Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen Bagian 15
o tidak menentang lagi ibunya, hanya ia tidak mau
mengundurkan diri. Inilah bukti disamping ayahnya, ibunya
sendiri juga biasa memanjakannya Sikap-nya ini terang sikap
yang menyatakan ia masih hendak menanti Mo Lek menemani
ia berlatih piauw"
Dalam suratnya Liap Hong kepada isteri nya, Mo Lek
diperkenalkan sebagai Ong Siauw Hek sanak jauh asal
sekampung halaman, karena itu diwaktu berbicara lebih jauh.
Nyonya Liap menanyakan beberapa hal mengenai tempat
asalnya. Ia sendiri juga sudah lama meninggalkan kampung ha
lamannya, ia sudah tidak ingat semua. Mo Lek sebaliknya telah
memperoleh beberapa keterangan dari Liap Hong, dapat ia
memberikan jawabannya. Nyonya Liap juga tidak menanyakan
banyak, kalau ia menanya itu hanya sekedar saja, maka
kemudian ia kata "Disaat kacau seperti ini aku girang ada anak
jauh yang datang berkunjung. Kau tinggallah disini. jangan
sungkan kau anggap rumah mi seperti rumah sendiri. Telah aku
menyuruh orang menyediakan kamarmu."
Mo Lek mengucap terima kasih.
Selagi sikoankee hendak mengajak tetamunya
mengundurkan diri, buat pergi ber istirahat dikamarnya,
mendadak ada satu nona cilik lainnya yang datang kesitu, yang
terus menegur In Nio : "Encie In, apa hari ini kita berlatih
pedang pula ?"
"Hong Sian kebetulan kau datang!" kata In Nio. "Inilah
Paman Ong, tetamu kami yang baru sampai yang ilmu silatnya
mahir sekali. Sampai sebegitu jauh, kita belajar silat secara
seperti menutup diri, tidak ada orang luar yang melihatnya,
entah ilmu silat kita itu ada harganya atau tidak maka sekarang
baiklah kita minta pamaii ini yang menjadi wasitnya untuk
memberi keputusan !"
"Ah, anak In, kembali kau mau mengganggu Paman Ong!"
kata sang ibu. "Pergi lah kamu berlatih sendiri!"
"Tidak apa, ibu, tidak apa!" kata In Nio. "Bukankah hari ini
Paman Ong tidak bekerja apa-apa " Bukankah ia sudah mi-num
teh " Ibu sendiri yang membilang paman bukan orang lain,
selagi ayah tidak ada dirumah. bukankah dapat jikalau aku
minta paman yang memberi petunjuk padaku ?""
Nyonya Liap kewalahan melayani anak nya itu.
Nona kecil yang dipanggil Hong Sian itu manis sekali,
usianya lebih muda dari pada In Nio, usianya mungkin baru
sepuluh tahun. Ketika Mo Lek mengawasi, ia heran Ia seperti
pernah kenal potongan muka nona itu, yang mirip dengan
mukanya seseorang lain.
"Buat memberi petunjuk, itulah aku tidak berani."^ kata ia
pada In Nio. "Ijinkan lah aku menyaksikan, buat membuka
mataku. "Nona kecil ini ?"
"Ialah adik Sie," In Nio memberitahukan. "Adik Hong Sian,
hayo kau menemui paman Of.g !"
Liap Hujin pun berkata : "Ialah mustikanya Sie Ciangkun
yang menjadi tetangga kami. Mereka ini berdua bersahabat
seperti encie dan adik. mereka bermain-main bersama setiap
hari. Kau tentu telah bertemu dengan Sie Ciangkvn bukan ?"
Mo Lek mengangguk buat menjalankan peranannya.
"Sie Ciangkun baik sekali." sahutnya. "Untuk kedatanganku
ke Tiang-an ini, aku pun telah menerima banyak bantuannya."
Hong Sian bertindak menghampirkan. untuk memberi
hormat pada Ong Siauw Hek ia berkata : "Ilmu pedangku baru
saja di pelajari maka itu, aku harap kau tidak nan ti
mentertawakannya."
Sikap nona ini tidak manja seperti In Nio, roman dan gerakgeriknya
sangat menarik hati, maka Mo Lek .menjadi heran,
hingga ia berpikir : "Mungkinkah aku keli ru menyangka "
Benaikah dia ini anaknya Sie Siong " Heran sekali ! Kenapa Sie
Si ong dapat mempunyai anak manis seperti ini ?"
Sementara itu, karena Mo Lek telan menerima baik buat
"menonton" latihan 1
ilmu silat anaknya, Liap Hujin tidak me nentang lagi, maka In
Nio bersama Hong Sian lantas mengajak sipaman pergi kebelakang
gedung dimana ada taman bunga ser ta pekarangan
terbuka peranti belajar silat. Disitu ada sepasang para-para
senjata lengkap dengan delapan belas macam gegaman-nya.
In Nio dan Hong Sian tidak mengambil golok atau pedang
tulen, hanya mereka me milih sepasang pedang kayu, yang
memang diperantikan untuk berlatih. Disisi lapangan ada
sebuah tong terisi abu hitam. In Nio menancap pedangnya
kedalam abu hitam itu, lalu sambil menarik pulang ia berseru:
"Mari kita mulai !"
Hong Sian menurut contoh, dia menye-lup pedangnya
kedalam abu hitam setelah itu dia maju ketengah kalangan.
Sambil me ngibasi tangannya dan memasang kuda-kuda dia
kata : "Hari ini tak usahlah aku mengalah lebih dulu selama liga
jurus padamu !"
Mo Lek heran melihat gerak gerik nona cilik itu, ia mulanya
menyangka orang akan seperti main-main saja, tidak tahunya
sikap permulaan itu sebenarnyalah ilmu pe dang asli dan dari
tingkat atas. Itulah jurus "Pek-hong-koan-jit," atau "Bianglala
putih menembusi matahari." Benar si nona belum mahir tetapi
ia sudah dapat bergerak baik sekali, cepat dan lincah.
Gerak permulaan Liap In Nio lebih aneh lagi. Dia berdiri
dengan pedang dili.T tangi didada, kaki dan tubuhnya tidak
berkutik, baru setelah Hong Sian menyerang, ia menggeser
kakinya hingga terkepang, un tuk dapat mendak, hingga
pedang Nona Sie hampir mengikis kulit kepalanya, dengan
begitu juga, ujung pedang nona itu memain diatasan kepala
orang, itulah jurus "Sinar layung merah menutupi bumi."
"Jika orang bertempur dengan sungguh-sungguh, serangan
ini sukar buat dikelit." kata Mo Lek didalam hati.
Sementara itu kedua nona sudah saling serang.
De igan ditempel dan dipiitar, satu kali pedang Hong Sian
kena terpental, tapi habis itu. dengan cepat mereka sudah
berkum pul pula.
Diam-diam Mo Lek memperhatikan kaki In Nio. Itulah
gerakan yang dinamakan ..menginjak garis tengah dan segi
delapan" Ia heran dan kagum tak peduli ialah ahli pedang.
Nona itu dapat bergerak seumpama kupu-kupu beterbangan
berseliweran di antara bunga bunga.
Herannya pemuda ini ialah kapan ia memikir, siapa gurunya
kedua nona ini. Kata ia didalam hati : "Dua-dua Sie Siong dan
Liap Hong pernah aku tempur. Ilmu silat Sie Siong biasa saja.
Ilmu silat Liap Hong | lebih sempurna dari pada ilmu silat Sie
Siong. akan tetapi mereka tak dapat disamakan dengan anakanak
mereka ini, pula ilmunya dari lain cabang atau partai.
Pasti mereka ini mempunyai ilmu pedang bukan ajaran atau
warisan ayah mereka ?"
Seiuh latihan kedua nona itu. Mere a bergebrak terusterusar.
Nampak mereka seimbang Tenaga mereka pun ulet.
Tanpa merasa, mereka sudah melewati beberapa puluh jurus.
Hong Sian lebih banyak menyerang. In Nio senantiasa
bertahan. Melihat ketetapan tubuhnya In Nio terang lebih mahir
diripada nona she Sie itu.
"Jangan-jangan nona kecil itu bakal lekas kalah," pikir Mo
Lek. Hong sian juga rupanya merasa ia bakal Kalah, mendadak ia
menggunai siasat ialah kedua kakinya menjejak tanah,
tubuhnya terus mercelat tinggi dari atas ia baru tu run sambil
menikam. Mo lek kenal baik tipusilat itu yaitu "Kera putih mencelat
dicabang," salah satu tipu dari ilmusilat pedang Wan Kong
Kiam-hoat Tipu itu periah ia saksikan di gunakan Khong Khong
Jie baru-baru ini, Toan kui Ciang kalah karena jurus itu. Hanya
Hong Sian mengunainya beda daripada caranya Khong Khong
Jie. Ia dari atas sedangkan Khong Khong Jie dari samping.
Tanpa merasa pemuda ini berseru dengan pujiannya.
Liap In Nio menekuk kedua kakinya, tubuhnya melengak
kebelakang sedangkan dengan pedangnya, ia menutup diri.
Itulah tipusilat ,,Tiat poan kio atau ,,Tembatan besi. " Deagan
kedua kaki tertancap dengan kuda-kudanya, tubuhnya seperti
rebah rata membikin pedang lawan lewat diatasan tubuh,
pembabat muka tanpa hasilnyp. Tapi ia tidak hanya manda
diserang, ia juga menyampok hingga kedua buah pedang
bentrok keras dan nyaring sama2 lepas dari, tangan, mental
jauh. Dan habis itu kedua ber diri sambil saling jabat tangan
dan tertawa. ,,Encie aku kalah!" Hong Sian berkata,
Sekarang barulah Mo Lek melihat bahwa tubuh Hong Sian
.,ada titik abu hitamnya tujuh biji dan tubuh Liap In Nio tiga
titik. Itu berarti bahwa barusan, selagi berlatih itu, mereka
sudah dapat saling melukai."
, Tidak" kata Liap In Nio ,.Kau justru telah maju pesat. Barubaru
ini aku menga lah dalam tiga jurus kesudahannya sama
seperti ini Kau lebih muda dua tahun dari pada aku selewatnya
dua tahun lagi, kau pasti bakal melebihkan aku."
, Sudah jangan kita saling menarik ke-putusan sendiri. " kata
Nona Sie. ,;Paling benar kita minta pertimbangannya Paman
Ong mungkin paman dapat menunjuki kekurangan kita."
Mo Lek tertata.
,,Ilmu pedang kamu liehay sekali! " katanya. "Kamu lebih
menang daripada aku, maka juga kamu seperti menanya
kepada sibuta !"
Dalam hal ini meski ia merendah Mo Lek bicara benar.
Memang dalam halnya pedang, belum tentu ia mendapat
mengalah kan nona-nona itu.
Kedua bocah itu tidak mau me igerti, usteru mereka lagi
mendesak tiwa tiba ada terdengar suara ini. ..Nona Sian sudah
wak tunya nona pulang ! Lalu tertampak seorang wanita,
dengan dandanan sebagai babu susu, datang menghampirkan.
Roman wanita ini luar biasa. Itulah sebab mukanya
tersilangkan cucad bekas dua bscokan selain itu ada tandatanda
bekas luka didahmya. Kulit matanya juga ter tekuk dan
pecah dan kulitnya pucat seperti tidak ada darahnya. Walaupun
demikian dia tidak menakuti, Menurut wajahnya semasa
mudanya dia tentulah cantik. Dia mempunyai pinggang yang
langsing. Rambutnya sudah separuh ubanan.
Mengawasi wanita itu hati Mo Lek tiba-tiba tergerak.
,, Tidak salah lagi, dia teutulah Louw-sie ! pikirnya. Ia
melihat gerak gerik o-rang yang agak agung. "Teranglah guna
melindungi kesucian dirinya dia sudah me rusa mukanya.
Kasihan dia, yang selama sepuluh tahun, mesti hidup menderita
?" ,-,Low-Ma !" Hong Sian memanggil. "Aku lagi mema"n
dengan gembira, aku belum mau pulang !
Sebutan "Lauw Ma" itu atau ,,babu Ma" menguatkan dugaan
Mo Lek bahwa nyonya itu benar Louw-sie atau nyonya janda Su
It Jie. "Kau sudah bermain-rnain setengah harian, anak," berkata
Lauw-sie, suaranya sabar, sedang gerak geriknya halus. "Lihat
bajumu sudah gemak ! Bukankah kau habis berlatih pedang "
Kau gemar belajar, aku girang, tetapi setelah mengeluarkan
banyak peluh, perlu kau salin dahulu. Bagaimana kalau kau
jatuh sakit ?"
Itulah kata-kata dari kasih sayang yang mendalam.
Mendengar itu, Mo Lek kata di dalam hati : "Tidak salah,
Hong Sian tentulah anaknya. Mungkin Sie Siong suami dan istri
melihat nona ini manis, mereka mengakuinya sebagai anak
mereka sebaliknya si ibu disuruh menjadi babu susu, tukang
momong saja, bukan ibunya!"
"Lauw-ma, pergilah pulang lebih dahulu!" katanya. "Aku
tidak dapat jatuh sakit! Atau taruh kata aku sakit, tidak nanti
aku sesalkan kau ! Kau tidak tahu, hari ini ada datang Paman
Ong, yang liehay ilmu silatnya, maka kami mau minta petunjuk
mengenai ilmu pedang . . . Paman Ong, Paman Ong ! Kau
membekal pedang, kau tentu pan dai ilmu silat pedang,
bukankah kau sudi mempertunjuki beberapa jurus untuk kami
saksikan ?"
Kata-kata yang belakangan ini ditujukan kepada "Mo Lek,
yang diawasi. Louw-sie memandang si anak muda, yang ia tidak kenal,
maka tak mau ia sembarang bicara. Tapi ia sudah pikir
sebentar ia hendak minta bantuan orang guna mem-bujuki si
nona. Mo Lek sudah lantas menghunus pedang nya. Ia tahu ia
bakal digerembengi apabila ia menolak. Tapi ia kata :
"Baik, akan aku memberi pertunjukan. Buat memberi
petunjuk, aku tidak berani, maka itu, kita snlina berlatih saja."
,,Bagus?" berseru Kedua nona itu sambil menepuk tangan.
"Buat menyaksikan saja, kami sudah girang sekali!"
,,Ah, tetamu ini tidak tahu urusan".." pikir Louw-sie, atau ia
lantas mendengar, Mo Lek menyentil pedangnya sambil
bersenandting. Itulah syair yang digemari Toan Eng Ciang,
yang Toan Kui Ciang nyanyikan sambil mementil pedang satu
malam sebelum dia mau membunuh An Lok San.
Louw-sie terperanjat, hingga ia mengawasi pemuda itu. dan
tak dapat ia menahan mengetes turun airmatanya. Syukur
Hong Sian tidak melihat padanya.
"Kedua nona heran.
"Paman, adakah itu kata-kata rahasia ilaiu pedang?" tanya
mereka. Mo Lek mengangguk dengan sembarangan saja.
"Apakah kau akan mengeluarkan enam jurus dengan
sekaligus?" Hong Sian tanya Biasanya ia, sewaktu bermula
belajar silat pedang, saban hendak mulai, membaca istilah ilmu
pedang. Kata-katanya Mo Lek tidak terdengar terang olehnya,
hanya ia ingat, pernah ia mendengar Louw sie nengajari serupa
syair" . "Memang, ilmu pedangku ini tidak dapat dipiiah-pisah, kata
Mo Lek." Semuanya terdiri enam kali enam menjadi tiga-puluh
enam jurus, bagian belakangnya empat tujuh menjadi duapuluh
delapan yang enam dan enam kali."
"Teranglah ilmu pedangmu terlebih bagus daripada ilmu
pedang kami!" katanya, girang. "Lekas mulai!"
Saking polos, si nona ini main percaya saja.
Kata Mo Lek: "Akan aku memberi pertunjukan untukmu. Tapi
anak kecil mesti dengar kata kata orangtua maka ia, pergi kau
salin pakaian dulu, supaya Lauw Mama tidak berkuatir
untukmu." ona itu memonyongkan mulutnya. ,,Menyalin pakaian tak
menjadi soal." katanya, hanya kalau aku pulang ibu tentu tidak
akan mengizinkan aku kembali, pasti ibu akan mengatakan
bahwa hari ini aku sudah berlatih cukup, bahwa aku balik kem
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bali besok saja ?"
,,Kalau begitu besok saja kau datang pula. Akupun belum
tentu akan pulang besok," katanya.
,.Tidak bisa!" mendesak sinona. "kalau sekarang kau tidak
memberi pertunjukan, sebentar malam aku bakal tidak dapat"
tidur pulas!"
,.Aku mempunyai pemecahannya," kata Liap Ia Nio.
"Tubuhku lebih tinggi sedikit daripada tubuh kau, depat kau
pakai bajuku buatan tahun yang lalu. Mari kita massuk kedalam
untukmu tukaran!"
Bagus!" kata Hong Sian. " Dasar encie lebih pintar. Nah, Lauw
Ma. kau tunggulah disini, habis menyaksikan pertunjukan
pedang Paman Ong, kita pulang bersama."
Kau tolong aku mendustainya. Taman ini besar, kalau bukan
kita lagi berlatih silat, tak mudah kau segera dapat mencari aku
Kalau pengakuan kita bertiga sama, mustahil ibu
mengurusmu?"
"Ali, kau pandai bicara!" kata sibabu.
"Baiklah, lekas kau pergi sekarang!"
Hong Sin mengangguk bersama In Nio, dia berlalu,
Segera Louw sie meagawasi Mo Lek, matanya mendadakan
ia ragu-ragu. "Maafkan aku siorang tua, siauwya," katanya, "barusan
senandung siauwya, syair apakah itu?"
"Aku juga tidak tahu," sianak muda menjawab. "Aku
mendengar seorang sering menyanyikannya " juga."
"Siapakah orang itu " Louw-sie tanya. ,,Apakah dia maiih
hidup?" "Ya" sahut Mo Lek: "Dialah seorang yang sangat banyak
pengalamaanya, yang sering menderita, yang biasa terancam
bahaya, tetapi sebelum dia berhasil menuntut balas, Thian
berkasihan terhadapnya, saban saban ia lolos dari bencana.
Mungkin tidak lama lagi dia akan tiba dikota Tiang-an ini".
Mendengar demikian Louw sie tidak menyangsikan lagi
pemuda ini. ,Sebenarnya kau siapakah?" Ia tanya pula. "Apakah kau
kenal baik orang itu " Kenapa dia bakal datang kemari"
Mo Lek tidak mau bersandiwara terlebih jauh. Jawabnya
dengan terus- tereng" Tidak mau. aku membohong.
Sebenarnya suami Nyonya Louw dari keluarga Toan yalah ayah
angkatku, dan baru-baru ini pernah aku turut Toan Tayhiap
ayah angkatku itu secara diam-diam memasaki kota Tiang-an,
sampai digedungnya penghianat terjadi satu pertarungan
dahsyat, hanya sayang, lantaran jumlah yang sedikit tidak
dapat melawan yang banyak dia tidak dapat meno-longi kau
nyonya. " Louw sie terkejut.
"Ah, kau jadinya Mo Lek?" ia tanya."
.,Ya" sahut sianak muda "Nyoaya bagaimana kau ketahui
namaku?" , Ketika terjadi peristiwa itu, Liap-Hong telah memberi
keterangan kepudaku" sahut Louw-sie. .Namamu diketahui
belakangan sesudah dia mencari keterangan Liap hong turut
penghianat atau pemberontak tetapi dia dapat membelakan
kelurusan dari kesesatan, sedangkan aku. sering aku memberi
nasehat padanya, maka juga, lambat laun, dia pasti akan
meninggalkan tempat yang gelap ini untuk pergi ketempat yang
terang. Apakah kau ketahui hati dia maka kau berani datang
kerumahnya" ini"
"Tapi inilah kejadian yang kebetulan, bukan karena sudah
dijanji terlebih dahulu," slhut Mo Lek yang terus memberikan
penjelasannya. "Meski Hong suka melindungi kau, kata Louw sie kemudian,
"mengingat tempat ini berbahaya, baiklah kau lekas-lekas
menyingkir ds.ri sini. Kau tahu kota ini sudah mejadi kotanya
sipemberontak inilah justeru bahaya.
"Aku datang baru satu hari, nyonya sahut Mo lek. "Kau
sendiri, kau berada diguha harimau dan gedung naga ini sudah
sepuluh tahun lebih, kenapa kau tidak memikir untuk berlalu
dari ini?"
Alis sinyonya rapat satu pada lain.
..Mo Lek, apakah kau memikir untuk menolongi aku?"
tanyanya perlahan.
,,Begitulah niatku," sahut Mo Lek terus terang. ..Akan tetapi
aku telah berjanji dengan Liap Hong, tak mau aku merembetrembet
dia. Maka aku memikir menantikan datangnya Toan
Tayhiap, supaya tayhiap sendiri yang menolong nyonya."
Nyonya itu terkejut.
,.Jikalau begitu, lekas iau kasih kabar pada Toan Kui Ciang!"
katanya. "Kau bilangi dia supaya dia jangan lancang turun
tangan ! Sekarang ini masih belum waktunya aku meninggalkan
rumah keluarga Sie, kalau dia datang, dia akan mencelakai aku,
bukannya dia menolongi ! Aku juga pasti tidak bakal turut dia
kabur! " Mo Lek sangat tidak mengerti.
"Kenapa begitu nyonya " Ia tanya.
"Coba kau bilang," sinyonva balik bertanya, "kalau
pemerintah hendak menumpas pemberontak she An itu,
mudahkah atau suka?"
Mo Lek melengak. Bukannya ia dijawab, ia justru ditanya Ia
menjadi terlebih heran lagi. Tapi ia menjawab: ,Negara telah
kena dirobohkan, kedudukannya pemberontak she An sudah
tetap, untuk menum pas dia, tak mudah ! Hanya syukur rakyat
semua sangat membenci dia ! Siapa kehilangan rakyat dia bakal
musna. Kedudukan pemberontak she An itu tidak kokoh kuat,
lambat laun dia toh bakal roboh!"
"Dan aku berdiam disarang pemberontak ini maksudku guna
membikin lebih cepat robohnya pemberontak she An itu!
berkata siryonya. "Mulanya aku cuma memikir buat
membalas sakit hatiku pribadi, sekarang itu terangkap dengan
niat membalas sakit hati kepada musuh ! Coba kau pikir, mana
dapat berlalu dari sini?"
Nyoaya itu tua dan lemah, tetapi bicaranya bersemangat,
dadanyapun berombak, bukti dari tegang hatinya
Mo Lek heran dan kagum, tetapi ia belum mengarti
seluruhnya. Ketika ia hendak menanya nyonya gagah itu,
sinyonya sudah mendahului berkata pula. "Tidak lama lagi.
dikota Tiang-an ini pasti bakal terjadi suatu peristiwa besar!
Maka itu, kau dengar kata-kataku, lekas-lekas kau berlalu dari
kota ini, suruh Toan Kui Ciang jangan datang kesini!"
Mo Lek melengak pula. "Tetapi akn tidak berjanji dengan
Toan Tayhian untuk bersama sama datang kemari," katanya.
"Aku cuma tahu dia bakal datang, maka aku menantikan pa-das
ya. "Jikalau begitu, itulah berbahaya" ka ia sinyonya kaget.
"Semoga dia sangat lam bat makin baik . Mengenal kau, jikalau
kau mau tetap tinggal dismi, boleh, tatapi ingat, jangan kau
lance ig anerseari aku ! A-pabila telah tiba saataya, apabila atau
mempunyai urusan yang membutuhkan bantuanmu, naati aku
suruh Hong Sian yang me-nyampaikan kabar padamu!"
Mo Lek mengangguk. Sebenarnya ia mau menanya bakal
terjadi peristiwa apa dan bagaiman caranya sinyonya membikin
pembalasannya, atau Kong Sian berdua In Nio swdah keburu
muncul. Mereka itu mendatangi sambil berlari-lari, dari jauhjauh
sudah terdengar suaranya; "Paman, kami mau
menyaksikan ilmu pedangmu!
Terpaksa Mo Lek meluluskan. Ia menghunus pedangnya.
..karena kamu memaksa, terp.ksa aku memberi
pertunjukanku yang buruk," kata-nya, "tetapi apabila ilmu
silatku keliru tolong kamu beri petunjuk. "
Walaupun kedua nona itu menjadi anak anak tanggung. Mo
Lek memandang mereka sebagai ahli-ahli silat, karena itu, ia
bersilat dengan hati-hati. Ia memperlihatkan Liong Heng Kiam
hoat, ilmu pedang Ujud Naga yang terdiri dari delapan kali
delapan menjadi enampuluh-enam jurus, gerakannya keras dan
cepat, hingga disam-ping sambaran anginnya, sinarnyapun
berkilauan. Ilmu pedang kedua nona bersifat lunak, ilmu silat "Paman"
ini bersifat keras, akan tetapi kedua-duanya sama
keindahannya. Apa yang beda yalah yang satu nampak halus,
yang lain garang. Toh dua-duanya sama menarikhati
ditontonnya. Hanya kedua nona itu, yang belum pernah melihat
ilmu pedang demikian keras, menjadi kagum, hingga mereka
menyaksikannya dengan mendelong.
Mo Lek tengah bersilat terus ketika dengan tiba-tiba ia
mendengar pujian nyaring tapi merdu : ,,Bagus" Ia terperanjat
Ia rasa ia mengenali baik suara itu. Ketika ia melirik, ia melihat
seorang nona lain lagi berdiri menonton dipinggiran. Dan ia
mengenali Ong Yan Ie !
Tentu saja, ke empat mata bentrok, sinarnya hingga dua
pihak lantas mendapatkan masing-masing pikirannya. Hingga
dengan sendirinya, masing-masing merasa sama likatnya.
"Paman bagus sekali ilmu pedangmu !" memuji kedua nona.
"Kau dengar, bukan cuma kita juga encie Ong memuji
padamu!" Kedua nona rupanya mengenal baik Yan Ie, maka mereka
mencekal dan menarik tangannya nona itu, yang mereka
panggil encie atau kakak. Sembari menarik nona yang satu kata
: "Inilah paman Ong, tamu kami yang baru saja tiba.
Ong Yan Ie menenangkan diri, ia tertawa.
"Orang tua mana dapat disamakan dengan anak-anak"
katanya. "Kamu baru mengerti kulitnya saja, lantas kamu
menyombongkan di sana-sini. Orang tua tidak dapat berbuat
demikian! Itu bukanlah berpura-pura, itulah merendah !"
Nona Ong membawa sikap tidak kenal Mo Lek dengan cara
hormat seperti orang baru bertemu, Ia merangkap kedua
tangannya sambil berkata : "Kiranya tuanlah tamu yang baru
tiba ! Dapatkah aku mengetahui she dan nama besar tuan ?"
"Aku yang rendah she Ong bernama Siauw Hek,?" sahutnya
seraya membalas hormat.
"Encie Ong kami ini juga lihay ilmu silatnya," kata In Nio.
"Sering encie datang kemari memberi petunjuk kepada kami.
Ya, maukah kamu berdua main-main sebentaran " "
Louw Sie yang semenjak tadi berdiam saja, sekarang
membuka mulutnya. Kata ia : "Inilah Ong Siocia mustikanya
Lou Kok-kong, Ong Pek Thong. Ong Kongya ber-sama-sama Sie
Tayjin me.ijadi menter menteri di dalam istana Raja, hubungan
ke luarga mereka satu dengan yang lain pun erat sekali. Ong
Siocia menjadi seorang nona bangsawan akan tetapi ia lemahlem
but dan manis budi terhadap semua oran tak perduli orang
atas atau orang bawah
Ada maksudnya Louw-sie berkata begitu. Ia menjelaskan
tentang Yan Ie supaya Mo Lek mengetahui dan berhati-hati. Mo
Lek sendiri sementara itu berpikir : "Kiranya Ong Pek Thong
masih berada di kota Tiaig,an bahkan sekarang dengan
anugerah An Lok San, dia menjadi seorang kok-kong. Dengan
begini terang sudah Yan Ie belum berhasil membujuki ayahnya
untuk mengundurkan diri . , . "
Kok-kong. "Malah gelaran kebangsawan an raja muda atau
hertog. Yan Ie pun tertawa dan berkata : Lauw, Mama cuma memuji
saja ! Tapi, kata-katanya barusan ada benarnya juga. Terhadap
segala orang, aku bersikap sama, tidak memandang dirinya
rendah asal orang berbuat baik terhadapku, aku juga tentu
berbuat baik terhadapnya.:" Toh selagi berkata begitu, diamdiam
nona ini me lirik tajam kepada si anak muda.
Mo Lek melihat lirikan itu, yang ia ke tahui apa artinya.
Liap In Nio keluar manjanya. Ia lalu mendesak, meminta Mo
Lek dan Yan Ie berlatih bersama-sama. Mo Lek sementara itu
berpura-pura terperanjat.
,,Oh. kiranya puteri seorang bangsawan!" katanya. .,Aku
seorang desa, mana berani aku bersilat dengan nona ?"*
Yan Ie berpuia tertawa: Ia kata : "Kau jangan dengari
ocehannya kedua bocah ini ! Dengan kepandaianku yang tidak
berarti, dapat aku main-main dengan mereka berdua tetapi
tidak untuk melawan kau, tuan!?"
In Nio putus asa. Tak berani ia membujuk terlebih jauh.
Tidak demikian dengan Hong Sian, yang usianya lebih muda.
Tapi ini ji.ga sesudah kewalahan, berkata pada Yan Ie : "Encie
tidak mau bertanding dengan paman Ong, baiklah ! Tapi baruTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
baru ini encie telah menjanjikan aku, akan mengajari aku ilmu
totok, hayo sekarang kau ajari V"
"Hari ini aku datang untuk melihat kamu berlatih," kata Yan
Ie. "Baru-baru ini juga aku cuma membilangi kau, untuk kau
belajar ilmu totok, pertama-tama jeriji tanganmu harus kuat;
dan kedua kau mesti mengerti ilmu mengerahkan tenagadalam.
Sebenarnya kamu mesti memahirkan dulu ilmu.
pedangmu, baru kamu dapat mempelajari ilmu totok. Bagus
sekarang ada pamanmu ini, kau boleh minta dia ajari cara-cara
untuk mencekal pedang dengan kokoh ?"
"Sudah Hong Sian," Louw-sie turut bicara pula, "jangan kau
gembrengi lebih jauh pada encie Yan mu ini ! Lihat, cuaca
sudah mulai guram, kalau sekarang kau tidak lekas pulang, tak
tahu aku bagai nana haius bicara dengan ibumu !"
"Benar ! " berkata Yan Ie. "Kau harus dengar kata-katanya
Lauw Mama dan pulang dahulu. Akupun hari ini mempunyai
urusan tidak dapat aku berdiam lama-lama dengan kamu disini.
"Encie Ong, kapan kau akan kembali ?"* In Nio tanya.
"Jikalau aku mau datang, dapat aku datang sendiri
sembarang waktu," sahut Nona Ong. "Asal orang yang aku
sukai pasti aku akan datang menemuinya! Mungkin besok aku
datang pula . . . "*
Berkata begitu sengaja atau tidak kem-kali ia melirik Mo Lek,
terus ia bertindak.
Si anak muda berdiri diam. Ia tahu kata-kata nona itu lebih
banyak ditujukan kepadanya. Karena ini, ia sampai lupa
mengantar pergi pada nona itu.
Yan Ie sudah jalan dua tindak, ketika ia menoleh. lapun
tertawa. Kata "a : "Di-dalam tahun ini, yang tampak cuma
orang-orang lari pergi dari Tiang-an sebaliknya jarang orang
yang datang, maka itu Ong1 Siang-kong. kau justeru orang
yang datangi itu, Karena sekarang keadaan kacau kau harus
berhati-hati. Sayang aku mau lantas pergi kalau, tidak, ingin
aku mendengari keterangan mengenai segala sesuatu yang
terjadi dilain tempat."
Mendengar itu, Louw-sie terperanjat. ..Ah. apakah dia telah
ketahui rahasia Mo Lek ?" pikirnya.
In Nio sebaliknya lantas berkata : ,,Paman Ong telah
memberitahukan aku bahwa ia tidak bakal lekas meninggalkan
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kota Tiarg-an, karena itu encie Ong, besok kau| datanglah pula
" Mo Lek bersandiwara, mska ia juga turut meminta nona Ong
itu datang pula besok.
"Jikalau aku mau datang, tentu aku akan datang !" katanya.
Lantas ia bertindak pulang ia sendiri yang membuka pintu
taman, untuk meninggalkannya Rupanya ialah tetamu kedua
keluarga Liap dan Sie, yang biasa datang, maka juga ia nampak
tidak asing. Seberlalunya Nona Ong, Louw-sie mengajak Hong Sian
pulang. Karena rumah kedua keluarga bertetangga, mudah
buat Nona mundar mandir dipintu taman. Louw-sie tidak bicara
lagi dengan Mo Lek, toh hatinya kurang tenang, maka juga
selagi bertindak diambang pintu ia kata keras : ,Hayo jalan
sedikit cepat, nona ! " Maksud nya mendesak Hong Sian, tetapi
Mo Lek tahu itu ditujukan kepadanya, supaya ia lekas
menyingkir dari kota Tiang-an itu.
Hati pemuda ini menjadi kacau. Tidak ia sangka bahwa ia
segera dapat bertemu dengan Yan Ie. Ia juga jadi mesti
memikirkan perkataannya nona itu.
"Dia kata tidak mau menemui aku pula, kenapa barusan ia
bilang ia mau datang lagi " Pula, ia memesan buat aku berlaku
berhati-hati. Apakah maksudnya itu "
Mestinya itu bukan pesan biasa saja.."
koankee yang dari keluarga Liap baik sekali. Ia melayani Mo
Lek dengan telaten. Malam .itu ia menyuguhkan barang
hidangan serta araknya. Ia membawa diri sebagai juga ialah
bujangnya si tetamu.
Si anak muda menjadi malu hati. la. tarik tangan orang tua
itu, buat diajak duduk dan minum bergama. Ia memanggil loopee.
Karena sikapnya wajar, koankee itu suka menurut, dari
likat, dia jadi biasa.
Karena pengaruh air kata-kata, sendirinya Mo Lek suka
bicara. Begitulah ia kata: ,,Nona kamu, loo-pee benar-benar
turunan keluarga orang peperangan, dialah seorang wanita
jantan ! Dia masih kecil sekali, ilmu pedangnya sudah lihay !
Siapakah yang mengajarinya ! Liap Ciangkun biasa pergi
berperang, bukankah ia jadi jarang berdiam di rumah ?"
"Mengenai itu ada suatu peristiwa aneh," menjawab sikuasa
rumah. ,,Memang ilmu pedang nonaku bukan ajaran ayahnya
Itulah peristiwa diwaktu sinona baru berusia tiga tahun. Pada
suatu hari nona tengah bermain-main dipintu depan. Tiba-tiba
seorang pendeta wanita lewat didepan gedung lantas dia
bermohon menghadap nyonya kami. Nyonya menyangka dia
mau minta derma siapa tahu. dia berka: "Nona ini berbakat
baik sekali ingin aku mengambil ia sebagai muridku. Tentu
sekali nyonya menolak permintaan itu. Atas itu, sipendeta Kata.
Jikalau nyonya tidak mengijinkan hendak aku membawanya
pergi! " Benarlah malam itu, nona lenyap tidak keruan paran
sedangkan semua pintu dikunci dan nona pun tidur bersama
nyonya diatas sebuah pembaringan. Karena itu nyonya
menangis sedih berhari-hari. Lewat beberapa hari, barulah
looya pulang Looya diberitahukan tentang hilangnya looya
Lantas loya minta keterangan je"as. Setelah mengetahui lukisan
sipendeta wanita, looya menghibur dengan berkata: "Pendeta
itu orang berilmu luar biasa, kita boleh bersyukur yang ia suka
dengan anak kita sebagai muridnya. Pil dalam halnya dia. kita
mencari atau memintanya menjadi guru. anak kita juga sulit
sekali. Itulah untung bagus dari In Nio. dan jangan
bersusahhati. Mendengar itu Mo Lek lantas tanya : "Apakah loopee tahu
namanya pendeta wanita itu.
,.Aku tidak tahu sebab majikan kami tidak pernah
menyebutnya. Aku cuma menerka dialah bukan sembarang
pendeta. Aku tidak "berani menanyakannya Sejak itu lima
tahun sudah lewat. Tergan begitu usia nona sudah masuk
delapan tahun. Pada suatu hari, nona diantar pulang. Sipendeta
kata bahwa nona sudah diberikan dasar yan sempurna hingga
buat selanjutnya dapat ia berlatih sendirinya. Mulai waktu itu,
sipendeta datang hanya satu tahun satu kali Sekarang ini sikap
terhadapnya betobah lain sekali sekarang asal dia datang. dia
di sambut masuk kedalam dan dilayani dengan hormat dilayani
nona sendiri. Aku menjadi kuasa rumah disini akan tetapi
jarang aku melihat pendeta wanita itu
,,Jadi ilmu pedang sinona ialah ajaran nya sipendeta wanita
itu " Mo Lek tanya
"Mungkin aku juga mendengar nona Sie memanggil suhu
padanya. Tapi aku tahu sejak kecil sampai besar. Nona Sie
belum pernah lenyap seperti nona kami Barang kali Nona Sie
memanggil meng.kuti nona kami saja. Kita kedua keluarga, kita
menia di tetangga baru selama beberapa tahun yang terakhir
ini. "Aku lihat, kedua nona itu seperti juga saudara kandung satu
dengan lain." kata lagi Mo Lek.
"Memang Nona Sie sangat cerdas, loova dan nyonya kami
menyayanginya seperti anak sendiri, " kata sikoan kee.
Mo Lek tertawa.
"Toh wajar bukan orang tua menyayangi anaknya " katanya.
"Kenapa kau berkata begini ?"
Pengurus rumah itu mengawasi.
.Siangkong, kau bukannya orang luar, bolehlah aku bicara
padamu. kata dia, "Nona Sie sebetulnya bukan anak kandung
dari looya dan nyonya kami. Turut kabar ayah nona Sie ialah
seorang pembesar dari kerajaan Tong, yang telah dianisya raja
yang sekarang. Tatkala itu. raja masih menjadi Samtin "Ciattouwsu.
dan sie Ciangkun bekerja dibawah perintahnya Ah,
inilah kata kata yang seharusnya aku tidak omongkan kepada"
orang luar. Siangkong sudah menda pat tahu, aku hirap
siangkong jangan o-mongkan lagi kepada oraag lain . . .
"Jangan kuatir loopee sahut Mo Lek cepat suaranya tetap.
,Aku akan menjaga mulutku rapat kuat seperti mulut botol
tefsumbat tidak nanti aku membocorkan rahasia !"
Tentu sekali kuasa rumah ini tidak tahu sianak muda sudah
ketahui duduknya hal. hebab teranglah Sie Hong Sian, atau
Nona Sie itu, sebenarnya ialah Su Jiok Bwee, anaknya Su lt Jie
atau Louw-sie, Dengan melihat gerak-gerik Louw-sie terhaadap
Hong Sian Mo Lek sudah lantas dapat menerka. Sekarang
ia memperoleh kepastian.
Didalam tempo yang pendek itu Mo Lek sudah ketahui cukup
banyak Tentang kedua keluarga Sie dan Liap ini. supaya tidak
mendatangkan kecurigaan ia tidak menanya lebih banyak pula.
Ia pula, tidak menanyakan urusan Louw-sie pribadi.
Habis bersantap malam, kira jam dua, sikoankee mengajak
tetamunya masuk keka marnya untuk beristirahat. Mo Lek
mendapat kamar didekat tamim di atas louwteng sedang
sikoankee tidur diba-vvah Dia ini selalu mesti siap sedia supaya
dia bisa senantiasa melayaai tetamu itu. &a tr.ar itu terpisah
cukup jauh dsri rumah Keluarga Sie.
Tidak tenang hati Mo Lek maka ia tidak bisa lantas pulas.
,Inilah sulit demikian pikirnya. "Louw sie tidak mau berlalu
dari sini dan ia juga melarang aku pergi kepadanya. Kalau
begitu aku berdiam terus disini " Aku tidak -angka bahwa Ong
Yan Ie juga suka datang kepada kedua keluarga ini. Dia telah
ketahui aku berada disini, aku kuatir dia pun nanti menyulitkan
aku . . . Mo Lek tahu pasti, tidak nanti Yan Ie membikin ia celaka jadi
ia bukan takut si aona membuka rahasianya ia hanya kuatir
nona nu nanti melihat pula padanya hingga ia bakal jadi pusing
kepala. ,Tapi mana dapat aku segera berlalu dari sini ?" pikirnya
pula. .,Khong Khong Jie minta aku menyampaikan pesan nya
kepada ko-thio dan ko-thio bakal lekas datang kemari jikalau
aku pergi, mana bi-sa aku menemuinya " Louw-sie pula
menyebut bahwa didalam hari-hari yarg mendatang ini bakal
terjadi sesuatu yang besar Peristiwa spakah itu" Baiklah akan
aku tetap berdiam disini sampai beberapa hari lagi. Jikalau
nyonya itu membutuhkan bantuan dapat aku membantunya!
Selagi ia berpikir keras ini Mo Lek mendengar ketukan pada
jendela kamarnya, lalu sebelum ia tahu mesti berbuat apa. ke
dua daun jendela sudah terpentang dari luar tampak lompat
masuknya seorang wanita yang memakai topeng. Ia lantas
mengenali Yan Ie. Hanya ia tidak sangka orang datang cepat
luar biasa ! Setelah mengawasi sekian lama sianak muda mendahului
membuka suara. "Kau . . kau . . katanya: "Kenapa kau datang tengah malam
buta-rata ini"
Yan Ie ter awa. "Kau legakan hati, jangan kuatir!" kata nya.
"Tidak akan ada orang yang melihat kita ! Sikoankee juga
sudah tidur nyenyak bagaikan bangkai hidup sebab aku telah
totok padanya, sebelum matahari naik tinggi, tak nanti dia
sadar ! "Kau mempunyai urusan apa?" Mo Lek tanya. "Tak dapatkah
kau menanti sampai besok " Ah, kau tidak mengarti maksudku .
. . ! " Yan Ie melengak, wajahnya merah.
"Apakah kau memberati adat istiadat yang melarang pria dan
wanita sembarang bertemu muka ?" tanyanya. "Hm ! Memang
nya kau patudang aku orang macam apa " Meski aku berasal
Rimba Hijau aku bukannya si perempuan hina dina !"
Sekarang Mo Lek yang merah mukanya Tak dapat ia
menampik lagi siona itu. la membiarkan nona itu mengambil
tempat duduk. Si nona mendongkol, sekian lama ia berdiam terus.
"Maaf nona, kata Mo Lek. "Aku polos tak pandai aku bicara.
Aku hanya kuatir, kalau pergaulan kita terlalu erat apabila Tian
Toako mendapat tahu. nanti terbit salah paham. Kau tahu
tidak, Tian Toako pergi mencari kau kemana-mana ?"
Alisnya Yan Ie terbangun.
"Urusanku itu. tak usah kau ambil tahu !" katanya. "Kau
mesti perhatikan urusanmu sendiri ! Kau harus berhati-hati, kau
tahu ! Hm ! Jikalau bukannya aku tidak tega melihat kau nanti
menghadapi bencana tak sudi aku datang kemari ! Apakah kau
sangka aku datang untuk menemuimu saja" Tidak Kau jangan
kuatir, selewatnya malam ini, tidak nanti aku datang mencari
pula padamu !"
Mo Lek menatap.
"Aku menghadapi antara bencana apakah ?" ia tanya.
"Mustahilkah ada orang yang tahu bahwa aku telah datang ke
kota Tiang-an ini dan orang itu sudah lantas memberi laporan
rahasia kepada sipembe-rontak she An ?"
Sekarang ini An Lok San lagi kegilaan menjadi raja dia lagi
membuat pesta didaJ lam istananya, urusan apa juga dia tidak
pedulikan ! " kata si nona. ,,Yang kuatirkan ialah lain orang,
yang ingin mencelakai kau ! Sekarang lebih dahulu hendak aku
tanya kau, mau apa kau datang ke Tiang-an ini ?"
"Untuk melihat keadaan disaat kacau dari kota ini !" sahut
Mo Lek. ..Untuk menyaksikan kawanan iblis menari-nari kalang
kabutan! "Hm ! Aku tahu. tidak nanti kau omong terus terang padaku
! Tapi, dapat aku menerka satu atau dua bagian ! Bukankah
raja Tong mengutus kau kemari buat membunuh.secara diamdiam
pada An Lok San?"
Nona ini percaya dia cerdas sekali tetapi dia menerka keliru.
,.Oh ! kata Mo Lek, "jadinya kau kua tir tenagaku tidak cukup
hingga aku men-J jadi seperti siselatu yang menyerbu api "j
Kau kuatirkan aku melempar diri kedalam jaring perangkap ?"
Yan Ie tidak menjawab, hanya ia kata: . Ada satu orang !
Entah kau kenal dia atau tidak ! Dialah orang yang pada tiga
puluh tahun dahulu ternama terkenal seperti kakek guruku.
Tian Hui Liong sihantu besar! Dialah Cil Pouw Twie-hun-cu
Yang Bok Lauw ! "
Mendengar nama itu, Mo Lek kaget hingga mukanya menjadi
merah padam, sedang matanya segera menjadi bersinar berapi.
Kata dia gusar sekali : "Yang Bok Lauw ! Jadi hantu besar itu
masih hidup dida lam dunia ini ?"
"Adakah dia itu musuhmu ?" ia tanya "Pantas dia sabansaban
menanyakan aku tentang kau ?"
Mo Lek menyabarkan diri, menetapkan hati.
"Sekarang dimana adanya hantu besar itu ?" tanya ia.
"Dia berada didampingnya An Lok San" sahut Yan Ie. "An
Lok San telah mengundang dan mengangkat dia menjadi
Tayswee Congkoan ! Kemarin dulu dia masih membicarakan
kau dengan ayahku."
"Apakah kata dia " Apakah dia menghendaki jiwaku "
"Mendengar suaranya, dia benar menghendaki itu. Dia kata
" dia kata " Ah lebih baik aku tidak menyebutkannya. Baik lah
kau berhati-hati ! Dia sudah tahu kau telah meninggalkan
rajamu, dan dia telah menerka bahwa kau bakal datang ke kota
Tiang-an ini . . .
Memang kemarin ini, selagi Yang Bok Lauw dan Ong Pek
Thong berbicara dan me nyebut Mo Lek, Yan Ie kebetulan ada
bersama dan mendengar pembicaraan itu. Ketika Qng Pek
Thong bicara dari hal ambruk nya gunung Hui Houw San, Yang
Bok Lauw menggeprak meja dan berkata nyaring : "Sayang !
Sayang ! Kau telah membinasakan kelima Harimau dari
Keluarga Touw, kenapa kau tidak membabat rumput sambil
meng gali juga akar-akarnya " Kenapa kau bikin lolos si bocah
haram jadah "anaknya liat K-a n Lun "
"Hari itu aku meraniang mukanya khong Khoag Jie," kata
Ong Pek Thong "Sekarang ini mau menyesalpun sudab ka sip !
Bocah itu telah turut Mo Kerg Lojin hingga dia memperoleh
kepandaian yang berarti. Didalam segala hal dia memusuhkanku
!" "Sudab, saudara Ong, jangan kau berduka," kata Yang Bok
Lauw. ,,Aku juga tidak dapat membiarkan bocah itu hidup iebih
jama pula ! Aku dengal kabar dia telah diusir raja Tong,
tetapi aku bersangsi. aku mau menduga itulah mungkin akal
be-ilaka. Mungkin itulah Kouw Jiok kee, tipu muslihat
mempersakiti diri sendiri. ?"
"Kouw Jiok-kee ?" tanya Ong Pek-Thong. "Mungkinkah dia
datang untuk ber pura menghamba kepada junjungan kita?"
"Mungkin dia tidak berani memakai akal berpura menakluk
itu," kata Yang Bok Lauw. "Aku lebih percaya dia masuk nelu?up, untuk secara menggelap mencoba me-lakukan
pembunuhan".."
Kata Ong Pek Thong kemudian: "Banyak orangku yang kenal
Tiat Mo Lek, nan ti aku beri perintah supaya meTeka
memasang mata Cuma kalau nanti sudah keta* huan dia benar
datang dan berada dima-na, saudara, aku mau minta bantuan
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau, supaya kau yang membereskan dengan tanganmu
sendiri!" Demikian, pembicaraan yang Yan Ie dengar, tetapi sebab ia
tidak mau membi-langkan peristawa lama digunung Hui Ho-uw
San itu, supaya Mo Lek jangan ingat pula tentang sakithatinya,
ia jadi sudah bicara ringkas saja. Memang ia takut Mo Lek coba
membunuh An Lok San Kalau itu sam pai terjadi, pasti Mo Lek
bakal bertemu Yang Bok Lauw. Itulah berbahaya Karena itu
juga, tanpa menghiraukan urusan pribadi mereka, sekarang
".malam-malam"..ia mencari Mo Lek untuk menyampaikan kisikannya
ini sekalian ia menasehati su-paya sianak muda
meninggalkan kota Tiang an.
Tapi Mo Lek justru menjadi gusar. Ia sampai menepuk meja.
..Baiklah!" serunya. "Dia menghendaki jiwaku ! Aku juga
sustru mengingini jiwanya.1"
Mo Lek menjadi sangat gusar sebab Yang Bok Lauw itu
musuh besarnya"orang yang telah membunuh ayahnya!
Pada duapuluh lima tahun yang lampau, Tiat Kun Lun masih
menjadi pemimpin dari gunung Yan San. Pada suatu hari,
dibentengnya, ia kedatangan seorang tetamu yalah Yang Bok
Lauw. Kedua pihak tidak kenal baik satu pada lain, tetapi
mereka saling mengenal nama masing masing. Tetamu itu
disambut dengan baik, malamnya di adakan perjamuan
untuknya Tengah minum arak, kedua belah pihak bicara juga tentang
ilmu silat. "Saudara Tiat" kata Yang Bok Lauw. kepandaian silat luar
dari kau sangat mahir, apakah Vau pernah menemui orang
yang dapat menaudingirau" " kata Tiat JCun Lun: saudara
terkenal sebagai Cit Puo Cwie Hun Ciu, maka terhadap kau, aku
pasti kalah!" Yang Bok Lauw tertawa nya-riag. Senang ia
mendengar julukannya disebut sebut. Julukannya itu berarti
,,Tujuh tiacak mengejar arwah."
"Saudara Tiat memuji terlalu tinggi! kata dia. "kata
berdua"..Yang satu ahli Luar. yang lain ahli Dalam. . .Aku
kuatir sukar dicari keputusan siapa yang terlebih mahir
kepandaiannyaamenggunai tangannya Tiat tun Lun merendah
tetamunya ber jumiwa, karsna pengaruh arak, Tiat tun Lun
menjadi tidak sabaran.
?"Jikalau begitu, mari kita mencoba-coba,tantangnya.
Inilah kabetulan untuk Yang Bok Lau. Dia memang datang
dengan niat mengadu kepandaian, guna menguji raja gunung
Yan San itu. Bagus tantangan keluar dari mulut lapi ia berpura
merendah, kata dia: "Pelajaran kita berlainan pokoknya kita
cuma harus saling berlatih saja untuk mem peioleb kemajuan.
Cuma ada satu hal, yang aku buat kuatir. Kepandaian kau,
saudara, pokok keras, sedang pelajaranku, bersifat lunak. Pula
pelajaranku telah dilatih sela ma beberapa puluh tahun!
Bukannya aku jumawa, sampai sekarang ini, belum pernah aku
bertemu lawan. Jikalau kita berlatih, lalu terjadi kesalahan ada
yang luka"..syukur kalau aku yang t-rluka, tapi bagaimana
seandainya saudara?"
Dibawah pengaruh air kata kata, Tiat Kun Lun tidak berpikir
banyak. Ia tertawa terbahak bahak.
"Jangan kau kuatir saudara Yang!" katanya. "Memang sudah
lama aku mendengar kepandaian saudara ingin aku
mercobanya, jangan kata baru terluka, biarnya arwahku
dikejar, dibetot, aku tidak akan sesalkan kau! "
Yang Bok Lauw girang sekali
Lantas keduanya mengadu kepandaian diruang pesta itu.
Semua tauwbak besar dan kecil, semua rakyat gunung berdiri
diseki-tar gelanggang untuk menyaksikan. Semua berdiam.
Tiat Kun Lun telah menggunai tenaganya, semua pukulannya
hebat sekali, anginnya keras, tembok sampai bergoncang.
Siapa terkena angin pukulan, dia seperti tertolak, dia mesti
mundur dengan terpaksa.
Yang Bok Lauw sebaliknya. Dia selalu bersikap sabar. Selalu
dia berkelit mundur, atau nyamping.
-oo0dw0oo- Jilid 28 Terlihat nyata kedua pihak sama lihay-nya. Karena lincahnya
Yang Bok Lauw seperti menang unggul sedikit.Sampai di jurus
ke tujuh, barulah Yang Bok Lauw balas menyerang. Tangan
kedua pihak ..lantas menempel satu dengan yang lain, untuk
selanjutnya mereka saling bertahan. Dengan lekas kedua pihak
bermandikan keringat.
Kata Tiat Kun Lun sambil tertawa : "Syukur arwahku tidak
kena di tarik ! Apakah sekarang kita dapat sudahi saja ?"
Jawab Yang Bok Lauw : "Saudara dapat bertahan tujuh
jurusku, itulah bagus! Karena kita sama-sama tidak terluka,
baik mari kita sudahi percobaan kita ini. tak usah kita menanti
ada yang menang atau kalah ?"
Semua penonton berlega hati. Pertandingan. itu tidak
membawa celaka. Kedua belah pihak juga sama-sama
merdapat muka. Hanya disaat mereka ita berdua menarik)
pulang tangannya masing-masing, sekonyong-konyong Tiat Kun
Lun berteriak keras, terus tubuhnya roboh terpental satu
tombak lebih ! Yang Bok Lauw nampak kaget.
,,Saudara Tiat, kau kenapa?" tanyanya nyaring. ,,Apakah kau
terluka" Dimana lukanya " Mari aku obati, aku mempunyai obat
luka !" Tiat Kun Lun berlompat bangun, lantas dia mengawasi
dengan bengis, dia berkata nyaring : ,,Yang Bok Lauw, jangan
kau berpura-pura baik hati ! Kau tunggu sampai lukaku sudah
sembuh- nanti, aku ingin coba pula ilmumu !
Meski dia bisa bangun tetapi dari suara bicaranya, nyata
sekali tuan rumah ini telah terluka di dalam. Semua tauwbakl
lantas menjadi curiga beberapa diantaranya, yang setia kepada
pemimpinnya, sudah lantas menghunus senjatanya dan maju,
untuk mendamprat.
Yang Bok Lajw tertawa dingin, sambil berkata pada .Tiat Kun
Lun : "Saudara Tiat, apakah katamu " Apakah kau tidak
menganggap sah janji kita " "
Tiat Kun Lun mengibarkan tangan kepada orang-orangnya.
"Biarkan dia pergi !" perintahnya. "Tak usah kamu
melakukan pembalasan !"
Tapi Yauw Bok Lauw bersandiwara. Dia menghela napas.
"Saudara Tiat," katanya, "aku kesalahan tangan, aku
menyesalpun sudah kasip . .
"Aku tidak menyangka bahwa kau memandang aku sebagai
musuh ". Aku tidak berdaya, baiklah, aku mau pergi. Aku
harap kau mendapat obat -yang mujarab, supaya lain kali dapat
aku meminta pengajaran pula dari kau . . .
Tiat Kun Lun mengerti ilmu kebal, rombongan tauwbak
percaya bahwa dia cuma luka ringan dan keadaannya tidak
berbahaya siapa tahu, pada malam harinya pemimpin itu
mendapat demam panas-dingin, terus ia menutup mata hingga
ia tak dapat ia membuat pembalasan sendiri se-bagaimana
yang diharapkannya.
Yang Bok Lauw telah berlaku curang. Selama bertanding
kekuatan mereka berimbang, tetapi setelah pertandingan
disudahi, selagi Tiat Kun Lun berhenti mengerahkan tenaga
dalamnya diam-diam dia menyerang terus, sebab itulah raja
gunung dari Yan San itu menjerit dan roboh, karena ilmu
kebalnya kena di gempur rusak. Di dalam hal ini, Tiat Kun Lun
cuma dapat menyesalkan kejujuran dan ke alpaan-nya, tidak
menyangka bahwa orang akan berlaku licik dan kejam.
Sesudah Tiat Kun Lun meninggal dunia orang-orangnya
bersakit hati, mereka mau membuat pembalasan, akan tetapi
wak tu mereka pergi mencari ke empat penjuru, Yang-Bok
Lauw tak dapat ditetemukan. Justeru sejumlah tauwbak tidak
ada di gunungnya, tentara negeri menyerbu, membikin tumpas
semua rombongan gunang Yan San itu.
Karena peristiwa itu, maka Tiat Mo Lek menjadi sebatang
kara, sampai kemudian ia ditolong o"eh Keluarga Touw, yang
merawatnya hingga ia menjadi dewasa, yang merganggapnya
sebagai anak-angkat-nya.
Pasukan tentara negeri yang menyerbu dan menimpas
gunung Yan San itu dikepalai o eh Congpeng Souw Peng dari
kota Yu-cie. Setelah pecahnya Yan San kemudian baru pihak
Yan San ketahui, datangnya Yang Bok Lauw itu adalan, atas
anjuran dan perintahnya Souw Peng itu, yang mau menindas
Yan San dengan akal liciknya itu. Karena hasilnya itu, kemudian
Souw Peng naik pangkat sampai tiga tingkat sebab ia dianggap
berjasa besar. Tapi Souw Peng juga tidak hidup panjang umur.
Lewat beberapa tahun, Touw Leng Cok memimpin tentaranya
menyerbu ke kota vu-ciu dan si congpeng mati- terbunuh.
Dengan begitu, baru separuh sakit hatinya Mo Lek dapat
terbalaskan. Ini pula sebabnya kenapa Mo Lek sampai
memandang Leng Ciok sebagai ayahnya sendiri.
Semenjak itu, tentang Yang Bok Lauw tetap tidak tcidengar
kabar-ceritanya. Dia rupanya menyembunyikan diri sebabdia
tahu Tiat Kun Lun luas pergaulannya dan mung kin ada orangorangnya,
atau sahabat-saha-oatnya yang mencari padanya.
Pihak Touw tidak berkesempatan mencari terus padanya sebab
pihak ini sendiri direpotkan urusannya merebut kekuasaan
dengan pihak Ong Pek Thong.
Tiat Kun Lun bersahabat erat dengan Mo Keng Lojin. maka
juga disaat ia hendak menghembuskan napasnya yang terakhir,
ia berpesan kepada orang-orangnya uniulc nanti mengantarkan
Mo Lek, anaknya itu, ke rumah sahabatnya, guna si anak
belajar silat, buat bersiap-siap agar nanti menuntut balas
untuknya. Dan pesannya itu terwujudkan juga, hanya selang
belasan tahun Sebabnya ialah Mo Keng Lojin senantiasa
mengembara hingga ia tidak berada di rumahnya, sukar
mencari padanya. Mo Keng Lojin juga bukan dapat dicari
kawanan tauwbak, hanya Mo Lek bertemu dengannya secara
kebetulan saja yaitu waktu ia bersama Toan Kui Ciang berada
di Tiang-an, ia bertemu dengan Lain Ce In yang men bukai
jalan ia menjadi muridnya si Orang tua yang lihay itu. Hanya
ketika itu Hui Houw Cee pun ditumpas Ong Pek Thong.
Delapan tabun lamanya Mo Iek belajar kepada gurunya itu.
Ditahun kelima, ia telah mendengar halnya Yang Bok Lauw Mo
Keng Loojin mempunyai seorang sahabat. yang baru pulang
dari wilayah Turki (Sinkiang dan Cenghay dan sekitarnya), dan
sahabat itu membawa cerita bahwa Yang-Bolc Lauw sudah mati
diwilayah asing itu. bahkan dia melihat sendiri upacara
pembakaran mayat Yang Bok Lauw itu. Sahabat itu ialah tiap
KhongCu satu diantara Bu Lim Cit Khie, Tujuh. Orang aneh
Rimba persilatan maka itu, perkataannya itu dipercaya Mo Lek
menjadi sangat menyesal dan berduka Tak pernah ia
melupakan mu |suh ayahnya siapa tahu misuh itu sudah mati.
Tapi sekarang dari mulutnya Ong Yan Ie, ia mendengar dari
Yang Bok Lauw belum mati malah ia menjadi congkoan di
dalam keraton (taylwee) dari An Lok San ! Maka itu terbangun
pulalah semangatnya, untuk menuntut balas. Lengan matanya
yang mengembeng air. Mo Lek seperti membayangi ayahnya
bermandikan darah bagaimana ayah itu tengah memberi pesan
yang penghabisan.
"Yang Bok Lauw berada dismi !" katanya sengit, Bagus ! Dia
berada disini, tak mau aku meninggalkan kota Tiang-an ini?"
Yan le heran ia terperanjat.
"Mo Lek," katanya aku tidah taha ada permusuhan apa diai
tara kau dan dia teta pi aku melihatnya sendiri ilmu Bian-ciangnya,
yang lihay sekali; Itu hari dia berada didalam timan,
dihadapannya An Lok San dan orang-orangnya. Belasan potong
batu disusun. Dia berkata dia hendak pecankan batu yang
berada ditengah-tengah. Dia bukan menghajar, dia hanya
menepuk dengan perlahan susunan batu itu tidak bergeming.
Habis itu dia mengangkat semua batu itu sa tu demi satu
semua- batu utuh seperti biasa kecuali sebuah yang ditengah
itu, yang wak tu diangkat terus meluruk hancur. Menurut rku
kepandaiannya itu tak dibawah kepandaian guruku Mo Lek aku
bukannya memandang ringan kepandaianmu aku hanya, aku
hanya kuatir ".!"
Mo Lek tahu apa artinya ilmu silat ,.Bian Ciang" atau Tangan
Sutera. Itulah sema cam ilmu tenaga daiam yaag ihay sekali.
Maka ia berpikir: "Kalau begitu tenaga dalam jahanam itu
sudah mahir luar biasa. dia tidak dapat dipandang ringan, kalau
dengan sekali hajar, dia dapat musnahkan susunan batu itu.
itnlah tidak aneh tetapi dia bisa menghancurkan setiap batu
menurut sukanya, itulah hebat " Tapi ia tidak takut" maka ia
berkata dengan suaranya yang dalam: , Biarnya dia batu dan
aku telur, hendak aku bentur dia !"
"Mo Lek kata Yan le lemah lembut, . rupanya kau dengan dia
bermusuhan sa ngat besar, maka itu tidak seharusnya aku
mencegah kau akan tetapi ingin aku stipa ya kau ingat
peribahasa yang membilang, asal gunung hijau masih ada
jangan kuatir kau kehabisan kayu bakar. Untuk kau me lakukan
pembalasan baiklah kau cari waktunya, yang tepat. Aku tidak
berani bilang bahwa kau tidak dapat dibandingkan de ngan dia
tetapi dikota Tiang-an ini kau mirip si tangan sebelah yang
tidak dijat dipakai bertepuk nyaring, sebaliknya dia didaiam
kota Tiang-an ini dia banyak sekali kawannya.
Mo Lek menatap si nona ia melihat orang bergelisah berduka
dan berkuatir. Ia heran sekali. Begitu siiapzya puteri dari musuh
besarnya" Sebaliknya orang mirip encie atau adiknya, yang
sangat memperhatikan keselamatannya. Maka didetik itu, ia
menjadi bingung. Gerak- gerik nona iiu, sangat mengeraki hati
sanubarinya, sekian lama ia berdiam saja.
,.Mo Lek kata lagi sinona, suaranya lem but seperti biasa.
,,biarnya kau sangat membenci aku, aku tetap tidak tega
menyaksikan kau nanti mendapat celaka. Kalau toh tetap kau
hendak berdiam didalam kota Tiang-an ini baiklah cuma satu
hal hendak aku minta, yaitu aku mohon janganlah kau seorang
diri coba menyerbu kedalam istana, untuk membinasaka An Lok
San. jangan kau sembrono menempuh ancaman bahaya .
Mo Lek mengerti maksud orang sinona tidak berani
mencegah, tetapi nona itu tidak ingin ia nairti bertemu dengan
Yang-Bok Uuw. "Baik, aku berjanji kepada"kau !" kata ia kemudian. ,,Aku
tidak bakal pergi keistana seorang diri untuk mencoba
melakukan pembunuhan, Sekarang langit sudih terang, kau
pergilah !"
Dengan sinar mata menyesal dan penasaran Yan le
mengawasi pemuda didepannya. Ia tertawa terpaksa.
,,Mo Lek tak usah kau usir aku " katanya. ,,Aku memang
mau pegi ! Selanjutnya aku pun tidak nanti dengan seorang diri
menemui kau pula . . . .
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Begitu berkata si nona lompat keluar jendela tanpa menoleh
lagi, ia berlalu.
Mau atau tidak Mo Lek menyenderkan tubuh dijendela
mengawasi tubuh nona lenyap ditempat gelap.
Keras niatnya Mo Lek mercari balas akan tetapi ia bukannya
si orang sembrono seberlalunya Yan Ie ia menjadi sabar pula
dengan tenang dapat ia menggunakan otak nya ia meresa kata
kata Yan Ie beralasan Didalam iota Tiang-sn ini ia leorang diri.
Jangan kata nyelundup ke istana muncul sembarangan
ditempat terbukapun berbahaya untuknya, Untuk membuat
pembalasan, tak dapat aku kesusu. " pikirnya kemudian.
,,baiklah, aku menanti tibanya konthio dahulu."
Anak muda ini juga pikir mungkin ia dapat melawan Yang
bok Lauw hanya untuk memperoleh kemenangan. Ia bersangsi.
la harap. Kalau ia dapat bantuannya Toan-Kui Ciang dan
istrinya mungkin ia mempunyai harapan"..
Itulan Louw sie atau nyonya janda Suit Jie, Nyonya itu tidak
mau meninggalkan rumah.
Rupanya peristiwa itu tidak bakal mencelakai sinyonya. Ia
bingung ingin ia menemui sinyonya tetapi nyonya itu melarang
padanya. Akhirnya. Tidak bisa lain perlu aku bertemu pula dengan
Hong Sian . " pikirnya.
Beberapa hari sudah lewat. Mo Lek men jadi masgul. Jangan
kata Louw sie dan Hong sekalipun In Nio tidak pernah datang
pula padanya. Ia heran sekali- Sulitnya tidak dapat ia lancang
mencari nona Liap itu. Terpaksa, untuk menghibur diri, ia
melayani sikuasa rumah memasang omong Sie Siong dan Liap
Hoig menjadi panglima-panglima kepercayaannya An Lok S n.
?.uasa ini ia4inya, ketahui tak sedikit tentang raja pemberontak
itu. Menurut ia, putera nomor dua dari An ! ok San, yaitu An
Keng Sie, yang diangkat jadi putera mahkota, sangat to ol An
Lok San t.ahu itu tetapi terpaksa ia mengangkat putera itu jadi
putera mahkota. Sebabnya ialah, putera sulungnya, A:i Keng
Cong telah di bunuh J&aisar Hian ong. Ketika ia berontak. Keng
Cong berada dikota Tiang-an sebagai kua-ma menantu
keluarga raja. sebab ia berontak, putera itu dibinasakan. Sudah
begitu diantara ayah dan anaK itu, tidak; ada keakuran.
remua hal itu, Mo Lek mendapat taVu, tetapi ia tidak
memperhatikannya.
Lima atau enam hari sudah lewat. Di-hari ketujuh mendadak
In Nio muncul dikamarnva Mo Lek. Dia mengajak si anak muda
pergi ketaman, untuk berlatih pedang.
Dengan girang Mo Lek mengiringi ke-heLdak sinona.
Bersama-sama mereka pergi ketaman. Disana sudah ada Hong
Sian. Dengan lantas Nona Sie kata: Paman Ong. sudah dari
siang siang aku ingin datang ke sini akan tetapi Lauw Mama
sakit, tidak dapat aku tinggalkan dia selama beberapa hari ini
pelajaranku sudah terlantar ..
"Paman Ong tentu paman tidak tahu!, In Nio, tertawa, Mama
itu disayangi adik Hong Sian melcoihkan ia mengasihi ibunya
sendiri ia berbakti terhadap ibu kandungnya sendiri Louw Mama
cuma seorang babu tetapi dia mengerti surat dan syair, selama
beberapa hari aku turut adik Hong Sian menemui dia, telah
membacakan aku separuh dari kitab syair Ie Keng."
Mulanya mendentar Louw sie sakit. hati Mo Lek tidak enak,
tetapi mendengar orang sakit tapi dapat mengajari Sie Keng, ia
lega dan sekarang karena kedua nona nona dapat datang tentu
sakitnya Louw sie sudah sembuh.
Kedua nona itu meminta pula diajari ilmu pedang.
Mo Lek ingin tahu asal usul ilmu pedang orang ia suka
meluluskan, tetapi ia kata, ,,Buat mengajari, aku tidak sanggup
aku tidak berani Ilmu pedang kita berlainan cabangnya. Paling
benar coba kamu keluarkan semua kepandaian silat pedang
kamu, untuk aku lihat, setelah itu kita ber latih sama-sama,
untuk saling memperoleh kefaedahan."
"begitu juga baik, kata Hong Sian ,,Tapi ilmu pedangku
adalah ajarannya en-cie In Nio, *ku belum mewariskannya
semua, karena ite, baik encie In saja yang bersilat, sekian aku
menonton, untuk mempelajarinya."
Nona Liap tertawa. "Hong Man, mengapa kau membohong?"
tegurnya. "Awas. aka nanti mengasi tahu kedustaan kau ini
kepada Louw Mama supaya dia menegurmu!
,;Eh, kapannya aku membohong?" Hong Sian tanya.
,,Bukannya bohong apa" Ilmu pedangmu juga toh suhu
bahkan pernah rnemuji bahwa kau cerdas sekali!
"Kalau suhu datang, paling lama suhu berdiam delapan atau
sepuiuh hari kata nona Sie, "maka itu, aku belajar pada suhu,
sama sekali belum ada tiga bulan lamanya, sedangkan pada
permulaannya, kaulah yang mengajarinya. Sampai sekarang ini,
aku masih belum belajar sempurna, Bagaimana kau bisa
katakan aku membohong?"
Mo Lek berpura heran.
,Oh kiranya kamu mempunyai guru yang lainnya!" katanya.
"Mulanya aku menyangka kepandaian pedang kamu
kepandaian warisan keluarga! Siapakah itu guru kamu"
"Paman, kau bukanlah orang lain, dapat kami bicara terus
terang padamu," katanya "Suhu telah memesan kami untuk
tidak sembarang menyebut nama."
"Kalau begitu tak apalah tak usah kau sebut kata Mo Lek.
..Cukup ajal kau pertunjuki semua ilmu silai pedangmu.
In Nio mengambil sebatang pedang pendek dari para-para
gegaman, lantas ia ber-diri te-gak, matanya mengawasi
pedangnya itu. setelah itu. ia memutar tubuhnya, hingga
pedang mengeluarkan sinar berkilauan, menyusul mana terus ia
berkilat dengan berlompatan keempat penjuru, la bersilat
dengan sangat larcar dan sebat dan lincah sekali menarik hati
untuk ditonton Mo lek heran menyaksikan pertunjukan silat itu Ia merasa
iimu pedang nona ini sama pokoknya dengan ilmu pedang Yan
Ie. Yang beda ialah gerakan Yan Ie lebih keras gerakan In Nio
lebih lunak. Agaknya nona ini menang sedikit dari pada Nona
Org itu. Ilmu pedang ini tak ada dibawahan Wan Kong Kiamhoat.
Selagi sianak muda ragu-ragu, tiba-tiba muncul sikuasa
rumah dengan suaranya berulang-ulang: ,Nona!"Nona! .."
In Nio bernenti bersilat dengan larras. .Ada apa" tanyanya
sambil inengavva si. ,Bulankah kau lihat sendiri aku lagi
berlatih" Aku hendak minta Paman Ong memberi petunjuk
kepada kami?"
,.Bukan begitu, nona," kata sikuasa rumah, bingung Diluar
ada datang seorang nenek-nenek yang garang sekali. Dia kata
dia mau ketemu dengan orang yang dia sebut namanya Piauw
Hui Suthay Aku bilangi dia, di ini tidak ada suthay itu. dia tidak
mau mengarti, lalu dia memaksa minta bertemu dengan nona.
Dia memaksa masuk setiap tindakannya ditangga batu
meninggalkan tapak kakinya ! Para bu jangan ud.ik dapat
menghalang halangi dia. " ekarang bagaimai nona mau
menemui dia atau tidak?" "
Berkata begitu, sikoankee juga mengawasi Mo Lek rupanya
ia ingin minta pemuda iiu membantu memberi pikiran kepada
nonan ya. Dua dua In Nio dan Hong Sian heran. ,Apakah nenek itu
menyebut dirinya siapa?" tanyanya selang sesaat.
"Tidak ia tidak menyebut apa-apa. In Nio berpikir terus ia
kata pada Mo Lek: ,,Ia garang sekali perlu aku menemui dia.
Paman Org kau turut kami, tetapi kau dibelakang saja. Kalau
kupanggil aku minta Paman suka membantu kami!" Sianak
muda tertawa, "siapa, benar lihay kepandaiannya tidak nanti
dia menghina anak kecil ! katanya "Maka itu, pergilah kamu
berdua. Aku orang luar, tidak diapat aku sembarang per-lihatan
diri. Nan begini saja, nanti temui dia, aku mengintai dari pintu
angin, untuk mendengar dulu apa katanya."
"Bagus!" Hong Siang setuju sampai dia menepuk tangan.
,Encie In, mari kita sama-sama menemuinya ! Aku tidak takut
dia galak! Kita sudah belajar ilmu pedang, sekarang waktunya
buat kita mencoba! " Sambil berkata, ia memilih sebatang
pedang pendek. Kepada Mo Lek ia kata: ,,Paman Ong jangan
kesusu muncul ya ! Lihat kami dulu ! kalau kami ketetar, baru
Paman maju!"
Mo Lek menggeleng kepala melihat si-nona sangat napsu
bertempur itu tetapi tertata dan kata: "Hong Man, seorang
wanita tidak dapat gemar berkelahi maka i-:u, sebentar diwaktu
bertemu nenek itu, kamu harus lebin dahulu bersikap hormat
dan ramah ! Aku percaya, meiki dia galak, nenek itu tidak akan
menyerang lebih dahulu kepada anak kecil . .."
Nona Sie membuat main bibirnya
.Kalau dia baik, aku baik! " katanya. ".Buat apa aku
mengampak umpak dia f"
Meski begitu, nona ini dengar kata, maka ia berjanji buat
tidak turun tangan terlebih dahulu"..
Maka dengan bergandengan tangan, keluarlah kedua nona
itu dari taman pergi kedepan Mo Lek mengikuti belakangan.
Didalam ruang tetamu sinenek sudah menantikan, dia duduk
bercokol dengan sikapnya agung agungan. Dia- berambut kusut
dan kedua matanya yang belo. nfcmpak bengis. Dia seperti lagi
menggertak seorang bocah. Melihat roman dia ini kedua nona
giris juga. . .
, Kau siapa?"" Hong Sian tanya. "Mau apa kau mencari Biauw
Hui Su-thay"
Nenek itu mengawasi dengan macain lebih bengis pula,
sebab kedua biji matanya terbulak balik Lia mengawasi Hong
Sian dari atas sampai kebawah dan keatas pula Mendadak dia
tertawa nyaring.
"Melihat sinarmatamu. bocah, ilmu silatnya sudah ada
dasarnya! katanya "Apakah kau juga muridnya Biauw Hui "
Sungguh Biauw Hui beruntung, dengan mudah saja dia
mendapatkan dua orarg murid yang berbakat!
Tak sedap didengar itu tawanya nenek ini.
Mo Lek dibelakang pinta angin terkejut, ia kenal sinenek
ialah gurunya Yan Ie Dialah Tian Toa Nio yang lihay.
In Nio lebih sabar daripada Hong Sian.
..Nyonya tua, kau keliru mencari orang." katanya. keluarga
kami keluarga Liap dan ayahku lagi membawa pasukan tentara
pergi berperang. Dirumah kami tidak ada Biauw Hui Su thay
yang kau sebutkan itu
.,Aku tahu engkau puterinya Liap-Hong!" kataaya. ,.Kalau
ayahmu bertemu dengan aku, dia menyebut dirinya boanpwe,
orang yang tingkatnya lebih muda. Kau begini muda kau dapat
mendustai ! Kau bilang Biauw Hui tidak ada, kenapa adikmu ini
menanya mau apa aku mencari dia ", lekas bilang, Biauw Hui
itu gurumu atau bukan?"
,,Tidak dapat aku memberitahu kepada mu," kata Hong Sian.
,,Suhu juga melarang aku membicarakannya epada iai; orang."
Tiat Toa Nio tertawa lebar
"Oh. kiranya Biauw Hu ada pesannya begini rupa " Haha . . .
! Nona kecil, kau tidak mau bicara, apa kau kira aku tidak dapat
mencoba ?"
Belum berhenti tertawa si nyonya Hong Sian sudah
merasakan angin menghembus kesisiaya atau segera
pedangnya sudah kena dirampas nyonya tua itu !
Mendadak nyonya itu memutar tubuhnya Tanpa menghunus
pedang ia menyam-pok dengan pedang didalam sarung. Dia
menyampok sambil meneruskan menikam sam bil berseru juga
kearah In Nio : ..Budak kecil, kau berhati-hatilah menyambut
aku punya pukulan Ya Cee Tian Hay ini !"
Pukulan itu berarti ,,Siluman menjajaki lautan."
In Nio dapat menangkis. Ia cerdik, ke tika pedangnya Hong
Sian kena dirampas, ia sudah lantas bersiap siaga, la
menggunai jurus "Bidadari menusuk torak." Itulah jurus
istimewa "untuk melumpuhkan ..Ya Cee Tam Hay."
sebagaimana ia diajari gurunya Ilmu itu ia sudah paham benar,
meski demikian, kalau bukan si nenek menyebutkan-nya lebih
dahulu, beljm tentu ia dapat be-gerak demikian lincah. Dalam
urusan bertempur, ia tidak mempunyai pengalaman^ Toh
akhirnya ia terkejut. Pedangnva kena dipapas kutung Tian Toanio
! Atas itu si nyonya tua tertawa nyaring dan kata : ,,Nonanona
cilik, apakah kau masih belum tahu aku siapa ?"
Sampai disitu, tahulah Mo Lek bahwai Tian Toa-nio tengah
menguji saja. Terang bahwa si nyonya mempunyai hubungan
erat dengan gurunya kedua nona-nona itu.
Tapi Hong Sian tidak mengarti apa-apa ia tidak sabaran.
lantas ia berseru: ,.Paman Ong. Lekas keluar ! Kami tidak dapat
melawan orang ini !"
Parasnya Tian Toa-nio guram mendadak,
,Ah, kiranya kamu masih mempunyai se orang paman Ong ?"
katanya. ..Siapakah dia " Ingin aku menemuinya!"
Mo Lek kaget. Tian Toa-nio tidak melihat orang keluar ia mau bertindak
masuk ke dalam, atau ia merandak karena ini suara keras :
..Eh, suhu ! Kenapa suhu datang kemari ?"
Itulah suaranya Yan Ie, yang muncul dengan cepat.
Nenek itu mementang lebar matanya.
"Yan Ie apakah kai masih kenal gurumu ?" tegurnya.
"Suhu. harap suhu jangan gusar dulu. " berkata si murid.
"Ketika itu hari aku pergi, aku menuruti pikirannya engko Goan
Siu." ,,Bagus, ya!" si nyonya .tertawa tawar. "Jadinya kamu sudah
berkongkol ! Kamu jadi telah berserikat menentang aku ! Mana
anak Tianku itu " Kau suruh dia ke luar ! Hendak aku tanya, dia
masih kenali aku se bagai ibunya atau tidak ?"
Meski orang berlaku bengis Yan Ie ketahui baik hati gurunya
itu. "Jangan kuatir, suhu, engko Goan Siu tidak kurang suatu
apa." kata ia. ,,Engko tetap berbakti kepada suhu ! Cuma
sekarang ini engko Goan Siu tidak ada d"sini. Jikalau suhu ingin
bertemu dengannya, suhu masih harus menunggu sekian lama
lagi ?" ,,Hm !" bersuara si nyonya. ,,Tak ingin , aku menemui dia! "
Tapi, ia toh menanya : ,Dia ada dimana sekarang Pong Sian
bingung, hanya sekarang tidak kaget lagi sepe-ti tadi.
,Eh, encie Ong, apakah benar nenek galak ini gurumu ?"
tanyanya polos. "Heran, encie Ong sudah muncul, kenapa
paman Ong tidak ?"
Tian Toa-nio tidak menggubris nona she Sie icu. dia hanya
menanya muridny : "Rupanya kau bersahabat dengan keluarga
disini ! apakah kau pernah bertemu dengan paman gurumu "
Disini katanya ada paman Ong, siapakah dia?"
Yan Ie tertawa.
"Suhu, pertanyaan kau berentet-rentei!" katanya. "Yang
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
majia satu aku mesti jawab terlebih dahulu " Ah, baiklah, nanti
aku bi csra dulu dati hal engko Goan Siu ! Hanya suhu panjang
bicaraku ini. Disini pun bukan tempatnya buat memasang
omoig. Mari, su hu, m^.ri suhu da"tang kerumahku ! Suhu tahu,
ayah berdahaga ingin bertemu dengan suhu. ia kangen sekali!"
Nenek itu nampak ragu-ragu.
Yan Ie tertawa. Ia tanya : "Suhu apakah suhu masih
menggusari aku"
"Hm!" jawab guiu itu. "Tak ada luang tempoku untuk
menggusari kau ! ",,Kalau begitu, suhu, mari kita pergi !*" kata
si murid. yang pandai membujuk.
"Tunggu dulu.! kata sinenek, yang mengibasi tangannya.
"Kenapa kau begini mendesak aku ." Aka suduii datang kemari
aku belum mendapat dengar tentang paman gurumu, mana
dapat aku lantas pergi saja?"
Dengan ,,paman guumu" itu, Tian Toa-nio maksudkan ,,supee"
paman guru yang terlebih tua bukannya ,,Su-siok" paman
guru yang terlebih muda.
"Tentang itu, suhu tanya aku saja, beres! kata Yan Ie, yang
tertawa pula. "Mari kita bicara sambil berjalan! Suhu tidak tahu,
banyak yang aku hendak memberitahukan suhu ! Karena itu,
setelah aku bertemu denga n suhu, bagaimana aku tidak jadi
tidak sabaran " Memang benar Biauw Hui Su pee tidak ada
disini, kalau ia datang, biasanya sesudah musim dingin setiap
tahun, lalu selewatnya Ciap-gouw-meh, baru ia pergi pula.
Sekarang mau mulai musim dingin suhu datang terlalu pagi ?"
Tian Toa-nio berpikir. Ia mau percaya keterangan muridnya
ini. Kata ia di dalam hati : ,-,Anak ini benar. Meski su-cie tidak
akur de.iganku, setelah aku ada disini, tak mustahil dia tidak
keluar untuk menemu aku," la juga, sebenarnya, ingin sekali
men dengar tentang puteranya, maka ingin ia lekas-lekas
sampai dirumah simurid untuk menanyakannya. Karena ini,
selanjutnya ia tidak ragu-ragu lagi.
Sesudah orang keluar dipintu, barulah Mo Lek bernapas lega.
Tapi mendadak Tian Toa-nio menunda tindakannya, lantas ia
tanya muridnya : "Kedua setan cilik itu telah dapat mewariskan
ilmu silat paman gurumu, tetapi barusan me reka menyebutnyebut
paman Ong-nya yang mereka panggil keluar untuk si
paman Ong itu menghadapi aku. Siapakah si paman Ong itu "
Yan Ie tertawa geli.
"Yang dipanggil paman Ong itu ialah se orang pegawai tua
disini T" sahutnya. "Dia tukang penenggak susu macan, sud^h
begitu lantas dia pandai sekali omong besar dan memaki orang
hingga kawanan" anak-anak tidak berani mengganggu dia !
Setan-setan cilik ini memanggil dia, rupanya untuk mem bikin
dia dapat malu ! Si paman Ong itu, biarnya dia tukang
ngebrahol kalau dia me lihat suhu begini galak, mana berani dia
muncul " Mungkin sekarang dia lagi mering kuk bersembunyi
dikolong pembaringannya! Mana dia dapat keluar ?"
"Oh, begitu !" katanya. Lalu Tian Toa-nio pun tertawa, terus
dia membuka tindak an lebar.
In Nio dan Hong Sian saling mengawasi dengan mendelong.
Mereka heran bukan main.
"Heran encie Ong !" kata Nona Hiap. "Biasanya encie Ong
baik sekali terhadap kita, kenapa sekarang dia berpihak begini
rupa kepada gurunya " Kenapa dia menyebut kita sebagai
setan-setan cilik " Kenapa dia juga mendusta, mengoceh tidak
keruan" Paman Ong bukannya pegawai tua bukan setan arak,
kenapa d a mengatakannya demikian "
Hong Sian tidak menjaw.ab kawannya itu hanya ia berkata
keras "Paman Ong, kau dengar atau tidak " Apakah benar
paman takut hingga paman bersembunyi meringkuk dikolong
pembaringan ?"
Mendengar itu, Mo Lek segera muncul, dan sambil tertawa
geli. Ia pun kata : "Encie Ong kamu bermaksud baik terhadap
kamu, kamu tidak tahu ! Nenek galak itu ialah su-siok kamu !
Kenapa kamu berani berlaku kurang ajar terhadapnya " Encie
Ong kuatir dia nanti menegur kamu. maka dia mengajaknya
lekas-lekas pergi ! Sengaja encie Ong kamu mengatakan kamu
setan-setan kccil, itulah guna membikin reda hati gurunya
"Sungguh aku tidak sangka aku mempunyai paman guru
semacam dia !" kata In Nio. "Dengan begitu, bukankah encie
Ong kami itu sebenarnya su-cie kami " Herannya belum pernah
dia membilangi kami tentang gurunya itu . . . "
"Suhu sangat menyayangi kami, sebaliknya ini paman guru.
sangat galak ! " kata Hong Sian sengit. "Sudah roman dia tidak
mengasih, dia juga menghina kami! Tak aku memikir buat
mempunyai paman-guru sermacam dia ! Paman Ong kenapa
barusan kau t"idak keluar " Kau bikin kami malu sekali ?"
Mo Lek tertawa pula.
"Biar bagaimana dialah paman guru kami mana dapat aku
menempur dia ?" sahutnya.
In Nio lebih tua daripada Hong Sian, dia dapat berpikir.
,,Benar !" katanya "Kalau Paman Ong mencmpur dia,
menang jelek, kalah rugi ! Kalau paman menang, juga tak
bagus untuk encie Ong ! "
Karena kejadian ini, bertiga mereka tak bicara banyak lagi
bahkan mereka bubaran dengai hati tidak gembira.
Hati Mo Lek terasakan berat. Ia kuatir Tian Toan Nio muncul
lagi. Tidak dapat ia menemui nyonya itu, atau rahasianya bakal
terbuka. Untuk menyingkirpun sukar. Meski kota Tiang-an
besar, kemana ia mesti pergi." Meninggalkan kota ini ia pun
tidak sudi ! Sakit hati ayahnya masih belum terbalaskan !
Tanpa merasa, lewat beberapa hari. Selama itu Tian Toan
Nio, atau Yan Ie, dua-duanya tidak pernah datang lagi. Hati si
anak muda lega juga. Ia percaya si nona berhasil melibat
gurunya itu. Karena ini, diam-diam ia bersyukur kepada nona
itu, hingga dengan sendirinya ia suka juga memikirkannya.
Katanya di dalam hati : "Menurut suaranya, ia tentu telah
ketahui ten-targ Tian Goan Siu. Dia Cuma mendustai gurunya
atau itulah hal yang benar " Se-moga dia dan kakak
seperguruannya itu. dapat menikah dan hidup berbahagia
karenanya ! * Selama beberapa hari itu, In Nio dan Hong Sian terus jalan
mengajak si anak muda borlatih pedang, maka Mo Lek jadi
memberi petunjuk-petunjuk bagaimana orang harus
mengerahkan tenaganya. Dengan begitu ia sendiripun
memperoleh kefaedahan ialah ia menjadi mendapat tahu
tentang ilmu pedang mereka itu. Hanya selama itu juga, Lonwsie
tak pernah nampak pula.
Pada suatu hari Mo Lek tengah duduk berdiam di dalam
kamarnya menanti datangnya In Nio waktu tiba-tiba ia
dikejutkan oleh suara berisik di luar gedung. Itulah suaranyapasukan
tentara. Yang paling dahulu ia curigai ialah .
"Mungkinkah orang telah mengetahui aku berada di sini dan si
petncerontak sne An telah mengirim tentaranya untuk
menawan aku" Ia masih ragu-ragu ketika ia mendengar
suaranya In Nio : ,.Pamau Ong, lekas keluar ! Ayah sudah
pulang !" Mendengar itu, pemuda ini terperanjat berbareng girang.
Tidak ayal lagi ia turun dari loteng, untuk bersama-sama si
nona pergi ke luar untuk menyambut. Ia baru sampai dipintu ke
dua lantas ia melihat Liap Hong bersama si koankee.
Liap Hong baru sampai, tidak sempat ia menanya apa-apa
kepada kuajsa rumahnya. Ia cuma menduga tentulah Mo Lek
su dah sembuh dari luka-lukanya dan anak mu da itu sudah
berangkat pergi. Maka heranlah ia menyaksikad pemuda itu
muncul sambil berpegangan tangan bersama puteri-nya.
,,Tiat . . . . " katanya mendadak, atau lantas ia sadar, maka
lekas-lekas ia meneruskan : ,, . .. Tiat-kie-kun tarut aku
berperang, diluar dugaan, pasukan itu gagal, maka itu aku
pulang dengan lekas. Saudara Ong bagaimana, apakah kau
merasa kerasan berdiam di sini T
Tiat-kie-kun atau "pasukan besi " ialah pasukan berkuda
istimewa. "Tiat?" berarti besi dan she Tiat dari Mo Lek ialah "Tiat
. . . besi itu.
Hati Mo Lek tergerak. Ia melihat muka Liap Hong kotor
dengan debu, disitu tampak juga tanda keletihan. Tapi ia lekas
menjawab : "Terima kasih kepada koan-kee ini yang melayani
aku baik sekali, hingga aku merasa senang tinggal di sini "
Nampak Liap Hong sedikit ragu-ragu tetapi ia kata pada
puterinya : ,,Pergi kasih tahu ibumu, aku hendak bicara dulu
sebentar dengan paman Ong ini" Sedangkan kepada si kuasa
rumah, ia kata "Kau serahkan -kepada nyonya beberapa
bungkusan dari barang-barang hasil bumi yang aku bawa itu.
Andaikata ada datang tetamu yang ingin bertemu denganku,
bilang baru besok aku dapat menemukannya, karena hari ini
aku baru pulang dan ingin beristirahat."
Dua-dua anak dan koan-kee itu mengundurkan diri, hanya si
koankee sedikit heran. Toh ia girang juga pikirnya : "Syukurlah
aku dapat melayani baik sekali kepada Ong Siangkong. Loya
baru pulang, bukan ia masuk dulu ke dalam menemui nyonya
besar, ia justeru mau bicara dulu dengan pemuda Teranglah
sudah bagaimana ia sangat menghargakan Ong S ang-kong !
Liap Hong juga menyuruh pengiringnya mengundurkan diri,
lantas ia pergi bersama Mo Lek ke ruang tamu- dari si anak
muda. Ia lantas menganci pintu habis mana ia me ngeluarkan
napas lega. "Kenapa kau berduka, ciangkun ?"tanya Mo Lek, .. benarkah
kiu kalah perang ?"
Liap Hong tertawa menyeringai.
"Syukurlah tidak semua angkatan perang termasna,"
karanya. "Didalam sepuluh yang tinggal cuma tiga bagian . . . "
Mo Lek heran. "Siapakah kepala perang pasukan perang Tong yang
demikian lihay itu ?"* ia tanya pula. "Apakah Cin Siang dan Oettie
Pak turut muncul dimedan perang T"
Pemuda ini kangen kepada dua orang itu maka paling dulu ia
menanyakan tentang mereka.
Kembali panglima perang itu menyeringai, ia bersenyum
sedih. ,.Jikalau aku kalah ditangan mereka itu, itulah kekalahan
yang ada harganya, sahutnya. "Sungguh menyedihkan untuk
menyebutnya, musuh yang al u hadapi itu justeru bukan musuh
yang merupakan pasukan tentara yang resmi atau teratur,
hanya segerombolan tentara rakyat yang muncul dan
selamanya tidak ketentuan. Setiap malam asal jagat sudah
gelap lantas mereka datang menyerang dari delapan penjuru
dan sele-kasnya sang fajar tiba, lantas mereka menghilang
tidak keruan paran. Jadi sebenarnya kita belum pernah
berperang benar-benar tetapi tentara kita berkurang terus
dengan sendirinya ?"
,.Ciangkun." kata Mo Lek, ,.kalau begitu kau seharusnya
merasa girang !
Liap Hong heran.
"Apakah katamu ?"
"Dengan kekalahan ini Ciangkun, kau harusnya mengerti
bahwa tentara yang kuat saja belum dapat diandalkan, yang
paling penting ialah kita mendapatkan hatinya rak yat jelata !
Pepatah tua pun membilangi : Saga menurut rakyat, dia
makmur, siapa me nentang rakyat dia tupas. Jikalau Ciangkun
menginsyafi "itu maka bencana akan berubah men adi
kebahagiaan, dan itu terjadinya cuma dalam sekejap !
Semangat rakyat terbangun berarti pengaruh bahwa Ouw
runtuh! Ciangkun, jikalau Ciangkun dapat mengambil keputusan
tegas maka dilain tahun, di-saat negara kita bangkit lagi. dapat
Ciangkun memegang kekal kedudukan Ciangkun l Nah
Ciangkun bukankah ini hal yang menggirangkan, yang harus
mendapat pemberian selamat ?"
Hup Hong tunduk. Ia berpikir. Perlahan-lahan baru ia
mengangkat kepalanya, "Mo Lek sekarang ini belum tiba wak
tunya." kata ia "Buat sementara baik kita jangan bicarakan soal
ini Sekarang hendak aku menanyakan dahulu urusanmu sendiri.
Apakah kau sudah bertemu degan Louw-sie"
Sianak muda mengangguk" , Pada pertama kali aku datang
aku ber temu dengannya satu kali, sahutnya. "Apakah kata
dia." "Seperti apa yang kau katakan: la tidak mau berlalu dari
sini." Sebenarnya Mo Lek mau menuturkan semua keterangannya
Lonw-sie, tetap, setelah berpikir sejenak ia merobah niatnya
itu. Liap Hong menatap wajah sianak muda. "Saudara Tiat,
kaulah seoraag gagah," katanya. .,Aku bersykur yang kau serta
Toan tayhiap memandangku sebagai sahabat kamu Kau tahu
biar bagaimana; juga tidak dapat aku membuat kau mendapat
susah, Sebenarnya selama aku tidak ada diru-mah, keadaan
masih terlebih baik, tetapi sepulangnya aku, suasana lantai jadi
ber-obah ! Inilah soal yang membuatku berkua tir.
Mo Lek dapat menduga tetapi ia berlagak pilo i,
.-Aku tidak mengerti. Ciangkun " kata nya. .Kalau Ciangkun
percaya aku, aku minta kau sudi memberikan penjelasan."
,,Selama aku tidak ada dirumah. orang luar tidak nanti
datang kemari" kata sipanglima perang atau tuan rumah "akan
tetapi selakasnya aku pulang, pastilah rekan rekan ku bakal
datang berkunjung kemari, untuk menjenguk aku buat
menanyakan urusan urusan digaris depan. Inilah bahayanya
siapa dapat pastikan kalau lama lama rahasia mu tidak akan
terbuka " Inilah yang mem buat aku berkuatir, Saudara Tiat"
kau sudah bertemu dengan orang yang kau hendak ke temukan
tapi sekarang kau masih berdiam didalam kota Tiang-an ini kau
masih mempunyai urusan apakah "
Kata Mo Lek didalam hatinya ,Kalau begitu dia kuatir aku
nanti merembet rembet padanya . . . *" Ia menjadi sedikit
kurang senang. Akan tetapi lekas pula ia mengerti Liap Hoig
berkata demikian terutama untuk kebaikkannya sendiri. Maka ia
berkata "Kalau demikian kesulitan mu, Cangkoan baiklah besok
aku akan berpamitan dari kau."
Mereka baru bicara sampai disitu, atau dari bawah lauwteng
sudah terdengar suara nyr si kua.-a rumah- ,.Sie Ciingkun
mengun a-ing Ciangkun dan Ong Siangkong berdua" Liap Hong
terkejut. ,,Sie Sion mau bertemu dengan kau tidak dapat kau tidak
menemukannya, katanya perlahan. ..Kalau kau menampik,
kecurigaannya bisa timbul, karenanya. Maka, baiklan kau
menenangkan dirimu, mari aku temani kau pergi kepadanya!
Mau atau tidak Mo Lek menurut. Rumah kedua keluarga
menempel satu dengan lain. maka itu Liap Hong mengajak si
anak muda melintasi pintu samping hingga dilain saat mereka
sudah berada diruang tengah dari gedungnya Sie Siong dan
pang-lima she Su itu terlihat lagi duduk me-nantik m,dengan
dia didhm"pingi Hong Sian. Begitu sianak muda, Sie Ciangkun
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lantas berbangkit bangun sembari tertawa lebar, ia berita
nyaring. ,Ong Siauw He, aku mempunyai mata tetapi aku tidak
me-ngenali seorang gagah sungguh aku malu ! Lantas ia
menepuk nepuk pundaknya Liap Hong sambil menambahkan;
"Matamulah yang lebih tajam, maka juga kau dapat melibat
seorang luar biasa hingga kau berhasil melindungi jiwanya !"
Dua-dua Mo Lek dan Liap Hong heran hingga timbul curiga
mereka. Heran sebab Sie Siong girang luar biasa Adakah
sesuatu yang dikandung didalam hatinya panglima perang ini !
Habis menyambut itu. Sie Siong mern-persilahkan kedua
tetamunya berduduk sedangkan budak perempuan lantas
diperintah menyuguhkan air teh.
"Ong Siauw Hek, kemudian tuan rumah bertanya dari siapa
kau pelajari ilmu pedangmu !"
"Dari seorang guru silat didesaku !" Sahut" Mo Lek. ,.Dia
berkata aku berbakat, maka dia mengajari sungguh sungguh.
.,Jikalau begitu, garu itu pastilah seorang lihay yang lagi
menyembunyikan diri kata Sie Siong pula.
"Aneh?" kata Liap Hong. ,.kau baru saja pulang bagaimana
kau ketahui ilmu pedang Ong Siauw Hek liehay ?" Sie Siong
tertawa. Apakah puterimu belum menceriterakan nya kepadamu "*"
dia balik bertanva. ,Selama hari hari yang palmg belakang ini,
setiap hari Ong Siauw Hek memberi petuniuk ilmu pedang
kepada anak-anak kita itu, nona In Nio dan Hong Sian memuji
dia. tanpa menyaksikan sendiri lagi, aku percaya dia benar lihay
! " Mo Lek berpikir. ,.Kalau begitu inilah biasanya Hong Sian
entah dia bakal mendatangkan kesulitan apa kepadaku ".
Hong Sian tidak tahu apa yang paman Ong pikir, dia tertawa
dengan gembira, dia berkata. "Paman Hong kau baik jangan
pergi kekampung halamanmu ! Akan aku minta ayahku
memberi kau satu pangkat supaya kau bisa tinggal tetap disini
untuk mej jadi kawan kami !"
,,Piauwtee" kata sie Siong pada Liap-Hong. siadik misan aku
mengundang kau, justeru buat urusan ini, Ong Siauw Hek men
jadi seorang sesama kampung kita ia juga pandai silat aku ingin
mengangkat padanya dengan menjadikan pemimpin barisan
pengiringku. Apa kau rela melepaskan ia untukku?".
"Ong Siauw Hek mendapat pertolongan kau itulah
keberuntungannya," sahut Liap-Hong yang terus berpaling
kepada si anak muda untuk menanya: "Ong Siauw Hek
bagaimana pikirannya?"
Panglima she Liap ini menduga Mo-Lek bakal menampik,
tidak tahunya jawaban sianak muda mengherankan padanya.
Mo Lek menjawab dengan cepat: ..Sungguh aku bergirang dan
bersyukur yang aku ditolong Ciangkoan untuk itu, minta pun
aku tidak dapat !"
Mo Lek tidak beiniat lantas meninggal kan kotaTiang-an
walaupun ia tahu keselamatannya tidak terjamin justeru karena
itu, ia ingin mencari satu tempat yang aman, dimana ia dapat
memernahkan diri. Rumah nya Liap Hong bukanlah tempat
yaug aman itu. Maka kebetulan sekali tawarannya Sie-Siong ini.
la sudah lantas berpikir. "Dengan menjadi orangnya Sie Siong
aku dapat lebih banyak kesempatan untuk bertemu dengan
Souw sie, Jikalau toh rahasiaku terbuka, masih ada tempo buat
aku menymg kir. Mana dapat Sie Siong merintangi aku?"
Maka dengan lantas ia menerima tawaran itu. Dirumah Sie
Siong ini, kalau perlu, dapat ia mengamuk. Tidak demikian
dirumahnya Liap Hong.
Meski ia menerima oaik tawaran itu" Mo Lek tidak
menghaturkan terima kasih sambil ia menekuk lutut, melihat
kelakuan orang itu Sie Siong tidak menjadi kurang senang,
hanya ia kata didalam hatinya: ,.Da sar anak desa dia tiduk
tahu aturan sopan santun. Tapi ini menunjuki kepolosan" Biar
lah perlahan-lahan *aja akan altu ajari dia adat kehormatan ?"
Maka ia kata: "Telah aku suruh koankee menyiapkan kamar
untukmu. Benar kedua rumah kami menempel satu dengan
lain, tetapi karena kau menyadi kepala barisan peniringku lebih
le luasa buat kau tinggal digedungku ini. Ten tang barang
barangmu nanti aku suruh o-rang mengambil dan membawa
kemari kau jadi tidak usah pulang lagi. Eh, apakah kau belum
pernah bertemu dengan hujin.?"
Mo Lek melengak. Tak tahu ia maksud orang. Tapi ia tahu
dengan, ,,hujin" di maksudkan Nyonya Sie Lekas lekas ia
menjawab: Aku tinggal digedungnya Liap Ciang kun tanpi
urusan tidak berani aku datang kemari. Aku belum pernah
menghadap hujin.
Berkata Sie Siong: ..Selanjutnya kau menjadi pengiring
pribadi dari aku merang kap cmteng kau jadi seperti orang
sendiri maka itu kau harus menemui hujin.
Lantas panglima ini menyuruh seorang budak perempuan
menunggang isterinya.
Tidak lama datanglah seorang nyonya yang dandanannya
mentereng yang usianya sepadan dengan usia Sie Siong
sedangkan romannya a^ung. Teranglan dia dari keluar ga
terhormat. Kata Mo Lek didalain hati. ,Sie Siong jahat tetapi dia
mempunyai isteri begini agung sungguh dia beruntung Lantas
ia menghampirkan nyonya besar itu untuk memberi hormat.
Nyonya Sie sudah mendipat tahu inilah pemuda yang
menjadi pengiring pribadi suaminya merangkap cinteng,
melihat roman orang, jam-jam ia memuji. Ia kata di dalam
hatinya: "Kali ini dia tidak keliru memilih orang" Kemudian
sembari tertawa ia kata pada suaminya: "Kalau bukan kau
mengatakan dari tiang siang aku mau menyangka dialah
puteranya seorang panglima perang ! "
Sie Siong percaya Liap Hong. ia tetap menganggap Mo Lek
anak desa Ia girang mendengar pujian ?terinya. Kata ia sambil
tertawa pada isterinya itu: "Seorang panglima atau perdana
menteri, dia bukan mesti nya berketurunan saja, Seorang lakilaki
se jati dia mesti maju sendiri ! Leluhurku juga tidak pernah
memangku pangkat, toh aku telah menjadi seorang panglima
perang besar bukan " Ong Sauw Hek kau bekerjalah baik-baik
aku jamin kau nanti memperoleh hari depan dari baju sulam
kebesaran !"
Mo Lek mengucap terima kasih lagi ka li ini sambil menjura,
Sie Siong tertawa pula kata ia pada is terinya. ,Hujin kau
telah memuji romannya Ong Siauw Hek ini hal itu sebenarnya
aneh Kau tahu ketika pertama kali aku melihat dia aku merasa
bahwa dahulunya pernah aku melihat orang yang mirip
dengannya. Ketika itu aku sudah lantas merasa sedikit suka
padanya. Itulah sebabnya waktu Liap-Hong meminta
kebebasan dirinya. aku-lantas memberikan persetujuanku l"
Mendengar kata rekannya itu hati Liap Hong berdebar, maka
ia lekas berkata: ,,Dia lah orang sesama kampung kita mungkin
se kali diwaktu dia masih sangat kecil pernah kau lihat dia,
hanya kau telah melupakannya."
Sie Siong tertawa.
"Mungkin benar begitu!" katanya. "Ini rupanya yang disebut
jodoh!" Mendengar pembicaraan dengan orang itu hati Mo Lek lega.
Pada sepuluh tahun yang lampau dia pernah menempur Sie
Siong di kota Tiangan ini benar ketika itu keadaan sedang
kacaur tetapi pertempuran dua-tiga jurui dapat membuat orang
mengenali ?atu pada lain. Maka syukur sekarang kekuatiran
nya itu lenyap.
Ketika itu seorang budak perempuan mengabarkan
kedatangannya tetamu,, yaitu Nyonya Giam. Atas itu. Sie Siong
kata pada isterinya: "Tetamumu datang! Suaminya itu sedang
sangat disayangi Seri Baginda bagus sekali kau bersahabat
dengannya !"
Melihat nyonya itu kedatangan tatamu Mo Lek lantas
memohon diri. "Paman Ong, mari kita pergi kekamar mu!" kata Hong Sian.
Mo Lek menurut, maka ia mengundurkan diri. Kuasa rumah
turut bersama untuk dia yang mengantarkan. Dilorong seorang
budak perempuan datang menghampirkan aan kata pada Hong
Sian: "Nona Louw Mama memanggil kau. katanya sekarang ini
saatnya kau bersekolah !"*
"Nona itu mengulur lidahnya,
"Oh sungguh keras aturanya!" katanya Tapi ia terus kata
pada Mo Lek- ,Paman Ong. besok saja aku menemui kau lagi!"
Mo Lek mengangguk. Ia melihat nona itu menghilang dipintu
model rembulan di sebelah kiri. Diam diam ia perhatikan
keletakan pintu dan tempat itu.
Sikuasa rumah tahu tetamunya dihargai majikannya ia
berlaku manis dan telaten maka suka ia bicara banyak.
Diantaranya ia memberitahukan bahwa nyonya tetamu tadi
yaitu Giam Hu jin, atau Nyonya Giam menjadi isterinya Giam
Cong, yang menjadi menteri besarnya An Lok San.
Pangkatnya yaitu "Thaycu Siauwsu" atau guru putera
mahkota. Mo Lek mengangguk-angguk, ia -tidak, terlalu
memperhatikannya. Ia telah menduga, karena ia baru bekerja
dan Sie Siong-pun baru pulang, ia bakal dijamu, akan tetapi
dugaannya itu meleset. Sie Siong cuma memesan koankee
untuk melayani ia baik-baik seraya ia diajak mengitari seluruh
gedung, supaya ia tahu keletakannya gedung itu, terutama
semua pintunya. Sebagai centeng, ia mesti mengenal jalan,
supaya setiap waktu, apa pula diwaktu malam, ia afal betul Ia
hanya heran, selama berputaran itu. tak pernah ia melihat
Louw-sie. Ia pun tak menemui lagi Sie Siong, ?i-majikan
panglima perang itu. _
Malam itu koankee menyediakan barang makanan buat Mo
Lek sendiri sembari ia memberitahukan bahwa sebenarnya Sie
Siong mau menjamunya tetapi batal karena sejak datangnya
Giam Hujin majikan itu suami isteri terus menemani tetamu
agungnya itu, bahwa beberapa tetamu yang datang
berkunjung, semua ditampik Sie Siong: Menurut kuasa ini,
agaknya Sie Siong tidak puas- Diwaktu bersantap malam, Giam
Hujin ditemani cuma Sie Siong dan isteri sampaipun Hong Sian
dilarang masuk entah apa sebabnya.
Mo Lek heran, tak dapat ia menerka. Meskipun mereka
bersahabat erittak mestinya Sie Siong, seorang pria. turut
istermya terus menerus menemani tetamu manitanya itu.
Habis bersantap malam, Mo Lek beristirahat. Kira jam tua, ia
menyalin pakaian malam"..ya-heng-ie" hitam, secara diamdiam
ia keluar dari kamarnya. Ia sudah kenal rumah itu baik
sekali ia dapat pergi kemana ia suka. Sebagai cinteng itulah
tugasnya untuk merondai segala bagian dari gedung." Hanya
tidak lama, ia sudah berhasil mencari kamarnya Louw sie.
Aneh, diwaktu malam seperti itu, kamar Louw-sie masih
terang sekali, bahkan terlihat bayangan dua orang wanita serta
terdengar suaranya sangat perlahan.
Kamar Louw-sie mempunyai jendela yang madap kesebuah
pekarangan dimtna ada tumbuh sebaah pohon bwee yang sudaa
tua. Inilah kebetulan untuk Mo-Lek.
Dengan satu kali saja menjejak tanah, ia sudah dapat naik
keatas pohon itu, untuk memernahkan diri bagian cabang dari
mana ia bisa mengintai kedalam kamar. Maka ia bisa melihat,
dua bayangan itu ialah bayangannya Louw sie bersama Sie
hujin. Ia jadi semakin heran.
Setera terdengar Nyonya Sie: ,Dulu-dulu setiap kali aku
memberi nasehat padanya dia selamanya meno"ak denran
mengatakan: ,Kamu orang perempuan, kamu mana tahu
urusan negara. ,,kali ini aku bicara dengannya, dia belum
menyatakan setuju, dia tidak lagi mengatai aku."
,,Itulah sebabnya maka ia berduka. Di-antara rekanrekannya
ada beberapa orang yang berdengki terhadapnya,
sekarang ia kalah perang ia kuatir mereka itu nanti mercslakai
padanya. Sekarang ada ketikanya buat selagi orang
kecemplung disumur lalu menimpahnya dengan batu. ?"
; Encie," kata Louw-sie pula: ,,Aku tinggal dirumahmu ini
buat banyak tahun aku berterima kasih untuk kebaikan kau,
karena itu diaaat genting seperti se-karang ini, tidak dapat alu
tidak bicara terus teran r padamu Encie, aku minta supaya kau
lekas m ngambil ke:etapan hati, supaya kau dapat membujuki
Sis Ciangkun insaf dan nierobah sepak terjangnya, kalau tidak?
apa bila tiba saatnya nama rusak dan tubuh terbinasa,
menyesal pun sudah terlambat! "
,.Adik, selama sekian banyak tahun aku menerima
pengajaranmu aku telah mengarti apa yang dinamakan
keharusan besar," kata Sie Hujin. "laruhk&ta aku tidak
memperdulikan tubuh atau jiwaraga kita, aku pun tidak ingin
dia merendahkan diri mengikut pemberontak, hingga kita bakal
dicuci habis orang banak. Cuma sayangnya dia berhati kecil, dia
terus terbenam dalam keragu-raguan banyak yang dia takuti.
Dia tidak suka mendengar nasehat, habis bagaimana " "
Louw-sie berdiam sejenak, lalu dia menanya: ,,Itulah surat
pengumuman, kau sudah baca atau belum ?" Ia menyerahkan
sehelai kertas.
Sie Hujin menyambuti, ia terus membaca perlahan: "Siapa
mau berbalik dan kembali, dan menantang pemberontak, dia
bakal diberi ganjaran menurut besai dan kejilnya jasanya,
sampaipun dianugerahkan gelaran dan dihadiahkan tanah "
Ah, adik dari manakah kau dapatkan pengumuman ini "
Dapatkah bunyinya ini di percaya?" |
..Buac bicara terus terang," sahut Louw-sie. "aku dapatkan
ini dari putrinya Ong-Pek Thong. Dialah seorang nona gagah
yang biasa mengembara. Baru baru ini dia pergi ketanah Jiok
Barat sepulangnya, dia memba-wa pengumuman ini. Dia juga
tengah rnern-bujuki ayahnya, untuk mero.bah kelakuan-Penumuman
ini dm salin diberikan kepadaku, maksudnya aku
perlihatkan kepada kau. Nona itu kata inilah pengumuman dari
putera mahkota, Kerajaan Tong yang merangkap menjadi
kepala perang. Putera mahkota itu, pada bulan yang lalu, sudah
menobatkan diri menjadi raja. Dia ingin lekas-lekas
mendapatkan pulang kedua kotaraja. maka dia tidak
menyayangi ganjaran mengundang orang datang menyeiah
kepadanya. Menurut sinona, sayang kalau orang semacam Sie Ciangkun
tersesat terus, bahwa kalau Sie Ciangkun suka kembali kesana,
sedikitnya dia dapat menjadi Ciat touw-su. Menurut aku, katakata
Nona Ong itu dapat di percaya."
Mo Lek pernah membaca pengumuman itu maka ia kata
didalam hatinya : , Dasar Louw-sie cerdas dia dapat bicara, dia
dapat menyadarkan Sie Hujin. Aku sendiri, di-waktu aku
membujuki Liap Hong, aku lupa menyebut-nyebut tentang
pengumuman ini. .Syukur Liap Hong Siong yang bandel ada
kemungkinan aku bisa kehilangan nyawaku."
Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Baiklah," kata Sie Hujin kemudian. "Pengumuman ini kau
serahkan padaku, nanti selagi aku menasihati dia, akan aku beri
lihat padanya. Sekarang aku mau mengambil keputusan anda
kata dia tetap ber-kukuh, biar, akan adu jiwaku ini!"
"Jikalau kau dapat berbuat begitu, itulah keberuntungan
negara, itulah juga ke bahagiaan Keluarga Sie!" kata Louw-sie.
Tiba-tiba Sie Hujin menghela napas.
"Encie," katanya. "Selama ini aku me-nyianyiakan kau aku
membuat kau penasaran dan menderita sebab puterimu sendiri
sampai tidak mengakui kau sebagai ibu kandungnya"
Sebaliknya, kau mesti menjadi hanya seorang- babu susu"
Kalau aku ingat aku malu sekali.
"Sebaliknya aku berterima kasih kepada kau," kata Louw-sie.
"Akulah seorang sisa mati, tetapi selama banyak tahun ini aku
telah menerima budi kau, hingga kami ibu dan anak dapat
hidup terus. Buatku aku tidak peduli aku jadi babu susu. Bicara
sebenarnya akn sangat bersyukur kepada kau, encie!"
"Jikalau aku berhasil." Sie Hujin berjanji "nanti aku
membeber rahasia kepada Hcng Sian supaya dia ketahui
tentang dirinya yang sebenarnya, aku sendiri sudah puas aku
asal Hong Sian mau mengakui aku sebagai ibu angkatnya Aku
percaya, sampai itu, waktu, tidak nanti suamiku mengganggu
pula padamu. Suamiku itu memang bertabiat Keras dan kasar,
tetapi dia benar-benar menyayangi anak itu Itulah sebabnya
kenapa dia mengeluarkan laiangan keras siapa membuka
rahasia dia ancam dengan hukuman rangket sampai mati!"
Louw-sie bersenyum sedih.
"Tentang ini, baiklah kita bicarakan dibelakang hari saja,"
katanya. Tepat itu waktu, diundakan tangga terdengar tindakan kaki
orang Sie Hujin tertawa perlahan kitanya. ,,Kembali ada orang yang
mau memohon pengajaran dari kau? Perlu aku menyingkir
supaya kamu dapat bicara dengan leluasa."
Louw-sie mengangguk.
"Baiklah." sahutnya Lantas ia membuka lemari pakaian
disisinya maka terbuka lah sebuah pintu rahasia. Lesitu Sie
Hujin masuk dan menghilang. Disaat Louw-sie habis menutup
pintu lemari, ia mendengpr ke tukan pada pintu kamarnya.
Orang yang mengetuk, pintu itu seorang nyonya dengan
dandanan mentereng Dia mengetuk pintu sambil mengasi
dengar suaranya. ; Louw Hujin, apakah kau belum ti-dua" Aku
datang untuk mengganggu pula padamu.?"
Panggilan ,Louw Hujin" itu menyatakan bahwa nyonya ini
telah ketahui siapa nyonya janda Su It Jie itu.
Louw sie lantai membuka pintu menyambut tetamunya itu
sembari tertawa ia kata: ;,Giam Hujin kau telah merendahkan
diri datang kekamarku mi, sungguh aku tidak sanggup
menerimanya!"
Mo Le-k tercengang. Kata ia di dalam hati: , Kiranya dia
isterinya Giam Chong si menteri besar dari An Lok San ! kenapa
Louw-sie kenal baik nyonya besar ini!
Nyonya Giam itu sudah lantas berkata: "Encie kata-katamu
ini seperti juga kau mencaci aku. Bukankah suami kita samasama
menjadi lulusan cinsu, Malah bicara dari hal pangkat
dahulu hari itu, maka looya kami terhitung sebawahan
suamimu! "Itulah uurusan dahuluhari," berkata Louw sie. "Dahiiluhari
itu, Giam Tayjin cuma menjadi seorang cinsu dari Kerajaan
Tong ?kaa tetapf sekarang ialah menteri besar Kerajaan Yan!"
Matanya Nyonya Giam itu menjadi merah.
"Encie," berkata Giam Huiin, yang lantas memberitahukan
maksnd kedatangannya, "kaulah Cukat Liang perempuan, maka
itu, iekarang aku datang padamu. Encie, aku ingin minta
pengajaran dari kau aku minta janganlah kau menyindir pula
padaku?" ,,Oleh karena kau datang sebagai saudara maafkan aku."
kata Louw-sie. , Baiklah akupun memanggil encie kepadamu.
Enc;e, suamimu didalam istana raempero"eh kedudukan
tingga." apakah yang menjadi kesulitanmu?"
"Duduknya hal begini" sahut Giam Hujin: , Selama ini
nampak Seri Baginda hari lewat hari makin tidak senang
terhadap putera mahkota, tabiatnya makin lama makin menjadi
aseran. Biarlah aku bicara terus-terang kepada ercie: "Suamiku
menjadi menteri beser, tetapi dia sering dirang-ket oleh Seri
Baginda sedangkan putera mahkota tidak menjadi kecuali,
setiap tiga atau lima hari, dia suka dirangket juga. Sekarang ini
Baginda paling menyerang selir Tong hui. Toan-hui telah
melahirkan seorang putera yang diberi nama Keng In.
Kelihatannya Seri Baginda telah memikir memecat putera
mahkota, untuk digantinya oleh Keng In.
Inilah kesulitanku itu. Tidak apa yang Suamiku dan putera
mahkota terhina, tetapi yang dikuatirkan ialah jiwa mereka
nanti terancam bahaya ?"
Louw-sie berdiam. Selang sekian lama, ia menarik napas
dalam-dalam. ,,Soal memecat dan mengangkat putera mahkota, didalam
kitab-kitab hikayat banyak termuat," berkata ia kemudian.
,,Dari jaman dahulu kalau orang putera mahkota dipecat dan
lalu diangkat gantinya, maka putera mahkota yang dipecat itu,
ada berapakah yang masih dapat hidup lebih lama pula " Ya,
soal ini memang saat untuk suamimu."
Giam Hujin kaget mendengar kata-kata itu, ia menjadi
bingung. "Encie," katanya, "kalau begitu, bagaimanakah
pengajaranmu untukku ?"
"Soal semacam ini harus dipikirkan de ngan seksama," sahut
Louw-sie. "Soal ini meminta tempo yang lama. Jalan ada tetapi
aku tidak tahu kau berani menjalankannya atau tidak . .
"Tolong kau sebutkan encie, akan aku pikir-pikir," kata Giam
Hujin. Louw-sie lantas membisiki nyonya agung itu.
Mo Lek tidak mendengar apa-apa ia cuma bisa melihat gerak
gerik dua orang itu, terutama Giam Hujin yang lantas berkerut
alisnya sedangkan wajahnya berobah menjadi sungguhsungguh.
Nampak nyonya ini berkuatir.
"Ya, benar encie, soal ini memang benar harus dipikirkan
dengan seksama." kata nya kemudian. Ia menghela napas
untuk melegakan hatinya -yang pepat. ,,Baik encie, malam ini
aku akan berdiam bersama kau disini."
Melihat sampai disitu Mo Lek kata di dalam hatinya :
"Rupanya Louw-sie suka berdiam didalam guha harimau ini
karena ia telah mempunyakan rencana. Baiklah, tak usah aku
bicara lagi padanya, aku menanti saja peristiwa yang ia
sebutkan itu . . .
Maka ia lantas berlalu untuk menjalan kan tugasnya. Ketika
besoknya pagi ia men dusin, sikoankee datang membawakan ia
se perangkat pakaian seragam sambil dia berkala : "Ong Coleng,
silahkan kau salin pakaian sekarang juga kau haru
menghadap kepada Ciangkun."
Mo Lek heran. "Memang aku menjadi pemimpin barisan pengawalnya,
tetapi aku bukan berkewajiban turut pergi berperang, aku cuma
bertugas didalam gedung buat apa aku pakaian resmi ini ?"
demikian pikirnya. Tapi ia menurut. Ia dandan dengan cepat
dan lantas pergi keluar.
Sie Siong berada diruang depan lagi jalan mundar mandir
sambil menggendong tangan, begitu ia melihat si-co-leng,
pemimpin barisan pengawalnya itu, ia menegur terlebih dahulu
: "Apakah kau sudah sarap an pagi ?"
Kembali si anak muda menjadi heran.
"Belum." sahutnya dengan sebenarnya.
Sie Siong mengerutkan alis. Tapi ia lantas perintah koankeenya
: "Pergi kau mengambil beberapa potong kuwe " Ong
Laote kau dahar sembari jalan saja karena sekarang ini
waktunya sudah tidak ada !"
Kembali Mo Lek heran.
"Ciangkun hendak pergi kemana ?" tanya ia. "Apakah
Ciangkun menghendaki aku turut Ciangkun ?"
"Benar !" jawab jenderal itu. "Hari ini Seri Baginda
mengadakan pesta dipesanggrahan di gunung Lee San, pesta
itu akan diramaikan dengan pelbagai macam tetanggapan.
Pesta sengaja diadakan untuk menyambut utusan pelbagai
negara asing yang datang memberi selamat. Semua menteri di
dalam istana, sipil dan militer mesti pergi menghadiri pesta itu.
Seri Baginda ketahui aku sudah pulang, aku diwajibkan hadir
juga, untuk membantu meramaikan katanya. Ong Siauw Hek,
kau menjadi pahlawanku, kau jadi dapat sekalian membuka
matamu." Mo Lek heran, hatinya pun berdebaran Itu artinya ia mesti
muncul dimuka umum. Ia juga mengherani jenderalnya ini.
Raja mengadakan pesta, panglimanya diundang secara
istimewa. Itulah satu kehormatan besar bagi seorang menteri,
sudah selayaknya si menteri ". atau jenderal bersuka-ria.
Kenapa Sie Siong justru berduka " Tidak lain tidak bukan, Sie
Siong malu sendirinya. Ia telah kalah perang. Kalau ia muncul
didepan banyak orang, ia kuatir nanti ada yang menyindir
kepadanya. Ia mengajak Mo Lek untuk sekalian berjaga-jaga
buat sesuatu kejadian diluar sangkanya.
"Bagaimana kalau ada orang yang mengenali aku" pikir Mo
Lek dalam kagetnya itu. Simajikan cuma berduka, tetapi ia
berkuatir. "Bagaimana sekarang ?" Ia ingat didalam pesta itu,
tentunya Yang Bok Lauw hadir bersama Yang "Bok Lauw toh
menjadi Taylwee Congkoan, kepala rumah tangga ra ja. Hal ini
menarik juga hatinya. Ia tidak takut Yang Bok Lauw nanti
mengenalinya Ketika Yang Bok Lauw membunuh ayahnya ia
masih kecil sekali. Ia sendiri tidak pernah lihat musuh besar itu,
sekarang ketika nya untuk mengenal si musuh. Ia pula pikir
pasti menarik hati menyaksikan "kawanan hantu" berpesta pora
". Maka akhirnya, ia turut Sie Siong tanpa banyak bicara.
Dengan cepat, ia makan kuwenya.
Liap Hong juga menerima undangan An Lok San untuk
menghadiri pesta. Maka ia terkejut ketika ia melihat Mo Lek
mendampingi Sie Siong. Sendirinya ia menjadi berkuatir.
Dari dalam kota pergi kegunung Lee San perjalanannya jauh
kira tigapuluh lie. Disepanjang jalan, kuda dan kereta berle-rot
panjang tak putusnya Semua mereka itu ialah menteri-menteri,
atau pembesar-pembesar berpangkat tinggi, sipil dan militer.
Selagi mendaki gunung Lee San, Mo Lek mesti melintasi
bekas vila An Lok San vila yang lama itu. Maka teringatlah ia
akan peristiwa kematian yang menyedihkan dari Su It Jie
dahulu hari. Disitulah ia bersama Toan Kui Ciang dan Lam Cie
In melakukan pertempuran mati dan hidup. Ketika itu pula, Sie
Siong telah menjadi salah satu musuh besarnya. Sekarang ia
datang pula ke tempat yang lama ini, dan justru sebagai
pahlawan si orang she Sie. Maka di dalam hatinya, timbullah
macam-macam pikiran".
Begitu mulai memasuki istana, terdengarlah pula suara yang
ramai, suasana yang berbau macam kerajaan. Didalam hati nya
Mo Lek merasa geli. Tidakkah itu lucu " Pikirnya : "An Lok San
asal buaya darat, tentulah para menteri dan jenderalnya
sebangsa dia juga"
Pesta raja dilangsungkan didalam taman raja
dipesanggrahan Heng Kiong. Disana sudah berkumpul banyak
sekali orang. Para pelayan mundar mandir membawa barang.
hidangan dan arak.
TAMAT Kesatria Berandalan 1 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Petualang Asmara 27
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama