Pedang Karat Pena Beraksara 22
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID Bagian 22
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya dari Tjan I D "Wi toako, gunakan saja pedangku ini." Lan Kun-pit memandang sekejap kearah Thio Man, lalu serunya sambil tertawa dingin: "Benar, pertarungan ini adalah untuk menentukan mati hidupnya berdua memang paling baik akan ditukar dengan sebilah pedang yang lebih tajam." Setelah menerima pedang tersebut Wi Tiong-hong bersenyum. "orang she Lan, kau telah salah melihat." "Apakah aku telah salah berbicara?"jengek Lan Kun-pit. Wi Tiong hong sama sekali tidak menggubris ocehannya, melainkan menyodorkan kembali pedangnya kehadapan Thio Man, lalu berkata. "Nona harap kau menyimpan kembali pedangmu itu." "Mengapa begitu?" Seru Thio Man sambil menatap wajah si anak muda itu lekat-lekat. "Pedang ini merupakan pedang milik nona, kurang baik jika kugunakan sampai rusak, maka dari itu aku hanya ingin mencari sebilah pedang yang tak dipakai lagi." "Apa sih artinya sebilah pedang? Kalau memang rusak yaa sudahlah, toh tidak menjadi soal?" Wi Tiong hong segera menjura. "Kalau memang begitu, ku ucapkan banyak terima kasih dulu atas kebaikan nona." Merah padam selembar wajah Lakjiu im eng Thio Man karena jengah, bisiknya lirih: "Mengapa harus berterima kasih?" Dalam pada itu Kun-pit sudah tak sabar lagi, tiba-tiba dia menimbrung. "Sudah selesai belum pembicaraan kalian?" Wi Tiong hong berkerut kening, dengan tangan kiri memegang pedang Thio Man, tangan kanan menggenggam pedang berkarat milik sendiri, dengan cepat dia membalikkan tubuhnya. Ketika semua orang menyaksikan dia membawa sepasang pedang, segera disangkanya anak muda itu hendak bertarung menggunakan sepasang pedang tersebut. Dengan sikap yang angkuh dan jumawa, Lan Kun-pit segera mengejek lagi dengan dingin: "Sekalipun kau menggunakan sepasang pedang memangnya bisa bertarung berapa jurus saja diujung kipas pun-kongcu?" Berkilat sepasang mata Wi Tiong hong, mendadak serunya dengan suara keras: "Perhatikan baik-baik." Mendadak pedang karat ditangan kanannya diayunkan ke atas ujung pedang milik Thio Man tersebut sembari melancarkan sebuah tebasan tajam. "Sreet .. " Begitu pedangnya diayunkan, ujung pedang yang berada ditangan kirinya itu segera terpapas kutung satu bagian. Kejadian ini kontan saja membuat semua orang tertegun, sekarang semua orang baru tahu kalau pedang karat yang sekali jelek dan tak menarik itu sebetulnya adalah sebilah pedang mestika yang ampuh sekali. Sambil tertawa terbabat bahak, Wi Tiong hong berseru lagi : "Haaa .. haaaa... haaa.... tentunya kau sudah melihat dengan jelas bukan? Berhubung aku tak ingin mencari keuntungan melalui ketajaman senjataku maka aku sengaja berganti menggunakan sebilah pedang yang lain." Berbicara sampai disitu, dia lantas menyarungkan kembali pedang berkaratnya, lalu memindahkan pedang dari tangan kiri ke tangan kanannya dan berdiri dengan angker. "Sekarang, kau boleh melancarkan seranganmu!" Bentaknya sambil menatap wajah Lan Kun-pit. Mula-mula Lan Kun-pit dibikin tertegun juga oleh kegagahan serta kewibawaan orang, mendadak hawa pembunuhan yang amat tebal menyelimuti seluruh wajahnya, sembari melancarkan sebuah totokan dengan kipas peraknya, ia membentak keras- keras: "Kau tak usah tekebur dulu, kalau ingin membacot, silahkan berkoar-koar setelah menyambut tiga puluh jurus serangan dari pun kongcu." Pada dasarnya dia memang memiliki ilmu silat yang sangat lihay, ditambah pula hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajahnya, tak heran kalau totokan yang dilontarkan dengan kipas peraknya itu disertai dengan tenaga serangan yang kuat. Sekilas cahaya perak. dengan membawa suara desingan angin tajam langsung menyambar kedepan. Ketika berada diluar kota Sang siau dahulu, Wi Tiong hong sudah pernah bertarung melawannya, dan tahu kalau ilmu silat yang dimiliki lawannya ini lihay sekali, karena itu dia berusaha keras untuk menghindari suatu bentrokan keras lawan keras. Pedangnya lantas digetarkan ke atas, dengan jurus Thian-to Tiong- hoo (alur langit bertabung ditengah) menciptakan sebuah lingkaran cahaya pelangi berwarna keperak- perakan. Tubuhnya bergerak mengikuti gerakan pedangnya, secara lincah dan gesit dia meloloskan diri dari serangan Lan Kun-pit tersebut, lalu dari posisi bertahan berubah menjadi posisi menyerang. Jurus serangan yang digunakan ini tak lain adalah ilmu pedang Ji gi kiam hoat dari Bu tong pay. Dari Kenghian totiang, Thian Khi cu sudah tahu kalau Wi Tiong hong adalah murid toa suhengnya, maka dia menaruh perhatian khusus terhadapnya. Terdengar Lan Kun-pit mendengus dingin, kipas peraknya dicukil keatas kemudian membabat pergelangan tangan Wi Tiong hong. Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, kipas yang sudah jelas mencukil keatas untuk membabat pergelangan tangan Wi Tiong-hong, ketika sampai ditengah jalan tahu-tahu sudah berubah menjadi tiga kuntum bunga pedang yang sekali berkelebat telah sampai disasaran, ternyata kali ini dia mengancam tiga buah jalan darah penting disekitar tulang. Selain ganas dan buas, serangan itu juga lihay sekali. Kembali Wi Tiong-hong bergerak mengikuti pedangnya, secara beruntun dia berganti tiga tempat, lalu sambil menggetarkan pergelangan tangannya melepaskan serangan dengan jurus It goan bu si (Sumber hawa berpusat satu). Ujung pedangnya yang menjangkit ke atas, segera digetarkan kemudian dengan menciptakan sebuah lingkaran kecil sebesar mata uang, dengan cepat menumbuk kipas dari Lan Kan pit. Serangan ini dilancarkan disaat dia sedang menghindari serangan musuh, hingga kelihatannya cepat sekali. "cri ing..." Suatu bentrokan nyaring segera berkumandang memecahkan keheningan. Tampaknya Lan Kun-pit sama sekali tidak menyangka sampai ke situ, seluruh tuhubnya bergetar keras, mendadak ia melejit lalu secepat kilat melompat mundur satu langkah kebelakang. Dalam pada itu. sepasang mata Thian Khi cu tak pernah lepas dari tubuh Wi Tiong hong, keningnya segera berkerut setelah menyaksikan peristiwa tersebut, pikirnya. "Berbicara soal gerakan tubuh, gerakan langkah dan gerakan tangan sewaktu dia menggunakan jurus It goan bu si tadi, semestinya benar semua dan tak ada yang berbeda, tapi heran mengapa gerakan pedangnya justru berbeda jauh dengan gerakan aslinya? Mengapa toa suheng merobah jurus It goan bu si yang begitu bagus dengan penuh perubahan ini menjadi jurus serangan yang ganas dan mengerikan?" Perlu diketahui, jurus It goan hu si tersebut merupakan himpunan dari seluruh jurus inti Ji gi-kiam hoat dari Butongpay, gerakan pedangnya hampir semua membentuk gerakan Thay kek, lingkaran yang tercipta seharusnya berada diluar badan. Tapi lingkaran Thay kek yang diciptakan oleh Wi Tiong hong sekarang bukan cuma sebesar mata uang, bahkan tenaga pantulannya, sangat kuat dan besar. Tak heran kalau Thian Khi cu yang menyaksikan kejadian ini diam diam harus berkerut keras. Pada benturan ke dua Lan Kunpit sudah digetarkan oleh serangan Wi Tiong hong sehingga tanpa terasa tubuhnya mencelat setinggi tiga depa lebih, benar saja kipas yang berada di tangannya tak mampu dipegang kencang. Kenyataan ini segera mengejutkan hatinya, buru-buru melompat mundur, kemudian pikirnya. "Tak kusangka kalau kepandaian silat yang dimiliki bocah keparat ini benar benar sangat lihay." Ingatan untuk memandang enteng musuhnya segera menjadi jauh berkurang, bentaknya dengan suara dingin: "Benar-benar suatu ilmu pedang yang bagus." Berbareng dengan seruan itu, tubuhnya menerjang maju ke depan, pergelangan tangannya digetarkan dan kipasnya menciptakan selapis cahaya perak yang segera menyelimuti seluruh angkasa, cahaya tajam mana secara bersama-sama langsung mengurung tubuh Wi Tiong hong. Begitu berhasil mendesak mundur musuhnya da lam serangan pedangnya, Wi Tiong hong merasa semangatnya berkobar begitu melihat datangnya bayangan kipas dari Lan Kunpit yang menyerang datang secara gencar, dia pun turut membentak. "Sebuah serangan yang amat bagus" Pedangnya diputar ditengah udara, suara desingan tajam bagaikan pekikan naga, bersamaan dengan getaran pada pergelangan tangannya. Ujung pedang meluncur ke atas menyongsong datangnya bayangan kipas dari Lan Kun- pit. Tampak selapis bayangan perak menyelimuti angkasa, cahaya tajam dan bayangan kipas segera bercampur aduk menjadi satu. Dalam waktu singkat Wi Tiong-hong dan Lan Kun-pit telah terlibat dalam suatu pertarungan adu cepat, dua puluh gebrakan sudah lewat tanpa terasa. Ilmu pedang yang dipergUnakan Wi Tiong hong sekarang ilmu pedang Ji gi-kiam hoat dari Bu-tong-pay, semua gerakan pedangnya mengambil posisi setengah busur, semuanya terbuka gagah dan mencerminkan suatu ilmu pedang dari suatu perguruan yang lurus. Sebaliknya permainan kipas dari Lan Kunpit bergerak ganas keji dan berbahaya, semuanya berjalan seorang dengan jurus aneh yang bermunculan setiap saat, keganasan dan ancaman bahayanya sungguh membuat hati orang bergidik. Didalam serangan bertubi-tubi itu, Wi Tiong hong mulai merasa keteter dan bertahan sepenuh tenaga. Tiga puluh gebrakan kemudian, Lan Kun-pit mulai habis kesabarannya dan tiba-tiba ia membentak keras, permainan kipasnya berubah dalam waktu singkat, tampak serangan makin lama semakin bertambah cepat, kipas peraknya diputar sedemikian rupa menciptakan selapis demi selapis cahaya perak berputar bagaikan roda, tubuh dan kipasnya seperti telah melebur menjadi satu. Bayangan kipas yang menyelimuti angkasa bagaikan gulungan ombak yang melanda seluruh permukaan saja, selapis demi seltpis menyerang tiba dengan ganasnya. Pada hal Wi Tiong hong sudah berada dalam posisi di bawah angin, apalagi setelah diteter seperti itu, keadaannya semakin mengenaskan lagi .. Dia mundur setengah langkah kebelakang kemudian memberikan perlawanan dengan gerakan yang justru merupakan kebalikan dari gerak cepat melawan cepat tadi. Pedangnya diputar didepan dada, menciptakan sebuah lingkaran cahaya, gerakannya amat lamban dan satu jurus demi satu jurus dilontarkan secara berulang-ulang. Kalau dibicarakan yang sesungguhnya, keadaan waktu itu memang aneh sekali, gerakan pedang yang kelihatan sangat lamban itu sama sekali tidak nampak sesuatu kejutan, bahkan seakan-akan tidak disertai dengan sedikit tenaga pun. Tapi semua serangan dahsyat yang dilancarkan Lan Kun-pit itu justru kena terbendung semua oleh serangan pedangnya itu, bahkan keadaan yang kritispun makin berhasil dikuasai. Thian Khi cu dari Bu tong pay mulai mengelus jenggotnya, sekulum senyumanpun mulai menghiasi wajahnya. Tentu saja dia pun dapat melihat kalau Wi-Tiong hong yang semula berada dalam keadaan panik dan berangasan lambat laun berhasil menguasahi diri dan menjadi tenang kembali, sekarang seluruh hawa murninya dihimpun menjadi satu dan inilah inti sari yang sesungguhnya dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat aliran Bu tong pay. Keng hian tojin, Bwee hoa kiam Thio Kun-kay, maupun Lakjiu im eng Thio Man dari Bu tong pay juga mulai mengulumkan senyuman diatas wajah masing-masing. Ketika mereka menyaksikan Wi Tiong hong bertempur dengan mengandaikan ilmu pedang dari perguruannya, tentu saja hal ini segera menimbulkan kebanggaan dalam hati masing-masing, terutama sekali berada dihadapan jago-jago lihay dari berbagai perguruan, mereka ingin semua orang tahu kalau ilmu pedang dari Bu tong pay pun tidak kalah hebatnya dengan kepandaian lainnya. Kedua belah pihak kembali bertarung dua puluh gebrakan lebih, bagaimana pun gencar dan dahsyatnya Lan Kunpit melepaskan serangan, hampir semuanya berhasil dipatahkan oleh Wi Tiong hong dengan gerakan pedangnya yang mengambang seolah- olah tak bertenaga itu, seakan-akan serangan dahsyat dari orang she Lan itu telah membentur pada selapis dinding tak berwujud yang tebal. Makin lama pertarungan berlangsung, makin cemas perasaan Lan Kun-pit, hawa amarahnya juga makin lama makin berkobar pikirnya: "Jikalau hanya serangkaian ilmu pedang Bu-tong pay saja tak mampu kutembus, apakah-orang tak akan mentertawakan ketidak becusanku?" Padahal darimana dia bisa tahu kalau ilmu pedang Ji gi kiam hoat dari aliran Bu tong pay ini diciptakan langsung oleh Thio Sam hong cousu, selain mengandung dua unsur thay kek yakni hawa im dan hawa yang, pemecahannya berbelit-belit dan tak terhingga luasnya, ilmu tersebut merupakan inti dari seluruh ilmu pedang perguruan lurus yang ada didunia persilatan dewasa ini. Bayangkan saja, ilmu pedang semacam ini, mana mungkin bisa dianggap enteng. Perasaannya pada waktu itu gelisah bercampur marah, mendadak sambil tertawa nyaring, sepasang kakinya menjejak tanah keras- keras dan meleset ke tengah udara setinggi tiga kaki lebih. Wi Tiong hong yang baru saja mendengar suara gelak tertawa lawan tahu-tahu bayangan tubuh musuhnya sudah lenyap tak berbekas, setelah tertegun sejenak. buru buru dia mendongakkan kepalanya. Pada saat itulah, Lan Kun-pit dengan jurus ciong liong ji hay atau naga sakti masuk laut dalam waktu singkat sudah menerkam keatas kepalanya, sedangkan kipasnya juga pada saat itulah dipentangkan lebar-lebar membentuk gerakan setengah bulatan, lalu dengan berubah menjadi setipis cahaya tajam langsung mengurung seluruh tubuh Wi Tiong hong. Su Siau hui cuma duduk dikursi dengan wajah dingin dan hambar, tapi setelah menyaksikan Lan Kunpit menggunakan perakan tubuh im li cing to atau berjumpalitan di tengah awan yang merupakan ilmu andalan keluarga Lan, tak urung berubah juga paras mukanya. Sesungguhnya Wi Tiong hong hanya memiliki ilmu Ji gi kiam hoat belaka, ia tidak memiliki jurus serangan lainnya yang bisa dikatakan sebagai kepandaian hebat. Sepasang kakinya segera berdiri pada posisi cu-ba poh, lalu pedangnya menghadap ke atas dan menatap lawannya lekat-lekat, menanti sergapan Lan Kunpit yang datangnya dari tengah udara itu sudah hampir mencapai di atas kepalanya, mendadak ujung pedangnya digetarkan menciptakan lagi sebuah lingkaran cahaya besar mata uang dan menyongsong datangnya tubrukan lawan dengan tusukan keatas. Lagi-lagi dia mempergunakan jurus It- goan ku si. Tindakan yang dilakukan olehnya itu, segera membuat Thian Khi cu menjadi terperanjat sekali. Seharusnya jurus serangan lawan harus dihadapi dengan gerakan Yang-wang im ciat (memandang awan sambil mendongak) yang merupakan taktik menanti gerakan dengan ketenangan. Tapi, mengapa si anak muda itu justeru menggunakan jurus It goan hu si yang justeru merupakan jurus serangan yang binal dan tidak bisa ditentukan arah sebenarnya? "Aduh celaka ..." Dalam hati kecilnya dia segera berpekik keras-keras. "Traaang ..." Pedang dan kipas tersebut tahu-tahu sudah membentur satu sama lainnya, suara benturan nyaring yang memekikkan telinga pun segera berkumandang memecahkan keheningan. Sekujur badan Lan Kun-pit bergetar keras dan .."weeess " Dia mencelat lagi setinggi satu laki ke tengah udara, setelah berjumpalitan dua kali, tubuhnya baru melayang turun kembali ke tanah. Tidak, setelah mencapai tanah, dia masih harus mundur sejauh dua tiga langkah lagi sebelum dapat berdiri tegak. Tampak dadanya bergerak naik turun dengan kencangnya, paras muka yang tampan berubah menjadi merah membara, sepasang matanya berapi api amarah dan rasa bencinya boleh dibilang sudah mencapai pada puncaknya. Dengan suara yang berat dan dalam segera bentaknya. "Bagus . .." Baru saja ucapan itu dilontarkan, sepasang lengannya sudah digetarkan lagi, ujung kakinya menjejak tanah dan secepat petir meluncur ke depan untuk melancarkan tubrukan untuk kedua kalinya ke arah Wi Tiong hong ... Mendadak kipas peraknya merapat menjadi satu, kemudian digerakkan kedepan dan di tarik ke belakang dengan kecepatan luar biasa, selapis hujan perak disebarkan keluar, cahaya tajam membias ke angkasa dan amat menyilaukan mata. Di dalam melepaskan serangan ini, kembali tubuhnya meninggalkan permukaan tanah setinggi lima depa, kemudian menerjang kedepan dengan kipas yang digerakkan menciptakan beribu-ribu perubahan dengan jurus serangan yang digunakan pertama kali tadi boleh di katakan sama sekali bertolak belakang. Kejadian ini kontan saja mengundang perhatian yang lebih seksama dari para jago. Wi Tiong-hong masih tetap berdiri dengan posisi cu bu-poh dan gaya serangan yang tak berubah, bukan berkelit atau maju menyongsong, dia tetap berdiri tak berkutik ditempat semula kemudian pedangnya dengan cepat membentuk dua buah lingkaran cahaya yang satu besar dan yang lain kecil untuk menotok ke depan. Inilah jurus Hu im pau yang (berhutang di neraka membayar didunia) dari ilmu pedang Ji gi kiam-hoat. Namun gerakan yang digunakan lagi-lagi berbeda dengan jurus aslinya, kalau menurut gerakan yang asli, maka ke dua lingkaran cahaya ini seharusnya digunakan dengan ujung pedang menghadap ke bawah, lalu tubuhnya bergerak mengikuti pedang. Berhubung Thian Khi cu yang merasa tidak seharusnya pemuda itu menggunakan jurus it goan-hu si tadi, tapi kenyataannya dengan jurus It goan husi anak muda tersebut malah berhasil mementalkan Lan Kun-pit, maka setelah dilihatnya dia menggunakan jurus Hu im pau yang yang digunakan menjadi sebuah jurus aneh, sebaliknya dia malah memperhatikan dengan penuh seksama. Tubrukan dari Lan Kun-pit cepat sekali, dalam sekilas kelebatan saja, tahu-tahu tubuhnya sudah sampai pada sasaran. Tapi disaat tubuhnya menubruk tiba inilah, mendadak Wi Tiong-hong menggeserkan badannya kesamping, kemudian pedangnya yang melancarkan tusukan pun ikut mencongkel ke atas secara tiba-tiba. Mendadak saja Lan Kun-pit merasakan pandangan matanya menjadi kabur dan telinganya mendengar suara benturan nyaring "Traaang . .." Pergelangan tangan kanannya segera bergetar keras, tubuhnya yang ikut meluncur datang pun kena dicongkel orang ke atas sehingga tak bisa terhindar lagi badannya kena dipukul miring ke samping dan tubuhnya melanjutkan terjangannya ke depan. Menanti dia menyadari kalau gelagat tidak beres, cepat-cepat dia menarik napas panjang, tapi tubuhnya sudah meluncur sejauh dua tiga kaki dari posisi semula bahkan langsung menumbuk ke arah dinding ruangan disebelah timur. Perlu diketahui ilmu In li cing to atau berjumpalitan ditengah awan dari keluarga Lan di Inlam ini seperti juga dengan ilmu Im liong pat si (delapan gerakan naga mega) dari Kun-lun-pay, semuanya mengutamakan serangan tubrukan dari tengah udara. Dasar ilmu silat yang dimiliki Lan Kun-pit sudah mencapai tingkatan yang sempurna, sewaktu dilihatnya dia sedang meluncur ke depan dan hampir menubruk diatas dinding, bahkan gerakan tubuhnya sudah tak sempat ditahan lagi, dalam gelisahnya, satu ingatan lantas melintas lewat dalam benaknya. Mendadak dia membalikkan badannya, lalu sepasang kaki menjejak diatas dinding dan secepat anak panah yang terlepas dari busurnya meluncur balik ke tengah arena. Kipasnya segera dipentangkan lebar-lebar, dengan membawa selapis cahaya perak sepanjang berapa depa untuk ketiga kalinya dia menerjang Wi Tiong hong. Kali ini, serangannya dilakukan dengan kecepatan yang benar-benar tak terlukis mata. Sewaktu Wi Tiong hong berhasil mementalkan musuhnya tadi, diapun baru saja menarik kembali pedangnya, sewaktu Lan Kunpit dengan membawa desingan angin serangan yang maha dahsyat telah menerjang kembali kehadapan mukanya. Berada dalam keadaan demikian, tak banyak waktu lagi buat Wi Tiong hong untuk berpikir panjang, pedangnya segera digetarkan menciptakan tiga kuntum bunga perak yang gemerlapan, lalu dengan kecepatan yang sama ia sambut datangnya serangan tersebut. Sam hoa sian teng (tiga bunga muncul dipundak) lagi- lagi sebuah perubahan jurus yang digubah dari ilmu Ji gi kiam hoat aliran Bu-tong pay. Sekali lagi Thian Khi cu mengerutkan dahinya rapat rapat, meskipun dengan mata kepala sendiri ia saksikan Wi Tiong hong dua kali berhasil mementalkan Lan Kunpit, seakan-akan dibalik gubahan jurus serangannya tersimpan suatu kekuatan yang maha besar, namun ia tak habis mengerti dimanakah letak rahasia kekuatan itu. "Traaang! Traang! Traaang!" Secara beruntun terdengar tiga kali benturan nyaring yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan keheningan. Lan Kun-pit kena digetarkan sampai melompat tiga kali kearah atas, kipas peraknya lepas dari genggaman dan berubah sebagai serentetan cahaya yang berwarna keperak-perakan langsung meluncur keatas. "Taaak!" Dengan keras kipas perak itu menancap diatas dinding batu. Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kemudian dengan tubuh sempoyongan dia mundur sejauh tujuh delapan langkah kebelakang sebelum berhasil berdiri tegak, wajahnya pucat pias, bibirnya terkatup kencang tanpa mengucapkan sepatah katapun, tampaknya ia sedang mengatur pernapasan. Wi Tiong hong sama sekali tidak melakukan pengejaran, dia berdiri dengan pedang yang tersoren agaknya dia sendiripun tidak mempunyai pegangan untuk mengungguli musuh. Sebab berbicara yang sebenarnya, dia sendiripun merasa tertegun dan sama sekali diluar dugaan ketika menyaksikan kipas perak Lan Kunpit teriepas dari genggaman dan orangnya bergetar sampai luka dalam ... Setiap anggota Bu tong pay segera menunjukkan wajah berseri, Thian Khi cu sendiripun sampai ikut berubah wajah. Ban kiam hweecu yang duduk dikursi utama segera berseru tertahan kemudian bisiknya lirih: "Kan sam ceng atau tiga getaran maut yaa, benar, inilah Kan sam cang, masa dia adalah ahli waris dari Sian soat kiam kek ?" Sian-soat kiam kek ciang Lam san berasal dari Bu tong pay, dia merupakan salah seorang diantara delapan pelindung hukum perkumpulan Ban kiam hwee, dan merupakan salah satu diantara tiga orang yang berhasil pulang dalam keadaan hidup setelah penyerbuannya ke Lam hay. Ke tiga orang itu adalah It teng taysu, pendiri perkumpulan Thi pit pang Tau Pek li serta Siau soat kiam kek jago pedang dari (sian soat) ciang Lam san, tapi dengan munculnya kembali si Kakek pengait dari telaga langit berarti empat orang yang berhasil lolos dari Lam-hay tempo hari. Sementara itu Lan Kun-pit telah membuka matanya kembali setelah memejamkan mata dan mengatur pernapasan beberapa saat lamanya, dari balik matanya sekarang terpancar keluar sinar kebencian yang merasuk sampai ketulang sumsum. Dengan penuh rasa dendam ia melototi wajah Wi Tiong hong, kemudian sumbil manggut-manggut katanya. "orang she Wi, kau anggap dapat mengungguli pun kongcu ?" Ia tidak membalikkan badannya untuk mengambil kipas peraknya, melainkan dengan sepasang tangan direntangkan lebar-lebar, selangkah demi selangkah berjalan mendekati Wi Tiong hong. Dari sikap maupun mimik wajahnya yang menyeringai menyeramkan, Wi Tiong hong tahu kalau orang ini berniat untuk beradu jiwa dengannya, tanpa terasa dia mendengus gusar. "Hmm... menang kalah sudah ketahuan, apakah kau masih belum mau mengakuinya?" Dia menegur. Sinar buas yang amat mengerikan memancar keluar dari balik mata Lan Kunpit, setelah menyeringai dan tertawa seram sahutnya: "Pun kongcu sudah mengatakan tadi, di antara kita berdua, hanya seorang yang boleh keluar dari sini dalam keadaan hidup." "Hmm, kongcu apaan kau itu ? Tak tahu malu!" Umpat Thio Man sambil meludah. Lan Kun-pit sama sekali tidak menggubris, sepasang lengannya masih tetap direntangkan didepan dadanya, sementara tubuhnya selangkah demi selangkah bergerak mendekati Wi Tiong hong. Jarak mereka berdua makin lama semakin bertambah dekat, sambil melintangkan pedangnya di depan dada Wi Tiong hong membentak. "Berhenti Apakah kau hendak mencoba kepandaianku dalam permainan tangan kosong?" "Aku menginginkan nyawa anjingmu" Bentak Lan Kun-pit dengan penuh kebencian. Bersamaan dengan menggemanya bentakan tersebut, tangan kanannya segera diayunkan kedepan, sekilas cahaya berwarna biru meluncur keluar dari balik ujung bajunya dan menyambar kedepan, Itulah sebilah pedang pendek yang panjang satu depa, ujung pedangnya berwarna biru gelap dan jelas sudah direndam dengan racun yang keji, kini pedang tersebut sedang menyambar ke dada Wi Tiong hong. Cepat-cepat Wi Tiong hong memutar pedangnya untuk menangkis ancaman tersebut. "Traaang , . ." Di ringi dentingan nyaring, tahu-tahu pedangnya sudah terpapas kutung sepanjang tiga inci oleh bacokan pedang beracun lawan. Dalam kejutnya, buru buru dia menarik napas panjang dan segera melompat mundur sejauh selangkah. Lan Kun-pit tertawa terbahak-bahak, dia menarik kembali pedang pendeknya, lalu menerjang kemuka, sambil menggetarkan pergelangan tangannya, kali ini dia menusuk perut Wi Tiong hong. Ternyata pedang pendek beracunnya ini mempunyai seutas rantai perak yang tipis pada gagang pedangnya, itulah sebabnya dia dapat segera menarik kembali senjatanya dengan cepat. Tapi berhubung serangan yang digunakan olehnya terlampau cepat, maka siapapun tak dapat melihat jelas akan hal itu, tahu-tahu Lan Kunpit berikut pedangnya sudah menerjang lagi ke depan. Sejak tangkisan pedangnya tidak berhasil membendung serangan lawan, bahkan ujung pedang sendiri malah terpapas sebagian, Wi-Tiong hong sudah menyadari kalau gelagat tak menguntungkan. Walaupun dia sudah mundur selangkah, tapi Lan Kun-pit yang menerjang kemuka mengikuti terus secara ketat, bahkan pedang pendek beracunnya selalu mengancam dada Wi Tiong hong, dari kejauhan. Sembari bergerak mundur terus, Wi Tiong-hong berputar tiada hentinya kesana kemari agaknya dia berusaha untuk meloloskan diri dari serangan dan sergapan pedang Lan Kun-Pit. Siapa tahu Lan Kunpit sudah mata gelap sepasang matanya berapi-api penuh kebencian, dia sudah bertekad untuk membunuh Wi Tiong hong dengan menggunakan cara apa pun. Maka kemana saja lawannya mundur dia menempel terus secara ketat pedang pendeknya juga menempel terus diatas dada lawan tanpa bergeser barang sedikitpun. Wi Tiong hong benar benar merasa terkejut bercampur gusar, sambil menbentak keras tangan kanannya diayunkan kedepan. Sekali lagi dia menggunakan jurus It goan bu si untuk menerjang datangnya pedang dari Lan Kun-pit. Rupanya setelah dia mencoba kekuatan dari It goan bu si tersebut dan merasakan besarnya daya pental yang terpancar dari pedang tersebut, maka setelah menghadapi ancaman bahaya sekarang tentu saja dia berharap dapat membendung serangan lawan dengan jurus yang sama, syukur kalau bisa mementalkan pedang pendek musuh, atau paling tidak dia harus dapat memperbaiki posisinya semula. Kalau hal ini gagal dilakukan, maka bisa dipastikan kalau dia bakal terluka di ujung pedang lawan hari ini. Begitu serangan dilancarkan Wi Tiong hong segera menyelinap ke samping kiri. "Traaang.." Cahaya biru berkelebat lewat dan Wi Tiong hong segera merasakan tangannya menjadi enteng. Ternyata pedangnya sudah kena terpapas oleh musuhnya sehingga patah sepanjang tiga inci. Belum lagi tubuhnya berdiri tegak. pedang pendek beracun dari Lan Kun-pit kembali sudah mengancam dadanya. Di dalam terkesiapnya, Wi Tiong-hong melintangkan pedangnya untuk melindungi dada, sementara tangan kirinya melepaskan sebuah bacokan kilat, berbareng itu juga badannya secepat kilat mengigos ke samping kiri untuk menghindarkan diri. Lan Kun-pit mengigos kesamping menghindarkan diri dari serangan pukulan yang dilepaskan Wi Tiong hong dari arah depan, pedang pendek ditangannya sama sekali tidak mengendor, dia tetap mengancam terus dada pemuda tersebut. Dengan sorot mata tajam Wi Tiong-hong mengawasi terus ke arah mana perginya ujung pedang lawan, telapak tangan kirinya melepaskan bacokan berantai sementara tubuhnya mengikuti bacokan serangan tersebut mengigos ke kiri menghindar ke kanan tiada henti. Di dalam waktu singkat, dia telah melepaskan dua belas bacokan kilat, dan kakinya menghindarkan diri dalam delapan posisi yang berbeda-beda. Baju biru yang dikenakan Lan Kun-pit di tengah deruan angin pukulan Wi Tiong hong yang amat dahsyat itu bergerak kian kemari gerakan tubuhnya sangat aneh serta sakti, setiap kali dia berhasil menghindarkan diri dari serangan Wi Tiong hong secara tepat. Pedang pendeknya selama ini menempel terus didepan dada lawan bagaikan bayangan tubuh saja, entah ke manapun Wi Tiong hong mencoba untuk menghindar dia tak pernah berhasil untuk meloloskan diri dari pengejaran musuh. Pertempuran ini benar benar merupakan suatu pertarungan sengit yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan ke dua belah pihak dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi saling kejar mengejar, saling hindar menghindar, seolah-olah bagaikan bermain petak saja... Walaupun pedang pendek Lan Kun-pit terus menempel mengancam dada Wi Tiong- hong, namun jaraknya dengan Wi Tiong hong tak pernah kurang dari dua depa, dia seakan- akan tak mampu untuk memaksakan selangkah lebih ke depan, oleh sebab itu dia pun tak pernah berhasil untuk melanjutkan serangan pedangnya. Wi Tiong hong sendiri dibawah kejaran dan desakan pedang pendek beracun lawan, terpaksa hanya bisa berkelit ke sana menghindar ke mari, sedikit terlambat saja dia bergerak. pihak lawan dapat mendesak lebih ke depan dan jiwanya niscaya akan melayang diujung pedang lawan. Sekarang, keadaan sudah berkembang menjadi suatu keadaan dimana ke dua belah pihak tak dapat menghentikan serangan masing- masing, terutama sekali ilmu meringankan tubuh yang dimiliki ke dua belah pihak punsama-sama lihaynya. Oleh karena itu meski saling berkejaran dan saling menghindar kedua belah pihak masih tetap menjaga posisi masing- masing. Secara beruntun Wi Tiong hong melepaskan belasan buah pukulan berantai akan tetapi dia tak pernah berhasil memaksa Lan Kunpit untuk mundur dari posisinya semula. Kini dia tidak melepaskan serangan secara gegabah lagi, pedang ditangan kanannya disilangkan didepan dada, sementara sepasang matanya yang tajam mengawasi pedang pendek lawan tanpa berkedip. asal ada kesempatan untuk melancarkan serangan, dia akan segera memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sementara itu, Lan Kun-pit yang berkelebat kian kemari dapat merasakan juga betapa tajam dan dahsyatnya serangan dari Wi Tiong hong, kendatipun posisinya sekarang berada di atas angin, namun sedikit saja ia bertindak gegabah, niscaya dia sendiri yang akan terluka diujung telapak tangan lawan. Semua jago yang menyaksikan jalannya pertarungan itu, diam-diam mengucurkan peluh dingin karena menguatirkan keselamatan kedua orang itu. Selain itu, sepasang mata Ban kiam Hwee cu yang tajam bagaikan sembilu itu mengawasi terus pedang pendek dari Lan Kunpit, dari kedua orang yang sedang bertarung, jelas dia lebih berpihak kepada Wi Tiong-hong. Begitu juga keadaan Kam Liu-cu, Liu Leng-poo, Thian Khi-cu dari Bu tong pay serta seng ciu ki Beng Kian-hoo. Tentu saja yang merasa paling tegang adalah Su Siau hui dan Lak-jiu im seng Thio Man, wajah kedua nona itu sudah basah oleh keringat saking tegangnya. Sementara itu, kedua sosok bayangan manusia tersebut masih saja maju mundur, berkelit menghindar tiada hentinya, tapi sudah sekian lama berlangsung, belum nampak juga kedua orang itu saling melancarkan serangan lagi. Sekalipun Wi Tiong hong membekal pedang yang tidak kuatir dikutungi pedang pendek lawan, namun dia tidak mempunyai waktu untuk membuang kutungan pedangnya dan meloloskan pedang berkarat tersebut. Bahkan waktu untuk memecahkan perhatian guna memikirkan persoalan inipUn tidak ada. Selembar wajahnya sudah basah oleh air keringat, tentu saja diapun tidak mempunyai waktu untuk menyeka keringat tersebut. Demikian pula dengan wajah Lan Kun-pit, air keringat telah membasahi seluruh wajahnya, namun paras muka yang hijau membasahi itu telah diliputi oleh hawa napsu membunuh yang benar-benar mengerikan sekali. "orang she Wi, serahkan selembar nyawamu!" Mendadak Lan Kun-pit membentak dengan suara menggeledek. dia menarik napas panjang panjang, lalu tubuhnya seperti anak panah yang terlepas dari busurnya meluncur kedepan, pergelangan tangan kanannya diangkat dan diantara kilatan cahaya kebiru-biruan, dia langsung menusuk ke ulu hati Wi Tiong hong. Berada dalam posisi begini, Wi Tiong hong sudah tak mampu lagi menghindari serangan lawan, amarahnya segera membara, sambil mendengus, tangan kirinya membuat gerakan lalu pedang kutungnya disilangkan didepan dada, dengan kecepatan yang luar biasa pula dia menutul ke ujung pedang Lan Kun-pit keras-keras. Tindakan ini kontan saja menimbulkan jeritan kaget dan terkesiap bagi setiap jago yang hadir dalam arena, sebab pertarungan beradu jiwa. Nampaknya kedua orang itu segera akan sama-sama terluka diujung pedang lawan OoOOoO Bab-48 LAK JIU IM ENG Thio Man tidak tega menyaksikan peristiwa itu berlangsung didepan matanya, dia menjerit kaget, kemudian menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan. Namun pada saat yang kritis itulah mendadak dalam arema telah terjadi suatu perubahan besar. Bukan ada turun tangan menghalau serangan maut tersebut, melainkan ditengah arena telah muncul sebuah jurus serangan aneh yang sukar dipercaya setiap orang. Rupanya dalam keadaan kritis, Wi Tiong-hong segera melakukan gerakan aneh dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya melepaskan sebuah tolakan. Jurus serangan yang dipakai adalah Giok wu-tiau thian (Giok wu memandang langit), sebuah jurus pembuka dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat aliran Bu tong pay. Seharusnya jurus serangan ini bukan merupakan sebuah jurus serangan yang lihay. Dia dipaksa oleh keadaan, apa lagi tak ada jurus serangan lain yang cocok untuk menghapi ancaman lawan, maka dia pun menggunakan pedangnya untuk menutul serangan musuh. Tapi jurus aneh tersebut justru terletak disini, ketika tangan kirinya melakukan gerakan itulah, mendadak pedang pendek Lan Kun pit yang sedang melancarkan tusukan itu terhisap oleh segulung kekuatan yang maha dahsyat sehingga miring kesebelah kanan, sedangkan pergelangan tangan kanannya yang menggenggam pedang turut terhisap oleh kekuatan Wi Tiong hong itu hingga terseret kesamping. Maksudnya semula ingin menusuk tubuh lawan, siapa tahu pertahanan tubuhnya sama sekali terbuka. Kedua belah pihak sama-sama menerjang ke depan dengan cepat, pedang kutung dari Wi-Tiong hong dengan kecepatan luar biasa langsung menusuk keatas bahu kiri Lan Kun pit. Semua kejadian tersebut berlangsung dengan kecepatan luar biasa, Wi Tiong hong sama sekali tidak menyangka kalau disaat terakhir pihak lawan akan membuyarkan serangannya, dalam tertegunnya buru-buru dia merendahkan pergelangan tangannya dan menarik kembali pedangnya kebelakang. Tapi sayang sudah terlambat selangkah, kutungan pedangnya itu sudah keburu menyambar diatas bahu kiri Lan Kun pit sehingga darah segar bercucuran dengan amat derasnya. Perubahan yang terjadi amat tiba-tiba ini tak sempat di ikuti dengan jelas oleh siapapun, menanti semua orang dapat melihat jelas, Lan Kun pit sudah mundur dengan membawa lukanya. Seluruh ujung bajunya disebelah kiri basah kuyup oleh cucuran darah kental, paras muka Lan Kun-pit dari hijau berubah menjadi pucat, mendadak dia membalikkan badan dan mencabut kipas peraknya yang menancap diatas dinding, setelah itu sambil melotot penuh kebencian, katanya dengan suara dingin: " Orang she Wi, aku orang she Lan mengucap kan banyak terima kasih atas kesudianmu mengampuniku, bila kita bersua kembali dilain waktu, aku orang she Lan pun pasti akan mengampuni pula dirimu satu kali !" Selesai berkata dta membalikkan badan dan berjalan pergi meninggalkan tempat tersebut, sementara darah masih meleleh keluar dari lengannya, namun ia sama sekali tidak menggubris. Padahal Wi Tiong hong sama sekali tidak mengetahui bagaimana kejadiannya sehingga dalam keadaan berbahaya tadi, dia malah berbalik merebut kemenangan. Tapi kalau di dengar dari perkataan Lan Kun pit. agaknya dia telah berbelas kasihan kepadanya dalam serangan tersebut, kesemuanya ini membuat pikirennya, bertambah bingung. "Sungguh memalukan, syukur aku bisa lolos dari ancaman bahaya maut" Demikian ia bergumam. Itulah sebabnya tatkala Lan Kun pit selesai berkata segera berlalu, untuk beberapa saat lamanya dia malah tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, dia hanya bisa memandang bayangan tubuhnya dengan wajah tertegun dan mulut melongo. Lak jiu im eng Thio Man segera mencibirkan bibirnya sambil berseru: "Huuuh, ngomongnya saja besar, kenyataannya tak berkemampuan apa apa ..." Dalam pada itu Wi Tiong hong telah membuang kutungan pedangnya ke tanah, kemudian menjura kepada Thio Man sambil berkata: "Aku telah merusak pedang nona, kejadian ini sungguh membuat hatiku merasa tidak tenang." Thio Man menatap pemuda itu lekat lekat kemudian tersenyum, sahutnya: "Aaaah, hanya sebilah pedang saja terhitung seberapa. Apa gunanya mesti dibicarakan !" Sementara itu Seh Thian-yu telah mendorongkan sinar matanya yang tajam, kemudian sambil tertawa terkekeh katanya : "Wi sauhiap, jurus serangan Tang hui hud-jiu mu yang di mbangi dengan tenaga To im ciat yang sinkang mu benar-benar sangat hebat, hari ini siaute benar benar merasa terbuka mataku." Waktu itu, Thian Khi cu juga sedang merasa keheranan karena Wi Tiong hong menggunakan jurus pembukaan Giok cu tiau thian dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat untuk mengatasi tusukan pedang dari Lan Kun pit dan kenyataannya berhasil. Tapi setelah mendengar perkataan dari Seh Thian yu tersebut diam-diam dia baru mengangguk. "Aaaah, betul, mengapa aku lupa kalau toa suheng berasal dari perguruan Siu lo bun?" Demikian dia berpikir. "bukankah ilmu To im ciat yang sinkang merupakan rahasia dari perguruan Siu lo bun?" Berpikir sampai disini, maka semua rasa curiganya pun turut lenyap tak berbekas. Padahal Wi Tiong bong sendiri sama sekali tidak mengetahui apa yang disebut To im ciat yang sin kang itu, tapi berada dihadapan Seh Thian yu dia tak banyak berbicara. Dengan wajah memerah karena jengah katanya kemudian: "Pujian dari Seh totiang hanya membuat aku merasa malu saja..." Su Siau hui sendiripun menunjukkan perasaan tercengang, dia berpaling dan berbisik- bisik dengan empek Ou nya yang berdiri dibelakang. Empek Ou tersebut hanya manggut manggut tanpa mengucapkan sepatah katapun. Kam Liu cu juga hanya tersenyum sambil duduk ditempatnya, dia membungkam juga dalam seribu bahasa. Pada saat itulah congkoan pedang pita hijau Buyung Siu seperti sengaja mengangkat kepalanya dan memandang sekejap kearah Ban-kiam Hwee cu. Ban kiam Hwee cu segera manggut-manggut. Buyung Siu tertawa nyaring, tiba-tiba dia menjura ke arah Wi Tiong hong sembari berkata: "llmu pedang yang dimiliki Wi sauhiap amat lihay, siaute yang bodoh ingin sekali memohon beberapa petunjuk darimu." Wi Tiong hong tertegun setelah mendengar perkataan itu, buru buru dia menjura sembari berkata: "Buyung congkoan, harap kau jangan mentertawakan kepandaianku amat rendah, mana mungkin bisa menandingi kelihayan congkoan?" Apa yang dikatakan memang merupakan suatu kenyataan, sebagaimana diketahui Buyung Siu bergelar Pau kiam suseng, kesempurnaannya dalam permainan pedang tentu saja luar biasa sekali, tidak banyak jago persilatan yang sanggup bertahan sebanyak sepuluh jurus di ujung pedangnya itu... Padahal Wi Tiong hong sendiri hanya pernah mempelajari ilmu pedang Ji gi kiam-hoat saja, apapun alasannya, dia merasa bukan tandingan lawannya ini. Sambil tersenyum Buyung Siu segera berkata "Wi sauhiap, mengapa kau harus merendah? Dalam pertarungan yang barusan berlangsung setiap orang dapat menyaksikan kelihayanmu itu, dan siaute ingin sekali mohom petunjuk, bila Wi sauhiap menampik, hal ini sama artinya dengan tak sudi memberi muka untukku?" Wi Tiong hong menjadi tersipu-sipu. "Tapi siaute benar-benar bukan tandingan dari Buyung congkoan" Katanya pelan. Ban kiam Hwee cu yang duduk dikursi utama segera mencorongkan sinar tajamnya, kemudian ujarnya sambil tersenyum: "Kalau toh Buyung congkoan sudah mengajukan permintaan tersebut, lebih baik saudara Wi menemaninya bermain berapa jurus, Sudah lumrah bila antara umat persilatan melangsungkan suatu pertandingan." Kam Liu cu berkerut kening, dia segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Liu Leng-po. Liu Leng-po yang mengenakan kain cadar hitam segera kelihatan bergerak, agaknya ia sedang menancapkan sesuatu. Dalam pada itu, Pau kiam-suseng Buyung Siu telah berseru kembali sambil tertawa nyaring: "Perkataan dari Hwee-cu memang benar, silahkan Wi sauhiap menghadiahkan beberapa jurus untuk siaute, kita hanya membatasi sampai saling menutul saja, tentunya Wi sauhiap tidak keberatan bukan ?" Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setelah mendengar ucapan lawan ini, Wi Tiong hong tahu kalau dia tak bisa menampik lagi, sebagai seorang pemuda yang berdarah panas, tentu saja dia segan mengaku kalah. Maka tanpa berpikir panjang lagi dia mengangguk, katanya: "KaIau toh Buyung congkoan telah berkata demikian, akupun hanya akan menurut perintah saja, cuma kepandaian silat siaute amat rendah, mungkin belum lagi sepuluh gebrakan, aku sudah menderita kekalahan di ujung pedang Buyung congkoan, harap congkoan berbelas kasih kepadaku nanti." Ucapan tersebut bukan kata-kata merendah karena berbicara soal kepandaian silat bila Wi Tiong hong sanggup bertahan sebanyak sepuluh gebrakan di ujung pedang Buyung Siu pun, hal mana sudah merupakan sesuatu yang tidak gampang. Dengan sinar mata yang memancarkan cahaya tajam, Buyung Siau tertawa ter-bahak2. "Haa... haaaa... haaaaa... Wi sauhiap memang pandai merendahkan diri sudahlah, silahkan kau meloloskan pedangmu !" Kembali Wi Tiong hong nampak ragu-ragu. "Tapi pedangku ini meski berkarat dan nampak tumpul, padahal..." Untuk menunjukkan bahwa pedangnya tajam, sewaktu bertarung melawan Lan Kun pit tadi pun tak berani memakainya, apalagi saat ini hanya saling mencoba kepandaian, tentu saja dia lebih lebih tak berani untuk menggunakannya. Tidak menanti sampai perkataan tersebut selesai diucapkan, Buyung Siu telah manggut-manggut sambil menukas: "Yaaa, Wi sauhiap menggeniboI pedang It sin-kiam salah satu diantara tiga pedang kenamaan dari perguruan Siu lo bun. Meski nampak tumpul dan berkarat, sesungguhnya merupakan sebilah pedang mestika. Siaute meski tak becus, namun masih bisa mengenali benda ini. Dari sini bisa diketahui bahwa kejujuran dan kebijaksanaan Wi sauhiap sangat mengagumkan sekali." "Di dalam pertarungan kita ini, masing-masing pihak hanya ingin saling mencoba kekuatan, yang dipentingkan adalah perubahan jurus serta kekuatan tenaga, silahkan saja Wi sauhiap menggunakan pedang mana dan tidak usah ragu-ragu." Berbicara sampai disitu, tangan kanannya menggenggam2 gagang pedangnya dan mencabut keluar sebilah pedang berpita hijau. Senjata yang digunakan oleh seorang congkoan pedang pita hijau dari Ban-kiam hwee tentu saja bukan sembarangan senjata, begitu diloloskan segera terbias cahaya hijau yang menyilaukan mata. Sesungguhnya Wi Tiong hong sendiripun tidak tahu tentang asal usul pedang mestika yang berbentuk tumpul dan berkarat itu. Hari ini, setelah mendengar keterangan Buyung Siu, dia baru tahu kalau pedang ini bernama Jit sio kiam merupakan salah satu diantara tiga bilah pedang mestika perguruan Siu-lo bun. Siu lo bun. tiga patah kata ini segera menimbulkan banyak kecurigaan dalam hatinya. Lencana besi yang diserahkan Paman tak dikenal kepadanya itu adalah lencana Siu lo ci leng yang merupakan benda paling berpengaruh dalam dunia persilatan, pedang yang digunakan juga merupakan Jit siu kiam, salah satu diantara tiga bilah pedang mestika Siu lo bun. Kemudian ilmu Cay im jiu yang dua kali dipergunakan olehnya ternyata dianggap semua orang sebagai ilmu Siu lo lip. Hinggga kini, asal usiulnya masih belhum jelas, paman tak dikenal namanya juga tak pernah menampakkan diri, tampaknya bila pamannya itu berhasil ditemukan, maka rahasia dari asal usulnya juga bakal terungkap dengan sendirinya. Namun kalau disimpulkan dari kesemuanya ini, bisa diduga kaku paman tak diketahui namanya yang telah mendidik dan memeliharanya sejak kecil itu ada sangkut pautnya dengan Sio lo bun. Entah dimanakah letak perguruan Siu lo bun itu ? Untuk menemukan jejak pamannya, terpaksa dia harus mengunjungi perguruan Siu lo bun tersebut. Sementara itu Buyung Siu telah meloloskan pedangnya, tapi ketika ia berpaling, dijumpai nya Wi Tiong-hong hanya menggenggam gagang pedang sambil berdiri termangu-mangu disitu, seakan-akan sedang memikirkan suatu persoalan. Keadaannya ini kontan saja membuat semua orang merasa keheranan, mereka tak tahu apa yang sedang dipikirkan pemuda tersebut sehingga membuat ia nampak tak tenang. Buyung Siu mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Wi Tiong-hong lekat-lekat, ke mudian tegurnya: "Wi sauhiap, harap kau segera meloloskan pedangmu" Wi Tiong hong segera sadar kembali dari lamunannya, merah padam selembar pipinya karena jengah. buru buru dia menjura seraya menyahut. "Aku akan segera turut perintah !" Dia segera mencabut keluar pedang berkaratnya itu dari dalam sarung ... Kali ini semua orang sudah mendengar dari Buyung Siu bahwasanya pedang berkarat yang tidak menarik itu sebenarnya adalah Jit siu kiam, salah satu diantara tiga pedang kenamaan dari Siu lo bun. Oleh sebab itu, sorot mata semua orang pun bersama-sama dialihkan ke arah pedang Wi Tiong hong. Sementara itu. Wi Tiong hong telah mengangkat pedangnya sambil membuka pertahanan pedang ditangan kanannya diangkat tegak lurus ke atas dengan tangan kiri di silangkan ke depan dada. "Silahkan Buyung congkoan !" Inilah jurus pertama dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat yang disebut Giok ca tiau thiau. Giok ca tiau tian merupakan suatu sikap memberi hormat sebelum melancarkan suatu serangan, atau berarti bermaksud untuk mengalah, sebab harus menunggu sampai pihak lawan membuka serangan, ujung pedang mana bagru bergerak meliepaskan gerakanh berikutnya. Hal ini merupakan suatu sikap memberi hormat, dan kebanyakan perguruan kenamaan mempunyai jurus pembukaan semacam ini. Buyung Siu segera membuat pula gerakan menghormati katanya sambil tersenyum: "Ada bedanya di antara tamu dengan tuan rumah, harap Wi sauhiap tidak usah sungkan-sungkan" "Kalau begitu maafkanlah kelancanganku!" Kata Wi Tiong hong kemudian sambil memberi hormat. Kaki kirinya maju setengah langkah dengan tangan kiri membuat gerakan, sedangkan pedang ditangan kanannya melancarkan sodokan namun belum merupakan suatu ancaman .... Melihat itu, Buyung Siu mendehem pelan, kemudian serunya. "Berhati-hatilah Wi sauhiap !" Pedangnya didorong kedepan, setitik cahaya bintang dengan membawa suara desingan tajam langsung menusuk ke dada Wi Tiong hong. Dimulut dia masih mengatakan apa bedanya antara tuan rumah dan tamu", padahal dia sama sekali tidak bersedia mengalah. Di dalam kenyataan, walaupun jurus serangan yang dilancarkan olehnya itu bergerak agak lamban, namun justru tiba pada sasarannya jauh lebih awal daripada gerakan lawan. Wi Tiong hong tentu saja tak berani berayal setelah menghadapi serangan pedang lawan yang begitu cepat, tangan kirinya melakukan pancingan, dan pedangnya membabat ke arah kanan dengan jurus Ki bong lu cau (angin puyuh menyapu rumput) Gerak serangan yang dilancarkan oleh Wi Tiong hong inipun dilakukan dengan kecepatan luar biasa, tapi sebelum batang pedangnya sempat menghantam ujung pedang musuh, pedang Buyung Siu sudah miring ke samping dan mengebas ke kanan. Padahal Buyung Siu sedang melepaskan tusukan ke depan, tentu saja dia tak akan membuyarkan ancamannya ditengah jalan tanpa sebab musabab tertentu, bukan saja hal ini tak akan membentuk gerak serangan, seakan-akan juga bukan atas dasar kemauan sendiri. Tentu saja bagi pandangan para ahli persilatan yang hadir disitu, dalam sekilas pandangan saja mereka sudah tahu kalau keadaan mana tidak jauh berbeda dengan keadaan yang dialami oleh Lan Kun-pit tadi. Rupanya disaat Wi Tiong hong menggunakan jurus Giok cau tiau thian tadi, secara diam-diam dia melakukan pula gerakan menghisap dengan tangan kirinya menggunakan ilmu Ti-im ciat yang sinkang. Buyung Siau memwang tidak malu ydisebut ahli ilxmu pedang, gerakan tubuhnya benar benar sangat enteng dan cekatan. Baru saja gerak pedangnya terhisap oleh kekuatan Wi Tiong hong, tubuhnya yang enteng sudah melambung ke udara bersamaan waktu-nya, menyusul kemudian melayang turun di samping kiri Wi Tiong hong. "Wi sauhiap, kau memang benar-benar amat dahsyat." Pujinya sambil tersenyum. Ujung pedangnya miring kesamping dan melepaskan sebuah bacokan lagi. Pada hakekatnya Wi Tiong hong tidak pernah menyangka kalau dalam gerak serangan yang pertama pun dia telah berhasil menghisap ke samping pedang lawan. Sementara ia masih tertegun, mendadak dari depan mata sudah menyambar tiba pedang lawan, cepat dia berputar ke kiri pedangnya membentuk gerakan melingkar dan mengunci ke arah sebelah kiri Buyung Siu memang hebat sekali, pedangnya seperti seekor naga sakti saja, dalam waktu singkat pedangnya dari satu berubah jadi dua, dari dua berubah jadi empat, dalam waktu singkat muncul tujuh delapan jalur bayangan sinar yang mengurung seluruh tubuhnya. Wi Tiong hong tak berani gegabah, dia segera memusatkan segenap perhatiannya untuk menghadapi datangnya ancaman lawan yang sangat hebat itu. ooO^Ooo DALAM waktu singkat kedua belah pihak telah bertarung enam tujuh gebrakan lebih, ternyata masing-masing pihak tak berhasil meraih keuntungan apa-apa..Dengan suara keras Buyung Siu segera berseru: "Wi Sauhiap, ilmu pedang Ji gi kiam hoat mu benar benar sudah hapal dan menguasai..." Mendadak permainan pedangnya berubah, dalam waktu singkat cahaya tajam berterbangan dan hawa pedang menguasai seluruh jagad dalam waktu singkat seluruh tubuh Wi Tiong-hong sudah terkurung di balik selapis cahaya pedang yang tajam. Wi Tiong hong merasakan dari sekeliling tubuhnya seakan muncul berpuluh bayangan pedang yang menyerang datang bersama-sama hawa pedang yang menderu-deru serta daya tekanan yang berat memaksa pedangnya hampir boleh dibilang tak mampu di kembangkan. Tidak! pada hakekatnya dia tak tahu bagaimana caranya untuk mengunci datangnya ancaman tersebut. Dalam gelisahnya, tanpa terasa dia mengerahkan segenap kekuataan yang dimilikinya, tangan kirinya diayunkan berulang kali, sementara pedangnya berputar kencang lalu dibabat kearah depan. Inilah jurus Pit juang tong keng (menutup jendela membaca doa ) sesungguhnya merupakan jurus pedang pelindung tubuh, tapi berhubung bayangan pedang tibanya cari empat penjuru dengan daya tekanan yang berat, maka ia segera mendorongnya kearah muka. Seharusnya cahaya pedang yang melingkar diluar tubuh akan mengembang keluar, dan seharusnya bila membentur dengan bayangan pedang lawan maka akan terjadi serentetan suara benturan yang gemerincing sebelum dapat membendung datangnya berpuluh bayangan padang yang menyerang tiba itu. Siapa tahu disaat pedangnya sedang diayunkan itulah, selapis bayangan pedang yang semula amat menyilaukan mata tadi tahu-tahu lenyap tak berbekas, yang nampak hanya sebilah pedang yang berkilauan langsung menusuk kearah kiri mengikuti gerak serangannya. Kini, Wi Tiong hong baru mengerti, rupanya gerak serangan lawan benar-benar sudah dibuyarkan oleh ayunan tangan kirinya tadi,jelas pula membuktikan bahwa tanpa disadari dia telah mengeluarkan ilmu To-im ciat yang sinkang lagi, keadaan ini sama pula dengan beberapa kali dia lancarkan pukulan Cay im jiu yang mengandung tenaga Siu lo, semuanya muncul secsra otomatis tanpa disadari oleh dirinya sendiri. Sebab didalam serangannya kali ini, di saat tangan kirinya diayunkan kedepan tadi, dia sudah merasakan datangnya bayangan pedang yang bertubi-tubi dan dari setiap bayangan mana terpancar keluar kekuatan yang kuat sekali. Namun begitu ayunan tangannya dilepaskan, semua daya tekanan yang berlapis-lapis itu berubah menjadi segulung aliran berarus kuat yang segera terpancing kesebelah kiri mengikuti gerak hisapan tangan kirinya. Gulungan kekuatan yang maha dahsyat itu dengan cepat membuat lengan kirinya tergetar hingga hampir saja menjadi kaku, jantungnya berdebar keras dan hampir saja tak mampu menahan diri. Semua peristiwa itu berlangsung sekejap mata disaat tangan kirinya diayunkan ke kiri tadi, kekuatan maha dahsyat itupun turut meluncur ke depan dan kekuatan yang ibaratnya amukan ombak samudra itu langsung melguncur ke tengahi udara. Itulah hbayangan pedang yang bergabung menjadi satu dan apa yang terlihat sebagai sekilas cahaya pedang yang meluncur ke tengah udara tadi. Setelah membuktikan kalau ilmu To im Ciat yang-sinkang miliknya benar-benar hebat, kejut dan girang yang menyelimuti perasaan Wi Tiong hong pun sukar dilukiskan dengan kata-kata. Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Nona Berbaju Hijau Karya Kho Ping Hoo Pedang Pusaka Thian Hong Karya Kho Ping Hoo