Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Bagian 6
otongan kotak lilin yang terjatuh ke lantai.
Mendadak sorot matanya membeku, ternyata ditemukan
tulisan diatas kerak lilin itu.
Buru-buru dia menyatukan kedua potongan kotak lilin itu
hingga muncullah tiga buah huruf yang amat jelas: Hui cun
tong. Sebuah cap berwarna merah tertera sangat jelas diatas
lapisan lilin. Semua tingkah laku Siang Huhoa diikuti terus oleh Nyo Sin
dengan seksama, maka sebelum Siang Hu-hoa sempat
mengatakan sesuatu, dia sudah memburu ke depan untuk
memeriksa sendiri penemuan apa yang berhasil didapatkan.
Sementara itu Siang Huhoa sudah berpaling ke arah Kwee
Bok, sambil menatap tajam wajah pemuda itu tanyanya:
"Boleh aku tahu apa nama balai pengobatan milikmu itu?"
"Hui Cun-tong!" jawab Kwee Bok tanpa ragu.
Siang Huhoa menghela napas panjang, pelan-pelan dia
sodorkan sepasang tangannya ke depan.
Dengan ketajaman mata Nyo Sin, hanya dalam sekali
pandang saja dia sudah melihat jelas tulisan itu, teriaknya
tanpa sadar: "Aaah, Hui cun tong!"
356 Sebelum Siang Huhoa menyodorkan lilin itu ke hadapan
Kwee Bok, agaknya pemuda itu pun sudah melihat dengan
jelas tulisan yang tertera disitu.
Berubah hebat paras muka Kwee Bok, apalagi setelah
lapisan lilin itu disodorkan ke hadapannya, air mukanya saat
ini telah berubah jadi putih pucat bagai selembar kertas.
Tampaknya dia sudah melihat dengan jelas benda itu,
sudah melihat pula dengan jelas ke tiga huruf yang tertera
disitu. Dengan mata melotot Siang Huhoa segera menegur:
"Betulkah benda itu hasil produksi dari balai
pengobatanmu?"
"Benar, obat itu memang aku buat sendiri" jawab Kwee Bok
sambil mengangguk, wajahnya penuh diliputi kebingungan."
"Berdasarkan apa kau bisa membedakan kalau obat ini hasil
produksimu?"
"Diatas lapisan lilin itu tertera cap identitasku"
"Tapi cap ini bisa dipalsukan orang...."
"Apakah kau tidak merasa bahwa warna merah dari cap itu
sedikit agak istimewa bila dibandingkan dengan warna lain?"
tiba tiba Kwee Bok bertanya.
"Benar" Siang Hu-hoa mengangguk, "rasanya warna jenis
begini jarang sekali dijumpai"
"Warna itu merupakan hasil pencampuranku sendiri,
sementara cap itu diterakan diatas lapisan lilin ketika lilin
belum sama sekali membeku, itulah sebabnya warna yang
ditimbulkan sangat berbeda dengan warna pada umumnya,
biar orang lain bisa memalsukan cap ku, belum tentu ia bisa
memalsukan persis seperti apa yang kuhasilkan"
Sesudah menghela napas, terusnya:
357 "Rahasia ini hanya diketahui aku seorang, sejak meramu
obat sampai memasukkan ke dalam kapsul lilin itu, aku tidak
pernah suruh orang lain yang mengerjakan, hampir semuanya
aku lakukan sendiri"
"Apa tujuanmu berbuat demikian?"
"Untuk mencegah agar tidak dipalsukan orang lain"
"Sebetulnya obat itu dipakai untuk mengobati sakit apa?"
tanya Siang Huhoa lagi.
"Terhadap beberapa jenis penyakit yang sering dijumpai
dalam masyarakat, obat itu manjur sekali"
"Oooh, jadi obat itulah yang disebut orang si mia wan (pil
penyambung nyawa) dari Hui cun tong?" timbrung Tu Siauthian
tiba tiba. "Benar!"
"Apa benar bisa menyambung nyawa orang?" tanya Siang
Huhoa agak sangsi.
"Kalau dibilang benar benar bisa menyambung nyawa
orang, hal itu sih kelewat dibesar besarkan, tapi nama ini
paling tidak sudah digunakan hampir lima puluh tahun
lamanya" "Bukankah kau bilang obat itu kau sendiri yang buat?"
"Sekarang memang aku sendiri yang membuat obat
tersebut, tapi dulu tidak, pencipta ramuan obat itu toh bukan
aku" Bab 19. Membetot serat menguliti kepompong.
"Kalau bukan kau, lantas siapa?" tanya Siang Huhoa.
358 "Mendiang guruku!"
"Waah.... obat itu pasti laku keras di pasaran?"
"Betul" Kwee Bok mengangguk, "justru karena itulah diluar
sana banyak beredar obat palsu"
"Apakah obat sejenis itu hanya diperjual belikan di Hui cun
tong?" "Benar"
"Sebenarnya pil Si mia wan itu mahal tidak harganya?"
"Yang tulen murah harganya, justru yang palsu baru mahal
sekali" "Maka kau pandang sebelah mata terhadap obat itu?"
"Aku memang memandang sebelah mata, masalahnya
bukan dalam hal untung rugi, balai pengobatan Hui cun tong
bukan usaha dagang yang mengejar keuntungan besar, aku
belajar ilmu pengobatan karena aku ingin menolong orang"
"Kalau memang begitu, kenapa kau masih memandang
sebelah mata?" sindir Nyo Sin sambil tertawa dingin.
"Sebab mereka yang memalsukan obatku hanya mampu
meniru bagian luarnya saja, sedang isinya sangat berbeda,
meskipun setelah diminum tidak sampai menimbulkan
kematian namun obat itu tidak banyak berpengaruh bagi
penderita sakit, bahkan bila berlarut larut bisa menimbulkan
kematian" "Hmmm, kelihatannya kau bukan termasuk orang berhati
keji" kembali sindir Nyo Sin.
"Apakah kau yakin obat Si mia wan yang kutemukan adalah
obat asli buatanmu sendiri?" tiba-tiba Siang Hu-hoa menyela.
Kwee Bok mengangguk.
359 "Kalau memang asli buatanmu, seharusnya isi kapsul lilin
itu adalah bubuk obat" kata Siang Huhoa lebih jauh, "kenapa
isinya sekarang justru segumpal asap harum" Bagaimana
penjelasanmu tentang kejadian ini?"
Kwee Bok menghela napas panjang.
"Aaai.... mungkin ada orang telah mengeluarkan isi bubuk
obat itu, kemudian memasukkan bubuk obat yang lain ke
dalam kapsul tersebut"
"Siapa orang itu?" jengek Nyo Sin sambil tertawa dingin.
"Alangkah baiknya bila aku tahu akan hal ini" sahut Kwee
Bok sambil mengalihkan sorot matanya ke wajah Si Siang-ho.
Walau dipandang dengan sinar mata tajam, Si Siang-ho
masih tetap berdiri tenang, begitu tenangnya seolah tidak ada
urusan dengan dirinya.
"ooh, jadi kau mencurigai dia?" tegur Nyo Sin kemudian.
"Benar, aku memang mempunyai kecurigaan itu"
"Ketika memeriksakan kesehatan tubuhnya, apakah kau
pernah memberi Si mia wan kepada nya?" tanya Nyo Sin.
"Penyakit yang dideritanya sangat ringan, tidak perlu obat
macam si mia wan"
"Apakah dia pernah membeli obat Si mia wan dari balai
pengobatanmu?"
"Juga tidak pernah"
"Lalu darimana dia dapatkan Si mia wan dari Hui cun
tong?" "Mungkin saja dia suruh orang lain yang membeli"
"Mungkin?" jengek Nyo Sin ketus, "jadi kau tidak yakin?"
Mau tidak mau Kwee Bok harus mengakuinya.
360 "Mungkin kau tidak yakin, tapi aku telah yakin akan satu
hal" kata Nyo Sin lebih jauh.
Kwee Bok tidak bertanya apa yang dia yakini, sebab dia
sudah dapat menebak apa jawaban-nya.
Terdengar Nyo Sin berkata lebih jauh:
"Kapsul lilin itu disembunyikan dibalik lipatan ujung bajumu,
sementara opas itu meremuk kapsul lilin itu dari luar lipatan
baju........"
Kwee Bok tidak dapat membantah, sebab apa yang
diutarakan memang merupakan sebuah kenyataan.
Setelah tertawa dingin lanjut Nyo Sin:
"Sekarang kau hanya bisa berharap orang dusun tidak ada
yang kenal dengan dirimu, dan tidak ada yang tahu kalau
setiap sepuluh hari sekali kau pasti datang kemari dengan
menunggang kereta kuda"
Kwee Bok tidak berbicara lagi, entah sejak kapan dengus
napasnya mulai memburu hingga nyaris tersengkal, dengan
sorot mata penuh kebencian dia awasi wajah Si Siang-ho.
Si Siang-ho sama sekali tidak menghindari sorot matanya,
sekulum senyum tidak senyum justru menghiasi wajahnya.
Dengus napas Kwee Bok makin lama semakin bertambah
cepat, tiba tiba dia berteriak keras, sambil mengayunkan
tinjunya dia menerjang ke tubuh Si Siang-ho.
Sejak awal Tu Siau-thian sudah menduga sampai ke situ,
dia memang sudah bersiap sedia sejak tadi, maka begitu
ayunan tinju mulai dilontarkanh, dia segera menghadang
dihadapannya. Siapa tahu baru melangkah beberapa tindak mendadak
Kwee Bok berganti arah dan langsung kabur keluar dari
ruangan itu. 361 Tindakan ini jauh diluar dugaan siapa pun, untuk sesaat Tu
Siau-thian hanya berdiri tertegun sementara Nyo Sin tidak
sempat lagi untuk menghalangi.
Siang Huhoa pun nampaknya agak tercengang dengan
kejadian ini, tanpa terasa sinar matanya dialihkan ke wajah Si
Siang-ho. Dalam pada itu Si Siang-ho sedang mengangkat tinggi
tangan kirinya, jari telunjukkan ditempelkan diujung hidung
sementara diatas jari manisnya nampak sebuah cincin yang
aneh sekali bentuknya.
Cincin itu terbuat dari besi dan sangat besar bentuknya,
sebuah cincin berwarna hitam yang memancarkan cahaya
tajam. "Mau kabur ke mana kau!" hardik Tu Siau-thian.
"Berhenti!" bentak Nyo Sin pula, baru dia buka mulut, Kwee
Bok sudah menerjang keluar dari pintu kamar.
"Kena!" terdengar Si Siang-ho membentak nyaring.
Tangan kirinya segera diayunkan ke muka, cincin besi yang
dikenakan dijari telunjuknya itu segera melesat ke tengah
udara dan meluncur ke muka dengan kecepatan luar biasa.
Diantara kilatan cahaya berwarna hitam, terdengar Kwee
Bok mendengus tertahan dan jatuh berlutut diluar pintu.
"Traang!" cincin besi itupun jatuh ke lantai dari lekukan
lutut kakinya. Dengan satu lompatan cepat Si Siang-ho menghampiri
pemuda itu, memungut kembali cincin besi itu dan dikenakan
pada jari telunjuknya.
Tidak lama kemudian Siang Huhoa bertiga telah memburu
pula dari balik kamar dan menyusul ke samping tubuhnya.
Berbinar sepasang mata Siang Huhoa, pujinya:
362 "Pedang baja gelang terbang, ternyata memang bukan
nama kosong"
"Aaah, hanya permainan kucing kaki tiga, tidak ada
harganya untuk dikagumi" sahut Si Siang-ho merendah.
"Takaran minum arakmu terhitung hebat juga" kembali
Siang Hu-hoa memuji.
"Kenyataan memang begitu, tapi seandainya kedatangan
saudara Siang sedikit agak terlambat sehingga aku
berkesempatan minum lagi berapa cawan, mungkin kau tidak
akan memuji takaran minumku lagi"
Sembari menggosokkan cincin besi itu diantara telapak
tangannya, dia berkata lebih jauh:
"Kalau sampai serangan dilancarkan dalam keadaan pusing
dan tidak tepat dalam penggunaan tenaga, mungkin yang
kena bukan lututnya melainkan batok kepalanya"
Setelah tertawa tergelak, tambahnya:
"Jika sampai terjadi peristiwa macam itu, besar
kemungkinan aku bakal menjadi seorang pembunuh
sungguhan!"
Siang Huhoa hanya tertawa tanpa komentar.
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Tu Siau-thian
sudah mencengkeram kerah baju Kwee Bok dan menariknya
hingga terbangun dari tanah.
Nyo Sin tidak tinggal diam, dia ikut maju sambil menelikung
tangan Kwee Bok ke belakang punggungnya.
Telikungan itu mestinya tidak menggunakan tenaga yang
terlalu besar, namun Kwee Bok tidak mampu menahan diri,
tubuhnya segera melengkung bagaikan seekor udang.
363 "Kau tidak usah main akal akalan lagi" seru Nyo Sin sambil
tertawa seram, "belum pernah ada tersangka yang berhasil
kabur dari hadapanku"
Dia pada hakekatnya telah menganggap Si Siang-ho
sebagai anak buahnya.
"Aku bukannya mau melarikan diri" bantah Kwee Bok
dengan wajah hijau membesi.
"Oya?"
"Aku hanya ingin keluar dari sini secepatnya, mencari
seseorang dan menanyai masalah ini hingga jelas" teriak Kwee
Bok lagi. Nyo Sin sambil tertawa dingin, "apalagi mau cepat atau
lambat, jawabannya tetap sama, buat apa kau mesti terburu
napsu" Kwee Bok menutup mulutnya rapat rapat, tapi sepasang
matanya mengawasi terus wajah Si Siang-ho dengan penuh
amarah. "Buat apa kau mendelik kepadanya?" tegur Nyo Sin yang
menyaksikan hal itu.
Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku pingin melihat jelas rencana busuk apa lagi yang
sedang dia persiapkan"
"Waaah, kau punya kepandaian sehebat itu, mampu
melihat jelas rencana yang sedang dia persiapkan?"
Kwee Bok mendengus dingin, tentu saja dia tidak memiliki
kepandaian seperti itu.
"Jadi selama ini kau masih menyangka dia yang
menfitnahmu, dia yang sengaja mengatur jebakan untuk
mencelakaimu?" tanya Nyo Sin.
"Sudah tentu ulah dia!"
"Tapi ada satu hal kau mesti tahu terlebih dulu"
364 "Soal apa yang kau maksud?"
"Jenasah Jui Pak-hay telah ditemukan dimana?"
"Kau pernah menjelaskan tadi, aku belum lupa"
"Nah itulah dia, jika dia yang membunuh Jui Pak-hay,
kenapa jenasah Jui Pak-hay bisa ditemukan ditempat itu?"
"Aku memang tahu dengan pasti bahwa tempat itu
merupakan kamar tidur Jui Pak-hay dan bininya, tapi ada satu
hal lebih baik jangan komandan lupakan"
"Soal apa?"
"Dulu, Si Siang-ho adalah pemilik perkampungan Ki po
cay!" "Kalau yaa, lalu kenapa?"
"Tentu saja dia hapal sekali dengan keadaan disekeliling
perkampungan Ki po cay, karena dulu tempat ini memang
miliknya, apalagi dengan kehebatan ilmu silatnya, bukan satu
pekerjaan yang sulit untuk menyelundupkan sesosok jenasah
ke dalam ruang loteng itu"
"Tapi hampir sepanjang hari Gi Tiok-kun berada didalam
kamar tidurnya, memangnya perempuan itu tidak akan
memergoki kehadirannya?" seru Nyo Sin.
"Adik misanku nyaris tidak mengerti ilmu silat, dengan
kemampuan ilmu silat yang dia miliki, bukan pekerjaan yang
terlampau sulit untuk memasuki kamar tidur adik misanku
tanpa harus dipergoki"
"Menurut kau, kenapa dia harus berbuat begitu?"
"Tentu saja untuk menuntut balas" sahut Kwee Bok.
Kemudian setelah mendelik ke arah Si Siang-ho, lanjutnya:
"Hingga sekarang dia belum pernah lupa dengan sakit
hatinya, sakit hati lantaran Jui Pak-hay berhasil merebut
365 pujaan hatinya bahkan menikahinya, setiap waktu setiap saat
dia selalu berusaha untuk balas dendam sambil menunggu
tibanya kesempatan yang sangat baik. Dan kini waktunya
sudah tiba, dia bukan saja telah merenggut nyawa Jui Pakhay,
bahkan dengan cara begini dia ingin menghabisi pula
nyawa adik misanku, satu batu dua burung, satu siasat yang
amat keji dan jahat dan sesuai dengan keinginan
hatinya.........."
Setelah berhenti sejenak untuk berganti napas, terusnya
lagi: "Sedang mengenai aku.....karena kehadiranku yang tidak
terduga olehnya, maka demi kesempurnaan rencana kejinya,
dia pun sekalian menghabisi aku"
Tiba-tiba Nyo Sin tertawa dingin, selanya:
"Kau boleh saja bicara semaumu, tapi lebih baik jangan
melupakan peristiwa apa saja yang telah berlangsung mulai
tanggal satu bulan tiga hingga tanggal lima belas"
Kwee Bok menggelengkan kepalanya berulang kali,
teriaknya: "Antara aku dengan kawanan Laron Penghisap darah itu
sama sekali tidak ada hubungannya"
Nyo Sin tidak berkata apa-apa. Dia hanya tertawa dingin.
Dalam pada itu Si Siang-ho sudah berjalan mendekat, tibatiba
dia mengeluarkan selembar uang kertas dari sakunya lalu
berkata: "Uang cek ini bernilai tiga ribu tahil perak yang dia
serahkan kepadaku, mungkin dengan barang buku ini kau
lebih leluasa melacak dan mengungkap kasus ini"
Nyo Sin segera menerimanya.
"Uang cek itu berasal dari rumah uang mana?" tanya Siang
Hu-hoa. 366 "Kwang-hong!"
"Betul, Rumah uang Kwang-hong" kata Nyo Sin pula
setelah memeriksa lembaran uang cek itu.
"Dibuka tanggal berapa?"
"Bulan dua belas tanggal lima belas" jawab Nyo Sin lagi
setelah periksa cek itu.
"Terus, lembaran cek itu bernomor berapa?"
"Hong-ci nomor dua ratus empat puluh sembilan"
Siang Huhoa segera berpaling ke arah Tu Siau-thian dan
ujarnya: "Saudara Tu, coba kau turut mengingat nomor cek itu"
Tu Siau-thian manggut-manggut.
"Tidak perlu dicatat lagi" tukas Nyo Sin sambil menggeleng,
"lebih baik kita sita lembaran cek ini sebagai barang bukti,
agar lebih gampang sewaktu dibutuhkan dalam penyelidikan
nanti" "Tadi lembaran cek itu bernilai nominal tiga ribu tahil perak,
yaa... tiga ribu tahil perak, sekalipun pemilik cek percaya
dengan kita pun, lebih baik kita pertimbangkan lagi"
"Tiga ribu tahil perak memang bukan jumlah yang kecil"
Nyo Sin mengangguk sambil mengelus jenggotnya, "apalagi
itu hanya selembar kertas tipis yang setiap saat bisa rusak
atau hilang, kalau sampai hilang, wah... susah buat kita untuk
mencarikan penggantinya:
Ternyata walaupun dalam keadaan tegang, dia masih
sempat juga berseloroh dengan rekannya.
Tu Siau-thian tidak bicara apa-apa, dia hanya tertawa getir.
Kembali Nyo Sin berkata:
367 "Biarpun kita mampu menggantinya, buat apa mesti
menanggung resiko sebesar itu" Baiklah, aku rasa asal kita
catat nomor cek dan tanggal dibukanya cek tersebut, itu pun
sudah lebih dari cukup"
Seraya berkata diapun mengembalikan lembaran uang cek
itu ke tangan Si Siang-ho.
"Kalau dimasa dulu uang sebesar tiga ribu tahil perak masih
tidak kupandang sebelah matapun" kata Si Siang-ho sambil
tertawa, kelihatan kalau tertawa itu kelewat dipaksakan,
tertawa pedih. Kalau mesti bicara jujur, baginya sekarang, uang sebesar
tiga ribu tahil perak memang merupakan sebuah angka yang
amat besar. Dengan sangat berhati hati dia lipat kertas cek itu
kemudian dengan berhati hati pula memasukkannya ke dalam
saku. Dalam pada itu Nyo Sin telah mengalihkan sorot matanya
ke wajah Kwee Bok dan tegurnya:
"Benarkah cek itu milikmu?"
"Bukan!" jawab Kwee Bok cepat.
Jawaban tersebut tentu saja jauh diluar dugaan Nyo Sin,
dia nampak tertegun, tapi kemudian ujarnya sambil tertawa:
"Cek itu dibuka pada tanggal lima belas bulan dua belas,
berarti baru tiga bulnanan, aku percaya pemilik rumah uang
kwong-hong masih bisa mengenali pemilik cek itu. Asal kita
datangi tempat itu dan melakukan penyelidikan rasanya tidak
gampang untuk mengungkap siapa pemilik cek tersebut,
apalagi tiga ribu tahil perak bukan sebuah angka yang kecil"
"Silahkan saja ke sana dan tanya saja sampai jelas" seru
Kwee Bok. Sambil tertawa dingin Nyo Sin segera beranjak pergi.
368 Tidak usah diperintah lagi, Tu Siau-thian segera
mencengkeram bahu Kwee Bok dan menggelandangnya
mengikuti di belakang sang komandan.
Si Siang-ho ikut menyusul diikuti Siang Hu-hoa di paling
belakang. Sepasang keningnya nampak berkerut kencang, dia
seakan sedang memikirkan sesuatu, atau mungkin lelaki ini
telah berhasil menemukan sesuatu"
Tiba kembali di ruang penginapan lantai bawah, suasana
terasa jauh lebih nyaman dan segar, sekarang mereka sudah
terbebas dari bau busuk yang sangat menusuk hidung
kendatipun lamat lamat bau tersebut seakan masih menempel
terus diujung hidung masing masing.
Untung saja keadaan tersebut hanya berlangsung sekejap
karena tidak lama kemudian bau harumnya arak telah
mengusir jauh-jauh bau busuk tersebut.
Nyo Sin segera berjalan menghampiri tepi meja, sambil
menghadap guci arak yang sama sekali tak tertutup itu, dia
menarik napas panjang panjang.
Setelah menghirup bau harumnya arak, dia merasa
semangatnya segar kembali, pujinya sambil tertawa:
"Ehmm, arak bagus!"
Si Siang-ho ikut tertawa.
"Tentu saja arak bagus, aku tidak pernah sembarangan
memilih dalam soal kwalitas arak"
Diambilnya sebuah cawan arak lalu katanya lagi:
"Bagaimana kalau meneguk dulu satu cawan?"
Sambil mengelus jenggotnya mendadak Nyo Sin menarik
muka. "Tidak boleh, sekarang aku sedang berdinas" katanya.
369 Si Siang-ho pun tertawa dan tidak memaksa lagi,
sementara Nyo Sin juga tidak berkata apa apa lagi.
Segulung angin berhembus lewat, menembusi pintu
belakang dan menerpa ke dalam ruangan. Angin itu dengan
cepat membuyarkan bau harumnya arak, tapi mendatangkan
semacam bau harum lain yang terasa sangat aneh.
Nyo Sin dengan daya penciumannya yang sensitip seketika
dapat menangkap bau harum yang aneh itu.
Dia segera berpaling ke arah Siang Huhoa dan Tu Siauthian,
ternyata ke dua orang itupun sedang berpaling ke arah
sumber datangnya hembusan angin itu, tampaknya daya
penciuman mereka berdua tidak kalah dengan kemampuannya
dan merasakan pula hal tersebut.
"Bau harum apa lagi itu?" akhirnya tidak tahan dia berseru.
"Entahlah, belum pernah kuendus bau harum semacam ini"
sahut Tu Siau-thian seraya menggeleng.
Begitu pula dengan Siang Huhoa, dengan penuh tanda
tanya dia berpaling ke arah Si Siang-ho.
Sebelum dia sempat bersuara, Si Siang-ho sudah menjawab
duluan: "Oh, bau harum itu berasal dari harumnya sejenis bunga"
"Bunga apa?"
"Aku sendiripun kurang jelas, ketika kubeli rumah
penginapan ini, di belakang bangunan sudah tumbuh bunga
jenis itu"
"Tidak pernah kau tanyakan kepada pemilik lama?" tanya
Siang Hu-hoa. "Waktu itu tidak terpikir olehku sampai ke situ"
"Setelah itu apakah kalian pernah bersua lagi?"
370 "Tatkala aku mencarinya untuk menanyakan masalah ini,
ternyata orang itu sudah pergi meninggalkan desa"
Siang Huhoa mencoba untuk mengendus bau harum itu
berulang kali, kemudian ujarnya:
"Bau harum ini sangat khas dan istimewa, sudah pasti
berasal dari sejenis bunga langka yang jarang ada"
Si Siang-ho mengangguk membenarkan.
"Bagaimana kalau kita periksa sebentar bunga itu?" ajak
Siang Huhoa sambil melirik Tu Siau-thian sekejap.
Begitu selesai berkata dia segera membalikan tubuh dan
beranjak pergi, dia tidak menunggu lagi jawaban dari Tu Siauthian,
juga tidak ambil perduli apakah Si Siang-ho setuju atau
tidak. Rasa ingin tahu orang ini memang sangat besar, apa yang
aneh, apa yang tidak diketahui olehnya pasti ditinjau dengan
segera. Dengan pandangan heran dan penuh kesangsian Tu Siauthian
melirik Siang Hu-hoa sekejap, kemudian setelah
termenung sejenak, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia
menggelandang Kwee Bok dan mengikuti di belakangnya.
Nyo Sin sendiripun menunjukkan kesangsian, dia seakan
enggan untuk ikut ke belakang, tapi pada akhirnya dia tetap
mengayunkan langkahnya menyusul dari belakang.
Si Siang-ho mengikuti di paling belakang, dia tidak
bermaksud mencegah atau menghalangi. Mungkin lantaran dia
sadar, mau dicegah pun jelas tidak mungkin.
0-0-0 371 Ternyata halaman belakang rumah penginapan itu sangat
lebar dan luas, dimana mana tumbuh pepohonan dan
bebungahan. Diantara pepohonan dan bebungahan itu membujur sebuah
jalan setapak selebar tiga depa yang beralaskan batu putih,
jalanan setapak itu berada disisi kiri yang berawal dari
beranda belakang, mengelilingi tembok pagar dan
membentang terus ke depan, kemudian berputar lagi ke sisi
kanan hingga menyambung ke beranda sebelah kanan.
Pohon-pohonan dan bunga-bungaan yang tumbuh disitu
sama sekali tidak terawat, sedemikian lebatnya daun-daunan
hingga siapa pun yang berada dijalan setapak itu, bayangan
tubuhnya segera akan tenggelam dibalik semak belukar.
Dinding pekarangan yang mengelilingi kebun itu tingginya
mencapai dua kaki, kecuali memanjat ke puncak dinding,
maka sulit bagi orang luar untuk mengetahui bahwa dibalik
dinding terdapat pohon-pohonan dan bunga-bungaan yang
begitu lebat. Bunga yang tumbuh sepanjang jalan setapak itu berwarna
kuning segar, daunnya panjang dan rantingnya penuh tumbuh
duri yang tajam.
Sepanjang hidup belum pernah Siang Hu-hoa menjumpai
bunga macam begini.
Lama sekali dia berdiri ditengah bunga-bungaan sambil
mengawasi tumbuhan itu, kemudian gumamnya:
"Kelihatannya bunga jenis ini bukan berasal dari daratan
Tionggoan"
"Darimana kau bisa berpikir begitu?" tanya Tu Siau-thian
Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang mengikuti di belakangnya.
"Kau tentu tahu bukan bahwa aku tinggal di perkampungan
selaksa bunga?"
372 Tu Siau-thian kembali mengangguk.
"Didalam perkampungan selaksa bunga milikku itu, meski
tidak terdapat selaksa jenis bunga, namun kalau dibilang tiga
empat ribu jenis mah lebih dari itu" kata Siang Huhoa lagi.
Tu Siau-thian terbelalak matanya, semula dia mengira
nama perkampungan selaksa bunga hanya berupa sebuah
nama belaka, kalaupun dibilang tumbuh aneka bunga, dalam
perkiraannya semula paling banter hanya ada dua ratusan
jenis bunga. Sebab siapa pun sadar, bukan pekerjaan yang gampang
untuk mengumpulkan dua ratusan jenis bunga sekaligus.
Terdengar Siang Hu-hoa berkata lebih jauh:
"Hampir semua jenis bunga yang bisa tumbuh di daratan
Tionggoan telah kutanam dalam perkampunganku, kecuali
tumbuhan yang tidak mungkin bisa ditanam disitu atau selama
ini belum pernah kulihat atau kudengar, hampir seluruhnya
pernah ku telusuri dan kucari. Selain itu akupun memiliki buku
catatan tentang aneka bunga, sehingga terhadap jenis bunga
yang langka lainnya bisa kupelajari dari buku itu. Tapi
kenyataannya sekarang, jangan lagi aku tidak mengenali jenis
bunga ini, didengar pun belum pernah"
"Maka kau menaruh curiga kalau bunga ini bukan berasal
dari daratan Tionggoan?" kata Tu Siau-thian.
Baru saja Siang Hu-hoa hendak menjawab, Tu Siau-thian
sudah maju mendekat sambil berbisik:
"Tentunya kedatanganmu ke kebun belakang bukan cuma
untuk menonton jenis bunga itu bukan?"
"Boleh dibilang begitu" jawab Siang Huhoa setelah berpikir
sebentar. "Jadi masih ada maksud lain?" desak Tu Siau-thian.
Siang Huhoa mengangguk.
373 "Lalu apa tujuanmu?" kembali Tu Siau-thian bertanya.
"Coba menganalisa mungkinkah tanaman langka ini ada
hubungannya dengan kasus tersebut dan mungkinkah
tanaman ini akan menjadi titik terang"
"Berarti sejak tadi kau sudah menemukan sesuatu?"
tergerak hati Tu Siau-thian.
Ternyata Siang Huhoa tidak menyangkal.
Tu Siau-thian segera mendesak lebih jauh:
"sebenarnya apa yang telah kau temukan?"
"Sesungguhnya tidak menemukan apa-apa, hanya secara
tiba-tiba timbul satu perasaan...."
"Perasaan apa?"
"Bau harumnya bunga langka ini sangat mirip atau paling
tidak berasal dari jenis yang sama dengan bau harum yang
kita endus dalam kamar tadi"
Setelah disinggung, Tu Siau-thian seakan merasakan juga
hal itu, katanya kemudian:
"Yaa, nampaknya memang mirip sekali"
"Tapi sekarang aku lihat perasaan tersebut ternyata sama
sekali tidak bermanfaat untuk menangani masalah ini"
Sorot matanya perlahan-lahan dialihkan kembali ke atas
pepohonan itu, setelah termenung sejenak terusnya:
"Atau mungkin aku harus mengetahui terlebih dulu jenis
apakah bunga ini, kemudian baru mendatangkan manfaat?"
"Mungkin saja?" sahut Tu Siau-thian, mendadak dia
semakin merendahkan suaranya, "jadi kau tidak percaya
dengan perkataannya?"
Yang dimaksud "dia" jelas adalah Si Siang-ho.
374 "Memangnya kau percaya?" bukan menjawab Siang Huhoa
balik bertanya.
Tu Siau-thian tidak menjawab, bunga jenis itu bukan
termasuk sejenis bunga yang indah, anehnya setelah rumah
penginapan itu dibeli, mengapa bunga itu dibiarkan tumbuh di
halaman belakang, dan setelah tumbuh menjadi lebat
mengapa tidak dipangkas atau ditata secara rapi, mengapa
tumbuhan itu dibiarkan tumbuh liar" Bukankah kejadian ini
aneh sekali"
Setelah termenung sebentar, Tu Siau-thian bertanya lagi:
"Apakah kau bisa berupaya untuk mengetahui bunga itu
berasal dari jenis apa?"
"Asal kita petik sekuntum bunga dan sehelai daunnya lalu
ditanyakan orang, aku yakin kita pasti akan mendapatkan
jawaban yang memuaskan"
"Tapi mau ditanyakan kepada siapa?"
"Aku mempunyai beberapa orang teman yang punya
keahlian khusus tentang tumbuhan, aku percaya mereka pasti
dapat mengenali bunga ini"
"Tinggal dimana teman temanmu itu?"
"Ada yang tinggal di tepi perbatasan, ada yang jauh di
negeri asing, tapi ada satu orang yang justru berdiam di
keresidenan tetangga"
"Itu sih gampang dicari"
"Sayangnya temanku ini tidak senang berdiam di rumah,
moga moga saja kali ini terkecuali" kata Siang Hu-hoa.
"Apa perlu aku membantumu untuk mencarinya?"
"Kalau dia tidak berada dirumah, terpaksa aku harus pergi
mencari orangnya, tidak ada orang yang tahu dia berada di
mana dan senang berdiam di mana"
375 "Kalau begitu hanya ada satu hal yang bisa kubantu untuk
mu" kata Tu Siau-thian kemudian sambil tertawa.
"Oya?"
"Aku yakin masih bisa membantumu untuk memetik bunga
itu" "Tidak usah dipetik" cegah Siang Huhoa, sambil berkata dia
membungkukkan tubuhnya untuk memungut selembar daun
yang rontok ke tanah.
Ketika bangkit berdiri, kebetulan segulung angin
berhembus lewat dan menggugurkan beberapa kuntum
bunga. Dengan selembar saputangan dia terima guguran bunga itu
sambil katanya:
"Aku rasa ini sudah cukup"
"Wah, aku lihat namamu memang sesuai benar dengan
sifatmu, Hu-hoa, pelindung bunga-bungaan!" ejek Tu Siauthian
sambil tertawa tergelak.
Siang Huhoa ikut tertawa, tiba-tiba dia bertanya:
"Kau pernah menanam bunga?"
"Semasa masih muda dulu pernah"
"Dari sebuah biji yang sangat kecil ternyata bisa tumbuh
pohon yang begitu besar, apakah kau tidak merasa sangat
aneh?" "Benar, aku memang merasa keheranan" Tu Siau-thian
mengangguk. "Apakah kau pernah berpikir, mengapa bisa terjadi hal
seperti ini?"
"Aku pernah berpikir, namun tidak mengerti"
376 "Padahal prinsip mereka sama seperti penghidupan
manusia, asal ada nyawa maka mereka bisa tumbuh dan
tumbuh terus hingga dewasa dan besar"
"Oleh karena itu kau menganggap mereka pun sama
seperti manusia, berperasaan, bisa memiliki naluri?"
"Aku memang berpandangan demikian"
"Maka kau tidak tega untuk memetik dan mematahkan
rantingnya?"
"Yaa, sebab berbuat seperti itu tidak ada bedanya dengan
membunuh manusia"
"Sekarang aku baru paham" dia memperhatikan Siang Huhoa
sekejap, "tidak banyak manusia macam kau yang hidup di
dalam dunia persilatan"
Orang persilatan memang sebagian besar lebih suka masuk
dengan pisau mengkilap, waktu keluar golok sudah berubah
menjadi warna merah.
Siang Huhoa menghela napas, dia bungkus saputangannya
dan memasukkan daun dan bunga itu ke dalam sakunya,
kemudian dia berjalan menelusuri jalan setapak dan
mengelilingi kebun itu satu kali, namun tidak menemukan
sesuatu yang aneh.
Dari beranda sebelah kanan dia berjalan menuju ke
beranda kiri setelah itu baru balik ke hadapan Si Siang-ho
sambil berkata tiba tiba:
"Bagaimana kalau kau hadiahkan berapa batang pohon itu
untukku?" "Kau maksudkan pohon bunga itu?" tanya Si Siang-ho
tertegun. "Benar"
377 "Bila kau suka, angkut saja seluruh pepohonan itu" seru Si
Siang-ho sambil tertawa.
"Jadi kau tidak suka dengan bunga-bungaan itu?"
"Aku memang tidak pernah tertarik dengan aneka macam
tumbuhan, begitu juga dengan segala macam hewan
peliharaan" setelah berhenti sejenak dan tertawa, tambahnya,
"yang paling menarik perhatianku hanya semacam benda"
"Arak?"
"Benar, hanya arak!"
"Ternyata kau memang tidak pelit, untung perkampungan
selaksa bunga ku terletak tidak jauh dari sini"
"Kau bisa mengangkutnya beberapa kali"
"Tidak perlu semuanya, berapa batang pun sudah cukup"
"Kalau begitu aku hadiahkan berapa batang pohon itu
untukmu" dia membalikkan badan sambil beranjak, "tunggulah
sejenak, segera kuambilkan sekop"
"Tidak usah, aku tidak akan mengambilnya sekarang"
"Oya?"
"Sekarang aku masih ada urusan, tidak mungkin bisa
pulang ke perkampungan selaksa bunga"
"Kalau begitu kapan kau akan pulang kapan ambillah pohon
itu, aku rasa tidak nanti rumah penginapan ini akan
kedatangan perampok atau pencuri yang akan membabat
habis pepohonan itu, sekalipun ada pun tidak nanti mereka
bisa mengangkut pergi seluruh tumbuhan itu" kata Si Siangho.
Kemudian setelah tertawa ringan, lanjutnya:
"Kecuali seluruh persediaan arakku habis, kalau tidak, tidak
nanti aku akan pergi meninggalkan rumah penginapan ini, bila
378 nanti kau datang lagi dan kebetulan tidak berjumpa denganku,
tidak usah sungkan sungkan, ambil saja sendiri, aku jamin
tidak akan ada orang yang menganggap dirimu sebagai
pencuri" Sebelum Siang Huhoa memberikan tanggapannya, Nyo Sin
yang berada disisinya telah menyela:
"Biarpun kasus Laron Penghisap darah sama sekali tidak
ada hubungannya denganmu, lebih baik kau jangan pergi dulu
selama berapa hari ini, siapa tahu setiap saat pengadilan
membutuhkan kesaksianmu"
"Waah, begitu merepotkan......." keluh Si Siang-ho.
"Tidak bisa dibilang merepotkan, karena setiap penduduk
punya kewajiban membantu pemerintah untuk mengungkap
setiap kasus kejahatan"
Si Siang-ho tertawa getir dan tidak berkata lagi.
Siang Huhoa juga tidak berkata apa apa, dia berjalan balik
menuju ke arah semula.
Mengawasi bayangan punggung laki-laki itu, Nyo Sin
gelengkan kepalanya berulang kali sambil bergumam:
"Orang ini betul-betul membingungkan........."
"Dia tidak membingungkan, hanya kebetulan suka sekali
dengan bunga" ujar Tu Siau-thian.
"Menurut pendapatku, masalahnya tidak begitu sederhana"
tiba tiba Si Siang-ho menimpali.
"Lantas bagaimana menurut pendapatmu?" tanya Nyo Sin
seraya berpaling.
"Tampaknya dia sudah menaruh curiga atas tumbuhan
bunga itu!"
"Apa yang perlu dicurigai dengan tumbuhan bunga itu?"
379 Bab 20. Kosong tidak berisi.
"Aku kurang tahu, lebih baik tanyakan sendiri dengan yang
bersangkutan"
Tampaknya Siang Huhoa mendengar semua pembicaraan
itu, tiba-tiba dia berpaling seraya berkata:
"Tidak ada yang perlu dicurigai dengan tumbuhan bunga
itu" "Aku sendiripun tidak melihat atau menemukan hal yang
kurang wajar dengan tumbuhan bunga itu" kata Si Siang-ho,
"tapi setelah melihat tingkah lakumu tadi, aku masih mengira
mataku kurang awas sehingga ada yang ketinggalan"
Siang Huhoa tidak menanggapi lagi, dia berpaling dan
melanjutkan perjalanannya.
Dalam keadaan begini terpaksa Si Siang-ho hanya bisa
membungkam. Walaupun Kwee Bok masih menaruh pengharapan, namun
akhirnya dia terpaksa harus menghadapi semua kejadian
dengan kekecewaan.
Apa yang diungkap dan dikatakan Si Siang-ho ternyata
memang merupakan kenyataan.
Banyak orang dusun yang kenal dengan Kwee Bok, berapa
orang diantaranya ternyata memiliki rasa ingin tahu yang amat
besar sehingga selalu mengawasi dan memperhatikan semua
gerak gerik pemuda itu.
Mereka mengatakan secara yakin kalau selalu bertemu
dengan Kwee Bok setiap sepuluh hari satu kali, kereta
kudanya selalu berhenti didepan pintu rumah penginapan dan
380 dari kereta selalu menggotong turun keranjang keranjang besi
yang ditutupi dengan kain hitam.
Seorang nenek dari warung teh dimulut dusun malah
bercerita, sewaktu pertama kali Kwee Bok datang ke tempat
itu, dia datang diantar sebuah kereta kuda dan sempat
mencari tahu alamat rumah penginapan itu dengan dirinya.
Orang orang dusun itu tetap berlagak seperti orang dusun,
Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka tidak mirip menjadi komplotan Si Siang-ho, sebab
begitu melihat Si Siang-ho berjalan menghampiri mereka,
orang-orang itu segera mundur dan menyingkir dengan
ketakutan. Rasa ketakutan mereka sangat nyata dan sama sekali tidak
mirip dibuat buat, bukan hanya orang dewasa bahkan anak
kecil pun pada lari ketakutan begitu melihat kemunculan Si
Siang-ho, seakan mereka semua telah menganggap orang itu
sebagai siluman tosu.
Sama seperti orang dusun pada umumnya, mereka hangat,
polos dan selalu bersikap sahabat terhadap orang asing.
Namun terhadap orang asing yang aneh dan mencurigakan
gerak geriknya merupakan pengecualian, kebetulan Kwee Bok
termasuk type orang asing seperti ini.
maka mereka menaruh perasaaan was-was dan kecurigaan
yang sangat besar terhadap pemuda ini, dengan sendirinya
mereka pun memperhatikan lebih seksama.
Ulasan dan keterangan yang mereka berikan jauh lebih
jelas dan terperinci ketimbang keterangan dari Si Siang-ho,
tapi sayangnya keterangan dari mereka tidak bermanfaat
banyak bagi pengungkapan kasus misterius ini.
Orang-orang dari rumah uang Kwang-hong jauh lebih
memuakkan lagi, khusus dalam pandangan Kwee Bok, begitu
berjumpa dengan sang pemilik rumah uang, dia segera dapat
mengenali dirinya.
381 Sewaktu mereka balik ke kota dan menuju ke rumah uang
Kwang-hong, waktu sudah mendekati senja, meski dalam
suasana remang-remang, tidak sulit bagi sang pemilik rumah
uang untuk melihat wajah Kwee Bok dengan jelas.
Baru saja Kwee Bok melangkah masuk ke dalam rumah
uang itu, sang Ciangkwe sudah bangkit berdiri seraya
menyapa: "Kongcu ini adalah........"
Dia termenung sejenak tapi tidak sanggup melanjutkan
kata katanya, rupanya meski dia kenal dengan Kwee Bok
namun untuk sesaat lupa siapa nama pemuda itu.
"Dia dari marga Kwe" Nyo Sin segera menyela dari
samping. "Aaah betul, Kwe kongcu!" seru sang ciangkwe seakan baru
teringat dengan namanya.
Kemudian dengan mata terbelalak dia berseru pula kepada
Nyo Sin: "Rupanya komandan Nyo!"
"Kau pun kenal dengan aku?"
"Biarpun komandan belum pernah datang kemari, namun
paling tidak sudah ratusan kali melewati depan pintu
rumahku" Diluar pintu rumah merupakan sebuah jalan raya yang
sangat ramai, bukan hanya ratusan kali saja Nyo Sin melalui
jalanan tersebut, sehingga kalau dibilang sang tauke tidak
mengenalinya, itu baru aneh!
Baru saja Nyo Sin hendak mengatakan sesuatu, sang tauke
sudah bicara lagi:
"Ada urusan apa komandan datang berkunjung hari ini"'
"Melacak sebuah kasus"
382 "Sebuah kasus" Di tempat kami belum pernah terjadi suatu
peristiwa apa pun"
"Kasus ini memang tidak menyangkut kalian semua"
"Lalu menyangkut siapa?"
"Kwe kongcu itu"
Dengan pandangan keheranan sang tauke melotot sekejap
ke arah Kwee Bok, nampaknya dia tidak menyangka akan hal
itu. "Apakah kau kenal dengan Kwe kongcu itu?" tanya Nyo Sin
kemudian. "Tentu saja kenal, dia adalah langganan kami"
"Apakah sering datang kemari?"
Tauke itu berpikir sebentar, kemudian sahutnya:
"Kalau aku tidak salah ingat, dia hanya pernah datang satu
kali" "Kapan itu?"
"Lebih kurang dua tiga bulan berselang"
"Yang benar jawabanmu, dua bulan atau tiga bulan
berselang?"
"Kalau itu mah kurang jelas, Kwong-hong toh bukan
bertransaksi hanya dengan dia seorang"
"Apakah kau mempunyai kesan yang cukup mendalam
dengan dia?"
"Sudah menjadi kebiasaan kami untuk sedapat mungkin
mengingat-ingat wajah setiap langganan kami, agar didalam
kunjungan berikut kami bisa memberikan pelayanan yang
terbaik, meninggalkan kesan baik kepada pelanggang
merupakan salah satu kunci rahasia untuk suksesnya sebuah
perdagangan"
383 "Berani nilai transaksi yang dia lakukan waktu itu?"
"Kalau tidak salah tiga ribu tahil perak" jawab sang tauke
setelah berpikir sejenak.
"Bagus sekali" seru Nyo Sin sambil manggut-manggut dan
tertawa. "Apanya yang bagus?" sang tauke keheranan.
"Hal ini membuktikan kalau kasus itu sudah berada pada
jalur yang sebenarnya"
"Bila ingin pembuktian yang lebih akurat, lebih baik
dicocokkan pula tanggal dibukanya cek tersebut" sela Tu Siauthian
dari samping. "Gampang kalau ingin pembuktian itu, asal kita buka buku
transaksi dalam dua tiga bulan terakhir maka semuanya akan
ditemukan, tentu saja lebih baik lagi jika lembaran cek itu pun
dibawa serta"
Lembaran cek itu sudah diserahkan kembali kepada Si
Siang-ho, padahal orang itu tidak ikut mereka masuk ke kota,
untung mereka masih ingat benar lembaran cek itu dibuka
pada tanggal lima belas bulan dua belas dengan nomor urut
dua ratus tiga puluh sembilan.
Ketika sang tauke membuka buku catatan transaksi yang
terjadi pada tanggal lima belas bula dua belas dengan nomor
urut dua ratus tiga puluh sembilan maka tercatat disitu nilai
nominalnya adalah tiga ribu tahil perak.
Hal ini membuktikan kalau apa yang dikatakan Si Siang-ho
memang benar, cocok dan merupakan kenyataan.
Pada tanggal lima belas bulan dua belas Kwee Bok benarbenar
telah mendatangi rumah uang Kwong-hong dan
membuka selembar cek sebesar tiga ribu tahil perak.
Catatan itu tertera sangat jelas didalam kitab tebal milik
perusahaan, bukan saja Tu Siau-thian dan Nyo Sin dapat
384 melihatnya dengan jelas, Siang Huhoa pun dapat
membacanya dengan jelas.
Tidak terkecuali Kwee Bok, kini paras mukanya telah
berubah menjadi pucat pias, sorot matanya serasa membeku,
dia hanya mengawasi buku catatan itu dengan mata
mendelong. Kini, sorot mata Tu Siau-thian dan Nyo Sin perlahan-lahan
mulai bergeser ke wajah Kwee Bok.
Siang Huhoa juga mengalihkan pandangan matanya ke
wajah pemuda itu, namun Kwee Bok seakan sama sekali tidak
merasakan hal ini.
"Sudah kau lihat dengan jelas?" tegur Nyo Sin kemudian
sambil tertawa dingin.
Kwee Bok mengangguk.
"Bagaimana penjelasanmu tentang bukti ini?" tanya Nyo Sin
lagi sambil tertawa dingin.
"Aku tidak bisa memberi penjelasan apa-apa"
"Jadi kau mengaku bersalah?"
"Tidak, aku tidak merasa bersalah, aku tidak merasa
pernah melakukan pelanggaran" kata Kwee Bok sambil
menggeleng, "kesemuanya ini merupakan sebuah intrik jahat,
sebuah perangkap yang dengan sengaja hendak mencelakai
aku!" "Siapa yang membuat perangkap itu" Mereka?" kembali
Nyo Sin mengejek.
"Aku pun berharap bisa mengetahui hal ini secara jelas"
sahut Kwee Bok sambil tertawa mengenaskan.
"Padahal kau sudah tahu dengan jelas, yang kau maksud
mereka sesungguhnya hanya kau seorang diri!"
Kwee Bok hanya tertawa tanpa menjawab.
385 "Sekarang, apa lagi yang hendak kau utarakan?" tanya Nyo
Sin kemudian. Kwee Bok masih tetap membungkam.
"Pengawal!" Nyo Sin membentak keras, tapi begitu
berteriak dia baru teringat kalau anak buahnya hanya Tu Siauthian
seorang. "Ada apa?" tanya Tu Siau-thian sambil maju mendekat.
"Tangkap dia dan jebloskan dulu ke dalam sel tahanan"
Tu Siau-thian tertawa, selama ini dia memang selalu
memegangi bahu Kwee Bok.
Sekarang Nyo Sin baru teringat kalau mereka masih berada
di rumah uang Kwong-hong, maka setelah menghela napas
panjang katanya:
"Kelihatannya kasus ini membuat aku jadi kebingungan
sendiri" "Benar, kejadian ini memang membuat orang kebingungan"
kata Siang Hu-hoa pula, pelahan lahan dia mengalihkan sorot
matanya ke wajah Kwee Bok.
Sementara itu Kwee Bok juga sedang memandang ke
arahnya, sinar matanya kelihatan kalut dan sangat aneh.
"Apakah ada sesuatu yang ingin kau sampaikan kepadaku?"
tanya Siang Huhoa tiba-tiba.
"Hanya sepatah kata"
"Katakan!"
"Aku sama sekali tidak membunuh Jui Pak-hay!"
Kembali Siang Huhoa menatapnya lekat-lekat, dia tidak
memberi komentar.
386 Kwee Bok sama sekali tidak berusaha untuk menghindari
sorot mata Siang Huhoa, kalau dilihat dari mimik mukanya, dia
tidak mirip orang yang sedang berbohong.
Setelah menghela napas panjang Siang Huhoa berkata:
"Kalau masalahnya sudah berkembang jadi begini, sulit
rasanya bagiku untuk mempercayai ucapanmu"
Kwee Bok terbungkam dan tidak mampu berkata-kata.
Siang Huhoa berkata lebih jauh:
"Bukan Cuma aku, setiap orang mungkin hampir sama
seperti diriku, kalau satu dua kejadian mungkin bisa dikatakan
kejadian yang kebetulan, tapi kalau setiap masalah ternyata
persis sama, itu sudah bukan kebetulan lagi"
Kwee Bok semakin terbungkam.
"Kendatipun kau anggap kejadian ini penasaran dan kau
hanya menjadi kambing hitam, mau tidak mau perasaan
tersebut harus kau terima dulu" kata Siang Huhoa lagi,
"menanti semua urusan sudah diselidiki dengan tuntas dan
terbukti kau memang tidak terlibat, pihak pengadilan pasti
akan membebaskan dirimu"
Kali ini Kwee Bok menghela napas panjang, dia tetap
membungkam. "Benarkah semua kejadian adalah begini, cepat atau lambat
pasti akan tiba saatnya semua masalah jadi terang" Siang Huhoa
menambahkan. "Aku tahu, kau memang seorang pendekar sejati yang jujur
dan adil!" akhirnya Kwee Bok buka suara.
Kali ini Siang Huhoa yang terbungkam.
"Aku tidak mempunyai tuntutan apa pun, aku hanya
berharap kau bisa menegakkan keadilan bagiku" Kwee Bok
berkata lagi. 387 Siang Huhoa mengangguk.
0-0-0 Ketika rombongan itu meninggalkan rumah uang Kwonghong
dan kembali ke pengadilan, senja sudah berlalu, malam
hari pun telah menyelimuti seluruh jagad.
Malam sudah larut, hanya bintang yang bertaburan di
angkasa. Diwaktu biasa, saat seperti ini Ko Thian-liok sudah istirahat,
tapi malam ini terkecuali, biarpun sudah tengah malam buta,
dia masih berada di beranda samping.
Kecuali dia, disitu hadir pula Siang Huhoa, Tu Siau-thian
dan Nyo Sin, mereka sedang membicarakan kasus horor yang
menimpa Jui Pak-hay, teror yang dilakukan segerombol Laron
Penghisap darah.
Peristiwa ini memang kelewat aneh, kelewat mengerikan
hati. Rasa mengantuk Ko Thian-liok sudah hilang lenyap
semenjak tadi, tentu saja rasa kantuk Siang Hu-hoa bertiga
pun sudah musnah tidak berbekas, mereka sedang membahas
apa benar di dunia ini terdapat setan iblis dan siluman"
Benarkah Gi Tiok-kun dan Kwee Bok adalah jelmaan dari
siluman laron"
Apa benar pembunuh yang telah menghabisi nyawa Jui
Pak-hay adalah mereka berdua"
Ketika angin malam berhembus lewat, tanpa terasa ke
empat orang itu sama sama bersin berulang kali.
Setelah mengelus jenggotnya tiba tiba Ko Thian-liok
berkata: 388 "Aku rasa kita harus mengambil sebuah kesimpulan atas
kejadian ini"
"Kami sudah mempunyai tertuduh" jawab Nyo Sin.
"Siapa mereka?"
"Tertuduh utama adalah Gi Tiok-kun dan Kwee Bok!"
"Apakah opas Nyo percaya akan adanya setan iblis dan
siluman?" Nyo Sin berpikir sebentar lalu mengangguk.
Kembali Ko Thian-liok berpaling ke arah Tu Siau-thian
sambil bertanya:
"Bagaimana menurut pendapat opas Tu?"
"Pandanganku justru bertolak belakang"
Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak percaya maksudmu?"
"Yaa, sama sekali tidak percaya?"
"Alasannya?"
"Walaupun banyak tersiar kabar berita tentang setan iblis
atau siluman, tapi siapa sih manusia di dunia ini yang benar
benar pernah berjumpa dengan setan iblis atau siluman"'
"Jui Pak-hay!" tukas Nyo Sin.
"Justru karena kita sudah membaca semua catatan
peninggalan Jui Pak-hay maka kita mengira Jui Pak-hay benar
benar pernah bertemu dengan setan iblis dan siluman, tapi
aku berpendapat, kita tidak boleh percaya seratus persen atas
semua laporan yang tertinggal dalam kitab cacatan tersebut,
sebab hal ini membuat analisa kita gampang kabur lantaran
terpengaruh oleh catatan itu"
"Jadi kau menganggap kitab catatan itu palsu?"
Tu Siau-thian menggeleng.
389 "Kecuali Jui Pak-hay memang sengaja membesar-besarkan
masalah, kalau tidak, aku rasa kitab catatan itu tidak perlu
diragukan lagi keasliannya"
"Membesar besarkan masalah" Menggunakan nyawa
sendiri sebagai taruhan?"
"Oleh sebab itu aku percaya kitab catatan itu tidak ada
masalah" "Lalu apa bedanya dengan percaya akan adanya setan iblis
atau siluman?" seru Nyo Sin.
"Jelas berbeda sekali"
"Dimana letak perbedaannya?"
"Biarpun apa yang tercatat merupakan kejadian nyata,
namun apa yang dilihat Jui Pak-hay belum tentu merupakan
kejadian nyata"
"Apa maksud perkataanmu itu" Tolong katakan lebih jelas
dan gamblang"
"Maksudku, ketika Jui Pak-hay sedang menulis buku
catatan itu, belum tentu setiap kali dia berada dalam keadaan
normal" "Aku tetap tidak mengerti"
"Sewaktu menulis catatan itu, aku rasa ada berapa kali
benda atau makhluk yang dia anggap telah melihatnya itu
kemungkinan besar belum tentu ada wujudnya"
Tampaknya Nyo Sin masih tetap tidak mengerti namun dia
tidak bertanya lebih jauh, sambil mengalihkan pokok
pembicaraan ujarnya:
"Bila sesuai dengan keyakinanmu, setan iblis dan siluman
itu tidak ada, lalu kenapa bisa terjadi peristiwa seperti itu?"
"Aku rasa semuanya itu merupakan ulah atau perbuatan
manusia" Tu Siau-thian menegaskan.
390 "Ulah siapa?"
"Mungkin saja ulah Gi Tiok-kun, mungkin juga ulah Kwee
Bokl" "Bukankah sejak tadi sudah kukatakan kalau pembunuh
yang sesungguhnya adalah mereka berdua?" protes Nyo Sin.
"Tapi aku tetap tidak yakin kalau kejadian ini merupakan
ulah mereka, juga tidak beranggapan kalau mereka berdua
adalah jelmaan dari siuman laron"
"Jadi menurut kau, seandainya merekalah pembunuhnya,
dengan cara apa kedua orang itu membantai Jui Pak-hay?"
"Benar, coba kau utarakan pandanganmu" sela Ko Thianliok
pula, "mungkin kita bisa membahasnya bersama"
"Baiklah" kata Tu Siau-thian kemudian, setelah mendeham
dia terusnya: "Menurut pandanganku, sebenarnya kasus ini bukan suatu
kejadian yang aneh atau luar biasa, peristiwa ini berubah jadi
aneh dan penuh misteriu lantaran Jui Pak-hay telah
memasukkan masalah kejiwaannya ke dalam kejadian ini,
terpengaruh oleh jiwanya yang labil maka muncul khayalan
khayalan yang nampaknya sangat mengerikan"
"Kejiwaan bagaimana maksudmu?" tanya Ko Thian-liok
tertegun. Siang Hu-hoa juga menunjukkan perasaan bingung dan tak
habis mengerti, apalagi Nyo Sin.
Tu Siau-thian segera menjelaskan:
"Setiap insan manusia tentu mempunyai kesukaan dan rasa
muak terhadap suatu jenis makhluk atau hewan, misalnya
ketika bertemu dengan seseorang, si A akan merasa muak
sekali tapi tidak begitu dengan pandangan si B"
391 "Maksudmu seperti tauke pegadaian di kota utara Thio
Hok?" tanya Ko Thian-liok sambil tertawa.
"Benar"
"Padahal Thio Hok punya wajah yang tampan, orang bilang
muka hokki, terhadap setiap orang pun ramah dan murah
senyum, wajah semacam ini sebetulnya tidak termasuk wajah
yang membosankan" kata Ko Thian-liok.
"Benar, tapi siapa pun yang bertemu dengannya, secara
otomatis muncul rasa ketidak senangannya, bahkan aku pun p
ingin sekali menghajarnya habis-habisan setiap kali berjumpa
dengannya" Tu Siau-thian menerangkan.
"Ini disebabkan dia sembunyi golok dibalik senyumannya,
dibalik senyumannya yang ramah terselip jiwa bangsatnya
yang tega menelan manusia berikut tulang belulangnya"
"Orang semacam ini memang sangat licik dan
menyebalkan"
"Karena itu semakin dipandang kau akan merasa semakin
muak" "Benar, dan inilah masalah kejiwaan yang kita miliki"
Sekarang Ko Thian-liok baru mengerti apa yang dia
maksudkan, maka semua orang pun manggut manggut.
"Sebetulnya masalah kejiwaan semacam ini tidak jahat,
seperti misalnya saja aku, setiap kali melihat cicak, timbul rasa
muak dan ngeri diliati kecilku, bahkan melihat benda yang
mirip dengan warna cicak pun aku jadi muak dan ketakutan
setengah mati, kalau sudah mencapai puncaknya aku bisa
muntah muntah karena muaknya"
"Tapi apa hubungan persoalanmu dengan kematian Jui
Pak-hay?" tak tahan Nyo Sin menyela.
392 "Aku percaya Jui Pak-hay pun mempunyai masalah
kejiwaan dengan sejenis makhluk, makhluk yang membuatnya
sensitip, takut dan ngeri"
"Kau maksudkan makhluk apa?"
"Dengan laron misalnya!"
"Laron Penghisap darah?" Nyo Sin tertegun.
"Tidak harus dengan Laron Penghisap darah, mungkin
terhadap setiap jenis laron dia sudah merasa takut dan muak"
"Ooh......."
Tu Siau-thian melirik Siang Hu-hoa sekejap kemudian baru
berpaling ke arah Nyo Sin, tiba tiba katanya:
"Bukankah bentuk dan warna dari Laron Penghisap darah
sangat mencolok dan menarik perhatian, bukankah bentuknya
yang mencolok itu justru mendatangkan perasaan seram bagi
yang melihatnya?"
Tanpa terasa Siang Hu-hoa mengangguk, sedang Nyo Sin
segera berseru:
"Bukan Cuma aneh dan menyeramkan, aku bilang betul
betul horor........"
"Betul, memang mendatangkan perasaan horor........." Tu
Siau-thian membenarkan seraya mengangguk.
"Lantas kenapa?" tak sabar Nyo Sin mendesak.
Tu Siau-thian tidak menjawab, kembali tanyanya:
"Aku rasa diantara kita berempat tidak ada yang takut
dengan makhluk sebangsa laron bukan?"
Tidak seorang pun yang menjawab takut.
Tu Siau-thian segera berkata lebih jauh:
"Bagi kita yang tidak pernah punya perasaan takut
terhadap makhluk bangsa laron saja sudah dibuat ngeri dan
393 seram setelah menyaksikan sendiri kawanan Laron Penghisap
darah, coba bayangkan apa reaksinya bagi seseorang yang
pada dasarnya sudah takut dengan makhluk sebangsa laron
kemudian dia sangka telah bertemu dengan Laron Penghisap
darah?" "Tentu saja lebih seram, lebih ngeri dan takut yang luar
biasa" "Itulah dia, bila ledakan emosi seseorang sudah mencapai
suatu tingkat atau batas tertentu, kadangkala hal ini bisa
menyebabkan syarafnya terganggu hingga muncul khayalan
yang tidak waras"
"Tapi aku tidak melihat Jui Pak-hay berubah jadi orang gila
atau kurang waras otaknya"
"Tentu saja dia masih waras karena kepandaian silatnya
tinggi, dengan sendirinya diapun memiliki syaraf yang jauh
lebih kokoh ketimbang orang biasa, namun ketika ia jumpai
kawanan Laron Penghisap darah tersebut, rasa takut dan
ngeri yang muncul pasti amat kuat dan hebat yang belum
tentu bisa diterima dan dibendung oleh kekuatan syarafnya"
"Kalau tidak tahan lantas kenapa?"
"Semenjak peristiwa itu, besar kemungkinan otaknya jadi
kurang normal, untuk sementara waktu otaknya kehilangan
kontrol sehingga tingkah lakunya jadi aneh" kata Tu Siau-thian
dengan suara dalam.
Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya lagi dengan
suara yang lebih dalam:
"Bila seseorang berada dalam kondisi kesadaran tidak
terkontrol, seringkali dia akan melihat banyak kejadian yang
aneh dan menyeramkan"
"Kejadian apa maksudmu?"
394 "Kejadian yang tidak nyata dan seringkali kejadian tersebut
hanya bisa disaksikan oleh dia sendiri"
"Aneh, bagaimana mungkin bisa terjadi peristiwa semacam
ini?" "Semua kejadian, semua benda dan semua makhluk yang
dia lihat sebetulnya timbul dari khayalan dia sendiri, apa yang
dia sebut sebagai menyaksikan padahal hanya sebuah ilusi,
sesuatu yang tidak nyata" Tu Siau-thian menerangkan.
Kemudian setelah tertawa, lanjutnya:
"Kejadian tersebut tidak jauh berbeda seperti mimpi yang
kita peroleh sewaktu tidur dimalam hari, dalam alam mimpi
seringkali kita pun menyaksikan banyak makhluk, banyak
benda dan banyak kejadian yang tidak nyata, kejadian
kejadian tragis yang sebetulnya tak pernah ada dan tak
pernah terjadi beneran"
"Yaa benar" sela Ko Thian-liok sambil tertawa dan manggut
m anggut, "semalam pun aku mendapat mimpi, seolah aku
bersayap dan bisa terbang ke langit"
"Bisa jadi apa yang dialami Jui Pak-hay waktu itu
sesungguhnya adalah kejadian seperti ini, tapi ketika dia
mencatat kembali semua peristiwa itu di atas kertas,
kemungkinan dia sudah berada dalam kondisi stabil dan sadar,
hanya dia tidak tahu kalau apa yang sudah dia catat
sebetulnya hanya ilusi belaka, kejadian tidak nyata yang
dialarriinya ketika jiwanya sedang tergoncang dan tidak stabil"
Setelah berhenti sejenak, kembali terusnya:
"Sewaktu jiwanya sedang goncang dia akan menyaksikan
kejadian kejadian yang menakutkan, tapi ketika jiwanya stabil
kembali apa yang pernah dilihat lenyap dengan begitu saja,
bila keadaan seperti ini dialaminya berulang kali, tak aneh jika
dia anggap telah bertemu dengan setan iblis atau siluman dan
sebangsanya"
395 Penjelasan tersebut bukannya tanpa dasar, kalau ditelaah
kembali semuanya memang merupakan kenyataan.
Tu Siau-thian memang punya bakat bicara, kata kata yang
meluncur keluar dari mulutnya membuat orang makin yakin
dan percaya. Tanpa terasa Siang Hu-hoa dan Ko Thian-liok manggut
manggut, hanya Nyo Sin yang terkecuali, dia sedang awasi Tu
Siau-thian dengan pandangan dingin.
Terdengar Tu Siau-thian berkata lebih jauh:
"Dengan dasar analisa itulah aku katakan bahwa buku
catatan tersebut memang merupakan kenyataan, tapi apa
yang dicatat Jui Pak-hay dalam catatan tersebut bukan
kenyataan tapi hanya ilusi saja, khayalan kosong"
"Dan karena itu pula dia merasa seakan di teror, seakan
merasa dikejar dengan segala keseraman dan kengerian?"
tanya Ko Thian-liok.
"Besar kemungkinan hal ini pun disebabkan karena dia
terlalu banyak mendengarkan kisah dongeng seputar
keseraman Laron Penghisap darah"
"Hmmm, kalau didengar sepintas lalu perkataanmu seolah
sangat masuk diakah..." ujar Nyo Sin tiba-tiba.
Tu Siau-thian segera menangkap arti lain dibalik perkataan
itu, maka dia tidak memberi komentar dan hanya
membungkam diri.
Terdengar Nyo Sin berkata lebih jauh:
"Apa itu otak tak waras, apa pula ilusi, darimana kau
dapatkan istilah istilah baru macam begitu?"
"Akupun baru pertama kali ini mendengar hal-hal seperti
itu" ujar Ko Thian-liok pula sambil memandang Tu Siau-thian
dengan sorot mata ragu.
396 Hanya Siang Huhoa seorang yang tetap berdiri tenang,
seakan kejadian macam begitu sudah bukan hal yang aneh
lagi baginya. "Tayjin, masih ingat bukan lantaran satu kasus besar
hamba pernah berangkat ke Pakkhia untuk melakukan
penyelidikan?" tanya Tu Siau-thian tenang.
Ko Thian-liok segera mengangguk:
"Benar, aku masih ingat"
"Dalam perjalanan menuju ke kota Pakkhia, hamba telah
berkenalan dengan seorang penyebar agama bangsa asing,
orang itu sebenarnya berprofesi sebagai seorang dokter"
"Jadi orang asing itu yang memberitahukan segala
sesuatunya kepadamu?"
"Benar"
Nyo Sin kembali mendengus:
"Hmmm, biasanya ajaran orang asing hanya cocok untuk
orang asing" selanya.
Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Itu mah belum tentu" timbrung Siang Huhoa.
Sekali lagi Nyo Sin mendengus.
Siang Huhoa tidak perdulikan dia, kembali ujarnya kepada
Tu Siau-thian: "Kalau toh terjadi keadaan seperti apa yang kau utarakan,
paling tidak dia kehilangan kontrol atas kesadaran sendiri
setelah bertemu dengan kawanan Laron Penghisap darah,
atau dengan perkataan lain Laron Penghisap darah memang
ada wujudnya di dunia ini"
"Sepasang mata yang kita miliki belum berpenyakit bukan"
Aku percaya apa yang telah kita saksikan merupakan satu
kenyataan" sahut Tu Siau-thian sambil tertawa.
397 Mereka berdua memang telah menyaksikan kehadiran
Laron Penghisap darah, bukan hanya satu kali malah.
"Dalam keadaan sadar dan terkontrol syarafnya, aku
percaya sepasang mata Jui Pak-hay pun tidak bermasalah"
kata Siang Hu-hoa.
"Kalau memang demikian kenyataannya, berarti Jui Pak-hay
baru kehilangan kontrol setelah menyaksikan kehadiran
kawanan Laron Penghisap darah itu"
"Kalau toch dia takut dengan makhluk sebangsa laron,
tentu saja tidak akan memelihara Laron Penghisap darah
didalam rumahnya"
"Maksudmu orang yang memelihara kawanan Laron
Penghisap darah itu sudah pasti orang yang berniat
mencelakai atau ingin membunuhnya?"
"Benar! Dengan kata lain pemilik Laron Penghisap darah
itulah pembunuh yang sesungguhnya dari Jui Pak-hay"
"Rasanya memang begitu"
"Pembunuh yang sebenarnya pasti bukan orang yang
kurang waras otaknya atau punya kelainan jiwa bukan?" Siang
Hu-hoa menambahkan.
Tu Siau-thian tertawa tergelak.
"Aaah, masa begitu kebetulan?" serunya.
"Kalau memang bukan, berarti pembunuh Jui Pak-hay tentu
orang yang mempunyai rencana yang matang, dia pasti punya
maksud dan tujuan tertentu"
"Maksudmu dia memang punya niat untuk membunuh
korbannya?"
"Benar, paling tidak aku beranggapan bahwa kematian Jui
Pak-hay bukan karena salah membunuh, aku yakin segala
398 sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana yang telah
dipersiapkan secara matang"
"Menurut pengalamanku, biasanya rencana pembunuhan
dilakukan karena berapa macam alasan"
"Maksudmu?"
"Membalas dendam adalah salah satu alasan
diantaranya........"
"Menurut apa yang kuketahui, semua musuh besarnya
telah tewas diujung pedangnya, jadi tak pernah ada musuh
besarnya yang tahu siapakah dia" kata Siang Hu-hoa, setelah
menghela napas terusnya, "selama melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan, dia tidak pernah membiarkan
korbannya tetap hidup"
"Berarti Si Siang-ho adalah pengecualian?"
"Mungkin saja dia memang tidak pernah menganggap
peristiwa ini sebagai sesuatu yang serius, sehingga dia anggap
tidak perlu diselesaikan dengan ilmu silat, otomatis dia pun
menganggap tidak ada perlunya untuk membunuh Si Siangho"
"Atau bisa jadi dia memang tidak pernah pandang sebelah
matapun terhadap Si Siang-ho"
Siang Huhoa manggut manggut, setelah termenung
sejenak dia menambahkan:
"Mungkin watak dan perangainya telah terjadi perubahan
besar saat itu sehingga berbeda dengan masa masa
sebelumnya"
"Benturan karena kepentingan merupakan alasan ke
dua.............."
"Kalau soal ini mah semestinya kalian jauh lebih jelas" ucap
Siang Huhoa. 399 "Aku tidak melihat terjadinya benturan karena kepentingan
di wilayah seputar sini....."
"Itu berarti kemungkinan alasan ke tiga, tapi apa itu?"
"Bencana yang timbul karena harta atau wanita"
"Jui Pak-hay memang seorang lelaki" Tu Siau-thian segera
tertawa tergelak. "Hahaha.... aku tahu kalau dia seorang
lelaki" serunya, "semisal dia menyamar jadi perempuan pun
sudah pasti dia bukan perempuan yang cantik, aku rasa
kemungkinan karena perempuan kecil sekali. Ini berarti karena
harta...... aku lihat bibit bencana yang paling memungkinkan
adalah karena harta"
"Sebelum kita memasuki ruang rahasia bawah tanahnya,
apakah kau pernah menduga kalau dia memiliki harta
kekayaan yang begitu banyak?" tanya Siang Huhoa.
Tu Siau-thian menggeleng.
"Padahal kau adalah sahabat karibnya" ujar Siang Hu-hoa
lebih jauh, "kalau kau saja tidak tahu, Jui Gi sebagai
pembantu kepercayaannya juga tidak tahu, lalu siapa yang
tahu akan rahasia ini?"
"Aku rasa hanya satu orang yang kemungkinan tahu akan
hal itu" "Gi Tiok-kun maksudmu?"
"Biasanya seorang lelaki tidak akan merahasiakan masalah
apa pun dihadapan perempuan kesayangannya"
Siang Huhoa sama sekali tidak menyangkal akan perkataan
itu, sebab bukan hanya satu dua kali dia jumpai lelaki
semacam ini, untuk menarik perhatian kaum wanita yang
dituju, seringkah kaum lelaki akan mempamerkan segala
kemampuan, segala kekayaan yang dimilikinya.
400 Keadaan tersebut tidak jauh berbeda seperti burung merak
jantan yang mementangkan bulu-bulu indahnya untuk menarik
perhatian merak betina.
Bab 21. Dongeng dari Siau-siang.
Apakah Jui Pak-hay termasuk lelaki semacam ini" Dia tidak
yakin. Ketika mereka masih bersahabat karib, Jui Pak-hay belum
pernah menyinggung soal keinginannya untuk membangun
rumah tangga, dia adalah orang yang suka berganti pacar dan
mencicipi tubuh perempuan satu ke tubuh perempuan lain.
Tapi akhirnya dia telah menikahi Gi Tiok-kun, benarkah dia
amat mencintai perempuan itu sehingga meninggalkan
kebiasaan lamanya"
Untuk mendapatkan perhatian dari Gi Tiok-kun, apakah Jui
Pak-hay menggunakan pula taktik burung merak jantan yang
mempamerkan kelebihan sendiri" Tidak ada yang tahu,
mungkin dalam hal ini hanya Jui Pak-hay dan Gi Tiok-kun
berdua yang bisa menjawab.
"Tidak ada salahnya kita berandai andai" kembali Tu Siauthian
berkata, "kita anggap Gi Tiok-kun memang sudah tahu
kalau Jui Pak-hay memiliki harta karun yang luar biasa
besarnya, kitapun menganggap hubungan antara Jui Pak-hay
dengan bininya persis seperti apa yang digambarkan Jui Pakhay
di dalam catatannya.........."
Siang Huhoa yang mendengar sampai disitu segera
menghela napas panjang, kalau urusan memang seperti apa
yang Tu Siau-thian gambarkan, masalahnya jadi lebih
sederhana dan gampang.
401 Kembali Tu Siau-thian berkata:
"Jui Pak-hay mencintai Gi Tiok-kun sebaliknya Gi Tiok-kun
mencintai Kwee Bok, bila perempuan itu sedang mengincar
harta karum milik Jui Pak-hay sementara diapun enggan hidup
bersama suaminya sampai hari tua nanti, menurut kalian jalan
terbaik apa yang bakal dia lakukan?"
Siang Huhoa tidak menjawab, sebaliknya Nyo Sin segera
berseru: "Jalan yang terbaik adalah berkomplot dengan kekasih
gelapnya, membunuh suaminya dan merampas harta
kekayaan miliknya!"
"Betul!" sambung Ko Thian-liok pula, "begitu Jui Pak-hay
mati, otomatis seluruh harta kekayaan itu akan jatuh ke
tangan Gi Tiok-kun"
"Peristiwa pembunuhan karena alasan klasik semacam ini
sudah terlalu sering terjadi, oleh sebab itu aku anggap
kemungkinan seperti ini bisa saja terjadi dalam kasus ini" ujar
Tu Siau-thian lagi.
Siang Huhoa masih tetap membungkam.
Tu Siau-thian berkata lebih lanjut:
"Bila kita membuat perumpamaan seperti ini, maka
beberapa bukti yang berhasil kita kumpulkan selama ini sudah
lebih dari cukup untuk menuduh Gi Tiok-kun dan Kwee Bok
berdua sebagai dalang pembunuhan ini, coba kita bayangkan
saja dengan kepala dingin, kecuali Jui Pak-hay, siapa lagi yang
bisa keluar masuk di dalam perkampungan Ki po cay dengan
leluasa bahkan memelihara Laron Penghisap darah disitu?"
"Tentu saja hanya Gi Tiok-kun seorang!" sela Nyo Sin
cepat. 402 "Dan siapa pula yang bisa menyimpan Laron Penghisap
darah didalam lemari pakaian serta di sela sela payudara Gi
Tiok-kun?"
"Tentu saja hanya Gi Tiok-kun seorang!"
Siang Hu-hoa yang membungkam selama ini tiba tiba
berkata: "Kalau aku tidak salah tebak, semestinya Gi Tiok-kun sudah
tahu tentang rahasia harta kekayaan Jui Pak-hay semenjak
tiga tahun berselang bukan?"
"Mungkin, tapi biarpun sudah tahu sejak lama bukan berarti
ia bisa turun tangan secara langsung" sahut Tu Siau-thian.
"Jadi dia mesti menunggu selama tiga tahun?"
"Tiga tahun toh bkan terhitung waktu yang cukup panjang"
Siang Hu-hoa segera berpaling dan menatap tajam wajah
Tu Siau-thian, ujarna:
"Kalau kudengar dari nada pembicaraanmu, aku tahu kau
pasti mempunyai alasan yang bagus untuk menjelaskan hal
ini" "Sekalipun sejak awal dia sudah punya ingatan untuk
mencelakai Jui Pak-hay, namun sebelum segala persiapan
menjadi matang dan segala rencana siap dilaksanakan,
perempuan itu pasti tidak akan turun tangan secara gegabah"
"Jadi menurut pendapatmu?"
"Mula mula dia pasti harus selidiki dahulu segala sesuatu
mengenai Jui Pak-hay, dia harus yakin kalau lelaki itu tidak
memiliki istri lain, tidak punya anak atau sanak keluarga
lainnya, sehingga dia harus yakin dulu bila lelaki itu
sampai mati maka seluruh harta kekayaannya akan jatuh
ke tangannya"
"Kemudian?"
403 "Dia harus memiliki sebuah rencana yang paling luwes dan
paling sempurna" "Selainku?"
"Cukup untuk persiapkan dua hal ini, dia sudah butuh
waktu yang lama sekali, apalagi membunuh Jui Pak-hay belum
tentu murni usulannya"
Tiba tiba Tu Siau-thian menghela napas panjang, terusnya:
"Terus terang, aku pun tidak percaya kalau perempuan itu
begitu keji dan telengas sehingga tega membunuh suami
sendiri" "Jadi kau curiga kalau semua usul dan ide ini muncul dari
pemikiran Kwee Bok?" tanya Siang Huhoa.
"Aku memang curiga ke situ" sahut Tu Siau-thian, setelah
menghela napas panjang lanjutnya, "tapi sayang bocah muda
itu tidak mirip manusia semacam ini......"
Saat itulah mendadak Ko Thian-liok menyela:
"Jika mereka berdua benar benar merupakan pembunuh
utama dalam kasus ini, lalu bagaimana analisa mu tentang
perjalanan mereka untuk melaksanakan pembunuhan
berdarah ini?"
"Menurut perhitunganku, sejak menikah dengan Jui Pakhay,
besar kemungkinan Gi Tiok-kun masih memelihara
hubungan dengan Kwee Bok secara diam-diam, tatkala dia
mendapat tahu kalau Jui Pak-hay sangat takut dan mual
terhadap laron, mereka berdua pun menyusun rencana kerja
berikut sambil menunggu tibanya saat yang paling tepat untuk
membunuh Jui Pak-hay!"
"Bagaimana rencananya?"
"Langkah pertama, tentu saja Kwee Bok harus
mempersiapkan sejumlah Laron Penghisap darah"
"Kenapa harus mengumpulkan Laron Penghisap darah?"
404 Tu Siau-thian termenung sambil berpikir sejenak, lalu
katanya: "Mungkin saja didalam pembicaraan sehari hari, Gi Tiok-kun
mendapat tahu kalau diantara kelompok laron ternyata Jui
Pak-hay paling takut dengan Laron Penghisap darah, atau
mungkin saja Kwee Bok pernah berkunjung ke wilayah Siausiang,
pernah menyaksikan Laron Penghisap darah dan
menganggap hanya Laron Penghisap darah yang bisa
membuat pikiran Jui Pak-hay kalut dan hilang kontrol"
"Lantas apa langkah ke dua mereka"'
"Tentu saja melatih pengendalian terhadap kelompok Laron
Penghisap darah itu"
"Memangnya kawanan Laron Penghisap darah itu benarbenar
bisa dikendalikan?"
"Percaya saja, melatih kawanan laron tidak jauh berbeda
seperti melatih sekelompok lebah, asal mau dilatih dengan
sungguh sungguh, asal mau mempelajari sifat dan kebiasaan
makhluk tersebut, suatu saat kawanan makhluk itu pasti dapat
dikendalikan"
"Langkah berikut.........." tanya Ko Thian-liok lagi.
"Ketika semua persiapan sudah matang, mereka pun mulai
melancarkan gerakan untuk mencelakai Jui Pak-hay, mula
mula mereka gunakan rasa takut Jui Pak-hay terhadap Laron
Penghisap darah untuk menteror dirinya, mereka sengaja
mengatur kawanan Laron Penghisap darah agar bisa muncul
Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dihadapan Jui Pak-hay berulang kali, semua gerakan, semua
penampilan laron laron itu disesuaikan persis sama dengan
berita dongeng yang banyak beredar di wilayah Siau-siang,
agar Jui Pak-hay yakin dan percaya kalau dirinya telah
dijadikan target dan sasaran dari si raja Laron Penghisap
darah" Sesudah berhenti sejenak, kembali lanjutnya:
405 "Untuk kelancaran dalam melaksanakan rencana ini, sejak
tiga bulan berselang Kwee Bok menyewa ruangan di rumah
penginapan Hun-lay milik Si Siang-ho dengan alasan sedang
meramu sejenis obat mustajab, dia sengaja memelihara
kawanan Laron Penghisap darah itu didalam rumah
penginapan tersebut"
"Yaa, dalam hal ini kita nyaris dapat mengumpulkan saksi
dari orang orang seluruh dusun, dia memang tidak mungkin
bisa mungkir lagi" sela Nyo Sin.
"Tauke rumah uang Kwong-hong beserta beberapa orang
karyawannya juga merupakan saksi saksi yang menguatkan"
Ko Thian-liok menambahkan.
"Telah kuselidiki dengan jelas asai usul tauke rumah uang
itu" kata Nyo Sin cepat, "dia hanya seorang rakyat biasa, tidak
mungkin ada masalah dan dia tidak mungkin sengaja
menfitnah atau menuduh Kwee Bok tanpa bukti"
"Selain itu pedagang kelinci juga merupakan saksi yang
menguatkan, mereka bisa membuktikan kalau Kwee Bok
pernah membeli ribuan ekor kelinci dari mereka" ujar Ko
Thian-liok pula.
"Aku pun telah selidiki beberapa orang pedagang itu,
mereka memang tidak ada masalah"
0-0-0 Dalam perjalanan kembali ke pengadilan, Nyo Sin, Siang
Huhoa dan Tu Siau-thian dengan mengggelandang Kwee Bok
sempat mampir di tempat penjualan kelinci.
Beberapa orang pedagang kelinci itu serentak maju
mengerubung ketika melihat kemunculan Kwee Bok, mereka
406 semua berkata kalau telah menyiapkan berapa ratus ekor
kelinci untuknya.
Tentu saja Nyo Sin tidak menyia nyiakan kesempatan ini
untuk memeriksa berapa orang pedagang itu.
Begitu pertanyaan diajukan, dia segera mendapat tahu
kalau selama ini Kwee Bok memang pernah membeli berapa
ribu ekor kelinci dari tangan mereka.
Langganan besar seperti Kwee Bok pasti tidak akan disia
siakan setiap pedagang, mereka pasti mempunyai kesan yang
dalam terhadap pelanggan besar seperti ini.
Konon setiap kali membeli kawanan kelinci itu, Kwee Bok
selalu berpesan wanti wanti agar mereka menutup rahasia
pembelian ini. Bahkan Kwee Bok pun tidak pernah menawar harga yang
diminta para pedagang, dia selalu membayar kontan dan
membeli dalam jumlah besar.
Baru pertama kali ini para pedagang kelinci itu bertemu
dengan pelanggan seperti ini.
Padahal disekitar tempat itu bukan mereka saja yang
menjual kelinci, disana masih banyak terdapat pedagang lain.
Sudah barang tentu mereka tidak ingin pelanggan sebagus
ini jatuh ke tangan pedagang lain, maka mereka hanya
melakukan transaksi dengan Kwee Bok secara diam diam dan
penuh rahasia. Jual beli telah berlangsung belasan kali, tapi sejak belasan
hari terakhir mereka tidak menemukan jejak Kwee Bok lagi.
Padahal selama ini mereka telah persiapkan lagi berapa
ratus ekor kelinci, tidak heran kalau mereka segera maju
mengerubung begitu melihat kemunculan Kwee Bok.
Tentu saja Nyo Sin pun tidak akan melepaskan kesempatan
baik ini. 407 Setelah melalui sederet pemeriksaan yang ketat, diketahui
bahwa kawanan pedagang itu sama sekali tidak bermasalah
dan tidak ada yang patut dicurigai.
Para pedagang itupun tidak ada yang tahu buat apa Kwee
Bok membeli begitu banyak kelinci. Ada orang yang menduga
Kwee Bok mempunyai toko penjual kelinci, ada yang menduga
dia adalah pedagang besar kelinci yang mengirim binatang
binatang itu ke tempat lain. Bahkan ada pula yang curiga
Kwee Bok membuka rumah makan dan menggunakan daging
kelinci untuk memalsukan daging babi.
Tentu saja dugaan dugaan mereka itu keliru besar.
Dalam kenyataan kawanan kelinci itu dikirim ke rumah
penginapan Hun-lay dan saban hari Si Siang-ho menghantar
sepuluh ekor kelinci untuk mangsa kawanan Laron Penghisap
darah yang dipelihara dalam ruang rumah penginapannya.
0-0-0 Nyo Sin tertawa dingin, kembali ujarnya:
"Sekarang barang bukti sudah lengkap, saksi pun sudah
lengkap, tapi orang she-Kwe itu belum juga mau mengaku
salah, entah rencana busuk apa lagi yang sedang dia
persiapkan"
Tidak ada yang menjawab.
Rencana busuk apa yang sedang dipersiapkan Kwee Bok"
Kecuali dia sendiri, tentu saja orang lain tidak akan bisa
menebaknya. Ko Thian-liok segera mengalihkan pandangannya ke wajah
Tu Siau-thian, kemudian perintahnya:
"Lanjutkan!"
408 Tu Siau-thian mengangguk.
"Dengan Gi Tiok-kun membantunya dari dalam, tentu saja
semua rencana dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Gi
Tiok-kun bukan saja mengatur jadwal pemunculan kawanan
Laron Penghisap darah itu dihadapan Jui Pak-hay, bahkan
setiap kali muncul dihadapan suaminya, dia selalu berlagak
seolah olah dia sama sekali tidak menyaksikan sesuatu"
"Apa gunanya dia berlagak tidak melihat?"
"Agar Jui Pak-hay percaya kalau kawanan Laron Penghisap
darah itu merupakan jelmaan dari setan iblis. Pada dasarnya
Jui Pak-hay memang sangat takut terhadap Laron Penghisap
darah, dengan ditambahnya teror seperti ini tidak heran kalau
dia semakin panik dan ketidakutan, tidak heran pula jika
pikirannya jadi tidak waras"
Setelah berhenti sebentar, kembali terusnya: "Makin hari
mereka menteror Jui Pak-hay semakin hebat, rasa takut Jui
Pak-hay terhadap kawanan Laron Penghisap darah pun makin
lama semakin menjadi. Kini bukan saja Gi Tiok-kun telah
menyembunyikan kawanan Laron Penghisap darah itu didalam
lemari pakaiannya, dia pun menyimpan dalam kamar tidurnya,
jelas tujuannya adalah untuk semakin menakut nakuti
suaminya. Lalu dengan alasan hendak mengobati penyakitnya
dia mengundang kedatangan Kwee Bok, dalam perjamuan dia
pun meminta Kwee Bok menjadi pihak ke tiga yang
menyangkal kalau telah melihat kemunculan Laron Penghisap
darah, kesemuanya ini membuat rasa percaya diri yang
dimiliki Jui Pak-hay semakin runtuh. Dalam keadaan demikian
tidak aneh jika pikiran Jui Pak-hay semakin kalut dan otaknya
semakin tidak waras, bila seseorang sudah berada dalam
keadaan yang amat ketakutan, perbuatan apa pun bisa dia
lakukan" "Ehmmm, analisa mu memang sangat masuk diakal"
409 "Aku yakin tujuan utama mereka adalah begitu, jika Jui
Pak-hay benar benar tewas karena alasan semacam ini, sudah
pasti orang lain tidak akan mencurigai mereka berdua, kalau
toch ada, orang pun sulit untuk menemukan barang bukti
yang bisa memberatkan tuduhan terhadap mereka"
Ko Thian-liok kembali manggut manggut.
"Jika Jui Pak-hay dianggap mati bunuh diri, pembunuhnya
adalah dia sendiri, tentu saja tidak ada sangkut pautnya
dengan orang lain" dia berkata.
"Sayang perhitungan manusia tidak mampu mengalahkan
kehendak Thian"
"Oya?"
"Ketika Laron Penghisap darah itu muncul untuk ke dua
kalinya, mereka tidak menyangka kalau Jui Pak-hay sedag
mencari aku. Dengan kehadiranku ditempat kejadian, maka
aku pun dapat melihat ke dua ekor Laron Penghisap darah itu,
bahkan berhasil menangkap seekor diantar anya"
"Apakah kejadian ini ada pengaruhnya?"
"Tentu saja, kejadian tersebut membuktikan tentang
keberadaan Laron Penghisap darah dan menumbuhkan
kembali rasa percaya diri dari Jui Pak-hay, oleh sebab itu
ketika Gi Tiok-kun bilang kalau dia tidak melihat kehadiran
Laron Penghisap darah, Jui Pak-hay tidak percaya dengan
pengakuannya, dia curiga bininya sedang berbohong.
Sesungguhnya Jui Pak-hay termasuk orang yang besar rasa
curiganya, bila satu ingatan sudah muncul maka dia akan
mengaitkan pemikiran itu dengan masalah yang lain,
akibatnya dia pun menganggap Gi Tiok-kun dan Kwee Bok
sebagai jelmaan dari siluman laron dan muncullah niatnya
untuk menghabisi nyawa ke dua orang ini"
Semua penjelasan dia tuturkan selancar aliran air disungai
Tiangkang, terusnya:
410 "Ketika Gi Tiok-kun dan Kwee Bok menyadari akan rencana
jahat Jui Pak-hay terhadap mereka, kedua orang itupun
segera membatalkan rencana semula dan segera
mempercepat pembunuhan itu dengan dilakukan secara
langsung" "Ehmmm, kemungkinan ini memang bisa diterima"
Tu Siau-thian berkata lagi:
"Mereka tentu tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki Jui
Pak-hay sangat hebat, bila harus bentrok berhadapan muka
jelas mereka mencari kematian, maka bisa jadi terpaksa
mereka harus gunakan Laron Penghisap darah untuk menakut
nakuti Jui Pak-hay. Ketika tiba pada malam tanggal lima belas,
karena secara beruntun Jui Pak-hay sudah mengalami teror
selama empat belas hari, ketegangan yang kelewat puncak
membuat tubuh maupun mentalnya menjadi melemah,
sewaktu sadar, dia hidup layak seperti manusia biasa, tapi
begitu otaknya mulai tidak waras, dia seakan berubah jadi
orang yang lain, dalam benak dan bayangannya hanya ada
bayangan dari Laron Penghisap darah"
Sesudah menghembuskan napas panjang, terusnya:
"Oleh karena selama ini dia selalu beranggapan bahwa raja
laron bakal muncul pada malam tanggal lima belas dan
kawanan laron itu pasti akan menghisap darahnya hingga
kering, maka begitu dia bertemu dengan kawanan Laron
Penghisap darah pada malam tersebut, semangat dan
mentalnya langsung rontok"
"Bukankah kau pernah bilang bahwa pada malam itu tidak
nampak ada rombongan Laron Penghisap darah yang terbang
masuk ke ruang perpustidakaan?" sela Nyo Sin.
Tu Siau-thian gelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya:
411 "Hanya siluman dan setan iblis yang bisa masuk tembus
dinding, kita toch sudah menyangkal kalau kawanan Laron
Penghisap darah itu bukan siluman atau setan iblis"
"Itu berarti hanya ilusi, hanya khayalan kosong yang
mengganggu pikirannya waktu itu?"
"Juga bukan begitu" Tu Siau-thian menggeleng.
Kontan Nyo Sin mendelik, tapi Tu Siau-thian tidak
menggubris, dia menerangkan lagi:
"Gi Tiok-kun sudah mengetahui rahasia kekayaan yang
dimiliki Jui Pak-hay, tentu saja diapun tahu ditempat mana
suaminya menyembunyikan harta karun itu, bahkan bisa jadi
segala alat jebakan dan perangkap yang dipasang berlapis
dalam ruang rahasia itu sudah tidak bermanfaat lagi terhadap
dirinya" "Jadi dia mengetahui cara mengendalikan alat perangkap
itu?" "Aku tidak bermaksud begitu"
"Lalu apa maksudmu?"
"Dia adalah perempuan kesayangan Jui Pak-hay, menurut
penilaianmu, bila dia sudah berniat mempelajari cara
mengendalikan alat perangkap tersebut, setelah melewati
waktu selama tiga tahun, mungkinkah usahanya itu tanpa
hasil?" "Tentu saja tidak"
"Bila dia mengetahui bagaimana caranya mengendalikan
alat perangkap dalam ruang rahasia itu, otomatis Kwee Bok
juga tahu akan rahasia ini. Bila dugaanku tidak keliru, bisa jadi
secara diam diam Kwee Bok telah menyusup masuk ke dalam
ruang perpustakaan pada malam tanggal lima belas, membuka
pintu rahasia itu dan menyusup ke dalam ruang bawah tanah,
412 ketika dia melihat kesempatan telah datang maka dia buka
pintu rahasia itu dan melepaskan Laron Penghisap darah"
"Kemudian?"
"Sewaktu melihat munculnya Laron Penghisap darah
didalam ruang perpustakaannya, Jui Pak-hay menyangka saat ajalnya
telah tiba, waktu itu semangat maupun mentalnya sudah
runtuh, peristiwa mengerikan apa lagi yang tidak bisa dia
lakukan dalam keadaan begitu" Ketika seorang manusia
menghadapi ancaman kematian, biasanya ada dua reaksi yang
mungkin mereka lakukan"
"Reaksi yang bagaimana?"
"Kalau tidak beradu jiwa tentu berusaha melarikan diri"
"Ooh?"
"Kalau bisa beradu jiwa pasti akan beradu jiwa, kalau tidak
bisa beradu jiwa tentu berusaha untuk melarikan diri, tidak
terkecuali diri Jui Pak-hay. Mula-mula dia mencabut dulu
pedangnya dan siap beradu jiwa, ketika melihat usahanya
tanpa hasil, tentu saja dia akan berusaha untuk melarikan diri"
Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya:
"Tempat paling aman yang ada dalam ruang perpustakaan
ini adalah ruang bawah tanah, sebab dia anggap disitulah dia
telah persiapkan pelbagai alat perangkap yang canggih,oleh
sebab itu kecuali dia tidak berusaha kabur, bila ingin melarikan
Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diri, dia pasti akan kabur ke ruang bawah tanah, padahal
disanalah Kwee Bok telah menunggunya!"
"Kehadiran pemuda itu tentu jauh diluar dugaan Jui Pakhay
bukan?" kata Nyo Sin.
"Betul, selain diluar dugaan dia pun sedang kabur dengan
tergesa-gesa, pikirannya kalut dan mentalnya runtuh, dalam
kondisi seperti ini mana mungkin Jui Pak-hay bisa lolos dari
413 sergapan Kwee Bok" Maka pada akhirnya dia pun tewas
ditangan pemuda itu"
"Dengan kemampuan Kwee Bok, mana mungkin dia
mampu membunuhnya?"
"Betul, kepandaian silatnya memang sangat tangguh,
namun dalam kondisinya waktu itu, mungkin dia tidak jauh
berbeda dengan keadaan manusia biasa"
"Dengan cara apa Kwee Bok membunuhnya?"
"Mungkin menggunakan racun, mungkin menghantam dulu
kepalanya dengan benda berat kemudian baru membantainya,
apa pun penyebab kematiannya, yang pasti kita tidak akan
bisa menemukan bekas bekas tersebut dari atas jenasahnya"
Diam diam Nyo Sin bergidik, dia belum lupa bagaimana
kondisi mayat Jui Pak-hay saat itu.
Batok kepalanya sudah berubah jadi tengkorak, tubuhnya
sebagian sudah tinggal tulang belulang sebagian masih ada
dagingnya namun mulai membusuk dan melelehkan cairan
yang memuakkan, bagaimana mungkin mereka bisa
melakukan autopsi pada sesosok jenasah yang sudah parah
keadaannya"
Tu Siau-thian sendiri ikut bergidik, tapi tidak selang berapa
saat kemudian dia telah berkata lagi:
"Ketika aku bersama Tan Piau dan Yau Kun berhasil
menjebol pintu dan masuk ke dalam ruangan, Kwee Bok telah
kabur lagi ke dalam ruang rahasia, maka kami tidak berhasil
menemkan jejaknya"
Dengan suara berat dan dalam dia menambahkan:
"Mungkin inilah penyebab hilangnya Jui Pak-hay secara
misterius dari dalam ruang perpustakaan pada malam tanggal
lima belas"
414 "Kalau memang begitu, kenapa dia tidak meninggalkan saja
jenasah dari Jui Pak-hay itu didalam ruang rahasia?" tanya
Nyo Sin. "Mungkin dia kuatir kita akan menemukan ruang rahasia itu
dan menemukan juga jenasah Jui Pak-hay, karena dengan
begitu penyebab kematian Jui Pak-hay segera akan
terungkap"
"Maka dia cari kesempatan lagi, menunggu kalian sudah
pergi dari situ, jenasah Jui Pak-hay segera diangkut keluar dari
ruang bawah tanah?" tanya Nyo Sin.
Tu Siau-thian mengangguk.
"Jika dia hanya keluarkan jenasah itu dari dalam ruang
perpustidakaan, maka tidak sulit hal ini akan ketahuan orang,
maka dia pun memindahkan mayat itu ke dalam ruang loteng
dibelakang kamar tidur Gi Tiok-kun, dengan kerja sama
perempuan itu, tentu saja semua pekerjaan dapat dia lakukan
secara mudah"
"Perkampungan Ki po cay sangat luas, kenapa dia tidak
memilih tempat lain saja?"
"Tempat mana yang jauh lebih rahasia daripada ruang
bawah tanah itu" Kalau tempat yang begitu rahasia pun tidak
dipercayai, memangnya ada tempat lain lagi yang bisa mereka
pilih?" "Buktinya kita tetap berhasil menemukan ruang loteng itu!"
"Kalau kita tidak membaca buku catatan itu lebih dulu,
mungkin kita pun tidak bakal mencurigai kamar tidurnya"
"Aaah, belum tentu"
Tu Siau-thian tidak ingin berdebat, kembali dia bertanya:
"Sebelum kejadian ini, pernahkah kita menaruh curiga
terhadap Gi Tiok-kun" Pernahkah kita mencurigai dia sebagai
415 seorang pembunuh" Seorang istri yang membunuh suami
sendiri?" Mau tidak mau Nyo Sin harus menggeleng.
"Kalau Gi Tiok-kun saja tidak kita curigai, mana mungkin
kita bisa menduga kalau jenasah Jui Pak-hay kemungkinan
besar telah disembunyikan didalam kamar tidur mereka, mana
mungkin kita bisa menyatroni tempat itu dan menemukan
ruang rahasia diatas loteng?" sambung Tu Siau-thian cepat.
Terpaksa Nyo Sin mengangguk.
Setelah tertawa lebar Tu Siau-thian berkata lagi:
"Ketika kita menemukan ruangan tersebut, mungkin Kwee
Bok mengira jenasah Jui Pak-hay sudah habis dilalap kawanan
Laron Penghisap darah itu"
"Tapi jenasah Jui Pak-hay belum habis......"
"Disinilah dia salah perhitungan" tukas Tu Siau-thian,
"kesalahan ini jadi fatal karena merupakan titik terang akan
terungkapnya semua misteri pembunuhan ini"
Setelah menyandarkan diri pada sebuah bangku, dia
melanjutkan: "Ketika dia sadar akan kekeliruan tersebut, waktu itu kita
sudah membekuk Gi Tiok-kun"
"Padahal kalau dia sudah berencana menggunakan Laron
Penghisap darah untuk melenyapkan jenasah Jui Pak-hay,
kenapa tidak dia tinggalkan saja mayat tersebut di ruang
bawah tanah" Dengan berbuat begitu, bukan saja dia bisa
menghindari Gi Tiok-kun dari segala kecurigaan, lagipula
meski dengan cepat kita berhasil menemukan ruang bawah
tanah dan menjumpai pula mayat Jui Pak-hay, namun
penemuan ini tidak akan berpengaruh apa apa terhadap
mereka" 416 "Menurut dugaanku, kemungkinan besar hal ini
dikarenakan tumpukan harta karun dalam ruang rahasia itu"
"Oya?"
"Mungkin Laron Penghisap darah itu atau kotoran dari
makhluk itu bisa mendatangkan kerusakan atas harta karun
yang ada di ruang rahasia itu"
"Ehmmm, kau bisa mengurai semua kejadian secara
berurutan dan jelas, atau mungkin memang demikian
rangkaian peristiwanya?" tanya Nyo Sin kemudian sambil
mengelus jenggotnya.
"Aku hanya menduga dan menganalisanya, belum tentu
kenyataan nya demikian"
"Opas Tu, analisamu memang sangat hebat!" puji Ko
Thian-liok pula.
Pelan pelan dia mengalihkan sorot matanya ke wajah Siang
Hu-hoa, lalu sapanya:
"Saudara Siang!"
"Ko tayjin......." sahut Siang Hu-hoa sembari menjura.
Tidak membiarkan lelaki itu berbicara, kembali Ko Thianliok
menukas: "Sewaktu masih muda dulu aku pernah berkelana dalam
dunia persilatan, meski tidak terlampau lama, sesungguhnya
aku masih terhitung separuh orang kangouw, oleh sebab itu
kecuali berada di ruang sidang pengadilan, kau tidak usah
terlalu memakai aturan"
Siang Huhoa kontan tertawa tergelak.
"Jangan kuatir, biar di ruang sidang atau diluar sidang, aku
memang orang yang tidak suka berbasa basi" sahutnya.
"Kalau begitu kau pun tidak usah banyak adat denganku"
417 "Baiklah" ujar Siang Huhoa kemudian, "saudara Ko ada
urusan apa"'
"Aku ingin bertanya kepada saudara siang, bagaimana
pendapatmu atas analisa dari opas Tu itu?"
"Aku kurang setuju" jawab Siang Hu-hoa tanpa ragu.
"Oya?"
"Analisa dari saudara Tu memang hebat, alasannya cukup
kuat dan bisa dipertanggung jawabkan, tapi sayang sudah
melupakan beberapa hal"
"Silahkan diutarakan"
"Bagi seseorang yang memiliki kungfu hebat, sekalipun
berada dalam keadaan kurang terkontrol pikirannya, bukan
sembarangan obat racun bisa merobohkan dirinya, apalagi
meracuninya hingga mati dalam waktu singkat
"Mungkin saja Kwee Bok sudah mengantisipasi sampai ke
situ" seru Tu Siau-thian, "obat beracun yang dia gunakan pun
sudah pasti bukan obat racun sembarangan"
"Kalau bukan obat racun sembarangan berarti pasti obat
yang sangat lihay daya kerjanya?"
"Mungkin saja kadar racunnya sanggup menghabis nyawa
Jui Pak-hay dalam waktu setengah detik"
"Kalau memang terdapat racun sehebat itu, berarti setiap
waktu setiap saat dia bisa membunuh mati Jui Pak-hay, kalau
bisa begitu, buat apa dia mesti repot repot menyusun segala
rencana?" "Dia toh belum pasti menggunakan obat racun" bela Tu
Siau-thian. "Membunuh dengan cara memukulkan benda berat keatas
kepalanya jelas lebih sulit dia lakukan" Siang Hu-hoa
menerangkan, "dalam perjalanan menuju ke kantor
418 pengadilan tadi, secara diam diam aku telah menjajal
kemampuan Kwee Bok"
"Apa yang kau temukan?"
"Dia tidak ada bedanya dengan kebanyakan orang biasa,
sekalipun pernah belajar silat tidak nanti kehebatannya bisa
luar biasa, padahal seharusnya kalian sudah tahu sejak dia
dirobohkan oleh timpukan cincin besi milik Si Siang-ho"
"Apa lagi kesalahanku dalam analisa itu?" tanya Tu Siauthian
kemudian. "Jika Gi Tiok-kun dan Kwee Bok adalah pembunuh Jui Pakhay,
tidak ada alasan bagi mereka untuk menyimpan
jenasahnya dalam ruangan diatas loteng, sebab begitu
ketahuan, orang pertama yang bakal dicurigai adalah Gi Tiokkun......."
"Bukankah aku telah membeberkan alasannya tadi?" tukas
Tu Siau-thian. "Tapi kau tidak pernah menjelaskan tentang sesuatu"
"Soal apa?"
"Kenapa Kwee Bok mengajak kita pergi mengunjungi Si
Siang-ho" Memangnya dia ingin menggali liang kubur buat diri
sendiri?" Tu Siau-thian termenung dan berpikir sejenak, kemudian
ujarnya: "Aku memang pernah memikirkan persoalan ini, menurut
analisaku, sebetulnya kepergian kita ke rumah penginapan itu
merupakan bagian dari skenario nya, dia ingin mencelakai Si
Siang-ho, ingin menfitnah orang tersebut......bukankah antara
Si Siang-ho dengan Jui Pak-hay pernah terlibat satu masalah
pelik yang menimbulkan dendam pribadi" Tapi kalau dibilang
Si Siang-ho 419 yang mencelakai Jui Pak-hay....... pertama kita tidak punya
bukti dan saksi, biar kita percaya pun belum tentu orang lain
mau percaya"
Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya:
"Sayang hitungan manusia tidak bisa menangkan kemauan
takdir, siapa pun tidak menyangka kalau akan terjadi
perubahan yang diluar dugaan, bukan saja dia gagal
menfitnah Si Siang-ho, malah aib sendiri yang terbongkar"
"Kalau memang benar begitu, kenapa dia lakukan sendiri
semua pekerjaan itu, sedari menyewa ruangan, membeli
kelinci, menghantar kelinci ke rumah penginapan semuanya
dia kerjakan sendiri, apa dia tidak takut terbongkar rahasianya
dikemudian hari" Bukankah tindakannya itu kelewat goblok?"
"Mungkin baru pertama kali ini dia melakukan tindak pidana
dia belum mengerti bagaimana caranya menyembunyikan
semua perbuatan nya, orang yang bekerja dengan suasana
tegang seringkali memang tidak bisa berpikir panjang"
"Aku rasa dia termasuk orang pintar, bukankah sebelum
melakukan setiap langkah rencananya, dia selalu
mempertimbangkan secara masak masak" Ini sesuai dengan
apa yang kau tuduhan tadi"
"Mungkin dia pun kelewat banyak berpikir sehingga tidak
bisa mengontrol pikiran sendiri, akibatnya banyak melakukan
tindakan yang bertentangan dengan kebiasaan" Tu Siau-thian
tertawa getir, "apakah hanya ini saja keteledoranku?"
"Ooh masih ada satu hal lagi yang jauh lebih penting"
"Soal apa?"
"Bila Kwee Bok pernah bersembunyi di dalam ruang
rahasia, kenapa dia tidak musnahkan juga buku catatan serta
surat wasiat yang diletidakkan Jui Pak-hay diatas meja?"
"Mungkin dia tidak memperhatikan?"
420 "Tidak aneh kalau dia tidak memperhatikan buku catatan
itu, sebab semua catatan dituangkan dalam gulungan kertas,
tapi surat wasiat itu jelas wujudnya bahkan diletidakkan
ditempat yang amat mencolok"
"Mungkin waktu itu dia kelewat tegang sehingga tidak
terlalu memperhatikan?" Tu Siau-thian menghela napas
panjang, "atau dia hanya bersembunyi ditempat kegelapan
dan sama sekali tidak pernah melangkah masuk ke dalam
ruang rahasia"
"Jadi semuanya serba mungkin?"
Kembali Tu Siau-thian menghela napas panjang.
"Aku tahu analisaku ini memang kelewat dipaksakan"
"Aku pikir, tidak ada alasan bagi Kwee Bok untuk tidak
memusnahkan surat wasiat yang dia temukan dalam ruang
rahasia itu" kata Siang Huhoa lagi.
Sementara berbicara, sinar matanya dialihkan ke atas meja.
Ke dua pucuk surat wasiat peninggalan Jui Pak-hay
terletidak diatas meja.
Walaupun disitu terdapat dua pucuk, namun isinya persis
sama satu dengan lainnya, seperti apa yang pernah dikatakan
Jui Pak-hay sendiri.
Sudah barang tentu Siang Hu-hoa cukup hapal dengan
gaya tulisan Jui Pak-hay, Ko Thian-liok sendiri pun merasa
tidak asing, ini berarti keaslian surat wasiat itu memang tidak
perlu diragukan.
Setelah memperhatikan surat wasiat itu sekejap, Ko Thianliok
Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkata: "Menyinggung soal surat wasiat, hal inipun terasa sangat
aneh" "Dimana letak keanehannya?"
421 "Didalam ke dua pucuk surat wasiat itu masing-masing
disertakan selembar kertas yang mencantumkan seluruh harta
kekayaan yang mmilikinya"
"Apakah kau merasa heran karena dia meiniliki begitu
banyak harta?"
"Bukan, ada dua hal yang membuatku heran" kata Ko
Thian-liok seraya menggeleng.
"Dua hal yang mana?"
"Pertama, dari begitu banyak harta kekayaan yang dia
miliki ternyata tidak sepotong pun yang diwariskan kepada
bininya Gi Tiok-kun"
"Selama ini dia menganggap Gi Tiok-kun dan Kwee Bok
sebagai jelmaan siluman yang bekerja sama ingin
membunuhnya, hal ini bisa dimaklumi" ujar Siang Huhoa.
"Apapun analisa mu, tapi aku rasa kebangetan bila dia tidak
mewariskan secuwil harta pun untuk bininya"
"Lalu apa yang kedua?"
"Tiga ahli waris yang dia pilih untuk mewarisi seluruh harta
kekayaannya"
Kali ini Siang Huhoa terbungkam dan tidak berkata-kata.
Terdengar Ko Thian-liok berkata lebih jauh:
"Ke tiga orang ahli waris yang dipilih adalah Liong Ong-po,
Wan Kiam-peng serta Cu Hiap.....sebelum membaca isi surat
wasiat itu, aku sama sekali tidak tahu akan wujud ke tiga
orang itu, pun tidak pernah ada orang yang menyinggung
tentang ke tiga orang itu dihadapanku, ini menunjukkan kalau
mereka bertiga tidak memiliki hubungan yang kelewat akrab
dengan dirinya, tapi di dalam kenyataannya sekarang, dia
telah mewariskan seluruh harta kekayaannya yang begitu
banyak untuk mereka bertiga"
422 "Bukankah kau bersahabat karib dengan Jui Pak-hay?"
tanya Siang Huhoa.
"Aku sudah empat tahun kenal dengan dirinya"
"Dalam empat tahun ini pernahkah saudara Ko mendengar
dia menyinggung tentang diriku?" tanya Siang Hu-hoa lagi.
"Rasanya tidak pernah" jawab Ko Thian-liok tanpa ragu,
setelah berhenti sesaat tanyanya lagi, "sudah berapa tahun
kalian berkenalan?"
"Kalau bukan dua puluh tahun, paling tidak sudah delapansembilan
belas tahunan"
Seolah terbayang kembali masa lampau, dia menghela
napas panjang, lalu tambahnya:
"Ketika pertama kali berkenalan, waktu itu kami masih
kanak kanak"
"Bersahabat selama banyak tahun, aku percaya kalian tentu
merupakan sahabat yang sangat karib?"
"Semestinya begitu"
"Sebelum Jui Pak-hay lenyap, dia pernah menyinggung
akan kehadiranmu dihadapan opas Tu, aku dengar dia pun
pernah berkata bahwa kau adalah sahabat karibnya"
"Nah, terhadap seorang sahabat macam aku pun dia tidak
pernah menyinggung dihadapanmu, bukankah kau pun
merasa keheranan?"
Ko Thian-liok mengangguk.
"Padahal sedikitpun tidak aneh" ujar Siang Huhoa lagi.
"Oya?"
"Sebab sejak tiga tahun berselang, kami sudah bukan
sahabat lagi"
"Tapi........"
423 "Sekalipun begitu" tukas Siang Hu-hoa, "ketika dia
menghadapi kesulitan dan hal itu kuketahui, aku tidak akan
berpeluk tangan belaka, kecuali aku memang tidak tahu, kalau
tidak aku pasti akan datang mencarinya"
"Kenapa?"
"Sebab dia tahu, aku bukan seorang manusia yang lupa
budi" "Jadi kau berhutang budi kepadanya?"
"Benar, hutang budi karena dia pernah selamatkan jiwaku"
Bab 22. Liong-sam kongcu.
Sesudah berhenti sejenak, kembali terusnya:
"Sekalipun aku tidak pernah berhutang budi kepadanya,
asal kami pernah berteman dan aku tahu kalau jiwanya
sedang terancam bahaya maut, aku tidak nanti akan
berpangku tangan belaka, kecuali kesalahan berada
dipihaknya, kesalahan yang tidak berharga untuk dimaafkan"
"Aku tahu kau memang seorang pendekar sejati yang
berjiwa ksatria!" puji Ko Thian-liok, setelah menatap Siang
Huhoa dalam dalam, dia bertanya lagi:
"Sebetulnya apa yang menyebabkan kalian bermusuhan?"
"Mengenai persoalan ini, aku rasa sudah tidak ada
kepentingan untuk dibicarakan lagi" tampik sianghu cepat.
"Apakah ada sangkut pautnya dengan kasus yang terjadi
saat ini?"
"Rasanya sama sekali tidak ada hubungan"
424 "Kalau memang begitu tidak perlu diungkap lagi....... Aku
bukan termasuk orang yang suka mendengarkan rahasia
orang lain"
"Aku pun tidak suka membongkar rahasia orang lain"
Ko Thian-liok manggut-manggut sambil tertawa, dia segera
mengalihkan pembicaraan ke soal lain, tanyanya:
"Apakah Liong Giok-po, Wan Kiam-peng dan Cu Hiap
termasuk juga sahabat sahabat Jui Pak-hay?"
"Sama sekali bukan, oleh sebab itu bukan satu kejadian
yang aneh bila dia tidak pernah menyinggung tentang ke tiga
orang itu sewaktu berada dihadapanmu"
"Apakah antara mereka dengan Jui Pak-hay punya
hubungan saudara atau famili?" kembali Ko Thian-liok
bertanya. "Antara mereka dengan Jui Pak-hay sama sekali tidak ada
hubungan saudara maupun famili"
"Aneh" seru Ko Thian-liok keheranan, "kalau toch bukan
sanak bukan saudara, kenapa Jui Pak-hay mewariskan seluruh
harta kekayaannya yang luar biasa itu kepada mereka
bertiga?" Siang Hu-hoa membungkam, seolah dia tidak tahu
bagaimana mesti menjawab.
"Jadi kaupun tidak tahu?" desak Ko Thian-liok.
Tiba-tiba Siang Huhoa menghela napas panjang, katanya:
"Aku tahu!"
"Karena apa?"
"Dia berbuat demikian untuk menebus dosa-dosanya!"
"Kalau begitu dulu dia pernah melakukan perbuatan yang
sangat merugikan ke tiga orang itu?"
425 Meski tidak menjawab, tampaknya Siang Huhoa mengakui
akan hal itu. "Sebetulnya apa yang telah terjadi?" tanya Ko Thian-liok
lebih jauh. "Aku rasa persoalan itu sama sekali tidak ada hubungan
dengan soal kematiannya"
"Jadi kau tidak berniat membeberkannya?"
Siang Huhoa membenarkan.
Setelah termenung sebentar kembali Ko Thian-liok berkata:
"Kalau dilihat dari kerelaannya menyerahkan harta
kekayaan sebesar itu kepada mereka bertiga, nampaknya
kejadian di masa lampau merupakan satu kejadian yang besar
dan amat serius"
Siang Huhoa tetap tidak menjawab.
"Mereka pasti amat membenci Jui Pak-hay hingga merasuk
ke tulang sumsum" lanjut Ko Thian-liok.
Siang Huhoa tetap bungkam seribu bahasa.
Mendadak Ko Thian-liok bertanya:
"Apakah selama ini mereka tidak pernah melakukan tindak
pembalasan dendam terhadap Jui Pak-hay ?"
"Menurut apa yang kuketahui, rasanya tidak pernah"
"Tentu mereka tidak berani balas dendam karena
kepandaian silat yang dimiliki Jui Pak-hay sangat hebat,
biarpun tidak melakukan sesuatu tindakan, dalam hati kecil
mereka pasti selalu berpikir bagaimana caranya membalas
dendam" "Itu sih lumrah, setiap manusia pasti berbuat begitu"
"Mungkin kematian Jui Pak-hay ada hubungannya dengan
mereka?" 426 "Aku rasa tidak ada" Siang Hu-hoa segera menggeleng.
"Dengan dasar apa kau mengatidakan tidak ada?"
"Sebab kejadian itu sendiri merupakah satu misteri,
mungkin sampai sekarang pun mereka bertiga belum tahu
duduk persoalan yang sebenarnya"
"Mungkin" Berarti kau sendiripun tidak yakin?"
"Aku hanya manusia biasa, bukan dewa yang tahu
segalanya....."
"Dulu mungkin misteri yang penuh rahasia, tapi sekarang
toch sudah bukan rahasia lagi"
"Sekalipun begitu, aku yakin peristiwa yang menyangkut
Laron Penghisap darah sama sekali tidak ada hubungannya
dengan mereka"
"Kau yakin?"
"Jika ingin mencelakai Jui Pak-hay, sesungguhnya mereka
tidak perlu berbuat demikian"
"Maksudmu mereka pun memiliki kepandaian silat yang
sangat tangguh sehingga tanpa cara cara seperti itupun
mereka masih sanggup menghabisi nyawa Jui Pak-hay?"
"Benar" Siang Hu-hoa mengangguk, "menurut penilaianku,
gabungan dari Wan Kiam-peng dan Cu Hiap pun sudah lebih
dari cukup untuk membuat Jui Pak-hay mati kutu"
"Bagaimana dengan Liong Giok-po?"
"Dengan kemampuannya seorang sudah lebih dari cukup
untuk merobohkan Jui Pak-hay!"
"Benarkah Liong Giok-po begitu hebat?"
Siang Huhoa tidak menjawab, sebaliknya malah bertanya:
"Jadi kau meragukan perkataanku?"
427 "Bukan, bukan meragukan, aku hanya heran dan tidak
habis mengerti" sahut Ko Thian-liok sambil menggeleng,
"setahu ku, Jui Pak-hay adalah seorang tokoh silat yang luar
biasa hebatnya"
"Liong Giok-po justru merupakan jago tangguh diantar a
jago tangguh pada umumnya"
"Apa" Aku belum pernah mendengar tentang orang ini"
seru Ko Thian-liok.
"Aku pun belum pernah" Tu Siau-thian ikut menimbrung.
"Tentunya kalian pernah mendengar tentang Liong-sam
kongcu bukan?" tiba-tiba Siang Huhoa bertanya.
Berubah hebat paras muka Ko Thian-liok.
Paras muka Tu Siau-thian turut berubah, serunya tertahan:
"Liong-sam kongcu dari Kanglam?"
"Benar"
"Apa hubungan Liong Giok-po dengan Liong-sam kongcu?"
"Liong Giok-po itu tidak lain adalah Liong-sam kongcu!"
jelas Siang Huhoa.
Seketika itu juga Tu Siau-thian berdiri tertegun, untuk
sesaat dia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
"Konon kekayaan yang dimiliki Liong-sam kongcu
merupakan yang terbanyak di wilay
Pendekar Panji Sakti 25 Kisah Sepasang Rajawali Karya Kho Ping Hoo Golok Yanci Pedang Pelangi 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama