Ceritasilat Novel Online

Kisah Pedang Bersatu Padu 7

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Bagian 7


enjagai. Si opsir pun membentak kawanan berandal,
453 yang dikatakan kurang ajar. Ia memutar tombaknya,
untuk meruntuhkan tiga batang anak panah yang
dilepaskan Beng Ki. Nyata ia ada terlebih lihai daripada
kawannya yang roboh itu.
Di dalam rombongannya Beng Ki ada salah satu jago
Kwantong, yaitu Pok In Peng. Dia ini lantas
menghampirkan si opsir, untuk menyerang dengan
pedangnya. Opsir itu melayani, tetapi baru beberapa
jurus, ia sudah terlempar jatuh dari kudanya, yang kena
terpanah Beng Ki, belum ia sempat berlompat bangun,
ujung pedangnya In Peng sudah menembusi dadanya,
merampas jiwanya.
Mendadak In Peng mendengar sambaran angin di
belakangnya. Dengan sebat ia menangkis ke belakang,
sambil menangkis ia memutar tubuh. Ia merasakan
bentrokan yang berat. Lantas ia mengenali
penyerangnya, ialah seorang yang dikenal, yaitu Goei
Tay Yu asal seorang pemilik peternakan kuda di
Kwantong. Dia berada di dalam rombongan tentara,
terang sudah dia telah kena diundang menjadi pengiring
angkutan bingkisan.
Setelah bentroknya senjata mereka, Goei Tay Yu
berkata dengan perlahan sekali: "Lekas kau
menyingkirkan diri. Di dalam rombonganku ini ada orang
yang lihai luar biasa, kalau lambat, nanti sudah kasep!"
"Terima kasih untuk kebaikan kau," menjawab In
Peng. "Tapi aku bekerja untuk sahabat, untuk itu aku
tidak takut hilang jiwa. Aku pun mengharap kau
janganlah menjadi kaki tangannya pembesar negeri!"
"Pergi, lekas pergi!" kata Tay Yu seraya membanting
kaki. Iabergelisah sendiri.
454 In Peng masih mengira orang menggertak padanya,
atau mendadak ia mendengar satu seruan nyaring yang
membikin kupingnya ketulian, lalu ia melihat satu orang,
yang tubuhnya tinggi dan besar, muncul dari dalam
barisan. Orang itu, bagaikan raksasa, maju dengan
senjatanya yang berupa boneka tokkak tongjin.
Beng Ki sudah lantas menyerang pula dengan anak
panahnya. Orang itu maju terus, ia menyampok anak
panah hingga patah. Beng Ki baru menyerang tiga kali,
ketika musuh itu mendekati ia, hingga ia tidak keburu
memanah lagi, tahu-tahu ia telah dihajar hingga roboh
dengan kepada remuk!
Baru sekarang Pok In Peng kaget.
In B wee Kok dan Touw Cu Peng lantas maju
mengepung raksasa itu dengan pedang dan tombak
mereka masing-masing. Merekalah orang-orang yang
bertenaga besar. Musuh itu melawan. Lagi sekali dia
berseru nyaring, yang menulikan telinga itu, lalu
gegamannya menyampok. Lantas pedang In Bwee Kok
terlempar ke udara, dan tombaknya Touw Cu Peng
terpatah dua. In Peng mau membantu kedua kawannya, ia menikam
ke punggung musuh itu sebelum senjata orang sempat
ditarik pulang. Ia kaget tetapi ia tidak takut.
Musuh itu seperti mempunyai mata di belakang
kepadanya, ia memutar tubuhnya, membuat senjatanya
berada di depannya. Tepat pedang mengenai boneka.
Tak tahan In Peng akan bentrokan itu, pedangnya
mental balik, tubuhnya bagaikan terdampar. Ia tidak
sampai roboh sebab tubuhnya keburu ditahan In Bwee
455 Kok, hanyalah, gempuran boneka membuatnya keluar
darah pada mata, kuping, hidung dan mulutnya!
In Bwee Kok dan Touw C oe Peng tidak berani
berkelahi lagi, dengan menolongi Pok In Peng, mereka
kabur kembali ke lereng gunung.
Menampak munculnya Le Kong Thian, ialah si raksasa
dengan senjata bonekanya, Thio Giok Houw kata pada
Cit Seng Cu: "Mari kita layani binatang itu, untuk
mengempur pamornya!"
Sambil mengajak itu. Giok Houw lantas maju, hanya
baru beberapa tindak, mendadak ia mendapatkan bagian
belakang dari barisan negeri itu kacau, lalu di sana
muncul dua penunggang kuda wanita. Mengenali mereka
itu, ia menjadi heran berbareng girang. Merekalah Leng
In Hong serta orang yang ia ingin menemuinya bagaikan
ia sangat berdahaga: Liong KiamHong!
Dari dalam pasukan tentara muncul seorang sambil
berseru-seru, "Perempuan liar dari mana berani berlaku
kurang ajar di sini?" Dia mencoba memegat In Hong.
Nyonya muda ini tidak memperdulikannya, ia maju terus,
begitu keduanya datang dekat, ia menikam. Orang itu
bersenjatakan sepasang bandenng, dengan itu dia lantas
menangkis dan menyerang. In Hong berlaku sebat sekali,
ia tidak sudi memberi ketika. Setelah beruntun menikam
tiga kali, ia membikin musuh terjungkel dari atas
kudanya. Bersama punggawa itu ada dua punggawa lainnya,
yang mengiringi dia. Mereka ini terkejut, tetapi mereka
lantas maju. 456 "Serahkan mereka padaku!" berseru Liong Kiam Hong.
Dan ia bersiap.
Kedua opsir itu berpangkat chamciang dan chamciang
muda. Si chamciang maju di depan, dengan goloknya
yang besar, ia lantas membacok.
Kiam Hong berkelit, dengan lincah dia membalas
menyerang. Cuma dua kali dia menikam, pedangnya
lantas menobloskan tulang piepee punggawa itu, yang
terus roboh dari kudanya.
Si chamciang muda kaget. Celaka untuknya, belum
lagi ia bersiap sedia, si Nona Liong sudah maju
kepadanya dan dengan satu tikaman, ia kena dirobohkan
juga. Kaget dan gugup, ia sampai tidak sempat
menggunakan senjatanya.
Sampai di situ, kedua wanita itu tidak ada yang
rintangi lagi, maka sebentar kemudian, mereka sudah
mendekati Le Kong Thian. Di sini keduanya lompat turun
dari kuda mereka.
"Bagus ilmu pedang kamu" memuji si raksasa. "Nah,
kamu majulah berdua!"
Tantangan itu tidak dijawab, hanya In Hong kata
kepada kawannya: "Kiam Hong, kau berjaga-jaga, nanti
aku layani dia ini!"
Mendengar itu, Kong Thian heran. Ia berpikir: "Wanita
ini besar nyalinya! Dia mau menempur aku seorang diri!"
Tentu sekali, ia bersedia menerima tantangan. Maka
dengan satu kibasan senjatanya, ia menitahkan
tentaranya mundur, agar di situ terbuka satu kalangan
kosong. Ia lantas memandangi In Hong, terus dia
tertawa nyaring. Ia kata: "Seumurku, aku paling
457 menyayangi wanita yang cantik, maka itu awas kau akan
bonekaku ini! Umpama kata kau tidak dapat menangkis,
lepas-lekas kau memberi tanda dengan berkaok!..."
In Hong mementang lebar kedua matanya,
memperlihatkan roman keren.
"Kau cuma budaknya si bangsat tua she Kiauw, cara
bagaimana kau berani berlaku begini kurang ajar?"
bentaknya. "Lihat pedang!"
Kong Thian heran orang mengetahui tentang dirinya,
tetapi ia tidak sempat berpikir, pedang nyonya muda itu
telah tiba padanya, maka ia mengangkat bonekanya,
untuk menangkis.
Suara nyaring terdengar akibat beradunya kedua
senjata. Pedangnya In Hong mental, tetapi si nona tidak
kurang suatu apa, bahkan pedangnya, setelah mental itu,
berbalik menyerang pula, sekarang ke arah dada!
"Sungguh sebat!" Kong Thian memuji, kagum, sedang
bonekanya dikasi turun, untuk menghajar pedang berikut
pemiliknya! Di pihak Ciu San Bin, banyak orang yang kaget hingga
mereka mengeluarkan seruan tertahan. Si cantik itu
tengah terancam bahaya. Tapi Thio Giok Houw terus
kata pada Cit Seng Cu: "Itulah jurus yang indah!"
In Hong berkelit, sambil berkelit ia mencelatkan
tubuhnya tinggi, di waktu ia turun, ia menikam dengan
gerakan "Sinengtianci" atau "Garuda sakti mementang
sayap." Cit Song Cu melihat jurus itu, ia heran, hingga ia
berkata di dalam hatinya: "Itu toh jurus pedang biasa
458 dari Butong Pay Apakah indahnya?" Terus ia memasang
mata. Hanya sejenak, imam dari Butong Pay ini menjadi
kaget dan heran, hingga ia melengak. Ia mengatakan
jurusnya nyonya muda itu jurus biasa dari ilmu silat
Butong Pay, partainya, akan tetapi kesudahannya
dahsyat sekali.
Le Kong Thian bertenaga besar dan lihai, dia
nampaknya sangat gesit, tetapi dia kalah gesit dari In
Hong. Ujung pedang nyonya muda itu telah mendahului
mampir tepat di pundak, yang menjadi sasarannya!
Pundak itu memakai baju lapis tapi baju lapis itu kena
dibikin tembus. Hanya syukur untuknya, dia masih
sempat berkelit mendak, jikalau tidak, mestilah
pundaknya itu bolong.
Kalau jago Butong Pay itu heran, Le Kong Thian heran
berbareng gusar sekali. Dia pun mulanya menyangka
orang menggunakan junis yang biasa dari Butong Pay
itu, tak tahunya, digunai si nyonya muda, jurus itu
menjadi lihai sekali. Dalam murkanya, Kong Thian lantas
menyerang saling susul dengan sengit sekali. Ia
mendongkol dan penasaran. Maka tidaklah heran kalau
bonekanya mendatangkan suara angin mendesir-desir,
hingga ada pasir dan batu halus yang berterbangan.
Diserang secara dahsyat itu, Nyonya Hok Thian Touw
mengasi lihat ketenangan dan kelincahannya, ia berlaku
sabar tetapi gesit. Ia selalu menyingkir dari setiap
hajaran boneka, ia pun senantiasa menggunakan ketika
untuk membalas menyerang.
Menyaksikan kepandaian nyonya muda itu. Giok Houw
kagum dan berkata di dalam hatinya: "Pantas pada
459 delapan atau sembilan tahun yang sudah suhu memuji
tinggi kepada Hok Thian Touw, bahwa dipercaya dia di
belakang hari bakal menjadi pembangun dari satu partai
persilatan baru, lihat saja sekarang, isterinya pun sudah
begini lihai. Kalau Thian Touw juga datang ke mari,
sudah pasti kita bakal menang!"
Benar hebat pertarungan itu. Cepat sekali mereka
telah melalui seratus jurus.
Le Kong Thian lihai, dia kuat dan ulat, meskipun
senjatanya berat, dia tidak nampak letih. In Hong, yang
tubuhnya enteng dan gesit, yang pedangnya lihai, tidak
kalah ulatnya. Maka bertarunglah mereka dengan sein.
Kong Thian tidak kalah, akan tetapi sekarang, dia tidak
dapat berlaku garang lagi sebagai semula Dia tidak kalah
tetapi dia dipaksa mengambil sikap membela diri!
Thio Giok Houw menonton pertarungan dengan
matanya tak lepas dari keadaan di sekitarnya. Selagi
pertarungan berjalan seru itu, ia menampak perubahan
di belakang pasukan negeri. Ia lantas memasang mata Ia
tidak usah menanti lama akan mendapat kenyataan di
mulut selat telah muncul sepasukan wanita, bahkan ia
lantas mengenali yang menjadi pemimpinnya, ialah ke
empat budaknya Liong Kiam Hong: Ceng Heng, Hee Hoo.
Ciu Kiok dan Tong Bwee. Hanyalah pasukan wanita itu tidak maju
menerjang, mereka hanya menutup selat. Rupanya Liong
Kiam Hong telah membuat persiapannya itu, guna
memegat kalau-kalau ada bantuan tentara negeri dari
arah kota Ganbunkwan.
"Benar-benar Nona Liong adalah orang dari kaum
kita," pikir Giok Houw terlebih jauh. "Melihat
460 perhubungannya dengan In Hong demikian erat,
mungkin ilmu silatnya pun In Hong yang mengajarinya.
Kalau ini benar, adakah dia bergurau saja yang dia
bertaruh denganku dalam urusan merampas barang
bingkisan?"
Menduga begini rupa, tanpa merasa Giok Houw
tertawa sendirinya. Ia girang bahwa Nona Liong itu
bukannya musuh hanya kawan!
"Kau mentertawakan apa?" tanya Cit Seng Cu heran.
"Benar nona itu lihai ilmu pedangnya tetapi ia pun sukar
merebut kemenangan. Aku justeru berkuatir untuknya..."
Giok Houw tidak menjawab hanya ia memperhatikan.
Ia melihat Le Kong Thian, setelah sekian lama membela
diri saja, mulai mengubah sikap. Sekarang dia mencoba
membalas menyerang. Agaknya dia berlaku nekat, agar
kedua pihak sama-sama celaka. Maka hebatlah gerakgerik
bonekanya. Bagaikan perahu enteng di atas gelombang dahsyat,
demikian tubuh In Hong, yang bergerak dengan lincah
menjauhkan diri dari setiap ancaman. Maka itu, tetap
mereka berimbang kekuatannya.
Dalam keadaan tegang itu, matanya Giok Houw
digeser dari arah In Hong ke arah Le Kong Thian, atau
mendadak si raksasa itu berseru keras, sedang tubuhnya
Nyonya Hok Thian Touw mencelat mundur, untuk terus
lari naik ke lereng. Tubuhnya Kong Thian sebaliknya
mengasi lihat sinar merah...
In Hong lari ke arah Giok Houw.
"Apakah suci-mu telah datang?" dia menanya,
napasnya tersengal-sengal.


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

461 "Dia bakal lekas tiba," menyahut orang yang ditanya.
In Hong mengangguk, lantas ia duduk bersila.
"Enci Leng, kau kenapa?" Giok Houw tanya.
"Tidak apa. tidak apa" menyahut nyonya muda itu.
"Aku tidak mendapat luka di dalam. Sayang dia terluka
bukan di bagiannya yang berbahaya..."
Giok Houw mengawasi. In Hong bermandikan peluh,
uap putih menghembus samar-samar dari kepalanya. Ia
mengerti bahwa pernapasan orang berjalan tidak lurus
dan sekarang lagi disalurkan, maka itu ia tidak menanya
lebih jauh. Sebaliknya ia mengajak Cit Seng Cu turun dari
lereng, guna mencegah kalau-kalau Le Kong Thian
mengamuk. Pertempuran, yang kalui .ml.ih lantas dimulai pula.
Kelika limk Houw dan si imam tiba di kaki hukil di mulut
selat sebelah selaian iihiik nl satu pasukan serdadu. Di
sana debu mengepul naik dan bendera berkibar-kibar.
Jauh di muka pasukan iln terlihat majunya dua
penunggang kuda, yang segera dapat dikenali sebagai si
pelajar muda she Kiauw serta Chian Tiang Cun si
komandan Gilimkun.
Di pihak Ciu San Bin, Hweepin tan Cu Tay Hiong
menyambut si pelajar dengan tiga biji pelurunya yang
dipakaikan belirang. Si pelajar menyambut dengan
kipasnya. Ia girang menyaksikan musuh memperlakukan
pelurunya secara demikian. Pelurunya itu. biasanya, tidak
bisa ditanggapi dengan tangan dan tidak boleh ditangkis
juga. Baik ditanggapi maupun ditangkis, peluru itu bakal
meledak sendiri seperti petasan banting.
462 Benarlah, ketika peluru bentrok sama kipas,
terdengarlah suara ledakannya yang nyaring dan api pun
berkobar. Maka Tay Hiong girang sekali, sampai ia
bersorak. Si pelajar muda tapinya. setelah tangkisannya itu,
segera mengipas dua kali, cepat dan dengan bertenaga.
Hebat akibat kipasan itu. Api belirang bukannya
membakar dia hanya terbang balik membakar berapa
orangnya San Bin.
Tay Hiong kaget sekali, maka syukur ia tabah, lantas
ia menyerang pula berulang-ulang, bahkan di antaranya
ia melepaskan juga sebatang Coayam chian atau panah
api "Ular".
Si pelajar muda tidak takut, ia bahkan tertawa lebar.
"Segala mutiara sebesar beras pun mengeluarkan
cahaya berkilau!" katanya mengejek. Ia mengibas
kipasnya berulang-ulang, menghalau setiap peluru berapi
itu. Hanyalah, ketika panah api menyambar, meski ia
sendiri tidak kurang suatu apa, kudanya menjadi kurban
terbakar bulunya, hingga ia mesti lekas-lekas lompat
turun dari kudanya itu, demikian juga Chian Tiang Cun.
"Kalau kunjungan tidak dibalas dengan kunjungan,
itulah bukannya hormat!" berseru komandan Gilimkun
itu, yang hatinya panas. Ia lantas menyerang dengan
sebatang pusut terbangnya. Tidak tanggung-tanggung, ia
menghajar rusak bungbung peluru berapi Cu Tay Hong,
hingga bumbung itu pecah dan pelurunya pada meletus
menyala, hingga Hweesin Tan menjadi kelabakan, kepala
dan jidatnya kena terbakar api pelurunya sendiri!
463 Peklek Ciu Tong Koan Ho dan Thianloei Kiam In Bwee
Kok melihat suasana memburuk itu. mereka lantas maju.
Mereka berlaku sebat, siapa tahu, si pelajar muda lebih
sebat pula Dia ini maju sambil tertawa, belum lagi
tertawanya sirap, tahu-tahu dia sudah mendekati In
Bwee Kok, ketika pedang orang she In ini meluncur ke
arahnya, pedang itu disampok kipas dan tulang lengan
Bwee Kok kena terhajar hingga patah!
Pedang itu berat tiga puluh enam kati, waktu melesat,
ujungnya mengenai seorang opsir tentera yang baru tiba
di situ. maka opsir malang ini lantas roboh dari atas
kudanya! Tong Koan Ho menyerang sambil berseru. Dia
digelarkan Peklek Ciu, si Tangan Guntur, maka
tangannya itu lihai sekali. Si pelajar muda tidak
menangkis, ia berkelit seraya melengak ke belakang.
Anginnya serangan itu mengenai dada, membuatnya
orang sukar bernapas. Atas ini si pelajar menjadi gusar,
ia segera membalas menyerang. Koan Ho hendak
mengulangi serangannya tetapi ia ketinggalan, ia kena
tertotok, maka ia lantas roboh dengan mulut ternganga,
sebab baru saja ia hendak berseru pula membarengi
serangan gunturnya itu.
Habis itu si pelajar mengerahkan tenaga dalamnya,
untuk mengempos napasnya, yang tadi bagaikan
tertutup, setelah mana dengan merasa lega ia tertawa
lebar. Justeru itu ada sinar menyambar. Ia mengenali
sinar pedang. "Ah, mengapa ada begini banyak wanita lihai!"
pikirnya. Ia lantas menangkis dengan kipasnya. Tapi
tangkisan itu gagal, pedang menyambar pula, terus
464 beruntun beberapa kali, hingga repot ia
mengelakkannya.
Penyerang itu ialah si Nona Liong.
"Bagus!" si pelajar memuji, lalu dia tertawa pula.
"Nona yang manis, dari siapa kau pelajarkan ilmu
pedangmu ini?" Matanya yang tajam pun menatap wajah
orang, sinar matanya memain, lagaknya ceriwis sekali.
Kiam Hong murka, ia tidak menjawab hanya ia
menyerang. Ia menggunakan jurus "Naga menari-nari."
Pelajar itu kembali tertawa.
"Meski ilmu pedangmu lihai, kau tidak dapat berbuat
suatu apa terhadapku!" katanya jumawa. Sambil tertawa,
ia menggeraki kipasnya, agaknya ia ingin menempel
pedang si nona, untuk dibikin menjadi tidak berdaya.
Kiam Hong tidak sudi mengasi dirinya dipermainkan.
Seperti Leng ln Hong, ilmu pedangnya pun banyak
ragamnya. Maka ia dapat menyerang dengan pelbagai
macam jurus, sambil menyerang ia menjaga diri agar
pedangnya tidak terpengaruhkan, supaya tubuhnya tak
sampai tertotok.
Si pelajar menangkis satu serangan yang nampaknya
hebat, atau si nona mengurangi serangannya itu.
dihentikan di tengah jalan, sedangnya lawan bingung, ia
mengubah sasarannya, mendadak ia membabat ke
batang leher. Pemuda pelajar itu terkejut. Inilah di luar
dugaannya Dia sebat, dan masih sempat menangkis.
"Traang!!" kedua senjata bentrok nyaring.
465 Pedangnya Kiam Hong kena dibikin mental, meski
begitu, pelajar ini toh mengeluarkan peluh dingin.
Hampir dia gagal.
Kiam Hong pun terkejut. Pelajar itu benar-benar lihai.
Ia merasa orang lebih lihai daripada Le Kong Thian yang
bertenaga raksasa itu. Tapi ia tidak takut, ia menyerang
pula, dengan jurus berantai "Ayam emas merampas
gabah," --- "Anak walet menembusi rimba," --- "Kera
putih mencelat di cabang" dan "Burung garuda
menerkam kelinci." Inilah penyerangan sambil membela
diri. Ia tidak mau datang terlalu dekat pada lawannya itu.
Dengan cepat beberapa jurus telah dilewatkan.
"Sayang kepandaian kau ini!" kata si pelajar. "Kenapa
kau masuk dalam dunia kangouw?" Sembari berkata dia
merangsak. kipasnya dibuka dan dirapatkan bergantian
tangan kirinya meluncur dengan dilindungi kipasnya itu.
Lima jarinya kuat seperti cengkeraman. Dengan itu dia
hendak mencoba merampas pedang si nona, hingga
Kiam Hong terpaksa main mundur.
Terus pelajar itu merangsak. Satu kali ia membikin
pedang si nona mental dengan jurus kipasnya "Hujan
menindih, mega membalik." Lalu dengan perlahan ia
kata: "Baiklah kau menjadi isteriku! Nanti kita berlatih
sama-sama, untuk kemudian menjagoi dikolong langit ini
hingga menjadi tanpa tandingan!..."
Kiam Hong mendongkol sekali.
"Fui!" ia berludah seraya ia perhebat serangannya.
Pelajar itu berniat menangkap si nona hidup-hidup,
karena ini, hampir saja dia kenaterlukakan.
466 Tepat tengah si nona dikurung kipasnya si pelajar,
Giok Houw dan Cit Seng Cu tiba di antara mereka. Tanpa
ayal lagi, si anak muda menerjang dengan jurusnya
"Kuda tunggangan menerjang keluar." Dengan begitu ia
berhasil memecahkan kurungan kipas, hingga Kiam Hong
menjadi merdeka, hingga kembali dia dapat melakukan
penyerangan membalas.
Cit Seng Cu ingin membantu Giok Houw ketika ia
melihat Chian Tiang Cun. Komandan Gilimkun itu ialah
musuhnya, maka batal ia menghampirkan Giok Houw,
sebaliknya ia pergi menerjang taytongnia itu.
Thio Giok Houw dan Liong Kiam Hong, dengan ilmu
pedang mereka yang bergabung bersatu padu pernah
mengalahkan Le Kong Thian yang kuat dan lihai itu, dari
itu meski si pelajar menang seurat daripada Kong Thian,
dia pun tidak dapat berbuat banyak. Maka itu setelah
kena didesak, beberapajurus kemudian, dia mengubah
caranya berkelahi. Ialah dia main mundur ke arah
pasukan tentara.
Rupanya dia hendak memancing dua lawannya ini.
"Ke mana kau hendak kabur!" Kiam Hong membentak
seraya ia berlompat, guna memegat jalan mundur
lawannya itu, sedang Thio Giok Houw mendesak dengan
dua bacokannya saling susul, di kiri dengan jurus "Couw
Pa Ong membuka pakaian perang," dan di kanan dengan
jurus "Harimau kumbang mencuri hati."
"Hai, bocah, apakah benar-benar kau hendak
mengadu jiwamu!" ia membentak.
467 "Ya. aku menghendaki jiwamu!" sahut Giok Houw
sambil membacok, tenaganya dikerahkan dengan
Kimkong Cianlat, Tenaga Arhat.
Berbareng dengan itu, tengah si pelajar repot berkelit.
Kiam Hong menyerang, maka ia berhasil mencoblos
ujung baju orang.
Pelajar itu mendongkol, ia kata sambil tertawa dingin:
"Kamu adalah ikan-ikan di dasar jala. kamu masih belum
menginsafi kematian kamu!" Ketika itu datang serangan
dari Giok Houw dan Kiam Hong, dia menggeraki dua-dua
tangannya: dengan kipasnya dia menangkis golok Bianto
dari si anak muda, dengan tangan kiri dia menyambar
gagang pedang si nona. Dia girang sekali. Dia merasa
pasti bahwa dia bakal berhasil merampas pedang yang
tajam dari nona itu.
Sedangnya si pelajar bergirang itu, demikian juga si
nona. Kiam Hong pun lagi menggunakan tipu-tipu yang
dapat pula membahayakan dirinya. Ialah ia memancing.
Ketika tangan si pelajar tiba, ia sampok itu dengan ujung
tangan bajunya, yang dikipaskan terbalik. Ujung baju itu
mengenai belakang telapakan tangan. Itulah pukulan
Thiatsiu Kang atau Tangan Baju Besi.
Si pelajar lihai akan tetapi dia toh menjerit, bahna
sakit dan kagetnya. Itulah serangan di luar sangkaannya.
Giok Houw menyerang tengah lawan kaget itu, tetapi
si anak muda masih dapat mengelakkannya. Hanya
karena ini, dia lantas kena didesak muda-mudi itu, yang
merangsak dengan hebat, hingga dia jadi cuma dapat
main menangkis saja.
468 Pertarungan di antara Cit Seng Cu dan Chian Tiang
Cun juga menghadapi saat serunya. Tiang Cun
bersenjatakan golok model gergaji. Itulah senjata yang
diperantikan memunahkan pedang dan golok. Maka
syukur untuk Cit Seng Cu, di sebelah pedang di tangan
kanannya, di tangan kirinya ada hudtim, kebutan, kedua
gegaman mana, satu keras dan satu lembek, dapat ia
satu padukan, hingga tak usahlah ia kena didesak.
Berlangsung terlebih jauh, suasana pertempuran
nampak lebih baik di pihak rombongannya Ciu San Bin. Si
pelajar muda melihat itu. di akhirnya dia berseru keras
dan nyaring. Seruan itu mendapat sambutan dari Le
Kong Thian. yang lantas muncul pula. Tadi dia terlukakan
In Hong, luka itu tidak berbahaya, setelah luka itu
dibalut, dia dapat berkelahi pula seperti biasa. Hanya
barusan dia mau beristirahat. Maka hebat akibatnya
ketika dia maju dengan membulang-balingkan tokkak
tongjin, bonekanya itu yang berat.
Thio Giok Houw melihat majunya si raksasa, di dalam
hatinya, ia mengeluh. Siapa dapat merintangi musuh
tangguh itu sedang ia dan Kiam Hong repot memegat
pelajar yang lihai ini dan Cit Seng Cu lagi melayani Chian
Tiang Cun. Terang Kong Thian mencoba merangsak ke
arahnya. Si pelajar senang sekali, dia lantas tertawa riang.
"Le Laotoa, lekas, lekas!" demikian dia berseru. "Awas,
jangan kau loloskan ayam betina ini!" Tentu sekali dia
maksudkan Kiam Hong. Kong Thian pun tertawa, dia
menyahut: "Dialah si pemudi yang aku mengatakannya
kepada kau! Bagaimana! Tidak ada kecelanya, bukan"
Penujukah kau?"
469 Si anak muda tidak menyahut, dia repot menangkis
bacokan berantai hingga tiga kali dari Giok Houw.
Saban-saban goloknya Siauw Houw Cu kena dibikin
mental. Le Kong Thian maju terus, lagi lima atau enam
tombak, dia bakal sampai pada Siairo Houw Cu. Justeru
itu. tentara negeri mundur dengan tiba-tiba, nampak
kacau keadaannya. Di mulut selat terdengar satu kali


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suara nyaring, di sana meluncur naik panah api,
warnanya biru. Itulah pertandaan, yang lantas disambut
dengan tampik sorak dari atas dan bawah gunung,
disambut pula munculnya satu pasukan serdadu,
jumlahnya tidak besar akan tetapi tangguh, tentara
negeri itu lantas kena dilabrak berhamburan. Datangnya
pasukan itu dari lereng selatan.
Le Kong Thian terkejut. Ia tahu bahagian selatan itu
telah terjaga seribu serdadu Gilimkun. "Siapa itu yang
datang! Bagaimana dia dapat mendobolkan penjagaan
barisan Gilimkun?" Maka ia batal maju terus, ia memutar
tujuan akan menuju ke arah selatan itu. Segera ia
melihat mendatanginya seorang wanita, tapi belum lagi
ia menampak tegas, telinganya sudah lantas mendengar
deruman senjata rahasia di udara serta menampak sinarsinar
kuning emas berkilauan. Ia menggunakan
bonekanya, untuk menangkis, dengan begitu di antara
suara nyaring, bonekanya meruntuhkan senjata-senjata
rahasia itu. Untuk herannya, ia merasa telapakan
tangannya tergetar, suatu tanda senjata rahasia itu besar
tenaga menyambarnya, ia tidak heran lama, atau lantas
ia tertawa berkakak. Di dalam kalangan kangouw, ia
lebih berpengalaman daripada si pelajar muda she
Kiauw, pengetahuannya lebih luwas. Sambil tertawa ia
470 berseru: "Aku kira siapa, tak tahunya Sanhoa Lihiap!
Nona Ie, kau juga datang untuk membantu meriahkan?"
Sin Cu heran. Ia tidak kenal orang ini. yang sebaliknya
mengenali ia. Karena orang itu gagah, ia tidak berani
berlaku sembrono.
"Jikalau kau ada hubungannya sama guruku, silahkan
kau mundur!" ia kata. "Kita harus menjaga agar
persahabatan kita jangan terganggu."
Le Kong Thian tertawa terbahak-bahak.
"Jikalau bukannya ingin belajar kenal sama
kepandaiannya Thio Tayhiap, tidak nanti kami datang ke
mari!" katanya jumawa. "Sanhoa Lihiap, senjata rahasia
dan ilmu pedangmu bukan sembarang akan tetapi hari
ini kau tidak nanti memperoleh keuntungan, barang
bingkisan tidak nanti dapat dirampas olehmu! Jikalau kau
memaksa hendak merampas juga, itu tak akan terjadi
kecuali gurumu datang ke mari!"
Sin Cu lantas mengerti bahwa orang hendak
menyeterukan gurunya dengan alasan melindungi barang
bingkisan itu. Ia menjadi heran. Bukankah ia tidak kenal
mereka itu" Apakah mereka ini berjumawa saja atau
memang benar mereka lihai sekali" Menurut apa yang ia
lihat, orang ini dan si pelajar muda bukanlah tandingan
gurunya. "Sayang gurumu berada jauh di perbatasan Inlam, aku
tidak beruntung dapat menemuinya," berkata Kong Thian
pula. "Maka itu sekarang biarlah aku belajar kenal
dengan pedangmu saja!"
Kata-kata ini di akhiri dengan satu kemplangan
bonekanya, yang dari atas turun ke bawah. Ia
471 menggunakan pukulan "Gunung Taysan menindih batok
kepala." Sin Cu tidak mau menangkis. Ia berkelit. Sambil
mendak, ia menusuk ke bawahan iga lawan itu, mencari
jalan darah jikhie hiat.
Kong Thian menarik pulang bonekanya, untuk dipakai
menangkis sambil menyerang dengan melintang, atas
mana nyonya muda itu lompat mencelat, lalu sambil
turun, pedangnya menusuk ke pundak. Kong Thian benar
gesit, dia dapat menarik pulang senjatanya, untuk
dipakai menangkis. Kali ini kedua senjata bentrok hingga
berbunyi nyaring, pedang mental, telapakan Sin Cu
terasa nyeri. Pedang kecil dan enteng, tidak dapat
pedang melawan boneka yang besar dan berat.
Le Kong Thian tidak berhenti sampai di situ, selagi
pedang mental itu, ia kembali menyerang. Cepat sekali ia
mengulanginya. Mau atau tidak. Sin Ci mencelat mundur setombak
jauhnya. Ketika itu, Cit Seng Cu masih bertempur terus dengan
Chian Tiang Cun. Mulanya kekuatan mereka berimbang,
setelah lewat seratus jurus, terbukti imam dari Butong
I'ay menang unggul dalam tenaga dalam, sedang kedua
senjatanya keras dan lunak berbareng. Dengan pedang
ia bersilat dengan ilmu pedang Citcapji Ciu Lianhoan
Toatbcng Kiam, yang terdiri dari tujuh puluh dua jurus,
dengan hudtim ia mengebui berulang-ulang membikin
golok lawan tidak berdaya, hingga golok itu tidak dapat
dipakai menindih pedang.
Chian Tiang Cun kena dipaksa main mundur.
472 "Imam tua dari Butong San!" ia berkata, "kenapa kau
mencampin tahu urusan kita ini" Baiklah kau lekas
mengundurkan diri, nanti aku memerdekakan kedua
keponakanmu!"
"Kau tidak sanggup melawan aku, baru sekarang kau
suka berdamai!" menyahut si imam. "Sekarang aku
hendak membantui mereka sampai di akhirnya!" Dan ia
terus menyerang dengan hebat, hampir pedangnya
meminta kurban.
"Hidung kerbau, sungguh kau tidak tahu keadaan!"
berseru komandan besar barisan Gilimkun itu. yang
menjadi gusar. Ia menyerang, tetapi sia-sia saja. Ia
terdesak tetapi belum kalah.
Di lain pihak lagi Thio Giok I louw bersama Liong Kiam
Hong, melawan si anak muda terpelajar, masih sama
ulatnya, benar mereka lebih unggul akan tetapi mereka
tidakjuga berhasil merebut kemenangan. Pelajar itu ukil
sekali. Selagi pertempuran berlangsung terus, si anak muda
berseru nyaring. Atas itu, Kong Thian mendesak Sin Cu
tiga kali beruntun. Ia tidak memperoleh hasil kecuali ia
membikin si nona mundur dua tindak. Sampai di situ,
bukannya ia mendesak terus, mendadak ia berlompat
mundur, terus mendekati Cit Seng Cu untuk menghajar
punggung imam itu.
Cit Seng Cu merasakan datangnya serangan, sambil
berlompat berkelit, ia menangkis dengan kebutannya. la
tidak memperoleh hasil yang mempuaskan kecuali ia
bebas dari bahaya. Ketika ia berkelit itu, ia terhuyung
beberapa tindak.
473 Chian Tiang Cun terlepas dari bahaya, lantas bersama
Kong Thian. ia maju kepada Thio Giok Houw dan Liong
Kiam Hong. Terang mereka hendak membantui atau
menalangi si pelajar muda.
"Adik Houw, awas!" Sin Cu menteriaki Siauw Houw Cu.
Sembari berteriak, ia menimpuk dengan bunga emasnya,
guna merintangi Kong Thian.
Chian Tiang Cun dapat menghampirkan si pelajar,
hingga dia itu jadi memperoleh bantuan.
Sin Cu bersama Cit Seng Cu tiba sesaat kemudian.
Setelah berkumpul menjadi satu, kedua pihak
bertempur terus. Dengan empat melawan tiga, pihak Sin
Cu tetap menang di atas angin.
Si pemuda pelajar kembali mengasi dengar seruannya,
yang berupa siulan. Kali ini pertandaannya itu untuk
tentera negeri serta sekalian pengiringnya, untuk mereka
itu mundur, mereka bertiga sendiri mundur sambil
melindungi, mencegah rangsakan Sin Cu semua. Dengan
perlahan mereka mundur ke sebuah kereta keledai.
Selagi merangsak itu, Thio Giok Houw tertawa dan
berkata dengan nyaring: "Mari kita lihat siapa sebenarnya
si ikan di dasar jala! Mari maju!"
Rombongannya Sin Cu terdiri dari belasan orang, maju
terus. Semua mereka bersamaan pikiran: "Musuh
mundur ke arah kereta, pasti itulah kereta yang memuat
barang bingkisan!"
Di mulut selat, seribu serdadu Gilimkun tidak bisa
menerjang masuk. Mereka kena dirintangi tentaranya
San Bin. Tentara negeri, yang berada di dalam selat,
474 repot melawan pihak penyerangnya. Dengan begitu,
Kong Thian semua jadi berada di dalam kurungan.
Di antara kawannya Sin Cu ada Cio Pa, pangcu atau
ketua dari Taysan Pang. Dia bertenaga paling besar,
senjatanya pun sepasang gembolan. Ketika di telah
dapat mendekati kereta keledai itu, sebelah tangannya
diayun, dan, brak! ?" maka ringsaklah kap kereta itu!
Sin Cu bersama Giok Houw, Kiam Hong dan Cit Seng
Cu lagi melibat Le Kong Thian dan si pelajar muda, dari
itu San Bin dan kawan-kawannya yang maju terus ke
kereta, guna merampas bingkisan.
Justeru itu. mengikuti ambruknya kap kereta, dari
dalam kereta itu terdengar suara tertawa yang nyaring
sekali hingga tidak cuma menulikan bahkan menyakiti
telinga. Dan dengan rusaknya kap kereta itu, di atas itu
terlihat bercokolnya seorang tua dengan muka merah,
yang tubuhnya besar dan tinggi tongkrongannya. Dengan
mementang lebar kedua matanya, yang tajam, dia
berkata keras: "Siapakah yang berani mengganggu tidur
yang nyenyak dari aku si orang tua?"
Gembolannya Cio Pa meluncur terus. Atas itu si orang
tua tidak berkelit, sebaliknya dia menanggapi, untuk
menangkap dan menarik. Cio Pa sendiri turut berlompat
naik, maka itu, belum lagi kakinya menginjak tetap,
tubuhnya telah kena terbetot, tangannya tercekal keras.
Orang tua itu berseru pula, sambil berseru kedua
tangannya diangkat dan diayun, maka tubuh Cio Pa
lantas terangkat, terlempar ke dalam kereta, sedang
kedua gembolannya terlepas dan terbang!
475 San Bin sekalian menjadi terkejut. Dua orang
berlompat naik ke kereta itu, belum sempat mereka
lompat mundur, untuk pergi turun, mereka pun
tersambar kedua tangan si orang tua muka merah itu.
mereka juga telah lantas dilempar ke dalam kereta
seperti Cio Pa! Mereka tidak sempal bersuara, Jcarena
berbareng dengan cekatannya, orang tua itu telah
menotokjalan darah mereka.
Dalam kaget dan herannya. Giok Houw berlompat naik
ke kereta, guna menyerang orang tua itu, untuk sekalian
menolongi tiga kawannya. Ia lantas disambut sampokan
si orang tua yang lihai itu. yang terus memutar
tangannya, guna menangkap. Nampaknya itulah cekalan
biasa saja akan tetapi ia tidak bisa berkelit lagi.
Sin Cu melihat bahaya mengancam kawannya itu, ia
menimpuk dengan tiga bunga emasnya.
Si orang tua melihat datangnya serangan, ia
mengangkat tangan kirinya, jeriji tangannya dibuka,
dipakai menyentil, maka dengan saling susul ketiga
bunga emas itu jatuh bagaikan bintang rontok!
Giok Houw tidak berdiam saja. Untuk membebaskan
tangannya itu, ia menggunakan ilmu yoganya, maka
tangannya itu lantas melejit terlepas. Tapi si orang tua
terus menyampok, pundaknya kena terbentur, hingga ia
merasakan sakit dan panas sekali, sebelah tangannya itu
turun bagaikan semper dan goloknya hampir lepas dari
pegangannya. Syukur ia cepat berkelit, kalau tidak,
mungkin tangannya itu akan kena terpatahkan.
Orang tua muka merah itu tertawa.
476 "Hanya beberapa bangsat cilik ini?" katanya. "Le Kong
Thian. bagaimana" Kenapa untuk beberapa bangsat cilik
ini kau mengganggu aku?"
Kong Thian berdiam, terang ia tidak berani menjawab.
"Ketahuilah, ayah. di sini ada muridnya Thio Tan
Hong," berkata si pelajar muda. "Aku mohon supaya
ayah memberikan bantuan..."
Mata si orang tua mendelik.
"Thio Tan Hong itu datang atau tidak?" dia tanya.
"Mengenai muridnya, cukup kamu yang melayaninya!"
Thio Giok Houw tidak puas mendengar suara besar
dari orang tua itu. Ia telah lantas mengurut baik
tangannya yang tadi terhajar, ia menoleh kepada Sin Cu
dan kata: "Mari kita kepung dia!"
Sin Cu menjawab dengan menghunus pedangnya dan
segera menikam.
Si orang tua, dengan tangan kosong, lantas melayani.
Dia bukan menangkis hanya hendak merampas pedang
orang. Segera ternyata ia lihai ilmunya "Khongciu jippek
jin," ialah tangan kosong melawan senjata tajam.
Sin Cu menggeraki pedangnya, untuk ditarik pulang,
dengan begitu gagal sambaran si orang tua, sedang itu
waktu, menyusul Sin Cu. Giok Houw menyerang dengan
goloknya. Dengan berkilauan, golok itu datang dari kiri
disabetkan ke kanan. Di lain pihak Sin Cu. dengan
kesehatannya, sudah memapas, dari kanan ke kiri. Itulah
serangan dari siangkiam happek, sepasang pedang
477 bersatu padu dari Thio Tan Hong dan Sin Cu berdua Giok
Houw telah memperolehnya enam atau tujuh bagian.
Orang tua muka merah itu mengasi dengar suara
heran, kedua tangannya dipakai mengibas, untuk
menghalau dua serangan saling susul itu.
"Bret!" demikian satu suara nyaring, dan ujung
bajunya terkena ujung pedang dan robek karenanya.
Meski begitu, pedang dan golok kedua penyerang itu
kena dibikin terpental, syukur tidak sampai terlepas dari
cekalan. "Bagus!" berseru si orang tua memuji. "Serangan ini
boleh juga dilihat!"
Setelah mundur setindak. Sin Cu dan Giok Houw maju


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pula. untuk mengulangi serangan mereka. Mereka tidak
menjadi gentar mendapatkan musuh tua ini demikian
lihai, bahkan mereka memperbesar tenaga mereka.
"Cekal keras senjatamu!" bentak orang tua itu.
"Awas!" Dia mengasi dengar suaranya dan membawa
juga lagaknya si orang tua, akan tetapi kendati demikian,
dia tidak berani acuh tak acuh seperti semula, sekarang
dia berlaku hati-hati. Jadi dia bukan menggertak belaka.
Ketika sebelah tangannya digerakkan tangan itu
nampak mencekal seutas rantai besi, yang ujungnya ada
bandringnya, dengan memutar itu, ia lantas membikin
pedang dan golok kedua lawannya kalah pengaruh.
Pertarungan terus berlangsung.
Dengan rantainya itu, si orang tua bukan melainkan
mencegah orang merangsak dekat kepadanya. Dia juga
menyerang. Demikian ketika golok Giok Houw
478 berkelebat, dia memapaki menyamber, terus dia
menarik. Pemuda itu terkejut, tubuhnya tertarik dan terhuyung
maju. Sin Cu melihat adik seperguruan itu terancam bahaya,
ia menolongi dengan tikamannya.
Si orang tua mengetahui pedang si nonya muda
pedang mustika, ia tertawa, lekas-lekas ia menarik
pulang rantainya itu. kemudian sambil menganggukangguk,
ia kata pada si anak muda: "Kau sanggup
mempertahankan diri dari sambaranku ini, maka lagi lima
tahun, kau pasti akan dapat mengalahkan anakku! Hm!
Tak dapat kau dibiarkan tinggal hidup!" Belum berhenti
mendengungnya kata-kata itu. rantainya sudah bekerja
pula. Giok Houw menggunakan golok untuk menjalankan
jurus-jurus dari ilmu pedang bersatu padu dari Thio Tan
Hong, biar bagaimana, goloknya itu tidak dapat
disamakan dengan pedang. Melawan si pelajar muda,
mereka bisa merebut kemenangan dalam beberapa
jurus, tetapi melayani orang tua ini. mereka repot. Maka
beruntung untuknya. Sin Cu dapat memainkan
pedangnya mahir sekali, beberapa kali goloknya dapat
ditolong dari serangan musuh yang lihai itu.
Ketika itu di mulut selat selatan keadaan pasukan
negeri mulai menjadi baik pula. Inilah karena
pimpinannya Chian Tiang Cun. Cit Seng Cu dan Liong
Kiam Hong mesti melayani si pelajar muda. komandan
Gilimkun itu menjadi mendapat kebebasan. Demikian ia
mengepalai langsung barisannya itu.
479 Bertempur belum lama. Thio Giok Houw yang terdesak
ujung bajunya kena disamber rantainya si orang tua
hingga robek. Melihat itu, Ciu San Bin membantu dengan menyerang
dengan tiga buah golok terbang.
"Hahaha! Kau mau menggantikan mampus?" tertawa
si orang tua, yang terus menyambut golok terbang itu
dengan rantainya, hingga terdengar suara tingtong tiga
kali, terus ketiga golok itu terbang balik, ke arah Sin Cu.
Nyonya Yap Seng Lim tidak takut, hanya ia terperanjat
juga. Dengan pedangnya ia memukul jatuh tiba buah
golok itu. Hanya karena repot menangkis, ia menjadi
terhalang kesehatannya.
Dengan sampokan rantainya, orang tua itu
jugamenangkis goloknya Giok Houw, habis mana,
rantainya itu menyamber ke arah San Bin. Hebat rantai
itu. cengkeramannya mengenai pundak. Maka tidak
ampun lagi. San Bin kena tertarik, terus tubuhnya
dicekuk. dilemparkan ke dalam kereta!
Giok Houw kaget dan berkuatir. ia maju untuk
menolongi ketua itu, tetapi ia tidak bisa berbuat banyak.
Rantainya si orang tua menghalang, mencegah niatnya
itu. Ia kena dipukul mundur.
"Adik Houw. mari kita mundur dulu!" akhirnya Sin Cu
berkata. "Baik kita pergi melihat enci Leng, dia sudah
pulih kesegarannya atau belum."
Sin Cu dibikin heran oleh cara berkelahinya si orang
tua. Selama itu, dia duduk bercokol saja di atas
keretanya, hingga tidak ketahuan pasti, dia sebenarnya
bercacad kedua kakinya atau sengaja dia memandang
480 enteng kepada lawan-lawannya. Karena ini ia memikir,
baiklah ia mencoba melawan bersama In Hong, "yang
ilmu pedangnya telah maju pesat sekali. Perpaduannya
dengan Giok Houw kurang sempurna, berdua mereka
tidak dapat melayani terus si orang tua.
Giok Houw pun menginsafi orang tua muka merah itu
terlalu tangguh untuk mereka, ia suka mendengar kata
terhadap Sin Cu. si kakak seperguruan. Ia pikir, baiklah
ia mundur, guna melabrak tentara musuh.
Si orang tua tertawa melihat musuh-musuhnya
mengundurkan diri.
"Apa kamu sangka aku tidak dapat membekukmu?"
katanya, dingin. "Kong Thian, mari!"
Kong Thian, si raksasa, segera datang menghampirkan
kepinggir kereta.
Orang tua itu mengulur tangannya, akan memegang
pundak orang, setelah mana ia mengangkat tubuhnya,
guna duduk di pundak raksasa itu dengan kedua kaki
terpentang. Maka sekarang ketahuanlah bahwa ia telah
bercacad di kakinya.
Sebenarnya dia telah meyakinkan semacam ilmu silat
lihai dari kalangan sesat, pada tiga tahun yang baru lalu,
dia benar-benar tersesat, akan tetapi berkat
ketekunannya, hingga tenaga dalamnya jadi mahir sekali,
dia tidak sampai terbinasa karenanya, hanyalah kedua
kakinya yang menjadi mati, tubuh dan kedua tangannya
dapat bekerja seperti biasa, dari itu, meskipun dengan
duduk bercokol, dia bisa berkelahi dengan lihai sekali. Ini
sebabnya kenapa bersama anaknya, si pelajar muda. dari
tempat ribuan li. dia datang untuk memegang tanggung
481 jawab atas barang-barang hadiah untuk kaisar. Anaknya
itu ialah yang maju di muka dan karena terpaksa,
sekarang dia pun muncul.
Kong Thian bertubuh tinggi besar, dengan si orang tua
bercokol di pundaknya, dia masih dapat bergerak dengan
leluasa, bahkan dia telah terlatih di dalam hal membawabawa
majikannya secara demikian, hingga dia ketahui
bagaimana harus membawa diri agar majikan itu bisa
berkelahi dengan sempurna. Pula, dengan begitu, si
orang tua menjadi berada di tempat yang tinggi luar
biasa. Dengan cepat ketua dan ketua muda dari rombongan
dari Thayouw, yaitu Liu TekChong dan Chio Peng Kin,
telah kena disambar rantai si orang tua dan tertawan.
Kemenangan ini pun membawa perubahan kepada
tentera negeri, yang berbalik menjadi lebih unggul.
Ketika itu cuaca mulai berubah, hari mendekati
magrib. Leng In Hong masih saja duduk bersila, untuk
menjalankan pernapasannya, guna memulihkan
kesegarannya. Masih ada dua lagi jalan darahnya, yang
belum dapat disalurkan kembali. Tengah ia memelihara
diri itu, tiba-tiba ada orang yang berkelebat ke arahnya,
berkelebat bagaikan bayangan, dan tangan orang itu
menyamber ke tangannya, hingga teiapakan tangannya
kena tercekal, atau segera ia merasakan ada hawa yang
tersalurkan kepadanya, hawa mana mengalir terus ke
seluruh tubuhnya, hingga ia merasakan segar luar biasa.
Lantas ia berlompat bangun.
"Akhir-akhirnya kau datang, Thian Touw!" serunya.
482 la tidak kaget oleh itu bayangan hanyajusteru
bergembira. Yang datang itu memang Hok Thian Touw,
suaminya. Thian Touw sengaja datang mencari ke
medan pertempuran itu, sebab ia telah mendengar kabar
perihal bakal dilakukannya perampasan bingkisan dan ia
menduga mesti isterinya berada di situ.
"In Hong, mari kita pulang ke Thiansan!" mengajak
suami itu. Sang isteri heran, ia mengawasi suaminya.
"Adakah kedatangan kau cuma untuk mengajak aku
pulang?" tanyanya.
"Aku telah mengasi ingat untuk kau jangan masuk
dalam dunia kangouw, kau tidak mau mendengar,"
berkata suami itu. "Kau lihat sekarang, bukankah kau
telah menderita?"
In Hong tertawa dingin.
"Merampungkan pelajaran ilmu pedang, adakah itu
melainkan untuk memelihara diri?" tanyanya. "Dari jaman
dahulu hingga sekarang ini, berapa banyak orang gagah
yang telah berkurban untuk negara dan rakyat, yang
tidak menyayangi kepalanya terlempar dan darahnya
yang panas mengucur keluar, apapula baru penderitaan
seperti ini" Baiklah, jikalau kau jeri, kau pulang sendiri
saja! Aku lelah menerima undangan dari Kimto Cecu,
tidak dapat aku meninggalkan mereka itu untuk lari
seorang diri!"
Thian Touw menghela napas.
"Masih saja kau membawa tabiatmu yang keras dan
kukuh," katanya menyesal. "Kau tidak dapat
483 meninggalkan mereka, habis apakah aku dapat
meninggalkan kau" Jikalau toh mesti pulang, kita mesti
pulang bersama!"
"Jikalau kita mesti berdiam di sini, kita pun mesti
berdiam bersama!" kata In Hong. "Thian Touw, tidak
dapatkah kau membantu aku kali ini?"
Thian Touw berdiam. Ia berpikir keras.
"Sebenarnya, kau suka atau tidak pergi bersama aku?"
tanya ia sesaat kemudian.
"Kau bantu dulu aku. nanti aku turut kau pulang!"
menyahut sang isteri.
Thian Touw mementang kedua matanya, ia
mengerutkan alisnya.
"Tegasnya?" ia tanya.
"Kau membantu aku mengalahkan orang tua muka
merah itu!" kata In Hong seraya tangannya menunjuk.
Thian Touw mengawasi kepada orang tua yang
disebutkan itu.
"Tahukah kau siapa orang tua itu?" ia tanya.
"Dialah si hantu tua she Kiauw dari Sengsiu hay di
gunung Kunlun San," menjawab sang isteri.
"Tahukah kau bahwa dialah orang yang ilmu silatnya
paling tinggi" Kenapa kau boleh mencari musuh dalam
dirinya orang tua itu?"
"Apakah kau takut padanya?" sang isteri tanya,
tertawa dingin.
484 "Aku bukannya takut hanya ilmu pedangku belum
diyakinkan sempurna." sahut Thian Touw. "Untukku, tiga
sampai lima tahun yang mendatang adalah saat-saat
paling penting. Hari ini, jikalau kita melawan dia, kita
dapal mengundurkannya, akan tetapi kemudian, kalau
mereka ayah dan anak dan dibantu oleh Le Kong Thian,
pengurus rumah tangganya itu, sering-sering datang ke
Thiansan, untuk mengganggu kita, mana dapat kita
berlatih dengan tenang?"
"Pulang pergi, kau toh mementingkan dirimu sendiri
saja!" kata In Hong sambil tertawa dingin. "Baiklah,
jikalau kau tidak berani, biar aku yang pergi sendiri!"
Thian Touw menarik tangan baju isterinya itu.
"Jikalau kita menanti lagi tiga tahun, di waktu mana
peryakinanku telah rampung, kita bakal tidak mempunyai
tandingan." katanya, membujuk. "Sekarang ini kita tidak
mempunyai kepastian akan memperoleh kemenangan,
dari itu aku minta sukalah kau pikir pula masak-masak..."
In Hong tidak menjawab, hanya dengan menghunus
pedangnya, ia membabat kutung ujung bajunya yang
dicekal suaminya itu, lantas dia ngeloyor pergi.
Thian Touw gelisah bukan main. Ia melompat ke
depan seraya mementang kedua tangannya.
"Kau pergi seorang diri, apakah kau hendak
mengantarkan jiwamu?" tanyanya.
"Daripada kabur meninggalkan kawan-kawan, lebih
baik mati di tangan musuh!" berkata isteri itu. "Thian
Touw, pergilah baik-baik kau meyakinkan ilmu
pedangmu, jikalau nanti kau telah merampungkan itu,
hingga di kolong langit ini tidak ada tandinganmu, baru
485 kau membuatkan aku sebuah kuburan di mana kau boleh
menarahkan batu nisan dengan ukiran kata-kata
'Isterinya ahli pedang nomor satu di kolong langit,'
supaya orang-orang gagah di jaman belakangan dapat
mengetahui bahwa ahli pedang nomor satu di kolong
langit ini masih tidak sanggup melindungi isterinya!"
Mukanya Thian Touw menjadi merah, ia likat sekali.
"Baiklah!" katanya "Aku justeru paling takut pada
mulutmu ini! Mari kita turun bersama!"
In Hong girang bukan main.
"Mari kita bekuk dulu si bangsat cilik she Kiauw itu!"
katanya. "Setelah itu baru kita tempur si hantu tua!"
Thian Touw mengerutkan alis. "Sudah cukup kita
mengusir Kiauw Pak Beng si siluman tua, untuk apa kita
membekuk puteranya?" katanya. "Bukankah dengan
begitu kita menjadi menanam bibit permusuhan besar?"
"Kau belum tahu, tua bangka itu telah menawan lima
atau enam orang pihak kita," menerangkan sang isteri.
"Kita membekuk anaknya supaya anak itu dapat ditukar
dengan kemerdekaan mereka itu. Kau suka pergi atau
tidak?"

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thian Touw kalah didesak, la tertawa.
"Baiklah, hari ini aku mendengar perkataan kau!"
katanya. "Tapi ingat, habis ini kaulah yang mesti
mendengar perkataanku!"
In Hong tertawa.
"Di dalam hal itu harus dilihat dulu. apa yang kau akan
katakan itu." jawabnya. "Ah, sudahlah, jangan banyak
omong lagi! Mari lekas!"
486 Inilah sebab matanya In Hong lihai, sekali dan ia
melihat si pelajar muda lagi mengejar Giok Houw. Habis
berkata begitu, ia berlompat menyusul Giok Houw itu,
lalu terus tanpa membilang apa-apa, ia menyerang si
pelajar, guna merintangi dia melancarkan serangan
terhadap Siauw Houw Cu.
Pelajar muda itu mengenali nyonya muda ini, yang
tadi bertempur seruh sama Le Kong Thian. karena ia
merasa terlebih lihai, ia tidak menjadi takut, ia lantas
melawan. Bahkan ia terus saja mendesak dengan
pelbagai pukulan dan totokannya yang lihai.
In Hong terdesak hingga ia kewalahan.
"Sayang." berkata pelajar she Kiauw itu tertawa lebar.
"Kau begini cantik, kau pun begini lihai. kenapa kau
kesudian ikut berandal" Jikalau kau suka mengubah
kelakuanmu, suka aku menggabung jodoh dengan
jodohmu!" Baru saja pemuda ini menutup mulutnya atau satu
serangan dahsyat diluncurkan kepadanya, itulah
serangannya Hok Thian Touw, yang sambil berseru telah
berlompat melesat ke arahnya. Dan hebatnya, kipas
besinya yang lihai itu telah terbabat kutung menjadi dua
potong! Sebenarnya pelajar ini, yang lihai, telah berkelit
dengan sebat sekali, akan tetapi sia-sia belaka,
kelitannya itu tidak menolong. Maka ia menjadi kaget
sekarang apapula tahu-tahu ujung pedang telah
mengancam kepadanya.
"Jangan bergerak!" Thian Touw mengancam.
487 Selagi mata orang dipentang melongo dan tubuhnya
berdiri diam bagaikan patung. Giok Houw telah
berlompat maju akan menotok lawannya itu, hingga dia
benar-benar mati kutunya. Ia tertawa, begitu juga In
Hong. Isteri ini memang lihai. tetapi dengan kepandaiannya,
dia masih dapat bertahan lama melawan si pelajar, kalau
barusan ia kena terdesak, itulah karena ia sengaja
berbuat demikian. guna memancing bangunnya hawa
amarahnya Thian Touw, suaminya itu.
Si orang tua melihat puteranya kena tertawan, ia
kaget sekali. "Lekas pegat mereka!" ia berseru kepada Kong Thian,
si congkoan atau kuasa rumah, yang berlaku sebagai
sekor kuda tunggangan...
Kong Thian baru lari dua tindak atau In Hong dan
suaminya telah datang padanya, maka kedua pihak
segera datang dekat satu sama lain. Si orang tua segera
mengerjakan rantainya, sedang sepasang suami isteri itu
juga menyerang dengan pedang mereka yang bersatu
padu. Akibatnya itu ialah bentrokan yang nyaring serta
meletiknya kembang api di depan mereka bertiga. Ujung
rantai mental balik sampai hampir mengenai jidatnya
Kong Thian. Thian Touw tidak berhenti bergerak karena bentrokan
dahsyat itu. Dengan memindahkan kaki dengan
"Tindakan Naga," ia maju untuk merangsak. guna
mengulangi serangannya, di dalam hal mana dengan
serempak serangannya itu ditelad isterinya. Karena
suami isteri ini telah menggunakan ilmu pedangnya yang
488 tergabung menjadi satu, maka hebat sekali daya
serangan mereka.
Oleh karena rangsakan kedua lawan itu, gerakgeriknya
Kiauw Pak Beng menjadi kurang merdeka.
Rantainya itu menghendaki pertempuran renggang,
Thian Touw berdua sebaliknya merangsak, untuk
merapat. Biar ia berada di atas pundak Kong Thian,
hingga ia jadi berada di sebelah atas, tetap jago tua itu
kurang leluasa. Pula, setiap kali ia menyerang, setiap kali
serangannya itu dipunahkan kedua batang pedang
bersatu padu itu.
Setiap jurus dari Thian Touw adalah jurus yang
berlainan, atau jurus-jurus yang ia telah
mencampurkannya menjadi satu, cuma sekarang ia
belum dapat menyempurnakannya. Gerakan mereka ini
juga berbareng menyulitkan tindakannya Kong Thian,
yang harus bisa membawa diri, agar di antara ia dan
majikannya itu terdapat kerja sama yang erat. Beberapa
kali ia menyerang dengan bonekanya, saban-saban ia
gagal, bahkan sebaliknya, gembolannya lecet atau
kentop bekas terkena pedang. Biar bagaimana, ia pun
dapat mengganggu juga rantai majikannya itu, yang
menjadi kurang merdeka.
Leng In Hong melihat Kong Thian kena
terpengaruhkan Thian Touw. ia lantas mendesak, untuk
dapat membabat kakinya si orang tua.
Oleh karena rantainya tidak dapat dipakai berkelahi
rapat, si orang tua menjadi repot, dari repot dia menjadi
mendongkol. Dia mesti menggunakan tangannya guna
menghalau setiap serangan si nona.
489 "Menyingkir" akhirnyajago tua itu berteriak dalam
murkanya. Dia menekan pundaknya Kong Thian,
menyusul itu tubuhnya terangkat, mencelat tinggi.
Atas tekanan majikannya, Kong Thian lantas berkelit.
Dengan mencelat, si orang tua bermuka merah dapat
menggunakan pula rantainya. Dengan hebat ia
menyerang suami isteri lawannya itu.
Thian Touw dan In Hong menggunakan ilmu silatnya
pedang bersatu padu. mereka menangkis. Kali ini hebat
serangan rantai, mereka sampai terhuyung mundur
beberapa tindak.
Si orang tua sendiri, tubuhnya lantas turun ke bawah.
Mulanya dia mengulur sebelah tangannya, untuk
memegang tanah, guna menjaga dirinya, setelah
berputar, dia duduk bersila. Sekarang terlihat tegas
matinya kedua kakinya itu. Begitu ia duduk numprah,
begitu ia memutar rantainya, hingga sekarang ia dapat
berkelahi seperti tadi waktu ia bercokol di atas kereta
atau di pundaknya Kong Thian, melainkan tak dapat lagi
dia maju atau mundur seperti waktu dibantu Kong Thian
itu. Thian Touw dan In Hong tidak bisa mendesak pula.
Serangan rantai terlalu hebat untuk dapat dirangsak.
Kong Thian mundur ke samping, di waktu ia
memeriksa bonekanya, ia mendapatkan boneka itu
"terluka" lecet dan berlubang kecil-kecil bekas papasan
dan tikaman pedang. Itulah bukti dari lihainya pedang
dan ilmu pedang Hok Thian Touw, maka itu, mengingat
kekosenan si anak muda, raksasa itu menggigil
sendirinya. Coba ia tidak kosen dan senjatanya berat luar
490 biasa, pastilah ia sudah terbinasa di tangannya lawan ini.
Di samping itu, ia berkuatir sekali untuk majikannya yang
muda. yang lagi dijagai Thio Giok Houw. Tidak saja si
pelajar muda telah mati kutunya akibat totokan Siauw
Houw Cu, dia pun terus diancam golok yang tajam, yang
ujungnya diarahkan ke punggungnya, hingga setiap saat
dia dapat ditikam! Kong Thian merasa dia dapat
mengalahkan Giok Houw tetapi suasana membuatnya ia
jeri. Seteiah menyaksikan Thian Touw dan isterinya tidak
dapat berbuat apa-apa terhadap si orang tua muka
merah, Thio Giok Houw berkata kepada dia itu, nyaring:
"Eh, siluman tua she Kiauw, kau masih menghendaki
anakmu atau tidak?"
Orang tua itu berhenti bersilat, ia tertawa dingin.
"Kamu yang menamakan diri murid-murid perguruan
kenamaan," sahutnya, mengejek, "sekarang kamu
bersikap begini rupa! Jadi kamu hendak memaksa aku?"
"Siluman tua she Kiauw, jangan kau terlalu berkepala
besar!" kata In Hong, yang juga tertawa dingin.
"Siapakah yang jeri terhadapmu" Sekarang ini baiklah
kita bicara dulu dari hal perdagangan, setelah itu baru
kita melakukan pertempuran yang memutuskan!"
Perdagangan macam apa itu?" tanya Kiauw Pak Beng.
Masih ia tertawa mengejek.
"Kau telah menangkap beberapa orang pihakku,"
berkata Giok Houw, yang mendahului si nyonya muda,
"bukankah kau hendak menggunakan mereka sebagai
alat memaksa kita agar kita jangan merampas barang
bingkisan?"
491 Mendengar itu, orang tua itu tertawa lebar.
"Bocah, kau sangat berkepala besar!" katanya.
"Kenapa kau tidak mau kalah bicara" Aku menawan
orang-orang di pihakmu untuk menghajar adat saja.
bukannya untuk mempengaruhi kepada kamu, bukannya
untuk menggencet!"
"Jikalau begitu, mengapa kau marah-marah tidak
keruan?" In Hong berkata, membaliki. "Kami membekuk
anakmu yang kau sayangi bagaikan mustika juga untuk
membalas hormatmu itu! Ada budi harus dibalas,
bukan?" Orang tua itu mendongkol bukan main.
"Baiklah!" sahutnya. "Mari kita omong dengan singkat
saja! Kamu lepaskan dulu anakku, nanti aku menitahkan
mereka memerdekakan kawan-kawanmu! Bukankah
kamu puas dengan ini macam jual beli?"
"Mana dapat kita menjadi demikian dogol?" kata
Siauw Houw Cu tertawa mengejek. "Mana dapat kita
melepaskan dulu anakmu?"
"Kau tahu apa?" kata si orang tua. "Kawan-kawanmu
itu telah tertotok ilmuku yang istimewa, kecuali aku dan
anakku berdua, lain orang siapa juga tidak nanti dapat
membebaskan mereka!"
"Locianpwee ini adalah orang tua gagahjaman
sekarang, dialah guru silat terbesar, tidak nanti dia
menpedayakan anak-anak muda," berkata Hok Thian
Touw. "Adik Houw. kau lepaskanlah Kiauw Kongcu!"
Giok Houw berpikir: "Kau benar lihai ilmu silatmu
tetapi tentang kelicikan kaum kangouw kau tidak tahu
492 banyak..." Tapi matanya memain dan ia tertawa.
"Baiklah, aku mempunyai dayaku!" katanya. Lantas ia
menotok pelajar muda itu. Ia menggunakan ilmu totok
ajarannya Hek Pek Moko. dan sasarannya ialah jalan
darah hiathay. "Kau mempunyai ilmu totok yang istimewa, aku juga!"
ia berkata kepada si orang tua. "Sebentar setelah kau
membebaskan kawan-kawanku, aku pun akan
membebaskan anakmu ini. Jikalau kau main gila, di
dalam tempo satu jam, anakmu ini bakal bercacad
seluruhnya hingga dia menjadi orang tanpa daksa!"
Mukanya si orang tua menjadi matang biru. Ia gusar
sekali bahwa Giok Houw tidak mau mempercayainya.
Hok Thian Touw juga menganggap Giok Houw
bersikap keterlaluan, akan tetapi ia terpaksa berdiam
saja, sedang Giok Houw sendiri tidak sudi mengambil
mumat, hanya lantas ia menggiring si Kiauw muda ke
kereta. Chian Tiang Cun menjaga di kereta itu, melihat
keadaan demikian rupa, ia terpaksa mengeluarkan
orang-orang tawanannya, maka si pelajar lantas menotok
bebas mereka itu, atas mana Giok Houw pun tidak
berayal akan membebaskan anak muda ini.
Sebenarnya pelajar ini sangat membenci Giok Houw,
yang ia awasi dengan bengis. Lantaran ia baru bebas dan
Giok Houw pun didampingi Sin Cu, terpaksa ia menahan
sabar, ia tidak berani menggeraki kaki tangan atau
membuka bacotnya.
Si orang tua sementara itu berpikir cepat. Ia heran
Hok Thian Touw mengenal padanya dan sikap Thian
493 Touw pun halus. Ia lantas berkata: "Aku telah
mendengar kabar perihal seorang she Hok yang ayah
dan anak, di dalam dua turunan, telah meyakinkan ilmu
pedang di atas gunung Thiansan. sekarang melihat ilmu
pedangmu ini beda daripada yang kebanyakan, bukankah
kau puteranya HokTiong Heng?"
"Benar," menjawab Thian Touw. "Ayahku pun pernah
menyebut-nyebut nama locianpwee. Ayahku itu telah
menutup mata pada sepuluh tahun yang sudah."
"Sayang, sayang," berkata si orang tua. "Dengan
ayahmu itu aku cuma pernah bertemu satu kali akan
tetapi tujuan kita adalah sama, kita cuma mau
meyakinkan ilmu silat, untuk memperoleh kemajuan, kita
tidak menghendaki mendapat nama..."
Mendengar itu. In Hong mengerutkan alis dan kata di
dalam hatinya: "Kau cuma omong saja. Selama ilmu
silatmu belum mahir, kau tetap menyembunyikan diri,
tetapi selama yang belakangan ini, sepak terjangmu
buruk! Mana dapat cita-cita pamanku disamakan
denganmu?"
Meskipun dia memikir demikian, menyaksikan
suaminya berlaku hormat kepada orang tua itu, ia tidak
berani membilang apa-apa. Kalau bukan lagi berada di
depan musuh, yang demikian lihai, pastilah ia tidak mau
mengerti mengenai sikap suaminya ini...
Orang tua muka merah ini, yang bernama Kiauw Pak


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beng, dan anaknya yang diberi nama Kiauw Siauw,
memang gemar meyakinkan ilmu silat, sama seperti
kegemarannya Hok Tiong Heng dan putera, setelah
sampai pada saat ia menjadi orang cacad, baru ia
memperoleh kemajuan, hanyalah dia dari kalangan sesat.
494 Benar seperti dugaannya In Hong, dia sekarang menjadi
pelindung angkutan barang bingkisan cuma dengan
maksud dapat mengangkat nama. Sebenarnya,
tujuannya ialah mencari
Thio Tan Hong, untuk menguji kepandaiannya itu, ia
tidak sangka di sini ia akan bertemu sama Thian Touw
suami isteri dan kesudahannya mereka sama
tangguhnya. Setelah pertukaran orang tawanan itu beres, Kiauw
Pak Beng berpikir sebentar, terus ia kata pada Hok Thian
Touw: "Kau dapat meyakinkan ilmu pedangmu begini
rupa, itulah pelajaran yang sukar didapatkannya, hanya,
jikalau kau memikir untuk mengalahkan aku, itulah tidak
dapat, sekali-kali tidak! Umpama kata kau sebaliknya
terlukakan olehku, pasti habislah semua kepandaianmu
itu. Aku menghargai ayahmu, dari itu tidak sudi aku
membuat peryakinan kau selama sepuluh tahun menjadi
musnah di dalam tempo satu hari. Maka aku pikir,
baiklah kau pergi pulang saja!"
Thian Touw bersangsi. Memang, di dalam ilmu
pedang, ia masih kalah dari orang tua ini.
Leng In Hong dapat menduga kesangsian suaminya, ia
mendahului menyahut.
"Jikalau kau menghendaki kami pulang ke Thiansan.
itulah gampang!" demikian katanya. "Kau pergi, lantas
kita pergi, semua urusan di sini, kita sama-sama tidak
menggubrisnya!"
Kiauw Pak Beng tertawa melenggak.
"Jadi kau menghendaki aku mengangkat kaki?"
tanyanya. 495 "Apakah yang dianggap lucu!" kata In Hong.
"Bukankah kau menginginkan kami pergi dari sini?"
Kiauw Pak Beng menjadi tidak senang.
"Telah begini tua usiaku, belum pernah aku menemui
orang yang berani menentang kehendakku!" katanya.
"Maka itu, anak-anak muda, bagaimana kamu berani
menyuruh aku mengangkat kaki?"
"Jikalau kau tidak pergi, kami juga tidak mau pergi!"
In Hong membelar. "Siapa juga tidak dapat menggertak
kami!" Kiauw Pak Beng tertawa dingin.
"Kalau begitu, kamu jadi hendak dapat menggertak
kami!" bilangnya. Ia lantas menatap pada Hok Thian
Touw. Anak muda itu membalas mengawasi.
"Jikalau locianpwee tidak dapat memaafkan kami.
terpaksa kami suami isteri akan melayaninya!" sahutnya.
Terpaksa Thian Touw mengatakan demikian. Sikap
isterinya itu membuatnya tidak mempunyai pilihan lain.
Dengan sekonyong-konyong Kiauw Pak Beng tertawa
nyaring. Ia juga mengibas rantainya.
"Baiklah kalau begitu!" serunya. "Mari kamu maju!"
Thian Touw menggeraki pedangnya sambil ia berkelit,
untuk menyelamatkan diri dari ujung rantai yang
bercengkeraman itu, sebaliknya In Hong dengan berani
merangsak maju.
"Bagus!" berseru Kiauw Pak Beng seraya dia
menyamber pula.
496 In Hong mesti mundur dengan terhuyung dari
serangan ini, sedang Thian Touw, yang sudah bersiap,
menangkis, hingga dua senjata itu bentrok dengan
nyaring. Demikian mereka bertarung pula. Dengan lekas telah
berjalan tujuh atau delapan jurus. Pak Beng hebat sekali,
dengan rantainya ia seperti mengurung suami isteri itu.
Biar bagaimana, Thian Touw jeri juga melihat lihainya
si jago tua, maka ia berlaku hati-hati sekali.
In Hong melihat sikap suaminya, ia menjadi tidak
sabaran, lagi-lagi ia maju. Atau baru tiga empat jurus, ia
mesti mundur pula. Hampir-hampir iadilanggarujung
rantai besi itu.
Thian Touw melirik isterinya, mukanya menjadi merah
sendirinya. Ia lantas pikir: "In Hong tidak takut, kenapa
aku jeri" Biar aku mengadu jiwaku, supaya dia jangan
memandang tidak mata padaku!"
Benar saja, anak muda ini lantas maju.
Diamenggunakan ilmu pedangnya dengan cara sungguhsungguh.
Ilmu pedang Thiansan Kiamhoat lihai sekali,
meski dia kalah tenaga dalam, karena dia tidak takut
sedang dia pun bersatu padu dengan isterinya dia
merasa, meskipun tidak menang, tidak nanti dia kalah.
Karena pertempuran ini, pertarungan lain pihak telah
berhenti semuanya. Semua mata diarahkan ke
gelanggang ini. Segala apa sunyi kecuali suara anginnya
ketiga senjata, atau kapan terjadi ---bentrokan senjata
mereka itu. Baik pedang maupun rantai, kedua-duanya
berkilau di cahaya sinar layung.
497 Siapa yang berdiri dekat telah lantas mundur sedikit,
supaya mereka tidak usah dimampirkan rantai yang
panjang. Mereka rata-rata mendelong saking kagum
untuk kegagahannya ketiga orang itu.
Selagi hebatnya mereka bertempur, mendadak
terdengar seman Kiauw Pak Beng, seruan yang nyaring
sekali. Dan ujung rantainya, di waktu berbalik, mencari
punggungnya Hok Thian Touw.
Anak muda ini tidak berani keras melawan keras. Ia
menangkis secara tidak langsung, meski begitu, ketika
pedang nempel sama rantai, ia lantas merasakan
tindihan yang berat, yang membikin ia terkejut. Tidak
dapat ia menarik pulang pedangnya, yang secara luar
biasa cepat lantas terlilit rantai.
Juga Leng In Hong menjadi, terkejut. Ia telah
membarengi suaminya itu, guna menangkis senjata
musuh, atau pedangnya pun terlihat bersama tanpa ia
keburu menariknya pulang.
Kiauw Pak Beng lihai matanya serta lihai juga otaknya,
dengan kecerdasannya, sesudah melayani orang sekian
lama, ia dapat menyelami pokok ilmu silat pedang
tergabung itu, maka itu, ia lantas memikirkan tipu silat
apa ia dapat gunakan untuk merobohkan kedua musuh
itu. Begitulah, begitu tiba saatnya, ia mencoba menempel
terus menggulung senjata kedua musuhnya itu.
Hok Thian Touw menjadi bingung. Sia-sia belaka
percobaannya akan meloloskan pedangnya. Ketika ia
melirik isterinya, In Hong pun tidak dapat melepaskan
senjatanya dan dahi isteri itu sudah mulai mengeluarkan
peluh. Benar isteri itu tidak nampak takut, ia toh
berkuatir sendiri. Maka ia lantas mengempos
498 semangatnya, untuk berontak, la mengerahkan
tenaganya, lantas ia menyontek pedangnya.
Percobaannya ini membikin In Hong dapat
mengangkat pundaknya.
Hanya sejenak, Kiauw Pak Beng terlihat bersenyum.
Tadi dia berseru, dia mengerahkan tenaganya. Sekarang
dia meletakkan ujung rantainya di dua-dua kakinya.
Thian Touw heran dan menduga-duga. Tengah ia
berpikir itu, ia merasakan ada persentuhan di antara
tenaga dalam mereka. Pak Beng tidak menyerang pula,
tenaganya agak berkurang. Kemudian lagi, ia merasakan
tenaga dalamnya seperti terbetot jago tua itu. Ia mau
menyangka bahwa ia lagi dipancing, ia tidak berani
berlaku alpa. Kiauw Pak Beng ada maksudnya kenapa dia membawa
sikapnya ini yang luar biasa. Karena sesatnya, kedua
kakinya menjadi kurban, cacad itu mendukakan
kepadanya. Tentu sekali ia ingin mengobatinya. Setelah
kakinya itu membeku dan kaku, ia percaya, obatnya ialah
emposan tenaga dalam sejati dan yang mahir pula.
Jikalau tidak, tidak ada harapan cacadnya itu dapat
dilenyapkan. Di antara sahabat-sababatnya tidak ada
yang dapat menolong. Maka kebetulan sekali, sekarang
ia menghadapi musuh dalam dirinya ini sepasang suami
isteri. Selagi menyalurkan tenaga dalam orang itu,
hatinya berdebaran. Ia kuatir mereka mendusin bahwa
tenaga dalam mereka lagi dicuri...
Semua penonton tetap berdiam. Mereka tidak tahu
duduknya hal. mereka menyangka orang tengah saling
menguji tenaga dalam. Mereka menonton terus.
499 Tidak lama nampak Kiauw Pak Beng mengeluarkan
keringat dan hawa putih keluar dari embun-embunannya.
Sebaliknya Thian Touw dan isterinya tinggal tenang saja.
Pihak San Bin bergirang, mereka menyangka kawannya
menang. Giok Houw juga mengeluarkan napas lega, hanya
dasar cerdik dan berpengalaman, ia menonton dengan
saban-saban melepas mata ke sekitarnya, terutama ke
arah rombongan musuh. Ia heran ketika tahu-tahu ia
tidak melihat Kiauw
Siauw, si pemuda pelajar, demikian juga Nona Liong.
Dari heran, ia menjadi bercuriga. Ia telah menanyakan
beberapa kawannya, mereka itu menggeleng kepala.
Saking curiga, tanpa sangsi lagi, ia lantas menyingkir dari
selat. Pertandingan tenaga dalam itu masih berlangsung
terus. Sekarang Thian Touw dan isterinya merasa tenaga
lawan telah menjadi sangat lemah, lalu tidak lama, lawan
seperti kehabisan tenaganya. Turut biasa, sampai itu
waktu, Kiauw Pak Beiij* mesti kehabisan tenaga dan
roboh sendirinya, hanya ia tidak, dia tetap duduk bersila
tak bergeming, tidak roboh.
Selagi Thian Touw heran itu, sekonyong-konyong si
orang tua bermuka merah tertawa tiga kali, nyaring
tertawanya, habis itu, sambil menarik pulang rantainya,
dia berlompat bangun, untuk berdiri, seraya dia berkata
keras: "Mengingat peryakinanmu yang lama dan sukar,
aku si orang tua tidak niat mencelakai kamu, maka itu
sekarang aku memberi ampun satu kali kepada kamu,
akan tetapi di belakang hari, jikalau kamu berani main
gila, aku nanti datang mencari untuk membikin
500 perhitungan! Mengenai barang bingkisan ini aku beri
ingat kepadamu, baiklah kamu jangan campur tangan
lagi! Cukup telah aku bicara, maka maulah aku pergi!"
Kiauw Pak Beng lantas berjalan pergi, benar
tindakannya perlahan, ia toh bisa jalan dengan tetap,
sedang tadinya ialah seorang lumpuh. Sebenarnya, kaki
kirinya belum tersalurkan benar, tetapi ia perlu lekaslekas
menyingkir. Kalau ada orang yang ketahui
rahasianya itu, di dalam keadaan seperti itu, ia tidak
berdaya, ia belum pulih tenaganya.
Di antara kawan-kawan Ciu San Bin, ada beberapa
yang heran dan bercuriga, akan tetapi karena mereka
tahu, orang tua itu sangat lihai, mereka tidak berani
maju untuk menegur. Sudah begitu, mereka pun berdiam
saja, tidak ada yang hendak mengutarakan
kecurigaannya itu pada Thian Touw dan In Hong.
Sebentar kemudian Kiauw Pak Beng sudah keluar dari
selat. Ia diturut oleh Le Kong Thian dan Chian Tiang Cun
juga. Tanpa mengatakan apa-apa, komandan Gilimkun
ini turut pergi dengan meninggalkan rombongannya.
Ciu San Bin lantas bertindak. Ia mengapalai orangorangnya
untuk merampas kereta. Kepada semua
pelindung bingkisan itu, San Bin kata dengan bengis:
"Letaki senjata kamu, semua boleh pergi!"
Bagaikan mendengar keampunan, semua serdadu dan
atasannya melempar-lemparkan senjata mereka, hanya
sebelum mereka dibiarkan pergi, lebih dulu mereka
digeledah satu demi satu. Dari mereka itu tidak
kedapatan apa-apa. Ketika mereka telah pergi semua,
rembulan sudah berada tinggi.
501 San Bin menjadi heran. Dari barisannya, yang
memeniksa kereta-kereta, diterima laporan nihil. Tidak
ada kedapatan barang bingkisan. Yang ada hanya
rangsum serta beberapa rupa barang lain ialah hasil bumi
wilayah barat daya.
"Hai, ke mana perginya bingkisan?" demikian orang
saling bertanya. Semua heran dan penasaran. Bukankah
mereka telah berkelahi lama dan hebat, ada yang terluka
dan terbinasa" "Mungkinkah itu dibawa Kiauw Pak Beng
dan Le Kong Thian?" Dugaan ini disangsikan. Kiauw Pak
Beng orang kenamaan dan dia pun mengatakan tidak
hendak mencampuri lagi urusan bingkisan itu.
"Tapi kalau benar dia membawanya sendiri ke
Pakkhia, bukankah itu bakal menambah besar
namanya?" kata In Hong. Nyonya ini masih sangsi.
Thian Touw ragu-ragu. Tidak nanti Pak Beng dan Kong
Thian membawa barang tanpa terlihat. Biasanya barang
bingkisan berjumlah besar dan berat. Anggapan ini
dibenarkan oleh beberapa yang lain.
Habis, mana dia barang bingkisan itu" Ke mana
perginya" Semua orang berpikir keras.
Segera In Hong ingat, di antara mereka tidak nampak
Giok Houw. dan Kiam Hong. Ia tanya, ke mana perginya
mereka itu berdua. Semua orang menggeleng kepala.
Tadi tidak ada yang memperhatikan muda-mudi itu.
Sekarang ternyata, anak Kiauw Pak Beng pun tidak
ada.

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

502 "Pastilah bingkisan itu dibawa kabur Kiauw Siauw!"
kata In Hong. "Mari kita menyusul! Mungkin Giok Houw
lagi mengejar dia!"
Kali ini dugaan Nyonya Hok Thian Touw tepat.
Memang Giok Houw menyangka Kiauw Siauw yang
membawa bingkisan, maka itu ia lantas menyusul. Di
tengah jalan ia bertemu orang ronda, yang menerangkan
benar ada orang seperti si pemuda pelajar yang kabur
pergi dengan kudanya tanpa dia dapat dicegah. Setelah
ditunjuki arah yang diambil Kiauw Siauw, Giok Houw
menyusul sambil berlari keras. Setengahjam sudah ia lari
cepat, lantas kupingnya mendengar suara senjata
beradu. Maka ia perkeras larinya. Untuk girangnya, ia
melihat di sebelah depan, di bawah lereng, ke empat
budaknya Nona Liong lagi mengepung Kiauw Siauw, si
nona sendiri ada bersama mereka. Sebenarnya ke empat
budak itu bukan tandingan si pemuda pelajar dan
dengan gampang mereka dapat dikalahkan, kalau
sekarang mereka bisa mengurung, itulah disebabkan
mereka berempat telah melatih semacam ilmu berkelahi
yang berupa pengepungan, sedang sekarang mereka
dibantu nonanya sendiri. Biar dia gagah, pemuda itu
tidak bisa lantas meloloskan diri.
Hati Giok Houw menjadi lega. Ia lari menghampirkan.
sambil tertawa dan dengan suara tegas, ia kata: "Nona
Liong, harap saja semangkok air ini kita minum
bersama!" Itulah kata-kata rahasia kaum kangouw dan artinya
meminta pembagian sama rata.
Kiauw Siauw mengerti bahasa rahasia itu, dia tertawa.
503 "Air masih belum diminum!" dia berkata mengejek.
"Jikalau kau ingin menjilat darah di atas golok, nah kau
majulah!" Hebat pemuda pelajar ini, selagi mulutnya mengoceh
demikian, kipasnya dikasi bekerja, tepat mengenai satu
budaknya Kiam Hong, hingga budak itu lantas roboh!
Nona Liong mendongkol, ia mendesak. Dengan jurus
"Puteri naga menusuk benang," ia menikam jalan darah
jikhie hiat lawannya itu.
Kiauw Siauw Siauw berani dan sebat sekali. Ia
membebaskan diri justeru sambil maju, hingga ia bisa
mendekati Hee Hoo dan Tong Bwee, pedang siapa ia
ketok jatuh. Lalu sambil tertawa, ia menjambret
punggungnya budak yang ke empat, niatnya untuk
ditarik dan ditangkap, agar budak itu dapat dijadikan
tameng. Giok Houw tiba di saat si budak terancam itu, dengan
goloknya, dia membacok.
Kembali Kiauw Siauw Siauw mengasi lihat
kepandaiannya. Ia membebaskan diri dengan gerakan
kedua tangannya berbareng. Dengan kipasnya ia
punahkan tikaman si nona, dengan tangkapan "Tay
Kimna," ia membikin Giok Houw menarik pulang
serangannya itu.
CATATAN 1) Hal Law Tong Sun memaksa Tiat Keng Sim untuk
menyerahkan pedang Cio Keng To sehingga Keng To
504 mengusir Keng Sim dari perguruaannya dapat diikuti
dalam cerita Sanhoa Lihiap atau Pendekar Wanita
Penyebar Bunga.
2) Peristiwa penyerbuan Ci Hee Tojin dan kawankawannya
pada saat ulang tahun ke delapan puluh Hian
Ki Itsu dapat dibaca di cerita Sanhoa Lihiap atau
Pendekar Wanita Penyebar Bunga.
Giok Houw tidak mundur, ia maju terus. Sekarang ia
menggantikan ke empat budak itu, untuk bersama Kiam
Hong melawan pemuda kosen itu. hingga mereka jadi
bertarung seruh sekali.
Sesudah lima puluh jurus ternyata, perpaduan di
antara Giok Houw dan Kiam Hong menjadi bertambah
erat. Kiauw Siauw Siauw melihat itu, ia menjadi berpikir:
"Melihat begini, meski aku tidak bakal kalah, aku toh
sukar merebut kemenangan, jikalau datang bantuan
untuk mereka, aku bisa susah..."
Kekuatiran ini beralasan. Bahkan asal ke empat budak
turut maju, ia bisa terkurung dan terkalahkan. Ke empat
budak itu tidak bisa lantas maju karena yang satunya
masih belum pulih kesegarannya.
Kiauw Siauw Siauw lantas bertindak. Ingin ia lekas
kabur. Ia mencoba memapas jeriji tangannya Giok Houw
yang memegang golok. Pemuda ini mengelakkan
tangannya. Siauw Siauw tidak mendesaknya lagi, ia
berbalik menyerang nona Liong.
505 "Kau mau kabur?" Giok Houw membentak. Ia melihat
sikapnya lawan ini. Lantas ia berlompat maju. membacok
ke arah nadi orang. Ia menggunakan jurus "Matahari
putih menutupi matahari."
Kiam Hong mendengar suaranya Giok Houw.
mendadak ia sadar. Siauw Siauw hendak mengancam
padanya, supaya kalau ia mundur, dia pun bukan maju
terus, hanya hendak mundur, guna berlompat lari. Maka
itu ia membalas menyerang dengan kebutan ujung
bajunya. Tepat kebutannya ini mengenai kipas besi,
sedang pedangnya menikam, menembusi tangan baju
orang. Siauw Siauw terkejut. Ia jadi berlaku waspada. Karena
barusan gagal, ia lantas memikir lain akal. Mendadak ia
bersiul nyaring. Dari lereng gunung lantas terlihat
munculnya sekor kuda. Itulah kuda tunggangannya, yang
tadi ia tinggalkan untuk bisa melayani Kiam Hong
berlima. Kuda itu jinak dan telah terlatih baik, benar kaki
depannya terpanah Nona Liong tetapi sekarang dia dapat
berlari seperti biasa, tadi dia berdiam saja. setelah
dipanggil, baru dia menghampirkan majikannya.
Terkejut juga Giok Houw melihat munculnya kuda itu.
Justeru begitu. Siauw Siauw mengancam mukanya Nona
Liong, meneruskan mana, ia menyampok goloknya si
anak muda. Giok Houw kaget, telapakan tangannya nyeri,
goloknya hampir terlepas. Syukur untuknya, belum
sempat ia bersiap itu, Kiam Hong sudah mendahului
menyerang, hingga si pelajar tidak bisa mengulangi
serangannya terhadapnya.
506 Siauw Siauw memang berniat kabur, maka itu selagi
ditikam si nona, setelah berkelit, ia meneruskan lari
kabur. Hanya apa yang aneh, ia lari dengan
bertentangan tujuan dengan kudanya.
Giok Houw heran, segera ia dapat membade.
Semenjak tadi pun ia telah perhatikan tubuh musuh dan
tidak ada tanda-tandanya musuh ini menyembunyikan
barang berharga. Sekarang kuda itu kabur ke selatan.
Siauw Siauw sendiri ke utara. Maka ia tidak mengejar si
pelajar, hanya lari ke arah kuda, dengan huito, golok
rahasianya, ia menimpuk kuda itu, tepat kena
kempolannya. "Kejar kuda itu!" ia pun berseru.
Kiam Hong melengak. sejenak, lantas dia pun sadar.
"Benar!" serunya. "Bingkisan tidak ada pada Siauw
Siauw, tentu ada pada kudanya!"
Hanya kuda itu. kecuali selanya, tidak membawa
barang lainnya.
"Jangan kita dijual!" kata Giok Houw. "Kenapa kuda
dan orang lari berlainan jurusan" Kuda itu terdidik dan
majikannya licin, si majikan tentu hendak memancing
kita mengejar dia. Mari!"
Kuda itu lari keras sekali Panahnya si nona dan golok
terbang si pemuda membuatnya sangat kesakitan, maka
dia kabur sekerasnya. Giok Houw berdua Kiam Hong
berlari keras tetapi tidak bisa lantas menyandak, terpaksa
mereka mengikuti saja. Mereka percaya, setelah habis
tenaganya, kuda itu mesti roboh sendirinya atau dia
keburu kecandak.
507 Benar juga, selang setengah jam, kudanya Siauw
Siauw terlihat lari semakin kendor.
Selagi muda-mudi ini mengejar terus, tiba-tiba kuping
mereka mendengar suara mengaungnya anak panah,
yang keluar dari rimba di tepi jalan.
"Sahabat mana di sana?" Giok Houw menegur. Tapi ia
belum mendapat jawaban ketika terdengar suara kuda
meringkik keras, lantas kuda Siauw Siauw roboh untuk
tidak bergerak lagi.
"Orang itu dapat memanah kuda sekali mati, dia lihai,"
pikir Giok Houw.
Segera juga dari dalam rimba muncul sebarisan terdiri
dari kira-kira tiga puluh orang, semuanya wanita, sedang
yang berada di muka ialah seorang wanita tua. siapa
terus tertawa lebar dan berkata nyaring: "Bagus! Kiranya
kau!" Giok Houw terperanjat. Ia lantas mengenali Cit Im
Kauwcu, yang bercokol di atas kudanya. Pula itu waktu,
satu nona lari kepada kuda yang roboh, untuk
mengambil selanya.
Nona itu ialah Im Siu Lan, gadisnya kauwcu itu. Ketika
dia mengangkat sela, untuk dibawa pergi, tubuhnya
sedikit terhuyung, seperti dia memakai tenaga besar.
"Selamat bertemu, kauwcu!" berkata Giok Houw
seraya memberi hormat. "Aku merasa beruntung sekali
dengan pertemuan ini!"
"Mungkin kau sendiri hendak mengatakan tidak
beruntung!" kata Cit Im Kauwcu, yang tertawa
mengejek. "Hm! Kiranya kau masih mengenali aku!"
508 "Sabar, kauwcu," berkata Giok Houw. "Di antara kita
memang ada perselisihan paham tetapi kau harus ingat,
di dalam urusanmu dengan kaum Kaypang. aku telah
membantu pihakmu. Tidakkah urusan kita dapat
dihabiskankan?"
Giok Houw pernah menampik lamaran kauwcu itu dan
sekarang ia menyebut-nyebut urusan dengan kaum
Kaypang, yang menyakiti hati si kauwcu. tidak heran
nyonya tua itu menjadi gusar. Berulangkah dia tertawa
dingin dan mengatakan: "Hm! Hm!"
"Sudah, ibu!" kata Siu Lan. "Dia tidak mau bicara
tentang persahabatan, kita ambil jalan masing-masing,
supaya ibu tidak usah mendongkol."
Sengaja Siu Lan mengatakan demikian sebab ia kuatir
ibunya nanti menyerang si anak muda. Dengan begitu ia
mau melepas budi pada anak muda itu.
Cit Im Kauwcu dapat membade hati puterinya, ia
menjadi sedikit sabar. Ia kata dengan dingin: "Bocah
yang baik. awas lain kali, jangan kau bentrok pula
denganku!"
Habis berkata, nyonya itu memutar kudanya untuk
berlalu. Giok Houw bergelisah sendirinya.
"Tunggu!" ia berkata.
Cit Im Kauwcu menoleh. "Aku telah lepaskan kau,
apakah kau masih mau banyak rewel" dia menegur.
"Kita tidak mengganggu, kita mengambil jalan masingmasing,
itu memang paling baik," kata si anak muda.
"Aku cuma minta kauwcu suka menyerahkan sela kuda
itu padaku, lantas aku pergi dari sini."
509 "Sela ini selamu?" tanya kauwcu itu, tertawa
mengejek. "Adalah kuda itu yang aku kejar-kejar," menjawab
Giok Houw. "Lihat di kempolan kuda ada goloknya, itulah
golokku." Kauwcu itu tetap tertawa dingin.
"Kuda ini kudamu?" dia tanya pula.
"Itulah kuda orang jahat, yang penjahatnya telah aku
usir," menyahut Giok Houw. "Karena itu menurut aturan
kangouw, kuda ini kepunyaanku."
"Aturan apa" Segala aturan Jalan Hitam?" kata si
nyonya tua, dingin. "Jadi kamu pun penjahat" Baiklah,
begini saja. Kita turut aturan Jalan Hitam itu. Kuda ini
aku yang panah, maka selanya menjadi milikku!"
Kata-katanya nyonya tua ini ada benarnya. Menurut
aturan Jalan Hitam, barang itu --- sela --- harus dibagi dua. Hanya
sela satu. Apakah sela itu mesti dibelah dua"
Giok Houw terdesak tapi ia masih bicara pula. Ia
berlaku sabar. "Baiklah aku omong terus terang." katanya. "Pemilik
kuda ini bermusuh kamu asyik sekali!"
Kali ini Kiam Hong jengah juga. In Hong tertawa pula.
"Siauw Houw Cu!" katanya. "Kau tahu. adikku ini
sudah sejak siang-siang ingin sekali belajar kenal dengan
kau!" Thio Giok Houw merasakan hatinya berdenyut, ia
jengah berbareng girang sekali.
510 "Benarkah?" ia tanya, perlahan.
"Dia sering mendengar aku menyebut-nyebut kau,"
berkata pula In Hong. "Aku mengatakan kau cerdik,
jenakadan lihai ilmu silatmu, dia tertarik hatinya. Ketika
aku menerima undangan Kimto Cecu dan mengetahui
kau mengepalai perampasan barang-barang hadiah di
wilayah Selatan, dia tidak dapat mengendalikan hati lagi,
dia lantas berangkat untuk dengan diam-diam menguji
kepandaianmu!"
"Nah, ini dia yang dikata. gelombang sungai
Tiangkang yang belakang mendorong yang depan, dan di
dalam dunia itu, yang baru menggantikan orang lama!"
berkata Sin Cu bersenyum. "Ya, sejaman demi sejaman,


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang bertambah gagah. Mereka ini berdua masih muda
tetapi mereka sudah dapat melakukan sesuatu yang
menggemparkan seluruh negara, mereka jauh terlebih
gagah daripada kita semasa muda kita. Sebenarnya aku
bicara tentang Nona Liong tetapi dengan sendirinya suteku
ini turut kesebut-sebut. Syukur kau bukannya orang
luar, enci Leng, maka tidak usahlah aku merasa malu!"
In Hong tertawa.
"Aku memang hendak memuji adik Hong-ku ini lihai!"
ia bilang. "Enci Leng!" berkata Kiam Hong. menyelak. "Jikalau
kau masih menggodai aku. hendak aku pergi!"
"Ya, mari kita bicara tentang urusan yang penting"
berkata juga Giok Houw. "Barang hadiah telah orang
merampasnya secara enak sekali..."
"Begitu?" tanya Sin Cu. "Siapakah yang melakukan
itu?" 511 "Cit lm Kauwcu!" Giok Houw memberitahukan. la
lantas menuturkan perbuatan kauwcu itu. yang memegat
kuda dan merampas pelananya tanpa ia dan Kiam Hong
berhasil merampasnya, karena kauwcu itu lihai dan
cerdik, dia sudah lantas mengangkat kaki.
"Kalau begitu, pada si pemuda she Kiauw itu tidak ada
barang hadiahnya," berkata Sin Cu. "Menurut kau ini,
pastilah di dalam pelana itu ada tersembunyi barang
hadiah itu. Ah, urusan menjadi ruwet..."
"Bagaimana kepandaiannya Cit Im Kauwcu itu?" In
Hong tanya. "Dibanding dengan kami berdua, dia lebih lihai sedikit"
menyahut Kiam Hong. "Dibanding dengan enci berdua,
dia kalah jauh."
"Habis, apakah yang menjadikan ruwet?" In Hong
tanya pula. "Sebab keluarga Kiauw mempunyai keinginan
berbesan sama Cit Im Kauwcu," menyahut Giok Houw.
"Apabila mereka berdua bergabung menjadi satu, untuk
mendapatkan pulang bingkisan itu. tidakkah kita bakal
melakukan pertempuran dahsyat?"
Mendengar itu, Kiam Hong tertawa geli.
"Kau omong kurang jelas, mari aku yang mewakilkan!"
katanya. "Kiauw Pak Beng ingin mengambil puteri Cit lm
Kauwcu sebagai nona mantu, untuk itu dia telah
mengirim comblangnya, ialah Le Kong Thian. akan tetapi
Nona Im itu, yang dia sukai ialah ini Siauw Houw Cu!"
Giok Houw likat, ia berdiam.
"Oh, begitu!" kata In Hong. "Ya. ini ruwet juga!"
512 "Menurut apa yang aku dengar, kelakuannya Cit Im
Kauwcu tidak terlalu buruk," berkata Sin Cu, "maka itu
lebih baik jikalau kita tidak usah menggunakan senjata
terhadapnya. Hanya untuk mendapatkan barang hadiah,
itu benar-benar sukar jikalau keluarga Kiauw bekerja
sama dengannya. Perlu kita mencari pembantu yang
lihai." "Lebih perlu daripada itu. kita mesti segera
mengetahui di mana Cil Im Kauwcu menempatkan diri,"
Giok Houw memberi ingat. "Kita mesti bekerja sebat
sekali. Dari sini ke Pakkhia. perjalanan hanya tiga atau
empat hari, apabila mereka itu keburu membawa barang
bingkisan sampai di kota raja, itu artinya lebih sulit lagi!"
Kiam Hong tertawa. "Jikalau barang bingkisan itu
terjatuh dalam tangannya Cit Im Kauwcu," katanya, "aku
percaya belum tentu dia akan mengantarkannya kepada
raja, kebanyakan dia akan menahannya sendiri, untuk
dijadikan pesaiin puterinya! Dan aku mau lihat nantinya,
Kiauw Siauw Siauw yang bakal makan umpan atau kau
yang akan kena dipancing!"
"Ah, kembali kau bergurau!" kata Giok Houw. "Mari
kita lekas memikirkan dayanya!"
In Hong dan Sin Cu berdiam. "Yang berada bersama
Thian Touw itu apa bukan orang dari Kaypang?" In Hong
tanya. "Benar. Dialah Hupangcu Tie Goan," menjawab Sin Cu.
Ketika Ciu San Bin memecah rombongan akan mencari
Giok Houw, ia mengatur setiap rombongan terdiri
daripada dua orang. In Hong dan Sin fjoe sangat akrab
pergaulannya, maka itu, mereka merupakan satu
rombongan. Memang mereka berdua sudah lama tidak
513 bertemu. San Bin kuatir Thian Touw kurang kenal
jalanan, ia minta Tie Goan sebagai kawannya. Demikian,
ketua muda Kaypang ada bersama jago Thiansan itu. Sin
Cu lantas mengerti maksud orang setelah ia ditanya In
Hong. "Benar, kita membutuhkan dengan orang-orang
gagah, maka itu, jikalau kau menghendakinya, aku kuatir
mereka itu tidak mau mengerti."
Cit Im Kauwcu membuka matanya lebar-lebar,
sepasang alisnya bangun.
"Hm, kau menggertak aku dengari orang-orang
gagah!" katanya, tertawa dingin. "Aku tidak takut!"
"Apakah artinya sebuah pelana?" Im Siu Lan turut
bicara. "Kau bicaralah baik-baik, mungkin kami nanti
bersikap bersahabat denganmu!"
"Benar." berkata Cit Im Kauwcu, yang mengubah lagu
suaranya. "Jikalau kau menghendaki pelana ini, mari
turut aku pulang, nanti aku suka bicara secara baik-baik
denganmu. Jikalau kau tidak sudi memakai aturan,
akulah leluhurmu yang tidak mengenal aturan!"
Liong Kiam Hong mendengar semua itu, ia tertawa
terkekeh-kekeh.
"Jadi kamu menghendaki dia seorang saja?" ia
menanya. Siu Lan menjadi mendongkol. "Siapa bicara sama kau,
wanita penjahat?" dia mendamprat. Sebelah tangannya
lantas diayunkan dan dua buah cincinnya yang beracun
terbang menyamber.
Kiam Hong berlaku celi dan sebat, ia kelit itu.
514 "Bicaralah dengan baik, kenapa mesti menggerakkan
tangan?" Giok Houw menegur. "Sekarang serahkan dulu
pelana itu. lain kali pasti aku akan datang berkunjung
bersama Kimlo Cecu untuk menghaturkan terima kasih
kami!" "Bocah ini tidak bersungguh hati," kata Cit Im Kauwcu.
"Anak Lan. kau berangkatlah lebih dulu!..."
"Perlahan!" Giok Houw berseru, lantas dia menyusul.
Cit im Kauwcu tertawa dingin, sepuluh jeriji tangannya
lantas digerakkan.
"Minggir!" dia berteriak seraya tertawa dingin.
Thio Giok Houw tahu bahwa jeriji tangannya nyonya
tua itu ada bisanya, ia berkelit.
Liong Kiam Hong menghunus pedangnya, untuk
bergerak, atau Cit Im Kauwcu mendahului berlompat
menubruk, tangannya menyamber.
Nona Liong tidak takut, setelah berkelit, ia
meneruskan menikam dengan jurusnya "Bianglala
melintasi langit."
Cit Im Kauwcu tidak melayani, dengan mengisar kaki,
ia membawa tubuhnya mendekati Giok Houw pula, untuk
menyerang anak muda itu. Maka kejadianlah ia menjadi
melayani muda-mudi itu. yang ia tidak menempurnya
sungguh-sungguh, ia hanya merintangi saja. Dengan
begitu sebentar kemudian, Siu Lan dapat menjauhkan
diri, terus berlalu pergi.
Si anak muda mendongkol sekali yang ia telah
dipermainkan, dalam sengitnya ia menyerang berulangulang.
515 Cit Im Kauwcu melayani dengan tidak kurang
hebatnya, hanya habis itu, sambil tertawa nyaring, ia
memutar tubuh untuk mengangkat langkah panjang,
guna meninggalkan pemuda itu.
Giok Houw penasaran, ia mengejar, diikuti Kiam Hong.
Ketiganya ada ahli-ahli ilmu ringan tubuh, dari itu bisa
dimengerti yang larinya mereka pesat luar biasa.
Tidak lama, Cit Im Kauwcu berhasil menyandak
rombongannya, ia lantas lompat naik atas punggung
kuda sambil berseru memerintah: "Lepas panah!"
Perintah itu ditaati. Hujan anak panah lantas
menyamber Giok Houw dan Kiam Hong. Sembari
mengawasi, sambil tertawa, kauwcu itu kata dengan
nyaring: "Inilah panah yang ada racunnya, yang dapat
menutup jalan darah di kerongkongan! Siapa yang tidak
takut mampus, mari mengejar!"
Giok Houw dan Kiam Hong repot menangkis hujan
anak panah itu. sambil membela diri, mereka mengawasi
rombongan musuh. Di sana tidak ada Siu Lan. Mungkin
nona itu, dengan menunggang kuda. sudah mendahului
kabur. Terpaksa mereka tidak mengejar terus, maka di
lain saat. Cit Im Kauwcu dan rombongannya lelah pergi
jauh. "Aku tidak menyangka akan datangnya gangguan ini,"
kata si pemuda kemudian.
Kiam Hong tertawa. Ia bukannya masgul atau
mendongkol, ia justeru menggoda.
"Ah, kau masih bergurau!" kata Giok Houw masgul.
516 "Siapakah yang main-main?" tertawa si nona.
"Bukankah orang ada demikian manis budi mengundang
kau menjadi tetamunya?"
"Kalau aku man pergi, aku akan pergi bersama kau!"
kata si anak muda. Lagi-lagi nona itu tertawa. "Orang
tidak mengundang aku!" katanya, "Aku tidak mempunyai
muka terang sebagai kau!"
Siauw Houw Cu kewalahan. "Kiranya kau bukan cuma
ilmu silatmu lihai!" katanya akhirnya. "Nyata aku pun
tidak dapat melawan bibirmu yang bagaikan tombak dan
lidahmu yang seperti pedang!"
Kiam Hong tentu telah menjawab si pemuda kalau itu
waktu tidak terdengar suara panggilan: "Siauw Houw
Cu!" dan "Adik Hong!"
Giok Houw segera berpaling, maka ia melihat Ie Sin
Cu datang bersama Leng In Hong.
"Kiranya kamu berdua telah mengenal satu pada lain?"
In Hong kata tertawa.
"Bukan melainkan kenal bahkan golok dan pedang kita
entah berapa kali sudah saling gempur!" berkata si nona
yangjenaka, yang gemar sekali bergurau. Ia digoda
tetapi ia tidak menjadi likat.
"Begitu?" kata In Hong. "Sungguh bantuan mereka,"
ia bilang. "Kapan tiba saatnya, kau bersama Thian Touw
boleh melayani itu ayah dan anak she Kiauw. Untuk
mencari tahu halnya Cit Im Kauwcu. kita mesti minta
bantuannya Tie Goan. Syukur bagian selatan dari gunung
di mana penyelidikan harus dilakukan tidak jauh
terpisahnya dari sini."
517 Sampai di situ. mereka mendaki bukit. Tiba di atas.
Lcng In Hong mengasi dengar siulannya yang nyaring
halus, yang terdengar sampai di tempat jauh.
Sin Cu tertawa.
"Baru delapan tahun kita tidak bertemu, enci, tenaga
dalammu maju pesat jauh melebihkan aku!" ia memuji.
Tidak antara lama. dari tempat jauh terdengar siulan
serupa, yang menjadi jawaban siulan si nyonya muda.
Suara itu tidak tinggi, tetapi halus dan jelas. Itulah tanda
dari ilmu tenaga dalam yang mahir. Itulah jawaban dari
Thian Touw. "Urusan ini membikin repot kamu suami
isteri," berkata Sin Cu.
"Kenapa kau menjadi sungkan terhadapku, adikku?"
tanya In Hong. "Ah. sungguh memusingkan kepala. Kau
tahu. kalau bukan untuk aku. tidak nanti Thian Touw sudi
turun gunung."
"Ya, aku justeru hendak memberitahukan kau. Thian
Touw pernah datang ke tempatku, dia meninggalkan
surat dengan apa dia minta kami membujuki kau pulang.
Sebenarnya soal apa yang kamu pertengkarkan?"
Mukanya In Hong bersemu merah, agaknya ia malu.
"Sebenarnyaaku mengagumi kau dan toako Seng
Lim," katanya perlahan.
Nyonya Yap Seng Lim tertawa.
"Kamu justeru pasangan yang setimpal, pasangan
dewa-dewi," katanya. "Kenapa sebaliknya kau
mengagumi penghidupan kita. penghidupan kaum
kangouw?" Nyonya Hok Thian Touw menghela napas.
518 "Adik." katanya, "baru beberapa tahun kita tidak
bertemu, kau lantas berlaku sungkan terhadapku..."
Sin Cu menggengam keras tangan kawan itu. ia
tertawa. "Apakah Thian Touw menghina kau?" ia tanya.
"Sampai sebegitu jauh, tidak," menyahut In Hong.
"Habis, kenapakah kamu berselisih paham?"
"Aku justeru ingin berselisih hebat dengannya!" kata
In Hong sengit.
Sin Cu tertawa.
"Dia justeru tidak mau melayani kau! Benarkah" Di
antara suami isteri. ada urusan apa juga. itu harus
didamaikan, kedua pihak mesti saling mengerti. Kalau
dapat, janganlah orang berselisih!"
"Hanya dia, dia sangat kurang memperhatikan lain
orang! Sebenarnya dia melarang aku turun gunung! Ketika
aku menerima undangan, aku pergi dengan diam-diam.
Dia tidak senang atas kepergianku ini. Demikian tadi.
ketika aku mengajak dia mengepung si siluman tua. dia
kurang setuju."
Dari suratnya Thian Touw. Sin Cu sudah tahu di antara
Thian Touw dan In Hong terbit perselisihan paham,


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya ia tidak menyangka bahwa sampai di saat seperti
ini. Thian Touw masih tidak setuju membantu mereka.
"Kalau begitu," katanya, "scselesainya urusan ini.
baiklah kau pulang. Jikalau kamu dapat menciptakan
suatu partai baru. itulah bagus sekali."
519 In Hong menyeringai. "Dengan begitu aku bukan lagi
burung hong yang terbang di mega hanya burung hong
di dalam sangkar!" berkata ia. berduka. "Untuk apakah
orang mempelajari ilmu pedang" Thian Touw tidak mau
memikirkan atau menginsafi itu. dia seperti juga cuma
ketahui, bahwa demi ilmu maka barulah orang
meyakinkan ilmu silat pedang itu. Karenanya, dia seperti
hendak mengasingkan diri! Aku" Tidak biasa aku dengan
itu macam penghidupan! Setiap tengah malam, di waktu
sangat sumi. dia melatih sendiri ilmu pedangnya. Aku
sendiri, adik. aku memikirkan kau. aku memikirkan itu
hari-hari ketika kita berada di antara pasukan tentera
rakyat!" "Begitu, enci" Aku berterima kasih untuk perhatianmu
itu!" kata Sm Cu tertawa.
"Lagi pula dia sangat angkuh!"
"Begitu" Inilah aku tidak lihat."
"Memang itu tidak kentara pada wajahnya. Sekarang
ini dia belum mencapai puncak latihannya, dia sudah
menempatkan diri sebagai pendiri suatu partai. Dia tidak
melihat mata kepada siapa juga. Sekalipun Thio Tayhiap.
dia cuma mengagumi sedikit. Dia berani mengatakan
Thio Tayhiap bukannya orang yang tekun mencari ilmu
kepandaian, dia kata Thio Tayhiap sering perhatiannya
oleh banyak urusan luaran, bahwa sikap Thio Tayhiap itu
mengganggu kemajuan dirinya sendiri. Maka dia
berpendapat, di akhirnya Thio Tayhiap melainkan
menjadi satu tayhiap yang menggemparkan negara,
tayhiap kekurangan kesempurnaan sebagai seorang yang
membangun. Dia pun sering mentertawakan aku dan
mengatakan, jikalau aku tetap sering ikut kamu
520 merantau, kalau aku menjadi muridnya, aku mesti
belajar silat mulai dari permulaannya lagi! Memangnya
dia menganggap aku sebagai muridnya, di dalam hatinya
belum pernah dia memandang aku sebagai isterinya
yang sederajat dengannya."
"Memang, pendapat atau pandangan orang banyak
yang tidak sama," kata Sin Cu, "hanya di antara suami
isteri. pandangan bahwa diri sendiri yang tertinggi, itulah
kurang tepat. Pandangannya itu perlu diichtiarkan
perubahannya."
"Karena sikapnya itu. aku suka tidak mempelajari ilmu
silat ajarannya," berkata In Hong. "Sayang aku bebal,
jikalau tidak, aku juga ingin membangun suatu partai
persilatan sendiri, untuk dapat menempur dia!"
Thio Giok Houw tidak puas mendengar Thian Touw
mencela pandangan gurunya, maka itu, mendengar
perkataan In Hong yang terakhir ini, ia campur bicara.
"Enci Leng, kami semua kangen padamu, dari itu,
baiklah kau perlambat beberapa tahun pulangmu ke
gunung!" katanya. "Mari bersama suci Sin Cu kita
meyakinkan ilmu pedang Hian Ki Kiamhoat hingga
sempurna. Semua kitabnya Thian Touw telah kau lihat,
sedang ilmu pedang Hian Ki Kiamhoat juga ada
gabungan dari pelbagai ilmu silat lainnya, jikalau kita
yakinkan, mungkin kita dapat menciptakan suatu ilmu
pedang baru yang dapat menandingi peryakinannya
Thian Touw itu! Sampai itu waktu maka kaulah yang
justeru menyuruh dia menjadi muridmu!"
Sin Cu tertawa geli.
521 "Eh, Siauw Houw Cu, tabiatmu sungguh tabiatnya satu
bocah! Apakah kau hendak mencerai beraikan mereka,
suami isteri?"
Giok Houw jengah.
"Bukan maksudku begitu," katanya. Mukanya pun
bersemu dadu. Sepasang alisnya In Hong bangun.
"Aku paling senang dengan tabiat jujur Siauw Houw
Cu ini!" katanya. "Memang benar pikirannya itu. Kita
dapat meyakinkan ilmu bersama, untuk menciptakan
suatu ilmu silat baru. untuk di belakang hari dipakai
menguji kepandaiannya Thian Touw, agar dia
mengetahui, bahwa dengan hidup di dalam dunia
kangouw juga orang dapat menciptakan sesuatu!"
"Sudahlah!" Sin Cu tertawa. "Apakah gampang untuk
menciptakan suatu ilmu silat baru atau membangun
partai yang lainnya lagi?"
"Tetapi, adikku," membantah In Hong, "ada pepatah
yang mengujarkan: tiga orang tukang kulit yang bau
dapat mengalahkan satu Cukat Liang! Kita bertiga
bukannya si tukang-tukang kulit yang bau itu! Mustahil
kita kalah?"
Nyonya muda ini berbicara dengan bersemangat
hingga tampak gagah sekali.
"Bagus, bagus!" Sin Cu tertawa. "Kamu suami isteri
yang lagi membawa adat, lantas kamu menyeret-nyeret
kami! Ingat, jikalau Thian Touw mengetahui ini, dia
dapat mengatakan kami membantu berbuat jahat!"
522 Kiam Hong berdiam saja sekian lama, tapi sekarang
mendadak ia bersuara.
"Ah, Hok Toako datang!" katanya.
Memang benar, segerajuga terlihat Thian Touw
mendatangi bersama seorang pengemis tua.
Thian Touw melihat mereka berempat. Dia tertawa.
"Kiranya Siauw Houw Cu dan Nona Liong ada di sini!"
katanya. "Bagaimana, apakah hadiah itu telah dapat
dirampas pulang?"
"Terima kasih untuk perhatianmu, Hok Toako," kata
Siauw Houw Cu tawar.
"Kami justeru hendak mencari kamu berdua untuk
memohon bantuan kamu," menjawab Sin Cu.
Tie Goan menjura dalam.
"Silahkan kau menitahkan, Ie Lihiap." katanya
merendah. "Aku si pengemis tua pasti akan memberikan
bantuan sebisaku."
"Hanya sayang," berkata Thian Touw, "mungkin aku
tidak dapat membantu apa-apa. Mengenai urusan kaum
kangouw, apa pun aku tidak mengerti."
Dia bicara merendah, tapi hatinya tak gembira.
"Tie Pangcu, aku justeru hendak memohon
bantuanmu." berkata Sin Cu. "Enci Leng, hari ini kami
membikin letih kamu suami isteri, maka itu pergilah
kamu berdua beristirahat. Tentang yang barusan kita
bicarakan, baik juga sekalian kau omongkan dengan
HokToako."
523 Thian Touw merasa tidak enak. Ia tidak tahu urusan
apa itu. Ia melihat roman isterinya tidak wajar.
"Baiklah," katanya. "Aku memang ingin bicara sama In
Hong." Suami isteri ini bicara sebentar, lantas keduanya
masuk ke dalam rimba.
Siauw Houw Cu dan Liong Kiam Hong, seperti sudah
berjanji, juga lantas mengundurkan diri bersama-sama.
Tidak lama dari dalam rimba lantas terdengar
suaranya Thian Touw dan In Hong, kadang-kadang
perlahan, tempo-tempo keras.
Kiam Hong mendengar itu, dia tertawa.
"Benar-benar mereka sepasang musuh!" katanya.
"Sebentar mereka rapat sekali, sebentar seperti es dan
arang yang tidak dapat nempel bersatu! Kau dengar,
mungkin mereka lagi berkelahi!"
Nona ini mengatakan demikian, karena ia mendengar
jelas suara orang, yang berselisih paham, hingga kecuali
salah satu mengubah sikap, mereka bisa menjadi
bertempur, atau sulit untuk mendamaikannya...
Giok Houw berduka. Ia merasa berkasihan untuk In
Hong. "Sudahlah, kita jangan mencuri dengar suami isteri itu
berselisih!" katanya kemudian. "Mari kita pergi ke rimba
sana." Kiam Hong memperlihatkan roman tidak puas.
524 "Kalau menurut kau, aku jadi lagi mencuri mendengar
perselisihan orang!" katanya, "Sebenarnya aku pun malas
mendengarnya! Kalau mau pergi, mari kita pergi!"
Giok Houw tertawa.
"Ingat, kita jangan bercedera dulu!"
Mukanya si nona menjadi merah, hatinya panas, mau
ia menghentikan tindakannya, atau tanpa merasa, ia
berjalan terus, mengikuti Giok Houw pergi ke lain bagian
dari rimba itu.
Ketika itu langit baru terang, angin pagi membawa
haaimnya bunga, yang membuat hati mereka menjadi
terbuka dan lega.
"Selama berada di gunung Thiansan, cuma di antara
waktu kedua musim semi dan panas baru aku melihat
bunga-bunga mekar," berkata Kiam Hong. "Di sana itu
cuma teratai salju yang kedapatan selama empat musim,
bunga apa juga tidak dapat melawannya. Sangat sukar
untuk melihat bunga itu."
"Aku telah menanti setengah tahun, baru hari ini
untuk pertama kali aku mendengar asal-usulmu," berkata
Giok Houw. Si nona baru menyebutkan dia asal gunung
Thiansan. Nona itu tertawa.
"Tadinya kau menganggap aku orang apa?"
"Mukanya aku menyangka kau puterinya satu keluarga
kaum persilatan, yang membawa-bawa budak pergi
merantau."
"Apakah aku mirip dengan puterinya satu keluarga
persilatan seperti kau sebutkan?"
525 "Hanya belakangan aku melihat kau tidak mempunyai
gerak-gerik seorang nona hartawan. Lantas dugaanku
berubah. Aku menyangka kau puterinya seorang raja
gunung. Tetapi kau tidak sebebas puteri gunung yang
kebanyakan. Kau cerdas sekali, sikapmu terus terang,
aku menjadi berpikir lain. Aku sampai tidak dapat
menerka-nerka kau sebenarnya orang dari golongan
mana. Adalah kemudian lagi, setelah melihat ilmu
pedangmu, aku menduga kepada Enci Leng. Ya. sifatmu
pun hampir mirip sifat enci Leng itu."
Kiam Hong tertawa, ia menutup mulutnya.
"Segala apa kau telah gunai untuk melukiskan roman
dan sifatku!" katanya. "Syukur di sini tidak ada lain orang
yang mendengarnya, kalau tidak, orang tentunya tertawa
hingga sukar untuk menutup mulutnya! Baiklah kau
ketahui, Cun Heng berempat itu bukannya budakbudakku.
Sebenarnya dulu hari, ibuku pernah menjadi
salah seorang tauwbak wanita, sedang ibu mereka
berempat itu ialah serdadu-serdadunya enci Leng."
Memang, selama Leng In Hong masih menjadi
berandal, ibunya Kiam Hong menjadi salah satu
pembantunya yang dipercaya, sayang di dalam satu
pertempuran, nyonya itu telah terbinasa, maka Kiam
Hong dirawat In Hong. dipandang sebagai adik, dididik
dalam ilmu silat. Kemudian lagi. ketika In Hong menikah
dengan Thian Touw. bukan saja Kiam Hong turut terus,
juga beberapa serdadu wanitanya, yang berat berpisah
dengannya, hanya kawanan serdadu wanita itu tidak
dapat tinggal sama-sama di atas gunung, mereka
mendirikan semacam perkampungan di kaki gunung itu.
hingga mereka dapat tinggal tetap berkumpul bersama.
In Hong memilih empat anak bekas serdadunya, untuk
526 dijadikan kawan bermain Kiam Hong. dan merekalah Cun
Heng berempat itu.
"Kalau begitu, enci Leng ialah enci-mu berbareng
gurumu juga," berkata Giok Houw.
"Memang. Aku diajari silat semenjak aku masih kecil,
hanya karena beda usia kami tidak ada sepuluh tahun,
kami berbahasa kakak dan adik. Mengenai urusan
merampas bingkisan ini. Hok Toako tidak setuju, dia
melarang enci Leng. Tapi dia tidak dapat melarang aku,
maka itu aku pergi dengan mengajak Cun Heng beramai.
terpaksa aku membikin mereka mirip budak."
"Sungguh aku tidak menyangka, baru ini pertama kali
kau muncul di dalam dunia kangouw. sepak terjangmu
sudah mirip dengan seorang yang telah berpengalaman!"
"Jangan kau lupa bahwa aku terlahir di jaman
huruharadan hidup di dalam dunia kangouw! Aku
menjadi besar di dalam pasukan suka rela!"
"Secara demikian, di antara kita banyak yang mirip
satu dengan lain. Sedari masih kecil, aku telah
kehilangan kasih sayang orang tuaku. Aku pun menjadi
besar dalam dunia kangouw, di jaman huruhara.
Perlakuan enci Sin Cu terhadap aku mirip sama perlakuan
enci Leng terhadapmu."
"Tentang asal-usulmu aku telah mengetahuinya dari
siang-siang dari enci Leng," Kiam Hong memberitahukan,
"maka juga sebelumnya aku bertemu sama kau,
semenjak aku masih kecil sekali, kau sudah jadi seperti
sahabatku."
"Sayang untukku, sebelumnya ini, aku tidak tahu apaapa
tentang kau. Cuma ada satu hal yang sama di antara
527 kita. Yaitu ketika pertama kali aku bertemu sama kau,
aku merasa aku seperti sudah pemah melihat kau, aku
merasa seperti aku pernah kenal padamu. Ya, inilah
aneh! Toh ketika pertama kali kita bertemu, kaulah


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

musuhku, tetapi aku telah memandangnya sebagai
sahabat!" "Benarkah itu?" tanya Kiam Hong perlahan.
"Benar." sahutnya, perlahan juga.
Tanpa merasa mereka saling menjabat tangan eraterat..
Selagi sepasang muda-mudi ini menikmati
persahabatan mereka, Thian Touw dan In Hong lagi
berselisih. Thian Touw menganggap bahwa urusan telah
selesai dan ia mengajak istcrinya pulang ke gunung.
Sebaliknya In Hong mengatakan belum, ln Hongjustru
mengajak suami itu pergi mencari Cit Im Kauwcu. untuk
mendapatkan bingkisan yang dibawa pergi kauwcu itu.
"Aku mengira cukup setelah dia dikalahkan itu waktu,
aku tidak menyangka bahwa dia mesti dikalahkan
menurut keteranganmu ini!..."
"Membantu sahabat harus membantu sampai di
akhirnya!" In Hong memotong. "Mana dapat kita berhenti
di tengah jalan?"
"Hm!" suami itu bersuara di hidung. "Jikalau kita tidak
bersungguh-sungguh hati meyakinkan ilmu silat pedang
kita maka seumur hidup kita ini juga, aku kuatir. kita
tidak mempunyai pengharapan untuk mengalahkan
orang she Kiauw itu!"
528 "Akan tetapi sedikitnya kita dapat juga mencegah dia
terus-terusan "berlaku jahat!" sang isteri masih tidak
mau mengalah. "Secara begitu dapat kita mencegah
sahabat-sahabat kita dicelakai dia! Bukankah tadi kita
telah mencoba padanya" Asal kau tidak takut, umpama
kata kita dapat mengalahkan dia, sedikitnya kita akan
dapat mempertahankan diri. Berimbang kekuatan kita
kedua belah pihak. Secara demikian pun kita menjadi
sudah dapat membantu banyak kepada C ioe Toako
beramai!" Thian Touw mengangkat kepalanya, memandangi
langit. Ia nampak hilang kegembiraannya.
"Aku menyiksa diri mempelajari ilmu pedang,
harapanku ialah agar aku berhasil membangun satu
partai baru." katanya dingin, "kau sebaliknya
menghendaki aku menjadi tukang pukulnya Kimto cecu!
Adakah aku berbakat menjadi seorang tukang pukul
saja?" Meluap pula darahnya ln Hong.
"Aku tidak mengerti kau!" katanya. "Kau diundang,
diminta membantu, kau sebaliknya memandang dirimu
dihina! In Pendekar Bayangan Setan 11 Rahasia 180 Patung Mas Karya Gan Kl Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 3

Cari Blog Ini