Golok Sakti 15
Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 15
Golok Sakti Karya dari Chin Yung "Sebetulnya aku semestinya sudah matj, tapi sukur masih diberi tenaga oleh Tuhan untuk berbicara pula dengan kau. Aku lihat kau agaknya sudah insyaf melihat kedudukanku membuat aku teringat pada 20 tahun berselang, Kau dengan aku ada begitu akur dan bersatu hati, Tapi sejak kau meyakinkan itu ilmu celaka, Diluar kemauan hati sejati dari in Kie Lojin, pikiranmu lantas berubah dan hubungan kita seperti sudah terputus. Mengingat kita ada bersaudara sedarah sedaging, maka atas kelakuanmu yang jahat saban malam aku berdoa didepan sang Budha supaya kau sadar dari perbuatanmu itu dan kembali menjadi orang baik-baik." "Persetan sama kau punya doa-doa" Menyelak si orang tua baju kuning. "Ya, aku hampir saban malam mendoakan supaya kau insaf dan kembali menjadi orang baik-baik." "Tutup mulutmu" Memotong si orang tua baju kuning. "Aku sebal mendengarnya bukan ratusan kali tapi sudah ribuan kali kau mengatakan demikian- Siang-siang sebenarnya aku hendak membunuhmu" Hweshio itu ketawa getir. Napasnya sudah sengal-sengal tampaknya seperti yang kecapaian- Melihat dari bajunya yang tambalan disana sini, orang mengira ia ada satu hweshio pengemis yang harus dikasihani. "Tidak halangan kau membunuh aku, asal kau bisa insaf akan perbuatan yang jahat dan kembali menjadi o ... " Bicaranya tidak sampai lampias, sebab satu tendangan dahsyat mampir lagi pada tubuhnya, hingga ia melayanglayang diudara, Sesudahnya jumpalitan sebentar ia sudah jatuh kedalam jurang yang curam. Ho Tiong Jong yang menyaksikan kejadian itu dengan kecepatan kilat sudah melesat dan menjambret si hweshio sebelum tubuhnya nyungsep dijurang yang curam. Si orang tua baju kuning tidak melihat perbuatannya Ho Tiong Jong karena saat itu ia sedang menundukkan kepalanya dan berpikir akan perbuatannya yang kejam itu. Semakin dipikir hatinya menjadi pilu, ia bersaudara kembar dengan sihwesio kakaknya, kenapa ia yang menjadi adik demikian kejamnya? Apalagi mengingat usia mereka yang sudah sama-sama tua. membikin hatinya sangat menyesal dan mengembang air mata. Justru ia sedang berdiri menjublek memikirkan perbuatannya yang tidak selayaknya terhadap saudaranya yang hendak bermaksud baik, tiba-tiba dihadapannya muncul Ho Tiong Jong sambil memayang tubuhnya si hweshio yang sudah jadi mayat. " Locianpwee, aku menyerahkan saudara kandungmu ini." Kata Ho Tiong Jong dengan sangat hormat. Matanya si orang tua baju kuning terbelalak dan menatap wajahnya sianak muda yang tampan dan gagah. Tapi ia tidak sempat untuk menanya siapa anak muda itu karena hatinya yang sangat berduka, ia maju dua tindak menyambut mayatnya sang kakak dari tangannya Ho Tiong Jong, sambil bercucuran air mata. Ia peluki mayat saudara tuanya itu, dengan suara ditenggorokan ia berkata. "Engko, adikmu sangat berdosa... oh perbuatanmu sangat baik, tahan sengsara karena perlakuan adikmu yang tidak berbudi, Semua itu kau hendak meng insafkan adikmu supaya kembali kejalan yang benar, Tapi ah... adikmu yang tidak berbudi sebaliknya sadar telah membuat kau menderita dan sekarang oh sekarang kau sudah mati... mati tidak bisa hidup kembali, oh, engko..." Si orang tua baju kuning telah menangis meng gerunggerung. Ho Tiong Jong yang menyaksikan telah te-turutan mengucurkan air mata, karena tidak tahan merasa pilu hatinya. Melihat si baju kuning terus-terusan nangis tidak menghiraukan kehadirannya di situ, maka Ho Tiong Jong sudah meninggaikan tempat itu. Tapi siorang tua sambil memayang tubuh kakaknya terus mengejar padanya dan minta ia hentikan langkahnya. Sipemuda hentikan tindakannya dan ketika sudah berhadapan, orang tua tadi menanya. "Laote, kakak lohu tidak sampai jatuh kejurang, cara bagaimana kau dapat menolongnya, oh, kau baik sekali sudah menolongnya." "Ah, itu boanpwe hanya keluarkan sedikit kepandaian yang tidak berarti." " Kenapa kau menolong dia ?" "Karena boanpwee mendengar pembicaraan kedua cianpwee dan tahu bahwa kakak cian-pwee ada seorang yang berhati mulia, maka dengan melupakan kepandaian boanpwee yang rendah sudah coba menolongnya jangan sampai tubuhnya menjadi hancur lebur jatuh ke- dalam jurang." Orang tua baju kuning itu memandang wajahnya sipemuda. "Laote perbuatanmu itu sungguh membuat lohu sangat berterima kasih, sebab kalau tidak kau datang menolong niscaya mayatnya kakak lohu kini sudah menjadi makanannya binatang liar." "Ah, itu tidak ada artinya, pertolongan boanpwee itu hanya disebabkan merasa simpati kepada kakak cianpwee dan boanpwee beruntung sudah dapat menolong dirinya, hati boanpwee sudah merasa sangat girang, Boanpwee tidak mengharap cianpwee punya ucapan terima kasih, Tapi boanpwee ingin juga tahu sedikit urusannya, kenapa cianpwee berbuat demikian kejam kepada saudara sendiri" Si orang tua baju kuning unjukkan roman sedih. "Lohu bernama Ie Boen Hoei," Orang tua itu menutup "Pada duapuluh tahun yang lampau lohu sangat akur dengan kakak. tapi setelah lohu mendapatkan ilmu yang dinamai "Diluar kemauan hati sejati" Tabeat lohu berubah menjadi penjahat besar sangat ditakuti. Kecuali lima tokoh, dalam rimba persilatan semua jago dikalangan hitam maupun putih jerih terhadap lohu. Nama lohu dalam dua puluh tahun belakangan ini menjadi sangat busuk. Kakak lohu yang mendengarnya merasa tidak tega saudaranya melakukan perbuatan-perbuatan kejam dan jahat, maka dia sudah berulang kali datang menasehati pada lohu dan terus-terusan berdoa supaya lohu kembali menjadi orang baik-baik. Hal mana membuat lohu menjadi jemu dan akhirnya dia mendiamkan kematian ditangan lohu menjadi adiknya yang tidak berbudi." Ho Tiong Jong diam-diam mengutuk perbuatan si orang tua baju kuning. Lalu terdengar pula Ie Boen IHoei berkata. "Laote, lohu sangat menyesal atas perbuatan lohu tadi, Kakak lohu sebenarnya ada calon kepala dari gereja Siauw lim sie, tapi dia tidak mau memangku jabatan itu karena terus-terusan dia mengikuti lohu sebagai bayangan, maksudnya yalah hendak mengincarkan perbuatan lohu yang tidak punyaperi kemanusiaan- syukur sebelumnya dia mati, dia tahu bahwa lohu sudah menyesal." "Ya, tidak apa," Menyelak Ho Tiong Jong "cianpwe sekarang sudah menyesal, maka kakak Cianpwee juga abahnya tentu sudah merasa senang dialam baka." "Lote, perkataanmu tepat betul. Kau sebenarnya hendak kemana? Kalau tidak keberatan marilah mampir dahulu dirumah lohu." Demikian mengundang Ie Boen IHoei. Waktu itu keadaan sudah lewat tengah malam, Pikirnya, semestinya jam sembilan tadi jiwanya sudah melayang, tapi kenapa sampai sekarang ia belum mati ? Ho Tiong Jong terima baik undangannya si orang rua baju kuning. Sesampainya didalam rumah, tampak mukanya Ho Tiong Jong sangat pucat. Ia merasakan terus terusan eneg kepingin muntah. Ie Boen Hoei yang melihat demikian lantas menanya. "IHei, laote, wajahmu kelihatan pucat sekali, kenapa apa kau kurang enak badan ?" Ho Tiong Jong hanya anggukkan kepala, ia sudah tidak tahan kepingin muntah tapi tidak berani muntah dalam orang punya rumah, kelakuannya itu membuat Ie Boan Hoei merasa heran, maka ia setelah meletakan mayat kakaknya dipembaringan, lantas menghampiri sianak muda dan dipandangnya dengan teliti, Diam-diam ia merasa kaget, tanpa berkata baa biii bu lagi, lantas saja menyekal baju Ho Tiong Jong dibagian tengkuk dan sebelah bawah pinggangnya, kemudian diangkat ditunggingi, celaka pikir Ho Tiong Jong ia menyaksikan kekejaman si orang tua baju kuning ini, pikirnya, mungkin saat itu ia sudah timbul hati jahatnya dan hendak membunuh dirinya, makanya ia angkat tubuhnya diterbaliki demikian. oleh karena itu, maka sipemuda itu sudah berontak- rontak, Kakinya menendang tangannya menyerang dengan hebat, Tiba-tiba Ie Boan Hoei membentak. lantas tubuhnya si pemuda dilempaikan keluar rumah hingga jatuh duduk. Bukan main sakit pantatnya, matanya dirasakan berkunang-kunang. Ia merangkak bangun lagi, ketika ia terdiri dihadapannya sudah berdiri Ie Boan Hoei dengan muka bengis. Kemudian ia merasakan mau muntah tapi ia terus menahannya. Pikirnya, sebelumnya mati ia hendak menunjukkan kepandaiannya yang istimtwa kepada orang tua dihadapannya. maka seketika itu ia telah mencabut goloknya "Maen-tian-to". Dengan senjata mana ia lantas bergerak menyerang pada Ie Boen Hoei. Ilmu golok keramat yang dua belas jurus telah diperlihatkan oleh si pemuda, akan tetapi ternyata tidak dapat menyentuh meskipun ujung bajunya saja si orang tua. Ternyata kepandaiannya sangat lihay, semua gerakan goloknya seperti yang sudah diketahui lebih dahulu kemana arahnya. Ho Tiong Jong menjadi jengkel, makanya rasa "nak" Semakin menjadi jadi saja, ia lantas keluarkan ilmunya "Tokliong ciang-hoat" Warisan Tok-kay Kang clong, ilmu ini sangat bagus dimainkan olehnya, akan tetapi sayang sekali ia tidak tahan lama bertempur. Karena rasa "nak" Semakin tak tertahan dan akhirnya ia muntah-muntah. Menggunakan kesempatan ia sedang muntah, Ie Boen IHoei menghampiri dan menepuk punggungnya dan satu benda segede kepalan keluar dari mulutnya. "Ha ha ha..." Demikian terdengar Ie Boen IHoei ketawa. "Selamat, selamat, kau kini sudah baik dari penyakitnya." Ho Tiong Jong terbelalak matanya. ia heran melihat kelakuannya Ie Boen Hoei sebab tadi melek-melek ia melihat orang tua itu demikian beringas dan menyerang kepadanya dengan tanpa sungkan-sungkan dalam pertempuran barusan, tapi kini mendadak saja sudah berubah sikapnya menjadi ramah tamah sebagai seorang sahabat. Ie Boen Hoei mengerti apa yang dipikirkan oleh sipemuda maka ia lalu berkata. "Laute, maafkan lohu sengaja seperti yang benar- benar mau mengambil jiwa mu, supaya kau dengan sungguhsungguh menempur lohu. Dengan begitu perasaan "nak" Kepingin muntah lebih hebat lagi, ini ada maksud lohu supaya oleh karena racun yang mengeram dalam tubuhmu dapat terdorong keluar. Barusan, ia sudah hendak keluar kau masih mau tahanmesti lohu jadi tidak sabaran dan menepuk punggungmu sehingga ia mencelat juga keluar. Kau tahu itu benda yang bergumpal dari mulutmu itu ada racun yang sangat berbisa, yang membuat dan jadi merasa hidupmu." Mendengar keterangan ini, barulah Ho Tiong Jong mengerti sikapnya siorang tua baju kuning yang sebenarnya bermaksud baik untuk dirinya. Berbareng ia rasa "nak" Hilang, malah seluruh badannya dirasakan sangat segar dan bukan main bersemangat setelah benda yang bergempal sebesar kepalan tadi sudah dikeluarkan dari mulutnya. "cianpwee, boanpwee tidak tahu dengan apa boanpwee dapat menyatakan terima kasih baonpwee atas pertolongan Cianpwe ini." Kata Ho Tiong Jong hormat. Ie Boan Hoei tertawa bergelak-gelak. "Laote." Katanya. "seperti barusan kau bilang, pertolongan pada kakak lohu tidak memerlukan terima kasih, maka lohu juga tidak perlu terima kasihmu, Lohu merasa senang telah berbuat suatu untuk kebaikanmu." Ho Tiong Jong melongo. orang tua ini benar-benar kocak. masih ingat saja perkataannya tadi. Kemudian dengan bersenyum ia menanya. "cianpwe, cara bagaimana cianpwee tahu bahwa dalam tubuh boanpwee ada mengeram racun?" "Laote, itu mudah sekali, Lohu yang sudah banyak pengalaman dalam kalangan kangouw sekali lihat saja keadaanmu, lantas sudah dapat menebak seratus persen apa yang diderita olehmu, Tadi, kalau lohu mengatakan terus terang, tentu kau tidak akan percaya, maka juga lohu sudah berpura-pura seperti orang jahat menghendaki jiwamu, hingga kau menempur lohu dengan mati-matian. Ini perlu karena dengan keluarkan banyak tenaga, rasa kepingin muntah semakin menjadi-jadi dan akan mendorong racun lebih lekas keluar. Buktinya kau lihat sendiri barusan-..." Ho Tiong Jong kembali membuka mulutnya hendak mengucapkan terima kasih, akan tetapi urung, karena si orang baju kuning geleng-gelengkan kepala sambil goyang tangannya. "cianpwee, boanpwee sudah menerima budimu," Demikian Ho Tiong Jong rubah perkataan yang mau diucapkan tadi. "biar bagaimana boanpwee tidak akan melupakannya. Nah sampai disini kita berpisahan, karena ada mempunyai urusan lain yang meminta perhatian boanpwee." Orang tua itu tidak bisa menduga karena urusan Ho Tiong Jong itu, hanya ia memesan kalau seandainya Ho Tiong Jong ada urusan apa apa yang memerlukan pertolongan lupa datang kepadanya di gereja Siauw lim-sie di gunung Ko-san. "Terima kasih." Jawab Ho Tiong Jong. "boanpwee akan perhatikan ini." Kemudian dia angkat kaki berlalu, tapi belum berapa tmdak. mendadak dipanggil balik oleh Ie Boen Hoei dan kemudian diajak masuk pula kedalam rumah. Ie Boen IHoei menghampiri mayatnya sang kakak. dari sakunya ia mengeluarkan sebuah gelang dari batu kumala berwarna hijau, lalu disertakan kepada Ho Tiong Jong sambil berkata. "Laote, kau terimalah ini barang wasiat sebagai warisan dari kakek lohu yang sudah meninggal dunia. Sejak kakek sebagai murid Siauw lim sie, menerima gelang kumala hijau ini terus-terusan dibawa di badan-nya. Gelang ini merupakan benda kepercayaan dari Siauw lim pay, siapa saja orang-orang dari Siauw lim-pay melihat ini akan tunduk dan menghormat seperti juga ketemu dengan ketuanya." Benda kepercayaan ini ada berbagai warna, yang termulia adalah warna putih, lalu merah, kemudian hijau, hitam dan lainnya. Semua ada lima warna untuk membedakan tingkatan, sekarang dikalangan hweshio Siauw lim-pay yang memegang benda kepercayaan itu, kecuali kakak lohu adalah Beng Ti Taysu, seorang yang berilmu silat tinggi dan ilmu Budha-nya juga sangat dalam...." "Beng Ti Tay-su ada mempunyai gelang warna hitam, dia ada sutit (keponakan murid) dari kakak lohu, Yang memiliki gelang batu kumala tingkatannya paling atas, lainnya gelang demikian terbikin dari emas, perak dan selanjutnya. Semua ada benda benda kepercayaan yang harus di hormati." Ho Tiong Jong pandang bulak-balik gelang dari batu kumala hijau itu. "cianpwee, benda ini ada miliknya Taysu yang telah meninggal tidak seharusnya berada pada boanpwee, juga boanpwee tidak memerlukan, maka boanpwee harap cianpwee suka menyimpannya saja," "Kau keliru, laote " Jawab Ie Boen Hoei. " Dalam kalangan Kang ouw itu, tidak sedikit bahayanya. Soal sedikit bisa ditiuptiup menjadi besar maka dalam perjalananmu sebagai seorang Kang-ouw yang masih belum berpengalaman perlu memiliki benda serupa itu. Bukan saja lohu, tapi kakak lohu yang sudah jadi orang halus tentunya akan merasa senang memberikan itu untuk melindungi dirimu. Misalnya dalam bentrokan karena salah paham, kau tak dapat mengatasinya karena lawan ada jauh lebih kuat, mudah saja kau perlihatkan benda itu kepada Beng Ti Taysu dari gereja Siauw-lim si, bilang padanya kau dapat itu dari kakak lohu, pasti dia akan membuang waktunya untuk mengurus urusanmu. Kalau kau ada dipihak betul, kau akan mendapat perlindungan dari semua orang Siauw limpay." Sebagai jago muda yang belum berpengalaman menuruti hatinya yang polos, maka tadi Ho Tiong Jong sudah mau mengembalikan barang berharga itu kepada Ie Boen IHoei. Kini setelah mendengar keterangannya si erang tua baju kuning, bagaimana berharganya benda itu ada dalam badannya, maka hatinya sangat kegirangan Ia tahu Sauw- lim-pay ada satu partai terbesar diantara partai-partai lainnya, orangnya sangat banyak dan ilmu silatnya juga sangat tinggi termashur dalam duni persilatan. Kalau dalam menjelajah dunia kangouw, berbuat banyak kebenaran, ia tidak usah kuatirkan dirinya, pasti mendapat perlindungan partai besar itu. Sambil memasukan benda berharga itu ke dalam kantongnya ia berkata pada Ie Boen Hoei. "cianpwee, terima kasih, Nah, sampai ketemu lagi..." Setelah berkata Ho Tiong Jong sudah hendak bertindak keluar, akan tetapi kembali telah di cegah oleh Ie Boen Hoei yang menanya kepadanya. "Eh, laote sudah lama kita bicrp. tapi lohu lupa menanyakan namamu ?" "ouw, boanpwee bernama Ho Tiong Jong." "Siapa suhumu yang mulia." Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Boanpwee tidak mempunyai suhu." "Tapi ilmu silatmu barusan boleh juga, malah kau ada keluarkan itu ilmu golok delapan belas jurus dari Siauw- lim pay. Hanya sayang kau cuma dapat meyakinkan dua belas jurus saja, enam jurus lagi kau tidak yakinkan-" "Betul, memang boanpwee hanya belajar dua belas jurus saja." "Dari siapa kau belajar?" "Maaf, boanpwee tidak bisa kasih tahu namanya siapa?" Ie Boan Hoei, sebagai murid dari siauw- lim-pay, tentu saja tahu ilmu golok termasyhur itu dari partay ia, maka tadi ketika Ho Tiong Jong mencecar padanya dengan golok Lam thian to, sama sekali tidak dapat menemui sasarannya karena Ie Boan Hoei sudah yakin dengan bagaimana memusnahkannya. "Sayang." Kata Ie Boen Hoei setelah sejenak ia terdiam. "Kalau kau mendapat didikannya seorang pandai seperti In Kie Lojin, kau pasti akan menjadi jago tanpa tandingan dalam kalangan Kangouw, Kau ada mempunyai bakat yang baik sekali, dengan meyakinkan ilmu dari kitab " Kumpulan ilmu silat sejati." "Eh, cianpwe," Menyelak Ho Tiong Jong. "Ada apa?" Tanya siorang tua. "Itu kitab yang barusan cianpwe sebut ada pada boanpwee." Sambil mengeluarkan kitab tersebut dari saku babunya. Ie Boen Hoei menyambuti dan periksa. "lni benar ada kitabnya, kau dapat dari mana?" Tanyanya. "Boanpwe dapat dari Tok-kay Kang ciong" Jawabnya. Ia menuturkan dengan singkat pertemuannya dengan Tok kay dikuil bobrok dan kitab itu sudah disambit nyangkut diatas pohon dan kemudian diambil olehnya karena merasa sayang kitab itu dipatuki burung. Sambil mendengarkan Ho Tiong Jong cerita Ie Boen Hoei telah bulak balik lembarannya kitab tersebut. "Ini memang kitab tulen, hanya sayang bagian kedua yang menceritakan keistimewaannya berbagai ilmu silat, sedang pelajarannya dan bagaimana mempraktikkan ilmu silat yang tersebut didalamnya tidak ada, sebab itu dimuat dalam Jilid kesatu. Sayang, tapi dalam buku ini juga ada disebut ilmu yang lohu yakinkan yalah "Diluar kemauan hati sejati" Sayang kau tidak memiliki yang ke satu." IHo Tiong Jong berpikir sejenak. setelah mendengar bicaranya si orang tua baju kuning. "cianpwee," Katanya. "kitab itu boleh cianpwee ambil, boanpwee senang kasih, cuma boanpwee mohon bantuan cianpwee suka menurunkan ilmu golok keramat Siauw-lim-sie. semuanya ada delapan belas jurus, boanpwee hanya paham dua belas jurus saja, yang enam jurus lagi ini yang boanpwee mohon cianpwee suka menurunkan pelajarannya untuk mana boanpwee merasa sangat berterima kasih sekali." Ie Boen Hoei ketawa ngakak mendengar perkataannya si pemuda. "Ho Laote," Katanya gembira sekali. "permohonanmu aku terima dengan baik, tapi buku ini kau terima kembali saja, sebab ada pada lohu juga tidak ada gunanya. Lohu sudah tua, otaknya sudah macet untuk belajar ilmu kepandaian lebih tinggi lagi, apalagi dalam buku ini semua yang tertulis dari berbagai partai punya ilmu silat rasanya lohu sudah cukup paham. Kau simpan saja, untuk kau ada gunanya, diwaktu ada tempo lowong kau boleh meyakinkannya, lohu percaya otak mu yang encer dapat belajar dengan sempurna." Ho Tiong Jong tidak menyangka bahwa orang tua itu menolak dikasih kitab "Kumpulan ilmu Silat Sejati." Ketika ia ulangi lagi maksudnya hendak memberikan kitab dengan setulus hati ditolak. maka ia lalu sisipkan lagi dalam sakunya. "Mari, kau boleh belajar itu enam jurus lagi dari ilmu golokmu." Ie Boen Hoei mengajak sipemuda hingga Ho Tiong Jong bukan main girangnya. Ie Boen Hoei telah menurunkan kepandaiannya dengan sungguh-sungguh, tambahan otaknya Ho Tiong Jong mudah menerima pelajaran yang orang berikan dengan beberapa pengujuknya saja, maka enam jurus kekurangannya itu Ho Tiong Jong sudah dapatkan, Dengan mana ilmu golok keramatnya Ho Tiong Jong sekarang sudah menjadi lengkap delapan belas jurus. saking tekunnya ia belajar hingga lupa sama sang waktu, tahu-tahu hari sudah menjelang pagi. Tiba-tiba Ho Tiong Jong hentikan latihannya dan berdiri bengong. Hal mana membuat Ie Boen Hoei menjadi heran, ia lalu menanya. "Laote kenapa kau? Apakah ada apa-apa yang tiada beres lagi?" Ho Tiong Jong bengong berdiri, karena saat itu sudah hampir pagi, tapi kenapa racun dalam tubuhnya belum juga bekerja dan merenggut jiwanya? inilah yang ia buat pikiran tidak habis mengerti, maka ia sudah berdiri bengong. " Cianpwee, memang ada yang tidak beres, aku telah kena keracunan..." Selanjutnya ceritakan tentang kena racun Tok kay, kemudian ceng ciauw Nikouwpunya Tok-kim-chi, lalu paling belakang jarum mautnya sikakek aneh dari Liu soa- kok juga tentang hubungan Seng Glok cin dan Kim Hong Jie, ia telah ceritakan dengan terang kepada Ie Boan Hoei. Dengan tenang siorang tua baju kuning mendengarkan ceritanya Ho Tiong Jong. "Boanpwe heran, kenapa racun itu sampai sekarang belum ada reaksinya?" Tanya Ho Tiong Jong sebagai penutup ceritanya. Terdengar Ie Boan Hoei tertawa terbahak-bahak. "Ho laote, kau benar-benar ada seorang yang sangat beruntung, Dua jelita sudah berbareng sudah menyintai dirimu, rasanya tak akan sia-sia pengharapannya ... ." " Cianpwee, boanpwee bakalan mati, bagai mana bisa bilang demikian ?" "Anak muda," Kata pula Ie Boan Hoei dengan ketawa girang. "kau kini sudah selamat, kesananya kau hanya akan menempuh bahagia saja..." " Cianpwe, kenapa bisa begitu?" "Barusan, ketika lohu menepuk punggungmu dan kau memuntahkan benda sebesar kepalan, itulah ada racun yang bergempal dan akan membinasakan dirimu kalau saja tidak bisa dikeluarkan dari perutmu. Kini ia sudah keluar, maka dalam tubuhmu sudah tidak ada racun lagi. Umurmu bisa jadi seratus tahun, percayalah kepada lohu" Ho Tiong Jong terbengong mendengarkan keterangan si orang tua baju kuning. " Laote." Kata pula Ie Boan Hoei. " Lohu sudah banyak pengalaman dalam dunia Kang ouw, kejadian apa saja sudah tahu, Bahwa dalam dirimu akan mengeram racun lohu juga sudah tahu siang-siang, Melihat air mukamu, lohu tidak perca yakau bisa mati karena racun. Kau mestinya panjang umur, bukan mustahil kau nanti mengangkat namamu termashur dalam rimba persilatan-" Ho Tiong Jong kegirangan mendengar kata-katanya si orang tua baju kuning. Tidak dinyana ia bisa sembuh dari keracunan dengan cara kebetulan ketemu Ie Boen IHoei, ia percaya omongannya si orang tua karena ia merasakan sendiri tubuhnya merasa sangat segar dan kuat sekali, pertolongan gaib. " Laote," Ie Boen Hoei berkata pula. " Racun ketemu racun dalam tubuhmu telah berhantam dan saling bergempal, sukur kau ketemu lohu, kalau tidak rasanya sukar ketolongan jiwamu kalau tidak ada si Dewa obat Kong Jat Sin yang memberikan pertolongan dengan obatnya yang istimewa. Tapi Laote, lohu sudah mendapat keyakinan, bahwa ilmu tenaga dalammu sangat hebat sekarang, jalannya darah sudah ncrmal kembali, semangatmu juga sudah berubah, bagaimana apa kau tidak merasakan itu semua?" Mau tidak mau Ho Tiong Jong telah anggukan kepalanya, memang benar apa yang di katakan oleh orang tua itu Dengan suara terharu saking berterima kasih dan kegirangan Ho Tiong Jong telah berkata. " Cianpwee, boanpwee tidak tahu dengan apa boanpwee harus membalas budi cianpwee yang sangat besar ini, hingga jiwa boanpwee terluput dari kematian-" "Ho laote." Memotong Ie Boen Hoei. "pertolongan yang keluar dari hati yang tulus tidak memerlukan terima kasih, bukankah kau ada mengatakan demikian?" Ho Tiong Jong tidak bisa menjawab, hanya matanya memandang si orang tua dengan mengembang air mata terima kasih. Dilain saat Ho Tiong Jong sudah riang gembira. Mereka satu dengan lain cocok pikiran, maka tidak heran mereka telah mengikat tali persahabatan- Ketika sudah terang tanah, Ho Tiong Jong dan Ie Boan Hoei jalan sama-sama sampai sepuluh li jauhnya, kemudian mereka berpisahan, Ie Boan Hoei meneruskan perjalanannya ke barat daya dengan membawa jenazah nya sang kakak. selang Ho Tiong Jong telah mengambil jurusan lain- Sepanjang jalan Ho Tiong Jong pikirkan, sekarang ia harus menuju kemana? Menemui Seng Giok cin? Menyambangi Kim Hong Jie? Dua nona yang sekaligus menyintai dirinya sungguh ia harus merasa bangga, tapi ia tidak berani untuk mengunjungi salah satu diantara nya. Pikirnya, sekarang masih belum waktunya, paling baik sekarang ia menuju ke Yang-ce untuk menemui sahabat tuanya co Kang cay. Siapa tahu orang tua sudah bersiap-siap dengan rencananya untuk menyelidiki gunung-gunungan yang mengandung riwayat istimewa ialah didalamnya ada tersimpan baskom ajaib yang bisa membuat uang yang sedikit ditaruh didalamnya bisa berubah banyak dan satu patung wanita cantik, kalau dapat tidur bsrsama-sama dengannya akan merasakan kehangatan dan semangat segar serta kekuatan tenaga dalam juga dapat bertambah. Demikianlah setelah mengambil keputusan, ia telah membeli pakaian baru dan seekor kuda untuk perjalanannya. Dalam pakaian yang baru, tentu saja Ho Tiong Jong punya paras yang tampan semakin menyolok saja. Roman cakap. pengawakan gagah, dengan sebilah golok digantung diatas kuda. Ho Tiong Jong telah menarik banyak orang yang mengagumi dirinya. Setelah menangsel perutnya, pemuda gagah itu telah melanjutkan perjalanannya. Disepanjang jalan ia mengenangkan dua jelita, yang saat itu entah bagaimana keadaannya, karena mereka menganggap dirinya akan mati karena racun, sekarang ia tidak sampai mati maka seandainya ketemu dengan mereka, bagaimana girangnya mereka itu, sukar untuk dapat dibayangkan- Rumahnya co Kang cay ada dalam sebuah desa termasuk bilangan kota jang-ce. Jauh juga perjalanan yang ditempuh oleh Ho Tiong Jong, akhirnya ia sampai juga ke-desanya co Kang cay. Kebetulan sekali ketika ia sampai, didepan sebuah rumah tampak berdiri seorang tua dan ia bukan lain dari co Kang cay sendiri. Sambil melambai-lambaikan tangannya orang tua itu agaknya hendak menyongsong kedatangannya belum leluasa dan masih pakai tongkat, maka Ho Tiong Jong agak terkejut. Ia bedal kudanya dan sebentar saja sudah berada di muka rumahnya co Kang cay. cepat-cepat ia turun dari kudanya dan menubruk si sahabat tua. Mereka saling peluk dengan penuh kegirangan. "co lopek. memang tidak salah dugaanku, kau sedang membangun rumah" Kata Ho Tiong Jong dengan roman girang. "Tiong Jong, kita bicara didalam." Kata co Kang cay, sambil menarik tangannya si pemuda. "Eh, nanti dahulu, bagaimana dengan kudaku?" Kata Ho Tiong Jong Jenaka. "Ah, itu mudah saja, kasihkan saja orangku yang urus." Co Kang cay berkata demikian sambil panggil orangnya, disuruh merawat kudanya Ho Tiong Jong. Mereka kemudian berjalan masuk kedalam rumah. "Kan bagaimana tahu aku selang membangun rumah?" Tanya co Kang cay. ketika mereka sudah pada ambil tempat duduk di-pertengahan rumah. "Ah, lopek mudah saja. Tadi aku melihat banyak orang yang mengangkuti batu ke rumah lopek." "Kau pintar menebak, Tiong Jong. Memang tidak hentinya aku berusaha membangun rumah tapi sama sekali tidak menduga kalau penemuan kita kembali ada begini cepat, sungguh menggirangkan sekali hatiku." Co Kang cay ajak sahabatnya melihat rumah yang sedang dibangun. Masih tinggal dindingnya saja dalam taraf penyelesaian, lainnya boleh dikatakan rumah co Kang cay sudah beres, Rumah itu besar dan lebar, cuma tidak mewah, hanya seperti rumah biasa saja rumah desa. "Lopek, kau benar lihay, Rumahmu dibangun dengan sederhana sekali. Meskipun ada besar dan luas. Bagus, karena dengan demikian tidak menyolok dan membangunkan orang punya rasa curiga." Co Kang cay ketawa nyengir dipuji si anak muda. orang tua itu memang membangun rumahnya selain sederhana juga ada banyak rahasianya disebelah dalam, inilah untuk menyelamatkan dirinya dari cengkeramannya orangorang dari Perserikatan Benteng Perkampungan yang menghendaki jiwanya. Setelah diajak melihat-lihat kebeberapa bagian, dimana jalannya berbulak biluk membingungkan, lalu Ho Tiong Jong dibawa ke ruang tetamu yang cukup lebar, tinggi dan menyenangkan hati. " Lopek benar-benar kau sudah siap sedia menghadapi mereka, sebab bicara terus terang kalau orang tidak diberi pengunjukan, masuk kedalam banyak ruang tadi, bisa masuk orang tidak bisa keluar lagi." "Ha ha ha..." Orang tua itu tertawa bergelak-gelak. Mereka lalu pada mengambil tempat duduk. " Lopek setelah kau mengalami banyak penderitaan memang seharusnya kau hidup dengan tentrem dan bahagia, Bagaimana dengan kakimu yang separuh lumpuh apakah sudah sembuh?" XXV. SIKAP ANEH DARI IBLIS CANTIK.. "KARENA pertolonganmu Tiong Jong, sehingga aku dapat selamat, Belum tahu budi ini aku dapat balasnya dengan apa?" "Lopek tidak ada soal budi diantara kita, kita berdua mengalami satu nasib dalam penjara Seng Eng, apa halangannya kalau kita satu sama lain saling tolong, bukan?" "Ya, tentang kakiku, meskipun tidak sembuh betul, aku masih bisa jalan dengan menggunakan tongkat, Tapi, eh, Tiong Jong bagaimana dengan racun yang mengeram dengan dirimu, apa sudah dapat disembuhkan?"" Ho Tiong Jong ketawa, ia lalu tuturkan dengan ringkas pada sang sahabat tua, tentang pengalamannya sejak mereka berpisahan. Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pertolongan pada Kim Hong Jie, diinjeksi dengan jarum mautnya si kakek aneh, perjalanannya dengan Seng Giok Cin. Tapi soal mencium bibir orang tentu saja tidak menceritakan. Pertemuannya dengan Ie Boen Hoei satu penjahat ulung yang sadar dari kejahatannya setelah membunuh kakaknya sendiri. oleh siapa ia telah disembuhkan keracunan didalam tubuhnya diluar dugaan- Setelah mendengar habis bicaranya si pemuda, co Kang cay tampak kerutkan alis. "Tiong Jong, aku sangat girang tentang dirimu sudah sembuh dari bahaya kematian karena racun racun yang mengeram dalam tubuhmu, akan tetapi kau sudah berbuat gegabah dengan meninggalkan nona Seng dalam keadaan tertotok dipenginapan-" Ho Tiong Jong terkejut. "Tapi totokanku itu hanya untuk sementara waktu saja dan akan terbuka sendirinya." Katanya pada sahabat. "Ya, itu betul. Tapi harus curiga juga, dalam keadaan pulas demikian kalau ada orang jahat masuk kedalam kamarnya, bagaimana? Haa, kalau kehormatannya kena dicemarkan orang? Nona Seng tentu tidak mau mengerti terhadapmu dan akan mencari kau untuk mencuci malunya" "Lopek. ah, masa sampai ada kejadian begitu?" Menyelak Ho Tiong Jong dalam terkejutnya, mukanya seketika telah berubah pucat dan dadanya berombak keras, karena pikirnya, memang ada kemungkinan ada kejadian demikian "Ya, mudah-mudahan tidak sampai ada kejadian demikian," Menghibur si orang tua. Ho Tiong Jong tidak menjawab, Diam-diam dia memikirkan juga akan dirinya nona yang dicintanya itu. Kalau benar seperti katanya si orang tua kejadian, celaka sama juga ia mencelakakan dirinya si gadis pujaannya itu. Tengah ia menjublek. Co Kang cay sudah berkata pula dengan air muka berseri seri. "Ah, Tiong Jong, itu hanya dugaan saja. Tapi masa bisa jadi, nona Seng ilmu silatnya tinggi. Tentu dalam sedikit waktu ia sudah bisa mendusin. Lagi pula ia ada puterinya Seng Eng, Pocu dari benteng Seng-keepo yang sangat ditakuti, betul tidak? Nah, mari, kita minum teh." Co Kang cay suguhkan secangkir teh pada kawan mudanya itu, sambil berkata pula. "Tiong Jong legakan hatimu, apa yang aku kata barusan hanya dugaan saja dan rasanya tak mungkin kejadian-" Kembali si orang tua. Ho Tiong Jong merasakan, tapi kejadian sudah berjalan begitu rupa, ia kobarkan hatinya dengan kata-kata si orang tua tadi. Hatinya mulai lega dan tak percaya si nona akan mengalamkan malapetaka yang tidak enak atas dirinya. Dengan begitu, pembicaraan diantara dua sahabat yang senasib tempo hari dalam penjara air, kini dapat berjalan dengan gembira. "co lopek, bagaimana halnya dengan gunung-gunungan itu, apakah kau sudah dapat menemukan kuncinya untuk masuk kedalamnya?" Tanya Ho Tiong Jong sewaktu ia ingat akan riwayat menarik dari gunung-gunungan di kota Jang-ce itu. "Belum." Jawab Co Kang cay. " Rumah ku baru saja jadi, mana aku ada tempo untuk pergi kesana? Kebetulan kau sudah datang di sini, maka baiklah kau beristirahat saja dahulu dalam rumahku dua tiga hari, nanti kita bersama-sama kesana, bagaimana kau pikir." "ow, tentu saja aku dengan senang hati ikut melihatnya." Jawab Tiong Jong. "Bagus, bagus ..." Bicaranya co Kang cay belum lampias, sudah dibuat berhenti dengan muncul satu pelayannya yang mengabarkan bahwa diluar ada seorang nona yang hendak ketemu dengan Ho Tiong Jong. "Seorang nona?" Kata co Kang cay. "Eh Tiong Jong apa kau ada membawa teman perempuan kesini?" "Tidak." -jawab Ho Tiong Jong. "Tapi katanya ada satu nona yang ingin ketemu denganmu bagaimana pikiranmu?" Ho Tiong Jong terdiam sejenak. "Baik, silahkan dia masuk ketemu aku," Akkirnya ia berkata. co Kang cay tampak berduka romannya, ia kuatirkan bahwa yang datang itu ada orangnya Perserikatan Benteng perkampungan yang hendak mencari onar. Ho Tiong Jong mengerti akan kedukaan nya si orang tua, maka ia lalu menghibur. "co Lopek, kau jangan kuatir, Aku bukannya sombong, asal ada orang datang hendak mengganggu ketentramanmu, aku si orang she Ho yang nanti akan mengusirnya. Legakan hatimu, dan percayalah padaku^" "Ya aku juga tidak takut. cuma saja kalau benar nanti terjadi pertempuran pasti akan mengambil banyak korban jiwa. inilah yang membikin aku tidak tega hati." Jawab si kakek sambil menghela napas. Sebentar lagi tampak sipelayan muncul mengantarkan si nona tetamu masuk diruangan tamu. "Hei, enci Ie." Seru Ho Tiong Jong, ketika melihat tetamunya itu masuk. Memang benar ada Li-lo-sat ie Ya yang datang. "Ya, aku yang datang." Jawab si nona sambil kerllingkan matanya yang tajam. "Enci ie. bagaimana kau tahu perjalananku dan datang kesini, silahkan duduk." Mengundang Ho Tiong Jong, sambil menyodorkan sebuah kursi. Kemudian sipemuda berkata pada co Kang cay. "co lopek. apa kau sudah tidak mengenali lagi pada nona ie?" "Siapa dia, Tiong Jong?" Siorang tua balik menanya. "Enci ie masa kau lupa? Dengan pertolongannya pada itu malam, selamatlah kau sampai di kota Yang cie. Kalau bukannya enci Ie yang menolong, niscaya sampai sekarang kau masih nyantel saja di Seng kee-po. Ha ha ha..." Co Kang cay kini baru sadar, maka ia buru-buru minta maaf. "Nona ie, maafkan lohu yang sudah kurang terang matanya, tambahan malam itu ada gelap. hingga aku melupakan wajahmu.Maafkan, nona dan terima kasih atas pertolonganmu itu," Co Kang cay tutup kata-katanya sambil menjura memberi hormat, tapi ie Ya cepat-cepat mencegah. " Lopek jangan pakai banyak peradatan didepanku. Aku paling benci sama segala peradatan yang mengikat kemerdekaan bergerak." Co Kang cay urungkan maksudnya tapi ia dengan sangat hormat sekali telah menyilahkan si nona ambil tempat duduk. Setelah si nona berduduk. Ho Tiong Jong menanya. "Enci, kau sungguh baik sekali, selamanya aku merasa berhutang budi padamu. cuma, bagaimana tentang kedatanganmu ini, ada urusan apa, enci ie?"" Ie Ya tertawa tawar. Wajahnya dingin, mengawasi pada Ho Tiong Jong dengan sorot mata memandang rendah. "Tiong Jong kedatanganku ini boleh dianggap teman dan juga boleh diangap akan menjadi lawan, Kejadian antara kita yang sudah tidak perlu diingat-ingat lagi." Ho Tiong Jong heran mendengar kata-katanya ie Ya. Ia memandang parasnya si nona yang cantik dan botoh, yang biasanya menawan hati, kini tampak beringas dan wajahnya seperti yang memandang hina padanya. "Enci ie, aku penasaran menghadapi sikapmu yang tidak biasanya ini, Kau kenapa? Apkah aku si orang she Ho pernah berbuat kesalahan terhadap dirimu?" "Kesalahan terhadapku tidak. tapi kau sudah berbuat salah terhadap orang lain-" "Aku sudah berbuat salah apa?" "Hmm...." Ie Ya menggeram. "Kau ini dimukanya saja seperti orang jujur dan polos, tapi tidak tahunya hatimu lain dari wajahmu, Kenapa kau masih belum terus terang kesalahanmu, kalau hendak mengaku aku ini encimu?" Ho Tiong Jong bingung mendengar bicaranya Ie Ya. Sikapnya yang luar biasa dan kata-katanya yang dingin seperti es, membuat ia sangat penasaran, Sebab apa si nona cantik ini menjadi marah-marah terhadap dirinya dan mengatakan ia sudah berbuat kesalahan terhadap orang lain? Siapa itu orang lain? Dan apa salahnya? Sementara itu, co Kang cay yang melihat suasana buruk. diam-diam ia angkat kaki hendak menyembunyikan dirinya, karena ia tidak berkepandaian silat. Tapi tidak disangka, Ie Ya dengan mata melotot membentak padanya. "Hentikan langkahmu. jangan meninggalkan ruangan ini" Ho Tiong Jong tidak senang dengan ucapanya si nona. Pikirnya, betul betul si nona membentak seorang tua, hingga oleh karenanya menjadi menggigil tubuhnya dan hampir hampir jatuh lemas. "Enci Ie," Kata sipemuda dengan suara heran. "hati-hatilah sedikit dengan perkataanmu. Meskipun aku bukannya satu pendekar tapi aku tidak ijinkan orang menghinakan sesamanya didepanku, apalagi orang yang dihinakan itu ada seorang yang ketahuan jujur dan baik hatinya, Dapat orang berbuat demikian, tapi harus..." "Harus apa?" Menyelak Ie Ya. "Harus membunuh dahulu aku" Jawab Ho Tiong Jong tegas. "Hihihi..."si wanita telengas tertawa. Meskipun tertawanya merdu, tapi romannya menyeramkan, karena kelihatan ia seperti sedang mendongkol sekali. "Tiong Jong, apa kau kira kau seorang gagah tanpa tandingan?" Tanyanya. "Bukannya maksudku untuk menonjolkan diri sebagai jagoan, tapi aku tidak senang kau perlakukan co lopek semacam itu." "Habis kau mau apa?" "Aku akan membelanya." Li-lo sat Ie Ya kertak gigi. ia gemas sekali terhadap si anak muda, sebab pikirnya, ia sudah banyak membuang budi menolongi anak muda itu, akan tetapi Tiong Jong saban-saban membela orang lain saja. Ia perdengarkan tertawa dingin. "Tiong Jong," Katanya. "sekali aku marah tidak seorangpun yang berani menghalang-halangi maksudku, maka sekarang kau mau apa." Ie Ya sambil berkata menyerang co Kang cay hingga ia ini ketakutan setengah mati. Tapi sebelumnya tangan Ie Ya menyentuh dirinya, Ho Tiong Jong dengan gesit sudah lompat dan menangkis, hingga Ie Ya terhuyung-huyung mundur. Bukan main marahnya si iblis Wanita, dengan muka bengis ia sekarang menyerang pada Ho Tiong Jong. Tangan dan kakinya bergerak dengan berbareng, tepisi pemuda hanya mengegos dan berkelit saja dari semua serangan Ie Ya, tidak mau balas menyerang. Hatinya tidak tega, sebab ia banyak hutang budi kepada perempuan galak ini, Biar bagai mana ia diserang hebat, selalu Ho Tiong Jong dapat mengegoskan dirinya dengan mudahnya. Tapi melihat serang-serangan Ie Ya mengarah bagian yang tidak mematikan, seolah-olah tak memikirkan persahabatannya pada waktu yang lampau, diam-diam si pemuda merasa tidak senang. Pikirnya, jikalau ia minta penjelasan juga tak ada gunanya Karena si nona sedang sengit dan marahnya. Segera ia merobah gerakannya, kini ia mencoba menyerang dengan angin pukulan telapakan tangannya ternyata si nona tidak tahan, ia mundur sampai empat enam tindak "Gila kau" Bentak nona Ie, sambil menyender pada dinding. Tiong Jong hanya bersenyum, Amarahnya si nona makin memuncak. maka ia sudah gerakan tubuhnya lompat keatas dan menyerang dari arah ini kebatok kepalanya Ho Tiong Jong, tapi si pemuda dengan gesit sudah menghindarkan dirinya, kemudian ia menyusul melesat dan mereka saling menyerang diudara kosong, akhirnya Ie Ya tak tahan juga. Ia jatuh kelantai, sebelumnya ia bergerak Ho Tiong Jong sudah menekan bahunya dan kemudian menotok jalan darahnya, hingga si nona jatuh lemas. "orang she Ho." Kata sinona gemas. "Kalau kau menghina aku, nanti akan kucaci maki habis-habisan-" Si nona sangat gemas, bicaranya yang seperti hendak menangis karena tidak berdaya untuk mengatasi kepandaiannya Ho Tiong Jong, yang tidak sangka-sangka sama sekali dalam tempo pendek saja ada demikian hebat ilmu silatny^ Ho Tiong Jong melihat sinona seperti mau mewek merasa tidak tega. Rambutnya menjadi kusut bekas tadi bertarung, dalam keadaan seperti hendak menangis dan mengawaskan sipemuda dengan sorot mata panasnya, tampaknya Ie Ya yang memang cantik wajahnya ada lebih cantik berlipat ganda. Pertama kali Ho Tiong Jong melihat kecantikannya si nona sudah menggetarkan hatinya, kini untuk kedua kalinya ia menyaksikan dengan tegas kecantikannya orang bagaimana ia coba menekan debarannya tiang hati ternyata tidak menolong. Maka dengan cepat ia menarik tangannya yang menekan orang punya pundak yang halus lunak seperti kapas dan membuka totokannya. Parasnya agak jengah, kemudian berkata dengan hormat. "Enci Ie, bukannya maksudku berlaku kurang ajarpada enci, Dari sebab kau menyerang keterlaluan mengarah bagian yang berbahaya, maka terpaksa aku membela diri dari seranganmu yang bertubi-tubi tadi." Si pemuda menutup bicaranya dengan bersenyum manis. Wajah si pemuda yang tampan menawan dan pengawakannya yang gagah menimbulkan rasa suka, memang sudah lama menjadi kenangan wanita telengas. cuma ia tidak bisa mengikat hatinya sipemuda itu, karena kelihatannya Ho Tiong Jong hatinya sudah jatuh pada Seng Gick ciu dan Kim Hong Jie, dua gadis jelita dan putri dari dua orang ternama, yalah putri dari Seng-keepo dan Kim-Liong-po" Meskipun demikian, satu tempo ia suka melamun dan merasa dirinya tidak kalah dalam kecantikan maupun dalam ilmu silat dari dua dara itu, hanya bedanya dirinya sudah terkenal sebagai iblis, maka ia merasa sangsi apakah Ho Tiong Jong dapat dipincuk oleh gaya tarik kecantikannya kalau mengingat kedudukannya ada kurang harum. co Kang cay dilain pihak merasa heran kepada Ho Tiong Jong yang dengan tiba-tiba saja dapat berbicara begitu halus dan sopan santun-Melihat sicantik diam saja, maka Ho Tiong Jong berkata pula. "Enci ie, coba tolong ceritakan dari sebab apa kau marahmarah terhadapku dan tak memberi kesempatan untuk aku membela diri." "Hmm" Menyahut nona ie, masih kelihatan sombong sifatnya. Tapi Ho Tiong Jong ganda dengan penuh kesabaran- "Sekarang begini," Kata Ie Ya. "aku mau tanya kau bagaimana perlakuannya adik Seng terhadapmu ?" Ho Tiong Jong terkejut Tapi lantas menjawab dengan sejujurnya. "Baik, baik sekali, Adik Giok sangat baik dan berbudi terhadapku, untuk mana sukar aku melukiskannya." Hati cemburunya Ie Ya meluap dengan tiba-tiba, maka wajahnya berubah lantas cemberut setelah mendengar jawabannya si nona. Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Hu..." Kata si nona sambiljebikan bibirnya. "Sangat baik, sukar dilukiskan, sekarang aku mau tanya kau, dia ada begitu baik terhadapmu tapi apa balasmu terhadap kebaikannya itu?" Ho Tiong melongo. Diam-diam ia bergidik, pikirnya. "apakah adik Giok mengalami kejadian seperti yang dibayangkan oleh co lo-pek?" Sebelumnya ia membuka mulut, ie Ya berkata lagi. "Jawab, jawab pertanyaanku apa balasnya kau atas kebaikan adik Giok?" "Enci ie, aku masih belum paham akan bicaramu ini." "Hmm... belum paham..." Ie Ya menjebikan bibirnya. " Kau tentu tidak berani berterus terang padaku, Nah, biarlah aku sendiri tidak bisa berbuat apa apa padamu, tapi nanti ada lain orang yang akan membereskan jiwamu." Setelah berkata ie Ya lantas berjalan keluar. Tapi seperti angin saja cepatnya Ho Tiong Jong sudah menghadang dipintu keluar, maka ketika ie Ya bertindak ia sudah dihalang-halangi, Ie Ya tertawa dingin melihat kelakuannya Ho Tiong Jong. "Kau ingin menahan aku disini, bukan?" Tanyanya gemas sekali. "Bukan, aku tidak berani menahanmu." "Nah, kasih jalan buat aku berlalu dari sini." Ho Tiong Jong tidak berdaya, Melihat sikapnya ie Ya yang dingin dan saban-saban unjuk sikap yang mengandung amarah, maka ia tidak berani menanyakan lagi soal yang ia masih belum mengerti dari kata-katanya Ie Ya tadi. Si pemuda jadi berdiri menjublek sambil mengawasi ie Ya naik kuda berlalu, sampai tidak kelihatan bayangannya. "Tiong Jong, kau kenapa berdiri bengong saja?" Tanya co Kang Cay, yang seketika itu telah menyusul keluar. Ho Tiong Jong kaget mendapat teguran sahabat tua. "Tidak apa-apa, aku hanya belum mengerti apa maksudnya perkataan Ie Ya tadi." "Kalau dilihat dari pembicaraannya, dapat dipastikan ada banyak orang yang akan mencari dirimu, Entah, lantaran apa kau bisa dicari mereka. Apakah mereka itu ada orang-orang dari Perserikatan Benteng perkampungan? " Menyebut nama Perserikatan Benteng Perkampungan tanpa merasa Co Kang Cay badannya menjadi menggigil seperti yang kedinginan. IHo Tiong Jong yang menyaksikan itu merasa kasihan pada si kakek. Pikirnya, orang boleh mencari dirinya dan membuat perhitungan dengannya, tapi jangan mengganggu pada dirinya si orang tua, jangan mengaduk-ngaduk rumahnya yang barusan saja selesai di bangun, ia sangat kasihan pada orang tua itu, yang disiksa sampai dua puluh taihun lamanya oleh Seng Eng dan baru saja mendapat kemerdekaannya lagi, lantas nanti dapat ditangkap kembali. Ia tidak lepaskan Ie Ya sebab ie Ya tentu akan mengundang banyak kawannya yang datang kesitu, maka juga seketika itu ia lantas lompat melesat kekandang kuda, dimana kudanya ada dipelihara. Cepat-cepat ia pasang pelananya dan lantas lompat naik di atasnya, kemudian membedal lesnya supaya sang kuda lari keras menyusul Ie Ya yang sudah lama pergi. Co Kang Cay berteriak-teriak, seperti mau memesan apaapa, akan tetapi Ho Tiong Jong tidak perduli, iapesatkan kudanya dan dilarikan sekencangnya supaya bisa menyusul si iblis cantik yang telah datang kepadanya dengan membawa teka-teki. Tidak lama ia kaburkan kudanya, tampak didepannya Ie Ya sedang larikan kudanya. Si nona juga mendengar kerapan kaki kuda, ia menduga pasti bahwa dibelakangnya Ho Tiong Jong yang menguber padanya, Maka ia sudah siap sedia dengan senjata ikat pinggangnya untuk menempursi pemuda. Ketika sudah datang dekat, Ho Tiong Jong berkata. "Enci ie, harap kau suka terangkan kedatanganmu tadi. Apakah kau datang membawa bala bantuan untuk membikin susah pada Co lopek?" Ie Ya tak menjawab, hanya ia menyerang dengan ikat pinggangnya yang panjang. si nona memang sangat mahir memainkan senjata itu, ia menyalurkan tenaga dalamnya ke ikat pinggang sehingga kelihatan seperti sedang menari-nari diatas kuda. Kelihatannya bagus sekali, sedang Ho Tiong Jong yang saban-saban disatroni oleh ikat pinggang itu telah berkelit kesana-sini menggunakan kelincahan kudanya, Tapi ternyata ia tak dapat mencegah ketika ikat pinggangnya Ie Ya melibat dirinya sampai sepuluh libatan, hingga ia tidak berdaya. Ie Ya kegirangan, pikirnya kali ini Tiong Jong akan menyaksikan kelihayannya. Tapi dibalik rasa bangga itu, iapikir juga apakah, Ho Tiong Jong kena dilibatoleh ikat pinggangnya itu hanya pura pura kalah saja? Tapi biar bagaimana ia harus selesaikan kemenangannya itu, maka sebentar lagi ia mengentak ikat pinggangnya dan tubuhnya Ho Tiong Jong mencelat dari tunggangannya melayang kedekat si cantik. cepat Cepst Ie Ya turun dari kudanya dan menghampiri Ho Tiong Jong yang masih tidak berdaya, ia telah memberikan totokan pada jalan darahnya, tapi alangkah herannya ketika ia merasakan jarinya yang halus ditusukkan pada tubuhnya Ho Tiong Jong seperti juga ia menusuk papan baja. Ie Ya menjadi jerih, Pikirnya. Ho Tiong Jong sekarang bukan tandingannya, maka sebelum Ho Tiong Jong berdaya lebih baik ia cepat-cepat melarikan diri. Maka seketika itu, tanpa menghiraukan ikat pinggangnya lagi ia sudah lompat pula keatas kudanya dan kabur dari sana dengan kecepatan kilat. Ho Tiong Jong melihat Ie Ya meninggaikan ikatpingganya yang panjangnya tujuh-delapan tumbak melibat tubuhnya, sudah lantas hendak memutuskan dengan kekuatan tenaga dalamnya yang dahsyat, tetapi urung karena dipikir lagi kalau ia berbuat demikian Ie Ya tentu tidak senang hatinya, ikat pinggang yang sangat disayangnya itu, jika ia putuskan pasti Ie Ya tentu tidak senang hatinya, tidak mandang muka pemiliknya. Dari sebab itu, maka ia sudah menggunakan ilmu mengkeratkan tubuh untuk meloloskan diri dari gubetan ikat pinggang. Setelah mana, lalu ia gulung lagi dengan baik baik barang si cantik, kemudian ia bawa naik kuda mengejar si nona, Pikirnya, ie Ya melarikan kuda tentu akan mengundang teman-temannya untuk membikin susah Co Kang Cay. Maka hatinya merasa cemas, ketika kudanya hanya dapat sepuluh li saja dan telah mogok. karena kakinya terluka, Terpaksa IHo Tiong Jong turun dan kudanya. ia berdiri celingukan mencari cari Ie Ya, tapi orang yang dicari tidak kelihatan mata hidungnya, Tidak tahunya ie Ya sudah masuk kedalam rimba untuk menghindarkan diri kecandak Ho Tiong Jong. Dalam hatinya ie Ya berpikir, bahwa seumur hidupnya belum pernah jadi pecundang dan diuber-uber oleh lelaki. Baru kali ini ia mengalaminya, jadi sangat malu. Meskipun Ho Tiong Jong tidak menaruh cinta padanya, akan tetapi ia sangat mengagumi akan tenaga dalamnya Ho Tiong Jong sekarang ini. Entah dari mana Ho Tiong Jong sudah belajar ilmu kepandaian sedemikian tinggi, sehingga ia sudah bisa menutup jalan darahnya tidak dapat ditotok orang. Sedang ia jalankan kudanya sambil ngelamun, tiba-tiba mendengar orang menguber padanya dengan menggunakan ilmu jalan cepat yang hebat. Ketika ia mencleh, dilihatnya itu bukan lain dari Ho Tiong Jong. Ia jadi gemas dan nekad, maka ia lantas hentikan kudanya dan turun menantikan kedatangannya IHo Tiong Jong. Tatkala mereka sudah berhadapan dengan suara dingin Ie Ya menanya. "Tiong Jong, kau terus terusan menguber-ku, apa maksudmu ?" "ow, aku tidak berani mengganggu enci, Aku menyesal enci tidak mau menceritakan duduknya urusan sehingga aku menjadi bingung, Tapi, tidak apalah, hanya aku minta pertolongan enci, setelah kembali berkumpul dengan orangorang dari Perserikatan Benteng perkampungan harap enci tidak menceritakan tentang tempat tinggalnya co lopek, Aku tidak tahu apakah selainnya enci masih ada lain orang pula yang mengetahui tempat tinggalnya co lopek..?" "Kenapa kau begitu sungguh-sungguh melindungi orang tua itu?" Memotong si nona. "Ya, enci, seperti tempo hari aku pernah cerita, bahwa co lopek sudah dua puluh tahun lamanya disiksa oleh Seng Eng. sekarang dia sudah dapat kemerdekaannya pula dan dengan susah payah dapat membangun rumah-nya, sepantasnya dia dapat kebahagiaannya dalam melewati sisa hidupnya yang sudah tua." "Selainnya aku, masih ada lagi seorang yang tahu, tapi dia orangnya sembarangan, aku kuatir dia tak dapat memegang rahasia." "Siapa dia, enci ie " "Aku tak bisa mengatakan padamU, karena kaU tentu akan membunuh dia sekeluarga bukan ?" "Tak mungkin aku akan berlaku sekejam demikian ?" "Tapi Tiong Jong, aku heran sekali, kau mau korbankan diri untuk co Kang cay, tapi kenapa berlaku demikian terhadap adik Giok cin...?" Hatinya IHo Tiong Jong curiga, Pikirnya, tentu ada kejadian yang tidak beres dengan dirinya Seng Gick Cin. Makanya ie Ya saban-saban timbulkan nama si nona yang menjadi kekasihnya itu. "Enci ie," Katanya. "sejak tadi kau menuduh aku bersalah saja. sebenarnya ada kejadian apa dengan adik Giok? sudilah enci yang baik memberitahukan kepadaku yang rendah." Ho Tiong Jong bergurau sembari mesem, ia mengambil tindakan itu, dengan pengharapan nona ie akan ceritakan duduknya urusan karena dengan sikap serius ada ia menanya tidak juga mendapat keterangan yang tidak di ingini. Mendengar kata katanya sipemuda, mau tidak mau Li lo sat ie Ya ketawa juga. "Kau ini pengecut aku benci benar," Katanya. "di hadapanku kau masih berpura-pura tidak tahu saja. Kau boleh mengelabuhi adik Seng Gick Cin dan Hong Jie, tapi aku hm..." Ho Tiong Jong betul-betul kewalahan menghadapi Ie Ya yang masih terus terputar-putar bicaranya, tidak mau diajak berunding kelihatannya, Apalagi mendengar dirinya dikatakan pengecut, hatinya Ho Tiong Jong merasa sangat perih. Ia tidak menjawab kata-katanya Ie Ya tadi, hanya sebentar lagi terdengar ia mengelah napas dan tundukan kepalanya. Untuk membuka mulut lagi, rasanya tidak ada harapan nona ie akan cerita duduknya perkara, maka pikirnya lebih baik ia balik lagi saja kerumahnya Co Kang Cay, sahabat tuanya itu. Mengingat si orang tua kedudukannya ada berbahaya, karena tempatnya sudah ketahuan maka ia mengambil putusan minta si orang tua menyingkir dari gangguannya pihak Seng Eng. setelah mana ia akan mencari tahu hal nya Giok Cin, sebab ada kemungkinan besar si nona sedang ngalamkan kesusahan, jikalau dilihat kata-katanya ie Ya yang selalu menyesalkan padanya karena tidak menaruh perhatian kepada nona Seng. Setelah kembali ia mengelah napas, lalu putar tubuhnya balik kerumahnya co Kang cay, sambil tundukan kepala denganpikiran kusut. Ie Ya melihat kelakuannya si pemuda merasa kasihan juga. Sebenarnya ia sudah cukup mengocok si pemuda yang terus menghadapi teka teki karena kata-katanya yang selalu tidak ada juntrungannya. Ia berjalan kira-kira sepuluh lie, tiba-tiba ia mendengar dari sebelah belakangnya ada suara kaki kuda yang dilarikan. Keruan ia menoleh itulah kuda putih yang dinaiki Ie Ya. Ketika Ie Ya hentikan larinya sang tunggangan dan memandang pada Ho Tiong Jong yang terus berjalan dengan tunduka n kepala, seolah-olah ia tidak menghiraukan pada si iblis cantik yang jalan disisinya. "Waduh, lagi ngambek nih?" Kata ie Ya dengan suara merdu. Ho Tiong Jong tinggal terus berjalan tanpa menolehkan mukanya. Ie Ya melihat sikapnya Ho Tiong Jong tidak menghiraukan padanya, tidak menjadi marah, malah ia berkata lagi. "Aku tidak kira si orang she Ho yang berparas tampan menawan gede ambeknya...." Ho Tiong Jong kini menoleh pada si iblis cantik, setelah memandang paras Ie Ya yang bersenyum-senyum memikat, lalu tundukan lagi dan berjalan terus. Ie Ya merasa menyesal telah berlaku keterlaluan kepada pemuda ini, yang parasnya cakap dan pengawakannya yang kokoh kuat selalu merupakan bayangan didepan matanya. Mungkin si pemuda tidak bersalah, kenapa ia terus-terusan mendesak dan menyalahkan padanya? ia memang tidak kasih kesempatan kepada Ho Tiong Jong untuk membela diri, karena hatinya merasa gemas atas perbuatannya Ho Tiong Jong yang disangkanya telah membalas budi kebaikannya Seng Giok Cin dengan kejahatan "Tiong Jong, kan jangan marah, apa kau ingin tahu duduknya urusan?" Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo Ratna Wulan Karya Kho Ping Hoo Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo