Pendekar Bego 15
Pendekar Bego Karya Can Bagian 15
Pendekar Bego Karya dari Can "Betul, betul, memang dia orang tua, sudah lama beliau menetap disini, apakah nona Be masih teringat dengannya?" Be Siau soh memang pernah mendengar orang membicarakan tentang pendekar aneh ini, sesungguhnya pendekar itu berjiwa besar, tapi sejak istrinya berubah hati, tiba-tiba saja ia mengundurkan diri dari dunia persilatan dan tidak diketahui lagi jejaknya. Dengan waktu Songkoan Tin, pukulan batin tersebut dengan cepat mengakibatkan perangainya berubah seratus delapan puluh derajat, bukan cuma aneh saja sifatnya, bahkan sama sekali tidak berperasaan. Sungguh tak disangka ia bisa memiliki seorang putra semacam ini Berpikir sampai disitu, Be Siau soh segera berkata. "Nama besar Songkoan tayhiap dikenal oleh setiap manusia, betul ketika ia mengundurkan diri dulu aku masih seorang bocah, tapi nama besarnya sudah lama kudengar" "Kalau begitu, ayahku pasti akan senang berjumpa denganmu! Yaa, watak ayahku memang aneh, kalau dibilang ia suka bertemu dengan orang, sebetulnya tak pantas ia hidup menyepi disini, kalau dibilang ia tak suka bertemu dengan orang diapun tidak memperkenankan setiap orang yang melewati hutan ini tidak menjumpainya bahkan setelah bertemu dia tentu akan bertanya terus tiada hentinya, coba kau pikirkan, aneh tidak wataknya itu?" "Yaa, kalau orang sudah berwatak aneh, mau apa lagi kita?" Sahut Be Siau soh sambil tertawa. Demikianlah, sambil bersenda gurau mereka berdua masuk kembali ke dalam hutan bwee. Kurang lebih setengah jam berselang mereka baru berkenalan tapi sekarang keakraban mereka sedemikian eratnya sehingga kehadiran Ong It sin disamping merekapun sudah tidak dirasakan lagi. Ketika Ong It sin menjumpai kedua orang itu memasuki hutan bwee, meskipun ia merasa tak senang, terpaksa mengikut juga dibelakangnya. Beberapa kali dian ingin berteriak mengajak Be Siau soh pergi, tapi iapun tak berani memotong pembicaraan si nona yang tampaknya sedang terlibat dalam pembicaraan yang serius dengan Sangkoan Bu cing, karenanya dengan perasaan masgul dia hanya membungkam belaka. Setelah memasuki hutan bwee, Sangkoan Bu cing mengajak mereka berputar ke kiri berbelok ke kanan putar kesana kemari tiada hentinya... Entah sudah berapa lama mereka berjalan, seakan akan hutan bwee itu tiada ujung pangkalnya lagi akhirnya sampailah mereka disuatu tempat yang penuh tumbuh pohon bwee tua. Pada salah satu pangkal pohon tersebut, duduklah seorang manusia berbaju hitam. Ketika menjumpai orang berbaju hitam itu, baik Be Siau soh maupun Ong It sin merasa amat terkejut sekali. Tampaklah manusia berbaju hitam itu memiliki kulit badan yang kurus kering bagaikan kulit pembungkus tulang, mukanya sedemikian kurusnya hingga sama sekali tak berdaging lagi, coba kalau matanya tidak bersinar tajam mereka pasti akan menganggapnya sebagai sesosok mayat yang sudah banyak tahun mengering disitu. Ketika tiba dihadapan manusia berbaju hitam itu, Sangkoan Bu cing segera berhenti seraya berkata. "Ayah, ananda telah mengajak kedua orang yang melewati hutan bwee ini untuk menjumpai kau orang tua, apakah kau orang tua hendak berbicara sesuatu dengan mereka?" Sebelum Sangkoan Bu cing menyelesaikan kata katanya, dengan penuh rasa hormat Be Siau soh telah menyembah sambil berkata. "Boanpwee menjumpai Sangkoan cianpwee!" Sebaliknya Ong It sin hanya mengawasi manusia berbaju hitam itu dengan mata melotot besar, sepatah katapun ia tidak berbicara. Sambil memberi hormat, diam diam Be Siau soh berpikir dengan keheranan. "Konon orang bilang Bwe hoa kiam khek Sangkoan Tin adalah seorang lelaki tampan yang termashur didunia, meski wataknya aneh tapi sikapnya lembut dan sangat romantis kenapa tampangnya macam sesosok mayat hidup? Beginikah tampang dari ayah Sangkoan Bu cing...? Waaah, kalau begitu berita yang tersiar dalam dunia persilatan memang tak boleh dipercaya..." Sementara masih melamun, Sangkoan Tin telah berkata. "Kalian hendak menuju ke barat?" Begitu ia membuka suara maka kedengaranlah suara itu amat melengking seperti setan yang lagi menjerit sungguh tak sedap didengar. Be Siau soh merasa terkejut Ong It sin yang berada dibelakangnya lebih terkejut lagi. Sambil melotot lebih besar, ia berteriak keras. "Hei kakek tua... kenapa suaramu begitu tak sedap didengar? Waah... waah... kalau suara yang macam begini sih bukan suara manusia lagi namanya, tapi lebih mirip dengan..." Sebetulnya dia ingin mengatakan. "Suaramu lebih mirip dengan setan kelaparan yang lagi menjerit!" Tapi sebelum ucapan tersebut sempat diucapkan Be Siau soh sudah keburu berpaling sambil melotot gemas kearahnya, maka ia tak berani berbicara lagi. Sangkoan Bu cing cukup mengetahui watak ayahnya, maka setelah mendengar perkataan dari Ong It sin itu, tanpa sadar peluh dingin ikut membasahi tubuhnya. Betul juga, Sangkoan Tin segera tertawa terkekeh kekeh dengan suara yang mengerikan, kemudian serunya. "Kemarilah kau! Siapa namamu?" Menggigil seluruh badan Ong It sin setelah mendengar suara tertawanya, sebab suara itu jauh lebih tak sedap didengar dari pada suara pembicaraannya, kalau mengikuti suara hatinya, dia sudah ingin kabur terbirit birit dari situ. Tapi Be Siau soh segera berkata. "Hei Sangkoan tayhiap suruh kau kesitu kenapa kau masih berdiri saja disana? Hayo cepat maju!" Sebetulnya Ong It sin enggan berbuat demikian, tapi mau tak mau ia beranjak juga untuk menghampiri orang itu. Dengan sepasang matanya yang tajam Sangkoan Tin mengamati seluruh tubuh Ong It sin dari atas sampai kebawah, sedemikian tajamnya ia melihat membuat pemuda itu menjadi tak enak sendiri dan ingin berlalu dari tempat itu. Lama sekali Sangkoan Tin mengawasi Ong It sin, kemudian ia memandang pula kearah Sangkoan Bu cing pandangan tersebut kemudian beralih secara berulang-ulang hingga hampir setengah jam lamanya, cuma selama ini dia pun tidak berkata apa apa. Lama kelamaan Sangkoan Bu cing merasakan juga keanehan dari sikap ayahnya itu, cuma ia tak tahu kenapa ayahnya bersikap sedemikian anehnya hari ini. Lama-lama kemudian, Sangkoan Tin baru menghela napas panjang, kemudian kepada Ong It sin ia bertanya. "Siapa namamu! Siapa orang tuamu? Siapa gurumu? Katakan semua kepadaku..." Ong It sin memang tidak biasa berbohong maka satu persatu ia jawab dengan sejujurnya. Mendengar itu, Sangkoan Tin segera bergumam seorang diri. "Bu giok (pualam mustika)!" "Eeh... aku tidak bernama Bu giok, aku bernama Ong It sin!" Buru-buru Ong It sin berteriak lagi. Sangkoan Tin mendelik kepadanya mendengar teriakan itu. Ong It sin segera tertawa bodoh, serunya "Kau sendiri yang salah memanggil namaku, masakah kau malah menyalahkan diriku." Diluar dugaan, sekulum senyuman segera menghiasi wajah Sangkoan Tin, cuma sudah barang tentu senyuman itu tak sedap dilihat apalagi menghiasi wajahnya yang lebih mirip tengkorak itu, bukan bertambah menarik justru senyuman itu malah menggidikkan hati. Dengan ketakutan Ong It sin mundur selangkah ke belakang. Sementara itu Sangkoan Tin telah mendongakkan wajah Be Siau soh kemudian katanya "Nona Be, kau sangat cantik dan mirip sekali dengan seseorang, apakah kau adalah..." Be Siau soh bukan orang bodoh, begitu mendengar pertanyaan itu, ia lantas mengerti kalau orang yang dimaksudkan adalah ibunya. Ia jadi kuatir kalau Sangkoan Tin mengatakan secara terus terang bahwa dia adalah putrinya Kelabang beracun Be Ji nio, sebab dia kuatir Sangkoan Bu cing akan memandang hina dirinya. Sebab itu buru-buru tukasnya. "Aku memang mirip sekali dengan ibuku, cuma ia sudah meninggal banyak tahun!" "Oooh, ternyata ia sudah meninggal banyak tahun..." Seru Sangkoan Tin ia pun tidak bertanya lebih jauh. Ketika selesai mengucapkan kata-kata tersebut, dengan sedih ia menghela nafas panjang, jelas diapun merupakan kenalan lama ibunya. Tanpa terasa Be Siau soh membayangkan kembali ibunya yang merupakan perempuan cabul nomor wahid didunia ini. Siapa tahu kalau dimasa lalupun Sangkoan Tin pernah mempunyai hubungan gelap dengan ibunya? Sangkoan Tin kembali menghela nafas panjang, katanya kemudian. "Nona Be buru-buru menuju ke barat, entah karena persoalan apakah kepergianmu ini?" Be Siau soh menjadi tertegun dan ragu-ragu menghadapi pertanyaan tersebut. Sebagaimana diketahui, kepergiannya kali ini menuju kebukit Pak thian san adalah untuk mencari gua salju dimana tersimpan suatu mustika yang tak ternilai harganya. Betul, ia menaruh perasaan tertarik terhadap Sangkoan Bu cing, bahkan rangsangan dari pemuda tersebut sedemikian besarnya sehingga hampir saja dia tidak sanggup mengendalikan diri, tapi bagaimanapun juga mereka baru berkenalan beberapa jam, sampai dimanakah jalan pikiran dan perasaan orang ia masih belum tahu, karena itu ia memutuskan untuk merahasiakan maksud kepergiannya untuk sementara waktu. Sebagai seorang perempuan yang pintar dan berpengalaman, Be Siau soh tidak ingin menimbulkan kecurigaan orang, maka setelah sangsi sejenak buru-buru ia menyahut. "Boanpwee ingin menuju kebukit Pak thian san untuk mencari seseorang..." Ia kuatir Ong It sin membongkar rahasianya, maka sambil menjawab diam-diam ia memberi tanda kepada pemuda itu agar membungkam. Dalam pada itu Sangkoan Tin telah manggut manggut seraya berkata. "Ooooh, kiranya begitu! Nona Be, aku lihat ilmu silatmu cukup lihay, melakukan perjalanan seorang diripun sudah cukup untuk membela diri, apakah kau membutuhkan Ong siau-ko ini untuk melindungi kau sepanjang jalan?" Siau soh menjadi tercengang ia tidak mengerti kenapa secara tiba-tiba Sangkoan Tin berkata demikian. Tapi dia tak ingin membungkam diri saja, maka sambil tertawa paksa sahutnya. "Oh, tentu saja tidak, Ong toako ini mana tak pandai bersilat orangnya tolol amat, masa ia bisa melindungi diriku?" Belum lagi ucapannya itu selesai diucapkan, Ong It sin yang berada disisinya telah berkaok-kaok. "Orang bilang aku tolol, biarlah tolol, sebab aku memang tolol tapi kenapa kau bilang aku tak pandai bersilat? Ketahuilah, seorang jago kelas satu dalam dunia persilatan!" Bukan cuma kata kata itu diucapkan dengan wajah serius, bahkan sewaktu berbicarapun dia acungkan tinjunya dengan gaya seakan akan dia memang benar benar seorang jago paling "top" Didunia ini. Hal mana tentu saja sangat menggelikan Sangkoan Tin maupun Sangkoan Bu cing, saking tak tahannya mereka sampai tertawa terbahak bahak lantaran geli. "Nona Be!" Kata Sangkoan Tin kemudian. "aku mempunyai suatu permintaan, entah bersediakah kau untuk mengabulkannya?" "Coba cianpwee katakan!" "Aku ingin menahan Ong It sin untuk berdiam sementara waktu dalam hutan ini, apakah kau setuju?" Ketika itu Ong It sin sedang bersemangat semangatnya mempropagandakan diri sebagai seorang jago tangguh, ketika mendengar ucapan dari Sangkoan Tin itu ia menjadi tertegun. "Hei, apa kau bilang?" Be Siau soh pun tertegun, ia mulai berpikir dalam hatinya. "Ketika berjumpa Ong It sin tadi, ia mengatakannya sebagai kemala mestika, sekarang diapun ingin menahannya disini, jangan jangan pemuda tolol ini memiliki bakat bagus untuk belajar silat?" Sambil berpikir dia melirik sekejap kearah Sangkoan Bu cing yang ganteng itu, kemudian berpikir lebih jauh. "Peduli amat apakah Ong It sin pada suatu hari akan menjadi seorang jago lihay atau tidak! Yang penting kan aku bisa berada bersama sama Sangkoan Bu cing yang tampan..." Karena berpikir demikian, dengan perasaan tergerak serunya cepat-cepat. "Sebetulnya permintaan cianpwee tak berani kutampik, tapi dalam perjalananku menuju ke Pak thian san kali ini, harus melalui sebuah perjalanan seorang diri..." Berbicara sampai disitu tiba-tiba ia berhenti, sekalipun demikian, tentu saja orang lain cukup memahami maksud hatinya itu. "Ayah!" Cepat-cepat Sangkoan Bu cing menyambung. "kalau toh kau hendak menahan Ong It sin disini, maka biarlah aku saja yang menghantarkan nona Be menuju bukit Pak thian san?" "Kau bersedia?" Tanya Sangkoan Tin sambil menatap wajah putranya tajam-tajam. Merah padam selembar wajah Sangkoan Bu cing karena jengah, ia melirik sekejap kearah Be Siau soh, kemudian jawabnya. "Ananda bersedia!" Be Siau soh menjadi amat gembira sebab ia memang sedang menantikan jawaban tersebut dari Sangkoan Bu cing. Sementara Sangkoan Tin masih termenung, Ong It sin kembali telah berkaok kaok. "Aku tak mau tinggal disini, kenapa aku musti berdiam ditempat seperti ini? Aku ingin ikut nona Be menuju ke bukit Pak thian san, sebab aku telah menyanggupi permintaannya..." Tapi tak ada yang menggubris teriakan teriakannya, orang tak ambil peduli apakah dia enggan diam disini atau tidak, sebab masing masing sedang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Lewat sesaat kemudian, Sangkoan Tin baru berkata. "Baiklah nona Be, biar anakku yang menemani kau pergi. tapi sepanjang jalan kau musti baik-baik menjaga dirinya..." Ong It sin yang mendengar keputusan itu menjadi terkejut sekali, tubuhnya menjadi sempoyongan sehingga jatuh terduduk ditanah, untung saja pemuda itu tak sampai jatuh semaput... Begitu jatuh terduduk, cepat cepat ia merangkak bangun lagi dari tanah, kemudian sambil menggoyangkan tangannya berulang kali ia berteriak keras keras. "Tidak bisa, tidak bisa, mana boleh begini jadinya?" Tapi baik Be Siau soh maupun Sangkoan Tin dan Sangkoan Bu cing, tak seorangpun yang menggubris teriakan teriakannya itu. Ong It sin semakin gelisah dibuatnya, kembali ia berteriak keras. "Aku bilang aku tak mau diam ditempat seperti ini, soal aku hendak menemani nona Be pergi ke bukit Pak thian san atau tidak, adalah urusan pribadiku sendiri, kalian tidak berhak untuk mengambil keputusan bagiku..." Sangkoan Tin segera tertawa dingin, katanya. "Jika aku bersikeras memaksamu untuk diam dalam hutan ini, lantas kau mau apa?" "Sobat Ong!" Sambung Sangkoan Bu cing sambil tertawa. "jika akupun bersedia menemani nona Be menuju kebukit Pak thian san, kau bisa apa?" Ong It sin memandang sekejap kearah Sangkoan Tin, lalu memandang pula ke arah Sangkoan Bu cing dan akhirnya memandang ke arah Be Siau soh, wajahnya tertegun, matanya terbelalak dan mulutnya melongo, tampaknya ia rada bingung dibuatnya Be Siau soh dapat menangkap kalau pemuda jelek itu sedang mengirim isyarat kepadanya untuk minta tolong. Kalau diingat kejujuran serta kebaikan hati Ong It sin selama ini kepadanya, sebetulnya Be Siau soh tak tega untuk meninggalkannya disitu, tapi manakala ia memandang wajah Sangkoan Bu cing yang sejuk dan tampan itu, lalu dibandingkan dengan wajah Ong It sin macam babi panggang, semua rasa ibanya segera tersapu lenyap tak berbekas. Karena itu, setelah berpikir sebentar ia pun berkata dengan lembut. "Ong toako, kau jangan gelisah dulu. Sangkoan cianpwee menahanmu didalam hutan ini bukan dengan maksud ingin menyusahkan dirimu, ia sangat tertarik oleh bakatmu yang baik, hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagimu, karenanya jangan lewatkan kesempatan ini dengan begitu saja..." Sebetulnya Be Siau soh ingin menerangkan masalahnya agar Ong It sin jangan terlalu bersedih hati. Siapa tahu Ong It sin yang mendengar kalau Be Siau soh setuju jika ia tinggal dalam hutan tersebut menjadi amat bersedih hati ia merasa bahwa perkataan tersebut sama artinya dengan gadis itu enggan ditemani lagi olehnya... Seketika itu juga ia merasakan dadanya seperti dihantam dengan sebuah martil besar seberat ribuan kati, pandangan matanya menjadi gelap dan menangislah pemuda itu tersedu-sedu. Saking sedihnya pemuda itu menangis, tiba-tiba ia merasakan kepalanya pusing tujuh keliling lalu matanya jadi berkunang kunang dan tubuhnya roboh ke tanah, tak lama kemudian pingsanlah pemuda itu. Sudah barang tentu dia tak sempat mendengar suara tertawa dari Be Siau soh dan Sangkoan Bu cing apalagi suara perpisahan mereka dengan Sangkoan Tin... Menunggu ia telah sadar kembali dari pingsannya, si anak muda itu segera menangkap deruan angin yang aneh sekali muncul dari samping tubuhnya suara itu sangat mendesingkan telinga, seolah olah ada angin puyuh yang sedang berhembus lewat dan berputar kencang ditepi badannya... Buru-buru ia membuka matanya untuk melihat Ternyata telapak tangan Sangkoan Tin sedang direntangkan ketat didepan tubuhnya deruan angin tajam tadi tak lain muncul dari balik telapak tangannya itu. Yang lebih aneh lagi, mengikuti deruan angin tadi kemudian muncullah suatu kekuatan besar yang menekan dan menghimpit sekujur tubuhnya. Tenaga himpitan itu kian lama kian bertambah besar dan keras, seolah olah ada sebuah jepit baja yang sedang menjepit tubuhnya kecuali sepasang matanya yang masih bisa berputar hampir seluruh tubuhnya yang lain tak mampu berkutik lagi. Tampaknya Sangkoan Tin sama sekali tidak bermaksud untuk menghentikan perbuatannya itu malah makin lama tenaga tekanan yang menjepit tubuhnya itu makin bertambah besar... Dalam waktu singkat Ong It sin merasakan seluruh tubuhnya menjadi sakit dan napasnya menjadi sesak, mulutnya tanpa sadar megap megap persis seperti seekor ikan yang dikeluarkan dari air. Dia ingin menegur Sangkoan Tin, kenapa ia bersikap demikian kepadanya tapi tiada sedikit suara pun yang muncul dari mulutnya. Dalam keadaan demikain tak sempat lagi buat pemuda itu untuk memikirkan soal Be Siau soh, dia hanya tahu berusaha meronta dan berjuang untuk melanjutkan hidupnya. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sepertanak nasi kemudian Ong It sin benar-benar sudah tak sanggup menahan diri lagi, pandangan matanya makin lama semakin gelap ia sudah tak kuat untuk mempertahankan diri lagi... Dalam keadaan seperti itulah, tiba tiba berkumandang tiga kali desingan tajam menyusul kemudian tiga biji benda lunak menyambar masuk ke dalam mulutnya dan tertelan ke dalam perut. Dalam anggapan Ong It sin, kali ini dia sudah pasti akan mampus siapa sangka setelah menelan tiga buah benda lunak tadi, tiba-tiba saja sekujur tubuhnya menjadi nyaman pandangan matanya jadi terang kembali dan segulung tenaga seakan-akan muncul dari dalam tubuhnya untuk melawan tenaga tekanan yang datangnya dari luar itu. Dengan munculnya tenaga itu maka sepasang matanya dan sepasang kakinya mulai menekan ke atas dengan sekuat tenaga untuk melawan tenaga tekanan yang datang dari atas. Pada mulanya, ia masih bergerak pelan, tapi makin lama tenaga yang muncul dari tubuhnya makin besar sehingga akhirnya tiba tiba saja tenaga tekanan itu lenyap tak berbekas. Padahal waktu itu Ong It sin sedang mengangkat tubuhnya sekuat tenaga untuk melawan tenaga tekanan yang datang dari atas dengan lenyapnya tenaga tekanan tersebut secara tiba-tiba, otomatis tubuhnya jadi melambung keatas setinggi satu kaki. Akibat dari perbuatannya ini sama sekali diluar dugaan Ong It sin, ketika mengetahui tubuhnya melambung diudara, dia menjadi ketakutan setengah mati sehingga mukanya jadi pucat, peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya dan ia berkaok kaok seperti babi yang hendak disembelik. "Cepat salurkan hawa murnimu kejalan darah Khai hay hiat dan Leng tay hiat, tubuhmu niscaya akan seenteng burung walet dan melayang turun dengan manis." Sebetulnya apa yang dikatakan Sangkoan Tin tadi merupakan rahasia ilmu meringankan tubuh. Sayangnya jangankan Ong It sin sudah sedemikian gugup dan paniknya sehingga ia tidak mendengar apa yang dikatakan Sangkoan Tin, sekalipun mendengarpun dia juga tidak akan mengerti bagaimana caranya untuk menyalurkan hawa murni didalam tubuhnya Ya, bagaimana mungkin seorang pemuda yang goblok macam Ong It sin bisa mengetahui dimana letak jalan darah Khi hay hiat Baru saja Sangkoan Tin menyelesaikan ucapannya itu, tubuhnya sudah terbanting keras keras diatas tanah. Pemuda itu segera menutupi wajahnya sambil menangis tersedu-sedu. "Oooh... mati aku kali ini, mampus aku kali ini... waduuh... aku bakal mati terbanting!" Sangkoan Tin segera menghela nafas panjang. "Kau tidak akan mati, hayo bangunlah!" Ia berkata. Ong It sin menurunkan tangannya dari atas wajah lalu duduk dan menggerak gerakkan tangan serta kakinya, kemudian dengan wajah berseri ia berteriak. "Hooreeee.... aku betul betul tidak mati, aku betul betul tidak terluka... haaahhh... haaahhh... haaahhh... aku tidak jadi mati!" "Tentu saja kau tak akan mati" Sahut Sangkoan Tin. "kini kau memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, kau sudah terhitung jago tangguh dalam dunia persilatan, sekalipun terjatuh dari sesuatu tempat yang lebih tinggi pun kau tak bakal terluka, apalagi yang musti kau takuti?" Sikap sok dari Ong It sin segera muncul kembali, sambil membusungkan dada ia menyahut. "Betul, aku sebetulnya adalah seorang jago tangguh kelas satu dalam dunia persilatan, aku bisa sekali tebas membacok kutung sebatang pohon, kau tidak percaya? Aku tidak bohong, aku berbicara sesungguhnya!" Sangkoan Tin tidak mengatakan percaya atau tidak, ia hanya mengawasi tingkah laku pemuda itu dengan mulut membungkam. Sesungguhnya Ong It sin sudah tidak percaya kalau dirinya itu seorang jago tangguh, apalagi setelah beberapa kali gagal membacok patah sebatang pohon, karena itulah lantaran kuatir orang tidak percaya dengan perkataannya, maka ia menambahkan dengan sepatah kata terakhir itu. "Tentu saja kau sanggup mematahkan sebatang pohon," Kata Sangkoan Tin kemudian "bukan cuma mematahkan pohon saja, mau menghancurkan sebuah batu cadaspun sekarang kau mampu!" Sejak Ong It sin dipaksa untuk diam sementara dalam hutan bwee tersebut, Ong It sin sudah merasa kheki sekali, apalagi setelah dipisahkan secara paksa oleh orang itu dari Be Siau soh, sedemikian jengkelnya pemuda itu sehingga dia enggan untuk mengajak Sangkoan Tin berbicara banyak. Namun, manusia adalah sejenis mahluk yang suka diumpak, ketika Ong It sin mendengar bahwa Sangkoan Tin memuji kehebatan ilmu silatnya, bahkan dikatakan sanggup menghancurkan batu, ia merasa gembira sekali, dengan tanpa sungkan sungkan lagi ia berseru. "Dari mana kau bisa tahu?" "Kalau kau bilang kau sanggup menghancurkan sebuah batu, maka pasti kau sanggup untuk melakukannya, memang kau anggap ketiga biji Lo han ko yang kuberikan kepadamu tidak bermanfaat apa apa? Hayo cepat lancarkan sebuah pukulan!" "Hei, buah Lohan ko apa yang kau maksudkan?" Seru Ong It sin dengan agak tertegun. "Lo han ko hanya ada dilembah terjal di bukit Kun lun san, benda itu merupakan buah langka yang tinggi harganya, barang siapa makan sebiji saja maka usianya akan bertambah panjang dan tenaganya bertambah besar. Barusan aku telah membungkus tubuhmu dengan kekuatan hawa murniku dengan maksud agar tenaga yang kau miliki terhimpun menjadi satu, lalu kujejalkan tiga biji buah Lo han ko kedalam tubuhmu, ini menyebabkan hawa murni yang terhimpun ditubuhmu menjadi hebat sekali, masa kau tidak merasakannya?" Ong It sin yang mendengarkan perkataan itu cuma bisa mengerdipkan matanya berulang kali dengan wajah keheranan. Tapi begitu Sangkoan Tin telah menyelesaikan kata- katanya, mendadak ia tuding ujung hidung orang sambil tertawa terbahak bahak. Sangkoan Tin merasa marah sekali, segera tegurnya. "Hei apa yang sedang kau tertawakan?" "Aku sedang mentertawakan kau yang pandai omong besar, haaahh... haaahh... haaahh... kalau pingin mengibul, seharusnya lihat lihat orang dulu, memangnya kau anggap aku bisa tertipu dengan begitu saja oleh bohonganmu tersebut?" Sebagaimana diketahui sebenarnya Ong It sin adalah seorang manusia yang seratus persen goblok apa mau dikata ia suka sok pintar, maka begitulah jadinya... Kalau bisa Sangkoan Tin ingin mengumbar hawa amarahnya pada tubuh pemuda itu, tapi setelah menyaksikan sikap maupun mimik wajahnya ia menjadi jengkel bercampur geli sehingga amarahnya tak bisa dilampiaskan lagi. Katanya kemudian setelah hening sejenak. "Atas dasar apa kau mengatakan aku sedang mengibul?" Ong It sin tertawa sahutnya. "Coba bayangkan bila betul betul kau memiliki buah langka seperti buah Lo han ko yang kau maksudkan itu, kenapa kau tidak makan buah itu sendiri? Atau jika kau tak ingin makan buah itu, kenapa bukannya kau berikan kepada anakmu sebaliknya malah untukku? Apa hal ini tidak aneh namanya?" Beberapa patah kata dari Ong It sin ini memang betul dan masuk diakal, tanpa terasa Sangkoan Tin menganggukkan kepalanya berulang kali. Ong It sin merasa makin bangga lagi setelah menyaksikan Sangkoan Tin mengangguk, katanya lebih lanjut. "Apalagi sekarang aku memang sudah seorang jago lihay, siapa yang kesudian menelan ketiga biji buah Lo han ko yang kau miliki itu...?" Sangkoan Tin merasa betul betul amat gusar, matanya sampai melotot besar karena jengkelnya, dengan susah payah ia berikan ketiga biji buah langka itu kepada Ong It sin dengan harapan tenaga dalamnya bisa memperoleh kemajuan yang pesat, sekalipun ia bertujuan lain, yakni ingin membuat Ong It sin berterima kasih kepadanya hingga mau setia kepadanya sepanjang hidup, tapi bagaimana pun juga hal ini adalah menguntungkan anak muda tersebut. Dalam kenyataan sekarang, Ong It sin ternyata tidak mengakui akan hal tersebut, bayangkan saja bagaimana mendongkolnya hati si jago tua tersebut? Sudah cukup lama ia mendapatkan tiga biji buah langka tersebut, selama ini buah tersebut hanya disimpannya tanpa sepengetahuan anaknya sendiri. Ia cukup mengetahui bagaimanakah watak Sangkoan Bu cing tersebut, betul ia tampak penurut, padahal sebetulnya pemuda itu adalah seorang manusia yang sukar ditundukkan, malahan mungkin sekali bilamana perlu pun anaknya bisa jadi tak akan mengakui dirinya sebagai ayahnya lagi. Selain itu diapun tahu bahwa antara dia dengan putranya terdapat ganjalan hati yang cukup dalam, bila suatu ketika sampai meledak maka antara mereka ayah dan anak pasti akan terjadi pertarungan sendiri. Oleh sebab itulah akhirna ia menjatuhkan pilihannya kepada Ong It sin Dalam anggapannya, setelah Ong It sin menelan ketiga biji buah Lo han ko tersebut dan secara tiba-tiba mengetahui dirinya menjadi seorang jago lihay, anak muda itu pasti akan sangat berterima kasih kepadanya. Siapa tahu sejak semula Ong It sin memang telah menganggap dirinya sebagai seorang jago tangguh, kebaikan hatinya ternyata tidak dianggapnya sama sekali, hal ini membuat Sangkoan Tin menjadi melongo. "Waah... agaknya tidak gampang untuk memberi penjelasan kepada manusia goblok ini!" Demikian keluhnya. Sementara ia masih termenung memikirkan cara untuk membuat Ong It sin menjadi percaya kalau kehebatan yang dimilikinya sekarang adalah berkat tiga buah biji Lo han ko yang diberikan kepadanya, tampak Ong It sin telah bertepuk tangan sambil berseru kembali diiringi gelak tawanya. "Haah... haahh... haahh... apa lagi yang hendak kau katakan...?" "Kau... kau benar benar tidak percaya kalau aku yang telah merubahmu menjadi seorang jago lihay?" Seru Sangkoan Tin dengan mata melotot sangat besar. "Tentu saja tidak percaya" Jawab Ong It sin "untung aku tidak bermaksud membalas dendam terhadap perbuatanmu yang menindih badanku tadi... huuh! Coba kalau ilmuku tidak cukup tinggi sehingga kau bisa kulawab, kan aku sudah konyol semenjak tadi? Nah, daripada ribut-ribut terus lebih baik selamat tinggal saja!" Berbicara sampai disitu ia lantas memberi hormat kepada Sangkoan Tin dan memutar badan siap berlalu dari situ. Jengkel dan gelisah Sangkoan Tin menghadapi kejadian itu, apa mau dikata tubuhnya selama ini memang lumpuh sehingga tak mungkin lagi baginya untuk mengejar atau menyusul pemuda itu. Selama ini semua kebutuhannya dilayani oleh Sangkoan Bu cing, setelah menyuruh putranya pergi, dalam anggapan Ong It sin tentu akan melayani dirinya lebih baik lagi, siapa sangka pemuda itupun hendak kabur dari sana, maka dengan geram ia membentak. "Berhenti kau!" Karena merasa bentakan orang aneh sekali, Ong It sin berhenti sambil berpaling. Pada saat itulah, tiba-tiba menyambar lewat sekilas cahaya emas yang menyilaukan mata, cahaya emas tersebut kiranya merupakan sebuah cakar emas berbentuk seperti telapak manusia yang diikat dengan rantai emas. Dengan membawa desingan tajam, benda tersebut langsung menyambar ke arah dadanya. Betul tenaga dalam yang dimiliki Ong It sin sekarang amat tinggi, tapi ia sama sekali tak tahu tentang jurus silat. Makanya ketika menyaksikan cakar emas itu sudah tiba didepan matanya, sambil berteriak aneh, cepat-cepat tubuhnya melompat mundur kebelakang. Seandainya pada saat ini dia pernah memakan tiga biji buah Lo han ko yang menambah tenaga dalamnya, lompatan mundur tersebut paling banter cuma akan mencapai beberapa depa, akibatnya ia tak akan berhasil meloloskan diri dari cengkeraman tersebut. Tapi keadaannya sekarang jauh berbeda, gerakan mundurnya bukan saja amat cepat, lagi pula jauh sekali sehingga walaupun sambaran cakar emas itu bergeletar amat cepat, yang berhasil disambar pun tak lebih cuma pakaian dibagian dadanya saja. Bukan begitu saja, tubuhnya yang mundur ke belakang pun sempat menumbuk beberapa batang pohon yang tumbuh dibelakangnya, akibat dari tumbukan itu, pohon pohon bwe tersebut semuanya pada tumbang ke tanah Setelah bersusah payah, akhirnya Ong It sin berhasil juga menghentikan tubuhnya. Memandang tujuh delapan batang pohon besar yang bertumbangan ditanah serta pakaian bagaian dadanya yang robek tersambar senjata musuh, pemuda itu garuk-garuk kepalanya dengan mata melotot, lalu teriaknya keras keras. "Aduuuh mak.... tolong...!" Dengan mundurnya Ong It sin sejauh itu, tak mungkin lagi bagi Sangkoan Tin untuk menyambar tubuh pemuda tersebut dengan mempergunakan cakar emasnya lagi, tapi ia belum putus asa, dengan suara lembut buru-buru serunya lagi. "Coba kau lihat, bukankah tenaga dalam yang kau miliki sekarang sudah amat hebat? Coba bayangkan saja sendiri, apakah dulu kau sudah sehebat ini? Kenapa tidak cepat cepat datang kemari untuk menyampaikan rasa terima kasihnya kepadaku?" Dengan termangu mangu Ong It sin memandangi pepohonan yang telah bertumbangan keatas tanah oleh tumdbukannya itu, ia merasa tenaga dalamnya memang bertambah hebat. "Ah, sejak dulu aku memang seorang jago tangguh, tentu saja tenaga dalamku bertambah maju setiap harinya" Pikirnya. "aku tak boleh mendengarkan ocehannya, apalagi baru saja aku disambar dengan senjata hingga nyaris mati, untung ilmuku lihay dan sempat kabur, kalau tidak... waaah, nyawaku kan sudah ketemu dengan nenek diatas situ?" Berpikir demikian,t sambil tertawa dingin ia lantas berseru. "Kenapa aku musti beqrterima kasih kepadamu? Jika cengkeraman tadi sampai merenggut nyawaku, siapa pula yang akan berterima kasih kepardamu...?" Sangkoan Tin tidak menyangka kalau orang yang semakin jujur, semakin kukuh pula dalam pendirian, semakin kukuh seorang dalam pendirian, semakin sulit juga dirinya untuk mengetrapkan pikiran dan pandangannya pada orang itu. )oodwoo( Jilid 14 NAMUN Sangkoan Tin belum putus asa kembali dia berkata. "Kemari kau, bagaimana kalau kuajarkan ilmu pedang Bwee hoa kiam hoat kepadamu? Bila ilmu itu sudah kau pelajari maka dalam perjalananmu didunia persilatan dikemudian hari, kau pasti tak akan menjumpai tandingan lagi" Ketika mendengar perkataan itu, Ong It sin merasakan hatinya agak bergerak, tapi sesaat kemudian ia telah menggelengkan kepalanya sambil berseru. "Aku tidak ingin mempelajari ilmu pedang Bwee hoa kiam hoat, ilmumu belum tentu adalah suatu ilmu yang hebat, kalau tidak kenapa kau musti bersembunyi terus dalam hutan ini? Selamat tinggal, aku ingin mencari nona Be saja!" "Eeh... eeehh... cepatlah kemari!" Buru buru Sangkoan Tin berteriak lagi. "dengarkan dulu perkataanku..." Tapi perkataan dari Sangkoan Tin terpaksa harus dibatalkan sampai ditengah jalan sebab waktu itu Ong It sin sudah memutar badannya dan kabur dari situ dengan kecepatan luar biasa. Kecepatan gerak yang dimiliki Ong It sin sekarang benar benar jauh diluar dugaan pemuda itu sendiri sambil berkaok kaok minta tolong beberapa kali hampir saja ia terjerembab ke atas tanah hal mana membuat keadaannya tampak lucu sekali. Meski demikian Sangkoan Tin tak sanggup tertawa lagi dia cuma bisa memandang bayangan punggungnya yang makin menjauh itu dengan pandangan tertegun. Sebetulnya dia ingin mempergunakan Ong It sin bagi kepentingannya, tapi kenyataannya sekarang bukan cuma tiga biji Lo han ko musti dikorbankan dengan sia sia, bahkan Ong It sin pun tidak mengakui akan pemberiannya itu. Coba kalau sebelum kejadian ia terangkan dulu hal ini kepada Ong It sin, niscaya si anak muda itu akan merasa sangat berterima kasih sekali kepadanya. Sementara itu Ong It sin dengan sempoyongan dan berkaok kaok berlari terus ke depan, menanti sudah diluar hutan entah berapa banyak pohon yang telah ditumbuknya hingga tumbang akhirnya setelah ia menumbuk diatas sebuah batu cadas, tubuhnya baru bisa berhenti berlari. Sambil mengadu karena jidatnya membentak besar, pelan pelan pemuda itu merangkak bangun lalu gumamnya seorang diri. "Waah... rupanya begini toh rasanya menjadi seorang jago lihay, celakanya kalau kakiku tak mau mengikuti kata kataku lagi bisa celaka aku nantinya..." Sambil berkata pelan pelan dia melangkah maju lagi setindak ke depan, cuma kali ini dia melangkah sangat lambat sekali. Apa mau dikata hawa murni dalam tubuhnya masih berlagak keras maka akibatnya langkah tersebut menjadi dua tiga kali lebih lebar dari biasanya, kenyataan ini membuat pemuda itu menjadi ketakutan dan buru buru menekan kakinya sendiri agar berhenti. Begitulah hingga tengah malam, Ong It sin masih berputar putar dalam bukit itu untuk mencari jejak Be Siau soh, dan Sangkoan Bu cing, namun yang dicari belum juga ditemukan. Akhirnya karena sedih dan murung, Ong It sin mencari sebuah batu besar dan berbaring disana. Entah berapa lama ia sudah tertidur, tiba tiba pemuda itu dikejutkan oleh bunyi burung yang ribut dan terbang kemana-mana dengan ramainya, Ong It sin mengetahui pasti ada seseorang yang datang kesitu. Cepat cepat ia melompat bangun dan memasang telinga untuk memperhatikan sekeliling tempat itu. Betul juga, tak lama kemudian dia mendengar suara derap kaki kuda berkumandang memecahkan kesunyian, langkah kuda itu bukan sedang menuju kearahnya melainkan lewat dikejauhan sana. Selang sesaat kemudian, tiba-tiba derap kaki kuda itu balik lagi kearahnya kali ini bahkan terdengar seorang perempuan sedang berteriak keras. "Suheng... Suheng... Kau berada dimana" Walaupun suara dari panggilan itu dipancarkan dari seorang perempuan, tapi suaranya menggema sampai ditempat yang jauh sekali, jelas teriakan tersebut dipancarkan oleh seorang yang bertenaga dalam amat tinggi. Ketika Ong It sin mendengar suara orang itu, hatinya segera bergetar keras, karena suara dari perempuan itu sangat dikenal olehnya... Ya... itulah suara dari musuh besar pembunuh ayahnya! Sejak Hohoa sian cu (Dewi bunga teratai) Liok Lui mengaku sebagai pembunuh Ong Tang thian ketika masih berada dibukit Tiong lam san tempo hari, Ong It sin tak pernah melupakan kembali suara perempuan itu. Karenanya, begitu suara dari musuhnya ini kedengaran kembali, tanpa sadar Ong It sin berseru keras. "Oooh...! Kiranya kau!" Sebagaimana diketahui, tenaga dalam yang dimilikinya sekarang sudah amat sempurna maka didalam teriakannya tadi, tanpa ia sadari telah dipancarkan pula dengan tenaga dalam yang dimilikinya. Akibatnya suara tersebut bukan saja terpancar hingga ke tempat kejauhan, bahkan saking kerasnya sehingga membuat burung burung yang berada dipepohonan sekitar sana menjadi ketakutan dan sama sama beterbangan di udara. oodOeoo Ong It sin sendiripun tidak menyangka kalau teriakannya bakal sekeras itu, cepat cepat ia menutup mulutnya sendiri. Terdengarlah suara derap kaki kuda berkumandang makin mendekat, kemudian dibawah sinar rembulan nampak seekor kuda dengan penunggangnya seorang perempuan pelan pelan muncul didepan mata. Begitu mengetahui kalau perempuan tersebut tak lain adalah Dewi bunga teratai Liok Lui, kontan saja Ong It sin merasakan darah dalam tubuhnya mendidih keras, dengan tegang diawasinya musuh besar pembunuh ayahnya tanpa berkedip. "Su..." Sebenarnya ia mengira orang yang berada disana adalah suhengnya, maka ia hendak menyapa. Tapi dengan cepat ia sadar bahwa orang tersebut bukan orang yang sedang dicarinya karena itu dengan cepat ia membungkam kembali. Begitu diketahuinya kalau orang tersebut ternyata adalah Ong It sin, dengan paras muka berubah hebat Liok Lui segera berseru dengan suara dingin. "Ooohhh...! kiranya binatang cilik yang ada disitu!" Sesungguhnya Ong It sin bukan seorang pemuda yang mudah naik pitam, tapi setelah dimaki orang sebagai "binatang", apalagi teringat akan dendam sakit hati ayahnya ibarat api yang bertemu bensin, hawa amarahnya kontan saja berkobar. Dengan geramnya pemuda itu segera berpekik keras, suaranya nyaring memekikkan telinga, kemudian bagaikan seekor harimau kelaparan langsung menubruk ke tubuh Liok Lui. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dewi bunga teratai Liok Lui pernah bergebrak melawan Ong It sin ketika masih berada dibukit Tiong lam san tempo hari, ia tahu kalau pemuda tersebut tidak berilmu, maka dalam anggapannya sekali kebasan saja sudah cukup baginya untuk merobohkan anak muda tersebut. Siapa tahu tenaga dalam yang dimiliki Ong It sin sekarang amat hebat, baru mendengar teriakan kerasnya yang memekikkan telinga itu, Liok Lui sudah terperanjat setengah mati. Sebelum ia sempat berbuat sesuatu, kudanya sudah meringkik sambil mengangkat kedua kakinya ke udara... Kebetulan sekali Ong It sin sedang menerjang datang dengan kecepatan luar biasa karena tak berilmu, ia bermaksud hendak merobohkan Liok Lui lebih dulu dari atas kudanya. Karena itu ketika ia menerjang tiba, kebetulan kuda itu sedang mengangkat kakinya ke udara karena kaget, akibatnya perut kuda itulah yang kena diterjang keras keras. Sungguh dahsyat akibat dari serangannya itu, bukan cuma tali les kudanya saja yang putus, bahkan tubuh Liok Lui yang berada diatas pelanapun kena terlempar sehingga mencelat ke tengah udara. Untung saja Liok Lui hebat dan berilmu tinggi cepat cepat ia berjumpalitan di udara dan melayang turun kembali keatas tanah dengan selamat. Ketika tumbukan dari Ong It sin berhasil menghantam di perut sang kuda, maka kebetulan pula sepasang kaki kuda itu menghantam diatas punggungnya. Karena punggungnya terasa seperti kena diketuk keras, otomatis hawa murninya tersalur ke arah punggung tanpa disadari si anak muda itu sendiri maka ketika sepasang lengannya didorong kedepan terasalah ada hembusan angin tajam yang menyambar lewat. Tak ampun lagi kuda itu terhajar telak sehingga tubuhnya terlempar ke udara dan terbanting ditanah, begitu mencium permukaan matilah kuda tersebut. Setelah mengetahui bahwa kekuatan pukulannya memiliki akibat begitu hebatnya, Ong It sin makin bersemangat sambil membentak keras ia segera menerjang kembali kearah Liok Lui. Tadi, lantaran Dewi bunga teratai tidak bersiap sedia maka ia menderita sedikit kerugian, tapi sekarang, setelah tahu kalau kepandaian silat Ong It sin telah mendapat kemajuan yang pesat, lagipula menerjang lagi dengan kecepatan luar biasa, ujung baju kiri dan kanannya segera dikebaskan berbareng kedepan, hawa murni Thian gi cin khi dari Tiong lam pay langsung dilontarkan ke depan. Ong It sin yang sedang menerjang ke muka segera merasakan munculnya selapis tembok pertahanan tak terwujud yang menghadang jalan perginya, dalam anggapan Ong It sin, ia telah berhasil menumbuk di atas badan Liok Lui, maka dengan bernafsu ia lepaskan sebuah jotosan ke depan. Pemuda itu baru tertegun ketika pukulannya mengenai sasaran yang kosong, buru-buru ia mendongakkan kepalanya dan memandang ke depan sana, itulah ia baru tahu kalau Liok Lui yang diserangnya itu masih berada enam tujuh depa didepan situ. Kontan saja Ong It sin berkaok kaok marah, teriaknya kalang kabut. "Perempuan bangsat, cepat serahkan jiwa anjingmu..." Sementara itu Liok Lui agak tertegun juga setelah menyaksikan kedua kebutan ujung bajunya yang dilancarkan meski berhasil membendung gerak maju Ong It sin, namun akibat dari bentrokan tersebut, tubuhnya ikut bergetar juga sehingga hampir terjerembab. Sekarang ia baru tahu kalau Ong It sin berilmu tinggi dan tak boleh dianggap main main. "Binatang busuk!" Bentaknya kemudian. "apa kau sudah bosan hidup lagi didunia?" Sambil berkata, hawa murni Thian gi cin khi nya dihimpun menjadi satu dan siap melancarkan serangan setiap saat. Beberapa kali Ong It sin menerjang, menerkam dan menubruk ke depan dengan pelbagai cara, tapi setiap kali pula tubrukannya tidak berhasil, lama kelamaan pemuda itu jadi kalap dan mencaci maki sekenanya. Liok Lui sama sekali tidak menggubris maki makinya itu, kembali ia membentak. "Kau jangan bergerak dulu, aku masih ada persoalan yang hendak dibicarakan denganmu!" "Apa lagi yang hendak kau bicarakan denganku?" Damprat Ong It sin dengan geramnya. "kau telah membunuh ayahku, sekarang mau merayu aku lagi... hmm! hmm! Jangan kau kira aku bakal termakan oleh rayuan gombalmu itu... kau harus tahu sekarang aku adalah jago kelas satu di dunia, kau mulai takut bukan setelah bertemu denganku?" Lama kelamaan Liok Lui tak tahan juga menghadapi sikap musuhnya yang tolol tapi eksentrik itu, tiba tiba ia menerjang ke hadapan pemuda itu kemudian tangannya melayang ke depan... "Plak! Plok! Plak! Plok!" Secara beruntun ia perseni beberapa tamparan ke atas wajah si anak muda itu. Dalam keadaan tak berdaya Ong It sin segera termakan telak oleh tamparan tamparannya itu. Tapi orang bodohpun memiliki cara orang bodoh, ketika dilihatnya tubuh Liok Lui menerjang tiba dihadapannya, tanpa berpdikir panjang ia segera menubruk ke depan, dan memeluk kaki kanan Liok Lui erat erat, setelah itu dengan sekuat tenaga iaa membanting tubuh perempuan itu ke atas tanah. Sejak belajar silat, apa yang dipelajari Liok Lui adalah jurus jurus silat aliran Tion lam pay yang tersusun beraturan, belum pernah ia saksikan cara bertarung sekasar dan sebrutal ini. Maka ketika kakinya ketna disekap Ong It sin kemudian membantingnya ke tanah, nyaris ia terbanting ke atas tanah. Untunglah pada detik yang terakhir ia bertindak cepat, sebuah gebukan keras langsung bersarang dipunggung Ong It sin yang membuat anak muda irtu merasakan matanya berkunang kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling, untung saja tidak sampai pingsan. Serta merta Ong It sin mengendorkan sekapannya atas kaki lawan, tapi tubuhnya masih juga meneruskan tumbukannya ke tubuh Liok Lui. Mimpipun Liok Lui tidak mengira kalau Odng It sin masih sempat meneruskan tumbukannya setelah terhajar punggungnya... "Blaam!" Kontan tumbukan tersebut bersarang telak di perut perempuan itu. Setelah tumbukannya mengenai perut Liok Lui, dan akhirnya dari pukulan yang bersarang di punggungnya tadi, Ong It sin ikut terjerembab pula ke tahan... Dengan sempoyongan Liok Lui mundur beberapa langkah ke belakang, akhirnya ia pun jatuh terduduk ditanah. Betapa girangnya Ong It sin setelah menjumpai Liok Lui terjengkang di tanah, dengan semangat yang berkobar ia melompat bangun, lalu dengan langkah lebar menerjang ke samping tubuh Liok Lui, secara beruntun ia lepaskan tujuh delapan buah pukulan. Liok Lui yang tergeletak ditanah jadi kerepotan juga untuk mengrhindarkan diri kesana kemari, untuk sesaat ia menjadi terdesak hebat dan menderita kerugian besar. Kenyataan ini amat menggusarkan hatinya, sambil berteriak aneh, sepasang tangannya menekan permukaan tanah lalu sambil melompat ke udara sepasang kakinya melancarkan serangkaian tendangan berantai. Itulah Liok huan tui (tendangan berantai) yang merupakan suatu kepandaian hebat. Dalam waktu singkat Ong It sin merasakan seluruh pandangannya dikaburkan oleh bayangan kaki yang menyambar nyambar... "Duuk! Duuuk!" Dua tendangan bersarang telak diwajahnya membuat pemuda itu mencelat dan roboh terlentang ditanah. "Woouw...! Perempuan bajungan, lihay benar kau!" Teriak Ong It sin dengan penasaran. Sambil berteriak, ia melompat kembali dari atas tanah dan menubruk ke arah Liok Lui. Ketika Ong It sin hendak melompat ke depan tadi, Liok Lui telah menyusup ke hadapan tubuhnya, jari tengahnya langsung disentilkan ke depan, segulung desingan tajam langsung menghantam jalan darah Ing tiong hiat ditubuh lawan. Ong It sin menundukkan kepalanya, ternyata desingan angin totokan itu berhasil dihindari. Liok Lui jadi tertegun, ia tak menyangka kalau totokan kilatnya berhasil dihindari Ong It sin hanya dengan menundukkan kepalanya. Padahal sekalipun seseorang yang baru belajar silat juga tak akan menghindarkan diri dari serangan tersebut dengan cara menundukkan kepala, karena tindakan tersebut sangat berbahaya dan besar resikonya... Kenapa demikian? Karena dengan tertunduknya kepala, berarti bagian mematikan ditubuh bagian atasnya menjadi terbuka, asal musuh melanjutkan dengan sebuah bacokan, niscaya orang itu akan tewas dengan mengerikan... Tapi sekarang, Ong It sin telah menggunakan cara itu untuk menghindari serangan Liok Lui, oleh karena Liok Lui tak menyangka kalau Ong It sin bakal menggunakan cara itu, maka untuk sesaat perempuan itupun tak sempat berpikir untuk menghantam kepala sang pemuda yang sama sekali terbuka itu. Sementara itu Ong It sin telah melepaskan sebuah pukulan ke tubuh Liok Lui, gerakan tubuh yang kasar dan bodoh tersebut ternyata telah berubah menjadi serangan yang hebat dalam keadaan begitu. Sekali lagi Liok Lui mundur ke belakang sambil mengebaskan ujung bajunya, kepala pemuda itu segera dibelenggunya kencang kencang. Maksud Liok Lui, ia hendak membelenggu lengan Ong It sin lebih dulu, kemudian mengerahkan tenaga Thian gi cin khi untuk memaksa tubuh pemuda itu menjadi kaku hingga jatuh berlutut dihadapannya. Siapa tahu tubuh Ong It sin hanya bergoyang sedikit saja oleh tekanan hawa murni itu, bukan cuma masih berdiri tegak saja, malahan Liok Lui segera merasakan munculnya segulung tenaga pantulan yang balik menerjang tubuhnya, membuat ia merasakan seluruh badannya bergetar sangat keras. Tak terlukiskan rasa kaget Dewi bunga teratai menghadapi kenyataan ini, sekarang ia baru tahu bahwa musuhnya meski ketolol tololan tapi memiliki kepandaian silat yang luar biasa hebatnya, tentu saja jauh berbeda dengan keadaannya dimasa lalu. "Bocah keparat! Jadi ilmu silatmu sudah peroleh kemajuan yang pesat sekali?" Teriak Liok Lui. Ong It sin tidak menyangka kalau musuhnya telah dibikin terkejut oleh kehebatan ilmu silatnya, mendengar pujian tersebut, ia menjadi semakin bangga. "Tentu saja!" Demikian ia menyahut. "saat ini aku sudah terhitung seorang jago lihay kelas satu dalam dunia persilatan!" Karena merasa bangga ia jadi lupa daratan, sambil berkata diapun tepuk tepuk dada sendiri, sama sekali tak terlintas dalam benaknya kalau perbuatannya itu merupakan suatu pantangan besar bagi seorang jago persilatan. Liok Lui segera merasa bahwa kesempatan baik telah tiba, sepasang ujung bajunya segera dikebaskan berbareng ke depan. Seketika itu juga Ong It sin merasakan ada segulung tenaga pukulan yang amat berat menghantam dadanya hingga menimbulkan suara amat nyaring... Bersama dengan bersarangnya pukulan itu, tiba tiba Liok Lui lepaskan cengkeramannya, maka ibaratnya sebuah bola yang ditendang, tubuh Ong It sin segera mencelat ke tengah udara. Berada di tengah udara pemuda itu segera bergoyang badan dengan panik, siapa tahu justru karena gerakan tersebut tubuhnya malah mencelat dua kaki lebih jauh, kemudian... "Braaak!" Badannya terbanting keras keras ditanah. Untung saja dasar silat yang dimilikinya sekarang cukup kuat, sehingga bantingan itu tidak berakibat apa apa kecuali dadanya terasa agak sakit... Setelah bangkit kembali dengan gusar Ong It sin berteriak. "Perempuan bajingan kau berani memukul aku selagi orang tidak siap? "Kau... kau..." Kalau bisa, pemuda itu ingin mencaci maki perempuan tersebut habis habisan tapi dasar orangnya baik dan lagi terbiasa memakai orang, maka untuk sesaat dia cuma bisa bersitegang dengan wajah merah padam, sementara tak sepotong katapun yang sanggup diutarakan keluar. Liok Lui telah dibuat marah juga oleh tingkah laku pemuda itu sambil memburu kedepan bentaknya. "Bocah keparat, mulutmu kotor dan tak tahu aturan memangnya sudah ingin cepat menemui raja akhirat?" "Kau telah membunuh ayahku kau adalah musuh besarku hari ini kalau kau tidak mampus maka biar aku saja yang mati... perempuan bajingan! Nih terima dulu sebuah bogem mentahku!" Sambil berteriak teriak seperti anjing gila, pemuda itu menubruk ke depan lalu melancarkan dua buah pukulan keras ke muka dan dada Liok Lui. Semua pukulan yang dilancarkan olehnya tidak terhitung jurus pukulan yang hebat, malah sesungguhnya merupakan pukulan ngawur yang tidak beraturan, tak heran kalau banyak titik kelemahan yang segera dijumpai dalam serangannya itu. Tapi justru saking banyaknya titik kelemahan yang dijumpai dalam serangan tersebut, Liok Lui menjadi agak ragu untuk melancarkan serangan balasan, dia kuatir Ong It sin memang sengaja berbuat demikian untuk memancingnya masuk perangkap. Liok Lui bisa berpendapat demikian karena didasarkan pada kekuatan pukulan yang terkandung dibalik serangan itu, mustahil rasanya kalau orang yang berkekuatan sebesar itu sama sekali tidak memiliki jurus seranganpun. Begitulah, dengan kecepatan yang luar biasa kedua buah serangan dari Ong It sin itu segera meluncur kedepan. Karena ragu ragu, bukan saja Liok Lui telah kehilangan suatu kesempatan yang sangat baik, malahan hampir saja ia termakan oleh serangan pemuda itu, kontan saja ia mundur kebelakang dengan gugup dan gelagapan. Melihat Liok Lui berhasil dipaksa mundur, keberanian Ong It sin makin besar sepasang lengan dan kakinya menyerang secara ngawur silih berganti, sekejap saja ia sudah melancarkan tujuh delapan buah serangan berantai. Liok Lui terdesak hebat, ia mundur terus berulang kali dengan gelagapan. "Kenapa kau tidak membalas? Terhitung jagoan apaan kalau begitu? Hmm! Kau anggap jika tidak membalas, maka aku tak berani mencabut nyawamu...?" Menghadapi keadaan seperti ini, Liok Lui yaa mangkel, yaa geli, setelah melewati sekian waktu ia baru tahu kalau musuhnya bukan sedang memasang perangkap untuk menjebaknya, tapi memang benar benar tak pandai bersilat. Setelah tahu akan keadaan yang sebenarnya Liok Lui jadi makin mantap, ketika serangan Ong It sin kembali menyambar datang, ia miringkan badan membiarkan kedua kepalan menyambar lewat dari sisi tubuhnya, begitu serangan sudah lewat, dengan cepat Liok Lui melintas kembali dari samping kiri, lalu sikutnya disodok menghantam jalan darah tertawa Siau yau hiat dipinggang sang pemuda itu. Ong It sin segera merasakan pinggangnya jadi linu dan tak tahan lagi ia tertawa terbahak bahak. Sambil tergelak tiada hentinya, dengan mata melotot dan nafas memburu teriaknya kalang kabut. "Hei, apa apaan kamu ini? Aku toh sedang mengajak kau berduel mati matian, kenapa kau malah mengkilik kilik pinggangku? Berkelahi macam apaan itu?" Liok Lui memutar tubuhnya sambil melancarkan sebuah sapuan lagi. "Blaang!" Sapuan tersebut bersarang telak pada pantat Ong It sin. Akibat dari sapuan yang telak tersebut, Ong It sin jadi sempoyongan kedepan untung saja tak sampai roboh tertelungkup, ketika dilihatnya tubuh Liok Lui kebetulan ada di situ, sambil berteriak keras tangannya segera menyambar kedepan menarik ujung baju perempuan itu. Kali ini gantian Liok Lui yang menjadi tertegun, pikirnya. "Barusan kau masih bertanya kepadaku berkelahi macam apaan, kenapa sekarang kau malah menarik ujung bajuku, berkelahi macam apaan pula caramu itu...?" Walaupun demikian ia cukup sadar, sekalipun musuhnya tak becus dalam jurus silat tapi sempurna dalam tenaga dalam, jika pertarungan musti dilanjutkan lebih jauh, entah sampai kapan baru bisa diakhiri? Maka mumpung pemuda itu sedang mencengkeram ujung bajunya, maka Liok Lui segera berhenti bergerak. Ong It sin jadi girang karena musuhnya tak berkutik, ia anggap cengkeraman itulah yang mengakibatkan musuh tak berkutik, maka tangan kirinya cepat cepat diayunkan ke muka untuk menghantam kepala lawan. Sayang sekali, sebelum ia sempat melakukan sesuatu tindakan, tahu tahu pergelangan tangan kanannya sudah menjadi kaku. Ternyata urat nadi pada tangan kanannya itu sudah kena dicengkeram oleh Liok Lui padahal urat nadi merupakan suatu tempat penting dalam tubuh manusia, maka detik itu juga Ong It sin merasa hawa murninya tak bisa disalurkan kembali tubuhpun ikut tak berkutik lagi. Sesudah berhasil mencengkeram nadi Ong It sin, kemenangan jatuh ketangan Liok Lui dengan wajah dingin membesi ia lantas berseru. "Hayo jawab, takluk tidak?" Nona Berbaju Hijau Karya Kho Ping Hoo Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo Nona Berbaju Hijau Karya Kho Ping Hoo