Ceritasilat Novel Online

Raja Silat 54


Raja Silat Karya Chin Hung Bagian 54


Raja Silat Karya dari Chin Hung   "Haaa ...haaa. ,aku kira siapa tidak tahunya ialah Thiat Bok-heng. bagaimana kabar Thiat Bok-heng selama perpisahan kita?"   "Tjiau Thian Kie, siapa yang mengaku saudara dengan kau?? mau bergebrak ayoh cepat turun tangan."   Teriak Thiat Bok Thaysu dengan muka masam.   Liem Tou yang menonton kejadian itu disisi kalangan, dalam anggapannya Tjau Thian Kie pasti tak kuat menahan diri dan diantara mereka tentu terjadi suatu pertarungan yang amat sengit, Siapa sangka Thiau Toa pek malah mendongak tertawa terbahak-bahak.   "Thiat Bok-heng, kau jangan salah sangka, aku bukannya takut dan jeri kepadamu justru karena kedatanganku kemari ada persoalan penting yang tak boleh diulur lagi waktunya. mau bergebrak waktu dikemudian hari masih panjang. cepat kau suruh Kie Hong keluar menjumpai diriku, aku hanya akan memberitahukan sesuatu kepadanya kemudian segera balik kembali...."   "Hmm, Siauwtju kau boleh menemuinya, tapi kau jangan berpikir untuk pulang lagi dari sini." . Sembari berkata tangannya diayun kedepan melemparkan sebuah benda ke tengah udara. Benda tadi dengan meninggalkan suitan nyaring dan meledak diudara. Dalam pada itu Liem Tou telah menyelinap keluar dari bilik perahu, diam-diam merangkap ketepi pantai dan bersembunyi dibalik semak belukar. Terhadap apa yang terjadi antara Thiat Bok thaysu dengan Tjiau Toa pek ia dapat melihatnya dengan sangat jelas. Tak selang beberapa saat setelah tanda pengenal tadi dilempar ketengah udara, di tengah kegelapan muncullah seorang lelaki berjubah biru yang berjalan lambat-lambat dan limbung dengan didampingi seorang perempuan berusia empat atau lima belas tahunan. Sekali memandang Liem Tou segera mengenali orang itu sebagai Tian Pian siauwtju yang didampingi oleh Kiem djie. Sebelum Thian Pian siauwtju tiba ditengah kalangan, ia sudah berseru menegur.   "Thiat Bok-heng, waktu perkawinan tiba, ada urusan apa kau mengirim tanda memanggil aku datang kemari??"   "Siauwtju belum sadar dari maboknya mana mungkin bisa kawin?"   Kata Thiat Bok Taysu sambil tertawa.   "Apalagi malam ini kita telah kedatangan tamu tak diundang. Aku lihat lebih baik siauwtju kerahkan tenaga sinkang untuk paksa keluar arak tersebut dari badan dan persegar dikit pikiranmu. Aku lihat urusan tak akan segampang itu."   "Haah.,.haah.. haah. .siapa yang telah datang kemari,"   Seru Thian Pian siauwcu sambil tertawa tergelak.   "Kebetulan kedatangannya tepat sewaktu pulau kita sedang merayakan hari perkawinanku.". Beberapa patah kata ini membuat Tjiau Thian Kie naik pitam, ia tak dapat mengendalikan hawa gusar yang bergelora dalam dadanya lagi, sekali loncat ia telah berada disisi Thian Pian siauwtju.   "Ke Hong, aku Tjiau Thian Kie datang memberi ucapan selamat kepadamu."   Teriaknya keras-keras.   "Aku lihat kematianmu sudah berada diambang pintu kau masih mengigau!"   Mendengar disebutkannya nama "Tjiau Thian Kie"   Thian pian siauwtju jadi terperanjat badannya buru-buru mundur tiga langkah kebelakang sedang pengaruh arak pun hilang separuh.   Pada saat itu Thiat Bok taysu telah meloncat ke depan dan menghadang dihadapan Tjiau Thian Kie.   Dengan gusar Si orang tua she Tjiau meraung keras.   sepasang telapak bersama-sama bergerak mengancam seluruh bagian tubuh yang berbahaya diatas badan Thiat Bok thaysu, bersamaan itu pula teriaknya keras.   "Ke Hong, aku bunuh mati dulu Thiat Bok sibajingan tua ini kemudian akan mendatangi pulau ini untuk mencari balas. kau disini masih mabok-mabokan sembari mengigau. siapa yang suruh kau kawin lagi? siapakah perempuan itu? ayoh cepat jawab pertanyaanku!"   Diiringi raungan keras, angin pukulan menderu-deru memenuhi seluruh angkasa.   berturut-turut ia mengirim delapan buah serangan sekaligus.   Thiat Bok Thaysu menderita rugi karena kesepuluh jari tangannya telah putus semua, mana ia bisa melancarkan serangan balasan badannya terdesak hebat dan terpaksa harus menggunakan ilmu meringankan tubuh berkelit kekiri menyingkir kekanan, sama mempunyai kekuatan untuk balas melancarkan serangan.   Melihat kejadian itu Thian Pian Siauwtju segera berteriak keras.   "Mertua yang terhormat, kau salah paham, untuk sementara bagaimana kalau mendengar dulu penjelasan menantumu???"   "Sreet! sreet! sreet!"   Kembali Tjiau Toa pek melancarkan tiga buah serangan gencar kemudian baru menarik diri kebelakang.   "Cepat bicara ."teriaknya gusar.   "Aku sudah tidak mengakui kau sebagai menantuku lagi, bilamana bukan memandang diatas wajah Tjioe Leng Tju saat ini sudah kucabut nyawamu."   Entah mengapa sikap Thian Pian Siauwtju terhadap Tjiau Toa pek amat halus dan menurut, hal ini membuat Liem Tou agak mendongkol dan mangkel. Tampak Thian Pian Siauwtju dengan sangat hormat kepada orang tua itu ujarnya.   "Gak-hu Thaydjie jangan keburu marah, dengarlah dulu ucapan menantumu, perempuan itu bukan lain adalah susiok dari Liem Tou dan merupakan anak murid Auw Haa Siang Hiap"   Lok Yong tempo dulu. aku berbuat demikian justru ingin menghukum dirinya sehingga selama hidup ia malu untuk menjumpai orang lagi."   "Omong kosong. apa maksud ucapanmu itu??"   Bukannya mereka hawa amarah Tjiau Toa-pek semakin berkobar. Mau menghukum boleh dibunuh sampai mati, jikalau kau berani menggunakan alasan ini untuk menipu orang . Hmm! jangan salahkan kalau aku tak akan mengampuni dirimu lagi."   Sepasang telapak disilangkan didepan dada, agaknya ia akan melancarkan serangan kearah Thian Pian Siauwtju.   Kiem djie yang berdiri disamping suhunya, melihat sikap pihak lawan dengan sebat ia meloncat kedepan sembari melototi diri orang tua itu dengan pandangan gusar.   Tjiau Toa-pek melihat Kiem djie berani mengacau ditengah jalan, hawa gusar tak bisa dikendalikan lagi.   sepasang lengan ditekan kebawah dengan melancarkan sebuah pukulan yang berat bagaikan gunung thay-san membabat tubuh bocah tersebut.   Kiem diie yang berusia sangat muda sama sekali tidak menunjukan rasa jeri barang sedikitpun juga, ia mengempon napas meloncat kedepan.   agaknya dengan keras lawan keras ia akan menerima datangnya angin pukulan tersebut.   Gerakan kedua belah pihak cepat laksana sambaran kilat, sewaktu telapak masing-masing pihak hampir bertemu mendadak terdengar Thian Pian Siauwtju menjerit ngeri.   "Gak-hu Thaydjien! jangan bunuh bocah itu!"   Braak ..   .! sepasang telapak berbentrok satu sama lain, sekalipun Kiem djie telah memperoleh seluruh warisan dari Thian Pian siauwtju tapi tenaga sinkangnya masih tidak memadahi.   mana ia sanggup menerima datangnya serangan pukulan seorang kenamaan??? terutama sekali pukulan Thiau Thian Kie sebagai sitelapak besi yang amat tersohor??? Walaupun dari bentrokan ini angin pukulan Tjiau Thian Kie sebagian telah tertahan oleh bentrokan tersebut, tapi air muka Kiem djie berubah hebat, badannya mundur beberapa langkah kebelakang dengan sempoyongan dan akhirnya jatuh di dalam pelukan suhunya.   "Kiem djie. kenapa kau?"   Teriak Thian Pian siauwtju penuh rasa kuatir.   Tampak badan Kiem djie gemetar sangat keras.   kesepuluh jarinya bengkok bagaikan pancingan.   sepasang mata terpejam rapat-rapat dan air mukanya dari pucat pasi telah berubah hijau membiru.   Liem Tou yang melihat peristiwa itu diam-diam Herseru dihati.   "Habis,.. habislah sudah! memang hebat sitelapak besi berwajah riang ini !"   Dugaan Liem Tou tidak salah, setelah seluruh urat nadi dan otot Kiem jie berkerut, ia menjerit ngeri lalu muntahkan darah segar. Bersamaan itu pula pemuda cilik ini berteriak.   "Suhu Kiem djie berangkat dulu!" . Akhirnya ia meronta untuk bangun berdiri sepasang matanya melotot bulat-bulat mengawasi wajah Tjiau Thian Kie sedang sepasang telapak tangannya pelahan-lahan diangkat keatas dengan gaya hendak melancarkan serangan tetapi akhirnya ia muntah darah kembali dan badannya roboh keatas tanah binasa ! Dalam pada itu Thian Pian siauwtju sama sekali dibikin tertegun di tempat itu. ia memandang bodoh wajah Tjiau Thian Kie lalu memandang pula jenasah Kiem djie yang menggeletak diatas tanah.   "Siauwtju, kau telah bikin persiapan??"   Mendadak Thiat Bok taysu menegur dingin. Bagaikan kehilangan pikiran Thian Pian Siauwtju berdiri tertegun ditempat itu, ia tidak bergerak maupun bicara.   "Ke Hong!"   Kembali Tjiau Thian Kie berteriak keras.   "Aku hendak beritahu kepadamu Liem Tou segera akan tiba di pulau ini untuk menuntut balas. Perkataan ku telah selesai dan sekarang aku mau pergi."   Sekali lagi Thiat Bok taysu mendengus dingin Pada saat itulah kesadaran Thiat Pian siauwtju telah pulih kembali. Ia mendongak dan tertawa terbahak-bahak.   "Haah , haah..,baah .. Liem Tou mau datang? bagus, bagus sekali. Justru aku ingin menjumpai dirinya! terima kasih atas pemberitahuan Gak-hu untuk membalas budi ini harap kau tunggu sebentar. aku akan pergi dan segera kembali lagi". Habis berkata ia putar badan dan berlalu. Melihat orang itu pergi, Liem Tou merasa agak kaget, pikirnya.   "Hong Susiok ada disimpannya. Apa maksud Ke Hong pergi dari sini?? apakah ia hendak turun tangan jahat terlebih dahulu terhadap diri Hong Susiok??"   Berpikir akan soal itu tentu tanpa banyak cakap lagi ia meluncur keluar dari persembunyian dan bergerak ke depan.   Menanti Tjiau Thian Kie serta Thiat Bok Taysu menemukan adanya manusia yang lewat dari samping mereka, Liem Tou telah berada puluhan tombak jauhnya menguntil di belakang Thian Hian siauwtju.   Tampak Thian Pian sisuwtju dengan langkah lebar berjalan maju kedepan.   menanti tiba diluar sebuah rumah berbatu disisi gunung ia agak merandek, agaknya ia bermaksud masuk kedalam tapi akhirnya ia batalkan maksudnya dan berputar menuju kekaki gunung, Liem Tou mengempos napas menguntil terus dari belakang.   tidak lama kemudian dibawah sorotan sinar rembulan muncullah sebuah bangunan rumah berwarna putih.   Melihat bangunan tersebut tanpa terasa Liem Tou teringat kembali akan ucapan Giok djie yang pernah mengatakan bahwa rumah putih ini kecuali Thian Pian siauwtju seorang tak seorang manusiapun diperkenankan masuk kedalam.   Setelah mantapkan hati Liem Tou berpikir.   "Malam ini aku hendak memasuki rumah berwarna putih ini untuk memeriksa rahasia apakah yang ia sembunyikan disana!"   Pintu bangunan berwarna putih itu terkunci rapat-rapat.   dari dalam sakunya Thian Pian siauwtju mengambil keluar sebuah kunci dan membuka pintu tersebut.   Liem Tou yang mengintip dari tempat kejauhan dapat melihat keadaan di dalam ruangan itu gelap dengan diterangi oleh sebuah lentera berbentuk panjang, suasana amat menyeramkan sehingga membuat bulu kuduk pada bangun berdiri.   Ketika itu Thian Pian siauwtju telah berjalan masuk kedalam, buru-buru Liem Tou mengejar dari belakang dan bersembunyi dibalik pintu kemudian menyelinap masuk kedalam.   Thian Pian siauwtju perlahan-lahan masuk kedalam ruangan dan langsung mendekati sebuah tempat yang tertutup oleh kelambu warna ungu, lampu lentera tergantung tepat diatasnya Melihat benda yang ada dalam ruangan itu hanya terbatas itu-itu saja, Liem Tou jadi keheranan.   Sebuah ruangan kosong macam begini bisa mengandung rahasia apa? ada apa pula maksudnya dalam keadaan seperti ini ia mendatangi tempat ini? Tanpa disadari sinar mata Liem Tou dialihkan keatas kelambu berwarna ungu itu ia merasa apibila Thian Pian Siauwtju mempunyai rahasia yang tidak ingin diketahui orang maka rahasia tersebut pasti berada dibalik kelambu tersebut.   Sedikitpun tidak salah.   Thian Pian Siauwtju menerangkan dulu lentera untuk menerangi seluruh ruangan, wajahnya pada saat ini penuh diliputi kerisauan, suasana hening sunyi dan tak kedengaran sedikit suarapun.   Lama sekali Thian Pian siauwtju berdiri termenung dibawah lampu lentera, agaknya ia sedang memikirkan suatu hal yang memberatkan hatinya.   Lama...lama sekali akhirnya ia berpaling memandang keluar ruangan, buru-buru Liem Tou menyembunjikan diri.   Tapi sepintas lewat itulah ia temukan wajah Thian Pian siauwtju penuh dibasahi dengan air mata.   keadaan ini sungguh diluar dugaan semua orang.   Beberapa saat kemudian Liem Tou dapat melihat Thian Pian siauwtju telah berdiri di depan kain kelambu itu.   Tiba-tiba Liem Tou mencium bau harum yang amat aneh, bau harum itu muncul dari balik ruangan dan terasa sangat aneh, ..Akhirnya Thian Pian siauwtju menyingkap kain kelambu, Liem Tou semakin keheranan lagi melihat pemandangan yang berada dihadapannya.   Ternyata di balik kelembu itu merupakan sebuah pembaringan be warna merah yang berukiran naga serta ourung hong kain sutra yang mewah dan mahal harganya, menutupi hampir seluruh pembaringan.   Liem Tou membelalakan matanya bulat-bulat selagi ia merasa keheranan mendadak terdengar Thian Phian siauwtju menangis ter-isak2.   "Tjioe Ling, aku merasa berdosa terhadap dirimu, malam ini aku hendak antar kau pergi."   Dari atas pembaringan tak terdengar suara jaaban, juga tak nampak seseoraog yang bangun berdiri.   Ketika itulah Liem Tou menemuKan adanya sebuah Hioloo yang mengepulkan asap tebal.   dapat diduga bau harum yang sangat aneh tadi berasal dari asap dupa ini.   Kembali Thian Pian Siauwtju menangis tersedu-sedu.   "Semuanya ini adalah ayahmu yang paksa aku berbuat demikian"   Serunya setengah merengak.   "Sukmamu yang ada diatas tentu tahu bukan tidak lama kemudian aku akan datang menjumpai dirimu. Liem Tou telah datang, aku menyadari dengan kekuatanku tak mungkin dapat menandingi kepandaian silatnya, asal ia turun tangan aku punya maksud tidak membalas. Tapi. , Tjioe Ling! ayahmu kembali membinasakan satu-satunya ahli warisku, dalam keadaan begini aku merasa tidak rela meninggalkan dunia yang penuh dosa ini."   Sembari bergumam ia menyingkap kelambu yang menutupi pembaringan tersebut.   Setelah mendengar serangkaian ucapannya Liem Tou dapat memahami apa sebenarnya yang telah terjadi.   Yang berada diatas pembaringan tentu istrinya.   yaitu putri Tjiau Kie yang ia kawini dengan paksa, tapi sekarang perempuan itu telah menjadi sesosok mayat dan Kematian perempuan itu justru terhajar oleh angin pukulannya.   Bersamaan itu pula Liem Tou mempunyai suatu pandangan yang lain terhadap Thian Pian Siauwtju, ia tidak menyangka sijagoan dari Lautan Timur ini sebenarnya adalah seorang manusia yang dibodohi oleh cinta.   Tanpa disadari lagi Liem Tou berkelebat mesuk kedalam.   geraK geriknya sama sekali tidak meninggalkan sedikit suarapun, Tapi pada saat itu pula setelah Thian Pian Siauwtju membopong tubuh Tjioe Ling dan secara mendadak menemukan Liam Tou telah berdiri dibelakangnya, air muka orang ini langsung berubah hebat.   Tapi Liem Tou sudah punya perhitungam didalam hatinya, tampak ia tersenyum.   "Ke-heng! kau tidak menyangka bukan bahwa aku bisa muncul disini pada saat dan keadaan seperti ini, tapi kau boleh berlega hati. detik ini aku masih tidak ingin mengganggu diri Ke-heng barang seujung rambut pun, kau boleh pergi menyelesaikan pekerjaanmu", Sembari berkata sepasang mata Liem Tou mengerling sekejap wajah sang perempuan yang berada dalam bopong Thian Pian Siauwtju, tampak wajah perempuan itu masih tetap utuh dan bagus seperti semasa hidupnya. tubuh mayat itu tidak kaku dan keadaannya mirip seorang perempuan cantik yang berada dalam impian. kecantikan wajahnya bila dibandingkan dengan kecantikan wajah ke dua orarg istrinya Lie Siauw Ie serta sigadis cantik pengangon kambing maka perempuan ini boleh dikata jauh lebih menarik beberapa kali lipat. Pada saat itulah sekalipun Liem Tou tahu perempuan yang berada didalam bopongan ke Hong hanya mayat belaka, tapi sinar matanya terasa rada berat untuk dialihkan dari atas wajahnya. Selama ini Thian Pian Siauwtju hanya berdiri memandang diri Liem Tou dengan termangu-mangu, ia sama sekali tak berkutik. Akhirnya Liem Tou tersentak kaget. buru-buru ia melengos.   "Ke-heng! besok siang aku akan menyelesaikan urusun kita yang belum selesai. aku rasa seharusnya kau memahami apa yang kuucapkan bukan setahun berselang ketika berada digunung Tjing Shia kau telah mengingkari janji datang mencari balas terhadap diriku, perbuatanmu itu sudah melanggar peraturan Bu-lim yang terbesar." . Thian Pian Siauwtju tetap membungkam dalam seribu bahasa, sembari membopong tubuh Tjioe Ling selangkah demi selangkah ia maju kedepan. Terpaksa Liem Tou ikut mundur kebelakang sehingga akhirnya hampir keluar dari ruangan tersebut. Ketika itulah Thian Pian Siauwtju buka suara, ujarnya;   "Susiokmu berada didalam rumah berbatu didepan sana, kau bawalah pergi! besok siang aku pasti menantikan kedatanganmu". Liem Tou sendiripun tahu dalam keadaan begini Thian Pian Siauwtju tidak ingin banyak berbicara. ia segera mengangguk. Sedikit kakinya menutul permukaan tanah badannya laksana petir menyambar telah berkelebat keluar dari pintu. Pemuda ini tidak menggubris diri Tnian Pian Siauwtju lagi, ia segera menerobos masuk ruangan berbatu itu, suasana amat gelap susah melihat kelima jari tangan sendiri, pemuda she Liem berhasil melatih sepasang matanya dapat melihat ditengah kegelapan. Dalam rumah berbatu terdapat belasan kamar .satu demi satu ia lakuKan pemeriksaan, akhirnya dikamar yang terakhir ia temukan sebuah pembaringan dan diatas pembaringan terlentang siperempuan Tunggal Touw Hong. Saat ini ia hampir telanjang. hanya bagian-bagian terlarang saja yang masih tertutup oleh selapis kain dalam yang tipis dan tembus lihat, sedangkan perempuan itu sendiri berada dalam keadaan tidak sadar. Dengan cermat Liem Tou melakukan pemeriksaan disekitar badannya, segera diketahui olehnya apabila jalan darah tidur perempuan ini telah tertotok. Dengan cepat ia totok bebas jalan darah tersebut kemudian berkata dari luar ruagan.   "Susiok. maaf sutit Liem Tou datang terlambat sehingga mengharuskan susiok lama sekali menjalankan penderitaan. silahkan cepat berpakaian dan kita harus buru-buru meninggalkan tempat itni.".   "Ehmm..."   Dari dalam ruangan terdengar suara sahutan dari si perempuan tunggal Touw Hong.   "Liem Tou, Liem Tou..kau benar-benar adalah Liem Tou? Siauwtju mengatakan bahwa kau sudah mati pada setahun berselang bagaimana kau bisa mengaku dirimu bernama Liem Tou ?"   "Ke Hong sama sekali tidak tahu apabila aku belum mati, hanya hampir saja jiwaku melayang."   "Aaaakh ! kalau begitu kau benar-benar adalah Liem Tou?"   Mendengar ucapan dari si perempuan tunggal Touw Hong, Liem Tou berpikir didalam hatinya.   "Susiok sudah setahun lamanya ditawan di atas pulau ini, jikalau dikatakan menderita seharusnya sudah sangat tersiksa. mengapa terhadap diri Ke Hong ia tak memperlihatkan rasa benci atau menyalahkan ? sungguh aneh urusan ini. Apakah rela dirinya dikawini oleh orang itu?". Karena menjumpai hal-hal yang tidak dipahami ia lantas berkata.   "Susiok, aku pikir selama setahun ini kau tentu amat menderita sekali ?"...   "Masih untung agak baikan. siauwtju tak bermaksud jahat terhadap diriku, iapun belum pernah memperlihatkan tindakan-tindakan yang menyeleweng dari kesopanan, selama ini aku tidak pernah diganggu . .."   "A-akh...! begitu?", saat inilah Liem Tou baru tahu peristiwa yang bakal terjadi nanti malam sama sekali tidak diketahui oleh gadis ini, jikalau malam ini ia tidak keburu datang kemari entah apa yang bakal terjadi besok pagi? Liem Tou pun tidak membocorkan rahasia Thian Pian siauwtju lagi, sambungnya.   "Susiok, cepat kau berpakaian, malam ini kita harus segera meninggalkan tempat ini apalagi ditempat luaran masih ada tontonan bagus yang dapat kita tonton."   Sewaktu ia menyelesaikan kata-katanya, si perempuan tunggal Tauw Hong telah berjalan keluar.   Jilid 54 : Kematian Thian Pian Siauwcu Bersamaan itu pula meraka pun merasa bahwa hidup manusia sebenarnya hampa belaka bagaikan sesosok mayat yangg tertelan di tengah deburan ombak.   semua cinta kasih.   kekayaan, kecemerlangan tersapu bersih oleh gulungan ombak yang sambung menyambung.   Perlahan lahan mayat itu tertelan ombak dan bergerak lambat tenggelam ke dasar lautan, lelenyaplah sudah sudah jenasah seorang perempuan yang memiliki wajah sangat cantik.   Liem Tou menghela napas panjang sepasang telapak tangannya dengan kerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya serta mendorong perahu itu untuk bergerak lebih ke depan.   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tidak selang beberapa saat kemudian perahu telah menepi ketika mereka sudah berada di atas daratan, Ciau Thian Kie yang mendarat paling akhir mendadak melancarkan satu pukulan dahsyat menghajar hancur perahu sampan tersebut.   Sedang ia sendiripun muntahkan darah segar tapi orang tua ini tidak menggubris keadaan dirinya.   Dengan lari kencang ia pulang ke rumah karena hatinya sangat menguatirkan akan keselamatan dari Cioe Leng Cu setelah ditinggalnya sehari semalam.   Liem Tou serta si perempuan tunggal Touw Hong membuntuti dari belakang ikut kembali ke rumah si orang tua itu.   Si gadis cantik pengangon kambing dan Giok jie yang telah menanti kedatangan mereka di luar pagar rumah, sewaktu melihat munculnya beberapa orang ini jadi kegirangan setengah mati.   "Engkoh Liem, kau telah pergi kemana?' teriak si gadis cantik pengangon kambing keras keras. Tapi setelah menjumpai si perempuan tunggal Touw Hong mengikuti di sisi pemuda tersebat. ia jadi tersadar kembali. Aaah! engkoh Liem! kau berhasil menemukan dirinya, kau telah berhasil menolong Hong susiok lolos dari mara bahaya!"   Buru buru ia maju ke depan untuk memberi hormat kepada si perempuan tunggal Touw Hong ini.   "Sudahlah jangan banyak adat'. kita bicara lagi seteiah kembali ke gunung Cin Shia!"   Kata si perempuan tersebut seraya membangunkan sang gadis. Setelah itu ia berpaling ke arah Liem Tou. ujarnya lebih lanjut.   "Liem Tou! aku akan berangkat terlebih dahulu karena hendak kembali dulu ke gunung Go bie kemudian baru pergi ke gunung Cing Shia, kapan kau kembali?" 'Setelah urusan disini selesai kami segera berangkat pulang ke gunung... jawab sang pemuda setelah berpikir sebentar.   "Tapi sewaktu sutit pulang ke gunung mungkin akan berputar dulu untuk mampir sebentar di pantai Sah Kiem Than, paling lambat sepuluh hari kemudian aku pasti sudah tiba di gunung Cing Shia!"   Si perempuan tunggal Touw Hong segera mengangguk setelah mendengar ucapan tersebut.   Pada saat itulah terdengar Ciau Thian Kie berteriak keras "Cioe Ling Cu! kau berada dimana, yaya, telah kembali !".   Ia lari masuk ke dalam ruangan kemudian keluar lagi ke depan seraya berteriak teriak tiada hentinya, tapi belum juga menemukan jejak bocah itu Pada waktu itulah si gadis cantik pengangon kambing berjalan menghampiri Liem Tou dan berbisik lirih.   "Kemarin malam pada kentongan keempat Cioe Ling Cu si bocah tersebut.,.."   Belum habis ia berkata hati Liem Tou sudah terasa tergetar keras. Ia segera sadar apa yang sebenarnya telah terjadi.   "Kau tak usah lanjutkan ucapanmu, bukankah ia kena diculik Boe Beng Tok su?' sambungnya. Si gadis cantik pengangon kambing mengangguk. Air muka Liem Tou berubah membesi. Ia menghela napas panjang panjang.   "Aai.. ternyata Boe beng Toksu belum juga matikan niatnya! aku takut di kemudian hari kembali akan terjadi suatu badai yang menimbulkan banjir darah! aku sudah mulai bosan dengan dendam mendendam balas membalas yang terjadi di dalam dunia persilatan, entah sampai kapan keadaan seperti ini akan berakhir?? . Si perempuan tunggal Touw Hong pun ikut bersedih hati "Bagaimanapun aku telah berjuang sepenuh tenaga demi enciku"   Katanya sambil menghela napas panjang "Jikalau Sun Ci Si tetap tidak sadarkan diri, biarlah ia berbuat sesuka hatinya! Pada suatu hari ia pasti mati tanpa liang kubur.   Selamat tinggal ! aku hendak berangkat dahulu".   Bayangan hitam berkelebat lewat tahu tahu tubuhnya berada sepuluh tombak lebih dari tempat semula.   Liem Tou serta si gadis cantik pengangon kambing buru buru memberi hormat.   "Maaf kami tidak mengantar susiok lebih jauh!". Si perempuan tunggal Touw Hong berpaling memandang sekejap wajab Liem Tou akhirnya ia melengoskan buru buru berlalu. Belum saja bayangan perempuan itu lewat, Ciau Thian Kie telah menerjang datang, kepada si gadis cantik pengangon kambing teriaknya keras.   "Kau bawa kemana Cioe Ling cu ku ? apakah kau perempuan rendah yang mencelakai dirinya?"". Ciau Thian Kie telah kehilangan kesadarannya, ia mulai berteriak dan menerjang datang dengan kalap. Si gadis cantik pengangon kambing yang kena dimaki dalam hati merasa mendongkol bercampur kasihan. Ciao Toa pek!' bentaknya.   "   Apa maksudmu berkata demikian??? kenapa pentang mulut kau lantas menyakiti hati orang? Aku sama sekali tidak mencelaki Cioe Ling Cumu, siapa yang tahu ia telah pergi ke mana'"   Ciau Thian Kie meraung kalap. Badannya berputar kemudian menerjang ke arah dusun kaum nelayan. Sembari berlari teriaknya berulang kali.   "Cioe Ling Cu, yaya telah kembali. kau ada dimana?? Tidak lama kemudian seluruh penduduk dusun nelayan itu sudah tahu akan lenyap nya Cioe Ling Cu, berbondong bondong mereka ikut mencari sehingga suasana jadi gaduh dan gempar. Ketika itulah Liem Tou berkata kepada diri si gadis cantik pengangon kambing.   "Tahukah kau siapa Cioe Ling Cu itu? "Sudah tentu cucu dari Ciau Toa pek!"   "Bukan!"   Sembari tertawa Liem Tou menggeleng.   "Dia adalah cucu luar Ciau Toa pek atau yang jelas bocah tersebut adalah putra dari Thian Pian Siauwcu."   "Aaaah..! ada kejadian seperti ini!' teriaknya sang gadis dengan mata terbelalak. Liem Tou mengangguk.   "   Ayoh kita segera berangkat!' serunya mengajak si gadis cantik pengangon kambing berangkat.   "Kita beritahu dulu kepadanya kemudian segera berangkat menuju pulau Lie Hoa To Thian Pian Siauw cu, Ke Hong sedang menantikan kita di sana! "   Demikianlah mereka bertiga segera berangkat menuju ke dusun kaum nelayan itu, dari kejauhan mereka dapat melihat banyak nelayan yang sedang berkerubung disekeliling Ciau Thian Kie sembari bicara dan berpendapat dengan ramainya.   Ada yang mengatakan pagi itu masih menjumpai Cioe Ling Cu, ada pula yang mengatakan dia seorang diri menuju ke tengah lautan.   Sedangkan Ciau Thian Kie tetep berteriak teriak keras.   Liem Tou segera mendesak maju dari antara kaum nelayan yang sedang berdesak desakan dan menghampiri diri orang tua itu.   "Ciau Toa Pek, kau tak usah pergi mencari Cioe Ling Cu lagi, mungkin sebelum sepuluh tahun ia tak akan kembali!"   "Apa??' teriak Ciau Tnian Kie dengan sepasang mata melotot bulat bulat. Liem Tou, apa kau kata??"   "Terus terang kuberitahu kepadamu! masih ingatkah kau terhadap ucapan yang diutarakan Boe Beng Tok su kepadamu kemarin malam?"   Kata Liem Tou sembari tertawa hambar.   "Ingat. kenapa aku bisa lupa? ia datang karena bermaksud untuk berbuat sesuatu."   "Nah! itulah dia, jikalau kedatangannya karena hendak berbuat sesuatu apakah kau sekarang tidak tahu kemana Cioe Ling cu telah pergi???.."   Seketika Ciau Thian Kie berdiri mematung tak berbicara juga tak berkutik, sepasang matanya terbelalak lebar melototi diri Liem Tou.   Beberapa saat kemudian ia muntah darah segar dan roboh ke atas tanah.   Liem Tou buru buru berkelit dari semburan darah segar yang meluncur ke badan nya sekali bergerak telapak tangannya di tabokan ke atas punggung Ciau Thian Kie.   "Ciau Thian Khie baik baik kusampaikan berita kepadamu apa sebabnya kau malah bersikap demikian terhadap diriku?"   Bentaknya keras.   Gerakan yang dilakukan Liem Tou cepat laksana sambaran kilat, di dalam beberapa kali getaran ia telah menotok beberapa buah jalan darah penting di seluruh tubuh si orang tua itu.   Setelah urat urat peredaran darah menjadi lancar kembali.   Ciau Thian Kie pun sadar dari kalapnya.   Terdengar ia tertawa sedih.   ujarnya .   "Tidak aku sangka kedatangannya justru hendak melakukan pekerjaan ini, ia berani benar membawa lari cucu kesayanganku! Tempo dulu si hwesio tujuh jari Ciet Ci Tauw Tuo berbuat keji melebihi peri kemanusiaan, aku si telapak besi berwajah riang merasa tak senang dengan perbuatannya maka secara diam diam menyelinap pergi tidak disangka ini hari Cioe Ling Cu telah terjatuh ke tangan anak muridnya. apa yang harus kulakukan saat ini''?'' Ia merandek beberapa saat mendadak teriaknya kembali.   "Liem Tou. soal Ke Heng aku tidak mau ikut campur lagi kau boleh menghukum dirinya dengan cara apapun, tapi luka parah yang sedang kuderita kini dapatkah kau sembuhkan?? sekalipun harus menyeberangi lautan luas ataupun menuju ke ujung langitpun aku harus mencari balik diri Cioe Ling Cu'. dapatkah kau bantu diriku untuk kali ini?' Dari sepasang mata Ciau Thian Kie memancar cahaya kebulatan tekadnya, sikap ini muncul dari rasa sayang terhadap cucunya yang tak terkendalikan dan menimbulkan rasa hormat di hati Liem Tou, Dari dalam sakunya ia mengambil ramuan obat berbentuk tali yang tinggal sedikit itu lalu diserankan ke tangan Ciau Thian Kie.   "Telanlah obat ini!' katanya lirih. 'Biasanya seutas saja sudah lebih dari cukup untuk menyembuhkan luka parahmu tidak sam pai tiga hari, Ciau Thian Kie! aku Liem Tou merasa amat kagum terhadap dirimu. jikalau bcrjodoh aku bisa menumpai Cioe Ling Cu, aku Liem Tou pasti akan membantu sampai berhasil Nah! selamat tinggal."   Dengan tangan gemetar Ciau Thian Kie menerima angsuran tali obat itu air mata jatuh bercucuran membasahi kelopak matanya. 'Cing Gouw Thayhiap! terima kasih"   Serunya.   Liem Tou ulapkan tangannya.   bersama sama si gadis cantik pengangon kambing serta Giok jie mereka menuju ke tepi pantai.   dari seorang nelayan mereka pinjam sebuah perahu dan segera berangkat menuju ke lautan bebas.   Setelah perahu berada di tengah lautan Liem Tou serta si gadis cantik pangangon kambing segera menggerakan perahunyu dengan melancarkan pukulan pukulan kosong ke atas permukaan air sehingga perahu dapat bergerak lebih cepat lagi.   'Wan moay! sekarang aku baru merasa kasihan terhadap nasib Thian Pian Siauwcu' kata sang pemuda lirih.   "Ooooow .. jadi kau simpatik terhadap dirinya"   Seru si gadis cantik pengangon kambing sambil mengerling sekejap kearahnya.   "Aku sendiri juga tak tahu hatiku sebenarnya menaruh rasa simpatik kepadanya atau tidak, henya aku merasa amat kasihan atas nasibnya yang begitu buruk coba kau pikir salah tidak caraku berpikir??? " '"Tidak. sama sekali tidak lucu dan perlu ditertawakan. Ayahku mati di tangannya dan sekarang kau malah menaruh simpatik terhadap dirinya, bukannya lucu aku malah merasa sedikit takut!"   Agaknya Liem Tou benar benar ada maksud untuk menaklukan perasaan hati gadis ini. ia merasa sebenarnya Thian Pian siauwcu adalah seorang yang romantis dan baik hati.   "Ia mengasingkan diri di sebuah pulau yang sunyi dan terpencil di tengah lautan untuk hidup bersama istri dan berkawan dengan burung burung elang sehingga akhirnya ia pandai berbicara dengan binatang peliharaannya, Selama itu belum pernah ia melakukan perbuatan jahat. Tapi sejak ia kesalahan membunuh mati istrinya dan bentrok dengan sang mertua Si telapak besi berwajah riang Ciau Thian Kie wataknya jadi berubah hebat. Tindak tanduknya jadi kukoay dan mengikuti perasaan sendiri, kendati begitu tidak banyak kejahatan yang telah ia lakukan. Menurut pendapat Liem Tou, Thian Pian Siauwcu bisa berbuat demikian justru karena tekanan batinnya yang begitu menghebat sehingga tanpa disadari telah mengubah watak asalnya."   Liem Tou yang melihat sikap si gadis cantik pengangon kambing amat tegas tak terasa ia menghela napas panjang "Wan moay, maafkan diriku. Aku tidak seharusnya punya pikiran demikian' katanya dengan nada minta maaf"   Dengan ucapan ini bukankah urusan jadi lebih baik, sebaliknya si gadis cantik pengangon kambing dibikin makin terperanjat. Air mukanya berubah serius.   "Engkoh Liem kau benar benar bermasud menaruh simpatik terhadap dirinya??' kenapa secara mendadak kau bisa punya pikirkan demikian? jikalau kau sudah punya pikiran demikian mengapa pada mulanya kau mengusulkan diriku untuk datang mencari dia ?"   Liem Tou jatuhkan diri berbaring keatas perahu.   Dia memandang ke angkasa.   Lama sekali ia berpikir kemudian baru katanya.   Wan moay tahukah kau bahwa kemarin malam dengan mengikuti diri Ciau Toa pek aku telah mengunjungi pulau Lie Hoa To, saat itulah aku baru memahami watak Tian Pian siauwcu dahulu aku hanya memandang dari perbuatan perbuatan jahatnya tapi kemarin aku dapat melihat pula hal hal yang mulia dan bajik dari perbuatannya.   Terutama cinta kasih terhadap isterinya.   aku rasa di kolong langit sukar untuk mencari orang kedua macam dirinya".   Demikianlah, Liem Tou lantas menceritakan seluruh kejadian yang telah dialami kemarin malam, akhirnya sewaktu ia menceritakan secara bagaimana Thian Pian Siauwcu melempar mayat istrinya ke tangan Ciau Thian Kie seraya melancarkan serangan.   si gadis cantik pengangon kambing tak dapat menahan lelehnya air mata membasahi pipi.   Buru buru ia menggelengkan kepalanya berulang kali "Aku berharap kau jangan melanjutkan kembali kata katamu.   kematian ayahku di tangannya adalah suatu peristiwa nyata.   Ia tidak menepati janji sendiri dan diam diam menyelinap ke dalam gunung Cing Shia sehingga mengakibatkan hampir hampir saja kau mati juga merupakan suatu peristiwa yang nyata.   Hong susiok dikurung selama setahun lamanya bahkan terakhir kali ia masih punya maksud jelek terhadap dirinya kejadian ini juga nyata.   Terhadap manusia macam begini dapatkah kau mengampuni jiwanya?"   Liem Tou dipaksa membungkam dalam seribu bahasa setelab gelagapan beberapa waktu ia berkata lirih.   "Akupun merasa tidak seharusnya punya pikiran demikian maka dari itu aku minta maaf terhadap diri Wan moay"   Selamanya si gidis cantik pengangon kambing belum pernah marah, tapi kali ini ia agak sedikit naik pitam. Sembari putar badan mengirim dua babatan kosong teriaknya keras.   "Terhadap urusan lain kau hendak bicara secara bagaimanapun aku pasti akan menuruti dirimu, tapi dendam berdarah sedalam lautan ini tak bisa mengubah jalan pikiranku!"   Liem Tou tahu si gadis cantik pengangon kambing benar benar telah marah. terpaksa ia memobon dengan suara lirih.   "Wan moay kau jangan marah! baiklah! aku pasti akan membiarkan kau membalas dendam dengan tanganmu sendiri!' Setelah mendengar ucapan itu si gadis cantik pengangon kambing baru tidak bersuara lagi, sepasang telapak secara beriring mengirim pukulan kosong ke atas permukaan air. Liem Tou pun duduk bantu melancarkan pukulan kosong, dengan demikian perahu segera berlayar dengan kecepatan penuh. Tidak selang beberapa saat kemudian dari atas permukaan air laut di tempat kejauhan muncullah sesosok bayangan hitam. Ketika kedua ekor burung elang yang ada di perahu dapat melihat titik hitam itu mereka berkaok kaok dengan kecepatan penuh burung burung elang itu melayang ke udara dan meluncur terlebih dahulu ke depan. Hal ini membuat Giok jie jadi kalang kabut teriaknya keras keras: 'Aaaah . burung elangku terbang, .burung elangku terbang .."   Liem Tou menoleh dan memandang sekejap wajah si gadis cantik pengangon kambing, tampak air mukanya penuh keseriusan semakin perahu bergerak ke depan wajahnya makin menegang sedang bayangan hitam itu makin lama semakin besar dan akhirnya muncullah sebuah pulau kecil dengan tebing yang tegak lurus tinggi menjulang ke angkasa.   Teringat akan kematian ayahnya si cangkul pualam Lie Sang dalam keadaan mengerikan, sembari melancarkan pukulan kosong ke atas permukaan air laut si gadis cantik pengangon kambing menangis tersedu sedu.   Liem Tou segera membawa gadis itu duduk di atas geladak sedang ia sendiri menggantikam kedudukan gadis cantik pengangon kambing untuk menjalankan perahu sampan itu, Selang beberapa waktu kemudian mereka telah tiba ditepi pantai puiau Lie Hoa To.   Setelah perahu merapat ke pantai, Liem Tou serta si gadis cantik pengangon kambing bersama sama meloncat ke tepi pantai, sebaliknya Giok jie kelihatan agak ragu ragu.   Melihat gadis itu ketakutan.   Liem Tou segera berkata.   "Giok jie. kau tidak seharusnya takut terhadap dirinya lagi, ada aku disini kutanggung kau tak bakal menjumpai mara bahaya."   Giok jie mengangguk, namun segera meloncat naik ke tepian.   Tak jauh mereka berlalu.   Diatas sebuah tanah berbukit di tepi pantai beberapa orang itu menemukan seperangkat tengkorak manusia yang penuh berpelepotan darah, tengkorak itu berwarna hitam pekat dan memacarkan cahaya berkilat.   Melihat hal tersebut kepada si gadis cantik pengangon kambing serta Giok jie, Liem Tou menerangkan .   "Bila dugaanku tak salah, tulang belulang ini tentu tengkorak dari Thiat Bok Thaysu. Ilmu pukulan beracun yang dilatih Thiat Bok Thaysu adalah suatu ilmu berbisa yang amat jahat dan dapat mengubah tulang tengkorak seseorang jadi berwarna hitam pekat. Setelah Thian Pian Siauwcu membinasakan dirinya tentu mayat ini ia hidangkan buat burung burung elangnya."   Mendengar tentang burung elang seluruh tubuh gadis cantik pengangon kanbing bergidik.   "Kalau ini hari ia mengeluarkan burung elangnya untuk bergebrak melawan kita. maka kita harus membuang banyak tenaga serta pikiran lagi". bisiknya lirih.   "Hal itu merupakan suatu peristiwa yang di luar dugaan dan kita harus menghadapi dengan hati tenang '. asalkan ia tidak pergi dengan menunggang burung elangnya maka tak bakal orang she Kie itu meloloskan diri dari serangan telapakku."   Mereka bertiga dengan mengikuti jalan kecil yang ada memasuki sebuah hutan lebat tapi belum jauh mereka melangkah mendekati di atas tanah ditemuinya mayat beratus ratus ekor burung elang yang kebanyakan mati karena keracunan.   Tanpa berpikir lagi Liem Tou menjulurkan lidahnya sembari berkata.   "Burung burung elang ini mencari mati sendiri, sedang Thiat Bok Thaysu pun luar biasa kejinya. sampai matipun ia masih bisa membunuhi burung elang sebanyak ini. Jikalau bukannya aku berhasil mematahkan kesepuluh jari tangannya sewaktu bergebrak di gunung Cing Shia tempo dulu selama beberapa tahun ini entah berapa banyak jago kangow yang akan mati di tangannya. bicara sesungguhnya jlkalau kesepuluh jari tangannya bukan kuputus lebih dahulu dalam bergebrak belum tentu Thian Pian Siauw cu bisa mengalahkan dirinya dengan begitu gampang "   Tapi dengan cepat pemuda ini telah berganti nada ucapannya.   "Tapi urusan ini ada sedikit aneh, terang terangan Thian Pian siauw Cu tahu bila mana seluruh tubuh Thiat Bok thaysu beracun, kenapa ia membiarkan burung burung elang kesayangannya menyantapi daging tersebut? bukankah dengan berbuat demikian sama artinya ia ada maksud meracuni burung burung elang tersebut??."   Karena berpikir demikian ia makin tegang rasanya. Tidak jauh dari tempat itu Liem Tou menemukan rumah kediaman Thian Pian Siauw cu telah hancar barantakan tinggal batu batu yang berserakan, tempat itu sudah punah sama sekali.   "Aaakh! Thian Pian siauw cu telah menghancurkan rumah kediaman sendiri, ia pasti telah melarikan diri teriak Liem Tou penuh rasa terperanjat.   "Bangsat! ternyata dia adalah seorang manusia yang tidak pegang janji! Dengan kerahkan ilmu meringankan tubuhnya buru buru pemuda ini lari ke rumah berwarna putih diiringi si gadis cantik pengangon kambing serta Giok jie dari belakang. Tapi setibanya di tempat itu rumah gedung warna putih itupun sudah hancur berantakan tidak berwujud lagi. Sekali lagi Liem Tou berseru tertahan lalu memaki kalang kabut .   "Anjing, anak jadah...   "   Waktu sudah hampir siang hari berarti waktu yang telah dijanjikan dengan Thian Pian Siauw cu kemarin malam hampir tiba. si gadis cantik pengangon kambing jadi cemas.   "Bila ia sudah pergi, bukankah kedatangan kita kemari hanya sia sia belaka?? hendak kemana kita pergi mencari dirinya??"   Teriaknya dengan hati mendongkol.   "Selamanya aku selalu mempercayai orang lain, kalau tahu begini kemarin malam tak akan kulepaskan dirinya."   Si gadis cantik pengangon kambing makin marah lagi, gembornya : 'Ke Hong sudah satu kali mengingkari janji.   kenapa kau masih juga mempercayai dirinya?? ' Kena ditegur, Liem Tou tak bisa berbicara, ia bungkam Mendadak terdengar Giok jie berteriak keras sambil menuding ke arah puncak bukit yang tertinggi.   'Coba lihat! Bukankah itu adalah burung elang kita??? Apa yang sedang ia lakukan di atas sana???"   Raja Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Liem Tou segera mendongak. dilihatnya kedua burung elang tersebut sedang berputar putar tiada hentinya di atas puncak. Hati sang pemuda jadi sedikit tergerak, seraya menarik tangan si gadis cantik pengangon kambing katanya .   "Ayoh cepat pergi, kita tengok ke atas puncak tersebut!' Dengan salurkan hawa murninya ia berlari menuju ke atas puncak bukit tersebut. Gerakan mereka kali ini benar benar cepat laksana kilat. dalam sekejap mata mereka, sudah tiba di kaki puncak, tapi mungkinkah Giok jie dapat mengimbangi mereka?? Saking cemasnya gadis ini berteriak teriak.   "Eeee...kalian jangan tinggalkan aku seorang diri!"   Terpaksa Liem Tou menanti kedatangan Giok jie kemudian satu tangan mencekal Giok jie lain tangan mencekal Lie Wan Giok dibawanya lari ke atas puncak.   Tebing ini hampir boleh dikata tegak lurus, masih beruntung tenaga sinkang Liem Tou telah berhasil mencapai puncak kesempurnaan, sekalipun di tangan kanan mencekal si gadis cantik pengangon kambing sedang tangan kiri mencekal Giok jie tapi larinya masih tetap cepat bagaikan terbang.sekali loncat sepuluh tombak jauhnya telah dilewati.   Si gadis cantik pengangon kambing serta Giok jie yang ditarik hanya merasakan sepasang kaki mereka mengambang di tengah udara.   Kurang lebih seperminum teh kemudian sampailah mereka di atas puncak sedang jidat sang pemuda penuh dibasahi dengan air keringat.   Puncak tebing itu hanya seluas tiga tombak persegi tapi mayat burung elang berserakan dimana mana.   Thian Pian siauwcu dengan memakai seperangkat baju baru, duduk terpekur di tengah bangkai bangkai burung elangnya.   Si gadis cantik pengangon kambing sama Giok jie yang melihat kejadian ini diam diam menghembuskan napas dingin, 'pikir mereka di dalam hati: Apa yang sebenarnya telab terjadi? Liem Tou tenangkan dulu hatinya kemudian berkata: Ke Hong, kali ini kau telah menepati janji, .   Mindengar suara dari Liem Tou.   perlahan lahan Thian Pian Siauw cu membuka matanya dan melirik sekejap wajah ketiga orang itu, tapi sewaktu sinar matanya terbentur dengan Wan Giok jie mendadak dari sepasang matanya memancar cahaya kebuasan, tapi hanya dalam sekejap saja telah lenyap kembali.   Di ujung bibirnya tersungging suatu senyuman yang memilukan hati.   "Sekalipun kau tidak datang kemari aku pun telah bersiap sedia untuk bunhn diri di atas puncak It Ci Hong ini!"   "Kenapa?? kenapa kau bendak berbuat demikian?"   Tanya Liem Tou serta si gadis cantik pengangon kambing hampir berbareng mereka sama sama dibikin tertegun. Thian Pian Siawcu tertawa.   "   Tidak karena apa apa aku sedang gembira berbuat demikian! ' Mendengar ucapan itu si gadis cantik pengangon kambing segera naik pitam, teriaknya:.   "Ke Hong, kau jangan bicara terlalu sombong tahukah kau bahwa ini hari kau tidak bakal lolos dari ganjaran atas perbuatan jahatmu''? kedatanganku ini hari justru hendak menuntut balas atas kematian ayahku."   Air muka Thian Plan Siauw cu sama sekali tidak berubah ia tertawa bambar.   "Justru aku sedang menantikan kedatangan kalian di sini, bagaimanapun juga seorang manusia hanya memiliki selembar nyawa kalau kalian mau mah, ambillah sendiri! aku mengerti kepandaianku tak bakal menangkan kepandaian Liem Tou. Tapi jikalau membicarakan soal melarikan diri, asalkan aku Ke Hong benar benar berniat demikian mungkin saat ini aku sudah berada di ujung langit sebelah Barat. Selama hidup kalian jangan harap bisa menjumpai diriku lagi."   Perkataan ini aku bisa mempercayainya' Liem Tou perlahan lahan mengangguk.   "Kau punya kawanan burung elang yang bisa digunakan sebagai kendaraan. kemanapun kau ingin pergi bisa kau datangi, tapi ada satu urussn yang belum kupahami, apa sebabnya kau begitu tega menghancurksn seluruh burung elang yang tak berdosa ini????."   Sekali lagi Thian Pian Siauwcu tertawa sedih.   'Setelah aku mati, siapa yang kesudian mengurusi mereka'? apalagi mereka adalah kawan karibku selama banyak tahun, asalkan aku mati merekapun tidak akan suka hidup lebib lanjut, dari pada mereka tersia sia jauh lebih baik kubunuh dulu mereka ini."   "Oooouww , di kolong langit tak akan ada kejadian semacam ini' seru Liem Tou tidak percaya. Thian Pian Siauwcu tidak membantah lagi, mendadak air mukanya membesi, perlahan lahan ia bangun berdiri dan bentaknya terhadap diri Giok jie.   "Giok jie, setiap orang yang pernab mengikuti diriku kecuali putraku hanya kau seorang yang tetap hidup bahkan melanggar pula peraturan perguruan sebetulnya aku ingin membunuh mati dirimu. tapi sekarang aku tidak ingin menyusahkan kau lagi, hanya ada satu tugas yang harus kau laksanakan. kalau tidak Hmmm.Hmmm.! sekalipun jadi setan aku tak akan mengampuni dirimu,"   Sembari berkata dari dalam sakunya ia mengambil keluar sebuah bungkusan kecil kemudian dilemparkan ke depan. Tanpa banyak bicara Giok jie menerima benda tersebut, ketika itulah Thian Phian Siauwcu telah melanjutkan kembali kata katanya.   "Serahkan benda itu kepada putraku Ciu Ling Cu, tapi aku larang kau membuka untuk dilihat"   Giok jie setelah menerima benda tersebut jadi kebingungan sendiri.   Sebentar ia memandang Liem Tou lalu memandang pula wajah si gadis cantik pengangon kambing menantikan pendapat mereka.   Pada dasarnya si gadis cantik pengangon kambing memang sangat suka dengan Giok jie, ia bermaksud hendak terima gadis cilik ini sebagai muridnya.   Ia tertawa dingin tiada hentinya "Heeee .   heee...Ke Hong, sebenarnya urusan ini patut bila kita penuhi, tapi tahukah kau kemanakah Ciu Ling Cu pergi?"   Oleh ucapan tersebut mendadak sepasang mati Thian Pian Siauwiju memancarkan cahaya tajam "Bukankah ia ikut Ciau Thian Kie???"   Teriaknya keras.   "Tidak. ia dibawa pergi Boe Beng Tok-su"   Jawab si gadis cantik pengangon kambing berterus terang.   "Aaaakh. .!"   Suara seruan tertahan bargetar memenuhi angkasa, tapi sebentar kemudian dengan nada yang kukuh Thian Pian Siauw cu telah berkata kembali.   "Soal ini aku tak mau tahu, perduli ia berada dimana Giok jie harus menyelesaikan tugas ini". Mendengar ucapan yang tidak pakai aturan si gadis cantik pengangon kambing bermaksud mengobarkan hawa amarahnya. tapi tindakan tersebut keburu dicegah oleh Liem Tou.   "Biarlah urusan ini serahkan ditanganku. aku pasti bisa menyelesaikaa tugas ini. Nah! kau masih ada urusan lain???' kata pemuda itu menyela.   "Tidak ada, kalian boleh mulai turun tangan."   Dengan perlahan lahan Ke Hong memejamkan matanya.   Tapi berada dalam keadaan tiada perlawanan, jangan dikata Liem Tou sekalipun si gadis cantik pengangon kambing yang mempunyai dendam sedalam lautanpun tidak dapat turun tangan.   ia merasa serba salah.   Seketika kedua orang itu berdiri tertegun dan tidak sanggup mengucapkan sepatah katapun, Beberapa saat berlalu dengan cepatnya, mendadak Thian Pian siauwcu membuka mata kembali, dengan ragu ragu tanyanya.   "Kenapa? bukankah siang hari sudah tiba dan saat perjanjian kita sudah lewat ?? apa yang kalian nantikan lagi?'.   "Ke Hong!' ujar sang pemuda dengan perasaan kikuk.   "Selama ini kami belum pernah melancarkan serangan terhadap seseorang yang sama sekali tidak memberikan perlawanan. lebih baik kau bangunlah dan bergebrak secara sungguh sungguh melawan, bukankah tempo dulu kita belum pernah berjumpa dalam keadaan macam begini ?' 'Liem Tou, bukannya aku tidak berani bergebrak melawan kalian justru karena pada seat ini semangat maupun napsuku untuk bergebrak sudah punah, mati bidup buatku sangat hambar, aku tidak ingin bergebrak melawan siapapun juga' Ketika itulah si gadis cantik pengangon kambing melayang ke depan memerseni sebuah tempelengan ke atas pipi Thian Pian siauwcu bentaknya keras.   "Kau lelaki konyol, kau anggap dengan berbuat demikian maka jiwamu bisa selamat ?? kau anggap darah ayahku mengalir dengan sia sia belaka?"   Thian Pian siauwcu hanya memandang gadis itu sambil tertawa hambar, ia sama sekali tidak menjawab sedang matanya tak bergerak. Saking cemasnya si gadis cantik pengangon kambing mengucurkan air mata.   "Engkoh Liem ! aku tak akan perduli banyak urusan lagi. Ia tak mau melawan, hal ini dikarenakan kerelaannya sendiri. Kau tak bisa salahkan aku bertindak keji."   Sembari berkata ia maju dua langkah ke depan dan mengirim satu pukulan dahsyat ke atas dada Thian Pian Siawcu..   "Braaak ..!"   Serangan tadi dengan telak bersarang di tubuh Ke Hong.   Seluruh tubuhnya bergetar keras tapi tidak roboh ke atas tanah.   Dari ujung bibirnya perlahan lahan mengucurkan darah segar.   Ia buka matanya memandang wajab si gadis cantik pengangon kambing, sinar matanya begitu halus dan berperasaan, hal ini membuat Lie Wan Giok merasakan badannya semakin bergidik.   'Ke Hong, kenapa kau tidak membalas ?? jika kau mau membalas aku rela membiarkan diriku kena dipukul satu kali kemudian sekali lagi kita bertempur dari depan!"   Thian Pian siauwcu tetap menggeleng tanda tidak mau.   Habis sudah kesabaran si gadis cantik pengangon kambing, telapak tangannya diayunkan sekali lagi melancarkan satu serangan dahsyat mengamcam dada lawan.   Tapi belum sempat serangannya dilancarkan tangan kanan Liem Tou secepat kilat sudah menangkap pergelangan tangannya.   "Wan moay maukah kau dengar dulu sepatah kata ucapanku?? asalkan Ke Hong suka berubah watak dan berbuat kebajikan maka dia adalah seorang tayhiap yang susah didapat di dalam dunia persilatan. Mungkin pada saat ini kau dapat melihat sendiri bukan, betapa halus dan ramahnya sinar mata orang ini?? Bagaimanapun juga kita harus memberikan satu kesempatan bagi dirinya."   "Engkoh Liem. sudah tentu aku dapat melihat kesemuanya itu, tapi dendam sakit hart ayahku apakah harus ditinggalkan demikian saja?? seru sang gadis cantik pengangon kambing sambil menangis.   "Wan moay. Supek sebagai seorang pendekar sejati yang membela keadilan akhirnya mati di tangan Ke Hong yang tidak pegang janji, Seharusnya kita tidak boleh melepaskan dirinya. tapi asalkan Ke Hong dapat melepaskan kejahatan kembali ke jalan yang benar dan melakukan kebajikan buat semua orang, aku rasa sukma supek yang ada di alam bakapun setelah tahu ini, dia tidak akan menyalahkan Wan Moay, karena tidak balaskan dendam bagi dirinya! Wan moay! coba kau pikir benar bukan??"   Ia merandek sejenak kemudian sambil berbisik katanya lagi: 'Wan moay! masih ada satu urusan lagi harus kuberitahukan kepadamu, kita suami istri belum pernah berkumpul karena banyaknya peristiwa dalam dunia kangouw yang harus kita tangani.   Jikalau kita biarkan dia terjunkan diri ke dalam dunia persilatan untuk mewakili kita mengurusi persoalan persoalan itu bukankah kita bisa bersenang senang?? Inilah sedikit keinginanku yang terlalu serakah.   Nah Wan Moay ampunilah dirinya!.."   Merah padam selenbar wajah si gadis cantik pengangon kambing sebab mendengar ucapan tersebut, tapi ia tidak banyak bicara.   Melihat si gadis cantik pengangon kambing sudah setuju.   Liem Tou segera mengambil kembali buntalan kecil tadi dari tangan Giok jie dan dikembalikan ke tangan Thian Pian Siauwcu.   "Ke heng, keadaan kita ini haru jauh berbeda dengan keadaan tempo dulu. mengingat kau ada maksud untuk kembali ke jalan yang benar, Wan moay hendak melupakan dendam sakit hati atas kematian si cangkul pualam Lie Sang untuk sementara waktu dan tiga tahun kemudian kita baru bereskan kembali. Asalkan Ke Hong sungguh sungguh ada maksud menjadi orang baru, urusan ini akan kami sudahi sampai disini saja. Nah! pikirkanlah urusan ini sebaik baiknya."   Tidak menanti jawaban dari Thian Pian Siawcu lagi, ia tarik tangan si gadis cantik pengangon kambing serta Giok Jie untuk diajak berlalu turun dari puncak.   Setelah Liem Tou membawa si gadis cantik pengangon kambing serta Giok Jie turun dari puncak It Ci Hong mereka tidak lagi berdiam lebih lama di atas pulau Lie Hoa To, dengan menunggang perahu semula perlahan lahan berangkat ke tengah lautan.   Liem Tou menghela napas panjang, sinar matanya dialihkan kembali ke atas it Ci Hong, mendadak ia berseru tertahan.   "Ahhh...! Wan Moay, coba kau lihat kenapa di atas puncak ada bayangan putih yang sedang bergerak?"   "Sungguh aneh!, teriak si gadis cantik pengangon kambing pula setelah melihat ke arah puncak.   "Menurut apa yang kamu ketahui di atas puncak Lie Hoa To kecuali Ke Hong serta kedua ekor burung elang itu sudah tidak ada kehidupan lagi, tapi darimana datangnya bayangan putih itu?. Makin dilihat Liem Tou makin keheranan, mendadak hatinya sedikit tergerak, teriaknya keras keras.   "Cepat kembali! Cepat kembali!"   Dengan kerahkan tenaga dalam sepenuhnya ia mengirim pukulan kosong ke atas permukaan air laut, perahu yang ditumpangi sekali lagi berputar haluan dan menuju ke tepian, menanti pukulan kedua dilancarkan.   perahu tersebut telah meluncur dengan cepatnya ke arah pantai.   Si gadis cantik pengangon kambing tidak mengerti apa yang telah terjadi.   dengan cemas tanyanya.   "Kau teringat apa? kenapa sikapmu bagitu gelisah?". 'Wan moay. untuk sementara kau jangan bertanya, cepat bantu aku mendorong perahu balik ke pantai,"   Teriak Liem Tou sembari mnggerakkan tangannya berulang kali.   Padahal perahu itu sudah meluncur cepat hanya pemuda ini merasa terlalu lambat.   Melihat sikap orang pemuda yang gugup si gadis cantik pengangon kambing ikut cemas.   'Engkoh Liem, sudah tentu akan kubantu dirimu.   tapi beritahu dulu kepadaku apa yang telah terjadi"   Teriaknya keras.   "Bayangan putih itu pasti Boe Beng Tok su adanya, jikalau benar dirinya maka keadaan Ke Hong sangat berbahaya"    Seruling Gading Karya Kho Ping Hoo Seruling Gading Karya Kho Ping Hoo Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini