Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 6
angan lawan, tapi sekarang ia tak berani gegabah ia merasa bahwa musuhnya
mungkin benar-benar memiliki ilmu pedang yang tiada tandingannya didunia ini.
Mendadak kakek berjubah hijau itu mementangkan sepasang matanya, setajam sembilu
sorot matanya dan pandangan itu tertuju pada ujung pedang yang berada dalam
genggamannya itu.
Berbareng dengan gerakan itu pelan-pelan si kakek berjubah hijau itu menggetarkan
pedang birunya lalu ditusuk kedada Gak Lam kun dengan suatu gerakan mendatar.
Serangan itu kelihatannya sederhana tanpa sesuatu yang aneh, tapi bagi penglihatan
seorang ahli pedang, serangan tersebut justru merupakan suatu serangan pedang tingkat
tinggi. Tiba-tiba paras muka Gak Lam kun berubah hebat, mimik wajahnya menunjukkan
perasaan ngeri, kaget, kagum dan tercekat.
Tapi dalam waktu singkat paras mukanya kembali berubah, yaitu perasaan kecewa,
perasaan nekad dan semangat yang berkobar.
Sementara paras muka Gak Lam kun mengalami dua kali perubahan, ujung pedang
yang memancarkan sinar biru itu sudah berada tiga inci didepan dadanya.
Gak Lam kun segera menggerakkan pedang pendeknya untuk menyongsong datangnya
ancaman tersebut.
Criing! Criing! Criing". tiga kali dentingan nyaring berkumandang memenuhi angkasa.
Kilatan warna biru dan bianglala warna putih dalam sekejap mata yang singkat telah
saling membentur sebanyak tiga kali".
Hawa pedang segera membumbung tinggi keangkasa, tapi sekejap kemudian tiba-tiba
lenyap tak berbekas".
Tubuh Gak Lam kun terdesak mundur sejauh tiga kaki, tapi ia masih berdiri sambil
memeluk pedang, tapi sorot matanya telah pudar, peluh sebesar kacang membasahi
jidatnya. Jelas dalam bentrokan itu ia merasa betapa ngototnya serta mengalami rasa kaget
serta ngeri yang kelewat batas.
Kakek berbaju hijau itu sendiri masih tetap berdiri dengan sikap tenang, namun sekilas
rasa kaget sempat menghiasi wajahnya, jelas ia kagum atas kehebatan Gak Lam kun yang
masih muda namun telah berhasil mencapai kepuncak kesempurnaan dalam permainan
pedangnya itu. Mendadak kakek berbaju hijau itu masukan kembali pedangnya kedalam sarung, lalu
dengan dingin berkata, "Tiga jurus sudah lewat, kau memang benar-benar murid seorang
kenamaan. Bila kau sedia meninggalkan gedung ini, silahkan mundur dulu lewat timur
kemudian berputar kebarat, dengan cepat barisan ini akan kau tinggalkan, bila berjumpa
lagi dikemudian hari mungkin kita akan menjadi musuh yang saling bertentangan bagaikan
api dan air, nah sekarang kau boleh tinggalkan tempat ini!"
Selesai mengucapkan kata-kata tersebut kakek berbaju hijau itu lantas menuju
kelorong sebelah selatan dan pelan-pelan mengundurkan diri dari situ.
Gak Lam kun meraba rambut diatas jidatnya yang kutung dengan tangan kirinya,
kemudian menghela napas panjang, pedangnya dimasukkan kembali kedalam sarung.
Bagaimanapun juga, perasaannya telah bergetar keras karena dalam menghadapi
ketiga jurus serangan tersebut, hampir saja nyawanya lenyap diujung pedang lawan.
Tak bisa dibantah lagi ilmu pedang dari kakek berbaju hijau itu telah dilatih hingga
mencapai tingkat yang tiada tandingannya didunia ini, coba ia menyerang satu jurus lebih
banyak, sudah pasti dia tak akan mampu untuk menghadapinya.
Sesungguhnya semangat Gak Lam kun berkobar-kobar, akan tetapi sekarang ia merasa
agak lemas dan putus asa, ia tak mau tinggal terlalu lama lagi disitu, maka menurut
petunjuk dari kakek berbaju hijau tadi iapun mengundurkan diri dari situ.
Mendadak". beberapa ucapan terakhir dari kakek berbaju hijau itu membangkitkan
kembali sikap ingin menangnya, ia mendengus dingin lalu bergumam, "Baiklah! Bila ada
jodoh aku pasti akan minta petunjuk darinya". aku ingin tahu apakah ilmu silatnya
memang betul-betul tiada tandingannya didunia ini!"
Gak Lam kun segera sadar dari lamunan, tanpa terasa kembali dia berpikir, "Siapakah
kakek itu" Siapakah diantara jago-jago silat dewasa ini yang memiliki ilmu pedang selihay
itu?" Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya tanpa terasa serunya tertahan.
"Dia adalah See ih kiam seng (malaikat pedang dari See ih) Siang Ban im"! Hanya dia
seorang yang dapat memiliki ilmu pedang selihay itu". kalau tidak siapa lagi didunia ini
yang berhak mendapatkan gelar sebagai malaikat pedang lagi?"
Tiba-tiba kedengaran seseorang membentak nyaring, "Siapa disitu?"
Mendengar teguran tersebut Gak Lam kun merasakan hatinya bergetar keras, buruburu
badannya berkelebat lewat dan menyembunyikan diri disisi dinding rumah sebelah
kanan. Ternyata pada waktu itu Gak Lam kun telah berjalan dilorong terakhir yang menuju
kesebelah utara, jaraknya dengan jalan keluar tinggal tiga empat puluh kaki lagi dan
bentakan itupun berkumandang datang dari luar lorong.
Agaknya orang itu menunggu cukup lama, tapi setelah dilihatnya tiada jawaban yang
terdengar dia lantas bergumam pula.
"Jangan-jangan telingaku yang salah mendengar, Hoa heng, kau mendengar suara
manusia atautidak?"
Perlu diterangkan disini, gumaman Gak Lam kun tadi diucapkan dengan suara yang
amat lirih, sekalipun ditengah malam y?ng sunyi tapi bila seseorang tidak memiliki tenaga
dalam yang amat sempurna jangan harap bisa menangkap suara orang lain dari jarak
sejauh tiga empatpuluh kaki itu.
Kedengaran seseorang menyahut dengan suara yang nyaring, "To heng, lebih baik
jangan panik begitu, gedung ini penuh dengan ilmu barisan serta alat jebakan, kecuali kau
seorang, siapa pula yang bisa jalan-jalan seenaknya didalam sana sekalipun kau tidak
salah dengar tapi orang itupun belum tentu bisa keluar dari kurungan dengan selamat!"
Orang itu segera tertawa kering.
"Hoa heng, lebih baik kurangi jilat pantatmu nyaris kita akan terkurung malam ini
disini." "Lihay, sungguh teramat lihay" lanjut orang she Hoa itu, "coba kalau ilmu kepandaian
yang dimiliki To-heng tidak hebat dan luar biasa, siaute betul-betul akan terkurung disini
dan mati kelaparan."
Tampaknya orang yang lain adalah seorang tosu, dia termenung sejenak kemudian
baru berkata, "Hoa heng, bukan aku sengaja menyombongkan diri, dalam dunia persilatan
dewasa ini boleh dibilang jarang sekali ada orang yang pandai segala ilmu barisan
semacam aku."
"Bukan cuma jarang hakekatnya sama sekali tiada yang kedua!" sambung orang she
Hoa itu cepat-cepat.
Tosu itu termenung lagi sebelum melanjutkan kembali kata-katanya.
?". tapi alat jebakan serta barisan yang diatur dalam gedung ini benar-benar sudah
memusingkan kepalaku"
"Terlalu sungkan, terlalu sungkan"." orang she Hoa itu tertawa ringan.
Rupanya tosu itu sudah dibuat marah, katanya cepat dengan suara yang dingin, "Hoa
heng, aku bicara sungguh-sungguh, antara kita berdua toh sudah terikat oleh perjanjian,
masakah aku bakal membohongi dirimu dengan kata yang sengaja kubuat-buat?"
Orang she Hoa itu segera tertawa.
"Tidak berani, tidak berani, harap to heng jangan salah paham dengan maksudku
pula?" "Kita telah berhasil melewati barisan dalam kebun bunga dan bangunan gedung diluar
sana, segala sesuatunya meski sakti dan aneh untung semuanya telah kita lewati dengan
aman, tapi tahukah kau bahwa ilmu barisan yang lebih lihay dan alat jebakan yang lebih
hebat masih ada dibelakang sana" Konon alat-alat jebakan yang dipasang disekitar tempat
penyimpanan mustika sedemikian hebatnya, sehingga walaupun kau memiliki peta
petunjuk dari Lencana pembunuh naga, toh masih tetap setengah incipun sukar dilewati,
yaa". percuma memang walaupun kita mempunyai lencana itu, sebab bagaimana pun hal
ini masih menyulitkan sebelum diadakan suatu penyelidikan yang seksama tak nanti aku
berani sembarangan memasukinya"
Gak Lam kun yang sempat mencuri dengar pembicaraan itu menjadi amat terkejut, dia
tidak mengira kalau lencana pembunuh naga sesungguhnya menyimpan begitu banyak
rahasia dunia persilatan.
Perlu diterangkan disini, menjelang saat kematiannya meskipun Yo Long menerangkan
kepadanya bahwa Lencana pembunuh naga adalah suatu mustika dunia yang diincar dan
menjadi idaman setiap umat persilatan, namun ia sama sekali tidak menerangkan rahasia
apakah yang tersimpan dibalik lencana tersebut.
Oleh sebab itu terhadap pelbagai macam rahasia yang berada dibalik lencana
pembunuh naga, Gak Lam kun masih tetap bingung dan tidak habis mengerti.
Siapakah dua orangitu" Tak disangka olehnya kalau dunia persilatan demikian licik dan
berbahayanya, padahal tidak sedikit jumlah jago persilatan yang berkumpul diatas pulau
terpencil itu, tapi kedua orang itu secara diam-diam bisa sampai disini, kalau didengar dari
pembicaraan mereka rupanya sebelum itu mereka sudah tahu tentang rahasia didalam
gedung itu. Kedengaran orang she Hoa itu tertawa ringan, lalu berkata.
"Kalau begitu bagaimana pun juga kita harus mendapatkan lencana pembunuh naga
itu?" Tosu tersebut tertawa dingin.
"Hoa heng dewasa ini para peserta yang telah berdatangan kemari untuk saling
memperebutkan lencana pembunuh naga terdiri dari pihak Thi eng pang, Cing ciam bun
beserta para jago dari aliran See thian san, aku lihat kekuatan kita betul-betul paling
minim dan lemah."
"Jangan khawatir saudara To" jawab orang she Hoa itu sambil tertawa "siaute
mempunyai sebuah rencana bagus yang tanggung bisa menjirat beberapa orang jago
lihay" Tosu itu tertawa kering.
"Heee". heeehh". heeh". apakah kau maksudkan Say loji serta Kongsun Po".?"
"Toa heng kecerdasanmu memang luar biasa" puji orang she Hoa itu lagi sambil
tertawa "tapi kau lupa, toh masih ada seorang Yan lo sat (iblis perempuan cantik) Hoang
Im?" "Saudara Hoa, yakinkah kau bahwa beberapa orang itu pasti dapat kaujerat?"
"Kini keadaan situasinya telah berubah, tentu saja dengan senang hati mereka bersedia
untuk bekerjasama dengan kita, apalagi aku masih mempunyai daya pikat lain yang tentu
akan merangsang mereka semua"
Mendengar perkataan itu, tosu tersebut tertawa bangga.
"Haaahhh". haaahhh". haaaahhh". bagus, bagus sekali, kalau begitu kuserahkan
persoalan ini kepada saudara Hoa"
Orang she Hoa itu ikut pula tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh". haaahhh". saudara To, mari kita tinggalkan tempat ini"
Selesai dengan ucapan tersebut, secara lamat-lamat Gak Lam kun mendengar suara
langkah kaki itu makin lama makin menjauh dan akhirnya lenyap dibalik keheningan.
Gak Lam kun menghembuskan napas panjang, pelan-pelan diapun berjalan keluar dari
tempat persembunyiannya.
Tapi kini satu persoalan berkecamuk dalam benaknya, sambil berjalan ia berpikir,
"Kedua orang itu je1as semuanya adalah jago-jago yang bernama besar dalam dunia
persilatan, entah siapakah dia?"
Pelan-pelan Gak Lam kun berjalan keluar dari mulut lorong itu, dihadapannya
terbentang sebuah lembah bukit yang sepi, rupanya tempat itu merupakan sudut tenggara
gedung besar itu.
Baru saja si anak muda itu keluar dari lorong, mendadak muncul sesosok bayangan
hitam yang bagaikan sesosok sukma gentayangan berkelebat menghampirinya, kelima jari
tangannya bagaikan cakar setan langsung mencengkeram urat nadi pada pergelangan
tangan kirinya.
Sergapan yang dilakukan sangat mendadak ini mempunyai gerakan yang amat cepat
dan luar biasa.
Seketika itu juga Gak Lam kun merasakan datangnya ancaman, tapi gerakan tangan
musuh sungguh teramat cepat, tahu-tahu pergelangan tangannya sudah tersentuh
olehnya. Dalam terkejutnya, buru-buru Gak Lam kun mengeluarkan ilmu gerakan tubuh Ji gi ngo
heng jit seng liong heng sin hoat, dengan suatu gerakan manis ia menghindar sejauh lima
enam depa dari posisi semula.
Tapi baru saja kakinya berdiri tegak, kembali datang segulung angin pukulan yang
sangat berat menghantam jalan darah Hong hu hiat pada bahu kirinya.
Tercekat hati Gak Lam kun, dia tidak mengira kalau sergapan musuh dilakukan
sedemikian cepatnya hingga tidak memberi kesempatan kepada lawan untuk berganti
napas, satu ingatan melintas dalam benak anak muda itu, sekali lagi dia gunakan gerakan
Liong heng sin hoat yang maha sakti itu untuk berkelebat lewat sejauh satu kaki lebih dari
posisi semula. Kali ini dia kuatir kalau musuhnya menguntil terus dibelakang, maka seraya
menghindarkan diri, telapak tangan kirinya diputar kebelakang melancarkan pula sebuah
pukulan, setelah itu secepat kilat badannya berputar kebelakang dan mengawasi sekeliling
tempat itu. Kurang lebih satu tombak dihadapannya berdirilah seorang tosu setengah umur
berjubah warna kuning, bertubuh kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang, berwajah
pucat seperti mayat dan membawa sebuah senjata hudtim yang terdiri dari benang emas.
Disampingnya berdiri pula seorang pelajar berusia empat puluh tahunan berwajah
tampan, romantis dan menggembol sebilah pedang diatas bahunya.
Hanya sekilas pandangan saja Gak Lam kun sudah tahu kalau mereka berdua adalah
dua orang yang bercakap-cakap tadi, tak terlukiskan rasa kaget dan ngerinya pemuda itu,
dia tidak menyangka kalau mereka berdua sedemikian liciknya sehingga meski sudah
berlalu dari situ, ternyata secara diam-diam melakukan sergapan.
Sekalipun demikian, dari sini dapat diketahui pula bahwa ilmu meringankan tubuh yang
mereka miliki telah mencapai puncak kesempurnaan, sebab dengan ketajaman
pendengarannya ternyata ia tidak mengetahui akan kehadiran kembali mereka berdua.
Tosu berjubah kuning itupun kelihatan tertegun kemudian sambil tertawa seram
katanya, "Aku lihat ilmu silatmu cukup sempurna, kecerdasanmu pun boleh juga dipupuk?"
Waktu itu Gak Lam kun sudah merasa amat marah karena tanpa sebab kedua orang itu
menyergapnya dan nyaris ia kena dipecundangi, dengan suara dalam serunya kemudian,
"Aku rasa kamu berduapun merupakan jago-jago persilatan yang punya nama dan
kedudukan, kenapa kalian lakukan tindak penyergapan yang rendah dan memalukan itu"
Sastrawan ganteng tertawa tergelak.
"Haaahh". haaah". haaah". siapa pula dirimu" Kalau bicara begitu tak tahu diri"
Hmmm". kalau menyergappun suatu perbuatan rendah, lantas aku ingin bertanya kalau
menyadap pembicaraan rahasia orang lain merupakan perbuatan yang rendah atau tidak?"
Gak Lam kun mengerutkan dahinya, kembali ia berseru dengan marah, "Saudara,
ucapanmu itu terlalu dibuat-buat, kau anggap hanya kalian saja yang boleh mendatangi
gedung ini dan orang lain tidak boleh mendatanginya"
Tosu berjubah kuning itu tertawa seram, senjata hudtimnya disisipkan kebelakang
bahunya, kemudian selangkah demi selangkah dia menghampiri si anak muda itu.
Dibalik wajahnya yang kurus dan jelek, terlintas kebuasan, kelicikan, kekejaman,
kesombongan dan keangkeran yang tebal membuat mimik wajahnya kelihatan begitu
seram dan menggidikkan hati.
Menyaksikan perubahan wajahnya itu, Gak Lam kun mendengus dingin dengan segala
kemungkinan yang tidak diinginkan.
Tiba-tiba tosu berjubah kuning itu tertawa dingin tubuhnya menubruk kedepan, kelima
jari tangan kirinya secepat kilat mencengkeram tulang persendian pada sikut lengan kanan
pemuda itu. Gerakan serangan tersebut bukau saja dilakukan dengan suatu jurus yang aneh lagi
pula jauh berbeda dibandingkan dengan ilmu Kin na jiu yang berlaku pada umumnya.
Gak Lam kun sangat terperanjat, buru-buru dia miringkan tubuhnya kesamping untuk
menghindarkan diri.
Tapi tosu berjubah kuning itu langsung menerjang maju kedepan lutut kanannya
segera diangkat dan disodokkan ketubuh bagian bawah lawan.
Tendangan maupun pukulan itu bukan saja dilakukan dengan kecepatan luar biasa, dan
lagi disertakan juga tenaga pukulan yang sangat kuat.
Tampaknya tidak sempat lagi Gak Lam kun untuk menghindar ataupun membendung
datangnya ancaman tersebut, kelihatan sebentar lagi dia bakal terluka ditangan tosu
berjubah kuning itu.
Mendadak Gak Lam kun mengangkat kaki kanannya lalu kaki kirinya bergeser keluar,
tubuhnya berputar kesamping begitu menghindar diri dari serangan gabungan yang
datang dari depan, telapak tangan kanannya berputar kesamping dan balas melancarkan
sebuah pukulan yang tak kalah dahsyatnya.
Tindakan dari Gak Lam kun ini bukan saja aneh lagi pula diluar dugaan orang, bukan
saja serangan musuh dapat dihindari, serangan balasanpun amat gencar, hanya dalam
satu gebrakan ia berhasil memperbaiki posisinya yang terdesak menjadi kedudukan yang
menguntungkan. Rupanya tosu berjubah kuning itu tidak menyangka kalau musuhnya demikian cekatan,
oleh serangan balasan yang dilancarkan dengan tenaga besar itu ia malah berbalik
kedesak mundur sejauh tiga langkah lebar.
Dengan penasaran tosu berjubah kuning itu menerjang maju lagi kedepan, sekali lagi
telapak tangannya disapu kemuka melancarkan serangan balasan, diiringi suara tertawa
dingin yang menyeramkan, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dia
menerjang maju kemuka.
Kali ini gantian Gak Lam kun yang merasa tertegun, dia tidak menyangka kalau gerakan
menubruk yang dilakukan musuhnya untuk kedua kalinya ini jauh lebih cepat daripada
serangan yang pertama, bahkan dilakukan hampir bersamaan waktunya dengan gerak
mundur tadi. Ia merasa bahwa tenaga pukulan yang menghembus keluar dari telapak tangan lawan
mengandung unsur kekuatan panas yang kuat, tenaganya jauh berada diatas kepandaian
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Giok bin sin ang (si kakek sakti berwajah pualam).
Gak Lam kun tak berani bertindak gegabah ia tak mau menyambut serangan itu dengan
keras lawan keras, kaki kanannya lantas diangkat dan tubuhnya bergeser kesamping,
dalam sekejap mata ia sudah menyingkir sejauh lima depa dari posisi semula.
Bagaikan sesosok bayangan tosu berjubah kuning itu menguntil dari belakang, sebuah
pukulan kembali dilancarkan mengimbangi gerakan tubrukannya ketubuh pemuda itu.
Dengan jurus Tham lip ki cu (merogoh saku mengambil mutiara) tangan kiri si tosu
berjubah kuning itu menyambar sepasang mata Gak Lam kun sementara tangan kanannya
dengan mempergunakan ilmu Ki na jiu hoat yang sangat aneh mencengkeram
pergelangan tangan kiri pemuda itu.
Rupanya tosu berjubah kuning itu sudah berhasil menyusul baik rencana penyerangan,
bukan saja semua serangan dilakukan dengan kecepatan yang mengagumkan, apalagi
ilmu ki na jiu hoat tersebut boleh dibilang merupakan suatu kepandaian maha sakti yang
jarang ditemui dalam dunia persilatan.
Dari sini semakin terbuktilah bahwa tosu berjubah kuning itu tak lain adalah seorang
tokoh persilatan yang mempunyai nama serta kedudukan yang amat tinggi.
Meskipun ilmu silat yang dimiliki Gak Lam kun sendiri tidak termasuk lemah, akan tetapi
oleh karena terlalu memandang enteng musuh, akibatnya ia kehilangan posisi yang
menguntungkan, dalam keadaan demikian tak mungkin lagi baginya untuk menghindarkan
diri dari ancaman musuh.
Dalam keadaan kritis ia lantas mengeluarkan jurus Tay bong tian gi (burung elang
raksasa mementangkan sayap) untuk menangkis ancaman tangan kiri si tosu berjubah
kuning yang mengancam sepasang biji matanya itu".
oooOooo Sayang seka1i pemuda itu lupa serangan Ki na jiu yang dilancarkan musuhnya lewat
tangan kanan justru berlipat kali lebih membahayakan tahu-tahu pergelangan tangan
kirinya terasa menjadi kaku, dan urat nadinya sudah terjatuh ditangan lawan.
Gak Lam kun merasa sangat terkejut, menggunakan kesempatan ketika tangan kanan
tosu berjubah kuning itu belum mengerahkan tenaga, jari tengah dan jari telunjuk tangan
kirinya segera disentik kedepan.
Segulung desingan angin serangan yang tajam dan kuat segera menyambar urat nadi
pada pergelangan tangan kanan tosu tadi.
Perubahan ini jauh diluar dugaan siapapun, tosu berjubah kuning itupun tidak
menyangka kalau kepandaian silat yang dimiliki Gak Lam kun telah mencapai taraf
sedemikian tingginya, urat nadi pada pergelangan tangan kanannya tahu-tahu merasa
kesemutan dan ia sudah kena diserang oleh tenaga sergapan anak muda itu.
Setelah jari-jari tangan kirinya melancarkan sentilan tadi, Gak Lam kun lantas memutar
telapak tangan kanannya satu lingkaran dan kemudian dilontarkan kebelakang, tosu
berjubah kuning itu kena didesak lagi sehingga mundur sejauh tiga empat langkah.
Dengan demikian, kedua belah pihak sama-sama dikejutkan oleh kelihayan ilmu silat
lawannya, empat mata saling bertemu dan bertatapan tanpa berkedip, untuk sesaat
mereka berdua sama-sama tidak berani melakukan sergapan untuk ketiga kalinya.
Sastrawan tampan yang mengikuti jalannya pertarungan dari samping menunjukkan
pula perasaan kaget dan tercengang, sambil tertawa tergelak dia lantas mengejek, "Thian
yu to heng, rupanya ilmu silatmu belakangan ini telah peroleh kemajuan pesat, malam ini
siaute benar-benar merasa puas dengan kehebatanmu?"
Ucapan yang setengahnya mengandung ejekan dan sindiran itu sesungguhnya
bermaksud untuk memanasi hati lawan.
Mendengar ucapan itu, paras muka Gak Lam kun berubah hebat, ia merasa yaa kaget
yaa marah. Ternyata ia telah berhasil menebak siapa gerangan orang yang berada dihadapannya
sekarang. Tosu berjubah kuning itu mungkin adalah Kui to (tosu setan) Thian yu cinjin yang
merupakan musuh paling tinggi ilmu silatnya diantara sisa tujuh orang musuh besar
gurunya, sedangkan sastrawan ganteng itu mungkin adalah orang kelima yang dinamakan
orang sebagai Thiat kiam kuncu (lelaki sejati berpedang baja) Hoa Kok khi.
Kenyataannya manusia yang bernama Kui to (tosu setan) Thian yu cinjin memang
berilmu silat amat lihay, tapi yang mengherankannya adalah Thiat kiam kuncu (lelaki sejati
berpedang baja) Hoa Kok khi, menurut catatan Cin jin liok, jelas dikatakan bahwa ilmu
silatnya hanya bisa menangkan Kongsun Po serta Ou Yong hu, tapi kenyataannya ternyata
jauh diluar sangkaan.
Ditinjau dari tenaga sergapan yang ia lancarkan tadi, bisa diketahui bahwa ilmu silatnya
jauh diatas kepandaian Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say khi pit,
mungkinkah dia sengaja menyembunyikan ilmunya" Kalau memang demikian, jelaslah
sudah bahwa lelaki sejati berpedang baja Hoa kok khi sesungguhnya adalah seorang
manusia licik yang banyak sekali tipu muslihatnya.
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Gak Lam kun, diam-diam pikirnya, "Setiap
orang yang berada dalam dunia persilatan memang amat licik dan sukar diraba jalan
pikirannya, untuk membalaskan dendam bagi guruku aku musti tahu keadaannya lebih
dulu sebelum melakukan tindakan"
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa pemuda itu tertawa dingin kepada Thiat kiam kuncu
Hoa Kok khi katanya, "Hei, bukankah kau adalah laki-laki sejati berpedang baja yang
banyak disebut-sebut oleh orang persilatan?"
Agak tertegun si lelaki berpedang baja Hoa kok khi setelah mendengar perkataan itu,
tapi sebentar kemudian ia telah tertawa terbahak-bahak.
"Haaah". haaah". haaaah". sungguh mengagumkan, sungguh mengagumkan, boleh
aku tahu siapa namamu?"
Sekuat tenaga Gak Lam kun berusaha mengendalikan kobaran api dendam yang
membara dalam hatinya, dengan suara yang amat tenang dia menjawab, "Aku hanya
seorang prajurit tak bernama dalam dunia persilatan, apa gunanya kau menanyakan soal
namaku?" Thian kiam kuncu Hoa kok khi tertawa ringan.
"Sudah belasan tahun aku Hoa kok khi jarang melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan sungguh tak kusangka keadaan dalam dunia telah mengalami banyak
perobahan, seorang prajurit tak bernama dari dunia persilatanpun memiliki kepandaian
silat selihay ini"
"Belum tentu setiap orang yang sehari penuh melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan mengetahui keadaan dalam dunia persilatan jauh lebih jelas dari mereka yang
mengasingkan diri" sambung Gak Lam kun "mengenal namaku juga bukan suatu yang luar
biasa sebagai orang muda dari dunia persilatan siapa yang tidak tahu bahwa peristiwa
besar ditebing Yan po gan dimasa lalu telah mengangkat nama Kui to Thian yu Cinjin serta
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sekalian?"
Mendengar perkataan itu, paras muka Thian yu cinjin maupun Thiat kiam kuncu Hoa
Kok khi segera berubah hebat.
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Thiat kiam kuncu Hoa Kok Khi mencorong
sinar tajam dari balik matanya, ia bertanya, "Aku dengar belakangan ini dalam dunia
persilatan telah muncul seorang jago muda yang mempunyai ilmu silat amat tinggi,
tampaknya kaulah yang bernama Gak Lam kun."
Terkesiap hati Gak Lam kun sesudah mendengar perkataan itu, dia tak menyangka
kalau berita tersebut sudah tersiar demikian cepatnya keseluruh dunia persilatan.
"Jangan-jangan orang persilatan juga tahu kalau aku adalah muridnya Yo Long dan
selama ini aku pula yang telah munculkan diri sebagai Tok liong cuncu?" kekuatiran
tersebut segera mencekam seluruh perasaan anak muda itu.
Gak Lam kun tersenyum.
Aku tak lebih cuma seorang anak muda yang baru terjun dalam dunia persilatan,
sebutan yang terlalu muluk tak berani kuterima.
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi kembali tertawa terbahak-bahak.
"Haaah". haaah". haaaah". kau terlalu sungkan, kau terlalu sungkan, dengan
andalkan beberapa jurus saktimu tadi, sebutan sebagai seorang jago lihay pantas kau
gunakan hanya saja aku orang she Hoa juga ingin sekali mencoba ilmu silatmu yang
sebenarnya."
"Aku bisa memperoleh kesempatan untuk mencoba kepandaian silatku dengan seorang
jago kenamaan bagiku hal ini sungguh merupakan suatu keberuntungan."
Rupanya secara diam-diam Gak Lam kun telah menyusun rencana baik, ia tahu ilmu
silat yang dimiliki Kui to Thian yu cinjin teramat lihay mungkin bukan suatu pekerjaan yang
gampang untuk mengalahkannya, apalagi sekarang ditambah pula seorang Hoa Kok khi,
semakin tipislah harapannya untuk meraih kemenangan.
Oleh karena itu, bila ilmu silat yang dimiliki Thiat kiam kuncu terbukti seperti apa yang
ditulis dalam kitab catatan musuh-musuh besar, maka dengan mempergunakan
kesempatan itu dia akan membinasakannya, kemudian baru menghimpun segenap
kekuatan yang dimiliki untuk menghadapi jago yang maha sakti ini.
Jalan pikiran Gak Lam kun memang bagus tapi mana dia tahu kalau Tniat kiam kuncu
pun ketika itu sedang menyusun rencananya.
Perlu diterangkan disini, meskipun tenaga dalam dan ilmu silat merupakan inti kekuatan
yang diandalkan jago-jago persilatan, tapi biasanya kecerdasan jauh lebih hebat daripada
ilmu silat. Ketika Gak Lam kun baru saja menyelesaikan kata-katanya, Thiat kiam kuncu Hoa Kok
khi telah melancarkan terjangan kedepan.
Ia tidak menggerahkan telapak tangannya, pun tidak menggerakkan kakinya, ia hanya
bergerak menghampiri kehadapan Gak Lam kun seakan-akan ia memang bersiap-siap
menghantarkan tubuhnya untuk digebuk.
Gak Lam kun agak tertegun tapi ia segera tertawa dingin, sambil memutar badan
kakinya bergeser kesamping, sebuah pukulan dahsyat segera dilancarkan kebahu kanan
orang itu. Bagi seorang ahli silat serangan yang dilancarkan dapat diketahui bahwa ia berilmu atsu
tidak, semenjak Gak Lam kun menyaksikan gerakan tubuhnya yang aneh tadi, dia sudah
tahu kalau Thiat kiam kuncu adalah seorang musuh tangguh yang tak boleh dipandang
enteng. Betul juga, gerakan aneh yang dilakukan Thiat kiam kuncu tadi seakan-akan memberi
gambaran kepada orang kalau ia tidak mengerti ilmu silat tapi, begitu serangan tiba,
sepasang bahunya segera diturunkan kebawah dan secara kebetulan sekali berhasil
menghindarkan diri dari ancaman tersebut.
Dengan demikian meskipun seandainya serangan tadi mengenai bahu Thiat kiam kuncu
namun tenaga pukulannya sudah banyak yang punah, dan seranganpun menjadi lemas.
Pada saat itulah, Thiat kiam kuncu telah manfaatkan kesempatan baik itu untuk
menerjang maju kedepan, sepasang telapak tangannya secara beruntun melancarkan
bacokan berantai".
Dalam sekejap mata ia telah melepaskan dua belas buah pukulan yang mematikan.
Bayangan telapak tangan meluncur kesana kemari, desingan angin pukulan menderuderu
bagaikan putaran roda.
Gak Lam kun segera terdesak hingga mundur berulangkali, saat ini dia cuma bisa
menangkis dan tak mempunyai tenaga untuk melancarkan serangan balasan.
Diam-diam berkerut juga alis mata Thiat kiam kuncu, dia tak menyangka kalau Gak
Lam kun sanggup menghindari kedua belas buah pukulan yang dilancarkan secara
berantai itu dengan selamat.
Sementara ia masih tertegun, Gak Lam kun telah membentak gusar.
"Sreeet! Sreeet! Sreeet!"." secara beruntun telapak tangan kirinya melepaskan pula
tiga buah bacokan kilat yang memaksa gerak maju Hoa Kok khi menjadi terhalang.
Sekali berhasil merebut posisi yang menguntungkan, Gak Lam kun tak mau melepaskan
kesempatan baik itu dengan begitu saja, tiba-tiba ia menerjang maju kedepan sambi1
melancarkan sebuah tendangan kilat ketubuh Hoa Kok khi dengan kaki kirinya.
Deruan angin tajam menyambar-nyambar, secepat kilat Gak Lam kun telah
melancarkan tujuh buah tendangan kilat.
Tendangan cepat yang dilakukan oleh Gak Lam kun ini merupakan serangkaian ilmu
tendangan yang dahsyat dan jarang ditemui dalam dunia persilatan.
Kecepatannya benar-benar sangat mengagumkan, ibaratnya gulungan ombak yang
saling susul menyusul menghantam tepian karang.
Karena posisinya mulai terdesak sehingga pihak lawan memegang peranan untuk
melakukan desakan, terpaksa Thiat kiam kuncu Hoa kok khi harus memutar sepasang
telapak tangannya sedemikian rupa untuk menciptakan selapis bayangan telapak tangan
yang tebal guna melindungi seluruh badannya.
Pertarungan mereka berdua kian lama berlangsung kian sengit, setiap pukulan yang
mereka gunakan rata-rata diarahkan pada jalan darah kematian ditubuh lawan, deruan
angin serangannya hampir menyelimuti wilayah seluas beberapa depa disekeliling sana.
Daun dan ranting berguguran, suara gemerisik karena pepohonan yang goncang
menambah ramainya suara disekeliling sana.
Ketika itu, mereka berdua telah saling berebut posisi dengan sepenuh tenaga, hampir
semua perubahan jurus serangannya dilakukan dengan gerakan paling aneh dan paling
tangguh. Si tosu setan Thian yu Cinjin yang mengikuti jalannya pertarungan dari sisi gelanggang
diam-diam merasa terkejut, pikirnya, "Pinto sudah menduga kalau Hoa Kok khi itu licik dan
banyak tipu muslihatnya, ia jarang mengunjukkan taraf kepandaian yang dimilikinya tak
nyana kalau kepandaiannya telah mencapai taraf sehebat ini. Tapi Gak Lam kun itulah
menakutkan lagi dengan usia semuda ini taraf kepandaian silatnya sudah mencapai
sedemikian hebatnya, coba kalau diberi kesempatan lama sepuluh tahun lagi, dunia
persilatan niscaya akan berada dibawah kekuasaannya"."
Berpikir sampai disitu timbul niatnya untuk turun tangan serta melenyapkan pemuda itu
dari muka bumi.
Tapi karena diapun ingin mengetahui sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang
dimiliki Hoa Kok khi, untuk sementara waktu niatnya yang pertama tadi diurungkan, sambil
berpeluk tangan diam-diam ia mulai mengamati jurus jurus serangan yang digunakan
Thiat kiam kuncu.
Kui to Thian yu cinjin bukan seorang yang bodoh, diapun seorang imam yang berakal
licik, sejak bekerja sama dengan Hoa Kok khi, ia sudah tahu bahwa begitu lencana
pembunuh naga berhasil didapatkan, atau begitu mereka berhasil memasuki tempat
penyimpanan harta, suatu pertarungan sengit diantara mereka tak akan terhindarkan lagi,
sebab itu sebelum kejadiannya berlangsung, dia musti mendalami lebih dulu taraf
kepandaian yang sesungguhnya dimiliki Hoa Kok khi.
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi bukan manusia sembarangan, tentu saja diapun cukup
memahami siasat licik dari Thian yu cinjin yang ingin menyadap jurus serangannya dalam
pertarungan ini.
Ditengah berkobarnya pertarungan seru, tiba-tiba Hoa kok khi melancarkan sebuah
serangan kedepan, sampai ditengah jalan gerakan itu mendadak berputar dan menerobos
lewat sepasang telapak tangan Gak Lam kun dan langsung menghantam dada si anak
muda itu. Melihat datangnya terobosan tersebut, Gak Lam kun mencoba hendak menangkisnya
sayang tak sempat lagi. Terpaksa segenap tenaga dalamnya dihimpun kedalam bahu lalu
secepat kilat dilontarkan kedepan.
Pukulan itu secara kebetulan menghantam tepat diatas bahu Gak Lam kun".
Rupanya Thiat kiam kuncu Hoa kok khi cukup memahami sampai dimanakah kehebatan
dari bahu lawan, dalam gugupnya ia membuyarkan dua bagian tenaga dalamnya.
Ketika telapak tangan dan bahu saling bertemu, segera terasalah segulung tenaga
pantulan yang amat kuat menerjang keluar, mau tak mau Hoa kok khi terdorong juga
kebelakang sejauh dua langkah lebih.
Ternyata didalam melancarkan tangkisan dengan bahunya itu Gak Lam kun telah
mempergunakan ilmu Tan suai cian (bantingan bahu) semacam ilmu pantulan yang amat
dahsyat. Sebagaimana diketahui, apabila bahu orang dirapatkan satu sama lain, maka akan
timbullah sebuah tulang yang menongol keluar, dengan tulang itulah dia telah menahan
serangan musuh kemudian tenaga dalam yang terkandung dalam bahu menyusul
memantul keluar.
Dengan cara ini bukan saja serangan musuh dapat ditahan, sekaligus bisa mementalkan
pula serangan musuh sebesar tenaga yang dipergunakan lawan, atau dengan perkataan
lain, semakin besar serangan yang dipergunakan lawan, semakin besar pula tenaga
pantulan yang dihasilkan.
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tidak mengetahui apakah Gak Lam kun telah berhasil
menguasai ilmu Tan suai cian tersebut atau tidak, maka tenaga pukulannya buru-buru
dibuyarkan beberapa bagian.
Setelah benturan terjadi, Hoa Kok khi baru merasa terperanjat, sebab terbuktilah sudah
kalau Gak Lam kun telah melatih kepandaian tersebut hingga mencapai tingkatan kelima.
Setelah memantulkan kembali tenaga lawan, Gak Lam kun ikut menubruk kedepan,
secepat kilat telapak tangan kanannya ditolak kedepan menghantam tubuh musuh.
Serangan tersebut boleh dibilang dilancarkan berbarengan dengan gerakan bahu yang
dilakukan tadi.
Berbicara menurut keadaannya ketika itu sesungguhnya sulit bagi Hoa Kok khi untuk
menghindarkan diri dari ancaman lawan.
Namun Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi yang banyak akal busuknya ini tidak gugup
menghadapi ancaman maut, ia tahu keadaan sudah kepepet sekali, mau tak mau dia
musti mengeluarkan ilmu simpanannya.
Seperti juga apa yang dilakukan Gak Lam kun tadi ternyata Hoa Kok khi pun
mempergunakan ilmu Tan suai cian untuk menyambut serangan tangan kanan si anak
muda itu dengan bahunya.
Gak Lam kun tidak menyangka kalau Hoa Kok khi dapat pula mempergunakan jurus
kepandaian itu untuk membuyarkan serangannya jelas tak mungkin lagi, dan". "Blaang!"
telapak tangannya langsung beradu keras dengan bahu lawan.
Terdengar suara dengusan tertahan menggema memecahkan kesunyian, Thiat Kiam
kuncu terhantam sehingga mundur tujuh delapan langkah dari posisinya semula.
Gak Lam kun masih tetap berdiri ditempat semula tapi lengan kanannya terasa linu dan
kesemutan sakitnya bukan kepalang.
Waktu itu pemuda tersebut merasa keheranan, ia dengan pasti mengetahui bahwa Hoa
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kok khi telah memantulkan seluruh tenaga pukulannya dengan ilmu Tan suai cian, bahkan
lengan kanannya menjadi kesemutan dibuatnya, tapi diluar dugaan ternyata isi perutnya
tidak ikut terluka, ataukah mungkin tenaga dalamnya kurang sempurna"
Atau mungkin"."
Teringat akan yang terakhir ini Gak Lam kun merasa amat terkejut, buru-buru dia
mengatur hawa murninya untuk mengelilingi sekujur badannya, terbukti isi perutnya sama
sekali tidak terluka, hal ini semakin meyakinkan dia bahwa tenaga dalam dari Hoa Kok khi
lah yang kurang sempurna.
Padahal Gak Lam kun mana tahu kalau Hoa Kok khi ketika itu sedang beradu
kecerdasan dengan Thian yu cinjin! Ia memang sengaja menyembunyikan kepandaian
silatnya agar tidak terlalu menyolok.
Coba kalau Hoa Kok khi benar-benar memantulkan tenaga pukulannya yang disertai
dengan kekuatan mautnya tak bisa diragukan lagi Gak Lam kun pasti akan terluka parah.
Kiu to Thian yu Cinjin segera memburu maju kedepan, tegurnya, "Saudara Hoa,
bagaimana keadaanmu?"
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa lebar.
"Masih mendingan dan tak sampai terluka dalam, bocah keparat ini memang rada
hebat!" "Hoa heng, biar pinto yang membalaskan sakit hatimu itu!" seru Thian yu Cinjin
kemudian dengan suara dingin.
Selesai berkata, si tosu setan segera meloloskan hudtim bulu emasnya dan pelan-pelan
menghampiri Gak Lam kun".
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi segera tertawa terbahak-bahak, serunya dengan lantang,
"Thian yu to heng, sakit hati atas sebuah pukulan ini bila tidak siaute balas malu aku
menjadi seorang pria!"
Dari tempat kejauhan kembali ia lepaskan sebuah bacokan kilat ketubuh Gak lam kun.
Gak Lam kun bukan seorang bodoh, sudah barang tentu diapun mengetahui bahwa
kedua orang itu bermaksud jelek terhadapnya, jelas lantaran mereka adalah jago-jago
kenamaan, maka kalau secara terang-terangan mengatakan hendak menghadapinya
bersama, hal ini pasti akan menurunkan derajatnya, maka digunakanlah sandiwara
tersebut untuk menyelimuti rencana mereka yang sesungguhnya.
Benar juga, serangan yang dilancarkan Hoa Kok khi segera mengunci jalan mundur Gak
Lam kun sementara bersamaan waktunya hudtim bulu emas ditangan Kui to Thian yu
cinjin secepat kilat telah menyambar datang mengancam batok kepalanya.
Serangan gabungan dari dua orang jagoan lihay ini boleh dibilang keji, ganas dan
mengerikan, didalam perkiraan kedua orang itu, Gak Lam kun pasti tak akan mampu
meloloskan diri dengan selamat.
Paras muka Gak Lam kun berubah juga setelah menyaksikan hebatnya serangan
gabungan tersebut, buru-buru dia keluarkan ilmu gerakan tubuh Liong heng sin hoat yang
maha sakti itu untuk menghindarkan diri dari sabetan senjata hudtim dari Thian yu Cinjin.
Ilmu gerakan tubuh Ji gi ngo heng liong sin hoat memang suatu gerakan tubuh yang
sakti dan mengagumkan, Thian yu cinjin betul-betul dibikin tidak habis mengerti, padahal
ia tahu kalau semua jalan mundur bagi Gak Lam kun telah tertutup, tapi nyatanya pemuda
itu toh berhasil meloloskan diri dari kepungan.
Untuk sesaat lamanya, tosu setan itu sampai terkesima dibuatnya.
Sementara dia masih termenung, Gak Lam kun telah meloloskan pedang pendek Giok
siang kiam dari sakunya.
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tidak memberi kesempatan bagi musuhnya untuk
melancarkan serangan lebih dulu, ia segera membentak keras, sepasang telapak
tangannya secara beruntun dibabat keluar, dua gulung tenaga pukulan yang dahsyatnya
bagaikan ambruknya bukit tay san langsung menerpa kedepan.
Gak Lam kun tidak berani menyambut datangnya serangan dengan keras lawan keras,
cepat tubuhnya melejit keudara, segulung hembusan angin puyuh segera menggulung
lewat dari bawah kakinya, coba sedikit ia terlambat menghindar, niscaya tubuhnya akan
hancur termakan serangan itu.
Baru saja lolos dari ancaman Hoa Kok khi, Kui to Thian yu Cinjin telah menubruk lagi
dari belakang, telapak tangan kirinya dengan jurus Sin liong Tham jiau (naga sakti
unjukkan cakar) mencengkeram kepalanya sementara senjata hudtim ditangan kanannya
dengan jurus Poan koan boan poh (hakim pengadilan memeriksa catatan) menggulung
pergelangan tangan kanan pemuda itu.
Gak Lam kun menggetarkan pergelangan tangannya dan menyerang dengan
menggunakan jurus aneh, pedang pendeknya dengan gerakan seperti menotok seperti
juga sedang membacok dibawah kilatan cahaya yang menyilaukan mata secara beruntun
mengancam jalan darah Hian ki, Tong bun, Ciang tay tiga buah jalan darah kematian.
Jitu sekali serangan tersebut, kendatipun Thian yu Cinjin memiliki ilmu silat tinggi, sulit
juga baginya untuk mematahkan serangan tersebut, karena posisi tidak menguntungkan,
buru-buru tosu itu menarik kembali serangannya dan mundur tiga langkah.
Menggunakan kesempatan itu Gak Lam kun menciptakan segulung hembusan angin
pedang yang tajam untuk melindungi tubuhnya, tubuhnya melejit keudara lalu
menggunakan pancaran dari angin pedang tadi ia keluarkan ilmu Leng gong siu tok
(menyeberang lewat tengah udara) dan melayang sejauh enam tujuh kaki dari tempat
semula. Ternyata Gak Lam kun tahu bahwa kepandaian silatnya seorang diri teramat minim, tak
mungkin ia bisa menghadapi dua orang musuh tangguh sekaligus sebab itu timbullah
pikirannya untuk kabur dulu dari situ, untuk kemudian bila ada kesempatan dilain saat
kedua orang itu baru akan dibunuhnya". siapa tahu, baru saja kakinya menginjak
permukaan tanah dari samping tubuhnya telah berkumandang suara tertawa dingin dari
Hoa kok khi. Menyusul suara tertawa dingin tadi sebuah pukulan dahsyat telah dibabat kearah
tubuhnya dari belakang.
Mimpipun Gak Lam kun tidak mengira kalau ilmu meringankan tubuhnya yang demikian
sempurna ternyata masih kalah satu tingkat bila dibanding dengan kepandaian Hoa kok
khi untuk sesaat sulit bagi pemuda itu untuk menghindarkaa diri.
Dalam keadaan begini ia menjadi nekad, hawa murninya segera dihimpun menjadi satu
lalu telapak tangan kirinya didorong kebelakang dan bersiap sedia menerima pukulan itu
dengan keras lawan keras.
Siapa tahu pukulan yang dilancarkan itu ternyata sama sekali tidak menjumpai
halangan, karena keheranan maka tanpa terasa dia menarik kembali serangannya itu.
Pada saat itulah segulung tenaga pukulan berhawa dingin mengikuti tenaga yang
ditarik kembali itu memyusup kedalam tubuhnya, kenyataan tersebut sangat mengejutkan
hatinya, buru-buru ia menyalurkan hawa murninya untuk melindungi isi perut, semua jalan
darah penting ditutup dan hawa dingin yang sudah terlanjur menyusup kedalam tubuhpun
berusaha didesak keluar.
Sayang sebelum usahanya itu mendatangkan hasil Kui to Thian yu Cinjin telah
menyusul kedepan dan menghadang disehelah kanan belakang Gak Lam kun, sebuah
pukulan dilepaskan pula dengan telapak tangan kirinya.
Waktu itu Gak Lam kun telah terkena sergapan maut Hoa Kok khi, serta merta
serangan dahsyat dari Thian yu Cinjin sulit pula baginya untuk menghindarinya, apalagi
serangan itupun merupakan sejenis ilmu pukulan berhawa dingin, yang mengerikan.
Tampaknya sebentar lagi Gak Lam kun bakal terluka parah oleh pukulan mematikan itu.
Disaat yang kritis mendadak terdengar suara tertawa dingin berkumandang
memecahkan kesunyian.
Mengikuti suara tertawa dingin tadi, segulung angin pukulan yang lembut langsung
menggulung kedepan dan menerjang serangan maut dari Thian yu Cinjin itu.
"Blaaang".!" kedua gulung tenaga itu saling bertemu satu sama lainnya, terjadilah
suatu gemuruh yang memekikkan telinga.
Oleh tenaga pantulan dari benturan tersebut, Thian yu Cinjin merasakan sepasang
bahunya bergetar keras, tubuhnya terdorong mundur setengah langkah dari posisi semula.
Cepat-cepat dia mendongakkan kepalanya, kurang lebih tiga kaki dihadapannya berdiri
seorang gadis cantik jelita yang mengenakan baju berwarna kuning emas, disisinya berdiri
pula seorang sastrawan berbaju biru.
Siapakah kedua orang itu" Ternyata mereka bukan lain adalah Kim eng thamcu
(thamcu elang emas Ki Li soat dan Lan ceng sin thamcu (Thamcu elang biru Cian seng kui
si sastrawan aneh seribu bintang) Wan Kiam ciu, dua orang jago tangguh dari
perkumpulan Thi eng pang.
Kui to Thian yu Cinjin kembali tertawa dingin.
"Selamat berjumpa, selamat berjumpa!" katanya, "tidak kusangka dua orang toa
thamcu dari Thi eng pang juga telah berdatangan kepulau terpencil ini, heeehh".
heeehh". heeehhh"."
Kim eng thamcu Ki Li Soat tertawa dingin sindirnya pula dengan nada sinis
"Akupun tidak menyangka kalau dua orang jago tangguh yang mempunyai nama besar
dalam dunia persilatan telah melakukan perbuatan terkutuk serendah ini dengan
mengerubuti seorang pemuda ingusan"
Mendengar sindiran tersebut, si tosu setan Thian yu cinjin merasa malu bercampur
marah, sebenarnya ia hendak mengumbar hawa amarahnya, tapi setelah terbayang
kembali bahwa pukulannya berhasil menghapuskan pengaruh tenaga serangannya tadi
lagi pula mengetahui kalau thamcu ini merupakan orang pertama yang paling diandalkan
ketua Thi eng pang, niat tersebut segera diurungkan.
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tergelak pula seraya berkata, "Sungguh mengagumkan!
Sungguh mengagumkan! Ki thamcu memang seorang jago perempuan yang tersohor
namanya diseluruh dunia, setelah perjumpaan hari ini kubaru ketahui bahwa namamu
bukan kosong belaka"
Pelan-pelan Cian seng ki su Wan kiam ciu maju kedepan, lalu katanya dengan dingin,
"Saudara Hoa, baik-baikkah kau selama ini" Sudah hampir dua puluh tahun lamanya kita
tak pernah bersua muka!"
"Baik sekali, baik sekali" jawab Thian kiam kuncu Hoa kok khi sambil memberi hormat
"setelah berpisah pada dua paluh tahun berselang, tidak kusangka kalau Wan heng telah
menjadi seorang toa thamcu dari perkumpulan Thi eng pang, siaute benar-benar ikut
gembira atas kesuksesanmu ini"
Cian seng Kisu Wan kiam ciu mendengus dingin.
"Dua puluh tahun tidak berjumpa tampaknya ilmu silat yang dimiliki Hoa heng telah
mengalami kemajuan pesat kalau dugaanku tidak salah, rupanya ilmu Tay siu im khi telah
berhasil kau kuasai secara sempurna".!"
Hoa kok khi tersenyum.
"Saudara wan terlalu memuji siaute tak berani menerimanya. Haaahh". haahhh".
haaahh". ilmu Tay siu im khi adalah sejenis kepandaian berhawa dingin yang amat sakti
dan sukar dipelajari, dengan kebebalan otak siaute, mana mungkin ilmu tersebut bisa
kupelajari secara sempurna" Haahh". haaah". cuma hadiah kitab pusaka Tay siu khi dari
saudara Wan tempo hari memang sangat membantuku, disini siaute ucapkan banyak
terima kasih dulu atas kerelaan hatimu"
Paras muka Cian seng Ki su Wan Kiam ciu berubah hebat, tapi segera ia tertawa dingin
tiada hentihya.
"Heee". heeeh". heeeh". Saudara Hoa, kau jangan terlalu sombong, dulu siaute
hanya menyesal karena ilmu silatku bukan tandinganmu sehingga kitab pusaka Tay siu im
khi tersebut berhasil kau rampas, tapi sepuluh tahun kemudian ketika kitab tersebut kau
kembalikan kepadaku". Hmm". hmm". Ternyata kau berniat busuk dengan
menyerahkan sejilid kitab Tay siu im khi palsu kepadaku, membuat jiwaku nyaris ikut
terbang meninggalkan raga"
"Haaah". haaah". haaah saudara Wan, kalau begitu kedatanganmu sekarang adalah
ingin melakukan perhitungan lama dengan siaute?" tukas Hoa Kok khi sambil tertawa
tergelak. "Saudara Hoa, dahulu kita adalah sahabat karib tapi dengan cara yang rendah dan
biadab kau telah mencelakaiku, mengkhianati persahabatan kita, kesemuanya ini membuat
siaute benar-benar tak tahan untuk menyimpan terus rasa kesal dalam hatiku."
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi kembali tertawa lebar, ujarnya dengan suara lembut,
"Kalau memang saudara Wan masih teringat dengan persahabatan kita dimasa lalu, aku
lihat pertarungan ini lebih baik ditiadakan saja, apalagi sampai dimanakah ilmu silat yang
dimiliki saudara Wan, siaute juga mengetahui sangat jelas, siapa menang siapa kalah aku
rasa hatimu tentu lebih terang bukan?"
Jelas perkataan itu dia maksudkan bahwa Cian seng Ki su pada hakekatnya bukan
tandingannya. "Aah, belum tentu!" teriak Wan Kiam ciu gusar.
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa enteng.
"Saudara Wan, antara kami dengan perkumpulanmu cepat atau lambat akhirnya pasti
akan terlibat dalam suatu pertarungan sengit dipulau ini, tetapi jika Wan heng memang
sudah tidak sabar menunggu, tentu saja dengan senang hati siaute akan melayanimu"
Dengan suatu gerakan cepat Wan Kiam ciu mengeluarkan sebuah cambuk lemas yang
penuh dengan kaitan perak dari sakunya, lalu dengan suara berat berkata, "Saudara Hoa.
sambutlah seranganku ini!"
Tangan kanannya lantas digetarkan dan hawa murninya disalurkan kedalam cambuk
tersebut dengan jurus Kim ciam teng hay (jarum emas memaku samudra) ia langsung
menyodok jalan darah Hu ciat hiat pada lambung Hoa Kok khi.
Seenteng awan yang bergerak diangkasa, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menyingkir
tiga depa kesamping.
Siapa tahu Wan kiam ciu telah memperhitungkan sampai kesitu, cambuk lemasnya
kembali diputar sedemikian rupa hingga melejit secara aneh menyusul kemudian telapak
tangan kirinya memainkan ilmu pukulan cian seng ciang hoat (pukulan seribu bintang)
untuk mengimbangi permainan cambuk lemasnya itu.
Jilid 10 Bayangan cambuk dengan dahsyatnya menyelimuti angkasa, bintang-bintang berwarna
perak meluncur kesana kemari, angin pukulan yang menderu-deru menambah seramnya
suasana, serangan tersebut betul-betul suatu kombinasi serangan yang maha hebat.
Karena kurang hati-hati, Thiat kiam kuncu terdesak hebat dan berulang kali harus
mundur kebelakang.
Gak Lam kun yang berdiri disamping arena sambil mengatur nafas dan mengobati isi
perutnya yang terluka dapat mengikuti jalannya penarungan itu dengan jelas ia menghela
nafas panjang tak disangkanyanya kalau begitu banyak jago lihay yang terdapat dalam
dunia persilatan ini, terutama Cian seng Kisu dari Thi eng pang tersebut, kehebatan ilmu
silatnya sudah cukup baginya untuk menjadi pemimpin suatu perkumpulan besar.
Setelah didesak berulangkali oleh permainan cambuk Wan Kiam ciu sehingga
berulangkali Hoa Kok khi harus menghadapi ancaman maut, lama kelamaan naik darah
juga orang itu, sambil tertawa dingin dia lantas mengejek:
"Saudara Wan, ilmu silatmu memang luar biasa, maaf kalau siaute musti bertindak
kurang ajar kepadamu"
Diantara berkelebatnya, bayangan cambuk serta bayangan telapak tangan, tiba-tiba ia
menerobos maju kedepan sambil melancarkan sebuah babatan kilat.
Cian seng Kisu Wan Kiam ciu tidak mau unjukan kelemahannya, kaki kanannya segera
maju setengah langkah, tubuhnya berputar kencang dan cambuknya disodok keatas
membabat lengan lawan dengan jurus Ing hong toan cau (menyongsong angin memotong
rumput). Dengan memakai kaki kirinya sebagai poros Thiat kiam kuncu berputar secepat
gangsingan, dia mundur beberapa depa, lalu sepasang telapak tangannya secara
bergantian melancarkan pukulan dalam sekejap mata ia telah melepaskan empat buah
pukulan, bahkan pukulan demi pukulan dikeluarkan dengan kekuatan yang makin hebat.
Sekuat tenaga Wan Kiam ciu memutar cambuknya nenciptakan setengah lingkaran
bayangan perak setelah angin cambuk memunahkan empat buah pukulan lawan, dia
berebut kedepan sambil melancarkan tiga buah serangan cambuk, sayang serangan
tersebut semuanya berhasil dipukul balik oleh tenaga pukulan Hoa Kok khi.
Setelah pertarungan berlangsung beberapa jurus Cian seng kisu baru merasakan
kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Hoa Kok khi, jelas orang itu sudah berhasil
menguasai rahasia utama dari ilmu Tay siu im khi yang maha dahsyat tersebut.
Buru-buru dia mengatur pernapasannya dan menyiapkan senjata untuk menghadapi
segala kemungkinan tapi ia sendiri sama sekali tidak memulai dengan serangan baru.
Thiat kiam kuncu tertawa terbahak-bahak, sambil melompat mundur tiga langkah
katanya: "Saudara Wan, sekarang bukan waktu yang cocok bagi kita untuk beradu jiwa,
bagaimana kalau kita sudahi pertarungan pada malam ini sampai disini saja?"
Tidak menunggu jawaban lagi, dia lantas putar badan dan berkata pula kepada Thian
yu Cinjin: "Thian yu to heng, mari kita pergi"
Kui to (si tosu setan) Thian yu Cinjin tertawa dingin.
"Malam ini sepasang mataku benar-benar terbuka lebar, aku baru tahu kalau tenaga
dalam yang dimiliki Hoa heng jauh lebih sempurna dari apa yang pinto duga semula"
Thiat kiam Kuncu tertawa tergelak.
"Haaah" haah" sama-sama, sama-sama To heng pandai menyembunyikan
kepandaian, kesempurnaanmu jauh lebih diluar dugaan orang"
"Saudara jangan pergi dulu!" tiba-tiba Kim eng thamcu Ki Li soat berseru "dengan
memberanikan diri, pun thamcu minta petunjuk beberapa jurus ilmu pedangmu"
"Aaaa..! Ki thamcu terlalu sungkan, aku orang she Hoa dengan senang hati akan
menyambut tantanganmu"
"Kenapa tidak kau loloskan senjatamu?" ejek Ki Li soat sambil tertawa dingin.
Hoa Kok khi tersenyum.
"Kita toh cuma saling mengukur kepandaian, aku yakin nona Ki tidak akan merenggut
nyawa aku orang she Hoa, maka lebih baik kugunakan sepasang telapak tanganku untuk
menerima pedang nona"
Paras muka Ki Li soat berubah selapis hawa dingin menyelimuti wajahnya, pelan-pelan
dia meloloskan sebilah pedang dari belakang punggungnya pedang itu tidak memancarkan
sinar tajam atau cahaya berkilauan, karena senjata tersebut ternyata adalah sebilah
pedang bambu. Semua orang baru kaget setelah mengetahui bahwa pedang yang dipergunakan adalah
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebilah pedang bambu yang tipis seperti lapisan pisau pikir orang-orang itu:
"Tanpa memiliki tenaga dalam yang sempurna tak mungkin ia bisa mempergunakan
lapisan bambu yang begini tipis sebagai senjata andalannya, wah" dia pasti seorang jago
yang menakutkan!"
Gak Lam kun tahu kalau gadis tersebut adalah pemimpin para thamcu dalam
perkumpulan Thi eng pang, ilmu silatnya pasti lihay sekali, tapi diapun tidak menyangka
kalau tenaga dalamnya telah mencapai tingkatan yang dikatakan orang memetik daun
melukai orang, menyentil kedelai menotok jalan darah orang.
Paras muka Tniat kiam kuncu Hoa Kok khi agak berubah pula, ia tahu senjata tersebut
merupakan sebilah senjata yang mematikan, dia tak berani memandang enteng lagi,
segenap perhatiannya dipusatkan menjadi satu untuk bersiap-siap melancarkan serangan.
Tiba-tiba pedang bambu ditangan kanan Ki Li soat yang lemas itu menegang keras,
jari-jari tangan kirinya memegang gagang pedang dengan lembut sedang kaki kanannya
diseret kearah kiri belakang lalu setelah memutar badannya dengan kepala masih
menghadap kedepan ia berbisik:
"Maaf"
Pedang bambu itu pelan-pelan didorong kedepan dengan jurus Hui pau liu sian (air
terjun mengalirkan sumber air) ujung pedangnya bergerak lambat kedepan dan menusuk
dada kiri Hoa Kok khi.
Sepintas lalu gerakan ini tampak sangat indah ibaratnya bidadari yang sedang berjalan
diatas awan akan tetapi dibalik gerakan yang sederhana dan tiada sesuatu yang istimewa
itu justru tersimpan gerakan To coan im yang (memutar balikkan im yang) yang
merupakan perubahan kedua dari gerakan tersebut, asal musuh menghindari serangan
pertama, maka dari gerakan menusuk, pedang itu akan berubah menjadi gerakan sapuan
yang menyusul kedepan menyambar tubuh bagian tengah.
Sewaktu serangan kedua ini menyusul kedepan dengan membabat bagian tengah
tubuh, maka gerakannya dari lambat akan berubah menjadi cepat, sedemikian cepatnya
sehingga tak mungkin bagi musuhnya untuk menghindarkan diri.
Boleh dibilang jurus serangan itu merupakan dua jurus berantai yang maha lihay.
Selapis rasa tegang dan serius menghiasi wajah Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, tapi ia
tidak menghindari serangan tersebut, telapak tangan kirinya segera diayun kedepan
menahan gerakan pedang itu sementara telapak tangan kanannya dengan jurus Ci kou
thian bun (menyembah langsung pintu langit) membacok batok kepala musuh.
Dibalik serangannya itu dia sertakan pula segulung tenaga dingin yang menusuk tulang,
sedemikian dingin dan tajamnya hawa serangan itu, membuat orang akan bergidik
rasanya. Mendadak bentakan nyaring menggelegar diudara, telapak tangan kiri Ki Li soat
meluncur kedepan, sementara pedang bambu ditangan kanannya berubah gerakan.
"Breeet?"
Diiringi suara tertawa nyaring, seperti bayangan setan dalam angin dingin Thiat kiam
kuncu Hoa Kok khi telah mundur tujuh langkah, ketika ia menundukkan kepalanya tampak
ujung baju pada pergelangan tangan kanannya telah robek besar.
"Lihay, lihay, betul-betul sangat lihay" serunya sambil tertawa "ilmu pedang nona Ki
memang sungguh luar biasa sekali, sayang dalam dua jurus pedang kebanyakan sebuah
pukulan, bila ada jodoh aku orang she Hoa pasti akan mohon petunjukmu lagi, sekarang
terpaksa aku mohon diri lebih dulu.
Gak Lam kun yang mengikuti jalannya pertarungan diam-diam menghela napas,
ternyata didalam melancarkan serangannya tadi Ki Li soat memang telah kelebihan sebuah
pukulan. Meskipun sekilas pandangan gadis itu berhasil menangkan pertarungan, tapi ia justru
telah mengingkari perkataannya sendiri yakni dua pedang kelebihan satu pukulan.
Sesungguhnya hal ini terpaksa dia lakukan karena pukulan Hoa kok khi yang terlampau
lihay hal tersebut memaksanya harus menggunakan pukulan untuk memusnahkan bahaya,
jadi dengan demikian menurut peraturan dunia persilatan hasil pertarungan itu adalah seri
alias sama kuat.
Walaupun kedua orang itu melangsungkan pertarungan dengan gerakan cepat tapi dari
serangan-serangan itu bisa diketahui pula sampai dimanakah sempurnanya ilmu silat
mereka serta kecerdasan dan daya refleknya.
Ki Li soat masih berdiri ditempat semula dengan wajah sedingin es, sedikitpun tanpa
emosi. Thiat kiam kuncu Hoa kok khi berpaling kepada Gak Lam kun kemudian ujarnya sambil
tersenyum: "Gak lote, maaf sekali, kau telah terkena pukulan Tay siu im khi ku, bila kau bersedia
bertukar syarat denganku, besok tengah hari silahkan kau menantikan kedatanganku
disini" Selesai berkata sambil tertawa ringan ia dan Thian yu Cinjin berlalu dari situ.
Air muka Gak Lam kun yang sesungguhnya merah dadu, kini telah berubah menjadi
pucat pasi, matanya setengah terpejam dan mimik wajahnya secara lamat-lamat
menunjukkan kesakitan yang luar biasa.
Ki Li soat masukan kembali pedangnya kedalam sarung, pelan-pelan ia maju
menghampiri si anak muda itu.
Mendadak Gak Lam kun membuka matanya, dengan sinar mata tajam ditatapnya wajah
Ki Li soat sekejap, kemudian setelah tertawa hambar ia memejamkan kembali matanya.
Sekalipun hanya pandangan sekejap, namun sepasang sinar matanya yang tajam
bagaikan aliran listrik bertegangan tinggi telah menembusi dasar hati Ki Li soat.
Secara tiba-tiba saja sepasang keningnya berkerut, wajahnya menunjukkan kekesalan
dan sedih, sambil menatap wajah Gak Lam kun ia berdiri termangu"
Waktupun berjalan lewat ditengah keheningan.
Tiba-tiba Gak Lam kun membuka kembali matanya, sekulum senyuman tersungging
diatas wajahnya yang pucat, sambil menyeka keringat dengan ujung bajunya ia berkata:
"Nona Ki, aku orang she Gak akan mengingat selalu budi pertolonganmu kepadaku, kini
aku telah terkena pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi, hawa racun telah menyusup
ketubuhku dan menyerang isi perutku, kini Sam yang, sam im dan sam meh ku sudah
terluka oleh hawa dingin beracun tersebut, dengan keadaan seperti ini aku tahu kalau
usiaku tak akan melewati tujuh hari, aku mati bukan urusan, tapi ada satu persoalan
membuatku menjadi tidak tenang yakni tempo hari aku tak sanggup menyelamatkan jiwa
saudara Si Tiong pek"
ooooooOoooooo Menyinggung kembali soal Si Tiong pek, Ki Li soat merasakan hatinya bergetar keras ia
menghela, nafas panjang.
"Mati hidup manusia ada ditangan Thian, mengenai persoalan komandan pasukan Thiat
eng tui kami, aku harap kau tak usah selalu memikirkannya dihati, yang penting sekarang
adalah luka yang diderita Gak siangkong! Bila kau bersedia, mungkin pangcu kami masih
sanggup untuk mengobati lukamu itu"
Gak Lam kun tersenyum.
"Ilmu silat nona Ki sangat tinggi, tentunya kaupun tahu bahwa Tay siu im khi adalah
semacam pukulan hawa beracun yang dilancarkan keluar dalam sebuah pukulan tenaga
murni tingkat tinggi, dengan meminjam hawa pukulan itulah sari racun dipaksakan masuk
kedalam urat nadi?"
Ki Li soat tertegun setelah mendengar perkataan itu, tanpa terasa tanyanya dengan
sedih: "Apakah lukamu itu tak mungkin bisa diobati?"
Menyaksikan sikapnya yang begitu menaruh perhatian, sekulum senyuman penuh rasa
terima kasih kembali menghiasi wajah yang pucat, sorot matanya berkilat, katanya:
"Seandainya barusan ada orang membantuku untuk menembusi Sam im dan Lak meh
ku, setelah beristirahat beberapa hari lukaku itu pasti akan sembuh dengan sendirinya,
tapi sekarang sudah terlalu lambat untuk dikatakan lagi?"
Berkaca-kaca sepasang mata Ki Li soat setelah mendengar perkataan itu mungkin
karena ikut cemas dan gelisah atas keadaan lukanya, tanpa disadari airmata bercucuran.
Gak Lam kun terharu sekali, ia semakin merasa bahwa gadis itu adalah seorang gadis
cantik yang baik hati, penuh belas kasihan dan berhati polos. Ini bisa dibuktikan dari
sikapnya barusan, tanpa hubungan persahabatan diantara mereka bahkan malah berada
dalam posisi saling bermusuhan, ternyata ia menaruh simpatik kepadanya, dari sini bisa
diketahui bahwa hatinya memang benar-benar polos.
Selang sejenak kemudian, Ki Li soat menghela napas dan berkata sambil tertawa:
"Sebelum pergi Hoa Kok khi toh sudah meninggalkan pesan, aku rasa dia pasti
mempunyai cara penyembuhan?"
"Nona Ki, dugaanmu memang tak salah dia memang mempunyai cara penyembuhan
atas luka tersebut" kata Cian seng Kisu Wan Kiam ciu sambil tertawa dingin "tapi syarat
yang dia ajukan pasti akan jauh lebih berharga daripada nilai selembar nyawa"
"Sekalipun tanpa pertukaran syarat tak nanti akan kuterima bantuan pengobatannya"
tukas Gak Lam kun sambil tertawa ewa "Nona Ki silahkan kalian berlalu!"
Sehabis berkata dia lantas memberi hormat dan berlalu dari situ dengan langkah lebar.
Dengan termangu-mangu Ki Li soat mengawasi bayangan punggungnya hingga lenyap
dibalik kegelapan, titik airmata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi pipinya.
Dia sendiripun tidak tahu apa sebabnya begitu menaruh simpatik kepadanya diapun tak
tahu mengapa ia harus mencucurkan airmata kepedihan baginya.
"Nona Ki!" Wan kiam Cu berkata nyaring "aku lihat asal usul orang ini amat
mencurigakan kenapa kita lepaskan dengan begitu saja?"
"Wan thamcu, tahukan kau murid siapa dia?"
Setelah berhenti sebentar dan menghela nafas lanjutnya:
"Orang itu bukan lain adalah ahli waris dari Tok liong cuncu Yo long yang namanya
tersohor dalam dunia persilatan"
Sekilas rasa kaget dan tercengang menghiasi wajah Cian seng Kisu Wan Kiam ciu.
"Nona Ki, kalau begitu mari kita susul dia dan membunuhnya"
"Wan thamcu masa kau tidak tahu bila perkumpulan kita ada maksud membinasakan
orang ini, semalam ayah angkatku telah turun tangan keji kepadanya" kata Ki Li soat
dengan dingin "sekarang aku ingin bertanya kepadamu pula, Tok Liong cuncu Yo Long
sesungguhnya masih hidup atau sudah mati" Tahukah kau?"
"Menurut pengakuan dari Ou Yong hu, Yo Long telah terjatuh kedalam jurang Yan po
gan dibukit Hoa san, sudah tentu sembilan puluh persen tak mungkin bisa hidup"
"Kalau Yo Long masih hidup kita tak usah mengikat seorang musuh tangguh
dengannya, kalau sudah mati tentu saja kita lebih-lebih tak usah membunuh orang she
Gak itu" Cian seng Kisu Wan Kiam ciu tidak mengerti maksud dari ucapannya itu dia lantas
bertanya: "Nona Ki, apa maksud perkataanmu itu?"
Sambil tertawa Ki Li soat berkata:
"Teka teki sekitar mati hidupnya Yo Long masih merupakan sebuah tanda tanya besar
bagi setiap umat persilatan, sekarang kita ambil contoh seandainya Yo Long telah tiada,
lantas siapakah yang akan mewakilinya untuk menerima Lencana pembunuh naga dari
Soat san thian li" Apalagi jika kita binasakan Gak Lam kun, bukankah tindakan kita ini
sama artinya dengan membantu pihak See Thian san pay untuk mengangkangi Lencana
pembunuh naga tersebut" Pangcu telah berpesan kepadaku, bila berjumpa lagi dengan
Gak Lam kun kita musti berusaha untuk membaikinya mengikat tali persahabatan
dengannya, bahkan bila perlu memanjakan agar dia bersedia kita gunakan, atau paling
tidak jangan membuat dia memusuhi kita."
"Berbicara dari kekuatan yang hadir dipulau ini sekarang, boleh dibilang hanya Thi eng
pang kita dengan perguruan panah bercinta saja yang memiliki kekuatan paling besar,
sekalipun ilmu silat pangcu amat lihay, tapi kepandaian dari Lam hay sin ni juga lihay
sekali, kalau Gak Lam kun sampai ditarik oleh pihak perguruan panah bercinta, kejadian ini
bagi perkumpulan kita boleh dikatakan sebagai suatu kerugian yang sangat besar sekali"
Cian seng kisu Wan Kiam ciu manggut-manggut.
"Nona Ki benar-benar burung hong diantara manusia, pendapatmu memang hebat
sekali!" Ki Li soat gelengkan kepalanya berulangkali, setelah menghela napas panjang, ujarnya
lebih jauh. "Gak Lam kun adalah seorang pemuda yang tinggi hati dan berwatak keras kepala
selamanya ia selalu luntang lantung seorang diri tampaknya agak sulit untuk
merangkulnya agar memihak kepada perkumpulan kita padahal jago lihay yang dewasa ini
berkumpul disini sudah tak terhitung jumlahnya boleh dibilang belum pernah terjadi
kejadian semacam ini selama beratus tahun dalam dunia persilatan, aaai" jika sampai
terjadi bentrokan langsung, pastilah sudah banyak korban yang akan berjatuhan,
akibatnya dunia persilatan akan menjadi lemah sekali!"
"Nona Ki!" ujar Cian seng Kisu dengan cepat "buat apa kau merisaukan persoalan itu"
Kini ibaratnya airpun susah dibendung, terpaksa kita harus mengembangkannya sesuai
dengan rencana yang telah digariskan."
Dengan sepasang mata yang tajam Ki Li soat menatap wajah Wan Kiam ciu lekat-lekat,
kemudian iapun menghela nafas panjang.
"Wan thamcu, memang ada baiknya kalau kita segera berangkat pulang untuk
melaporkan dulu kejadian ini kepada pangcu."
Selesai berkata dua orang itupun pelan-pelan berlalu dari situ dibawah timpaan sinar
matahari pagi. ooooooOoooooo Dengan menelusuri bukit tebing yang mengitari sekeliling bangunan gedung itu Gak
Lam kun bergerak menuju ketimur.
Ia cukup menyadari, ilmu Tay siu im khi yang bersarang ditubuhnya akibat serangan
dari Thiat kiam kuncu amat parah sekali, kepandaian tersebut merupakan sejenis ilmu
pukulan beracun Im tok sin kang dari aliran perguruan Pek kut bun, para korban kecuali
mendapat pengobatan langsung dari pemukulnya boleh dibilang tiada pertolongan lain
kecuali jalan kematian.
Sekalipun demikian, untuk memperoleh pengobatan khusus dari pihak Pek kut bun
itupun tak bisa melampaui batas waktu selama sembilan jam, maka Thiat kiam Kuncu
berjanji kepadanya untuk bertemu pada tengah hari nanti, tentu saja bila syarat yang
diajukan dapat diterima, racun itu baru akan disembuhkan dengan suatu cara pengobatan
khusus. Tentu saja Thiat kiam Kuncu mengajukan pertukaran syarat hanya merupakan sebuah
usul belaka, tapi Gak Lam kun yang keras kepala dan tinggi hati telah mengambil
keputusan untuk tidak menundukkan kepala apalagi minta ampun dari musuh besarnya, ia
lebih rela mati secara mengerikan tujuh hari kemudian akibat bekerjanya racun keji itu
daripada takluk dan menyerah kepada lawan.
Teringat soal kematian tiba-tiba saja Gak Lam kun merasakan pikiran maupun
perasaannya menjadi begitu kosong dan hampa.
Mati! Tentu saja ia tidak takut, sewaktu masih kecil dulu ia teringat kembali akan si
kakek yang patut dikasihani, serta teringat juga bahwa tugas yang dibebankan diatas
pundaknya hingga kini belum terselesaikan, padahal tak lama kemudian ia harus berpisah
dari dunia ini, rasa sedih seketika menyelimuti seluruh perasaannya, ia berusaha menahan
lelehan airmatanya, tapi toh akhirnya butiran airmata mengalir juga membasahi pipinya.
Dibalik butiran-butiran airmatanya itu entah terselip berapa banyak perasaan yang
beraneka ragam yang bercampur aduk menjadi satu"
Budi dan dendam belum terselesaikan"
Ciang ping, kekasihnya telah menitipkan adik lelakinya kepada dia untuk dirawat"
Semua kesedihan, kegembiraan, pahit getir dan aneka ragam penderitaan lain yang
dialami selama ini, sebentar lagi akan berpisah untuk selamanya"
Aaaai! Dengan amat pedihnya Gak Lam kun menghela nafas panjang, ia tahu masalah
tersebut dengan perasaan apa boleh buat terpaksa harus ditinggalkan dengan begitu saja
tujuh hari kemudian.
Dewasa ini yang bisa ia lakukan hanya berusaha keras untuk mengendalikan diri agar
luka didalam nadinya tak sampai kambuh, dalam tujuh hari yang amat singkat ini, masih
banyak urusan yang harus ia selesaikan, paling tidak seorang musuh besar harus dibunuh,
bila masih sempat diapun harus menyambut kedatangan Lencana pembunuh naga, lalu
mencari seorang sahabat yang dapat dipercaya menitipkan Ji Kiu liong adik kekasihnya
agar dirawat serta melimpahkan tanggung jawab yang sangat berat ini kepada orang lain,
dengan begitu dia baru bisa mati dengan tenang tanpa harus risau oleh masalah lain.
Teringat sampai masalah yang terakhir itu tiba-tiba terlintas bayangan dari Bwe Li pek
dihadapan mata Gak Lam kun, ia merasa hanya dialah satu-satunya orang yang bisa
memikul tanggung jawab berat ini.
Gak Lam kun mendongakkan kepalanya menentukan arah tujuan, lalu ia percepat
langkahnya menuju kedepan sana.
Buncu dari perguruan panah bercinta telah berjanji dengannya untuk bertemu pada
kentongan kelima, dimana dia hendak mengembalikan pedang Giok siang kiam tersebut
kepadanya, kini kentongan kelima, sudah lewat, sinar fajar telah memancar kemanamana,
dalam gelisahnya Gak Lam kun segera mengerahkan segenap tenaga ilmu
meringankan tubuhnya untuk bergerak menuju kegedung sebelah tenggara.
Mendadak" Dari balik kabut pagi yang tipis dan remang-remang, ia menyaksikan sesosok bayangan
manusia berbaju hitam yang kurus kecil sedang berjalan mendatangi dari arah tenggara.
Sekalipun tubuh Gak Lam kun sudah terluka oleh pukulan Tay siu im khi, bukan berarti
ilmu silatnya telah punah, dalam sekali lirikan saja ia telah mengetahui bahwa orang itu
bukan lain adalah Thamcu panji hitam dari perkumpulan Thi eng pang Tang hay coa siu
(kakek ular dari lautan timur) Ou Yong hu.
Pertemuan yang tidak terduga ini segera menimbulkan hawa napsu membunuh yang
tebal didalam benak Gak Lam kun.
Dengan cepat ia menghentikan langkah tubuhnya, sementara Kakek ular dari lautan
timur Ou Yong hu rupanya masih belum tahu kalau orang yang berada dihadapannya
adalah Gak Lam kun, pelan-pelan ia berjalan menghampirinya.
Kurang lebih tiga empat kaki kemudian, Kakek ular dari lautan timur baru
mendongakkan kepalanya, begitu menjumpai Gak Lam kun berada dihadapannya, kontan
saja paras mukanya berubah hebat, ia menjadi tertegun dan berdiri mematung disana,
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk sesaat tidak diketahui olehnya apa yang musti dilakukan"
Gak Lam kun tertawa dingin dengan seramnya dengan suatu gerakan cepat sepasang
tangannya bekerja keras melepaskan jubah luarnya yang berwarna hijau pupus itu
sehingga tampak jubah naganya yang berwarna kuning keemas-emasan.
Menyusul kemudian wajahnya yang ganteng ditutup pula oleh selembar topeng
berbentuk naga, tangannya mengenakan cakar naga perenggut nyawa dan sekejap mata
kemudian, Gak Lam kun telah berubah menjadi Tok liong Cuncu Yo Long yang nama
besarnya pernah menggetarkan perasaan banyak orang dimasa lalu.
Tak terlukiskan rasa panik, takut dan ngeri yang berkecamuk dalam perasaan si Kakek
ular dari lautan timur Ou Yong hu dewasa ini, bayangan kematian sudah mulai menghantui
pikiran maupun perasaannya, utusan pencabut nyawa yang setiap hari ditakuti dan
dirisaukan, akhirnya muncul juga dihadapan mukanya.
"Heeehhh" heeehhh" heeehhh?" Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu
memperdengarkan suara tertawa seramnya yang rendah dan berat, suara tertawanya itu
diperdengarkan berulangkali dengan maksud untuk menutupi rasa ngeri, panik dan takut
yang hampir menguasai seluruh pikiran maupun perasaannya itu.
Lama, lama sekali, pelan-pelan ia baru berkata:
"Ternyata dugaan lohu tidak keliru, rupanya Tok liong Cuncu yang belakangan ini
muncul dalam dunia persilatan tidak lain adalah hasil penyaruan dari Gak sauhiap!"
Gak Lam kun mendengus dingin dan memperdengarkan ilmu Liong gin heng (dengusan
naga sakti) nya, kemudian dengan nada menyeramkan ia berkata:
"Ou Yong hu! Kalau engkau sudah tahu, itu lebih bagus lagi kau sudah berhutang
selama hampir delapan belas tahun lamanya atas hutang berdarah diatas tebing Yan po
gan aku pikir ada baiknya kalau hutang tersebut kau bayar secepatnya"
Mendengar perkataan itu, kembali si kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu
merasakan jantungnya berdenyut keras, sekalipun ia sudah menduga bahwa Gak Lam kun
bakal mengucapkan kata-kata tersebut kehadapannya tapi setelah kedengaran dalam
telinganya sekarang, tak urung menimbulkan juga perasaan ngeri, seram dan takut dalam
hatinya. Sekuat tenaga Ou Yong hu berusaha menenangkan hatinya, lalu sambil tertawa seram
katanya: "Gak sauhiap, bila kau membinasakan aku maka sahabat cilikmu itupun tidak akan
hidup lebih jauh!"
Sekali lagi Gak Lam kun mendengus dingin.
"Hmm"! Seandainya kau Ou Yong hu benar-benar sanggup menyembuhkan luka
beracun yang diderita Ji Kiu liong, tentu saja aku orang she Gak akan memenuhi janji
dengan mengampuni selembar jiwamu, sayangnya Kwik To telah menyerahkan Ji Kiu liong
kepada Buncu dari perguruan panah bercinta" Semua kejadian itu telah kuikuti semua
dengan mata kepala sendiri, maka sekarangpun kau tak usah banyak bersilat lidah, lebih
baik siapkanlah kekuatan untuk bertarung melawan setan pencabut nyawamu nanti"
Setelah mendengar ucapan tersebut, si Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu baru
merasa amat terperanjat, mimpipun ia tak menyangka kalau semua kejadian tersebut
telah diikuti semua oleh Gak Lam kun dengan mata kepala sendiri.
Mendadak" Ou Yong hu memutar badannya dan siap kabur dari situ.
Kalau dia bisa bergerak cepat, ternyata gerakan tubuh Gak Lam kun jauh lebih cepat
lagi, seperti sesosok bayangan setan, tahu-tahu dia sudah berkelebat kehadapan
mukanya. Tak terlukiskan rasa ngeri dan kaget Ou Yong hu, tongkat berkepala ularnya segera
disodok kedepan dengan jurus Tok coa toh sim (ular beracun menjulurkan lidah).
Namun serangan tersebut ternyata hanya sebuah serangan tipuan, begitu serangan
sudah dilepaskan, tongkat itu cepat ditarik kembali, sementara tubuhnya lantas melejit
keudara dan berusaha keras kabur dari tempat itu.
Dengan sinis dan penuh penghinaan Gak Lam kun mendengus dingin.
"Hmm"! Kauanggap bisa kabur dari cengkeramanku?" ejeknya dengan suara
menyeramkan. Secepat sambaran kilat telapak tangan kirinya ditabok kemuka, segulung angin taufan
yang maha dahsyat langsung menerjang kearah punggung Ou Yong hu.
Rupanya si kakek ular dari lautan timur ini cukup tahu akan kehebatan serangan
tersebut, buru-buru ia mengerahkan ilmu bobot seribu untuk meluncur turun keatas
permukaan tanah.
Segulung desingan angin tajam kembali menyambar lewat, tahu-tahu kelima jari tangan
Gak Lam kun yang memakai cakaran naga yang tajam itu sudah menusuk jalan darah Tay
meh, Giok ki, Wi to, Im tok serta Tay ho lima buah jalan darah penting.
Sesungguhnya si Kakek ular dari lautan timur Ou Yong hu adalah seorang ahli silat yang
memiliki ilmu meringankan tubuh yang cukup sempurna, tapi karena panik dan ketakutan,
ini mengakibatkan tenaga dalamnya tak bisa dihimpun sebagaimana mustinya.
Tapi sekarang, setelah ia sadar bahwa sulit baginya untuk lolos dalam keadaan selamat,
jagoan dari Thi eng pang ini segera membulatkan tekadnya untuk beradu jiwa,
menghadapi saat-saat kritis yang mengancam keselamatan jiwanya, tiba-tiba saja ia
kerahkan segenap tenaga dalam yang dilatihnya selama puluhan tahun ini untuk
melepaskan sebuah serangan kilat.
Toya ditangan kanannya diputar sedemikian rupa oleh Ou Yong hu untuk melindungi
seluruh tubuhnya, sedangkan telapak tangan kirinya dengan menghimpun segenap tenaga
yang dimilikinya melepaskan sebuah bacokan kilat kedepan.
Serangan tersebut telah disertakan segenap kekuatan yang dimilikinya bisa
dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman tersebut.
Terasalah desingan angin tajam menderu-deru bagaikan amukan gelombang samudra
yang dipermainkan oleh angin puyuh, serangan tersebut langsung menerjang tubuh Gak
Lam kun. Menghadapi ancaman seperti itu. Gak Lam kun mendengus dingin, tiba-tiba telapak
tangan kanannya mengerahkan ilmu Tok liong ci jiau (cakar maut naga beracun), hawa
sakti segera memancar keluar dan menyelimuti seluruh udara.
"Blaaang..!" suatu bentakan dahsyat yang memekikkan telinga tak dapat dihindari lagi.
Ou Yong hu mendengus tertahan secara beruntun ia mundur sejauh tujuh delapan
langkah dengan sempoyongan.
Paras mukanya segera berubah menjadi pucat pasi seperti mayat kulit wajahnya
mengejang keras menunjukkan lekukan-lekukan garis yang penuh penderitaan, toya
kepala ular ditangan kanannya telah ditancapkan keatas tanah, dengan sekuat tenaga ia
berusaha mempertahankan keseimbangan tubuhnya, sementara dari balik sorot matanya
memancar keluar sinar buas yang penuh dengan rasa benci dan dendam yang sangat
mendalam. Gak Lam kun mendengus dingin, paras mukanya dibalik topeng naga yang mengerikan
memancarkan keseraman dan sama sekali tanpa luapan emosi, sedangkan sepasang
matanya memancarkan sinar tajam yang dingin dan mengandung arti yang sukar
dipahami. Selangkah demi selangkah ia berjalan semakin kedepan dan mendekati diri Ou Yong
hu. Mendadak! Serentetan jeritan aneh yang tinggi melengking dan memekikkan telinga berkumandang
diudara, serta mencabik-cabik keheningan malam yang mencekam seluruh jagad.
Raut wajah Ou Yong hu berkerut semakin kencang, mendadak terjadi perubahan hebat,
pelan-pelan suatu hawa membunuh yang keji, mengerikan dan buas menyelimuti seluruh
wajahnya. Tubuhnya secara lurus menerjang ketubuh Gak Lam kun, dari tongkat kepala ular yang
berada ditangan kanannya tiba-tiba memancar keluar serentetan sinar hijau berupa cairan
racun yang baunya luar biasa amis dan busuk"
Inilah kepandaian beracun yang merupakan ilmu andalan Ou Yong hu, kiranya pada
ujung toya berkepala ular itu sesungguhnya berupa ruang kosong, didalam rongga kosong
tadi disimpanlah cairan bisa dari seribu ekor ular yang paling berbisa.
Ketika ia sudah menyambut serangan Tok liong ci jiau dari Gak Lam kun tadi, sekalipun
hawa murninya mengalami kerusakan besar, namun kerugian tadi tak sampai diperlihatkan
diatas wajahnya, agar pihak lawan tidak mengetahui sampai dimanakah sesungguhnya
luka yang ia derita.
Sebab ia cukup tahu dengan segala kekuatan yang dimilikinya sekarang, ia sadar
kekuatan tubuhnga masih belum sanggup untuk menangkan Gak Lam kun, satu-satunya
kemungkinan baginya untuk mempertahankan hidup adalah menyemburkan cairan racun
diujung toya berkepala ularnya secara tiba-tiba dan diluar dugaan.
Asal Gak Lam kun terkena sedikit saja dari racun jahat itu, dalam waktu singkat sekujur
tubuhnya akan membusuk yang mengakibatkan dia akan mati secara mengerikan.
Oleh karena itu, ketika raut wajah Ou Yong hu sedang berkerut kencang tadi, secara
diam-diam ia menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk dihimpun
keujung toyanya dan mendesak cairan racun agar berkumpul menjadi satu dikepala ular.
Menanti Gak Lam kun sudah berada satu tombak dari jaraknya, serangan kilatpun
segera dilancarkan.
Sesungguhnya dengan serangan mautnya itu, si Kakek ular dari lautan timur Ou Yong
hu mempunyai kesempatan untuk berhasil sampai sembilan puluh persen, sayang ia lupa
akan sesuatu, dia lupa kalau Tok liong cuncu Yo Long telah mengetahui akan ilmu
kepandaian andalannya itu.
Didalam catatan Ciu jin liok (catatan musuh besar) dengan amat jelas Yo Long telah
menerangkan ilmu andalan dari Ou Yong hu itu, sementara Gak Lam kun sendiripun telah
menduga bahwa disaat menjelang kematiannya ia pasti akan mengerahkan sisa kekuatan
yang dimilikinya untuk memancarkan cairan racun dalam tongkat kepala ular itu.
Maka disaat Ou Yong hu menerjang maju kedepan, serentetan suara pekikan nyaring
segera berkumandang menjulang hingga keangkasa"
Tiba-tiba saja tubuh Gak Lam kun berputar bagaikan sebuah gangsingan, dengan suatu
gerakan yang sangat lincah sekali dan diluar dugaan tahu-tahu ia sudah berhasil
meloloskan diri dari sergapan maut itu.
Gak Lam kun tidak berhenti sampai disitu saja, kelima jari tangan kanannya segera
dipentangkan lebar-lebar, begitu disentil dan digetarkan maka meluncurlah lima jalur
tenaga serangan yang tajam yang langsung menerjarg kesisi kanan Ou Yong hu.
Dengan sempoyongan sekali lagi Ou Yong hu terpental sejauh dua kaki lebih dari
tempat semula. Ditinjau dari sekujur badannya yang gemetar keras serta goncangan dari toya ditangan
kanannya, hal ini segera membuktikan bahwa ia betul-betul sudah lemas dan kehabisan
tenaga sehingga kekuatan untuk berdiri tegakpun sudah tidak dimiliki lagi.
Pelan-pelan Ou Yong hu memalingkan kepalanya, ujung bibirnya bergetar lirih
melontarkan serentetan ucapan yang sangat lemah dan pelan:
"Orang she Gak, cepatlah turun tangan untuk membunuh diriku!"
Tiba-tiba Gak Lam kun mendongakkan kepalanya lalu tertawa terbahak-bahak, suara
tertawanya amat keras bagaikan lolongan srigala, begitu tajam dan mengerikan membuat
siapapun yang mendengarkan merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Tiba-tiba ia berhenti tertawa, serentetan sinar mata setajam sembilu memancar keluar
dari balik matanya dengan nada sinis dan penuh penghinaan ia berseru:
"Heeeh" heeeh" heeeh" sebelum menerima siksaan yang paling kejam, kau sudah
pingin minta ampun" Sebagai seorang enghiong ho han, berani berbuat berani pula
menanggung resikonya, guruku sudah menderita siksaan dan penderitaan selama hampir
lima belas tahun akibat ulah serta kekejaman kalian semua, apakah kau tidak sanggup
untuk menerima sedikit siksaan dan penderitaan menjelang saat kematianmu tiba?""
Sambil berkata, pelan-pelan Gak Lam kun bergerak maju kedepan, tangan kirinya
dengan cepat mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan Ou Yong hu hal
ini menyebabkan si kakek ular dari lautan timur tidak memiliki kekuatan lagi untuk
melakukan perlawanan.
Cakar naga yang dikenakan ditangan kiri Gak Lam kun telah membesi dalam urat nadi
pada pergelangan tangan kanan Ou Yong hu, darah segar telah mengucur keluar dengan
derasnya, raut wajahnya yang semula telah memucat kini berubah kian memucat lagi.
"Sreeet..! Breeet..!"
Kelima jari tangan kanan Gak Lam kun yang bercakar naga telah membesi pula kelima
buah jalan darah penting didadanya, lima gulung hawa murni segera bocor keluar
mengikuti kelima buah lubang luka tersebut.
Entah bagaimana kemudian secara tiba-tiba saja Ou Yong hu memperdengarkan jeritan
lengkingnya macam seekor babi yang disembelih.
Butiran keringat sebesar kacang kedelai telah mengucur keluar melalui sepasang poripori
tubuhnya, sepasang biji matanya telah melotot keluar, bibirnya melebar dan wajahnya
menyeringai seram, hal ini menyebabkan raut wajahnya berubah menjadi begitu seram,
begitu jelek, mengerikan dan tak sedap dipandang.
Gak Lam kun tertawa dingin cakar naga tangan kanannya tiba-tiba diangkat keatas lalu
ditusuk kearah sepasang mata Ou Yong hu dengan suatu kecepatan yang luar biasa.
Jeritan ngeri yang menyayat hati kembali berkumandang memecahkan kesunyian
sepasang biji mata Ou Yong hu telah tercukil keluar, darah kental mengucur keluar
membasahi seluruh pakaiannya.
Tapi urat-urat yang menghubungkan biji mata dengan kelopak matanya belum putus,
sementara jari-jari tangannya masih mengorek diantara kelopak matanya yang kosong dsn
penuh berlepotan darah itu.
Suatu pemandangan yang mengerikan sekali, bayangkan saja andaikata cakar naga
yang begitu tajam mengorek-ngorek diantara kelopak mata yang kosong dengan urat
syaraf yang sama sekali belum putus.
Ou Yong hu memperdengarkan jeritan lengking yang menyayatkan hati, sambil
menggigit bibir menahan rasa sakit ia menjerit-jerit seperti orang kalap:
"Orang she Gak" kau teramat keji" kau kejam sekali?"
Mendadak kelima jari tangan Gak Lam kun beralih kemulut Ou Yong hu, menyusul
kemudian pancaran darah kental segera menyembur keluar dari mulutnya itu.
Ketika tangan kanan Gak Lam kun ditarik keluar, maka diantara jepitan jari tangannya
telah bertambah dengan sebuah lidah yang penuh berlepotan darah.
Sekarang Ou Yong hu sudah tak sanggup berteriak minta tolong atau mohon ampun
lagi, jeritan-jeritan sakitnya hanya kedengaran seperti raungan parau yang tak sedap
didengar, bahkan setiap kali ia berteriak, darah kental ikut pula menyembur keluar.
Tampaknya rasa dendam dan hawa amarah yang berkobar didalam dada Gak Lam kun
belum juga berakhir, cakar naga ditangan kanannya seperti kalap mencakar, menarik,
membetot dan merobek sekujur tubuh Ou Yong hu secara keji.
Setiap kali melancarkan cengkeraman, lima buah mulut luka yang sangat dalam segera
muncul diatas tubuhnya begitu dalam cengkeramannya itu sehingga tulang putih pun
sampai terlihat sekejap mata kemudian darah kental telah membasahi seluruh tubuhnya.
Puluhan kali cakaran kemudian seluruh badan Ou Yong hu dari atas kebawah sudah
tiada yang utuh lagi darah kental telah membasahi seluruh tubuhnya waktu itulah Gak
Lam kun baru menghentikan cara penganiayaannya yang brutal kejam dan tak kenal
perikemanusiaan itu.
Pelan-pelan topeng naganya dilepaskan cakar naga perenggut nyawa dicopot dan iapun
mengenakan kembali jubah hijaunya.
Sinar matanya yang dingin menyeramkan dialihkan sekejap keatas wajah Ou Yong hu
yang masih mengejang keras dan berguling kian kemari sambil melolong ngeri itu.
Mukanya sama sekali tanpa emosi, air mukanya yang dingin dan ketus sedikitpun tidak
memancarkan rasa kasihan atau iba hati.
Dengan tenang diperhatikan sekejap keadaan Ou Yong hu yang tersiksa dan amat
menderita menjelang saat ajalnya, lalu tanpa mengucapkan sepatah katapun pergi
meninggalkan lawannya yang sekarat dan menjelang tibanya sakratul maut.
Menanti bayangan punggung si anak muda itu sudah jauh meninggalkan tempat itu,
dari balik semak belukar baru muncul dua buah batok kepala manusia, menyusul
kemudian berdirilah dua orang jago persilatan.
Dengan langkah tubuh yang sangat berhati-hati mereka menghampiri kesisi tubuh Ou
Yong hu, sedangkan perasaan hatinya anat tidak tenteram, denyut nadinya terasa
berdetak lebih cepat daripada keadaan semula.
Keadaan Ou Yong hu yang seram dan mengerikan benar-benar sangat mengejutkan
perasaan kedua orang itu.
Mau tak mau mereka harus bersiap sedia pula sebab pembalasan yang begitu brutal
dan mengerikan itu tak lama kemudian akan menimpa pula mereka berdua.
Akhirnya tubuh Ou Yong hu yang berguling-guling berhenti juga, tapi seluruh badannya
masih mengejang keras karena kesakitan, gemetar keras membuat badannya seperti
bergelombang, rintihan parau yang tak sedap didengarpun mendesis tiada hentinya dari
balik bibirnya yang telah tak berlidah itu.
Darah kental meleleh keluar segumpal demi segumpal, keadaan semacam itu betul
betul mengerikan sekali dan mendirikan bulu kuduk siapapun yang melihatnya.
Kakek gemuk pendek yang ada disebelah kiri itu tiba-tiba berbisik lirih:
"Saudara Kongsun, coba kau lihat cara bajingan itu membunuh orang betul betul amat
brutal, kejam dan tak mengenal peri kemanusiaan"
Kiu wi hou (rase berekor sembilan) Kongsun Po yang bermuka licik dan penuh dengan
segala tipu muslihat itu mendehem beberapa kali, kemudian baru sahutnya:
"Say heng bagaimanapun juga kita harus berusaha untuk melenyapkan orang ini dari
muka bumi!"
"Tapi" dengan kekuatan kita berdua aku rasa masih belum sanggup untuk
menundukkan orang itu" ujar Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say Khi pit.
Ou Yong hu yang berada diatas permukaan tanah rupanya masih sempat mendengar
pembicaraan dari kedua orang itu, tenggorokannya kembali memperdengarkan suara
gemerutuk yang amat parau dan mengerikan.
Ditinjau dari suaranya itu, seakan-akan ia sedang mohon bantuan dari kedua orang itu
untuk membebaskannya dari siksaan yang tak tertahankan lagi itu.
Si Rase berekor sambilan Kongsun Po tertawa kering, lalu katanya kemudian:
"Tua bangka she Ou, beristirahatlah dengan tenang, kami pasti akan membalaskan
sakit hatimu itu"
Selesai berkata demikian, teiapak tangannya segera dibabat kebawah, diantara
gulungan angin tajam itu, nyawa Ou Yong hu pun terlepas dari tubuh kasarnya yang amat
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyiksa diri itu, kini tinggalkan sesosok mayat yang kaku dan berada dalam keadaan
menyeramkan. Rase berekor sembilan Kongsun po kembali tertawa seram, katanya kembali:
"Say heng, setelah kita mempunyai bukti nyata dengan mayat dari tua bangka she Ou
ini, rasanya tidak sulit untuk memancing kemarahan khalayak ramai, marilah kita bekerja
sama untuk melenyapkan bangsat itu dari muka bumi"
Baru selesai ia berkata, terdengar seseorang telah menyambung sambil tertawa ringan:
"Saudara Kongsun, sekalipun caramu itu tidak jelek, tapi situasi yang kita hadapi
sekarang jauh berbeda, siapakah diantara jago persilatan didunia dewasa ini yang tidak
tahu kalau persoalan ini menyangkut soal balas membalas yang telah berlangsung turun
temurun?" Mendengar perkataan itu, si Rase berekor sembilan serta si Kakek sakti berwajah
pualam segera berpaling kearah mana berasalnya suara tersebut"
Tampak seorang laki-laki tampan yang amat romantis berdiri kurang lebih beberapa
kaki dibelakang mereka, siapa lagi orang itu kalau bukan Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi.
Kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit merasa agak tertegun, ia tidak mengira kalau
secara diam-diam Hoa Kok khi telah menyusup hanya beberapa kaki saja dibelakang
mereka. Coba kalau tidak mendengar suara teguran tersebut, mungkin mereka berdua masih
belum menyadari akan kehadirannya, untung ia tidak bermaksud mencelakai mereka, coba
kalau tidak demikian, mungkin nyawa mereka berdua sudah melayang semenjak tadi.
Si Rase berekor sembilan Kongsun Po tertawa terkekeh-kekeh, kemudian serunya:
"Heeeeh" heeeehh" heeeeehh" rupanya saudara Hoa juga telah sampai dipulau ini
Hmm" hmm" tampaknya kau juga ikut menyaksikan tragedi itu bukan?"
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tersenyum.
"Betul kita semua telah ikut menyaksikan adegan tersebut, namun tak seorangpun
diantara kita yang secara sukarela bersedia menolong jiwa tua bangka she Ou itu"
"Saudara Hoa, apa maksud dari ucapanmu itu?" tegur kakek sakti berwajah pualam Say
Khi pit. Kembali Hoa Kok khi tertawa:
"Perkataanku sama sekali tidak mengandung arti tertentu aku cuma maksudkan
andaikata kita bertiga mau menolong tua bangsa she Ou, paling tidak ia tak akan mampus
secara demikian mengerikan, tapi" haaaahhh" haaaah" haaaahh" kita semua samasama
mempunyai kepentingan pribadi, ternyata tidak seorangpun diantara kita yang turun
tangan memberi bantuan!"
Si Rase berekor sembilan Kongsun Po tertawa kering, katanya pula:
"Perkataan saudara Hoa memang benar juga, tapi kaupun harus tahu apa alasan kami
sehingga tidak turun tangan untuk memberi bantuan..?"
"Haaah" haaah" haaah" mana, mana!" Thiat kiam Kuncu tertawa tergelak, "pada
hakekatnya tua bangka she Ou adalah kuku garudanya perkumpulan Thi eng pang, jika ia
dibiarkan hidup terus akibatnya hanya akan menambah kekuatan dari perkumpulan Thi
eng pang saja"
"Saudara Hoa memang betul-betul orang pintar yang mengetahui untung ruginya suatu
persoalan" puji rase berekor sembilan Kongsun po dengan suara serak cuma dari antara
sahabat-sahabat tebing Yan po gan yang telah berkumpul disini sekarang, kecuali tua
bangka Ou dan Kwik To situa renta itu, kita bertiga sudah seharusnya mengambil suatu
tindakan cerdik"
"Benar! Benar sekali! Justru siaute memang ada maksud untuk mengajak saudara
berdua merundingkan persoalan ini" sambung Thiat kiam kuncu tertawa.
"Saudara Hoa, Apalagi yang perlu kita rundingkan" Jelaslah sudah bahwa bila bersatu
kita teguh bila bercerai kita runtuh, aku rasa kita masing-masing juga telah mengetahui
sampai dimana letak kelihayan dari masalah ini"
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa bangga, katanya:
"Bagus sekali,bagus sekali, kalau begitu siaute pun tak ingin banyak berbicara lagi, Kui
to Thian yu to-heng ada dilembah bukit sebelah depan sana mari kita menyusul kesitu
untuk bersama-sama merundingkan persoalan besar ini"
Sehabis berkata dia lantas berangkat lebih dulu meninggalkan tempat itu.
Si Rase berekor sembilan Kongsun Po dan Kakek sakti berwajah pualam Say Khi pit
saling berpandangan sekejap, akhirnya merekapun berangkat mengikuti dibelakang
rekannya. Setelah membinasakan Ou Yong hu, pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benak
Gak Lam kun, ia selalu bertanya kepada diri sendiri apakah caranya turun tangan kelewat
brutal atau tidak.."
Pertanyaan semacam itu seringkali akan memenuhi benak seseorang dikala ia selesai
membunuh seseorang tapi bagaimanapun berusaha memutar otak tiada jawaban yang
berhasil didapatkan, selama tiga tahun belakangan ini, boleh dibilang jalan pemikirannya
selalu menjumpai pertentangan-pertentangan yang saling bertolak belakang.
Tanpa terasa sampailah Gak Lam kun digedung kediaman Bwe Li pek, dibawah sorot
Cahaya matahari, tampak Bwe Li pek dengan tenang berdiri diatas sebuah jembatan kayu,
ia berdiri sambil bergendong tangan dan sedikitpun tidak berkutik, seakan-akan ketika itu
ia sedang memikirkan sesuatu persoalan"
Tiba-tiba Bwe Li Pek berpaling, diantara sepasang biji matanya yang jeli tampak basah
oleh airmata, mukanya murung dan layu noda airmata masih membekas diatas wajahnya.
Sambil tertawa sedih, ia lantas bertanya:
"Apakah kau telah membunuh Ou Yong hu?"
Pertanyaan tersebut membuat Gak Lam kun menjadi tertegun, selang sesaat kemudian
ia baru menjawab:
"Yaa, aku telah membunuhnya" Apakah nona Bwe telah menyaksikan pula peristiwa
tersebut?"
Tiba-tiba dari balik mata Bwe Li pek yang jeli memancar keluar sinar yang lembut dan
hangat tanyanya dengan suara lirih:
"Mengapa kau selalu memandang begitu serius masalah dendam sakit hati..?"
Seka1i lagi Gak Lam kun dibikin tertegun oleh pertanyaan itu, kali ini ia berdiri
termangu sampai setengah harian lamanya tanpa sanggup mengucapkan sepatah
katapun. Bwe Li pek segera menghela napas panjang, katanya lagi:
"Tahukah kau bagaimana akibatnya dari bunuh membunuh yang tiada akhirnya ini?"
"Ucapan nona Bwe memang sangat tepat, cuma aku ingin bertanya kepadamu,
seandainya kau mempunyai sakit hati atas terbunuhnya orang tuamu, apakah kau tidak
berusaha untuk membalasnya?" kata Gak Lam kun dengan suara dingin.
Ketika mendengar pertanyaan itu, tiba-tiba saja dua titik airmata jatuh berlinang
membasahi pipinya, secara diam-diam ia berusaha untuk meresapi pertanyaan dari Gak
Lam kun serta berusaha untuk mencari jawabannya yang tepat.
"Seandainya kau terikat dendam karena pembunuhan atas ayahmu, apakah kau harus
membayarnya.." Apakah kau harus menuntut dan menagihnya..?"
Ji Cing ping wahai Ji Cing ping! Ia telah meninggalkan kau, hubungan cinta telah
berakhir, karena apakah ini"
Karena apakah ini" Karena membalas dendam" Karena sakit hati"
Yaa, benar! Demi membalas sakit hati! Tapi, kenapa kau tidak segera membalas
dendam" Kenapa tidak kau lakukan"
Dengan cara yang keji dan tak berperi kemanusiaan ia telah membunuh orang tuamu,
kaupun pernah menggunakan Bi jin ki (siasat perempuan cantik) untuk mencelakai
jiwanya" beberapa kali ingin membunuhnya" tapi sampai sekarang kenapa kau belum
juga turun tangan" sebaliknya malah berulangkali membantunya"
Mungkinkah karena cinta" Mungkinkah bibit cinta masih tertanam dalam hatimu"
Akhirnya ia tertawa getir dan bersenandung dengan suara yang amat lirih:
"Airmata mengering dalam kedukaan, jauh terkenang masa yang silam" manusia nun
jauh diujung langit?"
Bergumam sampai disitu, tiba-tiba tanpa mengucapkan sepatah katapun ia putar badan
dan berjalan menuju keutara.
Gak Lam kun menyaksikan perbuatan diatas wajahnya, iapun mendengar
senandungannya itu, tapi pikirannya terasa bimbang dan kosong, ia tak tahu apa salahnya
dengan pertanyaan yang ia ajukan tadi"
Dengan cepat Gak Lam kun memburu beberapa langkah kedepan, kemudian serunya:
"Nona Bwe, bersediakah kau untuk berhenti sebentar saja?"
Bwe Li pek berpaling dan tertawa, sahutnya:
"Perasaan kesemsem hanya menambah beribu-ribu kesedihan apa gunanya kau?"
Ketika berbicara sampai disitu, ia tak dapat mengendalikan luapan perasaannya lagi,
butiran airmata tampak jatuh bercucuran membasahi pipinya"
Terkesiap Gak Lam kun sesudah mendengar ucapan tersebut, untuk sesaat lamanya ia
sampai berdiri tertegun.
ooooooooooooo0000000000ooooooooooooo
Jangan-jangan ia sudah menaruh bibit cinta kepadaku" demikian pikirnya dihati, "wah,
celaka juga begini! Kalau bilang tidak, apapula maksudnya dengan mengucapkan katakata
seperti itu, aaai..!
Apakah ia tidak tahu kalau aku sudah tak dapat hidup lebih lama lagi?"
Sekalipun sedang bermimpi Gak Lam kun juga tak akan mengira kalau Bwe Li pek,
ketua perguruan panah bercinta yang berdiri dihadapannya sekarang tak lain adalah Ji Cin
peng, kekasih yang paling dihormati dan paling disayangi sepanjang hidupnya, atau
dengan perkataan lain dia bukan lain adalah encinya Ji Kiu liong.
Padahal berbicara sesungguhnya, jangankan Gak Lam kun tidak tahu sekalipun Ji Kiu
liong sendiri juga tidak mengira kalau Bwe Li pek bukan lain adalah encinya yang sudah
mati dua tahun.
Rupanya ia telah merubah wajahnya sedemikian rupa dengan ilmu menyaru muka, tak
heran kalau tak seorangpun yang dapat mengenali kembali raut wajah aslinya.
Tentang hubungan cinta dan dendam antara Ji Cin peng dengan Gak Lam kun, akan
diceritakan kemudian pada bagian yang lain!
Sementara itu Gak Lam kun telah menghela napas sedih, katanya:
"Nona Bwe, benarkah kau hendak pergi dengan begitu saja?"
Tiba-tiba Ji Cing pen menggigit bibirnya, dengan tangan kiri ia melepaskan ikat
kepalanya sehingga rambut yang panjang dan hitam segera terurai kebawah, sementara
tangan kanannya merobek jubah panjangnya yang berwarna putih dan tampaklah
seperangkat pakaian ringkas berwarna gelap yang berukirkan burung hong putih diatas
dadanya. Dengan pakaiannya yang ketat terlihat pula lekukan tubuhnya yang mungil dan indah,
ini semua menambah kecantikan dan daya pesona dari gadis tersebut.
Gak Lam kun yang menyaksikan kejadian itu menjadi tertegun dengan sepasang mata
terbelalak lebar, potongan badan semacam ini terasa amat dikenal olehnya, sebab itulah
potongan badan Ji Cin peng, kekasihnya yang telah tiada.
Secara tiba-tiba saja Gak Lam kun teringat kembali dengan kenangan lamanya, disaat
mereka berdua masih berdampingan serta melewatkan kehidupan mereka dengan penuh
kemesraan dan kehangatan" untuk sesaat ia merasa emosinya meluap didalam dada,
airmata pun tanpa terasa jatuh bercucuran.
Airmata Ji Cin peng setetes demi setetes meleleh keluar, saat ini dia hanya berharap
agar ia tak mengenali wajah aslinya, maka akibatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Sekalipun ia berniat untuk membalas dendam atas sakit hatinya, tetapi" bibit cinta
yang sudah terlanjur tertanam dalam hatinya membuat ia selalu tak tega untuk
melaksanakan niatnya itu.
Bukan saja Ji Cin peng telah melahirkan seorang anak lelaki untuk Gak Lam kun,
lagipula ia memang betul-betul sangat mencintainya.
Tapi, Gak Lam kun justru adalah musuh besar pembunuh orang tuanya"
Ia berusaha mengendalikan jalan pikirannya, berusaha untuk tidak mencintai
pembunuh orang tuanya, tapi dasar hati kecilnya justru berkata bahwa ia benar-benar
mencintai musuh besarnya ini.
Pengendalian perasaan yang saling bertentangan ini selama banyak tahun selalu
berkecamuk dan menghantui jalan pikirannya, tapi selalu saja Ji Cin peng gagal untuk
mengambil suatu keputusan yang pasti.
Ia amat menyesal, ia menyesal kepada dirinya karena tidak seharusnya ia mencintai
pemuda itu. Sambil menangis terisak kata Ji Cin peng:
"Sejak dua tahun berselang aku telah mengangkat sumpah, aku tidak akan
memperlihatkan wajah asliku sebagai seorang gadis dihadapan orang lain, hari ini aku
telah menjumpaimu dengan wajah asliku, itu berarti jodoh kita telah berakhir, sejak ini kita
akan dihalangi oleh ujung langit yang berbeda serta tanah perbukitan yang beribu-ribu li
panjangnya, kau ketimur aku kebarat dan sulit untuk saling berjumpa kembali. Kau" kau
haruslah baik-baik menjaga diri!"
Selesai berkata, ia lantas putar badan sambil melompat pergi dari situ, sesaat kemudian
tubuhnya sudah berada lima kaki jauhnya dari kedudukan semula.
Entah mengapa, tiba-tiba Gak Lam kun berteriak keras-keras:
"Nona Bwee..! adik Peng..!"
Ucapan "adik Peng" ternyata mendatangkan daya pengaruh yang luar biasa, seketika itu
juga Ji Cin peng merasakan hatinya amat sakit seperti ditusuk-tusuk dengan pisau belati,
tanpa sadar ia menghentikan langkah kakinya, airmata seperti hujan gerimis mengucur
keluar tiada hentinya.
Dengan dua tiga kali lompatan Gak Lam kun telah memburu kesamping tubuhnya,
melihat rambutnya yang kalut terhembus angin, matanya yang basah oleh airmata, ia
merasa hatinya sedih hingga tanpa terasa airmata ikut bercucuran.
Ji Cin peng dapat menyaksikan keadaan pemuda itu, terutama wajahnya yang begitu
layu dan sedih, airmatanya yang setetes demi setetes meleleh keluar membasahi
tubuhnya" ia hanya berdiri termangu seperti sebuah patung arca, tidak berbicara pun
tidak bergerak.
Lama kelamaan luluh juga perasaan gadis itu, diambilnya sebuah sapu tangan dari
sakunya lalu disekanya airmata yang membasahi wajah Gak Lam kun.
Dalam keadaan itu, Ji Cin peng seakan-akan sudah melupakan sumpahnya, ia tak
sanggup mengendalikan jalan pikirannya yang telah ditekan selama dua tahun belakang
ini, dia seakan-akan telah berubah menjadi seorang manusia yang lain.
Kesombongan dan keangkuhannya kini telah berubah menjadi cinta kasih yang lembut,
badannya berdiri makin menempel disisi pemuda itu, bau harum yang tersebar keluar dari
tubuhnya menambah daya pesona dan rangsangan yang membuat orang menjadi mabuk.
Ketika Gak Lam kun mengendus bau harum itu jantungnya kontan berdenyut lebih
cepat dalam keadaan setengah sadar setengah tidak, sepasang tangan Ji Cin peng yang
lembut dan halus itu tahu-tahu sudah digenggamnya erat-erat.
Ketika empat mata saling bertemu, kedua orang itu sama-sama bungkam dalam seribu
bahasa. Padahal dalam keadaan seperti ini mereka memang tak perlu berkata apa-apa lagi,
pertemuan antara empat buah mata sudah cukup mengontak batin masing-masing,
hubungan batin itu jauh lebih menang dari beribu-ribu kata mesra.
Ketika sepasang tangan Ji Cin peng digenggam erat-erat, rasa cintanya yang
Pendekar Kelana 1 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Angrek Tengah Malam 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama