Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bego 32


Pendekar Bego Karya Can Bagian 32


Pendekar Bego Karya dari Can   "Soat... te, sudahlah, biarkan mereka tinggalkan tempat ini dengan membawa serta ilmu silatnya?"   "Engkoh Sin, kalau mereka dibiarkan pergi dengan begitu saja, maka jejak kita sudah pasti tak akan bisa dipertahankan lagi!"   "Bagaimana menurut pendapatmu?"   "Punahkan ilmu silatnya kemudian menotok jalan darah bisunya, setelah itu serahkan kepada Tay tayhiap agar dilepaskan setibanya dibukit Soat hong san"   "Aaah, ucapan adik Soat memang tepat sekali!"   Ternyata sastrawan bertubuh ceking itu adalah penyaruan dari Bwe Leng soat.   Dengan demikian, Sin heng tay poo pun segera menyadari apa gerangan yang telah terjadi.   Ketika Ya siau siu dan Leng cong siu menyaksikan keadaan telah berkembang menjadi begini rupa, tahulah mereka bahwa tiada harapan lagi bagi mereka untuk kabur, tanpa terasa kedua orang iblis ini menghela napas panjang.   Ong It sin segera maju ke depan dan memunahkan ilmu silat dari kedua orang ini, bahkan sekalian menotok pula jalan darah bisunya, sambil diserahkan kepada Sin heng tay poo, dia berkata.   "   Maaf..., aku musti merepotkan dirimu!"   "Siau heng bersedia melaksanakan tugas ini!"   Jawab Sin heng tay poo dengan girang.   "Bagaimana dengan Coa toako sekalian?"   "Mereka masih berada ditempat semula!"   "Baik baiklah mereka semua?"   Tanya Bwe Leng soat.   "Tindak tanduk mereka sekarang semakin bertambah hati hati, karena kuatir terjadi hal hal yang tak diinginkan, silahkan kalian langsung menuju ke tempat pertemuan saja"   "Dewasa ini anggota Ki thian kau makin banyak, dengan mengandalkan kekuatan kita beberapa orang sesungguhnya terlalu minim sekali...?"   "Bagaimana kalau kita pulang ke Lam hay untuk meminta bantuan guruku...?"   Usul Bwe Leng soat. Ong It sin segera menggeleng.   "Inilah percobaan untuk kita, tak perlu, lagi pula bulan lima hari Toan yang tinggal dua puluh hari, waktunya sudah tak sempat lagi buat kita pergi ke tempat jauh"   Setelah berhenti sejenak, ujarnya kepada Sin heng tay poo.   "Thay toako, bawalah kedua orang siluman ini menuju kebukit Soat hong san kemudian berangkat ke kuil Siau lim si untuk bertemu dengan Toan gi siansu, suruh dia mengadakan perundingan rahasia dengan pelbagai aliran untuk mempersiapkan sesuatu pertarungan massal, tapi berita ini musti dirahasiakan lebih baik kalau hanya diketahui oleh beberapa orang ciang bunjinnya saja!"   Sin heng tay poo Thay Lip mengiakan, dia lantas menuju kekota menyewa kereta dan membawa pergi dua orang siluman tersebut. Sebelum berangkat dia bertanya lagi kepada Ong It sin.   "Aku masih belum menanyakan nama dari saudara ini?"   Sambil berkata dia lantas menunjuk kearah Bwe Yau. Ong It sin segera tersenyum.   "Aaah, aku memang pikun sekali, masa lupa untuk memperkenalkan kalian, dia adalah sumoayku..."   "Sedari kapan sinceng menerima murid perempuan?"   "Thay toako, kau salah duga, dia bukan murid guruku, melainkan muridnya Seng hong tianglo dari luar perbatasan yang bernama nona Bwe Yau..."   Kata pemuda itu tertawa.   "Oooh, seharusnya aku bisa menduga ke sana"   Dia lantas mencemplak kudanya dan berlalu dari situ.   Sedangkan Ong It sin bertiga pun kembali ke tempat penginapannya untuk beristirahat.   oxodOwooxo Sementara itu, markas besar perkumpulan Ki thian kau diatas bukit Long sia san dekat kota Si ciu tampak bertambah semarak dan tersohor, terutama sekembalinya kaucu mereka Be Siau soh ke dalam markas besarnya.   Hal ini lebih disemarakkan lagi dengan berhasil tertangkapnya Say siu hud sim, Thian ya, Thian ci hwesio dari Siau lim pay dan Ay sian Cu Lian ci.   Makin lama pengaruh Ki thian kau dalam dunia persilatan semakin besar, sedang kawanan liok lim dan penjahat golongan hitam sama sama takluk dan menggabungkan diri dengan mereka.   Sementara murid murid dari pelbagai perguruan besar didunia ini, semakin jarang melakukan perjalanan dalam dunia persilatan.   Melihat kenyataan tersebut, tampaknya cita cita Be Siau soh untuk menguasahi seluruh jagad sudah hampir menjadi suatu kenyataan.   Tapi Be Siau soh masih belum tenang, dia masih merisaukan sesuatu hal, terutama kemampuan dari Ong It sin dan Bwe Leng soat dua orang, terutama sekali yang disebut belakangan ini.   kalau bisa dia ingin mencincang tubuhnya menjadi berkeping keping.   Sedangkan soal Ong It sin, semenjak dia tahu kalau pemuda itu tidak bertampang jelek dan memuakkan seperti dulu lagi, bahkan berubah menjadi tampan bagaikan Phoa An, sehingga orang orang persilatan memberi julukan Giok bin sin liong kepadanya hal ini menimbulkan gairah Be Siau soh untuk berjumpa dengan kekasih lamanya ini.   Sekalipun dalam hatinya dia berhasrat demikian, namun tiada seorang manusiapun yang tahu dimanakah Ong It sin dan Bwe Leng soat berada saat itu.   Ketika menyaksikan Sin heng tay poo menuju kebarat dengan gerak gerik yang mencurigakan, dia lantas menduga kalau hal ini ada hubungannya dengan Ong It sin.   Itulah sebabnya sepanjang jalan Be Siau soh menitahkan untuk mengadakan penghadangan.   Siapa tahu Sin heng tay poo terlampau lihay, secara beruntun dia telah berhasil melampaui tujuh hadangan dan tiba tiba lenyap tak berbekas...   Kemudian diketahui pula bahwa Ciong lay su koay yang dikirimnya telah kedapatan tewas dua orang lainnya lenyap dengan begitu saja.   Maka Be Siau soh segera menitahkan wakil kaucu ketiga Siau bin mi lek dengan membawa empat orang toa guhoat untuk melakukan penyelidikan yang jelas.   Tak lama kemudian Thian tok tay ong dan Ciok yong sin li datang menggabungkan diri, sudah barang tentu hal ini membuat Be Siau soh kegirangan setengah mati.   oooOdwXooo Setiap dua tiga hari sekali, Be Siau soh memerlukan diri untuk berkunjung ke penjara bawah tanah dan membujuk Thian yan, Thian ci hwesio, Say siu hud sim dan Ay sian Cu Lian ci sekalian untuk menyerah saja.   Siapa tahu keempat orang itu tetap berkeras kepala dan tak mau takluk sampai mati.   Dia cukup mengetahui akan pentingnya keempat orang ini bagi umat persilatan, bila dibunuh maka keadaan pasti akan bertambah kacau, bila dibiarkan melarikan diri, mereka pasti akan menjadi musuh bebuyutan yang menakutkan.   Yang lebih menakutkan lagi adalah jika keempat orang ini sampai diperalat oleh Ong It sin.   Oleh sebab itu penjaga penjaga yang ditugaskan untuk menjaga penjara tersebut merupakan jago jago pilihan yang rata rata berilmu tinggi.   Selain daripada itu, diapun menunjuk wakil ketua kedua sebagai komandan dari pengawal penjara tersebut.   Bahwasanya Seng Meh cu, wakil ketua kedua dari Ki Thian kau bisa terpilih, hal ini pun sudah sewajarnya, sebab bukan Cuma ilmu silatnya saja yang sangat lihay, kecerdasan otaknya juga luar biasa sekali.   Dengan penjagaan yang demikian ketatnya memang sukar buat keempat orang tawanan itu untuk melarikan diri.   Suatu hari, Be Siau soh melakukan pesiar disekitar bukit tersebut, untuk menikmati pemandangan alam, yang dimaksudkan sebagai pesiar baginya adalah keluar rumah untuk berburu pemuda tampan.   Semenjak mempelajari ilmu Ngo heng sin kang, setiap hari dia membutuhkan sari kelakian seorang pemuda untuk menambah sempurnanya tenaga dalam yang sedang dilatihnya.   Itulah sebabnya dikota Si ciu, seringkali kedapatan pemuda pemuda tampan yang mendadak lenyap tak berbekas.   Hari itu, dia berpesiar lagi dengan menaiki tandu, ketika melewati pintu kota, mendadak ia menyaksikan ada seorang petani muda sedang mencangkul tanah ditengah sawah.   Petani itu berwajah tampan, berotot kekar dan amat menawan hati, bergetar perasaan Be Siau soh menyaksikan ketampanan pemuda itu, segera bentaknya.   "Hentikan tandu!"   Tandu berhenti, Ang hun lo sat Hoa Long jin segera maju kedepan sambil bertanya.   "Kaucu ada urusan apa?"   Be Siau soh mengerling sekejap kearah petani muda ditengah sawah itu, lalu perintahnya.   "Tangkap dia!"   Ang hun lo sat Hoa Long jin mengiakan, dia segera melompat ketengah sawah dan menggape kearah petani itu sambil berseru.   "Hei, toako, cepat kemari, nio nio ingin menyatakan sesuatu kepadamu!"   "Nio nio kalian berada dimana?"   Sambil berkata petani itu membersihkan lumpur dari kakinya dan berjalan mendekat. Ang hun lo sat Hoa long jin segera menuding ke arah tandu kecil itu seraya menyahut.   "Itu dia, bukankah dia berada disini? Cepat ikuti aku!"   Sambil berkata dia lantas berjalan lebih dahulu ke depan.   Tak selang berapa saat kemudian, pemuda itupun sudah tiba didepan tandu tersebut.   Baru saja dia ingin menyaksikan sesuatu tahu tahu Be Siau soh sudah mengebaskan tangannya dan menotok jalan darah petani muda tadi.   "Bawa dia pulang ke markas!"   Perintahnya.   Gadis berbaju merah yang ada dibelakangnya segera mengiakan, dengan cepat dia menyambar tubuh petani itu dan dibawa kabur.   Dalam waktu singkat, rombongan tersebut sudah lenyap dari pandangan mata.   Sepeninggal rombongan tersebut, dari balik semak belukar kedengaran seorang gadis sedang berkata.   "Coa toako, dugaanmu memang hebat. Cuma"   "Adik Soat, Cuma kenapa?"   Tanya lelaki she Coa itu.   "apakah kau takut Ong lote berubah pikiran? Tak usah memikirkan yang bukan bukan!"   "Hmm, aku sih tidak kuatir, Cuma aku kuatir dengan keselamatannya, setelah berada didalam sarang iblis, mungkinkah dia akan mengalami sesuatu yang sama sekali diluar dugaan?"   "Ong lote adalah seorang pemuda bernyali besar dan berotak cerdas, ilmu silatnya juga sangat lihay, mana mungkin dia akan menjumpai mara bahaya? Lebih baik kita pulang ke rumah saja sambil menantikan kabar baik darinya!"   Tak lama kemudian, kedua sosok bayangan manusia itupun lenyap dari tempat itu.   ^oood^O^wooo^ Tempat ini adalah sebuah kamar tidur yang amat megah dan mewah sekali.   Diatas pembaringan berbaringlah seorang pemuda tampan, dia tak lain adalah sang petani muda yang kena dibekuk siang tadi.   Sementara itu, disamping pembaringan berdiri seorang dayang berbaju putih.   Waktu itu sang dayang sedang mengawasi wajah petani muda diatas ranjang itu dengan termangu mangu, kemudian diapun menghela napas lirih.   Dibalik helaan napasnya itu, penuh mengandung rasa kasihan dan sayang.   Sebab dia pernah menyaksikan banyak sekali pemuda tampan yang tertidur nyenyak pada malam itu, tapi keesokan harinya sudah tak sanggup berdiri lagi.   Tentu saja petani muda inipun tak akan terhindar pula dari keadaan tersebut.   Diam diam dayang berbaju merah itu berpikir.   "Kaucu kami begitu cabul dan jalang, selain membunuh orang, suka sekali melalap lelaki muda, dia bukan manusia yang baik. suatu hari sudah pasti akan kena batunya... tapi sampai waktu itu, mungkin aku sendiripun harus mengorbankan pula selembar jiwaku"   Berpikir sampai disini, dia semakin sedih.   Jangan dilihat dayang berbaju merah itu adalah dayangnya Ang hun lo sat Hoa Long jin dalam kenyataannya diapun seorang anak gadis yang masih suci bersih, tapi berhubung dipilih oleh Ang hun lo sat, maka terpaksa dia harus menjadi dayangnya.   Tidak sedikit peristiwa cabul yang disaksikan olehnya dia benar benar merasa benci dan muak sekali dengan kejadian kejadian semacam itu.   Tapi dia tak mampu menghalanginya, ia pernah mencoba untuk melarikan diri, tapi ia takut ditangkap dan menderita karena siksaan.   Itulah sebabnya selama inipun dia hidup dalam dunia yang serba gelap dan penuh kemaksiatan ini...   Sementara dayang itu sedang melamun, mendadak pemuda diatas ranjang itu membuka matanya, lalu bertanya dengan suara tercengang.   "Nona, sekarang aku berada dimana?"   "Benarkah kau tidak tahu?"   Tanya si dayang.   "Tentu saja"   "Akan kuberitahukan kepadamu, tapi kau tak boleh melarikan diri dari sini!"   "Kalau memang begitu, aku lebih lebih ingin tahu!"   Dayang berbaju merah itu menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi sejenak kemudian dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil katanya.   "Tak ada gunanya kuberitahukan hal ini kepadamu, sebab hal mana hanya akan merugikan dirimu saja, aku rasa lebih baik tak usah kukatakan kepadamu saja"   Mendengar perkataan itu, tergerak juga perasaan petani muda itu, segera pikirnya.   "Orang bilang, setiap sepuluh jengkal tanah, pasti ada rumput yang bersemi, tak kusangka kalau didalam sarang iblis seperti ini, masih terdapat seorang nona yang baik hati" 0000=dow=0000   Jilid 30 PETANI muda itu tak lain adalah hasil penyaruan dari Giok bin sin liong Ong It sin, seketika itu juga timbul rasa simpati didalam hatinya, ia pun lantas berkata.   "Kalau didengar dari nada perkataan nona, tampaknya tempat ini bukan suatu tempat yang baik?"   "Perkataan siangkong memang tepat sekali, tempat ini merupakan markas besar perkumpulan Ki thian kau yang berada dibukit Long sia san, nama lainnya adalah Liu cun piat wan. Disinilah kaucu nio nio seringkali menggaet pemuda pemuda tampan dan dilalap ditempat ini..."   Bagaimanapun juga dia adalah seorang gadis perawan, maka ketika berbicara sampai disitu, merah padam selembar wajahnya karena jengah.   "Kalau memang begitu, aku adalah korbannya yang keberapa?"   Tanya petani muda itu kemudian.   "Aku sudah tidak teringat lagi dengan pasti, tapi kalau dihitung dari kepulangan kaucu ke markas besar ini, agaknya kau adalah korbannya yang ketiga puluh enam!"   "Apakah mereka semua dapat turun gunung dalam keadaan hidup?"   "Orang orang itu kebanyakan mati dibawah telapak kaki kaucu, sekalipun mereka masih hidup, akhirnya juga akan terjerumus ke tangan para tongcu lainnya aaai... pokoknya tak seorangpun yang dibiarkan hidup meninggalkan tempat ini!"   "Kalau nona sudah tahu begini, mengapa tidak berusaha untuk menyelamatkan mereka?"   "Sekalipun aku bisa pertaruhkan nyawa untuk melepaskan kau meninggalkan tempat ini namun jago lihay yang berada ditempat ini banyak sekali, akhirnya toh kau tak akan berhasil juga untuk meloloskan diri!"   Ketika menyaksikan gadis itu berbicara dengan tulus dan sama sekali tidak dibuat buat, petani muda itu kembali berpikir.   "Dayang ini boleh dibilang merupakan satu satunya orang yang belum ternoda, mengapa aku tidak berusaha untuk menolongnya meninggalkan sarang iblis ini?"   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia lantas bertanya.   "Siapa namamu?"   "Budak she Ciong bernama Hoa"   "Tahukah kau siapakah aku?"   "Bukankah kau seorang petani yang hidup dikaki bukit sana?"   "Coba pikirkan sendiri, kalau aku hanya seorang petani biasa, mengapa totokan jalan darah mereka dapat kubebaskan sendiri"   "Waah, betul juga perkataan ini"   Pikir Ciong Hoa.   "hampir saja aku melupakan hal ini."   Berpikir demikian, buru buru dia bertanya "Cepat katakan, siapa kau?"   Sekulum senyuman segera tersungging diujung bibir petani muda itu, sahutnya.   "Aku adalah musuh yang paling membikin pusingnya orang orang perkumpulan kalian..."   Tidak menunggu pemuda itu melanjutkan kembali kata katanya, Ciong Hoa telah menukas.   "Aaah, aku tahu sekarang, bukankah kau adalah Giok bin sin liong (sinaga sakti berwajah kemala) Ong It sin?"   Betul memang, petani muda itu memang bukan lain adalah penyaruan dari Ong It sin.   Ternyata ia bersama dua gadis Bwe telah tiba dijalan pohon jeruk dimana Coa Thian tam berada, dari situlah diketahui semua peristiwa yang telah terjadi belakangan ini.   Maka merekapun lantas berunding bagaimana caranya untuk menyelamatkan para jago yang tersekap dalam markas besar perkumpulan Ki thian kau.   Setelah memutar otak sesaat lamanya, maka diputuskan untuk mengutus Ong It sin menyusup ke dalam markas besar perkumpulan Ki thian kau dengan cara menyaru.   Begitulah, mereka pun lantas mengatur siasat dengan menyuruh Ong It sin menyamar sebagai seorang petani yang sedang mencangkul tanah di sawah sambil menanti perangkapnya mengena.   Sebetulnya siasat semacam ini merupakan sebuah siasat yang amat bodoh, siapa tahu justru karena kesederhanaan tersebut telah mendatangkan hasil yang luar biasa.   Demikianlah, ketika menyaksikan dayang berbaju merah itu berhasil menebak jitu identitasnya, dia lantas memuji.   "Nona Ciong, kau memang pintar sekali"   "Ong tayhiap,"   Kata Ciong Hoa dengan wajah berseri.   "kedatanganmu ke markas besar ini, tentunya bukan lantaran untuk menolong aku bukan?"   Ong It sin sama sekali tidak menyangkal, jawabnya.   "Yaa, aku datang kali ini dengan tujuan untuk menolong Ay sian Cu Lian ci sekalian meloloskan diri dari cengkeraman iblis!"   "Aaai... aku rasa sukar sekali"   "Bagaimana sukarnya?"   "Kau anggap keempat orang itu disekap didalam markas besar? Keliru besar bila kau beranggapan demikian"   "Lantas mereka disekap dimana?"   "Diatas tebing Eng ciu gay dibelakang bukit sana"   "Asal tempat mereka disekap telah diketahui, tentu tak sulit untuk mencari akal guna menembusinya"   "Tahukah kau betapa berbahayanya tempat itu? Setiap tiga langkah ada penjaga, setiap sepuluh langkah ada pos penjagaan, lagi pula dipimpin langsung oleh wakil ketua kedua perkumpulan ini, Seng Mi cu. Bila tiada tanda perintah dari Kaucu pribadi, siapapun tak dapat masuk ketempat itu"   Setelah mendengar penjelasan tersebut, Ong It sin baru tahu kalau persoalannya tidak gampang untuk diselesaikan. Untuk sesaat dia menjadi tertegun dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Tiba tiba Ciong Hoa berseru.   "Aaah, budak mempunyai suatu ide bagus!"   Mendengar itu Ong It sin segera berseru.   "Apa idemu itu?"   "Dalam ruang Kang yok tong terdapat seorang hiangcu yang bernama Hoa Kui goan, dia adalah adik dari Hoa Tongcu, meskipun kedudukannya rendah, akan tetapi amat disayang oleh Kaucu..."   "Apakah nona menyuruh aku untuk menyamar sebagai dirinya?"   Timbrung Ong It sin kemudian. Ciong Hoa segera mengangguk, tapi kemudian dengan kening berkerut katanya.   "Cuma bagaimanakah dengan ilmu menyaru dari Ong tayhiap?"   "Kecuali menjadi seorang perempuan, aku rasa menyaru sebagai apapun, mungkin aku masih sanggup untuk melakukannya"   "Jikalau Tayhiap mempunyai keyakinan tersebut, sudah barang tentu budak akan berusaha untuk membantu dengan sepenuh tenaga"   "Waktu tak bisa diulur lagi, lagipula aku harus menyaksikan dulu wajah dari Hoa Kui tersebut..."   Sementara pembicaraan berlangsung tiba tiba terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang. Ciong Hoa segera berbisik.   "Sstt, ada orang datang, harap tayhiap segera membaringkan diri...!"   Terpaksa Ong It sin harus membaringkan diri keatas pembaringan dan berlagak seakan akan sedang tertotok jalan darahnya.   Dalam waktu singkat, pintu dibuka orang dan muncullah seorang pemuda yang berwajah tampan.   Pemuda itu mengenakan baju berwarna biru dengan ikat kepala yang rapi, sepasang pedang tersoren dibelakang punggungnya.   Andaikata ia tidak memperlihatkan sinar mata yang cabul dan sesat, sesungguhnya dia merupakan seorang pemuda yang tampan dan gagah sekali.   Begitu bertemu dengan Ciong Hoa, sambil cengar cengir dengan gayanya yang tengik, dia berkata.   "Ciong Hoa, apakah kau berada disini seorang diri? Tidakkah kau merasa kesepian berdiam diri seorang diri ditempat seperti ini?"   Seandainya berada dihari hari biasa, tentu dayang itu akan segan untuk menggubrisnya. Tapi hari ini keadaannya berbeda, mau tak mau dia harus berusaha melayani pembicaraannya. Maka dengan suara lirih diapun menjawab.   "Aku toh bukan sendirian berada disini, mengapa musti merasa kesepian...?"   Mula mula Kui goan agak tertegun, tapi dengan cepat dia menjadi paham kembali, sambil tertawa terbahak bahak katanya.   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau bilang ada bocah keparat ini yang menemanimu? Coba lihatlah dia tidur macam babi, dengan tiada orang toh sama saja"   "Kau berani memakinya sebagai babi mati?"   Kata Ciong Hoa tak senang hati.   "bila sampai ketahuan kaucu, hati hati kalau sampai kena didamprat olehnya"   Tanpa terasa Hoa Kui goan menjulurkan lidahnya seraya berbisik.   "Budak, kau tak boleh melaporkan diriku lho... bisa dipenggal kepalaku nanti"   "Huuuh, siapa yang menjadi budakmu? Kalau berbicara jelaskan sedikit..."   "Oooh... nyonya mudaku, anggap saja aku telah salah berbicara, kalau aku minta maaf tentunya boleh bukan?"   Sembari berkata, menggunakan kesempatan tersebut dia lantas menubruk kemuka dan memeluknya erat erat dalam dekapan. Ciong Hoa berusaha untuk meronta, namun tak berhasil melepaskan diri, dengan wajah memerah dia lantas berseru.   "Hei, mau apa kau?"   Hoa Kui goan segera tertawa cabul.   "Aku akan mengajakmu bermain ke sorga loka dunia, heeehh... heeehh... heeehh... kau tentu mau bukan?"   "Jangan berpikir yang bukan bukan tak lama kemudian kaucu akan sampai disini!"   Kembali Hoa Kui goan tertawa terbahak bahak.   "Haaahhh... haaahhh... haaahh... kau anggap bisa membohongi aku? Secara tiba tiba kaucu telah mendapat laporan yang mengabarkan tentang kehadiran Giok bin sin liong Ong It sin di kota Si ciu ini, sekarang dia telah turun gunung membawa kawanan jago, tak mungkin ia bisa pulang pada malam ini"   Tergerak hati Ciong Hoa sesudah mendengar perkataan itu, serunya kemudian.   "Dapat dipercayakah perkataanmu itu?"   Hoa Kui goan mengira Ciong Hoa sudah tergerak hatinya, ia menjadi girang setengah mati, serunya segera sambil mengangkat sumpah.   "Bila aku berani bohong, biar mendapatkan kematian yang tak wajar..."   "Sekalipun kau tidak bohong, sekarang pun jangan harap bisa hidup lebih lanjut!"   Sambung Ong It sin. Dengan terperanjat Hoa Kui goan segera berseru.   "Siapa yang sedang berbicara?"   Dengan gerakan ikan leihi melejit, Ong It sin yang berbaring diatas pembaringan itu melompat bangun, kemudian katanya "Kalau aku Giok bin sin liong Ong It sin yang lagi berbicara, mau apa kau?"   Begitu mendengar nama Ong It sin, Hoa Kui goan ketakutan setengah mati, dengan wajah pucat dan peluh dingin jatuh bercucuran membasahi tubuhnya, buru buru dia lepas tangan dan siap melarikan diri dari situ.   Tapi baru saja dia menggerakkan tubuhnya, jalan darah kematian diatas dadanya sudah kena dihantam, tak sempat berteriak lagi, habis sudah riwayat manusia cabul ini Menyaksikan kemampuan ilmu silat yang dimiliki Giok bin sin liong, Ciong Hoa merasa semakin kagum.   Tanpa disuruh lagi, dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat ia telah menyeret mayat Hoa Kui goan dan menyembunyikannya dalam ruangan lain.   Malah dia melepaskan pakaian mayat itu dan diserahkan kepada sang pemuda sambil katanya.   "Ong tayhiap, terpaksa harus menyiksamu sebentar!"   Ong It sin segera tertawa.   "Nona jangan berkata begitu..."   O000d0e00o Tak selang berapa saat kemudian, dia telah berdandan menjadi Hoa Kui goan. Menyaksikan kemiripan tersebut, Ciong Hoa segera memuji tiada hentinya.   "Ong tayhiap, ilmu menyaru mukamu benar benar hebat sekali, budak merasa sangat kagum!"   "Aaah, nona terlampau memuji, kita harus berlomba dengan waktu, sekarang, bersediakah kau untuk menemani aku berangkat bersama meninggalkan tempat ini?"   "Budak bersedia!"   Jawab Ciong Hoa tanpa berpikir panjang lagi.   "Kalau begitu, harap nona suka membawa jalan untukku!"   Sambil bergurau dan berbincang bincang berangkatlah kedua orang ini menuju ke bukit belakang. Tiba dimulut bukit, terasa bayangan manusia berwarna emas berkelebat lewat, kemudian muncul dua orang pengawal yang membentak keras.   "Siapa?"   Ong It sin yang menyaru sebagai Hoa Kui goan segera menyahut.   "Apakah kalian semua sudah buta semua masa hiangcu saja tidak dikenali lagi? Berbicara soal kedudukan, tentu saja pengawal berbaju emas masih rendah beberapa tingkat bila dibandingkan dengan seorang hiangcu apalagi semua orang tahu kalau Hoa Kui goan adalah orang kesayangan kaucu, sudah barang tentu keadaannya semakin berbeda. Dua orang pengawal berbaju emas itu segera tertawa paksa, kemudian menjawab.   "Oooh... rupanya saudara Hoa dan nona Ciong, silahkan, silahkan..."   Ong It sin dan Ciong Hoa segera melanjutkan perjalanannya kedepan. Secara beruntun mereka telah berhasil melewati tiga belas buah pos penjagaan secara mudah.   "Masih berapa jauh?"   Tanya Ong It sin kemudian dengan suara berat. Sambil menuding kedepan sahut Ciong Hoa.   "Bukankah didepan sana terdapat sebuah bangunan kecil? Penjara tersebut terletak di belakang bangunan rumah itu"   Mengikuti arah yang ditunjuk Ong It sin melongok ke depan, betul juga, didepan sana tampak sebuah bangunan rumah yang kecil berada dibalik sebaris pepohonan itu yang rapi dan lebat. Ciong Hoa segera berbisik lagi.   "Ong tayhiap, bila bertemu dengan wakil ketua kedua Seng Meh cu nanti, kau musti berhati hati, manusia itu amat lihay dan seksama sekali..."   "Kau maksudkan Seng Meh cu? Nona tak usah kuatir, aku dapat menghadapinya"   Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang itu sudah tiba didepan sebuah pos penjagaan. Seorang pengawal berbaju emas segera maju menghampirinya sembari berkata.   "Wakil ketua ada urusan hendak diperbincangkan dengan kalian berdua..."   Tak disangka kalau berita yang diperoleh para pengawal berbaju emas ini sedemikian cepatnya.   "Baik!"   Jawab Ong It sin. Diiringi pengawal berbaju emas itu, mereka berangkat menuju ke ruangan dimana wakil ketua berada. Seng Meh cu menyambut kedatangan mereka, sekulum senyuman menghiasi ujung bibirnya, dengan sikap yang ramah segera katanya.   "Angin apa yang telah membawa kalian berdua sampai disini? Sungguh tak kusangka, sungguh tak kusangka!"   Sambil berkata dia lantas mengulurkan tangannya siap berjabatan tangan... Pada saat itulah tiba tiba Ciong Hoa memperingatkan.   "Ong tayhiap, hati hati dengan tipu muslihat..."   Belum habis dia berkata, secepat sambaran kilat Seng Meh cu telah mencengkeram tangan Ong It sin, sementara tangan yang lain menyambar ke tangan Ciong Hoa. Serunya sambil tertawa seram.   "Budak, kau berani pagar makan tanaman!"   Begitu mengumbar hawa amarahnya, Seng Meh cu segera merentangkan kelima jari tangannya dan mencengkeram tubuh Ciong Hoa seperti jepitan baja, kecepatan serta ketepatannya sungguh menggetarkan perasaan orang.   Menyaksikan cakar maut itu telah menempel diujung bajunya, paras muka Ciong Hoa berubah hebat, dia sungguh merasa kaget dan ketakutan setengah mati.   Untunglah disaat itu juga Giok bin sin liong Ong It sin membentak nyaring.   "Tidak mudah kalau ingin mampus!"   Pergelangan tangannya dibalik sambil menotok, desingan angin serangan menyambar bagaikan belahan pisau.   Terpaksa Seng Meh cu harus melindungi keselamatan dirinya lebih dahulu, serangan cakar maut yang dilancarkan ke arah Ciong Hoa itu cepat ditarik kembali untuk menghadapi ancaman musuh.   Dengan demikian, Ciong Hoa pun segera lolos dari ancaman maut lawannya itu.   Cepat cepat dia mengundurkan diri menuju ke sudut dinding di belakang tubuh Ong It sin.   Oo=oodOeooo=O Mendadak...   dari belakang tubuhnya berkumandang suara tertawa aneh yang mengerikan sekali, suaranya bagaikan pekikan burung malam yang menggidikkan hati.   Ciong Hoa amat terperanjat.   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   dengan cepat dia membalikkan badannya sambil memandang.   Tampak tiga orang kakek berjubah hitam yang pada lehernya tergantung sebuah kalung bertengkorak sedang melompat keluar dari balik pintu dikedua belah sisi ruangan Sebagai dayang dari Ang yok tongcu sudah barang tentu kenapa pula dengan ketiga orang gembong iblis tua ini, dengan cepat katanya.   "Locianpwe bertiga, apakah kalian sudah tidak kenal lagi dengan diriku...?"   "Kau adalah Ciong Hoa"   Jawab Thian oh sin mo (iblis sakti telinga langit) Bun Si kian "lohu bersaudara ketika menggabungkan diri dengan perkumpulan ini bulan berselang, kaulah yang menyambut kedatangan kami, masa kini tidak kenal denganmu."   "Kalau memang begitu, maka kalian bersikap bermusuhan dengan diriku?"   "Soal ini lebih baik kau tanyakan pada dirimu sendiri!"   Ciong Hoa menjadi terkesiap buru buru dia berseru lagi.   "Tapi toh aku tidak melakukan kesalahan apa apa terhadap kalian bertiga?"   "Betul kau memang tidak melakukan kesalahan apa apa terhadap lohu bersaudara tapi kau telah menghianati perkumpulan Ki thian kau...!"   "Aaa... siapa yang bilang? Kami hanya mendapat perintah dari kaucu untuk datang kemari membujuk Ay sian Cu Lian ci bertiga agar mau menyerah"   Thian oh sin mo segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... budak busuk kau masih ingin berbohong? Apa yang kau bicarakan dengan Ong It sin telah kami dengar semua dengan jelas kalau tidak mana mungkin wakil ketua bisa melakukan tindakan?"   Sekarang Ciong Hoa baru memahami duduknya persoalan, dia utusan telah digagalkan oleh iblis sakti bertelinga langit ini, sekarang dia baru menyesal karena keteledoran sendiri.   Namun, sesal kemudian apa gunanya? Secepat kilat dia merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah tabung besi kemudian dibidikkan kearah Tang hay sam mo (tiga iblis dari lautan timur).   "Blaam! Blaaam!"   Beberapa kali ledakan keras bergema, menyusul kemudian tampak cahaya biru berkilauan memenuhi angkasa.   Waktu itu, si iblis sakti bertelinga langit Bun Si kian dan Thian gan sin mo (iblis sakti mata langit) Si Beng wan berada di barisan depan, tak ampun lagi dua jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan keheningan.   Secara beruntun dua orang iblis sakti itu kena terhajar oleh serangan mendadak itu dan roboh binasa, dalam waktu singkat jenasah mereka berubah menjadi segumpalan air darah.   Tay lek sin mo (iblis sakti bertenaga raksasa) yang menyaksikan kematian lotoa dan lojinya menjadi naik darah, sambil membentak keras dia melejit keudara kemudian menubruk kedepan sambil dampratnya "Ciong Hoa perempuan sialan, lohu akan mencincang tubuhmu menjadi berkeping keping"   Sekilas cahaya bianglala panjang yang menyilaukan mata segera berkelebat ditengah udara.   Waktu itu racun dalam tabung besi yang berada ditangan Ciong Hoa telah habis terpakai, dengan begitu menjadi sama sekali tak berkekuatan lagi.   Tampaknya sebentar lagi dia akan termakan oleh serangan tersebut dan menemui ajalnya.   Suatu kemampuan untuk melanjutkan hidup muncul dihati dayang itu, tanpa sadar dia menjerit lengking dengan suara sekeras kerasnya.   Dalam repotnya Ong It sin segera berpaling, dengan cepat dia menyaksikan selembar nyawa Ciong Hoa terancam oleh mara bahaya.   Dalam keadaan demikian mau menolong jelas sudah tak sempat lagi, seketika itu juga bahu kanannya digoyangkan.   Kalau dibicarakan sesungguhnya aneh sekali, tahu tahu serentetan cahaya bianglala berwarna emas telah menyambar ke depan membelah angkasa...   Tay lek sin mo segera merasakan datangnya sambaran angin tajam yang muncul dari belakang tubuhnya, berada dalam keadaan demikian, andaikata ia melanjutkan serangannya untuk mencelakai Ciong Hoa, maka dia sendiripun niscaya akan termakan pula oleh serangan yang datang dari belakang.   Terpaksa dia harus menyelamatkan diri lebih dahulu dengan melompat ke samping untuk menghindarkan diri.   Rupanya serangan itu berasal dari pedang Kim liong kiam yang tajam, dengan berkelitnya iblis itu, maka senjata tadi segera menyambar ke arah dinding dan menancap hingga tinggal gagang pedangnya saja.   Tay lek sin mo menjadi terkesiap sekali menyaksikan kejadian tersebut...   Sementara itu, Ciong HOa pun terlepas pula dari ancaman bahaya maut yang mengancam selembar nyawanya.   Dipihak lain, pada waktu itu Seng Meh cu juga sudah bukan tandingan dari Giok bin sin liong Ong It sin lagi, cepat cepat dia memperdengarkan suara pekikan yang berulang kali.   Menyusul kemudian tampak bayangan manusia berbaju emas bermunculan dari mana mana, dalam waktu singkat tiga puluh enam orang pengawal berbaju emas telah mengurung bangunan rumah itu rapat rapat.   Tentu saja Tay lek sin mo serta Seng Meh cu tidak banyak berpeluk tangan belaka.   Suatu pertarungan sengit dengan cepat berkobar didalam ruangan rumah itu.   Ciong Hoa tidak turun dalam pertarungan itu, dengan senjata terhunus dia hanya berjaga jaga dipintu gerbang.   Giok bin sin liong Ong It sin rupanya sudah tahu kalau keadaan bertambah gawat, bila pertarungan ini tidak diselesaikan secepatnya, niscaya keadaan akan bertambah runyam.   Berpendapat demikian, dia lantas berpekik nyaring, menyusul kemudian sebuah pukulan Tay khek sin kang dibabarkan kedepan.   Tay lek sin mo tidak menduga kalau serangan yang dilancarkan pihak lawan begitu hebatnya, musti dia sudah melatih ilmu Thi pu san, toh tak urung tak tahan juga.   Seketika itu juga dia merasakan dadanya seperti terhantam oleh martil yang besar sekali tenggorokannya terasa anyir, dengan sempoyongan ia mundur kebelakang, kemudian memuntahkan gumpalan darah segar.   "Kau tidak apa apa bukan?"   Seng Meh cu segera menegur.   Walaupun luka dalam yang dideritanya Tay lek sin mo cukup parah, namun dia adalah seorang yang keras kepala, dengan cepat dia meronta bangun, kemudian teriaknya seperti jeritan binatang buas yang sedang kalap "Ong It sin, anak jadah, locu akan beradu jiwa denganmu!"   Dengan sepasang tangan direntangkan, dia segera menubruk ke depan dan berusaha merangkul tubuh Ong It sin.   Andaikata Ong It sin sampai kena dipeluk olehnya, niscaya pemuda itu akan menemui ajalnya sebab walaupun Tay lek sin mo belum tentu bisa mengapa apakan dirinya, namun Seng Meh cu yang berada disampingnya pasti tak akan melepaskan kesempatan baik tersebut dengan begitu saja...   Asal dia sudah turun tangan, itu berarti selembar nyawa Ong It sin pasti akan terenggut.   Jangankan cuma Ong It sin, sekalipun bertambah seorang lagi juga sama saja keadaannya.   Walaupun demikian, sudah barang tentu Ong It sin tak akan membiarkan dirinya tertangkap, sambil mendengus dingin, kakinya melangkah dengan ilmu gerakan yang cepat, lalu berkelit ke samping.   Gagal dengan tubrukannya, Tay lek sin mo segera mencaci maki kalang kabut.   Betapa geramnya Ong It sin mendengar makian makian tersebut, tangan kirinya segera diayunkan ke depan sambil bentaknya.   "Manusia bodoh, sebenarnya aku berniat untuk mengampuni selembar jiwamu, tapi sekarang, aku tak dapat berbuat baik hati lagi kepadamu, siapa suruh mulutmu kotor dan memaki yang bukan bukan?"   Kepalannya diayunkan ke depan, angin pukulan segera menderu deru memekikkan telinga.   Untuk kedua kalinya Tay lek sin mo kena dihajar keras keras, tubuhnya yang tinggi besar seperti pagoda itupun segera mencelat sejauh beberapa kaki dari tempat semula.   Darah kental muncrat keluar dari mulutnya, setelah roboh terkapar diatas tanah, ia tak pernah bisa bangkit kembali untuk selamanya.   Tak terlukiskan rasa kaget Seng Meh cu menyaksikan kejadian ini, segera pikirnya.   "Baru dua bulan tak bersua, tenaga dalam yang dimiliki bajingan ini sudah memperoleh kemajuan yang begitu pesat, waah... kalau orang ini tidak segera dilenyapkan, bisa berbahaya sekali dikemudian hari... Berpikir sampai disitu, bergidik hatinya, bulu kuduk tanpa terasa pada bangun berdiri. Semangat tempurnya seketika hilang lenyap tak berbekas, Sreet! Dengan cepat dia kabur lewat jendela, kemudian melepaskan tiga buah tanda bahaya untuk meminta bantuan ke markas besar. Melihat itu Ciong Hoa segera berseru.   "Penjara itu berada didalam dinding batu Ong tayhiap, cepat selamatkan mereka, sebentar kawanan jago dari markas besar pasti akan berdatangan"   Ong It sin berpaling, dia saksikan gadis itu sedang bertahan didepan pintu sambil bertempur melawan para pengawal baju emas, badannya sudah basah kuyup oleh keringat, napasnya tersengal sengal, malah disana sini kelihatan luka yang membesar dengan darah yang bercucuran.   "Nona Ciong cepat mundur!"   Serunya kemudian dengan kening berkerut.   Sekalipun Ciong Hoa keras kepala, namun saat itu dia betul betul sudah tak tahan terpaksa ia melompat kesamping.   Ong It sin segera mencabut keluar pedang naga emas dari atas dinding dan memutarnya membentuk selapis cahaya bianglala berwarna emas.   Dalam waktu singkat, semua senjata yang dicekal pengawal berbaju emas itu kena dibabat kutung semua menjadi beberapa bagian dan rontok diatas tanah.   "Bila kalian berani memasuki pintu ini, jangan salahkan kalau kubunuh kalian tanpa ampun!"   Ancam Ong It sin kemudian dengan wajah menyeramkan. Selesai berkata, bersama Ciong Hoa ia lantas masuk ke dalam ruangan batu sebelah kiri. Baru saja mereka masuk keruang dalam, sudah kedengaran suara Si dewa cebol Cu Liang ci berseru.   "Ong lote, kaukah yang datang? Aduh... benarkah wajahmu yang jelek telah berubah menjadi tampan?"   "Benar akupun sama sekali tak menyangka kalau mendiang ayahku telah mengenakan topeng kulit manusia diatas wajahku!"   Sekarang ia baru melihat jelas bahwa penjara itu berupa sebuah gua dengan pintu penjara berupa sebuah dinding baja yang tebal sekali, dalam ruang penjara itu kelihatan meringkuk Si dewa cebol Cu Liang ci, Say siu hud sim serta Thian yan dan Thian ci siansu dari kuil Siau lim si...   Sedangkan kunci dari pintu penjara itu digantung pada dinding ruangan tersebut.   Dengan cepat Ong It sin telah berhasil membuka pintu penjara itu, tapi jalan darah mereka tertotok semua, maka satu per satu pemuda itu membebaskan pengaruh totokan itu.   Kemudian, ia baru berseru.   "Mari kita segera pergi meninggalkan tempat ini!"   "Kita akan mundur lewat mana?"   Tanya Si dewa cebol Cu Liang ci tiba tiba.   "Tentu saja mundur melewati jalan utama?"   "Jangan toh jago jago dalam markas mereka amat banyak, cukup beberapa orang wakil ketuanya saja ilmu silat yang mereka miliki sudah hebatnya bukan kepalang..."   "Ay toako, aku cukup tahu paham kepandaian silat yang kalian berempat miliki tidak lemah, untuk membasmi kaum iblis itu mungkin masih belum memadahi, tapi kalau cuma untuk meloloskan diri saja, aku percaya kalian masih mampu"   "Ong lote, mungkin kau belum tahu"   Kata Say siu hud sim.   "sebelum kami dikirim kemari, Be Siau soh telah mencekoki sebutir pil kepada kami, pil itu amat beracun, bila kami berani bertempur dengan mempergunakan tenaga dalam, maka sari racun itu pasti akan menyerang kedalam isi perut yang menyebabkan kematian. bayangkan saja walaupun ilmu silatmu sangat lihay, mampukah kau untuk melindungi keselamatan kami berempat?"   Persoalan ini benar benar merupakan suatu masalah yang panik, untuk sesaat lamanya Ong It sin tak tahu apa yang musti dilakukan. Untung saja Ciong Hoa segera berkata.   "Ong tayhiap, apa yang diucapkan cianpwe ini memang ada benarnya juga, sebelum mereka makan pil penawar dari Kaucu kami, maka mereka tak boleh sekali kali bertempur dengan orang, tapi aku mempunyai akal untuk membawa mereka kabur dari bukit ini tanpa diketahui oleh siapapun juga."   "Dapatkah kau memberi tahukan kepadaku?"   Tanya Ong It sin.   "Tidak dapat, sekarang waktu yang tersedia buat kita terbatas sekali, cepat ikuti diriku, sebentar kalian akan mengerti dengan sendirinya..."   Serombongan enam orang dengan dipimpin oleh Ciong Hoa segera berangkat meninggalkan gunung itu. Tak lama kemudian, mereka telah tiba diatas sebuah tebing yang amat curam. Si Dewa cebol Cu lian ci segera berseru dengan tercengang.   "Nona Ciong, bila kami masih sanggup untuk melompati tebing yang curam ini, maka kamipun tak usah takut kepada mereka"   "Omintohud, lolap juga berpendapat demikian!"   Sambung Thian yang siancu pula. Ciong Hoa segera menggoyangkan tangannya berulang kali sembari menimbrung.   "Cianpwe sekalian jangan salah paham, andaikata budak tidak mempunyai keyakinan yang besar, tak akan kuajak kalian datang kemari..."   Berkata sampai disitu, dia lantas mendongakkan kepalanya dan bertanya kepada Pek giok sin liong.   "Ong tayhiap, tahukah kau apa akalku itu?"   Ong It sin melongok sekejap ke bawah tebing, tampak jurang amat dalam dengan kabut yang sangat tebal, tiba tiba satu ingatan melintas dalam benaknya.   "Menurut pendapatku, kemungkinan besar diantaranya dinding yang terjal ini terdapat sebuah jalan rahasia lain"   Mendengar perkataan itu, Ciong Hoa segera memuji tiada hentinya.   "Ong tayhiap, kau memang tak malu disebut sebagai orang yang paling cerdik didunia ini, ternyata kau berhasil menebak dengan jitu! Benar dibawah tebing ini memang terdapat sebuah jalan rahasia, hanya aku seorang yang mengetahui jalan rahasia ini"   "Dimana?"   Tanya si dewa cebol Cu Lian ci.   "Berada dua kaki dibawah tebing dimana Ay sia cianpwe berdiri sekarang"   Semua orang berjalan mendekati tebing tersebut, ketika melongok kebawah, benar juga tampak dinding disitu amat licin dan berkilap.   "Omintohud, kenapa tidak menemukan sesuatu pertanda apapun?"   Tanya Thian yan siansu. Say siu hud sim juga segera berpaling dan memandang wajah Ciong Hoa dengan sorot mata tercengang. Ciong Hoa sama sekali tidak menjadi gugup, sambil tersenyum manis ujarnya.   "Tampaknya cianpwe sekalian sedang menaruh curiga akan kebenaran dari perkataanku ini?"   "Semestinya nona tak akan membohongi kami, atau mungkin tempat yang ditunjukkan keliru?"   Ujar si Dewa cebol Cu Lian ci. Ciong Hoa segera berpaling kearah Ong It sin seraya bertanya.   "Bagaimana dengan pendapat Ong tayhiap?"   "Aku percaya nona takkan marah bila tempat rahasia tersebut dapat ditemukan dalam sekilas pandangan saja, maka tempat ini bukan jalan rahasia lagi namanya."   Sekulum senyuman cerah segera menghiasi wajah Ciong Hoa, serunya dengan cepat "Ong tayhiap memang benar benar memiliki kecerdasan yang luar biasa, budak merasa kagum sekali"   Selesai berkata dia lantas melayang turun lebih dahulu dari atas tebing tersebut. Menyusul kemudian, diapun berseru.   "Ong tayhiap, cepat lihat, disinilah lorong rahasia itu berada"   Ong It sin turut melayang pula turun ke dalam jurang.   Meski dia berilmu tinggi, terasa agak seram juga untuk melayang turun dari tebing semacam itu.   Menanti kakinya sampai diatas batu cadas itu yang menonjol keluar, dia baru menjumpai dibawah tonjolan batu cadas itu terbentang sebuah lorong rahasia.   "Nona Ciong"   Ujar Ong It sin kemudian "apakah kau tahu kalau lorong rahasia ini bisa tembus sampai dikaki bukit sana?"   "Tentu saja, kalau tidak, memangnya aku menggunakan nyawaku sebagai barang taruhan"   Ong It sin tidak banyak berbicara lagi, dia melompat kembali keatas kemudian membawa Si dewa cebol sekalian memasuki jalan rahasia tersebut.   Walaupun si dewa cebol sekalian tak dapat mengerahkan tenaga dalamnya dan berjalan dengan ilmu meringankan tubuh, namun bagaimanapun juga mereka memiliki kemampuan yang berbeda dengan orang biasa, dengan cepatnya beberapa orang itu sudah menerobosi jalan rahasia itu menuju ke bukit bukit.   Dalam pada itu, diatas puncak tebing telah berdatangan pula berpuluh puluh orang jago dari Ki thian kau.   Sambil melompat turun dari dalam tandunya, Be Siau soh segera bertanya.   "Secara beruntun toheng telah melepaskan tiga batang panah berapi, berapa banyak sih musuh yang berdatangan?"   Buru buru Seng Meh cu membungkukkan badannya memberi hormat.   "Lapor kaucu, walaupun musuh yang datang tidak banyak, namun dia adalah musuh paling besar dari perkumpulan kita"   Sahutnya.   "Musuh paling besar dari perkumpulan kita?"   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ulang Be Siau soh dengan kening berkerut. Tiba tiba seperti memahami akan sesuatu tanpa terasa dia bertanya.   "Apakah dia adalah Giok bin sin liong (naga sakti berwajah pualam) Ong It sin?"   "Betul kaucu, dugaanmu memang tepat sekali"   Semenjak muncul dari tempat pertapaannya, Be Siau soh sudah mendengar tentang munculnya kembali Ong It sin dalam dunia persilatan, bahkan dari seorang pemuda yang jelek telah berubah menjadi tampan, dari bodoh menjadi pintar, ini semua membuatnya ingin sekali berjumpa dengannya.   Tapi, kedudukannya sekarang adalah seorang kaucu, tentu saja dia segan untuk berbicara terus terang, terpaksa tanyanya lagi.   "Dia... dia telah kabur ke arah mana?"   "Tadi, hamba menyaksikan mereka kabur keatas tebing curam ini, tapi kemudian secara tiba tiba bayangan tubuhnya lenyap tak berbekas"   "Apakah ditempat ini terdapat lorong rahasia yang dapat menghubungkan tempat lain?"   "Tebing ini terjal bagaikan papasan pisau, jangan toh manusia, sekalipun burung juga jangan harap bisa melewatinya, kalau tak percaya, silahkan kaucu memeriksanya sendiri"   "Tak usah"   Tukas Be Siau soh sambil menggoyangkan tangannya berulang kali.   "sebelum mendirikan markas besar Ki thian kau di tempat ini, hampir seluruh tebing ini telah kujelajahi seperti dikatakan toheng tak akan ada orang yang berhasil melarikan diri dari tempat ini..."   Ketika Seng Meh cu menyaksikan kaucunya tidak menuntut tanggung jawab darinya diam diam ia merasa lega. Terdengar Be Siau soh berkata lagi.   "Tentang ilmu silat yang dimiliki Giok bin sin liong Ong It sin, aku sudah berulang kali memperoleh laporan dari kalian agaknya meski lebih hebat dari hu kaucu bertiga namun masih terbatas sekali. Bukankah toheng telah dibantu oleh Tong pay sam mo dan tiga puluh enam orang pengawal baju emas? Gabungan kekuatan ini kuat sekali, kenapa toh akhirnya dia berhasil menyelamatkan rekan rekannya secara mudah? Alasannya tolong kau jelaskan kepadaku"   Seng Meh cu sedikitpun tidak menjadi gugup, agaknya ia telah mempersiapkan jawabannya dengan matang.   Andaikata hanya mengandalkan kemampuan Giok bin sin liong Ong It sin seorang, kemungkinan besar hanya mengandalkan kekuatan kami saja sudah sanggup untuk membekuknya!"   "Tapi kenyataannya toheng tidak berhasil membekuknya, malahan Tang hay sam mo tewas secara mengenaskan, apa pula sebabnya?"   Tanya Sangkoan Bu cing yang berada disampingnya tidak habis mengerti.   Walaupun saat ini dia menunjukkan sikap perhatian, padahal hatinya girang sekali kalau bisa pihak lawan kena dipecundangi lebih hebat lagi.   Sudah barang tentu Seng Meh cu dapat memahami makna dari perkataan Sangkoan Bu cing tersebut, namun ia tidak mau ribut, hanya ujarnya sambil menghela napas.   "Aaai... kalau dibicarakan, sesungguhnya alasan ini sangat menyakitkan hati"   Ketika menyaksikan air muka orang berubah amat serius, Be Siau soh segera tahu kalau hal ini tanpa sebab, segera tanyanya lagi.   "Toheng cepat katakan, apa alasanmu?"   Dengan wajah serius Seng Meh cu berpaling kearah Sangkoan Bu cing, kemudian katanya.   "Sangkoan heng sudah tahu kalau Tang hay sam mo telah tewas kecuali Tay lek sin mo yang tewas terhajar ilmu pukulan Tay khek sin kang dari Ong It sin, tahukah kau apa yang menyebabkan kematian dari Thian oh sin mo Bun Si kian serta Thian gan sia mo Si Beng wan?"   Sangkoan Bu cing menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Aku toh tidak pergi memeriksa jenasah mereka, darimana aku tahu? Apakah orang kita sendiri yang melakukan pembunuhan tersebut?"   Seng Meh cu segera tertawa terbahak bahak.   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... saudara Sangkoan memang pandai sekali menebak hal hal yang tak diketahui, betul kematian dari kedua orang huhoat itu memang mengenaskan sekali... dia telah mampus di tangan orang penghianat perkumpulan kita"   "Siapakah dia?"   Tanpa terasa Sangkoan Bu cing bertanya dengan perasaan bergetar keras.   "Sangkoan heng tak usah gugup atau tegang, dia adalah seorang perempuan, denganmu tiada hubungan apa apa. Cuma dalam sakunya menyimpan sebuah tabung besi yang sanggup menyemburkan jarum beracun ekor lebah..."   Belum habis perkataan itu diucapkan, Be Siau soh sudah berseru dengan perasaan terperanjat.   "Macam apakah tabung besi itu?"   "Besarnya selengan, panjangnya beberapa jengkal, berwarna hitam pekat dan diatas tabung itu terdapat ukiran naga dan burung hong..."   Tidak menunggu orang itu menyelesaikan kata katanya, Be Siau soh kembali menukas.   "Jangan jangan perbuatan ini dilakukan oleh keempat orang dayangku Pek Giok, Lan dan Kiok? Tabung itu bernama Hu im cian mia tong (Tabung hitam perenggut nyawa), merupakan benda hasil ciptaanku yang terbaru dan paling rahasia, dan selama ini kusimpan terus dalam kamar tidurku tanpa diketahui siapapun, mana mungkin..."   Sembari berkata dia lantas berpaling ke arah keempat orang dayangnya yang berdiri dibelakang. Keempat orang dayang itu menjadi ketakutan setengah mati, cepat cepat mereka berlutut sambil berseru.   "Budak meski bernyali besarpun tak akan berani mengusik barang milik Nio nio"   Be Siau soh sama sekali tidak menggubris mereka, hanya kepada Seng Meh cu katanya.   "Apakah mereka yang melakukan?"   "Bukan!"   Seng Meh cu segera menggeleng.   "Lantas siapakah dia?"   "Orang ini bukan dayang kepercayaan kaucu, melainkan nona Ciong Hoa yang melayani Hoa tongcu"   Secara ringkas dia lantas menceritakan bagaimana Ong It sin menyaru sebagai Hou Kui goan... Sebagai akhir kata, ujarnya.   "Sesungguhnya, bila secara kebetulan Thian oh sin mo tidak mendengar pembicaraan rahasia yang dilakukan sepasang muda mudi itu, hamba tak akan dapat melihat penyaruan mereka, apalagi menduga bahwa dia adalah Giok bin sin liong Ong It sin"   Setelah berhenti sejenak, kemudian ujarnya.   "Persoalannya sekarang, dengan cara apakah dia berhasil menyusup ke dalam markas kita bahkan bisa memperalat Ciong Hoa..."   Ang hun lo sat Hoa Long jin yang berdiri disamping, dengan cepat dapat memahami semua duduknya persoalan, dia lantas berpikir.   "Jangan jangan petani muda itu adalah penyaruan dari Ong It sin..."   Sekalipun dugaannya benar, namun peristiwa yang memalukan semacam itu tentu saja tak dapat diceritakan secara umum.   Itulah sebabnya dia lantas membungkam belaka, sementara matanya lantas mengerling ke arah kaucunya.   Tentu saja Be Siau soh juga tahu akan hal itu, dia lantas berkata.   "Ong It sin memiliki kepandaian silat yang amat lihay, mau masuk keluar tanpa diketahui orang bukan soal yang sulit baginya, soal ini tak usah kalian pikirkan..."   Setelah berhenti sebenar, dia melanjutkan.   "Sedang soal tabung hitam perenggut nyawa itu, mungkin ia telah mencurinya jauh sebelum peristiwa itu terjadi, soal ini pun tak usah sampai menyeret orang lain Yang paling penting sekarang adalah mengirim orang untuk menjaga semua tempat yang strategis disamping mengirim pula sepasukan jago untuk melakukan penggeledahan yang ketat, asal mereka belum melarikan diri, masih ada harapan buat kita untuk membekuknya...   "Tapi, siapa yang akan bertanggung jawab atas operasi ini?"   Tanya kelabang hitam Be ji nio.   "Tentu saja Sangkoan hu kaucu yang memimpin penggeledahan ini, untuk sementara waktu kita tetapkan wakil kaucu kedua Seng Meh cu, wakil kaucu ketiga Siau mi lek, Thian tok tay ong, Ciok yang li sin beserta keempat kim pay huhoat (pelindung hukum lencana emas) Say siu jin mo, Tee leng kun dan Tee Iwe siang mo yang turut serta dalam operasi ini."   Kemudian dengan nada yakin, Be Siau soh berkata lagi.   "Aku harap, bila kalian berhasil menemukan jejak mereka jangan lakukan suatu gerakan yang mengejutkan mereka, usahakan untuk melaporkan kejadian ini kepada diriku lebih dulu"   Sangkoan Bu cing mengiakan, dia segera memimpin pasukannya berangkat meninggalkan tempat itu.   Sedangkan Ang hun lo sat Long jin dengan membawa sepasukan jago lihay lainnya segera memasang penjagaan disekeliling bukit itu untuk melakukan pengintaian.   Be Siau soh sendiri segera menunggang tandunya kembali ke dalam kamar tidurnya.   Benar juga, ketika ia melakukan pemeriksaan diruang Liu cun pian wan, ternyata petani muda itu sudah lenyap tak berbekas, yang tertinggal hanyalah mayat dari Hoa Kui goan.   Mau tak mau Be Siau soh harus mengagumi kelihayan Ong It sin dalam ilmu menyaru muka, bukan cuma berhasil mengelabuhi semua orang, dirinyapun kena dikelabuhi.   Sedikit banyak kejadian ini menimbulkan rasa sedih didalam hatinya.   Tapi kemudian dia lantas membangkitkan kembali semangat sendiri untuk menunggu datangnya laporan dari anak buahnya.   Sehari lewat dengan cepat, namun tiada laporan yang masuk.   Hari kedua kembali sudah lewat, belum juga ada tanda diketemukannya jejak mereka.   Sampai hari ketiga sudah lewat ternyata pasukan dari pencari yang dikirim belum juga kembali.   Akhirnya dalam suatu penemuan yang tak terduga Si janda cabul Seng Cing ciu telah berhasil menemukan sepucuk surat dari tangan seorang anak buahnya dan surat tersebut ternyata ditulis oleh Ong It sin.   Karena tak berani membuka surat tadi maka dia lantas menyerahkan kepada kaucunya.   Be Siau soh segera membuka sampul surat itu dan membaca isinya, tapi sejenak kemudian dia sudah mencak mencak karena marah, serunya sambil menahan geram.   "Baik lihat saja nanti, kita buktikan sendiri angin timur yang berhasil mendidih angin barat ataukah angin barat yang bisa menyapu angin timur, jangan harap aku akan menemui harapanmu untuk membatalkan ambisiku untuk menguasahi seluruh dunia persilatan, heeeh... heeehhh... heehh... sedang soal membalas dendam, aku sudah salah perhitungan..."   Si kelabang hitam Be Ji nio yang berada disisinya meski tak melihat isi surat tersebut, namun ia dapat menebak kalau pemuda itu telah berhasil meloloskan diri dari bukit Long sia san. Melihat kemampuan orang, diam diam dia lantas berpikir.   "Sungguh luar biasa sekali kepandaian silat yang dimiliki Giok bin sin liong Ong It sin, aku si nenek mesti bertindak lebih waspada, jangan sampai kapal terbalik dalam selokan, bisa berabe jadinya..."   Berpikir demikian, ia lantas bertanya.   "Apakah surat itu ditulis oleh bocah keparat tersebut?"   Be Siau soh segera mengangguk.   "Kita benar benar telah jatuh kecundang ditangan orang, bukan saja dia datang seorang diri, ternyata mau datang ia datang, mau pergi ia pergi..."   "Kalau memang begitu, pasukan penggeledah bisa segera dibuyarkan, dan penjagaan di tiap tiap bagianpun bisa dibubarkan pula"    Perangkap Karya Kho Ping Hoo Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo Alap Alap Laut Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini