Ceritasilat Novel Online

Raja Silat 46


Raja Silat Karya Chin Hung Bagian 46


Raja Silat Karya dari Chin Hung   "Bagus sekali!"   Teriak Giok-djie kegirangan, tubuhnya segera meloncat bangun dari tempat duduknya.   "Kita mau bermain ke mana ?"   "Sesukamu; kau ingin pergi kemana kita pergi bermain kesana."   Demikianlah akhirnya kedua orang itu sambil bergandengan tangan penuh mesra bagaikan saudara sendiri berpesiar ke seluruh pelosok kota Peng Tzuan.   Giok djie yang selama ini murung terus saat ini sudah pulih kembali kelincahannya, selama berpesiar ia banyak bicara dan banyak ketawa.   Ketika di tengah perjalanan, untuk pertama kalinya mendadak Giok djie berseru ;   "Paman Liem! Setelah enci Ie tertolong dari tangan musuh, kau punya rencana hendak mengaturnya kemana ? Apakah kau hendak mengajak dirinya untuk melakukan perjalanan bersama-sama ?"   Liem Tou yang mendengar dirinya disebut paman, saking girangnya ia tak dapat membendung suara ketawanya, ia sudah tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya.   "Haha... haaa... hal ini sudah tentu!"   Sahutnya.   "Cuma saja ia adalah isteriku, bagaimana mungkin kau memanggil dirinya dengan sebutan enci sedang memanggil aku dengan sebutan paman?"   Air muka Giok djie kontan dibuat menjadi merah padam saking jengahnya.   "Lalu aku harus memanggil dirimu dengan sebutan apa? Apakah harus memanggil dirimu dengan sebutan Cie hu?"   "Soal itu sih tidak perlu, lebih baik kau panggil aku dengan sebutan Toako saja."   Kata Liem Tou sambil membelai rambutnya dengan penuh rasa kasih sayang. Giok djie rada merandek sejenak, akhirnya ia menyapa dengan suara yang syahdu.   "Toako!"   Liem Tou segera tertawa terbahak-bahak. Saat itulah mendadak si "Say Sian Hong"   Toan Bok Si salah seorang dari keempat orang murid kesayangan Auw Hay Ong dengan wajah penuh senyuman berjalan menghampiri mereka berdua.   Melihat kejadian itu Liem Tou segera mengerutkan alis, ia menarik tangan Giok djie kemudian tanpa menoleh lagi berlalu dari sana.   Agaknya dia tidak ingin berjumpa dengan orang itu.   Siapa tahu sewaktu Say Sian Hong berjalan lewat dari sisi pemuda itu mendadak ia berbisik dengan suara amat lirih ;   "Harap tayhiap suka berjalan ke arah selatan beberapa li, di tempat itu ada orang yang sedang menantikan kedatangan tayhiap untuk merundingkan suatu urusan yang serius. Liem Tou dapat mendengar perkataan tersebut dengan amat jelas sekali tetapi sewaktu kepalanya menoleh ke arah mana sana tampaklah Toan Bok Si sudah berjalan lewat dari sisi tubuhnya, jika ditinjau dari sikap serta lagaknya mirip sekali dengan seseorang yang tak pernah terjadi sesuatu apa pun. Dalam hati Liem Tou mengerti, tentunya ada sesuatu peristiwa yang sudah terjadi, melihat pula sewaktu ia mengucapkan kata-kata tersebut sama sekali tidak mengandung maksud jahat, tubuhnya pun lantas berjalan menuju ke depan. Belum beberapa langkah ia berlalu, dari hadapannya kembali muncul dua orang lelaki kasar yang berjalan mendekat. sikap kedua orang itu sangar mencurigakan, sambil berbisik-bisik seperti sedang merundingkan sesuatu matanya tiada henti berputar-putar ke empat penjuru. Saat ini Liem Tou sudah bukan seorang jagoan yang baru saja terjun ke dalam dunia kangouw, bertemu dengan orang- orang pantai pun sudah tidak sedikit jumlahnya, sekali pandang ia merasa bila kedua orang itu, tentu bukannya manusia baik-baik. Menanti kedua orang itu sudah lewat dari samping Liem Tou. Si Say Sian Hong yang berada dibelakangnya segera berbelok ke sebuah jalan di samping tempat itu.   "Giok jie! kita menuju ke selatan,"   Seru Liem Tou cepat.   "coba kita lihat siapakah orang yang sedang menunggu kedatangan kita itu, sungguh misterius sekali."   Merekapun lantas berbelok ke sebelah selatan dan tak lama kemudian sudah berjalan ke luar dari daerah ramai di dalam kota Peng Cuan tersebut.   "Giok jie! coba kau pergilah ke sana sebentar untuk periksa siapakah orang yang sedang menantikan kedatanganku itu?"   Perintah sang pemuda tersebut kepada gadis ciliknya itu. Giok-djle mengiakan lalu dengan cepat sudah berkelebat ke depan. Tidak lama kemudian ia telah berlari kembali, sambil tersenyum, serunya kepada Liem Tou.   "Toako! Coba kau terka itu siapakah orang itu?"   Perlahan lahan Liem Tou menggeleng dan tidak mengerti.   "Seorang nona yang amat cantik sekali!"   "Aaahh!"   Seru Liem Tou agak tertahan, dalam hati ia merasa semakin curiga lagi.   Giok-djie, apakah kau sudah bercakap-cakap dengan dirinya ? Bagaimanakah bentuk wajahnya ? "Ia duduk di bawah sebuah pohon di pinggiran hutan, bajunya berwarna merah manyolok tapi aku cuma melihat dari tempat kejauhan saja kemudian balik kemari untuk memberi laporan kepadamu."   Diam-diam Liem Tou mulai berpikir.   "Selama ini aku cuma bertemu dengan dua orang dara berbaju merah, yang seorang adalah Siauw Giok Cing puteri kesayangan dari It Tiap Cinjin dari Heng san pay yang berdiam di lembah mati hidup dan yang lain adalah Ciang Beng Ing, Toa Kuncu dari si Auw Hay Ong. Kecuali mereka berdua, tak ada orang yang dikenal; terang orang itu adalah Ciang Beng Ing adanya!"   Beberapa Li dengan cepatnya sudah dilalui, di hadapan mereka ternyata benar-benar terbentang sebuah hutan.   "Itu di sana!"   Seru Giok djie sambil menuding ke arah depan. Liem Tou lantas mengalihkan pandangannya ke depan, tetapi dimanakah bayangan manusia yang dimaksudkan? "Akh, sungguh aneh sekali,"   Teriak Giok djie keheranan.   "Terang terangan aku tadi melihat dia orang duduk di bawah pohon; kenapa hanya di dalam sekejap saja sudah pergi?"   Liem Tou tersenyum dan sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa apa.   "Dia sendiri yang mengajak kita untuk bertemu, sudah tentu dirinya ada di sekitar tempat ini pula,"   Katanya. Kembali mereka berdua melanjutkan perjalanannya ke tepi hutan itu, tetapi bayangan manusia masih tetap tak nampak.   "Wah, sungguh aneh sekali, sungguh aneh sekali!"   Seru Giok djie berulang kali.   "Bagaimana kalau kita melakukan pemeriksaan di dalam hutan ?"   "Pertemuan ini adalah mereka yang undang, buat apa kita balik pergi mencari dirinya ?"   Seru Liem Tou dengan suara yang amat tawar.   "Lebih baik kita duduk di sini menanti saja, bilamana ia sungguh-sungguh ada maksud hendak bertemu sudah tentu tiada alasan baginya untuk main sembunyi."   Baru saja perkataan dari Liem Tou selesai diucapkan, mendadak terdengar suara yang merdu syahdu dari seorang gadis yang sedang bersenandung.   "Hujan malam melanda deras menutupi bintang di langit... Loteng empang sunyi senyap kosong melompong Sepasang burung hong terbang kesana kemari tiada tujuan ... Hati risau selalu tak pernah paham.... Mendadak Liem Tou teringat kembali sewaktu beberapa tahun yang lalu ketika si perempuan tunggal Touw Hong menyamar sebagai siluman di rumah setan daerah Auw Cing ia pun pernah bersenandungkan syair ini. Ketika itu Lie Siauw Ie, si gadis cantik pengangon kambing serta Ciang Beng Ing, si toa kuncu dari Auw Hay Ong pun hadir disana semua. Kini ia bersenandung syair tersebut, hal ini sudah tentu hendak menunjukkan bila dia Ciang Beng Ing adanya. Berpikir akan hal ini tak terasa lagi Liem Tou sudah tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya.   "Toa Kuncu sudah datang menanti, aku Liem Tou merasa sangat kagum sekali. Bila mana ada urusan kau orang silahkan untuk bicara secara langsung, aku orang she Liem tentu akan pentang telinga lebar-lebar untuk mendengarkannya."   Baru saja perkataan dari Liem Tou selesai diucapkan, dari atas sebuah dahan tahu-tahu melayang turun seorang dara berbaju merah yang bukan lain Ciang Beng Ing adanya.   "Liem Tou, kau jangan merasa bangga dulu. Ayo ikut aku!"   Bentaknya. Liem Tou yang dibentak jadi melengak.   "Kuncu hendak membawa aku pergi kemana ? Tolong dijelaskan sejenak!"   Serunya.   "Suruh kau ikut aku pergi, ikuti saja terus, buat apa banyak bicara?"   Bentak Ciang Beng Ing kembali sambil melirik sekejap ke arah pemuda itu. Liem Tou segera menjulurkan lidahnya sambil melirik sekejap ke arah Giok-jie.   "Toa Kuncu sudah marah, mari kita ikuti saja!"   Serunya setengah berbisik.   Demikianlah mereka berdua lantas mengikuti diri Ciang Beng Ing berjalan melintasi hutan melalui jalan gunung yang amat sunyi Diam-diam Liem Tou mulai mengawasi keadaan di sekelilingnya sewaktu dilihatnya tempat itu semakin lama semakin curam dan semakin berbahaya dalam hatinya lantas berpikir .   "Apakah mereka sudah mempersiapkan jebakan untuk memancing kedatanganku?"   Berpikir akan hal ini, dalam hati ia malah merasa kegelian, karena bila benar-benar demikian adanya maka ia merasa kasihan pada mereka mereka itu yang terlalu tolol.   Tidak lama kemudian sampailah mereka di sebuah lembah gunung yang cukup luas di kaki gunung sebelah kiri munculah tembok-tembok berwarna merah yang amat luas, kelihatannya bangunan tersebut merupakan sebuah kuil.   Melihat Ciang Beng Ing hendak membawa dirinya ke dalam kuil tersebut, Liem Tou baru mulai merasa ragu-ragu.   "Eeei, sebenarnya kau memancing cayhe mendatangi kuil itu ada urusan apa?"   Tanyanya cepat. Air muka Ciang Beng Ing berubah sangat tawar sekali, ia melirik sekejap ke arah Liem Tou.   "Orang lain berkata bila kepandaian silatmu tiada tandingannya di kolonp langit pada saat ini, manusianya pun merupakan seorang enghiong yang bernyali, apakah ini hari kau mulai merasa jeri?"   Liem Tou mengerti bila gadis tersebut ada maksud hendak memanasi hatinya, karenanya ia malah tertawa tawar.   "Kuncu terlalu memuji, gelar jagoan nomor wahid di kolong langit, cayhe tidak berani menerimanya."   Sembari memberikan jawabannya Liem Tou sama sekali tidak menghentikan gerakan kakinya, ia mengikuti terus dari belakang Ciang Beng Ing berjalan menuju ke dalam kuil itu.   Tidak lama kemudian sampailah mereka di depan kuil yang tidak begitu besar, tetapi masih utuh dan mentereng.   Pintu besar dari kuil tersebut setengah tertutup, Ciang Beng Ing lantas mendorong pintu dan berjalan masuk.   Liem Tou tidak ingin memperlihatkan kelemahannya, sambil menggandeng Giok jie ia pun segera mengikuti terus dari belakangnya.   "Giok jie?"   Bisik Liem Tou dengan suara perlahan.   "bilamana sebentar lagi akan terjadi suatu perubahan, maka kau ikuti saja diriku terus, jangan sekali kali kau meninggalkan tempat ini sesuka hatimu, mengerti?"   Giok jie mengangguk, tetapi mulutnya tetap membungkam.   Setelah melewati ruangan tengah, Ciang Beng Ing langsung menuju ke ruangan belakang.   Ketika inilah Liem Tou baru merasa hatinya sangat heran, tetapi ia berusaha keras untuk bersabar dan mengikuti dirinya dengan jarak beberapa kaki di belakang tubuhnya.   Sesudah melewati ruangan tengah, mendadak Ciang Beng Ing berkelebat ke depan sambil berseru ;   "Lapor, ayah, siauw li sudah membawa Liem Tou datang kemari!"   Liem Tou yang mendengar perkataan tersebut diam-diam merasa amat terkejut, pikirnya ;   "Apakah mungkin Auw Hay Ong pun berada di sini? sebenarnya sudah terjadi peristiwa apa ?"   Ketika ia mendongakkan kepalanya kembali, maka tampaklah di tengah-tengah ruangan belakang duduklah Auw Hay Ong, Ciang Cau dengan sikap yang amat keren.   Saat ini ia sudah melepaskan jubahnya yang bersulaman naga berwarna emas dan cuma memakai jubah hijau biasa, di kedua belah sisinya berdirilah ketiga orang anak murid kesayangannya.   Di antara mereka cuma si "Say Siang Hong"   Toan Bok Si seorang yang tidak nampak, di samping itu tidak terdapat pula orang luar lainnya.   Melihat munculnya Liem Tou mendadak Auw Hay Ong bangun berdiri dan melangkah maju sambil mencekal tangan pemuda itu erat-erat, sikapnya ternyata sangat berbeda dengan keadaan pada hari hari biasanya.   "Perkataan dari tayhiap kemarin malam benar-benar telah menyadarkan lolap dari impian,"   Katanya.   "Oleh karena itu, sengaja ini hari aku mengundang kedatangan dari tayhiap!"   Selama ini si Auw Hay Ong Ciang Cai selalu bersikap sombong dan tinggi hati, belum pernah dia orang memperlihatkan sikapnya yang begitu menghormat terhadap orang lain, sudah tentu hal ini merupakan suatu peristiwa yang sangat luar biasa sekali.   Dengan pandangan yang tajam dari Liem Tou sekali pun ia berhasil melihatnya bila sikapnya ini kurang leluasa, tapi sangat jujur dan bersungguh-sungguh.   Karenanya ia pun membalas dengan beberapa kata yang merendah.   Beberapa saat kemudian pemuda itu baru berkata lagi.   "Kalau begitu kau sudah tidak ingin mencari urusan lagi soal puterimu serta isterimu bukan? Tapi kenapa enci Ie ku tidak kelihatan bersama-sama kalian?"   Bagaimana pun Liem Tou adalah seorang cerdik, walaupun ia melihat Si Auw Hay Ong agaknya mempunyai maksud untuk berkawan tetapi sebelum melihat munculnya Lie Siauw Ie di tempat itu pula hatinya masih menaruh curiga.   Oleh karena itu ia lantas mengajukan pertanyaan tersebut.   Mendengar pertanyaan itu, Auw Hay Ong segera mengerutkan alisnya rapat-rapat.   "Perkataan ini tak dapat kita bicarakan secara demkian. Jangan kata terhadap kematian dari isteri dan puteriku, Loolap tidak menaruh rasa dendam, sekalipun aku mengakui perkataan tersebut tidak lebih perkataan itu pun merupakan perkataan yang bohong, selama ini isterimu mendapatkan perjalanan yang baik dari Loolap dan tidak pernah menerima hinaan maupun aniaya macam apa pun, harap Tayhiap suka berlega hati."   Belum habis Auw Hay Ong menyelesaikan kata-katanya, mendadak Liem Tou kembali menyela;   "Kalau memangnya kau tidak bisa menyelesaikannya begitu saja atas sakit hati kematian isteri dan puterimu, lalu tidak ingin melepaskan enci Ie-ku pula, apa maksudmu memanggil aku datang kemari ?"   Si Auw Hay Ong Ciang Cau tersenyum.   "Seperti apa yang pernah Tayhiap katakan, Partai Kiem Tien Pay kami sedang menemui bencana karena serangan dari luar. Selama ini perkumpulan Sin Beng Kauw selalu mengincar daerah sekitar tempat ini tiada mau lepasnya. Bahkan kemarin malam ada empat orang siangcu yang datang ke pantai Sah Kiem Than kami untuk membokong sehingga orang-orang itu berhasil kami bekuk. Tetapi saat ini pengaruh dari perkumpulan Sin Beng Kauw sudah tersebar hampir meliputi seluruh daerah Tionggoan. Baik cabang di daerah Utara maupun cabang di daerah Selatan sudah pada menggemparkan setiap orang. Loolap rasa daerah ini pun cepat atau lambat akan mereka kuasai juga. Karena itu lolap ada maksud hendak mengajak tayhiap untuk bekerja sama dan saling bertukar syarat."   Baru saja Auw Hay Ong berbicara sampai disitu. Liem Tou sudah mengerti apakah maksud hatinya sehingga tak terasa lagi ia tertawa terbahak-bahak.   "Haaaa, haaaa, hey kakek tua she Ciang, di antara kita boleh dikata bukan hanya pernah berjumpa sekali saja, ataupun baru kenal tetapi tidak kusangka kau mempunyai tindakan yang begini cerdiknya. Baiklah, apa syaratmu ?"   Auw Hay Ong yang mendengar Liem Tou suka mengabulkan permintaannya dengan cepat, wajahnyapun segera terlintas suatu perasaan yang amat girang.   "Lindungi daerah kami dari gangguan perkumpulan Sin Beng Kauw, kami segera mengembalikan isterimu bersamaan itu pula hutang-hutang lama kita anggap saja selesai."   "Baik! Kita tentukan begitu saja!"   Ketika itulah dari luar kuil mendadak berkelebat datang sesosok bayangan manusia yang berdandan seorang dayang.   "Coen Siang, ada urusan apa kau datang kemari ?"   Bentak Auw Hay Ong dengan cepat sewaktu melihat munculnya dayang itu. Sebaliknya Liem Tou yang melihat orang itu dalam hatinya merasa kaget sekali sehingga tak terasa lagi sudah berseru;   "Enci Djien Coei!"   Kiranya orang ini adalah Pouw Djin Coei.   Selama ini ia menyaru sebagai dayang untuk melindungi Lie Liauw Ie secara diam-diam, maka selama setahun ini Lie Sianw Ie tidak memperoleh gangguan apapun.   Agaknya saat ini gadis tersebut tak mau rahasianya bocor, buru-buru teriaknya keras ;   "Orang-orang dari perkumpulan Sin Beng Kauw sudah berkumpul di tepi pantai "Sah Kiem Than"   Dan mempunyai rencana hendak menculik enci Ie. Liem Tou, kau tidak cepat- cepat pergi ke sana ?"      Jilid 46 Mendengar berita tersebut Liem Tou segera merasakan hatinya tergetar sangat keras, maka dengan cepat ia mendorong Giok jie ke sisi tubuh Pouw Djien Coei.   "Lindungi orang ini,"   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Serunya keras.   Sedikit ujung kakinya menutul pada permukaan tanah, tampaklah bayangan hijau berkelebat keluar laksana sambaran kilat cepatnya a berlari menuju ke pantai Sah Kiem Than.   Si Auw Hay Ong, Ciang Cau yang mendengar berita itu pun dalam hati merasa sangat terperanjat, buru-buru merekapun pada berlari keluar dari kuil dan berangkat kembali ke sarangnya.   Pouw Jien Coei yang melihat Liem Tou ternyata memberikan suatu beban kepadanya, dalam hati ia merasa sangat cemas, sambil menarik tangan Giok jie ia pun berlari ke depan dengan sepenuh tenaga.   Mendadak Giok jie meronta dan berusaha melepaskan diri dari cekalannya.   "Enci Jien Coei. kau pergilah seorang diri dan jangan mengurusi diriku lagi,"   Serunya.   "Bagaimana hai ini boleh jadi? Bilamana sampai terjatuh ke tangan musuh bagaimana jadinya?"   Mengambil kesempatan sewaktu dara berbaju hitam itu tidak waspada, Giok jie mendadak meloncat ke depan sejauh beberapa kaki.   "Kau pergilah seorang diri!"   Teriaknya keras,"   Giok jie bisa menjaga keselamatan sendiri."   Tubuhnya berputar lantas berlari menuju ke kota Peng Tzuan.   Pouw Djien Coei yang melihat kepandaian silat yang dimiliki gadis tersebut tidak jelek, hatinya merasa rada lega.   buru- buru ia melanjutkan perjalanannya kembali balik ke pantai Sah Kiem Than.   Permukaan air dari laut Auw Hay tersebut boleh dikata setiap harinya banyak perahu berlalu lalang.   Tetapi ini hari di tempat tersebut sudah bertambah berpuluh-puluh buah perahu aneh yang tidak diketahui asal- usulnya, suara bentrokan senjata serta bentakan nyaring bergema memekikkan telinga di atas pantai Sah Kiem Than.   Tampaklah berpuluh orang anggota Sin Beng Kauw yang memakai jubah hitam sedang mengurung istana emas tersebut rapat-rapat.   Anak murid partai Kiem Tien pay yang secara mendadak diserbu oleh pihak musuh jadi amat kacau dan kelabakan setengah mati.   Walaupun dengan sekuat tenaga mereka melakukan perlawanan tetapi yang mati serta yang luka sudah bertumpuk-tumpuk.   Di antara mereka cuma keempat orang pemuda berbaju hitam saja yang dapat bertempur dengan garang dan hebat, sehingga anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang terluka di bawah serangan merekapun tidak sedikit jumlahnya.   Keempat orang pemuda itu dengan mati-matian mempertahankan diri di depan pintu istana, hal ini membuat anggota perkumpulan Sin Beng Kauw untuk sementara waktu tak berhasil menyerbu ke dalam.   Sedangkan kepandaian silat yang dimiliki si toosu serta si pengsmis itu pun jauh lebih hebat dari anggota partai Kiem Tien pay lainnya.   Mereka berdua dengan tiada hentinya berkelebat kesana kemari di antara kepungan anggota Sin Beng Kauw.   Barang siapa yang menghalangi perjalanan mereka tentu rubuh menemui ajalnya.   Dengan demikian, keadaan situasi untuk sementara waktu rada seimbang.   Tetapi perahu-perahu dari perkumpulan Sin Beng Kauw yang mendarat di pantai Sah Kiem Than semakin lama semakin banyak, dengan demikian jumlah anggota Sin Beng Kauw yang tiba di sana pun semakin banyak bahkan di atas perahu yang terakhir sudah kedatangan seorang makhluk yang amat besar di bawah kawalan empat orang kakek tua yang sudah berusia lima puluh tahunan.   Walaupun kelima orang itu bukan berdandan sebagai anggota Sin Beng Kauw, tetapi jelas mereka adalah bala bantuan yang sengaja dikirim kesana untuk membantu orang- orang perkumpulan Sin Beng Kauw.   Kiranya makhluk raksasa tersebut bukan lain adalah Kiem Sah Ong dari daerah Liong Tzuan sedang keempat orang kakek tua itu adalah Congkoan-Congkoan andalannya.   Orang orang pada menyebut mereka sebagai Kiem Jah Su Liong yang jadi orang amat ganas dan telengas sekali.   Begitu kelima orang itu tiba di depan pintu istana maka situasi di sekitar sana pun segera berubah, ketika si toosu serta si pengemis itu melihat munculnya Kiem Sah Ong di sana mereka berdua segera saling memberi tanda dan bersama-sama menyerang ke arah Kiem Sah Ong dengan sepenuh tenaga.   Tetapi ilmu kepandaian yang dipelajari oleh Kiem Sah Ong adalah tenaga Gwa kang, kekuatannya besar luar biasa, badannya atos seperti baja.   Boleh dikata jarang sekali ada orang yang bisa melukai dirinya.   Melihat anggota Sin Beng Kauw yang menyerbu ke pintu istana itu tidak berhasil juga membobolkan pertahanan tersebut, dengan gusarnya Kiem Sah Ong meraung keras.   "Congkoan berempat, cepat terjang pintu istana itu!"   Teriaknya.   Ketika itulah serangan dari sang toosu serta si pengemis itu sudah melanda mendatangi, tubuhnya segera melangkah ke depan sambil kepalannya menyambar ke samping.   Dimana kepalan tersebut lewat, angin pukulan menderu- deru tiada hentinya memaksa sang toosu itu harus meloncat ke belakang dengan tergopoh-gopoh.   Baru saja toosu tersebut berhasil menghindarkan diri dari serangan itu, kepalan tangan kiri dari Kiem Sah Ong kembali menyambar lewat dengan kedahsyatan yang tidak berkurang.   Sang Toosu serta sang pengemis tidak berani menerima datangnya serangan dengan saling berhadapan, maka terpaksa tubuhnya sekali lagi menyingkir ke samping.   Kiem Sah Ong yang melihat kedua orang itu ternyata tidak berani menerima datangnya serangan yang dilancarkan olehnya, segera mengeluarkan ilmu pukulan Kiem Kong Ciangnya yang amat lihay itu.   Angin pukulan segera mendera-deru laksana tiupan angin topan, sejurus demi sejurus dilancarkan ke depan tiada hentinya yang memaksa si Toosu serta pengemis tersebut terdesak di bawah angin.   Dengan kejadian ini maka dari pihak partai Kiem Tien Pay sudah kelihatan pasti kalah, permainan pedang dari ke empat orang pemuda berbaju hitam yang semula gencarpun setelah bertemu dengan Kiem Sah Su Liong kena terkurung tanpa bisa banyak berkutik, dengan mati-matian terpaksa mereka mempertahankan terus di depan pintu istana.   Ketika itulah dari dalam istana secara tiba-tiba berkumandang keluar suara tertawa terbahak-bahak yang sangat keras disusul dergan munculnya seorang siucay berwajah putih, sambil mencengkeram Lie Siauw Ie kencang- kencang.   "Hati manusia sukar diduga, ajaran agama paling murni, perkumpulan Sin Beng Kauw bertujuan mendirikan keadilan di dalam se luruh kolong langit sedang partai Kiem Tien pay sudah saatnya untuk musnah, buat apa kalian harus menjual nyawa untuk Ciang Cau si keledai tua yang tidak becus itu?"   Bentaknya keras.   Sang toosu serta sang pengemis yang sedang bergebrak melawan Kiem Sah Ong sewaktu melihat munculnya si siucay berwajah putih itu dalam hati merasa kegirangan, siapa sangka ternyata ia mengucapkan kata kata tersebut, hal ini kontan saja membuat mereka berdua jadi tertegun.   Siapa pun tidak menyangka kalau si siucay berwajah putih ini sebetulnya adalah mata-mata yang sengaja dikirim oleh perkumpulan Sin Beng Kauw untuk menyelidiki keadaan mereka, saking gusarnya tak terasa lagi mereka mulai memaki kalang kabut.   Siapa sangka, justeru karena meraka pecah perhatian itulah tubuh Kiem Sah Org tahu-tahu telah mendesak maju ke depan.   Telapak kirinya dengan menggunakan jurus "Sin Yen Ti Kok"   Atau monyet sakti memetik buah dengan cepatnya berhasil menghajar di atas pundak sang tosu tersebut.   Walaupun tempat tersebut bukan merupakan tempat berbahaya, tetapi cukup membuat tubuh pihak lawannya mundur ke belakang dengan sempoyongan dan akhirnya jatuh terlentang di atas tanah.   Kaki raksasa dari Kiem Sah Ong dengan cepat berkelebat maju untuk mengirim kembali sebuah injakan keras ke atas perut tosu tersebut.   Suara jeritan ngeri yang manyayatkan hati segera bergema memenuhi angkasa, kontan saja perut toosu itu pecah sehingga usus serta isi perutnya mengalir keluar mengotori lantai, nyawanya sudah tentu lenyap saat itu juga.   Sang Pengemis yang melihat kawannya kena dibunuh, pikirannya jadi semakin kacau, permainan telapaknya mendadak berubah tanpa memperdulikan nyawanya lagi, ia menyerang Kiem Sah Ong dengan sangat gencar.   Dua buah pukulannya berhasil menghajar tepat di atas badan Kiem Sah Ong tetapi sama sekali tidak menimbulkan reaksi apa pun.   Hal ini sebaliknya malah membuat pengemis itu kecapaian sehingga keringatnya mengucur membasahi seluruh tubuhnya sehingga permainan telapak tangannya pun jauh semakin lambat.   Dengan demikian keadaan dari si pengemis tersebut sangat berbahaya sekali setiap saat keselamatannya terancam bahaya.   Pada saat itu pertahanan dari keempat, orang pemuda berbaju hitam itu pun kena kebobolan anggota Sin Beng Kauw laksana aliran air bah segera menerjang masuk ke dalam pintu istana.   Dimana tangan si siucay berwajah putih itu diulapkan, dari dalam ruangan mendadak berkelebat keluar empat orang siangcu yang bukan lain adalah merupakan empat orang anggota Sin Beng Kauw yang kena tertawan kemarin malam.   Kini mereka menggantikan kedudukan dari keempat orang pemuda berbaju hitam itu untuk mempertahankan pintu istana dari serbuan anggota Kiem Tien pay.   Apakah tujuan dari anggota perkumpulan Sin Beng Kauw untuk merebut istana tersebut??? Tiada lain mereka hendak merampok seluruh harta kekayaan yang terdapat di dalam istana Kiem Cien Pay itu sehingga ludas, kemudian membakar dan memusnahkan istana tersebut.   Setelah partai Kiem Tien pay kehilangan markas besarnya bahkan harta kekayaannya pun ludas sudah tentu tiada tenaga lagi untuk membangun suatu kekuatan baru.   Dengan demikian sejak saat itu partai Kiem Tien Pay akan segera lenyap dari permukaan bumi, dengan sendirinya daerah Cian Tian ini akan terjatuh ke tangan perkumpulan Sin Beng Kauw tanpa susah-susah.   Siapa sangka walaupun perhitungan dari perkumpulan Sin Beng Kauw sangat bagus, tetapi Thian masih tidak mengijinkan mereka untuk berbuat demikian.   Sewaktu anggota Sin Beng Kauw sedang bertempur mati- matian melawan partai Kiem Tien Pay itulah, Pouw Jien Coei sudah munculkan dirinya di hadapan Auw Hay Ong untuk menyampaikan berita tersebut.   Keadaan dari si siucay berwajah putih pada waktu itu benar-benar sangat bangga sehingga lupa daratan, ia tertawa terbahak-bahak tiada hentinya.   Kini ia sudah menguasahi Lie Siauw Ie sehingga walaupun Liem Tou munculkankan dirinya di sana pemuda itu pun tak akan dapat berbuat apa-apa terhadap dirinya.   Siapa sangka Liem Tou setelah mendapat kabar dari Pouw Jien Coei, hatinya benar-benar merasa amat gusar sehingga ia merasa gemas dan cepat bisa tiba di pantai Sah Kiem Than.   Dengan sekuat tenaga serta mengerahkan seluruh kepandaian yang ada ia berkelebat di atas permukaan air menuju ke tempat tersebut.   Ketika tubuhnya berhasil tiba di pantai Sah Kiem Than, pintu istana tersebut bertepatan sudah terjatuh ke tangan anggota perkumpulan Sin Beng Kauw.   Darah panas terasa bergolak dengan kerasnya di dalam dada, baru saja ia bersiap-siap hendak membentak keras dan menyerbu ke dalam kalangan untuk membasmi habis orang- orang itu, mendadak matanya dapat menangkap Lie Siauw Ie yang sudah terjatuh ke tangan siucay berwajah putih itu.   Keadaan dari gadis tersebut pada saat ini amat lemas dan tak bertenaga, kepandaian silatnya seperti sudah punah sama sekali, tubuhnya terkulai kesana kemari mengikuti gerakan dari sang siucay yang sedang memberi perintah kepada anggota Sin Beng Kauw untuk membasmi anak murid partai Kiem Tien pay.   Tetapi Liem Tou adalah seorang yang cerdik, begitu melihat kejadian tersebut ia segera mengerem suara bentakan yang hampir saja meluncur keluar dari bibirnya itu.   Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang paling sempurna, badannya segera berkelebat ke arah depan.   Si siucay berwajah putih itu adalah salah seorang pemimpin yang berkepandaian sangat tinggi di dalam perkumpulan Sin Beng Kauw walaupun ia tidak berhasil melihat seluruh tubuh dari Liem Tou tetapi matanya yang tajam dapat menangkap bayangan hijau yang menyambar ke arahnya itu.   Sehingga buru-buru cekalannya pada pergelangan tangan Lie Siauw Ie dipererat, telapak kirinya secara mendadak ditempelkan ke atas punggung gadis tersebut sambil bentaknya dengan wajah keren.   "Liem Tou! aku menginginkan jiwanya, ti ..."   Sayang tindakannya ini terlambat satu tindak, belum habis perkataannya diucapkan keluar, mendadak dadanya terasa menjadi kaku sehingga perkataan selanjutnya tidak sanggup untuk meluncur keluar dan mulutnya.   "Pergilah!"   Terdengar Liem Tou membentak dengan keras.   Di tengah suara bentakan yang sangat keras, si siucay berwajah putih menjerit keras, darah segar memancur setinggi beberapa kaki kemudian menyembur ke empat penjuru.   Tubuhnya kontan terpental sejauh tiga kaki dari tempat semula menumbuk dinding ruang tengah, kepalanya seketika itu juga remuk rendam, otak berceceran di atas tanah dan kematiannya benar-benar sangat mengerikan.   Dalam satu jurus Liem Tou berhasil membinasakan pentolan dari perkumpulan Sin Beng Kauw, hal ini membuat para jago lainnya diam-diam merasa berdesir juga.   "Enci Ie,"   Tak tahan lagi pemuda tersebut berteriak.   Lie Siauw Ie tetap berdiri termangu-mangu di tempat semula, agaknya ia tidak mengenali kembali diri Liem Tou.   Diam-diam pemuda tersebut merasakan hatinya berdebar keras, sambil menggertak gigi kencang-kencang tangan kirinya segera menyambar pinggang gadis itu kemudian putar badan menerjang ke arah pintu ruang Kiem Tien Pay yang dijaga oleh keempat orang Siangcu yang ditemuinya kemarin.   Tanpa mengucapkan sepatah katapun ia langsung berjalan mendekati keempat orang itu.   Tetapi munculnya Liem Tou yang berhasil membinasakan si siucay berwajah putih dalam sekali hantaman sudah cukup menggetarkan semangat setiap anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang ada di sana.   Hanya Kiem Sah Ong seorang bukannya jeri sebaliknya malah merasa amat gusar dengan tindakan pemuda tersebut.   Ia yang sudah berhasil melatih ilmu kekal, tidak takut terhadap tusukan maupun bacokan golok ternyata dengan menempuh bahaya sudah menerjang sendiri ke hadapan Liem Tou.   Melihat pemimpinnya bergerak maju, para jago-jago perkumpulan Sin Beng Kauw lainnya pun segera ikut membentak keras kemudian mengurung pemuda tersebut rapat-rapat.   Liem Tou yang sedang berjalan ke arah keempat orang Siangcu tersebut mendadak dari belakang punggungnya terasa ada satu pukulan yang maha dahsyat menyambar datang, diam-diam ia merasa kaget juga dengan kejadian tersebut.   Tubuhnya dengan gerakan cepat laksana sambaran kilat segera berkelit ke samping kemudian menoleh ke arah belakang.   Tampaklah seorang manusia berperawakan raksasa sudah berdiri di belakangnya dengan sikap yang amat menyeramkan, angin pukulan barusan ini boleh dihitung tidak lemah.   "Jika aku lihat dandananmu, agaknya kau bukan anggota perkumpulan Sin Beng Kauw. Siapa kau??? ayoh cepat sebutkan!"   Seru Liem Touw rada melengak.   "Kurang ajar!"   Teriak Kiem Sah Ong gusar.   "Siapa yang tidak kenal dengan aku Kiem Sah Ong dari daerah Liong Cuan? Bangsat cilik, terimalah seranganku ini..."   Selesai berkata kembali dia orang mengirim satu pukulan dahsyat ke arah depan.   "Ooouw. kiranya kaulah yang bernama Kiem Sah Ong..."   Ejek Liem Touw sembari menghindar.   "Hmm! membiarkan kau tetap hidup di kolong langit pun hanya mendatangkan bencana saja, terima nih serangan balasanku."   Selesai berkata ia pun mengirim satu pukulan tajam ke arah tubuhnya.   Kiem Sah Ong tidak mengerti lihaynya pihak lawan.   Melihat datangnya serangan tersebut sepasang kepalannya segera didorong ke depan untuk menyambut datangnya serangan dengan gerakan keras lawan keras.   Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya; tenaga saktinya diam-diam disalurkan ke seluruh badan.   menanti masing- masing telapak saling terbentur satu sama lainnya kembali ia mengirim satu pukulan tajam ke arah tubuh pihak musuhnya.   Air muka Kiem Sah Ong seketika itu juga berubah jadi merah padam, tubuhnya yang tinggi besar bagaikan pagoda besi tergetar dan bergoyang tiada hentinya.   "Aaakh... antara diriku dengan dia orang sama sekali tidak terikat dendam sakit hati apa pun, kenapa aku harus turun tangan jahat terhadap dirinya???"   Suatu ingatan dengan cepat berkelebat di dalam benak pemuda itu.   Teringat akan hal tersebut, dengan sendirinya tenaga pukulan yang semula amat dahsyat kini berkurang kedahsyatannya.   Siapa sangka ternyata Kiem Sah Ong tidak tahu diri, setelah dikalahi Liem Tou bukannya mengundurkan diri mendadak kepalan kanannya langsung dihantamkan kepada pemuda tersebut sedang kepalan kirinya dengan menggunakan jurus "Kiem Kong Hu Ti"   Atau badan kuat emas baja laksana sambaran petir dihantamkan ke atas tubuh Lie Siauw Ie yang berada di dalam gendongan Liem Tou.   "Bagus sekali Kiem Sah Ong, saat kematianmu sudah tiba!"   Liem Tou tak dapat membendung hawa amarahnya lagi, ia berteriak gusar.   Hawa napsu membunuh mulai meliputi seluruh wajah, tubuhnya dengan lincah berkelebat dan berputar ke belakang punggung Kiem Sah Ong sepasang jari tangannya langsung ditotokkan ke arah jalan darah "Giok Cu Hiat"   Pada pinggang lelaki raksasa tersebut. Jalan darah "Giok Cu Hiat"   Merupakan salah satu jalan penting di dalam tubuh manusia.   Asalkan siapa saja yang terkena tentu akan rubuh menemui ajalnya.   Dalam anggapan Liem Tou, totokkannya ini asalkan terkena pada sasarannya Kiem Sah Ong tentu akan rubuh.   Siapa sangka si manusia raksasa itu dasarnya memiliki ilmu kebal yang tak mempan terhadap tusukan senjata tajam, menghadapi serangan totokan yang biasa sudah tentu tak bakal mendatangkan luka bagi dirinya.   Hal ini membuat Liem Tou jadi melengak tetapi sebentar kemudian hawa murninya sudah disalurkan ke seluruh badan, setelah menarik napas panjang panjang serangan jarinya segera dirubah menjadi serangan telapak langsung didorong ke depan.   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Perawakan Kiem Sah Ong tinggi besar, hal ini mempengaruhi perputaran badannya pun kurang lincah, mendadak ia merasakan punggungnya jadi kaku seperti dihantam dengan martil besar, isi perutnya serasa hancur berantakan saja.   "Bangsat! Kau sangat kejam!"   Teriaknya ngeri. Sepasang matanya melolot bulat-bulat, darah segar muncrat dari mulutnya dengan amat deras sehingga memancar sejauh satu kaki lebih diikuti tubuhnya gemetar dan berkerut.   "Bangsat, kau amat kejam,"   Teriaknya kembali, tetapi suaranya semakin kecil.   Tubuhnya tak kuasa menahan diri lagi, diiringi suara benturan yang amat keras badannya segera rubuh ke atas tanah dari ujung bibirnya darah segar masih mengucur keluar tiada hentinya.   Liem Tou tertawa dingin, mendadak ia membentak dengan suara lantang.   "Bajingan kawanan perkumpulan Sin Beng Kauw. Ayo cepat sipat kuping menggelinding pergi dari sini, kalau tidak jangan salahkan aku Liem Tou akan turun tangan telengas terhadap siapa pun yang masih tertinggal di sini?"   Baru saja perkataannya diutarakan keluar, mendadak terdengarlah suara seseorang yang amat kasar bertenaga menyambung kata-katanya.   "Dengan begitu bernyali mereka dari pihak perkumpulan Sin Beng Kauw berani mencari keonaran dan gara-gara di pantai pasir emas kami, ini hari kita pun tak boleh melepaskan mereka hidup-hidup, kita harus hancurkan mereka sehingga tak tersisa seorangpan. Liem Tou! Kenapa kau malah suruh mereka secara gegabah pergi dari sini?"   Perlahan Liem Tou menoleh ke belakang terlihatlah Auw Hay Ong dengan membawa serta ketiga orang anak muridnya sudah munculkan dirinya di tempat tersebut.   Liem Tou segera menggerakkan badannya berkelebat ke hadapan keempat orang siang cu yang menghadang di depan pintu.   "Hmmm... Baiklah!"   Serunya kemudian setelah mendengus dingin.   "Kini Enci Ie sudah terjatuh kembali ke tanganku, akan kupenuhi seluruh permintaanmu itu!"   Selesai berkata dengan tangan kiri masih mengempit tubuh Lie Siauw Ie, tampak sepasang pundaknya sedikit bergerak, tahu tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas dari pandangan mata.   Tetapi di dalam waktu yang amat singkat itu juga anggota anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang ada di luar istana Hay Kiem Tien maupun yang masih berada di dalam ruangan sudah kena tertotok jalan darahnya sehingga mereka berdiri mematung di tempat semula tak berkutik.   Kembali terlihat bayangan hijau berkelebat lewat, dengan gerakan yang amat ringan Liem Tou sudah muncul kembali di tempat semula, sinar matanya perlahan-lahan menyapu sekejap ke arah orang-orang itu.   Suatu bayangan kembali berkelebat di dalam benak pemuda tersebut, ia ber maksud segera berlalu dari sana Siapa tahu belum sempat dia orang menggerakkan kakinya, mendadak dari tengah udara berkumandang datang suara pekikan nyaring dari tiga ekor burung elang raksasa.   "Aduuuh celaka!"   Teriak Liem Tou agak tertahan.   Belum sempat ia mengambil suatu tindakan, ketiga ekor titik hitam yang ada di tengah udara laksana sambaran kilat cepatnya sudah menyambar ke arah bawah.   Kembali suara pekikan nyaring bergema memenuhi angkasa, kini ketiga titik hitam tersebut sudah menyambar lewat di luar pintu ruangan Auw Hay Kiem Tien tersebut.   Liem Tou yang memiliki ketajaman mata melebihi pandangan mata siapa pun, di dalam sekali pandang saja ia dapat melihat.   sewaktu ketiga ekor burung elang raksasa itu menyambar lewat secara ganas dan kejam sudah mematuk sekalian sepasang mata dari anggota-anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang tertotok sebagai santapan yang lezat.   Melihat kejadian ini diam-diam pemuda tersebut merasa agak berdesir juga hatinya, perasaan iba muncul dari dasar lubuk hatinya.   "Jikalau sampai terjadi perisiiwa semacam ini bukankah sama halnya aku Liem Tou sudah menerjunkan diri kembali ke dalam kancah pembunuhan yang keji??"   Diam-diam pikirnya. Perasaan iba begitu muncul dari dasar lubuk hatinya, pikiranpun ikut berubah, dengan cepat ia memungut tiga buah remukan batu kemudian disambitkan ke tengah udara.   "Binatang! Kau berani unjuk gigi di hadapanku??"   Bentaknya gusar.   Di dalam bangga burung terutama burung elang, sepasang matanya merupakan bagian badan yang paling tajam, apalagi ketiga ekor burung elang itu pun merupakan bekas binatang kesayangan Thian Pian Siauwcu, sudah tentu kedahsyatannya luar biasa.   Ketika Liem Tou mengayunkan ketiga butir kerikil tersebut ke arah tengah udara agaknya mereka sudah merasakan keadaan sangat berbahaya sambil berpekik nyaring sepasang sayapnya segera dikebaskan semakin kencang lagi untuk buru-buru melarikan diri ke tengah udara.   Ketika itulah diiringi suara gerakan kaki yang sangat keras Giok jie dengan menunggang di atas punggung sang kerbau dengan cepat sudah berlari mendekat.   "Giok djie!"   Bentak Liem Tou dengan cepat.   "Mengapa kau perintahkan binatang berbulu itu untuk melakukan pekerjaan yang demikian kejinya???"   Giok jie yang datang rada terlambat tidak mengetahui kejadian apa yang baru saja berlangsung, mendengar teguran tersebut ia jadi melengak dibuatnya.   "Ada urusan apa yang membuat kau bersikap begitu cemas?"   Tanyanya keheran-heranan.   "Apakah tak bisa kau jelaskan perlahan-lahan??"   "Coba kau lihat sendiri!"   Teriak Liem Tou sambil menuding ke arah anggota-anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang telah kehilangan sepasang matanya.   "Ke tiga ekor binatang berbulumu itu sudah memakan habis sepasang mata mereka!"   Giok jie memandang sekejap ke arah orang-orang itu, akhirnya ia tak dapat menahan rasa gelinya lagi sehingga tertawa cekikikan.   "Ketiga ekor burung elang itu sudah datang membantu kau bertempur, bukankah hal ini malah sangat kebetulan sekali??"   "Siapa yang ingin dibantu oleh mereka?"   Teriak pemuda tersebut sambil mendepakkan kakinya ke atas tanah.   "Mereka sudah melakukan suatu pekerjaan yang sangat bagus buat diriku!"   "Tapi orang orang perkumpulan Sin Beng Kauw sudah sering melakukan kejahatan di manapun juga, sekalipun mati juga tidak perlu kita sayangkan!"   Teriak Giok jie pula dengan mendongkol.   "Giok jie ! Kaupun dapat mengucapkan kata kata semacam ini??"   Teriak Liem Tou semakin keras.   "Walaupun orang orang perkumpulan Sin Beng Kauw sudah sering melakukan kejahatan sehingga nama jeleknya terkenal di seluruh kolong langit, tetapi apakah kau kira di antara mereka tak ada seorang pun merupakan orang baik-baik?? Apalagi Wan moay masih berada di tangan mereka jikalau sampai pihak mereka mengetahui kejadian ini hari sehingga menggandeng erat diri Wan moay, bukankah hal ini sama halnya aku sudah turun tangan membinasakan diri Wan moay ...?"   Sebenarnya perkataan tersebut diutarakan keluar tanpa ia sadari sendiri, dan selama ini tak berpikir olehnya sampai persoalan tersebut, tetapi setelah diucapkan keluar mendadak ia merasakan hatinya seperti digodam dengan martil besar, kepalanya terasa pening matanya berkunang-kunang, hampir hampir ia jadi semaput saking cemasnya.   "Aduuuuh celaka, aduuuuh celaka ..."   Teriaknya kalang kabut.   "Adik Tou! Kau sudah mendatangkan bencana buat si gadis cantik pengangon kambing,"   Ketika itulah Pouw Jien Coei yang baru saja tiba di pantai pasir emas sudah berteriak kaget setelah melihat kejadian tersebut.   "Lalu sekarang bagaimana seharusnya aku berbuat??"   Keringat dingin mulai mengucur membasahi seluruh tubuh pemuda tersebut, nada ucapannya pun kedengaran nada gemetar."   Mendadak suatu pikiran bagus berkelebat di dalam benaknya, tak tertahan lagi ia berteriak keras.   "Bajingan-bajingan perkumpulan Sin Beng Kauw sudah terlalu banyak melakukan kejahatan, jangan sekali kali melepaskan seorangpun di antara mereka sehingga berhasil meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup-hidup, seluruhnya tangkap hidup mereka!"   Selesai berkata ia lantas serahkan badan Lie Siauw Ie yang berada di kempitan tangan kirinya ke tangan Pouw Jien Coei sang gadis berbaju hitam ini.   "Enci Jien Coei!"   Katanya halus.   "Cepat ajak Giok jie dan bawa enci Ie menuju ke kota Peng Tzuan, tetapi jangan berdiam lagi di rumah penginapan semula. Aku akan pergi membersihkan dulu perahu-perahu orang perkumpulan Sin Beng Kauw yang masih bergerak di tengah telaga Auw Hay!"   Selesai berkata laksana terbang saja ia melayang menuju telaga Auw Hay, kemudian dengan ilmu meringankan tubuhnya yang amat sempurna melayang di atas permukaan air untuk melakukan pemeriksaan.   Setiap bertemu dengan perahu ia tanyai jelas dulu asal- usulnya, bilamana mereka berasal dari perkumpulan Sin Beng Kauw maka sekali hantam perahu tersebut ditenggelamkan ke dasar telaga dan sedikit pun tidak meninggalkan jejak yang mencurigakan.   Auw Hay walaupun mengunakan nama Samudra tetapi luasnya tidak lebih hanya mirip dengan sebuah telaga.   Kurang lebih dua jam kemudian Liem Tou sudah mengitari seluruh telaga Auw Hay untuk melakukan pembersihan, boleh dikata pada saat ini sudah tak terdapat sebuah perahu milik perkumpulan Sin Beng Kauw pun yang lolos dari pemeriksaannya.   Sewaktu ia kembali lagi ke pantai pasir emas, seluruh anggota dari perkumpulan Sin beng Kauw telah diikat kencang-kencang, tak seorang pun yang terkecuali.   Auw Hay Ong yang melihat munculnya Liem Tou di tempat itu segera pentang mulut lebar-lebar tertawa terbahak-bahak.   "Haaa..haaa..haa..pada mulanya aku anggap pihak perkumpulan Sin Beng Kauw benar-benar memiliki kekuatan untuk mendobrak sungai menumpahkan air samudra, tidak disangka mereka semua tidak lebih hanya manusia gentong nasi belaka, di tanganmu boleh dikata mereka mirip rumput- rumput liar yang tumbuh di atas permukaan tanah."   Dalam hati Liem Tou pada saat ini hanya terus menerus menguatirkan bila perkumpulan Sin Beng Kauw menerima kabar bahwa pecundangnya orang-orang mereka di pantai pasir emas kali ini adalah tercipta karena tangannya, mendengar perkataan tersebut ia tertawa dingin tiada hentinya.   "Heee.. heee ..si tua she Ciang, untuk sementara waktu lebih baik kau orang jangan bicara besar dulu,"   Tegurnya dengan nada yang amat dingin.   "Perkumpulan Sin Beng Kauw bisa merajai seluruh dunia Kang ouw bahkan menguasai pula hampir seluruh daerah yang ada di daratan Tionggoan, sudah tentu dari pihak mereka memiliki suatu senjata yarg sangat lihay, cukup dengan peristiwa yang baru saja terjadi, sudah cukup dianggap suatu kejadian besar, anak buah dari partai Kiem Tien paymu pun sudah banyak yang menemui ajalnya maupun terluka, jika lain kali mereka melancarkan serangan kembali, aku takut kau si tua she Ciang tak bakal sanggup menahan datangnya serangan mereka itu!"   Pada hari biasa Auw Hay Ong memang terlalu mementingkan mencari kesenangan diri sendiri daripada memperhatikan mutu serta kelihayan dari ilmu silat para anak buahnya.   Mendengar perkataan tersebut, air mukanya kontan saja berubah jadi merah padam kemudian perlahan-lahan berubah jadi pucat pasi.   Untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun.   "Hey orang tua she Ciang, aku ingin bertanya kepadamu,"   Sambung Liem Tou lebih lanjut.   "Pernahkah kau orang merasakan kelihayan dari ilmu pedang hitam yang berada di tangan Boe Beng Tok-su itu Kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw?? Bukannya aku Liem Tou terlalu meniup/besarkan urusan orang lain, terus terang saja aku beritahu kepadamu, dari pihak Partai pasir Emas kecuali kau seorang yang mungkin berhasil menahan serangannya selama beberapa waktu, aku rasa tak seorang pun di antara anak buahmu yang bisa menandingi dirinya."   Padahal apa yang dikatakan Liem Tou barusan bahwa Auw Hay Ong bisa bertahan beberapa waktu pun tidak lain dikarenakan ia ingin meninggalkan sedikit muka buat si orang tua tersebut, sehingga sengaja ia mengucapkan kata-kata begitu.   Perkataan tersebut dasarnya memang bukan omong kosong belaka, dalam hati Auw Hay Ong sendiri pun sudah paham.   Perlahan-lahan paras muka Auw Hay Ong yang sudah berubah jadi pucat kini berubah jadi hijau membesi.   "Liem Tou!"   Teriaknya gusar.   "Apa kau kira pihak Sah Kiem Than kami tak sanggup untuk menahan suatu penyerbuan mereka??"   Tetapi, walaupun wajahnya menunjukkan dalam hati lagi gusar dan wajah dikerutkan kencang-kencang, tetapi dari keningnya keringat mengucur terus dengan amat derasnya.   Sekali pandang saja Liem Tou lantas tahu bila orang tua itu sengaja hendak memperlihatkan kekerasan hatinya, karena itu sambil tertawa tawar ia melirik sekejap ke arahnya.   Mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.   "Apa kau sungguh-sungguh mengira dari pihak pantai Sah Kiem Than kami benar-benar tak ada manusia yang becus??"   Kembali Auw Hay Ong berseru ketika dilihatnya Liem Tou sama sekali tidak menjawab. Melihat sikap si orang tua yang tak mau tahu kekuatan sendiri akhirnya Liem Tou sendiri pun tak dapat menahan sabar lagi.   "Jikalau di dalam pantai Sah Kiem Than kalian benar-benar bersembunyi macan dan memelihara naga, kenapa kalian bisa membiarkan orang-orang dari perkumpulan Sin Beng Kauw menyerbu masuk hingga ke dalam istana Kiem Tien kalian??"   Ejeknya dingin. Beberapa patah perkataan dari Liem Tou barusan ini benar- benar mirip sebilah pedang tajam yang langsung menusuk ke ulu hati Auw Hay Ong, seluruh badannya kelihatan gemetar sangat keras.   "Liem Tou!"   Mendadak bentaknya marah.   "Tidak malu kau disebut seorang lelaki sejati, perkataanmu benar-benar sangat tajam !"   Sambil putar badan telapak tangannya laksana sambaran kilat mengirim satu pukulan dahsyat menghajar tubuh seorang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang berdiri di dekatnya sehingga terpental sejauh tiga kaki lebih dan menemui ajalnya seketika itu juga.   Diikuti telapak kirinya segera diputar lalu diayunkan ke depan siap membabat mati lagi orang kedua.   Mendadak Liem Tou menerjang maju satu langkah ke depan, kelima jarinya dengan kencang mencengkeram pergelangan tangan Kirinya.   "Hey si tua she Ciang, melakukan pembunuhan terhadap seorang manusia yang sama sekali tak bertenaga untuk melawan apakah merupakan suatu tindakan dari seorang lelaki sejati??"   Tegurnya ketus. Sembari berkata tangannya diayun ke belakang sehingga membuat tubuh Auw Hay Ong tak kuasa bardiri tegak lagi dan mundur beberapa langkah ke belakang dengan sempoyongan.   "Liem Tou! kau ingin berbuat apa??"   Teriaknya gusar.   "Melarang kau berbuat tindakan pengecut yang sangat memalukan ini, kalau tidak..."   Teriak pemuda itu pula dengan nada marah.   "Kalau tidak, kau ingin berbuat apa???"   Potong Auw Hay Ong tidak menanti perkataannya selesai. Dari sepasang mata Liem Tou memancar cahaya berkilat, ia menyapu sekejap ke arahnya.   "Kalau tidak..Hmm!l Enci Ie sudah lolos dari cengkeramanmu, aku pun tidak perlu ikut serta mencampuri urusanmu. Kematian orang-orang perkumpulan Sin Beng Kauw di atas pantai Sah Kiem Than kalian. Apakah itu merupakan dendam maupun sakit hati aku rasa Boe Beng Tok Su bisa datang sendiri kemari untuk membikin perhitungan dengan kau Ouw Hay Ong Ciang Cau yang namanya sudah terkenal di seluruh kolong langit!"   Mendengar ejekan tersebut saking khekinya sepasang mata Auw Hay Ong membalik ia jadi mendongkol dan tak dapat mengucapkau sepatah kat apun, tetapi salah satu dari keempat orang anak muridnya yang berdiri di samping sudah menyambung.   "Kematian serta terlukanya orang-orang perkumpulan Sin Beng Kauw di atas Pantai Sah Kiem Than semuanya tidak lain adalah hasil ciptaan kau orang, bagaimana mungkin sekarang kau ingin melepaskan diri dari tanggung jawab ini? Jangan dikata kami semua melihat kejadian ini dengan mata kepala sendiri sekalipun anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang belum menemui ajalnyapun bisa mendengar bahwa perbuatan ini tidak lain dilakukan oleh kau Liem Tou sebagai seorang jagoan Bu lim yang paling terkenal di kolong langit pada saat ini. Apalagi dari pihak kami partai Kiem Tien Pay pun tidak memiliki bukti-bukti yang tak bisa dipungkiri ?"   Perkataan ini terang-terangan sedang menjatuhkan seluruh tanggung jawab dari pihak partai Kiem Tien Pay ke atas tubuh Liem Tou, tindakan ini benar-benar sangat telengas.   Liem Tou rada melengak juga dibuatnya, setelah termenung beberapa saat lamanya akhirnya ia tertawa dingin, tetapi paras muka pun perlahan-lahan berubah rada halus dan ramah.   "Ehmmm . tidak malu kau disebut anak murid kesayangan dari partai Kiem Tien Pay,"   Katanya perlahan.   "Maaf ... maaf ... ! Tetapi aku ingin menanyakan satu hal kepadamu. coba kau nilai kepandaian silat siapa yang jauh lebih tinggi antara Boe Beng Tok su dengan cayhe...??"   Begitu ucapan tersebut selesai diucapkan air mukanya mendadak berubah jadi dingin kaku membuat setiap orang merasa rada jeri.   Seluruh anggota Kiem Tien Pay dari Auw Hay Ong sampai tingkat yang tertawa setelah mendengar perkataan itu pada merasakan hatinya tergetar keras, air muka mereka pun pada saat yang bersamaan berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat.   Liem Tou mendengus dingin, kembali ujarnya dengan nada yang sangat dingin.   "Kau berani!?"   "Heee ... heee ... heee ... di dalam pandangan kalian mungkin akan menganggap partai Sah Kiem Than sebagai sarang naga gua harimau tetapi di mataku sama sekali tidak berharga. Terus terang aku beritahu kepada kalian kecuali aku Liem Tou seorang tak akan ada orang yang bisa menguasahi diri Boe Beng Tok su lagi. Jika demikian kalian tidak ingin orang-orang perkumpulan Sin Beng Kauw menguasai daerah sekitar tempat kekuasaan kalian, maka kamu semua harus mendengarkan syaratku."   "Pertama seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang tertawan ini hari dilarang dilepaskan barang seorang pun, tetapi dilarang pula melukai mereka. Kedua, cepat- cepatlah menutup seluruh hubungan antara daerah ini dengan daerah-daerah lain di seluruh daratan Tionggoan sehingga berita ini tidak sampai bocor. Ketiga, seluruh anggota Partai Kiem Tien Pay harus dikerahkan untuk menggeledah dan menangkapi seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang masih tersisa di sekitar daerah Cian Tian ini. Keempat, seluruh perbuatan dari aku Liem Tou pada ini hari di pantai Sah Kiem Than bilamana sampai terbocor di tempat luaran maka aku akan mencari kalian orang-orang dari partai Kiem Tien Pay untuk ambil alih tanggung jawab ini."   Selesai berkata ia lantas enjotkan badannya mencelat setinggi sepuluh kaki tengah udara, sembari bersalto pemuda itu menjura dari tengah udara.   "Ciang Loo Tauw Ci, lakukanlah seluruh perintahku! Kalau tidak maka kalian tak tertolong lagi,"   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Teriaknya.   Ketika kakinya menginjak permukaan tanah kembali ia lantas berkelebat ke depan dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sempurna.   Tampaklah bayangan hijau berkelebat, tahu-tahu Liem Tou sudah berada sepuluh kaki jauhnya dari tempat semula kemudian lenyap tak berbekas di balik pepohonan yang lebat.   Lama sekali Auw Hay Ong berdiri termangu-mangu, akhirnya ia menghela napas panjang dan melakukan seluruh pekerjaan sesuai dengan apa yang diperintahkan Liem Tou.   Sepeninggalnya Liem Tou dari pantai Sah Kiem Than, karena selalu teringat akan keselamatan Lie Siauw Ie buru- buru ia berkelebat menuju ke kota Peng Cho.   Ia tahu Pouw Jien Coei adalah seorang yang cermat dan sangat hati-hati di dalam setiap tindakannya, ia pasti mendengarkan seluruh nasehatnya untuk berpindah ke rumah penginapan yang lain.   Ia mengambil keputusan ini pada mulanya tidak lain ingin menghindarkan diri dari pengamatan orang orang perkumpulan Sin Beng Kauw, tetapi ketika teringat bahwa Giok jie membawa serta kerbaunya hal ini bagaimanapun masih sangat menyolok, maka dalam hati ia mulai merasa bila tindakannya ini hanya membuang waktu dan tenaga saja.   Teringat akan persoalan tersebut, hatinya terasa semakin cemas, tidak perduli lagi pada waktu itu masih siang hari dengan cepat pemuda tersebut berkelebat dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya menuju ke kota Peng cho.   Setiapkali ia bertemu dengan orang tentu tanyanya.   "Apakah kau sudah melihat seorang gadis penunggang kerbau besar lewati tempat ini?"    Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini