Ceritasilat Novel Online

Pedang Wucisan 13


Pedang Wucisan Karya Chin Yung Bagian 13


Pedang Wucisan Karya dari Chin Yung   "Terima lagi serangan yang terakhir."   Berkata Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu dengan melempar seluruh biji catur yang ada ditelapak tangannya.   Terdengar desingan yang memekakkan telinga, dua belas biji catur dengan satu garis yang sebaris, disertai dengan suara dengungan hebat luar biasa mengarah Su-to Yan.   Su-to Yan melirik kearah datangnya serangan yang seperti itu, tidak ada ubahnya sebagai sebatang pedang, dan dari dua belas biji catur yang diarah kepada dirinya, masing-masing mengandung kekuatan yang tidak sama, Bila ia salah menerima, pasti dia celaka.   Cepat dia menarik keluar pedangnya, dengan tangan kiri tetap memainkan tipu Tiga Belas jari Memainkan Alat Pie-Pa, dengan tangan kanan memainkan ilmu pedang Maya Nada, dia menghadapi serangan-serangan biji catur Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu.   "Ting, ting, ting, ting...."   Empat biji catur dijatuhkan olehnya, delapan biji catur lainnya kini berpecah, dari atas tiga, dari kanan dua dan dari kiri dua, meluruk kearah jago muda kita.   Tiga belas jari Memainkan alat Alat pie-pa bekerja keras, dengan gesit dan lincah Su-to Yan berhasil menyampok dan menghindari serangan-serangan itu.    Dengan alat alat permainan biji catur, Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu tidak berhasil menekan Su-to Yan, karena itu timbul niatan jahatnya sepasang tangan didorongkan kedepan, dengan membawa uap yang berwarna keputih-putihan didorong kearah Su-to Yan.   Su-to Yan sudah berhasil menghindari serangan-serangan biji-biji catur, dan terdengar lagi suara serangan yang baru, karena itu dia menyimpan pedang, dengan kedua tangannya, memapaki datangnya serangan itu.   Terdengar suara yang seperti guntur membelah bumi, dan masing-masing terdorong mundur.   Seng-mo Leng Go Tiok turut menyaksikan kejadian-kejadian tadi, hatinya menjadi berdebar-debar, apa lagi melihat ilmu Pek-ie Sin kang yang Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu perlihatkan, itulah ilmu hebat dari jaman purbakala, ilmu yang belum pernah menemukan tandingannya.   Dan akibat daripada benturan tadi, masing masing terpisah lagi, rasa terkejutnya Seng-mo Leng Go Tiok lebih-lebih lagi, tidak disangka, bahwa Su-to Yan dapat mengimbangi kekuatan seorang jago yang sudah hidup selama seratus tahun.   Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu membuat satu lompatan katak, langsung maju jauh kedepan, dan begitu cepat sekali, dia sudah ditempat beberapa cun dari musuhnya tangan jago itu didorong, dengan uap-uap putih yang sangat luar biasa itu, maksudnya menjatuhkan jago muda kita.   Su-to Yan membalikkan tangan, maka didorongnya segera, dan dua pasang tangan itu terbentur.   Sepasang tangan Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu yang mengeluarkan uap putih ditahan oleh segumpalan uap hijau yang perlahan-lahan semakin menebal, inilah ilmu kabut Hijau dari tenaga Su-to Yan.   Dari dua macam uap yang tidak sama itu semakin lama semakin menebal, pertandingan terjadi begitu hebat sekali.    Kekuatan Su-to Yan perlahan-lahan mengendor, tapi dia berusaha mempertahankan dirinya, sepasang telapak kaki dipantek keras-keras, tanah yang terpijak olehnya tidak tahan, tertekan dan amblas dua dim dan akhirnya memendam sampai tiga dim.   Dikala dua orang bertempur masing-masing memejamkan mata mempertahankan tenaga sekuat mungkin, dan Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu dapat merasakan kekuatan yang pertama, kekuatan lawan begitu lemah sekali, kini dia membuka mata, terlihat keadaan Su to Yan yang mulai terdesak, kini ia memperlihat senyumannya ia puas sekali.   Uap putih semakin tebal, uap hijau menipis.   Leng Go Tiok juga seorang jago yang lihay, hanya sepintas lalu, ia dapat mengetahui bahwa kedudukan Su-to Yan tidak menguntungkan.   Maka kaki Su-to Yan sudah berada dalam tanah, tidak kuat membuat pertahanan.   Senyuman diatas bibir Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu semakin panjang.   Tiba-tiba...terdengar satu suara tertawa yang bergelombang, dan suara berdengung disekitar mereka.   Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu terkejut, ia kaget sekali, karena itu sisa tenaganya terlepas sebagian, kesempatan ini dipergunakan baik-baik oleh Su-to Yan, ia menjatuhkan dirinya kebelakang, demikian, gegernya hampir menyamai tanah, dan sret, tangan kanannya mengeluarkan pedang, dengan satu gerak tipu Thian-sankiam-hoat dari Thian-san-pay, dia menyerang lawannya.   Disaat-saat Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu hampir berhasil menjatuhkan Su-to Yan, datang apa suara itu sangat tidak menguntungkan sekali, dan lengahlah dia, sehingga membuat pemuda kita dapat mengeluarkan pedang tetapi dia tidak takut, segera menggunakannya kembali.    Tangan kanan Su-to Yan berhasil memainkan ilmu pedang ThianSan-kiam hoat, dengan tangan kirinya membantu usaha melepaskan diri itu.   dan kini dia berdiri tegak lagi, kakinya tercabut dari keadaan yang buruk, kini dia berada dalam posisi yang sangat menguntungkan.   Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu begitu hafal dengan ilmu pedang Maya Nada, maka dia berhasil menekan Su-to Yan.   Ilmu pedang yang sipemuda gerakkan adalah ilmu pedang ThianSan-pay, dia bingung sekali, karena itu belum menemukan cara baik untuk menundukkan jago muda kita.   Pertandingan berjalan seimbang Sekali lagi Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu menggunakan Pek-ie Sin-kang, uap-uap putih menebal keatas.   Su-to Yan memainkan ilmu pedang Thian-san-kiam-hoat, kadangkadang diselip juga ilmu pedang Maya Nada, maka tangan kirinya membantu dengan tiga belas jari luar biasa, kadang-kadang bercampur juga dengan iblis sakti bersilat dan melihat uap putih yang tebal itu, dia tidak mau menekankan pertempuran semakin lama, tubuhnya melejit kebelakang, mengundurkan diri, melewati pohon dan membuat satu posisi baru lagi, yang letaknya jauh dengan Pek-ie Kauw Cu Bong Bong Cu.   Disaat ini suara tertawa orang yang baru datang sudah sirap, disana bertambah seorang tua, berbaju hitam dan berwajah hitam, itulah Hoan-thiam Mo-kun Thiat Kiam Seng, orang yang menjadi tandingan setimpal dari ketua lembah Cui-goat-kok, si Kiu han Sinkun Ko Ciu.   Wajah Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu berubah, dia meninggalkan maksudnya yang hendak mengajar Su-to Yan, dia harus berhadapan dengan jago hitam ini.   "Tidak kusangka, saudara Hoan-thian Mo kun Thiat Kiam Seng juga sudah tiba ditempat."   Sapanya tertawa.    Disebutnya nama Hoan-thian Mo-kun Thian Kiam Seng sangat mengejutkan Su-to Yan, dia menoleh kebelakang, dan betul-betul dia melihat tampilnya jago hitam tersebut.   Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng tertawa sebentar memandang kearah Pek ie Kauw cu Bong Bong Cu, menoleh kepada jago pedang kita Su-to Yan, dan kedatangan ini bermaksud mencari padanya.   Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu berkata lagi.   "Apa maksud kedatangan saudara Thiat Kiam Seng?"   "Kedatanganku ada hubungannya dengan pemuda ini,"   Berkata Hoan thian Mo-kun Thiat Kim Seng sambil membujuk Su-to Yan.   "Dia?"   Berkata Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu.   "Betul Dikabarkan bahwa dia sudah meninggal dunia. Tapi entah bagaimana, ada juga yang memberitahu kepadaku bahwa Su-to Yan belum mati, karena hubunganku dengannya di lembah Cui-goat-kok, aku hendak mengecek kebenaran dari berita-berita tersebut, akhirnya aku berhasil juga."   "Hem...."   Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu mengeluarkan suara dari hidung, Keterangan saudara Thian Kiam Seng ini belum tentu keterangan yang sejujurnya, mungkinkah ada sangkut pautnya dengan kitab ilmu pedang Maya Nada?"   Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng tertawa perlahan, dia tidak menyangkal itulah maksud tujuan utamanya, demikian dia berkata.   "Urusan ilmu Pedang Maya Nada, kurang begitu penting, yang hendak kuketahui jelas ialah, bagaimana hubungannya dengan tiga jago dari pulau Tong-hay. itu betul-betul membuat aku mengerti."   "Lalu, urusannya bagaimana?"   Tanya Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu, hatinya menjadi agak lega, karena mengetahui bahwa kedatangan Thiat Kiam Seng tidak mengutamakan urusan kitab ilmu Pedang.   Hoat-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng berkata.    "Kau tidak tahu urusannya, urusan dimulai dari lembah Cui-goat kok, itu waktu ketika aku dengan Kiu-han Sin-mo Ko Cio bersenangsenang mengadu ilmu tenaga dalam, secara tiba-tiba saja dia menyelak ditengah-tengah kami, maka kami menggunakan tubuhnya sebagai transformator, apa mau dalam dirinya terdapat tenaga mengeram pelekat dari daerah Tong-hay, sehingga tenagaku dan tenaga Kiu-han Sin-mo Ko Cio tersedot terisap olehnya, Tidak bisa di tarik kembali, melekat dan mengeram terus di dalam tubuhnya, karena ini, aku datang untuk menagih kembali tenagaku yang terisap itu."   "Thiat Kiam Seng"   Tukas Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu tertawa gelak-gelak.   "Kau hendak menagih tenagamu yang sudah dihisap olehnya, tapi kau belum berpikir tentang apa akibatnya, dia mempunyai hubungan baik dengan tiga jago dari daerah Tong-hay, mungkinkah mereka berpeluk tangan, bila salah seorang rekannya yang terdekat dihina olehmu ?"   Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu membakar dan memanasmanaskan hati orang. Hoan-thian Mo-kun Thiat-kiam Seng berkata.   "Aku tidak takut !"   "Tentu saja kau tidak takut,"   Berkata Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu.   "Tapi, sudahkah terpikir olehmu, betapa pesat kemajuannya bocah ini? Dia sudah memiliki ilmu pedang Maya Nada, kukira belum tentu dapat ditandingi olehmu."   Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng kaget, tetapi ia tidak memperlihatkan rasa terkejutnya itu, dikekangnya saja didalam hati, dan ia tertawa untuk menghilangkan rasa kaget tersebut, baru dia berkata.   "Justru karena dia memiliki ilmu pedang Maya Nada, beratlah tekadku untuk meminta kembali tenagaku yang dihisap olehnya itu, dengan adanya ilmu pedang Maya Nada dimiliki olehnya, aku bisa memperlihatkan ilmu-ilmu yang hebat lagi."   Lebih telah yang lebih Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu tertawa Su-to Yan mengira bahwa kedatangan Hoan thian Mo-kun tidak mendapat kesesuaian dengan Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu, akibatnya tentu menimbulkan sedikit pertempuran, tapi kenyataan tidak.   Saat ini Seng-mo Leng Go Tiok sedang memperhatikan gerakgerik murid-murid Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu.   Su-to Yan menoleh kearah Seng-mo Leng Go Tiok, hendak mengetahui bagaimana reaksi jago silat ini.   Dan, ia tidak dapat menduga bagaimana pendirian Seng mo Leng Go Tiok.   Perdebatan adu suara antara Pek-ie Kauw cu Bong Bong Cu dan Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng belum selesai, terdengar lagi suara Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu.   "Kau hanya meminta kembali tenagamu saja bukan?"   "Tentu."   Berkata Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng.   "Bagus."   Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu berteriak girang.   "Mudah saja diselesaikan. Bagaimana bila aku memberi usul, agar kitab ilmu pedang diserahkan kepadaku dan si bocah kuserahkan kepadamu?"   Hoan thian Mo-kun Thian Kiam Seng berpikir sebentar, baru dia berkata.   "Kudengar cerita tentang bagaimana Kong Sun Put-hay menciptakan ilmu pedang Maya Nada, dengan ilmu ini dia berhasil menjatuhkan saudara-saudara seperguruannya, Nah betapa ilmu pedang Maya Nada, kukira akupun tertarik Boleh saja bila melihat sebentar, bukan?"   Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu meninggikan sepasang alisnya, tahulah dia, bahwa Thiat.Kiam Seng juga ada niatan untuk memilikinya ilmu Pedang Maya Nada, inilah sikap yang bertentangan dengan dirinya, kini dia menantang.   "ilmu kepandaian kita berimbang. Bila sampai terjadi bentrokan, Kukira tidak ada faedahnya." "Tentu saja."   Berkata Thiat Kiam Seng "Lebih baik kita tidak bertempur. Kau sudah lama tiba ditempat ini bukan? Nah giliran aku yang disini, mengapa kau belum mau pergi juga?"   Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu tertawa berkakakan, katanya.   "Ha, ha, Thiat Kiam Seng, enak saja kau bicara, Betul bahwa ilmu kepandaian Hoan thian-sin-hwee-ciang yang kau miliki cukup hebat, tapi ilmu kepandaian Kui-hie Sin-kang yang telah lama kupelajari adalah ilmu yang khusus dapat menjatuhkan ilmumu itu, belum kah kau tahu akan hal ini ?"   "Huuuuuuaaa ....hua , ... haa ... haaaa . ."   Suara Thiat Kiam Seng menggema.   "Betul-betul hendak kucoba lebih dahulu, disini kita coba ?"   Sepasang mata Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berkilat-kilat, bila hanya Thiat Kiam Seng seorang, tentu dia tidak takuti tapi ditempat ini masih ada jago-jago hebat lainnya, seperti Su-to Yan dan Sengmo Leng Go Tiok, apa akibatnya bilamana dia digencet oleh ketiga kekuatan tadi ?"   Akibatnya itu tidak akan menguntungkan dirinya, Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu harus berpikir lama, apalagi kedatangan Kiu-hoan sin-kun Ko Cio juga tidak lama, itupun musuhnya pula.   Dari tempat yang jauh, meluncur satu gumpalan awan putih, cepat sekali, bayangan putih ini sudah tiba ditempat itu, inilah seorang tua.   Serba putih, jenggot putih, pakaian putih, dan sepatu putih, siapa lagi kalau bukan ketua Cui-goat-kok, Kiu-hoan Sin kun Ko Ciu.   Hoan Thian Mo-kun Thiat Kiam Seng tertawa, kepada orang yang baru tiba dia berkata.   "Saudara Ko Cio kau juga datang ?"   "Kita bisa bekerja sama."   Berkata sang ketua lembah Cui-goatkok.   "Kukira kau sedang menghadapi lawan kuat, kedatanganku adalah menguntungkanmu." "Betul ... betul ... selalu kita bekerja sama, bukan ?"   Berkata Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng girang. Thiat Kiam Seng memandang kearah Pek ie Kaucu Bong Bong Cu dan berkata.   "Bagaimana ?"   Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu memperhatikan situasi ditempat itu, dan akhirnya sinar matanya terarah kepada Su-to Yan, timbul niatan baru, dia tertawa sebentar, dan menarik pedang panjang dilemparkannya ke arah Su-to Yan lalu berkata.   Tangan Su-to Yan bergerak menyambuti pedang yang melayang datang dengan cepat dan tepat.   Baru Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berkata lagi.   "Su-to Yan, mereka hendak mengangkut harta bendamu."   Su-to Yan menganggukkan kepala dengan singkat berkata.   "Aku tahu."   "Relakah diserahkan kepada mereka?"   Berkata Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu.   "Apa aku hendak dijadikan boneka, sembarang dipungut dan ditenteng-tenteng orang?"   Berkata Su-to Yan menantang.   "Ha.... ha.... ha.,."   Pek-ie Kauwcu Bong-Bong-cu tertawa. -ooo0dw0ooo-   Jilid 15 DAN dihadapinya lagi kedua kakek hitam dan putih itu, seraya berkata kepada mereka.   "Kalian sudah dengar? Dia tidak mau turut kepadamu berdua." Hoan thian Mo-kun Thian Kiam Seng dan Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio saling pandang, mereka tersenyum seraya menganggukkan kepala, inilah persepakatan.   "Su-to Yan,"   Berkata kedua jago tua itu.   "Jangan kau kukuh kepala."   Disaat yang sama Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu juga berkata.   "Su-to Yan, dua manusia Srigala ini hendak bersepakat menyatronimu, dimisalkan dengan tenagamu seorang diri, kukira tidak mungkin. Pedang sudah dikembalikan kukira dengan tenaga kita berdua dapat mengenyahkan mereka."   Su-to Yan berpikir sebentar, akhirnya dia menggoyangkan kepala, katanya.   "Berterima kasih atas perhatianmu. Dimisalkan kita berhasil mengusir mereka, diantara kita berdua, secara pribadi pasti terjadi lagi pertarungan Betulkah?"   Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu menjawab pertanyaan itu sambil tertawa.   "Kekuatan kita seimbang, bertempur denganku, bukan seperti kekalahan untukmu. Kesempatan hidup masih terlalu banyak bagimu, Tapi, berpikirlah baik-baik, bila sampai terjadi mereka bekerja sama, mengeroyok dirimu sanggupkah kau bertahan?"   Su-to Yan diam, dia bungkam. Pek-ie Kaucu berkata lagi.   "Disini terdapat banyak jago-jago rimba persilatan, Hoan Thian Mo kun Thian Kiam Seng dan Khiu hoan Sin Ko Cio bergabung menghadapimu, aku dan murid-muridku memusuhimu. masih ada seorang lagi Seng-mo Leng Ko Ciok, dapatkah kau bertahan terhadap keroyokan demikian banyak orang?"   Apa yang diutarakan oleh Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu memang sangat beralasan, seharusnya Su-to Yan bekerja sana dengannya beserta ketiga murid jago purbakala itu, maka dia masih mempunyai kans kesempatan hidup.   Hanya kesempatan hidup samentara, tidak ada artinya.   Su-to Yan bertekad tidak mau bekerja sama.   Karena itulah dia diam dalam seribu bahasa.   Tidak menjawab tawaran jasa baik Pekie Kaucu Bong Bong Cu.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berkata lagi.   "Su-to Yan, bagaimana putusanmu? Bekerja sama dengan kami mengusir mereka, atau me musuhi semua orang yang ada ditempat ini."   Su-to Yan masih diam.   "Su-to Yan,"   Panggil lagi Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu.   "Berikan jawaban, bekerja sama atau menolak kerja sama?"   Didesak terus menerus, tidak mungkin Su-to Yan diam lagi, dia mengambil keputusan dan berkata.   "Aku bersedia bekerja sama, Tapi tidak bekerja sama denganmu, Menyesal sekali, Aku tidak bisa bekerja sama denganmu,"   Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tertegun, ia menduga bahwa Su-to Yan hendak bekerja sama dengan orang lain, untuk menghadapi dirinya, karena itu cepat-cepat ia berkata.   "Bekerja sama dengan merekapun tidak ada gunanya, berpikirlah baik-baik."   Hampir berbareng, Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio, dan Hoan-thian Mokun Thian Kiam Seng berkata.   "Betul, Lebih baik kita bekerja sama mengusir dia."   Dengan menggabungkan diri, mereka mudah untuk mengusir pergi Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu. Giliran kedudukan Pek-ie Kaucu yang terjepit. Tetapi jawaban Su-to Yan sungguh berada diluar dugaan semua orang, terdengar suara sipemuda berkata.   "Bukan maksudku bekerja sama dengan kalian."   Dia juga menolak jasa baik Hoan-thian Mo-kun-hiat Kiam Seng dan Kia-hoan Sin-kun Ko Cio.   Secara bergiliran, Su-to Yan menuju ke-arah Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu, Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio dan Hoan-thian Mo-kun Thian Kiam Seng, kepada ketiga orang itu dia berkata.   "Kau ....kau ....dan kau janganlah mencari jalan lain untuk mendekati diriku, Aku tidak bisa bekerja sama dengan kalian. siapapun tidak dapat kusenangi, aku tidak mempunyai minat untuk bekerja sama dengan orang."   Ketiga jago tua yang ditunjuk oleh Su-to Yan tertegun. Disamping mereka, Seng-mo Leng Kho Tiok tertawa berkakakan.   "Betul... betul ... betul ... tidak satu dari mereka yang mempunyai maksud baik, tentu saja tidak guna bekerja sama dengan orang yang tidak mempunyai maksud baik. Satu langkah yang tepat, Langkah yang betul."   Pek-ie Kaucu membentak. Bong Bong Cu mendelikkan matanya, dia "Mungkinkah bekerja sama denganmu ?"   Kata-kata ini ditujukan kepada Seng-mo Leng Kho Tiok.   "Salah."   Berkata Seng-mo Leng Kho Tiok.   "Aku tidak perlu mengajaknya bekerja sama. jangan salah paham."   Hoan-Thian Mo-kun Thiat Kiam Seng berkata dingin.   "Apa maksudmu dengan kata-kata yang seperti tadi?"   Kiu hoan Sin kun Ko Cio juga berkata.   "Kau berdiri dipihak siapa ?"   Dengan gagah Seng-mo Leng Kho Tiok berkata. "Aku berdiri diatas sepasang kakiku, Aku berdiri diatas diriku sendiri."   Han-thian Mo kun Thiat Kiam Seng memandang kearah Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu dan berkata.   "Bagaimana denganmu ?"   "Aku tetap menantang kalian."   Berkata Pik ie Kaucu Bong Bong Cu tegas.   "Saudara Ko Cio,"   Berkata Thian Kiam Seng.   "Sudah kau dengar? Kita harus mengenyahkannya lebih dahulu."   "Baik."   Berkata Pek ie Kaucu Bong Bong Cu menantang.   "Aku tidak takut kepada kalian berdua, walau hanya dengan tenaga seorang diri saja."   Dari jauh, terdengar suara seorang sayup-sayup berkumandang.   "Kau bukan seorang diri, masih ada aku."   Mendengar suara ini rasa girangnya Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tidak kepalang, segera ia meneriaki orang yang berkata tadi.   "Apa Cit Su Hiat kun yang berada ditempat itu? Bagus! Aku sedang membutuhkan bantuanmu."   Dari mana arah datangnya suara tadi, meluncur datang satu bayangan merah, inilah jago silat kura-kura yang bernama Cit su Hiat kun, kawan baik Pek ie Kaucu Bong Bong Cu.   Pek ie Kaucu Bong Bong Cu sedang memikirkan jalan, bagaimana dapat mengenyahkan Hoat thian Mo kun Thiat Kiam Seng dan Kiu hoan Sin kun Ko Cio, kedatangan Cit Su-hiat kun, tepat pada saatnya, dengan girang sekali memandang kepada dua musuhnya dan berkata.   "Bagaimana? Keadaan tenaga kita sudah seimbang, sudah boleh kiranya untuk bertanding."   Disaat ini, Cit-Su-hiat kun sudah merendengi Pok-ie Kaucu Bong Bong Cu. Han thian Mo-kun Thiat Kiam Seng berkata.   "Kau seorangpun boleh, berduapun tidak mengapa, Tidak ada orang yang melarang kau bicara keras."   Tubuh Cit-Su Hiat-kun bergerak, dengan membawa desiran bajunya yang berwarna merah, ia menjulurkan tangan kanannya memukul kearah Hoan-thian Mo-kun thiat-kiam-seng seraya membentak.   "Aku tidak seperti Bong Bong Cu bisa membiarkan kalian pentang bacot lama-lama, terima serangan."   Hoan thian Mo-kun thiat Kiam Seng melentikkan alisnya, membalikan tangan dan memukul kearah datangnya serangan, dari situ terjulur keluar satu arus yang bertenaga panas.   Cit-su Hiat-kun memiliki ilmu pukulan tangan busuk luar biasa, tapi diapun tidak berani membiarkan tangannya dibentur oleh tenaga panas Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng.   Tubuhnya bergerak, dengan menghindari diri dari bentrokan yang kontras, dia menyerang dari lain bagian.   Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng berdengus, kini dia menggunakan kedua tangannya, membikin pembalasan dan juga menyerang, gulungan-gulungan hawa panas mengelilingi dirinya dan juga menyerang kearah Cit-Su Hoat-kun.   Cit-su Hiat kun tidak mau kalah, tubuhnya berlompat-lompatan diapun menggunakan sepasang tangan, itulah ilmu pukulan Busuk, mencari kekosongan lawannya.   Demikian dua orang itu mulai bertempur Kiu-hoan Sin kun Ko Cio langsung berhadapan dengan Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu, tantangnya .   "Bagaimana? Sudah waktunya giliran kita bertempur bukan?"   Pek-ie Kaucu Bong Bong Ca tertawa berkakakan, dia tidak segera menerima tantangan itu dan katanya.    "Jangan kita terburu nafsu, bentrokan senjata diantara orang sendiri menguntungkan musuh maka Su-to Yan dapat menggunakan kesempatan ini, mungkin dia melarikan diri, mungkin pula dia menyerang dari belakang, Kita akan celaka sama-sama celaka."   Kiu-hoan Sin kun Ko CiO dapat dibikin mengerti, dia sadar kepada kesalahannya, karena itulah bertanya.   "Maksudmu bagaimana ?"   "Aku tidak bisa memberi komentar,"   Berkaca Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu.   "Tapi ketahuilah bahwa ilmu kepandaian Su-to Yan itu hebat sekali, kukira belum tentu kau dapat menandinginya."   "Aku tidak percaya."   Berkata Kiu-hoan Sin-kun Ko Ciu.   "Tapi aku percaya."   Berkata Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu.   "Hmm..!"   Kiu hoan Sin kun Ko Cio mengeluarkan suara dari hidung.   "Hei, hei..."   Pek ie Kaucu Bong Bong Cu mengeluarkan suara yang memandang rendah. Tubuh Kiu hoan Sin Kun Ko Cio bergerak, ia meluncur kearah Su to Yan, lima jarinya direntangkan dan mencengkeram sipemuda, Disaat yang sama mulutnya berteriak.   "Nah, boleh kau saksikan, bagaimana aku menghadapinya."   Pek ie Kaucu Bong Bong Cu tertawa lagi, dia berhasil membakarbakar dan membuat panas hati orang, karena itulah dia berhasil melepaskan diri dan menghadiri pertempuran tadi, kini yang harus dilakukan pembelaan diri adalah sipemuda kita Su-to Yan.   Su to Yan dapat serangan Kiu-hoan Sin-kun Ko Ciu, pedang ditangan dilibatkan dan membuat beberapa lingkaran, hendak memapas putus jari jari ketua lembah Cui goat kok itu.   Huuuh, Kiu hoan Sin kun Ko Cio menarik kembali tangannya, dia berlompat kebelakang, dijulurkannya lagi, tidak berhasil, serangan pertahanan pedang Su-to Yan juga berada ditempat itu, apa boleh buat ia melejit tinggi, dari atas ia mencengkeram sepasang tangannya.    Su-to Yan mempercepat proses ilmu pedang, sangat hebat, dia mengancam setiap jari-jari yang menyerang dirinya.   Kiu hoan Sin kun Ko Ciu segera mengenali ilmu pedang Yang po kiam hoat, ilmu pedang Yang po kiam hoat pernah dimainkan oleh sipemuda srigala Lee Pin, tapi bilamana dibandingkan dengan permainan Su-to Yan permainan Lee Pin jauh dibawahnya.   Kiu hoat Sin kun Ko Cio mengerahkan tenaganya, dari situ meluncur tenaga hawa dingin yang meresap tulang, dan menyerang kearah Su-to Yan, maka udara disekitar situpun mulai membeku, terjadi hujan salju, bunga-bunga salju itu bertaburan disekitar tubuh pemuda kita.   Su-to Yan menyedot napas dalam-dalam, ia pertahankan diri dari godaan-godaan hawa dingin itu, dengan mempercepat gerakangerakannya, dengan adanya kekuatan tenaga dalam yang luar biasa, serangan hawa dingin tidak dapat mengganggunya.   Wajah Kiu-hoan Sin-kun berubah, dia bermaksud untuk menyerang lagi, tapi segera terpikir olehnya, bahwa tenaga dalam Su-to Yan sudah begitu mahir sekali, jika tidak melalui ratusan atau ribuan jurus, bila sampai terjadi, hal itupun sudah terlambat, sampai saat itu tenaganyapun sudah hampir habis, celakalah jika Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu menyerang dari belakang.   Pikiran Kiu-han Sin-kim Ko Cio bekerja cepat, tubuhnya melejit balik, dan mengakhiri pertempuran.   Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tertawa, katanya mencemooh.   "Bagaimana? Apa yang kukatakan tidak salah, bukan?"   Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio mengeluarkan suara dengusan dari hidung, dia tidak bicara.   Lawan-lawan yang berada ditempat itu adalah lawan lawan yang terkuat, jika bentrok dengan salah satu dari mereka.   berarti melemahkan kekuatan diri sendiri.   Terdengar suara Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berteriak lagi.   "Seharusnya kita bekerja sama untuk menghadapinya." Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio bungkam. Mengetahui bahwa rencananya sudah berhasil Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berteriak kepada dua orang yang sedang bertempur "Saudara Cit-su Hiat-kun. saudara Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng, hentikan pertempuran kalian."   Cit-su Hiat kun dengan ilmu pukulan Busuknya tidak berhasil menjatuhkan lawan, mendengar teriakan sang kawan dia melejit kebelakang, mengakhiri pertempuran.   Hoan-thian Mo-kun Thian Kiam Seng juga berdiri ditempat pertempuran itupun terhenti Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio mendekati Thian Kiam Seng, kepada orang itu dia berkata.   "Su-to Yan telah mendapatkan ilmu hebat, kukira tidak mudah dihadapi"   Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berteriak "Aku mempunyai rencana untuk menghadapinya."   "Rencana apa?"   Berkata Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng. Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu mengedip-ngedipkan matanya, tanpa mengeluarkan sekejap matapun, dia sudah bisa mengutarakan apa maksud yang sebenarnya. Hoan-thian Mokun Thiat Kiam Seng mengerti dia berkata.   "Maksudmu, dengan kekuatan kita berempat menghadapi dia seorang ?"   Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tidak membenarkan dugaan itu, juga tidak menyalahkannya, dia melirik kearah Su-to Yan sebentar, dengan perlahan-lahan dia berkata.   "Siapa diantara kita berempat yang harus menyerangnya lebih dahulu ?"   Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng dan Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio tidak segera bergerak, mereka tahu, sampai dimana ilmu kepandaian Su to Yan, lebih baik diam, daripada dijadikan pelopor pertempuran baru. Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berkata lagi.   "Aku ada rencana baik, bagaimana bila kita berempat bekerja sama? Boleh juga dijadikan taruhan, siapa yang berhasil melukainya, dialah yang menang, Sibocah Su-to Yan menjadi hak miliknya, setuju ?"   Su-to Yan hendak dijadikan alat taruhan judi, siapa yang mendapatkannya lebih dahulu, dialah yang berhak atas hidup matinya sipemuda.   Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng dan Kiu hoan Sin kun Ko Cio berpikir sebentar, mereka berpandangan dan masing-masing menganggukkan kepala.   Mereka setuju atas usul Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berikan tadi.   Cit-Su Hiat-kun juga bertepuk tangan, dengan suara girang dia berteriak.   "Usul bagus..."   Mengetahui bahwa ketiga jago luar biasa itu setuju, Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berkata.   "Nah, kita boleh mulai."   Seng-mo Leng kho Tiok mendekati Su-to Yan, dan berkata kepada sipemuda.   "Perlu bantuan ?"   Su-to Yan tersenyum, ia menganggukkan kepala berarti tanda terima kasihnya, baru dia berkata.   "Empat tokoh luar biasa hendak menjadikan aku sebagai barang pertaruhan, minggirlah ke samping. Lihat bagaimana mereka bisa berbuat kepadaku."   Leng Kho Tiok menganggukkan kepala, katanya.   "Baiklah, Berhati-hatilah kepada mereka, Tetapi aku lebih percaya kepadamu, ilmu kepandaian keempat orang ini sungguh luar biasa, tapi pikiran dan hati mereka tidak sama, masing-masing mementingkan dirinya sendiri. Masing-masing tidak mau mengerahkan tenaga penuh, Legakanlah hatimu."   Betul-betul Seng-mo Leng Kho Tiok mengundurkan diri dari persengketaan itu, membiarkan Su-to Yan menghadapi empat jago luar biasa.   Su-to Yan sudah lama siap, menantikan datangnya serangan dari empat jago luar biasa itu.   Baik Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu, baik si pukulan Tangan Busuk Cit su Hiat kun, baik Hoan thian Mo kian Thiat Kiam Seng, atau juga Kiu Hoan Sin kun Ko Cio, tidak satupun seperti apa yang dikatakan oleh Seng-mo Leng kho Tiok, tidak satupun dari mereka yang mempunyai pikiran sama, masing-masing menyimpan tenaga sendiri, tidak mau mulai bergerak lebih dahulu.   Ketegangan tetap menjadi ketegangan Beberapa waktu telah dilewatkan, suasana masih tetap seperti sedia kala, Disaat ketegangan itu belum reda, ditempat jauh.   diujung langit terlihat gumpalan awan merah bergulung-gulung, mengepul, itulah asap merah.   Si Tosu Tukang Sado Giok Hie lebih memperhatikan situasi sekitarnya, segera dia mengeluarkan teriakan kaget.   "Suhu."   Jarinya menuding kearah tempat dimana terdapat asap merah itu.   Pek-ie Kaucu Bong Bong Ciu kaget, dia menoleh kesana, rasa terkejutnya lebih menjadi lagi.   Bukan Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu saja yang kaget, semua orang yang berada ditempat itupun kaget, itulah kejadian yang tidak normal, belum pernah mereka menyaksikan ada awan yang merah membara seperti itu.    Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu mengeluarkan suara elahan napas panjang, dia berkata.   "Su In Seng segera tiba."   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Su In Sing adalah sipedang Berapi yang terkenal dengan awan merahnya, dia menduduki ketua partai Cian san-pay. Kedudukkannya juga sangat tinggi. Cit-Su Hiat-kun mengeluarkan suara dingin, dengan menghina dia berkata.   "Su In Seng itu memang pandai berlagak dia senang sekali dengan asap merahnya."   Percakapan mereka itu tidak lebih dari beberapa suku kata, awan dan asap merah bergulung datang, sebentar saja, disana sudah bertambah seseorang, inilah ketua partai Cian san-pay si Pedang Berapi Su In Seng.   Su in Seng memandang tokoh-tokoh silat yang berada ditempat itu, dia menganggukkan kepala berulang kali dan berkata.   "Sungguh diluar dugaan, ditempat ini bisa berkumpul sekian banyak orang-orang yang menjadi tokoh silat ternama sekali."   Orang yang terdekat dengannya adalah Kiu hoan Sin kun Ko Cio, maka segera orang ini bertanya.   "Saudara Su In Seng, apa maksud kedatanganmu? Mungkinkah hendak turut serta memperebutkan Su to Yan ?"   "Haaaa, haaa... kalian sedang memperebutkan Su-to Yan?"   Berkata Su In Seng tertawa.   "Apa yang menjadi maksud tujuanku hanya dua soal, yang pertama adalah membalas budi, yang kedua adalah menuntut balas."   Kiu-hoan Sin kun Ko Cio berkata.   "Bagaimana maksud kedatanganmu ditempat ini? Membalas budi atau menuntut balas?" Pek ie Kaucu Bong Bong Cu juga belum tahu bagaimana maksud tujuan Su-In Seng karena itu dia diam. Cit Su Hiat kan berkata.   "Apa kau juga hendak memiliki kitab ilmu pedang Maya Nada ?"   Su In Seng bergoyang kepala, katanya.   "Aku tidak membutuhkan ilmu pedang Maya Nada, karena itulah aku tidak membutuhkan kitabnya."   Mendengar keterangan ini, Pek ie Kaucu Bong Bong Cu sedikit kecewa, ternyata Su In-Seng tidak akan turut serta dalam memperebutkan kitab ilmu pedang Maya Nada, besar kemungkinannya jago ini berdiri dipihak lawan.   "Su In Seng,"   Katanya.   "Semua orang yang berada ditempat ini sedang memperbuatkan kitab ilmu Maya Nada, tapi kau tidak mempunyai urusan dengan kitab ilmu pedang tersebut, ada baiknya kau menyingkir lebih dahulu."   "Huh,"   Berkata Su In Seng "Apa kau menjadi kepala ditempat ini?"   Pek ie Kaucu Bong Bong Cu berkata.   "Su In Seng, katakanlah sejujurnya, apa maksud kedatanganmu ?"   Su In Seng melirik kearah Su to Yan dan dia menjawab pertanyaan itu.   "Kedatanganku adalah mendapat tugas dari seorang yang pernah berlaku baik kepadaku katakan olehnya bahwa aku harus membawa Su-to Yan kepadanya menghadapkan Su-to Yan kepadanya."   "Siapakah orang itu?"   Bertanya Pek ie Kau-cu Bong Bong Cu.   Bukan Pek ie Kaucu Bong Bong Cu saja yang hendak mengetahui orang dibelakang Su In Seng, semua orang yang ada disitupun hendak mengetahui siapa orangnya yang dapat memberi perintah kepada seorang jago rimba persilatan yang seperti si pedang berapi Su In Seng.    Demikian pula musuh-musuh Su-to Yan, demikian pula pikiran sipemuda, dia tidak tahu siapa orang yang hendak bertemu dengannya? Mengapa memberi perintah kepada Su In Seng untuk memangginya ditempat ini.   Su In Seng membuka suara.   "Sam-kie Ju-su In Hong."   Ternyata orang yang hendak bertemu dengan Su-to Yan adalah Sam kie Ju-su In Hong, ayah angkat sipemuda.   Tapi dengan alasan apa Sam-kie Ju-su In-Hong tidak mencarinya sendiri, mengapa harus mengutus si pedang Berapi Su In Seng? Mengingat kedudukan ketua partai Ciam San-pay itu, kata-kata suruh adalah kurang tepat, kedudukannya dapat merendengi kedudukan Sam-kie Ju su In Hong, tentu telah terjadi sesuatu apa atas diri jago Tong-hay itu.   Hati Su-to Yan berdebar-debar.   "Dimanakah ayah angkatku?"   Dia bertanya.   "Mari ikut kepadaku."   Berkata sipedang Berapi Su In Seng.   "Di manakah ayah angkatku itu? Mari kita pergi,"   Berkaca Su-to Yan. Si pedang berapi Su In Seng berkata.   "Ayah angkatmu itu telah menderita luka, tidak jauh dari tempat ini, lukanya berat sekali, maka dia memberi pesan padaku agar mengajak kau kesana."   Hati Su-to Yan tercekat, ternyata ayah angkatnya menderita luka, pantas saja berpesan kepada Su In Seng agar dapat mengajak dirinya pergi bertemu dengan jago Tong-hay tersebut.   "Apa dia sampai tidak bisa bergerak?"   Berkata Su-to Yan.   "Demikianlah kira-kira, dan kau harus lekas pergi, dia menantikan dirimu."   Su In Seng sudah siap untuk mengajak Su-to Yan pergi.    Si Tosu tukang Sado Giok He tanpa menunggu perintah, tubuhnya meleset menubruk kearah belakang Su In Seng.   Su In Seng tertawa berkakakan, begitu cepat pula ia membalikkan badan, sreet, dengan pedangnya yang luar biasa memancarkan sinar cahaya merah menangkis serangan bokongan Giok Hie.   Pek-ie Kaucu Bong Bong cu kaget, sampai dimana ilmu kepandaian muridnya? ia paham betul, tidak mungkin ilmu kepandaian Bambu Bung Kan-tiok-kang Giok Gie dapat menandingi pedang Su In Seng, karena itulah dia menarik nafas, juga menubruk kearah sana, dengan maksud memberi bantuan kepada muridnya.   Itu waktu pedang Su In Seng sudah keluar dari rangkanya., Sret, wing, dan terdengarlah suara dengungan yang panjang, tiga bayangan itupun terpisah, Su In Seng diutara Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu di selatan, si Hweeshio tukang Sado Giok Hie dibarat.   Pedang Su In Seng masih berdengung pelan, bergoyang-goyang.   Pek ie Kaucu Bong Bong Cu tertegun di tempatnya, dengan wajah yang tegang sekali menantikan perkembangan Si Tosu Tukang Sado GiOk Hie tidak bisa berdiri mantap, sebentar kemudian, diapun jatuh dari mulutnya menyemburkan darah, dia tidak dapat bicara lagi, dia sudah terluka dibawah ketajaman pedang Su In Seng.   Hanya didalam satu gebrakan, Su In Seng berhasil mendorong mundur Pek ie Kaucu Bong Bong Cu, melukai murid jago purbakala itu.   Su-to Yan mendekati kearah Su In Seng dan sang ketua Ciam San pay berkata kepada pemuda kita.   "Lekas kau menjumpai ayah angkatmu Tentang urusan disini, serahkan saja kepadaku, Dan disepanjang jalan ada anak murid Ciam San-pay yang memberi petunjuk kepadamu. Lekas !" Su In Seng melindungi Su-to Yan dari kepungan empat jago-jago kelas satu istimewa. Su-to Yan bukan seorang penakut, diapun mempunyai jiwa kesatria, mana boleh mementingkan diri sendiri, pergi begitu saja tanpa menghiraukan mati hidupnya Su In Seng ? Demikian Su-to Yan mendekati Su In Seng, lalu berkata.   "Mengapa kita tidak bekerja-sama mengenyahkan mereka?"   Su In Seng maklum, betapa hebat ilmu kepandaian Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu sekalian, mereka hanya berdua, agak sulit untuk mengalahkan empat jago istimewa itu, maksudnya ialah membiarkan Su-to Yan pergi menemui Sam-kie Ju-su Im Hong, ia sendiri hendak membela mati-matian, berusaha mencegah pengejaran.   Dari dari sikap yang diperlihatkan oleh Su-to Yan, Su In Seng dapat mengerti kesulitan sipemuda, bilamana dia kukuh kepada pendiriannya, tentu Su-to Yan tidak mau pergi dari tempat ini.   Su In Seng segera memberi putusan cepat, dia berkata.   "Mari kita menerjang bersama."   Su-to Yan setuju, dia menoleh ke arah Seng-mo Leng Kho Tiok, dan hendak mengetahui bagaimana pendirian jago tersebut. Seng-mo Leng Kho Tiok tertawa kearah sipemuda diapun berkata.   "Jangan pikirkan aku, kupujikan kau selamat. Pergilah."   Dari kata-kata ini menandakan bahwa Seng-mo Leng Kho Tiok tidak menemani Suto Yan.   Su-to Yan berterima kasih, bersama-sama dengan Su In Seng dia siap menerjang.   Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng, Kiu hoa Sin-kun Ko Cio, si Pukulan Busuk Cit-su Hiat-kun.   Pek-ie Kaucu beserta muridmuridnya mengurung Su-to Yan dan Su In Seng.    Saat ini Seng-mo Leng Kho meninggalkan tempat tersebut.   Tok berjalan kearah lain, Jago-jago yang berada ditempat itu hanya mempunyai maksud tujuan merebut kitab ilmu pedang Maya Nada yang berada pada Suto Yan, tujuannya adalah Su-to Yan, karena itu Seng-mo Leng Kho Tiok tidak dipentingkan sama sekali, tidak seorangpun yang mencegahnya kepergiannya.   Su-to Yan tidak dapat mengerti dan juga tidak bisa menyelami pikiran Seng mo Leng Kho Tiok, jago tersebut tidak mau mengeroyok dirinya, seolah-olah didalam dunia itu hanya ada dia seorang.   Disaat inilah Su In Seng sudah memberi tanda kepada Su-to Yan dan berkata.   "Mari kita berangkat."   Dia melesatkan diri, menuju kearah timur. Menutup kata-kata Su In Seng tadi, terdengar suara geraman Citsu Hiat-kun, tubuh jago tersebut sudah meluncur cepat, dengan sepasang tangannya yang berbau busuk memukul kearah dua jago kita.   "Belum waktunya kalian pergi dari tempat ini."   Su In Seng tertawa berkakakan, dan pedangnya digoyangkan, memukul sepasang tangan Cit-Su Hiat-kun.   Serangan Su In Seng yang tidak gentar kepada ilmu tangan busuk Cit-su Hiat-kun memaksa orang yang bersangkutan menarik kembali serangannya tersebut, penyerangan gagal! Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng dan Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio juga sudah bergerak, satu dari kanan dan satu dari kiri, dengan arus tenaga pukulan yang dingin dan panas, menyerang Su in Seng dan Su-to Yan.   Su-to Yan Su In Seng melepaskan ilmu pedang mereka, bebas bergerak kearah dua musuh itu.   Membarengi berkelebatnya sinar pedang dan tenaga halus dan panas, angin inipun pecah buyar, bergulung-gulung pergi ke arah samping.    Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tertawa besar, dan giliran dia yang menyerang, Cit-su Hiat-kun juga mengirim serangan berikutnya.   Hati Su-to Yan tercekat, bila sampai terjadi terkurung oleh empat jago istimewa luar biasa itu, tidak mungkin ada kemenangan bagi pihaknya.   Karena itulah dia harus menerobos secepat mungkin, bergeram perlahan, dengan di sertai tusukan pedang, berulang kali meluncur ke arah luar.   Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berteriak.   "Awas! jangan biarkan mereka lari!"   Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio dan Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng sudah berganti posisi, dan mereka menyerang kearah Su-to Yan.   Memaksa pemuda itu balik kembali ketempat kedudukannya yang semula.   Jalan Su-to Yan telah dibuat buntu, gerakan Hoan-thian Mo kun Thiat Kiam Seng dan Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio cepat sekali, Berulang kali sipemuda menerobos, tidak berhasil memecahkan pertahanan panas dan dingin mereka.   Si pedang Berapi Su In Seng hendak memberi bantuan, tapi tidak berhasil, Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu dan Cit-su Hiat-kun menyerangnya dengan gencar dan hebat, hingga tidak bisa dia menggabungkan diri dengan Su-to Yan.   Pertempuran yang seperti itu terjadi di dua tempat, masingmasing satu lawan satu, Dengan semua tenaga dan ilmu silat yang ada, Su-to Yan melayani Kiu-hoan Sin-kun Ko Ciu dan Hoan-thian Mo-kun Thian Kiam Seng.   Su In Seng berusaha menerjang Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu dan Cit-su Hiat-kun.   Mereka adalah jago-jago istimewa, didalam sekejap mata seratus jurus telah dilewatkan, Su-to Yan tidak bisa dirubuhkan oleh kedua lawannya, tapi dia juga tidak bisa menerjang pertahanan kedua jago istimewa tersebut.    Demikian Su-to Yan, demikian pula Su In Seng, kedudukan si ketua partai Cian-san-pay jauh lebih berbahaya dari kedudukan Suto Yan, dia digencar terus-menerus, hampir saja mengalami kedudukan yang menjepit.   Kadang-kadang Su-to Yan melirik kepada Su In Seng, disaat ini sudah terjadi perobahan, tenaganya Su In Seng mulai mengendor, wajahnya sebentar putih sebentar biru, ternyata si Pedang Berapi telah menderita luka didalam.   Su-to Yan mengeluarkan geraman keras, pedangnya perlahan lahan diangkat tinggi, dari sana mencecar kedua jago tersebut, inilah ilmu yang tercatat dalam ilmu Pedang Maya Nada, namanya Cek-seng-kiam jit yang berarti Bintang-bintang Dilangit Mengelilingi Matahari.   Hoan-Thian Mo-kun Thian Kiam Seng, Kiu hoan Sin-kun Ko Cio lompat mundur.   Su-to Yan melintangi pedang di dada, langsung memasuki pertahanan lain, menggabungkan dirinya dengan Su In Seng dan menghadapi Pek ie Kaucu Bong Bong Cu beserta Cit-su Hiat kun.   Bila tadi masing-masing dua lawan satu, didua gelanggang pertempuran.   kini keadaan itu telah berubah, empat lawan dua terjadi di dalam satu gelanggang pertempuran.   Napas Su In Seng berdebar keras, terengah-engah tidak teratur, dia berkata dengan perlahan.   "Berangkatlah kau lebih dahulu, biar aku yang menahan mereka."   Su-to Yan menggoyangkan kepala, ia menolak usul tersebut.   "Kita akan berusaha melawan mereka."   Demikian berkata sipemuda.   Hoan Thian Mo-kun Thiat Kiam Seng dan Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio merasa ditipu mentah-mentah, mereka mengganti posisi baru, dan disertai juga dengan gerakan Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu beserta Cit-su Hiat-kun.    Umur Su-to Yan yang meningkat dewasa, betapapun tingginya kekuatan tenaga dalam si pemuda, tidak mungkin dapat menandingi empat jago kelas istimewa.   Terdengar satu benturan keras yang bergemuruh, Su-to Yan terpental pergi, dengan membawa dengungan yang berdesing keras, pedang tersebut nancap disebatang pohon besar.   Su-to Yan terdorong mundur, dari mulutnya mengeluarkan semburan darah.   Su In Seng kaget, pedang berapinya disentakkan, beruntun tiga kali menyerang kearah tiga orang.   Hanya Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu yang tidak terserang, ia mengundurkan diri, Dia lebih pintar dari pada ketiga kawankawannya.   Su In Seng mendekati Su-to Yan dan bertanya.   "Bagaimana keadaanmu?"   Su-to Yan menggoyangkan kepala.   "Tidak apa apa."   Setelah menyemburkan darah yang tersumbat ditenggorokan, rasa segar dan nyaman terasa sekali, badan Su-to Yan dirasakan sangat ringan, dia heran mengapa tidak terluka ? Hanya dirasakan sangat lelah sekali, mengantuk sekali.   Su-to Yan segera menduga akibat dari dua macam tenaganya yang berada didalam tubuh nya sendiri.   Pek ie Kaucu Bong Bong Cu memberi ancaman.   "Su In Seng, hayo kau enyah dari tempat ini. Kami hanya menghendaki ilmu pedang Maya Nada yang berada didalam tangan Su-to Yan. Su In Seng melirik kearah Su-to Yan, hanya sebentar, setelah itu dia tertawa kepada keempat musuhnya. "Dikala aku tersesat di kepulauan Tong-hay, ayah angkatnya telah memberi pertolongan yang lebih diri cukup, aku wajib membalas budi ini. Aku tidak mau pergi."   Pok-ie Kaucu Bong Bong Cu tertawa berkakakan, memandang kepada ketiga komplotannya, mereka sudah hendak menerjang lagi.   Tiba tiba....   Satu suara tiupan seruling yang melengking tinggi melayanglayang, semakin lama semakin dekat, semakin lama semakin keras.   Sepasang alis Su-to Yan berkerut, suara seruling ini tidak asing baginya, dia sedang berpikir-pikir, siapakah yang membawakan irama tersebut? Dikala Su-to Yan sedang memikir-mikir, dua bayangan sudah meluncur datang, menyaksikan kedatangan dua orang itu, Su-to Yan menjadi tertegun.   Dua orang yang datang adalah guru Cin-Bwee, si seruling Kumala dari gunung Kun lun-san Cia Ciu Nio, dan seorang lagi adalah padri setengah umur, wajahnya bersih putih.   Ditangan Cia Ciu Nio masih memegang seruling pemberian Sam kie Ju su Hong, ternyata Cia Ciu Nio lah yang membawakan irama lagu tadi.   Begitu kedua orang tadi datang, langsung memasuki gelanggang dan berdiri dihadapan Su-to Yan beserta Su In Seng, mereka adalah pembela-pembela kebenaran dan keadilan.   Cia Ciu Nio segera berkata kepada Su-to Yan.   "Ayah angkatmu menderita luka parah, lekas kau pergi."   Su-to Yan berpikir sebentar, dan dengan melejitkan tubuhnya dia lompat kearah pedangnya yang tertancap di pohon, mengambilnya, dia hendak pergi bertemu dengan ayah angkatnya.   Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu merintangi dijalan, dengan suara besar dia berkata.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo       "Hanya karena kedatangan dua orang biasa saja, kau sudah hendak pergi lagi?"   Tapi gerakan Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tertahan, ini waktu, padri yang berwajah putih bersih yang menyertai Cia Ciu Nio itu bergeram mengeluarkan suara dengusan, tubuhnya dilengkungkan, dengan tangan kiri yang ter sebar, dia mencengkeram kearah Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu.   "Jangan sembarangan membentak. menyindir orang!"   Demikian ia Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu membalikkan tangan, dengan ilmu tipu Kuil she Sin-kang dia menepuk dan memukul cengkeraman padri yang berwajah putih bersih tadi.   Sang padri berdehem, tangannya direndahkan sedikit, maka dari telapak tangan tersebut meluncur cahaya kuning keemas-emasan, dessss, Kui-hie Sin-kang Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu punah pudar.   Wajah Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berubah, didalam dunia, hanya Padri utama Tan-sim Taysu dengan ilmu kepandaiannya Thian-tiok-thie-kang yang dapat membobolkan ilmu kepandaian Kuihie Sin-kang kecuali orang ini, tidak akan ada orang yang kedua.   Tan-Sim Taysu sudah mengundurkan diri, mengapa muncul kembali padri yang berwajah putih bersih ini? Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu pernah dikalahkan oleh Tan-sim Taysu, ia dipaksa mengundurkan diri dari rimba persilatan, karena tidak ada kabar berita lagi dari Tan-sim Taysu, baru Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berani tampilkan diri dirimba persilatan kembali, Kini dia menderita kekalahan yang sama seperti pada masa silamnya.   Karena itu Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu membentak.   "Siapa kau?"   Padri bermuka putih bersih tersebut bersabda.   "Omitohud, aku adalah murid pertama dari Tan-sim Taysu, namaku Put-in Taysu." Wajah Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berubah, betul-betul dia tidak percaya bahwa dua kali dia dijatuhkan oleh Tan-sim Taysu guru dan murid. Dahulu ia dikalahkan oleh Tan-sim Taysu. Kini ia dikalahkan lagi oleh Put-in Taysu, murid dari Tan-sim Taysu. Cerita-cerita berjalan terlalu lambat sekali, sebetulnya bersamaan dengan kejadian kejadian tadi, ketiga jago komplotan Pek-ie kaucu Bong Bong Cu juga sudah turut bergerak, bahwa kawan tersebut sudah tertekan oleh sipadri berwajah putih bersih, Cit-su Hiat-kun, Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng dan Kiu han Sin kun Ko Cio maju berbareng, dengan geram, tiga orang tersebut menubruk Putin Taysu. Disaat ini Pek-ie Kaucu Bong Cu sudah mengundurkan diri, ilmunya Kui-hie Sin-kang sudah dipunahkan, karena itulah dengan mengajak muridnya dia meninggalkan tempat. Menggunakan serulingnya, Cia Ciu Nio menangkis kearah Cit su Hiat kun. Dan ini waktu sipadri berwajah putih bersih Put-in Taysu juga sudah menyingkirkan Cit su Hiat kun. Su In Seng mendorong Su-to Yan dan berkata.   "Lekas kau pergi menemui ayah angkatmu, kukira dia tidak lama lagi."   Hanya melirik sebentar, Su-to Yan sudah sudah mengetahui sampai dimana ilmu kepandaian Put In Taysu, dengan dibantu oleh Cia Cio Nio dan Su In Seng, karena sudah tidak ada lagi Pek ie Kaucu Bong Bong Cu, tidak mungkin dapat dikalahkan.   Tubuh sipemuda meluncur cepat, menuju kearah yang sudah ditunjuk oleh Su In Seng, ditempat itulah Sim kie Ju Su In Hong.   terluka dia harus segera pergi.   Meluncur belasan lie, dua bocah berbaju merah sudah menyongsong datang, mereka memberi hormat kepada Su-to Yan.    "Ciangbun causu kami memberi perintah, agar kami menantikan kedatangan kongcu."   Demikian dua bocah berbaju merah tadi berkata, mereka adalah Cucu-cucu murid dari si pedang, berapi Su In Seng. Su-to Yan menganggukkan kepala, dia bertanya.   "Dimana ayah angkatku? Lekas ajak aku pergi."   Dua bocah berbaju merah tadi mengajak Su-to Yan, kini mereka pergi kearah utara.   Su-to Yan diajak menuju kearah gunung Kiong lay.   Berjalan lagi beberapa waktu, Su-to Yan sudah dapat merasakan sesuatu yang tidak beres, dia seperti dapat mengetahui bahwa dibelakangnya ada yang mengintil.   Yang penting adalah segera bertemu dengan ayah angkatnya, karena itu dia tidak mencari tahu, siapa orang yang mengintil dibelakangnya.   Perjalanan dilakukan satu malam penuh, pada pagi harinya mereka sudah memasuki daerah pegunungan Kiong lay.   Orang yang mengikuti dibelakang Su-to Yan dan dua bocah berbaju merah itu sudah bertambah, bukan saja seorang, dari derap-derap langkah kaki mereka, jumlah itu tidak sedikit.   Su-to Yan tidak takut kepada penguntit-penguntit itu, ia mengikuti dua bocah berbaju merah meneruskan perjalanannya.   Dua tikungan lagi dilewatkan tiba-tiba saja terdengar suara pekikan dari belakangnya, dibarengi dari depannya, diempat penjuru Su-to telah berkumandang suara pekikan-pekikan itu.   Dirinya terkurung.   Dua bocah berbaju merah sangat kaget mereka memandang kearah sekeliling tempat itu, tentu saja dengan hati berdebar debar, masing masing mengeluarkan pedang untuk membuat.    Betul-betul Su-to Yan sudah terkurung dari empat penjuru, muncul belasan orang, pakaian mereka belang-belang, terbuat dari kulit macan, itulah anggota dari istana belang Khong kiok kiong.   Mata Su-to Yan berkilat kilat mengetahui bahwa musuh yang datang dari Khong kiok-kiong, dia menyedot napasnya dalam-dalam.   Sudah suatu kewajiban untuk membikin persiapan tempur.   Dari sekian banyak orang orang istana belang itu muncul dua pemimpin mereka, yang seorang tidak asing lagi, inilah sersan empat Tiang Sun Hoa.   Orang yang didampingi oleh Tiang Sun Hoa berwajah merah, sikapnya lebih gagah dari Tiang Sun Hoa, dari kedudukan kedua orang tersebut, orang yang didampingi Tiang Sun Hoa ini tentu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.   Dua bocah berbaju merah dari Cian san-pai membentak pada orang-orang tersebut.   "Hei, kalian manusia-manusia aneh dari mana? Mengapa berani mengganggu perjalanan kami? kami adalah anak murid Cian-sanpay."   Dengan perlahan Su-to Yan menghardik ke dua bocah tersebut.   "Jangan membuka suara, mereka adalah orang dari istana Belang Khong kiok kiong, dengan maksud tujuan diriku. Biar aku yang menghadapi mereka."   Dua bocah berbaju merah itu mengapit Su-to Yan ditengah, masing-masing dikanan dan kiri, inilah tindakan sebagai pengawal, seraya mereka berkata.   "Cousu telah menyerahkanmu kepada kami, kami tidak bisa membiarkan kau menderita atau terganggu."   Su-to Yan tertawa, dan ia berkata kepada kedua bocah tersebut.   "Biarlah aku yang menghadapi musuh-musuh ini, Bilamana betul betul aku tidak berhasil mengenyahkan mereka, boleh saja kalian membantuku." Kedua bocah berbaju merah ragu-ragu, tapi akhirnyapun menganggukan kepala setuju juga. Disaat inilah sersan empat Tiang Sun Hoa sudah membuka suara.   "Su-to Yan, Kita berjumpa lagi, Mari ku perkenalkan, inilah jago nomor dua dari istana Belang kami, namanya Bin Hwee Wee dengan gelar si Rajawali Merah."   Ternyata jago nomor dua dari golongan istana Belang Khong kiok kiong, kedudukan si Rajawali merah Bin Hwee Wee betul-betul berada diatas Tiang Sun Hoa.   Su-to Yan tidak memberikan reaksi spontan pada penghadangan orang orang dari istana Belang itu, dia berbisik kepada dua bocah berbaju merah.   "Masih jauhkah letak ayah angkatku itu?"   Dua bocah berbaju merah dari Cian-San pay berkata.   "Harus melewati belasan puncak lagi "   Tiang Sun Hoa menganggukan kepala, ia mengerti, bagaimana harus menghadapi situasi yang seperti ini. Disebelah sana Tiang Sun Hoa sudah berkata lagi.   "Su-to Yan, menyerahlah. Rajawali merah dari istana belang belum pernah menemui tandingan, ilmu kepandaiannya jauh diatasku, jangan kau mencoba melarikan diri lagi, Lebih baik kau serahkan kitab ilmu pedang tersebut, agar kita dapat menjaga ketertiban dunia."   Su-to Yan menggelengkan kepala.   "Kitab ilmu pedang tidak bisa kuserahkan kepada kalian,"   Demikian dia memberikan jawaban ketus.   Orang tua berwajah merah Bin Hwee-wee itu menjulurkan tangan, maksud hendak menangkap pergelangan tangan Su-to Yan.    Su-to Yan bergeser kearah kiri, sreet ia mengeluarkan pedang, memapas tangan tersebut.   Si Rajawali Merah Cin Hwee-wee membalikkan tangannya, tetap mengancam Su-to Yan, kini dengan maksud merebut pedang lawan.   Su-to Yan menjadi kaget, tebasannya tadi mengandung jurus tipu yang biasa, hanya dibalikkan begitu saja, dia tidak berhasil meneruskan tipuan-tipuannya.   Dilihat sepintas lalu, ilmu kepandaian Rajawali Merah ini betul-betul hebat sekali.   Lima belas kali lagi Su to Yan menggerakkan pedangnya, jurusjurus itu cepat sekali.   Si Rajawali Merah Bin Hwee wee juga terkejut, ternyata dia bertemu dengan tandingannya, gerakannya gesit dan cepat, semua tipu-tipu pedang Su-to Yan dapat dielakkan.    Satria Gunung Kidul Karya Kho Ping Hoo Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Si Tangan Halilintar Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini