Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen Bagian 6
perintahkan Ban Cau agar kalian bertiga suka
menyampaikan kepada aku orang she Phoa?"
Lelaki kasar yang berdiri di tengah kalangan itu
tertawa terbahak-bahak.
"Haaa?"haaa"..haaa".. kata Ban-Toaya ia dengan
pihak perusahaan expedisi Liong Wie Piauw-kiok tidak
pernah terikat dendam sakit hati apapun, ia tidak ingin
dikarenakan persoalan kecil telah menyesetkan kulit
muka, karena peristiwa ini lantas terikat dendam sedalam
lautan?""
"Haaa?" haa"..haaa".. kalau begitu bagus sekali"
Phoa Ceng Yan pun tertawa terbahak-bahak memotong
pembicaraannya yang belum selesai itu. "Si Dewa Api
Ban Cau bisa timbul maksud hati yang begitu baik aku
orang she Phoa merasa sangat berterima kasih sekali,
harap Cu-wi beberapa orang suka menyampaikan rasa
terima kasihku yang sedalam-dalamnya, katakan saja,
setelah aku orang she Phoa selesai menghantar barang
kawalan kami ini, tentu akan naik ke gunung akan
menyambangi dirinya dan mengucapkan terima kasih
atas maksud baiknya kali ini."
399 "Phoa-ya, siauwte masih ada beberapa urusan belum
disampaikan."
"Baik! Katakanlah, aku orang she Phoa akan pentang
telinga lebar untuk mendengarkan perkataanmu itu."
"Walaupun Ban-ya punya maksud untuk berpikir
demikian, tapi di dalam hatinya pun punya kepahitan
sendiri dan berharap Phoa-ya suka memaafkan."
"Soal apa yang perlu dimaafkan?"
"Majikan yang Phoa-ya lindungi kali ini, Liauw Thayjien
katanya memiliki gambar lukisan.."
"Lukisan pengangon kambing!" sambung Phoa Ceng
Yan dingin. "Tidak salah, Phoa-ya! Kau sudah mengetahui jelas
bukan?" "Hee".hee".hee" lukisan pengangon kambing yak
kau maksudkan" sungguh sayang cuma sebuah."
Ternyata si lelaki kasar yang berdiri di tengah itu
mempunyai mulut tajam dan pandai berbicara, ia tertawa
hambar. "Phoa-ya! Jika di kolong langit terdapat sepuluh atau
delapan buah lukisan pengangon kambing, si Dewa Api
Ban Toaya pun tak akan memohon bantuan dari Phoaya."
400 Mendengar perkataan tersebut tiba-tiba Phoa Ceng
Yan merasakan hatinya rada tergerak, pikirnya, "Apa
yang dibawa oleh Liauw Thayjien agaknya sudah
diketahui jelas oleh orang luar, mengapa aku tidak
pinjam kesempatan yang sangat baik ini untuk
melakukan penyelidikan?"
Teringat akan persoalan itu, segera ujarnya, "Lukisan
pengangon kambing itu" sungguh sayang dia sudah
dipesan terlebih dahulu oleh orang lain, jikalau kecuali
lukisan pengangon kambing itu, masih ada barang lain
yang bisa menggantikan benda tersebut mungkin cayhe
bisa bantu-bantu diri Ban Cau untuk membujuk sang
pemilik barang dan suka memberikan kepada kalian."
"Siapa yang sudah pesan lukisan pengangon kambing
itu terlebih dahulu"..?" seru si lelaki tadi dengan nada
tertegun. "Sekalipun aku beritahu kepadamu kawan belum tentu
cuwi bernyali untuk pergi menanyakan persoalan ini
kepadanya!"
"Kami bertiga mungkin tidak bernyali, tapi Ban Toaya
serta beberapa orang kawan mungkin bisa bertindak
tolong silahkan Phoa Jie-ya mengutarakan secara terus
terang!" "Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang rasanya kalian bertiga
sudah pernah mendengar namanya bukan!"
Mendengar disebutkannya nama orang itu, ketiga
orang lelaki tadi segera berubah muka, setelah
401 termenung beberapa saat lamanya si lelaki yang berdiri
di tengah berkata kembali.
"Perkataan dari Phoa-ya berat bagaikan sembilan
Hioloo, kami percaya kau Phoa Jie-ya tidak sedang
berbohong."
"Ke Giok Lang sudah mengirim orang datang untuk
memesan lukisan pengangon kambing itu, tapi aku orang
she Phoa belum setuju untuk berikan barang itu
kepadanya." jawab Hu Cong Piauw-tauw dari perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok ini dingin.
"Ooouw?". kiranya begitu."
Perlahan lahan Phoa Ceng Yan menoleh dan
memandang sekejap ke arah formasi kereta kawalannya,
setelah melihat barisan telah siap iapun berkata kembali.
"Ban Cau mengirim kalian bertiga datang kemari,
rasanya ia sendiripun sudah berada di dekat sini bukan?"
"Bila Phoa Jie-ya ada perkataan, utarakan saja
kepadaku!"
"Begitupun baik, tolong saudara suka memberi laporan
kepada Ban Cau, katakan saja aku orang she Phoa dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok tidak senang membeli
hubungan persahabatan ini, Cong Piauw-tauw kami
sebentar lagi bakal tiba, jika Ban Cau ada urusan hendak
dibicarakan dengan aku orang she Phoa maka suruh ia
muncul sendiri, bila terlambat terpaksa aku akan
402 persilahkan dia orang membicarakan sendiri persoalan ini
dengan Cong Piauw-tauw kami."
"Cong Piauw-tauw kalian apakah benar "Thian Tan
Kim Leng Ceng Pat Fang" atau si Lempengen Besi Genta
Emas yang menggetarkan delapan penjuru Kwan Tiong
Gak, Kwan Toaya?" seru si lelaki itu rada tertegun.
"Di kolong langit saat ini baik dari kalangan Pek to
sama pada tahu bila COng Piauw-tauw dari perusahaan
Liong Wie piauw-kiok adalah Kwan Tiong Gak, Kwan
Toaya, Kawan! Agaknya kau rada kurang percaya?"
Kwan Tiong Gak punya gelar manusia yang
menggetarkan delapan penjuru, ia benar-benar punya
kemampuan untuk mengusir dan menumpas gangguan
iblis, begitu menyebutkan nama besarnya seketika itu
juga membuat ketiga orang itu merasa terperanjat dan
bergidik. "Phoa-ya!" ujar si lelaki yang berdiri di tengah itu
seraya menjura."Kami datang kemari karena sedang
menjalankan tugas, apa yang Phoa Jie-ya katakan tadi
pasti akan kami sampaikan seadanya tanpa ditambahi
dengan sepatah katapun."
"Heee"..heee"..heee?" sekalipun kalian bertiga ada
maksud menambahi perkataanku pun boleh saja,"
sambung Phoa Ceng Yan sambil tertawa dingin.
"Phoa Jie-ya terlalu banyak curiga!"
Ia mendehem perlahan, kemudian tambahnya.
403 "Kami telah mengganggu perjalanan Phoa Jie-ya
dengan beberapa perkataan yang tak berguna, dalam
hati merasa sangat tidak enak kesalahan yang telah kami
perbuat masih mengharapkan Phoa Jie-ya suka
memaafkan, kami mohon diri terlebih dahulu."
Ia putar badan lantas berlalu dengan langkah lebar.
"Saudara bertiga harap tunggu sebentar" tiba tiba
Phoa Ceng Yan berseru setelah termenung beberapa
saat. Ketiga orang itu sama-sama menghentikan langkahnya
dan putar badan.
"Phoa Jie-ya, masih ada pesan apa lagi?"
Sinar mata Phoa Ceng Yan perlahan-lahan menyapu
sekejap ke atas wajah ketiga orang itu, lalu sambil
tertawa katanya.
"Sewaktu kalian bertiga berjumpa dengan si Dewa Api
Ban Toaya, tolong sampaikan salam dari aku orang she
Phoa." "Pesan Phoa Jie-ya pasti akan kami sampaikan," sahut
si lelaki itu mengiakan.
"Kalau begitu bagus sekali, aku orang she Phoa
mengucapkan terima kasih dahulu kepada kalian
bertiga?" 404 Ia mendehem berat, setelah merandek sejenak
sambungnya, "Burung belibis lewat meninggalkan suara,
manusia lewat meninggalkan nama, kalian bertiga
bersemangat jantan, mengapa tidak suka meninggalkan
nama?" "Jika Phoa Jie-ya masih ingin bertanya cayhe pun tidak
bisa tidak harus memberitahu juga, kami bersaudara
adalah Lam Thian Sam Yen atau Tiga Belibis dari Lam
Thian." "Selamat berjumpa!" seru Phoa Ceng Yan sambil
ulapkan tangannya.
Si lelaki itu menjura setelah itu bersama-sama putar
badan berlalu. Gerakan tubuh ketiga orang itu cepat bagaikan kilat,
tidak selang beberapa saat lamanya jejak mereka sudah
lenyap tak berbekas.
Beberapa buah kereta kuda itu masih tetap berada
dalam posisi bulat siap menghadapi serbuan musuh.
Perlahan-lahan Lie Giok Liong melangkah maju ke
depan. "Paman Jie-siok!" bisiknya lirih. "Kita akan melanjutkan
perjalanan ataukah tetap berada dalam posisi begini
sambil menanti perubahan situasi?"
"Lam Thian Sam Yen tidak lebih cuma kaki tangan
pembantu belaka, saat ini mereka kembali untuk
405 menyampaikan laporan. Si Dewa Api Ban Cau selama ini
bergerak di sekitar daerah utara sedangkan Lam Thian
San Yen muncul di daerah sekitar Kang Lam, kali ini jago
Liok-lim dari kalangan Kang Lam serta kang Pok bisa
bersekongkol sudah tentu urusan tidak sedemikian
gampang, sekarang kita masih belum bisa melanjutkan
perjalanan, tunggu sebentar lagi baru ambil keputusan."
"Perkataan dari paman Jie-siok sedikitpun tidak salah,"
kata Lie Giok Liong seraya menjura. "Aku akan pergi
memberi kabar kepada mereka dahulu."
Pada wajtu itu, tiba-tiba Liauw Thayjien muncul dari
balik kereta seraya berjalan mendekat.
"Phoa Jie-ya!" sapanya.
"Thayjien ada pesan?" tanya Phoa Ceng Yan dengan
alis berkerut. "Bagaimana pembicaraan Phoa Jie-ya dengan
mereka?" "Bicarakan soal apa?"
"He-koan telah berunding dengan hujien dan siauw-li,
selain lukisan pengangon kambing, kamipun rela untuk
memberikan semua yang ada pada kami asal bisa
selamat tiba di tempat tujuan."
"Thayjien terlalu royal".."
406 Sewaktu mereka sedang berbicara, mendadak muncul
dua butir benda hitam sebesar telor itik menggelundung
datang di atas permukaan salju.
Melihat benda itu Phoa Ceng Yan jadi sangat
terperanjat. "Thayjien cepat menyingkir!" teriaknya keras.
Sebaliknya Liauw Thayjien malah tercengang
dibuatnya. "Aaaaakh! Dua ekor tikus tanah!" serunya.
Dalam pada itu, kedua gulung bayangan hitam tadi
telah tiba kurang lebih enam-tujuh langkah di depan
kedua orang itu.
"Bluuum?".! Bluuum"..!" diikuti dua kali ledakan
keras, kedua gulung bayangan hitam tadi telah meledak
di atas permukaan salju.
Bila dibicarakan sungguh aneh sekali, kedua benda
bayangan hitam tadi ternyata memercikan bunga-bunga
api yang amat besar di atas permukaan salju kemudian
berkobar menjadi suatu kebakaran yang sangat besar.
Selama hidup Liauw Thayjien belum pernah menemui
kejadian macam begini, ia jadi amat terperanjat.
"Apa yang telah terjadi?" tanyanya lirih.
"Suatu permainan dari si Dewa Api Ban Cau!"
407 Tampak dua gulung bunga api yang menimbulkan
kebakaran di atas permukaan salju itu makin lama
berkobar makin besar dalam sekejap mata percikan api
sudah meluap hingga mencapai ketinggian tiga depa
dengan luas enam depa lebih, separuh bagian jalan raya
sudah dijilati oleh kobaran api, salju mencair dan
mengalir kemana mana tapi sama sekali tidak
mempengaruhi kobaran api tersebut.
Melihat jilatan api yang makin lama meninggi itu Liauw
Thayjien berdiri termangu mangu, jelas dihatinya merasa
amat terperanjat oleh kejadian tersebut.
Lain halnya dengan Phoa Ceng Yan, ia sama sekali
tidak terpengaruh oleh oleh kobaran api yang membakar
permukaan salju itu, sepasang matanya dengan tajam
memperhatikan perubahan situasi di empat penjuru.
"Bluum"..! Bluum?""..!" kembali terjadi dua kali
ledakan keras yang memekakkan telinga, dua gumpalan
api yang sedang berkobar memenuhi angkasa itu kembali
menyalakan cahaya biru yang menyilaukan mata
membumbung jauh tinggi ke angkasa mencapai
ketinggian tiga tombak lalu punah dalam bentuk asap
biru yang tebal.
Ketika itu sang surya tepat di atas kepala, sinar
matahari sangat tajam?"..semisalnya ketika itu malam
hari maka bunga api yang terpercikkan dari asap biru
tersebut tentu sangat menarik untuk dilihat.
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
408 Perhatian Phoa Ceng Yan tanpa terasa ikut tersedot
oleh kobaran cahaya biru yang membumbung tinggi ke
angkasa itu. Menanti ia tersadar kembali si Dewa Api Ban Cau
sudah muncul dari balik dua gumpalan asap biru itu.
Keadaan dari si Dewa Api Ban Cau pada saat ini
sangat aneh, ia memakai baju warna merah padam yang
menyolok, bahkan sampai kepalapun memakai topi
warna merah darah, tangan memakai kaos tangan warna
merah pula. "Thayjien, silahkan mengundurkan diri ke belakang,
jangan sampai terluka badanmu!" seru Phoa Ceng Yan
dengan nada berat.
Liauw Thayjien menurut dan berturut-turut mundur
lima langkah ke belakang, tapi ia tetap tidak suka
mengundurkan diri ke dalam kereta.
Phoa Ceng Yan kerutkan alisnya, tetapi ia tetap tidak
menegur lebih lanjut.
Terdengar Ban Cau mendehem berat.
"Phoa-heng! Siauw-te sama sekali tiada minat untuk
mencari keonaran dengan dirimu tapi Phoa-heng tidak
suka mengalah satu tindak untuk orang lain, maka
Siauw-te terpaksa harus mengenakan kembali pakaian
yang sudah ada dua puluh tahun lamanya belum pernah
dikenakan."
409 "Saudara telah berganti dengan mengenakan pakaian
ini, aku pikir tentu kau sudah bulatkan tekad untuk
membegal barang kawalanku kali ini bukan?""
"Saat ini rasanya kita masih bisa saling merundingkan
persoalan ini secara damai."
"Heee?"heee"..heee"..heee?" tempo dulu Banheng
dengan mengenakan pakaian merahmu ini telah
main bakar sesukanya sehingga membuat kawan-kawan
Bu-lim di sekitar daerah Kiang Pak pada jeri dibuatnya
setiap kali mendengar namamu"." seru Phoa Ceng Yan
sambil tertawa dingin.
"Haaa?"haaa"..haaa".. Phoa heng terlalu memuji.."
"Kalau begitu silahkan Ban-heng suka membakar,
bakar dulu diri aku she Phoa."
"Maksud Phoa Jie-ya kau anggap siauw-te takut untuk
membakar dirimu?" seru Ban Cau dengan air muka
berubah hebat. "Sudah tentu Ban-heng berani melaksanakan
pekerjaan tersebut, tapi siauw-te merasa bahwa api dari
Ban-heng tersebut belum tentu bisa membakar habis
semua orang yang aku bawa ini, bersamaan itu pula
kemungkinan sekali perbuatan itu bakal memancing
serangan balasan dari kami."
"Haa".haaa?"haaa".soal itu sih aku tahu" Ban Cau
tetawa tergelak. "Maksud Phoa heng bukankah sedang
memperingatkan kepada siauw-te agar jangan lupa
410 terhadap serangan balasan dari gelang emas pencabut
nyawamu itu bukan?"
"Hee".heee?"heee". sedikitpun tidak salah" Phoa
Ceng Yan tertawa dingin. "Jikalau kau Ban Cau main api,
terpaksa aku pun harus mengandalkan anak panah serta
gelang emas untuk balas melancarkan seranganmu."
Dalam pada waktu Lie Giok Liong serta Ih Coen
masing-masing dengan golok tersoren di punggung dan
tangan mencekal anak panah berdiri di kedua belah sisi
jalan raya. Agaknya kedua orang itupun merasa rada jeri
terhadap permainan api dari Ban Cau, kurang lebih satu
tombak dari Ban Cau berada mereka berdua sama pada
berhenti. "Kalian berhati-hatilah memperhatikan" teriak Phoa
Ceng Yan dengan suara keras-keras. "Begitu aku turun
tangan, kalian umpan anak panah kepadanya."
"Turut perintah!" sahut Lie Giok Liong serta Ih Coen
berbareng. Sikap Ban Cau tetap sinis, serius, dan sepasang
matanya dengan memancarkan cahaya tajam
memperhatikan sekejap keadaan di sekeliling empat
penjuru. "Dua buah kotak anak panah ditambah permainan
gelang emas dari kau Phoa Jie-ya belum tentu bisa
melukai aku Ban Cau" ejeknya.
411 "Asal Ban heng tidak main api kamipun tak akan
umpan anak panah serta senjata rahasia untuk balas
melancarkan serangan."
"Maksud Phoa Jie-ya?"
"Jikalau kau Ban Cau bisa mengalahkan aku orang she
Phoa barang satu atau setengah juruspun dengan tidak
menggunakan senjata api, maka aku akan segera putar
badan berlalu dan sejak ini hari tak akan melakukan
pekerjaan mengawal barang lagi dalam dunia
kangouw"."
"Heee?""heee?"..heee?". sumpah Phoa-ya terlalu
berat?"?" jengek Ban Cau sambil tertawa dingin.
"Kau Ban-ya berani terima tantanganku?"
Sekonyong konyong terdengar suara tertawa panjang
bergema datang memecahkan kesunyian seraya
memotong pembicaraan Hu Cong Piauw-tauw dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok yang belum selesai itu.
"Sekalipun Ban Cau setuju, cayhe tak akan
menyetujui!."
Bersamaan dengan munculnya suara, bayangan
manusiapun muncul di tengah kalangan.
Orang itu bukan lain adalah si Hoa Hoa Kongcu "Im
Yang Pan" atau si penguasa Im Yang Ke Giok Lang
adanya. 412 Orang itu memakai jubah warna biru, walupun dalam
udara sangat dingin tangannya tetap juga mencekal
sebuah kipas. Dengan gaya seorang pelajar ia simpan kipasnya lalu
dengan hormat menjura ke arah Liauw Thay jien,
kemudian sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke
arah Phoa Ceng Yan, sambungnya lebih lanjut.
"Phoa-ya! Sejak semula cayhe sudah kirim orang
untuk memesan barang tersebut rasanya Phoa Jie-ya
masih ingat bukan?""
Diam-diam Phoa Ceng Yan menjerit pahit, seorang
Dewa Api Ban Cau saja sudah cukup merepotkan, apalagi
saat ini bertambah lagi dengan seorang Hoa Hoa Kongcu
Ke Giok Lang, bukankah hal ini sama halnya di tengah
hujan salju tertutup pula oleh badai kabut.
Tetapi justru dengan munculnya si Hoa Hoa Kongcu
Ke Giok Lang membuat situasipun terjadi suatu
perubahan yang sangat menguntungkan.
Setelah berpikir beberapa saat, ia lantas menyahut.
"Sedikitpun tidak salah, orang yang Ke Kongcu kirim
sudah tiba, cuma aku orang she Phoa belum ambil
keputusan."
"Ooouw?".soal itu sih tidak penting," kata Ke Giok
Lang sambil goyang goyangkan kipas dan tertawa.
"Asalkan aku orang she Ke berjalan setindak lebih
413 didepan dengan menduduki posisi "Ceng li", maka Siauwte
tidak percaya ada manusia yang bernyali cari garagara
dengan aku orang she Ke!"
Beberapa patah perkataan ini diucapkan dengan
sangat jelas sekali, agaknya ia sengaja mencari urusan
dengan si Dewa Api Ban Cau.
"Ke Kongcu, cayhe adalah si Dewa Api Ban Cau," kata
orang itu dengan alis berkerut.
"Ban Toa-ya, sewaktu aku orang she Ke berkelana
dalam dunia persilatan, agaknya Ban-heng telah lama
meninggalkan dunia kangowu bukan?" seru Ke Giok Lang
sambil goyang goyangkan kipasnya.
"Benar, sewaktu Ke Kongcu angkat nama dalam dunia
persilatan, cayhe memang telah mengundurkan diri."
"Setelah Ban-heng mengundurkan diri dari keramaian
Bu Lim, mengapa saat ini harus munculkan diri kembali"
Haruslah kau ketahui Ombak-ombak belakang sungai
Tiang Kang mendorong ombak yang ada di depannya,
manusiapun generasi baru mulai menghentikan generasi
lama, saat ini waktu masih belum terlambat, apabila Ban
heng suka jauh meninggalkan tempat ini mungkin masih
bisa meninggalkan akhir yang baik."
Air muka si Dewa Api Ban Cau langsung saja berubah
hebat. 414 "Menurut apa yang Ke Kongcu katakan, jikalau aku
orang she Ban tidak pergi ada kemungkinan besar bisa
memperoleh akhir yang tidak baik."
"Pertarungan tak bermata, siapa orang yang bisa
menyakinkan suatu kemenangan dalam pertarungan
sengit.?" seru Ke Giok Lang tertawa.
"Heee?"heee?"heee".. tapi aku lihat agaknya Ke
Kongcu merasa begitu yakin bisa menekan para jago
lainnya?"."
Ke Giok Lang ulapkan kipasnya memotong perkataan
Ban Cau ujarnya.
"Siauw-te hanya bermaksud baik belaka, tapi jikalau
Ban-heng tidak suka mengikuti nasehat tersebut, maka
terpaksa kita harus selesaikan persoalan ini dengan
mengandalkan kepandaian kita."
Phoa Ceng Yan yang menonton kejadian tersebut dari
samping, begitu melihat pembicaraan kedua orang itu
makin lama diucapkan semakin ketus dan kaku, agaknya
sebentar lagi bakal terjadi suatu pertarungan, diam-diam
dalam hati berpikir.
"Anjing menggigit anjing, bilamana mereka berdua
bisa bertarung terlebih dahulu maka aku bisa menjadi
nelayan yang tinggal pungut hasilnya?" inilah suatu
saat yang sangat menguntungkan."
Karena sudah ada perhitungan maka dari itu mulutnya
tetap membungkam, siapa nyana tiba-tiba Ke Giok Lang
415 menoleh, sambil memandang wajah Phoa Ceng Yan
katanya. "Phoa-heng, rasanya kau sudah mendengar seluruh
pembicaraan di antara kami bukan."
"Hmm"..! Sudah aku dengar semua."
"Jika ditinjau dari persoalan itu, rasanya orang yang
menginginkan lukisan pengangon kambing itu bukanlah
siauw-te seorang?"
"Perduli siapapun bila ingin memperoleh lukisan
pengangon kambing itu, maka ia harus menerobos
dahulu barikade dari perusahaan Liong Wie piauw-kiok."
Ke Giok Lang dongakkan kepala tertawa terbahak
bahak. "Haaa?"..haaa?".haaa?".. Phoa-heng manusia
budiman cepat bicara, perkataan yang telah diucapkan
selalu teguh bagaikan karang, justru aku orang she Ke
punya satu persoalan ingin minta petunjuk."
"Aku orang she Phoa akan pentang telinga lebar untuk
mendengar perkataanmu itu."
"Lukisan pengangon kambing itu adalah Cayhe yang
pesan terlebih dahulu, bila semisalnya Phoa heng hendak
mengalah, bukankah siauw-te orang pertama yang bakal
memperoleh benda pusaka tersebut.?"
416 "Cuma sayang aku orang she Phoa sama sekali tidak
berniat untuk mengalah kepada siapapun."
"Aku orang she Ke cuma ingin menjelaskan terlebih
dahulu persoalan ini, tentang Phoa heng suka mengalah
atau tidak, rasanya itu merupakan persoalan lain."
Liauw Thayjien yang selama ini berdiri di samping
kalangan, tiba-tiba menimbrung.
"Jikalau He-koan rela menghadiahkan lukisan
pengangon kambing itu kepadamu, maka apa yang
hendak kau lakukan?"
"Soal ini tergantung barang tersebut hendak kau
serahkan kepada siapa!" sahut Ke Giok Lang.
Phoa Ceng Yan hendak mengutarakan pendapatnya,
tapi kena dicegah oleh goyangan tangan Liauw Thayjien.
"Barang itu milikku, sudah tentu akulah yang berhak
untuk mengambil keputusan, Hu Cong Piauw-tauw tidak
perlu ikut campuri dalam persoalan ini."
"Bisa menyelesaikan persoalan tanpa melakukan
hubungan di antara kita semua itulah yang paling bagus,
sekarang kau boleh membuka harga," kata Ban Cau.
"Syaratku sederhana, asalkan kami sekeluarga bisa
tiba di kota Kay Hong sebelum tutupan tahun maka
barang itu akan kuserahkan kepada kalian."
417 Ke Giok Lang tertawa dingin, dengan mulutnya tetap
membungkam. Phoa Ceng Yan sendiripun bungkam sambil
memandang ke arah Liauw Thayjien.
Sebaliknya Ban Cau alihkan sinar matanya menyapu
sekejap ke arah para jago di sisinya.
"Saudara bermaksud hendak serahkan lukisan
pengangon kambing itu kepada siapa?"
"Aku sama sekali tidak mengenal cuwi, siapa saja
sanggup menghantar aku sampai ke kota Kay Hong
maka lukisan pengangon kambing itu akan aku serahkan
kepadanya."
"Setiap orang munculkan diri di tempat ini sama
berharap bisa mendapatkan lukisan pengangon kambing
itu, dan saudara harus memilih salah satu di antara kami
semua," ujar Ban Cau lagi.
Liauw Thayjien mendehem perlahan.
"Siapakah di antara cuwi sekalian yang berkepandaian
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
silat paling tinggi cayhe sama sekali tidak tahu, secara
bagaimana aku bisa jatuhkan pilihan?"
"Jikalau demikian adanya, maka saudara harus
mengadu untung," seru si Dewa api seraya menggeleng.
"Phoa-ya!" kata Liauw Thayjien kemudian sambil
alihkan sinar matanya ke arah Phoa Ceng Yan. "Kau
418 sudah lama melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, rasanya tentu sudah lama mengenal kedua
orang ini bukan?"
"Sedikitpun tidak salah, orang yang memakai jubah
warna biru itu adalah Ke Kongcu sedang orang yang
memakai jubah serba merah itu adalah si Dewa Api Ban
Cau." "Lalu lukisan pengangon kambing itu aku harus
serahkan kepada siapa?"
"Menurut jalan pikiranku, siapapun jangan diserahkan
lukisan tersebut karena siapapun diantara mereka tak
ada yang bertenaga untuk melindungi kalian tiba di kota
Kay Hong sebelum tutupan tahun."
Ke Giok Lang tertawa dingin serunya.
"Sekarang kecuali si Dewa Api Ban Cau boleh dikata
cayhepun terhitung salah satu jikalau kau Liauw Thayjien
suka menyerahkan lukisan pengangon kambing itu
kepadanya, itu berarti telah menyalahi orang baik, harap
kau suka berpikir tiga kali sebelum mengambil
keputusan!"
"Inilah syaratku, asalkan cuwi bisa melindungi aku
sekeluarga tiba di kota Kay Hong sebelum tutupan tahun,
lukisan pengangon kambing ini pasti cayhe serahkan
kepada kalian."
"Menurut apa yang cayhe ketahui" ujar Ke Giok Lang
kembali sambil tertawa. "Kecuali kami masih banyak para
419 jago Bu Lim yang berusaha turun tangan membegal
barang kawalan kalian."
"Siapa mereka itu?" sela Liauw Thayjien.
"Pokoknya banyak orang, kau tak pernah berkelana
dalam dunia kangouw, sekalipun kusebut nama mereka
juga percuma saja."
"Phoa-ya, sebetulnya apa yang telah terjadi".."
akhirnya saking bo-hoatnya Liauw Thayjien bertanya
kepada Phoa Ceng Yan.
"Dunia kangouw sangat berbahaya dengan segala tipu
muslihat licik. Thayjien adalah keluarga berasal dari
kaum terpelajar, sudah tentu tak mungkin bisa hadapi
mereka!" Ia merandek sejenak untuk tukar napas, kemudian
tambahnya. "Thayjien, bila kau ingin kembali ke dalam kereta,
silahkan untuk beristirahat!"
"Tapi Phoa-ya, urusan belum ada
penyelesaiannya?"?"
Ia perendah suaranya, lalu sambungnya lebih lanjut,
"Jikalau mereka berdua pada ngotot untuk sama-sama
bisa peroleh barang itu, lalu baiknya diselesaikan dengan
apa?" 420 Phoa Ceng Yan termenung sejenak, kemudian
jawabnya, "Serahkan kepada siapapun sama saja, tapi di
antara mereka tentu akan terjadi suatu pertarungan yang
amat sengit."
Suara jawabannya ini diutarakan sangat rendah,
sehingga Liauw Thayjien yang berdiri di sisinya pun
dengan paksa baru berhasil menangkap apa yang
dimaksudkan. "Ban-heng! Aku lihat kalian boleh segera berlalu!"
terdengar Ke Giok Lang berseru kembali.
"Lalu kenapa Ke Kongcu sendiri tidak pergi?"
"Ooouw Cayhe masih ada urusan."
"Siauw-te sih kalau tak ada urusan juga tak bakal
datang kemari di tengah hawa dingin yang menggigilkan
dengan tiupan angin utara yang amat dingin," balas si
Dewa api Ban Cau sambil tertawa kering.
"Ban heng!" seru Ke Giok Lang kembali seraya tertawa
hambar. "Tempat ini bukan tempat yang bagus untukmu,
kau tetap berdiam di sini bukannya bakal memperoleh
kebaikan sebaliknya malah akan mendapatkan
kejelekan."
"Lalu Ke Kongcu sendiri apakah tidak takut?"
"Siauw-te ada maksud baik menasehati dirimu, jikalau
Ban-heng tidak mau percaya itupun merupakan suatu
persoalan yang tak bisa dipaksakan "!"
421 Melihat situasi yang dihadapi saat ini dalam hati Phoa
Ceng Yan lantas berpikir.
"Jika ditinjau dari tindak tanduk Ke Giok Lang,
agaknya ia ada maksud mencari gara-gara dengan Ban
Cau, sekalipun Ban Cau sendiri ada maksud untuk
mengalah tapi sebaliknya Ke Giok Lang selangkah demi
selangkah mendesak maju ke depan, demi muka dan
nama baik rasanya Ban Cau tak akan mengalah terus
menerus". jika mereka berdua sampai saling bentrok
dan terjadi pertarungan, maka aku bisa menonton suatu
pertunjukan bagus."
Tiba tiba Ke Giok Lang menarik kembali kipasnya
sepasang mata dengan memancarkan cahaya tajam
melototi wajah Liauw Thayjien tak kejap, ujarnya.
"Ada pepatah yang mengatakan berani berderma
lenyapkan bencana. Saudara suka serahkan lukisan
pengangon kambing itu kepada kami hal ini
menunjukkan suatu tindakan yang cerdik, cuma situasi
yang kita hadapi pada saat ini sangat kacau, orang yang
menginginkan lukisan pengangon kambing pun sangat
banyak, di antara banyak orang ini kau harus memilih
salah satu diantaranya."
"Aku suka menyerahkan lukisan pengangon kambing
itu lantaran ingin melindungi keselamatan kami
sekeluarga," kata Liauw Thayjien sambil ulapkan
tangannya. "Bila aku sudah serahkan lukisan pengangon
kambing itu tapi tidak berhasil juga melindungi kami
sekeluarga, bukankah sama halnya tindakan cayhe
422 menyerahkan lukisan pengangon kambing itu hanya nihil
belaka dan sama sekali tak bernilai?"
"Maksudku bukan begitu, " kata Ke Giok Lang
mendehem, "Asalkan pilihanmu tepat, sudah tentu
keselamatanmu ditanggung beres."
Ketika itu, kedua gulung bola api yang berkobar di
tengah angkasa sudah punah sama sekali hingga udara
kembali pada keadaan semula.
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw!" kata Liauw Thayjien
sambil melirik sekejap ke arah si orang tua itu. "Menurut
pandanganmu lukisan pengangon kambing ini harus
diserahkan kepada siapa?"
"Menurut pendapat cayhe, lukisan pengangon
kambing itu tak boleh diserahkan kepada siapapun, tapi
lukisan itu adalah milik Thayjien, jika kau paksa juga
hendak menyerahkan lukisan itu kepada mereka,
cayhepun tak akan terlalu paksa mencegah."
Perlahan lahan Liauw Thayjien menghela napas
panjang. "Bilamana setelah aku serahkan lukisan pengangon
kambing itu tidak juga berhasil mendapatkan
keselamatan kami sekeluarga, ada lebih baik ini tidak
kuserahkan," ujarnya.
"Menyimpan pusaka mencelakai diri sendiri, jikalau
saudara tidak suka serahkan lukisan pengangon kambing
itu kepada kami, walaupun kami kini suka lepas tangan
423 belum tentu orang lain berpendirian demikian," kata Ke
Giok Lang sambil mendehem perlahan.
"Bila aku berikan kepada kalian apa untungnya
terhadap kami?"?" tanya Liauw Thayjien kembali.
"Jika kau serahkan lukisan pengangon kambing itu
kepada cayhe, maka cayhe suka memikul beban
melidungi kalian sekeluarga tiba di kota Kay Hong dalam
keadaan selamat bahkan sebelum tutup tahun."
"Sungguh?" teriak bekas pembesar she Liauw ini
dengan mata berkilat.
"Selamanya apa yang aku orang she Ke ucapkan
belum pernah diingkari kembali, kau boleh berlega hati."
"Heee?"heee?"heee".. aku lihat tidak bisa
dipertahankan kejujurannya." tiba-tiba si Dewa Api Ban
Cau menimbrung sambil tertawa dingin.
Air muka Ke Giok Lang berubah hebat setelah
mendengar perkataan tersebut.
"Ban heng " serunya keras. "Kau ada maksud mencari
satroni dengan diri siauw-te?"
"Hmmm! Delapan dewa menyeberangi lautan dengan
andalkan kepandaian masing-masing!" seru Ban Cau
dengan nada yang dingin. "Jikalau Ke Kongcu ingin
mengambil lukisan pengangon kambing itu seorang diri,
seharusnya perlihatkan dulu warnamu, agar kamipun
bisa tinjau apakah kau benar-benar becus atau tidak."
424 "Agaknya sebelum Ban heng melihat peti mati tak
akan mengucurkan air mata, tidak tiba di tepi sungai
Huang hoo tidak akan puas hati, jikalau kau betul betul
paksa siauw-te tunjukan atosnya baja, sekarang juga kita
bisa buktikan secara terbuka, hanya saja". berkelahi
tanpa alasan sama sekali tidak menarik hati."
"Jadi maksud Ke Kongcu?"
"Jika Ban heng paksa juga ingin melihat kepandaian
siauw-te, ada baiknya kita beri sedikit variasi dalam
pertarungan kita kali ini."
"Turut petunjukmu."
Ke Giok Lang tertawa dingin, sinar matanya lantas
dialihkan ke arah wajah Liauw Thayjien.
"Ada baiknya Liauw Thayjien pun ikut serta dalam
pertarungan kita kali ini."
"Tapi He-koan tak mengerti ilmu silat."
"Sampai detik ini walaupun jumlah orang yang
menginginkan lukisan pengangon kambing itu tidak
sedikit, tapi menurut peninjauan kekuatan masingmasing
orang seharusnya siauw-te serta Ban heng inilah
termasuk dua golongan manusia yan paling kuat."
"Dan apa sangkut pautnya urusan ini dengan Hekoan?"
425 "Saudara sedang kebingungan tak menentu,
sebaliknya dua golongan kekuatan yang kuat sudah siap
akan melangsungkan suatu pertarungan yang sengit."
"Secara bagaimana aku ikut serta dalam soal ini?"
"Kami harus bertempur mati-matian, ada seharusnya
kaupun memberi sedikit variasi sehingga pertarungan
tersebut semakin syahdu lagi, sebelum tercipta salah
satu luka atau sama sama terluka pertarungan ini belum
termasuk ramai."
"Entah apa yang harus aku lakukan dalam
memberikan variasi ini?"
"Lukisan pengangon kambing."
"Untuk serahkan lukisan pengangon kambing, mudah
cuma urusan ini tiada sangkut paut dengan
keberangkatan kami sekeluarga ke kota Kay Hong."
"Sudah tentu ada sangkut pautnya".
"Silahkan menerangkan pendapatmu yang tinggi itu."
Ke Giok Lang dongakkan kepalanya tertawa terbahak
bahak. "Kau Liauw Thayjien adalah seorang terpelajar,
rasanya pernah mendengar pepatah yang mengatakan
dua ekor harimau berkelahi salah satu tentu ada yang
terluka bukan?"
426 "Sedikitpun tidak salah, soal ini memang pernah
kudengar."
"Dalam pertarungan sengitku melawan si Dewa Api
Ban Cau tentu ada salah seorang yang bakal kalah dan
salah satu yang menang, yang menang memperoleh
hadiah dan bertanggung jawab dalam melindungi kalian
keluarga Liauw tiba di kota Kay Hong dalam keadaan
selamat." "Ooouw?".kiranya begitu, cuma ?""
"Cuma apa?"
"Untuk mengambil keluar lukisan pengangon kambing
buat He-koan sih tak ada persoalan, tapi lukisan itu cuma
ada sebuah saja, jikalau He koan tetapkan lukisan
tersebut sebagai hadiah pemenang dan didapatkan salah
seorang di antara kalian, jikalau di tengah jalan kembali
berjumpa dengan orang yang menginginkan lukisan ini,
kau suruh He-koan menghadapi dengan cara apa?"
"Tepat sekali pertanyaan yang kau ajukan, bilamana di
tengah jalan kau berjumpa lagi dengan orang yang ingin
merebut lukisan itu, maka ia harus menghadapi dahulu
diri aku orang she Ke?"."
"Hmmmm! Agaknya Ke heng sudah menganggap
kemenangan pasti terjatuh di tanganmu" jengek si Dewa
Api Ban Cau dingin.
"Jika Ban heng tidak percaya, sekarang juga kita boleh
buktikan kebenaran ini."
427 Dalam soal gertakan Ke Giok Lang sudah menang satu
tingkat terlebih dahulu, sehingga semangat si Dewa Api
Ban Cau sedikit banyak tertindas dahulu oleh kegagahan
jago muda dari dunia kangouw ini.
Kembali terdengar Ke Giok Lang mendehem ringan
dan tambahnya. "Sekalipun misalnya bisa melewati rintangan siauw-te,
masih ada penjagaan dari kawan kawan perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok."
Diam-diam Phoa Ceng Yan mulai meninjau situasi
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang dihadapinya saat ini, bilamana semisalnya ia
biarkan antara Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang dengan si
Dewa Api Ban Cau melakukan dulu suatu pertarungan
sengit antara mati hidup, walaupun di luaran kelihatan ia
yang bakal menjadi nelayan mujur yang tinggal
memungut hasilnya saja, tapi keadaan sesungguhnya
dikarenakan antara Ke Giok Lang dengan Ban Cau selalu
menjaga segala dengan cermat, bilamana dalam
pertarungan sengit itu salah satu berhasil merebut
kemenangan maka ia pasti akan segera turun tangan
pula untuk merebut lukisan pengangon kambing
tersebut. Tapi jikalau dalam pertarungan ini Liauw Thayjien ikut
campur dan setiap urusan pegang peranan sendiri, maka
hal ini akan mengganggu rencana dirinya yang hendak
memanfaatkan keuntungan tersebut.
428 Walaupun begitu ia tetap duduk tenang sambil
menanti perubahan situasi selanjutnya dengan mulut
membungkam. Sinar mata Liaw Thayjien perlahan dialihkan ke atas
wajah Phoa Ceng Yan, katanya, "Phoa Hu Cong Piauwtauw,
tolong kau suka bantu He-koan pikirkan bolehkah
aku cantumkan lukisan pengangon kambing itu sebagai
hadiah bagi pemenang pertarungan ini?"
Phoa Ceng Yan tertawa hambar.
"Jikalau Thayjien suka percaya terhadap omongan aku
orang she Phoa maka serahkan saja seluruh urusan ini
biar aku yang membereskan sendiri menurut jalan pikiran
aku orang she Phoa, apa yang hendak aku lakukan lebih
baik jangan Thayjien potong atau mencegah di tengah
jalan. Bilamana Thayjien merasa kekuatan orang she
Phoa tidak memadai untuk melindungi keselamatan
kalian sekeluarga serta thayjien ingin mencampuri sendiri
urusan dunia kangouw maka ada baiknya ambil
keputusan sendiri tanpa perlu berunding lagi dengan
cayhe." "Baiklah!" kata Liauw Thayjien kemudian dengan alis
berkerut. "He-koan tetapkan lukisan pengangon kambing
ini sebagai hadiah pemenang, jikalau salah satu di antara
kalian berhasil menangkan pertandingan ini maka lukisan
pengangon kambing ini menjadi milik si pemenang, cuma
He-koan harus terangkan dahulu?""
"Liauw Thayjien ada persoalan apalagi?" seru Ke Giok
Lang cepat. 429 "Lukisan pengangon kambing itu tak dapat aku
serahkan pada saat ini "."
"Lalu kapan hendak kau serahkan?"
"Setelah tiba di kota Kay Hong baru kuserahkan
lukisan pengangon kambing itu kepadamu."
"Bicara sesungguhnya, perkataan kalian orang yang
memangku jabatan pemerintahan susah dipercaya
omongannya."
"He-koan akan tulis tanda terima dengan diserta tanda
tanganku, setelah tiba di kota Kay Hong dengan
andalkan surat keterangan itu kau bisa menerima lukisan
pengangon kambing."
"Ehmmm?"", perkataanmu ini memang cengli, cuma
kami harus lihat dulu gambar lukisan tersebut."
"Lukisan pengangon kambing yang He-koan bawa
cuma sebuah saja, jikalau kalian maksudkan dan
semisalnya cuwi sampai salah mencari, bukankah hal ini
merupakan suatu lelucon yang sangat menggelikan
sekali." "Maka dari itu, cayhe ingin melihat dahulu keaslian
lukisan tersebut."
"Tidak bisa jadi, urusan ini tidak mungkin bisa
dilakukan."
430 Liauw Thayjien menggeleng berulang kali.
"Kenapa?"
"Cuwi semua memiliki kepandaian silat yang amat
tinggi, jikalau cayhe keluarkan lukisan pengangon
kambing itu, perduli siapa saja di antara kalian yang
berhasil rebut lukisan tersebut, bukankah He-koan hanya
bisa membelalakkan mata dengan mulut melongo?"
"Soal ini, cayhe rasa tidak mungkin terjadi."
"Maksud mencelakai orang tidak boleh ada, maksud
berjaga-jaga tidak boleh tak ada, He-koan tak bisa tidak
harus bikin persiapan terlebih dahulu?"."
Phoa Ceng Yan yang mendengar perkataan tersebut,
diam-diam lantas berpikir dalam hatinya, "Hanya
beberapa hari saja ternyata iapun berhasil mempelajari
cara untuk menghadapi kaum Bu Lim."
Ke Giok Lang sebaliknya malah dongakkan kepalanya
tertawa terbahak bahak.
"Haaa?""haaa?"..haaa?"" Bagus sekali, bagus
sekali, maksud menjaga diri tidak boleh tidak ada,
silahkan kau buat surat tanda terima tersebut."
Liauw Thayjien menyahut, ia suruh kacung bukunya
persiapkan pit, bak dan kertas lalu membuatnya sepucuk
surat tanda terima yang kira-kira berbunyi "
431 "Dengan berdasarkan surat ini dapat menerima
sebuah lukisan pengangon kambing." dibawahnya ia
cantumkan sekalian namanya.
Ke Giok Lang memandang sekejap ke arah kertas
tersebut, lalu tertawa.
"Liauw Thayjien! Jikalau di atas bukti itu dicantumkan
pula nama besar dari Phoa Hu Cong Piauw-tauw, maka
surat tanda bukti itu bertambah laku lagi."
"Hmmm! Urusan ini tiada sangkut pautnya dengan
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kami, juga tiada
sangkut paut dengan aku orang she Phoa, mengapa aku
orang she Phoa harus ikut mencantumkan pula namaku
di atas surat tanda bukti itu?"
"Mohon Phoa heng suka mencantumkan pula namamu
di atas tanda bukti itu, aku rasa inipun tak akan
merugikan diri Phoa heng," kata Ke Giok Lang sambil
tertawa. "Hmmm! Silahkan kau mengajukan pendapatmu."
"Di atas nama Phoa heng kau boleh terangkan pula
jika barang tersebut sengaja diserahkan Liauw Thayjien
secara sukarela dan disetujui pula oleh Phoa-heng, dan
barang tersebut bukan direbut dengan kekerasan."
"Cuma itu saja?" tanya Phoa Ceng Yan setelah
termenung sejenak.
432 "Di lain waktu jikalau siauw-te menemui Liauw
Thayjien untuk minta lukisan tersebut dengan andalkan
surat bukti tadi, Phoa heng-pun bisa bertindak pula
sebagai saksi."
Tiba-tiba Phoa Ceng Yan dongakkan kepalanya
tertawa terbahak-bahak, "Haaa"..haaa"..haaaa?". Ke
Kongcu, bukankah sudah berulang kali aku katakan
bahwa urusan ini sama sekali tiada sangkut pautnya
dengan aku orang she Phoa, jikalau kau paksa juga ingin
minta persetujuan dari aku orang she Phoa, maka cayhe
bisa terangkan bahwa aku sama sekali tidak setuju untuk
serahkan lukisan pengangon kambing itu kepada
siapapun."
"Bilamana Siauw-te datang tidak tepat pada waktunya,
kemungkinan sekali kalian sudah dibakar hancur
berantakan oleh serangan senjata berapi dari si Dewa Api
Ban Cau." "Phoa Hu Cong Piauw-tauw!" mendadak Liauw
Thayjien berseru.
"Ada urusan apa?" sahut Phoa Ceng Yan dengan alis
berkerut. "Perkataan dari Ke Kongcu sedikitpun tidak salah,
rasanya Phoa Hu Cong Piauw-tauw hanya cantumkan
namamu di atas surat bukti itupun bukan merupakan
suatu persoalan yang merugikan dirimu."
"Jadi maksud Thayjien. kau ingin cayhe pun
cantumkan pula namaku di atas surat tanda bukti itu?"
433 "Mencantumkan nama untuk membuktikan bahwa
barang itu adalah cayhe yang rela serahkan kepadanya,
aku rasa persoalan ini tidak merugikan nama baik
perusahaanmu bukan?"
"Ke heng!" seru Phoa Ceng Yan kemudian sambil
menoleh kearah Ke Giok Lang.
"Nama besar Hoa Hoa Kongcu ternyata luar biasa
sekali, dengan dua tiga patah kata ternyata kau bisa
bikin tunduk si pemilik barang dari perusahaan kami."
Ke Giok Lang tersenyum.
"Pil mujarab tersebut merupakan obat kuat yang
susah didapatkan, cayhe pun berhasil memperoleh
barang tersebut dengan kerahkan seluruh tenaga yang
dipunyai, aku rasa penyakit yang diderita nona Liauw
sudah banyak berkurang bukan!"
Phoa Ceng Yan tak bisa berbuat apa-apa lagi,
diterimanya surat tanda bukti itu seraya angkat pit siap
mencantumkan namanya.
"Ke Kongcu!" ujarnya kembali. "Minta aku orang she
Phoa ikut mencantumkan namaku di atas surat tersebut
bukan suatu pekerjaan yang sukar, tapi aku orang she
Phoa pun ingin menanyakan dulu satu persoalan
kepadamu, asalkan Ke Kongcu suka memberikan
jawaban yang memuaskan hatiku, maka aku orang she
Phoa akan segera cantumkan pula namaku di atas kertas
tersebut."
434 Jilid 12 "Apa yang ingin Phoa heng tanyakan?"
"Ke Kongcu sejak semula sudah punya maksud untuk
membegal barang ini sehingga tidak kenal susah payah
melakukan perjalanan beribu-ribu li dengan menempug
di tengah badai dan hujan salju datang kemari, walaupun
telah berjumpa dengan Chin Tayhiap sehingga timbulkan
sedikit percekcokan, tapi terhadap persoalan Ke Kongcu
untuk membegal barang pusaka itu sama sekali tidak
mendapatkan gangguan yang besar"."
Mendadak ia perendah suaranya dengan kata yang
lirih sehingga cuma Ke Giok Lang seorang yang bisa
menangkap, katanya.
"Sewaktu Ke Kongcu menggunakan siasat memancing
harimau meninggalkan gunung, memancing aku orang
she Phoa berlalu dan kau menerjang masuk ke dalam
kamar penginapan, ditinjau dari keadaan pada waktu itu
dengan mudah rasanya Ke Kongcu bisa mendapatkan
lukisan pengangon kambing itu, tapi mengapa kau tidak
melakukan hal tersebut sebaliknya pergi dan kini balik
lagi dengan segala tipu muslihat, apakah hal ini tidak
terlalu banyak membuang waktu dan tenaga?"
"Dalam sepasang mata Phoa heng yang jeli dan tajam
rasanya tak bakal kemasukan pasir bukan" tapi siauw-te
435 tidak paham apakah Phoa heng sungguh-sungguh tidak
tahu" Ataukah sudah tahu tapi pura-pura bertanya?"
"Sudah tentu aku sungguh tidak tahu, bila aku sudah
tahu apa gunanya ditanyakan kembali?"
"Mengapa Phoa heng tidak tanyakan urusan ini
langsung dengan nona Liauw sendiri?"
"Jika semisalnya nona Liauw suka langsung
memberitahukan persoalan itu kepada cayhe, rasanya
aku orang she Phoa pun tidak perlu banyak mulut
menanyakan persoalan ini kepada Ke Heng."
Di atas selembar wajah Ke Giok Lang secara samar
terlintas suatu perasaan bimbang ragu-ragu,
kebingungan kurang percaya, jelas ia tidak percaya
terhadap apa yang diucapkan Phoa Ceng Yan barusan
ini. Ketika itu Phoa Ceng Yan sedang gerakan pitnya siap
mencantumkan namanua di atas kertas tersebut, tapi
melihat air muka Ke Giok Lang kelihatan ragu-ragu dan
bimbang tak menentu, sepertinya ada satu persoalan
besar yang sukar diucapkan keluar, dalam hati semakin
heran lagi. Tak kuasa lagi katanya.
"Ke heng, ada urusan apa membuat Ke heng kelihatan
begitu bimbang, serba salah dan ragu-raguu?"
Air muka Ke Giok Lang berubah semakin serius lagi,
dengan menggunakan nada suara yang palin perlahan
katanya. 436 "Siauw-te telah melakukan pemeriksaan terhadap urat
nadi serta denyutan jantung dari nona Liauw itu, ia
benar-benar seorang gadis yang tidak mengerti akan
ilmu silat, jikalau Phoa heng sendiripun tidak tahu
terhadap persoalan ini tentu masih ada rahasia yang
lebih mendalam lagi artinya."
Diam-diam Phoa Ceng Yan pun menghembuskan
napasnya panjang-panjang, pikirnya.
"Ternyata nona Liauw yang bersembunyi di dalam
kereta benar-benar menyembunyikan suatu rahasia yang
maha besar, bahkan rahasia ini menimbulkan tenaga
pengaruh yang membuat hati setiap orang merasa
bergidik dan ketakutan, Lam Thian Sam Sah serta Hoa
Hoa Kongcu sama-sama dipukul mundur dengan
ketakutan setelah melihat rahasia tersebut, tapi sungguh
aneh sekali setiap kali aku sendiri yang masuk ke dalam
kereta atau kamar tidurnya mengapa tidak berhasil
kujumpai sedikit tanda yang mencurigakan pun"
Terdengar Ke Giok Lang dengan suara lirih
menyambung, "Apakah antara kalian perusahaan
ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok dengan Lambang Naga
Sakti "Wan Liong Piauw Kie" yang pernah menggetarkan
seluruh daratan Tionggoan pada tiga puluh tahun
berselang serta ditakuti tiga bagian oleh seluruh kawan
kawan Bu-lim dari seluruh kolong langit betul-betul tiada
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sangkut paut dengan kalian?"
"Lambang Naga Sakti?" seru Phoa Ceng Yan agak
tertegun. 437 "Sedikitpun tidak salah, aku dilahirkan di dunia rada
terlambat sehingga tidak kualami sendiri bagaimanakah
kedashyatan dari Lambang Naga Sakti tersebut, tapi
peristiwa ini telah diketahui setiap jago yang pernah
berkelana dalam Bu Lim bahkan seluruh partai, seluruh
perguruan telah turunkan perintah di mana lambang
naga sakti muncul maka siapapun tidak diperkenankan
mengganggu barang seujung rambut atau seujung
rantingpun, barang siapa yang melanggar maka
perguruan-nya ada kemungkinan ikut mengalami
kemusnahan, bila dia adalah seorang perampok maka
tiga keturunan akan menemui bencana."
"Di tempat manakah Ke heng telah berjumpa dengan
Lambang Naga Sakti tersebut?"
"Phoa heng, kau lagi pura-pura bodoh" Ataulah tidak
ingin rahasiamu diketahui orang?" seru Ke Giok Lang
dengan alis berkerut.
Phoa Ceng Yan menggerakkan pitnya bagaikan
terbang menanda tangani tanda terima yang ditulis
Liauw Thay jien tadi, kemudian seraya menyerahkan
tanda terima tadi ketangan Ke Giok Lang ujarnya.
"Ke Kongcu, inilah tanda yang membuktikan aku orang
she Phoa benar bewnar bukan sedang berpura pura!"
Ke Giok Lang menerima tanda terima tersebut
kemudian tertawa tergelak.
"Ha".ha"..ha".. peristiwa ini sungguh membuat
orang engkau terselimut di balik kabut yang tebal, biarlah
438 aku singkirkan dulu hadangan dari si dewa api Ban Cau
kemudian baru kita bicarakan lagi persoalan ini dengan
lebih seksama."
Ia berpaling memandang sekejap ke arah Ban Cau,
lalu seraya membentangkan kipasnya ujarnya kembali.
"Ban-heng, tanda terima ini ditulis pribadi oleh Liauw
Thayjien dan ditanda tangani oleh Phoa Hu Cong Piauwtauw,
ini berarti lukisan pengangon kambin sudah
menjadi milik Ke Giok Lang, bilamana Ban heng masih
ada maksud hendak merampas barang tersebut, nah!
Terjanglah aku orang she Ke, setiap terjangan Ban heng
akan kuterima dengan senang hati".
Air muka Ban Cau berubah sangat dingin, ia melirik
sekejap ke arah Liauw Thayjien kemudian Phoa Ceng
Yan. "Kalian berdua rela serahkan lukisan pengangon
kambing itu buat Ke Giok Lang. Ini berarti kalian tidak
pandang sebelah matapun terhadap aku orang she
Ban?" Tidak menanti orang itu menyelesaikan kata-katanya,
Ke Giok Lang sudah memotong diiringi gelak tertawa
yang keras. "Haaa"..haaa".haaa"..sekarang, nasi sudah menjadi
bubur, kayu sudah menjadi perahu, sekalipun Ban heng
bicara keras juga percuma, perlu kau ketahui, jikalau
hatimu mengandung maksud tidak baik maka kita berdua
terpaksa harus bereskan urusan ini dengan bergebrak,
439 mau tentukan waktu di kemudian hari atau sekarang
juga kita selesaikan urusan ini terserah pada Ban heng
sendiri, siauw-te selalu menanti petunjuk!"
"Ke Kongcu, kau terlalu menghina orang." teriak Ban
Cau sambil tertawa dingin.
Tangan kanan diangkat lantas mengirim satu
hantaman ke muka.
Ke Giok Lang meloncat berkelit, kipas di tangan
kanannya menyambar keluar dalam gerakan mendatar
membabat lengan kanan Ban Cau.
Si Dewa Api yang melihat serangannya mencapai
sasaran kosong segera melejit ke atas, telapak tangan
diputar kemudian menyambar lewat dari sisi Ke Giok
Lang. Mendadak si Hoa Hoa Kongcu mengempos tenaga sin
kang, kemudia meloncat setinggi delapan sembilan depa
ke tengah udara laksana seekor kuda sembrani, ia
melayang sejauh satu tombak lebih.
Pada saat yang bersamaan sewaktu Hoa Hoa Kongcu
Ke Giok Lang berkelit ke samping, pada tempat semula ia
berdiri secara tiba-tiba terjadi suatu ledakan yang keras,
dalam sekejap mata asap biru itu membumbung tinggi ke
angkasa disertai jilatan api yang berkobar.
Phoa Ceng Yan yang melihat kejadian ini hanya bisa
berdiri terperanjat, sedang dalam hati pikirnya.
440 "Sungguh dahsyat, sungguh dahsyat, kepandaian Ban
Cau dalam penggunaan senjata berapi sungguh berhasil
mencapai taraf kesempurnaan."
Liauw Thayjien semakin terperanjat lagi melihat
peristiwa tersebut, badannya tak kuasa mundur dua
langkah ke belakang.
Dalam sekejap mata itulah di tengah kalangan telah
terjadi suatu perubahan yang maha besar, sekonyong
konyong terdengar Ban Cau berteriak keras lalu putar
badan dan ngeloyor pergi.
Sedangkan si Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang tetap
berdiri di atas permukaan salju dengan wajah serius, ia
memandang bayangan punggung Ban Cau yang makin
menjauh dengan wajah yang penuh senyuman dingin.
"Ke heng, apakah Ban Cau telah terluka?" tegur Phoa
Ceng Yan beberapa saat kemudian.
Perlahan lahan Ke Giok Lang berbalik memandang
sekejap wajah Phoa Ceng Yan lalu tersenyum.
"Ban heng telah terkena sebatang jarum beracun dari
siauw-te?""
"Kalau begitu luka dari Ban Cau sangat parah?"
"Bila dibicarakan berat memang berat, kalau
diucapkan ringan sebenarnya memang ringan, bila ia
tidak tahu bagaimana caranya mencegah menjalarnya
441 daya kerja racun yang mengeram di badannya, paling
tidak badan harus melakukan satu kali operasi!"
"Kepandaian silat yang Ke heng miliki sungguh luar
biasa dahsyatnya, hanya dalam sejurus dua jurus sudah
berhasil mengalahkan si dewa api Ban Cau, peristiwa ini
sangat jarang ditemui dalam Bu Lim."
Ke Giok Lang tersenyum.
"Dalam pertempuran ini siauw-te lebih banyak
menggunakan kegesitan, cuma saja untuk menghadapi
manusia macam Ban Cau yang pandai menggunakan
senjata berapi, bila tidak berhasil merubuhkan dirinya
dalam dua tiga jurus yang rugi bakalnya adalah siauw-te
sendiri?""
Ia merandek sejenak, kemudian sambungnya lebih
lanjut. "Liauw Thayjien, kita berjumpa kembali di istana Kay
Hong." Ia putar badan lantas berlalu.
"Ke heng, tunggu sebentar." tiba-tiba Phoa Ceng Yan
berteriak. Ke Giok Lang berhenti, berpaling dan tertawa.
"Phoa heng, masih ada urusan apa?"
"Apakah Ke Kongcu hendak berlalu begitu saja?"
442 "Haaa?"..haaa?"".haaa?". kami kaum penjahat
punya peraturan bagi penjahat sendiri, setelah siauw-te
peroleh tanda terima ini tidaklah mungkin bagiku untuk
berpeluk tangan belaka, aku dengan membawa anak
buahku akan berjalan terlebih dahulu di muka, di
samping sebagai pembuka jalan sekalian singkirkan
beberapa kesulitan bagi Phoa heng serta Liauw Thayjien,
menurut penglihatanku aku orang she Ke, setelah
gerombolan Ban Cau yang merupakan rombongan
terkuat kena dibikin hancur maka sepanjang jalan raya
ini seharusnya tak ada yang berani turun tangan
merampas benda itu lagi."
"Ehmm?""agaknya Ke Kongcu begitu yakin."
"Kecuali terjadi suatu peristiwa istimewa yang ada
diluar dugaan, atau munculnya jago lihay tanpa
sepengetahuan siauw-te, rasanya tak ada seorangpun
yang berani turun tangan mngganggu barang kawalan
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kalian lagi."
"Semoga saja begitu."
"Kalau begitu siauw-te berangkat selangkah terlebih
dahulu!" seru Ke Giok Lang kemudian sembari ulapkan
tangannya. "Bila di tengah perjalanan tidak terjadi
peristiwa lagi, kita berjumpa di kota Kay Hong."
"Silahkan Ke Kongcu berangkat terlebih dahulu."
Ke Giok Lang tersenyum, ia meloncat pergi dan dalam
sekejap mata telah lenyap dari pandangan.
443 Liauw Thayjien dengan termangu mangu memandang
bayangan punggung Ke Giok Lang berlalu telah lenyap
dari pandangan sembari ia mengelus jenggotnya ia
mengangguk. "Ehmmm?"..sedikitpun tidak salah, kaum penjahat
seharusnya mempunyai peraturan sendiri."
Phoa Ceng Yan yang mendengar perkataan tersebut
hanya bisa menghela napas panjang.
Agaknya Thayjien merasa begitu cocok dengan orang
she Ke ini?"
"Dugaan Hu Cong Piauw-tauw sedikitpun tidak salah,
walaupun ia berasal dari kalangan Liok-lim, tapi apa yang
diucapkan memang cengli semua dan ia pegang teguh
tata kesopanan."
"Aaai".! Kelicikan serta kecurangan dalam dunia
kangouw tak bisa dibandingkan dengan kejujuran kaum
pembesar, Thayjien! Kau tak boleh hanya menilai
mukanya saja."
Liauw Thayjien tidak ingin berdebat dengan Phoa
Ceng Yan hanya karena soal kecil ini, segera ia alihkan
bahan pembicaraan ke soal yang lain.
"Phoa ya, bagaimana kalau kita segera berangkat?"
"Ehmm". silahkan Thayjien naik ke dalam kereta, aku
segera perintah untuk melakukan perjalanan."
444 Liauw Thayjien putar badan, baru perjalanan beberapa
langkah mendadak seperti teringat akan satu persoalan
yang penting, ia berpaling kembali.
"Phoa ya, apakah Cong Piauw-tauw kalian sudah ada
kabarnya?"
"Kecuali ia tidak menerima berita kami, kalau tidak
malam ini juga ia pasti telah berhasil mengejar kita?"
"Semoga begitu!" perlahan lahan ia naik ke dalam
kereta. Phoa Ceng Yan pun mendekati kereta sendiri.
"Giok Liong, kita segera berangkat."
Lie Giok Liong mengiakan, ia bergerak terlebih dahulu
di paling depan.
Kereta melanjutkan perjalanan beiring-iringan, putaran
roda terdengar bergerak membelah permukaan salju.
"Jie-ya!" seru Nyoo Su Jan tiba-tiba sambil mengejar
datang. "Apakah Ke Giok Lang betul betul hendak
bukakan jalan kita?"
"Dalam hatinya punya maksud tertentu, aku kira ia tak
akan menunjukkan permainan setan lari kepada kita."
445 "Tapi orang ini berakal licik banyak siasat busuk,
hatinya keji dan telengas, seharusnya kita berhati-hati
menghadapi manusia semacam begini."
"Aaaaai! Jika ditinjau situasi ini hari seharusnya kita
menunggu di antara Ke Giok Lang serta Ban Cau
melangsungkan suatu pertarungan mati-matian
kemudian kita yang jadi nelayan untuk tinggal ambil
hasilnya, perduli siapapun yang berhasil memperoleh
kemenangan tentu tidak mendatangkan kebaikan bagi
mereka"."
"Jie-ya, bila dalam sekali hantam kita berhasil
taklukkan Ban Cau serta Ke Giok Lang, maka wajah kita
semakin cemerlang lagi," sambung Nyoo Su Jan.
"Semisalnya Liauw Thayjien tidak ikut campur,
sekalipun kita tidak mungkin berhasil menangkap mereka
berdua sekaligus, paling sedikit kita juga singkirkan
mereka dari sini."
"Jie-ya." tiba-tiba Nyoo Su Jan memperendah
suaranya. "Apakah Liauw Thayjien betul-betul tidak tahu
rahasia dari lukisan pengangon kambing itu?"
"Kelihatannya ia bukan sedang berpura-pura jika ia
berani mencle-mencle dengan manusia macam Ke Giok
Lang, apakah kau kira si Hoa Hoa Kongcu suka
melepaskan dirinya dengan begitu saja?"
"Seharusnya kita beri penjelasan dulu kepadanya,
daripada nantinya tanpa ia sadari sudah kena dicelakai
orang," usul Nyoo Su Jan.
446 "Terhadap situasi yang berada di depan mata
sebetulnya banyak sudah rencana kudapatkan, tapi Liuw
Thayjien ngotot ingin mencampuri diri dalam persoalan
ini dan menghadapi sendiri Ke Giok Lang, menghadapi
perubahan tersebut aku tidak bertenaga untuk
menahannya, dan kini kayu sudah menjadi perahu,
rasanya susuah bagi kita untuk tarik kembali persoalan
tersebut."
"Hamba punya satu cara untuk membuat Ke Giok Lang
repot dengan sia sia," tiba-tiba Nyoo Su Jan mengajukan
usulnya kembali.
"Apa usulmu?"
"Kita berusaha untuk dapatkan lukisan pengangon
kambing itu terlebih dahulu."
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah Ke Giok Lang suka lepas tangan dengan
begitu saja?"
"Setelah Cong Piauw-tauw tiba di sini, apa yang perlu
kita takutkan lagi?"
"Su Jan" ujar Phoa Ceng Yan setelah termenung
sejenak, "Berapa banyak yang kau ketahui tentang
lukisan pengangon kambing itu?"
"Jie-ya, kau jangan salah paham" Buru-buru Nyoo Su
Jan menggeleng. "Terhadap lukisan pengangon kambing
hamba kurang tahu, tapi dengan ikut campurnya si Dewa
Api Ban Cau serta Ke Giok Lang dalam perebutan ini,
447 bukankah hal ini memberi tahu kepada kita seberapa
berharganya lukisan tersebut."
"Sekalipun lukisan pengangon kambing berharga
melebihi satu kota, kitapun tak bisa turun tangan untuk
merebutnya"."
"Phoa ya, kita bukan merebut, tapi kita berusaha
untuk mencegah lukisan pengangon kambing itu jangan
sampai terhjatuh ke tangan Ke Giok Lang.
"Phoa Ceng Yan sebagai seorang jago kawakan sudah
tentu bisa meraba apa maksud yang sebenarnya dari
pembantunya ini, ia mendehem perlahan.
"Su Jan!" ujarnya lirih. "Untuk menghadapi persoalan
ini kita harus berunding secara seksama dan bertindak
berhati-hati, untuk melakukan pekerjaan pengawal
barang macam begitu justru yang paling ditakuti adalah
tersangkut dalam kancah pergolakan Bu Lim, jika bisa
menghindar itu lebih bagus lagi dan kini lukisan
pengangon kambing telah diserahkan Liuw Thayjien
secara sukarela menurut peraturan hal ini tak bisa
dimaksudkan orang lain merampas barang itu dengan
kekerasan, dan kini si Hoa Hoa Kongcu membawa surat
tanda terima yang ditulis Liuw Thayjien sendiri dan
tercantum pula tanda tanganku untuk menerima lukisan
pengangon kambing itu, hal ini makin sulit bagi kita
untuk mungkir."
"Perkataan Jie-ya sedikitpun tidak salah bila kita
mengganggu lukisan pengangon kambing dan urusan ini
dibicarakan di atas meja perundingan, yang rugi adalah
448 kita, tapi lukisan tersebut dapat membuat Ke Giok Lang
jadi mabok, bahkan tidak sayang sayangnya bermusuhan
dengan Ban Cau, ini mengartikan seberapa berharganya
lukisan tersebut."
"Maksudmu lukisan pengangon kambing ini
menyangkut soal mati hidupnya seluruh umat Bu Lim,
bukankah hal ini merupakan suatu peristiwa yang maha
berat dan maha penting?" sambung Nyoo Su Jan dengan
cepat. "Soal ini?" soal ini?"" kita memang harus berpikir
panjang"."
Ia mendongak dan menghembuskan napas panjang
panjang sambungnya, "Aku hanya berharap Cong Piauwtauw
bisa pagian tiba di sini."
Selagi Nyoo Su Jan ada maksud menjawab, mendadak
terdengar suara derapan kaki kuda berkumandang
datang. Ketika mereka berpaling, dilihatnya seekor kuda
laksana sambaran kilat berlari mendekat.
"Aaakh! Cong Piauw-tauw!" teriak Nyoo Su Jan tiba
tiba dengan kegirangan.
Waktu itu kuda tersebut dengan cepatnya sudah
melewati iring-iringan kereta dan tiba di hadapan kedua
orang itu. Kuda tadi dengan cepatnya berhenti berlari.
449 Di atas kuda duduk seorang lelaki berusia empat puluh
tujuh, delapan tahunan, jenggot hitamnya terurai
sepanjang dada.
Orang itu mempunyai wajah persegi empat dengan
telinga yang besar, sepasang mata bulat besar dengan
wajah keren, membuat setiap orang yang menemuinya
tanpa terasa menunjukkan sikap hormat kepadanya.
"Menghunjuk hormat buat Cong Piauw-tauw" buruburu
Nyoo Su Jan menjura.
Orang itu bukan lain adalah Cong Piauw-tauw dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok Kwan Tiong Gak
adanya. "Su Jan, tidak usah banyak adat" seru Kwan Tiong Gak
seraya ulapkan tangannya.
Sinar matanya segera dialihkan ke arah Phoa Ceng
Yan, lalu sambil tersenyum serunya.
"Saudara, sungguh melelahkan dirimu."
"Siauw-te tidak becus, hanya persoalan yang kecil saja
harus menganggu ketenangan Cong Piauw-tauw"."
"Secara garis besarnya aku sudah tahu sedikit tentang
situasi yang kita hadapi, perubahan ini merupakan satusatunya
perubahan terberat bagi kita perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok sejak didirikan."
450 "Ooooouw?".., kiranya Cong Piauw-tauw sudah
dengar orang berkata tentang hal ini!" seru Nyoo Su Jan
seraya menjura.
"Aku hanya mendengar sedikit kabar saja, keadaan
yang sebetulnya masih belum begitu tahu."
"Hamba serta Phoa-ya sudah berapa kali menghantar
barang kawalan, selama ini belum pernah pula menemui
peristiwa seaneh ini, perubahan yangh terjadi di balik
peristiwa ini sungguh amat susah diduga."
Ketika itulah sembari keprak kudanya untuk bergerak
maju ujar Kwan Tiong Gak lagi, "Mari, sembari berjalan
kita berbicara."
Phoa Ceng Yan serta Nyoo Su Jan mengiringi dari
kedua belah samping dengan berjalan kaki.
Sinar mata Kwan Tiong Gak perlahan menyapu
sekejap permukaan salju yang terbentang di depan mata,
setelah ditemuinya tak sesosok bayangan manusiapun
ada di sana, ia mendehem perlahan.
"Saudara Phoa, apakah tadi sudah terjadi sesuatu
peristiwa?"
Iapun meloncat turun dari punggung kuda untuk
berjalan seiring kedua orang lainnya.
"Cong Piauw-tauw" jawab Phoa Ceng Yan perlahan.
"Jika kedatanganmu lebih pagi selangkah, maka kau bisa
451 berjumpa dengan si "Hoa Hoa Kongcu" Ke Giok Lang
serta si Dewa Api Ban Cau."
"Ooooouw". Ke Giok Lang pun sudah tiba?"
"Sebelumnya hamba mohon ampun dulu dari Cong
Piauw-tauw" seru orang she Phoa seraya menjura.
Melihat tindak tanduk Hu COng Piauw-tauwnya, Kwan
Tiong Gak kelihatan agak tertegun.
"Apa yang telah terjadi?"
"Baru saja hamba melakukan suatu perbuatan, entah
benar atau tidak tindakanku ini?"
"Apakah tindakanmu itu?"
Phoa Ceng Yan menghela napas panjang dan perlahan
lahan mulai menceritakan kisah yang baru saja terjadi
dengan penuh ketelitian.
"Menurut pemikiran kita pada umumnya" ujar Kwan
Tiong Gak setelah termenung sejenak, "tindakanmu ini
boleh dikata tidak jelek, tetapi "."
Ia melirik sejenak ke arah Phoa Ceng Yan lalu
sambungnya, "Urusan sudah lewat, kita anggap saja sudah selesai,
saudara Phoa pun tak usah memikirkannya kembali.
452 "Tentang lukisan pengangon kambing itu sendiri,
entah dimanakah letak keberhargaannya?" ujar Nyoo Su
Jan tiba-tiba. "Ke Giok Lang tidak sayang sayangnya
bermusuhan karena urusan ini, bahkan mereka rela pula
untuk mengikat permusuhan dengan perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok kita, tentu barang tersebut luar biasa
sekali." "Nyoo Piauw-tauw tadipun pernah mengusulkan bila
lukisan pengangon kambing mempengaruhi peristiwa
yang sangat besar, kita bisa berusaha untuk
menahannya," sambung Phoa Ceng Yan pula.
Kwan Tiong Gak menggeleng berulang kali.
"Saudara, kaupun sudah menanda tangani surat tanda
terima tersebut, mana boleh kau pungkiri kembali
pernyataanmu sendiri" rasanya gelar Thiat Ciang Kiem
Huan pun tidak seharusnya mendapat cemoohan dari
kawan kawan Bu lim bukan?"
"Hamba merasa sangat menyesal!"
Kwan Tiong Gak tersenyum.
Demi kepercayaan perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
kita, lukisan pengangon kambing boleh kita serahkan
kepada Ke Giok Lang, tapi kitapun bisa merebutnya
kembali dari tangannya."
"Merebutnya kembali" Apakah tindakan ini tidak terlalu
banyak buang waktu dan tenaga?"
453 "Sedikit membuang tenagapun tak mengapa, serahkan
lukisan tersebut kepada Ke Giok Lang adalah untuk
membuktikan kepegang janjian kita, sedang merebut
kembali adalah demi menjaga nama baik perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok."
"Cong Piauw-tauw!" seru Nyoo Su Jan dari samping.
"Di dalam dua jurus saja Ke Giok Lang berhasil melukai si
Dewa Api Ban Cau ?"
"Akh "!" Kwan Tiong Gak merasa kaget setelah
mendengar laporan ini. "Menggunakan kepandaian ilmu
silat apakah ia berhasil melukai si Dewa Api Ban Cau
hanya dalam dua jurus saja?"
"Agaknya menggunakan senjata rahasia." jawab Phoa
Ceng Yan. "Kepandaian silat si Dewa Api Ban Cau justru
kelihayan-nya terletak pada alat-alat berapinya yang
ganas, Ke Giok Lang telah berusaha merebut posisi
terlebih dahulu dengan lepaskan senjata rahasia untuk
melukai diri Ban Cau."
"Ooooouw".. kiranya begitu."
Sinar matanya lantas dialihkan ke arah Phoa Ceng
Yan, tambahnya.
"Tentang diri pribadi si "Hoa Hoa Kongcu" Ke Giok
Lang sudah banyak dengar dari orang, kecuali ia gemar
sekali mempermainkan kaum wanita, dalam urusan lain
ia masih suka mengalah satu tindak buat orang."
454 "Di antara berjuta-juta kejahatan, memperkosa adalah
kejahatan nomor wahid, cukup mengandalkan hal ini
sudah bisa kita tentukan dia bukanlah seorang jagoan
dari kalangan Pek-to" seru Nyoo Su Jan.
"Sebetulnya ia memang bukan seorang jago dari
kalangan Pek-to! Aku dengar orang berkata kecuali
memiliki serangkaian ilmu silat yang luar biasa
dahsyatnya ia masih memiliki satu kepandaian yang
sangat istimewa yaitu mendatangkan rasa simpatik dari
setiap orang yang dijumpainya."
"Sedikitpun tidak salah" Phoa Ceng Yan
membenarkan. "Dia benar-benar memiliki kepandaian
tersebut, sewaktu ia berhasil menerjang masuk ke dalam
kamar Liuw Thayjien tentu membencinya sampai
merasup ke tulang sumsum, tapi bukan saja Liuw
Thayjien setuju untuk serahkan lukisan pengangon
kambing itu kepadanya, bahkan masih mengagumi dan
puji tiada hentinya terhadap setiap ucapan maupun
tindak tanduk Hoa Hoa Kongcu."
Kwan Tiong Gak kembali termenung lalu ujarnya, "Aku
dengar orang ini mempunyai kemampuan yang hebat di
berbagai bidang, baik kecerdasan maupun kepandaian
silat terhitung jago nomor wahid di kolong langit, di
antara jago-jago muda ia merupakan jago yang paling
menonjol, hanya sayang jalan yang ditempuh adalah
jalan serong."
"Cong Piauw-tauw! Agaknya terhadap watak Ke Giok
Lang kau sudah mengetahui sangat banyak," kata Phoa
Ceng Yan lambat.
455 "Ia pernah mengunjungi Peking bahkan suruh orang
menyampaikan surat kepadaku dan berharap bisa
berjumpa satu kali dengan diriku, cuma sayang aku
banyak urusan tidak bisa penuhi undangannya untuk
berjumpa."
"Sewaktu ada di Peking apakah ia tidak timbulkan
keonaran?"
"Justru inilah letak kecerdikan dari si "Hoa Hoa
Kongcu" Ke Giok Lang, setelah ia tiba di ibukota, gerak
gerik maupun tindak tanduknya sangat misterius, kecuali
dia ingin menjumpai orang yang hendak dijumpai
rasanya orang lain susah untuk menemukan dirinya."
"Aaakh".! Tentu urusan ini sudah terjadi banyak
tahun berselang bukan?"
"Tidak, peristiwa ini terjadi tahun yang lalu, waktu itu
nama besarnya barusan menanjak di dunia persilatan,
kudengar kabar kecuali aku, ia masih menjumpai dua
orang lainnya."
"Siapakah mereka?"
"Siapakah kedua orang yang ia jumpai, aku tidak
begitu jelas, cuma bila kuselidiki dengan seksama,
rasanya tidak susah untuk mengetahui siapa siapakah
mereka, tapi justru waktu itu tidak kupandang di dalam
hati peristiwa ini. Aaaa?".! Bila kuingat sekarang
tindakanku tersebut memang sedikit teledor."
456 "Cong Piauw-tauw! Apakah kau merasa adanya
hubungan antara persoalan itu dengan lukisan
pengangon kambing?" tiba-tiba Phoa Ceng Yan bertanya
setelah termenung sejenak.
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kemungkinan besar memang benar, selama
belakangan ini Ke Giok Lang telah memperluas
hubungannya dengan berkenalan dengan banyak kawan,
agaknya di balik kesemuanya ini ia telah menyusun suatu
rencana besar. "Lukisan pengangon kambing termasuk salah satu
tujuannya?" sela Nyoo Su Jan.
"Dalam keadaaan seperti ini kita masih belum dapat
mengambil suatu kesimpulan, tapi terhadap lukisan
pengangon kambing aku telah melakukan suatu
penyelidikan untuk mengetahui latar belakangnya!"
Semangat Phoa Ceng Yan kontan berkobar kembali.
"Dapatkah Cong Piauw-tauw memberi keterangan?"
serunya. Kwan Tiong Gak tidak langsung menjawab pertanyaan
dari Phoa Ceng Yan, sebaliknya malah bertanya.
"Apakah kau pernah melihat lukisan pengangon
kambing itu?"
"Pernah, cuma sayang pengetahuan serta kecerdikan
siauw-te tidak memadahi, susah bagiku untuk
457 mengetahui rahasia di balik peta lukisan pengangon
kambing tersebut."
"Peta lukisan itu dinamakan lukisan pengangon
kambing, sesuai dengan namanya tentulah di atas
lukisan tersebut telah terlukis banyak sekali binatang
kambing, bukan begitu."
"Benar, bermacam macam kambing dengan gaya yang
berlainan, di samping itu terlukis seorang bocah gembala
yang mencekal cambuk panjang."
"Saudara, coba kau pikirlah dengan teliti, di bagian
manakah letak kecurigaanmu terhadap lukisan tersebut?"
"Siauw-te sudah memeriksa dengan teliti tapi tidak
kuketahui di manakah letak hal hal yang patut dicurigai."
Kwan Tiong Gak termenung sejenak kemudian
ujarnya. "Menurut berita yang kudapat, di atas lukisan tersebut
katanya tersembunyi suatu maksud yang sangat
mendalam, lukisan ini adalah hasil karya dari seorang
cianpwee, di dalam lukisan tersebut terkandunglah
seluruh jerih payah serta kepandaiannya."
"Ooouw?".jadi maksudnya ia sudah terangkan
seluruh kepandaian silatnya di atas lukisan pengangon
kambing tersebut?"
"Artinya tidak akan segampang itu, aku dengar orang
kata lukisan itu mengandung rahasia yang mendalam,
458 bila tidak berhasil memahami rahasia yang meliputi
lukisan tersebut sekalipun dapatkan lukisan pengangon
kambing juga percuma."
"Siauw-te sudah memeriksanya dengan teliti" ujar
Phoa Ceng Yan memberi tanggapan. "Bila di atas lukisan
pengangon kambing benar-benar terkandung rahasia
yang mendalam, maka rahasia itu pasti bisa dipecahkan
dengan suatu kecerdikan yang benar-benar amat tinggi,
siauwte sudah periksa amat teliti tapi tak sesuatupun
yang berhasil kudapatkan."
"Bila kalian bisa mendapat persetujuan dari Liuw
Thayjien untuk memeriksa kembali lukisan pengangon
kambing itu, ada kemungkinan kita berhasil memperoleh
sedikit gambaran."
"Urusan ini tidak sukar, biarlah aku temui Liuw
Thayjien, mungkin ucapanku berhasil mendapat
persetujuannya."
"Kau harus ingat, urusan ini tak boleh dilakukan
dengan kekerasan atau menghardik dan menakut-nakuti
orang, asalkan diungkap secara sambil lalu cukuplah
sudah, disetujui atau tidak itu urusan orang lain"."
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya, "Yang
membuat orang menjadi tidak paham adalah lukisan
pengangon kambing itu secara bagaimana bisa terjatuh
ke tangan Liuw Thayjien?"
"Tentang hal ini siauwte pun pernah bertanya
kepadanya tapi ia sendiripun tidak berhasil memberikan
459 suatu jawaban yang pasti, agaknya lukisan tersebut ia
bawa ke kota Kay Hong karena mendapat titipan dari
orang lain."
"Siapa yang titipkan barang itu kepadanya" Asalkan
orang itu punya hubungan dengan orang-orang bu lim
maka dengan cepat kita berhasil menemukan asal
mulanya seluruh persoalan ini."
"Apakah Cong Piauw-tauw merasa urusan ini sangat
penting?" tanya Nyoo Su Jan.
"Jika lukisan pengangon kambing itu punya sangkut
paut dengan peristiwa Bu Lim, aku nilai dari lukisan ini
tak dapat dibandingkan dengan nilai uang lagi."
"Menurut apa yang Cong Piauw-tauw katakan tadi,
jelas lukisan tersebut terbukti ada sangkut pautnya
dengan orang-orang Bu Lim apakah seharusnya kita
melakukan penyelidikan?" kembali Piauw su she Nyoo ini
bertanya. Kwan Tiong Gak termenung sejenak, kemudian
jawabnya. "Bila dugaanku tidak salah, bukan saja Ban Cau serta
Ke Giok Lang bermaksud hendak merampas barang
kawalan kita, sekalipun jago jago dari kalangan luruspun
kemungkinan besar akan melibatkan diri dalam peristiwa
ini." 460 "Maksud Cong Piauw-tauw, dari antara jago-jago
kalangan luruspun bisa turun tangan membegal barang
kawalan kita?"
"Hal ini susah ditentukan, sekalipun mereka tidak
sampai turun tangan membegal, rasanya bisa jadi
mereka akan bertanya dan selidiki persoalan ini sampai
jadi terang."
Agaknya Phoa Ceng Yan sama sekali tidak menduga
barang kawalannya kali ini bisa menimbulkan kekacauan
di dalam dunia persilatan, segera ujarnya.
"Jika demikian adanya, barang kawalan kita kali ini
tentu menggemparkan seluruh kolong langit."
"Sedikitpun tidak salah" Kwan Tiong Gak tersenyum.
"Ke Giok Lang. si Dewa Api Ban Cau sekalian masih
belum terhitung menggemparkan jika merekalah yang
turun tangan membegal barang kawalan kita, tapi lain
halnya bila sampai murid-murid dari perguruan kalangan
luruspun menghadang perjalanan kita, ini barulah suatu
peristiwa maha aneh yang belum pernah terjadi dalam
Bu lim." Phoa Ceng Yan rada tidak percaya atas perkataan
tersebut, tanyanya secara tiba-tiba.
"Semisalnya anak murid dari perguruan kaum luruslah
yang turun tangan membegal barang kawalan kita, hal
ini pasti timbulkan cemoohan dari orang banyak,
bukankah tindakan mereka ini akan menodai nama baik
perguruan-perguruan mereka?"
461 "Semisalnya peristiwa ini mempunyai sangkut paut
yang maha besar terhadap keutuhan Bu lim, keadaan
jauh berbeda lagi, tindakan mereka ini justru bermaksud
hendak mencegah lukisan pengangon kambing ini jangan
sampai terjatuh ke tangan jago-jago kalangan Liok-lim."
Ia menghembuskan napas panjang, kemudian
sambungnya. "Tapi hal ini hanya menurut pikiranku sendiri,
bagaimanakah akhirnya detik ini tak dapat kuduga?"
"Bila demikian adanya, kerepotan yang kita alami
dalam mengawal barang hantaran kali ini boleh dihitung
belum pernah ditemui sejak jaman kuno," kata Nyoo Su
Jan. "Memang suatu peristiwa yang sangat merepotkan,
tapi bila dipandang dari pihak kita sebagai suatu
perusahaan Piauw-kiok, kita harus mencari akal untuk
melindungi lukisan pengangon kambing itu jangan
sampai terjatuh ke tangan kawanan Liok-lim, juga jangan
sampai membiarkan barang itu terjatuh ke tangan kaum
lurus, kita harus antar sekeluarga pembesar Liuw tiba di
kota Kay Hong dalam keadaan selamat."
Ke Giok Lang telah menyanggupi untuk bukakan jalan
buat kita, sekalipun diperjalanan ada kerepotankerepotan
rasanya kini sudah disapu oleh Ke Giok Lang.
Kwan Tiong Gak berpikir sejenak kemudian ujarnya,
"Ke Giok Lang jadi orang sangat cerdik, di hadapan kita
462 ia berkata hendak membantu kita, tapi di dalam
pandangan orang mereka akan mengira kita sedang
bersekongkolan dengan Ke Giok Lang."
"Aaakh benar, kita sudah digunakan oleh si Hoa Hoa
Kongcu." teriak Phoa Ceng Yan tak tertahan lagi.
Air muka Kwan Tiong Gak berubah semakin serius.
"Urusan belum berubah sampai seburuk itu, walaupun
Ke Giok Lang sangat cerdik, tapi terhadap persoalan ini ia
sudah salah langkah."
"Di dalam anggapannya orang yang mengetahui
rahasia lukisan pengangon kambing tidak banyak,
semakin tidak menduga lagi bila orang-orang dari
kalangan luruspun ikut serta terjun dalam kancah
pergolakan ini "."
Phoa Ceng Yan mengangguk tiada henti memuji
kecerdikan Cong Piauw-tauw-nya.
"Sejak jaman kuno hingga sekarang kebanyakan orang
yang mau membegal barang kawalan perusahaan Piauwkiok
hanyalah jago-jago kalangan Liok-lim belaka,
selamanya belum pernah jago dari kalangan lurus-pun
ikut campur dalam persoalan ini, sudah tentu Ke Giok
Lang tidak pernah berpikir sampai kesitu."
Kwan Tiong Gak menghela napas panjang, setelah
suasana sunyi beberapa saat lamanya, ia baru berkata
kembali. 463 "Aku akan berangkat terlebih dulu ke muka, kalian
susullah perlahan-lahan."
"Cong Piauw-tauw silahkan berangkat."
"Akan kutunggu kalian di sebelah depan!" seru Cong
Piauw-tauw dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok lagi
seraya meloncat naik ke atas punggung kudanya dan
melarikan binatang tunggangan tersebut cepat-cepat ke
depan. Dalam sekejap mata bayangan punggungnya sudah
lenyap di ujung langit.
Sembari memandang bayangan punggung Kwan Tiong
Gak yang menghilang, bisik Phoa Ceng Yan lirih.
"Su Jan, kau telah berhasil melihat belum?"
"Melihat apa?"
"Walaupun selama berada di hadapan kita Cong
Piauw-tauw berusaha untuk menjaga ketenangan
wajahnya, padahal aku tahu hatinya sangat tertekan, aku
pikir di hatinya pasti masih tersembunyi banyak
persoalan yang belum diutarakan kepada kita."
"Soal ini, hamba kurang ambil perhatian, cuma ?"
"Cuma apa?"
464 "Secara mendadak Cong Piauw-tauw hendak berjalan
dulu seorang diri di paling depan, hal ini membuat
hamba menaruh curiga."
"Apa yang kau curigai?"
"Soal ini tak mungkin tiada alasan."
"Mari kita percepat perjalanan kita, coba kita lihat apa
yang terjadi di depan sana."
"Jie-ya! Kuda tunggangan Cong Piauw-tauw adalah
seekor kuda mustika yang bisa lari ribuan li dalam suatu
hari mana mungkin kita berhasil menyandaknya?" bisik
Nyoo Su Jan lirih. "Apalagi, apakah Ban Cau bersungguh
sungguh ingin mengundurkan diri masih susah diyakini
pada saat ini, jika kita pergi menyusul dengan kekuatan
Giok Liong beberapa orang rasanya terlalu lemah."
"Perkataanmu tidak salah, kita tak boleh bertindak
ceroboh. " Phoa Ceng Yan ternyata seorang lelaki yang
mau menerima nasehat, tampak ia tersenyum.
Mereka berdua dengan mengiringi iring-iringan kereta
bergerak maju ke muka.
Kurang lebih sepuluh lie kemudian, tampaklah Kwan
Tiong Gak berdiri di bawah sebuah pohon tua di sisi jalan
raya sedang menanti kedatangan mereka.
Kwan Tiong Gak menuntun kuda melanjutkan
perjalanan, sedang Lie Giok Liong serta Ih Coen maju
menyongsong untuk menghunjuk hormat.
465 Kwan Tiong Gak buru-buru ulapkan tangannya.
"Kalian baik-baiklah menjaga kereta."
Kedua orang itu mengiakan dan segera mengundurkan
diri. "Toako, apa yang telah kau temukan?" bisik Phoa
Ceng Yan kemudian dengan suara yang lirih.
"Baru saja aku berjumpa dengan si Hoa Hoa Kongcu
Ke Giok Lang."
"Toako telah bergebrak melawan dirinya?" seru Phoa
Hu Cong Piauw-tauw sangat terkejut.
"Tidak!" Kwan Tiong Gak menggeleng. "Kita bercakapcakap
sangat baik sekali, ia telah bantu kita melenyapkan
dua pos pengintaian dari Ban Cau dan melukai tujuh
orang anak buahnya."
"Aaaakh! Jadi apa yang diucapkan Liuw Thayjien
sedikitpun tidak salah. Bajingan-pun mempunyai
peraturan kaum bajingan."
"Agaknya ia bukan lagi berbohong, anak buahnya Yen
San Ngo Koei ada dua orang terluka."
"Kalau begitu urusan ini sudah pasti dan tak bisa
diubah lagi."
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
466 "Ehm! Ke Giok Lang beritahu kepadaku tak usah
merasa berterima kasih kepadanya, ia tiada sayangsayangnya
mengikat tali permusuhan dengan orang
justru maksudnya ingin melindungi lukisan pengangon
kambing itu."
"Aaaakh! Kelihatannya ia tidak mirip seorang keparat
berhati keji seperti yang tersiar dalam Bu lim." Phoa
Ceng Yan dan Hu Cong Piauw-tauw dari perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok berpekik tertahan.
"Saudara!" kata Kwan Tiong Gak lagi setelah
termenung sejenak. "Bila Ke Giok Lang tidak menipu
diriku, mungkin selama perjalanan selanjutnya menuju
kota Kay Hong, kita tak akan temui kesulitan lagi."
"Yang jadi persoalan sekarang justeru adalah apakah
ucapan dari Ke Giok Lang bisa dipercaya atau tidak."
"Maka dari itu, kita sendiripun harus bikin sedikit
persiapan."
"Kita hendak bikin persiapan apa?"
"Aku berangkat dulu di paling depan, bila menemukan
sesuatu yang mencurigakan akan kuperiksa sendiri
terlebih dulu, kemudian menggunakan tanda hubungan
rahasia dari perusahaan kita memberi petunjuk kepada
kalian." "Bagus sekali, kami akan mengikuti petunjuk dari Cong
Piauw-tauw."
467 Kwan Tion Gak menghela napas panjang.
"Setelah aku tiba di sini, tidak seharusnya Liuw
Thayjien serta keluarganya merasa terkejut lagi, juga aku
berharap mereka bisa tiba di kota Kay Hong tepat pada
saatnya." ujarnya lambat lambat.
"Cong Piauw-tauw, ada satu persoalan belum siauwte
laporkan kepada dirimu?"
"Urusan apa?"
"Lambang Naga sakti yang pernah menggemparkan
dunia persilatan pada puluhan tahun berselang kini
muncul lagi di dalam Bu lim, bahkan berada di dalam
kereta yang ditumpangi nona Liuw."
"Sungguhkah peristiwa ini telah terjadi?" seru Kwan
Tiong Gak tertegun.
"Siauw-te tidak melihatnya dengan mata kepala
sendiri, ucapan ini diutarakan dari mulut Ke Giok Lang,
tapi bila kupikir dengan teliti rasanya perkataan ini
sedikitpun tidak salah, Ke Giok Lang telah menggunakan
siasat memancing harimau turun gunung untuk pancing
aku meninggalkan rumah penginapan kemudian
mengambil kesempatan itu ia mendatangi rumah
penginapan dan merobohkan dulu seluruh piauw su yang
berjaga-jaga di sana kemudian terobos masuk ke dalam
kamar Liuw siocia, menurut keadaan seharusnya waktu
itu ia bisa curi pergi lukisan pengangon kambing, tapi
detik itu pula ia telah berubah niat bahkan
menghadiahkan sebutir pil buat nona Liuw."
468 "Ke Giok Lang suka melepaskan cara merampas
dengan jalan membokong dan rela mengadakan
perjalanan dengan kita undurkan lawan, aku rasa di balik
kesemuanya ini masih tercantum alasan-alasan lain!"
seru Kwan Tiong Gak setelah termenung sejenak.
"Masih ada satu persoalan lagi hingga kini siauwte
belum mengerti di manakah letak sebab-sebabnya!"
"Ehmm! Coba katakan."
"Sewaktu kami bertahan di dalam sebuah kuil, Ban
Cau dengan membawa orang-orangnya telah mendekati
kuil di mnana kami bertahan dan agaknya hendak turun
tangan terhadap kami dari berbagai jurusan, tapi entah
apa sebabnya mendadak mereka bersama-sama bubar
dan ngeloyor pergi, peristiwa terjadi sangat mendadak,
walaupun sudah siauwte pikir sangat lama belum berhasil
juga mengetahui sebab-sebabnya."
"Ooouw". pernah terjadi peristiwa macam ini?" Kwan
Tiong Gak sendiripun agaknya dibikin tertegun.
"Terhadap peristiwa ini siauwte merasa keheranan, tak
kupahami apakah sebab-sebabnya sehingga terjadi
begitu?" "Si Dewa Api serta anak buahnya belum pernah
berjumpa dengan Lambang Naga Sakti, agaknya
peristiwa ini tiada sangkut pautnya dengan Lambang
tersebut."
469 "Justeru karena itulah, hamba merasa bingung apa
sebabnya?"
"Menurut peristiwa yang berlangsung di depan mata,
jelas ada seseorang yang bantu kita mengundurkan Ban
Cau sekalian dari suatu tempat yang tersembunyi."
"Siauwte pun pernah berpikir demikian, kemungkinan
sekali kesemuanya ini adalah hasil permainan setan dari
Ke Giok Lang, tapi setelah kupikir lebih teliti lagi, rasanya
keadaan tersebut salah besar, bila Ke Giok Lang tahu
peristiwa ini, seharusnya ia ungkap kembali persoalan
tersebut setelah berhadapan muka dengan kami, tapi tak
sepatah katapun yang ia utarakan."
"Waktu itu apakah kau berhasil temukan kunci dari
peristiwa ini?"
"Tidak, hanya aku merasa bila sungguh sungguh ada
orang membantu kita secara diam-diam, maka
kepandaian silat yang dimiliki orang itu tentu luar biasa
dahsyatnya."
Agaknya terhadap peristiwa ini Kwan Tiong Gak tidak
dapat menjawab, ia termenung dan membungkam.
"Toako!" sambung Phoa Ceng Yan lebih jauh.
"Mengungkap soal ikut campurnya jago-jago kalangan
lurus dalam peristiwa ini mungkinkah ada seorang jago
lihay dari perguruan Pek-to yang secara diam-diam
memberi bantuan kepada kita ?"".."
470 "Empat penjuru hanya salju nan putih, tempat macam
begini merupakan, perduli siapakah orang itu, ia bisa
merahasiakan jejaknya di depan mata jago lainnya
bahkan mengundurkan diri Ban Cau sekalian, jelas dia
bukan seorang jagoan biasa saja."
"Siauw-te pun telah berpikir sampai di sana, tapi yang
masih belum kupahami adalah siapakah orang itu dan
apa sebabnya ia suka memberi bantuan kepada kita"
Kembali Kwan Tiong Gak termenung beberapa saat.
"Mungkin sekali maksud hatinya sama pula dengan
maksud Ke Giok Lang, yaitu melindungi peta lukisan
pengangon kambing tersebut."
Tali les disentak derap kuda bergerak laksana terbang
berangkat ke arah depan.
Menanti bayangan punggung dari Kwan Tiong Gak
telah lenyap dari pandangan, Phoa Ceng Yan si Hu Cong
Piauw-tauw dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok baru
berpaling ke arah Nyoo Su Jan.
"Su Jan, suruh mereka percepat perjalanan, kita harus
cepat cepat tiba ditempat tujuan."
"Apakah Jie Ya tidak naik ke dalam kereta?" kata Nyoo
Su Jan seraya menjura.
"Tidak usah, aku akan berjalan di depan, bila terjadi
angin taupan yang meniup roboh rerumputan, akupun
bisa hadapi dengan lebih seksama."
471 "Jie-ya terlalu menyikda diri."
Phoa Ceng Yan hanya tersenyum dan mengangguk, ia
melanjutkan langkahnya ke depan.
Ternyata selama di perjalanan Kwan Tiong Gak tidak
munculkan diri kembali, Phoa Ceng Yan pun tidak
menemui peristiwa yang diluar dugaan lagi selama dalam
perjalanan kali ini.
Hari ini mereka menyeberangi sungai Huang Hoo dan
melanjutkan perjalanannya ke kota Kay Hong.
Siang melanjutkan perjalanan malam beristirahat,
selama perjalanan aman tentram tidak menjumpai halhal
yang aneh lagi.
Bulan dua belas tanggal dua puluh sembilan iringiringan
kereta perusahaan Liong Wie Piauw-kiok akhirnya
tiba juga di kota Kay Hong dengan selamat.
Setelah masuk kota, Phoa Ceng Yan menghembuskan
napas panjang, kepada Liuw Thayjien katanya.
"Thayjien, beruntung nyawa kita tidak melayang,
akhirnya sebelum penutupan tahun sampai juga kita di
kota Kay Hong."
"Sungguh bagus sekali, cepat hantar aku ke istana
Jendral, sesuai dengan janji aku akan perseni kalian
seperti telah kusetujui tempo dulu."
472 "Upah tambahan sih kami tidak berani terima, hanya
Cayhe ingin menjelaskan satu persoalan kepada Liuw
Thayjien."
"Urusan apa?"
"Lukisan pengangon kambing hendak Thayjien
selesaikan secara bagaimana" Apakah kau sungguh
sungguh hendak serahkannya ke tangan Ke Giok Lang,
atau tidak, soal ini kami tak berani ikut campur dan boleh
Thayjien selesaikan sendiri, tetapi semisalnya Thayjien
tidak ingin lagi berhubungan dengan orang-orang
kangouw, lukisan pengangon kambing bolehlah serahkan
kepada cayhe biar kami yang serahkan barang tersebut
buat Ke Giok Lang."
"Soal lukisan pengangon kambing bisa aku serahkan
sendiri kepadanya" ujar Liuw Thayjien setelah termenung
sejenak. "Aku tidak ingin menyusahkan lagi kau Phoa Hu
Cong Piauw-tauw, bila kau berjumpa dengan Ke Giok
Lang boleh suruh ia mendatangi istana Jendral dan ambil
sendiri lukisan itu."
"Cayhe sama sekali tidak mengusulkan agar Liuw
Thayjien suka keluarkan lukisan tersebut untuk
diserahkan kepadaku." Phoa Ceng Yan tertawa hambar.
"Cuma saya surat tanda terima kita sudah berada di
tangannya, secara terang terangan Ke Giok Lang bisa
menuntut barang tersebut dari tangan kami."
Kembali Liuw Thayjien tersenyum.
473 "Tentang soal ini Phoa Hu Cong Piauw-tauw boleh
berlega hati, walaupun Ke Giok Lang membawa surat
tanda terima tersebut, tapi ia harus berjumpa dulu
dengan diriku sebelum bisa terima lukisan tadi."
Pada mulanya Phoa Ceng Yan kelihatan rada tertegun
kemudian disusul tertawa hambar.
"Apakah Liuw Thayjien bermaksud hendak
mengingkari janji ini?"
"Phoa heng, He kOan bukanlah bermaksud demikian"
Liuw Tahyjien menggeleng dan tertawa."Aku rasa jikalau
Ke Kongcu bisa berjumpa dengan diriku, sudah tentu
lukisan pengangon kambing itu akan kuserahkan
kepadanya, bila tidak berhasil menjumpai aku sekalipun
aku punya maksud untuk serahkan lukisan tadi
kepadanya pun tidak tahu harus serahkan barang ini
kepada siapa!"
"Liuw Thayjien! Cayhe ingin menasehati sepatah kata
kepadamu."
"Phoa ya silahkan berbicara."
"Mengandalkan tentara kerajaan tak bakal bisa
menahan kekuatannya kecuali kau sendiri memiliki
kemampuan untuk melindungi lukisan pengangon
kambing tersebut."
"Soal ini He Koan sudah punya rencana tersendiri dan
tak perlu Phoa-ya ikut merasa kuatir."
474 Phoa Ceng Yan termenung sejenak, akhirnya dengan
perasaan apa boleh buat katanya.
"Ucapan cayhe akhiri sampai disini saja, Liuw Thayjien
siap berbuat bagaimana tentukanlah menurut pikiran
dirimu sendiri."
Liuw Thayjien tertawa hambar.
"Phoa-ya, hantar aku ke istana jendral terlebih dahulu
kemudian kita berbicara lagi."
Phoa Ceng Yan mengiakan, ia perintahkan anak
buahnya untuk melanjutkan perjalanan ke muka.
Istana Tok Hu Kong Koan di kota Kay Hong sangat
terkenal, tak seorangpun yang tak tahu.
Phoa Ceng Yan dengan memimpin iring-iringan kereta
memasuki istana jendral.
Kurang lebih satu tombak dari pintu gerbang istana,
dua orang tentara penjaga pintu menghadang jalan pergi
iring-iringan kereta tersebut.
Phoa Ceng Yan agaknya sudah dapat meraba maksud
Liuw Thayjien yang ingin mengingkari janji, ia tidak ingin
membuang banyak waktu lagi, setelah kereta iringiringan
terhadang, ujarnya cepat.
"Thayjien, kereta sudah tiba di depan istana jendral,
kami tak bisa melanjutkan kembali perjalanan ke depan."
475 Mendengar seruan tersebut, Liuw Thayjien
menyingkap horden dan melirik sekejap ke arah kedua
orang tentara penjaga pintu itu.
"Si Thayjien adakah dalam istana?" tanyanya.
"Siapakah kau?" tanya salah seorang tentara penjaga
pintu yang menyoren golok itu dengan wajah dingin.
"He koan she Liuw, datang dari Peking."
Jilid 13 Mendengar orang itu datang dari Peking, air muka
kedua orang tentara penjaga pintu itupun agak berubah
melunak. "Apakah thayjien punya kartu nama untuk
disampaikan?"
"Tidak perlu kartu nama lagi, katakan saja orang she
Liuw dari Peking ingin berjumpa."
Melihat tamunya tidak suka mengeluarkan kartu nama,
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kedua orang tentara itu jadi kerutkan keningnya.
"Kalau begitu thayjien harap tunggu sejenak di sini,
biarlah hamba laporkan hal ini ke dalam."
Ia putar badan dan berlalu dengan langkah lebar.
476 Sejurus kemudian, tentara tadi baik lagi dengan
membawa seorang lelaki berusia pertengahan, berjubah
hitam dengan topi terbuat dari kulit binatang serta tujuhdelapan
orang bersenjata lengkap.
"Thayjien, agaknya istana jendral tak bisa ditembusi
secara mudah, iring-iringan kereta kitapun rasanya tak
dapat langsung masuk ke dalam," kata Phoa Ceng Yan
setelah melihat munculnya beberapa orang itu.
Ketika itu tentara penjaga tadi telah berjalan
mendekat. "Tok Say telah menanti di pintu, sengaja beliau
mengirim Ho Su Ya dengan membawa sepuluh orang
tentara menyambut kedatangan tamu terhormat, harap
Thayjien segera mengikuti kami."
"Istri dan Siauw li ?"?"
"Hamba telah menyediakan dua buah tandu" buruburu
Ho Su Ya yang memakai topi kulit menyambuti.
Ketika itulah dua buah tandu kecil telah berjalan
mendekat. Setelah semuanya diatur Ho Su Ya baru berpaling ke
arah Phoa Ceng Yan serta Nyoo Su Jan, tanyanya.
"Tentunya, cuwi dari perusahaan Piauw-kiok bukan?"
"Benar, kami mendapat pesanan untuk menghantar
Thayjien kemari" buru-buru Phoa Ceng Yan menjura.
477 Ho Su Ya tersenyum seraya balas memberi hormat.
"Istana jendral melarang sembarangan orang berjalan
masuk, aku lihat bagaimana kalau cuwi bongkar muatan
Liuw Tahyjien di sini saja?"
Phoa Ceng Yan mengangguk, ia perintahkan anak
buahnya untuk bongkar dan turunkan barang barang
milik Liuw Thayjien.
Dua buah tandu kecil bergerak mendekati kereta dan
membawa Liuw Hujien serta nona Liuw meninggalkan
tempat itu. Setelah semua barang dibongkar, Phoa Ceng Yan pun
memberi perintah kepada Nyoo Su Jan.
"Su Jan, putar kereta dan kembali ke Piauw-kiok."
Nyoo Su Jan mengiakan, ia membawa beberapa
kereta kosong itu bergerak ke kantor cabang perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok yang berada di kota Kay Hong.
Mendadak Liuw Thayjien berjalan dua langkah ke
depan seraya berseru.
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw, bila He koan ada urusan
ingin berjumpa entah kemanakah aku harus mencari
Phoa ya?" Phoa Ceng Yan yang mendengar pertanyaan itu
segera tertawa hambar.
478 "Aku tinggal di jalan besar sebelah timur, kantor
cabang perusahaan Liong WIe Piauw-kiok."
"Lalu Phoa-ya bermaksud hendak tinggal di kota Kay
Hong berapa lama?""
"Soal ini sulit ditentukan, bila tak ada urusan yang
sangat istimewa, mungkin setelah lewati tahun baru
segera berangkat."
"He-koan pikir dalam sehari dua hari ini ingin
mendatangi kantor Piauw-kiok kalian untuk
menyambangi Phoa-ya."
"Tidak berani, tidak berani, sampai waktunya cayhe
akan menyambut kedatangan Thayjien." buru-buru Phoa
Ceng Yan menjura.
Liuw Thayjien tertawa hambar, dengan di bawah
pengawalan beberapa orang tentara kerajaan ia
melangkah memasuki bangunan yang besar dari istana
jendral tersebut.
Phoa Ceng Yan dengan membawa Nyoo Su Jan serta
sepuluh anak buah perusahaan Liog Wie Piauw-kiok pun
meninggalkan tempat itu dan kembali ke kantor cabang.
Baru saja kereta berhenti di pintu depan Kwan Tiong
Gak dengan memimpin empat orang piauw tau dari
kantor cabang kota Kay Hong telah menyambut
kedatangannya di pintu.
479 Ketika waktu itu menunjukkan akhir tahun kantor
perusahaan piauw-kiok pun telajh berhenti bekerja,
seluruh anggotanya pada beristirahat dan kembali ke
kampung halamannya masing-masing.
Buru-buru Phoa Ceng Yan melangkah maju ke depan
seraya menjura.
"Menyusahkan toako harus menyambut dari jauh."
Kwan Tiong Gak tersenyum.
"Selama dalam perjalanan kau tentu sangat letih,
siauw heng telah perintahkan mereka untuk persiapkan
sebuah meja perjamuan untuk menyambut
kedatanganmu, silahkan saudara masuk ke dalam untuk
minum secangkir arak."
Phoa Ceng Yan tertawa getir.
"Siauwte merasa sangat menyesal harus mengejutkan
toako?" "Saudara, peristiwa ini bukan suatu kejadian yang
kecil dan merupakan suatu peristiwa yang terbesar sejak
perusahaan Lionw Wie piauw-kiok didirikan, sekalipun
hitung-hitung aku sendiri yang mengambil barang itupun
belum tentu bisa aman tentram."
Keempat orang Piauw-tauw lainnya pun bersamasama
menjura hormat.
"Menghunjuk hormat buat Hu Cong Piauw-tauw."
480 "Tak usah banyak adat," buru-buru Phoa Ceng Yan
berseru seraya tersenyum.
Segera mengandeng tangan kanan Phoa Ceng Yan,
Kwan Tiong Gak melangkah masuk ke dalam.
"Ayoh, kita semua masuk dan duduk di dalam, selama
melakukan perjalanan kalian sudah menderita terhembus
angin dan salju, seharusnya sekarang mereguk secawan
arak dan beristirahat."
"Terima kasih, toako," Phoa Ceng Yan tertawa
hambar. Dengan mengikuti dari belakang Kwan Tiong Gak
mereka melangkah masuk ke dalam ruangan.
Setibanya di ruangan belakang, meja perjamuan telah
dipersiapkan Kwan Tiong Gak dengan mengandeng
tangan Phoa Ceng Yan duduk di kursi pertama sedang
Nyoo Su Jan, Lie Giok Lang, Thio Toa Hauw serta Ih
Coen ditambah keempat Piauw-tauw penting dari kantor
cabang kota Kay Hong menempati di kursi-kursi kosong
lainnya. "Toako" ujar Phoa Ceng Yan sambil angkat cawan arak
di hadapannya. "Siauwte tidak becus dan hanya
persoalan kecil saja mengharuskan Toako turun tangan
sendiri, secawan arak ini biarlah anggap sebagai arak
hukuman buat siauwte."
481 Kwan Tiong Gak pun tidak turun tangan mencegah, ia
hanya duduk sambil tersenyum.
Phoa Ceng Yan setelah meneguk cawan pertama ia
penuhi cawannya kembali dengan arak.
"Berkat kasih sayang dan perhatian dari Cong Piauwtauw
yang anggap aku melebihi sendiri, siauw-te merasa
sangat berterima kasih, tapi ternyata aku tidak
berkemampuan untuk membantu mereka menghilangkan
kesal dan murung dari Cong Piauw-tauw, bila diingat
sungguh membuat hatiku merasa amat kecewa sekali,
secawan arak ini biarlah aku hormati cuwi sekalian
sebagai hukuman atas ketidak mampuanku dalam
membantu kalian."
"Nyoo Su Jan beberapa orang Piauw-tauw buru-buru
bangun berdiri.
"Hu Cong Piauw-tauw terlalu merendah!" serunya
hampir berbareng.
"Mari kita sama sama bersantap sembari minum," ajak
Kwan Tiong Kag kemudian sambil pimpin menyumpit
sekerat daging. "Setelah kalian selesai minum dan
bersantap, aku masih ada dua urusan penting hendak
dirundingkan dengan kalian."
Pada hari hari biasa, ia selalu bersikap penuh wibawa,
cukup sepatah kata ucapan ini telah mempengaruhi hati
semua orang. 482 Suasana seketika berubah jadi sunyi, saking heningnya
sampai tak kedengaran sedikit suarapun, yang terdengar
hanyalah suara tegukan arak serta kecapan mulut.
Sepertanak nasi kemudian, perjamuan itupun telah
selesai. Dua orang pelayan membersihkan meja dan
menghidangkan teh wangi.
Sembari meneguk secawan teh ujar Kwan Tiong Gak
penuh keseriusan.
"Seharusnya aku tidak patut membicarakan persoalan
ini setelah kalian bersantap tapi berhubung waktu yang
sangat mendesak terpaksa pembicaraan ini kulakukan
juga dalam keadaan tergesa-gesa dengan kalian."
Walaupun ucapan dari Kwan Tiong Gak ini diutarakan
sangat halus, tapi dengan keseriusan serta kewibawaan
pada hari-hari biasa seluruh piaut tauw yang ada di
dalam piauw-kiok kebanyakan jeri dan menghormatinya,
karena itu pada saat ini tak seorangpun yang berani
memotong. "Toako, kau ingin membicarakan soal apa?" tanya
Phoa Ceng Yan. "Aku sudah berjanji dengan seseorang untuk
mengadakan pertemuan, sebelum sore nanti harus sudah
tiba di tempat yang telah ditentukan."
483 "Toako kau telah berjanji hendak mengadajan
pertemuan dengan siapa ?"" Phoa Ceng Yan
kelihatannya agak tertegun.
"Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang lalu si Dewa Api Ban
Cau serta tiga orang Liok-lim lainnya yang tidak
kuketahui namanya."
"Bagaimana mungkin si Dewa Api Ban Cau bisa
berjalan searah dengan Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang?"
"Di antara mereka berdua pada dasarnya memang
tiada terikat dendam yang sangat mendalam, mereka
bisa-bisa saja karena satu urusan bentrok dan bergebrak
kemudian setelah urusan lewat bersatu kembali."
"Ke Giok Lang sudah mendapat tanda terima yang
ditulis oleh Liuw Thayjien sendiri, setiap saat ia boleh
minta lukisan pengangon kambing itu dari tangan Liuw
Thayjien sedang Ban Cau di dalam kalangan pertarungan
sudah kena dipaksa berada di bawah angin secara
bagaimana kedua orang itu bisa bersatu kembali?"
agaknya Phoa Ceng Yan masih keheranan dibuatnya.
"Walaupun Ban Cau kena dilukai Ke Giok Lang dengan
jarum beracun, tapi sama sekali tidak menderita
kekalahan total di bawah pimpinannya masih terdapat
banyak jago-jago lihay, bilamana ia ada maksud
menerjang ke Giok Lang dengan sepenuh tenaga,
rasanya kitapun tak dapat tiba di kota Kay Hong dengan
selamat." 484 "Aaaaai?"". lalu toako hendak pergi menghadiri
pertemuan tersebut dengan membawa berapa orang?"
"Di dalam pertemuan ini aku rasa mereka tidak berniat
untuk turun tangan terhadap kita semua, tapi kitapun tak
boleh tidak harus melakukan persiapan, aku ingin
merepotkan saudara serta Su Jan ikut aku pergi
menghadiri pertemuan itu."
"Toako, kapan kau hendak berangkat?"
"Kita segera berangkat."
Mendengar keputusan Cong Piauw-tauw-nya, Phoa
Ceng Yan lantas menarik sekejap dari Nyoo Su Jan.
"Su Jan, kaupun harus bersiap-siap."
"Setiap saat hamba bisa berangkat." jawab Nyoo Su
Jan dengan cepat.
"Bagus sekali" Phoa Ceng Yan segera berangkat
bangun. "Toako berjanji hendak berjumpa dengan
mereka di mana?"
"Kuil Thian Ong Bio tujuh li di kota sebelah Timur."
Tampak seorang lelaki kekar berusia lima puluh
tahunan bangun berdiri.
"Cong Piauw-tauw" ujarnya lantang. "Kuil Thian Ong
Bio sudah lama tidak digunakan sebagai tempat
sembahyang keadaan-nya sunyi dan liar, aku rasa
485 mereka tidak bermaksud baik mengundang Cong Piauwtauw
ke sana entah bagaimana kalau hamba dengan
membawa orang melakukan penjagaan dab penyelidikan
terlebih dahulu?"
Orang yang barusan bicara bukan lain adalah ketua
Piauw-tauw dari kantor cabang perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok di kota Kay Hong, si "Hwee Huang Si" atau si
Batu Terbang Liem Toa Lek.
Kwan Tiong Gak tertawa hambar.
"Ini hari adalah tanggal dua sembilan bulan dua belas,
besok sudah ganti tahun, setelah para anggota repot
selama setahun, seharusnya sekarang beristirahat
nyenyak, kau tak usah mengganggu ketenangan mereka
lagi, apalagi pihak lawanpun rata-rata merupakan jago
lihay dari kalangan Liok-lim, kepergian mereka hanya
mendatangkan kerepotan belaka."
"Hamba sudah lama berdiam di kota Kay Hong,
terhadap situasi di sekitar sini sangat hapal, mohon Cong
Piauw-tauw suka memberi ijin kepada cayhe serta ketiga
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang Piauw-tauw lainnya boleh ikut menghadiri
pertemuan itu."
Kwan Tiong Gak termenung sejenak kemudian
menggeleng. "Kalian tidak usah pergi, kebanyakan orang malah
mendatangkan kerepotan. Apalagi di dalam kantor
kitapun membutuhkan orang untuk menjaganya, baiklah
kau seorang saja yang ikut."
486 Liem Toa Lek mengiakan, ia pesan beberapa patah
kata kepada ketiga orang Piauw-tauw-nya kemudian
bangkit berdiri seraya m
Pendekar Sadis 18 Pendekar Super Sakti Serial Bu Kek Siansu 7 Karya Kho Ping Hoo Pukulan Si Kuda Binal 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama