Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas Bagian 4
mencarinya !"
Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya dengan
mendaki jalan yang curam. Mereka harus bermalam
dilereng gunung dalam usaha mencari tanda atau petunjuk
yang dapat menuntun mereka ketempatt tersembunyinya
kitab tersebut. Setelah lewat empat hari semangat dan
harapan mereka menjadi berkurang karena usaha mereka
tetap nihil ! Pada suatu ketika, mereka duduk beristirahat
dibawah sebuah pohon, memikiri tindakan yang harus
177 mereka tempuh. Se-konyong2 terlihat oleh mereka
bayangan putih berkelebat dibawah puncak gunung!
Mereka terkejut, dan It Hok To-jin lihat bayangan putih
itu adalah seorang gadis berbaju putih dengan wajah yang
cantik. Setelah gadis itu datang dekat, dengan pedang
terhunus la menanya :"Apakah kau dari pihak jahanam Ban
Cun Bu?" Kong Sun Giok segera juga mengenali gadis itu. Dengan
tidak tunggu lagi gadis itu menyahut, ia berpaling kepada It
Hok To-jin, sambil bersenyum ia berkata : "Ji-su-heng
jangan salah paham. Inilah orang yang Sio-tee telah
tuturkan kepada Ji-su-heng. Sio-cia inilah yang dengan
seksama telah menolong menguburkan jenazah2 Suhu dan
Su-siok2 kita dipegunungan Kwat Con San, kita dari partai
Thian Lam sangat berhutang budi besar sekali panjangnya.
Betul la muridnya Ban Cun Bu, tetapi ia senantiasa
membantu kita, dan ia sendiripun mempunyai dendam
terhadap jahanam Ban Cun Bu gurunya itu. Mari Sio-tee
perkenalkan. Inilah Bian Leng Jun Sio-cia," sambil
menunjuk gadis itu. "Dan ia bernama Bian Leng Jun. Inilah
Ji-su-heng, It Hok To-jin." la berkata kepada kekasihnya itu.
Tapi mengapa kau se-konyong2 datang kesini dengan
kesusu dan berkuatir nampaknya ?"
Setelah Bian Leng Jun menghaturkan hormat kepada It
Hok To-jin ia menyahut: "Aku perlu datang untuk....."
Belum lagi perkataannya habis diucapkan, It Hok To-jin
memotong dengan kata2nya : "Bian Siocia, perkenankanlah
aku menghaturkan banyak terima kasih atas bantuan dan
pertolonganmu."
"Soal itu tak harus dipandang sebagai pertolongan.
Mengubur jenazah2 adalah kewajiban tiap2 manusia yang
mempunyai pri-kemanusiaan." Sahut Bian Leng Jun. "Tapi
aku perlu datang kesini untuk memberitahukan hal yang
178 penting kepada Giok Koko. Setelah Tio Leng Cu lenyap,
Ban Cun Bu menjadi sangat curiga. la telah
memberitahukan banyak orang untuk mencarinya. Akupun
tidak mengetahui cara bagaimana Tu Leng Hong mendapat
tahu tentang jejakmu berdua. Ban Cun Bu telah
memerintahkan Cin Leng Ngo Cici memimpin 6 orang
gadis untuk mencari Tio Leng Cu dan kalian !"
Kong Sun Giok tidak segera menyahut. la mengerutkan
kening, lalu menghadapi Bian Leng Jun, ia berkata :
"Mereka mencari kami tidak menjadi soal. Kita lawan
bertempur dulu murid2nya. Dengan demikian mum\ngkin
kita dapat membasmi beberapa orang kaki-tangannya !"
"Tetapi dengar dulu pembicaraanku. Tu Leng Hong
tiap2 hari mengobar2 Ban Cun Bu sehingga lambat laun ia
mencurigai Cin Cici, dan karena itulah kedudukannya Cin
Cici sangat berbahaya! Maka menurut pendapatku, sebentar
jika kita harus bertempur melawan mereka, aku minta Totiang jangan turun tangan melukai padanya dan Giok Koko
setelah menyingkiri Tu Leng Hong, harus pura2 tertawan
oleh Cin Cici, dan kemudian didalam perjalanan kekuil Sun
Yo Kong, barulah kau melarikan diri. Kawan2nya Cin Cici
tentulah akan melaporkan kepada Ban Cun Bu peristiwa
yang terjadi. Dengan demikian ada kemungkinan Cin Cici
akan bebas dari kecurigaan Ban Cun Bu !" kata Bian Leng
Jun. It Hok To-jin yang tidak mengenal To Leng Cu, Tu Leng
Hong dan Cin Leng Ngo itu, setelah mendengar siasat yang
diatur Bian Leng Jun, merasa bahwa gadis itu betul2
berhasrat menolong. la tidak menanya lagi! Kong Sun Giok
yang mengagumi siasat Bian Leng Jun dan kasih-sayangnya
terhadap Cin Leng Ngo, juga menginsyafi kedudukaannya
Cin Leng Ngo itu berkata kepada It Hok To-jin : "Urusan
yang gawat ini Sio-tee kelak akan menjelaskannya kepada
179 Ji-su-heng. Kini kita harus turut melaksanakan siasat Bian
Sio-cia!" It Hok To-jin mengangguk. Pada saat itu Bian Leng Jun
tampakmendatanginyabayangan2putih.Ia
memperingatkan : "Giak Koko, lekas cabut pedangmu, kita
tidak boleh sungkan2 lagi. Kau harus serang aku dengan
sungguh2, jangan sampai mereka curigai kita ber-pura2.
Lain daripada itu, akupun ingin mengetahui kepandaian
silatmu !"
Kong Sun Giok berubah wajahnya, kelihatannya sedang
beringas. la ayun pedangnya dan menyerang Bian Leng Jun
dengan jurus2 ilmu pedang Thian Lam. Segera terdengar
suara beradunya pedang, dan lelatu api meletik beterbangan
dari kedua senjata yang beradu dengan dahsyat itu. Bian
Leng Jun yang belum pernah men-coba2 kepandaian Kong
Sun Giok dan tidak mengetahui kelihayan ilmu silatnya,
harus melawan dengan hati2. Hanya dalam beberapa jurus
saja, ia merasa ia bukan tandingannya Kong Sun Giok.
Tapi ketika Cin Leng Ngo dan kawan2nya sudah dekat, ia
berseru : "Giok Koko, hati2 jagalah serangan2ku !" Lalu ia putar pedangnya dengan ilmu Cun Ji Boan Tian Hui atau
hujan dimusim semi turun dengan deras. Terlihatlah
pedangnya ber-putar2 berkilauan, menyabet, menusuk, atau
menangkis! Tapi bagi Kong Sun Giok serangan2 itu
dianggap remeh. Ia bersilat dengan ilmu pedang Ceng Lian
Kiam Hoat yang ia telah dapat pelajari dari Ceng Lian Sin
Nie. Ilmu silat pedang itu dapat menjaga segala jenis
serangan, bahkan dapat mendesak mundur lawan!
Kemudian ia rubah jurusnya dari bertahan, ia berbalik
menyerang. Satu tusukan dilancarkan. Tusukan itu apabila
diteruskan dapat menusuk dan membunuh lawannya, tetapi
ia segera menariknya kembali. Ketika itu Cin Leng Ngo dan
kawan2nya telah datang dengan pedang2 terhunus! Kong
180 Sun Giok sengaja berteriak : "Hei, gadis jahanam dari Ban
Cun Bu! Jaga seranganku ini !" Teriakannya itu ia barengi dengan satu tusukan kearah dadanya Bian Leng Jun untuk
ditahan lagi ketika ujung pedang itu hanya terpisah satu
centimeter dari dada lawannya.
Bian Leng Jun sambil bertarung memperhatikan
kedatangan Cin Leng Ngo, dan kawan2nya. Setelah mereka
sudah datang dekat ia berseru : "Cin Cici, ayo kita basmi
bangsat ini !"
Dengan serentak ke-enam gadis, murid2 Ban Cun Bu,
datang menyerang. Kong Sun Giok harus menggunakan
jurus2 Liong Bun Sam Tiauw (tiga loncatan melewet pintu
naga). Bie Kong Tian Lo (Memasang perangkap dari atas)
dan Tong Lay Cu Hie ( Angin topan menghembus dari
timur), pertama untuk mengelakkan serangan2 berbareng
dari lawannya, serentak mencari posisi untuk memberi
hajaran2 dahsyat kepada semua lawan2nya ! Ketiga jurus
yang digunakan itu adalah jurus2 istimewa dari ilmu silat
pedang Thiam Lam ! Dan Kemudian setelah semua
lawan2nya terpaksa, loncat mundur jika tidak ingin menjadi
mayat, la gunakan ilmu Pie Mui Tui Goat atau menutup
pintu menghalau bulan yang ia dapat pelajari dari Sin It
Cui, saudara angkatnya. Jurus itu ialah jurus yang
dilancarkan dengan pukulan tangan kirinya, karena ia
bermaksud menangkis dengan pedang ditangan kanan, dan
tangan kirinya menotok lawan agar tak berdaya.
Bian Leng Jun telah rasai angin dari pukulan2 yang
dahsyat itu. la merasa girang. Tak lama kemudian dua gadis
terpukul jatuh tersungkur. Kong Sun Giok terus bertarung
bagaikan seekar banteng yang sedang mengamuk, tapi
sangat ber-hati2 agar tidak melukakan Bian Leng Jun dan
Cin Leng Ngo! ---oo0oo--- 181 BAGIAN 10 JU CAY JU CO NG
ATAU KELEMBUTAN DALAM KELEMBUTAN
Tapi ia, harus melaksanakan siasat yang telah diatur oleh
Bian Leng Jun, yakni berlagak kalah dan ditawan musuh,
meskipun sebenarnya ia dapat membasminya, bahkan kalau
mau membunuh mati semua gadis2 itu!
Se-konyong2 Bian Leng Jun berseru: "Cin Cici! Tu Cici!
Bangsat ini rupanya sudah letih. Ayo kita sergap ia bersama2!" Ketika itu empat gadis lain sudah siap lagi menyerang
dengan pedang2 terhunus! Cin Leng Ngo kuatir kalau2
Kong Sun Giok keteter, maka ia perintahkan : "Tu Leng
Hong, Goei Leng Sa, kalian berdua tangkap bangsat kecil !
Dan Khouw Leng Hong beserta Bian Leng Jun pergi
tangkap To-jin itu! Yang lainnya yaitu Sie Leng Ko dan To
Leng San, ikut aku ber-jaga2 dan menanti hasil mereka.
Kita harus pegang nama Ban Cun Bu Sin Kun, sangat
memalukan kita semua mengeroyok hanya seorang!"
Cin Leng Ngo adalah yang paling tua, dan patut menjadi
pemimpin. Oleh karena itu perintahnya segera ditaati. Bian
Leng Jun dan Khouw Leng Hong lalu lari menyerang It
Hok To-jin, sedangkan Tu Leng Hong dan Goei Leng Sa
tetap melawan Kong Sun Giok, dan Cin Leng Ngo bersama2 Sie Leng Ko dan Tu Leng San menanti dan jika
perlu memberikan bantuan kepada kawan2nya! Gadis2 itu
yang kesemuanya mengenakan baju putih, lihay juga
silatnya, terutama Tu Leng Hong dan Goei Leng Sa yang
melawan Kong Sun Giok dengan nekad sekali!
182 Kong Sun Giok segera mengerti maksudnya Cin Leng
Ngo yang menyuruh Tu Leng Hong dan Goei Leng San
melawan ia. la harus membunuh mati Tu Leng Hong yang
jahat dan iri hati itu. Oleh karena itu, untuk merubuhkan
kedua gadis itu, ia rubah jurus Ceng Lian Kiam Hoatnya
dan menyerang lawan2nya dengan jurus Hua Kay Kian Hut
(menyingkap bunga melihat buddha) Tu Leng Hong dan
Goei Leng Sa belum pernah melawan satu yang demikian
lihay silatnya, mereka hanya dapat menangkis serangan2
sambil bertindak mundur beberapa tindak. Kesempatan itu
dipergunakan Kong Sun Giok untuk melancarkan jurus2
Liong Ban San Tiauw, Bie Kong Tian Lo dan Tong Lay Cu
Hie, dengan melancarkan tusukan2 yang ber-tubi2.
Goei Leng San tidak menduga sama sekali bahwa ilmu
silat Kong Sun Giok demikian dahsyat. Pikirnya, untuk
menghindarkan diri dari bahaya maut, lari menyingkir
adalah yang paling selamat. Lalu dengan ilmu Yan Ceng
Pwee San Hoan atau burung walet membalikkan tubuh 18
kali, ia menjatuhkan diri ditanah dan ber-guling2 7-8 kaki
jauhnya! Kong Sun Giok tidak mengejar gadis yang kabur itu,
karena niatnya harus membunuh mati Tu Leng Hong, yang
sudah menjadi jeri melihat kawannya melarikan diri. Pada
satu saat Kong Sun Giok menyabet pedang lawannya dan
serentak mengirim tinju kirinya dengan ilmu To Tang Kim
Ceng atau memukul rubuh lonceng emas. Pukulan itu
bukan main dahsyatnya Tu Leng Hong mengegos dan
membalas menusuk Kong Sun Giok dengan ilmu Sun Yo
Cit Lek atau tenaga mata-hari diujung yang ia dapat pelajari
dari gurunya, Ban Cun Bu. Tusukan itu ditujukan kepada
dahinya Kong Sun Giok, yang apa bila kena, akan
menewaskan korbannya! Tetapi Kong Sun Giok yang lebih
lihay ilmu silatnya segera mengegos dan mengirim lagi
183 pukulan Tian Sin Ciangnya. Hanya anginnya saja dari
pukulan itu dapat menggempur pedang lawannya, bahkan
menyerang terus kearah dada Tu Leng Hong!
Terdengarlah jeritnya Tu Leng Hong membikin bulu
roma berdiri tegak, dibarengi dengan jatuh tertelentangnya
gadis itu. Segera darah keluar dari mulut dan hidungnya!
Cin Leng Ngo menyaksikan itu semua. la segera berseru
kepada Sie Leng Ko, Tu Leng Sa dan Goei Leng San yang
masih ber-guling2 dengan kedua mata terbelalak: "Bangsat
ini betul2 kurang ajar. la telah membunuh mati murid Ban
Cun Bu Sin Kun! Ayo kita beramai serentak menyerang
dia!" Ucapan itu disertai dengan datang menyerang 4 gadis kepada Kong Sun Giok!
Kong Sun Giok mengetahui, menurut siasat yang
dirancang Bian Leng Jun, bahwa ia tidak usah membunuh
orang lagi, dan bahwa la harus mencari daya agar lekas
tertawan. Maka dengan pedangnya la hanya menangkis
dengan ilmu Ceng Lian Kiam Hoat. Kemudian dengan satu
serangan pura2 ia mendesak mundur lawannya untuk
loncat mendekati It Hok To-jin. la berkata : "Ji-su-heng!
Murid2nya jahanam Ban Cun Bu betul2 tidak mempunyai
perasaan malu. Mereka dengan jumlah lebih banyak
mengerubuti kita berdua. Ayo kita cari jalan keluar dan Iari
untuk bertemu lagi ditempat asal semula yang telah kita
tetapkan lain kali kita masih ada tempo untuk membasmi
siluman2 ini !"
Sambil tertawa gelak2 It Hok To-jin ayun pedangnya
dengan ilmu pedang Thian Lam Kiam Hoat, dengan
mudah ia mendesak mundur dua gadis yang sedang
melawan ia. Lalu ia loncat mundur tiga depa, dan lari turun
kelereng gunung.
184 Bian Leng Jun pura2 mengejar ia, tetapi It Hok To-jin
dari lengan bajunya melontarkan 20 atau 30 biji2 kayu
kecil2 sehingga gadis itu terpaksa berhenti mengejar.
Sejenak kemudian It Hok To-jin sudah tida kelihatan lagi
meski bayangannia sekalipun Khouw Beng Hong dan Bian
Leng Jun agaknya ingin mengejar, tetapi Cin Leng Ngo
berseru : "Hei, jangan dikejar! Kalian lebih perlu
membantui kami untuk berikan hajaran kepada bangsat
ini!" Segera semua gadis2 itu balik dan mengerubuti Kong
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sun Giok seorang, Kong Sun Giok harus menggunakan
ilmu Lian Kiam Hoat untuk menjaga diri. Tiba2 ia
menjerit, dan dengan menjejakan kedua kakinya, ia
meloncat keluar dari kepungan itu. la lari menuju ke-lereng
gunung, tetapi Cin Leng Ngo memerintahkan semua
saudara2 seperguruannya dengan serunya : "Hei, saudari2 !
Bangsat itu telah membunuh Tu Su-moy kita. Ayo kita
kejar dan tangkap padanya untuk dibawa kehadapan guru
kita !" Dengan satu kedipan mata kepada Bian Leng Jun ia lari
mengejar, dan segera diikuti oleh saudari2 seperguruannya.
Kong Sun Giok terus ber-lari2. Ketika tiba disuatu tikungan
dibawah-satu batu gunung, la berhenti dan membalik badan
menghadapi lawan2nya yang datang mengejar. la tertawa
gelak2 dan berkata : "Hei, siluman! Sekarang kalian rasai
pedangku ini yang segera akan kirim kalian keakherat !"
Cin Len Ngo yang dapat lari paling depan berhenti lebih
kurang dua depa didepan Kong Sun Giok. Dengan
menyengir ia lontarkan 7 kerincingan emas kearah Kong
Sun Giok. Bukan main cahayanya yang ber-kilau2an dari
ketujuh kerincingan emas itu, yang kesemuanya datang
menyerang Kong Sun Giok!
185 Kong Sun Giok tidak lengah. la telah siap waspada. la
pindahkan pedang ketangan kirinya, tangan kanannya
segera merogoh dan melontarkan 10 biji kayu2 kecil, yang
melayang dan membentur jatuh ketujuh kerincingan emas
lawannya! Tapi Cin Leng Ngo setelah melontarkan kerincingan2
emasnya tidak tinggal diam. la loncat menerkam lawannya
dengan pedang terhunus. Dan tangan kirinya berusaha
menotok dada lawannya!
Kong Sun Giok terkejut, ia buru2 menangkis tusukan
pedang Cin Leng Ngo dengan pedang ditangan kirinya,
sambil mengegos tubuhnya kesamping untuk menjatuhkan
diri dan memberikan kesempatan kepada Cin Leng Ngo
menangkap ia. Ketika itu Bian Leng Jun dan kawan2nya
juga sudah datang, dan mereka datang menyerang dengan
tusukan2 pedang. Cin Leng Ngo membentak: "Tahan!
Bangsat ini tak dapat dibunuh! Kita harus tawan ia hidup2
untuk dibawa kehadapan guru kita! Kita tak berkuasa
memberikan hukuman kepadanya, apalagi membunuhnya
dia mati!"
Kong Sun Giok setelah menjatuhkan diri, lalu pura2
tidak bergerak dibawah ujung pedangnya Cin Leng Ngo,
Bian Leng Jun dan kawan2nya juga tak berani menyerang
lagi. Lalu Cin Leng Ngo berkata dengan suara yang agak
keras: "Bian Su-moy, kau berlaku sembrono, maka kau
harus dihukum. Sebagai hukuman, kau harus membawa
bangsat yang sudah tak berdaya ini kembali kekuil Sun Yo
Kong!" Bian Leng Jun yang telah merasa orang karena siasat
yang diaturnya telah berjalan sebaaimana dikehendaki, lalu
pura2 bersikap sungguh2, dan menyahut : "Aku terima
salah, dan aku akan menunaikan tugas yang Cin Cici
serahkan kepadaku untuk menebus keslahanku !"
186 Kemudian Cin Leng, Ngo menghadapi Goei Leng Sa
dan berkata : "Goei Su-moy, kau harus bawa mayatnya Tu
Leng Hong kembali kekuil!"
Kong Sun Giok setelah menjatuhkan diri, lalu pura2 tidak
bergerak dibawah ujung pedang Cin Leng Ngo.
187 Goei Leng Sa agak mendeluh diperintah membawa
mayat, sedangkan Bian Leng Jun disuruh membawa
tawanan hidup. Tetapi sebagai murid yang tingkatnya
rendahan ia tak berani membangkang. Ia segera pergi
mengurus mayatnya Tu Leng Hong yang telah berlumuran
darah untuk dibawa kembali kekuil Sun Yo Kong!
Bian Leng Diun terpaksa mengangkat Kong Sun Giok
dan dipanggulnya diatas bahunya, lalu jalan -mengikuti Cin
Leng Ngo dan lain2 Su-moynya kembali kekuil Sun Yo
Kung. Dalam keadaan demikian, Kong Sun Giok bagaikan
mimpi se-akan2 berada didalam sorga. la dapat menciumi
harum tubuh kekasihnya sambil meng-usap2 punggung
kekasihnya. la berterima kasih kepada Cin Leng Ngo yang
telah menyuruh Bian Leng Jun membawa ia. Kesempatan
yang demikian asyik dinikmatinya tak mudah akan dapat
dialaminya! Bian Leng Jun yang mula2 merasa malu2 pelahan2
menjadi merasa berterima kasih juga kepada Su-cinya
(kakak seperguruan) yang sengaja memberikan kesempatan
kepadanya agar dapat berdekatan sekali kepada Kong Sun
Giok yang ia cintai. Makin lama makin erat ia pegang
tubuh kekasihnya yang dipanggulnya, beban, yang berat itu
tidak terasakan lagi olehnya! Kedua pemuda-pemudi ketika
itu sama perasaannya !
Disepanjang jalan tiba2 Sie Leng Ko menanya Tu Leng
San: "Tu Su-ci (kakak Tu). Kau lebih paham akan tindaktanduk guru kita, dan juga lebih mahir tentang jalan2
dipegunungan Lak Cao ini. Apakah kau mengetahui juga
tentang batu gunung yang mirip seperti seekor kera diatas
tempat dimana Cin Su-ci menangkap bangsat tadi?"
188 Tu Leng San tidak menyahut. Ta hanya tertawa. "Sie Sumay," tanya Tu Leng San kemudian, "apakah kau kira batu
itu seekor kera?"
Sie Leng Ko hanya meng-geleng2 kepala. Tapi Cin Leng
Ngo berkata : "Tadi dengan ilmu Cin San Kim Leng
(melepas 7 kerincingan emas) yang dibarengi dengan ilmu
Cay Hian -Sin Hoat (menotok jalan darah musuh) aku
berhasil membikin bangsat itu tak berdaya. Dalam
kesibukan aku tadi, aku tidak memperhatikan batu yang
kau katakan mirip seekor kera itu. Tapi selayang pandang
aku melihat juga bahwa kera batu itu mempunyai rambut
kepala yang agak panjang berwarna kuning. Apakah kera
itu bukannya Kim Hoat Sin Ju (kera sakti berbulu emas)"
Tu Su-moy, tajam dan kuat ingatanmu, kau dapat
menceriterakan hal ikhwalnya Kim Hoat Sin Ju itu."
Kong Sun Giok yang hanya ber-pura2 pingsan itu telah
mendengar semua percakapan gadis2 itu. la tertarik
mendengar disebutnya nama Kim Hoat Sin Ju, dan kera
batu itu. Sambil bersenyum Tu Leng San mulai berceritera :
"Apa yang dikatakan Cin Su-ci betul! Kera batu gunung itu
adalah Kim Boat Sin Ju. Pada kira2 100 tahun berselang,
puncak gunung ini bukan bernama Sian Yan Hong, tetapi
bernama Tok Bong Hong (puncak ular berbisa). Diatas
puncak ada satu ular yang besar sekali dan bersisik merah.
Ular tersebut sering keluar membikin bencana dan
membunuh orang. Orang yang telah menjadi korban ular
tersebut tidak terhitung jumlahnya. Kemudian ada scorang
To-jin (pendeta sakti ). Ia membawa seekor Kim Hoat Sin
Ju (kera sakti berbulu emas). Dengan gagah berani dan
berhasrat mulia To-jin tersebut naik keatas puncak untuk
membasmi ular berbisa itu. Setelah bertempur selama satu
hari satu malam, meskipun ular berbisa itu telah dapat
dibinasakan, akan tetapi kera saktinyapun lebih dahulu
189 telah ditelan oleh ular berbisa itu. To-jin itu bukan main
sedih hatinya. la menguburnya mayat kera saktini, dengan
saksama, dan diatas kuburan kera itu telah ditanam sebuah
pohon cernara, dan dibatu gunung ia telah memahat patung
kera yang ia sangat cintai itu setelah itu barulah ia berlalu dengan hati yang hancur!"
Setelah mendengar kisah itu, Kong Sun Giok lupa bahwa
ia tengah ber-pura2 pingsan. la menarik napas panjang
menyatakan simpati terhadap To-jin yang budiman itu.
Ketika ia insyaf, gadis2 yang menggiring ia telah bersikap
waspada menjaga ia. Sudah terlanjur. Tiba2 ia loncat
sedepa lebih. Dengan ilmu pukulan Tian Sim Ciongnya dan
mengertak gigi, ia melepaskan tinjunya. Angin pukulannya
itu telah mendorong mundur dua orang gadis. Lalu ia
loncat kebelakang seorang gadis untuk merampak kembali
pedangnya! Cin Leng Ngo berseru: "Tidak diduga bangsat ini dapat
membebaskan diri dari totokanku. Ayo, kita lekas2 terkam
ia lagi!" Tetapi Kong Sun Giok, yang lebih lihay silatnya dari
mereka semua, me-mutar2kan pedangnya dengan ilmu
pedang Ceng Lian Kiam Hoatnya, dengan demikian ia
mendesak mundur lain2nya. Lalu ia loncat dihadapan Cin
Leng Ngo sambil memukul dengan tipu Cui Pa San Mui
atau menggebrak terbuka pintu gunung. Cin Long Ngo
harus bertindak mundur lima langkah untuk menghindari
angin tinju yang dahsyat itu. Ketika itu gadis2 lainnya telah datang menyerang, lagi. Kong Sun Giok segera
menggunakan ilmu Sin Mo Bo Im atau siluman menghilang
tak berbekas yang ia dapat pelajari dari Sin It Cui. la
menotokkan kedua jari kakinya ditanah untuk loncat keluar
dari kepungan, akan kemudian bagaikan seekor naga lari
cepat masuk kedalam ia lari mendaki lereng gunung!
190 Cin Long Ngo pura2 lari mengejar, tapi Kong Sun Giok
meniru cara It Hok To-jin, melontarkan biji2 kayu kecilnya
kearah pengejarnya. Cin Leng Ngo tak berani mengejar
lagi, kesempatan itu digunakan oleh Kong Sun Giok untuk
lari masuk kedalam semak belukar.
Melihat siasat yang diatur berjalan dengan lancar dan
beres Cin Leng Ngo dan Bian Leng Jun dengan hati riang
meneruskan perjalanannya kembali kekuil Sun Yu Kong.
Kong Sun Giok terus ber-lari2 menuju ketempat yang
dijanjikan dengan It Hok To-jin, ialah didalam kuil Pik Yun
Giam. It Hok To-jin, sedang duduk termenung, seorang diri
memikiri kitab Ju Keng yang belum berhasil diperolehnya.
Melihat Kong Sun Giok mendatangi, dengan gembira ia
berkata : "Su-tee, kau telah kembali demikian cepat"
Berhasilkah siasat yang direncanakannya itu ?"
Dengan muka yang bersinar terang-riang Kong Sun Giok
lalu menuturkan kisahnya bagaimana la semula bertemu
dengan Cin Leng Ngo dan, memberitahukan ia bahwa Bian
Long Jun sedang menderita sakit, dan karena ingin
menjumpai Bian Leng Jun, ia telah menolong masuk
kedalam kuil Sun Yo Kong dengan tidak menyeleweng janji
Su-hengnya. Karena itulah ia jadi kenal gadis Cin itu.
Dengan menarik nafas parijang ia berkata selanjutnya : "Jisu-heng, harap kau dapat memaafkan kelancanganku!
Perkenankanlah aku menceriterakan suatu peristiwa yang
menggembirakan!"
"Ji-su-heng," demikian Kong Sun Giok mulai kata2nya.
"Sio-tee telah mengetahui dimana Ietaknya kitab Ju Keng!"
Ucapan tersebut membikin It Hok To-jin terkejut
tercampur girang. la menanya : "Su-tee baru saja terlepas
dari tawanannya murid2 Ban Cun Bu, bagaimanakah Su-tee
mengetahui tempat letaknya kitab Ju Keng?" Kong Sun
191 Giok menghirup secangkir teh panas, lalu ia melanjutkan
tuturnya. Dengan berscnyum ia berkata: "Ji-su-heng, diatas
kulit kambing bukankah ada dua baris sajak ?"
It Hok To-jin mengangguk dan menyahut : "Begitu!
Sajak tersebut ialah Ju Cay Ju Tiong (Kelembutan didalam
kelembutan ) dan Ko Beng Ju Kek (kesaktian diatasi oleh
kelembutan)."
Kong Sun Giok membenarkan dengan anggukan
kepalanya dan katanya pula: "Tidak salah! Disamping
pohon cemara tua dipuncak Sian Yan Hong bukankah ada
satu kera dari batu gunung" Kera itu adalah Kim Hoat Sin
Ju (kera sakti berbulu emas)!"
Kedua matanya It Hok To-jin dibuka lebar2. la coba
memikirkan dan menaksirkan teka-teki didalam sajak2 itu,
tetapi ia tak dapat memahaminya. Kemudian Kong Sun
Giokpun menuturkan pembicaraan yang ia dapat dengar
dari Tu Leng San tentang kera sakti berbulu emas itu akan
akhirnya menyudahi kisahnya dengan kesimpulan sebagai
berikut : "Patung kera sakti Kim Hoat Sin Ju itu hanya
separoh. Maka huruf Ju (kelembutan) adalah separoh huruf
Ju (kera sakti). Maka sajak Ju Cay Ju Tiong berarti kitab Ju
Keng berada didalam kera sakti (Ju), bukankah?""
Sambil membelalakkan kedua matanya lebar2 se-akan2
orang yang baru insyaf akan kekeliruannya, It Hok Tojin
berkata : "Su-tee betul2 seorang yang cerdik dan cerdas!
Tafsiranmu itu tepat sekali! Ayo sekarang juga kita pergi
kebatu yang mirip seekor kera dibawah pohon cemara itu
untuk mencari kitab Ju Keng, demi kepentingan partai
Thian Lam kita dan juga untuk membalas dendam Suhu
dan Su-siok2 kita!"
Dengan hati yang sangat gembira kcdua saudara
sepergruan itu lalu pergi ketempat dimana batu gunung
192 berada. Tetapi sebelumnya mereka tiba ditempat, dari sisi
jalan mereka mendengar suara yang nyaring sekali
menyebut: "O Mi To Hut! Kong Sun Kong-cu, mungkin
kau sehat wal'afiat!"
Kong Sun Giok terkejut akan segera juga mereka
kembali, karena suara itu tak asing lagi baginya, ialah suara dari Hut Mo Sin Kie Ceng Lian Tay-su yang telah
mengajarkan ia ilmu silat pedang Ceng Lian Kiam Hoat. la
lari kearah suara itu. Betul saja dibalik semak belukar disisi jalan ia dapatkan Ceng Lian Taysu sedang berdiri menanti.
Setelah diperkenalkan kepada It Hok To-jin, Ceng Lian Sin
Nie berkata: "Setelah aku berlalu dari pegunungan Kong
Lee Leng, aku berusaha mencari Sin It Cui di-mana2, tetapi
usahaku hampa belaka. Untunglah aku dapat berjumpa lagi
dengan Kong Sun Kong-cu!" la berhenti sejenak lalu
melanjutkan lagi : "Kalian telah datang dipegunungan Lak
Cao, bukankah ingin pergi kekuil Sun Yu Kong untuk
menyatroni Ban Cun Bu" Mungkinkah dalam jangka waktu
yang singkat ini, kalian telah berhasil mencari kitab Ju Keng guna memahirkan ilmu silat dan datang membasmi Ban
Cun Bu?""
Kong Sun Giok telah mengetahui tentang wataknya
Ceng Lian Sin Nie yang telah membatasi keganasan Sin It
Cui yang tak diperbolehkan membunuh orang sebelum
balok ketiga dipukul patah. lapun menceriterakan hal
ikhwal ia telah mengangkat saudara dengan Sin It Cui.
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ceng Lian Sin Nie mendengarinya dengan penuh
perhatian, sampai penuturan Kong Sun Giok selesai. la
berkata: "Sin It Cui sebetulnya seorang yang budiman,
hanya ia belum insyaf akan perbuatan2nya yang salah. Jika
kau dapat disegani oleh ia, kau betul2 beruntung, karena
kau dapat belajar banyak2 ilmu silat daripadanya. Kau
harus ketahui bahwa ilmu pukulan Tian Sin Ciong adalah
193 salah satu ilmu Sin Mo San Sut (ilmu sakti membasmi
siluman) yang tidak mudah diwarisi kepada orang lain!
Tapi, meskipun kau telah pelajari ilmu Tian Sim Ciang dari
Sin It Cui, kau seharusnya tidak boleh bertindak sembrono
terhadap Ban Cun Bu! Sin It Cui dengan ilmu Sin Mo San
Sut-nya telah dibikin luka parah oleh Ban Cun Bu dengan
ilmunya Sun Yo Cin Kay. Iblis Ban Cun Bu itu lihay sekali.
Setelah kau peroleh kitab Ju Keng dan memahaminya, kau
malah harus berlatih sungguh2 sebelumnya kau dapat
melawan iblis Ban Cun Bu itu !"
Kong Sun Giok clan It Hok To-jin merasa berterima
kasih atas peringatan Ceng Lian Sin Nie. Lalu mereka
menuturkan pengalaman2 dan peristiwa2 yang mereka
alami selama mereka berusaha mencari kitab Ju Keng,
dengan maksud agar Ceng Lian Sin Nie juga dapat
memberikan mereka petunjuk2 yang berharga. Kong Sun
Giok tidak lupa menceriterakan kesimpulannya tentang
sajak2 yang tertera diatas kulit kambing dalam
hubungannya dengan kera batu dibawah pohon cemara itu.
Ceng Lian Sin Nie-pun anggap kesimpulannya Kong Sun
Giok masuk diakal setelah la melihat sajak2 diatas kulit
kambing tersebut. Sambil bersenyum ia berkata : "Karena
Sin It Cui telah memberitahukan kepada Kong Sun Kongcu bahwa ia sedang bertapa untuk memahirkan ilmu
silatnya dengan maksud melawan Ban Cun Bu lagi, aku
kira ia tak akan berkeliaran melakukan perbuatan yang
bukan2. Rupanya aku sekarang tak mempunyai tugas
penting lagi. Dengan demikian aku juga dapat menyertai
kalian pergi kepuncak Sian Yan Hong mencari kitab Ju
Keng yang sangat berharga itu."
Dengan ditambahnya seorang yang berilmu silat tinggi,
Kong Sun Giok menjadi girang sekali. Lalu dengan ilmu
194 meringankan tubuh, mereka lari menuju kepuncak Sian
Yan Hong. Melihat bentuk yang angker dan jurang yang curam lagi
tebing dari puncak Sian Yan Hong, dengan tak dirasanya
lagi, Ceng Lian Sin Nie menyatakan kekagumannya.
Setelah mereka tiba ditempat kera batu gunung itu, mereka
lalu mencari tanda atau tali yang dapat menuntun mereka
ketempat tersimpannya kitab Ju Keng. Lama juga mereka
berusaha mencarinya, tapi mereka tak menemukan tanda
apapun juga! Kong Sun Giok menjadi putus asa agaknya. la menghela
nafas dan mengeluh : "Kera sakti itu telah berkorban untuk
membasmi ular berbisa dan telah berjasa besar terhadap
rakyat yang tinggal disekitar puncak gunung ini. To-jin yang
budiman itu telah memahat patungnya sebagai tanda
peringatan. Seyogyanya kita tidak harus membongkar
patung itu untuk mencari kitab Ju Keng!"
Ceng Lian Sin Nie pinjam pedangnya Kong Sun Giok,
lalu dengan ujung pedang itu la me-ngetok2 patung kera itu.
la mendengarinya dengan cermat suara batu yang
diketoknya itu, suara mana ia memastikan bahwa batu itu
tidak kosong dalamnya. Iapun tampaknya seperti orang
yang berputus asa juga la berkata kepada Kong Sun Giok:
"Ju Cay Ju Tiong (kelembutan didalam kelembutan)
sebetulnya huruf Ju (kelembutan) itu harus cocok dengan
huruf Ju yang berarti kera sakti. Patung yang kita lihat
hanya bagian atas dari tubuhnya kera saja. Apakah kera itu
tak ada bahagian bawahnya ?"
Kata2 itu membikin Kong Sun Giok insyaf bahwa ia juga
harus menyelidiki bagian bawah dari patung kera tersebut.
"To-jin itu telah memahat bagian atas dari kera saktinya.
Bagian bawahnya mungkin hanya batu patung yang diatas
itu juga!"
195 It Hok To-jin tidak menunggu lagi. Ia cabut pedangnya,
dan dengan ujung pedangnya itu ia tusuk dibagian bawah
dari patung kera itu! Betul saja terdengar suara bahwa batu
dibagian bawah dari patung kera itu kosong. Kong Sun
Giok ingin segera menyelidiki lebih dekat, tetapi Ceng Lian
Sin Nie berkata sambil tertawa : "Sabar, jari tanganku ini
dapat menembusi batu atau emas. Biarlah aku yang toblosi
batu gunung ini." Lalu dengan semua tenaga dalamnya
yang telah dikerahkan ia menggurat dengan satu jarinya
tangannya sebuah lingkaran diatas batu bagian bawah dari
patung kera itu. Kemudian dengan jari itu juga ia congkel
lingkaran tersebut. Segera juga batu seluas satu kaki persegi tercongkel keluar. Batu itu betul2 kosong dalamnya!
Dengan bernapsu Kong Sun Giok masukkan tangannya
kedalam lubang tersebut. Lalu ia berseru dengan gembira.
Dengan tangan gemetar ia tarik keluar satu kotak dari
kristal yang berukuran 10 cm X 20 cm.
It Hok To-jin mendongak dan mengawasi langit dengat
khidmat. la berterima kasih kepada Tuhan. Lalu ia
menghampiri Kong Sun Giok untuk memeriksa isi daripada
kotak kristal yang baru diperolehnya. Kotak itu berisi satu
kitab yang panjangnya 15 cm dan lebarnya 8 cm. Diatas
kulit kitab tertulis delapan huruf yang berbunyi: Cu Ju Kek
Kong, Bo Tiong Bo Kit (Dengan kelembutan mengatasi
kekerasan, Segala soal berhasil baik) .
Dengan sangat girangnya Kong Sun Giok berkata : "Jisu-heng, cobalah lihat huruf Bo Tiong Bo Kit itu, bukankah
itu kunci daripada ilmu silat pedang Thian Lam yang
dinamakan Bo Kit Hie Kong (Tenaga dalam tak terhingga)"
Dari sini kita dapat membuktikan kebenarannya bahwa
kitab Ju Keng itu sangat erat hubungannya dengan partai
silat Thian Lam"
196 It Hok To-jin memotong pembicaraan, ia berkata : "Sutee, kita harus sabar. Kotak ini belum terbuka, dan kitab Ju
Keng masih didalamnya. Untuk membuka kotak kristal ini,
kita harus minta pertolongannya Ceng Lian Tay-su."
Ceng Lian Sin Nie pegang kotak kristal itu, ia lihat
bahwa di-tengah2 kotak ada garis hitam yang
melingkarinya. Ia coba untuk membukanya dari garis
hitam, tetapi kotak itu tidak dapat terbuka se-akan2 dibuat
dari batu kristal yang utuh!
It Hok To-jin mengerutkan kening, lalu berkata :
"Dengan susah-payah kita mendapatkan kitab Ju Keng,
tetapi kitabnya berada didalam kotak yang tak dapat
dibuka. Kita harus berdaya sedapat mungkin untuk
membukanya, jika tidak, kita hanya dapat melihat kitab itu
dari luar saja, sedangkan isinya yang penting dan berguna
kita tak dapat membatlanya."
la berpikir sejenak, lalu dengan bersenyum ia berkata
kepada Ceng Lian Sin Nie :"Aku mohon Tay-su
menggunakan lagi jari tangan Tay-su yang lihay. Dengaui
tenaga yang telah dikumpulkan di-ujung jari, aku yakin
Tay-su dapat menggores garis hitam yang melingkari kotak,
dan mungkin kotak tersebut akan terbuka."
Ceng Lian Sin Nie menyahut :"Kotak kristal ini betul2
ganjil. Baiklah, aku akan mencoba membukanya dengan
menggunakan kuku jariku." la duduk diatas satu batu
gunung untuk mengumpulkan tenaga dalamnya disalurkan
keujung jari tangannya untuk menggores lingkaran hitam
disekitar tengah2 kotak kristal itu dengan menggunakan
kukunya. Goresan kukunya menimbulkan peristiwa yang
ganjil sekali. Segera asap tebal keluar dari goresan. It Hok
To-jin, Kong Sun Giok dan Ceng Lian Sin Nie menjadi
kaget, dan keringat dingin keluar dari seluruh tubuh
mereka! 197 Tenaga dalam yang dikerahkan diujung jari tidak
berhasil membuka kotak, hanya asap tebal yang mengepul
keluar dari bekas goresan kuku! Lebih celaka lagi, kitab
didalam kotak itu rupanya juga terbakar. Mereka menjadi
masgul dan cemas!
Kitab Ju Keng telah mereka dapati setelah mengalami
banyak kesukaran2, kesulitan2 bahkan pertarungan2 dan
pembunuhan2, tapi kini rupanya sedang terbakar dihadapan
mereka! Mereka memandangnya dengan tak berdaya!
Kong Sun Giok lalu teringat akan sajak kedua, yang
berbunyi: "Ko Beng Ju Kek (Kesaktian atau kekerasan
dapat diatasi oleh kelembutan)." Kotak keristal tersebut tak
dapat dibuka dengan kekerasan, mungkin dapat dibukanya
dengan menggunakan kelembutan. Karena kegirangan yang
sangat memperoleh kotak yang berisi kitab Ju Keng itu,
Kong Sun Giok telah lupa sama sekali kepada bunyi sajak
yang kedua itu.
"Jika kitab didalam kotak keristal musnah terbakar,"
pikirnya, "kita tak akan berdaya membalas dendam Suhu
Su-siok2 kita. Kelak, setelah lewat sepuluh tahun, iblis Ban
Cun Bu pasti akan datang kedaerah pertengahan dan
melakukan perbuatan yang se-wenang2 sehingga lebih
banyak orang yang akan menjadi korbannya! Dan sampai
waktu itu, apabila terjadi, siapakah yang akan dapat
mencegah perbuatannya yang durhaka dan tak
berperikemanusiaan itu ?"
Mereka tak berdaya. Mereka berdiri tertegun dan
berkuatir menyaksikan kotak diliputi oleh asap yang tebal.
Rupanya kitab Ju Keng didalamnya juga terbakar menjadi
abu! It Hok To,-jin merasa bersalah dan berdosa. la yang
mengusulkan membuka kotak keristal itu dengan meng
198 gunakan kuku jari. Karena ia, maka kitab Jiy Keng itu
musnah terbakar! la berdosa terhadap gur dan paman2
gurunya yang telah berada didunia baka. Karena tak bisa
membalaskan dendamnya. Lalu ia cabut pedangnya dan
ingin menggorok lehernya sendiri!
Perbuatan yang nekad itu dilihat oleh Ceng Lian Sin Nie
yang buru2 mengebutkan lengan bajunya. Hembusan angin
dari kebatan lengan baju itu dahsyat sekali, pedangnya It
Hok To-jin terlepas dan terlempar ditanah! Ceng Lian Sin
Nie pun membentak : "Meskipun kita telah berbuat salah,
kita tak harus kecewa atau putus asa. Lagi pula kesalahan
tersebut tidak sengaja! Dengan tewasnya kau, bukankah
iblis Ban Cun Bu akan lebih ringan menghadapi
musuh2nya?"
It Hok To-jin menundukkan kepala tidak menyahut. la
merasa malu. Air matanya tak tertahankan lagi, mengucur
deras sekali. Setelah ia merasa agak tenang sedikit ia
berkata :"Aku hanya ingin menebus dosaku karena
musnahnya kitab yang berharga ini. Aku rela rnelakukan
segala apa yang akan dapat menebus dosaku yang maha
besar ini !"
Ceng Lian Sin Nie melihat lagi kotak keristal itu, dan
memperhatikan juga bahwa kitab Ju Keng didalamnya telah
menjadi abu. Ia taruh kembali kotak keristal itu didalam
lubang ditempatnya semula, dan menutup lobangnya
dengan potongan batu yang ia telah congkel keluar.
Kemudian ia panggil Kong Sun Giok dan It Hok To-jin dan
suruh mereka duduk. la mulai menanya: ,,Bukankah partai
Thian Lam mempunyai tiga orang murid ?"
Kong Sun Giok mengangguk dan menyahut :"Betul!
Kami masih mempunyai seorang Toa-su-heng (kakak
seperguruan laki2). Dikalangan Kang-ouw ia terkenal
sebagai It Ceng To-jin."
199 "Aku tidak percaya dan tidak menduganya bahwa kalian
dapat cari kitab Ju Keng," kata Ceng Lian Sin Nie, "oleh karena itu aku senantiasa memikirkan cara untuk melawan
Ban Cun Bu. Menurut pendapatku, untuk melawan Ban
Cun Bu, kalian harus melawan dengan bertiga, dan satu
harus rela berkorban!"
It Hok Tojin tidak menanti ucapan itu selesai, ia
menyahut : "Harap Tay-su berikan petunjuk tentang
caranya membasmi iblis Ban Cun Bu! Aku telah bersumpah
rela berkorban, maka akulah yang akan mengorbankan diri
untuk menebus dosaku dalam membasmi Ban Cun Bu
nanti!" la berhenti bicara dan memandang sejenak kearah
Kong Sun Giok. Lalu ia melanjutkan : "Su-tee Kong Sun
Giok adalah seorang cerdas serta tangkas pula. Setelah
mempelajari ber-bagai2 macam ilmu silat, ia akan jauh
lebih pandai silatnya daripada aku. Partai silat Thian Lam
harus menjadi beban-nya. la harus mempertahankan nama
Thian Lam demi kepentingan Suhu dan Su-siok2 kita !
Bagiku tak lain aku harus berkorban!
Ceng Lian Sin Nie mendengarinya akan menganggukkan
kepalanya. Kong Sun Giok terharu mendengar ucapan Jisu-hengnya. Ia menjadi sedih hati, dan menundukkan
kepalanya tidak bicara. Sedang sesaat Ceng Lian Tay-su
menanya It Hok To-jin lagi: "Jika kau telah bertekad untuk
berkorban, apakah kau sudi melakukan atau melaksanakan
petunjuk2ku?"
It Hok Tajin mengangguk tanpa ragu2.
200 Tenaga yang dikerahkan diujung jari tidak berhasil membuka
kotak kristal itu, hanya asap tebal yang mengepul keluar dari bekas goresan kuku!
"Kau bawa suratku kepulau Tian Ju dilaut Pak Hay,"
kata Ceng Lian Sin Nie, "kau harus cari kawan karibku Sin
Teng Tay-su, dan daripadanya kau harus pelajari ilmu silat
Thian Lui Ciang (tinju geledek). Ilmu pukulan itu mudah
dipelajari jika kau berbakat. Cacad dari ilmu silat itu ialah tak-dapat menggempur lawan yang tenaga tubuhnya lebih
201 kuat. Aku yakin Ban Cun Bu tidak sekuat kau, ilmu
pukulanku mungkin berhasil dalam menghadapi Ban Cun
Bu itu. Setelah kau mahir betul mempelajarinya, baharulah
bersama saudara seperguruanmu, kau pergi menghadapi
dan menggempur Ban Cun Bu ! Ketika itu dapatlah kalian
membikin perhitungan, dengan iblis yang jahat itu dan
membalas dendam Suhu dan Su-siok2mu. Dalam
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pertarungan itu. Kau dapat menggunakan ilmu pukulan
Thian Lui Ciang. Ilmu silat Sun Yo Cin Kay dari Ban Cun
Bu, pasti dilancarkan dengan cepat sebagai kilat, tetapi
meskipun kau harus mengegos, mengelit dan menangkisnya
dengan susah-payah, bahkan kau juga harus rela menerima
serangan2 yang dahsyat, kau dapat membikin ia menjadi
letih. Disaat ia menjadi letih, ilmu paham akan arti dan
maksud Ceng Lian Sin Nie itu. mungkin juga
membinasakannya."
It Hok To-jin mendengarkan penuturan itu dengan
perhatian. la mengangguk sebagai tanda bahwa ia telah
paham akan arti dan maksud Ceng Lian Sin Nie itu. "Dan
dalam taraf kedua," meneruskan Ceng Lian Sin Nie, "Toasuheng-mu It Ceng To-jin harus meriyerang dengan ilmu
silat pedang Bo Kit Hie Kong-nya. Sebagaimana kalian
ketahui jurus Bo Kit Hie Kong adalah jurus yang sangat
dimalui oleh jago2 dikalangan Kangouw. It Ceng To-jin
paling lama mengikuti Thian Lam Sha Kiam (Tiga jago
silat pedang Thian Lam), dan ia pasti telah mahir betul
menggunakan jurus2 yang lihay itu! Menurut pendapatku,
pada dewasa ini ilmu silat yang paling lihay adalah ilmu
silat Sun Yo Cin Kay yang diyakini oleh Ban Cun Bu.
Tentang ilmu silat pedang, harus diakui bahwa ilmu Bo Kit
Hie Kong dari partai silat Thian Lam yang paling dahsyat !
Sebetulnia ilmu Bo Kit Hie Kong dapat mengatasi Sun Yo
Cin Kay. Maka It Ceng To-jin harus menandinginya
dengan banyak loncat dan mengegos: pertama, untuk
202 menghindarkan diri dari serangan2, dan kedua, untuk
meletihkan lawan. Jika la dapat bertahan selama 50 jurus,
maka Ban Cun Bu pasti akan menjadi lelah!"
Kong Sun Giok tak sabar lagi. la berseru : "Tay-su,
jangan lupa bahwa Kong Sun Giok juga adalah muridnya
Thian Lam Sha Kiam! Aku tak dapat dikesampingkan. Aku
harus bantu membinasakan iblis Ban Cun Bu yang kejam
itu!" Dengan sabar Ceng Lian Sin Nie meneruskan
pembicaraanya : "Kong Sun Kongcu, kau harus menginsafi
akan ketangguannya musuh, It Cui pun, pada dewasa ini
belum dapat menakluki Ban Cun Bu dengan ilmu Sun Yo
Cin Kai-nya. Menghadapi lawan yang demikian lihay, kita
harus bertindak hati2. Aku tahu bahwa kau telah
memahami ilmu pukulan Thian Sim Ciang dari Sin It Cui,
yuga ilmu silat pedang menjaga diri dari aku. Dengan Thian
Sim Ciang kau dapat menyerang, dan dengan Ceng Lian
Kiam Hoat kau dapat menjaga diri. Dalam kalangan Bu
Lim, memang aku akui sukar sekali mencari jago silat yang
mempunyai gegaman yang demikian ampuhnya. Tetapi kau
masih harus berlatih pula. Setelah cukup latihan, dengan
pedang wasiatmu dan bersama-sama kedua saudara
seperguruanmu, kau dapat pergi membasmi Ban Cun Bu,
jahanam itu, sebagaimana aku katakan, lagi sekali
kuperingatkan melawan Ban Cu Bu yang lihay itu, kalian
harus hati2. Satu lawan satu, menurut pendapatku, kalian
pasti dengan mudah dibinasakan Ban Cun Bu. Tetapi kalian
bertiga berbareng sama2 melawannya, aku yakin kalian
akan berhasil. lngat bahwa la tak mempunyai kawan, ia
harus melawan seorang diri!"
It Hok Tojin mengangguk-angguk setelah mendengarkan
penuturan yang cermat dan beralasan dari rahib yang tua
itu. la kagumi perhitungannya. la berkata : "Saran dan
203 siasat Tay-su bagus sekali. Kami ridlah menuruti petunjuk2
Tay-su. Aku mohon Tay-su sekarang juga menulis surat
kepada Sin Teng Tay-su agar aku dapat segera berangkat
pergi kelaut Pak Hay. Su-tee Kong Sun Giok harus berdaya
mencari pedang wasiat, karena dengan ilmu silat pedang
yang lihay saja tidak cukup untuk melawan Ban Cun Bu."
Sambil memegangi sebatang pohon yang kecil, Ceng
Lian Sin Nie berkata : "Untuk membunuh iblis Ban Cun Bu
hanya ada dua pedang wasiat, yakni pedang Poa Tu Kiam
(pedang naga melingkar), dan yang satu lagi ialah pedang
Leng Liong Pie (pedang naga sakti) !"
Kong Sun Giok mematong pembicaraannya Ceng Lian
Sin Nie. la berkata : "Pedang Poa Cu Kiam kini berada
ditangan saudara angkatku, Tee Tian Kauw. Tapi iapun
ingin membunuh mati satu musuh yang lihay dengan
menggunakan pedang wasiat itu. Aku kira untuk meminjam
pedang Poa Cu Kiam itu dari Tee Tian Kauw ada agak
sulit. Tentang pedang Leng Liong Pie, aku tidak
mengetahui dimana harus kita mencarinya?"
Ceng Lian Tay-su tidak menyahut. Diatas sapu tangan
putih dengan batang kayu yang ia telah bakar menjadi
arang la menulis surat untuk sahabat karibnya, Sin Teng
Tay-su dipulau Cin Ju dilautan Pak Hay. Dalam surat
tersebut la mohon kepada sahabat karibnya itu agar
mengajari ilmu pukulan Thian Lui Tiang kepada pembawa
surat tersebut. Kemudian, setelah ia berikan "surat" tersebut kepada It Hok To-jin, ia berkata kepada Kong Sun Giok :
"Didekat tapal batas disebelah barat propinsi ini ada satu
desa See-leng namanya yang dilintasi oleh sungai. Didalam
desa tersebut kau harus menemui seorang tukang tangkap
ikan yang terkenal sebagai Tie Ciok Hie Ang. Meskipun
ilmu silatnya tidak tinggi akan tetapi dari kalangan Kangouw. Kau harus, menjumpai ia untuk mohon ia
204 memberitahukan segala petunjuk yang bermanfaat bagi
usahamu membalas dendam terhadap iblis Ban Cun Bu.
Aku sendiri akan berusaha mencari Toa-su-hengmu, It
Ceng To-jin. Kita berjanji, setelah satu tahun lewat kita
berjumpa lagi dibawah patung kera dipuncak Sian Yan
Hong ini. Sekianlah, dan sampai bertemu kembali!"
It Hok To-jin setelah menerima surat dari Ceng Lian Sin
Nie, dengan air mata berlinang ia berkata kepada Kong Sun
Giok : "Aku sangat harap kau jaga diri baik2!" Lalu ia
memberi hormat kepada rahib wanita itu untuk minta diri
dan berpisah kepada Su-teenya.
Kong Sun Giok merasa berat dan sedih hati mengingat
Ji-su-hengnya yang telah rela berkorban karena merasa
bersalah menyebabkan musnahnya kitab Ju Keng. la tak
dapat berbuat apa2, kecuali mendoakan agar perjalanannya
berhasil dan agar mereka ber-sama2 berhasil membasmi
iblis Bun Cun Bu. Ketika Ji-suhengnya hendak pergi ia
seperti menjadi bisu karena terlampau terharunya. Dengan
kedua mata mengembeng ia mengawasi Su-hengnya
sehingga lenyap dari pandangan matanya akan akhirnya
dengan tak dapat ditahan lagi air matanya mengucur deras
dan berdiri diam bagaikan patung dihadapan Ceng Lian Sin
Nie. "Tentang musnahnya kitab Ju Keng dikalangan Bu Lim,
akupun turut bersalah. Tetapi sebagaimana pepatah bilang :
"Manusia berusaha, Tuhan berkuasa. Kita manusia tak
dapat menyimpang dari kehendak Tuhan yang maha Esa!
Tapi, akupun tak percaya bahwa Ban Cun Bu tak ada
lawannya dan tak dapat dibasminya. Ayo, kita masing2
berusaha lagi sekuat tenaga -demi maksud yang mulia ini.
Dan lain Tahun pada hari ini, kita berjumpa pula disini!"
205 Kong Sun Giok menyeka air matanya. Dengan khidmat
ia menghadapi Ceng Lian Sin Nie, dan berkata : "Tay-su,
aku ada sedikit omongan "
Tetapi Ceng Lian Tay-su telah berlalu, dan dalam
sekejap saja sudah menghilang dari pandangan mata.
Kong Sun Giok tertinggal seorang diri. la duduk dibawah
patung kera mengenangkan peristiwa2 yang lampau. la
merasa berduka bahwa kitab Ju Keng yang diperolehnya
telah menjadi abu didalam kotak kristal. Tugas dan
sumpahnya belum terlaksana! Demikianlah ia duduk
termenung agak putus harapan membayangkan usaha yang
ia harus lakukan.
Ketika itu beberapa kera telah datang menghampiri ia. la
tak ingin diganggu. Ia lepaskan tinju kedepan sehingga
pohon yang kena angin tinjunya ter-goyang, dan para kera
lari ketakutan. Menurut petunjuk Ceng Lian Tay-su ia
harus mencari Tie Ciok Hie Ang, dan ia yakin bahwa
dalam perjalanannya ia akan mengalami banyak kesukaran.
Tapi pun ia percaya akan kepandaiannya, bahwa dengan
ilmu pedang Thian Lam, dengan pukulan Thian Sim Ciang
dan ilmu menjaga diri Ceng Lian Kiam Hoat, ia dapat
meneruskan perjalanannya mencari tukang ikan tersebut!
Menurut Ceng Lian Taysu, Tie Ciok Hie Ang itu tinggal
ditapal-batas propinsi Shensi didesa See-leng. Tetapi ketika
ia baru tiba diluar pegunungan Bo San, ia telah menjumpai
dua orang yang berjalan disepanjang sungai itu
bukankah.....' Suara itu agaknya tidak asing lagi bagi ia. la menoleh
kebelakang segera juga ia menjadi terkejut! Kedua orang itu
bukan lain dari pada anak-ayah Sim Hiong Hui, kakek dari
kota Keng Tek Cin dipropinsi Kian-sie yang berusaha
mencari menantu untuk puterinya yang cantik jelita dan
pandai ilmu silat, itu Sim Lam Sie namanya, yang telah
206 dipermainkan oleh Tee Thian Kauw yang menyamar
sebagai pria dengan nama Yen Keh Ciu!
Kong Sun Giok berhenti dan balik menghadapi kedua
orang itu, ia membungkukkan tubuh memberi hormat
kepada Sim Hiong Hui sambil berkata : "Sim Lo-cun-pwee
juga telah datang kepropinsi Shen-sie untuk menikmati
pcmandangan yang permai ber-sama2 Sim Siocia?"
Sim Hng Hui masih ingat peristiwa dikampung
halamannya. la telah sengaja mendirikan panggung (luitay)
untuk memilih menantu. Dimasa mudanya ia adalah
seorang jago silat dikalangan Kang-ouw. Dengan pedang
pusakanya Poa Cu Kiam ia pernah menjagoi daerah sebelah
timur sungai Yo-cu. Setelah berusia agak lanjut, ia
membawa semua. harta bendania dan tinggal dengan
tenan'2 tenteram di Kcng Tek Cin disebuah rumah yang
dibangun sanaat indahnya. la hanya mempunyai seorang
puteri yang amat disayanginya bernama Sim Lam Sie.
Ketika puterinya berusia 29 tahun, dan masih jua belum
menikah meskipun cantik-jelita, ia terpaksa berusaha
memilih menantu. Namun syarat2nya bagi calon menantu
agak berat. la pernah mengumumkan bahwa dalam batas
waktu satu bulan, pemuda yang tingkahl akunya baik,
berusia tidak lebih dari 25 tahun dan belum menikah, jika
dapat menempuh ujian ilmu silat dalam tiga taraf, akan
dikawinkan dengan puteri yang cantik-jelita itu, dan pula
akan diberikan pedang wasiat Poa Cu Kiam dan harta
benda yang cukup besar jumlahnya. Adapun ujian ilmu silat
dalam tiga taraf tersebut sebagai berikut :
Pertama, bertempur melawan si-kakek Sim Hiong Hui,
jika bisa dikalahkan dalam 100 jurus, maka calon itu lulus
babak pertama. Kedua menguji tenaga dalam dengan "Kek
Ci Pik Ciok" atau memecahkan batu tertedeng kertas.
207 Ketika Kong Sun Giok berada dikota Keng Tek Cin
tersebut, ia pernah pergi menonton para calon mengadu
peruntungannya, dimana ia berkenalan dengan seorang
pemuda bernama Yen Keh Ciu yang ternyata seorang gadis
bernama Tee Tian Kauw yang kemudian menjadi saudari
angkatnya. Yen Keh Ciu telah naik diatas panggung
menempuh ujian ilmu silat dan lulus! Pada saat itu Sim
Hiong Hui menjadi gembira dan siap mengumumkan pada
para penonton bahwa Yen Keh Ciu telah lulus semua ujian,
dan bahwa la akan menikah, dengan puterinya dan
memperoleh pedang wasiat Poa Cu Kiam serta harta benda
yang dijanjikan. Tetapi Yen Keh Ciu, sambil memegang
pedang Poa Cu Kiam yang ia dapat pinjam dari Sim Lam
Sie karena ia naik kepanggung tanpa bersenjata, berkata
kepada Sim Hiong Hui bahwa selama hidupnya seperti
awan terumbang-ambing diangkasa, bahwa ia tak
menghiraukan kebahagiaan orang yang berumah tangga,
mau pun kekayaan dunia! Lebih lanjut ia mengaku bahwa
ia bertanding silat hanya dengan niatan meminjam pedang
wasiat Poa Ciu Kiam. Sikakek telah mendengar pengakuan
itu menjadi sangat gusar sekali, karena disamping
membuyarkan idam2-annya, juga ia dan puterinya telah
dibikin malu dihadapan orang banyak. Baru saja ia hendak
menyerang, tetapi Yen Keh Ciu telah mencelat melayang
turun dari panggung, dan kemudian lari keluar dari
pekarangan rumah si-kakek entah kemana!
Sim Hiong Hui telah mengenali Kong Sun Giok yang ia
anggap kawan dari Yen Keh Ciu karena mereka duduk berdamping2an menyaksikan calon2 lain yang mencoba
peruntungannya diatas panggung menguji ilmu silat.
Dengan tak membalas pemberian hormat, sambil pegang
gagang pedangnya ia membentak: "Hei, anak muda!
Siapakah namamu" Mana bangsat yang telah membawa lari
pedang wasiat Poa Ciu Kiam ku" Bukankah kawanmu itu
208 bernama Yen Keh Ciu" Ia murid dari partai silat apa dan
sekarang berada dimana?"
Sambutan yang aneh itu membikin Kong Sun Giok
gusar. Tapi karena ia ingat bahwa Yen Keh Ciu atau Tee
Tian Kauw telah menjadi saudari angkatnya, ia terpaksa
menahan amarahnya dan menyahut dengan senyuman
terpaksa: "Aku bernama Kong Sun Giok, murid dari Goan
Siu To-tiang dari partai silat Thian Lam!"
---oo0oo--- BAGIAN 11 PERAMPO KAN DI PEGUNUNGAN BO SAN
Mendengar ucapan tentang partai silat Thian Lam, Sim
Hiong Hui dengan tertip lalu mengawasi, Kong Sun Giok
yang bersikap sopan. la berkata : "Partai silat Thian Lam
sangat terkenal dikalangan Bu Lim, seharusnya tidak
mempunyai murid2 yang rendah wataknya!"
Ucapan ini membikin Kong Sun Giok lebih gusar lagi. la
tak dapat menahan amarahnya lagi. Dengan kedua mata
melotot seperti hendak lompat keluar dan suara yang agak
keras ia berbalik menanya : "Aku telah menjawab
pertanyaan Sim Lo-cian-pwee dengan hormat dan saksama.
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi Sim Lo-cian-pwee dengan tak beralasan
mengucapkan kata2 hina dan menusuk-hati. Apakah
maksudnya Lo-Cian-pwee mengatakan murid2 Thian Lam
Pay berwatak rendah?"
Pertanyaan itu bukan saja membikin sikakek menjadi
malu, bahkan puterinya, Sim Lam Sie, juga menjadi kemerah2an mukanya.
209 Si-kakek yang anggap dirinya harus dihormati sebagai
orang yang berusia lanjut, dan pikirnya ia dan puterinya
dapat memberi hajaran yang setimpal kepada Kong Sun
Giok, terus membentak : "Kau serupa dengan kawanmu,
Yen Keh Ciu. la telah menipu pedang wasiatku, Poa Ciu
Kiam, dan telah menghina kami berdua ayah-anak
dihadapan orang ramai, apakah orang yang demikian
bukannya berwatak rendah"
Dengan mudah Kong Sun Giok dapat mengegosi serangan
sikakek. Kong Sun Giok ingin menjelaskan, tapi si-kakek
membentak lagi : "Dengan perbuatan kalian yang sewenang2 itu, balgaimanakah kalian bisa dihormati orang
lain" Bagaimanakah kalian dapat menjumpai jago2 silat
yang ksatria dikalangan Kang-ouw" Aku situa bangka telah
dihinakan oleh kawanmu, aku pasti berusaha mencuci malu
210 dari kehinaan itu. Aku telah jual semua harta-bendaku, dan
dengan puteriku aku ingin mencari sibangsat Yen Keh Ciu
itu. Tetapi tidak diduga disini aku menjumpai kau. Dendam
ini aku harus balas. Jika kau tidak man memberitahukan
kami dimana adanya Yen Keh Ciu, kau sebagai kawannya
harus mewakili menerima pukulan2 dan serangan2ku!"
Ucapan itu dibarengi dengan satu jotosan keras. Kong
Sun Giok yang sudah berdiri siap waspada, dengan mudah
la dapat egosi jotosannya si-kakek itu.
Sim Lam Sie dilain pihak masih ingat bahwa Kong Sun
Gioklah yang pernah menolong ia dari kenekatannya untuk
membunuh diri karena dibikin malu oleh Yen Keh Ciu
diatas panggung. Biji kayu "Hian Ban Tie Cu" yang
disentilkan oleh Kong Sun Giok telah merubuhkan pedang
yang ditancap dipapan panggung dengan demikian telah
mencegah niatnya menggorok leher membunuh diri untuk
mencuci malu! la tidak dapat membalas kebaikan hati itu
dengan segera menyerang Kong Sun Giok. Tapi iapun tak
dapat berdiam diri memeluk tangan menonton ayahnya
bertempur sendiri! la menjadi serba salah dan gelisah!
Untuk sementara waktu ia tak mengetahui apa yang ia
harus perbuat. Bagi Kong Sun Giok, ia harus melawan si-kakek itu, dan
jika mungkin menaklukinya, karena ia belum memperoleh
kesempatan untuk menjelaskan bahwa Yen Keh Ciu itu
sebetulnya seorang gadis yang menyamar sebagai pria,
karenanya tak dapat menikah dengan Sim Lam Sie. Lain
daripada itu, iapun ingin menjelaskan maksudnya Yen Keh
Ciu memindiam pedang wasiat Poa Cu Kiam. Tentang
apakah Yen Keh Ciu harus dibenci atau dimaafkan,
terserah kepada si-kakek yang memutuskan!
Dengan tekad dan keputusannya itu, ia serang kembali
Sim Hiong Hui dengan jurus Beng Tao Tui San atau
211 gelombang dahsyat merobohkan gunung ialah salah-satu
jurus yang dahsyat dari ilmu pukulan Thian Sin Ciong yang
ia dapat pelajari dari Sin It Cui. Sim Hiong Hui harus
loncat mundur beberapa tindak untuk mengelakkan diri dari
jotosan maut itu!
Sim Hiong Hui yang sudah lama berkecimpung hampir
30 tahun dikalangan Kang-ouw, sedari muda hingga kini
belum pernah diserang dengan pukulan yang demikian
dahsyatnya. la tak menduga sedikitpun bahwa pemuda
yang ia damprat itu demikian lihay ilmu silatnya. Ia
terkejut, tapi karena ia keras kepala, ia menyerang lagi
dengan jurus Hut Houw Cong Hoat, atau jurus harimau
menabok lawan, yang ia lancarkan mirip sekali seperti
harimau sedang mengamuk!
Kong Sun Giok yang melihat si-kakek menjadi makin
nekad merasa geli didalam hatinya. Si-kakek itu tak dapat
dikasi mengerti ! Dengan tidak mencari tahu dengan jelas
siapakah yang harus dipersalahkan, si-kakek itu telah
mendamprat, menyerang, bahkan bertarung seperti seekor
kerbau mengamuk! Kalau mau ia dapat segera membikin
tamat pertempuran itu atau riwayat si-kakek itu. Tetapi ia
ingin mengetahui kepandaian silatnya sikakek itu. la
melawan dengan tekad hanya menjaga diri, dan tidak
menyerang. Dua kali ia kirim jotosan maut kearah dada
lawannya, dan kedua kalinya ia tarik kembali. Tetapi sikakek, setelah melawan selama lebih kurang 30 jurus,
anggap bahwa lawannya tak mampu merobohkan ia, dan
bahwa ilmu tinju Hut Houw Hoatnya dapat segera
membikin lawannya bertekuk lutut. Ia bertarung lebih hebat
lagi. Sim Lam Sie yang menyaksikan caranya Kong Sun Giok
bertempur melawan ayahnya merasa kaum akan
kepandaian silat sipemuda itu, yang ia anggap tidak kalah
212 daripada ilmu silatnya Yen Keh Ciu. Ia memperhatikan
juga bahwa Kong Sun Giok sengaja tidak ingin melukakan
ayahnya. Didalam hatinya ia berterima kasih dan tak dapat
bertahan lama lagi. Lalu ia mencabut pedangnya, dan
berseru : "Ayah! Aah minggirlah ber-istirahat! Biarlah aku
yang, hajar maling kecil ini!"
Sim Hiong Hui yang mengetahui bahwa ilmu silat
puterinya jauh lebih tinggi daripada ilmu silatnya, segera
berhenti bertempur dan loncat kesamping dua depa
jauhnya. Kong Sun Giok-pun tidak mengejar. la berdiri
tegak memperhatikan sikap si-kakek, lalu berpaling
menghadapi si-gadis.
"Kau masih tidak cabut pedangmu melawan aku?"
membentak Sim Lam Sie, "kau harus rasai pedangku ini,
dan kemudian aku akan paksa kau memberitahukan
dimana Yen Keh Ciu itu bersembunyi! Ayo, cabut
pedangmu, dan jaga tusukan ini!" Ucapan aku dibarengi
dengan tusukan pedangnya.
Dengan secepat kilat Kong Sun Giok mencabut
pedangnya dan menangkisnya dengan ilmu Ceng Lian
Kiam Hoat. Lalu dengan ber-tubi2 ia balas menyerang
dengan maksud mendesak mundur si-g,adis. Sim Lam Sice
bukannya tandingan Kong Sun Giok. la terpaksa mundur.
Kemudian Kong Sun Giok berkata dengan sabar : "Sim
Sio-cia, aku sebetulnya ada urusan penting, dan tak terusmenerus melawan ayahmu dan kau Sio-cia. Aku
mengusulkan kita sekarang bertarung selama 100 jurus, dan
jika masih juga belum ada yang kalah kita dapat
menetankan tanggal dan tempatnya, agar aku dapat
mengajak Yen Keh Ciu datang menghaturkan maaf atau
minta ampun kepada Sim Lo-cian-pwee dan Siocia!"
213 Dengan mengejek si-gadis menyahut : "Kita bertarung
dulu, baru bicara. Kau pasti tak dapat luput terpukul babakbelur sebelumnya 100 jurus!"
Kong Sun Giok menjadi jengkel. la membentak :
"Baiklah, Sio-cia! Kau boleh menyerang dulu, Mungkin aku
juga dapat memberi hajaran kepadamu!"
Secepat kilat Sim Lam Sie menyerang lagi. Kong Sun
Giok tidak menangkis. la loncat mundur lima kaki. Sigadis
mengejar dan menabas sehingga sinar pedangnya
berkilauan! Lihay serangan2nya gadis itu. Ketika ia
melawan Yen Keh Ciu, ia tak bertarung dengan sungguh2,
karena ia telah jatuh hati terhadap "pemuda" calon
suaminya itu. Jurus2 dari serangan pedangnya si-gadis itu
dilancarkan cepat sekali, dan tiap2 tusukan atau tabasannya
selalu disertai dengan jeritan yang nyaring seperti jeritnya
burung Hong. Kong Sun Giok terpaksa menggunakan lagi ilmu Shin
Mo - Bo Im Sin Heat atau ilmu dewa atau iblis menghilang
tak berbekas yang ia dapat pelajari dari Sin It Cui. Dengan
satu seruan ia mengebutkan kedua lengan bajunya, dan
menjejakkan kedua ujung jari kakinya. Lalu terlihat
tubuhnya melonjak keatas dan meloncat tiga depa jauhnya
dari serangan pedangnya Sim Lam Sie!
Sim Lam Sie tidak mengejar. Dengan pedang terhunus ia
mengancam : "He ! Kong Sun Giok! Jika kau masih saja
mengegos tak sudi melawan, aku Sim Lam Sie bersumpah
menjadi musuhmu seumur hidup!"
Kong Sun Giok tak mengerti maksud daripada si-gadis
itu. la telah diserang dengan jurus2 yang hebat dahsyat, dan
jika ia tak menggunakan ilmu Shin Mo Bo Sin Hoat, ia
pasti tak dapat menghindarkan tusukan atau tabasan
pedang si-gadis itu. Tapi dengan berkat demikian ia
214 dianggap menghina ! Mengapa gadis ini tak menginsyafi
maksudnya yang baik" la berdiri dan mernikir dengan hati
yang bingung ! Melihat Kong Sun Giok masih saja berdiri diam, sigadis
membentak :"Sikapmu yang acuh-tak-acuh melawan aku,
bukankah kau menghina aku" Apakah kau anggap aku ini
lawan yang remeh" Kau katakan kita bertempur selama 100
jurus, tapi mengapa tak membalas menyerang?"
Dengan senyuman terpaksa ia menyahut : "Sim Sio-cia,
Yen Keh Ciu itu sebetulnya bernama Tee Tian Kauw. la
mempunyai seorang musuh besar yang lihay sekali silatnya.
Maksudnya ialah meminjam pedang wasiat Poa Cu Kiam
untuk membalas dendam. Jika ia telah menunaikan
tugasnya, ia pasti datang kepada Sio-cia dan ayah Sio-cia
untuk mengembalikan pedang yang dipinjamnya itu,
sekalian menghaturkan maaf. Sio-cia telah menyerang aku
ber-kali2, dan ber-kali2 juga aku tak menyerang. Anggaplah
sikapku ini sebagai Yen Keh Ciu yang ingin menghaturkan
maaf kepada Sio-cia, dan jua kepada ayah Sio-cia!"
Dengan marah Sun Lam Sie menyahut: "Hm! Kau
betul2 pandai bicara! Jika kau ingin menghaturkan maaf,
kau harus bertempur melawanku selama 100 jurus. Apakah
kau kira ilmu silat pedang Thian Lam tak ada
tandingannya?"
Jawabannya yang ketus itu dimaksudkan untuk
mengkobarkan kegusarannya Kong Sun Giok. Iapun ingin
mcncaba ilmu pedangnya yang didapatnya dari partai Bo
San yang terkenal setarap ilmu silat pedang Cui Hun Kauw
Ciat atau sembilan jurus mengusir roh, dan menyelidiki
apakah ilmu silat pedang Cui Hun Kauw Ciat-nya lebih
baik daripada ilmu silat pedang Thian Lam. Betul ia pernah
menggunakan ilmu Cui Hun Kauw Ciat itu ketika melawan
Yen Keh Ciu atau Tee Tian Kauw, tetapi ketika itu ia telah
215 jatuh hati terhadap "si-pemuda", maka ia hanya
melawannya dengan setengah-hati. Dan sekarang
menghadapi Kong Sun Giok, ia akan mengerahkan seluruh
tenaga dan mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Dengan
tekad itu ia datang menyerang lagi. Terlihatlah pedangnya
ber-kelebat2 dengan cahayanya yang ber-kilau2an se-akan2
keredepnya kilat diangkasa yang gelap diwaktu badai
mengamuk. Tubuhnya yang mengikuti jalannya pedang
tampak seperti sehelai kain merah terhembus angin taufan.
Terdengar juga suara sabetan pedang "Bat ! Bet ! Bat ! Bet !"
menabas lawan. Gurunya Kong Sun Giok, Goan Sin To-tiang,
mempunyai ilmu silat pedang Thian Lam yang tiada
bandingannya dikolong langit. Kong Sun Giok telah
memahami semua ilmu silat pedang itu, tapi iapun
mengagumi silat pedangnya Sim Lam Sie. Sebetulnya
diantara kedua ilmu silat pedang itu, masing2 ada
keistimewaannya, dan masing2 mempunyai keampuhan.
Hanya tergantung kepada orang yang menggunakannya,
misalnya latihan, kecermatan, kecerdasan, kelincahan,
keuletannya, serta tenaga dalamnya. Menghadapi
serangan2 Cui Hun Kauw Ciat itu, Kong Sun Giok tak
dapat bersikap acuh-takacuh lagi. Dengan cepat sekali ia
menggunakan ilmu silat pedang Ceng Lian Kiam Hoat
untuk menjaga diri, dan kemudian ia lancarkan jurus2 Tie
Seng Seng Lian (Dipermukaan kolam timbul bunga teratai)
dan Hua Kay Kian Hut (Menyingkap bunga mclihat hutco).
Kedua jurus itu adalah bagian dari ilmu silat pedang Thian
Lam yang dinamakan Cui Hun Cap Ji Kiam dua belas jurus
mengusir roh. Sim Lam Se tak dapat bertahan lagi! la harus akui bahwa
ia kalah, dan bukan tandingannya Kong Sun Giok, yang
disamping ilmu silat pedang Thian Lam, warisan Goan Siu
216 To-tiang, juga mempunyai ilmu silat Ceng Lian Kiam Hoat
untuk menjaga diri, dan ilmu pukulan Thian Sin Ciong dan
Shin Ma Bo Sin Hoat untuk meloloskan diri dari kepungan
atau kurungan, yang Sin It Cui telah ajarkan kepadanya.
Iapun akui bahwa ilmu silat pedang Cui Hun Kauw Ciatnya gagal menaklukkan Kong Sun Giok. la yakin pula
meskipun ayahnya membantupun, ia tetap tak akan
menang melawan pemuda yang gagah dan tampan itu.
Oleh karena itu ia tarik kembali pedangnya, dan dengan
mengangkat tangan kirinya sebagai tanda berhenti
bertempur, ia berkata : "Hei! Kong Sun Giok! Kita berhenti
bertarung!" Kong Sun Giok yang memang sedari semula
tidak ingin bertempur melawan gadis dan ayahnya, karena
tidak bermusuhan sama sekali terhadap mereka, tentu saja
seruan si-nona itu disambut dengan gembira. la harus lekas2
pergi kedesa See-leng menjumpai Tie Ciok Hie Ang untuk
mencari pedang wasiat Leng Liong Pie. Dengan bersenyum
ia menyahut : "Sebetulnya aku tak ingin bertempur
melawan Sio-cia dan ayah Sio-cia, karena kita bukannya
musuh. Akupun hendak lekas2 berlalu, sebab aku ada
urusan yang penting!"
Dengan mengejek Sim Lam Sie berkata : "Hanya
urusanmu yang penting, dan urusan orang lain tidak
penting! Aku masih penasaran! Aku berjanji, besok tengah
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hari, kita berjumpa lagi dilapangan Sian-lie-peng yang
terletak dilereng pegunungan Bo San ini." Dengan tak
menunggu lagi jawaban Kong Sun Giok, ia segera tarik
tangan ayahnya untuk pergi sambil berkaok : "Hei! Kong
Sun Giok! Janji bertemu lagi besok, kau jangan pandang
remeh. Jika kau tidak datang, aku akan mencap sifat atau
watak murid2 dari partai Thian Lam betul2 rendah!"
Kong Sun Giok tak dapat memberikan penjelasan, dan
sebetulnya la tak ingin menjumpai mereka lagi, karena
217 mencari pedang Leng Liong Pie lebih penting daripada
urusannya dengan mereka ayah dan anak. Tapi ucapan
terakhir yang dikeluarkan tentang partai Thian Lam ia tak
dapat anggap sepi. la harus mempertahankan nama baik
partai Thian Lamnya ! Dan la, harus memenuhi janji
berjumpa lagi dilapangan Sian-lie-peng besok tengah-hari!
Karena janji tersebut ia tak dapat melanjutkan
perjalanannya. la terpaksa mencari tempat bernaung
dipegunungan menanti sampai besok. Dalam kedudukan
yang terpaksa itu, ia harus mencari daya untuk meredakan
salah-faham Sim Hiong Hui dan puterinya terhadap Tee
Tian Kauw. Demikianlah la berpikir sambil berjalan
mencari tempat untuk bermalam.
Ketika ia melewati lereng gunung, ia menjumpai
beberapa rumah2 gubuk diatas lapang yang agak rata. Ia
datang menghampiri kesuatu rumah gubuk. la melihat
didalam pekarangan rumah tersebut ada satu media dari
batu, dan dikedua ujung media batu berduduk Sim Hiong
Hui disebelah kanan, dan seorang nenek yang putih
rambutnya dengan memegang tongkat besi disatu tangan
berduduk disebelah kiri. Kong Sun Giok tertarik oleh apa
yang ia lihat. Dengan tabah ia maju mendekati. Disamping
media batu tampak satu lobang yang, baru digali, dan
tanahnya bertumpuk dipinggir. Diatas tumpukan tanah itu
telah ditancapkan sebatang bambu dengan sehelai kertas
dengan 9 huruf yang berbunyi : Tempat mengubur
tulang2nya bangsat Kong Sun Giok. Bukan main kagetnya
Kong Sun Giok! ia tak mengerti mengapa ia dianggap
sebagai satu musuh besar, dan mengapa ia hendak dikubur
dilobang itu! Dengan perasaan heran tercampur gusar ia
mengawasi ketiga orang didalam pekarangan itu!
Bukankah ia telah menjelaskan sedikit bahwa Yen Keh
Ciu tak bermaksud menghina Sim Hiong Hui dan
218 puterinya" Bukankah ia sendiri sudah menghaturkan maaf"
Dan bukankah ia pernah dengan baik hati mencegah Sim
Lam Sie membunuh diri" Tetapi kini apa kenyataannya"
Lobang sudah digali sebagai persiapan untuk mengubur
mayatnya bila ia telah terbunuh. Bukankah itu satu hinaan
besar terhadap ia"
Setelah melihat Kong Sun Giok datang menghampiri,
Sim Lam Sie membentak : "Kong Sun Giok! Apakah kau
pandang guruku ini, Bo San Shin Lo! Apa bila kau tidak
memberitahukan dimana tempat sembunyinya Yen Keh
Ciu, kau jangan harap dapat lolos dari sini"!"
Mendengar ucapan itu, Kong Sun Giok terkejut ! Sebab
menurut penuturannya Ceng Lian Sin Nie, "Bo San Shin
Lo" itu termasuk 10 jago2 silat yang paling dimalui
dikalangan Kang-ouw. Tapi dengan tenang ia menyahut :
"Sim Sio-cia, mengapa kau membentak dan memaksa aku
sedemikian ini" Dan mengapa aku dihina demikian
hebatnya" Aku Kong Sun Giok meskipun tak seberapa
pandai ilmu silatnya tetapi aku tak sudi dihina orang, dan
tidak mudah dapat dikubur dilobang itu!"
Meskipun ucapannya ketus dan mengandung ejekan,
tetapi ia tetap bersikap hormat terhadap Bo San Shin Lo
dan Sim Hiong Hui. la mengangkat kedua tangannya
memberi hormat dan kedua matanya mengawasi si-nenek
itu! Bo San Shin Lo yang sudah putih rambutnya berkata
dengan mengawasi Kong Sun Giok : "Kau barangkali yang
bernama Kong Sun Giok!, murid kesayangan Thian Lain
Sha Kiam" Apakah kau kira aku tak dapat mengubur kau
setelah aku menggali lobang ini?" Ia akhiri ucapannya
dengan mata melotot mengawasi Kong Sun Gioik.
219 Dengan tabah Sun Giok majukan diri menghampiri ketiga
orang itu. Diatas tumpukan tanah telah ditancapkan sebuah
bambu dengan sehelai kertas yang bertulisan, berbunyi: ,,Tempat mengubur tulang2 bangsat Kong Sun Giok"
Bentakan itu membikin Kong Sun Giok ingat akan
penuturan Ceng Lian Shin Nie yang mengatakan bahwa Bo
Shan Shin Lo itu adalah satu nenek yang ganjil sekali watak
dan sifatnya. Untuk menyatakan bahwa ia tak gentar, ia
menyahutdengantenang: "Mengubur mayat
220 dipegunungan adalah pekerjaan yang wajar. Tapi sayang
Kong Sun Giok masih mempunyai tugas yang belum
ditunaikan. Tugas itu adalah membalas dendam guru dan
paman2 guruku. Oleh karena itu aku mohon angkatan tua
memberikan kelonggaran atau kesempatan untuk aku lebihdulu melaksanakan tugas yang maha penting itu.
Dikemudian hari jika tugas itu sudah dipenuhkan, aku pasti
akan datang kembali untuk dikubur disini!"
"Tapi aku situa bangka ini tak dapat dihina atau diejek,"
kata Bo San Shin Lo, ,aku diberitahukan bahwa kau dan
kawanmu, Yen Keh Ciu, telah dengan sengaja menghina
dan membikin malu muridku. Dosa itu harus mendapat
hukuman mati !"
"Angkatan tua," sahut Kong Sun Giok, "sebelum aku
tiba dipekarangannya Sin Lo-cian-pwee, aku tidak kenal
kepada Yen Keh Ciu. Setelah ia naik keatas panggung
mengadu ilmu silat, dan berhasil pindiam pedang Poa Cu
Kiam, aku baru menjadi kawan, bahkan mengangkat
saudara. Dan sebagai saudara angkatnya, aku merasa
berkewajiban membela padanya!"
Dengan muka yang beringas, si-nenek membentak lagi :
"Kau ingin membela dengan tiara bagaimana.?"
Dengan sikap yang tetap tenang Kong Sun Giok
menjawab : "Atas nama partai silat Thian Lam, aku Kong
Sun Giok berjanji dan mendiamin bahwa didalam jangka
waktu tiga tahun, Yen Keh Ciu setelah membalas dendam
terhadap musuh besarnya, akan datang kesini untuk
menjumpai angkatan tua dan menghaturkan maaf. Aku
menjamin pula iamin akan mengembalikan pedang Pea Cu
Kiam kepada Sim Sio-cia serentak minta maaf atas
perbuatan atau sikap.nya diatas panggung tempo hari !"
221 Bo San Shin Lo mengeluarkan suara "Hm !", lalu
menanya lagi dengan ketus: "Tapi Yen Keh Ciu yang telah
menempuh ujian, dan lulus itu telah menyingkiri janji. la
harus menikah dengan muridku, Sim Lam Sie urusan itu
adalah urusan yang maha penting bagi penghidupannya.
Yen Keh Ciu telah menolak memperisterikan muridku.
Urusan ini, Yen Keh Ciu harus membikin beres dengan
seksama. Dan dengan cara apakah kau hendak
membereskannya ?"
"Urusan ini aku serahkan kepadamu angkatan tua, yang
akan mengantarnya," sahut Kong Sun Giok, "karena aku
sendiri tak berdaya. Mungkin angkatan tua dapat
membereskannya dengan ilmu yang ajaib."
Sim Lam Sie, ketika mendengar Bo San Shin Lo
mengatakan bahwa pernikahan itu adalah urusan yang
maha penting bagi penghidupannya, menjadi merah
mukanya. Tetapi ketika mendengar Kong Sun Giok
mengatakan bahwa Bo San Shin Lo yang dapat
membereskan dengan ilmu ajaib, ia menundukkan
kepalanya karena terlampau malu.
Dengan tumbuk2 tongkat besinya ditanah Bo San Shin
Lo membentak lagi : "Hei ! Apa kau katakan" Aku dapat
membereskan dengan ilmu ajaib" Apakah muridku kurang
cantiknya, kurang kepandaiannya dan kurang kayanya
untuk menjadi isteri kawanmu?"
Kong Sun Giok tak gentar meskipun di-bentak2. Ia tetap
berdiri tegak dengan sikap yang tenang pula. Tapi ia
mengawasi Sim Lam Sie yang telah menjadi gelisah.
Pertanyaan yang ketus itu ia menjawab dengan sindiran :
"Tak dapat dipungkiri bahwa wajah Sim Sio-cia elok dan
cantik dengan kulitnya yang putih halus seperti sutera, serta ditambah pula dengan ilmu silatnya yang lihay bagaikan
naga betina. la pantas sekali menjadi isteri seorang Hong222 tee. Tetapi Yen Keh Ciu itu hanya bermaksud meminjam
pedang Poa Cu Kiam dari Sim Sio-cia. Ia sebetulnya
bernama Tee Tian Kauw, dan se orang wanita sekelamin
Sim Sio-cia!"
Jawaban itu seperti juga petir menyamber kuping, Bo
San Shin Lo matanya ber-kunang2, dan kepalanya pening.
Dan Sim Lam Sie yang berdiri dibelakangnya malah telah
jatuh pingsan karena terkejutnya yang mendadak
mendengar penjelasan Kong Sun Giok tentang Yen Keh
Ciu! Kaget yang tiba2 itu telah membikin ia pingsan.
Bagaimana seorang gadis menikah dengan seorang gadis
pula" Iapun merasa bersalah membenci dan bermusuhan
dengan orang lain dengan tanpa menyelidiki lebih dulu. Sikakek, Sim Hiong Huipun tertegun. Iapun merasa bersalah
dengan tindakannya yang sembrono! la kemudian
mengangkat puterinya untuk dibikin sadar. Setelah
gadisnya siuman kembali ia mulai menghiburinya.
Sim Lam Sie menangis sedih merangkul dipundak
ayahnya, memikiri nasibnya dan kekeliruannya.
Untuk sementara waktu suasana menjadi sunyi-senyap
kecuali suara tangisnya si-gadis dan suara hiburan,ayahnya.
Lalu Bo San Shin Lo bangun dari tempat duduknya, dan
sambil melihat Kong Sun Giok ia menanya lagi : "Aku mau
tanya lagi. Tee Tian Kauw itu muridnya siapa, dan
sekarang ia bersembunyi dimana?"
Melihat wajahnya nenek itu, Kong Sun Giok
mendengarnya bahwa pertarungan tak dapat dielakkan lagi.
Dengan diam2 ia mengumpulkan tenaga dalamnya untuk
ber-siap2 sedia menghadapi segala serangan. Untuk
pertanyaan itu, ia menyahut: "Dengan sebetulnya aku tak
mengetahui ia muridnya siapa. Akupun tak mengetahui ia
sekarang berada dimana."
223 Dengan tak terduga si-nenek bersenyum, tetapi ia
mengejek lagi : "Aku tak percaya jika kau tidak mengetahui
ia berada dimana."
"Jika angkatan tua tak percaya, terserahlah. Tapi aku
telah memberitahukan dengan sejujurnya, sedikitpun tidak
berdusta!" sahut Kong Sun Giok.
"Aku tidak percaya!" membentak si-nenek. "Rupanya
kau harus dimasukakan kedalam lobang ini baru kau dapat
memberitahukan dimana Tee Tian Kauw itu berada!" Lalu
ia angkat toya besinya sambil memperingatkan Kong Sun
Giok : "Sebelum toya ini turun mengemplang kepalamu,
lebih baik kau dengan rela masuk kedalam lobang itu!"
Kong Sun Giok mundur setindak sambil mencabut
pedangnya. Dengan tak gentar ia menyahut : "Jika
angkatan tua masih juga mendesak, aku terpaksa melawan!"
Baru saja ucapannya itu keluar dari mulutnya, toya besi
si-nenek datang mengemplang kepalanya. Tapi Kong Sun
Giok sudah siap. la loncat mundur secepat kilat, karena
kemplangan itu tak dapat ditangkis dengan pedang. Hanya
hembusan angin yang keluar dari kemplangan toya besi itu
membikin gundukan tanah terbang berhamburan. Setelah
loncat mundur, ia maju menyerang dengan ilmu Ngo Yok
Tiauw Cong atau melewati lima puncak melihat raja. la
putar pedangnya dihadapan sinenek cepat seperti titiran,
lalu menusuk kemuka lawannya Bo San Shin Lo yang
memandang enteng lawannya terkejut melihat serangan
secepat kilat itu. Dengan ilmu Coan Lie Sae atau
gelombang besar menyapu pasir ia angkat toyanya keatas
menyingkirkan pedang yang hendak menusuk dadanya, lalu
toya besinya dilintangkan didepan-dadanya untuk
kemudian diteruskan menyapu dari atas kebawah dengan
maksud menyerampang kedua kaki lawannya. Sapuan toya
besi tersebut disertai dengan ancaman : "Hei, anak sambel!
224 Aku si-tua bangka ini tidak akan menghiraukan peraturan
dikalangan Kang-ouw. Setelah jurus ini, aku akan kirim kau
keakherat!"
Sapuan toya besi itu betul2 dahsyat. Kong Sun Giok
harus meloncat dengan ilmu Shin Mo Bo Im Tiauw Hoat,
atau dewa dan iblis menghilang tak berbekas, untuk
meluputkan diri dari sapuan maut itu! la tak gentar. la
panas sekali dipanggil "anak sambel", meskipun ia tak
bersalah atau berdosa. la balas menyerang dengan jurus2
Hua Im Kiam Pit (Bunga mekar memancing pedang) dan
Liu Hut Seng Kie (pohon Liu me-lambai2 laksana bendera)
dari Thian Lam Kiam Hoat (ilmu silat pedang Thiam Lam).
Dengan tenaga dalam ia membikin ujung pedangnya
tergetar laksana bunga yang mekar, lalu sambil meloncat
maju ia pura2 menusuk kepala lawannya, tetapi pedang itu
secepat kilat diputar balik untuk menusuk tenggorokan!
225 Toya itu disapukan kebawah dengan maksud menyerampang
kaki pemuda she Kong. Kong Sun Giok cepat melompat keatas
dengan menggunakan ilmu Dewa dan Iblis menghilang tak
berbekas. Bo San Shin Lo betul2 lihay, dan tidak salah jika ia
terhitung salah-satu dari kesepuluh jago2 silat dikalangan
Kang-ouw dizaman itu. Sambil tertawa keras ia putar toya
besinya seperti titiran yang dihembus angin keras, tusukan2
Kong Sun Giok gagal menemui sasarannya! Si-nenek loncat
mundur dua depa, dan sambil menumbuk tanah dengan
toya besinya la berkata : "Silat pedangmu boleh saja! Tetapi
jika dibandingkan dengan cara bertarung dari gurumu,
Goan Sin To-tiang, kau masih harus berlatih lagi!"
Ketika itu digunakan oleh si-nenek untuk mengemplang
Kong Sun Giok sambil meloncat maju dengan se-konyong2!
Kong Sun Giok lekas2 menangkis dengan pedangnya. la
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lupa bahwa la tak dapat menangkis kemplangan toya besi
yang dilancarkan dengan tenaga dalam yang dahsyat itu.
Dilepaslah pedangnya dari genggamannya! la harus
melawan dengan ilmu pukulan Thian Sim Ciang. Setelah
pedangnya terlepas, ia segera melancarkan kepelannya
dengan tipu Lek Su Tui San atau Tenaga ajaib menggempur
gunung. Angin tinju itu menggempur dada lawannya.
Si-nenek itu tidak menduga bahwa Kong Sun Giok
dengan gegabah berani menggunakan jurus tersebut.
Menurut paham ia, setelah pedangnya terlepas, pemuda itu
pasti loncat mundur atau melarikan diri. Tetapi Kong Sun
Giok sudah nekat sekali. la bertekad melawan mati2an!
Maka si-nenek harus loncat mundur dua depa untuk
menghindari pukulan angin Su Tui San yang dapat
226 menggempur gunung! Kong Sun Giok tidak mengejar.
Dengan secepat kilat ia tangkap kembali pedangnya yang
terlempar keatas tadi! Maksudnya ialah mendesak lawan
mundur atau membinasakan lawan jika pukulan2nya tak
keburu dielakkan, dan kesempatan itu digunakan untuk
merampas kembali pedangnya.
Dengan pedang ditangannya kembali Kong Sun Giok
berdiri siap sedia menghadapi segala kemungkinan!
Ketika itu Bo San Shin Lo tak berani memandang enteng
lagi! Meskipun mereka telah bertempur beberapa jurus, ia
masih juga tak berdaya menundukkan lawannya, jangankan
untuk membinasakannya. Dengan rambut ter-urai2 dan
toya besi dipegang dengan kedua tangan.nya, ia maju lagi.
la bertindak maju dengan langkah pelahan dan tertib.
Kong Sun Giok tidak mengetahui dengan jurus apa sinenek itu akan menyerangnya lagi. Tetapi ia mengetahui
bahwa si-nenek itu menjadi makin gusar. Untuk menjaga
serangan yang tidak terduga, dengan pedang erat dipegang
melintang didepan dada, ia mundur setindak demi setindak
dengan sikap waspada sekali. Setelah mundur 8-9 tindak, ia
tak dapat mundur lagi. Bukankah untuk memperoleh
kemenangan ia harus menyerang" Tetapi si-nenek maju
makin cepat, dan terpisahnya mereka 4-5 kaki lagi, tiba2 sinenek itu loncat mengemplang kepalanya. Dengan ilmu Sin
Mo Bo Im (dewa dan iblis mcnghilang tak berbekas) ia
loncat kesamping, dan kemudian mengirim satu jotosan
kelambung lawannya. Tetapi kemplangan toya besi itu
setelah mengemplang tempat kosong secepat kilat membalik
menyabet tubuhnya. Kong Sun Giok harus menarik
kembali kepalannya jika tidak ingin kesabet toya besi sinenek. Untung sekali ia telah memahami ilmu Bo Kie Kit
Kong (Tenaga dalam tak terhingga) dari gurunya, Goan Siu
227 To-tiang, oleh karena itu ia dapat menahan hembusan angin
dari sabetan toya besi itu.
Betul ia masih memegang pedang, dan sebegitu lama ia
melawan, ia belum terluka, tetapi si-nenek sudah mulai
mengeluarkan semua kepandaiannya. Disekitar tubuhnya,
ia hanya tampak rambut yang putih dan panjang dari sinenek, dan toya besinya yang ber-kilau2an itu. Ia terkurung
oleh sabetan dan kemplangan toya besi si-nenek! Tiba2
sabetan atau kemplangan jika menemui sasaran pasti
membawa maut! Kong Sun Giok harus terus-menerus men
ggunakan ilmu Ceng Lian Kiam Hoat diujung tanduk !
Ketika itupun ia insyaf ia bukan tandingan si-nenek. la
harus mencari ketika untuk meloloskan diri. Dengan kedua
ilmu yang digunakannya itu, sebegitu jauh ia belum juga
berhasil meloloskan diri dari serangan2 lawannya.
Bo San Shin Lo juga merasa heran Kong Sun Giok
belum dapat dihajar meskipun ia telah mengeluarkan semua
jurus2 ilmu silat toyanya yang terkenal sebagai ilmu Ngo
Hong Tiauw Yo Kuay Hoat (ilmu toya lima burung Hong
menyembur mata hari). Sementara itu, iapun mengagumi
lawannya yang dapat bertahan demikian lamanya. la
teringat akan Goan Siu To-tiang, pemimpin partai silat
Thian Lam, yang berhasil mencari seorang murid berbakat
diwarisi segala ilmu silat pedang Thian Lam. Tetapi ia
berwatak kejam. la tak dapat menghargai pemuda yang
berbudi dan berbakat sebagai Kong Sun Giok. Makin lama
ia bertempur, makin sengit ia menjadi. Dengan tanpa alasan
ia pandang partai silat Thian Lam itu sebagai musuhnya. la
bertekad membinasakan Kong Sun Giok untuk membikin
puas hatinya yang kejam!
Sambil menyerang ia membentak dengan sekuat tenaga :
"Hei! Anak sambel! Dari manakah kau belajar ilmunya Hut
Mo Lo Nie (Rahib iblis tua bangka gila ia artikan Ceng
228 Lian Sin Nie)! Apakah Sin It Cui juga mengajarkan kau
ilmu pukulan Thian Seng Cong-nya" Nah ! Sekarang si-tuabangka ini mernbikin kau buka mata dan mengetahui
bahwa toya besinya dapat membunuh kau mati dan
mengubur kau didalam lobang yang sudah disediakan !
Camkan bahwa Bo San Shin Lo lebih unggul dari Hut Mo
Lo Nie atau Sin It Cui!" Baru saja ucapannya selesai, lalu dengan jurus Pee!Hong Tauw Yang atau seratus burung
Hong menyamber mata hari, ia serang Kong Sun Giok
dengan toya besinya, sehingga sabetan atau kemplangan itu
terdengar "Bat ! Bet ! Bat ! Bet !" sangat santernya.
Serangan2 itu dilancarkan dengan jurus yang luar biasa, seakan2 satu lingkaran seluas 7-8 depa menjadi terang dengan
sinar yang ber-kilau2 dari taya besi si-nenek itu!
Kong Sun Giok tak mengerti mengapa ia harus dibunuh,
sedangkan ia tak mempunyai dendam apapun terhadap sinenek itu. Dalam keadaan yang berbahaya bagi jiwanya, ia
terpaksa bertempur dengan nekat. Dengan ilmu Pik Cui
Seng Lian atau diatas air hijau bunga teratai tumbuh, salah
satu jurus khas dari Cui Hun Cap Ji Kiam ia memhalas
menyerang dengan nekat untuk membuka jalan meloloskan
diri. Meskipun Bo San Shin Lo terkebur dengan ucapannya,
sebetulnya setelah ia lancarkan serangan2 Pee Hong Tauw
Yang-nya, ia masih juga tidak berhasil membunuh Kong
Sun Giok yang bertempur mati2an untuk menghindarkan
maut! Bukan main sengitnya Kong Sun Giok! Selain
menangkis, iapun balas menyerang seperti banteng
mengamuk. "Tang! Teng! Tang! Teng!" suara kedua senjata
beradu dengan pertempuran kedua jago silat yang lihay itu!
Sim Hiong Hui dan Sim Lam Sie menonton terus dengan
hati ber-debar2. Mereka sangat mengagumi kepandaian dan
229 kegagahannya Kong Sun Giok, mereka merasa heran
mengapa Bo San Shin Lo tak dapat mengalahkan pemuda
meskipun pertarungan telah berlangsung hampir 300 jurus.
Mereka kuatir kalau si-nenek itu kehabisan tenaga
mengingat usianya yang jauh Iebih lanjut daripada
lawannya. Sim Lam Sie pun telah lupa kesedihan hatinya.
la mulai tertarik dengan watak, sikap dan terutama ilmu
silatnya Kong Sun Giok. Ayah dan puteri tak berani
membantu. Seorang guru silat mustahil dibantu oleh
muridnya" Pada suatu ketika kedua senjata kedua jago silat itu
beradu, lalu berhenti se-akan2 menempel sukar terpisah.
Pada saat itu kedua jago silat berusaha menahan senjata
masing2 agar tak terlepas dengan masing2 menggunakan
tenaga dalamnya. Bo San Shin Lo mengerahkan semua,
tenaga dalamnya disalurkan kepada toya besinya, dan
tenaga dalarn itu ia telah latih matang selama 10 tahun
lebih. Demikian pula Kong Sun Giok, ia mengerahkan
tenaga dalamnya disalurkan kepada pedangnya dengan
ilmu Bo Kit Kong, yang ia dapat belajar dari gurunya,
Goan Siu To-tiang.: Akan tetapi pelahan2 pedangnya
tertekan toya besi Bo San Shin Lo, karena si-nenek itu telah
berlatih 10 tahun lebih, sedangkan Kong Sun Giok baru saja
berlatih beberapa tahun. Sebetulnya tenaga dalam Bo Kie
Kit Kong tidak kalah daripada tenaga dalam Peng Hong
Tauw Yang. Kong Sun Giok tak dapat menarik pedangnya dari
tekanan toya besi si-nenek. la penasaran dan heran
mengapa bisa kalah tenaga daripada si-nenek yang tua itu !
Mukanya menjadi merah sekali, dan hatinya menjadi
gemas dan cemas. la bertekad melawan terus sehingga
tewas binasa! "Jago2 silat dikalangan Bu Lim atau
pendekar2 dikalangan Kang-ouw, mati bertempur adalah
230 soal biasa, malah suatu hal yang mendapat penghargaan."
Demikian pikirnya.
Jika orang sudah dalam keadaan sangat terdesak,
seringkali dia menjadi nekad, dan dalam keadaan yang
demikian itu, kadang2 dia dapat mengeluarkan tenaga yang
maha dahsyat! "Aku tak akan membikin malu partai Thian
Lam atau guruku!" ia bertekad bulat. Lalu dengan seluruh tenaga, dengan mata terbelalak, dengan menggunakan
kedua tangannya ia dorong pedangnya keatas!
Sebetulnya Bo San Shin Lo itu ingin menahan dan
menekan pedangnya Kong Sun Giok, lalu dengan secepat
kilat toya besinya ia angkat dan kemplang mati lawannya.
Tapi tenaga yang Kong Sun Giok keluarkan itu adalah
tenaga dari ilmu Bo Kie Kit Kong, yang apabila digunakan
dengan sepenuh tenaga, apapun tak dapat menahannya.
Tahankan pedangnya berhasil mendorong si-nenek mundur
tiga empat tindak, tetapi pedangnya pun menjadi patah! la
lekas loncat mundur. Akan tetapi si-nenek yang kejam tidak
memberi kesempatan lawannya melarikan diri. la mengejar
sambil mengangkat toya besinya dengan maksud
mengemplang Kong Sun Giok. Menerkam tenggorokan
lawannya dengan tangan kirinya. Jurus itu adalah jurus "O
Liong Sin Cao" atau Naga Hitam mencakar mangsa. Bo
San Shin harus mengegos kesamping dan menarik kembali
toya besinya. Secepat kilat dengan tangan kirinya ia coba
menotok dadanya Kong Sun Giok. Senjata toya dapat
berhasil jika bertarung dengan jarak agak jauh, akan tetapi
tidak pada jarak dekat, agaknya Kong Sun Giok
memperoleh kesempatan lagi menggunakan ilmu pukulan
Thian Seng Ciang-nya. Kesempatan tersebut ia gunakan
sepenuhnya. Dengan jurus "Shin Mo San Sut" atau tiga
cara iblis menerkam, ia kirim lagi tinjunya.
231 Bo San Shin Lo hebat sekali. la lemparkan toyanya. la
mengelak tinju tersebut dengan tangan kirinya, dan tangan
kanannya datang menotok dada Kong Sun Giok! Kong Sun
Giok yang kena ditotok itu lantas mengeluarkan darah dari
mulutnya! Segera iapun jatuh ditanah tak bergerak! Bo San
Shin Lo menyengir puas dan berkata seorang diri : "Hai!
Bangsat ini betul2 lihay! Apakah kau kira aku si-tua bangka
ini tidak dapat mengubur kau kedalam lobang?" Lalu ia
datang menghampiri Kong Sun Giok yang telah rebah
ditanah tak bergerak itu. la seret tubuhnya dan dijebloskan
kedalam lobang. Lalu ia hendak menguruki dengan tanah
yang tertumpuk dipinggir lobang itu!
Pada saat itu Sim Lam Sie datang menghampiri dan
berkata dengan ter-gesa2: "Suhu (guru), kita telah salah
membinasakan orang! Tahan ! Jangan kubur ia." Lalu ia
buru2 angkat tubuhnya Kong Sun Giok dari lobang itu.
Dari kantong bajunya Kong Sun Giok mengelincir keluar
dua tiga biji kayu kecil. Sim Lam Sie pungut biji2 kayu itu
dan berkata kepada Bo San Shin Lo: "Suhu, cobalah lihat
ini!" Bo San Shin Lo melihat biji2 kayu itu, dan menyahut :
"Itu semua hanya Hian Bun Tie Cu, senjata rahasia dari
partai silat Thian Lam yang dapat dilontarkan dan
melukakan lawan. Apa yang dibuat heran?"
Sim Lam Sie tidak segera menyahut. la hanya meraba2
tubuhnya Kong Sun Giok dan mencoba mendengar apakah
Kong Sun Giok masih bernafas. Kemudian dengan air mata
mengucur ia menuturkan kepada Bo San Shin Lo kisahnya
sebagai berikut:
"Suhu! Ketika aku bertarung mengadu silat melawan Tee
Tian Kauw atau Yen Keh Ciu, aku telah kalah, dan Tee
Tian Kauw telah bawa pergi pedang Poa Cu Kiam-ku
sambil berkata bahwa ia, Keh Ciu, hanya ingin pinjam
232 pedang wasiat dan tidak menghiraukan wanita tiantik atau
harta-benda. Setelah dia berlalu, akupun tidak ingin hidup
lagi karena merasa dihina didepan orang ramai. Dengan
pedang yang ditancapkan dipapan panggung aku ingin
menggorok leherku membunuh diri. Pada saat itu, sebiji
"Hian Bun Tie Cu" ini disentilkan Kong Sun Giok kearah
pedang, dan pedang yang aku ingin gunakan untuk
menggorok leherku itu berhasil tersentil diatuh, dan aku
menjadi sadar dan insyaf akan nekadku. Dengan demikian
orang yang menyentil "Hian Bun Tie Cu" itu telah
menolong jiwaku. Budinya aku belum dapat membalasnya,
malah sekarang kita sudah menyerang dan mungkin ia
binasa karena lukanya. Apakah perbuatan kita ini dapat
dibenarkan" Suhu, cobalah periksa, apakah ia masih dapat
tertolong ?"
Lalu Sim Hiong Hui juga keluarkan dari kantongnya
sebiji "Hian Bun Tie Cu", dan ia akuri bentuk dan besarkecilnya dengan biji2 "Hian Bun Tie Cu" ditangan
puterinya. Betapa terperanjatnya ia melihat biji2 tersebut
semua serupa, sama bentuknya. Ia merasa bersalah besar! Ia
telah membinasakan orang yang telah menolong jiwa
puterinya! Bo San Shin Lo mengerutkan keningnya. la
jongkok disamping tubuhnya Kong Sun Giok, dan coba
memeriksa keadaannya Kong Sun Giok. la tempelkan
kupingnya didada Kong Sun Giok dan mendengar bahwa
jantungnya masih berdetak dan berdenyut. Kong Sun Giok
tidak mati! Lalu dengan ilmu tenaga dalamnya ia totok
beberapa bagian didada dan dipunggungnya Kong Sun
Giok, dan kemudian membebaskan tujuh jalan2 darah yang
penting. Kemudian dengan menyusut keringat didahinya ia
berkata kepada Sim Hiong Hui, ayah dan anak : "Meskipun
dia ini masih muda usianya, tetapi ilmu silatnya tinggi
233 sekali. Dengan semua kepandaian silatku baru dapat aku
Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengalahkan padanya. Kini meskipun ia mendapat luka
didalam tubuh, tetapi ia tidak akan mati. Latihan yang ia
pernah lakukan dibawah asuhan Goan Siu To-tiang telah
membikin tubuhnya tahan pukulan dan totokan."
Sim Lam Sie rnematong pembicaraan gurunya dengan
menanya ter-gesa2: "Tapi Suhu tentu dapat menolong ia,
buka ?" "Aku dapat menolong jiwanya," sahut Bo San Sin Lo,
"tapi untuk memulihkan tenaga dalamnya ......"
Sim Lam Sie tak sabaran lagi, ia mendesak gurunya :
"Aku yakin Suhu juga dapat memulihkan tenaga dalamnya.
Suhu! pemuda ini besar budinya, dan aku tak akan merasa
tenteram jika ia tak tertolong. Dan aku tak puas jika tak
membalas budinya. Aku mohon Suhu berusaha sekuat
tenaga untuk menolongnya karena menolong dia sama juga
seperti menolong aku serta ayahku!"
Bo San Shin Lo mengerutkan keningnya, dan memikir
iama sebelumnya ia menyahut sambil menarik napas: "Ya,
memulihkan tenaga dalamnya merupakan usaha yang
sukar, sama sulitnya, seperti memindahkan gunung Tay
San!" "Kesukaran apapun dapat diatasi," kata Sim Lam Sie,
"yang penting ialah apakah ia rnempunyai harapan" Aku
rela menginjak api, atau masuk kedalam goa menytari
untuk menolong orang yang berbudi ini!"
Dengan meng-geleng2kan kepalanya si-nenek berkata :
"Setelah jiwanya tertolong, karena beberapa pipa peredaran
darahnya telah terluka ia harus beristirahat agak lama untuk
mencegah luka2 itu menjadi lebih besar lagi, dan mencegah
jangan sampai paru2nya terluka pula. Kemudian untuk
memulihka.n tenaga dalamnya, ia harus makan "Hie Su
234 Len Yo". Suatu obat yang mustajab. Setelah itu ia harus
minta pertolongannya dua jago silat yana terkenal yakni
"Lam Pak Siang Mo" (Dua iblis dari Utara dan Selatan ).
Yano, di-utara yaitu Ji Bo Im Lat Su Shin Mo, Sin It Cui
(siluman bayangan hitam Sin It Cui) yang harus menolong
dengan ilmu Sian Thian Kun Goan Hie (Hawa mujizat
memulihkan napas). .Tang di-selatan yaitu Lak Cao Shin
Kun, Ban Cun Bu (Ban Cun Bu, jago sakti dari kota Lak
Cao) yang harus menggunakan ilmu Sun Yo Cin Kay-nya
(ilmu mujizat laksana sinar mata-hari) untuk rnengedarkan
obat mustajab "Hie Su Leng Yo" kedalam darah dan
menyembuhkan luka2 di-pipa2 peredaran darahnya. Jika
semua ini dapat dilakukan, maka ia mempunyai harapan
memulihkan tenaga dalamnya dan menjadi sebagaimana
sediakala! Tetapi ...... kedua iblis ini bermusuhan satu sama lain, dan tabeat atau wataknya lebih ganjil daripada tabeat
dan watakku. Setelah obat mujarab tersebut diperoleh,
untuk minta kedua iblis yang bermusuhan itu ber-sama2
menolong pemuda ini merupakan soal yang lebih sukar
daripada naik kelangit atau menginjak api!"
Penuturan tersebut didengari dengan penuh perhatian
oleh Sim Hiong Hui ayah dan puterinya. Mereka tak dapat
berkata apapun mendengar betapa sukarnya pertolongan itu
diperolehnya. Sambil geleng2kan kepalanya.
Sim Hiong Hui ber-ulang2 menarik napas panjang
pendek, sedankan puterinya menundukkan kepalanya
dengaii perasaan sedih sekali!.
"Dari itu," melanjutkan Bo San Shin Lo, "untuk
memudahkan soal ini hanya ada dua jalan. Jalan yang
kesatu ialah jalan yang bertentangan dengan liang-sim (hati
nurani) atau kehendak Tuhan, tetapi dapat mencegah
kecelakaan yang menimpah kita semua dikemudian hari
235 yaitu kita pukul mati pemuda ini, dan menguburkannya
segera." Sim Lam Sie terkejut! Mulai saat itu ia menjadi benci
terhadap gurunya yang terbukti sangat kejam. Lazimnya
dikalangan Kang-ouw, seorang murid harus selalu
menghormati dan menghargai gurunya. Seorang murid tak
dapat mencela perbuatan gurunya. Seorang murid tak dapat
membangkang. Tapi Sim Lam Sie yang berperangai halus,
dan berbudi luhur menjadi bergidik mendengar usul
gurunya yang ingin memukul mati dan mengubur pemuda
itu untuk menutup perbuatan kejamnya.
Dan ayahnya, tampak duduk termenung. la sangat
sayang puterinya, iapun rela melakukan segala apa, bahkan
mengorbankan harta-benda dan jiwa-raganya untuk
membantu puterinya yang bermaksud menolong Kong Sun
Giok. Karena sudah jelas Kong Sun Giok itu tak dapat
dipersalahkan untuk perbuatannya Tee Tian Kauw.
Terlebih pula setelah ternyata Kong Sun Giok telah
mencegah puterinya melakukan perbuatan nekad
membunuh diri dengan sentilan "Hian Bun Tie Cu"-nya.
Iapun mera,sa berhutang budi terhadap pemuda itu. Tapi ia
banyak menyesal bahwa ia tak dapat membantah atau
mengajukan pendapat terhadap Bo San Shin Lo yang jauh
lebih pandai ilmu silatnya.
"Suhu!" berkata Sim Lam Sie, suaranya agak keras,....
"kita tak dapat melakukan perbuatan yang sangat kejam itu.
Aku telah mengatakan bahwa aku rela melakukan segala
apa jika dapat menolong orang ini yang besar budinya
kepadaku!"
Untuk menyokon,g kehendak puterinya, Sim Hiong Hui
juga mulai berkata dengan khidmat: "Tay-su (guru besar),
hutang, uang dibayar dengan uang tetapi hutang budi tak
236 dapat lunas sepanjang masa. Aku mohon Taysu dapat
menginsyafi permohonan puteriku."
Bo San Shin Lo menundukkan kepalanya dan berpikir
agak lama. Ia berkata kemudian : "Aku telah
memberitahukan dengan jelas sekali betapa sukarnya
menolong pemuda ini memulihkan tenaganya. Aku tak
yakin Sin It Cui dan Ban Cun Bu yang bermusuhan dapat
bekerja-sama menggunakan ilmu masing2 menolong
pemuda ini. Jalan yang kesatu meskipun bertentangan
dengan hati nurani kalian, tetapi akan mencegah segala
kesulitan dikemudian hari, pun pula mudah dilakukannya,
dengan hanya aku menjotos dia sekali lagi, dan mengubur
mayatnya ........"
---oo0oo--- Bagian 12 SALAH MENERKA BUDI O RANG
Dengan sekuat tenaga Sim Lam Sie menjerit : "Aku lebih
suka mati daripada melakukan perbuatan yang rendah ini!
la telah berbudi terhadap aku, dan kita telah perlakukan ia
demikian. Jika ia bisa sembuh, aku akan mengundang
semua orang2.nya partai Thian Lam agar mereka dapat
menghukum aku yang kejam ini!"
Bo San Shin Lo mengawasi Sim Lam Sie, lalu sambil
mengangguk ia berkata: "Kau betul. Kita tak dapat
membunuh dia. Jalan kedua ialah aku harus berusaha
menyembuhkan luka2nya. Kemudian akii harus menolong
mencarikan dia obat yang mustajab, mengundang Shin It
Cui dan Ban Cun Bu,
kedua iblis dari utara dan Selatan, untuk menolong
memulihkan semangat dan tenaganya. Tetapi, aku pernah
237 berkata bahwa aku tak sudi keluar dari peguntungan Bo San
ini, dan aku tak sudi merendahkan diri mengundang Shin It
Cui dan Ban Cun Bu datang. Oleh karena itu, pekerjaan
mencari obat dan mengundang Shin It Cui dan Ban Cun Bu
itu harus mendiadi tugasmu serta ayahmu.
Dengan tidak memikir lag! Sim Lam Sie mengangguk
dan berkata: "Baiklah. Aku dan ayah akan berusaha sekuat
tenaga melakukan tugas itu!"
Sim Hiong Hui tak dapat berkata apa2. la hanya
mengawasi puterinya, ia merasa lebih senang melihat
puterinya agak puas.
Kemudian Bo San Shin Lo angkat dan bawa Kong Sun
Giok kesebuah kamar dimana ia mengobati luka2nya Kong
Sun Giok dengan ilmu tenaga dalamnya.
Pedang Golok Yang Menggetarkan 7 Ksatria Negeri Salju Karya Sujoko Hikmah Pedang Hijau 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama