Ceritasilat Novel Online

Bukit Pemakan Manusia 31


Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 31


Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung   "Apakah kau mempunyai bala bantuan di-luar ?"   "Ada atau tidak merupakan urusanku sendiri, kalian tak usah banyak bertanya."   Manusia berbaju putih yang pertama tadi tampaknya sudah tidak sabar lagi, tiba-tiba ia berseru.   "Ada juga boleh... tak ada juga boleh, lohu sama sekali tidak menganggapnya sebagai suatu persoalan, sekarang lohu hanya ingin bertanya sepatah kata saja kepadamu, kau hendak bangkit berdiri untuk melangsungkan suatu pertarungan ataukah mengikuti kami pergi dari sini ?"   Pelan-pelan He he koancu bangkit berdiri, kemudian sahutnya.   "Pergi pun boleh juga, ayo berangkat !"   "Mana ketiga orang muridmu ?"   Tanya manusia berbaju puih yang pertama.   "Untuk menghindari segala kemungkinan yang tidak diinginkan aku telah memerintahkan kepada mereka untuk pergi jauh-jauh dari sini."   Sahut He-he koancu ketus.   "Omong kosong."   Bentak pemimpin berbaju putih itu ketus.   "Ayo cepat katakan, mereka berada dimana ?"   He-he koancu memandang sekejap ke arah lawannya dengan pandangan sinis, kemudian jengeknya.   "Andaikata kau menganggap aku sedang berbohong, mengapa tidak mencoba untuk menangkapnya sendiri ?"   Katanya dingin. Manusia berbaju putih yang lain segera berpaling dan ujarnya kepada rekannya itu.   "Lebih baik kita undang koancu lebih dulu, sedang soal yang lain bisa diselesaikan belakang saja !"   Pemimpin berbaju putih itu mengiakan dan segera berkelebat ke samping, sedangkan manusia berbaju putih yang lain maju ke depan pintu dengan langkah lebar sedangkan He-he koancu berjalan diapit di tengah-tengah.   Sesudah berjalan keluar dari ruangan dan tiba dihalaman, mendadak He-he koancu berhenti sambil berkata.   "Pun-koancu masih mempunyai beberapa persoalan yang hendak kutanyakan lebih dulu."   "Koancu, lohu menasehati kepadamu agar ber tindak lebih jujur, janganlah mencoba untuk berbuat curang atau licik kepada kami!"   Pemimpin berbaju putih itu memperingatkan. He-he koancu segera mendengus dingin.   "Hmm, janganlah kau anggap lantaran pun koancu bersedia pergi mengikuti kalian, berarti aku sudah menyerah begitu saja, kalian pun tak usah menganggap pun koancu sebagai seorang tawanan, sekarang dengarkan dulu baik-baik, aku hendak memberitahukan beberapa persoalan kepada kalian."   "Kalau ada persoalan cepat saja diutarakan lohu sudah tak mempunyai banyak waktu lagi!"   Tukas pemimpin berbaju putih itu cepat. He-he koancu melirik sekejap kearahnya, kemudian baru pelan- pelan ujarnya.   "Bukankah kalian datang bertiga, apakah kalian tidak memanggilnya lebih dahulu sebelum melakukan perjalanan bersama-sama?"   Mendengnar perkataan ini, pemimpin berbaju putih merasakan hatinya terkesiap, serunya tanpa terasa.   "Mengapa kau sangat memperhatikan tentang persoalan ini ?"   He-he koancu tidak menjawab, dia hanya-tertawa dingin tiada hentinya.   Sementara itu manusia berbaju putih yang lain sudah melejit ketengah udara dengan kecepatan tinggi lalu melayang turun diatas atap-rumah, sorot matanya yang berada dibalik kain cadar dengan tajam memperhatikan sekeliling tempat itu.   Tak lama kemudian, manusia berbaju putih itu sudah bertepuk tangan sebanyak tiga kali, kemungkinan besar inilah kode rahasia mereka umuk mengadakan kontak, tapi aneh, sekali pun sudah bertepuk tangan beberapa kali, namun tak kedengaran sedikit suara sahutanpun.   Pemimpin berbaju putih yang berada dibawah itu segera menyadari kalau gelagat tidak beres, tanpa terasa serunya kepada rekan yang berada diatas atap rumah.   "Bagaimana? Apakah orangnya tak ada?"   Manusia berbaju putih yang ada diatas atap rumah belum sempat menjawab, He he koan-cu sudah menukas.   "Dia tak mungkin ada disitu, kecuaIi..."   Ketika berbicara sampai disitu, He he koancu sengaja menghentikan perkataannya, kemudian mengalihkan sorot matanya ke wajah pemimpin berbaju putih itu.   Sementara itu orang berbaju putih yang berada di atas atap rumah pun sudah merasakan keadaan yang tak beres, dia segera melayang turun kebawah seraya berseru.   "Tampaknya situasi telah mengalami sedikit perubahan, lebih baik kita cepat-cepat meninggalkan tempat ini!"   Namun pemimpin berbaju putih itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, sambil menuding ke arah He he koancu, ujarnya kepada rekan tersebut.   "Tunggu duIu, tampaknya dia mengetahui dengan jelas atas kejadian yang berlangsung disini !"   "Ehmm. sedikitpun tak salah, aka memang mengetahui dengan jelas atas semua kejadian disini!"   He-he koancu segera menyambung dengan suara mengejek. Mendadak pemimpin berbaju putih itu maju dua langkah ke depan dan menghampiri Hehe koancu, setelah itu serunya dengan suara dalam.   "Ayo bicara, sekarang dia berada dimana?"   He-he koancu tertawa dingin. -oo0dw0oo-   Jilid 34 "HEEEHH... HEEEHH... HEEEHH... KAU... anggap aku bisa digertak dengan seenaknya saja?"   Jengeknya. Pemimpin berbaju putih itu mendengus dingin, mendadak ia mengayunkan telapak tangannya sambil bersiap-siap melancarkan se buah pjkulan dahsyat. Manusia berbaju putih yang lain menjadi amat gugup cepat cepat serunya.   "Saudara Thio, tunggu sebentar!"   Pemimpin berbaju putih itu she Thio bernama Yok sim, ketika mendengar seruan tersebut ia nampak tertegun, lalu serunya sambil berpaling.   "Hei, mengapa kau memanggil aku ?"   "Betul, kalian memang terhitung pintar sekali."   Mendadak He-he koancu menukas.   "menurut apa yang kuketahui, setiap anggota Lok-hun-pay tak seorang pun yang mengetahui nama dan indetitas lawannya, apabila suatu ketika namanya telah disebut, hal itu berarti saat nya untuk mati sudah tiba, sekarang..."   Tidak menunggu He-he koancu menyelesaikan perkataannya, Thio Yok-sim sudah menukas dengan suara dalam.   "Urusan yang kau ketahui terlampau banyak sayang sekali..."   Belum habis dia berkata, mendadak dia sudah melancarkan sebuah sodokan dengan jari tangan mengancam jalan darah kematian Tam-thian diatas pusar He he koancu.   Serangan mana bukan cuma tajam dan mematikan, bahkan dilepaskan dengan kecepatan luar biasa.   Dengan kepandaian silat yang dimilikinya sekarang, bila dibandingkan dengan He he koancu maka He he koancu masih ketinggalan cukup banyak, apa lagi serangan mana dilancarkan dengan setengah menyergap, pada hakekatnya sulit buat He-he koancu menghindarkan diri.   Siapa tahu, disaat ujung jari tangannya sudah hampir menempel diujung baju He he koancu itulah, mendadak He he koancu mengayun kan tangan kanannya sambil melancarkan kebutan, ke lima jari tangannya segera tersapu telak diatas pergelangan kanan lawan.   Seketika itu juga dia merasakan sakit yang luar biasa biasa hingga merasuk ke tulang sum-sum, lengan kanannya menjadi kesemutan,dan kaki, serta merta jari tangannya itu sudah tak mampu untuk bergerak lagi.   Dalam tertegunnya lagi-Iagi dia hendak melancarkan serangan, tapi He he koancu sudah keburu buka suara, katanya.   "Pun koancu menganjurkan kepadamu agar sedikitlah tahu diri, paling baik lagi jika tidak mempergunakan kekerasan !"   Sementara itu manusia berbaju putih yang lain telah berhasil memahami segala sesuatunya, sambil maju ke muka dia berseru.   "Koancu, mengapa kau tidak menyuruh semua teman-temanmu itu keluar dari tempat persembunyian agar kita bisa berbincang- bincang dengan sebaik-sebaiknya ?"   He he koancu melirik sekejap ke arahnya lalu bertanya.   "Ooh, sekarang kalian baru berpikir untuk mengadakan pembicaraan dengan kami ?"   Manusia berbaju putih itu tertawa.   "Koancu !"   Dia berkata.   "walaupun sekarang orang kami ada yang terjatuh ke tangan koancu, bahkan ditinjau dari kepandaian ilmu se rangan yang koancu gunakan barusan, tampak nya tenaga dalam yang kau miliki betul-betul sudah teramat lihay, cuma..."   Tampaknya He he koancu seperti sudah menduga kalau pihak lawan hendak membicarakan soal apa, dengan cepat dia menimbrung.   "Kalian keliru, pun koancu sama sekali tidak bermaksud untuk menyandera orang dan memaksa kalian untuk menuruti perkataanku."   Tampaknya Thio Yok sim pun sudah mulai menyadari sekarang kalau persoalan yang sedang dihadapi tak boleh dihadapi segera gegabah, maka dia pun bertanya.   "Bagaimana kalau mempersilahkan teman-temanmu itu keluar agar kita bisa berbincang lebih jauh?"   He he Koancu segera menggeleng "Sekarang masih belum dapat dikerjakan!"   Katanya "Oooh, apakah masih ada batas waktunya?"   "Tiada batas waktu apa-apa, cuma ada sebuah syarat yang harus dipenuhi lebih dulu"   Ujar He-he koancu dengan wajah serius. Thio Yok sim segera mendengus dingin.   "Hmm, masa ada syaratnya segala? Apakah koancu tidak merasa kalau tindakanmu itu melampaui batas.."   "Dengarkan baik-baik"   Kata He he koancu dengan suara dalam.   "syarat tersebut bukan berasal dari pun koancu, melainkan sahabat kalian yang menyaru sebagai Soh hun ki dan menyaru pula sebagai Lok hun pay tersebut yang mengusulkan."   "Oooh..."   Manusia berbaju putih yang lain berseru.   "sekarang aku makin percaya kalau sahabatku itu sudah kehilangan segala kebebasannya, namun aku masih saja tetap selalu menaruh curiga, karena Koancu sama sekali tak pernah bertemu dengan sahabatku itu,"   He-he koancu tertawa hampa.   "Segala sesuatunya tentu saja sudah dipersiapkan lebih dahulu "   Katanya.   "Tapi kami sama sekali tidak mendengar suara pertarungan yang sedang berlangsung."   Sekali lagi He he koancu mendengus dingin.   "Tentu saja, seandainya terdengar suara pertarungan yang berkumandang sampai disini, majikan kalian yang khusus mengutus orang lain untuk mengantar kematian itu sudah pasti akan memburu kemari sendiri."   Ucapan mana segera membuat Thio Yok-sim dan manusia berbaju putih yang lain menundukkan kepalanya rendah-rendah. Selang berapa saat kemudian, Thio Yok sim bertanya lagi.   "Apakah sahabatmu itu adalah Sun Tiong lo?"   He-he koancu manggut-manggut "Benar, memang Sun sauhiap orangnya."   Thio Yok sim menundukkan kepalanya semakin rendah Iagi.   "Sekarang dia berada dimana? Kami memang hendak mencari dia."   Katanya lebih jauh. Belum sempat He he koancu menjawab, dari belakang tubuh Thio Yok-sim dan manusia berbaju putih itu sudah kedengaran seseorang bertanya.   "Ada urusan apa kalian berdua datang mencari diriku ?"   Thio Yok pim dan manusia berbaju putih yang lain menjadi amat terkejut sesudah mendengar perkataan tersebut, dengan cepat mereka berpaling kebelakang, ternyata Sun Tionglo sudah muncul diri disana: Maka Thio Yok-sim segera berkata.   "Lohu adalah Thio Yok-sim, aku kenal dengan lote, cuma lote tak mungkin kenal dengan diri lohu, kini lohu ingin bertanya lebih dahulu, apakah sahabatku berada dalam keadaan selamat ?"   "Dia baik sekali"   Jawab Sun Tiong Io dengan ranah tamah.   "aman tenteram dan tak ada persoalan apapun."   "Lohu Kang Tat, bagaimana kalau lote menunjukkan tempat lain agar kita bisa berbincang lebih jauh?"   Kata manusia berbaju putih yang lain dengan cepat. Sun Tiong-lo manggut-manggut, kepada He he koancu segera ujarnya.   "Koancu, bagaimana kalau kupinjam kamar mu untuk sementara waktu ?"   "Tentu saja boleh, silahkan kongcu"   Sahut He-he koancu sambil tertawa lebar.   Setelah mengucapkan terima kasih Sun Tionglo segera mempersilahkan tamunya masuk.   Serombongan manusia masuk kembali ke dalam kamar dan mengambiI tempat duduk.   He-he koancu yang pertama kali membuka suara lebih dulu, tanyanya kepada Thio Yok-sim dan Kang Tat berdua.   "Boleh aku memasang lentera ?"   Thio Yok-sim berpikir sebentar, lalu ujarnya kepada Kang Tat.   "Saudara Kang, kejadian ini sama sekali di luar dugaan kami, menurut pendapatmu..."   Tampaknya semenjak tadi Kang Tat sudah mengambil keputusan dia segera menyela.   "Saudara Thio, waktu seperti ini belum tentu bisa kita jumpai, biar saja memasang lampu"   Sun Tiong lo yang berada disisinya segera menimbrung dengan suara yarg ramah.   "Apabila kalian berdua merasa kurang leluasa, tak apalah, mari kita berbincang-bincang didalam kegelapan saja."   "Sun lote, sebutan ini mungkin terlampau meninggikan diriku, tapi sebutan mana benar-benar muncul dari hati lohu yang tulus."   Ucap Kang Tat kemudian "lote, sudah cukup lama lohu bersaudara tak bisa bertemu orang, hari ini adalah kesempatan yang paling baik, sekali pun gara-gara pertemuan ini kami harus kehilangan segala-galanya, kamipun sama sekali tidak merasa menyesal!"   Berbicara sampai disitu, He-he koancu telah memasang lentera, Sun Tiong Io segera berpaling kearah He he koancu seraya ujarnya.   "Dapatkah kurepotkan koancu untuk mengundang suhengku dan kakakku dengan menemani sobat she Cukat itu untuk datang kemari ? sekarang kita semua adalah teman bukan musuh."   Sambil tertawa He he koancu segera berlalu dari situ, sebelum pergi mendadak ia bertanya.   "Apakah nona juga turut datang ?"   Sun Tiong lo mengangguk.   "Ya, ada sementara persoalan memang perlu didengar dan disaksikan dengan mata kepala sendiri."   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      He he koancu segera memahami maksudnya dan membalikkan badan berlalu dari sana.   Tak selang berapa saat kemudian Hou-ji, Bau ji.   Nona Kim dan manusia berkerudung putih yang menyaru sebagai Soh hun ki itu sudah muncul disitu didampingi He he koancu, begitu masuk ke dalam ruangan, manusia ber kerudung putih itu segera berdiri tertegun.   Rupanya Kang Tat dan Thio Yok-sim sudah melepaskan kain kerudung mereka dan muncul dengan raut wajah aslinya.   Setelah tertegun sesaat, manusia berkerudung yang baru masuk itu segera menyadari apa gerangan yang telah terjadi, diapun segera melepaskan pula kain kerudung sendiri.   Setelah tertawa getir.   dia baru berkata.   "Malam ini kita bisa hidup lagi sebagai manusia, sungguh suatu peristiwa yang tak gampang!"   Semua orang sudah duduk dan saling berkenalan, kemudian Cukat Tan yang baru datang buka suara lebih dulu, katanya.   "Saudara Kang, saudara Thio, apakah kalian sudah bertekad untuk mengadakan pembicaraan secara blak-blakan dengan Sun lote?"   Kang Tat mengangguk.   "Yaa, kami sudah tak punya pilihan lain."   Sahutnya.   "Masih ingatkah janji kita dengan Mo tua?"   Sambung Thio Yok sim.   "kini..."   "Baik. kalau begitu kita boleh berbicara secara blak-blakan, paling banter juga mati."   Tukas Cukat Tan cepat. Pada saat itulah Sun Tiong lo turut berkata sambil tertawa.   "Bukankah kalian bertiga sudah bertekad hendak melepaskan diri dari pengaruh Lok-hun pay?"   "Betul, lohu sekalian sudah cukup menderita selama ini!"   Sahut Kang Tat cepat.   "Lohu mengerti"   Ucap Thio Yok-sim pula.   "lote pasti mempunyai banyak persoalan yang hendak ditanyakan, untuk menyatakan kejujuran dan ketulusan kami, sekarang lote boleh mengajukan pertanyaan apa saja, kemudian lohu semua baru..."   "PadahaI aku pun tidak mempunyai berapa persoalan, yang bakaI merepotkan kalian bertiga"   Tukas Sun Tiong-lo.   "Entah berapa pun banyaknya persoalan asal lohu sekalian tahu, pasti akan kami jawab sejujurnya !"   Seru Cukat Tan cepat. Dengan wajah bersungguh-sungguh Sun Tiong lo segera berkata.   "Kalau begitu, kuucapkan banyak terima kasin dulu kepada kalian bertiga, persoalan yang kujumpai hanya ada dua macam, pertama, apakah Lokz-hun-pay adalah Moo Tin hong dari Bukit pemakan manusia ?"   Pada saat yang hampir bersamaan Cukat Tan, Kang Tat dan Thio Yok-sim bersama-sama menjawab.   "Dugaan lote tepat sekali, memang dialah orangnya !"   Nona Kim jadi amat terperanjat sekali, dengan suara dalam ia segera membentak.   "Omong kosong, kalian jangan mengapa belo tak karuan."   Cukat Tan memandang nona Kim sekejap, lalu sahutnya.   "Nona, lohu bersaudara adalah enam orang adik angkatnya yang disebut sebagai Lak-yu si enam sahabat, padahal kami tak lebih hanya budak-budaknya yang sudah banyak tahun menderita dan tersiksa akibat dari ulahnya..."   "Omong kosong belaka..."   Kembali nona Kim menukas sambil mendengus dingin.   "ayahku..."   Sun Tiong lo segera mencegah nona Kim untuk berbicara lebih jauh, selanya.   "Nona Kim, mengapa kau tidak mendengarkan dulu sampai kuajukan sebuah pertanyaan yang lain sebelum mengumbar amarahmu itu?"   Dengan cepat nona Kim menggeleng.   "Aku tak sudi mendengarkan aku tak sudi mendengarkan."   Sun Tiong lo hanya tersenyum kepadanya kemudian ujarnya lagi kepada Thio Yok sim.   "Persoalan kedua adalah, nona Kim itu apa benar adalah putri kesayangan dari Lok-hun-pay ?"   "Dalam persoalan ini lohu mengetahui paling jelas"   Jawab Kang Tat dengan cepat.   "Loh hun pay tak pernah mempunyai anak !"   Nona Kim menjadi tertegun sesudah mendengar perkataan tersebut untuk beberapa saat lamanya dia hanya bisa berdiri tertegun saja. Kang Tat melirik sekejap kearah gadis itu, kemudian ujarnya lebih lanjut.   "Nona she Kwik, putri seorang musuh besar dari Lok hun pay, yang ditakuti oleh Lok hun pay waktu itu cuma dua orang, yang satu adalah ayah nona dan yang lain adalah ayah lote ini, maka dia berusaha menggunakan tipu daya untuk mencuri nona dan memeliharanya, tujuan yang sesungguhnya tak lain adalah ingin mengancam ayah nona agar tidak mencampuri urusannya lagi."   "Apakah usul ini berasal dari dia sendiri ?"   Tanya Sun Tiong lo kemudian. Dengan cepat Thio Yok sim menggeleng.   "Bukan, usul ini berasal dari seorang kepercayaannya she Kwa !"   Mendengar itu, tanpa terasa Bau ji berkata kepada Soen Tiong lo .   "Jite, mungkinkah orang itu adalah manusia she Kwa yang harus kita curigai itu?"   Sun Tiong lo manggut-manggut.   "Ya, sembilan puluh persen tak salah lagi."   Perasaan nona Kim waktu itu sangat sedih sekali, mendadak ia mendongakkan kepalanya sambil bertanya.   "Kini orang she Kwa tersebut ada dimana?"   "Kini orang itu berada di tengah telaga Tong ting ou dikota Gak yang..!"   "Di tengah telaga?"   Seru nona Kim dengan wajah tertegun.   "Ya, sekarang dia berada di atas perahu besar ditengah telaga tersebut.."   Sahut Cukat Tan.   "Sebelum lohu kemari, Lok hun pay telah menitahkan kepada kami agar setelah urusan disini selesai kami harus naik keperahu tersebut untuk bertemu dengannya, orang she Kwa itupun mungkin berada disana."   Sambung Thio Yok sim pula. Mendengar ucapan mana, nona Kim segera berseru.   "Kalau begitu bagus sekali, mari kita segera berangkat, sekarang juga aku akan mencarinya dan menanyai persoalan ini sampai menjadi jelas kembali."   Katanya kemudian.   "Ke sana sih harus ke sana, cuma nona Kim harus menuruti semua perkataanku sebab kalau tidak, bukan saja urusan akan menjadi kacau balau tak karuan bahkan bisa jadi akan menyebabkan timbulnya pelbagai kerepotan !"   Bau-ji memandang sekejap kearah nona Kim lalu ujarnya pula.   "Biasanya apa yang diduga oleh saudaraku ini tak pernah salah. mengapa kau tidak mengurangi sifatmu yang jelek itu dengan menuruti perkataannya ?"   Katanya kemudian. Nona Kim melirik sekejap ke arah Bau ji, kemudian mendengus dan tidak berbicara lagi. Sedang Bau ji segera berseru dengan gemas.   "Benar-benar menjengkelkan tahu begini, sejak berada di bukit pemakan manusia dulu, aku sudah membekuknya!"   Katanya kemudian "Sebelum diperoleh bukti yang jelas, bagaimana mungkin dia bersedia mengakui semua kesalahannya ?"   Kata Sun Tiong lo dengan wajah serius.   "sekalipun sekarang kita juga harus berusaha mengumpulkan bukti yang sebanyak-banyaknya agar dia tak bisa memberi bantahan Iagi, barulah kita menuntut balas kepadanya !"   Kini, nona Kim mulai teringat kembali akan perkataan dari Su-nio, apalagi setelah dicocokkan dengan apa yang dikatakan Kang Tat, Thio Yok sim dan Cukat Tan, ia merasa asal-usulnya memang semakin mencurigakan.   Sesudah termenung beberapa saat, dia pun bertanya lagi kepada Cukat Tat dengan suara lembut.   "Bila seperti apa yang kalian katakan, selama ini selalu dipaksa Lok hun pay untuk menuruti perintahnya, padahal sampai kini belasan tahun sudah lewat, mengapa secara tiba-tiba kau berubah sikap..?"   Cukat Tan tertawa getir.   "Membekunya salju setebal tiga depa, toh tak mungkin membeku dalam seharian, aku rasa ucapan lohu ini dapat nona mengerti, kini keadaan sudah menjadi-jadi, kebetulan sekali bertemu dengan kesempatan baik."   "Apa yang kau maksudkan sebagai kesempatan baik?"   "Kesempatan baik yang kami maksudkan adalah pertemuan kami dengan Sun lote."   Sambung Kang Tat cepat "seingat kami selama beIasan tahun belum pernah kami jumpai seorang manusiapun yang sanggup menaklukan mereka, dan sekarang orangnya sudah ada, maka dari itu..."   "Oooh."   Kembali nona Kim menukas "Mungkin kalian lupa, bila kejadian ini sesungguhnya, maka darah yang menodai tangan kalian sela ma inipun harus dicarikan akal agar bisa dicuci sampai bersih..."   Thio Yok-sim menghela napas panjang.   "Soal ini sudah kami rundingkan, bahkan telah mangambil suatu keputusan ! "   "Bolehkah kau utarakan ?"   "Tentu saja boleh !"   Sela Kang Tat lagi "setelah Lok-hun-pay berhasil diringkus, kami akan mengumpulkan segenap umat persilatan yang sebenarnya, bila sudah beres, maka kami pun akan menghabisi hidup kami untuk menebus dosa-dosa ini !"   Perkataan tersebut diutarakan dengan suara yang lantang dan gagah, hal ini membuat nona Kim segera menundukkan kepalanya rendah-rendah. Pada saat inilah, dengan berterus terang.Sun Tiong lo bertanya kepada ke tiga orang itu.   "Kalian bertiga menghendaki aku melakukan apa saja?"   "Lohu sekalian tidak mempunyai permintaan lain"   Ucap Kang Tat.   "aku hanya memohon ke pada lote agar sudi mengikuti petunjuk kami dan secepatnya membekuk pembunuh keji tersebut, agar dia tak bisa berbuat sewenang-wenang lagi ditempat luaran"   Sun Tiong lo manggut-manggut.   "Hal ini merupakan salah satu dari tujuan kami, tentu saja permintaanmu tak akan kutampik"   Maka merekapun bekerja sama sambil merundingkan tindakan yang akan mereka ambil selanjutnya.   Keesokan harinya, He-he koancu dan murid-muridnya berpamit untuk berangkat pulang ke San say, sedangkan Sun Tiong lo sekalian balik kembali ke Gak yang.   Kang Tat, Thio Yok-sim dan Cukat Tan juga berangkat ke kota Gak-yang, hanya mereka menempuh jalan lain.   Mereka telah berhasil merundingkan suatu cara yang amat bagus untuk menghadapi peristiwa tersebut, dan sekarang sedang melakukan suatu tindakan serta pelaksanaan dari rencana tersebut.   Telaga Tong ting ou yang amar termashur namanya didaratan Tionggoan itu, kini berada dalam kegelapan malam yang tenang dan tiada berombak.   Sampan-sampan berlabuh di sepanjang pesisir dan nampak sangat indah dibawah cahaya rembulan.   Sebuah perahu loteng berlabuh ditengah telaga, sunyi, hening, tak kedengaran apa-apa.   Tiada cahaya lentera dari perahu itu, juga tak nampak sesosok bayangan manusiapun, mungkinkah hanya perahu kosong belaka ? Tidak ! Kalau dilihat dari jangkar besar di buritan perahu yang terbenam dalam telaga, dapat diduga kalau diatas perahu itu ada orangnya, hanya sekarang orang tersebut belum sampai menampakkan diri.   "Perahu loteng yang megah dan perkasa dibangun dengan kuat dan kokoh ini boleh di bilang sangat menyolok mata, dalam wilayah telaga Tong thig-cu. boleh dibilang merupakan sesuatu yang jarang ditemukan, itulah sebabnya menarik perhatian orang. Thio Yok-sim, Kang Tat dan Cukat Tan kini sudah tiba di-tepi telaga Tong ting cu. Kentongan pertama baru Iewat, orang yang berpesiar ditepi telagapun kian lama kian bertambah sedikit. Thio Yok sim berada didepan, Kang Tat dan Cukat Tan mengikuti dibelakang, mereka sudah berhenti dibawah pohon yang liu ditepi telaga, dibawah sinar rembulan mereka sedang celingukan keempat penjuru untuk menemukan jejak "perahu loteng"   Tersebut. Cukat Tan yang pertama-tama menemukan "perahu loteng"   Tersebut, tiba-tiba saja serunya sambil menuding ke depan sana.   "ltu, coba lihat, perahunya berada disana !"   Thio Yok sim dan Kang Tat segera berpaling kesana, kemudian bersama mengangguk.   "Bagaimana, kapan kita akan kesana?"   Tanya Kang Tat kemudian dengan suara lirih.   "Sekarang juga mari kita berangkat, loji sudah bilang, kita harus segera berangkat menuju ke atas perahu loteng itu."   Dengan cepat Cukat Tan menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Tunggu dulu, bukannya aku menaruh curiga atau bagaimana, setelah peristiwa Toan-thian cian, aku mempunyai suatu jalan pemikiran yang sangat aneh, tampaknya Mao loji sedang bermain gila !"   "Bermain gila? Bermain gila apa?"   Seru Thio Yok sim dan Kang Tat hampir bersamaan waktunya.   "Saudara berdua, dengan kelicikan Mao loji, setelah ia memerintahkan kepada kita sekalian untuk melakukan pembunuhan terhadap He he koancu dirumah penginapan Thian-tiang, mungkinkah dia akan pergi dengan begitu saja ?"   Kang Tat dan Thio Yok sim menjadi tertegun dan berdiri bodoh, untuk beberapa saat lamanya dia sampai tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Kembali Cukat Tan melanjutkan.   "Seandainya Mao loji tidak pergi melainkan membuntuti kita secara diam-diam, aku percaya dengan kemampuan yang dimiliki tua bangka tersebut, sulit rasanya buat kita untuk mengetahui jejaknya.   "Itu berarti pembicaraan kita dengan He he koancu dirumah penginapan Thian tiang, serta kemunculan sahabat Sun yang mengadakan pembicaraan dengan kita, semuanya pasti diketahui olehnya dengan jelas.   "Seandainya apa yang kuduga benar, saudara Kang, saudara Thio, bila kita langsung menuju ketengah telaga dan memasuki perahu loteng, bukankah hal ini ibaratnya kunang-kunang yang menubruk api?"   Thio Yok sim berpikir sebentar, kemudian manggut-manggut.   "Benar, apa yang diucapkan taudara Cukat memang benar, kita memang perlu berhati-hati."   "Setelah diperingatkan oleh saudara Cukat, pandanganku pun ada sedikit berbeda"   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Kata Kang Tat pula.   "Oooh, bagaimanakah menurut pendapat saudara Kang ?"   "Andaikata pada malam itu Mao loji menguntit dibelakang kita, maka sudah barang tentu Mao loji dapat menyaksikan bukan bagaimana sahabat Sun menangkap Cukat heng ?"   Tanpa berpikir panjang. Cukat Tan segera menyahut .   "Ucapanmu memang benar."   "Harap saudara Cukat pertimbangkan kembali setelah Mao loji mengetahui kalau sahabat Sun menyembunyikan diri dirumah penginapan Thian-tiang. dia segera pergi ataukah akan menyadap pembicaraan kita lebih lanjut?"   Kali ini Cukat Tan berpikir sebentar, kemudian baru menjawab.   "Kalau dibicarakan dari kelicikan Mao loji, kemungkinan pergi jauh lebih besar !"   Kang Tat manggut-manggut, katanya kemudian.   "Betul, siaute pun berpendapat demikian, oleh sebab itulah siaute rasa apa yang kemudian kita bicarakan didalam kamar tidur He he koancu, tak sepatah kata pun yang terdengar oleh loji!"   "Bcnar, kemungkinan besar loji sudah berada puluhan li jauhnya dari sana waktu itu."   Sambung Thio Yok Sim. Saat itulah Kang Tat baru berkata kepada Cukat Tan.   "Saudara Cukat, semenjak kita berpisah dengan sahabat Sun dirumah penginapan Thian-tiang, sepanjang jalan menuju ke utara, apakah saudara Cukat pernah membicarakan kembali peristiwa tertangkapnya kau ditangan Sun...."   Cukat Tan dapat memahami arti kata dari ucapan Kang Tat tersebut, segera selanya.   "Maksud saudara Kang, Mao loji sesungguh nya tidak mengintil dibelakang kita?"   Kang Tat mengangguk.   "Benar, kalau toh saudara Cukat bisa berpikir sampai kesitu, tentunya kau menganggap pendapat siaute benar bukan?"   Katanya. Cukat Tan segera manggut-manggut.   "Yaa, seharusnya benar !"   Thio Yok sim tak dapat menangkap arti pembicaraan orang, segera menukas.   "Sebenarnya apa gerangan yang telah terjadi?"   Cukat Tat tertawa.   "Beginilah duduknya persoalan, ketika berada di rumah penginapan Thian-tiang, siaute pernah melakukan penjagaan untuk kalian berdua tapi aku segera dipancing oleh seorang manusia penjalan malam yang berakibat berkobarnya suatu pertarungan apa lacur aku kena tertawan."   "Bukankah kau pernah membicarakan persoalan ini sewaktu ada dijalan?"   Tukas Thio Yok sim.   "tapi apa hubungannya dengan Mao loji."   "Jangan terburu nafsu"   Kembali Cukat Tat tertawa.   "menurut dugaan saudara Kang, andaikata pada waktu itu Mao loji sedang menguntit dibelakang kita, sudah pasti dia telah menyaksikan segala sesuatunya itu, dengan kelicikannya, sudah pasti dia tak akan memasuki rumah penginapan Thian tiang lagi !"   "Hal ini tak bakal salah lagi, Tapi kalau toh dia sudah melihat bahwa saudara Cukat kena ditawan, dan sekarang menemukan saudara Cukat berada dalam keadaan sehat wal'afiat, coba pikirlah, masa dia akan mempercayai kita lagi ?"   Menyaksikan Thio Yok-sim belum juga mengerti, Kang Tat segera menimbrung dari samping.   "Beginilah kejadiannya, setelah kukumpulkan semua kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dan kupikirkan lagi dengan lebih seksama, aku lantas berpendapat bahwa Mao loji sesungguhnya tidak menguntit dibelakang kita pada malam itu."   "Ooooh, atas dasar apa kau berani berkata demikian ?"   "Andaikata Mao loji memang benar-benar menguntit dibelakang kita pada waktu itu, apa lagi setelah menyaksikan saudara Cukat tertawan atau mendengar kita melakukan perundingan rahasia, aku yakin jauh hari sebelum kita tiba disini, segala sesuatunya pasti sudah terjadi, bahkan dapat diduga kita sudah mampus secara mengenaskan."   Tentunya saudara Thio cukup memahami watak dari Mao loji, bayangkan sendiri mungkinkah dia tidak melakukan penghadangan di tengah jalan, sebaliknya malah memberi kesempatan buat kita untuk melarikan diri ?"   Sekarang Thio Yok sim baru mengerti, dia segera menganggukkan kepalanya berulang kali.   "Betul, betul, ucapanmu memang amat tepat"   Kembali Kang Tat berkata.   "Oleh sebab itu aku rasa kita harus pergi ke perahu loheng sekarang juga!"   "Baik!"   Seru Thio Yok sim.   Sedangkan Cukat Tan juga tidak memberikan penampikan, maka merekapun menelusuri jalan setapak ditepi pantai untuk mencuri perahu yang bisa dipakai untuk menyeberang ke-tengah telaga.   Sambil berjalan kembali mereka berbincang-bincang, terdengar Thio Yok sim berkata.   "Entah pada saat ini sahabat Sun sudah datang atau belum?"   "Mereka berjalan dengan memotong jalan, sepantasnya sudah sampai ditempat tujuan."   Thio Yok-sim memperhatikan lagi perahu loteng yang berlabuh ditengah telaga, kemudian ujarnya lagi.   "Bila kita perhatikan dari perahu loteng tersebut, tampaknya seperti belum pernah terjadi suatu peristiwa apapun."   "Sahabat Sun sekalian tidak akan bertindak gegabah, mereka pasti bertindak dengan menurut rencana dan penghitungan yang masak."   "Moga moga saja demikian, kalau tidak, bila Mao loji sampai terlepas dari jaring, untuk mencarinya lagi pasti akan sulit sekali !"   Mendadak Cukat Tan menghentikan langkahnya kemudian berseru tertahan dengan nada tegang.   "Aaah, tidak benar ! peristiwa ini tidak beres nampaknya..."   Kang Tat dan Thio Yok sim kelihatan tertegun, kemudian bersama sama berseru.   "Apa yang tidak beres ?"   "Mustahil, kalau Mao loji tidak mempersiapkan orang dan perahu ditepi pesisir untuk menantikan kedatangan kita, padahal sudah hampir setengah harian lamanya kita berada disini, mengapa masih belum nampak batang hidung mereka ? Aku lihat persoalan ini kurang beres."   Begitu ucapan tersebut diutarakan, Kang-Tat dan Thio Yok sim segera manggut-manggut berulang kali. Kembali Thio Yok sim berkata.   "Persoalan diatas air, mungkin aku mengetahui lebih banyak daripada kalian berdua, tempat itu merupakan tanggung jawab dari "bajingan -Kwa,"   Bangsat itu sangat teliti dan seksama, lebib baik kita bertindak lebih berhati-hati lagi"   "Jadi maksud saudara Sun, bukannya tiada orang sendiri yang menyiapkan perahu penye berang, melainkan bajingan kwa kelewat licik sehingga secara sengaja menyembunyikan perahu dan orangnya agar tidak munculkan diri untuk sementara waktu."   "Betul, bajingan ini amat teliti, kalau tidak percaya kita boleh berjalan menyelusuri telaga ini, aku yakin tak selang berapa saat kemudian, apalagi bajingan itu sudah merasa yakin kalau disini tiada orang yang menguntit kita, ia akan menitahkan orangnya untuk munculkan diri dan menyambut kedatangan kita."   Maka mereka bertiga pun tidak berbicara lagi, mereka berjalan santai menelusuri pesisir: Waktu itu maIam semakin kelam, para pelancong pun banyak yang sudah pulang, sepanjang pantai suasana hening dan sepi ditambah pula mereka bertiga semuanya mengenakan kain kerudung berwarna putih, hingga nampaknya amat menyolok mata.   Setelah berjalan sejauh setengah lie lebih, dari kejauhan sana baru muncul seseorang yang berjalan mendekat.   Karena terlampau jauh, mereka tak sempat melihat jelas bagaimanakah tampang dan dandanan orang itu, namun Thio Yok sim, Kang Tat dan Cukat Tan menyadari bahwa sembilan puluh persen orang itu adalah petugas yang di kirim untuk menyambut kedatangan mereka.   Benar juga, tanpa ragu orang itu berjalan mendekat dan langsung menyongsong kehadapan mereka.   Thio Yok sim, Kang Tat dan Cuka Tan segera berhenti.   Sewaktu tiba dihadapan mereka bertiga, ternyata orang itu tidak berhenti melainkan ber jalan terus melalui samping mereka, ketika saling berpapasan inilah, orang tersebut segera berbisik.   "Jalan terus kemuka dan berhenti dibawah pohon Iiu nomor sepuluh dari sini."   Selesai mengucapkan perkataan itu, orang tadi sudah menjauh kembali dari mereka. Menanti bayangan punggung orang itu sudah menjauh, Thio Yok- sim baru mendengus dingin, bisiknya.   "Bagaimana ? Ucapan siaute tidak salah bukan ?"   Cukat Tan tertawa.   "Bajingan Kwa jauh lebih keji dan buas daripada Mao loji, sampai waktunya dia tak boleh diampuni !"   "Saudara Cukat, bilamana perlu dan kita harus bertarung melawan bajingan Kwa, kau harus berhati-hati"   Kata Kang Tat pula.   "menurut pendapat siaute, tenaga dalam yang dimiliki bangsat itu mungkin masih jauh lebih hebat daripada kita enam sahabat."   Mendengar perkataan itu, Cukat Tan menjadi tertegun, kemudian serunya kurang percaya.   "Aaaah, masa ada kejadian seperti ini ?"   "Ehmm, seandainya dia tidak memiliki kelebihan yang luar biasa, bagaimana mungkin ia dapat menyelundup didalam gedung keluarga Sun Pak gi dimasa lalu dan menjadi mata-matanya bajingan Mao ? Dan lagi diapun pernah seorang diri membinasakan Ji hway-su kiam..."   "Darimana saudara Kang bisa tahu kalau dialah yang telah membunuh Ji hway-su kiam (empat jago pedang dari Ji-hway) ?"   Sela Thio Yok sim cepat.   "Waktu itu mereka bermusuhan dengan Ji hway su kiam lantaran barang kiriman "penting"   Dari perusahaan Tay hoo piaukiok, aku mendapat perintah untuk membawa barang kiriman itu, tapi ketahuan su kiam sehingga mereka melakukan pengejaran.   "Diluar kora Ku keh ceng akupun berjumpa dengan bajingan Kwa yang di tugas untuk menyambut kedatanganku malam itu juga, dia mengirim surat kepada Su kiam dan menantangnya untuk berduel, aku kesitu, bajingan Kwa juga kesitu, tapi hanya dia seorang yang turun tangan."   Cukat Tan menyadari akan sesuatu, dengan cepat dia menukas.   "Tidak heran kalau saudara Kang bisa berkata demikian, rupanya kau telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri."   Kang Tat tertawa.   "Waktu itu si bajingan Kwa tak pernah menduga akan terjadinya peristiwa seperti hari ini kalau tidak bagaimana mungkin siaute berani mengucapkannya keluar ? Dan diapun tak nanti akan memperlihatkan kepandaian saktinya itu dihadapan kita."   Setelah berhenti sejenak, sambil merendahkan suaranya kembali dia berkata.   "Sekarang kita jangan berbicara lagi, kita harus bersikap seperti dahulu lagi, seharian penuh belum tentu saling berbincang sepatah kata dengan rekan sendiri, apalagi sudah hampir sampai ditempat tujuan segala sesuatunya harus bertindak menurut keadaan."   Ketiga orang itu tidak berbicara lagi, mereka segera berjalan bersama tak siapa pun tidak menggubris yang lain.   Setibanya di depan pohon liu nomor sepuluh, mendadak dari balik kegelapan muncul seseorang, orang itu mengenakan pakaian serba hitam dengan kain kerudung berwarna hitam pucat setelah memberi hormat kepada ke tiga orang itu, katanya.   "Hamba mendapat perintah untuk menunggu kedatangan kalian disini, harap mengikuti hamba naik ke sampan !"   Ketiga orang itu bersama-sama mendengus dingin, untuk menyesuaikan diri dengan peranan masing-masing.   Begitulah, dipimpin oleh manusia berbaju hitam itu, mereka segera naik ke atas sebuah sampan berukuran sedang.   Sampan semacam ini panjang dan sempit dibagian depannya dengan keistimewaan bisa bergerak cepat.   Di depan dan belakang sampan, masing-masing duduk seorang lelaki kekar yang memegang dayung.   Mereka bertiga duduk dibagian tengah, satu di muka dan di belakang, sementara lelaki petunjuk jalan itu pun tidak turut serta naik.   Dari sini bisa diduga kalau lelaki tersebut masih bertugas untuk menunggu kedatangan orang penting lainnya.   Sementara itu sampan sudah bergerak dengan cepat bagai seekor ikan disungai, dengan cekatannya bergerak menuju kearah perahu loteng ditengah telaga sana.   Pada saat itulah, mendadak dari tepi telaga kurang lebih setengah li dari situ, melesat pula sebuah sampan cepat bergerak menuju ketengah telaga.   Diatas sarapan itu tak kelihatan cahaya lentera, apa lagi kentongan kedua sudah lewat, sehingga sulit untuk melihat jelas paras muka orang yang berada diperahu tersebut.   Akan tetapi kalau dilihat dan bayangan hitam yang berada di atas sampan, bisa diketahui kalau mereka adalah dua orang.   Walau perahu itu bukan berbentuk sampan yang bisa bergerak cekatan namun kecepatannya sungguh mengagumkan.   Ada perahu yang berlayar di telaga sesungguhnya merupakan suatu kejadian yang lumrah tentu saja tiada orang yang memperhatikan secara khusus.   Tapi arah jalur pelayaran perahu itu sangat aneh, tampaknya merekapun sedang bergerak mendekati arah perahu loteng.   Thio Yok-sim yang duduk dibagian depan nampak agak termenung sebentar, kemudian tanyanya kepada lelaki pendayung tersebut.   "Kalian berdua termasuk anggota dari markas cabang disini ?"   Tampaknya lelaki itu selain pandai mendayung sampan, tenaga dalam dan kepandaian silatnya terhitung hebat juga, mendengar perta nyaan tersebut segera sahutnya.   "Benar, malam ini hamba mendapat tugas untuk melakukan perondaan."   "Jalankan perahu lebih lamban!"   Perintah Thio Yok sim. Lelaki itu tertegun lalu serunya.   "Kau menitahkan kepada hamba agar jangan menempuh perjalanan terlalu cepat?"   "Benar lambankan sedikit, aku ada urusan."   Lelaki itu segera mengangkat dayungnya dan memberi tanda kepada orang yang berada di belakang dengan tangan kirinya.   Orang yang dibelakang masih mendayung tiada hentinya, tapi jalannya sampan pun, secara otomatis menjadi lebih lamban.   Kang Tat dan Cukat Tan yang duduk dibelakang berpeluk tangan belaka.   lalu terdengar Kang Tat bertanya.   "Mengapa harus melambankan jalannya sampan ?"   Ucapan dingin dan sama sekali tidak berperasaan. Thio Yok sim mengerti akan maksud rekannya, diapun segera menjawab dengan suara dingin.   "Perahu yang berada disebelah kiri sangat mencurigakan !"   Perkataan tersebut diutarakan lebih dingin, sehingga sangat tak sedap didengar. Mendengar perkataan tersebut, Kang Tat segera berpaling dan menatapnya. Sedang Cukat Tan berseru pula.   "Perahu yang ada disebelah kanan, lebih aneh lagi."   Mendengar ucapan itu, kembali Thio Yok sim berpaling, dan yang diucapkan memang benar.   Kurang lebih pala jarak setengah panahan disebelah kanan, muncul pula sebuah sampan yang bergerak cepat, dengan perahu disebelah kiri persis membentuk sudut segitiga, kalau di lihat dari bentuknya jelas mereka bermaksud untuk menjepit dan mengurung perahu yang mereka tumpangi.   Thio Yok-sim sengaja mendengus dingin, kemudian berseru.   "Mereka yang seharusnya datang kini sudah berdatangan."   "Mereka yang datang biar datang, kita yang mau pergi biar pergi, ayo dayung sampan kuat-kuat !"   Seru Kang Tat cepat. Begitu perintah diturunkan, sampanpun segera meluncur kembali dengan kecepatan tinggi. Pada saat itulah lelaki si pendayun sampan itu berkata.   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Apakah hamba perlu untuk melepaskan tanda rahasia ke arah perahu loteng ?"   Tanyanya.   "Apakah kau yakin kalau kedua perahu itu berisi musuh-musuh kita ?"   Seru Cukat Tan. Dengan cepat lelaki pendayung itu menggeleng.   "Hamba tak berani memastikan !"   "Hmm, kalau toh begitu, siapa yang suruh kau bersikap seolaholah menjumpai masalah gawat saja ? Bila majikan minta pertanggungan jawabmu, bagaimana kau harus menjawab?"   "Sampai sekarang majikan belum kembali ke perahu, dalam perahu loteng cuma ada penanggung jawab dari markas cabang kita."   Tergerak hati Thio Yok sim setelah mendengar perkataan itu, serunya dengan cepat.   "Apakah dia adalah seorang dari tingkatan berbaju emas ?"   "Ya, dia berasal dari tingkat manusia berbaju emas."   Sekali lagi Thio Yok sim mendengus dingin.   "Hmm, tahukah kau akan kedudukan lohu di dalam partai ?"   Tegurnya ketus.   "Hamba tahu."   Jawab lelaki itu dengan nada yang sangat berhatihati sekali. Sekali lagi Thio Yok sim mendengus dingin.   "Asal tahu saja lebih baik lagi hati-hati kalau bertugas, apa yang harus kalian lakukan, lohu akan memberitahukan kepadamu"   Lelaki itu mengiakan dengan hormat, dia tidak berbicara lagi dan melanjutkan tugasnya mendayung sampan.   Walaupan sampan itu bergerak amat cepat, tapi berhubung perahu loteng itu berlabuh ditengah telaga dan kelewat jauh, maka sekarang perjalanan yang mereka tempuh baru seper-dua atau sepertiganya saja.   Dua buah perahu cepat yang berada dikiri kanan perahu tersebut masih tetap bergerak dari jarak tertentu, mereka seperti mengawasi seperti juga lagi melindungi, dengan kecepatan yang sama melaju terus kearah depan.   Begitulah, tiga buah perahu bergerak maju menembusi ombak.   sepertanak nasi kemudian, jarak mereka dengan perahu loteng itu sudah semakin mendekat.   Mendadak dari atas perahu loteng itu muncul setitik cahaya keperak-perakan yang meleset ke tengah udara dan menembusi kegelapan.   Setelah mencapai ketinggian lima puluhan kaki, terdengar suara ledakan nyaring, yang disusul munculnya sembilan kuntum lentera perak yang melayang-layang ditengah udara, separuh bagian permukaan telaga segera menjadi terang benderang bermandikan cahaya.   Thio Yok sim hanya melirik sekejap kearah beberapa buah lentera perak itu, sementara mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.   Kang Tat dan Cukat Tan juga menanggapi dengan berlagak seolah-olah tidak melihat.   Lama kelamaan habis sudah kesabaran lelaki pendayung sampan itu, mendadak katanya.   "Tanda rahasia telah dilepaskan, tampaknya orang yang berada diperahu loteng sudah mengetahui kalau dua buah perahu yang berada disebelah kiri dan kanan itu mencurigakan maka mereka melepaskan tanda rahasia, sekarang kita harus melepaskan juga tanda rahasia untuk memberikan jawaban". Thio Yok sim segera mendengus dingin.   "Hmmm. apakah orang-orang diperahu loteng tidak kenal dengan perahu kita ini ?"   Serunya.   "Kenal sih kenal, cuma menurut peraturan tanda rahasia, kita..."   "Tutup mulut !"   Bentak Thio Yok sim dengan nyaring.   "kau tak usah banyak berbicara lagi, tugasmu sekarang adalah mendayun sampan dan bergerak ke depan !"   Lelaki itu tak berani banyak berbicara lagi dia segera menyambar dayung dan mendayung dengan sepenuh tenaga, sehingga sampan itu pun bergerak makin cepat lagi.   Tak lama kemudian, kembali tampak serentetan cahaya kuning muncul dari arah perahu loteng dan melurcur ke tengah angkasa.   Ledakan nyaring sekali lagi berkumandang memecahkan keheningan disusul kemudian sembilan buah lentera kuning melayang turun ke atas tanah...   Lelaki itu tak bisa menahan diri lagi, sekali lagi dia berseru dengan perasaan gelisah.   "Dengan memberanikan diri hamba melapor kini lentera kuning sudah dilepaskan, pertanda orang yang berada di perahu loteng sedang menegur kepada kita, apa sebabnya tidak menjawab tanda rahasia mereka ?"   "Lohu hanya akan mengucapkan perkataan ini sekali lagi lanjutkan perahu tersebut menuju ke depan. Bila kau berani banyak bicara atau melakukan tindakan yang tidak menurut perintah, lohu akan segera mencabut nyawamu !"   Ancam Thio Yok sim dingin.   Lelaki itu menjadi ketakutan setengah mati sehingga sekujur tubuhnya gemetar kali ini dia benar-benar tak berani buka suara Iagi.   Sewaktu sampan itu sudah hampir mendekati perahu loteng itu, mendadak Thio Yok sim memerintahkan kembali.   "Hentikan sampan !"   Begitu perintah diturunkan, dua orang lela ki itu segera mendayung secara terbalik hingga perahu itu terhenti.   Mendadak pada saat itulah, dua sampan cepat yang berada disebelah kiri dan kanan maju secara piring ke samping, kemudian sesudah membentuk satu putaran busur, mereka balik kembali kearah semula dan mengundurkan diri.   Menanti kedua sampan itu sudah jauh dari pandangan mata, Thio Yok-sim baru menitahkan kepada lelaki itu untuk meneruskan perjalanannya lagi..   Ketika sampan itu merapat pada sayap kiri perahu loteng, dari atas perahu loteng itu segera diturunkan sebuah tambang untuk memanjat, tetapi pada waktu itu Thio Yok sim Kang Tat dan Cukat Tan sudah melompat naik ke perahu loteng tersebut.   Diatas geladak perahu loteng telah menanti seorang manusia berkerudung emas serta lima orang lelaki berkerudung kain hitam dibelakangnya, mereka bersama-sama membungkukkan badan menyambut kedatangan ketiga orang itu.   Pertama tama manusia berbaju emas itu yang berkata lebih dulu.   "Hamba menyambut kedatangan kalian bertiga."   Dia hanya menyebut "kalian beniga"   Tidak menyebut sebutan "Tiancu"   Yang seharusnya dipakai untuk "Lak yu"" (enam sahabat), kalau dihari biasa tentu kau akan murka, tapi kini Thio Yok sim, Kang Tat mau pun Cukat Tan sama sekali tak perduli atas panggilan panggilan itu.   Thio Yok sim mempunyai suatu maksud tertentu waktu itu, maka sambil mendengus dingin katanya.   "Hun caycu (wakil ketua markas cabang) apakah majikan tiada dalam perahu?"   "Sejak pagi tadi majikan telah keluar, hingga kini beliau belum balik kembali"   Jawab hun caycu berbaju emas itu dengan hormat. Sekali lagi Thio Yok sim mendengus.   "Hmm, sekali tebak lohu sudah tahu, sudah pasti majikan tidak berada dalam perahu."   "Hamba mempersilahkan kalian bertiga untuk melihat-lihat kamar tidur, sehingga hamba..."   "Tidak usah"   Tukas Thio Yok sim.   "sekarang bawa dulu lohu bertiga keruang rapat"   Sekali lagi Hun caycu itu mengiakan dengan hormat, kemudian membalikkan tubuh dan memimpin ketiga orang itu menuju keruang tengah dalam perahu tersebut.   Thio Yok sim, Kang Tat dan Cukat Tan segera duduk tanpa sungkan-sungkan sementara dua orang lelaki segera muncul menghidangkan air teh wangi, setelah itu mengundurkan diri dari dalam ruangan.   Ketika Thio Yok sim sedang menghirup air teh, Hun caycu itu sudah membungkukkan badannya sambil berkata.   "Bilamana kalian bertiga tiada perintah lainnya, hamba ingin mohon diri lebih dulu."   Thio Yok-sim segera meletakkan cawan air tehnya keras-keras ke atas meja, lalu serunya.   "Hun caycu, tahukah kau bahwa perahu ini sangat menyolok mata?"   "Hamba tahu, tapi Tiancu nomor satu memerintahkan agar perahu ini berlabuh disini !"   "Hmmm. kalau begitu sewaktu melihat munculnya ke dua buah sampan yang mencurigakan tadi atas perintah Tiancu nomor satu juga kau di perintahkan untuk melepaskan tanda rahasia perak dan kuningan dengan memaksa lohu memberi jawaban..?"   Cepat-cepat Hun caycu menggeleng.   "Itu mah tidak, Tiancu dan majikan telah pergi bersama-sama..."   Katanya.   "Oooh, lantas siapa yang memerintahkan untuk melepaskan kode rahasia tersebut ?"   "Hamba sendiri, karena hamba melihat perahu itu mencurigakan..."   Thio Yok sim segera menggebrak meja keras-keras, tukasnya dengan suara dalam.   "Tutup mulut, sekarang lohu bertanya pada lagi, apakah kau merasa keheranan apa sebabnya dari sampan tidak didapati kode rahasia yang menjawab pertanyaanmu tadi?"   "Yaaa, hamba memang hendak mohon diri untuk menanyai kedua orang anak buah hamba itu!"   Hun caycu tertawa dingin.   "Hee... heeh... tak usah ditanyakan lagi, lohu lah yang menurunkan perintah melarang mereka untuk melepaskan kode rahasia dan memberi jawaban."   Sesungguhnya hal tersebut sama sekali tak meleset dari dugaan Hun caycu tersebut, tetapi dia toh berpura-pura kaget dan berdiri termangu-mangu disitu sampai lama sekali. Kemudian ia baru bertanya lagi sambil tersenyum.   "Bolehkah hamba bertanya apa alasannya?"   "BoIeh! sekalipun tidak kau tanyakan, lohu juga akan memberitahukan kepadamu, walaupun perahu loteng itu agak menyolok pandangan, tapi sama sekali tidak mencurigakan oleh sebab itulah majikan baru menitahkan untuk melakukan pertemuan diatas perahu.   "Kedua sampan cepat tadi memang melakukan pengepungan dan pengejaran yang ketat semenjak lohu sekalian berangkat menuju ke tengah telaga, padahal sampan itu bukan milik partai kita, berarti mereka adalah musuh bukan teman..."   "Akan tetapi, seandainya pihak lawan benar-benar sudah mempunyai bukti, mengapa mereka cuma mengejar sampan kecil dan bukannya melakukan penyelidikan atas perahu loteng ini? Dari sini bisa disimpulkan kalau pihak lawan cuma menaruh curiga."   "Kedudukanmu didalam partai amat tinggi yakni seorang caycu deri cabang markas besar tentunya kau cukup memahami bukan pertarungan serta tindakan dari partai kita terhadap lawan, dengan munculnya kedua buah sampan itu. entah siapakah mereka, sudah seharusnya kalian berupaya untuk menahan mereka.   "lnilah yang menyebabkan lohu sekalian meski sudah mengetahui akan hal ini, tapi sengaja berlagak acuh, padahal tujuan kami adalah membiarkan mereka mendekati perahu loteng, kemudian baru turun tangan untuk membekuk mereka.   "Sebab bila kita bertindak pada waktu itu, maka dengan jarak yang amat jauh dari pantai sulit buat mereka untuk melarikan diri, Sebetulnya kami sudah merencanakan segala sesuatunya dengan lancar dan sempurna, siapa tahu rencana kami harus berantakan akibat ulahmu yang sama sekali tidak bertanggung jawab itu."   "Sekali melepaskan kode rahasia masih belum puas. eh. tahu- tahu melepaskan lagi kode rahasia untuk kedua kalinya kalau dibilang kau kan tidak tahu, rasanya keenakan bagimu, bila dibilang kau sengaja melepaskan tanda agar musuh bisa kabur, rasanya juga kebangetan."   "Lohu tahu, mungkin kau masih bisa membeberkan alasanmu yang kuat untuk membela diri maka sekarang kuberi kesempatan kepadamu untuk membeberkan alasanmu itu, lohu ingin tahu sampai dimanakah kebenaran dari alasanmu itu."   Kali ini, Hun caycu tersebut benar-benar dibikin tertegun, dia tak pernah berpikir sebanyak itu, juga tak pernah menyangka kalau persoalannya akan berkembang menjadi begitu serius, kini dia mulai merasakan hatinya berdebar-debar.   Menyaksikan Hun caycu membungkam terus sampai cukup lama, dengan gusar Thio Yok sim membentak lagi.   "Ayo cepat beberkan alasanmu, cepat!"   Hun caycu merasa tak mampu berkata-kata lagi, di dalam cemasnya dia lantas mempergunakan suatu cara yang sepatutnya tak boleh dia gunakan, sayang ia tak berpikir kelewat jauh. Sesudah gelagapan beberapa waktu, diapun berkata.   "Hamba mempunyai alasan, tapi harus hamba laporkan sendiri kepada Tiancu nomor satu."   Celaka! Thio Yok sim yang pada dasarnya memang berniat untuk memberi pelajaran kepadanya, Thio Yok sim kini semakin bertekad untuk membunuhnya, maka ia segera mendengus dingin.   "Hmm! Hu-caycu... apakah kau tidak tahu kalau lohu sekalian juga Tiancu ?"   "Soal itu hamba tahu."   Thio Yok-sim segera tertawa seram.   "Heeeehh... heeehh... heeehh... tentunya kau masih belum melupakan peraturan dari majikan bukan?"   "Hamba tidak berani melupakannya !"   Thio Yok sim manggut-manggut "Bagus, kalau begitu lohu ingin bertanya kepadamu, atas dasar alasan apakah kau tak bisa melaporkan alasanmu tersebut kepada lohu sekalian..."   Sementara itu Bun caycu sudah berhasil menemukan jawaban yang tepat, maka sahutnya dengan cepat.   "Sebelum berangkat Tiancu nomor satu telah berpesan kepada hamba, bahwa didalam menghadapi persoalan apa saja, hamba hanya melaporkan semua peristiwa tersebut kepadanya dan tak boleh dilaporkan kepada orang lain, oleh sebab itu hamba tidak berani membangkang perintah !"   "Apakah dia mengatakan termasuk juga lohu sekalian ?"   Seru Thio Yok sim dengan gusar.   "Tiancu nomor satu mengatakan, hamba dilarang melaporkan semua kejadian kepada siapapun!"   "Oooh, aku mengerti sekarang, kalau begitu lohu sekalian juga termasuk dalam ucapan "siapapun"   Tersebut bukan?"   "Harap Tiancu memaklumi!"   Jawab Hun caycu sambil tersenyum. Inilah untuk pertama kalinya dia menggunakan sebutan "Tiancu"   Untuk memanggil Thio Yok sim. Thio Yok sim segera tertawa terbahak-bahak.   "Haaah... haaahh... haaahh... bagus sekali, berulang kali majikan telah menegaskan bahwa semua anggota partai harus menghormati atasannya menuruti tingkat kedudukan masing-masing dan tak boleh merahasiakan sesuatu terhadap atasan, jadi rupanya kau menganggap lohu sekalian kurang berhak untuk..."   "Hamba tidak berani."   Buru-buru Hun caycu menukas.   "apabila tiada perintah dari Tiancu nomor satu..."   "Tutup mulut!"   Bentak Thio Yok sim.   "jangan kau anggap lohu tidak memahami maksud hatimu itu, sudah jelas kau merasa tersudut karena tak mampu menjawab maka kau lantas mempergunakan kedudukanmu sebagai orang kepercayaan Kwa tiancu untuk membohong dan menggertak lohu..."   Hun-caycu ini memang bernyali besar, cepat-cepat dia menukas kembali dengan tegas.   "Maaf kalau terpaksa hamba harus menegur, rasanya tiancu tidak seharusnya menyebut nama Tiancu nomor satu secara langsung!"   Thio Yok-sim mendongakkan kepalanya lalu tertawa tergelak- gelak, kepada Kang Tat dan Cukat Tan segera serunya.   "Apakah kalian berdua sudah mendengar jelas ucapannya itu ?"   "Yaa, kami mendengarnya amat jelas!"   Jawab Kang Tat. Cukat Tan juga ikut mengangguk.   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Orang ini berani mengucapkan kata-kata semacam itu, kalau dibilang yang sebenarnya, dia memang pantas untuk menerima kematian."   Begitu ucapan tersebut diutarakan paras muka Hu-caycu yang berada dibalik sebelah kain cadar berwarna emas itu segera berubah hebat, cepat-cepat serunya.   "Tiancu, apa salah hamba, mengapa kau menjatuhkan hukuman mati kepadaku ?"   "Lepaskan kain cadar emasmu dan sebutkan siapa namamu !"   Bentak Thio Yok-sim gusar. Dengan gugup Hun caycu itu melompat mundur ke belakang, sambil mundur serunya.   "Hamba merasa yakin tak pernah bersalah, mengapa tiancu hendak membunuhku..."   Thio Yok-sim mendengus dingin.   "Hmmm, kau tak lebih cuma seorang manusia berbaju emas yang ditugaskan menjaga markas besar diatas air ini, darimana kau bisa mengetahui nama dari Tiancu nomor satu? Ayo bicara ! Hmmm, hmm, tak heran kalau malam ini kau sengaja melepaskan kode rahasia sehingga musuh pada kabur menyelamatkan diri !"    Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Keris Maut Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini