuhkan perwira tersebut. Disaat itu" Mereka sudah bertempur lebih dari sepuluh jurus, dan perwira2 itu agaknya masih akan dapat mempertahankan diri sampai dua atau tiga puluh Jurus lagi 2? Cie Beng jadi tidak sabar. Dicabutnya pisau mustikanya dan dia menganjurkan adiknya melakukan hal yang serupa agar secepatnya mereka dapat menyudahi pertempuran itu. Benar saja, didalam sekejap mata sudah terjadi perolahan. Seketika terjadi benturan senjata sekali lagi serentak pucatlah wajah kedua perwira itu. Disaat bertempur dengan senjata utuh tadi mereka sudah kewalahan dan terdesak bebat, tentu saja kini semangat mereka jadi runtuh, setelah memperoleh kenyataan bahawa golok mereka tinggal .sepotong akibat terbentur pisau pendek kedua pemuda itu. Kalau dapat mereka sudah hendak rnembalikkan tubuh dan lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri. Tetapi Cie Beng dan Cie Jin tentu saja tidak mau memberikan kesempatan waktu kepada mereka. Terdorong oleh perasaan ingin mengetahui dari siapa perwira2 itu telah memperoleh ilmu silat Sauw Lim Sie, maka besar sekali hasrat mereka untuk menawan keduanya hidup2. Dan mereka bermaksud akan rremaksa kedua perwira itu untuk memberikan keterangan. Dengan buntungnya senjata2 musuh, maka kedua pemuda she Cie itu sudah tidak membutuhkan lagi2 pisau pendek mereka, yang lalu di sarungkan kembali, Serangan2 mereka kini dilanjutkan dengan sebelah tangan memegang pedang untuk mencegah musuh melarikan diri, sedangkan tangan yang satu lagi, yang tidak bersenjata itu. terus mene rus mencari sasaran dijalan darah kedua musuh itu. Dapat dibayangkan betapa sibuknya kedua perwira itu, yang kini harus mengandalkan kelincahannya untuk menyelamatkan jiwa dan di rl dari pedang dan jari tangan lawannya yang tiada hentinya mengancam disekeliling dirinya. Terpaksa mereka main kelit terus menerus krsana kemari, tetapi senjata dan tangan lawan nya terus mengikutinya kemana saja mereka me lompat. Tidak berselang beberapa lama lagi, napas mereka sudah memburu keras dan sekujur tubuh mereka sudah basah kuyup oleh keringat. Kelincahan mereka juga surut dengan cepatnya dan sebelum lewat lima jurus pula, rubuhlah mereka sudh, terkena totokan di HongTie Hiat dibelakang kepala masing2. Cie Beng segera melompat kembali kearah gerobak tadi untuk menghadapi perwira ketiga! itu, yang kini tinggal seorang diri memimpin perlawanan pasukannya. Sebaliknya Cie Jin cepat2 kembali kegelangang pertempuran, dengan kepandaiannya, dalam seke jap mata dia sudah berhasil merubuhkan kurang lebih Sepuluh pasukan tentara negeri. Tentara Ceng itu menjadi kacau balau. Dari kereta komando sudah tidak terdengar perintah2 dan petunjuk2nya lagi. Disamping itu, lewat lobang dalam garis2 pertahanan mereka yang disebabkan terjangan! Cie Jin, para petani sudah ber-bondong2 menyefrbu masuk, untuk kemudian menggempur mereka! dari belakang. Garis pertahanan mereka tidak dapat dipertahankan lagi. Pasukan itu kini sudah tidak dapat bertempur bahu membahu lagi dengan teratur dan lenyap lah sudah keunggulan mereka. Para petani itu memang sudah membercl pemerintahan Boanceng. Namun selama itu kebencian tersebut terpaksa mereka timbun dihatl belaka. Kini mereka memperoleh kesempatan uutuk memuaskan hati mereka, dan mereka telah menumpahkan seluruh amarah mereka diatas kepala tentara yang mengawal kereta perbekalan rangsum itu. Terlebih lagi, diawal pertempuran tadi mereka sudah harus kehilangan begitu banynk kawan. Hal itu tentu saja memperbesar dendam mereka . Dengan darah mendidih sekarang mereka menyerang tanpa mengenal ampun. Setiap pasukan Boan yang sudah rubuh segera dihabiskan jiwanya. Dengan nekad tentara Boan itu melakukan perlawanannya. Tetapi mereka tidak dapat melakukan banyak. Dengan terjepit diantara serangan2 dari muka dan dari belakang dengan cepat berkuranglah jumlah mereka. Terjangan2 rakyat yang sudah kalap itu benar2 sulit dibendung lagi. Jika salah seorang diantara petani2 itu rubuh. maka segera sudah datang pula dua atau orang penggantinya. Disamping itu. pasukan tentara tersebut te lah melakukan perjalanan sepanjang pagi, sehingga waktu itu mereka sudah agak letih dan tidak dapat bertempur dengan semangat penuh. Dipihak lain, waktu melihat kemenangan sudah berada dalam jangkauan tangan, petani2 itu menjadi semakin bersemangat saja. Sambil ber-teriak2 mencari hebat, mereka menghujani musuh mereka itu dengan perkataan, yang terpecah menjadi kelompok2 dan melancarkan serangan2 yang kian hebat. Petani2 itu sudah mabok pertempuran, setiap melihat seragam tentara Boan didepan mata serta merta mereka dihujani bacokan atau pu-kulan2 hebat, tidak perduli apakah pemakai seragam itu masih berdiri atau sudah terlentang ditanah. Ratap mengibakan dari para pasukan itu sudah tidak bisa bertempur lagi, yang minta dikasihani, malah mendatangkan ejekan dari para petani yang melancarkan serangan dan mengirimi mereka kedunia abadi. Begitulah, mereka tanpa ampun lagi telah melancarkan serangan2 yang mematikan kepada pasukan tentara negeri tersebut. Sementara itu Cie Beng sudah berhadapan dengan perwira yang ketiga itu. Melihat tanda pangkat yang dipakainya Cie lieng mengetahui bahwa perwira iiu memiliki kedudukan lebih tinggi dari kedua perwita yang lelah dirubuhkan. Dan dengan berdasarkan pertimbangan atas kepandaian kedua perwira yang telah dirubuhkan tadi. Cie Beng memperhitungkan bahwa dia akan menjumpai lawan yang lebih hebat kepandaiannya. Sebagai atasan dari kedua perwira yang telah dirubuhkan itu, teutunya perwira itu berkepandaian jauh lebih tinggi, begitulah yang dipikirkan oleh Cie Beng. Begitulah, karena dia mengharapkan akan dapat memperoleh kemenangan yang cepat dia jadi melancarkan serangan dengan hati2 dan bersungguh2. Tidak mau Cie Beng berlaku ceroboh se-hingga memperoleh kegagalan untuknya. Tetapi sesaat kemudian dia jadi heran bukan main ketika melihat cara musuh menggerakan goloknya untuk menangkis Cie Beng jadi curiga. Siasat apa yang hendak dijalankan lawannya tersebut? Sudah tentu dia tidak bersedia menjadi korban, maka serangan yang kedua Cie Beng bersikap jauh lebih hati2. Sekali ini dia bahkan jadi lebih heran pula Sungguh aneh sikap lawan itu, yang hanya berdiri mematung tanpa berusaha berkelit atau menangkis serangannya yang begitu hebat. Lebih heran lagi, jusreru serangan kedua ini jauh lebih dahsyat dari serangan yang pertama. Cie Beng sendiri jadi kuatir. Dari gurunya dia pernah mendengar bagaimana jago2 silat yang berkepandaian tinggi sekali, seringkali membiarkan musuh melancarkan serangar lebih dulu dan baru bertindak untuk berkelit, menangkis ateu bahkan merampas sen jata musuh itu, kalau sudah dekat sekali ditubuhnya. Dengan cara begitu jago2 yang telah memiliki kepandaian sempurna menghendaki agar, pihak musuhnya tidak sempat menarik pulang serangannya lagi. Dalam kekuatirannya, Cie Beng cepat2 membatalkan maksudnya untuk menyerang. Ditariknya kembali pedangnya, lalu sambil menghunus pedang pendeknya yang Sangat diandalkan. Setelah itu dia baru melancarkan serangan lagi. Sekarang Cie Beng tidak takut lagi akan siasat musuh Tangannya yang kanan kini sudah memegang senjata mustika itu dan sudah ber siap2 untuk menghalau setiap serangan licik yang mendesak dari lawannya. Sesaat kemudian, dia menjadi kecewa, tetapi juga lega. Serangannya yang ketiga itu telah dilakukan dengan tipu Tai San Ap Teng (Gu tiung Tai San rubuh diatas lentera). Hebat seka li Tangan untuk membelah kepala itu, dan musuhnya juga berusaha berkelit sambil melintangkan goloknya keatas kepala. Tetapi musuh itu ternyata hanya paham ilmu silat pasaran dan tenaganya juga lemah. Golok yang dilintas kan untuk menangkis itu ternyata tidak dapat menahan pedang Cie Beng yang se akan2 tidak meneima rintangan meluncur terus kearah kepalanya. Gerakannya menyamping juga Sangat lambt sehingga perwira itu tidak sempat berkelit dari pedang pemuda itu, walaupun kepalanya lolos dari serangan tersebut. Rubuhlah perwira itu yang tadi diduga oleh Cie Bing memiliki kepandaian tinggi, dengan kehilangan sebelah tangannya. Kekecewaan Cie Beng disebabkan kenyataan bahwa dia ternyata belum dapat membedakan an tara yang sungguh2 berisi dengan yang kosong. Tetapi disamping itu dia jadi puas dan terhibur, karena dengan merubuhkan ketiga perwira itu, yang berarti pula terhindarnya ber puluh2 petari dari kematian. Dengan demikian, dia telah tidak men-sia2kan pesan gurunya agar rrereka berdua bersaudara selalu membantu meringankan penderitaan rakyat yang tertindas oleh penjajah. Sesaat kemudian dia bahkan bisa tertawa, rrentertawakan dirinya sendiri yang tadi telah ketakutan tanpa alasan. Dia menoleh kemedan pertempuran itu dan seketika itu lenyaplah terta wanya, bahkan dia jadi menggigil. Walaupun dia telah sering mengalam pertempuran2 hebat dimana juga tidak sedikit darah mengalir, tetapi pemandangan yang kini nyambut pandangan matanya, tidak dapat tidakmembuatnya merasa seram Itulah benar2 pembasmian besar2an tanpa mengenal ampun lagi, suaru ledakan dari I keben cian yang telah dapat tertimbun dldalam hati rakyat terhadap penindas2nya. Dia sendiri juga sangat membenci pemerintah Boan dengan semua pengikutnya Tetapi disaat itu dia merasa kuatir juga terhadap pasukan yang kini sedang menghadapi pembalasan atas keganasan mereka dimasa yang lampau. Ingin sekali dia mencegah petani2 Itu melakukan kekejaman lebih banyak lagi, tetapi iapun menginsafi, bahwa disaat demikian tidak ada gunanya untuk berusaha menyabarkan petani2 itu. Jika dia bertindak, malah besar sekali kemungkinannya bahwa diduga berpihak kepada penjajah, dan mengalami peristiwa yang tidak menggembirakan Dengan kepandaiannya dia memang tidak perlu takut dikeroyok petani2 itu, yang tidak memiliki kepandaian apa2, tetapi juga dia memang tidak mau jika harus saling bentrok dengan para petani itu Tiba2 disaat itu terdengar teriakan Cie Jin. Jangan!" Serunya "Jangan dibunuh, orang2 itu masih kubutuhkan mengorek keterangan ! Cie Beng menoleh dengan terkejut dan dia jadi semakin kaget ketika melibat kurang lebih sepuluh orang petani dengan kalap tengah menghujani kedua perwira itu yang dalam keadaan tertotok olehnya dan adiknya, dengan bacokan2 dan pukulan2. Cepat2 dia hendak mencegahnya perbuatan petani- itu, tetapi ternyata sudah terlambat, begitupun juga dengan Cie Jin. Baru saja Cie Jien dan Cie Beng menggerakkan kaki, petani2 itu sudah memotong kepala kedua perwira yang tidak berdaya itu. Selesailah sudah pertempuran itu, dengan terbasminya seluruh pasukan Boan yang berjumlah kurang lebih seratus orang itu. Tetapi rom bongan petani itu sendiripun bukannya keluar sebagai pemenang dengan mudah. Sebagai terlihat oleh banyaknya kawan2 me reka yang rebah ditanah tanpa dapat bangkit kembali. Lebih kurang separuh dari petani2 itu telah tiiati atau menderita luka2 parah. Dengan selesainya pertempuran itu, segera, redalah amarah mereka. Kini mereka berbalik jadi sedih melihat begitu banyak kawan2 yang telah menjadi korban pertempuran bahkan tidak sedikit yang mengucurkan air mata tanpa malu2. Sekian lama mereka berdiri tertegun, terpaku ditempct mereka masing2, terpengaruh oleh perasaan yang tengah bergolak dihati mereka. Sesaat kemudian mereka telah disadarkan oleh suara Cie Beng ; "Saudara2, janganlah membiarkan dirimu tersesat arus kesedihan. Sebaiknya kita cepat2 mengurus jenasah kawan2 yang telah gugur dan berusaha menolong kawan2 yang terluka." Pemuda itu sendiri, bersama dengan adiknya, sebenarnya juga baru dapat menguasai perasaannya. Tetapi sebagai orang2 yang sudah lebih sering menghadapi peristiwa - hebat, mereka bisa lebih dulu memenangkan hati yang tergoncang itu. Dengan kembalinya pikiran tenang itu mereka segera mengerti bahwa petani2 itu kini menghadapi bahaya lain. Pemerintah Boan tentu tidak akan berpeluk tangan, jika sudah mendengar tentang peristiwa Itu. Mereka tentu akan melakukan pembalasan yang jauh lebih kejam. Kedua saudara kembar Cie dapat membayangi kan nasib apa yang akan menimpa petani' dise kelilingnya itu kelak. Karena itu, mereka memutuskan untuk berusaha membantu menyelamatkan petani2 itu. Setelah disadarkan kata2 sipemuda, petani2 itu cepat2 mengumpulkan kawan2 mereka yang terluka. sebagian dari mereka segera pergi ketepi sungai, menebang cabang2 pohon yangliu untuk di buat usungan darurat. Yang lainnya menggali lobang ditanah untuk mengubur mereka yang telah gugur. Setelah menantikao selesainya semua pekerjaan itu, Cie Beng dan Cie Jin menghampiri berapa petani tertua dari rombongan itu, yang agaknya bertindak sebagai pemimpin. Mereka menanyakan mengapa petani2 itu m lakukan penghadangan seper ti itu terhadap irin_ an kereta pemerintah Boan, sebuah penghadan an yang berbahaya sekali. Petani2 itu memandang mereka dengan heran beberapa saat. Melihat cara berpakaian kedua pemuda itu yang bersih dan rapih, walaupun pakaiannya menyerupai mereka, namun berbeda sekali keadaannya. Karena mereka kotor dan banyak yang telah pecah2 pakaiannya tidak karuan. Semula mereka menduga bahwa Cie Beng dan Cie Jin berasal dari petani desa tetangga yjng datang untuk membantui mereka. Tetapi setelah mendengar pertanyaan Cie Beng dan Cie Jin, maka tabulah mereka bahwa kedua pen-uda tersebut hanya kebetulan tiba di tempat tersebut dan secara sukarela membantui mereka. Tegasnya kedua pemuda itu bukan berasal dari daerah sekitar tempat itu. Walaupun sudah mengetahui bahwa kedua pemuda itu bukan penduduk daerah mereka, sikap petani2 itu tidak berobah, bahkan menjadi hormat sekali, mengingat budi dari kedua pemu da itu, yang sebagai orang2 tidak dikenal tetapi telah mau memberikan bantuan mereka walaupun mereka berdua tidak memiliki kepentingan apa2 didalam peristiwa tersebut. Mereka menginsafi bahwa tanpa pertolongan kedua pemuda gagah ini, mereka tentu sudah mengalami malapetaka yang tidak kecil dan maksud mereka pasti akan gagal sama sekali. Saat itu, mereka ingat bahwa atas pertolongan yang tidak ternilai harganya itu, mereka belum menghaturkan terima kasihnya. Bagaikan sudah berjanji lebih dulu, mereka serentak menjatuhkan diri, berlutut menghatur kan terima kasih, sehingga Cie Beng dan Cie Jin jadi sibuk membangunkan mereka. "Cuwie Sioksiok (paman2 semua), jangan berbuat begitu. kami yang masih muda, tidak berani menerima penghormatan demikian" Kata keduanya berbareng. Setelah itu salah seorang petani, yang bertindak sebagai juru bicara, mecceritakan duduk nya persoalan. "Sejak dulu kami petani2 memang tidak pernah hidup makmur, walaupun demikian, kami masih dapat menuntut hidup yang layak, tidak perlu kelaparan dan dapat berpakaian utuh, walaupun segalanya serba sederhana. Tetapi sejak kurang lebih dua puluh tahun yang lalu, hidup kami semakin lama semakin sengsara dan menderita, dan empat tahun terakhir ini keadaan kami sudah hampir tidak tertahankan lagi*. "Semua itu tidak lain hanyalah karea pajak2 yang dipungut atas hasil pertanian kami Setiap tahun terus dinaikkan. Tahun yang baru lalu itu, kami harus menyerahkan hampir dela pan sepersepuluh bagian dari hasil jerih payah kami, Jiewie Hohan tentu dapat memahami a-kibatnya bagi kami. Perbekalan bahan makan de mi Kian sedikit itu bagaimana bisa cukup untuk kami hidup setahun, Tetapi itu masih belum puncaknya.' "Mungkin karena mengalami nasib sebagai kami, diawal bulan lalu. petani2 suku bangsa Biauw dipropinsi Kwiciu telah bangkit dan ber hasil mengusir kaum penjajah itu dari beberapa daerah. Contoh mereka itu segera memperoleh sambutan dari para petani di Ouwlam barat-yang dalam waktu beberapa hari saja sudah dapat menguasai berbagai kota dan kabupaten Ke dua peristiwa itu telah membuat pemerintah Boan kelabakan" "Dari berbagai propinsi segera dikirimkan lah bantuan tentara untuk menindas pemberon-takan itu. Tetapi mereka menghadapi suatu kesulitan. Mendatangkan tentara itu tidak sulit, tetapi memberi makan tidaklah mudah." Gudang bahan makanan pemerintah dipropinsi yang bergolak itu hampir seluruhnya sudah jatuh kedalam tangan pemberontak Sehingga untuk memberi makan kepada tentara yang baru didatangi itu, harus didatangkan bahan makanan dari daerah2 lain." "Hanya sulitnya sebagian besar dari persediaan yang diperoleh dari hasil pemungutan pajak itu sudah dikirim ke daerah2 perbatasan untuk mengisi perut tentara yang bertugas disana. Mengenai kesulitan ini si tua bangka Kian Liong maupun menteri2nya tidak mau memusingkan kepala, Sun Bu-Sun Bu (gubernur) yang ada di Ciatkang, Anhui, Ouwpak dan Sucwan telah diperintahkan selekasnya mengirimkan bahan makanan kepada tentara yang sudah berada didaerah pemberontak itu' "Kukira Skobu Sunbu itu per-tama2 tentu bingungan setengah mati. Apa yang dapat mereka kirimkan, sedangkan gedung2 dipusat pengu pulan padi pajak itu sudah kosong?" "Kemudian entah dari siluman siapa lagi Sunbu di Ouwpak memperoleh nasehat untuk mengalihkan kesulitannya kebahu rakyat jelata. Persediaan bekas kami, yang sudah jelas tidak cukup untuk keperluan kami sendiri tiba2 kami serahkan pula sebagaian besar. Dari berbagai kabupaten telah ramai2 dikirim utusan untuk menjelaskan betapa tidak mungkin hal itu. Tetapi jawab si Sunbu, yang biasanya menginjak yang bawah dan menjilat yang diatas itu, ternyata hanyalah ancaman belaka, bahwa dia akan me ngambil tindakan keras kalau kami belum menja lankan perintahnya dalam waktu tiga hari". "Tentu saja kami jadi bingung bukan main. Kalau kami mentaati perintah Sunbu, kami tentu akno menderita kelaparan. Sebaliknya, kalau tidak dituruti, Sunbu kejam itu tentu akan mem buktikan ancamannya. Beberapa orang diantara kami, yang berdarah panas, menganjurkan agar kami segera mencontoh saja saudara2 di Kwiciu dan Ouwlam barat itu". "Tetapi yang dapat berpikir panjang tidak setuju dengan usul itu. Memang letak daerah ka mi tidaklah sama dengan daerah saudara2 bangsa Biauw dan saudara2 di Ouwlam barat itu. Dae rah mereka ialah daerah pegunungan yang lebihsuilit dicapai, sedangkan kami berada dipusat perhubungan lalu lintas seluruh negeri. Kalau ka mi angkat senjata, pemerintah Boan dengan cepat akan mengirimkan tentaranya untuk menumpas kami". "Sedangkan kami masih belum dapat memutuskan tindakan apa yang akan kami ambil. tiba2 datanglah pegawai2 Sunbu dengan dikawal oleh bebeiapa puluh pengawal tentara propinsi, Sunbu itu rupanya kuatir kami akan berusaha menyembunyiKan persediaan beras kami, maka sebelum lewat batas waktu yang telah ditentukan sendiri, dia sudah buru2 mengirimkan orang untuk mengambil beras kami tanpa menanti kami datang menyerahkan sendiri." Si Rase Hitam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Karena kedatangan mereka yang begitu mendadak, dan juga kami sedang pemikiran akal untuk mengatasi kesulitan itu, maka kami tidak dapat berbuat lain dari diam saja mereka! mengangkut pergi beras kami, walaupan hati kami pedih sekali ." "Yang lebih menyedihkan, bahwa kaki tangannya Sunbu itu telah melampaui perintahi Sunbu, yang mereka ambil lebih banyak dari yang ditetapkan semula, yang ditinggalkan untuk kami makan hanya beberapa gantang saja." Peristiwa itu telah terjadi seminggu yang lalu dan beras yang mereka tinggalkan kini hanya tinggal cukup untuk kami makan sampai lusa, karena kami disini umumnya memiliki keluarga yang besar". Kini kami semua sudah yakin, bahwa tidak ada jalan yang lebih baik dari mengikuti contoh saudara2 di Kwiciu dan Ouwlam itu apapun akibatnya kelak, Tidak melawan kami akhirnya tetap akan mati juga, mati kelaparan dan dari mati secara demikian, lebib baik kami mati dibawah senjata yang lebih cepat dan kalau dibandingkan jadi lebih sedikit penderitaan kami". "Kemarin ada beberapa saudara dari desa Ini yang pergi kekota kabupaten, dibalik bukit2 disebelah utara itu. Mereka kembali dengan mem bawa berita bahwa sepasukan tentara Boan yang berkekuasaan kurang lebih seratus orang telah tiba disana untuk mengambil bahan makanan yang baru terkumpul itu dan pagi ini akan berangkat". "Jalan satu2nya yang terdekat dan tercepat jika hendak menuju propinsi Kwiciu ialah melalui desa kami ini, maka kami telah memperhitungkan bahwa lebih kurang tengah hari iring2an itu tentu akan lewat disini". "Dalam keadaan sudah demikian terjepit, kami segera bersepakat untuk menghadang dan merampas kembali beras kami itu. "Hampir seluruh laki2 didesa ini menyedia kan dirinya untuk maksud nekad itu, dengan ke simpulan babwa pemerintah penjajah yang lalim telah memaksa kami mengangkat senjata". "Hanya beberapa puluh orang yang sangat pengecut dan tidak mau ikut serta". "Demikianlah, kami sudah sejak beberapa jam yang lalu menantikan kedatangan iring2anl itu ditepi sungai, diluar desa. Tukang2 perahu di tempat penyeberangan itupun semuanya orang2 desa ini dan mereka semua sudah menggabungi kan diri dengan kami. Perahu2 mereka telah di sembunyikan disuatu tempat yang sunyi, beberapa lie dari tempat ini". "Maksud kami melakukan penghadangan itu diluar desa ialah agar kelak kami dapat menyangkal bahwa kami telah campur tangan dalam rampasan rangsum itu. Apa yang terjadi selanjutnya, jiewie telah mengetahui sendiri". Setelah mendengar keterangan panjang lebar itu, Qe Beng dan Cie Jin hanya berdiam diri selama beberapa saat. Kisah menyedihkan itu benar2 mempengaruhi pikiran dan jiwa mereka. Mereka kini dapat memahami amarah petani2 itu yang begitu me-luap2 tadi. Tidak dapat mereka mempersalahkan rakyat yang telah ditindas habis2an itu jika sampai me reka melakukan perbuatan begitu kejam ketika memperoleh kesempatan untuk membalas dendam. Sebaliknya, mereka kini kuatir sekali akan nasib penduduk desa itu. Walaupun petani tua itu telah menjelaskan bahwa perampasan itu sengaja dilakukan diluar desa, agar kelak mereka dapat menyangkal tuduhan ikut sertanya mere ka dalam peristiwa tersebut, tetapi kedua saudara she Cie itu yakin, bahwa desa itu tentu akan menderita akibatnya kelak. Berdasarkan pengalaman2 dimasa lampau, ke dua pemuda she Cie itu sudah mengetahui bahwa pemerintah Boan tidak biasa menanti sampai diperolehnya bukti dulu untuk menjatuhkan hukuman. Karena peristiwa itu terjadi didekat desa teraebut, maka tentu desa itulah yang akan menanggung akibatnya. Kekuatirannya itu segera mereka kemukakan kepada pemimpin petani2 itu. "Jiewie tidak usah kualir" Kata orang tua itu sambil tertawa. "Kecuali jika ada yang memberitahukari pemerintah bahwa peristiwa ini adalah pekerjaan kami, mereka tentu tidak akan rrenuduh kami Rakyat jelata yarg biasa sangat penurut dan tidak berani melawan perintah para pembesar bagaimana bisa melakukan, tindakan sebebat ini ? Diantara kami sendiri tentu tidak akan ada yang mau membocorkan rahasia ini, jiewiepun tentu demikian. Kalau di antara tentara pengawal rangsum itu ada yang tertinggal hidup, mereka tentu akan memberi-kan laporan kepada pemerintah. Tetapi, seorang, pun diantara mereka tidak kami tinggalkan hidup, sehingga siapakah yang akan dapat memberitahukannya kepada pemerintah ?" "Tetapi pemerintah lalim itu tidak pernah menunggu adanya bukti. Mereka selalu menghukum saja para penduduk didaerah terjadinya setiap peristiwa." Bantah Cie Beng. "Akhhh, kukira terhadap kami mereka tidak akan berani bertindak demikian, kami kaum petani, adalah golongan yang memberi mereka makan. Kalau tidak ada kami. siapakah yang dapat menghasilkan beras bagi mereka ? Dikota kota. dimana penduduknya sebagian besar bukan kaum tani, mereka memang' bisa bertindak membuta tuli tanpa kuatir akan terjadinya kemunduran hasil pertanian. Tetapi terhadip ka mi, kukira mereka akan berpikir masak2 lebih dulu." Kedua saudara itu kini mengerti bahwa apapun yang mereka katakan, petani2 itu tetap tidak akan mau mengerti dan yakin akan kebenaran keterangan mereka itu, berarti hanya sia2 belaka Dan Cie Beng maupun Bie Jin memang tidak bisa memberikan keyakinan akan ancaman bahaya untuk petani2 itu. Karena itu, mereka hanya menganjurkan agar mereka membentuk suatu badan pertahanan yang teratur, untuk ber Siap2 terhadap segada kemungkinan dan kalau mungkin mengajak desa2 tetangga untuk bekerja sama. Sementara itu. pekerjaan penguburan mayat yang berserakan itu telah selesai. Disaat setiap kuburan kawan mereka ditancapkan tanda2 yaag menyolok, Sekedar untuk dapat dikenali kelak, diwaktu korban itu akan di buatkan kuburan yang layak setelah pemerintah melupakan peristiwa itu Kini untuk sementara waktu, masing2 sebaiknya jangan ada sesuatu yang dapat memberikan petunjuk mengenai ransum itu. Para pasukan Boan telah pula selesai dikuburkan dalam sebuah liang besar untuk semuanya menjadi satu. Petani2 yang bertindak sebagai pemimpin itu lalu mengundang Cie Beng dsn Cie Jin untuk beristirahat dan sekedar mengisi perut di rumahnya. Demikianlah mereka ramai- kembali kedesa dengan membawa beras rampasan itu, yang secepatnya tiba didesa lalu di bagi2kan keseluruh rakyat. Keluarga2 mereka yang telah gugur diberi kan lebih banyak dari yang lain disertai janji bahwa selanjutnya kebutuhan mereka akan di-pikul bersama oleh seluruh desa. Kedua saudara Cie sangat terharu melihat cara2 orang desa itu bergotong royong. Didalam kehidupan yang demikian sulit, mereka masih bisa hidup akur dan ada kekompakan satu dengan yang lainnya. Dan didalam pikiran mereka sederhana agaknya seperti tidak ada perasaan iri mengiri. Sungguh kagum Cie Beng dan Cie Jin melihat bagaimana mereka semua rela memberikan bantuan kepada keluarga kawan2 mereka yang telah gugur itu. Kalau saja semangat persaudaraan dan kegotong royongan itu dapat dipupuk terus dan diperluas, tentu tidaklah sukar untuk mengalahkan penjajah, hanya harus dibuat sayang bahwa unsur2 yang merupakan sumber kekuatan tiada batasnya itu saigat diperluas, sehingga meliputi seluruh negeri. Makanan yang disuguhkan kepada Cie Ben dan Cie Jin itu oleh para penduduk desa hanya lah makanan sederhana, tetapi kedua saudara she Cie itu sangat menghargai, karena disuguhkan dengan hati rela. Dalam perjamuan itu sipemimpin rombongan petani sekali lagi menghaturkan terima kasihnya sambil memuji kedua pemuda she Cie itu se tinggi2nya. Kedua pemuda s'ie Cie itu dipersamakan dengan seorang pendekar lain yang berusia sangat muda dan telah banyak memberikan penaungan kepada rakyat jelata dikabupaten mereka. Dari nada suaranya, ketika menyebut pendekar muda itu, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa para petani itu menghargai benar pendekar Itu. dihargai tinggi2 dan menghormati. Cie Biog dan Cie Jin jadi sangat tertarik sekali dan menanyakan siapakah pendekar itu dan dimana tinggalnya. "Sungguh menyesal sekali, jiewie, tidak seorangpun diantara kami yang mengetahui nama pendekar itu, sedangkan tempat tinggalnya juga entah dimana. Beliau itu tidak mau memberitahukannya. Tetapi kami, seluruh penduduk kabupaten ini mengenalnya sebagai "Hek Sin Ho" (Si Rase Hitam yang sakti), sesuai dengan kecerdasannya yang luar biasa dan kepandaiannya yang bagaikan malaikat. Dia baru muncul tahun yang lalu. Entah siapa yang pertama sekali memberikannya julukan itu, tetapi dengan cepat namanya sudah menjadi sangat terkenal, bukan hanya dalam kabupaten ini saja, karena perbuatan2 nya itu sangat mulia sekali......", memuji petani itu. Hati kedua saudara Cie jadi semakin tertarik setelah mendengar keterangan itu. Inilah bukan untuk pertama kali mereka mendengar tentang "Hek Sin Ho", Beberapa hari sebelumnya, ditempait lain, mereka telah mendengar orang me-nyebut2 julukan itu. Waktu itu Cie Berig dan Cie Jin baru saja tiba disebuah kota kecil didekat perbatasan An-hui dan Ouw Pek, karena sudah berjalan hampir setengah hari, dan perut sudah agak lapar, mereka telah berhenti disebuah rumah makan. DALAM rumah makan tersebut yang kebetulan sedang ramainya dikunjungi orang, mereka pertama kali mendengar tentang si Rase Hitam yang sakti. Tetapi apa yang mereka dengar itu ternyata lain sekali dengan pendapat para petani di tempat tersebut, karena mereka mendengar justru diwaktu itu si Rase Hitam yang sakti telah melakukan perbuatan terkutuk. Hari itu dikota tersebut tengah gempar karena malamnya telah terjadi pembunuhan atas ketua Cie Liong Pang (Perhimpunan Naga Ungu) yang berpengaruh didaerah perbatasan itu. Menurut keterangan yang kemudian diperoleh oleh kedua saudara Cie itu, ketua Cie Liong Pang itu bernama Ong Kee Cie, bergelar Hui liong Kiam (si Pedang Terbang), adalah seorang wanggwe (hartawan) yang budiman. Tangan Ong Kee Cie terbuka dan setiap Kangouw yang sulit keuangan dalam daerah pengaruhnya tidak pernah tidak diberikan pertolongan olehnya. Tetapi apa sebabnya malam itu, tiba2 si Rase Hitam telah mendatangi rumah Hui Liong Kiam. Ong Wanggwe itu tinggal disebuah gedung besar beisama murid2nya, dan murid2nya itu di kagetkan oleh bunyi gemerincing senjata yang saling bentur ditengah hari. Dan murid2 Ong Wanggwe telah pergi kekamar buku untuk melihat apa yang telah terjadi Ketika murid2 Cie Liong Pang tiba. mereka melihat sesosok tubuh hitam yang melompati keluar, dan mereka cepat menghadangnya. Tetapi dari saat yang sama jendela kamar tidur guru mereka yang terletak disebelah kamar buku, tiba2 terbuka dengan bersuara keras sekali. Menyusul itu Hui Liong Kiam Ong Keel Cie sendiri melayang keluar dengan pedang terhunus. "Sahabat dari manakah itu yang malam2 berkunjung kemari ?" Tegurnya dengan suara yang nyaring. Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com / Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com / Suara itu menusuk telinga dan getarannya! menggoncangkan hati orang yang mendengarnya "Aha!" Menyahuti tamu tidak diundang itu. "Kebetulan sekali kau sudah keluar sendiri tua bangkai Aku tidak perlu mencarimu dan dapat menghemat waktu. Dosamu telah melewati takaran, sehingga malam ini kau ditakdirkan datang sendiri menghadap kepadaku untuk menerima hukuman. Namaku tidak perlu kau ketahui sekarang, kalau kau sudah bertolak keneraka tentu kau mengetahuinya sendiri Lihat golokku" Golok orang itu berkelebat cepat, ditangkis oleh Ong Kee Cie. Benturan yang terjadi dikedua senjata itu kuat kekali, karena memercikkan api' Sungguh dahsyat bentrokan itu, golok orang tidak dikenal itu tampak menyambar lagi dan hampir mengena dahi Ong Kee Cie. Dengan gerakan yang indah lawan tidak dikenal itu dapat melancarkan seraigan yang beruntun, dan kini mereka terlibat dalam pertempuran yang seru. Murid2 Ong Kee Cie jadi hanya memandang belaka dengan mata terpentang lebar2. Dan selama itu pedang terbang Ong Kee Cie terdesak sekali. Untuk menyambut serangan ketiga orang itu ia berlaku lebih hati2 dan sikap Ong Kee Cie yang demikian membuat murid2nya mengetahui bahwa lawan Ong Kee Cie memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Suatu peristiwa yang sulit dipercaya telah terjadi. Dengan gerakan It Ho Ciong Thian (Bu rung Ho terbang kelangit), musuh itu melompat, keudara, menyusul goloknya menyambar tubuh lawannya. Kelincahannya itu bukan hanya menge jutkan Ong Kee Cie. tetapi murid2 orang she Ong itu juga jadi takjub. Sesunggauhnya Ong Kee Cie tidak takut oleh kepandaian lawan, karena dengan mengandalkan tenaga dan pengalamannya. Namun yang membuat Ong Kee Cie jadi heran, setelah beberapa jurus, ilmu golok lawan nya benar2 membingungkannya. Dengan pengalamannya yang luas sulit sekali dia mengetahui dari perguruan mana lawannya ini. Dan walaupun dia mempergunakan se luruh tenaga, sulit baginya untuk merubuhkan lawannya. Sejurus demi sejurus keadaan Ong Kee Cie jadi semakin buruk dan terdesak. Saat itu ketika guru mereka sudah hampir tidak bisa bernapas oleh desakan senjata lawan. murid2 Ong Kee Cie baru menyadari bahwa tadi mereka datang ketempat itu dengan membekal senjata, bukan unluk sekedar menyaksikan jalan nya pertempuran itu. "Mundur ! Apakah kalian mencari mati " Teriak Ong Kee Cie kearah muridnya, karena walaupun bagaimana kepandaian lawan terlalu hebat, mungkin muridnya itu satu persatu akan binasa jika maju, sebab dia sendiri yang berkepandaian tinggi tidak sanggup berbuat sesuatu opapun terhadap lawannya, bahkan telah terdesak begitu hebat. Sambil tertawa, musuh itu ielah menerjang kearah penyerang2 barunya. Segera terdengar jerit2 kesakitan dan rubuhnya beberapa tubuh yang saling tindih. ' Hujan senjata segera menyambar kearah Ong Kee Cie karena senjata murid2 Ong Kee Cie telah dirampas oleh musuh dan dilontarkan kearahnya. Ong Kee Cie benar2 ulet sekali. Walaupun sudah terluka oleh sanberan salah satu senjata yang melanggar bahunya, disusul oleh hantaman tangan lawanoya, namun dia dapat bangkit dan melancarkan serangan lagi. Tetapi dia belum berhasil befdifi tegak, lawannya telah menghajar dan menekan jalan darah To Tui hiat ditengkuknya, seperti juga menghisap seluruh tenaganya. "Bangsat tua she Ong, kau tidak mengenal aku, tetapi sebaliknya aku tidak dapat melupakanmu." Kata orang tidak dikenal itu. "Masih ingatkah kau akan peristiwa ditempat penyebrangan Kie Hong Ouwlam, empat tahun yang lalu ? Bagi umum kau terhormat, seorang dermawan dan seorang tokoh Bulim yang disegani Tetapi aku mengetahui lebih banyak dari itu Kau tentu tidak menduga rahasiamu akan diketahui olehku, kau manusia serigala- Kau dani murid2mu tentu pernah merdengar Hek Sin Ho itulah julukan yang diberikan sahabat2 kepadaku. Dan kedatanganku untuk meminta pertanggungan jawabmu terhadap perbuatanmu yang, lalu itu, yang sempat kusaksikan sendiri." Sekilas sinar golok telah berkelebat disusul dengan melayangnya sesosok bayangan hitam ke atas dinding pekarangan. Ditempat yang baru ditinggalkan Hek Si Ho hanya tertinggal sesosok tubuh orang yang terlentang diam. Gemparlah murid2 Ong Kee Cie. Tetapi murid2 Ong Kee Cie tidak berdaya untuk melaku kan sesuatu terhadap lawannya tersebut, yang pergi dengan gesit sekali. Keesokan peristiwa yang menggemparkan Itu telah melanda kota tersebut, dan murid kepala Ong Kee Cie telah mengirim saudara2 seperguruannya keselutuh pelosok kota untuk, memanggil semua murid Cie Liong Pang. mengadakan rapat kilat atas kematian guru mereka. Tetapi perundingan itu tidak menghasilkan apa2. karena mereka 'menyadari musuh terlalu hebat. Siapa Sesungguhnya Hek Sin Ho? Mengapa dia bermusuhan dan membinasakan Ong Kee Cie Peristiwa apakah di Kie Hong yang di-sebut2 oleh Hek Sin Ho? Tidak seorangpun diantara mereka yang berhasil menjelaskannya. Itulah cerita yang dldengar oleh Cie Beng dan Cie Jin. Cie Beng dan Cie Jio juga jadi tertarik dan heran karena si Rase Hitam seperti segan menyebutkan she dan namanya yang sesungguhnya, hati mereka benar2 jadi tertarik untuk menyelidiki hal ikhwal tokoh baru dalam kalangan Kangouw ini, yang kelakuannya penuh rahasia Tetapi karena mereka masih memikul beban dan tugas berat mencari adik seperguruan mere ka yaitu Ouw Ho. maksud untuk menyelidiki si Rase Hitam ditangguhkan dulu. Sudah enam tahun mereka mencari Ouw Ho, tetapi hasilnya tetap nihil. Selesai makan Cie Beng dan Cie Jin telah berpamitan kepada petani2 itu. Tidak lama kemudian mereka telah tiba dikota kecil, untuk mengisi perut, dan kemudian tidur dengan nyenyak, karena bermaksud besok menanyakan perihal Ouw Ho atau setidaknya Hong It Hoa kepada anggota2 cabang Ang Hwa Hwe dikota tersebut. Perbuatan seperti itu memang telah ratusan kali dilakukan mereka diratusan kota dan kampung, tetapi hasilnya tetap nihil..... Disamping itu, besok siang merekapun ingin menanyakan perihal Hek Sin Ho jago yang baru muncul dalam rimba persilatan, tentu anggota Ang Hwa Hwe ditempat tersebut telah men dengar sepak terjangnya Hek Sin Ho........---oodwoo-- DESA Pek Houw Cun merupakan desa kecil Letaknya dibalik bukit2 kurang lebih empat puluh lie dari kota kecil itu, dimana Cie Beng dan Cie Jin sedang tidur. Desa itu benar2 desa tidak berarti, karena disamping tidak penting juga penduduknya hanya sekitar lima ratus jiwa. Sejak matahari terbenam dikaki langit barat, ber-turut2 telah datang kelompok2 orang asing yang terdiri lima atau sepuluh orang. Itu lah suatu kejadian yang agak luar biasa. Mereka yang tiba disambut oleh seseorang yang bersembunyi di-semak2 dipinggir jalan dengan kata2 . "Berkah Tuhan !" "Dunia Aman !" Sabut tiap kelompok. Jelas itulah kata2 sandi. Mereka adalah anggota2 Pek Lian Kauw dan kata2 sandi tadi memang merupakan semboyan perhimpunan rahasia tersebut. Desa terpencil dan sunyi itu telah cukup lama menjadi markas cabang Pek Lian Kauw. Malam itu akan diadakan rapat penting. Pimpinan di Anhui telah mengirim beberapa orang untuk memberikan keterangan mengenai rencana persiapan untuk melancarkan pemberontakan besar2an. Rapat itu diadakan disebuah rumah yang sangat besar didesa tersebut. Rumah itu milik seorang anggota pimpinan setempat, yaitu Tong Keng Hok. Orang she Tong tersebut memiliki kepandaian silat yang tinggi. Dengan memiliki kekayaan dan juga menjalankan beberapa pekerjaan untuk perkumpulannya, cepat sekali dia memperolah kedudukan penting Kurang lebib satu jam sejak tibanya rombongan pertama, telah tiba semua anggota yang diundang. Ruang besar dirumah itu telah penuh. Kurang lebih tiga ratus orang. Seorang wakil pusat segera naik kemimbar.Dengan panjang lebar dia membentangkan maksud tujuan pergerakan mereka. Dikatakan nya, setiap anggota harus berusaha memperoleh kepercayaan rakyat. ---oo0dw0oo-- Jilid 7 SELANJUTNYA dikatakan bahwa Pek Lian Kauw telah melakukan tugas suci yang telah diperintahkan Thian (Tuhan) mengusir penjajah boan dan mendirikan kembali kerajaan bangsa sendiri. Tetapi kalau mereka bekerja tanpa rencana akan sia2 saja usaha mereka. Demi untuk terlaksananya maksud mereka, maka mereka harus sudah memiliki gambaran yang jelas mengenai kerajaan yang akan mereka bentuk kepada siapa mereka memberikan kesetiaan. Pimpinan pusat di Anhui telah membuat beberapa keputusan penting. Mereka menetapkan untuk mendirikan kembali kerajaan Taibeng tiauw. Dan pimpinan pusat telah berhasil menemukan seseorang yang masih memiliki sangkutan darah dengan keluarga raja Tai-Beng-lauw Ditetapkan orang itu akan menduduki tahta. Orang itu bernama Ong Kwat Seng dan kini sudah berada dimarkas pusat dikeresidenan Hong Yang Hu, dipropinsi Anhui. Tepuk tangan riuh mengiringi wakil dari pusat itu. turunlah dia dari mimbar. Tiba2 dari sudut ruangan terdengar seseorang minta diberi kesempatan mengutarakan pendapatnya. Si Rase Hitam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Seorang pemuda tinggi kurus tampak bangkit dari tempat duduknya. Orang itu tampak masih muda sekali mungkin belum dua puluh tahun, Kulitnya hitam kelam, wajahnya buruk dan tidak sesuai dengan pakaiannya sebagai siucai, pelajar. Orani2 yang belum mengenalnya hanya heran melihat usianya masih begitu muda. "Tuan2 dan saudara8 sekalian, uraian tua wakil dari pusat sebagian memang tidak dapat di sangkal kebenarannya, tetapi sebagian pula kurang tepat" Katanya "Yang tidak salah, memang kita berjuang untuk rakyat, untuk membebaskan tanah air dari penjajah dan membela rakyat yang tertindas, Setiap orang yang berjiwa patriot sejati tentu setuju. Keputusan yang diambil pusat untuk mendirikan kerajaan Beng justru yang tidak tepat. Mengapa kita harus membangun kembali kerajaan Beng? Apakah kita tidak dapat mendirikan dan membangun kerajaan lain? Bukti yang ada, sampai tanah air kita ditelan penjajah karena salah urus dari raja2 Beng, setelah dari Cu Goan Ciang dan Eng Lok Kun." Seketika gemparlah orang2 yang berkumpul di ruang tersebut. Beberapa orang wakil pusat tidak puas, mereka tersinggung oleh bantahan pemuda itu. Segera salah seorang berbisik kepada Hian Seng Cu. menanyakan siapa pemuda itu, dan apa kedudukannya dalam lingkungan Pek lian Kau setempat. Hian Seng Cu sendiri tidak mengenal siapa pemuda itu. Dan mereka tambah heran karena tidak seorangpun diantara anggota Pek Lian Kauw mengenal pemuda itu. Hian Seng Cu seeera bangkit. "Siangkong, sebelum kau bicara lebih jauh, aku ingin sekali mengetahui siapakah kau dan apa kedudukanmu dalam lingkungan kita? Mengapa kita belum pernah berjumpa?". "Kedatanganku hanyalah disebabkan aku seorang Han, dan berkepentingan dalam urusan besar seperti ini. Aku bisa disebut Hek Sin Ho." Sudah tentu jawaban pemuda itu menggemparkan orang2 disitu. Peraturan dalam perkumpulan rahasia seperti Pek Lian Kauw itu biasanya sangat keras dan setiap orang yang bukan anggota yang berani menyelundup masuk, tentu akan ditangkap dan dihukum sebagai mata2. Tetapi menghadapi si Rase Terbang yang Sakti mereka jadi ragu2. Oieh karena pemuda itu, Hck Sin Ho telah dipuja oleh seluruh rakyat Ouwpak sebagai malaikat dan sangat dikagumi. Hian Seng Cu tersadar disaat keadaan jadi kacau berisik, dia mengetuk2 meja dengan keras untuk menenangkan keadaan. "Siangkong, menurut pengakuanmu kau bukan anggota Hek Lian Kauw. Kami memiliki larangan jika bukan anggota tidak dapat hadir dalam rapat kami dengan diam2," Kata Hian seng Cu. "Tetapi perjuangan yang tuan2 tengah lakukan untuk kepentingan membebaskan tanah air dari penindasan penjajah. Kukira itu sudah menjadi tugas seluruh rakyat. Dan sebagai rakyat Han, tentu akupun memiliki hak untuk ikut memikirkan dan menyumbangkan teraga. Perjuangan yang kalian lakukan adalah untuk kepentingan rakyat, tetapi sudahkah tuan2 mengambil keputusan dengan memintai pendapat rakyat dulu? Dan tuan2 bisakah menganggap aku sebagai wakil dari rakyat jelata...." Kata2 Hek Sin Ho dipotong wakil dari pusat yang kuatir bahwa Hek Sin Ho bisa merobah pendapat para anggota Pek Lian Kauw yang hadir "Saudara2, jangan mendengarkan perkataannya, orang ini tentu mata2 pemerintah yang sengaja datang untuk mengacau rapat yang kita adakan. Tangkap dia dan hukumlah sebagaimana mestinya". Wakil pusat belum pernah mendengar perihal Hek Sin Ho tetapi anggotd Pek Lian Kauw setempat telah mendengarnya. Mereka takut dan jeri untuk nama besar Hek Sin Ho, sehingga mereka diam saja. Wakil pusat itu mengisyaratkan kepada rekan2nya yang bersama2 datang dari pusat, melompat menghampiri Hek Sin Ho. Hek Sin Ho ketawa "Memang sudah kuduga bahwa disini tentu terdapat pengkhianat, seorang mata2 pemerintah Boan yang telah berhasil merampas kedalam perkumpulan ini. Tetapi sungguh tidak kusangka bahwa yang kujumpai adalah Song Siewie Taijin, yang juga telah berhasil mencapai kedudukan begitu penting dipusat Pek Lian Kauw." Katanya sambil menunjuk kesalah seorang dari keempat wakil pusat itu. Orang itu bertubuh kurus kecil, mukanya licik sekali dan matanya yang tajam menunjukkan dia hebat sekali kepandaiannya. Ucapan terakhir Hek Sin Ho tentu saja mengejutkan dan menggemparkan semua anggota Pek Lian Kauw. Mereka sudah lama mendengar cerita dari rakyat perihal tindakan2 Hek Sin Ho yang membela kebenaran dan keadilan, maka mereka percaya kata2 pemuda itu bukan sekedar tuduhan belaka. Tidak demikian dengan keempat wakil dari pusat itu. Tuduhan itu telah membuat keempat! wakil pusat jadi murka. Mereka telah serentak bergerak untuk mengeroyok sipemuda tanpa memperdulikan nama besar dan kehormatan mereka lagi. Hek Sin Ho benar-bukan pemuda sembarangan. Mudah sekali dia mengelakkan serangan itu dan berhasil membebaskan diri. Dalam sekejap mata dia telah berdiri dibelakang orang yang dituduhnya tadi dan tangannya meluncur kearah Hong Tie Hiat dibelakang telinga orang itu. Orang she Song itu memiliki kepandaian hebat, bagaikan memiliki mata dibelakang. serangan pemuda itu telah berhasil dihindarkan. Dalam sekali gebrakan seperti itu Hek Sin Ho mengetahui diantara keempat wakil, justru orang she Song itu yang terhebat kepandaiannya. Hek Sin Ho mengerti bahwa dalam pertempuran itu dia tidak boleh membuang2 waktu. Dan karena itu Hek Sin Ho telah melancarkan serangan2 ke bagian2 yang berbahaya dari lawan2nya. Salah seorang wakil dari pusat telah melancarkan serangan, namun kesempatan itu dipergunakan Hek Sin Ho untuk menotok ulu hati orang itu, yang segera rubuh terjungkal. Rekan2 orang yang rubuh itu tentu saja murka. Mereka melancarkan serangan yang sangat berbahaya dan tanpa segan2 lagi. Tetapi amarah dan wakil2 pusat Pek Lian Kauw justru merugikan mereka sendiri. Mereka jadi kurang waspada dan menyerang bertubi2 tanpa memikirkan pembelaan diri. Bagaikan kilat tubuh Hek Sin Ho berkelebat diantara ketiga lawannya. Mata dari kedua lawannya yang kurang gesit segera berkunang2. Segera terdengar dua teriakan lemah, disusul rubuhnya kedua lawan itu. Kini Hek Sin Ho hanya menghadapi orang she Song itu, yang menjadi cemas melihat ketangkasan pemuda bermuka hitam itu. Dalam beberapa jurus saja orang she song itu sudah panik menghadapi serangan Hek Sin Ho. Hian Seng Cu menyadari tidak bisa mendiamkan saja sepak terjang Hek Sin Ho, yang bisa menimbulkan perpecahan dalam tubuh pergerakkan Pek Lian Kauw. Dia mengisyaratkan kepada Tong Keng Hok dan kawan2nya yang lain, untuk maju. Tetapi agaknya Hek Sin Ho sudah lebih dulu menduga apa yang akan terjadi. Dia segera berseru . "Saudara2 jangan merugikan diri sendiri, aku bermaksud baik terhadap kalian, orang she Song ini pengkhianat, pengikut Kian Tong yang datang kemari dengan belasan siewie dari istana raja, yang telah berada diluar desa atau kini telah mengurung gedung ini. Maka dari itu, persiapkan diri kalian untuk menghadapi mereka. Setelah kurubuhkan orang she Song ini, akan kubantu kalian untuk menghadapi mereka. Hian Seng Cu dan kawan2aya tentu tidak akan percaya perkataan Hek Sin Ho, kalau saja disaat itu mereka sudah mendengar suara ribut dan beradunya senjata diluar gedung. Untuk sejenak lamanya Hian Seng Cu dan kawan2nya jadi tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Kemudian mereka disadarkan oleh teriakan kawan2 mereka yang tengah berjaga diluar, rupanya penjaga diluar sudah tidak sanggup menghadapi terjangan lawan dan berteriak minta pertolongan. Kini mereka percaya penuh kata2 Hek Sin Ho. Seluruh orang termasuk Hian Seng Cu telah keluar. Dan disaat itulah Hek Sin Ho memusatkan seluruh tenaganya, untuk merubuhkan lawannya secepat mungkin. tetapi orang she Song itu licin seperti belut, tidak mudah cepat2 dirubuhkan, karena berhasil berkelit kesana-kemari. Namun Hek Sin Ho telah melancarkan serangan dengan hebat untuk mencegah orang she Song itu keluar menggabungkan diri dengan siewie2 diluar. Sementara itu diluar sudah berkali2 terdengar teriakan kesakitan dan rubuhnya beberapa orang. Umumnya anggota Pek Lian Kauw memiliki kepandaian yang sedang2 saja, maka Hek Sin Ho menyimpulkan yang rubuh itu tentu anggota Pek Lian Kauw. Dia jadi gelisah sendiri. Orang she Song itu menyadari kegelisahan lawannya, dia jadi girarg dan telah melancarkan serangan yang bertubi2, sehingga Hek Sin Ho tambah gelisah. Tetapi dalam girangnya, dia jadi lupa daratan. Pemusatan tenaganya juga tidak sepenuh lagi dan serangannya membabi buta. Pertempuran telah berjalan sepuluh jurus lagi, suatu saat orang she Song telah menyerang tepat bahu Hek Sin Ho, sehingga terhuyung mundur beberapa langkah. Kegembiraan orang she Song itu memuncak. Inilah kesempatan terbaik baginya, tidak boleh disia2kan. Dengan bernafsu dia telah menubruk, Tangannya diulurkan untuk menerkam jalan darah Kie Kut Hiat dibahu musuhnya. Dengan demikian dia akan dapat membuat musuh itu tidak berdaya dan akan menangkap hidup2. Tetapi disaat itulah Hek Sin Ho merebahkan tubuhnya dilantai dengan kedua tangannya menekan lantai. Kakinya saling susul menerjang kearah dada, perut dan pinggang musuhnya yang tengah menubruknya. Itulah tipu terhebat dari Kim Coa Hoan Sin (Ular emas Membalikkan tubuh) salah satu ilmu yarg hebat dari Lian Hoan Tui. Jitu sekali dada dan perut orang she Song terkena tendangan luar biasa itu. Disertai teriakan kesakitan, terlemparlah dia sampai beberapa tombak. Dan tidak dapat bangkit lagi. Hek Sin Ho telah melompat bangkit dan menuju keluar. Memang cukup besar kerugian dipihak Pek Lian Kauw. Hampir lima puluh orang anggota perkumpulan itu menggeletak ditanah terluka parah. Siewie2 yang tengah bertempur itu adalah pahlawan kelas satu diistana raja. Hanya Hian Seng Cu dan Tong Keng Hok yang masih bisa mengimbangi. Dengan mengandalkan jumlah yang banyak mereka memang dapat mempersibuk siewie2 itu, tetapi Urtuk merubuhkan pengawal istana itu di butuhkan kepandaian. Siewie itu berjumlah lima belas orang, dan dengan datangnya Hek Sin Ho dia bisa mengikat empat orang siewie, sehingga tinggal sebelas orang yang dihadapi orang Pek Lian Kauw. Dengan kepandaian Kong Ciu Jip Pek Io (Tangan kanan kosong menerobos ratusan golok) dia telah membuat siewie2 itu sibuk bukan main. Siewie2 itu terkejut sekali melihat datangnya lawan tangguh dan hebat ini. Dengan cepat pula Hek Sin Ho berhasil merubuhkan seorang siewie dengan kibasan tangan bajunya yang menghantam telak sekali mata siewie itu. Sambil mengeluarkan suara anjuran kepada beberapa kawannya siewie2 yang lainnya telah menerjang maju. Hek Sin Ho mudah sekali melayani siewie2 itu, yang umumnya bersenjata golok. Dan secara beruotun dia telah berhasil merubuhkan beberapa orang siewie lagi. Sementara itu disekeliling Hek Sin Ho masih berlangsung terus pertempuran kacau antara dua ratus orang lebih anggota Pek Lian Kauw melawan sepuluh orang siewie. Korban yang jatuh telah semakin banyak. Pertempuran tersebut tampaknya akan berlarut2 tanpa adanya penyelesaiannya Tetapi tiba2 sekali dari arah bukit tidak jauh dari tempat itu terdengar hentakan2 marah, disusul muncul tiga sosok bayangan hitam berlari2 saling susul. Yang dua dibelakang rupanya menjajar yang seorang didepan. Mereka memiliki kepandaian ilmu meringankan tubuh yang sempurna. Dalam sekejap mata saja sudah didekat tempat tersebut. Setelah terpisah hanya beberapa puluh tombak dari gelanggang pertempuran, mereka ketiga orang itu rupanya terkejut melihat pertempuran yang tengah berlangsung. Tetapi yang berdiri dimaka itu sudah segera mengerti apa yang tengah terjadi. Sambil mengeluarkan seruan nyaring dia telah melonpat kedepan, langsung kearah gelanggang pertempuran. Dengan pedangnya yang berkilauan dibawah sinar bulan yang baru memperlihatkan diri, tanpa ragu2 dia telah menyerbu ketengah pertempuran dan melancarkan serangan hebat kearah siewie yang terdekat. Beberapa anggota Pek Lian Kauw yang datang melihat orang itu jadi girang. Sjewie yang diserang itu segera menangkisnya, tetapi dia jadi kaget bukan main karena seketika itu juga goloknya putus tertabas pedang, rupanya pedang lawan sebatang pedang mustika. Sementara Itu kedua pengejar orang yang haru datang itu telah berdiri sejenak dalam perasaan heran. Namun akhirnya merekapun melompat ketengah gelanggang pertempuran dengan gerakan yang sengat gesit sekali. Tanpa menantikan sampai kaki mereka menginjak tanah, serta merta keduanya sudah melancarkan serangan kepada siewie itu dengan mempergunakan pedang mereka. Anggota Pek Lian Kauw bersorak girang. Kini mereka yakin bahwa kedua orang terakhir itupun bukan musuh. Tidak mengherankan bahwa mereka tidak mengetahui bahwa kedua pemuda yang baru datang memiliki kepandaian bsgitu tinggi adalah dua jago muda yang kebetulan tiba ditempat itu karena mengejar seseorang dan mereka tidak lain dari Cie Beng dan Cie Jien..... MALAM iiu Cie Beng dan Cie Jin telah tidur siang2. namun ditengah malam dia mendengar seseorang berjalan diatas rumah penginapan dengan langkah ringan. Orang biasa mungkin tidak akan mendengarnya, tetapi Cie Beng dan Cie Jin telah mendengar jelas dan telah cepat melompat turun dari pembaringan dengan ringan. Merekapun telah cepat2 mempersiapkan senjata mereka. Samar2 mereka masih melihat sesosok tubuh ketika keduanya telah melompat keatas genting rumah penginapan dan segera mengejarnya. Didalam rimba persilatan memang banyak sekali peristiwa- aneh. Oleh karena itu Cie Beng dan Cie Jin tidak mau segera menarik kesimpulan apakah orang itu seorang jahat atau baik. Mereka terus juga mengikutinya. Dengan cepat bayangan itu telah berjalan cukup jauh, karena belum memastikan maksud orang itu, maka merekapun berlaku hati2 agar tidak terlihat Setelah melewati dua puluh rumah lebih, sosok bayangan itu tampak telah melompat turun dan mendekati sebuah jendela yang masih tampak terang. Bayangan itu mengintai kedalam ruangan tersebut, agaknya dia bimbang untuk melompat masuk. Tentu saja hal itu membuat Cie Beng dan Cie Jin jadi heran. Apa maksud orang itu. Tidak lama kemudian tampak pintu kamar! terbuka, dan masuklah seorang gadis yang jika dipandang sepintas lalu dari kejauhan tidak Cantik. Tetapi gerak geriknya dan potongan tubuhnya sangat menarik. Sosok bayangan yang berada diluar jendela sudah hendak bergerak, tetapi kemudian dia membatalkan maksudnya, kerena dibelakang gadis itu! masih terdapat seorang tua kurang lebih lima puluh tabun. Agaknya ayah sigadis. Dari tempat persembunyiannya, kedua saudara Cie itu dapat melihat orang tua dan gadis itu bukan sembarangan orang. Sikap mereka agung walaupun tubuh mereka tampaknya lemah. Tentunya ayah puteri itu adalah keluaaga terpelajar. Ayah dan puteri itu telah bercakap2 dengan suara yang perlahan, dan orang yang bersembunyi diluar jendela ketika mendengar percakapan anak dan ayah itu tampaknya terkejut, sehingga dia memperlihatkan diri dijendela. Ayah itu terkejut, menoleh dengan ketakutan sedangkan sigadis telah berteriak tertahan. Namun sesaat kemudian orcng tua itu lenyap kagetnya, kini wajahnya memperlihatkan kemarahan yang saagat. Dalam marahnya itu, orang tua tersebut tidak dapat berkata2. Sedangkan orang diluar jendela itu hanya menatapnya dengan tertegun. Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Sejengkal Tanah Percik Darah Karya Kho Ping Hoo