Golok Sakti 12
Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 12
Golok Sakti Karya dari Chin Yung Li lo-sat Ie Ya terbengong menyaksikannya pemuda itu sangat gagah dikerubuti bertiga masih tidak kelihatan merasa keder, justru ia sedang bengong, mendadak lihat pemuda itu mendorongkan tangannya kearahnya, angin keras telah menyampok dirinya hingga ia terpental beberapa tumbak jauhnya. Ie Ya bermula heran, tapi kemudian ia mengerti maksudnya pemuda itu, yalah supaya ia lekas lekas menyingkir dari tempat itu, Maka seketika itu ia telah menyembunyikan diri dibaliknya rimba pepohonan yang jauhnya beberapa tumbak dari tempat pertempuranoet- ti Koen yang biasa suka sekali membentak ia telah menyerang dengan pedang gompalnya, Apa mau tangkisan golok bukan main beratnya, hingga tangannya tergetar dan ia sendiri telah sempoyongan mundur beberapa tindak. Lihay Demikian pikirnya, nyalinya seketika itu telah menjadi ciut. oet-ti Kang jugapelan pelan telah menarik serangannya, karena ia tahu betul ia bukan tandingannya musuh. Kalau ia memaksa meneruskan pertandingan niscaya kerugian akan dialamkan olehnya. Tinggal sekarang co Tong Kang, si bayangan kurus yang dikejar oleh Ho Tiong Jong tadi, masih ngotot melayani Ho Tiong Jong, meskipun sudah tahu bahwa ia juga bukan tandingannya si anak muda yang lihay. Ho Tiong Jong mengerti dua saudara oet-ti itu sudah ciut nyalinya dan tidak berani mengeroyok lagi, maka untuk membikin keder satu lawannya yang masih ngotot ini, pemuda itu telah mengeluarkan tipu tipu serangan bergabung antara partay-partay Siao lim, Bu-tong dan Kun-lun- Memang dengan tekanan ilmu gabungan itu co Tong Kang kelihatan kewalahan- Diam-diam ia merasa keder akan lawannya yang tangguh itu. Goloknya berkelebatan menakutkan, hingga dua saudara oet tilang menonton dipinggiran menjadi terkejut dan menguatirkan jiwanya co Tong Kang. Di waktu sudah keteter, co Tong Kang telah keluarkan ilmunya Thian-bee Heng-gong atau Kuda semberani melayang diangkasa, suatu tipu serangannya yang paling ampuh dan sedikit sekali orang yang dapat meloloskan diri dari serangannya itu. Badannya co Tong Kang tiba-tiba melesat ke angkasa, dari atas ia menukik, menyerang dengan kaki dan tangannya kepada bahu orang. co Tong Kang sudah kegirangan, musuhnya tentu bakal kena dikalahkan, bahkan kena ditangkap hidup hidup juga dua saudara oet ti sudah bersiap-siap untuk bantu menangkapnya . Siapa tahu kenyataannya ada di luar dugaan, Tiba-tiba Ho Tiong Jong bersiul nyaring, badannya mendadak kemudianjumpalitan kebelakang, akan selanjutnya mencelat keatas dan melayang turun dalam gerombolan pohon, hingga sekejapan saja ia sudah menghilang dari pemandangan mereka. oet-ti Kang dan oet ti Koen menjadi melongo karenanya. Sedang co Tong Kang yang mendapat sasaran kosong, juga tidak kurang kurang kagetnya menyaksikan kepandaian yang luar biasa dari pemuda lawannya itu. "Hei, bagaimana orang itu bisa meloloskan dirinya? " Oet-ti Koen nyeletuk setelah rasa kagetnya hilang. co Tong Kang geleng-geleng kepalanya. "Aku juga sangat heran," Katanya. "orang itu gerakannya sukar dibade, Tadi dia belum habis menjalankan ilmu goloknya, ketika dia melihat aku melesat dan hendak menyerang dengan gaya oei liong (Naga kuning) tidak diduga gayanya itu telah memunahkan serangan tendanganku. sungguh lihay orang itu, entah dia dari golongan mana karena ilmu silatnya yang campur aduk itu dari beberapa partay, Tapi biar bagaimana juga dia adalah musuh yang sangat berat bagi kita dan perlu kita waspada untuk kedatangannya yang kedua kali." Dua saudara oet ti diam-diam bergidik mendengar katakatanya co Tong Kang bahwa orang itu akan datang kedua kalinya, ia tidak sanggup menandinginya. Mereka telah menarik kesimpulan, orang muda tadi adalah seorang gagu, karena berka lokali ditanya tak memberikan penyahutan- Sementara itu, Ho Tiong Jong yang masuk dalam gerombolan pepohonan, terus lari hendak balik ke tempat rahasianya. Belum lama ia tari, tiba-tiba mendengar suara bentakan merdu." Berhenti " Dari bilik sebuah pohon besar lompat keluar seorang wanita yang cantik. Ho Tiong Jong kaget juga mendengar bentakan itu, maka ia hentikan larinya dan mengawasi kepada wanita cantik yang keluar dari balik pohon Kiranya dia ada Li lo sat Ie Ya. Dengan wajah berseri-seri menggiurkan Ie Ya menghampiri Ho Tiong Jong yang sedang kemekmek. Ie Ya tidak kenali anak muda itu, karena ia masih tetap melebur menjadi hitam dan kumel pakaiannya juga tidak karuan- persis seperti juga seorang pengemis yang sudah beberapa bulan tidak menemukan air untuk mandi. "Anak muda, kau baik sekali sudah membantu aku barusan" Kata ie Ya, seraya menghampiri sianak muda lebih dekat. "Kau siapa?" Dengan kecepatan bagai kilat ie Ya telah menotok jalan darahnya Ho Tiong Jong yang membuat si anak muda jatuh lemas. Anak muda itu tidak menyangka ie Ya akan membokong dengan totokannya, maka ia tak berjaga-jaga. Apa maksudnya ia menotok Ho Tiong Jong, bukankah tadi ia dibantu si anak oleh muda itu? Kalau saja barusan tidak cepat Ho Tiong Jong turun tangan membantu, pasti Ie Ya sudah kena ditangkap oleh musuh musuhnya. Tapi mengapa ia bukannya mengucapkan terima kasih malah sebaliknya telah menotok orang sehingga lemas mendeplok ditanah. " Hi hi hi..." Terdengar ie Ya ketawa agak menyeramkan tapi air mukanya tetap ramai dengan senyuman- "Anak muda kau terlalu pandang rendah diriku, begitu lancang turun tangan membantu aku. Meskipun maksudmu baik, tapi aku Li lo-sat Ie Ya dalam setiap pertempuran belum pernah dibantu orang. Dengan turun tangannya kau tadi, tidakkah kau membuat namaku menjadi gurem? Hm... anak liar dari mana begitu lancang campur urusanku? siapa kau?" Ho Tiong Jong diam saja, cuma matanya kedap kedip menatap wanita cantik didepan-nya. Hatinya merasa sangat heran atas kelakuannya ie Ya. Anak muda itu tidak menjawab untuk sekian lamanya, hingga Ie Ya marah dan mau mengayun tangannya menabok Ho Tiong Jong, akan tetapi tiba-tiba pikiran sehat berkelebat diotaknya. Ia urungkan telapakannya jalan-jalan dimuka Ho Tiong Jong. "Ah, aku yang salah." Demikian ia menggerendeng sendirian, ia bersenyum manis, jarinya yang halus kembali menotok si anak muda dua kali, satu totokan membuat yang korban tidak bisa bergerak. yang satu lagi membuka totokan pada urat gagunya sehingga anak muda itu kini dapat membuka mulutnya menjawab. Kiranya barusan makanya Ho Tiong Jong membisu saja karena urat gagunya yang tertotok belum dibuka, Makanya Ie Ya cepat menarik pulang tangannya yang hendak mampir dipipinya sianak muda, karena ia ingat bahwa ia keliru, mana anak muda itu dapat menjawab pertanyaannya sedang totokan pada urat gagunya belum dibuka? "Nah, sekarang jawablah pertanyaanku barusan." Kata pula Ie Ya. "Enci le aku... aku..." "Hei, kau... kau..." Ie Ya memotong karena ia kenali itu ada suaranya Ho Tiong Jong, Tersipu-sipu ia mengulur jari tangannya membuka totokan pada jalan darahnya si pemuda yang tadi tertotok. "Enci ie, kau bikin semangatku menjadi terbang" Ho Tiong Jong bergurau. "Siapa suruh kau diam saja," Sahut si nona ketawa manis. "Siapa suruh kau menotok urat gaguku." Jawab Ho Tiong Jong menatap wajahnya yang ayu. Keduanya jadi ketawa geli. "Adik Jong," Kata nona ie. " Kabarnya kau sudah mati kena dihajar senjata Tok kim chi ceng ciauw Nikouw tapi kenyataannya kau masih segar bugar begini." "Memang benar senjata rahasianya nikouw mampir dimulutku, tapi tidak terus masuk ketenggorokan. " "Sebabnya?" "Mana dapat senjatanya lewati giginya^" "Ah, adik Jong, apa benar?" "Kalau tidak percaya mana dapat aku sekarang berdiri di hadapanmu?" Li lo-sat ie Ya geleng-geleng kepalanya. "Adik Jong, betulbetul aku tidak nyana kau dalam beberapa hari saja tak ketemu kepandaianmu sudah begitu tinggi, seperti dapat mengalahkan co Tong Kang, salah satu tokoh terkuat dalam "Perserikatan Benteng Perkampungan" Kalau saja itu tersiar diluar, namamu akan naik tinggi dengan mendadak dalam dunia Kang ouw. Aku seharusnya mengaturkan selamat kepadamu, adik Jong" "Enci le, kau berkelebihan," Sahut Ho Tiong Jong rendah. "kepandaianku masih cetek dan masih memerlukan didikan orang pandai lebih jauh, orang bagaimana aku sekarang dapat pujian begitu muluk dari enci." "Tapi sebenarnya kau dapat pelajaran dari mana sih?" Tanya si nona penasaran- "Ah, itu hanya dengan cara kebetalan saja. Tapi biarlah lain kali aku nanti menuturkan padamu, sekarang enci mau pergi kemana?" "Aku mau pergi dari sini." "Apa kau tak kuatir nanti dicegat dijalanan?" "Mereka tidak berani lagi, Barusan kalau mereka dapat menangkap aku, mungkin susah akan aku dapat meloloskan diri." Ho Tiong Jong merasa heran, ia menanyakan dari sebab apa si nona kena dikeroyok oleh dua saudara oet ti. Dari roman mereka kelihatannya begitu gemas dan seperti mau menelan si nona. Ie Ya bersenyum-senyum. "Kau tidak tahu meskipun kelihatannya akur dalam "Perserikatan Benteng perkampungan- sebenarnya telah retak. Sudah terpecah menjadi tiga partai, masing-masing berusaha memperkuat partainya sendiri untuk kelak dapat menjagoi dikalangan rimba persilatan- Dua saudara oet-ti itu tidak termasuk dalam komplotanku, mereka telah menerima perintah dari atasannya, sekarang setelah mereka gagal, buat sementara aku dapat berlalu dari tempat ini dengan--selamat. Lain urusannya kalau dikemudian hari kita berjumpa pula." "Ooh begitu," Nyeletuk Ho Tiong Jong. Kembali Ie Ya memperlihatkan ketawa nyayang manis menarik. "Adik Jong, kau kenapa sampai sekarang masih belum juga berlalu dari sini?" "Enci Ie, kau mau suruh aku pergi ke-mana? kau tahu kekuasaannya Seng Pocu ada sangat luas dalam daerahnya ini, kalau tidak dengan pelahan-lahan menggunakan akal mana aku dapat lolos dari kejarannya, Lain dari itu, juga aku masih ada urusan-..." "Hm urusan-.." Menggerenden Gie Ya. Mukanya yang tadi ramai dengan senyuman mendadak menjadi dingin-"Aku, tahu tentu urusannya..." "Urusan apa ? Bagaimana kau tahu ?" "Urusan nona Seng tentu, Kau sudah kejiret keelokannya, maka kau tidak maupergi dari sini, dia sedang keluar." "Keluar kemana?" Ho Tiong Jong memotong. Ie Ya mendelu hatinya, ia sebenarnya ada cemburuan dan merasa tidak puas melihat sikapnya Ho Tiong Jong seperti yang lebih memperhatikan dirinya Seng giok cin daripada dirinya. Maka ia tidak lantas menjawab atas pertanyaan si pemuda, kalau tidak Ho Tiong Jong ulangi lagi pertanyaannya tadi. "Dia sudah pergi menyusul Kim Hong Jie yang pergi ke lembah Lui soa-kok." "Hei, ada itu perkara ? Apa maksud Kim Hong Jie pergi kesana ?" "Ya, Kim Hong Jie pergi kesana dengan cu coan Liang, menyusul tiga orang gila yang bertaruhan mengambil batu Hwe-giok disana?" "Ada pertaruhan apa encie Ie? sukalah kau menceritakan padaku? Dan siapa mereka yang barusan encie katakan tiga orang gila?" Ie Ya sebenarnya mendelu hatinya, ia tidak mau orang banyak tanya lagi dan sudah hendak meninggalkan tempat icn, kalau tidak Ho Tiong Jong dengan separuh menatap minta diceritakan halnya Seng giok cin, Kim-Hong Jie dan lainlainnya. "Soalnya sederhana saja," Kata Ie Ya "lantaran saling kepingin disebut jagoan, maka Khoe Tiong, Tie Kie Song dan Kong soe Tek bertiga telah pergi ke lembah Lui soa kok untuk mengambil batu Hwe-giok di goa Pek cong tong..." "Untuk apa itu Hwe-giok?" Sipemuda menyelak. " Untuk si nona manis Kim Hong Jie?-" Jawab ie Ya separuh menjebi bibirnya. " Kenapa jadi untuk Kim Hong Jie?" " Kau tidak tahu, itu Hoan Sian Jie dan Kong Soe Jin setelah menang bertanding di atas luitay, hadiah peblokan sutera yang diterimanya, telah diserahkan pada nona Seng. Rupanya nona Seng tidak enak kalau hanya ia sendiri saja yang peroleh hadiah itu maka telah mengusulkan pemudapemuda lainnya bertanding dan mendapatkan hadiah untuk diserahkan kepada Kim Hong Jie." "Ada apa hubungan batu Hwe-giok dengan goblogan sutera itu?" Kembali Ho Tiong Jong menyelak Li lo sat Ie Ya pelototkan matanya. "Kau dengar dahulu orang ngomong, jangan saban-saban memotong, Mana kau mengerti kalau belum aku habis menutur." Kata Ie Ya. Ho Tiong Jong ketawa nyengir, ia berasa salah, maka ia lalu berkata. "lya, iya dah, aku salah. Teruskan ceritamu enci Ie Ya yang baik." Kembali ie Ya pelototkan matanya, hanya kali ini matanya melotot tapi mulutnya yang mungil menyungging senyuman geli. "Makanya, kau dengar dulu aku cerita." Katanya. "tiga pemuda itu sebenarnya hendak mengadu kepandaian diatas luitay, tapi tiba-tiba itu si Goen menyelak dan mengatakan bahwa pertandingan adu silat sudah bosan mendapat hadiah sutera sudah bukan model baru, paling baik, katanya, bertaruh pergi kegoa Pek-cong-tong mengambil Hwe-giok untuk dihadiahkan pada nona Kim Hong Jie. Barulah itu ada harganya." Katanya. "Mereka yang mau main jago-jagoan, lantas saja bersedia untuk melakukan pertaruhan itu, meskipun mereka tau bahwa orang yang pergi kesana bukannya tidak berbahaya." Sampai disini nona ie berhenti sebentar. Matanya yang bagus menatap mesra pemuda didepannya. " Kenapa kau tidak menyelak?" Tanyanya. Ho Tiong Jong melengak. "Bukankah enci bilang aku dengan menyelak?" Tanyanya. Ie Ya menekap mulutnya, menahan ketawa nya melihat kelakuan Ho Tiong Jong. "Betul- betul kau bisa pegang janji," Si nona kata sambil tersenyum. Ho Tiong Jong juga tersenyum. suatu senyuman yang membuat hatinya ie Ya berduka sebaiknya dari bergembira, Kenapa? itulah karena diam-diam ia berpikir. Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Pemuda ini dicintai oleh Giok Cin dan Hong Jie sepasang jelita yang sukar mendapat tandingan kecantikannya maupun ilmu silatnya, Aku yang dikenal sebagai Kepala iblis Wanita, apakah ada harapan menempati hatinya pemuda ini? oh, kejadian itu mungkin hanya bisa terjadi dalam impian belaka." Berpikir demikian maka wajahnya yang barusan ramai dengan senyuman lantas berubah duka dan dingin. "Hei, kau kenapa, enci Ie?" Tanya Ho Tiong Jong heran melihat perubahan itu. Si nona menghela napas. "Tidak. " Jawabnya. "Nah, Dengarlah aku cerita terus." Ie Ya lantas menceritakan ceritanya tentang tiga pemuda yang pergi ketempat berbahaya itu telah menimbulkan rasa kuatir di- kalangan jago-jago tua dan muda, Mereka kuatirkan keselamatan tiga pemuda itu terhadap si kakek aneh souw Kie Han yang ganas, penghuni dari goa Pek-cong tong. Kim Hong Jie yang turut memikirkan halnya tiga pemuda itu, yang telah pergi kesana karena gara-gara dia juga, merasa tidak enak hati diluar tahunya jago jago tua dalam Seng kee-po itu, dengan mengajak co Goan Liang telah menyusul kesana. Sebagai penutup ceritanya, ie Ya berkata "Seng Giok cin dan Kim Hong Jie ada satu komplotan, tidak heran kalau Giok Cin hatinya merasa tidak enak mendengar kepergiannya Hong Jie dan iapun telah menyusul kesana. Karena itu, kedatanganmu untuk menemui Giok cin jadi kecele... hi hi hi..." Ho Tiong Jong jadi melongo mendengar keterangannya ie Ya. "Habis, apa kepergian mereka itu dibiarkan saja." Tanyanya, ketika tersadar dari melongonya "Sudah tentu tidak- tolol. Kawanan- kawanan tiga orang gila itu, yang mahir ilmu silatnya sudah pada menyusul pertandingan adu kepandaian diatas luitay dengan sendirinya dihentikan, karena Seng Pocu dan kambratnya pada menyusul juga." Ho Tiong Jong menjublek. pikirnya melayang kepada Seng giok cin dan Kim Hong Jie, pikirnya orang tua aneh dari goa Pek cong-tong memang sangat kejam dan telengas kabarnya tapi disamping itu juga disana pun dipelihara banyak kutu, ular, dan lainnya binatang berbisa, kalau tak sampai terbinasa ditangannya kakek aneh Souw Kie Han, mereka disana pasti akan menemui kematiannya karena diantuk oleh binatangbinatang beracun. Belum kembali ingatannya mendadak ia mendengar Ie Ya berkata. "Adik Jong aku mengucapkan banyak terima kasih atas pertolonganmu barusan, memang harus aku akui kalau kau tidak datang, entah bagaimana dengan diriku kena dikeroyok oleh mereka itu. Aku masih ada urusan, maka sampai disini saja kita berpisahan-" Ho Tiong Jong melihat si gadis sehabis-nya mengucapkan kata-katanya dengan segera mengangkat kakinya hendak berlalu cepat-cepat ia mencegah. "Eh, encie le tunggu dulu" Si nona merandek dan menoleh pada Ho Tiong Jong. "Ada apa lagi?" Tanyanya. "Boleh kah aku minta pertolongan encie?" "Dalam hal apa?" "Aku ada mempunyai sahabat seorang tua, yang belum lama aku tolong keluarkan dari rumah penjara berair, Dia sudah dua puluh tahun disiksa dalam penjara, aku kasihan, ia merindukan melihat matahari lagi dalam usia tuanya." "Siapa orang tua itu, sampai tahan disekap begitu lama ?" Ho Tiong Jong lalu menuturkan dengan ringkas halnya co Kang cay dan ie Ya yang mendengarnya telah anggukkan kepalanya, Setelah ia kerutkan alisnya yang lentik halus, seperti ia sedang menimbang-nimbang lalu berkata. "Aku harus menbiwa ia kemana?" "Bagaimana kalau ke Yang-co apa tidak kejauhan?" Tanya Ho Tiong Jong bersenyum. "Jauh atau dekat, kalau memang mau menolong tidak menjadi soaL" Jawab si nona sambil melirikan matanya yang jeli dan bersenyum menggiurkan. "Terima kasih, kau baik sekali enci, Aku sebenarnya tidak ingin membuat berabe encie. kalau saja aku ungkulan untuk menerjang keluar dari tempat ini. Barusan aku ketemu encie, lantas mendapat pikiran untuk menyelamatkan orang tua itu, tidak ada jalan lain yang lebih sempurna dari pada minta pertolongan encie, Dengan dimasukkan dalam kereta encie, orang tua itu akan selamat dari tempat mereka disini, Nah, encie tunggu sebentar, aku akan ambil orang tua itu kemari." Ie Ya angguk kan kepalanya. Ho Tiong Jong lantas berlalu, Dengan kepandaiannya mengelilingi tubuh dalam tempo sebentaran saja ia sudah kembali dalam kamar rahasianya, di mana co Kang cay sedang menanti-nantinya . "Tiong Jong, kau sudah balik? sungguh kesepian ditinggalkan olehmu." Kata co Kang cay dengan muka berseri seri. "co Lopek sungguh kebetulan sekali aku ketemu dengan encie ie. Dengan pertolongannya, kau dapat pulang ketempatmu di Yang-co." Kata Ho Tiong Jong dengan muka berseri-seri girang. co Kang cay masih belum mengerti duduk -nya, tapi setelah ia diberi keterangan tentang Ie Ya hendak menyelamatkan dirinya sampai ditempatnya di Yang co, orang toa itu kegirangan- Sambil mengurut-urut jenggotnya ia berkata. "Tiong Jong, aku betul-betul merasa girang mempunyai sahabat seorang muda seperti kau ini. Aku harap- setelah kau disini membereskan kewajibanmu, kau lekas-lekas menyusulku kesana." Ho Tiong Jong ketawa sambil anggukan kepala. "co lopek. asal saja aku masih bernyawa pasti aku akan menyusul kau kesana dan...." "Tiong Jong." Menyelak si kakek. "kau jangan berkata begitu di lihat dari air muka-mu, kau ini bukan macam orang yang pendek umur. Rejekimu besar meskipun kau mengalamkan banyak bayangan dalam perjalanan hidupnya akhirnya kau akan menjadi seorang yang ternama. percayalah pada aku si orang tua." Sebelum orang tua itu berkata habis, Ho Tiong Jong sudah tidak memberi ketika lagi, dengan cepat ia meny amber tubuhnya dan di gendong keluar dari tempat rahasia itu. sebentar saja mereka sudah berada ditempat, dimana Li lo sat Ie Ya sudah menanti dengan keretanya. Kusirnya berbadan tegap. tinggi besar. umurnya kirakiranya tiga puluh tahun- Roda-roda kereta telah dibungkus, rupanya supaya jangan menerbitkan suara berisik keluar dari tempat itu. Ie Ya membantu Ho Tiong Jong memasukkan co Kang cay kedalam kereta, setelah selesai Ho Tiong Jong berkata pada Ie Ya. "Enci ie, kau sudah bermusuhan dengan-.." "Aku dapat pergi" Jawab Ie Ya bersenyum manis. "Aku kuatirkan-..." Ho Tiong Jong belum lampias bicara sudah dipotong oleh Ie Ya katanya. "Kau kuatirkan aku mendapat celaka dari pihaknya Seng Pocu? IHm... mereka tidak membuat susah padaku, asal saja aku tidak tertangkap malam ini. Kita akan berhadapan sebagai sahabat meskipun dalam hati masing-masing ada mempunyai rencana sendiri. Kau jangan kuatir, Tiong Jong, kita berpisah sampai disini, tidak lupa aku mengucapkan sekali lagi terima kasih atas bantuanmu barusan-." Ie Ya tutup bicaranya dengan mengerlingkan matanya yang memikat. Tiong Jong hatinja berdebar sejenak. Tapi lekas ia dapat menetapkan ketenangannya kembali "Encie ie, selamat berpisah. Semoga kau selamat dan dilain ketika dapat berjumpa kembali, tapi..." Ho Tiong Jong mengelah napas dengan tiba-tiba hingaa ie Ya jadi terperanjat. "Kau kenapa. Tiong Jong?" Tanyanya. "oh. tidak apa apa, selamat tinggal.... harap saja encie dapat mengantar co lopek sampai ditempatnya dengan tidak kurang apa2, Dan co lopek kini kita berpisah." Ia meneruskan kata-katanya pada co Kang cay "Harap saja kau baik baik dapat menjaga diri.." Ie Ya sudah membuka mulutnya hendak berkata, akan tetapi badannya si pemuda sudah melesat sejauh beberapa tumbak, akan kemudian menghilang dari pemandangan Ho Tiong Jong tidak menceritakan terus terang bahwa dirinya bakal mati gara-gara racun Tok kay, maka bicaranya sampai, tapi..." Telah terputus. Ie Ya memandang bayangan si pemuda sampai hilang, lalu menghela napas, terus naik keretanya dan perintah kusirnya untuk segera menjalankan keretanya. ---ooo0dw0oooo--- XIX. CUBITAN YANG MENIMBULKAN KENANGAN. KITA ikuti Ho Tiong Jong. setelah berpisah dengan ie Ya lantas ia lari kegunung Hul-cui-san- dari tempat mana ia memandang ia bisa memandang lembah Liu soa kok dipagi hari. Dibawahnya sinar mata hari pagi tampak padang pasir yang putih mengasih pemandangan yang indah. Dalam hatinya merasa gelisah memikirkan Kim Hong Jie yang ada kesana, di goa Pek cong-tong tempatnya si kakek aneh yang terkenal ganas dan kejam. Tiba-tiba ia melihat dua bayangan orang yang naik kuda dikaki gunung sedang menuju ketempat Seng Eng. Lantas saja Ho Tiong Jong mengenali satu diantaranya ada Seng Giok cin, Dalam hati berpikir, apakah Giok Cin sudah kembali dari sana? Mungkin Hong Jie sudah menemukan ajalnya disana, maka Giok Cin sudah kembali dengan tangan kosong? pikirnya tentu tidak ada gunanya ia lama lama dalam goa kakek aneh itu, karena Kim Hong Jie tokh sudah mati. Rupa-rupa pikiran saat itu telah mengaduk dalam otaknya si anak muda. Bayangap nona Kim yang cantik menarik dengan dua sujennya dikedua belah pipinya yang halus botoh memikat hati, membuat Ho Tiong Jong melamun kennasa yang lampau, dimana ia telah menerima banyak budi dari gadis cilik (Hong Jie) itu, selama ia belajar silat dua belas jurus ilmu golok keramat- dari engkong nya. Tanpa disadari dengan pelahan-lahan ia bertindak. Belum lama ia berjalan, ia mendengar disebelah depan ada orang bicara, cepat-cepat ia menghampiri lalu menyelingkar di balik pohon ketika ia sudah datang dekat kepada orang orang yang bicara tadi, yang bicara tadi, yang ternyata bukan lain daripada Hui Siauw ceng yang mukanya kasar dan kakaknya si Hui Sang Kang bersama-sama dengan nona Lauw Hong In- Pada saat itu tampak nona Lauw air mukanya muram, yang dikesalkan, apa mungkin ia memikirkan perginya Kim Hong Jie ke-tempatnya si kakek aneh, yang belum diketahui bagaimana nasibnya si nona disana? Terdengar Hui Song Kang berkata. " Itu putrinya Seng Pocu, Seng Giok cin semalaman suntuk gentayangan tidak berani meneruskan perjalanannya, betulbetul dia bikin kita celaka" Hui Siauw ceng mengerutkat alisnya "Ya, memang ditempat ini ada sangat berbahaya" Katanya. "pasir berjalan (Liu soa) yang harus dilewati sangat angker setiap orang yang berjalan diatas pasti menemukan bahaya yang tidak diingini." "semua-mua ada gara garanya co Goan Tiong," Nyeletuk Lauw Hong in. "orang she co itu telah membunuh musuh dengan meminjam tangannya lain orang, Betul-betul terkutuk perbuatannya itu..." Hui Siauw ceng tidak berkata apa-apa. Matanya tampak mengawasi disekitarnya. Tiba-tiba ia berkata. "Seng Kang, coba keluarkan tambang panjang yang digemblok di punggungmu aku hendak mencoba-coba pasir berjalan ini." Hui Seng Kang terbelalak matanya mengawasi ayahnya. "Ayah ..." Katanya gugup. "Kau kenapa," Tanya sang ayah. "Jangan kita coba-coba menempuh bahaya sendiri Ayah, coba lihat itu gerombolan Seng Pocu, semuanya juga ada membawa tambang, akan tetapi mereka masih belum berani turun tangan" "Terserah sama mereka," Memotong sang ayah dengan mata melotot. " Mereka mana dapat menandingi ayahmu, Lekas keluarkan jangan banyak rewel ?" Hong Tiong Jong kini tahu kalau Hui Siauw ceng itu kiranya ada cungcu dari keluarga Hui, pantasan ia ada demikian sombong dan angkuh, pikirnya Hui Seng Kang melihat ayahnya berkeras, ia tidak dapat membantah, dangan apa boleh buat menurunkan tambangnya kira kira tiga puluh tumbak. Nona Lauw juga menurunkan tambangnya, diberikan pada Hui Seng Kang untuk disambung menjadi lebih panjang, kemudian diberikan pada Hui Siauw ceng. Lalu diatur gulungan tambang supaya beres untuk dibawa terbang oleh sijago tua. Tampak Hui Siauw ceng, sambil memegangi ujung lambang yang dibelitkan pada pergelangannya, telah mengerahkan tenaga dalamnya, ia menarik napas dalam-dalam seketika lamanya, tiba-tiba ia enjot tubuhnya melesat seperti- juga anak panah cepatnya meluncur kira-kira dua puluh tumbak jauhnya. "Adik In" Ia berkata "sukalah kau bantu menolong ayahku jangan sampai dia mengalamkan kecelakaan-.." Belum habis bicaranya, hatinya kaget bukan main ketika mendengar ayahnya berteriak. " Celaka..." Hai Suuw ceng tampak bergulat dengan pasir, yang hendak menarik masuk ia kedalam. Tampak ia sudah amblas sehingga pinggangnya. Bukan main gelisahnya Hui Seng Kang, sambil berteriak supaya nona Lauw bantu turun tangan, ia memegangi kencang-kencang tambang dan coba menarik ayahnya keluar dari dalam pasir yang sudah menelan ia sehingga pinggang. Nona Lauw juga kelihatan kaget, Ia membantu sungguh sungguh pada Hui Seng Kang dan sebentar lagi tampak tambang tercetar. Kiranya Hui Siauw ceng dengan menggunakan ilmu mengentengi tubuhnya dibantu dengan lambang, ia beruntung dapat lolos dari cengkeraman malaikat elmaut. Hui Seng Kang menarik napas lega melihat ayahnya kini sudah berdiri ditempat yang aman- Rupanya diatas pasir berjalan itu ada bagian-bagian yang berbahaya dan yang tidak, yang berbahaya ialah yang telah dipasangi alat rahasia oleh si kakek aneh souw Kie Han yang dikendalikan dari dalam goanya, Kini Hui Siauw ceng berdiri dibagian yang tidak berbahaya. Tidak lama ia sudah enjot tubuhnya dan balik lagi berkumpul dengan anaknya dan nona Lauw. Dengan air muka masih pucat Hui Siauw ceng berkata. "Aiyaa... betul-betul berbahaya, Baiknya aku yang mencoba, sehingga dapat menghindarkan diri dari cengkramannya pasir ajaib itu. Kita sekarang sudah tahu berbahayanya, maka tidak usah kita tergesah-gesah menyeberangi pasir berjalan ini." "Tapi, Hui sickhu, bagaimana baiknya dengan toako Khoe cong yang sudah dua hari lamanya disana?" Nyeletuk nona Lauw. "Adik Lauw." Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hui Seng Kang menalangi ayahnya menjawab. "apa kau tidak lihat bagaimana berbahayanya ayah barusan? Maka kita tidak boleh tergesa-gesa harus kita berunding dulu bagaimana baiknya untuk menolong mereka yang ada disana." Lauw Hong In bungkam, tapi diam-diam hatinya merasa kurang puas. "Ya, kau tak perlu gelisah." Kata Hui Siauw ceng. "Giok cin yang cerdik tidak berani sembarangan menempuh bahaya, Yang perlu sekarang, sebaiknya kita kesampingkan dahulu kepentingan sendiri harus kita bersatu dalam tujuan hendak menolonGi orang. Dengan demikian barulah bisa diharap kita dapat mengatasi kesulitan dan usaha kita dapat berjalan dengan aman-" Kemudian, mereka bertiga sambil pasang omong, telah meninggalkan tempat itu. Ho Tiong Jong yang menyaksikan Hui Siauw ceng punyai ilmu mengentengi tubuh demikian mahir, sehingga dapat meloloskan diri dari terkamannya pasir ajaib diam-diam mengagumi pada orang tua itu. Kini melihat mereka sudah meningalkan tempat itu diamdiam mereka berpikir, tapi tidak tahu siapa-siapa diantaranya pentolan-pentolan dari Perserikatan Benteng perkampungan itu yang berani menempuh bahaya terlebih dahulu? "Ya, sebaiknya aku mencari tempat sembunyi, supaya mereka tidak mengetahui aku ada disini." Ia lalu meneliti disekitarnya tempat itu. Tidak jauh dari tempat ia berdiri kelihatan ada satu batu besar ia menghampiri dan ternyata dibawahnya ada sebuah goa. "Aaaa... ini ada tempat yang aman-" Pikirnya, maka ia sudah lantas masuk kedalamnya dan disitu ia duduk bersemedi, ia sudah beberapa malam tidak tidur, tidak heran kalau ia sudah kepulasan dan tidur nyenyak. Tahu-tahu, ketika sinar matahari merah menyoroti tempat itu, membuat ia kaget dan cepat cepat lompat bangun dan keluar dari goa, gunakan ilmu lari cepatnya masuk kedalam rimba yang banyak pepohonannya. Ia putar otaknya untuk mencari jalan bagaimana ia bisa menyeberangi lembah pasir berjalan itu dengan selamat? Mendadak ia mendapat suatu cara, Lekas ia gunakan goloknya menebang dua cabang pohon yang kokoh, ia bikin dua batang cabang itu macam tongkat ia gunakan sepasang tongkat itu sebagai gantinya pengunjuk jalan untuk mencari bagian-bagian jalanan yang tidak berbahaya. Perlahan-lahan ia sudah berjalan diatas pasir ternyata ia tidak mendapat halangan apa apa, Hatinya ia semakin besar, maka ia percepat jalannya dan tidak lama kemudian benar saja ia sudah berada disebrang dibawahnya puncak gunuug Si-ban-leng. Diam-diam ia bersenyum ewa mengingat percobaan yang dilakukan oleh Hui Siauw ceng yang tidak berhasil. Pikirnya, ia ada lebih pandai menggunakan akal dan sudah bisa sampai dengan selamat ditempat tujuan- Tapi Ho Tiong Jong tidak tahu, bahwa ia bisa selamat menyebrangi lembah pasir berjalan karena alat rahasianya tidak dikerjakan oleh Souw Kie Han- Kakek aneh itu pada saat Ho Tiong Jong menyebrangi padang pasir yang angker itu, sedang nyenyaknya tidur, karena terus-terusan dua hari dua malam tidak tidur karena mendapat gangguan dari orang-orangnya Seng Kee Po. coba kalau sikakek dalam sadar, tentu tidak begitu mudah Ho Tiong Jong dapat melalui padang pasir berjalan itu, kalau tidak sampai ia mengalami celaka karena ditelan oleh pasir seperti kejadian dengan Khoe cong dan kawan-kawannya. Ho Tiong Jong setelah berdiri sejenak. mengawasi padang pasir yang ia telah lewati barusan, lantas membuang sepasang tongkat kayunya. Anak muda itu bukannya takut mati ditelan pasir, ia makanya ingin selamat sampai disebrang, karena hatinya ingin menolongi Kim Hong Jie. Untuknya, kematian tidak memjadi soal, karena ia tahu ia tokh bakalan mati karena racunnya Tokskay. ia ingin sebelumnya mati ia dapat menolong dahulu orang yang ia hargakan tinggi kebaikannya. Dilain saat Ho Tiong Jong sudah naik ke puncak gunung, ia lihat banyak sekali terdapat goa-goa, entah betapa banyaknya ia tidak dapat menghitungnya. BELUM berapa tombak ia jalan, tiba-tiba ia berhenti disebuah batu besar. Ketika matanya memeriksa keadaan disitu, ia melihat dibatu besar itu ternyata ada sebuah goa. orang tidak mudah melihatnya karena kealingan oleh batu besar tadi, Selainnya ini, Ho Tiong Jong dapatkan disana-sini diatas batu-batu ada liurnya dari binatang berbisa yang sudah menjadi kering karena kesorotan matahari. Hatinya berdebar mengingat kemungkinan Kim Hong Jie sudah binasa menjadi mangsanya binatang berbisa. Ia lalu berjalan masuk kedalam goa, Ternyata dalam goa itu amat bersih, diatas jalannya hanya kedapatan pasir putih, tidak kedapatan sebutir batupun, Mulut goa besar dan tinggi, dinding sekelilingnya ada dari batu kumala putih, begitupun lantainya hingga tampaknya terang dan resik. Dilihat keadaannya goa ini seperti juga tempatnya orang yang mengasingkan diri, memang membuat orang merasa betah menempati goa ini, keadaannya tentram dan sunyi, jauh sekali bedanya kalau dibandingkan dengan goa yang barusan Ho Tiong Jong masuki dan bersemadi kepulasan, dalam goa yang terdahulu itu selain tempatnya kecil sempit, juga banyak kutu-kutu dan lain-lain binatang berbisa. Selagi ia terpesona menyaksikan keadaan dalam goa itu, tiba-tiba hidungnya mengendus bau harum. Hatinya heran, karena ditempat itu dimana ada tanaman bunga karena tidak ada sebatang rumputpun yang hidup disitu. Terdorong oleh perasaan kepingin tahu.Ho Tiong Jong telah memasuki goa itu lebih dalam lagi. Berjalan tidak lama ia menemui sebuah kamar batu yang terang, Keadaannya kosong tidak ada perabotan apa-apa, ia hanya melihat ada satu pot bunga besar yang digantung setinggi lima kaki pada dinding kamar. Ketika diperiksa dalampot itu ada ditanami bunga degan pasir sebagai tanahnya, Tampak bunga itu hidup subur dan menyiarkan bau harum sebagaimana yang dapat diendus olehnya tadi Pot itu berbentuk patkwa delapan persegi makin didekati harumnya bunga makin keras hingga Ho Tiong Jong tidak tahan dan keluar dari kamar itu. Tidak jauh dari kamar tersebut ada kamar pula, Kamarkamar batu itu dibangun dengan indahnya dan seperti ada mengandung rahasia. Ho Tiong Jong penasaran lalu keluar goa lagi, dimulut goa ada pintu bikinan alam yang kokoh kuat, Depan mulut goa tanahnya berpasir halus dan empuk ketika ia coba coba berjalan diatasnya, pikirannya didalam goa itu pasti ada penghuninya yang tinggi ilmunya. Apakah ia ada kakek Souw Kie Han yang dimaksudnya. Dengan menemui kakek itu, pikirnya, ia akan dapat tahu perihal keadaannya Kim Hong Jie apakah si nona masih dalam selamat atau sudah binasa diantuk binatang beracun yang banyak berkeliaran disitu? Memikir kesitu, lantas Ho Tiong Jong putar lagi badannya memasuki pula goa tadi, Dengan goloknya ia ketok ketok disekitar dinding, seolah-olah ia ada mencari alat rahasianya. Tapi ia tidak mendapatkan apa apa selamanya suara membalik dari ketokan goloknya itu berbunyi mengaung. Ia masih panasaran, lalu masuk kedalam kamar tadi yang ada pot bunganya. Setelah memeriksa disekitar kamar tidak ada apa apa yang mencurigakan tangannya iseng sadah mendorong dorong pot berbentuk patkwa itu kekiri, sedikitpun tidak bergerak akan tetapi ketika didorong kekanan mendadak ia mendengar suara berkelelek danpot itu menggeser tiga dim. "Aaaa.... ini tentu kuncinya untuk masuk kekamar rahasia" Pikirnya. Ia lalu yang menggoyang goyangkan pot itu, segera terdengar seperti suara terbukanya pintu. Benar saja Ho Tiong Jong lihat pada dinding kamar batu itu ada terbuka sebuah pintu. Ho Tiong Jong menjadi girang lalu ia memasuki pintu tadi, kiranya disitu juga ada sebuah kamar. Tapi kamar disitu beda dari yang sudah sudah karena terlihatlah diperlengkapi dengan perabotan yang indah-indah seperti meja kursi dan tempat tidur. Batu kumala putih yang melapis dinding dan lantai tampak berkilat terang, hingga keadaan disini ada lebih terang dari kamar lainnya. Diatas pembaring Ho Tiong Jong lihat ada satu kakek kurus kering sedang bersemedi. cepat-cepat Ho Tiong Jong mendekati dan menjura memberi hormat, katanya. "Harap cianpwee suka memaafkan Boan-pwee yang sudah lancang masuk kedalam tempat istirahat cianpwee disini karena tidak mengetahui kalau dalam kamar ini ada penghuninya." Ho Tiong Jong beberapa saat menanti jawaban, tapi tidak juga ia mendengar suara si kakek yang bersender didinding batu. "Harap cianpwee suka memberi maaf, supaya boanpwee meninggalkan ruangan ini dengan lega." Demikian Ho Tiong Jong berkata pula. Tapi lama ditunggu, jaga tidak mendengar orang tua itu membawa suara. Diam-diam anak muda itu mendongkol dalam hatinya, kenapa pikirnya sombong benar orang tua itu, ia sudah merendah sampai begitu rupa, akan tetapi dianggap sepi saja seolah-olah suaranya itu tak dapat didengar. Kini Ho Tiong Jong membuka matanya lebih lebar mengawasi kepada orang tua itu, hatinya tiba-tiba bercekat, Dengan pelahan-lahan ia menghampiri lebih dekat dan ketika diteliti, kiranya orang tua itu sudah menjadi mayat, pantasan tidak menjawab omongannya tadi. Entah sudah beberapa lama kakek ini sudah menjadi mayat, keadaannya masih tetap seperti orang hidup yang sedang bersemedi Tangannya tampak sedang memegangi patung kecil ditempelkan pada dadanya, agaknya seperti yang sangat menyayangi benda itu. Ho Tiong Jong iseng tangannya lalu mengambil patung itu dan dilihatnya. Astaga... patung itu bagus sekali, di buat dari bahan batu kumala putih. Patung itu merupakan bentuk badan wanita yang sempurna, kecantikannya yang luar biasa, hingga Ho Tiong Jong terpesona dan tangannya menggetar memegangnya. Saat itu lantas berbayang air muka cantik jelita dari dua nona didepan matanya, Mereka itu bukan lain dari Seng Giok Cin dan Kim Hong Jie, Ho Tiong Jong seperti juga sedang membanding-bandingkan keelokannya dua nona itu dengan patung yang ada ditangannya. Lama dia dalam keadaan demikian, tiba tiba terdengar ia menghela napas dan berkata pada diri nya sendiri. "Ya masing-masing ada membawa kecantikkannya sendiri, siapa lebih unggul sukar ditentukan, Giok Cin dan Hong Jie kelihatannya ada menaruh hati padaku, tapi... ah sayang aku seorang miskin, mana pantas aku menjadi pasangannya." Ho Tiong Jong jadi ngelamun. Dewi asmara agaknya mulai mengadu biru dalam hatinya yang masih kosong. Tapi sang Dewi tak berhasil mendobrak hatinya, karena adanya pikiran rendah diri, bahwa ia bukan pasangannya dari nona-nona tingkatan atas itu. Dekat pembaringan itu terdapat satu meja kecil, diatasnya Ho Tiong Jong lihat ada batu kumala yang warnanya kemerahmerahan, hatinya tertarik dan lalu memegangnya, tiba tiba ia rasakan hawa hangat nyelusup masuk keseluruh badannya keluar dari batu tadi. Hatinya sangat heran, ia tidak tahu itulah ada batu kumala api(Hwee-giok) yang menjadi benda buruan dari tiga pemuda Khoe-cong, Kong Soe Tek dan in Kie seng datang ketempatnya si kakek Souw Kie IHan yalah benda yang akan dihadiahkan kepada Kim Hong Jie. Ketarik oleh keajaibannya batu kumala api itu, tanpa merasa, ia sudah bakal main ditelapakan tangannya, kemudian dimasukkan kedalam sakunya. Kemudian ia memandang lagi patung wanita cantik tadi, ketika diteliti kiranya pada patung itu ada ukiran tulisan yang berbunyi. "cay in sudah pulang kealam baka, tak dapat hidup kembali. Hatiku menjadi kosong oleh karenanya, dunia yang luas bagaikan menjadi sempit. Tidak ada kebahagiaan lagi dalam dunia, maka aku menyusul dia ketempat baka. catatan CIE KENG. Ho Tiong Jong berdiri bengong setelah membaca ukiran tulisan tersebut. Pikirnya, orang tua itu bernama cie Keng yang membuat patung wanita cantik bernama cay in. ia membuat itu sebagai kenangan akan istrinya yang sangat dicintainya itu yang mendahului ia pulang kealam baka. Kebahagiaan hidup karenanya menjadi musnah dan hidupnya cie Keng selanjutnya menjadi tidak ada artinya, Akhirnya ia mengambil putusan untuk menyusul sang istri ketempat baka. Kesian. "Ya cie lopek ..." Terdengar Ho Tiong Jong berkata sendirian. "kau masih beruntung boleh dikata, karena kau sudah mengalami masa kebahagiaan hidup dan mengenangkan orang yang dicintai, tapi seperti aku... aku bernasib buruk. Hanya bahaya kematian saja yang dihadapi olehku sepanjang hidupku. Terlunta-lunta hidupku, dimana dan siapa orang tuaku, aku juga tidak tahu." Setelah berkata kata demikian tampak wajahnya muram ia sangat berduka. Dengan sangat hati-hati ia telah taruh- lagi patung batu kumala tadi ditempat asalnya itulah benda miliknya si kakek, tak dapat dibawa dari situ. Kemudian setelah mereda dari dukanya, Ho Tiong Jong keluar dari goa itu setelah terlebih dahulu menutup kembali kamar batu rahasia itu sebagaimana asalnya. Ia berjalan dengan tundukan kepala. Belum lama kakinya bertindak. tiba-tiba ia mendengar suara seorang wanita memanggil namanya, ia menjadi celingukan mencari dari mana datangnya suara itu. "Tiong Jong" Kembali ia mendengar orang memanggil Suaranya merdu halus, tapi seperti mengandung sedih, tidak heran kalau Ho Tiong Jong menjadi tidak sabaran. Pikirnya tentu wanita itu dalam keadaan sulit makanya suaranya ada demikian sedih. Tapi siapakah dia? Sebab yang mengetahui bahwa dirinya sudah hidup kembali hanya seng Giok Cin dan Li lo-sat Ie Ya. Ketika untuk kesekian kalinya suara memanggil tadi terdengar, Ho Tiong Jong berteriak "Hei, kau ini siapa dan dimana adanya? Apakah kau ada encie Ie ?" "oh, bukan, aku she Kim." Jawab suara tadi. Hatinya Ho Tiong Jong terkejut tapi dibarengi oleh rasa girang, sebab orang itu tentu tidak lain daripada Kim Hong Jie adanya. Saat itu seperti keluar dari tumpukan batu, maka cepat cepat ia menghampiri tempat itu. Memang benar keluarnya dari sini, orang tidak tahu bahwa disini terdapat sebuah goa karena kealingan oleh tumpukan batu yang tinggi. Betul saja tampak nona Kim yang elok sedang berdiri mengawasi kepadanya dengan bersenyum, memperlihatkan sepasang sujen-nya yang memikat. Ho Tiong Jong buru buru menghampiri dan sambil mencekal tangan si nona yang halus ia berkata. "oh, Tuhan, terima kasih... terima kasih, akhirnya aku dapat menemukan kau juga disini, adik Hong..." "Engko Jong" Hanya ini saja yang meluncur dari mulutnya sigadis yang mungil saking terharunya dapat bertemu pula dengan pemuda pujaannya itu. "Adik Hong, kau..." Belum usai bicaranya, telah dipotong oleh Kim Hong Jie. "Engko Jong, barusan kau menyebut namanya encie Ie Ya, apakah sebenarnya memang kau datang kesini hendak mencari padanya ?" Si nona menanya dengan sungguh, agaknya seperti yang menaruh cemburu. Ho Tiong Jong bingung, tak dapat memberi jawaban lantas. "Adik Hong, nanti aku akan menceritakan duduknya. Yang penting sebaiknya aku lekas lekas menolong dirimu keluar dan tempat ini, apa memangnya kau betah tinggal terus-terusan disini?" Kim Hong Jie deliki matanya yang jeli sambil mesem. "Hmm....siapa kesudian tinggal terus disini. Tapi kau lihat, apa aku bisa pergi begitu saja?" Kata sinona sambil perlihatkan tangan kirinya yang dirantai dengan rantai halus dan dicancang menembus ke dinding goa. Ho Tiong Jong terkejut melihatnya. "Ah, adik Hong, bagaimana kau bisa diperlukan begini rupa ? Tapi jangan kuatir, aku nanti putuskan rantai sekecil itu." Berbareng ia coba gunakan dua tangannya dan mengerahkan tangannya untuk memutuskan rantai kecil ini, tapi tidak berhasil biar bagaimana Ho Tiong Jong berdagingan juga, ia jadi penasaran lalu mencabut goloknya dengan senjata ini ia mencoba membacok putus, tapi hasilnya serupa saja tidak bisa putus. Masin penasaran, anak muda itu lalu pakai batu sebagai tatakan untuk membacok pitus rantai itu, tapi juga tidak berhasil, Ho Tiong Jong bukan main herannya, entah dengan bahan apa rantai yang demikian halusnya itu dibikin sehingga tidak dapat diputuskan oleh tenaga manusia dan bacokannya golok? Kim Hong Jie melihat Ho Tiong Jong menjadi kebingungan, lantas berkata. "Engko Jong, sebaiknya kita bercakap-cakap saja, jangan menghiraukan rantai yang mengikat tanganku ini.." "Habis apa kau mau terus-terusan dirantai begini saja? "menyelak Ho Tiong Jong. Si nona bersenyum getir. "Engko Jong, kita sudah lima tahun lamanya berpisah dan tidak bercakap-cakap. selama tempo itu tentu kau ada mengalamkan banyak kejadian dalam perjalanan hidupmu, maka sukalah kau memberitahukan padaku?" Ho Tiong Jong geleng-geleng kepalanya "Adik Hong," Katanya. "sejak kita btrpisahan aku lantas bekerja dalam perusahaan piauw kiok, Dalam masa ini, kalau aku ceritakan benar benar aku merasa sedih, Tapi, ah, bagaimana dengan adik Hong sendiri?" Kim Hong Jie bersenyum, sepasang sujen nya memain menarik hati. "Engko Jong, aku ingin menanyakan kau satu perkara." " Urusan apa, kau tanyalah," Menyelak si pemuda. "Kau keluar masuk di Seng Kee Po, apakah untuk pertama kalinya kau melihat aku lagi, apakah kau kenali itu gadis cilik yang menangis dipinggir sawah karena bonekanya kecemplung?" Tanya si gadis sambil tersenyum manis. Ho Tiong Jong tertegun. ia tidak pernah menyangka si nona akan majukan pertanyaan ini, setelah saling pandang sejenak dengan penuh kenangan lama si pemuda menjawab. "Adik Hong, masa aku sampai tak dapat mengenal kau si nakal." "Engko Jong, kau kau..." Si gadis nyeletuk sambil menyubit tangannya si pemuda. "Aduh..." Teriak Ho Tiong Jong pura-pura kesakitan sambil mengusap-usap tangan yang kena cubitan halus dari si jelita. Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sakit? Hmmm... sekali lagi kau berani mengatakan si nakal, aku cubit lebih keras lagi dari barusan," Sipengancam dengan wajah agak cemberut. Ho Tiong Jong ketawa, ia mengawasi si cantik dengan sorot mata lain daripada lima tahun berselang, diwaktu Kim Hong Jie masih anak-anak umur dua belas tahun. Kini pandangannya penuh dengan rasa mesra dari seorang pemuda terhadap seorang gadis pujaannya, dahulu hanya merupakan pandangan kasih sayang dari seorang kakak terhadap adiknya saja. Si gadis bukannya tidak tahu perobahan ini, maka dari cemberut tadi wajahnya sudah lantas berubah bersenyumsenyum yang bikin orang melamun. Keduanya saling pandang, keduanya saling untuk menyatakan isi hatinya. "adik Hong..." Ho Tiong Jong memecahkan. "Engko Jong...." Jawab sigadis pelahan. Kembali sunyi, dan pasang mata saling pandang dengan penuh arti. "Adik Hong." Kata si pemuda. "cubitanmu jauh bedanya dengan dahulu." "Dulu bagaimana dan sekarang bagaimana." "Dahulu kasar dan sakit." "sekarang?" "Halus seperti yang dielus." Kim Hong Jie tundukkan kepalanya, wajahnya kemerahmerahan. Memang ia sendiri tahu, bahwa cubitannya Engko Jong dahulu dan sekarang jauh bedanya. Dahulu sebagai anak nakal ia mencubit betul-betul, tapi sekarang setelah dewasa dan memandang Ho Tiong Jong sebagai pemuda pujaannya, cubitannya halus seolah-olah bergurau mengenangkan masa yang lampau. Suatu cubitan yang menimbulkan kenangan lama. Si pemuda berdiri bengong dengan penuh lamunannya. Lama mereka terbenam dalam masing-masing lamunannya. Ho Tiong Jong baru sadar ketika Hong Jie perlihatkan sujennya yang memain dan matanya mengerling kepadanya. "Engko Jong kau masih belum meneruskan ceritamu mengenai aku." Si gadis berkata pelahan. "Adik Hong," Jawab sipemuda "ketika pertama kali kau diSeng-Kee Po, aku merasa berat untuk menegur kau karena aku merasa bahwa diriku seorang lantang lantung yang tidak berguna, mana adik Hong mau mengenalinya lagi?" "Engko Jong...." Nyeletuk si gadis. Ho Tiong Jong tersenyum getir. "Adik Hong memang aku keliru, sebab ternyata kau ada seorang nona yang berhati mulia, kau sudah menolong membuka totokan pada jalan darahku dan memberikan sebuah kikir untuk aku mengikir putus rantai, yang membelenggu diriku, oh, sungguh mulia hatimu semoga Tuhan memberkahimu selamanya." " Engko Jong, jangan berkata begitu." "Maka, adik Hong." Kata pula Ho Tiong Jong. "ketika aku mendengar kau dalam bahaya, dengan melupakan diri sendiri yang berkepandaian rendah, sudah lantas datang kesini dengan penuh pengharapan dapat menolong dirimu." "oh. kau baik sekali Engko Jong, Tapi kenapa mula-mula kau menyebut enci le?" "Adik Hong, kaujangan salah mengerti. Aku sebenarnya dianggap sudah mati oleh semua orang di Seng Kee Po, kecuali adik Giok dan enci le yang mengetahui bahwa aku sebelumnya belum mati, Maka selainnya mereka berdua, tentu siapa lagi yang mengenali padaku?" "oh, begitu? Maaf untuk pertanyaanku yang tidak beralasan, Engko Jong?" Keduanya bersenyum mesra. Kim Hong Jie yang sangat kegirangan- Pikirnya, pemuda pujaannya ini benar-benar datang kesini dengan menerjang bahaya adalah untuk menolong dirinya, bukan untuk menolong orang lain, Dasar hatinya saja yang penuh cemburu, membuat barusan berulang kali ia kepingin diterangkan kenapa si pemuda menyebut enci le bukannya adik Hong? Kini ia sudah dapat penjelasan- cintanya terhadap pemuda pujaannya itu sudah semakin tebal saja. "Tapi adik Hong, bagaimana sekarang baik nya?" Tiba-tiba Ho tiong Jong berkata. "Urusan apa?" Tanya si nona kaget. " Dirimu, bagaimana dapat lolos dari rantai yang ulet itu? siapa sebenarnya yang telah merantai kau, adik Hong?" Kim Hong Jie menghela napas. "Sudah tentu bukan lain dari tua bangka itu yang merantaiku." "Tua bangka yang mana?" "Julukannya si Kakek Aneh dan namanya Siaw Kie Han, suhengnya Kong Yat Sin si Dewa obat, Dia sangat hebat ilmu kepandaiannya, ayahku dengan kawan kawannya tak sanggup menghadapinya . Kini umurnya sudah hampir satu abad, tapi masih kuat dan sehat badannya, ia sangat kejam, siapa yang melanggar daerahnya akan mendapat hukuman dari padanya. Begitulah, aku yang lancang melanggar daerahnya telah mendapat ini perlakuan-" Si nona yang unjukkan tangannya yang dirantai. "Adik Hong, dimana adanya dia? Aku ingin menemuinya untuk minta maaf supaya kau dapat dimerdekakan dan kembali dapat berkumpul dengan ayahmu." Kim Hong Jie terharu mendengar kata-katanya Ho Tiong Jong. "Engko Jong, dia ada di..." XX JARUM MAUT. NONA KIM belum lampias bicaranya, tiba tiba berhenti karena mendengar suara orang berdehem dan ia kenali itulah ada suaranya kakek aneh yang tenaga dalamnya sangat hebat. "Tunggu, aku lihat siapa diluar," Kata Hong Tiong Jong, sambil bertindak keluar goa. Sampai diluar ia celingukan mencari orang yang berdehem tadi. Tiba-tiba dari balik batu besar tampak muncul seorang tindakannya gesit dan semangatnya bagus, Ho Tiong Jong yang melihat nya lantas sudah dapat menebak siapa oiang tua itumaka ia lantas menjura memberi hormat katanya. " Cianpwee, bolehkah boanpwee menumpang tanya apakah boanpwee berhadapan dengan cianpwee Sauw Kie Han?" Orang tua itu tidak menyahut, hanya anggukan kepalanya. "Bagus," Kata pula Ho Tiong Jong. "tempat disini ada begitu luas, sukar kalau boa npwee sengaja mencari pada cianpwee. Kebetulan boanpwee ketemu cianpwee disini." "Siapa kau." Tanya orang tua itu kasar. "Kan mencari lohu untuk apa? Dan kau masuk golongan mana." "Maafkan boanpwee berlaku berani, Boenpwee mencari cianpwee maksudnya hendak minta pertolongan supaya nona Kim Hong Jie yang dirantai oleh cianpwee dapat diberi kebebasan, karena dia dengan boanpwee ada hubungan dekat." "Hmm. Bebaskan dia? Kau harus tahu, lohu disini sudah sepuluh tahun lebih telah mengadakan peraturan, barang siapa yang berani menginjak daerah lohu, bisa masuk tidak bisa keluar lagi, siapakah kau?" "Boanpwee bernama Ho Tiong Jong, tidak punya suhu. Mohon belas kasihan cianpwee supaya nona Kim dibebaskan." Orang tua itu ketawa aneh. "Lohu sudah tidak lantas ambil tindakan untuk kelancanganmu datang kemari sudah kelewat bagus, sekarang kau minta kebebasan tawanan lohu, betul betul lucu..." Orang tua itu berkata dengan sifat mengejek memandang rendah kepada pemuda dihadapannya, sehingga Ho Tiong Jong yang melihatnya menjadi hilang sabar. "cianpwee, andai kata gunung ini sudah menjadi cianpwee, seharusnya disuatu tempat yang tertentu diberi pengumuman tidak boleh melanggar wilayah cianpwee, baru orang mengerti. Meskipun begitu kalau sekiranya ada orang yang kesasar masuk. rasanya masih dapat pembebasan dan tidak mendapat hukuman mati, bukan ?" Souw Kie Han tidak menjawab mendengar perkataannya Ho Tiong Jong yang beralasan, Selainnya itu, juga lidahnya sudah mulai kaku, karena sudah puluhan tahun ia mengasingkan diri dipuncak Si-ban-leng belum pernah ia ketemu orang dan bercakapan-Akhirnya sikakek menjadi uring-uringan- "Bocah." Kata sikakek. "lohu tidak perlu dengan peraturanmu, yang lohu tetapkan, barang siapa yang berani masuk kedaerahku ini bisa masuk tak bisa keluar lagi, habis perkara." Ia bicara dengan satu serangan hebat pada Ho Tiong Jong, Itulah serangan dengan telapakan tangan, Ho Tiong Jong tak takut, ia kerahkan seluruh tenaganya untuk menangkis. Dua kekuatan tenaga dalam segera saling bentur dengan mengeluarkan tenaga keras. Si kakek bergoyang-goyang badannya, sedang Ho Tiong Jong terdorong mundur dua tindak. Ho Tiong Jong kaget bukan main, ia tak pernah menyangka bahwa serangan si kakek ada demikian dahsyat. Dila in pihak, si kakek juga merasa gegetun menyaksikan kekuatan tenaga dalam Ho Tiong Jong. Meskipun masih demikian muda, tapi sudah termasuk golongan kelas satu tenaga dalamnya. Si kakek lantas menyerang lagi, tapi Ho Tiong Jong kali ini tidak mau menyambuti keras lawan keras, karena barusan sudah tahu sampai dimana kekuatannya sikakek. ia menggunakan tenaga lunak untuk melayaninya dan menyimpan tenaga pada siku lengannya menanti kesempatan baik lantas dapat digunakan- Si kakek tahu maksudnya Ho Tiong Jong maka ia lantas tarik pulang serangan telapakan tangannya dan diganti dengan serangan lengan baju, ia mengebutkan lengan bajunya yang gerombonganpergi datang, tapi Ho Tiong Jong masih dapat mengelakan dirinya dari bahaya. Tiba-tiba dari kebutan lengan ba Ju Itu, Ho Tiong Jong dapat mengendus bau amis. Hatinya bercekat, maka ia lantas menghunus goloknya untuk melayani. Si kakek tawa gelakgelak melihat Ho Tiong Jong menghunus goloknya. "Hai bocah" Bentaknya "Kau mengeluarkan golok Lam tian to dari keluarga Seng bisa berbuat apa terhadap lohu? Ha ha ha... " Terus ia melancarkan serangan dengan lengan bajunya yang ampuh. Dua lengan baju berseleweran, kelihatannya bagus sekali seperti juga si kakek sedang menari-nari tapi sebenarnya ia sedang mencecar Ho Tiong Jong dengan serangan-serangan yang mengarah jalan darah yang berbahaya sekali. Satu kali Tiong Jong hampir kena disapu mukanya oleh lengan bajunya Souw Kie Han, tapi ia sudah dapat menyingkirkan diri dengan melompat mundur. Kemudian dengar tertawa dingin ia berkata. "Hei, kakek, ada apa itu didalam lengan bajumu? Kau dengan menyembunyikan senjata gelap dalam lengan baju untuk mencelakai musuh, apakah itu terhitung seorang gagah dalam kalangan Kang ouw?" Souw Kie Han terkejut mendengar tegurannya Ho Tiong Jong. Diam-diam dalam hatinya berpikir, kenapa penuda ini mendapat tahu bahwa dalam lengan bajunya ada tersembunyi senjata rahasia? Pertandingan dihentikan sebentar. "Bocah," Kata si kakek. "sedari dahulu lohu bertempur menggunakan telapakan tangan dan sepasang lengan bajuku yang di namai Lengan Baju Besi dengan dua senjata lohu sudah malang melintang dikalangan Kang ouw. Belakangan lohu dapat melatih ular kecil yang cerdik sebagai senjata rahasia yang disembunyikan didalam lengan baju. Ular ini dapat ditenangkan dan menggigit musuh. Banyak pendekar ulung yang telah mati dibawah senjata rahasia lohu ini. Tiap-tiap orang yang sudah mengetahui senjata lohu, harus menemukan kematiannya, Nah, sekarang lohu mau tanya, dari sebab apakan bisa mengetahui bahwa didalam lengan baju lohu ada menyimpan senjata rahasia?" Tiga Dara Pendekar Siauwlim Karya Kho Ping Hoo Perintah Maut Karya Buyung Hok Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo