Raja Silat 45
Raja Silat Karya Chin Hung Bagian 45
Raja Silat Karya dari Chin Hung Selesai berkata dengan wajah serius pemuda itu menggigit lidahnya sendiri sehingga mengucurkan darah segar kemudian disemburkan ke atas wajah salah seorang kakek tua itu. "Beritahu kepadanya inilah sumpah darah dari Liem Tou," Kembali bentaknya keras. Sepasang tangannya segera direntangkan dan perlahan- lahan mengebut ke arah depan. Kedua orang kakek tua itu segera merasa badannya tak dapat berdiri tegak lagi, tubuhnya kena tergulung oleh selapis tenaga lweekang yang amat dahsyat sehingga terpental sejauh tiga kaki ke arah depan. Walaupun begitu mereka sama sekali tidak menderita luka, hanya saja pada tubuh mereka berdua kena terbanting dengan sangat keras di atas tanah. "Pergilah!" Pada waktu itulah terdengar sua ra dari Liem Tou berkumandang masuk ke dalam telinga mereka. Ketika kedua orang kakek tua itu menoleh kembali ke tempat semula, jejak dari Liem Tou sudah lenyap tak berbekas. Melihat kejadian itu kedua orang kakek tua tersebut hanya bisa saling berpandangan dengan hati terkesima. "Aaakh... kiranya dia orang adalah Liem Tou si bangsat ci..." Kata si Angin puyuh Toan Bok Si kepada kawannya si lelaki kate. Kata-kata 'Cilik' belum selesai diucapkan mendadak hatinya sudah merasakan sesuatu, akhirnya dia orang tidak berani melanjutkan kata-kata itu lagi. Menggunakan kesempatan sewaktu semua orang tidak bersiap sedia, tubuhnya segera menggenjot meloloskan diri dari kepungan para boesu-boesu Kiem Sah Ong kemudian dengan langkah lebar berlalu dari sana tanpa menoleh lagi. Kedua orang kakek tua itupun tersadar kembali dari rasa kejutnya, buru-buru mereka ulapkan tangan untuk memimpin orang-orang meninggalkan tempat tersebut. Liem Tou dengan mengandalkan kecepatan serta kegesitannya, setelah berhasil meninggalkan pintu depan rumah penginapan dengan cepat bergerak mencari diri Giok jie. Di dalam hati ia merasa heran mengapa suara panggilannya dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara sama sekali tidak digubris oleh gadis tersebut ? peristiwa apa yang sudah terjadi ? Tubuhnya dengan cepat menerjang masuk ke dalam kamarnya. ketika pintu terbuka keadaan dalam kosong tak nampak sesosok bayangan manusia pun. Hatinya jadi tergerak, dengan perasaan cepat dan buru- buru dia mengundurkan diri dari sana. Ketika itulah kebetulan sekali ia sudah bertemu dengan seorang pelayan yang di atas tangannya membawa sebuah buntalan besar dan berlalu dengan sangat tergesa-gesa. Tetapi sewaktu melihat Liem Tou ada di sana seluruh tubuhnya gemetar amat keras, hampir-hampir sepatah katapun tak sanggup untuk diucapkan keluar. Dalam hati Liem Tou tahu, tentunya pelayan ini telah melihat keadaan di luar rumah penginapan sehingga orang itu merasa amat takut terhadap dirinya. "Eeee ... kau jangan takut!" Buru-buru katanya dengan wajah ramah. "Aku tidak akan melukai kamu, cepat beritahu kepadaku dimana nona cilik itu pergi ? "Dia... dia... dia ada di... di istal ... sedang memberi... maa ... makan kerbau buas tersebut." Liem Tou segera enjotkan kepalanya melayang sejauh beberapa kaki kemudian menerjang keluar dan langsung menuju istal. Sedikitpun tidak salah, waktu itu Giok jie sedang memberi makan pada sang kerbaunya sedang kerbau itu sambil tundukkan kepala dengan amat tenangnya mengunyah rumput itu. Liem Tou tidak tahu dari manakah Giok jie memperoleh rumput rumput tersebut dan tidak tahu pula apakah pelayan pelayan di sana merupakan sekomplotan dengan orang itu atau tidak, hatinya jadi amat cemas sekali. Tubuhnya belum tiba, sebuah pukulan yang amat dahsyat sudah dibabat ke depan dimana angin pukulan menyambar lewat, rumput di tangan Giok jie sudah tergulung jatuh berantakan. "Giok jie !" Teriak Liem Tou dengan cepat. "Darimana kau dapatkan rumput itu untuk makanan sang kerbau ? Apakah kau tidak pernah berpikir kalau rumput itu sudah diracuni ?" Pada waktu itu hubungan Giok jie dengan Liem Tou sudah agak lama sehingga sikapnya pun jauh lebih baikan. "Kau boleh berlega hati," Sahutnya sambil tertawa. "Tentang soal itu Giok jie masih punya sedikit pengalaman. " Mendengar perkataan tersebut Liem Tou baru bisa melegakan hatinya. "Orang-orang perkumpulan sin Beng Kauw sudah melakukan penguntitan terus sehingga jejak kita dapat diketahui, sekarang waktu sdah senja, mari segera kita melakukan perjalanan malam sehingga bisa terhindar dari berbagai kesulitan !" Giok jie mengangguk, kerbau tersebut dengan cepat dibawa keluar dari istal Ialu menuju keluar dari rumah penginapan tersebut. Tetapi baru saja ia melangkah keluar dari pintu, nendadak dari tengah udara tercium suatu bau yang amat aneh sekali. "Giok jie, cepat mundur," Teriaknya dengan keras. Dua orang manusia dan seekor kerbau dalam waktu yang bersamaan pada meloncat mundur ke belakang dan masuk lagi ke dalam rumah penginapan tersebut. "Sejak Sun Ci Si berhasil mempelajari ilmu Pek Tok Toh, ia sudah amat pandai di dalam menggunakan beratus-ratus macam racun, sehingga mendapatkan julukan sebagai Boe Beng Tok su," Kata Liem Tou. "Bau aneh yang baru saja kita tercium ada kemungkinan sekali sengaja dilepaskan oleh orang yang dikirim kemari, lain kali kita harus jauh lebih berhati-hati lagi!" Baru ia menyelesaikan kata-katanya; mendadak terasa segulung hawa dingin yang sangat menggidikkan menerjang masuk ke dalam hatinya. Ia jadi amat terperanjat, buru-buru hawa murninya disalurkan ke seluruh tubuh untuk paksa racun tersebut keluar dari dalam badan. Sedikitpun tidak salah, sebentar saja peluh berwarna kuning sudah mulai mengucur ke luar membasahi seluruh tubuhnya. Sejurus kemudian ia sudah tertawa dingin tiada hentinya. "Hee... heee... Liem Tou tidak bakal teracuni oleh keganasan bisa yang bagaimana pun, lebih baik kalian tidak usah buang-buang tenaga lagi. Giok jie, untuk sementara kau tunggulah di sini, aku akan pergi sebentar," Serunya. Baru saja perkataannya selesai diucapkan tampak bayangan manusia berkelebat lewat dan hanya di dalam sekejap saja terdengar suara benturan keras berkumandang datang. Dan dalam rumah penginapan itu melayang datang sesosok bayangan manusia yang langsung dibanting ke atas tanah tanpa mengeluarkan sedikit pun suara. Baru saja Giok jie merasa kaget, kembali terdengar suara bantingan yang amat keras bergema datang. Setelah itu baru muncullah bayangan dari Lien Tou. "Permainan semacam ini pun hendak dipamerkan di hadapanku," Omelnya dengan nada keras. "Sungguh memalukan sekali Perkumpulan Sin Beng Kauw mana bisa berbuat suatu pekerjaan yang besar jika selalu saja bertindak semacam ini?" Selesai berkata ia memerintahkan Giok jie untuk melakukan perjalanan kembali keluar dari rumah penginapan itu. Bukannya masuk ke dalam kota Tiam Tzuan sebaliknya langsung melanjutkan perjalanan malam. Menanti siang hari telah menjelang kembali pada keesokan harinya, kedua orang itu telah tiba di kota Ping Tzuan. Setelah lewat beberapa puluh li lagi maka mereka akan tiba di kota Hong Ih di tepi lautan Auw Hay. "Membawa Giok jie di samping tubuhnya bagaimanapun merepotkan sekali," Diam-diam pikir Liem Tou pada waktu itu. "Lebih baik di sekitar kota Ping Tzuan ini aku mencari tempat persembunyian saja lalu suruh dia serta sang kerbau menanti. Sedang aku pergi menyelidiki seorang diri ke pantai emas!" Demikianlah mereka berdua lalu berjalan masuk ke dalam kota Ping Tzuan. Liem Tou yang merasa jejaknya telah diketahui sekalipun menyamar percuma saja maka dia orang lantas memulihkan kembali wajahnya yang asli. Kemudian mengadakan kunjungan ke pantai emas itu. Bagaimanapun situasi dan peristiwa yang bakal terjadi ia harus menerjang ke sana, kendati pun pantai emas tersebut merupakan gunung pedang serta lautan golok. Setelah mengambil keputusan maka pertama-tama ia pergi ke toko pakaian untuk membeli seperangkat baju berwarna hijau kemudian sesudah bertanya jelas letak dari rumah penginapan yang terbesar lalu mereka beristirahat di sana. Kali ini untuk menghindari jangan sampai terulang kembali suatu peristiwa yang tidak diinginkan, Liem Tou membawa kerbaunya ke dalam kamar; untuk beristirahat satu kamar dengan dirinya. "Giok jie," Ujar Liem Tou kemudian sewaktu senja telah menjelang datang. "Kau serta kerbau ini untuk sementara waktu berdiamlah beberapa hari di sini, pada kentongan pertama nanti malam aku hendak berangkat ke pantai emas untuk menolong enci Ie. Sebelum aku kembali bermainlah dengan sang kerbau serta ketiga ekor burung elang itu!" Semula Giok jie merasa sangat terperanjat, lama sekali ia memandang ke arah muka Liem Tou. "Bila aku berangkat bersama-sama denganmu, apakah bakal merepotkan saja?" Tanyanya kemudian. "Aku meninggalkan dirimu di sini bukannya bermaksud begitu. Walaupun pusat kekuatan dari partai Kiem Tien Pay kemungkinan sekali sangat berbahaya terhadap banyak jagoan lihay tetapi Liem Tou tidak akan jeri terhadap mereka, apalagi kepergianku kali ini adalah terang-terangan ingin bertemu, jika aku bawa serta dirimu kemungkinan sekali banyak pekerjaan yang malah tak bisa aku kerjakan." Perkataan dari Liem Tou ini walaupun kedengarannya enak didengar, tetapi jelas mengartikan bila membawa Giok jie turut serta kemungkinan sekali malah mengakibatkan terjadinya banyak persoalan. Terpaksa Giok jie si gadis cilik itu menganggukkan kepalanya. "Baik kau pergilah," Sahutnya kemudian. "Tetapi, kau harus kembali dengan membawa enci Ie. Kalau tidak, aku tidak akan menggubris dirimu lagi." "Hal itu sudah tentu," Sahut sang pemuda sambil tertawa; Asalkan enci Ie masih hidup aku pasti akan berhasil mencari dirinya kembali !" Selesai berkata Liem Tou lantas berteriak minta disediakan santapan, kemudian mereka berdua lantas bersantap di dalam kamar. Ketika kentongan pertama tiba, Liem Tou bersiap hendak berangkat. "Giok-jie, aku berangkat," Serunya kemudian kepada gadis cilik itu. Setelah meninggalkan rumah penginapan tersebut terlebih dulu Liem Tou berputar-putar di dalam kota, sesudah dirasanya tak ada orang yang bakal menguntit dirinya pemuda tersebut baru meninggalkan kota berangkat menuju ke arah barat dengau menggunakan ginkangnya yang luar biasa lihaynya itu. Dengan kekuatan gerak dari Liem Tou pada saat ini, jarak puluhan lie telah berhasil dilalui tak sampai satu jam lamauya. Sebentar kemudian dia orang sudah sampai di tepi lautan Auw Hay. Ketika sinar matanya menyapu sekejap ke sekeliling tempat itu maka terlihatlah yang tampak hanyalah air melulu, sebuah perahupun tak nampak bahkan rumah pendudukpun tiada jejaknya. "Walaupun lautan Auw Hay kecil tetapi tidak dapat dipandang dengan kekuatan mata," Pikirnya. Pantai emas itu terletak di sebelah tenggara dari lautan Auw Hay tetapi dimanakah letaknya yang persis ? Aku harus meuanyakan dulu, tentang soal ini." "Di sebelah utara kota Lam Hong Ih adalah Tiam Tzuan, bilamana aku menyeberangi lautan Auw Hay ini langsung ke depan mungkin bisa sampai di Tayli," Pikirnya kembali. "Asalkan aku tidak meninggalkan perbatasan dari Auw Hay perduli ke Barat atau ke Timur paling cuma meliputi duapuluh lie saja." Sesudah mengambil keputusan di hati, Liem Tou segera mengerahkan ilmu ginkangnya untuk melakukan perjalanan di atas permukaan air. Diri pantai Timur Lautan Auw Hay menuju ke pantai Barat jaraknya tidak lebih hanya sepuluh lie, hanya di dalam sekejap saja pemuda itu sudah tiba di tengah perjalanan. Mendadak sinar matanya yang tajam telah bertemu dengan sebuah perahu yang sedang bergerak di permukaan air, di atas perahu itu lampu lentera memancarkan cahaya dengan terang benderang. Suatu pikiran dengan cepat melintas di dalam benak Liem Tou, ia segera menyambut kedatangan perahu tersebut dengan gerakan yang cepat. Siapa tahu sewaktu Liem Tou tiba kurang lebih sepuluh kaki dari perahu tersebut mendadak sinar lampu di atas perahu itu dipadamkan. Dalam hati pemuda itu merasa terperanjat, dengan cepat ia kerahkan ilmu Hwee Yeu im Hong-nya laksana kilat meloncat naik ke atas geladak perahu. Pada waktu itulah dari dalam ruangan perahu terdengar suara seseorang yang sedang berbisik. "Apakah kau benar-benar melibat di atas permukaan air ada orang sedang lewat?" "Sedikitpun tidak salah, terang-terangan aku melihat ada seorang yang memakai jubah berwarna hijau dan merupakan seorang pemuda yang gagah sedang berjalan mendekat, bagaimana aku bisa salah lihat??" "Lalu pada saat ini ia sudah pergi kemana?" Lama sekali suasana jadi hening sejurus kemudian, terdengar orang itu berbicara lagi. "Menurut perhitungan, ini hari ulang tahun yang keenam puluh dari Loo Ciang. Orang-orang yang dikirim partai Kiem Tien Pay ke tempat luaran pun kebanyakan sudah pulang kembali untuk ikut merayakan hari ulang tahun tersebut. Siapa sangka secara mendadak perayaan itu dibatalkan dan katanya ada seseorang yang pada waktu dekat ini bakal mendatangi pantai emas untuk menyatroni, coba kau lihat siapakah yang bisa membuat partai Kiem Tien Pay jadi begitu tegangnya?" "Kauwcu mengirim kita lima orang Siang-cu untuk menyelidiki pantai emas menurut Hong sian-cu katanya Loo Ciang sudah ada maksud untuk masuk menjadi anggota Sin Beng Kauw kita, cuma saja katanya pada saat ini ia sedang berpikir masak-masak. Kali ini perduli siapa orang yang hendak menyatroni dirinya asalkan Loo Ciang kena terpukul maka ada harapan dia orang suka menggabungkan diri dengan kita. Dengan begitu pengaruh kita di daerah Cian Tien pun jadi semakin kuat. Kenapa kita tidak menggunakan kesempatan gelapnya suasana pada saat ini untuk melakukan suatu tindakan sehingga siasat ini bisa berhasil ?" "Bagus!" Mendadak dari dalam ruangan berkumandang keluar suara seseorang. "Cara ini sangat bagus sekali. Tidak kusangka kau bsa mendapatkan cara semacam ini." Agaknya orang-orang di dalam ruangan perahu itu sudah melupakan diri Liem Tou, mendadak tampaklah dua orang berjalan keluar dau mulai menggerakkan sang dayung uutuk memperkencang lajunya sang perahu menuju Utara. Buru-buru Liem Tou menyusupkan badannya bersembunyi di tempat kegelapan, pada saat ini ia sudah tahu bila orang- orang yang ada di dalam ruangan perahu pada saat ini adalah beberapa orang Siangcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw yang sedang melakukan perjalanan menuju pantai emas. Diam-diam dalam hati Liem Tou mulai berpikir . "Aku akan ikut mendarat bersama sama mereka dan ingin aku lihat dengan menggunakan cara apa mereka hendak menghantam Auw Hay Ong. Bilamana terpaksa akupun bisa turun tangan menawan mereka sehingga dengan begitu aku malah berjasa terhadap Auw Hay Ong sekalian." Perahu tersebut bergerak dengan amat cepatnya, tidak sampai seperminuman teh lamanya mereka sudah mulai melihat pepohonan di tempat kejauhan yang secara samar samar memancarkan cahaya lampu! Pada waktu itulah dari dalam ruangan perahu terdengar suara seorang berbicara lagi. "Para Siangcu sekalian, lebih baik pada saat ini juga kita mengenakan kerudung kita sehingga tidak sampai membuat kalian merasa gugup pada saatnya." Baru saja perkataannya selesai diucapkan mendadak ratusan kaki dari perahu mereka berkumandang datang suara terpukulnya ombak yang sangat ramai disusul munculnya sebuah perahu menyongsong kedatangan perahu itu. "Siangcu sekalian berhati-hatilah, kita segera akan hancurkan mereka," Terdengar orang yang ada di dalam ruangan itu memberi tanda lagi. Tidak lama kemudian perahu peronda itu sudah tiba kurang lebih tiga kaki dari mereka. "Siapakah orang yang ada di dalam perahu?" Bentaknya keras. "Toaya kami sengaja datang hendak memberi selamat buat Ong ya!" Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sahut Siang cu yang pegang kemudi itu. Di atas perahu peronda itu semuanya berjumlah tiga orang yang memakai pakaian ringkas dengan senjata tercekal di tangan. Mendengar perkataan tersebut mendadak salah seorang yang berdiri di ujung perahu peronda itu berteriak keras. "Loo Thia, hati-hati! Aku dengar orang-orang yang sengaja datang untuk memberi selamat kepada Ong ya kita sudah tiba di sana. Bagaimana mungkin di tengah malam buta kembali muncul orang yang datang memberi selamat? Hati-hati, jangan sampai kena siasat liciknya." Jilid 45 : Berkunjung ke Kiem Tien Pay KEDUA BUAH perahu itu dengan cepat berdempetan menjadi satu. Baru saja orang-orang yang berada di atas perahu ronda tersebut hendak meloncat naik ke atas perahu itu guna mengadakan pemeriksaan, mendadak dari dalam ruangan terdengar suara tertawa dingin yang amat menyeramkan berkumandang keluar memecahkan keheningan. Dua sosok bayangan hitam dengan kecepatan laksana kilat meluncur ke arah perahu peronda itu, dimana angin pukulannya menyambar lewat dua orang peronda kena dihantam sehingga rubuh binasa di atas geladak. Salah seorang di antara mereka sewaktu melihat keadaan tidak menguntungkan, dengan cepat berteriak keras lalu terjunkan dirinya ke dalam air. Kedua orang siang-cu dari Sin Beng Kauw yang tidak mengerti akan ilmu di dalam air dengan gemasnya lantas berteriak. "Waaah... kena lolos satu orang!" "Justeru kita harus berbuat demikian. Kalau tidak; bagaimana rencana semula bisa terlaksana ?" Sambung salah seorang siang-cu sambil tertawa. Melihat semua peristiwa itu, diam-diam Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya. "Hmm! Mereka bersenang-senang mengira rencananya pasti akan berhasil. Siapa sangka di belakang mereka sudah ada orang yang mengintai, aku ingin melihat bagaimanakah caranya mereka di dalam melaksanakan siasat jahatnya itu," Pikirnya dalam hati. Sembari berpikir, diam-diam Liem Tou menerjunkan pula dirinya ke dalam air. Kepandaiannya di dalam air boleh dikata sangat sempurna sekali, hanya di dalam sekejap saja tubuhnya sudah meluncur sejauh beberapa kaki dan telah berhasil menangkap bayangan dari orang yang sedang berenang di hadapannya. Untuk sementara waktu Liem Tou sama sekali tidak mengambil sesuatu tindakan apa pun terhadap orang tersebut, ia membuntuti terus orang itu menuju ke pantai emas. Sebenarnya sepasang mata dari Liem Tou sudah dilatih hingga bisa melihat di tempat kegelapan seperti di siang hari saja, walaupun di dalam air sangat gelap suasananya dia tetap bisa memandang seluruh keadaan di situ. Saat ini dia tak ada maksud untuk menangkap orang itu sebaliknya dengan kencang membuntuti dirinya terus sehingga tak sampai lolos dari pengawasan, di samping itu setiap saatpun dia harus mengawasi perahu-perahu yang hilir mudik dengan ramainya di atas permukaan air. Kepandaian menyelam dari orang itu sangat jelek sekali, bukan saja berkali-kali harus munculkan dirinya untuk berganti napas gerakan pun sangat lambat sehingga perahu cepat yang ditumpangi beberapa orang Siang cu dari perkumpulan Sin Beng Kauw berhasil jauh melampaui di depannya. Melihat kejadian itu, Liem Tou merasa sangat cemas, mendadak ia meluncur ke depan dan mencengkeram tangan orang itu untuk kemudian ditarik ke depan. Peristiwa yang terjadi di luar dugaan ini segera membuat orang itu merasa sangat terperanjat, sedikit kurang hati-hati, air sungai mengalir masuk ke dalam mulutnya. Liem Tou sama sekali tidak menggubris akan hal-hal yang tiada berarti itu, tubuhnya dengan cepat menyusup keluar dari permukaan air kemudian mendekati tubuh orang itu. Agaknya manusia tersebut hatinya benar-benar merasa sangat terperanjat, saking takutnya sehingga tenaga untuk meronta pun sama sekali tak ada. Begitu munculkan diri di permukaan air, Liem Tou menemukan bila orang-orang yang berada di atas perahu sudah tidak kelihatan jelas lagi. Dengan cepat ia membentak keras. "Aku beritahukan kepadamu, kawan-kawanmu itu terluka oleh orang-orang yang dikirim oleh perkumpulan Sin Beng Kauw. Mereka hendak melakukan suatu tindakan dengan wajah berkerudung. Cepat kembali ke markas dan beritahu kepada Loo Ciang. Janganlah dia orang sampai terkena siasat yang sengaja diatur oleh orang-orang Sin Beng Kauw." Orang itu rada tertegun, sesaat kemudian baru kedengaran ia berseru dengan nada terputus-putus. "Kau ..kau ..." "Sudah tentu aku bukan anak buah perkumpulan Sin Beng Kauw," Jawab Liem Tou serius. "Bahkan beberapa orang anak buah perkumpulan Sin Beng Kauw itu akan kutangkap semua kenudian membawanya menghadap Loo Ciang. Cuma saja sampai waktunya kau harus mengajukan dirimu untuk bertindak sebagai saksi." Sewaktu melihat tangannya dicengkeram oleh Liem Tou dan melihat pula ilmu dalam air dari pemuda tersebut sangat lihay sehingga walaupun harus membawa seorang tanpa membuang banyak tenaga gerakannya masih cepat, dalam hati orang itu benar-benar sangat kagum. Dengan termangu-mangu ia memandangi. Ia memandangi wajah Liem Tou, walaupun dalam hati mengerti jika Liem Tou tiada maksud jahat terhadap dirinya, tak urung tanyanya juga. "Lalu siapakah kau?" "Kau tidak usah bertanya terlalu banyak lagi sampai waktunya kau akan tahu sendiri. Ilmu berenangmu pun sebetulnya tidak jelek. Cepat pulang untuk beri laporan." Sambil berkata ia lepaskan cengkeramannya. "Terima kasih atas pemberitahuanmu. Aku pasti akan melaporkan hal ini kepada Ongya!" Sahut orang itu terharu. Liem Tou tersenyum, sedikit pundaknya bergerak tahu-tahu tubuhnya sudah lenyap di balik permukaan air. Dengan gerakan yang cepat ia lantas menyusul perahu yang ditumpangi beberapa orang siangcu dari Sin Beng Kauw itu kemudian menangkap ujung perahu tersebut dan ikut mendarat ke tepi pantai. Siangcu-siangcu dari Sin Beng Kauw tersebut tidak berani membuang banyak waktu lagi, dengan tergopoh-gopoh mereka berlari naik ke darat dan menuju ke arah depan. Mendadak, tampaklah dua sosok bayangan manusia berkelebat datang dengan amat gesit. "Siapa?" Bentaknya keras. "Peronda dari tengah samudera ada urusan penting hendak melapor pada Ongya !" Sahut salah seorang anggota Sin Beng Kauw yang ada di dalam perahu. Sreeet! Sreeet ! Dengan diiringi cahaya gemerlapan dua titik senjata rahasia segera menyambar ke arah depan dengan gencarnya. Orang yang berada di tepi pantai itu agaknya merupakan anak murid Kiem Tien Pay yang belum lama diterima sebagai anggota, kepandaian silatnya tidak tinggi, pengalaman di dalam dunia kangouw pun sangat cetek. Sudah tentu menghadapi serangan bokongan yang datangnya secara mendadak itu merasa sulit untuk menghindarkan diri. Di tengah suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati, mereka rubuh di atas tanah tak berkutik lagi. Dari atas perahu segera bermunculan tiga sosok bayangan manusia meloncat ke tepi pantai, terdengar orang yang masih berada di dalam perahu itu berseru setengah berbisik ; "Cepat pergi, cepat kembali, jangan serakah terhadap pahala." Ketiga orang yang berada di tepi pantai itu tidak menyahut, setelah berunding sejenak masing masing dengan memencar ke arah tiga penjuru berangkat jauh memasuki pantai Sah Kiem Than. Liem Tou karena takut orang-orang itu telah pergi jauh, tubuhnya segera meloncat naik ke atas perahu. Melihat orang itu masih berdiri di atas geladak tanpa mengeluarkan sedikit suarapun ia lantas melancarkan serangan menotok jalan darahnya sehingga rubuh tak berkutik lagi di atas perahu. Melihat orang itu sudah rubuh, Liem Tou pun buru-buru melayang kembali ke tepi pantai. Ketika itu ketiga orang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw sudah berlari masuk ke dalam sebuah hutan yang amat lebat di sisi pantai. Liem Tou pun tidak berpikir panjang lagi, tubuhnya langsung menubruk masuk ke dalam hutan tersebut. Beberapa saat kemudian ia mulai merasa hutan itu semakin dilalui semakin lebat, hatinya jadi ragu-ragu mungkinkah dirinya telah salah jalan ? Selagi hatinya merasa ragu-ragu itulah mendadak dari tempat di hadapannya berkumandang datang suara bentrokan senjata tajam yang sangat ramai sekali. Liem Tou segera meloncat naik ke atas pohon dan bergerak maju lebih ke depan, mendadak dari atas dahan pohon terlihat olehnya empat orang sedang bertempur dengan serunya, sedang seorang Sin Beng Kauw siangcu berdiri di sisi menonton jalannya pertempuran tersebut. Kedua orang anak murid dari partai Kiem Tien Pay itu jelas bukanlah tandingan dari kedua orang anggota perkumpulan Sio Beng Kauw, melihat semakin diserang dirinya semakin terdesak di bawah angin mereka jadi kheki dan akhirnya menyerang dengan kalap dan mengadu jiwa. Mendadak salah satu diantara mereka meloncat keluar dari kalangan pertempuran sambil berteriak keras . "Kalian berdua bukanlah tandinganku, lebih baik suruh Loo Ciang keluar saja untuk membereskan hutang-hutang lama kita!" Sembari berkata sepasang kakinya melancarkan tendangan berantai membuat tubuh anak murid partai Kiem Tien Pay itu mencelat sangat jauh dan jatuh tertelungkup ke atas tanah. "Aku dengar Loo Ciang ada maksud untuk menggabungkan diri dengan perkumpulan Sin Beng Kauw, apa benar berita ini?" Sambungnya kembali. "Hmm! kalau benar begitu aku semakin tidak boleh melepaskan dirinya lagi." Liem Tou yang mendengar perkataan tersebut dalam hati merasa gusar, pikirnya. "Hmm! Suatu siasat mengadu domba yang sangat bagus sekali, bilamana bukannya secara tidak sengaja aku mendengar siasat jahat ini, dengan sifat Loo Ciang yang barangasan ia pasti akan terjebak oleh siasat mereka." Tak terasa lagi pemuda itu tertawa dingin tiada hentinya, selagi tubuhnya siap-siap hendak turun dari atas pohon guna menguasai ketiga orang-orang perkumpulan Sin Beng Kauw itu, mendadak telinga Liem Tou yang tajam dapat menangkap suara langkah manusia yang sangat ramai bergerak mendatang. Agaknya siang-cu yang berdiri di samping kalangan pun berhasil menangkap suara tersebut, mendadak terdengar ia berseru keras. "Angin kencang. Lepaskan saja mereka untuk berlalu!" Kedua orang anggota Sin Beng Kauw itu segera menarik kembali serangan senjatanya sambil mengirim sebuah totokan meughajar jalan darah kedua orang dari anak murid partai Kiem Tien pay sehingga rubuh ke atas tanah. Belum sempat ketiga orang Siangcu itu meninggalkan tempat tersebut, mendadak terdengarlah suara bentakan yang amat keras bergema datang. "Berhenti !" Dari sebelah kanan hutan dengan cepatnya berkelebat datang tiga orang lelaki berusia pertengahan yang salah satu di antara mereka berdandan sebagai seorang Toosu. Liem Tou yang melihat munculnya Toosu tersebut segera merasakan wajah orang itu sangat dikenal olehnya, cuma saja entah dimanakah ia pernah berjumpa dengan orang itu, pikirnya . "Siapakah toosu itu? Agaknya aku pernah mengenal mereka.... Heeei! dengan munculnya ketiga orang ini, semisalnya terjadi pertempuran kembali maka keadaannya tidak akan mengenaskan seperti tadi lagi." Agaknya ketiga orang Siangcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw itupun akan dapat melihat kepandaian silat mereka tidak lemah dari gerakan tubuhnya barusan. Sebenarnya mereka bertiga ada maksud meninggalkan tempat itu, siapa sangka urusan sudah berubah sangat cepat ditambah pula gerakan dari ketiga orang itu jauh berada di luar dugaan mereka. Bilamana saat ini harus membubarkan diri malah kemungkinan mendatangkan ketidakberuntungan baginya. Oleh karena itu, ketiga orang siang-cu itupun berdiri tak berkutik lagi. Dengan cepatnya ketiga orang partai Kiem Tien Pay itu sudah tiba di hadapan mereka, tetapi sewaktu melihat wajah ketiga orang itu berkerudung mereka rada tertegun dibuatnya. Mendadak terdengarlah salah satu diantara mereka menegur dengar suara yang keras . "Lelaki sejati tidak takut muncul dengan wajah yang sebenarnya, siapakah diantara kalian bertiga yang bernama Liem Tou ?" Liem Tou yang saat ini sedang bersembunyi di atas dahan pohon, ketika mendadak mendengar orang itu menyebutkan namanya, dalam hati lantas berpikir. "Namaku Liem Tou sudah diketahui oleh semua orang yang ada di dalam dunia Kang-ouw. Ia bisa menyebut namaku pun bukan suatu peristiwa yang aneh. Hmm ! Kemungkinan sekali kali ini orang-orang dari perkumpulan Sin Beng Kauw sudah ketemu batunya." Siapa sangka ketiga orang siangcu dari perkumpulan Sin Beng Kouw itu cukup licik Mendengar pertanyaan ini mereka cuma tertawa tiada hentinya. Mendadak di tengab suara bentakan yang amat keras, mereka bertiga bersamasama melancarkan satu pukulan ke arah depan. Tiga gulung hawa pukulan yang sangat dahsyat dengan cepatnya menerjang ke arah dada pihak lawan. Perubahan yang terjadi secara mendadak ini kontan saja membuat ketiga orang dari partai Kiem Tien Pay itu kalang kabut dan gelagapan setengah mati. Buru-buru mereka balas mengirim satu pukulan untuk menerima datangnya serangan tersebut. Siapa sangka baru saja angin pukulan dari ketiga orang siangcu itu menyambar keluar mendadak disusul pula melayangnya senjata rahasia bagaikan curahan hujan menyambar ke depan dengan sangat gencar. Seketika itu juga ada dua orang di antara mereka yang menjerit kesakitan karena terhajar oleh senjata rahasia itu sehingga mundur dua kaki jauhnya ke belakang dengan sempoyongan. Melihat musuhnya berhasil dilukai oleh serangan bokongannya ketiga orang siangcu dari perkumpulan Sin Beng K.auw tersebut segera tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya. Belum habis mereka tertawa, Liem Tou sudah melayang turun dari atas pohon dan di dalam sekejap mata ia sudah memerseni satu tamparan keras di wajah ketiga orang siangcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw itu disusul satu totokan membuat mereka tak berkutik. "Hmm ! Liem Tou adalah seorang lelaki sejati yang gagah perkasa, dia orang mana mau berkawan dengan kalian pencoleng-pencoleng tikus ?" Bentaknya nyaring. Sambil berkata ia menyambar lepas kain penutup di atas wajah ketiga orang siangcu perkumpulan Sin Beng Kauw itu, kemudian tambahnya . "Kenalkah kau orang dengan ketiga orang ini ?" "Bukankah mereka adalah kawan-kawan lama dari ongya? " Teriak salah seorang anggota Kiem Tien Pay yang tidak terluka itu dengan perasaan terperanjat. Terdengarlah Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya. "Apa? kawan lama ongyamu? terang-terangan kalau mereka bertiga adalah siangcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw, bagaimana mungkin kau bisa katakan mereka adalah kawan? senjata rahasia yang dilepaskan mereka adalah mengandung racun yang sangat ganas, maka cepatlah kalian geledah saku mereka mencari obat pemunah guna menolong kedua orang kawanmu itu." Selesai berkata tanpa menggubris lagi orang itu Liem Tou lantas berkelebat menembusi hutan. Dan selama dalam perjalanan selanjutnya beberapa kali ia selalu bertemu dengan gerombolan orang-orang partai Kiem Tien Pay tetapi berhubung larinya yang sangat cepat sekali maka tak seorang pun d antara mereka yang menemukan jejak pemuda ini. Maka sejurus kemudian dengan sangat mudahnya ia berhasil tiba di pusat jantung pantai emas tanpa cepat diketahui oleh orang. Kurang lebih seperminuman teh kemudian kembali ia sudah melewati dua buah hutan yang lebat. Ketika kepalanya didongakkan ke atas maka tampaklah di hadapannya saat ini sudah muncul sebuah bangunan besar yang mentereng megah dan mewah bermandikan cahaya lampu yang terang benderang, bentuk bangunan ini benar- benar luar biasa indahnya sehingga mirip sekali dengan istana kaisar. Liem Tou yang melihat akan keindahan banguuan tersebut, tak terasa lagi dalam hati telah memuji tiada hentinya. "Woooow.... suatu bangunan istana yang benar-benar mentereng dan megah," Gumamnya. "Bilamana Loo Ciang masih belum puas dengan apa yang dipunyai saat ini. Waah, napsu serakahnya benar-benar patut dikutuk dan dimaki." Maka dengan semangat berkobar-kobar dan dada dibusungkan ke depan pemuda itu kembali melanjutkan perjalanannya dengan langkah lebar menuju ke depan. Pintu istana yang berwarna keemas-emasan itu kiranya pada saat ini terbuka lebar-lebar sehingga dari pintu depan saja sudah dapat melihat pintu-pintu istana di dalamnya yang tersusun-susun dan rangkap merangkap entah berapa banyaknya. Dan di samping setiap pintu di dalam istana tersebut tampaklah beberapa orang lelaki kasar dengan senjata tersoren di pinggang berdiri dengan sikap yang gagah penuh berwibawa. Di pintu yang paling depan tampaklah delapan orang lelaki kasar dengan berdiri tegak melakukan sikap penjagaan, dan sikap mereka rada tegang penuh kewaspadaan. Di dalam sekali pandangan saja Liem Tou sudah menduga bila orang-orang itu hanya memiliki ilmu silat pasaran saja, sehingga boleh dikata merupakan jagoan pasaran yang biasa- biasa saja. Sudah tentu di dalam pandangan Liem Tou mereka ini tak ada harga sama sekali. Lama sekali Liem Tou berdiri tegak termenung di depan istana itu, akhirnya dengan mengerahkan tenaga saktinya mendadak dia memperdengarkan suara tertawanya yang sangat nyaring. "Liem Tou datang mengunjungi pantai emas ini, untuk menyambangi si tua bangka she Ciang. Harap kalian cepat- cepat memberi laporan." Suara tertawa dari Liem Tou amat nyaring sehingga mengetarkan seluruh isi ruangan itu Ketika ditunggunya brberapa saat dari dalam ruangan istana itu masih belum juga kelihatan sedikit gerakanpun, dalam hati Liem Tou mulai merasa kheki, sehingga sekali lagi teriaknya; "Hey tua bangka she Ciang. Aku Liem Tou sudah melaporkan diri hendak bertemu muka dengan dirimu, tapi kau tidak juga mau keluar untuk menyambut kedatanganku. Jangan salahkan aku segera akan masuk sendiri." Sembari berkata dengan langkah lebar, ia segera berjalan masuk ke dalam ruangan. Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Begitu melihat munculnya seorang pemuda yang hendak menerobos ke dalam istana, para pengawal yang ada di sekeliling tempat itu pada mencabut keluar pedangnya menghadang di depan pintu. Terlihatlah Liem Tou hanya tersenyum, tanpa banyak bicara lagi telapak tangannya segera disodorkan ke depan. Keempat orang pengawal itu tak mungkin bertahan diri lagi. Mereka telah terdorong oleh angin pukulan tersebut sehingga pada mundur ke belakang dengan sempoyongan Liem Tou melanjutkan kembali langkahnya menuju ke arah ruangan istana tersebut. Siapa sangka baru saja Liem Tou berjalan sepuluh tindak, suara genta di dalam ruangan itu sudah berbunyi bertalu-talu dan semakin lama semakin samar sehingga sehingga seketika itu juga seluruh pandai pasir emas sudah digemparkan oleh bunyi genta. Begitu suara genta dibunyikan; seluruh ruangan istana jadi terang benderang disusul dengan munculnya bayangan manusia dari empat arah delapan penjuru bersama-sama meluruk ke tempat itu. Liem Tou adalah seorang pemuda yang berkepandaian dan bernyali besar, maka ia sama sekali tidak dibuat jeri oleh kejadian tersebut sebaliknya dengan langkah lebar kembali melanjutkan perjalanannya ke arah dalam. Cuma saja pada saat ini hawa murninya sudah disalurkan mengelilingi seluruh tubuh. Dan setiap langkah ia maju ke depan, di atas lantai pun tertera pula sebuah bekas telapak kaki yang sangat nyata. "Hey si tua bangka she Ciang !" Teriaknya keras. "Aku hendak memberi tahu dulu kepadamu, jikalau dalam seratus langkah kau masih belum juga mau munculkan diri, maka jangan salahkan aku Liem Tou akan bertindak kurang ajar terhadap kalian." Kembali selangkah demi selangkah ia melanjutkan perjalanannya ke depan, tetapi walaupun sudah mencapai delapan puluh langkah tidak nampak juga munculnya sesosok bayangan manusiapun yang menghalangi perjalanannya, dalam hati ia mulai merasa gugup, pikirnya ; "Jikalau aku tidak kasih melihat sedikit ke lihayan buat mereka lihat, tentu mereka akan anggap aku Liem Tou tidak berani bertindak." Berpikir akan hal itu, diam-diam hawa murninya segera disalurkan mencapai tarap tujuh bagian sehingga setiap langkahnya walaupun semakin lambat tetapi tentu akan meninggalkan sebuah retakan yang amat dalam sekali sepanjang satu depa. Kepandaian silat yang demikian saktinya ini benar-benar membuat setiap orang yang melihat merasakan hatinya sangat terperanjat, dan boleh dikata pada saat itu sukar untuk mencari orang yang kedua. Kini langkahnya sudah mencapai hitungan yang kesembilan puluh delapan, tinggal dua langkah lagi akan mencapai seratus langkah, mendadak dari sisi ruangan berkelebat datang empat orang pemuda berbaju hitam dengan mencekal pedang. "Liem Tou berhenti!" Bentak mereka dengan suara yang amat gusar. Sekali pandang Liem Tou sudah mengenal kembali bila mereka adalab panglima yang pernah dikalahkan olehnya sewaktu berada di rumah setan di daerah Aih Cing, tak terasa lagi ia tertawa tiada hentinya. "Heee... heee... Kalian masih belum berhak untuk bergebrak melawan diriku, kenapa si tua bangka she Ciang tidak munculkan dirinya sendiri?" Ejeknya. Kembali kakinya maju ke depan sehingga langkahnya mencapai hitungan yang kesembilan puluh sembilan. Dan sekali lagi bentaknya . "Hey, tua bangka she Ciang, di dalam seratus langkah kini sudah berlalu sembilan puluh sembilan langkah, bilamana kau tidak berani munculkan dirinya, maka hal ini berarti pula kau mencari penyakit buat diri sendiri." Sembari berkata kakinya diangkat siap-siap untuk melangkah ke depan. "Liem Tou !" Mendadak terdengar suara sangat keras. "Apakah kau sudah tidak maui nyawa isterimu?" Mendengar ancaman tersebut kontan saja Liem Tou menghentikan langkahnya dengan hati bergetar amat keras. "Hmm! Kau berani? Kau berani menganiaya dirinya?" Teriaknya setengah kalap. "Bilamana dia ada sedikit cederapun, Hmm! Hey tua bangka she Ciang, terus terang aku beri tahu kepadamu, pantai emasmu ini akan kubasmi sampai habis, bilamana ada rumput atau akar yang ketinggalan pun jangan sebut nama Liem| Tou lagi." Perkataannya ini diucapkan dengan sangat tegas dan keras bagaikan baja. Tapi langkah yang keseratus lama juga tidak dilangkahkan. Kiranya ia takut juga bilamana dia berbuat demikian maka si "Auw Hay Ong" Ciang Cau akan bulatkan tekad membinasakan Lie Siauw le terlebih dulu. Sekalipun akhirnya ia berhasil meratakan pantai emasnya ini, tapi kematian dari Lie Siauw Ie bukanlah suatu perasaan yang enak untuk dirasakan. Selagi ia merasa ragu-ragu itulah dari tengah ruangan istana kembali berkumandang datang suara ketawa yang amat keras. "Haaa, haaa. Liem Tou, mengapa kau tidak penuhi langkahmu yang ke seratus? Kiranya kau pun btsa merasa jeri terhadap diriku." Liem Tou yang diejek dengan kata-kata tersebut darah panas dalam dadanya bergolak amat keras tapi badannya masih tetap berdiri tegak di tempat semula. Ketika itulah suara langkah manusia yang amat gaduh berkumandang datang dengan sangat ramainya Ketika pemuda itu menoleh kebelakang maka tampaklah jalan mundur baginya sudah tertutup oleh kepungan dari jago-jago partai Kiem Tien Pay, sedang dari sisi ruangan pun mulai bermunculan berpuluh jago yang sedang mengurung diri Liem Tou rapat-rapat. Dari hadapannya si Auw Hay Ong dengan membawa keempat orang anak muridnya serta seorang tosu, seorang pengemis dan seorang siucay berwajah putih munculkan dirinya, Keempat orang pemuda berbaju hitam yang semula menghadanh di hadapan Liem Tou pun pada saat ini bersama- sama mengundurkan dirinya ke sisi Auw Hay Ong. Diam-diam Liem Tou mulai menghitung situasi yang dihadapinya saat ini, para jago yang mengurung dirinya pada saat ini boleh dikata sudah mencapai dua ratus orang banyaknya, hal ini membuat dia mau tak mau harus berpikir . "Walaupun mereka berjumlah sangat banyak, kenapa aku harus menaruh rasa jeri ?" Ketika itu si raja dari daerah Auw Hay, Ciang Cau pun berdiam diri tidak berbicara, hanya sepasang matanya dengan sangat tajam memperhatikan diri si pemuda tak berkedip "Haaa, haaa, si tua bangka she Ciang. selama berpisaban apakah kau baik-baik saja?" Tegur Liem Tou sambil tersenyum dan dengan menggunakan kesempatan orang tak menduga ia telah maju sepuluh langkah ke depan. "Kenapa tokh kau orang memandang diriku dengan begitu serius? Apakah kau tidak percaya kalau aku masih bisa hidup terus?" "Hmm! Liem Tou perkataanmu sedikitpun tidak salah," Dengus si Auw Hay Ong Ciang Cau dengan sinis. "Kau tidak mati, loohu memang selalu tidak puas dan tidak terima kau sudah membinasakan puteriku, sehingga mengakibatkan isteriku mati pula. Dendam yang sedalam lautan ini bilamana tidak dituntut balas terhadap dirimu, kau suruh aku pergi mencari siapa ?" Bilamana Liem Tou tidak mendengar perkataan ini masih tidak mengapa, tapi kini sesudah mendengar omongan dari si orang tua itu, hatinya jadi teramat gusar. "Eeei tua bangka she Ciang! aku dengar kau adalah seorang manusia yang gagah serta jujur dan selama ini berkedudukan sebagai seorang ketua partai, walaupun di dalam dunia kangouw kau orang tidak punya nama baik tetapi nama jelekpun tak ada sehingga pada dua tahun yang lalu, sewaktu kau berhasil jatuh ketanganku aku sudah melepaskan dirimu untuk melanjutkan hidup, tetapi jika kita bicarakan tentang soal ini, dikarenakan gara-gara kedua orang puterimu hampir-hampir saja aku tersiksa mati, walaupun akhirnya ia mati di tanganku, tetapi hal ini pun disebabkan karena ia terlalu memandang enteng musuh, ketika itu di dalam hatiku sama sekali tiada maksud untuk membinasakan dirinya. Karena ia sendiri yang memaksa maka terpaksa aku harus membela diri, sedangkan mengenai isterimu itu, dia mati di bawah injakan kerbauku karena dia hendak mencelakai aku orang, ketika itu aku sudah mengunci tanganku, bagaimana hal ini bisa disalahkan pula ke atas badanku ?" "Tetapi bagaimanapun juga urusan ini terjadi dikarenakan kau orang!" Potong Auw Hay Ong dengan gusar. "Hei tua bangka she Ciang," Teriak Liem Tou yang benar- benar jadi sangat marah. "Sewaktu aku mengunci tangan dan mengundurkan diri dari dunia kang ouw, seingatku kau pun hadir di dalam kalangan, kau sendiri yang melanggar peraturan Bu lim dengan menggunakan kesempatan orang lain sedang susah kau berbuat keonaran, ini hari aku minta keadilan dari dirimu." Ciang Cau pun agaknya dibuat gusar juga oleh sikap dari pemuda ini. "Itulah salahmu sendiri yang mencari gebuk, lalu soal ini hendak kau salahkan kepada siapa?" Bentaknya pula. Mendadak Liem Tou tertawa terbahak-bahak, air mukanya berubah jadi sangat keren. "Tua bangka she Ciang! Tidak kusangka kau pun bisa mengucapkan kata-kata seperti ini," Bentaknya keras. "Baik ! Kembalikan dulu enci Ieku kemudian aku hendak menantang dirimu untuk menentukan kepandaian siapa yang lebih jagoan di antara kita." "Kembalikan nyawa isteriku dan puteriku dulu kemudian loohu baru akan kembalikan enci Ie mu," Teriak Ciang Cau pula dengan gusar. "Kalau tidak, hmm, Lebib baik kau hanyutkan saja keinginanmu itu, enci Ie-mu akan aku orang she Cian anggap sebagai ganti dari puteri serta isteriku." Mendengar perkataan itu saking gusarnya seluruh tubuh Liem Tou menjadi gemetar keras, wajahnya berubah jadi merah padam, saking gemasnya kepingin sekali ia membinasakan orang itu. Tetapi kini wajah Lie Siauw Ie masih berada dalam cengkeramannya, sehingga terpaksa ia harus menahan sabar. "Ciang Cau!" Serunya sinis. "Kedatanganku kemari kali ini sudah sejak semula melihat keadaan kalian partai Kiem Tien yang sangat berbahaya karena kepungan musuh, mengingat kau tidak pernah jahat sebenarnya aku ada maksud hendak menolong kau, tidak disangka pikiranmu ternyata begini picik." Berbicara sampai disini ia rada merandek sejenak, setelah menyapu sekejap ke sekeliling tempat itu, sambungnya kembali dengan suara berat ; "Ciang Cau. Coba kau pikirlah dengan hati tenang. Bilamana tiga hari kemudian kau tidak mau menyerahkan enci Ie kepadaku, Hmm! Seorang Liem Tou berarti seratus anggota Sin Beng Kauw. Wajahnya saat ini sudah berubah sangat dingin bagaikan es, setelah berhenti lagi beberapa saat, tiba-tiba bentaknya keras . "Ciang Cau, kau dengarlah baik-baik, di dalam tiga hari kemudian aku akan datang lagi dengan membawa kawan..." Selesai berkata telapak tangannya segera dihantamkan ke atas, di tengah suara gemuruh yang amat keras genting ruangan tersebut sudah kena dihantam bobol dan rontok ke atas tanah dengan menimbulkan suara yang keras. Sebentar kemudian tampaklah bayangan manusia berkelebat lewat, di dalam sekejap mata itulah bayangan dari Liem Tou sudah lenyap tak berbekas. Orang orang partai Kiem Tien Pay yang melihat kejadian itu saking terperanjatnya air muka merekapun berubah jadi pucat pasi, matanya terbelalak dengan melongo, untuk beberapa saat lamanya suasana terasa amat hening dan sunyi. Walaupun Ciang Cau sadar bila Liem Tou adalah seorang jagoan nomor wahid di kolong langit pada saat ini, tenaga dalamnya pun tiada yang dapat melawan, tetapi selamanya belum pernah melihat ilmu tenaga sakti yang demikian dahsyatnya. Sebuah dinding batu setebal beberapa depa ternyata berhasil dibabat hancur hanya di dalau sekali kebasan saja, hal ini benar-benar mengerikan sekali. Akhirnya suasana yang hening itu dipecahkan oleh suara ucapan dari si siucay berwajah putih yang membuka mulut dengan alis dikerutkan rapat-rapat. "Ong-ya! Tentunya kau sudah dibuat jeri oleh kedahsyatan dari Liem Tou si bangsat cilik itu, tetapi kau jangan kuatir terhadap dirinya, cuma sedikit kepandaian keledai malas seperti itu buat apa ditakuti ?" Perlahan-lahan Ciang Cau mengangguk, tetapi ia tidak mengambil komentar apa-apa. Kembali suasana dilewatkan dengan keadaan yang amat sunyi, hening dan tenang. Sejurus kemudian si orang tua itu berseru memberi pengumuman. "Di atas pantai Sah Kiem Than kini sudah tak ada urusan lagi, kalian boleh kembali ke posnya masing-masiag untuk melakukan penjagaan." Selesai berkata ia pun lantas mengundurkan diri dari tempat itu. Tetapi baru saja berjalan beberapa langkah ia sudah berhenti kembali dan menoleh. "Murid-muridku, kalian ikutilah diriku !" Serunya. Para jago yang berkumpul di dalam ruangan itu pun sudah mulai bubaran. Auw Hay Ong dengan membawa keempat murid kesayangannya kenbali ke dalam istana. Kita balik pada Liem Tou setelah menjebol dinding tembok meninggalkan istana Kiem Tien Pay, sewaktu dilihatnya kentongan keempat sudah tiba ia lantas melakukan perjalanan lebih cepat ke arah Barat, hatinya saat ini masih belum reda dari marahnya. "Jarak dengan terang tanah masih ada satu kentongan," Pikirnya diam-diam. "Kenapa aku tidak menggunakan kesempatan ini untuk melakukan penyelidikan di sekeliling pantai Sah Kiem Than ini untuk melihat hal-hal yang kemungkinan sekali berada di luar dugaan ?" Berpikir akan hal itu, pemuda itu segera mengerahkan ginkanguya berkelebat berputar di sekitar pantai Sah Kiem Than. Dengan kecepatan gerakannya laksana sambaran kilat itu tidak sampai sepertanak nasi kemudian ia sudah hampir mengelilingi seluruh pulau tersebut dengan tanpa menemukan suatu apa pun. Teringat tempat di sana tidak leluasa untuk digurakan sebagai tempat persembunyian, maka dalam hati lantas ada maksud hendak kembali ke kota Ping Cuan. Demikianlah dengan mengerahkan ilmu ginkangnya yang sempurna ia berjalan di atas kayu yang dilayangkan di atas permukaan air. Tidak sampai beberapa waktu ia sudah tiba di rumah penginapan kota Ping Cuan. Pemuda tersebut langsung kembali ke kamarnya dan mengetuk pintu perlahan-lahan. "Siapa?" Tanya Giok jie dari balik kamar. "Aku sudah kembali!" Seru Liem Tou kalem, Pintu kamar dengan perlahan dibukanya, kecuali Giok jie yang berdiri di tepi pintu di belakang sebuah meja secara tiba tiba Liem Tou menemukan pula seorang dara berbaju hitam yang duduk membelakangi pintu. Tak terasa lagi pemuda ini jadi melengak dengan perasaan kebingungan ia memandang ke arah Giok djie. Agaknja Giok jie pun mengerti apa yang sedang diragukan olehnya, tampaklah gadis cilik itu tersenyum. "Coba kau terka siapakah orang itu ?" Serunya. Kiranya Liem Tou agak merasa tidak percaya terhadap apa yang dilihat dihadapannya sehingga lama sekali ia berpikir . "Apakah Hong susiok sudah datang ?" Jawabnya kemudian. Giok Djie menggeleng. Liem Tou merasa, semakin tidak paham lagi, akhirnya saking tidak sabaran lagi tubuhnya segera maju dua langkah dan hendak mencekal pundak dara berbaju hitam itu. Pada saat yang bersamaan dara berbaju hitam itu pun secara mendadak menoleh sambil berseru ; "Adik Liem!" Liem Tou yang melihat jelas gadis tersebut ternyata Pouw Djien Coei lah adanya semula rada tertegun akhirnya ia berteriak-teriak kegirangan. "Enci Jien Coei!" Sapanya pula. Seketika itu juga ia sudah melupakan segalanya, tubuhnya menubruk maju ke depan memeluk pinggangnya kencang- kencang kemudian sambil tertawa teriaknya ; "Ooouw enci Jien Coei ! sejak kapan kau datang kemari? Kau betul-betul membuat adik Liemmu merasa rindu setengah mati !" Tetapi sebentar kemudian ia sudah mengucurkan air mata dengan amat deras. "Enci Jien Coei!" Teriaknya kembali. "Selama ini kau sudah pergi kemana saja? Beritahulah padaku, cepat beritahu kepadaku." Pouw Jien Ciei sembari meronta dari rangkulan Liem Tou, air matanya mengucur keluar semakin deras, sehingga tak sepatah katapun yang dapat diucapkan keluar. Liem Tou yang melihat sikapnya tersebut, secara mendadak sudah teringat akan sesuatu. "Enci Djien Coei!" Ujarnya dengan sedih. "Tahukah kau Tia- mu ?" Belum habis perkataan itu diucapkan, air muka Pouw Djien Coei secara mendadak telah berubah menjadi pucat bagaikan mayat. "Liem Tou ! Peristiwa yang sudah lalu tidak usah kita ungkap kembali," Bentaknya sambil mengusap kering air matanya "Tahukah kau apa maksudku malam ini datang ke mari ?" Tiba-tiba ia teringat kembali akan perkataan dari Toan Bok Si tempo hari. sekarang ia baru paham si perempuan tunggal Touw Hong yang dimaksudkan olehnya itu sebenarnya bukan lain adalah enci Djien Coeinya, maka bersamaan itu pula ia teringat kembali dengan dara berbaju hitam yang dijumpainya di dalam lembah berkabut, tak terasa lagi hatinya rada terperanjat. Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Enci Djien Coei! Lalu kaukah yang menolong nyawaku sewaktu berada di lembah berkabut?" Perlahan Pouw Djien Coei mengangguk, tetapi sebentar kemudian ia sudah menggeleng kembali. "Orang itu memang aku! tetapi orang yang menolong nyawamu bukan aku melainkan suhumu," "Kalau begitu akupun tahu bila kedatangan enci Jien Coei saat ini tentunya hendak memberitahukan soal yang menyangkut enci Ie, sekarang dia ada dimana?" Seru Liem Tou dengan perasaan yang sangat cemas. "Cepatlah bawa aku ke sana. Aku mau menolong dirinya lolos dari ancaman bahaya." Lama sekali Pouw Jien Coei termenung, akhirnya ia berkata dengan suara yang lirih. "Si Auw Hay Ong, Ciang Cau mengurungnya di dalam sebuah ruangan rahasia di bawah tanah, setiap hari ia mengirim Toa Kuncunya Ciang Beng Hu untuk menghibur dan menasehati dirinya kalau dia tidak bermaksud jahat terhadap adik Ie..." "Ououw... enci Jien Coei! jadi kau tahu bila dia dikurung dalam kamar rahasia yang mana?" Seru Liem Tou kembali sehabis mendengar perkataan tersebut. Bagaimana kalau besok malam kita pergi menolong dirinya? Oouw ya. Sudah setahun lamanya, enci Ie tentu telah menderita siksaan yang amat besar. Heei, kesemuanya ini akulah yang berdosa, akulah yang bikin gara gara !" "Adik Liem, apa yang kau lakukan selama berada di pantai Sah Kiem Than dapat aku lihat dengan sangat nyata." Lama sekali Pouw Jien Cui baru berkata kembali sambil mengangguk. "Dengan adanya kejadian itu kemungkinan sekali urusan akan memperoleh perubahan yang amat besar. Kau sudah melihat bukan si siucay berwajah putih yang berada di sisi Ciang Cau itu?" "Benar. Aku sudah melihat dirinya. Wajah Orang itu amat sadis dan penuh mengandung hawa iblis. Aku rasa dia bukan seorang manusia baik baik. Bukankah begitu ?" Ketika itu cuaca sudah mulai terang tanah, mendadak Pouw Djien Coei bangun berdiri. "Hari sudah mulai terang tanah, aku harus cepat-cepat pergi dari sini," Katanya. "Aku takut ini hari ada kemungkinan enci Iemu bakal memperoleh suatu perubahan, aku harus melindungi dirinya, malam ini aku menunggu kau di depan pantai Sah Kiem Than!" Selesai berkata ia lantas berjalan menuju ke pintu keluar. "Enci Jien Coei, sebetulnya kau bersembunyi di mana?" Mendadak Liem Tou mengajukan pertanyaannya. Pouw Jien Coei tersenyum. "Malam nanti kau akan tahu sendiri, sekarang aku harus buru-buru melakukan perjalanan," Serunya. Kakinya tanpa berhenti lagi segera melesat ke atas wuwungan rumah kemudian lenyap di balik remang- remangnya cuaca di pagi hari buta itu. Liem Tou pun ikut meloncat naik ke atas atap, siapa sangka bayangan dari dara berbaju hitam itu sudah lenyap tak berbekas, hal ini membuat hatinya keheranan. Ilmu meringankan tubuh dari enci Jien Coei bagaimana mungkin bisa demikian sempurnanya? Apakah mungkin sejak perpisahan ia sudah memperoleh pelajaran tambahan dari seorang jagoan yang berkepandaian tinggi?" Gumamnya seorang diri. Ketika ia menoleh, maka tampaklah tiga ekor burung elangnya sedang berdiri berjajar di atas atap rumah, ketika itu ia sudah mendapatkan berita tentang Lie Siauw Ie dengan begitu semangatnyapun tambah berkobar-kobar. Tangannya lantas digapai memanggil ke tiga ekor burung elang itu untuk hinggap di atas pundaknya. Sambil mengelus dan membelai bulu burung tersebut tampaklah Liem Tou tersenyum. "Beberapa saat ini kalian tiga ekor burung harus berjaga terus di sisi Giok-djie sehingga tak dapat terbang jauh. Malam ini aku akan membawa kalian untuk pergi berjalan-jalan," Serunya perlahan. Setelah itu pemuda tersebut baru kembali ke dalam kamarnya untuk bersemedi hingga satu jam lamanya, ketika dilihatnya Giok Djie berdiam seorang diri di dalam kamar dengan wajah begitu murung, hatinya jadi tidak tega. Setelah berpikir sebentar, ujarnya. "Giok-djie, ayoh jalan. Selama beberapa hari ini kita selalu murung hati terus, bagaimana kaJaa kita berjalan jalan ke dalam kota?" Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Naga Merah Bangau Putih Karya Kho Ping Hoo