Ceritasilat Novel Online

Raja Silat 15


Raja Silat Karya Chin Hung Bagian 15


Raja Silat Karya dari Chin Hung   Tulisan itu diukir sedalam beberapa coen hal itu membuktikan kalau tenaga dalam orang itu sudah mencapai pada taraf kesempurnaan, si gadis cantik pengangon kambing itu setelah melihat hal itu diam diam merasa terperanjat pikirnya.   Tulisan ini jalas ditulis dengan menggunakan ilmu jari Kiem Kong Cie, jika dilihat dari dalamnya tulisan ini jelas tenaga dalamnya sudah mecapai pada puncaknya, sekalipun Tia sendiri belum tentu bisa melakukannya.   Ujarnya kemudian kepada Lie Siaw Ie.   "Cici orang yang meninggalkan tulisan ini pasti merupakan cianpwee yang berkepandaian tinggi, kalau tidak siapa lagi yang bisa memiliki kepandaian begitu tinggi ??"   "Wan moay cepat berangkat "   Tiba tiba Lie Siauw Ie berteriak dengan keras.   "Malam ini dikota Tang Yang suhu mau berunding dengan orang."   Si gadis cantik pengangon kambing menjadi melengak.   "Cici kau bilang apa ?"   "Coba kau baca tulisan ini,"   Sen Lie Siaw Ie sambil menuding kearah tulisan itu. Waktu itulah si gadis cantik pengangon kambing baru memperhatikan tulisan pada kulit pohon itu yang kira kira bermaksud.   "Malam ini diluar kota Tang Yang Lie Loo jie akan berkelahi dengan si penjahat naga merah dikuil Siang Liang Sie, cepat pergi menonton."   Agaknya Lie Siauw Ie tak tahu siapakah si penjahat naga merah itu, tanyanya kemudian.   "Wan-moay, siapakah si penjahat naga merah itu ??"   "Pada duapuluh tahun yang lalu si penjahat naga merah ini sudah menggetarkan seluruh dunia kangouw. Pekerjaan pekerjaan busuk yang dilakukan bukan saja merampok bahkan membunuh orang semau hatinya. Pada waktu dekat ini tiba tiba muncul kembali didalam Bulim dan mengganggu banyak kota besar. Pada dua puluh tahun yang lalu Tia pernah pergi mencari dia tapi dengan secara tiba tiba dia menyembunyikan dirinya, tak disangka kali ini bisa bertemu muka kembali, pertempuran malam ini pasti amat sengit"   "Wan moay kau pernah bertemu dengan orang ini ?"   Tanya Lie Siauw Ie kembali. Si gadis cantik pengangon kambing gelengkan kepalanya "Jago jago pada dua puluh tahun yang lalu mana mungkin aku pernah menjumpainya, hanya saja ... ."   Mendadak didalam benaknya berkelebat kembali bayangan dari Ang in sin pian itu Cungcu dari Ie He Cang, sambungnya kembali.   "Hanya saja Cungcu adalah ahli warisnya, apa kau masih tak mengerti ??"   "Oooh ... kiranya Cungcu adalah ahli waris dari seorang penjahat terkenal dari Bu lim, bilamana orang orang perkampungan tahu masalah ini mereka pasti tidak akan membiarkan dia merebut kedudukan sebagai Cungcu. Wan Moay ayoh berangkat, malam ini kita harus bisa melihat bagaimana bentuk wajahnya itu penjahat naga merah"   Mareka berdua segera membawa kawanan kambingnya melakukan perjalanan kembali menuju ke kota Tang Yang, tak sampai dua jam mereka tiba di dalam kota tersebut.   Bukannya mereka langsung menuju ke dalam kota sebaliknya mencari terlebih dahulu sebuah rumah penginapan diluar kota untuk beristirahat bahkan menanyakan pula letak kuil Siang Lian Si yang letaknya kurang lebih dua puluh li diluar kota sebelah barat itu.   Menanti matahari sudah lenyap dan dibalik gunung berganti cuaca yaog agak remang remang barulah si gadis cantik pengangon kambing berpesan kepada si pelayan rumah penginapan itu.   "Kawanan kambing ini untuk sementara kami titipkan disini, malam ini kami berdua mau masuk ke dalam kota dan belum tentu kembali., kalian tak usah menunggu."   Pelayan itu segera menyahut dan melaksanakan apa yang telah diperintahkan.   Selesai membereskan pakaian serta tidak lupa menggembol senjata rahasia, sigadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie segera berangkat menuju ke kota sebelah barat dan dari sana berlari menuju kekuil Siang Lian Si.   Jarak dua puluh li bagi orang yang berkepandaian bukanlah jauh.   Tidak sampai satu jam kemudian sudah terlihatlah bangunan kuil yang berdiri dengan angkernya dipinggiran sebuah bukit, bangunan kuil tersebut kelihatan amat kokoh dan angker sekali, apalagi atapnya yang berwarna merah darah membuat keadaannya semakin serem.   Dengan cepat mereka berdua berkelebat menuju keluar kuil, ujar si gadis cantik pengangon kambing kemudian dengan suara lirih.   "Ayo kita masuk dan melihat apakah Tia sudah tiba?"   "Wan moay, kita harus lebih berhati hati"   Ujar Lie Siauw Ie.   "Jikalau si penjahat naga merah itu datang terlebih dahulu dan sampai di temui oleh dia sekalipun kita turun tangan bersama belum tentu bisa menangkan dirinya"   "le cici, kau tidak usah terlalu pandang tinggi dirinya"   Sahut gadis cantik pengangon kambing itu tertawa geli.   Ini hari bisa memperoleh kesempatan seperti ini kita harus coba coba juga kepandaiannya.   Saat itu bilamana siauw-moay sudah tidak kuat kau baru turun tangan membantu.   Dengan keganasan serta kelihayan dari Thian Pian Siauw cu pun kita herdua tidak ada gunanya harus takuti dia orang? bagaimana hebatnya kepandaian silat si penjahat naga merah ini siapapun tidak ada yaag tahu, kemungkinan sekali dia hanya sebuah macan kertas juga belum tentu." 'Bukannya kita takut padanya, hanya saja didalam melakukan pskerjaan kita harus selalu berhati hati.   Gadis cantik psngangon kambing itu tertawa kembali, dia tidak banyak bicara lagi tubuhnya segera amelayang masuk kedalam kuil dan disusul oleh Lie Siauw Ie dari belakang.   Sesudah masuk kedalam halaman kuil Siang Lian si itu tampaklah sebuah jalan kecil yang panjangnya beberapa kaki terbentang di tengah halaman, sedang disampingnya tumbuhlah pohon pobon siong dengan amat lebatnya, keadaan begitu sunyi tak terdengar sedikit suarapun, suasana serta keadaan yang begitu sunyi dan begitu menyeramkan membuat gadis cantik pengangon kambing maupun Lie Siauw Ie merasa di dalam hatinya merasa berdesir juga.   Sedang perasaan tegangpun mulai mencekam tubuh mereka berdua, langkah kakinya semakin diperingan sedang semua perhatiannya ditujukan pada gerak gerik disekelilingnya.   Selesai melewati jalan kecil yang amat panjang itu dihadapannya muncullah sebuah ruang bangunan yang amat angker dan megah, pintu ruangan tersebut tertutup dengan rapat, baru saja gadis cantik pengangon kambing itu mau memberi tahu kepada Lie Siauw le untuk meloncat naik ke atas atap mendadak dari luar kuil terdengar suara pembicaraan beberapa orang.   Gadis cantik pengangon kambing itu tidak berani berlaku ayal lagi, cepat cepat dia menarik tangan Lie Siauw Ie untuk bersembunyi dibelakang sebuah pohon besar, ujarnya deagan suara perlahan.   "Ie cici, coba kau dengar, agaknya diluar kuil ada orang yang sedang berbicara, apakah mungkin Tia atau si panjahat naga merah sekalian yang sudah datang?"   Lie Siauw Ie hanya gelengkan kepalanya dan mendengarkan lebih cermat lagi, mendadak pintu kuil terbuka lebar dan masukklah tiga orang.   Pandangan sigadis cantik pengangon kambing yang lebih tajam di dalam sekali pandang saja segera bisa melihat kalau mereka itu adalah si-Thiat sie poa, si siucsy buntung serta si pengemis pemabok.   Terdengar suara dari si siucay buntung sedang berkata.   'Benar, memang ada disini, dahulu aku masih menganggap si penjauat naga merah ini adalah seorang lelaki sejati tak disangka dia bisa melakukan pekerjaan yang mencelakai orang lain ..' "Hmmm, jika ini hari kita bertemu muka lagi jangan sampai membiarkan dia lolos kembali, kepandaian bangsat itu sangat lihay."   Thiat Sie sianseng tertawa, ujarnya.   "Aku juga. Tidak sampai kentongan ketiga mereka pasti datang, sejak pertemuan kita setahun yang lalu digunung Wu san dan si pengemis busuk terluka ditangannya tentu ini hari kepandaiannya lebih lihay lagi, waktu itu jikalau bukannya aku mengandalkan gerakan dari Sah cap lak Thian Kang Hwee Sioe Poo yang punya perubahan aneh dan memancing dia berlari disekeliling gunung tenteu si pengemis busuk tidak akan sempat mengobati lukanya dan meloloskan diri dari sana"   Dia berhenti sebentar kemudian sambungnya lagi.   "Jika ditinjau dari keadaan seperti ini lebih baik kita jangan berhadapan secara langsung dengan dia. Untung saja ini hari bertambah dengan Lie Loo jie seorang sehingga kedudukan kita lebih menguntungkan."   "Ha la ha ... tidak disangka sie poa rongsokanmu itu masih mempunyai pikiran untuk membokong orang, sungguh aneh, sungguh sangat aneh ..."   Mendengar omongan itu Thiat Sie sienseng tertawa terbahak bahak.   "Si penjahat naga merah mencelakai orang terlebih dahulu sehingga membuat para hidung kerbau itu mengejar kita terus menerus bilamana ini hari kita bisa menguasai dia dengan menggunakan akal, aku kira hal ini tidak melanggar peraturan Bu lim. Saat itu mereka sudah berjalan sampai didepan pintu ruangan yang amat megah itu. Gadis cantik pengangon kambing maupun Lie Liauw Ie sekarang baru tahu kiranya toosu toosu Bu tong pay bisa cari mereka untuk balas dendam, hal ini dikarenakan fitnahan dari si penjahat naga merah, tidak aneh kalau mereka mau cari si penjahat naga merah untuk mencari balas. Ketiga orang itu setelah mengetahui pintu ruangan tertutup rapat, masing masing saling memandang sekejap, setelah itu tampak si siucay buntung yang pertama tama menutulkan ujung kakinya yang tinggal sebelah melayang ke atas atap rumah disusul si pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng dan bersembunyi di balik wuwungan rumah. Dengan tidak mengucapkan sepatah katapun si gadis cantik pengangon kambing itupan menutulkan kakinya dan meloncat naik keatas rumah untuk selanjutnya bersembunyi dibalik wuwungan rumah. Lie Siauw Ie yang melibat gadis cantik peengangon kambing ikut meloncat naik, diapun siap siap meloncat pula, siapa tahu mendadak dari luar kuil terdengar suara dengusan kerbau yang amat berat, seketika itu juga membuat dia melengak, pikirnya.   "Ternyata dia datang juga, ternyata dia dalangnya juga"   Di dalam hati Lie Siauw Ie terus menerus memikirkan diri Liem Tou dengan sendirinya terhadap manusia misterius itu diapun menaruh perhatian penuh, kini mendengar suara dengusan dari seekor kerbau sudah tentu membuat pikirannya segera berubah.   Bukannya dia ikut meloncat naik keatas wuwungan rurmh sebaliknva malah berlari keluar dari kuil, tidak salah lagi kurang lebih beberapa kaki diluar kuil berdirilah seekor kerbau.   Cepat cepat Lie Siauw Ie berlari mendekat ke arah kerbau tersebut, tetapi pada saat yang bersamaan pula kerbau itu mendadak putar tubuh dan lari dari sana Lie Siauw Ie menjadi gusar, bentaknya nyaring "Binatang, kau mau lari kemana?"   Dengan cepat dia kerahkan tenaga dalamnya untuk mengejar dari belakang, siapa tahu larinya kerbau itu makin lama semakin kencang semakin cepat, lama kelamaan Lie Siauw Ie yang mengejar dari belakang semakin mengejar semakin menjauhi kuil itu.   Lie Siauw Ie menjadi amat gemas, dengan cepat dia mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya dengan "Liu Im Hui Sie atau terbang layang mengitari selat dari kitab pusaka Toa Loo Cin Keng, laksana bertiupnya angin kencang dia mengejar lebih cepat lagi kearah larinya kerbau itu.   Agaknya kerbau itu mendengar adanya sambaran baju dibelakangnya, terdengar dia mendengus berat mendadak larinya dua kali lipat lebih cepat dari semula, membuat Lie Siauw-Ie sikali lagi ketinggalan lebih jauh.   Lie Siauw Ie menjadi amat gusar, dengan cepat dirautnya segenggam senjata rahasia Kioe Cu Gien Ciam dan disambit dengan dahsyatnya kearah kerbau itu.   Siapa tahu seperti juga dibelakang punggungnya ada mata, mendadak kerbau itu putar tubuhnya dan menyusup ke sebelah kiri, hanya di dalam sekejap saja sudah lenyap ditengah gerombolan pohon.   Sekali lagi Lie Siauw Ie membentak dengan keras tubuhnya dengan cepat ikut menyusup ke dalam semak semak itu, tetapi pada waktu itulah kerbau tersebut sudah lenyap tanpa bekas.   Tanpa terasa lagi dia menundukkan kepalanya dengan lemas, dalam bati dia tahu sekalipun mengejar juga tiada guna karenanya segera dia putar tubuh siap kembali ke arah kuil Siang Lian Si.   Mendadak...   suara rintihan yang amat perlahan berkumandang datang dari sebelah kirinya.   Lie Siauw Ie menjadi amat heran, cepat-cepat dia mencari dimana berasalnya suara tersebut.   Belum sampai puluhan kaki dia berjalan terlihatlah sesosok tubuh menggeletak di atas tanah, sedang kerbau tersebut berdiri disamping tubuhnya dan makan rumput dengan amat tenangnya.   Dalam hati Lie Siauw Ie hanya merasakan hatinya tergetar amat keras, pikirnya.   "Apakah orang ini adalah manusia misterius itu? Dengan meminjam sinar bintang yang memancarkan sinarnya remang remang dia pandangi wajah orang itu lebih teliti lagi, mendadak dia menjadi amat terperanjat, teriaknya.   "Adik Tou, kau ... kau ... bagaimana kau berada disini ?"   Tapi ... tiba tiba bayangan sewaktu Liem Tou jatuh ke dalam jurang di bawah Jembatan pencabut nyawa terbayang kembali didalam be naknya, teriaknya lagi.   "Oooh .... adik Tou, kau sungguh sungguh tidak mati, kau sungguh tidak mati ??? Bagaimana kau bisa lolos dari maut ? ? "   Sambil berteriak serta merta tubuhnya menubruk ke dalam pangkuan Liem Tou yang sedang berbaring di atas tanah, sedang air mata mengucur keluar dengan amat derasnya.   "Oooh Ie cici, kau ? Aku sudah naik ke atas Ie Hee Cung tapi disana aku tak melihat kau, kiranya kau berada disini .."Kau sudah naik ke Ie Hee Cung?"   Potong Sie Siauw Ie cepat. Apa kau telah bertemu dengan ibuku "   Perlahan lahau Liem Tou bangun dan duduk kembali, mendadak Lie Siauw Ie melihat sinar matanya amat tajam sekali bahkan amat berbeda dengan setahun yang lalu tanpa terasa dia jadi tertegun, pikirnya.   "Apakah didalam satu tahun ini adik Tou betul betul sudah barhasil melatih ilmu silatnya ? Kalau tidak bagaimana sinar matanya bisa begitu tajam dan bersinar ? ?"   Waktu ini Liem Tou sedang memandangi wajah Lie Siauw Ie dengan terpesona agaknya dia mau mengucapkan sesuatu mandadak dibatalkan kembali. Melihat perubahan wajahnya itu dalam hati Lie Siauw Ie merasa berdesir, teriaknya.   "Adik Tou kenapa kau tidak mau berbicara?? Ibuku kenapa ?"   Sekali lagi Liem Tou dibuat ragu ragu oleh pertanyaan ini. akhirnya sahutnya sambil mengangguk.   "Aku sudah bertemu dengan beliau, dia sekarang masih sehat waalfiat."   Agaknya Lie Siauw Ie bisa mepercayai perkataanaya ini, terdengar dia bertanya kembali.   "Adik Tou. bagaimana kau bisa berbaring disini seorang diri ???"   "Sesudah aku naik ke atas gunung Ha Mo san dan mencari kau dimana mana tidak disangka ditengah jalan sudah bertemu dengan kerbau ini, agaknya dia masih ingat dengan majikannya melibat aku ada di sana segera dia berjalan mendekati aku demikianlah dengan menunggang kerbau ini aku bisa berkelana ke mana mana, setiap kali aku bertemu dengan orang pasti kutanyakan apakah sudah bertemu dengan kau, siapa tahu larinya kerbau ini lebih cepat beberapa kali lipat dari dahulu karena saking lelahnya tak terasa aku sudah tertidur ditempat ini"   Liem Tou sama sekali tak bicara jujur Kiranya dia yang sudah mempelajari ilmu dari kitab pusaka "To Kong Pit Liok"   Di ruangan sumur kering itu dia tidak memperoleh suatu kesukaran apa apa dikarenakan dia pernah mempelajari ilmu silat dari kitab pusaka "Toa Loo Cin Keng' ditambah lagi latihan tenaga dalamnya sewaktu berada di gua gelap diatas puncak Ngo Lian-Hong memberikan dasar yang amat bagus buat dirinya, karena itu tak sampai sebulan lamanya dua jalan darahnya sudah berbasil ditembusi sehingga kepandaiannya pun bertambah lipat ganda Ketika mencapai setahun lamanya baik tenaga dalam maupun ilmu meringankan tubuhnya sudah mencapai taraf paling atas.   diapun dengan tekun mempelajari isi dsri kitab pusaka "Toa Loo Cin Keng"   Sehinggi tanpa dia sadari ilmu silanya sudah mencapai pada tingkatan paling atas dan boleh dikata sudah terhitung sebagai jago nomor wahid di dalam Bu lim.   Sebetulnya kitab pusaka To Kong Pit Liok ini berisikan ajaran rahasia dari ilmu silat ting atas, mana mungkin Lem Tou bisa berbasil menguasai seluruh isinya hanya di dalam satu tahun saja ? ? Dikarenakan di dalam batinya dia terus menerus merindukan diri Lie Siauw Ie walaupun dia benar benar belum menguasai dari kitab pusaka "To Kong Pit Liok"   Dia keluar juga dari dasar sumur kering itu.   Waktu itu suasana didalam bangunan tersebut amat sunyi sekali, setelah diperiksa sekali disekitar tempat itu pada sebuah ruangan kamar ditemuinya sesosok mayat yang kini tinggal tulang belulangnya saja, dia tahu tengkorak itu pasti tengkorak wanita yang memberi tahukan tempat disimpannya kitab pusaka "To-Kong Pit Liok"   Itu.   bahkan dirinya sudah menyanggupi untuk mencarikan puteranya dan beritahukan siapakah musuh besarnya.   Dia berdiam beberapa waktu lamanya di dalam ruangan itu, mendadak dibagian dada tengkorak tersebut kelihatan tertinggal sebuah lempengan perak, cepat cspat dipungutnya benda itu.   Terlihatlah psda sebuah lempengan perak itu terukir sebuah gambar burung hong yang berkaki tunggal, dia tidak tahu apa maksud gambar itu dengan perasaan heran disimpannya benda itu ke dalam saku lalu keluar dari sana.   Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya hanya di dalam sekejap mata dia telah sampai disamping sungai dibawah gunung Wu san itu.   Waktu itu cuaca sudah menunjukkan tengah malam, dikarenakan gembira dan inginnya segera berjumpa dengan Lie Siauw Ie secepat mungkin membuat dia sedikit lupa daratan suara suitan panjang segera memecahkan kesunyian, dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya Liem Tou berlari mengikuti tepian sungai, hanya terlihat bayangan hitam ysug berkelebat dengan cepatnya, dalam sekejap mata saja lima puluh li sudah dilalui tanpa terasa.   Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang amat cepat inilah didalam satu malam dia sudah menempuh suatu perjalanan yang jauh sekali, pada keesokan harinya dia telah berada didalam kota Ciang Kong dibawah gunung Cing Jan.   Tanpa beristirahat lagi dia melanjutkan perjalanannya menuju ke atas gunung Ha Mo San.   Dengan kepandaian siat yang dimiliki sekarang ini untuk melewati ketiga rintangan bahaya itu sudah tentu tidak dipandang sebelah matapun olehnya, hanya didalam satu kali loncatan rintangan maut itu: Sungai Kematian, Tebing maut serta Jembatan pencabut nyawa sudah dilalui tanpa susah susah.   Hari itu juga dia sudah tiba di perkampungan Ie Hee Cung di atas gunung Ha Mo Leng, dengan kecepatannya gerakan waktu ini sudah tentu tak seorang pun yang merasa akan kunjungannya ini.   Pertama tama dia berlari menuju ke rumahnya Lie Siauw Ie, ketika dilihatnya pintu maupun jendela dikunci dengan amat rapatnya tanpa disadari dia sudah berdiri tertegun.   Sekalipun dia sudah mencarinya diseluruh pelosok perkampungan itu jangan dikata Lie Siauw Ie serta ibunya sekalipun bayangannya pun tak kelihatan, di dalam keadaan yang apa boleh buat terpaksa dia harus munculkan diri untnk bertanya kepada seorang rakyat dari perkampungan.   Ketika orang itu melihat kalau yang muncul adalah Liem Tou walaupun didalam hati dia merasa heran tetapi dengan sejujurnya mau juga dia menceritakan keadaan yang telah terjadi atas diri Lie Siauw Ie serta ibunya.   Pada waktu diketahuinya bagaimana Lie Siauw Ie mengikuti dirinya terjun ke dalam jurang di bawah Jembatan pencabut nyawa, kemudian ibunyapun ikut binasa karena sedihnya, untuk beberapa waktu lamanya hampir hampir dia dibuat jatuh pingsan.   Demikianlah sejak hari itu dia tentulah menangis dengan amat sedihnya didepan kuburan ayahnya.   Karena kejadian itu setiap malam rakyat dari Perkampungan Ie Hee Cung tentu mendengar adanya suara tangisan seseorang yang tidak di arah munculnya sehingga membuat seluruh perkampungan menjadi gempar, tetapi Liem Tou tidak ingin diketahui kemunculannya disana karenanya hingga saat ini seluruh rakyat dari perkampungan masih menganggap peristiwa tersebut sebagai suatu teka teki.   Tiga hari kemudian perasaan masgul yang mengganjal hati Liem Tou sudah agak mengendor, Waktu itulah dia baru meninggalkan gunung Ha Me Leng.   Disebabkan diapun mendengar kalau sigadis cantik pengangon kambing ikut terjun bersama sama Lie Siauw Ie, di didalam hati segera mengambil keputusan untuk naik keatas gunung Go bie.   Didalam perjalanan ini dia mendengar adanya perampokan perampokan yang amat dahsyat didalam Bu lim, membuat hatinya semakin mendendam pada orang orang yang bermaksud jahat.   Diapun heran kenapa siapa s'cangkul pualam Lie Sang sebagai seseorang dedengkotnya Bu lim hanya berpeluk tangan saja didalam peristiwa ini.   Karena itulah sewaktu dia tiba diatas gunung Go bie dengan kata kata pedas dia membuat Thian Pian Siauw cu menjadi jengkel dan pergi dari sana, kemudian menghadiahkan intan dan membawa pergi kerbaunya, disampmg itu mencuri lempengan besi milik Lie Loo jie untuk mancing dia muncul kembali dalam Bu lim.   Karena tak ingin muncul kembali diantara Lie Loo jie sekalian makanya sewaktu berada dikuil Siang Lian si dia hanya memancing Lie-Siauw Ie seorang saja untuk bertemu dan melepaskan rindunya.   Sekalipun saat ini Liem Tou tak mau bicara terus terang sehingga membuat Lie Siauw Ie menaruh sedikit perasaan curiga karena cintanya kepadanya membuat dia tidak mau pikirkan hal ini lagi di dalam hatinya, dia hanya menganggap dikarenakan banyaknya musuh di dalam Bulim memang seharusnya dia sedikit menyembunyikan kepandaian silatnya.   Kini berganti Lie Siauw Ie yang menceritakan kisahnya bagaimana dia ditolong oleh gadis cantik pengangon kambing kemudian mengangkat Lie Loo jie sebagai suhunya dan berhasil mempelajari isi dari kitab pusaka Toa Loo Cin Keng, lalu bagaiman mereka dipancing oleh seorang manusia misterius sehingga terpaksa turun gunung.   Selesai mendengar kisahnya ini mendadak Liem Tou menjerit keras.   "Oooh Ie cici, kenapa tidak kau katakan sejak tadi? Pertempuran antar dua jago Bu lim yang memiliki kepandaian silat yang amat tinggi pasti menarik sekaii, ayoh kita berangkat"   Lie Siauw Ie angkat kepalanya memandang terlebih dulu keadaan cuaca, setelah diketahui waktu itu sudah menunjukkan kentongan yang kedua dan takut gadis cantik pengangon kambing mencari dia ditempat lain, sahutnya.   "Baiklah ayoh kita berangkat"   Mereka berdua segera berjilan keluar dian-tara semak semak, terlihatlah kerbau itu mengikuti dengan tenangnya dari belakang.   "Entah bagaimana kerbau itu bisa berubah menjadi amat cerdik dan sakti"   Ujar Liem Tou lagi.   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Ayoh kita naiki saja"   "Sungguh!"   Seru Lie Siauw Ie ragu, karena dia sudah dua kali melihat gerak gerik yang aneh dari kerbau itu "Apa ada kalanya dia meninggalkan dirimu seorang diri?'' Dalam hati diam diam Liem Tou merasa geli, dia tahu tentu dalam hatinya sudah menaruh perasaan curiga, dengan wajah yang kebingungan ujarnya.   "Cici bagaimana kau bisa bertanya begini? aku kira dia akan pergi sendiri sewaktu aku tertidur pulas, kecuali itu dia belum pernah meninggalkan samping tubuhku"   Lie Siauw Ie diam diri tidak berbicara lagi, demikinlah kedua orang itu segera naik keatas punggung kerbau dan melarikannya memenuju ke kuil Siang Lian Si.   Sesampainya di depan kuil, terlihatlah suasana di sekeliling tempat itu masih tetap sunyi senyap saja, ujarnya dengan suara perlahan.   "Adik Tou, entah mereka sudah datang atau belum? Lebih baik gerak gerik kita sedikit berhati hati"   Liem Tou mengangguk tanda setuju, sesudah meloncat turun dari tunggangannya dia menepuk punggung kerbau itu.   "Sana pergi sendiri!"   Kerbau itu seperti juga mengerti atas perkataannya, dengan mendengus perlahan dia meninggalkan tempat itu.   Sesudah memasuki pintu kuil mendadak Lie-Siauw Ie berkelebat melanjutkan langkahnya dengan bersembunyi dibalik pohon pohon siong.   Liem Tou pun segera mengikuti dari belakangnya.   Terdengar suara yang perlahan ujar Lie Siauw Ie.   "Wan-moay menguntit diri Tionggoan Sam-Koay menuju kebelakang ruangan ketika dia tidak tampak diriku hatinya tentu sedang risau dan bingung."   Dengan ketajaman telinga Liem Tou saat ini mendadak dia dapat mendengar dibalik tembok ada orarg yang sedang berbicara dengan suara perlahan, ketika di dengar lebih teliti lagi dia baru tahu itu adalah suara dari Tioag-goan Sam Koay pikirnya Si pengemis pemabok sudah pernah bertemu dengan aku ketika masih berada digunung Wu san, walaupun saat itu dia sedang pusatkan perhatiannya untuk menyembuhkan luka dalamnya tapi dia tahu atas kehadiranku, jika aku munculkan diriku saat ini maka rahasiaku pasti akan kebongkar saat ini juga, untuk mengelabui orang lain akan menjadi lebih sukar lagi.   Berpikir akan hal ini segera ujarnya kepada Lie Siauw Ie.   'Cici kau pergilah kesana, coba lihat dia bersembunyi dimana, biariah aku bersembunyi disini saja untuk menanti Kedatangan cici"   Lie Siauw Ie segera mengangguk, tampak tubuhnya dengan amat ringan melayang naik keatas wuwungan kemudian berlari menuju ke halaman belakang.   Liem Tou yang melihat gerak gerik Lie Siauw Ie amat ringan dan memang jauh berbeda dengan setahun yang lalu di dalam hati diam diam ikut bergembira juga, segera dia tidak mau berdiam diri dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi berkelebat mengikuti dengan kencang dari belakangnya.   Liem Tou yang sudah ada diatas wuwungan rumah hanya dalam sekali pandangan sudah melihat kalau Tionggoan Sam Koay bersembunyi di balik wuwungan rumah sebelah belakang dan saat ini sedang guyon, sedang gadis cantik pengangon kambing bersembunnyi dibalik tembok kurang lebih tiga kaki dari tempat persembunyian Tionggoan Sam Koay, saat ini dia sedang melihat ke kanan melihat ke kiri dengan bingungnya.   Liem Tou tahu waktu ini dia pasti sedang risau karena Lie Siauw Ie tak mengikuti dirinya.   Pada saat itulah Lie Siauw Ie sudah muncul disana, gadis cantik pengangon kambing itu menjadi semakin bingung dibuatnya mau panggil takut tempat persembunyiannya diketahui tidak memanggil tidak mungkin.   Mendadak si siucay buntung membentak dengan amat keras.   "Siapa yang datang 7"   "Aduh celaka "   Pikir gadis cantik pengangon kambing di dalam hati. Bila ditemui oleh mereka kita pasti celaka"   Terlihatlah tubuh Lie Siauw Ie berkelebat dengan amat cepatnya, laksana dengan seekor kucing dengan lincahnya sudah meloncat turun dari atas wuwungan dan bersembunyi dipojokan yang gelap Tampak tiga sosok bayangan berkelebat Tionggoan Sam Koay sudah muncul diatas atap rumah dan mulai memeriksa disekeliling tempat itu.   Terdenngar si siucay buntung dengan nada keheranan sedang berkata.   "Terang terangan aku dengar suara langkah manusia, bagaimana melihat orangnya?"   "Perkataan dari kau si siucay buntung sedikit pun tidak salah,"   Sambung si pengemis pemabok.   "Apa mungkin si penjahat naga merah atau Lie Loo jie? Mendengar perkataan dari si pengemis pemabok ini tanpa terasa mereka bertiga sudah putar tubuhnya kembali dan berdiri bersama sama, saat ini dengan saling pandang memandang berdiri melongo disana. Liem Tou yang melihat keadaan mereka segera tahu, tentunya setelah merasakan pahit getirnya sewaktu melawan si penjahat naga merah digunung Wu san mereka sudah tahu kelihayannya dan tidak berani berlaku gegabah. Diam diam didalam hati merasa geli juga kepingin sekali dia melihat dengan cara bagaimana mereka bertiga mau menghadapi diri si penjahat naga merah itu. Berpikir sampai disini Liem Tou tidak mau berpikir panjang lagi, segera dia meninggalkan tempat itu untuk bersembunyi diatas pohon siong. Kentongan ketiga dengan cepat menjelang, tiba tiba dari dalam kuil Siang Liap si berkumandang suara genta yang dipukul bertalu talu Dengan perlahan pintu ruangan tengah terbuka dan muncul puluhan Hweesio gundul dari dalam, masing masing pada merangkap tangannya didepan dada, semangatnya tinggi dan mempertahankan keangkeran dari wajahnya masing masing. Terakhir muncullah seorang Hweesio tua yang kurus kering seperti lidi dengan kulit badan hitam gelap. Sesampainya di depan pintu kepalanya yang semula ditundukkan rendah rendah tiba tiba di angkat keatas dan memancarkan sinar yang tajam memandang kesekeliling tempat itu kemudian disusul dengan suatu senyuman yang amat dingin menghiasi bibirnya. Dalam hati Liem Tou merasa tergetar amat keras, pikirnya.   "Ini sungguh amat aneh, dengan ketajaman mata dari Hwiesio tua ini boleh dikata kepandaian silatnya sudah memcapai taraf kesempurnaan, bagaimana didalam Bulim tidak pernah terdengar namanya?"   Belum selesai dia berpikir mendadak dari luar kuil muncul sesosok bayangan hitam yang berkelebat dengan amat cepatnya menuju kearah kuil, setiap lompatannya bisa mencapai puluhan kaki jauhnya bahkan secara samar samar terdengar suara dengusan kerbaunya yang amat nyaring.   Liem Tou tahu orang ini pasti Lie Loo jie atau diri si penjahat naga merah, dengan sendirinya diapun ikut bersiap diri.   Gerakau orang itu amat cepat sekali, hanya di dalam sekejap mata dia sudah memasuki pintu kuil, waktu inilah Liem Tou baru bisa melihat jelas kalau orang itu tidak lain adalah si penjahat naga merah.   Tampak tubuhnya yang kokoh kekar begitu masuk ke dalam kuil segera jatuhkan diri berlutut dihadapan Hweesio berwajah hitam itu.   Belum sampai tubuh penjahat naga merah itu mencapai permukaan tanah Hweesio tua itu sudah kebaskan tangannya "Tidak perlu!"   Sedang matanya diam diam mulai memberi tanda kepada si penjahat naga merah ita, ujung jarinya dengan gerakan cepat menunjuk keatas wuwungan rumah.   Melihat kelakuannya itu Liem Tou merasa hatinya tergetar amat keras, dia tahu Hwsesio tua itu amat lihay sekali dan kini sedang memberi tahu tempat persembunyian dari gadis cantik pengangon kambing.   Lie Siauw Ie beserta Tionggoan Sam Koay.   Dengan gugup dia mengerahkan kepandaian saktinya, dengan ilmu untuk menyampaikan suara, ujarnya kepada orang orang itu.   "Hwesio kurus berwajah hitam itu smat lihay. Dia sudah tahu tempat persembunyian kalian, cepat cepat menyingkir dan jangan berlaku gegabah"   Baru saja selesai berbicara suara dengusan kerbaunya berkumandang kembali, tampak sesosok bayangan hitam bsrkelebat hanya didalam sekejap mata saja sudah memasuki pinta kuil.   "Hmmm ...sungguh lihay sekali"   Puji Liem-Tou di dalam hati. Terdengar Hweesio kurus berwajah hitam berbisik bisik kepada si penjahat naga merah.   "Dia sudah datang, kau harus hadapi dirinya sebaik mungkin."   Si penjahat naga merah sedikit mengangguk, mendadak dia tertawa panjang dengan amat kerasnya sehingga menggetarkan seluruh bumi, ujarnya keras.   "Loolap menanti kedatangan dari Lie sicu!"   Baru saja dia selesai berkata, tampak sesosok bayangan abu abu berkelabat, si cangkul pualam Lie Sang dengan dandanan seorang petani sudah muncul disini, sahutnya.   "Hey penjahat naga merah kau sungguh lihay sekali, apa yang disiarkan dalam Bu lim agak nya bukanlah omongan kosong belaka. disini aku Lie Loo jie beri hormat terlebih dulu "   Selesai berkata dia merangkap tangannya memberi hormat bersamaan pula mataaya berkelebat memandang keadaan disekeliling tempat itu.   Mendadak matanya berhenti diatas tubuh Hweesio tua berwajah hitam itu, air mukanya segera berubah amat hebat.   Kelihatannya dia dibuat terkejut oleh ketajaman matanya.   Lama sekali dia baru terdengar dia buka mulut berkata.   "Tolong tanya apakah Thaysu adalah Thiat-Bok Taysu yang pernah menggetarkan Bu lim pada tiga puluh tahun yang lalu?? Hweesio kurus berwajah hitam itu membuka sedikit matanya kemudian dipejamkan kembali.   "Kalau kau sudah tahu Loolap pada tiga puluh tahun yang lalu sudah punya nama tentu kau akan melaporkan diri sebagai boanpwee. kenapa tidak berlaku hormat?"   Serunya dengan dingin.   "Kau apa tidak tahu kuil Siang Lian si ini adalah tempat semediku selama tiga puluh tahun ini, selamanya aku tidak akan membiarkan manusia semacam kau masuk disini dengan seenaknya."   Si pacul pualam Lie Sang ketika melihat dia memaki dirinya, sekalipun tahu kelihayannya tapi dalam hati merasa mengkel juga, baru saja mau balas memaki mendadak dari ujung kuil berkelebat sesosok bayangan putih, gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ia sudah muncul dihadapannya.   Gadis cantik pengangon kambing itu mana tahu kelihayan dari Thiat Bok Thaysu, lantas dia tertawa dingin balas makinya.   Hmmm, namamu tidak sesuai dengan sebutannya, apa itu Thiat Bok Thaysu segala macam.   Hnmm, tidak lebih hanya manusia pandai bicara besar.   Bilamana bukannya ayahku diajak bertanding dengan muridmu yang suka merampok si penjahat naga merah, kami tidak akan menginjak tempatmu yang menyeramkan ini."   Si pacul pualam Lie Sang sama sekali tidak menduga kalau gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie bisa muncul ditempat itu, segera makinya.   "Wan jie, Ie jie kenapa kalian juga datang?? bukankah sebelum aku pergi sudah memberi tahu padamu untuk jangan turun gunung???"   Waktu itulah si penjahat naga merah sudah membentak dengan amat gusar.   "Budak darimana berani mengacau disini!"   Sebelumnya si gadis cantik pengangon kambing sudah siap mau menjawab perkataan ayahnya, kini mendadak mendengar si penjahat naga merah itu memaki dirinya dia menjadi jengkel, bentaknya keras "Kau bajingan perampok, aku suruh kau gelinding terlebih dulu dari sini!' Mendadak tubuhnya dengan kectpatan luar biasa menerjang ke depan melancarkan serangan dahyat mengarah lambung si penjahat naga merah itu, melihat datangnya serangan, si naga merah tidak menjadi gugup, dia membetak keras ujung bajunya dikebut ke depan mendadak dengan disertai angin pukulan yang amat santar balas menyerang diri gadis cantik pengangon kambing itu.   Si cangkul pualam Lie Sang menjadi amat terperanjat, belum sempat dia membentak untuk putrinya berkelahi, dari atas atap mendadak berkelebat angin pukulan yang amat dahsyat menahan datangnya serangan dari penjahat naga merah itu kemudian disusul munculnya si siucay buntung, si pengemis pemabok serta si Thiat sie siaaseng tiga orang.   Baru saja mereka bertiga muncul terdengar si siucay buntung sudah memaki sambil menuding karah penjahat naga merah.   "Kau mau bermusuhan dengan Lie Loo-cianpwee dari partai Toen si pay, kami tidak mau ikut campur, tetapi ini hari kita harus selesaikan hutang-hutang kita lebih dulu terang terangan Ciangbunjin dari Bu tong pay Leng Cing-Cu sudah dibinasakan dibawah tanganmu kenapa kau memfitnah orang lain ?? Kenapa kau menuduh kami sehingga hidung hidung kerbau itu pada mencari kami ... apa ini termasuk peraturan Bu lim ? ?"   Si penjahat naga merah ketika melihat yang muncul adalah si siucay buntung bertiga segera tahu kalau mereka bertiga bukanlah tandingannya sendiri, sama sekali dia tak mau menggubris mereka, kepada Lie Loo jie ujarnya.   "Hey orang she-Lie, kau adalah pimpinan Bu-lim pada waktu ini Loolap ikut merasa gembira, tetapi omonganmu harus sedikit genah, kau bilang perampokan perampokan yang sudah terjadi didaerah Tionggoan adalah perbuatanku bahkan menganjurkan jago jago didalam Bu-lim memusuhi aku, aku mau tanya kau berdasarkan apa bisa ngomong begitu ? Dan apa kamu tahu kalau itu pekerjaan dari Loolap ?"   "Ha ha ha ha ... nama dari si penjahat naga merah siapapun telah mengenal, selamanya sesudah melakukan perampokan tidak pernah meninggalkan kehidupan bahkan meninggalkan ular merah sebagai tanda perampokan. Perampokan yang telah terjadi baru baru ini semuanya ada tanda ular merah coba kau pikir jika bukan kau yang berbuat, siapa lagi ?".   "Tidak salah pada dua puluh tahun yang lalu aku pernah melakukan pekerjaan itu. Bantah si penjahat naga merah itu Tetapi dua puluh tahun kemudian apa kau berani pastikan aku yang melakukan pekerjaan itu ? Kau berani pastikan tidak ada orang yang meminjam namaku ?"   Si cangkul pualam Lie Sang yang melihat dia mau mungkir terus menjadi amat gusar.   "Pinjam namamu atau tidak aku Lie Loo jie tidak mau tahu, ini hari kita sudah bertemu muka disini, sedikit dikitnya aku harus basmi kau dari muka bumi."   Liem Tou yang mendengar perkataan ini diam diam memuji .   "Bagus, seharusnya memang begitu."   Si siucay buntung yang melihat selama ini perkataannya tak digubris tak merasa menjadi gusar juga, mendadak bentaknya.   "Bajingan perampok, lebih baik kita bereskan perhitungan kita terlebih dahulu."   Kipas ditangannya dengan disertai angin sambaran yang dahsyat menyambar ke depan, bersama pula teriaknya kepada kawan kawan lainnya "Hey pengemis busuk, Sie poa rongsokan mari terjang."   Si pengemis pemabok maupun Thiat sie sian iseng tidak mau berayal lagi, tongkat Tah Kauw Pang serta Sie poa besinya dengan menerjang dari sebelah kiri dan kanan bersama sama menerjang ke arah musuhnya.   Melihat datangnya serangan gabungan itu penjahat naga merah seperti tak melihat sepasang dari sebuah ujung bajunya yang dikebut kedepan sedang tubuhnya meloncat mundur dua tiga kaki kebelakang, agaknya dia tidak ingin bertempur melawan mereka.   Pada saat inilah hweesio berwajah hitam yang bernama Thiat Bok Thaysu merangkap tangannya memuji pada Buddha.   "O-min to hud"   Suarananya walaupun tidak keras tapi di dalam pendengaran masing masing terasa bagai auman singa yang amat keras sehinhga menggetarkan hati masing masing.   Liem Tou yang sudah mempelajari ilmu sakti sudah tentu tidak sampai terpengaruh oleh suara itu, tapi diam diam diapun merasa terperanjat juga oleh kedahsyatan ilmu itu, pikirnya.   "Bilamana orang ini ikut campur di dalam pertempuran ini, bukan saja Tionggoan Sam-Koay bukan tandingannya sekalipun Lie Loo jie sendiri belum tentu bisa memperoleh kemenangan dari dirinya"   Berpikir sampai disini tanpa terasa lagi seluruh perhatiannya sudah dipusatkan pada diri Thiat Bok Thaysu, asalkan dia perlihatkan sedikit gerak gerik maka Liem Tou bersiap siap turun tangan untuk menolong orang.   Terdengar si siucay buntung sudah membentak kembali.   "Hay bajingan perampok jangan lari aku dengar kau pernah menggetarkan dunia kangouw dengan mengandalkan cambuk Cie lion pian, ini hari aku ingin menjajal kepandaianmu didalam permainan cambuk Cie liong pian ini."   Selesai berkata dengan suara yang lebih dipertinggi teriaknya.   "Pengemis busuk, Sie poa rongsokan ayo serang, hey bajingan perampok cepat cabut senjatamu!"   Selesai berkata ujung kakinya yang tinggal sebelah sedikit menutul keatas permukaan tanah kipasnya dengan menggunakan jurus "Thian-Way Lay Im"   Atau luar langit, muncul mega menyerang bawah ketiak dari naga merah itu.   Si pengemis pemabok maupun Thiat Sie Sian seng tidak akan membiarkan si siucay buntung akan bertempur satu lawan satu dengan penjahat naga merah itu, mereka berdua cepat cepat maju menyerang kedepan.   Si penjahat naga merah yang dua kali dikerubuti kini benar benar dibuat gusar oleh tingkah laku mereka itu, tubuhnya dengan cepat berputar dua jari tangan kirinya dengan dahsyatnya.   Menjepit datangnya serangan kipas dari si siucay buntung, sedang telapak kanannya dengan melancarkan dua serangan berturut turut menyambut datangnya serangan dari si pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng hanya di dalam sekejap mata dia harus menahan serangan dari tiga jago berkepandaian tinggi dari Bu lim kelihatannya sedikitpun tidak merasa berat.   Mendadak Thiat Bok Thaysu mementangkan matanya lebar lebar, dengan suara yang berat bentaknya.   "Tahan, kuil Siang Lian Si ini bukan tempat untuk bertempur". Si penjahat naga merah yang mendengar perkataan itu dengan cepat menarik kembali serangannya dan meloncat kebelakang.   "Benar hey orang she Lie, bentaknya mendadak. Kau tidak perlu menggunakan dengan menunjuk ketiga manusia aneh ini untuk bertempur terlebih dulu dengan aku Hmm. .. hmm. .- jangan harap kau bisa memperolah keuntungan dari kelicikanmu ini. Si cangkul pualam Lie Sang menjadi amat gusar sekali.   "Bajingan perampok naga merah kau tidak usah memnfitnah orang dengan kata kata itu, Tionggoan Sam Koay adalah lelaki sejati tidak mungkin mereka mau diperalat orang lain. Kau sendiri yang sudah melakukan kecurangan dengan memfitnah mereka kini malah bilang orang lain yang curang. Mari. .. mari... aku mau coba coba kepandaian silat dari penjahat naga merah yang pada dua puluh tahun yang lalu pernah menggetarkan dunia kangouw"   Selesai berkata mendadak sepasang tangannya mencabut kearah pinggangnya. Sreet . ."   Pada tangan kanannya sudah bertambah dengan sebilah golok tipis yang memacarkan sinar mata tajam sedang pada tangan kirinya bertambah dengan sebuah lempengan besi sebesar telur itik ujarnya.   "Bajingan perampok naga merah cepat cabut senjatamu ...cambuk Cie liong pian, mari kita bertempur sebanyak tiga ratus jurus, kita lihat siapa yang lebih kuat di antara kita". Agaknya si penjahat naga merah itu tidak berani mengambil keputusan sendiri, dia menoleh sekejap memandang ke arah Thiat Bok Thaysu, dengan perlahan Thiat Thiok Thaysu mengangguk, setelah itu barulah dia berani memberikan jawabannya.   "Baiklah orang she Lie, bilamana kau bisa bertahan sampai kalah dibiwah serangan cambuk Cie Liong pian ku ini sebanyak tiga ratus jurus maka aku akan mengaku kalah dan mulai saat ini tidak akan bertemu kembali dengan kau. Tetapi sebelum itu kau harus tahu perampokan berkali kali yang terjadi didalam Bu lim bukanlah aku yang melakukan, sudahlah ayoh kita mulai bertempur."   Dengan cepat tangannya mencabut keluar cambuk Cie Liong piannya dari pinggang, sedikit pergelangan tangannya digerakkan cambuk yang semula lemas, seketika itu juga menjadi tegang laksana sebuah tombak.   Lie Loo jie yang melihat penjahat naga merah itu sudah mencabut keluar senjatanya, dia tidak berlaku sungkan sungkan lagi, segera tubuhnya mendesak kedepan melancarkan serangan dahsyat.   Pada saat yang bersamaan itulah mendadak gadis cantik pengangon kambing itu berkelebat sambil melintangkan ssruling pualam didepan dada bentaknya dengan keras.   "Sebelum kau melawan ayahku terlebih dulu harus mengalahkan seruling pualamku terlebih dulu, kalau tidak . .. Hmmm kau manusia semacam apa berani melawan ayahku???"   Agaknya si penjahat naga merah sama sekali tidak menduga kalau gadis cantik pengangon kambing itu bisa menghalangi serangannya, untuk sesaat hawa amarahnya semakin memuncak.   Cambuk Cie Liong piannya dengan tidak menimbulkan angin sambaran sedikitpun meluncur ke depan laksana sambaran kilat.   Tampak sinar merah berkelabat ujung cambuk tersebut sudah berada didepan gadis cantik pengangon kambing itu Menanti Lie Wan Giok sadar, kembali bayangan cambuk itu laksana seekor ular dengan dahsyatnya sudah mengurung seluruh tubuhnya.   Untuk menghindar tidak sempat untuk melancarkan seranganpun tidak sanggup, di dalam keadaan yang amat kritis itu dia menjerit keras, tangannya diangkat keatas siap siap menahan serangan tersebut dengan keras lawan keras.   Dalam hati si penjahat naga merah itu menjadi amat girang, dia mengira bahwa serangannya kali ini pasti memenuhi sasarannya, siapa tahu pada saat yang amat kritis itulah ....   Plaaak..."disertai suara yang amat nyaring telapak tangannya terasa tergetar dengan amat kerasnya, sebuah ranting pohon siong pada saat yang bersamaan jatuh keatas tanah.   Diam diam di dalam hati dia merasa amat terperanjat, pada saat dia menjadi tertegun itulah mendadak sinar yang amat dingin berkelebat di depan matanya, golok tipis dari Loo jie dengan disertai sinar gemerlapan yang menyilaukan mata bagaikan kilat cepatnya mengurung seluruh tubuhnya.   Si penjahat naga merah tidak berani berlaku ayal, dengan gusar dia mendengus pergelangan tangannya mengencang cambuk Ci Liong Piannya dengan memancarkan kabut merah membalik keasal semula kemudian menangkis datangnya sinar yang menyilaukan mata itu.   "Traang.. ."   Cambuk Cie Liong Pian serta golok tipis itu terbentur menjadi satu membuat percikan bunga api memenuhi empat penjuru.   Lie Loo jie maupun si penjahat naga merah masing masing mundur dua langkah ke belakang.   Cepat cepat Lie Loo-jie memeriksa goloknya, ketika dilihatnya tidak mengalami cidera, baru ujarnya dengan serius.   "Bajingan perampok naga merah, permainan cambukmu sangat hebat dan bukan nama kosong belaka. Dengan kepandaian silatmu sekarang ini memang didalam Bu lim sukar ada tandingan kenapa kau gemar melakukan perampokan yang merupakan pekerjaan rendah ? sungguh aku orang She Lie tidak paham"   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Saat ini si penjahat naga merah sedang melintangkan cambuknya didepan dada siap menerima serangan musuh, ketika mendengar perkataan itu dia semakin gusar.   "Orang she Lie kau jangan memfitnah orang seenaknya saja"   Bentaknya dengan keras.   "Sejak tadi aku sudah jelaskan, perampokan yang terjadi didaerah Tionggoan bukan aku yang melakukan, kau dengar tidak"   Lie Loo jie menjadi melengak Sebenarnya dia bisa turun dari gunung Go bie dan melakukan perjalanan dikarenaka hatinya terbakar oleh kata kata Liem Tou.   Sesudah bsrada didaerah Tionggoan dia dengar kalau setiap tempat yang mengalami perampokan tentu tertinggal tanda ular merah dia pastikan hal itu pekerjaan si penjahat naga merah, ini hari dia berjanji untuk bertempur disini sebetulnya memang dikarenakan urusan itu.   Ketika si penjahat naga merah melihat Lie Loo jie dibuat tertegun oleh perkataannya dengan gusar sambungnya lagi.   "Loolap berani berjanji dengan kamu orang sudah tentu tidak akan takut kau menggunakan akal licik sekalipun akalmu jauh lebih hebat aku juga takkan takut padamu."   Bersamaan waktu selesainya dia berbicara cambuk Cie Liong Piannva digetarkan sedang tubuhnya maju dua langkah kedepan dan melototi musuhnya dengan amat gusar.   Lie Loo jie merupakan jagoan Bu Lim angkatan tua, kini dihadapan Tionggoan Sam Koay, gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie mendapat malu serta makian dari si penjahat naga merah itu tak urung merasa gusar juga.   "Bajingan perampok naga merah kau jangan sembarangan memaki orang, aku si cangkul pualam Lie Siang jadi orang suk terang terangan mana mau menggunakan akal licik melukai dirimu ? ?? Mendadak si penjahat naga merah tertawa terbahak bahak, dengan wajah yang amat adem serunya.   "Orang she Lie, kau tak perlu menempelkan emas pada wajah sendiri, sebelum malam ini karena mendengar kata orang aku menganggap kau sebagai seorang jagoan yang patut dihormati tak disangka kaupun merupakan manusia rendah yang tak tahu malu ...."   Sekonyong konyong dia mempertinggi suara nya, bentaknya dengan keras "Orang she Lie aku mau tanya, perjanjian kita malam ini untuk bertanding didalam kuil Siang Lian si sama sekali tak diketahui oleh ketiga orang itu kedua perempuan itu adalah muridmu aku tidak mau ungkap lagi tetapi ketiga orang anggota dari Tionggoan Ngo Koay itu sudah bersembunyi disini, terang terangan kau sengaja mengatur rencana untuk membokong aku apa hal ini tak bisa dikatakan manusia rendah?"   Pikiran Lie Loo jie segera berputar, setelah lewat beberapa lama waktu dia pikir memang benar perkataan dia itu, karena tidak sanggup memberikan jawabannya dengan amat gusar jawabnya.   "Tionggoan Ngo Koay dengan aku Lie Sang tak ada sangkut pautnya, dia mau datang kesini apa hubungannya dengan aku orang ? Kau bajingan rampok tidak usah banyak putar lidah lagi menambah dosa orang lain. Bila kau sudah merasa jeri lebih baik ini hari mengundurkan diri dari Bu lim saja dan tidak melakukan pekerjaan jahat lagi, maka aku Lie Sang tidak akan mengapa apakan kamu orang apabila tidak, jangan salahkan aku turun tangan berat terhadap dirimu, perkataanku sudah cukup jelas sekarang kau pikirlah lebih jelas lagi"   Si penjahat naga merah tertawa terbahak bahak baru saja mau mengucapkan beberapa patah kata yang menyindir diri Lie Loo jie mendadak si siucay buntung, pengemis pemabok dan Thiat Sie sianseng sudah melayang ke hadapannya, sambil menuding ke depan wajahnya maki mereka.   "Bangsat gundul yang tidak tahu malu, hutang lama di antara kita belum dilunasi sudah mau mencari gara cara lagi, kau sungguh keterlaluan. Ayoh serang."   Berkali kali Tionggoan Sam Koay melancarkan serangan mendesak terus terhadap dirinya, tak urung si penjahat naga merah itu menjadi gusar juga.   napsu membunuhnya timbul dengan gusarnya ia membentak keras.   Jubah bajunya berkilat laksana kilat cepatnya dia berkelebat ke samping menghindarkan diri dari semua ancaman serangan ketiga senjata tajam itu, kakinya sedikit miring kesamping tubuhnya mendadak menjatuhkan diri kebelakang sedang cambuk Cie Liong piannya dengan disertai sambaran angin yang amat santar menotok ke arah si siucay buntung yang berada paling depan.   Si siucay buntung yang punya pengalaman luas di dalam menghadapi lawan sudah tentu tahu akan kelihayannya, kipasnya disontek keatas sedang tubuhnya tetap bergerak dengan meminjam kesempatan ini meloncat mundur beberapa kaki jauhnya Agaknya si penjahat naga merah memang sengaja mencari gara gara pada dia seorang saja, si pengemis pemabok maupun si Thiat Sie sian seng dia tidak mau gubris sama sekali.   Tampak tangannya sedikit digetarkan ujung cambuknya segera berubah menjadi suatu bunga bunga berwarna merah darah yang amat banyaknya, sedikit ujung baju sebelah kirinya dikebutkan, bunga bunga warna merah darsh itu dengan dahsyatnya mengurung seluruh tubuh si siucay buntung itu.   Si pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng yang melihat penjahat naga merah itu hanya mencari gara gara pada si siucay buntung seorang didalam hati merasa amat terperanjat, mereka tahu seluruh kepandaian silatnya yang paling diandalkan adalah permainan cambuk Cie liong Pian ini bahkan permainannya amat ganas, dahsyat dan mengerikan, sudah pasti si siucay buntung bukan tandingannya.   Segera mereka bersama sama membentak keras toya Tah Kauw Pang dari si pengemis pemabok menyerang dari sebelah kiri sedang Sie Poa dari Thiat Sie sianseng menyerang dari kanan, bersama sama dengan mempertaruhkan nyawa masing masing menerjang dengan hebatnya mengancam punggung penjahat naga merah itu.   Saat ini dalam hati Lie Loo jie tahu kalau mereka tahu bertiga bukanlah tandingan dari penjahat naga merah itu, tetapi dia sudah berjanji terlebih dulu untuk tidak turun tangan sudah tentu tidak leluasa, buatnya untuk membantu makanya dia terpaksa hanya monoton jalannya pertempuran dari samping tanpa mengucapkan sepatah katapun.   Liem Tou yang menyembunyikan diri di balik pohon siong disamping terus menerus memperhatikan dan bersiap diri terhadap hweesio kurus berwarna hitam si Thiat Bok Thaysu itu dia pun sudah bersiap sedia untuk turun tangan menolong orang setiap saat, kini ketika dilihatnya si pengemis pemabok serta Thiat Sie sian seng menyerang punggung penjahat naga merah itu dengan hebatnya, segera dia tahu sekalipun Si siucay lolos dari bahaya tetapi penjahat naga merah itupun akan berusaha menolong dirinya pula.   Ternyata dugaannya sedikitpun tidak salah.   ketika penjahat naga merah mendengar dari belakang badannya menyambar datang suara angin serangan dia segera tahu dirinya tidak mampu untuk menahannya, bilamana dirinya tidak mau menggubris serangan itu sekalipun cambuknya akan berhasil melukai diri siucay buntung itu tetapi dirinyapun tidak terhindar akan terluka parah juga.   Berpikir sampoi disini dia segera menyentak kembali cambuknya pergelangan tangannya diputar dengan jurus "Kim Liong Ban Cou"   Atau naga emas mengebas tiang, tubuhnya tanpa berputar lagi cambuk Cie Liong Piannya diputar disekeliling tubuhnya untuk melindungi tubuhnya.   Walaupun kepandaian silat dari pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng bukan tandingan dari penjahat naga merah itu tetapi mereka pun sudah memiliki kepandaian yang amat lama di dalam menghadapi musuh musuhnya, begitu dilihatnya penjahat naga merah itu menghindarkan diri dari serangan tersebut dengan putarkan cambuknya di sekeliling tubuhnya mereka segera tahu mungkin di dalam hal ini sudah tersembunyi suatu serangan mematikan.   Ketika dilihatnya si siucay buntung sudah lolos dari bahaya merekapun cepat cepat menarik kembali serangan serangan yang mendesak.   Tubuh mereka cepat cepat diperendah, kuda kudanya diperkuat oleh senjata senjata yang semula menyerang musuh mendadak ditarik kembali kebelakang sedang ujung kakinya dengan bersamaan waktunya menutul permukaan tanah dan melayang mundur kedua belah sisi.   Ketika menoleh kembali ke arah penjahat naga merah itu tampaklah dia masih berdiri ditempat semula, saat ini cambuk Cie Liong Piannya sudah ditarik kembali dan dilipatkan pada pergelangan tangannya hanya saja sepasang matanya dengan memancarkan sinar kemarahan yang memuncak memandang dengan gusarnya kearah mereka bertiga, sepatah kata pun tidak diucapkan.   Tiga orang yang kini sudih menduduki tiga tempat dengan bentuk segitigapun dengan tajamnya memperhatikan terus gerak gerik dari penjahat naga merah itu.   Diam diam Tiat Sie- sianseng mulai memukul pulang pergi bijii biji Sie poanya untuk melihat bahaya atau tidaknya.   Wajahnya kelihatan sebentar berubah girang sebentar berubah murung dan sebentar lagi berubah menjadi agak kebingungan, agaknya dia menemui suatu urusan yang rumit.   Baru saja dia berpikir dengan keras mendadak terdengar penjahat naga merah sudah membentak dengan keras.   "Orang she Lie, kau tunggulah sebentar Ketiga manusia aneh ini sudah bosan hidup, biarlah aku bereskan mereka terlebih dulu kemudian baru cari kau kembali!"   Suaranya mendadak berubah menjadi amat dingin sambungnya kembali.   Jilid 16: Pertempuran Di Kuil Siang Lian Si "TIONGGOAN NGO KOAY JUGA merupakan jagoan yang sudah ternama didalam Bu lim, dua puluh tahun yang lalu sewaktu kalian baru saja muncul aku sudah pernah dengar nama kalian, ini hari apa kalian bertiga betul betul mau mencari gara gara dengan aku orang?"    Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini