Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 7
harus berbakti kepadanya"
"Haaa.... haaa.... kalau begitu terserah maksud dari Cuncu sendiri!" teriak Ui Liong Tootiang sambil tertawa terbahak-bahak.
Mendadak dari dalam sakunya dia mengambil keluar sebuah botol perselin serta sebuah kitab tebal yang dijilid dengan kulit berwarna kuning lalu diangsurkan ketangan Cuncu itu.
"Kitab ini adalah pusaka Sian Tok Poo Liok yang diserahkan Mo Cun-ong kepada pinto pada tiga tahun yang lalu setelah mengalami susay payah akhirnya buku ini sudah pinto terjemahkan semua ke dalam bahasa Han, sedang sebotol
obat inipun merupakan obat pencuci tulang pembersih otot yang khusus pinto buat untuk Cuncu, harap cuncu suka menerimanya semua!"
Si gadis berbaju merah itu lantas bermaksud untuk menerima barang-barang tersebut mendadak....
"Tunggu dulu! Aku orang she Than mau menanyai sesuatu kepadanya."
Dari atas pohon Siong dengan amat cepatnya Tan Kia-beng meloncat turun ke bawah.
Dari antara para jago yang hadir di dalam kalangan pada saat ini tiada seorangpun diantara mereka yang lebih mengenali Mo Tan-hong dari pada Tan Kia-beng sendiri, selama beberapa bulan ini sering sekali dia berpegangan tangan sambil bercakap-cakap dikebun binatang dari menteri negara. bahkan dia sendirilah yang mengantarkan gadis itu ke ibu kota, bagaimana mungkin secara tiba-tiba Mo Cuncu ini sudah munculkan dirinya di perkampungan Thay Gak Cung"
Sewaktu untuk pertamanya gadis itu munculkan dirinya di dalam hati dia sudah curiga, karena walaupun dandanan serta wajahnya mirip dia menganggap mereka semua adalah asal satu perguruan dengan dirinya Mo Cuncu yang belajar silat sama sekali tidak memberitahu kepadanya dari mana perguruannya itu, karena hal itu dengan bersabar dia selalu bersembunyi
Tetapi akhirnya sewaktu dia merasa nada suara dari Mo Cuncu ini berlogat Hoo Lam sedang Mo Cuncu yang sering ditemui berlogat ibukota, saat itulah dengan rasa tidak sabar lagi ia munculkan dirinya untuk mencegah.
Dengan kemunculannya ini suasana seketika itu juga berubah sangat sunyi, tetapi sebentar kemudian bagaikan
meledaknya sebutir bom belum sempat dia mengucapkan sepatah katapun tampak bayangan hitam menyambar
bagaikan kilat disusul berkelebatnya sinar golok memenuhi angkasa.
Tan Kia-beng sama sekali tidak memperdulikan akan hal itu begitu tubuhnya tiba di tengah kalangan dia segera mereangkap tangannya memberi hormat kepada gadis berbaju merah itu.
"Cuncu, kenalkan kau dengan cayhe?" tanyanya.
"Siapa kau?" teriak gadis berbaju merah itu dengan terkejut sehingga matanya terbelalak lebar-lebar.
"Haaa, haaa, bilamana sampai akupun kau tidak kenal, maka Cuncu ini pasti adalah Cuncu yang palsu!" seru Tan Kia-beng sembari tertawa bergelak.
Sejak munculnya Tan Kia-beng di tengah kalangan air muka Bok Thian-hong sudah terlintas hawa membunuh yang amat tebal. tetapi hanya sekejap saja wajahnya sudah menjadi tenang kembali.
Dia segera maju ke depan memberi hormat.
"Cayhe mengucapkan banyak terima kasih kepada
Siauwhiap atas bantuan yang diberikan sewaktu tempo hari Chuan Lam Sam Sah yang datang mengacau istana, saat itu ada kemungkinan hatinya lagi merasa kaget sehingga sekarang sudah terlalu ingat lagi dengan dirimu."
Dia lantas menoleh ke arah gadis berbaju merah itu dan sambungnya, "Malam itu orang yang melawan Toa tah dari Chuan Lam Sah adalah Tan tay hiap ini, dia adalah anak murid dari Ban Li Im Yen Lo Tay hiap, Cuncu. apakah kau sudah lupa?"
Dengan gugupnya si gadis berbaju merah itu segera maju ke depan memberi hormat.
"Aaah, kiranya Tan Siauw moay sudah melupakan dirimu"
katanya perlahan.
Dengan dinginnya Tan Kia-beng melirik sekejap ke arahnya setelah itu kepada Ui Liong Tootiang ujarnya sambil menjura.
"Dibawah perlindungan cayhe Mo Cuncu pada saat ini sudah ada dirumah pamannya di ibukota pamannya itu adalah seorang menteri negara Ong Sian Seng harap Tootiang jangan sampai ditipu mentah mentah oleh orang lain"
Terhadap dirinya Ui Liong Tootiang segera memperhatikan dengan amat teliti, setelah itu dia tertawa dingin tak ada henti hentinya, terhadap perkataannya itu toosu ini tidak mengatakan kepercayaannya juga tidak menanyakan lebih lanjut. Kepalanya didongakkan ke atas dan berpikir dengan keras.
Hwee Im Poocu yang selama ini berdiri didamping walau sudah lewat beberapa waktu lamanya masih belum juga mendapatkan satu akal untuk mencegah Ui Liong Tootiang menyerahkan kitab pusaka tersebut kepada Cuncu palsu itu.
Walaupun dia mengetahui kalau urusan ini sangat
mencurigakan tetapi Thay Gak Cuncu yang nama besarnya sudah terkenal diseluruh Bulim dan jadi orang adil dan pernah membuat dia tidak berani turun tangan mengganggu
pekerjaannya. Saat itu melihat Tan Kia-beng munculkan diri untuk memecahkan rahasia tersebut di dalam hati diam-diam merasa girang.
"Haa.... pengacau ini paling sukar untuk dicegah, biarlah aku pancing mereka sehingga saling bergebrak dengan seru"
Berpikir sampai disini dengan wajah yang memperlihatkan rasa gusar dia lantas membentak, "Nama besar dari Boh Cuncu sudah terkenal diseluruh Bulim bagaimana mungkin dia berani melakukan pekerjaan yang sangat memalukan ini"
Terang terangan kau anak iblis yang berniat untuk mendapatkan kitab pusaka Sian Tok Poo Liok itu, sekarang kau sengaja mendatangkan kekacauan saja disini!"
Baru saja dia selesai berkata mendadak terasa ada segulung angin keras yang menyambar datang, di pengemis aneh sambil tertawa terbahak-bahak sudah melayang turun di tengah kalangan.
"Kalau memangnya Cuncu yang ini sungguh sungguh maka Cuncu yang ada di dalam benteng Hwee Im Poo tentunya palsu bukan?" ejeknya.
Mendengar perkataan tersebut air muka Hwee Im Poocu segera berubah memerah.
"Siapa yang benar siapa yang palsu apa sangkut pautnya dengan dirimu?" teriaknya sambil tertawa dingin.
"Aku si pengemis tua yang hidup di dalam Bulim merasa sangat mual sekali melihat manusia manusia yang rakus seperti kalian bukan barang miliknya juga diperebutkan. Hmm, sungguh tidak tahu malu!" teriak si pengemis aneh itu sambil melotot lebar-lebar.
Dengan dinginnya Hwee Im Poocu segera mendengus
dengan pakasa dia menahan rasa gusar hatinya.
Dikarenakan beberapa orang otaknya tidak melakukan gerakan apapun maka suasana di tengah kalangan untuk
sementara waktu menjadi tenang kembali, sebaliknya Ui Liong Tootiang sambil memegang kitab pusaka dan botol pualam masih tetap berdiri termenung disana
Sekonyong konyong....
Di tengah suara bentakan yang amat nyaring perempuan berpakaian keraton itu bagaikan serentetan sinar keemas emasan dengan cepatnya berkelebat dari hadapan Tan Kia-beng menubruk ke arah punggung dari Ui Liong Tootiang....
disusul satu jeritan ngeri segera berkumandang datang memecahkan kesunyian dimalam yang tenang itu
"Braaak!" seorang jagoan dari kalangan Hek-to yang secara diam-diam hendak membokong Ui Liong Tootiang dari belakang sudah terkena hajaran dari perempuan berpakaian keraton, itu sehingga seketika itu juga menemui ajalnya.
Pada saat untuk kedua kalinya si perempuan berpakaian keraton itu berkelebat dari depan tubuh Tan Kia-beng itulah mendadak di dalam hati sang pemuda rada merasa bergerak.
"Iiih" bukankah gerakan tubuh yang ia gunakan adalah ilmu meringankan tubuh dari aliran Teh-leng-bun." pikirnya.
Terhadap peristiwa yang sudah terjadi di belakang punggungnya Ui Liong Tootiang sama sekali tidak perduli, seperti juga urusan itu tiada sangkut pautnya dengan dirinya sampai menoleh pun dia tidak melakukannya.
Terhadap Cuncu yang ada dihadapannya mendadak dia merangkap tangannya memberi hormat.
"Siauw sicu ini bilang kau adalah palsu pinto rasa perkataannya ini tidak dapat dipercaya sepenuhnya. tetapi ada
beberapa urusan pinto harap Cun-cu suka menjawabnya dengan benar" katanya dengan angker.
"Tootiang silahkan berbicara! asal boanpwee mengetahui tentu boanpwee akan menjawab dengan sebenarnya"
"Tahukah kau darimana asalnya kitab pusaka Sian Tok Pit Liong ini"
"Ayahku mendapatkannya sewaktu menumpas
pemberontakan di daerah suku Biauw!
"Semuanya ada berapa macam?"
"Sejilid kitab pusaka, setumpukan bahan obat obatan dan sebilah pedang pualam"
"Apakah nama pedang pualam itu dan sekarang berada dimana?"
"Pedang pualam itu bernama Kiem Ceng Giok Hun Kiam saat ini sudah diperoleh seorang anakan iblis dari aliran Teh Leng Kauw!"
"Kau jangan sembarangan bicara. siapa yang jadi anakan iblis?" Timbrung Tan Kia-beng tiba-tiba.
Mendadak Ui Liong Tootiang melototkan sepasang matanya yang tajam memperhatikan Tan Kia-beng lalu bentaknya,
"Pedang pualam ini sudah kau dapatkan bagaimana kau bisa dapatkan pedang itu" cepat katakan".
"Kenapa tidak kau tanyakan saja kepada Cuncu sendiri" sela Tan Kia-beng sambil tertawa.
"Kalua begitu silahkan Cuncu memberikan jawabannya."
"Malam itu sewaktu kau hendak berangkat dia bantu aku membereskan buntalan siapa tahu pedang itu sekalian dia
selipkan ke dalam pinggangnya hingga sekarang belum dikembalikan kepadaku?"
"Apakah perkataanmu itu sungguh?"
Air muka Tan Kia-beng segera berubah sangat hebat.
"Oooh sungguh?" serunya dengan dingin
Mendadak Ui Liong Tootiang maju ke depan melancarkan satu serangan mencengkeram pergelangan tangan dari Tan Kia-beng serangan kali ini dilancarkan cepat laksana menyambarnya kilat
Mendadak terlihatlah sesosok bayangan manusia
berkelebat, Tan Kia-beng sudah lolos dari kalangan
"Lebih baik untuk sementara waktu kau jangan sembarangan turun tangan dulu ujarnya sambil mengerutkan alisnya rapat rapat, Biarlah urusan dibikin jelas dulu kemudian baru dibicarakan lagi.
Ui Liong Tootiang yang melihat serangannya mencapai pada sasaran yang kosong dalam hati diam-diam merasa sangat terperanjat, dia sama sekali tidak menyangka kalau pemuda ini memiliki kepandaian silat yang jauh lebih tinggi dari apa yang diduga semula.
Pada saat dia hendak melancarkan serangannya kembali itulah mendadak....
Sreeet, sreeet, sreet, diantara bertiupnya angin sambaran yang amat tajam berturut turut berkelebat mendatang puluhan sosok bayangan hitam yang bersama-sama menubruk ke arah Tan Kia-beng
"Semuanya menggelinding dari sini!" bentak Ui Kiong Tootiang secara tiba-tiba
Ujung jubahnya segera dikebutkan ke depan segulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan cepatnya melanda ke depan.
Bayangan bayangan hitam yang semula bermaksud hendak menubruk ke arah Tan Kia-beng saat ini mau tidak mau harus melancarkan satu pukulan kemudian mengundurkan diri kesamping.
Beberapa orang itu sebetulnya sedang menanti saat kedua orang itu bergebrak dengan serunya lalu bersama-sama maju merebut pedang, siapa tahu ketika dilihat Ui Liong Tootiang setelah melancarkan satu serangan ternyata tidak mencapai pada sasarannya di dalam anggapan mereka ke tempat yang baik sukar untuk didapatkan lagi karena itu mereka lantas bersama-sama maju menyerang Tan Kia-beng
Setelah Ui Liong Tootiang berhasil menggetarkan mundur para jago dengan satu pukulannya dia segera tertawa dingin
"Urusan ini adalah urusan pribadi keluarga Mo yang akan pinto putuskan sendiri, buat apa kalian bermaksud untuk merebut?" bentaknya.
Pada saat para jago menubruk ke arah Tan Kia-beng itulah tiba-tiba terdengar gadis berbaju merah itu sudah berteriak kepada kedua belas bocah cilik yang membawa pedang dibelakang Bok Thian-hong itu.
"Pedang itu adalah milik keluarga kami, harap kalian suka mewakili aku untuk merebutnya kembali."
Kedua belas bocah cilik itu segera menyahut kemudian bersama-sama mencabut keluar pedangnya dan menerjang ke depan.
Seketika itu juga Tan Kia-beng terkurung rapat rapat di tengah kalangan tersebut.
Si pengemis aneh yang selama ini berdiam diri dengan gusarnya lantas meloncat kehadapan Bok Thian-hong.
"Boh heng.... permainanmu kali ini sungguh persis sekali"
teriaknya sambil tertawa seram.
Dengan gemasnya Bok Thian-hong melotot sekejap ke arahnya, setelah itu sambil tersenyum paksa ujarnya, "Apakah kau si pengemis sakti juga menaruh curiga kalau aku orang she Boh bermaksud tertentu kau sendiri tentu tahu, haruslah kau ketahui, walaupun kau sudah atur permainan macam apapun jangan harap bisa lolos dari sepasang mata aku si pengemis tua."
"Kalau Sin Kay sudah menaruh kesalah pahaman yang begitu mendalam dengan aku orang she Boh, hal ini membuat diriku sulit untuk membantah. heei.... maksud baik dari cayhe untuk melindungi Cuncu boleh dibuktikan kemurniannya dihadapan para jago persilatan."
Sehabis berkata tidak kuasa lagi kembali dia menghela napas panjang.
Tay Gak Cungcu Bok Thian-hong ini merupakan satu jagoan yang sudah menanam pengaruh yang amat luas diseluruh Tionggoan pada beberapa tahun ini, semua jago yang ada di Bulim pada mengetahui kalau dia adalah seorang yang suka memutuskan suatu persoalan dengan adil, orangnyapun ramah dan suka menolong karenanya sengaja menghadiahkan julukan sebagai Cun Hong Miauw Hoa atau si angin semi yang melenyapkan hujan walaupun begitu tetapi tak seorangpun yang tahu dari mana asal usulnya bahkan seberapa tinggi
kepandaian silat yang dimiliki siapapun tidak ada yang mengetahuinya.
Setiap jago Bulim pada mengetahui akan perkampungan Thay Gak Cung ini, tetapi siapapun tidak pernah pergi keperkampungan Thay Gak Cung tersebut sehingga boleh dikata letak yang sebenarnya dari perkampungan itu masih diliputi oleh kemisteriusan.
Sewaktu si pengemis aneh lagi bercakap-cakap dengan Bok Thian-hong itulah mendadak terdengar suara pujian yang amat gegap gembira, dari luar ruangan tersebut muncullah Go-bie Nio cu, serta Ci Yang Cu dengan memimpin berpuluh puluh orang Toosu menerjang masuk ke dalam ruangan dan mengepung Tan Kia-beng dari empat penjuru
Dengan langkah yang perlahan Im Yang-cu segera maju ke depan, kemudian memberi hormat kepada Bok Thian-hong.
"Oooh, kiranya Bok Toa cungcu pun ada disini," ujarnya.
"Aaah sungguh bagus sekali.... sungguh bagus sekali. untuk sementara waktu silahkan anak muridmu beristirahat dahulu, biarlah pinto sekalian membereskan sedikit utang lama dengan bajingan kecil ini."
Bok Thian-hong dengan gugup segera balas menghormat.
"Aaa.... silahkan.... silahkan, Tootiang sekalian silahkan mulai terlebih dulu, biarlah cayhe perintah mereka mengundurkan diri."
Selesai berkata dia segera mengulapkan tangannya kedua belas bocah cilik itu bersama-sama lantas menarik kembali posisinya dan meloncat mundur ke belakang tubuhnya.
Tan Kia-beng yang melihat kemunculan dirinya segera memancing perhatian dari semua orang tidak terasa dalam hati merasa amat gusar sekali. dalam hati dia lantas mengambil satu keputusan.
"Haa.... haa haa.... teriaknya sambil tertawa tergelak. Sejak aku orang she Tan munculkan dirinya di dalam dunia kangouw selamanya belum pernah mencari gara gara dengan orang lain sebaliknya para jago dari semua partai memandang demikian rendah dan bencinya terhadap cayhe hal ini membuat cayhe benar-benar merasa amat tercengang, tetapi menurut penglihatan dari cayhe.... hee.... hee.... kalian meminjam kata-kata hendak membalas dendam sebagai alasan untuk
menutupi kenyataan yang sebenarnya bermaksud hendak merebut pedangku.... haa.... ha.... pedang pualam ini adalah hadiah dari Mo Cuncu kepadaku bilamana kalian ingin merebutnya hal itu boleh dikata sama dengan impian disiang hari bolong cayhe cuma takut setelah bergebrak tangan kaki tidak bermata dan menyalahi saudara waktu itu kalian akan memaki aku tidak mengerti sopan santun...."
"Omong kosong!" bentak Im Yang-cu dengan gusar, "siapa yang bilang kami bermaksud hendak merebut pedang pualam itu" kalian guru bermurid memiliki sifat kejam dan membunuh orang sebagai kegemaran, bilamana bajingan bajingan iblis semacam ini tidak cepat-cepat dibasmi bagaimana kami harus bertanggung jawab dengan para jago" dimanakah keadilan yang harus ditegakkan?"
Selesai berkata dengan gusarnya dia mencabut keluar pedang panjangnya disusul kawan kawan serta anak muridnya bersama-sama meggerakkan senjata dan bergerak maju ke depan.
Terhadap gerakan mereka ini Tan Kia-beng sama sekali tidak mengambil gubris, dengan dinginnya dia melengos ke atas.
Si pengemis aneh yang melihat orang Go-bie pay secara mendadak bermaksud hendak turun tangan menyeroyok dengan terburu-buru dia lantas menerjang dengan suara yang keras, "Peristiwa benar atau palsunya Mo Cuncu belum diselesaikan, buat apa kalian hidung hidung kerbau mencari gara gara di tempat ini."
"Hmm, urusan lalu masih bisa dirundingkan tetapi di dalam urusan ini lebih baik sin Kay jangan ikut campur!" teriak Im Yang-cu dengan gusarnya,"Nyawa berpuluh puluh orang dari tujuh partai besar apakah harus dibikin beres dengan demikian saja?"
"Apakah kalian sudah memastikan pembunuh berdarah yang terjadi diperkampungan Cui-cu-sian adalah
perbuatannya?"
"Soal ini buat apa dibicarakan lagi?"
"Hmm, tidak disangka orang-orang dari tujuh partai besar ternyata pada goblok semua, dikibuli orang lain juga tidak tahu..."
"Hmm, sekalipun peristiwa berdarah yang terjadi
diperkampungan Cui-cu-sian itu bukan hasil perbuatannya, pinto tidak akan melepaskan dirinya dengan begitu saja."
Mendengar perkataan tersebut si pengemis aneh tertawa tergelak.
"Nama besar dari Go-bie Ngo cu sudah menggetarkan seluruh dunia kangouw. ini hari aku si pengemis tua mau
melihat kalian hendak menggunakan cara apa untuk
menghadapi dirinya."
Air mukanya berubah sangat adem, dengan perlahan-lahan tambahnya lagi, "Tetapi.... hee.... hee.... di dalam Bulim orang mengutamakan kejujuran aku si pengemis akan menerangkan terlebih dahulu, bilamana kalian bertempur satu lawan satu aku si pengemis tua tidak akan ikut campur tetapi bilamana ada orang yang mau main keroyok dengan saudara cilik ini....
Hemm waktu itu janganlah mengalahkan aku si pengemis akan ikut campur di dalam urusan ini."
Sejak munculnya dirinya, orang-orang dari partai Go-bie pay ini sudah bermaksud untuk main keroyokan, tetapi setelah mendengar perkataan dari si pengemis aneh tersebut seketika itu juga Go-bie Sam Cu jadi melengak dibuatnya.
Ui Liong Tootiang yang melihat urusan semakin kacau, dia tidak dapat menahan sabar lagi, mendadak tubuhnya bergerak maju ke depan sambil membentak keras, "Pada waktu yang lampau kalian tidak mau cari balas. kenapa justru pada ini waktu baru bermaksud mencari balas.... sungguh kurang ajar...."
"Siapakah nama besar dari Too yu ini?" tanya Im Yang-cu melengak.
Ui Liong Tootiang segera mendengus, dia tidak menggubris dirinya lagi, kepada Tan Kia-beng lantas bentaknya kembali,
"Cepat serahkan pedang itu kepadaku."
Dari nada suaranya jelas kedengaran mengandung sifat memerintah.
"Heee, hee.... pedang ini adalah Cuncu sendiri yang menghadiahkan kepadaku seru Tan Kia-beng sambil tertawa
dingin kecuali dia datang sendiri jangan harap kau bisa memintanya dari tanganku."
"Kau sungguh sungguh tidak mau serahkan kepadaku?"
"Benar."
"Hmm, sampai waktunya kau akan menyesal sendiri,
walaupun Too ya adalah seorang dari kalang beragama tetapi sifatku tidak akan seramah yang kau duga."
"Haa.... haah.... haaa.... soal itu aku tidak akan takut. aku nasehatkan kepadamu lebih baik bikin jelas dulu persoalan Mo Cuncu ini kemudian baru membicarakan soal pedang pualam, kalau tidak kau bakal menerima akibat yang tidak kau inginkan, aku orang she Tan yang bersifat sombong, tidak akan melarikan diri dari sini."
Tiba-tiba terlihatlah Thay Gak Cungcu maju ke depan dan berhenti di tengah-tengah antar kedua orang itu.
"Cuncu dengan kau cuma ada jodoh sekali bertemu saja, bagaimana mungkin dia bisa menghadiahkan pedang pusaka yang sangat berharga itu kepadamu?" ujarnya kepada Tan Kia-beng. "Jelas di dalam persoalan ini kaulah yang sengaja mencuri. Hee.... hee.... orang muda! tidak seharusnya kau mempunyai maksud serakah aku lihat lebih baik kau ambillah keluar pedang itu dan serahkan kembali kepada Tootiang!"
Dengan dinginnya Tan Kia-beng melirik sekejap ke arahnya tetapi sepatah katapun tidak diucapkan keluar.
Sejak kemunculannya di dalam Bulim apa yang dialaminya selama ini bilamana bukannya menemui pembunuhan kejam tentulah bertemu dengan peristiwa saling rebut merebut barang milik orang lain, dan selamanya belum pernah bertemu dengan seorang yang jujur. karena itu secara tidak sadar dia
sudah memiliki satu sifat yang tidak percaya terhadap siapapun juga.
Kedatangan dari Bok Thian-hong kali ini sebenarnya ada suatu maksud tertentu, sewaktu dilihatnya dia tidak mengucapkan sepatah katapun dia lantas menyambung kembali, "Barang pusaka hanya cocok buat orang yang berbudi. bilamana kau masih ngotot saja hendak menyimpan benda tersebut maka hal ini tidak lebih cuma bakal mendatangkan bencana saja saudara cilik aku lihat lebih baik kau serahkan saja pedang itu kepada Tootiang itu, buat apa kau mendatangkan kerepotan buat dirimu sendiri"
Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong ini wajahnya kelihatan jujur padahal dihati kecilnya mengandung sifat yang amat licik dan jadi orang sangat kejam, karena hal hal itulah maka orang-orang kangouw memberi julukan sebagai "Cun Hong Hoa Yu" kepadanya.
Terhadap ketiga macam barang pusaka itu dia sudah lama sekali mengincer. cuma saja dikarenakan dia mendengar kabar kalau ketiga macam barang itu sudah dibawa pergi oleh Ui Liong Tootiang untuk diterjemahkan maka sela ini dia tidak pernah melakukan gerakan apapun.
Kini melihat ketiga macam barang pusaka itu sudah muncul semua di tengah kalangan hal ini membuat dia sejak tadi sudah mengiler. tapi pada wajahnya masih sengaja
memperlihatkan kejujuran hatinya sehingga rasa serakah dihatinya jadi tidak kentara.
Im Yang-cu yang disemprot oleh si pengemis aneh dan kini menerima penghinaan pula dari Ui Liong Tootiang, dalam hai merasa amat gusar sekali.
Pada saat ini mana dia bisa bersabat lagi, mendadak tubuhnya maju dua langkah ke depan lalu membentak keras; Dengan bajingan bajingan ganas semacam ini buat apa Cungcu banyak berbicara, biarlah pinto sekalian cepat-cepat beresin nyawanya.
Pedangnya digetarkan sehingga terjadilah bunga bunga pedang yang amat banyak, diselingi suara desiran yang amat keras pedangnya itu sudah membabat ke arah tubuh Tan Kia-beng
Pada waktu ini Tan Kia-beng pun sedang merasa amat gusar, terhadap datangnya serangan pedang itu dia sama sekali tidak menghindar, mendadak tangan kirinya menyabet ke depan sedang telapak tangan kanannya dengan disertai satu pukulan yang maha dahsyat menghantam ke depan Dengan kedahsyatan dari tenaga dalamnya seketika itu juga Im Yang-cu terdesak mundur tiga depa ke belakang sambil dengan terburu-buru menarik pedangnya kembali.
Dimana jagoan berkepandaian tinggi sekali pandang saja sudah dapat diketahui kalau pukulannya tadi mempunyai kekuatan tenaga dalam sebesar seratus tahun latihan Ui Liong Tootiang yang melihat kejadian itu diam-diam
menganggukkan kepalanya memuji, sebaliknya Bok Thian-hong yang di dalam hatinya mempunyai rencana tentu merasa amat terperanjat.
Hwee Im Poocu San Liem Ci Cu serta It Ci Hwee Hiap sekali yang bersama-sama melihat kedahsyatan tenaga pukulannya itu pun pada menjerit kaget.
Im Yang-cu yang mempunyai kedudukan sebagai pimpinan di dalam Go-bie Ngo Cu ternyata dihadapan orang pada saat
ini sudah dipukul mundur oleh seorang pemuda tidak terasa dari rasa malu dia menjadi amat gusar.
Di tengah suara auman yang amat keras tubuhnya kembali maju ke depan, pedang berkelebat laksana lautan ambruk, hanya di dalam sekejap saja dia sudah melancarkan dua belas serangan gencar.
Terlihatlah hawa pedang memenuhi angkasa, sinar keemas emasan kelebat laksana kilat menyambar.... sinar lilin menerangi ruangan seketika itu juga menjadi redup.
Tan Kia-beng tertawa dingin, telapak tangannya membabat tiada hentinya diselingi tendangan kilat yang menyambar, di dalam waktu yang amt singkat diapun sudah melancarkan tujuh pukulan serta ilmu tendangan dahsyat, sekali lagi Im Yang-cu berhasil didesaknya sehingga mundur keujung ruangan
Pertempuran sengit berlangsung, para jagoan dari Go-bie pay pun sambil mencekal pedangnya erat erta siap
mengeroyok ke arah depan.
Si pengemis aneh yang melihat kejadian ini air mukanya segera berubah amat gusar sambil maju ke depan sepasang matanya dengan amat gusarnya melototi para toosu itu.
Sikapnya ini jelas sekali bersikap menantang, asalkan ada toosu yang bermaksud untuk melakukan suatu gerakan yang merugikan Tan Kia-beng dia tentu akan segera menerjang ke dalam kancah pertempuran iu.
Selamanya "Hong Jen Sam Yu" tidak pernah berpisah. kini si pengemis aneh sudah munculkan dirinya, sudah tentu si Hweesio berangasan dan si Toosu dengkilpun ada di sekeliling tempat ini.
Cin Yang Cu serta Ci Yang Cu yang melihat situasinya sangat tidak menguntungkan dalam hati mulai merasa menyesal kenapa mereka turun tangan terlalu keburu-buru bilamana menanti kedatangan dari tujuh partai besar yang lain bukankah pada waktu itu pihaknya sudah pasti memegang posisi kemenangan"
Waktu ini keduanya sudah terlambat sekalipun mereka harus membuat dosa dengan Hong Jen Sam Yu hasil yang didapatkan pun tidak akan seberapa banyak, karenanya sambil mencekal pedang tanpa menggubris perkataan dari si pengemis aneh lagi mereka bersama-sama mendekati
kalangan pertempuran.
Hu Siauw-cian yang bersembunyi dibalik pepohonan, bilamana menuruti sifatnya sejak semula dia sudah kepingin munculkan dirinya dan berdampingan dengan Tan Kia-beng melawan musuh musuhnya, tetapi dia yang merupakan seorang cerdik, sejak mendengar perkataan dari sipengamis aneh sewaktu ada di dalam kuil bobrok di dalam hati kecilnya telah mengetahui kalau orang-orang Bulim sudah pada benci mereka ayah beranak, karenanya bilamana dia berani munculkan dirinya maka bukannya memberi bantuan kepada Tan Kia Bneg mungkin malah mendatangkan kerepotan.
Bersamaan itu pula dia merasa kedatangan dari Cuncu palsu ini sangat mendadak, terang terangan dia pernah beberapa kali main petak dengan Cuncu yang asli bagaimana di tempat inipun bisa muncul kembali seorang Cuncu"
karenanya dalam hati dia lantas mengerti kalau di dalam persoalan ini pasti ada hal hal yang tak beres
Disamping itu diapun menemukan kalau wajah Thay Gak Cuncu, suami istri itu walaupun amat jujur tetapi hatinya amat licik sekali, oleh sebab itu dia lantas mengambil keputusan
untuk melihat perubahan yang terjadi itu dengan hati terang, kalau Tan Kia-beng tidak menemui bahaya dan tidak akan munculkan dirinya.
Tan Kia-beng sendiripun tidak ingin bergebrak dengan Im Yang-cu, dia kepingin cepat-cepat menyelidiki persoalan Cuncu palsu ini, karena itu setelah menerjang Im Yang-cu sehingga mundur berulang kali mendadak tubuhnya berkelebat menubruk ke arah si gadis berbaju merah tersebut.
Sewaktu si perempuan berbaju keraton itu melihat
gerakannya ini dengan cepat diapun melayang ke depan menghalangi perjalanannya.
"Kau mau berbuat apa?" bentaknya.
Tan Kia-beng yang melihat gerakan badannya itu kembali hatinya jadi bergerak mendadak dia tertawa terbahak-bahak dengan sangat kerasnya.
Mo Cuncu dengan cayhe saling kenal mengenal, aku mau berbicara beberapa patah kata dengan dirinya.
Air muka perempuan berbaju keraton itu segera berubah sangat adem.
"Mo Cuncu adalah putri raja muda yang hidup di tengah didikan kesopanan, bagaimana mungkin dia bisa berkenalan dengan kau anakan iblis?" bentaknya dengan dingin.
"Soal ini tentu kalian tidak pernah menyangka bukan?"
teriak Tan Kia-beng sambil tertawa keras kembali.
Bilamana sejak dulu kalian mengetahui akan hal ini maka cerita bohong ini pasti akan mencapai tujuan dengan lancar.
---0-dewi-0--- Mendengar perkataan tersebut air muka si perempuan berbaju keraton itu segera berubah sangat hebat, nafsu membunuh mulai meliputi seluruh wajahnya.
Thay Gak Cungcu yang melihat sikapnya ini karena dia takut urusan jadi kacau dengan gugup lantas maju ke depan
"Siauwhiap lebih baik jangan sembarangan memfitnah orang, aku orang she Bok selamanya melakukan pekerjaan dengan terus terang dan diketahui pula oleh orang-orang Bulim, bagaimana mungkin aku orang she Bok bisa melakukan pekerjaan yang sangat memalukan ini?" katanya.
Si pengemis aneh yang ada disampingnya segera tertawa terbahak-bahak.
"Ha.... haa.... haa.... tahu orangnya tahu mukanya belum tentu tahu hatinya sekarang dunia sudah berubah! jika dipandang dari luar kelihatannya seperti orang baik tetapi di dalam dadanya sudah penuh dengan siasat siasat yang licik....
haa.... ha.... Bok Toa Cungcu, bukankah perkataanku ini sedikitpun tidak salah?"
Pada wajah Bok Thian-hong segera terlintaslah satu senyuman yang amat menyeramkan kemudian mengangguk.
"Perkataan dari Sin Kay sedikitpun tak salah" jawabnya.
"Tetapi aku orang she Bok tidak menginginkan apa dan tidak meminta apa apa dari Cuncu kesemuanya ini aku berjalan cuma dikarenakan hubungan perasahabatan antara cayhe dengan Mo Cun-ong sejak tempo hari sehingga mau tidak mau aku harus bantu putrinya untuk membalaskan dendam ayahnya ini Bilamana kawan kawan Bulim menaruh curiga kalau ak uorang she Bok memelihara Cuncu karena ada maksud yang laink bukankah hal itu sama saja dengan memfitnah diriku"
Si pengemis aneh segera tertawa terbahak-bahak
"Tempat ini tiada uang perak tiga ratus tahil aku si pengemis tua sama sekali tak menuduh dirimu! buat apa kau merasa begitu tegangnya?"
Ui Liong Tootiang sebenarnya adalah seorang yang bersifat berangasan, walaupun selama puluhan tahun lamanya dia memperlajari soal keagamaan tetapi sifatnya itu tidak dapat berubah juga.
Melihat mereka berdua bersilat lidah tiada hentinya dalam hati sudah merasa amat marah sekali. dengan langkah yang lebar dia segera menerjang ke depan sambil tertawa dingin.
"Tempat ini bukan rumah makan atau kedai minum, perkataan yang tiada berguna itu lebih baik kalian hentikan saja" bentaknya dengan keras.
Setelah itu dia menoleh kembali ke arah Tan Kia-beng dan ujarnya lagi, "Tidak perduli pedang itu adalah hadiah dari Cuncu atau bukan tetapi pedang yang berharga jikalau dibawa terus dibadan bakal mendatangkan bencana saja, demi keselamatan sicu sendiri lebih baik kau serahkan saja pedang tersebut kepada pinto untuk aku simpan, lain kali setelah urusan ini menjadi jelas kembali atau kepandaian silat sicu sudah mencapai taraf kesempurnaan aku baru kembalikan lagi kepadamu".
"Hmm! aku sudah sering sekali menjumpai orang yang berbicara seperti apa yang kau katakan itu, hee.... hee....
omong pulang pergi tidak lebih cuma ingin merebut pedang ini. Walaupun aku orang she Tan tidak becus tetapi bilamana kau inginkan pedang ini lebih baik turun tangan sendiri, jikalau kau suruh aku angsurkan kepadamu dengan rela.... haa....
haa.... itu kau mimpi" seru Tan Kia-beng sambil tertawa dingin.
Mendengar perkataan tersebut Ui Liong Tootiang jadi amat gusar, bentaknya dengan keras, "Aku beri kau arak kehormatan kau tidak mau sebaliknya malah minta arak hukuman. Hmm, kalau begitu kau janganlah menyalahkan Too yamu akan memberi sedikit hajaran kepadamu"
"Haa, haa.... di dalam ilmu silat siapa yang mencapai dulu dialah jago, bilamana kau ingin mengerahkan senjata bicarakan terus terang saja buat apa pura pura tidak karuan."
ejek Tan Kia-beng sambil tertawa keras.
---0-dewi-0--- JILID: 13 Walaupun dia bicara dengan seenaknya tetapi diam-diam tenaga murninya sudah disalurkan keseluruh tubuh siap-siap menanti datangnya serangan dari pihak musuh.
"Coba bayangkan, dengan sifat yang berangasan dari Ui Liong Tootiang mana mungkin dia kuat menahan diri setelah mendengar kata yang sangat menghina itu?"
Sambil tertawa dingin ujung jubahnya segera dikebutkan ke depan, segulung angin pukulan berhawa khie kang yang amat keras dengan cepatnya menggulung keluar.
Bagaimanapun juga dia adalah seorang dari kalangan lurus, walaupun hatinya teramat gusar, tetapi pukulannya ini cuma menggunakan lima bagian saja.
Walaupun begitu angin pukulannya sudah menderu deru dengan sangat hebat kedahsyatannya benar-benar
mengejutkan sekali.
Dalam keadaan yang amat terperanjat, dengan terburu-buru Tan Kia-beng menyingkir ke samping, telapak tangannya sambil putar satu lingkaran ke depan segera menyambut datangnya serangan tersebut.
"Braak! dari tengah kalangan segera meledak satu pusaran angin yang amat keras sekali, masing-masing pihak laksana mantapnya gunung Thay-san sama sekali tidak bergetar sedikitpun dari tempatnya semula, untuk sementara waktu mereka dalam keadaan seimbang.
Orang yang berada di dalam kalangan pada saat ini semuanya merupakan jago-jago Bulim nomor satu, apalagi Thay Gak Cungcu yang tidak pernah menampakkan ilmu silatnya itu, diam-diam dia dapat menduga kalau kebutan dari Ui Liong Tootiang itu disertai dengan tenaga pukulan empat lima puluh tahun latihannya semula dia menganggap Tan Kia-beng tidak bakal kuat menerimanya siapa tahu mereka berdua ternyata seimbang. Dengan kejadian ini hatinya jadi benar-benar merasa sangat terperanjat sedangkan maksud hati untuk melenyapkan Tan Kia-beng pun semakin mantap lagi.
Kepandaian silat dari Ui Liong Tootiang ini sebenarnya boleh dikata termasuk ilmu silat dari kalangan kaum agama, setelah berlatih rajin selama tiga tahun lamanya menurut apa yang termuat di dalam kitab pusaka "Sian Tok Poo Liok"
tenaga dalamnya saat ini benar-benar sudah mencapai taraf yang paling sempurna.
Serangannya tadi sebenarnya hanya bermaksud memberi peringatan saja agar Tan Kia-beng suka menyerahkan pedang Kiem Ceng Giok Hun Kiam itu kepadanya siapa tahu ternyata sang pemuda itu malah menerima datangnya serangan dengan keras lawan keras.
Dengan benturan itu dia tahu merasa kalau tenaga dalam yang dimiliki pemuda ini luar biasa sekali dalam hati dia merasa amat terkejut bercampur heran
Tidak kuasa lagi sambil mengangguk dia memuji, "Tidak heran kalau kau bocah cilik begitu sombong tidak disangka ilmu yang kau miliki lumayan juga. mari. mari....! Pinto akan mencoba lagi jurusmu yang kedua!
Kakinya dengan amat ringannya berkelebat ke depan hanya di dalam sekejap saja dia sudah melancarkan tiga serangan yang amat dahsyat.
Tan Kia-beng segera merasakan ketiga buah jurus
serangannya itu amat cepat dan amat lihay, masing-masing jalan darahnya tidak terasa sudah berada dibawah ancaman jari jari tangannya hal ini membuat dia jadi amat terkejut.
Dengan gugup tubuhnya menyingkir ke samping sepasang telapak tangannya bersama-sama didorong ke depan
melancarkan tujuh serangan sekaligus.
Akhirnya dengan susah payah dia berhasil pula
memecahkan ketiga buah jurus dari Toosu tua itu, tetapi tubuhnyapun sudah kedesak mundur sejauh lima depa.
Setelah Ui Liong Tootiang melancarkan tiga jurus serangan itu dia tidak mengejar lebih lanjut.
"Haa haaa sekarang seharusnya kau tahu bukan kalau dengan kepandaianmu yang sangat cetek itu masih belum bisa mempertahankan pedang pualam itu dari rebutan orang lain?"
ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Tan Kia-beng yang kehilangan kesempatan baik sehingga berturut turut sehingga terdesak mundur ke belakang dalam hati merasa amat malu, kini sesudah mendengar kata-kata Ui
Liong Tootiang hatinya seperti terbakar, dengan gusarnya dia lantas tertawa dingin.
"Hmm! Aku rasa belum tentu harus begitu" serunya.
Sekali lagi tubuhnya menubruk ke depan pukulannya laksana gunung ambruk tanah merekah dengan cepatnya melancarkan sembilan pukulan gencar, kesembilan pukulan itu dilancarkan bagaikan sambaran kilat cepatnya amat cepat dan amat ganas! Bahkan mengandung pula sembilan macam gaya yang berbeda beda.
Seketika itu juga terasalah angin pukulan yang amat dingin mengalir keluar tiada henti hentinya, laksana mengemukan ombak serta tiupan angin taupan dengan cepat tubuh Ui Liong Tootiang sudah terbungkus di dalam kurungan telapak yang memeningkan kepala.
Ui Liong Tootiang sama sekali tidak menyangka kalau pemuda itu bisa melancarkan serangan dengan demikian mendadak.
Dengan amat gusar ia segera membentak diantara
berkibarnya ujung jubah terdengar suara ledakan yang memekikkan telinga memenuhi angkasa kedua orang itu segera terpisah dan masing-masing mundur setengah langkah ke belakang.
Tan Kia-beng mengerutkan alisnya rapat rapat wajahnya sudah berubah memerah bagaikan kepiting rebus di dalam hati dia bernar benar merasa sangat terperanjat.
Sejak terjunkan diri ke dalam dunia kangouw, musuh tangguh yang pernah ditemuinya cuma si "penjagal seribu lie"
Hu Hong seorang saja boleh dikata kecuali dia yang bertempur seru melawan dirinya sisanya yang lain dia sama sekali tidak pandang sebelah matapun!
Tetapi kepandaian silat dari Ui Liong Tootiang ini sungguh luar biasa sekali dahsyatnya dalam hati dia benar-benar merasa sangat terperanjat.
Sebaliknya Ui Liong Tootiang seketika itu juga terjerumus ke dalam lamunan, lama sekali dia baru angkat kepalanya kembali dan memandang ke arah Tan Kia-beng dengan sinar mata yang amat tajam
"Hey bocah cilik, kau anak murid yang keberapa dari Han Tan Loojien?" tanyanya.
Pertanyaan ini diajukan sangat mendadak sekali, kecuali Tan Kia-beng seorang siapapun tidak mengerti siapakah Han Tan Loodjien itu, karena semasa Han Tan Loodjien
mengembara di dunia kangouw tempo hari hari kebanyakan dia munculkan dirinya sebagai Teh Leng Kauwcu karena siapapaun tidak kenal siapakah Han Tan Loodjien itu.
Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karenanya sewaktu Ui Liong Tootiang menanyakan soal Han Tan Loodjien semua orang jadi dibuat kebingungan kecuali seorang yaitu si Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong, kelihatan tubuhnya tergetar amat keras sedangkan air mukanya sudah berubah sangat hebat.
Tetapi.... seluruh perhatian orang lain lagi ditujukan pada Tan Kia-beng sehingga perubahan wajahnya itu sama sekali tidak diketahui oleh semua orang.
Sewaktu Tan Kia-beng mendengar Ui Liong Tootiang
menyebut nama dari Han Tan Loodjien, dengan sangat hormatnya dia lantas menyahut, "Dia adalah suhuku yang telah meninggal dunia..."
"Aaah....!"
Tiba-tiba Ui Liong Tootiang tertawa, kemudian dengan langkah lebar dia berjalan mendekati Tan Kia-beng dan menepuk nepuk pundaknya.
"Pinto percaya apa yang tadi kau ucapkan bukankah kata-kata yang bohong, kecuali dia si orang tua tidak mungkin bisa muncul seorang anak muridnya yang begitu bagus"
"Heeei, cuma sayang nasib boanpwee tak mujur, cayhe sama sekali tak pernah menerima pelajaran dari orang tua dan apa yang aku pelajari bukan lain berasal dari kitab pusaka Teh Leng Cin Keng pengalaman dia orang tua saja" serunya Tan Kia-beng dengan sedih
"Haaa....! Soal ini semakin luar biasa lagi, tempo hari berkat dia orang tua yang tidak pendang rendah aku, pinto sudah mengikat persahabatan dengan dirinya. Bilamana Loo te ada waktu luang datanglah ke tempatku, mari kita bersama-sama menyelidiki kembali ilmu silat kita masing-masing ajaknya dengan gembira.
Saat ini Ui Liong Tootiang benar-benar sangat gembira, sifatnya yang congkak tadi sekarang sama sekali sudah lenyap bahkan dia telah berubah menjadi seorang Toosu tua yang baik hati.
Tan Kia-beng yang mengetahui Toosu tua ini adalah kawan lama dari Han Tan Loojin sikapnyapun jadi semakin hormat.
"Perbuatan boanpwee tidak keruan harap sejak ini hari loocianpwee suka banyak memberi pentunjuk," ujarnya sambil bungkukkan badannya menjura.
Dengan baiknya hubungan antara kedua orang ini maka Thay Gok Cungcu yang ada disamping jadi sedemikian cemas lagi, walaupun dia memiliki kecerdikan yang luar biasa tetapi
pada saat ini tak sebuah akal pun berhasil dia dapatkan untuk mendapatkan kitab pusaka serta pedang pualam tersebut.
Si perempuan berbaju keraton itu segera mengerutkan alisnya rapat rapat, mendadak dia maju ke depan memberi hormat kepada Ui Liong Tootiang
"Lama sekali aku mengagumi nama Tootiang kenapa ini hari kau tidak memanjakan kembali barang pusaka keluarga Mo Cun-ong yang didapatkan orang lain?"
Ui Liong Tootiang melirik sekejapnya setelah itu dengan dinginnya dia menyahut, "Walaupun hubungan persahabatan antara pinto dengan Mo Cun-ong sangat rapat tetapi pinto tak ada kekuasaan melarang Mo Cun-ong untuk menghadiahkan barang itu kepada orang lain."
"Bagaimana kau bisa membuktikan kalau pedang pualam itu Cuncu yang hadiahkan kepadanya?" teriak si perempuan berbaju keraton itu sambil tertawa dingin. "Apalagi Cuncu sekrang ada disini, kau boleh tanya lebih jelas lagi kepadanya.
karena aku kagum atas kejujuran Tootiang maka sengaja mempersilahkan dirimu untuk membereskan urusan ini tetapi bilamana Tootiang tak mau melaksanakan pekerjaan ini dengan baik aku sebagai suhu dari Cuncu mau tak mau harus menanyakan juga"
"Kapan Pinto pernah berkata kalau pinto sama sekali tak menanyakan urusan ini?" bentak Ui Liong Tootiang dengan gusar.
Dengan langkah lebar dia segera berjalan kehadapan gadis berbaju merah itu, sepasang matanya dengan tajam
memperhatikan wajahnya.
"Lebih baiknya kau berterus terang saja mengaku sudah menerima perintah dari siapa datang menyamar sebagai
Cuncu?" bentaknya dengan keras. "Haruslah kau ketahui pinto sudah lama berkelana di dalam Bulim, hatiku tidak mungkin bisa kalian lamuri dengan sedikit permainan setan ini Si gadis berbaju merah yang dibentak oleh Ui Liong Tootiang itu seluurh tubuhnya segera gemetar amat keras
"Tootiang bagaimana bisa berbicara demikian?" katanya.
Mendadak tampak sesosok bayangan manusia berkelebat datang, Thay Gak Cungcu sambil tertawa terbahak-bahak sudah maju ke depan.
"Tootiang! kenapa kau berbicara demikian?" serunya, "Coba kau ingat ingat akan dendam berdarah dari Cungcu, apalagi musuh musuhnya tersebar diseluruh pelosok tempat siapa yang berani menembus bahaya dengan menyamar" Apalagi urusan ini bisa mengikat banyak permusuhan dengan orang Bulim siapa yang mau ikut banyak urusan" haa.... haa....
mungkin cuma aku orang she Bok seorang saja"
"Perkataan dari Cungcu walaupun benar tetapi apakah kau tidak takut dirimu sudah ditunggangi orang lain?" ujar Ui Liong Tootiang sambil mengangguk. "Apalagi menurut perkataan dari Tan Si heng ini katanya dia sudah mengantarkan Cuncu ke ibu kota bagaimana mungkin disini pun bisa muncul kembali seorang nona yang mengaku sebagai Cuncu" apakah Cungcu pernah menyelidikinya dengan teliti?"
Thay Gak Cungcu pura pura termenung sebentar, setelah itu baru menjawab, "Cayhe selalu bekerja dengan teliti rasanya tidka bakal ada orang bernyali begitu tinggi untuk main gila di depan mata aku orang she Bok, apalagi Cuncu itu pun sengaja caye kirim orang untuk mengundangnya
keperkampungan kami bagaimana urusan ini bisa salah lagi?"
Belum sempat Ui Liong Tootiang melanjutkan katanya, si perempuan berpakaian keraton itu sudah menyambung lagi sambil tertawa dingin.
"Terang terangan ada orang sengaja hendak merebut kitab pusaka itu, kini sengaja hendak menggunakan kesempatan ini untuk menipu dirinya apa kau kira aku tidak tahu"
Selesai berkata dia segera menoleh ke arah gadis berbaju merah itu dan berkata kembali, "Mo Tan, kau tidak usah cemas pihak Thay Gak Cung akan membantu untuk
menyiarkan urusan ini seluruh Bulim, sampai saatnya tentu ada orang yang akan mengambil jalan keadilan Hmm! Kau jangan takut kalau barang itu tidak sampai dikembalikan kepadamu."
Beberapa perkataan ini seketika itu juga membuat Ui Liong Tootiang jadi amat gusar sekali, sepasang alisnya dikerutkan rapat rapat, sedang sepasang matanya memancarkan sinar yang amat tajam
"Kau tidak usah banyak omong kosong" bentaknya dengan keras "Bilamana pinto punya maksud ini maka perjanjian tiga tahun ini tidak akan pinto hadiri, urusan malam ini bukanlah terletak pada menyerahkan barang itu atau tidak tetapi asal usul dari Cuncu yang asli harus diselidiki sampai jelas".
Bok Thian-hong yang melihat suasana mejadi semakin panas dengan cepat dia maju setindak ke depan
"Tootiang.... sudah.... sudahlah!" ujarnya. "Maaf perkataan dari isteriku terlalu kasar. harap kau suka sedikit sabar!
Mengenai kebenaran asal usul dari Cuncu ini mumpung sekarang banyak terdapat kawan kawan erat Mo Cun-ong tempo hari, bagaimana kalau suruh mereka saja yang menentukan apakan dia palsu atau aslinya?"
"Itupun bagus sekali" sahut Ui Liong Tootiang mengangguk.
Setelah itu dia lantas menoleh ke arah San Liem Ci Cu, tanyanya, "She heng tempo hari sering sekali berjalan pulang pergi dari istana raja muda Mo, terhadap Cun-cu tentunya kenal bukan?"
Sambil menggoyangkan kipasnya San Liem Ci Cu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah haaahh, aku si siucay miskin cuma bisa membuat syair dan sama sekali tidak pernah memperhatikan anak gadis orang lain. Bukankah Ong Poocu dari benteng Hwee Im Poo juga ada seorang Cun-cu lagi, kenapa tidak suruh dia saja yang menebak?"
San Liem Ci Cu ini jadi orang amat licik dan berakal, terang terangan dia tahu kalau di dalam urusan ini ada hal hal yang tidak beres, tetapi dikarenakan dia merasa kalau urusan ini tidak mendatangkan keuntungan baginya maka dia tidak ingin menyalahi siapapun sehingga dengan terburu-buru sudah mengalihkan persoalan ini kepada Hwee Im Poocu."
Hwee Im Poocu yang melihat dia mengalihkan persoalan tersebut kepada dirinya, walaupun dalam hati merasa rada kelabakan tetapi karena dalam hati dia pun sudah punya maksud tertentu maka sambil tertawa bergelak lantas jawabnya;
"Haaa haaa sulit, jikalau aku orang she Ong mengatakan Cuncu ini adalah palsu maka semua orang akan menganggap aku orang she Ong punya suatu tujuan tertentu di dalam hati, jikalau mengatakan Cuncu itu benar, maka bukankah dengan demikian mengartikan pula kalau Cuncu yang ada di dalam Bentengku adalah palsu" Karena itu.... heee.... heee.... lebih baik usah dibicarakan lagi.
Ui Liong Tootiang jadi orang amat jujur dan suka terbuka, dia paling tidak terbiasa dengan cara cara manusia kerdil seperti ini, melihat mereka berbicara dengan amat waspada dan liciknya maka dia tidak suka bertanya lebih lanjut lagi sebaliknya dengan dingin segera mendengus
"Tidak perduli Cuncu ini palsu atau benar, kitab pusaka ini akan pinto simpan terlebih dahulu, setelah urusan dibikin jadi jelas kita baru bicarakan kembali" ujarnya.
"Keputusan dari cianpwee ini boanpwee setuju penuh,"
sambung Tan Kia-beng dengan cepat, "Aku bertanggung jawab di dalam waktu singkat akan mengajak Cuncu yang asli untuk menyambangi Tootiang"
Ui Liong Tootiang segera mengangguk.
"Aku percaya dengan dirimu, mari kita pergi saja" katanya.
Toosu yang sudah mengikuti pelajaran agama ini walaupun sudah memisah diri dari keramaian dunia tetapi rasa persahabatannya dengan mendiang Han Tan Loojin membuat sikapnya terhadap Tan Kia-beng amat mesra dan ramah sekali.
Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong yang sudah membuang banyak waktu dan tenaga untuk melaksanakan cita-citanya kini melihat susah payahnya ternyata ludes di tengah jalan sudah tentu tidak mau melepaskan dirinya dengan begitu saja Dia lantas memberi tanda kepada perempuan berbaju keraton itu setelah itu sambil tertawa keras lantas menyambung kata-kata dari Ui Liong Tootiang tersebut.
Pekerjaan dari Tootiang sungguh sungguh luar biasa sekali, cuma saja dengan kejadian ini maka nama besar dari aku she Bok di dalam Bulim akan mengalami sedikit gangguan, apakah
Tootiang bermaksud hendak mengundurkan diri tanpa memikirkan keadaan dari aku orang she Bok?"
"Apa maksud dari perkataanmu itu?" tanya Ui Liong Tootiang melengak.
"Buat apa kau pura pura berlagak pilon?" teriak si perempuan berbaju keraton itu sambil menjerit keras, "Kami dari orang-orang perkampungan Thay Gak Cung selamanya boleh dipercaya, kejujuran dari Bok Cuncu pun sudah dihormati oleh semua jagoan di dalam Bulim, tidak disangka karena urusan Mo Cuncu harus mengalami kegagalan dan nama besarnya jadi berantakan, bilamana urusan ini sampai tersiar di dalam Bulim bukankah kami tidak punya muka lagi untuk tancapkan kaki terus di dalam sungai telaga?"
"Aku "Lie Hun Hwee cu" atau Permaisuri pencabut sukma walau pun dari seorang kaum wanita tetapi menghadapi setiap urusan tidak pernah mungkin, ini malam bilamana Tootiang tidak suka menyerahkan kitab pusaka itu kepada Cuncu maka aku sebagai pelindungnya terpaksa akan membuat dosa dengan dirimu."
Semula setelah mendengar perkataan itu Ui Liong Tootiang agak melengak tetapi sebentar kemudian dia sudah tertawa, karena saat ini hatinya sudah mengetahui apa maksud yang sebenarnya.
"Haaa.... bagus! Bagus sekali! Bilamana bukannya ada teman cilik ini aku, Ui Liong hampir-hampir kena tipu olehnya!
Pada saat itulah dari ruangan sebelah dalam mendadak berjalan keluar dua orang.
Yang seorang memakai jubah panjang yang amat kasar dengan sebuah Sie poa besi ditangannya sedang yang lain mempunyai perawakan yang tinggi besar dan sangat berotot,
jika ditinjau dari wajahnya mungkin dia sudah berusia setengah abad.
Baru saja kedua orang itu berjalan masuk ke dalam ruangan, San Liem Ci Cu sambil goyang goyangkan kipasnya sudah tertawa terbahak-bahak.
"Haaa haaa selamat bertemu! Selamat bertemu! Sin poa Lie heng serta 'Cin Liong To' Ong heng selama ini mencari nama di tempat mana?" katanya.
Si pengemis aneh yang selama ini berdiri disamping mendadak merasakan hatinya tergetar keras, pikirnya, "Kedua orang iblis ini selamanya tidak pernah munculkan dirinya di dalam Bulim, malam ini kenapa secara tiba-tiba bisa munculkan dirinya disini" Apakah mereka sudah
menggabungkan diri dengan pihak perkampungan Thay Gak Cung?"
Si pengemis aneh yang sering berkelana di Bulim sudah tentu pengalaman yang didapat amat luas. Sekali pandang saja dia sudah mengerti akan duduknya persoalan.
---0-dewi-0--- Beberapa tahun ini secara tiba-tiba pihak perkampungan Thay Gak Cung menggerakkan dunia kangouw walaupun cuma dengan orang memuji muji perbuatan baiknya tetapi jejak manusianya tidak kelihatan, karena soal ini dalam hati ia sudah merasa kuatir, karena menurut anggapannya orang kalangan lurus setiap gerak geriknya tentu terang terangan, perbuatan yang secara sembunyi sembunyi dan misterius kebanyakan mengandung satu maksud tertentu
Ditambah pula walaupun Bok Thian-hong memiliki gelar sebagai Cun Hong Hua Yu tetapi tak seorangpun yang
mengetahui asal usulnya cukup beberapa soal ini saja sudah patut menaruh rasa waspada terhadapnya.
Saat itu si Sin Sie-poa atau sisiepoa sakti sambil menggoyang goyangkan Siepoa besinya sudah tertawa terbahak-bahak.
"Cayhe pun sama seperti keadaan Sieheng walaupun
julukanku adalah Thiat Sie poa tetapi bukannya mencari keuntungan dipasaran dagang sebaliknya sengaja mencari balas dengan manusia manusia kerdil...."
Sembari berkata dia sudah berjalan ke depan Ui Liong Tootiang.
"Heeee.... hee.... aku orang she lie sudah pernah mendengar nama Ui Liong dari kawan kawan Bulim, tetapi persoalan malam ini cayhe rasa kurang sedikit cemerlang, katanya sambil mengerutkan alisnya rapat rapat."
Walaupun Ui Liong Tootiang mengerti perkataannya satu lagi menyindir dirinya tetapi dia tidak menjawab, sambil mendengus dia lantas menoleh ke arah Tan Kia-beng.
"Malam ini pinto mewakili Han Tan Loo Jien hendak melihat kepadamu apakah sudah sempurna atau belum aku mau melihat kau sudah memahami berapa bagian dari ilmu yang kau dapatkan dari dia orang tua," katanya.
Tan Kia-beng segera mengerti akan maksud perkataannya, dia lantas tertawa keras.
"Perintah dari angkatan tua tak dapat dibantah, terhadap urusan lain mungkin boleh dibangkang tetapi untuk menggebuk pergi beberapa ekor anjing, cayhe rasa bukan persoalan yang berat."
Sejak Lie Hun Hwee cu mengatakan bebarapa perkataan itu, air mukanya seperti juga sudah berganti dengan orang yang lain wajahnya menyengir seram, sambil menjerit keras perintahnya, "Cin Liong serta Sin Sie-poa kalian berdua cepat turun tangan tangkap kedua orang yang bermaksud hendak memiliki barang pusaka dari orang lain itu, kalau turun tangan tidak usah ragu ragu lagi!"
Sin Sie-poa segera menyahut, sambil menggetarkan sie poa besinya sehingga mengeluarkan suara yang berisik dengan dahsyatnya segera melancarkan satu pukulan dahsyat menghantam tubuh Pei Liong Tootiang.
Saat ini Tan Kia-beng sudah menyalurkan hawa murninya ketangan begitu tubuh Thian Sie Poa bergerak sambil membentak keras sepasang telapaknya segera didorong ke depan.
Segulung angin pukulan yang amat dahsyat dengan
santernya menerjang ke depan.
Sin Sie-poa ini sesungguhnya bernama Lie Ih Sian yang merupakan seorang jagoan aneh dari Bulim sifatnya yang setengah lurus setengah jahat membuat dia banyak
melakukan pekerjaan menuruti kemauan hatinya saja, selama ini dia cuma pernah mendengar nama dari Ui Liong Tootiang saja sedang terhadap Tan Kia-beng sama sekali tidak kenal.
Kini melihat datangnya serangan dari pemuda itu amat dahsyat dan lihay dalam hati merasa sangat terkejut, pergelangan tangannya cepat diputar ke depan tangan kirinya dengan menggunakan jurus Nan Bun khie hauw atau
menghalangi pintu menangkap macan melancarkan satu pukulan gencar terdengar suara ledakan yang amat keras, pukulan dari Sin Sie-poa ini terkena pantulan sehingga membuat tubuhnya melayang sejauh lima enam depa,
sedangkan Tan Kia-beng sendiri berturut-turut mundur, dua langkah ke belakang.
Kerugian yang diderita oleh Sin Sie-poa kali ini tidak lebih karena dia terlalu memandang enteng musuhnya, bersamaan pula melancarkan serangan dalam keadaan tergesa gesa.
Begitu tubunya mencapai permukaan tanah dia lantas merasakan dadanya bergolak amat keras, dengan gugup hawa murninya segera disalurkan kedada untuk menekan
pergolakan tersebut, setelah itu disertai dengan suara bentakan yang amat gusar sekali lagi dia menerjang ke arah Tan Kia-beng.
Selama berkelana di dalam Bulim dia belum pernah
merasakan kerugian seperti ini hari, di dalam keadaan gusar senjatanya diputar sedemikian rupa sehingga menyerupai mega di tengah awan, hanya di dalam sekejap saja dia telah melancarkan serangan cengkeramannya dengan amat gencar.
Seketika itu juga seluruh ruangan itu dipenuhi dengan angin dingin yang menyambar nyambar di sekeliling suara bentakan yang memekikkan telinga.
Tan Kia-beng yang selama satu malaman harus menahan rasa kesal saat inipun segera melancarkan serangannya dengan seluruh tenaga, di tengah suara suitannya yang amat nyaring mendadak tubuhnya menerjang masuk ke tengah kurungan bayangan senjata itu, sepasang telapak tangannya bagaikan jeratan besi sebentar merontok sebentar membabat dengan amat gencarnya meneter pihak musuh.
Pada saat Sin Sie-poa lagi menerjang Tan Kia-beng itulah, Cin Liong-so Ong Ci mendadak berkelebat ke samping tubuh Ui Liong Tootiang dan melancarkan serangan cengkeramannya dengan amat gencar.
Ui Liong Tootiang yang sedang bergendong tangan
memandang jalannya pertempuran antara Tan Kia-beng dengan Sin Sie-poa, kini melihat Ciu Liong So melancarkan serangan bokongan kepadanya membuat hawa amarahnya segera berkobar.
"Kau cari mati!" bentaknya sambil mendengus dingin.
Ujung jubahnya segera dikebutkan ke depan segulung hawa khie kang yang amat dahsyat dengan cepatnya menghantam dada Cin Liong-so tersebut.
Cin Liong-so benar-benar memiliki kepandaian yang amat tinggi sekali, baru saja dia melancarkan satu serangan tubuhnya dengan amat gesitnya sudah molos ke belakang punggung Ui Liong Tootiang sepasang kepalnya bagaikan pancingan dengan cepatnya mencengkeram jalan darah Kwie Pang Hing Wie, serta Cing Toh tiga buah jalan darah penting.
Selama puluhan tahun ini tak seorangpun yang berani melancarkan serangan bokongan terhadap Ui Liong Tootiang dengan demikian bernyalinya hawa amarahnya benar-benar meledak.
"Heee.... heee.... kalian manusia manusia yang tidak takut mati?" bentaknya sambil tertawa dingin tak ada hentinya.
Setelah mendalami ilmu silat andalan kitab pusaka Sian Tok Poo Liong kepandaian silatnya pada saat ini benar-benar sudah mencapai pada taraf yang sangat tinggi di tengah suara tertawa dinginnya yang amat seram tahu-tahu tubuhnya sudah berkelebat lenyap dari pandangan.
Ong Hong Ci juga merupakan satu jagoan yang memiliki pengalaman amat banyak di dalam Bulim, ketiga dia merasakan serangannya tidak mencapai sasarannya, dia lantas mengerti keadaan sangat berbahaya.
Tanpa berpikir panjang lagi tubuhnya dengan cepat berputar ke belakang, sedangkah sepasang telapak tangannya bersama-sama melancarkan satu serangan ke depan.
Walaupun dia merasa dengan cepat, tetapi gerakan tubuh dari musuh jauh lebih cepat lagi, terasa olehnya satu hawa Khie kang yang amat dahsyat laksana ambruknya gunung Thay-san dengan hebatnya membentur angin pukulan yang baru saja dilancarkan ke depan itu
Seketika itu juga dia merasakan dadanya seperti ditekan dengan sebuah godam besi yang beratnya ada ribuan kaki, saking tak tertahannya sambil menjerit keras tubuhnya terlempar sejauh satu kaki lebih, darah segar yang dimuntahkan keluar dari mulutnya pun segera berceceran mengotori seluruh lantai.
Mendadak.... Tampak bayangan manusia berkelebat, tubuh Ong Hong Kie yang sedang melayang di tengah udara itu sudah diterima oleh Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong kemudian bagaikan kilat cepatnya dia menotok beberapa buah jalan darahnya dan memasukkan sebutir pil mujarab ke dalam mulutnya.
Setelah itu barulah dia perintah untuk duduk mengatur pernapasan.
Disini Cin Liong-so hanya di dalam satu jurus berhasil dipukul pental oleh tenaga khie kang dari Ui Liong Tootiang sehingga terluka parah disebelah sana Sin Sie-poa pun sudah berhasil kena dihajar pundaknya oleh Tan Kia-beng dengan menggunakan jurus Djie Ceng Tiong Thian seketika itu juga tubuhnya dengan sempoyongan mundur tujuh atau delapan
depa jauhnya, wajahnyapun sudah berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat.
Senjata Sie poa yang ada ditangannya tidak kuasa lagi terjatuh ke atas tanah, sambil muntahkan darah segar teriaknya dengan seram
"Heee.... heee.... karena Loohu tersebut gegabah kali ini menderita kekalahan ditangan kau bangsat cilik" bilamana malam ini tidak mati aku Sin Siepoa pada suatu hari akan mencari dirimu lagi untuk menuntut ganti rugi beserta bunganya.
Sehabis berkata tanpa menyapa Thay Gak Cungcu lagi dengan terhuyung huyung dia meninggalkan tempai itu!
Lie Hun Hwei cu yang melihat kedua orang jagoannya hanya dalam beberapa jurus saja sudah menemui kerugian hawa napsu membunuh mulai meliputi wajahnya pergelangan tangannya segera diulapkan ke depan, kedua belas bocah cilik sambil menggerakkan pedangnya dengan dahsyat segera menggulung tubuh Tan Kia-beng.
Tan Kia-beng yang melihat gerakan tubuh dari kedua belas bocah cilik itu hatinya jadi sedikit bergerak, seruling pualam putih yang semula diselempitkan dipinggangnya lantas dicabut keluar.
Belum sempat dia mengucapkan sesuatu mendadak....
Terasa hawa pedang memenuhi angkasa, dua sosok
bayangan putih serta merah dengan membawa segulung sinar pedang yang menyilaukan mata berkelebat datang dari tengah udara menerjang ke arah kedua belas bocah cilik itu.
Gerakannya amat cepat dan ganas, membuat seluruh jago yang ada disitu jadi merasa terkejut.
Kedua belas bocah cilik yang sudah menerima didikan amat lama dibawah pengawasan Thay Gak Cungcu walaupun secara tiba-tiba diserang oleh musuh barisannya tidak sampai menjadi kacau balau.
Tampak bayangan tubuh berkelebat, di tengah
berkelebatnya sinar pedang kedua sosok bayangan manusia yang baru datang itu sudah terjerumus di dalam lautan pedang yang amat rapat.
Walaupun gerakan tubuh dari bayangan putih serta merah itu amat cepat tetapi tak dapat mengelabuhi ketajaman mata dari Ui Liong Tootiang maupun Tan Kia-beng.
Tampak sambil menoleh ke arah sang pemuda tanya Ui Liong Tootiang dengan perlahan, "Kenalkah kau dengan kedua bocah perempuan itu?"
Sejak tadi Tan Kia-beng sudah dapat melihat kalau orang berbaju putih itu adalah Hu Siauw-cian sedangkan gadis berbaju merah itu adalah orang yang pernah menolong dirinya dari bahaya.
Selama ini dia selalu merasa kalau potongan badan dari gadis itu sangat dikenal olehnya walaupun dia sudah peras tenaga tak berhasil juga mengetahui siapakah dia.
Kini setelah ditanya demikian oleh Uk Liong Tootiang hatinya jadi sadar kembali bukankah ilmu pedang yang digunakan gadis berbaju merah itu adalah serangkaian ilmu pedang yang dilatih Mo Tan-hong sewaktu ada dibelakang kebunnya"
Tak kuasa lagi dia lantas berseru, "Dialah Cuncu Mo Tan-hong."
Mendengar perkataan itu Ui Liong Tootiang jadi melengak, tetapi sebentar kemudian sambil membentak keras tubuhnya sudah menubruk ke depan.
Para jago cuma merasakan sesosok bayangan abu abu berkelebat dengan tiada hentinya diantara kepungan dari kedua belas bocah itu hanya di dalam sekejap saja barisan itu sudah dipukul pecah sehingga membuat mereka dengan rasa terkejut pada menarik kembali serangannya dan
mengundurkan diri ke belakang.
Si Pek Ih Loo Sat yang sudah mengetahui asal usul dari Ui Liong Tootiang dengan terburu-buru diapun lantas menarik kembali serangannya sebaliknya gadis berbaju merah yang wajahnya berkerudung itu sambil melintangkan pedangnya di depan dada sudah memaki dengan amat gusarnya.
"Siapa kau" Bilamana ingin bergebrak cepatlah turun tangan! Buat apa mata anjingmu selalu memperhatikan diriku?"
"Hiat tit li!" seru Ui Liong Tootiang dengan nada gemetar.
"Apakah sampai pinto pun kau sudah tidak kenal?"
Mendengar perkataan tersebut gadis berbaju merah itu jadi tercengang, sebentar kemudian sambil melemparkan
pedangnya ke atas tanah dia maju menubruk ke depan.
"Supek, kiranya kau orang tua adanya! kau sungguh sungguh membuat Hong jie merasa sedih" teriaknya sambil menangis.
Dengan terharunya Ui Liong Tootiang membelai rambutnya kemudian dengan perlahan membuka kembali kerudung yang menutupi wajahnya sehingga terlihatlah wajahnya yang sangat menarik itu.
Setelah wajah dari Mo Tan-hong ini terbentang dihadapan mata para jago suasana dengan cepatnya berubah jadi amat tegang, setiap orang merasa hatinya berdebar debar, mereka menantikan perubahan selanjutnya dengan hati cemas.
Sudah tentu orang yang paling merasa kuatir adalah Tan Kia-beng, Thay Gak Cungcu, Bok Thian-hong serta Mo Thian-hong palsu tersebut.
Saat ini keadaan sudah dibikin jelas, si pengemis aneh ini sambil tertawa terbahak-bahak, segera berseru, "Haa....
haa.... haa.... sungguh tidak disangka di dalam kolong langit pada saat ini masih ada orang yang begitu tidak tahu malu, dihadapan orang banyak mengaku sebagai putri orang lain dan sandiwara dihadapan cian pwee orang lain pula."
San Liem Ci Cu pun hatinya jadi terang saat ini sambil menggoyang goyangkan kipasnya diapun tertawa tergelak.
"Bagus.... bagus sekali," serunya. "Di tempat ini ternyata sudah muncul sebegitu banyak orang yang mau bergabung....
ha.... sukma Mo Cun-ong yang ada diakherat tentunya merasa amat senang sekali
Saat itulah dengan cepatnya Tan Kia-beng sudah berkelebat ke samping Mo Cuncu, dengan membawa nada mengomel serunya, "Bagus, kau berani mengelabuhi diriku! kiranya kau sudah berkelana di dalam Bulim
Dengan perasaan malu Mo Tan-hong segera menundukkan kepalanya dan tertawa.
"Aku ada keberatan sendiri, bukannya maksudku sengaja menipu dirimu!"
Ui Liong Tootiang yang melihat putri kawan lamanya sewaktu bertemu dengan murid kawan lamanya pula bersikap
demikian mesra dan rasa cinta itu diperlihatkan dari kata-katanya tak kuasa lagi merasa amat girang, dia lantas tertawa terbahak-bahak.
Sejak Tan Kia-beng menghantarkan Cuncu keutara hingga ini hari Pek Ih Loosat terus menerus memperhatikan sikap dari kedua orang itu sudah tentu hal inipun dikarenakan rasa cintanya pada pandangan pertama terhadap Tan Kia-beng.
Cuncu yang kepandaiannya sudah jadi dan berkelana di dalam Bulim, dengan kedudukan sebagai lihiap berkerudung dia pun mengetahui dengan jelas, tetapi justru tidak dia ceritakan kepada Tan Kia-beng, dia selalu berharap dengan rasa harusnya hati Tan Kia-beng bisa tertarik kepadanya, lalu merebutnya dari tangan Mo Tan-hong.
Saat ini melihat terhadap kemunculannya Tan Kia-beng sama sekali tidak menggubris, sebaliknya bersikap begitu mesranya terhadap Mo Tan-hong dalam hati tidak terasa sedikit merasa sedih.
Dia sebetulnya adalah seorang yang bersikap congkak dan biasanya bersikap seperti ratu, orang-orang Bulim banyak yang tertarik terhadap dirinya, tetapi semua orang itu tak dipandang sebelah matapun olehnya kecuali Tan Kia-beng seorang dia sama sekali tidak menaruh rasa tertarik.
Sebaliknya Tan Kia-beng yang sudah berkenalan dengan Mo Tan-hong terlebih dulu ditambah pula nama mereka ayah beranak sangat jelek di dalam Bulim membuat sikap Tan Kia-beng terhadap dirinyapun tidak begitu cemerlang lagi.
Dengan sorang diri dia berdiri termangu-mangu disana, hatinya benar-benar merasa amat sedih sekali.
Dengan mengambil kesempatan sewaktu seluruh perhatian orang lain tertuju pada Mo Tan-hong, dengan pelahan dia mengundurkan diri dari situ dan lenyap di tengah kegelapan.
Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong yang melihat munculnya Mo Tan-hong di sana dalam hati segera mengerti kalau usahanya ini telah mengalami kegagalan, kini melihat pula kata-kata sindiran dari pengemis aneh, serta San Liem Ci Cu dalam hati merasa semakin gemas lagi.
"Kalian berdua jangan merasa bagga dulu" pikirnya dihati,
"Ada satu hari kalian bakal mengetahui bagaimana lihaynya aku orang she Bok."
Tetapi dia yang jadi orang amat licik, walaupun gusar tidak diperlihatkan di atas wajahnya, dengan wajah yang amat tenang dia bertindak maju mendekati Mo Tan-hong.
"Kaukah Mo Tan-hong Tit li?" tanyanya. "Dapatkan kau mengajukan bukti yang kuat untuk dibuktikan kalau kau benar-benar adalah Mo Tan-hong yang asli"
Mendengar perkataan tersebut Mo Tan-hong jadi melengak, dia tidak kenal dengan Bok Thian-hong dengan sendirinya tidak mengerti pula apa maksud dari perkataannya itu.
Tan Kia-beng yang ada disamping lantas tertawa.
"Dia adalah Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong katanya dengan menggunakan kereta kencana dia pun sudah
membawa datang seorang Cuncu karena niatnya menaruh curiga kalau kau adalah yang palsu maka dia minta bukti dari dirimu."
Tidak kuasa lagi Mo Tan-hong segera tertawa dingin.
"Hmmm! aku kepingin melihat Cuncu yang dia bawa itu bagaimana macam mukanya.
Pada saat itulah Hwee Im Poocu, si pengemis aneh, San Liem Ci Cu sudah pada berdatangan ke depan.
Terdengar tiba-tiba Hwee Im Poocu tertawa terbahak-bahak.
"Haa.... haa.... aku mengakui nona ini lah baru putri yang sesungguhnya dari Mo Cun-ong sisanya palsu" katanya.
"Omong kosong!" bentak Lie Hun Hwieku dengan amat gusar. "Dengan mengandalkan bukti apa kau mengatakan Hong djieku adalah palsu?"
Hwee Im Poocu sebagai majikan suatu benteng besar mana mau menerima makian itu dengan senang hati, mendadak air mukanya berubah sangat hebat.
"Mulutmu kalau berbicara lebih baik sedikit tahu adat"
tegurnya dengan dingin. Aku orang she Ong bukanlah seperti anjing anjing yang ada diperkampunganmu itu."
Sebetulnya Lie Hun Hwie cu lagi merasa mangkel dan gemas, kini mendengar perkataan tersebut dengan gusarnya mendadak maju ke depan.
"Kau mau apa?" bentaknya.
"Haa.... haa.... aku orang she Ong tak akan bertempur melawan kaum wanita, bila mana sungguh sungguh ingin bergebrak lebih baik kau panggil saja Bok Cungcu untuk mewakili dirimu."
"Hmm! kau kira dengan kepandaian silatmu itu berhak untuk bergebrak sendiri dengan Cungcu."
"Haa.... haa.... kalau memangnya kau berbicara demikian aku orang she Ong malah kepingin sekali meminta beberapa jurus petunjuk dari ilmu silat Thay Gak Cungcu"
Hwee Im Poocu pada saat ini benar-benar sudah teramat gusar, dengan langkah lebar dia segera menerjang ke hadapan Bok Thian-hong
Bok Thian-hong yang berakal licik mana mau mencari gara-gara dengan orang pada saat begitu, dengan cepat dia mengulapkan tangannya dan tertawa paksa.
"Bila mana Ong heng ingin minta petunjuk ada seharusnya cayhe melanjutkan, tetapi pada saat ini maaf aku tidak bisa mengiringi maksud hatimu itu, lebih baik kita membereskan dulu urusan yang menyangkut keluarga Mo ini.
Waktu ini Ui Liong Tootiang sudah dapat menentukan kalau Mo Tan-hong benar-benar adalah putri dari raja muda Mo, kini melihat kepandaian silatnya pun sudah menjadi dalam hatinya merasa semakin girang lagi.
Tanpa perduli orang, lalu sembari menggandeng tangan Mo Tan-hong, ujarnya, "Hian tit li bilamana tidak ada urusan lagi disini, mari kita pergi saja?"
Dengan pandangan yang mesra dan penuh cinta kasih, Mo Tan-hong melirik sekejap ke arah Tan Kia-beng.
"Tit li turut perintah!" sahutnya dengan malu malu.
Pada saat itulah mendadak dari tengah kalangan terdengar suara bentakan yang amat keras disusul meloncatnya Lie Hun Hwee cu ke tengah kalangan dengan wajah pucat kehijau hijauan menghalangi perjalanan dari Ui Liong Tootiang.
"Tunggu dulu!" Bentaknya dengan keras urusan belum diselesaikan, kau mana boleh pergi!"
"Jadi kau ingin menghalangi jalan pergi dari Pinto?" teriak Ui Liong Tootiang dengan marah.
"Bila mana kau tidak jelaskan dulu urusan ini hee.... hee....
hee mau pergi boleh, tapi barang-barang itu harus kau tinggalkan disini."
Mendengar perkataan tersebut Oie Liong Tootiang segera tertawa terbahak-bahak.
"Haa.... haa yang asli dan yang palsu bukankah sudah dibedakan di depan para jago, apanya yang tidak beres lagi"
sandiwara dari perkampungan Thay Gak Cungpun sudah bubaran!" Hmm.... lebih baik kalian jangan terlalu memaksa pinto sehingga jadi marah, waktu itu kalian tidak bakal lolos dari sini dalam keadaan hidup!
Selama ini Bok Thian-hong selalu munculkan diri di dalam dunia kangouw dengan wajah yang halus, berbudi dan jujur, kini melihat rencana busuknya terbongkar dihadapan orang banyak dalam hati lantas merasa bilamana urusan ini dilanjutkan lebih panjang ada kemungkinan malah merugikan dirinya sendiri.
Karena itu alisnya segera dikerutkan rapat rapat, mendadak dengan wajah penuh rasa gusar teriaknya dengan keras.
"Tootiang serta para saudara saudara dari Bulim harap tunggu sebentar, biarlah aku orang she Bok menyelesaikan dahulu urusan ini!"
"Hong jie kau kemarilah! teriaknya kemudian sambil putar badannya.
Si Cuncu palsu tidak mengetahui dikarenakan urusan apa Bok Thian-hong jadi marah marah dengan hati berdebar debar dia lantas maju ke depan.
"Cungcu memanggil Hong jie ada keperluan apa?"
tanyanya. "Siapa yang sudah perintahkan kau untuk datang kemari?"
bentak Bok Thian Bong dengan suara yang dingin dan wajah yang penuh napsu membunuh. "Siapa yang suruh kau menyamar sebagai Cun dan pura pura datang
keperkampunganku" Ayoh cepat bicara"
Cuncu palsu itu sama sekali tidak menyangka kalau dia bisa mengajukan pertanyaan seperti ini, dalam hati dia masih mengira majikannya sengaja berbuat itu.
Karenanya dengan amat sedih dia lantas tundukkan
kepalanya rendah rendah dan menjawab dengan suara yang perlahan.
"Hong jie adalah Cuncu yang sebenarnya, mana mungkin aku adalah palsu" urusan ini pastilah...."
"Omong kosong!"
Tidak menanti dia selesai ebrbicara mendadak Bok Thian-hong angkat telapak tangannya ke atas lalu ditekan ke depan.
Segulung angin pukulan berhawa dingin yang amat dahsyat cepatnya menghajar ke atas kepalanya.
Gadis berbaju merah itu sama sekali tidak menyangka kalau Bok Thian-hong bisa turun tangan kejam terhadap dirinya.
Tidak sempat menjerit lagi dengan beratnya dia jatuh rubuh ke atas tanah dan binasa seketika itu juga.
"Hmm! aku orang she Bok selamanya bekerja dengan terus terang, tidak disangka ini hari hampir hampir terkena tiupan dari budak kurang ajar" teriak Bok Thian-hong dengan amat gusarnya sehabis membinasakan dara berbaju merah itu
"Karena dia, nama bersihku jadi ikut ternoda, bilamana aku tidak kasi sedikit hajaran kepadanya bagaimana aku orang she
Bok punya muka untuk bertemu dan bergumul kembali dengan kawan kawan Bulim lainnya!"
Para jago yang hadir disana sewaktu melihat Bok Thian-hong turun tangan yang begitu kejam terhadap dara berbaju merah itu, tidak kuasa lagi pada tertegun dibuatnya.
Sebaliknya, Ui Liong Tootiang sendiri sama sekali tidak menggubris akan hal tersebut sampai melirikpun tidak, sambil menarik tangan Mo Tan-hong dia lantas enjotkan tubuhnya meloncat ke atas lalu dengan cepatnya berkelebat lenyap dari pandangan
Bok Thian-hong sendiripun dibuat tidak ada kegembiraan, dengan gemasnya dia melirik beberapa kejap ke arah Tan Kia-beng kemudian dengan memimpin Lei Han Hwee cu serta kedua belas bocah cilik pengawalnya dan membawa pula Djien Liong Lo yang terluka berlalu dari sana dengan lemas.
Tan Kia-beng yang karena perhatiannya ditujukan pada Ui Liong Tootiang serta Mo Tan-hong saja sama sekali tidak sampai perhatikan keadaan si pengemis aneh yang lagi merasa keheranan.
Terlihatlah pengemis aneh itu berturut-turut bergumam seorang diri, lalu pikirnya, "Bok Thian-hong ini terang terangan datang kemari dikarenakan barang-barang pusaka tersebut, kenapa sekarang pergi dengan begitu mudahnya" Misalnya dikarenakan dia takut terhadap kepandaian silat yang amat dahsyat dari Ui Liong Tootiang hal ini masih bisa dimaklumi, tetapi terhadap Tan Kia-beng" kenapa dia sudah tidak maui lagi terhadap pedang pusaka Kiem Cing Giok Hun Kiam yang ada dipinggangnya?"
Walaupun si pengemis ini bersifat amat ku koay tetapi terhadap segala urusan dia bisa berpikir dengan amat teliti,
sekali pandang saja dia lantas bisa mengetahui kalau di dalam urusan ini pasti ada sesuatu siasat sehingga tak kuasa lagi dia lantas mendengus.
"Hm! orang lain ada kemungkinan bisa kau tipu dengan wajahmu yang pura pura sok suci, ramah dan jujur, tetapi aku si pengemis tua tidak bakal dapat kau tipu bila mana ada Hong Djien Sam Yu disini maka kau jangan harap bisa melaksanakan seluruh siasatmu dengan lancar"
Setelah berpikir bolak balik beberapa saat lamanya dia baru angkat kepalanya memandang keadaan di sekeliling ruangan tersebut.
Saat ini tampaklah Tan Kia-beng sedang berdiri termangu-mangu di sana, sedangkan Hwee Im Poocu, San Liem Ci Cu beserta para jagoan dari partai Go-bie pun sudah pada lenyap tak berbekas.
Tidak kuasa lagi dia lantas tertasa terbahak-bahak dan maju menepuk nepuk pundak sang pemuda.
"Hey! semua orang sudah pada pergi, kau lagi pikirkan apa?" tegurnya sambil tertawa. "Apa mungkin sukmamu juga ikut terbang dengan bocah perempuan itu?"
Padahal yang sebenarnya di dalam benak Tan Kia-beng pada saat ini bukanlah lagi memikirkan Mo Tan-hong, sebaliknya sedang memikirkan sikap yang aneh dan
mencurigakan dari orang-orang aliran perkampungan Thay Gak Cung beserta Cungcu nya "si Cun Hong Hoa Yu" Bok Thian-hong.
Hal ini bisa munculnya dihatinya dikarenakan setelah mengadakan pengawasan serta pengamatan selama beberapa hari ini dia merasa ada banyak kepandaian silat dari orang-orang perkampungan Thay Gak Cung mempunyai kemiripan
dengan ilmu silat aliran Teh-leng-bun, hal ini membuat di dalam hatinya lantas timbul satu pikiran untuk menyelidiki sampai jelas.
Kini mendengar suara ejekan dari si pengemis aneh tidak kuasa lagi wajahnya segera berubah merah.
"Loocianpwee, kau jangan menggoda aku!" serunya malu.
"Boanpwee bukannya lagi memikirkan dirinya, aku sedang berpikir Cungcu dari perkampungan Thay Cung itu Bok Thian-hong ada berapa banyak tempat yang amat mencurigakan, tahukah kau dimana letaknya perkampungan Thay Gak Cung?"
Mendadak senyuman yang semula menghiasai bibir si pengemis aneh itu lenyap tak berbekas kemudian baru mengangguk.
"Jikalau kau sudah menaruh curiga terhadapnya, hal ini membuktikan kalau pandanganmu samat tajam. Orang-orang Bulim pada menyebut Bok Thian-hong merupakan seorang manusia yang suka menolong, adil dan bersifat jujur, sedangkan kau bisa melihat kepura puraan di balik semuanya itu.... haa.... haa.... bocah! kaupun ternyata sangat cerdik sekali."
Tan Kia-beng yang takut dia memuji lebih lanjut dengan cepat memotong pembicaraan di tengah jalan.
"Loocianpwee terlalu memuji" serunya, "Kau masih belum beritahukan kepadaku dimanakah letak perkampungan Thay Gak Cung tersebut?"
"Soal ini aku si pengemis tidak tahu."
Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau memangnya orang-orang dari perkampungan Thay Gak Cung menjagoi seluruh Bulim kenapa sampai alamatpun tidak punya?"
"Ehmm.... sikap serta gerak geriknya yang amat misterius ini benar-benar mendatangkan rasa curiga bagi orang lain."
Boanpwee pasti akan berusaha untuk mencari apat alamat dari perkampungan tersebut"
"Kini musuh musuh besarmu sudah pada tersebar diempat penjuru, lebih baik untuk sementara waktu kau berjaga diri baik-baik dan selalu waspada."
Dengan seriusnya si pengemis aneh itu lantas memberikan pesan serta petuah petuahnya kepada sang pemuda.
Ketika teringat akan musuh musuhnya mendadak Tan Kia-beng teringat kembali dengan orang-orang yang siap melancarkan serangan terhadap dirinya tadi. kenapa saat ini pada tidak kelihatan"
Berpikir sampai disini tidak terasa lagi dia lantas menoleh dan memeriksa keadaan di sekeliling tempat itu, terlihatlah sang surya sudah memancarkan sinarnya kembali, cuaca pun sudah terang tanah sehingga seluruh jagat pun telah punah dari kegelapan.
Waktu itulah dia baru sadar kembali dari impiannya, dia tahu dikarenakan bangunan Cun Ong-hu ini walaupun amat besar tetapi terletak di tengah keramaian kota bilamana sampai terjadi pertempuran pasti akan mengejutkan orang banyak sehingga membuat suasana lebih tidak leluasa, karena itu mereka padapergi meninggalkan tempat tersebut.
Si pengemis aneh jadi orang paling terbuka, kini rasa curiganya terhadap Tan Kia-beng sudah bisa dipunahkan mendadak dari badannya mengambil keluar sebuah baju yang sudah compang camping beserta sebuah karung dekil kepada Tan Kia-beng.
"Untuk menghindarkan diri dari pertempuran pertempuran yang tidak berguna lebih baik untuk sementara waktu kau menyamar saja" ujarnya sambil tertawa perlahan. "Menanti setelah urusan jadi jelas bagaimana kalau waktu itu kau baru pulihkan kembali wajah aslimu?"
Tan Kia-beng termenung dan berpikir sebentar, akhirnya sambil tersenyum dia mengangguk.
"Demikianpun baik juga, tetapi dengan dandananku semacam ini apakah tidak akan menimbulkan rasa curiga dari anak murid partaimu?" tanyanya.
Mendengar pertanyaan tersebut si pengemis aneh itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haa.... haaa.... soal ini tidak usah kau kuatirkan, sudah tentu aku si pengemis tua punya cara."
Dari dalam sakunya dia mengambil keluar sekeping uang kuno yang bercahaya amat tajam untuk diserahkan ketangan sang pemuda.
"Bilamana ada kesulitan kau ambillah keluar barang ini dan serahkan kepada mereka untuk dilihat maka urusan akan jadi punah kembali" pesannya, "Bersamaan pula bilamana kau ingin perintahkan mereka untuk mengerjakan sesuatu bolehkah aku gunakan tanda tersebut untuk beri perintah, mereka pasti akan melaksanakan apa yang kau inginkan."
Waktu itulah Tan Kia-beng sudah selesai menyamar dan berubah menjadi seorang pengemis cilik yang wajahnya sembab kuning dengan memakai pakaian yang sudah butut dan dengkil pemuda itu tiada hentinya berjalan bolak balik di dalam ruangan, setelah itu dengan bangganya tertawa terbahak-bahak.
Kembali si pengemis aneh itu memeriksa seluruh tubuhnya, setelah dilihatnya tak ada tempat yang mencurigakan dia baru berpesan kembali dengan nada serius, "Tempo hari aku si pengemis tuapun pernah memperoleh banyak kebaikan dari Han Tan Loodjien dia orang tua" mulai saat ini lebih baik kita panggil dengan tingkatan yang sama saja bilamana kau panggil dengan Loocianpwee.... Loo Cianpwee terus hati aku jadi merasa rada gatal gatal."
Tidak menanti Tan Kia-beng memberi jawaban dia
menyambung kembali, "Kini keadaan sudah amat gawat, aku si pengemis tuapun masih banyak urusan yang harus diselesaikan kalau begitu kita pisahkan diri saja disini. dan harap kau suka baik-baik berjaga diri!"
Sehabis berkata dengan cepatnya dia berlari keluar dari ruangan tersebut dan berlalu dengan melompati tembok pekarangan
Setelah beribut satu malaman penuh saat ini, Tan Kia-beng merasakan perutnya rasa lapar sedang badanpun amat lelah, dengan perlahan dia lantas keluar dari kebun tersebut kemudian dengan meloncati tembok pekarangan berjalan menuju kepusat kota.
Jalan raya di kota Tiang-sah tetap sangat ramai, rumah makanpun tetap ramai dikunjungi orang sehingga penuh.
Dengan berbagai persoalan menyumbat otaknya Tan Kia-beng berjalan menuju kerumah makan "Cui Sian Khie"
tersebut. Sewaktu dia naik ke atas loteng tampaklah keadaan di tempat itu sudah amat penuh, terlihat olehnya diantara orang-orang itu terdapat si Pendekar Satu Jari Ko Cian Djien, Pau Cing Thaysu dari Ngo Thay-san, Kuang Hoat tootiang dari
Kun-lun pay Leng Hong Tootiang dari Bu-tong-pay Go-bie Ngo Cu beserta orang-orang dari tujuh partai besar.
Disamping itu terlihat pula orang-orang dari kalangan Hek-to yang pernah turun tangan terhadap dirinya yaitu "Ku Ling Shia Sin" atau si malaikat iblis dari Ku Ling Kwan Tiong I Khei, Han Thian Put Tiauw serta beberapa orang iblis lainnya.
Tidak kuasa lagi dalam hati dia merasa sangat keheranan, pikirnya, "Kitab pusaka Sian Tok Poo Liok sudah dibawa pergi oleh Ui Liong Tootiang, bukannya pergi mengejar jejak dari toosu itu buat apa mereka tetap berdiam di kota Tiang-sah ini?"
Saat ini dia sudah menyamar sebagai seorang pengemis sudah tentu tiada yang kenal terhadap dirinya, dengan langkah yang lebar dia lantas memilih satu tempat dan duduk.
Selama beberapa hari ini jago-jago Bulim yang datang terlalu banyak sekali, sehingga walaupun Tan Kia-beng saat ini menyamar sebagai seorang pengemis, tetapi para pelayan di sana tidak ada yang berani memandang rendah dirinya sambil tersenyum senyum mereka menyambut kedatangannya dan melayani dengan hormat.
Dengan cepat dia minta beberapa macam sayur dan arak lalu bersantap seorang diri sinar matanya dengan tiada hentinya melirik ke arah orang-orang dari tujuh partai besar tersebut.
Terdengar si Pendekar Satu Jari Ko Cian Djien berbicara dengan suara yang perlahan.
"Secara mendadak Thay Gak Cungcu mengundang seluruh jago yang ada di dalam kolong langit untuk sama-sama berkumpul digunung Gak Lok San, sebenarnya dikarenakan urusan apa"
---0-dewi-0--- JILID: 14 "Soal ini tidak usah ditanyakanpun sudah teramat jelas"
jawab Cing Yang Cu dengan cepat. Jelas dia bermaksud hendak menyusun suatu rencana untuk menghadapi iblis tua beserta muridnya itu, Hmmm! bilamana iblis ini tidak cepat-cepat dibasmi ada kemungkinan dunia kangouw tidak bakal aman."
Dengan suara yang perlahan Phu Cing Thaysu segera berseru memuji keagungan Sang Buddha
"Nama besar dari Thay Gak Cungcu sudah terkenal diseluruh dunia persilatan dan memperoleh penghormatan dari setiap orang tetapi pinceng rasa gerak geriknya terlalu misterius hal ini tidak terlalu menunjukkan kalau dia berasal dari kalangan lurus," katanya.
"Perkataan dari Thay su ini bukankah sedikit keterlaluan"
tegur Loo Hu cu sambil tertawa, "Manusia berbakat dari setiap partai amat banyak sedang Bok Thian-hong bisa memimpin para jago tersebut untuk bersama-sama menegakkan
keadilan, bilamana dia tidak memiliki kepandaian silat yang tinggi serta hati yang benar-benar bisa dipercaya bagaimana para jago ada di dalam persilatan bisa tunduk semua kepadanya?"
Sewaktu Tan Kia-beng sedang enak enaknya
mendengarkan percakapan diantara mereka itulah mendadak terdengar langkah seseorang sedang naik ke atas tangga.
Tidak lama kemudian muncullan seorang siucay muda yang usianya kira-kira ada dua puluh tahunan
Potongan tubuh si sastrawan tersebut amat ramping, wajahnya halus dan berbedak sehingga mirip sekali dengan dandanan seorang perempuan. Cuma saja wajahnya amat dingin dan sombong
Tan Kia-beng yang tiba-tiba merasa wajahnya amat dikenal tak terasa lagi sudah memandang beberapa kejap lebih lama, cuma saja tak teringat olehnya siapakah dia.
Sinar mata si sastrawan tersebut menyapu sekejap
kesekeliling loteng itu sewaktu dilihatnya disamping Tan Kia-beng ada satu tempat kosong dia lantas mengambil tempat duduk disana.
Tetapi sewaktu dilihatnya orang yang ada dihadapannya pada saat ini adalah seorang pengemis cilik yang wajahnya sumbab kuning dia agak tertegun sebentar akhirnya sambil tertawa tundukkan kepalanya tertawa cekikikan.
Dengan cepat dia merangkap tangannya memberi hormat kepada Tan Kia-beng, sapanya, "Saudara bersantap seorang diri apakah tidak merasa kesepian" Bilamana sudi kiranya bagaimana kalau pindah saja"
Tan Kia-beng termenung berpikir sebentar, akhirnya dia merangkap tangannya memberi hormat.
"Undangan dari siangkong lebih baik aku si pengemis penuhi meja."
Dengan mengambil sumpit serta cawannya dia lantas pindah saja.
Sejak pertama kali terjunkan diri ke dalam dunia kangouw dia sangat mengharapkan bisa berkawan dengan beberapa orang teman, apalagi kini lagi menyamar sebagai pengemis, dia kepingin sekali berteman lebih banyak.
Si sasterawan tersebut ketika melihat Tan Kia-beng benar-benar sudah pindah ke mejanya segera tampak tertawa senang.
"Siapakah namamu" Anak murid dari jagoan mana dari Kay-pang?" tanyanya kemudian.
Beberapa pertanyaan ini seketika itu juga membuat Tan Kia-beng menjadi bungkam, karena waktu berpisah dengan pengemis aneh sangat tergesa gesa sekali sehingga terhadap keadaan dari Kay-pang sebenarnya dia sama sekali tidak mengerti.
"Cayhe Ke Beng sedang soal perguruan maaf aku tidak bisa memberitahu," sahutnya kemudian dengan gugup.
"Oooh, kirannya Ke heng." sahut sasterawan tersebut sambil tersenyum "Siauwte bernama Hu Siauw Sian dan merupakan seorang Bulim yang belum tamat belajar silat"
Justeru Tan Kia-beng paling takuti bila orang lain menanyakan soal perguruannya, kini dia tidak suka membicarakan tentang perguruan hal ini malah merasa kebetulan sekali baginya.
Setelah saling bercakap-cakap beberapa saat lamanya akhirnya bahan pembicaraan mereka pun sudah beralih tentang berbagai dari berbagai aliran yang pada berdatangan di kota Tiang-sah ini.
Apakah Ke heng hendak pergi melihat keramaian?" tanya si sastrawan tersebut secara tiba-tiba.
Tan Kia-beng meneguk beberapa cawan arak terlebih dahulu sehingga semangatnya kembali berkobar setelah itu tertawa terbahak-bahak.
"Cayhepun mempunyai maksud begini cuma saja aku tak memperoleh undangan dari pihak perkampungan Thay Gak Cung."
Si sastrawan tersebut lantas tertawa dengan menggunakan arak tulisnya sepatah kata di atas meja.
Masuk secara bersembunyi.
"Bukankah kita dapat berbuat demikian?" tanyanya.
Tan Kia-beng segera bangun berdiri dan tertawa senang.
"Baik, kita tentukan demikian saja mari kita kembali kekamar masing-masing untuk beristirahat.
Setelah membayar rekening mereka berdua bersama-sama kembali Tan Kia-beng semula
Si sastrawan yang baru saja meneguk beberapa cawan arak pada saat ini wajahnya sudah berubah jadi merah padam, dengan rapatnya dia jatuhkan diri ke dalam pelukan Tan Kia-beng lemas bagaikan pohon Liuw yang tertiup angin.
Tan Kia-beng yang takut dia benar-benar terjatuh
menggunakan sepasang tangannya segera memeluk tubuhnya kencang kencang
Terasalah olehnya segulung bau harum yang semerbak laksana bunga seruni bercampur dengan bau arak tiada hentinya tersiar keluar dari badannya dan amat menusuk hidung.
Karena bau harum inilah di dalam hati dia jadi keheranan.
Bagaimana mungkin dari badan Hu heng ini bisa tersiar bau harum seperti seorang dara"
Setelah masuk ke dalam kamar si sastrawan itu dengan lemasnya lantas jatuhkan diri di atas pembaringan.
"Pintu kamar apa sudah kau tutup?" tanyanya kemudian sambil memandang sang pemuda dengan sepasang biji matanya yang amat indah dan jeli
Diam-diam di dalam hati Tan Kia-beng merasa kegelian pikirnya kembali.
"Hmmm.... kongcu ini sungguh lucu sekali, di tengah siang hari bolong kenapa harus menutup pintu"
Tetapi dia menurut saja untuk pergi menutup pintu sewaktu dia berjalan mendekati pembaringan untuk bantu dia membukakan sepatunya, mendadak si sastrawan itu menarik kakinya ke belakang.
"Tidak usah" serunya dengan wajah yang berubah jadi merah padam, "sebentar lagi bakal segar dengan sendirinya."
Setelah itu dia lantas menepuk samping pembaringan menyuruh sang pemuda untuk duduk
"Hey kau punya kawan perempuan tidak?" tanyanya.
Tan Kia-beng segera tertawa terbahak-bahak.
"Haa.... haa.... manusia seperti aku ini untuk makan sehari tiga kalipun tidak kenyang, darimana bisa datangnya kawan perempuan?"
Mendengar perkataan di dalam hati diam-diam Hu Siauw Sian memaki dengan gemasnya,
"Hmmm, terang terangan Mo Tan-hong Mo Cuncu adalah kawan perempuannya, dia masih bisa bicara begitu....?"
"Oooh sungguh?" tanyanya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Eei bagaimana kalau kita membicarakan soal yang lain saja" buat apa urusan yang tak berguna itu kita bicarakan?"
seru Tan Kia-beng dengan wajah kurang sabaran.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita membicarakan soal yang benar-benar serius?"
"Ehmm, baiklah, apa kerjamu datang kekota Tiang-sah ini?"
Karena mendengar Thay Gak Cungcu mengundang seluruh partai serta jago di dalam Bulim untuk bersama-sama merundingkah cara untuk menghadapi Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong serta anakan iblis she Tan karena dengan menempuh perjalanan siang malam aku sengaja datang kemari untuk melihat keramaian.
"Menurut apa yang aku ketahui, katanya Thay Gak Cungcu itu sangat dihormati dan disanjung di dalam Bulim, apakah benar-benar ada urusan ini?"
"Hmm menurut apa yang kuketahui orang ini ada
kemungkinan merupakan seorang lelaki sejati yang palsu sebenarnya dia adalah seorang manusia licik yang berarti ular kali ini diluarnya kumpulkan para jago Bulim dengan alasan untuk menegakkan keadilan padahal di dalam hati sebenarnya kepingin merebut sebilah pedang pualam serta sebuah seruling pualam dari bocah cilik she Tan itu."
Tan Kia-beng yang mendengar perkataan tersebut jadi teramat gusar dibuatnya, dengan dinginnya dia lantas mendengus.
"Hmmm, jangan mimpi."
Hu Sian yang melihat sikapnya yang sangat gusar dan gemas itu tidak kuasa lagi lantas tertawa cekikikkan, sambungnya, "Bilamana aku si bocah goblok she Tan itu maka akupun akan berbuat seperti kau, untuk sementara waktu berganti baju dan menyamar kemudian pergi mencari si Penjagal Selaksa Li beserta putrinya untuk bersama-sama
merundingkan cara untuk menghadapi para jago Bulim itu, tidak seharusnya berkelana seorangnya tanpa arah tujuan Mendengar perkataan itu dalam hati Tan Kia-beng rada sedikit bergerak belum sempat dia mengucapkan sesuatu terdengar Hu Siauw Sian sudah berkata kembali, "Menyamar sebagai apa, harus mirip seperti apa, misalnya saja seperti kau yang ada di dalam perkumpulan Kay-pang, seharusnya mengetahui kalau ciangbunjin dari Kay-pang pada saat ini adalah Leng Lam Coa Sin, atau si malaikat ular dari daerah Leng Lam, bersamaan pula di dalam Kay-pang ada dua orang Tiang loo, yang satu adalah si pengemis aneh Liauw Liok sedang yang lain adalah Gien Cang Shu atau si kakek tongkat perak Thio Cau."
"Eeei.... bukankah dia lagi memberi peringatan kepadaku?"
pikir Tan Kia-beng secara tiba-tiba
Tanpa sadar diapun sudah melirik ke arahnya dengan pandangan penuh berterima kasih, tetapi bagaimana dia bisa mengetahui tentang penyamarannya"
Tubuhnya mendadak berputar, dengan cepat bagaikan kilat, dia melancarkan satu serangan mencengkeram pergelangan tangannya.
"Siapakah kau?" bentaknya dengan keras, "Cepat katakan, kalau tidak jangan salahkan aku kurang sopan terhadap kawan."
Si Sastrawan itu membiarkan pergelangan tangannya sendiri dicengkeram, dia sama sekali tak meronta barang sedikitpun.
"Heei, siapakah aku, dilain waktu kau bakal mengetahui dengan sendirinya," jawabnya kemudian sambil menghela napas panjang. "Pokoknya keadaanmu pada saat ini sangat
berbahaya sekali sedang kau masih saja berbuat gegabah, umpama saja kau lagi menyamar sebagai seorang pengemis kenapa seruling pualam yang paling mudah menjadi incaran orang sudah kau selipkan pada pinggang" Disamping itu sewaktu berbicara tetap menggunakan dialek tersebut, coba bayangkan bilamana sampai bertemu dengan jago-jago kawakan yang lihay apakah mereka tidak bisa pecahkan samaranmu ini?"
"Masih ada lagi kau berbuat terlalu gegabah dan tidak pikir kelicikannya serta kekejaman yang ada di dalam Bulim kita baru saja berkenalan bagaimana kau boleh begitu percaya terhadap diriku" bilamana di dalam arakmu aku beri racun atau dengan meminjam kesempatan sewaktu aku pura pura mabok dan bersandar dibadanmu lalu turun tangan apa yang bakal terjadi" kita sebagai orang-orang dari dunia kangouw haruslah selalu waspada coba kau pikir benarkah perkataanku itu?"
Tan Kia-beng yang mendengar perkataan tersebut segera merasakan bulu kuduknya pada berdiri, dengan cepat dia menarik kembali tangannya dan memberi hormat.
"Perkataan dari Hu heng membuat pikiranku jadi terbuka, cayhe benar-benar merasa sangat berterima kasih sekali."
Hu Siauw Sian segera tertawa, mendadak dia bangun berdiri dan putar badan.
"Aku masih ada sedikit urusan, malam nanti kita bertemu kembali!" serunya kemudian.
Tubuhnya dengan cepat berkelebat ke pintu kemudian berlalu dengan amat cepatnya.
Seperginya sastrawan muda itu Tan Kia-beng mulai
meresapi setiap perkataan yang diucapkan oleh orang itu dia
merasa setiap kata yang dia katakan adalah satu pengalaman yang benar-benar amat sempurna, tetapi siapakah sebenarnya orang itu" kenapa dia sengaja datang memberitahukan urusan ini kepadanya"
---0-dewi-0--- Malam semakin kelam membuat suasana di sekeliling tempat itu diliputi oleh kegelapan....
Di atas puncak gunung Gak Lok San yang tenang dan sunyi berturut turut saling susul menyusul berdatangan berbagai macam jago Bulim dari tua sampai muda semuanya ada.
Baru itu seorang ciangbunjin dari partai atau aliran maupun jagoan dari satu daerah bahkan sampai para pendekar yang telah mengasingkan diri serta iblis iblis sakti dari kalangan Hek-to yang terkenal akan kekejamannyapun pada hadir disana
---0-dewi-0--- Bilamana pada hari biasanya beberapa golong orang-orang ini bilamana berkumpul pasti akan terjadi pertempuran yang amat sengit.
Tetapi keadaan pada hari ini sama sekali berbeda, walaupun mereka sama-sama bertemu muka tetapi tiada seorangpun yang mencari keributan masing-masing dengan amat tenangnya berdiri di atas puncak seperti lagi menantikan sesuatu!
Malam semakin kelam.... angin dingin bertiup membuat dedaunan serta ranting pada bergoyang tiada hentinya sehingga mengeluarkan suara yang berisik.
Sang rembulan memancarkan sinarnya redup redup di tengah awan awan yang penuh dengan mega hitam.
Dari bawah kaki gunung mendadak muncullah sesosok bayangan hitam yang gerakan tubuhnya amat cepat sekali hanya di dalam beberapa kali loncatan saja laksana anak panah yang terlepas dari busurnya dia meluncur ke atas gunung
Dibawah sorotan sinar rembulan yang samar-samar dapat dilihat kalau orang itu bukan lain adalah seorang pengemis muda yang wajahnya sembab kuning.
Tidak usah ditanya lagi jelas pengemis itu adalah Tan Kia-beng yang lagi menyamar, dengan amat gesitnya dia meluncur ke atas puncak gunung hanya gerak geriknya amat berhati-hati sekali.
Pada saat ini di atas puncak gunung itu sudah berkumpul empat lima puluh orang banyaknya termasuk juga ketujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai besar beserta beberapa orang berwajah seram yang sebelumnya tidak pernah kelihatan.
Si Cun Hong Hoa Yu Bok Thian-hong dengan memimpin kedua belas bocah pemunah hujannya dengan perlahan muncul di atas puncak gunung itu
Kepada para jago yang ada disana dia lantas menjura, dan ujarnya dengan suara yang ramah, "Dikarenakan cayhe masih ada satu urusan kecil sehingga datang ada terlambat harap saudara sekalian tidak jadi marah."
Para jago yang bergerombolan jadi beberapa kelompok sewaktu melihat munculnya dia segera menjadi tenang kembali masing-masing memandang ke arahnya dengan wajah serius.
Selama ratusan tahun ini seluruh partai yang ada di dalam Bulim bisa hidup berdampingan, walaupun ada sedikit kesalah
pahaman sehingga terjadi bentrokan bentrokan tetapi tidak sampai jadi amat parah" ujar Thay Gak Cungcu lagi. Siapa tahu pada sepuluh tahun mendekat ini dari dalam dunia kangouw sudah muncul seorang iblis tua si Penjagal Selaksa Li yang kegemarannya membunuh orang sehingga membuat suasana di dalam dunia kangouw jadi kacau dan penuh dengan bau amis darah.
"Cayhe rasa bilamana urusan ini didiamkan terus maka keadaan akan berubah semakin kacau lagi, karena itu sengaja cayhe undang saudara saudara sekalian untuk datang kemari mengadakan perundingan. karena tempat ini jauh dari keramaian, maaf cayhe tak dapat melayani lebih baik lagi"
Sehabis berkata kembali dia menjura dengan hormatnya.
Begitu Bok Thian-hong selesai berkata, maka suasana di dalam kalangan seketika itu juga dibuat amat gaduh masing-masing orang pada beribut membicarakan soal ini.
Tiba-tiba terdengar Loo Hu Cu dari Go-bie pay berteriak dengan suara yang amat keras, "Orang ini bersifat kejam dan tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi Menurut pendapatku yang bodoh lebih baik kita bekerja sama untuk basmi bajingan tua iblis pembunuh manusia itu Untuk menghadapi orang tersebut kita tidak perlu menggunakan peraturan lagi."
Baru saja dia selesai berbicara dari antara gerombolan orang-orang itu terdengar suara seseorang yang seperti gembrengan bobrek sudah berteriak, "Di dalam urusan ini kita harus memiliki seorang pemimpin untuk mengurusi di dalam pekerjaan yang maha besar ini."
Thay Gak Cungcu adalah seorang jagoan yang namanya telah terkenal diseluruh Bulim, lebih baik dia saja yang
bertindak sebagai pemimpin" sambung seseorang pula dengan suara yang amat aneh.
Dengan terburu-buru Bok Thian-hong segera merangkap tangannya menjura, "Aku orang she Bok tidak berbudi dan tak ada gunanya bagaimana boleh menerima kedudukan sebagai pemimpin di dalam kerja sama ini s
Golok Yanci Pedang Pelangi 2 Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Kisah Pendekar Bongkok 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama