Pedang Wucisan 3
Pedang Wucisan Karya Chin Yung Bagian 3
Pedang Wucisan Karya dari Chin Yung Segera dilihat Su-to Yan berdiri dipintu, Cin Bwee terbelalak, kakinya telah menginjak papan geladak, ia tidak meneruskan katakatanya, tertegun ditempat. Matanya merah, hampir mengeluarkan air mata gembira. "Saudara Cin," Su-to Yan memangginya. "Kau..." "Kau tidak mati?" Cin Bwee memandang pemuda itu dengan wajah bingung. Kejadian itu dapat disaksikan oleh si pedang Emas Jie-Ceng peng, memandang dua orang dan berkata kepada Cin Bwee. "Ternyata kau kenal kepada Su-to kongcu? Mengingat hubungan ini, Serahkanlah seruling In-thian Cek-hong." Cin Bwee memandang Su-to Yan kemudian berkata kepada pemuda itu. "Bagus. Ternyata kau berpura-pura mati, Enak-enak mengeram diri dikapal ini, he? Tidakkah kau tahu, betapa menderita aku karena mendengar berita kematianmu itu." Su-to Yan menyengir dengan gugup berkata. "Jangan salah paham, Nona Jie telah menolongku dari kematian. Cin Bwee memandang Jie Ceng Peng, dan kemudian menatap Su-to Yan kembali. "Baiklah." Ia berkata. "Untuk kali ini, biar aku percaya kepada keteranganmu. Tapi, kau belum meminta maaf atas kelancanganmu tempo hari." Setelah meninggalkan Su-to Yan, Cin Bwee berkeputusan untuk menyusul si pemuda, arah tujuannya adalah lembah Hui-In, langsung kearah Utara, Ditengah jalan, ia mendapat berita tentang kebinasaan Su-to Yan di Sungai Tiang-kang, ia sangat terkejut, hatinya bersedih, pudarlah harapannya untuk mendapatkan pemuda pujaannya itu. Semua kemarahan ini dijatuhkan kepada Kong-Sun Giok, ia harus menuntut balas, Ditengah jalan bertemu dengan perahu besar golongan Thian-lam Lo-sat, dan kemarahan ini pun jatuh kepada anak buah Jie Ceng Peng. Pertemuannya dengan Su-to Yan sangat berada diluar dugaan, ternyata si pemuda masih hidup, harapannya berkembang lagi, ia sangat girang, tapi cemburu, mengapa pemuda itu melakukan perjalanan dengan seorang gadis? Su-to Yan mengucapkan kata-kata dengan suara perlahan. "Aku ingin mengucapkan rasa penyesalan kepadamu, meminta maafmu, Tapi kau begitu cepat dan tergesa-gesa meninggalkanku dimana aku harus meminta maaf?" Cin Bwee tertawa manis, Tapi dilihatnya rombongan orang-orang berbaju hitam, timbul rasa kemarahannya, segera ia berkata . "Su-to Yan, mari kita meninggalkan tempat ini." Su-to Yan ragu-ragu. Lukanya belum sembuh betul, bagaimana ia harus meninggalkan kapal? Jie Ceng Peng sudah memberi perintah. "Para suheng, tangkap orang ini segera." Empat orang berbaju hitam meluruk maju kearah Cin Bwee. Cin Bwee tidak takut kepada mereka, ia mengadakan tantangan. "Hayo, siapa yang berani maju?" Su-to Yan memandang Jie Ceng Peng dan berteriak. "Nona Jie, dapatkah kau menghentikan pertempuran ini?" Empat orang berbaju hitam sudah hampir bergebrak, tiba-tiba Jie Ceng Peng meneriaki mereka. "Para suheng, dengannya." Tahan, Su-to Kongcu masih ingin bicara Su-to Yan menggapaikan tangan ke arah Cin Bwee. "Kemarilah. Ada suatu yang harus kuberi tahu kepadamu." Cin Bwee menjebikan bibir. "Dia lebih mendengar kata-katamu." Ia menudingkan jari ke arah Jie Ceng Peng. "Bicaralah kepadanya saja." "Ada sesuatu yang harus kuberi tahu kepadamu." Berkata Su-to Yan. "Mengapa kan tidak datang kemari ?" Berkata Cin Bwee jarak mereka agak jauh. "Lukaku belum sembuh betul." Berkata Su-to Yan. Cin Bwee mendekati pemuda itu. "Katakanlah." Ia cemberut keras. Dengan perlahan, Su-to Yan berkata. "ilmu kepandaian Jie Ceng Peng sangat tinggi, pergilah kau lebih dahulu, Aku akan menyusul belakangan." "Hah, agaknya kau masih tertarik kepada nya, bukan?" Wajah Cin Bwee semakin masam. "Betah tinggal didalam kapalnya?" "Lukaku belum sembuh betul." Su-to Yan memberi keterangan "Kedatanganku bermaksud menempur Thian-lam Lo-sat, tidak perduli Jie Ceng Peng atau bukan, mungkinkah ia dapat mengalahkan kita berdua ?" "Jangan kau memandang rendah dirinya, ilmu silatnya tinggi, tahu ?" "Huh, lagi-lagi memuji orang." "Dengarlah dahulu, pergi kau berangkat meninggalkan kapal." "Aku tidak mau." Cin Bwee mengambek. Betapa lama ia merindukan si pemuda, tidak sedikit air mata yang dikucurkan karenanya. Kini telah bertemu, tapi diusir seperti itu. "Kau bukan tandinganku." "Sangat lihay sekali ?" "Betul." Su-to Yan menganggukan kepala. "Tapi, ia sangat patuh kepada kata-katamu." Berkata si gadis cemberut. Su-to Yan tidak berdaya. "Baiklah," Ia harus mengalah "Mari kita pergi bersama, tapi bila tidak berhasil mengalahkannya, kau harus segera lari mengerti?" Segala rintangan tidak menjadi soal, yang penting Su-to Yan bersedia pergi bersama dirinya, Cin Bwee berwajah terang. "Baik." Ia memberikan janji. Dilain pihak, Jie Ceng Peng kehabisan sabar, ia berteriak. "Hei, belum selesaikan percakapan kalian" Cin Bwee telah menarik tangan Su-to Yan dan berkata kepada si pemuda. "Kau lompat ketepi, biar aku yang menghadang dirinya." Tanpa menunggu reaksi orang, ia menuangkan pedang kearah Jie Ceng Peng, dan ber kata kepadanya. "Keluarkanlah kemenangan." Pedang emasmu, Mari kita menentukan Cin Bwee meletakan dirinya diantara Su-to Yan dan Jie Ceng Peng, Diantara kedua makhluk yang berlainan kelamin itu harus dipisahkan ia cemburu. Su-to Yan mengerutkan kedua alisnya, ia berpikir kau tidak mau berangkat, bagaimana aku dapat meninggalkannya. Aku... membutuhkan bantuanmu, bila tidak, mungkin tulang-tulang yang luka itu akan pecah kembali. Jie Ceng Peng menunjukan senyumnya, ia berkata. "Moay-moay, luka Su-to kongcu belum sembuh betul. Bagaimana ia dapat melakukan perjalanan jauh?" Ia memanggil dengan istilah moay moay yang berarti adik perempuan. Jin Bwee menjadi jengah, ternyata penyamarannya telah diketahui orang. Dan yang lebih menguatirkan ialah luka Su-to Yan yang masih belum sembuh, Haruskah membiarkan dia istirahat didalam kapal besar ini? tidak mungkin. Bagaimana dapat membiarkan pemuda nya didampingi oleh seorang gadis cantik lain?. Jie Ceng Peng berkata lagi. "Agaknya kau berat meninggalkan dia, bukan? Begini sajalah, kau boleh turut serta didalam kapalku, maka, kita akan melakukan perjalanan bersama, setuju?" Wajah Cin Bwee menjadi merah padam, ia jengah mendengar kata-kata tadi, matanya dipelototkan semakin besar. Jie Ceng Peng semakin puas, ia berkata. "Moay-moay, kau galak betul . Aku senang kepada orang yang sepertimu, Aku sangat mengharapkan kesedianmu untuk menetap bersama, kita samasama menemani suto kongcu, bagaimana?" "tidak tahu malu." Bentak Jin Bwee yang segera mengirim satu tusukan pedang. "Wah, sungguh galak," Jie Ceng Peng meloloskan diri dari serangan tersebut. Jie Bwee mengirim serangan lainnya, Jie Ceng Peng telah siap sedia, dengan jari-jari tangannya yang halus, ia melakukan gerakan yang seolah-olah sedang mengelus sesuatu itulah tipu Hun-hoa Hutliu. Su-to Yan terkejut, itulah tipu Hun-hoa Hut-liu, salah satu jurus dari ilmu purbakala Pie-pa-cap-Sa-san-Jiu. Bagaimana Jie Ceng Peng dapat memiliki ilmu mujijat dijaman purbakala? ilmu silat yang sama dengan apa yang dimiliki olehnya? Mengikuti jalan pertempuran, Jin Bwee juga tidak mudah di"makan" Dengan mudah karena ia sudah berhasil meloloskan diri dari serangan luar biasa tadi. Dengan jurus Cek-Hong Hoan-Jit, salah satu jurus dari ilmu purbakala Hoan-tian Pat-Ciang, ia mengirim serangan-serangan lainnya. ilmu purbakala dilawan dengan ilmu purbakala! "Bagus," Jie Ceng Peng mengeluarkan suara pujian, Tipunya diubah, dengan lima jari dimiringkan, ia mengirim satu serangan yang banyak mengandung unsur perubahan, itulah Khong - beng Ciang dari golongan Tian-lam-Lo-Sat. Gerakan Cin Bwee juga mengandung banyak perubahan, mengetahui musuh berhasil meloloskan diri dari serangan itu, gerakannya berubah kelain arah, sangat cepat sekali. Cin Bwee mempunyai gerakan yang sangat cepat, lawannya lebih cepat lagi dari gerakan gadis yang menyamar menjadi pria itu, lima jari Jie Ceng Peng berhasil menjambret siku orang. "Jangan kau lari lagi." Demikian Jie Ceng Peng berteriak. Cin Bwee tidak mau cepat-cepat menyerah kalah, dengan gagang pedang, ia berusaha mengetuk jari Jie Ceng Peng yang berada di bagian jalan darah penting, demikian ia berhasil mengundurkan diri. Hal tersebut berada diluar dugaan Jie Ceng Peng, maka musuh yang sudah hampir diringkus itu lolos kembali. Hatinya menjadi panas, lalu merangsek dengan serangan-serangan yang lebih hebat. Cin Bwee mendesak. Manakala Jie Ceng Peng hampir melukai lawannya, tiba-tiba terdengar suara Su-to Yan yang berteriak kepadanya. "Nona Jie, dapatkah kau menghentikan gerakanmu?" Berbareng, tubuh Su-to Yan sudah menyelak diantara kedua gadis itu. Takut Cin Bwee terluka, Su-to Yan menjulurkan tangan, dengan tipu Tay-gim Na-chiu dari golongan Siauw-lim-pay, ia hendak menangkap tangan kanan Jie Ceng Peng. Jie Ceng Peng telah menghentikan gerakan, maka tangkapan tangan Su-to Yan mengenai tempat kosong. "ilmu Tay-gim Na-chiu yang bagus." Si gadis memberi pujian. "ilmu nonapun luar biasa," Berkata Su-to Yan. Cin Bwee hampir dicelakai lawan, Beruntung Su-to Yan mengadakan cegahan, maka Jie Ceng Peng menghentikan serangannya, hal itu sudah sangat menjengkelkan. Yang lebih menjengkelkan lagi ialah majunya Su-to Yan yang menyelak datang, kemudian mereka saling puji, hatinya sangat mangkel sekali. Dipandangnya Su-to Yan dan berkata kepada pemuda itu. "Hei, kau betah tinggal ditempatnya?" Su-to Yan menyeringai. "Kau pergilah dahulu." Ia menganjurkan maksudnya agar Cin Bwee meninggalkan perahu itu. "Baik." Cin Bwee melayang kearah darat. "Akan kulihat, bagaimana kau dapat meninggalkan dirinya." Su-to Yan sangat paham dengan sifat-sifat, Cin Bwee yang manja dan kolokan, segera ia berkata kepada Jie Ceng Peng. "Nona Jie, tolong kau simpan pedang In-liong. Dan budi pertolonganmu akan kucatat didalam hati, biar lain kali kubalas budi tersebut. Tubuhnya juga melayang, meninggalkan perahu Jie Ceng Peng. Hampir diwaktu yang sama, Su-to Yan dan Cin Bwee menginjak tanah daratan, mereka-telah meninggalkan kapal Jie Ceng Peng. Empat orang berbaju hitam selalu siap, begitu melihat dua musuh itu lompat turun, mereka juga mempunyai gerakkan yang gesit, tanpa menunggu komando perintah, mereka melayang turun, dan kini tetap mengurung Su-to Yan dan Cin Bwee dipusat lingkaran. Di atas kapal, Jie Ceng Peng berkata. "Bila kalian dapat melepaskan diri dari kurungan keempat suhengku itu, kalian boleh pergi bebas." Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Terima kasih." Su-to Yan mengetahui bahwa Jie Ceng Peng ada niatan untuk melepas dirinya, maka mengucapkan kata kata seperti tadi. Lima jari tangan kanan mengkait, itulah jurus Cengkeraman maut Thian-mo-nie hun-ciauw yang bernama Thian-mo-Cauw-hun. Empat orang berbaju hitam memecah diri menjadi dua kelompok dua menyerang Su-to Yan dua lagi mengurung Cin Bwee. Dua yang menghadapi Su-to Yan adalah bekas pecundang pemuda itu, mereka menghadapi musuh dengan sikap gentar, diserang oleh ilmu cengkeraman Tangan Langit yang luar biasa, cepat-cepat mereka mengundurkan diri, Cin Bwee telah berhasil mendesak dua lawannya kini ia menggabungkan diri dengan Su-to Yan. Mereka bekerja sama, menentang empat musuh. Seharusnya, mengingat keadaan Su-to Yan yang belum sembuh betul, ke empat orang berbaju hitam dari golongan Thian-lam Lo-sat dapat membendung kepergian Cin Bwee dan Su-to Yan. Tapi mereka tidak tahu, sampai dimana kekurangan tenaga sipemuda, mengingat mereka pernah dikalahkan, rasa gentarnya tidak dapat hilang. Cepat-cepat Su-to Yan mengajak Cin Bwee melarikan diri. Kurungan empat orang berbaju hitam telah pecah, mereka tidak mengejar. Maksud mereka membendung musuh untuk sementara, dan membiarkan Jie Ceng Peng yang turun tangan kini sigadis tidak mau meninggalkan kapal, tentu saja mereka tidak berdaya. -ooo0dw0oooMengikuti perjalanan Su-to Yan dan Cin Bwee. Luka Su-to Yan belum sembuh betul, belum lama menggunakan banyak tenaga, Luka yang baru merapat itu pecah kembali, setelah berlari beberapa saat, terasa semakin sakit. Butiran keringat membasahi jiat pemuda itu. Cin Bwee terkejut "Eh, kau mengapa?" Cepat-cepat ia memayang si pemuda. Su-to Yan menahan semua rasa sakitnya, semakin lama semakin hebat, suatu saat, ia tidak sanggup mempertahankan diri jatuh pingsan. Cin Bwee menubruk dan merangkul pemuda itu, ia menangis sesenggukan kiranya pemuda itu telah mati. Berapa saat kemudian, Su-to Yan sudah sadar kembali, Dilihatnya dirinya berada di dalam rangkulan gadis itu, butiranbutiran air mata Cin Bwee telah membasahi bajunya. "Mengapa kau menangis?" Setelah Su-to Yan jatuh pingsan, Cin Bwee menangis, ia menyangka pemuda itu telah mati, Beberapa saat ia memegang urat nadi orang, masih ada, maka diketahui hanya pingsan saja, tapi rasa sedihnya tidak kepalang, karena dirinyalah, Su-to Yan meninggalkan Jie Ceng Peng, sedangkan luka pemuda itu belum sembuh betul, terlalu menggunakan banyak tenaga, maka luka itu kambuh kembali, ia jatuh pingsan. Kini Su-to Yan telah siuman, si gadis masih menangis sesenggukan sedih sekali, terharu kepada cinta si pemuda kepada dirinya, Su-to Yan memberi hiburan. "Jangan menangis, aku tidak mengapa, sebentar lagi, akupun sembuh pula." Cin Bwee membantu pemuda itu duduk bersila, mengatur peredaran jalan darahnya, inilah cara-cara yang paling lama untuk menyembuhkan segala macam luka, cara jago-jago silat menjaga diri mereka dari gangguan penyakit dan luka-luka. Dua jam kemudian, hari mulai menjadi gelap. Su-to Yan telah membuka kedua matanya, terlihat Cin Bwee duduk tidak jauh dari dirinya gadis itu sangat menyesal atas langkah-langkah yang memaksa Su-to Yan meninggalkan Jie CengPeng, hal itu dikerjakan rasa dengki, rasa cemburu yang tidak terhingga, maka sipemuda menderita. Lama sekali mereka berdiam seperti itu. Su-to Yan mulai memecahkan kesunyian, pemuda itu berkata. "Menyusahkan dirimu." Cin Bwee tertawa getir, dialah yang menyusahkan orang, Sudah wajib menjaga keselamatan pemuda itu, Kini telah berhasil, hatinya agak lega. "Su-to toako." Berkata gadis yang masih berpakaian pria itu. "Aku menyesal, membuat kau jadi begini, jangan kau menaruh didalam hati, atas kesalahan-kesalahan yang telah kuperbuat." Su-to Yan tersenyum. "Kita telah bebas dari bahaya." Ia puas dapat meninggalkan orang-orang dari golongan Thian-lam lo-sat. "Masih bencikah kepadaku?" Bertanya Cin Bwee "tidak kuketahui, lukamu masih berat sekali," "Adik Bwee, jangan kau mengucapkan seperti itu." Cin Bwee puas, lebih senang lagi mendengar sebutan adik Bwee itu, sudah lama ia mengharapkan kasih sayang si pemuda, agaknya harapan itu segera kesampaian. "Hari telah malam, dimana kita akan melewatkannya?" Bertanya sigadis. "Aku telah sembuh." Berkata Su to Yan "Mari kita meneruskan perjalanan, tidak jauh disana, seperti ada sebuah kota." Mereka menuju kearah itu, sebentar kemudian mereka telah tiba ditempat tujuan, itulah kota kecil, cukup bersih, memilih salah satu rumah makan, mereka memesan makanan. "tidak lama, pelayan rumah makan datang kembali dengan makanan yang dipesan. Cin Bwee dan Su-to Yan menyelesaikan barang santapan mereka, tidak lupa, saling menceritakan pengalaman masing-masing. Dan haripun menjadi gelap betul. Tiba-tiba mereka dikejutkan datangnya seseorang, bentuk tubuh orang itu sangat pendek, gemuk terokmok, wajahnya selalu bersungging senyumnya, sangat ramah dan menarik perhatian. Orang pendek ini menggunakan matanya menyapu kearah seluruh isi ruangan, kemudian menatap Su-to Yan. Su-to Yan terkejut, dari sinar mata orang. ia dapat mengetahui bahwa manusia pendek itu berilmu silat tinggi, tajam sekali, ia curiga kepada anak buah Kong-Sun Giok. Keagungan Su-to Yan menarik perhatian orang itu, ia bergerak maju, memberi hormat dan berkata. "Mungkinkah aku sedang berhadapan dengan saudara Kong-sun ?" Su-to Yan, membalas hormat itu, dengan membungkukan setengah badan ia berkata. "Tentunya, saudara telah salah melihat orang." "Maaf." Cepat-cepat sipendek termokmok itu mengundurkan diri. Cin Bwee segera berteriak. "Tunggu dulu." Si pendek gemuk membalikan badan, dan memandang Cin Bwee, Cin Bwee berkata. "Tentunya kau ingin mencari Kong-Sun Giok, bukan?" Orang itu menganggukkan kepala. "Betul." "Sudah kuduga, tentunya kau ingin mencari si pedang Selatan." Berkata Cin Bwee puas. "Dapatkah saudara memberi berpotongan badan pendek itu. petunjuk ?" Berkata orang Sifat Cin Bwee agak berandalan, suka kepada keramaian, menyaksikan potongan dan bentuk tubuh orang itu yang agak lucu, ia bermaksud menggoda orang, maka dikala sipendek ingin pergi, ia memanggil kembali. Kini ia ditanyakan tentang Kong-sun Giok, bagaimana dapat menjawab pertanyaan itu ? Diam-diam Su-to Yan menarik tangan baju sang kawan. Cin Bwee mendapat akal, segera ia menjebikan bibirnya, dengan singkat berkata. "tidak tahu." Dan tidak melayani orang gemuk pendek itu lagi. Wajah si pendek berubah, ia tidak puas. Gerakan Su-to Yan yang menarik lengan baju Cin Bwee tidak lepas dari matanya, segala kemarahan dijatuhkan kepada sipemuda, ia menyangka pemuda inilah yang melarang Cin Bwee menyebut dan memberi keterangan tentang Kong Sun Giok, ia tidak tahu, bahwa Cin Bwee pun tidak tahu, dimana hari itu Kong-sun Giok berada. Ia menghampiri Su-to Yan, dengan sikapnya yang sangat beringas, seolah-olah menantang perang. Su-to Yan berperangai halus, sangat sabar, walaupun dipetantang-petetengkan seperti itu, ia masih diam ditempatnya, duduk tenang-tenang. Berbeda dengan sipemuda, Cin Bwee tidak mempunyai itu kesabaran, segera ia bangkit berdiri, menudingkan tangan kearah orang itu, seraya ia membentak. "Manusia pendek, ingin mencari gara-gara?" Orang itu mempunyai bentuk tubuh yang lain dari pada orang lain, ia pantang mendengar kata-kata sebutan pendek. "gemuk" Dan sebagainya, kata-kata cemohan Cin Bwee tepat mengenai pantangan, darahnya segera naik ke atas kepala, iapun marah. "Kurang ajar!" Ia membentak "Kau ingin mencari mati ?" Tangannya bergerak, bagaikan kilat, ketika jarinya mengancam jalan darah Thian-tuk, Ang-ie dan Cek-heng. Cin Bwee melesatkan diri, didalam hati si gadis sangat terkejut, pikirnya, orang pendek gemuk ini lihay juga. Su-to Yan menyaksikan Sang kawan diserang, dan dilihat dari gelagat itu, Cin Bwee bukan tandingan lawan, segera ia menggerakkan sepasang sumpit disodorkan kedepan dan berkata. "Saudara jangan cepat marah." Ia menggagalkan serangan orang pendek gemuk yang terokmok itu. Orang itupun kaget, terlihat sekali pada perubahan wajahnya yang penuh daging, dia adalah seorang jago kelas satu, biasanya bermukim didaerah Tiang-pek, belum pernah memasuki daerah Tionggoan, kini ada sesuatu urusan, baru saja menginjakkan kaki, ia sudah berhadapan dengan dua jago lihay, bagaimana tidak terkejut? Pikirnya, daerah Tionggoan luar biasa ternyata bermukim banyak jago silat. Menghindari jepitan sumpit Su-to Yan, ia lompat mengundurkan diri. "Bagus." Ia marah betul. "tidak kusangka, kalianpun tokoh-tokoh silat kelas tinggi. Hayo, kita keluar, melanjutkan pertempuran dilapangan. Disana, kita leluasa bergerak, tanpa takut merusak barang-barang orang." Ia takut merusak perabot rumah makan, maka menantang Su to Yan dan Cin Bwee untuk meneruskan pertandingan diluar pekarangan. Cin Bwee tertawa puas, ia geli atas kelakuan orang itu, mulutnya mengejek. "Siapa yang takut kepadamu, gendut, Kau tunggu diluar, aku mau makan dahulu." "Bagus." Tubuh orang pendek itu melesat keluar, didengar lagi kata-kata yang terakhir dari sipemuda ceriwis, ia lebih marah, dirinya dikibuli. Maka balik kembali, mengirim satu serangan dan membentak. "Kurang ajar, berani kau mempermainkan diriku ?" Setelah mengucapkan kata-katanya, Cin Bwee betul-betul duduk kembali, Dilihat serangan datang, arah tujuannya mengancam alis mata, ia menundukkan kepala. Sangat cepat sekali, orang itu telah mengirim serangan yang kedua, Cin Bwee dipaksa mengundurkan diri. Su-to Yan bergerak, ia membalikkan telapak tangan, menggunakan jari-jarinya mencengkram kearah pundak lawan. "Kawan ini harus dapat bersabar." Demikian ia berkata sambil menyerang. Orang pendek itu menyerang Cin Bwee dan lawannya telah mundur kebelakang, dengan sendirinya ia mengejar kedepan, membelakangi Su-to Yan. Kini serangan datang tapi ia lihat, ia tahu, serangan macam apakah yang ditujukan kepada dirinya, mengegos kesamping dan mulut nya berkata. "Bagus, ternyata anak murid dari golongan Siauw-lim-pay?" Dari gerakan gerakan orang yang aneh, Su-to Yan terkejut, belum pernah ia melihat ilmu-ilmu silat seperti ini, manusia pendek ini bukan orang dari Tionggoan, maka Su-to Yan harus melayaninya dengan lebih hati-hati, tangannya ditarik cepat, maju kembali kedepan, dengan satu jurus "Kui ong Hui-San", menyerang kembali Mulutnya membentak. "Nah, perhatikan betul-betul, ini juga ilmu silat dari Siauw-limpay?" Kui-Ong Hui-san berarti Raja setan mengipas-ngipas, salah satu tipu dari ilmu mujijat dijaman purbakala Pie-pe-cap-sa-san-chiu tiga belas jari yang menguasai alat Pie-pa. Orang itu melejit mundur, sangat jauh, memperhatikan potongan badan Su-to Yan dan mengajukan pertanyaan. "Eh, bagaimana kau pandai menggunakan ilmu Tiga jari menguasai alat Pie-pa?" Ia terkejut, karena Su-to Yan dapat menggunakan ilmu Pie-pacap-sa-san-ciu dengan baik sekali. Cin Bwee mengeluarkan suara dengusan, ia berkata dengan suara memandang rendah. "Mungkinkah kau juga pandai menggunakan ilmu itu?" Orang itu mengerdip-ngerdipkan matanya, tiba-tiba ia tertawa, segera bertanya. "Kau kenal dengan seorang yang bernama Su-to Yan?" Cin Bwee menjebikan bibir, menunjuk ke- arah Su-to Yan, gadis itu berkata. "lnilah orang yang kau sebut, bagaimana tidak kenal kepada diri sendiri? Lucu!" Orang pendek yang mempunyai banyak daging gemuk itu bertepuk tangan, ia girang katanya. "Ha, Ternyata kau inilah yang berani menantang sipedang Selatan dan pedang Utara. Atas kekurang ajaranku tadi, harap kau dapat memberi maaf." Cin Bwee tertawa cekikikan, Orang pendek itu mendelikkan matanya. "Apa yang kau tertawakan?" Ia membentak. "Aku mentertawakan dirimu, gendut." Mulut Cin Bwee menantang kesopanan Bila bukan memanggil orang dengan sebutan gendut, pasti ia menggunakan istilah pendek. "Mengapa?" Orang itu semakin tidak mengerti ia menyangka bahwa orang tidak memaafkan kesalahannya. "Kau memang lucu, Masakan tidak kenal kepada Su-to Yan? Orang yang sudah berada didepanmu?" Kata-kata Cin Bwee lebih tidak masuk di akal, Bagaimana setiap orang kenal kepada Su-to Yan, sedangkan pemuda itu baru saja mendapat nama ? Su-to Yan telah menghampiri orang itu, ia bertanya. "Bagaimana dengan sebutan saudara yang mulia?" "Namaku Sie An." Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Demikian si gemuk pendek memperkenalkan diri. "Baru saja tiba ditanah Tionggoan." "Aaaa...." Su-to Yan berteriak "Ternyata sipedang Sie An dari daerah Tiang-pek?" Itulah salah satu dari tiga jago pedang yang ternama, kecuali sipedang Selatan Kong-sun Giok, si Pedang Utara Auw-yang le, si pedang Bayangan Sie An menduduki urutan ke-tiga. Hal ini bukan berarti ilmu kepandaiannya berada dibawah kedua akhli pedang yang kita sebut lebih dulu, hal itu disebabkan karena nama Sie An lebih tidak dikenal orang, ia bermukim didaerah Tiangpek, jarang bergaul dengan tokoh-tokoh rimba persilatn didaerah Tionggoan. Su-to Yun tidak pernah membayangkan akhli pedang dari daerah Tiang-pek, karena ia belum kenal dengan dirinya. Demikian juga Cin Bwee, ia sangat terkejut, orang yang mempunyai potongan badan seperti inikah yang digelarkan sebagai jago akhli pedang nomor Satu? Si Pedang bayangan Sie An tersenyum-senyum. Su-to Yan lompat maju, menyekal tangan orang itu, dengan gembira ia menyambut salam perkenalannya. Sie An berkata. "Dikala aku memasuki daerah Tionggoan, kudengar nama saudara Su-to disebut-sebut orang. Anak buah si Pedang Selatan Kong-sun Giok sedang menggembar-gemborkan pemimpin mereka, dikatakan bengcu itu mengalahkan pedang utara, menenggelamkan Pedang Baru, tahu kan julukan Pedang Baru, itulah dirimu, didalam rimba persilatan telah tersebar luas tentang cerita si pedang Baru Su-to Yan, didalam kalangan akhli-akhli pedang, bertambah lagi seorang baru, kedudukanmu telah merendengi kita orang, Pedang Selatan, pedang Utara, Pedang Bayangan, Pedang Emas dan kau adalah Pedang Baru. Aku tidak puas, maksudku mencari Kong Sun Giok, akan kutempur Pedang Selatan itu, sampai dimanakah ilmu kepandaian yang sesungguhnya ?" Su-to Yan berkata. "Aku masih berada dalam keadaan badan kurang sehat, baru sembuh luka, maka tidak dapat melayani tantangan Saudara." Sie An tertawa, katanya. "Jangan kau tarik panjang urusan itu, Kini kita telah saling berkenalan, kita telah bersahabat, diantara sahabat baik, tidak bertempur bukan ?" Cin Bwee telah menyilahkan orang itu duduk, mereka bertiga telah rujuk. "Hei," Berkata gadis itu. "Belum lama aku memanggil kau sebagai si pendek dan si gemuk, masih marahkah kepadaku ?" Sie An memandang kearah Cin Bwee, dan menoleh kearah Su-to Yan. "Kau memperkenalkan kawanmu." Ia berkata. Su-to Yan memperkenalkan Cin Bwee kepada si Pedang Bayangan Sie An, katanya kepada orang itu. "Perkenalkan, dia adalah kawanku yang bernama Cin Bwee." Sie An tertawa berkakakan, katanya . "Ternyata nona Cin, selamat bertemu." "Bagaimana kau tahu bahwa ia seorang wanita?" Bertanya Su-to Yan heran. "Ha, ha, ha..." Sie-An tertawa. "Mataku belum lamur, mungkinkah tidak dapat membedakan pria atau wanita? Ha, ha, ha..." Cin Bwee menjebikan bibir, ia ngedumel. "Manusia pendek." Si pedang Bayangan Sie An mendelikan mata. Cin Bwee tidak takut, ia senang kepada keramaian, senang kepada kecanggungan Sie An yang pendek itu, sekali lagi ia memaki. "Manusia pendek!" Sie An mengangkat tangan, seolah-olah ingin memukul orang, Cin Bwee tahu akan hal itu, sengaja mengedepankan dirinya. "Pukullah, bila kau berani " Ia menantang. Sie An menurunkan tangannya itu, ia berkata kepada Su-to Yan. "Saudara Su-to. kawanmu ini tidak mudah dihadapi." Su-to Yan tersenyum-senyum. Sekali lagi Cin Bwee memaki "Manusia pendek." "Ha, ha, ha..." Sie An tertawa. Dan ketiga orang itupun tertawa semua, perjamuan perkenalan dimeriahkan dan ditutup dengan rasa persahabatan. -ooo0dw0oooPada tanggal 15 bulan delapan. Diluar kota Han-yang sangat ramai, tiga penunggang kuda mendatangi kota bersejarah itu, dua diantaranya laki-laki dan seorang lagi berambut panjang, Mereka adalah sipedang Bayangan Sie An, Sipedang baru Su-to Yan dan Cin BWee dengan pakaian aslinya. Di sepanjang jalan, mereka bercakap-cakap dengan gembira, rasa persahabatan diantara ketiga orang itu telah dipertebal. Cin Bwee yang telah bertukar pakaian wanita, kelihatan lebih cantik, lebih menarik. Dengan menyoren pedang dipinggangnya, kelihatan seperti seorang pendekar wanita yang gagah perkasa, dia adalah jago Kun-lun-pay. Setelah memasuki kota Han-Yang, Pedang Bayangan Sie An berkata kepada kedua kawannya. "Kita telah memasuki kota Han-yang, kota yang penting dipesisir sungai Tiang-kang. Menurut hematku, ada baiknya kita berhati-hati, Disini banyak pencoleng yang sering memasuki gangguan, Apa lagi kau..." Ia menunjuk kearah Cin Bwee dan meneruskan pembicaraannya. "Kau harus lebih berhati-hati, mereka itu paling senang dengan gadis-gadis cantik, bila kau mengendus semacam bau-bauan, berhati-hatilah." Cin Bwee menjebikan bibirnya. "Bagaimana kau tahu?" Ia menentangnya. "Mungkinkah kau pernah melakukan perbuatan itu ?" "Maksudku baik, Tapi kau salah terima." Berkata Sie An mempapakkan tangan, bohoat kepada gadis yang seperti Cin Bwee. "Huh, manusia pendek memang banyak pikirannya." Si gadis menjebikan bibir. Entah mengapa, sifat Cin Bwee itu senang mendebat Demikian kepada Su-to Yan, demikian juga kepada Sie An. Sie An maklum akan sifat-sifat gadis yang berandalan itu, ia tidak mau melibatkan dirinya dengan perdebatan yang tiada habisnya, itu lah pepesan kosong, mengapa harus diributkan? Su-to Yan sedang memikirkan pedang In-liong, mengocehlah pemuda ini. "Entah dimana Jie Ceng Peng itu berada?" Cin Bwee menoleh kearah pemuda itu, mempelototkan mata sebentar, tanpa memberi reaksi lainnya, ia mengeluarkan suara dari hidung. "Huh Hm...." Sie An memperhatikan gerakan-gerakan dari kedua kawan itu, dengan tertawa, ia berkata. "Saudara Su-to, jangan sekali-kali lagi kau menyebut nama si Pedang Emas Jie Ceng Peng, apalagi didepan nona kita, Baik-baiklah melayaninya bicara, kalau tidak, Huh....hm " Si pedang Bayangan mengikuti logat Cin Bwee. Gadis itu mendelikkan matanya. "Manusia pendek." Lagi-lagi ia memaki orang. Sie An tertawa puas, Kini gilirannya menggoda gadis itu, katanya. "Nona galak, agaknya kau lebih senang melakukan perjalanan berdua saja. Katakanlah terus terang, aku segera berjalan pergi." "Manusia pendek," Bentak Cin Bwee memelototkan mata. "Ha, ha, ha, ha..." Su-to Yan sedang memperhatikan tiga penunggang kuda lainnya, ketiga orang itu mengikuti mereka jauh-jauh, kini masih dibelakang mereka, tidak berani maju terlalu dekat, tidak terlihat jelas wajahwajah mereka, Yang pasti, orang yang ditengah itu bertubuh pendek, Sie An segera mengetahui gerakan sang kawan, ia bertanya. "Ada apa, saudara Su-to ?" "Lihatlah tiga penunggang kuda dibelakang kita itu." Sie An melirik kearah belakangnya, dengan kerlingan mata yang tajam, ia dapat mengetahui maksud orang yang tidak baik. "Huh, biar aku yang menghajar mereka." Tubuhnya melejit, lompat kebelakang, sangat gesit sekali. Julukan Sie An adalah pedang Bayangan, hal itu menunjukkan betapa hebatnya ilmu yang dimainkan oleh si pendek, seolah-olah bayangan yang berkelebat sangat cepat, Lain sebab dari adanya julukan tersebut ialah gerakan Sie An yang sangat enteng, bila ia melayang, seolah-olah bayangan berkelebat sangat cepat sekali. Kini ia sudah berada didekat ketiga orang penguntitnya, dengan satu tangan, ia menarik orang yang terdekat, ditotoknya jalan darah orang itu, kemudian melemparkan tubuh tersebut kearah Su-to Yan. "Saudara Su-to, terimalah hadiah yang pertama." Su-to Yan menyambuti tubuh orang itu, ia mengucapkan pujian. "Pedang Bayangan tidak percuma, hebat!" Dikala Sie An bergerak, ketiga musuhnya telah sadar, mereka menggebrak kuda, melarikan diri, Satu diantaranya kalah cepat, maka berhasil ditangkap, Dan dua lainnya telah berpisahan, mengambil arah jurusan yang tidak sama, dengan demikian, mereka memecahkan perhatian Sie An. Bayangan Sie An bergerak, dan kini ia sudah berada di belakang seorang lagi, tangannya menjulur, entah bagaimana, tubuh orang itu tersedot jatuh dengan mudah. Sie An menangkapnya, dengan cara yang sama, ia melemparkan tubuh itu kearah Su-to Yan. "lnilah yang kedua," Ia berkata puas. Kini hanya tinggal seorang lagi, maksud Sie An hendak menangkapnya juga, Apa mau orang itu lihay, dikala Sie An mencengkeram, diapun membalas dengan satu pukulan, memaksa Sie An menarik tangan. Dia adalah seorang tua pendek, larinya bukan karena takut kepada Sie An. Melihat ke dua anak buahnya sudah berada ditangan lawan, ia berdengus. "Huh, hanya pandai menghina anak buah orang." "Mengapa kau tidak mau turun dari kudamu?" Tantang Sie An. "Baik." Orang tua pendek itu telah lompat turun dari kudanya. "Mari kita bertanding di luar kota." Kakinya bergerak, meninggalkan tempat itu. Disana banyak orang, ia segan memperlihatkan diri kepada orang-orang itu, maka lari dan menantikan kedatangan Sie An diluar kota, ditempat yang sepi. Sie An membuntuti dibelakang orang itu, Dikala lewat disamping sisi Cin Bwee, Sigadis mentertawakannya. "Hai, kakek pendek itulah pasanganmu, Lekas kejar !" Orang tua pendek itu telah berada diluar pintu kota, dan Sie An masih mengejar. Su-to Yan dan Cin Bwee membedal kuda, merekapun hendak menyaksikan keramaian, siapakah kakek pendek tadi? Dilihat dari tenaga dalamnya yang dapat memadai Sie An, tentu bukan tokoh biasa. Kecepatan bayangan Sie An tidak kalah dengan kuda tunggangan. gerakkan kakek pendek itupun sangat gesit, tidak berhasil Sie An mengejar. Sikakek pendek, Sie An, Su-to Yan dan Cin Bwee menuju kearah luar. Disuatu lapangan yang agak luas, kakek pendek itu menghentikan larinya. Sebentar kemudian, Sie An pun menyusul tiba. dibelakang mereka, baru datang Su to Yan dan Cin Bwee. Sie An telah mengeluarkan pedang, inilah pedang Bayangan, bila bukan menghadapi musuh kuat, tidak mau ia menggunakan pedang, kini ia tidak mau bertangan kosong. Kakek pendek itu bukanlah manusia biasa, terbukti dari benturan tadi, tenaga mereka sama kuat. Kakek pendek itupun telah mengeluarkan senjata, besi pentungan yang berbentuk pedang, juga dapat digunakan sebagai golok, dia menamakan senjata itu sebagai pedang Dwi guna. Bayangan Sie An bergerak, menusuk kearah kakek pendek itu. Diserang dengan pedang, kakek pendek itu tidak menjadi gugup, pedang Dwi guna dimainkan menangkis dan langsung menyerang kearah tiga tempat, sangat berbahaya. Sie An sangat gesit, hanya terlihat gulungan-gulungan bayangannya bergerak-gerak, ia berhasil menyingkirkan ketiga serangan tadi. Orang itu menyerang lagi tiga kali. Sie An lompat tinggi, kemudian menerjunkan dirinya, Dengan tiada berpijak tanah, ia menangkisnya, kini kedudukannya agak baik, tanpa menurunkan kaki, ia mengancam jalan darah Keng-hiat sikakek pendek. Orang itu menangkis tiga kali, baru berhasil menahan serangan Sie An. Su-to Yan dan Cin Bwee telah lompat turun dari kuda tunggangan mereka. Sie An dan orang itu telah bergebrak kembali, potongan dan bentuk tubuh mereka seimbang, sama gemuk dan sama pendeknya, perbedaan hanya terletak pada umur kedua orang itu. Bila sipedang bayangan masih muda, lawan nya adalah seorang kakek yang sudah ubanan. -oo0dw0oo- Jilid 4 PEDANG Bayangan berkilat-kilat, melingkari tubuh orang itu. Sikakek pendek menggunakan senjata Dwi guna dengan baik, senjata itu memainkan tipu-tipu ilmu pedang. Menonton lagi beberapa waktu, tiba-tiba Su-to Yan teringat kepada seseorang, hatinya berpikir. "Mungkinkah si pedang Dwi guna Go Kit?" Hanya Go Kit yang memainkan ilmu pedang dengan senjata yang bukan pedang, walau pun demikian bentuk senjata itu agak mirip dengan pedang, maka dinamakan pedang Dwi Guna. Su-to Yan belum melihat bagaimana bentuk pedang Dwi guna, tapi dari cara-cara permainan kakek pendek yang tua itu, ia menduga kepada Go Kit. Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sipedang Dwi guna Go Kit adalah ex bekas kepala jagoan, menguasai sesuatu daerah kekuasaan, ilmu silatnya tinggi, khusus ilmu pedangnya sangat luar biasa. Setelah Kong-sun Giok menguasai rimba persilatan, Go Kit ditantang, hasil dari pertandingan itu adalah kekalahan untuk si Pedang Dwi guna, umurnya sudah tua, terpaksa harus mengundurkan diri. Semakin diperhatikan Su-to dugaannya, segera ia berteriak. Yan semakin yakin kepada "Hei, bagaimana hubunganmu dengan si pedang Dwi guna Go Kit?" Kakek pendek itu adalah si pedang Dwi guna Go Kit, mendengar teriakan Su-to Yan, perhatiannya terpisah, ia menjadi lengah, hampir hampir dilukai oleh Sie An. Karena itu ia mengamuk, memutar pedang Dwi guna, menghujam sang lawan dengan serangan yang bertubi-tubi. Sie An juga sadar, orang yang dihadapi adalah sipedang Dwi guna, Bukan manusia biasa, ia melawannya dengan hati-hati. Sie An ada tujuan untuk mengalahkan si Pedang Selatan Kongsun Giok, juga ingin menekan kekuasaan si pedang Utara Auw-yang Ie. Diketahui bahwa dirinya sedang berhadapan dengan pedang Dwi guna Go Kit, orang bekas pecundang Kong-sun Giok. Sebelum mengalahkan si Pedang Selatan, ia harus mengalahkan orang ini dahulu. Go Kit pernah dikalahkan Kong-sun Giok, karena itu ia menaruh dendam, menyembunyikan dirinya, melatih ilmu silat dengan rajin, maksud tujuannya sangat jelas, ia harus menuntut dendam itu. Kini telah berhasil, ia menerjunkan dirinya kedalam rimba persilatan lagi,tujuannya yalah mencari Kong-sun Giok, menuntut balas, Bila tidak dapat mengalahkan Sie An, bagaimana ia menempur Kong-sun Giok? Karena itu, semakin lama, serangannya semakin gencar. Wut..,. Wut Sie An dihujani serangan. Sie An juga jago silat mandraguna, kedudukannya tidak kalah dibawah Kong-sun Giok dan Auw-yang Ie, walaupun nama si pedang Dwi guna sangat besar, iapun tidak takut. "Trang... trangggg..." Beberapa kali ia menangkis serangan itu. -ooo0dw0oooPedang Dwi guna kontra pedang Bayangan ! Luar biasa, sangat seru sekali! Terdengar Go Kit tertawa dingin, ia mengubah cara penyerangannya, kali ini dengan tangan kiri, dimana jari-jari orang itu terpasang kuku-kuku palsu, sangat beracun, maksudnya menambah keangkeran dirinya. Sie An bermata tajam, ia tahu akan jahat nya kuku beracun, hanya sepintas lalu, ia dapat menduga kepada tipu muslihat musuh, Tipu harus dilawan dengan tipu, sengaja ia maju dua tapak, membuka lebar-lebar bagian dada, itulah kekosongan! Go Kit girang, kiranya kesempatan bagus untuk mengalahkan lawan, cepat sekali, kini ia menyerang, tapi bukan dengan kuku jari, hanya dengan pedang, ia masih sangat berhati-hati. Perangkap Sie An tidak membawa hasil yang baik, tapi cukup untuk mengambil alih kedudukan bagus, kini ia menggencet lawan itu dengan bayangan-bayangan pedang. Go Kit mulai gelisah, ia telah tua, hampir mencapai enam puluh tahun, tenaganya banyak berkurang, setelah bertempur lama, hal itu dirasakan sekali. Bila pertempuran diteruskan. Sie An akan keluar sebagai pemenang, Semakin lama si Pedang Bayangan semakin galak, semakin gagah juga ia menyerang. Berbeda dengan keadaan Sie An, keadaan Go Kit kian memburuk, kini terdesak mundur. Sie An siap mengakhiri pertempuran itu, beberapa jurus lagi, pasti ia dapat menjatuhkan lawannya. Disaat ini, pertempuran. terdengar satu suara memecahkan suasana "Ha, ha... tidak kusangka, pedang Bayangan Sie An dari daerah Tiang-pek turut memasuki daerah Tiong goan." Disana telah ditambah seorang lelaki berbaju kuning, dia tidak asing bagi semua orang, Si Pedang Utara Auw-yang le. Pertempuran terganggu, dua orang itu telah memisahkan diri. Cin Bwee dan Su-to Yan memandang ke-arah datangnya Auwyang Ie. didalam hati mereka berpikir. "Apa maksud tujuan si Pedang Utara ?" Auw-yang le itu sangat angkuh, memandang kepada semua orang, dengan sikapnya petantang-petenteng, ia berjalan menghampiri. Cin Bwee tidak senang, segera ia berkata. "Biar kuusir cecunguk ini." Gadis itu membuktikan kata-katanya, tubuhnya sudah memapaki Auw-yang Ie. Su-to Yan kaget, cepat-cepat ia menarik tangan sang kawan, katanya perlahan. "Adik Bwee, kau diam-diam saja menonton. Aku hendak mencoba, sudah pulihkah tenagaku semua? Biar aku yang menghadapinya." Cin Bwee monyongkan mulut sikapnya sangat manja, betul-betul ia jatuh cinta, maka tidak menantang lagi, ia diam. Menurutlah kepada kekasihmu! demikian petuah percintaan Dilain pihak Su-to Yan telah berhadapan dengan Auw-yang le. "Bagus!" Ia berkata. "Keluarkanlah pedangmu." "Sayang sekali." Berkata Su-to Yan. "Aku tidak dapat menggunakan pedangku, Walaupun demikian, tidak mengapalah, aku akan menggunakan tangan kosong menghadapimu." Mata Auw-yang Ie mendelik. Kata-kata Su-to Yan itu terlalu sombong, Masakan dirinya hendak dilawan dengan tangan kosong? Sungguh keterlaluan Dia adalah jago pedang kelas satu, lawan baru saja menerjunkan dirinya kedalam rimba persilatan walaupun telah mendapat nama Pedang Baru, nama itu baru saja dikenal orang, Keliwatan ! "Bagus." Si Pedang Utara bergeram. "Didalam waktu 20 jurus, darahmu akan membanjiri tanah ini." Sie An menunjukan rasa khawatirnya, ia memberi peringatan. "Saudara Su-to, berhati-hatilah." "Aku tahu," Berkata Su-to Yan yang sudah siap, sebagai murid Jiok Pek Jiak kepandaian pukulan tangannya tidak kalah dari ilmu pedang yang dimiliki, maka ia tidak gentar sama sekali. Pedang Auw-yang Ie berujung lengkung termiring-miring, jago itu memajukan pedangnya. "Awas serangan pedang!" Ia memberi peringatan. Melihat cara pembukaan serangan Auw-yang Ie si Pedang Bayangan. Sie An terkejut, didalam hati jago ini memuji. "Hebat! Nama Pedang utara memang bukan nama kosong." Tujuan Sie An memasuki daerah Tionggoan berpokok pangkal mengalahkan pedang Utara dan Selatan dengan cara demikian, dia akan menonjolkan diri, menjadikan dirinya menjadi kepala dari tiga ahli pedang dimasa itu. Kini menyaksikan ilmu pedang Auw-yang Ie yang hebat dan luar biasa, kepercayaannya kepada ilmu kepandaian diri sendiri merosot banyak, ia harus berpikir masak-masak, sebelum menantang orang mengadakan pertempuran impiannya menjadi sirna. Kecuali menghawatirkan keselamatannya sang kawan, mungkinkah Su-to Yan dapat menyelesaikan pertempuran tanpa luka? Mengingat lawan itu terlalu kuat, diatas Su-to Yan. Tahu sedang berhadapan dengan musuh kuat, Su-to Yan menggunakan ilmu cengkeraman Tangan Langit Thian -mo-nie-hun cauw, Mencengkeram kearah gagang pedang. Auw yang Ie sangat marah, didalam hati jago itu berkata. "kurang ajar, kau sangat menghina orang, berani memandang rendah diriku. he? Hanya menggunakan sepasang tangan kosong, hanya dengan satu cengkeraman, ingin merebut pedangku? Bukankah sudah bosan hidup sama sekali?" Sengaja disodorkan pedang kearah Su-to Yan, dengan maksud tujuan, setelah datang dekat, ia memapas jari yang sangat kurang ajar itu. Tangan Su-to Yan merangsang semakin dekat. Auw yang Ie siap melaksanakan rencananya, tiba-tiba matanya terbelalak secepat itu dia melihat akan adanya satu kabut hijau yang mengelilingi tubuh lawannya, itulah tenaga Ie bok Cin-khie. "Aaaa..." Cepat-cepat Auw-yang Ie menjauhkan diri dari uap itu, Hatinya menjadi ciut, itulah ilmu It-bok cin-khie, ilmu kabut hijau, juga merupakan salah satu ilmu mujijat dijaman purbakala. Auw-yang le harus bertemu dengan kenyataan, jelas dan gamblang bahwa Su-to Yan memiliki ilmu tiga belas jari menguasai alat Pie-pa, Pie-pa-cap-Sa-san-chiu dan cengkeraman Tangan Langit Thian-mo-me-hun-cauw, dua macam ilmu mujizat dari jaman purbakala. Hal itu sudah cukup menggetarkan, kini dilihat lagi salah Satu dari delapan tipu mujizat lainnya, berapa banyakkah si pemuda dapat meyakinkan ilmu-ilmu mujizat dari jaman purbakala? Mungkinkah pandai keseluruhannya? Luar biasa ternyata lawan itu memiliki ilmu-ilmu mukjijat dari jaman purbakala, pasti dia akan merajai dunia persilatan. Su to Yan menggunakan tipu Kui-Ong Hui San yang berarti Raja Setan Mengipas-ngipas mendesak lawannya. Auw-yang Ie harus menarik mundur pedang yang telah dikedepankan, ditekan ke bawah dan menjauhi diri. Meskipun bertangan kosong, dengan disertainya ilmu Kabut Hijau Ie-bak Chin-khie, serangan-serangan Su-to Yan lebih berbahaya dari serangan pedang Auw-yang Ie, ia berhasil mendesak akhli pedang itu. Kalau bukan Auw-yang Ie yang ditempur si pemuda, musuh itu sudah lama dijatuhkan olehnya. Harus diketahui, si pedang Utara Auw-yang Ie adalah salah satu dari tiga akhli pedang yang ternama, mudah dibayangkan betapa banyak pengalaman perangnya, menghadapi Su-to Yan yang baru menerjunkan diri didalam rimba persilatan, walaupun memiliki ilmu-ilmu mujizat dari tiga jaman, ia masih sanggup bertahan. Cin Bwee dan Sie An yang turut menyaksikan pertandingan itu menjadi lega, kemenangan berada di pihak mereka, tanpa mengkhawatirkan keselamatan Su-to Yan, mereka dapat melihat perubahan-perubahan ilmu silat kedua orang itu, dengan pandangan-pandangan yang lebih tajam dan lebih jelas. 100 jurus telah dilewatkan. Dibawah rangsakannya Su-to Yan, Auw-yang le masih sanggup mempertahankan diri, pedang bengkung dimainkan begitu rupa, sehingga melarang lawannya mendesak meliwati batas. Su-to Yan melompat ke samping, lagi-lagi mengancam gagang pedang, maksudnya merebut senjata itu dari tangan orang. Auw-yang le menggeram, ia tidak mundur juga tidak menjauhkan diri, hal itu akan mengakibatkan terdesaknya kebelakang, pedang dimiringkan, menyerang cepat. Mata Su-to Yan bersinar, itupun suatu kesempatan, cengkeraman tangan menurun ke bawah, dengan suatu gerakan yang aneh luar biasa, menyusul larinya gagang pedang orang. Auw-yang le semakin gentar, ia mengeluarkan napas dingin, itulah ilmu iblis Sakti Bermain Silat, ilmu khas dari si jago sesat nomor satu Ciok Pok Jiak. Bagaimana si pemuda dapat mewarisinya? Tentu saja si Pedang Utara tidak tahu bahwa Su-to Yan adalah murid dari jago sesat luar biasa itu. Ilmu Iblis sakti bermain silat telah menjatuhkan banyak jago-jago ternama, dimainkan oleh Su-to Yan untuk menyerang Pedang Utara kemanapun musuh pergi, ke kanan dan ke kiri, ke belakang atau ke depan, tubuhnya masih mempunyai waktu untuk membayanginya, pasti ia dapat merebut pedang orang. Auwyang Ie bingung. Auwyang Ie tidak habis mengerti, bagaimana Kongsun Giok dapat mengalahkan pemuda kosen ini, sedangkan dirinya tidak sanggup mengalahkannya. Ia telah menggeretek gigi, dengan besar, Auwyang Ie melepas pedangnya, pemuda. Dengan demikian, kedua mengerahkan sepasang tangannya, ia kekuatan tenaga kearah pemuda kita. menempuh suatu bahaya membiarkan direbut oleh si tangannya telah bebas, mendorong nya melempar Su-to Yan terang girang, gagang pedang orang telah menempel pada tangannya, tiba-tiba melihat perubahan, suatu hal yang sungguh diluar dugaan, mengapa Auw-yang Ie melepaskan pedangnya? Walaupun demikian, ia tidak takut, arah jari tetap mengikuti bayangan gagang pedang, dilain pihak, diapun sudah bersedia mengundurkan diri. Dua serangan telapak tangan Auw-yang Ie menyusul tiba ! Su-to Yan baru tahu, sampai dimana lihaynya si Pedang Utara, bila diteruskan usaha merebut pedang lawan, setelah berhasil mendapatkannya, ia akan menderita luka, dipukul oleh Pedang Utara yang sudah tiada berpedang itu. Hal itu tidak diinginkannya, terpaksa dia menarik pulang tangan tadi, meninggalkan senjata yang baru didapat dan memapaki datangnya serangan sepasang telapak tangan Auw -yang le. Auw-yang Ie berhasil, ia membalikkan telapaknya, menarik pulang serangan, pedangnyapun melayang turun, cepat menyanggahnya lagi, senjata kembali kepada sipemilik. Setelah itu, angin pukulan Su-to Yan datang, cepat-cepat ia berjumpalitan mundur jauh kebelakang. Pertempuran telah selesai ! Su-to Yan tidak berhasil merebut pedang orang, ia hanya dapat memaksa si akhli pedang melepaskan senjatanya, hanya beberapa saat, itu pun cukup membuktikan, bahwa ilmu kepandaiannya tidak berada dibawah si Pedang Utara Auw-yang le. Auw-yang Ie telah meletakkan kedua memandang Su-to Yan dan berkata kepadanya. kakinya ditanah, "Ingat baik-baik kejadian hari ini aku akan menuntut balas." Cepat sekali, si Pedang Utara membalikkan diri, tubuhnya melejit meluncur jauh, meninggalkan Su-to Yan sekalian. Su-to Yan memenangkan pertandingan itu, ia tidak mengadakan pengejaran Sie An menghampiri kawannya, dengan bangga ia berkata. "Saudara Su-to, menyaksikan pertempuran tadi, betul-betul aku harus tunduk kepadamu. ilmu kepandaian kita orang hanya dapat menduduki urutan-urutan nama, setelah dibawahmu." Su-to Yan menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berkata. "Saudara Sie jangan cepat-cepat memberi pujian, bila bukan karena kesombongan Auwyang Ie yang terlalu memandang rendah, bagaimana aku dapat mengalahkan dirinya?" Cin Bwee juga turut maju, gadis ini berkata. "Kulihat, jurus terakhir yang kau gunakan agak mirip dengan ilmu iblis sakti bermain Silat, Mungkinkah salah satu perubahan dari tipu silat ilmu itu?" "tidak salah, itulah yang dinamakan tipu Mengendalikan manusia dari ilmu silat iblis sakti bersilat." "Hai... Bila cepat-cepat kau menggunakan ilmu itu, mana mungkin Auw-yang Ie sanggup bertahan sampai ratusan jurus?" Su-to Yan berpikir sebentar, dan ia menganggukkan kepala, apa yang gadis itu kemukakan memang masuk diakal, sayang ia belum berhasil meyakinkan semua ilmu iblis Sakti bermain silat, bila bukan berada didalam keadaan terpaksa, ia tidak mau sembarang menggunakannya. "ilmu itu tidak mudah dipelajari." Ia memberikan keterangan. "Ada beberapa jurus diantaranya belum dapat ku mainkan baik2, mana berani aku sembarang menggunakannya." Sie An celingukan, tiba tiba ia berteriak "Eh, kemanakah larinya Go Kit tadi?" Cin Bwee dan Su-to Yan teringat akan si pedang Dwi guna Go Kit, menggunakan lengahnya semua orang, ia telah melarikan diri. "Biarlah." Berkata Su-to Yan. "Belum diketahui bagaimana maksud tujuan dirinya, mungkinkah ia bernaung dibawah panji kebesaran orang?" "Huh, tidak perduli demi kepentingan siapa ia bekerja, bila lain kali bersua lagi, biar aku yang menghadapinya." Berkata Sie An. "Betul, seharusnya kau yang menimpali nya." Berkata Cin Bwee. "Kalian adalah sepasang, sama pendek dan sama gemuknya, Aku heran, mengapa menyerahkan kedudukan bengcu kepada Kong sun Giok, seharusnya dia mengajak kau bekerja sama. Lagi-lagi dia mencemoohkan Sie An yang gemuk pendek. Sie An mendelikan matanya, ia berkata. "Entah kapan, kau melahirkan seorang anak yang bopengan, itu waktu, kau tidak akan mentertawakan orang lagi?" "Cis..." Cin Bwee meludah. "tidak tahu malu." Gadis itu membuang muka, Sie An tertawa. "Ha, ha, ha... Marah lagi? .., Ha, ha ... jangan khawatir, saudaraku ini tidak akan membiarkan kau melahirkan seorang anak yang bopengan, pasti cakap tampan seperti bapaknya." Sie An menepuk-nepuk pundak Su-to Yan, selembar wajah Cin Bwee semakin merah, Su-to Yan bukan seorang ahli debat, bila meneruskan percakapan itu, pasti dia yang menderita kerugian, lompat naik keatas kuda tunggangannya, ia berkata. "Mari kita melanjutkan perjalanan." Mereka kembali ke arah kota. Berjalan beberapa waktu, di depan mereka terlihat sebuah kereta yang ditarik oleh empat kuda berbulu putih, kusir kereta menutup wajah mereka dengan kerudung kain, sangat menegangkan bulu roma. Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Di belakang kereta mewah itu juga terdapat dua pengiring, kuda merekapun berbulu putih, mereka juga mengenakan tutup kerudung muka, tidak mau memperlihatkan wajah aslinya. Itu waktu, Sie An sedang bercakap-cakap dengan Su-to Yan. "Tentang ilmu pedang Maya Nada, karena munculnya ilmu pedang itu, tidak sedikit jago-jago rimba persilatan yang menjadi korban. Hasil dari perebutan ilmu pedang, ia jatuh ke dalam tangan Yang Mulia Ie Siauw Hu, itulah kakek tua Ie Han Eng. Yang Mulia Ie Siau Hu banyak menanam budi kepada tokoh-tokoh rimba persilatan, tangannya licin, ilmu kepandaiannya tinggi, budinya luhur, maka semua orang tunduk kepadanya. Setelah mendapatkan ilmu pedang Maya Nada, ia berkata kepada semua orang, bahwa dia tidak akan mempelajari ilmu itu, juga tidak menerima murid, tidak menurunkan ilmu pedang mukjijat, termasuk anak keturunannya dan cucu keturunannya, ia melarang mereka mengutip ilmu itu. Rimba persilatan tenang untuk puluhan tahun. Kini kau muncul di antara persengketaan itu, kukira dunia akan bergolak lagi." Hati Su-to Yan seperti jatuh tenggelam ke suatu tempat yang dalam, mungkinkah hal itu dapat terjadi? Mengapa dunia bergolak? Begitu pentingkah ilmu pedang Maya Nada sehingga dapat memerahkan mata semua orang ? Cin Bwee lebih memperhatikan keadaan ia melihat kedatangannya dua penunggang kuda berkerudung arah tujuannya semakin mendekati nya. "Awas!" Ia memberi peringatan "Ada orang yang menuju kemari." Su-to Yan bersikap sangat tenang, beberapa banyakpun orang yang datang, hal itu tidak akan mengganggu dirinya. Sie An tertawa, dia gemar kepada keramaian, datangnya orangorang yang dapat dijadikan lawan latihan mengadu kekuatan memang sedang diharapkan, dengan tertawa riang, si gemuk pendek berkata. "Masing-masing seorang, bagaimana ?" Tiga lawan tiga ! ia meminta pendapat Su-to Yan. Maksud nya mendemontrasikan ilmu kepandaian mereka, masing-masing mereka harus menangkap seorang siapa yang lebih cepat, orang itu akan keluar sebagai juara pemenang, Sie An mengadakan tantangan. Su-to Yan tertawa. "Tunggu sebentar lagi, Betulkah mereka bermaksud tujuan kepada kita bertiga?" Ia memberi usul. "la tidak mau diganggu, juga tidak mau usil mengganggu orang, Bila dugaan itu betul, itu waktu kita bergerak." "Baik," Sie An setuju. Dua penunggang kuda bulu putih itu sudah mendekati mereka, wajahnya tertutup oleh selaput kain, tidak terlihat jelas, bagaimana wajah dibalik tutup kerudung itu, hanya terlihat mata-mata mereka yang bersinar terang, kain kerudung dibagian mata dilubangi, memudahkan untuk melihat orang. tidak dapat disangsikan lagi, mereka bertujuan kepada Su-to Yan. Beberapa tapak dari jarak yang mereka tentukan Sie An berteriak. "Hayo, mari kita serbu, seorang satu." Membarengi kata-katanya, Sie An telah mengenjot tubuhnya, menerkam kearah seorang aneh yang berada disebelah kiri. Su-to Yan tidak tinggal diam ia menyerbu kearah orang yang berada disebelah kanan. Cin Bwee mendapat sisa mereka. Bangau Sakti Karya Chin Tung Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Perintah Maut Karya Buyung Hok