Bukit Pemakan Manusia 20
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 20
Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung Mo Tin hong yang menyaksikan kejadian itu ingin sekali cepat- cepat mengetahui apa gerangan yang telah terjadi, namun untuk menghindari segala sesuatu yang tidak diinginkan, dia tak berani mengajukan pertanyaan secara langsung. Sun Tiong lo adalah seorang pemuda yang cerdas, sekarang dia cerdas sekarang ia sudah menduga apa gerangan yang menjadi tujuan Bau ji dengan perbuatan perbuatannya yang aneh itu. Maka diapun tidak mengajukan pertanyaan apa2, bahkan terhadap apa yang mereka lakukan itu, dia bersikap seolah-olah tak pernah melihatnya. Berbeda dengan nona Kim, dia tidak habis mengerti juga ingin tahu, maka tak tahan segera tanyanya. "Hei, sebenarnya apa yang telah terjadi ? panggilan "hei" Itu bisa diajukan pada Siau Houcu, bisa pula sedang bertanya pada Bau ji. Akan tetapi baik Bauji maupun siau Hou cu sama sekali tidak ambil peduii kepadanya.. Dalam keadaan seperti ini, nona Kim merasa malu dan mendongkol dia segera mencari Sun Tionglo. Kali ini dia lantas menuding kearah orang nya sambil menegur. "Tionglo, sebenarnya apa yang telah terjadi?" Sun Tiong lo mengetahui dengan jelas apa gerangan yang terjadi, namun ia berlagak seakan-akan tidak mengerti, katanya cepat. "Dari mana aku bisa tahu?" "Apakah kau tidak bisa bertanya?" Nona Kim berkerut kening, Sun Tiong lo kehabisan daya, terpaksa tanyanya kepada Siau Hou cu. "Siau hou, sebenarnya apa yang terjadi?" Siau Hou cu segera tertawa. "Siau liong, apakah kau tak dapat melihat, aku hanya menjalankan tugas atas perintah? Darimana aku bisa tahu apa yang sedang dilakukan? percuma mengajukan pertanyaan padaku. Sun Tiong lo cukup-mengetahui akan watak dari Bau ji, maka dia baru mengajukan pertanyaan tersebut kepada siau Hou cu siapa tahu siau Hou cu telah menghindarkan diri dari pertanyaan tersebut, malah pertanyaannya telah di dorong balik kembaIi. Dalam keadaan begini terpaksa dia harus minta petunjuk kepada Bau ji... Baru saja dia akan mengajukan pertanyaan tersebut Bau ji telah memandang sekejap ke arahnya, lalu memandang pula kearah Mo Tin hong dan si nona Kim, setelah itu katanya. "Aku hendak menyelidiki apakah siluman menangis dan siluman tertawa adalah manusia berkerudung berbaju emas itu!" "Oooh," Sun Tiong lo berseru lirih padahal diam-diam dia mengangguk, karena apa yang diduga memang persis seperti apa yang dikatakan barusan, Mo Tin hong segera merasakap hatinya tercekat, tapi dia pura-pura tidak habis mengerti, kembali tanyanya. "Dulu, sewaktu kakakku menghadapi nenek-nya dan ibunya pergi meninggalkan rumahku, ditengah jalan dia telah berjumpa dengan seorang manusia kerudung berbaju emas yang membawa anak buahnya menghadang kepergian mereka. "Manusia berkerundung itu bertekad hendak membabat seluruh keluarga kami sampai seakar-akarnya, bahkan diapun bertekad hendak membunuh kakakku seketika itu juga, walau pun akhirnya kakakku berhasil lolos dari bencana itu, namun nenek Yan..." Bau ji yang berada disampingnya segera menukas. "Bajingan itu bekerja dengan persiapan yang matang, mereka telah mempersiapkan dua orang perempuan sialan yang menyaru sebagai nenekku dan ibuku, salah seorang diantara mereka telah tewas dibunuh nenekku, sebaliknya yang lain telah membunuh ibuku. Kemudian nenek pun lenyap tak ada kabar beritanya lagi, sudah pasti beliau pun ikut dibunuh manusia kerudung berbaju emas itu, hari ini kau mengatakan salah seorang diantara dua siluman ini sebagai pemilik lencana Lok hun pay, maka aku..." Mo Tin hong segera tertawa terbahak-bahak sambil menukas . "Haaahhh.... haaahh.... haaahhhh... keponakan Bau, tak salah lagi Jkalau salah seorang diantara sepasang siluman ini adalah Lo hun pay, tapi pemilik Lo hun pay toh belum tentu adalah manusia berkerudung berbaju emas ?" Bauji segera mendengus dingin. "Hmm, pemilik lencana Lok-hun pay adalah manusia berkerudung berbaju emas !" "Darimana kau bisa tahu ?" Mo Tin hong berkerut kening. "Ketika terjadi tanya jawab antara manusia berkerudung berbaju emas itu dengan nenek dan ibuku, aku hadir diarena, dari pembicaraan kedua belah pihak dapat kubuktikan kalau manusia berkerudung berbaju emas itulah pemilik lencana Lok-hun-pay!" Dengan cepat Mo Tin-hong menggelengkan kembali kepalanya berulang kali. "Siluman menangis dan siluman tertawa merupakan manusia- manusia licik yang banyak akal muslihatnya, bila kau percaya dengan perkataan mereka, berarti kau mudah tertipu!" Bau ji mendengus dingin tanpa menjawab. - ooo0dw0ooo- PADA SAAT itulah tiba-tiba Sun Tiong lo berkata kembali. "pandanganku persis seperti padangan dari kakakku, akupun tidak percaya kalau pemilik lencana Lok-hun pay adalah siluman tertawa dan siluman menangis !" Mo Tin hong termenung dan berpikir sebentar, kemudian ujarnya. "Dapatkah kau terangkan alasan dari kesimpulanmu itu ?" Sun Tiong lo tertawa. "Maaf Sancu, saat ini bukan saatnya untuk memberi keterangan kepadamu !" Dan setelah mendengar perkataan itu, Mo Tin hong merasa kurang leluasa untuk bertanya lagi, dia segera tertawa. "Aku rasa, segala sesuatunya akan menjadi beres setelah Su nio si perempuan rendah itu berhasil ditangkap kembali." Sun Tiong lo tidak menjawab, dia tertawa. "Mari kita duduk didalam ruangan" Kembali Mo Tin hong mempersilakan tamunya musuk. Sun Tiong lo segera memandang sekejap ke arah Bau ji dan siau Hou cu, sambil tertawa, siau Hou cu berkata. "Berbicara terus terang, duduk mah tidak perlu, yang penting adalah mengisi perut." Sebenarnya nona Kim sedang tak senang hati, tapi ucapan tersebut segera membuatnya tertawa terpingkal-pingkal. Maka didalam ruanganpun segera disiapkan hidangan. Mo Tin hong, telah berangkat meninggalkan bukit pemakan manusia. Dia berangkat bersama sama dengan nona Kim, Sun Tiong lo, Bau ji, Siau Hou cu dan Beng Liau buan serta pelayannya. Tengah hari itu mereka sudah tiba di kota kecil dibawah bukit, Beng liau-huan dan pelayannya segera berpamitan untuk pcrgi, sedang lainnya bersantap dirumah makan. Selesai bersantap, Mo Tin hong berkata kepada Sun Tiong lo, Bauji, nona Kim dan Siau-Hou cu bahwa dia hendak berpisah dengan mereka untuk melanjutkan perjalanan seorang diri ia bersumpah sampai diujuug langitpun Su nio akan di tangkap. Sesaat menjelang perpisahan, sekali lagi Mo Tin hong berkata kepada Sun Tiong lo agar jangan lupa dengan janji mereka setahun kemudian untuk berjumpa lagi di bukit pemakan manusia. Sun Tiong lo, mengangguk sambil tertawa, bahkan mengucapkan selamat kepada Mo Tin hong, semoga dia berhasil menemukan Sunio. Pada saat itulah secara diam-diam Siau hou cu memberi tanda kepada Sun Tiong lo supaya meninggalkan tempat duduk dan di suatu tempat yang tersembunyi dia utarakan maksudnya dan Bauji, ternyata dia dan Bau ji masih tetap menaruh curiga terhadap Mo Tin hong. Siau Hou cu bahkan menyatakan tekadnya ber sama Bau ji akan menguntit dibelakang Mo Tin hong secara diam-diam hingga kecurigaan mereka hilang, sebab itu, dia hendak memberitahukan hal ini lebih dulu kepada Sun Tiong lo. Setelah termenung beberapa saat lamanya, Sun Tiong lo segera mengambil keputusan, barulah keputusan tersebut di beritahukan kepada Si:u Hou cu, mendengar keputusan tersebut Siao Hou cu menjadi amat girang, dia lantas manggut-manggut Kedua orang itupun segera balik kembali ke tempat duduk nya. Tak lama setelah duduk, Siau Hou cu segera mengusulkan agar tujuan mereka dialihkan ke bukit Wu san, tapi demi lancarnya penyelidikan mereka atas Su-nio, maka diusulkan agar mereka berempat membagi diri menjadi dua rombongan. Maka diputuskan Sun Tiong lo melakukan perjalanan bersama nona Kim, sedangkan Siau hou cu serta Hau ji berada dalam satu rombongan lain, sebelum berpisah, berulangkali Sun Tiong lo memesan kepada Bau ji dan Siau ho cu bila ada kabar, mereka jangan bergerak lebih dulu tapi bertindak setelah menyusun rencana yang matang, daripada tindakan mereka terperangkap oleh perhitungan lawan. Siau ho cu dan segera mengiakan berulang kali, sambil menunggang kuda, merekapun minta diri lebih dulu. - ooo0dw0ooo- Nona Kim dan Sun Tiong lo beristirahat di bawah pohon kui yang lebat dan besar. Waktu itu Sun Tiong lo sedang mendongakan kepalanya memandang keangkasa, ia seperti sedang memikirkan sesuatu. Nona Kim berkerut kening, dengan tenang dia memperhatikan Sun Tiong lo yang sedang termenung tanpa berbicara itu. Lama, lama kemudian... Akhirnya nona Kim tak kuasa menahan diri, dengan suara dingin segera tegurnya. "Bagaimana, apakah masih bisa melihat benda lainnya ?" "Ooh... tentu saja bisa" Sahut Sun Tiong lo tersipu-sipu. "padahal..." "Padahal kenapa? Kau anggap aku tidak tahu? "sela nona Kim cepat, Sun Tiong lo jadi tertegun. "Apa... apa yang kau ketahui?" Sekali lagi nona Kim mendengus dingin. "Kau anggap aku tak bisa melihatnya? Sepanjang jalan, kau selalu melewati jalanan yang sepi dan jauh dari keramaian manusia, kau tak pernah mengajakku berbicara lebih dulu, apa sebabnya..." Sun Tiong lo segera menghela napas panjang. "Aaaai... nona.." "Kau panggil aku apa?" Tukas nona Kim dengan mata melotot. "Aaah, anggap saja aku salah, adik Kim!" Sun Tiong lo segera tertawa pelan. Sebutan "adik" Tersebut, seketika itu juga menghilangkan semua kemurungan dan kemarahan yang berkobar didalam dada nona Kim. Dengan lembut dan hangat dia lantas tertawa kepada Sun Tiong lo, kemudian ujarnya. "Padahal akupun mengetahui jalan pemikiranmu, cuma kalau murung melulu toh sama sekali tak ada gunanya ." Sun Tiong lo memandang nona itu sekejap, lalu tertawa, ia tidak berkata apa-apa lagi. Nona Kim turut tertawa, katanya pula. "Mengapa sih kau selalu melewati jalan yang sepi dan terpencil seperti ini ?" "Adik Kim, coba lihatlah itu!" Ujar Sun Tiong lo sambil menuding kearah atas dahan pohon. Nona Kim mencoba untuk mendongakkan kepalanya dan terlihatlah diatas dahan pohon itu tampak sebuah tanda panah yang terbuat dari benda tajam, tanda panah itu menunjukkan ke arah sebelah kiri. Nona Kim memandang sekejap kearah Sun Tiong lo, kemudian tanyanya dengan cepat. "Tanda rahasia ?" "Ehmm!" Sun tiong lo hanya mengiakan tanpa berkata apa-apa. "Apakah tanda rahasia itu ditinggalkan oleh engkoh Bau-ji?" Kembali nona itu bertanya. Sejak Mo Tin-hong menjelaskan hubungan kekeluargaannya dengan keluarga Sun, Sun Tiong lo dan nona Kim telah mengganti pula panggilannya, mereka adalah engkoh Lo dan adik Kim. Oleh karena itu sebutannya terhadap Bau-ji pun turut dirubah pula. Cuma saja Bau ji tidak mempunyai nama lain, hingga terpaksa nona Kim harus memanggil engkoh Bau-ji kepadanya. Waktu itu Sun Tiong lo manggut-manggut namun dia belum juga menjawab. Nona Kim amat cerdik, dengan kening berkerut segera serunya. "Kalau dilihat dari keadaan sekarang, tampaknya kita sedang menguntil seseorang?" Sun Tiong lo merasakan hatinya amat berat, dia belum juga memberikan jawaban. Sebenarnya nona Kim masih ingin bertanya kembali, tapi setelah ucapan sampai diujung bibirnya, dia segera menariknya kembali. Sun Tiang lo segera menuding ke arah sebuah jalan kecil sebelah kiri sana, kemudian katanya. " Adik Kim, mari kita pergi" Nona Kim mengiakan, dia menarik tali les kudanya dan menjalankan ke arah kiri. Sambil berjalan diapun berkata. "Kalau mengikuti arah yang ditunjuk tersebut, entah sampai kapan kita baru akan sampai di bukit Wu san?" Sun Tiong-lo tertawa. "Bukankah adik Kim pernah mengemukakan pendapatmu bahwa Su Nio tak nanti akan kembali ke bukit Wu san?" "Benar." Jawab nona Kim sambil tertawa. "tapi paling tidak seharusnya ada sebuah jalur perjalanan yang tetap, tidak seperti sekarang, jalan kesana kemari secara mengawur tanpa arah tujuan yang benar, kecuali kalau engkoh Lo sudah memperoleh kabar berita yang sebenarnya!" "Adik Kim, kau ingin mengetahui hal yang sebenarnya?" Tanya Sun Tiong lo tiba-tiba dengan wajah serius. "Kau akan berbicara sejujurnya kepadaku?" Nona Kim balik bertanya dengan wajah serius pula. "Yaa, sebetulnya kami sedang menguntit di belakang beng cengcu dan pelayannya." Nampaknya jawaban tersebut sama sekali di luar dugaan gadis tersebut. "Oooo... rupanya kita sedang menguntit mereka!" Serunya kemudian. Sun Tionglo tertawa. "Adik Kim, bagaimanakah jalan pemikiran mu sebelum ini ?" "Aku mengira kalian sedang menguntil ayahku!" Sahut nona Kim sambil menundukkan kepalanya rendah-rendah. Tampaknya Sun Tiong-lo mempunyai tujuan lain, cepat serunya. "Aah, Tidak mungkin, kecuali kalau secara kebetulan sancu pun melalui jalanan yang kita tempuh ini !" Nona Kim segera mengerling sekejap kearah Sun tiong-lo, kemudian tegurnya. "Hingga sekarang, sebutanmu terhadap ayahku masih belum juga dirubah ?" "Harap adik Kim sudi memaafkan !" Nona Kim segera mendengus dingin. Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Maafkan ? Atas dasar apa ?" Serunya. Sun Tiong-lo tertawa getir. "Walaupun sancu menerangkan segala sesuatunya tetapi keterangannya itu masih sukar untuk membuat orang mempercayainya." "Heran, apa sih yang sulit membuatmu untuk mempercayainya ?" Seru nona Kim dengan mata melotot. "Pertama, Sancu dan mendiang ayahku adalah saudara angkat, menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, mereka adalah sobat karib yang sehidup semati, selamanya selalu membantu keluarga yang sedang ditimpa kesusahan. Akan tetapi, ketika orang tuaku menjumpai musibah dulu, ternyata sancu..." "Bukankah ayahku telah menerangkan, waktu itu dia sedang mengasingkan diri diatas bukit untuk melatih ilmu silat guna bersiap sedia melakukan pembalas dendam ?" Seru nona Kim cepat. "hal mana menyebabkan dia terputus sama sekali hubungannya dengan dunia persilatan, dia sama sekali tidak tahu...." "Adik Kim, bukan persoalan ini yang kumaksudkan," Tukas Sun Tiong-lo sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. "Ooooh.... lantas soal apa?" "Maksudku ketika Sancu mengetahui kalau anggauta perkampungan Ang liu ceng nya telah dibunuh semua oleh lencana Lok hun pay, apa sebabnya dia tidak mengundang mendiang ayahku untuk membantunya didalam menghadapi serangan musuh?"" Nona Kim berpikir sebentar, lalu jawabnya. "Bukankah ayahku telah berkata waktu itu dia merasa bukan tandingan dari Lok hun pay, sedangkan ilmu silat yang dimiliki ayahmu belum tentu lebih hebat daripada kepandaian ayahku, oleh karenanya..." "Adik Kim, apakah kau tidak merasa kalau penjelasan tersebut kurang kuat alasannya?" Kata Sun Tiong lo sambil tertawa. "Ayahku memang berwatak demikian, bila dia sedang menghadapi kesulitan, tak pernah akan merepotkan orang lain!" Kata nona kim dengan wajah serius. "Oooh... lantas bagaimana pula persoalannya dengan sepasang siluman itu?" "Bagaimana dengan sepasang siluman itu?" "Aku percaya kaupun dapat mengetahui bahwa kedua orang siluman itu bukanlah Lok hun-pay!" "Darimana kau bisa berkata demikian?" Nona Kim tertegun. "Adik Kim, kau benar-benar tidak tahu, ataukah...." "Tentu saja aku benar benar tidak tahu" Nona Kim nampak agak naik darah. Sun Tiong lo segera tertawa. "Aku percaya kau benar-benar tidak tahu sebab hatimu terlalu baik dan mulia!" "Apa maksudmu berkata demikian?" "kembali nona Kim mengerdipkan matanya berulang kali. "Adik Kim pernah berkata bahwa tenaga dalam yang dimiliki Sancu masih belum sanggup untuk menandingi Lok hun pay, bahkan kaupun pernah bilang kalau mendiang ayahku belum tentu sanggup menandingi dari Lok-hun-pay, masih ingatkah kau dengan perkataan tersebut?" Dengan cepat nona Kim dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh Tiong-lo, kontan saja ia dibikin terbungkam dalam seribu bahasa. Terdengar Sun Tiong-Io berkata lebih lanjut. "Apa lagi kedua orang siluman itu tak pernah berpisah satu sama lainnya, sedangkan didalam pertarungan diatas bukit Pemakan manusia, sancu yang harus berhadapan dengan dua orang musuhpun tidak memperlihatkan gejala kalah, apakah hal ini tidak aneh?" Nona Kim termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian sahutnya. "Demi membalas dendam, selama banyak tahun ayahku selalu melatih diri secara tekun, kalau sekarang ilmu silatnya mampu menangkan kedua orang siluman tersebut, kejadian ini bukan sesuatu peristiwa yang luar biasa !" "Ucapanmu itu menang benar tapi hal inipun mustahil bisa terjadi." Kata pemuda itu manggut-2 Nona Kim menjadi mendongkol dia lantas menegur. "Kau bilang bahwa ucapanku itu ada benarnya, tapi mengatakan pula kalau tidak mungkin, sebenarnya apa maksudmu?" "Andaikata selama beberapa tahun ini Sancu berhasil menemukan suatu penemuan diluar dugaan atau berhasil mendapatkan pusaka ilmu silat yang maha dahsyat kemudian melatihnya dengan tekun, kemungkinan besar ucapanmu itu ada benarnya." "Tapi kalau bukan karena itu, sebaliknya hanya melatih diri secara tekun atas kepandaian silat yang telah diketahui dulu, soal tenaga dalam mungkin akan peroleh kemajuan yang pesat, namun kalau dibilang dengan kemampuannya seorang ternyata sanggup mengalahkan dua orang jago tangguhnya hal ini mustahil bisa terjadi!" "Mengapa mustahil bisa terjadi?" Nona Kim belum juga mengerti. "Sepasang manusia aneh itu bukan orang tolol hanya puas dengan apa yang dimilikinya, apakah selama banyak tahun ini mereka tak pernah melatih kepandaiannya secara tekun? Kalau Sancu mempunyai waktu selama sepuluh tahun untuk melatih diri, apakah kedua orang siluman itu tidak memiliki pula waktu selama sepuluh tahun untuk melatih diri? Mengertikah kau dengan apa yang kukatakan ?" Mendadak nona Kim seperti teringat akan sesuatu, segera serunya. "Aaah, benar, ayahku pernah mendapatkan se Jilid kitab pusaka, kitab itu..." "Apakah kau maksudkan kitab yang disimpan dalam loteng Hian- ki-lo dan kemudian dicuri Khong It-hong serta menyalinnya kedaiam kitab lain itu ?" Nona Kim merasa terperanjat sekali setelah mendengar perkataan itu, serunya cepat. "Darimana kau bisa tahu tentang persoalan ini ?" Sun Tiong-lo segera tertawa. "Adik Kim, apakah kau lupa? Bukankah waktu itu aku bersembunyi disamping ruangan ?" Nona Kim mendengus dingin. "Tapi kau baru bercerita kepadaku setelah kejadian itu lewat." "Benar, waktu itu aku masih belum mengetahui dengan pasti akan posisi dan kedudukan adik Kim !" Sekali lagi nona Kim mendengus dingin. "Sekarang, aku toh masih tetap aku yang dulu !" "Paling tidak diluarnya kita toh tidak saling berhadapan sebagai musuh !" Sambung Sun Tiong lo sambil tertawa. Nona Kim sagera mengerling sekejap kearah Sun Tiong Io, kemudian katanya. "Aku hendak bertanya kepadamu, hingga sekarang, benarkah kau masih menaruh rasa curiga terhadap ayahku ?" Sun Tionglo tertawa getir. "berbicara terus terang, mau tak mau aku harus menaruh curiga tersebut !" "Lantas apa rencanamu selanjutnya?" Sun Tiong-lo menggelengkan kepalanya berulang kali tanpa menjawab. Dan dengan wajah serius sekali lagi nona Kim berkata. "Engkoh Lo, andaikata kau bersikeras mempunyai jalan pemikiran semacam itu, maka mustahil buat kita untuk melakukan perjalanan lebih jauh..." - ooo0dw0ooo- Jilid 23 MENDADAK Sun Tiong lo menuding ke atas pohon sambil berseru. "Adik Kim, cepat lihat !" Nona Kim mengalihkan sorot matanya kearah yang ditunjuk, tampaklah tanda panah yang semula menunjuk kearah atas, kini arahnya sudah berubah menjadi melintas, bahkan dibawah tanda panah yang tertera pula tanda "X". Menyaksikan tanda itu, dengan kening berkerut nona Kim segera bertanya. "Apa pula arti dari tanda ini?" Paras muka Sun Tiong lo kini berubah menjadi amat serius, jawabnya. "Engkoh Siau hou memberitahukan kepadaku kalau Beng cengcu dan pelayannya telah menjumpai ancaman bahaya, sekarang dia sedang berjalan melewati jalanan sebelah kanan, hayo kita cepat menyusul ke sana!" Nona Kim sangat menguatirkan keselamatan dari Beng Liau tuan dan pelayannya, mendengar perkataan itu segera jawabnya. "Kalau begitu mari kita segera ke sana !" Sambil berkata kedua orang itu segera melarikan kudanya kencang-kencang menuju kedepan sana. - ooo0dw0ooo- BENG Liau huan dan pelayan tuanya Beng seng tak pernah menyangka kalau didalam hidup mereka kali ini masih punya harapan untuk keluar dari Bukit pemakan manusia dalani keadaan hidup, ketika mereka tahu kalau diri nya berdua diperbolehkan meninggalkan bukit, tentu saja gembiranya bukan kepalang. Diam-diam orang itupun segera berunding, mereka menganggap kejadian ini sudah pasti disertai dengan rencana keji. Selama banyak tahun, Beng Liau huan dan pelayannya sudah cukup mengenali watak dari Mo Tin hong, mereka sadar andaikata kali ini dia bukan dipaksa oleh keadaan, mustahil Mo Tin hong akan bersedia melepaskan mereka berdua untuk turun gunung. Oleh sebab itu setelah berunding, diputuskan bahwa mereka akan melakukan perjalanan bersama-sama Sun Tiong lo kakak beradik, tujuannya agar mereka tidak disergap siapapun atau dicelakai oleh siapapun. Akan tetapi ketika mereka mendapat tahu kalau Mo Tin hong pun melakukan perjalanan bersama mereka, Beng Liau huan berdua segera merubah kembali rencananya, mereka bertekad akan melanjutkan perjalanan sendiri agar bisa cepat-cepat meloloskan diri dari pengejaran serta pengawasan Mo Tin hong. Setelah berpamitan dengan semua orang, karena mereka berkuda maka perjalanan bisa di lanjutkan sangat cepat. Kurang lebih belasan li kemudian, mendadak Beng liau huan menarik tali les kudanya dan berpaling, ia ingin tahu apakah ada orang yang secara diam diam menguntil dibelakang mereka. Setelah yakin kalau tak ada yang menguntil, mereka lantas berbelok kesebuah jalanan kecil dan merubah arah perjalanannya secara tiba-tiba. Beng Liau huan termasuk seorang jagoan persilatan pula dimasa lalu, tapi setelah dua puluh tahun disekap diatas bukit, apalagi setelah badannya cacad, sudah barang tentu berbicara soal kepandaian maupun kecerdasan, ia sudah jauh ketinggalan daripada dulu. Itulah sebabnya mereka amat mudah diintil orang tanpa disadari oleh mereka sendiri. Sudah barang tentu Beng Liau huan pun sangat memperhatikan keadaan dibelakang tubuh nya, sayang pihak lawan sudah melakukan persiapan yang matang sehingga semenjak mereka meninggalkan Sun Tiong lo sekalian, kedua orang tersebut sudah melangkah kedalam perjalanan yang penuh ancaman bahaya. Di tengah jalan, kedua orang itu berhenti untuk beristirahat sambil mengisi perut. Ketika selesai bersantap Beng Seng lantas bertanya kepada Beng liau huan. "Cengcu, mengapa kau tidak rnenceriterakan apa yang telah kau dengar dan kau saksikan selama banyak tahun ini kepada Sun kongcu?" Beng liau hoan tertawa getir. "Tentu saja ada alasannva, pertama orang yang merampas perkampungan dan membunuh keluarga aku dimasa lalu bukan Mo Tin hong pribadi, kendatipun kemungkinan besar dialah dalang dari pembunuhan itu, sayang aku tidak mempunyai bukti yang pasti." "Kedua Sun kongcu dan Mo Tin hong masih mempunyai sedikit hubungan, apa yang diucapkan pada saat ini belum tentu akan mendatangkan hasil, maka lebih baik kalau kita menunggu sampai tibanya kesempatan lain yang lebih cocok." "Ke tiga, aku sudah mengetahui kalau nona Kim bukan putrinya Mo Tin hong, maka ketika Sun kongcu mengajak nona Kim meninggalkan Bukit pemakan manusia, aku sudah mempunyai suatu rencana..." Belum habis dia berkata, Beng seng telah menukas. "Aku lihat tak bakal salah lagi, orang she Mo itu adalah dalang dari segala macam peristiwa ini, tak usah membicarakan yang lain, cukup dilihat dari perbuatannya yang mengancam kita berdua selama banyak tahun, sudah terbukti kalau dia bukan orang baik- baik." "Apalagi kalau dilihat dari kematian yang mengenaskan aari sahabat-sahabat persilatan yang salah memasuki bukit dan mati disergap oleh jago-jago mereka yang ber-jaga2 disana..." Sekali lagi Beng Liau huan tertawa getir, katanya sambil mengulapkan tangannya. "Kau keliru besar, Mo Tin hong tak pernah membunuh orang- orang yang salah memasuki bukit pemakan manusia!" "Tak pernah ?" Beng Seng tertegun. "tuan, apakah kau lupa...?" "Aku tidak lupa." Tukas Beng Liau huan sambil menggeleng. "walaupun yang tewas tidak sedikit, sedang sahabat-sahabat persilatan yang telah salah memasuki bukit itu, semuanya masih tetap hidup dengan selamat." "Tuan, sungguhkah itu ?" Beng seng berdiri bodoh. Beng Liau Iiuan manggut-manggut. "Betul, pada mulanya akupun tidak mengetahui akan hal ini, sampai sepasang manusia siluman menyerbu ke dalam perkampungan dan dengan mata kepala sendiri kusaksikan jago- jago silat tersebut, hatiku baru sadar dan paham." "Aneh sekali kalau begitu." Beng Seng belum juga mengerti. "orang-orang itu mempunyai rumah dan keluarga, mengapa mereka mau tinggal diatas bukit ini?" Beng Liau huan menghela napas panjang. "Aaaaai... sayang sekali teka-teki ini tak ada orang yang bisa memecahkannya." Beng seng berpikir sebentar, ujarnya. "Tuan, jangan murung karena urusan orang lain lagi, coba katakan, sekarang langkah pertama kita harus kemana?" Beng seng berpikir sebentar, lalu manggut-2. "Betul, Toa kohya mempunyai hubungan yang luas sekali dengan jago-jago dalam dunia persilatan, mungkin saja kita dapat mengetahui asal terjadinya peristiwa dimasa lalu, siapakah dalangnya serta karena apa bisa terjadi peristiwa itu?" Beng liau-huan tidak menanggapi ucapan itu dia memberi tanda agar Beng seng membimbingnya naik keatas kuda. Beng liau huan pada saat ini adalah seorang manusia cacad yang telah tak berkepandaian lagi, setelah naik keatas kuda, bersama Beng-Seng diapun melanjutkan perjalanan menuju kedepan. Tak lama setelah kedua orang itu berlalu, dari balik semak belukar muncul pula dua orang lelaki kekar yang berwajah bengis. Kedua orang itu saling berpandangan sekejap sambil tertawa, kemudian merekapun mengejar dibelakang dan Bau ji menyusul pula ke sana, menyaksikan sisa rangsum yang tercecer diatas tanah, kedua orang itu saling manggut dan melanjutkan perjalanannya melakukan pengejaran. Ketika mereka tiba disebuah pohon besar, Siau hou-cu segera membalikkan tangannya dan meninggalkan sebuah tanda diatas pohon. - ooo0dw0ooo- Dua orang lelaki kekar berwajah bengis berhenti didepan sebuah hutan dan bersandar diatas dahan sambil memperhatikan Beng liau huan berdua yang tinggal dua titik bayangan hitam dikejauhan sana. Tiba-tiba salah seorang diantara dua orang lelaki bermuka buas itu tertawa seram, kemudian katanya. "Lo huan, dugaan majikan ternyata benar, tua bangka celaka itu benar-benar hendak pergi ke rumah putrinya mari kita tunggu sebentar lalu mengejar lagi !" Lelaki she Huan itu segera tertawa. "Lo-oh, diantara anak buah majikan, kepandaianmu lebih tinggi daripada aku, segala sesuatunya aku menuruti perkataanmu saja!" Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aaah, tak usah mempersoalkan lebih tinggi atau tidak, kita toh sama saja !" Lo-oh menggeleng. "Berbicara yang sebenarnya, penghalang di depan sana bisa dilewati dengan selamat bukan? "Hm, kita bisa mampus kalau sampai gagal!" Lo-huan berpikir sebentar, lalu katanya lagi. "Danpada terjadi hal-hal yang tak diinginkan, Lo-oh, mari kita menyusul sekarang juga" Lo oh mengiakan, bersama Lo Huan mereka segera melanjutkan perjalanannya untuk melakukan pengejaran. Tentu saja semua pembicaraan tersebut dapat didengar oleh Siau hou cu dan Bau ji dengan jelas, itulah sebabnya dibawah tanda panah yang dibuatnya diatas dahan pohon, diberi pula tanda "X". Menyusul kemudian, Siauhou cu pun berkata kepaca Bau ji. "Kali ini kita pun memisahkan diri, kau menekan dari belakang, aku menghadang dari depan!" "Betul!" Bau ji mengangguk. "kali ini kita harus meninggalkan korban dalam keadaan hidup." "Tentu saja, kita harus memaksa setan tua itu untuk memperlihatkan wujud yang sesungguhnya." Sambil berkata dia lantas memberi tanda kepada Siau hou cu dan berlalu lebih dahulu. Sedangkan Bau ji menjalankan kudanya pelan-pelan mengikuti dibelakangnya. -ooo0dw0oooBeng Liau huan dan pelayan tuanya sudah memasuki sebuah jalan bukit yang sepi dan terpencil. Waktu itu senja menjelang tiba, pemandangan tampak sangat indah sekali. Sambil menunjuk ke tempat kejauhan sana, tiba-tiba Beng liau huan berkata. "Beng seng, bagaimana kalau kita sekaligus melewati bukit didepan sana?" Menyaksikan majikan tuannya sedang gembira, buru-buru Beng seng menyahut. "Bagus sekali, biar aku yang akan berjalan didepan!" Mendadak Beng liau-huan menghela napas sedih, katanya. "Walaupun semangatku masih seperti dulu, sayang orangnya sudah jauh berbeda!" Beng seng ada maksud menghilangkan kemurungan majikannya, lalu ujarnya sambil tertawa. "Siapa yang bilang begitu? Aku justru tidak puas kalau dibilang sudah tua dan tak mampu." Beng Liau-huan segera menggelengkan kepalanya berulang kali. "Sekalipun tidak puas, apa pula gunanya ? Tulang kita sudah tua, apalagi tenaga dalam ku sudah punah, setelah lama tidak menunggang kuda, rasanya mustahil bagiku untuk mendaki bukit itu semalaman suntuk, betul niatku besar sayang kekuatanku sudah tak akan memenuhi harapan tersebut." Baru saja Beng Seng akan menjawab, mendadak dari arah depan sama berkumandang datang suara bentakan keras. "Hmmm, memang tidak pikun, jago kawakan memang tetap jago kawakan, tampaknya kau sudah tahu kalau dalam hidupmu kali ini tak mungkin bisa melewati bukit itu lagi, orang she Beng, harap turun dari kudamu !" Ditengah pembicaraan tersebut, dua orang lelaki berbaju hitam telah melompat keluar dan menghampiri mereka. Dilihat dari gerakan tubuh mereka yang begitu cepat, dapat diketahui kalau kedua orang lelaki itu adalah jago-jago kelas satu didalam dunia persilatan. Mendengar bentakan tersebut, Beng Liau huan segera tertawa getir, bisiknya kemudian kepada Beng Seng. "Cepat lari meninggalkan tempat ini, bagai manapun juga harus ada seorang yang pergi ke rumah toa konio untuk membawa berita!" Sudah dua puluh tahun Beng Seng tak pernah meninggalkan majikannya, tapi ia cukup mengetahui akan situasi yang sedang dihadapinya sekarang, maka sambil mengiakan dia segera melarikan kudanya untuk meninggalkan tempat itu. Siapa tahu belum lagi kudanya diputar, dari belakang tubuhnya kembali terdengar seseorang menegur sambil tertawa. "lngin kabur? Boleh saja, cuma tinggalkan dulu nyawamu!" Menyaksikan dari depan dan belakang muncul musuh tangguh yang menghadang perjalanan mereka, Beng Seng menjadi naik darah. Dia segera menuding ke arah keempat orang lelaki buas yang berada didepan maupun belakangnya, kemudian bentaknya keras- keras. "Kami berdua toh tidak mempunyai dendam kesumat dengan kalian, mengapa kalian mendesak kami terus menerus?" Dua orang lelaki yang berada dibelakang tak lain adalah Lo Huan dan Lo Oh. Sambil tertawa seram Lo Huan segera menyahut. "Yaa, memang tak ada dendam kesumat tak ada sakit hati, tapi selamanya aku orang she Huan memang tak pernah mempersoalkan dendam sakit hati bila ingin membunuh orang!" Manusia berbaju emas yang berada di sebelah timur itu segera mendengus dingin. "Hmmm, orang kuno bilang, siapa yang terlibat dia terpikat!" "Betul, siapa yang terlibat dia memang terpikat!" Sahut manusia berbaju emas yang berada disebelah barat sambil mendengus pula. Lama-kelamaan, manusia berbaju emas yang ada disebelah timur menjadi naik pitam, dia lantas berseru. "Cukup, sekarang kau hendak menghabisi diri sendiri, ataukah harus menerima bantuanku." "Apa sih maksud perkataanmu itu?" Yang berada disebelah barat pura-pura tidak mengerti. "Apakah perkataanku masih kurang jelas?" "Perkataannya mah sudah cukup jelas, cuma alasannya saja yang tidak kupahami !" "Kau ingin mengetahui alasannya? Baik, kalau begitu kuberitahukan kepadamu, Kau si nomor delapan, bernama Wong Peng ci yang berasal dari Ting kang, rasanya hal ini sudah cukup jelas bukan sahabat Wong yang baik hati?" Yang ada disebelah barat adalah Wong Peng ci, sedang yang berada disebelah timur, tak bisa disangkal lagi adalah orang yang mendapat perintah untuk membunuhnya. Wong Peng ci segera manggut-manggut. "Bagus, bagus sekali, dan aku rasa memang sudah cukup! Majikan pernah bilang nama siapa dan nomor siapa bila dibocorkan kerahasiaannya, maka hal itu berarti kematiannya sudah diumumkan aku rasa memang tak perlu lagi bagiku untuk menanyakan alasannya lagi.." Orang yang berada disebelah timur itu segera manggut-manggut. "Betul, tampaknya kau belum melupakan peraturan kita itu!" Serunya cepat. Wong Peng ci tertawa. "Sudah sekian tahun aku bertugas dan berbakti kepada majikan, masa peraturan semacam inipun bisa kulupakan ?" "Kalau memang begitu bagus sekali" Seru si manusia disebelah timur sambil tertawa. "Wong Peng ci, silahkan segera turun tangan untuk menghabisi dirimu sendiri" "Tunggu dulu" Seru Wong Peng ci sambil mengulapkan tangannya. "aku masih ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu." "Kau benar-benar kurang memuaskan hati." "Hmmm, memuaskan atau tidak tunggu saja sampai aku selesai mengajukan pertanyaan ini, kemudian kau baru boleh berbicara sesuka hati mu..." Orang yang berada di sebelah timur itu segera tertawa licik. "Betul juga perkataanmu itu" Katanya. "mungkin diantara sembilan orang pengganti majikan kaulah yang paling memuaskan hati!" Wong Peng ci tak mau kalah, diapun tertawa seram. "Bila hari ini aku mati, maka basok kaulah yang mampus, hal ini tetap akan berlangsung untuk selamanya Sobat, sebelum melaksanakan tugasmu itu, lebih baik cobalah untuk meresapi dahulu maksud dari perkataanku ini." Untuk beberapa saat lamanya orang vang berada disebelah timur itu tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Sebaliknya Wong Peng ci juga tidak buka suara lagi. Sampai lama, lama kemudian, orang yang berada di sebelah timur baru berkata dengan suara rendah dan berat. "Sahabat Wong, waktu yang tersedia bagiku sangat terbatas sekali!" Perkataan itu bermaksuk amat sederhana yaitu minta kepada Wong Peng ci agar segera menyelesaikan kehidupannya. Wong Peng ci segera tertawa. "Majikan toh berada disekitar tempat ini, Iebih baik pertanyaan ini kuajukan dulu kepada majikan agar bersedia untuk menjawabnya lebih dahulu." "Wong Peng ci, kuanjurkan kepadamu lebih baik sedikitlah tahu diri." Tegur orang disebelah timur dingin. "Baik." Wong Peng-ci tertawa. "memandang pada kedudukan kita sama-sama sebagai sembilan orang pengganti, persoalan ini terpaksa ku ajukan saja kepadamu, maaf aku tak tahu siapakah namamu, terpaksa aku harus menyebut anda kepadamu..." "Terserah" Tukas orang itu, Setelah mendengus dan tertawa, Wong Peng ci lantas berkata. "Apakah anda hanya menitahkan pada aku orang she Wong untuk bunuh diri atau menyerahkan nyawaku dengan begitu saja." Pada mulanya orang yang berada di sebelah timur itu tertegun, kemudian katanya sambil tertawa. "Sahabat Wong, kau benar-benar tak tahu diri, silahkan kau perhatikan benda apa ini?" Sembari berkata, orang yang berada disebelah timur itu segera mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, tahu-tahu genggamannya telah bertambah dengan sebuah lencana emas berkepala macan kumbang Pa tau lok hun kim pay. Wong Peng ci memandang sekejap ke arah lencana emas tersebut, kemudian katanya sambil tertawa pedih. "Bagus sekali, kalau begitu silahkan anda turun tangan untuk menyelesaikan aku!" "Ooh, aku kira lebih baik sahabat Wong turun tangan sendiri saja untuk menyelesaikan dirimu sendiri" "Bagaimana...?" Ejek Wong peng ci tenang. "aku orang she Wong sudah menjumpai musuh tangguh dan kepandaian silatku telah dipunahkan orang sehingga saat ini sudah lemah tak berkekuatan ibaratnya orang biasa, apakah masih takut terhadap diriku?" Orang yang berada disebelah timur itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali. "Sekalipun tenaga dalam yang dimiliki sahabat Wong masih utuhpun, aku tak bakal jeri kepadamu!" Wong Peng ci segera tertawa dingin tiada hentinya. "Tentu saja cara kerja Lok hun pay selamanya disertai dengan suatu perencanaan yang matang, kalau toh mengutus orang untuk secara diam-diam mengawasi gerak gerik seseorang, tenaga dalam yang dimiliki orang itu sudah pasti jauh melebihi kepandaian lawannya!" Berhubung paras muka orang yang berada disebelah timur tertutup oleh kerudung kain hitam, maka sulit untuk mengetahui mimik wajah sebenarnya, tapi kalau didengar dari nada ucapannya yang baru dilontarkan sudah cepat dia akan segera dibikin kaget dan marah. Dengan emosi yang meluap, lantas berseru. "Wong Peng ci, kau berani menyebut majikan dengan sebutan semacam itu?" Wong Peng ci segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Haaahh... haaahh... haaahh... selain kematian tiada bencana lain yang lebih besar, bagaimanapun juga aku orang she Wong toh sudah pasti mati, kenapa aku mesti takut kepada persoalanpersoalan yang lain? sebaliknya justru kau sendirilah yang mesti waspada kepadaku, paling baik lagi jika bertindak lebih berhati- hati!" "Mati dengan mati tak akan sama, aku dapat membuatmu tersiksa lebih dulu sebelum mampus!" Ancam orang yang berada disebelah timur sambil membentak keras. Untuk kesekian kalinya Wong Peng ci mendongakkan kepalanya sambil tertawa ter-bahak2. "Haaahh... haaahh... haaahh... apanya yang berbeda, paling banter toh harus hidup tersiksa berapa waktu lebih lama!" "Tutup mulut dan segera habisi nyawamu sendiri!" Teriak orang yang berada disebelah timur itu sambil menudingkan kearah Wong Peng ci. Tapi Wong Peng ci menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin, aku tak mungkin akan melakukannya sendiri, jadi kalau kau ingin cepat terpaksa kau harus melakukan sendiri, aku akan menyuruh kau sepanjang hidup, siang maupun malam selalu teringat dengan kisah perbuatan mu didalam membunuhku pada hari ini." "Kemudian, bila pada suatu saat lencana Lok hun pay berbalik dan menuduh kau adalah kuku garuda orang lain seningga menjatuhi hukuman mati kepadamu, saat itulah aku akan muncul kembali untuk menjemput arwahmu menuju keakhirat!" Orang yang berada di sebelah timur itu tak sanggup untuk mendengarkan perkataan itu lebih lanjut, dengan gusar segera teriaknya. "Perbuatanmu sekarang hanya akan membuatmu tersiksa hidup beberapa waktu lamanya sebelum kematian menghabisi riwayatmu." Sembari berkata, dengan langkah lebar dia segera berjalan mendekati Wong peng ci. Wong peng ci masih saja tersenyum. "Saudara kau tak usah berlagak seperti itu di hadapanku, sekarang tenaga dalam yang aku orang she Wong miliki sudah punah, mau melarikan diri pun sudah tak sanggup, melawan sudah tak sanggup hanya dengan suatu langkah pelan saja, hal itu sudah cukup menggetarkan hati orang!" Orang yang berada disebelah timur itu segera mendengus dingin, katanya. "Sekali lagi kuberi sebuah kesempatan kepadamu, cepat habisi sendiri nyawamu." Tapi Wong peng ci tetap membandel, untuk kesekian kalinya dia menggelengkan kepala nya berulang kali. "Kini, kau secara beruntun telah melanggar beberapa kali perintah dari Lok hun pay, apa bila dugaanku tidak salah, dibelakang tubuhmu sekarang sudah pasti ada orang yang sedang mengawasi dirimu, aku kuatir..." Mendadak dia berhenti bicara, kemudian wajahnya segera memperlihatkan suatu senyuman yang sangat aneh, terutama sekali sepasang matanya itu, membuat manusia berbaju emas yang berada di sebelah timur mau tak mau harus celingukan ke sana kemari dengan perasaan tak tenang, dan akhirnya dengan perasaan ngeri dia mundur ke belakang berulang kali. Ternyata apa yang diduga Wong Peng ci sedikitpun tidak salah, karena entah sejak kapan, di belakang tubuh manusia berbaju emas yang berada di sebelah timur itu telah bertambah lagi dengan seorang aneh berbaju emas yang mengenakan kain kerudung muka berwarna kuning emas.. Baru saja orang yang berada disebelah timur akan bersuara, manusia berbaju emas yang barusan menampakkan diri itu sudah berkata dengan suara dalam. "Gui Sam tong, persembahkan dahulu lencana Kim pay tersebut kepadaku!" Gui Sam tong, atau orang yang berada di sebelah timur itu sudah diumumkan namanya secara blak-blakan, menurut peraturan lencana Lok hun pay, hal ini berarti dia dan Wong Peng ci mempunyai kedudukan yang sama, yakni sudah dijatuhi hukuman mati. Maka baru saja Gui Sam tong hendak mengeluarkan lencana Kim pay tersebut, mendadak Wong Peng ci telah mencegahnya seraya berkata. "Saudara Gui, tunggu sebentar!" Dengan geramnya Gui Sam tong membalikkan badannya sambil membentak keras. "Semua ini gara-gara kau si kawanan tikuslah yang mencelakai diriku..." Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Saudara Gui, tutup mulutmu." Suara Wong Peng ci dengan suara keras. "menurut peraturan yang ditentukan tua bangka itu, barang siapa namanya diumumkan secara blak-blakan maka itu berarti dia sudah dijatuhi hukuman mati. Sekarang, sekalipun kau dapat membunuhku juga tak akan mendapatkan pengampunan dari lawan, mustahil dia bersedia mengampunimu dengan begitu saja!" Gui Sam tong menjadi berdiri bodoh seperti patung, untuk sesaat lamanya dia tak tahu apa yang harus dilakukan. Manusia berkerudung emas yang baru saja munculkan diri itu segera berkata lagi. "Gui Sam tong mengapa tidak kau serahkan lencana kim pay itu kepadaku?" "Lo Gui, saudara Gui, mengapa kau tak menanyakan dulu kepadanya, ia mempunyai apa?" Diam-diam Gui Sam tong mengangguk baru saja akan buka suara, pihak lawan telah berkata lebih dulu. "Lencana Kim pay semuanya terdiri dari tiga macam, kau harus tahu, sekarang aku mendapat perintah dengan lencana Hou tau kim pay (lencana emas kepala harimau) untuk mengawasi gerak- gerikmu, aku telah dapat perintah untuk melaksanakan menurut peraturan, mengertikah kau sekarang..." Wong peng-ci tertawa. "Mengerti kentutmu, cepat perlihatkan itu lencana emas itu." "Benar" Sambung Gui Sam tong. "aku pun ingin menyaksikan macam apa lencana emas Hou tau kim pay itu!" "Selain itu, kau harus bertanya dulu kepadanya, peraturan manakah yang telah kau langgar?" Sambung Wong Peng ci. Dengan cepat Gui Sam tong manggut-manggut, pada manusia berbaju emas itu katanya. "Benar, kau harus menerangkan semua persoalan itu sampai jelas!" Manusia berkerudung berbaju emas itu mendengus dingin, tangannya segera merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan sebuah lencana Hou tau kim pay, sebuah lencana emas yang bergambar kepala harimau. Perlu diketahui, lok hun pay dibagi menjadi empat macam, yang paling berkuasa besar ada lah Lok hun si leng (lencana kematian). Setelah itu menurut urutannya adalah lencana emas berkepala naga, lencana emas berkepala harimau dan lencana emas berkepala macan kumbang. Jadi dengan begitu maka lencana Pa tau lok hun leng yang dibawa oleh Gui Sam tong sesungguhnya kalah satu tingkat bila dibandingkan dengan berkepala harimau. Setelah lencana Hou tau kim leng lawan di-keluarkan, Gui Sam tong tak dapat berbicara lagi. Tampak di pihak lawan mengangkat tinggi tinggi lencana emas "Lepaskan kerudung yang kau kenakan itu!" Kali ini kedua orang itu tak berunding, tanpa membantah Gui Sam tong segera melepaskan kain kerudung berwarna mukanya. Dengan demikian, dari tiga orang pengganti Lok hun pay yang hadir saling berhadapan, tinggal satu orang saja yang masih mengenakan kain kerudung muka. Mula-mula simanusia berkerudung itu menyimpan dahulu lencana emas Hou tau kim pay nya, setelah itu baru perintahnya. "Gui Sam tong, sekarang persembahkan lencana Pa tau kim pay mu itu kepadaku." "Gui heng, hayolah bertanya, tanya apa dosa dan kesalahanmu?" Seru Wong peng ci tiba2. Tak menanti pertanyaan itu di ajukan, manusia berkerudung itu sudah berkata lebih dulu dengan suara lantang. "Gui Sam tong, kau hanya mendapat perintah untuk membunuh Wong Peng ci, bukan untuk mengajaknya berdebat maka perbuatanmu itu selain melanggar perintah majikan, juga melanggar peraturan perguruan, mengertikah kau atas dosa-dosamu?" Wong Peng ci segera mendengus dingin. "Kalau begitu kau keliru besar, si pemilik lencana Lok hun pay berhasrat membunuhku karena aku bukan tandingan lawan sehingga tertangkap, padahal aku sudah mempunyai banyak jasa dan pahala baginya, mengapa jasa-jasaku ini tak pernah disinggung kembali?" "Itulah sebabnya aku merasa tak puas, tentu saja aku harus menanyakan persoalan ini sampai jelas, apabila saudara Gui tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan hati ku, tentu saja peraturan tak bisa dijalankan dengan begitu saja, sebaliknya dia telah memberi penjelasan kepadaku, tapi kenyataannya ia malah dijatuhi hukuman, hmm, peraturan dari manakah itu?" "Betul, peraturan dari perguruan manakah itu?" Sambung Gui Sam tong pula. Manusia berkerudung itu segera mendengus. "Wong Peng ci, lohu tak akan bertindak seperti Gui Sam tong lagi untuk mendengarkan ocehanmu sehingga melanggar peraturan perguruan!" Sesudah berhenti sebentar, sambil menuding ke arah Gui Sam tong dan Wong Peng ci kembali dia membentak. "Dengarkan baik-baik, majikanku mempunyai kecerdasan yang luar biasa, ia sudah mempunyai rencana yang amat matang, sebelum ini dia telah memberitahukan kepada lohu kalau Wong Peng ci pasti akan tertawan oleh lawan, bila dia tak sampai mati, itu berarti dia telah menghianati majikan." "Oleh karena itu, pihak lawan paling banter hanya akan memunahkan ilmu silatnya dan melepaskan dia pergi, Kini kenyataannya berbicara sama, hal ini menunjukkan kalau dugaan majikan memang tepat sekali." "Apalagi majikanmu sudah menduga kalau Gui Sam tong tak akan bertindak tegas, tak bisa diberi tugas besar, terutama sekali bila menghadapi suatu perubahan secara tiba-tiba, dia akan semakin nyeleweng dari kebiasaan." "Apakah kau tidak merasa semua perkataanmu itu hanya perkataan yang tak ada gunanya." Tiba-tiba Wong Peng ci menukas. Manusia berkerudung emas itu tertawa dlngin. "Heehh... heehh... heeh... lohu hanya mendapat perintah untuk melaksanakan tugas, aku tidak tahu soal perasaan. Andaikata kepandaian ilmu silat yang kamu miliki itu masih ada, mungkin lohu merasa tak sanggup untuk menandingi kerubutan kalian berdua, tapi kini..." Wong Peng ci segera mendengus dingin. "Orang she Wong sudah tahu kalau aku pasti mati, jangan kau lihat kepandaian silatku sudah punah, tapi aku masih bisa mengadu jiwa denganmu, paling tidak aku masih bisa menggigit dagingmu untuk mencicipi bagaimanakah jasanya daging manusia!" Manusia berkerudung itu tak banyak bicara lagi, dengan langkah lebar dia segera berjalan mendekat. Cuma dia bertindak sangat hati-hati, karena dia tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki Gui Sam tong terhitung cukup hebat. Sambil berjalan mendekat, manusia berkerudung itu kembali berseru kepada Gui Sam-tong. "Jika kau tidak segera menyerahkan lencana emas itu kepadaku, itu berarti sebelum mampus kau akan merasakan dahulu suatu siksaan hidup yang luar biasa!" Wong Peng ci yang berada di samping Gui-Sam tong buru-buru berkata kembali. "Jangan melupakan apa yang telah kukata kan kepadamu barusan, terkecuali mati tiada bencana yang lebih besar lagi. Apa lagi, kita memang hidup diujung golok yang penuh dengan marabahaya, kita bukan manusia yang dilahirkan untuk digertak!" Gui Sam tong juga sudah tahu kalau kematian tidak akan bisa dihindari lagi, tentu saja diapun menjadi nekad, sambil manggut- manggut sahutnya dengan cepat. "Benar, makanya . ...kenapa aku orang she Gui tidak menahan lencana emas ini sebagai pengganjal peti mati?" Wong Peng ci segera bertepuk tangan sambil memuji. "Nah, begitulah baru tampak gagah Sekali.." Lalu setelah memandang sekejap ke arah manusia berkerudung itu, katanya lagi. "Saudara Gui, kepandaian yang dimiliki keparat itu tidak lebih hebat daripada kepandaianmu, hadapi dengan tenang, walaupun aku sudah kehilangan kepandaianku sekarang, tapi kau tak usah kuatir, aku masih bisa membantu dirimu!" Mendengar perkataan tersebut, manusia berkerudung emas itu segera tertawa seram. "Heeh ,..heeh....heeh...Gui Sam tong, percaya kah kau bahwa seseorang yang sudah kehilangan ilmu silatnya masih mengatakan bisa membantu dirimu? Heeh...beeh...heeh....pada hakekatnya ucapan tersebut hanya suatu ucapan membohongi anak kecil saja...." "Saudara Gui, cepat turun tangan, jangan rnendengarkan obrolan orang itu" Buru buru Wong Peng ci menyela lagi. "dapatkah aku membantu dirimu, paling banter hanya menunggu sebentar kemudian toh semuanya akan terbukti' Gui Sam-tong memandang sekejap ke arah Wong Peng ci, kemudian manggut-manggut. "Wong, aku cukup memahami akan persoalan ini, sekarang kita berdua memang sudah berada diatas sebuah perahu yang sama:" Sekali lagi Wong Peng-ci bertepuk tangan berulang kali. "Betul, betul sekali, kalau begitu hadapilah lawannya dengan sepenuh tenaga, bila kesempatan yang kutunggu sudah tiba, aku pasti akan segera bertindak, tak usah kuatir, pokoknya asal aku sudah bertindak, keparat itu sudah pasti akan roboh!"' Sementara itu, si manusia berkerudung itu sudah semakin mendekati tubuh Gui Sam-tong, dia menuding ke arah Wong Peng- ci lebih dulu, kemudian serunya. "Wong Peng ci, tampaknya kau ingin merasa kan bagaimanakan sedapnya ilmu Toan hun sut kut (ilmu pemutus sukma mengerut tulang)" Wong Peng ci tertawa tergelak. "Hahahahaha......apa yang dikatakan oleh Lo Gui tadi memang benar, dia hendak menggunakan lencana emas Pa tau kim pay tersebut sebagai penganjal peti matinya, dan aku? Aku hendak menggunakan lencana emas Hou tau kim pay yang berada disakumu untuk diloakkan dan ditukar dengan arak ." Manusia berkerdung itu benar-benar berasa denki sekali terhadap Wong Peng ci, tapi selama berada dihadapan Gui Sim tong dia tak berani bertindak secara gegabah, terpaksa dia berencana untuk membekuk Gui Sam tong lebih dahulu, kemudian baru menyiksa Wong Peng ci Sementara itu Gui Sam tong telah meloloskan pedang mestikanya, sedangkan manusia berkerudung itupun telah meloloskan pedangnya. Mereka berdiri saling berhadapan muka, Gui Sam tong telah bersiap sedia untuk melancarkan serangan iebih dulu. Mendadak Wong Peng ci berkata lagi. "Lo Gui, kau sudah pasti bukan tandingannya, kalau tidak Lok Hun pay si tua bangka tak akan begitu berlega hati mengirimkan keparat ini kemari, maka kau harus menghadapinya dengan tenang, jangan menyerang lebih dulu, bertahan saja sebisanya sembari rnencari kesempatan untuk melancarkan serangan balasan" Gui Sam tong segera manggut-manggut. "Benar" Serunya, ''hampir saja aku tertipu." Berbicara sampai disitu, benar juga, Gai Sam rong segera mengambil posisi bertahan dan tidak bermaksud untuk melancarkan serangan lagi. Tenaga dalam yang dimiliki manusia berkerudung hitam itu sebenarnya masih tinggi satu bagian bila dibandingkan dengan tenaga dalam yang dimiliki Gai Sam tong. didalam seratus gebrakan semestinya dia mempunyai kemampu an untuk mengalahkan Gui Sam tong. Tapi seandainya Gui Sam tong mengambil sikap bertahan saja tanpa menyerang, maka berbicara soal kondisi badan, orang yang bertahan akan memperoleh keuntungan situ bagian bila dibandingkan dengan pihak penyerang, dengan demikian, kedudukan mereka berdua jadi berimbang. Atau dengan perkataan lain, andaikata Gui Sam tong mengambil sikap bertahan belaka tanpa mehkukan penyerangan, maka andaikata manusia berkerudin itu ingin membinasakan Gui Sam tong, dia harus bertarung paling tidak dua ratus gebrakan lebih dulu sebelum berhasil. Dan tampaknya inilah siasat yang sengaja diatur Wong Peng ci, tapi bagaimanakah siasat tersebut ? Hal ini akan diceritakan nanti Manusia berkerudung itu tak bisa tidak terpaksa harus rurun tangan, pedangnya segera di getarkan lalu maju ke depan sambil melancarkan serangan gencar. Gui Sam tong masih tetap bertahan dengan tenang dan mantap, entah jurus serangan macam apapun yang ditujukan kepadanya, dia hanya menangkis dan memunahkan saja setiap ancaman yang tertuju ke arahnya, benar-benar tak setengah jurus serangan pun yang dibiarkan lewat setengah. Untuk mempercepat keinginannya untuk meraih kemenangan, terpaksa manusia berkerudung emas itu harus mempercepat serangan-lagi. Tiga puluh jurus, lima puluh jurus, delapan puluh jurus..... Sudah delapan puluh jurus serangan yang dilancarkan secara beruntun, akan tetapi manusia berkerudung itu masih belum berhasil untuk mendebak Gui Sam-tong untuk mundur barang satu langkah pun. Seratus jurus, seratus sepuluh jurus ... Kini Gui Sam tong sudah dipaksa mundur sejauh lima depa lebih. Seratus lima puluh jurus sudah lewat, kini Gui Sam tong sudah didesak mundur sejauh dua kaki lebih. Waktu itu Gui Sam tong benar benar sudah tak sanggup untuk mempertahankan diri lagi. dia sudah merasa kehabisan tenaga lagi untuk melakukan perlawanan. Sambil tetap melancarkan serangan demi serangannya secara gencar, manusia berkerudung emas iiu mulai mengejek : 'Hei bagaimana ? Adakah Wong Peng ci sudah memberikan bantuannya kepadamu?"' Gui Sam tong tidak berkata apa-apa. karena bila dia membuka suara dalam keadaan seperti ini, niscaya segenap tenaganya akan buyar dan ia bakal mampus ditangan lawan. Sebaliknya manusia berkerudung itupun harus menghembuskan napas setelah mengucapkan kata kata ejekan tersebut. Wong Peng ci yang menyaksikan kejadian itu dari sisi arena segera menimbrung dengan suara dingin . "Lo Gui, jangan kau dengar perkataan dari keparat itu, barusan keparat tersebut baru mengucapkan beberapa patah kata saja, namun napasnya sudah tersengal-sengal, hal ini menunjukkan kalau sisa tenaga yang dimilikinya sudah tidak terlalu banyak lagi." "Kau cobalah untuk bertahan sebanyak lima puluh gebrakan lagi. jika Keparat ini sudah tidak sanggup melakukan serangan lagi, pada waktu itulah aku siorang yang sudah kehilangan kepandaian silatku baru dapat membantuan kepadamu !" Gui Sam tong yang mendengar perkataan itu merasa bahwa apa yang diucapkan Wong peng ci memang tepat sekali, maka dia hanya tertawa belaka tanpa menjawab. Sebaliknya manusia berkerudung itu menjadi gelisah, mendongkol dan merasa apa boleh buat setelah mendengar ucapan itu. Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Pendekar Tongkat Liongsan Karya Kho Ping Hoo Kemelut Blambangan Karya Kho Ping Hoo