Ceritasilat Novel Online

Raja Silat 50


Raja Silat Karya Chin Hung Bagian 50


Raja Silat Karya dari Chin Hung   "Tak ada orang yang bisa menolong ? tak ada orang yang bisa menolong ?"   Air muka Liem Tou makin lama berubah semakin hebat, ia menunduk dan melirik sekejap kebawah.   Waktu itu Oei Poh menggeletak diatas tanah dengan badan terkulai tampak pundak kiri serta lutut kanannya masing masing tertancap sebatang anak panah pendek yang berwarna hitam pekat, tidak aneh kalau ia susah meloloskan diri dari bokongan lawan pertama sekali ditengah malam buta yang gelap.   Setelah memandang sekejap orang itu, mendadak dari dasar hati Liem Tou muncul suatu perasaan gusar yang susah dibendung, tapi sekalipun hatinya marah diatas wajahnya malah sangat tenang.   Ia berhasil menguasai perasaan sendiri.   "Hmm ! Kauwcu, bila Oei-heng sampai mati. tahukah kau harus membayar berapa besar untuk menggantikan selembar jiwanya ?"   Tegurnya dingin. Beberapa patah kata itu diucapkan lambat-lambat. Sedang Boe Beng Tok-su tidak segera menjawab. Sepasang matanya dengan memancarkan cahaya penuh keragu-raguan melototi pemuda itu.   "Bagaimana ? Kau pun ingin mencari jalan kematian buat dirimu sendiri ?"   Tegurnya.   "Ia datang untuk mencari Pouw Sauw Ling, tapi kalian mengandalkan jumlah orang yang lebih banyak untuk membokong dan melukai dirinya dengan anak panah gelap. Sun Tji Si. coba kau pikir dapatkah aku mengampunimu?"   "Heee, heee, heee"   Boe Beng Tok-su tertawa dingin tiada hentinya.   "'Bila kau tidak suka mengampuni orang, lalu mau apa?"   Kegusaran yang berkobar dalam dada Liem Tou telah mencapai pada puncaknya, seketika itu juga air mukanya berubah membesi, badannya pun maju tiga langkah kedepan.   "Asalkan Oei-heng terjadi sesuatu hal, pertama-tama kaulah yang akan kutangkap dulu uktuk dimintai pertanggung jawabannya."   Teriaknya penuh kegusaran. Boe Beng Tok-su tetap berdiri ditempat semula, sedikitpun tak bergerak sedang sepasang matanya melototi Liem Tou tajam-tajam.   "Aku rasa tidak akan semudah itu!"   Pada saat itu anak buah perkumpulan Sin Beng Kauw yang ada diempat penjuru telah meletakkan bambu hitam yang ada ditangannya kedepan mulut, sedang moncong tabung diarahkan ketubuh Liem Tou.   Perlahan-lahan Liem Tou menyapu sekejap suasana disekelilingnya, hatinya berpikir ;   "Hanya mengandalkan tabung tiupan hitammu lantas dikira bisa melukai diriKu? Hm sungguh suatu impian bagus disiang hari bolong. Biar aku bereskan dulu kauwcunya kemudian seorangpun diantara kalian jangan harap bisa lolos dari tanganku !"   Sekalipun begitu pikirannya masih bingung juga dalam mengatur keselamatan Oei Pah yang sedang menderita luka.   Bila semisalnya waktu itu Oei Poh tidak luka, mungkin sekali Boe Bang Tok-su telah roboh binasa dibawah hajaran telapak tangannya.   Selagi ia berpikir keras dan putar otak mendadak sesosok bayangan hijau berkelebat lewat dari atas batok kepala Sin Beng Kouw yang mengurung seluruh kalangan itu.   Dari tengah udara tiba-tiba muncul Siauw Giok Tjing yang agaknya sudah memahami keadaan serba susah dari Liem Tou.   Begitu berjumpa dengan pemuda she Liem kendati wajahnya diliputi kegusaran tapi nada suaranya tidak ketus.   "Serahkan Oei Poh kepadaku dan kau boleh turun sesuka hatimu, sekalipun anak panah beracun dari tabung hitam itu sangat lihay, bukannya tidak bisa dipunahkan sama siekali, Liem Tou kesemuanya ini kaulah yang salah jika ia betul-betul mati, hmm! Kau tunggu saja permainan bagus segera akan menyusul datang."   Melihat munculnya Siauw Giok Tjing disana bagaikan menemui tuan penolong, Liem Tou segera serahkan tubuh Oei Poh ketangannya sedang itu mulut mengomel tiada hentinya.   "Dia sendiri yang tidak tahu diri, Tjing moay! Kenapa kau malah salahkan diriku ?"   Setelah Siauw Giok Tjing menerima tubuh Oei Poh, dengan gemas ia pelototi pemuda itu sekejap, teriaKnya;   "Apabila bukan kau yang membakar hatinya, mana mungkin dia suka berbuat gegabah tanpa berpikir panjang. Kau yang membuat hatinya tertusuk, membuat hatinya terharu. Sekarang aku tidak ada banyak waktu untuK banyak bicara, baik-baiklah kau gebah bangsat-bangsat itu!"   Ketiba itu Boe Beng Tok-su yang melihat Siauw Giok Tjing sama sekali tidak memandang sebelah matapun kepadanya, dalam hati merasa sangat mendongkol.   Akhirnya setelah dipandang lebih cermat, ia baru mengenali gadis yang ada dihadapannya bukan lain adalah sang gadis yang pernah bergebrak melawan Boen Ing sewaktu ada di gunung Tjing Shia tempo dulu.   Permainan pedang Leng Beng Kiam nya benar-benar mengagumkan.   bahkan kelihaiannya tidak berada dibawah permainan pedang hitam sendiri yang telah menggetarkan dunia rimba persilatan.   Setelah Siauw Giok Tjing menyelesaikan kata-katanya ia putar tubuh siap meninggalkan tempat itu.   Tiba-tiba Boe Beng Tok-su membentak keras ;   "Nona tunggu dulu! Apa gunanya kau bawa serta si bangsat cilik she Oei itu ?"   "Heee, heee, heee; soal ini kau tak usah turut campur."   Desis si gadis.   "Urusan yang menyangkut lembah Boe Beng Kok, mungkin orang lain tidak tahu, apa kau kira aku pun tidak paham. Heee, heee, obat pemunah dari racun panah dari tabung itu bisa didapatkan dengan sangat mudah disekitar lembah, kau kira aku orang bodoh ?"   Mendengar perkataan tersebut Boe Beng Tok-su jadi tertegun, sepasang matanya memancarkan cahaya kebuasan. sekali loncat ia mendekati tubuh Siauw Giok Tjing hingga jarak lima langkah.   "Siapa yang beritahu perkataan ini kepada mu?"   Bentaknya dingin.   "Siapa yang beritahu kepadaku?"   Hmm! apa kau kira obat pemunah racun ular berekor gepeng hanya kau seorang yang tahu?"   Seru Siauw Giok Tjing sambil tertawa dingin dan menyapu sekejap kearahnya.   "Kalau tabung hitam tersebut kau gunakan disuatu tempat yang ribuan li jauhnya dari sini mungkin susah untuk dayakan obat pemunah tersebuL tapi dalam lembah Boe Beng Kok ini, jangan harap kau bisa menyusahkan orang lain."   Bicara sampai disitu mendadak ia membentak nyaring.   "Apa yang kau tunggu lagi? kenapa kau tidak beri hajaran kepadanya ?"   Mendengar Oei Poh bisa ditolong semangat Liem Tou segera bangkit kembali. sekali enjotkan badan ia melayang kehadapan Boe Beng Tok-su sedang telapak tangannya dengan disertai hawa pukulan yang maha dahsyat membabat keluar.   "Malam ini kita harus bertanding untuk menentukan kepandaian siapa diantara kita yang paling tinggi,"   Bentaknya.   Sekali meloncat Boe Beng Tok-su mundur beberapa tombak kebelakang, ia mendengus dingin sambil meloloskan pedang hitamnya.   Kiranya ia tahu dengan kepandaian silat yang dimiliki tidak mungkin berhasil menangkan diri Liem Tou.   oleh sebab itu ia loloskan senjatanya sembari mengawasi pihak lawan.   Melihat tindakan Sang Kauwcu dari Sin Beng Kauw ini, Liem Tou tertawa tergelak.   "Hahahahaha... .masih saja kepandaian kaki tiga yang tak berguna, aku Liem Tou sudah beberapa kali mendapat petunjuk dari kepandaianmu ini."   Baru saja ia menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba serentetan cahaya putih menyambar datang mengiringi suara bentakan dari Siauw Giok Tjing.   "Liem Tou. terima pedang Lam Beng Kiam ini! gunakan senjata tersebut untuk membasmi seluruh anggota Sin Beng Kauw yang telah kenyang melakukan perbuatan keji.   "Tjing moay boleh berlega hati!"   Sahut Liem Tou seraya menerima lemparan pedang tersebut dan digetarkan membentuk bunga pedang.   "Malam ini juga mereka harus merasakan kelihayan pedangku, perkumpulan Sin Beng Kauw hanya ada sampai detik ini, besok pagi perkumpulan ini harus musnah dipermukaan bumi ini."   Siauw Giok Tjing mengangguk, dengan sekuat tenaga ditariknya badan Oei Poh yang lemas ketengah lalu dibawa lari dari sana.   Beberapa orang anggota Sin beng Kauw yang melihat gadis itu hendak bergerak maju untuk menghadang.   Siapa nyana pada saat itulah mendadak Liem Tou berteriak keras, pedang ditangan kanannya dengan membentuk serentetan cahaya panjang menggulung kearah depan, sedang tangan kirinya mengirim sebuah pukulan dahsyat menghajar anggota-anggota Sin Beng Kauw yang sedang menghadang perjalanan Siauw Giok Tjing.   Dibawah gulungan angin pukulan serta sambaran cahaya pedang berpuluh orang anggota Sin Beng Kauw menjerit ngeri dan roboh binasa keatas tanah.   Dalam sekejap mata delapan orang lelaki yang mencekal tabung hitam sudah roboh binasa, sedang mereka yang terluka menggeletak.   diatas tanah diiringi rintihan lemah.   Darah segar muncrat memenuhi seluruh lantai, suasana sangat mengerikan sekali.   Sebagian besar perkumpulan Sin Bang Kauw adalah jago- jago yang belum pernah mengenal dunia luar.   hanya beberapa gelintir saja yang betul-betul berpengalaman luas.   Begitu Liem Tou turun tangan dan membinasakan delapan orang sisanya jadi pecah nyali dan bubar melarikan diri terbirit-birit.   Setelah meninjau keadaan situasi, Liem Tou menganggap dengan kejadian ini maka dalam hati kecil Boe Beng Tok-su akan timbul timbul perasaan rendah diri dan tidak percaya pada kekuatan dirinya lagi.   waktu itulah dia akan jauh lebih mudah untuk dilenyapkan dari muka bumi.   Setelah berpikir panjang, ia bersuit nyaring.   Pedang Lam Beng Kiam ditangannya bermain semakin kencang sehingga cahaya pedang berkilauan memenuhi angkasa.   Dalam sekejap mata, batok kepala anggota Sin Beng Kauw bergelindingan memenuhi permukaan tanah.   Tadi, ia membinasakan anggota-anggota Sin Beng Kauw karena mereka hendak melepaskan panah beracun ke arah Siauw Giok Tjing, tapi kali ini tindakannya betul-betul merupakan suatu pembunuhan secara besar-besaran.   suasana jadi makin mengerikan lagi Melihat keganasan pemuda itu, para anggota Sin Beng Kauw hanya merasa gemas karena tak dapat melarikan diri cepat- cepat.   Melihat tujuannya telah tercapai; Liem Tou segera putar badan menghadap Boe Beng Tok-su.   Waktu itu sang Kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw masih berdiri tak berkutik di tempat semula.   sedang sinar mukanya makin lama berubah makin buas.   Melihat perubahan tersebut pemuda she Liem segera mengetahui.   rasa bencinya yang membakar dihatinya telah mencapai pada puncaknya.   Liem Tou tidak berani berlaku gegabah lagi, seluruh perhatiannya dipusatkan menjadi satu siap menerima datangnya serangan dahsyat, karena ia tahu kelihayan ilmu silat yang dimiliki Boe Beng Tok-su telah mencapai tarap yang susah dibayangkan lagi.   Kendati begitu ia berlagak pilon, seraya tertawa terbahak- bahak serunya.   "Kauwcu! kau turun tanganlah, aku sudah menunggu tak sabar lagi! bagaimana kalau kita bertanding dahulu dalam hal kepandaian pedang karena sesuai dengan keadaan inilah ke pandaianmu yang paling utama, apa yang kau takuti lagi ?". Boe Beng Tok-su teleh melototi dirinya, mulut membungkam tapi langkah kakinya perlahan-lahan bergeser kemuka. Angin bertiup lewat dari arah barat, langkah Boe Beng Tok- su pun selangkah demi selangkah bergeser ke barat. Liem Tou yang berdiri saling berhadapan dengan sang kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw. melihat ia geserkan kakinya untuk mempertahankan posisi semula terpaksa ia pun bergeser pula mengikuti arahnya yang benar. Pada waktu itulah mendadak terdengar si gadis cantik pengangon kambing berteriak ;   "Engkoh Liem, apakah kau menemui kesulitan ? Bagaimana kalau aku membantu dirimu?"   Air muka Boe Beng Tok-su berubah hebat. mendadak ia buka suara.   "Kau berhasil menolong keluar budak itu?"   "Ooo, kau merasa keheranan ?"   Jengeknya Liem Tou tertawa.   "Apa kau kira hanya air terjun beracun saja berhasil menghadang perjalananku ?"   "Liem Tou ! Kau jangan harap bisa keluar dari lembah ini dalam keadaan hidup-hidup.'' Ujung baju kiri dikebut kedepan, pedang hitam ditangan kanannya dengan meninggalkan serentetan cahaya pedang seluas beberapa tombak mengurung datang, tubuh Liem Tou kontan terbungkus dalam bayangan pedang yang tebal sehingga tak sebuah lubang pun yang tersedia. Liem Tou pun ikut menggetarkan tangannya. pedang Lam Beng Kiam laksana seekor nagalincah bergerak melindungi seluruh badan. Tapi ketika itulah mendadak tercium olehnya segulungan bau wangi yang sangat aneh sekali, kepalanya langsung jadi pening, tak kuasa lagi hatinya jadi sangat terperanjat. Saat inilah ia baru tahu mengapa Boe Beng Tok-su menggeserkan diri mengikuti tiupan angin, kiranya sebelum melancarkan serangan pedang ujung baju kirinya telah meninggalkan permainan setan. Seluruh pernapasan sepera dihentikan, lalu perlahan-lahan mendesak keluar sisa bau harum yang menyerang badannya tadi. Kendati begitu, tanpa ia sadari permainan pedang Lam Beng Kiamnya jadi sedikit lambat. seketika itu juga ia merasa dari ujung pedang Boe Beng Tok-su menggulung datang suatu hawa tekanan yang datangnya dari empat penjuru. ia kena dipaksa berada dibawah angin dan terdesak pada pesisi yang tidak menguntungkan. Sejak Liem Tou mempelajari ilmu silat menurut ajaran kitab pusaka To Kong Pit Liok, kecuali sewaktu berada digunung Tjing Shia adalah dia sendiri yang tak mau turun tangan, siapa yang bisa mengalahkan dia orang? karena hawa gusar memuncak dan berkobar dalam rongga dadanya, permainan pedang Lam Beng Kiam pun semakin diperkeras, hawa pedang mengembung mencapai pada puncaknya.   "Traaang...dua pedang bentrok menjadi satu menimbulkan suara yang tajam dan melengking bagaikan pekikan naga auman harimau. tubuh kedua orang itu sama- sama bergetar sangat keras. Tapi pada saat itulah mendadak muncul berapa SOSOK bayangan manusia laksana sambaran kilat menggerakkan pedangnya menyambut datangnya serangan Liem Tou. Sedangkan Boe Beng Tok-su menggunakan kesempusan itu meloncat ketempat persembunyian si gadis cantik pengangon kambing. Berbareng dengan kesemuanya ini, suara suitan nyaring berkumandang memenuhi angkasa. Liem Tou menjadi gelisah, mendadak bentaknya keras ;   "Kalian mau cari mati!!"   Permainan pedarg Lan Beng Kiamm semakin diperketat, hawa pedang memenuhi angkasa. Sedangkan telapak kiri Liem Tou pun dengan menggunakan hawa pukulan penuh dihantamkan kearah keempat orang anggota muda Sin Beng Kauw yang membokong datang.   "Bluuuk ! Biuuuk !"   Terdengar suara gedebukan yang keras, keempat orang itu bersama-sama dipukul mencelat sejauh tiga tombak oleh hajaran telapak Liem Tou.   Tanpa perdulikan mati hidup empat orang itu lagi, Liem Tou mengempos napas meloncat sepuluh tombak kesamping dimana sigadis cantik pengangon kambing menyembunyikan diri.   Siapa nyana disebabkan gemborannya tadi serta mengempos napas barusan.   hawa racun yang telah bersarang dalam dadanya segera menyebar keseluruh badan lalu merasuk kedalam urat-urat nadi diseluruh tubuhnya, kepala terasa pening dada menjadi mual.   Diam-diam Liem Tou menjadi terperanjat, buru-buru ia salurkan bawa murninya untuk mempertahankan kobaran racun dalam dadanya, ia tidak berlaku gegabah lagi, pikirnya.   "Walaupun kepandaian silat yang dimilik Boe Beng Tok-su sangat lihay, belum tentu ia berhasil mencelakai si gadis cantik pengangon kambing dalam sekejap mata. Berpikir akan hal tersebut, langkahnya pun rada sedikit terlambat. Justeru karena keterlambatan inilah ketika ia tiba disana si gadis cantik pengangon kambing telah menderita kerugian. Tampak rambut gadis itu awut-awutan tak karuan. pakaian bagian dadanya kena tersambar robek oleh pedang hitam Boe Bang Tok-su sehingga kelihatan sepasang bukitnya yang putih bersih bagaikan salju menonjol keluar. Dengan rasa malu yang menghebat, gadis itu menangis terisak. Kendati begitu selangkah demi selangkah ia mundur tiada hentinya berusaha meloloskan diri dari teteran pedang hitam Boe Beng Tok-su yang gencar dan dahsyat bagaikan sambaran angin taupan. Pertama sekali permainan pedang hitam dari Boe Beng Tok-su benar-benar hebat bagaikan seekor naga sakti yang mengurung seluruh tubuh sigadis cantik pengangon kambing. Setiap jurus serangan merupakan serangan yang gencar dan telengas, arah yang dituju pun jalan darah jalan darah kematian. Agaknya Boe Beng Tok-su ada maksud mengakhiri jiwa si gadis cantik pengangon kambing sampai disitu saja. Melihat peristiwa tersebut, saking gusar dan mendongkolnya seluruh tubuh Liem Tou gemetar keras, dadanya seperti mau meledak rasanya. Pedang Lan Beng Kiam dengan cepat diangkat lalu tanpa menimbulkan sedikit suarapun menusuk badan Boe Beng Tok-su. Pada saat yang bersamaan ujung pedang dari Boe Beng Tok-su telah berada kurang lebih tiga cun didepan dada gadis cantik penganon kambing, keadaannya betul-betul kritis dan sangat berbahaya. Sekalipun ia ikut merasa ujung pedang Liem Tou telah berada tiga cun dibelakang punggungnya tapi kini dia nekad. tidak menghindar maupun mengelit serangannya dilanjutkan menusuk ulu hati gadis pengangon kambing. Dalam posisi Boe Beng Tok-su berniat mengadu jiwa, Liem Tou menjadi kelabakan dan ketakutan sendiri. Semisal saat ini ia berhasil membinasakan Boe Beng Tok-su dibawah tusukan pedangnya, tapi si gadis cantik pengangon kambing pun harus mengiringi dengan selembar jiwanya, ini tidak menguntungkan posisinya. Terutama sekali bila gadis cantik pengangon kambing benar-benar mati, maka peristiwa ini akan meninggalkan luka yang dalam hatinya. Liem Tou menjadi tertegun dan tak bisa berkutik, ia hanya memandang pihak lawan dengan termangu-mangu. Mendadak...."Kau berani!"   Bentak seseorang dari atas kepala. Diikuti menggulung datangnya suatu hawa pantulan yang maha dahsyat. Sekalipun Boe Beng Tok-su tidak suka membatalken serangannya itu. tapi tersapu oleh datangnya angin pukulan badanpun ikut menyingkir kesamping.   "Sreeet!"   Ujung pedang menyambar lewat dari sisi lengan gadis cantik pengangon kambing membuat darah mengucur keluar dengan derasnya.   hati Liem Tou tergetar keras, ujung pedang didorong keluar dengan menimbulkan suara desiran tajam.   Kepandaian silat yang dimiliki Boe Beng Tok-su benar-benar luar biasa hebatnya, sewaktu merasakan datangnya tusukan dari belakang mendadak badannya berkerut lalu meloncat selangkah kedepan.   Dengan demikian maka tusukan dari Liem Tou pun mengenai sasaran yang kosong.   Sekalipun begitu angin pukulan yang menyambar datang dari tengah udara dengan telak bersarang ditubuh Boe Beng Tok- su.   Kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw ini mendengus berat, berturut-turut badannya mundur tujuh delapan langkah kebelakang tapi tidak roboh.   Kelihatannya sekalipun ia terluka tapi luka yang diderita tidak berat.   "Sreet !"   Diikuti Oei Poh pun melayang turun keatas tanah. Melihat hal itu Liem Tou berseru tertahan.   "Ouw .... Oei- heng ! Sungguh cepat luka racunmu jadi sembuh kembali."   Kembali Oei Poh menjejakkan kakinya ke atas tanah.   kemudian tanpa menimbulkan sedikit suarapun melayang pergi dari situ.   Bayangan manusia bercampur dengan hembusan angin pukulan bagaikan kilat menubruk tubuh Boe Beng Tok-su.   Disebelah sini karena Oei Poh telah menolong gadis cantik pengangon kambing.   Liem Tou merasa amat berterima kasih sekali.   Melihat gadis itu masih berdiri termangu-mangu ditempat semula dengan dadanya menonjol keluar, dengan cepat Liem Tou berebut kemuka seraya memaki diri sendiri.   "Aaah! Adik Wan! Kesemuanya ini akulah yang salah. Akulah yang menyusahkan Wan-moay! Cepat betulkan pakaian dadamu yang terobek besar,"   Kena disadarkan oleh Liem Tou, gadis cantik pengangon kambing baru merasakan bukit fenus sendiri telah menonjol keluar tertiup angin gunung, tak kuasa ia menjerit tertahan.   Dengan wajah jengah buru-buru menutupi dada sendiri dengan sepasang tangannya.   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Liem Tou pun segera melepaskan pakaian pengemisnya yang robek dan dekil itu untuk dikenakan pada tubuh gadis cantik pengangon kambing, dengan demikian ia sendiri malah setengah telanjang.   "Wan moay,"   Hibur Liem Tou dengan nada perlahan.   "Kau sudah dibikin kaget, sekarang kenakanlah pakaianku ini, mari kita bersama-sama membasmi kawanan bajingan itu hingga kocar-kacir !"   Lama sekali gadis cantik pengangon kambing berdiam diri, beberapa saat kemudian baru ujarnya ;   "Tidak kusangka kepandaian silat kauwcu ini sangat luar biasa, sejak aku mempelajari ilmu silat dari kitab pusaka Toa Loo Tjin Keng belum pernah mengalami kekalahan total macam begini. Sungguh memalukan sekali."   "Tidak! Wan moay tidak boleh terlalu memandang rendah diri sendiri, kesemuanya ini disebabkan pedang hitamnya sangat tajam, bila bertanding sungguh-sunpguh dengan mengandalkan kepandaian yang asli belum tentu Wan-moay bisa dikalahkan olehnya."   Beberapa patah kata tersebut jelas diutarakan dengan maksud menghibur gadis tersebut, tidak aneh gadis cantik pengangon kambing pun bisa merasakannya. Ia tetap menggeleng.   "Tidak ! Lebih baik kita keluar dari lembah ini terlebih dulu. Bagaimanapun markas perkumpulan Sin Beng Kauw tak akan lari, buat apa kita cemasnya disatu saat ?"   Secara tiba-tiba Liem Tou pun teringat dengan hawa racun yang terhisap masuk Ke badan dan kini bersarang kerongga dada, untung sekaii yang kena dihisap tidak banyak sehingga tidak sampai membuat dia orang roboh tidak sadarkan diri- Teringat hal tersebut.   dalam hatipun segera mengambil keputusan untuk keluar dulu dari lembah dan besok malam balik kembaii.   Mananti sekali lagi ia mendongak dilihatnya Oei Poh masih ditengah udara siap menerjang kearah Boe Beng Tok-su.   Sedangkan sang Kauwcu dari Sin Beng Kauw duduk bersila ditanah.   Mata terpejam.   badan tak bergerak.   Jika ditinjau dari keadaannya seperti lagi menyembuhkan lukanya.   Setiap kali Oei Poh menerjang kebawah, pedangnya segera diangkat keatas memunahkan datangnya serangan tersebut.   Seluruh gerakan ini dilakukan Boe Beng Tok-su sekenanya, ia sama sekali tidak pandang sebelah mata pun terhadap diri Oei Poh.   Sekali pandang Liem Tou dapat melihat tenaga lweekang yang dimiliki Oei Poh masih terpaut sangat jauh jika dibandingkan dengan tenaga lweekangnya.   Kini ia berhasil merebut posisi yang menguntungkan tidak lain karena mengandalkan gerakan tubuh dari Heng San Pay yang telah lama musnah.   Bila demikian terus menerus, jikalau tiba-tiba Boe Beng Tok-su meloncat bangun dan dari posisi bertahan menjadi posisi menyerang, kemungkinan besar Oei Poh akan menderita kerugian yang sangat besar.   "Oei-heng taban!"   Buru-buru Liem Tou berteriak.   "Untuk sementara kita undurkan diri terlebih dulu dari lembah ini, kita tak perlu takut ia sampai melarikan diri, kecuali dia orang sudah tidak ingin memangku jabatan sebagai Sin Beng Kauw Kauwcu lagi kalau tidak ia tak akan melarikan diri dari tempat ini Jilid-50 Anggota Sin Beng Kauw dipotong lidahnya. Sekali LAGI OEI POH BERPUTAR satu lingkaran kemudian melayang turun keatas tanah, Tapi pada saat itulah Boe Beng Tok Su membentak keras kemudian meluncur kedepan, pedang hitam berputar meninggalkan serentetan cahaya tajam berhawa dingin mengurung seluruh tubuh Oei Poh. Agaknya ia sudah sangat membenci dirinya sehingga kepingin dalam sekali tebasan membinasakan orang itu, Jaraknya dengan Oei Poh pada dasarnya memang sangat dekat. jarak mereka tidak lebih dari lima depa. oleh sebab itu serangan yang datangnya amat dahsyat ini jauh diluar dugaan Liem Tou. Cahaya pedang mengurung seluruh batok kepala. saking terkejutnya keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuh Oei Poh. Dengan miringkan kepala ia buang badannya kesamping, kendati begitu pundak kirinya terasa berdesir diikuti rasa linu dan sakit menyerang hingga merasup ke tulang sumsum. Untung sekali reaksi dari Liem Tou sangat cepat, di iringi suara bentakan keras telapak tangannya diayun kedepan melancarkan satu pukulan dahsyat. Sesaat ujung pedang hitam dari Boe beng Tok-su bersarang ditubuh Oei Poh merupakan saat yang bersamaan pula dengan datangnya sambaran angin pukulan dari Lim Tou. Karena masing-masing pihak tidak mau mengalah, maka pundak kiri Oei Poh tertembus oleh tusukan pedang Hitam sang kauwcu tersebut sedangkan Boe Beig Tok-su sendiri sulit lolos dari sambaran angin pukulan Liem Tou.   "Braaak. .!"   Bersama-sama dengan pedangnya, tubuh Boe Beng Tok-su mencelat kebelakang tersapu oleh hembusan angin tajam tadi kemudian menggelinding dua tombak jauhnya, setelah itu dengan sempoyongan bangun berdiri dan melototi Liem Tou penuh kegusaran.   Darah segar muncrat tiada hentinya dari mulut, seluruh tubuh gemetar keras menahan sakit dibadan.   Melihat keadaan Sun Tji Si yang mengenaskan ini.   timbullah rasa iba dihati Liem Tou, ia tertawa dingin.   "Heee hee heee ..malam ini aku ampuni selembar jiwamu, kecuali besok pagi-pagi kau umumkan untuk membubarkan perkumpulan Sin Beng Kauw dan sejak ini mengasingkan diri dari dunia keramaian, melepaskan kejahatan kembali kejalan yang benar ..Hmm. .! Besok malam aku akan berkunjung kembali. Sampai waktu menyesal pun tak sempat lagi."   Dengan gunakan pedang hitam sebagai pengganti tongkat Boe Beng Tok-su berusaha mempertahankan diri jangan sampai jatuh, tapi ia tak berbicara.   Ketika itu dari empat penjuru muncul berpuluh-puluh orang anggota Sin Beng kauw, sedang selembar air muka Boe Beng Tok-su berubah dingin, kaku dan pucat pasi bagaikan mayat.   setelah menyapu sekejap anak buahnya ia meringis buas.   Mendadak ...   Agaknya ia telah mengambil keputusan dihatinya, dari bibirnya meluncurlah kata-kata yang dingin dan ketus.   "Baiklah Liem Tou! Sejak kini dalam dunia kang-ouw ada kau tak ada aku ada aku tak ada kau, besok malam kunantikan kedatanganmu!"   Semula Liem Tou tertegun, akhirnya menghela napas panjang.   "Sun Tji Si memandang diatas wajah susiokku Touw Hong sekali lagi kunasehati dirimu berpikirlah tiga kali sebelum mengambil keputusan didalam hati! Asalkan dari lubuk hatimu timbul rasa menyesal aku Liem Tou tentu akan membuka satu jalan hidup untukmu". Boe Beng Tok-su mendengus dingin, ia putar badan dan berlalu dengan sempoyongan Sedang anggota-anggota perkumpulan Sin Beng kauw lainnya mungkin sudah peroleh tanda rahasia, mereka tidak mendesak lebih dekat lagi. mereka hanya menyebar di empat penjuru sembari mengawasi gerak-gerik beberapa orang itu. Kemudian dalam beberapa saat lagi seluruh lembah Boe Beng Kok jadi sunyi senyap tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun. Dalam pada itu, Siauw Giok Tjing sudah balik kembali dengan membawa seikat tumbuh-tumbuhan, sewaktu melihat gadis cantik pengangon kambing sedang membalutkan luka yang diderita Oei Poh, alisnya langsung dikerutkan rapat- rapat.   "Kenapa dia orang sampai terluka??"   Tegurnya kepada Liem Tou yang berdiri disisi kalangan.   "Aaai.. ia kena tertusuk sekali oleh Kauwcu!"   "Parah sekali lukanya??"   Desak Siauw Giok Tjing lebih lanjut dengan hati agak gemas, Mendengar nada suaranya yang ketus. Liem Tou segera mengerti gadis itu kembali menumpukkan seluruh kesalahan ini, tak kuasa lagi ia melirik sekejap kearahnya.   "Pundaknya kena ditusuk tembus!"   Sepasang alis Siauw Giok Tjing berkerut, setelah melototi sekejap diri pemuda she Liem ia mendengus berat-berat.   "Tjing moay kelihatannya kau sedang mendongkol dan marah kepadaku, apa sebabnya kau berbuat demikian kepadaku?"   Seru Liem Tou setelah berpikir sejenak.   "Kenapa harus ditanyakan kepadaku, tanyalah pada dirimu sendiri ?"   Liem Tou semakin kebingungan lagi, belum sempat ia mendesak lebih lanjut Siauw Giok Tjing telah berjalan kesisi gadis cantik pengangon kambing dan menepuk-nepuk pundaknya.   "Wan-moay terima kasih kau sudah repot-repot membalutkan luka yang diderita Oei-heng. bagaimana dengan lukamu sendiri ?"   Sejak semula Gadis cantik pengangon kambing sudah melihat akan kedatangan Siauw Giok Tjing hanya disebabkan ia melihat gadis itu lagi marah-marah dengan Liem Tou maka iapun tidak menyapa terlebih dulu.   Kini setelah mendengar perkataan tersebut ia lantas mendongak dan tertawa, sambil mencekal sepasang tangan Siauw Giok Tjing serunya berulang kali .   "Oouw ..enci Tjing, baru ini hari aku bisa berjumpa dengan dirimu, selama satu tahun ini setiap hari kau melindungi diriku, aku merasa sangat berterima kasih!"   "Aaakh! Buat apa kita bicarakan persoalan ini?!? diantara kita sudah saling terikat sebagai kawan karib, persoalan apa lagi yang perlu dibicarakan? Eei. .bagaimana dengan luka Oei- heng??"   "Aaakh ..! masih baikkan untung sekali tak sampai lukai tulangnya, asalkan beberapa hari beristirahat, lukanya akan sembuh dengan sendirinya. Aaaii! jika bukan enci yang turun tangan menolong mungkin saat ini aku sudah menemui ajal di tangan Boe Beng Tok-su.. ."   "Aaaakh!"   Siauw Giok Tjing berseru tertahan. ia lantas menoleh dan memandang sekejap wajah Liem Tou.   "Aku tidak paham apakah ia sungguh-sungguh tak bisa menahan serangan dari Boe Beng Tok-su??? tadi aku masih mergira ia bercinta-cintaan saja dengan dirimu sehingga menyebabkan Oei-heng terluka ditangan Boe Beng Tok-su karena itu aku sangat mendongkol terhadapnya, Tidak kusangka kaupun baru saja lolos dari mara bahaya!"   "Boe beng Tok-su melakukan perbuatan ini tanpa memperdulikan jiwa sendiri ini membuktikan seberapa kejadiannya watak orang itu, tapi sekarang ia menderita luka dalam yang tidak ringan."   Kata sigadis cantik pengangon kambing.   Siauw Giok Tjing mengangguk, setelah dilihatnya sigadis cantik pengangon kambing telah selesai membalutkan luka pedang Oei Poh, ujarnya lagi- "Sekarang waktu sudah menunjukkan kentongan keempat lebih sedikit.   satu jam lagi hari sudah terang tanah, lebih baik kita keluar lembah untuk beristirahat dulu satu hari kemudian besok malam datang kembali! bagaimanapun juga malam ini kita telah berhasil menolong Wan-moay lolos dari mara bahaya, sekalipun cemas juga tiada berguna".   Seraya mengucapkan kata-kata itu Siauw Giok Tjing melirik sekejap kearah Liem Tou mendadak ia tertawa.   "Liem-heng"   Menurut pandanganmu benar tidak??"   "Baiklah!"   Ketika dilihatnya wajah gadis itu berubah jadi kelam kembali, Liem Tou mengannguk.   "Kita kekedai untuk beristirahat dahulu satu hari penuh."   Tapi sebentar kemudian ia sudah berkata lagi.   "Demikian saja,lebih baik kalian berangkat selangkah terlebih dahulu, aku masih ingin menggunakan kesempatan ini untuk menguji pertahan-pertahanan baru yang dibangun perkumpulan Sin Beng Kauw untuk menghadapi pihak lawan, seperti halnya dengan "Naga berpekik Bangau berteriak", serta "Harimau mengaum Monyet menjerit"   Macam-macam alat rahasia, aku ingin mengetahui sampai dimanakah kelihayan alat-alat tersebut!"   "Aku rasa kau tak perlu melakukannya!"   Potong Gadis she Siauw dengan cepat.   "Selama setahun ini aku sudah melakukan penyelidikan yang sangat jelas terhadap persoalan yang menyangkut perkumpulan Boe Beng Kauw, terutama sekali alat-alat rahasia itu baru dibangun setelah aku tiba di Tjiong Lay. Coba pikir. didalam satu tahun yang pendek ternyata mereka dapat membuat alat rahasia sebanyak ini, hal ini jelas menunjukkan bahwa alat-alat tersebut sama sekali tidak bagus ataupun sempurna, dengan andalkan tenaga sinkang yang kau miliki rasanya tidak sulit untuk menjebolkannya,"   Liem Tou mengangguk, keinginannya itupun dibatalkan dengan begitu saja tanpa bamnak ribut-ribut lagi.   Demikianlah keempat orang itu bersama-sama meninggalkan lembah kembali kekedai kecil yang ditumpangi Siauw Giok Tjing selama ini.   Didalam kedai kecil itu Siauw Giok Tjing sudah menumpang hampir mendekati setahun lamanya, selama ini ia menyaru sebagai seorang nona desa yang bekerja membantu dikedai itu sebagai pelayan.   Kebanyakan jago-jago kelas dua.   kelas tiga dari perkumpulan Sin Beng Kauw tak ada yang tahu siapakah nona desa ini bahkan sipemilik kedai itu sendiripun tidak mengetahui dengan jelas.   Tetapi sekembalinya Siauw Giok Tjing barusan dengan membawa serta Liem Tou dan sigadis cantik pengangon kambing, terutama sekali Oei Poh yang terluka dan dikenali sebagai bajingan berkaki kayu oleh anggota Sin Beng Kauw, maka asal usul gadis itu tak bisa dipertahankan lagi, sipemilik kedai dengan badan gemetar wajah pucat berdiri tertegun.   Apalagi melihat dandanan Lien Tou yang bertelanjang badan bagian atasnya serta si gadas c ntik pengangon kambing yang memakai pakaian pengemis, akhirnya sipemilik kedai jatuhkan diri berlutut dihadapan orang-orang itu.   "Ooouw . ..! Aku mohon sukalah kalian berbuat baik, lebih baik pindah saja kekedai lain, jikalau mereka tahu aku memberi kesempatan kepada kalian untuk menginap seluruh keluargaku akan dibunuh dan dihabiskan ..."   Melihat sipemilik kedai berlutut buru-buru Siauw Giok membangunkan dirinya dari atas tanah.   "Disini aku sudah berdiam selama satu tahun, berkat kebaikan budi kalian hatiku merasa sangat berterima kasih sekali, aku rasa tidaklah mungkin sekarang malah sebaliknya mencelakai dirimu sekeluarga! Terus terang aku beritahu kepadamu, perduli kalian ingin tetap berdiam disini atau tidak, yang jelas daganganmu tak bisa diteruskan lagi."   "Ooouw ..sungguh ? Tapi . kenapa?"   Seru sipemilik kedai seketika itu hingga berdiri melongo dengan mata terbelalak.   "Perkumpulan Sin Beng Kauw sudah hancur berantakan dan anggotanya kocar-kacir, siapa yang mau datang kemari lagi?"   Sipemilik kedai mengedipkan matanya beberapa kali me mndang beberapa orang itu dengan sinar mata penuh curiga tiba-tiba ujarnya.   "Ucapanmu ini aku rada sedikit tidak percaya, siapa yang memiliki kekuatan sebegitu besar dapat menghancurkan perkumpulan Sin Beng Kauw ..."   "Soal ini kau tidak usah ikut campur,"   Siauw Giok Tjing tertawa manis.   "Pokoknya aku tak akan mencelakai ataupun merugikan dirimu, besok pagi kau boleh mulai membenahi barang-barangmu dan siap meninggalkan tempat ini, karena disini sudah tidak ada dagangan lagi.!"   Bicara sampai disitu ia berpaling kearah Liem Tou serta sigadis cantik pengangon kambing lalu tertawa.   Malamnya mereka suruh pelayan menyediakan arak dan sayur, empat orang bersantap dalam suasana tenang, tak sepatah kata pun meluncur keluar dari mulut masing-masing, hingga detik inilah kesalah pahaman antara Liem Tou dengan Oei Poh dapat dibuat beres.   mereka saling berjabatan tangan dengan penuh kegembiraan.   Mengambil kesempatan itulah Liem Tou mengutarakan maksudnya untuk menghadiahkan tiga laksa tahil perak buat dirinya untuk mendirikan kembali perusahaan pengawalan Tjing Ling Piauw-kiok sehingga dapat memulihkan kembali kecemerlangan serta kejayaan suhunya Tjing Liong To tempo dulu.   Oei Poh yang pada saat ini sudah mengerti akan maksud baik Liem Tou, tidak menampik lagi pemberian tersebut.   Bersamaan itu pula Liem Tou beritahu kepada Siauw Giok Tjing akan kisahnya membinasakan siperempuan Boen Ing, dan terakhir ia mengucapkan terima kasih kepada gadis itu atas hadiahnya selembar daun mati hidup sehingga ia berhasil lolos dari kematian dan kini dapat berkumpul kembali dengan mereka.   Mendengar kesemuanya ini Siauw Giok Tjing hanya menghela napas panjang, tak sepatah katapun yang diucapkan.   Mendadak...   Perlahan-lahan dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.   Melihat gadis tersebut menangis Liem Tou serta Oei Poh bersama-sama dibikin tertegun.   Akhirnya, dasar perasaan wanita jauh lebih halus, buru- buru sigadis cantik pengangon kambing membawa Siauw Giok Tjing menyingkir kesamping.   "Enci Tjing, mengapa secara mendadak kau meleleh air mata??"   Tanyanya lirih.   "Aaakh! tidak mengapa gadis she Siauw itu menggeleng.   "Diantara kita berdua sudah berhubungan erat melebihi saudara sendiri, masih ada rahasia apa yang tak boleh diberitahukan kepadaku?"   Siauw Giok Tjing tetap menggeleng dengan mulut membungkam. Melihat gadis she Siauw tidak juga mau menjawab, tak terasa sigadis cantik pengangon kambing bergumam seorang diri.   "Jikalau enci Ie ada disini keadaannya jauh lebih baik, ia tentu mengetahui rahasia hati enci Tjing". Mendadak dalam hatinya teringat akan sesuatu, pikirnya.   "Apakah mungkin karena itu?? walaupun kelihatannya tidak mirip tetapii mengapa ia berdiam disini selama setahun untuk menjaga diriku?? dahu]u antara aku dengan dia belum bisa dibicarakan punya hubungan erat bahkan kenalpun tidak! Kalau begitu kesemuanya ini ia lakukan demi engkoh Liem!"   Teringat akan hal tersebut seketika itu juga sigadis cantik pengangon kambing jadi paham. tiba-tiba ia tertawa.   "Enci Tjing, sekarang aku sudah tahu rahasia hatimu, bukankah kau sedang memikirkan... ."   Tiba-tiba ia membungkam, kata-kata selanjutnya terasa amat sulit untuk diutarakan keluar Sepasang biji mata Siauw Giok Tjing berputar-putar, melihat gadis itu merandek tak tertahan tanyanya.   "Kenapa???"   "Bukankah kau tidak tega untuk meninggalkan aku??"   Seru gadis cantik pengangon kambing dengan berganti nada.   Pada mulanya Siauw Giok Tjing kelihatan agak kecewa, tetapi mendadak ia mengangguk berulang kali, sembari memeluk tubuh gadis pengangon kambing, meledaklah suara tangisan sekeras-kerasnya.   Tangisannya sangat menyedihkan....Selama satu tahun ini antara gadis cantik Pengangon kambing dengan Siauw Giok Tjing telah memupuk suatu hubungan yang sangat erat, ketika dilihatnya pada saat ini gadis she Siauw menangis dengan sedihnya tanpa dirasa gadis cantik pengangon kambing pun ikut melelehkan air mata.   Hiburnya dengan suara halus.   "Enci Tjing, janganlah menangis lagi rahasia hatimu akan kuusahakan untuk membantu dirimu."   Siauw Giok Tjing tetap menangis sedih.   "Sudahlah enci Tjing jangan menangis lagi!"   Kembali Lie Wan GioK menghibur.   "Hari sudah hampir terang tanah, kita pun harus pergi istirahat untuk kumpulkan tenaga kembali. Coba kau lihat mereka berdua sedang memandang kita dengan mata terbelalak lebar-lebar, jika kita tidak berhenti menangis tentu....akan digoda oleh mereka berdua."   Setelah mendengar ucapan dari si gadis cantik pengangon kambing ini Siauw Giok Tjing baru berhenti menangis dan melirik sekejap kearah kawannya dengan wajah jengah, setelah mengusap kering air matanya beberapa saat ia duduk termenung.   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Mari kita kesana! ajak Lie Wan Giok kemudian setelah sigadis she Siauw tidak menangis lagi.   "Kau tunggu saja, aku tentu akan membantu dirimu"   Ketika kedua orang gadis itu balik lagi kemeja perjamuan, baik Liem Tou maupun Oei Poh dapat melihat jikalau mereka berdua barusan saja menangis.   Sepasang mata Oei Poh dengan mendelong perhatikan wajah Siauw Giok Tjing tiada hentinya, seluruh tubuh kelihatan gemetar keras.   Liem Tou yang menemukan hal itu buru-buru bertanya dengan hati cemas.   "Oei-heng, kenapa kau? Apakah lukamu terasa amat sakit susah ditahan??"   Oei Poh menggeleng, dengan sedih ia tundukan kepalanya rendah-rendah mulut membungkam dalam seribu bahasa.   Walaupun Liem Tou mengulangi kembali pertanyaan itu tidak juga berhasil ia orang memperoleh jawaban yang memuaskan hati, terpaksa kepalanya berpaling kearah sigadis cantik pengangon kambing untuk menanyakan persoalannya.   "Tjing-moay rada baikan bukan? Kenapa tadi ia lelehkan air mata?? Agaknya Oei-heng pun merasa hatinya sedih, apa sebetulnya yang telah terjadi ? Aku sungguh tidak paham, Wan-moay dapatkah kau beritahu urusan ini kepadaku??"   "Pokoknya hatimu sudah paham, perlu apa pura-pura berlaku bodoh ??"   Seru si gadis cantik pengangon kambing sambil mengerling sekejap kearah Liem Tou.   "Kuberitahu kepadamu, jikalau kau berbuat salah kepada orang, maka akupun tak akan perduli dirimu lagi! Enci Tjing, mari kita pergi beristirahat !"   Kedua orang itu bersama-sama bangun berdiri dan masuk kedalam kamar tinggal Siauw Giok Tjing.   Liem Tou yang dikatai demikian oleh Sigadis cantik pengangon kambing otaknya jadi kebingungan tujuh keliling ia tidak mengerti apa maksudnya gadis itu berkata demikian.   Setelah meneguk arak seorang diri, terpaksa uiarnya kepada diri Oei Poh.   "Oei-heng, mari kitapun pergi tidur jangan perduli lagi mereka sedang mempersiapkan permainan setan apapun,"   Oei Poh menggeleng, wajahnya mendadak berubah serius.   "Liem-heng, apakah kau tidak tahu apa sebabnya Tjing moay jadi begini? . .."   "Siapa yang tahu ? ?"   Liem Tou dengan cepat menggeleng.   "Apakah kau tahu ? Hati perempuan bisa berubah dengan seribu macam persoalan, aku tidak punya waktu yang demikian luang untuk meraba maksud hati mereka mereka itu."   "Aaaai . , ! Liem-heng adalah seorang lelaki sejati yang berpendirian lurus, tidak mungkin Kau bisa memiliki maksud jahat mengikuti napsu."   Kata Oei Poh sambil menghela napas panjang.   "Tentang ini aku Oei Poh merasa sangat kagum cuma, bila kau ingin mengetahui rahasia hati gadis itu sebetulnya tidak susah, aku mau bertanya kepadamu antara Hudjienmu sigadis cantik pengangon kambing dengan Tjing- moay pada masa yang lalu apakah pernah berkenalan satu sama lainnya ? ?"   "Mengapa Oei-heng menanyakan persoalan ini?"   Sahut Liem Tou seraya melirik sekejap diri Oei Poh dengan pandangan mata penuh curiga.   "Menurut apa yang aku ketahui, mereka belum pernah saling berkenalan ..."   "ah itulah dia !"   Kata Oei Poh sambil mengangguk sedih.   "Jikalau mereka tidak pernah saling kenal, mengapa Tjing- moay suka menjagakan hujienmu selama satu tahun lebih? Bukankah kejadian ini menyimpang dari kebiasaan? Sekarang seharusnya kau sudah mengerti bukan ...??"   Liem Tou merasakan hatinya tergetar keras, tetapi dengan nada masih belum paham tanyanya kembali;   "Apa yang berhasil aku pahami??"   "Ia suka menjaga Hujienmu selama setahun lamanya tanpa mereka pernah saling kenal mengenal satu sama lain, kesemuanya ini karena dirimu ..."   Seru Oei Poh sambil perlihatkan senyuman getirnya. Tubuh Liem Tou tergetar semakin keras sekarang ia telah paham apa sebenarnva yang telah terjadi wajahnya berubah kenes dan memberat.   "Mana mungkin bisa terjadi peristiwa semacam ini Oei- heng, kau jangan bergurau!"   Walaupun diluaran ia berkata demikian dalam hatinya teringat kembali akan pemandangan sewaktu ia bersama- sama Siauw Giok Tjing menanggung susah bersama-sama didalam ruangan berbatu dalam lembah Mati Hidup, bahkan waktu itu secara terbuka Siauw Giok Tjing telah menyatakan cintanya, sekalipun belum ia terima cinta tersebut tapi waktu itupun belum ia tolak.   Siauw Giok Tjing tak dapat melupakan cintanya hal ini sudah merupakan suatu yang jamak ditubuh sesama manusia, terutama sekali kerelaan berkorban untuk melindungi keselamatan sigadis cantik pengangon kambing selama hampir satu tahun, makin membuat pemuda she Liem ini merasa berterima kasih, disamping memperlihatkan betapa mulia serta sucinya cinta kasih Siauw Giok Cing kepadanya.   Ketika Oei Poh melihat Liem Tou rada tidak gembira.   alisnya segera berkerut, seraya tertawa getirnya.   "Liem-heng, ucapan yang kuutarakan setiap patah kata sesuai dengan kenyataan, bahkan kuutarakan sejujurnya, harap Liem-heng jangan menyia-nyiakan harapan yang datang dari suatu tempat ribuan lie jauhnya dari sini."   Tetapi Liem Tou tetap menggeleng.   "Aku masih tidak mengerti aoa maksud dari ucapanmu ini??? belum pernah aku berpikir sampai disitu. hal ini tak dapat kuterima."   Mendengar jawaban dari Liem Tou ini mendadak air muka Oei Poh yang pada mulanya serius kini berubah memberat, sepasang matanya dengan memancarkan cahaya tajam melototi diri Liem Tou tak berkedip,setengah harian lamanya la membungkam, Akhirnya dengan suara serak bentaknya.   "Liem Tou! ternyara kau adalah seorang manusia rendah yang melupakan budi serta cinta orang. kini aku Oei Poh mewakili Tjing-moay meminang dirimu. mengapa kau tolak pinangan ini? Hm! jika kau tolak lagi permintaanku ini, akan kubunuh dirimu !"   Liem Tou sama sekali tak menyangka Oei Poh bisa bertindak demikian, ia terperanjat dan meloncat bangun seraya melototi Oei Poh dengan pandangan mendelong.   "Oei-heng, kau jangan ikut campur didalam urusan ini."   Serunya capat.   "Apa yang kau andalkan untuk mewakili dirinya meminang diriku ?? apalagi aku sudah punya entji Ie serta Adik Wan, dua orang istri sudah lebih dari cukup, buat apa mencari istri yang ketiga lagi?"   "Aku dengan Tjing-moay boleh dihitung sebagai saudara seperguruan, kenapa aku tidak boleh mewakili dirinya ??"   Dengus Oei Poh dingin.   "Jangan dikata sekarang kau memiliKi dua orang istri, asalkan Tjing-moay mencintai dirimu. sekalipun kau sudah punya sepuluh Orang istripun tetap harus kau terima juga tawaranku ini, Eei ! sekarang kau jawab, mau atau tidak?"   Mendadak Liem Tou mendongak dan tertawa tergelak, suaranya keras menggetarkan seluruh rusngan kedai tersebut.   "Oei-heng, urusan sebesar ini mana boleh dipaksakan!"   Ujarnya sepatah demi sepatah.   Sepesang mata Oei Poh melotot bulat-bulat sehingga hampir boleh dikatakan berapi-api.   Mendadak Liem Tou membentak keras di ikuti bayangan tubuhnya laksana sambaran kilat melayang keluar dengan menerobs melalui jendela.   Seperminum teh kemudian ...   "Braaakk!"   Dari luar jendela terlempar masuk sesosok bajangan tubuh manusia yang berat sehingga membuat meja kursi tergetar keras saking besarnya bantingan itu.   Kemudian disusul munculnya Liem Tou dari belakang.   Ketika Oei Poh melihat diatas badan pemuda she Liem yang telanjang secara samar-samar mengucurken keringat, tak kuasa lagi ia melirik pula kearah orang yang terbanting diatas tanah.   Kiranya orang itu adalah seorang hweesio gundul.   "Bangsat gundul, lihay betul kau! tenaga singkang yang kau miliki tidak berada dibawah Kauwcumu, aku harus baik-baik memerseni dirimu dengan beberapa kali bogem mentah!"   Teriak Liem Tou dengan wajah penuh kegusaran seraya melangkah masuk ke dalam ruangan.   "Oei-heng ! persoalan tadi tidak usah dibicarakan lagi, aku takut bila diteruskan malah kedua belah pihak sama-sama merasa tidak gembira". Oei Poh mendengus dingin, mendadak ia pejamkan matanya tidak menggubris lagi. Melihat pemuda she Oei sudah tidak ribut lagi Liem Tou bangun mencengkeram badan si hweesio yang dibanting keatas tanah tadi.   "Aku mau bertanya kepadamu dan kau harus menjawab dengan sejujurnya, jikalau kau berani bicara setengah patah saja kata-kata bohong Hmm. segera akan kuberikan suatu kematian yang mengerikan bagimu tanpa tempat penguburan yang layak."   Bentaknya keras-keras.   "Ayo cepat jawab apa kedudukanmu didalam perkampungan Sin Beng Kauw??"   Sembari bertanya kakinya laksana kilat melancarkan satu tendangan menghajar tubuh hweesio itu disamping tangan kirinya dengan cepat mengirim dua buah totokan sekaligus.   Hweesio itu kontan muntahkan segumpal riak kental, kendati bisa berbicara badannya tetap tak berkutik.   Terdengar orang itu mendengus berat, lalu melengos dan tidak menjawab.   Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya.   "Ayoh jawab?"   Teriaknya kembali.   "Apa kedudukanmu didalam perkumpulan Sin Beng Kuaw ??"   Hweesio itu tetap tak berkutik.   Melihat orang itu keras kepala Liem Tou segera berjalan menghampri mendadak tangannya cengkeram ketiak orang itu keraskeras' Seluruh tubuh si hweesio gemetar keras, wajahnya yang gemuk merah padam mendadak berubah menjadi pucat pasi bagaikan mayat, keringat dingin sebesar kacang kedelai mengucur dengan derasnya.   Tetapi ia masih tetap menggertak giginya tidak menjawab.   Sejak Liem Tou tersadar diri pingsannya didalam lembah berkabut tempo dulu.   napsu membunuh sudah meliputi wajahnya.   Ia mengetahui bagaimana bahaya serta liciknya dunia persilatan dan semua kejadian tak dapat dibayangkan oleh manusia baik-baik.   Apalagi sihweesio ini sangat keji sekali, ternyata ia membawa sekotak dupa mabok yang terkutuk.   Walaupun demikian jikalau bukan ia menemulan hal ini dengan cepat dan dupa itu keburu dilepaskan maka seluruh penghuni kedai akan keracunan.   Liem Tou mengerti menghadapi manusia semacam ini tak boleh diampuni lagi, tenaga cengkeramannya ditambah dengan satu bagian.   Seluruh wajah hweesio itu dari pucat kini berubah jadi hijau membesi, keempat anggota badannya mulai kaku tak dapat bergerak, siksaan melemaskan tulang memindahkan urat macam begini merupakan suatu penyiksaan yang tak akan tahan oleh siapapun juga.   Akhirnya dengan suara serak serunya.   "Lepaskan dulu diriku, aku akan bicara !"   Liem Tou yang mendengar hweesio itu menyerah, segera lepas tangan.   "Aku adaleh siangcu dari bagian pelaksana hukuman didalam perkumpulan Sin Beng Kauw."   "Hmmm ! Sudah berapa banyak orang yang telah kau bunuh ? ?"   "Tidak ingat !"   "Hmmm ! Membunuh orang tak terhitung banyaknya. ini hari kaupun seharusnya cepat-cepat tinggalkan dunia ini."   Pemuda itu merandek sejenak. setelah berganti napas tambahnya.   "Apa yang hendak dilakukan pihak perkumpulan Sin Beng Kauw menghadapi diriku??"   "Besok kau bakal tahu sendiri!"   Mendadak Liem Tou merasakan racun yang dihisap masuk kedalam dadanya secara lapat-lapat mulai kambuh lagi, ia tidak banyak bicara lagi diangkatnya hweesiO itu keluar dari kedai dan menuju kebawah sebuah bukit seratus tombak jauhnya dari tempat semula, kemudian kepada hweesio itu jengeknya.   "Eeei.. .hweeiio gundul, aku akan hantar kau menuju ketempat terakhirmu!"   Tidak menunggu jawaban dari orang itu lagi telapak tangannya tanpa menimbulkan sedikit suarapun didorong kemuka kemudian Liem Tou putar badan dan tinggalkan tempat itu dengan keadaan tenang.   Kurang lebih seperminum teh kemudian dari luar kedai baru kedengaran suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati menggemparkan seluruh angkasa ditengah malam buta.   Keesokan harinya jenasah hweesio itu baru ditemukan orang menggeletak dengan darah mengalir keluar diri tujuh lubangnya.   Sekembalinya Liem Tou kedalam kedai, si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang baru saja terbangun.   "Apa yang sedang berlangsung?"   "OOOUW..urusan sudah berlalu hanya seorang hweesio yang tak tahu diri datang mencari satori."   Sahut Liem Tou hambar, Selesai berkata tanpa perduli mereka lagi segera duduk bersemedi untuk atur pernapasan.   Ia berusaha mendesak keluar racun yang mengeram ditubuhnya.   Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing tak dapat berbuat apa-apa lagi.   terpaksa mereka kembali kekamar untuk beristirahat.   Malam itu tak terjadi peristiwa lagi, keesokan harinya ketika Liem Tou selesai bersemedi ia merasakan badannya segar luar biasa, Si gadis cantik penganton kambing serta Siauw Giok Tjing yang tidur bersama-sama itu pun muncul kembali dengan gembiranya, mereka bergurau dan tertawa, hanya tinggal Oei Poh seorang duduk membungkam, wajahnya kelihatan amat sedih.   Untuk menghilangkan kekesalan tersebut ia meneguk arak bermabok-mabokan.   Liem Tou pun tidak menggubris dirinya lagi' ia melakukan pekerjaannya sendiri tanpa banyak bicara.   Penduduk disekitar tempat itu tak ada yang tidak kenal sihweesio Siangcu bagian pelaksana hukuman dari Sin Beng Kauw dan rata-rata pada jeri pula terhadap dirinya, setelah menemukan kematiannya dengan tujuh lubang mengucurkan darah hitam mereka baru percaya apabila perkumpulan Sin Beng Kauw benar2 sudah musnah, ketika itulah buru-buru mereka benahi barang siap berlalu.   Ketika siang hari sudah tiba saat Liem Tou sekalian sedang tersantap mendadak seorang anggota Perkumpulan Sin Beng KauW muncul didepan pintu serta angsurkan sebuah sampul surat, diam-diam Liem Tou berpikir dalam hatinya;   "Aiaahh. ! kiranya apa yang diucapkan hweesio gundul itu kemarin bukanlah kata-kata bohong belaka."   Anggota perkumpulan Sin Beng Kauw itu setelah masuk kedalam kedai tanpa mengucapkan sepatah katapun segera angsurkan sampul surat itu ketangan Liem Tou, Ketika pemuda itu membaca isinya ternyata tidak lain hanya merupakan surat tantangan Boe Beng Tok-su kepadanya tiga hari kemudian untuk berjumpa dilembahh Boe Beng Kok.   Setelah membaca surat tersebut Liem Tou tertawa dingin.   kepada anggota Sin Beng Kauw itu seraya berpaling ujarnya.   "Saat ini tentunya kauwtju kalian sudah meninggalkan lembah tempat kediamannya bukan??"   Anggota perkumpulan Sin Beng Kauw itu mengangguk Kembali Liem Tou tertawa dingin.   "Heee... hee... hee... aku berani menduga seratus persen ia pergi mencari bala bantuan, tapi aku tak akan takut siapapun yang dimintai bantuannya ! eeei... tahukah kau kemana ia pergi?"   Anggota Sin Beng Kauw itu menggeleng mendadak mulutnya dipentang lebar-lebar sehingga beberapa orang itu dapat melihat jelas keadaAn yang sebenarnya.   "Oooouw. .. sungguh keji kauwcu kalian...!"   Tak terasa serunya tertahan dengan hati terperanjat. Kiranya lidah anggota Sin Beng Kauw itu sudah dipotong sehingga sudah tentu saja tidak dapat berbicara. Akhirnya Liem Tou menghela napas panjang. ia ulapkan tangannya sambil berkata.   "Kau pulanglah, beritahu pada mereka, perduli siapa yang akan mereka undang, aku Liem Tou sampai waktunya tentu akan datang di tempat yang telah dijanjikan, disamping itu aku perlu beritahu padamu, jikalau kau ingin mempertahankan jiwamu gunakanlah kesempatan ini cepat-cepat tinggalkan lembah Boe Beng Kok !"   Anggota Sin Beng Kauw tersebut meng-angguk2 dan segera berlalu. Tiga hari Kemudian walaupun luka Oei Poh sudah sembuh tapi belum dapat digunakan untuk bertempur, setelah Liem Tou berpikir sebentar akhirnya ia berkata;   "Oei-heng ! Rasanya ditempat ini ada aku. Tjing-moay serta Wan-moay sudah cukup untuk menghadapi anggota Sin Beng Kauw, aku mengusulkan agar untuk sementara kau suka berangkat kegunung Hi MO san di Tjing Shia untuk mencari entji Ie ku dan sampaikan kata-kataku agar ia suka menyerahkan tiga laksa tahil perak kepadamu sebagai biaya pendirian kembali perusahaan Tjing Liong Piauw-kiok bagaimana ?"   Oei Poh lama sekali membungkam. mendadak ia melirik sekejap kearah Siauw Giok Tjing kemudian menoleh lagi kearah Liem Tou.   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Boleh sih boleh"   Sahutnya.   "Tapi apakah kau sudah menyetujui permintaanku ?"   Liem Tou menggeleng. Mendadak air muka Oei Poh berubah hebat, bentaknya keras.   "Liem Tou kau benar-benar seorang yang berhati hitam aku Oei Poh tak bakal sudi menerima uangmu itu!"   Saat ini Liem Tou pun sudah penuh diliputi Oleh hawa gusar. teriaknya penuh kemarahan.   "Oei Poh! kau memaksa orang berbuat sesuatu hal yang tak mungkin. dikolong langit mana ada urusan macam begini??". Bagaikan manusia kelaparan Oei Poh meloncat kedepan sepasang telapak berkelebat berbareng membabat tubuh Liem Tou.    Perintah Maut Karya Buyung Hok Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini