Ceritasilat Novel Online

Pedang Sinar Emas 53


Pedang Sinar Emas Karya Kho Ping Hoo Bagian 53




   "Kau hendak menyuruh tujuh iblis ini mengeroyokku? Baik, mereka ini tentu bukan manusia baik baik. Biar kulenyapkan mereka dulu baru nanti kau!"

   Akan tetapi Beng Han cepat maju dan pemuda ini berkata dengan suara menyindir,
"Apakah begini saja kegagahan Thian hwa kauw? Main keroyokan? Kalau begitu tidak cocok dengan apa yang kudengar di luaran! Kabarnya Thian hwa kauw mempunyai tujuh ekor anjing penjaga yang galak galak, tidak tahunya cuma galak pandai menggonggong saja, sedangkan pada hakekatnya pengecut, suka main keroyok. Apa tidak berani maju seorang demi seorang?"

   Sindiran ini mengenai tepat pada sasarannya, Cia Kui Lian menjadi merah mukannya. Akan tetapi dia seorang cerdik dan cukup maklum bahwa kalau maju satu lawan satu, terlalu berbahaya bagi orang orangnya menghadapi Bi Hui keturunan Thian te Kiam ong yang lihai itu.

   Maka sambil tersenyum ia betkata,

   "Bocah lancang! Song Bi Hui Sendiri sudah berani, mengapa kau banyak rewel? Kalau kau mau membantu dan bersama dia maju menghadapi tujuh orang pelayanku, bolehlah. Akan tetapi jangan lari kalau nanti kalah!"

   Sebaliknya, Bi Hui khawatir kalau Beng Han membantu,selain akan mengacaukan permainan pedangnya, juga pemuda itu bisa celaka dalam tangan tujuh orang iblis tua itu, maka katanya,

   "Harap kau mundur dulu, Beng Han, Biarlah aku melayani mereka, kalau aku tidak dapat menang atau sudah membutuhkan bantuan, baru kau yang maju."

   Kata kata ini selain menyatakan pandangan rendah kepada lawan, sekaligus mengangkat Beng Han ke tempat tinggi dan diam diam pemuda itu berterima kasih sekali akan maksud Bi Hui. Akan tetapi ia merasa gelisah sungguhpun ia tak dapat berbuat apa apa. Terpaksa ia mundur.

   "Terserah kepadamu, enci Bi Hui. Akan tetapi hati hatilah, siluman siluman ini paling curang dan sudah biasa menggunakan senjata gelap dan beracun."
Bi Hui mengangguk, kemudian ia mulai menggerakkan pedangnya sepasang matanya mengerling cepat menyapu keadaan dan kedudukan tujuh orang lawannya.

   Hek tok kwi yang memimpin enam orang kawannya mengurung Bi Hui. Hanya Hek tok kwi yang sudah pernah mengalami bertempur melawan Bi Hui dan tahu akan kelihaian pedang gadis ini, maka ia berlaku hati hati.

   "Bersiaplah untuk mampus!"

   Bi Hui tiba tiba membentak dan pedangnya berkelebat cepat sekali, membabat ke kanan menyerang Hek tok kwi. Setan Racun Hitam ini cepat menggerakkan tongkatnya menangkis sambil melompat ke kanan, akan tetapi herannya, tongkatnya tidak mengenai pedang lawan dan tahu tahu see Thian mo menjerit dan roboh dengan lengan kanan putus.

   Ternyata bahwa Bi Hui sudah menggunakan akal yang baik sekali. Dalam gebrakan pertama itu ia pura pura menyerang ke kanan, ke arah Hek tok kwi yang sudah ia ketahui kepandaiannya, akan tetapi serangan ini cepat ia tarik kembali untuk diganti dengan serangan kilat ke kiri, di mana See thian mo yang tidak menduga duga sama sekali saking kagetnya mengangkat tangan kanan menangkis dan akibatnya, lengan kanannya terbabat putus oleh pedang Bi Hui.

   "Bagus, enci Bi Hu!" seru Beng Han girang, kagum melihat ilmu pedang yang hebat itu.

   Sedangkan Kui Lian kaget sekali dan cepat menyuruh beberapa orang siulam untuk mengurus dan merawat See thian mo yang sudah terluka dan tidak berdaya lagi itu.

   Sementara itu, Hek tok kwi dan kawan kawannya menjadi kaget sekali. Tak mereka sangka bahwa gadis ini demikian cerdik dan lihai sehingga dalam segebrakan saja sudah berhasil menipu mereka dan merobohkan seorang kawan lagi.

   Mereka rata rata adalah orang orang yang sudah banyak pengalaman dalam pertempuran, maka
sekarang mereka berputar putar mengelilingi Bi Hui dan selalu bantu membantu dalam penyerangan maupun pertahanan.

   Sekarang sukar sekali bagi Bi Hui untuk mendesak mereka, karena serangan mereka yang bertubi tubi datangnya tak memberi kesempatan padanya untuk balas menyerang. Apa lagi mereka itu mempergunakan tongkat dan bunga teratai berganti ganti dan Bi Hui sudah maklum betapa jahatnya hawa beracun dari bunga bunga teratai itu.

   "Curang....! Curang sekali....! jangan gunakan kembang kembang bau busuk itu!" berkali kali Beng Han berteriak sambil menggerak gerakkan kedua tangannya.

   Melihat ini, Thian hwa kauwcu menjadi gemas. Dua tangannya terayun dan beberapa butir jarum halus berwarna putih menyambar kearah pemuda ini. Beng Han tidak melihatnya, tetap saja menggerak gerakkan kedua tangan sambil menonton pertempuran itu.

   Bukan main kaget dan herannya hati Kui Lian. Jelas terlihat olehnya beberapa batang jarum mengenai dada pemuda itu akan tetapi mengapa Beng Han itu seakan akan tidak merasakannya?

   "Hui moi jangan takut, aku membantumu!" tiba tiba terdengar bentakan dan Kwan Siau Hong melompat kekalangan pertempuran.

   Pemuda ini telah kehilangan pedangnya dan ia tatah lemas tubuhnya karena pengaruh hawa beracun dan totokan Kui Lian, akan tetapi tidak ada apapun di dunia ini yang dapat mengurangi semangatnya.

   Setelah ia mengetahui Bi Hui yang dikeroyok oleh setan setan tua itu, ia tak dapat menahan kemarahannya lagi.

   Diambilnya tongkat merah ibunya yang masih pingsan, lalu ia menyerbu membantu Bi Hui, memutar tongkatnya dengan ganas dan nekad.
Harus diakui kegagahan Sian Hong yang tak kenal arti takut ini, dan semangatnya bernyala nyala sungguhpun ia sudah payah. Akan tetapi bantuannya ini tidak menguntungkan Bi Hui. Begitu ia terjun ke dalam pertempuran, ia disambut serangan serangan maut oleh Hek tok kwi yang sudah marah sekali.

   "Jangan bunuh dia".!"

   Cia Kui Lian menjerit dan jeritan ini menolong nyawa pemuda gagah itu karena Hek tok kwi menyerongkan tongkatnya yang tadinya sudah mengarah urat kematiannya.

   Kini tongkat itu hanya memukul pundak yang membuat pemuda itu terpelanting dengan tulang pundak terlepas sambungannya.

   Melihat pemuda ini terancam bahaya Bi Hui cepat menyerbu Hek tok kwi, untuk sesaat lupa akan pertahanan dirinya sehingga Tung Thian mo yang menyerbu cepat dari arah kiri berhasil menghantam punggungnya dengan tongkat.

   Bi Hui terkejut sekali dan dalam kesakitan hebat, gadis ini masih sempat memutar tubuh sambil mengerjakan pedangnya dan.... blesss....! dada Tung thian mo yang gepeng itu tertembus pedang.

   Setan timur ini roboh tanpa bernyawa pula, sedangkan Bi Hui terhuyung huyung dan hampir saja ia celaka dalam tangan Hek tok kwi dan empat orang kawannya kalau saja pada saat itu tidak cepat cepat Beng Han menyambar tubuh Bi Hui dan dibawa keluar dari kepungan.

   Melihat gerakan aneh ini, Hek tok kwi dan empat orang kawannya melongo. Bagi mereka, tahu tahu saja tubuh gadis itu lenyap, yang nampak hanya bayangan Beng Han.

   Juga Bi Hui terkejut dan heran, akan tetapi juga girang sekali. Tak disangkanya bahwa akhirnya Beng Han yang dapat menyelamatkannya.

   Setelah menolong Bi Hui, Beng Han lalu menghampiri Sian Hong, membantu pemuda ini keluar dari tempat itu.

   Sian Hong menggigit bibir menahan sakit dan pemuda ini girang juga melihat Bi Hui tidak sampai binasa. Ia duduk di atas rumput dekat gadis itu, lalu keduanya memandang ke arah Beng Han yang kini sudah menghampiri Hek tok kwi dan empat orang kawannya yang ganas.

   "Thian hwa Kauwcu," kata Beng Han dengan suara tenang,

   "ketahuilah bahwa kedatanganku ini pertama tama untuk membalas kematian suheng Song Tek Hong dan isterinya yang kaubunuh, juga locianpwe Sin tung Lo kai Thio Houw, kemudian membalaskan sakit hati orang orarg yang telah menjadi korban perkumpulanmu yang jahat dan ganas. Aku tidak tahu bahwa para pemuda dan gadis yang kini menjadi kaki tanganmu adalah orang orang tak berdosa, dan mereka itu terjatuh ke dalam tangan dan kekuasaanmu karena kau mempergunakan ilmu hitam dan racun jahat."

   "Betul sekali, memang begitulah!"

   teriak Kwan Sian Hong yang kini sudah membawa Leng Li duduk di dekat Bi Hui yang dipeluk oleh Leng Li. Juga orang orang gagah yang tadinya pingsan dan terluka semua sudah merayap bangun dan berkumpul dekat Bi Hui, semua mata kini dtiujukan kepada BengHan dengan heran dan kagum.

   "Siapakah dia....?" tanya beberapa orang.
"Dia murid Thian te Kiam ong Song Bun Sam, kong kongku...." kata Bi Hui, suaranya terharu, karena teringat betapa dulu ia hampir membunuh Beng Han yang ia tuduh menjadi pembunuh ayah bundanya, dan sekarang justeru anak itu yang menghadapi pembunuh pembunuh itu untuk membalaskan sakit hatinya!

   Adapun Thian hwa kauwcu Cia Kui Lian yang melihat bahwa Beng Han hanyalah seorang pemuda tanggung, menjadi tabah dan dengan senyum mengejek ia menjawab,

   "Kau ini bocah masih ingusan, menjual lagak. Kalau kau ingin menjadi siulam, kau masih terlalu kecil, akan tetapi bolehlah asal kau mau menjadi pelayanku selama setahun, jangan pura pura gagah!"

   Beng Han tidak menjawab, melainkan mencabut keluar pedang Kim kong kiam yang bercahaya menyilaukan mata.

   "Siluman betina, kematianmu sudah terbayang di mata dan kau masih belum bertobat?"

   Semua orang kaget melihat pedang ini karena siapakah yang tidak pernah mendengar tentang Kim kong kiam, pedang pusaka dari Thian te Kiam ong? Juga kauwcu itu agaknya gentar melihat pedang yang mengeluarkan cahaya luar biasa, maka sambil melangkah dekat ia lalu membentak, suaranya penuh hawa ilmu hitam dan sepasang matanya menembus pandang mata Beng Han.

   "Anak baik, berlututlah di depan kauwcu dan serahkan pedang itu padaku!" Ucapan ini dikeluarkan berulang ulang dan kedua tangannya membuat gerakan gerakan rahasia penuh pengerahan ilmu sihir yang ditujukan untuk menaklukkan semangat Beng Han.

   "Celaka.... meramkan mata....!" seru Kwan Sian Hong yang tahu akan arti gerakan gerakan itu.

   Namun terlambat! Beng Han berdiri seperti patung dan matanya terbelalak menatap wajah ketua Thian hwa kauw
itu. Kedua lututnya sudah lemas sekali dan terjadi perang hebat di dalam hatinya antara pengaruh sihir itu dengan tenaga batinnya.

   Baiknya pemuda ini semenjak kecil sudah terlatih sebagai pertapa di atas menara, akan tetapi suara yang keluar dari mulut Kui Lian adalah suara yang mempunyai daya luar biasa terhadap dirinya.

   Andaikata yang menyihirnya itu orang lain, walaupun lebih pandai dan lebih kuat tenaga ilmu hitamnya daripada Cia Kui Lian, kiranya tidak mudah mudah dapat mempengaruhi jiwa Beng Han.

   Akan tetapi, di luar tahu Beng Han dan Kui Lian sendiri, keduanya ini masih ada pertalian yang amat dekat, pertalian darah yang langsung!

   Dalam suara Kui Lian ini terkandung suara seorang ibu yang biarpun tak di kenal oleh Beng Han, namun dikenal oleh jiwanya. Inilah yang membuat Beng Han seakan terkena hikmat oleh suara itu dan berdiri tegak seperti patung menyerah tidak akan tetapi bergerak menyerangpun tidak.

   Sedangkan Hek tok kwi dan empat orang kawannya sudah mulai maju mendekat.

   Pada saat yang amat menegangkan itu, tiba tiba terdengar suara ketawa lembut dan tahu tahu seorang dara remaja yang cantik sambil tertawa tawa telah berdiri di dekat Beng Han. Dara ini memegang sebatang hudtim putih. Sambil tersenyum ia mengebutkan hudtim (kebutan pertapa) itu di muka Beng Han sambil berkata,

   "Mengapa kau melamun saja? Sadarlah!"

   Aneh dan ajaib! Suara dara remaja inipun mempunyai daya luar biasa dan seketika itu juga Beng Han sadar kembali. Ia menoleh dan bertemu pandang dengan dara itu.

   Keduanya nampak terkejut.

   "Kau....??" berbareng keluar dari mulut mereka.

   Baru sekarang dara itu mengenal Beng Han dan sebaliknya Beng Han segera mengenal gadis ini sebagai Kwan Li Hwa, gadis cucu Sin tung Lo kai yang pernah ia beri kitab dan pedang.
Benar saja, pedang itu kini berada di tangan kanan gadis itu.

   "Li Hwa....!" terdengar seruan Leng Li dan Sian Hong.

   Gadis itu menoleh ke arah ibu dan kakaknya, lalu tersenyum,

   "ibu, biar aku membantu dulu dia ini membasmi Thian hwa kauw!"

   Kemudian ia berkata kepada Beng Han.

   "Kau teruskan niatmu membasmi mereka, biar aku menjaga di sini terhadap serangan gelap."

   Beng Han maklum bahwa gadis ini entah bagaimana ternyata telah memiliki ilmu sihir juga, maka dengan girang ia lalu menyerbu. Pedangnya membabat cepat ke arah Hek tok kwi dan empat orang kawannya yang menghalang di depannya, mereka ini mencoba untuk menangkis, akan tetapi kehebatan Kim kong kiam yang digerakkan dengan ilmu Pedang Kim kong Kiam sut memang hebat, begitu terdengar suara keras tiga batang tongkat terbabat putus dan dua orang siluman tua itu roboh mandi darah.

   Tok sim Kui bo dan Pak thian mo yang roboh itu, membuat tiga orang lain menjadi gentar.

   Juga Cia Kui Lian menjadi jerih sekali. Kedatangan nona cilik tadi benar benar mengejutkan hatinya karena gerakan gerakannya ketika melawan pengaruh sihirnya tadi jelas sekali menunjukkan gerakan gerakan yang sama dengan ilmunya sendiri.

   Celaka, pikirnya, agaknya suhu telah menurunkan kepandaiannya kepada orang lain. Kalau Koai Thian Cu sendiri yang muncul, ia tidak takut karena gurunya itu telah jatuh di bawah pengaruhnya, akan tetapi sekarang gurunya itu ternyata tidak mau muncul sendiri.

   "Keroyok! Robohkan mereka!" bentaknya dan biarpun hati nya gentar, Hek tok kwi, Lam thian mo dan Tok ciang Kui bo menyerbu, kini diikuti ramai ramai oleh para siuli dan siulam yang mentaati perintah kauwcu mereka.
Beng Han menyambut mereka. Dengan gerakan gerakannya yang luar biasa, mudah saja pemuda ini merobohkan para siulam itu dengan totokan totokan tangan kirinya. Ia sengaja merobohkan mereka tanpa melukai, karena ia maklum bahwa mereka ini hanya menjadi korban.

   "Serang dengan asap ngo tok!" seru Kui Lian marah.

   Akan tetapi, begitu kaki tangannya mengeluarkan racun ini, Li Hwa juga menaburkan semacam bedak putih yang berhamburan dan mengeluarkan bau harum, kemudian dengan sebuah kipas, gadis ini mengusir semua uap yang berwarna lima itu.

   Dengan adanya bedak yang ia sebarkan,asap itu tidak berbahaya lagi dan Beng Han juga merasai ini, maka ia menjadi amat girang memperoleh bantuan gadis yang ternyata memiliki kepandaian istimewa ini.

   Bukan main marahnya Kui Lian sampai ia mencabut pedang dan hudtimnya sendiri, lalu menyerbu membantu kawannya untuk merobohkan Beng Han.

   Sedangkan Li Hwa hanya menonton di pinggir sambil kadang kadang mengeluarkan kata kata memuji ilmu pedang Beng Han dan siap sedia menandingi apabila Thian hwa kauw cu hendak mempergunakan ilmu sihir.

   Beng Han mengamuk hebat. Akan tetapi lawan terlampau banyak, apa lagi para siuli dan siulam yang jumlahnya masih ada duapuluh orang lebih itu membikin ribut saja.

   "Eh, nona cilik, apa kau tidak bisa membantuku merobohkan orang orang ini tanpa melukai mereka?" kata BengHan kepada Li Hwa.

   "Tentu saja bisa, apa sukarnya?" kata Li Hwa yang segera melompat dan mengebut ngebutkan hudtimnya sambil berseru," Robohlah, robohlah....!"

   Para siuli dan siulam itu adalah orang orang yang sudah kehilangan semangat maka mudah saja dipengaruhi, apalagi oleh Li Hwa yang sudah mewarisi ilmu sihir dari gurunya, Koai Thian Cu. Setiap kali seorang siulam atau siuli tersentuh hud tim itu, ia segera roboh dan pingsan. Sebentar saja para siuli dan siulam sudah dapat dirobohkan semua dan Li Hwa kembali menonton pertempuran.

   Akan tetapi pertempuran itu sama sekali tidak ramai.

   Tok ciang Kui bo dan Lam thian mo juga sudah roboh oleh pedang Kim kong kiam, dan kini yang masih ngotot dan mati matian mempertahankan diri terus adalah Hek tok kwi dan Cia Kui Lian sendiri. Kui Lian tidak mau mengeluarkan sihirnya karena maklum bahwa selama di situ terdapat nona cilik itu, sihirnya takkan ada gunanya, maka ia mencurahkan seluruh perhatian kepada pedang dan hudtimnya yang cukup lihai. Juga Hek tok kwi kepandaiannya tinggi.

   Namun mereka menghadapi ahli waris dari Thian te Kiam ong. Biarpun mereka mengerahkah seluruh kepandaian, tidak urung akhirnya Hek tok kwi menjerit dan roboh, darah mengucur dari dadanya yang terbelah oleh pedang Kim kong kiam.

   "Suhu....! Apa kau tega melihat aku mati....?" tiba tiba Kui Lian menjerit, jeritan nya melengking seperti suara ibu, membuat BengHan terkesiap dan untuk sejenak ragu ragu.

   Koai Thian Cu yang sudah terlihat oleh Kui Lian, terpaksa muncul dari balik tempat sembunyinya.

   Kakek ini berlaku cerdik, sebelum Kui Lian membongkar rahasianya yang amat memalukan, ia mendahului,

   "Kui Lian dosamu terlalu besar. Orang yang menghancurkan perkumpulanmu ini bukan lain adalah putramu. Dia itu, Thio Beng Han, adalah puteranu dan Thio Sui!"
"Kong kong....!"

   Beng Han berseru kaget sekali sambil mendekati kakek itu.

   Adapun Cia Kui Lian yang mendengar keterangan ini, merasa seperti di sambar geledek kepalanya. Ia menjadi pucat sekali, memandang kepada Beng Han dengan mata terbelalak, kemudian ia mengeluarkan jeritan lagi yang amat mengerikan, ketawa bukan menangispun bukan, lalu ia membalikkan tubuh dan lari ke dalam hutan!

   "Kejar siluman itu....!"

   Kwan Sian Hong membentak dengan suaranya yang keras. Mendengar ini, Li Hwa dan Beng Han segera melompat dan mengejar ke dalam hutan diikuti oleh Sian Hong, Leng Li dan tokoh tokoh yang sudah siuman kembali, juga Koai Thian Cu mengejar sambil menggeleng nggeleng kepalanya yang sudah putih semua.

   "Thian te Kiam ong, aku menyesal mengapa dulu bertemu dengan kau...." kata kakek ini dan dua titik air mata yang besar menuruni pipinya yang kempot.

   Ketika semua orang tiba di sarang Thian hwa kauw, mereka hanya melihat Cia Kui Lian dan Liem Kong Hwat mandi darah dan dalam keadaan sudah mati di ruangan penjara, juga Siauw Yang dan Pun Hui terluka berat.

   Kiranya ketika kauwcu itu hendak mengajak pergi Kong Hwat pemuda yang sudah hampir pulih kembali ingatannya karena dekat dengan ayah bundanya ini, bahkan menyerangnya. Terjadi pertempuran yang cepat dan hebat, di mana Kui Lian dan Kong Hwat menemui kematiannya sedangkan suami isteri yang masih lemah itu terluka dalam usaha mereka membantu anak mereka Kong Hwat telah merebus dosa dosanya dengan pengorbanan nyawa dan dalam keadaan yang amat mengharukan.

   Dengan muka pucat, mata merah dan hati menangis, Beng Han mengurus semua jenazah, termasuk jenazah ibunya sendiri yang seakan akan ia dorong ke dalam lembah maut. Kemudian semua siuli dan siulam disuruh pulang ke tempat asal masing masing setelah di beri nasihat dan pengobatan oleh Koai Thian Cu. Sarang Thian hwa kauw di bakar dan semua orang gagah bubar.

   Bi Hui ikut pulang dengan Siauw Yang dan Pun Hui yang menjadi pengganti ayahbundanya, juga Beng Han ikut pulang ke Tit le karena Siauw Yang mengambil keputusan untuk pindah kembali ke Tit le.

   Beberapa bulan kemudian, dilangsungkanlah pernikahan antara Kwan San Hong dan Song Bi Hui, kedua pihak mendesaknya untuk memenuhi pesan dari Thian te Kiam ong dan Sin tung Lo kai sedangkan Bi Hui tak dapat menolak, apalagi karena iapun sudah membuktikan sendiri bahwa Sian Hong adalah seorang pemuda yang gagah perkasa dan berjiwa satria.

   Juga dalam kesempatan ini, atas usul Koai Thian Cu yang disetujui sepenuhnya oleh Liem Pun Hui suami isteri oleh Thio Leng Li diikatlah tali perjodohan atau pertunangan antara Kwan Li Hwa dan Thio Beng Han!.

   Harus dikasihani nasib Song Siauw Yang dengan suaminya yang kehilangan putera tunggal mereka dalam keadaan demikian mengecewakan, akan tetapi mendapatkan pengganti, anak anak yang berbakti dalam diri Song Bi Hui dan Thio Beng Han, yang keduanya juga merupakan anak anak tiada ayah bunda.

   Adapun Koai Thian Cu si tukang gwamia, yang tanpa disengaja menimbulkan gara gara itu dengan masih tetap menyesal mengakhiri hari tuanya di Tit le bersama Beng Han yang sudah ia anggap sebagai cucu sendiri.

   Hampir setiap hari orang melihat kakek ini duduk di dekat makam Thian te Kiam ong dan kadang kadang ia bercakap cakap dengan arwah Thian te Kiam ong yang tidak nampak oleh mata manusia".

   Demikianlah, cerita ini berakhir dengan catatan dari pengarang bahwa segala macam kejahatan, betapapun berkuasa dan bersimaharajalela di waktu jaya, pada saat terakhir tentu akan membawa orang ke dalam jurang kesengsaraan dan malapetaka. Sebaliknya, prikebajikan akan membawa manusia kepada ketenteraman dan kebahagiaan ini sudah semestinya, sesuai dengan kekuasaan Tuhan Yang Maha Adil.

   TAMAT

   jisokam, http://indozone.net/literatures/literature/958
21 Desember 2010 jam 10:19pm

   


Pedang Naga Kemala Eps 26 Pedang Naga Kemala Eps 32 Pedang Naga Kemala Eps 13

Cari Blog Ini