Pendekar Bego 17
Pendekar Bego Karya Can Bagian 17
Pendekar Bego Karya dari Can Ketika termakan oleh pukulan tersebut, tak bisa dikendalikan lagi Ong It sin mundur ke belakang dengan sempoyongan. Tiba tiba Tiang bi lo yau berpekik nyaring lalu serunya. "Sobat kenapa kau tidak cepat cepat pergi mencari saudara angkatmu untuk melampiaskan rasa mangkelmu itu?" Seraya berkata dia mengulapkan tangannya, empat belas orang rekan rekannya serentak maju bersama melancarkan serangan. Sambil meraba rambutnya yang botak dan wajah uring uringan, Ong It sin berjalan meninggalkan arena dengan kepala tertunduk. Kurang lebih setengah li kemudian tiba tiba terdengar bunyi air dari arah depan sana, ternyata ia telah tiba ditepi sebuah selokan. Memandang kepala sendiri yang botak diatas permukaan air, Ong It sin tertawa getir, ia betul betul merasa sedih sekali. Ditengah suasana yang diliputi kemurungan dan kemasgulan mendadak dari seberang selokan sana kedengaran seseorang berteriak keras. "Hei, rupanya kau sudah bosan hidup sebagai seorang awam, maka sekarang ingin menjadi pendeta?" Ong It sin segera mendongakkan kepalanya, ternyata orang itu bukan lain adalah manusia aneh yang telah menghadiahkan sarung tangan kepadanya itu... Bukan menyalahkan diri sendiri yang tak berkemampuan, semua rasa sesalnya segera dilampiaskan kepada orang itu segera teriaknya. "Hmm, apalagi yang musti kukatakan, semuanya ini adalah gara gara sarung tangan pemberianmu itu!" Manusia aneh tersebut segera teratawa cekikikan. "Aaah, jangan begitu saudara jelekku, mengapa kau berkata demikian...?" Serunya. "Coba lihat!" Demikian Ong It sin berteriak sambil memperlihatkan sepasang tangannya. "sarung tanganmu ini bukan saja tak bermanfaat, malah sebaliknya rambutku kena digunduli oleh pedang Ih lwee sangjin... kalau tidak percaya, lihat sendiri kepalaku ini!" Manusia aneh itu segera mendengus dingin. "Hmm! Kiranya Ih lwee sangjin, apakah ia tidak sudi memberi muka kepadamu? Kau adalah adik angkatku, apakah kau sudah mengatakannya kepada mereka? Kalau belum, kau sendirilah yang salah" "Siapa bilang belum?" Teriak Ong It sin keras keras. Dengan sekali lompatan, manusia aneh itu segera menyeberangi selokan, kemudian serunya. "Mari, mari! Akan kuajarkan sebuah jurus serangan untukmu, kemudian pergi carilah dia lagi, begitu ketemu muka, tanggung pedangnya bisa kau rampas" Mendengar perkataan itu, Ong It sin menjadi sangat gembira, serunya dengan wajah berseri. "Kenapa kau tidak memberi pelajaran beberapa jurus lebih banyak? Akan kugunduli pula batok kepalanya" "Bukannya hal ini tak mungkin bisa terjadi, tapi sulit. Aku rasa lebih baik kau rampas dulu senjatanya. Nah, perhatikan baik baik, akan kuterangkan kunci rahasia dari jurus ini" Setelah menarik napas panjang, manusia aneh itu mulai memberi keterangan. "Jurus ini bernama Liong seng kiu cu (naga melahirkan sembilan anak), dalam satu jurus semuanya terdapat sembilan perubahan, begitu serangan dilancarkan maka kemanapun musuh akan berkelit, senjatanya pasti akan kena dirampas dari antara kesembilan perubahan itu, jika ia berkelit kekiri maka kau musti begini, jika dia kekanan kau musti begitu, bila ia melompat keatas... bila melompat kebawah... bila mundur kebelakang... bila maju kedepan..." Sambil memberi keterangan dengan gerakan yang amat pelan manusia aneh itu memberikan contohnya dihadapan Ong It sin. Pada mulanya Ong It sin masih memperhatikan dengan seksama, tapi lama kelamaan ia merasakan matanya mulai berkunang kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling. Setelah melakukan kesembilan gerakan itu manusia aneh tersebut baru menghentkan permainannya, lalu bertanya. "Kau sudah melihat dengan jelas?" Ong It sin hanya melototkan sepasang matanya bulat bulat, untuk sesaat ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. "Oooh... rupanya kau belum jelas? Baiklah, akan kuulangi sekali lagi..." Kata manusia aneh itu. Ketika dia mengulangi kembali permainan tersebut, Ong It sin merasakan matanya semakin berkunang kunang. Lima kali sudah manusia aneh itu mengulangi gerakan yang sama, tapi jangankan keseluruhannya, satu gerakan pun Ong It sin tak berhasil mengingatnya secara baik. Tapi manusia aneh itu belum putus asa, hiburnya dengan cepat. "Jurus serangan ini memang amat sukar untuk dipelajari, kau tak boleh cepat putus asa, pelajarilah dengan seksama" Akan tetapi, ketika manusia aneh itu sudah mengulangi untuk ke dua puluh kalinya sementara Ong It sin masih melotot belaka dengan wajah kebingungan, manusia aneh itu baru menghela napas panjang. "Aaai...! Saudara bodoh, belum pernah aku menjumpai manusia setolol kau, tampaknya kau tak akan berhasil mempelajari jurus serangan ini." Bahkan Ong It sin sendiri pun merasa kurang enak hati, dengan tersipu sipu ia tertawa, kemudian ujarnya. "Sebetulnya jurus serangan itu memang terlampau sukar untuk dipelajarinya, apakah kau punya jurus serangan lain yang lebih gampang?" Manusia aneh itu gelengkan kepalanya berulang kali. "Musuh yang kau hadapi adalah Ih lwee sangjin mana ada jurus sederhana yang bisa digunakan? Susah, susah... hal ini susah sekali" Setelah berpikir sejenak tiba tiba ia berseru. "Aaah, ada! Begini saja, begitu berjumpa dengan Ih lwee sangjin, kau lantas berkata begini, jangan bertarung lain. Ingat bukan kata kata tersebut?" "Tentu saja ingat!" "Nah waktu itu dia pasti bilang jangan, jangan bertarung lagi, tapi kau tak usah menggubris perkataannya, begitu selesai berbicara segera cengkeramlah pedangnya dengan kelima jari tanganmu, jari jari tanganmu dilindungi sarung tangan, pedangnya tak akan melukaimu, maka begitu berhasil mencengkeram pedangnya kau lantas berjumpalitan ke belakang" "Kenapa musti berjumpalitan?" Tanya Ong It sin dengan mata terbelalak lebar. "Meminjam tenaga dengan kau berjumpalitan ini maka jika ia kurang berhati hati, pedangnya pasti kau akan rampas. Sebaliknya bila kau gagal merampas pedangnya maka musti cepat cepat lepas tangan dan berjumpalitan ke belakang untuk melarikan diri" "Hal ini mana boleh kulakukan? bukan saja aku hendak merampas pedangnya lagi pula hendak membunuhnya untuk membalaskan dendam bagi kematian ayahku kalau cuma mengajarkan cara berjumpalitan belaka, mana mungkin... mana mungkin aku bisa membalaskan dendam bagi kematian ayahku." Manusia aneh itu segera tertawa getir. "Saudara bodoh, bukannya aku menghilangkan harapanmu, aku rasa kesempatan bagimu untuk membalaskan dendam bagi kematian ayahmu sudah tiada lagi, kuanjurkan kepadamu lebih baik buang saja pikiran itu jauh jauh dan tak perlu direnungkan kembali" Mendengar perkataan itu, tiba tiba saja Ong It sin merasa amat sedih sekali, hingga tak bisa dihindari lagi menangislah dia tersedu sedu. Makin menangis suara tangisannya semakin menyedihkan hati, malahan dia mulai berkaok kaok sambil menjerit jerit, walaupun berulang kali simanusia aneh itu menyuruhnya jangan menangis tapi ia tak ambil peduli. Akhirnya karena kesal, manusia aneh itu membentak sekeras kerasnya, karena saking kagetnya pemuda itu sampai melompat bangun, maka diapun berhenti menangis. "Goblok manusia yang tak ada gunanya!" Kontan manusia aneh itu mencaci maki kalang kabut. "Kalau aku tak berguna, maka kau adalah kakak angkatnya manusia tak berguna, apa baiknya buatmu?" Bantah Ong It sin sambil menahan sesenggukannya. "Yaa ampun anggap saja delapan belas turunanku lagi sial, lantaran bangga bisa ketemu denganmu, tak tahunya sudah mengikat tali persaudaraan dengan seorang adik angkat yang ajaib seperti kau!" Seandainya manusia aneh itu hanya memakinya sebagai goblok, tak berguna sekalipun Ong It sin enggan disebut demikian, mungkin ia tidak seberapa marah, akan tetapi setelah mendengar perkataan yang terakhir itu ia benar benar menjadi sedih dan marah. Dengan suara keras segera teriaknya. "Kau... kau tak mau mengakui aku sebagai adik angkatmu lagi? baik, baik akupun tak sudi mengenakan sarung tanganmu ini lagi!" Sambil menarik muka dia ingin melepaskan sarung tangan mustika itu dengan paksa. "Sudah sudahlah, buat apa musti angot seperti kerbau dungu?" Hibur manusia aneh itu kemudian. "kalau kau berani ribut ribut lagi, kuhajar dirimu nanti" Makin diperlakukan secara begini, Ong It sin merasa semakin sedih, sehingga ia kembali menangis tersedu sedu. "Cukup! Cukup! Jangan menangis lagi" Teriak manusia aneh itu cepat cepat "jangan ribut, hayo kita bersama sama mengetahui jagoan dari Tiong lam pay itu!" Setelah mendengar janji itu, Ong It sin baru menghentikan isak tangisnya dan segera tertawa. Si anak muda itu betul betul merasa sangat gembira, walaupun air matanya masih membasahi mata dan pipi ia sempat juga tertawa lebar. "Hayo kita berangkat sekarang saja," Ajaknya. "Oooh... tidak jauh, tidak terlalu jauh, cuma jelas sebentar saja kita akan sampai disitu" "Baiklah, aku akan berangkat bersamamu kesitu, tapi ada satu hal musti kubicarakan lebih dulu aku tidak percaya kalau ayahmu mati ditangan orang orang Tiang lam pay maka setelah berada dihadapan ketiga orang jagoan Tiang lam pay nanti, segala sesuatunya harus menuruti perkataanku, aku melarang untuk mencari gara gara lagi, mengerti?" "Tapi mana mungkin aku bisa mencari gara gara?" Bantah Ong It sin sambil meraba kepalanya yang botak dan tertawa getir. "Baik kalau begitu mari kita berangkat!" Maka berangkatlah kedua orang itu melanjutkan perjalanannya menuju ke depan. Gerakan tubuh yang dimiliki manusia aneh itu sungguh enteng dan gesit, sekalipun ia maju ke depan dengan selangkah demi selangkah, ternyata kecepatannya luar biasa sekali, sehingga walaupun Ong It sin mempunyai tenaga dalam yang cukup sempurna saat ini toh dibikin ketinggalan juga hingga napasnya tersengkal sengkal. Dengan kecepatan mereka, tak lama kemudian terdengarlah suara pertarungan seru yang sedang berlangsung didepan sana, manusia aneh itu segera mempercepat gerakan tubuhnya untuk menerjang ke depan. Sebetulnya Ong It sin sudah kepayahan dan harus mengejar dengan susah payah, bahkan nyaris ketinggalan jauh maka dengan dipercepatnya gerak lari manusia aneh itu sekarang, ia menjadi ketinggalan sendirian dibelakang, makin lama jaraknya makin jauh dan akhrinya bayangan orang itu tidak nampak lagi. Sesaat kemudian, suara pertarungan yang sedang berlangsung didepan sanapun ikut terhenti, kini suasana menjadi hening dan sepi. Ong It sin tak tahu apa yang telah terjadi didepan sana, buru buru ia mempercepat pula larinya menyusul kedepan. Tak sampai setengah li kemudian, ia sudah dapat menyaksikan keadaan didepan situ. Empat belas orang siluman dari tujuh selat masih berada disitu, dua orang diantaranya tampak terluka, sedangkan tiga jago lihay dari Tiong lam pay dengan punggung menempel punggung berdiri ditengah arena, pedang mereka masih terhunus, tapi wajahnya tampak sangat mengenaskan. Waktu itu meskipun Ih Hui dan Liok Lui tidak terluka, pakaian yang mereka kenakan tampak koyak-koyak hingga membuat keadaan mereka semakin mengenaskan. Hal ini membuktikan bahwa pertarungan yang barusan berlangsung sungguh amat seru sekali, hal mana membuat dua orang diantara empat belas siluman dari tujuh selat menderita luka luka sedangkan tiga jago dari Tiong lam pay pun kepayahan. Waktu itu, manusia aneh tadi sedang berdiri dihadapan tiga orang jago dari Tiong lam pay, sedangkan keempat belas siluman dari tujuh selat telah mundur sejauh dua kaki dari situ, sorot mata semua orang sama sama tertuju pada manusia aneh tersebut dan wajah merekapun diliputi rasa kaget dan seram. Dengan sikap yang santai, seakan akan tak pernah terjadi sesuatu apapun manusia aneh itu berdiri manggut manggut ditengah arena lalu bergumam seorang diri. "Bagus bagus, setelah ketemu aku lantas tak jadi bertarung, itu tandanya kalau kalian masih memberi muka kepadaku. Nah, kalian belasan manusia siluman boleh segera enyah dari sini" Empat belas siluman dari tujuh selat adalah jago jago lihay yang berilmu tinggi, gabungan mereka boleh dibilang merupakan satu kelompok kekuatan yang disegani orang, bahkan dalam kalangan dunia sesat terhitung momok yang disegani orang. Akan tetapi dihadapan manusia aneh tersebut, ternyata mereka berempat belas menjadi seakan akan sama sekali tak ada harganya, malahan oleh manusia aneh itu mereka disuruh segera "enyah" Dari situ. Begitu mendengar seruan tersebut, Ong It sin segera menduga bahwa keadaan bakal runyam, dia cepat pasang gaya dan siap siap menghadapi musuh pertarungan. Tapi kenyataannya, keempat belas siluman dari tujuh selat itu tak banyak bertingkah, bukan saja mereka tidak menunjukkan siapa melawan, bahkan sambil bersama sama memberi hormat kepada manusia aneh itu katanya. "Bila saudara memang menghendaki demikian, kami semua tak akan berani membangkang..." Tanpa banyak bicara lagi, mereka segera menarik diri dan mengundurkan diri sejauh belasan kaki dari tempat semula. Sesudah empat belas siluman itu mundur simanusia aneh tersebut baru memutar badannya sambil menuding ke arah Ong It sin kemudian katanya kembali. "Saudara bertiga, apakah ayah bocah ini telah tewas ditangan kalian semua?" Hoa hoa siancu Liok Lui paling berangasan jadi orang, apalagi ayah Ong It sin memang mempunyai hubungan yang rumit dengannya, maka begitu mendengar pertanyaan tersebut, walaupun sadar bahwa musuhnya lihay, ia toh berteriak juga dengan kasar. "Apa urusannya hal ini dengan anda?" Manusia aneh tersebut segera tertawa terbahak bahak. "Haaahh... haaahh... haaahh... sebenarnya aku paling enggan untuk mencampuri urusan orang lain tapi apa mau dikata dia adalah saudara angkatku, maka kematian dari ayahnya berarti pula urusan pribadiku, coba katakan haruskah aku ikut mengurusinya?" Sehabis mendengar perkataan itu, baik Ih lwee sangjin maupun Liok Lui dan Ih Hui sama sama tertegun dibuatnya. Sesungguhnya ketika Ong It sin munculkan diri dengan mengenakan sarung tangan aneh tadi mereka sudah mengetahui akan asal usul benda itu maka merekapun segera menanyakan hubungan antara sang pemuda dengan pemilik sarung tangan. Ketika Ong It sin mengakui dirinya sebagai saudara angkat dari pemilik sarung tangan tersebut, tentu saja ketiga orang jago dari Tiong lam pay ini tak percaya. Maka dikala manusia aneh tadi munculkan diri baik ketiga orang jago dari Tiong lam pay, maupun empat belas siluman dari tujuh selat segera mengenalinya kembali sebagai jago tangguh yang paling disegani orang dalam dunia persilatan dewasa ini. Sebab itu pula tanpa membantah, empat belas siluman dari tujuh selat itu segera mengundurkan diri dengan teratur dari sana. Dan kini, dari mulut si manusia aneh itu sendiri mereka mendengar Ong It sin sudah saudara angkatnya, walaupun masih tercengang, toh mau tak mau mereka harus mempercayainya juga. Padahal kalau berbicara dari kepandaian silat serta kedudukan si manusia aneh itu dalam dunia persilatan, Ong It sin lebih cocok menjadi cucu muridnya, daripada menjadi saudara angkatnya. Karenanya buru buru Ih lwee sangjin menyikut tubuh Liok Lui dan memberi tanda kepadanya agar jangan bersuara. Sesungguhnya Liok Lui sudah tak kuasa menahan diri, dengan wataknya yang berangasan ia sudah bersiap siap untuk mengumbar nafsunya, tapi setelah diberi tanda oleh kakak seperguruannya, terpaksa iapun membatalkan niatnya itu. Ih lwee sangjin segera maju ke muka, setelah tertawa tergelak iapun berkata. "Peristiwa ini sungguh merupakan suatu berita aneh dalam dunia persilatan dengan kehebatan ilmu silatmu dan nama besarmu dalam dunia persilatan, ternyata bersedia mengangkat saudara dengan seorang pemuda tolol seperti dia itu" Manusia aneh itu segera melototkan sepasang matanya, dengan wajah tak senang ia berseru. "Memangnya kenapa tak boleh orang menyebut saudara karena dia memiliki watak yang sama apalagi kalau orangnya jujur dan tulus, tak suka bicara bohong, kenapa aku tak boleh bersaudara dengan manusia seperti ini? Aaai...! Sesungguhnya saudaraku ini adalah manusia yang paling jujur di dunia ini!" Oleh perkataan manusia aneh tersebut, Ong It sin menjadi tersipu sipu dibuatnya, selama hidup boleh dibilang belum pernah ada orang yang memuji dirinya seperti ini. Karena dengan wajah memerah teriaknya "Toako, jangan memuji muji kebaikan orang sendiri, entar ditertawakan orang!" "Kalau baik yaa baik, siapa yang akan mentertawakan?" Teriak manusia aneh itu lagi dengan mata melotot. Karena malu itu Ong It sin pun tidak banyak bicara. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sekarang Ih lwee sangjin bertiga baru percaya penuh bahwa tua dan muda dua orang ini betul betul merupakan suatu kejadian yang langka dalam dunia persilatan. Ih lwee sangjin mendehem pelan, setelah itu katanya. "Tentang kematian ayah Sahabat Ong, Kim to bu tek (golok emas tanpa tandingan) Ong Tang thian diluar perbatasan, sesungguhnya persoalan ini mempunyai liku likunya yang banyak sekali..." Belum lagi Ih lwere sangjin menyelesaikan kata katanya, Ong It sin telah berteriak keras. "Toako jangan mau tertipu, apa itu liku liku yang banyak? Mereka sedang bohong... Perempuan bajingan itu sudah mengaku kepadaku dialah pembunuh ayahku!" XoooOdwOoooox "Nah, nah, kau lagi lagi ribut melulu" Tegur manusia aneh itu sambil berpaling. "bukankah sewaktu hendak kemari tadi sudah kuperingatkan kepadamu, memangnya begitu cepat sudah kau lupakan segala sesuatunya...?" "Tentu saja aku tidak lupa, cuma... cuma ketika ada dibukit Tiong lam san dulu, perempuan bajingan itu memang telah mengaku kepadaku bahwa ayahku mati ditangannya, masa masih ada lika likunya lagi? Aku tidak percaya!" "Hei, kau ini perempuan bajingan melulu, hayo panggil dia sebagai Hoa hoa siancu locianpwe!" Merah padam selembar wajah Ong It sin karena jengah, untuk sesaat dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Walaupun dimulut ia tak berbicara apa apa tapi dalam perut dia mencaci maki perempuan bajingan itu tiada hentinya, ini dapat diketahui semua orang dari mimik wajahnya. Manusia aneh itu pelan pelan memutar badannya, kemudian berseru. "Hoa Siancu!" Sekalipun hanya menyebut namanya saja tanpa dilanjutkan dengan kata kata lain, namun semua orang tahu bahwa ia sedang bertanya kepada Liok Lui sekitar apa yang dituduhkan Ong It sin. Pucat pias selembar wajah Liok Lui, baru saja dia hendak berbicara Ih lwee sangjin telah berkata duluan. "Ketika sobat Ong menyatroni bukit Tiong lam san tempo hari, Liok sumoay menjadi naik pitam setelah mengetahui dia adalah anaknya Ong Tang thian, maka didalam gusarnya itu ia telah berkata demikian, walaupun begitu tapi..." "Jangan bicara lagi!" Tukas manusia aneh itu sebelum Ih lwee sangjin melanjutkan kata ktanya. "membunuh orang adalah masalah besar, apa sangkut pautnya dengan gusar atau tidak, sekarang jawab saja sejujurnya apakah Ong Tang thian betul betul mati ditangannya?" Ih lwee sangjin segera tertawa getir. "Liok sumoay membenci Ong Tang thian bencinya sampai merasuk tulang, tapi diapun mencintai Ong Tang thian, cintanya sampai merasuk tulang, setiap hari setiap waktu dia ingin membunuh Ong Tang thian akan tetapi setelah berjumpa dengan Ong Tang thian" Mendadak Hoa hoa siancu Lok Lui berteriak keras dengan suara yang melengking. "Tutup mulut! Siapapun tak boleh berbicara lagi, siapapun tak boleh melanjutkan pembicaraan lagi!" Jeritannya itu tinggi melengking dan amat menusuk pendengaran, seakan akan sebilah pisau tajam yang menembusi perut orang. Karena jeritan tersebut, mau tak mau Ih lwee sangjin harus menghentikan kembali ceritanya. Semua orang mulai termenung, semua orang membungkam, untuk sesaat suasana menjadi hening sekali. Lebih lebih Ong It sin sendiri, setelah mendengar perkataan dari Ih lwee sangjin itu, ia semakin tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, pemuda itu hanya bisa memandang kearah tiga jago lihay dari Tiong lam pay itu termangu mangu... Lama lama sekali, Ih lwee sangjin baru berkata lagi. "Setiap umat persilatan didunia mengetahui akan peristiwa ini, apa lagi saudarapun melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, mengapa tidak kau selidiki sendiri masalah ini dan membuktikan kebenarannya?" Dengan wajah serius manusia aneh itu manggut manggut. "Yaa, itulah sebabnya ketika saudara bego menceritakan hal ini kepadaku, aku lantas mengatakan bahwa mungkin dia salah, karena menurut apa yang diketahui Tiong lam pay mempunyai hubungan yang sangat akrab dengan Ong tayhiap dari luar perbatasan, mana mungkin persahabatan itu bisa diakhiri dengan permusuhan? Aku rasa dalam hal ini saudara bodohpun tidak mengerti" Sampai disini, Ong It sin merasa pikirannya bertambah kalut dan kacau balau tak karuan. Hingga kini kau baru tahu kalau Hoa hoa siancu Liok Lui, salah seorang dari empat jago lihay Tiong lam pay ternyata adalah kekasih ayahnya dimasa lalu. Sekalipun demikian, pemuda itu masih merasa yakin kalau ayahnya telah tewas ditangan Liok Lui. Maka dengan suara keras dia berteriak. "Tapi aku toh tidak mengarang cerita sendiri kalau dia yang mengaku sendiri kepadaku bahwa dialah pembunuh ayahku!" Paras muka Liok Lui berubah makin memucat sekujur tubuhnya gemetar keras, bahkan suaranya pun kedengaran aneh sekali. "Kalau aku memang berkata demikian, lantas mau apa kau? Dia memang mati ditanganku!" "Sumoay, kau jangan sembarangan berbicara lagi biarlah aku yang memberi keterangan" Seru Ih lwee sangjin dengan suara dalam. Setelah menarik napas panjang, pelan pelan dia pun mulai bercerita "Sewaktu Ong tayhiap dikerubuti musuh tangguh diluar perbatasan tempo dulu, sebelum peristiwa ini terjadi beritanya sudah bocor lebih dulu dan diketahui setiap umat persilatan, akan tetapi berhubung musuh musuh Ong Tayhiap sangat lihay, maka sembilan bulan sebelum terjadinya peristiwa ini semua perguruan telah mendapat peringatan agar jangan mencampuri pertikaian mereka dengan Ong Tayhiap, bahkan sebelum pergi orang itu sempat mendemonstrasikan kepandaiannya yang luar biasa, itulah sebabnya meskipun Ong tayhiap mempunyai banyak teman yang lihay dan mengetahui tempat terjadinya pertarungan itu, bahkan mengetahui juga kalau Ong tayhiap pasti tak akan tahan menghadapi kerubutan orang banyak, namun tak seorangpun mau memberi bantuannya... Ketika berbicara sampai disini, Ong It sin sudah tak kuasa menahan diri lagi dia langsung mencaci maki kalang kabut "Betul betul bedebah semua tak tahu malu! Munafik" Ia tahu, orang yang dimakinya sekarang termasuk juga ayahnya sendiri, sahabat sahabat karib ayahnya semasa masih hidup dulu dan orang orang lainnya yang ternama didunia, tapi ia tak tahan mengendalikan hawa amarahnya maka meluncurlah kata-kata makian tersebut tanpa bisa dicegah lagi. Dalam pandangannya, persahabatan bukan dibutuhkan dikala sedang senang dan gembira, persahabatan yang sejati justru harus diperlihatkan di kala mereka sedang mengalami kesusahan atau kesulitan. Tapi ayahnya harus menghadapi mara bahaya seorang diri di kala ia sedang menghadapi kesulitan, padahal dikala jayanya, tak terhitung jumlah sahabat yang dipunyainya, tak heran kalau Ong It sin memaki mereka sebagai manusia-manusia rendah yang tak tahu malu dan munafik. Ih lwee sangjin menarik napas panjang, lalu berkata. "Betul, makian dari Sahabat Ong memang tepat sekali, sahabat-Sahabat Ong tayhiap yang mempunyai hubungan akrab dengannya dimasa masa jaya dulu memang sekawanan manusia yang tak tahu malu, ternyata mereka telah menyembunyikan diri dan cuci tangan bersih-bersih disaat sahabatnya menghadapi mara bahaya..." "Tapi ada satu orang yang justru tidak bersikap demikian, ketika mengetahui akan peristiwa ini, ia segera berangkat ke luar perbatasan dengan melakukan perjalanan siang malam, tanpa mempedulikan keselamatan sendiri ia bersiap siap membantu Ong tayhiap untuk menghadapi musuh-musuh tangguhnya!" Mendengar sampai disitu, Ong It sin segera berteriak kembali. "Bagus sekali, siapakah orang ini? Cepat beritahu kepadaku, peduli diujung langit pun dia berada, aku akan segera menjumpainya dan menyembah tiga kali dihadapannya" Ih lwee sangjin tertawa ewa. "Orang itu tidak berada diujung langit atau didasar samudra, ia justru berada dihadapanmu sekarang!" Ong It sin bukan seorang pemuda yang cerdas, otaknya tidak dapat mengolah arti dari ucapan tersebut, untuk sesaat lamanya ia malah berdiri tertegun sambil memandang Ih lwee sangjin tanpa berkedip. "Orang itu bukan lain justru adalah Liok sumoay ku ini!" Kata Ih lwee sangjin sepatah demi sepatah kata. Hampir melompat Ong It sin karena kagetnya, sambil menuding kearah Liok Lui serunya. "Kau... kau maksudkan perempuan bajingan ini?" Perlu diketahui semenjak menyatroni kebukit Tiong lam san kemudian berulang kali bentrok dengan Liok Lui, si anak muda ini sudah mempunyai kesan yang amat jelek terhadap perempuan itu kalau tak bisa disebut membencinya. Tapi diapun seorang pemuda yang jujur, dan berjiwa terbuka maka jika dia diharuskan segera mengubah kesannya terhadap seseorang, hal ini tidak gampang ia lakukan. Sebab itulah sewaktu Ih lwee sangjin menunjukkan bahwa orang yang menyusul ayahnya ke luar perbatasan untuk bersama sama menghadapi musuh yang tangguh ternyata adalah Liok Lui yang dibencinya, ia malah menjadi melongo. Untuk sesaat lamanya ia tak tahu musti berbicara apa, sambil menuding kearah Liok Lui ia termangu dan berdiri dengan wajah tersipu sipu. Ih Hui yang berada disampingnya segera menyindir dengan suara yang amat dingin. "Bukankah barusan kau bilang, walaupun orang itu berada diujung langit atau dasar lautan, kau akan menjumpainya untuk menyembah tiga kali kepadanya? Sekarang orang itu ada tepat didepan matamu, kenapa tidak segera kau sembah dirinya?" Merah padam selembar wajah Ong It sin karena jengah. "Dia... dia... siapa tahu kalau dia menyusul keluar perbatasan untuk membunuh ayahku..." Padahal diapun tahu kalau hal ini tak mungkin terjadi, sebab itulah dia mengucapkan kata kata tersebut dengan terbata bata. Dengan suara dalam Ih lwee sangjin berkata lagi. "Sahabat Ong, pada waktu itu sumoayku berangkat ke luar perbatasan dengan mempertaruhkan jiwa raganya, dengan tuduhan yang kau lontarkan sekarang, bukankah hal ini sama halnya dengan kau menilai orang dengan jalan pikiran seorang licik?" Merah padam selembar wajah Ong It sin karena jengah, untuk sesaat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Liok Lui hanya berdiri kaku sambil memandang ke tempat kejauhan, lama, lama, sekali ia baru menghela napas panjang dengan sedihnya, lalu menundukkan kepalanya rendah rendah. Terdengar Ih lwee Sangjin berkata lebih lanjut. "Ketika Liok sumoay berangkat ke luar perbatasan, ia sama sekali tidak menyampaikan rencananya itu kepada kami, menunggu kami mengetahui kalau dia sudah tak ada di bukit Tiong lam san lagi, kamipun tak tahu dia telah kemana. Sampai akhirnya ketika ada orang yang mengabarkan kepada kami kalau berjumpa dengan Liok Lui di jalan raya menuju ke utara, kami baru teringat akan hubungan istimewanya dengan Ong tayhiap, itu berarti ia telah berangkat untuk memberi pertolongan. Maka tanpa pikir panjang kamipun berangkat ke utara untuk menyusulnya, tapi baru tiba disekitar kota Tiang shia sudah kudengar akan berita kematian Ong tayhiap..." Ketika mengucapkan kata kata tersebut, tampak jelas betapa sedihnya Ih lwee Sangjin, jangankan dia, bahkan orang lain yang ikut mendengarkan kisah inipun ikut merasakan suatu beban berat yang seraya menindih di atas dada. Ong It sin tak dapat mengendalikan lagi rasa sedihnya, air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya. Setelah berhenti sebentar, Ih lwee Sangjin melanjutkan kembali kata katanya. "Keesokan harinya kami berhasil menemukan Liok sumoay pulang dari perbatasan, wajahnya layu dan diliputi kesedihan, ketika kami bertanya kepadanya siapakah musuh Ong tayhiap? Apakah dia bersama sama Ong tayhiap melakukan perlawanan? Liok sumoay tidak berkata apa apa, dia hanya berbisik terus menerus, ia sudah mati... ia sudah mati..." Ketika bercerita sampai disini, paras mukanya telah berubah menjadi pucat pias seperti mayat. Liok Lui yang selama ini tak bersuara, tiba tiba ikut pula bergumam dengan lirih. "Yaa, dia telah mati... dia... dia telah mati..." Suara Liok Lui yang kosong dan hampa itu sungguh mendirikan bulu roma bagi siapapun yang mendengar, tanpa terasa semua orang bergidik dan bersin beberapa kali, sinar mata merekapun bersama sama dialihkan ke bawah perempuan tersebut. Tapi Liok Lui hanya mengucapkan kata kata itu belaka, kemudian ia membungkam kembali dan berdiri kaku seperti patung. Ih lwee Sangjin memandang sekejap ke arahnya lalu dengan gelengkan kepalanya berulang kali, katanya. "Ketika kuajukan pelbagai pertanyaan sekitar peristiwa diluar perbatasan, sepatah katapun ia tak menjawab, bahkan sampai sekarangpun ia tak pernah bercerita kepada kami, sebab itu apa yang dialaminya selama berada diluar perbatasan tak diketahui oleh siapapun, sekalipun demikian kami yakin bahwa kata katanya yang mengatakan bahwa ia telah membunuh Ong tayhiap hanya kata kata karena mendongkol, sebab kami sudah lama bersaudara, kami cukup memahami wataknya itu" "Apakah... apakah kata kata semacam inipun boleh dianggap sebagai permainan?" Berbicara sampai disitu, mendadak terdengar Liok Lui berteriak keras. "Tahan!" Kata-kata itu dapat didengar setiap orang dengan jelas tapi tak seorangpun yang mengerti kenapa ia berkata demikian, sebab waktu itu semua orang hanya berdiri mematung, tak seorangpun yang sedang berkelahi. Kalau memang tiada orang yang bertarung kenapa pula ia meneriakkan kata "Tahan"? Siapa yang disuruh berhenti dari pertarungan? Agaknya setelah mengucapkan kata kata tersebut, Liok Lui pun merasakan kekeliruannya, ia tampak bergetar keras, lalu seperti baru sadar dari impian, ia memandang sekejap kearah semua orang kemudian membungkam diri dalam seribu bahasa. "Sumoay, sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Ih lwee sangjin kemudian dengan lembut. Sepucat mayat paras muka Liok Lui, setelah menghela napas panjang katanya. "Aku... aku... barusan, aku seperti terbayang kembali kejadian dimasa lampau ketika diluar perbatasan... ditengah tanah bersalju..." Dengan mulut membungkam Ih lwee sangjin manggut manggut: Sedangkan Ih Hui segera berkata. "Selama ini, kau tak pernah menceritakan keadaan yang sesungguhnya kepada kami, mumpung hari ini ada Sahabat Ong hadir di sini, kenapa tidak kau ceritakan keadaan tersebut sejelas-jelasnya agar diapun mengetahui duduk perkara yang sebenarnya?" Liok Lui sama sekali tidak menengok ke arah Ong It sin, ia hanya mendongakkan kepalanya memandang keangkasa. Awan bergerak pelan pelan terhembus angin, lewat sekian lama kemudian ia baru berkata. "Waktu itu, setelah aku mendapat kabar siang malam tanpa berhenti aku menyusul ke luar perbatasan, seperti apa yang dikatakan ciangbun suheng tadi, walaupun aku membencinya, tapi aku... akupun amat merindukan dirinya..." Ketika berbicara sampai disini, tanpa terasa lagi ia tertawa getir. Beberapa orang itu cuma membungkam sambil mendengarkan cerita selanjutnya. Kembali Liok Lui berkisah. "Walaupun aku melakukan perjalanan siang malam tak berhenti, tapi ketika sampai ditempat tujuan ternyata sudah terlambat, mereka sudah mulai bertarung. Ketika itu salju turun dengan derasnya, musuhnya ada lima orang dan memakai kain cadar semua aku tak tahu siapa saja mereka itu, aku hanya melihat Tang thian dengan golok emasnya tapi mengikuti perputaran tubuhnya itu, darah segar menetes keluar setetes demi setetes membasahi permukaan salju keadaannya sungguh mengerikan..." Berbicara sampai disitu Liok Lui menarik napas panjang panjang dan berhenti bercerita. Ong It sin dengan peraasan terkejut bercampur terkesiap membelalakkan matanya lebar lebar dengan mulut melongo, katanya. "Apakah... apakah dia terluka?" "Yaa, dia terluka!" Jawab Liok Lui. Setelah memandang sekejap kearah Ong It sin, ia berkata lebih jauh. "Akupun segera berteriak: Tahan! Tahan! Tapi tak seorangpun menggubris teriakanku seorang manusia berkerudung menghampiriku dan segera bertarung denganku, sebaliknya empat orang lainnya mengerubuti Tang thian rapat rapat, setiap pukulan mereka selalu bersarang dibagian tubuhnya yang mematikan, aku ingin membantunya tapi selalu dikurung oleh musuhku itu hingga tak sanggup mendekatinya. Dalam pertarungan akupun sering mendengar mereka berteriak teriak keras dan menitahkan Tang thian agar menyerahkan kotak kepada mereka!" Ketika Liok Lui bercerita sampai disitu satu ingatan tiba tiba melintas dalam hati Ong It sin. Sebuah kotak? Ia lantas teringat dengan kotak peninggalan ayahnya, dia masih ingat, kotak itu kini berada ditangan Be Siau soh. Liok Lui bercerita lebih jauh. "Tang thian tidak menjawab teriakan mereka, dia hanya melakukan perlawanan terus dengan gigih sementara salju turun makin besar. Sudah berapa ratus jurus aku bertarung melawan musuh itu, tiba tiba terdengar suara pekikan nyaring berkumandang diangkasa, tiba tiba orang yang bertarung melawanku itu menyusut ke belakang dan kabur dari hadapanku. Hal ini membuat diriku tertegun, ketika kuamati lagi kedepan, ternyata kelima orang manusia bercadar itupun sudah lenyap semua, ditengah hujan salju yang deras, kusaksikan golok emas milik Tang thian tergeletak di atas permukaan salju, orangnya mendekam ditepi golok emas tersebut, tubuhnya penuh dengan luka besar, darah telah mempelopoti seluruh badannya dia... "Yaa, waktu itu ia masih bisa bernapas walau lirih sekali. Ketika kubangunkan dirinya, ia hanya menengokku sekejap, agaknya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi tak sepatah katapun berhasil ia ucapkan, tahu tahu ia telah mati, mati dalam pelukanku..." Paras muka Liok Lui bertambah pucat kulit mukanya mengejang keras, ucapannya pun kian lama kian bertambah pelan dan lirih... Lewat lama sekali, ia baru melanjutkan kembali kata katanya. "Pelan pelan kubaringkan tubuhnya diatas permukaan salju, aku tak tahu siapakah lima orang musuh besarnya yang berkerudung itu, tapi kutemukan sejumlah jurus Hong wi siam diatas salju, selama banyak tahun ini diam diam kuselidiki terus kejadian ini, apa mau dikata justru pada saat itulah bocah bodoh ini mendatangi Tiong lam san dan menuduh kami sebagai musuh besar pembunuh ayahnya..." Dengan wajah gugup dan terkesiap, Ong It sin memandang wajah Liok Lui dengan mata terbelalak untuk sesaat lamanya ia tak tahu apa yang musti diucapkan. "Ooh... kiranya begitu" Ucap Ih lwee sangjin. "kalau begitu salah satu diantara musuh musuh besarnya adalah Kelabang beracun Be Sam nio...?" Boleh dibilang demikian tapi semenjak peristiwa itu, belum pernah kujumpai akan kemunculan diri Kelabang beracun Be Sam nio lagi. Kelabang beracun Be Sam nio memang manusia berhati busuk yang sanggup melakukan perbuatan apapun, tak bisa diragukan lagi, dia pasti bersangkut pula dalam peristiwa ini. Sementara beberapa orang itu membicarakan soal apakah Kelabang beracun Be sam nio terlibat dalam peristiwa itu atau tidak, Ong It sin yang berada disamping telah menunjukkan perubahan sikap yang aneh sekali, karena dia tahu orang yang sedang dibicarakan sekarang tak lain adalah ibu kandung dari Be siau soh yang diimpikan setiap hari. Oleh karena itu, ia hanya merasakan pendengarannya mendengung keras, apa yang selanjutnya dikatakan orang orang itu hampir tak terdengar sama sekali olehnya. Lewat beberapa saat kemudian, ia baru merasa bahunya ditepuk orang, ketika ia mendongakkan kepalanya, maka diketahui orang itu adalah manusia aneh tersebut. Terdengar manusia aneh itu sedang berkata. "Sekarang tentunya kau sudah mengerti bukan akan hubunganmu dengan pihak Tiong lam pay?" "Yaa, yaa, aku sudah mengerti!" Jawab Ong It sin sambil meraba kepalanya yang botak tertawa getir. Manusia aneh itu segera melotot. "Apakah ucapan yang telah kau sumbarkan tadi masih berlaku?" Tegurnya cepat. "Yaa, tentu saja! Aku pasti menyembah kepadanya..." Selesai berkata pemuda itu lantas menjatuhkan diri dihadapan Liok Lui dan menyembahnya tiga kali. Liok Lui sama sekali tak membalas hormat itu diapun tidak membangunkan dirinya, hanya sambil menghela napas ujarnya. "Sudahlah, sudahlah..." Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ong It sin pun pelan pelan bangkit berdiri. "Kalau begitu mari kita pergi dari sini!" Ajak manusia aneh itu kemudian. Ong It sin berpaling, dilihatnya empat belas siluman dari tujuh selat itu masih berdiri ditempat kejauhan sambil mengawasi mereka dengan mata tajam. Malihat itu Ong It sin segera berseru. "Jika kita pergi dan mereka sampai berkelahi lagi, lantas bagaimana baiknya?" Manusia aneh itu segera bertepuk tangan, lalu tertawa terbahak bahak, katanya "Kalau mereka hendak berkelahi, biarkan saja mereka berkelahi, sedari kapan dunia persilatan berhenti dari suatu perkelahian" "Tapi merekba kan cuma bertiga, mana mungkin bisa menangkan jumlah yang lebih banyak?" "Aaah... kamu ini, usianya masih muda, omongnya tak habis habis mengerocos terus, kalau ada pertarungan tentu ada menang kalahnya, buat apa kau musti ambil peduli?" Kata si manusia aneh itu dengan mata melotot. Dalam kenyataan, pernyaqtaan tersebut memang cukup masuk diakal, tapi dasar bodoh Ong It sin justru mempunyai jalan pemikiran sendiri. Dengan mata melotot pula teriaknya "Kalau sampai Tiong lam pay yang kalah masakah kau tak akan peduli?" "Goblok busuk, tentu saja aku tak akan turut campur" Damprat manusia aneh itu. "aku dengan mereka toh tiada hubungan sanak saudara, sekalipun pihak Tiong lam pay memang juga tak ada manfaatnya buatku, kenapa aku musti turut campur?" Ong It sin menjadi tertegun dan tak sanggup menjawab lagi, setelah tertegun sesaat ia baru berkata. "Kalau begitu kau boleh pergi sendiri, aku mah tak akan pergi, tempo hari sewaktu ayahku mendapat kesusahan, pihak Tiong lam pay sudah memberi pertolongan, maka sekarangpun aku harus menolong mereka. "Cisss, apa gunanya kau seorang?" Ejek orang itu. Orang bodoh ternyata mempunyai jalan pemikiran yang bodoh pula sambil tertawa lebar Ong It sin segera berkata. "Kalau aku tetap berada disini kau sebagai toako ku tentu saja tak akan pergi sendirian, bukankah begitu?" =----d0w----= Jilid16 MANUSIA aneh itu menjadi tertegun, kemudian serunya sambil tertawa. "Bagus sekali, setengah juruspun tak sanggup kau pelajari selama sebulan, sekarang kau berani mempunyai ingatan jahat kepadaku, baiklah, anggap saja aku sudah terjebak oleh akal busukmu..." Sambil berkata ia lantas menggape tangannya ke arah empat belas siluman dari tujuh selat itu, serunya. "Hey, kalian semua kemarilah!" Sungguh cepat gerakan orang orang itu, baru selesai manusia aneh itu berkata, empat belas sosok bayangan manusia telah berkelebat ke muka dan tiba dihadapan manusia aneh itu, tampaknya mereka memang sengaja hendak mendemonstrasikan kepandaian mereka Setelah empat belas orang itu berada dihadapannya, manusia aneh tersebut baru berkata. "Tiga jago dari Tiong lam san ini masih ada urusan penting, agaknya kurang baik jika kalian menghalangi jalan perginya. Aku rasa lebih baik perhitungan kalian dilakukan lagi sekembalinya mereka ke Zuchuan nanti" Ketika mendengar perkataan itu, walaupun keempat belas siluman tersebut tidak menyatakan keberatan ternyata tak seorangpun diantara mereka yang bersuara. Ketika tidak mendengar jawaban dari mereka, manusia aneh itu segera tertawa terbahak bahak. "Haaahh... haaahh... haaahh... rupanya kalian enggan mendengar perkataanku? Baiklah sebetulnya aku enggan pula mencampuri urusan ini, tapi lantaran ada orang yang tak mau memberi muka kepadaku, lebih baik bersiap siaplah kalian untuk menghadapi diriku!" Selesai berkata, tidak tampak gerakan apa yang dilakukan, tahu tahu dia hanya membungkukkan badan dan... "Criiing! Criiing!" Sebilah pedang dan sebilah tombak berantai telah beralih ketangannya. Kemudian tanpa berbicara banyak, kedua macam senjata itu dibuangnya ke belakang. Empat belas siluman dari tujuh selat itu menjadi amat terperanjat, masing masing segera mengayunkan senjatanya untuk melakukan perlawanan. Mendadak terdengar manusia aneh itu berteriak keras, sepasang tangannya bergerak kesana kemari, setiap kali manusia manusia dari tujuh selat itu terbentur olehnya, senjata mereka segera berpindah tangan dan terbuang kebelakang. Dalam waktu singkat, empat belas macam senjata telah dirampas semua olehnya, empat belas siluman dari tujuh selat pun berdiri termangu ditempat, dengan tangan kosong. Paras muka keempat belas orang itu segera berubah hebat, tapi mereka tak berani banyak berkutik. Sambil bertepuk tangan manusia aneh itu berkata lagi. "Suruh kalian jangan berkelahi, kalian tak mau, sekarang kusuruh kalian berkelahi disini, senjata kalian malah diberikan kepadaku... yaaa, tampaknya kalian memang susah juga diatur!" Empat belas siluman dari tujuh selat itu hanya saling berpandangan dengan muka tertegun, akhirnya salah seorang diantaranya memberi hormat kepada manusia aneh itu. "Kepandaian anda didalam merampas senjata kami dengan tangan kosong sungguh mengagumkan sekali, baiklah! Kami semua akan menuruti perintah anda..." "Bagus sekali, kalau memang dimikian, akupun enggan menyimpan senjata rongsokan kalian itu, bawa pulang benda benda itu dan jangan membikin urusan lagi di wilayah Zuchuan, mengerti?" Empat belas siluman itu tidak berbicara lagi, masing masing mengambil kembali senjatanya dan segera kabur dari situ. Menanti bayangan tubuh mereka semua sudah lenyap dari pandangan, Ih lwee sangjin baru memberi hormat kepada Ong It sin dan manusia aneh itu sambil berkata. "Terima kasih banyak atas bantuan kalian berdua untuk membebaskan kami dari kurungan, ilmu silat keempat belas orang itu cukup lihay, kalau pertarungan dilanjutkan memang lebih banyak jeleknya buat kami dari pada keuntungan!" Selesai berkata mereka bertiga pun mohon diri dari sana. Ilmu meringankan tubuh dari ketiga orang inipun cukup cepat, dalam sekejap mata mereka sudah pergi jauh sekali. Sambil memandang bayangan tubuh mereka bertiga yang makin menjauh, Ong It sin menghela napas panjang, kemudian gumamnya. "Aku pikir dendamku bisa segera terbalas, tak tahunya makin lama makin membingungkan, sekarang aku malah tak tahu siapakah musuh besarku yang sebenarnya!" "Kenapa makin lama makin membingungkan? Aku lihat, salah seorang diantara mereka sudah pasti Kelabang beracun Be Sam nio!" Ong It sin justru paling tak suka mendengar perkataan yang terakhir itu, maka ia cuma menundukkan kepalanya belaka tanpa menjawab. Tiba tiba manusia aneh itu membentak keras, Ong It sin yang sedang melamun sama sekali tak menduga sampai kesitu, ia menjadi terperanjat hingga melompat bangun. "Ada apa? Ada apa...?" Serunya buru buru. "Ada apa?" Seru manusia aneh itu dengan gusar. "sebetulnya kau sedang memperhatikan perkataanku tidak? Sebenarnya kau ingin membalas dendam bagi kematian ayahmu atau tidak?" "Tentu saja ingin!" Jawab Ong It sin dengan cepat. "Nah itulah dia, beberapa kali kukatakan kepadamu bahwa salah seorang musuh besar pembunuh ayahmu adalah Kelabang beracun Be Sam nio, kenapa kau tidak menggubris perkataanku dan berpura pura tidak mendengar?" Ong It sin segera tertawa getir. "Aku... aku pikir... hal ini, hal ini belum tentu benar!" Sahutnya tergagap. Manusia aneh itu semakin gusar, tangannya segera diayun siap menggaplok sang pemuda yang goblok itu, tapi kenyataannya ia cuma menggetarkan saja dan tidak melanjutkan ayunan tangannya itu. "Kalau Kelabang beracun bukan musuh besar pembunuh ayahmu, lantas Kelabang beracun itu apamu?" Teriaknya. Sesungguhnya Ong It sin memang sudah tak sanggup berbicara lagi, apalagi setelah mendengar perkataan si manusia aneh itu, dia semakin terbelalak hingga tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Tiba tiba manusia aneh itu tertawa dingin. "Ooh... mengerti sudah aku sekarang!" Serunya kemudian. Mendengar ucapan tersebut, paras muka Ong It sin yang jelek itu kontan berubah menjadi merah padam. "Apa... apa yang kau pahami?" Serunya tergagap. Setajam sembilu sorot mata manusia aneh itu menatap wajah Ong It sin, sesaat kemudian katanya sepatah demi sepatah kata. "Kalau kau tidak mempunyai sesuatu pikiran yang nyeleweng, kenapa hanya kusinggung sepatah kata saja, maka mukamu menjadi merah padam?" Mendengar perkataan itu, Ong It sin menundukkan kepalanya makin rendah, ia terbungkam dalam seribu bahasa dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Manusia aneh itu tertawa dingin tiada hentinya, padahal ia sendiripun tak tahu rahasia hati apakah yang terkandung dihati anak muda itu, namun dia yakin kalau hal ini pasti ada sebabnya. Selain itu dia juga yakin bahwa Ong It sin yang jujur pasti akan mengaku terus terang bila didesak olehnya. Oleh sebab itu, dengan suara keras ia lantas membentak. "Hayo jawabm kenapa kau mati matian membela si Kelabang beracun Be Sam nio dan berusaha mencuci bersih dirinya dari peristiwa ini? Apakah kau sudah melupakan dendam berdarah dari ayahmu?" Ucapan yang tajam dan amat mendesak itu membuat Ong It sin menjadi gelagapan dan ketakutan setengah mati, buru buru ia menggoyangkan tangannya berulang kali. "Bukan, bukan begitu... aku... aku tak lain hanya dikarenakan hubunganku dengan Be Siau soh..." "Lanjutkan perkataanmu itu!" Desak manusia aneh itu lebih lanjut. Dengan tergagap dan wajah memerah seperti kepiting rebus, Ong It sin berkata kembali. "Aku sangat baik sekali dengan Be Siau soh, kalau ibunya terbukti adalah musuh besar pembunuh ayahku, maka bukankah... bukankah hubunganku dengannya... yaa, apa yang musti kulakukan setelah berjumpa lagi dengannya nanti?" Manusia aneh itu segera tertawa dingin. "Heeehh... heeehh... heeehh... lucu amat ceritamu itu, kalau bicara yang jelas lagi, coba katakan kalau kau baik kepadanya, bagaimana pula sikapnya kepadamu?" Ong It sin segera teringat kembali kejadian syahdu dimalam itu, pelan pelan ia menghela napas panjang. "Aaai...! Tentu saja dia... diapun sangat... sangat baik kepadaku..." "Yaa, dia tentu saja sangat baik kepadaku!" Kata manusia aneh itu sambil menirukan nada suaranya kemudian dengan mata melotot dan suara keras ia meneruskan. "jika ia benar benar baik kepadamu, kenapa ia meninggalkan dirimu sebaliknya malah kabur bersama Sangkoan Bu cing?" Perkataan dari manusia aneh itu ibaratnya guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, seketika itu juga paras mukanya berubah jadi pucat pias seperti mayat, sepasang giginya saling beradu keras, lama sekali ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Manusia aneh itu segera menepuk nepuk bahunya, kemudian menghibur. "Adik kecil aku lihat kau tak usah berpikir yang bukan bukan lagi, lebih baik berlatih tekun lagi dalam ilmu silat, berusahalah untuk mencari nama dan kedudukan didepan orang banyak" Ong It sin merasa pikirannya amat kalut, ketika Be Siau soh pergi bersama Sangkoan Bu cing tempo hari ia merasa amat kesal, apa lagi setelah disinggung kembali oleh manusia aneh itu sekarang. Seandainya dia adalah seorang pintar, maka dengan cepat ia akan menyadari akan duduk persoalan yang sebenarnya, sayang ia tak lebih hanya seorang pemuda yang bodoh Oleh karena itu, rasa sedihnya sekarang ibaratnya ada beribu ribu batang panah yang bersama sama menembusi hatinya, menderitanya bukan kepalang... Manusia aneh itu masih berusaha untuk menghibur hatinya, tapi entah dari mana datangnya hawa amarah dihati pemuda itu, mendadak Ong It sin berteriak aneh. "Pergi kau, pergi kau dari sini! Jangan urusi aku lagi, aku segera akan pergi mencarinya dan menanyakan persoalan ini kepadanya" "Tapi kemanakah kau hendak mencarinya?" Tanya manusia aneh itu dengna dingin. "Dibukit pak thian san!" Jawab Ong It sin dengan wajah berubah menjadi merah padam. "Baik, akan kutunjukkan jalannya untukmu, dari sini berangkatlah langsung ke utara. Kalau kau menjumpai ada dua buah gunung besar yang dilapisi salju, dakilah gunung itu dan lewatilah, disana kau akan menjumpai selapis tanah bersalju yang luas, jalan terus menyeberangi tanah bersalju itu disana kaupun akan menjumpai sebuah bukit lain yang dilapisi salju tebal itulah bukit Pak thian san. "Bukankah kau... kau pun suruh aku pergi mencarinya?" Tanya Ong It sin kemudian setelah termenung sejenak. Agaknya ia merasa menyesal karena barusan telah bersikap kasar kepadanya. ooodooOooowoo Terdengar manusia aneh itu berkata dengan dingin. "Kau tolol seperti seekor babi, kalau tidak kusuruh kau rasakan ketanggor batu ditangan perempuan cabul itu, kau masih tak tahu kalau dirimu sedang bermimpi disiang hari bolong... Hmm!" Mendengar perkatan itu hawa amarah kembali berkobar didada Ong It sin, tapi ia tak bisa berkata lain, maka setelah saling berpandangan sekejap dengan orang itu, katanya dengan penuh rasa percaya pada diri sendiri. "Baik, kita lihat saja hasilnya nanti!" "Semoga saja setelah kau berjumpa dengan perempuan cabul itu..." Belum habis manusia aneh itu berkata, Ong It sin telah menukas dengan suara keras. "Tutup mulutmu! Dia bukan seorang perempuan cabul!" "Lantas macam apakah perempuan itu?" Ong It sin menarik napas panjang panjang kemudian sahutnya. "Dia...? Dia... dia adalah gadis paling baik didunia ini... pada hakekatnya ia bagaikan bidadari yang baru turun dari kahyangan... ia adalah bidadari yang cantik jelita..." Menyaksikan keadaan Ong It sin yang betul betul dibikin terpesona oleh kecantikan Be Siau soh itu, diam diam manusia aneh tersebut menghela napas panjang. Walaupun usianya dengan Ong It sin berbeda jauh, ia bersedia angkat saudara dengannya, hal ini dikarenakan ia suka dengan kepolosan dan kejujuran orang, tentu saja ia pun cukup sadar bahwa nasehatnya tak akan berhasil menyadarkan anak muda itu dari impian indahnya. Iapun cukup tahu, dalam kepergiannya ke bukit Pak thian san, masih mendingan kalau tak sampai bertemu dengan Be Siau soh, tapi begitu bertemu dengan gadis pujaannya dan bila impian indah itu ternyata tercabik cabik entah betapa sedihnya pemuda itu. Sayang persoalan semacam ini tak mungkin bisa ia atasi dengan kepandaian silat walaupun kepandaiannya amat lihay. Akhirnya manusia aneh itu hanya bisa menepuk bahu Ong It sin sambil berpesan. "Sepanjang jalan baik baiklah menjaga diri, jangan suka berkelahi dengan orang, ketahuilah bahwa diantara yang kuat masih ada yang lebih kuat lagi" Walaupun barusan ia telah ribut dengan manusia aneh itu, tapi terbayang kembali perpisahan yang segera akan berlangsung tak urung Ong It sin merasakan juga hatinya yang amat sedih. "Aku tahu!" Katanya sambil pelan pelan mengangguk. Manusia aneh itupun tidak berbicara lagi tiba tiba ia mengerahkan tenaga dalamnya dan memutar tubuh Ong It sin secara paksa setelah menghadapkannya ke utara, ia mendorong tubuh anak muda itu sehingga bergerak ke depan seraya berkata. "Nah, sekarang berangkatlah!" Oleh dorongan itu Ong It sin merasakan tubuhnya seperti melayang diudara, lebih kurang lima kaki kemudian ia baru bisa menghentikan langkahnya ketika ia berpaling kebelakang, ternyata manusia aneh itu sudah lenyap tak berbekas. Ong It sin pun tidak membuang waktu lagi, ia segera melanjutkan perjalannya menuju kedepan. Lewat beberapa hari kemudian, dari kejauhan ia saksikan bukit bersalju menjulang tinggi keangkasa, dibawah bukit terbentang sebuah padang rumput yang luas. Ong It sin tidak menghentikan perjalanannya, ia mendaik bukit itu, menembusi dua bukit dan meneruskan perjalanannya menuju ke utara. Kini sepanjang perjalanan hanya tampak salju yang membentang keujung langit, ketika angin berhembus lewat, tubuh serasa menggigil karena kedinginan. Untung saja tenaga dalam yang dimiliki Ong It sin cukup sempurna, coba kalau tidak demikian, sudah sedari dulu dulu ia mati kaku. Belasan hari kembali sudah lewat... Suatu hari, udara terasa cerah setelah melakukan perjalanan sekian lama, akhirnya sampailahia didepan sebuah bukit salju yang amat besar. Menyaksikan salju yang tebal menyelimuti seluruh bukit itu Ong It sin tahu bahwa ia telah tiba dibukit Pek thian san, tanpa terasa jantungnya berdebar lebih keras. Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiba tiba ia mempercepat langkahnya mendaki ke atas bukit itu, sambil berlarian, teriaknya berulang kali. "Nona Be... nona Be...!" Lari... lari terus... akhirnya sampailah pemuda itu dikaki bukit, tapi kecuali suara pantulan dilembah bukit itu, tiada jawaban apapun yang terdengar. Menghadapi suasana yang begitu hening dan sepi tanpa terasa Ong It sin berpikir. "Heran, kenapa tiada seorang manusiapun yang menyahut? Jangan jangan Be Siau soh sudah pergi dari sini?" Sambil berkata ia mulai celingukan kesana kemari, tapi dengan cepat pemuda itu tertawa geli sendiri. Kiranya sebuah bukit yang amat besar terbentang didepan mata, bukit itu panjangnya sampai ribuan li, padahal ia tak tahu kemana Be Siau soh telah pergi dengan sendirinya kalau ia berteriak terus dengan cara begitu, sampai tenggorokannya pecahpun tak berguna. Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo Pedang Pusaka Thian Hong Karya Kho Ping Hoo