Ceritasilat Novel Online

Pendekar Patung Emas 7


Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 7


Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong   Sesudah melewati suatu pertempuran-sunyi-yang cukup seru dan menegangkan, pertama-pertama Cian Pit Yuan lah yang mulai bergerak maju, terdengar dia membentak keras tubuhnya bersama pedang panjangnya bagaikan kilat cepatnya menubruk kearah Ti Then.   Terlihat sinar pedang berkelebat beberapa kali, di dalam sekejap mata dia sudah melancarkan tujuh kali serangan gencar kearah seluruh tubuh Ti Then.   "Criing..criiingcriing.criiing..!"Pedang panjang Ti Then dengan lincahnya bergerak dan menari ditengah bajangan serangan pedang dari Cian Pit Yuan itu, dengan sangat mudahnya dia berhasil mematahkan ketujuh buah serangan dahsyat itu, pedang panjangnya menjadi semakin kencang bersama- sama dengan angin sambaran yang sangat tajam dia balas menjerang tujuh buah serangan dahsyat kearah tubuh Cian Pit Yuan. Cian Pit Yuan dengan cepat mematahkan setiap serangan itu kemudian masing-masing meloncot mundur ke belakang sekali lagi dengan saling pandang kearah pihak lawan mereka mulai bergeser mengelilingi kalangan pertempuran. Kali ini Ti Then melancarkan serangannya terlebih dahulu, dia bersuit dengan nyaringnya, pedang panjangnya diputar sedemikian rupa sehingga terlihat bunga pedang berterabngan memenuhi angkasa sedang tubuhnya terus menerjang ke depan hingga mencapai di depan tubuh pihak musuh. Pedangnya digetarkan sehingga bunga-bunga pedang memancar kearah wajah wjah si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan itu sedang ujung pedangnya sendiri menabas kearah pinggangnya. Dengan cepat Cian Pit Yuan menggetarkan pedangnya mematahkan serangan itu sedang tubuhnya dengan cepat mundur dua langkah ke belakang baru bisa terhindar sama sekali dari serangan Ti Then ini. Begitu tubuhnya mundur dengan beraninya dia menerjang kembali ke depan, kakinya dengan mantap setindak demi setindak maju ke depan satu serangan, disusul dengan satu serangan yang lain sehingga bagaikan terbangnya naga serta burung hong yang sedang menari, mirip juga seperti mengamuknya hujan badai melanda tengah samudra membuat Ti Then terpaksa mundur dua langkah juga ke belakang. Kedua orang itu sekali lagi menerjang ke depan, ditengah berselimutnya bajangan pedang membuat tubuh kedua orang itu sukar dibedakan, semua orang hanya merasakan pandangannyamenjadi kabur sukar dilihat jelas keadaan yang sesungguhnya, mereka hanya sering mendengar benturan senyata tajam diselingi dengan percikan bunga-bunga api, tidak tertahan lagi hati mereka ikut berdebar-debar. Seluruh lapangan latihan silat itu berubah menjadi sunyi senyap, selain suara desiran serta menyambarnya angin serangan yang tajam ditimpah dengan hiruk pikuk dari meja-meja perjamuan yang terbentur sama sekali tidak terdengar suara lainnya lagi setiap orang dengan pandangan yang melongo memandang pertempuran pedang yang sangat seru dan menegangkan itu. Diam-Diam Wi Lian In menyawil ujung baju dari Hong Mong Ling, ujarnya setengah berbisik.   "Kini kamu tidak cemburu dan iri lagi bukan terhadap dia?"   Air muka dari Hong Mong Ling segera berubah menjadi merah padam, dengan setengah tertegun tanyanya.   "Iri terhadap siapa?"   Wi Lian In segera mencibirkan bibirnya, ujarnya.   "Hmmm kamu orang jangan pura-pura lagi di hadapanku"   Hong Mong Ling menjadi bingung dan gugup ujarnya.   "In moay kamu bagaimana bisa bicara begini? Aku mana mungkin iri terhadapnya, kepandaian silatnya begitu tinggi asalkan kita mau berlatih dengan rajin di bawah bimbingannya maka aku.."   "Tidak usah bicara lagi"   Potong Wi Lian In sambil tertawa merdu.   "Aku hanya ingin meminyam kesempatan ini beri nasehat kepadamu, kepandaian silatnya jangan dikata kita tidak akan sanggup menangkan dia sekali pun ajahku sendiri juga mungkin bukan tandingannya, sejak ini hari kau harus berlatih sungguh- sungguh di bawah bimbingannya, jangan lagi mengorek dan menyakiti hatinya sehingga dia tidak betah hidup di dalam benteng kita"Hong Mong Ling sengaja memperlihatkan perasaan bingungnya, tanyanya.   "Bagaimana aku bisa menyakiti hatinya sehingga memaksa dia meninggalkan benteng kita ini?"   "Kamu orang jangan terlalu pandang rendah aku, aku juga bukan seorang anak kecil berusia tiga tahun, tadi pagi dengan sengaja kau berikan sebilah pedang yang supah putus kepadanya, aku melihat hal ini dengan sangat jelas sekali"   Air muka dari Hong Mong Ling sekali lagi berubah menjadi merah padam ujarnya.   "In-moay makin bicara kau makin tidak karuan, pedang itu diputuskan oleh Ki suko bagaimana bisa dihubungkan dengan aku?"   "Hmm..kau lihat ajahku sangat pandang dia sehingga dalam hati merasa tidak puas, tentang hal ini aku sendiri juga paham maka aku mau memaafkan dirimu, tetapi bilamana kau mendesak terus janagn salahkan aku kalau tidak mau perduli kau lagi"   Hong Mong Ling melihat Wi Lian Ini dibuat marah olehnya segera ujarnya dengan gugup.   "Kau anggap pedang itu aku yang patahkan terlebih dahulu?"   "Apa bukan begitu?"   Sengaja Hong Mong Ling memeprlihatkan perasaan tidak puasnya, ujarnya lagi.   "Coba kau pikirkan, aku juga tidak punya kepandaian untuk menduga hal-hal yang akan datang bagaimana bisa tahu kalau ajahmu akan pinyam pedang dariku untuk dia gunakan? Dan dengan sengaja aku rusak pedangnya terlebih dahulu?"   "Hemmm..sejak sebelumnya kamu sudah menduga kalau ajahku tentu akan pinyam pedang darimu""Heei.."   Ujar Hong Mong Ling sambil menghela napas panjang.   "Kalau kamu berpikir begitu aku juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi"   Agaknya Wi Lian In sedikit menjadi gusar karena sikapnya yang ketus itu, sambil memandang tajam kearah wajahnya katanya lagi.   "Jika didengar omonganmu, agaknya kamu tidak puas dengan aku?"   "Aku tidak punya perasaan begitu, aku hanya takut kamu salah paham terhadap omonganmu"   Wi Lian In segera tertawa dingin, ujarnya.   "Omong yang sejujurnya urusan pagi ini sekali pun ajahku juga dapat melihat dengan jelas, sebetulnya dia punya niat untuk maki kamu hanya karena permintaanku untuk memaafkan kesalahanmu ini sehingga dia tidak jadi, hemmm kini jika kamu masih begitu"   Mendadak suatu jeritan ngeri yang sangat aneh sekali berkumandang ditengah lapangan dengan kerasnya memotong pembicaraan selanjutnya dari Wi Lian Ini itu.   Si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan sudah dikalahkan? Pada saat pertempurannya dengan Ti Then mencapai pada jurus yang kesembilan puluh mendadak dia bersuit keras tubuhnya dengan cepat mengundurkan diri beberpa kaki jauhnya dari tempat semula kemudian disusul dengan putar tubuh ujung kakinya menutul permukaan tanah dan melayang pergi dari situ, terlihatlah bagaikan segulung asap hitam dengan kecepatan yang luar biasa dia melarikan diri keluar dari Benteng Pek Kiam Po.   Di dalam sekejap mata saja dia sudah melenyapkan dirinya tanpa bekas.   Seluruh pendekar pedang yang ada ditengah kalangan itu dibuat tertegun oleh kejadian ini, mereka semua tahu kalau Cian Pit Yuan dudah dikalahkan tetapi tidak paham dengan cara bagaimana dia bisa menderita kekalahannya itu.   Jilid 5.2.   Kecurigaan Wi Lian In Pedang panjang dari Ti Then ditunjukkan ke bawah, sesudah berdiri termenung beberapa waktu lamanya barulah dengan menggunakan ujung pedangnya menusuk sebuah telinga yang penuh dibasahi oleh darah segar.   Ternyata dia memapas juga telinga sebelah kiri dari Cian Pit Yuan.   Seluruh pendekar pedang yang hadir di sana sesudah melihat hal itu barulah meletus sorak sorai yang sangat keras, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang meloncat-loncat dan menari saking girangnya.   Kepandaian silat dari Ti Then membuat mereka menjadi mabok, membuat mereka menjadi terpesona dan kagum.   Ditengah suara sorak sorai serta teriakan memuji itulah dengan setengah berbisik ujar Huang Puh Kian Pek kepada diri Wi Ci To.   "Jika melihat keadaan ini agaknya dugaan kita sama sekali meleset"   "Siapa bilang tidak, sejak sekarang juga kita tidak boleh bertindak gegabah sehingga membuat dia merasa curiga terhadap kita"   "Tidak"   Ujar Huang Puh Kian Pek.   "Dengan pedangnya dia melukai Cian Pit Yuan hal ini hanya bisa membuktikan kalau dia bukan murid dari Cian Pit Yuan, sedangkan mengenai dia musuh dari Benteng kami ataukah kawan dari Benteng kami kita masih membutuhkan waktu untuk membuktikannya."   Wi Ci To yang mendengar perkataan itu dalam hatinya merasa sedikit tidak puas, ujarnya.   "Bilamana di dalam hatinya punya niat busuk terhadap Benteng kita, dengan mengandalkan kepandaian silat yang dimilikinya sekarang ini kenapa dia harus berbuat demikian, dengan terang- terangan bukankah masih sanggup?"   Dia berhenti sejenak kemudian sambungnya lagi:"Sekarang persoalan yang terpenting adalah dengan cara bagaimana membuat dia mau tinggal di dalam Benteng kita ini untuk selamanya"   "He he he he"   Sahut Huang Puh Kian Pek sambil tertawa ringan.   "Siauwte punya satu siasat yang bagus yang akan memaksa dia berdiam di benteng kita untuk selamanya, hanya mungkin suheng tidak akan menjetujuinya"   Wi Ci To segera memandang tajam wajahnya, lewat beberapa saat kemudian barulah sahutnya.   "Coba kau utarakan"   "Ha ha haha..jodohkan saja In-ji kepadanya!"   Sahut Huan Puh Kian Pek dengan nada setengah gujon. Wi Ci To menjadi tertegun, kemudian termangu-mangu lama kemudian barulah ujarnya sambil tertawa paksa.   "Sute, kamu sedang omong gujon? Ie-suheng mu sudah menjodohkan In-ji kepada Hong Mong Ling bagaimana kini bisa membatalkan perjodohan itu untuk berbalik dijodohkan kepadanya?"   Sambil berkata dengan langkah yang lebar dia berjalan menuju kearah Ti Then yang saat ini sedang dike pung oleh pendekar pedang ditengah-tengah kalangan.   "Malam ini dengan keadaan mabok Ti-Kiauwtauw berhasil memukul rubuh pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan, jika berita ini sampai tersiar di dalam dunia kangouw agaknya tidak akan ada orang yang mau percaya"   "Boanpwe tidak sanggup menawan dia sebenarnya dalam hati sedang merasa kecewa"   Ujar Ti Then sambil tersenjum.   "Ha ha ha ha..hanya ini saja sudah sangat cukup, waktu itu sesudah lohu melukai satu telinganya membuat dia harus bersembunyi ditengah gunung selama dua puluh tahu lamanya tanpa berani bertemu dengan seorang manusia pun ini malam Ti Kiauwtauw berhasil melukai telinga lainnya mungkin selama hidupnya ini tidak punya muka untuk berkelana di dalam Bu-lim lagi""Heei.."   Ujar Ti Then sambil menghela napas.   "Jika dia tidak bunuh seorang saudara kita terlebih dahulu, boanpwe juga tidak punya niat untuk melukai dia"   Berbicara sampai di sini segera tanyanya lagi.   "Bagaimana dengan luka dari Shia toako?"   "Heei..luka dalamnya agak parah tetapi tidak ada bahaja terhadap nyawanya, Lohu sudah kirim orang menghantar dia pulang kekamar untuk berobat"   "Mari pergi. Kita lihat-lihat bagaimana keadaan lukanya"   Kata Ti Then.   Hari kedua karena pertempurannya melawan Cian Pit Yuan membuat luka di pinggang Ti The kambuh kembali, sehingga dia tidak pergi ke lapangan latihan silat untuk memberi pelajaran silat kepada ke sepuluh orang pendekar pedang merah itu, dengan langkah yang perlahan menuju kamar Shia Pek Tha untuk menjenguk keadaan lukanya kemudian kembali kekamar untuk beristirahat.   Siang harinya, terlihatlah Hong Mong Ling menuju kekamarnya untuk menjenguk keadaan luka dari Ti Then, ujarnya.   "Ti Kiauwtauw, bagaimana dengan luka di pinggangmu? Baikan bukan?"   "Oooh..terima kasih atas perhatianmu, sedikit baikan"   "Siauwte menerima perintah dari suhu untuk datang menemani Ti Kiauwtauw bilamana Ti Kiauwtauw punya niat berpesiar ke atas gunung siauwte akan bertindak sebagai petunjuk jalan"   "Heei"   Ujar Ti Then.   "Luka di pinggang siauwte masih belum sembuh, untuk berpesiar ke puncak Selaksa Budha atau puncak emas rasanya tidak begitu leluasa biarlah lain hari saja"   "Tapi di atas gunung ada sebuah tempat yang mem punyai pemandangan alam yang sangat indah sekali bahkan tidak perlumengeluarkan tenaga untuk mendakinya, lebih baik kita pesiar ke sana saja"   "Ooh melihat pemandangan desa?"   Tanya Ti Then lagi.   "Tidak, sumber air sembilan naga"   Ti Then berpikir sebentar kemudian barulah sahutnya sambil mengangguk.   "Baiklah, biar bagaimana pun kita juga sedang nganggur, jauh lebih baik untuk jalan-jalan"   Sehingga kedua orang itu sesudah membereskan pakaiannya dan meminta ijin dari Wi Ci To segera bersama-sama keluar dari dalam Benteng Pek Kiam Po itu.   Gunung Go bi san ini merupakan pusat agama Budha yang umum sehingga kuil-kuil yang didirikan di atas gunung sangat banyak jumlahnya, kedua orang itu sesudah melewati kuil Lian Hoa Si, Hoa Jen Si, Tiang Lo Ji Koan Sim Si dan terakhir sampailah pada kuil yang terbesar jaitu Ban Nian Si.   Kuil selaksa tahun ini didirikan pada jaman Kim.   Hwesio Tong Hwi Tong pernah bertapa ditempat ini juga, ruangan di dalam kuil boleh dikata dibagi menjadi tujuh ruangan besar misalnya Loteng Thay Oh Lu, ruangan Kun Lo Tien, ruangan Khiet Hud Tien, ruangan Thian Ong Cee, ruangan Kim Kong Tien, ruangan Thay Auh Tien serta yang terakhir Coan Tien.   Bangunan dari ruangan Coan Tien itu sangat aneh sekali, bagian atas dari bangunan itu berbentuk persegi panjang sedang bagian bawahnya berbentuk bulat sehingga bentuknya mirip dengan paku terbalik seluruh bangunan terbuat dari bata merah tanpa menggunakan sebuah tiang pun, bagian depan mau pun bagian belakang terdapat pintu yang tingginya kurang lebih tiga kaki hingga mirip dengan pintu kota, di dalam ruangan terletakkan patung- patung Budha yang terbuat dari tembaga setinggi satu kaki lebih lima enam lebarnya tujuh depa, keadaannya sangat angker dangagah bahkan bentuk ukirannya pun sangat indah membuat setiap orang yang melihat tidak tertahan pada menghela napas panjang.   Ti Then sesudah melihat-lihat kuil itu dan minum the di dalam kuil barulah bersama-sama Hong Mong Ling keluar dari kuil untuk meneruskan perjalanan ke depan.   Sesudah melewati kuil Hay Hwe Si, Ie Ong Si, Khie Lok Si, Kiam Liong Si, Be Sian Kang serta jembatan Cing Hong Beng Gwat Ciauw sampailah mereka di selat Liong Bun.   Di samping sebuah telaga terdapatlah suatu tebing yang terjal, air bening dengan derasnya memancar keluar dari bagian di atas menrjang ke bawah sehingga terbentuklah sebuah air terjun yang sangat indah sekali, di samping air terjun berdirilah berpuluh-puluh gua kecil yang mirip sekali dengan gua naga, air yang terjun dari atas dengan mengeluarkan suara yang gemuruh memancarkan percikan air keempat penjuru, inilah yang disebut sebagai sumber air Kiu Liong dan merupakan satu pemandangan aneh yang terdapat di atas gunung Go bi san ini.   Ti Then yang melihat pemandangan di tempat itu tidak terasa hatinya menjadi mabok dan terpesona oleh keindahan tempat tersebut, tidak terasa pujinya.   "Orang-orang bilang selat serta sumber air yang paling bagus dan paling aneh diseluruh dunia boleh dikata Liong Bun di atas gunung Go-bi san ini merupakan yang pertama, ternyata berita itu sedikit pun tidak salah, pemandangan di situ sungguh indah sekali"   Hong Mong Ling yang dalam benaknya sedang memikirkan urusan lain saat ini hanya berdiam diri saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ti Then yang melihat Hong Mong Ling lama sekali tidak menyawab segera ujarnya sambil tertawa.   "Hong heng, kamu bilang betul tidak?"   "Ooo..benar ..benar"   Sahut Hong Mong Ling dengan gugup.   "Ti Kiauwtauw bilang..bilang..""Ha..ha..haaaku bilang pemandangan dari sumebr air Liong Bun ini sungguh indah sekali"   "Benar.benar.."   Sahut Hong Mong Ling termenung sambil mengangguk. Melihat sikapnya yang gugup sinar mata Ti Then segera memandang kearahnya dengan sangat tajam, tanyanya.   "Hong heng kamu sedang pikirkan apa?"   Hong Mong Ling termenung sebentar kemudian barulah sahutnya dengan perlahan.   "Aku sedang pikirkan urusan malam itu"   "Urusan kemarin malam?"   "Bukan, urusan pada malam yang lalu"   Sengaja Ti Then memperlihatkan sikapnya yang bingung dan tidak paham terhadap perkataan ini, tanyanya lagi.   "Kenapa dengan malam yang lalu?"   Hong Mong Ling memandang sekejap kearahnya kemudian memandang lagi kearah percikan air terjun itu, ujarnya.   "Malam yang lalu bilamana siauwte tahu kalau Lu Kongcu itu adalah si pendekar baju hitam Ti Then yang punya nama sangat terkenal di dalam Bu-lim sudah tentu tidak mungkin akan terjadi urusan yang sangat tidak menjenangkan itu"   Dalam hati diam-diam Ti Then merasa sangat geli, tetapi pada air mukanya sengaja memperlihatkan perasaannya yang sedang tertegun, tanyanya.   "Hong-heng kamu sedang bicara apa?"   Hong Mong Ling menjadi sedikit gemas, sambil pukul batok kepalanya sendiri ujarnya.   "Sudahlah, Ti Kiauwtauw-ku yang baik, siauwte sejak dulu sudah mengenal kau adalah Lu Kongcu itu""Aku tidak mengerti kau sedang bicara apa?"   "Yang tidak mengerti seharusnya adalah aku"   Ujar Hong Mong Ling sambil tertawa pahit.   "Malam itu dengan gaja seorang kongcu kaja yang suka pelesiran kau pergi ke sarang pelacur Toau Hoa Yuan mencari Liuw Su Cen karena waktu itu siauwte tidak tahu kalau kau adalah si pendekar baju hitam Ti Then, begitu dengar perkataanmu yang sombong membuat perasaan gusar dalam hatiku bergolak sehingga terjadilah bentrokan dengan kau, tetapikalau memangnya di sarang pelacur Touw Hoa Yuan kau sudah menang kenapa sampai sekarang kau masih begitu tidak puas terhadap aku?"   "Hong-heng"   Ujar Ti Then sambil tersenjum.   "Sebetulnya kau sedang bicarakan apa?"   "Ti Kiauwtauw tidak perlu pura-pura bodoh, di sini tidak ada orang lebih baik kita bicara dengan blak-blakan saja"   "Hong-heng sudah salah mengenal orang, siauwte pada malam yang lalu tidak pernah pergi ke sarang pelacur Touw Hoa Yuan"   "Hemm..hemm.."   Hong Mong Ling tertawa dingin tak henti- hentinya, ujarnya.   "Siauwte tidak akan membocorkan rahasia dari Ti Kiauwtauw, kau legakan hati saja sekarang siauwte hanya ingin mengetahui tujuan yang sebenarnya dari Ti Kiauwtauw"   "Heeeii Hong-heng"   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Seru Ti Then sambil mengerutkan alisnya rapat-rapat, sedang air mukanya mulai kelihatan berubah.   "Semakin bicara semakin tidak karuan, sebenarnya sudah terjadi urusan apa? Bagaimana jika Hong-heng ceritakan dengan jelas urusan yang sebenarnya mungkin siauwte akan bantu pikirkan"   Dengan pandangan yang gusar Hong Mong Ling memandang beberapa saat lamanya kearahnya, kemudian ujarnya dengan marah.   "Baiklah kau tidak mau bicara juga tidak mengapa, aku yang akan bicara. Karena kau tahu aku sering pergi cari Liuw Su Cenuntuk bersenang-senang dan tahu juga kalau aku sudah dijodohkan dengan nona Wi maka sengaja kau menanti di sarang pelacur Touw Hoa Yuan untuk mencari setori dengan aku kemudian membawa aku bersama Cang Bun Paiuw kembali ke Benteng. Hemmm dalam anggapanmu dengan mencekal titik kelemahanku ini hendak berusaha mencapai tujuan dari siasat licinmu, bukan begitu?"   Air muka dari Ti Then segera berubah menjadi sangat keren, ujarnya sambil bangkit berdiri.   "Jalan, kita kembali ke dalam Benteng Pek Kiam Po"   "Mau apa?"   Tanya Hong Mong Ling berubah air mukanya.   "Laporkan seluruh kejadian ini kepada suhumu agar dia yang pergi melakukan penjelidikan yang teliti, mari kita buktikan bersama, Lu Kongcu yang kau temui di dalam sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu benar-benar tidak aku yang berbuat"   Seperti ajam jago yang kalah bertempur, dengan lemasnya Hong Mong Ling menundukkan kepalanya rendah-rendah, ujarnya kemudian.   "Dengan jelas kamu tahu kalau aku tidak akan berani menceritakan keadaan yang sesungguhnya, buat apa kamu mau menggunakan cara ini?"   "Hmm kau takut sesudah menceritakan kejadian ini lalu nona Wi tidak mau dikawinkan dengan kau?"   Hong Mong Ling mengangguk dengan perlahan. Ti Then tertawa dingin lagi, ujarnya.   "Tetapi kau sudah menganggap siauwte adalah Lu Kongcu itu, urusan ini harus dilaporkan kepada suhumu agar urusan bisa menjadi jelas kembali" +++oo+++ Hong Mong Ling yang dikata begitu menjadi lemas, ujarnya sambil menundukkan kepalanya rendah-rendah:"Ini hari siauwte mengajak kau kemari semuanya bertujuan untuk membicarakan urusan ini, aku ingin kau melepaskan aku kali ini saja, kini kalau memangnya kau tidak mau mengakui makamaka..jaah..sudahlah!"   "Tidak bisa, urusan ini harus diselidiki sampai jelas"   Hong Mong Ling menjadi semakin gugup, ujarnya.   "Buat apa? Bilamana urusan ini sampai tersiar luas sekali pun nama dan kedudukanku akan hancur akan tetapi kau sendiri juga sama sekali tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa, bukan begitu?"   "Aku tidak takut"   Sahut Ti Then tegas.   "Sebetulnya aku memangnya tidak punya niat untuk tetap tinggal di dalam Benteng Pek Kiam Po kalian, apalagi aku sendiri juga bukanlah Lu Kongcu yang kau maksudkan tadi, bilamana urusan ini sampai tersiar luas malah membuat namaku pun menjadi bersih"   Berbicara sampai di sini, segera ujarnya lagi tegas.   "Ajoh jalan, kita pulang"   Air muka dari Hong Mong Ling berubah menjadi pucat pasi bagaikan majat, sahutnya kemudian dengan gugup.   "Baik..baik..sudahlah..biarlah anggap siauwte sudah salah menduga orang lain, di sini siauwte minta maaf terlebih dulu bagaimana? Mau bukan?"   "Hmm.."   Dengus Ti Then dengan sangat dingin.   "Aku mewakili nona Wi merasa kecewa, tidak disangka kau Hong Mong Ling ternyata seorang macam begitu"   Wajah Hong Mong Ling segera berubah menjadi merah padam bagaikan kepiting rebus, sahutnya.   "Siauwte pergi ke sarang pelacur Touw Hoa Yuan cari hiburan, sebetulnya hanya iseng saja, padahal di dalam hati siauwte hanya terpikir Wi Lian In seorang saja""Liuw Su Cen itu apakah pelacur dari Touw Hoa Yuan?"   Potong Ti Then.   "Benar"   "Aku lihat wajah dari nona Wi sangat cantik bagaikan sekuntum bunga yang baru saja mekar, kalau kau sudah miliki dia buat apa pergi luaran cari kesenangan lagi sehingga menjadi seorang calon suami yang busuk?"   "Heei.."   Ujar Hong Mong Ling sambil menghela napas.   "Tadi siauwte sudah bilang kesemuanya ini hanya karena iseng saja"   "Hemm..cari kesenangan bersama dengan Cang Bun Piauw seorang ahli di dalam main judi, minum, pelesiran serta mengganggu ketentraman rakjat jelata"   "Persahabatan siauwte dengan Cang Bun Piauw boleh dikata tidak terlalu rapat, kemarin malam ketika dia melihat siauwte minum arak seorang diri di atas loteng kedai arak maka dia datang mendekat untuk berkenalan dengan siauwte kemudia memaksa siauwte untuk temani dia pergi kesarang pelacur Touw Hoa Yuan untuk cari kesenangan, padahal..padahal di sana paling banyak siauwte juga minum arak sajatidak akan berbuat lebih jauh dari itu"   "Akhirnya di dalam sarang pelacur Touw Hoa Yuan kalian bertemu dengan Lu Kongcu itu?"   Potong Ti Then dengan cepat.   "Benar"   "Dia sedang ditemani Liuw Su Cen minum arak cari kesenangan?"   "Benar"   "Lalu kalian juga akan mengundang Liuw Su Cen., Lu kongcu itu tidak mau melepaskan sehingga dengan demikian kedua belah pihak terjadi ribut-ribut diakhiri dengan suatu pertempuran?"   "Hmmm"   "Macam apa Lu kongcu itu?""Dia menyebutkan diri sebagai putra dari Menteri Negara Lu Ko Sian dan merupakan seorang pemuda suka pelesiran yang sangat terkenal sekali di ibu kota, wajahnya mirip sekali dengan kau bahkan boleh dikata pinang dibelah dua"   "Hoo, bisa ada urusan inilalu bagaimana?"   Tanya Ti Then dengan sedikit terkejut.   "Dia tidak mau melepaskan Liuw Su Cen untuk keluar menyambut kedatangan kami bahkan mengoceh dan mencemooh aku dari dalam kamar membuat kemarahan siauwte memuncak, saat itulah segera siauwte terjang ke dalam kamar untuk beri hajaran kepadanya, siapa tahu"   "Dia juga bisa ilmu silat?"   "Benar"   Sahut Hong Mong Ling.   "Karena siauwte tidak tahu kalau dia juga seorang berilmu maka di dalam keadaan yang tidak memandang sebelah mata kepada pihak musuh leherku terhajar satu kali oleh kepalannya.."   "Kalau didengar kisahmu sekarang ini maka ceritamu ketika di hadapan Pocu yang mengatakan sudah bertemu dengan seorang berkerudung ditengah jalan merupakan cerita yang bohong belaka?"   "Heeii..siauwte terpaksa harus berbuat demikian"   Sahut Hong Mong Ling sambil menghela napas panjang.   "Karena bilamana suhuku dan nona Wi tahu kalau siauwte pergi ketempat pelacuran untuk cari kesenangan maka di dalam keadaan gusar mungkin sekali segera membatalkan ikatan perkawinan kami"   "Ehmmm..tadi kau bilang Lu kongcu itu mirip dengan aku, coba kamu bilang apanya yang mirip?"   "Semuanya mirip"   "Ha ha sungguh menarik sekali"   Sahut Ti Then sambil bertepuk tangan.   "Di dalam dunia ini ternyata ada orang yang mem punyai wajah mirip denganku bahkan bisa ilmu silat juga""Heeei..waktu itu walau pun siauwte tidak menduga kalau dia bisa ilmu silat tetapi gerakan tangan siauwte saat itu tidak perlahan, bilamana bukannya lkepandaian silat yang dimilikinya jauh melebihi siauwte tidak mungkin bisa memukul rubuh siauwte hanya di dalam satu gebrakan saja"   "Karena itu lalu kau anggap dia adalah aku yang berbuat?"   Sambung Ti Then sambil tertawa.   "Benar, tetapi sekarangsekarang siauwte tahu kalau dugaanku itu salah"   "Oooh jaah?"   Ujar Ti Then lagi.   "Kemarin malam secara diam- diam kau rusak pedangmu kemudian memerintahkan Ki Tong Hong untuk bergebrak lawan aku kamu orang punya rencana untuk bunuh aku jaah?"   "Tidak, tidak !"   "Heemmmsungguh tidak?"   "Benar..memang demikian"   Sahut Hong Mong Ling dengan wajah yang merah padam.   "Siauwte mana berani memerintahlkan Ki Tong Hong untuk bunuh kau, siauuwte hanya mengharapkan dia bisa melukai kau sehingga dengan begitu kamu tidak punya muka lagi untuk menyabat kedudukan sebagai Kiauwtauw benteng Pek Kiam Po kami"   "Aku lihat urusan ini terpaksa harus dilaporkan kepada suhumu agar dia orang tua bisa mengirim orang untuk menjelidiki asal usul yang sebenarnya dari Lu kongcu itu"   "Janganjangan.."   Ujar Hong Mong Ling gugup.   "Bila bertindak demikian maka urusan siauwte di dalam sarang pelacur Toau Hoa Yuan menjadi diketahui juga oleh mereka, Ti-kiauwtauw, tolonglah.."   "Heemm..tidak bisa"   Ujar Ti Then dengan wajah yang sengaja diperlihatkan keren.   "Sekarang dikarenakan urusan ini menyangkut dirimu sangat hebat maka kau bilang tidak akan mencurigai diriku, begitu kau sudah berhasil kawin dengan nona Wi saat itu kau bisabicara sembarangan lagi, karena itu aku anggap lebih baik sekarang juga kita bikin jelas urusan ini"   "Ti-kiauwtauw harap berlegakan hatimu, yang siauwte takutkan adalah tidak bisa menikah dengan nona Wi, sesudah kita kawin maka tidak ada urusan lainnya lagi yang penting bagi diriku"   "Heehkalau begitu kau harus angkat sumpah, kalau tidak aku tidak akan lega hati"   "Baiklah"   Sahut Hong Mong Ling sungguh-sungguh.   "Thian Ong berada di atas aku Hong Mong Ling sejak hari ini bilamana berani menunjuk Ti-kiauwtauw sebagai Lu kongcu, maka aku akan mendapatkan kematian tanpa tempat kubur yang baik"   Ti Then yang melihat dia berlutut di atas tanah dan mengangkat sumpah dengan sikap yang betul-betul serius dalam hatinya segera merasa memandang rendah terhadap sikapnya, pikirnya dalam hati.   "Hemmm bangsat cilik ini hanya bagus diluar jelek di dalam, sudah licik banyak akal tidak bersemangat lagi, tidak aneh kalau Wi Ci To merasa menjesal putrinya dijodohkan kepadanya. Hong Mong Ling sehabis angkat sumpah segera bangkit berdiri dari atas tanah, saat itulah mendadak seperti sudah menemukan sesuatu air mukanya berubah sangat hebat, serunya.   "Celaka!"   "Kenapa?"   Tanya Ti Then dengan tertegun. Sambil menunjuk kearah sebuah hutan rima ditempat kejauhan ujarnya dengan gemetar.   "Akuaku melihat sesosok bajangan manusia berkelebat..berkelebat diantara hutan itu"   Dengan cepat Ti Then menoleh kearah hutan itu, tanyanya.   "Sudah melihat jelas siapa orang itu?"   "Mirip sekali dengan sumoayku""Aaah tidak mungkin"   Sahut Ti Then sambil gelengkan kepalanya keras-keras.   "Bagaimana dia bisa sampai di sini juga?"   "Mungkin dia menguntit kita kemari?"   Ti Then menjadi tersenjum, ujarnya: "Bilamana dia ingin ikut kemari buat apa harus menguntit secara diam-diam?"   Sambil mengusap kering keringat yang mengucur keluar membasahi keningnya ujar Hong Mong Ling lagi.   "Ti-Kiauwtauw kau tidak tahu, pada saat kejadian terputusnya pedang kemarin pagi dia juga dapat mengetahui kalau kejadian itu merupakan perbuatan siauwte sebelumnya, pada kemarin malam sesaat Ti Kiauwtauw bertempur melawan Cian Pit Yuan dengan meminyam kesempatan ini dia memaki diri siauwte, ini hari siauwte mengundang Ti-Kiauwtauw naik gunung untuk pesiar sudah tentu dia merasa curiga kalau siauwte akan berbuat tidak senonoh terhadap diri Ti-Kiauwtauw sehingga sengaja menguntit kemari"   "Kemungkinan juga orang itu bukan dia, buat apa kamu begitu terkejut dan cemasnya?"   "Heei..siauwte ingat sekali malam itu dia memakai pakaian berwarna merah, sedang bajangan tadi pun agaknya memakai pakaian berwarna merah juga"   "Sekali pun orang itu adalah dia, tetapi kau sama sekali tidak berbuat senonoh kepadaku buat apa takut?"   Hong Mong Ling tertawa pahit, sahutnya.   "Siauwte takut dia mendengar seluruh perkataan yang kita ucapkan tadi"   "Kemungkinan ini sangat tipis, jaraknya dari sini ke sana sangat jauh sekali, dia tidak mungkin bisa dengar jelas"Keadaan dari Hong Mong Ling saat itu mirip sekali dengan semut yang kepanasan, dengan cepat sekali dia berjalan pulang pergi ujarnya kemudian.   "Tidak bisatidak bisa jadi..pikirannya sangat tajam dan cerdik, asallkan dia bisa dengar sedikit saja maka segera dia akan bisa menduga delapan sembilan bagian. Heeeii..heei..Bagaimana sekarang enaknya?"   Ti Then memandang sekejap ke sekeliling tempat itu kemudian barulah ujarnya dengan nada yang rendah.   "Aku akan ajari kamu satu cara, nanti sesudah kita pulang ke dalam Benteng segera kau pergi jenguk dia, bilamana melihat sikapnya sedikit tidak beres maka terbukti kalau orang itu adalah dia, saat itu dengan cepat kau pergi menemui suhumu dan berlutut di hadapannya untuk mengakui seluruh perbuatanmu itu, saat itu kau minta maaf dan am pun, dengan sifat yang peramah dari suhumu dan melihat kejujuranmu mungkin dia akan memaafkan dirimu asalkan dia mengam puni kamu dipihak sumoaymu dengan sendirinya tidak ada kesukaran lagi"   Pemikirannya ini sama sekali tidak mengandung siasat licik lainnya, sebaliknya merupakan pemikiran yang sungguh-sungguh keluar dari dasar lubuk hatinya untuk membebaskan kesukaran dari Hong Mong Ling, saat ini juga dia tetap tidak ingin merusak perhubungan cinta dari orang lain, dia hanya mengharapkan agar Majikan patung emas melihat kegiatan dan usahanya yang mati- matian tetapi sama sekali tidak mengharapkan bisa menjelesaikan tugas ini dengan sempurna.   Hong Mong Ling ketika merasakan cara ini sangat beralasan barulah sahutnya dengan cepat.   "Bagus sekali, mari kita cepat pulang"   Demikianlah mereka berdua dengan tergesa-gesa sekali berangkat kembali ke dalam Benteng Pek Kiam Po, sesudah sampai di dalam Benteng Ti Then masuk ke dalam kamarnya sendiri untukberistirahat sedang Hong Mong Ling langsung menuju keruangan dalam untuk menemui Wi Lian In di dalam kamarnya.   Sesudah berhasil dia menenangkan pikirannya barulah dengan tangan yang sedikit genetar mengetuk pintu kamar.   "Siapa?"   Terdengar suara seorang pelajan perempuan sedang bertanya.   "Cun Lan, aku.."   Dengan perlahan pintu kamar dibuka, seorang budak yang disebut sebagai Cun Lan itu berdiri di depan pintu sambil memberi hormat kepada Hong Mong Ling ujarnya.   "Oooooh kiranya Hong siangkong"   "Nona ada di dalam?"   Cun Lan segera menyahut ada, kemudia menoleh ke belakang dan teriaknya dengan keras.   "Nona, Hong siangkong datang"   "Silahkan dia masuk"   Suara Wi Lian In berkumandang keluar dari dalam kamarnya.   Dengan cepat Hong Mong Ling berjalan masuk ke dalam kamar dan menuju ke meja riasnya, terlihatlah saat itu Wi Lian In sedang menyisiri rambutnya yang panjang terurai itu, agaknya siap hendak pergi mandi, segera dia maju ke depan, ujarnya sambil tersenjum.   "In-moay kamu mau pergi mandi?"   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Benar, ada urusan apa?"   Ketika Hong Mong Ling melihat wajahnya tetap ramah dalam hati segera merasa lega, sahutnya.   "Tidak ada apa-apa, hanya ingin datang lihat-lihat kau.."   Dengan perlahan Wi Lian In putar tubuhnya sambil tersenjum tanyanya:"Aku dengar ini hari kau menemani Ti-kiauwtauw pergi pesiar ke atas gunung?"   "Benar, aku membawa dia pergi lihat sumber air Kiu Liong"   "Air yang diterjunkan dari Kiu Liong ini hari merupakan air yang manis atau air yang pahit?"   Dalam hati Hong Mong Ling merasa bergetar, sambil tertawa malu sahutnya.   "In-moay jangan bergurau, air yang diterjunkan di Kiu Liong bukan air yang manis juga bukan air pahit"   Wi Lian In tertawa cekikikan, tanyanya lagi.   "Kamu bisa bicara baik-baikan dengan Ti-kiauwtauw?"   "Biasa"   Sahut Hong Mong Ling sambil menangguk.   "Makin lama kakakmu yang bodoh ini semakin merasa orangnya tidak jelek, kepandaian silat yang dimiliki pun sangat tinggi tetapi jadi orang tidak sombong, dia merupakan seprang sahabat yang patut kita rapati"   "Ehmmm..kau bisa berubah sikap terhadap dirinya aku merasa sangat girang sekali, sekarang kau boleh pergi aku mau pergi mandi"   Dengan sangat hormat sekali Hong Mong Ling menyahut dan mengundurkan diri dari dalam kamarnya, sedang dalam hati dia merasa sangat girang dan puas.   Sekali pun perkataan air pahit dari Wi Lian In itu membuat hatinya merasa sangat terkejut tetapi perkataan selanjutnya yang mesra dan penuh dihiasi dengan senjum manis itu membuat perasaan di dalam hatinya mulai lega sedang dugaan kalau bajangan yang dilihatnya di air terjun Kiu Liong adalah Wi Lian In pun mulai lenyap dari pikirannya.   Sehabis makan malam Wi Ci To, Huang Puh Kian Pek serta Ti Then sesudah berbicara dengan orang-orang beberapa saatlamanya mereka pada berpisah untuk beristirahat di dalam kamarnya masing-masing.   Sesudah lewat tengah malam dengan sangat perlahan-lahan dan gerak-gerik yang berhati-hati Wi Lian In kelihatan berjalan menuju ke kamar buku ajahnya kemudian mengetuk dengan perlahan.   Kiranya sejak ibu dari Wi Lian In meninggal beberapa tahun yang lalu selama ini Wi Ci To selalu berdiam seorang diri di dalam kamar buku itu.   Sesudah mengetuk beberapa saat lamanya terdengar dari dalam kamar buku itu berkumandang keluar suara dari Wi Ci To yang sedang bertanya.   "Siapa?"   "Aku, Tia"   "Oooh..In-ji"   Dengan cepat Wi Ci To bangun dari pembaringannya untuk berpakaian dan membuka pintu kamarnya.   "Tengah malam seperti ini kamu tidak pergi tidur, buat apa kemari?"   Dengan cepat Wi Lian In berkelebat masuk ke dalam kamarnya, kemudian barulah ujarnya dengan perlahan.   "Tia, mari kita pergi main-main ke kota Go-bi"   Wi Ci To begitu mendengar ajakan putrinya yang sangat aneh ini menjadi tertegun, ujarnya.   "Jangan gujon, pada saat seperti ini bagaimana bisa pergi ke kota Go-bi untuk main-main?"   "Putrimu ingin mencari seseorang di dalam kota"   "Cari siapa?"   Tanya Wi Ci To tercengang. Wi Lian In memperlihatkan senjumnya yang sangat misterius, sahutnya:"Sesudah sampai di dalam kota putrimu baru akan beritahu pada kau orang tua"   Dengan wajah yang penuh dibasahi oleh embun Wi Ci To melototkan matanya, ujarnya dengan agak keras.   "Tidak, sebetulnya kamu sedang berbuat permainan apa?"   Mendadak pada air muka Wi Lian In memperlihatkan perasaannya yang sedih dan menderita, sahutnya.   "Putrimu hendak ke dalam kota untuk menjelidiki suatu urusan, urusan ini mem punyai hubungan yang sangat erat dengan urusan putrimu untuk selama hidupnya"   Ketika Wi Ci To melihat dia berbicara dengan sangat serius sekali pada wajahnya semakin memperlihatkan perasaan terkejutnya, tanyanya dengan cepat.   "Sebetulnya sudah terjadi urusan apa?"   "Heei.."   Ujar Wi Lian In sambil tertawa pahit.   "Sebelum mendapatkan bukti yang nyata putrimu tidak ingin utarakan keluar"   Wi Ci To semakin mengerutkan alisnya kencang-kencang, ujarnya.   "Hemm ditengah malam buta mendadak kau ingin ajahmu menemani kau pergi ke dalam kota..kamu membuat ajahmu makin lama makin bingung"   "Sesudah sampai di dalam kota dan berhasil menemui orang itu, ajah tentu akan memahami urusan apa sebenarnya yang sudah terjadi"   "Besok pagi pergi bukankah sama saja?"   "Tidak bisa!"   Ujar Wi Lian In tegas.   "Harus malam ini juga pergi bahkan tidak diperbolehkan mengejutkan orang-orang kita sendiri"   Dengan tajam Wi Ci To memandang wajah putrinya, beberapa saat lamanya dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, agaknya dia sedang menduga perasaan hatinya."Tia"   Ujar Wi Lian In lagi memecahkan kesunyian itu.   "Bilamana Tia sajang pada putrimu, maka tia harus menjetujui untuk menemani putrimu"   "Baiklah, ajahmu akan temani kau pergi"   Sesudah berpakaian dan dandan sebentar barulah berjalan keluar dari kamar bukunya untuk kemudian keluar dalam Benteng bersama-sama Wi Lian In.   Ajah beranak berdua sudah tentu tahu dengan jelas di tempat mana di sekeliling benteng itu terdapat penjagaan malam.   Karena itulah dengan sangat mudah sekali mereka berhasil menghindarkan diri dari mereka, dengan tidak menimbulkan suara sedikit pun mereka sudaah berhasil meninggalkan benteng Pek Kiam Po untuk berangkat menuju ke kota Go-bi.   Pada saat kentongan kedua mereka ajah beranak berdua sudah sampai di kota Go-bi, sesudah melewati tembok kota yang tinggi sampailah mereka disebuah jalan raja yang sangat sunyi, kepada seorang penjual makanan maalam tanyanya.   "Toa siok ini tolong tanya rumah dari Cang Bun Piauw Cang Kongcu terletak di jalan sebelah mana?"   Penjual bakso itu segera menurunkan pikulannya, dengan air muka yang sangat terkejut dia memandang beberapa saat lamanya kearah Wi Ci To serta putrinya kemudian barulah tanyanya.   "Yang nona tanyakan apakah putra dari Cang Pek Li Cang Lo- ya?"   Wi Lian In sendiri juga tidak tahu ajah dari Cang Bun Piauw itu bernama Cang Pek Li atau Cang Pek To, balik tanyanya.   "Apakah putranya yang bernama si tikus rakus dari Go-bi Cang Bun Piauw?"   "Benar"   Sahut kakek itu sambil mengangguk.   "Memang benar dia, nona cari dia ada urusan apa?""Kami ajah beranak merupakan kawan dari seorang familinya, familinya itu mem punyai sebuah barang yang dititipkan kami untuk disampaikan kepadanya, sebetulnya kami ingin menanti sesudah terang tanah baru temui dia, tetapi karena kami juga punya urusan yang harus diselesaikan di luar kota maka terpaksa kami harus kerjakan sekarang juga"   "Tetapi pintu kota sudah tertutup, bagaimana kalian ajah beranak bisa keluar?"   Wi Lian In hanya tersebjum saja, tanyanya.   "Tolong beritahu tempat tinggal dari Cang kongcu sebetulnya berada dimana?"   Dengan perlahan kakek penjual bakso itu menunjuk ke satu jalan besar, sahutnya.   "Jalan dari tempat ini sesudah sampai di persimpangan belok ke sebelah kanan, kurang lebih berjalan seratus tindak terdapatlah sebuah bangunan besar dengan pintu besar bercat merah, pokoknya asalkan di samping rumahnya ada dua patung macan yang besar, itulah rumahnya"   Wi Lian In segera mengucapkan banyak terima kasih dengan menarik tangan ajahnya Wi Ci To untuk mereka segera berjalan menuju kejalan yang ditunjuk, sesudah berjalan kurang lebih berpuluh-puluh tindak dengan wajah yang penuh perasaan terkejut tanya Wi Ci To.   "Hey budak, orang yang hendak kau cari apakah Cang Bun Piauw itu?"   "Benar"   "Buat apa kamu cari dia?"   Tanya Wi Ci To dengan tercengang.   "Sesudah menawan dia tentu ajah akan segera paham"   Agaknya Wi Ci To menjadi sadar sebenarnya urusan apa yang sedang terjadi, ujarnya kemudian:"Ehmm..apa punya hubungannya dengan Hong Mong Ling ketika malam itu terpukul oleh seorang berkerudung?"   "Benar"   Sahut Wi Lian In.   "Putrimu menemukan kisah yang diceritakan suko waktu itu agaknya tidak mirip dengan kejadian yang sesungguhnya maka itu putrimu mau menangkap Cang Bun Piauw untuk kita tanyai dengan jelas"   "Ceritera dari Hong Mong Ling bagaimana bisa tidak sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya?"   Tanya Wi Ci To dengan nada terkejut.   "Tentang hal ini sesudah kita menanyai Cang Bun Piauw baru putrimu akan menceritakan dengan jelas kepada Tia"   Wi Ci To ajah beranak dengan mengikuti petunjuk dari kakek penjual bakso itu tidak lama kemudian sudah sampai di depan rumah dari Cang Bun Piauw..,sebuah bangunan dengan pintu besar berwarna merah serta dua buah patung macan yang terbuat dari batu.   Waktu menunjukkan kentongan ketiga tengah malam, di depan pintu besar tidak tampak sesosok bajangan manusia pun.   "Tia"   Ujar Wi Lian In dengan perlahan.   "Kau masuklah dan tawan dia keluar dari rumahnya"   Sudah tentu Wi Ci To sendiri tidak akan mengijinkan putrinya ditengah malam buta masuk ke dalam rumah orang lain hanya untuk menawan seorang lelaki segera mengangguk menyahut, tubuhnya dengan sangat ringan sekali melayang melewati tembok halaman dan berkelebat masuk ke dalam ruangan.   Dengan kepandaian dari Wi Ci To untuk menangkap seorang yang tidak memiliki kepandaian silat seperti Cang Bun Piauw ini sudah tentu bukan merupakan suatu urusan yang sangat sukar, tidak lebih selama seperminum the kemudian kelihatan dari atas tembok berkelebat sesosok bajangan manusia..Wi Ci To sudah berhasil menawan keluar Cang Bun Piauw dari dalam rumahnya.Agaknya jalan darah bisu dari Cang Bun Piauw sudah tertotok, sehingga sekali pun orangnya sudah sadar dari tidurnya tetapi tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.   -ooo0dw0ooo-   Jilid 6.1. Batalnya perjodohan Wi Lian In - Hong Mong Ling "Tia,"   Ujar Wi Lian In perlahan"   Kita cari satu tempat yang sunyi saja"   "Ehmmmbenar.."   Sahut Wi Ci To sambil mengangguk.   "Diujung jalan ini ada sebuah rumah gubuk yang tidak ditinggali lagi, kita ke sana saja"   Sehabis berkata, dengan mengapit tubuh Cang Bun Piauw dia berjalan terlebih dulu ke depan.   Dalam sekejap saja mereka sudah berada di dalam rumah gubuk itu, dengan perlahan Wi Ci To meletakkan tubuh Cang Bun Piauw di atas tanah, sedang Wi Lian In dengan cepat mencabut keluar pedang panjangnya yang dituding ke depan leher Cang Bun Piauw, dengan wajah yang dingin kaku ujarnya.   "Sesudah aku bebaskan jalan darah bisumu bilamana kamu orang berani teriak jangan salahkan pedangku akan menembus tenggorokanmu!"   Saking terperanyatnya air muka Cang Bun Piauw sudah berubah pucat pasi, matanya dikedip-kedipkan seolah-olah minta am pun tetapi seperti juga sudah menyerah kepada mereka.   Setelah itu barulah Wi Lian In bebaskan jalan darah bisunya, dengan menempelkan ujung pedang di atas leher ujarnya dengan dingin.   "Kamu boleh pilih mau mati atau hidup?""Mau hidup..mau hidup..Nona Wi, am punilah nyawaku..am puni hamba..hamba belum pernah menyalahkanmu!"   "Bilamana kamu ingin hidup, jawab seluruh pertanyaanku dengan sejujurnya?"   "Baik..baik..! silahkan nona Wi mulai bertanya, asal hambamu tahu tentu akan kuberi jawaban yang sesungguhnya, hanya hamba mohon nona Wi jangan membunuh aku"   "Baik, cepat ceriterakan satu kali lagi peristiwa malam itu!"   Cang Bun Piauw menelan ludah, dalam hati dia tahu kalau cerita karangan Hong Mong Ling malam itu sudah diketahui kebohongannya oleh nona ini, karena itulah sekarang dia tidak berani bohong lagi, ujarnya.   "Baikbeginibegini, maghrib itu Hong Mong Ling heng datang ke kota dan bertemu dengan hamba ditengah jalan, lalu dia mengundang hamba untuk minum arak dikedai arak sesudah dari sana dia mengundang lagi hamba pergi ke sarang pelacur Touw Hoa Yuan untuk mencari kesenangan dengan Liuw Su Cen, hamba tidak enak untuk menampik, terpaksa ikut dengan dia ke sana"   "Kalian sudah bersahabat berapa lama?"   Kata Wi Lian In.   "Kurang lebih dua tiga tahunan"   "Setiap kalian bertemu tentu pergi ke sarang pelacur Touw Hoa Yuan mencari Liuw Su Cen?"   "Be..benar.."   "Siapa yang mengajak untuk pertama kalinya?"   "Tentang hal ini.."   Sahut Cang Bun Piauw sambil melirik kekiri kanan.   "Tentang hal ini bukan dia yang mengajak aku, juga bukan aku yang mengajak dia, kita berkenalan di dalam sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu"   "Bagus, lanjutkan!"Cang Bun Piauw menghembuskan napas panjang, sesudah berhenti sebentar sambungnya lagi.   "Mong Ling heng hanya senang dengan Liuw Su Cen seorang, maka setiap kali hanya mengundang satu orang saja, malam itu kita pergi lagi kesarang pelacur Touw Hoa Yuan tetapi waktu itu Liuw Su Cen tidak keluar menyambut kita karena sedang menemani tamu lain. Mong Ling heng tidak bisa menahan sabar lagi maka diperintahnya Ku Ie untuk panggil dia keluar.."   "Siapa Ku Ie itu?"   "Germo dari sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu"   "Hemm..lalu Liuw Su Cen itu tidak keluar?"   "Benar !"   Sahut Cang Bun Piauw sambil menundukkan kepalanya rendah-rendah.   "Sebab itulah Mong Ling heng sudah menghamburkan banyak uang untuk tubuhnya itu"   "Hemm..lanjutkan!"   "Waktu itu hamba menasehati dia jangan berlalu gegabah, tamu dari nona Liuw itu tentu seorang yang punya nama terkenal sehingga dia tidak berani keluar menyambut kita, lebih baik lain kali saja datang lagi, tetapi Mong Ling heng tidak mau dengar perkataanku dan berjalan ke depan kamar nona Liuw itu untuk mencari tahu siapa tamunya, saat itulah dari dalam kamar terdengar suara pertanyaan dari tamu itu kepada Ku Ie.   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Siapa orang itu?"   Yang dijawab oleh Ku Ie.   "Seorang pendekar pedang dari benteng Pek Kiam Po yang bernama In Tiong Liong Hong Mong Ling."   Mendengar perkataan itu tamu tersebut tertawa dingin ujarnya .   "Hemmm..aku kira orang terkenal macam apa tidak tahunya seorang kuli silat kasaran."   Mendengar perkataan itu Mong Ling heng menjadi sangat gusar, sambil menerjang masuk ujarnya.   "Tidak salah, cayhe memang seorang kuli silat kasaran, tetapi kawan kamu harus tahu di dalam dunia ini hanya kuli silat kasaran yang bisa memaksa orang berlutut sambil menyumpahi bapak ibunya sendiri..""Siapa orang itu?"   "Eh..Nona Wi belum tahu siapa dia?"   "Cepat katakan !"   "Waktu itu.."   Sambung Cang Bun Piauw.   "Sesudah orang itu mendengar perkataan Mong Ling heng, balas mengejek juga.   "Cecunguk mana berani mengganggu kesenangan kongcu-mu, hemmm..agaknya sudah bosan hidup?"   Ku Ie menjadi gugup dia bilang sama Mong Ling heng kalau orang itu adalah putra dari menteri Lu Ko Sian, ketika Mong Ling heng dengar orang itu adalah kongcu suka pelesiran yang sangat terkenal hatinya semakin gemas lalu bentaknya kepada Lu kongcu itu untuk berlutut di hadapannya, Lu kongcu tidak gubris omongannya Mong Ling heng segera maju menyerang, siapa tahu Lu kongcu memiliki kepandaian silat yang sangat lihay, dia tetap duduk sebaliknya tangannya mencengkeram tangan kanan Mong Ling heng dan melempar tubuhnya hingga terjungkir balik, sesudah itu lehernya dihajar satu kali membuat Mong Ling heng dengan demikian jatuh tak sadarkan diri"   "Kemudian kamu juga dipukul rubuh oleh Lu kongcu itu? "Benar"   Sahutnya sambil menundukkan kepala.   "Ketika sadar kembali kami sudah berada di dalam benteng."   "Kalian curiga kalau Lu kongcu itu adalah pendekar baju hitam Ti Then yang menolong kalian kembali ke dalam Benteng malam itu? Kenapa?"   "Karena wajah dari pendekar baju hitam Ti Then mirip dengan Lu kongcu hanya saja pakaiannnya tidak sama"   "Hemm.."   Dengus Wi LIan In dengan dingin.   "Kenapa malam itu kalian bilang sudah bertemu dengan seorang berkerudung?"   "Iniini..sudah tentu dikarenakan Mong Ling heng takut nona tahu dia cari kesenangan di sarang pelacur Toauw Hoa Yuan"   Wi Lian In memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung, kepada ayahnya Wi Ci To, ujarnya:"Tia, mari kita pulang"   Sikap Wi Ci To kelihatan sedikit semangat, sinar matanya dengan tajam memperhatikan Cang Bun Piauw, kemudian tanyanya dengan keren.   "Kamu orang berani pastikan Lu kongcu itu adalah pendekar baju hitam Ti Then?"   Cang Bun Piauw ragu-ragu sejenak, tapi sahutnya juga.   "Wajahnya boleh dikata mirip sekali, hanya saja.yang satu memakai pakaian bagus sedang yang lain memakai pakaian yang compang-camping"   "Hemm..sekarang kamu boleh pulang"   Ujar Wi Ci To sesudah termenung sejenak.   "Tapi.. jangan sekali-kali menceritakan peristiwa malam ini kepada siapa pun, kalau tidakHmm jangan salahkan Lohu akan mencabut nyawa anyingmu"   Cang Bun Piauw menjadi sangat girang, sambil merangkak bangun sahutnya berkali-kali.   "Baik..baik..hamba akan berkata sedang punya urusan yang harus diurus, malam itu juga, tapi harap Pocu jangan membiarkan Mong Ling heng tahu kalau rahasia ini hamba yang bocorkan, kalau tidak..kalau tidak dia akan bunuh hamba"   "Pergi!"   Bentak Wi Lian In keras-keras.   Cang Bun Piauw tidak berani bicara lagi, dengan terbirit-birit dia melarikan diri dari dalam rumah itu.   Sesudah berdiam diri beberapa saat lamanya, tidak tertahan air matanya mengucur keluar dengan derasnya membasahi wajah Wi Lian In.   Pikiran Wi Ci To waktu itu juga sedang kacau, sesudah menghela napas panjang barulah ujarnya.   "Kamu keluar kota dulu, aku mau ke sarang pelacur Touw Hoa Yuan sebentar"Sehabis bicara tubuhnya berkelebat keluar dari rumah gubuk yang tidak ditinggalkan itu dan lenyap ditengah kegelapan. Sesudah Wi Ci To pergi, Wi Lian In pun keluar dari rumah gubuk dan berjalan keluar pintu kota, sesampainya di bawah tembok kota dengan satu kali lompatan dia berhasil keluar dari kota dan menanti di pinggiran jalan. Kurang lebih setengah jam kemudian barulah kelihatan Wi Ci To berlari mendatang. Dengan cepat Wi Lian In bangkit berdiri, tanyanya.   "Bagaimana?"   "Heeiii.."   Sahut Wi Ci To dengan wajah sangat serius.   "Keadaannya mirip sekali dengan apa yang diceritakan Cang Bun Piauw, hanya ada satu hal"   "Hanya ada satu hal tentang apa?"   Tanya Wi Lian In cepat.   "Menurut pengakuan dari Ku Ie serta pelayan sana, Lu kongcu sesudah memukul rubuh Mong Ling dan Cang Bun Piauw lalu perintah itu pelayan untuk sediakan kereta, dengan dihantar Lu kongcu sendiri dia membawa kedua orang itu keluar kota dan dibuang di samping jalan"   "Hal ini membuktikan Ti Kiauwtauw bukan Lu kongcu itu?"   "Benar!"   Sahut Wi Ci To sambil hela napas panjang dengan langkah perlahan dia berjalan bolak-balik di sana.   "Tetapi dapat juga diartikan sesudah Ti Then membuang mereka di pinggir kota lalu berganti pakaian, dengan gaya seorang miskin dia membawa mereka kembali ke dalam benteng"   "Tetapi dia punya tujuan apa dengan berbuat demikian?"   "Sudah tentu mem punyai niat jelek!"   "Tetapi.."   Ujar Wi Lian In lagi.   "Di dalam beberapa hari ini sikapnya tidak jelek, bahkan membantu Tia memukul mundur pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan..""Hemm..hemm.."   Ujar Wi Ci To sambil tertawa dingin.   "Seseorang dalam tindakannya untuk mencapai tujuan rencananya sudah tentu harus berusaha mendapatkan kepercayaan dulu dari orang lain"   "Tetapi kepandaian silatnya sangat tinggi, apabila punya maksud jelek terhadap Benteng kita seharusnya dengan terang-terangan turun tangan buat apa berbuat demikian"   "Itulah merupakan hal yang membingungkan ayahmu, dengan sifat serta tingkah lakunya yang sopan dan ramah ditambah dengan kepandaian silat yang berhasil dilatih saat ini tidak seharusnya menjadi seorang mata-mata yang berniat busuk.."   "Tia.."   Ujar Wi Lian In lagi dengan perlahan.   "Kemarin sore Mong Ling ajak dia bermain ke sumber air Sembilan naga, karena putrimu merasa Mong Ling pernah berbuat jahat terhadapnya, maka sengaja secara diam-diam menguntit akhirnya di sumber air sana aku berhasil mendengar perkataan mereka berdua"   "Mereka bicarakan soal apa?"   "Mong Ling di hadapannya menuding dia sebagai Lu kongcu dan Tanya apa maksud kedatangannya, tetapi dia seperti tidak paham persoalan apa yang sedang dibicarakan akhirnya Mong Ling menceritakan kembali peristiwa yang terjadi di sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu, begitu dengar persoalan ini dia mengusulkan untuk melaporkan urusan ini kepada Tia dan minta kirim orang untuk menyelidiki urusan ini, sebaliknya Mong Ling menjadi gugup dibuatnya dan mohon dia jangan membocorkan rahasia ini, semula dia tidak menyetujui sikapnya ini akhirnya sesudah Mong Ling bersumpah untuk tidak menuduh dia sebagai Lu kongcu lagi barulah dia menyanggupi untuk menyimpan rahasia ini"   "Telur busuk, anying busuk, sungguh tidak bersemangat anying itu!"   "Tia, aku tidak mau dijodohkan dengan dia, Tia, kamu tega melihat putrimu dikawinkan dengan seorang manusia rendah"   "Hei..tentang urusan ini biarlah ayahmu pikir-pikir dulu""Tapi Tia.."   Seru Wi Lian In setengah merandek.   "Apanya yang mau dipikirkan lagi?"   "Heii..bukannya begitu"   Sahut Wi Ci To dengan sedih.   "Banyak kawan-kawan kita sudah tahu kalau kamu telah dijodohkan dengan dia, kini mendadak membatalkan perkawinan ini, kiranya.."   "Aku tidak mau tahu aku tidak mau kawin dengan dia, sekali pun mati aku juga tidak mau dijodohkan dengan dia!"   "Baik..baiklah..di luaran dia mengadakan hubungan dengan manusia tidak genah ditambah lagi secara diam-diam mencari hiburan disarang pelacur hal ini sudah melanggar peraturan benteng kita dan cukup untuk mengusir dia dari dalam perguruan"   "Kalau begitu besok pagi-pagi suruh dia menggelinding dari dalam benteng"   "Baiklah"   Sahut Wi Ci To sambil menghela napas panjang.   "Tetapi selain dalam hidupnya dia kurang genah agaknya tidak ada kejahatan lain yang diperbuat, apa kamu bersikap begitu galaknya terhadap dia"   "Asalkan dia kembalikan tanda mataku dan menggelinding pergi dari Benteng Pek Kiam Po untuk selamanya itu sudah cukup"   "Heeii.."   Ujar Wi Ci To sambil menghela napas panjang lagi.   "Sifatnya sangat bagus, bakatnya pun terpilih, tidak disangka gemar melakukan pekerjaan rendah seperti itu. Heeiiisungguh mengecewakan, sungguh mengecewakan.."   "Tiabagaimana dengan Ti Kiauwtauw?"   "Kau bilang bagaimana baiknya?"   "Putrimu tidak berani bilang dia bukan Lu kongcu, tetapi dalam hati aku merasa dia bukanlah seorang manusia licik"   "Hati manusia siapa yang bisa menduga, contohnya saja Hong Mong Ling, apa kamu anggap dia seorang jahat? Siapa tahu..hee..""Perkataan Tia sedikit pun tidak salah, kalau begitu usir saja sekalian dari dalam Benteng"    Kisah Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Pendekar Muka Buruk Karya Kho Ping Hoo Bajak Laut Kertapati Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini