ingkirkannya. Masih ada satu hal lain yang membuat anak muda ini
pusing" Itulah Tiang Lok Kongcu, yang pergaulannya dengan ia
makin akrab. Tuan putri itu yang selalu men cari jalan
merapatmya. Ia sendiri tak sedikit juga ia menaruh hati pada
Putri itu. Sampai malam tadi Tiang Lok bicara dengannya dan
Yo Kok Tiong menimbulkan soal jodoh mereka" juga katakatanya
Oet- tie Pak. mau atau tidak, ia jadi memikirkannya.
,,Sampaipun Oei-tie Toako telah mendapat lihat," Pikirnya.
"Mungkinkah benar Putri Tiang Lok jatuh hati kepadaku " Satu
Ong Yan Ie sudah membikin aku sangat pusing, bagaimana lagi
kalau muncul Tiang Lok Kongcu ini " Mana aku membebaskan
diriku " Benar-benar malam itu Mo Lek tidak dapat tidur nyenyak,
maka mendekati pagi, p kitannya masih kacau, ia bagaikan linglung.
Mendekati tengahari, selagi ia menantikan pelayannya
membawakan barang makanan, tiba-tiba ia mendengar suara
berisik diluar kemah Ia lantas pergi keluar untuk melongok.
Segera ia mendapat kenyataan be berapa orang lagi dikurung
sejumlah serdadu, bahkan lantas dikenali, beberapa orang itu
yalah tukang masaknya Yo Kok Tiong.
Beberapa koki itu tengah memotong seekor babi panggang
bersama beberapa rupa barang makanan lainnya, yang
menyiarkan bau harum sedap. Babi panggang itu yang hendak
dirampas. Beberapa orang koki itu melihat munculnya Mo Lek. Mereka
juga melihat sianak muda mengenakan pakaian orang berpangkat,
mereka menganggap bahwa mereka menemui bintang
penolong, lantas mereka berteriak teriak: "Tayjin tolong !
Tayjin, tolong tolong !"
Mo Lek sudah lantas menghampirkan.
"Kamu letaki babi panggang itu, selesai sudah urusanmu."
kata ia. "Aku jamin bahwa mereka tidak bakal membunuh kamu!"
Kawanan serdadu iiu lantas berseru seru. "Akur ! Kami cuma
menghendaki babi panggang itu ! kami tidak memikir untuk
makan daging kamu ! Tidak menjadi apa jikalau Yo Kok Tiong
makan sedikit kurang ! kami orang sudah makan babakan
pohon dan rumput!"
Selagi berisik itu, disana datang sepasukan serdadu
pengiring Mereka mendekati, sambil memegang cambuk,
dengan itu lantas dengan "embarangan mereka mencambuk
pergi pulang pada rombongan serdadu itu. Mereka jug
mencaci: "Kamu kelaparan sampai menjadi kalap pikiran, ya !
Bagai mana kamu berani hemdak merampas barang hidangan
Siangya yang diperuntukan para tamunya?" Masih mereka
mencambuk kalang kabutan, bahkan Mo Lek, yang berada
dekat, kena cambukan satu kali !
Bukan main gusarnya sianak muda. Ia lantas merampas
cambuk pengiring
"Kau cuma tahu Yok Kok Tiong, kau tidak tahu mati
hidupnya tentara!" tegur nya. Segera dengan cambuk
ditangannya itu ia menghajar kalang kabutan pada beberapa
serdadu pengiring yang berada paling dekat dengannya, hingga
mereka itu kaget dan kesakitan, antaranya ada yang terus ber
gulingan sambil berkaokan atau merintih.
Suara berisik menjadi hebat sekali. Urusanpun lantas
menjadi berubah sifatnya Serombongan serdadu pengiring itu
melawan dengan siasia, mereka lantas mendapat bantuan
kawan kawan mereka yang baru. Tapi rombongan tentara yang
mau merampas babi panggang juga lantas turun tangan, dan
merekapun dibantu oleh lain lain kawannya, yang datang dari
pelbagri kemah.
Mereka sem.a beuempur, mereka mercaci tak bencinya.
Dalam kekacauan tu, tentara jie Tim kue, pasukan pengirmg
raja sampai turut mengambil bagian. Beberapa perwira
sebawahan datang tetapi mereka itu tidak sanggup
mengendalikan kekacauan.
Selagi saat kacau itu, ada orang yang berteriak: "Mari kita
cari Yo Kok Tiong untuk membuat perhitungan dengannya! Ada
pula yang lainnya, menteriakan: Ya, mari kita tanya dia, apakati
dia benar hendak membikin kita mati kelaparan ! la seke luarga
hidup senang, makan dan pakai cukup ! Dialah yang membikin
negara celaka begini rupa! Lalu ada tertekan lain: Yo- Kok
Tiong, apakah kau masih ada muka untuk menjadi perdana
menteri?" Teriakan-teriakan itu mendapat sambut an dan empat
penjuru, suara berisik menjadi bertambah-tambah. Cacian juga
tak berhenti karenanya.
Bagaikan gelombang, orang pergi ke tempat kediamannya
Yo Kok Tong, Mo Lek telah terdorong maju dimuka.
Barisan pengiringnya Yo Kok Tiong lantas lari sipatkuping.
Mereka itu tidak berani menentang atau mencegah saja.
Malam tadi Yo Kok Tiong bicara banyak dengan dua orang
utusan Ouigour. sam pai jauh malam, baru ia masuk tidur,
maka itu diwaktu begitu, baru dia mendusin. Dia hendak
menjamu pula sekalian tetamunya. Suara sangat berisik itu
membuatnya kagel dan heran. Tanpa merasa, pikirannya menjadi
goncang. "Celaka, Siangya !" tiba-tiba datang se orang tentara
kepercayaannya. "Tentara su dah nrenerbitkan kekacauan !
Mereka itu dipimpin Tiat Touw-ut yang baru itu ! Me reka
datang kemari, untuk menyerbu ! Harap Siangya lekas
menghentikan mereka " Yo Kok Tiong mencoba menenangkan
diri" "Apakah dia itu bocah she Tiat ?" ia. menegaskan. "Apakah
ada lainnya perwira" Mana Tan Ciangkun ?"
"Ya, Siangya, cuma dia seorang. Lainnya perwira tidak ada.
Tan Ciaigkun tidak nampak !"
Tan Ciangkun yang ditanyakan Yo Kok Tiong itu ialah Tan
Ciangkun Tan Goan Lee yang berpangkat Liong Honw Tay Ciangkun,
jenderal "Naga dan Harimau," yang memegang
tampuk pimpinan atas angkatan perang. Dia baik dengan Yo
Kok Tiong cu ma di mulut, dihati tidak. Yo Kok Tiong
menanyakan dia sebab dorna ini menyangka dialah yang
menganjurkan perlawanan tentara itu Setelah mendengar
jawaban itu, bahwa Tan Ciangkun tidak turut mengambil
bagian, bahwa Tiat Ceng cuma bersendirian saja, hatinya
menjadi tabah pula. Ia pikir, harus ia sendiri yang keluar untuk
menghentikan kekacauan itu. maka ia lantas muncul dengan
diiring sejumlah tentara pengiringnya yang ia percaya. Dilain
pihak ia menyuruh kedua utusan dari Ouigour menyingkir
secara diam-diam dari pintu belakang.
Dorna ini menggunai pengaruhnya sebagai perdana menteri.
Ia mencoba menghentikan suara berisik dengan menuduh tentara
itu menjadi pengkhianat atau pemberontak. Ia menunjuki
sikapnya yung keren.
Sejumlah kecil tentara lantas berdiam, bagaikan berhentinya
hujan dan badai malam itu. Akan tetapi jumlah yang terlebih
besar, masih tetap dengan suara berisik mereka bahkan jadi
semakin gusar. Dengan demikian kekacauan tidak dapat cegera
di redakan. Justeru disaat dorna ini tetap mau menunjuki pengaruhnya
dengan hendak menitahkan orang membekuk Tiat Mo Lek,
sekonyong-konyong semua orang., mendengar satu suara yang
mendengung sangat keras, bagaikan suara genta besar.
"Yo Kok Tiong ! Kaulah yang berkomplot dengan utusan
bangsa asing ! Kaulah yang mau berontak ! Bagaimana kau
berbalik menuduh lain orang ?"
Itulah Oet-tie Pak yang datang secara tiba-tiba.
Mo Lek telah lantas berpikir : ,,Kau menuduh aku berontak,
baiklah akan aku berontak, terhadapmu ! Hari ini tidak dapat
aku memberi ampun padamu ! " Karena ini, lantas ia kasih
dengar suaranya yang nyaring terhadap semua tentara : "Kamu
lihat ! Itulah dua oang utusan dari Ouigoar itu ! Mereka mau
molos dari dalam !"
Kebetulan saja Mo Lek melihat kedua utusan itu, yang kaget
dan takut tidak terkirakan. Mereka kabur ke istana dimana ada
beberapa ekor kuda raja, mereka dua orang busu, dengan
mudah mereka meroboh kan beberapa orang penjaga istal itu;
untuk merampas kuda yang hendak dipakai menyingkirkan diri,
dibelakang hengkiong itu tempat terlarang, terdapat rimba
yang men jadi tempat sempurna untuk melarikan diri.
Semua tentara lagi menghadapi Yo Kok Tiong seorang,,
sebelum suaranya Oet-tie Pak itu, tidak ada yang perhatikan
kedua utusan Ouigour itu, mereka itu berdua juga bergerak
dengan sangat cepat tak sempat orang mengejarnya.
Walaupun demikian, su aranya Mo Lek membuat mereka
menoleh dan melihat perutusan itu. Lantas ada yang berteriakteriak
: Yo Kok Tiong berkong- kol dengan perutusan bangsa
asing ! Kenapa kita tidak mau bunuh pada si dorna pem
berontak pengkhianat ?"
Kok Tiong takut hingga semangatnya seperti terbang
meninggalkan tubuh raganya, ia lantas mementang mulutnya
lebar-lebar menteriakan : "Perutusan itu perutusan yang
diundang Seri Baginda sendiri ! Mereka tidak sangkut pautnya
dengan aku! Oet-tie Ciangkun ! Tiat Touw-ut ! Jangan kamu
sembarang menuduh ! "
Suara berisik luar biasa, sia-sia belaka teriakannya Yo Kok
Tiong itu, tidak ada yang menghiraukan, hingga ketika ia meng
ulangi, cuma terlihat mulutnya berkelemak, kelemik. Beberapa
tentara mendapat dengar akan tetapi tidak ada gunanya. Inilah
sebab kebencian umum terhadapnya sudah mendalam,
Sekongkol dengan pihak asing melainkan satu alasan saja.
Ada dua orang pahlawannya Yo Kok Tiong, yang setia
kepada dorna itu, mereka mau melindungi majikannya itu
menyingkir dari tempat yang berbahaya itu, tapi mere ka
segera kena dihajar roboh oleh Tiat Mo Lek, yang membacok
mereka dengan pedangnya.
Sebagal kesudahan cari itu, meluruklah semua tentara,
menyerang kepada Yo Kok Tiong. Di dalam tempo sedetik,
habis sudah tubuh si dorna yang berdarah daging itu, yang
tercingcang pelbagai senjata tajam.
Oet-tie Pak gagah berani, akan tetapi, menyaksikan peristiwa
itu, ia terkejut hingga ia tercengang. Sebenarnya ia masih
hendak mengancam Yo Kok Tiong supaya Mo Lek dibebaskan
dari tuduhan. Itulah diluar dugaannya.
Mo Lek sendiri tidak menyangka bakal terjadi demikian.
Kawanan tentara itu belum puas dengan membinasakan Yo
Kok Tiong seorang, merekapun membunuh Yo Soan, anaknya
si- dorna yang berpangkat Hu Pou Sie-lorg, menteri urusan
penghasilan negara dan rakyat. Lalu, dalam kalapnya, mereka
juga hendak mencari Yo Kui Hui, guna menumpas keluarga Yo!
Kedua saudaranya Yo Kui Hui, yaitu Han Kok Hujin dan Kok
Kok Hujin. ketika mereka mendengar keributan itu, menjadi
sangat ketakutan, dengan tersipu-sinu "mereka menyingkirkan
diri dengan naik kereta. Akan tetapi tentara tersebar dimana
mana, mereka terlihat mereka lantas dikejar. Paling dulu Han
Kok Hujin mati dicincang
Kok Kok Hujin kabur terus sampai keretanya terpegal. Disaat
mengancam seperti itu, ia lupa akan derajatnya send ri. la menyingkap
tenda kereta, ia menghadapi semua tentara untuk
memohon ampun. Ia berkata.
,Bukankah kamu telah bunuh kakakku Akulah seorang
perempuan, tidak campur dan tidak tahu menahu urusan
kakakku itu" Tolong kamu mengasihani aku ibu dan anak, kamu
ampunilah aku! Sembari meratap-ratap itu, nyonya itu
menyebar emasnya, ia memang tiga lipat lebih cantik daripada
Yo Kui Hui, maka juga penyair kesohor di- jaman itu, Chang Ku,
pernah menulis syair memujinya.
Kok Kok Hujin menerima budi raja. Diwaktu fajar dapat
menunggang kuda memasuki pintu istana.
Ia menampik yancie dan pupur, yang dikuatir merusak
parasnya. Ia cuma menyipat ringan hasilnya, toh ia bukan main
agungnya."
Demikian, saking dicintai raja, sekalipun diwaktu fajar, dia
dapat keluar masuk dipintu istana dengan menunggang kuda.
Ia menolak untuk makeup, ia berias tanpa pupur dan yancle. Ia
kuaatir yan cle dan pupur justeru mengotorkan parasnya. Kalau
ia toh menyipat alis, ia menyipatnya tipis sekali. Dengan berias
secara sederhana itu; ia tetap dapat "merobohkan negara,"
yaitu membuat raja tergila-gila.
Rombongan tentara itu tidak menghirau kan harta yang
dihamburkan, mereka sebaliknya tercengang menandang wajah
siselir yang cantik itu, sedang ketika itu, dengan ratapannya.
siselir terlihat lemah dan mengharukan, mendatangkan rasa
ka?ihaii siapa juga. Tidak ada orang yang mau turun tangan,
walaupun tangan merskan siap sedia dengan senjatanya
masing-masing. Maka kusirnya si nyonya menggunakan ketika
itu mengaburkan kudanya, menyingkir dari kurungan. Tapi selir
ini bebas buat sementara waktu saja. Sekeluarganya dari batas
perhentian Ma Gui Ek, ia tidak dapat barang makanan, ia
kelaparan selama beberapa hari hingga tubuhnya jadi kurus
kering, dan tempo akhirnya ia lari sampai d Tin- chong disana
ia Kena ditangkap Camat Sie Keng Sian yang mengejarnya
bersama-iama rakyat negeri, terus ii dibunuh mati, hingga
tamatlah riwayatnya.
Tentara yang disebelan belakang mencari kawan-kawannya
yang didepan yang membiarkan
harus berikut akarnya! Rase sudah lolos biarlah! Sekarang kita
mesti cari rase lainnya! Yu Kui Bui! Dia itu tidak dapat lolos
lagi!" Teriakan itu lantas mendapat sambutan riuh.
Sekarang ini tak usah tentara itu mendapat pimpinan lagi.
Mereka sudah anta mengurung Heng Kiong, .kuil tua dan bobrok
itu. Mereka berkaok kaok meminta supaya Seri Baginda
Hian Cong lantas menghukum mati pada Yo Kui Hui!
Raja ketahui pemberontakan tentaranya itu, tak berani ia
muncul, ia cuma menitahkan Liong Houw Tay Ciangkun Tan
Goan Lee yarg pergi menemui untuk membujuki mereka supava
tentara itu kembali ketangsinya masing-masing
Fan Goan Lee menurut, ia menghadapi tentaranya. Ia
berkata: "Kamu sudah membinasakan Yo Kok Tiong, kenapa
kamu masih belum mau mengundurkan diri7 Bukankah dengan
begini kamu jadi membikin kaget pada Seri Baginda" "
Entah siapa yang membuat syair, atas teguran panglima
perang itu, tentara menyambut dengan nyanyiannya ini.
"Walaupun dorna sudah dibunuh. Akarnya masih tetap
tumbuh! Jikalau akar tak disingkirkan. Mana hati dapat
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditenangkan?" Dengan terpaksa Tan Ciangkun kembali
kedalam, untuk memberi laporan. Kata ia, menambahkan:
"Maksudnya tentara itu, meski juga Yo Kok Cong sudah
disingkirkan. tetapi mereka tak menghendaki Yo Kui Hui terus
berkuasa" Maka itu hamba mohon keputusun Seri Baginda."
Paras raja menjadi pucat. Ia menangis waktu ia berkata : Kui
Hui berdiam didalam keraton, Kok Tiong telah di binasakan apa
sangkut pautnya dia dengan Kui-Hui" Sekarang ini kami sudah
terlunta-lunta, di sampingku tinggal Kui-Hui satu orang- tinggal
dia yang dapat meng libur hatiku karena itu, mana tega kami
menyingkirkan dia ?"
Tan Goan Lee berdiam, tetapi matanya di pentang lebar. la
melirik kepada Kho Lek Su yang berdiri disisi raia Dialah orang
ke biri yang paling di sayang hingga pengaruhnya menjadi
besar, sedang&an terhadap Yo Kui-Hui, dialah yang paling
pandai mengambil hati. Sekarang dia lagi ketakutan sangat,
takut sekali dia nanti dituduh sebagai konco Yo Kui Hui,
telinganya terus mendengar hiruk-pikuknya tentara diluar kuil.
Mereka itu masih tetap berteriak an. Ketika dia melihat
lirikannya Tan Goan Lee, hatinya mencelos. Dia takut bukan
main. Tapi toh dia mendapat pikiran. Maka lantas dia berlutut
didepan junjungan nya, akan berkata: "Benar Kui-Hui tidak
bersalah dan tentara sudah membunuh Kok Tiong, akan tetapi
Kui- Hui tetap berada di sisi Seri Baginda, mana dapat hati
tentara itu ditenteramkan" Maka itu hamba mohon Seri Baginda
sudi memikirkannya. Jikalau hati tentara tenang maka Seri
Baginda pun akan selamat.
Wio Giok, yang berpangkat Keng tiauw Su-lok. berlutut dan
berkata: "Kemarahan umum sulit untuk di tentang, maka itu
keselamatan dan kecelakaan kita tinggal bergantung pada saat
sedetik ini . " . Jikalau Seri Baginda tidak tega melepaskan KuiHui maka dikuatir mungkin tentara pun tega terhadap Seri
Baginda sendiri oleh karena itu hamba mohon Seri Baginda suka menguatkan hati. menahan sabar dan membuang rasa
cinta. Ini semua untuk membikin negara aman-sentosa."
Kaisar berdiam akhirnya ia mengangguk belum lagi ia
membuka mulutnya maka di belakang tirai telah terdengar
ratap tangisnya Yo Kui-Hui.
.,Aku telah dengar semua pembicaraan kamu! berkata selir
itu. ,,Seri Baginda, haraplah Seri Baginda merawat diri baik-baik
jangan Seri Haglnda pikirkan pula padaku"
Paras raja pucat sekali. Ia mengulapkan tangannya tanpa
besuara. Tan Goan Lee dan yang lainnya mengarti mengundurkan diri.
Segera juga raja berhadapan dengan selirnya. Ia masih tak
dapat mengucapkan se iuatu.
Yo Kui Hui masih mempunyai harapan kata ia sambil
menangis: "Sam-long, masih ingatkah kau kejadian pada
tanggal tujuh bulan tujuh tahun dahulu itu, disaat mala- man
tidak ada lain orag" Bukankah ketika jtu telah berbicara
dipendopo Tiang Seng Tian" Apakan kata kata kita waktu itu?"
Kaisar menjadi putera yang ketiga maka itu ia dipanggil samlong.
Sahut raja ,.Kata kata malam itu ialah dilangit kita akan jadi
burung pie ek, didunia menjadi pohon lian-lie-kie Selirku Kami
ingin semuanya kita menjadi suami isteri tetapi . .
,,Pie-ek ialah burung yang mempunyai cuma satu (sebelah)
sayap, maka untuk terbang, dua ekor mesti terbang berendeng
bersama. "Lian-lie-kie ialah pohon yang cabangnya nempel satu
dengan lain. Itulah perumpamaan untuk suami dan isteri.
Baru raja berkata sampai disitu ia telah mendengar gemuruh
lebih hebat dari tentara diluar kuil, ia kaget hingga parasnya
menjadi jangat pucat, air matanya lantas mengalir deras, la
tidak sanggup meneruskan kata-katanya itu.
Yo Kui Hui tahu bahwa ia sudah habis pengharapannya,
maka sembari menangis se dih, ia kata: ,,Buat guna
keselamatan negara dan Seri Baginda hamba rela untuk
dihukum mati, cuma hamba mohon supaya hamba nanti mati
utuh . . . . Kaisar pun menangis. Kata ia: .Semoga dengan pengaruh
Sang Budaha kelak kau akan dapat menitis pula dengan baik."
Terus ia menoleh kepada Kho Lek Su, untuk memanggil: ,,Kho
Lek Su mari!" Sambil me manggil ia mengambil sekayu sutera
putih, yang mana dilemparkan kepada orang kebiri itu sambil ia
menambahkan: "Kau bawa Kui Hui kabelakang Sang Buddha,
kau mewakilkan kami mengantarkan Kui-Hui naik ke wilayah
dewa dewa."
Dibelakang Ruang Buddha itu ada sebuah pohon, kesana Yo
Kui-Hui dibawa. Pada pohon itu dia menggantung diri hingga
mati, dalam usia tiga puluh delapan tahun,
Kematian Yo Kui-Hui ini kemudian di buatkan syair oieh Po
Chu I. syair mana memakai kalimat , Chang Hen Ko yaitu
nyanyian penjelasan yang panjang. Syair itu mengambil dasar
peristiwa diperhatikan Ma Gui Ek ini, Kaisar sendiri jalan mordar
mandir di- samping ruang Buddha itu, Tidak ada orang disisinya
karena orang pada menjauhkan diri. Ia tidak berani melihat Yo
kui Hui saat kematiannya selir itu, tapi ia tak tega hati untuk
meninggalkannya jauh jauh. Ti dak lama maka ia mendengar
suara rontoknya daun-daun, Ia menduga daun rontok itu
disebabkan tubuo Yo Kui Hui meronta- ronta atau berkelajatan.
Suara itu disusul dengan suara nyaring dari jatuhnya serupa
barang mungkin itulah tusuk kondainya se lir itu. Ia lantas
menutupi mukanya ia menarik"napas panjang, Didalam
kesedihannya yang sangat itu tiba-tiba ia pun merasa hatinya
lega. Rupanya tentara diluar kuil sudah mendapat tahu apa
yang terjadi didalam kuil suara berisik mereka sirap dengan
perlanan-lahan.
Memang selir raja yang paling disayang sudah mati, tapi
sekarang raja pun bebas dari ancaman bahaya Ia menjadi tidak
tahu ia harus berduka atau mesti bergirang.
Dalam keadaannya raja. seperti itu, tiba tiba ada bayangan
yang menghampirkan nya. Bayangan itu muncul dari pojokan.
Be gitu sampai didepan raja dia monj ituhkan diri untuk berlutut
Dia pun berkata dengan perlahan sekali "Harap Seri Baginda
jangan berduka hamba hendak melaporkan sesuatu."
"Minggir,"berseru raja mengusir. Ia gu sar sekala. "Aku tidak
pedulikan lagi urusan apa juga!" Ia menyangka kepada seorang
kebiri. Akan tetapi setelan ia menoleh, ia melihat seorang
perwira yang menggantung kan pedang dininggangnya.. Ia
menjadi kaget sekali. Segera ia menegur: , Kau . . kau datang
kemari buat apa"
Habis menegur, baru saja mengenali Oe bun Thong ia
tadinya menyancka panglima nya itu turut dalam kawanan
tentara yang berontak" itu. Lantas ia bertanya: "Kami sudah
menghukum mati pada Kui Hui mustahilkah tentara masih tidak
suka memberi ampun kepada kami" "
Tapi jawabnya Oe-bun T h on f adalah: "Apakah Seri
Bagainda memikir untuk mem balaskan sakit hatinya Kui Hui?"
Kian Cong menggoyangkan tangannya berulang-ulanj". atau
mendadak ia mendapat pikiran: , Jikalau Oe-bun Thong
berontak, tidak nanti dia masih menjalankan kehormatan
sebagai menteri kepada rajanya. Ma ka ia lantas merobah
sikapnya: , Kata ia kau bangunlah! Kau hendak bicara apa "
Bicara dengan perlahan !" Ia sendiri bicara perlahan sekali.
,,Pemberontakan tentara ini dsebabkan ada yang anjurkan"
kata Oe-bun Thong. "Siangnya dan Lu i Hui tidak harusnya mati
semua-mua sebab orang itu "
"Siapakah dia ?" raja menyela. Oe-bun Thong mau menyebut
nama orang, atau ia membatalkannya dengan tiba tiba. Selagi
ia mau membuka mulutnya, Ia mendengar suara tindakan kaki.
Bersama sama raja, ia lantas berpaling,
Yang datang itu ialah Tan ciangkun Tan Goan Lee bersama
Tiang lok kongcu, Si puteri dengan niat menghibur ayahnya dan
si kepala perang guna memberi laporan seraya bermohon raja
menghiburi tentara.
Melihat tuan puteri hati Oe bun Thong berdebar, batal bicara
dengan raja, ia terus berkata dengan panglima perang besar
itu: ,,Aku kuatir tentara yang mengamuk itu nanti menerobos
masuk kemari, dari itu aku datang untuk melindungi Seri
Baginda" Tan Goan Lee tidak menanya perwira ini pertanyaannya itu
menjadi berlebihan, karenanya Tiang Lok Kongcu menjadi heran
dan bercuriga. Tan Goan Lee lantas berkata: "Semua perwira dan tentara
setia kepada Seri Bagin da, karena itu Seri Baginda jangan
berkua- tir, dan berduka. Sekarang silahkan Seri Baginda
mengeluarkan firman untuk menghibur mereka itu. supaya hati
mereka menjadi tenteram.
Kaisar menerima baik usul itu, bahkan ia lantas
mengeluarkan firmannya ia menitahkan panglima perang ini
yang menyampaikan firman itu didalam mana antaranya
diterangkan: Yo Kok Tioig berdosa. dia pantas menerima
hukumannya itu, Raja ma lah memberikan pujian kepada
tentara bah wa sama sekali tidak ada niatnya untuk menarik
panjang peristiwa itu. Ditambahkan: bahwa Yo Kui Hui juga
telah bmfsa karena ia dijatuhkan hukuman Ketentaraan Dia
akhirnva diharapkan semua perwira dan tens tara bertenang
hati. Walaupun ada pemberitahuan itu, tentara maaih belum
percaya kematian Yo Kui Hui maka itu raja menitahkan Kho lek
Su membawa mayat selirnya untuk dipertonton kan. Mayat itu
diletakkan diatas gotongan, pembaringan dengan ditutupi
sutera, Baru setelah menyaksikan itu, tentara memperdengarkan
teriakan mereka. ,,Hidup Raja!" dan bubarlah.
Roja kemudian menitahkan Kho Lek Su merawat mayatnva
Yo Kui Hui, buat dikubur dengan baik.
Selagi begitu dari kejauhan, terlihat dua orang penunggang
kuda lagi mendatangi dengan cepat. Mereka itu lantas dipegat
dengan tentara, untuk dinyatakan dahulu keterangannya.
Ternyata merekalah pesuruh dari Tuysiu di Kong-goan yang
membawakan buah lee-cie.
Yo Kui Hui sangat menyukai buah itu Ia asal orang tanah
Siok dan ditanah Siok itu tumbuh pohon buah tersebut.
Sebenarnya buah lee-cie dari tanah Siok kalah lezad dengan
keluaran dari Leng lam. Semenjak menjadi selir dari raja, tak
peraah Yo Kui Hui makan pula lee-cie dari kampung
halamannya, sebaliknya ia menghendaki cie su pembesar dari
Leng lam. mengatur pesuruh istimewa, untuk saban-saban
mengirimkan buah lee-cie Leng-lam itu. mengenai ini Tu Mu
sampai membat syairnya.
"Seorang penunggang kuda dengan debu merahnya maka
tertawalah Kui Hui !
Tak ada yang ketahui bahwa sebenar- n ya buah lee-cie
sudah datang!"
Taysiu dari Kong goan itu telah mendapat pemberitahuan
halnya raja dan selirnya, bakal datang ketanah Siok, ia pikir:
"Disaat Kui Hui lagi mengungsi ini dia tentu tidak bakal makan
lagi buah lee eie asal kampung halamannya supaya dia senang.
Dia tahu atau dia tidak menyangka selagi buah tiba jenazah
siselir tengah dimasuki kedalam tanah.
Tentara tertawa melihat buah lee-cie itu, yang dimuatkan
dengan dua keranjang besar: Hanya sebentar habis sudah
dipesta- porakan mereka sebuah juga tidak ketinggalan.
Sementara itu raja telah memerintahkan Tan Goan Lee
menertibkan pasukan perangnya untuk mereka meianjut an
perjalanan, Ketiga itu selain keadaan sudah reda betul,
gangguan hujan dan banjir juga telah hilang, lalu lintas sudah
pulih. Orang juga lega hatinya. Hanya ketika penertiban
dilakukan, masih ada satu soal sebuah gelombang kecil . . .
Yo kok Tiong berasal dari tanah Siok sebawahannya, juga
banyak orang berasal dari wilayah itu; Diantara mereka itu ada
bagian yang tidak sudi berjalan terus kebarat, sebaliknya
mereka minta diijinkan pergi ke Hoo-liong, atau ke Taygoan
atau pun dipulangkan ke kotaraja,
Oleh karena lalu lintas sudah pulih, raja pun disamout oleh
Lu Hu pembesar da ri Ho hong yang datang bersema sejumlah
penduduk kotanya yang ingin menghadap junjungannya. Dialah
pembesar yang berani kepada raja dia mengusulkan untuk raja
kembali saja ke Tiang-an. Katanya mereka ber ramai bersedia
melindungi sang junjungan
Hati raja belum tenteram tak dapat ia menerima usul ini, Tak
berani ia kembali ke Tiang-tn. Pasukan dari An Lok San justeru
lagi menuju kekotaraja: ia lebih suka, tinggal di tanah Siok.
Tanah yang indah yang jauh terlebih baik daripada wilayah
lainnya. Ia merasa ditanah Siok ia bakal hidup senang buat
banyak tahun lagi. Tapi sulit buat ia lantas mengambil
keputusan. Sudah ada soal sisa tentara Yo Kok liong, timbul
pula usul ini. Putera mahkota yang bernama Lie Keng besar hatinya, Dia
justeru telah memikirkan untuk memperoleh kekuasaan besar
Dia hendak perkuat kedudukannya untuk nanti dia naik atas
tahta kerajaan. Melihat keragu-raguan raja dia berkata: "Pemberontak
lagi melakukan penyerangan negara kacau, kalau kita
tidak mendapatkan hati rakyat, mana kita bisa bangun kembali
" sekarang ayah mau pergi ke tanah Siok, jikalau pemberontak
memutuskan jalan Cian too pastilah wilayah Tiong- goan akan
terjatuh kedalim tangannya. Sementara itu sebagai orang
agung, ayah tidak dapat menempuh bahaya. Oien karena itu,
baiklah sekarang Sin-jie yang pergi mengumpulkan tentara
dibarat daya, untuk memanggil Kwe Cu Gie dan Lee Kong Pek
diutara, supaya mereka bekerja sama, membasmi pemberontak
guna merampas pulang kedua kotaraja. Setelah aman diluaran,
barulah kita menyapu suasana buruk didalam istana untuk
menyambut ayah pulang.
Raja cocok sekali dengan kata-kata puteranya itu. la senang
melihat sang putera mengajukan dirinya. Maka lenyaplah
kesangsiannya. Lantas ia mengangkat Tayciu Lie Heng menjadi
Thian Hee Peng Ma Tay goaniwee, panglima besar dengan
Kwee Cu- Gie sebagai pembantunya Ku Goanswee dan Kwee
Cu Gie diperintah bersatu hati menumpas pemberontak. Hanya
kemudian putera mahkota ini tanpa menanti ayihnya. wafat
telah mengangkat diri meniadi raja di Leng bu dengan
menyebut difinya, Kiasar Siok Cong.
Habis badai tentara itu Mo Lek mengambil keputusan buat
meninggalkan pang katnya akan tetapi melihat pengumuman
Kaisar yang tidak menarik panjang peristiwa itu, ia berpikir lain.
Katanya didalam hati: ,,Siraja tua tidak dapat hilang
kepercayaannya dari rakyat ! Didalarn pengumu mannya terang
sekali ditulis bahwa perkara tidak akan ditarik panjang,
sedangkan Yo kui Hui sudah dihadiahkan kematiannya. Apakah
yang ku kuatirkan, pula " Seorang laki-laki dia mesti bekerja
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagai jantan juga, dia mesti bertanggung jawab dari
mulanya sampai diakirnya ! Aku telah memberikan janjiku
kepada suheng untuk melindungi si raja tua kalau aku buron ditengah
jalan, apa kata perbuatanku itu. Tidak bisa lain, kalau
orang mengantarkan sang Buddha dia mesti mengantarkan
terus sampai dilangit Barat " Batal mengangkat kaki Mo Lek
tetap turut didalam rombongan kerajaan ini Dite ngah jalan itu,
tiba-tiba Oe-bun Thong datang padanya, untuk berkata: ,,Tiat
Touw- ut, Seri Baginda menitahkan kau membawa beberapa
puluh tentara San tie untuk ber jalan dibelakang, guna
melindungi barang barang berat, tak usahlah kau mengiringi
lagi keretanya tuan puteri!"
Mo let percaya kata-kata itu. ia menerima baik. ia memang
hendak menjauhkan diri dari Tiang Lok Kong Cu. Lantas ia peigi
kebelakang. Perjalanan dilanjuti terus menuju ke Barat. Jalanan ditanah
Siok sudah kesohor sukarnya, maka itu setiap Jiari ada saja ter
dengai" keluhan tentara Syukur selanjutnya, rangsum cukup
Karena Yo Kok Tiong yang benci sudah mati, tentara itu
bersemangat berani mereka melawan kesukaran itu. Girang
mengeluh buat jalanan yang sukar tetapi tidak ada yang
penasaran atau menggerutu.
Pada suatu hari tibalah orang di Kong goan. Daerah itu
sudah termasuk dalam daerah Siok. Raja mengingat
penderitaan tentaranya ia memberi cuti tiga hari
Malam itu Mo Lek bersama Cin Siang dan Oe tie Pak
berkumpul minum arak sam bil memasang omong Tengah
asyiknya mereka mendadak ada seorang thaykam yang becara
tergesa-gesa datang kepada mereka.
,,Kong kong ada apakah ?"tanya Oe-tie heran.
,,Seri Baginia menitahkan memanggil Tiat Touw-ut
menghadap sekarang juga sahut orang kebiri itu.
"Oh, kiranya ada panggilan ?" kata Oet- tie Pak "Saudara
Tiat, aku justru lagi luang tempo, mari aku temani kau !"
Oet-tie Pak bertugas melindungi keluarga raja ia dapat
masuk ke istana tanpa menanti panggilan, benar sekarang
mereka berada ditengah jalanan tetapi aturan berjalan terus.
Itulah sebabnya mengapa ia mengatakan demikian.
Tapi orang kebiri itu segera berkata: "Seri Baginda cuma
memanggil Tiat Touw- ut. Sekarang ini para penjaga di Hengso
telah berganti orang, karena itu. Oet-tie Ciang kun silakanlah
minum terus saja!"
Heng-so itu ialah tempat kediaman raja Oet tie Pak dapat
keluar masuk didalam istana, akan tetapi, buat menghadap
raja, ia perlu melaporkan dahulu atau menerima panggilan
sekarang ia mendengar suaranya siorang kebiri, yang terang
tidak menghendaki ia turut bersama, ia tidak memaksa. Ia
tertawa. dan kata: .,K.arena di Heng-so tidak ada kerjaan, suka
aku melewatvan tempo menganggurku disaini " Saudara Tiat.
akan kami tunggu pulangmu, untuk kita m"inum pula !
Adalah biasa yang raja memanggil ham banya, maka itu Oct
tie Pak tidak curiga apa apa. Mo Lek sebaliknya. Ia heran, hmg
ga timbul kesangsiannya Pikirnya: Didalam peristiwa di Ma Gui
Ek itu akulah biangkeladinya walau pun Seri Baginda sudah
mengumum kau siapa juga tak akan di
tarik panjang, toh aneh sikapnya raja.
Kenapa ia tak menghendaki aku mengiringi tuan puteri"
Bukankah itu bukti bahwa dia mencurigai aku, bahwa aku tak
dipercaya penuh seperti tadi tadinya" Laginya, mau apa
sekarang aku di panggil datang sendirian saja " Ah mustahilkah
ini ada kehendaknya tuan puteri ?"
Dasar dia jujur, walau pun dia bercuriga. Mo Lek akhirnya
dapat melegakan hatinya. Ia ingat poribasaha yang
membilangi: ,,Raja tak pernah bicara main main. "Ia tidak
menduga bahwa raja hendak menceia kai dia, ia hanya
menyangka kepada Tiang Lok Kongcu, bahwa itu di sebabkan
tuan puteri tidak dapat melupan ia, hingga puteri itu bermanja
dan meminta pertolongan ayahnya memanggil dia.
Dengan pikiran itu, meski ia merasa se dikit kurang enak
hati, Mo Lek ikut orang kebiri itu.
Kota Kong goan berada digaris belakang yang berpisah jauh
dari medan perang sedangkan thay Jin kota konggoan telan
menyediakan junjungannya sebuah heng so a tau
pesanggerahan-yang oesar dan indah hingga mirip istana Tentu
sekali heng so ini sanggat jauh bedanya dengan kuil obrok di Mi
Guj Ek. Disini pula segala persediaan, atau perjalanan lengkap
dan sempurna. Mo Lek mengikuti siorang kebiri melintasi sebuah lorong
yang panjang. Morang kebiri memakai aturan seperti biasa, dia
berjalan dimuka. selewatnya lorong, dia berseru: ,,Tiat Touw-ut
yang menerima perin- tak panggilan dari Seri Baginda sudah
sampai ! "
Justru itu waktu seorang dayang yang romannya sangat
bingung, -sambil menyender didinding, melempar sebuah
benda ke arah Mo Lek, kebetulan sekali, Mo Lek tengah
menghadapi nona pelayan itu, maka ia lantas mengenali dialah
dayangnya Tiang Lok Kongci. Dengan sebat ia menyambut
benda itu ialah segumpal kertas. Tentu saja ia menjadi heran,
hingga ia terperanjat. Lekas lekas tetapi diam diam, ia buka
kertas yang tergumpal itu Sementara itu, ia berjalan terus. Baru
saja ia melihat tulisannya, dua huruf yang besar, ia justeru
mendengar suaranya orang kebiri pengawal pintu. , Panggillah
Tiat Touw-ut menghadap Seri Baginda! Atas itu siorang kebiri
pengantarnya menoleh sambil berkata. "Tiat Touw-ut sekarang
dapat kau masuk ke dalam ! "
Tatkala itu sidayang sudah menghilang di pintu pojok.
Mo Lek menenangkan hatinya, la menggertak gigi untuk
bersikap wajar, seperti ju ga ia tak baru mengalami sesuatu
yang mengherankannya. Ia bertindak mengikuti orang kebiri
pengawal pintu itu. yang disebut hong-bun-kho. Ia melintasi
lorong, untuk memasuki sebuah ruang didalam sun. kecuali raja
ada juga Oe bun Thong seorang, sebagaimana layaknya
seorang menteri Mo Le menjalankan kehormatan sambil
menyerukan tiga kali "Ban-swee!"
"Berbangkitlah, ay-keng!" kata raja sabar. "Duduklah!"
Kata kata " ay keng" itu berarti "menteri yang dikasihi." Itulah
sebutan raja untuk menterinya.
Hati Mo Lek tetap tidak tenteram. Ia mengucap terima kasih
baru ia duduk. Segera juga raja tertanya: "Kabarnya dalam peristiwa di Ma
Oui Ek itu, kaulah yang memimpinnya. Benarkah itu?"
"Nah, inilah dia!?" kata Mo Lek didalam hati. Didalam hal itu,
ia sudah berpikir karenanya, " tidak takut. Ia menjawab dengan
cepat: "Harap Seri Baginda maklum. Ketika itu kemarahan
tentara sedang meluap . a,, h air b a teh h ditunjerg mereka
itu, hamba tidak bisa berDuat lainnya ?"
Kata raja pula: "kalau begitu, nyalimu sungguh tidak keci ! "
Mo Lek berlaku tenang, ia menjawab pula: "Hamba cuma
memikirkan dorna untuk kebaikan Sen Baginda, karena itu baik
keselamatan maupun bencana, hamba tidak pernah hiraukan!
Jikalau seri Baginda menganggap perbuatan hamba itu tidak
selayaknya, hamba bersedia akan menerima hukuman
walaupun mesti tidak nanti hamba menampik!"
Tenang hamba ini tetapi suaranya tetap dan gagah.
Baginda "Hian Cong menggeleng kepala, "Ay-keng
menafsirkan keliru maksuk kami,:" katanya. "Orang bernyali
besar dan setia sebagai ay keng, untuk mencarinyapun kami
tak bisa mendapatkannya aarena itu mana kami ingin
menghukummu " Oidalam maklumat juga kami sudah tegaskan
bahwa perkara itu kami tidak tarik panjang bahwa orang yang
menyingkirkan dorna justru kami puji tinggi akan dihadiahkan.
Sekarang kami memanggil kau datangpun karena ka- mi hendak
memberi anugerah kepadamu. Tiat Ceng, dengar!"
Didalam hatinya Mo Lek kaca: "Sebe narnya raja tua ini lagi
main sandirawa apa?" Tetapi ia lantas beriutut, untuk mendengar
anugerahnya. Raja terdengar berkata: " Kami angkat kau menjadi Liong Kie
Touw-ut untuk turun temurun serta mendapat hadiah setangkai
bunga kiong boa dan arak istana tiga cawan!?"
Menurut- aturan dijaman Ahala Tong itu, cuma seorang yang
lulus sebagai Cong- goan".lulusan nomor satu dalam ujian dida
lam istana., .yang mendapat hadiah kiong- hoa".Bunga istana,
maka itu, kehormatan ini menjadi satu kehormatan yang luar
biasa besarnya. Inipun berada diluar sangkaan Mo Lek. Ia
lantas menyambuti kionghoa, untuk ditancap diujung bajunya,
kemudian ia menyambuti arak dari tangaa raja sendiri.
Cepat didetik itu, Mo Lek ingat bunyi nya surat yang
kertasnya dilemparkat kepadanya oleh dayangan Tiang Lok
Kongcu. Itulah cuma dua huruf, yang huruf hurufnya sangat
besar Dan bunyinya dua huruf itu yalah "Lekas Pergi." Tentu
saja, mengingat surat itu ia jadi berpikir: Itulah pem berian dari
Tiang Lok fcongcu ! Pemberian itu mestinya bukan tidak ada
alasannya ! Tuan Pdteri menyuruh aku lekas pergi dia tentu
ketahui raja hendak membikin celaka padaku, sebaliknya
sekarang raja menganugerahkan aku pangkat serta
menghadiahkan bunga istana dan arak! .. Ah, mungkinkah arak
ini ada keanehannya?""
Mengingat begini, Mo Lek berlaku waspada. ta tidak lantas
mencegluk arak itu, ia bukan bawa uu kemulutnya untuk ditempel
pada bibirnya, hanya kedepan hidung nya untuk ia
membaunya, seteiah itu mendadak ia me"emparkan cawan
berikut isi araknya itu kelantai!
Segeralah terdengar suara mengpomprang keras, cawan itu
hancur berarakan, dan araknya melulahan ! Yang aneh yalah
arak itu yang terus muncrat dalam rupa lelatu api !
Maka terangkah akak itu beracun!
Disaat itu, bukan buaian gusarnya Mo Lek. Diapun kaget
ekali. Mimpipun tidak ia bahwa raja dapat menggunai itu
macam akal hina dina untuk meracuni orang yang melindungi
keselamatannya !
Justeru itu, rajapun berseru: "Tiat Ceng menghina
junjungannya ! Hadiahkan kamatian kepadanya!
Berbareng dengan seruan raja, Oe bun Thong berlompat
kepada Mo Lek untuk menyerang dengan jeriji jeriji tangannya
yang kuat bagaikan ujung tombak, buat menotok jalandarah
kematian anak muda itu!
Mo Lek mendapat lihat gerakan sepnya itu, sedang
telinganya mendengar perintahnya raja. Walaupun Keadaan
sangat sekuiut ia suah bersedia.
Atas datangnya serangan itu, ia memutar tangannya, untuk
menyampok dengan hebat. Itulah serangan untuk celaka bersama!
Oe-bun Thong sudah pernah berkenalan dengan cara
penangkisan berbareng penyerangan itu, ia tidak berani
mengadu tangan. Keras lawan keras berarti kerugian buat
pihaknya. Maka ia menarik pulang tangannya sampai ia
menggeser tubuhnya, buat memindahkan tubuh kebelakang
orang, untuk dari situ meneruskan monotok pula ke- punggung,
ke jalan darah hong-hu.
Mo Lek tidak bergerak tanggung-tanggung. Ia menyampok
pula. Setelah itu, ia balas menyerang. Oleh karena ia terus bersikap
keras, ia membuat lawan terpaksa mun dur tiga tindak.
Ketika itu ia berseru nyaring: ,,Raja tua! Jikalau kau dapat
mengemukakan alasan yang tepat jikalau kau menghukum mati
padaku dengan cara terus terang akan aku menerima
hukumanku, tidak nanti aku menolak! Sekarang, tak selayaknya
kau mengeluarkan kata-kata tetapi taspa bukti
kepercayaannya Kenapa kau hendak membikin celaka menteri
yang setia" Maafkan, aku tidak dapat menjadi budakmu lagi!"
Kata-kata ini ditutup dengan gerakan menghunus
pedangnya, dengan membawa pedang, anak muda ini
bertindak cepat kearah pintu, guna menerobos keluar.
Hian Cong kaget bukan main takutnya bukan buatan, akan
tetapi, melihat orang tidak menghampirkan padanya, hatinya
menjadi lega. Justeru itu timbullah niatnya membalaskan sakit
hatinya Yo Kui Hui siselir tercinta. Maka ia berseru pula. "Raja
menghendaki menterinya mati, tak dapat tidak, si menteri mesti
mati! Ayah meng hendaki anaknya mati, tak dapat tidak, sianak
mesti mati! Kau tidak memandang jun junganmu, kau
mesti mati! Buat apakah kau meranyakan lagi dosamu" Para
siewie tangkap dia, cincang padanya!
Oe-bun Thong tidak menanti perintahnya raja ia sudah
mencabut poankoanpit, ialah senjantanya yang mirip alat tulis,
gegaman peranti menotok jalan darah, sambil membawa itu, ia
lari keluar untuk memburu.
Sementara itu diiur pintu telah terdengar bentakan-bentakan
para siewie yang bersikap hendak memegat.
Mo Lek membentak juga "Siapa menentang aku, dia
mampus! Siapa menyingkir, dia salamat!" Dan ia putar
pedangnya hingga menderu deru Ia menerobos terus keluar
"istana."
Para siewie yang bertugas menjaga di- situ menjadi orang
orang sebawanannya Oet-tie Pak. mereka beraksi untuk
memecat tetapi mereka tidak merintangi, begitu mereka maju
sambil berteriak-teriak, lantas meresa mundjr pula. Mereka
semua kenal Mo Lek. Pertama-tama mereka mereka. Kedua
mereka juga kenal baik sekali liehaynya sianak muda. Dan
ketiga inilah orang yang gagah yang mula pertama bertindak
membelai kepuasan mereka. Demikian mereka membawa
aksinya, mereka maju dan mundur tapi selekasnya si anak
muda lewat, mereka maju pula berikut teriakan-teriakan
mereka. Dengan begitu tanpa disengaja mereka justeru seperti
menghalang-halangi Oe bun Thong.
Dengan merdeka Mo Lek dapat keluar dari heng-so. Disitu ia
merampas seekor kuda istana, dengan duduk diatas punggung
binatang itu, sambil menggunakan cambuknya, ia kabur lebih
jauh, terus keluar kota.
Penjaga pintu kota ialah tentara dibawah perintahnya Cin
Siang mereka itu kenal anak muda ini, mereka memegat untuk
menanyakan orang mau pergi keluar kota buat urusan apa.
Mo Lek menjawab ia lagi menjalankan firman raja, untuk
pergi keluar kota. Atas itu dengan lantas pintu kota dipentang.
Tepat itu waktu terdengar teriakannya Oe bun Thong yang
lagi mendatang.
.Jangan buka pintu kota! Dialah pemberontak!"
Oe-bun Thong juga menunggang seekof kuda karenanya dia
hampir dapat menyan- dak Mo Lek terlambat sebab ia mesti
menghentikan kudanya untuk melayani tentara- tentara
penjaga pintu kota itu. Jarak di- antara mereka jadi tinggal
hampir seratus tinaak.
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tentara-tentara penjaga kota menjadi kaget, mereka pada
berseru: "Oh!" Semuanya tercengang saking heran. Justeru itu,
Mo Le4 menggeprak kudanya, buat dikaburkan melewati pintu
kota. Justeru Setelah itu tentara-tentara itu repot hendak
menutup pintu. "Setan alas berteriak Oe-bun Thong dengan gusar sekali.
"Apakah kamu sudah lewat, buat apa kamu menutup pintu?"
Talam gusarnya, saking sengitnya, Oe- bun Thong
menyerbu, bual mengejar terus.
Ia mendupak roboh serdadu yang berada palirg dekat
padanya! Dua ekor kuda lantas berlari-lari keras keduanya saling susul.
Dua-duanya memang kuda istana pilihan. Mereka berada diluar
kota. Oe-bun Thong penasaran, dengan poankoanpit, ia
menusuk punggung kudanya. Binatang itu kesakitan dia lari
luar biasa cepat bagaikan kalap. Didalam tempo yang pendek,
Mo Lek tersusul semakin dekat.
Jarak mereka sekarang tinggal beberapa puluh tindak saja.
Sekonyong konyong terdengar ngaumnya anak panah! Itulah
Oe-bun Thong yang melepaskan anak panahi Bahkan dia
menggunai panah beruntun Sasarannya ialah kudanya Mo Lek
Sianak muda mendengar suara anak panah, ia putar
pedangnya, untuk menangkis. -Lengan lekas ia menjadi repot
sebab disamping mesti membela diri, ia harus melindungi
kudanya sedanrkan anak anak panah datang saling susul
dengan cepat sekali.
Diperlakukan begitu adik seperguruan dari Lam Cee In
menjadi gusar sekali. Di- dalam panas bati, ia berkata nyaring:
"Jikalau ada kunjungan tidak dibalas, itulah bukan aturan?"
Sembari berkata begitu, ia menggunakan kesempatan merogo
sakunya, untuk mengeluarkan thiecie-lian, ialah sen jata
rahasianya yang berupa seperti biji teratai. Hanya sajang
senjatanya ini ringan tak dapat ditimpuki terlalu jauh seperti
melesatnya anak panah. Beberapa biji mengenai kudanya Oebun
Thong, kenanya cuma seperti menempel, kuda itu tidak
terlukakan. "Selama itu maka Oe-bun Thong dapat mengejar lebih cepat
mereka datang semakin dekat satu pada lain. Kesempatan ini
digunai untuk memanah perut kuda sianak muda. Serangan itu
tidak dapat ditangkis atau dielakaii celaka kuda apes itu, dia
terpanah jitu dan roboh terguling!
Mo Lek tidak dapat bercokol terus diatas kuaanya, ia
mencelat ketanah dengan berjumpalitan!
Oe bun Thong tertawa terbahak-bahak.
"Tiat Mo Lek kau hendak lari kemana" " tegurnya, hatinya
puas sekali. Bangsat cilik, bagaimana kau berani menyelundup
kedalam istana" Sungguh nyalimu besar! Ha- haha! Pada
sepuluh tahun dulu kau dapat lolos, kali ini tidak! Aku tidak
sangka sekali bahwa kali ini kita bertemu pula! "
Puas Oe-bun Thong bisa membongkar rahasianya Mo Lek
rahasia asal-usulnya sedang sekian lama dia bersangsi dia
cuma dapar menyangka sija. Dia seperti sudah merasa bahwa
dia bakal dapat membekuk orang buronan ini.
Diwakili biasa Mo Lek jeri terhadap orang she Oe bun ini.
Orang menjadi panglima perang dan sepnya juga, Tetapi
sekarang, ia telah dipandang sebagai "pemberontak" dan iapun
lagi "buron" ia tidak ada lagi yang harus dilihat mata. Maka dengan
gusar. ia menjawab. ,Tidak salah ! Aku memang Tiat Mo
Lek! Kau mau apa" Apakah kau sangka aku takut padamu" Hm!
" "Bagus!?" teriak Oe-bun Thong. "Pemberontak, masih berani
kau membangkang untuk dibekuk" Kau harus ketahui, hari ini
tidak ada lagi segala Toan Tayhiap atau Lam Tayhiap yang
bakal melindungimu!"
Mendongkol Mo Lek orang mengungkat- ungkat urusan lama
tetapi ia berlaku tenang. Ia tertawa dingin.
-oo0dw0oo- Jilid 26 "Jikalau aku pemberontak, apakah kau si menteri setia ?"
tanyanya mengejek; "Hm ! Apakah kau kira aku tidak tahu
tentang dirimu " Lupakah kau bahwa dahulu-hari kau bertindak
seperti membantui Kaisar Tiu membuat kejahatan " Kaulah
seorang Liong Kie siewie akan tetapi kau menjadi kuku
garudanya An Lok San ! Sudah kau mencelakai Kiesu Su It Jie
sekeluarga, kau juga hendak mencelakai Toan Tayhiap i
Sungguh tak tahu malu kau berani mengata kan aku
pemberontak ! "
Parasnya Oe-bun Thong merah padam. Ia malu sekali. Tapi
cuma sebentar, dia tertawa terbahak-bahak.
"Nama pemberontak untukmu diberikan oleh Sri Baginda
Raja ! Apakah kau masih hendak mencuci bersih itu "
Bagaimana kati berani menyembur orang dengan darah "
Sayangnya yaitu Sri Baginda Raja tak sudi mempercayai kau !"
Oe-bun Thong memfitnah, atau mencelakai Mo Lek, justeru
disebabkan dia kuatir Mo Lek nanti membeber rahasianya itu
di-depan raja, maka itu sekarang mendengar pembebeberan si
anak muda, ia kat? di dalam hatinya : ,,Syukur baru sekarang
dia membernya! Coba dia membukanya di-depan raja,
bukankah aku cclaka " Taruh-kata raja tidak percaya, dihatinya
tentu m e nyelip keragu-raguan. Sekarang dia telah jadi
pemberontak, tentulah Oet-tie Pak dan Cin Siang juga tidak
bakal berani melindungi d a terleb h jauh ! Sekarang aku mesti
lekas-lekas membinasakan dia untuk menutup. mulutnya !" Oebun
Thong bangsa jumawa, meski dia tahu Mo Lek lihay dia
percaya, dengan menggunai senjata, dia bakal berhasil
mengalahkannya. Dia juga menduga, .tentunya raja bakal
mengirim orang untuk menyusul dan membantunya.
"Bangsat ini mesti mampus ditanganku!" pikirnya pula.
"Paling baik aku binasakan dia sebelumnya datang balabantuan
untukku ! Aku mesti mencegah dia nanti ngoceh tidak
keruan didepan banyak orang !"
Sampai disitu dengan sama-sama gusarnya dua orang itu
sudah lantas mengadu senjata. Mereka telah bicara cukup
banyak. Oe-bun Thong bersama-sama Ciu Siang dan Oet-tie Pak
yang tersohor sebagai ,.Tayswee Sam Toa Kho-ciu" artinya tiga
jago dari dalam istana. Memangnya ilmu silat meieka luar biasa.
Dan Oe-bun Thong tersohor buat sepasang poankoanpimya,
yang umpama kata jadi seperti lidah-lidah ular berbisa yang
menyambar nyambar ke-pelbagai jalan darahnya Mo Lek.
Puteranya mendiang Tiat Kun Lun sebaliknya bersilat dengan
Lak-cap-sie Ciu Liong Heng Kiam-hoat yaitu ilmu silat pedang
"Wujud Naga" yang terdiri dari enam puluh empat jurus. Ia
membuat pedangnya berputaran dan cahayanya berkilau-kilau.
Ia membela diri sambil saban-saban balas menyerang, sebab
tak sudi ia dijadikan sasaran poankoanpit.
Diantara dua orang ini, Oe-bun Thong memang lebih unggul
dalam pengalaman berkelahi, Mo Lek sebaliknya lebih tangguh
tenaga dalamnya, sebab sekarang ia bukan lagi Mo Lek di
jaman bocah, semasa ia belum memperoleh pelajaran dari Mo
Keng Lojin. Karena itu, mereka jadi bertarung seru sekali.
Setelah banyak jurus, Oe-bun Thong menjadi heran. Bocah
yang sepuluh tahun dulu hampir mampus ditangannya,
sekarang menjadi seorang muda yang sanggup melayani dia
dengan baik sekali.. Dari heran kemudian hatinya menjadi
kurang tenteram. Inilah sebab sudah puluhan jurus dia tetap
belum bisa menang, diatas angin. Itu berarti bahwa ia pun
memperlambat waktu, sedangkan ia ingin mempercepat
berakhirnya pertempuran atau lebih tegas : matinya musuh
muda ini ! Memang benar, pertempuran mereka itu berlarut-larut. Mo
Lek bertahan terus. Orang boleh menjadi salah seorang jago
istana tetapi ia tidak takut, ia berhati mantap sekali, Ia pun
membenci jago itu yang sudah keterlaluan, berbau pengkhiatat
pula. Selagi keduanya bertarung terus maka dari kejauhan
terdengar derap kuda yang dicampur dengan bunyi kelenengan
nyaring. Suara itu datangnya dari arah kota dan datangnya pula
dengan cepat sekali hirgga lekas juga tiba sudah dia ditempat
pertempuran. Tiba-tiba terdengarlah teriakan Mo Lek bagaikan dia terkejut
: "Cin Toako, Apakah kau heidak mengambil kepalaku?"
Memang itulah Cin Siang.
Selolosnya Mo Lek yang disusul Oe-bun Thong, raja sudah
lantas memberikan perintahnya untuk mengejar. Yang menda
pat tugas ialah Cin Siang bersama Oet-tie Pak. Mereka
diharuskan membantui Oe-bun Thong. Mereka itu heran
menerima perintah itu, meiekapun kaget. Ketika itu mereka belum
tahu bahwa Mo Lek sudah diputuskan hukuman mati. Titah
raja tidak dapat ditentang. Didalam keadaan seperti itu, mereka
juga tidak dapat meminta keterangan lagi. Dengan terpaksa
mereka berangkat dengan cepat. Kudanya Cin Siang dapat
lebih lekas dari itu ia yang sampai lerlebih dahulu.
Oe-bun Thong cerdik sekali. Tahu yang datang ialah Cm
Siang, ia berseru membentak musuhnya: "Kaulah pemberotak!
Bagai mana kau masih berani mengaku saudara dengan Cin
Cianj-kun" Cin Ciangkun kenal kau tetapi kimgannya tidak!
Itulah kata-kata yang liehay. Dengan itu seperti juga Cin
Siang diberitahukan siapa Mo Lek, ialah seorang buronan yang
telah ditentukan dengan hukuman mati. Dengan itu seperti
dianjurkan untuk Cin Siang segera turun tangan.
Cin Siang menjadi kaget dan bingung. Ia menjadi serba
salah. Kalau mereka berada berdua saja, dapat ia bicara secara
pri-padi. Itu pula maksudnya srlagi ia Kabur menyusul.
Sekarang ia melihat Oe-bun Thong ada bersama, tidak dapat ia
berbuat demmlan. Ia juga tidak dapat bersangsi lama lirtia.
Dimata Oe-bun Thong, kesangsian mencurigai dan jelek
dipandangannya. itu pula berbahaya untuk kedudukan.
Terpaksa ia mesti lekas mengambil keputusan.
"Tiat Ceng aku masih belum ketahui tentang dosamu," kata
ia. ,,karena telah keluar perintah Seri Baginda untuk menawan
kau menentang perintah itu supaya janganlah kesalahanmu
menjadi bemisun! Jikalau kau merasa penasaran, nanti setelah
mengha dap kepada Seri Baginda kau mengajukannya."
Cin Siang berkata demikia karena ia lantas dapat pikiran
untuk nanti bersama sama Oet-tie Pak melindungi sahabat ini
dihada-pan raja, atau kalau perlu ia hendak minta bantuannya
Tiang Lok Kongcu.
Mo Lek sangat gusar dan penasaran.
,Apakah lagi yang dapat di bantah .terhadap raja?"
teriaknya. ,Raja hendak membunuh aku sebab raja mau
membalaskan sakit hatinya Yo Kok Tiong dan Yo Kui-Hui!, Cin
Toalko, aku tahu kau datang atas perintah raja untuk
menangkapku, tak mau aku membikin kau sulit baik akan aku
turut kau kembali! Biarlah aku peserah siraja dogol menghukum
aku l" Selagi mereka bicara itu. sempat Mo Lek menyatakan suka
mengalah, untuk turut pulang Oe bun Thong masih belum mau
menghentikan penyerangannya bahkan dia tetap memperhebat
permainan sepasang po-ankoanpitnya. Jangan kata berhenti
menyerang, memperlambat saja dia tak sudi. Se bab dia masih
ingin dapat merampas jiwanya si anak muda.
Mo Lek tahu maksud orang, ia menjadi sangat murka
"Dapat aku membagi muka kepada Cin Toako, tidak dapat
aku diperhina kau, jahanam!"akhirnya ia mendamprat. Maka ia
balas menyerang dengan tidak kurang hebatnya Cin Siang
bingung juga. Ia berteriak : ,Oe-bun Ciang-kun tahun! Tiai
Ceng sudah bersedia untuk menerima baik firman!"
Oe-ban Thong menjawab:,,Di mulut dia membilang begitu,
pedangnya toh belum diletaki! Itulah bagaikan harimau yang
belum dicopoti giginya" Maka kau tahu bahwa dia tidak bakal
menggigit"
Kata katanya Oe bun Thong ini beralasan hanya dia salah
menggunaxamya terhadap Mo Lek, seorang laki-laki sejati.
Seorang manusia hina mungkin menggunai akal muslihat, yaitu
selagi orang berhenti menyerang dan membokong.
Kembali Cin Siang menghadapi kasulitan. Oe bun Thong
tidak mempercayai Mo-Lek sedang Mo Lek lagi panas hati dan
te lah diserang terus menerus dan da"am cara sangat
toaembahayakran jugu. Tapi ia mesti bekerja, pertempuran itu
mesti dihentikan Diakhirnya ia mengambil keputusan buat
menyelak disama tengah, untuk menghajar terlepas pedangnya
Mo Lek. Begitu ia berpikir bejitu Cin Siang bekerja. Ia tidak dapat
main lambat-lambatan.
Dengan demikian Mo Lek jadi kena dikepung berdua.
Melayani Oe bun Tbong seorang ia sudah sama, unggul, dari
itu, mana dapat ia bertahan dari kepungan itu. Begitulah
dengan lekas ia kena terdesak halmana membikin ia bingung
hmgga beberapa kali ia membuat lowongan tanpa
keinginannya. Inilah saat yang ditunggu tunggu Oe bun Thong. Tiba-tiba
berteriak keras: "Kena! dan ujung senjatanya yang larcip
menyambar dada Mo Lek dimana ada jalan darah soan-kie!
Bukan cuma Mo Lek yang kaget tetapi juga Cin Siang Dia ini
menyerang bukan buat mencelakai, hanya guna melepaskan
senjata orang. Dia kaget sebab dia tidak keburu mencegah
serangan rekannya itu.
Tepat sekali orang she Cin ini kaget sekali, telinganya
mendengar suara berkon-trang nyaring, lantas poarnkoanpitnya
Oe-bun Thong tertolak kesamping tidak lagi kearah sasarannya.
Berbareng dengan suara beradunya logam itu, orang pun
mendengar jatuhnya suara yang seperti kebocah bocahan: ,,Hai
Cin Ciangkun! Mereka itu lagi bertempur secara sangat menarik
hati untuk ditonton, mengapa kau mengadu-biru menyelak
disama tengah menghalang-halangi mereka " kau tahu, kau
telah membuat pertunjukan menjadi hilang sifat menarik
hatinya!" Kata kata itu keluar dari seorang yang sudah lantas lompat
keluar dari dalam rimba. Melihat orang itu. Cin Siang terpe
ranjat. Orang bertubuh tinggi tak lebih daripada lima kaki,
romannya juga luar biasa. Dia memiliki kepala yang besar dan
muka kekanat-kanakan. Apa yang mengejutkan dia jastru
Biauw Ciu Sin Touw Khong Khong-Jie yang namanya kesohor
sekali ! Sambil menahan ruyungnya. Cin Siang menegur: "Khong
Khong Jie, k?u datang kemari, mau apakah kau "
Khong Khong Jie tertawa. "Cin Ciangkun, tak usah kau
menjadi kuatir! " sahutnya. "Walaupun sepasang senjatamu ini
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbuat dari emas dan juga harganya mahal, mataku masih
belum kehlipan melihatnya. Sekalipun telah bangkit nafsu
mencuriku sibangsat. Tidak nanti aku curi itu. Aku datang
kemari dengan maksud sengaja untuk menonton orang
berkelahi ! Ya, kau telah menanya aku, sekarang aku juga
hendak menanya kau ! kau datang kemari mau apakah kau "
,,Aku".aku dating kemari karena aku menerima firman
untuk menangkap ?"sahut Cin Siang sambil ia mengawasi Mo
Lek. Hendak ia menyebut ..pemberontak,1" tetapi tak sampai
hati ia. Karenanya, ia menjadi tidak dapat meneruskan katakatanya
itu. ,,Kau hendsk menangkap siapa?" Khong khong Jie sebaliknya
mendesak, "kau hendak menangkap orang tua " hendak
menangkap anak muda ", "Inlah urusan kami buat apa kau.
men campurinya ?" bentak Cin Siang, yang ter-deiak.
"Bukan begitu!" kata Khong Khong Jie "Aku paling gemar
menonton orang berkelahi ! Makin orang kegilaan berkelahi
makin angot juga kegemaran menontonku! Mereka itu
berkelahi, biarkanlah mereka berkelahi terus ! Jikalau kau tidak
mencampuri urusan mereka, aku juga tidak mau campur
tangan ! Sebaliknya, apabila kau mem bantu pihak yang lain !
Satu melawan satu dua melawan dua melawan" sepasang l
Begitu barulah adil! "
Bukan main sulitnya Cin Siang. Tertawa dan gusar, tak bisa
ia Ia kenal baik Khong^khong Jie, yang ilmu silatnya hhay,
yang tabiatnya aneh sekali. Dilam pihak, sebenarnya tak berniat
ia menangkap Mo Lek. Maka ia aknirnya pikir: " Baiklan! Inilah
suatu a"asan untukku menonton saja supaya adik Tiat
mendapat ketikanya untuk lolos. .."Maka ia menjawab: "Khong
Khong Jie ! Dahulu hari kau pernah membantuku, sambil kau
membawa pulang adik seperguruanmu, maka itu, melihat
budimu itu, suka aku bersahabat dengan kau. Nah, terserahlah
kepada kau!"
Khoag Khong Jie tertawa.
,,Orang bilang Cin Ciangkun dapat dijadikan sahabat
sekarang aku melihat buktinya!" katanya. "Nah, mari, mari
turunkan senjatamu, mari kita menonton orang berkelahi!"
Munculnya Khong Khong Jie membikin mukanya Oe bun
Thong menjadi pucat, hatinya tidak tentram sampai sesudah
orang bicara habis, baru ia merasa sedikit lega. Ia boleh tak
usah berkuatir-yang orang aneh itu nanti merintangi padanya
Justru ia ku-rang tenang hati, justru Mo Les. menyerang padan
ya, hingga ia kena terdesak.
Sesudah menonton sekian lama, Khong-Khong Jie mengoceh
seorang diri: "Mo Lek menjadi pelindungnya siraja tua, ini saja
sudah menjadi satu hal aneh ! Sekarang sebagai pelindung
raja, dia justru bertempur dengan touw ut yang melindungi
raja. bah kan si touw-ut yang menjadi "orang atasannya ! Inilah
keanehan ditindih keanehan!". Tiat Mo Lek ! he, Tiat Mo Lek !
kenapakah kau berkelahi dengan pembesar seatasanmu ?endiri
?" Mo Lek tengah bertempur hebat tidak sempat ia menjawab
pertanyaan itu,
"He Mo Lek yang kecil! memanggil pula siorang aneh: "Cin
Ciangkua suka ber sahabat denganku, apakah kau tak sudi" Oe
ngar, Mo Lek, aku menanya kau! "
Mo Lek mengumpul tenaganya, dengan pedangnya ia tangkis
satu serangan dari Oe bun Thong sampai orang mundur dua
tindak. setelah itu dengan rada sungkan ia menjawab: "Siraja
linglung mengatakan aku pemberontak! Dan binatang ini mau
pinjam kepalaku untuk dia naik pangkat!" Mendenaer itu, Cin
Siang malu sendiri nya, ia jengah sekali, kata ia didalam hati:
"Tian Hiantee, apakah kau juga keliru menafsirkan
sepakterjangku ini?"
Khong Khong Jie berkata pula dengan keras: "Mo Lek,
sebenarnya aku datang kemari buat mencari kau ! Nah, coba
kau ter-ka.Aku mencari kau untuk apakah?"
Mendengar itu, Mo Lek berkata didalam hatinya: "Khong
Khong Jie, sungguh kau tidak tahu salatan ! Disaat penting
seperti ini, mana aku mempunyai luang tempo untuk bergurau
denganmu" "
Karena orang berdiam, Khong Khong Jie tertawa pula.
"Apakah kau tidak dapat menerka?" tanyanya. "Ya, akupun
telah menduga tidak nanti kau sanggup membade" Baik, mari
aku beritahu kepadamu! Soalnya yaJah aku ingin bersahabat
denganmu! Aku juga hendak me ngantar kepadamu suatu
barang yang sukar didapatnya ! Mah, coba kau bade bingkisan
itu bingkisan apakah?"
Mo Lek menyahut cepat dan deagan suara keras: "Aku tidak
tahu! Aku juga tidak mau terima bingkisanmu! " "
Khong Khong Jie tertawa"bergelak.
"Tentang kau mau terima atau tidak bingkisanku, jangan kau
sebut sebut dahulu!" selanya.,, Kau sabarlah menyatakannya!
kau tahu bingkisan itu merupakan satu barang yang besar
sekali gunanya untukmu ! kau tahu tas dapat tidak, aku mesti
menghendaki itu!"
Cin Siang mendengar pembicaraan o-rang, yang tidak ada
pentingnya akan tetapi mendengar perkataan Khong Khong Jie
yang paling belakang ini.dia menjadi heran, hingga dia
menerka-nerka dalam hatinya: "Entah bingkisan apa itu.
..Hayo, bilanglah, supaya Mo Lek tidak usah menduga-duga
tidak keruan juntrungaanya! Aku sendiri mendengari katakatamu
ini, aku menjadi bingung dibuatnya!"
Kembali Khong Khong Jie berkata:"Jikalau aku menyebutkan
itu, itu pun suatu hal yang aneh ! Mo lek bukankah pembesar
seatasanmu sini mengatakan kau pemberontak " Nah, ini dia
anehnya ! Justru sekarang ini ditanganku ada sesampul surat !
Dan surat ini kau tahu, justau surat yang ditulis sendiri oleh ini
Oe-bun Ciangkun ! Surat ditulis dan dikirim untuk An Lok San!
Didalam surat terang jelas ditulis bahwa Oe bun Ciangkun ini
hendak menjadi tukang sambut dari dalam ! Nah, kau
bilanglah, so al itu aneh tidak" Sekarang surat ini hendak aku
haturkan kepada kau suka terima atau tidak?"
Mendengar perkataan Khong Khong Jie, parasnya Oe bun
Thong menjadi pucat sekali, sampai ia seperti kehilangan
darahnya. Mendadak ia berkelit, niatnya untuk mengangkat
kaki. Tiat Mo Lek melihat orang berkelit, ia tidak mau mengasi
hati, ia berlompat menyusul begitu tubuh lawan mencelat pergi,
bahkan ia tirus menusuk kepungan lawan itu.
Oe-bun Thong tidak mau mati konyol, dia memutar tubuhnya
untuk menangkis.
Dengan begitu, kembali mereka berdua jadi bergebrak.
Cis Siang dari heran menjadi girang sekali. Ia mau percaya
perkataan Khong-Khong Jie bukak kelakar belaka Kalau tidak,
tidak nanti Oe-bun Thong mau lantas kabur. Maka ia kata
didalam hatinya: "Jikalau benar ada surat itu, pastilah Tian Hiantee
mempunyai bukti yang kuat, jikalau dia kembali dan
berbalik mendabwa, bukan saja dia jadi tidak bersalah dan
bebas bahkan dia jadi berjasa besar!"
Tanpa merasa hati panglima ini menjadi lega, semangatnya
terbangun, hingga ia mau menggeraki ruyungnya guns me
nyerbu kedalam gelanggang pertempuran itu Temu saja, kali ini
ia hendak membantui Mo Lek guna membekuk perwira yang
tengah berselimut itu hingga tidak sembarang orang ketahui
bahwa dialah penghianat yang berkongkol dengan
pemberontak An lok San.
Akan tetapi Khong Khong Jie, yang melihat aksi itu, meluncur
tangannya untuk mencegah.
"Cin Ciangkun. apakah kau sudah lupa dengan janji kita
barusan?" tanya siorang aneh "Kau berlaku tenang tenang saja!
Mari kita menonton terus perkelahian mereka.
Cin Siang berdiam. Ia mau menduga Khong Khong Jie
menyangka ia hendak membantu Oe bun Thong.
Ketika itu. Mo Lek tidak membutuhkan bantuan lagi. Oe-bun
Thong sudah kehilangan semangat, tidak dapat dia berkela hi
terlebih jauh. Perkataannya Khong Khong Jie membuatnya
sangat jeri Celaka kalau benar-benar siorang aneh membeber
rahasia nya itu. Iapun dapat menginsafi, dari surra nya itu,
terang Khong Khong Jie berpihak kepada Tiat Mo Lek.
Dapatkah ia berdiam lebih lama pula disitu "
Selagi menyerang itu Mo Lek berseru keras, membentak
lawannya. Ia juga sudah lantas mengerahkan tenaganya luar
biasa sungguh-sungguh, maka pedangnya menyam barnyambar
dengan pesat dan"cahayanya berkilauan seperti
halilintar. Sinar pedangnya itu seperti juga mengurung
musuhnya, Oe-bun Thong bingung, dia melawan se bisa-bisanya. Dia
terus berada di dalam ketakutan, ke inginan satu-satunya ialah
mengangkat kaki. Karena dia bingung, kacau ilmu silatnya.
Matanya pun seperti dikabur kan sinar pedang lawannya itu.
Tiba-tiba ujung pedangnya Mo Lek meluncur kepundak
lawan. Ia berhasil, hingga ia membuat sebuah lubang pada
sasarannya itu.
Oe-bun Thong kaget dan kesakitan, ke takutannya menjadijadi.
Di dalam keadaan seperti itu, bukannya dia kalap dan
berkelahi mati-matian, mendadak dia menikam lehernya sendiri
dengan poankoanpitnya.
Mo Lek melihat itu, dia menyapok tikaman itu sambil ia
berseru keras, bukannya meneruskan menusuk lawan hingga
mati, ia justru membikin cenjata lawan ter pental terlepas dari
cekalan, dia berseru pula : "Pengkhianat, kau hendak
membunuh diri ! Tak sedemikian mudah !"
Kata-kata itu disusul de.igan serangan terlebih jauh. Cuma
itu bukannya tikaman maut hanya totokan kepada jalan darah
orang, untuk menutupnya Tapi ia sengit bukan main, dengan
tangan kosong dia me nampar dua kali kepada muka musuh
hingga terdengar suara menggelepok keras dan nyaring !
"Bagus ! Bagus!" Khong Khong Jie bersorak-sorak. Dia
tertawa terbahak-bahak. Kemudian dia mengeluarkan surat
yang dia sebutkan tadi sambil mengangsurkan itu pa da si anak
muda, dia kara : "Nah, inilah surat itu ! Inilah bingkisan untuk
kau, sebagai mana aku katakan barusan ! Bukankah ini besar
sekali faedahnya untukmu ?"
Di luar dugaan Orang, Tiat Mo Lek menggeleng kepala. Ia
pun tidak menyam-buti surat yang diberikan itu f
Cin Siang heran hingga ia lantas campur bicara.
"Hiante !" katanya. ,.Ini toh surat wasiat pelindung dirimu "
Kenapa kau tidak menghendaki itu ?"
Tiat Mo Lek menjawab : "Aku tidak mau kembali lagi ! Surat
ini tolong kau saja yang menghaturkan kepada raja! Aku tidak
mengharap pangkat, apa yang aku ke hendaki ialah supaya
namaku dicoret dari tuduhan sebagai pengkhianat atau
pemberontak ! Itu saja sudah cukup bagiku! " Cin Siang
bersenyum meringis. ,,Tiat Hiante, baiklah kau mengarti,"
katanya ; "Siapa pun yang bekerja untuk Seri Baginda, tidak
ada yang tidak pernah dibikin merasa menyesal ! Maka itu, aku
minta janganlah kau mengambul."
Tapi Mo Lek berkata sungguh-sungguh: ,.Cin Toako, apa
yang aku bilang bukanlahsebab aku mengambil ! Aku telah
memberi janjiku kepada Kwee Leng-kong dan Lam Suheng
bahwa aku hendak bekerja setia me lindungi raja pergi ke Tian
Siok, maka syukur kehadapan Thian, yang telah memberi
berkahnya, di dalam perjalanan ini, walaupun ada gelombang,
Seri Baginda dapat tiba ditempat tujuan dengan selamat.
Sekarang ancaman bahaya sudah lewat kita sudah sampai di
Tanah Siok, sebab jalan kedepan ada jalan aman, habis sudah
tugas ku hendak aku melepaskannya. Aku percaya Cin Toako,
kau tidak bakal sesalkan aku sebagai sahabat yang tidak
memandang sahabatnya !
Aku toh telah menjalankan tugasku, bukan ?"
Cin Siang tunduk.
Aku mengarti," katanya. "Bukan kau yang tidak berbuat
seharusnya, adalah Seri Baginda yang berlaku tidak semestinya
terhadapmu ?"
,Di dalam peristiwa diperhentian Ma Gui Ek, Seri Baginda
telah kehilangan selirnya kata Mo Lek, "maka itu, walaupun
tidak ada hasutan dari Oe-bun Thong, dia tentu menyimpan
kebencia"n terhadap aku dari itu, kalau aku pulang, taruh kata
aku bebas, tetapi lain kali, apabila aku dianggap bersalah pula,
tidak nanti aku bakal da pat ampun. Cin Toako. apakah kau
mau ketahui ada yang telah terjadi, di dalam pe-sanggerahan
tadi ?" Sekarang Mo Lek membeber rahasia raja, bagaimana ia telah
ditipu, dipanggil menghadap katanya untuk diberi kenaikan"
pangkat dan gelar kehormatan, ia juga di beri selamat dengan
secawan arak, tetapi bebenarnya itulah arak beracun, karena
mana, terpaksa ia kabur. Di akhirnya, ia kata ,. "Nah, Cin Toako
kau tolong pikir, apakah aku terlebih baik kembali ?"
Cin Siang bungkam, parasnya guram, sedangkan air
matanya mengembeng. Ia sa"iigat berduka. Sampai sekian
lama, ia masih belum dapat membuka mulutnya Khong Khong
Jie tertawa. "Apakah yang harus dibuat susah hati" kata ia Mo Lek, raja
tua bangka itu tidak mau memberi ganjaran kepada kau, akulah
vang nanti memberikannya! Akul?h yang mengenal dan
mengaku k*u! Memang sebenarnya tidak layaknya kau men adi
siewie! Menjadi siewie didalam istana taja sama saja dengan
binatang liar yang dikurung didalam kerangkeng! Itulah
penghidupan yang membikin pikiran pepat! Ia tertawa pula,
terus ia menambahkan: ,,Aku membawa bingkisan untukmu
itulah sebab aku memikir hendak berbuat suatu kebaikan
untukmu, Kalau begini sekarang barang itu sudah tidak ada
gunanya . . . "Masih ada!" k&ta Mo Lek cepat- "Paling sedikitnya itu bakal
membikin siraja linglung mengarti siapa yang menjadi
penghianat dan pemberontak yang benar-benarnya.
Berkata begitu, Mo Lek sudah menyambuti surar dari Khong
Khong Jie itu, yang ia terus serahkan pada Cin Siang, setelah
itu ia berkata pula, menanya siorang aneh: .Bagaimana caranya
kau mendapatkan surat ini " Dan, bagaimana kebetulan, kau
justeru mengantarkannya disaat tepat begini!"
Khong Khong Jie suka memberi keterangan. Dia suka
memberi keterangan: , Surat ini aku dapatkan dari tubuhnya
adik seperguruanku. Surat suratnya Oe-bun Thong dan An Loic
San satu pada lain, semua adik seperguruanku itu yang
menolong menyampaikannya. Kali ini dasar Oe-bun Thong sialdangkalan!
Sebelum suratnya ini sampai kepada /i Lok San aku
te"ah membawa adikku pulang kegunung dan mendapatkan
nya. Kau tahu, begitu aku mendapatkan surat ini, lantas aku
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berangkat menyusul kau Tempo aku sannai di heng-so di Konggoan
diluar dugaanku, kau sudah kabur dan aku mendengar
siraja tua telah memerintahkan orang menyusel buat
menangkap kau. Tidak ayal lagi, aku menyusul, aku mengikuti
jejak kudanya Oe-bun Thong. terus sampai disiniP
Mendengar itu Mo Lek dan juga Cin Siang, menjadi heran
dan kagum. Inilah se bab ilmu Jari keras, atau ringan tubuh
dari khong R h oh g Jie, luar biasa mahir sedang kan
sepakterjangnya itu luar biasa, diluar dugaan sekali.
hong Khong Jie terkenal sebagai mala ikat pencuri nonor
satu, dia bertabiat keras dan jemawa, dia biasa membawa
karep-mane Baik kaum golongan Hitam dan Putih tak ia
pedulikan, tak suka ia memberi hati. Dia lakukan dia apa yang
dia pikir atau suka Itulah sebabnya kaum fcu Lim. didalam se.
puluh, sembilan yang mencacinya Juga Mo Lek dan Cin Siang
tadinya mengatakan dia ?Jeesar. Maka tidaklah disaogkasangka
sekarang disesat dapat berbuat begini merga gumkan,
sudah membanfu dia memberikan jasa juga. Maka keduanya
jadi memandang hormat,
Mo Lek kati didalam hatinya: "Khong Khong Jie aneh tabiat
dan lagaknya siapa tahu sekarang terbukti dia juga memiliki
semangatnya seorang gagah sejati, pantaslah Toan Tayhiap
bersikap lain terhadapnya. Toan Tayhiap telah di culik anaknya
ia toh masih tidak mau turut lain orang mencaci padanya.
Justeru itu Khong Khong Jie memiring kan kepalanya
memasang telinganya.
"Tentara pengejar telah datang! ia lan tas kata. Lek jikalau
kau tidak niat kembali, sekarang sudah waktunya buat kau
berlalu!" Mo Lek mengangguk, lantas ia kata pada Cin Siang: "Toako
selama beberapa bulan ini, kau selalu melindungi aku untuk itu,
aku bersyukur, aku berterima kasih. Tapi hari ini, ijinkanlah aku
berpamitan. Aku minta kau tolong sampaikan hormatku kepada
Oet-tie Toako! Cin Siang menghela nanas. Kata ia: , Ki ta bertiga mengenal
satu sama lain kitalah kawan-kawan didalam istana maka ak
tidak sangka sama sekali, hari ini kita bagai kan burung burung
walet yang rne?ti terbang berpisahan! Karena kejadian ada
begini ruoa. hiantee, aku tidak berani mete- sa menahan kau,
cuma aku harap kau tidak usah terlalu memikirkan pengalaman
yang tidak manis ini. Aku juga mengarap meski kau hidup
didalam dunia Kang Ouw biarlah kau ingat terus kepada negara
bangsa Han supava kau dapat bersama-sama menumpas
musuh dan pemberontak. Biarlah nanti, setelah negara aman,
kita dapat bertemu pula!
Terima kasih toako tetapi usahalah toako memesanku," kata
Mo Lek. "Meskipun siraja linglung hendak membinasakan aku,
aku tidak akan melupai negara kita. Sekarang ini aku mau pergi
ke Tong-kwan, untuk melihat garis belakang musuh Supaya
dapat aku membantu Lam Suheng membasminya! "
..Sungguh hiantee tak kecewa kau menjadi satu laki-laki
sejati!" Ciin Siang memuj "Baiklah, di Tanah Siok akan aku
menanti San kabar kemenanganmu! Maafkan aku tidak dapat
mengantar kau lebih jauh"
Lantas Cin Siang meringkus Oe-bun Thong yang ia kasi naik
diatas punggung kudanya. Ketika ia mau berangkat ia meno len
lagi katanya; .Hiantee kau baik-baiklah sampai berjumpa lagi!
Ketika kuda oeypiauma mau beraagkat pergi dia menegasi
dengar ringk knya yang keras dan berulang-ulang, pertanda
bahwa dia merasa berat berpisahan dengan Tiat Mo Lek.
Karena itu lagi lagi Cin Siang menoleh dan mengawasi sekian
lama. Ia mengucurkan air mata begitu juga sianak muda".
Khong Khong Jie menunggu sampai Cin Siang sudah pergi
jauh, ia mengawasi Mo Lek dan berkata kepadanya: "Cin Siang
sudah pergi untuk berkumpul dengan kawan kawannya, itu
berarti banwa pasukan pengejar tidak bakal datang kemari.
Sekarang mari kita beristirahat dulu Mo Lek kau dapat
melupakan permusuhanmu dengan si raja tua-bangka, tetapi
bagaimana dengan kita" Apakah kau masih ingat bahwa diantara
kita masih ada permusuhan lama7"
Mo Lek berlaku bersungguh sungguh ketika ia memberikan
jawabannya. Ia kata: Ini kali kau telah membantu aku buat itu
aku- harus menghaturkan terima kasihku- Akan tetapi kau telah
merampas puteranya Toan Tayniap mengenai itu, biar
bagaimana juga tidak dapat aku mengampuni kau! "
Khong Khong Jie tertawa.
"Barusan Cin Siang ala disini, kata-kataku aku baru ucapkan
separuh. kata dia "Sekarang aku mari lanjuti kata-kataku itu
Aku tidak mau menyembunyikan apa-apa. Aku datang kemari,
kau tahu, kecuali untuk menyerahkan bingkisan tadi kepadamu,
masih ada maksudku yang lainnya. Itulah justeru buat
urusannya bocah yang kau sebutkan itu/"
"Apakah kau bersedia membayar pulang anak itu kepada
Toan Tayhiap ?" Mo Lek tanya.
"Anak itu tidak berada diianganku, tentang dia aku tidak
dapat mengambil keputusan sendiri," sahut Khong Khong Jie.
Mo Lek menjadi lesu. Ia bagaikan putus asa.
"Habis apa lagi yang hendak dibicarakan ?"" tanyanya
berduka. "Tentu masih ada, anak ! kata Khong. Khong Jie. "Apakah
kau masih -ingat apa kataku dahulu hari kepada Toan Tayhiap "
Mo Lek mengangguk.
"Ya. Kau bilang, paling lambat sepuluh tanun, urusan akan
berada ditanganmu dan anak itu akan kau kembalikan. Ya,
sekarang sudah sampaia waktunya sepuluh tahun ! Mengapa
kau berkata begini "
Khong Khong Jie memotong kata-kata orang "Tidak nanti
aku menghilangkan ke percayaanku kepada Toan Tayhiap.
Tentu saja, kapan ada ketikanya, aku akan mengurusnya. Kau
dengar dahulu ! "
Mo Lek hendak menyela, tetapi orang didepannya itu
memegat. Khong Khong Jie melanjuti : "Orang yang memelihara anak
itu tidak bermaksud jahat, dia menyayangi anak itu secara luar
biasa, melebihi anak sendiri. Dia pun telah mengajari anak itu
suatu ilmu silat yang istimewa Maka sekarang, meski usia anak
itu baru sepuluh tahun, dasar ilmu silatnya sudah sempurna.
Orang itu juga suka mengembalikan anak itu kepada
orangtuanya. sianak, cuma, buat itu ia menghendaki si ?orang
tua yang pergi sendiri menyambutnya "Siapa orang itu" Mo Lek
tanya. "Dialah st orang tertua kaum Rimba Persilatan," sahut
Khong Khong Jie. ..Mengenai namanya, aku tidak berani
mengebutnya."
Mo Lek heran. Pikirnya : ,,Khong Khong Jie tidak takut langit
dan bumi, kenapa ter hadap orang itu ia begini menghormat,
sam pai dia tidak berani menyebut namanya " Siapakah dia.
yang dapat membikin Khong Khong Jie tunduk sampai begini ?"
Dia manusia aneh ! Dia menghendaki anak orang, selama
sepuluh tahun, dia tidak memberi kabar apa juga pada orang
tuanya si anak ! Perbuatannya itu tidak layak !"
Pemuda ita jujur dan polos, tak senang ia dengan perbuatan
orang Bu Lim tertua itu, akan tetapi ia mesti mengaku bahwa
kabarnya Khong Khong Jie ini kabar yang menggirangkan,
maka dapat ia berlaku sabar.
"Kalau begitu,?" katanya, "tentu datang mu sekarang ini
untuk mencaritahu tentang Toan Tayhiap, bukan ?"
"Benar, sahut Khong Khong Jie terus-terang. "Dijaman kacau
seperti ini, sanga sukar mencari orang yang tempat
kediamannya tidak ada ketentuannya. Kau tinggal bersama si
raja tua-bangka, mudah untuk mencarimu
"Tentang dimana adanya Toan Tayhiap sekarang ini, aku
juga tidak tahu. " berkata Mo Lek. "Lara Suheng bersama
Honghu Cianpwe dan lainnya berada didekat kota Tong-kwan
dimana mereka lagi mengumpul tentara sukarela, maka baiklah
aku pergi mencari mereka dahulu, kepada meroka aku akan
minta keterangan perihal Toan Tayhiap.?"
Khong Kong Jie bardiam untuk berpikir.
Itulah jalan tidak langsung, itu berarti menyia-nyiakan
waktu," katanya selang sesaat/..Aku masih mempunyai lain
urusan penting, karena mana aku mesti pergi ke-lain tempat . .
. Sekarang begini saja. Jikalau kau nanti bertemu Toan
Tayhiap, kau lantas minta ia suka pergi ke kelenteng Giok Hong
Koan digunung Giok Sie San, disana aku menantikan mereka
itu, sesudah kita berkumpul baru kita sama-sama pergi
menemui tertua Bu Lim itu."
Mo Lek setuju. "Baik ! " sahutnya. "Pasti aku akan sampaikan pekanmu ini.
Sesudah urusan putera Toan Tayhiap itu beres, barulah urusan
kita beres juga ! "
Khong Khong Jie tertawa bergelak.
"Oh anak yang baik !" pujinya. "Kau dapat membedakan
urusan, kau mengenal budi dan permusuhan tidak kecewa kau
menjadi puteranya Tiat Kun Lun !
Begitu dia habis berkata, begitu Khong Khong Jie berlompat
pergi, untuk menghilang di dalam rimba !
MoJLek menjublek sekian lama. Ia heran dan kagum.
,,Sungguh seorang manusia yang aneh tabiatnya, yang sukar
buat diterka ! pikirnya. "Aku membenci dia, dialah musuhku,
siapa tahu sekarang kita jadi bersahabat !"
Hanya sejenak, habis memikir Khong
Khong Jie. pemuda ini lantas mengingat Ong Yan Ie, si no ia
musuh besarnya, yang tergila-gila kepadanya. Mengingat si
rona ia jadi sangat mangui.
Kuda Mo Lek telah dibinasakan Oe-bun Thong, disitu ada
kudanya orang she Oe-bun itu, yang terluka sedikit, terpaksa ia
pakai kuda orang itu sesudah ia obati lukanya. Dengan
binatang itu, ia melakukan perjalan an nya. Ia berjalan dengan
tenang dan aman. Hanya selewatnya wilayah Tanah Siok, ia
mesti menderita. Wilayah Kwan-tiong menjadi ko-ban perang,
tanah kosong dari pen duduk, didalam sepuluh rumah,
sembilan ti dak ada penghuninya. Maka itu, untuk me-nangsel
perut, ia mesti memburu burung atau mencari dedaunan hutan.
Ketika itu dipermulaan musim dingin, burung dan hewan sangat
sedikit sedang pepohonan mulai layu kering dan kuning. Selagi
hawa udara sangat dingin perjalanan itu sulit dan lambat.
Sesudah satu bulan baru ia tiba di Hu-hong.
Untuk sampai ke Tiang-an, masih tda perjalanan tiga ratus
lie. Pada suatu hari. Mo Lek terus melakukan perjalanannya, la
sangat lambat. Kudanya kuda jempolan tetapi binatang itupu-n
kelaparan dan mesti melakukan perjalanan seribu lie dia jadi
kurus dan letih. Ini sebabnya Mo Lek terpaksa berjalan
perlahan. Ia menyayangi binatang itu. Justeru itu, iiba-tiba ia
melihat disebelah depannya abu mengepul naik, disana tampak
mendatanginya satu pasukan tentara. Dari jauh- auh ia sudah
melihat benderanya yang berlukisan naga emas serta
bersulamkan dua huruf ,,Tay Yan. "
Mo lek mengawasi. Mulanya ia menyangka kepada pasukan
negeri baru selang sesaat ia ketahui, itulah pisukannya An Lok
San Pemberontak ini memakai nama negara ..Tay Yan," artinya
, negara yang terbesar,?" Habis menyerang dan merampas kota
Lok yang, dia telah nengangkat dirinya menjadi raja.
Kaget Mo Lek. Pikirnya. .Tentara pem berontak sudah berada
disini, mungkin kota Tiangan celah jatuh.?" Seteiah itu i a
meniadi terlebih ka-et pula. Selagi tentara itu mendatangi
terlebih dekat ia mengenali yang menjadi pemimpin ialah Sie
Siong bersama Tian Sin Su. Pada sepuluh tahun yang lalu, dia
penempur kedua panglima itu didalam kota Tiang-an. Terpaksa
buat menghindari bahaya ia lantas membiluki kudanya kesamping,
untuk menyingkir diantara sawah te-galan .
Sesudah lewat sepuluh tahun. Sie Siong dan Tian Sin Su
tidak mengenali lagi Mo Lek, akan tetapi ditempat sunyi itu, sel
gi keamanan sangat terganggu, ada searang yang menunggang
kuda aan kabur, mau atau tidat, Mo Lek menerbitkan
kecurigaan orang.
Demikian dengan Siu Siong.
"Siapakah kau?" ia menegur. "Lekas kembali! Lekas!"
Mo Lek tidak menghiraukan perintah atau panggilan itu,
bahkan ia melarikfla kudanya lebih keras.
"Dia tentulah mata-mata pihak Tong!"* berkata Tian Sin Su.
.,Tak usah banyak bicara lagi! Kejar padanya!
Lantas beberapa puluh tentara mengaburkan kudanya untuk
mengejar sedang snak panah lantas dilepaskan.
Didalam keadaan biasa. Mo Lek tidak jeri terhadap beberapa
pu.uh tentara itu tetapi lekarang lain. Ia lapar dan tenaganya
berkurang banyak, belasan anak panah bisa ia tangkis jatuh,
atau sebuah yang lain nya mengenakan padanya, membuat
kaburnya makin perlahan.
"Lihat panahku! berseru seorang i psir Dia menaiik napasnya
yang berat. Ketika dia melepaskannya, kuda Mo ek irenjedi
korban tidak ampun lapi, Mo Lek terjurg-fcal dari kudanya itu.
Opsir itu ternyata girang, dia mengeprak kudanya untuk mengLampirkan dia melemparkan tambangnya guna meraugkap dan
meringkus orang yang dikejarnya itu. Berbareng bersamanya,
ada dua orang yang maju juga, hingga si-anak muda menjadi
kena terkurung.
Mo Lek mengumpul tenaganya, ia berlompat dari punggung
kudanya sambil ia berseru: ,,Kau juga lihat panahku "
Ketika itu ada dua batang panah lagi menyambar, Mo Lek
menganggapi kedua-duanya. segera setelah itu, ia menyimpuk.
Ta berhasil membikin buta matanya dua ekor kuda musuh,
hingga kedua musuh itu kena dilempar jatuh. Berbareng
dengan itu. iapun menyamout ujung tambang laso musuh.
Untuk ini mesti lompat pula dengan gerakan "Burung elang
lompat jumpalitan. "
Walaupun kepalanya pusing dan matanya agak kabur, dasar
ia liebay, selekasnya ia berhasil menjambret tambang itu, Mo
lek lantas menggunakan tipu silatnya "Me iiiinjam tenaga
berbalik menyerang." untuk menarik dengan keras Ia berhasil.
Hanya tubuhnyapun Vena tertarik sendirinya, hingga mereka
berdua bagaikan menukar tempat Celaka siopiir yang
membandring itu, tubuhnya terlempar melayang dan dia roboh
terbanting hingga semaput.
Berhubung dengan kejadian itu, lapat-lapat terdengar pujian:
"Ah orang itu lie-hay sekali"
Mo Lek sudah lantas menoleh, akan mencari orang yang
memujinya itu, yang suaranya ia kenali, akan tetapi, apa lacur
untuknya, karena ia menggunai setakar tenaganya habislah
kekuatannya, sebelum ia bisa mengawaki terlebih lama tiba tiba
ia roboh, sebab matanya kabur dan kepalanya pusing. Hingga
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dilain, detik, ia tak sadar akan dirinya lagi.
Lewat sekian lama yang ia tak tahu tepat, Mo Lek mendusin
dengan layap-layap. Dengan matanya, masih belum melihat
tegas, ia mendapatkan seorang dengan pedang dipinggang
tengah membungkuk ke-arahnya untuk melihat ia dari dekat. Ia
lantrs saja menggeraki tubuhnya berniat berlompat bangun,
akan tetapi, apa mau dikata, tenaganya belum pulih, begitu ia
roboh pula. Karena itu, ia cuma bisa ber teriak: ,,Sie Siong
pengkhianat kau bunuh lah aku!
Orang tua Sudah lantas mengulur tangannya, membekap
mulut orang sembari dia kata hampir berbisik: , Jangan bicara
tidak keruan! Aku bukannya Sie Ciangkun!"
Mo Lek sadar ia membuka matanya. Sekarang ia bisa melihat
tegas. Itulah Liap Hong. Inilah orang yang tadi memujinya.
Liap Hong berhati baik; dia menyayangi sianak muda, maka
itu, dia lantas minta kepada Sie Siong untuk tidak mem
binasakannya. Dia pernah adik misan, sekarang dia menjadi
pembantu yang penting dia juga terlebih gagah, maka itu, Sie
Mong meluluskan permintaan itu. Memang, jasanya Sie Siong
separuh dari jasanya adik misan Mengingat jasa orang saja Sie
-Siong sudah harus memberi muka padanya.
Liap Hong membawa Mo Lek kekemahnya. Ia mengobati
ukanya dan mengasi juga minuman godokan somthung Karena
itu Mo Lek sadar "ebih dari pada mestinya.
Selama digedungnya An Lok San di-Tiang-an, Liap Hong
pernah bertempur dengan Mo Lek, sekarang se".ang sepuL.h
tahun dan Mo Lek menjadi besar, dia ti ak lantas mengenalinya,
baru belakangan perlahan-1a han ia ingat anak muda ini,
barulah ia mendapat kepastian disaat Mo Lek mendusin dan
mendamprat Sie Siong.
Dengan sehelai selimut, Liap Hong menutupi tubuh orang.
,,?au toh Tiat Mo Lek Tkatanya tertawa. "Sungguh besar
nyalinmu ! Kabarnya kau telah menjadi gie-cian sie wie dari raja
Tong, kenapa sekarang sebatargkara menunggang kuda disini
?" Mo Lek kenal orang she Liap ini dan ingat kebaikannya,
selama Toan Kui Ciang enyerbu gedungnya An Lok San buat
me* nolongi ^u It Cie Liap Ho g pernah memberikan
bantuannya seCara diam-diam. Liap Hong pula pernah mengasi
pikiran baik untuk Louwsie istrinya SU It Cie Karena ini? ia
menjadi menaruh kepercayaan besar, ma ka suka ia memberi
keterangan yang benar; Katanya: Tidak salah akulah Tiat Mo
Lek. Aku tidak biasa terkekang tak mau aku te rus-terusan
menjadi pengiringnya rrj", kare aanya aku minggat. Aku tidak
sangka disi?-ni aku berttmu dengan kamu. Sekarang tef serah
kepada kamu untuk membunuhku !"*
Liap Hong tertawa.
"Kau tetap keras kepala seperti dulu duluf"katanya. "Jikalau
aku hendak membu liuh kau, buat apa aku menolongmu
memba wa kemari dan mengobatimu " Aku hanya ingin kau
sembarang mencaci Orang jikalau suaramu sampai didengar Sie
Ciangkun, tidak adadayiku untuk melindungi kau. Karena kau
tidak suka membantu raja, baik kau tinggal tetap sama aku
disini. Tapi Mo Lek panashati. kata ia dingin ,.Kau menolongi aku,
aku terima kasih kepadamu" Tetapi, jikalau begini nasehatmu,
hendak aku mendamprat kau !"
"Aku bermaksud baik. apakah karena itu aku lantas
didamprat " tanya Liap Hong.
"Kau menyuruh aku berdiam disini! Kau pandang aku omng
macam apakah" tanya Mo Lek: "Akulah laki-laki sejati! Mana
dapat aku berdiam disaranj pemberontak" Sekarang begini
saja, kau bunun aku atau kau lepaskan aku i Jalan yang ketiga
tidak ada "
Mukanya Liap Hong pucat, dia jengah sekali. Selang sejenak,
ia kata: "Raja Tong lari meninggalkan istananya dia kabur kesuatu
tempat kecil ditanah Siok Barat, tidak nanti dia dapat
bertahan lama disana ! Kau tidak memangku pangkat, buat apa
kau menjadi menteri setia dari kerajaan Tong?"
Mo Lek tertawa dingin.
,,Apakah cuma orang yang memangku pangkat baru dapat
membela negara " kata nya. ,.Liap ciangkun, penglihatanmu
keliru! Memang si raja tua telah melarikan diri, sampai dia
meninggalkan rakyatnya, tetapi si rakyat sendiri dia harus
melindungi rumah dan tanah miliknya Sekarang ini di selatan
dan utara sungai besar, tentara rakyat sudah bangkit diempat
penjuru ! Apakah kau tidak tahu itu " Apa pula sekarang ini
Kwee Leng-kong sudah bergerak diThay goan dan
putramahkota juga memimpin tentara di Leng-ho ! sekarang ini
kamu masih dapat berbuat sesukamu, tetapi itulan buat
sementara waktu saja !"*
Liap Hong lekas-lekas menggoyangi tangannya.
"Mo Lek disini jangan kau bicara urusan negara", cegahnya.
"Mari kita bicara secara sahabat ! Jikalau kau suka pandang aku
sebagai sahabatmu kau tinggallah disi ni, berdiamlah dengan
tenang nanti sesudah lukamu sembuh akan aku berdaya lebih
jauh untuk kebaikanmu".
Mo Lek membalik diri.
"Lukaku tidak berat, katanya, sungguh sungguh. "Aku hanya
menyayangi kau!
Liap Hong membuka matanya lebih lebar Dia heran" Hendak
dia membuka suara atau dia cegah dirinya. Dia jadi berpikir.
Aknirnya dia tanya juga: "Kenapa kau me nyayangi aku ?"
"Toan Tayhiap pernah bicara denganku tentang kau", sahut
Mo Lek; Dia memuji kau hidup bercampur gaul. Diluar dugaan
ku, sekarang kau hidup bercampur gaul di tempat kotor, kau
pula rela membantu hari mau mengganas !"
Mukanya Liap Hong menjadi nerah. Ia berdiam sekian lama
lalu ia menghela napas.
"Benarkah Toan Tayhiap pernah memuji aku " katanya.
t,Pujiannya itu membuat aku malu sekali Mo Lek, jangan kau
bicara pula, hanya nanti dibelakang hari, kau akan mengarti
sendiri." Mo Lek memang hendak menguji hati orang, mendapat
jawaban itu, ia kata: ,,Kalau kau kata begini Ciangkun, baiklah,
senang aku suka berdiam disini merawat lukaku."
Boleh dibilang baru saja mereka habis bicara, lantas mereka
mendengar tindakan kaki orang, lalu sebelum orang itu
menying kap tenda, sudah terdengar pertanyaannya yang
nyaring : "Apakah bocah itu masih hidup "
Itulah suaranya Sie Siong.
Liap Hong kaget sekali, syukur ia lantas mendapat akal. Ia
mendekati Mo Lek untuk berdiri di sisinya, tangannya diulur
kepada luka orang, uituk dirabah. Tentu saja ia merabah
dengan perlahan. Sembari berbuat begitu, ia membungkuk,
untuk meng usap muka orang, untuk kata dengan perlahan :
"Ingat, jangan sembarang bicara !"
Mulanya Mo Let heran, tetapi segera ia mengarti. Kata ia
didalam hati : "Dia mengotori mukaku dengan darah, inilah
untuk mencegah Sie Siong mengenali mukaku .. . " Maka ia
berdiam saja, Liap Hong sebaliknya sudah lanias men jawab pertanyaan
Orang, menyusul mana, orangnya , . .. ialah Sie Siong "..
lantas muncul. Dia mengawasi Mo Lek, setelah mana, dia kata :
"Lukanya bocah ini bukannya enteng, dia mirip manusia
berdarah !"
"Syukur dia hanya dapat luka diluar." kata Liap Hong. "Dia_
bertubuh kuat, sesudah merawat diri sepuluh hari atau
setengah bulan, tentu dia bakal sembuh."
Sie Siong mengerutkan alis.
"Bocah ini mempunyai ilmu silat yang tidak dapat dicelah,"
katanya. "Kalau nanti dia sudah sembuh dia mungkin besar
faedahnya untuk kita. Cuma kita sedang ber gerak, sulit untuk
merawatnya, obat-obatari juga kurang . . , , " Lantas ia
menggeraki sebelah tangannya seperti orang lagi membacok.
Itulah berarti : "Lebih baik bunuh saja padanya !"
Liap Hong bersandiwara. "Siapakah kau kira bocah ini ?"
tanyanya. "Kau tahu, dialah orang sekampung halaman dengan
kita ! " "Oh, begitu ?" kata Sie Siong heran. ,,Coba terangkan
padaku, nanti aku ingat-ingat dia siapakah
"Dialah cucunya nenek luar dari keponakannya bibiku." kata
Liap Hong. "Dia cucunya si orang tua she Ong tukang ber-kuli
mengangon kerbau. Dia ini Ong Siauw Hek, si cilik hitam she
Ong. Lihat, apakah tidak kebetulan yang kita menemukan dia
disini T" Sie Siong meninggalkan kampungnya sejak masih kecil, tidak
nanti dia ingat orang yang disebutkan Liap Hong, yang sengaja
menyebut sanaknya dengan cara berbelit-belit itu, dia memang
mempunyai satu sifat baik, yaitu dia menyenangi orang sesama
kampung halaman dan kelemahan ini digit* nai Liap Hong,
maka juga ia percaya apa yang dibilang itu.
"Oh, kebetulan !" kata dia, "Knlau begitu, biarlah dia berdiam
di dalam tentara Cuma, untuk menyuruh orang merawatnya,
itulah berabeh. Aku pikir biarlah dia merawat dirinya sendiri"
,,Aku mempunyai jalan buat menolong dia," kata Liap Hong.
"Dari sini ke Tiang-an cuma seperjalanan dua hari, aku pikir
buat mengirim orang mengantarkan dia per gi kesana, supaya
dia berobat di Tiang-an saja. Nanti sesudah dia sembuh dia
mesti lekas datang kepada kita, untuk masuk dalam tentara. Itu
waktu, aku minta sukalah kau membantu dia."
"Ya* daya itu baik" Sie Siong menyetujui. "Kau lakukanlah
itu. Aku memang kekurangan pembantu yang gagah, setelah
dia sembuh nanti, dia dapat menjadi pengiring pribadi dari
aku," Mendengar itu, Liap Hong kata pada Me Lek : "Eh, Ong
Siauw Hek, kenapa kau masih tidak mau menghaturkan terima
kasih kepada Sie Ciangkun"
Mo Lek menurut, dengan suara sengaja dibikin serak, ia kata
: "Terima kasih ! Harap maafkan aku yang rendah tidak dapat
memberi hormat ?"
Sie Siong tertawa.
"Kau lagi terluka, tidak usah kau pakai banyak adat
peradatan !" katanya. "Haha ! Hampir aku membunuhmu sebab
aku menyangka kaulah mata " mata pemerintah Tong l "
Masih panglima ini berkata-kata lainnya baru dia berlalu.
Liap Hong mengeluarkan peluh dingin.
"Syukur aku tidak ngaco belo !" katanya pada Mo Lek.
"Sekarang kau boleh dahar bubur ! Kau sudah lama sekali
kelaparan buat sementara ini, kau mesti dahar barang yang
lembek." Mo Lek menurut, Ia dahar bubur dengan daging yang
empuk. Ia tidak sungkan-sungkan lagi hingga ia sikat habis
semua bubur dan dagingnya. Kecuali luka dikulit, habis
menangsel perut, kesegarannya pulih dengan cepat.
Liap Hovg terus duduk menemani, senang ia melihat paras
orang mulai bersemu dadu.
"Mo Lek," katanya, girang, "kelihatan nya besok kau sudah
dapat berangkat. Tidak banyak tempo untuk kita berkumpul,
sekarang hendak aku tanya kau satu hal. Kabarnya ketika si
raja tua mau buron, semalam sebelumnya ada o;ang jahat
yang datang menyatroni untuk membinasakannya ketika itu
kau hadir atau tidak di istana?"
"Memang, percobaan itu memang telah terjadi,?"sahut Mo
Lek, "Sicalon pembunuh ialah Ceng Ceng Jie. Dialah orang yang
di perintah oleh pihak kamu. Mustahil kau tidak tahu ?"
"Dia telah dicekuk kakak seperguran-nya dan digusur pulang
ke gunungnya!" katanya. "Sedikitnya didalam tempo tiga tahun
dia tidak bakal muncul lagi dalam dunia Karig Ouw !"
Lalu pemuda ini menjelaskan percobaan Ceng Ceng Jie itu
kena digagalkan. Tapi ia menyembunyikan halnya Ong Yan Ie,
berkhianat kepada Ceng Ceng Jie.
Liao Hong mengangguk. Baru sekarang ia ketahui duduknya
hal ,Apakah paling belakang ini kau perilah bertemu dengan Lie
hiap Bwee Leng Song" ia bertanya pula. "Apakah dia baik", "Dia
baik sekali. Dia sudah menikah dengan Lam Suhengku. Kenapa
kau menanyakan tentang dia ?"
Dahulu hari pernah aku menemukan dia dirumahnya Sie
Ciangkun. Aku bersyukur buat kebaikkannya, yang tidak
menganggap aku sebagai manusia jahat."
"Kau benar, tentang kau dia pernah omong dengankau. Dia
ketahui halnya kau melindungi secara diam diam pada Louw Sie
Toan Tayhiap juga sangat bersyukur terhadapmu I"
Liap Hong girang. Inilah bukan di sebabkan melulu Leng
Song tidak suatu apa. Hanya hatinya lega mengenai suratnya
Lo-uw-si"e untuk keluarga Hee, surat maiia di pedayakan dan
diambil Ceng Ceng Jie. Buat beberapa tahun, hatinya tidak
tenteram Ini pula sebabnya maka ia tanyakan Nona-Hee itu, Ia
hanya tidak tahu bahwa Leng-Song dan ibunya telah mendeita
banyak dan ibunya si nona sudah menutup mata. Syukur Mo
Lek juga tidak menceritakannya dengan begitu ia jadi tidak
usah berduka, Lalu ia berkata: "Mo Lek. jikalau nanti kau
bertemu Toan Tayhiap dan Hee Lie-hiap tolong kau sampaikan
hormatku kepada me reka itu. Kau bilangi juga bahwa karena
aku dipandang sebagai sahabat oleh mereka dibelakang hari
pasti akan aku balas ke baikan itu!"
Setelah itu mereka bicara dari hal-hal lainnya Sekarang Mo
Lek mendapat kenyata an orang she Liap ini turut Sie Siong
bukan karena kehendaknya sendiri, Mika ia lantas berkata "Ada
satu nal baat mana aku mengharapkan bantuanmu, entah kau
sudi mem bantuku atau tidak, . . .
"Asal yang aku sanggup, tidak nanti aku tampiK !*
"Aku ingin bertemu dengan Louw sie sebentar saja.
Dapatkah "*" Mo Lek bertanya
Liap Hong berpikir keras, baru kemudian ia berkata sungguhsungguh:
,,Mo Lek dapat aku mendayakannya, Cuma aku pun
mau meminta supaya kau jangan melakukan sesuatu yang
dapat mempersulit aku."
,.Kau jangan kuatir. Untukku cukup a-sal aku dapat bertemu
maka satu kali dengannya. Tidak nanti aku menerbitkan onar
Apakah kau kuatir aku nanti serbu keluarga Sie ?"
"Kaulah orang bangsa hiap-gie aku tahu tidak nanti kau
sembarang membunuh orang. Aku hanya tidak menghendaki
kau membawa lari pada Louw-sie, Disebelah itu diantara
keluarga Sie kau tidak dapat perli hatkan diri asalmu."
"Baik, aku beijaji pad&mii, Tapi, jika itu ada lain orang yang
menolongnya, akli tidak dapat mengambil peduli.
"Louwsie sendiri yang ingin tinggal dirumah keluarga Sie itu.
kata Liap bong Asal orang tidak menciliknya. tidak nanti dia
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mau mengangkat kani. Duluhari juga hendak aku menolongi dia
secara diam supaya dia bisa menyingkir, dia menampik/ dia
menampik."
Liap Hong mengeluarkan sebuah yauw pay pertanda ya ig
digantung di pinggang, kata ia pula; "Inilah tanda bukti buat
orang berlalu lintas dldalam pasuka.i kami dengan kau
membawa ini orang tidak bakal ganggu kau ditengah jalan.
Sesampainya kau di Tiang an kau juga dapat menggunakan ini
sebagai bukti bahwa kau bekerja dalam tentara. Besok akan
aku mendayakan sebuah kereta buat membawa kau ke Tiang
an disana kau boleh tinggal dirumahku Aku tinggal bertetangga
dengan Sie Ciang-kun, diantara dua rumah ada pintu yang
menghubungi satu dengan yang lain. Dengan kau tinggal
dirumahku, pasti bakal ada ketika-nya, yang baik buat kau
menemui Low-sie
Mo Lek girang sekali ia membilang te rima kasih sambil
memberi hormat.
"Lukaku sudah tidak membahayakan lagi, asal ada seekor
kuda untuk menjadi pengganti kakiku dapat aku pergi tanpa
naik kereta," katanya.
Liap Hong mengangguk akan aku menu lis surat buat
keluargaku," kata ia pula. ,.Kau serahkan itu kepada pengurus
rumah tanggaku nanti dia mengurus segala apa ke perluanmu.
Keluargaku berjumlah sedikit, kecuali istri dan anak
perempuanku, cuma ada beberapa bujang yang semuanya
menja di orang-orang kepercayaanku. Cuma kau harus ingat
kota Tiang-an masih tetap kacau, jikalau tidak ada urusan
sangat penting lebih baik kau jangan pergi keluar kemana
mana. "Aku mengerti/" kata Mo Lek yang kembali memberi hormat
pula. "Kau jangan kuatir. Kau sangat baik terhadapku, aku
sangat bersyukur.
Selama ini sang fajar sudah tiba. maka selekasnya Liap Hong
selesai menulis surat nya Mo Lek simpan itu baik-baik. la pun
memoawa yauwpay yang diberikan, terus ia berpamitan.
Liap Hong menyerahkan seekor kuda pilihan, Ia sendiri yang
mengantarkan si anak muda keluar dari tangsi.
-oo0dw0ooTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 27 Memang dengan membawa yauwpay itu, Mo Lek tidak
mendapat rintangan dise-panjang jalan, bahkan ia mendapat
hak sebagai seorang pesuruh hingga ia bisa berhenti dan
singgah disetiap perhentian dapat makan dan penginapan
hingga tak usah ia menderita kelaparan atau kedinginan lagi.
Selang tiga hari, sampailah pemuda ini dikota Tiang-an. Di
jalan besar, setiap beberapa puluh tindak, ada tentara-tentara
jaga. Dikiri kanan toko-toko pada tutup. Di jalan besar sedikit
sekali orang mundar-mandir. Sedangkan ditepi jalan, di dalam
solokan kadang kadang terlihat tulang be-gedung bertetangga
satu dengan lain. Yang satu Sie-hu, pintu gedung keluarga Sie
yang lain Liap-hu, gedung keluarga Liap.
"Inilah tempat bagus untuk aku menyembunyikan diri," pikir
Mo Lek girang. "Dengan begini selain aku akan mendapat
kesempatan menemui Louw-sie, akupun bisa menanti
datangnya Toan Tay-hiap ?"
Ketika Toan Kui Ciang berpisah dari Mo Lek pernah dia
menyatakan dengan sumpah bahwa biar bagaimana, hendak
dia menolongi Louw-sie, isterinya Su It Jie. Maka juga Mo Lek
percaya paman itu pasti bakal datang ke koia Tiang-an ini.
Segera pemuda ini tiba di muka gedung dan terus ia
mengetuk pintu, ketika seorang pengawal muncul, ia
memberitahukan maksud kedatangannya sambil menyerahkan
suratnya Liap Hong. Ia tidak usah menanti lama munculnya
koan-kee kuasa rumah keluarga Liap itu, yang memimpinnya
masuk ke dalam. Di dalam suratnya, Liap Hong
memberitahukan bahwa Mo Lek yang memakai nama samaran
Ong Yauw Hek menjadi sanak asal sekampung, dari itu ia tidak
disambut secara sembarangan.
Selagi berjalan masuk itu, waktu mereka mau bertindak naik
disebuah tangga batu, mendadak Mo Lek mendengar seruan
nyaring, yang rupanya keluar dari mulutnya seorang anak kecil
! "Awas piauw !" Ia terkejut, segera ia menoleh. Tepat pada
waktu itu, dua biji uang tangchie yang dijadikan piauw, senjata
rahasia, menyambar ke arahnya, datangnya bersusun, atas dan
bawah, menuju ke arah dua jalan darah lenghu dan tiaw-hoan.
Ia heran yang di-rumah keluarga Liap ia mendapat
penyambutan caia begini, Tapi ia mesti membebas kan diri. Ia
lantas menggunakan tangannya menyambuti piauw yang diatas
itu dan dengan berjingkrak, ia menendang jatuh piauw yang
dibawah. Justeru itu datang pula piauw yang ke tiga. hingga
sulit buat menangkap puia atau berkelit, terpaksa Mo Lek hajar
itu dengan piauw yang ia cekal. Maka piauw yang ke tiga itu
jatuh bersama piauw yang pertama.
Menyusuli Penyerangan gelap itu dari dalam terdengar
teguran seorang wanita : "In Nio, jangan tidak tahu aturan !
Inilah tetamu ayahmu !"*
Mo Lek mengawasi, hatinya mendongkol. Ia mendapat
kenyataan pembokongnya ialah seorang bocah wanita yang
berdiri diatas tangga. Dia memelihara dua buah kuncir,
ramanya jenaka. Umurnya ia duga, be lum tiga belas tahun. Di
belakang nona itu ada seorang nyonya usia pertengahan, yang
tentu menjadi ibunya.
Si koan-kee kuasa rumah, sudah lantas memperkenalkan :
"Inilah nyonya majikan kami dan ini nona kecil kami. Saudara
Onghar-p I j b a- h?"ri Noiakami
ini?" Tidak m-i^jt; s. koankee bicara habis, nona kecil itu sudah
menyala sambil bertepuk tepuk tangan dan berkata den;an
gembira: "Paman, kau liehay sekali! Sungguh sempurna
caranya kau menanggapi piauw! Semua mereka, mereka tidak
dapat melawan kau!"
Liap Hujin menegur puterinya: "Makin lama kau jadi makin
binal! Kau sampai tidak mau lihat, siapa orangnya yang datang
kau main sembarang menyerang! Syukur pamanmu ini tidak
kena diserang, jikalau tidak kau dapat membikin aku mati
mendongkol!. Ia menoleh kepada Mo Lek untuk meneruskan:
"Inilah In Nio anak kami. Dari masih kecil dia sudah gemar ilma
silat dan telah mempelajarinya, selama beberapa hari ini dia
baru belajar mengguaai piauw lantas dia menjadi keranjingan,
dia selalu mengganggu orang-orang kemi untuk menyambuti
piauwnya .. "
"Tarub Kata orang kena terhajar tidak menjadi soal!! sinona
cilik menyela ibunya itu. ,,Aku"mengerti ilmu totok, untuk
menyadarkancya! Oh, paman, kau toh tidak menggusari aku,bukan?"" ia teruskan pada Mo Lel, lagaknya lucu sekali.
"Masih banyak!?" membentak siibu. ,.Kalau nanti ayahmu
pulang, akan aku. tuturkan lagakmu ini supaya kau dihajar
hingga kulitmu pada pecah!"
Sekarang Mo Lek mengerti bahwa ia di pandang sebagai
pegawai keluarga Liap itu. Ia tidak menjadi gusar. Ia ingat
semasa kecil ia juga suka memain seperti bocah ini. Sebaliknya,
ia girang Liap Hong mempunyai anak yang berbakat bagus
sekali. Pikirnya; "Semasa aku kecil kebiasaanku meng-gunai
senjata rahasia tidak sepandai dia ini. Maka ia lantas berkata
dengan puj an-nya: "Sungguh inilah anak harimau dari keluarga
panglima perang! Inilah pendekar wanita! hujin harap hujin
tidak menyesalkan dia. Memang, senjita rahasia harus banyak
dilatih " In No girang setali sambil tertawa ia kata pada ibunya "Nah,
ibu, ibu dengarlah! Apa katanya paman ini! Ilmu senjata
rahasia memang tidak dapat tidak dilatih terus!"
Nyonya itu tertawa. Katenya: "Kau puji lagi dia, dia akan
semakin menjadi-jadi! .. Ayahmu memang biasa sangat
memanjakannya!" Tapi, anak, kau ingat buat belajar senjata
rahasia, tidak dapat kau pakai orang sebagai sasaranmu!
, Tetapi, ibu. mengenai ilmu piauw, ibulah seorang asing!"
berkata sianak. "Untuk dengan piaaw menyerang jalan darah
kalau orang tidak pakai sasaran tubuh manusia, mana itu
dapat?" "Aku ada satu jalannya!" Mo Lek campur bicara. "Kau dapat
menganggp kayu yang nanti diberi cat, untuk membeii tandatanda
letak dan garis garisnya jalan darah Boneka itu dapat
diperintah orang menggendolnya baat dibawa berlari lari, lalu
kau menyusul dan menyerangnya. Tidak kah itu sama saja" "
In Nio bertepuk tepak tangan Bagus, bagus!" serunya
memuji. ,,Mengapa aku tidak dapat pikir cara ini" Paman, kau
tentulah seorang ahli, hayo paman kau temani aku berlatih
, Tidak malu-malu nona cilik ini. Ia bicara seperu dengan
orang yang ia telah kenal lama.
Mo Lek tertawa dan-menjawab. ,,Aku? lah orang desa, aku
cuma mengerti pencak kampungan. Jikalau aku menemani kau,
tentu percuma saja aku selalu bakal kena dihajar kau1"
Tapi sinona membuat main bibirnya. ,.Aku tidak perciya! "
katanya. Barusan kau telah menyambuti tiga-tiganya piauwku!
Mana mungkin kau membilang tidak pandai menggunai piauw"
Jangan mendustai aku paman!"
Ai, In Nio jangan kau main gila!" kata Sang ibu "Paman Ong
baru saja sampai, minum teh pun belum, bagaimana kau
lan?as menggerembenginya" Bagaimana kau lantas minta
ditemani berlatih piauw" Sungguh kau tidak tahu aturan! Hsyo
kau mundurlah! " Lantas nyonya ini menambahkan kepada
tetamunya: "Semua ini dasar ayahnya yang biasa
memanjakannya! Syukurlah paman bukan orang luar, jikalau
sebaliknya, pasti orang akan mentertawai kami sudah tidak
mampu mengajar anak!"
Mo Lek kata: ,,sifat sinona juneru sifat keluarga panglima
perang. Sinona masih muda sekali, ia sudah liehay begini, buat
memujinya orang tak sempat, apa pula buat mencelanya!"
In Ni Kisah Sepasang Rajawali 32 Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Pendekar Panji Sakti 8