Ceritasilat Novel Online

Lencana Pembunuh Naga 7

Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 7


memang sudah tertekan lama sekali dalam hatinya kini betul-betul tak dapat dikendalikan lagi.
Akhirnya ia menempelkan wajahnya diatas dada Gak Lam kun, kemudian tubuhnya
bersandar dalam pelukan mesra anak muda tersebut.
Berhadapan dengan gadis cantik rupawan yang indah bagaikan sekuntum bunga ini,
tentu saja Gak Lam kun tak dapat mengendalikan perasaannya lagi, dia merentangkan
sepasang tangannya dan memeluk gadis itu dengan penuh kehangatan.
Tiba-tiba" kenangan lama secepat kilat melintas dalam benak Ji Cin peng, ia merasa
kepalanya bagaikan diguyur dengan sebaskom air dingin, hatinya merasa amat tercekat
dan otaknya menjadi sadar kembali, pelan-pelan ia mendorong Gak Lam kun yang masih
mendekap tubuhnya erat-erat itu.
Gak Lam kun segera mundur selangkah lalu sambil tertawa sedih katanya lirih:
"Maaf nona Bwe, harap kau suka memaafkan kecerobohanku barusan, sebab potongan
badanmu serta segala tingkah lakumu membuat aku menjadi teringat kembali dengan
kekasihku yang telah tiada?"
Ketika mengucapkan kata-kata tersebut, tidak bisa ditahan lagi airmata jatuh
bercucuran membasahi wajah Gak Lam kun.
Dari sini dapat diketahui bahwa cinta Gak Lam kun terhadap Ji Cin peng betul-betul
sudah mendalam sekali hingga merasuk kedalam tulang sumsum"
Ketika mendengar ucapan itu, Ji cin peng merasakan hatinya seperti ditembusi dengan
sebatang anak panah sekujur badannya gemetar keras, sepasang matanya berkaca-kaca
dan memandang kearah wajah Gak Lam kun tanpa berkedip, lama sekali ia tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
Gak Lam kun berhenti sejenak, lalu kembali katanya:
"Atas pertolongan nona Bwe yang selalu membantu diriku, serta kesediaan nona untuk
menganggapku sebagai seorang sahabat, aku Gak Lam kun akan mengukir selalu semua
kebaikan nona didalam hati, bila perbuatanku barusan telah menyinggung perasaanmu,
akupun mohon agar nona sudi memaafkannya"
Pelan-pelan Ji Cin peng pulih kembali dalam ketenangannya, ia tertawa ewa lalu
bertanya: "Tadi, kau menyebutku sebagai adik Peng, bolehkah aku tahu apakah nama itu adalah
nama dari kekasihmu?"
Dengan amat sedih Gak Lam kun tertawa getir.
Dia bernama Ji Cin peng, yaitu encinya Ji Kiu liong, adik angkatku itu, raut mukanya
banyak bagian yang mirip dengan wajahnya, mana cantik, lembut dan baik hati lagi"
aaai?" Dengan sedih ia menghela napas panjang, setelah berhenti sebentar ia baru berkata
lebih jauh: "Sayang gadis secantik dia harus diberi usia yang begitu pendek, aku harus berpisah
untuk selamanya dengan dia kekasihku seorang?"
Kembali Gak Lam kun tak dapat mengendalikan luapan emosinya, airmata yang meleleh
keluar makin deras lagi membasahi pipinya.
Ji Cin Peng merasa ususnya seperti dililit dengan jepitan, hatinya sakit seperti disayatsayat
pisau, kesedihan yang mencekam perasaannya saat ini benar-benar sukar dilukiskan
dengan kata-kata.
Dengan perasaan yang sedih dan murung diam-diam ia berbisik dalam hati kecilnya:
"Engkoh Gak" ooh engkoh Gak" akulah adik Peng mu! Tapi" tapi" kau adalah musuh
besar pembunuh orang tuaku, aku tak dapat kawin dengan seorang musuh besar
pembunuh orang tuaku, tapi aku mecintaimu, aku benar-benar amat menyayangimu, aku
tak ingin membinasakan dirimu."
"Oh Thian! Apa yang harus dilakukan sekarang" dendam sakit hati terbunuhnya orang
tua lebih dalam dari samudra sebagai putra putrinya dendam sakit hati tak boleh tidak
dibalas, kalau tidak bagaimanakah pertanggungan jawabku terhadap arwah ayah dan ibu
dialam baka?"
"Ooh..! Ohh" ibu..! Maafkanlah aku, kasihanilah bocah cilik itu jika Gak Lam kun
sampai mati, akupun tak ingin hidup lebih jauh, tapi bocah itu baru berusia dua tahun,
bagaimanapun juga ia tak boleh hidup sebatangkara tanpa ayah tanpa bunda?"
Ji Cin peng sesungguhnya adalah seorang anak yang berbakti tapi setelah menghadapi
pilihan antara cinta dan dendam, ia menjadi bingung dan kalut, ia tak tahu musti
menjatuhkan pilihannya kemana"
Tiba-tiba dari sakunya Gak Lam kun mengeluarkan pedang pendek tersebut, sambil
diangsurkan kedepan ia berkata:
"Nona Bwe, terima kasih banyak atas pedangmu yang bersedia kau pinjamkan
kepadaku, dan sekarang akupun akan menepati janji dengan mengembalikan pedang ini
kepadamu" "Apa salahnya kalau kau gunakan beberapa hari lagi?" bisik Ji Cin peng sambil
menghela napas sedih.
Gak Lam kun tertawa getir, ujarnya:
"Saat kematiaa dari aku orang she Gak sudah hampir tiba, aku kuatir pedang mustika
ini akan hilang bila berada ditanganku, maka lebih baik kukirim kembali daripada
meminjamnya lebih jauh."
Ketika mendengar perkataan itu, Ji Cin peng menjadi tertegun, segera tanyanya:
"Apa kau bilang" Apa yang kau maksudkan?"
Gak Lam kun tertawa ewa.
"Usia aku orang she Gak hanya tinggal tujuh hari saja!" katanya.
Mendengar kata-kata tersebut, paras muka Ji Cin peng kembali mengalami perubahan
hebat, serunya dengan suara gemetar.
"Kau" tujuh hari lagi kau akan mati, ke" kenapa?"
Rasa sayang, kuatir, ingin tahu dan sedih hampir seluruhnya tertuang dalam ucapannya
itu. Gak Lam kun merasa amat senang menyaksikan kekuatiran orang, ia menghela napas
sedih, sahutnya:
"Aku orang she Gak bisa memperoleh perhatian serta rasa kasih sayang dari seorang
perempuan macam kau, sekalipun mati akupun akan mati dengan perasaan tenang"
Dalam pada itu wajah Gak Lam kun diliputi ketenangan, dan kedamaian, ia sama sekali
tidak merasakan sedih atau ngerinya menghadapi kematian.
Sebab dalam hidupnya, asal bisa memperoleh perhatian dari seorang gadis secantik itu,
ia sudah merasa amat puas sekali.
Ketika Ji Cin peng menyaksikan pemuda itu tidak menjawab, perasaannya makin
bergolak, katanya lebih jauh:
"Kenapa tidak kau katakan" Hayolah katakan! Kenapa kau bakal mati.." Kenapa..?"
Sekali lagi Gak Lam kun menghela napas panjang.
"Aaai" nona Bwee, terima kasih banyak atas perhatianmu, kendatipun aku orang she
Gak sudah berada dialam baka nanti, tak akan kulupakan budi kebaikanmu itu, aaa..!
kenapa aku harus mati" Karena aku telah terkena pukulan beracun Tay siu im khi dari
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi. Padahal aku masih banyak urusan yang belum
terselesaikan, masa aku pingin mampus tanpa sebab. Inilah nasibku, nasib telah
menentukan agar aku menyambut datangnya tangan maut?"
Tak terkirakan rasa sedih Ji Cin peng mendengar uraian tersebut, hatinya bagaikan
disayat-sayat dengan pisau, tanyanya dengan penuh perasaan gelisah:
"Kapankah kau terkena ilmu pukulan Tay siu im khi tersebut?"
Gak Lam kun mendongakkan kepalanya memandang sang surya yang telah
menunjukkan tengah hari, lalu menghela napas sedih.
"Kejadian itu sudah berlangsung tujuh jam berselang, luka itu selamanya tak mungkin
bisa diobati lagi"
Agak tertegun Ji Cin peng sesudah mendengar kata-kata itu, ia tampak termenung
sebentar untuk memikirkan persoalan itu, tampaknya ia sedang berusaha memikirkan
bagaimana caranya untuk menyembuhkan luka akibat pukulan beracun itu.
Tiba-tiba ia menengadah kembali, lalu ditatapnya Gak Lam kun dengan serius katanya:
"Seandainya aku mempunyai cara pengobatan untuk menghindari kematian yang bakal
kau alami tujuh hari mendatang, apakah kau bersedia menerima pengobatan tersebut"
Berita ini sangat mengejutkan Gak Lam kun.
Sebagaimana diketahui si anak muda itupun terhitung seorang jago silat kelas satu
dalam dunia persilatan, tentu saja dia cukup mengetahui sampai dimanakah lihaynya ilmu
pukulan Tay siu im khi tersebut, dia pun tahu barangsiapa terkena ilmu pukulan beracun
tadi maka lukanya tak akan tersembuhkan lagi.
Sekalipun ada yang bisa menyembuhkan, itupun terbatas hanya beberapa orang saja,
tak mungkin dalam waktu sesingkat itu, dia dapat menemukan orang-orang yang
dimaksudkan. Maka setelah mendengar tawaran itu, timbul kembali harapan hidup dalam hati Gak
Lam kun, segera ujarnya:
"Jangankan manusia, binatang, burung bahkan semutpun kepingin hidup lebih lama
didunia ini cuma aku percaya bahwa penyakitku sudah tak mungkin bisa diobati lagi.
Ji Cin peng manggut-manggut.
"Akupun tahu bahwa penyakitmu itu adalah suatu penyakit yang tak ada obatnya,
sekalipun dunia persilatan amat luas, menurut apa yang kuketahui hanya ada tiga empat
orang saja yang dapat menyembuhkan luka akibat pukulan Tay siu im khi itu?"
Belum lagi ucapan tersebut selesai diucapkan, tiba-tiba terdengar seseorang tertawa
tergelak, menyusul kemudian ujarnya dengan suara lantang:
"Empat orang yang nona maksudkan rupanya adalah Tok liong Cuncu Yo long, Soat san
thian li, Lam hay sin ni dan masih ada seorang lagi entah siapa" Apakah kau bersedia
memberitahukan kepadaku?"
Ditengah pembicaraan itu, dari ruang sebelah barat daya muncul seorang laki-laki
setengah umur yang berwajah tampan, siapa lagi orang itu kalau bukan Thiat kiam kuncu
Hoa Kok khi! Melihat musuh besarnya muncul didepan mata, Gak Lam kun segera merasakan hawa
amarah berupa api dendam yang berkobar dalam dadanya bergolak hebat.
Jilid 11 Ji Cin peng agak terkejut juga ketika menyaksikan kemunculan Hoa Kok khi ditempat
itu, mencorong sinar tajam dari balik matanya yang jeli, setelah menatap sekejap wajah
lawannya dengan pandangan sedingin es, ia bertanya ketus, "Boleh aku tahu, apakah
saudara adalah manusia yang bernama Thiat kiam kuncu (lelaki sejati berpedang baja)
Hoa Kok khi?"
"Tidak berani, tidak berani, akulah orang she Hoa apakah nona adalah ketua dari
perguruan panah bercinta?"
Ji Cin peng mendengus dingin.
"Hmm..! Ada persoalan apa kau datang kemari?" tegurnya kemudian setelah berhenti
sejenak. Dengan ujung matanya Hoa Kok khi menyapu sekejap wajah Gak Lam kun, lalu sambil
tertawa ringan ia menjawab, "Perkataan dari nona memang tidak salah, adapun
kedatangan aku orang she Hoa adalah untuk mencari Gak lote.
Gak Lam kun mendengus dingin.
"Hmm..! Hoa Kok-khi, kalau kau memang datang untuk menghantar kematianmu
sendiri, jangan salahkan kalau aku orang she Gak akan bertindak keji kepadamu"
Sekali lagi Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok-khi tertawa terbahak-bahak.
"Haaah" haaah" haaah" Gak Lote, kau jangan salah paham, aku orang she Hoa
datang kemari justru hendak mengajakmu untuk membicarakan suatu usaha barter"
"Barter apalagi yang hendak dibicarakan?" Gak Lam kun semakin naik darah, "kau tak
usah kuatir, aku orang she Gak tidak akan menerima syaratmu sekalipun aku bakal mati.
Hoa Kok khi tertawa.
"Tapi kau musti tahu racun dari Tay siu im khi tak akan bisa dibebaskan oleh siapa
pun!" Dengan sinis dan penah nada menghina Gak Lam kun mendengus dingin, katanya: 4
"Sebagai seorang lelaki sejati, hidup tak perlu digirangkan, kenapa mati musti
dirisaukan" Kau tak usah menggunakan ancaman mati untuk menggertak aku orang she
Gak" Hmm! Tapi sebelum menjelang saat kematianku, kaupun jangan harap bisa lolos
dari kematian pula ditanganku"
Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi kembali tersenyum.
"Kagum, kagum, sungguh mengagumkan!" pujinya, "kau memang betul-betul seorang
manusia yang luar biasa, aku orang she Hoa paling mengagumi manusia berjiwa ksatria
semacam kau, karena akupun tidak tega untuk turun tangan membinasakan dirimu, coba
kalau tidak?"
Mendengar perkataan itu, kemarahan Gak Lam kun kontan saja berkobar kembali, ia
tertawa dingin dengan nada yang menyeramkan, kemudian ejeknya dengan sinis, "Hmm"
anggapanmu kau sanggup membunuhku dengan kepandaian silat yang kau miliki?"
Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi kembali tertawa.
"Gak lote!" demikian katanya, "berbicara menurut ilmu silat yang kau miliki, tidak
banyak jago persilatan didunia ini yang sanggup memiliki ilmu silat setarap denganmu,
boleh dibilang ilmu silatmu sudah cukup menjagoi seluruh dunia, tapi kalau ingin
memimpin umat persilatan terpaksa kepandaianmu musti dilatih puluhan tahun lagi.
Sedang mengetahui kepandaian silat yang aku orang she Hoa miliki, entah bagaimanakah
pendapat dari Gak lote?"
"Tentu saja jago pilihan!" sahut Gak Lam kun dengan suara yang sangat hambar.
Hoa Kok khi tersenyum.
"Terima kasih banyak, terima kasih banyak atas pujianmu" katanya, "sejak dua puluh
tahun berselang aku orang she Hoa sudah disebut orang jago nomor satu dalam dunia
persilatan, sampai kini aku rasa nama baik tersebut belum sampai kunodai, haahh"
haaahh" haaahh" terlepas dari taraf ilmu silat yang kita miliki, menyinggung soal
pengetahuan dalam dunia persilatan maupun kecerdasan otak, aku orang she Hoa percaya
masih sanggup untuk mengalahkan Gak lote. Kentongan kelima berselang, ketika kau
membunuh si Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu secara keji, bila aku muncul tepat
pada waktunya untuk menghalangi niatmu itu, aku yakin kau tak akan sanggup
membunuh orang she Ou itu seperti apa yang kau kehendaki, waktu itu si Kakek sakti
berwajah pualam dari bukit Sian ngo tay san dan Kongsun po dari bukit Hoa san juga
bersembunyi disekitar sana, bayangkan sendiri lote sanggupkah kau melawan kerubutan
dari empat orang jago lihay sekaligus?"
Ketika mendengar ucapan tersebut, Gak Lam kun merasakan hatinya bergetar keras,
sukar dilukiskan betapa terkejutnya begitu berbahaya dan banyak tipu muslihatnya coba
kalau waktu itu mereka muncul berbareng, kemudian bersama-sama mengerubutinya, tak
bisa disangkal lagi jiwanya lebih banyak terancam bahaya maut daripada keberuntungan.
"Hoa Kok khi!" tiba-tiba Ji Cin peng menegur dengan suara dingin sekarang
sanggupkah kau mengobati luka racunnya itu"
Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi mengelus jenggotnya dan tersenyum.
"Asal dia menyanggupi untuk sebuah permintaanku, tanggung penyakitnya itu akan
lenyap hingga tak berbekas"
Tiba-tiba Ji Cin peng menubruk maju tiga langkah serunya lagi dengan suara dingin,
"Apakah obat itu berada disakumu?"
Sambil berkata, kelima jari tangan kirinya segera direntangkan kemudian secepat kilat
melancarkan cengkeraman kedepan.
Hoa Kok khi tergelak-gelak, teriaknya dengan suara lantang, "Obat itu tidak berada
dalam sakuku bagaimanapun juga tidak seharusnya nona merampas dengan
menggunakan kekerasan!"
Sambil berkata diapun melepaskan sebuah pukulan dahsyat kemuka dengan jurus Ki
hong teng ciau (burung hong terbang, ular sakti melihat).
"Dengan cara menyergap kau telah melukai orang lain apa salahnya jika kugunakan
cara yang sama pula untuk menghadapi dirimu?" bentak Ji Cin peng dengan marah.
Dengan cekatan ia menghindarkan diri dari serangan Hoa Kok khi, kemudian sambil
memutar lengan dia lepaskan tiga buah serangan totokan, hal mana memaksa Hoa Kok
khi mau tak mau harus mundur dua langkah untuk melepaskan diri.
Diam-diam Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi berpikir didalam hatinya, "Ilmu
silat yang dimiliki perempuan ini sungguh amat lihay, dalam tiga buah serangan jarinya ini,
hampir kesemuanya merupakan ilmu mengebut baju menolak jalan darah yang maha
dahsyat" aku tak boleh memandang enteng dirinya!"
Hawa murninya segera dihimpun kembali menjadi satu, kemudian secara beruntun ia
lepaskan lima buah serangan berantai.
Kelima buah serangan itu tampaknya sangat enteng, biasa dan amat sederhana,
padahal dibalik kesederhanaan itu justeru terselip perubahan jurus yang tak terlukiskan
hebatnya, dalam waktu singkat seluruh serangan jari tangan Ji Cin peng hampir telah
terbendung semuanya.
Melihat kehebatan lawannya, diam-diam Ji Cin peng mengerutkan dahinya, kemudian
berkata, "Rupanya kelima buah serangan yang kau pergunakan barusan, semuanya
merupakan jurus-jurus pukulan berhawa dingin dari perguruan Pek kut bun?"
Selesai berkata tubuhnya kembali menerjang kemuka, telapak tangan kirinya seperti
sebuah cakar burung elang langsung menyapu kedepan, sementara ujung jari telunjuk
dan jari tengah tangan kanannya melancarkan totokan langsung kemuka.
Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi segera merasakan dibalik serangannya itu
terkadang banyak perubanan yang sangat aneh dan luar biasa karenanya untuk sesaat ia
tak sanggup mencarikan pemecahan untuk mematahkan ancaman tersebut dan lagi
diapun tak berani menyambut serangan itu dengan keras lawan keras, terpaksa tubuhnya
harus melompat kesamping untuk menghindarkan diri.
Ji Cin peng menghentikan tubuhnya, lalu berkata dengan dingin.
"Hmm..! Tampaknya kau memang seorang manusia yang tahu mutu serangan, kenapa
tidak kau sambut pukulan Ci cit kan kun (langsung menunjuk alam jagad) ku itu secara
langsung" Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak.
"Haaah" haaah" haaah" ilmu silat yang nona miliki jauh diatas dugaan aku orang she
Hoa, aku betul-betul merasa kagum denganmu!"
"Hmm! Jika tahu diri, lebih baik cepat serahkan obat pemunahnya kepadaku.
Tiba-tiba terdengar Gak Lam kun membentak dengan penuh kegusaran, "Nona Bwe,
bantuanmu itu biar kuterima didalam hati saja, tapi maaf aku tak dapat menerimanya


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan begitu saja.
Kena dibentak oleh Gak Lam kun, untuk sesaat lamanya Ji Cin peng berdiri tertegun,
hampir saja airmatanya jatuh bercucuran.
Dengan wajah yang merah padam, Gak Lam kun kembali berpaling kearah Hoa Kok khi
kemudian bentaknya.
"Hoa kok khi, dendam baru perhitungan lama kita lebih baik kita selesaikan sekarang
juga. Nah sambutlah seranganku ini!"
"Sreeet" dengan jurus sin liong jut sui (naga air) ia melancarkan sebuah pukulan
langsung kedepan.
Serangan itu dilancarkan Gak Lam kun dalam keadaan gusar kekuatannya benar-benar
hebat dan mengerikan sekali, seandainya sampai kena pada sasarannya, tak bisa
diragukan lagi orangnya tentu akan tewas atau paling tidak terluka parah.
Kedua orang itu sudah pernah terlibat satu kali dalam suatu pertarungan sengit,
dengan sendirinya mereka berduapun sama-sama telah memahami pula sampai
dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki lawannya, maka begitu melancarkan
serangan, dia telah mempergunakan tenaganya mencapai tujuh bagian.
Hoa kok khi segera silangkan tubuhnya sambil menghindarkan diri kesamping,
kemudian telapak tangannya diputar lalu disodok kedepan dengan jurus Peng ho kas tong
(sungai es mulai membeku)
Dengan jurus Liu thian jiu (tangan langit mengalir) Gak Lam kun menyambut pukulan
dari Hoa kok khi itu dengan tangan kirinya, kemudian sambil berpekik nyaring tubuhnya
kembali menerjang kedepan.
Hoa Kok khi segera memutar tangan kanannya dengan jurus im hong say tee (angin
dingin menyapu bumi) selapis bayangan telapak tangan segera tercipta menyelimuti
seluruh angkasa dibalik bayangan yang amat tebal itu terseliplah tenaga pukulan berhawa
dingin yang amat menusuk tulang, agaknya dia bermaksud hendak menahan gerak maju
dari Gak Lam kun.
Siapa tahu gerakan tubuh dari Gak Lam kun ternyata sangat aneh dan jauh diluar
dugaan, bukan saja ia dapat menghindarkan diri dari lapisan bayangan telapak tangan
yang melindungi tubuh Hoa kok khi, malah tubuhnya sempat menerjang maju lebih
kedepan. Gerakan tubuh yang aneh dan maha sakti itu tak lain tak bukan adalah ilmu gerakan Ji
gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat yang tiada tandingannya dikolong langit itu.
Bukan saja gerakan tersebut membuat Hoa Kok khi merasa sangat terperanjat,
sekalipun Ji Cin peng yang berada disamping ikut pula merasakan semangatnya berkobar
kembali, ia merasa hanya dengan suatu gerakan aneh ternyata, jurus serangan macam
apapun tak sanggup untuk membendung gerakan majunya.
Sesudah bergerak maju kedepan, Gak Lam kun menggerakkan sepasang tangannya
secara bersama dengan telapak tangan ditangan kiri ilmu jari ditangan kanan secara
beruntun dia lancarkan beberapa buah serangan berantai.
Didalam waktu singkat si anak muda itu telah melepaskan lima buah bacokan dan
sembilan totokan.
Kelima buah pukulan dan sembilan buah totokan itu bukan saja kesemuanya
dilancarkan dengan kecepatan luar biasa lagipula amat keji dan tidak kenal ampun, semua
sasaran tertuju pada jalan darah kematian, sebuah pukulan terarah pula pada bagianbagian
penting setiap serangan itu semuanya berbobot dan sanggup mencabut nyawa
manusia. Termakan oleh serangkaian pukulan berantai yang dilancarkan hampir bersamaan
waktunya itu, Hoa Kok khi terdesak mundur berulangkali ketika ia berhasil lolos dari ketiga
belas buah serangan itu, secara kebetulan tubuhnya juga mundur sejauh tiga belas
langkah. Gak Lam kun segera tertawa dingin, katanya, "Hoa Kok khi, beranikah kau menyambut
jurus pukulan Ngo ci tan sian (lima jari menyentil harpa) yang akan kulancarkan ini?"
Tanpa menanti jawaban telapak tangan kirinya melancarkan sebuah serangan tipuan
kedepan, sementara kelima jari tangannya didorong kedepan sejajar dengan dada.
Ketika menyaksikan gerakan itu, Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi tampak agak
tertegun, ia merasa jurus serangan itu belum pernah dijumpai selama hidupnya, lamatlamat
iapun merasakan bahwa dibalik kelima jari tangannya yang mengendor,
sesungguhnya tersimpan suatu gerakan membunuh serta perubahan yang amat lihay, ia
tak berani menyambutnya dengan keras lawan keras, terpaksa sepasang kakinya menjejak
tanah dan tubuhnya segera mundur beberapa depa dari posisi semula.
Sekulum senyuman dingin yang penuh dengan ejekan dan nada menghina menghiasi
ujung bibirnya, kemudian terdengarlah Gak Lam kun menyindir sinis, "Hoa Kok khi,
mengapa kau tak berani menyambut seranganku itu dengan kekerasan?"
Lelaki sejati berpedang baja Hoa Kok khi tersenyum.
"Suatu jurus lima jari mementil harpa yang sangat hebat!" pujinya, "aku rasa dibalik
serangan tersebut tentunya mengandung pula tenaga sakti Tok liong ci jiau?"
Seraya berkata ia melompat kedepan dan menerjang kembali si anak muda itu, telapak
tangannya dibacok kedepan dengan sejajar dada, lalu katanya lebih lanjut, "Gak lote,
bagaimana kalau kaupun merasakan juga sebuah jurus Hong yu pin tiok (Angin dan hujan
turun bersama) ku ini?"
"Kenapa tidak?" bentak Gak Lam kun pula dengan suara keras.
Tangan kanannya segera diayunkan kedepan, lalu disambutnya serangan dari Hoa Kok
khi itu dengan keras lawan keras.
Hoa Kok khi tertawa dingin tiba-tiba saja gerakan tangannya merendah kebawah,
kelima jari tangannya direntangkan lebar-lebar dan dari sebuah gerakan pukulan langsung
tiba-tiba saja berubah menjadi suatu sambaran miring.
Gak Lam kun segera menggoyangkan telapak tangannya, tiba-tiba saja jari telunjuk dan
jari tengahnya berputar satu lingkaran, kemudian dengan suatu gerakan cepat menyentil
kedepan. Sejak melancarkan serangan saling beradu sampai gerak serangan sesungguhnya
kedua orang itu sama-sama melakukan tiga kali perubahan didalam setiap kali perubahan
terkandunglah jurus serangan mematikan yang dahsyat dan mengerikan.
Terdengar Gak Lam kun dan Hoa Kok khi sama-sama mendengus dingin kemudian
kedua orang itu sama-sama melompat kebelakang.
Dalam bentrokan pukulan yang terjadi secara diam-diam dan sama sekali tidak
menimbulkan suara itu, tampaknya kedua belah pihak sama-sama telah menderita luka
dalam. Sesudah mundur kebelakang cepat-cepat kedua orang itu memejamkan matanya untuk
beristirahat. Kalau paras muka Hoa Kok khi berubah menjadi pucat pias, maka paras muka dengan
ketajaman mata Ji Cin peng yang luar biasa itu, ternyata ia tidak berhasil mengetahui
dengan cara bagaimanakah kedua orang itu menderita luka, diapun tidak mendengar
suara benturan kekerasan akibat bentrokan dari pukulan kedua orang itu.
Buru buru Ji Cin peng melompat kedepan menghampiri si anak muda itu, lalu bisiknya,
"Kau terluka?"
Suaranya penuh kesedihan, rasa kuatir, rasa kasihan dan penuh rasa perhatian!
Sepasang mata Gak Lam kun yang terpejam rapat pelan-pelan membuka sedikit, lalu
manggut-manggut.
"Ehmm! Cuma luka yang ia deritapun tidak terhitung ringan!" sahutnya lirih.
Diam-diam Ji Cin peng membesut airmata dipipinya, lalu bertanya kembali, "Parahkah
lukamu?" Gak Lam kun tersenyum.
"Aku pikir memang tidak enteng! Luka ditambah luka, pokoknya aku toh cuma
mempunyai selembar nyawa!"
Mendengar perkataan itu Ji Cin peng merasa semakin pedih hatinya, ia merasa hatinya
seperti tersayat-sayat oleh pisau tajam, titik airmata tak terbendung lagi segera meleleh
keluar membasahi pipinya.
Mendadak Hoa Kok khi membuka kembali sepasang matanya, setelah menatap wajah
Gak Lam kun sekejap sambil tersenyum katanya, "Pukulan dari Gak lote itu memang betulTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
betul sangat lihay hampir saja selembar nyawa aku orang she Hoa ikut terenggut, kalau
toh kau enggan membicarakan soal barter tersebut, terpaksa aku musti mohon diri lebih
dahulu" Selesai berkata ia lantas putar badan dan siap meninggalkan tempat itu.
"Hoa Kok khi!" dengan suara dingin Gak Lam kun segera menegur, "sampai kini aku toh
belum mampus, masa kau hendak angkat kaki dengan begitu saja?"
Secepat sambaran petir ia menerjang maju ke depan dengan jurus Sam yang kay tay
(tiga kekuatan panas membuka bukit) ketiga jari tangannya secara gerakan mendatar
menerobos kedepan dan secara terpisah mengancam tiga buah jalan darah penting
ditubuh Hoa Kok khi.
Serangannya belum sampai, tiga gulung desingan angin jari tangan sudah menekan
badan lebih duluan.
Menghadapi ancaman tersebut Hoa Kok khi merasa sangat terkejut pikirnya, "Betapa
kuat dan ampuhnya angin serangan jari tangan itu!"
Cepat-cepat tubuhnya miring kesamping menghindarkan diri dari datangnya ancaman
tadi, tangan kirinya dengan jurus To coan im yang (memutar balikkan im yang)
menerobos kemuka, dibalik serangan yang kuat terkandung pula suatu ilmu Ki na jiu (ilmu
menangkap dengan tangan kosong) yang lihay, ia ancam urat nadi pada pergelangan
tangan musuh. Gak Lam kun tertawa dingin, totokan tiga jarinya tiba-tiba berubah gerakan, diantara
perputaran jari-jari tangannya tahu-tahu ia sudah berebut untuk mencengkeram
pergelangan tangan Hoa Kok khi lebih dulu.
Kalau dua jago lihay sedang bertarung maka menang kalah seringkali ditentukan hanya
dalam sekejap mata, karena kurang hati-hati Hoa Kok khi segera harus menelan kerugian
besar, urat nadi pada pergelangan tangannya terasa menjadi kaku dan tahu-tahu urat
nadinya sudah kena dicengkeram oleh Gak Lam kun.
Tapi bagaimanapun juga, Hoa Kok khi adalah seorang jago kawakan yang berilmu
tinggi dan berpengalaman luas, meski terancam jiwanya ia tidak menjadi panik gugup
Begitulah, kendatipun Gak Lam kun berhasil merebut posisi diatas angin dan
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan lawan, namun sebelum si anak muda
itu sempat mengerahkan tenaganya untuk menggencet urat nadi penting itu, mendadak
kelima jari tangan kanannya membalik pula keatas lalu mencengkeram urat nadi pada
pergelangan tangan Gak Lam kun, sekalipun waktunya berselisih namun perselisihan itu
boleh dibilang kecil sekali.
Setelah kehilangan posisinya yang menguntungkan, apalagi kelima jari tangannya yang
mencengkeram urat nadi pada pergelangan Gak Lam kun ternyata tidak tepat letaknya.
Hoa Kok khi segera berpikir dalam hati kecilnya, "Sekarang aku sudah menderita kerugian
akibat kehilangan posisi yang menguntungkan, aku tak boleh membiarkan ia mengerahkan
tenaga dalamnya lebih dulu"
Karena berpikir demikian, hawa murninya segera dikerahkan keluar dengan cepat.
Padahal pada waktu itu kelima jari tangan Gak Lam kun telah pula mengerahkan
tenaganya, kontan saja kedua belah pihak sama-sama merasakan hatinya bergetar keras
urat pada pergelangan tangannya menjadi kencang dan sakit bagaikan dijepit oleh japitan
baja. Dalam keadaan beginilah pelan-pelan Ji Cin peng berjalan maju kedepan dan
menghampiri kedua orang itu.
Gak Lam kun mengerti apa yang dipikirkan gadis itu, tapi ia merasa perbuatan yang
rendah, terkutuk dan memalukan itu tidak sepantasnya dilakukan, walau dikerjakan gadis
itu tapi kenyataannya demi kepentingannya"
Maka dengan suara keras pemuda itu segera berteriak, "Adik Bwee, kau tidak boleh"
tidak boleh berbuat demikian sebab" perbuatan itu tak bisa kuterima" sampai matipun
aku tak akan mati dengan mata meram?"
Mendengar perkataan itu Ji Cin peng tertegun, ia mencintainya ia tak ingin pemuda itu
mati maka mau tak mau dia harus melakukan sergapan yang rendah dan terkutuk itu demi
menyelamatkan jiwa kekasihnya"
Sementara ia masih tertegun kedengaran Gak Lam kun mendengus tertahan, tubuhnya
digetar mundur sejauh tiga empat langkah oleh tenaga dalam Hoa Kok khi, sementara
cekalan pada pergelangan tangan masing-masing pun segera terlepas.
Hoa Kok khi sendiripun mundur dua langkah dengan sempoyongan, lalu sambil tertawa
katanya. "Nona Bwee, apakah kau ingin menyergapku mumpung ada kesempatan baik yang
tersedia?"
Hawa nafsu membunuh menyelimuti seluruh wajah Ji Cin peng, ia tertawa dingin lalu
menjawab. "Mana, mana sekarang tak bisa dibilang sebagai sergapan mumpung ada kesampatan!"
Sambil mengucapkan kata-kata itu, hawa murninya segera disalurkan kedalam telapak
tangannya lalu didorong kedepan, maksudnya ia hendak menghajar Hoa kok khi sehingga
terluka dalam seketika itu juga.
Siapa tahu baru saja hawa murninya dilontarkan keluar, tiba-tiba ia merasa ada
segulung hawa pukulan yang amat panas serta segulung hawa pukulan yang dingin
menusuk tulang secara bersamaan waktunya menggulung tiba dari kiri dan kanan.
Dengusan tertahan menggema memecahkan kesunyian, dengan sempoyongan Hoa kok
khi mundur kebelakang lalu tubuhnya roboh terjengkang diatas tanah"
Sebaliknya Ji Cin peng sendiripun mundur dua langkah dengan wajah pucat pias,
namun dibalik sorot matanya yang gusar ia melotot kearah seorang tojin berbaju kuning
dengan wajah tertegun.
Siapakah tosu itu" Ternyata dia adalah Kui to (tosu setan) Thian yu Cinjin.
Rupanya ia datang tepat pada saat Ji Cin peng sedang melepaskan pukulan dahsyatnya
tadi, diam-diam ia segera melancarkan pula sebuah pukulan dengan ilmu Ang yan ciang
(pukulan api membara).
Perlu diterangkan, Ang yan ciang merupakan kepandaian andalannya, dalam perkiraan
imam tersebut pukulan yang dilancarkan paling tidak dapat melukai gadis tersebut.
Siapa tahu, akibat dari bentrokan tersebut hawa darah yang berada dalam dadanya
bergolak keras, hampir saja kepalanya menjadi pusing tujuh keliling, kenyataan tersebut
tentu saja sangat mengejutkan hatinya.
Menurut apa yang dia ketahui, dalam dunia persilatan dewasa ini jarang sekali ada
orang yang mampu menerima sebuah pukulan Ang yan ciangnya tanpa cedera atau
terluka, apalagi pada saat yang bersamaan tadi Hoa Kok khi sedang melancarkan pula
sebuah pukulan dahsyat dengan hawa pukulan berhawa dinginnya.
Sementara itu, Ji Cin peng sendiripun ikut merasa terperanjat, karena didalam
serangannya tadi ia telah sertakan tenaga sakti Boa yok sin kang dari Lam hay sin ni yang
maha sakti itu.
Gak Lam kun maupun Hoa Kok khi sama-sama sudah terjatuh dan duduk diatas tanah.
Sedangkan si Tosu setan Thian yu tojin maupun Ji Cin peng sama-sama menyadari
bahwa mereka telah bertemu dengan musuh tangguh, untuk sesaat kedua belah pihak
sama-sama tidak melancarkan serangan tapi diam-diam mengerahkan hawa murninya
untuk mengendalikan golakan-golakan darah didadanya.
Keheningan yang luar biasa segera mencekam daerah disekeliling tempat itu, meski
dipagi hari namun mendatangkan pula suatu perasaan hening yang serius.
Angin musim gugur berhembus kencang, daun dan ranting beterbangan dan
menimbulkan suara yang amat gemerisik.
Tiba-tiba seorang mendengus tertahan, ternyata Gak Lam kun yang sedang duduk
bersila itu roboh terjengkang ketanah.
Ji Cin peng sangat terkejut menyaksikan kejadian itu, buru-buru ia melompat kedepan
dan berjongkok disampingnya, kemudian sambil mengerahkan tenaga dalamnya ia mulai
menguruti dada Gak Lam kun.
Sayang usahanya itu tidak mendatangkan hasil apa-apa, Gak Lam kun masih tetap
tergeletak tidak sadarkan diri.
Kenyataan tersebut amat mengalutkan pikiran Ji Cin peng, sorot matanya segera
dialihkan kewajah Hoa Kok khi.
Dalam keadaan begitulah tiba-tiba ia melompat bangun, lalu ujarnya, "Nona Bwee,
tenaga dalam yang kau miliki memang luar biasa sekali!"
Ji Cin peng tertegun, ia tak menyangka kalau Hoa Kok khi bisa sadar kembali
sedemikian cepatnya sesudah nadi penting ditubuhnya terluka oleh pukulan Boan yok
sinkangnya tadi, hal tersebut benar-benar merupakan suatu kejadian yang aneh dan diluar
dugaan. Teringat kembali keadaan dari Gak Lam kun, dengan nada marah ia lantas membentak,
"Hoa Kok khi, jika kau tak bisa menolongnya, maka kaupun jangan harap bisa tinggalkan
tempat ini dengan selamat!"
000000O000000 Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tersenyum.
"Kalau aku tidak terluka lebih dulu oleh bentrokan tadi, dalam setengah menit saja aku
bisa melepaskan diri dari cengkeraman nadiku!"
Terhadap kcnampuan Hoa Kok khi untuk menembusi urat Meh hiat sendiri yang terluka
Ji Cin peng merasa kaget bercampur tercekat, pikirnya diam-diam, "Ilmu silat yang dimiliki
orang ini memang betul-betul hebat sekali, tampaknya keselamatan jiwa Gak Lam kun
lebih banyak celakanya daripada rejeki!"
Berpikir sampai disitu hawa amarah dalam dada Ji Cin peng tak terbendungkan lagi
bahunya bergerak sedikit dan tubuhnya telah menerjang beberapa kaki jauhuya, ia lantas
snembentak, "Betulkah tenaga dalammu sudah pulih kemba1i seperti sedia kala?"
"Yaa, sembilan puluh persen telah pulih kembali kalau sekarang kita harus bertarung
maka hal ini hanya akan mempercepat proses kematiannya saja, lagipula bicara menurut
kemampuan yang kita miliki belum tentu nona bisa meraih keuntungan banyak, maka aku
pikir lebih baik kita jangan bertarung saja"
Sebetulnya hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajah Ji Cin peng, ia
bermaksud untuk menggunakan segenap kepandaian yang dimilikinya untuk melukai Hoa
Kok khi. Kini, setelah mendengar perkataan itu buru-buru ia menahan tubuhnya yang sedang
bergerak maju, lalu katanya dengan dingin, "Wahai orang she Hoa kalau kau bisa


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyembuhkan sakitnya apapun yang kau inginkan aku sanggup memberikannya
kepadamu" Betapa girangnya Hoa Kok khi setelah mendengar janji itu, dengan wajah berseri ia
lantas berseru, "Dapat dipercayakah ucapan nona itu?"
Ji Cin peng sangat marah.
"Ucapanku lebih berat dari sebuah bukit karang, masa aku akan mengingkari janji?"
"Haaahhh" haaahhh" haaah?" Hoa Kok khi tertawa terkekeh-kekeh, "sebagai seorang
ketua suatu perguruan dan sebagai burung hong diantara manusia, tentu saja perkataan
nona Bwe dapat dipercaya, masa aku orang she Hoa menaruh curiga?"
"Sudah, tak usah banyak bicara, apa yang kau inginkan" Katakan dengan cepat!"
Hoa Kok khi tersenyum.
"Aku tidak menginginkan barang apa-apa dari nona" katanya, "apa yang kuinginkan tak
lebih hanya mengharapkan agar nona bersedia mengabulkan sebuah permintaanku"
Diam-diam Ji Cin peng berpikir dihati, "Permintaan apa yang dia inginkan" Tapi sudah
pasti adalah suatu permintaan yang sulit dilaksanakan, cuma" asal penyakit yang diderita
Gak Lam kun bisa sembuh, apapun yang ia harapkan aku bersedia untuk melakukannya"
Berpikir sampai disini gadis itu lantas berkata lagi, "Persoalan apa yang kau inginkan"
Hayo cepat katakan!"
Hoa Kok khi tertawa.
"Soal ini biar kita bicarakan setelah kusembuhkan dirinya nanti, yang penting asal nona
menyanggupi lebih dulu!" katanya.
Sekalipun Ji Cin peng tahu bahwa orang itu adalah seorang manusia yang licik dan
banyak akal muslihatnya seperti rase, tapi demi menyelamatkan jiwa Gak Lam kun,
sekalipun selembar jiwanya harus dikorbankan mau tak mau harus disanggupi juga.
Maka setelah termenung sejenak diapun mengangguk.
"Baiklah, kuturuti kehendakmu itu, Nah, sekarang tolonglah dia lebih dahulu!"
Hoa Kok khi lantas berpaling kearah Thian yu Cinjin lalu katanya, "Thian yu to heng
tolong periksalah sampai kapan dia baru akan sadar kembali?"
Sebelum Si tosu setan Thian yu Cinjin menjawab Gak Lam kun yang berbaring diatas
tanah itu mendadak melompat bangun seraya berseru, "Tidak usah kau repot-repot
menolongku!"
Tindakannya ini segera membuat tiga orang jago linay dari dunia persilatan tersebut
menjadi tertegun.
Hoa Kok khi termangu sejenak, kkemudian sambil tersenyum ujarnya, "Gak lote, kau
memang betul-betul seorang manusia berbakat aneh dari dunia persilatan sedari kapan
kau telah sadar kembali?"
Pelan-pelan Gak Lam kun bangkit berdiri, setelah tertawa dingin jawabnya, "Aku sudah
sadar lama sekali, apa yang kalian bicarakan telah kudengar semua dengan jelas."
Berbicara sampai disini ia berhenti sejenak, lalu dengan sinar mata yang lembut dan
penuh rasa terima kasih ditatapnya muka Ji Cin peng, lalu setelah menghela nafas sedih
katanya, "Nona Bwe, budi kebaikan yang kau berikan kepada aku orang she Gak akan
terukir selalu dalam hatiku, tapi aku tidak percaya kalau ia memiliki kemampuan untuk
mengobati lukaku ini, sekalipun dia mempunyai obat untuk menyembuhkan lukaku, belum
tentu aku bersedia menerima pengobatannya. Nah, berhubung aku Gak Lam kun masih
mempunyai urusan penting lainnya, terpaksa aku akan mohon diri lebih dulu"
Selesai berkata, dengan langkah lebar buru-buru ia tinggalkan tempat tersebut.
Gerakan tubuhnya sangat cepat, hampir tidak mirip dengan seseorang yang sedang
meronta melawan elmaut, malah boleh dibilang ia sama sekali tidak mirip dengan orang
yang terluka apapun.
Ji Cin peng hanya termangu-mangu sambil memandang tingkah lakunya itu, ia baru
sadar kembali dari lamunannya sambil berteriak, "Gak siang kong" Gak siang kong..!
Harap kau berhenti dulu sebentar!"
Suara teriakannya itu agak bernada gemetar, sepertinya gadis itu sudah tak sanggup
mengendalikan lagi perasaan sedih dan dukanya.
Mendengar teriakan itu, terpaksa Gak Lam kun harus menghentikan langkah kakinya
dan berpaling. Seperti seekor burung walet, dengan cepat Ji Cin peng memburu kehadapannya,
sepasang biji matanya yang besar dan jeli telah penuh airmata, ditatapnya pemuda
tersebut dengan lembut dan penuh kasih sayang"
ltulah tatapan wajah yang murung, penuh kepedihan hati!
Tapi rasa cintanya kepada pemuda itu terpancar keluar secara gamblang dari sinar
matanya. Gak Lam kun menghela napas sedih, gumamnya dengan suara lirih, "Selamat tinggal
orang yang kukasihi, aku dapat teringat selalu akan dirimu, kau adalah orang kedua yang
kucintai selama kehidupanku didunia ini karena bentuk tubuhmu serta cinta kasihmu yang
sayu terlalu mirip dengannya, adik Peng kekasih sayangku yang telah tiada! Tapi akupun
mencintaimu, sayang" sikapmu yang begitu agung, begitu suci bersih membuatku merasa
rendah diri, lagi pula kehidupanku sudah tinggal beberapa hari saja?"
Ji Cin peng hanya berdiri dihadapannya dengan termangu, memandang mulutnya yang
bergumam, melihat titik airmatanya yang meleleh keluar dan membasahi dadanya"
Menyaksikan kemurungan dan kesedihan yang menyelimuti dirinya, gadis itu menghela
napas sedih, diambilnya secarik saputangan dan pelan-pelan disekanya airmata yang
membasahi pipi Gak Lam kun itu.
Secara diam-diam tosu setan Thian yu cinjin dan Hoa Kok khi telah berlalu dari sana,
suasana disekeliling tempat itu telah pulih kembali kedalam keheningan.
Namun perasaan Gak Lam kun dan Ji Cin peng bagaikan gelombang dahsyat ditengah
samudra bebas, bergelora dan bergulung tiada hentinya, siapapun tidak berbicara,
siapapun tak tahu apa yang musti dilakukan.
Setelah berdiri saling termenung sekian lamanya, Gak Lam kun baru berkata pelan,
"Nona Bwee, bila kau tiada perkataan lain, aku hendak mohon diri terlebih dahulu"
"Lukamu begitu parah, andaikata disergap oleh orang lagi.."
Gak Lam kun tertawa getir, tukasnya, "Didalam dua hari yang singkat ini, aku yakin
masih sanggup untuk menahan serangan dari jago lihay macam apapun"
Mendengar jawaban tersebut, paras muka Ji Cin peng segera berubah sangat hebat.
"Jadi kau" kau telah mengerahkan tenaga dalammu secara paksa.." Hal ini mana
boleh" Apakah kau telah mengerahkan ilmu Huan pu hwee kong sinkang (ilmu sakti
mengembalikan cahaya kekehidupan)?"
Gak Lam kun mengangguk pelan.
"Benar, aku telah menggunakan ilmu Huan pu hwe kong sinkang ajaran guruku, sisa
kekuatan yang berada dalam nadi-nadi keng meh telah kudesak semua untuk berhimpun
menjadi satu, didalam dua hari ini kekuatan saktiku tak akan menghilang, tapi itu berarti
kehidupanku telah menyurut semakin pendek"
Selesai mendengar perkataan itu, airmata Ji Cin peng bercucuran semakin deras, ia
tahu ilmu Huan pu hwee kong adalah suatu kepandaian rahasia yang maha sakti,
sekalipun seseorang yang jiwanya sudah terancam bahaya maut jika menggunakan
kepandaian ini maka segenap kekuatan tubuhnya akan pulih kembali seperti sedia kala,
namun kejadian inipun berarti menghilangkan kesempatan untuk menyembuhkan
penyakitnya dengan bahan obat-obatan, kecuali kematian tiada jalan kedua yang dapat
ditempuhnya lagi.
Ji Cin peng amat mencintainya, setelah tahu bahwa nyawa kekasihnya tinggal dua hari
saja, ia tak dapat mengendalikan rasa sedih dan duka yang berkecamuk dalam dadanya,
sambil menangis terisak ia berteriak keras, "Engkoh Gak" kenapa kau musti berbuat
demikian?"
Tubuhnya segera dijatuhkan kedalam rangkulan Gak Lam kun.
Untuk sesaat lamanya Gak Lam kun merasa yaa terkejut yaa girang, ia balas memeluk
gadis itu erat-erat, ia merasa hal tersebut merupakan 34
suatu kenikmatan serta kebahagiaan diluar dugaan yang bisa dinikmatinya menjelang
kematian. Gak Lam kun bukan malaikat, bukan pula dewa, seorang malaikat sendiripun akan
terpesona, terbuai oleh kasih sayang seorang gadis yang cantik dan agung seperti Ji Cin
peng, apalagi dia tak lebih hanya seorang manusia biasa.
Isak tangis Ji Cin peng makin lama semakin mengibakan hati, keadaannya waktu itu
bagaikan seekor anak domba yang merengek-rengek mencari induknya.
Dia ingin menceritakan keadaan sesungguhnya kepadanya"
Tapi mendadak"
Gak Lam kun mendorong tubuhnya dan melepaskan diri dari pelukannya, kemudian
dengan langkah cepat ia berlalu meninggalkan tempat itu.
Ji Cin peng tertegun, kemudian teriaknya keras-keras, "Engkoh Gak, engkoh Gak" kau
berhenti dulu" engkoh Gak?"
Suaranya semakin mengibakan hati, membuat siapapun yang mendengarnya merasa
sedih dan ikut murung.
Gak Lam kun menghela napas sedih, katanya, "Selamat tinggal kekasihku yang
menawan hati, aku akan selalu mengingat-ingat raut wajahmu yang cantik jelita itu" tapi
aku harap kau dapat melupakan aku, sebab aku tak dapat mengangkangi dirimu, hal
tersebut hanya akan menambah kesedihan hatimu belaka?"
Gak Lam kun bagaikan seorang gila, ia kabur terbirit-birit meninggalkan tempat itu"
Ji Cin peng sangat sedih, ia merasa benak maupun dadanya serasa hampa belaka, ia
merasa seluruh semangat dan kehidupannya seakan-akan telah dibawa pergi oleh Gak
Lam kun, membuatnya berdiri termangu sekian lama ditempat"
Entah berapa lama sudah lewat, helaan napas panjang yang sedih tiba-tiba
menyadarkannya kembali dari lamunan.
"Nenek Siau?"
Ji Cin peng segera memutar badannya dan menjatuhkan diri kedalam pelukan seorang
perempuan berambut putih yang menggembol sepasang pedang dibelakangnya.
Dengan lembut perempuan berambut putih itu berkata, "Anak peng, kau jangan
bersedih hati sehingga merusak tubuhmu sendiri, kendalikanlah perasaan cintamu yang
meluap-luap itu"
"Nenek, aku tak mampu?" keluh Ji Cin peng.
Perempuan tua berambut putih itu menghela napas panjang.
"Aaaai" kalau memang demikian, mengapa waktu itu kau latih ilmu Ciat eng kang (ilmu
menolak cinta)?"
Ucapan tersebut segera menyadarkan kembali Ji cin peng dari lamunannya ia menjadi
teringat kembali dengan sumpahnya" ia tidak mencintainya ia harus membunuhnya dan
membalaskan dendam bagi kematian dua orang tuanya"
Tapi hal ini bukan suatu pekerjaan yang gampang, ia telah berusaha sepenuh tenaga
untuk menenteramkan hatinya tapi tidak berhasil.
Ia tahu bahwa dihadapannya telah terpentang suatu masa percobaan yang menakutkan
sekali, terutama beberapa hari belakangan ini ia harus lebih dapat mengendalikan
perasaan cintanya, sebab ia mulai merasa bahwa dirinya makin lama semakin terjerumus
kembali kedalam lautan cinta, sekali bertindak kurang hati-hati, akibatnya ia betul-betul
akan tenggelam ditengah samudra cinta yang tak bertepian itu.
Sementara itu Gak Lam kun sudah kabur menuju kearah daerah pegunungan disebelah
utara pulau gersang tersebut"
Dibawah sinar matahari, tampaklah aneka warna bunga liar tumbuh dengan suburnya
disana sini, persis seperti perasaan hatinya ketika itu, beraneka warna dan saling
bercampur aduk menjadi satu.
Tapi sesudah keindahan akan datang kegelapan, yang membuat kau tak dapat
menyaksikan lagi semua keindahan tersebut, karena sinar matahari telah condong kelangit
barat. Dengan termangu-mangu Gak Lam kun berdiri dibawah sinar senja, memandang aneka
bunga dihadapannya dengan terpesona"
Pikiran maupun perasaannya ketika itu adalah kosong, hampa, tiada sesuatu yang
melintas. Dalam waktu singkat, matahari telah tenggelam dibalik samudra jauh didepan sana.
Senja pun menjelang tiba dan menyelimuti seluruh jagat.
Angin musim gugur berhembus lewat, malam terasa lebih dingin dan menusuk tulang.
Pelan-pelan Gak Lam kun sadar kembali dari pikirannya yang gundah dan kalut.
Rembulan telah muncul diufuk timur, menembusi lapisan awan hitam dan
memancarkan sinarnya yang keperak-perakan kepermukaan jagad.
Gak Lam kun menghela nafas ringan, kemudian gumamnya lirih.
"Malam bulan purnama, malam yang indah dan cerah, itulah malam bulan delapan
tanggal lima belas" malam bulan Tiong ciu" aaa! Nyawaku akan berakhir pada tengah
hari tanggal enam belas."
Timbul kembali kemurungan serta kepedihan yang amat tebal dalam hati kecilnya.
Sekonyong-konyong" ditengah keheningan malam yang mencekam, tiba-tiba
berkumandang suara harpa yang indah dan merdu.
Suara itu meski lirih dan lembut, tapi kedengaran begitu merdu dan mempesonakan
hati. Seperti suara yang datang dari swargaloka seperti suatu lamunan kosong dan bukan
kenyataan. Tapi begitu mendengar suara harpa tersebut, kontan saja Gak Lam kun merasakan
hatinya bergetar keras.
Ia merasa suara permainan khim itu justru merupakan irama Mi tin loan hun ki dari
Soat san Thian li, suatu kepandaian khusus dari perguruan See Thian san.
Tapi, bukankah malam ini baru tanggal empat belas" Apakah ia mengundang aku
sehari lebih pagian?"
Tapi, sekarang ia berada ditengah bangunan loteng yang aneh dan misterius itu,
dengan cara apa dirinya akan masuk kedalam"
Berpikir sampai disini, cepat-cepat Gak Lam kun memusatkan semua pikiran dan
perhatiannya lalu menentukan arah darimana datangnya irama khim tersebut.
Tiba-tiba sekilas perasaan kaget dan tercengang melintas diatas wajah Gak Lam kun.
Ternyata ia menemukan bahwa irama permainan khim dari Soat san thian li itu berasal
dari sekitar tempat dimana ia berada sekarang, mungkin berasal dari pantai samudra
sebelah utara yang jaraknya kurang lebih masih ada beberapa ratus kaki dari situ.
Mula-mula pemuda itu kuatir salah mendengar, sepasang telinga dan
memperhatikannya lagi dengan seksama, terbukti suara itu memang berasal dari arah
yang dimaksud. Gak Lam kun tidak ragu-ragu lagi, ia segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
dan bergerak menuju keutara pantai laut.
Irama khim itu makin lama semakin lirih dan melemah mengikuti semakin majunya
tubuh Gak Lam kun mendekati asal, suara tadi malah akhirnya begitu lirih dan pelan
hingga sukar ditangkap dengan pendengaran.
Untungnya Gak Lam kun tahu bahwa gejala aneh itu akan ditangkap oleh pendengaran
manusia bila seseorang makin mendekati tempat berasalnya sumber suara Mi tin loan hun
ki. Sekalipun suara irama khim itu sedemikian lirih dan lembut, tapi dibalik kelembutan
tersebut justru terkandung suatu kekuatan daya pengaruh yang luar biasa, membuat
pikiran dan perasaan orang menjadi tenang, hampir saja ingin menari dan berjoget
mengikuti irama tersebut.
"Irama musik dari Soat san thian li memang betul-betul luar biasa sekali, aku yang
begini hapal dengan irama musik itupun nyaris terpengaruh, apalagi orang lain, mana
mungkin mereka bisa mempertahankan diri?"
Tiba-tiba permainan khim itu berhenti sama sekali.
Gak Lam kun tahu bahwa ia sudah mendekati sumber dari irama khim itu dalam jarak
ratusan kaki, oleh sebab itu permainan khim, tadi malah tidak terdengar sama sekali
olehnya, atau dengan perkataan lain bukan orang itu yang menghentikan permainan
khimnya. Ternyata irama Mi tin loan hun ki adalah semacam kepandaian maha sakti dari tingkat
atas, bukan saja dapat mengaburkan pendengaran orang, lagi pula memiliki semacam
daya pengaruh iblis yang tebal sekali.
Satu-satunya titik kelemahan yang dimiliki irama tersebut adalah mereka yang berada
dekat dengan pemetik khim itu justru malah tak dapat mendengarnya sama sekali, apalagi
setelah berada seratus kaki dari sumber permainan itu, suaranya malah betul-betul lenyap
tak berbekas. Gak Lam kun tahu bahwa ia sudah semakin dekat dengan diri Soat san thian li, buruburu
pemuda itu berhenti, melepaskan jubah hijaunya dan mengenakan dandanan dari
Tok liong Cuncu Yo long.
Kemudian selangkah demi selangkah pelan-pelan ia berjalan mendekati sumber irama
khim itu" Tak lama kemudian, Gak Lam kun mendengar suara gulungan ombak samudra
berkumandang dengan nyaringnya dari sebelah samping sana.
Cepat ia mendongakkan kepalanya, maka tampaklah didepan sana terbentang tanah
datar seluas puluhan kaki, kedua belah sampingnya berupa tebing-tebing karang yang
tingginya mencapai ratusan kaki dan langsung berhubungan dengan permukaan samudra.
Disudut sebelah utara menghadap kesamudra sana justru terdapat sebuah batu karang
besar yang mirip dengan sebuah penahan angin, bukan saja telah membendung deburan
ombak yang meninggi sebukit, menghalangi pula pemandangannya kearah samudra
bebas. Gelombang yang berlapis-lapis menggulung dan menghantam diatas batu karang
memercikkan butiran air keempat penjuru dan menciptakan selapis kabut yang tebal,
dipandang dari kejauhan tampak seperti selapis kabut tebal yang membeku diudara.
Semakin dekat ia menghampiri tanah datar itu getaran-getaran akibat memecahnya
ombak diatas batu karangpun terasa makin besar.
Gemuruh suaranya memekikkan telinga ibaratnya guntur yang menggelegar diangkasa.
Pohon siong, rerumputan hijau penuh tumbuh diatas permukaan tanah sesungguhnya
tempat itu adalah sebuah tempat yang indah.
Tiba-tiba sorot mata Gak Lam kun menyapu kearah belasan kaki didepan sana, dibawah
sebatang pohon siong, diatas sebuah batu karang datar yang luasnya beberapa kaki,
duduk bersila seorang gadis berbaju warna perak yang mempunyai rambut sepanjang
bahu.

Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia duduk dengan menghadap keutara, dalam pangkuannya memeluk sebuah khim antik
dan sedang memetiknya dengan penuh kesungguhan.
Oleh karena Gak Lam kun datang dari selatan menuju keutara, tentu saja dia tak dapat
melihat jelas raut wajahnya, yang dapat dikenal hanya potongan badannya yang
dipandang dari belakang.
Tapi kalau dipandang dari potongan badan bagian punggungnya, bisa diketahui bahwa
gadis itu memang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.
Diam-diam Gak Lam kun mengerutkan dahinya, sebab ia merasa bahwa potongan
tubuh gadis itu kalau dilihat dari belakang, ternyata mirip sekali dengan potongan badan si
gadis yang telah melukai Si Tiong pek dalam gedung mungil beberapa hari berselang.
Puluhan tombak dibelakang gadis tersebut Gak Lam kun menghentikan langkahnya, lalu
berkata dengan lantang, "Yo long telah datang sendiri untuk memenuhi undangan dari
Thian li..!"
Perkataan itu diucapkan dengan mempergunakan nada suara dari Yo Long, berat,
parau tapi nyaring.
Namun gadis berbaju perak itu masih juga duduk membelakanginya, bahkan
berpalingpun tidak, hanya tubuhnya agak bergetar, seakan-akan merasa agak tergolak
perasaannya. Lama sekali Gak lam kun menunggu, ketika belum juga mendengar suara jawaban, ia
berkata sekali lagi, "Yo Long datang berkunjung sendiri untuk memenuhi janji dari Thian
li..!" "Kau adalah Yo Long?" sementara suara yang halus dan lembut berkumandang
memecahkan keheningan.
Mendengar teguran itu, Gak Lam kun merasa terkejut, segera pikirnya, "Jangan-jangan
ia sudah ragu kalau aku bukan guruku sendiri?"
Berpikir sampai disitu. Gak Lam kun lantas menjawab.
"Memangnya masih ada orang lain?"
"Baru tanggal berapakah malam ini, kembali gadis berbaju perak itu bertanya dengan
suara lirih. "Bulan delapan tanggal empat belas!"
"Lebih pagi seharipun boleh juga baiklah! Kau boleh kemari"
Gak Lam kun merasa nada ucapannya terlalu menyombongkan diri, hal mana membuat
hatinya merasa kurang senang, tapi diapun tak berani membangkang sebab Soat san thian
li adalah orang yang setingkat dengan gurunya.
Pelan-pelan Gak Lam kun maju kedepan lalu berhenti tiga kaki dibelakangnya setelah
itu, katanya lagi, "Apakah Thian li telah membawa datang Lencana pembunuh naga..?"
"Sudah!" kembali gadis berbaju perak itu menjawab sambil membelakanginya.
Jawabannya singkat jelas dan bernada ketus namun dibawah irama suaranya yang
merdu seperti kicauan burung nuri, justru, kedengarannya begitu merdu dan membuat
hati orang berdebar.
Yaa, suara orang itu adalah suara pembicaraan dari seorang gadis yang masih muda,
suara seorang gadis yang cantik jelita.
"Kalau memang sudah kau bawa kemari, tolong Thian li suka menyerahkan Lencana
pembunuh naga itu kepadaku" kata Gak Lam kun lebih lanjut"
Mendengar perkataan itu, tiba-tiba saja gadis berbaju perak itu mendengus dingin"
Mendadak ia memutar tubuhnya dan melayang keudara, lalu tahu-tahu sudah berada
tujuh delapan depa dihadapan Gak Lam kun.
"Hei, kau bukan Soat san thian li!" si anak muda itu segera berpekik kaget.
Gadis itupun mendengus dingin.
"Hmm! Kau sendiripun bukan Yo Long, siapa kau"!" balas hardiknya.
Ternyata gadis berbaju perak itu adalah seorang gadis cantik jelita yang baru berusia
delapan sembilan belas tahun, ia cantik sekali kecantikannya tidak mirip manusia biasa
melainkan lebih mirip dengan bidadari yang baru turun dari kahyangan.
Menyaksikan kecantikan gadis itu Gak Lam kun merasakan jantungnya berdebar keras,
pikirnya, "Benarkah didunia ini terdapat seorang gadis yang sedemikian cantiknya..?"
Tanpa terasa gadis itu kembali diamatinya dengan lebih seksama.
Muka seperti bunga tho, alis matanya lentik dan indah, hidungnya mancung dan
bibirnya kecil mungil.
Tak salah lagi, kecantikan wajahnya memang luar biasa sekali, membuat siapapun yang
melihatnya tanpa terasa akan dibikin termangu olehnya.
Gadis berbaju perak itu segera mendengus dingin, bentaknya.
"Siapa kau" Sudah bosan hidup rupanya?"
Tiba-tiba Gak Lam kun tersadar kembali dari lamunannya, diam-diam ia merasa malu
sendiri dengan keadaan dirinya yang mirip orang kehilangan sukma itu.
Dengan cepat ia memusatkan kembali semua perhatiannya, lalu dengan dingin
membentak, "Siapa pula kau?"
Dengan alis mata berkernyit gadis itu tertawa terkekeh-kekeh, "Haaah" haaaah"
haaaah" siapakah aku" Aku adalah Bi ji..!"
Dari suara tertawa cekikikannya yang merdu itu Gak Lam kun segera mengetahui
bahwa dia adalah seorang gadis polos yang masih belum hilang sifat kekanak-kanakannya.
"Apakah nona mendapat tugas dari Thian li untuk datang kemari?" tegur Gak Lam kun
dengan suara dalam.
Gadis berbaju perak itu tidak menjawab, ia malah balik bertanya, "Apakah kau juga
datang untuk melaksanakan tugas dari Yo long?"
"Yo long adalah guruku yang mewariskan ilmu silat kepadaku, aku memang datang
kemari untuk menyambut Lencana pembunuh naga atas perintah guruku, jika nona
memang sedang mendapat tugas dari Soat san thian li, maka aku harap Lencana
pembunuh naga agar segera diserahkan kepadaku agar aku pun dapat menyelesaikan
tugas ini"
Gadis berbaju perak itu segera tertawa dingin.
"Heehhh" heeehhh" heeehhh" Lencana pembunuh naga" Hmm! Bagaimanapun juga
Yo Long harus datang kemari sendiri"
Permintaannya itu memang suatu permintaan yang menyulitkan, kemana ia harus pergi
mencari Yo Long kedua"
Gak Lam kun segera menghela napas panjang, katanya, "Guruku telah tiada lagi!"
Mendengar jawaban itu, tubuh si nona berbaju perak agak menggigil kencang,
wajahnya menjadi amat sedih mulutnya berkemak-kemik seperti sedang berdoa kepada
seseorang"
Melihat itu Gak Lam kun menghela napas sedih katanya, "Suhuku telah dikerubuti
orang dibukit Yan po gan dibukit Hoasan pada delapan belas tahun berselang, kemudian
racun yang mengeram dalam tubuhnya kambuh dan pada musim gugur empat tahun
berselang telah berpulang kealam baka?"
Sementara Gak Lam kun hendak melanjutkan perkataannya mendadak dengan wajah
diliputi hawa napsu membunuh gadis berbaju perak itu menukas dengan nada dingin,
"Kau tak usah melanjutkan kata katamu itu aku telah berdoa kepada ibuku dan
memberitahukan bahwa musuh besarnya telah mati tapi sekarang aku hendak menuntut
balas terhadap muridnya."
Gak Lam kun menjadi tertegun dan melongo, ia tidak habis mengerti dengan duduknya
persoalan yang sedang dihadapinya.
"Nona, apa yang sedang kau bicarakan?" tegurnya keheranan.
Gadis berbaju perak itu kembali tertawa terkekeh-kekeh.
"Terus terang kuberitahukan kepadamu, Soat san thian 1i adalah ibuku, sedang Yo
Long adalah musuh besar ibuku, sebelum meninggal dunia ibuku telah berpesan agar
kucari Yo Long sampai ketemu serta membalaskan sakit hatinya. Ibuku pun berpesan agar
Yo Long jangan dibunuh melainkan seluruh ilmu silat yang dimilikinya harus dipunahkan
kemudian menembusi tulang pipa kutnya dengan emas murni dan merantainya didepan
kuburan ibuku sampai mati. Sekarang, andaikata Yo Long sudah mati maka kau harus
serahkan jenasahnya kepadaku agar kubawanya kedepan kuburan ibuku dan berlutut
dihadapannya, biar mayatnya dihembus angin diterpa hujan hingga badannya membusuk
dan tulang baunya kusebarkan kesekeliling kuburan. Kau adalah muridnya, tentu saja kau
dapat menunjukkan letak jenasah itu kepadaku, bila kau tak mau menyerahkannya
kepadaku maka kau pun tak akan kubiarkan hidup, atau kalau tidak kau akan kubunuh,
lalu setelah kutemukan jenasah Yo Long maka jenasah kalian berdua kurantai didepan
kuburan ibuku agar sepanjang masa merasakan penderitaan hebat"
Mendengar perkataan itu, Gak Lam kun merasa mendongkol bercampur gusar, selain
daripada itu dia pun merasa terkejut bercampur curiga.
Mendongkol dan marah tentu saja disebabkan gadis itu amat mencemooh dan
menghina gurunya yang telah tiada.
Kaget dan curiga karena pesan terakhir dari Soat san thian li ini, kenapa perempuan itu
sedemikian bencinya kepada Yo Long"
Heran dan curiganya ini menimbulkan perasaan ingin tahu, sebab semasa masih
hidupnya dulu belum pernah Yo Long menceritakan soal budi dendamnya dengan Soat san
thian li. Gak Lam kun tertawa seram, katanya, "Haaah" haaah" haaah" nona, aku pikir
perkataanmu itu mungkin cuma gurauan belaka."
Yaa, sebab ketika gadis berbaju perak itu mengucapkan kata-kata tersebut, dia
mengucapkannya dengan suara begitu ringan dan santai, maka Gak Lam kun mengira
bahwa perkataannya itu tak mungkin terjadi.
"Kenapa" Kau mengira aku sedang membohongimu?" ejek si nona berbaju perak sambil
tertawa merdu. Gak Lam kun ikut tertawa ringan.
"Aku pikir nona cantik seperti nona tak mungkin adalah seorang manusia yang kejam
dan berhati busuk!"
Tiba-tiba nona berbaju perak itu mengerutkan dahinya, lalu dengan dingin ia berkata,
"Aku ingin bertanya kepadamu, sesungguhnya kau bersedia untuk menyerahkan jenasah
Yo Long kepadaku atau tidak?"
Ketika menyaksikan perubahan wajahnya itu Gak lam kun merasakan hatinya bergetar
keras, sekarang ia baru tahu bahwa dugaannya meleset, ternyata ia berbicara sungguhsungguh,
dengan demikian maka Gak Lam kun segera terseret dalam lembah lamunan
yang amat kalut.
Triing! Triing..! dua kali dentingan khim yang membetot sukma menggetar dalam
hatinya" Gak Lam kun segera merasakan hawa darah dalam dadanya mengalami pergolakan
hebat, kejadian ini mengejutkan sekali hatinya, buru-buru dia memusatkan pikirannya dan
hawa murni dihimpun menjadi satu, dengan mata terpejam ia duduk bersemedi.
Triiing! Triiing" Traaang! Traaang" jari jemari si nona baju perak yang lembut kembali
menari diantara senar-senar khimnya dan memetikkan empat kali dentingan merdu.
Akan tetapi keempat dentingan pencabut nyawa tersebut ternyata sama sekali tidak
mendatangkan manfaat apa-apa bagi Gak Lam kun.
Melihat itu, kembali si nona berbaju parak tertawa cekikikan, katanya kemudian,
"Ditinjau dari kemampuanmu untuk menahan enam dentingan irama Siang simci, hal ini
membuktikan bahwa kau memang benar-benar ahli waris dari Yo Long!"
Pelan-pelan Gak Lam kun membuka matanya kembali, kemudian berkata, "Nona, tak
mungkin aku akan serahkan jenasah Yo Long kepadamu, sekalipun Soat san thian li benarbenar
mempunyai ikatan dendam dengan guruku sebelum aku berhasil menyelidikinya
sampai jelas, tak ingin kuberikan banyak komentar mengenai persoalan tersebut. Dan kini
satu persoalan yang harus dilakukan adalah memohon kepada nona agar menyerahkan
Lencana pembunuh naga itu kepadaku, sedangkan mengenai persoalan selanjutnya
terserah apa yang hendak nona lakukan"
"Sebelum meninggal ibuku memang berpesan agar Lencana pembunuh naga
kuserahkan kepada Yo Long, tapi sekarang ia sudah tiada lagi, itu berarti benda mustika
itu sudah tak ada pemiliknya lagi, atau dengan perkataan lain siapa kuat siapa yang akan
memperolehnya. Nah, bila sekarang kau menginginkan Lencana pembunuh naga itu, boleh
saja! Kecuali kau berhasil mengalahkanku!"
Tertegun Gak Lam kun setelah mendengar perkataan itu.
"Nona, apakah kau hendak mengingkari janji?" tegurnya.
Gadis berbaju perak itu balas tertawa dingin.
"Heeehhh" heehhh" heeehh" kalau toh nona berkata demikian, terpaksa aku harus
menuruti perkataanmu dengan merebutnya mempergunakan kekerasan" Gak Lam kun
tertawa seram. "Tunggu sebentar!" cegah si nona berbaju perak itu tiba-tiba, "boleh saja kalau ingin
beradu kekuatan, tapi lakukan itu setelah duduknya persoalan menjadi jelas"
"Hmm! Apalagi yang hendak kau ucapkan" Hayo katakan saja berterus terang"
"Lencana pembunuh naga adalah benda mestika yang tiada ternilai harganya, setiap
umat persilatan dalam dunia persilatan tak seorangpun yang tidak ingin mendapatkannya,
padahal diatas pulau terpencil ini sekarang telah berkumpul begitu banyak gembong iblis
dari pelbagai tempat, maka andaikata orang yang berhasil mendapatkan Lencana
pembunuh naga itu bukan seorang jago silat yang berilmu tinggi dan memiliki kecerdasan
yang luar biasa, pasti mustika tersebut bakal dirampas lagi oleh orang lain."
"Selanjutnya walaupun Lencana pembunuh naga mengandung suatu partai harta
pusaka yang tak terhitung nilainya, tapi dimanakah letak harta karun tersebut disimpan"
Untuk menemukan letak tempat itu, tentu saja harus menguntungkan pula pada
pengalaman serta pengetahuan dari orang yang mendapatkannya. Maka dari itu, didalam
pertarungan yang bakal berlangsung diantara kita berdua hari ini, bukan ilmu silat saja
yang harus diadu, melainkan kecerdasan, pengetahuan serta pengalaman juga musti diuji,
apakah kau dapat menerima pendapatku ini?"
"Entah nona hendak beradu semua hal tersebut dengan cara apa?" tanya Gak Lam kun
hambar. 0000O0000 "Dalam soal pengetahuan, kita harus beradu untuk membuat sebait syair, pertama kali
kau yang hanya mengajukan persoalan lalu aku yang ajukan soal, sekalipun hanya beradu
dalam satu hal, sesungguhnya adu kepandaian semacam ini membutuhkan juga
kecerdasan" demikian si nona berbaju perak berkata sambil tertawa.
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan kembali, "Karena untuk membuat sepasang
Lian, hanya seorang manusia yang berotak encerlah yang dapat melakukannya, jika kau
setuju maka sekarang juga kita boleh mulai beradu membuat Lian itu"
Sudah belasan tahun lamanya Gak Lam kun mengikuti Tok liong cuncu Yo Long yang
orang berbakat setan, kecuali ilmu silat, dalam ilmu pengetahuan pun tak luput ia peroleh
gemblengan dari Yo Long.
Maka setelah mendengar perkataan itu jawabnya, "Kalau begitu harap nona ajukan
pertanyaan lebih dulu!"
Tampaknya nona berbaju perak itu seperti sudah mempunyai rencana yang matang, ia
segera tertawa hambar.
"Kau adalah tamu sedang aku adalah tuan rumah, sudah sepantasnya kalau kau dulu
yang mengajukan persoalan!" katanya.
Gak Lam kun manggut-manggut ujarnya kemudian.
"Kalau begitu biar aku pamerkan kejelekanku.
Setelah termenung sejenak katanya, "Lembah sepi bukit sunyi, sinar rembulan
berwarna keperak-perakan?"
Nona berbaju perak itu tersenyum katanya, "Lian itu rada susah untuk dicarikan
pasangannya, untung See Thian san kami mempunyai pemandangan alam yang terwujud,
baiklah kupinjam hal tersebut saja"
Maka diapun bersenandung, "Akar ganggang daun teratai, titik air hujan berbunyi
merdu" Gak Lam kun segera manggut-manggut.
"Pengetahuan nona memang amat hebat, Lembah sepi bukit sunyi dan akar ganggang
daun teratai memang merupakan sepasang Lian yang ideal, betul sekali! Nah, sekarang
kau boleh mengajukan persoalan, aku akan mencoba untuk menjawabnya"
Nona berbaju perak itu sendiri juga tahu bahwa Gak Lam kun adalah seorang pemuda
yang berpengetahuan luas, kalau cuma membuat Lian sederhana saja jelas tak akan
menyulitkan dirinya, maka sesudah termenung sejenak ia bersenandung lagi, "Kecerdasan
menangkan kemurungan, bukit kosong udara hampa, sekalipun rembulan bersinar cerah
manusia bermuram durja?"
Mendengar persoalan yang diajukan gadis itu, paras muka Gak Lam kun agak berubah,
ia merasa persoalan itu benar-benar sulit sekali, ia menghela napas sedih.
Baru saja pemuda itu akan mengaku kalah tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya
memandang angkasa dan menemukan lapisan awan yang bergerak diangkasa, satu
ingatan lantas melintas dalam benaknya.
Dengan cepat ia bersenandung, "Awan tipis laksana samudra perak, terbang melayang
ditengah udara, tiada jalan menuju sorgaloka, dunia makin sesat?"
"Suatu jawaban yang bagus sekali, tepat sekali!" puji nona berbaju perak itu dengan
rasa kagum, "didalam soal pengetahuan kita anggap seri, nah mari kita beradu kepandaian
silat sekarang"
"Ilmu silat itu terdiri dari beraneka ragam, tolong tanya nona ingin beradu tenaga
dalam, atau ilmu pukulan tangan kosong" Ataukah ilmu pedang?"
Nona berbaju perak itu tertawa.
"Sekalipun beraneka ragam, lebih baik lagi kalau kita bisa memilih suatu jenis yang
meliputi semua jenis kepandaian tersebut..!"
"Apakah nona ingin beradu ilmu pedang?"
"Bagi seorang yang berlatih silat, kalau ingin mencapai tingkatan yang tinggi dia
memang harus berlatih ilmu pedang, lagipula dalam beradu ilmu pedang kitapun bisa
beradu tenaga dalam maupun aneka macam ilmu pukulan tangan kosong lainnya"
"Tapi aku tidak membawa pedang?"
Sambil tersenyum gadis berbaju perak itu menukas, "Aku memiliki dua bilah pedang,
tak menjadi soal kalau kupinjamkan sebilah untukmu, cuma aku pikir kalau kita musti
beradu jurus pedang hanya mengandalkan gerakan belaka, hal ini rasanya terlalu
sederhana, lagipula selesai bertarung menang kalah segera ditentukan dan tidak mungkin
akan terjadi kesempatan untuk seri, maka aku pikir dalam beradu ilmu silat, lebih baik kita
bagi menjadi dua macam pertandingan saja"
Setelah mendengar perkataan tersebut, Gak Lam kun merasakan bahwa gadis itu
adalah seorang jago yang cerdik dan berakal banyak, mungkin saja ia sedang


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melaksanakan suatu siasat untuk menjebak.
Tapi sebagai seorang laki-laki sejati yang berwatak tinggi hati, ia tak ingin menyerah
dengan begitu saja, dia ingin tahu permainan setan apakah yang sedang dimainkan gadis
tersebut. Maka tanyanya, "Bolehkah aku tahu dua macam pertandingan yang bagaimanakah itu"
Apakah kau dapat menerangkan lebih dahulu?"
Gadis berbaju perak itu tertawa.
"Semacam adalah beradu ilmu silat secara lisan sedang semacam lagi adalah beradu
kepandaian dengan gerakan"
Gak Lam kun segera tersenyum.
"Bagus, bagus sekali, kalau begitu mari kita beradu kepandaian secara lisan lebih
dahulu. Nona silahkan kau untuk melancarkan lebih dahulu"
Sikap nona berbaju perak itu betul-betul amat santai setelah tertawa merdu katanya.
"Baiklah! Harap kau perhatikan baik-baik, pada jurus yang pertama kugunakan gerakan
Kiam hay leng po (pecahan ombak ditengah samudra pedang) untuk menyerang jalan
darah Khi si hiat dikaki kananmu, kemudian menukik keatas menusuk jalan darah Tay ing
hiat diatas pelipis dan menyapu kebawah menyambar jalan darah Gwa leng hiat
dipinggang"
Diam-diam Gak Lam kun merasa terperanjat, jurus serangannya itu betul-betul hebat
sekali, bukan saja perubahan jurusnya sakti bahkan aneh dan susah diduga sebelumnya.
Sesudah berpikir sejenak, ia lantas menjawab, "Jurus serangan Kiam hay leng po dari
nona memang betul-betul lihay sekali, tapi kugunakan jurus Sin ki hou sian (kesempatan
hidup muncul kembali) untuk membacok nadi penting dipergelangan tangan kananmu
yang menggenggam pedang, dengan gerakan tersebut dua perubahan saktimu bisa
kubendung, kemudian badanku menerobos kedepan, pedangku dengan jurus Sin liong
sam sian (naga sakti muncul tiga kali) menyerang atas, tengah dan bawah tiga tempat
penting ditubuhmu"
Jilid 12 Nona berbaju perak itu tertawa.
"Suatu jurus serangan Sin ki hou sias yang hebat, dengan menyerang menolong diri
bahkan sekalian memunahkan dua gerakan serangan lainnya, tapi meski gerakanku kena
kau kunci, pedangku segera kutarik kembali kebelakang, lalu dengan jurus Im hay toan
gak (lautan awan memotong bukit) kusambut gerakanmu, ingin kulihat apakah jurus Sin
liong sam sianmu bisa kau kerahkan lebih jauh atau tidak?"
"Bagus sekali! Bagus sekali!" puji Gak Lam kun, "jurus im hay toan gak itu memang
tandingan dari jurus Sin liong sam sian, cuma ditengah jalan gerakannya kurubah menjadi
Ciau ta kim ciong (memukul keras genta emas), bukan saja gerakan ini bisa memunahkan
hawa pembunuhan yang terkandung dalam jurus Im hay toan gak mu itu, lagipula aku
bisa gunakan jurus Sin liong tiau tau (naga sakti palingkan kepala) untuk memburu dirimu,
ingin kulihat apakah kau bisa menghindarkan diri dari serangan kilatku ini?"
Tergetar juga perasaan nona berbaju perak itu, jawabnya.
"Jurus Sin liong tiau tau memang khusus untuk mendahului lawan sambil melancarkan
sergapan, bila kugunakan jurus Shia ta kim ling (memukul miring genta emas) untuk
mundur sambil menutup diri, aku rasa jurus seranganmu itu pasti dapat kuhindari."
Sekarang posisi Gak Lam kun sudah berada diatas angin, sambil tertawa hambar
katanya. "Setelah jurus Sin liong tiau tau secara beruntun kulancarkan tiga buah serangan
berantai dengan gerakan-gerakan Hud kiam cian huan (seribu ciptaan pedang Buddha),
Siau ci thian lam (matahari tenggelam bianglala menyelimuti angkasa), ingin kulihat
dengan cara apa kau hendak menyambut serangan-serangan ini?"
Sekulum senyuman segera menghiasi ujung bibir nona berbaju perak itu, jawabnya,
"Seandainya kau tidak mempergunakan tiga jurus berantai itu untuk mendesakku,
mungkin aku benar-benar akan terperosok dibawah angin, ketika kau sedang
menggunakan jurus Hud kiam cian huan untuk diganti menjadi jurus Siau ci thian lam,
kugunakan jurus To coan im yang (memutar balikan im dan yang) untuk merebut posisi
denganmu, lalu dengan jurus Pek im jut siu (awan putih muncul dari bukit) kubacok
sepasang kakimu, ingin kulihat apakah kau mampu untuk menahan diri?"
Betapa terperanjatnya Gak Lam kun dengan kesudahan tersebut, sekalipun rangkaian
jurus serangannya cukup ketat dan kuat toh muncul juga titik kelemahan dibaliknya
dengan begitu posisinya kembali kena didesak dibawah angin.
Demikianlah pertarungan secara lisan berlangsung amat seru, berpuluh-puluh jurus
sudah berlangsung namun menang kalah sukar ditentukan, setiap jurus serangan yang
mereka sebutkan selalu mengandung perubahan gerakan yang luar biasa.
Dibawah desakan si nona berbaju perak setelah ia berbasil merebut posisi diatas angin,
Gak Lam kun benar-benar terdesak hebat, sekalipun ia masih menyebutkan terus jurusjurus
serangannya tapi setiap kali keadaannya selalu terancam bahaya ini semua membuat
peluh membasahi sekujur tubuhnya.
Mendadak ia berpekik nyaring serunya keras-keras, "Sekalipun jurus Ci kiam hui sian
(pedang sakti terbang berputar) mu membacok pergelang tangan dengan menelusuri
pedangku tapi aku bisa membuang pedang untuk menarik tangan sementara tangan kiriku
dengan ilmu sentilan Tan ci sin thong kugetar kutung pedang ditanganmu itu"
Nona berbaju perak itu tertawa dingin.
Dalam genggaman masih ada separuh pedang sebaliknya kau sudah bertangan
telanjang, nah dalam pertarungan lisan ini apakah kau tidak segera mengaku kalah?"
Gak Lam kun tertawa dingin pula, jawabnya, "Sekalipun tangan kananku membuang
pedang, tapi kaki kananku masih bisa mencongkel pedang itu keatas, bukankah tanganku
masih bisa memegang pedang lagi" Coba pikirlah dulu, yang menang kau atau aku?"
Nona berbaju perak itu mendengus dingin.
"Hmm..! Memangnya kau anggap begitu gampang" Ketika kau mencongkel pedang
untuk menangkapnya, kutungan pedang ditanganku bisa kutimpuk kearah bagian
mematikan ditubuhmu, dengan jarak sedekat ini lagipula perhatianmu sedang bercabang,
memangnya kau bisa meloloskan diri dengan selamat?"
Mendengar itu Gak Lam kun segera menghela napas panjang.
"Aaaai" aku tidak menyangka kalau kau akan bertindak demikian" katanya, "tapi aku
toh bisa membuang pedang sambil mundur kebelakang, aku pikir untuk menyelamatkan
diri masih bukan suatu pekerjaan yang sulit bagiku"
Nona berbaju perak itu segera tertawa cekikikan.
"Bagus, bagus sekali, sepasang pedang telah terjatuh ketanah, aku lihat pertarungan
silat secara lisan pun berakhir dengan seri!"
Gak Lam kun manggut-manggut.
"Yaa, anggap saja seri. Sekarang kita boleh bertarung dengan menggunakan gerakan
sesungguhnya nah mulailah melancarkan serangan!"
Pelan-pelan gadis berbaju perak itu mendekati batu datar didepan sana dan mengambil
dua bilah pedang, katanya sambil tertawa, "Pilih sebilah untukmu!"
Gak Lam kun melepaskan cakar naga perenggut nyawa serta topeng kepala naga, lalu
melepaskan pula jubah hijaunya sehingga raut wajahnya yang tampan.
Nona berbaju perak itu segera tertawa merdu, serunya, "Sejak semula aku sudah tahu
kalau dirimu!"
Gak Lam kun tetap tenang seperti tak pernah terjadi sesuatu apapun, sambil tersenyum
ia menerima sebilah pedang, menyentilnya sehingga berbunyi nyaring.
Lalu sambil berdiri didepan nona itu katanya, "Silahkan nona melancarkan serangan!"
Nona berbaju perak itu segera menggerakkan pedangnya secepat sambaran kilat
mendadak saja ia menciptakan beberapa kuntum bunga pedang yang memancarkan sinar
tajam. Dengan wajah pucat pias Gak Lam kun melejit keudara beberapa depa tingginya,
cahaya pedang segera menyambar lewat dari bawah kakinya itu.
Nona berbaju perak itu berseru tertahan, ternyata jurus pedang yang barusan
dipergunakan ini merupakan salah satu jurus aneh didalam ilmu pedang Thianli kiam hoat,
meski dalam satu gerakan tapi secara terpisah dapat mengancam tiga buah jalan darah
kematian ditubuh lawan.
Selama ini belum pernah ada orang yang bisa lolos dari serangannya itu dalam keadaan
selamat, sungguh tak disangka ternyata Gak Lam kun dapat menghindarinya dengan
tepat. Si anak muda itu segera berpekik nyaring, pedangnya digerakkan berulangkali
melancarkan dua buah tusukan berantai, dua tusukan kearah kanan dan setusukan
dilancarkan kearah tengah.
Dalam lima buah tusukan itu, dia telah menggunakan lima macam gerakan ilmu pedang
yang semuanya berbeda antara yang satu dengan lainnya.
"Bagus!" seru gadis berbaju perak itu.
Pedangnya diputar ditengah udara lalu menusuk dari kiri kearah kanan, tiba-tiba
ditengah jalan gerakan itu berubah, mendadak saja gerakan pedangnya berputar miring
kesamping. Serangannya itu dilancarkan dengan kecepatan luar biasa dan bisa dirubah kesana
kemari sesuai dengan keinginan hatinya, boleh dibilang ilmu pedangnya telah berhasil
mencapai tingkatan yang luar biasa sekali.
Terlihatlah cahaya pedang sebentar berputar kekiri sebentar lagi kekanan lalu melejit
keudara dan menyambar tenggorokan Gak Lam kun.
Untungnya si anak muda itu tidak gugup dalam menghadapi keadaan tersebut, kembali
ia berhasil lolos dari serangan si nona berbaju perak itu secara jitu.
Kemudian pemuda itu membentak nyaring, tubuhnya bergerak maju mengikuti gerakan
pedang, serangannya dipergencar dengan jurus-jurus yang buas dan kasar, bukan saja
kecepatannya bagaikan sambaran petir, lincah dan gesit pula seperti awan yang bergerak
diangkasa. Kedua orang muda mudi itu benar-benar merupakan sepasang musuh yang sama-sama
tangguhnya dan sama-sama berbakatnya.
Sesudah melancarkan serangkaian serangan kilat, tiba-tiba gadis berbaju perak itu
merubah kembali jurus pedangnya, cahaya pedang segera memancar keempat penjuru
bagaikan air raksa yang memancar kemana-mana, dalam waktu singkat empat arah
delapan penjuru telah dipenuhi oleh bayangan tubuhnya.
Gak Lam kun tidak mengira kalau seorang nona cantik yang masih polos dan manja itu
sesungguhnya memiliki ilmu silat yang luar biasa lihaynya, tubuhnya yang harus bergerak
kesana kemari diantara kilatan cahaya pedang, persis seperti sebuah sampan yang
diombang-ambingkan ditengah amukan gelombang dahsyat.
Gerakan tubuh kedua orang itu kian lama bergerak kian cepat, tak lama kemudian
selapis cahaya tajam telah menyelimuti seluruh angkasa, dalam keadaan demikian sulitlah
untuk membedakan mana Gak Lam kun dan mana si nona berbaju perak.
Sekalipun pertarungan berlangsung amat seru, namun selama ini tak pernah terdengar
suara senjata tajam yang saling membentur, rupanya kedua belah pihak sama-sama telah
menggunakan ilmu silat tingkat tinggi untuk saling menghindar.
Tampak cahaya pedang menyilaukan mata, bayangan manusia saling menggulung
kesana kemari, keadaan berlangsung makin seru.
Gak Lam kun betul-betul terkesiap menghadapi kenyataan ini pikirnya dihati.
"Rupanya ilmu silat See thian san mereka betul-betul merupakan ilmu pedang yang
manunggal, bukas saja jurusnya ampuh lagipula aneh dan diluar dugaan bikin orang sama
sekali tidak menduga sebelumnya dibandingkan dengan ilmu pedang aliran Tionggoan,
betul-betul jauh sekali bedanya?"
Dalam pada itu nona berbaju perak tersebut kembali sudah merubah gerakan
pedangnya, kali ini dia menggembangkan suatu jurus serangan yang semuanya
merupakan jurus-jurus mematikan.
Tiba-tiba ujung pedangnya seperti menuding keatas sebentar lagi tahu-tahu sudah
menuding kebawah langkahnya sempoyongan dan ilmu pedangnya seperti kacau balau
tidak beraturan, tapi justru dibalik kekalutan yang tidak beraturan itu tersimpanlah jurusjurus
ampuh yang luar biasa dahsyatnya.
Kali ini Gak Lam kun betul-betul tercekat, mendadak ia berdiri tak berkutik, pedangnya
dikembangkan menciptakan selapis cahaya pedang yang amat tebal untuk melindungi
tubuhnya. Dalam waktu singkat, nona berbaju perak itu merasakan hawa pedang yang melindungi
badannya begitu kokoh bagaikan sebuah bukit karang, sekalipun berulangkali dia mencoba
untuk menerjang pertahanan tersebut, namun usahanya selalu gagal, sekarang nona
itupun baru merasa terkesiap.
Tiba-tiba nona berbaju perak itu menarik kembali pedangnya kebelakang, kemudian
tangannya didorong kemuka dan secara beruntun melancarkan tiga buah serangan
berantai yang maha dahsyat, jurus-jurus serangan yang dipergunakan adalah jurus Thian
li san hoa (gadis suci menyambar bunga) See thian Hud co (Buddha suci dari langit barat)
serta Sian li ki poh (dewi cantik melangkah maju).
Jurus-jurus serangan berantai itu semuanya mengandung daya penghancur yang luar
biasa, gerakannya pun sukar diduga sebelumnya.
Dalam waktu singkat, diantara lapisan pedang yang kokoh bagaikan batu karang itu
mendadak muncul sinar putih yang tahu-tahu meluncur masuk kedalam lapisan
pertahanan dan menyambar tubuh si anak muda itu.
Gak Lam kun segera menggerakkan pergelangan tangannya, jurus ampuh kembali
dipergunakan, dengan memakai jurus Hay sim an liu (aliran maut ditengah samudra) dari
ilmu pedang aliran Hay sim pay, pedangnya berputar kencang menciptakan kembali
berlapis-lapis hawa pedang yang seketika itu juga menyelimuti tubuh anak muda itu.
Hawa pedang menusuk tulang, cahaya kilat menyilaukan mata, namun tak kedengaran
sedikit suarapun.
Jelas kedua orang itu telah mempergunakan tenaga dalam tingkat atas untuk
melangsungkan pertarungan tersebut, tapi ujung pedang masing-masing terpancarlah
hawa pedang yang kuat.
Tanpa terjadinya bentrokan secara kekerasan membuktikan bahwa kedua belah pihak
sama-sama berusaha untuk menyimpan tenaga dan sedapat mungkin mengalahkan
musuhnya dengan mempergunakan keampuhan jurus pedang masing-masing.
Pertarungan ini boleh dibilang benar-benar merupakan suatu pertarungan sengit yang
belum pernah terjadi sebelumnya.
Ditengah pertarungan seru, tiba-tiba terdengar suara dengusan tertahan memecahkan
kesunyian, cahaya pedang sirap dan pertarunganpun segera terhenti.
Tampaklah gadis berbaju perak itu secara beruntun mundur sejauh dua tiga langkah,
pedang yang ditanganpun kini tinggal sebuah gagang pedang saja.
Diatas bajunya yang berwarna perak telah muncul empat buah robekan yang cukup
panjang. Sekalipun demikian paras muka Gak Lam kun pun pucat pias seperti mayat, peluh
dingin membasahi sekujur tubuhnya ia berdiri tegak dengan pedang digenggam ditangan
kiri, rupanya cukup parah luka yang dideritanya ini terlihat dari sepasang alis matanya
yang berkernyit serta bibirnya yang terkatup rapat rupanya sedang berusaha keras untuk
menahan penderitaan serta rasa sakit itu yang dialaminya.
Gadis berbaju perak itu menghela napas panjang lalu katanya, "Kenapa aku tidak
sekalian kau bunuh?"
Ternyata ditengah gumpalan hawa pedang yang menggulung-gulung tadi, dalam
melancarkan sebuah jurus serangan mematikannya, tiba-tiba Gak Lam kun menyerang
dengan menggunakan pedang ditangan kirinya untuk membabat lengan kanan gadis
berbaju perak itu.
Pada saat itu, serangan mematikan dari gadis berbaju perak pun telah dilepaskan,
dengan mendatar pedangnya menusuk kelambung Gak Lam kun, tapi ketika itu Gak Lam
kun telah menghimpun tenaga Tok liong ci jiau nya didalam telapak tangan kanan serta
merta ditekankan kepedang yang menusuk tiba itu.
Pedangnya secara langsung digetarkan oleh ilmu sakti Tok liong ci jiau dari Gak Lam
kun hingga hancur berkeping-keping, sementara pedang ditangan kiri pemuda itu telah
merobek-robek baju yang dikenakan gadis berbaju perak itu, bahkan kemudian telapak
tangan kanan pemuda itu sempat menggetarkan pula dadanya, untung pemuda itu tak
tega dan pada saat terakhir telah menarik kembali sebagian dari tenaga pukulannya"
Dalam keadaan kalah, dari rasa malunya si nona berbaju perak itu menjadi naik darah
hawa murninya segera dihimpun kedalam telapak tangan kirinya dan langsung disodokkan
keatas dada Gak Lam kun.
Si anak muda itu tertawa getir, katanya, "Apa yang kuharapkan adalah mendapatkan
Lencana pembunuh naga tersebut, kenapa kita musti saling melukai?"
Paras muka gadis berbaju perak itu agak berubah, lalu katanya, "Dalam pertarungan
adu kepandaian yang berlangsung sekarang kau yang berhasil mendapat kemenangan,
asal kau bisa menangkan pula pertarungan dalam adu kecerdikan dan pengetahuan,
Lencana pembunuh naga ini segera akan kupersembahkan kepadamu"
Seraya berkata, tiba-tiba gadis berbaju perak itu mengeluarkan sebuah kotak kumala
persegi panjang dari sakunya dan diletakkan diatas tanah, katanya kemudian.
"Sekarang kita akan beradu dalam kemampuan tentang pengetahuan..!"
Sekujur badan Gak Lam kun menggigil keras tiba-tiba ia menjatuhkan diri keatas tanah
dan duduk bersila, sepasang tangannya ditekankan keatas dada sendiri" napasnya
tersengal-sengal dan wajahnya berubah makin pucat pasi seperti mayat.
Setelah terengah-engah sekian lama, akhirnya Gak Lam kun berkata, "Bagaimana pula
kita harus bertanding dalam soal pengetahuan serta daya tahan?"
Sambil berkata sepasang matanya yang tajam itu mengawasi kotak kumala tersebut
tanpa berkedip ia saksikan kotak itu berwarna putih bersih bagaikan salju, diatas
permukaannya terukir seekor naga sakti, ukiran itu sangat indah dan hidup seakan-akan
sedang terbang diudara, bentuknya persegi panjang dan panjangnya lima inci dengan
lebar tiga inci.
"Criiing..!" diiringi bunyi nyaring tiba-tiba kotak kumala itu terbuka lebar, dari balik
kotak tersebut si gadis berbaju perak itu mengeluarkan sebuah lencana berwarna-warni
dengan bentuk bulat memanjang, panjang lencana itu kira-kira empat inci dengan lebar
dua inci. Pelan-pelan gadis berbaju perak itu menyentil permukaan lencana berwarna-warni itu,
lalu katanya, "Lencana inilah merupakan lencana mustika yang telah menggemparkan
seluruh dunia persilatan, Lencana pembunuh naga adanya!"
Gak Lam kun segera merasakan hatinya bergetar keras, tiba-tiba dadanya terasa sakit


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali dan" "Uaak!" ia muntah darah segar, tubuhnya jatuh terduduk dan bergoyang tiada
hentinya. Dengan wajah yang berkerut kencang menahan rasa sakit yang luar biasa, Gak Lam
kun berusaha keras untuk mengendalikan golakan perasaan dalam hatinya, kemudian
pelan-pelan berkata, "Dapatkah kau pinjamkan lencana pembunuh naga itu kepadaku
barang sejenak saja?"
Gadis berbaju perak itu tertawa merdu, "Kau harus perhatikan Lencana pembunuh naga
itu baik-baik, sebab adu pengetahuan yang akan berlangsung nanti meliputi pengetahuan
tentang Lencana pembunuh naga itu."
Sambil berkata ia angsurkan lencana pembunuh naga itu dengan kedua belah
tangannya kehadapan Gak Lam kun.
Agak gemetar Gak Lam kun menyambut lencana mustika itu, diamatinya benda yang
digilai banyak orang itu dengan sorot mata yang tajam.
Tampaklah Lencana mustika yang membuat hati orang persilatan jadi hampir gila itu
terdiri dari panca warna yang berkilauan, bentuknya sangat indah dan mempesona hati,
entah terbuat dari bahan apa" Tapi kalau ditinjau dari bobotnya jelas bukan besi atau
tembaga, tapi bukan pula terbuat dari bahan kemala, atau kayu ataukah kertas.
Pada pemukaan yang pertama terukirkan seorang gadis yang cantik jelita bak bidadari
dari kahyangan, lukisan itu lembut sekali dan tampak sangat hidup.
Terutama senyuman yang tersungging diujung bibir gadis itu, kendatipun hanya sebuah
lukisan tapi tampak sangat hidup bagaikan orang hidup biasa, baik matanya, alis matanya,
bibirnya, terutama sepasang lesung pipi yang menambah keayuan dan kelembutan dari
dara itu. Ia memang benar-benar seorang gadis cantik rupawan yang sukar dicarikan
tandingannya didunia ini.
Gak Lam kun yang memperhatikan lukisan gadis diatas lencana itu semakin
memandang senyuman gadis itu ia merasa senyuman tersebut makin memiliki daya tarik
yang amat luar biasa, membuat jantungnya berdebar semakin keras.
Makin dipandang makin tertarik, bagaikan orang yang minum arak saja, semakin
minum semakin nikmat tapi semakin cepat pula menjadi mabok.
Tiba-tiba gadis berbaju perak itu menegur dengan suara yang merdu dan lembut,
"Hei" rupanya kau sudah terkesima olehnya?"
Bagaikan baru sadar dari impian, Gak Lam kun berseru tertahan, betapa terperanjatnya
dia setelah menyaksikan paras muka dari dara berbaju perak itu, ternyata ia menemukan
bahwa senyuman yang tersungging diujung bibir gadis berbaju perak itu persis seperti
gadis yang tertera pada lencana tersebut.
Tanpa sadar ia menundukkan kepalanya dan memandang sekejap lukisan dara diatas
lencana tersebut, tapi ia tak berani melihat terlalu lama, buru-buru kepalanya didongakkan
kembali untuk memandang gadis berbaju perak itu, sesudah menghela napas katanya,
"Aaai" Thian memang maha kuasa dan maha luar biasa, aneka peristiwa yang serba aneh
bisa saja terjadi didalam dunia ini"
Gadis berbaju perak itu tertawa, "Apakah kau merasa gadis itu mirip sekali denganku?"
Gak Lam kun manggut-manggut.
"Yaa, memang rada mirip, tapi tak bisa dikatakan terlalu mirip" katanya, "Ehmm"
benar tapi tahukah kau apa maksud dari lukisan sang gadis diatas Lencana pembunuh
naga itu?"
"Aku tidak tahu!" Gak Lam kun gelengkan kepalanya berulangkali.
"Dapatkah kau menebak maksud dan tujuan sebenarnya?" kembali gadis berbaju perak
itu bertanya. Satu ingatan melintas dalam benak Gak Lam kun segera pikirnya, "Kalau didengar dari
pembicaraan Si Tiong pek, katanya Lencana pembunuh naga ini menyangkut seorang
gadis yang amat cantik jelita, jangan-jangan benar juga perkataan itu, tapi benarkah
didunia ini terdapat seorang gadis seperti itu?"
Berpikir demikian ia lantas berkata, "Konon barang siapa yang mendapatkan Lencana
pembunuh naga itu, ia akan berbasil pula mempersunting seorang gadis yang cantik jelita
bak bidadari dari kahyangan, apakah gadis ini yang dimaksudkan?"
"Hei, aku kan sedang bertanya kepadamu" kenapa kau malah sebaliknya bertanya
kepadaku?"
"Aku tak mau menebak maksud dan tujuan yang sebenarnya!"
"Kalau begitu coba kau perhatikan kembali lukisan dibalik lencana itu, bila kau kembali
tidak berhasil menebak jitu maksud dan arti yang tertera disana, maka dalam
pertandingan adu pengetahuan ini kaulah yang berada dipihak kalah"
"Jadi kalau begitu, nona sendiri memahami maksud dan arti dari lukisan gadis yang
berada diatas lencana itu?"
Gadis berbaju perak itu termenung sebentar, kemudian sahutnya, "Aku sendiripun
merasa kurang jelas!"
"Kalau memang begitu, kenapa kau mengatakan bahwa dalam pertandingan adu
pengetahuan aku kalah darimu?"
"Sebab aku mengetahui arti dan maksud dari lukisan dibaliknya?"
Mendengar jawaban tersebut, Gak Lam kun tidak berbicara lagi, ia membalikkan
lencana itu dan memeriksa isinya, ternyata permukaan lencana itu penuh dengan lukisanlukisan
yang kacau balau tak karuan, sulit untuk mengetahui lukisan apakah itu?"
Yang lebih hebat lagi, semakin diperhatikan lukisan tersebut kepala terasa makin pusing
tujuh keliling, ditambah lagi matanya berkunang-kunang.
Sekalipun demikian, garis lukisan yang tertera diatas lencana itu tampak amat jelas.
Gadis berbaju perak itu membiarkan Gak Lam kun memperhatikan lukisan itu beberapa
kejap, kemudian baru bertanya, "Kau pahami maksud dan artinya?"
"Maksud dalam soal apa?" tanya Gak Lam kun dengan wajah tertegun.
"Maksud dari gambaran diatas lencana itu!"
"Aku pikir lukisan tersebut pastilah suatu penjelasan peta yang mengandung makna
yang mendalam sekali"
"Ya betul! Tapi tahukah kau dimanakah letak dari tempat yang dimaksudkan itu?"
Satu ingatan segera melintas dalam benak Gak Lam kun, tiba-tiba saja ia teringat
dengan kata-kata dari Jit poh lui sim ciam (panah inti geledek tujuh langkah pencabut
nyawa) Lui seng thian ketika berada diatas pohon siong, serta kata-kata dari Si tosu setan
Thian yu Cinjin dan Hoa Kok khi ketika berada dimulut masuk menuju kebangunan loteng
yang misterius itu.
Sambil tersenyum segera sahutnya, "Aku rasa letak dari tempat tersebut berada diatas
pulau ini!"
Gadis berbaju perak itu segera tetawa dingin, "Heeeh" heeeeh" heeeehh" kalau
begitu, dapatkah kau memahami kunci rahasia yang menyangkut dalam penjelasan peta
rahasia ini?"
"Apakah nona sendiri telah memahaminya?"
"Belum!" sahut gadis berbaju perak itu hambar.
Gak Lam kun segera tertawa dingin.
"Kalau begitu kita sama-sama tidak tahu, dalam soal adu pengetahuan kita hanya bisa
dibilang seri!"
"Yaa, hanya bisa bilang seri" gadis berbaju perak itu tertawa dan manggut-manggut,
"nah, sekarang mari kita adu persoalan yang terakhir, yakni mengadu kecerdikan dan daya
tahan" "Bagaimana caranya kita harus beradu kecerdikan dan daya tahan?"
"Lantas menurut pandanganmu sendiri, bagaimana kita harus melakukannya?" gadis itu
malah balik bertanya.
"Tampaknya nona sudah mempunyai suatu rencana yang matang maka lebih baik
kuturuti kehendakmu saja"
"Sungguhkah perkataanmu ini" Jangan menyesal akhirnya"
"Sebagai seorang laki-laki sejati, apa yang telah diucapkan tak akan disesali kembali"
Gadis berbaju perak itu segera tersenyum.
"Untuk beradu kecerdasan maka hal ini tidak terbatas dalam bidang apapun juga
dimanapun kau berada apa yang ada dihadapanmu bisa kita gunakan untuk beradu
kecerdasan, aku pikir dalam soal ini tak usah kita pertandingkan lagi, sekarang aku hanya
minta kepadamu untuk mendengarkan sebuah lagu yang indah, asal kau sanggup
menahan daya pengaruh dari irama khim tersebut Lencana pembunuh naga ini segera
akan kuserahkan kepadamu."
Mendengar perkataan tersebut, diam-diam Gak Lam kun segera berpikir, "Irama iblis
dari Soat san thian li merupakan suatu kepandaian yang maha sakti, untungnya suhu
pernah mendapat warisan ilmu tersebut, sekarang aku sudah tak takut terhadap pengaruh
irama iblis itu lagi, apa salahnya kalau kudengarkan permainan khimnya itu?"
Berpikir sampai disini, diapun segera manggut-manggut, sahutnya, "Baiklah kita
tetapkan dengan sepatah kata ini akan kudengarkan permainan khim mu itu"
Tiba-tiba saja paras muka gadis berbaju perak itu berubah menjadi amat serius,
senyuman yang manis dan menawan hati itu seketika lenyap tak berbekas, sambil
memeluk khim antiknya ia duduk bersila diatas tanah.
Gak Lam kun ikut bersemedi pula dihadapan gadis berbaju perak itu, meski isi perutnya
terluka sekarang, tapi tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna lagi pula ia telah
mengerahkan ilmu Huan bu hwe kong dari Yo Long sekalipun luka yang betapa parahnya
untuk sementara waktu semua luka itu dapat ditekan lebih dulu.
Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi seluruh badan, seluruh perhatiannya
dipusatkan menjadi satu dan siap menghadapi setiap kemungkinan yang terjadi.
Ia telah bertekad, bagaimanapun juga tugas yang dibebankan suhu kepadanya harus
diselesaikan, dan Lencana pembunuh naga itu harus dimenangkan olehnya"
Pada saat itulah, tiba-tiba berkumandang dua kali dentingan nyaring yang
menggetarkan sukma.
"Criing..!" "Criing..!"
Gak Lam kun segera merasakan hatinya bergetar keras oleh dua dentingan nyaring itu,
bahkan tubuhnya yang sedang duduk bersila pun ikut bergetar keras, hal ini membuat
hatinya amat terperanjat, paras mukanya seketika berubah menjadi pucat pias.
Menyaksikan perubahan wajahnya itu, si nona berbaju perak menghela napas panjang,
katanya, "Apakah kau sanggup untuk mempertahankan diri" Ketahuilah yang bakal
kumainkan bukan irama sebangsa Mi tin loan hun ci atau Sang goan ci melainkan sejenis
irama maut dari tingkatan paling tinggi yang dinamakan Kiu hian tay boan yok sin im"
Tak terlukiskan rasa kaget Gak Lam kun setelah mendengar nama itu, serunya
tertahan, "Apa" Kau telah menguasai ilmu sakti Kiu hian tay boan yok sin im yang maha
dahsyat itu?"
Kiranya ia pernah teringat dengan perkataan dari suhunya Yo Long kepadanya, waktu
itu ia berkata demikian, "Penyakit cacad yang kuderita sekarang baru akan bisa sembuh
dan nyawaku baru dapat diselamatkan andaikata ada seseorang yang dapat memainkan
irama sakti Kiu hian tay boan yok sin im, irama sakti ini adalah semacam irama maut yang
maha dahsyat, tapi apabila sipendengar dapat mempergunakan irama pembunuh manusia
itu untuk menembusi nadi-nadi penting ditubuhnya, maka bukan saja akan terhindar dari
kematian, malahan berbagai penyakit cacad yang dideritanya akan menjadi sembuh
malah, sekalipun aku sudah bisa mempergunakan kepandaian untuk memanfaatkan irama
maut menjadi kekuatan untuk mengobati luka, sayang sekali belum ada seorang
manusiapun didunia ini yang dapat mempergunakan irama Kiu hian tay boan yok sin im,
coba kalau tidak maka kekuatanku pasti akan menjadi tak terkalahkan didunia ini"
Entah apa sebabnya, ketika selesai mendengar perkataan dari Gak Lam kun itu, gadis
berbaju perak itu segera mendengus dingin, selapis hawa napsu membunuh yang
mengerikan dengan cepat menyelimuti wajahnya diawasinya senar-senar khim itu dengan
pandangan tajam.
Jari jemari yang lencir dan lembut pelan-pelan menari diatas senar khim dan
memainkan irama musik yang merdu merayu.
Rupanya ia telah memetik irama Kiu hian tay boan yok sin im tersebut untuk
menyerang musuhnya.
"Crring..! Crring..! Crring..!" bunyi gemerincingan nyaring menggema menyelimuti
seluruh angkasa.
Mengikuti permainan irama khim tersebut, tubuh Gak Lam kun mulai goncang dan
bergetar keras.
000000O00000 Mukanya yang sudah pucat kini makin memucat, kulit tubuhnya mengejang keras
menahan penderitaan yang luar biasa, peluh sebesar kacang kedelai bercucuran
membasahi jidatnya.
Serentetan irama merdu merayu yang menawan hati berkumandang diangkasa
mengikuti gerakan jari tangan gadis berbaju perak itu, suaranya mana merdu, indah
menawan lagi. Irama tersebut sepintas lalu tampak sama sekali tiada pengaruh daya iblis yang
mengerikan, irama itu kedengaran begitu lembut, begitu indah dan mendatangkan
kedamaian dalam hati.
Tapi jauh berbeda bagi perasaan Gak Lam kun, benaknya seakan-akan dipenuhi oleh
aneka macam lamunan yang aneh-aneh karena pengaruh irama tersebut, sekujur
badannya terasa seakan-akan sedang terbang melayang diudara.
Yang lebih membuatnya menderita adalah peredaran darah dalam tubuhnya kian lama
kian membeku kesatu arah, penderitaan tersebut adalah begitu hebat dan begitu
dahsyatnya, membuat Gak Lam kun harus menggertak giginya kencang-kencang, seluruh
kulit tubuhnya mengejang keras menahan rasa sakit yang luar biasa.
Lamat-lamat noda darah mulai mengalir keluar dari ujung bibirnya ia merasakan
tubuhnya yang sedang duduk bersila itu bagaikan berada dalam gudang es, sekujur
tubuhnya gemetar keras.
Bila keadaan semacam ini dibiarkan berlangsung lebih jauh, tak dapat disangsikan lagi
Gak Lam kun pasti akan mati secara mengerikan.
Gadis berbaju perak itu melirik sekejap kearah Gak Lam kun yang sedang menderita
kesakitan itu, lalu sambil menghela napas sedih ia menghentikan permainan seraya
berkata, "Aku tak ingin mencelakai jiwamu, lebih baik kau mengaku kalah saja!"
Gak Lam kun tidak berbicara ataupun bersuara, ia masih tetap duduk bersila ditempat
semula. Ketika dilihatnya pemuda itu tidak juga menjawab, bahkan penderitaan yang dialaminya
berangsur-angsur menjadi tenang kembali, ia menghela nafas panjang, dan jari jemarinya
pun mulai memetik kembali senar-senar khim tersebut.
Alunan lagu yang indah dan merdu sekali lagi berkumandang memenuhi seluruh
angkasa. Tapi kali ini Gak Lam kun duduk tenang bagaikan seorang pendeta tua, kejangankejangan
yang semula mencekam kulit tubuhnya dan badan yang semula gemetar keras
kini sudah menjadi tenang semuanya.
Bahkan diatas wajahnya yang pucat pias seperti mayat itu kini sudah mulai bersemu
merah. Ia tampak begitu tenang, begitu santai dan seolah-olah tidak merasakan penderitaan
apapun. Malah kemudian, sekulum senyuman yang penuh ejekan tersungging diujung bibirnya.
Betapa terkejutnya gadis berbaju perak itu, apalagi setelah menyaksikan paras
mukanya begitu tenang dan sama sekali tidak terpengaruh oleh irama iblis yang dimainkan
itu, muka yang cantik jelita itu mulai berubah pucat pasi jari jemarinya menari semakin
kencang diatas senar-senar khimnya.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, keadaan Gak Lam kun masih tetap tenang dan
sedikitpun tidak nampak terpengaruh, bahkan begitu tenangnya bagaikan air dikolam.
Menyaksikan keadaan tersebut, gadis berbaju perak itu segera tertawa dingin lalu
serunya, "Untuk mempertahankan keutuhan diri Lencana pembunuh naga ini, jangan kau
salahkan kalau terpaksa aku harus bertindak keji kepadamu!"
Begitu selesai berkata tangan kanannya segera bergerak cepat dan memetik senar khim
itu dengan gerakan mendatar.
"Crring..!" dentingan nyaring kembali menggeletar diudara"
"Uuaak..!" tidak ampun Gak Lam kun muntahkan darah kental.
"Criiing! Criiing..! Criiing..!" sekali lagi terdengar tiga kali dentingan yang amat nyaring.
Ketiga buah dentingan tersebut kedengarannya sangat lembut dan merdu sekali, akan
tetapi bagi pendengaran Gak Lam kun ibaratnya tiga bunyi geledek yang meledak diatas
batok kepalanya, kontan saja ia kehilangan seluruh daya kendalinya.
Ia memuntahkan darah kental yang menyembur keluar sangat deras, tubuh yang
semula masih duduk bersila kini roboh keatas tanah, suasana pun pulih kembali dalam
keheningan. Tiba-tiba gadis berbaju perak itu melepaskan khim antik itu dari pondongannya
kemudian berjalan kesamping Gak Lam kun, setelah memeriksa hembusan napasnya, tibatiba
saja paras mukanya berubah sangat hebat"
Ternyata napas Gak Lam kun telah berhenti, peluh dingin membasahi jidatnya, muka
yang pucat pias kini berubah menjadi kelabu, tubuhnya kaku seperti sesosok mayat.
Memandang paras mukanya yang amat memedihkan hati itu, tanpa terasa dua titik
airmata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Mendadak ia merangkap sepasang tangannya didepan dada, lalu dengan suara lirih
mulai berdoa, "Oooh" Gak siangkong wahai Gak siangkong" maafkanlah daku!
Sesungguhnya aku tidak bermaksud membunuhmu tapi engkau terlalu keras kepala, hal
ini mau tak mau memaksaku untuk turun tangan keji kepadamu, tapi sekarang aku
merasa menyesal sekali, untuk menebus dosaku ini, aku telah bertekad untuk sepanjang
tahun mendampingimu disisi kuburanmu."
"Ooooh ibu! Wahai ibuku! Biji tak akan melanggar pesan terakhirmu, sepanjang
hidupku sekarang tak akan kucintai seorang lelaki darimana pun, tapi sekarang, lantaran
memainkan irama Kiu hian tay boan yok sin ing, aku telah mencelakai jiwanya, maka aku
mohon kepada kau orang tua agar menye
Rahasia 180 Patung Mas 18 Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Cinta Bernoda Darah 16

Cari Blog Ini