Persekutuan Pedang Sakti 19
Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Bagian 19
Persekutuan Pedang Sakti Karya dari Qin Hong Selain dari pada itu. sipanglima sakti berlengan emas Ou Swan pun selalu muncul gengan peranan sebagai Tok seh siacu, sebab dia harus selalu masuk keluar selat Tok seh sia untuk membantu diri mereka untuk mempermudah dan memperlancar usahanya memasuki selat tersebut, maka dia selalu berperan demikian. Sekarang, andaikata orang yang dihadapi itu adalah Ou Swan apa yang harus dilakukan olehnya? Dan bagaimana pula seandainya orang itu adalah Tok seh siacu yang asli? Ci kong siansu tentu saja tidak mengetahui seluk beluk itu, ketika bertemu dengan Tok seh siacu, dia segera merangkap tangannya didepan dada sambil berseru : "Omitohud rupanya siacu telah datang sendiri." "Taysu terlalu merendah," Sahut Tok seh siacu sambil membalas memberi hormat. Kemudian sambil menjura kepada Kam Liu cu, katanya pula . "Saudara Lan, tahukah kau apa yang telah terjadi?" Baru saja Kam Liu cu hendak balas memberi hormat, tiba-tiba disisi telinganya kedengaran suara kakek Ou sedang berbisik. "Aku adalah Ou Swan!" Kam Liu cu merasa gembira sekali, cepat sahutnya : "Barusan, didalam selat ini telah ditemukan seseorang yang menyaru sebagai siaute disamping itu ditemukan juga kedua orang dayang yang melayani So Siau hui terkena racun tanpa wujud." Berbicara sampai disitu, dia segera berkata lagi dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara . "Mungkin yang datang adalah Kiu tok kaucu serta Lan Sim-hu berdua mereka telah menculik saudara Wi dan Liu sumoay, cepatlah kejar mereka, sebentar aku akan menyusulmu." Dalam pada itu Tok seh siacu telah mengelus jenggotnya dan berseru dengan penuh amarah . "Masa ada kejadian seperti ini ? Aku tak percaya ada orang yang berani mencari gara-gara didalam selat Tok seh sia ini!" Tiba-tiba ia menutulkan ujung tongkatnya ke atas tanah, lalu secepat kilat meluncur ke depan. Sementara itu Raja langit bertangan racun Liong Cay thian telah mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya dan mengambil empat butir pil yang masing-masing diberikan kepada ke empat korban, kemudian dia mengeluarkan pula sebuah tabung tembaga sepanjang satu depa dan diobat-abitkan disekitar tempat tersebut, kemudian katanya, dingin. "Hmmm, hanya mengandalkan kepandaian sekecil ini pun berani mencari gara-gara didalam selat Tok seh sia !" Tentu saja dia pun dapat menyaksikan kehadiran dari Tok seh siacu, tapi berhubung dia sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk menghisap racun tanpa wujud yang tersebar disekitar tempat itu, untuk sesaat dia tak mampu berkata apa-apa. Menanti sampai racun tanpa wujud itu sudah terhisap habis dan menyumbat tabung dengan kapas dia baru mendongakkan kepalanya dan berkata kepada Ci kong siansu . "Taysu, cepat hadang kepergiannya orang itu adalah Kiu tok kaucu yang menyaru sebagai siacu!" Tak terlukiskan rasa kaget Kam Liu cu, sehabis mendengar perkataan itu, diam-diam pikirnya . "Sungguh hebat ketajaman mata bajingan tua ini." Dalam pada itu Ci kong siacu telah menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melakukan pengejaran ke depan, satu ingatan segera melintas didalam benak Kan Liu cu serta merta diapun mengikuti dibelakang Ci kong siansu untuk berlalu dari situ. Kebetulan sekali pada waktu itu kedua orang lelaki dan dayang itu telah mendusin kembali dan bangun duduk, ketika melihat cong huhoat berada disitu, dengan tergopoh-gopoh mereka bangun berdiri seraya memberi hormat. Liong Cay thian segera mengulapkan tangannya dan bertanya kepada kedua orang dayang itu . "Ayoh cepat bilang, nona So berada dimana?" "Semalam siacu telah berkunjung kemari menyuruh nyonya So keluar dari pintu, siapa tahu baru saja sampai didepan pintu, nona So roboh dan bisa bangun lagi, budak segera memburu keluar, siapa tahu kepala budak pun menjadi pusing lalu tak tahu apa2 lagi." "Terbukti sekarang, pasti ulah ini perbuatan dari Kiu tok kaucu." Seru Liong Cay Thian penuh amarah. Tiba-tiba tubuhnya melejit ke tengah udara kemudian mengejar kearah Pek seh sia. Sementara itu, Ci kong siansu yang melakukan pengejaran dengan kencang telah berhasil menyusul Tok seh siacu yang sedang berlarian menjauhi selat. Begitu berhasil mendekati orang itu, Ci kong siansu segera berseru dengan lantang. "Siacu, harap berhenti dulu!" Tok seh siacu berpaling, ketika melihat orang yang datang adalah seorang hwesio berbaju merah, diapun berhenti berlari sambil bertanya . "Ada apa?" Dengan suatu gerakan secepat kilat Ci kong siansu berkelebat maju ke muka, lalu serunya sambil tertawa seram: "Cong huhoat mengundangmu untuk kembali." Mendadak Tok seh siacu berseru sambil tertawa nyaring: "Haaah. haaah, haaa. kuperintahkan kepadamu untuk pulang dulu!" Begitu selesai berkata, tangan kanannya segera diayunkan kemuka melepaskan sebuah dahsyat ke dada Ci kong siansu. Segulung tenaga pukulan yang sangat kuat diiringi suara desingan angin tajam segera meluncur kemuka. Sesungguhnya Ci kong siansu adalah seorang jago lihay dari perguruan Mi Tiong hun tiga tahun berselang dia telah diundang Liong Cay thian dengan honor tinggi untuk menjadi seorang pelindung dari selat Tok seh sia. Di dalam tiga tahun atas bantuan dari Liong Cay thian yang menyediakan obat-obatan beracun ia telah berhasil menguasai ilmu Tok jiu eng. Maka ketika dilihatnya Tok seh siacu melepaskan sebuah pukulan kearahnya sambil tertawa-tertawa tergelak segera serunya : "Haaa haaa haaa Kiu tok kaucu, bila kau ingin mengajak aku beradu pukulan, maka kau telah salah mencari orang!" Dia mundur selangkah, lalu tangan kanannya sebesar kipas dikeluarkan dari balik jubahnya dan diayunkan kemuka, dalam waktu singkat warnanya telah berubah menjadi hitam pekat. Angin pukulan yang sangat kuat itu segera menggulung kedepan dan menyongsong angin serangan yang dilepaskan oleh Tok seh siacu itu. Perlu diketahui, meskipun ilmu Tay jiu eng dari perguruan Mi tiong bun termasuk ilmu aliran luar, namun serangannya sama sekali tidak menimbulkan desingan angin. Tetapi justeru dapat menembusi benda apapun untuk melukai lawan yang berada dibaliknya. Jadi boleh dibilang ilmu pukulan tersebut merupakan suatu ilmu pukulan yang sangat ganas. Tatkala sepasang tangan saling beradu satu sama lainnya, mencorong sinar tajam dari balik mata Tok seh siacu, segera ujarnya sambil tertawa bergelak : ''Hey hwesio, sedari tadi sudah kuketahui kalau kau memiliki ilmu pukulan Tok jiu eng yang ganas!" Rupanya Tok seh siacu yang ini bukan Kiu tok kaucu seperti apa yang diduga melainkan kakek Ou yang datang untuk menolong Wi Tiong hong. Telapak tangan kanan yang didorong kakek Ou sejajar dengan dada itu mendadak ditarik kembali, menyusul tangan tersebut sekali lagi dilontarkan ke depan. Gerakan menarik dan melontar yang dilakukan amat cepat ini namun benar-benar diluar dugaan, tahu-tahu saja. "Blaaammm!" Angin pukulan yang lebih kuat dan dahsyat bagai amukan angin taupan menyapu ke depan. Ci kong siansu sama sekali tidak menyangka kalau pihak lawan memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna, sehingga ilmu pukulan Tay jiu-eng andalannya tak mampu menandingi lawan. Menanti dia merasakan gelagat baik dan siap sedia untuk menarik kembali serangannya, keadaan sudah terlambat, segulung angin pukulan yang sangat kuat seperti datangnya air bah menekan tubuhnya. Sekujur badannya terasa begetar keras, tak kuasa lagi tubuhnya mundur terus sejauh satu kaki lebih, sepasang matanya dipejamkan rapat-rapat, tangan kirinya memegangi perut dan tangannya memegang dada ia berdiri tak berkutik ditempat semula. Jelas sudah pertarungannya melawan kakek Ou barusan telah menggetarkan hawa murninya, sehingga dia harus bersemedi dan mengatur pernapasan. Dengan cepat Kam Liu cu melayang turun disamping Ci kong siansu sambil tegurnya . "Taysu, apakah kau terluka ? Perlukah kubantu diri ?" -odwo- Pelan-pelan Ci kong siansu membuka matanya yang terpejam dan memandang Kam Liu cu sekejap, kemudian menggelengkan kepalanya berulang kali dan memejam kembali. Diam-diam Kam Liu cu tertawa dingin, pikirnya : "Heeeh, heeeeh, heeeeh, seandainya aku ingin mencabut nyawamu, cukup dengan sebuah pukulan pun aku dapat merenggut nyawamu!" Dengan cepat dia melewati Ci kong taysu dan katanya lagi. "Kalau toh taysu tidak mengharapkan bantuanku, silahkan atur pernapasan disini, biar kukejar Kiu tok kaucu itu." Tanpa banyak berbicara lagi ia segera melompat kedepan dan melakukan pengejaran. Tak selang berapa kemudian. Raja langit bertangan racun Liong Cay thian melayang turun dengan gerakan cepat, ketika melihat Ci kong siansu berdiri seorang diri dijalan bukit, dia menjadi terkesiap buru-buru tegurnya : "Taysu, bagaimana keadaanmu?" Ci kong taysu menarik napas panjang-panjang, lalu sahutnya . "Berhubung terlalu gegabah, pinceng kena disergap oleh Kiau tok kau, tapi sekarang sudah baikan." "Mana saudara Lan? Apakah dia mengejar lawan?" Ci kong siansu kembali manggut-manggut. "Kepandaian silat yang dimiliki Kiu tok kaucu sangat lihay, belum tentu saudara Lan seorang dapat menandinginya, kita harus menyusulnya dengan segera." Liong Cay thian tertegun setelah mendengar perkataan itu, Ci kong siansu sebagai tokoh lihay dari perguruan Mi tiong bun memiliki kepandaian silat yang tak berada dibawahnya, tetapi nyatanya dia mengaku kalau Kiu tok kaucu memiliki ilmu silat yang sangat hebat dan Lan Simhu bukan tandingannya, pengakuan semacam ini sungguh merupakan sesuatu yang susah dipercayai. Andaikata Kiu tok kaucu benar-benar demikian lihaynya, jelas orang itu akan menjadi musuh yang paling berbahaya bagi keamanan dan kesejahteraan Tok seh sia ... Sementara dia masih termenung, tiba-tiba tampak olehnya Tok Si cian berlarian mendekat dengan napas tersengkal-sengkal, begitu menjumpai Liong Cay thian dia segera memberi hormat seraya ujarnya . "Lapor cong huhoat, daerah terlarang kita di selat barat telah terjadi musibah!" Sekali lagi Liong Cay thian marasakan hatinya bergetar keras, cepat-cepat ia bertanya . "Apa yang telah terjadi?" "Oh koansi terkena senjata rahasia beracun, sedangkan tawanan di kamar nomor satu sebelah kiri....." "Bagaimana keadaan dikamar nomor satu?" Cepat-cepat Liong Cay thian bertanya dengan perasasan gelisah. "Si tawanan lemah pikiran yang berada di kamar nomor satu telah mati di racuni orang." Liong Cay thian segera mendelik besar penuh amarah, kemudian sambil mendepak-depakkan kakinya berulang kali serunya seraya mendengus keras . "Pasti perbuatan dari Kiu tok kaucu, bajingan tua ini ... " Ia segera berpaling ke arah Ci kong siansu, kemudian serunya . "Taysu, ayoh kejar!" Dengan cepat bagaikan gulungan asap, kedua orang itu bergebrak menelusuri jalan bukit menuju ke pek seh sia. Tak selang berapa saat kemudian, mereka telah mengejar sampai dimulut selat. Tampak si serigala kuning cakar beracun Siu It hong dengan sepasang senjata cakar serigalanya yang terhunus berjaga-jaga disisi jalan, sedangkan disamping kiri dan kanannya berdiri empat orang jago. Dengan suatu gerakan cepat Liong Cay thian meluncur ke muka, lalu dengan wajah dingin bagaikan salju, dia memandang sekejap sekitar situ dan katanya kemudian dengan suara dalam . "Siu losam, apakah Kiu tok kaucu telah melarikan diri melalui jalanan ini?" Siu It hong tertegun sehabis mendengar pertanyaan ini, segera jawabnya . "Semenjak siaute tiba disini belum pernah kujumpai Kiu tok kaucu berjalan melewati tempat ini." "Lantas siapa yang telah keluar melalui jalanan ini ?" Tanya Liong Cay thian segera. "Barusan siaucu bersama saudara Lan lewat dari sini, mereka dengan langkah tergesa-gesa." "Kiu tok kaucu adalah seorang yang menyaru sebagai siacu dia sedang melarikan diri dari sini, sedangkan saudara Lan sedang mengejar Kiu tok kaucu, apakah dia tidak menerangkan kejadian ini kepadamu?" "Waaah kalau begitu tidak beres," Seru Siu It hong keheranan. "Siaucu bersama saudara Lan keluar dari selat bersama-sama, mereka mengatakan hendak melakukan pengejaran terhadap musuh malah dijelaskan juga bahwa cong huhoat bersama taysu sedang melakukan pemeriksaan dibukit sebelah depan." Liong Cay thian kelihatan agak tertegun mendadak serunya dengan penuh amarah. "Kurangajar betul Lan Simhu ini, rupanya dia sengaja menyusup kemari sebagai mata-mata, kalau begitu dia ... dia telah bersekongkol dengan Kiu tok kaucu untuk kabur dari Tok seh sia, aku telah termakan oleh siasat busuknya!" Kemudian setelah mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, katanya lagi. "Bila aku tak berhasil membekuk kembali kalian berdua, percuma selat Tok seh sia menjagoi dunia persilatan selama ini." Tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah panji hitam dari sakunya, lalu sambil diserahkan kepada Siu It hong ujarnya dengan suara dalam . "Siu losam, kau segera turunkan perintahku ini suruh Siang lojin melakukan pengepungan dari arah jalan air sambil melakukan penggeledahan atas seluruh bukit sedang taysu segera melakukan pengejaran sedang Siu losam pimpin Su lit pang menyusul kemudian." Habis berkata, dia bersama sama Ci kong siansu segera beranjak pergi dari situ. Sudah barang tentu Liong Cay thian tidak akan menyangka kalau orang yang menyaru sebagai Tok seh siacu dan Lan Sim-hu adalah Panglima sakti berlengan emas Ou Swan serta Kam Liu cu dari Thian sat bun. Waktu itu, Kiu tok kaucu bersama Lan Sim-hu dengan membawa Wi Tiong hong dan So Siau hui telah kabur melalui jalan rahasia dibawah sumur kering. Malam itu udara sangat gelap, angin gunung berhembus amat kencang, ketika kentongan kedua baru lewat, tiba-tiba dari bawah sumur kering itu melayang keluar dua sosok bayangan manusia. Orang pertama adalah seorang kakek berjubah hitam berjenggot putih dibelakangnya mengikuti seorang kakek berjubah biru. Dibawah ketiak mereka berdua masing-masing mengempit seseorang, baru saja muncul dari balik sumur kering, dari balik pepohonan dan semak belukar, bermunculan enam sosok bayangan hitam yang segera menghampiri kedua orang itu dengan gerakan cepat. Keenam orang itu adalah dua orang gadis berbaju hitam yang bertubuh ramping serta empat orang lelaki baju hitam yang memakai kain kerudung muka. Kakek berjenggot berwarna putih itu sama sekali tidak berbicara apa-apa, dia hanya mengulapkan ujung bajunya kemudian kakek berjubah biru itu beranjak lebih dulu dari situ. Dalam sekali lompatan saja kedua sosok bayangan manusia itu sudah berada sejauh satu kaki dari tempat semula gerakan tubuhnya cepat sekali. Kedua orang gadis dan keempat lelaki berkerudung itu segera mengerahkan pula ilmu meringankan tubuh masing-masing, bagaikan gulungan asap hitam mereka menyusul dibelakang kedua orang pertama. Setelah keluar dari goa Pek seh tong, tempat itu merupakan sebuah jalan kecil yang menjulur kearah timur, puluhan li perjalanan selanjutnya merupakan jalan gunung yang berliku-liku. Namun rombongan tersebut masing2 memiliki kepandaian silat yang luar biasa, tanpa menjumpai kesulitan apapun, dengan suatu gerakan yang kilat, sekejap kemudian puluhan li telah dilampaui. Sementara perjalanan ditempuh, mendadak dari bawah kaki bukit didepan sana muncul sebuah lentera berwarna merah, ditengah kegelapan malam, lentera itu bagaikan mengambang diatas permukaan tanah. Tak lama kemudian lentera merah itu berubah menjadi dua buah lentera Kemudian dari dua buah lentera berubah lagi menjadi empat buah lentera. Lentera-lentera berwarna merah itu bergerak disekitar kaki bukit dengan enteng dan cepat, lambat laun semakin mendekati rombongan tersebut. Akhirnya terlihat sudah sebuah tandu yang bergerak cepat mendekati rombongan itu. Orang yang berada didepan tandu bergerak membawa sebuah lentera orang yang berada dibelakang tandu pun membawa sebuah lentera, sedangkan disisi depan dan belakang tandu tergantung juga masing-masing sebuah lentera merah. Berjalan sambil membawa lentera merah ditengah malam buta sesungguhnya merupakan suatu kejadian yang lumrah, tapi jalan gunung itu tidak terlalu lebar, bila terjadi simpangan mestinya salah satu pihak harus mengalah untuk menyingkir lebih dulu. Akan tetapi tandu yang bergerak datang dari arah depan itu tampaknya enggan mengalah. Tampak seorang nikou setengah umur yang berjalan dimuka tandu dan membawa sebuah lentera itu segera memberi hormat dan berseru begitu jarak kedua belah pihak tinggal satu kaki . "Harap sicu sekalian mundur dari situ, jangan sampai menumbuk Un sin Nio nio dari kuil kami." "Aku tak pernah menyingkir dari jalanan yang sedang kutempuh, lebih baik kau suruh mereka menggotong minggir tandu itu." Kata kakek baju hitam berjenggot putih itu. Tampaknya nikou setengah umur itu merasa tertegun dia segera mengangkat lenteranya lebih tiaggi untuk menerangi wajah takek tersebut, kemudian serunya tertahan. "Aah, rupanya lo sicu, Un sin Nio nio dari kuil kami baru saja keluar berjalan-jalan dan saat ini akan pulang kembali, lo sicu sebagai orang yang sering bersiarah ke kuil kami, tentunya mengerti bukan bahwa Un sin Nio nio kami tak pernah menyingkir." Kakek berjubah hitam berjanggot putih yang mengempit seseorang dibawah ketiaknya itu segara menukas dengan nada tak sabar . "Kau tidak usah cerewet terus dibadapanku, bila kalian tak mau menyingkir lagi, jangan salahkan bila kami akan menerjang dengan kekerasan." Nikou setengah umur itu menunjukkan perasaan serba salah setelah ragu sejenak, akhirnya menggapai kearah seorang nikou kecil yang mengikuti dibelakang tandunya sambil berseru. "Sumoay, cepat kemari kau!' Nikou kecil itu menyabut dan berjalan mendekat, tanyanya . "Suci, ada urusan apa?" Sambil menuding ke arah kakek berjenggot putih berjubah hitam itu nikou setengah umur itu berkata . "Lo sicu ini sering kali mengunjungi kuil kami untuk berziarah hitung-hitung dia masih termasuk seorang pengikut nio nio tapi hari ini tampaknya lo sicu tersebut ada urusan ingin cepat-cepat pulang ke gunung, coba kau minta petunjuk dari nio nio, apakah boleh mempersilahkan mereka untuk lewat lebih dahulu ?" Nikou kecil itu memandang si kakek tersebut sekejap lalu katanya sambil manggut-manggut . "Yaa. akupun kenal dengan lo sicu ia setiap je it dan Cap go dia pasti datang bersembahyang di kuil kita, biar kumohonkan petuujuk dari Nio nio." Selesai berkata dia segera membalikkan badan dan berjalan menuju ke depan tandu lalu setelah berlutut dia berkemak kemik membaca doa ... Selang berapa saat kemudian dia bangkit kembali dan katanya sambil menggeleng. "Nio mo berkata, orang yang seringkali bersembahyang dikuil kita setiap Je it dan Cap go bukan dia." Nikou setengah umur itu berpaling dan mengamati kembali si kakek berjenggot putih itu lalu serunya. "Sudah jelas dia orangnya, kenapa dibilang bukan? Oya, apalagi yang diucapkan Nio nio?" "Nio nio berkata, maka mereka diperintahkan untuk melepaskannya." Ketika mendengar sampai disitu, tiba-tiba si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu mendongakan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, katanya. Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Haaahh.. haaahh..aku masih menduga siacu yang telah bersandiwara memamerkan pesan dari malaikat, rupanya kalian adalah orang-orang dari Tok seh sia." Kembali nikou setengah umur itu tertegun . "Lo sicu keliru besar, pinni berasal dari kuil Cun ti an gua Pek seh tong. Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek berjubah hitam berjenggot putih itu, setelah mendengar pengakuan mana, katanya lagi dengan suara dalam . "Bila kalian tidak segera menyingkirkan tandu itu, jangan salahkan bila kuhancurkan tandu tersebut dengan sebuah pukulan yang dahsyat!' Nikou setengah umur itu berseru kaget lalu mundur dua langkah dengan ketakutan. "Suci," Nikou kecil itu berkata lagi. "Nio nio berpesan pula, bila dia enggan menyingkir untuk memberi jalan kepada kita, maka kita harus mengalah kepadanya." "Apa? Tandu suci dari Nio nio harus mengalah kepadanya ?" "Nio nio telah menurunkan firmannya sebab menurut Nio nio, kalau toh dia tak percaya dengan dewa, kita toh tak bisa memaksanya untuk mempercayainya, karena itu biarlah kita mengalah padanya." Nikou setengah umur itu manggut2 kepada kedua orang nenek pemikul tandu itu katanya kemudian. "Nio nio telah memberikan persetujuannya untuk mengalah, mari kita menyingkirkan." Kedua orang nenek pemikul tandu itu tidak mengucapkan sepatah katapun, mereka benar-benar menggotong tandu tersebut dan menyingkirkan ke sisi jalan. "Hmm, kalian memang sudah seharusnya menyingkir sedari tadi," Seru kakek berjenggot putih berjubah hitam itu dingin. Ia segera mengulapkan tangannya sambil berseru: "Saudara Lan, silahkan duluan?" Kakek berjubah biru itu mengawasi tandu tersebut lekat-lekat, mendadak ia berbisik. "Kaucu, lebih baik suruh mereka berangkat lebih dulu!" Terlintas satu ingatan dalam benak si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu, kemudian sahutnya sambil manggut-manggut. "Begitu pun ada baiknya juga." Selesai berkata, kembali dia mengulapkan tangannya. Kedua orang gadis bersama keempat lelaki dan ke enam orang manusia berbaju hitam itu segera bergerak dengan kecepatan tinggi. Dengan cepat kakek berjubah biru dan kakek berjubah hitam berjenggot putih itu pun bergerak melintasi tandu tersebut. Setelah lewat, kakek berjubah hitam berjenggot putih itu kembali berpaling sambil katanya dingin. "Menurut pendapatku, lebih baik kalian tak usab kembali ke kuil lagi." "Semoga Lo sicu baik-baik dijalan," Sahut nikou setengah umur itu sambil menjura, malam ini juga pinie sekalian harus tiba kembali didalam kuil." Kakek berjubah hitam berjenggot putih itu mendengus dingin, kemudian membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ. Siapa tahu baru saja berjalan sejauh tiga kaki lebih, tiba-tiba saja kedua orang gadis keempat lelaki dan enam manusia berbaju hitam itu berjalan sempoyongan, lalu diiringi seruan kaget bersama-sama jatuh terduduk diatas tanah. Berubah hebat paras muka kakek berjubah biru itu, segera dia menghentikan langkahnya sambil berseru: "Kaucu, kita sudah terkena serangan gelap orang!" Kakek berjubah hitam berjenggot putih itu membungkukkan badannya serta memeriksa sekitar tempat itu kemudian katanya sambil mendengus dingin. "Hmm, racun tanpa wujud, ternyata mereka benar-benar adalah orang-orang selat Tok seh sia!" Sembari berkata dia segera mengebaskan ujung bajunya, dari situ beruntun meluncur keluar enam butir cahaya putih yang masing2 meluncur ke mulut ke enam orang anak buahnya. Menyaksikan kejadian tersebut, si kakek berjubah biru itu mengangguk dan pikirnya. "Biarpun aku sendiri membawa obat penawar racun, namun caranya melepaskan obat penawar secara begitu jitu dan indahnya benar2 merupakan perbuatan yang mengagumkan, dia memang tak malu menjadi Kui tok kaucu." Dalam pada itu si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu telah menurunkan tawanannya sehabis melemparkan obat penawar racun tadi dan membentak keras. "Berhenti!" Toya bambu ditangan kanannya segera di sodok kedepan sementara tubuhnya melambung ketengah udara seperti kuda sembrani yang terbang diangkasa, dia langsung menerjang kearah tandu itu. Dalam pada itu, tandu beserta rombongan telah berada kurang lebih empat lima kaki dari posisi semula. Tatkala mendengar suara bentakan dan melihat kakek berjubah hitam berjenggot putih itu menerjang tiba, nikou setengah umur dan nikou kecil itu sama-sama berseru kaget, sambil melindungi Kepala sendiri cepat-cepat. mereka mengundurkan diri dari tempat itu. Sebaliknya kedua nenek penggotong tandu itu bukannya membawa tandu tersebut lari menjauhi, mungkin saking paniknya mereka justru membalikkan badan dan menggotong tandu tadi menyongsong kedatangan kakek berjubah hitam berjenggot putih itu. Sungguh cepat gerak serangan dari kakek berjubah hitam berjenggot putih itu, begitu sampai didepan tandu, tangan kanannnya dengan jurus Api dan guntur saling menyambar langsung menghajar kearah tandu tersebut. "Blaaammm... !" Diiringi hembusan angin pukulan yang sangat kuat dan dahsyat, angin serangan itu meluncur kemuka dengan dahsyatnya. Dalam waktu singkat angin puyuh melanda seluruh permukaan tanah, bagaikan amukan ombak ditengah samudra menggulung ke muka dan mengancam sasaran secara mengerikan, kekuatannya cukup mendirikan bulu roma siapa saja. Tetapi anehnya, sekalipun angin pukulan yang meluncur kedepan itu amat dahsyat dan diiringi desingan angin tajam yang menggidikkan hati, akan tetapi sama sekali tidak menimbulkan perlawanan apa pun tatkala menerjang kedepan tandu itu, bahkan tak berhasil pula untuk menyentuh sasaran. Gulungan angin pukulan yang maha dahsyat itu seolah-olah terjerumus kedalam sebuah jurang yang tak kelihatan dasarnya, sama sekali tidak menimbulkan reaksi apa pun, lenyap dengan begitu saja kedalam tandu itu. Jangan lagi menghancurkan tandu tersebut malahan tirainya saja tidak bergerak. Tak terlukiskan rasa terkejut dan terkesiap dari si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu, cepat-cepat dia mundur kebelakang sambil bentaknya. "Siapa yang berada didalam tandu?" Nikou setengah umur yang telah menyingkir jauh-jauh itu segera berseru keras. "Yang berada didalam tandu adalah Tu sin Nio nio yang baru pulang dari keliling bukit." Agaknya Lan Sim-hu pun sudah menyaksikan ketidak beresan dari tandu tersebut, ia segera bertanya. "Apakah kaucu telah merasakan sesuatu yang tidak beres dengan tandu itu?" Kakek berjenggot putih berjubah hitam segera berpaling, ujarnya kemudian. "Aku rasa, saudara Lan juga telah menyaksikan sendiri, angin pukulan yang kulancarkan barusan tiba-tiba saja lenyap tak berbekas begitu sampai dimuka tandu itu, benar2 suatu kejadian yang sangat aneh " "Jangan-jangan dibalik tandu itu terdapat seorang jagoan yang berilmu tinggi?" "Yaa aku rasa memang begitu," Kakek berbaju hitam berjenggot putih itu manggut2. "ingin kulihat manusia dari mana yang bisa menerima sebuah pukulanku tanpa menimbulkan reaksi apapun." Sembari berkata dia segera meloloskan pedang, lalu berjalan menghampiri tandu itu. Si nikou setengah umur itu segera menjerit kaget, lalu teriaknya dari kejauhan. "Lo sicu, isi tandu itu benar benar adalah Tu sin Nio nio dari kuil kami, harap lo sicu jangan berbuat sembrono!" "Selama hidup aku tak percaya dengan tahayul!" Jengek si kakek sambil tertawa dingin. Tampaknya nikou setengah umur itu tak berani menghalangi niatnya, ia membiarkan kakek berjubah hitam itu mendekati tandu tersebut, hanya ujarnya dingin. "Bila lo sicu berani berbuat kurang ajar terhadap pousat, maka resiko dan dosanya harus kau pikul sendiri." Dalam pada itu si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu sudah tiba di hadapan tandu tersebut dengan pedang terhunus, ketika tidak menjumpai suatu gerakan dari balik tandu, diapun membentak keras-keras. "Dalam mata yang sehat tak akan kemasukan pasir, lebih baik sobat tak usah bermain sembunyi macam cucu kura-kura, ayoh segera menggelinding keluar dari situ!" Sambil membentak dia mendesak maju lebih kemuka sehingga jaraknya dengan tandu tersebut tinggal lima depa saja, sorot matanya yang tajam mengawasi tandu tersebut tanpa berkedip, sementara persiapan dan kesiap sediaannya tetap tinggi. Siapa tahu, biarpun sudah ditunggu sekian lama pun tidak terdengar ada suara jawaban, malah tirai tandu itupun masih tetap berada didalam posisi semula. -odwo- Keheningan, dan ketenangan yang mencekam tandu tersebut benar-benar mendatangkan suasana misterius bagi siapa pun yang sedang menghadapinya. Lama kelamaan habis sudah kesabaran kakek berjubah hitam berjenggot putih itu, dengan amarah yang membara tiba-tiba saja dia maju kedepan lalu pedangnya digetarkan dan langsung menusuk ketirai dimuka tandu tersebut. Didalam tusukannya ini, dia telah menghimpun tenaga murninya kedalam pergelangan tangan kanan, sehingga dari balik serangan yang dilancarkan, berhembus pula angin serangan yang sangat kuat. Siapa tahu tusukan yang amat tajam dan kuat itupun sama sekali tidak menimbulkan perlawanan apa-apa. Pedang yang panjangnya tiga depa itu sudah menembusi tandu tersebut sedalam dua depa tapi anehnya tandu itu justru kosong melompong seolah-olah tidak terdapat sesuatu apapun, ujung pedangnya tidak berhasil menyentuh benda apapun. Bukan cuma begitu, si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu segera merasakan tangannya seperti memegang sesuatu yang kosong dan enteng sekali, seakan-akan tiada benda apapun yang tergenggam ditangannya, keadaan tersebut segera menimbulkan perasaan terkejut yang tak terlukiskan. Ia sadar telah terjadi sesuatu yang tak heran, karenanya cepat-cepat dia mencabut kembali pedangnya. Namun perbuatannya ini kembali membuat hatinya terkesiap bercampur ngeri, rupanya pedang yang digunakan untuk menusuk tandu tersebut telah dipapas orang sampai kutung tanpa menimbulkan suara apapun jua. Dari sini terbuktilah sudah bahwa orang yang berada dalam tandu itu selain memiliki ilmu silat yang sangat lihay, bahkan dia pun memiliki sebilah pedang mestika yang amat2 tajam dan luar biasa. Sambil menggenggam kutungan pedangnya dengan cepat kakek berjubah hitam berjenggot putih itu mundur dua langkah kebelakang bentaknya kemudian. "Ilmu silat yang anda miliki amat dahsyat kaupun mempunyai senjata mestika yang sangat tajam, jelas sudah bahwa kau bukan manusia sembarangan didalam dunia persilatan, tetapi aneh betul, mengapa tindak tandukmu justru pengecut dan macam kura kura saja, beraninya hanya bersembunyi dibalik tandu." Si nikou kecil yang mendengar teriakan tadi kontan saja tertawa cekikikan segera katanya. "Kau benar-benar aneh lucu, sudah jelas yang berada didalam tandu adalah Un sin Nio nio, masa kau anggap sebagai manusia?" Sedangkan nikou setengah umur itu berkata pula. "Kalau toh lo sicu tak mau percaya, biar kusuruh popo untuk menyingkapkan tirai di depan tandu tersebut sehingga kalian dapat menyaksikan dengan lebih jelas lagi!" Waktu itu, kedua orang nenek penggotong tandu tersebut telah menurunkan tandunya serta menyingkir jauh-jauh, ketika mendengar perkataan nikou setengah umur tadi. Salah seorang diantaranya segera menyahut dan segera berjalan menuju kesisi tandu. Sudah barang tentu kakek berjubah hitam berjenggot putih itu tak percaya kalau orang yang mematahkan pedangnya benar-benar adalah Un sin Nio nio (dewi suci wabah penyakit) tentu saja dia merasa amat gembira ketika nikou-nikou tersebut membukakan tirai tandu tersebut baginya. Asalkan tirai tandu itu sudah disingkap, maka dengan cepat dia akan mengetahui siapa gerangan manusia yang telah menyambut pedangnya serta mengutungi pedangnya itu. Semestara itu, keenam orang anggota perguruannya telah mendusin dari pingsannya dan sama-sama telah bangkit berdiri. Lan Sim-hu segera menyerahkan tawanan kepada dua orang lelaki berbaju hitam yang berada di sisinya, kemudian pelan-pelan pula ke depan. Ketika nenek penggotong tandu itu sudah berada didepan tandu serta membuka tirai, maka tampaklah dibalik tandu tersebut benar2 duduk sebuah patung dewi yang berambut hijau dan bermuka tembaga. Mula-mula kakek berjubah hitam berjenggot putih itu nampak tertegun, tapi kemudian katanya sambil tertawa: "Aku tak percaya kalau kau benar2 adalah sebuah patung tembaga. .!" Dari balik tongkat bambunya dia mengeluarkan sebuah senjata penggaris kemala dan secepat kilat diketukan keatas kepala tembaga dari patung tersebut. "Hmmm !" Mendadak dari balik mulut patung tembaga itu mengeluarkan suara dengusan dingin yang rendah dan berat, tahu-tahu kepala tembaga itu miring kesamping dan tangan tembaga yang semula berada didepan dadanya diangkat keatas dengan cepat serta mencengkeram penggaris kemala tersebut. Sesungguhnya kakek berjubah hitam berjenggot putih itu adalah seorang ahli dalam ilmu beracun, disaat ia menarik kembali serangannya dengan gerakan cepat itulah, tiba2 tertangkap olehnya segulung asap amat tipis dua sukar terlihat dengan telanjang menyembur ke arah wajahnya. Dengan pengetahuan dan pengalamannya yang sangat luas, ia menjadi terkejut diam2 pikirnya. "Orang ini bisa melepaskan racun keji tanpa kelihatan sesuatu gerakan apa pun yang dilakukan, ini membuktikan kalau kepandaiannya amat mengerikan, tampaknya aku telah bertemu dengan musuh tangguh pada malam ini." Berpikir sampai disitu, dengan cepat dia mengebaskan ujung bajunya kedepan. Tiba-tiba tangan kiri patung tembaga itu melakukan suatu gerakan menyentil dan memperdengarkan suara yang nyaring. "Criiingg!'' Kakek berjubah hitam berjenggot putih itu tertawa dingin, dari balik bajunya dia mengeluarkan tangan kirinya dan segera melakukan gerakan menyentil. Sentilan demi sentilan jari tangan tembaga itu selalu memperdengarkan suara gemerincingan keras, sebaliknya sentilan jari takek bejubah hitam berjenggot putih itu sama sekali tidak menimbulkan suara apapun. Bagi pandangan orang lain, sentilan semacam ini selain tidak menimbulkan angin serangan, tidak nampak pula serangan senjata rahasia, berarti sentilan tersebut hanya suatu sentilan kosong belaka. Padahal didalam saat inilah sudah terjadi duel yang amat seru diantara kedua belah pihak, masing-masing telah mengeluarkan enam macam racun keji yang setiap macamnya dapat membunuh dan meracuni pihak lain tanpa menimbulkan suara apapun sehingga lawan akan kehilangan kekuatan untuk melawan. Mendadak kakek berjubah hitam berjenggot putih itu melompat mundur kebelakang, lalu bentaknya kearah patung tembaga itu. "Kau adalah Tok seh siacu?" Pelan-pelan patung tembaga itu bangkit berdiri dan melangkah keluar dari tandunya lalu menjawab dingin: "Bukan." "Sebenarnya siapakah sobat? " "Kalian pernah mendengar tentang Tong hujin?" "Belum pernah kudengar tentang nama itu." "Hmmm, benar-benar amat cupat pengetahuanmu!" Dengus Tong hujin dingin. Kakek berjubah hitam berjenggot putih itu segera tertawa seram. "'Apakah kau pun pernah mendengar tentang Kiu-tok kaucu ?" Bintang tajam bertaburan di angkasa, tiba-tiba saja dia mengerakkan senjata penggaris kumalanya sambil melancarkan serangan kilat kedepan. Sekali lagi Tong hujin mendengus dingin, tangan kirinya digerakan sambil mengayunkan ujung bajunya ke muka, sekilas cahaya tajam segera menyambar ke muka. Ternyata benda itu tak lebih hanya sebilah pedang pendek yang panjangnya hanya mencapai satu depa. Gagang pedang tersebut tersembunyi dibawah ujung bajunya sehingga orang lain sukar untuk melihatnya, namun cukup dipandang dari cahaya tajam yang terpancar keluar di saat berkelebat lewat tadi, sudah disetahui kalau benda itu adalah sebilah pedang mestika yang amat tajam dan luar biasa. Kakek berjenggot putih berjubah hitam itu tak lain adalah Kiu tok kaucu, sekalipun senjata penggaris kemalanya tidak takut dengan bacokan senjata, namun ia tak berani bertindak gegabah, terutama sekali dikarenakan pedang pendek yang berada ditangan Tong hujin memancarkan cahaya tajam dan belum diketahui asal usulnya. Disamping itu, penggaris kemalanya ini pernah dilubangi oleh senjata Lou bun si di tangan Wi Tiong hong sehingga cacad di tiga tempat, sebagai yang dikatakan orang: Sekali terpagut ular, tiga tahun takut dengan tali jerami, begitu pula keadaan dari Kiu tok kaucu saat ini. Untuk beberapa saat lamanya ia tak berani saling beradu senjata dengan Tong hujin terpaksa tubuhnya mundur beberapa depa dan menghindarkan diri dari senjata musuh. Dangan suara dingin Tong hujin segera menjengek: "Hmmm, katanya saja Kiu tok kaucu, nyatanya hanya pintar main sergap saja!" Sementara berbicara, secara beruntun dia melepaskan tujuh buah serangan berantai. Ketujuh serangan tersebut semuanya dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, cepatnya tak terlukiskan sehingga mendesak Kiu tok kaucu harus mundur ke belakang berulang kali. Selesai melancarkan ketujuh buah serangannya tadi, tiba-tiba Tong hujin menghentikan gerakannya dan berpaling sambil membentak keras. "Lan Sim-hu berapa besar sih kemampuan yang kau miliki sehingga berani melepaskan racun terhadapku?" Rupanya ketika ia sedang mendesak Kiu Tok Kaucu tadi, secara diam-diam dan tidak menimbulkan suara apapun kakek berjubah biru itu telah melepaskan racun jahat. Dengan semakin melambannya gerak serangan pedang dari Tong hujin, Kiu tok kaucu pun mempunyai kesempatan untuk melancarkan serangan balasan. Senjata penggaris kemalanya segera disodok kedepan mengancam tenggorokan Tong hujin dengan jurus naga langit mencari gua. Tong hujin segera memutar pedangnya menangkis serangan senjata penggaris kemala dari Kiu tok kaucu, hardiknya. "Apakah kalian belum juga mau menyerah kalah?" Kiu tok kaucu semakin tak berani beradu kekerasan lagi dengan lawannya ketika melihat Tong hujin sengaja menggunakan pedang pendeknya untuk membentur penggaris kemalanya, ia miringkan tubuhnya ke samping untuk menghindari serangan pedang itu, lalu serunya sambil tertawa terbahak-bahak. "Haha ha ha sebelum menang kalah ditentukan, lebih baik kau jangan tekebur lebih dulu, perkataanmu itu diutarakan kelewat awal." Tong hujin mendengus dingin . "Hmmmm, kau benar-benar manusia yang tak tahu diri." "Memangnya kau anggap aku takut kepadamu?" Hardik Kiu tok kaucu dengan marah. Tong hujin segera menggapai ke arah nikou setengah umur yang berada disisinya kemudian berkata . "Soh-gwat, coba kau wakili aku untuk menyambut berapa jurus serangannya, agar mereka tahu kelihayan kita." Nikou setengah umur itu segera mengiakan dan melompat maju ke depan, setelah memandang sekejap wajah Kiu tok kaucu serta Lan Sim-hu dengan pandangan dingin ia berkata. "Siapakah diantara kalian yang ingin mengetahui kelihayan kami ?" Perkataan tersebut benar-benar besar amat lagaknya, ternyata ia tidak memandang sebelah mata pun terhadap ke dua orang tokoh persilatan yang termashur dengan berkedudukan tinggi ini. Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hawa amarah segera menyelimuti wajah Lan Sim-hu yang kurus, membentaknya dengan geram. "Tekebur amat kau si nikou sialan!" "Pinni tidak tekebur, asal dicoba kalian toh akan mengetahui dengan sendirinya," Sahut nikou setengah umur itu sambil tertawa dingin. "Baik, biar aku yang memberi pelajaran kepadamu," Bentak Lan Sim-hu semakin naik darah. "Bagus sekali, kalau begitu pinni pun tidak perlu bersungkan-sungkan lagi!' Tiba-tiba ia menyentilkan jari tangannya kemuka, beberapa desingan angin serangan segera meluncur kedepan Lan Sim hu dengan kecepatan luar biasa. "Soh gwa, tidak usah membuang waktu lagi dengan mereka," Tong hujin memperingatkan dengan dingin. Sementara itu Lan Sim-hu yang berpengalaman sangat luas tentu saja dapat mengenali ilmu serangan jari yang digunakan nikou setengah umur itu sebagai ilmu jari To lo yap ci dari kalangan Budha, diam-diam ia merasa terkesiap. Serta merta badannya menyelinap ke samping untuk menghindarkan diri dari serangan jari yang dilancarkan nikou setengah umur itu. kemudian tubuhnya menerjang maju secara tiba-tiba, angin serangan yang menderu-deru dilontarkan langsung ke bahu kanan nikou setengah umur tadi. "Rasain pula sebuah pukulanku ini," Serunya dengan suara dalam. Tanpa berpikir panjang nikou setengah umur itu mengayunkan tangan kanannya ke muka untuk menyongsong datangnya serangan dari Lan Lam Sim-hu tersebut. Sebagai seorang tokoh silat yang amat termashur di wilajah In lam Lan Sim hu bukan hanya termashur karena ilmu beracunnya dalam ilmu pukulan pun dia mempunyai kematangan yang mengagumkan. Tatkala menyaksikan nikou setengah umur berani menyambut serangannya dengan keras melawan keras, diam-diam ia mendengus di dalam hati. "Blaammmmmm !" Ketika sepasang telapak tangan itu saling beradu, terjadilah suara benturan keras yang memekikkan telinga. Betul juga, setelah terjadi bentrokan kekerasan tersebut, paras muka nikou setengah umur itu berubah hebat saking kagetnya, sementara tubuhnya tergetar mundur sejauh dua langkah lebih. -ooo0dw0ooo- Jilid 20 LAN SIM-HU sendiripun merasakan betapa kuatnya tenaga dalam yang dimiliki nikou setengah umur itu, ternyata tubuhnya digetarkan pula sehingga mundur sejauh satu langkah. Tiba-tiba hatinya bergetar keras, menyusul kemudian kepalanya menjadi pening sekali, tahu-tahu badannya roboh keatas tanah. Dalam hati kecilnya ia mengetahui dengan jelas apa yang terjadi, cepat-cepat ia merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan sebutir pil yang segera dijejalkan ke mulut, kemudian sambil pejamkan mata dia duduk tak bergerak di tanah dan mulai mengatur pernapasan. Kiu tok kaucu yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi sangat terperanjat, ia tahu dengan jelas sampai dimanakah kemampuan yang dimiliki Lan Sim-hu, mustahil kalau ia tak mampu menerima sebuah pukulanpun dari si nikou setengah umur itu. "Soh gwat hadiahkan juga sebuah pukulan kepadanya," Perintah Tong hujin dengan suara dingin. "Tecu terima perintah?" Tiba-tiba ia mendesak maju ke depan dan melepas sebuah pukulan langsung ke dada Kiu tok kaucu dengan jurus menyembah langsung pintu langit. "Sekarang tiba giliranmu!" Hardiknya. Semenjak melihat Lan Sim-hu roboh terduduk akibat serangan lawannya, Kiu tok kaucu sudah mulai was-was dan menaruh curiga kalau dibalik serangan nikou tersebut terselip hal-hal yang tidak beres sudah barang tentu ia segan menyambut serangan mana dengan kekerasan. Cepat badannya melompat kesamping lalu tangan kanannya di gerakan dan menyapu pinggang nikou setengah umur itu dengan jurus 'merintangi jalan seribu li'. Nikou setengah umur itu tertawa dingin mendadak ia berubah jurus ditengah jalan, sebuah pukulan yang disertai tenaga penuh dan menggunakan jurus Tiang emas melintang diatas' membacok tongkat bambu lawan. Seandainya seseorang tidak yakin bisa mengungguli tenaga dalam yang dimiliki nikou setengah umur itu masih setingkat lebih rendah daripada Kiu tok kaucu, tidak heran kalau Kiu tok kaucu sendiri pun dibuat tertegun setelah menyaksikan perbuatan lawannya. Kedua belah pihak sama-sama turun tangan dengan gerakan yang sangat cepat, apa yang terjadipun berlangsung dalam sekejap mata ketika telapak tangan kanan nikou setengah umur itu hampir menyentuh tongkat bambu itu, tiba-tiba tubuh bagian atasnya berputar kekanan sementara telapak tangan kirinya secepat kilat melepaskan pukulan. Begitu sepasang telapak tangan saling beradu, terjadinya suara benturan yang sangat keras. "Blaaammm!" Tahu-tahu ujung tongkat itu sudah tercekal kencang bahkan dengan suatu gerakan yang amat cepat mendorongnya pula kedepan berbalik menghamtam dada Kiu tok kaucu. Gerakan semacam ini pada hakekatnya tidak mirip sebagai suatu jurus serangan, kalau dipaksakan hendak dikatan sebagai gerak serangan, maka serangan itu merupakan serangan mengawur. Sejak melepaskan serangan, berganti jurus, mengadu tangan sampai menggunakan tongkat dari Kiu tok kaucu untuk menyerang dada serta lambung lawan, semuanya dilakukan nikou setengah umur itu dengan kecepatan luar biasa. Agaknya Kiu tok kaucu tidak menyangka kalau pihak lawannya sebagai seorang nikou setengah umur ternyata memiliki ilmu silat yang begitu luar biasa, tanpa terasa menjadi terkesiap dan bergidik sendiri Ketika menjumpai tongkat bambunya dicengkeram sepasang tangan lawannya, dia pun tak berani untuk berayal lagi, serta merta tenaga dalamnya disalurkan ke dalam pergelangan tangan kanannya lalu digetarkan dengan sepenuh tenaga sambil bentaknya keras-keras . "Enyah kau dari sini!" Di dalam anggapannya, dengan getaran yang begitu keras dari pancaran tenaga dalamnya yang sempurna, paling tidak ia berhasil melemparkan tubuh nikou setengah umur itu ke belakang sehingga berjumpalitan. Siapa tahu begitu bentakan dipancarkan, tiba-tiba saja ia merasa munculnya segulung kekuatan yang balik menembusi tongkat bambunya langsung menerjang ke arah badan. Tak sempat lagi memutar otaknya cepat-cepat Kiu tok kaucu menarik napas panjang dan menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk melawan. "Weeesss ... !" Jubah hitam yang dikenakannya segera menggelembung besar sekali. Begitu tenaga serangan lawan saling menumbuk dengan kekuatan yang terpancar keluar dari tubuhnya, orang luar tidak mendengar suara apapun. Cepat-cepat nikou setengah umur itu mengendorkan sepasang tangannya dan melepaskan tongkat bambu itu lalu melayang mundur ke belakang, namun toh tubuhnya sempat termakan juga oleh tenaga getaran lawan sehingga mundur selangkah. Siapa tahu justeru karena terhimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk melangsungkan pertarungan kekerasan itulah tiba-tiba Kiu tok kaucu merasakan kepalanya menjadi berat kakinya ringan, kepalanya pusing, matanya kerkunang-kunang dan badannya tak sanggup lagi berdiri tegak. Kakinya menjadi lemas sekali, tak ampun lagi seperti juga keadaan Lan Sim-hu tadi ia jatuh terduduk pula ke atas tanah. Tiba-tiba saja ia menjadi paham akan duduk persoalannya yang sebenarnya dengan tenaga dalam Lan Sim-hu yang tidak berada dibawah kemampuannya ternyata ia seperti juga dirinya, jatuh terduduk dengan tubuh lemas, hal ini bukan disebabkan kepandaian mereka kalah dari musuhnya melainkan tanpa sadar mereka telah dipecundangi orang, sehingga racun itu mulai bekerja disaat mereka mulai mengerahkan tenaga dalamnya tadi. Tak disangsikan lagi, orang yang melepaskan racun itu sudah pasti Tong hujin sendiri. Padahal dia adalah Kiu tok kaucu ahli waris dari Kiu tok sinkun yang termashur pula dalam dunia persilatan karena kepandaian ilmu beracunnya. Namun dalam kenyataannya mereka tok masih bisa dipencundangi orang, apa lagi yang dapat dikatakan sekarang ? Sambil duduk diatas lantas Kiu tok kaucu menghela napas panjang dan pelan-pelan menutup matanya kembali. Peristiwa ini segera menimbulkan perasaan kaget dan ngeri bagi kedua perempuan dan empat lelaki anak buah Kiu tok kau tersebut, sekarang kaucu mereka beserta Lan Sim-hu telah di tangkap musuh, meski mereka berenam masih tetap bebas tetapi apa yang dapat mereka perbuat ... Tong hujin tertawa dingin tiba-tiba dia mengambil dua bungkusan kertas dari sakunya dan dilemparkan kehadapan Kiu toi kaucu serta Lan Sim-hu sambil katanya. "Isi bungkusan itu adalah obat penawar racun ... !" "Sebenarnya apa maksud tujuanmu?" Seru Kiu tok kaucu sambil membuka matanya kembali. "Aku tak bermaksud apa-apa aku hanya tak ingin membunuh kalian berdua." Dengan gemas dan penuh kebencian Kiu tok kaucu memandang sekejap kearah Tong hujin lalu dengan mulut membungkam mengambil bungkusan kertas itu dan menuang bubuk obat kedalam mulutnya. Lan Sim-hu sendiri sudah menelan bubuk penawar racun buatan sendiri dan saat itu sedang mengerahkan tenaga untuk mendesak keluar sari racun dari dalam tubuhnya. Sudah barang tentu ia mengetahui bahwa dalam ilmu beracun masing-masing aliran mempunyai cara yang berbeda dalam membuat obat penawar racunnya, itu berarti bubuk penawar racun yang ditelannya tadi belum tentu dapat memunahkan racun jahat lawan. Dalam keadaan begini akhirnya dia batalkan niatnya untuk bersemedi, diambilnya bungkusan obat dari Tong hujin tadi dan ditelan, isinya ... Tak selang berapa saat kemudian, kedua orang itu sudah merasa bebas dari semua pengaruh racun dari dalam tubuhnya, serentak mereka melompat bangun. "Sekarang kalian sudah boleh pergi dari sini, cuma kedua orang itu harus tetap tinggal disini." Kata Tong hujin dengan suara dingin. Sambil berkata ia menunjuk ke arah Wi Tiong hong serta Liu Leng poo berdua. "Sebenarnya karena apa hujin menginginkan putraku ?" Tanya Lan sim-hu segera. Tong hujin mendengus dingin. "Hm, dia bukan putramu, dia adalah Wi Tiong hong." "Sebenarnya siapakah kau ?" Seru Kiu tok kaucu penasaran. "Aku adalah Tong hujin." Kiu tok kaucu segera berpaling sambil katanya . "Sampai jumpa dilain waktu, saudara Lan ayoh kita pergi dari sini." Menanti Kiu tok kaucu dan Lan Sim-hu sekalian sudah pergi jauh dari situ, Tong hujin segera membawa pula Wi Tiong hong dan Liu Leng poo meninggalkan tempat itu. *** Kakek Ou dan Kam Liu cu berdua, seorang menyaru sebagai Tok seh siacu dan yang lain menyaru sebagai Lan Sim-hu ternyata berhasil membohongi Serigala kuning cakar beracun Siu It hong yang bertugas menjaga pintu keluar Pek seh sia dan meninggalkan bukit itu dengan langkah lebar. Sepanjang jalan tanpa menjumpai rintangan apa pun mereka berhasil ke luar dari sumur kering itu, sampai disini kakek Ou tak dapat menahan diri lagi dan segera tertawa terbahak-bahak. "Lotiang, mari kita segera melakukan pengejaran." Seru Kam Liu cu kemudian. "Tak usah terburu napsu," Sahut Kakek Ou sambil menggeleng. "biarpun Kiu tok kaucu dan Lan Sim-hu berhasil menculik orang kita, toh Lan Kun pit berdua ditangan kita yang mesti dikuatirkan? Persoalan yang penting saat ini adalah situasi yang kita hadapi sekarang, setelah terjadi kekalutan dalam selat Tok seh sia, apalagi kita berhasil lolos dari sumur kering itu, sudah pasti Liong Cay thian akan melakukan pencarian secara besar-besaran ditempat ini." "Padahal didalam gua batu diseberang sana hanya Tam lote seorang yang melakukan penjagaan sedangksn nona dan Lan Kus pit belum sadar dari pengerah obat penawar racun, dengan jarak gua yang begini dekat dengan sumur kering, siapa tahu jejak mereka akan segera ketahuan? Maka aku pikir lebih baik kita angkat pergi nona dan Lan Kun pit lebih dahulu." "Betul juga perkataan lotiang," Kam Liu Cu manggut-manggut. "kalau begitu kita harus bertindak sesepatnya." Bagaikan sambaran kilat cepatnya kedua sosok bayangan manusia itu berkelebat menuju ke gua batu dipunggung bukit, kakek Ou berjalan didepan sedangkan Kam Liu cu menyusul dibelakangnya. Tapi begitu melangkah masuk kedalam gua batu itu, mereka berdua segera merasakan hatinya bergetar keras ternyata sudah terjadi sesuatu peristiwa disana. Bukan begitu, si pena baja Tam See hoa terlihat menggeletak di atas tanah dan tertidur amat nyenyak, sedangkan nona So dan Lan Kun pit yang masih terpengaruh obat pembingung pikiran sudah tak nampak lagi batang hidungnya. Dengan perasaan gelisah kakek Ou segera memburu kedepan dan menghampiri Tam See hoa yang tertidur pulas, lalu membuka kain yang menutupi mukanya. Tampak Tam See hoa tergeletak dengan mulut terpentang lebar dan air liur meleleh diujung mulutnya ia nampak tertidur amat nyenyak sekali. Dari gejala tersebut, kakek Ou segera menduga kalau jalan darah tertidur Tam See hoa telah ditotok orang, dengan gerakan cepat ia segera menepuk punggungnya untuk membebaskan pengaruh totokan tersebut. Tam See hoa segera melompat bangun sambil membelalakkan matanya lebar-lebar apa lagi ketika melihat ada dua orang berdiri dihadapannya ia membuka mulut hendak mengucapkan sesuatu. Tapi kakek Ou segera bertanya dengan gelisah. "Tam lote, siapa yang telah menotok jalan darahmu ?" "Tidak ada," Sahut Tam See hoa agak melongo. "tak seorangpun yang masuk kemari, aku cuma tertidur saja." "Coba berpikirlah sekali lagi, mana nona dan Lan Kun pit? Siapa yang telah menculik mereka?" Pena baja Tam See hoa menjadi amat terperanjat setelah mendengar perkataan itu, serta merta dia melayangkan pandangan matanya kesekeliling tempat itu. Benar juga, So Siau hui dan Lan Kun pit sudah tak nampak lagi batang hidungnya, kontan saja merah padam selembar wajahnya karena gelisah cepat-cepat ia berseru. "Aku sendiripun tidak tahu apa sebabnya sampai tertidur begini nyenyak macam orang mati tapi aku masih ingat nona So dan Lan Kun pit masih berbaring didalam gua tadi lantas siapa yang telah menculik mereka?" Ketika dia melompat bengun tadi, dari tubuhnya mendadak terjatuh secarik kain kecil. Kam Liu cu menjadi sangat keheranan melihat hal ini dan segera memungutnya lalu ketika menjumpai kain itu seperti basah tanpa terasa ia mendekatkan ke hidung serta mengendusnya beberapa kali. Begitu diendus, tiba-tiba kepalanya terasa amat pening dan matanya menjadi berkunang-kunang, gejala ini sangat mengejutkan hatinya. Sebagai seorang jago kawakan yang sangat berpengalaman dalam dunia persilatan, banyak sudah dia lihat maupun dengar selama ini, jelas sudah kalau kain kecil itu sudah dibubuhi obat pemabok. Maka setelah menghembuskan napas panjang katanya: "Lotiang tak usah bertanya lagi, saudara Tam telah dipecundangi orang tanpa di sadari." "Apakah Kam lote berhasil menemukan sesuatu?" Tanya kakek Ou. Sambil memperlihatkan kain kecil tadi, kata Kam Liu cu . "Silahkan lotiang periksa, kain ini telah dibubuhi obat pemabuk yang sering digunakan dalam dunia persilatan, tetapi sungguh aneh, tampaknya cara yang digunakan orang ini untuk memabukkan orang tidak terlampau hebat." Ketika menjumpai kain kecil yang berada ditangan Kam Liu cu itu. Tam See hoa menjadi malu bercampur marah, segera serunya dengan geram bercampur mendongkol : "Perkataan Kam tayhiap memang betul obat pemabuk semacam ini memang cuma digunakan kaum kurcaci dan manusia pengecut didalam dunia persilatan." "Coba sekali lagi saudara Tam bayangkan kejadian itu, setelah aku pergi tadi bukankah kau masih bersemedhi? Semenjak kapan kau tertidur? Apakah saat itu kau sudah merasakan ada sesuatu yang tak beres?" Keris Maut Karya Kho Ping Hoo Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo