Ceritasilat Novel Online

Pedang Wucisan 11


Pedang Wucisan Karya Chin Yung Bagian 11


Pedang Wucisan Karya dari Chin Yung   Su-to Yan membentak, tubuhnya meleset dan menyerang orang tua kecil berpakaian meraih.   "Ha, ha, ha ...   "   Orang tua kecil itu tertawa, Tubuhnya melejit, menyingkirkan diri dari serangan Su-to Yan.   Su-to Yan mempergencar serangannya, langsung mengejar orang tua kecil itu.   Semakin lama, pertempuran itu semakin hebat, orang tua berbaju merah membuka mulutnya, dan menyemburkan tawa tajam yang berbentuk pedang, meluncur kearah Su-to Yan.   Ting.,., Su-to Yan menangkis serangan itu, Dia terkejut, orang tua kecil berbaju merah pandai ilmu Pedang Terbang, semacam hawa tenaga dalam yang sangat ampuh.   Bagi orang yang tidak kenal ilmu ini tentunya menyebut ilmu gaib, ilmu pedang terbang yang keluar dari mulut dan tenggorokan.   Sebenarnya, kekuatan itu ada, yang tidak ada ialah pedang terbangnya, Dia merupakan kekuatan yang hebat saja.   Orang itu mengundurkan diri.   Su-to Yan menghampiri kedua kawannya Cin Bwee dan Sie An yang masih mematung, tentunya mereka mendapat totokan jalan darah.   Berusaha menghidupkan jalan darah yang ditotok mati itu, Su-to Yan tidak berhasil membangunkan kedua kawannya.   "Ha. ha..."   Orang tua kecil yang berbaju merah tertawa.   "Percuma kau mencapekan diri, Mereka telah kena ilmu Tahanan Bathinku."   Setelah berusaha lagi beberapa waktu, Su-to Yan masih tidak berhasil menyadarkan kedua kawannya. Betul-betul Sie An dan Cin Bwee terkena Tahanan Bathin. Keadaannya seperti patung membatu. Su-to Yan menghadapi musuhnya.   "Siapa kau?"   Dia membentak "Mengapa mengekang kebebasan kedua kawanku ?"   "Aku bernama Hui In Khek."   Berkata orang tua itu.   "Bergelar Paman Tenung."   "Aaaa... Kau yang bernama paman Tenung Hui In Khek ?"   "He, he, he..."   "Lekas bebaskan kedua kawanku!"   Bentak Su-to Yan.   "Akan kubebaskan mereka, setelah mendapat janji persekutuanmu."   Berkata orang tua kecil berbaju merah Hui In Khek.   "Bebaskan segera."   "Tunggu dulu." "Apa lagi..."   "Aku harus mendapat janji taklukmu."   "Ha, ha, ha..."   Su-to Yan tertawa.   "Kau kira, aku ini manusia apa?"   "Bila kubebaskan kedua kawanmu, dengan mudah, kalian dapat melarikan diri..."   "Jangan kau terlalu memandang rendah pada Su-to Yan."   Berkata Sipemuda.   "Aku tidak melarikan diri."   "Baik,"   Paman Tenung Hui In Khek ber kemak-kemik beberapa saat, tiba-tiba dia memekik panjang. Enam gadis berpakaian putih dan enam gadis berpakaian merah menampilkan diri, mereka mengurung Su-to Yan.   "Aku segera membebaskan kedua kawanmu. menyingkir."   Berkata Paman Tenung Hui In Khek.   Lekas kau Dengan digiring oleh enam pasang muda-mudi itu, Su-to Yan meninggalkan Cin Bwee dan Sie An.   Paman Tenung Hui In Khek mendekati kedua korbannya, dengan kode-kode tertentu dia membebaskan kedua orang itu.   Cin Bwee dan Sie An menggerak-gerakkan kedua tangan dan kedua kaki mereka, Ada sesuatu yang tidak beres mengganggu kebebasannya.   Mendapat kesempatan bergerak, melihat adanya seorang kakek berbaju merah di tempat itu, segera mereka menduga itu adalah musuhnya, Hut! Sie An memukul Hui In Khek.   "Ha, ha...."   Paman Tenung Hui In Khek mengundurkan diri, dia bertahan dari jauh. Mulutnya dibuka dan "wing"   Menyemburkan tenaga tidak terlihat, itulah ilmu Pedang Terbang Kie-kiam. juga termasuk salah satu dari sepuluh macam ilmu silat peninggalan jaman purbakala.   "Kalian bukan tandinganku"   Berkata Hui In Khek. Hampir Sie An terjengkang. Dari jauh Su-to Yan berteriak.   "Saudara Sie An, Cin Bwee, lekas kalian pergi dari tempat itu."   Hui In Khek juga berkata.   "Lekas menyingkir Su-to Yan hendak menggempur barisan tin Napsu Dan Birahi. Kalian tidak akan sanggup mempertahankan diri dari permainan ini, pergilah ketempat jauh."   Sie An dan Cin Bwee saling pandang, melongok kearah Su-to Yan, mereka masih bingung, apa yang harus dikerjakan ? Su-to Yan mengempos tenaga dan berkata kepada mereka.   "Kalian boleh menunggu aku dibawah gunung, Setelah menyelesaikan persengketaan dengannya, Aku akan kesana."   Cin Bwee dan Sie An berjalan pergi, menjauhi tempat itu. Enam pasang muda-mudi mengurung Su-to Yan. berpakaian putih dan merah Paman Tenung Hun ln Khek membuka suara.   "Su-to Yan, mereka adalah kekuatan Napsu Dan Birahi, Nah, gunakanlah imanmu baik-baik!"   "Lekaslah mulai,"   Su-to Yan menantang, Hut In Khek memberi komando, menggerakkan permainan tin Napsu Dan Birahi.   Enam pasang muda-mudi itu mengeluarkan alat milik mereka, mengalun lagu-lagu asmara yang melemaskan otot-otot manusia, mendengungkan irama-irama yang dapat membangkitkan birahi.   Su-to Yan mendapat ujian terberat.   Dia duduk bersila.   menggunakan ilmu Uap Hijau It bok Cin khie, mengembangkan ketekunan imannya, Betapa ricuhpun suara-suara lagu itu, tidak sehelaipun yang masuk kedalam telinganya.   Paman Tenung Hui In Khek membentak dua kali, itulah perintah untuk menambah kekuatannya, masih saja tidak berhasil.   Seribu pasukanpun yang menyerang pemuda itu, didalam keadaan duduk kuat, tidak mungkin mereka dapat menggerakkan iman Su-to Yan.   Hui In Khek menghela napas, tiba-tiba dia bertepuk tangan, Disana bertambah enam orang berkerudung, langsung menerjunkan dirinya kepusat lapangan.   Lagu irama tidur berubah cepat, kini membawakan irama pertempuran-pertempuran, disertai oleh enam tenaga baru itu, mereka mempermainkan Su-to Yan.   Enam orang berkerudung yang menerjunkan diri itu membawa pedang, dengan senjata tajam, mereka menghujam tusukantusukan kepada lawannya.   Su-to Yan memiliki tenaga It bok Cin khie, dia dapat mempertahankan dirinya dengan baik sekali.   Satu jam kemudian, Su-to Yan kehabisan tenaga, terus menerus menggunakan ilmu It bok Cin khie, ilmu ini sangat memberatkan dirinya.   Kini dia mengeluarkan seruling Tong-hay, membawakan lagu Han san Lok bwe.   Dengan lagu ini, dia dapat mempertahan diri.   Delapan belas orang mengurung Su-to Yan, mereka dikoordinator oleh Paman Tenung Hui In Khek.   Marilah kita melihat keadaan Cin Bwe dibawah gunung, Bersamasama Sie An, dia menunggu kedatangan Su-to Yan.   Su-to Yan masih mempertahan diri diatas gunung, hal ini menimbulkan kegelisahan sigadis, berjalan bolak-balik dengan hati kesal.   Hari menjadi malam.   Masih juga belum melihat munculnya kekasih itu.   Cin Bwee hendak mendaki gunung lagi, keburu dicegat oleh Sie An.    "Kita harus bersabar,"   Katanya.   "Tidak guna melibatkan diri dengan mereka, Bukan tadi, tidak dapat menolong saudara Su-to Yan, jiwa kitapun dapat terancam. Cin Bwee dapat menerima, Mereka menunggu lagi. Tiba-tiba, seekor burung raksasa terbang melayang diatas kepala mereka, meluncur ke-arah puncak gunung. Cin Bwee dan Sie An tidak berita memperhatikan adanya burung raksasa itu. Sebentar kemudian, burung itu balik lagi "wing", melewati kedua orang, hampir menjatuhkannya. Sie An menjadi marah, dia menyahut Pedang, dan ditusukkan ke arah burung. Koek,...Koek.... Burung itu terbang pergi, pedang Sie An dijatuhkan. Seolah-olah mengejek, mentertawakan ketidak gunanya orang kate itu. Sie An naik darah, masa dia diejek oleh seekor burung hina? Tubuhnya melesat hendak menangkap. Burung itu lebih bertingkah lagi, memekik beberapa kali, baru dia berkaok-kaok lagi. Terbangnya begitu rendah, seolah olah berkata dapatkah kau menangkap diriku. Larinya begitu lambat, seolah-olah mengejek kelemahan lawannya. Sie An semakin uring-uringan, menubruk beberapa kali, dia tidak berhasil, menusuk dengan pedang, semakin gatal, Betapa cepat gerakan Sie An, tetapi burung itu mempunyai gerakan yang lebih cepat. Demikianlah, si Pendekar Bayangan dipermainkan oleh burung raksasa itu. Semakin lama semakin jauh, meninggalkan Cin Bwee seorang diri. Hati Cin Bwee terhibur oleh adanya atraksi itu. Hampir dia tertawa, bila bukan mengingat keadaan Su-to Yan yang belum bebas dari jurang bahaya. Tiba-tiba ada pikiran mengekang dirinya, burung itu begitu besar, sangat mengerti syarat orang, tentunya bukan burung biasa, siapakah yang memeliharanya? Mengapa memancing Sie An meninggalkan tempat itu. Seorang wanita berpakaian menghampiri Cin Bwee. hijau berjalan datang, dia Si gadis terkejut, mementangkan kedua matanya, Cin Bwee memperhatikan warna berbaju hijau itu.   "Kau bernama Cin Bwee?"   Wanita berbaju hijau mengajukan pertanyaan.   "Betul."   Cin Bwee menganggukkan kepala.   "Bagaimana panggilan cianpwee yang mulia?"   "Aku bernama Khang Bun."   Berkata wanita itu.   "Kau belum kenal?"   Hati Cin Bwee tergerak, segera dia mengajukan pertanyaan.   "Belum lama ada seekor burung raksasa terbang ditempat ini, adakah cianpwee melihatnya ?"   "Itulah burungku, namanya si Besi,"   Berkata wanita berbaju hijau Khong Bun.   "Sengaja kuperintahkan dia untuk memancing pergi kawanmu itu, ada beberapa patah kata penting yang hendak kuutarakan kepadamu, kau tidak marah kepadaku?"   Cin Bwee menggeleng-gelengkan kepalanya, wanita ini begitu cantik, sangat menawan, kata-katanya juga halus, menawan hati, siapakah yang bisa marah kepadanya? Khong Bun berkata lagi.   "Diatas gunung, kulihat seorang anak muda sedang menempur delapan belas orang si Tukang Tenung Hui In Khek, dia hebat sekali sehingga ilmu NapSu dan Berahi Hui In Khek tidak dapat berbuat sesuatu apapun, kukira kau kenal kepada pemuda itu, bukan?"   "Dia adalah kawanku."   Berkata Cin Bwee "Namanya Su-to Yan." "Dia lihay sekali."   Khong Bun memberikan pujian.   "Dapat cianpwee menolongnya dari kesulitan?"   Memohon Cin Bwee. Si gadis belum tahu, apa maksud tujuan wanita ini, dia mudah masuk perangkap.   "Barisan tin Napsu dan Birahi sulit dipecahkan."   Berkata Khong Bun.   "Tapi kau yang turun tangan, kukira mudah melepaskan kurungan itu."   "Aaaa..."   Cin Bwee berteriak girang.   "Bagaimanakah caranya untuk menolong, Su-to Yan?"   Wanita baju hijau Khong Bun berkata.   "Orang yang terkurung didalam barisan tim Napsu dan Birahi harus mempunyai iman yang teguh dan kuat, Dilarang keras memikirkan urusan lain. Agaknya, kawanmu itu melupakan adanya unsur penting ini. Ada sesuatu yang dipikirkannya, tentunya keselamatanmu dia ragu tentang keadaan dirimu, dia takut kau menderita suatu hal, karena itu, pikirannya agak terganggu kurang memusatkan kepada pertarungan lagu dan iman. Untuk menolongnya keluar dari daerah berbahaya adalah sangat mudah, Kau segera menampilkan dirimu, maka dia akan berhati besar, lenyaplah semua rasa kuatirnya, dengan demikian, tenaganya dapat bertambah. Delapan belas orang Hui In Khek itu bukan tandingannya."   Cin Bwee masih ragu-ragu.   "Dia yang menyuruh aku meninggalkannya."   Sigadis memberikan keterangan balik "kukira dia tidak menguatirkan keselamatanku."   "Kau salah."   Berkata Khong Bun.   "Dia membikin perhitungan yang meleset. Dia hanya dapat mengalahkan musuh dengan kenyataannya tidaklah demikian, Dia bertempur terlalu lama. Dia takut kau menderita cidera lain, karena itu, pikirannya tidak dapat dipusatkan."   Cin Bwee belum dapat mengambil menyangkut mati hidupnya sang kekasih. putusan, urusan itu Wanita berbaju hijau yang mengaku bernama Khong Bun berkata lagi.   "lnilah nasihat yang dapat kuberikan, Aku masih ada urusan, Sampai disini dahulu pertemuan kita. Selamat tinggal."   Tubuhnya meleset, dan lenyap didalam keadaan malam gelap.   Cin Bwee menunggu beberapa waktu lagi, gejolak hatinya berkecamuk, pikirannya sangat kalut.   Dia hendak menolong Su-to Yan dan dia belum dapat menemukan cara yang lebih baik kecuali mengikuti petunjuk yang wanita hijau tadi berikan.   Cin Bwee mengempos tenaga, tubuhnya melesat, menuju kearah gunung.   Tekadnya untuk menolong Su-to Yan sangat bulat, Gerakannya begitu cepat, Sebentar kemudian, dia sudah berada di depan arena pertempuran lagi.   Suara pertama yang memasuki telinga Cin Bwee adalah irama peperangan besar, kian lama kian mengecil, akhirnya seperti peperangan di tempat tidur, matanya terbelalak, 6 pasang muda mudi yang berdendang dengan lagu-lagu Napsu Dan Birahi itu mengelilingi Su-to Yan, mata Cin Bwee sudah dikaburkan.   Seolah-olah menonton pesta dansa gila, kedua belas muda-mudi itu melepaskan pakaian-pakaian mereka.   Tentu saja bukan didalam arti yang sebenarnya, ini terjadi didalam khayalan pikiran gadis kita, Cin Bwee telah masuk kedalam perangkap wanita berbaju hijau Khong Bun.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Aaaa...."   Cin Bwee mengeluarkan jeritan tertahan.   Enam orang berpakaian hitam yang mengenakan kerudung itu bergerak, dengan pedang mereka, sedang mengadakan siksaansiksaan yang luar biasa, inipun hanya khayalan Cin Bwee juga.   Sigadis menjerit semakin keras, Su-to Yan sedang menekunkan diri, tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang gadis, itulah suara yang tidak asing lagi, suara Cin Bwee yang dikenal baik.   Hatinya tergerak, dia membuka mata, hendak melihat apa yang telah terjadi ? Sret, sret,....Enam batang pedang membobolkan pertahanan Itbok Cin-khie, memasuki daerah kulit Su-to Yan.   Su-to Yan melintangkan serulingnya, trang trang trang....   Dia hanya dapat menyingkirkan lima pedang, dan pedang keenam tidak dapat dielakkan, ceesss.,.   mencelakai pundak kanannya.   "Aaaa..."   Tubuhnya melejit tinggi, dia berusaha menghindari serangan berikutnya. Dan "Aaaa.."   Lagi, tubuh Su-to Yan tak dapat menemukan pegangan, langsung terjun kedasar jurang.   "Aaaa..."   Cin Bwee berteriak keras, dia sadar dari bayangan khayalannya.   Hui In Khek menghentikan gerakannya.   Dia berhasil menjatuhkan Su-to Yan.   Cin Bwee melongok kearah jurang, sangat dalam, begitu gelap, begitu curam, mana mungkin kekasihnya dapat memperpanjang hidup jiwanya? Mengapa hal ini dapat terjadi ? Siapa wanita berbaju hijau yang mengaku bernama Khong Bun itu? Dia tidak pernah menjumpainya, juga tak kenal.Tidak ada alasan untuk mencelakai orang, inilah yang membingungkan Cin Bwee.   Wanita baju hijau adalah jago wanita dari pulau Tong-hay.   Dia adalah istri ayah angkat Su-to Yan.   Diantara Sam-kie Ju-su In Hang dan Khong Bun terjadi perselisihan karena itu timbul drama tadi.   Paman Tenung Hui ln Khek hendak menangkap Su-to Yan, kini dia tidak berhasil, menunggu lagi beberapa waktu, mengingat dalamnya jurang itu, dengan mengajak semua anak buahnya, dia meninggalkan tempat itu.    Dipuncak itu hanya Cin Bwee seorang, Tiba-tiba mata sigadis tertumbuk pada sebuah seruling, inilah seruling yang Su-to Yan pergunakan.   Su-to Yan menggunakan seruling Tong hay untuk menambah kekuatan imannya.   Munculnya Cin Bwee mengganggu jalan keteguhan, seruling itu jatuh tertinggal Cin Bwee memungut seruling itu, dia heran seruling ini adalah barang kembarnya seruling In-thian Cek-hong, sangat mirip sekali.   Bila bukan karena jatuhnya Su-to Yan kedasar jurang, tentu Cin Bwee tertarik, Disaat itu, keselamatan Su-to Yan berada diatas segala-galanya, dia mengitari puncak, dan mencari jenasah si pemuda.   Melihat Su-to Yan terjatuh dari atas tebing ? Mari kita mengikuti pengalaman Su-to Yan.   Dia terjatuh dengan keadaan pingsan, beberapa lama kemudian, baru dia dapat membuka kedua matanya, dirinya berada didalam pangkuan seorang pemuda berpakaian hijau, orang ini sedang membawa jago kita memasuki sebuah gua, meletakkannya diatas pembaringan.   Pemuda berbaju hijau memandang Su-to Yan.   "Kau sudah bangun?"   Dia bertanya.   "Dimana aku berada?"   Su-to Yan masih bingung. Bagaimana dia tidak mati ? "Aku adalah suheng Hui In Khek."   Berkata orang itu, dia menghela napas.   "Aaaa...."   Su-to Yan mengeluarkan jeritan tertahan.   "Jangan takut, aku tidak sependapat dengan suteku."   Berkata pemuda itu.   Su-to Yan mengerutkan alis, Hui In Khek adalah seorang tua yang berumur diatas empat puluhan, sedangkan orang ini begitu muda, di duga belum cukup tiga puluh tahun, bagaimana menyebut dirinya sebagai suheng si Paman Tenung? Pemuda berbaju hijau dapat menduga isi hati Su-to Yan, dengan tertawa dia berkata.   "Jangan kau tidak percaya, Hui In Khek itu besar didalam pangkuanku. Dia betul-betul Suteku,"   Mengetahui bahwa dirinya ditolong oleh orang ini, Su-to Yan bangkit berdiri memberi hormat dan mengucapkan terima kasihnya.   "Terima kasih atas pertolongan cianpwee "   "Tidak kusangka."   Berkata pemuda berbaju hijau itu.   "Pertandingan tadi telah kusaksikan dengan baik, seharusnya kau tidak kalah, Maka kutahui, kau dapat dikalahkan oleh Hui In Khek."   Su-to Yan memperhatikan wajahnya pemuda ini, begitu muda, betulkah keterangan-keterangan itu? Dia ragu-ragu.   Pemuda yang mengaku menjadi suheng Hui ln Khek tertawa, tiba-tiba saja dia menekukkan diri, terjadi perubahan yang menyolok mata, kulit-kulitnya berkeriput dan peot semua, Berdiri dihadapan adalah seorang tua berbaju hijau, umurnya diperkirakan delapan puluh tahun.   Betul-betul turunan keluarga tenung, suheng Hui In Khek inipun begitu liehay menyusutkan umurnya sehingga sampai puluhan tahun, Kakek jelmaan pemuda berbaju hijau itu tertawa lagi.   "Kini kau tidak ragu-ragu lagi. Namaku Thio Sek Bun."   Perubahan wajah adalah karena berhasil meyakinkan semacam ilmu muda, Dan aku berhasil seperti apa yang kau sudah saksikan, umurku delapan puluh satu tahun, tapi tidak ada orang yang percaya, mereka menyebut ku sebagai Pemuda Tenung."   Su-to Yan menyaksikan suatu keajaiban dunia, si Kakek Tenung Thio Sek Bun memang bukan manusia biasa. Begitu pandai mengubah dirinya tanpa disadari oleh orang ? Thio Sek Bun sudah mengembalikan wajahnya, kewajah seorang anak muda. Dia berkata lagi.   "Hut ln Khek kubesarkan sehingga saat ini, dia telah melanggar peraturan. Bila aku yang menangkapnya, menghukum mati, inilah yang memberatkanku."   Su-to Yan bungkam. Dia sedang memikirkan keselamatan Cin Bwee diatas puncak. Kakek Tenung Thio Sek Bun mengajukan pertanyaan.   "Aku heran, bagaimana kau bisa dikalahkan oleh Hui In Khek?"   "Aku menguatirkan keselamatan seorang kawanku, secara tibatiba saja, dia muncul di tempat itu."   "Kudengar kau adalah anak angkat Sam-kie Ju-su Ie Hong dari Tong hay. Apakah ini benar?"   Bertanya si pemuda Tenung Thio Sek Bun. Su-to Yan menganggukkan kepalanya.   "Ada hubungan apa dengan ayah angkatku itu?"   Dia bertanya.   "Hubungan yang sangat erat"   Berkata Thio Sek Bun.   "Sebelum kau jatuh dari tebing, kulihat Khong Bun menunggang rajawali besinya kearah sana, inilah yang menjadi biang kekacauan."   "Khong Bun?"   Su-to Yan belum pernah dengar nama ini.   "Kau tidak kenal kepada Khong Bun?"   Bertanya Thio Sek Bun heran.   "Dia adalah istri ayah angkatmu. Dengan sendirinya, kau harus memanggil ibu."   "Ibu angkatku yang hendak mencelakai aku?"   "Apakah Sam-kie Ju-Su In Hong belum bercerita ? Dia sudah bentrok keras dengan sang istri, Maka panggilan ibu itu belum tentu terlaksana."   Terlaksana atau tidaknya memanggil Khong Bun sebagai ibu, hal itu tidak memusingkan Su-to Yan. "Hm, kudengar kau adalah cucu dari Kiat-hay Kiam-khek Su-to Pek Eng?"   Bertanya lagi Thio Sek Hun.   "Betul, Boanpwe adalah cucu dari beliau."   "Haaa, sudah tahukah bahwa ilmu pedang Maya Nada kakekmu itu sudah jatuh ke-dalam tangan istana Khong-kiok-kiong?"   "Jatuh ke dalam tangan Khong - kiok kiong?"   Su to Yan mengkerutkan keningnya. Kini dia mengerti mengapa kitab Maya Nada yang didapat dari Ie Han Eng adalah kitab kosong. Ternyata kitab yang asli sudah terjatuh kedalam tangan istana Khong-kiokkiong.   "Belum tahu?"   Bertanya Thio Sek Bun.   "Bilakah kejadian itu terjadi?"   Bertanya Su-to Yan.   "Kakekmu tidak pernah bercerita?"   "Belum."   "Haaa, kakekmu mendapat kitab Maya Nada dari seorang asing yang berpakaian belang, Dia pelarian Istana Khong-kiok-kiong."   Terakhir diketahui oleh mereka, tentu saja kakekmu tidak sanggup mempertahankan diri, entah dengan cara bagaimana, kitab itu lenyap mendadak, maka kakek dan ayahnya mengejar sampai di istana belang Khong-kiok-kiong."   "Kemudian?"   "Mana kutahu, Diceritakan orang, bahwa kakek dan ayahmu itu mati disana."   "Aku hendak menuntut balas."   "Betul."   Bertepuk Thio Sie Bun.   "Sudah menjadi suatu kewajiban untuk menuntut balas dendam orang tua. Tapi ilmu kepandaianmu belum cukup kuat untuk menandingi mereka. Kau harus berlatih diri lagi."   "Melatih diri?" "Tentu saja. Aku bersedia membantu usahamu, Ada beberapa macam ilmu kepandaian yang dapat kuberikan kepadamu, Maukah kau menerima hadiah perkenalanku ini?"   "Atas kebaikan hati Cianpwee, dengan ini Su-to Yan mengucapkan banyak terima kasih."   Sipemuda menolak pemberian hadiah tanpa syarat dari si Kakek Muda Tukang Tenung Thio Sek Bun.   "Ha, ha, ha. , . ."   Thio Sek Bun tertawa.   "Kau memang bukan pemuda biasa, tidak mau sembarangan menerima rejeki nomplok yang di jatuhkan orang, Tapi ketahuilah Hadiahku itu bukan hadiah percuma, aku hendak meminta bantuanmu. Sebagai tanda terima kasih. Baru kuberikan hadiah ilmu silat itu."   "Persoalan apakah yang cianpwee serahkan?"   Bertanya Su-to Yan.   "Tentang suteeku Hui In Khek,"   Berkata Thio Sek Bun.   "Aku meminta bantuanmu untuk menangkapnya."   "Boanpwee kira, belum tentu boanpwee dapat menunaikan tugas itu."   Berkata Su-to Yan.   "Kau tahu, hadiah ilmu silat apa yang hendak kuberikan kepadamu?"   Su-to Yan memandang kakek tua yang masih berwajah muda.   "ilmu pedang Maya Nada dan sembilan ilmu silat peninggalan jaman purbakala."   Berkata Thio Sek Bun.   "Aaaaa...   "   "Pernah dengar tentang sepuluh macam ilmu silat dari jaman purbakala?"   Su-to Yan menganggukkan kepalanya, dia pun memiliki beberapa macam dari ilmu-ilmu silat itu. "ilmu Pedang Maya Nada adalah pertama dari kesepuluh macam ilmu silat itu,"   Kakek Muda Tukang Sihir Thio Sek Bun memberi penjelasan.   "Sudah boanpwee katakan, bahwa boanpwee belum tentu dapat mengalahkan sutee cianpwee."   Berkata Su-to Yan.   "Maka mungkin hadiah itu tidak dapat boanpwee terima."   "Dengar keteranganku,"   Berkata si Kakek Muda Tukang Tenung Thio Sek Bun.   "Tentang Manusia Super Tanpa tandingan Thian Kho Cu, dia mempunyai sepuluh anak murid, hidupnya tidak akur, karena itu sering terjadi bentrokan-bentrokan yang besar. Mereka mati semua. Lenyaplah sepuluh ilmu silat dari jaman purbakala itu, Kau hanya dapat mempelajari sedikit, tapi cukup untuk malang melintang didalam rimba persilatan, tahukah kau, bahwa sepuluh macam ilmu silat itu berada padaku?"   "Aaaaa...."   "Sebelum pertandingan yang terakhir dilakukan murid pertama Thio Kho Cu yang bernama Hoay Hoay Cu berkunjung ke tempat tinggalku, dia tidak mempunyai pegangan kuat untuk memenangkan pertandingan-pertandingan maka meninggalkan ilmunya kepadaku Keesokan harinya, murid bontot Thian Kho Cu yang bernama KongSun Put-hay juga mengunjungi aku, kukatakan tentang adanya peninggalan ilmu silat dari toa Suhengnya, dia mesem-mesem, tidak memberi komentar, kemudian melukis sepuluh macam ilmu silat purbakala itu, dengan tertawa puas, dia meninggalkan tempat kediamanku."   Su-to Yan memasang kuping dengan lebar2, matanya terbelalak, Suatu kejadian yang sulit di bayangkan betulkah Thio Sek Bun mempunyai hubungan-hubungan baik dengan murid-murid Thian Kho Cu? berapakah umurnya anak muda yang berumur tua ini? Akhirnya Thio Sek Bun menghela napas, dia berkata.   "Ilmu-ilmu silat jaman purbakala yang tersebar berceceran dirimba persilatan akhir-akhir ini hanya percikan dari ilmu-ilmu komplit itu. ilmu-ilmu inilah yang hendak kuhadiahkan kepadamu." "Sekali lagi, boanpwee mengucapkan banyak terima kasih."   Berkata Su-to Yan.   "Hei, tahukah tempat kediamanku?"   Bertanya lagi Thio Sek Bun. Su-to Yan memeriksa keadaan kelilingnya, dia tidak tahu. Mulutnya bungkam, matanya menatap mata Kakek muda Tukang Tenung itu. Dia hendak meminta keterangan yang lebih lengkap.   "Kau berada digunung Ngo-bie-San."   Berkata Thio Sek Bun tertawa.   "Ngo-bie-san?"   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Su-to Yan bingung.   "Begitu jauh?"   "Kau telah pingsan tiga hari tiga malam."   Berkata Thio Sek Bun.   "Aaaaa...."   "Mari kuajak kau ketempat penyimpanan ilmu-ilmu silat itu."   Berkata lagi Thio Sek Bun, Badannya bergerak, meninggalkan guanya. Su-to Yan mengintil dibelakangnya. Ditengah jalan, Thio Sek Bun berkata.   "Kau tahu, hari segera menjadi malam, harus cepat sedikit."   Betul-betul dia menambah kecepatannya, melalui jalan-jalan yang sulit dilewati, mereka berpantul-pantulan disekitar gunung Ngo-bie-san.   Setengah jam kemudian, mereka tiba di suatu tempat.   Thio Sek Bun menghentikan langkahnya, dia berkata kepada Suto Yan.   "Nah, sampai disini saja aku mengantarmu, disana ada sebuah gua, didalam guha itu kau dapat meyakinkan ilmu silat yang kau hendaki."   Su-to Yan tidak menduga kalau Thio Sek Bun menyuruh dia pergi seorang diri.   Dikala dia menengok kearah orang itu, si Kakek muda tukang tenung sudah berjalan pergi.    Apa boleh buat, Su-to Yan meneruskan perjalanan seorang diri, memasuki lembah yang sudah ditunjuk.   Semakin lama, jalan ini semakin sempit, undak-undakan batu yang licin memberi petunjuk terakhir lembah itu menjadi buntu, sebuah gua berada disana.   Su-to Yan mendongakkan kepala dan memperhatikan gua itu.   Tepat diatas gua terdapat tulisan yang berbunyi.   "Liok Sian Tong."   Liok Sian Tong berarti gua tempat tinggal dewa hijau.   Su-to Yan belum mengerti, siapakah yang diartikan dengan dewa hijau? Menurut keterangan si Kakek muda tukang tenung Thia Sek Bun, tempat ini adalah tempat tinggalnya, ditempat ini para murid Manusia tanpa tandingan Thian Kho Cu meninggalkan sepuluh macam ilmu silat dari jamannya.   Apakah benar kejadian seperti itu? Thio Sek Ban kah yang menamakan dirinya sendiri sebagai Dewa Hijau? Su-to Yan sudah memasuki guha Liok Sian Tong.   Keadaan guha agak gelap semakin lama, dia masuk, semakin dalam, keadaannya sudah biasa, tidak segelap tadi.   Dari dalam terlihat cahaya terang, maka banyak membantu usahanya untuk memasuki dan menyelidiki isi guha.   Semakin dalam, guha itu semakin indah banyak ruangan-ruangan yang terpisah.   Disalah satu ruangan yang besar, Su-to Yan dapat menyaksikan banyaknya meja dan kursi, semua terbuat daripada batu kumala, begitu mewah, disertai dengan ukiran-ukiran yang menarik, inilah barang-barang antik.   Diam-diam Su-to Yan merasa kagum kepada Thio Sek Bun.   karena Kakek muda tukang ramal itu memiliki tempat kediaman yang dapat memberi kesan baik.   Keadaan didalam guha Liok Sian Tong benar-benar menarik sekali.    Di sebelah kiri dari ruangan besar itu ada sebuah pintu setinggi manusia, menghampiri pintu, Su-to Yan memasuki lain bagian dari gua Liok Sian Tong.   Cahaya yang gemilau mencorong keluar dari ruangan ini.   Astaga ! Mata Sipemuda terbelalak, didalam ruangan ini berserakkan aneka macam batu permata, benda-benda berharga, seperti berlian, mutiara dan lain-lainnya.   -ooo0dw0ooo-   Jilid 13 RUPANYA, sinar terang yang menerangi seluruh isi guha berpusat dari ruangan ini.   Su-to Yan bukan seorang anak muda yang gila harta kekayaan, barang-barang itu tidak dapat menggugah hatinya untuk menjadi seorang.   Thio Sek Bun berkata, bahwa ditempat inilah Hoay Hoay Cu dan Kong-Sun Put-hai meninggalkan catatan ilmu silat dari jaman purbakala, dia hendak menyaksikannya.   Su-to Yan hendak memeriksa ruangan-ruangan lain.   Tiba-tiba...   Terdengar suara gemerunduk yang keras, seolah-olah gunung ambruk, berbarengan dengan terdengarnya suara itu, pintu sudah tertutup, di belakang Su-to Yan bertambah seorang berwajah hijau, berkulit hijau dan berambut hijau.   Dengan sinar matanya yang memancarkan warna kehijauhijauan, orang itu memandang sipemuda, Su-to Yan menetes keringat dingin, belum pernah dia menemukan orang seperti apa yang kini dihadapinya, serba hijau, menakutkan, menyeramkan dan membuat suatu kesan bahwa dirinya berada dilain dunia, sedang berhadapan dengan makhluk halus yang berada didalam liang kubur.   Orang tua serba hijau menatap Su-to Yan, begitu tajam, terus menerus, tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya.   Su-to Yan sedang berpikir-pikir, siapakah orang serba hijau ini? Mengapa Thio Sek Bun tidak menceritakannya.   "Hm "   Orang serba hijau itu mengeluarkan suara dari hidung. Seluruh bangsal-bangsal peredaran darah Su-to Yan dirasakan hampir membeku, dia menyedot napasnya dalam-dalam, kemudian dengan memberanikan diri membentak.   "Siapa kau?"   Orang tua serba hijau tak menjawab pertanyaan Su-to Yan, dia mengangkat tangannya yang kurus dan berwarna hijau itu, berjulur ke arah sipemuda.   Su-to Yan mundur kaget, itulah ilmu cengkeraman Maut Thianmo Nie-hun-ciauw.   Salah dari sepuluh macam ilmu silat peninggalan jaman purba kala.   Ilmu cengkeraman maut yang dilontarkan oleh orang tua serba hijau itu, lebih hebat dari pada apa yang Su-to Yan miliki, hampir sipemuda menjadi korban keganasan, Untung Su-to Yan gesit, dia lolos dari sela-sela kekosongan cengkeraman luar biasa tadi.   Orang tua hijau mengirim cengkeramannya yang kedua.   Su-to Yan menancap kuat sepasang kakinya, dengan ilmu Kabut Hijau It-bok Cin-khie, dia menutup semua pertahanan dirinya, dengan ilmu iblis Bersilat, dia menahan datangnya serangan itu.   Ces...Sret....Jari jemari orang tua serba hijau itu menembus pertahanan basis It-bok Cin-khie, menyingkirkan serangan iblis Bersilat, merobek baju Su-to Yan.   "Siuuut.."   Su-to Yan mencelat tinggi, dia mengeluarkan keringat dingin, ilmu cengkeraman Mautnya tidak mungkin menandingi lawan yang hebat itu.   ilmu It-bok Cin-khie tidak dapat membendung serangannya, ilmu iblis Bersilat tidak dapat menahan kemajuannya, apa lagi yang harus digunakan olehnya? Sret...   Dia mengeluarkan pedang di punggung, tanpa banyak pikir, mengayun pedang tadi, dengan jurus Ouw-in Hian-jit, menutup serangan si orang tua serba hijau itu.   Cahaya sinar pedang yang berkilauan berhasil menahan kemauannya orang tua serba hijau didalam goa Liok Sian Tong, Hanya beberapa kali kedipan mata, orang tua itu sudah dapat cara untuk menghadapi pedang Su-to Yan, berulang kali lagi menyerang dengan gencar.   Su-to Yan terdesak mundur.   Orang tua serba hijau mendesak semakin hebat, kini kakinya bergerak aneh sekali, dari jarak yang sangat tidak mungkin, dari posisi yang sulit, dia memasuki basis pertahanan Su-to Yan, hek, mengenai iga si pemuda.   Su-to Yan terjengkang, ilmu Kaki Kepiting Mo-liong-tui orang tua aneh itu jauh berbeda dari Kaki Kepiting si Tosu tukang Sado Giok Hie.   Menurut perhitungannya, tendangan tadi dapat mematahkan tulang iganya, kenyataan tidak, hanya gejolak darahnya yang berkecamuk hebat, tentunya orang tua serba hijau itu sedang menderita luka, maka tenaganya tidak dapat dikerahkan penuh.   Orang tua serba hijau bernama Gang-lam-hong, kedudukannya dapat mengimbangi sepuluh murid Thian Kho Cu, Dia berhasil menendang anak muda itu, tapi dari gelagat yang disaksikan, Su-to Yan tidak menderita luka hebat, inilah yang mengherankan dirinya, Darimana pula datangnya musuh yang sekuat itu? Su-to Yan berhasil membenarkan posisi kedudukannya, tidak urung, dia memuntahkan darah segar.   Untuk mengimbangi luka dalam itu, dia diam tidak bergerak dengan pedang tetap ditangan, dia mengatur peredaran darahnya.    Orang tua serba hijau Gang Lam Hong hendak menjatuhkan Suto Yan, dia siap bergerak lagi.   Disaat ini, tiba-tiba terdengar suara dengungan suara yang seperti tawon.   "Gang Lam Hong . , , Gang Lam Hong.... Gang Lam Hong ..."   Itulah ilmu panggilan Sukma, atau diberi nama juga Tahanan Bathin dari para tukang tenung.   Gang Lam Hong membelalakkan matanya yang hijau, cepat-cepat duduk bersila, dia harus melawan adanya kekuatan gaib yang hendak di tekankan ke dada dirinya.   Su-to Yan tidak tahu, apa yang telah menimpa orang tua serba hijau itu.   Yang jelas, dia pernah merasakan Tahanan Bathin dan serangan Lagu Asmara Birahi dari si Paman Tenung Hui In Khek, cara-cara itu sangat hapal sekali.   Dari keadaan yang dia saksikan, orang tua serba hijau sedang mengadakan perlawanan untuk ilmu tenung itu.   Gang Lam Hong dapat mendengar dengungan suara yang memanggil-manggil dirinya, bila imannya kurang kuat, tentu tersedot pergi, itu semacam ilmu gaib.   Dia menyesalkan diri sendiri, adanya orang diluar gua tidak diketahui sama sekali, inilah kelengahannya.   Orang tua serba hijau Gang Lam Hong berkutet dengan ilmu tenung, dia tidak berhasil menekan panggilan suara itu, semakin keras, tekanannya semakin berat, kini badan Gang-Lam hong gemetaran, mukanya pucat laksana mayat, lengkaplah semua warna hijau itu, mulutnya menggigil dingin, gemerutuk keras, dari cela cela bibirnya mulai mengeluarkan darah.   Su-to Yan menjadi tidak tega, dia hendak mengeluarkan Tong-hay, dengan lagu Hansan Liok-Bwee, tentu lebih membantu usaha menenangkan pikiran orang tua itu, tapi Tong hay sudah jatuh didekat gunung Bu san, dia tidak mengeluarkannya.   seruling mudah seruling berhasil Keadaan Gang Lam Hong semakin lemah, ilmu tenung hanya dapat dilawan dengan kekuatan bathin, kelengahan orang tua serba hijau itu yang memusatkan pikirannya kepada Su-to Yan memberi kesempatan baik kepada musuh, maka untuk mengimbangi dan membalikkan keadaan yang buruk itu, tenaga dan kekuatan yang dikerahkan terlalu berat.   Su-to Yan selesai menamatkan perputaran darahnya, cepat cepat maju memegang Gang Lam Hong.   Gang Lam Hong membuka mata, satu aliran kuat menjamin jantungnya, karena itu, imannya kokoh kembali, mulutnya dibuka dan mengeluarkan suara pekikan panjang.   Inilah perlawan untuk menghadapi ilmu tenung.   Blegurr ...   Satu suara gemuruh menggoyangkan seluruh isi gua Liok Sian Tong, Gang Lam Hong melepaskan diri dari bantuan Su-to Yan.   Si pemuda hendak menerjang keluar, tapi orang tua itu berkata.   "Tidak perlu dilihat, jalan keluar guha Liok Sian Tong sudah ditutup mati, Thio Sek Bun tentu menderita luka hebat. Dan.... Kau juga terkurung didalam guha ini. Tidak bisa ke luar lagi."   Su-to Yan berkerut alis, siapakah yang menempati gua Liok Sian Tong? Mungkinkah bukan tempat tinggal si Kakek muda tukang tenung Thio Sek Bun? Orang tua serba hijau Gang Lam Hong bertanya.   "Bocah, apa maksudmu datang ke gua ini?"   Su-to Yan belum berhasil memecahkan duduk persoalan yang lebih terang, dia lupa memberikan jawaban itu.   Sifat Gang Lam Hong sangat aneh, sebelum sipemuda mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaannya, dia sudah menyambung dengan lain urusan, katanya.    "Kau tentu bermaksud hendak memiliki barang-barang pusaka didalam guha ini, bukan?"   Su-to Yan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia masih belum membuka mulut. Gang Lam Hong bertanya terus.   "Lalu, apa maksudmu?"   "Terlebih dahulu, boanpwee ingin tahu, siapakah menempati guha ini?"   Bertanya Su-to Yan lantang. yang Orang tua itu membelalakkan matanya.   "Seperti apa yang kau sudah lihat"   Dia membentak "Siapakah yang tinggal disini?"   Su-to Yan mementang mulutnya lebar-lebar.   "Kau tidak percaya?"   Gang Lam Hong menunjukkan giginya, juga berwarna hijau, dimasa muda Gang Lam Hong, dia pernah memakan buah hijau maka sekujur tubuhnya, dari rambut, kulit sehingga gigi dan kuku, semua berwarna hijau tua, sungguh menakutkan sekali.   Sudah menjadi kenyataan bahkan Su-to Yan tidak takut kepada orang tua serba hijau itu, si pemuda berkata.   "Bukan tidak percaya, Tapi Thia Sek Bun mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan."   "Inilah."   Berkata orang tua serba hijau Gang Lam Hang.   "Kau terlalu percaya kepada orang."   "Boleh Boanpwee mengetahui nama cianpwee yang mulia?"   Bertanya Su-to Yan.   "Namaku Gang Lam Hong"   Berkata orang tua serba hijau didalam guha Liok Siun Tong.   "Pernah dengar tentang namaku?"   Su-to Yan- mengangkat pundak. "Tentu saja kau tidak tahu,"   Berkata Gang Lam Hong.   "Umurku genap seratus satu tahun, Tiga atau empat generasi lebih tinggi dari darimu."   Su-to Yan bungkam, dia harus percaya keterangan Gang Lam Hong.   "Aku heran,"   Berkata lagi Gang Lam Hong.   "Disaat-saat yang sama penting, kau mau menolong diriku, mengapa?"   "Tidak ada alasan untuk menjerumuskan orang kejurang kematian,"   Berkata Su-to Yan tertawa.   "Kukira kau hendak mencuri sesuatu di dalam guhaku"   Berkata orang tua serba hijau Gang Lam Hong.   "Cianpwee terlalu banyak curiga."   Berkata Su-to Yan tawar, Keadaan sipemuda seperti ikan didalam tempurung, tidak ada jalan untuk membebaskan dirinya dari gua Liok San Tong.   "Sudah wajib mencurigai seseorang."   Berkata Gang Lam Hong.   "Kau belum tahu, selama hidupku, beberapa kali ditipu oleh orang orang yang kupercayakan. Bagaimana boleh tidak bersiap siaga kepada penipuan-penipuan gaya baru?"   "Boanpwee dicurigai?"   Bertanya Su-to Yan.   "Mengapa tidak?"   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Berkata Gang Lam Hong terus terang.   "Cianpwee telah menutup mati pintu guha Liok Sian Tong, boanpwee tidak mempunyai jalan lain untuk keluar dari tempat ini, apa lagi yang cianpwee curigakan?"   Gang Lang Hong tertawa berkakakan.   "Ha, ha., Kau tidak takut mati?"   "Setiap orang akan mati."   Berkata Su-to Yan gagah.   "Boanpwee pun tidak dapat mengelakkan takdir ini. Cepat lambatnya kematian tergantung dikemudian hari, Bilamana betul-betul pintu gua sudah ditutup, boanpwee mempasrahkan diri." "Pintu guha Liok Sian Tong sudah kututup mati, kecuali menggerakan sepuluh batalion tentara kerajaan untuk mengadakan pembongkaran, mungkin kita dapat tertolong, bila tidak jangan harap mengimpikan untuk melihat matahari."   "Boanpwee harapkan kerelaan cianpwee untuk melenyapkan jurang kecurigaan."   Berkata Su-to Yan.   "Ha, ha..."   Gang Lam Hong tertawa.   "Apa maksud kedatanganmu ditempat ini, kukira ada baiknya berterus terang."   Su-to Yan menceritakan pengalamannya, bagaimana dia dijatuhkan oleh si paman Tenung Hut In Khek.   bagaimana dia bertemu dengan Kakek Muda tukang tenung Thio Sok Bun, bagaimana manusia itu ngelindur tentang sesuatu yang bukanbukan, dengan terakhir dia terpancing memasuki guha Liok Sian Tong.   "Ha, ha, ha, ha..."   Gang Lam Hong tertawa lagi.   "Begitu pandai Thio Sek Bun mengarang cerita! Dikatakan dia kenal kepada Ho Hay Cu? Berapakah umurnya tukang tenung itu? Semua cerita yang ditaburkan kepadamu bukan isapan jempol, bedanya, lakon yang memegang peranan bukan dia, Thio Sek Bun, itulah pengalaman pengalaman yang ku alami. Dimasa Ho Hay Cu dan Kong-sun Puthay jaya, Thio Sek Bun belum dilahirkan dari rahim kandungannya. Semua pengalaman-pengalamanku telah diceritakan olehnya. Aku yang di jadikan roh penting olehnya."   Ternyata guha Liok Sian Tong adalah guha si Dewa Hijau Gang Lam Hong, dikala terjadi perang saudara diantara murid-murid Super Manusia Thian Kho Cu, ilmu silat mereka pernah digariskan didalam guha ini, Thio Sek Bun mengincar lama, takut kepada Gang Lam Hong.   Beberapa kali bertempur, demikianlah muslihat, hendak memperalat Su-to Yan.   menggunakan tipu Dimisalkan Su-to Yan bersifat jahat, mengeroyok Thio Sek Bun dari dalam dan luar guha, tentu orang tua serba hijau itu dapat celaka.    Kenyataan tidak demikian, dikala Gang Lam Hong mendapat tekanan berat dari Thio Sek Bun, Su-to Yan membantu orang tua serba hijau itu.   "Kau tertarik oleh bujuk rayunya Thio Sek Bun?"   Membentak Gang Lam Hong galak, Cara bicaranya orang tua serba hijau ini tidak menyenangkan Su-to Yan, berhubung generasi Si Dewa Hijau masih berada diatas dirinya, Su-to Yan menelan segala itu.   Sedapat mungkin, dia mempertahankan kehormatannya sebagai seorang dari tingkatan yang lebih muda.   Wajib menghormati kepada seseorang yang lebih tua dan kaum wanita pepatah ini tidak dapat dilupakan.   Cara sopan santun yang diperlihat oleh Su-to Yan menyenangkan Gang Lam Hong, seperti apa yang telah kita gambarkan.   Wajah, rambut, kulit dan gigi Gang Lam Hong mempunyai warna lain dan apa yang seharusnya, warna hijau, tentu sangat menakutkan.   Ditambah dua buah caling kecilnya, manakala dia membuka mulut dan membentak-bentak, tentu saja lebih menakutkan.   Semua orang takut kepadanya, maka dia menetap didalam guha Liok Siun Tong membikin pengasingan, hanya Su-to Yan seorang yang tidak takut, ini menyenangkannya.   "Hei,"   Gang Lam Hong berkata.   "Belum pernah aku gembira seperti hari ini. Mengapa kau memperlihatkan wajah asam? Hayo, ketawa, Kau seorang pemuda yang tidak takut mati, bukan? Mengapa harus banyak pikiran? Hayo, kau ketawa, Ha, ha, ha, ha "   Tiba-tiba Gang Lam Hong terbatuk, wajah hijaunya berubah menjadi putih sangat pucat. Cepat-cepat Su-to Yan berkata.   "Luka Cianpwee masih berat, Tidak boleh banyak menggunakan tenaga besar, juga tidak baik tertawa seperti ini."   Si Dewa Hijau peninggalan jaman purbakala Gang Lam Hong menghela napas, dia berkata lemah.    "Dengan ilmu Air mata Burung Rajawali mengalun diudara, aku berhasil mengalahkan Thio Sek Bun, Tapi ilmu Tahanan bathin si tukang tenung memang hebat, aku juga menderita luka, adanya luka lama memberatkan luka ini."   Gang Lam Hong duduk lemah. Sekali lagi dia menarik napas. Su-to Yan membiarkan orang tua itu memelihara diri, dia tidak mengganggu.   "Bocah,"   Berkata lagi Gang Lam Hong.   "Kau telah diperalat oleh Thio Sek Bun. Dia sendiri tak berani menempur aku, maka menggunakan dirimu, kau berkepandaian tinggi, tak mudah mengalahkan mu. Disaat itu dia menggunakan ilmu Tahanan Bathin, hampir saja aku celaka, Kini dia bebas, luka yang diderita dapat disembuhkannya mudah. Tapi kita berdua. Akh, kita berdua akan mati di tempat ini."   "Mungkinkah tak ada jalan keluar?"   Bertanya Su-to Yan.   "Sudah kukatakan,"   Berkata Gang Lam Hong.   "Pintu keluar sudah tertutup, kecuali di bongkar oleh sepuluh batalyon pasukan tentara kerajaan yang bertenaga kuat, mungkinkah hal ini dapat terjadi?"   "Thio Sek Bun hendak memiliki ilmu pedang Maya Nada dan sembilan macam ilmu peninggalan jaman purbakala lainnya."   Su to Yan memberi keterangan "Dia pasti kembali."   "Kita tak dapat mempertahankan diri sampai selama itu."   Berkata Gang Lam Hong.   "Akan kita usahakan."   Berkata Su-to Yan penuh pegangan hidup. Gang Lam Hong menggeleng-gelengkan kepala.   "Eh,"   Dia berkata.   "Ada baiknya kau mempelajari ilmu-ilmu yang ada di dalam gua ini. Sekali lagi aku bermain dengan api, mempertaruhkan diri, biar bagaimana harus kuberi kesempatan menguji kejujuran hatimu, pergilah kau mempelajari ilmu-ilmu yang ada."   Su-to Yan menggelengkan kepala. "Tujuan boanpwee hendak membikin perhitungan dengan istana Belang Khong-kiok-kiong. Golongan inilah yang mencuri ilmu pedang Maya Nada, orang-orang inilah yang membunuh kakek dan ayah boanpwee."   Dia ceritakan tentang apa yang dia dengar dari pendekar Rajawali Mas Kie Eng tentang cerita istana Khong-kiok-kiong, ayah dan kakeknya. Gang Lam Hong tersenyum.   "Kitab Maya Nada yang pernah jatuh ke dalam tangan kakekmu itu adalah kitab palsu."   Su-to Yan membelalakkan mata, Keterangan ini agak sulit untuk diterima olehnya, Seperti apa yang telah kita ketahui, kitab Maya Nada pemberian Ie Han Eng adalah kitab kosong, hanya kitab duplikat dari kitab Maya Nada yang asli, Dan dikatakan oleh Kie Eng, kitab Maya Nada yang asli jatuh ke- dalam tangan istana Belang Khong-kiok-kiong, dalih apalagi yang digunakan oleh Gang Lam Hong, maka ia berani mengatakan bahwa kitab yang jatuh ke dalam tangan istana Belang Khong-kiok-kiong itu juga se   Jilid kitab yang palsu? Dewa hijau Gang Lam Hong dapat melihat keadaan wajah sipemuda yang tidak mempercayai keterangannya, dia memberi penjelasan yang lebih terperinci katanya.   "Hubunganku dengan Kong sun Put-hay bukan hubungan biasa, Maka aku tahu kitab Maya nada yang berada didalam sakunya itu adalah kitab palsu, Kitab itu untuk mengelabui mata orang, pelajaran ilmu pedang maya nada yang asli adalah ukiran-ukiran yang tergores di dalam guhaku ini. Nanti-nanti, setelah kau menyaksikan goresan pedang yang Kong-sun Put-hay tinggalkan didalam guha-guha ini, maka kau dapat melihat benar tidaknya dari ceritera ku tadi."   Inilah rahasia baru, Su-to Yan masih bingung, Dimisalkan kitab maya nada yang didapat Sang kakek berupa kitab palsu, mengapa istana Khong-kiok-kiong tidak tahu? Mengapa Sang kakek dan Sang ayah mengejar ke istana belang itu? Jawabannya hanya satu, kakek dan ayah-nya, beserta juga dengan istana Khong Kiok-kiong, semua orang tidak tahu akan adanya pemalsuan kitab itu.   Mungkinkah hal ini dapat terjadi? Dewa hijau Gang Lam Hong berkata lagi.   "Liok Sian Tong adalah panggilan untuk guha guha yang dibangun olehku, sebagian dari guha-guha ini memang sudah ada, guha alam namanya, setelah kuperbaiki dengan tenaga penuh, guha ini aman untuk tempat kediamanku, hanya Thiam Kho Cu dan sepuluh muridnya yang tahu, Merekapun jarang mengunjungi tempat ini, Entah bagaimana Thio Sek Bun dapat tahu tentang adanya goresan ilmu pedang Kong Sun Put-hay, tapi kukira, dia tidak tahu, bahwa disini, terdapat sepuluh guha ilmu silat masingmasing tercatat sepuluh macam ilmu peninggalan jaman purbakala, ilmu pedang maya nada adalah salah satu diantaranya."   Orang tua serba hijau itu menceritakan tentang pengalaman pengalaman hidupnya.   Tentang hubungannya dengan Super Manusia Tanpa Tandingan Thian Kho Cu, dan tentang adanya peninggalan sepuluh macam ilmu purbakala didalam sepuluh gua silatnya.   Su-to Yan merasa tertarik, dia juga menceritakan pengalamannya.   Mereka adalah senasib bila tidak ada bantuan dari luar, tentu mati terkubur ditempat itu.   Kekuatiran ancaman maut ini dapat dielakkan, bilamana Su-to Yan dapat menyembuhkan luka atau menambah kekuatan Gang Lam Hong.   Atau Gang Lam Hong dapat memberi kekuatannya kepada si pemuda.   Suatu saat Su-to Yan mengajukan pertanyaan.   "Cianpwee, boleh boanpwee mengajukan pertanyaan?"   "Coba kau, katakan." "Dimisalkan pintu guha tidak tertutup mati, bagaimana perlakuan cianpwee atas kelancangan yang boanpwee telah dilakukan?"   "Itu waktu, mungkin aku membunuh orang."   "Kemudian, bagaimana dengan si tukang tenung Thio Sek Bun?"   "Sudah berulang kali kuberi pengampunan, tapi dia bandel keras kepala, untuk menghadapi manusia sebangsa Thio Sek Bun, cara yang terbaik adalah membunuhnya."   "Dengan ilmu kepandaian yang cianpwee miliki, tidak mungkinkah untuk memberi tekanan kepada dirinya? Memaksa dia mengubah ketamakannya kepada benda pusaka?"   "Sifat seseorang itu sudah dilahirkan sedari kecil, Mana mungkin dirubah?"   "Juga tidak dapat ditekan?"   Gang Lam Hong menyengir dia berkata.   "Penipuan-penipuan yang mereka jatuhkan kepadaku terlalu banyak, Aku tidak percaya kepada orang lagi ?"   "Termasuk boanpwee?"   Bertanya Su-to Yan tertawa.   "lnilah pertaruhanku yang terakhir,"   Berkata Gang Lam Hong.   "Coba kau datang ke dekatku,"   Su-to Yan menghampiri orang tua serba hijau itu.   "Kau tidak takut kubunuh mati?"   "Seseorang yang hendak menggunakan cara licik menipu orang mempunyai ciri-ciri tersendiri sebenarnya tidak sulit untuk mengelakkan adanya penipuan itu, seperti Thio Sek Bun yang pernah bercerita tentang adanya peninggalan sepuluh macam ilmu peninggalan jaman purbakala, bila boanpwee menggunakan sedikit otak tentu tidak sampai terjadi kejadian ini."   Gang Lam Hong berkata lagi, suaranya mulai menjadi lemah.    "Jangan lupa, di dalam gua ini terdapat sepuluh gua kecil, disanalah goresan-goresan ilmu peninggalan jaman purbakala itu ditinggalkan, baik-baiklah pelajari ilmu-ilmu itu, itulah catatancatatan yang Thio Sek Bun hendak miliki, Thio Sek Bun datang beberapa kali, dia kerja percuma.   Tentu saja harapan si Tukang Tenung jahat itu menjadi pendek, Ha ha ha...."   Gang Lam Hong sangat puas, dia tertawa lama, dia mentertawakan Thio Sek Bun yang salah set. Dan betapapun, ilmu itu tidak dihadiahkan kepada si Kakek Muda Tukang Tenung Thio Sek Bun.   "Cianpwee..."   Tiba-tiba... Suara Gang Lam Hong terhenti, begitupun napasnya, karena sayap jantung yang sudah berhenti bekerja, semua gerak orang tua serba hijau itu tidak bekerja lagi. Membarengi suara Ik"   Yang tersendat keras, wajah hijaunya lenyap   Jilid 13 halaman 31 s/d 34 hilang - yang berhasil meyakinkannya,"   Dibawah catatan-catatan itu tertanda tangan Kong-sun Put-Hay.   Su-to Yan telah mempelajari sembilan macam pelajaran ilmu purbakala, kini mempelajari yang ke sepuluhnya, dia tidak dapat memahami semua ilmu kepandaian itu, dia hanya menelannya mentah-mentah, hanya sebagian yang dapat dipelajari.   Terlebihlebih ilmu Pedang Maya-Nada, bagaimanapun dia tidak mengerti.   Disebelah goresan kata-kata peninggalan Kong-suu Put Hay terlihat gambar-gambar orang, wajah orang-orang itu sangat mirip sekali, diperkirakan diantara empat puluhan, berbaju panjang dan tampaknya sangat angkuh sekali, dengan kerlingan mata yang didongakkan keatas, gambar orang ini memandang rendah segala galanya, begitu hidup sekali gambar itu.   Tentunya gambar Kong-sun Put Hay.   Gambar gambar itu berjumlah 9 macam gerakkan pedang.    Su-to Yan mulai menyaksikan ilmu pedang Maya Nada.   Tentu saja, tidak mudah memahami ilmu pedang hebat itu.   ilmu pedang Maya Nada adalah ilmu pedang kelas berat, Sampaipun tokoh-tokoh berilmu tinggi belum tentu dapat memainkan ilmu itu, apalagi Su-to Yan, seorang anak muda yang belum lama menerjunkan diri kedalam rimba persilatan.   Kecerdasan otak Su-to Yan melebihi manusia biasa, toh tidak mungkin ia dapat mempelajari ilmu pedang itu secepat mungkin.   Berulang kali dimainkan olehnya, berulang kali pula ia mencocokan dengan apa yang ada, masih juga belum dapat menjatuhkan atau memainkannya dengan sempurna.   Disini letak keistimewaan pedang Maya Nada, seolah-olah terdiri dari beberapa jurus yang terputus-putus, dan ilmu pedang itu harus dijadikan satu, sambung menyambung dan mempunyai hubungan yang berantai.   Su-to Yan pening kepala, dia masih berusaha menyambung rangkaian ilmu pedang itu.   Dia tidak berhasil.   Pemuda kita duduk bersila, menenangkan pikirannya, mencari ilham untuk memecahkan selubung yang sedang dihadapi.   Ia berusaha, berusaha mendapatkan apa yang sudah berada didepan mata.   Tiba-tiba Su-to Yan lompat bangun, tangannya menari-nari mengikuti gerakan itu, sejurus demi sejurus, perlahan demi perlahan, ia memainkannya kembali.   Dari jurus pertama sehingga jurus-jurus yang terakhir.   Mulai terdengar auman desiran pedang Su-to Yan berhasil menemukan cara untuk memainkan ilmu pedang Maya Nada, itu waktu seluruh ruangan terdengar dengungan-dengungan santer sekali, itulah kehebatan ilmu Pedang Maya Nada.    Beberapa kali si pemuda mengulang kembali permainannya.   Memang hebat, dengungan-dengungan itu seperti badai selatan, bagai ombak Laut disamudra, seperti gunung yang memuntahkan lahar berapinya.   Beberapa lama kemudian, Su to Yan puas pada hasil yang telah dicapai, ia menarik tangan dan menyelesaikan pelahan itu.   Letih badan merangsang seluruh sendi-sendi tulang Su-to Yan, ia menenangkan pikiran, apapun tak dipikirkan kembali, maka tidak lama, ia tertidur dalam guha catatan ilmu pedang Maya Nada itu.   Ilmu pedang maya nada, ilmu pedang peninggalan Manusia super Tanpa tandingan Thian Kho Cu telah didapatkan oleh Su-to Yan.   Segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Tuhan, ada Su-to Yan memasuki goa Liok Sian Tong itu adalah hasil buah tipu muslihat Sikakek muda tukang tenung Thio Sek Bun.   Kini ia berhasil mendapatkan ilmu yang tiada tandingannya.   Ilmu pedang maya nada, ilmu yang dibuat rebutan dari dahulu oleh tokoh-tokoh silat kelas satu yang hendak mendapatkan ilmu pedang itu.   Hari demi hari, minggu demi minggu, tiga bulan telah dilewatkan begitu saja.   Berada didalam guha Liok-Sian-tong sangat gelap, tidak ada sinar matahari yang menembus.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Su-to Yan tidak tahu, bahwa dirinya telah menjadi seorang tokoh terkuat didalam persilatan, ia juga tidak tahu, bahwa ia telah melewatkan waktu tiga bulan didalam guha itu, Umur Su-to Yan masih muda, dia berhak menuntut penghidupan yang lebih panjang.   Dalam hari hari itu, ia berusaha meninggalkan gua Liok Sian-tong.   mencari jalan keluar, Gua Liok sian-tong, adalah rangkaian dari guha-guha alam yang dikombinasikan dengan guha-guha ciptaan si Kakek serba hijau Gang Lam Hong, kecuali meyakinkan ilmu-ilmu yang ada ditempat itu, Su-to Yan masih berusaha mencari jalan keluar.   Dia kurang yakin, bahwa guha itu tidak ada jalan keluar.   Su-to Yan mengetuk-ngetuk batu yang ada pada gua itu, dia hendak memberi satu keyakinan bahwa salah satu dari gua itu mempunyai dinding yang lebih tipis, dengan harapan menjebol dinding itu dan kembali kedunia yang ramai.   Satu hari usahanya tidak sia-sia, dari suara ketukan batu yang dapat dibedakan olehnya dia menemukan sesuatu tempat yang agak tipis dari pada lain-lainnya, dengan tenaga dalam yang dimiliki, kiranya dia harus berusaha menjebolkan batu itu.   Sekali lagi Su-to Yan mengulang pelajaran pelajaran yang ada, kemudian ia menyembah dan sembahyang didepan kuburan Gang Lam Hong.   Hingga penghormatannya yang terakhir, ia harus meninggalkan tanah yang mengebumikan kakek serba hijau itu.   Su-to Yan menuju ketempat dinding batu yang dianggapnya sangat lemah, seluruh tenaganya dikerahkan, sehingga kekk..., dia memukul hancur batu dinding guha itu, maka terdengar menggema suara gemuruh yang luar biasa.   Gua Liok-san-tong pun roboh, rata dengan tanah, tubuh Su-to Yan meleset keluar dan berhasil meninggalkan tempat itu.   Su-to Yan berhasil keluar dari gua Liok sian-tong, ketika ia melongok kebawah seluruh guha itu sudah rata dengan tanah.   Suara gemuruh dari runtuhan batu masih terdengar kadangkadang perlahan, kadang-kadang keras, dan musnahlah semua catatan peninggalan Manusia Super tanpa tandingan Thian Kho Cu.    Pendekar Bunga Karya Chin Yung Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo Keris Maut Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini