Ceritasilat Novel Online

Lencana Pembunuh Naga 16

Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 16


ma yang berani mendatangi kuil Ong kok koan untuk bikin keonaran. Sekarang aku ingin bertanya
kepadamu, kau telah membantai anggota perguruan kami, tahukah kau berapa besar
dosamu itu?"
Gak Lam-kun tertawa angkuh. "Kau anggap berhak untuk menuntut kepadaku?"
Pertanyaan tersebut kontan saja membuat paras muka Ong kok him cun kembali
berubah hebat. Sekarang ia sudah dapat merasakan bahwa pemuda tersebut memiliki
suatu kewibawaan yang besar dan mengerikan sekali.
Hui thian bu im kim si him (beruang bulu emas terbang diangkasa tanpa bayangan)
segera melejit ke udara, kemudian secepat sambaran kilat menubruk ke muka.
Menyaksikan gerakan tubuhnya itu, Gak Lam-kun merasa terperanjat sekali. Cepatcepat
kakinya berputar dan bergeser tiga depa kesamping kiri.
Tapi, ketika Gak Lam-kun mempersiapkan telapak tangannya untuk melancarkan
bacokan, tahu tahu bayangan tubuh Hui thian bu im kim si him yang berada dihadapannya
sudah lenyap dari pandangan mata. Ternyata ia telah balik kembali ke atas mimbar teratai
itu. Menyaksikan kesemuanya itu, diam diam Gak Lam-kun berkerut kening, Ia merasa
gerakan tubuh orang ini sedemikian cepatnya sehingga sukar diikuti arah tujuannya
dengan mata telanjang. Itu berarti jika ingin menyerang orang tersebut, maka dia harus
mempergunakan jurus serangan yang paling cepat.
Berpikir demikian, tanpa terasa Gak Lam-kun meningkatkan kewaspadaannya tiga
bagian lebih besar.
Mendadak"..
Sekilas ingatan aneh melintas didalam benaknya"
Gak Lam-kun segera tertawa ringan, dengan sikap yang santai dan acuh tak acuh dia
maju ke muka dan pelan pelan mendekati mimbar eratai dtmana Tiang pek sam him
sedang berdiri.
Lebih kurang satu tombak dari mimbar bunga teratai, Gak Lam-kun segera
menghentikan langkahnya, lalu sambil tersenyum dia berkata, "Silahkan kalian mencoba
untuk menerima satu jurus Lian hon seng hong (bunga teratai mekar besar) ku ini"!"
Sambil berkata telapak tangan kanannya secara beruntun mengibaskan sebuah pukulan
ke arah tiga beruang dari bukit Tiang pek san tersebut.
Ketika pukulan Hud keng ciang ini dilancarkan, tiada hembusan angin tiada suara
desingan. Sepintas lalu ancaman tersebut seolah-olah enteng bagaikan sama sekali tak
berwujud. Tapi buat Tiang pek sam him yang bermata tajam, tidak gampang mereka terkecoh
dengan begitu saja. Begitu Gak Lam-kun melancarkan serangan, mereka segera tahu akan
kelihayan orang. serentak tiga gulung angin pukulan dilontarkan pula bersama ke tubuh si
anak muda itu. Kedua belah pihak boleh dikata sama-sama merupakan jago kelas satu di kolong langit.
Begitu mereka melancarkan serangan, suasana dalam ruangan serangan diliputi
gelombang angin pukulan yang dahsyat dan amat menyesakkan nafas.
Cahaya lilin dari ketiga puluh enam batang lilin raksasa dalam ruangan Tiang seng tian
segera bergoncang keras seakan setiap saat bisa jadi padam.
Tapi ketika cahaya lilin itu bergoyang untuk ketiga kalinya, hawa pukulan yang
menyesakkan napas itu tiba-tiba lenyap tak berbekas.
Tiang pek sam him yang berdiri diatas mimbar bunga teratai segera berubah wajah,
bagaikan tiga butir putik yang meletup keudara. Ketiga orang itu segera melejit ketengah
udara dan menyebar ketiga arah yang berbeda.
Dalam sekejap mata itulah".. Dua batas orang pendeta baju hijau yang berada
dibalakang mimbar bunga teratai itu segera merasakan desakan angin pukulan dahsyat
yang menekan keatas dada meraka, tanpa bisa dihindari tubuh mereka segera terlempar
keudara. Beberapa kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera menyusul menggema pula di
udara. Dari dua belas orang pendeta baja hijau yang semula berada disitu, secara misterius
tahu-tahu ada empat orang diantaranya yang roboh terkapar ditanah.
"Blaaaamm?"!"
Suatu ledakan dahsyat yang memkakkan telinga menyusul menggema disitu.
Empat belah dinding ruangan Tiang seng tian seolah-olah bergoncang keras, bagaikan
tertimpa gempa bumi saja, suasana menjadi kacau, panik dan mengerikan.
Suasana yang luar biasa hebatnya ini kontan saja membuat semua orang yang berada
didalam ruangan itu tertegun dan berdiri melongo, saking kagetnya mereka tak tahu apa
yang musti dilakukan.
Sedang Gak Lam-kun sendiripun menampilkan juga rasa kaget yang luar biasa. Dia
tidak menyangka kalau pukulan Hud keng cang yang dilancarkan olehnya itu bisa
menghasilkan kekuatan yang demikian besarnya.
Ternyata ketika ketiga buah pukulan dahsyat yang dilancarkan oleh Tiang pak sam him
tadi bertemu dengan pukulan Hud heng ciang tersebut secara tiba-tiba saja arah
sesarannya terpancing hingga berubah arah dan malahan berbalik untuk menghantam
ketubuh ketiga beruang dari Bukit Tiang pek.
Kenyataan ini sangat mengejutkan hati mereka, buru-buru mereka melejit ke udara dan
menghindarkan diri.
Dengan perginya ketiga orang itu secara tiba-tiba, akibatnya kedua belas orang
pendeta baju hijau yang berada dibelakangnya justru persis menyongsong datangnya
pukulan dahsyat itu.
Benar tenaga dalam yang mereka miliki sangat tinggi, tapi tak mungkin bisa manahan
serangan dahsyat yang betul-betul mengerikan itu" Maka, akibatnya empat orang pendeta
yang persis berada di muka serangan dahsyat itu segera terhajar telak dan tewas seketika
itu juga. Sesungguhnya dengan tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun sendiri, mustahil
baginya untuk menghasilkan angin pukulan yang sedahsyat itu, lalu dari mana datangnya
tenaga pukulan yang begitu hebatnya"
Ternyata angin pukulan maha dahsyat itu dihasilkan dari himpunan segenap tenaga
dalam yang dimiliki oleh Tiang pek sam him.
Untuk sesaat lamanya, Tiang pek sam him, Gak Lam-kun maupun Ki Li-soat hanya
berdiri termangu-mangu ditempat. Sepasang mata mereka memandang jauh ke depan
sana, seakan akan ada sesuatu yang sedang mereka pikirkan.
Rupanya orang-orang itu sedang berpikir, dengan tenaga dalam yang dimiliki Gak Lamkun,
mengapa bisa menghasilkan tenaga serangan yang begitu dahsyat"
Dalam pada itu, kawanan pendeta yang berada di dalam ruangan itu mulai
menggeserkan tubuhnya dan bergerak maju kedepan. Makin lama mereka semakin maju
kedepan dan mendekati Gak Lam-kun bertiga. Sementara posisi yang mereka ambil jelas
adalah suatu posisi pengepungan.
Menyaksikan keadaan tersebut, diam diam Gak Lam-kun merasa amat terperanjat. Ada
dua-tiga ratusan orang banyaknya pendeta yang berada dalam ruangan itu. Andaikan
mereka menggunakan taktik ?"gelombang manusia" untuk mendesak mereka, sekalipun
bagi dia pribadi hal mana masih bukan merupakan suatu ancaman, akan tetapi buat Ji Kiu
liong yang lebih rendah ilmu silatnya, besar kemungkinan dia akan mengalami musibah
yang tidak diinginkan.
Berpikir sampai disitu, Gak Lam-kun segera mengambil keputusan untuk melakukan
serangan lebih dulu, tiba tiba ia mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring"..
Tiba-tiba Gak Lam-kun menerjang maju ke muka, pergelangan tangannya diayunkan
berulang kali. Baik serangan jari maupun serangan pukulan seluruhnya ditujukan pada
jalan darah kematian ditubuh lawan.
Hanya didalam Waktu yang relatip amat singkat ada dua puluhan jago yang sudah
tertotok olehnya.
Mendadak menggelegar suara bentakan keras dalam ruangan itu, barisan pendeta yang
berada dipaling depan tiba tiba mengayunkan tangannya dan melancarkan serangan
senjata rahasia.
Dalam waktu singkat pisau terbang, panah pendek, pisau baja, jarum lembut serta
aneka macam senjata rahasia lainnya berhamburan datang dari empat penjuru.
Bagaikan tempaan hujan badai yang sangat deras, semua senjata rahasia itu disambit
ke arah Ki Li-soat, Ji Kiu liong serta Gak Lam-kun. Keadaannya benar-benar mengerikan
sekali. Gak Lam-kun membentak marah, sepasang telapak tangannya diayunkan berulang kali.
Pukulan demi pukulan yang sangat dahsyat segera merontokkan seluruh senjata rahasia
yang tertuju ke arahnya itu.
Dalam gusarnya ini serangan yang dilancarkan olehnya itu sudah menggunakan
segenap tenaga dalam yang dimilikinya. Ini menyebabkan angin serangan yaag dihasilkan
pun luar biasa dahsyatnya
Tampak angin puyuh menggulung di angkasa. Desingan angin tajam memekakkan
telinga, senjata rahasia yang menyerang ketubuh Gak Lam-kun, kontan saja berhamburan
keempat penjuru dan mencelat balik kebelakang,
Kiranya saking banyaknya senjata rahasia yang disambitkan kemuka akibatnya ketika
tertumbuk oleh pukulan tenaga dalam yang dilancarkan oleh Gak Lam-kun, senjata rahasia
itu segera saling bertumbukan satu sama lainnya
"Triiing"! Traang"! Traaang"!"
Bunyi dentingan nyaring yang memekakkan telinga berkumandang memecahkan
keheningan. Aneka senjata rahasia yang berupa golok terbang, panah pendek, pisau baja
serta lain sebagainya itu beterbangan ke angkasa dan saling bertumbukan satu sama
lainnya yang berakibat senjata rahasia itu banyak yang mencelat balik kebelakang dan
sebaliknya malah banyak melukai kawanan pendeta tersebut.
Menggunakan sedikit peluang yang tersedia inilah, sebagian dari kawanan pendeta itu
bergerak maju secara berantai. Selapis demi selapis, segelombang demi segelombang
menyerang maju untuk menyergap Ki Li-soat serta Ji Kiu liong.
Gelombang paling depan segera mundur setelah melancarkan serangan, manyusul
gelombang berikutnya maju ke depan menggantikan gelombang yang terdahulu, demikian
seterusnya yang barlangsung berulang kali.
Ki Li-soat dengan mengandalkan sebilah pedang tipis menciptakan selapis cahaya tajam
yang menyelimuti seluruh angkasa dan melindungi tubuh Ji Kiu liong.
Sekalipun ilmu silat yang dimilikinya sangat lihay, akan tetapi berhubung dia harus
melindungi juga keselamatan dan Ji Kiu liong, ini menyebabkan gerakan pedang maupun
perubahan gerak turunnya menjadi kurang lincah. Seringkali dia di paksa menjadi
gelagapan dan kalang kabut oleh serangan-serangan gencar yang datang dari empat arah
delapan penjuru".
Untung saja setiap saat Gak Lam-kun melancarkan pukulan untuk membebaskannya
dari serangan, sehingga untuk sesaat lamanya suasana masih bisa teratasi.
Ditengah sengitnya pertarungan yang sedang berlangsung, tiba-tiba terdengar Im yang
him tertawa seram.
Tubuhnya yang gemuk dan pendek itu bagaikan gulungan angin berpusing menerjang
kemuka dan menyerang diri Ki Li-soat
Ki Li-soat cukup mengetahui kelihayan dari tiga beruang tersebut. Menghadapi
ancaman bahaya maut yang muncul di depan mata itu, ia tak berani bertindak gegabah.
Buru-buru tenaga dalamnya dihimpun menjadi satu, kemudian pedangnya dengan jurus
Hong yau pek wu (angin menggoyangkan pohon hijau) menciptakan selapis bayangan
pedang untuk melindungi badannya.
Im yang him tertawa cabul, tubuhnya bukan mundur kebelakang sebaliknya malah
menerjang ke depan dan menerobos ke balik bayangan pedang yang berlapis lapis itu.
Ki Li-soat tertawa dingin, pergelangan tangan kanannya segera digetarkan, titik-titik
bayangan pedang yang menyebar di udara mendadak bergabung menjadi satu, kemudian
secepat kilat ujung pedangnya itu menusuk ke jalan darah Hian ki hiat ditubuh Im yang
him. Didalam melancarkan tusukannya itu, segenap tenaga dalam yang dimilikinya telah
terhimpun menjadi satu, kekuatannya hebat dan luar biasa sekali sehingga batu atau emas
pun akan tembus bisa tertusuk. Lagi pula kecepatannya luar biasa, kebetulan lagi Im yang
him sedang menerjang ke depan, maka kecepatan saling menyongsong itu boleh dibilang
hanya berlangsung dalam beberapa detik.
Tampaknya tusukan pedang dari Ki Li-soat itu segera akan berhasil menembusi jalan
darah penting ditubuh Im yang him.
Tiba tiba". pada detik yang paling akhir, tubuh Im yang him miring kesamping, ujung
pedang itu hanya sempat menyambar bajunya lalu melesat kesamping.
Tahu tahu Im yang him sudah menyelinap ke belakang punggung Ki Li-soat, bahkan
telapak tangannya segera diayun kemuka menghantam bahu kiri gadis itu pelan-pelan.
Mimpi pun Ki Li saat tidak menyangka kalau dalam keadaan semacam itu, Im yang him
masih sempat untuk menghindarkan diri dari sergapan kilat tersebut. Baru saja ia
merasakan gelagat tidak beres, tahu-tahu bahu kirinya sudah terhajar telak.
Ia segera merasakan sepulung hawa panas yang menyengat badan menerobos masuk
ke dalam tubuhnya. Tiba-tiba saja peredaran darah ditubuhnya menerjang keatas,
matanya menjadi berkunang-kunang dan kesadarannya kalut. Seluruh badannya gemetar
keras lalu menerjang kemuka.
Im yang him tertawa cabul, lengan kanannya segera diayun kemuka menyambar
pinggang Ki Li-soat.
Ji Kiu liong yang menyaksikan kejadian itu segera berteriak keras, tiba-tiba dia
mengeluarkan jurus Siang hok liang gi (bangau dewa mementang sayap) dan menyerang
ke tubuh Im yang him.
Cepat-cepat Im yang him mengayunkan telapak tangan kirinya. Menyusul ayunan
tangan kirinya, segulung angin pukulan segera meluncur ke depan dengan kecepatan luar
biasa". Dengan kelihayan ilmu silat Im yang him, mana mungkin Ji Kiu liong bisa menahan
serangan yang maha dahsyat itu". Sambil berpekik nyaring seluruh tubuhnya mencelat ke
udara akibat dari serangan itu. Daa?"
"Bluk!" Tububnya roboh terpelanting beberapa kaki jauhnya dari tempat semula.
Tiga orang pendeta yang berada dihadapan nya segera berteriak keras. Tiga bilah
pedang mereka serentak diayunkan ke tubuh Ji Kiu liong dan berusaha untuk
mencincangnya. Tenaga dalarn yang dimiliki Ki Li-soat untung saja amat sempurna! kebetulan pula Im
yang him memang tidak berniat mencelakai jiwanya, maka sesudah maju beberapa
langkah dengan sempoyongan, kesadarannya segera pulih kembali.
Saat itulah dia menyaksikan selembar nyawa Ji Kiu liong sedang berada diujung tanduk.
Menyaksikan keadaan itu. gadis tersebut segera membentak keras, pedang tipisnya
langsung diayunkan kedepan.
"Criing".! Cring".! Criing..!" Tiga kali dentingan nyaring berkumandang memecahkan
keheningan. Tiga bilah pedang panjang itu segera tersapu oleh babatan pedang lemas itu
sehingga patah semua menjadi dua bagian.
Ki Li-soat segera mengayunkan kembali tangannya. Tiga kali jeritan ngeri yang
menyayatkan hati segera bergema memecahkan keheningan. Darah kental segera
berhamburan kamana-mana. Tiga orang pendeta ita tahu-tahu sudah mampus di ujung
pedangnya. Ketika Im yang him menyaksikan daging angsa yang sudah didepan mata kembali lolos
dari tangannya, ia menjadi naik darah. Sambil tertawa cabul tubuhnya segera menerjang
maju ke muka. Ki Li-soat segera memutar pedangnya kencang-kencang. Bagaikan kitiran air hujan
hawa pedangnya menyelimuti seluruh angkasa dan melindungi seluruh badannya. Untuk
sesaat lamanya Im Yang-him tak mampu berbuat apa apa.
Gak Lam-kun yang meyaksikan mati hidup Ji Kiu liong tidak jelas, hatinya menjadi
gelisah sekali. Sambil membentak keras mendadak badannya berputar kencang lalu
menerobos ke tengah lautan manusia.
Rupanya waktu itu dia sudah dipisah dari rombongannya dan terkepung di lain tempat.
Gak Lam-kun segera melakukan pembunuhan secara besar besaran. Setiap sodokan jari
tangan atau pukulan tangannya selalu menghasilkan korban yang berjatuhan. Dalam
sekejap mata sudah ada puluhan orang lagi yang tewas ditangannya.
Hawa napsu membunuh yang mengerikan telah membakar didalam benak Gak Lamkun.
Ketika itu semua serangan yang dilancarkan olehnya rata rata keji dan mematikan.
Setiap korban yang terkena pukulannya atau totokan jari tangannya, kalau bukan tewas
dengan nadi yang putus tentu karena jalan darah kematiannya tertotok. Setiap korban
yang terkena hajarannya, tentu mengucurkan darah yang sangat banyak dari lubang
hidungnya. Pembunuhan besar-besaran yang dilakukannya secara ganas dan tak kenal ampun itu
dengan cepat mengejutkan kawanan pendeta kuil Ong kok koan yang rata-rata berani
mati itu. Tapi sekarang, saking ngerinya berhadapan maka dengan pembunuh keji yang
tak kenal ampun itu, masing-masing segera mengundurkan diri ke belakang.
Mencorong sinar mata yang menggidikkan hati dari balik mata Gak Lam-kun, ia
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram mendadak dari balik bahunya dia meloloskan
sebilah pedang antik.
Begitu pedang antik tersebut diloloskan dari sarungnya, seluruh ruangan tiang Seng
tian secara tiba tiba diselimuti oleh selapis cahaya merah yang menyilaukan mata.
Ternyata pedang yang diloloskan oleh Gak Lam-kun itu telah memancarkan selapis
cahaya merah darah yang menyilaukan mata. Sesungguhnya cahaya tersebut sangat
indah dan menawan, membuat siapa saja yang melihat pedang tadi segera mengetahui
kalau pedang itu adalah sebilah pedang mestika yang amat tajam dan tak ternilai
harganya. Ketika Ong kok him cun menyaksikan pedang tersebut, paras mukanya kontan berubah
hebat, tapi sejenak kemudian sekulum senyuman tampak mengulasi ujung bibirnya.
Dengan pedang merah itu ditangan, sinar muka Gak Lam-kun berubah semakin seram.
Selapis hawa napsu membunuh vang mengerikan pun semakin tebal menyelimuti
wajahnya. Mendadak ia menggetarkan pedangnya dan membuka serangan dengan sebuah
tusukan. Tampak selapis cahaya merah yang menyilaukan mata, secepat sambaran kilat


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerjang ke balik lapisan manusia. Dimana cahaya pedangnya berkelebat lewat, hujan
darah berhamburan dimana-mana. Jeritan ngeri yang menggidikkan hati berkumandang
susul menyusul, keadaannya betul betul luar biasa.
Sungguh cepat gerakan tubuh dari Gak Lam-kun. Dinana pedangnya menyambar
ternyata tak seorang manusia pun yang sanggup mempertahankan diri"..
Dalam waktu singkat, tiga empat puluh orang pendeta yang berada disekeliling tempat
itu roboh bertumbangan keatas tanah.
Mayat bergelimpangan memenuhi tanah, darah kental menggenangi. Keadaan disana
sungguh mengerikan sekali.
Seluruh ruangan Tiang seng tian diselimuti oleh lapisan cahaya merah yang
menyilaukan mata. Bau anyir darah cukup membuar perut terasa mual dan ingin tumpah.
Suasana pembunuhan yang begini menggidikkan hati ini cukup membuat para pendeta
itu lari ketakutan dengan badan menggigil dan keringat dingin bercucuran.
Sepasang mata Gak Lam-kun sudah berubah menjadi merah membara. Bagaikan
seekor naga berapi dia melompat, menerkam, menerjang dengan pedang merahnya.
Pembantaian secara besar-besaran masih berlangsung terus dengan hebatnya.
Mendadak terdengar suara tertawa dingin yang menyeramkan berkumandang datang
dari belakang, menyusul kemudian segulung angin pukulan berhawa dingin yang
menyayat tubuh berhembus datang dari belakang tubuh Gak Lam-kun.
Rupanya Gak Lam-kun cukup tahu bahaya, telapak tangan kirinya segera melancarkan
sebuah pukulan dengan ilmu Hud keng ciang. Sementara badannya melambung tinggi tiga
empat kali ke tengah udara, kemudian setelah berjumpalitan dia melayang turun kembali
lima kali jauhnya di depan sana.
Ketika ia mencoba untuk berpaling, maka tampaknya Ong kok him cun dengan
membawa senjata sebuah trisula yang berwarna hitam pekat sedang bardiri di situ dengan
sorot mata yang bengis dan penuh kemarahan.
"Sungguh sebilah pedang Hiat kong kiam (pedang cahaya darah) yang sangat bagus.
Pedang itu rupanya khusus untuk menghirup darah manusia" serunya sambil tertawa
seram. Mendengar ucapan itu, Gak Lam-kun merasa hatinya bergetar keras. Tak disangka
olehnya pedang Hiat kong kiam yang sudah hampir enam puluh tahun lamanya hilang dari
peredaran dunia persilatan ini masih bisa dikenal Tiang pek sam him hanya di dalam
sekejap pandangan saja.
Ternyata pedang Hiat kong kiam adalah sebilah pedang mestika yang pernah digilai dan
dikejar-kejar umat persilatan pada enam puluh tahun berselang" Dimasa lalu pedang ini
tersebut ditangan Ku Yang cu. semenjak Ku Yang-cu mengasingkan diri, pedang Hiat kong
kiam juga turut tersimpan didalam istana air.
Dengan suara hambar Gak Lam-kun segera berkata, "Kalau kau sudah tahu bahwa
pedang ini adalah senjata mestika yang khusus untuk menaklukkan siluman membasmi
iblis, hal ani lebih bagus lagi"
Ong kok him cun mandesis sinis. "Hee" hee" hee" Seandainya kau bersedia untuk
meninggalkan pedang ini buat kami. dosa kalian yang telah membunuhi anak murid kuil
kami tak akan kuperhitungkan lagi. Tapi kalau tidak" Hmmmm! Kalian bertiga bakal mati
di tempat ini tanpa tempat kubur!"
Gak Lam-kun segera mendengus dingin, lalu dengan suara yang amat sinis katanya,
"Kalau dilihat tampangmu mah persis seorang gembong iblis tua kenamaan. Tak kusangka
engkau pun bisa mengucapkan kata-kata yang bersifat kekanak-kanakan semacam itu.
Huuuh". Sungguh menggelikan sekali!"
Dicemooh oleb musuhnya, dari malu Ong kok him cun menjadi naik pitam, ia segera
tertawa seram tiada hentinya. "Hee" hee" hee" Kalau kau sendiri yang mencari jalan
kematian buat dirimu sendiri, jangan salahkan kalau kami akan bertindak keji"
Sambil berseru, senjata trisulanya segera digetarkan untuk menusuk dada lawan.
Sejak mengetahui kalau musuhnya mempergunakan senjata trisula sebagai andalannya,
kewaspadaan dalam hati Gak Lam-kun telah ditingkatkan. Sebab ujung trisula tersebut
berwarna hijau kehitam-hitaman. Ini menunjukkan kalau senjata itu sudah dipolesi dengan
racun jahat yang teramat keji.
Serangan yang di lancarkan oleh Ong kok him cun ini boleh dibilang dilakukan dengan
kecepatan yang luar biasa sekali, tapi cara Gak Lam-kun untuk menghindarkan diri juga
tak kalah cepatnya. Hawa murni yang telah disalurkan mengelilingi seluruh badannya,
tanpa menggerakkan kaki maupun tangannya, tahu tahu dia sudah berada sejauh delapan
depa ke belakang.
Gagal dengan tusukan trisulanya, tita-tiba Ong kok him cun mendesak maju kemuka,
belum lagi tubuhnya tiba ditempat sasaran, senjata trisulanya sudah menyapu keluar.
Gak Lam-kun segera mengerutkan dahinya rapat-rapat. Dari dua gerakan tersebut, la
sudah merasakan bahwa ilmu silat yang dimiliki gembong iblis itu lihay sekali.
Dengan cepat pemuda itu menghindarkan diri kesamping. Begitu meloioikan diri dari
serangan trisula, pedang Hiat kong kiam tersebut segara melancarkan dua buah serangan
balasan. Kedua orang itu sama-sama merupakan jago kelas satu didalam dunia persilatan.
Setiap gerakan setiap jurus yang mereka pergunakan hampir seluruhnya merupakan
serangan-serangan yang disertai tenaga penuh.
Didalam melancarkan serangan balasannya itu Gak Lam-kun telah mempergunakan
tenaga dalamnya sebesar enam bagian. Begitu pedangsya diayunkan kedepan, segera
terdengarlah desingan angin serangan yang memekakkan telinga, Hal mana segera
memaksa Ong kok him cun harus menarik kembali serangannya sambil melompat mundur
kebelakang. Ong kok him cun tertawa seram, pelan-pelan senjata trisula ditangannya diayunkan
kembali ke depan dengan melancarkan sebuah tusukan sejajar dengan dada.
Begitu senjata trisula itu meluncur ke muka, tiga gulung terjangan serangan yang amat
tajam turut memancar ke depan.
Gak Lam-kun terkesiap sekali, buru buru dia melompat mundur sejauh beberapa
langkah. Setelah terjadinya bentrokan ini, sedikit banyak dalam hati masing-masing sudah
mempunyai perhitungan sendiri.
Sambil tertawa seram Ong kok him cun lantas berseru, "Suatu gerakan Liu hong biau
(pohon liu berkibar terhembus angin) yang amat cepat. Sambutlah sekali lagi serangan
trisula ku ini!"
Sebuah tusukan yang sejajar dengan dada kembali dilancarkan ke arah depan.
Gak Lam-kun tertawa dingin, tubuhnya kembali melayang mundur sambil mengayunkan
pedengnya melancarkan sebuah serangan balasan.
Dalam sekejap mata bayangan trisula dan hawa pedang bergabung menjadi satu. Satu
cahaya hitam satu cahaya merah saling bergumul dan saling melebur menjadi satu.
Pertarungan sengit yang berlangsung saat itu boleh dibilang merupakan suatu
pertarungan seru yang jarang sekali dijumpai di kolong langit. Dalam waktu singkat
disekeliiing arena dimana kedua orang itu sedang bertarung, dipenuhi oleh bayangan
trisula dan bunga pedang yang hampir boleh dibilang telah membungkus seluruh tubuh
mereka berdua. Dalam waktu singkat ratusan gebrakan sudah dilewatkan.
Ditengah pertempuran, mendadak Gak Lam-kun mengeluarkan ilmu saktinya secara
beruntun. Satu jurus demi satu jurus dilancarkan terus berulang kali hawa pedang yang
dahsyat bagaikan sambaran halilintar memaksa Ong kok him cun terdesak mundur sejauh
tiga langkah. Dengan mundurnya orang itu maka posisi Gak Lam-kun menjadi semakin
menguntungkan. Jurus pedangnya yang lihay dengan cepat dilancarkan secara gencar dan
beruntun. Semua jurus serangannya disertai dengan perubahan yang tak terhitung banyaknya.
Setiap tusukan selalu disertai dengan kekuatan yang dapat membetot sukma, keadaannya
sungguh mengerikan sekali.
Dalam waktu singkat, Gak Lam-kun telak melancarkan tiga belas buah serangan
berantai yang memaksa Ong kok him cun menjadi kelabakan dan terdesak mundur
berulang kali. Asalkan Gak Lam-kun melancarkan lagi dua tiga kali serangan beruntun, niscaya Ong
kok him cun akan tewas diujung pedang Gak Lam-kun atau paling tidak juga akan terluka
parah. Baru saja dia akan menggerakkan pedang untuk menciptakan serangan kembali,
mendadak ia mendengar suara jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang dari
melut Ki Li-soat.
Gak Lam-kun menjadi sangat terperanjat, cepat-cepat ia menarik kembali serangannya
sambil melompat mundur, kemudian ia berpaling ke samping.
Tampak sekujur badan Ki Li-soat telah bermandi darah, bajunya terkoyak-koyak tidak
karuan. Dencen tangan kanan menggenggam pedang, tangan kirinya membopong Ji Kiu
liong, ia mundur terus berulang kali dengan tubuh sempoyongan
Mencorong sinar bengis yang mengerikan dari balik mata Im Yang-him. Sambil tertawa
cabul, selangkah demi selangkah dia berjalan menghampiri Ki Li-soat, tapi langkahnya
juga sudah limbung dan sempoyongan, jelas orang inipun sudah terluka parah.
Menyaksikan kejadian itu, Gak Lam-kun menjadi naik pitam. Sambil membentak keras
tubuhnya menerjang maju ke depan.
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, Hui thian bu im kim si him yang bergerak
bagaikan sukma yang bergentayangan itu tahu-tahu sudah menerjang maju ke muka.
Sepasang cakar setannya yang tajam langsung menyambar ke atas tubuh Gak Lam-kun.
Menghadapi ancaman itu, Gak Lam-kun mendengus gusar, pedangnya diputar
kemudian dengan membawa kilatan cahaya merah darah segera menebas ke bawah.
Dengan ganas Hui thian hu im kim si him mengayunkan sepasang cakar setannya ke
bawah. Siapa tahu dari pedang yang berada di tangan Gak Lam-kun itu seolah-olah
terpancar keluar segulung tenaga hisapan yang kuat sekali. Mengikuti perputaran tenaga
dalamnya, secara jitu dan aneh tahu-tahu serangan tersebut seperti punah dengan begitu
saja, padahal gerakan pedang lawan masih menebas ke bawah seperti semula.
Hui thian bu im kim si him menjadi amat terkejut, dia tak tahu jurus serangan apakah
itu. Pada saat itu Gak Lam-kun benar-benar merasa gelisah sekali, maka didalam
melancarkan serangannya itu dia telah mempergunakan suatu jurus serangan yang
dahsyat sekali bernama Ban lo cu si (selaksa gulung sarang laba-laba). Peduli
bagaimanapun besarnya tenaga serangan itu dan bagaimanapun ganasnya senjata tajam
lawan, jangan harap bisa menembusi serangan lembut berhawa dingin yaag sangat hebat
itu. Pedang Hiat kong kiam tersebut dengan cepatnya menyambar ke bawah dan
membabat Pergelangan tangan lawan.
Suatu jeritan ngeri yang menyayat hati segera barkumandang memecahkan
keheningan. Tahu-tahu sepasang tangan Hui thian bu im kim si him sebatas pergelangan tangannya
sudah tertebas kutung oleh babatan pedang Hiat kong kiam tersebut.
Menyusul kemudian terdengar seseorang mendengus tertahan. Ternyata suatu
sergapan maut yang dilancarkan Ong kok him cun dari belakang telah berhasil menghajar
telak di atas punggung Gak Lam-kun.
"Uuuuaaakk"!"
Tak ampun Gak Lam-kun muntah darah segar. Dengan sempoyongan tubuhnya
terdorong sejauh beberapa kaki dari tempat semula.
Tapi ia tak sampai roboh, tubuhnya tetap tegak bagaikan batu karang, malahan pelanpelan
ia membalikkan badannya.
Kenyataan ini segera membuat bergidiknya hati Ong kok him cun. Dia tidak menyangka
kalau Gak Lam-kun kuat menahan serangannya tanpa cedera.
Padahal dangan pukulan yang dilancarkannya tadi, sekalipun tubuh yang terdiri dari
baja murnipun akan hancur berantakan. Apalagi badan yang terdiri dari darah dan daging.
Setelah membalikkan badannya, Gak Lam-kun mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.
Tapi ia segera merasakan kepalanya pusing tujuh keliling. Hawa darah didalam badannya
bergolak keras, kakinya gemetar dan akhirnya karena tak tahan ia menjatuhkan diri duduk
bersila diatas tanah.
Ong kok him cun tertawa terkekeh kekeh dengan serimnya, bagaikan sesosok sukma
gentayangan pelan-pelan dia berjalan maju ke muka.
Tangan kanannya juga pelan-pelan diangkat ke udara rupanya sebuah pukulan yang
mematikan segera akan dilancarkan.
Seluruh tubuh Gak Lam-kun mengejang keras. Dia berusaha untuk meronta bangun,
tapi ia merasakan badannya lemas sekali seolah-olah sama sekali tak berkekuatan?"
Mengetahui akan keadaannya sekarang, ia segera menghela napas panjang, tak
disangka olehnya dia bakal terkubur untuk selamanya ditempat itu".
Akhirnya Ong kok him cun berhenti pada satu kaki didepan si anak. muda itu, katanya
sambil tertawa seram,
Jilid : 27 "ORANG she Gak, serahkan nyawamu sekarang!" Hawa murninya segera dihimpun
menjadi satu, kemudian telapak tangannya diangkat dan siap diayunkan kebawah".
Tapi pada saat itulah mendadak dari luar ruangan berkumandang suara petikan harpa
yang amat lengking"
"Criiing! Criing! Criing"!"
Walaupun hanya tiga kali petikan harpa yang amat sederhana, akan tetapi cukup
mernbuat darah didalam tubuh Ong kok him cun bergolak keras. Hawa murninya yang
telah terhimpun di dalam telapak tangannya juga secara tiba-tiba membuyar dengan
begitu saja. Selewatnya tiga kali petikan harpa tersebut dari luar pintu ruangan berjalan masuk
empat sosok bayangan manusia.
Orang yang berada di paling depan adalah seorang gadis cantik bersanggul tinggi yang
memakai mantel bewarna kuning. Dia sangat anggun dan memondong sebuah harpa.
Ketika para pendeta yang berada didepan pintu melihat kemunculan gadis tersebut,
hanya memandang sekejap saja, masing-masing segera menundukkan kepalanya rendahrendah.
Mereka hanya merasakan bahwa kecantikan gadis itu bak bidadari dari kahyangan,
begitu anggun dan berwibawanya gadis itu sehingga tak seorangpun yang berani banyak
memandang kearahnya.
Gadis itu bukan lain adalah Yo Ping. Dibelakang Yo Ping adalah See ih sam seng (tiga
malaikat dari wilayah See ih) dan pada barisan paling belakang mengikuti dua orang laki
perempuan yang berpakaian kusut. Kedua orang itu bukan lain adalah Jit poh toan hun
(tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To dan Han Hu hoa dari perguruan Panah Bercinta.
Kemunculan yang tiba-tiba dari keenam orang ini sangat mengejutkan hati semua
orang. Tak seorangpun yang menyangka kalau pada saat seperti ini, dimana bisa muncul
manusia seperti ini.
Ong kok him cun memandang sekejap ke arah Kwik To serta Han Hu hoa. kemudian
sambil tertawa seram katanya, "Siapa yang telah membuka penjara batu dan melepaskan
kedua orang itu" harap tampil ke depan, ingin kuketahui manusia macam apakah dirinya
itu?" Pelan-pelan Yo Ping tampil ke depan, lalu ujarnya dengan suara hambar, "Akulah yang
telah membuka penjara batu dan melepaskan mereka keluar, mau apa kau"
Ong kok him cun memandang wajah Yo Ping beberapa kejap, kemudian ia bersiap-siap
mengumbar hawa amarahnya.
Tapi belum sempat mengucapkan sesuatu. Im yang him telah menyongsong ke depan
lebih dulu, katanya sambil tertawa cabul, "Nona cantik, apakah kau masih ingin
meninggalkan kuil Ong kok koan".?"
Dalam sekilas pandangan saja Yo Ping telah melihat keadaan Gak Lam-kun yang
bermandikan darah dan duduk bersila dalam keadaan mengenaskan itu, hatinya terasa
menjadi sedih sekali, buru-buru ia maju menghampirinya dan berseru dengan pedih,
"Engkoh Gak" Siapa yang telah melukaimu menjadi begini rupa".?"
Pelan pelan Gak Lam-kun membuka matanya dan tersenyum, sahutnya dengan lembut.
"Adik Ping, terima kasih atas kedatanganmu. Lukaku tak seberapa, cukup mengatur
pernafasan sebentar juga akan sembuh dengan sendirinya"
Yo Ping menghela napas panjang katanya, "Engkoh Gak, ketika kau meninggalkan aku,
hatiku terasa amat marah. Tapi setelah teringat bagaimana kau akan menempuh mara
bahaya seorang diri" aku segera menyusul kemari. Tadi kami sudah menggeledah seluruh
Ong kok koan ini, tapi Ji Cin peng tidak ditemukan. Kemudian setelah bertemu dengan
Kwik To serta Han Hu hoa dalam penjara batu, baru kuketahui kalau Ji Cin-peng tidak
sampai tertangkap"
Baru selesai dia berkata, mendadak terdengar seseorang berseru sambil meraung,
"Kalau begitu enciko telah mati?"
Ternyata Ji Kiu-liong yang terluka parah sedang berbaring dalam pangkuan Ki Li-soat.
Ketika mendengar kalau Ji Cin Peng tidak tertangkap dia menganggap encinya sudah
pasti telah tewas, saking sedihnya ia jatuh tak sadarkan diri.
Gak Lam-kun yang mendengar berita itu juga merasakan goncangan yang amat keras.
"Uaaak..!" Kembali ia muntah darah segar. Wajahnya menjadi pucat pias, Air matanya
tanpa terasa jatuh bercucuran.
Yo Ping yang menyaksikan kejadian itu segera mengayunkan tangannya mengebas
jalan darah Thian leng hiat ditubuh Gak Lam-kun, kemudian serunya, "Engkoh Gak" dia
tidak mati"."
Setelah jalan darah pada Thian leng hiat nya terkebas, gejolok hawa darah didalam
tubuhnya segera dapat dikendalikan kembali. Sambil mendongakkan kepala, katanya
dengan sedih, "Ia benar-benar belum mati?".
Yo Ping tak dapat melukiskan bagaimanakah perasaannya ketika itu. Sekarang dia baru
tahu kalau Ji Cin-peng menempati kedudukan yang lebih penting dalam hati pertanda itu
cintanya kepada gadis itu tampaknya jauh melebihi cintanya kepada ia sendiri.
Yo Ping jaga tahu bahwa luka dalam yang diderita Gak Lam-kun ketika itu parah sekali.
Bila tidak segera mengatur pernafasan, bisa jadi tubuhnya akan menjadi cacad, maka ia
lantas mengangguk. "Ia balum mati! aku tak akan membohongi dirimu", katanya.
Gak Lam-kun segera tertawa sedih, "Adik Ping, aku merasa amat barsalah kepada
kalian semua".
Msnyaksikan penderitaan yang menyiksa diri Gak Lam-kun, hawa nafsu membunuh


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera berkobar didalam tubuh Yo Ping serunya. "Engkoh Gak, beristirahatlah sebentar.
Akan kubunuh mereka semua untuk membalaskan dendam bagimu!"
Selesai berkata, mendadak ia menerjang maju kedepan dan mengayunkan telapak
tangannya untuk membacok wajah Im Yang him.
oooOooo IM YANG HIM merasa terkejut sekali menyaksikan gerakan tubuh lawan yang aneh dan
sakti semacam itu, buru-buru dia melompat mundur ke belakang sejauh dua langkah"
"Hmmm".! Kau anggap masih bisa kabur?" ejek Yo Ping sambil mendengus dingin.
Pergelangan tangannya diputar, sebuah pakaian dahsyat kembali dilontarkan kedepan.
Seketika itu juga Im Yang him merasakan dari belakang tubuhnya berhembus datang
segulung angin pukulan yang menghadang jalan perginya, ini membuat hatinya merasa
amat terkejut. Sementara pikirannya bercabang, Yo Ping telah mendesak maju lebih ke depan.
Kalau dilihat dari gerakan tubuhnya itu seakan-akan tidak terlalu cepat tidak pula terlalu
lambat, tapi justru sangat tepat sekali. Bagaimanapun ia berusaha untuk menangkis atau
bertahan, agaknya agak susah untuk mencegah gerakan maju dari Yo Ping tersebut.
Tampak gadis itu mengayunkan tangannya berulang kali".
"Blaaamm"! Blaaamm".!"
Dua kali benturan nyaring, pipi kiri dan pipi kanan Im yang him masing-masing sudah
kena ditinju satu kali, kontan saja sepasang pipinya itu jadi membengkak besar.
Ong kok him cun menjadi sangat terperanjat setelah menyaksikan kelihayan ilmu silat
yang dimiliki lawannya itu, buru-buru ia menerjang ke muka, secepat kilat senjata
trisulanya melancarkan sebuah tusukan maut ke depan.
Dengan cekatan Yo Ping berkelit ke samping menghindarkan diri dari serangan
tersebut. Tampak kakinya berputar kencang, secara manis dan jitu ia sudah menerobos
masuk lewat sisi kiri Ong kok him cun.
Gerak serangannya yang, menerobos maju ke depan ini cukup membuat Ong kok him
cun menjadi kaget bercampur terkesiap. Sebab di tinjau dari posisi yang diambilnya ketika
menyergap tiba itu, walau dengan gerakan macam apakah dia berusaha untuk
menyerang, ia tetap tidak akan berhasil untuk menghajar bagian tubuh dari nona tersebut.
Sebenarnya Ong kok him cun menganggap ilmu silat yang dimilikinya telah mencapai
kesempurnaan yang lihay sekali tiada titik kelemahan lagi. Siapa tahu kenyataan berbicara
lain. Sehebat-hebatnya ilmu silat yang berada di dunia ini kenyataannya terdapat titik
kelemahan semua. Cuma pihak yang berilmu agak cetek tak sanggup untuk melihatnya
saja. Kini ilmu silat yang dimiliki Yo Ping telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar
biasa, tentu saja dia mampu untuk menemukan titik kelemahan pada tubuhnya.
Dalam kejut dan terkesiapnya, buru-buru Ong kok him cun mundur sejauh delapan
sembilan depa ke belakang.
Yo Ping segera tertawa dingin, ejeknya. "Bagus sekali, rupanya kau yang telah melukai
dirinya dengan cara main sergap dari belakang!".
Ong kok him cun semakin terperanjat lagi setelah mendengar perkataan itu. Atas dasar
apakah ia bisa tahu kalau dialah yang telah menyergap Gak Lam-kun dari belakang"
Ong kok him cun segera tertawa seram,sahutnya, "Serangan itu masih belum bisa
dibilang sebagai suatu sergapan dari belakang"
Yo Ping segera mendengus dingin. "Hmmm! Kau masih berani membantah" Huuh,
dengan mengandalkan kepandaian seminim itu hendak melukai dirinya" Kau masih
ketinggalan jauh"
Ong kok him cun segera terkekeh tertawa seram, serunya sambil, tersenyum licik,
"Betul! Betul sekali!. Ia bisa terluka ditanganku, sesungguhnya adalah karena membantu
nona itu" Paras muka Yo Ping segera berubah he bat, bentaknya, "Kau bilang apa?"
"Oleh karena ia hendak menolong perempuan itu dengan mempertaruhkan jiwanya,
maka dia bisa terluka parah ditanganku"
Perlu diketahui, Yo Ping adalah seorang gadis yaog berwatak aneh sekali. Diapun
mempunyai pandangan yang sempit tentang cinta. Ong kok him cun yang berhasil
mengetahui titik kelemahannya itu segera memanfaatkannya secara baik, maka
digunakannya ucapan tersebut dengan tujuan untuk membuyarkan perhatiannya,.
Benar juga, setelah mendengar perkataan itu, air mata segera jatuh bercucuran
membasahi seluruh wajah Yo Ping. Ia merasakan kesedihan yang luar biasa, ia merasa
dirinya seakan-akan tak mampu menandingi Ki Li-soat sekalipun.
Didalam jalan pikirannya yang sempit, dia beranggapan bila seorang lelaki sudah
bersedia mengorbankan jiwanya untuk menolong seorang gadis, kecuali perempuan itu
adalah kekasih hatinya, ia baru bersedia tanpa memperdulikun keselamatan sandiri untuk
pergi menolongnya.
Dalam benak Yo Ping sama sekali tiada pemikiran bahwa manusia hidup didunia ini
perlu saling tolong menolong, saling bantu membantu. Dia hanya tahu kalau setiap orang
itu egois, mementingkan diri sendiri. Bila seseorang sampai melakukan suatu perbuatan
maka perbuatan tersebut pasti dilakukan atas dasar demi kepentingannya pribadi.
Maka didalam anggapannya Gak Lam-kun bisa menolong Ki Li-soat tanpa
memperdulikan keselamatan sendiri, hal ini pasti dikarenakan dia menaruh rasa cinta yang
mendalam sekali terhadap gadis itu.
Sebab Yo Ping belum pernah menyaksikan Gak Lam-kun menunjukkan sesuatu
perbuatan yang menunjukkan bahwa dia amat mencintai dirinya. Itulah sebabnya ia
merasa sedih sekali sekarang.
Yo Ping sesungguhnya adalah seorang gadis yang paling cerdik didunia ini. Akan tetapi
oleh karena dia mempunyai jalan pikiran yang sempit, maka boleh dibilang diapun menjadi
perempuan paling bodoh didunia ini.
Padahal dia bisa bersikap demikian karena rasa cinta Yo Ping terhadap Gak Lam-kun
boleh dibilang sudah merasuk sampai ke dalam tulang sumsum.
Paras muka Yo Ping waktu itu sungguh mengenaskan sekali. Rasa sedih dan murung
yang sangat tebal menyelimuti seluruh wajahnya.
Mendadak ia menghela napas sedih, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya. Pelan-pelan kelima jari tangan kanannya mulai menari di atas senar harpa dan
memetiknya dengan penuh keharuan.
"Criiing"!, Criing"!, Criing"!"
Serentetan bunyi harpa yang merdu bergema memenuhi angkasa. Dengan perasaan
yang amat sedih dan berduka, gadis itu memetik harpa membawakan lagu yang
memilukan hati iramanya, begitu membuat orang menjadi terpesona.
Dengan sepajang mata melotot besar dan napas tersengkal-sengkal Gak Lam-kun
segera berteriak keras, "Nona Ki, cepat kalian mundur dari ruangan ini!"
Ternyata irama harpa yang dimainkan oleh Yo Ping saat itu adalah irama Mi-tin huan
hun ci yang merupakan suatu irama sesat tingkat tinggi. Irama harpa semacam itu hanya
bisa ditahan oieh Gak Lam-kun seorang. Selain dia, didunia ini boleh dibilang tak seorang
manusiapun bisa menahan pengaruh irama itu, kendatipun orang tersebut memiliki tenaga
dalam yang amat sempurna
Ketika Yo Ping mulai menempelkan jari tangannya diatas harpanya, See ih sam seng
dengan kecepatan yang luar biasa telah mengundurkan diri dari istana tersebut,
sedangkan Kwik To dan Han Hu hoa masing-masing melompat kesamping Ki Li-soat serta
Ji Kiu-liong dan seorang mengempit satu secepat kilat mangundurkan diri dari tempat itu.
"Bluuuk"! Bluuukk".!"
Benturan keras terjadi. Kwik To, Han Hu hoa, Ki Li-soat dan Ji Kiu-liong bersama sama
terjatuh di muka pintu ruangan.
Tiang pek sam him sendiri meski juga tahu akan kelihayan irama harpa itu, tapi mereka
tidak menyangka kalau irama harpa dari Yo Ping tersebut sudah mencapai tingkatan yang
bisa merenggut nyawa manusia. Lagipula ketiga orang Tiang pek sam him itu
menganggap ilmu silat yang dimilikinya sudah mencapai tingkatan yang paling tinggi,
maka dalam sangkaannya irama semacam itu tak akan mempengaruhi mereka.
Itulah sebabnya ketika See ih sam seng dan Kwik To sekalian mengundurkan diri dari
situ dengan kecepatan tinggi, kawanan pendeta dari Ong kok koan masih tetap tinggal
didalam ruangan tersebut.
Yo Ping telah memperoleh jelmaan tenaga dari Ang ih kim cha Gui Bok eng yang masuk
ke dalam tubuhnya tanpa ia sadari tenaga dalamnya pun memperoleh tambahan sebesar
tenaga dalam yang dimiliki Ang ih kim cha dimasa lalu.
Karenanya, dikala Yo Ping memainkan irama Mi tin huan hunci maka kesempurnaan
tenaga dalamnya waktu itu sudah bukan apa-apanya bila dibandingkan ketika Gak Lamkun
mendengarkan permainan irama tersebut untuk pertama kalinya dulu.
Dalam waktu singkat"..
Hampir semua pendeta yang berada didalam ruangan Tiang seng tian sudah berdiri
mematung karena terpengaruh oleh permainan harpa Yo Ping yang membawakan irama
sedih itu. Mereka semua berdiri tak berkutik dengan wajah pedih dan murung.
Gak Lam-kun duduk bersila diatas tanah sambil mengerahkan hawa sinkangnya untuk
menan-dingi pengaruh Mi tin huan hun ci tarsebut. Kemudian dengan memanfaatkan
gelombang irama maut itu dia menyalurkan hawa murninya keseluruh badan.
Tak lama kemudian, dia merasakan semua luka dalam yang dideritanya itu sudah
sembah kembali seperti sedia kala.
Kepandaian tersebut boleh dibilang merupakan suatu kepandaian Ing po koan keng
(gelombang irama menyembuhkan luka) yang aneh, sakti dan luar biasa. Dalam keadaan
tanpa sadar tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun justru telah meningkat sebagian
lebih sempurna.
Terdengar irama harpa tersebut makin lama semakin memedihkan hati, seakan akan
dunia sudah kiamat dan semua orang didunia ini sudah mati semua?"
Tak lama kemudian dalam ruangan Tiang seng tian sudah diramaikan oleh isak tangis
yang memilukan hati, hal mana justru membuat suasana bertambah sedih dan
memedihkan sekali.
Ternyata para pendeta yang tenaga dalamnya agak lemah sudah tak mampu
mengendalikan diri dari pengaruh irama harpa itu lagi. Suatu perasaan sedih yang aneh
tiba-tiba muncul dalam hatinya membuat mereka tak tahan lagi dan menangis tersedu
sedu. Ong kok him cun dan Im Yang him yang semula masih berdiri kaku bagaikan patung,
sekarang sudah duduk bersila diatas tanah dan mengerahkan tenaga dalamnya untuk
melawan pengaruh irama sesat tersebut.
Malahan See ih sam seng, Kwik To, Han Hu hoa, Ki Li-soat dan Ji Kiu-liong yang berada
diluar ruanganpun ikut terpengaruh oleh irama harpa yang amat menyedihkan itu,
sehingga lambat laun semakin tak kuasa menahan diri.
Maka mereka serentak melayang mundur lagi sejauh beberapa kaki, tapi ketika
dirasakan bahwa irama harpa dari Yo Ping itu masih juga mempengaruhi perasaan
mereka, dengan cepat beberapa orang itu mengundurkan diri kembali sejauh beberapa
kaki. Dalam waktu singkat, ruangan Tiang seng tian telah berubah menjadi neraka. Isak
tangis, jeritan, lolongan kesedihan membuat suasana di tempat itu sungguh mengenaskan
dan memilukan hati orang.
Isak tangis yang makin keras mengikuti alunan irama harpa yang naik turun,
menciptakan suatu perpaduan yang aneh.
Waktu itu Yo Ping duduk bersila dihadapan Gak Lam-kun, sepasang matanya yang
basah oleh air mata mengawasi wajah pemuda itu tanpa berkedip, sementara kelima jari
tangan kanannya memetik senar- senar itu tiada hentinya.
Mendadak Gak Lam-kun membuka matanya lebar-lebar, kemudian katanya sambil
menghela napas. "Adik Ping, jangan kau lanjutkan permainan harpamu itu!"
Yo Ping seakan akan tidak mendengar ucapan itu, dia masih melanjutkan permainannya
memetik harpi dalam bopongannya.
Pelan-pelan Gak Lam-kun memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu. Apa yang
kemudian terlihat olehnya membuat perasaan pemuda itu sangat terperanjat.
Tampak kawanan pendeta yang berada disekeliling ruangan sudah berdiri dengan
wajah merah padam dan sepasang mata melelehkan darah, wajah mereka menyeringai
amat me-nyeramkan.
Waktu itu, suara isak tangis telah berubah menjadi parau, kemudian dari parau berubah
menjadi rendah dan berat.
Lambat laun suara isak tangisnya sudah tidak kedengaran lagi, sebagai gantinya adalah
suara raungan yang menyeramkan.
"Bluuk!". bluuk". bluuk"..!"
Suara robohnya badan berkumandang susul menyusul"..
Beratus orang pendeta yang berada dalam ruangan Tiang seng tian yang berhasil lolos
dari ujung pedang Gak Lam-kun tadi, kini tewas semua dalam keadaan mengerikan
dengan panca indera bercucuran darah, nadi beku dan tubuh kaku oleh pengaruh irama Mi
tin huan hun ci yang lihay dari Yo Ping.
Angin dingin berhembus lewat, irama harpa masih mengalun lembut di udara.
Ruangan Tiang seng tian yang begitu besar dan lebar kelihatan penuh dengan mayat
yang berserakan memenuhi seluruh tanah, bau amisnya darah amat menusuk hidung.
Dari beratus ratus orang yang semula berada dalam ruangan itu, yang masih hidup
sekarang tinggal Tiang pek sam him yang berilmu silat paling tinggi tapi wajah mereka
pun sudah berubah menjadi pucat pias seperti mayat, napasnya terengah-engah seperti
dengusan kerbau.
Terutama sekali Hui thian bu im kim si him yang kutung sepasang tangannya, tenaga
dalamnya mengalami kerugian paling besar. Bagaimana mungkin ia bisa mempertahankan
diri lagi dari pengaruh gelombang irama yang paling lihay di dunia ini"
Mendadak sepasang matanya terbelalak lebar-lebar. "Uaaaak?".." dia muntah darah
segar, tubuhnya gemeter amat keras lalu pelan-pelan bangkit berdiri, tapi kembali
tubuhnya sempoyongan, kemudian roboh terkapar ditanah".
Dia berusaha untuk meronta dan duduk kembali, tapi sayang tubuhnya sudah lemah
dan tak bertenaga lagi..:..
Mendadak terdengar bentakan keras menggelegar diangkasa".
Im yang him melompat bangun dari atas tanah kemudian secepat sambaran kilat
menubruk ke arah Yo Ping.
"Sreeeet"!Sreeet"!" dua kilatan cahaya putih meluncur ke tubuh gadis itu.
Gak Lam-kun merasa amat terperanjat teleh menyaksikan ancaman tersebut, segera
teriaknya. "Adik Peng, hati-hati, Pisau terbang.,.."
Dengan mata yang tajam Yo Ping memandang sekejap ke arah senjata rahasia yang
meluncur ke arahnya itu, tiada rasa kaget yang melintasi wajahnya. Diapun tidak
menghindar atau berkelit, dengan tenangnya gadis itu melanjutkan permainannya pada
senar senar harpa tersebut.,.
Gak Lam-kun cakup mengetahui sampai dimanakah kelihayan ilmu silat yang dimiliki Yo
Ping. Pemuda itupun tahu bahwa kepandaian sendiri pun masih jauh di bawah
kepandaiannya. Ketika dilihatnya gadis itu tetap tenang, disangkanya kedua bilah pisau
terbang itu tak akan mencelakainya, maka diapun hanya berdiam diri saja tanpa
bermaksud untuk membantunya.
Siapa tahu justru karena Gak Lam-kun diam saja tanpa melakukan sesuatu tindakan,
hal ini justru menambah kesalahan paham Yo Ping terhadap dirinya.
Ketika dilihatnya Gak Lam-kun cuma duduk tenang sama disitu tanpa melakukan
sesuatu tin-dakan. Yo Ping marasa pedih sekali, tak tahan dia lantas mendongakkan
kepalanya dan tertawa seram.
Harpanya segera diayunkan kedepan untuk menyampok jatuh datangnya golok Liu yap
to yang meluncur kearahnya itu.
"Criing"..! Criing"..!" kedua bilah golok liu yap to itu segera memapas kutung harpa
berikut sebenarnya menjadi empat bagian.
Dengan suara amat pedih Yo Ping berseru. "Gak Lam-kun, kau benar-benar amat keji.
Hubungan cinta diantara kita berdua berakhir sampai disini".
Seusai berkata gadis itu segara membalikkan badan dan berlalu dari situ.
Gak Lam-kun menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia tak tahu pada
bagian yang manakah dia telah menyalahi gadis tersebut.
Ketika Im Yang him menyaksikan Yo Ping hendak pergi meninggalkan tempat ltu,
dengan cepat membentak keras, lalu dengan ganas memburu kedepan.
Waktu itu pikiran Nyow Peng sangat kusut. Dadanya penuh berisikan rasa benci dan
mendongkol yang luar biasa. Ketika dilihatnya Im Yang him memburu datang, dia lantas
tertawa seram, tubuhnya menjelit dan sepasang tangannya segera didorong ke tubuh
lawan. Terdengar dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan, tubuh Im yang him
yang gemuk itu segera mencelat ke atas langit langit ruangan begitu termakan oleh
pukulan yang maha dahsyat tersebut.
"Blaaamm"!" Ketika badannya menubruk diatas langit langit, dengan cepat dia
meluncurkan kembali ke tanah.
Begitu mencium tanah tubuhnya yang besar dan gemuk itu terkapar lemas dan tak
pernah berkutik kembali.
Perlu diketahui, dalam melancarkan pukulan tersebut, Yo Ping telah menggunakan
segenap tenaga dalam yang dimilikinya. Bagaimana mungkin Im yang him bisa tahan
menghadapi serangan yang maha dahsyat itu" Seketika itu juga nadi penting didalam
tubuhnya putus menjadi beberapa bagian.
Ketika Yo Ping berpaling kembali dilihatnya Gak Lam-kun masih duduk termangu disini.
Hal mana semakin menggusarkan hatinya, bahkan hatinya juga menjadi dingin.
Air mata jatuh bercucuran membasahi pipi Yo Ping dengan amat derasnya. Sambil
mendepak-depakkan kakinya keatas tanah, dia menutupi wajahnya dengan kedua belah
tangan lalu berlari meninggalkan tempat itu.
Ketika Ong kok him cun menyaksikan seluruh karyanya yang dipupuk sepanjang hidup
ternyata hancur dan musnah hanya dalam sekejap mata di tangan Yo Ping dan Gak Lamkun,
tak terlukiskan rasa sedih dan gusar yang menyelimuti hatinya waktu itu.
Sewaktu dia melihat Yo Ping membunuh Im yang him tadi, pikirannya sudah mulai
menggila. Diiringi suara tertawa anehnya yang ibarat lolongan serigala ditengah malam
buta, senjata trisula yang berada ditangannya segera diayunkan ke depan disambit ke
tubuh Yo Ping. Gak Lam-kun yang menyaksikan kejadian itu, bagaikan baru sadar dari impian. Secepat


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kilat dia menerjang ke muka, pedang Hiat kong kiamnya dengan membentuk selapis
cahaya merah yang membara langsung membacok datangnya cahaya hitam tersebut.
"Criiing"! Criiing!"
Serentetan bunyi gemerincing berkumandang memecahkan keheningan.
Seketika itu juga senjata trisula berwarna kuning kehitam-hitaman itu sudah tersambar
pedang Hiat kong kiam dari Gak Lam-kun itu dan hancur menjadi puluhan keping.
Tapi ketika kepingan senjata trisula tersebut jatuh ke tanah, mendadak mengepullah
gulungan api berwarna hijau yang dengan cepat membakar sekitar tempat itu dengan
dahsyatnya. Sementara segulung bau busuk yang sangat memuakkan berhembus dan
menyebar ke seluruh ruangan tersebut.
"Sungguh berbahaya" pekik Gak Lam-kun dalam hati kecilnya dengan kaget.
Ternyata senjata trisula dari Ong kok him cun tersebut merupakan sebuah tabung
kosong yang berisikan cairan beracun yang segera akan terbakar bila terkena ditubuh
manusia. Apabila tombol rahasia diatas senjata tersebut disentuh, maka cairan beracun itu
segera akan menyembur keluar dari lubang pori-pori yang puluhan buah banyaknya itu
Dalam keadaan seperti ini, kendatipun kau memiliki ilmu silat yang lebih lihaypun
jangan harap bisa terhindar dari bencana dengan selamat, apalagi dibawah ancaman
cairan beracun yang sangat mengerikan itu.
Keadaan Ong kok him cun saat itu sudah menjadi kalap, sambil tertawa seram
tubuhnya segera menerjang kedepan dan menubruk ke arah Gak Lam-kun.
Gak Lam-kun yang menyaksikan tubrukan musuhnya sangat ganas dan buas, dia kuatir
dalam tubuh Ong kok him cun masih menyimpan makhluk atau benda beracun lainnya,
maka dengan suara menggelegar dia lantas membentak keras.
Pedang Hiat-kong kiam ditangan kanannya langsung disambit ke tubuh Ong kok him
cun, sementara telapak tangan kirinya diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan
dahsyat yang bertenaga besar.
Semua gerak serangannya itu dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa sekali.
Terlihat cahaya merah darah yang amat menyilaukan mata berkelebat lewat, pedang
Hiat kong kiam tersebut tahu-tahu sudah menembusi dada Ong kok him cun dan
melemparkan tubuhnya sejauh tujuh delapan kaki kebelakang dan akhirnya menancap
diatas sebuah tiang.
Ong kok him cuo benar-benar sangat tangguh dan buas. Sekalipun dadanya telah
ditembusi pedang kemudian termakan juga oleh pukulan dahsyat yang melemparkan
tubuhnya sejauh itu, dia masih belum mau menyerah dengan begitu saja.
Tampak sepasang matanya meloto sangat besar darah kental bercucuran membasahi
ujung bibirnya, dengan wajah bengis dan menyeringai mengerikan, pelan-pelan dia maju
kedepan menyongsong diri Gak Lam-kun yang sementara itu sudah berdiri dengan kesiap
siagaan penuh. Menyaksikan keadaan musuhnya yang begitu tanggguh, Gak Lam-kun berkerut kening,
himpunan tenaga sakti Tok liong ci jiau yang dimilikinya segera disalurkan semua ke dalam
telapak tangan kanannya. Kemudian kelima jari tangannya dipentangkan lebar-lebar lima
gulungan desingan angin serangan yang maha dahsyat segera meluncur ke depan.
"Sreet".! Sreeet*".!"
Perut dan lambung Ong kak him cun kembali muncul lima buah lobang kecil yang amat
dalam darah segar dengan cepat berhamburan keluar bagaikan pancuran.
Sekarang, sekujur badan Ong kok him cun sudah bermandikan darah segar, tubuhnya
berhenti sejenak sambil menahan sakit, tapi kemudian maju kembali sejauh tiga langkah
sebelum akhirnya tak sanggup menahan diri dan roboh binasa.
Begitulah nasib dari seorang gembong iblis dari luar perbatasan sudah banyak tahun
menjagoi dunia persilatan, akhirnya dia harus mengakhiri riwayat hidupnya dalam keadaan
yang sangat mengerikan.
Gak Lam-kun menghela napas panjang, dari atas tiang dia meloloskah pedang Hiat
kong kiam miliknya kemudian pelan-pelan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Terlihat olehnya Ki Li-soat sedang membopong tubuh Ji Kiu-liong berdiri disamping Jit
poh toan hun Kwik To dan Han Hu hoa, sedangkan Yo Ping dan See ih sam seng entah
sudah kemana perginya.
Api berwarna hijau dalam ruangan Tiang seng tian tersebut berkobar semakin besar,
kini makin lama menjalar semakin meluas, dalam sekejap mata kobaran api tersebut
sudah menjilat seluruh bagian gedang tersebut dan membakarnya dengan sangat hebat.
Paras maka Gak Lam-kun sama sekali tiada berperasaan, kepada Han Hu hoa tanyanya,
"Nona Han, hanya kalian berdua yang tertangkap?"
"Ilmu silat Bun cu kami sangat lihay, aku pikir tak mungkin dia bisa tertangkap!" sahut
Han Hu hoa, Mendadak terdengar suara dari Ji Kiu-liong berseru agak gemetar, "Gak toako,
enciku". dia tentu sudah bunuh diri?"
"Apa..!?" teriak Gak Lam-kun dengan sangat terkejut. "dia telah bunuh diri" darimana
kau bisa tahu?"
Mendadak Ji Kin liong meronta dari pelukan Ki Li-soat, kemudian sambil menangis
tersedu-sedu, katanya, "Ketika itu luka yang diderita cici sangat parah. Aku mengira dia
pasti sudah ditangkap dan ditawan ke kuil Ong kok koan, tapi sekarang, kenyataannya dia
tidak tertangkap, ini berarti dia pasti sudah bunuh diri"."
Ki Li-soat menghela napas sedih, tanyanya secara tiba tiba, "Adik Liong, kenapa encimu
harus bunuh diri?"
Mendapat pertanyaan tersebut, Ji Kiu-liong menjadi tergetar keras perasaannya. Dia
menjadi teringat kembali akan pesan encinya teringat bahwa dendam pribadi mereka
jangan diketahui oleh Gak Lam-kun sebab kalau tidak maka keponakannya yang amat
dikasihani itu selain akan kehilangan ibunya, juga akan kehilangan ayahnya, maka dia
tentu akan lebih kesepian lagi".
Terbayang sampai kesitu, tanpa terasa, Ji Kiu-liong berusaha keras untuk
mengendalikan perasaan sedih yang mencekam perasaannya waktu itu, katanya, "Aku tak
tahu apa alasannya, aku hanya berkata menuruti dugaanku sendiri".."
Gak Lam-kun yang mendengar jawaban tersebut segera berkerut kening, ia tahu dibalik
kesemuanya itu sudah pasti terdapat alasan lain yang jauh lebih besar lagi. Kalau tidak,
tak mungkin Ji Cin-peng akan meninggalkan dirinya tanpa alasan sehingga suami istri tak
bisa hidup bersama, melainkan harus hidup tercerai berai mengambil jalannya masing
masing. Mungkin alasan tersebut diketahui oleh Ji Kiu-liong, cuma saja dia enggan untuk
mengatakannya. Berpikir sampai disita Gak Lam-kun segera mengalihkan sorot matanya yang tajam itu
ke atas wajahnya, kemudian setelah menghela napas panjang katanya. "Adik Liong,
dapatkah kau menerangkan apa alasan dari encimu sehingga enggan berjumpa
denganku?"
"Alasan apa, aku tidak tahu?" seru Ji Kiu-liong sambil menggelengkan kepalanya
berulang kali. Gak Lam-kun kembali menghela napas panjang. "Aaai" Semenjak aku Gak Lam-kun
berjumpa dengan encimu, berkat cinta kasih encimu itu kami dapat berpadu bersama
dengan rukun dan damai, dalam setahun yang amat pendek itu, aku yakin tak pernah
melakukan suatu perbuatan yang menyalahi encimu, tapi apa sebabnya encimu malah
pergi meninggalkan aku" Seandainya dahulu aku Gak Lam-kun telah melakukan suatu
kesalahan, semestinya ia mau mengutarakannya secara berterus terang, asal aku memang
salah, sekali pun harus mati aku juga tidak menyesal."
Ji Kiu-liong yang mendengarkan perkataan itu segera merasakan peluh dingin
membasahi seluruh badannya, masih untung dia tidak mengatakan apa apa. kalau tidak
akibatnya sungguh tak bisa dibayangkan dengan kata kata. "Aaaai..! Demi keselamatan
Keponakanku, bagaimanapun jugit aku harus berusaha keras untuk menyimpan rahasia
dari enciku itu"
Berpikir sampai disini, tiba tiba Ji Kiu-liong berkata, "Gak toako, aku mempunyai satu
cara untuk bisa menentukan apakah enci masih hidup didunia ini atau tidak"
"Apakah caramu itu?"
"Sekarang, mari kita berangkat bersama menuju ke Lam Bay. Seandainya keponakanku
sudah tidak berada ditempat tinggalnya Lam-hay sinni lagi, itu membuktikan kalau enciku
masih hidup didunia ini. Sebaliknya jika keponakanku itu masih berada di tempat Lam-hay
sinni, maka berarti enciku lebih banyak bahayanya daripada tidak"."
Mendengar perkataan itu, diam diam Gak Lam-kun memuji akan, kecerdikan dari Ji Kiuliong.
Haruslah diketahui seseorang tentu saja akan mencintai sekali putranya sendiri.
Apalagi kalau dia adalah ibunya, sudah barang tentu rasa cintanya kepada anak jauh
melebihi cintanya kepada apapun juga.
Seandainya Ji Cin peng masih hidup di dunia ini, maka dia tak akan meninggalkah
putranya dengan begitu saja sambil membiarkan putranya menderita.
Gak Lam-kun lantas manggut manggut, katanya kemudian, "Baiklah, aku juga sudah
seharusnya pergi menengok dia. Aaai".. sungguh menyesal sekali, aku sungguh tidak
tahu kalau adik Pang telah melahirkan seorang untukku!"
Ketika berbicara sampai kesitu, selapis cahaya terang segera memancar keluar dari
wajah Gak Lam-kun, itulah cahaya kegirangan yang luar biasa.
Yaaa, sesungguhnya lelaki mana yang tidak bergirang hati dikala mengetahui ia
berputra" Sekalipun pikiran dan perasaannya ketika itu sedang kalut dan risau, tak urung
semua kerisauan dan kemurungan itu tersingkirkan juga untuk sementara waktu oleh
berita kegirangan tersebut.
Mendadak Jit poh toan hun Kwik To berseru dengan suara lantang, "Gak Lam-kun,
dendam kesumat diantara kita berdua juga harus segera diselesaikan sekalipun lohu
percaya bahwa kepandaian silatku bukan tandinganmu, tapi asal bisa diselesaikan secara
adil, sekalipun harus mati, lohu juga lidak akan menyesal"
Ketika mendengar ucapan tersebut, dengan air mata bercucuran Han Hu hoa sedang
menatap wajah Kwik To lekat-lekat. Bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi
kemudian diurungkan.
Jit poh toan hun Kwik To tertawa pedih, katanya, "Nona Han, harap kau sudi
memandang pada hubungan kita selama belasan tahun untuk menguburkan jenasah lohu
bila sudah mati nanti. Budi kebaikanmu itu pasti akan ku balas dalam penitisan yang akan
datang". Han Hu hoa segera mengalihkan kembali sinar matanya ke wajah Gak Lam-kun. itulah
suatu pandangan yang memohon belas kasihan, suatu permohonan yang tulus.
Mendadak Jit poh toan hon Kwik To mendonggakkan kepalanya dan tertawa seram.
"Haa" haa" haa" Hati seorang lelaki sejati, sekalipun golok dan pedang dipasangkan
diatas tengkuk, sampai matipun tak akan menyerah. Nona Han, apakah kau senang
melihat aku menjadi seorang lelaki yang takut mampus dan pengecut?"
Semua kejadian, yang berlangsung didepan matanya itu dapat dilihat oleh Gak Lam-kun
dengan jelas. Meski demikian paras muka Gak Lam-kun masih tetap amat dingin, kaku,
keji dan tak berperasaan.
"Kwik To!" katanya dengan ketus, "Aku cukup mengetahui karaktermu. Seorang ingin
mati, dia juga harus mati sebagai seorang enghiong. Baik, sekarang juga aku akan
memenuhi keinginanmu itu"
Mendadak Ki Li-soat maju kedepan sembari berseru, "Gak siangkong kau"."
"Persoalan ini adalah persoalan dendam pribadi kami berdua" tukas Gak Lam-kun dingin
"A-ku minta nona bersedia untuk mundur dulu ke samping sana. Dendam sakit hati guruku
lebih dalam dari samudra. Bagaimanapun juga dendam ini harus dibalas".
Ki Li-soat yang mendengar ucapan tersebut, segera merasakan tubuhnya gemetar
keras serunya lagi, "Gak siangkong, sekeji itukah hatimu" Tidak adalah belas kasihan
barang sedikitpun juga dalam hatimu" Apakah semua dendam kesumat hanya bisa
diselesaikan dengan darah saja" Daripada membunuh, bukankah lebih baik disadarkan"
Apakah kau benar-benar hendak membunuh seseorang yang sudah bertobat dan kini
sudah banyak melakukan kebajikan bagi umat persilatan. Hayo katakan". hayo cepat
katakan" Paras muka Gak Lam-kun masih tetap sedingin salju, tak sepatah katapun yang
diucapkan. Mendadak dia melolos pedang Hiat kong kiam dari sarungnya, kemudian dengan dingin
ber-kata. "Kwik To andaikata kau sanggup menerima tiga buah seranganku, maka semua
dendam sakit hati kita akan kuhapus sampai disini saja?"
Setelah ucapan tersebut diutarakan, Han hu-hoa dan Ki Li-soat segera tersenyum
kembali, mereka beranggapan selihay lihaynya ketiga buah serangan pedang dari Gak
Lam-kun tersebut, dengan kepandaian silat Kwik To yang lihay mungkin saja masih bisa
menahannya. Sementara itu Jit poh toan hun Kwik To yang mendengar perkataan itu menjadi
teramat gusar, serunya. "Gak Lam-kun sekalipun aku Kwik To tidak becus, tapi aku tak
bisa cuma menerima ketiga buah seranganmu itu saja"
Gak Lam-kun segera tertawa dingin. "Hee" hee" hee" meski hanya tiga jurus
serangan belaka, aku rasa dalam dunia persilatan dewasa ini mungkin belum banyak yang
sanggup menyambutnya dengan selamat. Aku cukup menghormati kedudukanmu dalam
dunia persilatan, siapa tahu hanya cukup menggunakan satu jurus serangan saja aku
sudah dapat membereskan nyawamu?"
Jit poh toan hun Kwik To semakin naik pitam setelah memdengar ucapan tersebut
katanya, "Seandainya aku mampus diujung ketiga buah serangan itu, dalam penitisan
yang akan datang aku pasti akan menjadi kerbau atau kuda, untuk membalas budimu itu"
Gak Lam-kun segera tertawa dingin, "Hee" hee" hee" Kalau memang begitu, cobalah
saja sendiri!?"
"Baik, lohu akan mempergunakan sepasang tanganku ini untuk menyambut ketiga buah
seranganmu itu"
Gak Lam-kun memang tahu kalau orang ini selamanya bertarung melawan musuhmusuhnya
dengan tangan koiong, maka serunya kemudian, ?"Jurus pertama, Hiat cian
ngopoh (darah berceceran lima langkah)"..!"
Baru selesai dia berseru, pedang Hiat kong kiam di tangan Gak Lam-kun telah
digetarkan pelan. Diiringi suara dentingan yang amat nyaring, ujung pedangnya itu segera
menciptakan bertitik-titik cahaya merah yang segera mengurung seluruh badan Kwik To
dengan rapatnya.
Terkesiap sekali Jit pon toan hun Kwik To setelah menyaksikan datangnya ancaman
yang maha dahsyat tersebut. Ia merasakan enam depa disekeliling tubuhnya seakan akan
muncul bertitik-titik cahaya merah darah yang menyilaukan mata, membuat orang tak
sanggup untuk menentukan dari arah manakah serangan tersebut sesungguhnya akan
tiba. Bila ingin menghindarkan diri dari ancaman tersebut, maka satu satunya jalan adalah
melompat mundur kebelakang.
Berpikir demikian, dengan jurus To hau lei hi (Ikan leihi berlompatan) secepat kilat dia
melompat mundur sejauh tujuh jengkal dari posisi semula.
Siapa tahu ketika ia mendongakkan kembali kepalanya, tampaklah dua titik cahaya
pedang dari Gak Lam-kun itu masih meluncur tiba dengan kecepatan tinggi.
Kwik To menjadi terperanjat sekali, kembali ia menggunakan gerakan ikan leihi
melentik mundur melompat mundur sejauh tujuh jengkal lagi ke belakang
Akan tetapi, cahaya pedang dari Gak Lam-kun itu malah semakin mendekati alis
matanya. Sekarang Kwik To baru yakin bahwa dia tak akan mampu untuk menyambut ketiga
buah serangan musuhnya, bahkan bagaimana cara Gak Lam-kun melancarkan serangan
tersebut dan bagaimana cara pemecahannya pun tidak diketahui olehnya, terpaksa
tubuhnya mundur lagi sejauh tiga langkah ke belakangMendadak cahaya pedang menjadi hilang lenyap tak berbekas".
Kwik To merasakan pelipis kirinya terasa sakit dan basah, ketika diseka ternyata darah
telah bercucuran dengan derasnya dari tempat itu.
Terlihat Gak Lam-kun sudah berdiri sejauh tujuh kaki dari tempat semula, ketika itu
malah dia sedang tersenyum sambil berkata, Kwik To, kau telah menerima sebuah
seranganku, dan sekarang sambutlah lagi jurus seranganku yang kedua, Sip poh hiat-kang
(sepuluh langkah cahaya darah)"..!"
Begitu selesai berkata, tampak Gak Lam-kun bersatu dengan pedangnya, kemudian
terlihat serentetan cahaya merah meluncur ke tubuh Kwik To segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa sedih, serunya, "Gak Lam-kun silahkan kaupun mencicipi sebutir
Sip poh mi hun wan (sepuluh langkah pil pemabuk nyawa) milikku ini!"
ooOOOoo DI TENGAH suatu bentakan nyaring, jari tengah dan telunjuk Kwik To secara tiba tiba
menyentilkan sebutir pil berwarna kuning.
"Blaaamm".!"
Ketika pU berwarna kuning ltu meluncur ke tengah udara, mendadak meledak dan
mengeluarkan segulung asap kuning yang tebal sekali. Dalam waktu singkat kabut
berwarna kuning itu segera menyebar ke empat penjuru.
Ddiam waktu singkat, kabut berwarna kuning itu telah memisahkan kedua orang itu
menjadi dua bagian.
Gak Lam-kun segera tertawa terbahak-bahak, sepasang kakinya segera menjejak tanah
dan melompat sejauh tujuh kaki ke tengah udara, kemudian sesudah berjumpalitan
beberapa kali. dia melayang turun kembali ke atas tanah sembari katanya, "Ooooh"..
Tangguh lihay sekali pil Sip poh mi hun wan mu itu. Tiga buah seraagan dan aku orang
she Gak juga telah selesai dilancarkan"..!"
"Masih ada sejurus!" seru Kwik To dengan wajah membesi
"Barusan sebenarnya aku bersiap-siap hendak menggunakan jurus Sip poh hiat kong
uutuk memaksamu menghindarkan diri, kemudian dengan menggunakan jurus Hong bwee
liu yan (kobaran api menimbulkan asap) untuk melukaimu. Siapa tahu jurus Sip poh hiat
kong tersebut berhasil kau patahkan, otomatis jurus Hongbawe liu yan tersebut pun tak
bisa kugunakan lagi. Kini ketiga jarus seranganku sudah lewat, janji dari aku orang Gak
Lam-kun juga tak pernah diingkari. Maka sejak sekarang dendam kesumat diantara kita
berdua sudah terhapus sama sekali"
Mendadak Jit poh toan hun Kwik To menutup wajah sendiri dan menangis tersedu-sedu
katanya, "Sepanjang hidup aku Kwik To sudah terlalu banyak melakukan kejahatan, aku
mengira jiwaku tak akan lolos dari pembalasan dendam, sungguh tak kusangka kau Gak
Lam-kun justru sengaja membiarkan aku hidup terus di dunia ini, agar jiwaku menderita


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan tersiksa terus sepanjang masa"
Dengan wajah serius dan bersungguh-sungguh Gak Lam-kun segera berkata lantang,
"Siapa bilang aku Gak Lam-kun tak ingin membunuhmu" Apa dayaku jika kemampuan ku
tak sanggup untuk memenuhi keinginan tersebut?"
Kwik To segera berhenti menangis, kemudian katanya, "Apakah kau bukan sedang
mengampuni jiwaku" Kau kira aku tak tahu kalau kau ingin merenggut nyawaku semenjak
pada jurus yang pertama tadi, sebenarnya dengan menggunakan kepandaian siiat yang
kau miliki, sambil menahan napas juga masih sanggup menembusi lapisan kabut untuk
melancar-kan serangan yang kedua, tapi kau lagi-lagi membatalkan serangan tersebut"
"Kwik To!?" ujar Gak Lam-kun sambil mengbela napas sedih, "Aku Gak Lam-kun sudah
terlalu banyak membunuh orang. Sepasang tanganku sudah penuh bernoda darah apakah
kau menginginkan aku mendapat dosa yang lebih besar lagi?"
Tiba tiba Jlt poh toan hun Kwik To mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak
dengan amat nyaringnya. "Haa" haa" haa" inilah rejeki bagi umat persilatan. Bila
Gak Lote mau mengurangi keganasan dan kekejianmu terhadap umat persilatan, tanpa
sadar kau pun telah memikirkan juga kesejahteraan serta kehidupan dari umat persilatan
di dunia ini. Atas kesedianmu itu, harap terimalah tiga buah sembah sujud dari aku orang
she Kwik!"
Selesai berkata, Kwik To benar-benar menjatuhkan diri berlutut diatas tanah dan
menyembah kepada Gak Lam-kun.
Tapi dengan suatu gerakkan yang sanget cepat Gak Lam-kun berkelit ke samping untuk
menghindarkan diri, kemudian sambil melompat mundur sejauh tiga kaki, katanya, "Kwik
To, dengan dasar apakah aku orang she Gak harus menerima sembah sujudmu itu?"
"Gak Lam-kun" kata Jit poh toan hun Kwik To dengan wajah sedih, "Benarkah kau
masih akan membunuhi orang secara keji?"
"Aku tahu bahwa kau telah bisa menahan nafsu membunuhmu dan banyak berbuat
salah dan kebajikan" kata Gak Lam-kun dengan suara dalam. "Oleh sebab itu aku Orang
she Gak juga telah merubah pendirianku. Tapi diantara beberapa orang musuh besar yang
membunuh ayahku, ada berapa orangkah yang bisa mengikuti jejakmu itu"
Buat agama Buddha. membunuh secara keji tentu saja merupakan suatu pantangan
yang amat besar. Tapi kalau membiarkan manusia durjana dan manusia laknat hidup di
dunia ini hanya untuk membuat kejahatan saja, bukankah hal ini justru akan
mengakibatkan banyak korban dan kejahatan yang akan dialami umat manusia akibat dari
ulah mereka"
Sejak mulai sekarang, tentu saja aku Gak Lam-kun tak akan sembarangan membunuh
orang. Akan tetapi terhadap manusia keji yang sudah terlalu banyak melakukan kejahatan,
aku tetap akan membunuhnya tanpa mengenal ampun"
Mendengar perkataan tersebut, Jit poh toan hun Kwik To segera menghela napas
panjang. "Aaaai. Semoga saja Gak lote bersedia mengurangi napsu membunuh itu serta
banyak melakukan kebajikan bagi umat manusia".
"Sekarang jejak Buncu belum diketahui. Lohu dan nona Han akan berangkat selangkah
lebih duluan, akan kujelajahi seluruh dunia untuk menemukannya".
Gak Lam-kun manggut-manggut. "Bila kalian berhasil mengetahui jejaknya tolong
pergilah ke tebing Pek im gay di bukit Thian ciong san untuk mengabarkan kepadaku!"
"Apakah kau berencana untuk tinggal sepanjang masa di tebing Pek im gay diatas bukit
Thian ciong san?" kata Han Hu hoa sambil tertawa manis.
Gak Lam-kun turut tersenyum. "Pek im gay adalah suatu tempat yang di liputi awan
putih yang tebal, pepohonan nan hijau, air terjun yang sungguh indah dan berkawan
dengan burung burung bangau. Siapakah yang tak ingin berdiam ditempat yang indah
sekali pemandangan alamnya itu?"
"Gak Lote, aku dan nona Han akan berangkat lebih dulu, semoga kalian baik baik
menjaga diri", seru Kwik To lantang.
Sehabis berkata, dibawah sinar fajar yang memancar keempat penjuru, berangkatlah
dua orang itu menuruni Ong kok koan.
Perasaan Ki Li-soat yang paling sedih dan pedih, kosong melompong serasa tak berisi
apa-apa. Dia tahu saat perpisahannya dengan pemuda itu sudah makin dekat.
Pelan pelan Gak Lam-kun membalikkan tubuhnya, kemudian panggilnya dangan suara
lirih. "Nona Ki, terima kasih banyak"."
Ki Li-soat menghela napas sedih, tukasnya. "Gak siangkong aku tak akan menyusahkan
dirimu, harap kau tak usah kuatir"
Sekali lagi Gak Lam-kun menghela napas, katanya kemudian. "Setelah ini nona akan
pergi kemana?"
"Dunia begini luas kemana aku harus pergi, aku sendiripun tak tahu"
Gak Lam-kun termenung sebentar kemudian katanya pula. "Aaaai". kalau memang kita
sama-sama tanpa tujuan bila nona Ki tidak menolak, bagaimana kalau kita berpesiar
bersama keatas bukit Pek im gay digunung Thian ciong san"
Mendengar ucapan tersebut, Ki Li-soat merasakan hatinya bergetar keras, tanyanya
dengan lirih, "Gak siangkong, kau?""
Gak Lam-kun menghela napas panjang, katanya "Cin peng lenyap tak berbekas,
andaikata aku pergi ke Lam-hay untuk menjemput anakku, aku pun tak tahu bagaimana
harus merawatnya!"
"Bagaimana dengan Yo Ping?", tanya Ki Li-soat.
"Yo Ping orangnya dengki dan besar cemburunya, aku takut terjadi hal-hal yang tidak
di-inginkan"
"Baiklah!" kata Ki Li-soat kemudian sambil mengangguk. "Aku akan membantumu untuk
menemukan Cing-peng lebih dulu. Bila tiada khabar beritanya, akan kususul kau diatas
tebing Pek im gay dibukit Thian ciong san. Nah kita berpisah sampai disini dulu"
Seusai berkata, tanpa berpaling lagi Ki Li-soat segera berangkat menuruni bukit itu.
Dengan termangu-mangu Gak Lam-kun mengawasi wajah Ji Kiu-liong tampak olehnya
paras muka bocah itu pucat pias seperti mayat, tampaknya cukup parah luka yang
dideritanya. Setelah menghela napas dia lantas membopong bocah itu sambil katanya dengan
lembut. "Adik Liong, mari kita turuni dulu bukit ini. Setelah mencari tempat yang aman
baru akan ku obati lukamu itu"
"Gak toako, lukaku tidak seberapa, lebih baik kita berangkat ke Lam-hay sekarang juga"
seru Ji Kiu-liong sambil menggigit bibirnya kencang-kencang
Gak Lam-kun segera membopong bocah itu dan menuruni bukit terjal tersebut. Sambil
melakukan perjalanan katanya. "Adik Liong, jarak dari sini menuju ke Lam-hay jauh sekali,
belum tentu kita bisa mencapainya dalam beberapa hari saja"
"Oooh Gak toako" keluh Ji Kiu-liong dengan sedia, "beritahu kepadaku secara teras
terang sesungguhnya cintakah kau kepada enciku?"
"Bocah bodoh, apakah kau tidak tahu perasaan toakomu?"
"Aku tahu toako sangat mencintai cici, tapi toako tak boleh mencintainya sampai
mengorban-kan jiwa sendiri"
Mendengar ucapan tersebut Gak Lam-kun merasakan hatinya bergetar keras serunya
kemudian, "Adik Liong, apa maksudmu?"
Dengan sedih Ji Kiu-liong berkata. "Toako! Tadi kau menjanjikan kepada nona Ki agar
naik ke tebing Pek im gay digunung Thian ciong san. Aku tahu kau hendak menitipkan
keponakanku itu kepada nona Ki, kemudian kau akan menyusul encimu untuk berpulang
ke alam baka"
Mendengar perkataan itu, diam diam Gak Lam-kun memuji juga kecerdasan dari Ji Kiuliong
ini, tak disangka olehnya kalau perasaan hatinya dapat diketahui juga olehnya.
Untuk beberapa saat lamanya, si anak muda itu menjadi terbungkam dalam seribu
bahasa. Setelah hening untuk beberapa saat lamanya, kembali Ji Kiu-liong berkata. "Toako,
kumohon kepadamu janganlah berbuat begitu. Bila cici sudah tiada dan toako juga akan
pergi meninggalkan aku, maka aku akan hidup sebatang kara tanpa sanak tanpa saudara
didunia ini. Yang akan kuterima selanjutnya hanya penderitaan sepanjang masa, aku tak
mau hidup sengsara semacam itu maka akupun tak ingin hidup seorang diri lagi di dunia
ini" "Adik liong!" kata Gak Lam-kun dengan suara dalam, "Dari keluarga Ji kalian tinggal kau
seorang yang akan meneruskan keturunan, mana boleh kau berpendapat demikian?"
Tiba tiba Ji Kiu-liong menangis tersedu sedu. "Oooh.. toako kau tak boleh mati,
kumohon kepadamu janganlah mati". Sekarang keponakanku sudah tak beribu, dia tak
boleh kehilangan ayahnya pula. Kau harus memikirkan juga masa depan keponakanku
itun"."
Diam diam Gak Lam-kun merasa girang setelah mendengar ucapan tersebut, sebab dari
perkataan itu dapat diketahui betapa dalamnya dia memperhatikan putranya itu.
Maka dengan suara lembut Gak Lam-kun menghibur. "Adik Liong, tak usah menangis,
lagi. Enci mu toh beium tentu sudah mati. Dan aku juga belum tentu mengambil
keputusan untuk mati. Adik Liong" beritahu kepadaku sekarang, pernahkah kau bertemu
dengan keponakanmu itu"
"Seperti juga toako, aku belum pernah bertemu dengannya, tapi aku rasa dia pasti menyenangkan
sekali" Sinar matahari sudah melewati bukit yang tinggi dan menyinari seluruh jagad. Cahaya
keemas-emasan yang lembut menerangi seluruh jagad, tampak disebelah kiri bukit
terdapat sebuah hutan pohon siong yang rimbun dengan rumput yang tebal bagaikan
permadani. Gak Lam-kun memandang sekejap hutan pohon siong itu, lalu katanya, "Adik Liong,
mari kuobati lukamu itu di sana saja"
Maka Gak Lam-kun dan Ji Kiu-liong berdiam sehari lagi disitu, kemudian baru
melanjutkan perjalanannya menuju ke Lam-hay.
oooOOOooo Di tengah sebuah jalan raya terdengar bunyi derap kaki kuda yang ramai, kemudian
muncullah dua ekor. Kuda yang dilarikan cepat tidak pula lambat, kedua orang
penunggangnya melarikan kuda itu bersanding.
Mereka adalah seorang pemuda tampan berbaju hijau dan seorang bocah berbaju
putih. Sekalipun tubuhnya penuh berdebu, namun tidak menutupi ketampanan serta
kegagahan mereka.
Siapakah kedua orang itu"
Mereka tak lain adalah Gak Lam-kun serta Ji Kiu-liong.
Setelah melakukan perjalanan hampir dua puluh harian lebih, sampailah mereka di Hoa
tiong. Tiba-tiba Ji Kin liong memecahkan keheningan yang mencekam sekeliling empat itu
katanya, "Gak toako, agaknya dibelakang kita ada orarg yang mengintil terus. Mungkin
malam nanti ada suatu peristiwa?"
Gak Lam-kun segera tertawa hambar, katanya, "Adik Liong, sekarang kau baru
merasakannya" padahal mereka sudah beberapa hari menguntit terus dibelakang kita"
"Toako, tahukah kau siapa mereka itu?".
Gak Lam-kun segera menggelengkan kepalanya berulang kali. "Entahlah, cuma
beberapa orang itu sangat cerdik, cekatan dan licik, jelas bukan manusia sembarangan.
Sampai sekarang mereka belum juga turun tangan, mungkin alasannya karena orangorang
mereka belum datang semua, atau mungkin juga belum mengetahui keadaan kita
yang sebenarnya?"
"Tapi kita toh tidak membawa apa apa. Emas juga tidak, mestika juga tidak. Aku pikir
mereka pasti bukan kawanan pencoleng biasa bukan?"
"Yaa, mungkin saja mereka sengaja datang untuk membuat perhitungan dengan kita"
"Nama besar Gak toako sudah menggetarkan seluruh dunia persilatan, siapakah yang
mencari gara gara dengan kita?"
Paras muka Gak Lam-kun berubah menjadi amat serius, katanya, "Yang bermaksud
baik tak akan datang, yang datang tak akan bermaksud baik. Tentu saja kita tak akan
takut kepada mereka, tapi sedikit banyak kita harus berjaga-jaga terhadap permainan
busuk mereka, maka dalam hal makan minum dan tidur, kau musti lebih berhati-hati lagi"
Mendadak dari balik hutan bunga tho ditepi jalan berkumandang suara tertawa dingin
yang merdu, menyusul seorang berseru, "Kau tahu selama tujuh delapan hari ini kau
sudah mampus puluhan kali".?"
Gak Lam-kun berkerut kening, dengan cepat dia melompat ke udara dan langsung
menerjang ke arah mana berasalnya suara itu.
Gerak tubuhnya ini dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa sekali. Baru saja orang
itu berkumandang, Gak Lam-kun telah menerjang ke sana.
Tapi, ketika Gak Lam-kun mencapai tempat sasaran dan memeriksa sekeliling tempat
itu dengan seksama, tampaklah belasan kaki disekeliling hutan bunga tho itu tak nampak
sesosok bayangan manusia pun.
Kali ini Gak Lam kan baru merasa terkejut sekali, dia tidak menyangka kalau orang itu
memi-liki gerakan tubuh yang demikian cepatnya, sehingga sergapan yang dilakukan
sendiripun tidak berhasil menemukan jejaknya. Dari sini dapat diketahui bahwa ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki orang itu sudah jelas satu tingkat berada diatasnya.
Padahal dalam dunia persilatan dewasa ini, ada berapa orangkah yang memiliki ilmu
meringankan tubuh jauh diatasnya"
Bukan berarti Gak Lam-kun menyombongkan diri tapi kenyataannya memang tidak
banyak jago persilatan dalam dunia persilatan dewasa ini yang memiliki ilmu meringankan
tubuh jauh lebih hebat daripada kepandaiannya.
Dengan sorot sinar mata yang tajam Gak Lam-kun melakukan pemeriksaannya lagi
disekeliling tempat itu, namun belum ada juga sesuatu hasil yang ditemukan.
Mendadak dari arah jalan raya berkumandang suara derap kaki kuda yang dilarikan
amat ken-cang. Tanpa berpikir panjang lagi, Gak Lam-kun segera melompat keluar dari balik hutan
bunga tho. Tampak seekor kuda putih sedang berlarian lewat dari sisi tubuh Ji Kiu-liong dengan
kecepat-an tinggi. Ketika Gak Lam-kun sudah melayang turun di tengah jalan raya, kuda
itu bagaikan sepulung angin puyuh sudah menyambar lewat sejauh tiga empat puluh kaki
dari tempat semula dengan kecepatan tinggi.
Buru-buru Gak Lam-kun menghampiri Ji Kiu-liong, tampak bocah itu sedang duduk
termangu-mangu diatas kudanya. Sementara diatas bahu kanannya tampak selembar
kertas menempel disitu.
Gak Lam-kun merasa terkejut sekali, dengan cepat dia memeriksa keadaan bocah itu
ternyata jalan darah Cian cing hiat dibahu kanan Ji Kiu-liong sudah ditempeli oleh
selembar kertas. Karena pancaran tenaga dalamnya yang kuat, menyebabkan jalan
darahnya turut tertotok pula.
Menyaksikan kejadian paras muka Gak Lam-kun berubah hebat. Dengan cepat dia
menepuk jalan darah Ji Kiu-liong yang tertotok kemudian diambilnya kertas itu dan di baca
isinya. Tampak diatas kertas tersebut tertera beberapa huruf yang antara lain berbunyi
demikian. "Pasukan Sip ci kun dari dunia persilatan menantikan kedatanganmu pada malam nanti
dikuburan Liat ku cu di luar kota.
tertanda: Manusia kilat baju hitam.
Tiba-tiba terdengar seruan tertahan, lalu Ji Ika liong menghembuskan napas panjang
katanya kemudian. "Gak toako sungguh cepat sekali gerakan dari kuda yang ditunggangi
orang itu, bagaikan naga dari langit saja, begitu berkelebat lantas lenyap"
"Liong te, apakah kau melihat jelas raut wajah dari manusia tersebut?"" tanya Gak
Lam-kun dengan wajah serius.
"Tidak terlalu jelas, kulit tubuhnya putih bersih bagaikan salju. Mungkin wajahnya
sangat cantik. Dia mengenakan baju bewarna hitam pekat"
Gak Lam-kun semakin mengerutkan dahinya rapat-rapat, manusia kilat berbaju hitam
belum pernah dia mendengar nama tersebut didalam dunia persilatan. Tapi dengan
kepandaian yang didemonstrasikan olehnya tadi, jelas kepandaian silat yang dimiliki orang
itu masih jauh diatas kepandaian yang dimilikinya.
Terutama sekali gerakan tubuhnya yang begitu cepat itu, sungguh membuat orang
bergidik. "Bu lim sip ci kun".." Pasukan macam apakah itu" Termasuk dalam perguruan
manakah mereka itu?" pikir Gak Lam-kun kemudian, "Dia bilang aku sudah mati belasan
kali, apa pula maksud dari ucapannya itu" Aneh.. aneh sekali?"
Pelbagai ingatan dengan cepat barkecamuk dalam benak Gak Lam-kun, akan tetapi
bagaimanapun dia berusaha untuk memecahkannya, usaha ini selalu tidak mendatangkan
hasil apa apa. "Toako, apa yang ditulis diatas kertas tersebut?" tiba tiba Ji Kiu-liong bertanya.
Gak Lam-kun tahu bahwa suatu pertarungan sengit tak akan bisa dihindari lagi pada
malam nanti. Pertarungan berdarah semacam in lebih baik jangan sampai diketahui
olehnya, maka sambil mengendorkan kembali wajahnya dia berkata sambil tertawa,
"Aaaah" tidak apa apa, adik Liong, mari kita masuk ke kota!"
Suara derap kaki kuda kembali berkumandang memecahkan keheningan, dua ekor
kuda itu melanjutkan kembali berjalanan memasuki kota.
Ketika Ji Kiu-liong mendengar Gak Lam-kun berkata demikian tadi, dia pun tidak banyak
bertanya lagi, tapi sang bocah itu amat cerdik sekali, sekalipun tidak melihat isi surat
tersebut sedikit banyak dia bisa menduganya.
Dia mengambil keputusan tak akan tidur pada malam nanti, secara diam diam dia akan
mengawasi gerak gerik dari Gak Lam-kun tersebut kemudian menguntilnya secara diam
diam Akhirnya Gak Lam-kun dan Ji Kiu-liong menginap disebuah rumah perginapan di dekat
pintu kota sebelah selatan. Untuk meng hindari kecurigaan Gak Lam-kun terhadapnya, Ji
Kiu-liong mengajak Gak Lam-kun bermain di kota hampir dua jam lamanya, kemudian
sekembalinya ke rumah penginapan ia lantas naik keranjang dan pura-pura tidur dengan
nyenyaknya. Tengah malam pun menjelang tiba, suasana di sekitar situ sudah berubah menjadi
hening dan sepi.
Rembulan berada di awang-awang dan memancarkan sinar yang redup, bintang
bertaburan pula diangkasa mengerdipkan sinarnya yang lirih. Suasana disekeliling rumah
penginapan itu sudah diliputi oleh keheningan yang mencekam.


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak dari sudut ruangan rumah penginapan itu berkelebat keluar sesosok
bayangan manusia, dalam sekali lintasan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan. Kecepatan gerak tubuh orang itu sangat cepat sekali dan boleh dibilang sukar
dilukiskan dengan kata kata, sekalipun dipagi hari juga hanya terasa dilihat sebuah
bayangan hitam belaka.
Tak lama setelah kemunculan bayangan manusia yang pertama tadi, dari dalam kamar
disebelahnya muncul kembali sesosok bayangan manusia yang meluncur ke udara
berjumpalitan beberapa kali dan melayang turun diatas atap rumah.
Dibawah cahaya rembulan tampaklah orang itu bukan lain adalah Gak Lam-kun.
Dengan sorot matanya yang tajam Gak Lam-kun memperhatikan sekejap sekeliling
tempat itu, kemudian dengan kecepatan tinggi bergerak menuju ke timur kota.
Baru saja bayangan tubuh Gak Lam-kun berkelebat lewat, sesosok bayangan putih
kembali muncul diatas atap rumah, kali ini adalah bayangan tubuh dari Ji Kiu-liong.
Ji Kiu-liong menunggu sampai bayangan tubuh dari Gak Lam-kun lenyap dari
pandangan lebih dulu, kemudian baru menggunakan ilmu meringankan tubuhnya
menyusul ke timur kota.
Sementara itu, diam diam Gak Lam-kun sedang berpikir, "Tampaknya si manusia kilat
berbaju hitam itu sudah mengikuti diriku selama banyak hari. Kalau dia tidak mempunyai
dendam sakit hati yang mendalam sekali, kenapa harus menunggu sampai malam hari
baru turun tangan" Dengan kepandaian yang dimilikinya itu, jelas ia bukan sedang
menunggu sampai orang orang datang semua secara komplit. Kalau tidak, dia tentunya
tiada dendam sakit hati denganku, mungkin dia hanya menantang aku untuk berduel saja.
Kalau memang demikian lebih baik aku berusaha untuk menahan diri saja, karena aku
sudah bosan dengan dunia persilatan ini. Bunuh membunuh yang terjadi dalam dunia
persilatan selama ini tak lebih cuma suatu ungkapan angkara murka belaka, akibatnya
dalam dunia persilatan ini hanya akan muncul anak yang yatim piatu, istri yang kehilangan
suami, orang tua yang kehilangan anak serta penderitaan yang tiada habisnya."
Pikir punya pikir, tanpa terasa dia sudah berada diluar kota.
Sebelah timur kota ini merupakan sebuah tanah pegunungan yang sepi, disana sini
penuh dengan pepohonan pendek dan semak belukar, gundukan tanah berada disana sini
dalam kegelapan suasana disitu benar-benar terasa menyeramkan sekali.
Jilid : 28 GAK LAM-KUN tidak tahu dimanakah letak dari kuburan Liat hu cu tersebut maka dia
bergerak terus menuju ke arah timur.
Kurang lebih seperminum teh kemudian, mendadak dari kejauhan sana Gak Lam-kun
menyaksikan ada sebuah bangunan besar yang mirip pintu benteng berdiri angker
dibawah sinar rembulan.
Dengan beberapa kali lompatan saja pemuda itu segera mendekati bangunan itu.
Kemudian mendongakkan kepalanya"..
Tampak sebuah papan nama dengan tiga huruf besar berwarna hitam terpancang di
atas benteng tadi, tulisan itu berbunyi, "LIAT HU CU"
Gak Lam-kun merasakan hatinya bergetar keras, dengan cepat sinar matanya dialihkan
untuk memeriksa keadaan disekeliling tempat itu.
Dihelakan pintu kota tersebut merupakan gundukan gundukan tanah yang tidak rata,
batu nisan berdiri bagaikan hutan, gundukan tanah bagaikan bukit, suasana menyeramkan
sekali membuat berdirinya bulu kuduk semua orang.
Gak Lam-kun berdiri beberapa saat lamanya disitu. ketika tidak mendengar sesuatu
apapun, dengan cepat keningnya berkerut.
Pelan-pelan dia berjalan menelusuri tanah perkuburan tersebut"*
Suasana amat sepi dan hening, kecuali hembusan angin malam dan bunyi jengkerik,
tiada suara apapun yang terdengar.
Sungguh luar biasa sekali tanah pekuburan itu, sejauh mata memandang, yang tampak
hanya kuburan melulu"..
Mendadak"..
Gak Lam-kun menyaksikan dari belasan kaki dihadapkannya sana muncul beberapa
sosok bayangan manusia bagaikan bayangan setan.
Bagaimanapun beraninya seseorang, tak urung hatinya terkesiap juga ketika secara
tiba-tiba menyaksikan munculnya belasan sosok bayangan manusia dari balik tanah
perkuburan yang sepi. tentu saja tidak terkecuali dengan Gak Lam-kun.
Setelah terkejut beberapa waktu dan mengamati bayangan manusia itu. pemuda
tersebut lantas berpikir, "Bagus sekali, tepat berdiri dari sepuluh orang, rupanya inilah
yang dinamakan pasukan sepuluh orang dari dunia persilatan"
Sekulum senyuman sinis dan menghina segera tersungging diujung bibir Gak Lam-kun
pelan pelan dia berjalan maju ke depan.
Sepuluh sosok bayangan manusia yang berada di depan itu masih tetap berdiri tak
berkutik ditempat semula, seakan-akan mereka sama sekali tidak melihat kehadiran Gak
Lam-kun tersebut.
Menyaksikan tingkah laku mereka yang sombong dan takabur itu hawa amarah segera
berkobar dalam dada Gak Lam-kun.
Dia lantas mendengus dingin, kemudian berhenti pada lebih kurang tujuh delapan kaki
dihadapannya. Dengusan naga sakti tersebut tentu saja terdengar juga oleh kesepuluh
orang itu, tapi mereka masih tetap berdiri tak berkutik ditempat semula. Sementara wajah
mereka segera dipalingkan kearah pemuda tersebut.
Lama kelamaan habis sudah kesabaran Gak Lam-kun. Dengan suara dingin segera
tegurnya. "Rupanya kalian yang dinamakan pasukan sepuluh huruf dari dunia persilatan?"
Suasana yang menyelimuti sekeliling tempat itu masih tetap hening dan sepi, tak
kedengaran sedikit suarapun
Kecuali angin yang mengibarkan ujung baju mereka, kesepuluh orang itu masih tetap
berdiri tak berkutik ditempat semula, bahkan seakan akan suara napaspun tidak
kedengaran. Hawa amarah semakin berkobar menyelimuti seluruh wajah Gak Lam-kun bentaknya,
"Apa sebenarnya kalian Bu lim Si ci kun mengundangku datang ketempat ini?"
Baru selesai dia membentak, dari arah depan sana segera terdengar suara tertawa
yang mengerikan sekali.
Dibalik gelak tertawa itu seakan akan penuh mengandung nada mengejek, menghina
dan mencemooh yang sinis sekali.
Akan tetapi, begitu suara tertawa itu berhenti, suasana disekeliling tempat itu kembali
menjadi sepi dan hening tak kedengaran sedikit suarapun, sepuluh orang manusia
tersebut masih berdiri kaku disana bagaikan mayat mayat yang membeku.
"Hee.. hee"hee?" Gak Lam-kun tertawa seram dengan gusarnya, "manusia kilat
berbaju hitam, kalau maksudmu mengundang kehadiranku hanya untuk mempermainkan
diriku saja, perbuatan ini benar benar telah menurunkan derajat kalian semua. Tampaknya
saja kau betul mengecewakan"
Anehnya, kesepuluh orang itu masih tetap berdiri kaku disana seakan akan sama sekali
tidak mendengar perkataan itu.
Habis sudah kesabaran Gak Lam-kun. Ia tak mampu mengendalikan dirinya lagi,
dengan langkah lebar dia berusaha untuk maju ke depan.
Mendadak dari arah belakang terdengar seseorang berkata, "Gak toako, aku lihat
kesepuluh sosok bayangan manusia itu sudah pasti bukan manusia!"
Ketika Gak Lam-kun mendengar perkataan itu dan berpaling, maka tampaknya Ji Kiuliong
entah sedari kapan sudah muncul tujuh kaki dibelakangnya, waktu itu dia sedang
berjalan maju ke depan dengan langkah lebar.
Gak Lam-kun segera mengerutkan dahinya setelah melihat kehadirannya, dengan cepat
dia menegur, "Adik Liong, mengapa kau juga turut datang kemari" "
Ji Kiu-liong tertawa cekikikan. "Dulu, setiap kali Gak toako akan menghadiri keramaian,
kau selalu mengajakku turut serta. Tapi kali ini kau tidak mengundangku turut serta, maka
aku pikir lebih baik aku berangkat sendiri saja. Gak toako tak usah marah, aku rasa
kemungkinan juga ke sepuluh sosok bayangan manusia manusia itu adalah manusia
manusia yang sudah mati lama!"
Sebenarnya Gak Lam kan hendak mengusirnya pulang, akan tetapi setelah
menyaksikan wajahnya yang berseri ia menjadi tak tega. terpaksa sambil menghela napas
katanya. "Darimana kau bisa tahu kalau mereka sudah mati?"
"Kalau tak bisa berbicara berarti orangnya sudah mampus, atau mungkin juga mereka
adalah sukma sukma gentayangan. Kalau tidak tak nanti mereka akan berdiri melulu diatas
tanah pekuburan itu tanpa melakukan sesuatu gerakanpun"
Setelah mendengar perkataan itu Gak Lam-kun baru tahu kalau Ji Kiu-liong yang binal
ini ru-panya sedang bermaksud untuk memanasi hati lawannya sehingga musuh musuh itu
berbicara. Siapa tahu, sekalipun sudah disindir dan diejek oleh Ji Kiu-liong dengan kata kata yang
tak sedap didengarpun, kesepuluh orang itu masih tetap terdiri tak berkutik ditempai
semula. Melihat pancingannya tidak menghasilkan apa-apa, Ji Kiu-liong kontan saja mencaci
maki kalang kabut, "Hei. sebenarnya kalian ini bisu atau tuli?"
Mendengar Gak Lam-kun menghela nafas panjang. "Mereka sudah mati semua!"
gumamnya. Ternyata secara diam-diam Gak Lam-kun telah menghimpun tenaga dalamnya dan
menghantam orang yang berdiri dipaling depan itu, dimana angin pukulannya menyambar
lewat, bayangan manusia yang pertama itu segera roboh kaku keatas tanah.
Ji Kiu-liong juga terkejut sekali setelah menyaksikan kejadian itu. Buru-buru dia
melompat kedepan dan mendorong orang kedua ternyata orang itu pun segera roboh
keatas tanah. Sekarang dia baru benar-benar amat terkejut, sepasang matanya terbelalak lebar dan
mulutnya melongo. Untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun. Kesepuluh sosok bayangan hitam itu semuanya memakai kain cadar berwarna hitam.
Gak Lam-kun segera maju kedepan dan memeriksa sebab sebab kematian ditubuh
mereka. Tapi dengan cepat hatinya menjadi amat terkejut, kiranya orang orang itu sudah dilukai
dulu dengan pukulan tenaga dalam yang amat dahsyat. Setelah jalan darahnya dikuasahi,
isi perutnya baru dihancurkan, sebab itu sampai matipun mereka masih tetap berdiri kaku.
Mendadak Ji Kiu-liong menjerit kaget, "Dia adalah Kiu to (tosu setan) Thian yu Cinjin!"
Rupanya Ji Kiu-liong telah melepaskan kain cadar yang menutupi wajah kedua orang
itu. Ternyata yang menjadi korban adalah si Toosu setan Thian yu Cinjin. Kenyataan ini
segera membuat Gak Lam-kun kebingungan setengah mati.
Dengan cepat ia mengebaskan tangannya ke atas kain cadar korban yang pertama itu,
ternyata orang itu bukan lain adalah Thi-kiam kun cu Hoa Kok khi yang amat tersohor
namanya dalam dunia persilatan itu"..
"Siapa yang telah membunuh mereka?" tanya Ji Kiu-liong kemudian dengan perasaan
heran. "Mungkin si manusia kilat berbaju hitam itu" sahut Gak Lam-kun meski hatinya juga
diliputi rasa bimbang.
"Tapi siapa pula manusia kilat berbaju hitam itu?"
"Entahlah aku sendiri pun tidak tahu"
"Mungkinkah manusia berbaju hitam yang menunggang kuda putih tengah hari
kemarin?" "Yaa. mungkin saja dia" Gak Lam-kun manggut-manggut, "sebab didunia ini tak
mungkin ada orang kedua yang memiliki kemampuan selihay orang itu"
Peristiwa berdarah yang serba misteri ini cepat membuat Gak Lam-kun menjadi
kebingungan dan tidak habis mengerti. Bersama Ji Kiu-liong ia berdiri termangu sampai
pagi hari. Namun bayangan dari manusia kilat baju hitam tak pernah ditemukan
oooOOOooo LAM-HAY merupakan suatu tempat yang paling rahasia dan misterius bagi dunia
persilatan didunia ini. ilmu silat aliran Lam-hay boleh dibilang merupakan suatu
kepandaian aliran tersendiri yang sangat lihay dan sama sekali tidak berada dibawah
kepandaian silat dari wilayah See-ih.
Lam-hay bisa menjadi tempat yang paling rahasia dan misteri bagi umat persilatan
karena Lam-hay terbentuk dari kumpulan beberapa buah pulau berkarang yang meliputi
daerah San-cuan, Toa hay dan To sim.
Itulah sebabnya ilmu silat Lam-hay pun turut menjadi rahasia sekali bagi pandangan
orang. Pulau Si soat to sejak dulu sampai sekarang juga merupakan suatu pulau yang amat
misteri. Kuil Si sian an dari Lam-hay letaknya diatas, pulau Si soat to sebelah barat.
Para nelayan di sekitar tempat itu menamakan pulau tadi sebagai tempat tinggal para
dewa dan malaikat.
Rupanya pula Si soat to tersebut merupakan sumber dari ilmu silat aliran Lam-hay. Di
atas pulau inilah berdiam para cianpwe kenamaan dan aliran Lam-hay yang telah
mengundurkan diri. Tak heran para nelayan menyebut mereka sebagai para dewa. apa
lagi setelah menyaksikan ilmu meringankan tubuh mereka yang bisa berjalan di atas air.
Itulah sebabnya, tak pernah ada orang luar yang berani mendatangi pulau tersebut.
Sekalipun jago dari dunia persilatan juga jarang sekali ada yang berani melanggar perairan
Lam-hay. Tak heran kalau pulau itu menjadi terpencil dan jarang sekali dikunjungi
manusia. Malam amat sunyi?"..
Ombak menggulung saling berkejar-kejaran, angin berhembus sepoi sepoi?".
Bintang bertaburan diangkasa memantulkan sinarnya yang redup, betul betul suatu
perpaduan yang sangat indah dan syahdu.
Diujung langit sana tiba tiba muncul sebuah sampan yang menembusi gulungan ombak
bergerak maju kedepan.
Di ujung sampan berdiri seorang pemuda berbaju hijau dan seorang bocah berbaju
putih, mereka sedang memandang gulungan ombak disamudra sambil melamun, entah
apa yang sedang dilamunkan"
Ombak menggulung menerjang sampan, tubuh sampai oleng kian kemari dimainkan
riak, dalam perjalanan mereka menuju ke Lam-hay, entah bagaimana hasilnya nanti"
Rejekikah" Bencanakah" Kegirangankah" atau kesedihan"
Tiba tiba Gak Lam kan menghela napas sedih katanya. "Adik Liong pulau Si soat to
sudah berada di depan mata!"
Cepat sekali gerak maju sampan tersebut, dalam sekejap mata pulau laut itu sudah
berada di depan mata, pulau yang berwarna gelap di tengah kegelapan malam itu.
Dari atas pulau, lamat-lamat mereka mendengar suara yang amat memekikkan telinga.
"Gak toako" dengan suara lirih Ji Kiu-liong lantas berbisik, "suara apakah itu" Sungguh
amat merdu sekali?"
Gak Lam-kun juga merasa keheranan, suara itu bagaikan petikan harpa dari Yo Ping,
begitu merdu begitu indah memabukkan, seperti kicauan burung nuri.
"Mungkin suara kicauan burung!" kata Gak Lam-kun kemudian.
"Aaai".! Aku teringat sekarang?" tiba tiba Ji Kiu-liong berseru tertahan, "konon disini
terdapat sejenis burung yang disebut burung Kim si ing suara kicauannya bagaikan
petikan harpa, indah dan menawan hati". Tapi burung tersebut sudah amat langka,
konon bulunya sangat indah, sungguh tak di sangka pulau Si soat to ini merupakan sarang
dari burung Kim si ing tersebut"
Mendengar ucapan tersebut, Gak Lam-kun menjadi terkejut, bercampur keheranan
iapun pernah mendengar cerita tentang burung Kim si ing ini dari gurunya.
"Dalam dunia persilatan terdapat sejenis burung yang disebut Kim si ing. Burung
tersebut pandai sekali melompat, lagipula gerakan lompatannya lndah sekali. Bila manusia
bisa menirukan gerakan burung itu serta memahami gaya silatnya bisa jadi akan tercipta
serangkaian ilmu pedang atau ilmu pukulan yang maha dahsyat. Bila kepandaian tersebut
sampat tercipta, mungkin tiada jurus silat didunia ini yang sanggup menangkan jurus silat
yang tercipta dari gerakan burung Kim-si ing tersebut. Cuma burung jenis itu langka
sekali. Menurut apa yang kuketahui didunia ini cuma ada satu tempat saja yang banyak
terdapat burung Kim si ing tersebut"
Teringat sampai disitu, satu ingatan lantas melintas dalam benak Gak Lam-kun. Dia
sangat berharap cepat-cepat menyaksikan bentuk dari burung Kim si ing tersebut.
Maka ujarnya kemudian. "Adik Liong, mari kita rapatkan sampan di atas pantai dan
cepat-cepat kita saksikan macam apakah burung itu!"
Selesai berkata Gak Lam-kun segera mendayung perahunya kepantai dan melompat
naik ke atas daratan.
Ji Kiu-liong mengikuti dari belakangnya, ia berbisik, "Gak toako. burung itu sudah tidak
terdengar berkicau lagi"
Betul juga, suara kicauan burung yang sangat indah itu sudah tak terdengar lagi.
Suasana disekitar itu menjadi hening sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Diam diam Gak Lam-kun mengerutkan dahi
Cinta Bernoda Darah 5 Pendekar Cacad Karya Gu Long Sepasang Pedang Iblis 1

Cari Blog Ini