Ceritasilat Novel Online

Lencana Pembunuh Naga 4

Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 4


ara kau dan aku memang
mempunyai kecocokan, bila saudara Gak tidak keberatan, beruntunglah aku bila saudara
Gak bersedia mengangkat saudara denganku. Sekalipun kita tidak dilahirkan hari yang
sama, aku bersedia mati pada waktu yang bebarengan, sayang keadaanku sekarang
sudah amat payah, sekalipun berbasil menemukan Ou thamcu dan racun ular dalam
tubuhku berhasil dipunahkan, luka parah yang kuderita dalam perutku belum tentu bisa
disembuhkan maka dari itu saudara Gak, lebih baik kau saja yang tinggalkan tempat ini,
temukan Ou thamcu dan mintalah kepadanya untuk mengobati luka racun ular itu"
Sungguh gagah dan perkasa sekali perkataan itu bukan saja bijaksana dan lagi pula
amat tulus dan ikhlas, hal ini membuat Gak Lam kun merasa sangat terharu.
Tiba-tiba ia berpekik nyaring, sambil menahan rasa sakit dikakinya dia kerahkan hawa
murninya sedemikian rupa untuk melepaskan pukulan-pukulan jauh lebih ganas, kontan
berpuluh-puluh ekor ular beracun disekitar tempat itu berhasil dibinasakan.
Si Tiong-pek kembali dibikin tertegun oleh kejadian itu, mimpipun dia tak menyangka
kalau tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah mencapai pada taraf setinggi itu.
Begitulah, setelah Gak Lam kun mengerahkan segenap tenaga dalamnya untuk
membinasakan gerombolan ular beracun disekitar empat lima kaki disekeliling mereka,
iapun berpaling seraya berkata, "Saudara Si, mari kubopong dirimu untuk meninggalkan
tempat ini!"
Tanpa menunggu jawaban disambarnya tubuh Si Tiong pek, kemudian dibopong.
Sementara itu pekikan nyaring yang sangat aneh tadi mendadak semakin melengking
tinggi, bukan saja tajam bahkan amat tajam bagaikan lolongan serigala atau jeritan setansetan
gentayangan. Berbareng dengan munculnya suara itu, dari balik semak belukar disekitar tempat itu
muncullah gerombolan demi gerombolan ular beracun yang menyerbu ketengah
gelanggang bagaikan gulungan ombak dahsyat ditengah samudra.
Kali ini ular-ular beracun yang melancarkan serangan bukan ular-ular kecil saja
diantaranya ada yang besar mengerikan seperti ular sanca, ada pula yang amat kecil
bagaikan anak ular yang baru saja dilahirkan"
Yaa, kejadian ini aneh tampaknya padahal dalam kenyataan hal ini kemungkinan besar
bisa terjadi. Rase berekor sembilan Kongsun po tertawa tergelak, katanya mendadak, "Say loji ularular
beracun makin lama semakin banyak, kalau begini terus keadaannya, kendatipun
tubuh kita terbuat dari baja murni akhirnya bakal mampus juga karena kehabisan tenaga"
"Hei, rase tua!" sahut Kakek sakti berwajah pualam Say Khi-pit, "aneh benar
kedatangan ular-ular beracun itu, lebih baik kita cepat-cepat tinggalkan tempat ini"
Tiba-tiba paras muka rase berekor sembilan Kongsun po berubah hebat, katanya lagi,
"Say loji, pernahkah kau baca kitab San hay keng yang membicarakan bahwa dijaman
dahulu terdapat seekor naga aneh pemakan racun yang bisa mengeluarkan bunyi sangat
aneh" Konon bunyi aneh itu bisa memancing datangnya beribu-ribu ekor ular beracun dan
binatang beracun lainnya untuk menghampirinya"
Satu ingatan melintas dalam benak Giok-bin-sin-ang Say Khi-pit, seperti teringat akan
sesuatu katanya, "Wahai rase tua, apakah ilmu yang digunakan See ih tok seng Lo Kay
seng adalah ilmu Seh hun liong ing (irama naga pembetot sukma) yang sudah lenyap dari
peredaran semenjak seribu tahun berselang?"
"Say loji, lebih baik cepat-cepat kita kabur dari sini, sekalipun tanpa memiliki ilmu irama
naga pembetot sukma yang maha lihay itu, dewasa ini Si malaikat racun dari See-ih Lo
Kay-seng telah memiliki irama suitan yang tampaknya mempunyai daya pengaruh iblis
yang luar biasa. Yaa"bila dugaanku tidak keliru kemungkinan besar disetiap sudut
bangunan gedung ini telah dipersiapkan berpuluh-puluh laksa ekor ular beracun yang siap
melancarkan serangan setiap saat"
Baik Gak Lam-kun maupun Si Tiong-pek yang mendengar pembicaraan kedua orang
itu, diam-diam merasa kaget dan terkesiap juga.
Sambil membopong tubuh Si Tiong-pek, Gak Lam-kun sudah mengundurkan diri sejauh
beberapa kaki, mendadak dari balik semak belukar didepan sana terjadi kembali suara
yang amat gaduh ternyata segerombolan ular beracun telah muncul kembali untuk
melancarkan serbuan maut.
Menyaksikan itu, Gak Lam-kun menghela napas panjang, keluhnya, "Aaaai..tampaknya
hari ini kita benar-benar akan tewas dimulut ular-ular beracun ini"
Kiranya pada waktu itu Gak Lam-kun telah merasakan betapa panas dan gatalnya
sekitar mulut luka di tumitnya yang terpagut ular tadi, bukan saja telah membengkak satu
kali lipat daripada keadaan semula, bahkan sedemikian kakunya sehingga tak medengar
perintahnya lagi.
Jilid 6 PERLU kiranya diterangkan disini bahwa ular berbintik bintik merah itu merupakan jenis
ular beracun yang jahat dan ganas sekali sari racunnya, meskipun Gak Lam kun telah
mengerahkan tenaga dalamnya untuk mendesak racun itu terkumpul disuatu tubuhnya,
akan tetapi lantaran dia barus mengerahkan tenaga saktinya untuk membinasakan ularTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
ular beracun tadi, maka karena kurang waspada racun ular yang berhasil disudutkan itu
berhasil menjalar kembali kedalam isi perutnya mengikuti aliran darah.
Karena daya kerja racun yang berhasil lolos ketubuhnya itulah menyebabkan pemuda
itu merasakan dadanya menjadi kaku, segenap tenaga murninya membuyar dan badannya
menjadi lemas. Masih untung tenaga dalamnya cukup sempurna, hingga sebelum keadaan bertambah
fatal, ia sudah keburu menutup kembali semua saluran jalan darah dibagian kakinya.
Si Tiong pek tertawa sedih katanya, "Aku bisa mati bersama-sama saudara Gak
sekalipun harus mati sekarang, mata juga akan meram!"
Sementara pembicaraan sedang berlangsung gerombolan ular beracun itu telah tiba
didepan mereka terpaksa Gak Lam kun mengayunkan kembali telapak tangan kanannya
untuk menghajar binatang-binatang tersebut.
"Blaaang"!" dimana angin pukulannya menyambar lewat, belasan ekor ular beracun
yang bergerak dibarisan terdepan segera terhantam sampai hancur berkeping-keping.
Setelah melancarkan serangan dengan telapak tangan kanannya tadi Gak Lam kun
merasakan dadanya kaku dan kesemutan, segenap kekuatannya punah tak berbekas, ia
menjadi sempoyongan lalu bersama Si Tiong pek jatuh terjerembab diatas tanah.
"Saudara Gak, kenapa kau?" Si Tiong pek segera bertanya dengan perasaan cemas.
Gak Lam kun menghela napas panjang.
"Aaaai"racun ular yang berada dalam tubuhku telah menyerang dalam isi perut"
Selesai mengucapkan kata-kata dengan cepat Gak Lam kun duduk bersila untuk
mengatur pernapasan, dengan kaki kanannya dia berusaha menopang seluruh badannya.
Si Tiong pek yang mendengar perkataan itu ikut merasa terperanjat pikirnya, "Tenaga
dalam yang dia miliki beberapa kali lipat lebih tinggi daripadaku, kenapa aku yang digigit
ular dengan isi perutku sudah terluka parah tidak merasakan apa-apa kecuali tak mampu
mengerahkan kembali tenaga dalamnya sedangkan dia yang tidak terluka isi perutnya
malah menunjukkan gejala keracunan" Jangan-jangan ular hitam kecil yang menggigitku
itu sama sekali tak beracun."
Padahal mana dia tahu kalau racun dari ular hitam kecil itu jauh lebih jahat daripada
racun ular berbintik-bintik merah yang menggigit Gak Lam kun itu"
Barangsiapa sampai tergigit oleh ular hitam kecil itu maka dalam waktu singkat jiwanya
tentu akan melayang, tapi kenapa Si Tiong pek tidak mampus"
Alasannya yakni karena sebagian urat nadi dalam tubuhnya sudah membeku dan
tembusan racun jahat itu tak sanggup menyerbu sampai kedalam tubuhnya karena itu dia
masih tetap segar tanpa banyak menunjukkan gejala keracunan.
Akan tetapi, justru karena kejadian ini maka luka dalam yang diderita Si Tiong pek akan
semakin sukar disembuhkan, sekalipun sembuh nantinya, dia harus menderita kembali
suatu penyakit jahat yang tak ada sembuhnya"
Sementara itu desisan tajam berkumandang lagi silih berganti, segerombolan ular racun
muncul lagi dari semak belukar dan menyerbu kearah Gak Lam-kun serta Si Tiong pek.
Betapa gelisah dan cemasnya Si Tiong pek, cepat dia menarik bahu Gak Lam kun
seraya teriaknya, "Saudara Gak, rada baikkah keadaanmu?"
Ketika sinar matanya dialihkan kewajah Gak Lam-kun, maka tampaklah pemuda itu
memejamkan matanya rapat-rapat, mukanya tenang tapi dingin dan hambar, sama sekali
tidak tampak rasa murung ataupun bersedih hati.
Puluhan sosok ular beracun yang besar kecil tak menentu itu sudah bergeser kurang
lebih satu kaki dihadapan kedua orang itu, tampaknya sulit bagi mereka untuk meloloskan
diri dari gigitan ular-ular tersebut"
Mendadak disaat yang kritis itulah bergema suara desisan kacau yang memecahkan
kesunyian, ular-ular beracun yang berada disekitar tiga tombak dari kedua orang itu pada
bergelut sendiri seperti kegilaan, lalu setelah saling gigit menggigit dengan kalap,
binatang-binatang itu jumpalitan dan tewas secara misterius.
Sedangkan ular-ular beracun yang berada diluar radius tiga kaki, seakan-akan telah
bertemu dengan raja iblis tandingannya, dengan ketakutan mereka putar badan dan lari
tercerai-berai.
Saat itulah Si Tiong-pek sempat mencium bau harum yang tipis tersebar disana, bau itu
seperti bau harum bunga anggrek, tapi jelas bukan bunga anggrek, dengan tercengang ia
berpaling kearah Gak Lam kun.
Rupanya Gak Lam kun sendiripun mengendus bau harum yang tipis itu, segera ia
membuka matanya dan memutar badan dengan sigap"
Kurang lebih empat kaki didepannya berdiri seorang manusia berbaju abu-abu yang
mengenakan kain cadar diatas wajahnya, orarg itu tak lain adalah manusia berbaju abuabu
pendayung sampan Bwe Li-pek.
Tangannya waktu itu membawa sebuah botol yang berisi penuh bubuk putih setiap kali
tangan kanannya menyebarkan bubuk putih keatas tanah ular-ular beracun yang berada
beberapa kaki disekelilingnya segera melejit-lejit seperti kesurupan setelah terjadi adegan
saling menggigit, binatang-binatang itu tewas semua dalam keadaan yang menggenaskan.
Ular-ular beracun yang memenuhi seluruh permukaan tanah, kini sudah terkendalikan
oleh irama aneh tadi, masing-masing berebut melarikan diri keempat penjuru.
Suasana demikian kacaunya hingga serangan ular yang sesungguhnya sudah hampir
berhasil itu segera terbengkalai dan menderita kegagalan total"
Saat itulah dari atas loteng gedung rumah itu berkumandang suara teguran yang dingin
dan mengerikan.
"Siapa kau" Bila kulihat dari bubuk hatinya yang kau miliki, tampaknya kau bukan
manusia sembarangan!"
Manusia berbaju abu-abu itu segera tertawa tergelak.
"Haaahhh"haaahhh"haaahhh..Lo Kay-seng ilmu irama naga pembetot sukmamu telah
mencapai tingkat yang keberapa?"
Orang yang berada diatas loteng gedung itu mendengus dingin.
"Hmm aku dengan saudara tak pernah saling mengenal, kenapa kau hancurkan barisan
ularku?" "Lo Kay seng, aku hanya mohon bantuan agar menyampaikan pesan kepada Soat-san
Thian-li bahwa aku dengan membawa perintah dari pemimpin perguruan panah bercinta
ingin menghadap dirinya"
Berbicara sampai disitu, manusia berbaju abu-abu itu selangkah demi selangkah
berjalan mendekati Gak Lam kun serta Si Tiong-pek berdua.
Sementara itu orang yang berada diatas loteng gedung tersebut tertawa seram dengan
suaranya yang melengking setelah mendengar perkataan itu, bukan saja suaranya tak
sedap didengar bahkan bagaikan angin dingin yang berhembus datang dari gudang es,
membuat siapapun yang mendengarnya menjadi bergidik dan seram.
Gelak tertawa itu berlangsung seperminum teh lamanya, setelah berhenti orang itu
baru berkata, "Sungguh tak kusangka kaulah yang telah datang belasan tahun tak pernah
muncul dalam dunia persilatan, siau-te mengira kau sudah kembali kebukit To san atau
mungkin mengasingkan diri ditengah gunung yang terpencil dan jauh dari keramaian
dunia. Hmmm" Sungguh tak kusangka kau begitu tak becus dan memalukan sehingga
dengan kedudukan sebagai seorang Tokoh kenamaan dalam dunia persilatan kau rela
menggabungkan diri dengan perguruan panah bercinta serta menjadi budaknya"
heeeh"heeehh"heeehhh" siau-te sungguh merasa sayang untuk nama baikmu?"
Manusia berkerudung berbaju abu-abu itu mendengus dingin.
"Hmmm..! Lo Kay seng, aku rasa kemunculanmu kembali dalam dunia persilatan
dewasa ini adalah untuk mencari diriku, bukankah demikian" Baiklah, hutang-hutang lama
kita memang sudah seharusnya diselesaikan secepatnya, sebab dilain waktu mungkin
sudah tak ada kesempatan lagi"
Orang yang berada diatas loteng tertawa dingin.
"Bagus sekali, bagus sekali, malam ini aku Lo-Kay-seng akan menanti petunjukmu
didepan gudang sebelum bertemu tak akan bubar"
Semenjak semula Gak Lam kun sudah tahu kalau orang yang berada dihadapannya
sekarang adalah satu diantara musuh-musuh besar gurunya yang bernama Jit poh-toan
hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To, dengan perasaan gelisah buru-buru dia
himpun segenap tenaga dalamnya siap melancarkan serangan.
Sayang racun ular itu sudah menyerang kedalam tubuhnya, sekalipun dia telah
berusaha untuk menghimpun segenap tenaganya, akan tetapi setiap kali dadanya menjadi
kaku tenaga yang telah terhimpun itu lenyap kembali tak berbekas.
Tiba-tiba manusia berbaju abu-abu itu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebutir
obat berwarna merah, lalu sambil diangsurkan kehadapan Gak Lam kun katanya, "Gak
siangkong, obat ini adalah obat penolak racun yang kubuat sendiri secara khusus cepat
telanlah obat ini untuk menawarkan racun yang berada dalam tubuhmu"
Gak Lam kun hanya mendengus dingin tiga kali ia tidak menjawabpun tidak menyambut
obat itu. Si Tiong-pek yang berada disisinya segera tersenyum katanya, "Locianpwe, aku merasa
amat berterima kasih sekali atas bantuan yang telah kau berikan untuk membebaskan
kami dari mara bahaya budi kebaikan ini tak akan kulupakan untuk selamanya. Bolehkah
aku tahu siapa namamu, sehingga kemudian hari dapat kubalas budi kebaikan ini?"
Setajam sembilu sorot mata manusia berbaju abu-abu itu, setelah menatap sekejap
wajah Si Tiong pek katanya dengan nada ewa, "Dua jam lagi, racun ular yang mengendon
dalam tubuhmu akan menembusi nadi-nadimu yang membeku dan menyerang kedalam isi
perut, lukamu tak mungkin bisa disembuhkan lagi, lebih baik carilah tempat yang cocok
sebagai tempat istirahatmu untuk selamanya!"
Si Tiong-pek yang mendengar perkataan itu menjadi amat terkejut, namun paras
mukanya masih tetap tenang seakan-akan tak pernah terjadi suatu kejadian apapun.
"Haaaahhh"haaahhh"haaaahhh?" ia tertawa tergelak, "sebagai seorang laki-laki sejati
apa yang musti ditakuti sewaktu mati dan apa yang musti digembirakan dikala hidup"
Sejak dulu sampai sekarang tak ada manusia yang bisa melepaskan diri dari kematian,
yang berbeda hanya selisih waktunya saja, ada yang mati lebih duluan ada pula yang mati
belakangan. Si Tiong-pek hanya menyesal karena tak sempat menyaksikan keramaian
yang bakal berlangsung dalam dunia persilatan"
Sehabis berkata, ia lantas memutar badan dan memberi hormat kepada Gak Lam kun,
katanya lagi, "Saudara Gak, dewasa ini usia siau-te sudah tak akan lama, lebih baik kita
berpisah disini saja!"
Kedengaran sekali kalau ucapan tersebut mengandung nada sedih yang amat sangat.
Selesai mengucapkan kata-kata itu, dengan sempoyongan Si Tiong pek memutar
badannya dan berlalu dari situ.
Dengan satu kali lompatan, Gak Lam-kun menghadang dihadapannya, lalu serunya,
"Saudara Si, lukamu bukan tak dapat ditolong lagi!"
Si Tiong-pek tertawa sedih.
"Saudaraku, aku cukup memahami bahwa maut sudah tak jauh lagi dari hadapanku"
Manusia berbaju abu-abu yang ada dibelakangnya dengan cepat ikut menambahkan,
"Gak siangkong, ia benar-benar sudah tak dapat ditolong lagi, sebab irama "Sang goan-ki"
telah membuatnya mengalami jalan api menuju neraka, seluruh jalan darah dalam
tubuhnya telah tersumbat dan membeku, apalagi dalam keadaan demikian ia terpagut
pula oleh ular "Hek giok- coa" (ular pualam hitam) yang amat jahat itu?"
Si Tiong pek yang ikut mendengar keterangan itu, perasaannya yang sudah putus asa
kini kian bertambah putus asa, sambil memutar badan ia berlalu dari sana dengan langkah
lebar. "Saudara Si!" kata Gak Lam-kun lagi, "kalau kau harus pergi dengan begini saja, mana
mungkin hatiku bisa tenang?"
Sambil berpaling Si Tiong-pek tertawa.
"Dari sekian banyak orang yang kukenal didunia ini, hanya beberapa orang saja yang
benar-benar bisa akrab, walaupun siaute dan saudara Gak bertemu belum lama, tapi aku
merasa cocok sekali denganmu. Perduli bagaimanapun jalan pikiran saudara Gak, siaute
tetap menaruh perasaan persahabatan yang erat denganmu.
Aaai"cuma sayang kita harus menghadapi perpisahan antara hidup dan mati, hingga
persahabatan ini tak bisa berlangsung lebih mendalam andaikata aku beruntung bisa lolos
dari kematian, suatu hari kita tentu bisa bertemu lagi. Kenapa saudara Gak musti
mengesampingkan masalah penting hanya untuk mengurusi diriku?"
Tiba-tiba ia berpaling sekejap kearah manusia berbaju abu-abu itu, kemudian sambil
putar badan pelan-pelan ia berlalu dari situ.
Dari sikapnya ini, Gak Lam kun tahu kalau dia ada persoalan yang bendak dibicarakan
secara pribadi terpaksa dia mengikutinya sehingga sejauh tujuh delapan kaki dari tempat
semula. Setelah jauh dari orang banyak. Si Tiong pek baru berkata dengan nada rendah,
"Saudara Gak, apabila kau tidak percaya penuh dengan orang itu lebih baik jangan kau
makan obat tersebut, sebab sudah menjadi kejadian umum dalam dunia persilatan bahwa
orang saling tipu menipu, semakin licik orang itu semakin beruntung posisinya didunia ini,
siapa tahu kalau ia mengandung maksud jahat untuk mencelakai jiwamu"
Sehabis berkata dia lantas memberi hormat, lalu memutar badan dan berlalu dengan
langkah lebar. Si Tiong-pek memang seorang manusia yang berhati keji seperti binatang buas, dengan
wataknya yang licik dan banyak tipu muslihatnya ia merasa tak enak hati seandainya tidak
mencelakai orang lain.
Padahal dia tahu kalau Gak Lam-kun sudah terpagut ular beracun yang sangat


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbahaya, kendatipun tenaga dalamnya cukup sempurna, akan tetapi racun ular itu
sudah menyerang kedalam isi perutnya, andaikata tidak cepat-cepat makan obat pemunah
maka akibatnya akan fatal, yaitu tak sampai setengah jam jiwanya bakal melayang.
Si Tiong-pek cukup menyadari bahwa jiwanya sudah hampir berakhir, meski begitu ia
tak lupa untuk mencelakai orang lain, maka kalau bisa dia akan berusaha untuk
menghalangi Gak Lam-kun untuk menelan obat pemunah yang mujarab tersebut.
Dengan termangu-mangu Gak Lam-kun memandang bayangan punggung Si Tiong pek
lenyap dibawah sinar matahari disenja itu, akhirnya ia menghela napas panjang dan
memutar badan. Tiba-tiba terdengar suara dari manusia berbaju abu-abu itu berkumandang dari
belakang, "Gak siangkong, Si Tiong pek adalah seorang manusia yang licik dan berbahaya
lebih baik kau jangan bersahabat dengannya"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Gak Lam kun, sambil memutar tubuhnya ia
berkata dengan dingin, "Jikalau kau kuatir pembalasanku dikemudian hari, mumpung aku
sedang keracunan cepat-cepatlah turun tangan untuk membunuhku"
Manusia berbaju abu-abu itu tertawa dingin, "Hutang uang bayar uang hutang nyawa
bayar nyawa, lebih baik makan dulu obatku ini Gak siangkong, bila dikemudian hari kau
ingin menuntut balas kepadaku, silahkan datang setiap saat aku pasti akan menaruhkan
selembar nyawaku untuk melayanimu"
00000O00000 "Kalau memang demikian mari kita bertarung sekarang juga!" tantang Gak Lam kun.
"Sekarang kau sudah tak punya sedikit tenagapun untuk bertarung, aku tak akan
menggunakan kelemahan orang untuk melakukan sesuatu tindakan..!"
Keadaan Gak Lam-kun pada saat ini memang sangat lemah dan sama sekali tak
berkekuatan, ketika mendengar ucapan tersebut, ia segera mendengus dingin.
"Berpura-pura sok baik hati. Hmm" perbuatan semacam ini hanya dapat membohongi
anak kecil! Baiklah, bila kau memang tak mau berkelahi pada saat ini, jangan menyesal
kau dikemudian hari"
Selesai berkata ia lantas memutar tubuhnya dan berlalu dari sana.
Giok bin-sin-ang Say Khi-pit dan Kiu wi hou Kongsun po serentak melompat kedepan
dan menghadang jalan pergi Gak Lam-kun.
Sambil tertawa dingin jengek si Rase berekor sembilan itu, "Saudara apakah kau pergi
dengan begitu saja?"
Gak Lam kun sama sekali tidak menggubris bahkan melirik sekejappun tidak, pelanpelan
ia melanjutkan langkahnya.
Rase berekor sembilan Kongsun po tertawa seram tiba-tiba ia menerjang kedepan,
kelima jari tangan kirinya dipentangkan lebar-lebar untuk mencengkeram bahu Gak Lam
kun. Manusia berbaju abu-abu yang berada dibelakangnya mendadak bergerak kedepan
secepat sambaran setan gentayangan ia menerkam kearah Rase berekor sembilan itu
kemudian mengayunkan telapak tangan kanannya mengirim sebuah pukulan dahsyat.
Sungguh hebat angin pukulan itu, bukan saja cepat dibayar bahkan membawa daya
penghancur yang sangat kuat.
Untuk seaat si Rase berekor sembilan Kongsun po kehilangan posisinya ia sambut
pukulan dari manusia berbaju abu-abu itu sementara cengkeraman tangan kirinya ketubuh
Gak Lam kun sama sekali tidak berubah.
"Baaang..!" suatu benturan keras menggelegar diudara.
Termakan oleh tenaga tersebut, si Rase berekor sembilan Kongsun po tergetar mundur
sejauh dua langkah, sedangkan manusia berbaju abu-abu itu hanya merasakan getaran
pada bahunya. Hampir pada saat yang bersamaan, Gak Lam kun telah mengeluarkan juga ilmu
langkah Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat nya untuk menghindari cengkeraman
dari Kongsun po itu secara manis, kemudian dengan langkah lebar dia meneruskan
perjalanannya. Betapa terkesiapnya Giok-bin sin-ang Say Khi-pit menyaksikan cara Gak Lam kun untuk
menghindarkan diri dari serangan itu, dengan jurus To pit kim kong (membacok malaikat
raksasa) ia menghantam pemuda itu.
Dengan suatu gerakan berputaran yang cepat manusia berbaju abu-abu itu memutar
badannya, lalu telapak tangannya dikebaskan keluar melancarkan sebuah pukulan untuk
membendung serangan dari Say Khi-pit, sementara tangan kirinya dengan jurus Hui-hong
hud liu (pusaran angin melambaikan pohon Liu) melepaskan serangan balasan.
Kakek sakti berwajah pualam Say Khi-pit merasa amat gusar sekali karena manusia
berbaju abu-abu itu ikut melibatkan diri dalam pertarungan itu segera bentaknya, "Bagus
sekali, siapa kau" Berani benar tak tahu diri dihadapanku..?"
Sambil berkata dengan cepat ia menyerbu kedepan dan melancarkan sebuah sodokan
kejalan darah manusia berbaju abu-abu itu.
Dengan cekatan manusia berbaju abu-abu itu berkelit kesamping, kemudian secara
beruntun melancarkan tiga buah bacokan berantai.
Sungguh dahsyat dan buas pertarungan yang berlangsung antara kedua orang itu,
perubahan jurus pukulan maupun tendangan yang tertuju dalam serangan ganas, buas
dan sakti, tentu saja arah sasaran yang tertuju dalam serangan itu adalah tempat-tempat
yang mematikan ditubuh manusia, tampaknya mati hidup mereka berdua telah ditetapkan
pertarungan maut tersebut.
Sementara Gak Lam kun telah lenyap dibalik tikungan rumah sebelah depan sana.
"Weess..! Weess..!" secara beruntun manusia berbaju abu-abu itu melancarkan dua
buah pukulan berantai yang memaksa Giok bin sin ang harus melompat mundur sejauh
tiga langkah. Begitu musuhnya berhasil dipaksa mundur, sambil tertawa terbahak-bahak kata
manusia berbaju abu-abu itu, "Haaaahhh"haaahhhh"haaahhh sudah lama
kudengar ilmu silat yang dimiliki Say Khi pit sangat lihay melebihi siapapun, setelah
perjumpaan hari ini kubuktikan sendiri bahwa nama besarmu memang bukan nama
kosong belaka, haaahhh"haaahh" haaahhh" kini orangnya sudah pergi, dan lagi kitapun
tak punya perselisihan atau sakit hati apa-apa, aku rasa pertarungan juga tak perlu
dilanjutkan lagi"
Sehabis berkata dia lantas melompat keudara, bagaikan burung elang yang terbang
keangkasa tahu-tahu ia sudah berada diatas atap rumah dan berlalu dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat.
Meskipun baru bertarung beberapa gebrakan saja, namun Giok-bin-sin ang Say Khi-pit
dapat merasakan betapa tangguhnya ilmu silat lawan, bahkan tidak berada dibawah taraf
kepandaiannya, dia menjadi heran dan tidak habis mengerti, siapa gerangan orang itu"
"Heran, siapakah orang tadi?" demikian ia berpikir, "padahal tidak terlalu banyak jago
persilatan yang memiliki ilmu silat setangguh ini kenapa aku tidak kenali orang itu?"
0000O0000 Dikala Say Khi-pit terlibat pertarungan sengit melawan manusia berbaju abu-abu itu,
menggunakan kesempatan yang sangat baik Gak Lam-kun telah berjalan keluar dari
perkampungan tersebut dengan langkah cepat, selewatnya beberapa buah halaman,
akhirnya ia menyelinap kedalam halaman sebelah barat.
Setelah menderita luka keracunan akibat pagutan ular berbisa, gerak gerik Gak Lam
kun sudah tidak segesit dan secepat tadi, dia cukup menyadari mara bahaya yang sedang
mengancamnya, apabila secara langsung dia keluar dari gedung itu. Kongsun Po atau
musuh-musuh tangguh lainnya berhasil menyusulnya, tak bisa disangsikan lagi, jiwanya
pasti akan terancam maut.
Gak Lam-kun berjalan terus dengan sekuat tenaga, lambat laun dadanya terasa sesak
dan sukar bernapas, langkah kakinya makin lama makin berat dan susah, kepalanya
pening dan matanya berkunang-kunang, terutama kaki. Anak muda itu makin sadar bahwa
racun ular dalam tubuhnya segera akan mulai bekerja.
Sekalipun begitu, kesadarannya masih belum hilang, dalam hati kecilnya masih terlintas
tekadnya yang kuat, sambil menahan penderitaan dan siksaan yang hebat ia berjalan
terus menuju kearah barat.
Perkampungan itu betul-betul luasnya bukan kepalang, halamannya saja mencapai
angka seratus, ketika Gak Lam-kun tiba digedung paling barat, tampaklah dihadapannya
terbentang tanah perbukitan yang tandus dan sepi.
Waktu itu, racun ular yang mulai bereaksi dalam tubuhnya makin lama semakin parah,
ia merasa dadanya makin sesak, perutnya mual sekali seperti mau tumpah, sepasang
kakinya seakan-akan sudah tidak menuruti perintah lagi.
Pemuda itu menghela napas panjang, dia tahu andaikata racun ular itu tidak
mendapatkan pengobatan tepat pada waktunya, besar kemungkinan ia akan tewas.
Terbayang akan kesemuanya itu semangat jantannya hampir buyar semua, dengan
sempoyongan ia berjalan kebawah sebuah pohon siong dan duduk bersila disana.
Tiba-tiba Gak Lam kun merasakan segulung angin sejuk berhembus lewat, sungguh
terperanjat perasaannya telapak tangannya cepat disilangkan didepan dada siap
melancarkan serangan, tapi sebelum ia keburu melakukan suatu tindakan, tahu-tahu urat
nadi pada pergelangan tangan kanannya sudah dicengkeram orang.
Gak Lam kun segera menengadahkan kepalanya, ternyata orang itu adalah Jit-pohtoanhun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To atau manusia berbaju abu-abu tadi.
Betapa geramnya pemuda itu dengan penuh emosi hardiknya, "Kwik To mau apa
kau..?" Belum habis kata-katanya, manusia berbaju abu-abu itu sudah mengayunkan telapak
tangan kirinya sebiji obat yang dijepit dengan jari tengah dan jari telunjuknya itu tahutahu
sudah dimasukan dalam mulut Gak Lam kun.
Begitu terkena air liur, obat itu segera melumer dan berikut air liurnya mengalir
kedalam perut. Selesai dengan perbuatannya itu, manusia berbaju abu-abu itu baru tertawa tergelak.
"Haaahhh"haaahhh"haaahhh" Gak siangkong, memangnya kau anggap julukan Jitpohtoan hun hanya panggilan kosong belaka bagiku" Haaahh"haaahhh" haaahhh?"
Betapa tercekatnya perasaan Gak Lam kun sehabis mendengar perkataan itu, ia
pentangkan mulutnya lebar-lebar dan berusaha menumpahkan obat tersebut, tapi
walaupun sudah muntah tiga kali dan perutnya hampir terkuras, cairan obat itu belum
berhasil juga dikorek keluar.
Pada saat itulah, mendadak lambungnya terasa sakit sekali seperti dililit-lilit, sedemikian
dahsyatnya rasa sakit yang menyerang perutnya membuat pemuda itu merasa lebih baik
mati daripada tersiksa.
"Uuaak..?" Gak Lam-kun muntah darah kental, kemudian tubuhnya tersungkur dan tak
berkutik lagi. ?ooooo Setelah meninggalkan Gak Lam-kun, dengan pikiran yang bingung dan kosong Si Tiong
pek berjalan keluar dari gedung tersebut, berhadapan dengan maut yang setiap saat akan
merenggut nyawanya, ia tak tahu harus kemanakah dia pergi"
Tiba-tiba telinganya menangkap suara gulungan ombak yang membentur batu karang,
ketika ia menengadah kedepan, tampaknya tanpa disadari ia telah tiba diatas sebuah
tebing curam yang berada disebelah timur pulau tersebut.
Dibawah tebing itu merupakan sebuah jurang beratus-ratus kaki tingginya dengan batu
karang yang mencuat kesana sini, jika ia berdiri kurang hati-hati hingga terpeleset
kebawah, tidak bisa disangsikan lagi, tubuhnya pasti akan remuk berkeping-keping.
Dengan pandangan sayu ditatapnya ombak yang saling berkejar-kejaran ditengah
samudra, dibawah sorot cahaya sang surya, burung manyar dan burung laut terbang kian
kemari mencari mangsa, suatu perpaduan pemandangan yang indah sekali.
Tak kusangka lagi Si Tiong pek menghela napas sedih.
"Aaaai"mungkinkah aku Si Tiong pek harus mati dalam keadaan seperti ini?" keluhnya.
Setelah berpikir sebentar, tiba-tiba timbul kembali niatnya untuk mencari hidup, ia
segera duduk bersila diatas tanah dan pelan-pelan mengerahkan hawa murninya.
Tapi begitu ia mencoba untuk mengatur napas, dadanya segera menjadi sesak dan
hawa murninya bagaikan tersumbat, nyaris ia tak dapat bernapas, hatinya menjadi
tercekat dan harapannya untuk hidup segera terputus sama sekali, perasaan bergidik
muncul dari dasar hatinya dan mencekam seluruh perasaannya.
"Entah berapa lama lagi aku bisa hidup?" demikian pikirnya, "bila racun ular dan luka
dalam yang kuderita kambuh bersamaan waktunya, niscaya aku bakal mati dalam keadaan
yang mengerikan, daripada tersiksa pada akhirnya kenapa tidak kubereskan dulu nyawaku
mumpung racun ular dan luka dalamku belum mulai kambuh?"
Berpikir sampai disini, pelan-pelan ia bangkit berdiri dan berjalan menuju ketepi tebing.
Sedetik menjelang perpisahannya antara mati dan hidup, pemuda itu merasakan
hatinya pedih dan hampa, tanpa terasa airmata jatuh berlinang membasahi pipinya.
"Mendadak" Si Tiong-pek menangkap suara nyanyian yang amat memedihkan hati
diantara gulungan ombak yang menerjang batuan karang, lamat-lamat nyanyian itu
kedengaran sebagai berikut,
?"bertanya pada masyarakat, apakah cinta itu"
Haruskah mati atau bidup untuk mendapatkannya.."
Oh, jagat yang luas, mega yang tebal"
Langit selatan bumi utara, burung walet saling beterbangan?"
Suara nyanyian itu amat memedihkan hati, membuat orang amat berduka.
Untuk sesaat lamanya Si Tiong pek menjadi tertegun, menyusul kemudian pikirnya,
"Aneh! Kenapa suara nyanyian itu bisa berasal dari dasar telaga..?"
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya. Si Tiong-pek segera menghela napas
panjang, gumamnya, "Kemungkinan besar suara nyanyian itu berasal dari dalam sebuah
gua dekat tebing karang sana, tapi siapa pula perempuan itu" Kenapa dia menyanyikan
lagu yang begini sedih dan memedihkan hati?"
Nyanyian perempuan itu sekali demi sekali diulang terus menerus, tapi yang
dinyanyikan melulu hanya bait lagu itu saja, bahkan suaranya makin lama semakin
memedihkan hati"
Yaa, demikian mengharukannya suara nyanyian tersebut, membuat siapapun yang
mendengarnya akan ikut melelehkan airmatanya karena sedih.
Kembali Si Tiong pek berpikir, "Kini aku sudah menjelang menemui ajal, apa salahnya
kalau kugunakan kesempatan baik ini untuk menambah pengalamanku yang terahir
kalinya." Setelah berpikir sampai disitu, dia lantas memperhatikan keadaan tebing disekeliling
tempat itu kemudian pelan-pelan turun kebawah.
Tak lama kemudian, ia sudah mengitari tebing curam itu dan menuruninya, sekarang
yang terbentang dihadapannya cuma batu-batu karang ditepi pantai. Ombak yang
menggulung-gulung diatas permukaan laut menggempur diatas batu karang dan
memercikkan butiran-butiran air keseluruh penjuru"
Karena perasaan ingin tahunya, Si Tiong pek tak ambil perduli akan sulitnya jalan yang
dihadapinya, pelan-pelan dengan berpijak pada batu-batu karang yang licin ia sampai juga
didasar jurang sementara itu suara nyanyian yang memedihkan hati itu sudah tak
kedengaran lagi.
Menggunakan sepasang matanya yang tajam Si Tiong pek memperhatikan kembali
keadaan disekelilingnya, mendadak ia temukan sebuah mulut gua yang lebarnya tiga depa
dan tingginya enam depa berada kurang lebih dua kaki dari atas permukaan air segera
pikirnya kembali, "Rasanya suara nyanyian itu kecuali berasal dari dalam gua tak mungkin
datang dari arah lain!"
Berpikir demikian, dengan langkah yang lebih berhati-hati lagi Si Tiong pek menelusuri
tebing dan mendekati mulut gua itu.
Suasana dalam gua itu gelap gulita hingga susah untuk melihat kelima jari tangan
sendiri, pelan-pelan ia berjalan masuk kedalam, kurang lebih sepuluh kaki kemudian ia
sudah harus menikung sebanyak tiga kali, sementara lorong tersebut masih terbentang
jauh kedalam sana.
Semakin kedalam suasananya semakin gelap gulita, entah berapa jauh lagi baru akan
sampai didasar gua tersebut"
Akhirnya ia berhenti dan berusaha menenangkan kembali hatinya, kemudian ia berpikir,
"Biasanya gua-gua karang dipulau yang terpencil banyak digunakan sebagai tempat
bersembunyinya ular-ular beracun atau binatang-binatang buas, kini ilmu silatku sudah
punah, kalau sampai diserang"waah, celakalah aku?"
Teringat sampat disitu, hatinya menjadi ragu-ragu, tapi bila teringat kembali
bahwasanya ia sudah bakal mati pemuda itu segera tertawa pedih dan melanjutkan
kembali perjalanannya.
Ternyata gua itu panjang sekali, diam-diam Si Tiong-pek telah mengukur bahwa pada
saat itu ia sudah berada dalam kedalaman empat puluh kaki lebih, tanahnya makin lama
sekali makin becek, angin dingin yang menggidikkan hati berhembus datang dari depan
sana, entah angin tersebut asal mulanya darimana"
Mendadak terdengar suara teguran seorang perempuan yang bernada girang dan
setengah gemetar berkumandang dari balik gua itu, "Kekasihku kau disitu?"
Si Tiong pek tertegun.
"Siapakah perempuan itu" Siapakah kekasihnya?" demikian ia berpikir.
Ketika perempuan itu tidak mendengar suara jawaban, tiba-tiba ia menghela napas
sedih seraya bergumam, "Oooh" Yo-long, kau sungguh amat keji! Tahukah kau, mengapa
suhu berdiam seorang diri selama delapan belas tahun ditempai semacam ini" Hakekatnya
aku sedang menantikan kedatanganmu untuk kembali kedalam pelukan suhu"
Mendengar perkataan itu, Si Tiong pek merasa hatinya terperanjat, segera pikirnya, "Yo
long.." Yo long.." Bukankah dia adalah si bakat setan yang tersohor dalam dunia
persilatan sebagai manusia paling aneh dikolong langit Tok liong Cuncu Yo-long" Wah,
kalau benar-benar demikian, perempuan ini pastilah gurunya Tok liong Cuncu yang penuh
diselimuti teka teki itu?"
Sementara itu, dari dalam gua karang itu kembali terdengar suara yang memilukan hati
dari perempuan itu.
"Yo-long suhu tidak menaruh perasaan dendam apapun juga kepadamu, aku hanya
berharap kau suka kembali lagi dalam pelukanku dan hidup bersama-sama disini" Yolong,
cepatlah datang kemari! Tahukah kau suhu sudah delapan belas tahun menantikan
kedatanganmu, merindukan kasih sayangmu"
Si Tiong pek segera mengerutkan dahinya, ia berpikir lagi, "Aneh benar wah" janganjangan
hubungan Tok-liong Cuncu dengan perempuan ini bukan cuma hubungan antara guru dan murid


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja, rasa-rasanya dibalik kesemuanya itu masih terselip hubungan cinta kasih..?"
Yaa benar, tokoh aneh nomor satu dalam dunia persilatan, Tok-liong Cuncu Yo long
memang mempunyai kisah percintaan yang lain daripada yang lain dan penuh dengan
kisah duka nestapa yang mengharukan.
Suara yang menggenaskan dari perempuan itu lagi-lagi kedengaran, "Yo long, apakah
pikiran dan perasaanmu belum berubah" Apakah hatimu masih sebeku es, wajahmu
sekeras baja..?"
Sewaktu mengucapkan kata-kata tersebut, tampaknya perempuan itu sedang
terpengaruh emosi suaranya sampai kedengaran begitu parau dan gemetar.
Mendadak Si Tiong pek merasakan separuh badan bagian kanannya menjadi
kesemutan, linu dan sakitnya bukan kepalang, betapa terkesiapnya pemuda itu, dia sadar
luka dalam yang telah menjalar sampai kedalam urat syarafnya itu sudah mulai kambuh,
berarti jiwanya sebentar lagi akan berakhir, saking pedihnya tanpa terasa ia menghela
napas lirih"
Meskipun helaan napas itu lirih sekali, tapi perempuan yang berada dalam gua itu dapat
mengenali sebagai bukan suara Yo long.
Tiba-tiba dengan suaranya yang keras bagaikan geledek ia membentak nyaring, "Siapa
kau?" Belum sempat Si Tiong pek menjawab, tiba-tiba ia merasakan munculnya segulung
angin pukulan lembut berhembus keluar dari balik gua, baru saja ia berusaha untuk
menghindarkan diri kesamping tahu-tahu sekujur badannya sudah terkurung oleh tenaga
pukulan itu. Ia merasa hawa murni yang membelenggu tubuhnya itu mendadak dihisap kembali,
seperti besi yang terkena pengaruh besi semberani, dengan sempoyongan ia terhisap
maju kedalam sana.
Sebagaimana diketahui, waktu itu luka dalam yang diderita Si Tiong-pek sudah mulai
bekerja, rasa sakit yang dideritanya sekarang sukar ditahan lagi, setelah tubuhnya terhisap
oleh tenaga murni yang maha kuat itu, ia merasakan badannya lebih payah lagi, bukan
saja semua persendian tulangnya menjadi kesemutan, lemas dan bunyar, badannya jadi
lemah tak bertenaga, ia cuma bisa tergeletak ditanah tak mampu berkutik barang
sedikitpun juga.
Tiba-tiba ia mendengar suara teguran yang menyeramkan berkumandang datang,
"Hey bocah cilik, siapa kau" Kenapa datang kemari?"
Si Tiong-pek adalah seorang pemuda yang licik dan panjang akalnya, ia tahu jika
kedudukan dan asal usulnya yang sebenarnya sampai diutarakan keluar, kemungkinan
besar perempuan aneh itu akan membinasakannya, atau paling tidak akan membiarkan
racun keji dalam tubuhnya bekerja hingga merenggut selembar jiwanya.
Sebaliknya jika ia berbohong, dengan kemampuannya sebagai gurunya Tok liong Cuncu
siapa tahu kalau racun ular dan luka dalam yang dideritanya bisa disembuhkan malah"
Berpikir sampai disitu Si Tiong pek segera menghela napas sambil berkata, "Oooh"
Sucou, oh"Sucou! Ampunilah kesalahan tecu ini?"
Sambil berkata ia lantas berpaling kearah perempuan tersebut.
Terlihatlah seorang perempuan yang buruk sekali rupanya dan rambut yang panjang
kulit yang hitam berkilat seperti setan buas duduk disampingnya.
Tampang wajahnya memang jelek dan menyeramkan akan tetapi bila kau perhatikan
potongan badannya, maka tampak langsing, montok dan padat berisi payudara
perempuan itu, apalagi kulit tangannya dibalik pakaian tampak putih mulus, bersih dan
halus sekali. Si Tiong-pek yang menyaksikan kejadian itu menjadi tertegun ia merasa perempuan itu
aneh sekali. Mendadak sinar matanya terhenyak sebentar dilengan kanan perempuan aneh itu, ia
temukan sebuah gelang baja membelenggu pergelangannya itu sementara sebuah rantai
yang panjang sangat panjang menghubungkan gelang tersebut dengan dinding batu
kemala putih yang berada empat kaki jauhnya dari situ.
Kiranya suasana dalam ruang gua itu tidak segelap lorong gua didepan sana, sebab
empat buah dindingnya terbuat dari batu marmer yang putih berkilat, lagipula diatap
dinding gua terdapat pula sebiji butir mutiara sebesar buah kelengkeng yang
memancarkan sinar berkilauan.
Dibawah pancaran sinar bening yang dingin suasana dalam ruangan batu itu dapat
terlihat jelas, ternyata dibagian bawah sekeliling ruangan itu terdapat ruang kecil dengan
airnya berwarna hijau, begitu beningnya air tersebut sehingga ikan-ikan yang berenang
dapat terlihat jelas.
Jelas dasar kolam kecil itu berhubungan dengan dasar lautan, atau dengan perkataan
lain airnya adalah air laut.
"Apakan kau adalah muridnya Yo-long?" terdengar perempuan aneh berambut panjang
itu membentak keras, "mengapa ia tidak datang sendiri?"
Sekali lagi Si Tiong-pek tertegun sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya kemudian,
"Konon Tok-liong Cuncu Yo Lak-long masih hidup didunia ini, bahkan telah muncul kembali
dalam dunia persilatan, jika kukatakan padanya bahwa ia sudah mati lantas suatu ketika ia
bertemu lagi dengan Tok-liong Cuncu, bagaimana jadinya nanti..?"
Dalam pada itu, ketika perempuan aneh berambut panjang itu melihat lawannya hanya
membungkam diri, telapak tangan kirinya segera berkelebat kedepan dan mencengkeram
jalan darah Ki-thiam hiat disikut kanan Si Tiong pek, kemudian bentaknya, "Hayo cepat
katakan! Hayo cepat katakan! Kenapa Yo-long tidak datang sendiri?"
Ketika persendian tulang sikutnya kena dicengkeram, Si Tiong-pek segera merasakan
hawa darah dalam isi perutnya bergolak keras, sedemikian hebatnya pergolakan tersebut
sehingga hawa sesat itu menyumbat tenggorokannya, bukan kepalang sakitnya dada dan
isi perutnya ketika itu, tanpa sadar ia merintih.
Perempuan aneh berambut panjang itu berseru tertahan, lalu teriaknya keheranan,
"Hey, jika kau adalah muridnya, mengapa demikian tak becusnya kau?"
Sambil berkata dia lantas mengendorkan cengkeramannya.
Si Tiong-pek menghembuskan napas panjang, sahutnya dengan napas tersengkal, "Aku
sudah terkena sergapan orang jahat, luka yang kuderita sekarang parah sekali, sebentar
lagi jiwaku bakal melayang?"
Dengan tatapan sorot mata yang tajam, perempuan aneh berambut panjang itu
menatap wajah Si Tiong-pek tanpa berkedip, kemudian dirabanya pula sekujur badan
pemuda itu sekian lama, akhirnya dengan suara dingin ia berkata, "Betul, luka dalam yang
kau derita memang parah sekali, tapi aku sanggup menyembuhkan luka yang kau derita
itu" Betapa girangnya Si Tiong pek setelah mendengar perkataan itu, tapi rasa gembiranya
hanya dirahasiakan didalam hati, sedang diluar ia pura-pura menghela napas.
************http://ecersildejavu.wordpress.com/***************
"Aaaai"Sucou, luka yang kuderita bukan luka sembarangan luka, mungkin sudah tiada
harapan lagi bagiku untuk melanjutkan hidupku didunia ini?"
Dengan suara dingin kembali perempuan aneh berambut panjang itu berkata, "Memang
tidak banyak jagoan tangguh dalam dunia persilatan yang bisa menyembuhkan luka yang
kau derita itu, lukamu disebabkan karena serangan dahsyat tenaga dalam musuh yang
dilancarkan dikala kau sedang berusaha menghimpun tenaga dalammu, sebab itu hawa
murni yang terhimpun menjadi beku didalam urat nadi, itulah yang dikatakan orang
sebagai Jalan api menuju neraka. Kalau keadaan itu saja yang kau alami masih mendingan
tampaknya setelah menderita jalan api menuju neraka kau dilukai lagi olah sejenis
makhluk yang amat beracun, mungkin orang lain tak akan bisa menyembuhkan luka parah
ini tapi aku masih mampu untuk menolong.
Ketika Si Tiong pek mendengar bahwa apa yang dilukiskan tentang keadaan lukanya
memang persis seperti apa yang dialaminya, diam-diam diapun lantas berpikir, "Kalau
dilihat dari apa yang dikatakan, rupanya selembar jiwaku memang masih dapat
diselamatkan, aku harus berusaha agar ia mau menyembuhkan luka parahku ini"
Setelah berpikir sampai disitu harapannya untuk hidup muncul kembali, katanya
kemudian, "Sucou, aku dilukai oleh irama Sang goan ki yang lihay itu, lalu dipagut pula
oleh ular beracun."
Mendengar kata-kata itu, perempuan aneh berambut panjang itu segera
mendongakkan kepalanya lalu bergumam, "Sang-goan-ki! Sang-goan-ki! Ternyata kau
dilukai oleh Soat-san-thian-li perempuan siluman itu?"
Ketika menggumamkan kata-kata tersebut wajahnya berkejang keras sehingga kulit
mukanya pada berkerut semua, lama sekali ia duduk termangu-mangu dengan mulut
membungkam, rupanya sedang ia kenang kembali kisah pengalamannya dimasa lampau
yang penuh dengan penderitaan dan kedukaan itu.
Tiba-tiba perempuan aneh berambut panjang itu membentak keras, "Hey, kau bilang
Yo long masih berbaikan dengan siluman perempuan itu..?"
Ucapan tersebut diutarakan dengan nada emosi sampai-sampai rambutnya yang
panjang ikut bergetar keras.
Tiba-tiba telapak tangan kirinya ditekankan keatas dada Si Tiong pek, persis diatas
jalan darah Hian-ki-hiatnya, asal tenaga dalamnya dipancarkan keluar, tak bisa diragukan
lagi Si Tiong pek pasti akan mati dalam keadaan yang mengerikan.
Si Tiong pek agak tertegun sewaktu mendengar ucapan yang tidak dipahami ujung
pangkalnya itu, tetapi sebagai seorang pemuda yang cerdas, ia sadar bahwa keadaannya
saat ini berbahaya sekali, satu kali dia salah berbicara berarti jiwanya akan melayang
meninggalkan raga.
Maka sesudah termenung beberapa saat lamanya, diapun bertanya, "Sucou,
perempuan yang manakah yang kau maksudkan sebagai perempuan siluman itu?"
Aneh! Ketika mendengar pertanyaan itu, pergolakan emosi dalam hati perempuan aneh
berambut panjang itu segera menjadi tenang kembali, malah ia bergumam, "Yo Lak-long
wahai Yo Lak-long, mungkin kau sudah melupakan perempuan itu, maka tidak kau
ceritakan keadaan tersebut kepada muridmu?"
Setelah berhenti sebentar, ia menghela napas panjang lalu katanya kembali, "Aaaaai"
beritahu kepadaku, apakah Yo long pernah membicarakan tentang diriku kepadamu?"
Si Tiong-pek termenung sejenak, lalu menjawab, "Sucou, apabila suhu tak pernah
membicarakan tentang dirimu kepadaku, mana mungkin aku bisa sampai disini?"
Betapa girangnya perempuan aneh berambut panjang itu, tiba-tiba ia tertawa terkekehkekeh"
Dibalik gelak tertawanya yang amat nyaring itu terselip begitu banyak perasaan, baik
itu perasaan sedih, duka..
Kesepian, seorang diri"
Gembira, bangga"
Selama ini Si Tiong-pek memperhatikan terus perubahan mimik wajahnya, dikala gelak
tertawanya berakhir, terlihatlah butiran air mata jatuh berlinang membasahi pipinya"
Gelak tertawa telah berakhir, kini yang kedengaran hanya isak tangis yang
mengharukan. Didalam waktu yang relatif singkat ini, Si Tiong pek berhasil meraba garis besar
keadaan yang sedang dihadapinya ia tahu perempuan aneh itu bukan saja menjadi
gurunya Yo long diapun menjadi kekasihnya, kemudian mungkin disebabkan suatu
kejadian tertentu Yo-long tidak mencintainya lagi, maka diapun mengurung diri selama
delapan belas tahun disana.
Aaaai..!Perempuan yang menggenaskan ternyata cintanya kepada Yo long telah
mencapai taraf sedemikian hebatnya.
Isak tangis perempuan aneh berambut panjang itu makin lama semakin menggenaskan
kian lama kian mengharukan hati orang.
Mula pertama Si Tiong-pek masih tidak merasakan apa-apa terhadap isak tangis
tersebut tapi akhirnya menjadi kecut dan tanpa terasa airmatanya jatuh bercucuran
membasahi pipinya.
Si Tiong-pek sendiri tidak bisa mengatakan mengapa dia sampai ikut menangis ia cuma
merasa bahwa dibalik isak tangis perempuan aneh berambut panjang itu terkandung suatu
daya pengaruh aneh yang membuat orang ikut terpengaruh.
Mendadak perempuan aneh berambut panjang itu berhenti menangis, bentaknya lagi,
"Apakah semua perkataanmu tak ada sepotong katapun yang palsu?"
Setelah dibentak olehnya, Si Tiong-pek baru merasa bagaikan sadar dari impian, ia
menjadi tertegun.
"Heran, kenapa aku ikut menangis..?" pikirnya.
Paras muka perempuan aneh berambut panjang itu kembali berubah, dicengkeramnya
tubuh Si Tiong-pek dengan tangan kirinya, lalu bentaknya kembali, "Hay,sudah kau dengar
perkataanku?"
"Perkataan apa?" tanya pemuda itu kebingungan.
"Benarkah Yo-long masih rindu kepadaku?" bentak perempuan aneh berambut panjang
itu dengan mata mendelik.
Ingin tertawa rasanya Si Tiong-pek setelah mendengar perkataan itu, pikirnya,
"Perempuan ini terlalu mencintai Yo Lak long, sehingga cintanya itu hakekatnya lebih
mendekati kalap"
Dalam benak anak muda itu sekarang sudah tersusun suatu rencana matang, maka
dengan wajah yang bersungguh-sungguh dia menjawab, "Suhu benar-benar amat rindu
kepadamu, jika ada sepotong kataku yang bohong, biar aku mati secara menggenaskan!"
"Kalau memang begitu, mengapa ia tidak datang menjengukku?" kembali perempuan
aneh berambut panjang itu membentak.
Si Tiong-pek menghela napas panjang.
"Aaaai" suhu merasa malu dan menyesal, ia merasa tak punya muka untuk menjumpai
kau orang tua lagi!"
Begitu mendengar ucapan tersebut, perempuan aneh berambut panjang itu tertawa
terkekeh-kekeh.
"Heeehhh"heeehhh"heeehhh" bocah cilik, pandai amat kau berbicara yang bukanbukan"
Dari gelak tertawa tersebut, Si Tiong-pek dapat merasakan bahwa ia sedang merasa
gembira, "Cucu murid mana berani berbohong kepada sucou?"
"Lantas sekarang dia berada dimana" Aku segera akan pergi mencarinya..!"
"Suhu berada pula diatas pulau ini, cuma aku lihat Sucou tidak dapat bergerak dengan
leluasa?" "Kalau begitu cepat bebaskan aku dari rantai kunci kecintaan ini?" seru perempuan ini
ketus. "Apa" Rantai kecintaan?" pikir Si Tiong pek dengan wajah tertegun dan mulut melongo.
Tiba-tiba paras muka perempuan aneh berambut panjang itu berubah hebat,
bentaknya, "Bagaimana" Apakah Yo Lak-long tidak berpesan kepadamu agar membukakan
rantai kecintaan?"
"Tidak!" sahut pemuda itu tanpa sadar.
Kontan saja perasaan perempuan aneh berambut panjang itu bergolak keras, lalu
sambil tertawa seram teriaknya, "Bagus"bagus sekali! Kau harus mampus"
Si Tiong pek ikut tertawa dingin, katanya pula lambat-lambat, "Jika kau ingin
membinasakan diriku, cepatlah turun tangan dengan segera, aku tidak akan menyesal
barang sedikitpun juga"
Mendadak sikap perempuan aneh berambut panjang itu berubah seratus delapan puluh
derajat dan hangat katanya, "Anak kunci untuk membuka rantai kecintaan berada dalam
ruang rahasia disudut timur sana, kesanalah dan ambil anak kunci tersebut..!"
Si Tiong pek menurut, dia menuju keruang timur betul juga diatas dinding yang
berwarna putih terdapat sebuah tombol rahasia, ketika tombol tersebut ditekan dengan
ujung jarinya terdengarlah suara gemerincingan yang nyaring berkumandang
memecahkan kesunyian.
Diatas dinding ruang berwarna putih yang tertutup rapat itu, tiba-tiba muncul sebuah
pintu rahasia ternyata dibalik pintu ada sebuah ruangan rahasia yang lain.
Dalam ruangan tersebut ternyata berisikan kitab-kitab kuno yang banyak sekali,
sepintas lalu mirip dengan kamar baca, disebelah kiri ruangan terdapat sebuah meja tulis,
diatas meja tergeletak beberapa jilid kitab dan diantara keliling kitab itu terletak sebuah
anak kunci yang berwarna emas.
Dengan langkah cepat Si Tiong pek menghampiri meja tulis itu dan mengambil anak
kunci emas itu, tanpa sadar matanya melirik sekejap tumpukan kitab disampingnya.
Mendadak sorot matanya tertarik oleh empat huruf besar yang tercantum dihalaman
terdepan dari sejilid kitab tipis, tulisan itu berbunyi demikian, "HAY-CIONG-KUN-BOH"
"Hay-ciong-kun-boh!" Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, "Bukankah kitab
ini ada hubungannya dengan manusia aneh yang pernah menggetarkan dunia persilatan
pada tiga ratus tahun berselang..?" demikian pikirnya.
Sementara dia masih melamun! perempuan aneh beramput panjang yang berada diluar
ruangan telah membentak, "Hey, sudahkah kau dapatkan anak kunci emas untuk
membuka rantai kecintaan?"
Si Tiong-pek tidak berpikir panjang lagi, sambil menyelam minum air, ia sambar juga
kitab pusaka "Hay ciong kun boh" tersebut dan segera dimasukkan kedalam sakunya.
"Sudah, anak kunci itu sudah kudapatkan!" sahutnya.
Dengan sikap yang santai selangkah demi selangkah ia berjalan balik kesamping
perempuan itu. "Aduuuh..!" tiba-tiba Si Tiong pek menjerit kesakitan, lalu sambil mendekap perutnya ia
terhuyung-huyung, mukanya berubah menjadi hitam pekat, ternyata racun ular yang
berada dalam tubuhnya telah mulai bekerja.
Dalam keadaan setengah sadar setengah tidak lamat-lamat Si Tiong-pek merasa
perempuan aneh berambut panjang itu menekankan telapak tangannya diatas tubuhnya,
segulung aliran hawa murni yang panas segera merembes masuk lewat jalan darah Miabun
hiat dan tersebar kesegala penjuru tubuh"
Kemudian ia jatuh tak sadarkan diri.
Ketika Si Tiong-pek sadar kembali dari pingsannya, ia merasa seluruh tubuhnya yang
semula sakit dan tersiksa kini sudah tak terasa lagi, cuma badannya menjadi lemas tak
bertenaga, seakan-akan baru saja sembuh dari penyakit berat.
Si Tiong pek segera melompat bangun dari atas tanah"
"Criing..! Criing..!" tiba-tiba ia mendengar bunyi gemerincingan memecahkan kesunyian
dilanjutkan pergelangan tangan kanannya terasa berat sekali sehingga gerak geriknya
tidak leluasa. Ketika ia perhatikan lengan kanannya dengan penuh keheranan, kontan saja hatinya
menjadi terperanjat. Ternyata sebuah gelang baja yang sangat kuat telah membelenggu


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lengan kanannya itu.
"Tak usah keheranan!" tiba-tiba terdengar suara lembut dari perempuan aneh
berambut panjang itu menggema dari sisi telinganya, "gelang baja itu terbuat dari inti lima
jenis logam yang dicampur menjadi satu, bukan saja tak mempan dibacok dengan senjata,
gelang yang membelenggu pergelangan tanganmu itu mempunyai sifat per yang sangat
kuat, bagaimanapun kau berusaha untuk melepaskan diri, jangan harap gelang itu bisa
kau copot dari situ lagipula semakin keras kau meronta semakin kencang pula gelang itu
membelenggu tanganmu. Nah, sekarang aku hendak pergi mencari Yo Lak long bila ia
tidak berhasil kutemukan maka kau boleh hidup sepanjang masa dalam gua batu itu, air
dalam kolam adalah air tawar, bila lapar boleh kau tangkap sendiri ikan-ikan disana, mau
minum juga ada air tawar yang tersedia, pokoknya kau terjamin tak sampai mati
kelaparan. Beristirahat saja disini dengan tenang, asal suhumu berhasil kutemukan dengan
sendirinya dia akan datang kemari untuk membebaskan dirimu. Waktu itu akupun bersedia
pula mewariskan ilmu silat tinggi kepadamu agar kau bisa menjagoi dalam dunia
persilatan"
Perkataan dari perempuan aneh berambut panjang yang kedengarannya begitu enteng
dan santai justru ibaratnya guntur yang membelah bumi disiang hari bolong bagi
pendengaran Si Tiong pek siksaan dan penderitaan yang tiada akhirnya ini bukan
sembarangan orang bisa mengalaminya.
Tak terlukiskan rasa marah, benci dan dendam Si Tiong pek menerima kenyataan
tersebut, ia segera tertawa dingin.
"Heeeehh"heeehhh"heeehhh"siluman iblis bertampang jelek, kau tak usah
berbangga dulu, terus terang kuberitahukan kepadamu, kekasihmu Tok-liong Cun-cu Yo
Long telah tewas ditebing Yan-po-gan dibukit Hoa-san pada delapan belas tahun
berselang, selama hidup jangan harap kau bisa berjumpa lagi dengannya"
Sekarang gilirannya perempuan aneh berambut panjang yang terbelalak kaget,
matanya melotot lebar penuh kekosongan, ditatapnya Si Tiong-pek dengan termangumangu"
Lama, lama sekali, akhirnya ia memperdengarkan suara tertawanya yang panjang tapi
seram bagaikan tangisan setan iblis.
"Haaahhh"haaahh"haaahhh"haaahhh" ia benar-benar sudah mati"siapa yang telah
membinasakan dirinya" haaahhh" haaahhh" Yo Long, wahai Yo Long" aku tidak
menginginkan kematianmu" siapakah" siapakah pembunubmu" Haahh.. haahh dia belum
mati, Lak-long, tidak akan mati" Yo Long wahai Yo Long aku tak dapat kehilangan
dirimu"haahhh" haaahh"haaahh?"
Dalam waktu singkat, perempuan aneh berambut panjang itu sudah berubah seperti
orang gila, ia berkaok-kaok sejadi-jadinya, sebentar tertawa tergelak sebentar menangis
tersedu, keadaannya semakin mengerikan.
Mimpipun Si Tiong-pek tidak menyangka kalau beberapa patah katanya itu sudah cukup
membuatnya menjadi gila, untuk sesaat pemuda itu menjadi tertegun dan tak tahu apa
yang musti dilakukan.
Tiba-tiba perempuan aneh berambut panjang itu melotot kearah Si Tiong-pek dengan
penuh kebencian, sambil tertawa dingin katanya, "Kau pasti adalah pembunuh dari Yo
Long, aku hendak membinasakan dirimu" aku hendak mencincang tubuhmu?"
Sambil mengancam, perempuan aneh berambut panjang itu mengayunkan telapak
tangan kanannya segulung angin pukulan yang sangat kuat dan dahsyat secepat
sambaran kilat menerjang ketubuh Si Tiong pek.
Sejak mendengar kata-kata ancaman tadi, Si Tiong-pek sudah waspada dan bersiapsiap
menghadapi serangan maut dari lawannya, maka begitu angin pukulan yang
menyesakkan napas itu menindih tubuhnya buru-buru ia berkelit kesamping untuk
menghidarkan diri.
Sekalipun pukulan yang mengarah langsung kedadanya berhasil dihindari anak muda
itu, rupanya sisa angin pukulan yang melebar kesamping telah menyerempet
pinggangnya"
Tidak ampun lagi pemuda itu menjerit kesakitan, sambil muntah darah segera
badannya tergeletak ditanah dan tak bisa berkutik lagi.
Perempuan aneh berambut panjang itu segera terkekeh kekeh dengan seramnya.
"Heeehhh"heeehhh"heeehhh" mampus!
Sudah mampus! Haaahhh" haaahhh" haaahhh" Yo Long wahai Yo Long, kau berada
dimana" Kau tak dapat meninggalkan diriku seorang Yo Long."
Secepat sambaran kilat perempuan aneh berambut panjang itu berkelebat keluar
ruangan, jeritan-jeritan kalapnya yang memilukan hati makin lama semakin menjauh dari
pendengaran sehingga akhirnya lenyap sama sekali.
Bagaimanakah dengan nasib Si Tiong-pek yang dirantai dalam gua" Untuk sementara
waktu baiklah kita tinggalkan lebih dulu.
0000O0000 Bintang-bintang bertebaran dilangit yang kelam, cahaya yang lembut dan redup
berkelip-kelip menyinari jagat, rembulan yang purnama mulai tampak dari balik awan di
ufuk sebelah timur.
Sinar keperak-perakan yang lembut menyoroti sebatang pohon siong dan memantulkan
cahayanya diwajah seorang pemuda tampan berbaju hijau yang sedang duduk bersila
disitu. Pemuda itu duduk bersila tak berkutik bagaikan seorang pendeta, uap putih mengepul
dari atas kepalanya dan menciptakan awan yang amat tebal, rupanya ia sedang
mengerahkan tenaga dalamnya untuk menembusi seluruh jalan darah penting dalam
tubuhnya. Kurang lebih seperminum teh kemudian ia membuka kembali sepasang matanya yang
memancarkan cahaya tajam, lalu menghela napas panjang.
"Aaaai"aku tak sudi menerima budi kebaikan dari musuh besarku, sungguh tak
kusangka ia memaksa untuk melepaskan budinya kepadaku, Kwik To wahai Kwik To!
Meskipun aku Gak Lam kun telah menerima bantuan kali ini, akan tetapi aku tak akan
melupakan dendam sakit hati atas kematian yang menimpa guruku"
Dengan pandangan termangu, sorot matanya dialihkan keangkasa dan memandang
awan yang berkejaran, ia merasakan perasaannya, hampa dan pikirannya kosong.
Mendadak"serentetan suara nyanyian yang memilukan hati lamat-lamat
berkumandang dari tempat kejauhan dan memecahkan keheningan yang mencekam
sekeliling tempat itu.
Mula-mula nyanyian itu masih berada ditempat kejauhan, makin lama semakin dekat
sehingga akhirnya bait-bait nyanyian itu dapat terdengar olehnya dengan jelas.
?"..Bertanya pada masyarakat, apakah cinta itu"
Haruskah mati atau hidup untuk mendapatkannya.."
Oh, jagat yang luas, mega yang tebal"
Langit selatan bumi utara, burung walet saling beterbangan?"
Begitu mendengar suara nyanyian tersebut. Gak Lam-kun merasakan hatinya terkesiap,
sebab nyanyian itu terasa begitu kenal begitu hapal dalam benaknya sehingga ia sediripun
dapat membawakan diluar kepala.
Bukan hanya sekali dua kali saja ia mendengar nyanyian tersebut, hampir setiap hari
nyanyian itu pasti berkumandang, sebab tiap hari bila tengah malam telah tiba, gurunya
selalu menyanyikan lagu tersebut.
Bagaimana mungkin Gak Lam-kun tidak terperanjat setelah mendengar kembali
nyanyian tersebut ditengah keheningan malam seperti ini" Mimpipun tak pernah disangka
olehnya bahwa nyanyian tersebut bakal didengarnya kembali diatas pulau yang terpencil
ini. Tiba-tiba suara nyanyian tersebut terputus sampai ditengah jalan.
Menyusul kemudian suara tertawa panjang yang menyeramkan dan mendirikan bulu
kuduk orang menyayat-nyayat keheningan yang mencekam seluruh jagad, ditengah gelak
tertawa tersebut menggema pula teriakan-teriakan yang amat nyaring,
"Oooh"kekasihku"ooooh"sayangku" dimanakah kau sekarang" Dimanakah kau
berada?" Suara orang itu amat memilukan hati, bagaikan anak domba yang mencari induknya
seperti juga ibu yang menangisi anaknya, membuat siapapun yang mendengar suara itu
ikut merasa terharu dan melelehkan airmatanya"
Gak Lam kun tertegun, secara sigap ia segera menyadari bahwa nyanyian, gelak
tertawa dan teriakan tersebut dipancarkan seseorang dengan menggunakan tenaga
dalamnya yang sempurna.
0000000O0000000
Kalau ditinjau dari daya pengaruh yang diakibatkan dari suara nyanyian, gelak tertawa
dan teriakan tersebut, jelaslah terbukti bahwa tenaga dalam orang itu sudah mencapai
puncak kesempurnaan yang tiada taranya didunia ini.
"Siapakah dia?"
Tiba-tiba gelak tertawa aneh yang tinggi melengking dan tak sedap didengar
berkumandang datang dari kejauhan.
Pelan-pelan Gak Lam-kun bangkit berdiri, lalu melongok kearah mana berasalnya suara
itu, sesosok bayangan manusia laksana sambaran petir sedang meluncur datang
kearahnya. Ketika tiba beberapa kaki dihadapan Gak Lam kun, tiba-tiba bayangan manusia yang
sedarg melintas dengan cepatnya itu menghentikan gerakan tubuhnya.
Dibawah cahaya rembulan tampak orang itu adalah seorang perempuan yang berwajah
jelek berbaju compang camping dan mempunyai rambut sepanjang pinggang.
Sesudah melihat jelas tampang orang itu, Gak Lam kun baru merasa terperanjat,
pikirnya dengan cepat, "Mungkinkah suara nyanyian tadi berasal dari perempuan gila
itu..?" Sementara pemuda itu masih termenung, dengan sepasang matanya yang jeli
perempuan aneh berambut panjang itu sudah mengamati wajah Gak Lam kun dengan
seksama, lalu sambil tertawa dingin tegurnya, "Hey, siapakah kau" Mengapa berada disini"
Pernahkah kau jumpai kekasihku?"
Pertanyaan yang diajukan tanpa ujung pangkalnya itu disampaikan dengan kata-kata
yang cepat, hal ini membuat Gak Lam-kun diam-diam harus mengerutkan dahinya.
Betapa geramnya perempuan aneh berambut panjang itu setelah menyaksikan wajah
Gak Lam-kun yang ketus sikapnya yang enggan menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba
bentaknya lagi, "Hey, rupanya kau yang telah membinasakan kekasihku" Kau"kau harus
mampus!" Tanpa banyak membuang waktu, sebuah bacokan keras segera diayunkan ketubuh Gak
Lam-kun" Mengikuti gerakan bacokan tersebut, segulung angin pukulan yang sangat kuat segera
menyambar kedepan dan menindih dada lawan.
Sungguh tercekat perasaan Gak Lam-kun, mimpipun ia tak menyangka kalau
perempuan aneh berambut panjang itu bakal melancarkan serangan secepat itu, lagipula
angin yang dihasilkan orang itu ternyata belum pernah dijumpainya selama ini.
Ia tak berani menyambut pukulan itu dengan keras lawan keras, dengan cekatan
tubuhnya berkelit tiga langkah kesamping dan menghindarkan diri dari ancaman tersebut,
kemudian serunya dengan lantang.
"Hey locianpwe, tunggu sebentar..! Jangan
melancarkan serangan dahulu!"
Rupanya perempuan aneh berambut panjang itupun merasa terkejut bercampur heran
setelah menyaksikan Gak Lam-kun berhasil menghindarkan serangannya semudah itu,
sambil mengayunkan kembali telapak tangan kirinya ia membentak, "Kekasihku telah kau
bunuh, apalagi yang hendak kau katakan" Apalagi yang hendak kau katakan?"
Dari kejauhan kembali dia lancarkan sebuah pukulan dengan telapak tangan kirinya.
Dalam serangannya yang dilancarkan kali ini ternyata tidak membawa sedikitpun hawa
pukulan yang mendesis, malah sepintas lalu seperti orang yang sedang berpura-pura
melancarkan serangan.
Namun paras muka Gak Lam-kun segera berubah menjadi serius, dengan telapak
tangan kirinya melindungi badan, kelima jari tangan kanannya dipentangkan lebar-lebar
untuk melancarkan pula sebuah pukulan kearah depan.
"Blaaamm"!" ketika dua gulung angin pukulan itu saling bertemu ditengah udara,
terjadilah ledakan dahsyat yang memekikkan telinga.
Jilid 7 Dalam waktu singkat hawa murni memancar keempat penjuru, gulungan angin puyuh
tersebar keempat penjuru dan menerbangkan debu dan pasir disekelilingnya, dalam radius
tujuh kaki benda apapun terbawa semua keudara.
Ledakan dahsyat memekikkan telinga ini belum pernah dijumpai dalam dunia persilatan
sebelumnya. Setelah menyambut hawa pukulan bersifat lembut yang dipancarkan perempuan aneh
berambut panjang itu, Gak Lam-kun merasakan hawa darah di rongga dadanya bergolak
keras, betapa terperanjatnya pemuda itu, cepat-cepat telapak tangan kirinya diayunkan
kembali kemuka dengan kecepatan tinggi, ia berusaha untuk memusnahkan sisa kekuatan
yang masih tersisa dari pukulan lawan itu dari sekitar badannya.
Kemudian setelah bebas dari ancaman, Gak Lam-kun baru menegur dengan suara
dingin, "Siapakah nama kekasihmu itu" Aku sama sekali tidak kenal dengannya, kenapa
aku mesti mencelakai dirinya?"
Ketika perempuan aneh berambut panjang itu menyaksikan Gak Lam-kun berhasil
memunahkan serangannya yang kedua, mimik wajahnya agak bergerak, lalu sekulum
senyum menghiasi ujung bibirnya.
"Kenapa?" katanya, "masa kau tidak kenal dengannya, lantas tahukah kau siapa yang
kenal dengannya?"
Diam-diam Gak Lam-kun menyadari bahwa perempuan yang sedang dihadapinya
adalah perempuan gila, tapi harus diakui ilmu silatnya memang cukup menggentarkan
perasaan siapapun, sekalipun sewaktu tersenyum mukanya kelihatan jelek dan
menyeramkan, tapi dua baris giginya kelihatan begitu putih, bersih dan rata.
Diam-diam ia berpikir, "Aneh benar perempuan ini, bila ditinjau dari potongan
badannya, jelas dia adalah seorang perempuan cantik, tiada sebagianpun dari tubuhnya
yang cacad atau kurang sempurna, tapi justru raut mukanya berwarna merah hitam tak
menentu, ditambah lagi daging merah terkuar dimana-mana membuat tampangnya
kelihatan begitu jelek dan mengerikan lagi, disamping itu suaranya juga kadangkala tinggi
melengking amat menusuk pendengaran, bagaikan jeritan setan dari neraka, tapi
kadangkala merdu merayu bagaikan burung Nuri yang sedang berkicau, siapakah
sebetulnya orang ini..?"
Ingatan tersebut berputar tiada hentinya dalam benak Gak Lam-kun, setelah pusing
dibuatnya diapun tersenyum sambil berkata, "Locianpwe, bolehkah aku tahu siapa nama
kekasihmu itu?"
Paras muka perempuan aneh berambut panjang itu berubah menjadi serius, hardiknya,
"Hey, ngaco belo, apaan kamu ini" Long ji adalah kekasihku, calon suamiku, tapi ia pun
merupakan muridku." Gak Lam-kun menjadi kaget dan tertegun lalu menghela napas
panjang, pikirnya, "Jelaslah sudah perempuan ini memang perempuan gila, sayang sekali
dengan ilmu silatnya yang tinggi" aaai, setelah kuketahui bahwa dia adalah perempuan
edan, kenapa aku musti berdebat terus, dengan perempuan edan semacam dia?"
Mimpipun Gak Lam-kun tidak menyangka kalau perempuan yang berada dihadapannya
sekarang adalah Sucounya, sayang sebelum ajalnya tiba Tok-liong Cuncu Yo Long sama
sekali tidak mengungkapkan kisah cintanya dengan perempuan tersebut.
Demikianlah, setelah berpikir sebentar, Gak Lam-kun lantas memberi hormat sambil
berkata, "Locianpwe, aku tidak kenal dengan Long ji mu, akupun tidak tahu siapa yang
kenal dengan dirinya, maaf aku masih ada urusan yang harus kukerjakan sekarang, jadi
terpaksa aku harus mohon diri terlebih dahulu?"
Selesai berkata, dia lantas putar badan dan siap meninggalkan tempat itu.
Bagaikan bayangan setan saja tahu-tahu perempuan aneh berambut panjang itu sudah
berkelebat kemuka dan menghadang tiga depa dihadapan Gak Lam-kun, dengan hawa
nafsu membunuh menyelimuti wajahnya, ia membentak nyaring, "Nama besar Long-ji ku
menggetarkan seluruh dunia, tak seorang umat persilatanpun yang tidak kenal dengannya,
kalau kau tidak kenal dengan Long-ji ku, apa pula gunanya tetap hidup dikolong langit?"
Tangannya diayunkan dan sebuah pukulan dahsyat kembali dilancarkan ketubuh Gak
Lam-kun. Segulung hawa pukulan yang dingin menggidikkan hati, mengikuti gerakan telapak
tangan tersebut langsung menerjang ke dada Gak Lam-kun.
Berubah hebat paras muka anak muda itu, dengan suatu gerakan aneh ia mengegos
kesamping dan berputar ke sisi kanan perempuan aneh berambut panjang itu, kemudian
dengan serius katanya, "Locianpwe, jika kau bertindak secara sembrono terus menerus,
maaf bila boanpwe terpaksa harus bertindak kurangajar!"
Perempuan aneh berambut panjang itu sama sekali tidak menggubris, sebelum Gak
Lam-kun sempat melancarkan serangannya, telapak tangan kirinya sudah dikebaskan tiga
kali masing-masing mengancam tiga buah jalan darah penting di dada lawan.
Tak terlukiskan rasa kaget Gak Lam-kun menghadapi serangan tersebut, untuk kedua
kalinya dia gunakan kembali ilmu langkah yang sangat ampuh itu untuk melepaskan diri
dari ancaman, kemudian jari tangan kirinya direntangkan, dengan gerak serangan yang
tak kalah anehnya ia cengkeram persendian tulang sikut ditangan perempuan itu.
Agaknya perempuan aneh berambut panjang itu dapat merasakan datangnya bahaya,
tangan kanannya segera dikebaskan kebawah, sementara tangan kirinya melancarkan
sebuah pukulan lagi mengarah jalan darah penting di pinggang Gak Lam-kun.
Dengan suatu lompatan si anak muda itu menghindarkan diri dari ancaman, lalu telapak
tangannya berputar membacok kebawah dengan kecepatan tinggi.
Baik menghindar maupun dikala melancarkan serangan balasan semua gerakan
tersebut dilaksanakan dengan kecepatan serta ketepatan yang mengagumkan.
Sebaliknya, jurus serangan yang digunakan perempuan aneh berambut panjang itu
sepintas lalu seperti jurus serangan biasa, tapi jurus-jurus serangan biasa itu dalam
penggunaannya ternyata berubah menjadi satu ancaman yang disertai dengan tenaga
penghancur yang mengerikan, seolah-olah dari balik gerak serangan yang sederhana,
sesungguhnya mengandung perubahan jurus yang amat sakti.
Dalam keadaan demikian, kendatipun, jurus serangan balasan yang dipergunakan Gak
Lam-kun mempunyai perubahan yang bagaimanapun saktinya namun setiap kali selalu
berhasil dipunahkan dengan begitu saja oleh jurus sederhana yang dipergunakan


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perempuan aneh berambut panjang itu.
Untung Gak Lam-kun masih mempunyai ilmu gerakan tubuh Ji gi ngo heng Jit eng liong
heng sin hoat, coba kalau tidak, sejak tadi ia sudah terluka ditangannya.
Beberapa saat kemudian, dua orang itu sudah bergebrak sebanyak belasan jurus lebih.
Setiap kali didesak oleh pukulan-pukulan gencar dari perempuan aneh berambut
panjang itu, tiap kali pula Gak Lam-kun harus mundur untuk menghindarkan diri, lama
kelamaan hal ini menimbulkan kemarahannva.
Telapak tangan kiri pukulan tangan kanan segera dilancarkan bersamaan waktunya,
tentu saja serangan-serangan itu dilancarkan dengan disertai tenaga pukulan yang
dahsyat. Serangkaian pertarungan yang sedang berlangsung ini benar-benar merupakan suatu
pertarungan sengit yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan, terlepas dari jurus
serangan yang dipergunakan perempuan aneh tersebut, cukup meninjau dari setiap
pukulan, setiap sodokan dan setiap tendangan yang dipergunakan Gak Lam-kun,
semuanya merupakan jurus-jurus serangan yang jarang dijumpai dikolong langit.
Dibawah desakan dan terjangan Gak Lam-kun dengan pukulan dan tendangannya yang
bertubi-tubi, perempuan aneh berambut panjang itu segera memperlihatkan pula rasa
kaget dan tercengangnya.
Tiba-tiba ia meluruskan sepasang telapak tangannya ke depan, pergelangan tangannya
agak ditekuk ke bawah, kemudian segulung angin pukulan lembut pelan-pelan dilontarkan
ke depan. Tapi setiap kali angin pukulan itu terbentur dengan jurus serangan yang dipergunakan
oleh Gak Lam-kun, hawa pukulan itu seakan-akan terbendung sama sekali, setiap kali
pukulan itu terpental dan tak mampu dikembangkan.
Akhirnya dengan jengkel perempuan aneh berambut panjang itu menarik kembali
serangannya. "Hey, siapakah kau?" bentaknya kemudian.
"Aku She Gak bernama Lam kun!" jawab pemuda itu hambar.
"Gak Lam-kun"Gak Lam-kun..?" seperti orang yang sedang mengigau, perempuan
aneh berambut panjang itu mengulangi nama tersebut sampai berpuluh-puluh kali,
suaranya lirih sekali.
Entah beberapa lama sudah lewat, tiba-tiba ia membentak keras, "Gak Lam-kun, kau
harus mampus!"
Kena dibentak oleh perempuan itu, Gak Lam-kun tersentak kaget, serunya tanpa
terasa, "Kenapa aku harus mampus?"
Perempuan aneh berambut panjang itu manggut-manggutkan kepalanya, lalu dengan
lembut berkata, "Kenapa kau harus mampus" Sebab kau bisa mempergunakan ilmu silat
dari Long-jiku!"
"Ilmu silatku berasal dari ajaran guruku sendiri, ilmu silat dia orang tua sudah mencapai
taraf yang luar biasa, jurus silat dari perguruan manapun didunia ini telah dikuasai semua
olehnya, tentu saja termasuk juga ilmu silat dari Long ji mu itu"
"Wahai Gak Lam-kun, siapa nama gurumu" Aku hendak membunuh dirinya..!" bentak
perempuan aneh berambut panjang itu dengan penuh kegusaran.
Gak Lam-kun segera menghela napas panjang.
"Aaaaai"guruku sudah tiada, jangan harap kau bisa beradu kepandaian dengannya"
Mendengar jawaban tersebut, tiba-tiba perempuan aneh berambut panjang itu
menengadah dan tertawa seram.
"Haaahhh" haahhh" haaahhh" sudah mampus" Haahhh" haahhh" haaahhh"
rupanya semua orang dikolong langit sudah pada mampus, Long-ji juga sudah mampus.
Oooh"Long-ji ku yang patut dikasihani, kau berada dimana" Kau berada dimana" Yo
Long, Yo Long, begitu tegakah kau tinggalkan aku seorang" Yo Long"oooh Yo Long
betapa kejamnya hatimu, Yo Long?"
Sambil menjerit-jerit seperti orang gila, secepat sambaran kilat perempuan aneh
berambut panjang itu menjejakkan kakinya ke atas tanah dan berkelebat menuju ke arah
timur. Teriakan-teriakannya dan jeritan-jeritannya penuh diliputi nada duka nestapa yang
tebal, bukan saja mengharukan perasaan siapapun yang mendengarkan, bahkan bikin
orang melelehkan air mata tanpa terasa"
Sewaktu Gak Lam-kun mendengar perempuan aneh berambut panjang itu, menyebutnyebut
nama gurunya, ia merasa terkejut sekali, segera teriaknya dengan suara lantang.
"Eeeh" locianpwe" locianpwe..! Tunggu sebentar, tunggu sebentar!"
Tapi gerakan tubuh dari perempuan aneh berambut panjang itu memang terlalu cepat
dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Yang masih terdengar hanya suara jeritannya yang memilukan hati, "Yo Long! Oooh"
Yo Long! Jangan kau tinggalkan diriku, jangan kau tinggalkan aku seorang diri, Yo Long?"
Menyaksikan kesemuanya itu. Gak Lam-kun hanya bisa menghela napas sedih pikirnya,
"Bila kutinjau dari ilmu silat yang dimiliki perempuan ini, jelas ia sudah berhasil mencapai
taraf paling sempurna yang tiada taranya didunia ini, mungkinkah Yo Long yang sedang
dicari-cari olehnya adalah guruku"
Tidak! Tidak mungkin! Mungkin masih ada Yo Long yang lain, memang terlalu banyak
manusia didunia ini, yang mempunyai nama marga dan nama kecil yang sama"
Setelah termenung beberapa waktu. Gak Lam-kun menengadah dan memandang awan
diangkasa, lama kemudian ia baru menghela napas panjang.
"Diantara musuh-musuh besar pembunuh suhuku, sudah ada empat orang diantaranya
yang muncul dipulau terpencil ini, diantara mereka berempat, ada dua orang yang sudah
mengetahui asal usulku, apabila mereka sampai bekerja sama untuk menghadapi
diriku,tentu aku tak kuat menghadapi mereka, aaaai" jika tidak kulenyapkan dulu
beberapa orang diantara mereka, malu rasanya aku terhadap kebaikan suhu selama ini"
Akhirnya setelah menghela napas panjang dia mengeluarkan sebuah topeng kepala
naga dari sakunya dan dikenakan diatas wajahnya secara sempurna, kemudian ia lepaskan
jubah hijaunya sehingga tampaklah pakaian berwarna emas yang berada dibaliknya.
Sesudah itu, Gak Lam-kun merogoh pula kedalam saku jubah berwarna emas itu dan
mengeluarkan senjata Toh-hun-liong-jiau (cakar naga perenggut nyawa) senjata andalan
Yo Long dikala masih menjelajahi dunia persilatan tempo dulu.
Ternyata senjata itu berupa sepasang sarung tangan berwarna kuning emas, cuma
sarung tangan ini jauh berbeda dengan sarung tangan biasa, yakni pada ujung kelima
jarinya tersembul cakar emas yang panjangnya satu setengah cun dengan bentuk yang
melengkung seperti cakar naga.
Dengan cekatan Gak Lam-kun mengenakan sarung tangan itu ditangannya, dibawah
sorot sinar rembulan terlihatlah sepuluh jari cakar mautnya memantulkan sinar gelap yang
gemerlapan, sekilas pandangan semua orang akan mengetahui bahwa cakar itu tajamnya
luar biasa. Perlu diterangkan disini, kesepuluh buah jari cakar naga yang berada pada ujung
sarung tangan Toh-hun-liong-jiau tersebut, dibuat Tok-liong Cuncu Yo Long dengan
campuran baja dan emas murni, bukan saja tajamnya melebihi sebilah pedang mestika,
bahkan sarung tangan itupun kebal terhadap segala bacokan ataupun tusukan pedang
mestika. Selesai berdandan, dengan sangat hati-hati Gak Lam-kun menyusupkan baju hijaunya
kedalam saku, lalu sekali melompat, laksana sambaran kilat ia meluncur kembali ke arah
bangunan gedung tersebut.
Setelah mengenakan dandanan istimewa semacam ini, Gak Lam-kun tak berani terlalu
gegabah sehingga jejaknya ketahuan orang dengan langkah yang sangat berhati-hati ia
menyusup dari satu halaman ke halaman yang lain, dalam waktu singkat ia telah tiba
diluar halaman dimana mereka pernah dikurung oleh barisan ular beracun kemarin.
Ia menghimpun tenaga dalamnya, kemudian setelah mengincar sebatang pohon siong
dekat pekarangan sana, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya segera melesat
kepuncak pohon itu, sementara sepasang matanya yang tajam menyapu sekejap sekeliling
tempat itu. Suasana halaman itu sepi dan tak nampak sesosok bayangan manusiapun, jangankan
manusia, bangkai ular yang penuh berserakan ditanah kemarinpun kini sudah tersapu
bersih. Gak Lam-kun tak berani bertindak gegabah, ditunggunya sejenak dari atas pohon siong
sambil mengamati situasi disekeliling tempat itu"
Tapi suasana tetap hening dan sepi, diantara hembusan angin musim rontok yang
sepoi-sepoi, hanya bayangan daun yang bergoyang diatas permukaan tanah serta pasir
yang mendesis terhembus angin.
Meski suasana terasa hening, tapi keheningan tersebut membawa suasana seram yang
menggidikkan hati.
Ketika Gak Lam-kun merasa suasana disana amat tenang dan tidak nampak sesosok
bayangan manusiapun, dengan enteng ia melayang turun kembali keatas tanah, lalu sekali
melompat pemuda itu menyusup ke arah gedung dimana perempuan berbaju perak yang
memetik khim semalam berdiam.
Setelah melampaui dua buah halaman luas, sampailah pemuda itu diluar gedung
dimana gadis itu tinggal.
Halaman diluar gedung itu luas sekali, pohon-pohon siong tumbuh berjajar di empat
penjuru, Gak Lam-kun segera memilih sebatang pohon siong yang tumbuh dekat halaman
bagian barat, lalu dengan hati-hati sekali melompat kebawah pohon tadi.
Pemuda itu merasa perlu berhati-hati, dalam gerak-geriknya, sebab dia tahu empat
orang dayang yang tinggal digedung itu adalah jago-jago tangguh yang berilmu tinggi.
Sebelum melompat keatas, Gak Lam-kun memperhatikan lebih dahulu dahan pohon
tersebut ternyata dari akar sampai ranting yang pertama tingginya mencapai lima kaki,
bila seseorang tidak memiliki ilmu peringan tubuh yang sempurna, jangan harap dengan
sekali lompatan bisa mencapai ranting pohon itu.
Dengan cekatan Gak Lam-kun memperhatikan keadaan pohon itu lalu menimbang pula
kekuatan yang dimilikinya, setelah menghimpun hawa murninya ia getarkan sepasang
lengannya lalu meluncur naik keatas, ketika tiba ditengah jalan, tangan kirinya menyambar
sebatang ranting bercabang dan sekali berjumpalitan tahu-tahu tubuhnya sudah berdiri
diatas dahan pohon.
Berbicara dari taraf ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Gak Lam-kun, sesungguhnya
ia dapat mencapai dahan pohon siong itu tanpa menimbulkan sedikit suarapun, sayang
sepasang tangannya mengenakan sarung tangan cakar naga perenggut nyawa, ketika
ujung cakarnya yang tajam menggurat dahan pohon, segera berkumandanglah suara
guratan yang lirih sekali.
Padahal suara itu lirihnya bukan kepalang, jangankan orang yang berada dikejauhan
sekalipun berdiri disampingnya belum tentu bisa menangkap suara tersebut.
Akan tetapi, baru saja sepasang kakinya berdiri tegak, mendadak dari dua kaki
disamping kiri, dari balik rimbunnya daun siong yang lebat, berkumandang suara tertawa
aneh yang menyeramkan.
Suara itu tidak terlalu keras, namun membawa nada menyeramkan yang cukup
menggidikkan hati orang.
Walaupun Gak Lam-kun dibuat tertegun oleh gelak tawa seram yang munculnya sangat
mendadak itu, tapi ia masih dapat mengenali suara tersebut sebagai suara manusia.
Diam-diam hawa murninya segera dihimpun untuk bersiap siaga menghadapi segala
kemungkinan yang tidak diinginkan, sementara diluar ia bersikap seakan-akan tak pernah
terjadi suatu apapun, seolah-olah suara tertawa aneh tadi sama sekali tidak terdengar
olehnya. Setelah suara tertawa aneh tadi berkumandang, suasana pulih kembali dalam
keheningan. Kecuali angin berhembus lembut dan daun yang saling bergoyang, tak
kedengaran suara aneh yang lainnya.
Kurang lebih seperminum teh kemudian karena tidak mendengar juga suara aneh
lainnya, lama kelamaan Gak Lam-kun tak dapat menahan diri, dia lantas memutar
tubuhnya dan siap menghampiri ke arah mana berasalnya suara tertawa aneh tadi.
Siapa tahu, baru saja dia menggerakkan tubuhnya, mendadak terdengar seseorang
membentak dengan suara yang dingin, rendah dan berat, "Jangan sembarangan bergerak,
kau telah berada dibawah ancaman panah geledek Jit poh-lui-sim-ciam-ku, nah kemarilah
dengan tenang, ada beberapa persoalan hendak kutanyakan kepadamu!"
Ucapan itu bukan saja bernada berat, dan lagi kedengaran dingin dan menyeramkan.
Sejak pertama kali tadi Gak Lam-kun sudah memperhatikan dengan seksama tempat
persembunyian dari si pembicara tersebut, ia telah bertekad jika tempat
persembunyiannya sudah diketahui dengan pasti maka sebuah serangan tiba-tiba mungkin
akan berhasil menaklukkan orang itu.
Maka setelah mendengar ancaman tersebut dia hanya mendengus dingin tiada
hentinya. Dengusan itu sangat aneh, nadanya dingin kaku dan membuat orang merasa sangat
tidak enak hati, tapi rendah dan berat bagaikan suara itu bisa terdengar oleh siapapun
juga yang berada tiga kaki disekeliling tempat itu.
Ternyata Gak Lam-kun telah menggunakan kepandaian Liong-gin-heng (dengusan naga
sakti) ajaran gurunya untuk menggetarkan perasaan musuh, sementara sepasang
matanya dengan tajam mengawasi terus tempat persembunyian orang itu.
Kiranya tempat yang digunakan orang itu sebagai tempat persembunyiannya
mempunyai daun yang istimewa rimbunnya, sekalipun dibawah cahaya rembulan, yang
terlihat cuma sesosok bayangan manusia belaka, bagaimanakah bentuk badan dan raut
wajah orang itu ternyata sukar ditentukan.
Mendengar "pekikan naga" dari Gak Lam-kun tersebut, kembali orang itu tertawa dingin
dengan suara yang menyeramkan katanya, "Dandanan atau dengusan naga saktimu
memang mirip sekali dengan gaya Tok-liong Cuncu Yo Long, sayang kau tak bisa
membohongi aku, Heeehh" heeehhh" bocah cilik, bukankah demikian?"
Mendengar ucapan tersebut, Gak Lam-kun merasa terperanjat yang tak terkirakan
hebatnya, dia tak mengira kalau jejak atau rahasia penyaruannya ketahuan orang.
"Siapa kau?" akhirnya dia menegur, kalau kau memang ingin menjumpai aku untuk
menanyakan suatu masalah, kenapa tidak segera munculkan diri..?"
Pelan-pelan orang itu berkata, "Sekalipun kusebutkan namaku, belum tentu kau akan
mengetahuinya. Justru lantaran kusaksikan ilmu meringankan tubuhmu sewaktu melompat
naik keatas pohon siong tadi melampaui kehebatan orang lain, maka kulanggar
kebiasaanku dengan datang menjumpaimu, coba kalau diam-diam melepaskan serangan
mautku, niscaya pada saat ini nyawamu sudah lenyap di ujung anak panah Jit poh lui sim
cian (panah tujuh langkah pencabut nyawa) ku"
Ketika didengarnya perkataan orang itu makin lama semakin tidak sungkan-sungkan
Gak Lam-kun naik darah, tapi dia bukan seorang pemuda yang bodoh, ia tahu dari
kepandaian orang itu untuk mengenali penyamarannya hanya dalam sekejap mata, ini
sudah membuktikan kalau dia bukan manusia sembarangan.
Sambil menahan rasa mangkel, kesal dan golakan perasaannya ia menjawab, "Kalau
memang demikian, aku akan menyambangi dirimu!"
Seraya berkata tangan kanannya dikebaskan, kemudian tubuhnya meluncur ke arah
mana berasalnya suara tadi.
Benar juga, orang yang menyembunyikan diri dibalik pepohonan itu sama sekali tidak
turun tangan melancarkan sergapan, sebagai pemuda yang berilmu tinggi dan bernyali
besar, Gak Lam-kun menerobosi daun-daun pohon yang lebat dan berdiri diatas sebuah
dahan kurang lebih tiga depa diluar gerombolan daun tadi.
Ketika ranting-ranting pohon disingkapnya dengan kedua belah tangannya, hampir saja
Gak Lam-kun menjerit kaget setelah menyaksikan orang yang berada disana.
Pada salah sebuah dahan pohon dengan daun yang lebat, duduklah seorang kakek
bertampang jelek, berambut putih sepanjang punggung, mempunyai raut wajah jelek
mengerikan dengan bibir yang tebal, hidung yang datar, mata rada juling, jidat lebar serta
masing-masing sebuah codet diatas pipinya, sebuah tabung bulat berwarna hitam berada
dalam genggamannya"
Tabung bulat itu besarnya selengan dengan panjang dua depa, sesungguhnya bukan
suatu benda yang terlalu menarik perhatian, tapi siapapun tahu bahwa benda yang amat
sederhana itu justru merupakan sebuah alat pembunuh yang sangat jahat, keji dan
menggetarkan hati siapapun jua.
Tabung bulat itu kosong tengahnya dan terdapat tujuh buah lubang kecil, didalam
setiap lubang kecil itu masing-masing tersimpan sebatang anak panah Jit-poh-liu-sim cian
yang maha lihay.
Kakek aneh itu meletakkan tabung bulat tersebut disampingnya, lalu sambil menunjuk
kesebuah dahan pohon disisinya dia berkata, "Duduklah disana, ada persoalan hendak
kutanyakan kepadamu!"
Gak Lam-kun menurut dan duduk diatas dahan pohon yang dimaksudkan, ia masih
tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Dengan tatapan mata yang tajam kakek aneh itu mengamati Gak Lam-kun beberapa
kejap, kemudian sambil tertawa katanya, "Bila dilihat dari ilmu meringankan tubuhmu
yang sempurna serta dandananmu yang aneh, tentunya kau adalah murid kesayangan dari
Tok liong Cuncu Yo Long bukan?"
"Rupanya saudara pernah berjumpa dengan guruku?" tanya Gak Lam-kun agak
tertegun. "Benar?" jawab kakek aneh itu dengan mata yang membalik-balik keatas.
Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, giginya saling bergemerutuk keras, jelas ia
menaruh perasaan dendam dan benci yang amat mendalam sekali terhadap Tok liong
Cuncu Yo Long. Menyaksikan kejadian itu, diam-diam Gak Lam-kun menghimpun segenap tenaga dalam
yang dimilikinya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan. Kemudian pelbagai ingatan melintas kembali dalam benaknya, ia berpikir, "Dari tujuh
belas orang musuh guruku yang tercantum dalam kitab catatan musuh-musuh besar,
kecuali sepuluh orang diantaranya yang sudah tewas, dari sisa tujuh orang yang masih
ada, kini telah muncul Jit-poh toan-hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To, Giok-bin
sin ang (kakek sakti berwajah kemala) Say khi pit, Kiu wi hou )rase berekor sembilan)
Kongsun Po dan Tang hay coa siu (kakek ular dari lautan timur) Ou Yong hu diatas pulau
terpencil ini, sementara tiga orang lainnya yang hingga kini belum muncul.
Kui to(imam setan) Thian yu Cin jin yang merupakan orang paling dahsyat kepandaian
silatnya, menyusul kemudian adalah Yan lo sat (iblis perempuan cantik) Hong im, dan


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akhirnya adalah jago yang menduduki urutan kelima Che kiam kuncu (Laki-laki ksatria
pedang uang) Hoa kok khi, kecuali mereka semua, belum pernah kudengar kalau suhu
masih mempunyai musuh lainnya?"
Sementara itu si kakek aneh itu sudah tertawa dingin dengan seramnya, kemudian
katanya lebih jauh, "Yo long adalah musuh cintaku, akupun tidak takluk dengan kehebatan
ilmu silatnya, berulangkali aku ingin menjajal kepandaiannya, sayang tak ada kesempatan,
namun aku kagum juga oleh kehebatan ilmu silatnya, akupun merasa kasihan atas tragedi
serta musibah yang menimpanya dalam dunia persilatan, cuma kejadian itu sudah
berlangsung pada dua puluh tahun berselang, kini Yo long sudah mati tapi perempuan
rendah itu masih tetap hidup"
Berbicara sampai disitu tiba-tiba ia menghela napas panjang matanya tertuju keatas
awan dan kepalanya bergeleng berulangkali, bisa dirasakan betapa sedih dan murungnya
perasaan orang itu.
Agak terperanjat Gak Lam-kun setelah mendengar perkataan itu, pikirnya, "Darimana
dia bisa tahu kalau guruku sudah tiada" Siapa orang ini" Mengapa suhu tak pernah
membicarakan tentang dirinya?"
Gak Lam-kun melakukan perjalanan dalam dunia persilatan semenjak tiga tahun
berselang, hanya sebagian besar ia bergerak disekitar daratan Tionggoan, jadi terhadap
budi dendam yang menyangkut tentang kakek aneh ini boleh dibilang ia sama sekali tak
tahu. Kakek aneh itu melirik sekejap ke arah Gak Lam-kun, kemudian setelah tertawa dingin
katanya lagi, "Rupanya kau masih curiga dengan perkataanku bukan" Terus terang
kuberitahukan kepadamu, kekasihku tempo hari telah direbut oleh Yo long, sebenarnya
beberapa kali aku ingin membunuhnya secara diam-diam, latar belakang mengenai
kehidupan Yo Long pun sudah banyak yang berhasil kuselidiki, maka ketika belakangan ini
tersiar kabar yang mengatakan bahwa ia muncul kembali dalam dunia persilatan, aku
segera mengecek kebenaran dari kabar itu, akhirnya berhasil kuketahui bahwa Tok-Liong
Cuncu yang konon telah muncul kembali itu sesungguhnya adalah kau"yaaa, tak
kusangka memang dengan usiamu yang demikian muda ternyata berhasil memiliki
kecerdasan serta tingkat ilmu silat yang sedemikian tingginya?"
Setelah mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun baru mengakui bahwa dunia persilatan
memang terlalu banyak jago lihay yang tersembunyi. Tipu muslihat serta kejahatan yang
terjadi dalam dunia persilatan sukar diduga asal datangnya.
"Cianpwe!" kata Gak Lam-kun kemudian dengan suara lembut, "siapakah perempuan
yang kau maksudkan itu?"
"Dia bukan lain adalah Soat san thian li yang telah tiba digedung ini. Kecantikan
wajahnya tiada bandingan didunia ini, cuma cintanya tidak setia, dia suka ganti-ganti
pacar dan lagi pikirannya terlampau cupat, ia hanya tahu ingin menangnya sendiri?"
Diam-diam Gak Lam-kun mengernyitkan alis matanya, pikirnya, "Bila didengar dari
pembicaraan suhu mengenai Soat-san thian-li, agaknya suhu pernah berhutang budi
kepada perempuan itu, sebaliknya manusia aneh ini malah menjelek-jelekkan Soat-santhianli, jelaslah sudah bahwa dia sendirilah yang sempit jalan pikirannya"
Berpikir sampai disitu, dengan suara tawar dia lantas bertanya, "Locianpwe, apakah kau
mengundangku kemari karena ingin memberitahukan persoalan ini saja?"
Agaknya manusia bertampang jelek sedang terkenang kembali pengalamannya dimasa
silam, kepalanya terdongak keatas sambil memandang awan dengan termangu-mangu,
ketika selesai mendengar perkataan dari Gak Lam-kun, tiba-tiba ia berpaling sambil
membelai dua buah codet dipipinya, lalu katanya dengan dingin, "Kau jangan menuduh
aku yang bukan-bukan, apa yang kukatakan tentang watak Soat San-thian-li adalah
pengakuan yang sesungguhnya, kau tahu, pipiku ini justru rusak ditangannya"
"Oooh"kalau begitu kedatanganmu pada malam ini adalah untuk menunggu
kesempatan guna melampiaskan rasa dendam dalam hatimu?" tanya Gak Lam-kun
hambar. "Soal membalas dendam adalah soal kedua selain itu masih ada satu tujuan lagi"
"Apakah tujuanmu itu?"
Dengan sinar mata setajam sembilu kakek bertampang jelek itu menatap lekat-lekat
topeng naga di wajah Gak Lam-kun, setelah itu dengan sikap serius tanyanya, "Jangan
kau tanyakan dulu apa tujuanku yang lain, sekarang tolong jawab dulu kepadaku,
bersediakah kau membantu usahaku?"
"Itu tergantung pada urusan apakah yang bisa kubantu!"
Dengan suara agak marah kata kakek bertampang jelek itu, "Tahukah kau tentang
rahasia perkampungan ini?"
Gak Lam-kun tertegun, pikirnya, "Masa didalam perkampungan ini ada rahasianya?"
Karena keheranan dan ingin tahu maka tanyanya, "Rahasia apakah itu?"
Si kakek bertampang jelek itu berpikir sebentar, lalu jawabnya, "Rahasia itu
sesungguhnya adalah suatu rahasia yang sangat berharga, yang dapat bikin orang
persilatan menjadi gila. Hingga kini hanya beberapa gelintir manusia saja yang mengetahui
rahasia ini, maka bila kau bersedia membantuku, tentu saja rahasia tersebut akan
kujelaskan kepadamu seterperinci mungkin, tapi bila kau tidak bersedia membantu,
akupun tak akan memaksa"
Timbul juga kecurigaan dalam hati Gak Lam-kun, katanya kemudian setelah berpikir
sebentar, "Terangkan dulu rahasia apakah yang kau katakan amat berharga itu, dan
berilah kesempatan kepadaku untuk mempertimbangkannya, setelah itu baru bisa
kuputuskan apakah bersedia membantumu atau tidak"
Kakek bertampang jelek itu tertawa angkuh.
"Mau membantu atau tidak, lebih baik sekarang juga kau putuskan. Hmm! Jangan kau
anggap Jit poh lui sin ciam (panah inti guntur) Lui Seng thian adalah seorang manusia
yang sudi minta bantuan orang!"
Gak Lam-kun mendengus dingin.
"Hmmm! Kau tak sudi minta bantuanku, kenapa aku harus membantu dirimu pula?"
Sehabis berkata tiba-tiba ia berputar badan dan melompat ke dahan lain, kini jaraknya
dengan Jit-poh-lui sim-ciam Lui Seng-thian berselisih antara satu kaki lebih.
Demikianlah, untuk sesaat kedua orang itu duduk saling berhadapan dari tempat
kejauhan, siapapun tidak berbicara lagi melainkan termenung memikirkan rahasia hati
sendiri-sendiri.
Tiba-tiba dari sudut kegelapan disebelah utara sana berkumandang suara gelak tertawa
yang amat nyaring menyusul kemudian seorang berseru dengan lantang, "Saudara Lo,
dimanakah kita akan beradu kekuatan?"
"Didepan sana, ditengah lapangan kosong" jawab orang yang lain dengan suara
mengerikan. Berbareng dengan selesainya perkataan itu seorang manusia berkerudung berbaju abuabu
dan seorang kakek kurus pendek berbaju hitam masing-masing melayang datang dari
bawah pohon dimana Gak Lam-kun berada, kemudian dengan kecepatan luar biasa
berkelebat menuju ke arah tanah lapang kurang lebih empat lima kaki jauhnya.
Kedua orang itu bukan lain adalah Jit poh tui hun Kwik To dan See ih Tok seng Lo Kay
seng yang semalam berjanji akan mengadakan pertarungan satu lawan satu.
See ih tok seng (malaikat racun dari See ih Lo Kay seng yang berbaju hitam berdiri
menghadap ke selatan, dengan suara dingin ia berkata, "Kwik heng, apakah kalian orangorang
dari perguruan Cing cian bun telah berdatangan semua?"
Jit poh toan hun Kwik To tertawa ringan.
"Sebentar lagi mungkin mereka akan berdatangan, cuma kau tak usah kuatir,
perselisihan kita diselesaikan juga oleh kita sendiri, orang lain tak akan mencampuri
urusan ini semisalnya saja See ih sam seng lainnya dan Soat san Thian li sekalian
berdatangan semua kemari, tentu saja mereka juga tak akan mencampuri urusan ini
bukan?" "Tepat sekali, tepat sekali!" jawab See ih tok seng Lo Kay seng dengan nada
mengerikan, "selama orang-orangmu tidak turun tangan, tentu saja kamipun tak akan
menyergap orang lain secara diam-diam"
Mendadak Jit poh toan hun Kwik To berpaling ke arah gedung sebelah barat, kemudian
tegurnya dengan suara dalam, "Jago lihay darimanakah yang telah datang" Setelah
berada disini, mengapa harus menyembunyikan diri macam cucu kura-kura?"
Baru habis teguran tersebut, gelak tertawa seram berkumandang kembali memecahkan
kesunyian. "Haaahhh"haaahhh"haaahhh" Selamat bertemu kembali saudara Kwik, sejak
perpisahan kita ditebing Yan po gan pada belasan tahun berselang, tak kusangka kau
telah berubah menjadi anteknya perguruan panah bercinta"
Dua sosok bayangan manusia bagaikan burung rajawali terbang diangkasa menyambar
kebawah dengan kecepatan luar biasa, ternyata yang muncul adalah Giok bin sin ang
(kakek sakti berwajah pualam) Say Khi pit serta Kiu wi hou (rase berekor sembilan)
Kongsun Po. Sambil tersenyum kembali si Rase berekor sembilan Kongsun Po berkata lantang,
"Saudara Kwik, kau benar-benar bersikap kurang bersahabat, setelah berjumpa dengan
sobat-sobat lama yang telah berpisah belasan tahun lamanya, mengapa kau mengenakan
terus kain cadarmu itu, atau jangan-jangan wajahmu telah mengalami perubahan?"
Jit poh toan hun Kwik To tertawa terbahak-bahak, ia menarik lepas kain cadarnya
sehingga terlihatlah raut wajahnya yang merah bercahaya dengan alis mata yang tebal
dan mata yang besar, gagah sekali tampang wajahnya itu.
Setelah puas tertawa, dengan wajah membesi Kwik To berkata lagi.
"Saudara Say, saudara Kongsun, mau apa kalian datang kemari?" Kongsun Po terkekeh
dengan suara parau.
"Heeee"heeee"heeee"ketika kudengar bahwa sahabat lama yang telah terpisah
selama belasan tahun ada janji dengan orang lain, sebagai sesama saudara tentu saja
kami datang untuk menyaksikan apakah ilmu silat yang dimiliki sahabat kita ini telah
peroleh kemajuan yang pesat atau tidak?"
"Kongsun-heng" kata Jit poh toan hun Kwik To hambar, "kalau hendak mengucapkan
sesuatu, mengapa tidak kau utarakan saja secara berterus terang..?"
"Aaah"mana, mana?" Kiu wi hou Kongsun Po kembali tertawa kering, "baiklah, setelah
kau berkata demikian maka kamipun akan buka kartu bicara secara blak-blakan
sesungguhnya kedatangan kami berdua adalah ingin menyaksikan wajah Soat san thian li
yang cantik jelita itu serta wajah dari ketua perguruan panah bercinta yang cuma kami
dengar namanya tapi belum pernah kami saksikan raut wajahnya itu"
Malaikat racun dari See ih Lo Kay-seng tertawa dingin.
"Heeehhh" heeehhh" heeehhh" apakah saudara ini tidak merasa terlalu sungkansungkan"
Seandainya dipulau gersang yang terpencil letaknya ini tiada lencana pembunuh
naga, mungkinkah kalian bakal terpancing untuk datang kemari?"
Kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit tertawa lebar.
"Lencana pembunuh naga memang merupakan benda mestika yang dapat membuat
mata orang menjadi merah, tapi belum tentu kami datang kesini hanya lantaran benda
semacam itu"
Jit poh toan hun Kwik To lantas berpaling ke arah Say Khi pit dan Kongsun Po seraya
katanya, "Kalian berdua adalah orang-orang kangouw berpengalaman, tentunya kalian
juga mengetahui bukan pertarungan dunia persilatan tentang suatu duel satu lawan satu!"
"Saudara Kwik, kau tak usah kuatir," kata si Rase berekor sembilan Kongsun Po dengan
cepat, "aku dan Say-heng hanya ingin menonton keramaian saja, kedua belah pihak samasama
tidak akan dibantu"
Pada saat itulah, mendadak dari balik keheningan berkumandang suara dengusan naga
yang menggetarkan sukma"
Ketika mendengar suara dengusan naga tersebut, Giok bin sin ang Say Khi pit dan Kiu
wi hou Kongsun Po sama-sama berubah wajahnya, dengan cekatan mereka memutar
badannya, lalu dengan dua pasang biji mata yang memancarkan perasaan takut mereka
menyapu sekejap sekeliling tempat itu"
Akhirnya mereka temukan Tok liong Cuncu yang mengenakan topeng naga dengan
sepasang tangannya mengenakan cakar naga perenggut nyawa serta mengenakan baju
naga berwarna kuning, bagaikan sebuah patung arca berdiri kurang lebih dua kaki
dibelakang mereka.
See ih tok seng Lo Kay seng sendiripun tampak agak tertegun ketika menyaksikan
kemunculan Tok liong Cuncu ditempat itu.
Diantara sekian banyak orang, hanya Jit poh toan hun Kwik To seorang tetap berdiri
dengan wajah sedingin es, sedikitpun tidak menampilkan perasaan kaget atau ngeri.
Sesaat kemudian, Kongsun Po dan Say Khi pit baru berhasil menenangkan kembali
hatinya, si Rase berekor sembilan itu lantas berpaling ke arah Kwik To seraya ujarnya,
"Saudara Kwik, langganan lama kita telah datang?"
Gak Lam-kun kembali memperdengarkan dengusan Liong leng heng yang dingin dan
rendah untuk menukas pembicaraan si Rase berekor sembilan yang belum habis,
kemudian bagaikan sukma gentayangan pelan-pelan ia mendekati kedua orang itu.
0000000o000000 Seketika itu juga suasana dalam arena tersebut berubah menjadi kaku dan tegang"
Dengan menirukan suara Yo Long seperti dulu, pelan-pelan Gak Lam-kun menegur,
"Kenapa kalian tidak segera bunuh diri" Mau menunggu sampai kapan lagi..?"
Sekalipun rasa ngeri dan ketakutan menghadapi maut menyelimuti perasaan Kakek
sakti berwajah pualam Say Khi pit serta Rase berekor sembilan Kongsun Po, akan tetapi
dalam keadaan tercekam oleh perasaan takut tersebut kadangkala akan muncul juga
sebercak harapan untuk mempertahankan hidupnya, mereka tak sudi menyerahkan
jiwanya dengan begitu saja, mereka harus melakukan perlawanan dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya.
Apalagi setelah melalui latihan yang tekun dan bersungguh-sungguh selama belasan
tahun, mereka yakin masih mempunyai kemampuan untuk beradu kekuatan dengan Tok
liong Cuncu yang cukup membuat pecah nyali setiap umat persilatan itu, lagipula
bukankah disitu masih ada Kwik To dan Say Khi pit"
Selain dari pada itu, mereka tahu semenjak terjatuh kedalam jurang ditebing Yan po
gan, Tok liong Cuncu Yo Long telah menderita luka yang cukup parah, ini ditambah lagi
dengan racun jahat yang telah diminum sebelum pertarungan dimulai, berarti meski tidak
sampai tewas, ilmu silatnya sudah jelas tak mungkin bisa pulih kembali seperti sedia kala.
Ingatan tersebut bagaikan sambaran kilat cepatnya melintas dalam benak mereka,
kemudian sambil tertawa seram Si Rase berekor sembilan Kongsun Po berkata,
"Heeehhh" heeehhh" heeehh" bagus" Yo Long! Belasan tahun tidak berjumpa rupanya
kau makin lama semakin bertambah ganas..!"
Sekali lagi Gak Lam-kun mendengarkan dengusan naga Liong Gin heng n
Pendekar Sadis 7 Peristiwa Burung Kenari Pendekar Harum Seri Ke 3 Karya Gu Long Naga Naga Kecil 12

Cari Blog Ini