Ceritasilat Novel Online

Lencana Pembunuh Naga 13

Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 13


anku. Setelah tahu sulit
baru mengundurkan diri. Hmmm".. aku orang she Say tidak boleh pergi dengan begini
saja" Berpikir sampai disitu, buru-buru ia balik lagi ketempat semula dn berdiri berjajar
dengan Kongsun Po.
Sambil tertawa terbahak-bahak Kongsun Po lantas berkata, "Saudara Oh hari ini kami
dua bersaudara hendak menjual nyawa untuk kalian. Aku harap dikemudian haripun pihak
Thi-eng pang bersedia pula memberi muka untuk kami?"
Kata-kata dua bersaudara sengaja diucapkan dengan nada keras, jelas dia berniat
untuk menarik Say Khi-pit agar berpihak kepadanya.
Oh Bu-hong yang cerdik, tentu saja dapat menebak pula maksud hatinya. Ia segera
tertawa terbahak-bahak. "Haa" haa" haa" tentu saja" tantu saja" Asal saudara
bersedia untuk menyumbangkan tenaga, siau loji pantas akan menghadiahkan sepasang
mata naga tersebut untuk kalian berdua?"
Tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang menusuk pendengaran berkumandang di
angkasa. Suara tertawa itu dingin, keji dan menggidikkan hati, membuat para jago yang berada
dalam gelanggang meraskan hatinya bergetar keras.
Ketika semua orang berpaling maka tampaklah si Malaikat Racun Lo Kay seng sedang
memandang ke arahnya dengan pandangan dingin.
"Lo Kay seng, si makhluk beracun tua, Apa yang sedang kau tertawakan"." tegue Oh
Bu-hong dengan kening berkerut.
Lo Kay seng tertawa ternahak-bahak. "Kalian anggap pil Lei hwe po wan tersebut
benar-benar bisa kalian dapatkan dengan begitu saja?".
"Kalau kami tak mampu, apakah kau mampu?" jengek Kongsun Po ketus.
Lo Kay seng segera tertawa seram lagi. "Tentu saja, tentu saja. Lohu pasti akan
mampu untuk mendapatkan pil Lei hwe po wan tersebut!".
Oh Bu-hong yang licik dan keji, ketika dilihatnya Jit poh Toan Kwik to berdiri disana,
mendadak sebuah akal busuk melintas di dalam benaknya. Ia lantas tertawa seram,
kemudian drngan nada menghina katanya, "Saudara Lo jangan lupa kalau orang yang
merajai dunia ini dengan ilmu beracunnya bukan cuma kau seorang".".
Selama ini si Malaikat Beracun Lo Kay seng selalu menganggap ilmu beracunnya
merupakan kepandaian yang tiada taranya didunia ini, kontan saja sepasang alis matanya
bekernyit setelah mendengar perkataan itu. Selapis hawa nafsu membunuh pun dengan
cepat menyelimuti wajahnya. Sekulum senyuman dingin ikut menghiasi pula wajahnya. Ia
tertawa angkuh, kemudian ujarnya, "Lohu tidak percaya kalau didunia ini masih terdapat
orang lain yang mampu mengalahkan lohu!"
Diam-diam Oh Bu-hong merasa gembira sekali setelah mendengar perkataan itu.
Katanya dengan cepat, "Aaaah.. belum tentu demikian?"
"Coba menurut pendapatmu, masih ada siapa lagi yang lihay dalam ilmu beracun"
teriak Lo Kay seng dengan gusar.
Oh Bu-hong segera menuding ke arah Jit Poh Toan-hun Kwik To sambil katanya,
"Dewasa ini, Kwik heng yang berdiri di hadapanmu juga merupakan seorang ahli racun
yang berpengalaman!"
Jelas Oh Bu-hong memang sengaja hendak mengobarkan pertarungan diantara
mereka, agar dua orang jago lihay yang tersohor karena ilmu beracunnya itu saling
gontok-gontokan sendiri".
Jit Poh toan-hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To cuma tertawa ringan dan
sama sekali tak menggubris.
Tok seng (si Malaikat Beracun) Lo Kay seng tidak memiliki kecerdasan seperti Kwik To.
Dia pun tak dapat melihat maksud hati Thi-eng siu (Kakek Sakti Elang Baja) Oh Bu-hong
yang sebenarnya. Dengan wajah sedingin es ia tertawa dingin tiada hentinya. "hee" hee"
heeh" Manusia semacam itu mana mungkin bisa diajak berbicara?"
Saat inilah Jit poh toan-hun Lo Kay seng pasti dapat merasakan atau paling tidak
menduga akan siasat keji dari Oh Bu-hong tersebut. Siapa tahu ternyata dia adalah
seorang manusia yang paling tolol di dunia ini.
Sambil tertawa seram, Kwik To berkata. "Wahai Lo Kay seng, kita berdua sama-sama
termashur dalam dunia persilatan karena ilmu beracunnya. Soal nama dan tingkat
kedudukan bukanlah suatu persoalan yang patut diributkan. Sedang lohu pun tidak akan
mengingat-ingat kesalahan yang dibuat orang rendah. Untuk sementara ini kuampuni
selembar jiwamu?"
Kemudian sambil berpaling ke arah Oh Bu-hong katanya pula sambil tertawa sinis.
"Saudara Oh, kau memang pandai sekali memutar balikkan duduk persoalan. Tampaknya
soal hasut-menghasut merupakan modal yang terutama bagimu dalam kariermu selama
ini" Merah padam selembar wajah Oh Bu-hong karena jengah. Cepat-cepat katanya sambil
tertawa. "Mana, mana. Kehebatan saudara Kwik sudah merajai kolong langit. Lohu tak
lebih hanya memuji seperti apa yang kupikirkan. Siapa yang berani untuk"."
Mendadak?".
Naga api yang selama ini tak berkutik mulai mundur ke belakang. Rupanya binatang itu
bersiap-siap hendak mengundurkan dirinya ke dalam istana api".
Menyaksikan itu Oh Bu-hong menjadi sangat terkejut, buru-buru bentaknya keras.
"Kekuatan api dari naga berapi itu semakin melemah, harap saudara sekalian bersedia
membantu lohu"."
Sembari berkata, tubuhnya bergerak lebih dahulu menerjang ke arah naga berapi
terebut. Begitu ia menggerakkan tubuhnya, Kongsun Po dan Say Khi-pit menggerakkan pula
badannya menyusul dari belakang.
Dalam waktu singkat, bayangan manusia saling menyambar. Bayangan naga bergetargetar.
Pasir dan batu dilapisi kobaran api yang menyengat badan segera berhamburan
kemana-mana. Naga berapi itu sepanjang tahun hidup di dalam istana api, meninggalkan
sumber api baginya berarti kematian.
Semenjak kemunculannya dari istana api tadi, hampir satu jam sudah lewat tanpa
terasa. Lambat laun binatang aneh itu mulai tak tahan menghadapi serangan-serangan
hawa dingin di luar gua. Tampaknya makhluk inipun tahu bahwa manusia-manusia yang
sedang dihadapinya sekarang bukan manusia sembarangan. Karena itu ia tak pernah
melangkah keluar dari guanya barang selangkahpun. Selama ini cuma mendekam terus di
mulut gua tersebut.
Ji Cin-peng selama ini cuma meonton dari samping arena tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Tapi setelah disaksikannya naga berapi itu sama sekali tidak menunjukkan tanda
kelelahan meski sudah bertarung sengit sekian lama melawan jago-jago lihay sebanyak
itu, hatinya mulai terkesiap.
Kepada nyonya tua berambut putih yang berada disampingnya, ia lantas berkata sambil
tertawa. "Nenek, bukankah kau memiliki seutas Wu kim ciu-kou (pancingan sakti benang
emas). Nenek berambut putih itu tertawa terkekeh, lalu menjawab, "Selembar serat tak akan
menjadi benang betul. Kaitan emas Wu kim ciu-kou milikku dapat mengkait makhluk besar
ini. Tapi kekuatannya terlampau besar seperti bukit. Aku kuatir sampai waktunya bisa jadi
kita akan terseret masuk ke dalam istana api. Mencuri ayam gagal, segenggam beras
lenyap, bukankah hal ini terlalu rugi?"
Ji Cin-peng berpikir sebentar, kemudian menjawab. "Seandainya kita sumbat mulut
istana api, bukankah naga api itu bisa kita tangkap dengan mudah"
Mendengar perkataan itu, nenek berambut putih itu menjadi sangat terkejut. Segera
katanya, "Naga berapi ini sudah memiliki akal budi. Sebelum dia dibikin gusar, jangan
harap mau meninggalkan gua tersebut barang selangkahpun. Apalagi ingin menangkapnya
hidup-hidup. Ketahuilah, benda mestika hanya akan dimiliki oleh mereka yang berjiwa
mulia. Lebih baik kita jangan memikirkan soal itu"
Pada saat itulah mendadak terdengar Oh Bu-hong membentak keras. "Saudara
sekalian, berusahalah untuk memancingnya keluar?"
Meskipun menghadapi serangan-serangan gencar dari empat lima orang jago lihay,
ternyata naga berapi itu tidak bergeser dari tempat semula walau selangkahpun. Malahan
sambil mundur ia dapat melindungi badan, sewaktu maju bisa menyerang musuh. Makhluk
ini betul-betul seekor makhluk yang luar biasa.
Sembari melancarkan pukulan dahsyat, Kongsun Po berseru, "Ia teramat cerdik, sulit
untuk memancingnya keluar!".
Belum habis perkataannya naga berapi tersebut telah menyemburkan apinya mengarah
dia. Paras muka Kongsun Po berubah hebat. Saking kagetnya, cepat-cepat ia menarik
kembali serangannya sambil mundur. Diam-diam peluh dingin membasahi sekujur
tubuhnya saking kaget.
Tiba-tiba" Jit poh lui sim cian Lui Thian seng menyelinap maju ke depan. Sambil
tertawa terbahak-bahak, ia berkata, "Haa" haa" haa" Saudara Oh, seandainya lohu
sanggup untuk memancingnya keluar dari situ, bagaimana caramu untuk mengucapkan
rasa terima kasihmu kepadaku?".
Oh Bu-hong memutar sepasang biji matanya, lalu berkata, "Asal lohu berhasil
mendapatkan pil mestika Lei hwe po wan, aku bersedia untuk memberikan segala sesuatu
yang diinginkan kepada diri Lui heng!"
"Haa" haa" haa" Termasuk barang mestiika pembunuh naga?" seru Lui Thian seng
lagi sambil tertawa terbahak-bahak.
Tergetar keras dada Oh Bu-hong sehabis mendengar perkataan itu, serunya tergagap.
"Tentang soal ini" Tentang soal ini?"
Untuk sesaat lamanya dia tak tahu bagaimana harus menjawab, karena itu hanya
senyuman tersipu-sipu yang menghiasi seluruh wajahnya.
Lui Thian seng mendengus dingin, kembali ia berkata, "Kalau toh saudara Oh tidak
mempunyai niat jujur dan bersungguh-sungguh, yaa sudahlah!. Anggap tiada saja
ucapanku tadi!"
Seusai berkata ia lantas melangkah mundur dari situ dan balik ketempatnya semula.
Pancaran sinar dingin dan sinis mencorong keluar dari balik matanya.
Mimpipun Oh Bu-hong tidak mengira kalau dalam keadaan gawat seperti ini, Jit poh lui
sim cian Lui Thian seng bisa mengeluarkan kartu yang mematikan dirinya. Dengan suatu
pemikiran yang cepat ia berusaha mengelupas masalah tersebut, kemudian buru-buru
katanya lagi sambil tertawa, "Lohu cuma dapat membantu untuk merampasnya, tapi tidak
menjamin akan keutuhan serta keamanan benda tersebut".
Orang ini memang cukup licik. Dia tahu Jit poh lui sim cian Lui Thian seng bisa berkata
begitu berarti dia betul-betul memiliki kemampuan untuk memancing kemunculan naga
berapi tersebut. tapi pihak Thi-eng pang pun berhasrat besar untuk mendapatkan benda
mestika pembunuh naga. Ia merasa agak keberatan untuk menyanggupi permintaan
orang. Sebaliknya kalau tidak disanggupi, terlampau sayang jika pil Lei hwe po wan yang amat
langka itu lenyap dengan begitu saja. Dalam keadaan demikian, maka ia mengambil
keputusan untuk menyanggupi sementara waktu, padahal secara diam-diam ia telah
menyusun suatu siasat keji lainnya.
Lui Thian seng kembali tertawa terbahak-bahak. "Haa" haa" haa" Asal pihak Thi-eng
pang bersedia melindungi lohu dari garis arena, itu sudah lebih dari cukup!" demikian ia
berseri. Oh Bu-hong tertawa seram pula. "Kalau memang sudah setuju, harap saudara Lui
segera mempersiapkan diri untuk memancing kemunculan naga berapi itu".
"Hee.. hee" heeeh" Ucapan seorang kuncu bagaikan sebuah cambukan bagi kuda
jempolan. Sampai waktunya aku berharap saudara Oh jangan menyesali!".
Terkesiap Oh Bu-hong sesudah mendengar perkataan itu. Dia tertawa kering dan
menjawab, "Aaaah"! Apa maksudmu berkata demikian". Lohu bukanlah manusia
semacam itu!".
Dengan penuh perasaan bangga Lui Thian seng tertawa tergelak-gelak. kemudian
pelan-pelan maju ke tengah arana.
Ketika mencapai lebih kurang lima enam kaki dari naga berapi itu, mendadak ia
berpaling seraya berseru, "Saudara Oh, dapatkah kau mengutus seorang untuk
menyumbat mulut gua istana api. Jika naga berapi itu sudah pergi meninggalkan guanya
nanti"."
Oh Bu-hong belum pernah berpikir sampai kesitu, maka buru-buru jawabnya cepat.
"Ooh.. itu maah soal gampang!"
Sambil membalikkan badan ia berseru ke arah para anggota Thi-eng pang nya,
"Dimana Wan Kiamciu?"
"Lohu berada disini!" Cian seng khi su Wan Kiamciu segera tampil ke depan sambil
menyahut. Oh Bu-hong tertawa terkeke-kekeh, ujarnya, "Cepat siapkan kayu-kayu besar dan cada
sebagai persiapan bilamana perlu nanti"
"Terima perintah!" sahut Wan Kiamciu cepat.
Dengan memimpin puluhan orang jago lihay dari perkumpulan Thi-eng pang, dengan
kecepatan luar biasa berangkatlah mereka menuju keluar gua tersebut.
Ketika Jit poh lui sim cian Lui Thian seng menyaksikan semua persiapan telah selesai,
buru-buru serunya, "Hadapilah binatang itu dengan berhati-hati. Wahai saudara sekalian,
bila sedang marah, naga berapi itu bisa melukai orang!"
Dengan suara lantang Oh Bu-hong segera berseru, "Semua murid perkumpulan Thi-eng
pang harap mundur sejauh sepuluh kaki dari posisi masing-masing!"
Dalam waktu singkat bayangan manusia saling berkelebat. Banyak diantara para jagojago
yang merasa kepandaiannya cetek bersama-sama melompat mundur ke belakang.
Para jago dari perguruan panah bercinta juga kuatir kalau mendapat kerugian besar,
buru-buru mereka ikut mundur beberapa kaki jauhnya dari posisi semula.
Sementara semua orang sedang bergerak mundur".
"Blaamm"..!" tiba-tiba terjadi suatu ledakan dahsyat yang amat memekakkan telinga.
Cahaya emas memancar ke empat penjuru, tahu-tahu panah inti geledek yang bisa
merengut nyawa orang dalam tujuh langkah itu sudah dilepaskan ke arah kepala naga
berapi tersebut.
"Cepat mundur"..!" kembali Jit poh lui cim sian Lui Thian seng membentak keras.
Seketika itu juga segenap jago yang hadir di arena bersama-sama melayang mundur
dari tempat itu.
"Auuuuumm" Auuummm".!"
Suara pekikan dahsyat yang memekakkan telinga berkumandang dalam ruangan gua
itu. Sedemikian kerasnya suara itu sehingga seluruh bumi serasa bergoncang keras. Ini
menandakan bahwa naga berapi itu sudah dibuat teramat gusar.
"Aaaah?" serentetan jeritan kaget menggema pula dalam ruangan tersebut.
Tiba-tiba naga berapi itu meluncur ke depan sambil berpekik nyaring. Dengan sinar
mata bengis dan wajah buas makhluk raksasa tersebut maju kemuka dan menyergap
kawanan jago tersebut.
Cahaya petir kembali membelah angkasa. Tiba-tiba dari tengah udara meluncur datang
serentetan cahaya ungu yang menyilaukan mata.
Menyusuk kemudian memancar keluar serentetan cahaya emas yang menyelimuti
seluruh angkasa. Seluruh jagad seolah-olah diselimuti oleh jalur api yang bewarana merah
keemas-emasan. Gerak maju naga berapi itu teramat cepat. Setelah merentangkan cakarnya yang tajam,
ia menyergap tubuh Jit poh lui cim sian Lui Thian seng dan mencengkeram tubuhnya.
Menghadapi ancaman seperti ini, Jit poh lui cim sian Lui Thian seng merasa terkejut
sekeli hingga hatinya bergetar keras, bentaknya penuh kegusaran. "Binatang keparat!".
Dalam keadaan terdesak, secepat kilat ia menekan tombol di atas tabung anak
panahnya. "Blaaaam"!"
Diiringi suara ledakan dahsyat, kembali hujan anak panah berhamburan ke tubuh
makhluk raksasa itu.
Dengan cepat naga berapi itu menggerarkan sisik-sisik diatas badannya seraya
miringkan kepala. Begitu terhindar dari hujan anak panah yang gencar, dia mendongakkan
kepalanya berpekik nyaring, kemudian bergerak maju lagi kedepan.
oooOOOOooo SEMENTARA itu Jit poh lui sin cian Lui Thian seng sudah mundur sejauh lima kaki lebih
dari tempat semula.
Tak lama kemudian, naga berapi sudah dua kaki lebih meninggalkan mulut guanya.
Saat itulah Oh Bu-hong merasa kesempatan yang sangat baik ini tak boleh disia-siakan,
buru-buru bentaknya. "Cepat sumbat mulut gua tersebut!"
Semenjak tadi Cian seng khik su Wan Kiam ciu sudah mempersiapkan diri sebaikbaiknya
untuk melaksanakan perintah. Mendengar bentakan itu, dia lantas mengulapkan
tangannya seraya berseru. Puluhan orang jago dunia persilatan yang telah mempersiapkan
batangan-batangan kayu besar dan batu-batu cadas itu segera menyerbu ke depan mulut
gua. Dalam pada itu, sifat buas dari naga berapi itu sudah berkobar. Hakekatnya ia tak
menduga kalau jalan mundurnya bakal dibuntukan. Kemarahannya makin memuncak.
sambil meraung-raung kegusaran dia menyambar kesana kemari dengan dahsyatnya.
Kawanan jago persilatan yang berada disekitar situ makin panik dibuatnya. Dengan
ketakutan mereka lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri.
"Aduuh"!. Aduuh"! beberapa jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang
memecahkan keheningan. Ada dua jago dari perkumpulan Thi-eng pang yang tak sempat
menghindarkan diri roboh terkapar di atas tanah.
Oh Bu-hong segera memutar senjata toya bajanya sembari berseru, "Saudara Kongsun,
saudara Say, hayo kita cepat bertindak!"
Seketika itu juga para jago yang berada disekitar arena mulai turun tangan.
Pertarungan antara manusia melawan binatangpun segera berkobar dengan sengitnya.
Pada saat itulah". tiba-tiba Ji Cin-peng tertawa merdu, kemudian serunya. "Nenek,
mari kita tampil ambil bagian di dalam pertarungan ini!"
"Kau juga berniat untuk turut memperebutkan pil Lei hwe po wan tersebut?" tanya si
nenek berambut putih dengan wajah agak sangsi.
Ji Cin-peng mengangguk, "Setiap orang yang berada di dunia selalu berharap bisa
mendapatkan benda mestika. Setelah aku tiba disini, sudah sepantasnya bila turun tangan


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didalam gerakan ini!".
Nenek berambut putih itu segera tertawa dingin. "Kalau Bengcu memang berminat,
sudah barang tentu dengan senang hati aku si nenek akan melaksanakannya".
Seraya berkata dia menggerarkan tanganny. Sebuah kaitan emas Wi Kim cui kou yang
bewarna keemas-emasan dicabut keluar dari balik saku bajunya.
Tiba-tiba" Tok seng (malaikat racun) Lo Kay seng maju ke depan seraya berkata,
"Bengcu, bagaimana kalau kita bekerjasama dalam usaha kali ini?"
"Kenapa" Apakah See ih sam seng berniat untuk mengambil bagian dalam persoalan
ini?" kata Ji Cin-peng dengan mata melotot besar.
Malaikat Racun Lo Kay seng tertawa seram. "Betul..!" jawabnya. "Lohu memang berniat
untuk mengambil bagian dalam persoalan ini!".
Selesai berkata ia tertawa terkekeh-kekeh lalu dari sakunya mencabut keluar sebuah
tabung bambu. "Bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk menangkap naga berapi. Apakah kau
mempunyai suatu akal bagus?" ujar Cin-peng dingin.
Malaikat Racun Lo Kat seng tertawa seram. "Bila dua telapak tangan bertemu, suara
tepukan baru kedengaran. Hanya tangan sebelah tak mungkin bisa berkumandang suara
tersebut. Kau mempunyai kaitan emas Wi kim ciu kou, aku punya obat pemabuk Thian san
liong hiang. Dengan kombinasi dua macam benda ini, sekalipun naga bisa terbang juga
tak bakalan lolos dari cengkeraman kita. Cuma terserah kepadamu bersedia untuk bekerja
sama atau tidak?"
Dengan cepat Ji Cin-peng berpikir sejenak, lalu jawabnya, "Baiklah, kulihat dulu
kehebatannya".
Malaikat Racun Lo Kay seng segera melepaskan tabung bambunya itu kedepan naga
beracun tersebut, katanya, "Kau boleh menyaksikan sendiri kehebatan dari benda milikku
ini" "Blaaaam!"
Tiba-tiba ditengah udara bergema suara ledakan. Selapis kabut bewarna merah yang
membawa segulung angin harum dengan cepat menyambar ketengah udara dan menebar
kemana-mana. Kabut merah itu pelan-pelan melayang kedepan dan menyelimuti sekeliling
badan naga berapi itu.
Rupanya naga berapi itu gemar dengan segala yang berbau harum. Mengendus bau
tersebut, tiba-tiba terhenti dan tidak bergerak lagi. Dengan hidungnya yang besar ia
mengendus kesana kemari disekeliling udara. Setelah itu berpikir tiada hentinya.
Tak lama kemudian semua bau harum yang tebal sudah terhisap ke dalam perutnya.
"Hey si nenek. cepat lemparkan kaitan emasmu!" Malaikat Racun Lo Kay seng buruburu
berseru. Nenek berambut putih itu mendengus dingin. "Hmm! Atas dasar apa kau hendak
memerintah diriku!" serunya.
Ucapan itu membuat Malaikat Racun Lo Kay seng tertegun, sampai lama sekali dia tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Terpaksa Ji Cin-peng berkata sambil tertawa "Nenek, silakan turun tangan!"
"Terima perintah"
Dengan penuh rasa hormat si nenek berambut putih itu mengiakan.
"Sreeet..!
Serentetan cahaya putih yang menyilaukan mata meluncur keluar dari balik tangannya.
Dengan membawa desingan angin tajam, kaitan emas itu meluncur ditangah udara dan
langsung membelenggu ke tubuh naga berapi itu.
Sekujur tubuh naga berapi itu bergetar keras, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya.
"Kenapa tidak segera kemari!" bentak nenek berambut putih itu dengan suara lantang.
Seraya berkata, tenaga dalamnya segera disalurkan kedalam telapak tangannya untuk
membetot. Sekujur tubuh naga berapi itu bergetar makin keras. Setelah berpekik sedih, pelanpelan
dia mendekati si nenek berambut putih dari perguruan Panah Bercinta.
Meskipun tubuhnya besar, ternyata gerak-geriknya amat lamban, bagaikan seekor
kerbau tua yang sedang menarik pedati.
Perlu diketahui, saat itu si naga berapi boleh dibilang telah dikuasai sepenuhnya. Kaitan
emas yang tajam dan kuat itu tepat telah mengkait pada bagian yang mematikan diatas
tubuhnya. Bila si nenek berambut putih itu menarik keras-keras, maka ia akan meraskan
kesakitan hebat. Dalam keadaan demikian terpaksa dia harus mengikuti tarikan itu untuk
maju mendekat. Oh Bu-hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi naik pitam. Segera teriaknya
keras-keras, "Bagus sekali, rupanya kalian perguruan Panah Bercinta hendak memungut
keuntungan yang telah berada didepan mata?"
"Kami berhasil menangkap naga itu dengan mengandalkan kepandaian sejati. Lebih
baik kau tak usah banyak cerewet" tukas Ji Cin-peng dngan wajah dingin.
Mendadak paras muka Oh Bu-hong berubah hebat, serunya, "Kami Thi-eng pang telah
menjua tenaga, orangpun sudah mati beberapa. Jika kalian perguruan Panah Bercinta
hanya ingin memungut hasilnya dengan tanpa bersusah payah, lohu tidak akan setuju!"
"Tidak setuju juga harus setuju. Nonamu tak akan menuruti keinginan hatimu!" kata Ji
Cin-peng dingin.
Suaranya dingin, tegas dan tandas. Ini membuat Oh Bu-hong tak mampu berbicara
lagi. Dalam keadaan demikian, terpaksa Oh Bu-hong harus nekad, katanya kemudian, "Jika
nona bermaksud demikian, aku kuatir banjir darah dan pembantaian besar-besaran akan
berlangsung hari ini?"
"Kau berani menggertak Bengcu kami!" bentak Ji Kiu liong sambil tertawa penuh
kegusaran. Oleh karena selembar jiwanya telah diselamatkan Ji Cin-peng maka tanpa merasa ia
telah memasukkan dirinya kedalam bagian dari perguruan Panah Bercinta.
Ji Cin-peng segera mengerling sekejap kearahnya memberi tanda, lalu berkata, "Soal
banjir darah mah tak akan terhindar lagi. Itu cuma tergantung soal cepat atau lambatnya
saja!" Pada saat itulah, Si Tiong pek menghunus pedangnya. Sambil melompat kemuka
teriaknya, "Kalian orang-orang perguruan Panah Bercinta betul-betul terlalu menghina
orang!" "Kami menghina orang, memangnya kalian juga tidak menghina orang!" balas Jit poh
toan bun Kwik To dengan suara yang amat dingin.
Suasana semakin tegang, pertarungan agaknya setiap saat dapat berlangsung.
Tiba-tiba Kongsun Po maju kedepan dan memisahkan mereka kekiri dan ke kanan, lalu
katanya, "Jika ada dua harimau berkelahi, maka salah satu pasti akan terluka. Alangkah
baiknya jika kalian berdua jangan bentrok lebih dulu hanya lantaran urusan kecil. Lohu
yang tak becus bersedia untuk menjadi penengah!"
"Kongsun Po heng bagaimana menurut pendapatmu?" tanya Oh Bu-hong kemudian
dengan penuh kebencian.
Kongsun Po terkekek-kekeh seram. "Jangan ribut, jangan ribut. Lohu sudah
menemukan suatu cara yang amat jitu"."
"Cara apa yang berhasil kau dapatkan?" tanya Si Tiong pek rada tertegun.
"Hee" hee" hee" Sebagaimana kita ketahui, naga berapi adalah makhluk tak bertuan.
Siapa yang mendapatkan toh sama saja. Menurut pendapat lohu yang bodoh, lebih baik pil
Lei hwe po wan diberikan kepada pihak Thi-eng pang sedang naga berapi itu sendiri
didapatkan pihak perguruan Panah Bercinta. Bukankan cara ini bagus sekali" Bagaimana
pendapat kalian?"
Ji Cin-peng segera tertawa terbahak-bahak, "Haa" haa" haa" Jika benda itu dibagi
untuk kami bersua, lantas Saudara Kongsun sendiri mendapat apa".?"
Kongsun Po menjadi tertegun, lalu pikirnya, "Hmmm".! Tak sedikit sudah aku
mengeluarkan tenaga, masa aku akan pulang dengan tangan hampa?"
Pada dasarnya ia sudah mempunyai rencana busuk dalam benaknya, maka mendengar
perkataan itu, kontan saja tergelaklah dia "Haa" haaa" haa" Tidak susah, tidak susah.
Kalian semua telah pulang dengan membawa hasil, sudah barang tentu lohu tak bisa
pulang dengan tangan hampa. Begini saja, anggaplah mestika dari To liong pit po sebagai
bagian lohu!".
Baru selesai ia berkata, Say Khi pit serta Lui Thian seng bersama-sama telah
melototkan sepasang matanya lebar-lebar, jelas mereka tak senang hati.
Mendadak perempuan tua berambut putih itu membentak keras, "Binatang, kenapa kau
tidak menuruti perkataanku?"
Naga api itu kembali berpekik sedih. Tubuhnya segera berbaring diatas tanah dan tidak
bergerak lagi, kepalanya digoyang-goyangkan pertanda sudah takluk dan jinak.
Dengan cepat Ji Cin-peng berpaling sambil membentak, "Semua anggota perguruan
Panah Bercinta harap membuat persiapan".!"
Bentakan demi bentakan berkumandang dari empat penjuru, tampaklah para jago dari
perguruan Panah Bercinta bersama-sama menyebarkan diri membentak sebuah barisan
yang tangguh untuk menggelinding si nenek berambut putih serta naga api itu.
Si Tiong pek melayang maju kedepan dengan kecepatan luar biasa. Setelah tertawa
seram, serunya, "Selama enam puluh tahun, angin dan air selalu berputar. Tiga puluh
tahun air mengalir ke timur, tiga puluh tahun kemudian air mengalir ke barat. Tak nyana
perguruan Panah Bercinta berani secara terang-terangan mencaplok pil Lei hwe po wan
secara kasar. Hmm"..".
"Siapapun berhak untuk mendapatkan barang tak bertuan", kata Ji Cin-peng hambar.
"Sekalipun perguruan Panah Bercinta bukan suatu perguruan yang bernama baik, tindakan
kami ini masih belum terhitung suatu perbuatan yang kelewatan".."
"Tepat sekali, tepat sekali!" seru Si Tiong-pek sambil tertawa seram. "Cuma aku lihat
bukan suatu persolan yang gampang bagi perguruan kalian jika ingin mengangkangi
mestika tersebut seorang diri hari ini".
Ji Cin-peng segera tertawa dingin. "Pun kuncu tak pernah melakukan pekerjaan yang
tidak memberi keyakinan bagiku. Hari ini kami berani menangkap naga tentu saja memiliki
kemampuan pula untuk melindunginya. Jika pihak Thi-eng pang kurang percaya, silakan
dibuktikan saja dengan kenyataan!".
Si Tiong pek tertawa terbaha-bahak. "Haa" haa" haa" Tentu saja, tentu saja. Sudah
semenjak dulu aku telah menduga bahwa pada suatu ketika antara perguruan Panah
Bercinta dengan Thi-eng pang pasti akan menghadapi peristiwa semacam ini. Cuma tak
kusangka kalau peristiwa ini bakal terjadi dalam waktu secepat ini"."
Berbicara sampai disitu, dia lantas mengulapkan tangannya memberi tanda. Para jago
dari Thi-eng pang yang berada disekitar tempat itu serentak maju bersama. Agaknya
suatu pertempuran massal segera akan terjadi.
Si Tiong pek memandang anak buahnya sekejap. Kemudian sambil mendongakkan
kepalanya dia berkata dengan sombong. "Toa-buncu, coba kau lihat bagaimana dengan
anak buahk?"
Ji Cin-peng agak tertegun, mungkin ia tidak memahami apa yang dimaksudkan, tapi
kemudian pula katanya sambil tertawa dingin. "Gerombolan bandit dan pencopet, tak bisa
dianggap sebagai suatu kekuatan yang hebat!"
Si Tiong pel naik pitam setelah mendengar perkataan itu, bentaknya penuh rasa gusar.
"Kentut busukmu!"
Paras muka Ji Cin-peng berubah, hawa nafsu membunuh segera menyelimuti seluruh
wajahnya, tapi hanya sebentar, karena dengan nada yang datar dan tenang katanya
kemudian. "Kalau ditinjau dari perkataanmu yang ngawur dan seenaknya, aku pantas
kalau memberi sedikit pelajaran kepadamu, agar kau tahu tingginya langit dan tebalnya
bumi. Tapi" memandang pada sumbangan tenaga yang telah kalian berikan ketika
menangkap naga tadi, aku bersedia untuk memaafkan kelancanganmu itu"."
Kalau didengar dari suaranya yang lembut dan halus, orang tak akan percaya kalau
perempuan ini tak lain adalah seorang iblis perempuan yang paling berkuasa dan paling
hebat dalam dunia persilatan dewasa ini.
Ucapan tersebut segera saja menimbilkan rasa cengang dan tertegun bagi semua jago
yang berada disekitar situ.
Tapi Si Tiong pek belum juga tahu diri, malah dengan mendongkol ia mendengus,
serunya, "Maksud baik nona boar kuterima didalam hati. Sayang persoalan antara kita
berdua tak bisa diselesaikan dengan sepatah dua patah kata saja"."
Ji Cin-peng segera tersenyum. "Aku sudah menduga akan jawabanmu itu", katanya.
"Sebelum kami memutuskan untuk menangkap naga itupun, nona telah memikirkan juga
akibatnya. Mungkin disebabkan persoalan ini, suatu pertumpahan darah yang mengerikan
akan terjadi hari ini?"
"Haa" haa" haa" Nona memang pintar dan betul-betil lain daripada yang lain" kata
Oh Bu-hong sambil tertawa terbahak-bahak. "Kalau sudah tahu bahwa kejadian ini bisa
berakibat terjadinya pertumpahan darah, sepantasnya kalau kau menarik diri dalam
persoalan hari ini"
Ji Cin-peng mencibir sinis, katanya, "Ucapan pangcu memang sangat tepat, sebetulnya
siau li memang berhasrat untuk mengundurkan diri dari sini, cuma sebelum siau li
meninggalkan gunung tempo hari, suhu siau li pernah berpesan bahwa bagaimanapun
juga maka siau li harus?"
"Haa" haa" haa" Nona memang pintar dan luar biasa. Aku rasa suhumu sudah pasti
adalah seorang tokoh yang maha sakti dari dunia persilatan!" tukas Oh Bu-hong sambil
tertawa terbahak-bahak lagi.
"Aaah". Tidak, tidak" kata Ji Cin-peng sambil gelengkan kepalanya berulang kali.
"Guruku mah cuma seorang manusia biasa yang tak punya kepandaian apa-apa. Jauh
dibandingkan dengan kegagahan dan kehebatan Pangcu"
Agak merah wajah Oh Bu-hong karena jengah, ujarnya, "Suhumu pernah berkata apa?"
Ji Cin-peng tertawa ringan, "Kalau anjing menggigit orang, itu bukan berita namanya,
tapi kalau orang menggigit anjing, ini baru berita yang luar biasa"."
Paras muka Oh Bu-hong segera berubah hebat. "Kurang ajar, kau berani memaki
aku"!" teriaknya.
Jari tangannya segera menyentil ke muka.
"Sreeeet!"
Segulung desingan angin tajam segera meluncur ke muka dan menghajar ke tubuh Ji
Cin-peng. Dengan suatu gerakan yang enteng dan cekatan Ji Cin-peng segera mengigos ke
samping. Si Tiong pek memburu ke muka, serunya sambil tertawa seram. "Suhu, tak ada
gunanya banyak berbicara pada saat ini. Hanya banjir darah yang terbentang didepan
mata kita sekarang!"
Suara teriakan keras yang memekakkan telinga tiba-tiba berkumandang memecahkan
keheningan. Kawanan jago dari perkumpulan Thi-eng pang serentak maju kedepan dan
menyerang orang-orang perguruan Panah Bercinta.
Dalam waktu singkatm kekuatan dari kedua belah pihak telah saling bertemu. Suatu
bentrokan senjata yang memekakkan telingapun berkumandang memecahkan
keheningan"
Jeritan-jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema memenuhi angkasa. Banyak
korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Bentakan keras, jeritan kesakitan
dikombinasikan dengan suara deruan angin pukulan serta benturan senjata tajam,
membuat suasana dan pemandangan di sekitar itu betul-betul mengerikan.
Berbicara soal jumlah kekuaatan maka anggota perkumpulan yang hadir dari kedua
belah pihak boleh dibilang seimbang. Kekuatan merekapun setali tiga uang. Bisa
dibayangkan betapa serunya pertarungan yang sedang berlangsung waktu itu.
"Maaf nona, lohu akan bertindak lancang" Oh Bu-hong membentak keras.
Toya bajanya diputar cepat. Hembusan angin dengan gerakan memotong, menyapu,
membacok, menebas, menghantam dan memotong, secara beruntun dia lukai delapan
orang jago lihay dari perguruan Panah Bercinta, kemudian langsung menyerbu ke depan Ji
Cin-peng. Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan Ji Cin-peng kedepan, bentaknya nyaring.
"Kau anggap nona takut kepadamu?"
Kedua orang itu sama-sama adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar.
Kelihayan tenaga dalam mereka sukar dilukiskan dengan kata-kata. Terlihat angin
serangan dari toya baja serta telapak tangan itu menderu-deru kencang. Sekitar beberapa
kaki di sekitar mereka berdua boleh dibilang telah dilapisi oleh selapis hawa serangan yang
tebal. Seru dan sengit jalannya pertarungn ketika itu, sedemikian ramainya suasana boleh
dibilang jarang ditemui dalam dunia persilatan. Dalam waktu singkat, korban kembali
berjatuhan dari kedua belah pihak. Meski orang-orang Thi-eng pang telah berusaha untuk
menyerang berulang kali, sayang pertahanan dari orang-orang perguruan Panah Bercinta
setangguh batu karang. Usaha mereka selalu mengalami kegagalan total.
Pada saat itulah" mendadak terdengar suatu ledakan keras yang memekakkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan.
Batu cadas dan kayu-kayu besar segera bermuncratan keempat penjuru. Segulung asap
hitam yang amat tebal mengumpal keluar dari balik mulut istana api itu.
Menyusul kemudian muncullah dua sosok bayangan manusia bagaikan sambaran
sukma gentayangan. Dengan suatu kecepatan yang luar biasa kedua sosok bayangan itu
menerjang keluar dari balik istana api.
"Haa" haa" haa" Tidak kusangka begini banyak sobat yang berkumpul disini!".
Seorang berseru sambil tertawa nyaring.
Berbareng dengan selesainya perkataan itu, tiba-tiba ditengah arena telah melayang
turun dua sosok manusia.
Dengan terjadinya ledakan yang berlangsung secara mendadak tadi, serentak
pertumpahan darah yang sedang berlangsung disana terhenti sama sekali. Masing-masing
pihak mengalihkan perhatian masing-masing untuk mengawasi kedua orang itu tanpa
mengucapkan sepatah katapun.
Ji Cin-peng segera tertawa setelah melihat wajah kedua orang itu. See ih sam seng
berdiri tertegun sedangkan Say Khi pit dan Kongsun Po merasa gelisah bercampur panik.
Peluh dingin mengucur keluar tiada hentinya membasahi sekujur badannya.
"Saudara Gak, baik-baikkah kau?" teriak Ji Cin-peng dengan wajah berseri.
Gak Lam-kun melirik sekejap si nona baju perak yang berada disisinya, lalu menjawab
sambil tertawa. "Berkat doa restu dari nona Bwe, aku berada dalam keadaan sehat wal


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

afiat!" Tiba-tiba See ih sam seng bersama-sama maju ke depan lalu menghadang jalan pergi
Gak Lam-kun. "Gak Siauhiap" tegur Malaikat Racun Lo Kay seng sambil tertawa seram, "Kemana
perginya siocia kami?"
Wajah mereka, rata-rata menunjukkan kecemasan serta kegelisahan. Sementara enam
buah mata yang tajam menatap wajah Gak Lam-kun tak berkedip. Mereka berharap bisa
memperoleh kabar tentang Thian san soat li dari tubuhnya.
Gak Lam-kun tertegun menghadapi pertanyaan itu.
"Nona yang mana?" dia balik bertanya.
Kontan saja Malaikat Racun Lo Kay seng tertawa dingin sesudah mendengar perkataan
itu. "Aku harap kau tak usah bermain setan dihadapanku" tegurnya. "Hayo jawab saja
berterus terang, kau telah apakan dirinya?"
Gak Lam-kun segera memahami apa yang dimaksudkan, ia tertawa terbaha-bahak
karena kegelian.
Nona berbaju perak itupun ikut tertawa cekikikan, serunya kemudian. "Hey sam seng.
Masa kalian sudah pangling denganku?"
Seperti apa yang diketahui, sukma Ang ih kim cha telah meminjam jasad si nona baju
perak itu untuk hidup kembali di dunia. Oleh karena itu ciri-ciri wajah Thian san soat li
yang sesungguhnya lambat laun mengalami perubahan secara drastis. Kalau ditanya mirip
siapakah wajahnya sekarang maka sembilan puluh persen dia lebih mirip Ang ih kim cha
daripada wajah aslinya sendiri. Tak heran kalau See ih sam seng tak dapat mengenalinya
kembali. Seperti orang bodoh, Malaikat Pedang Pek Ban im segera bertanya, "Siocia kenapa kau
bisa berubah menjadi begitu rupa?"
Nona baju perak itu tersenyum, "Suratan takdirku memang demikian. Aku harap kalian
tak usah banyak bertanya lagi" tukasnya.
Meski pelbagai kecurigaan masih berkecamuk dalam benak See ih sam seng, namun
bersua dalam keadaan demikian, terpaksa mereka bertiga harus manggut-manggut juga
sambil mengundurkan diri.
Selesai berkata tadi, nona berbaju perak itu segera melangkah ke tengah arena. Sambil
menuding si naga berapi katanya, "Lepaskan dia!"
"Tidak bisa!" jawab nenek berambut putih itu ketus.
Pada hakekatnya Ji Cin-peng memang tidak menaruh kesan baik terhadap gadis
berbaju perak itu. Mendengar ucapannya tersebut, ia lantas berkata dengan ketus. "Atas
dasar apa kau hendak mencampuri urusan perguruan kami?"
Untuk sesaat nona berbaju perak itu terbungkam lalu tertawa jengah. Ia berpaling dan
memandang sekejap wajah Gak Lam-kun dengan pandangan mesra. Wajahnya yang
memang cantik jelita kian banyak bertambah menawan.
Gak Lam-kun segera tertawa nyaring, katanya kemudian. "Nona Bwe, bersediakah kau
untuk memandang diatas wajah siaute?""
Sampai sekarang dia masih belum tahu kalau Bwe Li pak adalah Ji Cin peng, maka ia
selalu menyebutnya sebagai nona Bwe.
Diam-diam Ji Cin-peng menghela napas, titik air mata segera mengembang dalam
kelopak matanya.
"Tentu saja kau terkecuali!" katanya sambil tertawa pedih.
Lalu sambil berpaling katanya lagi, "Nenek, lepaskanlah binatang itu!"
Si nenek berambut putih itu tertegun, serunya dengan cepat, "Nona, tidak gampang
untuk menangkap makhluk ini, harap kau berpikir tiga kali lagi sebelum mengambil
keputusan!"
Ji Cin-peng hanya tahu memburu kesenangan, segera katanya, "Aaaah" Tak usah
banyak bicara, pokoknya laksanakan saja kan beres"!"
Nenek berambut putih itu tak berani membangkang, dia lantas menarik kembali kaitan
emas Wu tim cui kou miliknya".
"Jangan lepaskan makhluk itu!" tiba-tiba Oh Bu-hong membentak keras.
"Kenapa?" tanya Gak Lam-kun sambil maju ke muka.
Oh Bu-hong tertawa seram, jawabnya. "Naga ini sudah menjadi milikku. Tanpa
seiijinku, siapapun dilarang untuk melepaskannya!"
"Kalau aku tetap melepaskannya?" jengek Gak Lam-kun sambil menarik muka.
"Kubunuh dirimu!" dengus Oh Bu-hong dengan nada sinis.
Toya bajanya segera diputar satu lingkaran di udara, lalu dengan disertai desingan
angin tajam ia totok dada anak muda itu.
Gak Lam-kun tertawa terbahak-bahak, "Haa" haa" haa" Aku lihat perangai Toa
pangcu masih kelewat berangasan"
Sebuah kebasan tangan dilontarkan ke muka. Segulung hawa takanan yang amat kuat
seketika mendepak Oh Bu-hong mundur selangkah.
Kebasan itu cukup kuat dan bertenaga luar biasa. Semua jago kembali dibuat tertegun
Lebih-lebih Oh Bu-hong sendiri. Dengan perasaan tercekat, dia lantas berpikir,
"Setengah bulan tidak berjumpa, bajingan ini sudah mampu untuk mendesak mundur aku
dengan pukulannya. Tenaga dalam sesenpurana ini betul-betul luar biasa. Sekarang tak
seorangpun dari para jago yang hadir di arena mampu untuk menghadapinya. Apalagi
dikemudian hari. Bukankah dia akan menjadi jagoan nomor wahid dalam dunia
persilatan?"
Sebagai orang yang berhati iri dan culas, setelah berpikir sampai kesitu, selapis hawa
nafsu membunuh segera menyelimuti seluruh wajahnya"
Sambil tertawa seram ia lantas berseru, "Bocah muda, tak kusangka ilmu silatmu hebat
juga!" Bagaimanapun juga dia tidak percaya kalau dalam setengah bulan saja tenaga dalam
yang dimiliki Gak Lam-kun bisa peroleh kemajuan yang demikian pesatnya.
Bayangan toya bajanya segera dibalik, lalu dengan jurus Nu kang huan lam (ombak
sungai mengulung dahsayat), membacok tubuh lawan.
Gak Lam-kun tertawa dingin. Telapak tangan kirinya dikebaskan pelan ke muka.
Kebasan itu sungguh kuat sekali. Dalam waktu singkat tahu-tahu sudah mencapai sasaran.
Dalam waktu singkat angin puyuh menderu-deru. Pasir dan batu beterbangan di
angkasa. Serentetan cahaya hitam meluncur ke tangah udara.
Dengan perasaan terkesiap Oh Bu-hong mundur ke belakang, serunya, "Kau, adalah
malaikat".!"
Waktu itu sepasang tangannya sudah kosong. Toya baja yang sangat berat itu sudah
terhajar oleh serangan Gak Lam-kun sehingga mencelat ke tengah udara. Ditengah
desingan angin tajam, benda itu meluncur ke arah barat laut dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat.
Dengan wajah sedingin es, Gak Lam-kun berkata, "Aku adalah manusia bukan malaikat.
Tapi aku justru adalah musuh tandinganmu!"
Kepandaian maha sakti yang belum pernah dilihat maupun didengar dalam dunia
persilatan ini, bukan saja sudah menggetarkan hati setiap orang yang berada dalam arena,
sekalipun Gak Lam-kun sendiri juga merasa agak tercengang.
Kongsun Po serta Say Khi pit yang menyaksikan gelagat tidak menguntungkan, segera
membalikkan badan dan siap mengambil langkah seribu dari situ.
"Kembali!" bentak Gak lam-kun dengan suara keras.
"Kau hendak membunuh kami?" bisik Saya Khi pit dengan wajah ketakutan hebat.
Gak Lam-kun tertawa sinis. "Itu mah bukan suatu pekerjaan yang tak bisa kulakukan!"
sahutnya. Menghadapi keadaan demikian ini, Kongsun Po segera mengerahkan tenaga dalamnya
untuk melindungi dada, lalu berkata. "Sekarang urusan telah menjadi begini rupa, agaknya
kami berdua harus beradu jiwa denganmu!"
"Hmmmm! Yang penting, sanggup tidak kalian berdua untuk mengajak aku beradu
jiwa!" ejek Gak Lam-kun sambil mendengus.
Perkataan itu sama sekali tidak terdengar sombong atau sengaja membesar-besarkan
keadaan. Karena kenyataan telah membuktikan segala sesuatunya.
Kongsun Po berpikir sejenak, lalu berkata, "Berada dalam keadaan ingin hidup tak bisa,
ingin mati tak dapat, kami berdua percaya masih mampu untuk melakukan suatu
perbuatan yang jauh diluar dugaan kalian semua!"
Jilid : 22 "BAIK!" kata Gak Lam-kun sambil maju dengan langkah lebar, "Ingin kulihat sebetulnya
kalian memiliki kekuatan macam apa yang disebut melampaui kemampuan orang itu!"
Dengan Wajah yang hambar dan dingin seperti es, selangkah demi selangkah ia
berjalan kedepan Kongsun Po serta Say Khi pit.
Pucat pias selembar wajah Kongsun Po, bisiknya dengan badan menggigil keras, "Kau
amat keji?"
Paras muka Gak Lam-kun agak berubah, katanya lagi, "Dalam pandangan orang lain
perbuatan ini mungkin dianggap kejam, tapi dalam pandanganku hal ini justru merupakan
suatu hal yang lumrah, sebab tindakan yang kalian gunakan untuk menghadapi guruku
jauh lebih kejam dan busuk daripada perbuatan sekarang!"
Menyaksikan musuhnya yang maju mendekat bagaikan malaikat dari langit, tanpa
terasa Say Khi pit dan Kongsun Po mundur terus berulang kali. Wajahnya memperlihatkan
rasa takut bercampur ngeri. Peluh dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Tiba-tiba Oh Bu-hong membentak keras, "Harap kalian berdua cepat lari ke tempat lohu
sini!" Gak Lam-kun segera berpaling dan memandang sekejap kearahnya, kemudian katanya,
"Bila perkumpulan kalian hendak turut campur persoalan ini, jangan salahkan kalau aku
akan menegakkan keadilan dan kebenaran bagi umat manusia!"
Setiap patah katanya tegas dan mantap, dingin seperti angin yang berhembus datang
dari gunung es.
"Hey orang she Gak, kau tak usah sombong!" teriak Si Tiong-pek sambil memutar
senjatanya. "Hee" hee" hee" Jangan dianggap setelah memperoleh beberapa jurus ilmu silat
rahasia maka kau bisa menjagoi dunia persilatan" ujar Gak Lam-kun sambil tertawa dingin.
Si Tiong-pek tak mau kalah, ia tertawa seram pula. "Yaa, tapi tak akan jauh selisihnya
darimu" Pada saat itulah si nenek berambut putih itu telah menarik kembali kaitan emas Wu kim
cui kou nya. Naga api itu segera barpekik nyaring. Tubuhnya yang amat besar tiba tiba melambung
ke udara dan membuat satu lingkaran di angkasa, setelah itu sambil membentangkan
cakar raksasanya menerjang orang-orang Thi-eng pang.
Dimana cakar raksasanya menyambar lewat selapis warna merah segera menyelimuti
seburuh angkasa.
"Cepat mundur!" buru-curu Oh Bu-hong membentak keras.
Bayangan manusia, segera menyebar ke empat penjuru. Beratus-ratus orang jago dari
Thi-eng pang tercerai berai kemana-mana untuk mencari keselamatan sendiri.
Oh Bu-hong sendiri sambil mengerahkan tenaga dalamnya ke dalam talapak tangan, ia
menerjang kearah Gak Lam-kun dengan suatu ge-rakan yang amat ganas, serunya sambil
tertawa geram, "Gak Lam-kun, kau berani melukai orang dengan menggunakan kekuatan
naga. Tidak takutkah perbuatanmu ini akan dikutuk oleh setiap manusia yang ada didunia
ini?" Bayangan tangan menyambar silih berganti. Secara beruntun dia melancarkan
serangkaian pukulan bertubi-tubi yang ditujukan ke sekujur badan Gak Lam-kun.
Dengan gesit dan lincah Gak Lam-kun berkelit kesana kemari, lalu katanya. "Untuk
menghadapi manusia bengis semacam kalian ini, kupikir cara ini merupakan suatu cara
yang paling cepat"
Siapa tahu baru saja tubuhnya mundur ke belakang tiba-tiba terasa desingan angin
tajam menyambar datang dari arah belakang.
Sewaktu dia berpaling, maka dilihatnya Si Tiong pek, Kongsun Po serta Say Khi pit
sekalian, dengan kekuatan gabungan dari empat orang sedang menyergap dirinya dengan
kecepatan luar biasa.
Lam-kun tertawa terbahak-bahak, katanya, "Haa" haa" haa" Aku menjadi rikuh
sendiri kalau tidak memenuhi harapan kalian, setelah kamu semua begitu baik memberi
muka kepadaku!"
Dengan suatu gerakan yang amat cepat, tubuhnya berputar kencang. Sepasang telapak
tangannya direntangkan keatas bawah dan sekaligus ia sambut datangnya beberapa
gulung tenaga pukulan itu.
oooOOOOooo BEBERAPA orang jago ini semuanya sudah menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya
tenaga serangan yang dimiliki anak muda tersebut, ketika melihat garangnya pukulan itu
masing masing segera mengigos ke samping untuk menghindarkan diri.
Tapi sayang, walaupun mereka menghindar cukup cepat, namun datangnya serangan
itu jauh lebih cepat lagi. Ditengah benturan yang memekakkan telinga, empat orang jago
lihay itu bersama sama terpental ke belakang dan jatuh terduduk ditanah.
Sepasang mata Oh Bu-hong segera berkaca-kaca. Sambil merangkak bangun dari tanah
katanya. "Gak sauhiap, lohu mengaku kalah!"
"Suhu, menang kalah bukan urusan yang penting" seru Si Tiong pek dengan mulut
bepelopotan darah, "Dikemudian hari kita masih ada kesempatan untuk menagihnya
kembali"."
Dengan wajah yang amat sedih dan air mata bercucuran, Oh Bu-hong hanya
menggelengkan kepalanya berulang kali, dia membungkam dalam seribu bahasa
Orang bilang "Seorang enghiong tak akan melelehkan air mata. Jika tidak menghadapi
persoalan yang betul betul memedihkan hati Thi-eng siu Oh Bu-hong adalah seorang jago
tua yang sudah lama berkecimpungan dalam dunia persilatan, baik nama besar maupun
kedudukannya sama sekali tidak berada di bawah siapa pun. Tak heran kalau pukulan
batin yang diterimanya kali ini membuat ia begitu sedih sehingga tanpa terasa air matanya
jatuh bercucuran.
Gak Lam-kun tak ingin bertindak kebangetan, cepat cepat dia berseru, "Aku betul betul
berbuat ceroboh, bila telah kulakukan kesalahan"."
"Tak usah banyak bicara lagi," tukas Si Tiong pek sambil membentak gusar. "Aku orang
she Si pasti akan menuntut balas atas penghinaan yang kuterima hari ini!"
Ketika mengucapkan kata kata itu, matanya membelalak memancarkan sinar buas.
Giginya saling gemerutuk menahan emosi. Sedemikian mengerikannya wajah pemuda itu,
membuat Gak Lam-kun diam diam merasa amat bergidik.
Tapi Oh Bu-hong segera menggoyangkan tangannya berulang kali, ujarnya lirih. "Pek ji,
kau tak usah banyak bicara lagi. Lohu akan segera membuyarkan perkumpulan Thi-eng
pang kita!"
"Haah!" Hal ini mana boleh jadi?" teriak Si liong pek dengan perasaan terkesiap.
"Keputusanku telah bulat. Kau tak usah banyak berbicara lagi!" kata Oh Bu-hong tegas.
Sementara itu, dari balik arena berkumandang lagi suara jeritan-jeritan ngeri yang
menyayatkan hati. Puluhan orang jago lihay sudah roboh terkapar diatas genangan darah
sendiri. "Gak sauhiap" ujar Oh Bu-hong kemudian dengan wajah sedih, "Lohu sudah menderita
kekalahan total, buat apa kau harus menciptakan pembunuhan yang tak berguna"
Gak Lam-kun mengambil keluar Lencana Pembunuh Naga dari sakunya, kemudian
menerjang maju menghampiri naga berapi itu.
"Naga keparat, kenapa belum kembali ke sarangmu" bentaknya lantang dari tengah
udara. Rupanya naga api itu tahu kalau orang tersebut adalah tandingannya, sambil mengipat
ekor buru-buru makhluk raksasa itu menerobos kembali ke dalam istana api.
Setelah naga itu lenyap dari pandangan, Oh Bu-hong baru memandang sekejap kearah
anak buahnya dengan perasaan berat, ujarnya dengan suara sedih, "Saudara sekalian,
sampai berjumpa lagi?"
"Suhu, kau hendak kemana?" teriak Si Tiong-pek cemas.
"Setinggi tingginya pohon daun akan gugur kembali kebumi. Dunia persilatan demikian
luas tak sulit bagiku untuk mencari tempat pertapaan baru?"
Si Tiong-pek segera menggoyangkan tangannya berulang kali, katanya. "Seenakenaknya
dunia persilatan, di rumah sendiri adalah paling enak. Suhu! Baliklah ke dalam
markas!" Oh Bu-hong menghela napas sedih. "Kenangan lama paling mudah menimbulkan
kesedihan. Aku tak ingin kembali ke tempat lama yang penuh kenangan itu, lebih baik
pergi jauh dari semua orang!"
"Suhu apakah kau sama sekali tak memperdulikan lagi usaha kita selama ini untuk
membangun perkumpulan Thi-eng pang?" keluh Si Tiong pek, wajahnya murung.
"Kenangan lama pasti akan berlalu. Kesemuanya itu sudah tinggal impian belaka. Sejak
sekarang dalam dunia persilatan sudah tiada orang yang bersama Thi-eng siu lagi"."
Si Tiong pek menghela napas panjang, kembali ia berkata, "Kekayaan Thi-eng pang tak
terhitung dengan jari tangan, apakah suhu tak akan memperdulikannya juga?"
Oh Bu-hong menggeleng. "Nama kedudukan den harta sudah banyak kurasakan. Mulai
sekarang aku tidak suka memburu hal-hal itu lagi. Aku hanya ingin mencari ketenangan
hidup, melihat burung dihutan, memancing ikan di telaga hidup bebas tanpa pikiran,
damai merdeka sentausa selamanya"
Tiba tiba si nenek berambut putih dari perguruan Panah Bercinta itu maju kedepan dan
menuju kehadapan Oh Bu-hong sambil membawa kaitan Wu kim cui kou miliknya. Setelah
menghela napas, dia berkata, "Untuk kemenangan atas bertobatnya Oh-Pangcu dari
semua kesesatan, aku si perempuan tua ingin menyumbangkan sedikit tanda mata ini
sebagai kenangan?"
Air mata Oh Bu-hong jatuh bercucuran semakin deras, tiba tiba ia memegang tangan
perempuan tua itu dan berbisik, "Si-hun ikutlah aku. Mari kita pergi bersama!"
"Bu-hong, kau masih kenal aku?" bisik nenek berambut putih itu dengan air mata
bercucuran. "Habis gelap terbitlah terang, sudah lama aku mencarimu dalam impian. Tak nyana
setelah kita sama sama menjadi tua, akhirnya bisa bersua kembali". Yaaa, semenjak
bertemu denganmu, aku sudah menduga siapakah kau".!"
Perempuan tua itu menggeleng pelan, "Sinar senja menang cantik jelita, sayang
selewatnya magrib malam haripun tiba. Kita sudah sama-sama tua renta, tak mungkin lagi


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk berdampingan sepanjang masa?"
"Sepuluh tahan kita berpisah, sembilan tahun aku terlalu tarkanang. Rembulan ada
kalanya setengah ada kalanya purnama. Si hun, Walaupan kita berdua sudah tua namun
perasaan kita tetap kekal, aku bisa baik-baik marawat dirimu!"
Nenek berambut putih itu tertawa sedih, "Bertemu kembali dengan kekasih, kekasih
telah tua. Sepuluh tahun terkenang air matapun mengering. Aku bertanya kepada gunung
gunung tak menyahut, aku bertanya kepada telaga telaga tak juga menjawab. Bu-hong
aku tak bisa mengikutimu!"
"Kenapa?" seru Oh Bu-hong dengan perasaan gelisah.
"Sepuluh tahun kita berpisah sembilan tahun kau selalu terkenang. Apa yang telah kau
lakukan pada setahun yang terakhir?" tanya nenek itu pedih.
"Untuk menemukan kekasih, ujung langit kujelajahi. Sepuluh tempat yang kukunjungi
sepuluh tempat kosong. Pada tahun yang terakhir aku betul betul merasa putus asa!"
Saking terharunya air mata jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah nenek
berambut putih itu .
"Kenangan lama tak akan kembali. Lebih baik kita cari dari kenyataan saja?" bisiknya.
"Jadi kau telah setuju?" seru Oh Bu-hong dengan wajah berseri karena gembira.
Sambil menangis si renek berambut putih itu manggut manggut. "Setelah kudengar
pembicaraan kekasih kuketahui hati kekasih. Aku bersedia mengikutimu sampai mati. Buhong,
Mari kita pergi!"
Ji Cin-peng segera maju ke depan, serunya sambil tertawa, "Siau popo, kuucapkan
selamat berbahagia untukmu. Semoga kalian berdua bisa rukun selalu sepanjang masa"."
Dengan terharu nenek itu menjawab. "Sepuluh tahun menunggu derita akhirnya derita
menjadi beres. Aku tak berharap bisa hidup sepanjang masa. Asal bisa pulang ke alam
baka bersama, sekalipun harus mati di tengah gunung, apa pula yang musti dirisaukan?"
"Orang persilatan ada yang tua ada yang muda, meski ambisi kalian telah lenyap golok
mestika belumlah tua moga-moga dikemudian hari kalian berdua masih mau sering-sering
berkunjung ke perguruan Panah Bercinta sebagai tamu kehormatanku!"
Oh Bu-hong segera tertawa terbahak bahak, "Kematian melenyapkan budi dan dendam
senjata ditukar dengan batu kemala. Walaupun lohu telah pergi semoga Thi-eng pang dan
Cian-cing kau bisa hidup damai berdampingan sepanjang masa. Moga-moga kalian jangan
bertarung lagi dan bersama-sama membangun dunia persilatan".."
Agaknya gelak tertawa itu merupakan gelak tertawa yang paling bebas dan gembira
selama banyak tahun ini. Selesai tertawa ia merasa hatinya amat lega.
Tapi pada saat itulah tiba-tiba terdengar Si Tiong pek mendengus dingin, kemudian
melengos ke arah lain.
Sambil menggelengkan kepalanya Oh Bu-hong menghela rapas panjang, katanya
lembut, "Anak Pek kau tak usah merasa tak puas, dikemudian hari"."
Dengan kasar dan marah Si Tioug pek mematahkan pedangnya menjadi dua bagian.
Kemudian sambil membantingnya ke atas tanah, ia mundur beberapa langkah ke belakang
seraya membentak, "Sekarang kau sudah bukan suhuku lagi, kau sudah bukan guruku
yaeg berada dalam bayangan ku. Dulu guruku adalah seorang jago yang gagah perkasa
dan menguasahi wilayah utara dan selatan sungai besar, sedang kau" Huuuh"! Kau tak
lebih cuma seorang pangemis tua yang berusaha melarikan diri dari kenyataan".
Oh Bu-hong menghela napas panjang. "Aaai.. Semua kejadian didunia ibaratnya awan
di angkasa. Setelah tertembus angin maka semuanya akan buyar, apa gunanya kau mesti
menyinggung kembali persoalan itu?"
"Baik!" kata Si Tiong pek kemudian sambil tertawa. Rupanya dia telah mengambil
keputusan, "Soal yang tua mundur yang muda muncul memang suatu hal yang umum
terjadi dalam dunia persilatan. Kalau kau hendak pergi silahkan pergi. Aku pasti akan
membangun duniaku sendiri"."
Seusai berkata dia lantas membalikkan badan dan melangkah pergi.
"Siau-pangcu!" buru-buru Cian seng khi-su Wan Min ciu berseru, "Bagaimana dengan
kami?" Sambil berpaling dan tertawa seram jawab Si Tiong pek, "Kalian semua telah menjadi
tua mengikuti berkembangnya usia. Tunggu saja, mungkin suatu hari aku bisa
membutuhkan kembali bantuan kalian?"
Oh Bu-hong gelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas, katanya. "Kini
murid durhakaku sudah pergi, perkumpulan Thi-eng pang telah buyar. Dalam dunia
persilatan sudah tiada nama kami lagi"
Selesai berkata, sambil membimbing si nenek berambut putih itu pelan pelan mereka
berjalan menuju ke barat.
"Suhu".!" tiba-tiba Ki Li-soat menjerit sambil menangis, lalu munculkan diri dari
kerumunan orang banyak.
Oh Bu-hong berpaling seraya menghela napas panjang, katanya sedih. "Tiada daun
didunia ini yang tidak gugur. Inilah saatnya buat kita untuk berpisah"
"Tidak aku hendak mengikuti sahu!" teriak Ki Li-soat sambil menggelengkan kepalanya.
Oh Bu heng tertawa sedih, sambil mengelus jenggotnya ia berkata. "Sekarang masa
remajamu lagi mulai. Sedang aku tak lebih cuma tua bangka yang hampir memasuki liang
kubur. Terlalu sayang kalau kau harus mengubur masa remajamu itu bersama kami. Anak
bodoh, pergilah dari sini dan dampingilah kekasihmu?"
Belum selesai ia berkata bayangan tubuhnya sudah berada puluhan kaki dari tempat
semula. Keputusannya untuk pergi betul-betul diluar dugaan siapapun .
"Suhu..! Tunggu aku!" teriak Ki Li-soat sambil menyusul dari belakang.
Terlihat gadis itu makin lama semakin menjauh dan akhirnya ikut lenyap pula dari
pandangan mata.
Malam semakin mendekat, waktu senja makin berakhir mengikuti beredarnya sang
waktu. Bubarnya perkumpulan Thi-eng pang jauh diluar dugaan siapupun. Perginya Oh Buhong
serta nenek berambut putih dan minggatnya Si Tiong Pek dengan membawa
dendam akan menjadi topik yang paling ramai dalam kisah selanjutnya.
Ji Cin-peng memandang keadaan cuaca, lalu berkata, "Gak sauhiap kita"."
Sebelum habis ia berkata, tiba tiba terdengar suara pekikan panjang yang memekikkan
telinga berkumandang datang dari tempat kejauhan.
Menyusul kemudian sesosok bayangan manusis yang bertubuh ramping, dengan
kecepatan luar biasa meluncur datang.
Koogsun Po menjadi amat girang segera teriaknya, "Nona Hong!"
Tampak seorang perempuan setengah umur yang berwajah cantik dengan gerak gerik
yang genit masuk ke arena dan melirik sekejap sekeliling tempat itu.
Lalu sambil tertawa terkekeh-kekeh katanya, "Siapakah dlantara kalian yang menjadi
muridnya Tok liong Cuncu?"
Gak Lam-kun segera mendengus. "Aku orang she Gak orangnya"
Suara itu sinis dan dingin, seakan-akan tidak memandang sebelah matapun terhadap
perempuan itu. Tiba-tiba paras muka perempuan itu berubah hebat, ia mendongakkan kepalanya dan
tertawa seram. Kemudian setelah berhenti tertawa dia berkata "Apakah Tok liong Cuncu masih hidup
didunia ini?"
"Kau anggap itu urusanmu?" jengek Gak Lam-kun ketus.
"Manusia yang tak punya pendidikan, apakah suhumu tak pernah menyinggung tentang
aku?" Mendengar makian itu, Gak Lam-kun naik pitam dia langsung menyerbu kedepan
sambil membentak. "Kau sendiri yang telur busuk!".
Dengan suatu gerakan yang enteng dan seenaknya, telapak tangan kirinya ditonjok
kemuka dengan jurus kim cian gin seng (jarum emas bintang perak).
Paras muka perempuan itu berubah hebat dengan cepat dia menghindar ke samping,
kemudian dengan gerakan yang manis dia maju ke depan dan menotok bawah sikut Gak
Lam-kun. Cepat nian serangan tersebut. Hakekatnya dilakukan pada saat yang hampir
bersamaan. Gak Lam-kun terkesiap cepat dia mundur ke belakang seraya berseru, "Kau adalah Yan
Lo-sat (perempuan iblis cantik) Hong Im!"
Jelas dalam satu gebrakan barusan ia telah menduga siapakah lawannya.
Padahal hal ini tak perlu diherankan sebab dalam kitab catatannya Tok liong Cuncu
telah menjelaskan secara terperinci ilmu silat andalan dari setiap orang musuh besarnya.
"Kalau kau sudah tahu siapakah aku, mengapa belum juga berlutut untuk minta
ampun"." seru Yan Lo-sat Hong Im dengan suara sedingin salju.
Gak Lam-kun segera tertawa terbahak babak. "Haa.. haa" haa" Berlutut dan minta
ampun kepadamu" Huuh, jangan mimpi! Justru aku hendak membunuhmu!"
"Kau tak akan mampu!"
Gak Lam-kun gelengkan kepalanya berulang kali. "Dulu mungkin aku tak mampu. Tapi
sekarang hanya masalah waktu. Coba kalau aku tidak teringat dengan pesan guruku yang
ingin membalas dendam sendiri atas sakit hatinya, hari ini kau tak akan lolos dari
tanganku!"
Dengan nada kurang percaya Yan Lo-sat (iblis perempuan cantik) Hong Im berkata,
"Bila Tok liong Cuncu dapat muncul sekali lagi, meski aku harus mati, aku akan mati
dengan hati pasrah!"
"Baik" jawab Gak Lam-kun sambit tertawa. "Tiga hari mendatang, suhuku pasti akan
datang menemuimu"
"Aku rasa hal itu tampaknya suatu yang mustahil, tak mungkin bisa terjadi"
Berada dalam keadaan yang begitu jelas dan nyata, dia tetap tak percaya kalau Tok
liong Cuncu masih bisa lolos dari kematiannya walaupun sekujur badannya sudah penuh
ditandai dengan puluhan buah bacokan yang dalam.
Sudah barang tentu masih terdapat banyak hal yang dicurigai olehnya, apalagi Yan Losat
Hong Im pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana parahnya luka
yang diderita Tok liong Cuncu. Waktu itu dia sendiripun berkeyakinan, sekalipun Hoa To
lahir kembali, belum tentu ia sanggup mengobati lukanya itu.
Mendadak" Dengan suara yang keras bagaikan geledek Jit poh lui sim ciam (tujuh langkah panah
inti geledek) Lui Thian seng membentak, "Orang she Gak, jangan bergerak!. Kalau kau
berani sembarangan bergerak, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji!"
Tampak panah inti geledek yang dahsyat dan mematikan itu sudah dirasakan persis ke
ulu hati Gak Lam-kun. Dalam keadaan begini, asal dia memencet tombol pada senjatanya
itu, niscaya anak panah yang mematikan itu akan berhamburan kemana-mana.
"Mau apa kau?" tegur Gak Lam-kun sambil mengangkat bahu.
Pelan-pelan dia bergeser dari posisinya semula. Ini membuat Jit poh lui sim ciam Lui
Thian tidak berani sembarangan bergerak dan melepasksn serangan.
"Serahkan Lencana Pembunuh Naga itu kepadaku!?" bentak Jit poh lui sim ciam Lui
Thian seng sambil tertawa seram.
Gak Lam-kun tertawa. "Huuh! Kau lagi bermimpi disiang hari bolong, apa tidak kuatir
kalau sampai ikut melayang" serunya.
Kembali Lui Thian seng tertawa seram. "Hee" hee"hee" Orang mampus lantaran
harta, burung mati lantaran makanan, itulah teori yang umum dan sudah lazim berlaku
didunia ini"
Tiba tiba".
Serentetan suara kim yang datar dan rendah menggeletar memecahkan keheningan,
suasana disekeliling jagadpun seakan-akan berubah menjadi gelap gulita.
"Plaaaak!" percikan bunga-bunga api berhamburan kemana-mana entah bagaimana
caranya, tapi tahu-tahu panah Jit poh lui-sim cian yang maha dahsyat itu sudah rontok
diatas tanah dan meledak sendiri. Pasir dan debu segera beterbangan kemana-mana,
ledakan yang keras itu amat memekikkan telinga.
Sementara Lui Thian seng, sendiri sudah terkapar diatas tanah dalam keadaan terluka
parah. "Uuaaaak".!"
Darah segar muntah keluar bagaikan air mancur dari mulut Jit poh lui sim ciam Lui
Thian seng, kemudian ia mendengus karena kesakitan, pancaran sinar gusar, dendam dan
penasaran mencorong keluar dari balik matanya,
Mengikuti arah yang ditatap olehnya tampak si gadis berbaju perak itu sedang pelanpelan
meletakkan harpanya ke dalam pangkuan.
Sambil tertawa merdu ia berkata, "Barusan, aku cuma mempergunakan tenaga sebesar
dua bagian saja. Coba kalau ku-gunakan tenaga. sebesar lima bagian, siapapun pasti
sudah tak bisa bertemu lagi denganmu"
Lui Thian seng mendengus dingin. "Hmmm" Antara kita berdua telah terikat dendam
sakit hati yang lebih dalam dari samudra. Ingat saja" Hutang ini pasti akan ku tuntut suatu
ketika" Selesai berkata dengan susah payah dia merangkak bangun dari atas tanah, lalu
dengan sempoyongan berlalu dari tempat itu.
Nona berbaju perak itu tertawa merdu, dia bergeser ke depan dan memandang ke arah
Gak Lam-kun sambil tertawa manis.
Semua jago disekeliling tempat itu yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi
tertegun dan termangu-mangu, sebab senyuman tersebut benar-benar indah, cantik dan
mempersona hati orang.
Yan Lo-sat Hong Im yang menyaksikan senyuman itu juga ikut tertegun, kemudian
sambil menjatuhkan diri berlutut, sapanya, "Susiok!"
"Siapa kau?" tegur nona berbaju perak itu agak tertegun, "Mengapa kau sebut aku
sebagai paman guru?"
"Bukankah kau adalah Ang ih kim cha (tusuk konde emas baju merah) dari perguruan
Tay khek bun, Gui Bok eng yang sudah lenyap semenjak enam puluh tahun berselang?"
seru Iblis Perempuan cantik Hong Im dengan Wajah tercengang.
Sebagaimana diketahui, semenjak Ang Ih kim cha Gui Bok eng menjatuhkan arwahnya
ke dalam tubuh si nona berbaju perak itu, baik potongan wajah maupun potongan
badannya telah mengalami suatu perubahan yang sungat aneh, banyak dibanyak bagian
tempat justru mempunyai kemiripan dengan Ang ih kim cha itu pribadi.
Maka dengan cepat nona berbaju perak itu tersenyum,ujarnya. "Aku telah berjumpa
dengan susiokmu itu. Dia sudah lama meninggalkan dunia"."
"Bohong!" tiba tiba Yan Lo-sat Hong Im membentak keras.
Seraya berkata, tiba-tiba badannya melompat ke atas dengan kecepatan luar biasa,
kemudian menggunakan jurus Hui hong ti seng (pelangi terbang memetik bintang), suatu
jurus serangan yang tangguh dari perguruan Tay khek bun dia totok dada si nona tersebut.
Tiga malaikat dari wilayah See ih menyaksikan kejadian itu menjadi amat teperanjat,
buru-buru mereka memburu ke tengah arena untuk memberi pertolongan.
Sinona berbaju perak sendiri juga merasa tertegun oleh kejadian itu. segera bentaknya
"Kau berani?"
Entah bagaimana caranya menghindari tanpa disadari ia telah pergunakan suatu
gerakan tubuh yang sangat aneh dan belum dikenali sebelumnya untuk berkelit dan
meloloskan diri dari sisi tubuh Yan Lo-sat Hong im.
Cepat cepat Yan Lo-sat Hong Im mengundurkan diri dari situ, dengan sikap yang
sangat menghormat dia berkata, "Susiok, kenapa kau masih mencoba untuk mengelabuhi
aku?". "Kau sudah salah melihat orang" seru nona berbaju perak itu dengan wajah masih
diliputi hawa kegusaran.
"Tidak mungkin salah!" jawab Yan Lo-sat Hong Im dengan nada yang tegas dan
mantap, "Gerakan Im liong jut siu (naga mega tiga kali mencuat) yang kau pergunakan
barusan merupakan gerakan tubuh susiok yang paling diandalkan. Dalam dunia persilatan
dewasa ini tak mungkin ada orang kedua yang bisa pergunakan gerakan tubuh itu kecuali
Susiok seorang?"
Kiranya untuk membuktikan apakah si nona berbaju perak itu benar-benar adalah Ang
ih kim cha yang dulu atau bukan, Yan Lo-sat Hong Im telah mempergunakan jurus Hui hot
ti seng dari Tay khek bun yang merupakan suatu serangan serangan paling dahsyat untuk
melakukan percobaan.
Jurus serangan yang ia pergunakan itu merupakan salah satu ilmu yang paling
diandalkan oleh perguruan Tay khek bun, tidak gampang untuk melepaskan diri dari
ancaman itu kecuali bila orang tersebut sanggup menggunakan ilmu Im liong jut siu yang
amat sakti tersebut. Kalau tidak maka korban pasti akan terluka oleh serangan tersebut.
Padahal kalau dibicarakan sesungguhnya, si nona berbaju perak itupun tak tahu sedari
kapan dia bisa mempergunakan ilmu langkah semacam itu, diam-diam ia merasa kaget
bercampur heran.
Dari mana dia bisa tahu kalau sukma Ang ih kim cha yang berada dalam tubuhnya telah
mulai mempengaruhi semua jalan pemikirannya. Tanpa ia sadari, semua kepandaian Tay
khek bun yang maha dahsyat telah dipahami olehnya tanpa terasa.
Setelah tertegun sejenak nona berbaju perak itu berkata, "Kau bilang gerakan tubuh
yaug barusan kugunakan itu adalah gerakan Im liong sam siu?".
"Betul!" Yan lo sit Hong Im manggut-manggut tanda membenarkan "Gerakan tubuh itu
merupakan salah satu ilmu langkah rahasia dari perguruan Tay khek bun yang paling
tersohor dimasa silam".."
Mendengar semua penjelasan tersebut nona berbaju perak itu menghela nafas panjang.
"Aaaaah".! Mungkin saja aku adalah susiok mu, mungkin juga bukan"."
Yan Lo-sat Hong Im menjadi girang sekali, segera teriaknya, "Susiok mari kita bersama
segera pulang ke perguruan Tay khek bun".!"
Nona berbaju perak itu menggelengkan kepalanya berulang kali, sambil menarik tangan
Gak Lam-kun mereka berangkat menuju keluar.
Menyaksikan hal itu Yan Lo-sat Hong Im menjadi amat gelisah dengan cepat dia
mengejar dari belakang.
Gak Lam-kun segera berpaling lalu setelah tertawa dingin katanya, "Aku sekarang
belum ingin membunuhmu, buat apa kau mencari penyakit buat diri sendiri?"
Yan Lo-sat Hong Im kembali menjadi tertegun, terpaksa dia menghentikan gerakan
tubuhnya dan berdiri termangu-mangu ditem-pat.
Gak Lam-kun kembali tertawa dingin tiada hentinya, bersama nona berbaju perak itu
kembali mereka melanjutkan langkahnya.
Semua gerak-geriknya bersama gadis berbaju perak itu dapat dilihat semua oleh Ji Cinpeng


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan amat jelasnya. Tanpa terasa timbul perasaan yang amat sedih dalam
hatinya. Ia merasa hatinya seperti disayat-sayat dengan pisau tajam. Ia membenci kepada
diri sendiri kenapa tak berani berterus terang kepada kekasihnya bahwa dia adalah
kekasihnya yang dahulu.
Menyaksikan Gak Lam-kun dan nona berbaju perak itu sudah siap meninggalkan
tempat itu, tanpa sadar Ji Kiu liong segera berteriak keras, "Gak toako, kau hendak
kemana?" Ketika mendengar seruandari Ji Kiu liong itu Gak Lam-kun sendiripun merasakan
hatinya bergetar keras, buru-buru dia menghentikan gerakan tubuhnya seraya berpaling.
"Adik Liong!" katanya kemudian, "Untuk sementara waktu, kau boleh berada bersamasama
enci Bwe. Setelah aku menyelesaikan semua pekerjaan pasti akan kujemput kembali
dirimu" Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling dan memandang sekejap kearah Ji Cinpeng.
Ketika itu Ji Cin-peng sedang berdiri dengan air mata membasahi seluruh wajahnya, ia
balas memandang tatapannya dengan wajah yang lesu, murung dan pedih.
oooOOOOoooo MENYAKSIKAN keadaannya yang cukup mengenaskan itu, Gak Lam-kun menjadi
tertegun. Belum pernah ia menyaksikan Ji Cin-peng memperlihatkan mimik wajah seperti
ini, dengan demikian kata kata yang sebenarnya telah disiapkan segera ditelan kembali
kedalam perut. Selelah termenung sekian lama, akhirnya setelah menghela napas sedih pikirnya dihati,
"Aaaaai"! Semoga saja nona Bwe jangan menaruh rasa cinta kepadaku. Sesungguhnya
akupun cinta kepadamu, menghormati dirimu. Tapi sekarang aku telah menjadi suami-istri
dengan nona berbaju perak ini. Sekarang aku tak berani menaruh ingatan lain kepadamu,
tapi selalu akan kuingat dirimu, seperti juga rasa hormatku kepadamu di masa-masa yang
lalu"."
Pikiran Gak Lam-kun terasa gundah, kalut dan bercampur baur tak karuan.
Sebaliknya Ji Cin peng merasakan hatinya hancur lebur, rasa sedihnya tak terlukiskan
dengan kata-kata.
Ketika empat buah rnata saling bertemu sampai lama sekali mereka tak mengucapkan
sepatah katapun .
Selapis rasa cemburu yang keji dan mendendam tiba tiba melintas diatas wajah si nona
berbaju perak yang cantik jelita itu"
Ditengah suasana seperti inilah, Yan Lo-sat Hong Im berjalan kehadapan si nona
berbaju perak itu. Kemudian berkata dengan menghormat. "Susiok, tecu mendapat pesan
dari mandiang guruku untuk mengundang susiok agar kembali keperguruan Tay khek bun
serta membangun perguruan kita agar cemerlang dan makin terkenal"
Mendengar ucapan tersebut, selapis hawa napsu membunuh yang tebal segera
menyelimuti wajah noia berbaju perak itu, katanya sambil tertawa dingin, "Aku sudah
bilang tidak pulang yaa tidak pulang. Apakah kau hendak menangkap aku untuk diajak
pulang" Apalagi aku juga bukan susiok kalian, aku bukan Kong ih kim cha Gui Bok eng.
Kalau kau berani menghalang halangi gerakanku lagi, jangan salahkan kalau aku akan
bertindak keji, dan tidak sungkan-sungkan lagi terhadapmu"
Paras muka Yan Lo-sat Hong Im berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, tapi
nada ucapannya masih tetap sungkan dan menghormat. Kembali katanya. "Susiok
mendiang guruku pernah berpesan Bila susiok bisa ditemukan kembali, maka
bagaimanapun juga kau harus diundang pulang ke perguruan, sebab hanya susiok
seorang yang bisa mengembangkan perguruan Tay-khek-bun kita sehingga menjadi
termashur dalam dunia persilatan"
Nona berbaju perak itu mendengus dingin dampratnya. "Kurangajar, rupanya kau
benar-benar sudah bosan hidup lagi didunia ini!?"
Seraya berkata jari tangannya segera disentil ke depan melancarkan sebuah serangan
Segulung desingan angin tajam yang terasa menyayat badan segera meluncur kemuka
dan menerjang ketubuh Yan Lo-sat Hong Im.
Menghadapi ancaman yang begitu dahsyatnya Yan Lo-sat Hong Im merasa amat
terperanjat. Buru-buru dia melangkah ke samping dan beruntun menghindar sebanyak tiga
kali dengan suatu gerakan tubuh yang sangat aneh
"Breeet!"
Betapa cepatnya dia menghindar, jubah panjangnya toh sempat tersambar juga oleh
desingan jari tangan sinona baju perak yang maha dahsyat itu. Paha putihnya yang
montok dan halus segera tampak jelas didepan mata.
Paras muka Yao Lo-sat Hong Im segera berubah hijau membesi. Sambil tertawa dingin
serunya. "Bagus sekali. Susiok! Kau dulu yang bersikap kasar kepade boanpwe. Jangan
salahkan kalau Hong Im tak akan bersikap sungkan-sungkan lagi kepadamu"
"Kau purya kepandaian apa" Gunakan saja semuanya!" jengek sinona baju perak itu
dengan suara dingin.
Tiba-tiba Yan Lo-sat Hong Im tertawa seram serunya, "Susiok, ilmu silatmu sudah
termashur di kolong langit semenjak enam puluh tahun berselang. Boanpwe juga tahu
kalau kepandaianmu nada tandingannya di kolong langit. Tentu saja kepandaian boanpwe
tak lebih hanya sinar kunang-kunang yeng dibandingkan dengan sinar rembulan.
Walaupun demikian, boanpwe persilahkan susiok untuk merasakan kehebatan dari Tay
khek ngo heng kiam tin yang baru saja kami ciptakan. Bila ada sesuatu kekurangan,
sudilah kiranya susiok memberi petunjuk"
Dari perkataannya itu dapat diketahui bahwasanya dia hendak mempergunakan ilmu
barisan Tay khek ngo kiam tin dari perguruan Tay-khek bun untuk mengurungi si nona
berbaju perak itu.
Pada saat itulah, dari sebelah timur pelan-pelan berjalan keluar lima orang kakek
berjubah abu-abu yang sama-sama menyoren pedang.
Ketika tiba disamping Yan Lo-sat Hong Im, salah seorang kakek yang bertubuh kurus
dan ceking itu segera berkata dengan serak serak basah. "Hong buncu, ada petunjuk
apakah kau mengundang kami?"
Dengan suara dalam Yan Lo-sat Hong Im berkata, "Tay khek ngo kiamsu, bentuk
barisan Tay- khek ngo-heng kiam tin kali ini!"
Gak Lam-kun kuatir kalau nona berbaju perak itu kena dipecundangi orang, buru-buru
dia melompat kedepan sambil tertawa tergelak-gelak dengan nyaringnya. "Hong Im!" dia
berseru keras. "Biar aku orang she Gak yang mencoba dahulu kehebatan ilmu barisan itu,
ingin kulihat sebenarnya sampai dimana kelihayannya"
Sementara itu, kelima orarg kakek berbaju abu-abu itu sudah menyebarkan diri dan
masing masing berdiri pada posisi Ngo-heng yang terdiri dari Kim (emas), Bok (kayu), Sui
(air), Hwee (api) dan Teh (Tanah).
Kelima orang itu berdiri dengan tangan kiri menyanggah pedang, tangan kanan bersiap
siaga, mereka bersiap-siap dengan tubuh yang tegap kokoh bagaikan batu karang.
Dengan pandangan sinis, Yan Lo-sat Hong Im memandang sekejap ke arah Gak Lamkun.
Kemudian tanpa terasa mendongakkan kepalanya dan tertawa terkekeh kekeh. Suara
tertawanya penuh mengandung nada sindiran mengejek serta mencemooh.
Gak Lam-kun yang ditertawakan seperti itu menjadi naik pitam, dengan suara keras
bentaknya, "Hong Im, kau pastas dibikin mampus!"
Ditengah bentakan tersebut, telapak tangannya segera diayunkan ketengah udara
melepaskan sebuah pukulan dahsyat yang langsung menerjang ke badan Hong Im.
Mimpipun Yan Lo-sat Hong Im tidak mengira kalau dalam usia yang begitu muda
ternyata Gak Lam-kun memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna. Kekuatan dari
serangannya itu sudah cukup untuk menggempur sebuah bukit.
Terlepas soal tenaga dalam, yang terutama adalah tenaga aneh yang terpancar ke luar
dari tubuhnya itu sungguh membuat orang sukar untuk menghadapinya. Ternyata dibalik
kekuatan tadi terkandung suatu tenaga hisapan yang menyerupai dengan hawa Khikang
tingkat tinggi.
Sikap Yan Lo-sat Hong Im yang semula mencemooh dengan cepat beralih menjadi
serius dan berat, tiba tiba saja sepasang telapak tangannya diputar dan didorong
sebanyak tiga kali kedepan.
"Sret! Sreer! Sreet!" gulungan hawa pukulan yang kuat memancar kemana-mana.
Selembar wajah Yan Lo-sat Hong Im yang putih dan halus, segera berubah menjadi
merah padam. Lama sekali belum juga membuyar".
Kiranya gaun panjang Hong Im sebatas lutut kebawah telah dipapas robek oleh
sambaran angin pukulan Gak Lam-kun yang tajam, sehingga tampaklah tumitnya yang
putih bagaikan pualam dan halus itu.
Selama hidup belum pernah Yan Lo-sat Hong Im mengalami penghinaan seperti apa
yang dialaminya hari ini. Sedemikian gusarnya dia sampai sepasang matanya melotot
keluar dan memancarkan selapis cahaya tajam yang menggidikkan hati, ditatapnya wajah
Gak Lam-kun tanpa berkedip.
Pelan-pelan Ji Cin-peng menghampiri Gak Lam-kun, lalu ujarnya dengan nada sedih,
"Engkoh Gak, gunakan pedangku ini!"
Sebutan "Engkoh Gak" itu kontan saja menggetarkan perasaan Gak Lam-kun. Ia seperti
masih teringat bahwa tiga tahun berselang, ada orang juga memanggilnya dengan
sebutan itu. Dialah kekasih hatinya Ji Cin- peng!
Dari balik biji mata Ji Cin-peng yang jeli, Gak Lam-kun dapat menangkap sorotan
cahaya pedih yang amat memilukan hati?"
Pada ketika itu juga, kembali Gak Lam-kun merasa bahwa sorot mata itu persis seperti
sorot mata Ji Cin-peng".
Mendadak gelak tertawa yang menyeramkan memotong jalan pemikiran Gak Lam-kun
itu. Tampak sebilah pedang panjang yang memancarkan cahaya berkilauan, dengan
kecepatan luar biasa menusuk datang.
Menyaksikan datangnya ancaman tersebut Ji Cin-peng segera menjerit tertahan karena
kaget. Gak Lam-kun sedkitpun tidak menjadi gugup. Dengan cepat tubuhnya berjumpalitan
dan mundur sejauh tiga depa lebih dari posisi semula. Pergelangan tangannya segera
diputar. Pedang pendek Giok siang kiam ini diputar sedemikian rupa membendung
datangnya sergapan kilat dan pedang Hong Im tersebut.
Rasa marah dan dendam yang berkobar dalam hati Yan Lo-sat Hong Im pada saat ini
tak terlukiskan dengan kata kata. Apalagi peristiwa itu merupakan suatu kejadian yang
paling memalukan untuk kaum perempuan pada jaman itu. Dalam gelisah dan gusarnya
dia membentak keras, sambil menerjang ke muka pedangmya langsung melepaskan
serangan mematikan.
Ilmu silat yang dimiliki Gak Lam-kun saat ini sudah mencapai tingkatan yang luar biasa
sekali. Sesudah menyambut tiga buah serangan berantai dari Hong Im dengan cepat dia
unjukkan gigi pula dengan memutar senjatanya dan secara beruntun melepaskan tiga
buah serangan kilat.
Menghadapi tiga serangan berantai yang tertuju ke arahnya itu, ternyata Yan Lo-sat
Hong Im, sama sekali tidak berkelit ataupun menghindar. Hawa murninya segera dihimpun
ke pusat dan disalurkan ke dalam tubuh pedang. Dengan gerakan menotok mencakil dan
menekan secara beruntun ia lepaskan pula tiga kuntum bunga pedang.
"Traang. Traang! Traang!" benturan senjata yang amat ramai menggema di udara.
Diantara beterbangannya percikan bunga api, dengan kekerasan ia bendung datangnya
ketiga buah serangan tersebut.
Tapi setelah menyambut ketiga buah serangan tadi, Yan Lo-sat Hong Im merasakan
lengan kanannya menjadii kesemutan dan kaku. Telapak tangannya pecah-pecah sakitnya
bukan kepalang. Kenyataan ini membuat hatinya amat terkesiap, pikirnya, "Jangan-jangan
ia sudah berhasil mencapai tingkatan tenaga dalam seperti apa yang dimiliki Tok Liong
cuncu Yo Long dimasa lalu?"
Berpikir sampai disitu, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Yan Lo-sat Hong Im.
Cepat-cepat dia memusatkan segenap pikirannya. Dengan melangkah ke posisi Tiong
kiong, hawa murninya dihimpun kembali kepusar. Lalu dari pusar hawa murni itu
disalurkan kembali kedalam pedang.
Agaknya dia hendak mempergunakan ilmu pedang Tay khek cap sa kiam, suatu ilmu
pedang andalan partai Tay khek bun untuk menghadapi kelihayan lawan.
Begitu ilmu pedang Tay khek cap sau kiam digunakan, maka ketenangannya bagaikan
bukit karang. Gerakannya bagaikan aliran sungai, begitu lembut tepi berkepanjangan
sehingga membikin hati orang bergidik rasanya.
Sekalipun Gak Lam-kun sendiri berilmu tinggi, ilmu pedangnya juga telah mencapai
puncak kesempurnaaan, tapi setelah bertemu dengan ilmu pedang yang tiada
tandingannya di dunia ini, sesaat lamanya dia agak kewalahan juga dibuatnya hingga
belum juga berhasil untuk memecahkannya.
Tampaklah serangan demi serangan dari Gak Lam-kun yang dahsyat dan kuat itu
semuanya berhasil dipunahkan oleh Hong Im dengan ilmu pedang Tay khek cap sa nya
yang memanfaatkan beberapa macam taktik lembut seperti menempel, mementil,
menggetar, memancing, memunah, menggulung dan menghisap.
Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun sungguh mengejutkan hati. Setiap bacokan
dilancarkan tentu disertai dengan hawa pedang yang sanggup membelah batu dan baja.
Lagipula pengetahuanya dalam ilmu silat luas sekali. Banyak jurus-jurus serangan partaipartai
lain yang dipahaminya. Ini membuat Hong Im yang bertarung dengan pergunakan
Tay khek kiam dibikin kewalahan juga oleh tenaga dalamnya yang sempurna.
Pada mula pertarungan, keadaan mereka masih seimbang dan sama kuat. Tapi setelah
bergebrak puluhan jurus kemudian, lambat laun jurus-jurus pedang yang dipergunakannya
itu mulai didesak deh segulung tenaga tak berwujud yang memaksa gerakan serangannya
makin lama semakin lamban, sedangkan Gak Lam-kun sendiri makin bertarung semakin
bersemangat. Dalam keadaan begitulah kelima orang jago pedang dari perguruan Tay Khek bun
melakukan pengepungan secara tiba tiba dan mengurung Gak Lam-kun serta Hong Im
ditengah arena, lima pedangnya segera bergerak bersama ikut melancarkan serangan.
Menyaksikan kejadian itu Yaan Lo-sat Hong Im menjadi amat kegirangan. Sambil
membentak gusar dia lepaskan tiga buah serangan berantai yang memaksa Gak Lam-kun
harus miringkan badan sambil bergeser beberapa jengkal jauhnya, kini ia berdiri
dihadapan seorang kakek yang bertubuh kurus kering.
Gak Lam-kun memandang sekejap sekeliling tempat itu. Semangatnya tiba-tiba
berkobar sambil berpekik nyaring katanya sambil tertawa, "Sudah lama aku dengar orang
bilang, Tay khek ngo heng kiam tin adalah suatu ilmu barisan yang sangat iihay dan
sejajar namanya dengan barisan Lo han tin dari partai Siau lim. Banyak tahun sudah aku
ingin menjajalnya tanpa menjumpai kesempatan. Sungguh tak nyana aku bakal
menjumpai barisan kenamaan ini di atas pulau terpencil semacam ini. Kejadian ini benar
benar merupakan kesempatan bagus yang belum pernah kujumpai. Hari ini juga aku akan
mencoba sampai dimanakah kehebatan dari ilmu barisan ini"."
Ditengah gelak tertawa panjangnya, Gak Lam-kun telah berdiri sambil menyilangkan
pedangnya didepan dada. Ia berdiri kokoh dingin seperti sebuah bukit karang.
Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin meski merupakan ilmu sakti dari perguruan
Tay khek, namun selama enam puluh tahun belakangan ini belum pernah Tay khek pay
mempergunakan barisan itu.
Kiranya Tay khek ngo heng kiam tin tersebut ikut lenyap dan punah bersamaan dengan
hilangnya Ang ih kim cha Gui Bok Eng dari dunia persilatan. Entah bagaimana kemudian
enam puluh tahun kemudian, akhirnya rahasia ilmu pedang tersebut berhasil ditemukan
kembali oleh Yan Lo-sat Hong Im setelah melewati suatu penyelidikan yang makan waktu
cukup lama. Setelah munghimpun tenaga dalamnya, pelan-pelan Gak Lam-kun mulai bergeser
mendekati posisi sebelah timur kemudian ia tersenyum kepada jago jago Tay khek bun itu
dan tidak berbicara.
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh angkasa, mendadak pedang paodek Giok
siang-kiam itu melejit ke udara dan langsung menghajar ke tubuh kakek itu.
Dengan suatu gerakan yang enteng sikakek miringkan badannya untuk menghindar,
kemudian dengan jurus Ih hwe kun tun (perputaran roda dalam jagad) dia tangkis
datangnya ancaman itu.
Begitu pertarungan berkobar, barisan pedang Tay khek ngo heng kiam tin pun segera
mengalami perubahan".
Si kakak disebelah timur yang menangkis pedang Gak Lam-kun itu segera memutar
senjatanya dan tiba-tiba berkelit kembali kesamping gelanggang pertarungan.
Begitu menjumpai peluang baik, Gak Lam-kun bermaksud untuk maju ke depan dan
menyerang Yan Lo-sat Hong Im yang merupakan motor dari ilmu barisan tersebut.
Tiba-tiba bayangan manusia berkelebat lewat. Kakek yang berdiri dihadapannya itu
telah menerjang ke muka menghadang jalan perginya. Lalu pedangnya dengan jurus Ji gi
jut ciau (dua unsur mulai berkembang) menciptakan dua kuntum bunga pedang yang
menusuk bagian atas dan bagian bawah tubuh lawan.
Gak Lam-kun tertawa dingin, pedang Giok siang kiamnya diputar menciptakan selapis
cahaya bianglala yang menyilaukan mata. Senjata itu diayunkan ke muka dan segera
memunahkan serangan yang aneh itu secara gampang.
Tapi sebelum Gak Lam-kun melancarkan serangan balasan, kakek yang berjaga
disebelah barat telah menyelinap pergi, sementara kakek yang berjaga diposisi selatan
mulai melancarkan serangan.
Semua perubahan dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin itu berubah dalam
sekejap mata. Sekalipun Gak Lam-kun tak sampai terkurung oleh serangan demi serangan
yang dilancarkan oleh barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut, tak urung hatinya
dibikin terkesiap juga olehnya.
"Ilmu barisan Tay kheh ngo heng kiam tin ini benar-benar bukan nama kosong belaka.
Hari ini aku musti menghadapinya secara berhati-hati" demikian ia berpikir.
Padahal sesungguhnya pengaruh ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut
jauh lebih lihay dari pada apa yang dibayangkan semula. Cuma saja didalam bentrokan
yang barusan berlangsung, kelihayan dari ilmu barisan tersebut masih belum tertampak
semua. Haruslah diketahui, urusan dasar dari ilmu barisan itu adalah sebuah unsur dingin
ditambah lima unsur panas. Tay khek dan ngo heng saling dorong mendorong saling
bantu membantu yang berakibat timbulnya suatu sistem pertahanan serta penyerangan
berantai yang berganti-ganti secara bergilir.
Gak Lam-kun adalah seorang pemuda yang cerdik, begitu dirasakan keamehan dari


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gerakan barisan tersebut, dengan hawa murninya dihimpun untuk bersiap siap
menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Kiranya dalam tiga gebrakan yang barusan berlangsung, iapun dapat merasakan bahwa
dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut bukan saja merupakan suatu
kombinasi kerja sama yang erat dan rapat dari enam jago, bahkan dalam setiap serangan
dan pertahanan selalu mengandung perubahan tay khek dan ngo heng yang saling
berubah tiada hentinya.
ia sadar, sekali kurang berhati-hati bisa berakibat fatal dari berubahnya, unsur ngo
heng tersebut, jika pikirannya sudah dibikin kalut maka dia akan terkurung dibalik barisan
pedang yang dikendalikan urusan tay khek.
Perlu diketahui, ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin yang dibentuk dengan tenaga
manusia, bukan saja mengandung perubahan dari unsur ngo heng yang pada umumnya
berlaku. Lagipula lantaran maju mundurnya manusia seringkali akan mengalami pula
seluruh perubahan dari gerakan barisan tersebut.
Tentu saja semua perubahan yang bakal terjadi itu sama sekali terlepas dari peraturan
yang umum berlaku bagi perubahan ngo heng ini. Ini menyebabkan seseorang yang
memahami unsur Ngo hengpun kadangkala dibikin kewalahan juga untuk menghadapi
perubahan didalam barisan pedang.
Apalagi sekarang ditambah lagi dengan sebuah unsur tay khek yang sifatnya Im
(dingin). Bukan saja hal mana membuat barisan pedang itu makin aneh dan rumit
perubahannya membuat orang lain pun susah untuk menemukan titik kelemahan dari ilmu
barisan tersebut.
Akibatnya setiap erang yang mulai terbawa oleh gerakan iimu barisan tersebut, akan
kehilangan segenap kekuatannya untuk melepaskan serangan balasan.
Walaupun Gak Lam-kun angkuh dan tinggi hati, namun setelah merasakan sendiri tiga
perubahan yang terjadi dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut,
kesombongannya segera sirna tak berbekas. Dia pusatkan semua tenaga dan pikirannya
untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Yan Lo-sat Hong Im sendiri ketika dilihatnya secara tiba-tiba Gak Lam-kun
meninggalkan posisi bergerak dengan berubah menjadi tenang serta enggan melepaskan
serangan lagi, diam-diam kagum juga hatinya. Dia berpikir, "Orang ini memang jauh
berbeda dengan orang-orang yang lain, ternyata dalam sekejap mata ia berhasil
mengatasi keangkuhannya"
Pedang panjang dalam genggamannya segera di angkat, lalu dengan jurus peng sah
liok ing (bubung manyar melayang dipasir) dia tusuk ke muka sementara kaki kirinya,
maju selangkah dan memimpin Ngo heng melakukan perubahan"..
Dalam sekejap mata, lima kakek yang berjaga pada posisi ngo heng itu mulai bergeser
dan berpindah tempat. Cahaya pedang bermunculan dari empat arah delapan penjuru dan
bersama sama meluncur tiba dengan kecepatan luar biasa.
Gak Lam-kun membentak keras, pedang Giok siang kiam nya memancarkan selapis
cahaya berkilauan yang tajam, dengan jurus Im wu mi thian (kabut dan mega menyelimuti
angkasa) dia ciptakan berlapis kabut pedang yang menyongsong datangnya lapisan
cabaya pedang lawan.
"Traaang! Traang! Traaaang"
Serentetan bunyi gemerincingan nyaring bergema memecahkan keheningan. Cahaya
pedang yang menyerang kearahnya itu seketika lenyap dan sirna
Sementara itu, kelima orang kakek itupun merasa kaget bercampur terkesiap, karena
sewaktu pedangnya saling membentur lengan pedang pendek Gak Lam-kun bukan saja
mereka rasakan timbulnya segulung tenaga pantulan yang memantulkan kelima belah
pedang tersebut, bahkan lengan kiri mereka menjadi kesemutan sehingga pedangnya
nyaris terlepas dari genggaman.
Dengan cepat mereka berpikir. "Tenaga dalam yang dimiliki orang ini benar-benar amat
sempurna. Untuk menghadapi manusia semacam ini paling benar kalau berusaha
menghindar dari bentrokan kekerasan"
Perlu diketahui, kelima orang kakek ini, merupakan jago jago pilihan dari perguruan Tay
khek bun. Mereka semua sama sama cekatan dan lihay. Tanpa diberi komando oleh Yan
Lo-sat Hong Im, tiba-tiba mereka memutar tubuh masing-masing sambil melepaskan
kembali sebuah tusukan kilat.
Lima bilah pedang menyergap lima buah tempat yang berlainan, bahkan dilancarkan
pada waktu yang bersamaan. Jika seorang kurang lihay ilmu silatnya, jangan harap bisa
menghindarkan diri dari ancaman tersebut dalam keadaan selamat.
GaK Lam-kun sendiri kian lama kian bertambah terkesiap juga setelah dilihatnya
perubahan serangan musuh lambat laun semakin gencar dan aneh.
Dalam keadaan demikian, ia lantas menekuk lutut kirinya, mendadak seluruh badannya
menjadi lebih rendah separuh bagian. Hawa murninya dihimpun kedalam kaki kanan lalu
sekuat tenaga berputar. Pedang kirinya mengikuti perputaran tersebut secepat kilat
melepaskan lima buah tusukan kilat. Dalam waktu singkat pedang-pedang yang menusuk
tiba dan empat penjuru berhasil dibendung semua.
Tidak menunggu barisan lawan sampai melakukan perubahan lagi, Gak Lam-kun
berpekik nyaring. Kaki kanannya menjejak tanah sepenuh tenaga, lalu melejit ke udara.
Pergelangan tangan kanannya segera diputar dengan kecepatan tinggi".
Dimana pedang Giok Siang kiam itu menyambar, segera terciptalah selapis bayangan
pedang yang tebal yang diikuti dengan hawa pedang yang memekakkan telinga. Serangan
dahsyat itu langsung mengurung sekujur badan Yan Lo-sat Hong Im dengan kecepatan
tinggi. Gak Lam-kun dapat merasakan akan keanehan serta kesaktian dari perubahan baris
pedang itu. Dia sadar bila mengambil sistem pertahanan tanpa melakukan serangan
balasan, dia akan terperosok dalam posisi yang terdesak dan lambat laun besar
kemungkina akan dilukai orang.
Maka satu ingatan melintas dalam benaknya, timbul niatnya untuk melancarkan
serangan balasan.
Itulah sebabnya, begitu selesai membendung perubahan jurus dari lima orang kakek
itu, badannya langsung melejit ke udara dan menyergap perempuan itu dari tengah udara.
Dia tahu orang yang berjaga diposisi Tay khek adalah Yan Lo-sat Hong Im sendiri.
Posisi tersebut merupakan bagian yang terpenting dari barisan pedang itu, maka serangan
yang dilancarkan dalam sergapan tersebut dilakukan dengaa kedahsyatan yang luar biasa,
dia berhasrat untuk berhasii didalam serangannya.
Ketika dilihatnya serangan Gak Lam-kun dari tengah udara sangat lihay dan garang.
Yan Lo-sat Hong Im tak berani menyambut secara keras lawan keras, tubuhnya segera
melejit ke samping dan menghindar sejauh lima langkah lebih.
Setelah itu pedangnya segera menuding ke atas dia segera menggerakkan gerakan Ngo
heng kiam yang dikombinasikan dengan Tay khek kiam. Seketika itu juga hawa pedang
menyelimuti seluruh angkasa dan menciptakan selapis kabut pedang yang tebal, bayangan
pedang dengan cepat bermunculan dari empat arah delapan penjuru.
Gagal dengan serangannya, dengan cepat Gak Lam-kun terjerumus ke dalam kepungan
cahaya pedang yang sangat tebal.
Tay khek ngo heng kiam tin telah memperlihatkan perubahan yang lebih dahsyat lagi.
Enam sosok bayangan saling berkelebat sambil melancarkan serangan. Perubahan gerakan
pedang mereka semakin sukar untuk diduga arah tujuannya.
Hawa pedang memenuhi seluruh angkasa, Gak Lam-kun seperti seekor naga sakti
bergerak kian kemari diantara gulungan hawa pedang yang
tebal. Saban kali berputar kian kemari, sebentar dia menyerang kebarat sebentar lagi
menerjang ke timur, kehebatannya tak terlukiskan dengan kata- kata
Tiba tiba Yan Lo-sat Hong Im membentak nyaring setelah memancing sebuah setangan
dahsyat dari Gak Lam-kun sehingga miring kesamping, tiba-tiba ia maju dua langkah
kesamping kanan pe-dangnya diayunkan dua kali dengan serangan gencar.
Seteluh itu sambil memutar badannya, pedang itu menuding ke atas dan langsung
melepaskan serangan kilat
Tindakan yang diperlihatkan Yan Lo-sat Hong Im itu sekaligus merupakan suatu kode
rahasia untuk melakakan perubahan terhadap barisan pedang itu.
Terdengar lima orang kakek itu bersama-sama berpekik nyaring. Diantara ujung baju
yang berkibar pedangnya berkibar diangkasa menciptakan pelbagai gerakan yang aneh.
Mengikuti gerakan itu posisi dimanapun segera mengalami perubahan.
Begitu ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin mulai berubah semua keadaan dan
situasi disekitar sanapun ikut mengalami perubahan yang sangat besar.
Enam bilah pedang dengan mengeluarkan suara pekikan yang amat nyaring serta
bayangan tebal bagaikan selapis kebut seperti ombak samudra ditengah amukan angin
puyuh melanda datang berbarengan.
Secara lamat-lamat kedengaran bunyi angin dan guntur menggelegar di angkasa, baik
bayangan tubuh Yan Lo-sat Hong Im mau pun lima jago pedang dari Ngo heng kiam tin
seolah-olah sudah dilapisi oleh hawa pedang yang tebal sekali.
Untung saja tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun cukup sempurna. Walaupun di
kurung oleh kabut pedang yang dahsyat ba-gaikan amukan ombak di tengah samudra,
namun dia tetap berdiri sekokoh batu karang dan sedikitpun tidak terpengaruh oleh
dahsyatnya serangan lawan.
Pedang pedang Giok siang kiam ibaratnya seekor naga, berlompatan kian kemari
ditengah lapisan hawa pedang yang sangat tebal.
Ilmu barisan Tay khek ngo heng kim tin memang benar benar amat dahsyat dan lihay.
Walaupun Gak Lam-kun cukup memahami soal ilmu barisan dan kepandaian sebangsanya,
namun dia gagal untuk menemukan titik kelemahan dan keistimewaan dari Ilmu barisan
ini. Sementara itu, kawanan jago yang berada di sekitar kalanganpun sudah tertarik semua
oleh barisan pedang yang ampuh dan jarang ditemui di kolong langit ini.
Tampaknya perubahan dalam Tay khek ngo heng kiam tin itu makin lama semakin
rapat, gerak-gerakannya pun semakin kacau dan rumit.
Berbicara yang sesungguhnya, hampir sebagian besar kawanan japo yang hadir saat ini
pada memahami soal ilmu barisan dan ilmu perbintangan namun setelah menyaksikan
perubahan dari Tay khek ngo heng kiam tin itu, mereka mulai merasa berkunang-kunang
juga dibuatnya.
Semenjak peristiwa berdarah di tebing Yan po gan dibukit Hoa san pada delapan belas
tahun berselang, Yan Lo-sat Hong Im sudah mulai melakukan penyelidikan yang seksama
atas ilmu kepandaiannya. Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin juga semenjak waktu
itu dilatih. Ke lima orang kakek berbaju abu abu itu merupakan jago kelas satu dalam perguruan
Tay khek bun. Selama delapan belas tahun, mereka boleh dibilang selalu memusatkan
perhatiannya untuk mendalami ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin. Bukan saja hapal
terhadap semua perubahan dalam ilmu barisan itu, merekapun menguasai semua
keistimewaan serta kelebihan-kelebihannya. Malah dalam tenaga dalampun mereka ratarata
memiliki kesempurnaan yang hampir seimbang.
Itulah sebabnya, serangan-serangan gerak-gerik dari ke enam orang itu sama sekali
berlawanan dari keadaan pada umumnya. Sebentar mereka bergerak lurus, sebentar
berbalik anehnya bukan kepalang. Sekalipun seseorang yang memahami soal Ngo heng
tin, dibuat kebingungan juga olehnya.
Jit poh toan hun Kwik To yang menyaksikan kejadian itu segera menghela napas
panjang. katanya, "Sudah lama orang persilatan rnengatakan bahwa ilmu pedang dari
perguruan Tay khek bun telah mengalami kejadian yang pesat. Setelah dibuktikan
sekarang, ternyata perkataan itu memang benar. Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin
mereka memarg terang merupakan suatu cabang ilmu silat yang luar biasa lihaynya".
Ji Cin-peng manggut-manggut, "Perkataanmu memang benar" katanya. "Aku sendiripun
mempunyai perasaan demikian?"
Ketika ia mercoba melirik sekejap ke arah nona berbaju perak itu dilihatnya gadis
tersebut sedang memusatkan semua pikiran dan perhatiannya untuk mengikuti
perubahan-perubahan dari ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut bahkan
sering manggut-manggut sambil memuji. Tapi sebentar kemudian gelengkan kepalanya
sambil menghela napas seolah-olah dia telah memahami seluk-beluk dari ilmu barisan
tersebut. Mendadak terdengar gadis berbaju perak itu bergumam seorang diri, "Sayang".. ..
Sayang sekali?" Coba kalau antara keng kim dan kun terjalin hubungan pertahanan yang
ketat"."
Waltu itu Gak Lam-kun yang sedang bertarung sudah mulai merasa rada kalut
pikirannya, tentunya dia tidak mendengar petunjuk rahasia yang diberikan gadis berbaju
perak itu untuk memecahkan barisan padahal barisan Tay khek ngo heng kiam tin itu
kerapkali mengalami perubahan yang besar sekali.
Gak Lam-kun dengan kekuatan seorang ternyata sanggup bertarung melawan
kerubutan enam jago lihay dari perguruan Tay khek bun tanpa memperlihatkan tandatanda
akan kalah. Kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang langka dalam dunia
persilatan, hal mana membuat para penonton harus menahan napas dan mengikuti semua
perubahan dengan wajah yang sangat tegang.
Ketika gadis berbaju perak itu menyaksikan Gak Lam-kun belum juga memahami kisikkisiknya,
pelan-pelan segera maju ke depan. Diikutinya semua perubahan dari Tay khek
ngo kiam tin dengan seksama, lalu sekulum senyuman manis menghiasi ujung bibirnya.
"Engkoh Gak!" serunya kemudian dengan merdu, "Pusatkan perhatianmu menjadi satu,
jangan terlalu buru napsu untuk mencari kemenangan"
Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata, "Barisan ini mempergunakan sistem Tay
khek bu ceng ngoh heng. Silahkan engkoh Gak menyerang ke utara lalu berbalik ke barat.
Dengan air mengatasi api, dengan belakang yang berupa api mengganjal Tay khek.
Dengan begitu keadaan pasti beres!"
Ketika mendengar panggilannya tadi, mula-mula Gak Lam-kun merasa terperanjat,
cepat cepat dia memusatkan perhatiannya untuk melaksanakan seperti apa yang
dikatakan. Mendadak pedang Giok siang kiamnya menyerang ke arah utara dengan jurus Mong
coa to sim (ular sawah mengeluarkan lidah).
Pada saat dia melepaskan serangannya itu, tepat dikala keng sim dan jimkui dua
tempat sedang saling bergeser untuk tukar tempat, dengan, dilancarkannya serangan oleh
Gak Lam-kun, kedua posisi tersebut segera kena terhadang.
Akibatnya, barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut mengalami sedikit kekalutan
yang nyaris berakibat kekacauan.
Jilid 23 BEGITU berhasil dengan serangannya, Gak Lam-kun segera membalikkan badannya
balas menyerang posisi penting disebelah barat.
Dengan jurus Poh Im han seng (bintang jeli di balik awan), pedang Giok-siang kiam itu
langsung membacok posisi Ih bok dan Sim-kim dua tempat, kemudian langsung menyerbu
ke posisi Tay-khek yang dijaga oleh Yan Lo-sat Hong Im.
Serangan serangan gencar yang dilepaskan untuk berebut posisi ini kontan
mengakibatkan kekacauan dalam barisan Tay khek ngo heng kiarn tin itu, sehingga semua
pergeseran posisi mengalami hambatan yang berakibat kekalutan.
Yan Lo-sat Hong Im merasa amat terkejut cepat cepat dia menekuk pinggang
menghindarkan diri dari serangan Gak Lam-kun, lalu pedangnya berputar tiga lingkaran
ditengah udara dan menuding kearah sebelah timur.
Mendapat petunjuk itu, lima orang kakek berbaju abu-abu itu segera berganti posisi
dan berputar arah. Barisan Tay khek ngo heng kiam tin yang mulai kalut itu segera dapat
diatasi dan menjadi tenang kembali. Sejak nona berbaju perak itu peroleh sukma dari Ang
ih kim cha Gui Bok-eng, pengetahuannya tentang ilmu silat aliran Tay khek bun seakanakan
begitu luas dan hapal sekali, ditambah lagi pada dasarnya ia memang seorang gadis
yang menguasahi tentang segala macam kepandaian, otomatis diapun memahami pula
kunci rahasia dari barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut.
Begitulah, baru saja Hong Im merubah barisannya dengan gerakan lainnya, gadis itu
segera memahami kemana tujuan perempuan itu dengan barisannya.
Setelah tertawa terkekeh-kekeh, serunya dengan nyaring. "Engkoh Gak, kali ini dia
hendak menggunakan kelurusan untuk membawa Tay khek menuju keposisi Ngo heng.
Kau boleh serang Posisi Ih bok, mengunci kedudukan Sim Kim lalu menyerang kedudukan
Tay khek" Gak Lam-kun sendiripun seorang pemuda yang cerdas, begitu peroleh petunjuk, jurus
serangannya segera dilancarkan".
Pedang Giok siang kiam ditangan kanannya dengan jurus Siong liong ciang cu
(Sepasang naga berebut mutiara) melepaskan dua gulung tenaga serangan yang maha
dahsyat, untuk membendung Ih hok serta Sim kim, kemudian telapak tangan kirinya
membacok keluar.
Segulung tenaga pukulan yang dahsyat dengan membawa kekuatan bagaikan angin
puyuh menggulung ke tubuh Yan Lo-sat Hong Im .
Serangan yang dilancarkan kali ini jauh lebih cepat setengah tingkat dibandingkan
dengan cara penyerangan yang diterangkan oleh nona berbaju perak itu.
Padahal waktu ini Yan Lo-sat sedang bermaksud merubah Tay khek ngo heng kiam tin
nya dari posisi berbalik menjadi posisi lurus. Tapi belum lagi serangannya dilancarkan,
serangan kilat dari Gak Lam-kun yang begitu cepat dan dahsyat itu telah memporak
porandakan barisan pedangnya itu.
Yan Lo-sat Hong Im membentak keras, pedangnya secara beruntun melancarkan tiga
buah serangan berantai"
Serangan itu cukup tajam dan hebat, me
Bukit Pemakan Manusia 21 Pendekar Kelana Karya Kho Ping Hoo Duri Bunga Ju 8

Cari Blog Ini