Ceritasilat Novel Online

Pedang Wucisan 19


Pedang Wucisan Karya Chin Yung Bagian 19


Pedang Wucisan Karya dari Chin Yung   kedudukan yang sama, "Darimana kau tahu, bahwa golongan Biarawati Jaya menempati gunung ini?"   Bertanya Su-to Yan.   "Inilah rahasia.", berkata Tie It Ya.   "Hei, lihat!"   Jari Su-to Yan menunjuk ke-arah bawah.   Disaat tadi, karena kedatangan Tie It Ya, Su-to Yan membelakangi puncak gunung, dan menghadapi bawah, disana meluncur lagi satu bayangan hijau, cepat sekali, arah tujuannya adalah tempat mereka berada.    Sebentar kemudian bayangan hijau itupun tiba.   Bukan lain ia adalah sijago Tong hay In Hay Hong.   Memandang kepada Su-to Yan dan Tie It Ya, dengan sikapnya yang sangat dingin In Hay Hong berkata.   "Eh, kalian juga sudah tiba ?"   Seperti apa yang kita tahu, In Hay Hong ini juga mempunyai sedikit hubungan dengan Ie Han Eng, Bila tidak hadirnya Su to Yan di tengah tengah mereka, besar kemungkinan bahwa ia telah memperistri gadis itu.   Karena ada ketetapan dari kakek moyang Ie Han Eng dan Su-to Yan yang menjodohkan mereka berdua.   Dan ditambah persepakatan dari Ie Han Eng dan Su-to Yan mereka tidak menolak perjodohan itu, In Hay Hong disisihkan.   Menolong Ie Han Eng.   Dimisalkan ia berhasil menolong Ie Han Eng, tanpa bantuan Suto Yan, siapa tahu, dikemudian hari gadis itu bisa berbalik, dan cinta lagi kepadanya.   Inilah harapan In Hay Hong, maka begitu ia mendapat berita tentang adanya puncak gunung dimana adanya Biarawati jaya bermukim segera ia datang tiba.   Kedatangan In Hay Hong hanya terlambat beberapa waktu dari kedatangan Su-to Yan dan Tie It Ya.   Hati Su-to Yan tercekat, dimisalkan betul informasi yang diberikan itu tidak salah, Golongan Biarawati jaya mengambil sarang besar diatas puncak ini, darimana Tie It Ya dan In Hay Hong tahu? Mungkinkah suatu perangkap bagi mereka.   Disaat Su-to Yan Sedang berpikir, tiba-tiba datang suara pekikan burung, tepat diatas kepala mereka, dari sana berlompat turun seorang, dengan tertawa berkakakan orang tua itu berkata.   "Masih ada kau." Munculnya orang penunggang kuda itu sangat menenangkan In Hay Hong, segera ia memberi hormat dan berkata.   "Mengapa suheng baru tiba?"   Ternyata orang yang baru datang adalah Hoa Tie, suheng In Hay Hong.   "Aku sedang membikin penyelidikan."   Berkata Hoa Tie "Keadaan seperti ini sangat sulit sekali, kemanakah kepergian mereka itu?"   "Suheng tahu pasti, bahwa mereka menempati puncak ini?"   Bertanya In Hay Hong.   "Pasti!"   Membenarkan Hoa Tie.   "Tidak salah lagi."   "Mari kita terjang saja,"   Mengajak In Hay Hong.   "Tunggu dulu."   Berkata Hoa Tie.   "Siapakah kedua orang ini."   "Orang tua ini adalah Tie It Ya."   Memperkenalkan In Hay Hong sambil menunjukkan kearah kakek serba putih.   "Dan inilah Su-to Yan pemuda gagah yang disohor sohorkan semua orang."   Ia menunjuk kearah jago kita.   "Hemm..."   Terdengar suara dengusan hidung Hoa Tie.   "Murid Manusia tanpa tandingan Thian Kho Cu."   "Betul,"   Jawab In Hay Hong. Atas sikap Hoa Tie yang seperti itu, Tie It Ya sangat tidak puas, ia berkata.   "Tidak kusangka, didalam waktu yang bersamaan, aku bisa menjumpai jago Tong-hay sekaligus."   Hati Su-to Yan sedang memikir-mikir, darimana berita tentang sarang markas besar Biarawati Jaya? Mengapa Tie It Ya tahu? Mengapa In Hay Hong tahu? Mengapa Hoa Tie tahu? Disini mereka telah berkumpul empat orang, semua terdiri dari jago kelas satu, maksud tujuan Su-to Yan ialah menolong Ie Han Eng, ia tidak boleh didahului oleh mereka.   Karena itu, menggunakan kesempatan diantara In Hay Hong, Hoa Tie dan Tie It Ya berbicara, sepasang kaki Su-to Yan meluncur ke-arah puncak gunung.   Terdengar suara Hoa Tie yang bergerak.   "Jangan lari !"   Kaki jago Tong-hay itupun melejit.   menyusul kearah Su-to Yan.   In Hay Hong dan Tie It Ya juga tidak tinggal diam, mereka menyusul dibelakang.   Su-to Yan, Hoa Tie, In Hay Hong dan Tie It Ya, susul menyusul menuju kearah puncak gunung Biarawati Jaya.   Puncak ini sangat tinggi sekali, kini mereka seperti berada diatas awan, semua dunia berada di bawah kaki mereka.   Keempat jago itu sedang berlomba-lomba mendahului lawan masing-masing, mereka hendak tiba lebih dahulu diatas tempat tersebut.   Ilmu silat empat orang tersebut memang setaraf, didalam saat yang hampir bersamaan, mereka tiba diatas puncak, disana terbangun dengan megah sebuah kelenteng dengan nama besar tertulis.   BIARAWATI JAYA.   Inilah kelenteng Biarawati Jaya.   Su-to Yan, Hoa Tie, In Hay Hong dan Tie It Ya berbaris, mereka memuji keindahan kelenteng Biarawati Jaya.   Sungguh menakjubkan, terlalu indah, empat orang itu sudah melupakan dendam masing-masing, dengan tujuan maksud menolong Ie Han Eng.   Dan mengagumi keindahan kelenteng Biarawati Jaya.   Su-to Yan masih berpikir, mengapa tidak ada orang yang membikin penyambutan? Mungkinkah Biarawati jaya takut kepada mereka ? Tidak mungkin ! Biarawati jaya tidak berkepandaian silat, tapi otak mereka lebih tajam dari pedang dan golok, siasat mereka lebih lihay, tidak sedikit dari jago-jago silat nomor satu dikalahkan olehnya.   Diantaranya para pecundangnya terdapat juga Su-to Yan dan Tie It Ya.   Kedatangan Su-to Yan, Tie It Ya, Hoa Tie dan In Hay Hong ketempat itu pasti tidak lepas dari penilaian Biarawati Jaya, mengapa tidak ada penyambutan?"   "Su-to Yan,"   Berteriak Hoa Tie.   "Berani kau tidak memandang mataku lagi? Mengapa kau lari begitu saja ?"   Su-to Yan tertawa tawar, ia berkata.   "Kata-katamu ini lebih baik diucapkan nanti saja, sesudah kita berhasil menolong Ie Han Eng."   "Betul."   In Hay Hong setuju.   "Yang penting kita menolong Ie Han Eng dulu, sesudah itu kita boleh bertanding lagi."   Tie It Ya juga setuju, ia berteriak girang.   "Aku setuju."   Su-to Yan berkata.   "Kelenteng Biarawati jaya ini bukan kelenteng biasa, kukira kita harus berhati-hati."   "Huh,"   Terik Hoa Tie.   "Kau takut? Biar aku yang maju lebih dahulu."   Betul-betul Hoa Tie menggerakkan kakinya meluncur kearah kelenteng itu, mendorong pintu dan ternyata pintupun tidak terkunci, segera membuka lebar-lebar, Hoa Tie sudah memasuki kelenteng tersebut.   Gerakan Hoa Tie disusul oleh gerakkan In Hay Hong.   Su-to Yan dan Tie It Ya juga tidak mau kalah, merekapun menyusul dibelakang kedua orang itu.   Didalam kelenteng, Hoa Tie berkata kepada tiga orang.    "Belum lama aku melihat bayangan orang, Tapi cepat, mereka sudah lenyap mendadak."   Karena adanya bayangan-bayangan misterius yang disebutkan oleh Hoa Tie tadi, keempat orang bergabung kembali Mereka tidak berani lancang-lancang bergerak, mengingat biarawati Jaya yang lihay.   Api penerangan terpasang disekitar kelenteng itu, dimeja sembahyang terdapat dua lilin besar, masih menyala, ini suatu tanda bahwa kelenteng terpelihara sangat bersih.   Ada penghuninya, Tapi keempat orang ini sudah memasuki kelenteng, tanpa ada penyambutan.   Tidak seorangpun yang menampilkan diri untuk menyambut keempat tamu itu.   Hoa Tie mengeluarkan suara dengusan, katanya.   "Ei, apa-apa ini, Biarawati Jaya? Mengapa tidak ada satu bayangan muncul."   Su-to Yan memeriksa tempat itu, didepan suatu patung yang besar ia menampak perobahan dengan mengeluarkan suara kaget ia berkata.   "Eh, mengapa ada lubang?"   Betul.   Dibawah patung besar itu, terdapat suatu celah lobang, Tidak terlalu besar.   Tapi cukup memberi bukti, bahwa patung itu bisa digeser, itulah pintu rahasia untuk memasuki ruangan dibawah tanah.   In Hay Hong, Hoa Tie dan Tie It Ya juga melihat adanya kecurigaan-kecurigaan itu, mereka mengemukakan pendapat.   "lnilah pintu untuk menuju keruangan di bawah tanah."   "Mereka telah melarikan diri."   "Tentunya melalui jalan ini." "Belum tentu, Mungkin suatu tipu muslihat"   "Betul, Mungkin perangkap."   Biarawati jaya tidak berkepandaian silat, Mengapa harus takut kepadanya?"   "Betul!! Terjang saja!"   "Kita harus berhati-hati, kukira sengaja Biarawati jaya memasang perangkap ini. Mengatur kita memasukinya."   "Kau takut?"   "Siapa yang takut? Kau yang takut."   "Bagus, Kita empat orang, tidak ada yang takut, Mari masuk bersama."   "Betul Tidak mungkin mereka bisa lari jauh."   "Mari masuk bersama."   Mereka berdebat sekian lama, tanpa ada reaksi dari orang-orang yang mendiami kelenteng Biarawati Jaya.   "Mereka takut kepada kita."   Berkata Hoa Tie.   "Biar aku In Hay Hong yang masuk lebih dahulu."   Berkata jago Tong hay ini.   Ia menggeser patung, dan dimana terdapat sebuah lubang, langsung masuk kedalam.   Gerakan In Hay Hong disusul oleh gerakan Tie It Ya, ia juga sudah berjalan turun.   Di belakang mereka, Su-to Yan dari Hoa Tie juga turut serta.   Keempat jago istimewa kelas satu, mulai memasuki perangkap Biarawati Jaya.   Lubang di bawah patung adalah lubang rahasia disana terdapat undakan batu yang menurun, Hoa Tie, In Hay Hong, Su-to Yan, dan Tie Ie Ya saling susul menuruni tanggatangga itu, Tidak ada keistimewaan dari tangga-tangga tadi, tokh mereka sangat berhati-hati, berjalan terus seperti itu, semakin lama semakin menurun ke bawah.   Su-to Yan pernah merasakan kehebatan golongan Biarawati Jaya, golongan itu menawan dirinya tanpa pengontrolan orang, menempatkan seekor burung hantu sebagai penjaga, inilah keistimewaan golongan Biarawati Jaya.   Lebih istimewa lagi, cara mengundang ke empat tamu jago kelas satu ini datang.   Kelenteng Biarawati jaya kosong, tidak ada penyambutan.   Mereka telah memasuki ruangan rahasia di bawah tanah, tangga tangga yang menurun masih panjang, Tidak ada reaksi lain.   In Hay Hong hilang kesabaran ia berkata.   "Sampai dimanakah kita hendak dibawa ke tempat ini?"   Tie Ie Ya tertawa berkakakan, katanya.   "Berapa lihaypun kepandaian Biarawati jaya mungkinkah takut kepadaku, kita berempat adalah jago-jago tanpa tandingan, siapa yang bisa melawan tenaga gabungan kita?"   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tangga-tangga itu mulai menjadi serong, menurun sehingga empat puluh lima derajat.   In Hay Hong menoleh ke samping kanan dan kiri, ia mengerutkan alisnya.   Suasana di dalam terowongan di bawah tanah itu terasa agak panas, semakin lama semakin panas, keadaan ini sangat dirasakan sekali oleh keempat orang yang bersangkutan.   Tie Ie Ya mulai bergumam "Permainan apa yang hendak dilakukan oleh Biarawati jaya ini?"   In Hay Hong berkata.   "Biarawati jaya hendak menggunakan sesuatu, tentunya tipu muslihat lihay." "Betul !"   Berkata Su-to Yan.   "Mereka tidak bergebrak, tapi gerakan mereka harus dihadiri dengan hati-hati sekali,"   Hoa Tie berkata.   "Aku tidak habis berpikir, dengan cara apa mereka hendak menghadapi kita?"   Su-to Yan berkata.   "Dimisalkan mereka menggunakan air menyergap kita di bawah terowongan tanah ini, bagaimana?"   Disaat ini hawa panas semakin merangsang sekali, terlihat cahaya kuning keemas-emasan berkilat-kilat menerjang mereka, hawa panas itu bergelombang datang.   Kulit-kulit keempat orang itu seperti terbakar, seolah-olah diterjang api.   Sebelum mereka paham apa yang terjadi, tiba-tiba segulung cairan yang mendidih menggulung-gulung datang, menerjang kearah mereka.   In Hay Hong adalah orang yang terbelakang, ia segera berteriak kaget.   "Emas murni yang sedang dicairkan!"   Kata-kata peringatan In Hay Hong itu betul! Ternyata Biarawati jaya telah mengundang keempat jago kelas satu itu memasuki terowongan di bawah tanah, dari atas, mereka mencairkan emas murni, dan dituangkannya emas murni itu ke dalam terowongan di bawah tanah.   Hawa panas adalah akibat dari terjangan cairancairan emas murni itu.   Berjalannya cairan emas murni sangat lambat, tapi hawa panas itu telah merangsang lebih dahulu.   Su-to Yan berteriak.   "Mundur!"   Tempat di dalam yang begitu sempit, kemana mereka harus mengundurkan diri? Bersama dengan itu, terdengar suara ngedubruk, jalan mundur keempat orang itu pun tertutup, sebuah besi besar telah jatuh menurun membuntukan jalan asal semula.   Mereka berada didalam keadaan terjepit.   Di depan telah mendapat pengecoran emas murni yang kuning keemas-emasan.   Di belakang telah diganjel besi berat.   Sreet, Su-to Yan mengeluarkan pedang, inilah reaksi reflek dari seseorang yang berkepandaian.   Dikala mereka hendak mundur, terdengar suara gemuruh yang menggelegar, lain benda di belakang besi hitam penutup jalan jatuh lagi lepas berlapis perangkap Biarawati jaya mulai bekerja.   Mereka telah masuk kedalam perangkap Biarawati Jaya, Ruang rahasia dibawah patung besar itu adalah satu jalan untuk melarikan diri, mengetahui bahwa keempat jago jago itu tidak mudah dihadapi Biarawati jaya mengosongkan kelenteng mereka.   Dengan cara-cara tertentu, mereka telah mengatur siasat, dilain lorong jalan rahasia itu telah tersedia cairan emas murni yang dipanaskan, jika cairan-cairan mas murni ini dituangkan kedalam jalan tersebut, berbarengan sesudah membuntukan jalan belakang Su-to Yan semua.   Su-to Yan telah mengeluarkan pedang, dan ketika lawannyapun sudah mengeluarkan senjata masing-masing.   Mereka bingung dan khawatir dengan cara bagaimana mereka menghindari terjangan cairan emas murni itu? Hawa panas merangsang semakin hebat, hanya hawa panas itu sudah cukup untuk mematikan seseorang, bilamana mereka tidak memiliki ilmu tenaga dalam yang hebat.   Su-to Yan, In Hay Hong, Hoa Tie dan Tie Ie Ya empat orang telah masuk kedalam perangkap yang dipasang oleh Biarawati Jaya.   mereka memasuki ruangan rahasia dibawah tanah, dan dikala hendak menembus ke jalan keluar dari tempat itu, dari atas jalan keluar dicurahkan emas murni yang mencair, sedangkan jalan balik mereka sudah dibuntu oleh besi berat.   Cairan emas murni masih mengalir terus, sebagian dari mereka ada yang membeku, tapi masih menggelinding.   Hawa beku mas murni itu tidak mudah.   Maka diambil oleh golongan Biarawati jaya untuk menekan keempat musuh mereka.   Masing-masing keempat orang itu telah mengeluarkan pedang, Tapi jurusannya tidak sama-sama, Su-to Yan, In Hay Hong, dan Tie Ie Ya berusaha menekan datangnya mas murni, Hoa Tie menghadapi jalan kembali, membelakangi ketiga orang tadi.   Dikala cairan mas murni itu menggelinding turun, cairannya emas kekuning kuningan memercik gemilauan, hingga menyinari wajahwajah dari orang-orang ditempat itu.   Su-to Yan, Tie Ie Ya dan In Hay Hong berusaha menekan berat turunnya mas murni tersebut, semakin lama semakin memberat, inilah suatu tanda, bahwa diatas mereka mas murni masih dicairkan turun terus.   Yang beruntung bagi ketiga orang itu ialah beratnya mas murni agak berat, sangat lambat sekali, dan dikala hendak mendekati mereka, sebagian dari mas-mas itu sudah membeku lagi.   Sehingga tidak seperti cairan air panas, yang langsung bisa menerjang apa yang bisa ditempuh olehnya.   In Hay Hong mengeluh.   "Tidak kusangka, Biarawati jaya menggunakan cara-cara yang seperti ini."   Di belakang mereka, Hoa Tie berkata.   "Tidak kusangka, pasti golongan Biarawati jaya mempunyai caracara tersendiri."   Hoa Tie bertopang dagu, membiarkan ke-tiga orang itu menahan meluncur turunnya cairan emas murni.    Menyaksikan sikap Hoa Tie yang mau menang sendiri, Tie Ie Ya tidak puas, mereka berempat berada didepan ambang pintu kematian tapi hanya tiga orang yang berusaha.   Hoa Tie berpeluk tangan, tidak mau, Dengan mendengus ia berkata.   "Huh, percuma saja kau jadi murid Kie Toojin, ternyata begitu takut mati."   Hoa Tie berkata.   "Kita orang segera mati, Apa guna aku membantu kalian bertiga. Tidak guna bukan?"   Tie Ie Ya tidak bisa melakukan banyak perdebatan, tenaganya harus dicurahkan menjaga turunnya emas murni itu.   Hawa udara di tempat mereka sangat pekat, cairan mas murni itu membawa rangsangan yang lebih hebat, sehingga memanaskan kulit tubuh mereka seperti dipanggang di atas api.   Su-to Yan sedang mengerahkan semua tenaganya, bertahan untuk melawan datangnya cairan-cairan mas murni.   Mengikuti pembicaraan mereka, hatinya menjadi lesu, Apa yang diucapkan oleh Hoa Tie memang sangat beralasan, mereka segera mati, inilah kekecewaan.   Terbayang dihadapannya wajah yang sangat mengesankan Ie Han Eng yang lemah gemulai, Cin Bwee yang nakal berandalan.   Jie Ceng Peng, Bun In Hian, dan banyak lagi wajah-wajah yang tidak asing.   Adanya lamunan-lamunan yang mengekang pikiran Su-to Yan tadi, mengurangi tenaga si pemuda, tekanan cairan mas murni yang dituang dari atas masih membeku terus, turun hebat lebih keras.   Tie Ie Ya dan In Hay Hong juga tidak mempunyai pegangan yang kuat, melemahnya kekuatan ketiga pedang itu mengakibatkan lain kejadian, mas murni segera nganjlok, turun ke bawah dan hendak menggencet semua orang yang berada di tempat itu.    Su-to Yan, In Hay Hong dan Tie Ie Ya terkejut, reaksi mereka sangat cepat, lamunan dan rasa ketidak puasan disertai dengan keputus asaan itu dibuang segera, daya refleks mereka cukup cepat, tenaga yang memegang pedang ditambah, dan menekan turunnya cairan emas.   Mas murni berhasil ditekan naik, hanya sedikit, tapi cukup menambah pernapasan.   Ketiga orang itu saling pandang, wajah mereka begitu murung sekali, kekuatan hidup dari seorang manusia tetap ada, Mereka tidak mau memasrahkan diri kepada nasib, mereka tidak mau menyerah kepada takdir, mereka berusaha menahan datangnya maut yang ditunggangi oleh cairan-cairan mas murni.   Su-to Yan sakit hati kepada Hoa Tie, karena jago itu tidak mau membantu usaha mereka, segera ia berteriak.   "Hoa Tie, mengapa kau berpeluk tangan?"   "Maksudmu?"   Berkata Hoa Tie dingin.   "Didalam keadaan yang seperti ini, kita harus bersatu padu,"   Berkata Su-to Yan. Mengikuti pembicaraan Su-to Yan dan Hoa Tie, hati Tie Ie Ya menjadi marah, atas sikap yang diperlihatkan oleh kawan seperjuangan itu, Tie Ie Ya memang tidak puas, disaat ini pedangnya ditarik pulang, Sreet mengancam Hoa Tie.   "Tidak takut mati? Nah terima seranganku ini"   Demikian Tie Ie Ya berkata sambil menyerang kearah Hoa Tie.   Bergantinya pedang Tie Ie Ya membawa akibat lain, mas murni bermuncratan, hampir saja mengenai beberapa orang.   Sebelum itu, tiga pedang bertahan menaikkan mas murni keatas, Dicabutnya pedang Tie Ie Ya berarti kehilangan satu kekuatan, hanya dengan kekuatan Su-to Yan dan In Hay Hong cukup untuk mempertahankan diri, bobot berat mas murni itu menekan turun beberapa senti.    Hoa Tie membuang diri kesamping, serangan Tie Ie Ya sungguhsungguh berada diluar dugaan.   Hampir saja ia terluka.   Beruntung gerakannya gesit, Hingga tidak mengalami cidera.   Maksud Hoa Tie yang berpeluh tangan adalah membiarkan ketiga orang itu bertahan sedapat mungkin, menunggu sampai mas murni itu membeku, maka ia masih mempunyai tenaga penuh dan itu waktu dengan menggunakan pedangnya, membobol mas murni, meninggalkan tempat itu.   Karena adanya pikiran yang serakah seperti ini, dengan demikian Hoa Tie tidak mau mengeluarkan tenaga.   Pengunduran diri Tie Ie Ya berakibat besar, segumpalan emas murni jatuh menekan Su-to Yan dan In Hay Hong menjadi kaget, masing-masing bertahan sedapat mungkin, mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Tie Ie Ya.   Dada Su-to Yan dirasakan sangat serak, sulit untuk bernapas, demikian juga In Hay Hong, hanya tenaga dua orang ini, mana mungkin bisa mempertahankan diri lagi? Keadaan yang seperti itu tidak lepas dari penilaian Tie Ie Ya, ia menjadi kaget, In Hay Hong dan Su-to Yan bukanlah seorang kawan akrab, toh mereka bisa bekerja sama2 mempertahankan jiwa dan gencetan mas murni yang dicairkan itu.   Tie Ie Ya meninggalkan Hoa Tie mengayun pedang dan menahan turunnya cairan mas murni lagi, ia membantu Su-to Yan dan In Hay Hong mereka berada dalam keadaan terjepit.   Beban yang menekan Su-to Yan dan In Hay Hong menjadi agak ringan.   "Hoa Tie,"   Berkata Tie Ie Ya.   "Jangan kau mempunyai pikiran yang jahat, untuk menunggu bekunya cairan mas murni, harus memakan waktu dua belas jam. Didalam dua belas jam itu, besar kemungkinannya kami bertiga tidak bisa bertahan, kami bertiga kalah kekuatan. Kami bertiga mati, Dan sesudah kami mati boleh dibayangkan sendiri, siapa yang akan menahan turunnya cairan emas murni? Mungkinkah kau bisa hidup sendiri ?"   Hoa Tie memang mempunyai rencana lain, ia berkata.   "Tidak ada yang melarang kalian menahan turunnya cairan mas itu."   In Hay Hong tidak sependapat dengan pendirian sang suheng, tapi ia sulit untuk mendebatnya. sampai disini, ia tidak bisa lagi, tidak bicara, teriaknya.   "Suheng, lebih baik kau membantu usaha kami. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh"   Hoa Tie harus berpikir lama, seperti apa yang Tie Ie Ya sudah kemukakan, menunggu cairan mas murni itu harus memakan dua belas jam, mungkinkah mereka bertiga bisa bertahan selama itu ? Bila tidak ada tiga orang yang menahan kekuatan dari atas, ia sendiripun terjepit mati.   Untuk meloloskan diri dari jepitan-jepitan ini, Hoa Tie mengayun pedang, tapi tidak membantu usaha dua orang itu yang menahan turunnya cairan emas, itu hendak kembali kejalan pertama, menuju kearah besi berat yang membuntukan jalan belakang.   Terdengar suara berdesis yang sangat panas, besi itu pun tidak mudah ditembus, Dan hawa panas menyerang dirinya, wajah Hoa Tie berubah, kini ia maklum apa yang rencana Biarawati jaya sudah gunakan.   Ternyata jalan mundur merekapun sudah dibekukan, tentunya ada cairan mas murni pula yang tertahan dibelakang besi berat itu.   Tidak mungkin Hoa Tie mencari jalan mundur.   Tie Ie Ya bisa menyaksikan apa yang diperbuat oleh Hoa Tie, maka ia berkata.   "Nah, bagaimana rencanamu?" Pikiran Hoa Tie sudah mulai menjadi kusut, kini ia menusuk dua kali, tanpa hasil, mau tidak mau, ia membantu usaha ketiga orang itu, menahan turunnya cairan mas murni dari atas, In Hay Hong memberi bujukan halus.   "Suheng, mati hidupnya manusia berada di dalam takdir, tapi kita harus berusaha, sedapat mungkin kita berusaha, Dalam keadaan yang seperti ini, lebih baik kita bersatu."   Empat jago kelas satu menahan turunnya cairan mas murni yang dituangkan dari atas, inilah rencana Jahat dari Biarawati Jaya.   Dengan adanya tambahan tenaga ini, Su-to Yan, In Hay Hong dan Tie Ie Ya bisa meringankan beban, dengan tenaga empat orang, tentu saja lebih ringan, bila dibandingkan dengan tenaga tiga orang tadi.   Sayang sekali, su-to Yan bertiga sudah bertahan terlalu lama, tenaganya sudah mulai kurang, keringat mulai membasahi tubuhtubuh mereka itu.   Hoa Tie sudah memberi bantuan, maka tenaga mereka menjadi empat orang.   Tapi cairan mas murni yang dituang dari atas lubang itu masih mengilar terus, semakin lama semakin berat, hal ini dirasakan oleh empat orang yang bersangkutan.   Biarawati Jaya masih menuang terus cairan mas cairan mas yang dibawah mulai membekuk tapi yang diatas diruang terus dan mencairkan sebagian lagi mas murni yang membeku.   Bertambahnya cairan mas murni itu bisa dirasakan sekalian oleh keempat yang bersangkutan dan mereka bertahan lagi beberapa waktu, tidak ada tambahan berat baru, bobot berat itu sudah terbatas.   Mereka menjadi girang, tentunya Biarawati jaya diatas mereka telah kehabisan mas murni, dan hanya terbatas pada jumlah-jumlah tertentu.   Beban itu tidak bertambah lagi.   In Hay Hong dan Su-to mengeluarkan suara gembira.   Yan saling pandang, mereka Tie Ie Ya dan Hoa Tie juga bisa merasakan, bobot berat mas murni yang jatuh dari atas itu tidak bertambah lagi.   Dengan satu isyarat bersama, empat pedang mereka dijunjung keatas, dan itulah tenaga gabungan, maka gumpalan mas murni tertekan ke atas....   Tie Ie Ya berteriak girang "Bagus, Mari kita tekan terus keatas."   Su to Yan maklum, hal itu bukan saja pekerjaan yang mudah.   Tapi mereka harus berdaya, bersama-sama dengan segera menekan keatas lagi.   Keadaan seperti itu tidak ubah seperti pompa.   Sebelumnya bilamana cairan mas murni membutuhkan jalan lubang itu, menekan kebawah..   kini ditarik lagi keatas, maka hawa udarapun tersedot, menjadi tipis sekali.   Napas keempat orang itu dirasakan menjadi sesak, mereka kekurangan gas udara, udara yang sangat tipis itu tidak cukup untuk digunakan bernapas oleh empat orang, walau dengan tenagatenaga dalam yang luar biasa, toh mereka harus bernapas.   Dan napas ini sangat di butuhkan sekali.   Dengan terengah-engah Hoa Tie berkata.   "Mari kita dorong terus, sepuluh tombak lagi. Pasti kita berhasil."   Tie Ie Ya berkata.   "Mungkinkah kau bisa bertahan terus-menerus didalam hawa udara hampa yang seperti ini ? Keadaan ini memang sulit bagi mereka. membiarkan cairan mas murni itu jatuh kebawah, pasti mereka tergencet dan mati, mendorongnya keatas, hawa udara menjadi tipis, hingga mereka sulit bernapas Tapi ini hanya jalan satu-satunya, mau tidak mau, mereka harus menyingkirkan mas murni itu. Otot-otot Tie Ie Ya mulai berkembung keluar, menandakan betapa kuat tenaga yang di kerahkan olehnya. Napas Hoa Tie tersengal-sengal, diantara keempat orang itu Hoa Tielah yang mempunyai tenaga dalam terendah! Wajah In Hay Hong menjadi pucat pasi matang biru, terlalu banyak tenaga yang dikerahkan hampir ia sulit bernapas. Su-to Yan memperhatikan keadaan-keadaan dari ketiga rekannya, tenaga dalamnya berputar secara teratur, perlahan demi perlahan, napasnya agak memburu, tapi ia diantara keempat orang tadi, kedudukannyalah yang terbaik. Tenaga dan ilmu-ilmu dari apa yang dipelajari digunakan semua. Terbayang kembali pelajaran-pelajaran yang jarang digunakan, kini wajarlah rasanya untuk diperlihatkan ditempat itu, hati Su-to Yan tergerak tiba-tiba saja ia mengeluarkan pekikan panjang, pedangnya yang menekan cairan mas murni yang membeku itu digerakkan, berputar mengorek sedikit, semakin lama semakin besar, terjadi hujan emas, percikan-percikan lelatu api mas itu berterbangan kemana-mana, In Hay Hong, Hoa Tie, Tie Ie Ya menjadi kaget, mereka harus mengerahkan sebagian tenaga dalam menghindari percikan-percikan lelatu mas murni tadi. Semakin lama, Su-to Yan semakin segar, pedangnya bergerak, semakin cepat, ia membuat lubang, dan lubang itu telah mulai membesar, semakin lama semakin besar.   "Hai!"   Hoa Tie membentak.   "Apa yang kau lakukan?"   Tapi Tie Ie Ya sudah mengetahui apa yang harus dilakukan olehnya, mengikuti gerakan Su-to Yan, ia pun membuat lubang, cairan cairan mas murni yang membeku itu, dicongkelnya sedikit demi sedikit, berguguran jatuh kebelakang.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Hati In Hay Hong dan Hoa Tie juga mulai bergerak, kini mereka mendapat cara lain bagaimana untuk melenyapkan tekanan-tekanan dari cairan mas murni itu.   Empat pedang dari empat jago istimewa kelas satu, menggerakan senjata mereka, sedikit demi sedikit, tapi pasti sekali, mas-mas murni itu dikesampingkan tertumpuk dibelakang mereka.    Disentuhnya satu persatu, dan kini mereka hendak menembus mas murni itu membuat lobang jalan maut.   Tekanan mas murni dari atas sudah tidak ada, mungkin terjadi perobahan mungkin pula kehabisan bahan.   Karena itulah, dengan penuh kebebasan ke empat pedang tadi bergerak langsung maju ke-depan, mudah sekali, walau dengan baju berlubang, terkena percikan-percikan mas murni yang panas, merekapun menerobos terus.   Tress....   akhirnya Su-to Yan membuat toblosan terakhir, dan udara dingin dari atas mengalir masuk, ia berhasil menembus pertahanan mas murni yang terakhir diatas.   Adanya lubang yang kecil itu sudah cukup untuk menangkap suara-suara yang ada diatas, terdengar riuh rendah lolongan srigala, bagaikan menghadapi hutan yang penuh dengan binatang-binatang.   Pedang Su-to Yan, Hoa Tie, dan In Hay Hong dan Tie Ie Ya bekerja semakin hebat, dan akhirnya mereka berhasil membuat lubang, masing-masing mencelat keluar dan bawah lorong rahasia itu.   Suara lolongan-lolongan serigala masih terdengar jelas selalu Dan diantaranya terdengar jelas lolongan panjang yang nyaring dari seseorang.   Hati Su-to Yan sangat girang, itulah suara si Anak Srigala Lee Pin.   Betul saja, seseorang yang menunggang kuda maju kearah mereka, penunggangnya adalah Lee Pin.   Si Anak serigala Lee Pin menghampiri Su to Yan, merangkul keras tubuh kawan itu, dengan girang ia berteriak.   "Bagus, kau tidak menderita sesuatu apa."   Dengan penuh syukur dan terimakasih Su-to Yan berkata.   "Saudara Lee Pin, terima kasih kepada bantuanmu." Kini Su-to Yan mengerti mengapa tekanan cairan mas murni, mengapa tidak memberat lagi, ternyata diatas mereka, Lee Pin telah datang dengan pasukan srigalanya, sehingga menghancurkan tipu jahat dari Biarawati Jaya. Karena tidak adanya lemparan-lemparan cairan emas murni dari atas, maka Su-to Yan berempat bisa berhasil keluar dengan bebas, Mudah saja dibayangkan bilamana tidak ada Lee Pin ditempat itu, walau Su to Yan berhasil membuat lubang yang cukup untuk mereka keluar, mungkinkah bisa menerjang lemparan cairan mas murni yang panas. Tentu saja tidak mungkin. Cairan mas murni itu sangat panas sekali, daya bekunya rendah bagaimana mereka bisa mengelakan. Lee Pin memandang kearah empat orang yang berada ditempat ini, ia berkata kepada Su-to Yan.   "Pendekar Rajawali Mas Kie Eng memberitahukan kepadaku, ia meminta bantuanku agar bisa menolongmu. Dan betul-betul aku berhasil menolongmu. Tapi mereka telah melarikan diri "   Yang diartikan mereka oleh si Anak serigala Lee Pin adalah orang-orang Biarawati Jaya. Memandang kepada Lee Pin, Su-to Yan mengajukan pertanyaan.   "Kau melihat Ie Han Eng?"   "Kukira telah dibawa oleh mereka."   Berkata Lee Pin.   "Biarawatibiarawati itu terlalu licin, serigala-serigalaku itu bisa dielakannya juga."   Disekitar tempat itu, masih terdengar lolongan-lolongan serigala yang panjang melengking-lengking, sangat tajam sekali, ganas sekali cukup membangkitkan bulu roma.   "Saudara Su-to Yan?"   Berkata Lee Pin. "Legakan hatimu, pasukan Serigalaku telah mengurung sekitar tempat ini, hendak kucoba, bagaimana mereka bisa meloloskan diri."   Hoa Tie dan Hay Hong saling pandang, mereka menyerah karena membiarkan sibiru terbang kembali, bilamana ada bantuan Raja wali Sakti dari Tong Hay itu, tentu lebih mudah menguasai posisi disini.   Golongan Biarawati jaya telah memperhitungkan sesuatu, diluar dugaan mereka tidak bisa membentur kekuatan pasukan Serigala yang dibawa oleh Lee Pin.   Mereka ketemu batunya.   Disaat ini, tiba-tiba terdengar suara lolongan serigala yang lebih galak, lebih panjang.   Lee Pin berteriak girang, dia berkata kepada Su-to Yan.   "Ada berita, mari kita kesana, kukira Ie Han Eng berada di tempat itu."   Mengikuti datangnya arah suara lolongan serigala tadi, Lee Pin mengajak Su-to Yan ke tempat itu.   Lima jago silat kelas satu menggerakkan tubuh mereka, serigalaserigala yang berada disekitar itu menyingkirkan diri, mereka membawakan sikap yang hormat kepada Lee Pin, si Anak Serigala Lee Pin adalah pemimpin mereka.   Pemimpin manusia yang mempunyai kecerdikan otak melebihi binatang.   Akhirnya Lee Pin berhenti dibawah sebuah pohon besar, dibawah pohon ini terdapat seekor serigala yang sangat besar, terjadi saling sahut-sahutan didalam bahasa binatang, Lee Pin dan serigala besar itu melolong sekian saat dan mengertilah apa yang telah terjadi Lee Pin memandang ke arah Su-to Yan kemudian berkata.   "Ia mengatakan bahwa di atas pohon ini masih ada orang!"   Hati Su-to Yan berdebar-debar. Mungkinkah Ie Han Eng? Tapi belum tentu, Mungkin juga orang-orang dari golongan Biarawati Jaya? Su-to Yan, Tie Ie Ya, In Hay Hong, Hoa Tie dan Lee Pin memperhatikan pohon besar di depan mereka.   "Lihat."   Tiba-tiba Tie Ie Ya berteriak. -ooo0dw0oo-   Jilid 22 Semua mata ditujukan ke tempat tangan Tie It Ya, disana terdapat sebuah lubang tertutup oleh akar-akar rumput, dan sekali lobang itu disingkap oleh mereka, cukup untuk memasuki tubuh seorang, Lima jago saling pandang, akhirnya Tie It Ya yang berteriak.   "Biar aku yang masuk"   Ia berkata.   "Jangan"   Berteriak Suto Yan.   "Biar aku saja."   Tap Lee Pin sudah menerobos masuk kedalam lobang itu.   Suto Yan tidak mau ketinggalan, iapun turut serta memasuki.   Didalam pohon ini cukup besar, ternyata isinya sudah dikorek, tidak ubahnya sebagai perlindungan yang sangat aman.   Ada sebuah tangga tali yang terjulur naik., Lee Pin sedang menaiki tangga tali itu menuju keatas, Suto Yan juga menyusul kawannya itu.   Karena keberanian Lee Pin dan Suto Yan, ketiga jago lainnya juga tidak mau kalah, Hoa Tie, In Hay Hong dan tie IT Ya menyusul masuk kedalam pohon,dan merambat naik melalui tangga tambang yang ada.   Gerakan mereka ceoat sekali dan kini masing-masing telah berada diatas pohon itu.   Cukup luas, disana terdapat satu bangunan, tidak ubahnya sebagai istana diatas pohon.   Suatu bangunan diatas pohon yang terpentang diatas mata kelima jago itu, seperti orang dayak, tapi lebih rapih dari orang dayak, semua perabot dan bentuk-bentuk bagunan rapi sekali, bagus sekali, necis sekali.   Ditengah-tengah bangunan itu duduk dua orang, satu adalah Ie Han Eng dan seorang lagi adalah seorang nikow tua, mereka mengatupkan mata mereka seolah-olah tidak tahu akan kedatangan lima orang tadi.   Suto Yan berteriak girang.   Adik Eng Ie Han Eng tidak membuka matanya, seolah-olah tidak mendengar teriakn itu.   Reaksi nikow tua yang duduk di vsebelah Ie Han Eng segera terbit, sepasang mata nikow tua yang dikatupkan itu terpentang lebar-lebar memancar sinar kebencian, ditujukan kepada Suto Yan dan berkata.   Mengapa kau berani naik ke tempat ini? Ia membentak.   Suto Yan tidak memperdulikannya, segera ia menubruk kea rah Ie Han Eng, diseretnya tubuh sang kekasih itu, menjauhi nikow tua tadi.   Lee Pin, Hoa Tie, Tie It Ya, dan In Hay Hong berbaris di belakang Suto Yan.   Mereka hendak melihat apa yang SutoYan lakukan di tempat itu.   Suto Yan telah berhasil merebut Ie Hsn Eng, tetapi tidak berhasil membangunkan gadis itu, menotok-notok beberapa tempat dan tidak berhasil sama sekali.   Kemarahan Suto Yan meluap-luap, memandang kearah si nikow tua, segera ia membentak.   Kau apakan dia ? Nikow tua itu memperlihatkan senyumannya yang menantang, sombong sekali.   Nikow tua itu membuka suara.   Kuperingatkan kepada kalian semua lekas turun dari tempat ini. Diantara kelima orang itu, adat Hoa Tie sangat keras, ia masih mendendam sakit hati atas tipu muslihat Biarawati jaya yang hendak membunuh mereka dengan menuangkan cairan-cairan emas murni kedasar goa itu.   Kini dibentak-bentak lagi, kemarahannya tidak bias tertahan, ia mengayun tangan dan memukul ke arah nikow tua itu.   Suto Yan kaget, sebelum Ie Han Eng bias ditolong, ia tidak mengijinkan orang mengganggu nikow tua itu, nikow tua adalah salah satu orang dari golongan Biarawati jaya yang terkemuka, bilamana sampai terjadi nikow tua itu mati, apa akibatnya? Ie Han Eng pasti celaka.   Melihat gerakan Hoa Tie hendak memukul nikow tua itu, tangan Suto Yan direntangkan, menyambut serangan Hoa Tie.   Hoa Tie terdesak mundur dengan marah dia membentak.   Suto Yan, kau berpihak padanya? Tiga kali pula Hoa Tie memukul terus menerus, tetap ditujukan kepada nikow tua itu.   Tiga kali juga Suto Yan menerima pukulan Hoa Tie, segera pula ia membentak.   Aku tidak mengijinkan orang luar turut serta dalam persengketaan ini, sebelum Ie Han Eng bebas dari kecelakaan. "Dia adalah tokoh terkemuka dari Biarawati jaya"   Berkata Hoa Tie.   "bila tidak membunuhnya, siapa pula yang harus kita bunuh."   "Kau hendak membunuh nenek ini, berarti membunuh Ie Han Eng."   Berkata Suto Yan.   "Sudahkah terpikir olehmu?"   Hoa Tie telah membentur kekuatan Suto Yan, ia tahu sampai dimana ilmu kepandaian jago muda itu, tidak mungkin bisa memenangkan Suto Yan, karena itu dia harus mengalah.   Menengok kearah Tie It Ya, jago tua itu memancarkan sinar kebencian, masih menaruhsakit hati, inilah sebab ganjalan didalam ruang rahasia Biarawati jaya.   Apa boleh bua, Hoa Tie menyerah, ia mengundurkan diri dari persengketaan itu.   Suto Yan menghadapi nikow tua diatas bangunan diatas pohon besar itu, ia berkata.   "Bagaimana sebutan suthay yang mulia?"   "Huh"   Nikow tua itu mendengus.   "Tidak kenal kepadaku? Aku adalah ketua Biarawati jaya, namaku Put Lee Pat Lee." "Haa"   Mereka sedang berhadapan dengan ketua golongan Biarawati jaya.   Put Lee Pat Lee mengekang kesehatan Ie Han Eng, ia tidak berhasik melarikan diri dan menggunakan tempat persembunyian itu menyembunyikan Ie Han Eng.   Diluar dugaan, bantuan yang mensukseskan Suto Yan adalah pasukan serigala Lee Pin, daya cium serigala-serigala itu sangat luar biasa, mereka berhasil pula menemukannya.   Kejadian ini berada diluar dugaan Biarawati jaya.   Ie Hasn eng telah dibuat seperti orang yang lupa ingatan, Suto Yan sangat mengkhawatirkan keselamatan Ie Han Heng, ia berkata dingin.   "Apa yang suthay telah lakukan kepada nona ini? Mengapa ia tidak bicara?"   "Ia telah memakan obat dari Biarawati jaya"   Berkata Put Lee Put Lee.   "Bisakah suthay memberikan obat penawar untuknya?"   Suto Yan memohon dengan suara lemah. Put Lee Put Lee menganggukkan kepal, katanya.   "Bisa saja, Tapi kau harus mengikuti apa yang kuperintahkan,"   "Permintaanmu sulit diterima, Biarawati jaya mempunyai sikap yang bermusuhan, tentu mempunyai langkah-langkah yang tidak menguntungkan Suto Yan."   Si pemuda diam.   Orang-orang yang berada dibangunan diatas pohon itu berjumlah besar, kedudukan In Hay Hong mendekati tangga tali yang menurun, dikala Suto Yan berdebat dengan Put Lee Put Lee suthay, mengetahui bahwa dirinya tidak guna berdiam lama ditempat itu, In Hay Hong merosot turun, meninggalkan semua orang tanpa pamit kepada siapapun juga.   Kepergian In Hay Hong tidak diketahui smua orang, termasuk juga sang suheng Hoa Tie.   Hos Tie memusatkan perhatian kepada pembalasan dendam, ia sangaat sakit hati atas perbuatan-perbuatan Biarawati jaya, ingin sekali membunuh Put Lee Put Lee.    Tie It Ya jugs sakit hati kepada Put .ee Put Lee, tapi tidak sekeras apa yang Hoa Tie kandung.   Suto Yan Tidak ada niatan untuk membantu Put Lee Put Lee, tapi keselamatan Ie Hsn Eng berada ditangan ketua Biarawati jayaitu, mau tidak mau ia harus bias membawa diri.   Tie It Ya berteriak, ia memberi peringatan kepada SutoYan.   "Jangan masuk kedalam perangkap tipunya."   Pikiran Hoa Tie juga tergerak, segera ia berkata. Obat-obatan didaerahTong Hay terkenal nomor satu, bila kau bersedia membawa Ie Hsn Eng ke Tong Hay, juga tidak perlu meminta pertolongannya."   Hati Suto Yan tergerak, kata=kata Hoa Tie menyadarkan dirinya, ia juga maklum, aneka macam obat-obatan tersedia didaerah Tong Hay, obat apakah yang tidak ada di daerah itu? Ie Han Eng menderita racun apa, bila ia bersedia mengajak kedaerah Tong Hay , tentu bias menyembuhkannya.   Tidak perlu meminta pertolongan Put Lee Put Lee yang belum tentu bias menghasilkan suatu kesuksesan.   Put Lee Put Lee mendelikkan mata, ia membentak kearah Hoa Tie.   "Apaka kau tah, racun apa yang sudah kutaburkan kepada Ie Han Eng?"   Hoa Tie kalah berdebat, tentu saja ia tidak tahu racun apa yang telah diberi makan kepada Ie Han Eng, dan sangat sulit untuknya memberi obat yang tepat, tapi ia tidak mau mengalah, dengan suara dengusan dari hidung ia berkata.   "Tidak peduli racun apa, obat-obat didaerah Tonghay sangat komplit, kita bisa mengurusnya."   "Obat yang cocok bias menyembuhkan penyakit, tapi salah memberi obat bias memperbesar penyakit itu. Dan ini diketahui oleh semua orang."   Kata-kata Hoa Tie seperti tadi tentu saja tidak bisa diterima oleh semua orang.   Mana boleh menjajal mengobati orang sakit dengan aneka macam obat-obatan, risiko terlalu besar.    Put Lee Put Lee juga mengerti, maka dibiarkannya saja ejekan Hoa Tie tadi, hendak dilihat bagaimana reaksi Suto Yan.   Suto Yan sedang membikin pertimbangan, bagaimana ia bias menyembuhkan penyakit Ie Han Eng.   Meminta Pertolongan kepada Put Lee Put Lee, berarti mengikat diri sendiri.   Meyerahkan Ie Han Eng kepada Hoa Tie juga belum tentu bias sembuh kembali.   Hanya ada dua jalan yang terpentang di depan Suto Yan, tapi kedua jalan itupun jalan yang sangat sempit, sulit dilakukan.   "Suthay"   Berkata Suto Yan.   "Bisakah kau memberi tahu, racun apa yang telah kau taburkan kepada Ie Han Eng?"   Put Lee Pui Lee berkata tawar.   "Dua macam racun yang bertentangan telah kuberi makan, satu adalah rumput Cian-wie-ciu, dan satunya lagi adalah akar Bian-ciu-hiang, bilamana tidak mendapat pengobatan yang tepat, hanya dalam belasan hari, kulit kekasihmu itu akan meleleh, mencair dan merusak diri sendiri."   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Bulu tengkuk Suto Yan dirasa merinding mendengar keterangan Put Lee Put Lee yang seperti itu, Sesudah mengetahui racun yang ditaburkankepada Ie Han Eng, hati Hoa Tie menjadi girang, segera ia berteriak.   "Nah kau telah menyebutkan nama-nama racun itu, mungkinkah tidak ada obat yang bias menyembuhkannya?"   "Ada saja,"   Berkata Put Lee Put Lee "Obat yang bias menyembuhkan racun rumput Cian-wie-ciu adalah batu Tiat-tan-ciok dan obat yang bias menyembuhkan akar Bian-cu-hi-ing adalah rumput Ciok-hong-ci, Akan tetapi sifat-sifat batu Thiat-tan-ciok dan rumput Ciok-hong-ciu sangat bertentangan satu dingi dan satu lagi panas.   Aku tahu daerah Tong haymemiliki kedua obat ini, tapi bisakah kau meyembuhkannya? Tanpa bias menggangu kesehatan orang yang bersangkutan?"   "Apa kau bisa?"   Bentak Hoa Tie.   "Tentu."   Berkata Put Lee Put Lee. "Apa yang kau bias lakukan, pasti aku bisa juga."   Berkata Hos Tie.   "Baiklah,"   Berkata Put Lee Put Lee "Suto Yan, boleh kau serahkan saja Ie Han Eng kepadanya. Kukira ia lebih mempersulit keadaan Ie Han Eng daripada menyembuhkannya."   Suto Yan menjadi bingung, sangat ragu-ragu. Sedari mereka menaiki tangga itu, si Anak Serigala Lee Pin belum pernah membuka mulut sampai saat ini, saking tidak sabar menantikan urusan-urusan mereka, Lee Pin berteriak.   "Put Lee Put Lee, jangan kau lupa, disini masih ada aku, si Anak Serigala Lee Pin yang tidak mengenal apa itu artinya perkemanusiaan."   Put Lee Put lee menoleh kea rah anak muda liar itu, sinar matanya penuh kebencian, kekalahan hari ini terjungkal karena kedatangan Lee Pin, pasukan serigal Lee Pin adalah pasukan yang terganas, Biarawati jaya tidak berhasil menaklukkan mereka tidak bias menggunakan siasat atau muslihat lain.   "Aku tidak bisa melupakanmu,"   Berkata Put Lee Put lee gemas. Suatu hari aku akan membikin tuntutan ini."   "Selalu aku siap menerima pembalasanmu"   Berkata Lee Pin.   "Kukira kau belum kenal kepadaku siapa adalah Lee Pin ini. Aku adalah manusia yang dibesarkan oleh serigala. Sedikit banyak sifatsifat serigalaku itu masih ada, jangan kau membuat aku marah lagi. Bilamana aku tidak senang kepaqdamu, apa akibatnya? Boleh kau bayangkan sendiri."   Tujuan kata=kata Lee Pin adalah memberi ancaman agar Put Lee Put Lee bisa lebih tahu diri dan bersedia memberi pertolongan kepada Ie han Eng.   Tapi Put Lee Put Lee bukan seorang ketua Biarawati jaya, bilamana ia tidak mempunyai keteguhan hati yang sempurna, semua ancaman itu tidak digubris, dengan tertawa ia berkata.   "Aku tidak melarang apa yang kau sukai. Kau hendak merusak diriku? Hendak menyakiti aku? Boleh. Tapi sudahkahterpikir olehmu, apa akibatnya dengan kedudukan Ie Han Engt? Mungkinkah gadis itu bias ditolong lagi? Mungkinkah Suto Yan mau berpeluk tangan saja, menyaksikan bahwa kekasihnya dilukai orang?"   "Tentu saja,"   Berkata Lee Pin.   "Aku tidak segera membunuh dirimu sebelum menyembuhkan penyakit Ie Han Eng."   "Hendak menyiksa aku?"   Put lee Put lee menantang.   "Kau kira aku takut?"   Bentak Lee Pin, ia sudah siap sedia.   "Tunggu dulu,"   Tiba-tiba Suto Yan menyela.   "Lebih baik kita bicara secara sabar."   Lalu SutoYan menghadapi Put lee Put lee, dan berkata kepada ketua golongan Biarawati jaya itu.   "Suthay, katakanlah apa yang kau mau?"   "Kau tidak mengharapkan Ie Han Eng menjadi sinting bukab?"   Bertanya Put lee Put lee. Suto Yan mengangukan kepala.   "Kau mengharapkan kembali seorang Ie Han Eng yang segar bugar bukan?"   Bertanya lagi Put lee Put lee. Selagi Suto Yan menganggukan kepala.   "Aku bersedia menyembuhkan Ie Han Eng dengan syarat dan janjimu. Kau harus bersedia melakukan perintahku."   "Perintah apakah itu? Aku bersedia melakukannya, bilamana bias kulakukan."   Berkata Suto Yan.   "Pasti kau bisa lakukan."   Berkata Put lee Put lee.   "Baik. Aku bersedia melulusi permintaanmu."   Berkata Suto Yan. Tiba-tiba terdengar seru geraman yang membentak.   "Tunggu dulu"   Orang yang mencegah persetujuan Suto Yan ini adalah Tie It.   Ya Tie It.   Ia maklum, ia mengerti, betapa jahatnya Biarawati jaya, maka segala sesuatu yang diambil oleh Put lee Put lee , pasti tidak menguntungkan mereka, karena itu cepat-cepat ia mencegah.   Menggagalkan persepakatan Put lee Put lee dan Suto Yan.   Tie It Ya menghadapi Put lee Put lee dsn berkata.   "Jangan kau kira orang-orang disini ini mudah dihina. Hanya sekali pencet jiwamu pasti melayang. Berpikirlah baik-baik."   "Tidak ada urusanmu."   Bentak Put lee Put lee.   "Aku sedang meminta persetujuan Suto Yan. Tidak perlu kau turut bicara,"   "Mengapa tidak memberi aku hak bicara? Hendak mengakali Suto Yan?"   Berkata Tie It Ya, Lalu dihadapinya Suto Yan dan berkata.   "Suto vYan, jangan kau mau ditipu olehnya. Dimisalkan ia memerintahkan sesuatu dan sesudah kau lakukan apa pula akibatnya bila ia menelan janji? Tipu muslihat Biarawati jaya terlalu banyak, kau bukan tandingannya, berpikirlah baik-baik,"   "Betul,"   Hoa Tie menyetujui pendapat Tie It Ya.   "Suto Yan, lebih baik kita kembali ke pulau Tong-hay, Disana pasti ada obat yang bisa menyembuhkan kekasihmu."   Tiba-tiba . Seseorang melompat naik, gesit sekalim dsari tangga-tangga tali didalam pohon itu tanpa ada suara orang itu telah menampilkan dirim segera ia berkata.   "Suto Yan jangan ragu-ragu. Segera melakukan perjalanan ke Tong-hay. Aku telah menyediakan kapal, didalam sepuluh hari, kujamin berada di tempat tujuan."   Orang yang baru datang adalah seorang tua berbaju kuning, inilah paman ketua istana Belang Khong kiok kiong.   Musuh Biarawati jaya bertambah seorang lagi.   Dikurung oleh jago-jago kelas satu itu, Put lee Put lee tidak menjadi gentar, ia tidak berkepandaian silat, tapi otaknya melebihi mereka, tidak peduli siapa, tidak ada satu yang bisa menandingi kepintarannya, melihat kepada siorang tua berbaju kuning sebentar ia berkata.    "Kukira kau bernama Ban Ho Hian, bukan? Tokoh ternama dari istana Belang Khong kiok kiong? Orang berbaju kuning memang bernama Bun Ho Hian, ia menjadi paman dari Bun In Hian, kedudukannya didalam istana Belang sangat tinggi, boleh dikata bisa merendengi ketua golongan.   Mendapat teguran dari Put lee Put lee, hati Bun Ho Hian menjadi terkejut, golongan Biarawati jaya tidak berkepandain silat, tapi tokoh-tokoh silat ternama tidak lepas diri penilaian merreka, sepintas lalu saja, Put lee Put lee juga bisa menyebut nama itu, tentu saja mengejutkan Bun Ho Hian.   Bun Ho Hian segera menoleh kearah Suto Yan, ia berkata kepada si pemuda.   "Kukira daerah Tong-hay lengkap dengan segala macam obat-obatan, tidak perlu kau tunduk kepada kekuasaannya, Biarawati jaya tidak mempunyai maksud baik. Lebih baik kita mengajaknya ke Tong-hay, kujamin, hanya sepuluh hari kita bisa tiba ditempat itu. Dimisalkan tidak menemukan obat yang dimaksud, kita mencari jalan lagi."   Suto Yan menoleh dan memandang kearah Put lee Put lee, ia hendak mengetahui bagaimana sikap ketua Biarawati jaya ini. Yang berada diluar dugaan, Put lee Put lee mengangguk kepala, ia menyetujui usul semua orang, pergi ke Tong-hay, katanya.   "Baik akan kulihat bagaimana kalau bisa membawa Ie Han Eng ke pulau Tong-hay. Mari kita bersama-sama pergi ke pulau Tong-hay. Suto Yan, kau boleh lulusi permintaan mereka."   Suto Yan berkata.   "Maksud tujuan utamaku ialah menyembuhkan Ie Han Eng. Pergi atau tidak pergi ke pulau Tong-hay, tidak menjadi soal."   Put lee Put lee berkata dingin.   "Dunia dimasa ini tidak sedikit yang berkepandaian silat, tapi siapakah diantara mereka yang bisa menggunakan otak? Hanya mengandalkan ilmu kepandaian silat untuk menandingi Biarawati jaya, inilah mengimpi. Hendak aku lihat, bagaimana kalian bisa membawa Ie Han Eng. Pergilah ke daerah Tong-hay. Akupun hendak menyertai kalian. Hendak kusaksikan siapa yang lebih unggul, Biarawati jaya? Golongan istana Belang Khong-kiok-kiong? Apa kau, Suto Yan atau jago-jago Tong-hay?"   "Bagus,"   Hoa Tie berteriak girang.   "Mari kita berangkat ke pulau Tong-hay."   Tentu saja Hoa Tie menjadi girang, karena pulau Tong-hay daerah kekuasaannya, itu waktu apa yang ia mau, Siapa yang bisa melawan? Suto Yan tertegun sebentar, dia harus berpikir lama, tapi tidak ada jalan kedua, apa boleh buat, dengan menggendeong Ie Han Eng, ia melulusi permintaan semua orang, mereka harus semua pergi ke pulau Tong-hay.   Lee Pin bisa menyelami dasar tujuan Suto Yan, ia dilarang menggunakan kekerasan, menyiksa Put lee Put lee atau menyakiti ketua Biarawati jaya itu.   Dengan menghela napas panjang ia berkata.   "Suto toako, orang yang paling kupuja adalah dirimu. Kuharap kau tidak menjadi terganggu hanya karena seorang wanita, tapi apa boleh buat, baikbaiklah kau menjaga diri. Aku hendak berangkat lagi. Selamat berjumpa dilain waktu."   "Aku sangat berterimah kasih kepadamu, sampai berjumpa lagi,"   Berkata Suto Yan.   Ia tidak memaksa Lee Pin untuk turut serta ke pulau Tong-hay, mengingat banyaknya pasukan serigal yang dibawa olehnya.   Lee Pin merosot turun dengan melalui tangga tali, dengan kegesitannya yang luar biasa sebentar kemudian sang anak serigala telah lenyap.   Di bawah pohon besar itu terdengar lolongan lengkingan panjang, melengking jauh.   Disusul oleh suara jeritanjeritan serigala lainnya, mereka melolong memberi penyahutan dan secara teratur rapi, serigala-serigala itu dibawah pimpinan Lee Pin, lalu meninggalkan tempat itu.    Atas kesepakatan semua orang, karena Ban Ho hian telah meyediakan kapal dari istana Belang, merekapun meninggalkan bangunan di atas pohon besar itu.   Tie It Ya, Hoa Tie, Suto Yan dengan menggendong Ie Han Eng dan serta juga menggiring Put lee Put lee di depan mereka, bersama-sama menuju ke tepi pantai.   Disana telah tersedia perahu besar yang disediakan oleh Bun Ho Hian.   Perahu isata Belang itu cukup besar untuk menampung semua orang, pelayaran segera dilakukan menuju kea rah pulau Tong-hay.   Diantara rombongan orang-orang itu hanya tidak tertampak bayangan In Hay Hong si jago Tong-hay, setelah memisahkan diri dengan maksud tujuannya yang lain dari padayang lain.   Perahu besar berlayar dengan cepat.   Suto Yan menggendong Ie Han Eng.   Put lee Put lee dikurung oleh Tie It Ya, Hoa Tie dan Bun Hoa Kian.   Kesepian yang seperti itu membuat perjalanan yang terlalu lama, Put lee Put lee sudah menggunakan otaknya, ia membuka mulut.   "Suto Yan tahukah kau, apa yang menjadi maksud tujuanku ?"   Suto Yan masih berada dalam keadaan pusing memikirkan keselamatan Ie Han Eng yang belum sadarkan diri. Tanpa menoleh lagi ia berkata.   "Mana kutahu."   Put lee Put lee tertawa, ia bertanya lagi.   "tahukah kau apa yang menjadi maksud tujuan mereka ?"   "Kukira, aku tidak perlu tahu."   "Sala,"   Berkata Put lee Put lee.   "Salah besar bila kau tidak menyelidiki maksud tujuan dari lawan-lawanmu, suatu kesalahan yang terbesar bilamana kau mencari tahu apa yang berada disekitar daerahmu.   "Maksudmu ?"   Suto Yan memandang ketua Biarawati jaya itu.   "Kuberitahu kepadamu,"   Berkata Put lee Put lee.   Hendak mengambil kembali kitab pusaka peninggalan Kie toojin, Bun Hian hendak meminta kitab ilmu pedang Mayanada, Tie It Ya hendak mengambil pulang sepuluh pasang ilmu silat peninggalan jaman purbakala.   Maksud ketiga orang ini tidak sama, tapi arahnya sama, tujuan mereka adalah kau."   Bukan Suto Yan tidak tahu akan maksud-maksud tujuan dari ketiga orang itu, tapi ia tidak mau ambil pusing.   Satu persatu sudah pernah dikalahkan olehnya.   Mengapa ia harus takut atau gentar ? Inilah perang adu domba, Put lee Put lee mulai memainkan lidah diplomasinya, ia berkata lagi.   "Suto Yan, seorang laki-laki sejati bisa bergerak lebih dahulu, sebelum musuh bergerak lebih cepat darimu."   Suto Yan masih membawa sikapnya yang bungkam, tidak meladeni kata-kata itu.   "Suto Yan,"   Berkata lagi Put lee Put lee.   "Tahukah kau, maksud tujuan Bun Ho Hian yang meyediakan perahu ini, ia rela mengantar kau sekalian pergi ke pulau Tong-hay ?"   Betul apa yang dikatakan oleh Put lee Put lee sangat masuk diakal.   Suto Yan belum tahu mengapa Bun Ho Hian bisa tiba disaat yang tepat ? Dengan alas an apa jago istana Belang ini mengantarkan mereka ke pulau Tong-hay ? Put lee Put lee tertawa, ia berkata lagi.   "Kau tidak tahu. Tapi aku sudah bisa menduga."   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Coba katakan."   "Tidak satu dari ilmu kepandaian silat mereka yang bisa menandingi dirimu, maka tidak satu yang berani bergebrak terlebih dahulu. Mereka bermaksud menggunakan Ie Han Eng untuk bisa menguasai dirimu. Tapi mati hidupnya Ie Han eng berada ditanganku, maka mereka harus menghadapi aku terlebih dahulu."   Suto Yan tertawa tawar, ia berkata.   "Tidak ada alasan sama sekali bukan ?" Sesudah melepas kata-kata yang bersikap mengadu dombaan itu, Put lee Put lee mengatupkan sepasang matanya, ia duduk bersila dan bersemedi. Waktu berlalu. Put lee Put lee berkata.   "Suto Yan, bila aku bersedia mengobati Ie Han Eng, apa balas jasamu? Bersediakah kau menolongku dari tekanannya orang-orang ini ?"    Sepasang Pendekar Kembar Karya Kho Ping Hoo Sepasang Pendekar Kembar Karya Kho Ping Hoo Perangkap Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini