Ceritasilat Novel Online

Anak Harimau 2

Anak Harimau Karya Siau Siau Bagian 2


segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan hawa
dingin yang mencekam, kemudian mengikuti di belakang
Lan See giok. Setibanya di ujung lorong sana, terlihatlah di kiri dan
kanan lorong terdapat pula sebuah pintu besi.
http://kangzusi.com/
Lan See giok berjalan ke pintu sebelah kiri, kemudian
mendorongnya dengan sepenuh tenaga, pintu besi itu pelan-pelan menggeser ke samping dan terbuka lebar.
Hawa dingin yang mengalir ke luar dari gua tersebut
terasa makin lama semakin tebal. Sekalipun kakek
bertelinga tunggal itu sudah melawan dengan mengerahkan
tenaga dalamnya, namun ia masih terasa kedinginan
bagaikan berada dalam gudang es, tanpa terasa pikirnya:
"Tak heran kalau jenazah yang disimpan di sini tidak membusuk, suhu udaranya saja sudah begini dinginnya."
Setelah memasuki pintu besi, di hadapan mereka
terbentang selapis kain tirai yang sangat tebal.
Lan See giok segera menyingkap kain tirai itu lalu
berbisik: "Empek, masuklah lebih dulu!"
Tanpa sangsi kakek itu membungkukkan badan dan
sambil membopong jenazah Lan Khong-tay masuk ke
dalam, cahaya di dalam kuburan itu sangat redup, ditengah langit-langit terdapat sebuah mutiara merah sebesar telur itik, untuk sesaat suasana di dalam sana masih terasa
remang-remang dan tidak jelas.
Dinginnya udara dalam ruangan itu segera membuat
kakek bertelinga tunggal itu merasakan tangan maupun
wajahnya sakit bagaikan disayat-sayat pisau, sebelum daya penglihatannya pulih kembali, dia tak berani masuk ke
dalam secara gegabah.
Dengan wajah serius Lan See-giok menurunkan kembali
tirai itu, lalu bisiknya:
"Empek, sebentar lagi kau akan melihat dengan jelas."
http://kangzusi.com/
Kakek bertelinga tunggal itu memang sudah lama
mendengar kalau dalam kuburan raja terdapat banyak
barang mestika yang tak ternilai harganya, hanya saja
dikarenakan kuburan jebakan kelewat banyak, bahayanya
juga besar, maka jarang sekali ada orang yang berani masuk ke sana.
Dan kini, dia telah memasukinya, hal tersebut benarbenar merupakan suatu kejadian yang tak pernah diduga
sebelumnya. . .
Lambat laun dari satu kaki di depannya muncul setitik
cahaya bersilang yang aneh sekali.
Ketika cahaya silang itu diperhatikan lagi dengan
seksama, ternyata benda itu adalah sepasang pedang
berkain kuning yang diletakkan bersilang.
Kedua bilah pedang itu diletakkan di atas sebuah hiolo
kecil terbuat dari tembaga yang diletakkan di atas meja
batu, di kedua belah sisi hiolo kecil itu terletak sebuah kotak kecil yang terbuat dari emas.
Memandang semua benda gemerlapan yang berada di
sana, sekali lagi sepasang mata sesat dari kakek bertelinga tunggal itu memancarkan cahaya tajam, sifat kerakusannya muncul kembali, seakan akan lupa dengan jenazah Lan
Khong tay yang masih berada dalam pelukannya dia maju
ke depan. . Mendadak terdengar Lan See giok berbisik lirih.
"Empek, dari peti tembaga ke tiga belok ke sebelah
kanan." Selesai berkata ia maju ke depan lebih dulu
Teguran itu segera menyadarkan kembali si kakek
bertelinga tunggal dari kekhilafannya, cepat dia amati
http://kangzusi.com/
dengan lebih seksama lagi, sekarang baru terlihat olehnya kalau di sebelah kiri dan kanan meja batu di mana pedang tersebut terletak, masing-masing membujur beberapa buah
peti mati tembaga.
Maka dia segera maju ke depan dan mengikuti di
belakang Lan See- giok.
Kini sepasang mata kakek bertelinga tunggal itu sudah
terbiasa melihat dalam kegelapan ia saksikan pula sebuah peti mati raksasa yang terbuat dari kaca kristal.
Diam-diam Lan See giok merasa agak tak senang hati
juga melihat tindak tanduk kakek bertelinga tunggal itu
setelah berada di sana dan celingukan ke sana kemari, sikap tersebut seakan akan sudah lupa dengan tujuan kedatangan yang sebenarnya di sana, tapi diapun tidak menegur
ataupun mengucapkan sesuatu.
Sebab dia masih ingat, sewaktu ia masuk ke sana untuk
pertama kalinya dulu, waktu itupun dia merasa keheranan
dan ingin tahu malah tidak berada di bawah empek
bertelinga tunggal ini.
Maka tanpa banyak berbicara lagi dia menghampiri
sebuah peti mati tembaga dan melongok sekejap wajah
ibunya yang berbaring di dalam, lalu dengan air mata
bercucuran bisiknya:
"Ibu, ayah telah datang untuk menemani mu ..".
Kakek bertelinga tunggal itu segera menarik kembali
pandangannya dan menundukkan kepala, dia jumpai
sebuah peti mati tembaga yang besar dan cukup memuat
dua orang membujur di hadapannya.
Peti mati tembaga itu terbuat dari batu kristal sehingga raut wajah seorang perempuan setengah umur yang berada
di sebelah kanan peti mati itu dapat terlihat jelas.
http://kangzusi.com/
Sambil menangis tersedu sedu, pelan-pelan Lan See giok
menggeser penutup peti mati itu ke samping, hingga dengan begitu wajah perempuan setengah umur yang berada dalam
peti mati itupun dapat terlihat semakin jelas.
Perempuan itu berhidung mancung dan berbibir kecil,
meski matanya terpejam dan mukanya putih bagaikan
kemala namun tak bisa disangkal lagi kalau perempuan itu adalah seorang perempuan cantik.
Iapun menjumpai paras muka Lan See giok mirip sekali
dengan wajah perempuan setengah umur yang berbaring
dalam peti mati itu.
Lan See giok tak dapat mengendalikan rasa sedihnya
lagi, dia segera menjerit tertahan:
"Ibu!"
Kemudian diapun memeluk kepala ayah-nya sambil
menangis terisak sebelum akhirnya empek bertelinga
tunggal membopong jenazah ayahnya untuk dibaringkan di
sisi jenazah ibunya.
Tampaknya kakek bertelinga tunggal itu sangat bernapsu
dengan sepasang pedang serta sepasang kotak kecil di meja batu, ketika Lan See-giok sedang berlutut sambil menangis, diam-diam dia meninggalkan tempat itu dan mendekati
meja batu tersebut.
Ketika melewati sisi beberapa buah peti mati tembaga
yang membujur di sana, ia saksikan pula banyak sekali
ukiran-ukiran bocah lelaki dan perempuan dengan pakaian
yang perlente tergeletak di situ, sekilas pandangan saja dapat diketahui kalau semua benda itu terbuat dari bahan berharga.
http://kangzusi.com/
Barulah pada peti mati tembaga yang ke empat dia
jumpai jenazah dari seorang pemuda dan gadis yang
sesungguhnya. Kakek bertelinga tunggal itu segera berjalan mendekati
peti mati kaca kristal itu. kemudian melongok ke dalamnya, ternyata di peti mati itu adalah Raja Leng ong serta
permaisurinya. Sang raja mengenakan kopiah kebesaran- dengan jubah
kuning bersulamkan naga, jenggotnya yang hitam terurai
sepanjang dada, ia nampak masih amat segar.
Di sisinya berbaring permaisuri yang nampak masih
amat muda, paling banter umurnya baru dua puluh enamtujuh tahunan, wajahnya cantik dan senyuman dikulum, ia
nampak sangat tenang, jelas perempuan ini dipaksa mati
untuk menemani suaminya.
Kakek bertelinga tunggal itu memandang sekejap ke arah
jenazah Leng-ong yang berada dalam peti mati, kemudian
sambil menyeringai seram pikirnya.
"Hmm . . sekarang kau boleh berbaring nyaman di situ, tapi suatu saat bila lohu sudah merasa ajalku hampir tiba, saat itulah kau harus ke luar dari situ karena tempatmu
akan kugunakan . . . "
Berpikir sampai di situ, dia lantas berjalan menuju ke
depan kain kuning berisi sepasang pedang itu dan siap
untuk mengambilnya.
Mendadak di pihak sana kedengaran Lan See giok
sedang berseru sambil menangis tersedu sedu:
"Ayah, ibu, beristirahatlah kalian dengan tenang,
sekalipun badan Giok ji harus hancur lebur, aku bersumpah akan mencincang tubuh manusia laknat itu untuk
membalaskan dendam bagimu. Ayah, lindungilah anak
http://kangzusi.com/
Giok, bila anak Giok berhasil mencincang tubuh musuh
kita. pejamkanlah matamu yang melotot gusar itu . . ."
Si kakek bertelinga tunggal yang mendengar gumaman
tersebut diam-diam mendengus, sekulum senyuman sinis
segera tersungging di atas wajahnya.
Kemudian dia melanjutkan kembali perbuatannya untuk
membuka kain kuning tersebutBegitu kain kuning itu terbuka.. cahaya, berkilauan
segera memancar ke empat penjuru..
Lan See giok merasa amat terperanjat, buru-buru dia lari mendekat sambil berteriak:
"Empek, jangan kau sentuh, ayah pernah bilang, jika sepasang pedang itu tergeser, dunia persilatan akan banjir darah, jangan kau sentuh sepasang pedang itu!"
Kakek bertelinga tunggal itu kontan saja tertawa dingin, serunya sinis.
"Aaah, omongan anak kecil."
Sembari berkata dia lantas mengambil salah satu dari
pedang itu. Lan See giok menyesal sekali setelah menyaksikan
kenekatan kakek itu, dia merasa tidak seharusnya mengajak orang itu ke mari, andaikata ia bukan teman akrab ayahnya, niscaya dia sudah mendorongnya keluar dari tempat
itu. Pedang yang berada di tangan kakek bertelinga tunggal
itu bercahaya merah, di atas sarung pedangnya bertaburan batu permata yang sangat indah, di bagian tengahnya
terdapat sebuah sulaman matahari merah dengan di sisinya terdapat sulaman awan.
http://kangzusi.com/
Pada kedua belah sisi sarung tadi bertatahkan batu
permata kecil yang membentuk dua buah huruf kecil.
Dengan kening berkerut kakek bertelinga, tunggal itu
nampak membungkam dalam seribu bahasa, agaknya ia
tidak mengenal apa arti dari kedua huruf kuno itu.
Lan See-giok memang seorang bocah, walaupun dia tahu
kalau pedang itu dilarang disentuh, tapi setelah diambil empek tersebut, diapun ikut maju ke depan untuk bisa
melihat lebih jelas.
Maka segera serunya setelah menyaksikan kakek
bertelinga tunggal itu hanya membungkam belaka.
"Empek, apakah pedang itu adalah Jit hoa?"
Berseri wajah kakek itu setelah mendengar ucapan
tersebut, sahutnya dengan cepat:
"Benar, pedang ini memang pedang Jit -hoa, Giok- ji, dari mana kau bisa tahu?"
"Ayah yang mengatakan kepadaku!"
Dengan gembira kakek itu segera menekan tombol
rahasia di atas pedang itu, "Klik!"
lamat-lamat berkumandang suara pekikan naga.
Menyusul kemudian tubuh, pedang itu melejit ke luar
sepanjang beberapa inci, seketika itu juga cahaya berkilauan yang amat menusuk pandangan mata memancar ke empat
penjuru. Saking emosinya seluruh tubuh kakek bertelinga tunggal
itu gemetar keras, kulit wajahnya mengejang keras . . .
"Klik!" ia masukkan kembali pedang itu ke dalam sarungnya kemudian diletakkan kembali ke meja, setelah itu dia mengambil pedang yang lain.
http://kangzusi.com/
"Empek, jangan dilihat lagi." buru-buru Lan See giok mencegah, "kedua belah pedang ini sama bentuknya . . "
Tentu saja kakek itu tidak menggubris perkataan bocah
tersebut, sebelum Lan See -giok menyelesaikan kata
katanya, dia telah meloloskan pedang yang lain.
Bentuk pedang ini hampir serupa dengan pedang yang
pertama tadi, hanya bedanya di tengah sarung pedang ini
berukirkan sebuah rembulan.
la mencoba untuk mengenali tulisan kuno di gagang
pedang tersebut, tapi tak dikenal, akhirnya dengan wajah memerah dia pura-pura bertanya:
"Giok ji, kau kenal dengan nama pedang ini?"
"Pedang itu adalah Gwat hui kiam!" jawab Lan See giok tanpa sangsi.
Kakek bertelinga tunggal itu segera manggut-manggut
sambil memuji. "Ehmm, ucapanmu memang benar, kedua bilah pedang
ini memang merupakan pedang Jit hoa dan Gwat hui kiam
yang menjadi idaman dari setiap umat persilatan"
"Klik!" di tengah dentingan nyaring, segera memancar ke luar serentetan cahaya berwarna emas yang menyilaukan
mata. "Empek" dengan perasaan tak habis mengerti Lan See giok berseru, "menurut ayah, sepasang pedang ini adalah Jit gwat tong kong kiam. jarang diketahui umat persilatan,
meski sudah bersejarah ribuan tahun, namun jarang sekali muncul dalam dunia."
Seketika itu juga paras muka kakek itu berubah menjadi
merah padam, sambil melotot besar teriaknya.
"Ayahmu dengar pula dari siapa" "
http://kangzusi.com/
Sembari berkata dia menyarungkan kembali pedang itu.
"Ayah pernah membaca risalah sejarah dalam kitab
pusaka kedua pedang itu, maka ayah tahu dengan jelas."
Mendengar perkataan itu, perasaan si kakek bertelinga
tunggal itu kembali tergerak, sepasang matanya yang licik tanpa terasa melirik sekejap. ke atas kotak emas kecil di sisi hiolo tersebut.
Lan See-giok masih teringat selalu dengan pesan
ayahnya dulu, maka ketika dilihatnya kakek bertelinga
tunggal itu belum juga mengembalikan pedang mestika itu
ke tempatnya semula, dengan gelisah dia lantas berseru:
"Empek, cepat kembalikan pada tempatnya!"
Sekilas hawa amarah segera melintas di atas wajah kakek
itu, tapi hanya sejenak kemudian dia telah bersikap tenang kembali, sambil manggut-manggut dia letakkan kembali ke
dua bilah pedang itu di tempat semu-la.
Lan See giok segera mengangguk puas, katanya
kemudian: "Empek, mari kita tutup peti mati itu!".
Sembari berkata dia berjalan lebih dulu menuju ke depan
peti mati orang tuanya.
Kakek bertelinga tunggal itu mengikuti di belakangnya,
ketika ia memandang ke dalam peti mati tersebut.
mendadak paras mukanya berubah, peluh dingin segera
bercucuran. Rupanya sepasang mata si Gurdi emas peluru perak Lan
Khong tay yang semula melotot besar, kini telah terpejam kembali.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terkesiap buru-buru seru nya kepada
Lan See giok: "Coba lihat, mata ayahmu telah memejam kembali, kapan mata ayahmu memejam kembali?"
Ketika mengucapkan perkataan itu mata nya yang sesat
menunjukkan perasaan kuatir wajahnyapun merasa ngeri,
meski dia tidak percaya dengan setan, namun di dalam
kuburan yang sepi dan mengerikan ini, tak urung hatinya
merasa bergidik juga.
Lan See giok memandang sekejap wajah orang tuanya,
lalu menjawab: "Sepasang mata ayahku terpejam kembali ketika aku
bersumpah

Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan mencincang tubuh musuh besar pembunuhnya!"
Agak berubah wajah kakek itu, sebelum senyuman
menyeramkan segera menghiasi bibirnya, tapi dia tidak
berkata apa-apa lagi, dengan cepat ia membantu bocah itu untuk menutup kembali peti mati tembaga tersebut, Setelah semua selesai, Lan See giok baru menyembah beberapa kali di depan peti mati itu, lalu sambil berdiri katanya:
"Empek, mari kita berangkat."
Dia lantas berjalan menuju ke arah luar.
Kakek bertelinga tunggal itu mengikuti di belakangnya,
sewaktu lewat di sini pedang Jit-hoa-gwat hui kiam, dia
melirik sekejap dengan sinar mata rakus, kemudian baru ke luar dari sana.
Setelah ke luar dari ruangan kuburan, Lan See giok
segera menuju ke kamar sebelah kiri dan memutar kembali
gelang besi di atas pintu besar itu, pelan-pelan pintu besi yang besar tadi merapat kembali.
http://kangzusi.com/
Kemudian mereka berjalan kembali ke ruangan depan,
Lan See giok mulai membenahi pakaian serta barang
keperluan sehari -harinya.
Kakek bertelinga tunggal itu nampak gelisah sekali.
beberapa kali dia nampak seperti kehabisan sabar tapi
secara tiba-tiba wajahnya berseri, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya.
Dengan suara ramah dan penuh kasih sayang diapun
segera berkata:
"Giok ji, ambilkan makanan untuk empek mengisi perut, aku pikir kau sendiri pun tentu sudah lapar bukan."
Lan See giok memang lapar, maka dengan cepat dia
mengambil makanan dari ruangan lain sekalian membawa
serta sebotol arak ayahnya yang belum sempat diminum.
Setelah meneguk secawan arak, kakek itu menghela
napas panjang, kemudian katanya:
"Giok ji, orang bilang perubahan cuaca sukar diduga, nasib manusia sukar ditebak, seperti misalnya ayahmu,
apakah kemarin dia akan menduga bakal terjadi peristiwa
seperti hari ini" Seperti juga adik Wan, apakah dia akan menduga kalau engkohnya bakal tiada, secara mendadak "
Terkesiap hati Lan See giok mendengar perkataan itu,
tanpa terasa serunya:
"Empek maksudkan bibi Wan?"
"Benar," sahut kakek itu sambil mengangguk tenang,
"yang kumaksudkan adalah bibi Wanmu -itu!"
Lan See giok segera termenung sebentar, kemudian
katanya kembali:
"Empek. benarkah bibi Wan adalah adik kandung
ayahku?" http://kangzusi.com/
Untuk sesaat kakek bertelinga tunggal itu merenung
sebentar, kemudian setelah memandang cawan arak di meja
sekejap sahutnya:
"Mengapa secara tiba-tiba kau ajukan pertanyaan ini"
Apakah bibi Wan mu tidak menyayangi dirimu?"
"Bukan, bukan begitu." seru bocah itu serius. "bibi Wan sangat baik kepadaku, cuma aku tidak habis mengerti
kenapa ayah ibuku belum pernah membicarakan hal itu
kepadaku" Mengapa mereka tak pernah memberitahukan
kepadaku kalau mempunyai bibi Wan yang begitu cantik."
Setelah berhenti sebentar, kembali dia melanjutkan:
"Kalau dibilang bibi Wan adalah adik kandung ayahku, padahal ayahku she Lan sedang bibi Wan she Han, sedang
suami bibi Wan she Ciu . . . "
Kakek bertelinga tunggal itu hanya mendengarkan
dengan seksama, dia lama sekali tidak memberi komentar
apa-apa. Mendadak dengan kening berkerut Lan See-giok berseru
"Empek, apakah kalian pernah bersua dengan bibi
Wan?" Agak tertegun kakek bertelinga tunggal itu mendengar
pertanyaan tersebut, agaknya dia tidak menduga akan
menjumpai pertanyaan semacam itu, setelah berhasil
menenangkan dia menyahut :
"Tentu saja pernah berjumpa!"
Sambil berkata dia lantas mereguk araknya setegukan,
agaknya dia hendak menggunakan kesempatan itu untuk
menenangkan kembali hatinya.
http://kangzusi.com/
Berapa saat kemudian ia baru melanjutkan, "Cuma
waktu itu dia masih seorang gadis yang berusia lima enam belas tahunan."
Tanpa terasa Lan See giok terbayang kembali dengan
bayangan tubuh enci Cian nya, dia lantas berseru.
"Putri bibi Wan sekarang telah berusia enam belas
tahun!" Kakek bertelinga tunggal itu segera mengiakan dengan
mengandung sesuatu maksud, serunya sambil tersenyum.
"Kalau begitu, kaupun sebaya dengan usia enci Cu mu"
"Enci Cu" Enci Cu yang mana?" Lan See -giok tertegun.
Kakek bertelinga tunggal itu segera tertawa terbahakbahak. "Haaah . . haaah . . haaah . . . anak bodoh. enci Cu.
adalah Siau cu putri empek!"
Merah padam selembar wajah Lan See -giok karena
jengah, buru-buru dia menundukkan kepalanya rendahrendah. Terdengar kakek bertelinga tunggal itu berkata lebih
lanjut dengan gembira.
"Anak dungu, mengapa harus malu" Di kemudian hari
kau akan siang malam hidup bersama dengan enci Cu mu,
berlatih ilmu silat bersama, bermain bersama .."
"Empek, jadi kau hendak mengajarkan Ilmu silat kepada Giok ji?" seru Lan See giok gembira.
Sekali lagi kakek itu tertawa tergelak.
"Tentu saja!"
http://kangzusi.com/
Dengan cepat Lan See giok menggebrak meja keraskeras, kemudian dengan mata melotot serunya:
"Bila Giok ji telah berhasil memiliki ilmu silat selihai empek, aku tak akan takut lagi terhadap musuh besarku."
Paras muka kakek bertelinga tunggal itu kembali
mengejang keras, tapi ia segera mendongakkan kepalanya
sambil tertawa tergelak, pujinya berulang kali:
"Punya semangat, punya semangat, empek memang
paling suka dengan orang yang bersemangat seperti kau."
Lan See giok merasa perlu untuk memberi kabar kepada
Bibi Wan nya tentang musibah yang menimpa ayahnya,
maka dia berkata kembali:
"Cuma, sekarang aku belum bisa ikut empek untuk
belajar silat"
"Kenapa?" tanya kakek bertelinga tunggal itu terkejut, senyuman yang semula menyelimuti wajahnya seketika
lenyap tak berbekas.
"Sebab Giok-ji merasa perlu untuk memberi kabar dulu kepada bibi Wan atas musibah yang telah menimpa
ayahku" Belum lagi Lan See-giok menyelesaikan kata-katanya,
sekilas perasaan kejut bercampur girang telah menghiasi
wajah si kakek yang jelek, tapi ia cukup waspada.
Dengan cepat ujarnya lagi dengan suara dalam:
"Yaa, betul! Kabar duka ini memang harus cepat-cepat disampaikan kepadanya "
Setelah berhenti sebentar, ia seperti teringat akan sesuatu dengan cepat dia melirik sekejap kearah bocah itu, lalu
ujarnya lebih jauh.
http://kangzusi.com/
"Cuma, setelah bersantap nanti kita mesti beristirahat dulu sebelum berangkat . . . .
"Tidak usah, Giok ji tidak lelah!" tukas Lin See giok sambil menggeleng.
"Haaah . haaah . . haaah . . anak bodoh, empek bukan kuatir kau kecapaian, tapi aku hendak mewariskan ilmu
silat dulu kepadamu. Maka selesai bersantap nanti akan
kuberi sebutir pil penambah tenaga lebih dulu untukmu,
kemudian kau mesti duduk bersemedi sesaat sebelum
khasiat obat itu dapat diserap oleh tubuhmu."
Setelah tahu kalau dia hendak diberi pelajaran silat yang hebat, tentu saja Lan See giok tidak mengotot lagi.
Selesai bersantap, kakek bertelinga tunggal itu mengeluarkan sebuah buli-buli hitam dari sakunya dan
membuka penutupnya,
Bau pedas yang menusuk hidung dengan cepat menyebar
ke luar dari balik buli-buli tersebut.
Diam-diam Lan See giok berkerut kening sesudah
mengendus bau tersebut, segera pikirnya:
"Huuuh, bau obat apaan ini", busuknya bukan buatan "
Sementara ia masih termenung, kakek bertelinga tunggal
itu telah mengeluarkan sebutir pil kecil berwarna hitam dan mengangsurkan ke hadapan bocah itu, katanya kemudian
sambil tersenyum ramah:
"Giok ji, telanlah pil ini!"
Lan See-giok bernapsu untuk cepat memiliki ilmu silat
tinggi, meski bau obat itu busuknya menusuk hidung,
ternyata diterimanya juga tanpa sangsi, tapi sebelum ditelan ia bertanya lagi.
"Empek tua, pil apaan ini?"
http://kangzusi.com/
"Obat ini merupakan pil penguat badan penambah
tenaga yang empek buat selama puluhan tahun lamanya
dengan mengumpulkan pelbagai bahan obat mestika dari
seantero jagad. Minum sebutir saja, tenaga dalammu akan
bertambah dengan berapa tahun hasil latihan, selain dapat mengusir
hawa dingin, menawarkan racun juga membersihkan darah. pokoknya obat mestika semacam ini
amat langka di dunia dewasa ini.."
Mendengar kalau pil itu berkhasiat sangat banyak, tak
sampai kakek bertelinga tunggal itu menyelesaikan katanya, mendadak Lan See giok jejalkan obat itu ke dalam
mulutnya, lalu ditelan ke dalam perut secara "paksa."
Bau busuk yang memualkan dan hawa panas yang
menyengat badan segera menyelimuti seluruh isi perutnya, tapi demi memperoleh ilmu hebat, sekalipun obat racun dia juga tak ambil perduli.
Bau busuk dari pil itu makin mengocok isi perutnya
dengan makin menghebat, dia merasa semakin mual dan
hampir saja muntah-muntah.
Tapi sambil menggertak gigi bocah itu berusaha untuk
mempertahankan diri.
Selintas senyum yang licik, busuk dan penuh perasaan
bangga segera menghiasi wajah si kakek yang jelek, tapi di mulut ia masih berkata lagi dengan lemah lembut.
"Anak Giok, jangan kau tumpahkan, ketahuilah betapa sulit dan sengsaranya empek untuk membuat pil tersebut,
bahan-bahan obatnya langka dan susah ditemukan, kalau
sudah tak tahan, cepat berbaring atau duduk di atas
pembaringan."
http://kangzusi.com/
Sambil menggigit bibir dan menahan napas Lan See giok
manggut-manggut, ia segera naik ke atas pembaringan dan
duduk bersila di situ.
"Kau harus ingat baik-baik," kata si kakek bertelinga tunggal lagi dengan wajah bersungguh sungguh, "mulai hari ini, setiap bulan kau harus minum sebutir, kalau tidak selain khasiat obatnya tak akan menghasilkan apa-apa, bahkan
tiga hari setelah masa yang ditetapkan lewat, kau bisa
muntah darah sampai mati!"
Tak terlukiskan, rasa kaget Lan See giok setelah
mendengar perkataan itu, sambil berusaha keras menekan
perasaan sakit dan menderita yang mengocok isi perutnya, dia bertanya:
"Berapa butir lagi yang harus kutelan?"
"Dua belas butir, tepat setahun!" jawab kakek itu sambil tertawa bangga penuh kelicikan.
Lan See giok tidak berbicara lagi, ia segera mengangguk.
Baginya, seorang lelaki hendak membalas dendam,
sepuluh tahunpun belum terhitung lambat, apalagi cuma
setahun. Sementara ingatan tersebut melintas dalam benaknya,
seluruh tubuhnya terasa remuk dan sakitnya bukan
kepalang, tulang belulangnya seakan-akan hancur berantakan, peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran membasahi sekujur badannya.
Lan See-giok makin terkesiap, meski ia belum pernah
minum pil penambah tenaga, tapi ia percaya bau sebutir pil mestika tak akan, sebusuk pil yang telah diminumnya
barusan - http://kangzusi.com/
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, mendadak
terdengar kakek itu berkata lagi. "
"Giok-ji. jangan mencabangkan pikiranmu, sekarang
daya kerja obat itu baru menyebar cepat, kerahkan tenaga dalammu untuk membawa sari obat ke seluruh bagian
tubuhmu, kemudian seraplah khasiat obat itu dengan
tenaga dalammu."
Mendengar pesan itu, buru-buru Lan See- giok
mengerahkan tenaga dalamnya untuk menghisap sari obat
yang dimaksudkan.
Dalam penderitaan yang luar biasa, mendadak ia merasa
kepalanya amat pusing dan kelopak matanya makin lama
terasa semakin berat.
Tapi dia masih sempat mendengar kakek itu berpesan:
" - - Kau harus tahu, orang bilang obat yang pahit justru merupakan obat paling mujarab untuk menyembuhkan
penyakit" Dalam keadaan setengah sadar setengah tidak, Lan See
giok masih sempat mendengar sepatah dua patah kata lagi, tapi lambat laun kesadarannya makin pudar dan
menghilang, sebelum
ingatan terakhir lenyap dari
benaknya, dia seakan akan mendengar kakek bertelinga
tunggal itu tertawa terbahak- bahak dengan seramnya.
Entah berapa saat kemudian . . .
Pelan-pelan Lan See giok sadar kembali dari pingsannya,
entah mengapa ternyata dalam mulutnya masih tersisa
sedikit bau harum yang semerbak dan menyegarkan badan.
Ia merasa amat keheranan mengapa pil yang busuk
baunya bisa berubah menjadi harum dan segar setelah
dipakai untuk mengatur pernapasan"
http://kangzusi.com/
Dengan cepat dia berpaling ke sekitar situ, namun empek
bertelinga tunggal itu sudah tidak nampak lagi, segera
pikirnya: "Heran, ke mana perginya empek tua?"
Dengan cepat dia melompat turun dari atas pembaringan, baru saja menggunakan sedikit tenaga,


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendadak lambungnya terasa mual sekali hingga tak tahan
dia segera tumpah-tumpah.
Sebenarnya dia masih ingat dengan pesan empeknya dan
ia tak berani muntah, tapi rasa mual dalam perutnya
sungguh tak tertahan lagi sehingga tak tahan lagi..
"Uaakk." . . . gumpalan bau busuk bercampur air berwarna hitam, segera berhamburan keluar dari mulutnya
dan berceceran di atas tanah.
Memandang gumpalan air hitam yang berceceran di
tanah, tanpa terasa timbul perasaan curiga dalam hati Lan See giok, dengan cepat dia mencoba untuk mengatur
pernapasan, ternyata segala sesuatunya berjalan lancar,
bahkan tidak terasa adanya hambatan apa-apa.
Maka sambil menghimpun tenaga dalamnya ke dalam
telapak tangan kanan, dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat ke arah mulut lorong..
Hembusan angin puyuh yang dahsyat diiringi suara
desingan yang memekakkan telinga langsung menggulung
ke dalam lorong itu dan membawa habis seluruh debu dan
pasir yang berada di sekitar situ.
Ketika angin pukulan itu sudah lewat, permukaan tanah
kelihatan licin dan rata, malah di balik lorong sana
kedengaran suara gemuruh yang memekakkan telinga.
http://kangzusi.com/
Kejut dan girang Lan See giok setelah menyaksikan
kejadian itu, ternyata tenaga dalamnya telah peroleh
kemajuan pesat, sehingga tanpa terasa dengan perasaan.
Menyesal dan jengkel dia memandang sekejap lagi ke
arah gumpalan air hitam yang ditumpahkan ke luar tadi,
pikirnya : "Coba kalau air hitam itu tidak muntah ke luar, oooh betapa beruntungnya aku, tentu tenaga dalam yang kumiliki akan jauh lebih dahsyat . . "
Pada saat itulah . . . .
Mendadak ia mendengar suara jeritan kaget yang parau
dan memekakkan telinga berkumandang datang dari arah
kuburan raja-raja dalam lorong rahasia sana, suara jeritan itu penuh disertai perasaan ngeri.
Menyusul kemudian kedengaran pula suara gemuruh
yang dahsyat menggoncang kan seluruh permukaan bumi,
banyak lapisan langit-langit kuburan yang berguguran ke
tanah Lan See-giok terkejut sekali dia merasa amat kenal
dengan jeritan kaget itu, sambil tampaknya sangat mirip
dengan suara jeritan empeknya.
Maka sambil menghimpun tenaga dalamnya ke dalam
telapak tangan, lalu mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya, dia bergerak menuju ke dalam lorong rahasia
tersebut. Semakin ke dalam, dia merasakan getaran pada dinding
gua makin keras, suaranya juga makin lama semakin
mengerikan. Lan See giok gugup sekali, dengan cepatnya dia lari
menuju be depan pintu besi di muka kuburan raja-raja.
http://kangzusi.com/
Waktu itu suara aneh tadi sudah sirap, suasana dalam
kuburan pun telah pulih kembali dalam keheningan, pintu
gerbang besi tetap tertutup sedangkan mutiara itupun masih memancarkan sinar yang redup.
Lan See giok makin keheranan, dia tidak habis mengerti
mengapa empek bertelinga satu itu belum juga ditemukan,
terpaksa dengan suara pelan dia berseru.
"Empek tua, empek tua - - -!"
Namun kecuali suara yang mengandung dan memantul
di empat penjuru tidak kedengaran suara lainnya.
Terpaksa Lan See giok menghimpun tenaga dalamnya ke
dalam sepasang tangan, yang satu dipakai untuk menutupi
muka, yang lain dipakai melindungi dada, dengan sorot
mata yang tajam pelan-pelan dia berjalan menuju ke depan .
. . Dia tahu ada orang bersembunyi di dalam kuburan kuno
itu, dan jelas apa yang telah dibicarakan dengan empeknya tadipun sudah didengar oleh orang yang "bersembunyi" di balik kegelapan tersebut.
Makin dipikirkan pemuda itu merasa semakin terkesiap,
dengan kepandaian si empek bertelinga satu yang begitu
lihaypun ia tak berhasil menemukan orang yang
menyembunyikan diri itu, bukankah hal ini menunjukkan
kalau kepandaian yang dimiliki orang itu sudah mencapai
ke tingkatan yang luar biasa "
Sementara pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, ia sudah tiba di kamar batu sebelah kiri, tapi apa yang kemudian terlihat membuatnya terperanjat.
Tombol rahasia untuk membuka pintu gerbang kuburan
raja-raja telah terbuka, sedang sesosok bayangan hitam
terkapar di atas tanah.
http://kangzusi.com/
Ketika orang itu diperiksa dengan seksama, ternyata dia
adalah si empek bertelinga satu.
Buru dia memburu ke sisinya dan memeriksa keadaan
empeknya, tampak empek bertelinga satu terkapar dengan
wajah pucat, wajah penuh air keringat dan napas memburu, dia kelihatan amat ketakutan selain merasa terperanjat
sekali. Gejala ini menunjukkan gejala seseorang yang terkena
totokan, maka Lan See giok segera berjongkok dan
menepuk pelan di atas jalan darah Mia bun hiatnya.
Kakek bertelinga satu itu menghembuskan napas
panjang-panjang lalu mendusin.
Mendadak dia melompat dari atas tanah sambil
membentak keras, telapak tangan kanannya langsung
dibabat ke atas tubuh Lan See giok.
Dengan terperanjat bocah itu segera menjerit.
"Empek, aku. . ."
Telapak tangan kanannya yang penuh dengan himpunan
tenaga dalam itu segera diayunkan pula untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut.
"Blaaammm. .!" di tengah benturan keras, hawa tajam segera memancar ke empat penjuru, akibatnya Lan See giok dan kakek bertelinga tunggal itu sama-sama mundur dengan sempoyongan dan. . .
"Duuuk!" bahu masing-masing menumbuk di atas
dinding. Mimpipun Lan See giok tidak menyangka kalau dia bisa
menyambut serangan si empek bertelinga tunggal yang
maha dahsyat itu, cepat dia mencoba untuk mengatur
http://kangzusi.com/
napas, ternyata tidak ditemukan sesuatu gejala yang
menunjukkan ketidak beresan.
Maka ditatapnya si empek yang sedang bersandar di atas
dinding dengan wajah tertegun, kemudian teriaknya keraskeras: "Empek, aku yang datang, aku adalah Giok ji!"
Dengan cepat kakek itu menenangkan kembali pikirannya, dalam keadaan seperti ini dia tak sempat lagi untuk memikirkan mengapa Lan See giok bisa mendusin
kembali, mengapa tenaga pukulannya masih begitu dahsyat
dan hebat walaupun sudah minum pil hitam pemberiannya.
Maka dengan mata melotot bentaknya keras-keras.
"Apakah kau yang menyergapku barusan?"
Lan See giok agak tertegun, kemudian menggelengkan
kepalanya berulang kali.
"Bukan, bukan aku, aku baru memburu ke mari setelah mendengar teriakanmu tadi."
Dengan cepat kakek itu membalikkan badannya lalu
mencari ke arah ruang dalam dengan gugup, sesudah itu
teriaknya gelisah:
"Mana pedang dan kotak kecil itu?"
Sekali lagi Lan See giok tertegun, menanti dia berpaling lagi, di jumpai batu di atas permukaan tanah telah terbuka, dia segera menjerit kaget:
"Haaah, gelang besar pembuka pintu besi telah rusak!"
Dengan cepat dia memburu ke depan dengan terburuburu. Dalam pada itu kesadaran si kakek bertelinga tunggalpun
telah pulih kembali seperti sedia kala, sekarang dia mengerti
http://kangzusi.com/
sudah bahwa orang yang menotok jalan darahnya barusan
bukanlah Lan See giok.
Diapun melihat gelang besi di permukaan batu itu sudah
dihancurkan berkeping- keping oleh seorang dengan ilmu
Tay-lek-kim- kong ci, sedang rantainya juga telah pada
menyusup masuk ke dalam lubang bagian bawah.
Menyaksikan kesemuanya itu, paras muka si kakek
berubah menjadi pucat pias, sinar matanya memancarkan
rasa kaget dan cemas peluh sebesar kacang kedelai pun
jatuh bercucuran dengan deras.
"Empek, kunci yang mengendalikan pintu gerbang
menuju ke makam raja-raja telah putus, sejak kini tiada
orang yang bisa memasuki makam tersebut lagi," kata Lan
See giok secara tiba-tiba dengan gelisah.
Kakek itu tidak menjawab, dia hanya berdiri termangumangu, dia tahu hari ini telah berjumpa dengan seorang
jago lihay. Setelah menutup kembali lapisan batu itu, sambil
memandang si kakek dengan keheranan Lan See giok
bertanya. "Empek tua, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Kakek bertelinga tunggal itu hanya menatap wajah Lan
See giok lekat-lekat, sampai lama sekali tak mengucapkan sepatah katapun.
Melihat empeknya tidak berbicara Lan See giok terpaksa
harus berkata lagi:
"Waktu Giok ji bangun, tiba-tiba kudengar empek
berteriak, menyusul kemudian terdengar suara gemuruh
nyaring, buru-buru Giok ji menyusul ke mari, ternyata jalan darah empek sudah ditotok orang."
http://kangzusi.com/
Sementara itu paras muka si kakek bertelinga tunggal
telah pulih kembali seperti sedia kala, meski dia masih kesal tapi ia masih mempunyai pengharapan, maka katanya
setelah menghela napas sedih.
"Aaai, tampaknya kehendak takdirlah yang menentukan segala sesuatunya, sungguh tak nyana kedatangan empek
terlambat selangkah sehingga pedang Jit hoa gwat hui tong kong kiam serta kedua macam kotak kecil itu keburu dicuri orang."
Lan See giok merasa terkejut sekali setelah mendengar
perkataan itu, buru-buru tanyanya dengan gelisah.
"Empek, siapakah orang itu?"
"Entahlah, waktu
itu empek sedang bersemedi, mendadak kudengar suara gemerincing, seperti pintu besi
makam raja-raja dibuka orang. aku jadi curiga dan
memburu ke situ. Kujumpai pintu makam sudah terbuka
sedang kedua bilah pedang dan kotak kecil itu sudah
terletak di atas tanah, empek menjadi keheranan, baru saja akan masuk ke dalam pintu, tahu-tahu jalan darahku telah ditotok orang."
Lan see giok tidak berpikir lebih jauh, ia menganggap
kesemuanya itu benar, maka tanyanya lagi dengan
keheranan: "Lantas di manakah orang itu sekarang?" Ketika mendengar pertanyaan itu, mencorong sinar tajam dari
balik mata kakek bertelinga tunggal itu, dia seperti teringat akan sesuatu, mendadak ditariknya tangan Lan See giok
dan diajak berlarian menuju ke luar makam tersebut. "Cepat lari!"
Lan See giok dibuat kebingungan oleh tindakan yang
amat tiba-tiba itu, tapi melihat kegugupan kakek itu, dia
http://kangzusi.com/
tahu kalau keadaan pasti gawat, maka tanpa komentar, dia mengikuti di belakang nya.
Ilmu meringankan tubuhnya memang lihay tapi sekarang
anak itu merasa ilmunya semakin lihay lagi, kenyataan
tersebut membuatnya semakin berterima kasih atas
pemberian pil bau dan hitam dari si empek.
Setibanya di ruang tengah, kakek itu sama sekali tidak
memberi kesempatan kepada Lan See giok untuk berhenti,
tanpa berhenti dia menarik Lan See giok menuju ke luar
makam. Dalam waktu singkat mereka sudah tiba di luar makam,
waktu itu matahari sedang bersinar terang, pepohonan
siong melambai lambai terhembus angin.
Kakek bertelinga tunggal itu tidak menghiraukan
keadaan alam di sekitar sana, dengan cepat dia
menghentikan gerakan tubuhnya sambil bertanya :
"Di manakah letak kunci pengatur pintu masuk ke dalam makam?"
"Di bawah meja altar dari batu itu," jawab si bocah gugup.
Buru-buru mereka berdua menyelinap ke depan makam
dan tiba di depan altar yang dimaksudkan.
Lan See giok segera membungkukkan badan menyingkap
rerumputan di balik kuburan dan membuka sebuah batu, di
bawah batu itu terdapat sebuah gelang besi kecil.
Kakek itu nampak terkejut bercampur girang, dengan
mata berkedip dia mendorong Lan See giok ke samping.
Karena tak diduga akan didorong, Lan See-giok jatuh
terduduk di atas tanah, sementara sepasang matanya
terbelalak lebar dengan wajah tidak habis mengerti.
http://kangzusi.com/
Dengan sikap tergesa-gesa, kakek itu segera menarik
gelang besi itu keras-keras. Suara gemerincing terdengar, pintu belakang makam kosong itu segera menutup rapat.
Tiba-tiba kakek itu membentak keras, telapak tangan
kirinya secepat kilat membabat rantai besi yang sedang
dicengkeram dengan tangan kirinya ituTak terlukiskan rasa terperanjat Lan
See giok menyaksikan kejadian itu, segera teriaknya terperanjat.
"Empek, jangan"
Belum habis dia berkata, rantai di bawah gelang besi itu sudah terpapas kutung.
"Blaaammm!"
Pintu belakang makam segera merapat keras-keras,
menyusul kemudian terdengar suara gemuruh dan
goncangan yang amat dahsyat
ooo0dw0ooo BAB 4 PERIS TIWA DI TEPI TELAGA
KAKEK bertelinga tunggal itu segera membuang gelang
besi di tangannya dan mendongakkan kepalanya sambil
tertawa terbahak bahak.


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suara tertawanya keras dan mengerikan, membuat siapa
pun yang mendengar merasakan bulu kuduknya pada
bangun berdiri.
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasa terkejut sampai duduk termangu
mangu, untuk sesaat lamanya dia sampai tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
Menanti kakek itu telah berhenti tertawa, ia baru berseru agak tergagap:
"Empek, kau. . . ."
Sebelum habis Lan See giok berkata, si kakek bertelinga
tunggal itu telah tertawa tergelak kembali.
"Haaah . . . haaah . . . haaah . -aku hendak menggunakan cara ini untuk menunjukkan betapa lihainya aku Oh Tin
san!" Sekarang Lan See giok baru mengerti, rupanya kakek itu
bertujuan untuk merusak pintu masuk makam raja tersebut, agar orang yang mencuri pedang tewas terkurung di dalam
makam tersebut Berpikir sampai di situ, dia lantas berseru :
"Tapi, bukankah di dalam makam terdapat pula tombol rahasia untuk membuka pintu tersebut?"
"Haaah haaah- haaah.. bocah bodoh, jika tombol di
depan sudah putus, yang di dalam pun ikut rusak, sebab
rantai itu kan saling berhubungan satu sama lain nya." sela Oh Tin san sambil tertawa seram.
Lan See giok menjadi gugup, mendadak sambil
melompat bangun serunya cemas:
"Tapi empek. . . pakaianku masih berada dalam ruangan dalam!"
"Aaah, apalah artinya pakaian" Biar lain kali enci Cu mu yang buatkan pakaian baru buat dirimu "
http://kangzusi.com/
"Tapi di sana masih ada pula senjata rahasia andalan ayahku Khong sim liang gin tan, semuanya berada dalam
buntalan."
"Empek akan mewariskan segenap kepandaianku
kepadamu, kepandaian empek justru jauh lebih hebat
daripada kepandaian peluru perak ayahmu itu, sudahlah,
kau tak usah memikirkan soal itu lagi."
Selesai berkata dia lantas menarik tangan Lan See giok
sambil menambahkan:
"Hayo berangkat, kita bersama sama mencari bibi Wan mu lebih dulu." Dia lantas menarik tangan bocah itu berlalu dari sana.
Walaupun Lan See giok merasa tak senang hati, tapi
setelah pintu makam tertutup, -dia tahu gelisahpun
percuma, terpaksa sambil mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya ia mengikuti di samping kakek tersebut.
Dalam hati kecilnya dia yakin kalau orang mencuri
pedang dan kotak kecil itu sudah berhasil ke luar dari
makam, itu berarti tindakan yang dilakukan empek
bertelinga tunggal hanya sia-sia belaka.
Sebaliknya berbeda dengan jalan pemikiran Oh Tin san.
dia mengira pencuri itu masih bersembunyi dalam kuburan
dan mencuri dengar pembicaraan Lan See giok, terutama
tentang jejak kotak kecil tersebut.
Begitulah, setelah ke luar dari kompleks makam raja-raja, mereka lantas menelusuri jalan-jalan kecil menuju ke
depan. Sepanjang jalan, Lan See giok memperhatikan sekejap
pemandangan di sekitar kompleks makam itu dengan
pandangan sayu, ia merasa pemandangan di sekeliling
http://kangzusi.com/
tempat itu seakan akan telah berubah, berubah menjadi
lebih mengenaskan dari pada kematian ibunya dulu.
Sekarang, ayahnya yang dicintai pun telah tiada, suasana riang gembira yang masih mencekam perasaannya kemarin,
kini telah berubah menjadi kesedihan yang luar biasa.
Teringat akan kematian ayahnya, diapun teringat pula
pada masalah siapakah musuh besar pembunuh ayahnya . .
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya,
dengan cepat tanyanya: "Empek, menurut pendapatmu,
mungkinkah orang yang mencuri pedang itu adalah orang
yang telah membunuh ayahku?"
Agaknya Oh Tin san sendiripun sedang membayangkan
kembali peristiwa yang baru dialaminya, mendengar
pertanyaan tersebut ia ragu sejenak, kemudian sahutnya.
"Yaa, kemungkinan saja benar, mungkin memang dia!"
Mendengar itu Lan See giok segera berkerut kening,
pikirnya. "Andaikata orang yang membunuh ayah adalah orang
yang mencuri pedang, berarti sekalipun, kupelajari segenap ilmu silat yang dimiliki empek juga percuma, toh empek
sendiripun bukan tandingannya. . .?" Berpikir sampai di situ, dia lantas bertekad untuk mencari tokoh persilatan lain untuk belajar silat darinya - Sementara dia masih termenung, mendadak terdengar
Oh Tin san menegur dengan suara dalam:
"Giok ji, apa yang sedang kau pikirkan?"
"Oooh- - - aku sedang berpikir, dengan kepandaian silat empek yang begitu lihai pun, kau tidak merasa ada orang
menguntit di belakangmu, hal ini menunjukkan kalau
kepandaian silat yang dimiliki orang itu luar biasa sekali!"
http://kangzusi.com/
Merah padam selembar wajah Oh Tin san mendengar
ucapan tersebut, ia segera tertawa dingin, lalu katanya.
"Hmmm, kalau kerjanya hanya main kuntit, main sergap secara pengecut, meski berilmu tinggi juga tidak terhitung seorang enghiong"
Kemudian sambil mendengus marah dia percepat
gerakan tubuhnya menuruni bukit tersebut.
Lan See giok tahu kalau empeknya lagi marah, maka
diapun tak berani banyak berbicara lagi, sambil memperketat larinya dia menyusul ke sisi tubuh kakek itu.
Setelah turun dari bukit, sebuah sungai kecil terbentang di depan mata. di depan sungai merupakan sebuah
kompleks tanah pekuburan yang telah terbengkalai.
Ketika tiba di tepi sungai, Oh Tin san sama sekali tidak berhenti, melejit ke udara untuk menyeberanginya.
Terpaksa Lan See-giok ikut mengenjotkan badannya dan
menyusul pula dari belakang..
Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata Oh Tin
san, dia seperti teringat akan sesuatu, mendadak bentaknya keras-keras:
"Giok -ji, berhenti!"
Seraya berseru keras, dia segera menghentikan gerakan
tubuhnya lebih dahulu.
Lan See-giok segera menghentikan pula gerakan
tubuhnya, tapi ia sudah terlanjur maju delapan depa dari pada empeknya.
Dengan kening berkerut Oh Tin San segera mengawasi
wajah Lan See giok yang putih segar itu lekat-lekat,
sementara perasaan tertegun bercampur keheranan menyelimuti wajahnya yang jelek.
http://kangzusi.com/
Dihampirinya bocah itu dengan langkah lebar, kemudian
diamatinya jalan darah Sim keng hiat diantara alis mata
Lan See giok lekat-lekat, sampai lama kemudian ia baru
bertanya "Giok ji, bagaimana rasamu sekarang?"
Ditatap sedemikian tajam oleh empek nya, Lan See giok
merasa jantungnya berdebar keras, dia mengira empek
bertelinga tunggal ini sudah tahu kalau obat busuk yang
diminumnya telah muntah ke luar, maka dengan agak
takut-takut sahutnya
"Sekarang aku merasa baik sekali empek, benar-benar sangat baik, bahkan tenaga dalamku telah memperoleh
kemajuan yang cukup pesat".
Sekali lagi Oh Tin sun mengamati kening Lan See giok
dengan mata sesatnya, betul juga ia tidak menjumpai gejala keracunan diantara wajah bocah tersebut.
Malah sebaliknya dia nampak lebih cerah lebih
bersemangat dan matanya lebih tajam, bahkan ilmu
meringankan tubuhnya tidak kalah kalau dibandingkan
dengan kemampuan sendiri.
Itu berarti di balik kesemuanya itu pasti ada hal-hal yang luar biasa sekali.
Maka sambil manggut-manggut pura-pura menaruh
perhatian khusus. dia menuding ke arah sebuah bongpay
(batu nisan) yang tergeletak tak jauh dari situ, lalu katanya dengan serius:
"Coba bacoklah batu nisan ini!"
Lan See giok merasa amat tegang, dia kuatir empeknya
merasa tidak puas dengan hasil yang diperolehnya, maka
setelah mengiakan, sambil menghimpun tenaga sebesar
http://kangzusi.com/
sepuluh bagian, pelan-pelan dia berjalan mendekati batu
nisan tersebut.
Oh Tin san makin tercengang lagi ketika melihat jalan
darah Thian teng hiat di tubuh Lan See giok tidak
menunjukkan gejala hijau kehitam hitaman sewaktu
menyalurkan tenaga, ia tidak habis mengerti apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi.
Dalam pada itu, Lan See giok sudah berhenti pada tujuh
langkah di depan batu nisan tersebut.
Sambil mengawasi batu nisan itu lekat-lekat, tenaga
dalam yang dihimpun ke dalam telapak tangan kanannya
makin diperkuat, ia berharap batu nisan tersebut bisa
dihajarnya sampai hancur menjadi dua bagian.
Maka diiringi bentakan nyaring, telapak tangan
kanannya sekuat tenaga diayunkan ke bawah"Blaaammm. ." diantara ledakan keras yang terjadi, asap hijau mengepul diantara percikan batu dan pasir.
Lan See giok menjadi tertegun, dia tak -tahu bagaimana
caranya untuk menarik kembali telapak tangan kanannya
yang telah dilontarkan ke depan tersebut. . .
Paras muka Oh Tin san kontan saja berubah hebat,
mimpipun dia tak menyangka kalau Lan See giok memiliki
tenaga dalam yang begitu sempurna, bahkan pengaruh
racun keji Cui ban hwe khi ngo tok wan (pil panca bisa
pembawa hawa ngantuk dan bodoh) kehilangan kemampuannya. Setelah berhasil menenangkan hatinya, Lan See giok
merasa terkejut bercampur gembira, mendadak dia
membalikkan badan nya dan menubruk ke arah Oh Tin san
sambil bersorak sorai.
http://kangzusi.com/
Melihat itu buru-buru Oh Tin san menunjukkan sikap
senyum dan ramahnya, bahkan menyambut kedatangan
bocah itu dengan uluran tangannya.
Begitu menubruk masuk ke dalam pelukan kakek itu,
Lan See giok segera berteriak memanggil nama empeknya
dengan penuh kegembiraan.
"Empek- oooh, empek"
Oh Tin san pura-pura turut tertawa gembira, katanya:
"Giok ji, bakatmu bagus, tulangmu baik asal mau belajar dengan bersungguh hati, niscaya segenap kepandaian silat empek yang lihai dapat kau pelajari semua.
Berbicara sampai di situ, tangannya meraba bahu, kepala
dan punggung bocah itu, kemudian sambil tertawa dia baru bertanya.
"Giok ji, apakah tenaga pukulanmu dulu dapat
menghancurkan batu nisan ini?"
Sambil mendongakkan kepalanya yang basah karena air
mata kegirangan, Lan See giok menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Tidak, dulu aku hanya sanggup menghantam, batu
nisan itu hingga terbelah menjadi dua, tapi selamanya tak pernah menimbulkan ledakan yang menghancur lumat kan
batu nisan tersebut".
Oh Tin san makin berkerut kening sementara dalam
hatinya merasa terkejut, dia lantas menduga Lan See giok pasti sudah menjumpai sesuatu penemuan aneh ketika ia
meninggalkan nya seorang diri tadi.
Maka diapun kembali tertawa terbahak bahak pura-pura
gembira. http://kangzusi.com/
Belum sempat dia bertanya lagi, tiba-tiba berkumandang
suara rintihan penuh rasa kesakitan dari sisi tempat itu.
Lan See giok segera menangkap suara itu, dengan wajah
terkejut bercampur heran tanyanya, kepada Oh Tin san:
"Empek, suara apakah itu?"
Oh Tin san tidak menjawab pertanyaan itu, hanya
sepasang matanya yang tajam memperhatikan sekeliling
tanah pekuburan itu dengan seksama dan amat berhati-hati.
Sekali lagi terdengar suara rintihan, kali ini suara tersebut kedengaran berasal dari balik sebuah kuburan bobrok.
Sambil membentak nyaring Lan See giok segera
menubruk ke arah mana datangnya suara tersebut.
Begitu sampai di tempat tujuan, paras mukanya Segera
berubah hebat, ia tak menyangka kalau di dalam kuburan
yang terbengkalai dan peti mati, yang hancur bakal
ditemukan sesosok tubuh manusia yang penuh bermandikan darah segar.
Orang Itu mengenakan pakaian kasar dengan jenggot
pendek di bawah dagunya, muka ceking yang berbentuk
segi tiga pucat pias tak nampak warna darah, terutama
sekali atas ubun ubunnya yang tumbuh sebuah bisul besar, membuat tampangnya kelihatan aneh sekali.
Belum lagi Lan See giok mengajukan sesuatu
pertanyaan. Tiba-tiba terasa bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu Oh Tin San sudah melewati dari sisinya
dan menghampiri orang itu.
Paras muka Oh Tin san nampak pucat pias pula seperti
mayat, sementara sepasang mata sesatnya berkedip kedip
tanpa tujuan. http://kangzusi.com/
Agaknya waktu itu orang yang terluka tersebut telah
mendengar suara manusia, pelan-pelan diapun membuka
kembali sepasang matanya dengan sayu dan lemah.
Ketika orang itu berjumpa dengan Oh Tin san, sorot
matanya semakin memancarkan rasa kaget dan gelisah,
bibirnya yang pucat pias gemetar tiada hentinya, kulit
mukanya mengejang terus. Dia seperti hendak mengucapkan sesuatu kepada Oh Tin san, tapi seperti pula merasa ketakutan setengah mati.
Lan See giok sangat tidak mengerti menghadapi kejadian
seperti itu, baru saja dia hendak berjongkok untuk
mengajukan pertanyaan, mendadak terdengar Oh Tin san
membentak keras:
"Jangan kau sentuh dia. . ."
Lan See giok amat terperanjat, serta merta dia melompat
bangun dengan perasaan tak menentu.


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Paras muka Oh Tin san kelihatan berubah sangat aneh,
matanya yang sesat berkeliaran kesana ke mari dengan
panik, akhirnya dengan suara rendah tapi tegang bisiknya:
"Cepat kau lari ke tepi sungai dan ambilkan sedikit air!"
Lan See giok tak berani berayal, dia tahu empek
bertelinga satu hendak menyelamatkan orang itu, cepatcepat dia lari menuju ke tepi sungai tersebut.
Dengan cepat dia mengambil air dengan sepasang
tangannya, kemudian cepat-cepat lari balik ke tempat
semula. Tapi ketika ia tiba di situ, tampak olehnya Oh Tin san
sedang memandang ke arah peti mati itu sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali.
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasa amat terperanjat. dia tahu gelagat
tidak beres, cepat-cepat dihampirinya peti mati itu, ternyata orang tersebut sudah tewas dalam keadaan mengerikan.
wajahnya masih diliputi oleh perasaan kaget dan marahnya, sementara sepasang matanya membalik ke atas.
Ketika melihat pula wajah Oh Tin san, meski sikapnya
jauh lebih tenang namun air keringat nampak membasahi
jidat serta hidungnya.
Dengan perasaan tak habis mengerti Lan See giok segera
bertanya: "Empek, mengapa orang itu mati?"
Oh Tin san segera menghela napas panjang, katanya
dengan sedih: "Luka yang dideritanya kelewat parah"
Seraya berkata, tanpa terasa dia menyeka air keringat
yang membasahi jidatnya, setelah itu ujarnya lebih jauh.
"Anak Giok, mari kita pergi!"
Sampai di situ, dia lantas membalikkan badannya siap
berlalu dari situ.
"Empek. apakah kita tak akan mengubur nya lebih
dulu?" seru Lan See giok dengan gelisah.
Mendengar itu. Oh Tin san segera menghentikan
langkahnya sambil membalik kan badan, kemudian setelah
memandang ke arah Lan See-giok, katanya:
"Sungguh tak kusangka kau si bocah berjiwa ksatria dan penuh rasa kemuliaan, baiklah, pergilah kau untuk mencari beberapa buah peti mati yang sudah rusak!"
Lan See giok tidak menjawab, dia segera pergi mencari
kayu. http://kangzusi.com/
Melihat itu. Oh Tin-san segera mencibirkan sekulum
senyuman dingin yang menggidikkan hati.
Lan See giok merasa tidak habis mengerti, tapi dia lantas menduga mungkin empeknya menggerutu kepadanya
karena banyak urusan, maka diapun tidak memikirkan
persoalan itu di dalam hati, papan peti mati yang berhasil dikumpulkan itu lantas dijajarkan ke atas tanah.
Mendadak.. Mencorong sinar mata Lan See-giok. dengan wajah
berubah hebat ia membuang kayu peti mati yang masih
dipegangnya tadi dan segera berjongkok.
Ia menyaksikan gumpalan darah membasahi iga kiri
orang itu, ternyata pada tulang iga ke tiga di bawah ketiak kirinya terdapat sebuah mulut luka sebesar buah tho.
Dengan cepat Lan See giok menjadi sadar kembali,
tampaknya orang inilah orang yang kena tertusuk oleh
senjata gurdi emas dari balik dinding ruangan semalam,
mungkin oleh si manusia bermata satu itu dia di buang di sana.
Maka seraya mendongakkan kepalanya, dia berkata
kepada On Tin san.
"Empek tampaknya orang inilah yang tanpa sengaja
dilukai oleh Si bayangan setan bermata tunggal dengan
senjata gurdi emas semalam. "
Oh Tin san berlagak seakan akan terkejut bercampur
keheranan, kemudian sorot mata nya dialihkan ke tubuh
mayat tersebut dan tidak berkata apa-apa lagi.
"Coba kalau empek berhasil menolong jiwa orang ini, keadaannya pasti akan lebih baikan!" seru Lan See giok kemudian sambil mengawasi mayat tersebut.
http://kangzusi.com/
"Mengapa?" tanya Oh Tin san seperti tak mengerti.
"Sudah pasti orang ini mengetahui siapakah pembunuh terkutuk yang telah membinasakan ayahku!"
Sembari menggumam dia lantas bekerja keras untuk
mengebumikan jenazah orang itu,
Dengan tenang Oh Tin-san memperhatikan Lan See giok
bekerja, dia tidak berbicara pun tidak berkutik, seakan-akan benaknya penuh dengan persoalan.
Menanti Lan See-giok selesai bekerja, dia baru berkata
lagi: "Mari kita pergi !"
Sambil berkata, ia lantas berjalan paling dulu.
Lan See-giok memandang sekejap ke arah peti mati yang
sudah tertutup rapat itu, kemudian baru menyusul di
belakang Oh Tin san.
"Empek, apakah kau kenal dengan orang ini?" tanyanya kemudian dengan perasaan ingin tahu.
Oh Tin san termenung dan berpikir beberapa saat,
kemudian baru sahutnya:
"Aku tidak kenal dengan orang ini, tapi kalau dilihat dari ciri khas wajahnya yang berbentuk segi tiga, beralis lebar, kepalanya ada benjolan daging, tampaknya dia mirip sekali dengan To ciok-siu (binatang bertanduk tunggal) Siau gi . .
." Hampir saja Lan See giok menjerit tertahan setelah
mendengar nama orang itu, diam-diam dia merasa
keheranan, kenapa gelar yang digunakan orang-orang itu
semua nya menggunakan kata To "
http://kangzusi.com/
Si mata tunggal, si lengan tunggal, si kaki tunggal, si
tanduk tunggal, masih ada apa tunggal lagi" Tiada hentinya dia berpikir di dalam hati kecilnya . .
Mendadak, berkedip sepasang mata Lan See giok,
sekujur badannya menggigil keras, ketika ia mendongakkan kepala tampak olehnya Oh Tin-san sudah berada puluhan
kaki jauhnya di depan sana.
Sekarang dia telah dapat menenangkan kembali hatinya,
maka tubuhnya segera bergerak lagi ke depan, sementara
sepasang matanya yang jeli mengawasi terus telinga Oh Tin san yang tinggal satu itu.
Lan See giok mempunyai persoalan di dalam hati, maka
dia pun mengerahkan segenap kekuatannya untuk
melakukan perjalanan, tak selang berapa saat kemudian ia telah berhasil menyusul si kakek itu.
Sekali lagi dia mendongakkan kepalanya memperhatikan
telinga Oh Tin san yang tinggal satu, kemudian bibirnya
bergetar beberapa kali seperti menggumamkan sesuatu.
Tapi, bagaimanapun juga dia merasa tak punya
keberanian untuk menanyakan julukan dari empeknya ini,
tapi ingatan lain berkecamuk pula dalam benaknya untuk
menyanggah jalan pemikiran yang pertama:
"Aaaah- masa empek pun mempunyai julukan yang
mempergunakan julukan To"
Sementara ingatan itu masih melintas di dalam
benaknya, kedua orang itu sudah berjalan ke luar dari
hutan, di depan mata sekarang terbentang persawahan dan
hutan bambu. Oh Tin san mendongakkan kepalanya memandang
sekejap matahari yang telah condong ke barat, lalu
tanyanya dengan suara lembut:
http://kangzusi.com/
"Giok ji, kita harus menuju ke arah mana?"
Lan See giok mengamati sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian sambil menunjuk ke arah tenggara. sahutnya:
"Telusuri jalanan kecil itu menuju ke arah tenggara!"
Dengan gembira Oh Tin san mengangguk, lalu serunya,
dengan nada tak sabar:
"Giok ji, mari kita lakukan perjalanan dengan sepenuh tenaga!"
Sambil berkata dia segera berangkat lebih dulu.
Sambil berjalan cepat, tiada hentinya Lan See giok
berpikir, setibanya di rumah bibi Wan nanti, bagaimanakah caranya ia mengisahkan peristiwa tragis yang telah
menimpa ayahnya.
Selain itu, diapun hendak memohon kepada bibi Wan
untuk mengeluarkan kotak kecil itu, dia ingin memeriksa
sendiri isinya apa-kah benar sejilid kitab Hud bun cinkeng yang diidamkan oleh setiap umat persilatan.
Dia hendak menuturkan pula semua kisah kejadian yang
dialaminya di makam kuno, dia akan menerangkan pula
orang-orang yang mencurigakan itu satu per satu, agar bibi Wan nya bisa menganalisa dan menyimpulkan siapa
gerangan musuh besar yang telah membinasakan ayahnya.
Kemudian, diapun membayangkan kembali si empek
bertelinga tunggal itu..
Mendongakkan kepalanya, ia saksikan empek bertelinga
tunggal itu sudah berada puluhan kaki di depan sana, kalau dilihat dari bayangan punggungnya, tampak kalau
empeknya itupun sedang termenung.
http://kangzusi.com/
Dikejauhan sana sudah muncul sebuah dusun nelayan,
di samping dusun merupakan sebuah telaga yang luas,
itulah telaga Huan yang cu.
Lan See giok menyaksikan Oh Tin san bergerak makin
lama semakin cepat, jarak mereka pun makin lama selisih
semakin jauh. Dia tak berniat untuk menyusulnya. karena pada detik
itu pula dia sedang mempertimbangkan perlukah mengajak
empeknya berkunjung ke rumah bibi Wannya.
Sekalipun Oh Tin San telah membeli hio dan memeluk
jenazah ayahnya sambil menangis tersedu sedu, bahkan
membantunya sehingga ia memperoleh tenaga dalam yang
hebat, tapi sekarang dia mulai merasakan banyak hal yang mencurigakan.
Yaa, pada hakekatnya pukulan hatin yang dirasakan Lan
See giok akibat peristiwa yang terjadi semalaman ini terlalu berat, terlalu banyak, persoalan yang dihadapinya pun
kelewat banyak.
Benar, dia adalah seorang anak yang cerdas tapi sebelum
hatinya menjadi tenang kembali rasanya mustahil baginya
untuk memecahkan rentetan teka teki yang dihadapinya
sekarang. Mendadak ia mendengar Oh Tin San sedang menegur
dari depan sana:
"Giok ji, apa yang sedang kau pikirkan?"
Suaranya agak gemetar, seperti lagi menahan rasa kaget
yang luar biasa .
Mendengar teguran
itu, Lan See giok segera menghentikan gerakan tubuhnya sembari menengadah,
http://kangzusi.com/
entah sedari kapan, empek bertelinga tunggalnya telah
berhenti di pinggir jalan.
Ia menjumpai paras muka kakek itu pucat pias seperti
mayat, perasaan tegang dan takutnya amat tebal
menyelimuti wajahnya, dengan perasaan tidak habis
mengerti dia lantas berkata:
"Empek, ada urusan apa?"
"Giok ji, dapatkah andaikata kita tak usah melewati kampung nelayan ini . . " tanya Oh Tin San sambil berusaha untuk menenangkan hatinya.
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar ucapan
tersebut, sinar matanya segera dialihkan ke depan.
Ternyata mereka sudah tiba di kampung nelayan di
mana dia berkelahi dengan si bocah hitam kemarin, maka
tanyanya: "Kau maksudkan kampung nelayan ini?"
"Yaa. apakah kita bisa tak usah melewati tempat ini?"
Dengan cepat anak itu menggeleng.
"Tidak mungkin, karena aku hanya kenal sebuah jalanan ini saja . . ."
Belum habis anak itu berbicara, Oh Tin san kembali
menukas dengan perasaan cemas:
"Bibi Wan-mu itu sebetulnya tinggal di dusun apa?"
"Apa nama dusun itu aku kurang tahu, tapi aku tahu
rumah yang didiami bibi Wan dalam dusun tersebut."
Perasaan gelisah dan marah menyelimuti wajah Oh Tin
san, keningnya yang kelimis bekernyit, lama kemudian dia baru bertanya lagi:
http://kangzusi.com/
"Dahulu, bagaimana caramu untuk pergi ke sana?"
Lan See giok tidak begitu memperhatikan maksud dari
pertanyaan itu, segera jawabannya .
"Dulu, ayah melukiskan sebuah peta jalan untukku, dan akupun berjalan mengikuti peta tersebut"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Oh Tin san
setelah mendengar perkataan itu, selintas rasa kejut
bercampur girang, menghiasi wajahnya yang jelek, serunya cepat:
"Mana peta itu sekarang?"
Tak sabar dia lantas mengulurkan tangan kanannya yang
kurus kering. Sekali lagi Lan See giok menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Sayang peta itu sudah diminta oleh bibi Wan!"
Paras muka Oh Tin san kembali berubah hebat, sekarang
wajahnya yang jelek tampak menyeringai seram tangan
kanannya yang kurus gemerutukan keras, seakan akan
kalau bisa dia hendak mencekal Lan See giok sampai
mampus. . "Empek mengapa kita tidak pergi bersama saja?" seru Lan See giok kemudian dengan perasaan tidak mengerti.
Pelan-pelan air Muka Oh Tin san berubah menjadi
lembut kembali, senyumpun kembali menghiasi wajahnya,
cuma diantara kerutan alis matanya masih nampak
perasaan kaget dan gelisahnya.
"Giok ji" kembali dia berkata setelah melirik sekejap ke arah dusun. "kau boleh melanjutkan perjalanan lebih dulu, tunggu aku di depan dusun sana, sampai kita bertemu lagi, tahu?"
http://kangzusi.com/
Walaupun Lan See giok tidak mengerti dengan maksud
tujuan orang, tapi ia toh mengangguk juga.
Oh Tin san segera menepuk bahu Lan See giok dengan
hangat, lalu berkata lagi:
"Giok ji, pergilah! Ingat, sampai kita bertemu lagi!"
Lan See giok mengiakan, dengan perasaan bimbang dia
melanjutkan kembali perjalanan nya memasuki dusun.
Kini, dia sudah mulai menaruh curiga terhadap kakek
bertelinga tunggal itu, terutama sekali wajah jeleknya yang berubah ubah tak menentu, makin lama semakin
menimbulkan perasaan muak di dalam hati kecilnya.
Dia ingin sekali meninggalkan kakek itu, tapi diapun
berharap bisa mempelajari ilmu silat yang lebih tinggi,
meski ilmu silat empek itu tidak begitu lihay, paling tidak setiap bulan setelah menelan pil hitam yang busuk dan
amis, tenaga dalamnya akan memperoleh kemajuan yang
cukup pesat. Ia memang dapat merasakan manfaatnya, paling tidak
tenaga dalam yang dimilikinya sekarang berapa tingkat
lebih dahsyat dari pada kemarin.
Berpikir sampai di situ, diam-diam ia merasa berterima
kasih sekali terhadap jasa empeknya, maka rasa curiga dan muaknya pun turut lenyap tak berbekas.
Hanya saja, dia masih tidak habis mengerti mengapa
empeknya menunjukkan sikap yang begitu tegang dan
gelisah, bahkan menampik untuk bersama sama melalui
dusun nelayan ituSementara otaknya berputar. tanpa terasa ia sudah tiba di depan dusun, ketika mendongakkan kepalanya. ia menjadi
amat terperanjat.
http://kangzusi.com/
Kurang lebih lima kaki di hadapannya, di bawah


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebatang pohon besar, duduklah si kakek berjubah kuning
yang pernah di jumpainya semalam.
Dengan wajah penuh senyuman kakek berjubah kuning
itu duduk di atas sebuah batu hijau dan sedang
mengawasinya dengan lembut, wajahnya yang merah dan
penuh keramahan tampak berwarna merah bercahaya di
bawah sinar matahari sore.
Lan see giok sama sekali tak menyangka kalau begitu
masuk ke dusun nelayan itu, dia lantas berjumpa dengan
kakek berjubah kuning tersebut.
Sekalipun dia sedang membutuhkan keterangan dari
kakek berjubah kuning itu tentang sebab musabab yang
sebenarnya dari kematian ayahnya serta asal usul orangorang yang julukannya dimulai dengan huruf "To" tersebut.
Tapi sekarang ia tak dapat melakukannya, dia harus
berangkat ke rumah kediaman bibi Wan-nya bersama
empek bertelinga tungga1.
Teringat akan empek bertelinga tunggal itu, kembali
tergerak hatinya, jangan-jangan Oh Tin san kenal dengan
kakek berjubah kuning itu" Atau mungkin di antara mereka terikat dendam kesumat"
Berpikir sampai di situ, serta merta dia lantas berpaling ke arah belakang, tapi bayangan tubuh Oh Tin san sudah
lenyap tak berbekas.
Menanti dia berpaling lagi, kakek berjubah kuning itu
telah berada di depan tubuhnya.
Waktu itu dia sedang memandang Lan See-giok sambil
tertawa terbahak bahak, lalu tegurnya dengan ramah:
"Nak, apakah kau datang untuk mencari diriku?"
http://kangzusi.com/
Karena ditegur, mau tak mau Lan See -giok harus
menghentikan langkahnya, dengan cepat dia menggeleng.
"Mengapa nak?" tanya kakek berjubah kuning itu sangat terkejut bercampur keheranan.
Sembari berkata, seperti sengaja tak sengaja dia melirik sekejap ke arah bawah di mana Lan See giok berasal.
Waktu itu Lan See giok ingin buru-buru pergi ke tempat
tinggal Bibi Wannya, diapun takut empek bertelinga tunggal itu menunggu kelewat lama di depan dusun sana ditambah
pula dia memang mencurigai si kakek berjubah kuning
sebagai salah seorang yang turut ambil bagian dalam
persekongkolan peristiwa pembunuhan terhadap ayahnya,
maka dengan nada mendongkol dia berkata:
"Mengapa"
Apakah aku, harus memberitahukan kepadamu" Sekarang aku ada urusan dan tak bisa banyak
berbicara denganmu."
Seraya berkata dia lantas menghindari si kakek berjubah
kuning itu dan berjalan menuju ke dalam dusun.
Kakek berjubah kuning itu berkerut kening, wajahnya
kelihatan agak gelisah, setelah memandang sekejap ke arah dusun, mendadak ia bangkit berdiri kemudian membentak
keras: "Manusia jumawa, hari ini jika lohu tidak memberi
pelajaran kepadamu, kau pasti akan menganggap di dunia
ini tiada hukum lagi."
Sambil membalikkan badan, ujung bajunya segera
dikebaskan ke depan, menggunakan kesempatan itu kelima
jari tangannya segera diayunkan ke depan menghajar jalan darah Pay wi hiat di tubuh bocah tersebut.
http://kangzusi.com/
Lan See giok amat terkejut setelah mendengar seruan itu, ia tahu kalau bukan tandingan kakek berjubah kuning
tersebut, terpaksa dia kabur mengambil langkah seribu.
Sayang serangan itu datangnya lebih cepat, di mana
angin serangan berkelebat lewat, jalan darah Pay wi hiat nya kena tertotok secara telak..
Sepasang kakinya segera menjadi lemas dan "Bluuk!"
tubuh Lan See giok segera terjungkal ke atas tanah.
Lan See giok merasa terkejut bercampur kaget, terkejut
karena i1mu silat si kakek berjubah kuning itu sangat lihay, ternyata ia dapat menotok jalan darahnya yang telah di
geserkan letaknya, malah karena dengan perbuatan ini,
maka tak disangkal lagi kakek berjubah kuning ini adalah salah seorang yang berkomplot untuk membunuh ayahnya.
Semakin dipikirkan Lan See-giok merasa semakin gusar,
sambil menggertak gigi dia mengawasi kakek berjubah
kuning itu dengan penuh kegusaran.
Semakin dipikir Lan See-giok, merasa makin gusar,
akhirnya sambil menggertak gigi dan melotot besar pelanpelan dia menghampiri kakek berjubah kuning itu.
Pada saat itu . . . .
Dari dalam dusun sana melesat ke luar dua sosok
bayangan manusia, satu berwarna hitam dan satu berwarna
merah, dengan kecepatan bagaikan sambaran petir mereka
meluncur tiba. Ketika Lan See-giok berpaling, dia segera mengenali
kedua orang itu sebagai si nona berbaju merah Si Cay soat dan si bocah hitam Siau Thi gou adanya.
Tampak Siau Thi gou berlari mendekat sambil berteriak
teriak penuh kegembiraan:
http://kangzusi.com/
"Suhu..suhu, kenapa sampai sekarang kau baru kembali, semalam Thio lo koko masih menunggu dirimu untuk
minum arak!"
Lan See giok segera mendengus dingin, sepasang
matanya yang merah karena mengawasi Si Cay soat dan
siau Thi gou tanpa berkedip.
Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu mereka
berdua telah tiba di depan mata, tapi ketika kedua orang itu menyaksikan Lan See giok yang tergeletak di tanah, kontan saja mereka jadi tertegun.
Si Cay soat membelalakkan sepasang matanya lebarlebar, paras mukanya berubah beberapa kali, kejut dan
girang menyelimuti wajahnya, segera teriaknya:
"Suhu, dialah Lan See giok yang kumaksud kan sebagai bocah lelaki yang tidak roboh meski jalan darahnya
tertotok!"
Paras muka si kakek berjubah kuning itu bercampur aduk
tak karuan, terhadap ucapan dari bocah perempuan berbaju merah itu dia hanya mengiakan belaka.
Kemudian kepada Siau Thi gou katanya dengan suara
dalam. "Thi gou, gusur dia pulang!"
Siau Thi gou segera menenangkan hatinya lalu memburu
ke depan Lan See giok, dengan kening berkerut dan
menjura, katanya dengan suara lantang:
"Saudara . . "
"Tak usah banyak bicara, cepat gusur pergi!" bentak kakek berjubah kuning itu gusar.
Siau Thi gou amat terperanjat, buru-buru
dia membungkukkan badan dan membopong Lan See giok,
http://kangzusi.com/
kemudian cepat-cepat membalikkan badan dan berlalu dari
situ. Jalan darah di tubuh Lan See giok sudah tertotok,
seluruh badannya terasa lemas tak bertenaga, ia merasa
seakan akan tubuh mulai dari pinggang sampai ke bawah
seperti sudah bukan menjadi miliknya sendiri.
Dalam keadaan seperti ini, selain gusar diapun merasa
takut, dia kuatir kalau empek bertelinga tunggal itu tak berhasil menemukan tempat tinggal bibi Wan nya sehingga
tiada orang yang bisa menyampai kan berita tentang
kematian ayahnya.
Ia tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki kakek berjubah
kuning itu sangat hebat, setelah tertotok sekarang, untuk kabur mungkin jauh lebih sukar daripada naik ke langit,
maka semakin dipikirkan dia merasa semakin mendongkol
dan gelisah. Siau Thi gou benar-benar bertenaga besar bagaikan
kerbau baja persis seperti nama nya, sekalipun sedang
membopong tubuh Lan See giok, ternyata ia masih bisa
berjalan dengan langkah tegap.
Dengan kening berkerut dan wajah serius kakek berjubah
kuning itupun mengikuti di belakang Thi gou, dia seperti merasa murung sekali karena masalah Lan See giok.
Si Cay soat, si gadis berbaju merah itu mengikuti di
samping kakek berjubah kuning wajahnya yang cantik
nampak pula diliputi perasaan amat gelisah dan cemas.
Kini dia merasa menyesal, menyesal telah memberitahukan kepada gurunya bahwa Lan See giok tidak
roboh meski jalan darahnya tertotok.
Dia masih ingat, ketika gurunya mendengar berita itu
kemarin, paras mukanya segera berubah hebat, kemudian
http://kangzusi.com/
setelah mencari tahu arah yang dituju Lan See giok, dengan langkah tergesa-gesa dia menyusul ke luar dusun.
Sungguh tak disangka, ternyata bocah itu berhasil disusul oleh gurunya.
Tapi dia percaya keselamatan jiwa Lan See giok sudah
pasti tak akan terancam, karena dia tahu gurunya adalah
seorang kakek yang saleh dan sangat welas kasih terhadap siapapun.
Dalam waktu singkat Siau Thi gou sudah membopong
Lan See giok memasuki hutan bambu dan tiba di depan
sebuah pekarangan rumah.
Lan See giok mencoba untuk memandang ke depan,
ternyata rumah bambu itu berderet dikelilingi sebuah
halaman yang luas.
"Lompat masuk!" bisik kakek berjubah kuning itu mendadak.
Siau Thi gou mengiakan, dia segera melompat ke tengah
udara dan melayang masuk, ke balik dinding pekarangan,
sekalipun di bahunya harus membopong tubuh Lan See
giok, sewaktu kakinya mencapai permukaan tanah ternyata
tidak menimbulkan sedikit suarapun.
Lan See giok tak dapat berbicara, tak dapat berkutik, tapi diam-diam ia merasa kagum sekali atas kesempurnaan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki Siau Thi gou.
Dengan membopong tubuh Lan See giok, Siau Thi gou
mengitari sebuah rumah bambu dan memasuki sebuah
halaman kecil. Thi gou berpaling dan memandang sekejap kearah kakek
berjubah kuning itu, kemudian dia berjalan masuk ke dalam ruangan sebelah timur.
http://kangzusi.com/
Sebelum Lan See giok sempat melihat jelas dekorasi
yang berada dalam ruangan itu, tubuhnya sudah di
baringkan oleh Siau Thi gou di atas pembaringan.
Kakek berjubah kuning dan Si Cay soat segera menyusul
pula ke dalam ruangan
Saat itulah mendadak terdengar suara seorang kakek
yang tua dan serak bertanya:
"Apakah Locianpwe telah kembali?".
Sesosok bayangan tubuh yang tinggi besar telah muncul
dari balik pintu ruangan.
Lan See giok kembali memperhatikan orang itu, ia
saksikan orang tersebut mempunyai perawakan badan yang
tinggi besar dan berambut putih, alis matanya tebal,
matanya besar, hidung singa dan mulut lebar, dia nampak
gagah dan mentereng sekali.
Kakek berjubah-kuning itu segera membalikkan badan
sambil menyongsong kedatangan orang itu.
Si Cay soat dan Siau Thi gou segera memberi hormat
pula sambil memanggil:
"Thio toako . . . . "
Mendengar nama itu, Lan See giok segera tahu kalau
orang yang masuk adalah ayah Thio Toa keng, yaitu orang
yang dimaksudkan kakek berjubah kuning itu sebagai Huan
kang ciong liong ( naga sakti pembalik sungai ) Thio Lok heng .
Gerak gerik Huan kang ciong liong Thio Lok heng
terhadap kakek berbaju kuning itu sangat hormat, tapi
begitu menyaksikan Lan See giok, paras mukanya segera
berubah hebat, serunya dengan suara rendah:
http://kangzusi.com/
"Locianpwe, ternyata kau benar-benar telah menemukan si gurdi emas . - ."
Belum habis Huan kang ciong liong menyelesaikan katakatanya, kakek berjubah kuning itu telah memberi tanda
agar dia jangan berbicara lebih jauh.
Tergerak hati Lan See giok, dia tahu yang dimaksudkan
sebagai Huan kang-ciong liong adalah gelar ayahnya yaitu si Gurdi emas peluru perak.
Kalau ditinjau dari hal ini, bisa ditarik kesimpulan kalau Huan kang ciong liong dan kakek berjubah kuning adalah
pembunuh ayahnya.
Sementara itu, Huan kang-ciong liong Thio Lok-heng
telah memburu ke tepi pembaringan dan menatap wajah
Lan See giok lekat-lekat, setelah memperhatikan sekejap
dengan gelisah, diapun bertanya lagi kepada kakek berjubah kuning itu dengan nada hormat:
"Locianpwe, bila jalan darah bocah ini tertotok kelewat lama, apakah ia tak akan terluka?"
Tampaknya kakek berjubah kuning itu mempunyai
kesulitan untuk diutarakan, maka setelah termenung
sebentar, katanya lembut kepada Si Cay soat, gadis berbaju merah itu:
"Anak Soat, bebaskan totokan jalan darahnya!"
Dengan wajah merah dadu Si Cay soat mengiakan, lalu
dengan kepala tertunduk mendekati pembaringan.
Melihat Si Cay soat berjalan mendekat.
Lan See giok merasa kehormatannya sebagai seorang
lelaki merasa tersinggung, hawa amarahnya segera
berkobar, dari balik sepasang matanya yang jeli segera
terpancar ke luar cahaya dingin yang menggidikkan hati.
http://kangzusi.com/
Huan-kang-ciong liong yang menyaksikan kejadian itu,
paras mukanya segera berubah hebat, setelah memandang
sekejap ke arah kakek berjubah kuning itu dia seperti
hendak mengatakan:
"Tenaga dalam yang dimiliki bocah itu, tampaknya jauh melebihi tingkat usianya.."
Sedang kakek berjubah kuning itu segera mengangkat
bahu sambil manggut-manggut, agaknya banyak persoalan
yang mencekam di dalam hatinya.
Pada saat itulah, Si Cay soat telah berjalan ke depan
pembaringan dan melepaskan lima buah pukulan berantai
ke atas jalan darah Mia bun hiat di tubuh Lan See giok.
Dua pukulan. yang pertama tidak mengenai sasarannya,
baru pada tepukan yang ke tiga Si Cay soat baru menghajar jalan darahnya secara tepat.
Setelah menarik kembali tangannya, dengan biji mata
yang jeli Si Cay soat memandang sekejap ke arah Lan See
giok, lalu dengan jantung berdebar keras berjalan kembali.
"Thi gou, temanilah dia bermain main, ingat, jangan tinggalkan tempat ini," pesan kakek berjubah kuning itu kemudian dengan wajah serius.
Setiap orang pasti akan mengerti kalau kakek berjubah
kuning itu sedang memperingatkan Siau Thi gou agar
jangan membiarkan Lan See giok lari.
Siau Thi gou segera manggut-manggut dengan mata
terbelalak lebar.
Tampaknya kakek berjubah

Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuning itu masih mempunyai banyak masalah lain yang hendak dirundingkan dengan Huan-kang -ciong-liong, begitu selesai meninggalkan pesannya, buru-buru dia berlalu.
http://kangzusi.com/
"Mari kita pergi!"
Selesai berkata bersama Huan kang ciong -liong, buruburu mereka tinggalkan ruangan itu.
Si Cay soat yang menduga Lan See giok belum bersantap
malampun buru-buru ikut berlalu dari sana.
Sepeninggal ke tiga orang itu, Siau Thi gou baru
berpaling ke arah Lan See giok sambil tertawa, kemudian
tegurnya: "Saudara, bagaimana perasaanmu sekarang" Apakah
ingin turun untuk berjalan jalan?"
Sejak jalan darahnya bebas dari pengaruh totokan, diamdiam Lan See-giok telah mengatur napasnya untuk
memeriksa seluruh tubuhnya, merasa dirinya segar bugar,
hatinya segera tergerak, ia merasa bila ingin meloloskan diri dari mulut harimau, maka harus memperalat si bocah
bermuka hitam ini.
Maka dia duduk dan manggut-manggut, setelah itu turun
dari pembaringan.
Tiba-tiba Siau Thi gou merasa ruangan di tempat itu
terlalu gelap, dia segera mendekati meja untuk membesarkan lampunya.
Melihat itu, mencorong sinar tajam dari balik mata Lan
See giok, dia merasa kesempatan baik tak boleh di sia-sia kan dengan begitu saja, maka setelah maju berapa langkah, dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat
dia menotok jalan darah tidur di tubuh Siau Thi gou.
Waktu itu Siau Thi gou sedang menyulut lampu dan
sama sekali tidak melakukan persiapan apa-apa, mendadak
dia merasakan datangnya ancaman, tahu-tahu jalan darah
tidurnya sudah kena tertotok.
http://kangzusi.com/
"Bluuk-!" dia segera terjatuh ke tanah dan tertidur pulas.
Berhasil dengan serangannya, Lan See giok merasa
semakin gugup, pertama tama dia mengendalikan dulu
debaran jantungnya kemudian baru secara diam-diam
menyelinap ke luar dari kamar, lalu kabur ke belakang
bangunan rumah itu.
Waktu itu langit sudah gelap, bintang bertaburan di
angkasa, cahaya rembulan bersinar redup menerangi
seluruh jagad. Tiba di tepi pagar bambu, Lan See giok menjejakkan
kakinya melambung ke angkasa dan melayang turun di luar
dinding. la tak berarti mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
untuk melarikan diri, sebab hal ini akan memancing
perhatian dari si kakek berjubah kuning serta si raga sakti pembalik sungai.
Dengan langkah yang sangat berhati-hati dan penuh
kewaspadaan, anak itu menentukan arah tujuannya
kemudian bergerak menuju ke luar hutan bambuSuasana di dalam dusun sunyi senyap, selain suara air
telaga yang menubruk tanggul tiada kedengaran suara lain.
Ke luar dari hutan bambu itu, Lan See giok merasakan
matanya berkilat tajam, ternyata dia berada di luar hutan di mana Thio Toa keng sekalian berkelahi dengannya, sedang
puluhan kaki lebih ke depan adalah jalan di tepi tanggul menuju ke tempat kediaman bibi Wan nya.
Lan See giok merasa gembira sekali, dia tak menyangka
kalau kali ini bisa kabur dengan lancar dan cepat.
Setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu dan
yakin kalau si kakek berjubah kuning maupun si Naga sakti
http://kangzusi.com/
pembalik sungai tidak mengejarnya, bocah itu segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan melesat ke
atas tanggul telaga
Tiba di tepi telaga, dia segera menyembunyikan diri ke
belakang sebatang pohon kemudian dengan sorot mata
yang tajam memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu.
Tapi selain air telaga yang hening dengan angin yang
berhembus lewat menggoyangkan daun serta ranting, di situ tak nampak sesosok bayangan manusia pun.
Lan See giok merasa gelisah bercampur tegang, apalagi
tidak menjumpai empek bertelinga satu itu berada di sana, hatinya semakin gugup dan kalut- Ia segera mendongakkan kepalanya memeriksa setiap
cabang pohon yang tumbuh di sana, dia berharap empek
bertelinga satu itu menyembunyikan diri ditempat itu.
Mendadak . . suatu bentakan gusar yang penuh
bertenaga menggema datang dari kejauhan sana:
"Thi gou si bocah ini kelewat jujur!"
Lan See giok merasa terkejut sekali, karena suara itu
berasal dari naga sakti pembalik sungai Thio Lok-heng.
Dalam keadaan demikian ia tak sempat mencari si
empek bertelinga tunggal lagi, cepat-cepat dia membalikkan badan sambil kabur ke atas tanggul telaga.
Tapi ingatan lain segera melintas dalam benaknya. dia
merasa kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya masih bukan tandingan kakek berjubah kuning, maupun si naga sakti pembalik sungai, bila sampai
ditemukan jejaknya, belum sampai setengah li sudah pasti akan tersusul.
http://kangzusi.com/
Berpaling ke arah lain, dia menyaksikan di bawah
tanggul di tepi telaga tertambat beberapa buah sampan
kecil, ketika sampan-sampan itu saling bersentuhan segera menimbulkan suara benturan yang nyaring.
Pada saat itulah . . . terdengar suara ujung baju
tersampok angin berkumandang datang dari arah hutan
bambu. Lan See-giok semakin tegang setelah mendengar suara
itu, dia tahu mustahil baginya bisa kabur, maka diputuskan untuk menyembunyikan diri untuk sementara waktu di atas
sampan. Berpikir sampai di situ, buru-buru dia menuruni tanggul
itu dan melompat naik ke atas sampan yang penuh dengan
tali jerami, kemudian menggunakan tali tersebut untuk
menutupi badannya.
Bau amis ikan yang menusuk hidung dengan cepat
menyelimuti sekeliling tubuhnya..
Dalam keadaan demikian
Lan See giok tidak memikirkan hal semacam itu lagi, dengan kening berkerut
dia membaringkan diri, pikirnya: "Hitung-hitung masih mendingan bau amis ini dari pada bau busuk pil hitam
pemberian si empek bertelinga tunggal."
Ketika dia mencoba untuk memasang telinga, terdengarlah suara ujung baju terhembus angin itu sudah
tiba di atas tanggul.
Diam-diam Lan See giok merasa amat terperanjat,
jantungnya berdebar semakin keras, dia tidak menyangka
kalau gerakan tubuh dari kakek berjubah kuning itu jauh
lebih cepat berapa kali lipat dibandingkan dengan apa yang dia bayangkan semula.
http://kangzusi.com/
Mendadak suara itu terhenti di atas tanggul, menyusul
kemudian kedengaran suara dari si Naga sakti pembalik
sungai berkata dengan nada sangat gelisah:
"Locianpwe, menurut pendapat boanpwe tak mungkin
bocah itu lari ke arah telaga."
"Tak bakal salah, aku mendengar jelas sekali, mungkin dia baru mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya setelah
ke luar dari hutan bambu," sahut kakek berjubah kuning itu dengan nada pasti.
Peluh dingin segera membasahi seluruh badan Lan See
giok, diam-diam ia bersyukur tidak mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya sedari dalam halaman rumah itu.
Kemudian terdengar kakek itu berkata lagi:
"Waktu itu aku sama sekali tidak menyangka, tapi ia belum pergi jauh, kemungkinan besar masih bersembunyi di sekitar tempat ini . ."
Lan See giok semakin tegang lagi, saking takutnya dia
sampai tak berani bernapas keras-keras, sementara
jantungnya berdetak keras sekali, seakan akan hendak
melompat ke luar dari rongga dadanya saja. Ia mencoba
mengintip dari balik celah-celah tali, dari situ ia dapat melihat si kakek berjubah kuning serta naga sakti pembalik sungai di atas tanggul.
Waktu itu dengan wajah serius si kakek berjubah kuning
itu sedang memperhatikan sekeliling tempat itu, tangan
kanannya mengelus jenggot tiada hentinya, dia seperti
merasa cemas dan murung sekali atas kaburnya Lan See
giok. Sorot matanya yang semula ramah dan lembut, kini
memancarkan sinar tajam yang menggidikkan hati.
http://kangzusi.com/
Naga Sakti pembalik sungai Thio Lok-heng juga
melototkan sepasang matanya bulat-bulat dengan wajah
gusar, dengan matanya yang tajam dia sedang celingukan
ke sana ke mari, nampak pula dia sedang marah bercampur
gelisah. Mendadak kakek berjubah kuning itu berpaling ke arah
muka dusun sebelah depan sana . . .
Dengan perasaan terkesiap Lan See giok berpikir:
"Jangan-jangan si empek bertelinga tunggal telah datang?"
Dia mencoba untuk memasang telinga baik-baik, benar
juga dia mendengar suara ujung baju yang terhembus angin.
Waktu itu si Naga Sakti pembalik sungai juga telah
mendengar suara tersebut, dengan cepat dia berpaling pula ke luar dusun.
Tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan gelisah:
"Suhu, apakah Lan See-giok berhasil ditemukan?"
Mendengar suara itu. Lan See-giok segera mengenalinya
sebagai Si Cay-soat atau gadis cilik berbaju merah itu.
Kakek berbaju kuning dan naga Sakti pembalik sungai
menggelengkan kepalanya berulang kali, sorot mata mereka tetap beralih ditempat kejauhan sana.
Bayangan merah nampak berkelebat lewat, tahu-tahu Si
Cay-soat telah berhenti di antara si kakek berjubah kuning, dengan si naga sakti pembalik sungai.
Tampak paras muka Si Cay soat pucat pias, alis matanya
bekernyit dan wajahnya penuh kegelisahan, sepasang mata
yang jeli berkilat.
Akhirnya sinar mata gadis itu dialihkan ke atas beberapa buah sampan kecil di bawah tanggul.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok amat terkesiap, dia tahu bakal celaka bila
jejaknya ketahuan, tanpa terasa peluh dingin jatuh
bercucuran. Mendadak sepasang mata Si Cay soat berkilat, paras
mukanya berubah hebat dan hampir saja ia menjerit,
rupanya dia telah menemukan dua titik sinar mata tajam di balik tumpukan tali dalam sampan kecil sebelah tengah.
Melihat itu, Lan See giok merasa kepalanya kontan
menjadi pusing tujuh keliling, napasnya, sesak dan
jantungnya seperti melompat ke luar dari rongga dadanya.
Sekarang dia baru menyesal kenapa menyembunyikan
diri dalam sampan kecil itu sehingga jejaknya ketahuan.
Berada dalam keadaan seperti ini, dia tak berani
berkutik, juga tak berani lari, sebab bila sampai ketahuan maka ibaratnya katak masuk tempurung, jangan harap bisa
meloloskan diri lagi.
Si Cay soat yang berada di atas tanggul juga
membelalakkan matanya dengan wajah kaget serta
tertegun, mulutnya ditutup dengan tangan sementara sorot, matanya nampak gugup bercampur panik.
Peluh bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh
badan Lan See giok, ia tahu asal Si Cay soat menuding ke bawah sambil menjerit, niscaya dia akan dibekuk kembali.
Suasana amat hening . . . beberapa saat kemudian Si Cay
soat baru berhasil menenangkan hatinya seraya berpaling ke arah lain, sekalipun matanya celingukan kesana ke mari,
tapi wajahnya yang gugup dan cemas kelihatan jelas sekali.
Lan See giok turut tertegun, dia tidak habis mengerti apa sebabnya gadis itu tidak berteriak" Mungkinkah dia tidak melihat jelas" Tapi setelah dipikirkan kembali, ia merasa hal ini mustahil . . .
http://kangzusi.com/
Atau mungkin gadis itu sengaja hendak melepaskan
dirinya" Tapi mengapa pula dia berbuat demikian . . .
Makin dipikir Lan See giok merasa makin kebingungan
dan tidak habis mengerti, hati nya bergoyang seperti ayunan sampan, meski sudah diusahakan untuk ditenangkan
kembali namun tak bisa.
Sementara butiran air keringat bercucuran dengan
derasnya dan membasahi kepala, rambut dan masuk ke
dalam telinganya..
ooo0dw0ooo BAB 5 NONA CANTIK BERBAJU PUTIH
DI TENGAH keheningan yang mencekam seluruh jagat,
mendadak terdengar si Naga sakti pembalik sungai berkata dengan sedih:
"Locianpwe, mungkin bocah itu sudah lari, lebih baik besok pagi kita langsung mencari Oh Tin san untuk minta
orang .." Kakek berbaju kuning itu menggelengkan kepalanya
berulang kali, belum habis si naga Sakti pembalik sungai menyelesaikan kata katanya, ia te1ah berkata dengan
gelisah: "Tidak, besok pagi terlalu lambat, sekarang dan malam ini juga kita harus mencegah Lan See-giok agar jangan pergi ke tempat kediaman Bibi Wan nya.."
Si naga sakti pembalik sungai termenung sebentar,
kemudian tanyanya dengan tidak habis mengerti:
http://kangzusi.com/
"Locianpwe, apakah kau menganggap kitab pusaka Hud
bun cinkeng tersebut berada di rumah kediaman bibi Wan
nya Lan See giok?"
"Yaa, kemungkinan besar benar"
"Tapi menurut analisa pada umumnya, mustahil kalau si Gurdi emas peluru perak Lan Khong-tai akan menyerahkan
mestika yang amat berharga itu kepada seorang perempuan, mungkin saja dia menyimpannya di dalam makam raja-raja
. . ." "Aku telah melakukan pemeriksaan setiap sudut makam tersebut dengan seksama, bahkan setiap sudut ruangan yang mungkin bisa dipakai untuk menyimpan kotak kecil itupun
sudah kuperiksa . . . "
Mendengar sampai di situ, Lan See-giok yang
bersembunyi di bawah tumpukan tali merasa gusar sekali, ia menduga pasti sekarang kalau kakek berjubah kuning yang
berwajah ramah ini benar-benar, adalah sekomplotan
dengan pembunuh-pembunuh ayahnya.
Mungkin saja selama ini kakek berjubah kuning itu
bersembunyi terus di dalam kuburan, mungkin juga dialah
pembunuh ayahnya, sebab hanya orang yang berilmu begitu
tinggi baru bisa membunuh ayahnya dalam sekali pukulan .
. . Makin dipikir Lan See giok merasa darahnya makin
mendidih, hawa amarahnya yang memuncak membuat rasa


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

takutnya sama sekali lenyap tak berbekas.
Tapi, bila teringat akan kelihaian kepandaian silat yang dimiliki kakek berjubah kuning itu, ia merasa putus asa, tipis rasanya harapan baginya untuk membalas dendam . . .
Sementara dia masih termenung, si Naga sakti pembalik
sungai telah berkata lagi:
http://kangzusi.com/
"Menurut apa yang locianpwe saksikan semalam,
siapakah di antara Sam ou ngo to (lima tunggal dari tiga telaga) yang besar kemungkinannya sebagai pembunuh Lan
Khong tay?"
"Kelima limanya patut dicurigai semua . . " sahut kakek itu setelah termenung sebentar.
Lan See giok menjadi mengerti sekarang, yang
dimaksudkan sebagai Sam Ou ngo to oleh si Naga sakti
pembalik sungai tentulah orang-orang yang menggunakan
julukan "To" atau tunggal pada permulaan namanya.
Sambil memandang bintang yang bertaburan di angkasa,
diam-diam ia mulai menghitung semua orang yang pernah
dijumpainya semalam. .
Orang pertama yang dijumpai adalah To pit him
(beruang berlengan tunggal) Kiong Tek cong yang
menggeledah seluruh badannya dengan tangan kanannya
dikala ia jatuh pingsan. . .
Kemudian adalah To tui thi koay (tongkat baja berkaki
tunggal) Gui Pak cong yang menusuk tubuhnya dengan
tongkat besinya.
Orang ke tiga adalah si manusia bermuka hijau dan
bergigi taring yang bernama To-gan liau pok (setan bengis bermata tunggal ) Toan Ki tin, besar kemungkinannya
orang ini adalah pelaku pembunuhan atas diri ayah-nya.
Kemudian adalah si manusia berbisul besar pada
kepalanya yang tertembus oleh senjata gurdi emas, orang
itu diketahui bernama To ciok siu (binatang bertanduk
tunggal) Si Yu gi, orang ini adalah satu satunya orang yang mengetahui siapa pembunuh ayahnya, tentu saja mungkin
juga orang itu adalah si binatang bertanduk tunggal pribadi.
http://kangzusi.com/
Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benaknya,
mulai dari si kaki tunggal, si le-ngan tunggal, si mata
tunggal dan si tanduk tunggal . . .
Dari lima manusia tunggal ada empat di antaranya telah
diketahui, lantas siapakah si tunggal yang kelima"
Mungkinkah dia adalah kakek berambut perak yang
telah menghajar dirinya hingga semaput itu . . .
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya,
kontan saja Lan gee giok merasakan hatinya bergidik.
Bayangan tubuh seorang kakek bermata sesat, bertubuh
kurus kering, bermuka kuda dan bertelinga tunggal dengan cepat melintas dalam benaknya.
Dengan perasaan bimbang dia lantas berpikir:
"Yaa, diapun bertelinga tunggal. . diapun kehilangan sebuah telinganya mungkinkah empek adalah salah seorang
dari Sam ou ngo to tersebut . . .?"
Sementara pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, mendadak terdengar si naga sakti pembalik
sungai yang berada di atas tanggul berseru cemas:
"Locianpwe, cepat lihat, di bawah tanggul sana tampak sesosok bayangan manusia sedang berkelebat lewat!"
Dengan perasaan tergerak Lan See giok ikut melirik, dia
saksikan si naga sakti Thio Lok heng sedang menuding ke
arah utara dengan cambang yang bergetar keras.
"Ehmm, aku sudah melihatnya!" sahut kakek berjubah kening itu sambil manggut manggut.
Si Cay soat segera mengerling sekejap ke arah Lan See
giok, kemudian ujarnya kepada Si naga sakti Thio-Lokheng: http://kangzusi.com/
"Empek Thio, mungkin dia adalah Lan See giok?"
"Bukan, dia adalah To oh cay jin (manusia buas
bertelinga tunggal)!" tukas si kakek berjubah kuning sambil menggeleng.
Sementara itu, meski Lan See giok yang bersembunyi di
balik sampan sudah menduga kalau empeknya yang
bertelinga tunggal kemungkinan besar adalah salah seorang dari ngo to ( lima tunggal ), namun setelah mendengar
julukan manusia buas bertelinga tunggal tersebut, hatinya toh merasa terkesiap juga sehingga tubuhnya menggigil
keras. Terdengar kakek berjubah kuning itu berkata lagi dengan
suara murung bercampur kesal:
"Sesungguhnya Lan See giok adalah seorang bocah yang cerdik, sayang pukulan batin yang dialaminya kelewat
hebat sehingga membuat hatinya tak dapat tenang dan
menyumbat semua kecerdasan otaknya. Hal ini ditambah
lagi dengan pancingan si Manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin san yang menggunakan pelajaran ilmu silat sebagai umpan, akibatnya mengurangi kecurigaan Lan See-giok
terhadap dirinya coba kalau bukan begitu, dengan
kemampuan dari Manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin
san mana mungkin dia dapat mengelabuhi Lan See- giok"."
"Locianpwe" si naga sakti Thio Lok heng segera berkata sambil tertawa, "jelek-jelek begini sudah setengah hidupku berkelana dalam dunia persilatan, berbicara soal luasnya pengetahuanku, sesungguhnya boleh dibilang lumayan
juga, tapi setelah mendengar pembicaraan dari locianpwe
semalam, jangan toh Lan See giok yang masih bocah,
bahkan boanpwe yang sudah jago kawakan pun dibikin
kebingungan dan tak habis mengerti dibuatnya . . . "
http://kangzusi.com/
Kakek berjubah kuning itu menghela napas dan
manggut-manggut, sahutnya:
"Walaupun si Manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin san termasyhur karena kebuasan dan kekejamannya, diapun
terhitung seorang manusia licik, sayang cara kerjanya
kurang mantap dan lagi tidak sabaran, lama kelamaan Lan
See giok pasti dapat mengetahui belangnya tersebut- "
Belum habis ucapan tersebut diutarakan, dengan sorot
mata berkilat si naga sakti pembalik sungai Thio Lok heng telah menukas sembari berseru keras:
"Locianpwe, coba kau lihat!"
Sambil berkata dia lantas menuding ke arah depan
dusun. Kakek berjubah kuning itu berkerut kening sambil
berpaling, tidak nampak bagaimana caranya menggerakkan
badan, tahu-tahu dia sudah meluncur ke depan.
Menyusul kemudian naga sakti pembalik sungai Thio
Lok heng dan Si Cay soat pun ikut berlalu dari situ.
Waktu itu pikiran Lan See giok amat kacau, dia tak
sempat memikirkan lagi apa yang berhasil dilihat Thio Lok heng, kenapa kakek berjubah kuning itu berlalu dan
mengapa Si Cay soat tidak membocorkan jejaknya yang
bersembunyi di bawah tumpukan tali.
Yang dipikirkan sekarang adalah cepat-cepat menyusup
ke rumah kediaman bibi Wan nya tanpa diketahui orang
lain. Dia tahu, meski kakek berjubah kuning itu telah pergi,
tapi kemungkinan besar dia akan balik lagi, sebab itu dia tidak berani naik ke atas tanggul telaga tersebut.
http://kangzusi.com/
Angin malam berhembus lewat membawa udara yang
sangat dingin, pelan-pelan Lan See giok yang bersembunyi dibalik tumpukan tali dapat menenangkan kembali hatinya.
. . Mendadak ia mendengar suara gelak tertawa yang amat
keras berkumandang datang dari depan dusun sana.
Lan See giok kenal suara tersebut sebagai suara si Naga
sakti pembalik sungai Thio Lok heng.
Tapi saat ini, dia sudah tidak menaruh minat lagi
terhadap setiap perobahan yang telah terjadi di sekeliling tempat itu, karena dia sedang mempergunakan segala akal
dan kecerdasannya untuk memecahkan kesulitan yang
sedang dihadapinya.
Pertama-tama, dia berpikir tentang kakek berjubah
kuning yang berilmu tinggi itu.
Ditinjau dari sikap hormat dan panggilan merendah dari
Naga sakti pembalik sungai Thio Lok heng, dapat diketahui kalau kakek berjubah kuning itu memiliki kedudukan yang
sangat tinggi dalam dunia persilatan.
Sekalipun kakek itu mungkin bermaksud untuk
mendapatkan kotak kecil milik ayah-nya dan telah
menggeledah seluruh isi makam, namun belum tentu ia
bersekongkol dengan sam ou ngo to.
Dilihat dari sikap si kakek yang hingga kini masih belum tahu kalau kotak kecil tersebut sudah berada di rumah bibi Wan-nya, bisa disimpulkan pula kalau orang yang
bersembunyi di belakang meja dan menghantam dirinya
sampai pingsan itu bukanlah kakek ini.
Teringat akan kakek kurus berambut perak yang
menghajarnya sampai semaput dari belakang itu, tanpa
http://kangzusi.com/
terasa Lan See giok membayangkan kembali si Manusia
buas bertelinga tunggal Oh Tin san.
Terbayang sampai ke situ, dengan cepat dia pun menjadi
sadar kembali, semua siasat busuk dari Manusia buas
bertelinga tunggal pun kontan terungkap semua.
Di samping itu dia membenci akan ketololan sendiri, di
mana manusia buas berhati busuk yang amat berbahaya
telah dianggapnya sebagai sahabat karib ayahnya.
Padahal gerak gerik maupun cara berbicara Manusia
buas bertelinga tunggal semenjak masuk ke dalam makam
sudah mencurigakan sekali, tapi dia justru terkecoh dan
kena dikibuli habis habisan.
Tentunya setelah menghajar dia sampai pingsan, Oh Tin
san lantas menyusun rencana kejinya, dengan pergi
membeli hio dan lilin, kemudian untuk mencari tahu
tempat tinggal bibi Wan nya, mau tak mau diapun
melaksanakan rencana kejinya dengan amat berhati hati.
Masih untung dia tak sempat melihat jelas wajah aslinya
sebelum dihantam pingsan dulu, kalau tidak mungkin
selembar jiwa nya sudah melayang sekarang.
Tentang pemberian obat untuk menambah kekuatan,
bisa disimpulkan kalau tujuan yang sebenarnya dari
tindakannya Itu adalah memberi kesempatan bagi dirinya
untuk memasuki makam raja-raja dan mencuri pedang
mestika dan kotak kecil yang tersimpan di situ.
Tapi segera muncul kembali pikiran lain, lantas siapakah orang yang telah menyergap Oh Tin san, merusak rantai
penghubung pintu besi menuju makam raja-raja dan
membawa lari pedang Jit hoa gwat hui kiam serta dua buah kotak emas tersebut"
http://kangzusi.com/
Mungkinkah orang itu sudah lama bersembunyi di dalam
makam" Atau mungkin kakek berjubah kuning yang tidak
pernah meninggalkan makam" Atau bisa jadi juga si
tongkat besi berkaki tunggal serta si beruang berlengan
tunggal yang secara diam-diam balik kembali ke situ.
Kemudian bocah itu teringat pula sikap kaget bercampur
rasa tercengang dari manusia buas bertelinga tunggal ketika menyaksikan tenaga dalamnya peroleh kemajuan pesat,
mengapa begitu" Dia tak dapat memecahkannya. .
Tapi kematian dari si Binatang bertanduk tunggal, jelas
kematian tersebut disebabkan oleh tindakan keji manusia
buas bertelinga tunggal ketika ia disuruh pergi mengambil air
Ia menduga, manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin san
sengaja membunuh orang itu, karena dia kuatir binatang
bertanduk tunggal membocorkan soal tersimpannya kotak
kecil itu di rumah bibi Wan kepada orang lain.
Sebagaimana diketahui, hanya Si binatang bertanduk
tunggal Si Yu gi dan Manusia buas bertelinga tunggal Oh
Tin san saja yang mengetahui kabar berita tentang kotak
kecil itu, tapi mungkin juga dikarenakan sebab-sebab
lainnya. Makin dipikir dia merasa makin membenci akan
kebodohan sendiri, tentu saja dia lebih-lebih membenci
Manusia buas bertelinga tunggal itu.
Demikianlah, sambil berbaring di atas sampan sambil
memandang bintang yang bertaburan di angkasa, tiada
hentinya bocah itu membayangkan tentang lima manusia
tunggal dari tiga telaga.
Dia masih ingat dengan ucapan kakek berjubah kuning
itu: "Kelima limanya mencurigakan," dari sini dapat ditarik
http://kangzusi.com/
kesimpulan kalau Manusia buas bertelinga tunggal pun
merupakan salah seorang manusia yang patut untuk
dicurigai. Berpikir sampai di situ, dia lantas bertekad untuk segera berangkat ke rumah kediaman bibi Wan nya mumpung
malam masih kelam dan suasana di sekeliling tempat itu
masih hening. Mendadak.. Pemuda itu merasakan hatinya bergetar keras, dia
merasa sampan kecil, itu sedang bergerak pelan ke arah
depan. Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menghadapi
kejadian tersebut, perasaan hatinya yang baru tenang
kontan saja menjadi tegang kembali . . .
Dengan gugup dia melompat bangun dari balik
tumpukan tali temali dia memandang sekitar tempat itu,
tapi hatinya makin terperanjat lagi, ternyata bayangan dari tanggul sudah tidak nampak lagi.
Sekeliling tempat itu hanya nampak air, sedang tujuh
delapan kaki di depan sana adalah hutan gelaga yang luas dan amat lebat.
Bunga gelaga yang berwarna putih bergoyang terhembus
angin, sekilas pandangan mirip awan putih di angkasa.
Begitu dia bergerak bangun, sampan yang mulai berjalan
lambatpun mendadak meluncur ke depan semakin cepat.
Tak terlukiskan rasa gugup dari Lan See giok ketika itu, dia tahu di bawah sampan pasti ada jago lihay yang sedang mendorong sampan itu bergerak ke depan, tapi ia tidak tahu siapa gerangan orang tersebut dan mengapa membawanya
menuju ke tengah telaga.
http://kangzusi.com/
Sementara itu sampan kecil itu bergerak makin cepat ke
depan, kini sampan tadi sedang melesat ke arah satu
satunya jalan air yang bebas dari tumbuhan gelaga.
Dengan gugup Lan See-giok lari menuju ke buritan
sampan, tapi di sana pun dia hanya bisa menyaksikan
gelembung air dan bunga ombak yang memercik di atas
permukaan. Dengan perasaan gelisah dia lantas bertanya kepada diri
sendiri: "Siapakah orang ini. . " Siapakah dia. . ." Mengapa membawa aku ke mari . . . ?"
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya,
bayangan tubuh seorang kakek bercambang yang berperawakan tinggi besar segera melintas di dalam
benaknya, tanpa terasa ia berbisik:
"Aaaah, jangan-jangan si Naga sakti pembalik sungai Thio Lok heng . . . "
Sekali lagi dia melongok ke buritan sampan ke balik air
yang bergelembung.
"Yaa, sudah pasti perbuatan dari si Naga sakti pembalik sungai Thio Lok heng, hanya dia yang memiliki ilmu
menyelam di dalam air yang begini sempurna.." sekali lagi dia berguman.
Dalam pada itu, sampan kecil itu sudah menembusi jalan
air diantara tumbuhan jelaga yang lebat dengan kecepatan yang makin lama semakin tinggi.
Dengan gugup Lan See giok memperhatikan sekitar


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempat itu, dia lihat jalan air itu luasnya cuma delapan depa, sekeliling-nya penuh dengan tumbuhan gelaga
http://kangzusi.com/
setinggi satu kaki lebih, besarnya se lengan bayi dan bunga berwarna putih seperti awan menyelimuti di atasnya.
Cepat dia menenangkan hatinya dan berpikir lebih jauh:
"Seandainya orang itu adalah si Naga sakti pembalik sungai Thio Lok heng, niscaya aku akan dibawa kembali ke perkampungan nelayan tersebut, tapi sekarang aku di bawa masuk ke dalam hutan gelaga yang begini luas dan lebat. . .
siapakah orang itu?"
Satu ingatan segera melintas di dalam benaknya dan
cepat anak muda itu sadar kembali.
"Yaa..yaa, sudah pasti orang yang berada dalam air
adalah perompak dari telaga Huan yang ou.." demikian dia berpikir.
Teringat akan hal ini, api kemarahan segera berkobar
dalam benak Lan See giok, sekali lagi dia menghimpun
tenaga dalamnya ke dalam telapak tangan kanan, kemudian
diangkatnya tangan tersebut ke udara siap melakukan
penyerangan. Tapi, tatkala sorot matanya membentur dengan
permukaan air di sekeliling sampan, telapak tangan
kanannya yang sudah siap melancarkan serangan itu pelanpelan di turunkan kembali.
Dengan kemampuan tenaga serangan yang dimilikinya
sekarang, tidak sulit baginya untuk membinasakan orang
yang berada di balik perahu akan tetapi dasar sampan itu pasti akan remuk dan diapun pasti akan tercebur ke dalam telaga dan mati tenggelam. Sementara itu, sampan kecil tadi sudah berbelok ke kiri berputar ke kanan menembusi hutan gelaga yang luas, dalam waktu singkat Lan See giok sudah tak bisa membedakan lagi mana sebelah timur dan mana
sebelah barat. http://kangzusi.com/
Lan See giok benar-benar merasa sangat gelisah, dia tak
ingin terjatuh kembali ke mulut serigala setelah lolos dari sarang harimau.
Satu ingatan segera melintas dalam benak nya, cepat dia
mengeluarkan senjata gurdi emas milik ayahnya.
Seketika itu juga cahaya emas yang menyilaukan mata
memancar ke empat penjuru.
Sambil menggenggam gurdi emas itu, Lan See giok
merasa tegang sekali, selembar nyawa manusia dalam
waktu singkat akan musnah di tangannya.
Tapi demi keselamatan jiwa sendiri, mau tak mau
terpaksa dia harus bertindak nekad.
Cahaya emas berkelebat lewat, senjata gurdi emas yang
panjangnya mencapai tiga depa itu tahu-tahu sudah
menembus dasar sampan tersebut dan menusuk ke dalam
air telaga. Menyusul tusukan itu, sampan kecil tersebut mengalami
goncangan yang amat keras, ombak nampak menggelegar
ke mana-mana, darah segarpun memancar ke luar dari
dalam air dan menyebar ke sekeliling tempat itu.
Lan See giok tahu kalau tusukannya berhasil melukai
orang yang ada di dalam air, tapi dia tak berani segera
mencabut ke luar senjata gurdi emasnyaTak selang berapa saat kemudian goncangan di bawah
sampan kecil itu telah berhenti.
Peluh dingin telah membasahi seluruh jidat, tubuh dan
tangan kanannya yang menggenggam senjata gurdi emas
itu, dia merasakan seluruh badannya sedikit agak gemetar.
Lambat laun sampan kecil itupun berhenti bergerak dan
melintang di tengah jalan air tersebut.
http://kangzusi.com/
Setelah berhasil menenangkan hatinya, Lan See giok
menghembuskan napas panjang dan mencabut ke luar
senjata gurdi emas itu, darah segar tampak memancar ke
luar mengikuti lubang pada dasar sampan itu.
Dengan perasaan terkejut pemuda itu mencari kain dan
menyumbat lubang pada dasar sampan tersebut.
Tiba-tiba terjadi lagi goncangan keras pada sampan kecil itu . . Lan See giok tahu, orang yang berada di dasar perahu itu belum putus nyawa, kemungkinan besar orang itu akan
menggunakan sisa tenaga yang dimilikinya untuk menarik
dia masuk ke dalam air.
Teringat akan bahaya tersebut, dia merasa agak gugup,
padahal di atas sampan itu selain setumpuk tali hanya
terdapat sebuah bambu sepanjang lima depa.
Dengan cepat Lan See giok menyelipkan senjata gurdi
emasnya ke pinggang. kemudian dengan menggunakan
bambu panjang itu dia mulai mendayung dengan sekuat
tenaga . . . Dia mendayung tiada hentinya dan sampan itupun
berputar, tiada hentinya pula . . .
Bila bambu itu mendayung ke kiri maka sampan itupun
berputar ke kiri, bila mendayung ke kanan, sampan itupun berputar ke sebelah kanan,
Seruling Perak Sepasang Walet 11 Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen Petualang Asmara 27

Cari Blog Ini