Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bunga 11


Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 11


Pendekar Bunga Karya dari Chin Yung   Secara kebetulan sekali di saat mereka tiba ditempat ini, justeru mereka telah melihat Eng Song dan Cu Sing Hong tengah bertempur dengan sikap mengadu jiwa.   Mereka jadi terkejut dan cepat-cepat datang untuk memisahkan kedua orang ini yang tengah bertempur hebat, karena mereka segera mengenalinya bahwa orang yang tengah bertempur itu tidak lain dari kedua orang murid mereka.   Setelah bercakap-cakap, akhirnya Eng Song melanjutkan perjalanannya, sedangkan Cu Sing Hong telah ikut kedua gurunya karena kata kedua gurunya ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengannya........    ooo O ooo 14 KAMPUNG Tiang-ko-cung merupakan sebuah perkampungan yang cukup luas dan juga padat penduduknya.   Tetapi dimalam itu, tampak keadaan perkampungan Tiang-ko-cung agak sepi, karena jarang sekali orang yang berlalu lalang, walaupun belum begitu terlalu larut malam benar.   Eng Song tampak tiba dikampung tersebut.   Segera juga pemuda ini telah mencari rumah penginapan untuk bermalam.   Dan sebelumnya Eng Song telah bersantap diruangan makan rumah makan itu.   Semuanya berjalan lancar dan tidak ada sesuatu yang mencurigakan.   Namun menjelang tengah malam, Eng Song jadi terbangun dari tidurnya dengan terkejut.   Karena dia mendengar suara jeritan yang melengking tinggi sekali.   Dengan sendirinya, dia telah melompat turun dari pembaringannya.   Dan suara jeritan itu tetap saja terdengar mengerikan bukan main.   Tubuh Eng Song yang mendengarnya sampai menggidik, sebab suara jeritan itu merupakan suara jeritan kematian dari seseorang.   Dengan cepat Eng Song telah merapihkan bajunya, dia telah keluar dari kamarnya itu melalui jendela.   Tubuhnya melesat keluar bagaikan terbang.   Dengan ringan Eng Song telah melompat keatas genting.   Jilid 11 GERAKANNYA itu bukan main cepatnya, dan disaat itulah suara jeritan yang mengandung kengerian tersebut lenyap sama aekali. Sekitar tempat itu jadi sunyi kembali. 183Kolektor E-BookEng Song mementang sepasang matanya.   Di saat itulah matanya yang jeli dapat melihat sesosok bayangan tengah berlari-lari diatas genteng dengan gerakan yang cepat bukan main.   Eng Song cepat-cepat menjejekkan kakinya.   Tubuhnya bagaikan terbang telah mencelat mengejar orang itu.   Gerakannya bukan main cepatnya.   Di dalam waktu yang singkat sekali mereka telah berlari-lari di atas genteng saling kejar.   Orang yang memakai baju hitam singsat itu, telah mengetahui bahwa dirinya tengah di kejar.   Maka dari itu, dia segera juga mengetahuinya bahwa dia harus mempecepat larinya.   Dengan tidak membuang waktu, dia telah mencelat-celat dari genteng yang satu ke genteng yang satu.   Namun ketika dia tengah melompat ke genteng yang satunya dari salah seorang rumah penduduk, di saat itulah tahu-tahu dihadapannya telah muncul sesosok bayangan putih.   Tentu saja dia jadi merandek.   "Ihhh?!"   Berseru orang berpakaian hitam tersebut. Dipentang matanya, sehingga dia melihatnya yang menghadangnya itu seorang pemuda yang tampan dan memakai baju yang putih mulus.   "Siapa kau? bentak orang berpakaian hitam dengan muka yang bengis. Memang wajahnya telah bengis bukan main dengan berewok yang kasar. Pemuda tampan itu telah tersenyum sabar dan tenang bukan main. Dia telah berkata .   "Aku she Ma dan bernama Eng Song. Di malam buta ini engkau telah menjadi seorang pembunuh! Apa kesalahan penduduk yang engkau bunuh itu?!"   Muka lelaki berewok itu telah berobah seketika itu juga, tampaknya dia terkejut. Namun dengan cepat ketenangannya telah pulih kembali, diapun telah berkata dengan suara yang dingin .   "Hemmmm... setiap penduduk harus menyediakan aku empat ratus tail perak sebulannya sebagai pajak mereka tinggal dikampung ini! Tetapi ternyata masih ada yang suka membandel juga. Dan salah seorang yang membandel itu adalah orang yang baru saja kubunuh tadi....! Tidak ada yang hidup jika berani menentang perkataan Sam-tauw Kiehiap (Pendekar Tiga Kepala....)!"   Mendengar perkataan orang itu, Eng Song tersenyum tidak senang. Orang seperti ini merupakan penindas yang paling jahat. Maka Eng Song berpikir, manusia seperti ini tidak boleh diberi ampun.   "Baiklah! Aku jadi ingin melihat barapa tinggi kepandaian dari Sam-tauw Kiahiep!"   Kata Eng Song.   Tentu saja Sam-tauw Kiehiap jadi murka bukan kepalang mandengar perkataan Eng Song.   Dengan mengeluarkan suara erangan, tahu-tahu dia telah melompat melancarkan serangan.   Pukulan yang dilancarkannya itu merupakan serangan yang mengandung serangan tenaga Gwakang yang bukan main kuatnya.   Namun Eng Song tetap tenang-tenang saja.   184Kolektor E-BookDiawasinya tangan orang yang tengah meluncur kearahnya. Dan waktu dia melihat tangan itu telah dekat, dengan cepat dia telah menggerakkan tangannya.   "Tappp...!"   Dia sudah menangkap pergelangan tangan orang tersebut.   Maka dari itu, disebabkan cekalan tangan Eng Song, tangan orang itu tidak bisa maju dan tidak bisa ditarik pulang.   Eng Song telah mencekalnya keras bukan main.   Dibarengi dengan suara bentakannya, orang yang bergelar Sam-tauw Kiehiap itu telah menarik pulang tangannya, tetapi entah mengapa, tenaganya jadi tidak ada artinya, tangannya itu tidak bisa ditarik pulang.   Dia telah mengerang dan menarik pulang pula tangannya.   Namua selalu gagal.   Dengan sendirinya, mau tidak mau di dalam hal ini telah membuat orang yang bergelar Sam-tauw Kiehiap jadi penasaran sekali.   Apalapi dia melihatnya betapa Eng Song berdiri dengan bibir tersenyum seperti mengejek.   Dengan mengeluarkan suara raungan yang keras dan bengis sekali, dia telah melancarkan serangan pula dengan tangan kirinya.   Gerakan yang dilakukannya itu bukan main cepatnya.   Maka disaat itulah, Eng Song telag bertindak.   Dia telah menggerakkan tangannya dibarengi dengan suara bentakannya .   "Rubuhlah engkau!!"   Begitu tangannya digerakkan dengan cara menghentak, maka tubuh orang yang bergelar Sam-tauw Kiehiap telah terpental melayang ditengah udara.   Dengan diiringi suara jeritannya, dia telah ambruk diatas tanah dengan keras.   Sam-tauw Kiehiap mengerang kesakitan, namun dia telah bangkit untuk melancarkan serangan pula kepada Eng Song.   Namun pemuda she Ma ini dengan ringan telah melayang turun dari atas genteng.   Tanpa memberi kesempatan pada Sam-tauw Kiehiap, dia telah menggerakkan kedua tangann.   "Bukkk! Bukkkk!"   Baberapa kali pukulan terdengar keras, diiringi oleh suara jeritan Sam- tauw Kiehiap.   Segera juga terlihat, betapa tubuh Sam-tauw Kiehiap telah terpental keras bukan main.   Maka, disaat itu pula tampak tubuh Sam-tauw Kiehiap mengejang kaku, gemetaran diatas tanah.   Tampaknya dia menderita rasa sakit yang bukan main.   Ternyata pukulan yang dilancarkan oleh Eng Song adalah pada jalan-jalan darah Su-tiang- hiat dan Ma-siang-blat.   Kedua jalan darah itu telah ditotoknya sehingga pecah, dan telah menyebabkan Sam-tauw Kiehiap untak selamanya menjadi manusia bercacad.   Inilah yang sangat mengejutkan sekali, namun kenyataan seperti ini, mau tidak mau memang membuat Sam-tauw Kiehiap jadi ketakutan.   185Kolektor E-BookApa lagi dia merasakan betapa tubuhnya lemas tidak bertenaga sama sekali. Dengan mengeluarkan suara raungan yang keras, dia telah berusaha untuk berdiri. Namun gagal, sehingga pecahlah nyalinya dan lenyaplah keberaniannya. Dia telah berlutut.   "Ampunilah aku Tayhiap (Pendekar besar)...!"   Katanya cepat.   "Hemmmm, seharusnya manusia seperti engkau harus dibinasakan, karena hanya dapat membikin susah orang belaka! Namun karena aku masih mengingat kau hanya melakukan semuanya ini hanya demi harta belaka, maka jiwamu masih kuampuni!"   Tetapi, disamping aku telah mencabut kepandaianmu, sehingga engkau menjadi manusia yang bercacad dan seumur hidup tidak bisa bersilat lagi, maka engkau juga harus berjanji untuk menjadi manusia baik- baik!"   "Aku berjanji Tayhiap... aku akan hidup secara baik!!"   "Hemmm, syukurlah kalau kau memang masih mau merobah tabiatmu yang buruk itu!!"   "Siapakah gelaran Tayhiap untuk kenang-kenanganku?"   Tanya Sam-tauw Kiehiap.   "Aku tidak memiliki gelaran...!"   Dan membarengi dangan habisnya perkataannya itu, Eng Song telah menjejakkan kakinya, tubuhnya dengan cepat bukan main telah mencelat ditengah udara, kemudian dalam sekejap telah lenyap dari pandangan mata Sam-tauw Kiehiap.   Sam-tauw Kiehiap memandang dengan perasaan kagum bukan main.   Dia heran sekali, pemuda yang berusia muda dan tampan bukau main, ternyata memiliki kepandaian yang bukan main tingginya.   Dengan sendirinya, mau tidak mau didalam hal ini membuat Sam-tauw Kiehiap merasa kagum sekali.   Eng Song sendiri telah kembali kerumah penginapannya, lalu tidur dengan nyenyak.   Dengan perbuatannya itu, tanpa disadari oleh Eng Song, dia telah menyelamatkan kampung tersebut dari gangguan Sam-tauw Kiehiap.   Keesokan paginya, Eng Song telah melakukan perjalanan lagi.   Dan selama itu, banyak peristiwa yang tidak adil telah diselesaikannya.   Dan setiap ada orang yang lemah dan tertindas, selalu ditolong oleh Eng Song.   Sehingga dengan cepat orang mengenal pemuda yang gagah ini.   Karena Eng Soag belum memiliki gelaran, dengan sendirinya orang-orang yang pernah ditolongnya itu, dan melihat Eng Song sering mempergunakan gerakan dengan mementang kedua tangannya, lalu dari kedua telapak tangannya itu keluar gelembung-gelembung tenaga dalam, dengan sendirinya dia diberi gelaran sebagai PENDEKAR BUNGA, karena gelembung- gelembung dari tenaga dalamnya itu bagaikan bunga-bunga yang tengah berguguran...! Cepat sekali gelaran Pendekar Bunga itu dikenal orang, karena Eng Song banyak sekali melakukan perbuatan mulia dan membantu si lemah.   Dan juga hal itu disebabkan kepandaiannya yang bukan main, dengan sendirinya menyebabkan penjahat-penjahat selalu dirubuhkannya dengan mudah.   Dan Eng Song membenci kejahatan seperti membenci musuh buyutan.   186Kolektor E-BookDengan sendirinya, jika penjahat mendengar namanya, tentu akan menggigil ketakutan.   Selama itu, entah sudah berapa puluh urusan penasaran yang diselesaikan oleh Eng Song.   Dan selama itu pula Eng Song telah berkelana didalam rimba persilatan......! ooo O ooo 15 PAGI ITU Eng Song tengah melangkah perlahan-lahan menyusuri jalan kecil yang terdapat dipegunungan Wu-cie-san.   Keindahan alam dipegunungan tersebut benar-benar menarik hati disamping udaranya yang sejuk sekali.   Eng Song melihat betapa batang-batang pohon yangliu yang memang banyak bertumbuhan lebat disekitar pegunungan ini, bergerak-gerak dipermainkan oleh hembusan angin.   Tampaknya indah sekali.   Dan kenyataan ini telah membuat Eng Song jadi memandang dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih.   Tetapi, mendadak sekali Eng Song melihat sesuatu dihadapannya sehingga dia merandek melangkah.   Diperhatikannya benda yang menggeletak ditengah jalan dan diam tidak bergerak.   Hati Eng Song jadi tercekat.   "Mayat!"   Berseru Eng Song.   Ya, memang sosok tubuh itu tidak lain dari mayat dari seorang yang telah mati dengan cara yang mengerikan bukan main.   Kematian orang itu dengan menderita luka pada kedua tusukan pedang didadanya, dengan leher yang setengah putus seperti juga leher itu akan copot dan batok kepalanya tergontai-gontai.   Tentu saja Eng Song sangat gusar melihat cara pembunuhan yang kejam seperti ini.   Dia memeriksa keadaan mayat itu, lalu setelah itu Eng Song menggali tanah untuk menguburnya.   Selesai mengubur mayat itu Eng Song melanjutkan perjalanannya.   Namun, berjalan belum begitu jauh, dihadapannya menggeletak lagi sesosok mayat! Tentu saja Eng Song menjadi kaget dan terlebih kaget lagi waktu melihat mayat yang ada sekarang ini mati seperti mayat yang telah dikuburnya.   Dengan gusar Eng Song telah mangawasi sekitar tempat itu.   Dan tubuh Eng Song agak gemetar mengandung kemarahan yang sangat.   Di saat-saat seperti itu, mau tidak mau memang Eng Song merupakan seorang pendekar yang selalu berdiri dalam garis-garis keadilan.   187Kolektor E-BookMaka melihat kejadian ini dia telah mengambil keputusan untuk menyelidiki pembunuhan ini.   Lebih-lebih ketika dia melihat langkah-langkah kaki bertapak diatas tanah, karena bekas tapak kaki itu merupakan tapak kaki berdarah.   Dengan cepat dia telah mencelat kedepan.   Berlari belum begitu jauh, dia telah melihat pula dua sosok mayat menggeletak ditengah jalan.   Dan ketika Eng Song terus maju kedepan, dia telah menjumpai empat mayat lainnya.   Tentu saja hal ini telah membuat Eng Song jadi kaget bukan main.   "Inilah pembunuhan besar-besaran!!"   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Katanya didalam hati. Dan dia telah maju terus. Ketika itu dia tiba didekat lereng gunung, disaat disebuah tikungan, telah melompat sesosok bayangan dengan gerakan yang gesit sekali.   "Berhenti!"   Bentak sosok bayangan itu. Eng Song menghentikan larinya, dia telah memperhatikan orang yang menghadangnya. Seorang lelaki bertubuh tinggi besar, dengan badan yang tegap dan wajah yang bengis. Ditangannya mencekal sebatang pedang.   "Siapa engkau? Mengapa berkeliaran disini?"   Tegurnya dengan suara yang bengis.   "Aku she Ma bernama Eng Song. Secara kebetulan saja lewat ditempat ini....!!"   "Hemmm.... tentunya kau ingin menyelidiki segala apa yang telah terjadi itu, bukan?"   Tegur orang yang bersenjata pedang itu dengan suara yang dingin.   "Cepat kau menggelinding enyah dari tempat ini sebelum kau menemui kematian seperti orang-orang itu, karena kau masih terlalu muda!"   Eng Song bersikap tenang sekali, dia telah tersenyum manis.   "Mengapa orang-orang itu telah menemui kematiannya dengan cara yang begitu mengenaskan sekali?"   "Hemmm, itu urusanku!"   "Engkau yang telah membunuhnya?!"   "Bukan!"   "Lalu siApa pembunuhnya?"   "Guruku!"   Menyahuti orang itu dengan suara mengandung rasa bangga.   "Hmmm.... dimana gurumu?"   "Sedang pergi! Maka dari itu, kuanjurkan agar kau cepat-cepat meninggalkan tempat ini! Karena jika guruku telah kembali tentu engkau akan dibunuhnya seperti orang-orang itu."   Eng Song merasa berterima kasih juga.   Dia melihat lelaki bertubuh kasar ini bukan sebangsa manusia yang bengis, karena dia masih bisa merasa kasihan pada Eng Song dan menganjurkan untuk cepat-cepat berlalu.   Maka dari itu, Eng Song telah memutuskan untuk tidak membinasakan lelaki ini.   188Kolektor E-Book"Mengapa gurumu membunuh-bunuhi orang-orang itu?"   Tanya Eng Song lagi.   "Mereka telah diwajibkan untuk datang menghadap pada guruku dengan membawa seorang gadis peranti menjadi selir dari guruku! Namun, kenyataannya mereka tidak mau, maka dengan sendirinya mereka telah dibinasakan!"   "Hemmmm, kalau begitu gurumu terlalu gila paras cantik!"   Kata Eng Song.   "Karena guruku tengah melatih ilmu yang luar biasa, yang membutuhkan darah perawan....!"   Mendengar perkataan lelaki ini, tubuh Eng Song jadi menggidik.   Dia merasa ngeri sendirinya.   Dengan cepat dia telah memandang sekeliling tempat itu.   Namun disaat itulah Eng Song yang memiliki pendengaran yang sangat tajam, dapat merasakan betapa datangnya serangan angin halus dari belakangnya.   Tentu saja pemuda ini jadi gusar dan kaget, dengan cepat dia telah menggerakkan tangan kanannya menyampok dengan kuat.   "Bukkk!!"   Terdengar suara benturan yang keras sekali.   Namun kesudahannya Eng Song terkejut, karena tubuhnya terpental keras, dan punggungnya menghantam batu gunung, untung saja tubuhnya tidak sampai terjungkel masuk dalam jurang.   Dengan gusar Eng Song telah berdiri.   Ternyata ditempat itu telah tambah seorang yang memelihara jenggot dan kumis sangat tebal dengan wajah yang kurus kering.   Usia orang itu mungkin telah mencapai enam puluh tahun.   Sedangkan lelaki yang tadi telah bercerita mengenai gurunya, telah melangkah maju, memberi hormat kepada lelaki tua itu.   "Suhu....!"   Panggilnya.   "Hemmm......!"   Orang tua itu hanya mendengus belaka. Dan mata lelaki tua itu lelah memandang tajam sekali pada Eng Song.   "Pemuda yang sombong, engkau tentunya yang bergelar sebagai Pendekar Bunga, bukan?"   Ditegur begitu oleh orang tua tersebut, Eng Song telah mengangguk.   "Tepat! Memang tidak salah!"   Katanya.   "Bagus! Hari ini aku bisa bertemu dengan kau! Aku ingin memperlihatkan kepadamu kepandaian yang sesungguhnya tinggi!"   Dan membarengi dengan habisnya perkatannya itu, dengan cepat orang ini telah menggerakkan sepasang tangannya, dia telah melancarkan serangan yang bukan main cepatnya.   Dan yang mengejutkan Eng Song, adalah kekuatan tenaga dalam yang bukan main, yang menerjang kearah Eng Song dengan pukulan yang dahsyat sekali.   Tetapi Eng Song juga bukannya berkepandaian lemah.   Dia telah mengeluarkan suara seruan keras, dan kemudian telah menangkisnya.   "Bukkk!!" 189Kolektor E-BookDua kekuatan yang bukan main kerasnya telah saling bentur.   Karena kali ini Eng Song menangkis dengan mempergunakan kekuatan yang terhitung dan juga memang dia telah berlaku waspada, maka tubuhnya tidak sampai terpental.   Namun biarpun begitu, Eng Song cukup terkejut sekali, karena dia merasakan betapa tubuhnya gemetaran ketika menerima serangan lelaki tua ini.   Dia merasakan bahwa tenaga serangan lelaki tua tersebut sangat tangguh sekali.   Dengan sendirinya, Eng Song juga telah mengambil keputusan untuk dapat menghadapi dengan berhati-hati, karena jika dia berlaku lengah, niscaya dia akan menghadapi bahaya yang tidak kecil.   Cepat sekali, orang tua yang sangat kejam wajahnya itu telah melancarkan serangan- serangannya lagi.   Dia rupanya sangat penasaran sekali melihat serangan-serangannya itu gagal.   Namun saat ini, karena Eng Song telah mengetahui bahwa orang tua ini adalah manusia jahat, maka Eng Song telah mementang kedua tangannya.   Dan disertai oleh suara bentakannya yang nyaring, dia telah mementang kedua tangannya.   Dan suatu kejadian yang hebat bukan main, telah terjadi disaat itu.   Karena tubuh lelaki tua itu telah terpental keras sekali, membentur dinding gunung.   Dan celakanya, tubuh lelaki tua ini melesak menembus kedalam batu.   Dan waktu tubuhnya rubuh binasa ditanah, tubuhnya tercetak diatas batu itu.   Dengan sendirinya, hal ini membuktikan betapa hebatnya kekuatan tenaga dalam yang dimiliki oleh Eng Song.   Eng Song masih berdiri tegak ditempatnya.   Sedangkan murid si lelaki tua itu yang melihat ini jadi memandang bengong.   Dia seperti juga merasakan tenaganya dan semangatnya terbang meninggalkan raganya.   Dan juga, disamping itu memang dia merasakan bahwa ia telah lemas tidak bertenaga sama sekali.   Dengan cepat dia telah berlutut mengangguk-anggukkan kepalanya.   "Ampunn.... ampun Kiehiap (pendekar).... ampunilah jiwaku!!"   "Bangunlah!"   Kata Eng Song waktu dia melihat lelaki ini sesambatan.   "Aku mengampuni jiwamu, karena kulihat engkau bukan sebangsa manusia jahat! Tadi saja engkau masih bisa menganjurkan aku agar meninggalkan tempat ini, hal itu membuktikan hatimu tidak terlalu jahat- jahat amat! Tetapi sejak sekarang, kau harus merobah cara hidupmu, tidak boleh meneruskan pekerjaan jahatmu ini! Kau harus hidup baik-baik....!"   "Baik Kiehiap.... aku akan mengingat seluruh perkataan Kiehiap!"   Kata lelaki itu sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dalam berlututnya itu.   "Nah pergilah....."   Kata Eng Song.   Setelah mengucapkan terima kasih, lelaki itu telah pergi dengan cepat.   Eng Song pun telah meninggalkan tempat itu, sedangkan mayat orang tua yang ganas itu menggeletak diatas tanah dan diatas batu gunung tampak bentuk tubuhnya tercetak dalam sekali.....   190Kolektor E-Book ooo O ooo 16 PERKAMPUNGAN Su-san-cung merupakan sebuah perkampungan yang sangat besar dan ramai, padat penduduknya.   Dan juga merupakan kampung yang mirip-mirip sebuah kota, disebabkan bangunannya yang sangat besar-besar dan megah-megah.   Di samping itu, perkampungan Su-san-cung ini memiliki empat buah rumah makan yang sangat besar-besar dan juga sangat mewah, selalu ramai dikunjungi oleh tamu-tamunya.   Di antara keramaian yang ada itu, tampak jelas sekali tamu-tamu dari berbagai golongan yang manghadiri rumah-rumah makan tersebut.   Salah satu rumah makan yang paling ramai dikunjungi pengunjungnya adalah rumah makan Pha-song-tiam.   Rumah makan ini memiliki bangunan dua tingkat dan selalu meja-meja penuh terisi tamu yang datang untuk bersantap, maka dengan sendirinya, mau tidak mau hal itu telah membuat segalanya diliputi kesibukan yang sangat.   Belasan orang pelayan juga telah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.   Meraka telah melayani para tamu dengan gesit dan ramah sekali.   Tetapi di antara keramaian yang ada tiba-tiba telah terjadi suatu peristiwa dirumah makan ini.   Karena disaat itu terdengar suara bokhie diketuk berirama dan rumah makan ini telah didatangi oleh seorang hweshio yang bertubuh gemuk pendek.   Ditangannya tampak teecekal sebuah bokhie yang diketuk-ketuknya tidak hentinya.   Dia telah memukul-mukul bokhie itu dengan berirama.   Dan juga segera terlihat betapa hweshio tersebut telah duduk melintang menghadang dimuka pintu.   Tentu saja hal ini membuat panik orang-orang didalam rumah makan itu.   Tamu-tamu yang ingin keluar atau datang tidak dapat melalui pintu itu.   Dan dengan sendirinya, telah menyebabkan keadaan jadi ribut sekali.   Namun hweshio tersebut seperti sengaja tidak mengacuhkan dan tidak memperdulikan keadaan yang mulai ribut itu, dia telah terus juga memukuli bokhie ditangannya dengan berirama.   Seorang pelayan yang bertubuh tinggi besar telah menghampirinya.   "Taysu.... mengapa kau duduk melintang dipintu, bukankah itu akan mengganggu orang- orang yang ingin keluar dan masuk kemari!"   Tegur si pelayan.   "Aku meminta derma!!"   Kata si hweshio menyahut dengan suara yang dingin. Dan tangannya terus juga memukuli bokhie ditangannya itu. 191Kolektor E-BookSi pelayan tampak mendongkol bukan main.   "Jika ingin meminta derma bukan dengan cara demikian...... cepat Taysu berlalu!"   Katanya dengan suara yang garang. Tetapi hweshio itu seperti tidak meladeninya, dia terus juga memukuli bokhie ditangannya.   "Kalau memang Taysu tidak mau pergi, biarlah aku akan melemparkan kau dari tempat ini!"   "Hemmm.... aku meminta derma!!"   Kata si hweshio, terus juga memukuli bokhie. Tentu saja si pelayan tambah mendongkol, tampaknya dia gusar sekali. Tetapi disaat itu tampak kasir rumah makan tersebut telah keluar dan membawa lima tail, diberikan pada hweshio itu.   "Kami memberikan derma ini kepada Taysu dan kami minta agar Taysu jangan mengganggu kami dengan kelakuan Taysu yang menghadang dipintu seperti itu."   Si hweshio telah melirik kearah uang yang diangsurkan padanya. Dan dia telah berkata sambil memejamkan matanya lagi .   "Lolap meminta derma sebesar lima ratus tail!"   "Apa?"   Berseru si kasir dengan suara yang keras saking terkejutnya.   "Lolap meminta derma lima ratus tail!"   "Mana mungkin itu!?"   Berteriak si kasir. Si hweshio sudah tidak mau mengacuhkannya lagi, dia telah memukuli terus bokhie. Tentu saja hal ini telah membuat pelayan dan si kasir jadi gusar. Dia telah mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali .   "Hemmm..... jika memang demikian, kami bisa mengambil tindakan kekerasan, jika kau tidak mau menggelinding pergi!!"   Kata si pelayan yang bertubuh tinggi besar itu.   Tetapi si hweshio tidak juga mengacuhkannya, dia telah memukul terus bokhie ditangannya.   Si pelayan telah habis sabarnya, dia mengulurkan tangannya mau menjambak jubah si pendeta untuk melemparkan pendeta itu keluar.   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Namun ketika tangannya terulur, dan disaat dia belum sempat menjambak, tiba-tiba si hweshio telah menggerakkan tangannya.   Gerakan yang dilakukannya itu bukan main cepatnya, dia telah menyampok.   Dan.....   luar biasa sekali, tubuh si pelayan yang tinggi besar telah terlantarkan, ambruk menimpah sebuah meja.   Keras bukan main! "Bukkkk!"   Mangkok-mangkok telah bertumpahan, dan dua orang tamu yang lengah bersantap di meja itu tentu saja jadi terkejut.   Mereka telah melompat berdiri sambil memaki-maki dan telah memandang mendelik pada si pelayan.   Peristiwa ini telah mengejutkan si kasir rumah makan itu.   192Kolektor E-BookSedangkan si hweshio tetap saja duduk dimuka pintu memukuli bokhie.   Dia terus juga tidak mengacuhkan keadaan didalam rumah makan yang mulai panik.   Pelayan yang bertubuh tinggi besar itu tampaknya gusar sekali, berdiri dengan muka yang bengis.   Empat orang pelayan telah maju untuk membantuinya mengurung si hweshio.   Mereka telah menerjang untuk memukuli pendeta itu, namun dengan sekali menggerakkan tangannya, kembali keempat pelayan itu telah dapat dibikin terjungkel balik dengan keras.   Tubuh si pelayan tampak berlumuran darah, karena mereka telah terbanting dengan keras.   Seketika itu juga keadaan jadi kacau balau dan panik.   Dan disaat itu, terlihat jelas sekali, betapa beberapa orang pelayan lainnya yang dengan gusar telah meluruk akan melancarkan serangan.   Namun kenyataannya mereka telah kena dirubuhkan juga oleh si hweshio.   Dan malah salah seorang pelayan, yang tadi bertubuh besar dan tegap itu, yang telah kena dirubuhkan oleh si pendeta dengan nekat telah menerjang dan melancarkan serangan pula.   Tetapi kali ini si hweshio telah mengayunkan tanganya.   "Plakk!"   Kepalanya kena ditepuk.   Kontan kepala pelayan itu hancur berantakan, dengan sendirinya telah menyebabkan tubuh pelayan itu jadi terjungkel rubuh.   Dan tidak bergerak lagi menggeletak tidak bergerak sedikitpun juga.   Dengan sendirinya, tidak ada pelayan lainnya yang berani maju ketika melihat pelayan yang seorang itu telah binasa.   Dan si kasir rumah makan juga jadi panik ketakutan sendirinya.   Dia telah menghampiri si hweshio.   "Taysu, jangan membalikkan mangkok nasi kami! Baiklah kami akan memberikan derma seratus tail!"   Kata si kasir kemudian.   "Hemmmmmm.... limaratus tail!"   Kata si pendeta.   "Dan bukan limaratus tail perak, tetapi limaratus tail emas!"   "Hah?"   Muka si kasir rumah makan jadi berobah seketika itu juga.   "Lima...... limaratus tail emas?"   Tanyanya dengan suara tergetar.   "Ya.......... lima ratus tail emas......!"   Kata si hweshio dengan suara yang keras.   "Mana...... mana mungkin itu? Kami dari mana uang sebanyak itu?"   "Hemmmm....... kalau memang kau memberikan limaratus tail emas, aku akan angkat kaki........!!"   Katanya kemudian.   "Tentu saja hal itu tidak mungkin Taysu..... karena kami mana memiliki uang sebanyak itu!"   Tetapi betum lagi si kasir menyelesaikan perkataannya, si hweshio telah menggerakkan tangannya.   "Wutttt......!"   Keras bukan main tubuh si kasir telah dilontarkannya. 193Kolektor E-BookTentu saja si kasir jadi ngeri bukan main, dia sampai mengeluarkan suara seruan keras.   Dan tubuhnya telah terbanting dilantai.   Si hweshio telah memukuli bokhie itu pula, dan dia tampaknya tenang sekali.   Karena pendeta ini duduk melintang dimuka pintu, dengan sendirinya orang yang telah menjadi panik itu tidak bisa untuk keluar atau masuk.   Saat itu, disudut ruangan itu, disebuah meja, duduk seorang pemuda yang berpakaian serba putih.   Dia telah menyaksikan kejadian ini.   Dengan tenang, pemuda ini waktu merasakan segalanya telah cukup, dia bangkit, menghampiri si hweshio.   "Taysu, jangan bersikap begitu.... jika memang engkau ingin meminta derma, mintalah secara baik-baik...."   Katanya sabar. Si pendeta membuka matanya, dia melihat yang menegur dirinya seorang pemuda berpakaian putih. Dia mendengus. Dan tidak mengacuhkan pemuda itu, si pendeta telah memejamkan matanya.   "Taysu....."   Panggil pemuda ini yang jadi hilang kesabarannya.   "Jika Taysu tidak mau menyudahi segalanya ini, biarlah aku yang mengambil tindakan untuk meminta Taysu meninggalkan tempat ini!"   Mendengar perkataan pemuda itu, si hweshio jadi membuka matanya.   Dia telah memandang tajam pada pemuda itu, tanpa mengatakan suatu apapun juga.   Hanya tangannya yang terus juga memukuli bokhie.   Pemuda berbaju putih itu telah tersenyum dingin, dia telah berkata lagi .   "Terpaksa aku harus melemparkan hweshio jahat seperti kau ini ketengah jalan!"   Muka si hweshio merah padam, tampaknya dia gusar sekali.   "Siapa kau hei bocah ingusan?"   Bentaknya.   "Aku she Ma dan bernama Eng Song!"   "Hemmmmmm.... kalau memang kau ingin main dengan lolap, silahkan!"   Kata si pendeta dengan suara yang dingin, kemudian dia telah memejamkan matanya lagi sedangkan kedua tangannya terus juga memukuli bokhie. Pemuda yang berbaju putih itu, yang tidak lain dari Ma Eng Song, telah tertawa dingin.   "Hemmm... rupanya Taysu memang keterlaluan sekali!"   Katanya.   Dan membarengi dengan perkataannya dia mengulurkan tangannya.   Namun belum lagi Ma Eng Song sempat mencekal baju pendeta itu, si hweshio telah menggerakkan tangannya.   Maksud si pendeta ingin menyampok seperti apa yang dilakukannya terhadap si pelayan.   Namun Eng Song lain dengan pelayan itu, maka waktu itu dengan memutar tangannya, dia telah meloloskan diri dari sampokannya dan dapat mencekal baju si hweshio.   "Pergilah!"   Dibarengi deagan bentakan Eng Song, tubuh si hwesbio yang tinggi besar itu telah berhasil dilontarkan ketengah jalan. 194Kolektor E-BookJatuh ambruk dijalanan, sehingga si hweshio merasakan kesakitan bukan main.   Tentu saja hal ini telah membuat si hweshio telah murka bukan main.   Dia telah bangkit dengan gerakan yang gesit sekali.   Cuma saja, seketika itu juga dia menyadarinya bahwa pemuda yang dihadapinya ini bukan seorang pemuda sembarangan dan memang memiliki kepandaian yang cukup tinggi.   Maka dari itu, dengan cepat si hwesnio telah melompat untuk menerjang.   Gerakannya begitu cepat, dia bermaksud akan mencengkeram Eng Song.   Tetapi Eng Song mana jeri menghadapi pendeta seperti ini? Dengan mengeluarkan suara tertawa dingin, dia menantikan tibanya serangan.   Di saat itulah, ketika kedua tangan si hweshio hampir dapat mencengkeramnya, dengan mengeluarkan suara seruan yang keras bukan main, Eng Song telah menyampoknya, dia telah mengibas dengan kekuatan yang bukan main.   Tubuh si hweshio jadi tergoncang keras dan terhuyung mundur.   Di saat itu, dengan kuat sekali Eng Song mengulurkan tangannya.   "Plakkkkk!"   Dia dapat menghajar telak dada si hweshio, sehingga tubuh si hweshio jadi terpental di saat itu pula seperti daun kering belaka.   Lalu ambruk ditanah dengan disertai suara jeritaanya! Dengan muka yang berlumuran darah, tampak pendeta ini telah merangkak bangun.   Dia murka bukan main, sampai tubuhnya gemetaran keras sekali.   Dan dia telah mengeluarkan suara bentakan yang keras bukan main sambil menerjang karena saking penasaran sekali.   Gerakan yang dilakukannya itu memiliki hawa maut yang mengerikan.   Dan juga hweshio itu telah melancarkan serangan dengan jurus It Liong Po Thian, gerakan mana merupakan gerakan yang cukup berbahaya.   Apa lagi memang hweshio yang tengah murka itu, telah menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya pada kedua telepak tangannya.   Maka dari itu, dengan sendirinya telapak tangannya itu mengandung hawa maut.   Tetapi Eng Song tetap berdiri tenang ditempatnya, sedikitpun juga tidak bergeming.   Diawasinya telapak tangan hweshio itu yang tengah meluncur datang.   Dengan gerakan yang sangat cepat dia telah menangkap tangan itu.   "Rubuhlah kau!"   Bentaknya dengan suara yang nyaring.   Dan tubuh si hweshio bergoyang.   Namun kali ini hweshio itu tidak rubuh terguling, karena dia telah mengeluarkan tenaga dalamnya, sehingga tubuhnya tidak sampai terjungkel.   Cepat bukan main dia juga telah menggerakkan kedua tangannya itu untuk ditarik pulang.   Namun cekalan Eng Song ternyata kuat sekali, sehingga dia tidak bisa menarik pulang kedua tangannya itu, yang tetap tercekal.   Begitulah, Eng Song bermaksud untuk mencekal terus dan merubuhkan hweshio itu, sedangkan si hweshio bermaksud untuk menarik pulang kedua tangannya.   195Kolektor E-BookMasing-masing telah mengeluarkan tenaga mereka.   Si hweshio terkejut bukan main waktu merasakan cekalan telapak tangan Eng Song mengeluarkan hawa yang panas bukan main.   Dan juga, disamping semua itu dia merasakan bahwa dari kedua telapak tangan Eng Song telah mengeluarkan uap bagaikan ada baranya.   Dengan mati-matian hweshio itu telah menarik pulang tangannya.   Di saat itulah Eng Song telah melepaskan cekalannya, sehingga tubuh si hweshio kehilangan keseimbangan tubuhnya dan telah terjungkel rubuh.   Cepat bukan main, si hweshio bergulingan diatas tanah.   Waktu dia telah dapat berdiri kembali, dia tidak lantas melancarkan serangannya.   Ditatapnya Eng Song dengan sorot mata yang bengis bukan main.   "Hemmmmm..... rupanya engkau memang seorang pemuda yang memiliki kepandaian lumayan!"   Katanya dengan suara mendesis.   "Siapa kau sesungguhnya dan siapa gurumu?"   "Ada urusan apa kau menanyakan guruku?"   Bentak Eng Song dengan suara yang tawar.   "Hemmmm, hari ini jika aku tidak ingat bahwa kau hanya ingin meminta uang dengan cara memaksa begitu, tentu aku telah mengambil jiwamu!"   "Jangan terkebur anak muda! Tiang Liang Siansu tidak pernah takut pada siapapun juga!"   Kata si hweshio dengan suara yang dingin.   Dan membarengi dengan suara bentakannya itu, tahu-tahu si hweshio telah menghunus pedangnya yang sejak tadi tergantung dipinggangnya, tersembunyi dibalik jubahnya.   Sreeenggg........! Pedang itu berkilauan tertimpah cahaya matahari.   Di saat itulah, dengan cepat dan gerakan yang bagaikan kilat pedangnya telah menikam.   "Binasalah kau!"   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Bentaknya. Tetapi Eng Song mendengus tertawa dingin, dia telah menggerakkan tangannya.   "Tappppp........"   Pedang si hweshio dapat dijepitnya dengas jari tangannya.   Dengan cepat sekali pedang itu tidak dapat bergerak.   Namun hweshio ini juga tidak memiliki ilmu yang lemah, dengan cepat dia memutar membalikkan pedangnya.   Mau tidak mau Eng Song harus melepaskan jepitannya itu, karena kalau tidak mata pedang akan mengutungkan jari tangannya itu.   Di saat pedangnya terlepas dari jepitan jari tangan Eng Song, di saat itulah si pendeta telah meneruskan tikamannya tanpa menarik pulang pedangnya lagi.   Gerakannya yang dilakukannya merupakan gerakan yang luar biasa kuatnya.   Dan pedang itu meluncur kearah perut Eng Song.   Tetapi Eng Song telah menggeser kaki kanannya, dengan gerakan Pat Kwa Sam Liong dia berhasil mengelakkan tikaman tersebut.   Dengan gerakan yang tidak kalah cepatnya Eng Song mengulurkan tangan kanannya.   Maksudnya akan menotok biji mata dari si pendeta itu, dia bermaksud akan mencongkel mata si hweshio.   196Kolektor E-BookTentu saja si hweshio yang bergelar Tiang Liang Siansu terkejut bukan main.   Dia mengeluarkan suara seruan yang keras dan telah melompat mundur.   Gerakannya begitu cepat sekali, dan tubuhnya juga telah melompat sejauh beberapa tombak.   Di antara kesempatan yang ada ini, Eng Song tidak mau membuang-buang waktu.   Disertai siulannya yang panjang, tahu-tahu tubuh Eng Song telah meloncat ketengah udara.   Dan kedua tangannya dipentangnya, dia telah mengeluarkan ilmu pukulan Bunganya, sehingga ketika itu tampak gelembung-gelembung tenaga dalamnya telah berhamburan menghantam kearah si hweshio.   Hal ini bukan main mengejutkan hati si pendeta, sehingga Tiang Liang Siansu mengeluarkan suara pekikan nyaring dan cepat-cepat telah melompat mundur.   Gerakan yang dilakukannya itu juga memiliki kesehatan yang bukan main, karena pendeta ini yakin, jika memang terlambat mengelakkannya, niscaya dia akan kena dicelakai oleh Eng Song.   Tetapi Eng Song yang telah melihat sejak tadi bahwa pendeta ini ternyata memiliki tangan yang telengas, telah menjadi gusar.   Maka dia tidak mau kasih hati.   Di saat tubuhnya telah meluncur turun, kakinya menotok tanah, dan tubuhnya telah mencelat ketengah udara melancarkan serangan lagi.   Gcrakan yang dilakukan oleh Eng Song bukan main cepatnya.   Dengan sendirinya, mau tidak mau hal itu telah membuat Tiang Liang Siansu jadi begitu ketakutan, dia telah menjatuhkan dirinya bergulingan diatas tanah.   Gerakan yang dilakukannya ini memiliki kegesitan bukan main.   Tetapi gerakan Eng Song lebih cepat lagi, karena pemuda ini waktu meluncur turun, kedua tangannya telah digerakkan menghantam dengan pukulan jarak jauh.   Hawa pukular itu mengandung kekuatan yang dahsyat, sehingga debu dan batu-batu kerikil berterbangan.   Si hweshio yang telah terdesak begitu, tentu saja jadi kalap dan nekad.   Dengan cepat dia telah menangkisnya, dia mempergunakan kekerasan pula.   Gerakan yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang bukan main kuatnya.   Dan juga, tenaga Eng Song telah saling bentur dengan tenaga Tiang Liang Siansu.   "Bukkkkkk!!"   Sekitar tempat itu seperti telah tergetar oleh benturan yang terjadi ini.   Dan suatu kejadian yang mengerikan telah tampak, tubuh si hweshio telah melesak kedalam tanah sebatas setengah tombak! Ini membuktikan bahwa tenaga serangan Eng Song bukan main kuatnya.   Tubuh si hweshio kaku diam mengejang tidak bernapas lagi.   Dia telah terbinasakan dengan cara yang mengerikan itu.   Semua orang yang menyaksikan pertempuran ini dengan hati yang tegang, kali ini dapat menghela napas panjang.   Hati mereka jadi lega.   197Kolektor E-Book ooo O ooo 17 DENGAN kematian hweshio yang jahat itu, berarti urusan telah menjadi beres.   Dan kematian si pelayan yang bertubuh tinggi besar yang tadi telah dihajar oleh si hweshio berarti telah terbayarkan.   Si kasir rumah makan, cepat-cepat telah datang menjurah memberi hormat.   Dia mengucapkan rasa terima kasih syukur berulang kali atas bantuan dan pertolongan yang diberikan oleh Eng Song.   Tetapi Eng Song tidak mau menerima penghormatan itu, dia telah menyingkir.   "Jangan banyak peradatan! Jangan banyak peradatan! Semua itu memang sudah kewajiban kita semua untuk memberantas manusia-manusia jahat seperti dia!"   "Siapakah gelaran Tayhiap yang harum?"   Tanya si kasir.   "Aku tidak memiliki gelaran, dan orang-orang biasa menggelari aku dengan sebutan Pendekar Bunga....!"   Dan setelah berkata begitu, Eng Song menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat untuk meninggalkan tempat tersebut disertai perkataannya.   "Selamat tinggal...!!!"   Tubuh Eng Song dengan cepat telah lenyap dari pandangan mata semua orang yang berada disitu.   Mereka sangat kagum sekali atas kehebatan Pendekar Bunga itu.   Setidak-tidaknya mereka tadi telah menyaksikan betapa ilmu yang dipergunakan oleh si Pendekar Bunga merupakan ilmu yang langka didalam rimba persilatan......   Mulai saat itulah, nama Eng Song semakin membubung naik dan dikenal didalam rimba persilatan sebagai Pendekar Bunga.   Dan selalu pula disanjung oleh orang-orang yang mendengarnya.   Semua pihak, mau pihak lawan atau kawan, selalu menaruh rasa hormat pada si Pendekar Bunga, karena biar bagaimana memang kenyataannya si Pendekar Bunga memiliki kepandaian yang tinggi dan juga hati yang luhur selalu membela pihak lemah dan dalam keadaan tertindas.......   TAMAT       Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo Pembakaran Kuil Thian Loksi Karya Kho Ping Hoo Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini