Ceritasilat Novel Online

Laron Pengisap Darah 7

Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Bagian 7


ah Kanglam, ilmu silatnya
juga menjagoi seluruh dunia persilatan?" tanya Ko Thian-liok.
"Apa yang tersiar selama ini memang merupakan sebuah
kenyataan"
"Aku dengar dia pernah mengalahkan secara beruntun
tujuh pendekar paling ampuh di wilayah Kanglam hanya
dengan mengandalkan tangan kosong belaka......"
"Bukan tujuh, tapi sembilan orang!" Siang Hu-hoa meralat.
428 "Malah aku dengar dua orang diantaranya baru saja
dikalahkan olehnya belum lama ini"
"Betul, si cambuk emas Luci Sim dikalahkan dia pada tiga
tahun berselang, sementara Tok Tongcu si bocah beracun
malah keok ditangannya setahun berselang"
"Aku tidak sempat mendengar berita apa apa tentang dunia
persilatan, termasuk dua kejadian besar ini" ujar Ko Thian-liok
sambil gelengkan kepala dan tertawa, "tampaknya sudah tiga
empat tahun lamanya aku tidak mencampuri urusan dunia
kangouw lagi"
"Sudah pasti begitu keadaannya, sekarang saudara Ko lebih
konsentrasi ke bidang pemerintahan, tentu urusan negara
yang kau perhatikan, sebaliknya bila kau masih
berkecimpungan dalam dunia persilatan, biar tidak bertanya
pun pasti ada orang yang memberitahukan hal ini kepadamu"
"Dari sepuluh orang jago tangguh dunia persilatan, ada
sembilan orang diantaranya pernah kalah di tangannya, ini
berarti tinggal satu orang yang belum pernah dikalahkan,
kalau ingatanku tidak keliru semestinya dia adalah Siang to bu
tek (sepasang golok tanpa tanding) Be Tok-heng bukan?"
"Daya ingat mu ternyata masih hebat juga!"
"Aku yakin cepat atau lambat dia pasti akan menyatroni Be
Tok-heng" "Bukan pasti, malah sudah dia satroni!"
"Apakah dia sudah tewas ditangan Be Tok-heng?"
"Dia mencari Be Tok-heng jauh sebelum berhasil
mengalahkan Luci Sim!"
"Ooh, apakah Be Tok-heng menolak untuk bertarung
melawannya?"
"Bukan menolak, Be Tok-heng ingin melayani tantangan
itupun tidak nanti bisa terjadi"
429 "Kenapa" Apa yang sebenarnya telah terjadi?"
"Sewaktu dia menemukan Be Tok-heng, waktu itu kondisi
Be Tok-heng sudah payah, dia ibarat setengah orang
mampus" "Oya?"
"Waktu itu Be Tok-heng sedang berbaring sakit diatas
pembaringannya"
"Parah sekali sakitnya?"
"Yaa, berat sekali, malah konon tidak lama sepeninggal
Liong Giok-po, dia menghembuskan napasnya yang terakhir,
mati lantaran sakit"
"Bukankah dengan begitu Liong Giok-po benar-benar telah
menjagoi wilayah Kanglam seorang diri?"
"Seandainya dalam wilayah Kanglam hanya terdapat
sepuluh orang jago tangguh, semestinya memang begitu
keadaannya"
"Bagaimana dengan kungfu yang dimiliki Jui Pak-hay"
Bagaimana kalau dibandingkan dengan kepandaian silat yang
dimiliki ke sepuluh orang jago dari wilayah Kanglam?" tanya
Ko Thian-liok lebih jauh.
"Aku rasa kepandaian mereka berimbang!"
"Kalau hal itu merupakan kenyataan, bukankah Liong Giokpo
dapat membunuh Jui Pak-hay dengan sangat mudah?"
"Itulah sebabnya aku berkata begitu tadi!"
"Tapi sampai hari ini toch sudah selisih tiga tahunan, siapa
tahu Jui Pak-hay telah melatih diri habis habisan hingga ilmu
silat yang dimilikinya sekarang sudah jauh lebih tangguh dan
hebat lagi?"
"Kemungkinan seperti ini memang ada"
430 "Bukan Cuma mungkin, bahkan besar sekali kemungkinan
ini, ilmu silat yang dimilikinya tentu sudah jauh diatas
kemampuan Liong Giok-po"
"Maksudmu kungfu yang dimiliki Jui Pak-hay benar benar
telah mencapai taraf dimana Liong Giok-po harus
menggunakan rencana yang licik untuk bisa menghabisi
nyawanya?"
Ko Thian-liok mengangguk tanda membenarkan.
"Aku tidak berani mengatidakan iya" sahut Siang Hu-hoa
kemudian, "karena aku tidak melihat ada kemungkinan seperti
itu" "Bisa jadi Liong Giok-po berbuat demikian diluar
sepengetahuanmu, karena dia tahu kau adalah sahabat karib
Jui Pak-hay, dia kuatir bila rencana pembunuhan ini kau
ketahui maka dia bisa tewas diujung pedangmu, karenanya
semua rencana dilakukan secara diam diam dan sembunyi"
Siang Hu-hoa tidak menjawab.
Kembali Ko Thian-liok berkata:
"Mengenai harta kekayaan yang dimiliki Jui Pak-hay.......
mungkin saja dia tidak punya waktu untuk membawanya
pergi, atau dia sudah membaca isi surat wasiat peninggalan
Jui Pak-hay, tahu kalau cepat atau lambat sebagian dari harta
kekayaan itu akan jatuh ke tangannya, maka dia sama sekali
tidak menyentuhnya"
"Bukankah ke dua pucuk surat wasiat itu disegel dengan
lilin api?"
"Segel itu tampak baru, padahal ke dua pucuk surat wasiat
itu bukan ditulis pada saat yang bersamaan"
"Tentang hal ini aku pun sudah memperhatikan" Siang Huhoa
mengangguk, tanpa terasa sorot matanya dialihkan
kembali ke atas ke dua pucuk surat wasiat itu.
431 Biarpun isi surat kedua pucuk surat wasiat itu sama dan
persis, kertas serta sampul surat yang digunakan pun sama,
namun bila diperhatikan dari gaya tulisannya, dengan jelas
dapat dibedakan bahwa ke dua pucuk surat itu bukan ditulis
pada saat yang sama, paling tidak pasti selisih sekian hari.
"Kemungkinan besar surat wasiat pertama ditulis oleh Jui
Pak-hay pada awal bulan tiga, bisa jadi saat itulah Liong Giokpo
sudah mencuri lihat isi surat tersebut"
"Bila Liong Giok-po bisa mencuri lihat isi surat wasiat itu,
berarti Kwee Bok serta Gi Tiok? kun pun dapat mencuri lihat
isi surat itu" kata Siang Huhoa.
"Bila ke dua pucuk surat wasiat itu masih tetap ada, tidak
disangkal itulah alasan yang paling baik bagi Kwee Bok dan Gi
Tiok-kun untuk membunuh Jui Pak-hay"
'Tapi kenyataannya ke dua pucuk surat itu tidak
dimusnahkan"
"Maka dari itulah kemungkinan keterlibatan Liong Giok-po
dalam kasus pembunuhan ini tidak lebih enteng ketimbang
mereka berdua"
"Jangan lupa, masih ada Cu Hiap dan Wan Kiam-peng"
"Benar!"
"Kalau sesuai dengan perkataanmu itu, berarti termasuk
diriku pun patut dicurigai" ujar Siang Hu-hoa tiba tiba.
Ko Thian-liok tertegun, dia tidak mengerti apa maksud
perkataan itu. Terdengar Siang Huhoa berkata lebih lanjut:
"Bukankah didalam surat wasiat itu tercantum dengan jelas
bahwa setelah kematian Jui Pak-hay, maka seluruh harta
kekayaan milikinya dibagi rata antara Cu Hiap, Wan Kiampeng
dan Liong Giok-po, bila ke tiga orang itu sudah mati
maka harta kekayaan itu diwariskan kepada anak cucu
432 mereka, bila mereka bertiga tidak memiliki anak cucu maka
seluruh harta kekayaan itu akan diberikan kepadaku?"
"Dalam surat wasiat itu memang Jui Pak-hay berkata
demikian, tapi sampai sekarang Liong Giok-po, Cu Hiap serta
Wan Kiam-peng toch tetap sehat walafiat dan tidak
kekurangan sesuatu apa pun?"
"Darimana kau bisa tahu kalau mereka masih sehat?"
Ko Thian-liok melengak, sesaat kemudian dia baru
menjawab: "Itu hanya dugaanku, aku sendiri memang tidak tahu
secara pasti"
"Bukankah baru malam ini kau mengetahui nama nama
seperti Liong Giok-po, Cu Hiap serta Wan Kiam-peng?"
"Benar, aku hanya mendengar nama mereka bertiga" Ko
Thian-liok mengangguk.
"Oleh sebab itu kau sama sekali tidak yakin apakah sampai
sekarang mereka bertiga tetap sehat wal'afiat atau tidak?"
Mau tidak mau terpaksa Ko Thian-liok harus mengangguk.
Pelan-pelan Siang Huhoa berkata lebih jauh:
"Sekarang aku hanya berharap mereka bertiga tetap aman
sentausa, selamat dan tidak kekurangan sesuatu apa pun,
sebab kalau tidak maka kecurigaan terhadap diriku akan
semakin bertambah besar"
Ko Thian-liok termenung berpikir sebentar, kemudian
katanya: "Ehmm, kalau tadi aku sangat setuju dengan jalan
pemikiran serta analisa dari opas Tu, tapi sekarang,
kelihatannya aku harus mempertimbangkan kembali
keputusanku"
433 "Apakah tayjin curiga kematian Jui Pak-hay ada sangkut
pautnya dengan Liong Giok-po, Cu Hiap serta Wan Kiampeng?"
tanya Tu Siau-thian.
"Kita tidak kuatir ada seribu kasus tapi justru kuatir bila
terjadi hal yang diluar dugaan......"
"Bukankah barang bukti dan saksi yang memperberat
tuduhan atas diri Gi Tiok-kun dan Kwee Bok sudah lebih dari
cukup?" tanya Tu Siau-thian.
"Justru karena lebih dari cukup, aku malah kuatir"
"Aaah, masa ada kejadian yang begitu kebetulan?" seru Tu
Siau-thian kurang sependapat.
"Maka dari itulah aku curiga kalau dibalik kesemuanya ini
terselip hal hal yang diluar dugaan siapa pun"
Nyo Siri yang selama ini hanya membungkam, kini tidak
tahan lagi, mendadak timbrungnya:
"Jadi menurut tayjin apa yang harus kita lakukan sekarang
untuk menyelesaikan kasus ini?"
"Pertama kita harus menemukan Liong Giok-po, Wan Kiampeng
dan Cu Hiap terlebih dulu sebagai pewaris harta
kekayaan itu, kita selidiki mereka apakah tersungkut dengan
pembunuhan atas diri Jui Pak-hay atau tidak, kemudian baru
mengambil keputusan"
"Bukankah dengan demikian kita harus membuang waktu
berhari hari lagi?" seru Nyo Sin tidak sependapat.
Yaaa, apa boleh buat, mau tidak mau terpaksa kita harus
berbuat begitu" ucap Ko Thian-liok sambil menghela napas.
Ia berpaling ke arah Siang Huhoa, lalu tanyanya:
"Saudara Siang tentu kenal dengan mereka bertiga bukan?"
"Kebetulan saja pernah bersua satu kali"
434 "Pernah bertemu dengan mereka bertiga?"
"Yaa, semuanya hanya pernah bersua satu kali"
"Kalau begitu kalian saling tidak kenal?"
Siang Huhoa mengangguk.
"Tidak masalah" kata Ko Thian-liok lagi, "asal saudara Siang
tahu alamat tempat tinggal mereka, itu sudah lebih dari
cukup" "Walaupun alamat mereka yang sejelasnya tidak kuketahui,
namun sebagai orang kenamaan rasanya tidak susah untuk
mencari keterangan dari tetangga sekitarnya"
"Tentang kasus ini, apakah saudara Siang masih
mempunyai pandangan tambahan?"
"Rasanya sudah tidak ada lagi"
"Sekarang apa yang hendak kau lakukan?" kembali Ko
Thian-liok bertanya.
"Tetap tinggal disini hingga seluruh kasus ini terungkap"
"Bagus sekali" seru Ko Thian-liok, setelah manggutmanggut
kembali ujarnya, "aku rasa kasus ini tidak sederhana,
untuk bisa mengungkap seluruh teka teki dibalik kejadian ini,
kami masih membutuhkan bantuan saudara Siang, khususnya
dalam soal kepandaian silat serta kecerdasan"
"Saudara Ko terlalu menyanjung"
Kembali Ko Thian-liok tertawa.
"Kami mempunyai banyak kamar disini, bagaimana kalau
untuk sementara saudara siang tinggal disini saja?"
"Rumah pejabat terlalu ketat penjagaannya, tidak leluasa
untuk keluar masuk, aku rasa lebih baik tinggal di luar saja"
"Lalu saudara siang hendak tinggal dimana?"
"Perkampungan Ki po cay!"
435 "Ooh...?"
"Aku berniat sekali lagi melakukan penyelidikan dan
pemeriksaan dalam perkampungan itu"
"Kau takut masih ada tempat yang kelewatan dalam
pemeriksaan hari ini?"
"Biasanya pemeriksaan yang dilakukan secara tergesa-gesa
akan meninggalkan banyak tempat yang tidak sempat
ditinjau" "Baiklah kalau begitu, bila menemukan sesuatu harap
segera menghubungi kami"
"Tentu saja"
"Bila aku membutuhkan bantuanmu, pasti akan kuutus
orang ke perkampungan Ki po cay untuk mencari dirimu"
"Bila tidak bertemu aku, tinggalkan saja pesan pada Jui Gi"
"Bagaimana kalau aku tinggalkan Yau Kun untuk melayani
kepentinganmu?" sela Tu Siau-thian tiba-tiba.
"Tidak usah"
"Aaah, betul, ide opas Tu memang sangat bagus" seru Ko
Thian-liok pula, "harus ada orang yang melayani keperluan
saudara Siang"
"Soal ini.......?"
"Saudara Siang tidak usah menampik lagi" cepat Tu Siauthian
memotong. Akhirnya Siang Hu-hoa mengiakan, dia memang bukan
lelaki yang suka banyak bicara.


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah hening sesaat, mendadak seperti teringat akan
sesuatu, ia bertanya lagi:
"Bagaimana dengan Kwee Bok dan Gi Tiok-kun" Sekarang
mereka ada dimana?"
436 "Sudah kukirim mereka berdua ke dalam penjara besar"
jawab Nyo Sin cepat.
"Penjara besar?"
"Penjara besar adalah tempat untuk mengurung tawanan
tawanan penting, bukan saja penjagaan sangat ketat bahkan
dijaga oleh jago jago tangguh, malah aku telah tempatkan
tambahan dua penjaga khusus didepan pintu mereka berdua"
"Dua penjaga khusus" Siapa mereka?" tiba-tiba Ko Thianliok
bertanya. "Thio Toa-cui dan Oh Sam-pei!"
"Lagi lagi mereka berdua!" keluh Ko Thian-liok.
"Mereka terhitung lumayan juga" bela Nyo Sin.
"Hebat dalam soal minum arak?" sindir Ko Thian-liok.
"Tapi ilmu golok mereka pun terhitung hebat........" ucap
Nyo Sin tergagap.
"Sayangnya kalau sudah minum arak, tenaga untuk
menggenggam golok pun sudah tidak dimiliki"
"Sudah kuturunkan perintah untuk melarang mereka
minum arak"
"Menurut apa yang kuketahui, kedua orang ini termasuk
orang yang pelupa"
"Tapi kali ini aku percaya mereka pasti akan mengingatnya
terus" "Moga-moga saja begitu" kata Ko Thian-liok, kemudian
setelah gelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya lebih jauh:
"Sekali minum arak, Thio toa-cui pasti akan minum sampai
mabuk, sementara Oh Sam-pei ujian mabuk dalam tiga cawan,
bukan satu dua kali mereka berdua menyusahkan orang dan
bikin urusan berantakan"
437 "Tapi mereka........." Nyo Sin semakin tergagap.
"Aku tahu mereka adalah sahabat karibmu, tapi urusan
dinas tetap dinas urusan pribadi kembali ke pribadi, masa kau
masih belum bisa membedakan mana urusan dinas dan mana
urusan pribadi?"
Tayjin tidak usah kuatir, Gi Tiok-kun dan Kwee Bok sudah
dijebloskan ke dalam penjara besar, biar mereka punya sayap
pun jangan harap bisa kabur dari situ"
"Bagaimana kalau mereka berubah menjadi laron dan
terbang pergi dari sana?" tanya Ko Thian-liok tiba-tiba.
Berubah hebat paras muka Nyo Sin.
Paras muka Siang Hu-hoa dan Tu Siau-thian turut berubah
hebat, ditengah malam buta begini, perkataan Ko Thian-liok
memang mendatangkan perasaan seram yang luar biasa.
Untuk sesaat suasana pun jadi hening, sepi dan tidak
kedengaran suara apapun.
Sampai lama kemudian Tu Siau-thian baru memecahkan
keheningan, katanya:
"Tayjin, apakah kau pun beranggapan bahwa mereka
berdua adalah jelmaan dari siluman laron?"
"Aaai, benar atau bukan, aku sendiripun tidak yakin" sahut
Ko Thian-liok sambil menghela napas panjang.
Siapa yang bisa menjawab secara pasti akan pertanyaan
itu" Kembali Ko Thian-liok menghela napas panjang, katanya
lagi: "Lebih baik kita percaya kemungkinan itu daripada sama
sekali tidak mempercayainya, sebelum semua masalah
terungkap, sementara waktu kita anggap saja mereka berdua
memang jelmaan dari siluman laron"
438 Tu Siau-thian dan Nyo Sin serentidak mengangguk.
Siang Hu-hoa sendiripun tidak memberi pernyataan
apapun. "Maka dari itu sekarang aku mulai agak kuatir" ujar Ko
Thian-liok lagi.
"Apa yang tayjin kuatirkan?"
"Kuatir mereka benar benar berubah jadi laron dan terbang
keluar melalui jendela" sahut Ko Thian-liok sambil bergidik.
Paras muka Tu Siau-thian ikut berubah hebat.
"Maksud tayjin, kau akan menengok ke dalam penjara
sekarang juga?" tanyanya.
"Benar!"
"Aku pun punya maksud begitu" Ko Thian-liok segera
berpaling ke arah Siang Huhoa sambil bertanya:
"Bagaimana pendapat saudara Siang?"
"Tidak ada salahnya kita pergi ke sana.
Bab 23: Terancam bahaya.
Dengan cepat Ko Thian-liok beranjak pergi diikuti Siang Huhoa.
Tentu saja Tu Siau-thian tidak mau ketinggalan, tapi baru
saja dia mengayunkan langkah kakinya, Nyo Sin telah menarik
tangannya. Dengan keheranan Tu Siau-thian berpaling ke arah
komandannya, tampak Nyo Sin memegangi lengan kanannya
tanpa bersuara, mimik mukanya kelihatan sangat aneh.
439 Baru saja dia ingin mengajukan pertanyaan, Nyo Sin telah
menggelengkan kepalanya pertanda dia tidak usah banyak
bertanya. Siang Hu-hoa maupun Ko Thian-liok tidak memiliki
sepasang mata di belakang kepalanya, tentu saja mereka
tidak tahu apa gerangan yang telah terjadi di belakang mereka
berdua. Saat itu seluruh perhatian mereka hanya ingin secepatnya
tiba di penjara besar untuk melihat keadaan, karena itu tidak
ada yang menggubris ulah Nyo Sin berdua.
Menunggu bayangan tubuh mereka berdua sudah lenyap
dari pandangan, Nyo Sin baru tertawa dingin tiada hentinya.
"Komandan........" tidak tahan Tu Siau-thian menegur.
"Hmmm, kuanjurkan kau segera merubah panggilanmu
kepadaku" tukas Nyo Sin sambil mendengus dingin.
"Komandan, apa maksudmu?"
"Kau masih belum mengerti?"
"Tidak, aku tidak mengerti"
"Bukankah selama ini Yau Kun selalu mendampingimu ke
manapun kau pergi?"
"Benar"
"Apakah dia anak buahmu?"
"Benar"
"Lalu siapa yang menjadi atasanmu?"
"Tentu saja dirimu"
"Jadi semestinya kau ikuti perintahku bukan?"
"Benar"
440 "Sebelum mengambil keputusan apapun seharusnya kau
minta persetujuanku lebih dulu bukan?"
"Benar"
"Bagaimana dengan Yau Kun?"
"Tentu saja harus seijinmu"
"Ketika kau mengutus dia untuk menemani Siang Hu-hoa
tadi, apakah sudah minta ijin kepadaku?"
Begitu mengetahui duduknya persoalan, Tu Siau-thian
segera menghela napas panjang, cepat ujarnya:
"Komandan, kau salah paham"
"Salah paham?"
"Maktu itu aku harus menggunakan peluang dengan sebaik
baiknya, karena itu tidak sempat berkonsultasi dulu dengan
komandan" "Jadi kau punya tujuan lain?"
"Benar" kemudian sambil merendahkan suaranya dia
berbisik, "aku sengaja mengirim Yau Kun untuk melayaninya
bukan lantaran ingin membantu Siang Hu-hoa, tapi secara
diam diam mengawasi gerak geriknya"
"Jadi kau mencurigai dia?" seru Nyo Sin tertegun.
"Aku selalu berpendapat bahwa ada sesuatu yang sengaja
dia sembunyikan terhadap kita"
"Tampaknya rasa curigamu jauh lebih besar ketimbang
aku?" "Banyak curiga bukan termasuk sifat yang buruk, apalagi
terlepas bagaimana hasil pengamatan kita nanti, hal ini tidak
akan mendatangkan kerugian apa apa baginya, kalau memang
terbukti tidak ada yang patut dicurigai, dia toch tidak rugi apa
apa" 441 "Ehmmm, tampaknya caramu memang bagus" Nyo Sin
manggut manggut, "kalau begitu apa lagi yang kau tunggu,
ayoh jalan!"
Sembari beranjak dari tempat semula, katanya lagi:
"Kalau kita tidak segera menyusul, tayjin akan mengira kita
telah menjumpai sesuatu kejadian"
"Sekarang aku justru menguatirkan satu hal" kata Tu Siauthian
sambil menyusul di belakang komandannya.
"Soal apa?"
"Keselamatan dari Thio Toa-cui dan Oh Sam-pei"
"Kenapa dengan mereka berdua?"
"Jika Gi Tiok-kun dan Kwee Bok benar benar adalah
jelmaan siluman laron, berarti keselamatan jiwa Thio Toa-cui
dan Oh Sam-pei sedang terancam bahaya maut"
Baru selesai perkataan itu diucapkan, Nyo Sin sedah
mempercepat langkahnya menuju ke arah penjara.
Waktu itu malam sudah larut, tampak rembulan
memancarkan cahayanya yang lembut menembusi kegelapan.
Sewaktu keluar dari ruangan, paras muka Nyo Sin nampak
putih memucat, pucat bagaikan mayat.
Cahaya rembulan menyinari pula penjara besar, sinar yang
putih memucat menembus ke dalam ruang penjara melalui
jendela. Dalam ruang penjara terdapat lentera, dua buah lentera
tergantung masing masing didinding sebelah kiri dan dinding
sebelah kanan. Penjara besar berdinding hitam itu mempunyai dua puluh
buah sel yang terbagi dua, sepuluh buah ruangan sel berada
disisi kiri dan sepuluh ruangan di sisi kanan.
442 Kini, didalam ruang penjara yang begitu luas hanya
terdapat dua orang hukuman, Kwee Bok dan Gi Tiok-kun.
Mereka berdua masing masing dikurung dalam ruang sel
pertama, satu diruang kiri dan satu lagi di ruang kanan.
Dalam ruang penjara terdapat pula sebuah pembaringan
kayu, sebuah meja dan sebuah bangku.
Sementara pembaringan kayu beralaskan seprei yang agak
kusam, sebuah teko air teh dan dua buah cawan diletakkan
diatas meja. Penjara besar memang khusus digunakan untuk
mengurung narapidana kelas berat, tidak heran kalau
pelayanan terhadap mereka pun sedikit lebih istimewa.
Kalau narapidana di penjara biasa, mereka masih punya
kesempatan untuk menghirup udara bebas, berbeda dengan
mereka yang dijebloskan ke dalam penjara besar, biasanya
mereka hanya tersedia satu jalan.
Terhadap narapidana yang bakal dihukum mati, apa
salahnya kalau diberi pelayanan yang lebih istimewa, toch
keadaan seperti ini biasanya tidak akan berlangsung terlalu
lama. Kwee Bok dan Gi Tiok-kun tidak duduk diatas pembaringan,
mereka berdua duduk ditepi meja, sikap maupun wajah
mereka nampak kaku, dungu dan layu.
Mereka pun tidak saling berpandangan muka.
Kwee Bok sedang mengawasi atap penjara, sementara Gi
Tiok-kun menundukkan kepalanya rendah-rendah, entah apa
yang sedang mereka pikirkan.
Sudah cukup lama mereka duduk dalam posisi seperti
ini...... 443 Malam sudah semakin larut, tapi mereka belum juga
bergeming, apakah mereka akan lewatkan malam pertama di
penjara ini dengan duduk mematung"
Lampu lentera digantung di sudut kiri dan kanan pintu
masuk penjara, biarpun merupakan lampu lentera yang cukup
besar, namun sinar yang terpancar keluar tidaklah terlalu
terang. Tentu saja suasana di dalam ruang penjara jauh lebih
gelap, suram dan menyeramkan.
Cahaya lampu tidak pernah bergeser, yang bergeser justru
cahaya yang terpancar dari rembulan di udara.
Cahaya putih kepucat pucatan itu pada akhirnya bergeser
dan menerobos masuk ke dalam ruang penjara, menyinari
tubuh Gi Tiok-kun yang putih mulus.
Seluruh tubuh Gi Tiok-kun seakan telah dilapisi oleh selapis
cahaya putih yang menggidikkan hati.
Cahaya itu membuat tubuh perempuan itu berubah
bagaikan pualam, seakan sama sekali tidak memancarkan
hawa kehidupan.
Diwaktu biasa pun Gi Tiok-kun sudah nampak dingin
membeku, apalagi dalam suasana begini, dia ibaratnya sukma
gentayangan yang baru kabur dari alam baka.
Masih untung wajahnya amat cantik, maka kendatipun hati
kecilnya bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri,
seringkali Thio Toa-cui masih curi curi melirik perempuan itu,
tidak terkecuali Oh Sam-pei.
Disisi pintu masuk penjara besar terdapat pula sebuah meja
dengan beberapa buah bangku.
Diatas meja pun terdapat sebuah poci air teh, tidak ada
guci arak. 444 Ke dua orang itu benar-benar duduk disitu dengan penuh
sopan dan tahu aturan, yang aneh mereka tidak ada rasa
kantuk, pun tidak pernah bicara biar sepatah kata pun.
Dari kejauhan sana terdengar suara kentongan berbunyi
lamat lamat.......
"Aah, sudah kentongan ke dua!" tiba tiba Thio toa-cui
berbisik. "Ehmm!" sahut Oh Sam-pei.
"Siau-Oh, apakah kau sedang memperhatikan perempuan
dari marga Gi itu?" bisik Thio Toa-cui lirih.


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku.........."
Baru sepotong kata meluncur keluar dari mulutnya, Thio
Toa-cui sudah menghardik lagi, tentu saja dengan suara lirih:
"Jangan keras keras, bicaralah perlahan sedikit"
"Baiklah" sahut Oh Sam-pei setengah berbisik, "selama ini
aku memang selalu memperhatikan gerak geriknya"
"Apakah kau tidak menemukan sesuatu yang istimewa
pada dirinya?"
"Tidak, dan kau?"
"Juga tidak" Thio Toa-cui menggeleng.
"Menurut Lo-Nyo, dia adalah jelmaan dari siluman laron,
tapi sudah sekian lama kita perhatikan gerak geriknya, namun
dia tidak menunjukkan gejala yang aneh, jangan jangan Nyo
tua salah menilai?"
"Aku rasa tidak begitu, apakah dia jelmaan siluman atau
bukan, tidak mungkin bisa kita pecahkan hanya mengandalkan
pengetahuan yang kita miliki"
Setelah berhenti sejenak, kembali katanya:
445 "Biarpun dia tidak nampak istimewa, namun dibawah
pancaran sinar rembulan terasa hawa siluman menyelimuti
tubuhnya" "Aku tidak pernah berharap hal itu menjadi sebuah
kenyataan" bisik Oh Sam-pei dengan badan menggigil.
"Oya?"
"Jika dia benar benar jelmaan dari siuman laron, kita bakal
celaka" "Bagaimana mungkin bisa celaka?"
"Kecuali dia tidak muncul dari bentuk aslinya, kalau tidak,
darah kita berdua pasti akan dihisapnya hingga kering"
Thio Toa-cui bersin berulang kali, tidak kuasa hawa bergidik
muncul dari dasar hatinya, biarpun hatinya sudah mulai
menciut namun diluar ia tetap berlagak sok:
"Kenapa mesti takut?" serunya, "bukankah kita membawa
golok tajam"
Tanpa terasa tangannya mulai meraba diatas gagang
goloknya. "Aku dengar bangsa setan atau iblis atau siluman sama
sekali tidak tidakut menghadapi golok atau senjata tajam apa
pun" kata Oh Sam-pei sembari menggeleng.
Kini paras muka Thio Toa-cui sudah berubah jadi hijau
membesi, dia melirik sekejap ke arah perempuan dalam ruang
sel itu, kemudian setelah tertawa paksa katanya:
"Untung kita masih cukup waktu untuk melarikan diri"
Sekali lagi Oh Sam-pei menghela napas panjang.
"Aaai..... tampaknya lagi lagi kau melupakan
satu hal" "Soal apa?"
446 "Untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak diinginkan,
lo-Nyo telah menggembok pintu penjara dari luar"
Paras muka Thio Toa-cui berubah makin memuat, tapi
sejenak kemudian, seakan teringat akan sesuatu, ujarnya lagi:
"Untung diluar sana ada penjaganya"
"Tapi sewaktu penjaga diluar sana berhasil membuka pintu
dan masuk kemari untuk menolong kita, cairan darah dalam
tubuh kita mungkin sudah habis dihisap olehnya" Oh Sam-pei
menarik napas panjang.
Sekarang Thio Toa-cui baru mengerti apa yang dimaksud
rekannya, dengan suara gemetar tegurnya:
"sialan, kau lagi ngoceh apaan?"
"Aku pun berharap apa yang barusan kukatakan bukan
ocehan belaka....."
Sekali lagi Thio Toa-cui bersin berulang kali, untuk kesekian
kalinya dia mencuri lihat Gi Tiok-kun.
Dibawah sinar rembulan hawa siluman yang menyelimuti
tubuh Gi Tiok-kun nampak makin lama semakin menebal,
sekarang perempuan itu kelihatan jauh lebih menyeramkan
lagi, seperti peri yang muncul dari dalam neraka......
Tangan Thio Toa-cui yang menggenggam gagang golok
mulai gemetar keras, bahkan nada suara nya pun ikut
gemetar keras. "Tampaknya dia segera akan tampil pada wujud
aslinya........"
"Apa...... apa kau bilang?" teriak Oh Sam-pei dengan
perasaan tercekat.
Baru saja Thio Toa-cui hendak menjawab, Oh Sam-pei
sudah bertanya lagi:
447 "Dari sudut mana kau melihat kalau dia akan muncul dalam
wujud aslinya?"
"Aku hanya merasa udara disekitar tempat ini makin lama
semakin dingin dan menggigilkan tubuh"
"Tapi apa hubungannya dengan dia?"
"Menurut dongeng yang banyak beredar dalam masyarakat,
konon setiap kali setan iblis akan munculkan diri, angin akan
berhembus makin kencang dan udara akan terasa semakin
dingin" Mau tidak mau Oh Sam-pei manggut manggut juga, maka
bersama Thio Toa-cui mereka awasi terus setiap gerak gerik
Gi Tiok-kun dengan mata terbelalak lebar.
Namun Gi Tiok-kun masih tetap seperti sedia kala, duduk
mematung ditempat tanpa bergerak sedikitpun juga.
Biarpun tidak nampak perubahan, Thio Toa-cui berdua
tidak berani gegabah, dengan perasaan tegang dan serius
mereka awasi terus perempuan itu.
Udara dalam ruang penjara terasa makin dingin membeku,
bulu kuduk ke dua orang itu semakin bergidik......
Bab 24: Banyak curiga
Akhirnya cahaya rembulan bergeser meninggalkan tubuh Gi
Tiok-kun, hawa dingin yang mencekam ruang penjara pun
seolah semakin memudar.
Gi Tiok-kun sama sekali tidak berubah, dia tidak muncul
dalam wujud siluman laron, bahkan dia seolah telah berubah
jadi sesosok boneka kayu yang tidak bernyawa.
Sekarang Thio Toa-cui baru bisa menarik kembali sorot
matanya, berpaling seraya menghembuskan napas lega.
448 Oh Sam-pei yang buka suara lebih dulu, ujarnya:
"Aaah, aku lihat kau hanya dipermainkan oleh perasaanmu
sendiri" "Tapi hingga sekarang aku masih dapat merasakan hawa
dingin yang menusuk tulang" bantah Thio Toa-cui.
"Apa benar?"
Tiba tiba tenggorokan Thio Toa-cui berbunyi keras,
bisiknya: "Alangkah baiknya kalau disini ada sepoci arak!"
"Ooh, rupanya kau hanya pingin minum arak?" serui Oh
Sam-pei sambil tertawa geli.
"Memangnya kau tidak kepingin?"
"Siapa bilang aku tidak pingin?"
"Arak bisa mengusir hawa dingin yang menusuk badan,
dapat pula memperbesar nyali kita"
"Sayang lo-Nyo sudah berjanji duluan, melarang kita
minum arak"
"Sekalipun kita minum secara diam diam, belum tentu dia
bakal tahu"
"Tapi kalau aku yang minum, dia pasti bakal tahu" sahut
Oh Sam-pei sambil menghela napas panjang.
"Tidak ada orang yang suruh kau harus minum sebanyak
tiga cawan, kenapa tidak meneguk dua setengah cawan saja,
dengan begitu tidak bakalan ada yang tahu kau sudah minum
arak atau tidak"
"Ah betul, sebuah cara yang bagus"
"Sayang tidak ada gunanya kalau hanya mempunyai cara
bagus, yang penting punya arak atau tidak"
Kemudian setelah menghela napas, tambahnya:
449 "Ketika Nyo tua datang aiencari kita, dia tidak pernah
menggeledah srku kita berdua, ebetulnya bisa saja kusei
unyikan berapi gui i ..v rak didalam sakuku"
"Dan sudah kau lakukan?" tanya Oh Sam-pei penuh harap.
"Tidak, pertama karena terdesak waktu, ke dua Nyo tua
sudah berbicara duluan, aku kuatir dia baru mau melepask
kita masuk setelah menggeledah saku saku kita"
"Padahal seharusnya kau selundupkan berapa guci didalam
sakumu, paling tidak kita beradu nasib"
"Kau hanya pandainya bicara....."
"Bukan hanya pandai bicara......" sahut Oh
Sam-pei sambil tertawa secara tiba tiba, tertawa yang
sangat aneh. Seakan teringat sesuatu Thio Toa-cui segera melompat
bangun, kemudian bisiknya:
"Jadi kau telah selundupkan berapa guci arak didalam
sakumu?" Belum selesai dia berkata, diatas meja tepat dihadapannya
telah bertambah dengan dua buah botol arak.
Ternyata dari balik baju dinasnya yang lebar dia
mengeluarkan lagi botol arak yang ke tiga, bahkan isi arak
botol ke tiga adalah arak bagus.
Berbinar sepasang mata Thio Toa-cui, saking gembiranya
sampai mulut pun ikut terbuka lebar.
Dia sambar botol arak dimeja lalu serunya sambil tertawa
terkekeh: "Bocah monyet, tidak nyana kau memang hebat"
"Ssst... jangan keras keras, kalau sampai Nyo tua kebetulan
lewat, dia bisa masuk kemari dan merampas arak kita..."
450 "Tidak usah kuatir, saat ini paling Nyo tua :". udah tidur
pulas" "Kecilkan suaramu, coba lihat, mereka berdua sampai
dibuat kaget oleh suara tertawamu"
Diam-diam Thio Toa-cui melirik, sinar matanya segera
berpapasan dengan sorot mata dingin Gi Tiok-kun.
Waktu itu Gi Tiok-kun sedang mengawasinya dengan sorot
mata yang dingin, ketika perempuan itu melihat Thio Toa-cui
berpaling, dia kembali tundukkan kepalanya.
Meski begitu tidak urung bergidik juga hati Thio Toa-cui
dibuatnya, cepat dia berbisik:
"Tidak usah kita gubris mereka, ayoh minum, minum......"
Sementara itu Oh Sam-pei telah membuka penutup botol,
bau harum arak segera menyebar ke seluruh ruangan.
"Arak bagus" puji Thio Toa-cui sambil menarik napas
panjang, dia merasa semangatnya berkobar kembali, "cukup
mengendus bau nya aku sudah tahu kalau arakmu arak
pilihan, tahu begini mestinya kau membawa lebih banyak lagi"
Oh Sam-pei tidak menjawab, dengan lahapnya dia
meneguk isi botol hingga ludes dalam berapa kali tegukan.
Dengan perasaan terkejut Thio Toa-cui mengawasi
rekannya itu. Tegurnya:
"Kalau kau teguk arakmu dengan cara begitu, tidak sampai
sesaat lagi, seluruh arak bakal kau lalap sampai habis"
"Siapa bilang aku tidak bisa minum lagi?" sahut Oh Sam-pei
cepat. Thio Toa-cui tidak mampu melanjutkan perkataannya lagi,
sebab tahu tahu diatas meja telah bertambah lagi dengan dua
botol arak. 451 Tanpa membuang waktu lagi Thio Toa-cui menyambar
sebotol diantaranya dan membuka penutup botol dengan
gigitan. "Ciiit....!" begitu penutup botol terbuka, bau arak segera
muncul dari balik botol itu menembusi lubang hidungnya.
Tentu saja Thio Toa-cui tidak menyia-nyiakan kesempatan
ini, dia segera mengendusnya dalam dalam, mendadak......
seluruh otot dan kulit wajahnya mengejang keras.
Ternyata bau arak yang terendus olehnya bukan berbau
harum, tapi bau busuk yang sangat memuakkan, bau busuk
yang tidak terlukiskan dengan kata.
Seolah baru saja tercebur ke dalam kubangan berisi
kotoran manusia, Thio Toa-cui tidak sanggup mengendalikan
diri lagi, akhirnya dia muntah, mengeluarkan seluruh isi
perutnya. Dengan wajah keheranan Oh Sam-pei mengawasi
rekannya, mimik mukanya nampak sangat aneh.
"Arak macam apa yang kau simpan dalam botol itu?" seru
Thio Toa-cui sambil muntah terus.
"Tentu saja arak harum"
"Omong kosong!" umpat Thio Toa-cui gusar.
"Siapa bilang aku omong kosong?"
"Memangnya kau tidak mengendus bau busuk yang amat
menusuk hidung?"
"Bau busuk" Siapa bilang bau busuk" Aku hanya
mengendus bau harumnya arak......"
"Kau benar benar tidak merasa kalau botol arak itu agak
aneh?" "Aneh" Menurut kau dimana letak keanehannya?"
452 "Isi botol itu bukan arak......."
"Kalau bukan arak, apa isi botol itu?"
"Entahlah, tapi coba kau endus sendiri baunya, kelewat
busuk dan amat memuakkan"
Dengan perasaan keheranan Oh Sam-pei mengambil botol
arak itu dari tangan Thio Toa-cui, kemudian mengendusnya
sebentar. Dia tidak mual apalagi muntah, malah tanyanya keheranan:
"Kau anggap isi botol ini bukan arak?"
"Kalau arak masa begitu busuk baunya?"
Oh Sam-pei semakin tercengang, sambil mengawasi wajah
rekannya dengan pandangan heran katanya:
"Jangan jangan hidungmu yang tidak beres?"
"Jadi kau tidak mengendus bau busuk?" Thio Toa-cui agak
tertegun. "Bau busuk" Sudah jelas bau nya adalah bau harumnya
arak" "Kau bukan sedang bergurau bukan?" paras muka Thio
Toa-cui berubah semakin aneh.
"Bergurau" Siapa yang sedang bergurau?"
"Kalau isi botol ini arak, kenapa begitu busuk baunya?" seru
Thio Toa-cui, sekali lagi dia mengambil botol arak itu dan


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuka penutupnya.
Lagi lagi bau busuk yang membuat perut jadi mual
menyebar keluar dari dalam botol arak itu.
Untung kali ini Thio Toa-cui sudah membuat persiapan
sehingga bau busuk itu tidak langsung menembusi lubang
hidungnya. 453 "Bagaimana sih kau ini" Jelas jelas baunya sangat
memuakkan....."
"Jadi kau benar benar merasakan bau busuk?" bukan
menjawab Oh Sam-pei malah balik bertanya.
"Memangnya tidak kau lihat, cairan pahit pun sudah ikut
tertumpah keluar, jadi kau anggap aku sedang berpura pura?"
Oh Sam-pei manggut manggut, mendadak dia
mengucapkan perkataan yang sangat aneh:
"Ternyata perasaan setiap manusia memang berbeda
beda........"
"Apa maksud perkataanmu itu?" tegur Thio Toa-cui gusar.
Oh Sam-pei kembali tidak menjawab, gumamnya:
"Sekarang aku sudah tahu bagaimana perasaanmu saat ini"
Thio Toa-cui tidak habis mengerti.
Kembali Oh Sam-pei berkata:
"Aku sama sekali tidak bergurau, pun tidak membohongi
dirimu, dalam pandangan kami, isi botol itu benar benar
adalah arak"
"Kami" Kami adalah........" dengan tercengang
Thio Toa-cui menyela.
"Yang aku rasakan arak itu adalah arak harum, arak yang
sangat wangi dan lezat"
"Yang kau maksudkan adalah arak dalam botol pertama?"
"Ke tiga tiganya sama saja"
"Tapi aku hanya mengendus bau harumnya arak dari botol
yang berada ditanganmu"
"Tentu saja, karena botol tersebut selalu berada dalam
genggamanku dan tidak pernah melalui tanganmu"
454 "Tapi apa pengaruhnya?"
"Besar sekali pengaruhnya, begitu arak tersebut melalui
sentuhan tanganmu maka isi botol akan segera berubah
kwalitasnya"
"Sebetulnya arak yang kau bawa adalah arak aneh dari
mana?" "Sebetul nya bukan arak aneh, arak itu hanya arak laron!"
"Apa kau bilang?" seru Thio Toa-cui kaget.
"Arak laron!"
"Aku belum pernah mendengar nama arak seaneh ini"
"Memang tidak banyak yang mendengar dan
mengetahuinya"
"Arak yang sudah melalui sentuhan tanganku akan
berubah" Memangnya tanganku memiliki kekuatan yang
hebat" Oh Sam-pei menggeleng.
"Lalu apa sebabnya?"
"Karena sepasang tanganmu adalah tangan dari manusia"
"Memangnya tanganmu bukan tangan manusia?" Thio Toacui
semakin tercengang.
Kembali Oh Sam-pei mengangguk.
"Jadi maksudmu kau bukan termasuk manusia?" sekali lagi
Thio Toa-cui tertegun.
Kembali Oh Sam-pei mengangguk membenarkan.
"Hey, otakmu memangnya sudah tidak beres" Atau mulai
kurang waras?"
"Sama sekali tidak"
455 Hingga kini Thio Toa-cui masih menganggap Oh Sam-pei
sedang mengajak dirinya bergurau, tanpa terasa dia
perhatikan rekannya itu berulang kali.
Tidak ada yang aneh dengan Oh Sam-pei, tapi ketika dia
perhatikan beberapa kejap lagi, entah mengapa tiba-tiba
muncul segulung hawa dingin dari dalam lubuk hatinya.
Setelah bersin berulang kali dengan nada menyelidik ia
bertanya: "Kalau bukan manusia, memangnya kau siluman?"
Kembali Oh Sam-pei tertawa, pada hakekatnya tertawanya
kali ini sama sekali tidak mirip dengan tertawa seorang
manusia. Bab 25: Laron diujung golok
Thio Toa-cui sudah sepuluh tahun kenal dengan Oh Sampei,
tapi baru pertama kali ini dia menyaksikan senyuman
seaneh hari ini.
Senyuman tersebut sudah tidak mungkin dilukiskan dengan
kata menyeramkan lagi. Begitu ia mulai tertawa maka Oh
Sam-pei sudah tidak mirip lagi dengan Oh Sam-pei.
Pada hakekatnya dia seakan telah berubah jadi seorang
manusia yang lain! Sewaktu tertawa, nyaris seluruh
permukaan wajahnya ikut bergetar keras, wajah itu mirip
dengan ubur-ubur, bergoyang dan berubah tiada hentinya.
Paras muka Thio Toa-cui berubah semakin pucat, sambil
mengawasi Oh Sam-pei dengan mata terbelalak serunya
penuh kengerian:
"Se....sebenarnya siapakah kau?"
456 "Laron!" suara jawaban Oh Sam-pei kedengaran sangat
aneh, sama sekali tidak mirip suara manusia.
"Jadi kau juga jelmaan dari siluman laron?" suara Thio Toacui
semakin gemetar.
"Benar!"
Nada suaranya dari rendah dan berat mendadak berubah
jadi tinggi melengking dan tajam, begitu tajam seolah ada
gurdi baja yang sedang mengebor kendang telinga Thio Toacui.
Kulit wajahnya mulai mengelupas dan rontok, seperti
tepung yang mulai mengering, mengelupas selembar demi
selembar dan rontok ke tanah.
Ketika seluruh kulit wajahnya telah mengelupas habis,
akankah muncul selembar wajah dari siluman laron"
Bagaimana bentuk wajah siluman laron"
Sebetulnya rasa ingin tahu Thio Toa-cui amat besar, dia
pingin sekali mengetahui, tapi sayang dia tidak mampu
memperhatikan lagi.
Baginya, melarikan diri jauh lebih penting daripada
mengobati perasaan ingin tahunya, dia kuatir bila tidak segera
kabur, besar kemungkinan siluman laron itu akan menggigit
tengkuknya dan menghisap darahnya.
Dia mulai mundur terus ke belakang, sedang Oh Sam-pei
selangkah demi selangkah mendesak maju terus ke depan.
Tiba tiba Thio Toa-cui seperti teringat akan satu hal,
teriaknya keras:
"Benarkah kau adalah Oh Sam-pei?"
"Oh Sam-pei adalah sahabat karibmu, dia adalah seorang
manusia" "Jadi kau bukan........." seru Thio Toa-cui gelisah.
457 "Tentu saja bukan laron, kalau tidak sudah sejak tadi
kuhisap darahmu....."
"Ke mana perginya Oh Sam-pei?"
"Pergi ke tempat dimana mau tidak mau kau harus pergi!"
"Kemana?"
"Neraka.......orang semacam dia memang paling pantas
menjadi penghuni neraka, begitu juga dengan kau!"
"Bagai.......bagaimana mungkin dia bisa mati?"
"Heheheh..... darahnya telah kuhisap sampai mengering!"
Thio Toa-cui nyaris jatuh pingsan saking takutnya, dengan
wajah pucat pias melebihi mayat selangkah demi selangkah
dia mundur terus hingga akhirnya punggungnya menempel
diatas dinding penjara.
Kembali Oh Sam-pei tertawa seram:
"Sekarang kau bisa kabur ke mana lagi?" jengeknya, dia
meletakkan botol araknya ke atas meja kemudian mendesak
maju satu langkah lagi.
Kini Thio Toa-cui sudah tidak sanggup mundur lagi, paras
mukanya pun sudah tidak mampu berubah, begitu melihat Oh
Sam-pei masih mendesak maju ke depan, seketika itu juga dia
mendongakkan kepalanya seperti ayam j.igo yang siap tempur
dan mulai pasang kuda kuda.
Sekarang dia baru mulai teringat, bukankah ililuar pintu
penjara terdapat penjaga yang
sedang meronda" Mengapa dia tidak berteriak untuk minta
tolong" Dia mulai menbuka mulut dan berteriak minta tolong, tapi
begitu mulut dibuka, tiba tiba dia jumpai dirinya seolah
berubah menjadi orang bisu, entah sejak kapan dia sudah
458 tidak mampu bersuara, biar sudah berusaha untuk berteriak
keras keras pun tidak sepotong suara yang muncul.
Sekarang dia baru benar benar gugup bercampur panik..
Sementara itu Oh Sam-pei sudah mendesak maju lagi dua
langkah, kulit mukanya yang mengelupas semakin bertambah
banyak. Kini raut mukanya sudah berubah jadi begitu
menyeramkan, begitu mengerikan dan memuakkan hati....
Thio Toa-cui benar benar pecah nyali, rasa takut yang luar
biasa menimbulkan keinginannya untuk bertindak nekad.
"Aku akan beradu jiwa denganmu!" dalam hati dia menjerit,
botol arak yang berada dalam genggamannya langsung
dilemparkan ke arah kepala lawan.
Timpukan itu sama sekali tidak mengenai Oh Sam-pei,
diapun tidak berusaha untuk berkelit, tangannya begitu
diangkat, tahu tahu botol arak itu sudah jatuh ke tangannya.
Biarpun botol itu penuh berisi arak, ternyata lemparan itu
tidak menyebabkan arak dalam botol tertumpah keluar,
jangan lagi tumpah, menetes satu tetesan pun tidak.
Memangnya dia sedang bermain sulap" Atau dia memang
benar benar siluman iblis"
Sambil membentak nyaring Thio Toa-cui mencabut keluar
goloknya, cahaya senjata memancar ke empat penjuru dan
amat menyilaukan mata, sebilah golok yang sangat tajam!
Namun Oh Sam-pei seakan tidak melihat akan ancaman
tersebut, selangkah demi selangkah dia masih maju terus.
Kalau pada mulanya Thio Toa-cui hanya menggertidak
maka melihat Oh Sam-pei tidak berhenti malah semakin
mendekat, akhirnya sambil membentak nyaring dia ayunkan
goloknya melepaskan sebuah bacokan.
459 Dari tenggorokannya sudah tidak mampu mengeluarkan
suara lagi, jelas tenaga dan kemampuannya sudah melemah
beberapa bagian.
Walau begitu, bacokan golok nya itu telah dilancarkan
dengan menggunakan segenap kekuatan yang dimilikinya.
Sekarang dia sudah mulai beradu jiwa, mau tidak mau
harus beradu jiwa!
Dengan menggunakan botol arak yang berada dalam
genggamannya Oh Sam-pei menangkis datangnya bacokan
golok itu, "Traaang!" botol itu seketika terbelah menjadi dua
bagian. Kembali cahaya golok berkelebat lewat, arak yang
berwarna merah darah dengan membawa bau busuk yang
sangat kuat dan menyengat seketika berhamburan ke empat
penjuru, persis seperti hujan darah.....
Sebenarnya cairan merah itu darah laron atau arak laron"
Ketika menyembur diatas wajah Thio Toa-cui segera
mendatangkan bau busuk yang merasuk hingga ke tulang
sumsum, tapi kali ini dia malah tidak muntah.
Saat ini dia seolah sudah lupa untuk muntah karena dalam
detik yang amat singkat Oh Sam-pei kembali melambung ke
udara sambil merangsek ke depan.
Waktu itu pandangan mata Thio Toa-cui sudah dibikin
kabur karena tersembur cairan arak laron, bukan hanya
mukanya yang dibuat basah kuyup, bahkan sepasang matanya
pun sudah terasa amat pedas.
Rasa sakit yang luar biasa dimatanya membuat dia tidak
mampu untuk membuka matanya, tapi saat ini tidak mungkin
baginya untuk pejamkan mata, dengan memaksakan diri dia
coba mementangkan matanya lebar lebar.
Mati atau hidup segera akan ditentukan dalam detik ini,
tentu saja dia tidak bisa pejamkan mata, ketika matanya
460 terpentang lebar, yang tampak hanya selapis cahaya merah
darah. Tiba tiba dia menjumpai tubuh Oh Sam-pei berada ditengah
lapisan merah darah itu, sambil memperdengarkan suara
dengungan yang keras sedang menerkam ke hadapannya.
Dia menjerit keras, goloknya segera dibacokkan berulang
kali. Percikan darah segar berhamburan ke empat penjuru,
membuat lapisan merah itu nampak lebih merah lagi,
sekarang, seluruh angkasa seakan sudah terlapis semua oleh
merahnya darah, darah segar........!
Kentongan ke tiga, ketika Siang Hu-hoa, Ko Thian-liok, Tu
Siau-thian dan Nyo Sin berempat tiba didepan penjara besar,
waktu sudah menunjukkan kentongan ke tiga.
Cahaya obor masih membara dengan hebatnya di depan
pintu penjara, lidah api yang menari nari ditengah hembusan
angin malam memperdengarkan suara desahan yang keras,
terutama ditengah keheningan malam, suara itu kedengaran
jauh lebih nyaring.
Pintu gerbang berwarna hitam, sebuah pintu besi yang
ditempa dari baja murni dan ditaburi beratus buah paku
tembaga, ketika tertimpa cahaya api paku paku itu segera
memantulkan cahaya dingin yang menyeramkan.
Diatas pintu baja utama terdapat sebuah ukiran kepala
harimau, ukiran itupun memancarkan cahaya berkilauan.
Hawa pembunuhan yang tebal menyelimuti sekeliling
tempat itu. Tidak nampak ada penjaga yang meronda disitu, tidak ada
didepan pintu gerbang, tidak ada pula diseputar penjara.
461 Ke sembilan orang penjara sedang berkumpul diatas undak
undakan batu didepan pintu samping, lima orang berdiri,
empat orang duduk.
Yang berdiri memegang tombak panjang, tubuhnya tetap


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiri kaku bagaikan senjatanya, sementara yang duduk
sudah lama terlelap tidur, kepalanya tertunduk dan suara
dengkuran menghiasi bibir.
Ketika Siang Hu-hoa datang menghampiri, empat penjaga
yang terduduk sama sekali tidak menunjukkan reaksi,
sementara lima orang yang berdiri pun seolah tidak melihat
kedatangan rombongan itu.
Mungkinkah mereka semua sudah terlelap tidur"
Dengan perasaan mendongkol Nyo Sin segera bergumam:
"Apa apaan mereka ini" Sedang menjaga penjara besar
atau pindah tempat tidur?"
"Apakah biasanya mereka pun bersikap begini?" tiba tiba
Ko Thian-liok bertanya.
Nyo Sin segera menggeleng.
"Kalau mereka mempunyai watak seperti ini, sudah sejak
dulu aku suruh mereka pensiun"
"Kalau begitu aneh sekali"
"Aku lihat sudah terjadi sesuatu disini!" sela Siang Hu-hoa
mendadak. Ko Thian-liok merasakan hal yang sama, maka mereka
berempat pun segera mempercepat langkah kakinya.
Begitu tiba didepan pintu gerbang, mereka baru menjumpai
bahwa ke lima orang penjaga yang berdiri itu sedang
memejamkan matanya, dari sikap mereka nampak jelas kalau
orang orang itu sudah terlelap tidur.
462 Cara mereka berdiri sama sekali tidak wajar, namun mimik
mukanya nampak wajar sekali dan kelihatan sangat aneh, dua
orang diantara mereka kelihatan seakan sedang bercakap
cakap sementara ke tiga orang lainnya seakan sedang
memperhatikan pembicaraan rekannya.
Begitu menyaksikan keadaan tersebut, paras muka Tu Siauthian
seketika berubah hebat, sambil menghentakkan kakinya
dia berseru: "Aduh celaka!"
Dia memburu ke atas undak undakan dan baru saja
mendekati tubuh salah seorang penjaganya, tiba tiba
terdengar Nyo Sin sedang berteriak sambil bertepuk tangan:
"Ayoh bangun, semuanya bangun!"
Suara teriakannya memang keras dan berat, apalagi dia
menjerit sekuat tenaga, jangan lagi manusia hidup. Orang
mati yang sudah berbaring dalam peti mati pun akan
melompat bangun setelah mendengar teriakannya itu.
Ke sembilan orang pengawal itu bukan orang mati, mereka
hanya terlelap tidur saja, tidak heran kalau orang orang itu
seketika tersadar kembali begitu mendengar teriakan Nyo Sin.
Begitu membuka mata dan melihat semua pejabat tinggi
pengadilan telah hadir dihadapan mereka, beberapa orang
pengawal itu jadi lemas kakinya, tanpa disuruh pun serentak
mereka sudah jatuhkan diri berlutut.
Ko Thian-liok tidak bicara apa apa, sebaliknya Nyo Sin
dengan suara yang nyaring telah mengumpat:
"Bagus, rupanya kalian semua telah tertidur....."
Sembilan orang pengawal itu saling bertukar pandangan
tanpa menjawab, agaknya mereka sendiripun tidak tahu kalau
mereka baru saja terlelap tidur.
463 Melihat sikap serta mimik muka kawanan pengawal itu, Ko
Thian-liok segera memberi landa mencegah Nyo Sin bicara
lebih jauh, dia maju mendekat lalu menegur:
"Apakah kalian tidak tahu kalau kalian semua sudah
tertidur?"
Sembilan orang pengawal itu saling I H-rpandangan
sekejap, lalu menggeleng.
"Siapa komandan kalian?"
"Hamba Khoe Sun"
"Apakah kau pun tidak mengetahui apa yang telah terjadi?"
"Hamba memang bersalah" sahut Khoe Sun dengan kepala
tertunduk. "Kau belum menjawab pertanyaanku" tukas Ko Thian-liok
sambil tertawa.
"Hamba benar benar tidak tahu apa yang telah terjadi
disini, hamba bahkan tidak tahu apa yang terjadi hingga bisa
tertidur diatas undak undakan"
"Tadi kalian ada di mana?"
"Hamba sedang membawa empat orang anak buahku
berpatroli mengelilingi tembok pagar penjara......"
"Apakah kau menjumpai orang yang mencurigakan?"
"Seorang pun tidak ada"
"Oya?""
"Apakah kalian sendiri juga tidak mengalami kejadian
kejadian yang aneh?" tiba tiba Siang Hu-hoa menimbrung.
Khoe Sun melirik Siang Hu-hoa sekejap, meskipun dia
merasa orang ini asing baginya, tapi lantaran jalan bersama
Ko Thian-liok, Tu Siau-thian serta Nyo Sin, maka setelah ragu
sesaat jawabnya:
464 "Sebenarnya aneh sekali, ada satu kejadian memang
sangat aneh"
"Cepat katakan!" desak Ko Thian-liok.
"Entah apa penyebabnya setelah lewat kentongan pertama
tadi, hamba bersembilan merasa luar biasa lelahnya hingga
menguap berulang kali, bukan saja merasa kantuk yang luar
biasa bahkan sepasang mata pun rasanya susah dibuka"
"Kemudian apa yang terjadi?"
"Entah sejak kapan empat orang yang bertugas menjaga
pintu gerbang sudah tertidur duluan, menyusul kemudian ke
empat orang yang ikut hamba berpatroli pun ikut
menyandarkan diri ke dinding penjara dan tertidur, hamba
adalah orang terakhir yang terlelap tidur, tapi sebelum aku
memejamkan mata, sempat hamba lihat bahwa semua orang
sudah tertidur nyenyak lebih dahulu"
"Waktu itu apakah kau menjumpai sesuatu yang aneh
disekeliling penjara?" kembali Siang Hu-hoa bertanya.
"Waktu itu aku sama sekali tidak sempat memperhatikan
sekeliling tempat itu, yang kupikirkan hanya ingin tidur
secepatnya"
"Bagaimana dengan ke empat orang yang ikut berpatroli
denganmu?"
Sebelum Khoe Sun menjawab, empat orang pengawal yang
berada di belakangnya telah maju ke depan.
"Ooh, jadi kalian berempat?" tanya Ko Thian-liok sambil
menyapu wajah mereka sekejap.
"Benar!" sahut ke empat orang pengawal itu sambil
serentak menjatuhkan diri berlutut
"Ayoh cepat bangun dan menjawab pertanyaan kami" seru
Ko Thian-liok lagi sambil mengulapkan tangannya.
465 Khoe Sun bersama delapan orang pengawal itu menyahut
dan serentak bangkit berdiri sambil menunggu pertanyaan.
Setelah memandang sekali lagi wajah ke empat orang
pengawal yang berdiri berjajar didepan, tanya Ko Thian-liok:
"Waktu itu apa yang kalian temukan?"
Serentak ke empat orang pengawal itu menggeleng.
"Waktu itu keadaan hamba persis sama seperti apa yang
dialami komandan Khoe"
"Kalau begitu menyingkirlah ke samping" seru Ko Thian-liok
sambil mengulapkan tangannya.
Ke empat orang pengawal itu menyahut dan segera
menyingkir ke samping.
Sekarang Ko Thian-liok mengalihkan sorot matanya ke
wajah ke empat orang penjaga pintu gerbang, tegurnya:
"Jadi kalian berempat yang menjaga di depan pintu
gerbang?" "Benar!"
"Apa yang kalian saksikan?"
"Sama seperti mereka"
Sembilan orang penjaga mengalami kejadian yang persis
sama satu dengan lainnya, jelas kejadian ini kelewat kebetulan
dan kelewat aneh.
Perasaan bingung bercampur sangsi segera menghiasi
wajah Ko Thian-liok.
Siang Hu-hoa hanya terpekur tanpa bicara, sedang Tu Siauthian
berdiri dengan sepasang alis berkerut.
Tampaknya mereka bertiga sama-sama merasa pusing
kepala, untuk sesaat mereka tidak tahu bagaimana harus
menjelaskan tentang peristiwa ini.
466 Hanya Nyo Sin seorang yang terkecuali, dengan wajah
berubah hebat teriaknya keras keras:
"Hey, Apakah kalian semua sudah kesurupan setan
gentayangan?"
Siang Hu-hoa bertiga tidak menjawab tapi mereka pun
tidak menyangkal.
Apa pun yang dibicarakan Nyo Sin saat ini, mereka hanya
menampungnya sementara waktu tanpa memberi tanggapan.
Khoe sun dan ke delapan orang anak buahnya hanya
berdiri termangu mangut tanpa mengerti apa yang harus
dilakukan, entah hal ini lantaran perkataan dari Nyo Sin
ataukah secara tiba tiba mereka pun merasakan suasana yang
luar biasa anehnya disekeliling tempat itu.
Lidah api yang berkobar dari obor besar masih menari nari
terhembus angin, menggoyangkan pula bayangan tubuh
setiap orang yang membias ditanah.
Paling tidak ada setengah dari orang orang itu mulai
mencuri lihat disekitar dirinya..... memeriksa apakah ada setan
yang muncul d i samping mereka.
Ko Thian-liok berpikir sejenak, mendadak ujarnya:
"Bagaimana pun juga, sekarang kita harus segera masuk ke
dalam dan memeriksa keadaan disitu"
Serentak Siang Hu-hoa, Tu Siau-thian dan Nyo Sin
mengangguk tanda setuju.
"Pengawal, buka pintu!" perintah Ko Thian-liok kemudian.
Kunci gembokan pintu gerbang penjara i?iKantung
dipinggang Nyo Sin, cepat komandan opas ini maju ke depan
dan menggunakan tiga macam anak kunci yang berbeda
untuk membuka pintu besi itu.
467 Setiap anak kunci mempunyai bentuk dan ukuran yang
berbeda, semuanya mempunyai urutan yang pasti, bila salah
urutan maka buka saja pintu gerbang itu sulit dibuka bahkan
akan membunyikan sebuah lonceng besar yang dipasang
secara rahasia, semacam bunyi alarm yang akan memancing
hadirnya semua pengawal disekeliling tempat itu.
Penjara besar berada dibagian tengah kompleks
pengadilan, bila orang luar ingin masuk ke tempat itu maka
paling tidak dia harus melalui tiga lapis dinding tinggi yang
dijaga ketat oleh pengawal di empat penjuru.
Tidak mudah bagi siapa pun untuk menembusi penjagaan
dan pertahanan semacam ini, maka sewaktu menjumpai pintu
gerbang tidak ada yang aneh, Nyo Sin nyaris merasakan
hatinya sangat lega.
Tapi begitu pintu gerbang terbuka lebar, perasaan hatinya
yang baru saja merasa lega jadi berdebar kembali, bukan
cuma jantungnya yang dag dig dug, paras muka pun ikut
berubah sangat hebat.
Begitu pintu gerbang terpentang lebar, segulung bau busuk
yang amat memuakkan segera berhembus keluar dari balik
penjara, bau busuk semacam ini sudah tidak terlampau asing
lagi baginya. Ketika pertama kali menemukan mayat Jui Pak-hay, ketika
memasuki ruangan khusus yang digunakan untuk memelihara
Laron Penghisap darah di rumah penginapan Hun-lay, dia
sudah pernah mengendus bau busuk semacam ini.
Karena sedemikian busuknya bau itu, hingga kini masih
berkesan mendalam dihatinya!
0-0-0 468 Paras muka Siang Hu-hoa maupun Tu Siau-thian ikut
berubah hebat, mereka pun belum melupakan bau busuk
semacam itu. Dengan satu gerakan cepat Siang Hu-hoa melambung satu
kaki ke udara kemudian melayang turun didepan pintu
gerbang, tangan kanannya segera mencengkeram bahu Nyo
Sin dan menarik tubuhnya ke samping.
Dia kuatir setelah munculnya bau busuk itu, mungkin akan
disusul dengan munculnya sekelompok besar Laron Penghisap
darah Dia menghadang didepan Nyo Sin, tangannya yang lain
telah meraba gagang pedang dan setiap saat siap
melancarkan serangan.
Pada saat yang bersamaan Tu Siau-thian menghardik pula:
"Kho Sun, cepat bawa anak buahmu melindungi
keselamatan tayjin!"
Selesai menghardik, dia ikut melayang ke sisi lain dari pintu
gerbang. Khoe Sun tidak berani berayal, dia mengiakan sambil maju
menghadang didepan Ko Thian-liok sementara ke delapan
anak buahnya segera mengelilingi diseputarnya.
Melihat itu Ko Thian-liok merentangkan sepasang
tangannya minta mereka semua untuk menyingkir ke
samping, kemudian dia meraba ke pinggang sendiri.
Sebilah pedang yang antik dan indah tersoren
dipinggangnya itu.
Wajahnya sama sekali tidak menampilkan perubahan apa
pun, bila ditinjau dari cara dan sikapnya memegang pedang,
siapa pun dapat melihat bahwa orang ini pernah belajar silat
dan memiliki kepandaian yang cukup tangguh.
469 Walaupun wajahnya tidak nampak kusut namun hidungnya
sudah mulai berkerut. Siapa pun itu orangnya, pasti tidak akan
tahan bisa mengendus bau busuk seperti ini.
Angin malam berhembus kencang, lambat laun bau busuk
yang menyengat itu mulai menipis sebelum akhirnya
memudar. Cahaya lentera yang menerangi ruang penjara sangat
redup, suasana pun sangat hening dan sepi.
Setelah munculnya bau busuk sama sekali tidak nampak
munculnya Laron Penghisap darah, jangan lagi satu kelompok,
seekor pun tidak nampak.


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siang Hu-hoa telah melepaskan cengkeramannya atas bahu
Nyo Sin, namun pembesar itu masih tetap berdiri tidak
bergerak, dia belum melakukan tindakan apapun, nampaknya
pengalaman yang berulang kali membuat dia bersikap lebih
cerdik. Dia tahu, kemungkinan besar didalam ruang penjara telah
menunggu sekelompok besar Laron Penghisap darah,
sehingga bila ada yang menerjang masuk maka kawanan
makhluk itu akan menyerang bersama. Dia tidak ingin
kehilangan muka didepan orang banyak.
Berbeda dengan Tu Siau-thian, dia seakan tidak perduli
akan hal tersebut, kini dia sudah melakukan aksinya.
Sesungguhnya Siang Hu-hoa sudah bertindak duluan,
biarpun pedangnya belum diloloskan dari sarungnya, dia
sudah menerjang maju dengan tangan masih menempel pada
gagang senjatanya.
Asal ada sesuatu yang tidak beres, maka secepat kilat dia
akan mencabut keluar pedangnya sambil melancarkan
serangan. 470 Tu Siau-thian tidak memiliki kepandaian sehebat Siang Huhoa,
dia sadar akan hal itu, maka sebelum melangkah maju
goloknya telah diloloskan lebih dulu.
Kemudian mereka berdua melangkah masuk ke balik pintu
dan menerjang ke dalam ruang penjara.
0-0-0 Bau busuk di ruangan penjara masih amat lebal dan
menusuk hidung, tidak ada Laron Penghisap darah disitu tapi
didekat pintu, diatas permukaan lantai tampak segumpal
cairan darah l.aron.
Cairan darah itu membiarkan sinar merah ketika tertimpa
sinar lampu lentera, anehnya cairan darah tersebut tidak
membeku. Dari atas genangan cairan darah itulah bau busuk
tersebut berasal.
Seorang lelaki berbaju opas dengan sebilah golok masih
tergenggam ditangannya roboh terkapar diatas genangan
darah itu, wajahnya menghadap ke atas dan penuh
berlumuran darah. Dia mempunyai sebuah mulut yang sangat
besar. Siang Hu-hoa segera menghentikan langkah kakinya
didepan genangan darah, tanyanya:
"Apakah dia adalah salah seorang diantara dua pengawal
yang kalian utus untuk menjaga ruang penjara?"
Tu Siau-thian memeriksa sebentar jenasah itu kemudian
baru mengangguk.
"Benar, dia adalah Thio Toa-cui!"
"Kalau begitu orang yang tergeletak di sebelah sana adalah
Oh Sam-pei?" ujar Siang Hu-hoa lagi.
471 Disamping terali besi didepan ruang penjara sebelah kiri,
tergeletak pula sesosok mayat.
Orang itupun berdandan seorang opas, tapi baju bagian
dadanya dibiarkan terbuka lebar, sebagian besar kancingnya
tidak dikancingkan.
Dengan langkah tergesa Tu Siau-thian menghampiri mayat
itu. Orang tersebut tertelentang dengan wajah menghadap ke
atas, tidak ada noda darah diwajahnya itu, tentu saja dia lebih
mudah dikenali ketimbang Thio Toa-cui.
Setelah memandangnya sekejap, Tu Siau-thian segera
mengangguk. "Benar, dia adalah Oh Sam-pei!"
Dia segera berjongkok sambil memeriksa denyut nadi Oh
Sam-pei, tapi sayang detak jantung opas itu sudah lama
berhenti. Kenyataan ini membuat hatinya tercekat sehingga
badannya bergetar keras.
"Bagaimana?" tanya Siang Hu-hoa.
"Sudah mati!"
"Thio Toa-cui masih bernapas" mendadak Siang Hu-hoa
berkata. "Sungguh?" seru Tu Siau-thian sambil melompat ke
samping rekannya.
Waktu itu Siang Hu-hoa sedang menguruti jalan darah
penting ditubuh Thio Toa-cui sembari menyalurkan tenaga
murninya. Benar juga, ternyata Thio Toa-cui masih bernapas walau
napasnya sudah amat lirih dan lemah sekali.
Dalam pada itu Ko Thian-liok dan Nyo Sin sekalian telah
menyusul masuk ke dalam ruang penjara.
472 Setelah menyapu sekejap sekeliling tempat itu, Ko Thianliok
berseru keheranan:
"Apa yang sebenarnya telah terjadi?"
Baru saja Tu Siau-thian hendak menjawab, tiba tiba
terdengar suara helaan napas panjang, ternyata helaan napas
itu berasal dari Thio Toa-cui.
Dengan cepat dia mengalihkan sorot matanya ke wajah
Thio Toa-cui dan mengawasinya dengan mata melotot.
Tampak Thio Toa-cui membuka matanya perlahan,
sementara tubuhnya kembali gemetar keras.
"Thio Toa-cui!" jerit Tu Siau-thian.
Otot wajah Thio Toa-cui kelihatan mengejang keras, lama
kemudian ia baru menghembuskan napas pajang dan
membuka lebar matanya, garis garis darah terlihat memenuhi
bola matanya. "Apa yang telah terjadi ditempat ini?" buru luiru Tu Siauthian
bertanya. "Laron!" dari balik kelopak mata Thio Toa-cui memancar
keluar rasa takut dan ngeri yang luar biasa.
"Laron" Laron apa?" desak Tu Siau-thian lebih lanjut.
Rasa tidakut dan ngeri yang memancar keluar dari balik
mata Thio Toa-cui bertambah tebal dan kental, kembali dia
mengucapkan sepatah kata:
"Arak........"
"Arak apa?" Tu Siau-thian semakin tertegun. Dengan suara
terbata-bata bisik Thio Toa-cui:
"Arak laron...... arak laron berwarna merah darah......
kulit...kulit wajah yang mengelupas tiada hentinya.... siluman
laron dengan kulit muka yang mengelupas terus...... laron.....
Laron Penghisap darah........"
473 "Laron Penghisap darah?" ulang Tu Siau-thian dengan
wajah hijau membesi.
Sekujur tubuh Thio Toa-cui gemetar keras, tiba tiba ia
berteriak nyaring:
"Laron Penghisap darah!"
Nada suaranya penuh dicekam perasaan takut dan ngeri
yang luar biasa, mendadak dia bangkit dan duduk, tapi sesaat
kemudian tubuhnya sudah roboh kembali ke tanah.
Siang Hu-hoa dan Tu Siau-thian ingin memayang tubuhnya,
tapi tidak sempat. "Blaaaam!" begitu badan Thio Toa-cui jatuh
terjungkal ke tanah, dia tidak pernah bergerak lagi.
Sepasang matanya masih terbelalak besar, rona matanya
sudah memudar sementara garis-garis merah yang memenuhi
bola matanya kini nampak jauh lebih jelas.
Siang Hu-hoa coba memeriksa dengus napas Thio Toa-cui,
tapi tangannya yang sudah diulurkan sampai tengah jalan tiba
tiba berhenti. "Bagaimana?" buru buru Tu Siau-thian bertanya.
"Dia sudah mati!" jawab Siang Hu-hoa singkat.
"Dimana letak lukanya......." timbrung Nyo Sin, tapi baru
setengah jalan sudah ditukas oleh Ko Thian-liok.
"Kita periksa dulu bagaimana kondisi para lawanan!"
perintahnya dengan suara lantang.
Tidak menunggu ucapan itu selesai diutarakan, Siang Huhoa
sudah melompat bangun dari atas tanah lalu dengan
sekali lompatan dia tiba disamping jenasah Oh Sam-pei.
Tu Siau-thian tidak berani berayal, cepat cepat dia
menyusul ke samping Siang Hu-hoa.
474 Dalam pada itu Siang Hu-hoa sudah melongok ke dalam
terali besi. Ternyata ruang penjara tidak ada penghuninya,
maka dia pun bertanya:
"Apakah mereka disekap di dalam ruang penjara?"
"Benar, Gi Tiok-kun disekap didalam sana" Tu Siau-thian
membenarkan. "Tidak salah ingat?"
"Tidak mungkin salah ingat"
"Tapi ke mana orangnya sekarang?"
Tu Siau-thian kontan terbungkam tanpa mampu
mengucapkan sepatah kata pun.
Siang Hu-hoa mencoba memeriksa kunci gembokan
didepan terali besi, gembokan masih berada di posisi semula
dalam keadaan utuh, tidak nampak sesuatu gejala yang aneh.
"Cepat kita geledah!" seru Tu Siau-thian kemudian.
"Tunggu sebentar!" mendadak Siang Hu-hoa mencegah.
"Kau berhasil menemukan sesuatu?"
Siang Hu-hoa menunjuk kearah meja yang berada ditengah
ruang penjara, sebilah pisau panjang yang amat tajam
menancap diatas meja itu, diujung pisau yang tajam
menancap seekor laron!
Seekor laron dengan sepasang mata berwarna merah darah
dan tubuh hijau bagaikan kemala, seekor Laron Penghisap
darah! Paras muka Tu Siau-thian dari pucat berubah jadi hijau,
dari hijau kembali memucat, pucat pasi seperti wajah mayat.
Tiba tiba dia berpaling kemudian teriaknya keras:
"Cepat bawa kemari kunci ruang penjara!"
475 Orang yang berdiri di belakangnya tidak lain adalah Nyo
Sin, dia seakan lupa kalau Nyo Sin adalah komandannya.
Teriakan yang begitu keras dan nyaring nyaris membuat Nyo
Sin terkesiap. Nyo Sin pun seolah sudah lupa kalau dia adalah atasan Tu
Siau-thian, sambil mengiakan dia mengeluarkan anak kunci
dan membuka gembokan itu.
Dengan tangan sebelah mendorong pintu sel, dalam dua
tiga langkah kemudian Tu Siau-thian sudah menerjang masuk
ke dalam ruang penjara, mendekati meja itu.
Dia berdiri begitu dekat, tentu saja segala sesuatunya
dapat terlihat dengan sangat jelas.
Padahal sejak tadi dia sudah tidak salah melihat, seekor
Laron Penghisap darah terpantek diatas permukaan meja oleh
sebilah pisau panjang yang tajam.
Tubuh laron itu nyaris terbelah jadi dua, disekitar mulut
luka bercecer cairan darah. Cairan darah itu berwarna merah
dan menyiarkan bau amis serta busuk yang sangat kuat.
Inikah yang dinamakan darah laron" Kenapa darah laron
berwarna merah" Merah seperti darah manusia"
Tu Siau-thian berpaling memperhatikan jenasah Oh Sampei.
Dipinggang mayat itu tergantung sebilah sarung golok,
tapi golok tersebut tidak berada dalam genggamannya, juga
tidak nampak disekeliling tempat itu.
Karenanya Tu Siau-thian berpaling dan sekali lagi
memperhatikan golok tajam yang menancap diatas
permukaan meja.
"Apakah golok itu adalah golok milik Oh Sam-pei?" Siang
Hu-hoa bertanya kemudian.
"Aku rasa benar miliknya"
476 "Kelihatannya golok itu dilemparkan ke udara dan
menancap diatas meja"
"Bila ditinjau dari posisi mayat serta sudut golok yang
menancap di meja, tampaknya persis seperti apa yang kau
katakan" "Kelihatannya ketajaman matanya cukup mengagumkan"
"Sekalipun ketajaman matanya tidak seberapa bagus pun,
dia sama saja dapat menimpuknya secara tepat" tiba tiba ujar
Nyo Sin. "Oya?"
"Sebab sasaran yang sebenarnya tidak sekecil itu" Nyo Sin
menjelaskan. "Kalau begitu seberapa besarnya?"
"Manusia itu besar sekali, karena sasarannya memang
seorang manusia"
"Siapa?"
Bab 26: Jejak Sang Raja Laron
"Gi Tiok-kun!" jawab Nyo Sin dengan wajah berubah,
kemudian setelah mengawasi Laron Penghisap darah itu
dengan mata melotot, dia melanjutkan, "saat itu bisa jadi dia
bersama Thio Toa-cui sedang meronda dalam ruang penjara,
tiba tiba mereka saksikan Gi Tiok-kun sedang berubah, maka
mereka pun menerjang ke depan terali besi, saat itu Gi Tiokkun
pasti sedang bersiap melancarkan serangan, maka dia
pun melontarkan goloknya untuk membunuh perempuan
siluman itu!"
"Lantas jenasah Gi Tiok-kun berada di mana sekarang?"
tanya Siang Hu-hoa.
477 "Disini!" jawab Nyo Sin sambil menuding Laron Penghisap
darah yang terbelah dua itu dengan ujung goloknya, "dialah Gi
Tiok-kun!"
Ketika selesai mengucapkan perkataan itu, paras mukanya
kembali berubah hebat, bahkan Siang Hu-hoa dan Tu Siauthian
pun ikut berubah wajahnya menjadi hijau membesi.
Dengan suara gemetar dia berkata lebih jauh:
"Sebetulnya Gi Tiok-kun sudah bersiap siap merubah diri
dalam wujud aslinya dan terbang keluar dari penjara, tapi dia
keburu dibunuh oleh sambitan golok Oh Sam-pei hingga tidak
sempat berubah lagi dalam wujud semula"
Gi Tiok-kun dikurung dalam ruang penjara seorang diri,
sekarang terbukti gembokan diluar pintu penjara dalam
keadaan utuh, tapi tawanan itu lenyap tidak berbekas, sebagai
gantinya didalam penjara telah bertambah dengan seekor
Laron Penghisap darah yang dipantek oleh golok milik Oh
Sam-pei. Memangnya manusia bisa lenyap dengan begitu saja" Lalu
darimana munculnya laron itu" Mungkinkah telah terjadi
peristiwa seperti apa yang dikatakan Nyo Sin barusan"
Untuk beberapa saat Siang Hu-hoa tidak tahu apa yang


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mesti diperbuat.
Tampaknya Tu Siau-thian juga mengalami hal yang sama,
dia pun bertanya:
"Kalau memang begitu ceritanya, kenapa Oh Sam-pei bisa
tewas diluar ruang sel?"
"Kalian jangan lupa, selain Gi Tiok-kun siluman laron ini,
disini masih ada seorang Kwee Bok!" seru Nyo Sin cepat.
Tapi begitu ucapan tersebut diutarakan, paras mukanya
kembali berubah hebat.
"Kwee Bok?" jerit Tu Siau-thian.
478 Sekarang mereka baru teringat akan Kwee Bok! Nyo Sin
yang pertama kali membalikkan badan sambil menerjang
keluar disusul Tu Siau-thian di belakangnya.
Tapi Siang Hu-hoa jauh lebih cepat daripada mereka
berdua, meskipun terakhir dia menerjang keluar dari ruang
penjara, namun justru orang pertama yang tiba dulu di ruang
penjara sebelah depan.
Sayang dia tidak memiliki anak kunci maka yang bisa
dilakukan hanya berdiri disitu, tentu saja dia pun sudah
melongokkan kepalanya ke dalam, ternyata ruang penjara
itupun kosong melompong, tidak nampak sesosok manusia
pun. Ke mana perginya Kwee Bok" Jangan-jangan dia memang
benar jelmaan dari siluman laron dan sekarang sudah berubah
kembali dalam wujud aslinya dan terbang keluar dari ruang
penjara" Diatas meja tidak ada golok, disitu hanya terdapat dua
bilah golok milik Thio Toa-cui dan Oh Sam-pei sementara
golok milik Thio Toa-cui masih berada dalam genggamannya.
Diatas meja tidak nampak Laron Penghisap darah, begitu
juga diatas lantai, tidak nampak sesosok laron pun.
Nyo Sin tiba dua langkah lebih lambat ketimbang Siang Huhoa,
dia langsung menuju ke depan terali besi dan membuka
pintu sel. Dengan perasaan cemas bercampur tidak sabar mereka
bertiga serentak menerjang masuk ke dalam ruang sel.
Biarpun agak kasar dan ceroboh, jelek jelek Nyo Sin masih
terhitung seorang opas yang cukup berpengalaman.
Tu Siau-thian merupakan orang yang cekatan dan teliti,
ditambah Siang Hu-hoa maka dengan bekerja sama mereka
bertiga mulai menyelidiki dan memeriksa setiap jengkal
tempat yang ada disana.
479 Bukan saja semua benda diperiksa, bahkan ranjang pun
sudah mereka bongkar, alhasil tidak sesuatu pun yang berhasil
mereka temukan.
Jika Kwee Bok sudah mampus, semestinya disitu akan
ditemukan sesosok mayat.
Kelihatannya pemuda itu memiliki ilmu siluman yang jauh
lebih hebat ketimbang kemampuan Gi Tiok-kun, bukan saja
berhasil membunuh Oh Sam-pei dan Thio Toa-cui, bahkan
sanggup pergi meninggalkan tempat itu.
Tapi mereka tidak mau menyerah begitu saja, bersama
para penjaga lainnya penggeledahan secara besar besaran
segera dilakukan, namun hasilnya tetap nihil.
Ketika penggeledahan selesai dilakukan, Nyo Sin sudah
kelelahan hingga napasnya tersengkal sengkal.
Sambil berpegangan pada terali besi dan berusaha
mengatur napas, ujarnya:
"Padahal semua pintu besi sudah dikunci, kenapa bocah
kunyuk itu sanggup melarikan diri?"
Tu Siau-thian mendongakkan kepalanya memperhatikan
sekejap lubang hawa diatas dinding penjara, kemudian
sahutnya: "Kalau dia benar benar telah berubah jadi seekor Laron
Penghisap darah, semestinya tidak susah untuk kabur dari
jendela dengan melalui lubang udara itu"
Seakan baru tersadar dari impian, Nyo Sin segera
mendongakkan kepalanya seraya berteriak:
"Aaah betul, pasti lewat lubang hawa itu!"
Dalam pada itu sorot mata Siang Hu-hoa telah dialihkan ke
atas genangan darah dibawah tubuh Thio Toa-cui, tiba tiba ia
berkata: 480 "Tampaknya kita telah melupakan satu tempat"
"Tempat mana?" tanya Nyo Sin sembari berpaling.
"Bawa jenasah ini!" sahut Siang Hu-hoa.
Baru selesai berkata, Tu Siau-thian yang berada diujung
sana telah membalik jenasah Oh Sam-pei.
Dibawah jenasah Oh Sam-pei tidak ditemukan benda
apapun. Siang Hu-hoa segera membalik jenasah Thio Toa-cui,
ternyata dibawah tubuhnya tergencet seekor laron.......Laron
Penghisap darah!
Tubuh laron itu sudah tertindih hingga gepeng, malah
sebuah sayapnya patah.
Tampaknya Siang Hu-hoa tidak menyangka kalau
ucapannya akan berubah jadi kenyataan, untuk sesaat dia
berdiri termangu.
Paras muka Tu Siau-thian maupun Nyo Sin turut berubah
hebat, serentak mereka memburu datang.
"Aaah, rupanya berada disini!" seru Nyo Sin kemudian
sambil menghembuskan napas lega.
Tu Siau-thian termenung sejenak, kemudian ujarnya:
"Kelihatannya dia terluka diujung golok Thio Toa-cui
setelah berhasil membunuh Oh Sam-pei, meskipun kemudian
diapun berhasil membuat Thio Toa-cui terluka parah, namun
tubuhnya justru tertindih oleh tubuh Thio Toa-cui ketika dia
roboh terkapar ke tanah. Tapi kenapa dia bisa tertindih"
Karena sudah terluka hingga kurang lincah gerakan tubuhnya
atau karena terlalu gegabah sehingga tidak sempat
menghindarkan diri?"
"Benar, aku pun berpendapat begitu" Nyo Sin
membenarkan. 481 "Jadi kalian benar benar telah menganggap Gi Tiok-kun dan
Kwee Bok sebagai dua siluman laron?" Siang Hu-hoa segera
menegur. Nyo Sin segera mengangguk, sedangkan Tu Siau-thian
tidak memberikan pendapatnya, walaupun dimulut dia berkata
demikian padahal dihati kecilnya masih tetap ragu.
Siang Hu-hoa memandang mereka sekejap kemudian
memandang pula ke dua sosok jenasah itu, akhirnya sambil
tertawa getir gumamnya:
"Apa benar di dunia ini memang terdapat setan iblis atau
siluman dan sebangsanya?"
"Kalau bukan begitu, bagaimana penjelasanmu tentang
peristiwa yang telah terjadi?" tanya Nyo Sin cepat.
Siang Hu-hoa segera terbungkam, dia memang tidak
sanggup memberi penjelasan.
Setelah menghela napas Tu Siau-thian berkata pula:
"Sekarang aku pun tidak berani mengatakan kalau tidak
ada setan iblis atau siluman di dunia ini"
Setelah berhenti sejenak, tambahnya: "Tapi ada satu hal
aku tetap merasa keheranan"
"Soal apa?"
"Dengan kepandaian silat yang dimiliki Jui Pak-hay saja dia
tidak sanggup menghadapi ke dua siluman laron itu, kenapa
Thio Toa-cui berdua justru sanggup membantai mati ke dua
siluman laron itu" Aku benar benar bingung dan tidak habis
mengerti" "Tampaknya kau sudah melupakan tempat apakah ini?"
sela Nyo Sin. "Tentu saja aku tidak lupa, tapi apa hubungannya dengan
persoalan ini?"
482 "Penjara besar adalah tempat untuk menyekap buronanburonan
penting, hawa sesat ditempat ini pasti amat tebal,
selain hawa sesat pasti terdapat juga hawa lurus"
"Oh....."
"Itu berarti disamping hawa sesat yang disebarkan para
narapidana, terdapat juga hawa lurus dari para penegak
hukum, itu berarti hawa lurus disini sangat kuat, bagaimana
mungkin kaum siluman bisa mengeluarkan ilmu simpanannya
ditempat seperti ini?" kata Nyo Sin.
Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya lagi sambil
mengelus jenggotnya:
"Memang benar, kebenaran tinggi satu depa, kesesatan
lebih tinggi satu kaki, tapi keampuhan ke dua ekor Laron
Penghisap darah itu masih belum sampai puncaknya, maka
dari itu meski dalam semalaman mereka bisa berubah wujud
jadi manusia namun kemampuannya pasti akan terganggu,
jadi tidak heran kalau Thio Toa-cui dan Oh Sam-pei berhasil
mati bersama-sama mereka"
Tu Siau-thian mengangguk berulang kali setelah
mendengar penjelasan itu, sebaliknya Siang Hu-hoa hanya
bisa tertawa getir.
Terdengar Nyo Sin berkata lebih jauh:
"Sedangkan mengenai wujud asli Kwee Bok dan Gi Tiokkun,
aku rasa hal ini tidak perlu disangsikan lagi"
Sinar matanya dialihkan ke tubuh Thio Toa-cui, setelah
memandangnya sekejap, kembali dia berkata:
"Dari tubuh Thio Toa-cui sama sekali tidak terendus bau
arak, rona matanya juga sama sekali tidak menunjukkan kalau
dia sudah dipengaruhi oleh air kata-kata, hal ini menunjukkan
bahwa hingga detik terakhir dia selalu tampil dalam keadaan
segar dan sadar, coba bayangkan saja, apakah kita tidak patut
mempercayai perkataannya?"
483 Terpaksa Tu Siau-thian hanya mengangguk.
----- Arak berwarna merah darah!
----- Kulit muka siluman laron yang mengelupas tiada
hentinya! ----- Laron Penghisap darah!
Semua perkataan itu diucapkan Thio Toa-cui menjelang
putus nyawa, kata orang, biasanya perkataan yang diucapkan
seseorang menjelang kematiannya adalah kata kata yang
paling jujur dan pantas dipercaya.
Bila apa yang dia ucapkan memang merupakan kenyataan,
berarti Kwee Bok dan Gi Tiok-kun adalah jelmaan dari siluman
laron. Benarkah di dunia ini terdapat siluman, setan atau iblis"
Tiba tiba sepasang mata Siang Hu-hoa berbinar, setelah
memandang jenasah Thio Toa-cui sekejap ujarnya:
"Berbicara soal apa yang dia ucapkan tadi membuat aku
teringat akan satu hal"
"Soal apa?"
"Bukankah tadi dia pernah menyinggung soal arak laron?"
"Betul, arak laron berwarna merah darah" Nyo Sin
menambahkan. "Rasanya arak yang disebut adalah sejenis arak langka"
"Rasanya memang begitu"
"Menjelang ajalnya dia masih teringat untuk menyinggung
soal arak tersebut, ini berarti arak itu telah meninggalkan
kesan yang amat mendalam baginya, bisa jadi ada hubungan
yang amat besar dengan kematiannya"
"Mungkin ke dua orang siluman laron itu tahu kalau Oh
Sam-pei gemar minum arak, maka mereka mengubah arak
484 tersebut menjadi sejenis arak langka yang aneh" ujar Nyo Sin
cepat, "arak itu pasti sangat harum dan menarik, arak yang
bisa membuat mereka tidak mampu menolak, ketika mereka
berdua sedang menikmati arak pemberian mereka itulah tibatiba
kedua orang siluman itu melancarkan serangan, lantaran
itu mereka jadi gelagapan hingga akhirnya tewas, kalau begitu
kejadiannya, tidak aneh kalau arak tersebut mendatangkan
kesan yang sangat mendalam baginya"
Atas keterangan itu Siang Hu-hoa sama sekali tidak
mengemukakan pendapatnya.
Selama ini Ko Thian-liok hanya mengikuti pembicaraan itu
tanpa komentar, saat itulah tiba tiba dia berkata:
"Berarti opas Nyo sangat yakin kalau Gi Tiok-kun dan Kwee
Bok adalah jelmaan dari siluman laron?"
"Benar!" jawab Nyo Sin tanpa ragu. Ko Thian-liok segera
berpaling dan tanyanya lagi:
"Bagaimana pendapatmu opas Tu?" Tu Siau-thian berpikir
sejenak, kemudian sahutnya:
"Walaupun aku tidak pernah percaya akan keberadaan
siluman atau setan iblis, namun setelah kenyataan terpapar
didepan mata, mau tidak mau aku harus mempercayainya,
Cuma...." "Cuma kau tetap menaruh curiga atas kejadian ini?" tukas
Ko Thian-liok. Tu Siau-thian segera mengangguk.
"Apa yang membuat kau ragu?" desak Ko Thian-liok lebih
jauh. "Yang membuat aku ragu adalah keberadaan siluman dan
setan iblis itu"
"Maksudmu tidak mungkin ada setan atau siluman?"
485 "Aku rasa pingsan dan terlelap tidurnya para penjaga
penjara secara tiba tiba merupakan satu kejadian yang patut
dicurigai"
"Ahh benar, hampir saja kita melupakan persoalan ini" seru
Ko Thian-liok sambil manggut manggut, kembali dia
memandang wajah Nyo Sin.
Ternyata Nyo Sin mempunyai penjelasan tentang soal ini,
ujarnya: "Padahal masalah ini gampang sekali pemecahannya,
tertangkapnya Kwee Bok dan Gi Tiok-kun pasti diketahui juga
oleh Raja Laron, kalau disiang hari bolong tentu saja raja laron
tidak berani bertindak gegabah meski kemampuannya hebat,
maka menanti malam hari menjelang tiba, raja laron pun
datang ke luar penjara, ketika melihat penjagaan diseputar
penjara sangat ketat hingga mustahil baginya untuk
menyusup masuk, terpaksa dia pun merobohkan para penjaga
terlebih dulu dengan dupa pemabuk, agar orang yang
kebetulan lewat disini mengira mereka terlelap tidur dan tidak
curiga"

Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi dia toch tidak mampu membuka pintu penjara?"
"Tanpa ilmu hitam, tentu saja sulit baginya untuk membuka
pintu penjara, apalagi kita segera tiba di tempat kejadian"
Ko Thian-liok manggut manggut, kali ini dia berpaling ke
arah Siang Hu-hoa sambil bertanya:
"Bagaimana pandangan saudara Siang tentang kejadian
ini?" "Selama hidup aku tidak pernah bertemu dengan siluman
atau setan iblis, jadi aku tidak pernah akan percaya akan
adanya siluman atau setan iblis" jawab Siang Hu-hoa cepat.
"Belum pernah bertemu bukan berarti pasti tidak ada......."
Siang Hu-hoa segera tertawa:
486 "Tidak pernah percaya artinya selama hidup tidak akan
percaya" sahutnya.
"Jadi kau harus menyaksikan dulu dengan mata kepala
sendiri sebelum percaya kalau didunia ini benar benar terdapat
siluman dan setan iblis?"
"Memangnya saudara Ko tidak berpendapat demikian?"
"Hahahaha..... ternyata hanya saudara Siang yang
memahami perasaanku" seru Ko Thian-liok sambil tertawa
tergelak. Setelah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Jadi saudara Siang siap melanjutkan penyelidikan hingga
siluman iblis itu munculkan diri atau hingga berhasil
menemukan setan iblis itu?"
"Benar!"
"Bagus sekali!" seru Ko Thian-liok, ia segera berpaling dan
perintahnya kepada Nyo Sin, "segera utus orang ke kantor
pengadilan dan perintahkan petugas autopsi segera hadir
disini" "Jadi tayjin akan melakukan autopsi disini?"
"Benar, harus dilakukan"
"Takutnya mereka tidak akan berhasil menemukan
penyebab kematian kedua orang ini"
"Takutnya bukan berarti pasti tidak akan berhasil"
"Benar"
"Jika petugas autopsi gagal menemukan penyebab
kematian mereka walau sudah dilakukan pemeriksaan yang
teliti, berarti kemungkinan tewas ditangan siluman iblis jadi
lebih besar"
"Benar"
487 Sekali lagi Ko Thian-liok berpaling ke arah Siang Hu-hoa,
tiba tiba ujarnya lagi sambil tersenyum"
"Kalau kematian mereka benar benar disebabkan ulah
setan iblis, urusannya malah jadi lebih gampang"
Siang Hu-hoa cukup memahami maksud perkataan Ko
Thian-liok, tanpa terasa dia tertawa, hukum negara yang
berlaku, siapa berani membunuh orang lain, hukumannya
adalah hukuman mati.
Tapi jika pembunuhnya adalah Gi Tiok-kun dan Kwee Bok,
sementara mereka berdua kalau benar jelmaan dari siluman
laron dan kini sudah mati, maka kasus pembunuhan inipun
dianggap sudah tuntas, otomatis urusan pun jadi lebih
gampang penyelesaiannya.
0-0-0 Malam yang panjang akhirnya berlalu, bintang fajar sudah
mulai menyingsing diufuk timur, angin pagi yang dingin
berhembus silir semilir.
Berjalan dijalan raya yang sepi Siang Hu-hoa merasakan
hatinya sedikit gundah, biarpun semalaman tidak tidur namun
semangatnya masih nampak berkobar.
Yau Kun nampak agak kuyu, bila seseorang harus
bergadang semalaman suntuk, aneh jika dia tidak nampak
lesu. Kemarin, selesai menggelandang Gi Tiok-kun pulang ke
kantor pengadilan, dia sudah tidak ada pekerjaan lain,
sementara Siang Hu-hoa sekalian masih sibuk menyelidiki
kasus tersebut, dia sudah berkeliaran dialam mimpi.
Pagi ini ketika balik ke kantor, Tu Siau-thian menyerahkan
sebuah tugas baru kepadanya, yaitu membantu Siang Hu-hoa
melakukan penyelidikan.
488 Tentu saja diluar sepengetahuan Siang Hu-hoa, dia
mendapat tugas khusus lainnya, maka begitu meninggalkan
pintu kantor, dia pun mengintil terus disamping Siang Hu-hoa
secara ketat, Ternyata tugas rahasia yang diperintahkan Tu Siau-thian
kepadanya adalah mengawasi gerak gerik Siang Hu-hoa, yang
dimaksud membantu sebetulnya lebih tepat jika dikatakan
mengawasi gerak geriknya.
Tu Siau-thian terhitung orang yang banyak curiga, sebelum
persoalan mendapat bukti yang jelas, dia memang selalu
mencurigai segala sesuatu apapun.
Siang Hu-hoa tidak terkecuali, dia tetap mencurigai maksud
dan tujuan sebenarnya dari orang ini.
Tidak banyak orang yang berlalu lalang di jalan raya,
dengan langkah cepat Siang Hu-hoa menelusuri jalanan
menuju ke depan.
Sepanjang perjalanan dia memikirkan terus semua
persoalan yang dialaminya sepanjang hari, kadangkala dia
berjalan sangat lamban, kadangkala diapun berjalan cepat.
Mau tidak mau Yau Kun harus mengikuti terus disamping
tubuhnya. Setelah berbelok sebuah persimpangan jalan, Siang Hu-hoa
baru mulai memperlambat langkah k akinya, tiba tiba ujarnya
kepada Yau Kun sambil tertawa:
"Aku percaya tujuan Tu Siau-thian mengutusmu kemari
bukan lantaran untuk membantu penyelidikanku saja bukan?"
Yau Kun agak tertegun, dia ingin sekali mengangguk
membenarkan, tapi akhirnya hanya tersenyum tanpa
memberikan pernyataan apapun.
Kembali Siang Hu-hoa berkata sambil tertawa:
489 "Jika seseorang tidak memiliki rasa curiga yang besar, pada
hakekatnya dia tidak akan mampu menjadi seorang opas yang
cemerlang, maka diapun mencurigai aku, padahal ini semua
sudah berada dalam dugaanku, tentu saja aku tidak akan
marah kepadanya hanya gara-gara persoalan ini"
Yau Kun hanya tertawa tanpa komentar.
"Tapi kali ini, dia salah kalau mencurigai aku" ujar Siang
Hu-hoa lebih lanjut.
"Oo..ya" Lalu yang benar harus mencurigai siapa?"
"Kalau aku bisa tahu, tentu urusan jadi lebih gampang"
"Jangan jangan semuanya ini memang gara gara ulah
siluman iblis?" tiba-tiba Yau Kun merendahkan suaranya.
"Hingga detik ini, siapa pun tidak berani yakin akan hal
tersebut" "Bahkan termasuk dirimu sendiri?"
Dengan perasaan apa daya Siang Hu-hoa mengangguk.
"Tentunya kau sudah mengetahui dengan jelas bukan akan
terjadinya semua peristiwa dalam penjara besar?" katanya.
"Rekan rekan yang kebetulan bertugas telah menceritakan
semua kejadian itu secara jelas"
"Kecuali ulah dari siluman iblis, dapatkah kau menemukan
penjelasan lain yang jauh lebih cocok dan masuk akal?"
"Sulit" Yau Kun menggeleng, setelah termenung sejenak
terusnya, "yang paling mengherankan adalah hasil autopsi
yang dilakukan para petugas, ternyata merekapun gagal
menemukan sebab kematian Thio Toa-cui dan Oh Sam-pei"
"Benar" Siang Hu-hoa mengangguk, "kejadian mi memang
sangat aneh"
490 Setelah mendapat perintah, para petugas autopsi segera
melakukan pembedahan dan pemeriksaan, namun walaupun
telah menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya, mereka
tetap gagal untuk menemukan sebab kematian dari Thio Toacui
serta Oh Sam-pei.
Selama autopsi dilakukan, Siang Hu-hoa sekalian ikut
mendampingi para petugas itu ..sambil melakukan
pemeriksaan, tapi alhasil, dengan andalkan pengetahuan dan
pengalamannya yang amat luas pun dia tetap tidak
menemukan penyebab kematian kedua orang itu.
Maka untuk sementara waktu semua orangpun setuju
untuk menganggap kematian ke dua orang itu disebabkan
ulah siluman iblis.
Tentang ke dua ekor laron itu, sementara waktu mereka
hanya bisa menganggap sebagai ujud asli dari Gi Tiok-kun dan
Kwee Bok. Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka
berdua telah tiba di depan perkampungan Ki-po-cay.
Sambil menghela napas ujar Yau Kun: "Mungkin penyebab
kematian mereka memang benar benar karena ulah siluman
atau setan iblis"
"Sayangnya selama ini aku belum pernah melihat ada
siluman atau setan iblis yang bisa membunuh orang" kata
Siang Hu-hoa sambil menghela napas, "kalau tidak, mungkin
aku sangat setuju dengan pendapatmu itu"
"Bila Siang toaya pernah melihat, tentu kau bisa bercerita
bagaimana caranya setan iblis itu melakukan
pembunuhan......." sesudah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Konon setan iblis pun banyak jenisnya, itu berarti cara
mereka membunuh pun pasti berbeda-beda"
"Konon memang begitu"
491 "Apakah Siang toaya siap melakukan penggeledahan sekali
lagi di dalam perkampungan Ki-po-cay?"
"Aku memang mempunyai rencana itu"
"Perkampungan Ki-po-cay sangat luas, untuk melakukan
penggeledahan paling tidak butuh waktu selama beberapa
hari" "Tidak masalah, toch para petugas yang dikirim untuk
mencari Liong Giok-po, Wan Kiam-peng dan Cu Hiap juga
butuh berapa hari lamanya untuk sampai kembali kemari"
Setelah berhenti sejenak, tambahnya: "Bila mereka berhasil
ditemukan, mungkin kita harus menghadapi situasi yang sama
sekali berbeda"
"Apakah kasus ini akan terjadi perubahan lagi?"
"Menurut aku pasti akan terjadi" sahut Siang Hu-hoa,
setelah mengenang sejenak, terusnya, "hingga sekarang kasus
ini sudah berulang kali terjadi perubahan, jadi menurut
pendapatku, semisal berubah satu kali lagi pun tidak masalah"
"Justru semakin berubah, kasus ini semakin aneh rasanya"
"Seandainya peristiwa ini merupakan hasil karya seorang
manusia, orang tersebut kalau bukan berbakat luar biasa, dia
pastilah seorang gila yang tidak waras otaknya"
"Oya?"
"Sebenarnya antara seorang cerdas yang berbakat alam
dan seorang gila yang tidak waras otaknya tidak ada bedanya,
sebab perbuatan yang dilakukan ke dua jenis manusia ini
biasanya aneh, luar biasa dan gampang membuat hati orang
lain terperanjat"
"Atas dasar apa Siang toaya mencurigai kalau peristiwa ini
hasil perbuatan seorang manusia?" tanya Yau Kun.
"Karena aku tidak pernah percaya kalau di dunia ini
terdapat siluman atau setan iblis dan sebangsanya"
492 "Aku pun demikian"
"Sama seperti dua min satu sama dengan satu, kalau
bukan ulah setan iblis, sudah pasti Kejadian ini merupakan
ulah manusia"
"Jadi sekarang Siang toaya sedang berusaha untuk
membuktikan bahwa peristiwa ini adalah ulah manusia?"
"Jika aku punya cara untuk membuktikan bahwa kejadian
ini merupakan hasil karya setan iblis, aku pun pasti akan
berusaha untuk melakukannya"
"Sayang kau tidak pernah berkenalan dan berhubungan
dengan kaum siluman dan setan iblis"
"Bukankah hal ini merupakan satu keberuntungan bagiku?"
tanya Siang Hu-hoa sambil tersenyum.
"Ehm"
"Apa perintah Tu Siau-thian kepadamu?" kali ini Siang Huhoa
mengalihkan pembicaraan ke soal lain.
"Membantu penyelidikan siang toaya dengan sepenuh
tenaga" "Aku tahu, kau pasti akan membantuku dengan sepenuh
tenaga" "Bila atasan sudah menurunkan perintah, memangnya aku
bisa berpeluk tangan saja?"
"Bila aku melakukan penyelidikan hingga larut
malam.........."
"Terpaksa aku harus tetap tinggal sampai malam di sini"
"Kalau begitu aku harus menyuruh Jui Gi untuk menyiapkan
sebuah kamar lagi untukmu"
"Untungnya perkampungan Ki-po-cay sangat luas hingga
tidak kuatir kekurangan kamar"
493 Tiga hari berselang, dia bersama Tu Siau-thian sekalian
pernah melakukan penggeledahan satu kali di seluruh
perkampungan Ki-po-cay, tentu saja dia mengetahui amat
jelas keadaan di dalam perkampungan ini.
0-0-0 Perkampungan Ki-po-cay memang luas sekali. Setelah
melakukan penggeledahan selama empat hari, Siang Hu-hoa
dan Yau Kun baru berhasil memeriksa seluruh isi
perkampungan itu.
Mereka tidak berhasil menemukan sesuatu apa pun,
bahkan secuil kertas yang berisi tulisan tangan Jui Pak-hay
sekalipun. Pada malam hari ke empat, disaat mereka siap
meninggalkan perkampungan Ki-po-cay, dari luar berjalan
masuk Tan Piau.
Baru saja Tan Piau melangkahkan kakinya ke atas undakan
batu, kebetulan mereka sedang melangkah keluar dari dalam.
Dengan sorot mata yang tajam Siang Hu-hoa segera
mengenalinya dalam sekali pandangan, sambil menghentikan
langkah kakinya dia menegur:
"Bukankah dia adalah rekan kerja mu?"
Yau Kun mengiakan lalu berseru: "Tan-heng, ada urusan


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apa kau datang kemari?"
"Aku mendapat perintah untuk mengundang kedatangan
Siang toaya di kantor pengadilan" jawab Tan Piau.
"Apakah petugas yang dikirim untuk mencari Liong Giok-po,
Cu Hiap dan Wan Kiam-peng telah pulang?" tanya Siang Huhoa
cepat. Tan Piau mengangguk.
494 "Semuanya sudah kembali, karena itu tayjin minta Siang
tayhiap segera datang ke kantor pengadilan"
"Apakah Liong Giok-po, Wan Kiam-peng dan Cu Hiap juga
turut datang?"
"Hanya Liong Giok-po seorang yang datang"
"Ada apa dengari Cu Hiap dan Wan Kiam-peng" Tidak
berhasil menemukan jejak mereka?"
"Jejaknya sih sudah ditemukan, hanya sayang mereka
sudah tidak mungkin lagi untuk datang kemari"
"Memangnya sedang sakit" Sakit parah?"
"Benar, memang parah sekali, sudah tidak ada obat yang
bisa menyembuhkan mereka"
Yau Kun yang ikut mendengarkan pembicaraan itu jadi
tidak sabaran, segera tukasnya:
"Bicaralah yang lebih jelas"
"Mereka berdua sudah mati" jawab Tan Piau kemudian
dengan wajah serius.
"Kapan mereka mati?"
"Sudah dua tiga tahun berselang, Cu Hiap jatuh sakit dan
tidak sampai tiga bulan kemudian dia sudah mati"
"Apakah Wan Kiam-peng juga mati lantaran sakit?"
"Tidak"
"Apa penyebab kematiannya?"
"Dibunuh musuh besarnya"
"Di masa hidupnya, orang ini memang kelewat jumawa dan
takabur, lebih banyak orang yang disakiti hatinya ketimbang
orang yang memujinya, tidak heran kalau dia mempunyai
banyak musuh di mana-mana" kata Siang Hu-hoa.
495 "Menurut hasil penyelidikan, Wan Kiam-peng memang
manusia semacam itu" Tan Piau membenarkan.
"Tapi siapakah musuh besarnya yang berhasil membantai
dia?" "Kami sendiripun tidak tahu"
"Tidak berhasil dilacak?"
"Kami hanya berhasil tahu kalau dia tewas sewaktu dalam
perjalanannya pulang ke rumah"
"Bagaimana ceritanya?"
"Menurut cerita orang, senja itu kudanya menerobos masuk
lewat pintu selatan kota, baru tiba di jalan utama, dia sudah
roboh terjungkal dari atas pelananya, ketika orang berusaha
menolongnya, mereka jumpai pada tengkuk sebelah
belakangnya terdapat sebuah mulut luka sepanjang empat
lima inci yang mengucurkan darah segar dengan amat
derasnya" "Dengan luka sedalam itu, bukankah batok kepalanya
nyaris terpapas kutung?"
"Betul, konon kepalanya sudah terkulai diatas dada, nyaris
terpapas kutung"
"Apakah pihak pemerintah tidak melakukan penyelidikan
atas kasus tersebut?"
"Ada, hasil autopsi menunjukkan bahwa mulut luka itu
berasal dari babatan sebilah pedang yang sangat tajam"
"Ini berarti orang yang membunuhnya adalah seorang jago
tangguh yang mahir menggunakan pedang"
"Akupun berpendapat demikian...... bila ditinjau dari
keadaan waktu itu, bisa jadi si penyerang melancarkan sebuah
sergapan kilat disaat Wan Kiam-peng sedang melarikan
kudanya memasuki kota, kemungkinan besar pembunuhnya
496 juga menunggang kuda atau menyaru sebagai pejalan kaki,
tapi apa pun bentuknya, serangan pedang yang digunakan
pasti cepat bagaikan sambaran kilat, sebab walaupun sudah
terkena babatan, nyatanya dia masih sempat lari masuk ke
dalam kota"
"Saat itu sudah senja, aku yakin tidak banyak orang yang
masuk ke dalam kota"
"Di selatan kota merupakan sebuah jalan perbukitan yang
amat sepi" Tan Piau menjelaskan.
"Apakah tidak ada saksi mata yang menyaksikan
pembunuhan itu?"
"Tidak ada"
"Apakah ada yang tahu apa yang sedang dia lakukan di
selatan kota?"
"Banyak yang tahu"
"Oya?"
"Di selatan kota terdapat sebuah kuil yang bernama Huilaysie, hwesio tua yang menghuni di kuil tersebut merupakan
sahabat karibnya, konon pendeta itu pandai memasak
hidangan berpantang, kecuali sedang melakukan perjalanan
jauh, kalau tidak, setiap tanggal satu dan tanggal lima belas
dia pasti akan berkunjung ke kuil itu untuk makan bersama,
sebab hal ini sudah menjadi kebiasaannya"
"Jadi dia pun cia-jay (makan berpantang)?"
"Mungkin karena tahu kalau dosa yang dilakukan sudah
kelewat banyak, dia berharap dengan cia-jay maka dosanya
bisa diperingan"
"Berarti pembunuhnya sudah tahu akan kebiasaannya itu"
"Kemungkinan besar memang begitu, maka dia menunggu
kemunculannya di luar kota selatan"
497 "Kapan terjadinya peristiwa ini?"
"Lebih kurang tujuh-delapan bulan berselang"
Kembali Siang Hu-hoa termenung, sesaat kemudian dia
baru bertanya: "Apakah Cu Hiap dan Wan Kiam-peng tidak mempunyai
anak?" "Menurut hasil penyelidikan, mereka berdua tidak punya
keturunan, bahkan sewaktu tewas Wan Kiam-peng masih
berstatus jejaka"
"Kalau begitu seluruh harta kekayaan yang dimiliki Jui Pakhay
akan terjatuh ke tangan Liong Giok-po seorang" gumam
Siang Hu-hoa. Setelah berpikir sejenak, kembali tanyanya:
"Apakah saat ini Liong Giok-po berada di kantor
pengadilan?"
"Benar"
"Baru tiba?"
"Betul, baru tiba"
"Sudah bertemu dengan tayjin kalian?"
"Belum, maksud tayjin pertemuan ada baiknya dilakukan
setelah kedatangan Siang toaya, sewaktu aku meninggalkan
kantor pengadilan tadi, dia sedang berbincang dengan
komandan Nyo!"
"Tampaknya dia ingin mengorek keterangan dari
pembicaraannya dengan Liong Giok-po?"
"Rasanya memang begitu"
"Bagaimana pandangan dari opas Tu?"
"Opas Tu tidak berada di kantor"
498 "Jadi dia belum tahu akan kedatangan Liong Giok-po?"
tanya Siang Hu-hoa lebih jauh.
"Rasanya belum tahu, sejak sore kemarin sudah tidak
nampak batang hidungnya"
"Ke mana dia?"
"Kurang jelas, sewaktu bertemu pagi harinya, dia pun tidak
pernah mengatakan apa apa, juga tidak menyinggung mau ke
mana" "Oya?"
"Mungkin saja dia hanya pergi sebentar karena ada urusan"
ujar Tan Piau lagi setelah berpikir sejenak, "siapa tahu
sewaktu kita sampai di kantor, dia pun sudah kembali"
"Yaa. Mungkin saja...." Siang Hu-hoa manggut manggut.
Dia mendongakkan kepalanya memandang sekejap
keadaan cuaca kemudian terbungkam kembali, waktu itu
hujan sedang turun membasahi bumi.
Bab 27. Melacak rumah penginapan Hun-lay.
Hujan gerimis menyelimuti udara di senja itu, meski hanya
hujan lembut, tidak urung membasahi juga seluruh tubuh
mereka ketika harus menempuh perjalanan.
Untung sebelum Siang Hu-hoa sekalian meninggalkan
perkampungan Ki-po-cay, hujan sudah turun duluan sehingga
si pengurus rumah tanggal Jui Gi tahu apa yang harus
dilakukan. Dia menyediakan sebuah payung hujan, Yau Kun merasa
sebuahpun sudah lebih dari cukup karena dia yang akan
memayungi Siang Hu-hoa.
499 Setelah berkumpul selama empat hari, dia merasa amat
kagum dan sangat takluk akan kehebatan ilmu silat lelaki itu,
sementara selama ini Siang Hu-hoa pun selalu meluangkan
waktu untuk memberi banyak petunjuk akan rahasia ilmu silat.
Sementara menelusuri jalan raya, entah mengapa tiba-tiba
muncul firasat jelek dalam hati Siang Hu-hoa.
Dia tahu Tu Siau-thian adalah seorang opas yang amat
bertanggung jawab, bila tidak ada urusan penting, tidak
mungkin dalam suasana begini dia tinggalkan kantor.
Apakah telah terjadi suatu peristiwa penting sehingga dia
harus pergi"
Tiba-tiba ia berpaling sambil bertanya:
"Dikala tidak ada urusan, kebanyakan opas Tu pergi ke
mana?" "Bila tidak ada urusan, dia lebih banyak tinggal di dalam
kantor" jawab Tan Piau tanpa berpikir panjang, "kalau hendak
pergi ke suatu tempat, dia pun selalu berpesan dapat
menemukan dirinya di mana"
"Dulu, pernahkah terjadi kejadian seperti hari ini?" kembali
Siang Hu-hoa bertanya.
"Belum pernah"
"Selama berapa hari terakhir, apakah telah terjadi kasus
lain?" "Tidak satu pun yang terjadi"
"Atau mungkin ada kasus lama yang belum terselesaikan
dan sekarang harus segera ?liselesaikan?"
"Tidak ada, kasus yang terjadi disini hanya k;isus mengenai
Laron Penghisap darah"
"Jangan jangan ia berhasil menemukan titik terang?" tanya
Siang Hu-hoa lagi setelah termenung dan berpikir sejenak.
500 "Soal ini mesti ditanyakan langsung kepadanya"
Siang Hu-hoa segera terbungkam kembali.
Benarkah Tu Siau-thian telah menemukan sesuatu yang
mencurigakan"
Kalau memang ada penemuan, berbahayakah itu" Kini,
dimana dia berada"
Beberapa pertanyaan itu mungkin hanya Tu Siau-thian
pribadi yang bisa menjawab dan memberi keterangan.
Saat itu Tu Siau-thian sedang berada diluar dinding
pekarangan rumah penginapan Hun-lay.
Air hujan telah membasahi seluruh pakaiannya. Sebelum
hujan turun, dia sudah tiba disekeliling tempat itu.
Sudah menjadi kebiasaannya untuk berkeliling diseputar
kota selesai bersantap siang, tidak terkecuali hari ini.
Sementara masih berjalan, tiba-tiba dia teringat akan satu
hal. ----- Kwee Bok pernah memelihara Laron Penghisap darah
didalam rumah penginapan Hun-lay, tapi sesaat menjelang
kedatangan mereka di rumah penginapan itu, mengapa
kawanan laron tersebut terbang pergi hingga tidak tersisa
seekor pun. ----- ke mana perginya rombongan Laron Penghisap darah
itu" ----- setelah kepergian mereka dari rumah penginapan itu,
apakah rombongan Laron Penghisap darah itu terbang balik
lagi ke dalam rumah penginapan"
Dia ingin mengetahui rahasia ini, maka diputuskan untuk
mendatangi rumah penginapan Hun-lay sekali lagi.
Bila Kwee Bok adalah pemilik kawanan Laron Penghisap
darah itu atau Kwee Bok benar-benar adalah jelmaan dari
501 siluman laron, berarti dialah pemegang kendali rombongan
Laron Penghisap darah itu, dengan kematiannya, rombongan
laron itu seharusnya ikut kalut dan tidak terkontrol lagi.
Kecuali si pemegang kendali yang sebenarnya adalah Raja
laron, hanya Raja laron yang memimpin dan menguasahi
kawanan laron tersebut, kalau tidak, niscaya kawanan laron
itu tidak akan terbang balik ke rumah penginapan Hun-lay.
Sudah cukup lama kawanan laron itu tinggal di rumah
penginapan Hun-lay, sudah berpuluh kali mereka masuk
keluar disekitar sana, seharusnya kawanan makhluk itu hapal
sekali dengan daerah seputar sana.
Aoalagi di dalam rumah penginalan Hun-lay tersedia
makanan yang berlebihan, semestinya binatang binatang itu
mempunyai kesan yang mendalam terhadap tempat ini.
Setelah meninjau dari berbagai kejadian yang berlangsung
berapa hari terakhir, dapat disimpulkan kalau kawanan Laron
Penghisap darah itu tidak berbeda dengan kawanan lebah,
bahkan setingkat lebih tangguh, jadi tidak ada alasan k
Pendekar Super Sakti 22 Kisah Sepasang Rajawali Karya Kho Ping Hoo Petualang Asmara 19

Cari Blog Ini