Raja Silat 23
Raja Silat Karya Chin Hung Bagian 23
Raja Silat Karya dari Chin Hung Jilid 23 Satu jam kemudian burung burung pada berkicauan memecahkan kesunyian di pagi hari. Bayangan layar dari perahu yang berlalu lalang di atas sungai pun mulai berlalu dengan tidak henti hentinya, dengan perlahan Liem Tou sadar kembali dari pulasnya dan menghembuskan napas panjang, dengan pandangan terpesona dia memandang ke arah burung yang beterbangan di atas langit dengan perahu layar yang laju bergerak diatas sungai. Tiba tiba dia melihat beberapa kaki dari tepi sungai tampaklah seorang pemuda tampan berbaju hitam dengan seorang diri berdiri di atas sebuah sampan yang sedang laju bergerak dengan lincahnya. Yang mengherankan di atas perahu itu ternyata tidak berlayar tidak ada pula yang mendayung sebaliknya pemuda yang berdiri di ujung perahu itu tidak memperlihatkan gerakan apapun, jelas tenaga dalam yang dimilikinya amat tinggi sekali sehingga cukup menggerakkan tenaga dalamnya perahu tersebut sudah dapat bergerak sendiri. Sudah tentu dengan kepandaiannya seketika itu juga mendapat tepukan serta pujian dari para nelayan lainnya. Tetapi hanya dalam sekejap saja suara pujian itu sudah berubah menjadi suara teriakan kaget dan kagum, karena para tetamu yang semula ada didalam perahu kini pada keluar semua dan menonton kejadian yang amat aneh itu dengan mata terbelalak lebar lebar. Liem Tou yang berdiri di tepi sungai dapat melihat setiap kali pemuda berbaju hitam itu mengayunkan tangannya kebelakang sehingga sampan itupun bergerak ke depan dengan amat lajunya, tidak bisa diragukan lagi gerakan perahu tersebut tentunya disebabkan oleh tekanan angin pukulan itu diam diam pikirnya. Orang ini sungguh keterlaluan sekali, di hadapan orang banyak ternyata dia sudah pamerkan ilmu silatnya. Saat itu tetapi si lelaki berbaju hitam itupun sedang menoleh ke arah tepi sungai, ketika dilihatnya seorang berbaju hijau berdiri disana dia agak tertegun sebentar. Liem Tou segera tersenyum dan anggukkan kepalanya, siapa tahu orang itu bukannya membalas anggukan kepala, sebaliknya malah melengos keluar bahkan secara samar samar Liem Tou bisa mendengar orang itu sudah memperdengarkan suara dengusannya yang amat dingin sekali. Liem Tou yang ketanggor batu dalam hati merasa sangat mendongkol sekali, pikirnya lagi. Jikalau orang ini berasal dari aliran lurus dia orang tentulah tidak akan memperlihatkan sikapnya yang demikian jumawa, apalagi sikapnya yang amat sombong itu bukanlah sifat dari orang orang dunia kangouw sejati dia bangga atas kepandaian silat yang dimilikinya dan tidak memandang sebelah matapun kepada orang lain, Hmmm.. .hmm.. .ini hari aku mau lihat kau orang sebenarnya seberapa lihaynya? aku harus ngasih sedikit hajaran kepadanya. Berpikir akan hal ini dia orang cepat cepat menyelinap masuk ke dalam semak dan melepas jubah panjangnya, ketika dilihatnya orang itu suaah berada pada ratusan kaki jauhnya dalam hati dia segera mengambil satu keputusan. Aku harus dapat mengejar dirinya, demikian pikirnya dalam hati. Tubuhnya dengan cepat terjun ke dalam sungai dan meyelam ke dalam dasar sungai untuk melakukan pengejaran dengan amat cepatnya. Sejak Liem Tou berhasil mempelajari kitab pusaka To Kong Pit Liok. ilmu menyelamnya sudah tentu memperoleh kemajuan yang amat pesat sekali, tidak sampai seperminum teh kemudian dia sudah berhasil menyandak beberapa kaki di belakang sampan tersebut. Saat itulah dia bisa melihat ombak yang dihasilkan oleh tenaga pukulan orang itu terasa amat hebat sekali, melihat hal tersebut di dalam hati dia merasa terperanjat sekali, pikirnya. Ombak yang dihasilkan oleh tenaga pukulan orang ini di atas permukaan sungai kelihatan kecil sekali, siapa tahu ombak yang terjadi di dalam air sungguh begitu dahsyat, jelas sekali tenaga dalamnya benar benar amat sempurna. Tetapi diapun merasa kalau orang itu sedikit keterlaluan. "Biar aku coba coba tenaga pukulannya secara diam diam" Pikirnya lagi. Berpikir sampai disini badannya dengan Cepat berenang mencapai di belakang perahunya, melihat dari atas permukaan air menggulung datang angin pukulan yang amat keras mendadak dia mengangkat telapak tangannya menyambut - .. "Byuuurrr ... seketika itu juga dari permukaan air muncul semburan tiang air setinggi dua kaki lebih ke atas udara. Pemuda berbaju hitam yang ada di ujung perahu agaknya sama sekali tidak siap, mendapat serangan tersebut badannya segera terhuyung huyung dan mundur tiga langkah ke belakang dan hampir hampir jatuh terduduk di atas perahu teesebut. Tidak terasa lagi di dalam bati dia merasa sangat terperanjat dan memandang ke atas permukaan air secara terpesona, perlahan lahan pada wajahnya yang pucat pasi secara lambat laun timbul warna kehijau hijauan yang samar samar, dari sinar matanya muncullah nafsu untuk membunuh. Siapa yang berani membokong Kongcuyamu dari dalam air? bentaknya dengan amat gusar. Jikalau betul betul bernyali ayoh keluar., .-dan naik ke sini untuk bergebrak seribu jurus dengan aku orang. Tetapi walaupun dia sudah memperhatikan permukaan air itu beberapa saat lamanya tetapi keadaan disekeliling tempat itu masih tenang tenang saja sampai gelembung udarapun tidak tampak. Sekali lagi dia menanti beberapa saat lamanya, sewaktu melihat tidak ada gerakan yang mencurigakan dan melihat pula sampannya sudah terkena cipratan air sehingga basah kuyup terpaksa dengan melancarkan pukulan melanjutkan kembali perjalanannya ke depan. Siapa tahu begitu perahunya mulai bergerak mendadak dari ujung perahu serta buritan terjadi getaran yang amat keras lagi. Dia orang yang sama sekali tidak mengerti ilmu di dalam air saking khekinya seluruh tubuhnya jadi gemetar amat keras, diiringi suara bentakan yang amat keras, dari pingangnya dia mencabut keluar sebilah pedang hitam yang amat tajam sekali dan ditebaskan sekeliling perahu. Jikalau dia tidak melancarkan serangan masih baikan. Begitu dia bergerak tubuh perahu itu goncang semakin keras lagi. Pemuda berbaju hitam itu tidak bisa berbuat apa apa lagi, terpaksa dia meloncat ke bagian tengah dari perahu itu dan mengerahkan ilmu bobot seribu kati untuk menenangkan goncangan tersebut. Pada saat itulah tiba tiba tubuh perahu miring ke samping dan mendadak terbalik ke dalam air. Untung saja pemuda berbaju hitam itu bisa melakukan tindakan dengan cepat. Sambil ber teriak keras dia menutul ujung perahu lantas melayang setinggi tiga kaki ke atas kemudian bersalto ke atas beberapa kali. Dengan berjalan di atas permukaan air dia melirik sekejap kearah perahu tersebut kemudian tertawa tawar, hanya di dalam beberapa kali lompatan saja dia sudah melayang ke tepi sungai tanpa badannya terkena cipratan sedikit air pun. Dengan gerakannya ini secara tidak disengaja sudah mendemonstrasikan semacam ilmu kepandaian,seketika itu juga membuat orang yang ada di atas perahu disekeliling tempat itu pada sorak memuji. Tetapi air mukanya sama sekali tidak memperlihatkan perubahan apapun dengan termangu mangu dia memperhatikan perahu kecil yang tenggelam separoh itu, dia orang benar benar dibuat keheranan daa jengkel oleh kejadian ini. Sudah tentu kesemuanya itu hasil perbuatan dari Liem Tou yang ada didalam air sungai, akhirnya sewaktu dilihatnya pemuda berbaju hitam itu sudah mendemontrasikan ilmu men agankan tubuh berjalan diatas permukaan air di dalam hati diam diam merasa sangat kagum se kali, pikirnya. Tida kusangka perbuatanku ini sama sekali tidak bisa memberi kelihayan kepadanya, aku harus mencari cara yang lain untuk mempermainkan dirinya, pokoknya mulai hari ini aku mau paksa dia uatuk mengetahui kalau orang sakti yang ada di dalam dunia kangouw sangat banyak jumlahnya sehingga dia orang sampai begitu sombong dan tidak memandang sebelah matapun kepada orang lain. Berpikir sampai disitu, dengan cepat telapak tangannya ditempelkan ke dasar perahu tersebut kemudian dengan mengerahkan tenaga saktinya perahu di dorong ke atas. Dorongannya kali ini sama dengan kekuatan seribu kati, seketika itu juga perahu tersebut didorong dari permukaan sungai dan melayang setinggi satu kaki lebih di tengah udara, tubuhnya membalik lagi menumpahkan air sungai yang memenuhi ruangan perahu tersebut kemudian kembali ke atas permukaan sungai di dalam keadaan semula. Dengan kejadian ini walaupun sudah membuat pemuda berbaju hitam itu menjadi amat gusar tetapi dia orang yang mengetahui telah bertemu dengan lawan tangguh tidak berani banyak bertingkah, dengan diam diam dia mempersiapkan diri untuk menghadapi sesuatu. Lama sekali pemuda berbaju hitam itu berdiri di tepi sungai menantikan kedatangan musuhnya tetapi dari dasar sungai dia orang tidak melihat adanya orang yang keluar dan juga tak terasa lagi sambil mendepakkan kakinya ke atas tanah makinya dengan amat gusar. Kongcu ya mu selamanya tidak berganti nama, aku adalah Ai Lau Tiauw atau si elang sakti dari gunung Ai Lau, Sun Ci Sie adanya, jikalau kau benar benar berilmu nanti malam pada kentongan ketiga aku menanti kau orang di tepi sungai di luar kota disebelah barat dari kota Ciat Ciang. Selesai berkata tanpa menoleh lagi dengan langkah yang lebar dia barjalan meninggalkan tempat tersebut. Ltem Tou yang mendengar pemuda berbaju hitam itu ternyata sudah menyebutkan namanya sebagai Sun Ci Sie dalam hati dia segera berpikir. Aaaaa, kiranya kau orang kalau begitu aku tidak usah susah payah mencari dirimu lagi. Kiranya Sun Ci Sie nama ini adalah nama orang yang harus dicari oleh Liem Tou sesuai dengan pesan orang yang ditemuinya, kalau musuh besar mereka adalah Kioe Lang Wan Kauw, atau dengan perkataan lain dialah satu satunya sanak saudara dari si perempuan tunggal Touw Hong itu. Tetapi si pemuda berbaju hitam yang sejak kecil sudah menemui bencana membuat dia itu sama sekali tidak mengetahui asal usul dia sendiri, sudah tentu di dalam persoalan tersebut iapun tidak mengerti. Liem Tou yang tahu dia adalah orang yang sedang dicari sudah tentu tidak mau melepaskan dengan begitu saja, dengan cepat dia berenang ke tepi untuk berganti pakaian kemudian dengan langkah lebar dan tergesa gesa dia berjalan menuju ke depan. Kurang lebih sejam kemudian ternyata di hadapannya kelihatan ramai juga. Tempat itu ternyata adalah suatu bandar yang cukup besar. Liem Tou dengan cepat masuk kota. Pada saat itu pagi hari baru saja menjelang sehingga terlihatlah jalan raya penuh sesak dengan manusia yang lalu lalang, suasana terasa amat ramai sekali. Walaupun Liem Tou selama satu malampun tidak tidur tetapi menjelang pagi hari dia sudah tertidur sebentar sehingga semangatnya pada saat inipun sudah segar kembali. Dengan wajah yang tampan serta memancarkan sinar berkilauan dengan seenaknya dia berjalan ditengah jalan sehingga menimbulkan perhatian khusus dari orang orang yang berada disana, terutama sekali gadis gadis dusun yang melihat wajahnya tak terasa lagi hatinya pada berdebar debar dengan sangat kerasnya. Dengan langkah yang perlahan lahan Liem-Tou berjalan melalui dua buah jalan kemudian tibalah dia orang di depan sebuah loteng yang amat besar, di atas loteng itu tergantunglah sebuah papan nama yang bertuliskan "Kie Sian- Tong" Tiga kata. Disamping papan nama itu tergantunglah dua papan nama yang bertuliskan kata kata. "Tempat berkumpul para eaghioog. Mabok empat lautan" Liem Tou segera tahu kalau tempat itu adaIah sebuah loteng penjual arak, dengan langkah yang perlahan dia berjalan naik ke tingkat ketiga lantas minta beberapa macam sayur dan arak dan mulai bersantap dengan tenangnya. Sembari bersantap pikirannya terus menerus sedang berpikir akan kata kata dari Lie Loo jie kemarin malam, semakin lama hatinya terasa semakin panas sehingga akhirnya dia orang benar benar terasa amat gusar. Arak yang dihabiskannya semakin lama semakin banyak, akhirnya dia orang benar benar dibuat mabuk oleh air kata kata. Mendadak dia menghajar meja di hadapannya, sambil makinya gusar. Kiranya kau adalah anaknya iblis, jikalau aku sejak dulu tahu begini tentu saja aku orang akan suruh kau binasa pada saat itu juga atau sedikit dikitnya kau menjadi cacad, kau anaknya iblis ternyata kau sudah mencelakai ayahku, mengurung ayahku dan menyiksa dirinya. Setelah memaki maki sampai kenyang, dia berganti tertawa keras. Haaa haaa, pokoknya kau orang tidak bakal lolos dari tanganku biarlah kau orang hidup sebentar lagi tidak mengapa. Hmm saat kematianmu sehari demi sehari akan semakin mendekat. Air mukanya mendadak berubah membesi, lalu gumamnya seorang diri. Hutan belantara lebat bagaikan sutera, gunung bersalju membawa kepedihan hati, malam hari memandang rembulan, termenung di atas loteng. Aaah ayah, kenapa kau orang tak mau memberi tahukan kepadaku kalau kau orang mempunyai kisah hidup yang demikian mengenaskan kalau tidak sejak semula anak iblis she Ko itu sudah aku pukul hancur sebagai pembalasan atas kematian kau orang tua. Berbicara sampai disini tidak kuasa lagi dia meneteskan air matanya kemudian menangis tersedu sedu... Beberapa tamu di atas loteng itu ketika melihat Liem Tou menangis dengan begitu sedihnya, dengan pandangan keheranan pada mengalihkan matanya memandang ke arahnya, ada di antara yang menduga tentu dia orang sedang memikirkan pengalaman pahitnya, adapula yang merasa tidak senang karena sudah diganggu ketenangannya. Dengan tangisannya ini Liem Ton malah jadi sadar kembali dari pengaruh air kata kata (mabok) itu baru saja dia menghapus kering air matanya mendadak terdengarlah suara seseorang yang sedang berkata dengan suara yang amat dingin sekali. Seorang lelaki sejati tidak akan menangis sedih karena memikirkan pengalaman yang menyedihkan hatinya, apa kau berbuat seperti seorang bocah cilik? Liem Tou yang mendengar perkataan tersebut barnadakan mengomeli dirinya dalam hati merasa sangat tidak senang, dengan cepat diaangkat kepalanya melotot ke arah orang tersebut. Aku mau menangid atau tidak apa sangkut pautnya dengan kau orang? serunya dengan gusar. Kau orang tidak usah banyak bacot dihadapanku. Baru saja dia selesai berkata mendadak dia merasakan ada serentetan sinar mata yang amat tajam sedang menyapu ke arah dirinya Liem Tou menjadi amat terkejut, pikirnya di dalam bati. Dengan ketajaman matanya itu yang mengejutkan, jelas kepandaian silat yang dimilikinya sudah mencapai pada taraf kesempurnaan. Bahkan diantara ketajaman matanya itu secara samar samar membawa nafsu membunuh yang amat tebal srkali. dan sungguh dahsyat sekali. Hatinya segera bersiap sedia dan secara diam diam menyalurkan hawa murni untuk mengelilingi seluruh tubuhnya. Saat itulah dia baru bisa melihat kalau orang tersebut bukan lain adalah si pemuda berbaju hitam yang ditemuinya sewaktu di sungai tadi, pada waktu ini dengan pandangan yang amat dingin sedang memperhatikan dirinya. Empat buah sinar mata berbentur menjadi satu, pemuka berbaju hitam itu agak tertegun dibuatnya. Mendadak dia bangkit berdiri dan ujarnya dengan suara yang amat dingin. Terang terangan Loo heng memiliki kepandaian silat yang amat tinggi sekali kenapa ksu orang menangis sedih di tempat ini? bahkan aku rasa di suatu tempat aku pernah bertemu dengan Loo heng, cuma saja untuk beberapa saat lamanya aku sudah tidak teringat kembali. Liem Tou selesai mendengar perkataannya dia segera mengangguk dengan perlahan, lantas jawabnya. Cayhe cuma seorang terpelajar saja yang baru gagal menempuh ujian mana bisa memiliki kepandaian silat? jikalau aku betul betul mempunyai ilmu aku orang tidak akan sampai bernasib begini, heeei...bukankah Heng Thay adalah orang yang tadi pagi mendemontrasikan perahu terbang?" Ketika pemuda berbaju hitam itu mendengar dia orang tidak lebih cuma seorang siucay saja di dalam hati dia agak kecewa tetapi kemudian setelah mendengar Liem Tou mengungkap kembali peristiwa tadi pagi sewaktu ada di sungai dengan cepat diapun sudah teringat kembali kalau orang yang ada dihadapannya ini bukan lain adalah si pamuda berbaju hijau yang ditemuinya di tepi sungai tadi pagi, dia segera mengangguk. Aaaah . .kiranya kau orang, Loo heng tidak usah berputus asa berjuanglah terus akhirnya tentu kau orang akan mencapai sukses juga. Sebenarnya si rajawali sakti dari gunung Ai Lau san, Sun Ci Sie ini adalah orang amat congkak dan dingin sekali sikapnya tetapi dikarenakan perbuatannya yang secara tidak sengaja dengan Liem Tou membuat dia orang mau tak mau harus berbicara juga beberapa patah kata. Liem Tou sendiripun sama sekali tidak menyangka kalau pihak lawan bisa mengucapkan kata kata memuji dirinya, dia segera memperlihatkan senyuman yang amat girang sekali. Terima kasih...terima kasih...serunya berulang kali. Dengan mengambil kesempatan ini dia pindah tempat dan duduk semeja dengan dirinya lalu menanyakan nama dari si rajawali sakti Sun Ci Sie ini, mengaku terus terang namanya, sebaliknya Liem Tou sudah karangkan satu cerita palsu kepadanya. Sun heng mendengar secara tiba tiba Liem Tou memuji dirinya. Menurut pandangan Siauw te, Sun heng manusia yang paling aneh dan paling sakti pada saat ini, ini hari aku bisa bersahabat dengan Sun heng hatiku merasa sangat bangga sekali, tetapi sampai saat ini Siauw te masih ada satu hal yang masih belum paham benar, entah maukah Sun heng memberikan penjelasannya??" Si rajawali sakti dari gunung Ai San Sun Ci Sie sewaktu mendengar dia orang dipuji puji dan disanjung hatinya semakin gembira lagi. Aaaih, cuma sedikit kepandaian tak berarti mana bisa dianggap sebegitu lihaynya? sahutnya sambil tertawa. Entah Liem heng ada urusan apa yang kurang paham? bilamana Siauw te tahu tentu akan aku jawab. Mendengar jawaban tersebut diam diam didalam hati Liem Tou merasa geli. Hee...hee kau jangan keburu bangga, aku mau suruh kau merasakan bagaimana rasanya keguyur air dingin. Sewaktu Sun heng bermain perahu di atas sungai tadi, ujar Liem Tou menyambung. Bukankah perahu bergerak dengan amat lajunya? dengan kepadaian silat yang dimiliki Sun heng sekarsng ini bagaimana secara tiba tiba perahu tersebut bisa terbalik? peristiwa ini sangguh membuat Siauwt. kurang paham. Mendengar perkataan dari Liem Tou ini air muka si rajawali sakti dari gunung Ai Lau san ini seketika itu juga berubah jadi merah padam, senyuman yang menghiasi bibirnyapun segera lenyap berganti dengan satu lembar wajah yang sangat adem, di antara perubahan yang secara mendadak itulah pada alisnya jelas muncul nafsu membunuhnya yang amat tebal. Liem Tou yang melihat kejadian itu dalam hati segera berpikir. Jika ditinjau dari keadaan serta tindak tunduknya jelas Sun Ci Sie ini bukan nerasal dari kalangan lurus, jika dilihat dari antara alisnya jelas sekali memperlihatkan akan kekejaman hatinya yang melebihi binatang. Hmm ..aku harus baik baik mengadakan penyelidikan. Hmmm, ,aku sama sekali tidak menyangka kalau di dalam sungai tersebut bisa terdapat sebegitu banyak ikan besar. Teriak Sun Ci Sie tiba tiba sambil menghantam meja. Ikan ikan terkutuk itu ternyata sudah membalikkan sampan kecilku kedalama air, aku cuma gemas karena sama sekali tidak dapat menggunakan ilmuku didalam air, kalau bisa hmm, hmm, aku tentu akan seret dia ketepi pantai dan kuhancurkan badannya hingga bisa menghilangkan rasa mengkel yang mengganjal di dalam dadaku. Liem Tou segera tertawa tergelak dengan sangat kerasnya. Aduuuhh, kiranya ada seekor ikan yang begitu besarnya? Teriaknya dengan kaget. Jikalau Sun heng benar benar menarik dia ke tepi sungai aku rasa ikan tersebut tentunya ikan yang paling besar didalam sungai itu dan paling mengejutkan semua orang, tetapi ada sesuatu hal lagi yang aku tidak paham, kenapa perahu tersebut mendadak bisa terbang kelangit? Apakah ikan tersebut bisa menyembur sebegitu hebatnya?. Untuk sesaat lamanya Sun Ci Sie tidak bisa mengucapkan sepatah katapun sepasang matanya dengan melotot lebar lebar memperhatikan diri Liem Tou, lama sekali dia baru mengangguk. Ehmm, boleh dikata perkataan dari Liem-heng itu memang benar, mungkin perkataan dari Liem heng benar. Terpaksa Liem Tou pun harus menutup mulutnya kembali, padahal saat ini dia sudah bisa tahu bagaimana macamnya manusia yang bernama Sun Ci Sie ini, dia semakin memandang rendah dirinya lagi. "Sun-heng," Lama sekali Liem Tou baru bertanya lagi, kau orang datang ke kota Ciat Ciang ini ada keparluan apa???? Tiga hari kemudian aku mempunyai satu urusan kecil di tempat sebelah sana sahut si rajawali sakti dari gunung Ai Lau San itu perlahan. Selesai berkata dia menuding keluar jendela. Liem Tou dengan mengikuti arah yang dituding segera menoleh keluar, terlihatlah sebuah gunung berdiri dengan megah dihadapan-nya, dengan puncak yang sangat tinggi sehingga menembus awan. itulah yang disebut sebagai gunung Hauw Ya San. Gunung Hauw Ya San ini terletak di sebelah Barat dari keresidenan Auw Kiang dan bersebelahan dengan kota Ciat Ciang ini, sehingga Sun Ci Sie sekali menuding ke arah luar jendela sudah bisa menunjukkan gunung Hauw Ya San tersebut . Buat apa dia orang pergi ke gunung Hauw-Ya San?? pikir Liem Tou di dalam hati. Aaaa...Sun heng sungguh bersemangat sekali, di bawah sorotan sinar matahari yang demikian lembutnya memang waktu yang paling tepat untuk berpesiar ke atas gunung, Siauwte pun kini sedang menganggur, bagaimana kalau aku temani Sun heng pergi berpesiar kesana??" Dengan cepat Sun Ci Sie gelengkan kepalanya. Liem heng adalah seorang terpelajar tidak seharusnya naik ke gunung yang begitu tingginya, apalagi kepergianku ini diliputi oleh mara bahaya., .aku orang sama sakali bukan sedang berpesiar. Kalau begitu San heng naik ke gunung mau membinasakan ular besar? teriak Liem Tou sengaja memperlihatkan rasa kagetnya yang tak terhingga. Ataukah mungkin Sun heng naik ke atas gunung mau membasmi binatang binatang berbahaya lainnya??" Bukan, .bukan begitu, sekali lagi Sun Ci Sie gelengkan kepalanya. Hari itu aku sudah janji dengan dua orang manusia yang amat lihay sekali untuk pergi ke atas puncak gunung Hay Ya pan untuk bertanding silat. Wach, Aku semakin ingin ikut pergi lagi, teriak Liem Tou dengan cepat. Kesempatan yang baik sukar untuk ditemui selama hidupku tentuaya Sun henh mengizinkan aku untuk pergi menotou peristiwa yang sangat besar bukan?? Sembari berkata Liem Tou di dalam hatiny berpikir terus. Siapakah orang yang sudah mengadakan perjanjian dengan dirinya?? Aku harus mengadakan penyelidikan dengan seksama. Wajahnya segera memperlihatkan keragu raguannya, dengan rasa terkejut bercampur heran tanyanya. Sun-hang bisa berjalan di atas permukaan air dengan tenangnya bahkan bisa lari bagaikan kilat, boleh dikata itulah pekerjaan seorang dews atau malaikat. Di dalam kolong langit pada saat ini ada siapa lagi yang berani mencari gara gara dengan diri Sun heng??? Kalau memangnya orang itu berani menantang Sun heng untuk bertempur sudah tentu kepandaian mereka tidak sembarangan .. Sun Ci Si segera menganggukkan kepalanya. Pada masa yang lalu kedua orang ini juga termasuk manusia yang amat lihay sekali, kali ini jikalau mereka bekerja sama. Dapatkah aku orang memperoleh kemenangan, hal ini masih sukar untuk di duga sebelumnya. Lalu siapakah kedua orang itu? apa sangat fihay sekali ilmu silatnya?. Sskalipun aku bsritahu kepadamu kau orang tentu tidak tahu, baiklah biar aku beritahukan kepadamu. Yang satu adalah Thiat Bok Thaysu yang sudah angkat nama bersama sama dengan si cambuk iblis Suo Kok Thaysu tempo hari, sedang yang lain adalah si penahat naga merah anak murid dari Suo Kok Mo Pian. ke dua orang ini semuanya merupakan penjahat-penjahat berhati kejam yang sudah melakukan banyak kejahatan baik merampok, membunuh maupun memperkosa, tetapi kali ini aku sengaja pergi mencari mereka bukanlah dikarenakan kejahatan kejahatan yang dilakukan oleh mereka melainkan hendak membereskan sedikit sakit hati yang sudah terjadi empai puluh tahun yang lalu. Mendengar jawaban tersebut diam diam Liem Tou merasa sangat terperanjat, pikirnya. Oooh kiranya dia mau pergi menemui kedua orang itu, kalau begitu aku harus menyelidiki urusan yang sudah terjadi. Mendadak dia bangkit berdiri, air mukanya jadi membesi lalu serunya dengan keras. "Sun heng jangan sekali kali melepaskan ke dua orang itu lagi, tentang Thiat Bok Thaysu siauw te tidak tahu siapakah dia orang, tetapi si penjahat naga merah itu bukan saja siauw te pernah mendengar sekalipun kaum perempuan serta bocah cilik dari penduduk di sekitar tempat itupun tahu kalau dia adalah penjahat kejam, diapun merupakan seorang bajingan pembasmi keluarga, pada dua puluh tahun yang lalu menurut perkataan dari orang orang tua, dia pernah mengumbar nafsunya itu tetapi sebentar kemudian sudah lenyap dari muka bumi, tidak kusangka sama sekali pada akhir-akhir ini dia sudah munculkan dirinya kembali bahkan aku dengar tindakannya semakin ganas lagi Hei ..jikalau orang ini tidak dibasmi secepatnya, maka kita sebagai rakyat biasa tentu ada sehari tidak tidur tenang, entah Sun heng punya ganjalan sakit hati apa dengannya?" Dengan perlahan Sun Ci Sie angkat cawannya dan diteguk isinya hingga habis. Dari sepasang matanya tampak memancar keluar sinar yang amat tajam sekali berkelebat tak henti henti nya. Baru saja dia gerakkan mulutnya mau berbicara mendadak dia menarik kembali kata katanya itu dan meloncat bangun. Peristiwa ini panjang sekali bila mana d ceritakan, ujarnya kemudian. Lebih baik kita bicarakan dikemudian hari saja, bila mana Liem heng benar benar ingin ikut pergi dengan aku. maka di dalam tiga hari ini kau harus baik baik beristirahat sampai waktunya kamu boleh ber&embunyi disamping untuk menonton aku pergi membasmi kedua orang siluman aneh tersebut. Liem Tou segera mengangguk. Setelah membayar rekening arak Sun Ci Sie lalu turun dari loteng dan Liem Toupun mengikuti dari belakang. "Sun heng, kau menginap dimana?" Tanyanya. Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ikuti saja diriku" Sahur Sun Ci Sie sambil melanjutkan terus perjalanannva ke depan. Terpaksa Liem Tou mengikuti dirinya dari belakang, setelah berjalan melalui jalan besar dia itu keluar melalui pintu kota sebelah barat. Tidak terasa di dalam hati Liem Tou merasa ragu ragu juga, pikirnya. "Aaaaahh ... dia mau pergi kemana?" Tetapi sekalipun dia berpikir demikian, mulutnya tetap membungkam, dia ikuti terus dirinya dari belakang menuju ke tepi sungai. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian mereka berdua sudah lama berjalan mengikuti aliran sungai tersebut, ketika dilihatnya mereka sudah cukup jauh mnninggalkan kota tersebut mendadak terdengar Sun Ci Sie bergumam seorang diri. Malam ini aku mau menemui dirinya di tempat ini. Liem Tou tahu yang dimaksudkan olehnya adalah dia orang sendiri, tetapi pada mulutnya sengaja dia bertanya. Sun heng kau sedang membicarakan apa??? dan malam hari ini kau mau bertemu dengan siapa?" Agaknya Sun Ci Sie sangat gusar sekali dibuatnya, setelah mendengar perkatan tersebut dia segera tertawa dingin. Lebih baik Liem heng jangan terlalu banyak bertanya, ujarnya dengan amat dingin sekali. Harusnya kau orang ketahui sejak aku si rajawali sakti dari gunung Ai Lau san terjunkan diri ke dalam dunia kangouw, kecuali kau seorang belum pernah aku bersikap demikian sungkannya kepada siapapun, kau orang harus sedikit berhati hati jangan sampai membuat diriku marah. Liem Tou yang disemprot dengan kata kata tersebut dia sama sekali tidak menjadi marah, dia tersenyum, tetapi dalam hati tidak urung memaki juga. Kau manusia goblok, jikalau bukannya ibumu mempunyai budi yang amat besar kepadaku sehingga aku orang bisa mendapatkan kitab pusaka To Kong Pit Liok, aku segera kasi lihat pertunjukan yang amat bagus padamu. Tetapi perkataan tersebut tidak sampai dia ucapkan keluar, dengan berdiam diri dia mengikuti dirinya dari belakang. Semakin lama suara deburan ombak dari sungai itu terdengar jauh lebih kencang beberapa kali lipat, dari pada deburan ombak yang ada di sekitar kota Ciat Ciang tadi. Liem Tou yang sudah sangat hafal sekali terhadap aliran sungai tersebut sudah tentu jauh lebih tahu dari dirinya, dia tahu dirinya sudah memasaki selat Sie Leng Shia. Tetapi Sun Ci Sie masih terus melanjutkan perjalanannya menuju ke depan, semakin lama dia berjalan, jalan yang tadinya lebar itu berubah menjadi sempit dan akhirnya jadi jalan seusus kambing yang amat kecil sekali. Sebenarnya Liem Tou mau bertanya kembali kepadaaya tetapi dia takut Sun Ci Sie jadi gusar oleh tindakannya itu, terpaksa dia bungkam diri. sedang di dalam hatinya diam diam pikirnya, Perduli amat dia orang mau pergi ke mana. Aku ikuti saja terus bukankah beres??? Supaya dia orang tidak banyak berpikir lagi dengan berdiam diri dia terus menerus mengikuti di belakangnya. Tidak lama kemudian mereka sudah menaiki sebuah bukit kecil, Liem Tou segera melayangkan pandangannya melihat sungai yang berombak sangat besar itu .... Saat itulah terdengar Sun Ci Sie sudah berbicara sambil menuding kearah sungai. Selama tiga hari ini Liem-heng boloh tinggal ditempat ini saja. Liem Tou yang melihat dia menuding ke tengah sungai dalam hati merasa amat tidak paham. Sun-heng kau orang jangan berguyon, seru nya. Aku orang bukanlah sebangsa makhluk yang hidup didalam air, bagaimana mungkin bisa tinggal di dalam sungai itu?? Haaaa ... haaaaa ... aku orang sama sekali bukan menyuruh Liem heng tinggal di dalam air, sahut Sun Ci Sie sambil tertawa. Coba kau lihat, bukankah di tikungan sebelah sana ada sebuah perahu yang masih baru? Dengan terburu buru Liem Tou mengalihkan pandangannya ke tengah sungai dan mulai mencarinya, akhirnya dia menemukan juga di tengah sungai tersebut memang terdapat sebuah perahu yang berhenti tak bergerak, di dalam perahu tersebut nampaknya tidak ada orangnya, tampak dua buah tiang layar berdiri dengan tegaknya di tengah tiupan angin. Sewaktu Sun Ci Sie melihat Liem Tou sudah dapst mengetahui perahu tersebnt mendadak dengan beberapa kali loncatan dia menubruk ke arah perahu tersebut. Saat itu walaupun Liem Tou memiliki ilmu silat yang sangat tinggi tetapi dia tidak dapat menggunakannya. Tampaklah jarak antara bukit kecil dan tengah sungai masih ada satu atau dua puluh kaki tingginya, bahkan kelihatan tak ada jalan lainnya lagi. Terpaksa dia orang berdiri tidak bergerak di atas bukit tersebut dan berteriak teriak dengan sangat keras. Sun heng. bagaimana Siauw te harus turun ke sana? Dia berteriak dua kali tetapi tidak tampak juga orang naik, ketika dia berteriak untuk ke tiga kalinya saat itulah baru tampak Sun Ci Sie meloncat naik kembali ke atas bukit. Liem heng tidak usah cemas, serunya sambil tertawa, Sudah tentu aku takkan membiarkan diri mu tinggal seorang diri di atas bukit itu. Selesai berkata dia memeluk pinggang Liem Tou dan kembali dengan beberapa kali loncatan naik ke dalam perahunya. Liem Tou dapat melihat perahu tersebut masih sangat baru sekali, ruangan perahu di atur dengan rapi dan mewahnya, pada samping kiri dari ruangan tersebut terdapatlah dua buah jendela yang masih tertutup rapat. Dengan perlahan Sun Ci Sie membuka pin tu ruangan tersebut sehingga tampaklah tirai yang terurai menghalangi pandangan, di balik tirai tersebut terbentuklah sebuah ruangan yang disusun amat mewah dan megah sakali, keadaan ini mirip dengan sebuah ruangan istana. Didepan ruangan perahu Sun Ci Sie melepaskan sepatunya lalu baru masuk ke dalam ruangan, Liem Tou pun segera melepaskan juga sepatunya. Tak kusangka ternyata Sun heng begitu gemar akan berpesiar, ujarnya sambil tertawa. Tidak kusangka pula ternyata engkau mempunya sebuah perahu besar yang benar benar sangat menarik dan megahnya, siancay . siancay bila mana mana siauw te bisa tinggal selama tiga hari di tempat ini boleh dikata rejekiku sungguh amat mujur sekali, Sun Ci Sie segera tertawa. Liem heng jangan begitu sungkan sungkan jikalau kau akan ikut menonton pertempuran di atas gunung Hauw Ya san terpaksa cuma ada tiga hari saja kau bisa menginap disini. Sembari bercakap cakap sepasang mata dari Liem Tou dengan amat tajamnya memperhatikan terus keadaan di sekeliling ruangan tersebut. Terlihatlah bantal seprei disulam dengan amat indah sekali. dan diatur dengan begitu rapi dan menarik, di sebelah kiri dari ruangan tersebut bertumpuklah beberapa buah peti besar yang berwarna hitam, kecuali peti yang terbawah di kunci yang lainnya sama sekali tidak digembok. Entah dimanakah rumah dari Sun heng? aku rasa kau orang tentu sangat kaya sekali dan merupakan putra seorang hartawan. Si rajawali sakti dari gunung Ai Lau San ini cuma tersenyum ringan saja dia tidak menjawab. Segera dia orang menunjukkan dimana terletak bahan makanan dimana terletak bahan minuman dan beritahu juga kepadanya kalau mau tidur suruh lantas tidur saja akhirnya dia menambahi. Untuk sementara Liem heng tinggallah ditempat ini. aku orang masih ada urusan yang harus diurus di tepi sungau sana. Sun heng silahkan berlalu jawab Liem Tou dengan cepat. Aku orang sudah terialu mengganggu diri Sun heng, dalam hati aku merasa tidak enak. Sun Ci Sie tidak memberikan jawabannya, dia segera memakai sepatunya lalu meloncat naik ke tepi hanya dalam sekejap saja sudah lenyap tak kelihatan. Menanti setelah Sun Ci Sie pergi jauh Liem Tou baru diam diam berpikir . Orang ini sungguh amat aneh sekali, jika dilihat dari gerak geriknya yang sangat terburu buru dan sama sekali tidak mau berhenti agaknya dia orang mempunyai satu kesedihan yang benar benar menggoncangkan hatinya sehingga dia berbuat demikian. Berpikir sampai disini dia tidak ragu ragu lagi, dangan cepat dia berjalan mendekati beberapa buah peti hitam itu dan membuka peti yang pertama. Pandangannya menjadi terang, tampaklah di dalam peti tersebut dipenuhi dengan uang perak yang menyilaukan mata. Sewaktu membuka peti yarg kedua dia menemukan peti tersebut juga penuh berisikan uang perak putih yang menyilaukan mata. Berturut turut sampai pada peti yang keempat dia baru menemukan kalau peti tersebut penuh berisikan uang emas yang bertumpuk tumpuk memenuhi seluruh tempat. Pada peti yang kelima berisikan satu peti mutiara dan intan permata yang mahal harganya Tidak kuasa lagi Liem Tou dibuat berdiri tertegun di tanah, lama sekali dia baru berpikir. Sungguh hebat, darimana dia orang mendapatkan uang emas perak dan intan permata yang demikian banyaknya? cukup dengan beberapa peti ini saja sudah bernilaikan satu kota bagaimana mungkin harta ysng sebegitu banyaknya ini bisa muncul ditangan seorang jagoan tukang pukul Bu lim yang asal usulnya tidak diketahu jelas. Berpikir sampai disini otaknya diperas lebih keras lagi, mendadak di dalam benaknya terbayang satu ingatan hingga tidak terasa lagi seluruh tubuhnya bergidik dengan amat kerasnya Apa mungkin dia orang, .apa mungkin di orang, .gumamnya seorang diri. Saat ini tinggal peti hitam yang paling bawah belum dibuka, pikir Liem Tou lagi. Turggu dulu. Aku sama sekali tidak memiliki kepandaian untuk membuka kunci itu, jikalau harus dirusak sudah tentu setelah Sun Ci Sie kembali dia akan mengetahuinya, aku tidak boleh mencari gara gara dikarenakan urusan yang kecil ini saja, bagaimanapun juga waktu yang akan datang masih panjang sekalipun dibuka lain kali juga belum terlambat. Setelah dia mengambil keputusan di dalam hatinya deagan cepat peti peti yang sudah terbuka ditutupnya kembali seperti sedia kala lantas ditumpuk seperti semula. Setelah semuanya selesai untuk membuang waktu yang amat senggang ini dia duduk bersila dan mulai memusatkan perhatiannya untuk bersemedi. Sebentar kemudian hawa murninya sudah mengalir mengelilingi seluruh tubuhnya badan terasa menjadi segar sedang pendengarannya semakin tajam. Saat ini kecuali suara deburan ombak yang menggulung tak henti hentinya terdengar sedikit suara - - - tidak lama kemudian Liem Tou sudah berada dalam keadaan lupa segalanya. Semakin dia bersemedi hatinya semakin tenang, pendengarannya pun semakin tajam, setiap suara yang di dengar di tepi sungai sampai rontoknya dedaunan pun dia bisa mendengar dengan amat jelasnya. Dari siang hari sampai malam Liem Tou terus menerus duduk sama sekali tidak bergerak, waktu itu sudah menjelang magrib tidak hentinya angin sungai bertiup berlalu membawa rasa dingin yang menggigilkan. Tidak lama kemudian secara samar samar Liem Tou bisa mendengar suara tersampoknya ujung baju terkena angin, dia taha si rajawali sakti dari gunung Ai Lau san, Sun Ci Sie sudah kembali ke perahu. Dengan cepat Liem Tou jatuhkan diri berguling dan menutupi tubuhnya dengan selimut pura pura tidur. Sebentar kemudian segera terasalah tubuh perahu tersebut sedikit bergoyang, Sun Ci Sie dengan berpakaian hitam sudah muncul dihadapanuya air mukanya yang pucat pasi secara samar samar membawa warna kehijau hijauan, dengan air muka yang amat tawar dia berjalan masuk ke dalam ruangan perahu lalu mendorong jendeia dan dengan termangu mangu memperhatikan ke tengah sungai. Sedikit jejakpun tidak kelihatan, gumamnya seorang diri. Sungguh suatu urusan yang amat aneh sekali, di dalam Bu Lim pada saat seperti ini orang yang bisa memiliki tenaga dalam yang sebegitu tingginya aku rasa tidak begitu banyak, apa mungkin si tua bangka itu yang mencari gara gara di belakang diriku? Liem Tou yang berbaring di dalam selimut segera bisa meraba dari pembicaraannya itu siapa orang yang dimaksud, cuma sayang tidak tahu siapakah tua bangka yang dimaksudkan itu. Lewat beberapa saat kemudian Sun Ci Sie bergumam kembali. Perduli siapakah dia orang, setelah malam ini bertemu dengan dirinya aku mau mengambil keputusan lagi, jikalau dia orang yang mempunyai kepala dan muka tentu akan menunjukkan dirinya dengan terang terangan. Saat itulah Liem Tou merasa yakin kalo apa yang dibicarakan selama ini adalah bukan lain hanya orang yang berada didalam air itu, diam diam Liem Tou tertawa geli. Orang itu tidak akan munculkan dirinya, saya rasa kau orang takkan bertemu dengannya pikirnya di dalam hati Berpikir sampai disitu dia segera mengulet dan berseru dengan keras. "Aaaah sungguh nyaman .... sungguh nyaman sekali, eeh kapan Sun heng puiang? selama beberapa tahun ini aku belum pernah merasakan tidur yang demikian nyamannya ternyata aku sudah tidur dengan begitu pulas sungguh tidak genah .... sungguh tidak genah. Sembari berkata Liem Ten segera merangkak bangun Liem heng tentu sudah lapar bukan ? ujar Sun Ci Sie sambil menoleh. Bagaimana kalau kita mengambil keluar makanan serta arak kita nikmati dengan perlahan lahan? setelah kentongan kedua kita bisa berlayar mengikuti aliran sungai lalu kau tinggal di dalam perahu dan aku akan pergi menepati janji untuk menemui orang tersebut. Liem Tou tertawa, tetapi di dalam benaknya sedang memikirkan cara cara untuk memecahkan siasat ini, pikirnya. Dia minta, supaya aku menjalankan perahu untuk mengikuti dirinya lalu bagaimana aku bisa naik ke tepian masuk kota dan berganti pakaian?? Tetapi dengan terpaksa dia berjalan menuju ke gudang dan membuka pintunya nampaklah arak, daging, ayam dan banyak bahan makanan yang sudah tersedia di dalam gudang tersebut, bahkan bergentong gentong arak tersedia pula disana. Dengan cepat dia mengambil barang barang tersebut dan mereka berdua mulai minum arak sambil memandang ke tengah sungai. Cuma saja arak ini diminum terlalu sepi karena di antara mereka berdua tidak ada yang mau berbicara, masing masing sedang memikirkan urusannya sendiri sendiri. Kurang lebih satu jam kemudian malam semakin kelam, tampaklah sinar rembulan berbentuk sabit muncul dengan perlahan lahan dari balik awan, dengan meminjam kesempatan ini Liem Tou segera bertanya. Sun heng, walaupun kau dan aku telah berkenalan belum lama tetapi aku rasa kita memangnya berjodoh, apalagi kepandaian silat dari Sun heng yang begitu tingginya membuat aku benar benar merasa sangat beruntung sekali. Tetapi entah Sun heng berasal dari aliran perguruan mana? siapakah suhumu?. Sun Ci Sie yang selama setengah harian penuh pergi mencari orang yang sudah mengganggu dirinya di dalam air tanpa berhasil di dalam hati sebetulnya dia sudah merasa mendongkol, saat ini dengan meneguk beberapa cawan arak dia orang sudah dibuat setengah mabok, mendengar perkataan tersebut dia segera menjawab Jikalau orang lain yang bertanya kepadaku mungkin aku akan marah, kalau memangnya Liem heng yang mengajukan pertanyaan ini aku akan memberitahukan juga kepadamu tetapi kau harus jaga rahasia aku sudah belajar ilmu silat selama dua belas tahun lamanya dit ebing Tak berbudi di atas gunung Ai Lau san, guruku bukan lain adalah si bweesio tujuh jari yang pada empat puluh tahun yang lalu pernah menggetarkan seluruh dunia kangouw dengan mengandalkan sebilah pedang hitam yang kemudian membinasakan salah satu dari Auw Hay Siang-Hiap. Liem Tou yang pengalamannya cetek mana tahu siapakah si hweesio berjari tujuh itu? jikalau dia orang tahu kalau si hweesio berjari tujuh bukan laia adalah pembunuh dari suhu ayahnya Hoa Siong Hiap pada saat ini kemungkinan sekali dia sudah menyerang diri Sun Ci Sie dengan amat gencarnya. Lalu di manakah suhumu sekarang berada? terdengar Liem Tou bertanya lagi sambil tertawa. Jika ditinjau dari kepandaian silat dari suhumu amat dahsyat sekali. Haaai, terdengar Sun Ci Sie meghela napas panjang, sekalipun suhu masih sehat waalfiat tetapi dikarenakan pada tempo hari sudah terhajar jatuh ke dalam jurang, sepasang kakinya sudah cacat walaupun kepandaian silatnya masih ada tetapi sudah tidak dapat bergerak lagi, tujuanku kali ini turun gunung bukan lain adalah hendak menuntut balas dendam tersebut, musuh besarku bukan lain adalah Si Suo Kuk Mo Pian serta Thiat Bok Thaysu dua orang, karena si penjahat naga merah adalah anak murid dari Suo Kuk Mo Pian itu maka aku sudah menghitungnya sekalian. Liem Tou cuma berdiam diri tidak menjawab tetapi dalam hati mengingat seluruh perkataannya. Ketika dia menoleh memandang keluar jendela mendadak....tampak sesosok bayangan hitam dengan amat cepatnya berkelebat di tepi sungai, walaupun Liem Tou melihat akan hal tersebut tetapi dia sama sekait tidak memperlihatkan sedikit perubahan apapun, dia pura pura tidak melihatnya sama sekali dan berjalan mendekati kearah jendela. Tampaklah bayangan hitam itu mendadak ber henti di atas tepian tersebut. Karena jaraknya amat jauh apalagi berada di dalam malam yang gelap sekalipun Liem Tou bisa melihat bayangan tersebut tetapi tidak mengetahui siapakah orang itu. Dia cuma melihat perawakan orang itu tidak begitu besar, tubuhnya kecil langsing dan berdiri tidak bergerak di atas bukit kecil itu' Dalam hati Liem Tou segera berpikir. Biarlah aku beritahukan adanya orang berjalan malam ini kepada diri Sun Ci Sie agar dia menganggap dia orang adalah orang yang sudah mengganggu dirinya di dalam air sungai tadi sehingga dengan demikian dia akan pergi melakukan pengejaran. Berpikir akan hal ini dia segera buka mulutnya siap berbicara...mendadak...Bluuk..sebuah batu sudah disambit kearah air sungai sehingga menimbulkan suara yang agak nyaring. Sun Ci Sie memiliki kepandaian silat yang amat tinggi segera merasakan akan hal itu, tubuhnya dengan cepat melayang keluar dari ruangan perahu dun menyapu sekejap sekeliling tempat itu. Tampaklah di atas bukit diseberang tepian sungai berdirilah seseorang dengan amat tegak nya. dia orang tidak malu disebut si rajawali sakti tubuhnya deagan kecepatan bagaikan kilat sudah melayang dan menubruk ke atas bukit. Liem Tou dapat melihat seluruh kejadiaa itu dengan amat jelasnya Dia melihat orang yang ada diatas bukit itu agaknva sudah mengadakan persiapan, baru saja tubuh dari si rajawali sakti meloncat kedepan orang itu sudah putar tubuh dan melarikan dirinya. Menanti sewaktu Sun Ci Sie tiba di atas bukit itu orang tersebut sudah berada ditempat yang amat jauh sekali. ZTerdengar si rajawali sakti dari gunung Ai Lau san mendengus dengan dinginnya, ujung kakinya dengan cepat menutul permukaan tanah lantas melakukan pengejaran ke depan. Dalam hati Liem Tou jadi keheranan, tanpa memakai sepatu lagi tubuhnya dengan cepat melayang melalui jendela, kemudian dengan menutul ujung perahu bagaikan kilat cepatnya dia melayang sejauh dua puluh kaki lebih menuju ke arah bukit tersebut, kemudian dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang amat lihay tubuhnya berkelebat kembali menuju kearah di mana bayangan dari Sun Ci Sie tadi lenyapkan dirinya. Beberapa saat kemudian dari tempat kejauhan dia bisa melihat adanya dua bayangan yang sedang berkelebat saling susul menyusul dengan jarak lima puluh kaki lebih. Dengan cepat Liem Tou meloncat ketempat kegelapan dan mengejarnya dari belakang, tidak sampai seperminum teh kemudian dia orang sudah berhasil menyusul mereka berdua tetapi diapun tidak bisa melampaui diri Sun Ci Sie, terpaksa dari belakang dia membuntuti dirinya terus menerus. Lewat beberapa saat lagi tampaklah di depan mereka terbentanglah sebuah hutan yang amat lebat sekali, tampak bayangan yang ada di paling depan dengan amat cepatnya secara tiba tiba berkelebat menuju ke sana. Sun Ci Sie yang berhasil mencapai di depan hutan itu agak ragu ragu sebentar, akhirnya dia pun menubruk masuk ke dalam. Heey..manusia itu sungguh besar nyalinya, pikir Liem Tou yang ada di belakangnya. Terpaksa Liem Tou berhenti di samping hutan tersebut dan bersembunyi dibalik pepohonan, apabila dia tidak berbuat demikian pasti Sun Ci Sie menoleh ke belakang dan jejaknya akan diketahui Saat itulah terdengar Sun Ci Sie membentak dengan amat kerasnya. Kau manusia tanpa kepala, jika berani ayoh keluar dan bertempur dengan diriku, buat apa bersembunyi seperti cucu kura kura? Lihat serangan ! Baru saja dia selesai berbicara terdengarlah suara searang perempuan sudah membentak keras. Rasakan kelihayan senjata rahasia dari nonamu. Selesai berkata segera terasalah suara desiran dari senjata rahasia yang memecahkan kesunyian menyambar datang. Sun Ci Sie jadi amat gusar sekali. Kau perempuan rendah, ayoh cepat mengge inding keluar. Diikuti suara meayambarnya angin pukulan yang amat keras sekali menghajar pepohonan sehingga dahan serta ranting pada rontok ke atas tanah. Lonte busuk perempuan maki Sun Ci Sie lagi dengan amat gusarnya.. Siapa kau orang? berani benar kau mencari gara gara dengan Kong cu yamu, aku mau tanya orang yang sudah mengganggu aku di dalam sangai pagi tadi apakah perbuatanmu. Siapa aku orang kau tidak perlu ikut campur, jawab perempuan itu dengan dingin. Jikalau kau betul betul mempunyai kepandaian ayoh cepat keluarkan semua. Eeei kenapa kau tidak mengeluarkan sekalian pedang hitam milik suhumu yang gundul itu? terus terang saja aku beritahukan kepadamu suhumu si hweesio berjari tujuh masih mempunyai hutang dengan diriku. Mendengar perkataan tersebut Sun Ci Sie jadi bertambah gusar, dia meloncat loncat saking gemasnya. Siapakah kau? jikalau kau tidak berterus terang lagi jangan salahkan aku tidak akan berlaku sungkan lagi terhadap dirimu. Perempuan itu segera tertawa cekikikan dengan amat gelinya. Akupun tidak ingin banyak bercakap dengan dirimu, serunya sambil tertawa. Di dalam hutan ini aku rasa kau tidak akan bisa mengapa apakan diriku. Pada saat itulah secara tiba tiba Liem Tou dapat melihat seseorang menerjang keluar dari dalam hutan, gerakannya amat cepat sekali bagaikan kilat berkelebat menuju ke jalan yang semula. Liem Tou yang melihat kejadian itu segera mengetahui kalau dia orang sedang menggunakan siasat untuk meloloskan dirinya dan menipu Sun Ci Sie untuk tetap tinggal di hutan tersebut, sebaliknya dirinya sudah menubruk ke arah perahunya. Liem Tou pun tidak pergi memberi peringatan kepada diri Sun CL Sie. tnbuhnya dengan cepat mengikuti dari belakang. Dengan kecepatan gerakan tubuhnya hanya di dalam sekejap saja dia sudah berhasil menyusul diri perempuan tersebut yang berada dua tiga puluh kaki di belakang tubuhnya. Dia mengikuti terus sampai tiba di perahu tersebut, ternyata tidak salah terlihatlah orang itu dengan cepatnya sudah meloncat naik ke atas perahu. Liem Tou tidak ingin jejak dari dirinya diketahui pihak sana karena itu. Dengan diam diam diapun mengikuti dirinya dengan menyeberangi sungai ini secara perlahan lahan kemu dia bersembunyi di balik ruangan. Saat itulah dia bisa melihat orang tersebut bukan lain adalah si perempuan tunggal Touw Hong yang sudah dua kali bergebrak dengan di rinya. Pada saat ini si perempuan tunggal itu dengsn pandangan sangat terperanjat sedang berdiri di ruangan perahu yang sangat megah,dan mewah itu, matanya dengan terbelalak lebar lebar memandaag ke kanan dan ke kiri memperhatikan seluruh isi ruangan itu dengan amat telitinya. Mendadak sinar matanya berhenti di atas brberapa buah peti hitam yang bertumpuk tumpuk di pojok ruangan tersebut, tanpa berpikir panjang lagi sebuah demi sebuah prti hitam itu dibukanya semua. Liem Tou yang melihat kejadian itu di dalam hati menduga orang itu tentu akan dibuat terbelalak matanya ketika melihat uang perak yang begitu banyaknya itu. siapa tahu dia cuma memandang sejenak dengan sinar mata yang amat tawar kamudian menutup kembali peti tersebut dan memperdengarkan suara tertawa dingin nya yang tiada hentinya. Setelah menutup kembali peti peti besi itu dia memandang pula peti terakhir yang terkun ci tetapi tidak sampai dibukanya, dia berdiri berpikir sejenak mendadak tubuhnya meloncat keluar dari ruangan perahu dan melepaskan tali perahu itu. Liem Tou yang melihat kejadian itu di dalam hati diam diam merasa terperanjat sekali, pikirnya. Sungguh pintar si perempuan tunggal Touw-Hong ini, suatu ide yang bagus sekali. Menanti setelah dilihatnya perempuan tunggal itu selesai melepaskan talinya dia baru tertawa ringan. Aduuuhh ... tidak kusangka diatas perahu ini bisa kedatangan seorang tetamu terhormat, hey nona, angin apa yang sudah bisa meniup kau sampai ditempat itii? Ujarnya perlahan. Si perempuan tunggal Touw Hong yang secara tiba tiba mendengar dari belakang badannya muncul suara seseorang dengan amat cepatnya dia meloncar sejauh tiga depa ke depan kemudian baru putar kepalanya. Telapak tangannya disilangkan di depan dada lantas mengambil ancang ancang siap melancarkan serangan. Tetapi sewaktu dilihatnya orang itu bukan lain adalah Liem Tou adanya, wajahnya segera dihiasi suatu senyuman yang sangar manis Ditengah malam buta yang demikian sunyinya buat apa kau orang mengejutkan hati orang iain? serunya mengomel. Sikapnya yang tidak memperlihatkan permusuhan ini seketika itu juga membuat Liem Tou merasa melengak, hal ini benar benar di luar dugaannya. Selama ini dia selalu menganggap si perempuan tunnggal Touw Hong yang sebanyak dua kali dikalahkan olehnya, kali ini tentu akan mengumbar hawa amarahnya, siapa tahu sikap dari perempuan tunggal ini ternyata sama sekali sudah berubah bahkan tidak tampak rasa permusuhan sedikitpun juga. Liem Tou masih tidak percaya atas sikap dari perempuan tunggal ini, dia mengira dia orang yang suka sambil tersenyum akan melancarkan serangan dan tidak bisa dipercaya seratus persen, karenanya dengan amat waspada sekali dia memperhatikan dirinya. Apakah nona masih ada maksud untuk berkelelahi dengan diriku? serunya sambil tertawa. Bilamana kau memangnya bermaksud demikian, siauw seng tentu akan mengiringinya. Si perempuan tunggal Touw Hong segera ter tawa geli. Liem Tou, serunya. Kau orang tidak boleh bersikap begitu kurang ajar terhadap diriku, sekalipun kepandaian silatmu tidak kau peroleh dari Auw Hay Bun kita tetapi kau masih diharuskan memanggil diriku dengan sebutan susiok. Nona Hong, seru Liem Tou sambil tertawa setelah mendengar perkataan tersebut. Bagaimana kau bisa berbicara demikian coba kau pikir aku Liem Tou sama sekali tidak punya suhu bagaimana bisa kedatangan seorang susiok? bukankah omongan itu merupakan suatu guyonan saja? Kau orang cuma tahu satu tidak tahu dua, ujar si perempuan tunggal tertawa. Sekalipun kau orang tidak punya guru, tetapi apakah ayahmu tidak punya guru? aku dengan ayahmu adalah satu perguruan dan sama sama merupakan anak murid dari Auw Hay Siang Hiap, coba kau bilang patut tidak kau memanggil diriku dengan sebutan susiok? Sepasang mata dari Liem Tou segera berubah memerah, dengan termangu mangu dia memperhatikan diri si perempuan tunggal itu sedangkan bibirnya tertutup rapat tidak mengucapkan sepatah katapun. Hatinya pada saat ini benar benar bergolak dengan amat kerasnya, di dalam hati diam diam dia sedang memikirkan, benarkah kata kata yang diucapkan si perempuan tunggal ini? dia cuma tahu sewaktu dirinya mengurung orang orang dari Kiem Thien Pay dia sudah datang mengejar bersama Lie Loo jie. Jilid 24 Menurut apa yang didengarnya dari Lie Loo jie itu apakah benar ayahnya bernama si pancingan emas sakti Liem Ciong? Tetapi Liem Tou mau tidak mau harus mempercayai juga apa yang diucapkan oleh Lie Loo jie itu karena Toa Loo Cin Keng serta kedua baris syair itu memang sama sekali tidak salah, kalau tidak bagaimana Liem Tou bisa merasa begitu sedihnya setelah mendengar perkataan tersebut. Pedang Karat Pena Beraksara Karya Tjan ID Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo