Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Bagian 12
a lawannya itu. Beruntung buat Kiam Hong. di dalam halnya ilmu
ringan tubuh, ia menang unggul dari jago pedang itu,
maka juga, ia dapat berlari-lari, kalau sudah terdesak,
baru ia melayani mengadu kepandaian. Ia terus
menggunakan siasatnya ini. lari dan melawan dan lari.
Maka juga Cong Hay mesti terus mengejar sampai
belasan li tanpa hasil.
Bukan main panasnya hati Cong Hay. Dia saban-saban
ditinggal lari sejarak beberapa tombak. Kalau dia sudah
paksakan berlari keras dan berlompatan, baru dia dapat
menyandak, atau setelah itu. kembali dia ditinggal lari.
824 Kiam Hong menang ringan tubuh, ia kalah tenaga
dalam, inilah berbahaya untuknya. Lama-lama, ialah
yang menjadi letih terlebih dulu. Yang Cong Hay bermata
tajam, dia melihatnya, berbareng mendongkol, dia
girang. "Nona Liong, kau sudah letih berlari-lari!" katanya
sambil tertawa nyaring. "Aku lihat, baiklah kau
beristirahat dulu! Marilah duduk, untuk kita memasang
omong! Aku hendak menanya kau, apa perlunya kau
mencari Cit Im Kauwcu! Kau omonglah terus terang!
Jikalau tidak, apabila sebentar kau terjatuh ke dalam
tanganku, kau nanti menderita!..."
Benar-benar Kiam Hong menghentikan larinya. Tapi ia
membungkam, dan ketika Cong Hay dapat menyandak
dan berada dekat dengannya, sekonyong-konyong ia
menikam! Cong Hay terkejut. Ia tidak menyangka si nona dapat
berlaku demikian. Ia berkelit, tidak urung ujung bajunya
kena juga tersontek pedang. Ia menjadi mendongkol.
"Bagus, ya!" teriaknya. "Kau berani mengadu jiwa
denganku!"
Kiam Hong terus membungkam, terus ia menyerang.
Tiga kali saling susul ia menghajar denganjurus-jurus
"Burung walet menggurat pasir," "Bianglala putih
menutupi matahari," dan "Burung garuda emas
mementang sayap," setiap kalinya bertambah hebat. Ia
tahu ia bakal kalah tenaga, maka itu daripada kena
ditangkap musuh, baiklah ia berlaku nekat.
Juga di dalam ilmu pedang. Nona Liong tidak kalah
dari Cong Hay, ia melainkan kalah tenaga dalam, kalah
825 waktu latihan, maka juga, berselang tiga puluh jurus,
dari pihak yang diserang, Cong Hay berbalik melakukan
penyerangan membalas. Sebab tidak mau dia menjadi si
pembela diri saja. Dengan pedangnya yang panjang, dia
lantas menyerang, dia mendesak.
Kiam Hong menjadi repot. Ia pun sudah letih. Maka
napasnya lantas memburu keras. Terpaksa ia
menggunakan siasat tadi, ia berkelit dan lari, melawan
pula, lari lagi. Hanya kali ini, disebabkan keletihannya itu,
larinya menjadi kurang pesat, hingga keadaan mereka
menjadi berimbang...
Terus menerus mereka bertempur sambil berlari-lari,
main kejar-kejaran. Tidak lama tibalah mereka di lereng
gunung. Di situ ada sebuah kuil kecil. Yang Cong Hay
tidak mau membikin terkejut penghuni kuil itu, kuatir
penghuni itu keluar, maka dengan mengempos
semangatnya, dia lari keras sekali, lantas dia berlompat
mendahulukan, guna memegat jalan lari si nona. Dengan
sikapnya ini juga dia hendak mencegah nona itu dapat
lari ke dalam kuil.
Pertempuran berjalan lagi dari sepuluh jurus sampai
dua puluh jurus. Kiam Hong telah bermandikan keringat.
Sekarang ia lelah bukan main. Sekarang ia cuma dapat
menangkis, tidak dapat membalas menyerang.
Yang Cong Hay mengetahui itu, dia tertawa terbahakbahak.
"Bagaimana?" tanyanya, mengejek. "Sekarang kau
telah mengisafi lihaiku, bukan" Maka tidaklah gunanya
kau berlaku nekat juga! Baiklah dengan manis kau letaki
pedangmu! Mari kita berduduk, untuk berbicara" Apakah
kau tidak ketahui Cit Im Kauwcu itu kakak
826 seperguruanku" Mau apa kau mencari dia" Daripada kau
menanyakan keterangannya BangThong, lebih baik kau
menanyakan padaku..."
Kiam Hong bagaikan baru sadar.
"Benar!" katanya dalam hati. "Kenapa aku lupa" Cit Im
Kauwcu toh murid yang diusir dari Ci Hee Tojin, maka
tetaplah dia menjadi saudara seperguruan dari Yang
Cong Hay. Kenapa sekarang aku tidak hendak mencoba
mengorek keterangan dari mulutnya bekas congkoan
ini?" Ia tidak bersangsi untuk mengambil putusan. Ia
lantas berkata: "Aku tidak percaya Cit Im Kauwcu suka
berurusan denganmu! Dia telah meracuni Bang Thong
hingga binasa, kau sebaliknya membantu Bang Thong!
Bukankah kamu berdua telah putus perhubungan kamu
sebagai saudara-saudara satu perguruan" Mana bisa kau
ketahui tentang di mana adanya Cit Im Kauwcu
sekarang!"
"Haha, kupingmu tajam!" kata Cong Hay tertawa.
"Nyata kau dapat mengetahui urusan di kalangan
perguruan kami! Kau mendapat tahu demikian banyak,
mengapa kau tidak ketahui juga bahwa kali ini dia datang
ke Utara atas undanganku" Kau bilanglah, perlu apa kau
mencari dia" Jikalau kau memberitahukan, nanti aku ajak
kau kepadanya."
Benar licik Cong Hay. Kiam Hong hendak memancing
dia, sekarang dia yang memancing balik. Tapi Kiam Hong
juga telah berpengalaman, ia tidak sudi mengasi dirinya
dipedayakan. - Kedua orang itu menjadi tidak mendapat kecocokan,
maka kesudahannya, mereka bertempur pula. Kiam Hong
tungkulan bicara, perhatiannya terpecah, lantas iajatuh di
827 bawah angin, hingga beberapa kali ia menghadapi
serangan-serangan yang membahayakan, terus ia kena
didesak. "Apakah kau masih tidak mau menyerah kalah?" tanya
Cong Hay kemudian sambil tertawa lebar. Katakata ini
disusuli tabasan yang hebat sekali.
Kiam Hong berdiam, ia cuma menangkis. Tapi ia
terperanjat. Pedangnya kalah dari senjata musuh dan
kena terpapas bercacat.
"Ah, kiranya kaulah Yang Cong Hay! Bagus! Memang
aku tengah mencari kau!"
Tiba-tiba saja terdengar suara orang berkata-kata itu,
yang nadanya dingin.
Cong Hay terperanjat. Dia lihai tetapi dia tidak tahu
datangnya orang, yang dengan mendadak sudah berada
dihadapannya. Dia melihat seorang muda dengan baju
kuning, usianya mungkin belum dua puluh tahun. Dia
heran, karena dia tidak kenal pemuda itu, dia rasa dia
belum pernah melihatnya. Maka dia lantas mendesak
mundur pada si nona, lantas dia berdiri diam dengan
melintangi pedangnya di depan dadanya.
"Kau siapa" Kau murid siapa?" dia tanya bengis. "Perlu
apa kau mencari aku?"
"Aku murid siapa, kau tidak perlu campur tahu!"
menyahut anak muda itu, tetap dingin. "Aku mau kau
segera berlalu dari sini! Dan mulai hari ini, aku larang
kau menggerecoki Cit Im Kauwcu!"
Cong Hay menjadi mendongkol, dia gusar sekali.
828 "Hai, bocah yang bau susunya belum hilang!" dia
membentak. "Bagaimana kau berani menguasai aku!"
"Siapa suruh kau biasa melakukan segala kebusukan!"
anak muda itu membaliki. "Paling baik lekas kau
menggelinding pergi dari gunung Ouwbong San ini dan
jangan kau selalu menerbitkan onar pula dalam dunia
Kangouw!" Agaknya pemuda ini, yang rupanya belum lama masuk
dalam dunia Kangouw, mau beraksi sebagai orang
Kangouw ulung, nada suaranya itu seperti nada suaranya
seorang cianpwee, seorang tertua, yang hendak memberi
nasihat kepada seorang houwpwee, seorang muda.
Dengan sekonyong-konyong Yang Cong Hay tertawa
lebar. "Anak edan, justeru akulah yang mau kau
menggelinding pergi ke rumah ibumu!" dia berseru.
Itulah ancaman untuk merampas jiwa orang.
Selama itu Liong Kiam Hong sudah siap sedia, ia
melihat sinar mata tajam bengis dari si orang she Yang,
ia menduga orang mengandung maksud tidak baik, maka
itu, ia lantas maju, dengan maksud menghalangi bekas
congkoan itu. Tapi Cong Hay sebat luar biasa, katakatanya
itu dibarengi gerakan tubuh dan tangannya,
maka juga pedangnya mendahulukan sampai ke dada si
anak muda dengan pakaian kuning itu.
Celakalah si anak muda jikalau ujung pedang
mengenai dadanya.
829 Bukankah ia tungkulan bicara dan nampaknya tidak
bersedia-sedia sama sekali"
"Hati-hati!" berseru Kiam Hong kaget.
Belum lagi Nona Liong menutup mulutnya, atau tubuh
si anak muda sudah bergerak, menyusul mana
terdengarlah suara "traang!" yang keras dan lelatu api
muncrat berhamburan di antara mereka Sebab luar
biasa, anak muda itu sudah mengeluarkan senjatanya,
ialah poankoanpit, alat mirip alat tulis, dengan apa ia
menangkis pedang. Luar biasa gerakannya itu --berlompat, mencabut poankoanpit dan menangkis! Ia
agaknya lebih gesit daripada bekas congkoan itu!
Yang Cong Hay terperanjat. Ia lantas mengetahui
bahwa di dalam hal tenaga dalam, ia kalah unggul.
Bentrokan itu membuatnya merasa telapakan tangannya
sesemutan dan sakit. Sebaliknya si anak muda pun
mundur tiga tindak. Karena dia seorang lihai, dia tidak
menghiraukan sakitnya telapakan tangannya itu, belum
lagi si anak muda dapat berdiri tegak, dia sudah lompat,
untuk menyusuli menikam pula.
Kiam Hong melihat itu, ia tidak berdiam saja. Ia
memang sudah bersiap sedia. Maka dengan menggeraki
pedangnya, ia menangkis serangan itu hingga ia dapat
menggagalkannya.
Si anak muda benar-benar berani.
Dialah mirip apa yang disebut eneng atau gudel, ialah
anak kerbau yang tak takut harimau. Dengan sebat luar
biasa, dia maju pula, untuk menyerang: dengan dua
batang poankoanpit, dia menyerang dari kiri dan kanan,
untuk menggencet lawannya!
830 Sebagaimana biasa, poankoanpit adalah alat peranti
menotok jalan darah, demikian si anak muda, tangan
kirinya mengarah ke empat jalan darah hongsi,
hoantiauw, kiliauw dan wiyang di pinggang, dan tangan
kanannya mencari ke empat jalan darah koanki,
tiongleng, yauwji dan congbeng, yang semuanya
berbahaya. Yang Cong Hay terperanjat. Dialah seorang jago tetapi
dia tidak dapat mengenali pemuda itu murid dari partai
mana, saking luar biasanya ilmu menotoknya itu. Sudah
begitu, Kiam Hong melanjuti serangannya, hingga dia
menjadi dikepung berdua. Maka itu, biarnya dia gagah,
dikerubuti dua lawan yang tangguh, dia repot juga.
Sesudah lewat beberapa jurus, selama mana si anak
muda terus membungkam, hanya ia main menyerang
saja, bekas congkoan istana kaisar ini menjadi
mendongkol dan gusar.
"Sebenarnya kau mau apa?" dia membentak. "Apakah
artinya sikapmu ini" Ada sangkut pautnya apa di antara
kau dan Cit Im Kauwcu?"
Cong Hay mau menduga orang ada muridnya Ki Hoan
dan ada hubungannya sama Cit Im Kauwcu, maka itu.
dia berkelahi dengan memasang mata, dia kuatir musuh
nanti menggunakan senjata rahasia yang beracun, tetapi
selewatnya beberapa jurus itu, dia menyangsikan
dugaannya itu. Ilmu menotok jalan darah bocah itu tidak
mirip-miripnya dengan ilmu silatnya Ki Hoan. Karena itu,
dia kurangan kecurigaannya.
Sesudah sekian lama membungkam, barang sekarang
si anak muda membuka mulutnya.
831 "Perduli apa kau akan sikapku ini!" demikian katanya,
dingin. "Aku cuma mau melarang kau melakukan
perbuatan busuk! Lihatlah perbuatanmu sekarang!
Sekarang ini tengah malam buta rata! Mengapa kau
menghina ini nona" Maka aku mesti mencampur tahu,
mesti aku urus padamu!"
Selama bicara itu. tetap si anak muda melakukan
penyerangan-penyerangannya yang mengancam itu,
tidak pernah ia berlaku ayal.
Jikalau pertempuran dilakukan satu sama satu, baik
Liong Kiam Hong maupun si anak muda. mereka masingmasing
bukanlah tandingan Yang Cong Hay, tetapi
mereka mengepung, mereka nampaknya dapat bekerja
sama, mereka menang unggul. Lihai ilmu pedang si
nona, ia Cuma kalah latihan tenaga dalam dengan Cong
Hay, sekarang ia dibantu si anak muda, ia dapat
merangsak. Dengan berani ia mainkan pedangnya guna
mendesak lawan.
Mau atau tidak. Yang Cong Hay terpaksa main
mundur, satu tindak demi satu tindak. Cong Hay heran
hingga ia berkata di dalam hatinya: "Sepuluh tahun
lamanya aku menutup diri, untuk meyakinkan lebih jauh
Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ilmu silatku, siapa sangka di dalam dunia Kangouw telah
muncul ini anak-anak muda yang lihai sekali! Aku kuatir,
lewat lagi beberapa tahun, bukan saja sulit untukku
melindungi nama baikku, mungkin aku bakal kena
dikalahkan mereka..."
Sudah pedangnya Kiam Hong lihai, tenaga si anak
mudajuga tenaga baru, maka dengan poankoanpit-nya
itu, anak muda ini dapat mendesak. Ia belum merasai
keletihan seperti si nona.
832 "Kena!" sekonyong-konyong si anak muda berseru di
waktu pertempuran berjalan sedang hebatnya itu.
Dengan tangan kirinya, yang bergerak sebagai ilmu silat
pedang Ngoheng Kiam ia menyontek pedangnya Cong
Hay dengan jurusnya "Melintang menjaga penglari
emas," berbareng dengan mana, dengan tangan kanan,
ia menotok ke arah dengkul. Poankoanpit-nya ini dengan
saling susul menggunakan dua jurus "Menghadap ke
langit" dan "Pian Chong menikam harimau."
Yang Cong Hay terkejut. Karena pedangnya kena
disontek, tak sempat dia menariknya pulang. Maka untuk
menolong kakinya, dia mengangkatnya, untuk dikelit.
Justeru itu, dia merasakan betisnya rada kaku. Sebab
jalan darah hoantiauw hiat di dengkulnya itu kena
tertotok ujung poankoanpit. Dalam kagetnya, dia juga
berseru: "Kena!" Sebab dia dapat meneruskan
menendang, hingga sebelah senjatanya si anak muda
terdupak terlepas dari cekalan dan terpental.
Anak muda itu kaget sekali, lantaran ia tidak
menyangka, meski sudah kenaditotok, orang masih dapat
menggeraki kakinya secara demikian hebat.
Cong Hay pun tidak berhenti sampai pada dupakannya
itu, dengan pedangnya, yang dia sudah dapat tarik
pulang, dia menabas, guna menghajar poankoanpit yang
lain dari lawannya itu. Saking mendongkol, dia menjadi
telengas, hingga dia tidak mau pikir lagi halnya dia belum
tahu si anak muda murid siapa. Di dalam hatinya dia
kata: "Aku mau lihat apa kau masih dapat usilan?"
Akan tetapi di samping si pemuda ada si pemudi. Kiam
Hong melihat ancaman bahaya untuk si pemuda, yang
menjadi penolongnya itu, maka dengan sebat sekali ia
833 menyerang, untuk menggagalkan serangan itu. Hal ini
membuatnya menjadi semakin mendongkol berbareng
menyesal sekali.
Cong Hay lihai, begitulah meski dia telah kena ditotok,
dia dapat menutup diri, membuatnya totokan tidak
mengenainya secara berbahaya, hanya walaupun
demikian, lantaran sesemutan, atau betisnya kaku,
gerak-geriknya tidak lagi segesit semula. Di sebelah itu,
si anak muda tidak menjadi kecil hatinya, ia terus
melakukan perlawanan sehebat tadi.
"Kena!" demikian si pemuda berseru pula selang
beberapa jurus. Kali ini ia menyerang ke arah pundak.
Benar-benar ia berhasil dengan serangannya itu.
Kembali Cong Hay kaget. Sekarang ia merasakan
separuh tubuhnya kaku, tak lincah lagi. Baru sekarang
dia merasa kuatir. Tanpa ayal lagi, dia berlompat untuk
berkelit, untuk terus membuka langkah panjang!
Si pemuda tidak mengejar, demikian juga si pemudi.
Yang belakangan ini ingin belajar kenal, untuk
mengetahui penolongnya itu siapa adanya. Ketika ia
berpaling untuk memandang pemuda itu, di bawahnya
sinar si Puteri Malam, ia menampak muka orang bersemu
merah, hingga ia menjadi heran. Pikirnya: "Mungkinkah
dia likat karena dia menghadapi aku seorang diri ?" Tapi
ia tidak berpikir lama.
"Saudara kecil," katanya, "aku menghaturkan banyakbanyak
terima kasih padamu! Aku Liong Kiam Hong, aku
datang dari Thiansan. Dan kau?"
834 Sebagai seorang polos, melihat orang lebih muda
usianya, Nona Liong lantas memanggil "adik," bahkan ia
terus menanyakan asal-usul orang..."
Anak muda berjubah kuning itu mengerutkan alis.
"Nona Liong, dia lantas berkata cepat, tanpa
menjawab, "apakah kau kenal Cit Im Kauwcu?"
Dari nadanya, agaknya si pemuda menganggap
pertanyaannya itu penting sekali.
Kiam Hong heran tetapi ia menjawab.
"Aku cuma pernah bertemu beberapa kali dengannya,"
sahutnya. "Apakah panggilan di antara kamu?" tanya pula si
anak muda. "Kita cuma kenal, tidak ada hubungan di antara kita."
"Habis, perlu apa kau mencari dia?" si pemuda masih
menanya. "Itu... itulah panjang urusannya," menyahut Kiam
Hong. "Kau sendiri" Ada hubungan apa di antara kau dan
Cit Im Kauwcu?"
Sebagai seorang yang cukup berpengalaman, tidak
mau Kiam Hong lantas membeber tentang dirinya sendiri
sebelum ia mengetahui pihak sana. Ia jujur dan polos
tetapi ia dapat melihat selatan.
"Aku?" menyahut si anak muda. "Aku pun panjang
untuk menutur. Kau... kau... Silakan kau masuk ke dalam
kuilku ini. Aku... aku... ingin meminta sesuatu
daripadamu..."
835 Suaranya pemuda itu lantas menjadi perlahan dan
terputus-putus, kulit mukanya pun menjadi terlebih
merah. Kiam Hong heran, ia terkejut.
"Apakah kau terluka di dalam?" ia tanya. "Apakah kau
sakit?" Nona Liong menduga pemuda itu kena pukulan lihai
dari Yang Cong Hay, sembari berkata begitu ia mengulur
tangannya, berniat meraba jidat orang, untuk
mengetahui kepala pemuda itu panas atau tidak.
"Jangan sentuh aku!" berkata si anak muda, suaranya
kaget. Ia pun lompat mundur. Kiam Hong heran.
"Bukankah kau bocah baru besar?" pikirnya. "Di waktu
begini, kenapa kai masih main malu-malu?"
"Aku... aku..." berkata si anak muda, napasnya
memburu tetapi suaranya terputus-putus. "Aku terkena
racun yang sangat berbahaya.. Sekarang racun itu
tengah bekerja... Aku perlu lekas balik ke dalam kuil...
Aku... aku... aku mau minta kau melakukan sesuatu..."
Mendengar itu, kagetnya Kiam Hong bukan kepalang.
Ia lantas menatap. Jadi orang terkena racun dan racun
itu lagi bekerja membuat tubuh orang panas, hingga
mukanya menjadi merah sekali. Jadi orang bukannya
malu atau likat.
"Kenapa dia terkena racun" Yang Cong Hay bukan
tukang main racun?" ia tanya dirinya sendiri. "Ah,
mungkin dia terkena racunnya lain orang. Dia tentu kena
terbokong. Hanya, kenapa dia dibiarkan saja" Taruh kata
tadi racun belum bekerja, orang itu mestinya menguntit.
836 Ke mana perginya dia sekarang" Kenapa dia tidak
munculkan diri?"
Heran nona ini tetapi tak sempat ia mengasah otak
lagi. Dengan tindakan yang limbung, anak muda itu sudah
bertindak ke arah kuil dan masuk ke dalamnya. Itulah
sebuah kuil tua dan tanpa penghuninya, suasananya
sangat sunyi. Kiam Hong mengikuti. Legajuga hatinya mengetahui di
situ tidak ada lain orang. Ia justeru menguatirkan
bersembunyinya orang jahat.
"Kau terkena racun apa?" kemudian ia tanya. "Nanti
aku pergi mencarikan tabib untukmu..."
"Racunku bukan racun yang dapat disembuhkan
tabib," berkata si anak muda, "Aku cuma mau minta kau
tolong sesuatu..."
"Baik! Kau bilanglah!" menjawab Nona Liong cepat.
Suaranya pemuda baju kuning itu sudah parau, suara
itu pun menggetar, sedang air mukanya bertambah tak
mengasih. "Aku minta..." katanya, tubuhnya mendadak
terhuyung. Kiam Hong maju. kedua tangannya diulur, untuk
memegang. "Jangan sentuh aku!" berseru si anak muda, yang
menguatkan dirinya, untuk dapat mempertahankan
tubuhnya. 837 Kiam Hongmelengak. Belum lagi ia menarik pulang
tangannya, atau anak muda itu roboh. Tentu sekali, ia
menjadi bertambah kaget dan herannya tidak terkira.
Si anak muda berkutat, dia dapat bangun, untuk
berduduk. Dengan lantas dia membuka mulutnya, dia
masuki jeriji tengahnya ke dalam mulutnya itu, untuk
digigit. Makajari tangan itu lantas pecah dan
mengeluarkan darah yang hitam.
Kiam Hong tahu itulah cara pertolongan darurat.
Pertolongan itu cuma untuk sementara waktu. Maka ia
menduga, anak muda itu tentu mau merebut waktu,
untuk memberikan pesannya yang terakhir. Ia menjadi
bingung sekali, sebab ia tidak berdaya
Habis menggigit jerijinya, si anak muda menghela
napas. Lalu tampaknya dia menjadi lebih ringan. Dia
merobek ujung bajunya, guna membalut luka bekas
gigitan itu, habis itu dari dadanya dia mengeluarkan
sebatang hio, yang mana dia lemparkan ke depan si
nona, ketika dia berkata, suaranya menggetar: "Kau
tunggu sebentar, lantas kau menolong menyulut hio ini,
terus kau tancap di depan pintu. Aku menyerahkan
jiwaku kepadamu!..."
"Apakah hio ini dapat mempunahkan racun?" Kiam
Hong berpikir. "Kenapa dia menyuruh aku menancapnya
di depan pintu?" Ia mau minta keterangan, atau si anak
muda mendahului ia.
"Nona Liong, aku minta sukalah kau omong terus
terang," berkata dia. "Sebenarnya kau dengan Cit Im
Kauwcu ada hubungannya apa?"
838 "Di antara dia dan aku tidak dapat dikatakan adanya
persahabatan." Kiam Hong menjawab. "Untuk seorang
sahabat aku hendak mencari dia, guna meminta
bantuannya."
"Bagus!" berkata si anak muda. "Kau tidak usah
mencari dia ke lain tempat. Setelah kau menyulut hio ini,
tidak lama. dia bakal datang sendiri kemari!"
Heran Kiam Hong. Inilah di luar sangkaannya.
"Baik," katanya, "sekarang juga aku menyulut hio ini!"
"Tunggu sebentar!" mencegah si anak muda. "Aku
masih hendak bicara."
"Apa itu?" tanya Kiam Hong. Ia berpaling. Ia baru saja
bertindak. "Jikalau sebentar Cit Im Kauwcu datang, kau mesti
sembunyi," berkata si anak muda. "Jangan kau kasih
dirimu terlihat dia! Paling benar, begitu kau menyulut
hio, begitu kau menyingkir! Sebenarnya aku tidak ingin
mendatangkan bahaya untukmu..."
Kembali Kiam Hong heran.
"Jikalau Cit Im Kauwcu datang, dia bakal bikin apa?" ia
tanya. "Mungkin dia dapat menolong aku hingga aku
sembuh," menjawab si anak muda. "Jikalau itu sampai
terjadi, sesudah aku mendusin, pasti aku akan dapat
menolongi kau. Tapi ada kemungkinan juga dia tidak
suka menolong aku, dia bakal menontoni aku putus jiwa.
Apabila itu terjadi, begitu lekas dia mendapat kenyataan
di sini ada orang lain, pasti dia bakal membinasakan
kau!..." 839 Habis berkata, pemuda itu agaknya kehabisan
tenaganya. Sekarang parasnya menjadi pucat abu-abu,
pada itu ada tampak juga hawa hitam. Segera setelah
itu, dia rebah sendirinya, kedua matanya lantas tertutup
rapat. Dalam herannya itu, Kiam Hong kaget.
"Benar gila!" katanya di dalam hati. "Serintasan
gelombang belum reda, sudah datang gelombang yang
lain! Ciu Cecu dan engko Houw lagi menantikan
pertolongan, siapa tahu di sini aku menemukan lain
orang yang keracunan juga Bagaimana hebat! Di jaman
ini ahli racun hanya beberapa orang, maka orang yang
menyerang dia ini-mendengar dari kata-katanya barusanmesti
ada hubungannya sama Cit Im Kauwcu. Kalau ini
keracunan dilakukan Cit Im Kauwcu atau Pektok Sinkun,
cara bagaimana Cit Im Kauwcu dapat datang kemari?"
Karena menduga-duga demikian, si nona menjadi
menyesal sekali yang ia tidak dapat ketika untuk
menanyakan dulu keterangan si anak muda. Tapi ia ingat
pesan orang. Ia anggap, tidaklah ada halangannya untuk
bekerja menuruti pesan itu. Maka itu, lantas ia sulut hio
itu, terus ia bawa ke depan, untuk ditancap di depan
pintu. Ia dapat mencium bau yang harum yang keras.
Lantas ia menantikan.
Belum hio itu, yang pendek, habis separuhnya, segera
juga terdengar tindakan kaki mendatangi. Tanpa
bersangsi lagi, Kiam Hong lompat ke atas meja abu,
ketika suara tiba di depan pintu, ia bersembunyi di
belakang patung.
840 "Eh, di sini ada orang!" begitu terdengar suara
seorang nona "Eh, eh, mama, kau kenapa?"
Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lalu terdengar suara dalam dari seorang wanita tua:
"Tidak apa-apa, kau jangan kuatir. Coba kau balik
tubuhnya orang ini, untuk aku lihat.
"Ah, ini hio kayu cendana, sudah dua puluhan tahun
aku tidak dapat mencium baunya..."
Kata-kata yang belakangan itu diucapkan untuk diri
sendiri, suara itu menyatakan terharunya hati.
Di dalam tempatnya bersembunyi, Kiam Hong kaget
berbareng girang.
"Benar-benar Cit Im Kauwcu datang!" pikirnya. Ia
kenali suaranya ketua dari Cit Im Kauw itu. Cuma ia tidak
dapat melihat itu ibu dan gadisnya. Dari suaranya Cit Im
Kauwcu, ia mau menduga nyonya itu sedang sakit atau
mungkin dia baru sembuh.
"Pastilah ini anak dia!" sekonyong-konyong terdengar
lagi suaranya Cit Im Kauwcu. Ketika itu Kiam Hong lagi
menduga-duga. "Lihatlah romannya, sangat mirip!"
"Anak siapa, mama?" terdengar Siu Lan menanya.
"Apakah mama ketahui tentang dia ini" Jadi mama
datang kemari untuk dia?"
"Anak Lan, kau makanlah dulu ini obat pemunah
racun," berkata si ibu. "Nah, sekarang kau keluarkan jari
tengahmu!"
Siu Lan heran tetapi ia mendengar kata ibunya.
"Cit Im Kauwcu mengeluarkan sebatang jarum perak,
dengan itu ia menusuk jari tengah puterinya itu, terus ia
memborehkan obat bubuk warna merah muda.
841 "Apakah dia bukan terkena racun Keebeng Ngokouw
Toanhun hio?" Siu Lan tanya. Hio, atau racun, yang
disebutkan itu ialah racun yang dapat menewaskan jiwa
orang di waktu pagi, di saatnya ayam berkokok jam lima.
"Benar!" sahut sang ibu. "Hm! Hm! Bukankah dia anak
baru besar" Mengapa kau menurunkan tangan begini
jahat terhadapnya?"
Siu Lan terbenam pula dalam keheranan. Tak tahu ia,
dengan "kau" itu ibunya maksudkan siapa. Ia menatap
ibunya itu, parasnya menunjuki herannya itu, yang
menghendaki keterangan.
Cit I m Kauwcu menumplak perhatiannya kepada si
anak muda yang rebah di depannya itu.
"Sampai detik ini, dia terkena racun belum ada enam
jam lamanya." katanya kemudian. " Tidak sukar untuk
menolongnya."
"Tetapi, itu," berkata anak gadisnya, "aku pernah
dengar bahwa siapa terkena Toanhun hio, sebelum lewat
dua belas jam, dia tidak nanti terbahayakan racun itu.
Tegasnya, racun itu belum dapat bekerja. Atau asal
racun sudah bekerja, si kurban bakal tidak dapat ditolong
lagi. Kenapa dia ini, belum enam jam, dia sudah roboh?"
"Mungkin inilah disebabkan dia telah melakukan
pertempuran hebat, hingga darahnya menjadi tegang,
hingga bekerjanya racun menjadi cepat luar biasa." sahut
si ibu. Lalu ia meneruskan berkata-kata pula seorang diri:
"Ah, mengapa dia menggunakan racun yang bekerjanya
sangat lambat ini" Mungkinkah dia mendapat tahu yang
aku bakal dapat datang dan menolongi anak ini?"
842 Siu Lan tidak dapat membade, ia bingung. Kejadian
sungguh aneh untuknya. Ia mendapatkan bahwa ibunya
menjadi luar biasa sekali. Maka maulah ia menerka: "Apa
mungkin ibu mempunyai sesuatu urusan, yang ia
sembunyikan untukku?"
Mereka berdua, ibu dan anak. sudah dua puluh tahun
hidup bersama, di antara mereka tidak ada urusan yang
tidak dibicarakan, tetapi sekarang si ibu seperti
menyimpan sesuatu, dari itu, Siu Lan menjadi berduka
sendirinya. Cit Im Kauwcu seperti dapat nerka hati anaknya itu,
tetapi ia terus bekerja. Dengan jarum peraknya itu ia
menusuk beberapa kali kepada si anak muda --menusuk beberapa jalan darah, lalu ia membuka mulut
orang, untuk kasih makan beberapa butir obat. Baru
sesudah itu, ia berkata: "Anak Lan, mari! Ibumu hendak
menanya sesuatu kepadamu!"
Ada sesuatu yang sang ibu rasakan berat, Siu Lan
dapat melihatnya, maka itu. mendengar suara ibu itu. ia
berkuatir sendirinya.
"Mama," katanya, "mama hendak menanyakan apa?"
"Apakah kau masih memikirkan itu anak she Thio?"
tanya si ibu. Hati Siu Lan goncang. Inilah pertanyaan di luar
dugaannya. Selang sesaat, ia menghela napas tetapi ia
tidak memberikan jawabannya.
"Ah, kiranya kau masih selalu ingat padanya," berkata
ibu itu, yang pun menghela napas. "Ibumu seorang
berpengalaman, dia dapat mengerti hatimu. Anak tolol,
baiklah kau jangan membikin pusing kepalamu. Dulu
843 hari, orang yang ibumu menyayanginya, dia pun
menyayangi aku. Kesudahannya" Aku bersusah hati
secara kecewa... Laginya orang she Thio itu telah
mempunyai buah hatinya, jikalau kau tidak dapat
melegakan hatimu, akhirnya kau bisa menderita terlebih
hebat daripada ibumu. Sebenarnya aku tidak suka kau
sampai mendapatkan pengalaman seperti itu..."
Siu Lan memang tidak dapat melupakan Giok Houw.
Mendengar ibunya mengatakan Giok Houw mempunyai
buah hati, ia menjadi sangat berduka, tanpa merasa ia
mengucurkan air mata. Tapi, setelah mendengar
omongan lebih jauh dari ibunya itu, ia menjadi heran,
dengan sendirinya, kedukaannya itu berkurang.
"Mama, apakah mama bicara dari hal ayah?" ia tanya.
"Ayah sudah menutup mata, maka itu, menyebut tentang
ayah, mama menjadi bersusah hati. Memang lumrah,
umur manusia itu ada yang panjang, ada yang pendek,
tetapi tentang kecintaan suami isteri. biarnya suami isteri
satu hari, itu sudah sangat membahagiakan!.
Belum berhenti kata-kata anak ini, air matanya Cit Im
Kauwcu sudah mengalir deras.
"Mama, kenapa?" tanya Siu Lan, heran. "Apakah aku
omong salah?"
"Tidak, kau tidak salah," menyahut ibu itu. Hanya
sejenak, dia menghela napas panjang. Lantas dia berkata
pula: "Anak Lan, kau pegang tangan ibumu, ibumu
hendak bicara denganmu... Sebenarnya tidak seharusnya
aku membicarakan ini kepadamu, tetapi aku pun tidak
dapat tidak mengatakannya. Bukankah kau telah
menanya ibumu, di waktu ibumu masih muda siapakah
844 yang ibu sukai" Sekarang dapat aku mengatakan
kepadamu. Dialah bukannya ayahmu!"
Siu Lan heran hingga ia mementang lebar kedua
matanya. Ia menatap ibunya itu, hatinya bekerja:
"Bukankah mama pernah membilang bahwa ayah
seorang yang baik sekali" Bukankah dulu hari itu mama
dan ayah hidup saling menyintai?" Ia tapinya tidak
menanya. "Ketika kau masih kecil aku membilangi kau bahwa
ayahmu seorang baik, dengan itu aku mendustai
padamu," berkata pula ibu itu. Ia dapat mengerti
keheranan dari anaknya itu. "Itulah sebab aku tidak ingin
kau mendapat tahu bahwa kau mempunyai ayahmu yang
tulen. Aku membilangi kau bahwa orang yang aku sukai
itu ialah ayahmu. Sebenarnya orang itu, sebelumnya kau
terlahir, sudah pergi meninggalkan ibumu. Sebenarnya,
aku sangat ingin dapat menjadi suami isteri dengannya,
sebab seperti katamu barusan, dapat menjadi suami
isteri satu hari pun bagus sekali!"
Siu Lan heran berbareng tidak senang, hatinya panas.
"Mama!" katanya, "mengapa kau menyebutkan
seorang lain sebagai ayahku" Habis, siapakah ayahku
yang benar" Benarkah ayahku itu telah menutup mata?"
"Dua-duanya mereka itu masih hidup," menjawab
sang ibu. "Baiklah kau ketahui, orang yang aku sukai itu
ialah ayahnya ini anak muda berbaju kuning!..."
"Jikalau begitu, bukankah mama menjadi
mempermainkan ayah?" si anak tanya pula.
"Bukan, sebaliknya, adalah ayahmu yang
mempermainkan aku. Ah, kau tidak percaya ibumu?"
845 Siu Lan menatap pula ibunya itu. Mereka berdua hidup
bersama semenjak ia masih kecil. Dulu-dulu, kalau
dibilang ia tidak mempercayai ibunya, itulah hal yang tak
akan terjadi, akan tetapi sekarang, benar-benar ia mau
memikir demikian. Inilah disebabkan ia heran untuk
perbuatan ibunya ini. Pikirnya: "Ayah masih hidup,
mengapa mama memikirkan lain orang" Kenapa mama
mendustai aku bahwa ayah sudah meninggal dunia"
Pasti sekali mama mempermainkan ayah! Cara
bagaimana mama dapat membuatnya aku percaya
mama"..."
Cit Im Kauwcu menangis, air matanya bercucuran.
"Anak Lan, mari dengar, aku mau menceritakan
sebuah dongeng," katanya. "Sesudah kau mendengar
ceriteraku ini, lantas kau boleh memikir dan mengambil
keputusan, kau sebenarnya menghendaki ibumu atau
ayah..." Anak itu menahan napas, matanya menatap bengong.
Di matanya, pada saat itu, ibunya seperti juga berubah
menjadi seorang asing baginya...
Cit Im Kauwcu menghela napas. Habis itu, ia bicara
dengan perlahan.
"Sedari masih kecil aku telah menjadi yatim-piatu." ia
berkata, memulai ceritanya itu. "Siapa itu ayah dan
ibuku, aku tidak mendapat tahu. Aku cuma ketahui
merekalah pengungsi, rakyat yang menyingkir terluntalunta
dari tempat kediamannya. Aku dilahirkan di tengah
jalan, maka juga ayah dan ibuku tidak dapat merawat
aku... Tepat ketika aku baru berumur satu bulan, kami
lewat di kakinya gunung Ouwbong San. Di atas gunung
itu ada sebuah kelenting. Kebetulan imam dari kelenting
846 itu pergi turun gunung, untuk memungut amal. Dia
bertemu dengan kami. Dia merasa kasihan melihat
kesengsaraan kami, maka dia menyatakan suka
mengambil dan merawat aku. Maka itu, dialah imam
yang menjadi guruku yang nomor satu. Dialah C ie Hee
Tojin. Dan ceritaku ini, dialah yang menuturkan padaku.
Dia cuma menanya she-ku, yaitu she Im, lainnya dia
tidak sempat menanyakan lagi."
Siu Lan berdiam, tetapi ia memasang kuping. Terus ia
mengawasi ibunya.
"Jikalau mulanya Ci Hee Tojin memperlakukan baik
padaku, kemudian sikapnya menjadi buruk, maka juga
sampai sekarang ini, aku masih membenci dia!" berkata
Cit Im Kauwcu melanjuti. "Toh aku mesti mengakui, dia
telah merawat aku dengan baik. sampai aku dewasa.
Dialah seorang imam. Seorang imam merawat seorang
bayi sampai besar, itulah bukannya gampang, apapula
bayi itu bayi wanita. Maka juga sedari kecil aku
menganggap dia sebagai ayahku sendiri, terhadapnya
aku sangat bersyukur. Selain dipiara, aku pun diajarkan
ilmu silat. Sampai aku mulai besar, dia tetap
memperlakukan aku sebagai juga aku seorang anak
kecil. Sering dia memegangi aku dan mengawasinya
lama. Ada kalanya, ketika aku mendusin dari tidurku, aku
mendapatkan dia berdiri di depan pembaringan
mengawasi aku. Aku mengira dia sangat menyayang aku.
aku tidak perhatikan itu. Melainkan ada waktunya yang
aku merasa jeri."
Siu Lan terus berdiam, terus ia memasang kuping.
"Makin lama aku menjadi makin besar. Dia
menyayangi aku, aku pun menyayangi dia. Ci Hee Tojin
847 seorang imam, maka itu dia tinggal dipuncak Kimkee
Hong di atas gunung Ouwbong San. Di sana aku tinggal
bersamanya. Itulah tempat yang tidak ditinggali lain
orang kecuali seorang she Ban, yang tinggal di puncak
Thianouw Hong, hingga kita jadi bertetangga. Orang she
Ban itu bernama Thian Yu. Ia dari partai Tiamchong Pay.
Ia mempunyai seorang anak laki-laki, yang diberi nama
Kee Su. Anak itu berumur lebih tua dua tahun daripada
aku. Sebagai tetangga, kita berdua suka bertemu dan
bermain-main. Kekal persahabatan kami."
Cit Im Kauwcu berhenti sejenak, lantas ia
meneruskan: "Setelah kami masing-masing menjadi
dewasa, nyata dia menyukai aku dan aku pun menyukai
dia. Lalu pada suatu malam, di bawahnya sinar si Puteri
Malam, di bawah pohon cendana, dia mengutarakan
cintanya terhadap aku dan aku menyambutnya. Di situ
kami lantas mengikat janji, kami menggunakan tanah
sebagai gantinya hio, si Puteri Malam menjadi saksinya.
Kami bersumpah untuk menjadi suami isteri. Setelah itu
aku membilangi dia supaya besok pagi dia mengutus
ayahnya datang kepada guruku untuk melamar aku. Aku
sendiri girang bukan main. Aku tahu guruku sangat
menyayangi aku. tidak ada alasan untuknya menolak
lamaran itu. Besoknya, belum lagi aku bangun tidur,
telah terbit suatu hal di luar dugaan. Apakah telah
terjadi" Sebenarnya guruku telah mencuri dengar
sumpah kami untuk mengikat jodoh. Pagi itu sebelum
terang tanah dia sudah lantas pergi ke puncak Thianouw
Hong, dia tuduh Ban Kee Su memincuk muridnya, ialah
aku, lalu tanpa menanti pihak Ban memberi penjelasan,
dia menyerang Thian Yu dan Kee Su hingga mereka
terluka, terus dia mengusir mereka dari Thianouw Hong.
848 Dia mengancam mereka tidak boleh injak lagi Ouwbong
San sekalipun setengah tindak."
Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lagi sekali kauwcu itu hening sejenak.
"Ketika aku mendusin, aku kaget sekali. Guruku berdiri
di depan pembaringan, tangannya berlumuran darah. Dia
lantas menegur aku, yang dikatakan tanpa
persetujuannya sudah sembarang berjanji mengikat
jodoh dengan lain orang. Dia juga mengancam, kalau dia
mempergoki pula aku berada bersama Ban Kee Su, dia
bakal membunuh kami berdua! Aku kaget dan menjadi
sangat takut. Toh dialah guruku, yang merawat aku
sedari kecil. Dengan terpaksa aku menurut saja. meski
hatiku sakit. Aku berjanji tidak akan menemui pula Ban
Kee Su. Tetapi, di luar sangkaku, kembali terjadi sesuatu
yang membikin aku sangat kaget dan takut..."
Suaranya Cit I m Kauwcu menjadi bergemetar, dia
bergidik. Sudah dua puluh tahun sejak kejadian itu tetapi
sekarang dia masih merasakan takut seperti di masa
kejadiannya. "Ketika itu aku lagi mendekam di atas pembaringan,
menungkuli diri dengan menangis." ia mulai pula
penuturannya. "Tiba-tiba aku merasakan tangan yang
meraba pundakku, rasanya sangat dingin, kemudian
lenganku dicekal, tubuhku ditarik, untuk dikasih bangun.
Itulah guruku. Aku lantas mendengar dia berbicara,
suaranya, menggetar. 'Buat apa kau menangis"' katanya.
'Apakah kau tidak dapat melupakan itu binatang"' Ah!
Belum pernah aku mendengar guruku bicara dengan cara
dan suaranya itu. Aku jadi menangis semakin sedih. Aku
kata: Aku telah berjanji tidak akan menemui Ban Kee Su
lagi. biarlah aku menangis!..."
849 "Mendengar kata-kataku itu. roman guruku menjadi
sangat bengis. Aku takut sekali, aku berhenti menangis.
Tapi guruku berkata, suaranya seram: 'Kau terawat
olehku hingga menjadi besar! Aku larang kau menikah
dengannya! Siapa pun aku larang menikah denganmu!
Siapa berani bawa kau kabur dari tanganku, aku bakal
merobek-robek tubuhnya menjadi berkeping-keping!'
"Aku ketakutan sampai aku tidak bisa berkata-kata.
Meski demikian, aku menyangka bahwa sikapnya itu
disebabkan dia sangat menyayang aku. Cuma, kenapa
dia melarang aku menikah" Umpama kata aku anaknya,
itulah kesayangan yang tidak pada tempatnya. Sungguh
di luar kebiasaan! Setelah aku berdiam itu, mendadak air
mukanya berubah. Dia menjadi sabar. Dengan lemah
lembut, dia kata: 'Oen Giok, aku telah merawat kau
hingga dewasa, dengan cara bagaimana kau hendak
membalas budiku itu"'
"Mendengar itu, aku jadi berpikir. Dengan menahan
keluarnya air mata, aku menjawab: 'Suhu menghendaki
aku jangan meninggalkan suhu, baiklah, untuk selamalamanya
aku nanti menemani suhu. seumurku, aku tidak
akan menikah, aku akan merawat kau sebagai juga
akulah anak suhu."
"Selagi aku mengatakan demikian, mendadak roman
guruku itu berubah pula. Aku melihat kedua matanya jadi
bersorot sangat tajam dan bengis, seperti juga mata itu
hendak menyemburkan api. Sambil mengawasi tajam itu.
dia kata: 'Tidak! Aku tidak menghendaki kau menjadi
anakku! Kau dapat menjadi isteriku!'
"Benarlah itu keluar dari mulut guruku" Aku hampir
tidak dapat memikirnya. Itulah bagaikan guntur di siang
850 hari terang benderang! Kepalaku menjadi pusing, mataku
berkunang-kunang. Aku menatap wajahnya. Seperti
barusan kau menatap aku. Sedetik itu aku melihat orang
yang demikian baik terhadap aku seperti juga berubah
menjadi binatang liar yang mementang mulutnya yang
bercaling serta membuka kuku-kukunya yang tajam!
"Lantas aku mendengar suaranya, perlahan-perlahan:
'Dulu-dulu aku cuma tahu meyakinkan ilmu silat, belum
pernah aku memikirkan tentang pernikahan, sekarang,
setelah menahan diri beberapa puluh tahun, aku tidak
dapat menderita terlebih lama pula, aku dapat kembali
menjadi manusia biasa, tak usah menjadi imam terusterusan,
supaya aku dapat menikah dengan kau. Giok.
kenapa kau mengawasi aku begini tajam"
Apakah kau sudah tidak mengenali aku" Apakah kau
tidak sudi" Jiwamu ialah aku yang memberikan, maka
pada dasarnya, kaulah milikku, dari itu, begitu aku
menghendaki kau menjadi isteriku, kau mesti menjadi
isteriku!' Lantas dia mementang kedua tangannya,
berniat memeluk aku.
"Mendadak itu waktu, aku bagaikan sadar. Aku lantas
menggigit padanya, terus aku berteriak-teriak: 'Tidak
bisa! Tidak bisa". Kau telah memberikan jiwa padaku,
kau boleh ambil pulang jiwa itu! Biarnya mati aku tidak
dapat menjadi isterimu!' Aku berontak sekuat tenagaku,
lantas aku kabur turun gunung!
"Entah disebabkan dia malu, setahu karena dia
biasanya menyayangi aku, dia tidak mengejar aku, untuk
mencegah aku lari. Dengan kepandaiannya, jikalau dia
mau. dia dapat mengejar dan menyandak aku. Ketika
aku berpaling, aku mendapatkan dia berdiri menjublak
851 bagaikan patung, wajahnya terlihat tidak mengasih. Biar
bagaimana, aku merasa terharu juga. Tapi aku tidak
berani kembali kepadanya, tanpa menoleh lagi, aku lari
terus, aku kabur meninggalkannya. Di luar sangkaku,
ketika aku tiba di kaki gunung, dia mengejar aku..."
Siu Lan menghela napas lega. Senang ia mendengar
Ci Hee Tojin tidak mengejar ibunya. Tapi kapan ia
mendengar keterangan yang paling belakang itu.
napasnya menjadi sesak pula, hatinya sangat tegang dan
bergelisah. Dengan keras iamenyekal tangan ibunya.
"Bagaimana kemudian?" ia tanya. "Apakah mama tak
tertawan dia?"
Syukur dia masih mempunyai sedikit rasa pri
kemanusiaan," menyahut sang ibu, "atau mungkin dia
tadi lenyap kesadarannya untuk sesaat, belakangan dia
mendusin juga, di akhirnya, dia membiarkan aku pergi.
Hanyalah, dia memberikan tiga syarat. Pertama-tama aku
dilarang menceritakan apa yang terjadi itu. Yang kedua
ialah aku tetap dilarang menikah sama Ban Kee Su. Yang
ketiga yaitu aku mesti menanti hingga matinya dia baru
aku boleh keluar, untuk masuk dalam dunia Kangouw.
Jikalau aku melanggar syarat yang kesatu dan ketiga itu,
dia mengancam untuk membinasakan aku. Dan jikalau
aku melanggar syarat yang kedua, bukan cuma aku, dia
juga hendak membinasakan Ban Kee Su!"
Liong Kiam Hong di tempatnya bersembunyi bangkit
bulu romanya. Dia menggigil tanpa merasa. Hatinya
berpikir: "Ci Hee Tojin bermartabat, kedudukannya
seimbang dengan kedudukan Hian Ki Itsu, aku tidak
sangka sekali dia mau melakukan perbuatan binatang
semacam itu! Memang pantas kalau dia melarang Cit Im
852 Kauwcu membeber rahasianya itu. Dan bahwa dia suka
melepaskan muridnya, itu tandanya dia masih dapat
berpikir. Dulu hari Hian Ki Itsu memberi ampun padanya,
itulah mungkin disebabkan sifatnya ini yang belum rusak
seseluruhnya."
Cit Im Kauwcu melanjuti penuturannya: "Begitulah aku
terlepas dari tangannya Ci Hee Tojin. Lantas aku
merasakan kesulitan. Pertama-tama aku tidak berani
mencari Ban Kee Su. Kedua, aku juga tidak berani
merantau dalam dunia Kangouw. Aku mesti memenuhi
janji. Maka itu setiap hari, setiap malam, aku selalu hidup
dalam impian yang buruk. Lantas aku ingat kepada
Tokciu Sinmo Ki Hoan di wilayah Biauwkiang. Dia dijuluki
demikian sebab lihainya dalam kepandaian
mempergunakan racun. Julukannya itu berarti Iblis
Tangan Beracun. Dia tidak takut pada Ci Hee Tojin. Aku
lantas pergi padanya. Aku ingin mempelajari ilmu racun,
supaya aku tidak usah takuti lagi Ci Hee. Aku menerima
syarat Ci Hee pun karena terpaksa. Biar bagaimana, tidak
dapat aku melupakan Ban Kee Su. Di luar dugaanku,
sesudah aku lolos dari tangan guru yangjahat itu, aku
lantas mendapat bahaya yang terlebih hebat pula..."
"Apakah Ki Hoan pun manusia jahat?" Siu Lan tanya.
Ia kaget dan heran.
"Bukan," menyahut sang ibu, cepat. "Ki Hoan ialah ahli
racun nomor satu di kolong langit ini tetapi dialah orang
pihak lurus, cuma kelakuannya saja yang aneh. Yang
mencelakai aku ialah kakak seperguruanku."
"Ah!" berseru si anak. "Mama mempunyai kakak
seperguruan" Mengapa aku belum pernah dengar?"
853 Kiam Hong tahu, sang kakak seperguruan itu, ialah
Pektok Sinkun. Ia menjadi heran, ia berpikir: "Namanya
Pektok Sinkun cukup terkenal, mengapa keponakannya
ini tidak mendapat tahu" Inilah aneh! Mengapa Cit Im
Kauwcu menyembunyikannya dari puterinya?"
Cit Im Kauwcu melanjuti pula keterangannya: "Kakak
seperguruanku itu seorang suku bangsa Biauw, tetapi dia
sangat mengagumi bangsa Han, maka dia memakai
nama Han. ialah Cio Keng Ham. Dia sangat gemar
bergaul sama bangsa Han. Dibanding denganku, dia lebih
tua sedikit, akan tetapi karena dia selalu mengikuti suhu.
dalam hal menggunakan racun, dia terlebih pandai
daripada aku. Dia sangat menyukai aku. Begitu aku
masuk dalam perguruan, dia ingin menikah denganku.
Aku tidak menyukai dia, kesatu untukku sudah ada Ban
Kee Su, kedua, aku tidak cocok sama tabiatnya. Dia terus
menggerecok aku, sampai satu kali aku mengadu kepada
guruku. Lantas dia ditegur dan didamprat. Aku pun
lantas berjaga diri. Belakangan dia tidak berani lagi
mengganggu aku, sampai hatiku mulai lega. Justeru
penjagaanku kurang terliti, justeru aku mengalami
peristiwa yang membuatnya aku celaka..."
Bicara sampai di situ, nyonya tua ini mengucurkan air
mata. Pula daging yang berenjulan di mukanya lantas
pada timbul. "Sudah, mama, jangan menangis." Siu Lan menghibur,
"Anakmu berada di sampingmu. Bukankah kau pernah
membilangi aku, asal aku mendampingi kau, kau tidak
bakal bersusah hati?"
Cit Im Kauwcu menepas air matanya. Ia memeluk
erat-erat anaknya itu.
854 "Syukur dia meninggalkan kau didampingku, jikalau
tidak, pasti aku jadi terlebih membenci dia," katanya
kemudian. "Telah aku bilang, kakak seperguruan itu
gemar bergaul sama orang Han. Di antara sahabatsahabatnya
ada seorang yang bernama Bang Thong,
yang asalnya seorang penjahat besar. Dia ini nelusup
masuk ke wilayah orang Biauw, dia berniat mencuri emas
simpanan bangsa Biauw itu, yang disimpan di dalam
sebuah guha. Diajuga ingin mencuri obat-obatan bangsa
Biauw. Di antaranya, semacam obat yang langka dan
mujarab, ialah hosiuouw. Guruku menanam pohon obat
itu. Bang Thong membujuk Cio Suheng mencuri pohon
obat tersebut dan dia kena terbujuk. Pada suatu hari aku
diperintah suhu pergi mencari bahan obat-obatan.
Seperginya aku, dia lantas menyusul padaku. Dia
memberitahukan aku bahwa dia salah mengambil
putusan akan buron meninggalkan guru, katanya dia
mau ikut Bang Thong untuk mengicipi kebahagiaan di
luaran. Dia mengharap sangat aku suka ikut padanya.
Tentu sekali aku tidak terima ajakannya itu, bahkan aku
memberi nasihat supaya dia membatalkan niatnya.
Sebaliknya, diamembujuki aku. Dia kata wilayah
Biauwkiang ini sepi, tidak menarik hati. Dia bilang, di
luar, dunia ramai dan menyenangkan. Dia tanya,
mengapa aku tidak ingin mengicipinya" Percuma aku
memberi nasihat. Bahkan sebaliknya, dia menjadi
berubah sifatnya. Sembari tertawa bengis, dia kata: 'Apa
yang aku katakan sudah masuk ke dalam kupingmu,
maka itu, kau suka mengikut aku atau tidak, kau mesti
mengikut juga!" Aku kaget, aku mengerti bahaya
mengancam. Sayang aku terlambat, belum sempat aku
lari, dia sudah meniup aku dengan asap, lantas aku
roboh tak sadarkan diri. Selagi aku semaput itu, dia
855 mengganggu kesucian diriku. Susah-susah aku menjaga
diri, akhirnya aku menjadi kurbannya juga..."
Tubuh Siu Lan bergemetaran, kaki tangannya dingin,
mukanya pun menjadi sangat pucat.
"Jadinya, dia... dialah ayahku?" katanya, perlahan.
"Ya, dialah ayahmu," sahut sang ibu. "Kau bilanglah
sekarang, bagaimana aku tidak membenci dia?"
Siu Lan berdiam, hatinya pepat.
"Habis merusak kesucian diriku, dia juga mencelakai
suhu," berkata pula Cit Im Kauwcu. "Suhu sangat
menyayangi dia. dia dipercaya habis. Suhu lagi tidur
ketika ia kena dibikin celaka. Kakak seperguruan itu
membuat bubuk beracun dari adukan tiga macam obat
tohoaciang, kimyapkiok dan pekcianlo yang sangat
beracun, bubuk itu ditiup masuk ke dalam hidung suhu.
Suhu dijuluki Tokciu Sinmo. hebat kepandaiannya, meski
ia telah kena diracuni, begitu sadar ia sempat
menyerang. Sayang karena telah terkena racun,
pukulannya tidak sehebat biasanya, jikalau tidak,
tentulah dia terhajar mati ketika juga.
"Selama semua itu terjadi, aku masih dalam pingsan.
Sebenarnya dia hendak bawa aku lari, tetapi karena
dihajar suhu, dia mengubah pikirannya. Dia takut suhu
tidak mati, dia tidak berani berdiam lebih lama pula di
wilayah Biauwkiang. Malam itu juga dia kabur. Bang
Thong pun kabur dengan membawa pergi hosiuouw milik
suhu. Ketika kemudian aku mendusin dan aku pergi
Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepada suhu untuk mengadukan pengalamanku, suhu
lagi empas-empis napasnya. Dia meninggal pesan
beberapa kata-kata, diapun menyerahkan kitab Pektok
856 Cinkeng padaku. Pesannya yang terakhir ialah supaya
aku menuntut balas untuknya. Habis memesan, dia
menutup matanya untuk selama-lamanya Aku bersusah
hati, sampai aku ingin tak hidup lebih lama lagi. Tapi aku
ingat pesan suhu, maka tak dapat aku tak hidup lebih
lama. Yang aku tidak menyangka kemudian ternyata aku
berbadan dua, hingga aku mesti menanti sepuluh bulan
untuk melahirkan. Dengan adanya kau, aku lebih-lebih
tidak harus mati."
"Mama. kau sungguh-sungguh bersengsara," kata Siu
Lan sedih. "Pantas kau tidak suka membuka rahasia
kepadaku. Biarlah ayah apa she dan namanya, tetapi aku
ingin memakai she Im dari mama."
"Penderitaanku masih belum habis," berkata ibu itu
lebih jauh. "Baiklah, hari ini aku tuturkan segala apa
padamu." Siu Lan memasang telinga.
"Dengan lahirnya kau, anak, aku bagaikan mempunyai
harapan," berkata Cit Im Kauwcu, mulai lagi dengan
penuturannya. "Kapan aku melihat sepasang matamu
yang celi. hatiku jadi terbuka. Aku membenci luar biasa
terhadap ayahmu tetapi aku luar biasa menyintai kau.
Pernah karena kau, aku kata di dalam hatiku : 'Biarlah
untuk kau, anak Lan, aku memberi ampun kepadanya'
Telah aku bi lang barusan, pesan terakhir dari suhu ialah
agar aku membalaskan sakit hatinya itu. Aku tidak
menyangka sama sekali, selagi aku berniat mengasi
ampun kepadanya, dia sebaliknya! Tepat di hari ulangmu
satu tahun, ada dua orang datang padaku..."
"Adakah dia, dia yang datang?" tanya Siu Lan,
suaranya bergemetar. Ia mau menyebut "ayah" akan
857 tetapi kata-kata itu tidak mau keluar dari mulutnya,
jadinya ia menyebut "dia."
"Yang bermula datang bukannya dia!" menyahut sang
ibu. Ia pun menyebut 'dia.' "Ialah Ban Kee Su, orang
yang aku pikirkan siang dan malam! Bagaimana ingin aku
menjadi isterinya. Tapi sekarang, mengharap pun aku
tidak berani. Biarnya aku tidak takuti larangannya Ci Hee
Tojin. karena kehormatanku telah dinodai, tidak dapat
aku menjadi isterinya. Maka itu untuk memutuskan
cintanya, supaya ia pun jangan jadi kurbannya Ci Hee
Tojin, aku terpaksa mendustai ia bahwa aku sudah
menikah dan telah mempunyai anak. Aku minta dia
mencari lain isteri, supaya diajangan pikirkan pula
padaku. Dia tidak mau percaya aku, sampai dia melihat
kau mirip dengan aku. Setelah mempercayainya, dia
berdiri menjublak. Sampai sekian lama, baru dia dapat
membuka mulutnya. Dia kata: 'Kau sudah bersuami dan
mempunyai anak, kau pun hidup beruntung, aku girang
sekali. Tapi melihat roman kau, kau bukannya seperti
orang yang hidup berbahagia! Bukankah kau
menyembunyikan kesukaran di dalam hatimu dan kau
tidak suka menuturkan itu padaku"' Aku menahan
turunnya air mataku, aku mengertak gigi ketika aku
menyangkal. Dia kata pula: 'Karena kau berbahagia,
baiklah, aku tidak mau mengganggu padamu. Tapi,
hendak aku menjelaskan, terhadap kau, aku tetap seperti
dulu, jikalau kau membutuhkan bantuanku, kau boleh
pergi ke Ngobie San mencari aku.' Nyatalah dia, anak
dan ayah, sesudah diusir Ci Hee Tojin, telah pindah ke
gunung Ngobie San di mana ia menumpang pada paman
gurunya. Dia telah minta bantuan saudara
seperguruannya mencari tahu tentang aku. maka itu
858 diamengetahui aku telah meninggalkan Ci Hee dan
menukar guru kepada Ki Hoan. Ketika dia mau berpisah,
dia menitipkan sebatang hio cendana kepadaku, dia
pesan: 'Jikalau kau tidak suka datang ke rumahku,
bolehlah di tempat yang berdekatan denganku kau
menyulut hio ini, aku akan mendapat tahu dan nanti
datang padamu.' Kayu cendana ialah kayu wangi
keluaran Ouwbong San. ketika kita masih kecil dan suka
memain, ia biasa membakar itu untuk memanggil aku.
Dia mengasihkan hio itu padaku, sebegitu lama aku
simpan saja, belum pernah aku pakai sampai hari ini.
Habis dia memesan, baru dia mau pergi, lantas datang
orang yang lain. Dialah orang... orangyangaku paling
tidak sudi menemuinya. Dialah kakak seperguruanku itu,
atau ayah kau. Cio Keng Ham! Dia gusar melihat aku berada bersama
Ban Kee Su, dengan kasar dia kata padaku: 'Kau
menganggap aku tidak berani pulang maka kau berani
diam-diam mencari laki-laki lain"' Hatiku panas sekali,
tetapi aku tidak mau mengadu mulut dengannya, untuk
itu pun sudah tidak ada kesempatannya. Aku melihat
matanya yang bersorot bengis ketika dia memandang
Ban Kee Su, aku kuatir dia menurunkan tangan jahat,
maka aku pikir baiklah aku mendahului. Demikian aku
hajar dia roboh. Dalam halnya racun, dia lebih pandai
daripada aku, tetapi mengenai ilmu silat, aku lebih
menang. Dia tidak berani menggunakan racun terhadap
aku. maka itu dia merasakan tanganku. Kau baru
berumur satu tahun, kau belum dapat bicara, melihat aku
berkelahi, kau menangis. Sebenarnya aku ingin hajar
mampus padanya tetapi melihat kau menangis, hatiku
menjadi lemah. Selagi begitu, Ban Kee Su tidak berani
859 berdiam lama-lama, maka dia kata: 'Lantaran aku, kamu
suami isteri jadi berselisih, aku menyesal sekali, aku
sangat menyesal.' Juga kepada Keng Ham ia memberi
keterangan bahwa ia datang cuma sebagai sahabat, lain
tidak, dan ia minta Keng Ham jangan curiga Keng Ham
tidak mau percaya, sambil rebah di lantai, dia mencaci
Kee Su. Aku panas sekali, ingin aku membeber rahasia
akan tetapi selagi dia mencaci, Kee Su sudah lari pergi.
Ah, kalau aku pikir kelemahanku itu waktu, sampai
sekarang aku masih menyesal bukan main. Tidak dapat
aku menguber dia, untuk memberi penjelasan.
Kedudukanku itu waktu sangat sulit. Aku tidak dapat
menikah Kee Su, aku juga takut Ci Hee mencelakainya.
Tak dapat aku memberi penjelasan kepadanya. Karena
itu, aku jadi bersengsara sendiri seumur hidupku ini."
"Jikalau aku," berkata Siu Lan selagi ibunyahening
sejenak, "jikalau ada seorang demikian menyintai aku,
aku, akan tidak perdulikan apa juga, pasti aku turut
padanya!" Selagi mengucap begitu, air matanya si nona
mengetes jatuh. Entah dia berkasihan terhadap ibunya,
setahu dia menyesali nasibnya sendiri.
Cit Im Kauwcu menolong menyusuti air mata gadisnya
itu. "Aku tahu kesusahan hati kau. tetapi kesusahan hatiku
lebih besar pula," berkata si ibu. "Aku terpaksa menutur
semua ini kepadamu supaya kau mengerti jelas sifatnya
ayahmu itu. Seberlalunya Ban Kee Su, dia berbangkit,
untuk membalut lukanya. Hebat hajaranku itu, sebelah
tangannya salah laku. Dengan mata mendelik dia
mengawasi aku. Selang sekian lama, dengan nyaring dia
860 tanya aku: 'Kau sudah mengambil putusan atau belum"
Kau mau turut aku atau tidak"' Dengan sama nyaringnya
aku menjawab: 'Biarnya mati, aku tidak sudi turut kau!'
Dengan bengis dia kata: 'Suhu sudah mati, sekarang ini
di kolong langit tidak ada orang yang dapat menguasai
diriku! Jikalau aku mau membikin kau mampus, itulah
gampang sekali, seperti aku membaliki tangan saja! Aku
justeru tidak ingin membikin kau mati! Tidak dapat tidak,
kau mesti turut aku!' Aku melihat romannya, terang dia
mau menggunakan racun atas diriku, maka aku kata:
'Kecuali kau meracuni aku, tidak nanti aku turut padamu!'
Dia rupanya menginsafi, melawan keras padaku dia tak
dapat, mungkin aku membunuh dia, maka itu dengan
romannya yang bengis, tetap dia menatap aku, sambil
bersenyum ewah, dia kata: 'Baiklah, kau tidak suka turut
aku, suka aku membiarkan kau! Mengingat perhubungan
suami isteri, aku tidak mau membunuhmu, tetapi jikalau
kau memikirkan itu bocah muka klimis, itulah tak dapat!'
Mendadak dia mengayun tangannya kepadaku, lantas
aku ketutupan asap beracun..."
Siu Lan menjerit bahna kaget. Selama mendengari
penuturan ibunya itu, ia sudah tahu ayahnya seorang
busuk, hanya tidaklah ia pernah menduga, kebusukan itu
ada demikian hebat, sampai dia tak segan menurunkan
tangan jahat terhadap orang yang dicintainya.
"Syukur aku telah menduga bahwa dia bakal
menurunkan tangan jahat itu," berkata Cit Im Kauwcu,
meneruskan ceritanya. "Aku telah lantas menutup
mataku dan menahan juga napasku. Aku lantas
merasakan mukaku panas sekali, seperti dibakar dengan
besi panas, sakitnya bukan buatan. Di dalam keadaan
layap-layap itu, aku dapat mendengar tertawa nyaring
861 yang nadanya menyeramkan, disusul sama kata-kata
keras: 'Sekarang aku telah membikin kau menjadi jelek
tidak keruan, maka hendak aku melihat, si muka putih itu
masih menyukai kau atau tidak!' Selama satu hari satu
malam aku tak sadarkan diri, ketika akhirnya aku
mendusin, beginilah roman mukaku! Dia telah
menggunakan racun yang merusak muka, meski dia tidak
mengambil jiwaku, dia toh sudah merusak kecantikanku."
Siu Lan memeluki ibunya, ia menangis.
"Oh, ayah kejam!" katanya sengit. "Ibu, kau sungguh
bersengsara!" ia pun mengeluh.
"Sesudah terjadi peristiwa itu, baru hatiku tenang," Cit
Im Kauwcu berkata pula. "Cio Keng Ham tidak datang
pula mencari aku. Adalah Ban Kee Su, yang mengirim
orang menanyakan hal ichwalku. Hanya, setiap kali aku
mendengar kabaran dari ianya, lantas aku pergi
menyingkir, sampai paling belakang aku mengajak kau
menyingkir ke gunung hingga orang tidak dapat mencari
pula padaku. Ban Kee Su tidak ketahui apa yang terjadi
setelah kepergiannya itu. Mungkin ia tidak ingin
mengganggu keakuran rumah tangga orang, rupanya ia
lebih suka menderita seorang diri. tidak mau ia mencari
pula aku. Tiga tahun kemudian aku mendengar kabar ia
menikah dengan seorang nona gagah dari partai
Cengshia Pay. Kemudian aku mendengar pula hanya dia
mendapat seorang anak lelaki. Semenjak kami berpisah,
belum pernah aku merasa senang, baru sesudah
mendengar hal pernikahannya itu dan ia mendapat anak,
dua kali aku tertawa. Senang hatiku yang ia telah
membangun rumah tangga yang berbahagia. Di samping
itu. kadang-kadang aku mendengar kabar kurang jelas
mengenai Cio Keng Ham. Katanya dia semakin tersohor
862 di dalam dunia Kangouw, sampai dia memperoleh
julukan Pektok Sinkun. Pula Bang Thong. orang yang
menganjurkan dia berbuat jahat, yang telah mencuri
emas di Biauwkiang dan obat, telah menjadi hartawan
besar, hingga dia menjadi pocu, tuan dari Bang keepo.
Semenjak itu, dia mencuci tangan, dia tidak lagi
melakukan pekerjaannya tanpa modal. Selama beberapa
tahun yang paling belakang ini, kabarnya dia pun
mendapat seorang sahabat baru ialah Tiatsi Siseng Couw
Thian Yauw si Pelajar Kipas Besi."
Siu Lan bagaikan baru tersadar, dia memotong cerita
ibunya itu dengan berkata: "Oh, kiranya beberapa hari
yang lalu mama meracuni Bang Thong untuk
membalaskan sakit hati dulu hari itu! Dialah yang
menganjurkan ayahku berbuat jahat, pantas dia
menerima hukumannya itu!"
"Sebenarnya aku tidak bekerja untuk Bang Thong
melulu," berkata si ibu, menjelaskan. "Pada setengah
bulan yang lalu, ayahmu telah mengutus si orang she
Couw itu untuk menemui aku secara diam-diam..."
"Mengapa aku tidak mendapat tahu?" Siu Lan tanya.
"Orang she Couw itu berkepandaian sangat mahir
dalam hal ilmu ringan tubuh," Cit Im Kauwcu memberi
keterangan. "Aku telah dibikin mendusin dengan
mendadak pada tengah malam. Tahu-tahu dia sudah
berdiri di depan pembaringanku. Dia menjelaskan
tentang dirinya dan memberitahukan bahwa mereka
sudah beruntung besar. DiakataCio Keng Ham ingat
padaku dan dia tanya, aku suka atau tidak mengikut
padanya. Dia tanya juga, jikalau aku tidak suka ikut dia,
apa boleh anakku diserahkan padanya. Aku menjadi
863 sangat gusar, hingga aku mau membunuh orang she
Couw itu, tetapi dia lihai baru aku mau menurunkan
tangan, dia sudah mendahulukan kabur. Sekianlah.
Sekarang aku hendak menanya kau, kau lebih suka terus
turut aku atau kau turut pada ayahmu itu?"
"Mania, pasti aku turut kau" menjawab Siu Lan tanpa
berpikir lagi. Justeru ketika itu, tubuhnya si pemuda baju kuning
berkutik. Cit Im Kauwcu mengawasi.
"Hawa hitam di alisnya sudah mulai berkurang, tidak
lama lagi, dia bakal sadar." katanya. "Hm, kau sungguh
kejam, terhadap seorang bocah, yang bau susunya
belum lenyap, kau berlaku begini ganas!"
Siu Lan dapat menduga, siapa yang dikatai ibunya itu,
tetapi ia masih menanya: "Mama, kau mengatai siapa?"
"Di dalam dunia ini. berapakah orang yang pandai
menggunakan racun?" menyahut ibu itu. "Dia ini telah
Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dibikin celaka ayahmu, dia terkena asap beracun
Keebeng Ngokouw Toanhun hio!"
Sembari berkata begitu, Cit Im Kauwcu mengeluarkan
semacam obat bubuk lainnya, yang dikasih masuk ke
dalam liang hidungnya anak muda itu, sambil berbuat
begitu, ia menatap muka orang, ia menghela napas dan
mengatakannya: "Sungguh mirip, sungguh mirip... Dia
mirip sekali dengan Kee Su!..."
Kiam Hong di tempatnya bersembunyi menghela
napas. Katanya di dalam hati: "Cit Im Kauwcu beroman
864 begini jelek dan nampaknya dia sangat kejam, siapa
sangka dia dapat menyintai orang demikian sangat!"
Kauwcu itu masih melanjuti keterangannya: "Anak
Lan. kau tentu mengerti sekarang kenapa ibumu
mendustai kau, bukan" Sebabnya ialah ibumu tidak ingin
kau mengetahui yang kau mempunyai ayah sangat busuk
itu. Itu pula sebabnya mengapa aku membilangi kau
bahwa ayahmu ialah Ban Kee Su, bahwa ayahmu itu
telah menutup mata. Sebenarnya mereka dua-duanya
belum mati! Kau tahu, sekarang ini ibumu membenci
semua pria di kolong langit ini kecuali satu Ban Kee Su.
Dan selama beberapa tahun ini aku berniat membangun
satu perkumpulan agama, maksudku tidak lain ialah guna
menolong semua anak perempuan yang menderita
kesengsaraan!"
"Jikalau demikian, tidak heran Cit Im Kauwcu bersikap
aneh," pikir Kiam Hong pula. "Kiranya dia mempunyai
penderitaan yang begini hebat. Hanya sayang, walaupun
maksudnya baik, semua itu mirip dengan chayal. Wanita
yang bersengsaradi kolong langit ini besar jumlahnya, dia
bersendirian, berapa banyak dia nanti berhasil
menolonginya" Belum-belum sekarang dia sudah
dinamakan orang kauwcu agama sesat!"
"Mama, kau memikirkan apa lagi?" tanya Siu Lan,
yang melihat ibunya berdiam saja paras mukanya pun
muram. "Aku lagi memikirkan racun," menjawab ibu itu. "Masih
ada beberapa racun lainnya yang terlebih lihai daripada
Keebeng Ngokouw Toanhun hio ini. Mengapa dia justeru
menggunakan racun ini, yang kekuatannya merampas
jiwa sesudah lewat dua belas jam" Apakah mungkin dia
865 sudah menduga yang anak ini bakal mendapat
pertolongan dan dia menggunakan caranya ini untuk
penyelidikannya mencari aku" Atau mungkinkah dia
mempunyai maksud lain lagi?"
"Ma, sudahlah, tak usah kau pikirkan pula," kata Siu
Lan. membujuk. "Biarnya benar dia mengandung maksud
itu, meski juga dia datang kemari, tidak nanti aku suka
turut padanya!"
Sepasang alisnya Cit Im Kauwcu bergerak, dia
bersenyum. "Kalau begitu, anak, hati ibumu lega" katanya
Kembali Cit Im Kauwcu meniup obat bubuk ke dalam
hidungnya si anak muda, ia mencabut tusuk kondenya,
untuk menusuk jalan darahnya, taytwi hiat dan lengtay
hiat. Mendadak anak muda itu berbangkis, lalu kedua
matanya dibuka dengan perlahan-lahan.
Cit Im Kauwcu memegangi, untuk mengasi bangun
tubuh orang. "Bagus, anak, kau telah mendusin," katanya perlahan,
halus. "Aku ialah sahabatnya ayahmu, maka jangan kau
takut Dengan adanya aku didampingmu, tidak nanti ada
orang yang berani mencelakai pula padamu!"
Kiam Hong lagi bersembunyi, ia tidak bisa melihat,
tetapi ia dapat menduga Cit Im Kauwcu bersikap
terhadap pemuda itu sebagai juga pemuda itu anaknya
sendiri. Pemuda baju kuning itu duduk.
866 "Terima kasih," katanya perlahan. "Ayah tidak keliru
menduga. Benar-benar kau baik sekali terhadap aku."
"Bagaimana dengan ayahmu?" Cit Im Kauwcu tanya.
"Ayahku?" balik tanya anak muda itu, lalu dia nampak
sangat berduka. "Ayah... ayah sudah menutup mata...
Pesannya ialah supaya aku pergi mencari kau..."
Wanita tua itu terkejut, lantas air mukanya menunjuki
kedukaan. "Sudah mati"... Sudah mati"..." katanya berulangulang.
"Bagaimana dia... dia... matinya"..."
Meskipun dia telah berkeputusan tidak akan menemui
lagi Ban Kee Su, kauwcu ini toh senantiasa ingat
kekasihnya itu, maka ia tidak menyangka bahwa
sekarang mereka telah berpisahan untuk selama-lamanya
Sejenak itu, Cit Im Kauwcu merasakan segala apa
gelap dihadapannya. Dia seperti ditinggal pergi
arwahnya. Dalam keadaannya samar-samar itu,
telinganya mendengar suara lemah dari si anak muda:
"Ayahku bersama ibuku, semua mereka telah dibikin
celaka orang..."
Kaget kauwcu itu, dengan cepat ia membuka matanya
"Siapakah si pembunuhnya?" ia tanya keras.
"Si penjahat dua orang," menyahut si anak muda.
"Ayah mengenali satu di antaranya ialah Tokpie
Kengthian Koan Sin Liong dari gunung Aylauw San."
Alisnya Cit Im Kauwcu bangun.
"Oh, Koan Sin Liong si tuabangka bercacat yang tidak
mau mampus itu!" dia berseru. "Kembali dia muncul
867 untuk melakukan kejahatan"Siapakah itu yang satu lagi?"
"Dialah seorang Biauw, yang tidak ketahuan
namanya." Tubuhnya kauwcu itu menggigil.
"Oh, orang Biauw!" katanya. "Bagaimana macamnya
dia?" "Dialah seorang bermuka biru yang perok, sepasang
matanya panjang dan dalam, romannya sangat jelek.
Dialah seorang tua."
Cit Im Kauwcu menghela napas lega
"Aku menyangka dia, kiranya bukan," katanya
perlahan. Tapi ia lantas berpikir: "Di antara orang Biauw
yang lihai. kecuali Cio Keng Ham, ada siapa lagi?"
Siu Lan pun lega hatinya mendengar si pembunuh
kejam bukan ayahnya
"Tokpie Kengthian Koan Sin Liong itu," berkata ini
anak kemudian, "apakah dia bukannya itu orang yang
dulu hari mama pernah menyebutnya, ialah si hantu
yang sebelah tangannya telah dibabat kutung oleh
Huithian Liongli Yap Eng Eng?"
"Tidak salah!" menjawab sang ibu. "Setelah sebelah
tangannya dibabat kutung, dia lantas pergi
menyembunyikan diri di gunung Aylauw San itu dan di
sana dia menyebut dirinya Tokpie Kengthian, si Tangan
Tunggal Penunjang Langit."
Koan Sin Liong itu ialah keponakannya Ci Hee Tojin,
gurunya sudah meninggal dunia dan oleh Ci Hee dia
868 pernah diberi petunjuk ilmu silat. Dalam hal umur, dia
lebih tua sepuluh tahun lebih daripada Cit Im Kauwcu,
maka itu, selagi Cit Im masih belajar, dia sudah keluar
dari rumah perguruan dan namanya sudah tersohor. Cit
Im Kauwcu masih ingat, ketika ia berumur tiga belas
tahun, Koan Sin Liong sudah merampas uang kumpulan
amal di Shoasay, dia kepergok Yap Eng Eng, sebelah
tangannya kena dibikin kutung. Karena kejadian itu, dia
telah datang ke Ouwbong San, untuk minta bantuan
paman gurunya, ialah Ci Hee Tojin. Ci Hee jeri untuk ilmu
pedang Siangkiam happek, ilmu pedang bersatu padu,
dari Yap Eng Eng suami isteri, dia tidak berani membelai
keponakannya itu. Setelah itu, Koan Sin Liong mengeram
diri di Aylauw San, untuk meyakinkan lebih jauh ilmu silat
pedangnya. Sampai Cit Im Kauwcu meninggalkan
gurunya berdua mereka tidak pernah bertemu pula,
sampai terjadilah peristiwa anak muda berbaju kuning ini
hingga Cit Im Kauwcu mengetahui si Tangan Tunggal
Penunjang Langit itu membinasakan orang tua pemuda
itu. Cit Im Kauwcu heran mengetahui si pembunuh ialah
Koan Sin Liong. Ia berpikir: "Ci Hee Tojin jelus terhadap
Ban Kee Su, dia hendak menyingkirkan saingannya itu.
Tapi kejadian itu sudah lewat banyak tahun. Untuk
kehormatannya, pula tidak nanti Ci Hee membeber
perbuatannya yang buruk itu terhadap orang yang kedua
Sekarang terjadi pembunuhan ini. Bukankah di antara
Koan Sin Liong dan Ban Kee Su tidak ada sesuatu
perhubungannya" Kenapa sekarang dia membunuh Kee
Su?" Maka ia lantas tanya si anak muda: "Ketika
peristiwa terjadi, apakah kau ada di rumah?"
869 "Ada," menyahut pemuda itu. "Bahkan aku masih
ingat, hari itu ialah hari kedua sepulangnya ibuku dari
propinsi Kuiciu."
"Oh, ibumu pergi ke Kuiciu?" Cit Im menegaskan. "Kau
ingatkah ketika itu waktu apa?"
"Itulah kejadian pada tiga tahun yang lampau,"
menyahut si anak muda "Waktu itu tinggal beberapa hari
lagi hari raya Tiong Ciu. Kabarnya itu waktu kau baru
mulai membangun Cit Im Kauw. Benarkah itu?"
Cit Im Kauwcu heran. "Cara bagaimana kau dapat
mengingat demikian baik?" ia tanya.
"Karena ketika itu ibuku justeru pergi mencari kau.
Sayang dia terlambat beberapa hari. Katanya kau baru
saja meninggalkan wilayah Biauwkiang."
Kauwcu itu menjadi bertambah heran.
"Ah, ibumu pergi ke Biauwkiang mencari aku?" dia
kata. "Sekembalinya dia itu, apa katanya?"
"Malam itu aku justeru mendengar ayah dan ibu
berbicara di dalam kamarnya, boleh dibilang semalaman
suntuk. Oleh karena mereka bicara di dalam kamar, aku
tidak tahu soal apa yang dibicarakan."
Hati Cit Im Kauwcu goncang.
"Apakah kau tidak mendengar nyata pembicaraan
mereka itu ataukah kau kurang mengerti?" ia menanya
pula "Kamarku sebelah menyebelah dengan kamar ayah
dan ibuku. Mereka bicara dengan suara keras dan
perlahan bergantian. Aku tidak memperhatikan. Oh,
jikalau aku tahu bahwa selanjutnya aku bakal tidak
870 mendengar pula suara mereka, tentulah aku memasang
kuping sampai pagi..."
Cit Im Kauwcu merasa kurang enak sendirinya
Katanya di dalam hati: "Kee Su murid partai lurus dan
anaknya ini dengar kata, pasti ini anak tidak dapat
mencuri dengar pembicaraan orangtuanya" Ia merasa ia
telah keliru menanya, tetapi sebenarnya ia ingin sekali
mengetahui hal ichwalnya Kee Su suami isteri itu.
Si anak muda baju kuning berkata pula: "Tengah
malam aku mendusin, aku masih mendengar ayah dan
ibu bicara terus. Lalu aku tidur pula. Aku bangun di
waktu mulai terang tanah, itu waktu aku mendengar
pembicaraan ayah dan ibu masih belum berhenti. Aku
tidak mendengar nyata, cuma beberapa kali aku
mendapat dengar disebutnya nama-namanya Pektok
Sinkun dan nona Im Oen Giok..."
"Im Oen Giok itu ialah aku," Cit Im Kauwcu
memotong. "Pastilah kau telah menderita banyak," berkata si anak
muda "Aku ingat ibuku membilang bahwa ia merasa
berkasihan terhadapmu. Kata ibu, sama sekali ia tidak
jelus atau cemburu terhadap kau, ia sangat ingin dapat
mencari padamu, bahkan ibu ingin sekali yang kau dan
ianya tinggal bersama-sama. Ibu mengatakan juga
bahwa ia percaya kau tentu ketahui, dunia bukan
selamanya dingin, dunia masih ada yang hangat. Yang
aku tidak mengerti ialah kenapa ibuku, di waktu
menyebut-nyebut kau, membilang juga hal jelus dan
cemburu. Ibu toh belum pernah bertemu sama kau"
Apakah yang dibuat jelus dan cemburu" Aku tahu, kau
lihai melebihkan ayah dan ibuku, akan tetapi ibuku
871 bukanlah orang yang cupat pandangannya, tidak nanti
dia jelus untuk kepandaian orang lain yang lebih tinggi
daripada kepandaiannya."
Di waktu bicara anak muda ini memperlihatkan
romannya kekanak-kanakan dan polos. Rupanya pun dia
belum tahu soal hubungan yang ruwet dan memusingkan
di antara pria dan wanita.
Parasnya Cit Im Kauwcu menjadi merah sendirinya. Di
dalam hatinya dia berkata: "Ketika pertama kali aku
mendengar pernikahannya Kee Su itu, di satu pihak aku
mendoakan kebahagaiannya, di lain pihak aku jelus
terhadap isterinya. siapa sangka isterinya itu justeru
berpandangan lebih luas daripadaku yang cupat..."
Si anak muda bersedih, air matanya mengalir turun. Ia
menepas itu. "Begitu lekas langit sudah terang, sebelum aku turun
dari pembaringan, maka datanglah Koan Sin Liong
bersama si orang Biauw itu," ia meneruskan kemudian.
"Mendengar suara kedatangan mereka itu, ayah dan ibu
pergi keluar, untuk menemui, guna menanyakan maksud
kedatangan mereka. Mereka itu tidak menjawab,
sebaliknya, dengan mendadak mereka menyerang. Ibu
tidak bersiap sedia, ibu yang paling dulu kena dibunuh
mereka. Ayah melakukan perlawanan, ayah dapat
melukai mereka itu. akan tetapi ayah pun terkena senjata
rahasia yang berupa tokkilee beracun dari Koan Sin
Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Liong, hingga ayah cuma bisa mengawasi saja mereka itu
mengangkat kaki. Di waktu mabur. sembari tertawa
dingin, Koan Sin Liong kata: 'Jikalau aku tidak memberi
keterangan, kasihan kamu mati tidak keruan, gelap akan
duduknya hal. Aku pun tidak memikir membiarkan kamu
872 menjadi setan-setan, dogol! Baiklah aku
memberitahukannya! Bukankah kamu hendak mencari Cit
Im Kauwcu" Nah, Cit Im Kauwcu mengundang kamu ke
istana Giam Lo Ong untuk kamu membuat pertemuan di
muka Raja Acherat itu! Kami ini ialah si pesuruh tukang
membetot arwah manusia yang diutus olehnya!"
Mendengar itu, Cit Im Kauwcu berduka berbareng
gusar sekali, hingga tubuhnya menggigil saking gusarnya
itu. "Koan Sin Liong sangat jahat!" katanya nyaring.
"Sudah dia membinasakan ayah dan ibumu, dia juga
secara keji memakai namaku! Asal napasku masih ada
maka aku bakal menuntut balas terhadapnya!"
"Jangan gusar, Kauwcu," berkata si anak muda.
"Perkataannya Koan Sin Liong itu, sedikit pun ayah tidak
percaya. Ayah memesan aku, katanya: 'Aku tidak tahu
kenapa Koan Sin Liong berbuat demikian jahat
mencelakai aku dan ibumu. Kau masih kecil, bukan saja
kau tidak dapat menuntut balas, bahkan kau perlu
menjaga diri supaya kau juga tidak terbinasakan musuh.
Aku hendak menyerahkan kau pada seorang yang aku
paling percaya dapat dibuat andalan, dialah orang satusatunya
yang aku kenal, dia pasti dapat merawat
padamu!'" Dengan "dia," pemuda itu menyebut dia "wanita."
Air matanya Cit Im Kauwcu turun dengan deras.
"Oh, Kee Su, Kee Su..." katanya terputus-putus. "Dia...
dia membilang begini kepadamu?"
Si anak muda mengangguk.
873 "Benar," sahutnya. "Ayah membilangi aku, orang yang
dipercaya itu ialah kau. Kata ayah pula: 'Pergi kau cari Cit
Im Kauwcu. Jangan kau mendesak ia untuk
membalaskan sakit hatiku, cukup asal ia suka
memperlakukan kau sebagai anak kandungnya sendiri.'"
Cit Im Kauwcu merangkul anak muda itu. Ia berduka
berbareng bangga Demikian besar kepercayaan
kekasihnya terhadapnya! Ia bersyukur sekali kepada Kee
Su. "Benarlah apa yang dikatakan ayahmu itu!" katanya.
"Dia memang sahabatku satu-satunya! Anak yang baik,
apakah namamu?"
"Namaku Thian Peng," menyahut anak itu, "Ban Thian
Peng. Ayah meninggalkan sepucuk surat untuk kau."
"Oh, setelah terluka dia masih dapat menulis
kepadaku?" kata Cit Im Kauwcu, air matanya mengalir
terus. "Surat itu ditulis satu malam di muka," menerangkan
si anak muda "setelah ayah terluka, dia menulis sehelai
pula Habis menulis, surat itu ditutup rapat, diserahkan
padaku secara hati-hati sekali. Ayah pun memberikan
aku sebatang hio cendana serta sebutir mutiara
yabengcu. Ayah memesan untuk mencari kau, supaya di
tempat dekat kau berada, aku memasang hio itu. Mutiara
itu pun untuk kau."
"Sungguh sempurna dia memikirnya" kata Cit lm
Kauwcu. Ia menyambuti mutiara yabengcu itu, ialah
mutiara yang di waktu malam dapat mengeluarkan sinar
terang. Air matanya bercucuran deras. Itulah mutiara
874 saksi pengikat janji mereka di itu malam, dan ialah yang
memberikan kepada Kee Su.
Setelah mengawasi sekian lama mutiara itu, yang ia
pegang erat-erat, Cit Im Kauwcu lantas membuka surat
kekasihnya itu, sebuah surat terdiri atas tujuh halaman.
Halaman yang terakhir, suratnya tidak rata dan tidak
keruan, bahkan beberapa baris yang terakhir, hampir
tidak dapat dibaca lagi.
Sambil menangis, nyonya yang menjadi pemimpin Cit
Im Kauw itu membaca surat kekasihnya itu.
Pertama-tama Ban Kee Su menulis bahwa ia tidak
berniat mengganggu ketenangan dari Cit Im Kauwcu
tetapi ada sebab penting yang membikin ia mesti menulis
suratnya ini. Ia telah mendapat tahu bahwa Pektok
Sinkun yang sedang malang melintang di dalam dunia
Kangouw sebenarnya ialah itu laki-laki yang dulu hari ia
telah menemukannya di rumah Im Oen Giok di
Biauwkiang, wilayah suku bangsa Biauw. Katanya meski
Pektok Sinkun muncul di dalam dunia Kangouw, belum
pernah ada yang melihatnya dia berada bersama-sama
Oen Giok, maka itu, meski ia tidak tahu duduknya hal
yang benar, ia percaya Oen Giok tidak rela menikah
dengan dia itu. Pula, beberapa orang yang mengenal
Pektok Sinkun, belum pernah mereka mendengar Pektok
Sinkun sendiri mengatakan dia telah mempunyai isteri.
Justeru sekarang Pektok Sinkun dibenci kaum Kangouw,
karena ia kuatir Oen Giok nanti kerembet-rembet, ia mau
mengasi ingat agar kekasih ini berlaku waspada.
Yang kedua, Ban Kee Su menulis tentang dirinya
sendiri. Ia kata ketika ia telah mengetahui Oen Giok
sudah menikah dan mempunyai anak, ia ingin tidak
875 menikah untuk selamanya. Tapi ialah putera satusatunya
dan ayahnya menghendaki turunan, maka itu,
untuk tidak membikin ayahnya berduka, ia terpaksa
menikah, dengan seorang nona gagah dari partai
Cengshia Pay, namanya Liu Siang In. Sebelumnya
pernikahan dirayakan, ia bilang, ia sudah berbicara
dengan Liu Siang In tentang perhubungannya dengan Cit
Im Kauwcu. Itulah untuk mencegah terjadinya salah
paham di belakang hari. Nyata Siang In dapat dikasi
mengerti, bahkan dia bersimpati. Ia menulis, ia menikah
untuk memenuhi keinginan dan pengharapan ayahnya,
tetapi setelah hidup sebagai suami isteri, ia mendapat
kenyataan isterinya itu sempurna di dalam segala hal.
hingga sendirinya ia menjadi menyintainya. Karena ini ia
menginsafi, ia menyesal, Cit Im Kauwcu sebaliknya telah
menikah dengan seorang suami yang tidak tepat. Karena
itu katanya, ia sering mengingat dan memikirkan kekasih
itu. Dalam halaman ketiga, Kee Su menerangkan bahwa,
setelah ia dapat membaca beberapa buah kitab, ia
menginsafi bahwa hubungan di antara pria dan wanita
tidak cuma berbatas pada soal menjadi suami dan isteri
saja Masih ada hubungan lainnya. Ia menulis, karena Ci
Hee Tojin sudah menutup mata, Cit Im Kauwcu boleh tak
usah menguatirkan siapa juga, sedang Pektok Sinkun,
jangg seumur hidupnya merantau saja, sama juga telah
mensia-siakan isterinya. Maka ia tanya, kalau Cit Im
Kauwcu setuju, ia dan isterinya senang sekali
menyambut dan menerima dia untuk tinggal bersamasama
di rumahnya Isterinya. katanya, suka memandang
dan memperlakukan dia sebagai kakak. Ia kata, oleh
karena sama-sama sudah berusia lanjut, asa) mereka
876 tinggal bersama dengan memakai aturan sopan santun
dan berlaku jujur satu pada lain. maka tak usahlah
mereka memperdulikannya umpama kata ada omongan
kurang bagus dari pihak orang luar. Ia memberi nasihat
supaya dia jangan berpandangan cupat, hingga dia bisa
menjadi terus hidup sepi dan menderita.
Dalam halaman ke empat. Kee Su menuturkan hal
isterinya, Liu Siang In. sudah berangkat untuk mencari
dia. Ia kata, isterinya telah mendapat tahu bahwa ia
senantiasa memikirkan dia maka isterinya itu
menyarankan untuk si isteri sendiri pergi mencari dia,
untuk mengajak dia dan anaknya tinggal bersama-sama
di gunung Ngobie San. Setelah memikir masak-masak, ia
menerima baik saran isterinya itu, yang lahargakan.
Maka sayang sekali, isterinya telah datang terlambat
beberapa hari, ialah Cit Im Kauwcu keburu pergi
meninggalkan Biauwkiang. Terpaksa isteri itu pulang
dengan tangan kosong, sebab tak ketahuan ke mana
perginya Kauwcu dan anaknya itu.
Membaca sampai di situ. bukan main terharunya Cit
Im Kauwcu. Ia sangat bersyukur kepada Kee Su dan Liu
Siang In. Terutama ia menghargakan dan mengagumi
Siang In. yang demikian polos dan baik hati. Sukardicari
isteri yang tidak jelus dan tidak cemburu seperti Siang In
itu. Halaman ke lima dari suratnya Kee Su itu menulis hal
isterinya, sehabisnya si isteri pulang dengan tangan
kosong itu. Katanya, Siang In itu, meski tidak berhasil
menemui dia, telah mendengar banyak kabaran
mengenai dirinya, terutama mengenai dia telah
dipersakiti Pektok Sinkun, bahwa dia lagi membangun Cit
Im Kauw. Ia kata ia bersusah hati mendengar warta itu.
877 Ia menyatakan kekuatiran, karena kedukaannya, Cit Im
Kauwcu nanti menuruti panas hatinya dan nanti tersesat
karenanya. Ia percaya Cit Im Kauwcu bermaksud baik
membangun Cit Im Kauw tetapi ia kuatir maksud itu
nanti salah diterima oleh kaum Rimba Persilatan. Maka
itu, lagi sekali ia minta Oen Giok berlaku hati-hati.
Di dalam halaman ke enam, Kee Su menulis sesudah
ia sendiri kena dibikin celaka. Huruf-huruf suratnya itu
besar-besar, ditulisnya seperti cara sembarangan saja.
Kertasnya itu bertanda bekas kena darah. Dengan
menahan kesedihannya, Cit Im Kauwcu membaca surat
itu. Ia telah mesti mengucurkan air matanya. Di situ Kee
Su menuturkan jelas bagaimana ia mengalami
kecelakaannya itu.
Lantas di halaman yang terakhir, Kee Su meminta
maaf kepada kekasihnya. Ia menulis, selama beberapa
puluh tahun, ia senantiasa memikirkan kekasihnya itu. Ia
menyesal, selagi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk si
kekasih, sekarang ialah yang ingin minta pertolongan. Ia
kata ia percaya Oen Giok suku menilik puteranya, maka
tak usahlah ia menulis banyak-banyak. It mengutarakan
kekuatiran bahwa anaknya, yaitu Thian Peng, nanti
terburu napsu hendak menuntut balas. Itulah berbahaya
dan mungkin berarti mengantarkan jiwa secara sia-sia.
Karena itu, ia telah kasih mengerti pada anaknya,
sebelum anak ini menuntut balas, untuk si anak mencari
dulu ini kekasih. Maka ia minta Oen Giok suka
mengendalikan anaknya itu. Ia menulis, soal pembalasan
ada soal kedua, yang utama ialah agar Thian Peng dapat
dididik menjadi seorang anak yang berharga.
Air matanya Cit Im Kauwcu membasahkan lembaranlembaran
surat kekasihnya itu. Ia berduka, ia pun
878 bersyukur kepada Kee Su, yang tidak saja menyintai ia
tapi pun sangat mempercayainya. Di lain pihak, ia
bersyukur kepada Liu Siang In, isteri Kee Su dengan
siapa ia belum pernah bertemu. Sungguh baik Siang In
itu. Karena ia menangis dan air matanya terus mengalir,
tiba-tiba Cit Im Kauwcu seperti melihat Ban Kee Su
berada dihadapannya, atau di lain saat ia melihat si anak
muda, ialah Thian Peng puteranya Kee Su itu. Ia
menyusut air matanya, ia rangkul anak muda itu.
"Anak yang baik!" katanya, suaranya parau. "Sudah
tiga tahun kau mencari aku, akhirnya kau
menemukannya juga. Aku berterima kasih kepada Thian,
yang telah mempertemukan kita ini. Kau telah kehilangan
ayah dan ibumu, maka itu, jikalau kau tidak merasa
terhina kau panggillah mama padaku!"
Thian Peng juga bermandikan air mata. Ia berlutut di
depan nyonya itu, untuk paykui tiga kali, untuk
memanggil: "Mama!" Kemudian dengan menghadapi Im
Siu Lan, ia memanggil: "Enci!"
Dengan masing-masing sebelah tangannya, Cit Im
Kauwcu mencekal kedua anak itu, dengan air mata masih
belum kering, ia tertawa, tertawa berduka. Untuk sedetik
itu, terbukalah hatinya
Tengah nyonya ini bersedih berbareng girang itu, tibatiba
ia mendengar suara tertawa yang nyaring dan tak
enak nadanya, yang membikin telinganya sakit. Ia pun
kaget, sebab ia mengenali suara tertawa itu. Tanpa
merasa, tubuhnya menggigil. Dengan sebal ia berlompat
bangun. 879 "Kau masih mempunyai muka untuk bertemu dengan
aku?" ia menegur, tajam.
Tidak heran kalau Cit Im Kauwcu menjadi kaget,
hatinya tegang dan bergusar itu. Orang yang tertawa itu,
yang datang secara sekonyong-konyong kepada mereka
ialah Pektok Sinkun.
Im Siu Lan lantas saja mengerti apabila ia melihat
sikap ibunya itu. Ketika ia masih kecil, ibunya memuji
kepadanya tentang ayahnya seorang baik sekali, bahwa
katanya ayahnya itu sudah lama meninggal dunia. Ia
sangat berduka untuk ayahnya itu. Nyata sekarang,
ayahnya itu hanya chayalan ibunya, sebab itu
sebenarnya ayah si anak muda di sisinya ini. Sedang
ayahnya yang sejati adalah ini orang yang baru datang,
yang datang-datang mengejek ibunya itu. Maka ia pun,
sendirinya tubuhnya menggigil. Ia sampai tidak berani
memandang ayah itu, sedang hatinya ingin sekali ibunya
terus dapat mendustai padanya..
Pula nona ini, tanpa merasa sudah mencekal keras
tangan si anak muda, tangan siapa dingin bagaikan es,
sedang matanya Thian Peng dengan berapi diarahkan
kepada Pektok Sinkun. Mulut pemuda itu bergerak tetapi
Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak ada kata-kata yang keluar.
Thian Peng pun segera mengenali si orang Biauw,
yang kemarin ini sudah melukai ia dengan asap obat
"Keebeng Ngokouw Toanhun hio," hingga ia terluka
parah. Ia gusar bukan kepalang. Tapi, kapan ia melihat
sikapnya Cit Im Kauwcu dan puteri, ia lantas dapat
membade duduknya hal. Benar ia tidak dapat mendengar
pembicaraan ibu dan anak tadi-sebab ia tengah tak
sadarkan diri --- akan tetapi ia dapat menerka Pektok
880 Sinkun ini ialah "suami" --- nya Cit Im Kauwcu atau
"ayah"-nya Im Siu Lan.
Pektok Sinkun berdiri menghadang di ambang pintu.
Di situ ia mengasi dengar suaranya yang tak enak
didengar itu, yang menyeramkan. Dengan matanya yang
tajam, ia mengawasi ketiga orang dihadapannya, akan
paling belakang memandang tajam kepada Cit Im
Kauwcu. "Beberapa hari yang lain aku telah mengutus Couw
Thian Yauw menemui kau," ia berkata, "kesudahannya
kau usir padanya! Sekarang aku datang sendiri padamu,
untuk menjengukmu! Tentang maksud kedatanganku ini,
kau tentunya telah mengerti, bukan?"
Cit Im Kauwcu membungkam, tetapi dengan matanya,
ia mengawasi Pektok. Ketika sinar mata mereka bentrok,
diam-diam, sendirinya, tubuh Pek To menggigil. Dalam
murkanya, sinar mata nyonya itu bengis sekali. Ia
menetapkan hati, lantas ia mengalihkan pandangan
matanya ke arah Siu Lan.
"Dia mirip sekali dengan kau semasa kau masih
muda!" katanya sesaat kemudian. "Ah kalau diingat
urusan dulu-dulu itu, aku menyesal... Sekarang aku mau
minta supaya kau suka memberi maaf padaku." --- Eh,
aku ini ialah ayahmu, kau tahu tidak?" Kata-katanya yang
paling belakang ini ia tujukan kepada Siu Lan kepada
siapa ia berpaling.
Siu Lan mundur satu tindak, ia menyingkir dari sinar
mata ayahnya itu.
"Aku tidak kenal kau!" katanya tajam, "Aku tidak
mempunyai ayah! Ayahku sudah lama mati!"
881 Berbareng dengan itu, Cit Im Kauwcu juga
membentak bengis: "Jikalau kau ingin aku
mengampunimu, lekas kau pergi dari sini!"
Muka Pektok Sinkun menjadi pucat tapi hanya
sejenak, lalu ia tertawa menyeringai. Kali ini sinar
matanya jatuh kepada Ban Thian Peng, yang
dipandangnya sekian lama.
"Bocah ini sangat mirip dengan Ban Kee Su!" katanya
dingin, tertawa mengejek. "Haha! Kamu. ibu dan anak,
agaknya akrab sekali hubungan kamu! Hanya sayang,
kau, kau tidak dapat menjadi ibunya!"
"Kau ngaco!" bentak Cit Tm Kauwcu. "Lekas pergi!"
"Hm, kau takut aku menyebut-nyebut kekasihmu!"
kata Pektok Sinkun. "Anak Ban Kee Su sudah sebesar ini,
kau takuti apa lagi" Apakah cintamu masih belum
padam" Baiklah! Sekarang hendak aku mengulangi
pertanyaanku dari dua puluh tahun yang lalu itu! Kau
sebenarnya ingin mengikuti aku atau mengikuti Ban Kee
Su?" Amarah Cit Im Kauwcu sampai dipuncaknya. Ia maju
setindak, matanya mendelik seakan-akan hendak
meloncat keluar. "Bukankah Ban Kee Su mati dibunuh
orang atas perintahmu?" tanyanya.
Pektok Sinkun agaknya terkejut.
"Apa" Apakah Ban Kee Su sudah mati?" dia balik
bertanya. "Oh, kiranya bocah ini datang padamu untuk
menyampaikan berita!"
882 "Apakah benar-benar kau belum tahu?" Cit Im Kauwcu
menegas. "Kau menuduh aku, tidak, tidak bisa aku mengatakan
apa-apa," kata Pektok Sinkun.
Kauwcu itu ragu-ragu. Ia maju pula selangkah.
"Taruh kata benar bukan kau yang membunuh Ban
Kee Su," katanya dingin, "tetapi terhadap anak Kee Su
itu kau menurunkan tangan begini jahat, apakah kau
masih dapat dihitung sebagai manusia?"
"Jikalau aku tidak memandang mukamu, siang-siang
sudah kumampuskan bocah ini!" kata Pektok Sinkun
sambil tertawa dingin. "Apakah kau tidak mau menerima
kebaikan hatiku ini" Coba kau pikir! Jikalau aku hendak
membinasakan dia, dapat aku menggunakan pukulan
Kiuyang Tokciang! Kenapa aku mesti menggunakan
pukulan ini yang meminta waktu dua belas jam barulah
racunnya bekerja?"
Pektok Sinkun mengetahui, bahwa Cit Im Kauwcu
berada di tempat yang berdekatan tetapi ia belum
mengetahui tempat kediamannya yang pasti, maka ia
menggunakan pukulannya itu yang dapat diperlambat
kehebatannya Ia yakin, bahwa selekas Ban Thian Peng
terluka, bocah itu pasti akan membakar hionya guna
memohon pertolongan Cit Im Kauwcu, supaya dengan
begitu dapat ia menguntit si bocah, untuk menemui
isterinya itu. Ternyata bahwa siasatnya telah
memberikan hasil.
Cit Im Kauwcu berpikir. Ia pun lantas mengerti.
"Kalau begitu kau jadinya bersungguh-sungguh hati
hendak menemui aku!" katanya. Ia pun tertawa dingin.
883 "Benar! Apakah kau masih tidak percaya?" Pektok
Sinkun menegaskan.
Cit Im Kauwcu tiba-tiba menudingnya.
"Bagus betul!" katanya, gusar. "Dengan menggunakan
cara busuk ini kau mencari aku dan kau masih
mengharap aku menggubris padamu! Kau mau pergi
atau tidak" Jikalau kau tidak pergi, jangan kau sesalkan
aku keterlaluan!"
Pektok Sinkun juga menjadi gusar.
"Bagus ya!" katanya diiringi tertawa dingin. "Ban Kee
Su sudah mampus, sekarang kau masih kesudian
merawat anaknya yang piatu! Sungguh kau harus
dikagumi! Kau harus dipuji! Hanya aku tidak tahu, kau
menggunakan hak apa, maka kau hendak menjadi janda
Ban Kee Su" Baiklah, sekalian saja aku mampuskan
bocah ini! Aku hendak lihat kau dapat bikin apa!"
Menyusul perkataanya itu, Pektok Sinkun melompat,
tangannya menyamber ke batok kepala Ban Thian Peng.
Cit Im Kauwcu tengah gusar bukan kepalang, seluruh
tubuhnya sampai bergemetar, maka betapa kagetnya
ketika itu, melihat kejadian itu. Ia pun tidak bersedia
sama sekali. Ia benar gesit, hendak ia menolong bocah
itu, tetapi ia sudah agak terlambat, maka ia hanya
berpikir: "Jikalau Ban Thian Peng mati di tangannya, aku
akan membunuhnya supaya dia mengganti jiwa!..."
Pada detik yang sangat berbahaya itu, selagi tangan
Pektok Sinkun hampir mengenai batok kepala Thian
Peng, mendadak dia menjerit hebat, tangannya itu
menyamber ke samping, hanya beda tiga dim atau
sasarannya tentu sudah hancur berantakan!
884 Tepat berbareng dengan itu, tubuh Cit Im Kauwcu
mencelat ke depan, tangannya turut melayang.
Pektok Sinkun melompat mundur.
"Sungguh lihai!" serunya. "Hanya kau lupa, meski
benar ilmu silatmu lebih lihai daripada ilmu silatku tetapi
aku masih mempunyai daya lain untuk membikin kau
mampus!" Ketika Pektok Sinkun menyerang Ban Thian Peng,
tiba-tiba ia merasakan tangannya sakit seperti disengat
tawon, karenanya, serangannya itu menjadi gagal
mengenai sasarannya. Ia menduga bahwa ia dibokong
Cit Im Kauwcu. Ketika ternyata ia bukannya terkena
racun, hatinya menjadi lega. Meski demikian amarahnya
tidak jadi berkurang, maka ia telah mengeluarkan katakatanya
itu. Juga Cit Im Kauwcu tidak kurang herannya Sebab
bukannya ia yang membokong suaminya itu.
Sesungguhnya ialah Liong Kiam Hong yang sudah
menyerang dengan sebatang jarumnya, jarum Bweehoa
ciam, untuk menolong jiwa si pemuda she Ban,
Sebenarnya, dengan kelihaiannya, Cit Im Kauwcu harus
mengetahui itu, tetapi pada saat itu ia tengah
memusatkan perhatiannya kepada Pektok Sinkun dan
Ban Thian Peng, dan menjadi lengah juga. Ia tidak
menyangka bahwa di antara mereka ada Nona Liong itu,
yang bersembunyi.
Dalam gusarnya itu, Cit Im Kauwcu berkata dengan
bengis: "Jikalau kau berani mengganggu sehelai saja
rambutnya, jikalau bukannya aku yang mati, tentulah kau
yang mampus! -- Sebenarnya tiada niatku membunuhmu
885 dengan tanganku sendiri, tetapi jikalau kau lagi sekali
melakukan perbuatan yang menentang pri kemanusiaan,
terpaksa aku mesti menjalankan pesan terakhir dari
suhu!" Wajah nyonya ini telah dirusak Pektok Sinkun. dari
cantik dia menjadi jelek sekali, sekarang dia tengah
marah hebat, romannya yang jelek itu menjadi jelek luar
biasa. Pektok Sinkun sudah biasa akan benda atau mahlukmahluk
yang beracun, hatinya telengas. akan tetapi
sekarang, memandang Cit Im Kauwcu, hatinya gentar
juga. Diawasi demikian bengis oleh Cit Im Kauwcu, ia
mundur beberapa tindak. Ia menetapkan hati, mencoba
menyabarkan diri.
"Dua puluh tahun telah lewat, apakah masih saja kau
membenci aku secara begini?" tanyanya. "Baiklah,
anggap saja bahwa dahulu aku telah berbuat tidak
selayaknya terhadapmu, maka sekarang, hendak aku
menebus dosa. Kau mau atau tidak mendengar dahulu
kata-kataku?"
"Kau mau bicara apa lagi?" tanya Cit Im Kauwcu.
Marahnya menjadi reda sedikit, mendengar orang
hendak menebus dosa.
"Kimto Cecu telah merampas bingkisan pelbagai
propinsi, perbuatannya itu menggemparkan dunia." kata
Pektok Sinkun. "Bukankah kaupun telah mengetahui
peristiwa itu?"
"Ada hubungannya apakah peristiwa itu dengan aku?"
Cit Im Kauwcu tanya.
886 "Kimto Cecu telah merampas bingkisan itu tetapi dia
tidak mempunyai rejeki untuk mengicip
kebahagiaannya!" berkata Pektok Sinkun tertawa "Lewat
lagi sepuluh hari, semua bingkisan itu bakal berbalik
dipersembahkan kepadaku! Dengan begitu, bagaimana
dapal dikatakan tidak ada hubungannya sama kau?"
Cit Im Kauwcu tertawa -== tertawa dingin.
"Aku memberi selamat kepadamu yang memperoleh
untung besar!" katanya. "Kau telah memperoleh harta,
kenapa kau bukan pergi kepada segala sahabat babi dan
taulan anjingmu untuk mengicipinya bersama-sama"
Mengapa kau menyebut-nyebut aku?"
Pektok Sinkun tidak menunjuki kemurkaannya
walaupun dia diejek dan dicaci itu. Sebaliknya, dia
menunjuki kebanggaannya. Begitulah dia tertawa besar.
"Aku bukan cuma berharta luar biasa!" ia kata. "Aku
demikian kaya hingga kekayaanku dapat melawan
kekayaan negara! Asal kau suka baik kembali denganku,
maka kepunyaanku kepunyaan kau juga" Mana ada
pemisahan di antara kita berdua" Kau tahu, aku berniat
menghaturkan beberapa rupa permata mustika kepada
Kiauw Pak Beng si siluman tua itu, untuk berserikat
dengannya. Haha! Jikalau aku telah bersekutu
dengannya, maka dapatlah aku malang melintang di
kolong langit ini! Aku hendak memerintah dunia
Kangouw! Tidakkah itu bagus?"
Cit Im Kauwcu menggeleng kepala. Di dalam hati
kecilnya, ia berpikir: "Ketika bermula kali aku menjadi
murid Ki Suhu, aku melihat dia ini, meskipun dia sangat
gemar sama penghidupan mewah, dia masih dapat
dibilang seorang Biauw yang sederhana, maka di luar
887 dugaan sekali, setelah dia bergaul dengan Bang Thong
dan seterunya yang buruk, dia turut menjadi busuk, hari
lewat hari, bathinnya menjadi bertambah rusak, dan
sekarang, karena bujukannya harta dunia, dia menjadi
berani melakukan segala macam kejahatan, hingga dia
tidak dapat ditolong lagi... Sungguh sayang!"
Habis berpikir begitu, Cit lm hendak mengejek, tetapi
Pektok Sinkun mendahului ia. Sembari tertawa Pektok
berkata: "Aku dengar kau hendak membangun agama Cit
Im Kauw, dengan begitu, hartaku ini dapat membantu
usahamu itu! Pendek, kau mau uang, uang ada! Kau mau
orang, orang tersedia! Kita suami isteri, kita bekerja
sama, sedang di luar kita, ada Kiauw Laokoay si Siluman
Tua sebagai tulang punggung kita! Apakah dengan
begitu kau menguatirkan lagi yang usahamu tidak bakal
maju" Kau lihat, aku bersungguh hati hendak hidup
berbahagia denganmu. Apakah kau masih tidak puas?"
"Terima kasih untuk kebaikan hati kau ini," berkata Cit
Im Kauwcu dingin. "Mengenai bingkisan itu. baiklah aku
omong terus terang bahwa aku pun pernah memikir
untuk memilikinya. Hanya, kalau dengan bingkisan itu
kau mengharap keampunan dari aku, biarnya semua itu
kau tumpuk di depanku, hatiku tidak akan tergerak
sedikit juga, mataku tidak akan meliriknya!"
Pektok Sinkun pernah mendengar dari Yang Cong Hay
Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bahwa Cit Im Kauwcu telah menerima ajakannya Cong
Hay untuk membantu Kiauw Pak Beng merampas
bingkisan, meski benar usaha itu gagal, itu telah
menunjuki keinginannya Cit Tin memiliki bingkisan itu,
karena ini sekarang, sengaja dia menyebut-nyebut soal
bingkisan, guna memancing hati si nyonya, maka adalah
di luar sangkaannya, tawarannya itu telah ditolak,
888 bahkan Cit Im Kauwcu bicara demikian pasti, bagaikan
pantek paku! Ia menjadi melengak, ia mengasi lihat
roman lesu. "Kau tidak mau baik kembali denganku, aku tidak
memaksa," katanya, perlahan. "Sekarang kau ijinkanlah
aku membawa anakku..."
Cit Im Kauwcu tertawa dingin.
"Kau tanya sendiri padanya, dia suka turut kau atau
tidak!" jawabnya.
Im Siu Lan menangis mendadak, ia lari menyelindung
di belakang ibunya itu.
"Tidak, ibu, aku tidak mau berpisah dari kau!"
katanya. "Kau dengar, bukan?" kata Cit Im pada laki-laki di
depannya. "Anakku ini telah bersatu padu denganku, dia
tidak sudi ikut kau! Maka pergilah kau sendiri!"
Pektok Sinkun menghela napas.
"Kamu masih belum mendapat tahu hatiku," katanya
menyesal. "Aku hendak mengajak anak kita untuk
kebaikannya kita sendiri! Aku telah mencarikan dia
seorang mentua yang jempolan!"
Mendadak Cit Tin Kauwcu menjadi gusar.
"Dialah anakku!" dia membentak. "Kau berani lancang
mengatur jodohnya" Tidak, aku tidak man memberi
ijinku!" "Kau dengar dulu aku menyebutkan keluarga itu
keluarga siapa, baru kau mengambil keputusanmu, masih
889 belum lambat," kata Pektok Sinkun. "Kenapa kau lantas
main berkeras saja?"
"Baiklah, kau sebut keluarga siapa itu!" kata Cit Im.
"Aku memilihkan dia puteranya Kiauw Pak Beng,"
sahul Pektok Sinkun. "Kiauw Pak Beng ialah orang nomor
satu, paling gagah di kolong langit ini dan puteranya
muda dan gagah juga! Syukur pula yang dia pun tidak
mencela kita! Kau bilang, keluarga seperti keluarga itu. di
mana kau hendak mencarinya lagi?"
Mendengar jawaban itu, Cit Im Kauwcu mengasi
dengar "Hm!" berulang-ulang. Di dalam hatinya, ia pikir:
"Oh, kiranya dia mau gunai anaknya untuk membaiki si
siluman tua she Kiauw itu! Aku tadinya menyangka dia
benar-benar menyayangi si Lan. bahwa dia masih
mempunyai kecintaan di antara ayah pada anaknya..." Ia
tertawa dingin.
"Kau tertawakan apa?" Pektok Sinkun tanya
mengawasi. Dia heran. "Mustahilkah kau tidak puas
terhadap keluarga semacam itu?"
"Si Lan jauh lebih bersemangat daripada kau!" kata Cit
Im Kauwcu, tertawa dingin. "Kau hendak membaiki si
siluman tua she Kiauw itu, kau menganggap anaknya itu
sebagai mustika! Sebaliknya, si Lan tidak memandangnya
sebelah mata! Kau tahu. Le Kong Thian pernah datang
sebagai wakil majikannya untuk melamar si Lan, jikalau
aku suka menerima baik, perlu apa aku menunggu
sampai sekarang kau yang membicarakannya?"
Pektok Sinkun heran dan mendongkol.
"Ha, jadinya kau telah menolak dia!" katanya keras.
890 "Biarnya aku mati, tidak aku nikah anaknya Kiauw Pak
Beng!" berseru Siu Lan, suaranya tajam. "Sampaipun
namanya, tak sudi aku mendengarnya!"
"Kau telah dengar, bukan" kata Cit Im Kauwcu,
menyambungi puterinya. "Apa lagi kau hendak bilang"
Lekas kau pergi!"
Pektok Sinkun menjadi sangat lesu, dia berdiam sekian
lama. Sesaat kemudian, mendadak dia tertawa.
"Baiklah," katanya, "anak ialah kau yang merawat
sampai besar, biar kau yang berkuasa atas dirinya. Tapi
dalam satu hal lainnya, kau tidak dapat berkuasa terus.
Mari, mari, kau dengar! Di antara kau dan aku sudah
tidak tidak ada soal suami dan isteri lagi, sudah tidak ada
ayah dan anaknya pula, maka itu, mari kita jual beli
dalam lain urusan. Kau setuju, bukan" Urusan ini besar
faedahnya untukmu!"
Cit Im Kauwcu muak akan tetapi ia menyabarkan diri.
"Coba kulihat apakah maunya dia?" pikirnya.
Kemudian ia tanya: "Urusan apakah itu" Kau bilang!"
Pektok Sinkun maju satu tindak.
"Aku mau bicara dari hal warisan kitab Pektok Cinkeng
dari guru kita almarhum!" kata ia. "Bukankah kitab itu
berada di dalam tanganmu?"
Mendengar orang menyebut gurunya, Cit Im Kauwcu
sudah gusar bukan main. Tapi ia masih menguasai
dirinya. "Benar, kitab itu ada di tanganku," sahutnya tenang.
"Kenapa?"
891 "Menurut pantas, akulah si murid kepala, sedang kau,
kaulah murid yang masuk setengahjalan," berkata Pektok
Sinkun, "maka itu, kitab warisan suhu itu, seharusnya
mesti berada di tanganku. Akan tetapi aku mengingat
hubungan kita sebagai suami isteri, selama dua puluh
tahun, tidak pernah aku minta itu dari kau Sekarang lain!
Sekarang kau sudah memutuskan hubungan suami isteri,
maka kitab warisan itu mesti dikembalikan padaku! Tentu
sekali, aku tidak suka kau mengembalikannya dengan
tangan kosong! Aku bersedia menyerahkan padamu
separuh dari semua bingkisan yang didapat olehku!"
Sekarang mengertilah Cit Im akan maksud sejati dari
Pektok Sinkun. Jadi orang sebenarnya mengarah kitab
warisan itu! Tadinya, meski ia sangat membenci, sebab
Pektok bicara sabar dan menyatakan suka menebus
dosa, ia mendapat kesan lain, ia menyangka orang
benar-benar menyesal. Nyatanya semua itu palsu belaka!
Dalam murkanya, nyonya itu tertawa lebar.
"Haha, kau sungguh baik hati!" katanya. "Kau
membilang kitab itu harus dimiliki kau, habis sekarang
kau hendak menukar itu dengan harta besar! Benarkah
itu?" Hebat tertawanya si nyonya, Pektok Sinkun merasai
telinganya mendengung, dia merasai bulu romanya pada
bangun. Selagi tertawa itu, Cit Im Kauwcu maju dua tindak.
"Kau mau apa?" membentak Pektok Sinkun, kaget. Dia
heran. Lama Cit Im Kauwcu tertawa, lantas ia berhenti.
892 "Aku tidak sangka kau masih mempunyai muka untuk
menagih kitab warisannya suhu padaku?" ia berkata
dingin. "Bagaimana meninggalnya suhu" Apakah kau
mengira aku telah melupakannya?"
"Sumoay. perlu apa kau menyebut-nyebut perkara
yang lama itu?" kata Pektok. Dia sekarang memanggil
sumoay " adik seperguruan. "Bukankah suhu telah
menutup mata selama dua puluh tahun" Aku akan
memberikan kau pelbagai batu permata, untuk
seumurmu, kau akan memakainya tidak habisnya! Suhu
sendiri, kebaikan apa dia dapat memberikan kau?"
"Benar! " berkata si nyonya. "Benar suhu telah
menutup mata selama dua puluh tahun dulu! Ya, dua
puluh tahun! Tapi pesan suhu itu, sampai sebegitu jauh,
belum aku melakukannya! Sampai sekarang ini, aku
masih ayal-ayalan untuk mewujudkannya. Jikalau aku
ingat itu, hatiku tidak enak..."
"Apakah dia pesan padamu?" tanya Pektok.
mengawasi. Sinar matanya Cit Im Kauwcu menembus sinar mata
suami itu. Ia menyapu wajah orang. Kemudian ia terus
memandang puterinya. Melihat wajah puteri itu, yang
nampak ketakutan, hatinya menjadi berubah pula.
"Tentang pesan itu, lebih baik kau tak usah
menanyakannya," ia bilang, tawar.
Pektok mengawasi, ia tetap heran.
"Baik, tak usah menanyakan ya tak usah
menanyakan," ia kata. "Tapi tentang kitab warisan suhu
itu, perlu aku menanyakannya jelas. Sebenarnya, kau
hendak menyerahkan itu padaku atau tidak?"
893 Cit Im Kauwcu menjawab cepat.
"Biarnya kau tumpuk permata dari kolong langit ini,
kitab itu tidak dapat aku serahkan pada kau!" katanya.
Pektok menjadi gusar pula.
"Benarkah kau tidak sudi minum arak pemberian
selamat hanya lebih suka menenggak arak hukuman?"
dia tanya tegas-tegas. "Kau mengikuti suhu belum ada
satu tahun, maka itu hak apa kau mempunyai maka kau
hendak mengangkangi kitab warisan suhu" Jangan kau
mengira lantaran kau mendapatkan kitab warisan Pektok
Cinkeng itu, aku jadi tidak berdaya untuk menguasai
dirimu!" Sepasang alisnya Cit Im Kauwcu bangkit berdiri. Ia
menatap dengan sinar mata tajam dan dingin.
"Biarnya aku berguru belum satu tahun tetapi akulah
murid satu-satunya dari suhu!" ia kata nyaring.
"Apa katamu?" Pektok balas membentak. "Aku masih
belum mati!"
Cit Im Kauwcu tidak menggubris, ia berkata terus:
"Ketika suhu hendak menutup mata dia meninggalkan
pesan untuk membersihkan perguruannya! Sampai
sebegitu jauh belum dapat aku menjalankan pesan itu,
maka kalau sekarang kau tidak mari lekas pergi, aku
terpaksa nanti menjalankannya!"
Mukanya Pektok Sinkun menjadi merah padam, dia
mendelik kepada Cit Im Kauwcu, lantas dia tertawa
terbahak. 894 "Oh, begitu!" katanya. "Aku menghaturkan terima
kasih untuk kebaikan hatimu! Baiklah, lain kali aku tidak
akan datang pula padamu..."
"Begitu paling baik," berkata Cit Im seraya menghela
napas lega. Belum lagi nyonya ini menutup mulutnya, atau
mendadak tubuh Pektok Sinkun berlompat maju,
tangannya melayang, maka dua buah peluru mengenai
tepat mukanya. Peluru itu mengeluarkan suara, lantas
pecah meledak, mengeluarkan pula sinar dadu yang
berkeredepan. Berbareng dengan itu, sebelah tangannya
Pektok menyamber terus melakukan penyerangan.
Nyatalah, kelakuannya Pektok barusan akal muslihat
belaka, untuk membikin Cit Im Kauwcu tidak bercuriga
apa-apa, hingga leluasa ia melakukan pembokongannya
itu. Menyusuli itu juga terdengar suara "Buk!" dan
tubuhnya Pektok mental. Hanya, di depan ia, tubuh Cit
Im Kauwcu pun lantas roboh perlahan-perlahan seperti
ambruknya pohon tua.
Dengan tertawanya yang menyeramkan, Pektok
berkata: "Biarkah kau pergi ke dalam tanah untuk
mengadu kepada setan she Ki si tua bangka!"
Di saat itu, belum sempat Pektok berdiri tegak, Im Siu
Lan dan Ban Thian Peng sudah berlompat menerjang
padanya. Hanyalah, karena pukulan hebat atas diri
ibunya itu, gerakan si nona menjadi kurang gesit, dia
kalah sebat dari Thian Peng.
895 "Lekas mundur!" membentak Pektok Sinkun kepada si
nona, berbareng dengan mana dua buah antingantingnya
melesat menyamber.
Berbareng dengan itu, tubuhnya Cit Im Kauwcu
berlompat bangun sambil dia berteriak: "Kau lepaskan ini
dua anak!"
Entah dari mana datangnya tenaganya, Cit Im Kauwcu
dapat berlompat bangun, lalu ia berlompat pula, tetapi ia
toh terlambat. Di depan ia. asap buyar, kedua buah
anting-anting sudah menyamber ke arah mukanya Thian
Peng. Itulah serangan yang membikin Cit lm Kauwcu kaget
dan melakukan tindakannya yang nekat itu. Ia tahu,
anting-anting itu ada racunnya, bahkan adukan dari tiga
belas macam racun yang lihai, hingga siapa terkena itu,
jangan harap jiwanya dapat ditolong. Ia sendiri, karena
lukanya itu, tidak dapat segera memberikan pertolongan.
Ia lantas roboh pula, roboh sambil mengeluarkan jeritan
yang menyayatkan hati.
Di saat sangat tegang itu. selagi Ban thian Peng
menghadapi bahaya maut, di situ terdengar suara
tingtong dua kali, disusul sama jeritan dahsyat dari
Pektok Sinkun! Cit Im Kauwcu sudah seperti pingsan ketika ia
mendapat dengar jeritan orang, mendadak ia seperti
memperoleh semangat pula, maka ia dapat membuka
matanya. Karena ini juga ia mendapatkan di depannya
berdiri seorang nona yang masih sangat muda dan
cantik, sedang Pektok Sinkun rebah di dekatnya.
Mendadak ia berseru: "Ai, Nona Lion
Golok Halilintar 11 Golok Halilintar Karya Khu Lung Pendekar Bayangan Setan 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama