Ceritasilat Novel Online

Pedang Pusaka Buntung 2

Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas Bagian 2


Giok. Orang tua itu tak berdusta. Balok tersebut betul
sekeras baja, karena untuk mematahkan satu balok saja la
telah harus mengeluarkan tenaga yang besar sekali. Apakah
ia dapat mematahkan balok kedua" Sambil tersenyum ia
58 bertanya: "Pak, apakah aku harus menggunakan kedua
tinjuku untuk mematahkan balok kedua ?"
Belum lagi habis ucapannya itu, tiba2 dari luar gua
terdengar suara kelenengan. Air muka orang tersebut
berubah, dan dengan mengerutkan kening ia berkata :
"Mengapa kau harus menggunakan kedua tinjumu " Kau
tak usah membuang tenaga dengan sia2 !" Ketika itu iapun dapat melihat pedang Poa Cu Kiam dipinggannya Kong
Sun Giok, dan dengan tad: terasa ia berseru ; "Hm !"
Kong Sun Giok yang tidak senang terhadap sikap yang
congkak dari orang tua itu, tak dapat berbuat lain, karena ia telah berjanji menolong mengeluarkannya dari kurungan
balok2 itu. Dengan kedua tinjunya ditekannya balok kedua
dengan sekuat tenaga. Balok itupun patah !
Lalu orang tua tersebut berdiri, dan menarik napas lega.
Setelah melihat Kong Sun Giok mcnjadi letih ia bertanya:
"Pedang dipinggangmu itu "
Ucapan tersebut belum habis, se-konyong2 terdengar
suara jeritan yang ganjil dari luar gua, dan suara kelenangan yang sehingga waktu itu telah berbunyi 30 kali. Kong Sun
Giok yang sudah menjadi letih dan setelah mencium pula
sesuatu bau yang amis menjadi lemas dan kemudian jatuh
pingsan! Sebelumnya ia jatuh pingsan ia rupanya
merasakan angin keras berembus dan mendengar orang tua
itu berseru dengan keras!
Entah beberapa lama Kong Sun Giok baru sadar dari
pingsannya. la merasa berbaring diatas tempat tidur, dan
terciumlah bau hio yang harum. Ketika ia memikirkan
peristiwa menolong si-orang tua didalam gua, berdirilah
bulu tengkuknya! Dicobanya bangun, tetapi ia merasa
pening dan tak bertenaga! la hanya dapat berbaring lagi dan
membuka kedua matanya. Kemudian datanglah seorang
59 niko (rahib perempuan) yang sangat lanjut usia dan putih
rambutnya. Niko itu memandang Kong Sun Giok dan
berkata: "Kong-cu, kau hampir tewas karena baik hati
menolong orang. Bahkan hampir saja kau mencemaskan
semua jago2 silat dikalangan Bu Lim !"
Dengan terkejut Kong Sun Giok bertanya: "Mengapa ?"
Niko itu berkata : "Ya kau telah melakukan itu dengan
tak mengetahui siapa orang yang kau tolong. Meskipun kau
mempunyai senjata, kau tak menggunakannya, akan tetapi
dengan tenaga dalammu kau telah mematahkan dua balok
besar. Untuk balok ketiga belum patah. Meskipun iblis tua
itu telah kabur, tetapi ia tak akan membunuh orang lagi.
Mungkin setelah dikurung 8 tahun didalam gua, ia telah
membuang wataknya yang congkak, kejam dan jahat!"
Ketika itu Kong Sun Giok baru insyaf bahwa orang tua
yang ditolongnya adalah satu iblis durhaka !
Niko itu lalu berkata lagi: "Aku ini Ceng Lian Niko.
Melihat jejakmu, kau tentu adalah seorang jago silat.
Melihat cara kau mematahkan balok2 tadi dengan tenaga
dalammu, aku segera mengetahui bahwa kau tentu dari
partai silat Thian Lam Sa Kiam. Apakah hubungannya kau
dengan Goan Siu, Goan Long dan Goan Cin, rekan2ku
itu?" Kong Sun Giok mengetahui bahwa Ceng Lian Taysoe
itu terkenal juga sebagai "Fut Mo Shin Ni" (Pembasmi
iblis2) yang lihay sekali ilmu silatnya, dan sudah lama
tinggal bersembunyi memisahkan diri dari kalangan Kangouw. la beruntung sekali dapat menjumpainya. Setelah ia
memberitahukan bahwa ia adalah murid dari Goan Siu Totiang, lalu dengan bernapsu ia betrtanya tentang orang tua
tadi : "Shin Ni (rahib sakti), orang tua yang berbaju hitam
itu apakah bukan 'Lat Siu Shin Mo' (iblis kejam) yang
60 berbuat se-wenang2 dikalangan Kang-ouw pada 10 tahun
berselang?"
Ceng Lian Tay-soe menganggukkan kepalanya, dan
Kong Sun Giok menjadi sangat cemas, karena iapun
mengetahui bahwa jika iblis tersebut telah menjadi mabuk
arak, ia pasti berbuat kejahatan yang tak mengenal
prikemanusiaan. Jago2 silat yang berwatak rendah sering
memberikan ia arak yang baik sebagai suapan agar
kemudian dapat menolong mereka melakukan pembalasan
dendam. Jago2 silat dikalangan Bu Lim telah berusaha
menawan atau membasminya, akan tetapi karena ia
menjadi jahat hanya diwaktu mabuk arak, maka para jago2
silatpun sering2 melalaikan usaha membasmi atau
menangkapnya. Kemudian selama kurang lebih 10 tahun
tak terdengar maupun kelihatan lagi dikalangan Bu Lim
sebab terkurung oleh balok2 besar didalam gua. Kini karena
keteledorannya, Kong Sun Giok telah membebaskannya
lagi. Jika ia berbuat sebagaimana sediakala, maka jago2
silat dikalangan Kang-ouw pasti menyalahkan Kong Sun
Giok, dan Kong Sun Giok merasa berdosa! Makin
dipikirkannya, makin banyak keluar keringatnya !
Melihat kecemasan Kong Sun Giok, Ceng Lian Taysoe
berkata sambil tersenyum :"Kau tak usah terlampau cemas,
karena kau tidak sengaja! Sebentar aku akan
memberitahukan kau cara bagaimana iblis itu terkurung
oleh tiga balok2 besar didalam gua. Tetapi aku harus
menanyai kau lebih dulu : Goan Siu To-tiang yang lihay
sekali ilmu silat pedangnya, mengapa bisa tewas
ditanganmusuh ?"
Mengetahui bahwa Fut Mo Shin Ni Ceng Lian Taysoe
itu adalah jago silat dari angkatan tua dan juga rekannya
Thian Lain Sa Kiam, Kong Sun Giok menuturkan peristiwa
pertaruhan jiwa dari Thian Lam Sa Kiam dengan Lak Cao
61 Shin Kun Ban Cun Bu dilembah Lek Yun Kok dari
pegunungan Kwat Cong San.
Ceng Lian Tay-soe mendengar dengan penuh perhatian,
dan setelah mendengar keterangan itu yang diut yapkan
dengan suara ter-sedu2 dan air mata berlinang, ia berkata :
"Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu dan Lat Siu Shin Mo dari
dahulu terkenal sebagai 'Lam Pak Sung Mo' (sepasang iblis
dari Selatan dan utara). Kini Ban Cun Bu telah di-ikat oleh
janjinya terhadap Thian Lam Sa Kiam dengan bantuan
Bian Leng Jun, ia tak akan berbuat se-wenang2 selama 10
tahun, dan harus berdiam di Lak Cao selama 10 tahun itu.
Lat Siu Shin Mo meskipun telah kau bebaskan, akan tetapi
karena balok ketiga belum patah, ia tak bisa membunuh
orang. Mulai hari ini, kau mencari kitab Ju Keng untuk
membalas dendam guru2mu melawan Ban Cun Bu. Dan
?" aku akan berusaha menangkap lagi iblis Lat Siu Shin
Mo ini dalam jangka waktu 10 tahun ini. Mudah2an usaha
kita berhasil!"
Kong Sun Giok lalu berpikir tentang iblis tua itu yang
senantiasa menutup kedua matanya sebelumnya balok
pertama patah, dan baru dapat bangun setelah balok kedua
patah. Kini menurut Ceng Lian Tay-soe, ia tak dapat
membunuh orang jika balok ketiga tidak patah. Karena
ingin mengetahui seluk-beluknya, ia bertanya pada Ceng
Lian Shin Ni : "Shin Ni, aku ingin mengetahui tentang
balok ketiga."
Sambil tersenyum Ceng Lian Tay-soe berkata: "Dengan
pedang Poa Cu Kiam itu dipinggang, kau harus makan
sebuah pil Leng Tan dari aku untuk memulihkan
perasaanmu. Lain kau harus makan lagi Pil Kauw Coan
Tan Sa dari aku untuk memulihkan tenaga tubuh dan kakitanganmu dan membuyarkan segala racun yang telah kau
62 hirup didalam gua tadi. Setelah kau sehat, baru aku
menceriterakan lebih lanjut !"
Lalu ia berikan sebutir pil obat Leng Tan kepada Kong
Sun Giok. Sejenak kemudian Kong Sun Giok merasa
semangatnya kembali, akan tetapi tubuh dan kakitangannya
masih lemes. Lalu diberikannya lagi sebutir pil Kauw Coan
Tan Sa. la merasa hangat diseluruh tubuhnya. Rupanya
khasiat pil obat itu mengalir masuk kedalam semua jalan2
darah ditubuhnya Kong Sun Giok. Lalu ia tak merasa lemes
atau letih lagi. la bangun dari tempat tidurnya dengan sehat
walafiat! Lalu ia membungkukkan diri untuk memberi
hormat kepada Ceng Lian Tay-soe yang telah menolongnya
dari bahaya maut didalam gua tadi, dan minta ampun atas
perbuatan membebaskan iblis Lat Siu Shin Mo yang jahat
dan kejam itu yang dilakukannya tidak dengan sengaja.
---oo0oo--- BAGIAN 4 PENDETA JAHAT MEREBUT PEDANG
Ceng Lian Tay-soe menggoyangkan tangannya
memerintahkan Kong Sun Giok bangun, lalu ia mulai
menceritakan kisahnya: "Ketika itu, para jago silat dari berbagai2 partai silat dikalangan Bu Lim telah setuju bersama2 menangkap Lat Siu Shin Mo yang juga terkenal
dengan nama Shin It Cui. Dalam pandanganku, Shin It Cui
itu hanya kejam wataknya. Selain dari itu ia lebih pandai
dalam ilmu silat daripada kebanyakan jago2 silat. Untuk
melawannya kita harus waspada. Oleh karena itu, aku
mengajaknya untuk berjanji datang kekuilku dipegunungan
ini. Aku tantang ia mengadu silat dalam tiga taraf, dan yang
kalah harus memenuhi janji dari pihak yang menang. Shin
It Cui yang congkak itu menganggap bahwa ia dapat
63 melakukan apa saja dan ia yakin bahwa aku ini Fut Mo
Shin Ni mempunyai ilmu silat lebih rendah daripadanya.
Dengan tak memikir lagi ia menerima tantanganku, dan
menyerahkan kepadaku cara2 mengadu tilat itu. Dengan
hasrat untuk mencegahnya berbuat se-wenang2 dikalangan
Bu Lim, aku tantang ia mengadu silat dengan senjata
pedang. Dengan sombong sekali ia berkata bahwa ia dapat
mengalahkan aku dalam 10 d yurus. Betul ilmu silatku lebih
rendah daripada ilmu silatnya, akan tetapi aku dapat
membela diri dengan caraku sendiri yang luar biasa.
Dengan ilmu silat pedang
Ceng Lian Kiam Hoat aku dapat meletihkan lawanku.
Aku tantang ia bertempur selama 100 jurus. Tantangan itu
membuatnya murka, dan dengan tak banyak bicara lagi ia
segera datang menyerang. Akibatnya ia tak dapat
mengalahkan aku dalam 100 jurus. Dengan perasaan malu
ia mengaku kalah dalam taraf pertama."
Mendengar pertaruhan Fut Mo Shin Ni Tieng Lian Taysoe melawan Lat Sin Shin Mo Shin It Cui dalam tiga taraf
itu menyebabkan Kong Sun Giok ingat akan pertaruhan
jiwa guru2nya Thian Lam Sa Kiam terhadap Lak Cao Shin
Kun Ban Cun Bu dilembah Lek Yun Kok dari pegunungan
Kwat Cong San, dan dengan tak terasa ia mengucurkan air
mata. Ceng Lian Shin Ni melihat itu, dan merasa kagum
atas perasaan halusnya. la berhenti sejenak, lalu
menerukkan kisahnya: "Pertempuran taraf kedua aku yang
mengusulkan. Aku yakin bahwa ia gemar minum arak, dan
selalu menyombongkan diri bahwa ia dapat minum arak sebanyak2nya tanpa menjadi mabuk. Aku berikan arak Cian
Jit minum sampai 10 gelas. Dengan keyakinan penuh
bahwa ia dapat minum 10 gelas tanpa menjadi mabuk, ia
menerima usulku itu. Tetapi setelah ia minum 7 gelas, ia
terjatuh dan menjadi mabuk tak terhingga! Saat yang
64 demikian baik sekali untukku. Aku segera mengangkatnya
kedalam gua, dan mengurungnya dengan tiga balok kayu
besar yang kudapat dari Sin Teng Tay-soe. Aku menanti
sampai ia sadar. Setelah sadar, ia insyaf bahwa iapun telah
kalah dalam taraf kedua. Sebagai salah seorang dari
kalangan Bu Lim iapun memenuhi janjinya, dan meminta
aku melanjutkan pertaruhan taraf ketiga. Aku bertekad
hendak mengalahkannya, dan aku suruh ia memukul patah
balok2 kayu itu dengan sate pukulan. Dengan tak berpikir
lagi, ia segera memukul satu balok dengan tinjunya. Akan
tetapi ?"hampa! Ia tak mengetahui bahwa balok2 besar
itu dapat menunjang gedung yang besar, dan kuat seperti
baja! la menarik napas panjang seperti orang yang putus asa
!" Kong Sun Giok lalu bertanya: "Shin It Cui yang ilmu
silatnya lebih tinggi daripada Shin Ni mengapa tak dapat
memukul patah balok kayu itu " Sedangkan aku telah
berhasil memukul patah dua ?"
Sambil tersenyum Ceng Lian Tay-soe berkata : "Ilmu
tenaga dalam yang kau dapat pelajari dari guru2mu Thian
Lam Sa Kiam tak ada taranya. Balok2 kayu tersebut tak
dapat dipukul begitu saja. Kau telah metmatahkan balok2
itu dengan tenaga dalam. Shin It Tiui tenaganya besar
sekali, tetapi dengan tenaga besar saja ia tak dapat memukul
patah balok2 itu ! Mungkin sekarang setelah dikurung
selama 8 tahun didalam gua itu, ia telah berubah wataknya.
Setelah ia kalah dalam pertaruhan tiga taraf itu, ia harus
memenuhi janjinya.
Aku katakan kepadanya, bahwa jika balok kesatu belum
patah, ia tak dapat membuka-kedua matanya. Jika balok
kedua belum patah, ia tak dapat keluar dari gua. Jika balok
ketiga tidak patah, ia tak dapat membunuh siapapun! Untuk
mematahkan balok2 tersebut, la tak dapat melakukan
65 sendiri. la harus dapat pertolongan orang lain untuk
memukul patah. Lagi pula pukulan itu tak dapat dilakukan
sampai dua kali. Jadinya ?" balok itu harus dipatahkan
dengan satu pukulan! Shin It Cui hanya menarik napas.
Lalu menutup kedua matanya tidak bicara lagi. Aku
memberitahukannya bahwa hukuman itu ada manfaatnya
bagi orang2 dikalangan Bu Lim, dan aku minta ia tinggal
berdiam dalam gua itu. Tiap2 tiga hari aku bawakan
makanan untuknya dan la dapat minum air yang mengalir
didalam gua itu."
Kong Sun Giok sangat mengagumi perbuatan Ceng Lian
Tay-soe itu demi kepentingan jago2 silat dikalangan Bu
Lim. Lalu ia menanyakan :"Setelah aku pukul patah balok
kedua, aku menjadi letih karena mencium bau amis, dan


Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seterusnya aku terjatuh pingsan. Apakah aku telah
menghirup racun ular berbisa?"
Ceng Lian Tay-soe menyahut : "Sebetulnya didekat gua
ini dulu ada se-ekor ular berbisa. Aku telah berdaya
menangkapnya, tetapi hasilnya nihil. Tidak terduga pada
suatu hari ular itu masuk kedalam gua itu, dan dapat
dibinasakan oleh Shin It Cui! Bau amis yang kau cium
hanya sisa racun ular berbisa itu. Kini Shin It Cui telah
kabur. Tetapi beruntung sekali balok ketiga belum patah,
dan iapun tak dapat membunuh siapapun. Ia banyak
musuhnya. la tak dapat membunuh orang, tetapi banyak
orang ingin membunuhnya. Akupun harus memenuhi
kewajibankusebagaiorangyangmempunyai
prikemanusiaan mencegah agar ia tak terbunuh. Aku telah
bertekad mengejarnya dan berdaya melindunginya Cui dan
mengatakan kepadanya bahwa ia tak dapat apa2 dari segala
pembunuhan untuk kemudian menasehatinya supaya
datang kembali kekuilku ini untuk menjadi orang baik."
66 Sambil tersenyum Kong Sun Giok berkata: "Tay-soe
sangat murah-hati. Aku yakin usaha Tay-soe dapat berhasil
dengan bantuan Tuhan yang maha kuasa !"
Ceng Lian Tay-soe berhenti bercerita sejenak, lalu
berkata lagi : "Aku telah berusia lanjut, dan aku pun tak
mengetahui Shin It Cui lari kemana. Aku hanya mengharap
ia pada suatu hari ingin kembali kekuil ini untuk
membersihkan diri. Dan aku dengan ilmu silat pedangku
Ceng Lian Kiam Hoat yakin dapat mengatasi segala
rintangan dalam usahaku mencarinya. Jika kau tak
keberatan, aku ingin mengajarkan ilmu silat pedangku ini
kepadamu !"
Kong Sun Giok yang telah mendengar kisah tentang
Shin It Cui yang tak dapat menaluki Ceng Lian Taysoe
dalam 100 jurus, yakin betul ilmu silat Ceng Lian Kiam
Hoat itu akan bermanfaat baginya. la menghaturkan terima
kasih atas tawaran itu, dan menyatakan kesediaannya untuk
mempelajari ilmu silat Ceng Lian Kiam Hoat itu.
Maka didalam kuil itu Ceng Lian Tay-soe dengan tekun
mengajari Kong Sun Giak yang cerdik dan pintar itu. Kong
Sun Giok merasa bahwa ilmu silat Ceng Lian Kiam Hoat
itu luar biasa lihaynya. Meski bagaimanapun hebatnya
serangan lawan, dengan ketabahan hati dan hanya dengan
sedikit tenaga dalam, ia dapat menangkis dan melindungi
dirinya ! Jika ia telah mempelajarinya sampai mahir sekali,
meskipun la melawan musuh yang jauh lebih pandai
daripadanya, iapun dapat menahan dan melindungi diri
dari serangan2 lawannya.
Kong Sun Giok betul2 sudah mahir dalam ilmu silat
Tieng Lian Tay-soe.
67 Ketika Ceng Lian Tay-soe melihat bahwa Kong Sun
Kiam Hoat itu, ia baru senang melihat Kong Sun Giok
pergi meneruskan perjalanannya.
Sebetulnya Fut Mo Shin Ni Ceng Lian Tay-soe itu
adalah seorang jago silat dari angkatan tua. Ketika berada
dikuilnya, Kong Sun Giok lupa menanyakan 7 lingkaran
dengan tujuh warna dan sajak yang berbunyi 'Kong Wai Cu
Kong, Sek Tiong Tin Sek' (Kekosongan diluar kosong,
warna didalam warna lain) diatas bulu kambing yang hitam
yang terdapat dari dalam gagang pedang Poa Cu Kiamnya.
Setelah ia memperoleh pikiran itu, ia lekas2 kembali kekuil
Ceng Lian Tay-soe. Tetapi ketika ia tiba didepan kuil itu,
dilihatnya bahwa pintu kuil tersebut telah terkunci, dan
Ceng Lian Tay-soe entah dimana!
Kong Sun Giok merasa menyesal, mengapa ia tidak
ingat untuk menanyakan arti daripada sajak itu. Jika' ia
dapat mengetahui artinya, mungkin juga ia dapat petunjuk
untuk mencari kitab Ju Keng dengan lebih mudah. Lalu
dengan perasaan kecewa la melanjutkan perjalanannya lagi
menuju kepegunungan Kauw Ji San dipropinsi Hunan.
Disepanjang jalan ia mengenangkan peristiwa2 yang
lampau : peristiwa ia memperoleh saudara angkat Tee Tian
Kauw, peristiwa ia memperoleh pedang Poa Cu Kiam,
peristiwa berjumpa Lat Sin Shin Mo Shin It Cui digua, dan
peristiwa ia dapat pelajaran ilmu silat pedang Ceng Lian
Kiam Hoat dari Ceng Lian Tay-soe dikuil dipegunungan
Lee Ling San. Ketika ia tiba disuatu lembah yang sunyi
senyap, ia mengeluarkan pedang Poa Cu Kiamnya untuk
melatih diri dalam ilmu silat pedang Ceng Lian Kiam Hoat
yang baru difahaminya. la yakin bahwa ia telah betul2
faham segala sesuatu mengenai ilmu pedang itu, dan ia
merasa gembira sekali !
68 Tetapi ketika ia tengah berlatih, rupanya ia mendengar
suatu suara dari dalam hutan dekat lembah tersebut. la
sarungkan pedangnya, dan berjalan menuju kearah suara
itu. Ia harus berjalan dijalan yang berliku2. Ketika ia tiba
disuatu belokan, ia berjumpa dengan seorang pendeta! Ia
mengharap supaya pendeta itu juga seorang jago silat, agar
ia dapat menguji ilmu silat pedang Ceng Lian Kiam
Hoatnya. Pendeta itu berdiri diatas sebuah batu yang besar.
Kong Sun Giok datang menghampiri.
Lalu pendeta itu meloncat turun dari atas batu besar itu,
dan inembentak :"O Mi To Hut ! Berhenti ! Kau harus
membayar untuk lewat !"
Nyata sekali pendeta itu bermaksud jahat. la berhenti
dan mengawasi pendeta yang berwajah seram itu,
brewokan, tubuhnya tinggi besar, kedua matanya beringas,
dan anting2 emas yang kelilingnya lebih kurang 2 dim
tergantung dikedua kupingnya. Dengan golok besar
ditangan kanannya, la berdiri tegak dihadapan Kong Sun
Giok ! Kong Sun Giok tidak bersikap ragu2 lagi setelah
peristiwa membebaskan iblis Shin It Cui. Tetapi ia mencoba
mengingat tentang jago2 silat dikalangan Kangouw yang
diberitahukan oleh gurunya Goan Siu To-tiang dan ia
teringat akan pesan gurunya untuk bersikap sopan. Lalu ia
bertanya : "Aku ada urusan hendak pergi kepropinsi
Hunan. Aku tidak mempunyai apa2. To-su (pendeta)
hendak meminta apakah" Apakah To-su bukannya yang
terkenal dikalangan Kang-ouw sehagai Kim Wan Lo Han
(Pendeta ber-anting2 emas)?" Pendeta itu tidak
menunjukkan sikap curiga setelah disebut riwayatnya. la
tertawa ter-bahak2 dan berkata : "Matamu lihay, dan
pengetahuanmu boleh juga. Aku tidak menghendaki emas
69 atau perakmu. Aku hanya meminta pedang yang dipinggangmu !"
Lalu Kong Sun Giok berpikir bahwa suara yang
terdengar olehnya ketika ia tengah berlatih ilmu silat
pedang Ceng Lian Kiam Hoat dilembah tadi, mungkin
suara dari pendeta ini yang sedang menontonnya. lapun
dapat mengetahui dari gurunya bahwa Kim Wan Lo Han
tersebut pandai ilmu silat Wai Go Men Ing Kong
(Menyerang hebat lima pintu), dan berbuat se-wenang2
dikalangan Kang-ouw. la sendiri semenjak keluar dari
tempat kediamannya di Ci Men belum pernah mengadu
ilmu silatnya. Kesempatan ini adalah yang terbaik,
pikirnya. Dengan tekad itu ia menyahut : "Tay-soe
mempunyai mata yang lihay. Tay-soe telah melihat pedang
Poa Cu Kiamku yang luar biasa ini. Jika pedang ini
kepunyaanku sendiri, aku pasti tidak keberatan
memberikannya. Akan tetapi pedang ini aku pinjam dari
saudara angkatku, dan aku tak dapat meluluskan
permintaan Tay-soe."
Melihat dan mendengar sikap dan jawaban
Kong Sun Giok itu, pendeta itu insyaf bahwa lawannya
itu bukan anak kemarin dahulu. Dengan kedua kakinya
yang agak terpaku ditanah, dan sikap yang gagah perkasa
Kong Sun Giok telah siap menghadapi segala sesuatu!
Lalu pendeta yang congkak dan kasar itu membentak lag
: "Aku hanya melihat pedang itu dipinggangmu. Jika kau
tidak sudi menyerahkannya kepadaku, kau harus membayar
dengan jiwamu!" Ucapan itu diiringinya dengan satu
tamparan dengan tangan kirinya. Tetapi ia menampar
angin! Kong Sun Giok tidak mengegos atau menjingkir.
Hanya dengan tenaga dalamnya ia membikin punah
tamparan itu! Pendeta itu memukul lagi! Tetapi ia
merasakan bahwa tinjunya itu se-akan2 memukul barang
70 keras, meskipun lawannya tidak berkisar sedikitpun! Lalu
dengan terperanjat pendeta itu menanya : "Apakah kau ini
muridnya Thian Lam Sa Kiam?"" Apakah Goan Siu Totiang gurumu?"?"
Kong Sun Giok lalu menjawab dengan tenang: "Betul,
guru2ku adalah Thian Lam Sa Kiam dengan ilmu silat
tenaga dalam yang tak ada taranya dikalangan Kangouw."
Wajah pendeta itu segera berubah. Dengan tersenyum ia
berkata lagi :"Aku dan guru2mu pernah sering kali
berjumpa. Jika aku tahu bahwa kau murid mereka, aku
tentu tidak berbuat begini. Seumur hidupku, aku belum
pernah mengalami tamparan kini menampar angin tinjuku
menjadi sakit karena memukul angin. Tetapi aku ada satu
permintaan. Aku minta pinjam pedangmu selama tiga hari.
Aku pasti mengembalikan. pedang itu setelah lewat tiga
hari." Kong Sun Giok tidak mudah ditipu lagi. la menyahut
:"Tay-soe mengapa hendak menipu aku " Apakah Tay-soe
anggap aku ini anak kecil" Mengambil atau meminjam
pedang sebetulnya tidak sukar. Tay-soe telah mencoba
menampar dan memukul aku, tetapi mengapa tidak
mencoba mengeluarkan kepandaian lagi ?"
Pendeta itu, yang belum pernah di-ejek demikian, segera
berpikir untuk menyerang lawannya dengan ilmu silat Wai
Go Men Ing Kong-nya (menyerang hebat herbareng dari
lima jurusan). Setelah bertekad demikian ia menjawab
sambil tertawa :"Membunuh orang harus dibayar dengan
jiwa. Hutang uang harus dibayar dengan uang. Jika kau
mendendam karena tamparan dan pukulanku tadi, aku rela
menerima tiga pukulan dari kau. Akan tetapi jika dengan
tiga pukulan kau tak dapat membuat aku bergerak, kau
harus pinjamkan pedangmu selama tiga hari!"
71 Kong Sun Giok yakin bahwa ia dapat memukul
lawannya, sampai bergerak, lalu menerima baik usul itu.
Dengan 80% tenaganya dipukulnya balm kanan lawannya !
Tetapi Kim Wan Lo Han itu tak bergerak. Ia merasa seakan2 tangannya memukul balok kayu. Dikumpulkannya
semua tenaganya lalu memukul lagi. Tubuh lawannya
tergerak sedikit, akan tetapi kaki2nya tetap tak beranjak.
Dengan mengawasi Kong Sun Giok ia berkata :"Dalam
kalangan Bu Lim jago2 silat senantiasa mentaati janji. Jika
pukulan ketiga tak berhasil, kau harus pinjamkan pedangmu
selama tiga hari!"
Setelah dua pukulan yang tak berhasil itu, Kong Sun
Giok mulai insyaf akan kelihayan ilmu lawannya. Tetapi ia
teringat tentang peristiwa ia memukul balok kayu didalam
gua. Lat Sin Shin Mo telah memberi petunjuk kepadanya,
bahwa untuk mematahkan balok kayu ia harus menekan
dengan tenaga dalamnya. Masa tubuh Kim Wan Lo Han
keras daripada balok kayu didalam gua, pikirnya. Lalu ia
mempergunakan siasat tersebut. Dikumpulkannya semua
tenaga dalamnya. Kemudian disentuhnya bahu kiri Kim
Wan Lo Han dengan tinjunya, lalu ditekannya! Betul saja
siasat itu membikin Kim Wan Lo Han kesakitan dan menjerit2 seperti anak kecil terpukul palu besi, sambil berjingkrak2!. Se-konyong2 dicabutnya anting2 emas dikedua
kupingnya, dan melontarkannya kearah Kong Sun Giok!
Kong Sun Giok baru saja merasa gembira telah berhasil
dengan siasatnya, dan ketika melihat anting2 emas itu
dilontarkan kearahnya, dengan tenang dipukulnya kembali
dengan tinjunya! Kong Sun Giok kurang pengalaman
dikalangan Kang-ouw. Ia tak memikirkan Kim Wan Lo
Han itu justru ditakuti karena anting2 emasnya itu! Ketika
Kong Sun Giok ingin mengelakkan serangan anting2 emas
itu dengan angin dari kedua tinjunya, Kim Wan Lo Han
72 mengejek dengan suara yang keras : "Anjing! Hari ini kau
membayar dengan jiwamu dan pedangmu!"
Anting2 emas itu meledak diudara dan menjadi banyak
potongan yang kecil2 dan yang bersinar seperti bintang2
dilangit, datang menyambar Kong Sun Giok. Tiba2 entah
dari mana, terasa hembusan angin yang keras sekali dangan
harumnya arak. Potongan2 emas tersebut tertiup buyar dan
jatuh ketanah! Lalu terdengar suara tertawa yang nyaring.
Ketika tercium bau harum arak itu, Kim Wan Lo Han
teringat akan seseorang. Tetapi setelah mendengar suara
tertawa yang nyaring itu, wajahnya menjadi pucat lesi, dan
buru2 la lari kabur!
Dari jurang yang curam dekat tempat itu terdengar lagi
suara orang memaki :"Hei! Kim Wan Lo Han! Jika pemuda
ini sempat mematahkan balok kayu yang ketiga, jangan kau
harap dapat hidup hari ini!" Tetapi Kim Wan Lo Han telah kabur masuk kedalam semak belukar untuk bersembunyi.
Ucapan itu membikin Kong Sun Giok terperanjat! la
menoleh keatas jurang yang curam itu. Betul saja seperti
dugaannya! Orang yang menolongnya adalah Lat Sin Shin
Mo Shin It Cui yang telah dibukakannya kedua matanya
dan membebaskannya keluar dengan mematahkan balok
kesatu dan balok kedua didalam gua dipegunungan Lee
Ling San. Ia berada diatas dahan sebuah pohon diatas
jurang yang curam, dan tengah mengawasinya dengan


Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajah ber-seri2! Kong Sun Giok menjadi serba-susah
menghadapinya. Apakah Shin it Cui itu musuhnya atau
kawannya?"" Apakah ia harus Iekas2 berlalu, atau ia harus
menghampiri dan menasehatinya supaya kembali kekuil
Ceng Lian Niko untuk ber-sama2 Ceng Lian Niko
mempelajari ilmu silat yang lebih mendalam, dan tidak
berbuat onar dikalangan Kang-ouw lagi?""
73 Melihat sikap Kong Sun Giok yang ragu2 itu, Shin It Cui
lalu meloncat turun dari atas, dan sambil menepuk bahu
kawannya ia berkata :"Kong Sun Lo-tee, aku tak
menghiraukan apa pandanganmu terhadapku setelah kau
dengar uraian Ceng Lian Niko tentang aku. Mungkin kau
anggap aku ini suatu iblis yang jahat dan gemar membunuh
orang. Akan tetapi kau telah membebaskan aku dari gua
yang gelap seperti neraka, dan membuka kedua mataku.
Aku harus membalas budi dan jasamu yang besar itu. Kau
telah menjadi pingsan karena hawa beracun dari ular
berbisa, dan akulah yang telah menolongmu dengan
membinasakan ular itu. Kau bukannya pingsan karena
hawa sisa ular beracun sebagaimana yang dikatakan Ceng
Lian Niko. Aku telah mendengar semua pembicaraan Ceng
Lian Niko kepadamu. Aku telah mengetahui dari
pembicaraan itu bahwa ia telah menipu aku dengan
menjadikan aku mabuk. Tetapi ia baik hati dan
menghendaki aku berubah, dan akan berdaya menjaga aku
dari pembalasan dendam musuh2ku. Jika tidak demikian
baiknya, pasti telah-kubakar habis kuilnya ber-sama2
dirinya! Setelah ia mengajari kau ilmu silat pedang Ceng
Lian Kiam Hoat, ia segera meninggalkan kuilnya dan
mengembara mencari aku. Setelah ia pergi, aku datang
kembali kekuilnya, dan mencuri araknya. Lalu aku
mengejar kau!"
Kong Sun Giok mendengarkan dengan sabar cerita Lat
Sin Shin Kun itu. la juga berpikir, jika Lat Sin Shin Kun tak datang menolong dari serangan Kim Wan Lo Han, ia pasti
sudah binasa. la menghaturkan terima kasih sambil
membungkukkan tubuhnya. Shin It Cui buru2 menahannya
dan berkata: "Aku si-tua-bangka ini paling tidak menyukai
orang yang terlampau hormat. Jika kau tak keberatan
bersaudara dengan seorang pemabuk, kau dapat
memanggilku Cui Ko-ko (kakak pemabuk) dan aku panggil
74 kau Lo-tee (adik), bagaimanakah " Setelah kita menjadi
saudara angkat, masih ada yang hendak kubicarakan
denganmu."
Mendengar itu, Kong Sun Giok mengerutkan keningnya,
dan merasa geli didalam hatinya. Dipikirnya kisah2nya: ia
jatuh cinta kepada Bian Leng Jun, ia telah angkat saudara
dengan Tee Tian Kauw, dan kini ia akan mendapat lagi
satu kakak pemabuk yang sangat terkenal dan dibenci
dikalangan Kang-ouw. la lalu berkata :"Baik, Cui Ko-ko.
Aku siap mendengari Cui Ko-ko!" Lalu ia mencari sebuah
batu dan duduk siap mendengarkan.
Mendengar ia dipanggil Cui Ko-ko, bukan main
girangnya Shin It Cui. Lalu la memulai ceritanya: "Dari
pembicaraanmu dengan Ceng Lian Niko didalam kuil, aku
mendapat tahu bahwa guru2mu Thian Lam Sa Kiam telah
binasa ditangan Lak Cao Shin Kim Ban Cun Bu. Menjadi
murid dan membalas dendam untuk guru adalah soal
pertama. Tetapi pada 10 tahun berselang aku pernah
bertempur melawan Ban Cun Bu, dan kesudahannya,
diantara kami tidak ada yang kalah atau yang menang.
Tetapi setelah 10 tahun, ia sendiri dapat mengalahkan
Thian Lam Sa Kiam, aku yakin bahwa ilmu silat ,Sun Yo
Cin Kai"-nya sudah mahir betul. Setelah aku dikurung 8
tahun didalam gua aku tak yakin akan dapat melawannya
kembali! Tetapi untuk melawan Ban Cun Bu, aku akan
menyertai kau "
Kong Sun Giok menyahut : "Jika aku tak dapat
membunuh Ban Cun Bu, aku tak mempunyai muka untuk
bertemu dengan roh2 dari guru2ku dialam baka! Aku tak
menghiraukan betapapun juga hebatnya ilmu silat 'Sun Yo
Cin Kai', aku rela mati binasa melawannya dengan
pedangku! Maksud yang mulia dari Cui Ko-ko ?" sangat
kuhargakan !"
75 Sambil mengacungkan ibu jarinya Shin It Cui berkata :
"Lo-tee, kau betul seorang satria! Marilah kita coba
bertempur selama 100 jurus. Kau dapat menggunakan
pedang Poa Cu Kiam itu!"
Kong Sun Giok yang ingin menguji kepandaian silatnya,
menjadi gembira sekali dengan permintaan itu. Dengan
pedang terhunus. dan ilmu silat-pedang yang telah
didapatnya dari Thian Lam Sa Kiarn ia meloncat
menyerang lawannya! Sambil berseru 'AWAS !' Shin It Cui
menyodoklcan kedua tinjunya keatas dada lawannya.
Ketika kedua tinju itu satu atau dua kaki jaubnya dari
dadanya, Kong Sun Giok menangkis dengan pedangnya,
dan Shin It Cui harus lekas2 menarik kembali kedua
tinjunia untuk menghindarkan sabetan pedang itu! Ia
mundur beberapa tindak dan sambil tertawa berkata : "Aku
telah mengetahui riwayatnya Goan Sin To-tiang. Kau harus
ingat betul2. limu silat pedang Thian Lam Sa Kiam itu
paling hebat dikalangan Bu Lim, apalagi jika kau melawan
dengan dendam yang akan dibalas!"
Ucapan tersebut diiringinya dengan satu pukulan secepat
kilat kemuka Kong Sun Giok. Tetapi Pada saat tindiu itu
segera akan menyentuh mukanya ia lekas2 menariknya
kembali. Maksudnya ialah ingin mengajari Kong Sung
Giok cara menonjok dengan ilmu "Tok Coa Tu Tiong" atau
"ular berbisa tiba2 meniambar". seraya melihat caranya
Kong Sun Giok mengelakkan jotosan itu!
Jotosan demikian telah tiga kali dikirimnya, dan Kong
Sun Giok senantiasa dapat mengegoskan dengan ilmu Ceng
Lian Kiam Hoat Yang telah didapatnya dari Ceng Lian
Niko. Kong Sun Giok insyaf akan maksud baik dari Shin It
Cui, dan dalam hatinya ia sangat berterima kasih
kepadanya. Shin It Cui mengirim jotosan2 tersebut sambil
berseru : "Lo-tee, gunakan ilmu Ceng Lian Kiam Hoatmu,
76 dan aku akan menyerangmu lebih hebat!" Kong Sun Giokpun merasai bahwa tiap2 jotosan itu dapat memecahkan
batu walau bagaimanapun juga kerasnya, tetapi dengan
Ceng Lian Kiam Hoatnya yang istimewa untuk melindungi
diri, ia berhasil mengelakkan. Setelah pertempuran berjalan
lebih kurang 40 jurus, dengan pedang Poa Cu Kiamnya
Kong Sun Giok mencoba menyerang. Serangan2 pedang itu
semuanya dapat dielakkan oleh Shin It Cui. Lalu Shin It
Cui menyerukan supaya pertempuran dihentikan.
Ditepuknya bahu kiri Kong Sun Giok dan memberi
petunjuk: "Lo-tee Cara kau menyerang dengan ilmu silat
pedang Thian Lam Sa Kiam masih kurang hebat! Cara kau
menjaga atau melindungi diri dengan ilmu silat Ceng Lian
Kiam Hoatmu masih belum sempurna! Jika tidak
diperbaiki, kau tak dapat mengalahkan Ban Cun Bu!"
Kong Sun Giok, setelah mengucapkan terima kasih atas
petunjuk2 itu, berkata : "Terima kasih. Justru guruku
berpesan dan memerintahkan aku mencari kitab Ju Keng
agar ilmu silat Thian Lam Sa Kiam ini menjadi sempurna
dan dapat mengalahkan Ban Cun Bu !"
Shin It Cui menganggukkan kepalanya dan herkata ;
"Betul! Akupun pernah dengar tentang kitab Ju Keng itu
yang dapat mengatasi ilmu silat Sun Yo Cin Kai dari Ban
Cun Bu. Tetapi ?" dunia ini sangat luas. Dimanakah kita
harus mencari kitab itu?"
Lalu Kong Sun Giok mengeluarkan kulit kambingnya,
dan sambil memperlihatkan kulit itu kepada Shin It Cui ia
berkata : "Cui Ko-ko! Kitab Ju Keng betul2 sukar dicari.
Apalagi isyarat2 lingkaran2 dengan tujuh warna diatas kulit
ini, dan arti sajak ini, aku belum fahami!"
Kemudian Shin It Cui menanyakan hal-ikhwal kulit
kambing itu, dan melihat dengan teliti lingkaran2 dan sajak
yang berbunyi "Kong Wai Cu Kong, Sek Tiong Cu Sek"
77 yang tertera diatas kulit kambing itu, dan iapun tak
mengerti : Sejenak kemudian ia berkata: "Teka-teki ini
betul" ganjil! Simpanlah baik2. Kita berpisah disini dulu,
karena aku akan pergi dulu kekota Lak Cao dipropinsi
Yunan !" Mendengar bahwa Shin It Cui ingin pergi kepropinsi
Yunan, Keng Sun Giok menjadi heran dan ia menanya :
"Untuk maksud apakah kau pergi ke Lak Cao ?"
Sambil tersenyum Shin Cui menyahut: "Untuk
menggempur musuh, kita harus mengetahui segala sesuatu
tentang musuh kita, bukan" Aku tekah dikurung selama 8
tahun, didalam gua aku tidak mengetahui sampai dimana
kelihayan si-iblis Ban Cun Bu itu. Aku harus pergi
ketempatnya untuk menyelidiki dan untuk rencanamu
membalas dendam."
Kong Sun Giok insyaf bahwa saudara angkatnya itu
betul2 ingin membantunya melaksanakan rencananya, dan
dengan hati yang berat ia mengucapkan kata2 perpisahan.
Dengan satu loncatan Shin It Cui naik keatas jurang yang
curam. la menoleh kebawah dan berkata : "Lo-tee ! Kau
baik sekali. Hanya hatimu sedikit lemah! Gelarku ialah 'Oi
Bo Im' atau 'Sibaju-Hitam tampa bayangan'. Aku dapat
berlari sangat pesat, dan hidungku lebih tajam daripada
hidung anjing. Meskipun kita berpisah sekarang, namun
sembarang waktu kita dapat berjumpa lagi! Aku hanya
mengharap agar sekembalinya dari Lak Cao, aku dapat
memberitahukan arti dari, pada isyarat2 dan sajak diatas
kulit kambing itu!" Kemudian dengan suara hembusan
angin ia telah berlalu entah kemana.
Kong Sun Giok berdiri terpesona, dan mengenangkan
kembali peristiwa tadi. la tersenyum ketika ingat akan kritik Shin It Cui yang mengatakan bahwa hatinya sedikit lemah.
Ia menarik napas panjang, lalu meneruskan perjalanannya!
78 Pegunungan Kauw Ji San terletak tidak jauh dari
propinsi Hunan. Setelah ia membelok kebarat-daya ia
segera masuk kebatas propinsi Hunan. la bertanya pada
pemburu2 dan tukang2 potong kayu yang dijumpainya
disepanjang jalan dimana letaknya puncak Ti Shing Hong,
akan tetapi mereka tak mengetahui. la berpikir, puncak itu
bernama Ti Shing (memetik bintang), maka puncak itu pasti
tinggi sekali. Mengapa ia tak mendaki puncak yang
tertinggi" Dengan tekad tersebut, ia segera menuju
kepuncak yang tertinggi. Dengan susah-payah ia mendaki
puncak yang tertinggi dan curam itu. Ia berdiri diatas
puncak yang diliputi oleh awan atau kabut yang tebal. la tak
dapat melihat jauh karena awan yang tebal itu, tetapi ia
dapat melihat bahwa tempat tersebut, dengan batu2 yang
besar dan banyak itu merupakan suatu tempat yang baik
sekali untuk bertapa. la mengharap puncak itu adalah
tempat kediaman saudara angkatnya Tee Tian Kauw, dan
lekas2 berjumpa dengannya. Betul saja, dari tempat sejauh
10 depa lebih terdengar suara orang yang nyaring sekali
memanggilnya : "Giok Ko-ko, mengapa demikian lekas kau
datang" Aku diatas puncak ini me-nanti2 kedatanganmu
tiap2 hari!" Sejenak kemudian, disertai dengan bau yang
harum, telah berdiri dihadapannya seorang gadis yang
sangat cantik jelita. Bukan main girangnia Kong Sun Giok;
ia berseru :"Jun Moi!" Tetapi setelah melihat tahi lalat disebelah alis kirinya, ia baru insiaf bahwa gadis itu
bukannya Bian Leng Jun, tetapi Tee Tian Kauw. Namun, ia
merasa girang. Mendengar seruan "Jun Moi" dari Kong Sun Giok, Tee
Tian Kauw lalu bertanya : "Giok Ko-ko, siapakah Jun Moi"
Aku ini adikmu Tee Tian Kauw. Masa baru berpisah
beberapa hari saja sudah tak mengenal aku?"
79 Kong Sun Giok baru insyaf bahwa Tee Tian Kauw yang
wajahnya mirip sekali dengan wajah Bian Leng Jun pernah
mengecewakannya ketika mereka berada dipekarangan Sim
Hiong Hui. Dengan sikap yang canggung ia lekas2
menyahut: "Aku kangen kepadamu, maka aku Iekas2
datang. Barusan aku bersikap bingung, karena aku telah
mengalami beberapa peristiwa2 ganjil dijaIan. Aku tak tahu
mana yang lebih dahulu yang harus kuceritakan."
Kekeliruan itu tak dapat disalahkan, karena Tee Tian
Kauw yang wajahnya seperti seorang gadis yang cantik
jelita ketika itu berpakaian seperti seorang gadis. Lalu Tee
Lian Kauw berkata sambil tersenyum :"Giok Ko-ko, aku
minta maaf. Aku telah membikin kau keliru, karena
pakaian ini. Peristiwa2 apakah yang Ko-ko jumpai ?"
Kong Sun Giok yang masih teringat akan Bian Leng Jun
karena menghadapi Tee Tian Kauw, lalu menyahut : "Dik,
mengapa kau demikian terburu napsu" Aku ingin kau
segera mengajak aku menemui gurumu. Nanti akan
kuceritakan peristiwa2 itu! Aku harus menemui gurumu
dahulu. Jika tidak, aku dapat dianggap tidak tahu aturan
Tee Tian Kauw berkata : "Watakmu betul halus! Tetapi
didunia ini banyak sekali orang yang berlagak sopan, tetapi
hatinya busuk! Ayo! Kekamarku, dan minum dulu
secangkir teh daun Song!" Segera ditariknya tangan Kong
Sun Giok dan dituntun kekamarnya!
---oo0oo--- BAGIAN 5 SIAPAKAH DAPAT DISALAHKAN
Rumah2 gubuk yang didiami oleh Tee Tian Kauw dan
gurunya, terletak diatas puntiak Ti Shing Hong. Meskipun
80 rumput tumbuh disekeliling rumah2 itu, tetapi keadaan
disekitarnya permai sekali. Dibelakang rumah2 itu tampak
air terjun. Jika orang menoleh kebawah tampaklah puncak2
lainnya yang diselubungi awan yang tebal. Dengan berdiri
diatas puncak itu orang merasa se-akan2 berada diatas
langit! Hawanya yang amat sejuk telah menyegarkan Kong
Sun Giok kembali. Tee Tian Kauw menempati rumah
disebelah kiri rumah gurunya. Semua meja, bangku dan
tempat tidur dibuat dari batu gunung. Buku2 dan senjata2
tajam seperti pedang dsb..nya berada dekat tempat tidurnya.


Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Umumnya kamar itu tidak mengesankan kamar seorang
gadis. Kong Sun Giok berdiri menghadapi jendela se-akan2
banyak urusan menindih dadanya. Ketika Tee Tian Kauw
mempersembahkan secangkir teh daun Song kepadanya, ia
berkata sambil tersenyum : "Giok Ko-ko. Apa lagi yang
dipikirkan ! Pemandangan puncak ini belum kau lihat
seluruhnya. Nanti setelah kau dan aku menunaikan tugas2
kita masing2, aku akan menyertai kau ber-jalan2
dipegununganinimenikmatikeindahanalam.
Bagaimanakah pendapatmu ?"
Kong Sun Giok tak segera menyahut ia memikirkan
tugasnya yang belum ditunaikan, ia memikirkan pesan Bian
Leng Jun yang menantinya dikuil Sun Yo dikota. Lak Cao
selama 10 tahun. la memikirkan juga orang2 yang pernah
menolongnya. la memandang kepada Tee Tian Kauw,
sambil berkata kepada dinnya sendiri : "Mengapa kau mirip
sekali dengan Bian Leng Ju " Mengapa kau bukannya Bian
Leng Jun?"
Tee Tian Kauw tak mengerti mengapa Kong Sun: Giok
tak menjawab, dan hanya memandang kepadanya. la
menanya lagi: "Giok Ko-ko, apakah kau memikirkan Jun
Moi" Siapakah Jun Moi" Apakah wajahnya mirip dengan
wajahku?" 81 Kong Sun Giok menyanggukkan kepalanya dan berkata :
"Betul Kau mirip dengan dia. Kecuali tahi lalat diatas
alismu, kau sama sekali serupa dengan dia!"
Mendengar jawaban itu, Tee Tian Kauw tertarik.. Ia
menanya lagi : "Jika kau panggil ia Jun Moi, maka aku
harus panggil ia Jun Ci. Sebetulnya siapakah Jun Ci itu"
Bolehkah aku mengetahuinya?"
Melihat Tee Tian Kauw mendesak, Kong Sun Giok
terpaksa menyahut: "Kau dan Jun Moi hampir sama
usianya. Belum tentu ia lebih tua dari padamu. Teh daun
Song ini enak. Coba tuangkan secangkir lagi untuk aku.
Aku segera menuturkan peristiwa perkenalanku dengan Jun
Moi." Setelah teh itu dipersembahkan lagi kepadanya, maka
mulailah Kong Sun Giok tierita tentang peristiwa
perkenalannya dengan Jun Moi. Ketika ia cerita bagaimana
BianLeng Jun membaw kabar kematian guru2nya yang
telah tewas, dengan tak tertahan ia mengucurkan air mata.
Karena peristiwa pertaruhan jiwa dilembah Leng Yun Kok
pernah ditieritakannya kepada Tee Tian Kauw, maka ia
sekarang hanya menceritakan tentang surat yang tertulis
dengan darah, pedang sepotong dan kerincingan emas yang
dibawa oleh Bian Leng Jun atas permintaan gurunya Goan
Siu To-tiang sebelum beliau menepati janji membunuh diri.
Ketika Tee Tian Kauw mendengar sehingga ketiga jago2
silat pedang Thian Lam Sa Kiam itu dapat memaksa Ban
Cun Bu berjanji tidak akan datang kedaerah pertengahan
selama 10 tahun untuk berbuat sewenang2 dikalangan Bu
Lim, iapun tak dapat menahan hatinya clan berseru : "Jun
Ci itu betul baik hatinya. Giok Ko-ko, kau harus ajak aku
pergi kekota Lak Cao agar aku dapat membantu kau
membalas dendam terhadap Ban Cun Bu, dan kemudian
memperkenalkan aku kepada Jun Ci."
82 Kong Sun Giok menganggukkan kepalanya, dan Tee
Tian Kauw berkata lagi : "Peristiwa2 yang kau cerita kota
King Tek Cin. Tadi kau mengatakan kepadaku bahwa
setelah kita berpisah ditepi telaga, kau telah menemui
beberapa peristiwa2 yang ganjil lagi. Ayo, ceritakanlah."
Kong Sun Giok menyerahkan pedang Poa Cu Kiamnya
kepada Tee Tian Kauw. Kemudian dikeluarkannya kulit
kambing dan menuturkan dengan jelas segala sesuatu
tentang kulit kambing yang dicongkelnya dari gagang
pedang Poa Cu Kiam.
Mula2 Tee Tian Kauw merasa gembira melihat kulit
kambing itu, akan tetapi setelah melihat lingkaran2 yang
tujuh warna dan sajak yang tertera diatas kulit kambing itu,
iapun mengerutkan kening berpikir, karena iapun tak dapat
menafsirkannya!
Kong Sun Giok meneruskan ceritanya tentang peristiwa2
ia mematahkan balok kayu didalam gua clan membebaskan
Shin It Cui yang kemudian menjadi saudara angkatnya. Tee
Tian Kauw mendengarkan dengan gembira, dan menaruh
simpati terhadap Lat Siu Shin Mo Shin It Cui. la menanya :
"Lat Sin Shin Mo itu betul2 lihay silatnya, karena dengan
mudah ia menolongmu dari Kim Wan Lo Han. Guruku
baru dapat keluar setelah tiga hari. Sementara ini, Giok Koko dapat mengajarku ilmu silat pedang Thian Lam Sa
Kiam!" Sambil tersenyum Kong Sun Giok mengambil pedang
Poa Cu Kiam, dan kedua pemuda itu keluar dari rumah.
Tee Tian Kauw berkata lagi :"Giok Ko-ko, aku gemar
belajar. Kaupun dapat mengajariku ilmu silat pedang Ceng
Lian Kiam Hoat dari Fut Mo Shin Ni."
Dengan tertawa ter-bahak2 Kong Sun Giok berkata :
"Ya?" asal saja kau giat belajar, aku pasti sudi
83 mengajarimu. Bukan saja aku akan mengajarimu ilmu silat
pedang Ceng Lian Kiam Hoat, bahkan juga ilmu silat tinju
Ceng Biauw Cong Hoat (ilmu tinju ajaib) yang kupelajari
dari saudara angkatku Cui Ko-ko atau Shin It Cui!"
Tee Tian Kauw me-lonjak2 karena terlampau girang.
Mereka berdua keluar dari rumah dan menuju kesuatu
padang rumput yang luas dengan membawa pedang. Kong
Sun Giok lalu mempertunjukkan ilmu silat pedang Thian
Lam Sa Kiam, dan kemudian ilmu silat pedang Ceng Lian
Kiam Hoat dan ilmu silat tinju Ceng Biauw Cong Hoat dari
Shin It Cui! Tee Tian Kauw sangat pintar dan cerdas. la dapat
mengikuti dan memahami semua jurus, serangan, sabetan,
egosan, sodokan, tusukan, loncatan dan lain sebagainya
dari ilmu2 silat yang diajarkan kepadanya. Lalu mereka
berlatih sampal senja. Tee Tian Kauw berterima kasih
untukkesungguhanhatinyasaudaraangkatnya
mengajarinya. Lalu la mengajak saudara angkatnya itu
bermalam dirumahnya. Selama tiga hari Tee Tian Kauw
menuturkan selak-beluk puncak Ti Shing Hong itu, atau
merundingkan ilmu2 silat sambil menikmati teh daun Song.
Dengan demikian persaudaraan mereka itu menjadi makin
hari makin kekal.
Pada hari ke-4-nya, Tee Tian Kauw pagi2 telah
mendatangi Kong Sun Giok. Sambil tersenyum ia berkata :
"Giok Ko-ko, jurus "Hua Kai Kua Hut' atau "bunga
terbuka melihat dewa" dari ilmu silat Ceng Lian Kiam
Hoat, masih juga belum dapat kufahami dengan sempurna.
Bolehkah Ko-ko memberi petunjuk lagi ?"
Sambil tersenyum Kong Sun Giok bangun, mengambil
pedangnya, dan ber-sama2 Tee Tian Kauw keluar menuju
kelapang rumput.
84 Kemudian dengan pedang Poa Cu Kiamnya Kong Sun
Giok mempertunjukkan segala cara silat pedang Ceng Lian
Kiam Hoat. Lalu Tee Tian Kauw mengambil pedang Poa
Cu Kiam dari Kong Sun Giok dan berkata: "Giok Ko-ko,
aku akan melatih jurus 'Hua Kai Kua Fut', dan aku minta
kau beri petunjuk lagi bila perlu!"
Kong Sun Giok belum menjawab, tiba2 dari belakang
Tee Tian Kauw terdengar suara orang menegur, dan orang
itu berkata sambil tertawa : "Tian Kauw, kau jangan merasa
puas dengan ilmu silat itu! Tiap kau melakukan silat pedang
Ceng Lian Kiam Hoat itu hanya kuat dibagian atas, tetapi
lemah dibagian bawah. Dan tenaga yang kau keluarkan
tidak cukup. Sebetulnya ilmu silat pedang Ceng Lian Kiam
Hoat ini adalah dari Ceng Lian Shin Ni; dan ia belum
pernah menurunkan ilmu silat tersebut kepada orang lain.
Dari manakah kau mempelajarinya" Dan pedang
ditanganmu itu, apakah pedang Poa Cu Kiam, atau pedang
Leng Liong Pit?"
Kong Sun Giok menoleh kearah orang yang berbicara
itu. la melihat bahwa orang tersebut sedang berdiri didepan
rumah yang berada didekat rumah dimana ia telah
menginap selama tiga hari. la adalah seorang pendeta,
berusia lebih kurang 40 tahun, dan tubuhnya kokoh sekali.
la insyaf bahwa pendeta itu tentulah gurunya Tee Tian
Kauw. Lalu la buru2 menghampiri dan membungkukkan
diri dihadapannya memberi hormat. Rupanya Tee Tian
Kauw sangat disayangi oleh gurunya. Dengan tak menoleh
kearah gurunya ia menjawab : "Pedang ini pedang Poa Cu
Kiam, aku tak berhasil mencari pedang Leng Liong Pit.
Tentang ilmu silat pedang aku telah belajar banyak. Coba
lihatlah ini. Ini jurus Tat Mo Shin Kiam (menyentuh
pedang lawan) dari partai silat Siauw Lim, ?" ini jurus
Hui Hong Bu Liu (angin topan menumbangkan pohon )
85 dari partai silat Tiam Cong yang dapat menumbangkan
gunung, dan ini adalah jurus : "Tiam Lam Bo Kit Kiam
Hoat (sodokkan dahsyat) dari partai Tiam Lam yang
kudapat dari saudara angkatku Kong Sun Giok"
DemikianlahTeeTianKauwmelatihdan
mempertunjukkan jurus2 silat pedang yang telah
didapatinya dilapang rumput itu.
Lalu pendeta itu berkata sambil tersenyum : "Tian
Kauw, ilmu silat pedang tidak dapat menjadi mahir dengan
berlatih hanya setengah hari! Siapakah pemuda ini" Kau
belum memperkenalkannya kepadaku!" Tee Tian Kauw
berhenti berlatih, menarik lengannya Kong Sun Giok dan
berkata : "Giok Ko-ko, inilah guruku Heng Tay-soe! Taysoe, inilah saudara angkatku, Kong Sun Giok !"
Kong Sun Giok yang telah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri betapa lihay silatnya Tee Tian Kauw, yakin
menanya: "Cucu Kong Sun! Apakah kau muridnya Thian
Lam Sa Kiam ?" Kong Sun Giok tak menyahut. la
mengeluarkan air-mata karena ia teringat kembali akan
guru2nya yang budiman itu! Tee Tian Kauw buru2
menyahut : "Guru2 Giok Ko-ko adalah Goan Siu To-tiang
dan kedua saudaranya Goan Liong dan Goan Cin. Mereka
adalah yang terkenal sebagai Thian Lam Sa Kiam (Tiga
jago silat pedang dari selatan). Mereka semuanya telah
gugur dimedan Bu Lim. la kini memikul beban yang sama
beratnya seperti aku. Musuhnya Giok Ko-ko ialah Lak Cao
Shin Kun Ban Cun Bu. Tetapi siapakah musuhku" Aku
mohon Tay-soe lekas2 memberitahukan."
Heng Tay-soe tidak menjawab pertanyaannya Tee Tian
Kauw, ia terus mengawasi Kong Sun Giok, dan berseru:
"Apa " Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu?"?"
Tee Tian Kauw melihat bahwa gurunya tidak ingin
menyaksikansilatpedangnyalagi, tidak ingin
86 memberitahukan nama musuhnya, dan Kong Sun Giok
belum lagi menjawab, lalu menyerahkan pedang Poa Cu
Kiam kepada saudara angkatnya sambil berkata: "Giok Koko, tolong pegang pedang ini. Aku ingin memperlihatkan
silat tinju kepada guruku! Ceritamu agak panjang. Sebentar
kita masuk kedalam rumah, dan aku dapat menceritakan
kepada guruku."
Laluiakembalikelapanganrumput,dan
mempertunjukkan ilmu silat tinjunya. Baru saja la
melakukan satu jurus, gurunya berseru: "Ha!" Tee Tian
Kauw terus menjalankan jurus2 silat tinjunya yang gesit dan
gaib se-akan2 seratus naga sedang me-nari2, dan aingin
keras berembus, dimana tinjunya melayang!
Setelah Tee Tian Kauw berhenti berlatih, Heng Taysoe
berkata sambil goyang2 kepalanya: "Itu adalah ilmu silat
'Thian Shing Cong' (Memetik bintang2 dilangit) dari Lat Sin
Shin Mo Shin It Cui. Tian Kauw, bagaimana dalam hanya
setengah tahun, kau dapat mempelajari ilmu2 silat yang
lihay2 ?" Ayo, kita masuk kedalam rumah, dan kau harus
memberitahukan kepadaku."
Tee Tian Kauw yang biasa di-manja2kan merasa
gembira sekali dengan pujian gurunya. Setelah mereka
berada didalam rumah, Heng Tay-soe bertanya kepada
Kong Sun Giok : "Cucu Kong Sun, Tian Kauw sudah lama
tinggal bersama aku, dan ia sangat manja sehingga tak
mengenal aturan. Karena kau telah menjadi saudara
angkatnya, kau harus mendidik ia dalam hal budi pekerti
dan sopan santun!"
Kong Sun Giok sukar menjawab, ia hanya tersenyum.
Pada saat itu ia baru melihat bahwa kedua lengan pendeta
itu telah buntung! Ketika mula2 berjumpa tadi ia tak
melihat, karena Heng Tay-soe berdiri dengan kedua
lengannya yang buntung tertutup dengan lengan bajunya
87 yang besar. la berpikir: "Dunia ini betul2 ganjil. Ban Cun
Bu buntung kedua betisnya, akan tetapi masih dapat
menjagoi dikalangan Bu Lim. Dan ?"" Tay-soe ini
buntung kedua lengannya!"
Kamar didalam rumah yang didiami oleh Heng Taysoe
sangat sederhana. Kursi, maupun mejanya semua terbuat
dari batu gunung. Diatas sebuah meja batu terlihat
bungkusan2 daun2 obat2an, kitab2 kuno dan hio2 wangi
untuk bersembayang. Heng Tay-soe duduk diatas tempat
tidur. Karena kedua lengannya buntung, maka dilengan
kanannya telah dipasang suatu gaitan dari baja yang dapat
bekerja sepcrti tangan untuk makan atau minum!
Tee Tian Kauw lalu menyediakan dua cangkir teh.
Secangkir diberikannya kepada Kong Sun Giok, dan
secangkir lagi ditaruhnya dimeja batu untuk gurunya. Lalu
ia menceritakan peristiwa Thian Lam Sa Kiam
mempertaruhkan jiwa terhadap Ban Cun Bu dilembah Lek
Yun Kok dari pegunungan Kwat Cong San, peristiwa Bian
Leng Jun membawa kabar buruk tentang tewasnya Thian
Lam Sa Kiam kepada Kong Sun Giok, peristiwa tentang
caranya ia inemperoleh pedang Poa Cu Kiam sehingga ia
dapat menemui Kong Sun Giok dan menjadi saudara
angkat ditelaga Poa Yo Ouw. Tetapi dalam ceritanya itu,
dengan tak sengaja ia menceritakan juga tentang janji Bian


Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Leng Jun untuk bertemu dengan Kong Sun Giok lagi
setelah 10 tahun, dan tentang wajahnya yang mirip sekali
dengan wajah Bian Leng Jun, kecuali tahi lalat diatas alis
kirinya. Heng Tay--soe mendengarkan dengan sabar dan penuh
perhatian, dan perasaan simpati terhadap Kong Sun Giok.
Ia minum teh yang dipersembahkan oleh Tee Tian Kauw,
lalu menarik napas panjang dan berkata : "Thian Lam Sa
Kiam telah berkorban demi kepentingan jago2 silat
88 dikalangan Bu Lim. Perbuatannya itu mulia sekali. Ban
Cun Bu pada akhirnya tentu musnah! Dulu aku pernah
dengar bahwa untuk memperoleh kitab Ju Keng, orang
harus mempunyai pedang Poa Cu Kiam. Kini kamu berdua
telah memperoleh pedang Poa Cu Kiam, dan nampaknya
rencana untuk memperoleh kitab Ju: Keng mendapat
kemajuan. Tetapi apakah kamu telah mencari dan
mendapatkan soal2 yang luar biasa tentang pedang itu?"
Kong Sun Giok hendak menyahut, tetapi telah didahului
oleh Tee Tian Kauw yang buru2 berkata : "Giok Ko-ko
bukan saja telah menemui sesuatu yang ganjil tentang
pedang itu, bahkan dalam perjalanannya dari telaga Poa Yo
Ouw, iapun telah mengalami peristiwa2 aneh. Tay-soe,
minumlah teh dulu, nanti aku ceritakan lebih lanjut."
Lalu diceritakannya peristiwa tentang Kong Sun Giok
menemui kulit kambing didalam gagang pedang Poa Cu
Kiam, peristiwa ia mematahkan balok2 kayu yang
mengurung Lat Sin Shin Mo didalam gua dipegunungan
Lee Leng San ketika ia hendak berlindung dari hujan,
peristiwa Ceng Lian Shin Ni mengajarkan ilmu silat pedang
Ceng Lian Kiam Hoat, peristiwa tentang Kim Wan Lo Han
yang merampas pedang Poa Cu Kiamnya dan kemudian
ditolongoleh Shin It Cui atau Lat Siu Shin Mo yang
kemudian menjadi kakak angkatnya, dan peristiwa Shin It
Cui mengajarinya ilmu silat tinju "Tian Shing Cong" dan
lain sebagainya.
Setelah Tee Tian Kauw berhenti dengan kisah2 itu, Hung
Tay-soe berkata, suaranya rendah: "dikalangan Kang-ouw
orang2 sudah mengetahui bahwa Lat Siu Shin Mo Shin It
Cui itu membunuh orang seperti membunuh se-ekor ayam,
akan tetapi iapun mengenal budi. Seterusnya kamu harus
bertindak hati2, karena dikalangan Kangouw banyak sekali
bahaya. Sekali karnu bertindak salah, bukan saja namamu
89 menjadi busuk, bahkan kamu juga harus membayarnya
dengan jiwa!"
Kong Sung Giok mendengar nasehat itu dengan
khidmat, akan tetapi Tee Tian Kauw memotong
pembicaraan gurunya dan berkata: "Tay-soe dapat nasehati
kita nanti. Menurut pandanganku, orang yang mengenal
budi seperti Shin It Cui, harus dihormati"
Heng Tay-soe tersenyum dan Tee Tian Kauw
meneruskan : "Tay-soe, aku telah memahami ilmu silat
pedang seperti Tat Mo Shin Kiam (menyentuh pedang
lawan), 'Hui Hong Bu Liu' (angin topan menumbangkan
pohon), Thian Lam Bo Kit Kiam Hoat (sodokkan dahsyat
ala ilmu silat pedang Thian Lam), dan juga 'Tian Shing
Cong' (memetik bintang2 dilangit)! Tapi ?" tentang
rencana Giok Ko-ko mencari kitab Ju Keng, meskipun kita
telah memperoleh pedang Poa Cu Kiam, bagiku masih
merupakan suatu teka-teki. Tay-soe, apakah artinya 'Sek Kit
Su Kong, Kong Kit Su Sek' (Warna ialah kekosongan,
Kekosongan ialah warna) yang diajarkan kepada para
penganut Buddha" Diatas kulit kambing tertera sajak yang
seperti itu apakah kedua sajak2 tersebut tak ada sangkutmenyangkut" Dan bagaimanakah tentang lingkaran2 yang
mempunyai tujuh warna itu?"?"
Lalu dari tangannya Tee Tian Kauw, Heng Tay-soe
menyelidiki isyarat2 dan sajak yang tertera diatas kulit
kambing itu. Kemudian dipejamkannya matanya untuk
berpikir ! Tee Tian Kauw yang duduk disamping gurunya
memberi isyarat kepada Kong Sun Giok untuk
memperhatikan wajah gurunya. Kong Sun Giok mengawasi
wajahnya Heng Tay-soe, lalu mengawasi sikapnya Tee Tian
Kauw, dan teringat lagi olehnya Bian Leng Jun. Agak lama
juga Heng Tay-soe menutup kedua matanya.
90 Tiba2 kedua matanya dibukanya lebar2, dan berkata
dengan suara yang khidmad sekali :"Orang yang
meninggalkan kulit kambing ini mempunyai dua watak.
Satu waktu ia membuat orang benci, dan lain waktu ia
membuat orang sayang kepadanya. Jika sajak diatas kulit
kambing itu diperbandingkan dengan sajak dari Buddha,
maka orang dapat semakin bingung menafsirkannya! Tapi
Cucu Kong Sun adalah seorang yang juga mahir dalam
ilmu surat. Huruf Tionghoa mementingkan bentuk. Tulisan
huruf Tionghoa ialah hampir serupa dengan tulisan Mesir
kuno, yaitu hiroglypik. Misalnya huruf 'Jin' (orang) ditulis
seperti kita menggambar orang, huruf 'Hie' (ikan) ditulis
seperti kita menggambar se-ekor ikan, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, bentuk2 huruf2 yang disusun menjadi sajak
itu, harus kita selidiki juga. Dan orang yang pandai
menggambar, entah ia menggambar pemandangan, entah ia
menggambar suatu benda, sebelumnya ia mulai
menggambar, ia telah menentukan dimana ia harus mulai
mencoretnya, dan dimana harus dibiarkan kosong atau
diberi warna ?""
Tee Tian Kauw memotong lagi omongan gurunya, dan
berkata :"Tay-soe, jadi sajak yang berbunyi 'Kong Wai Cu
Kong' (Kekosongan diluar kosong) itu serupa dengan
'kosong' dalam suatu gambar?"
Heng Tay-soe menganggukkan kepalanya, dan
meneruskan penjelasannya : "Diluar lingkaran2 yang
mempunyai tujuh warna diatas kulit kambing itu bukannya
putih kosong" Itulah serupa dengan 'kosong' diatas suatu
gambar." Lalu Kong Sun Giok menanya :"Tay-soe jika demikian
yang tidak berwarna diluar lingkaran2 ialah yang diartikan
'kekosongan diluar kosong'. Akan tetapi ?"?"
91 Tee Tian Kauw memotong lagi pembicaraan itu, dan
berkata : "Di-tengah2 tujuh lingkaran yang berwarna itu
tertampak juga suatu warna yang berlainan daripada tujuh
warna itu. Apakah ini diartikan 'Warna didalam warna' ?"
Heng Tay-soe tertawa dan berkata : "Kamu berdua
cukup cerdas! Sajak yang berbunyi 'Kong Wai Cu Kong,
Sek Tiong Cu Sek' (Kekosongan diluar kosong, warna
didalam warna) memberitahukan kepada kita bahwa kulit
kambing yang berwarna hitam itu sebetulnya berwarna
putih! Kulit kambing yang berwarna putih menjadi hitam
karena telah disepuh hitam, atau terlapis oleh kulit hitam.
Cobalah kita selidiki lagi kulit kambing itu. Tian Kauw kau
dapat merendam kulit kambing ini dalam air bersih untuk
mengetahui apakah kulit ini terdiri dari dua lapisan !"
Tee Tian Kauw segera bangun dari tempat duduknya,
dan keluar membawa kulit kambing itu untuk direndam
didalam air gunung. Kemudian ia kembali lagi membawa
dua potong kulit kambing yang basah. Betul saja kulit
kambing itu terdiri dari dua lapis?" lapisan atas berwarna
hitam, dan lapisan bawah berwarna putih. Sambil tertawa ia
berkata : "Giok Ko-ko, kau agak tolol Mengapa tidak
direndam tadinya?"
Kong Sun Giok tidak menjawab. la merasa canggung diejek demikian, tetapi ia merasa girang melihat
perkembangan usahanya.
Lalu Heng Tay-soe berkata: "Orang yang meninggalkan
kulit kambing ini betul2 cerdik. la telah membuat orang
memutar otaknya untuk menafsirkan lingkaran2 dengan
tujuh warna itu dan sajak yang merupakan teka-teki.
Siapapun tidak akan menduga kulit ini terdiri dari dua lapis
!" 92 Tee Tian Kauw lalu menggosok kering kedua potong
kulit kambing itu dengan hati2, dan sambil memegang kulit
kambing yang putih ia menanya gurunya :"Tay-soe,
cobalah lihat kulit kambing ini. Bukankah diatasnya ada
gambar pemandangan?"
Kong Sun Giok mendekati Heng Tay-soe dan
mengawasi gambar yang tertera diatas kulit kambing yang
putih itu. la melihat gambar sebuah puncak gunung yang
tinggi, dan disebelah kanan puncak yang tinggi itu ada lagi
sebuah puncak yang lebih rcndah. Diatas puncak tersebut
tampak suatu lingkaran berwarna merah, dan didalam
lingkaran merah itu ada delapan huruf yang berbunyi: Ju
Cai Ju Tiong, Ko Beng Ju Kek (Kelembutan berada dalam
watak lemah-lembut, kemuliaan dapat menalukkan
kelembutan)! Ketiga orang itu lalu duduk diam, dan berusaha
menafsirkan arti sajak itu. Apakah puncak yang tinggi itu
menunjukkan puncak gunung dimana kitab Ju Keng
tersimpan" Tetapi puncak gunung yang manakah" Apakah
puncak yang rendahan tempat tersimpannya kitab Ju Keng"
Lagi pula sajak yang berbunyi : Ju Cai Ju Tiong, Ko Beng
Ju Kek apakah artinya" Huruf pertama 'Ju' itu mungkin
berarti kitab Ju Keng. Tetapi apakah artinya huruf 'Ju' yang
kedua" Mereka memutar otak berusaha menafsirkan selama
setengah hari. Kemudian Tee Tian Kauw mengembalikan
kulit kambing yang putih itu kepada Kong Sun Giok sambil
berkata: "Gok Ko-ko, huruf 'Ju' kedua itu sukar ditafsirkan.
Pendapatku ialah kau harus mencari puncak yang tinggi itu
dulu, dan kemudian pergi menyelidiki puncak yang lebih
rendah." Kong Sun Giok menjawab sambil tersenyum :"Tian
Kauw, omonganmu sangat beralasan. Tetapi entah berapa
93 banyaknya puncak2 gunung. Puncak tinggi yang manakah
yang harus?"
Lalu 'Heng Tay-soe berkata : "Dikaki gunung Siat Hong
San disebelah barat propinsi Hunan ada tinggal bertapa
seorang tua yang bernama Sio Yo Sian Seng. la telah
mengembara keberbagai tempat, dan mengenal banyak
gunung2 maupun sungai2. Tidak salahnya jika cucu Sun
Giok pergi menemui dia, dan memohon pertolongan atau
bantuannya."
Usul tersebut menggirangkan Kong Sun Giok. la
sebetulnya hendak segera berangkat, akan tetapi ia teringat
akan Bian Leng Jun dalam dirinya Tee Tian Kauw. Sikap
tersebut dapat dilihat oleh Tee Tian Kauw yang lalu
berkata: "Giok Ko-ko, aku yakin kau ingin lekas2 mencari
kitab Ju Keng, tetapi kau agaknya enggan berpisah dari aku.
Tetapi kita berdua mempunyai kepandaian silat yang tinggi,
dan kita dapat berjumpa lagi dengan mudah. Aku berlatih
ilmu silat pedang disini, dan kau dapat segera pergi mencari
Sio Yo Sian Seng. Setelah aku mahir betul, aku pasti datang
menyusul mencari Sio Yo Sian Seng dan menemui kau."
Heng Tay-soe berkata sambil tertawa : "Tian Kauw,
usulmu itu bagus sekali. Aku hanya mengharap kamu
berdua dapat selamanya saling bantu-membantu, dan dapat
ber-sama2 menunaikantugas2mu."Laludengan
menghadapi Kong Sun Giok, ia berkata : "Cucu Kong Sun,
kau telah datang kesini dari tempat yang jauh. Aku tak ada
mempunyai apa2 untuk diberikan kepadamu. Aku hanya
dapat memberikan kepadamu 'Kasih-sayangku', dan aku
harap kau dapat menjaga diri dimana saja kau berada
dengan sikapmu yang sopan-santun, dan dengan watakmu
yang mengenal budi. Dengan berbuat demikian, aku yakin
kau senantiasa disertai keberuntungan !"
94 Setelah itu, ia menghadapi Tee Tian Kauw dan berkata :
"Tian Kauw, aku harap kau giat berlatih, dan berlatih
sampai sempurna ilmu2 silat pedang yang baru kau pelajari
dari saudara angkatmu dengan mencurahkan semua
perhatianmu selama satu bulan. Setelah itiu kau dapat turun
gunung untuk menunaikan tugasmu! Nah! Kini kau
antarkan saudara angkatmu turun dari puncak ini !"
Kong Sun Giok lalu membungkukkan tubuhnya
memberi hormat clan menghaturkan terima kasih kepada
Heng Tay-soe. Kemudian ber-sama2 Tee Tian Kauw ia
turun dari puncak itu.
Mereka berjalan ber-damping2an sepcrti sepasang
merpati, dan tidak berbicara. Berpisahan itu sangat berat
bagi mereka! Dengan ilmu meringankan tubuh, dengan cepat mereka
tiba dikaki gunung. Tee Tian Kauw menghadapi Kong Sun
Giok, memandang wajahnya sejenak, dan berkata: "Giok
Ko-ko, kau harus rela berpisah. Kau harus lekas2 mencari
kitab Ju Keng itu. Setelah lewat satu bulan, dengan ilmu
silat pedang yang akan kupelajari dengan sempurna, aku
pasti datang menyusul kau !"
Dengan berat sekali, Kong Sun Giok memaksa dirinya
untuk berpisah. la memutar badan, dan dengan tak
berbicara lagi ia segera lari pergi kearah barat-laut!
Tee Tian Kauw menggigit bibir untuk menahan air
matanya jangan sampai mengucur keluar. Ia terus
mengawasi Kong Sun Giok sampai hilang.
Disepanjang jalan Kong Sun Giok senantiasa
mengenang2kan pengalaman2 dan peristiwa2 yang lampau
: Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu kehilangan kedua betis,
akan tetapi dapat menjagoi dikalangan Bu Lim. Heng Taysoe kehilangan kedua lengan, akan tetapi ilmu silat yang
95 telah diajarkannya kepada muridnya Tee Tian Kauw lihay
sekali: Bian Leng Jun yang cantik jelita tengah menantinya
dikota Lak Cao. Tee Tian Kauw yang mirip dengan Bian
Leng Jun dan yang selalu membikin ia mabuk asmara telah
menjadi adiknya. Lat Siu Shin Mo yang terkenal lihay
sekali ilmu silat tinjunya, karena telah dibebaskannya dari
kurungan dalam gua, juga telah menjadi kakak angkatnya.
Semua pengalaman2 dan peristiwa2 itu menyenangkannya.
Akan tetapi ?" tugas ia membalas dendam guru2nya


Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belum terlaksana. Dimanakah kitab Ju Keng itu yanm dapat
membantu usahanya" Dan apakah artinya sajak "Ju Cai Ju
Tiong, Ko Beng Ju Kek" yang tertera diatas kulit kambing yang putih itu" Betul sajak yang berbunyi : Kong Wai Cu
Kong, Sek Tiong Cu Sek telah dapat diartikan, akan tetapi
masih juga tidak diketahui dimana kitab Ju Keng tersimpan.
Menurut Heng Taysoe, ia harus mencari Sio Yo Sian Seng
yang mungkin dapat memberikan petunjuk padanya. Jika
Sio Yo Sian Seng juga tak dapat mengetahuinya ?"
bagaimanakah" Demikianlah Kong Sun Giok berpikir
disepanjang jalan.
Pada suatu hari ia tiba disuatu tempat yang luar biasa.
Didepan matanya ada barisan gunung. Batu2 gunung yang
beraneka bentuk, pohon2 dan tumbuh2an yang belum
pernah dilihatnya dan air terjun dengan air yang jernih,
tampak disekitarnya. Dilereng gunung disebelah baratlaut ia
menampak hutan pohon bambu, dan tiap2 pohon bambu
setinygi 7 atau 8 depa. Angin yang sejuk meniup dengan
halus ketubuhnia. Ia merasa berada didunia lain!
Sebetulnya ia gemar sekali akan pohon bambu. la datang
menghampiri hutan bambu itu, dan setelah mencari tempat
Yang nyaman, ia berbaring ditanah untuk beristirahat
dengan maksud mencari orang yang dapat memberi
96 petunjuk kepadanya dimanakah letaknya guniang Siat
Hong San. Belum lama ia berbaring, se-konyong2 terdengar olehnya
dari dalam hutan bambu itu suara nyanyian : "Cobalah
tanya kepada para pahlawan, setelah mereka menjadi jago,
apakah manfaatnya" Bukankah manusia akhirnya juga
masuk kelubang kubur?"
Kong Sun Giok yang faham akan sastra segera dapat
mengetahui bahwa sajak yang dinyanyikan itu adalah
karangan Bee Ci Yen dari zaman dinasti Goan. la bangun
dan menyelidiki siapakah yang telah bernyanyi itu. Dengan
ilmu meringankan tubuhnya, dengan pesat dan gesit sekali
ia berlari kian kemari mencari orang yang menyanyi itu.
Ketika ia merasa bahwa ia telah berada dekat sekali dengan
orang itu, ia berjalan dengan sikap yang waspada. Betul saja
di-tengah2 hutan bambu itu, disamping satu batu gunung
yang besar ada seorang tua berjubah warna coklat tengah
berbaring. Orang tua itu sedang menikmati arak dan
hidangan2 ringan!
Meskipun orang tua itu mengetahui ada orang yang
menghampirinya, akan tetapi ia tetap berbaring sambil
bernyanyi. Ketika itu ia menyanyikan sajak dari penyair
Pek Lok Tian dari zaman dinasti Tong. Mendengar sajak2
yang dinyanyikan itu, Kong Sun Giok segera mengetahui
bahwa orang tua ini bukan orang biasa. la berjalan sampai
didepan orang tua itu, membungkukkan diri memberi
hormat, lalu berkata : "Pak, mungkin bapak ini seorang
suci. Hamba ini juga bukannya orang yang tamak atau
serakah. Bagi hamba tempat ini asing sekali. Oleh karena
itu hamba mohon bapak memberi petunjuk2."
Si-orang tua lalu bangun dan duduk disamping batu itu.
la mengawasi Kong Sun Giok sejenak, lalu berkata sambil
tertawa : "Sio-tee dari manakah" Sio-tee ingin menanya
97 jalan yang manakah " Kau katakan kau bukan seorang yang
tamak atau serakah, akan tetapi ilmu meringankan
tubuhmu itu betul2 lihay. Dengan maksud apakah kau
datang kesini ?"
Kong Sun Giok melihat bahwa si-orang tua itu masih
merasa curiga terhadapnya. la bersikap sabar dan hormat,
dan berkata lagi: "Hamba datang dari puncak Ti Shing
Hong dari pegunungan Kauw Ji San. Hamba ingin pergi
kepuncak Siat Hong San disebelah barat propinsi Hunan.
Hamba telah mengganggu ketenteraman bapak, dan hamba
minta dimaafkan."
Orang tua itu lalu tertawa lagi dan berkata : "Sio-tee
rupanya baru terjun dikalangan Kang-ouw. Meskipun kau
tidak tamak, akan tetapi kau masih belum dapat menahan
napsu. Tempat ini adalah Siat Hong San!"
Kong Sun Giok merasa girang mendengar bahwa ia telah
berada digunung Siat Hong San. Ta merasa girang karena
meskipun ia tak tahu jalan, namun ia telah beruntung tidak
tersesat. Dengan wajah ber-seri2 ia menghaturkan terima
kasih kepada orang tua itu.
Wajah orang tua itu lalu berubah. Dengan senyuman
lebar ia berkata :"Sio-tee telah datang dari puncak Ti Shing
Hong dari pegunungan Kauw Ji San. Tetapi disitu ada
tinggal berdiam atau bertapa seorang jago silat ang lihay
dengan nama Kong Men Ki Hiap Heng Tay-soe. Apakah
kau tidak menjumpainya ?"
Mendengar orang tua itu juga mengenal Heng Tay-soe,
ia berpikir "Aneh sekali! Aku telah beruntung sekali! Segala
yang aku usahakan selalu memperoleh bantuan. Apakah
orang tua ini bukannya Sio Yo Sian Seng ang sedang
dicarinya?" Lalu ia bertanya dengan hormat : "Hamba ini
bernama Kong Sun Giok. Aku, atas perintah Heng Tay-soe,
98 datang kesini dengan maksud mencari Sio Yo Sian Seng.
Apakah hamba dapat mengetahui nama bapak ?"
Orang tua itu meng-urut2 jenggotnya yang panjang, dan
sambil tersenyum ia berkata : "Sio-tee, kau bukan saja telah
tiba digunung Siat Hong San, kau juga telah menjumpai Sio
Yo Sian Seng. Aku baru saja kembali dari pegunungan Oey
San. Gelarku ialah sibangau liar. Aku pemalas. Aku enggan
melihat orang. Akan tetapi karena Sio-tee ada hubungan
dengan Heng Tay-soe, dan telah datang dari tempat yang
jauh, aku harus menerima kau. Marilah kita masuk
kegubukku, dan kau dapat menceritakan maksud
kedatanganmu. Meskipun ilmu silatku ini kalah dari ilmu
silatnya Heng Tay-soe, tetapi belum tentu kalah dari ilmu
silatmu. Jika ada sesuatu yang aku dapat membantu, kau
dapat memberitahukan kepadaku."
Sambil berbicara, si-orang tua membereskan cangkir dan
guci araknya, dan mengajak Kong Sun Giok kegubuknya.
Kong Sun Giok memperhatikan bahwa perabot2 didalam
gubuk itu kebanyakan dibuat dari bambu atau batu gunung.
Setelah mereka terduduk, Kong Sun Giok lalu
mengeluarkankulitkambingyangputihdan
memperlihatkan itu kepada Sio Yo Sian Seng dengan
permintaan supaya sudi menjelaskan teka-teki yang tertera
diatas kulit kambing itu!
Sio Yo Sian Seng mengawasi dan menyelidiki agak lama
teka-teki diatas kulit kambing itu. Lalu ia memejamkan
kedua matanya untuk berpikir. Kemudian Sio Yo Sian Seng
membuka kedua matanya, dan dengan mengerutkan kening
ia berkata : "Kong Sun Sio-tee, meskipun aku baru saja
mengenal kau, tetapi Heng Tay-soe telah menolong aku,
dan budinya tak bisa kulupakan. Aku harus menceritakan
segala sesuatu dengan jujur. Aku selalu bersikap masa
bodoh. Aku tidak menghiraukan harta benda atau
99 keuntungan. Aku gemar sekali berkelana. Oleh karena itu
selama beberapa puluh tahun yang lampau aku telah
berkelana kebanyak tempat, mungkin juga aku pernah
berkelana diseluruh negeri ini. Aku pernah mendaki banyak
gunung maupun puncak. Aku tidak ingat semua gunung2
atau puncak2 itu. Tetapi aku akan menceritakan apa saja
yang aku masih ingat. Setelah melihat gambar puncak2
gunung diatas kulit kambing itu, aku teringat akan puncak2
yang bentuknya dan Ietaknya mirip seperti puncak2
didalam gambar diatas kulit kambing itu."
Kong Sun Giok berkata sambil tersenyum :"Hambapun
tidak mendesak bapak. Sudilahkiranyabapak
memberitahukan apa saja yang bapak masih ingat."
Sambil tersenyum Sio Yo Sian Seng melanjutkan : "Siotee telah menjumpai aku. Aku ingin mengetahui maksud
Sio-tee pergi ke-puncak2 itu."
Lalu Kong Sun Giok menuturkan segala sesuatu tentang
tekadnya mencari kitab Ju Keng atas perintah gurunya agar
dapat membalas dendam dan mencuci malu gurunya. Iapun
ingat akan pemberitahuan gurunya yang telah berusaha
mencari kitab Ju Keng itu selama beberapa puluh tahun
tetapi hampa. Orang tua itu agaknya puas dengan penjelasan itu, lalu
sambil meng-hitung2 dengan jari2 tangannya, ia
melanjutkan penuturannya : "Gunung Tiang Pek San yang
terletak diluar tembok kota dekat Chosen kedua puncaknya
mirip seperti puncak2 digambar. Gunung Pek Tian San
dipropinsi Sinkiang kedua puncaknya juga mirip seperti
puncak2 digambar. Puncak2 yang mirip seperti gambar itu
terletak dipegunungan Biauw Ling dipropinsi Kwie Cioe,
dipegununganLak Caodipropinsi Yunan dan
dipegunungan Kong Son dekat propinsi Kwangtung.
100 Kelima tempat itu se-akan2 terpencar disemua mata angin.
Sio-tee bagaimanakah mencarinya?"
Dengan hormat Kong Sun Giok menjawab : "Dengan
ketekunan dan kegiatan maka besi potongan dapat digosok
menjadi jarum. Bapak telah membantu hamba membatasi
tempat2 yang hamba harus datangi dengan penuturan yang
berharga itu. Jika hamba mundur karena kesukaran atau
kesulitan, bagaimanakah hamba dapat menunaikan tugas
hamba" Tiang Pek San berada dipropinsi dekat Chosen, Pek
Tian San dipropinsi Sinkiang, ke-dua2nya agak jauh. Tetapi
pegunungan Biauw Ling, Kong San dan Lak Cao berada dipropinsi2 Hoen Lam dan Kwiciu, dan hamba dapat pergi
mencari dipegunungan2 tersebut. Jika tak berhasil, hamba
baru pergi kepropinsi Sinkiang atau kepegunungan Tiang
Pek San yang terletak dekat Chosen. Budi guru2 hamba
sangat besar, dan hamba harus melaksanakan pesan guru2
hamba itu. Dengan lain perkataan, hamba telah bersumpah,
jika hamba tak berhasil melaksanakan pesan guru2 hamba,
hamba lebih suka mati daripada hidup berhutang budi. Ya
hamba akan menjadi malu terhadap diri sendiri. Oleh
karena itu, hamba tak akan berhenti berusaha! Sebulan lagi,
muridnya Heng Tay-soe, Tee Tian Kauw akan datang
kesinimencarihamba.Hambamohonbapak
memberitahukan maksud dan tempat2 yang hendak hamba
datangi. Hamba sangat berterima kasih kepada bapak."
la membungkukkan tubuhnya menghaturkan hormat dan
menyatakan terima kasihnya. Lalu ia minta diri kepada Sio
Yo Sian Seng itu. Sebelumnya ia pergi, Sio Yo Sian Seng
mengeluarkan sebuah botol kecil terbuat dari porselen
putih. Diserahkannya botol kecil itu kepada Kong Sun Giok
clan berkata : "Sio-tee bersemangat satria, dan mengenal
budi. Tidak percuma Thian Lam Sa Kiam mempunyai
murid serupa kau. Aku Sio Yo Sian Seng sangat
101 mengagumi watak dan budi-pekertimu. Kali ini kau hendak
pergi kepropinsi Hoen Lam (In Lam) dan Kwiciu, kau juga
mengetahui akan menjumpai banyak rintangan2. Kau pasti
akan masuk kedalam hutan2, mendaki gunung2,
menyeberangi sungai2 dalam usahamu mencari tempat
dimana kitab Ju Keng tersimpan menurut petunjuk yang
tertera diatas kulit kambing itu. Aku tidak mempunyai
barang apa2 yang berharga untuk diberikan kepadamu.
Tetapi botal kecil ini berisi obat yang mustajab sekali yang
dapat menghilangkan segala racun. Siotee dapat
menyimpannya baik2 dibadan. Pada suatu waktu obat itu
akan berguna sekali bagimu. Aku do'akan kau berhasil."
---oo0oo--- BAGIAN 6 DENGAN TEKAD MENDAKI GUNUNG BIAUW
LING Kong Sun Giok mengetahui bahwa Beng Ya Hok alias
Sio Ya Seng sudah lama berkelana dimana-mana, dan yakin
bahwa obat-obatan yang dibuatnya pasti mustajab. la
menghaturkan banyak terima kasih, lalu berjalan menuju
kepegunungan Biauw Ling dipropinsi Kwiciu menurut
petunjuk2 Sio Yo Sian seng itu.
Propinsi Hunan clan propinsi Kwiciu berdampingdampingan. Setelah menyeberangi sungai Kiam Ho
dipropinsi Kwiciu, Kong Sun Giok-tiba disuatu desa yang
terletak dekat kaki gunung Lui Kong San. Ia mencari
sebuah kedai untuk membeli makanan dan minuman dan
untuk beristirahat. Ketika ia sedang minum arak dikedai itu,
tiba2 terdengar olehnya seorang yang sedang duduk dimeja
lain dikedai itu berkata : "Ilmu silat Thian Lam dari
pendeta maling itu terlampau lihay. Meskipun guru kita
102 telah mengundang dua orang jago silat dari daerah Kwiciu
tengah, ia masih juga belum merasa aman. Apakah barang2
yang kita butuhkan telah kau siapkan?"
Pertarungan hebat karena pembalasan dendam
dikalangan Kang Ouw adalah peristiwa yang lumrah.
Tetapi ucapan "Silat Thian Lam dari pendeta maling itu
terlampau lihay" telah membikin Kong Sun Giok terkejut.
Ia berpikir :"Guruku, Goan siu To Tiang, telah
memberitahukan bahwa aku harus mencari dua saudara
kakak2 seperguruanku dalam usaha mencari kitab Ju Keng
dan membalas dendam. Dari kedua kakak2 itu yang satu
terkenal sebagai Menjangan, dan yang lain sebagai Bangau.
Mereka berkecimpung dikalangan Kang Ouw dan
senantiasa berkelana dimana-mana. Mereka tidak
mempunyai tempat kediaman yang tetap. Mungkinkah
"pendeta maling" yang disebut-sebut oleh orang itu salah seorang dari mereka" Oleh karena itu, ia terus
mendengarkan ucapan2 dari meja lain itu dengan pertuh
perhatian. Dengan tertawa terbahak orang yang ditanya tadi
menjawab : "Caraku ini boleh dikatakan yang terbaik
disemua propinsi2 dibarat-daya. Malam ini pendeta maling
itu mungkin binasa ditangan guru kita kedua jago silat dari
daerah tengah propinsi Kwiciu. Jika tidak, iapun tidak akan
luput dari kebinasaan dihutan dimuka pengunungan Lui
Kong San!"
Lalu orang yang bertanya mula2 tadi berkata : "Su-tee!
Jangan bicara keras2! Pendeta maling itu lihay sekali ilmu
silatnya, dan siasat kita ini tidak boleh bocor! Persiapan itu harus kita lakukan dulu!"


Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian mereka memanggil pemilik kedai, membayar
makanan dan araknya, dann keluar dari kedai itu.
Kong Sun Giok yakin bahwa "pendeta maling" dengan
ilmu silat Tian Lam yang disebut-sebut oleh kedua prang
103 tadi adalah salah seorang paman gurunya, atau seorang
Hiap-su (pendekar budiman)!
"Siasat apakah sedang mereka persiapkan" Berapakah
banyaknya jago2 silat yang mereka undang untuk melawan
"pendeta maling" itu?"
Kong Sun Giok berpikir "Mengapa aku tidak pergi
menyelidiki hutan dimuka pengunungan Lui Kong San.
Bila "pendeta maling" itu adalah kakak2 seperguruanku
bukankah aku dapat segera memberitahukan kabar buruk
tentang tewasnya Goan Siu To Tiang, dan dapat bersamasama mencari kitab Ju Keng dalam usaha membalas
dendam guru dan paman2 guruku?"
Kedai yang terletak dekat kaki gunung Lui Kong San itu
tidak jauh dari hutan yang terletak dimuka gunung itu. Hari
baru senja. Lalu dengan tekad yang bulat Kong Sun Giok
jalan menuju kehutan itu.
Dihutan itu banyak sekali tumbuh pohon bambu. Tiga
buah sisi hutan itu adalah gunung2, dan sebuah lagi adalah
lapangan luas. Kong Sun Giok menduga bahwa tempat
yang dimaksud oleh kedua orang tadi adalah lapangan yang
luas itu dengan pohon2 bambu dan beberapa pohon2 yang
besar dan tua. Setelah memilih sebuah pohon yang besar,
lalu ia memanjat keatas sebuah dahan dari pohon itu dan
bersembunyi. Dari tempat persembunyiannya ia dapat
melihat dengan leluasa.
Baru lebih kurang seperempat jam ia berada diatas dahan
itu, tampaklah olehnya lima buah bayangan hitam sedang
berlari-lari dari arah barat-laut, dan tiga prang diantara
mereka itu dapat berlari dengan pesat sekali dengan ilmu
meringankan tubuhnya. Kong Sun Giok memperhatikan
bahwa salah seorang dari ketiga orang yang tiba lebih dulu,
adalah pendeta berjubah kuning dan memegang senjata
104 sebuah sekop persegi, dan dua prang yang lain berpakaian
hitam yang serupa bentuknya, akan tetapi yang satu
jangkung dan gemuk tubuhnya, dan yang lain pendek dan
kurus. Semuanya mempunyai wajah yang jahat dan kejam!
Kong Sun Giok menduga : "Pendeta berjubah kuning itu
pasti guru kedua prang yang bicara didalam kedai tadi, dan
kedua prang yang berpakaian hitam pasti adalah jago silat
yang diundang datang dari daerah tengah propinsi Kwiciu.
Dua prang lagi yang ketinggalan, dibelakang adalah yang
aku jumpai di-kedai."
Setelah mereka berkumpul, pendeta berjubah kuning
mengajak semuanya masuk kedalam hutan. Sambil
tersenyum ia berkata kepada kedua pemuda yang
berpakaian hitam :"Ilmu silat dari pendeta maling itu betul2
lihay. Aku harus minta bantuan kedua saudara!"
Lalu si-jangkung-gemuk menyahut : "Harap saudara
jangan kuatir! Sebetulnya segala siasat yang kau siapkan itu
tidak perlu. Masa kita bertiga tak dapat melawan seorang
jago silat Thian Lam?"
Ucapan "jago silat Thian Lam" itu lebih meyakinkan
Kong Sun Giok, bahwa yang akan datang memenuhi janji
untuk bertempur adalah kakak2nya itu, si Menjangan atau
si Bangau! Baru saja ucapan si-jangkung-gemuk itu selesai,
terdengarlah dari belakang sebuah batu gumung yang besar
dan yang terletak lebih kurang 3 depa dari sijangkunggemuk itu suara orang tertawa dan berkata :"Kim Cit! Pang
Kauw! Kamu datang dari daerah tengah, dan sekarang baru
belajar kenal dengan ilmu silatku. Bagaimanakah kamu
mengetahui bahwa jago silat Thian Lam dapat dilawan
dengan mudah."
105 Ucapan tersebut dibarengi dengan melompat keluarnya
dari belakang batu besar itu seorang Tojin (pendeta)
berjubah hijau, berusia lebih kurang 30 tahun, bertubuh
tegap dan berwajah merah. Diatas bahunya menonjol
keluar dari punggungnya sebuah gagang pedang.
Semenjak memperoleh kabar buruk tentang gugurnya
guru dan paman2 gurunya, Kong Sun Giok selalu
memikirkan dimanakah ia harus mencari saudara2nya itu.
Dewasa itu, ketika ia melihat pendeta yang berjubah hijau,
dan yakin betul bahwa pendeta itu adalah kakak2nya si
Bangau, ia tak dapat lagi menahan napsunya. la berseru
sambil meloncat turun dari dahan pohon "Ji-Su-heng!"
Si-jangkung-gemuk yang bernama Kim Cit dan
bersenjata martil besi, dan si-pendek-kurus yang bernama
Pang Kauw sudah lama berbuat sewenang-wenang didaerah
tengah propinsi Kwiciu, dan tidak ada orang yang dapat
mencegahnya! Kim Cit dengan ilmu silat tenaga luar yang
baik sekali belum pernah di-ejek orang. Mendengar ejekan
It Hok Tojin (si-Bangau), ia menjadi sangat gusar. Ketika
baru saja ia hendak menyerang, Kong Sun Giok sudah
melompat turun dari dahan pohon!
Dengan wajah bengis ia membentak : "Dari manakah
datang anak haram ini" la berani mengganggu kita
Bukankah ia mencari mati"!" Makian itu dibarengi dengan
satu jotosan yang keras kearah dadanya Kong Sun Giok!
It Hok To-jin pun tidak menduga bahwa Suteenya (adik)
telah datang berkelana sampai dipegunungan Biauw Ling.
Ia telah mengetahui bahwa jotosan Kim Cit itu sangat lihay
Baru saja ia ingin membantu, tiba2 terdengar suara
embusan angin yang keras diudara, dan Kong Sun Giok
sudah berdiri didampingnya! Kim Cit telah terdorong
mundur 5 - 6 kaki, dan belum sempat menjejakkan kakinya!
106 Sebetulnya setelah Kong Sun Giok melompat turun dari
dahan nohon, dan mengetahui bahwa Kim Cit
menyerangnya dengan sebuah jotosan, ia segera
menggunakan ilmu Tian Shing Cong atau Menyodok
bintang2 dilangit yang dipelajarinya dari Lat Siu Shin Mo,
saudara angkatnya. Dengan tangan kiri dipijitnya tangan
Kim Cit yang menjotos itu, lalu dengan mencondongkan
tubuhnya sedikit kekiri, bahu kanannya mendorong tubuh
Kim Cit sehirgga ia terdorong mundur 5 - 6 kaki!
Silat itu bukan saja mengejutkan pendeta berjubah
kuning, dan si-pendek-kurus Pang Kauw, bahkan Kim Cit
sendiripun menjadi tak berdaya, karena setelah tangannya
dipijit oleh Kong Sun Giok, matanya menjadi berkunangkunang, dan ia merasa dadanya yang terdorong oleh bahu
lawannya sakit-sekali seakan-akan telah ditinju dengan
hebat! It Hok 'T'o-jin yang menyaksikan itu, juga merasa heran
dan gembira. Tetapi ketika ia melihat bahwa Kong Sun
Giok mengeluarkan air mata, dengan cemas ia bertanya :
"Su-tee, mengapa kau tiba2 datang kepegunungan Biauw
Ling ini" Apakah guru dan kedua paman guru selamat?"
Kong Sun Giok berpikir, bahwa disitu bukan tempatnya
untuk menceriterakan kabar yang harus disampaikannya. la
berketapan hendak membereskan lawan2nya yang sedang
dihadapi. Maka ia menahan air matanya dan menyahut :
"Mereka semuanya baik. Memang banyak yang hendak
siauwtee bicarakan. Lebih baik kita bereskan jahanam2 ini
lebih dulu. Sebentar Sio-tee akan menceriterakan kepada Ji
Su-heng!" It Hok To-jin masih merasa cemas karena bunga putih
yang disematkan didadanya Kong Sun Giok. Dengan
jawaban Kong Sun Giok tadi ia terpaksa meladeni
lawan2nya. Sambil menunjuk pendota berjubah kuning, ia
107 berkata kepada Kong Sun Giok : "Su-tee, coba lihat pendeta
ini. Berapa usianya menurut taksiranmu" Tetapi ia dapat
julukan 'Hidung putih', lucu, bukan" Apakah ia tidak harus
dibunuh mati?"
Dengan mengayun sekop perseginya pendeta berjubah
kuning membentak : "It Hok Cek To (pendeta maling)
Pertempuran malam ini, yang kuat hidup dan yang lemah
binasa. Yang murni berbahagia dan yang palsu musnah.
Siapakah yang sudi, mengadu mulut denganmu. Ayo, cabut
pedangmu!"
It Hok To-jin tertawa, dan mengangkat tangannya untuk
mencabut pedangnya. Kong Sun Giok berkata dengan suara
rendah : "Pendeta jahat ini, disamping mengundang jago2
silat untuk membantu, juga telah memasang perangkap.
Sio-tee yang melawan pendeta itu, dan Su-heng dapat
menjaga." It Hok To-jin telah mengetahui bahwa gurunya Goan Siu
To Tiang sangat sayang pada Kong Sun Giok, dan telah
mengajarinya semua ilmu silat pedang Thian Lam. Dengan
ilmu silat Tian Shing Cengnya, yang telah menyebabkan
Kim Cit tadi tak berdaya, ia yakin bahwa Kong Sun Giok
dapat melawannya. Dengan menunjuk ketiga2 lawannya, ia
berkata : "Su-tee, baiklah kau yang mengajar pendeta
hidung putih ini supaya tahu adat. Kedua pembunuh itu,
Kim Cit dan Pang Kauw juga penuh dengan dosa2. Jika
kau melawan mereka, ingat delapan huruf yang berbunyi :
Yang diatas batang lehernya hanya jahanam2 belaka!'
Tentang perangkap yang mereka pasang, aku akan
memperhatikan!"
Lalu sambil tersenyum, Kong Sun Giok mencabut
pedangnya. Pendeta berjubah kuning memang sudah takut
melawan It Hok To-jin. Kini setelah melihat cara Kong Sun
Giok menjadikan Kim Cit tak berdaya, ia maju dengan
108 perasaan kuatir. Kim Cit yang telah diberi malu oleh Kong
Sun Giok, lalu datang menghalangi si-pendeta, berjubah
kuning. la berkata : "Pendeta tua, kau mundur. Aku yang
akan mengajar adat anak kemarin dahulu ini".
Pendeta berjubah kuning itu, bukan saja bertabiat busuk,
tetapi juga palsu hatinya. Mendengar seruan Kim Cit, ia
buru2 mundur dengan perasaan girang. Lalu Kim Cit
mengeluarkan, senjatanya yang ganjil bentuknya. Dengan
suara keras ia membentak : "Hei! maling kecil! Kau datang
menyerang dan rasakan martil besi yang termashur lihay di
barat-daya dari Kim Cit ini!"
Kim Cit bersenjata sebuah martil besi yang berbentuk
tinju manusia dan gagangnya lebih kurang 4 kaki
panjangnya. Dengan senjata yang ganjil itu ia telah berbuat
sewenang-wenang didaerah tengah propinsi Kwiciu dan
belumpernahmenjumpailawanyangdapat
menalukkannya! Kong Sun Giok yang berwatak peramah dan suka
pemurah sebetulnya tidak bermaksud mencelakakan orang
lain. Akan tetapi lawannya itu sangat kejam dan jahat. Jika
manusia semacam itu dibiarkan berbuat sewenangsewenang dikalangan Kang Ouw, bukan saja mereka
menodai nama baik jago2 silat dikalangan Kang Ouw,
bahkan juga mencelakakan atau membunuh rakyat yang tak
berdosa. Dengan tekad tersebut Kong Sun Giok lalu menyerang
lawannya dengan pokkiam. Ilmu silat pedang Tian Lam
sangat memperhatikan ketenangan dan kesungguhan. Kong
Sun Giok menyerang dengan tenang, tetapi bersungguhsungguh. Serangan yang secepat kilat menusuk kearah
mukanya Kim Cit yang belum pernah rnenjumpai tusukan
secepat itu! la terkejut, dan dengan secepat kilat pula
ditangkisnya ujung pedang itu dengan martil besinya.
109 Tetapi ia tidak mengetahui bahwa ilmu silat pedang Thian
Lam itu, disamping mempunyai ketenangan dan
kesungguhan, juga ketekunan. Kong Sun Giok lekas
menarik kembali pedangnya sebelum beradu dengan martil
besi lawannya untuk disodokkan lagi dengan secepat kilat
kearah dada musuh!
Si-martil besi Kim Cit melihat tangkisannya gagal, lalu
menekan pedang yang menusuk kearah dadanya dengan
martil besinya. Ia merasa martil besinya melekat kencang
pada pedang seterunya dan kemudian ia merasa bahwa
pedang itu sangat berat sekali dan menyebabkan tangannya
yang memegang martil besi itu tergetar. Kong Sun Giok
menarik martil besi lawannya, dan disaat itu dada seterunya
kosong tak terjaga! Dengan memutar pedangnya ke
tenggorokkan seterusnya. Seumur hidupnya ia belum
pernah membunuh orang, dan pada saat yang kritis itu
diubah tusukkan tersebut untuk menebas lengan kanan
seterunya, Kim Cit menjerit kesakitan, dan lengan
kanannya terlempar ketanah.
Si-pendek-kurus tidak menduga sedikitpun bahwa
saudara angkatnya Kim Cit dapat dengan mudah
dikalahkan dan lengan kanannya ditebas. Tetapi dalam saat
itu, sambil menyuruh pendeta berjubah kuning menolong
dan mengobati lukanya Kim Cit, ia maju kehadapan Kong
Sun Giok sambil membentak : "Hei! Maling kecil! Kau tahu
siapakah yang telah kau lukai!" Mulai saat ini kau jangan
harap dapat hidup tenang! Aku dan kawan2ku akan
mengejar dan membunuh kau dimana saja kau berada!
Ayo! Jika kau betul2 lihay, coba kau tabas buntung lengan
kiri aku ini, Pang Kauw!'
Kong Sun Giok memperhatikan bahwa kekejaman dan
kejahatan wajah Pang Kauw An serupa dengan Kim Cit,
ditambah pula dengan sifat munafik. la lebih benci pada
110 Pang Kauw itu. Dengan mengejek ia berkata : "Aku tak
perduli siapakah yang telah kulukai. Tapi aku tahu aku
telah mengajar adat seorang yang durhaka! Jika aku tidak
herhasil membasmii makhluk2 yang jahat serupa kalian,
bagaimanakah aku dapat melawan raja dari semua iblis,
Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu!"
Ucapan "Lak Cao Shin Kun Ban Cun Bu" itu bukan saja
menyebabkan wajah2nya Pang Kauw, Kim Cit dan pendeta
berjubah kuning menjadi pucat, bahkan It Hok To-jin pun
menjadi terkejut. la tidak mengetahui mengapa Kong Sun
Giok ingin melawan raja dari semua iblis2, Ban Cun Bu"


Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kong Sun Giok menghadapi Pang Kauw dengan mata
terbelalak, dan berkata : "Kau suruh aku menebas buntung
lengan kirimu" Jika dalam tiga jurus tak berhasil aku
menebas lengan kirimu, bukanlah aku ini Kong Sun Giok!"
Kedua mata yang bersinar itu mengawasi Pang Kauw
yang segera melihat lengan kirinya. Kong Sun Giok
meneruskan : "Jangan kira kamu dapat berbuat sewenangwenang didaerah barat-daya. Aku dan paman guruku akan
membasmi kamu semua jahanam2 dalam jangka waktu
setengah tahun. Setelah kau kehilangan lengan, kau
mungkin menyuruh orang memasang perangkap untuk
mencelakakan kami. Tetapi kita dari partai Thian Lam tak
akan gentar!"
Pang Kauw setelah mendengar ejekan itu, tidak dapat
lagi menahan sabarnya. Dengan siulan tersebut seperti
seekor naga sedang merintih. Pedang didalam tangannya
tergetar. la menggunakan ilmu silat pedang Hua Kai Kua
Hut atau membuka bunga melihat dewa yang dipelajarinya
dari Ceng Lian Shin Ni. Makin lama makin hebat getaran
pedang itu, dan ke-dua2 toya Pang Kauw terdorong
kesamping. Pang Kauw lekas2 menyodok lagi. Tetapi Kong
Sun Giok mengegos kekanan, dan dengan satu bacokan
111 secepat kilat ia berhasil menebas buntung lengan kiri,
seterusnya sebelum ia dapat berbuat suatu! Demikianlah
dalam tiga jurus : menggetarkan pedangnya, mengegos
kekanan, dan membacok, Kong Sun Giok berhasil menebas
buntung lengan kiri seterusnya Kong Sun Giok tidak
menyerang terus. Pedangnya ditarik kembali, dan
memberikan kesempatan kepada lawannya untuk
mengobati lukanya. Lalu ia membentak: "Sebetulnya kami
harus segera membunuh kamu yang sangat jahat dan kejam
ini. Akan tetapi kami teringat akan pesan guru kami untuk
tetap bermurah hati meskipun terhadap musuh besar. Kini
kami menebas buntung lenganmu sebagai peringatan, dan
kami harap kamu dapat menyesal akan perbuatan jahatmu
yang sudah2, dan berubah menjadi orang baik. Jika
dikemudian hari aku mendengar kamu berbuat jahat juga,
dan bila berjumpa lagi, pedangku ini akan menghabiskan
riwayatnya!"
Kim Cit dan Pang Kauw, setelah membalut lengannya,
dengan wajah yang tetap kejam dan perasaan sakit hati,
berlalu tanpa mengucapkar apapun! Si pendeta berjubah
kuning setelah melihat kedua jago silat yang diundangnya
telah dikalahkan dengan masing2 kehilangan sebuah
lengan, menjadi ketakutan bercampur girang. la ketakutan
karena ia pasti tak dapat melawan seterunya dan mungkin
juga perangkapnya akan menjadi gagal. la girang karena ia
yakin bahwa Kim Cit dan Pang Kauw yang telah diberi
malu demikian hebatnya, pasti menaruh dendam dan akan
memberitahukan itu kepada guru2nya. Ia yakin bahwa
salah satu guru2nya Kim Cit dan Pang Kauw dapat
meladeni orang2 dari partai Thian Lam! la tidak lari, tetapi
berdiri dengan penuh pikiran.
112 Dengan sebuah bacokan Kong Sun Giok telah berhasil
menabas buntung lengan kiri lawannya
Lalu Kong Sun Giok menanya It Hok To-jin : ,.Ji Suheng, masih ketinggalan seorang pendeta durhaka. Apakah
Sio-tee juga yang harus membereskan?"
It Hok To-jin telah menyaksikan bahwa ilmu silat
pedang Kong Sun Giok itu dapat dipercaya. Dengan
beberapa ilmu silat yang telah dipelajari dan telah
dipertunjukkannya, Kong Sun Giok pasti dapat
membereskan pendeta berjubah kuning itu dengan mudah.
la berkata sambil tersenyum : "Sutee, pendeta durhaka ini
berlainan daripada jahanam2 tadi. la hanya gila perempuan,
dan kita mudah menjumpainya lagi. Dosa2nya besar sekali.
Kau harus menghajarnya!"
Kong Sun Giok manggut, lalu mendatangi pendeta
berjubah kuning itu. la membentak : "Hei, pendeta cabul!
Dengan menyamar sebagi orang suci kau berbuat mesum
113 terhadap banyak wanita2. Dosa2mu besar sekali. Lagipula
kau telah menyuruh dua orang bersembunyi didalam hutan
untuk memasang perangkap. Ayo! lekas2 panggil mereka
keluar!" Si-pendeta berjubah kuning tidak berani melawan,
karena ia yakin ia tak sanggup. Tetapi ia sangat cerdik. la
tertawa dan menyahut :"Kau tak usah tergesa-gesa. Aku
kini menyuruh kamu menangis". Lalu dipanggilnya
orang2nya : "Hei, lekas2 bawa, kesini kepalanya It Lok Cek
To!" Ucapan tersebut membikin It Hok To-jin terkejut. 'Petapi
Kong Sun Giok yang telah mengetahui siasat lawannya
tidak menghiraukan.
Dua orang keluar dari hutan. Orang yang bertubuh
pendekan membawa sebuah bungkusan kain merah, dan
dengan mata terbelalak ia berkata dengan suara keras
kepada It Hok To-jin : "Hei! it Hok Cek To! Aku bawa
kepala saudaramu It Lok Cek To! Ni! ambil dan lihat
dengan kepala matamu sendiri!" Lalu dilemparkannya
bungkusan kain merah itu kepada It Hok To-jin!
It Hok To-jin menangkap bungkusan kain merah itu. Ta
merasa cemas sekali, karena ia yakin bahwa saudaranya, It
Lok To-jin, telah dibunuh dengan jalan curang oleh
musuh2nya. la hendak membuka bungkusan kain merah
itia untuk menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri.
Tetapi perbuatannya itu dicegah oleh Kong Sun Giok yang
berkata :"Ji Su-heng, hati2! Mungkin mereka menipu kita.
Bungkusan itu mungkin bukannya kepala orang. Kita harus
menggunakan ilmu tenaga dalam membuka bungkusan itu,
dan jangan mau tertipu oleh mereka!"
It Hok To-jin yang banyak pengalaman segera insyaf
akan keteledorannya setelah diperingati oleh Kong Sun
114 Giok. la lekas2 meletakkan bungkusan itu ditanah. Lalu
bersama-sama Kong Sun Giok ia menggunakan tenaga
dalamnya menghadapi bungkusan itu yang jauhnya lebih
kurang 4 depa dari mereka. Betul saja, begitu bungkusan
tersebut terbuka, suara ledakkan terdengar! Bungkusan itu
isinya obat-pasang. Semua orang kecuali Kong Sun Giok
dan It Hok To-jin terlempar jatuh oleh ledakkan tersebut!
Kong Sun Giok dan it Hok To-jin hanya terdampar mental
2 depa jauhnya!
Setelah asap ledakkan buyar, Kong Sun Giok dan It Hok
To-jin menyaksikan pemandangan yang menegakkan bulu
roma. Si pendeta berjubah kuning telah menjadi hancur
luluh karena ledakkan itu. Kedua orang2nya, karena berdiri
agak jauh, yang satu segera tewas karena kepalanya
berantakkan, dan yang lain luka parah dengan mandi darah!
It Hok T'o-jin meng-goyang2kan kepalanya dan berkata :
"Inilah pembalasan Tuhan kepada orang2 yang bermaksud
jahat." Melihat penderitaan hebat dari orang yang 90% mati itu,
maka It Hok To-jin menjotos dadanya sekali lagi, dan
segeralah ia tewas, dan lenyaplah penderitaannya!
Kemudian It Hok To-jin menghadapi Kong Sun Giok
dan berkata :"Su-tee kini kau dapat menceriterakan
semuanya, apakah guru dan paman2 guru kita semuanya
selamat?" Belum lagi Kong Sun Giok menjawab, air matanya
segera mengucur dan ia amat merasa sedih. Lalu
dituturkannya peristiwa pertaruhan jiwa dilembah Lek Yun
Kok antara guru dan paman2 gurunya dengan Lak Cao
Shin Kun Ban Cung Bu. It Hok To-jin tidak dapat menahan
kesedihan hatinya, dan air matanyapun mengucurlah.
Dengan menumbuk sebuah pohon besar dengan tinjunya, ia
berkata dengan kedua mata terbelalak "Kini aku baru
115 mengerti mengapa Su-tee barusan sebut2 Ban Cun Bu. Sutee, marilah kita bersama-sama membalas dendam guru dan
Kitab Pusaka 17 Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Romantika Sebilah Pedang 7

Cari Blog Ini