Ceritasilat Novel Online

Perguruan Sejati 8

Perguruan Sejati Karya Khu Lung Bagian 8


"Kalian sudah makan, mari kita berangkat !" kata Liok Jie Hui.
Siau Bwee segera bangkit, dan terus menendang Pek Kiam Hong yang masih cemberut. "Ah mengapa menjumblek terus, mau ditinggal ?"
Dengan ogah-ogahan Pek Kiam Hong bangkit dan terus mengikuti dari belakang tanpa mengeluarkan sepatah kata.
Didekat kuda Siau Bwee dan Kiam Hong tampak dua ekor kuda lain. "Ini adalah kuda yang baru kubeli," kata Liok Jie Hui. "Tadi kupergi lama, disamping membeli kuda, juga membereskan soal ibunnya Toa Gu. Kini tidak ada yang menjadi beban pikirannya lagi, ia bisa mengikutinya dengan tenang."
Dengan berkuda mereka menuju ke Hoay Giok san. Disepanjang jalan Kiam Hong
membungkam seribu bahasa, demikian pula dengan Toa Gu jika tidak ditanya tidak mau berkata hanya Siau Bwee sepanjang jalan mengobrol dengan Liok Jie Hui tanpa henti-hentinya.
Lambat laun Hoay Giok san sudah semakin dekat, sepanjang jalan yang menuju kesana, didepan atau belakang mereka, adalah orang Bulim yang mempunyai maksud serupa dengan mereka. Anehnya orang-orang itu selalu berjalan berdua, tidak terlihat yang berjalan seorang diri.
Sekarang Siau Bwee baru percaya bahwa cerita Liok Jie Hui tentang pedang wasiat itu, tidak bohong. Dan ia tahu orang yang berjalan berdua itu, pasti sudah mempelajari ilmu Keng thian cit su dan datang ke Hoay Giok san untuk mendapatkan pedang wasiat. Ia merasa girang disamping rasa tegang. Didekatinya Pek Kiam Hong yang berjalan dibelakangnya.
"Perhatikanlah keadaan dijalanan ini, banyak orang-orang yang menuju ke Hoay Giok san, Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
274 tentu untuk memperolah pedang wasiat itu. Dan kita harus waspada jangan sampai diperalat oelh Liok Jie Hui !"
"Jika soal pedang itu benar, apa gunanya ia memperalat kita ?" tanya Kiam Hong.
"Dalam soal silat ia tak butuh bantuan," kata Siau Bwee. "Tapi jika tak memerlukan bantuan pasti ia tidak akan mengajak kita maupun si Toa Gu yang tolol itu !"
"Ia mengandung maksud apa ?" tanya Pek Kiam Hong.
"Kesatu dengan tenaganya sendiri ia tidak sanggup menghadapi musuh, kedua tempat pedang itu pasti berbahaya, dan akan menyuruh kita atau Toa Gu yang mengambilnya, sedangkan dia sendiri uncang-uncang kaki, menunggu hasilnya."
"Bukankah pedang itu berada disuatu danau ?"
"Benar !" jawab Siau Bwee, "tempat-tempat barang pusaka kebanyakan dijaga binatang-binatang buas, karena inilah ia mengajak kita !"
"Habis harus bagaimana menghadapinya ?"
"Sebelum persoalan menjadi jelas, sukar untuk menentukan suatu cara untuk menghadapinya.
Pokoknya dalam segala hal engkau harus menurut dibawah komandoku, jika ia menyuruhmu melakukan sesuatu hal, engkau harus melihat kepadaku jika aku mengangguk engkau boleh melakukannya, jika aku diam janganlah kau lakukan !"
"Ya, aku sih menuruti saja, dan andaikata terjadi sesuatu kerugian bagi kita, engkau jangan menyesalkan diriku !"
Diwaktu senja mereka telah tiba di sebuah perkampungan kecil yang berada dikaki gunung Hoay Giok san. Disini hanya terdapat sebuah losmen kecil yang sederhana betul. Mereka mampir disitu. Sehabis makan, Liok Jie Hui memanggil pelayan. "Apakah engkau tahu ada berapa warung nasi dikampung ini ?"
"Lebih kurang ada lima buah warung !"
"Adakah mereka menjual makanan kering ?"
"Ada juga, tapi tidak sebagus seperti yang terdapat dikota besar !"
"Itu tidak menjadi soal, aku ingin membeli agak banyak, yakni untuk dimakan seratus orang dan bisa bertahan sepuluh hari !" kata Liok Jie Hui dan terus mengeluarkan uang. Juga tidak lupa ia memberikan persenan kepada pelayan itu dan pelayan itupun girang dan bertanya :
"Bilamana makanan itu dibutuhkan ?"
"Jika bisa, sebelum kentongan ketiga malam ini terdengar, makanan itu sudah kau siapi !"
Tidak ayal lagi pelayan itu melakukan apa yang dikehendaki Liok Jie Hui saat itu juga.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
275 Liok Jie Hui dengan tersenyum memandang kepada tiga yang lain. "Sebelum kentongan keempat berbunyi kita harus lanjutkan perjalanan, kini sebaiknya tidurlah, mumpung ada waktu !"
"Untuk apa membeli makanan kering sebanyak itu ?" tanya Siau Bwee.
"Hmmm, dengan begini, kawan-kawan yang setujuan dengan kita akan kehabisan makanan bukan ?"
Siau Bwee baru mengerti bahwa Liok Jie Hui benar seorang licik yang banyak akalnya.
Mereka segera tidur. Dan bangun sewaktu pelayan itu kembali bersama-sama tukang
makanan. Begitu banyak dan masih hangat tampaknya. Tak salahlah agaknya para pedagang itu mengerjakan makanan-makanan itu dengan mengebut sekuat-kuatnya.
Setelah merapikan pakaian, mereka keluar . Liok Jie Hui memilih makanan yang baik-baik dimasukkan kedalam keranjang besar, Toa Gu ditugaskan membawanya. Sedangkan sidanya yang berpikul-pikul disuruh pelayan itu membawanya keluar kota. Disana terdapat sebuah danau yang besar, makanan itu dibuang kedalam air setelah dan pembantu-pembantunya berlalu.
Liok Jie Hui mengepalai rombongan menuju kedaerah pegunungan, ia mengambil jalan kecil yang berliku-liku. Setelah menempuh perjalanan sehari lebih, mereka tiba disebuah lembah, keadaan didalam lembah sangat luas, sedangkan mulutnya sangat sempit, merupakan tempat yang baik untuk bertahan jika menghadapi musuh yang lebih besar jumlahnya. Ditengah-tengah lembah itu terdapat sebuah danau airnya hijau membiru, tidak terlihat dasarnya.
Ditengah danau itu terlihat user-user air yang kempot.
"Apa namanya danau ini ?" tanya Siau Bwee setelah memperhatikan agak lama.
"Tempat ini jarang dikunjungi orang, sehingga tidak ada yang mengetahui apa namanya danau ini," kata Liok Jie Hui. "Tapi didalam danau ini terdapat dua bilah pedang pusaka, maka itu kita namai saja Danau pedang !"
"Lo Cianpwee kenapa engkau mengetahui didalam danau ini terdapat dua pedang ?" tanya Siau Bwee.
"Bila malam hari dari dalam danau itu memancar dua sinar yang berbeda, dari sinilah dapat diduga bahwa pedang itu ada dua bilah."
"Seumurku belum pernah melihat sinar pedang, semacam itu," kata Siau Bwee. "Apakah karena kelewat lama pedang itu berada didalam air, menjelma menjadi siluman dan
mengeluarkan cahaya ?"
"Soal itu aku tidak tahu, tapi engkau bisa melihatnya sinar pedang ini dimalam hari !"
"Apakah pedang itupun turut keatas permukaan air ?"
"Oh tidak !"
"Aku heran kenapa ia bisa bercahaya ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
276 "Setiap benda-benda pusaka, biarpun dipendam dalam tanah ataupun didalam air, bila tiba saatnya akan menjelma, ia akan memancarkan sinar ! Misalnya batu cincin yang mempunyai kasiatnya, bilamana akan menjelma ia akan memancarkan sinarnya. Hanya orang-orang yang berjodoh dengannya baru bisa mendapatkannya, bilamana tidak, biar digadangi setiap malam, benda itu tidak bisa diperoleh. Nah ini satu keajaiban, bilamana kurang percaya buktikanlah malam ini !"
"Lo Cianpwee bisa mendapatkan dan tahu tempatnya pedang ini, tentu sangat berjodoh," kata Siau Bwee.
Liok Jie Hui bergelak-gelak kegirangan mendapatkan umpakan itu.
"Ya mungkin juga karena pembawaanku yang jujur dan bersih sehingga bisa mengetahui tempat pedang ini." Katanya dengan bangga. "Sedangkan Hek pek siang yau dan kaum Pok Thian Pang yang durhaka itu, sampai kini belum mengetahui dimana tempat pedang itu berada."
"Tak tahu malu !" maki Siau Bwee didalam hatinya. Walaupun hatinya mendongkol,
wajahnya tetap tersenyum. "Lo Cianpwee sebaiknya jangan buang kesempatan, sekarang saja ambil pedang itu, mumpung musuh-musuh itu belum pada datang."
"Mengambil benda pusaka tidak boleh sembarangan." Kata Liok Jie Hui. "Apalagi sekarang masih siang, cahaya tidak terlihat, sukar menemuinya !"
"Apakah Lo Cianpwee merasa takut ?"
"Bukan takut, tapi berhati-hati !"
"Suhu !" seru Toa Gu dengan tiba-tiba. "bolehkah aku makan dulu, sudah lapar benar !"
Lio Jie Hui memandang sambil tersenyum. "Ya, sebaiknya kita makan dulu, agar semangat kita bertambah."
Empat orang duduk ditepi danau, Toa Gu membuka rantang, mengambil makanan kering dan menyapoknya tanpa mengunyah lagi. Makanan itu kering dan peret, sukar masuk kedalam kerongkongan, membuatnya kelolotan ! Mendelik ketelak makanan itu, membuatnya gugup, dan cepat-cepat lari kepinggir danau dan minum.
Liok Jie Hui cepat-cepat mencegah, "Air ini kelihatannya kurang bersih, entah bisa diminum atau tidak, sebaiknya engkau keluar lembah, disana ada selokan air, minumlah disana, sekalian ambilkan barang seember !"
Toa Gu mengangguk dan lari keluar lembah sambil membawa ember.
Liok Jie Hui menantikan Toa Gu sudah jauh baru berpaling kepada Siau Bwee dan Kiam Hong. "Atas bantuan kalian untuk mengambil pedang ini, kuucapkan banyak terima kasih.
Yang datang untuk mengambil pedang kesini, nyatanya banyak sekali, kita harus berlaku terlebih waspada lagi."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
277 Pek Kiam Hong tidak mau bicara, ia asyik makan kueh kering.
"Sudahkah Lo Cianpwee melakukan persiapan untuk menghadapi mereka ?" tanya Siau
Bwee. "Kita berjumlah empat orang," kata Liok Jie Hui, "aku harus membawa Toa Gu ke danau ini mengambil pedang, dan kuminta kalian menjaga mulut lembah, merintangi setiap orang yang mau masuk kesini."
"Kepandaian kami tidak seberapa, mungkin tak dapat menahan orang-orang itu," sela Siau Bwee.
"Dalam hal ini Kounio tak usah kuatir, aku sudah berpikir bahwa letaknya mulut lembah kesini tidak seberapa jauh, jika kalian menghadapi kesukaran boleh memberi tanda bahaya aku bisa datang membantu," kata Liok Jie Hui.
"Musuh-musuh itu bisa datang setiap saat bukan ?" kata Siau Bwee.
"Jika musuh datang sebelum kami mengambil pedang, kalian bisa berseru minta bantuan, aku segera datang membantu, jika saatnya aku mengambil pedang dan musuh datang, tahanlah mereka sejenak, begitu selesai mengambil pedang aku bisa datang menghalau mereka !"
"Jika saat ini mereka sudah datang ?"
"Disiang hari sinar pedang tidak memancar keluar, mereka tidak dapat mencari tempat ini begitu cepat !" kata Liok Jie Hui. "Untuk melewati waktu kita boleh bersembunyi ditempat gelap, biar mereka sampai kesini, jika tidak melihat kita akan pergi lagi bukan ?"
"Kulihat air ini menyeramkan sekali, ditambah Toa Gu tolol sekali, bisakah pedang itu diambil dengan tenaga berdua ?" tanya Siau Bwee.
"Biarpun air ini menyeramkan kami masih sanggup mengatasinya, asal saja kalian bisa melakukan tugas dengan baik dimulut lembah."
"Kedatangan kami kesini justru untuk membantu Lo Cianpwee menghadapi musuh-musuh itu, sudah tentu akan menjalankan tugas sebisa mungkin, tapi".." Ia tidak meneruskan kata-katanya dan merandek dengan mendadak.
"Tapi".tapi kenapa, katakanlah !"
"Kumohon Lo Cianpwee melulusi satu permohonanku !"
"Asal yang kubisa, pasti kululusi, katakanlah !"
"Sebenarnya bukan apa yang kami minta," kata Siau Bwee. "Aku hanya ingin melihat bagaimana rupanya sinar pedang itu, dan bagaimana caranya Lo Cianpwee mengambilnya."
"Ini".habis siapa yang menjaga mulut lembah ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
278 "Ada kokoku yang menjaga," jawab Siau Bwee. "Jaraknya toh dekat sekali, jika ada bahaya aku bisa lari membantunya, jika tak ada apa-apa aku diam disini, bagaimana ?"
Liok Jie Hui tidak setuju Siau Bwee berada ditepi danau, maka ia berkata : "Sebaiknya Kounio menjaga mulut lembah itu jika tidak ada musuh yang datang, aku bisa memberi tahu saatnya pengambilan pedang itu, dan engkau boleh datang melihatnya."
"Benar-benar nih " Harap Lo Cianpwee jangan lupa ya ."
"Pasti tidak lupa !"
"Biar bagaimana aku harus melihat dengan mata sendiri, peristiwa yang jarang terjadi ini, "
kata Siau Bwee. "Aku berdoa agar musuh-musuh yang mau mengambil pedang ini pergi jauh-jauh"."
Belum pula ia menyelesaikan perkataannya, matanya melihat Toa Gu dengan menenteng ember yang terisi air, sedang berlari dengan tergesa-gesa.
Tampaknya sitolol masih belum menelan makanan kering yang menyumbat kerongkongannya itu, begitu sampai lengannya memeta, nunjuk-nunjuk keluar lembah, dan berkata dengan terbata-bata : "Suhu".lekas".lekas lihat."
"Lihat apa " Bicara yang benar !" bentak Liok Jie Hui.
Toa Gu menghirup air dan menelan makanan dikerongkongannya, lalu berkata dengan cepat :
"Diluar ada dua anak kecil berkelahi dengan seorang Tojin tua, anak kecil itu berhasil membunuh Tojin itu?"
"Jauhkah dari sini ?" tanya Liok Jie Hui.
"Tuh diluar lembah itu," kata Toa Gu, "kedua anak kecil itu setelah membunuh berlari kearah sini."
Liok Jie Hui menjadi kaget, dan mengulap-ulapkan tangannya dan berkata : "Lekas
bersembunyi, yang datang pasti Hek pek siang kuay."
Keempat orang dengan cepat bersembunyi kedalam pepohonan yang rimbun. Tak selang lama dari mulut lembah berkelebatan dua sosok bayangan dengan cepat.
Hanya sekejap dua orang itu telah berada ditepian danau, sedikitpun tak salah apa yang diucapkan Liok Jie Hui, bahwa anak kecil itu benar-benar Hek pek siang kuay adanya.
Tiat Siau Bwee maupun Pek Kiam Hong pertama kali melihat suami istri yang serupa bocah-bocah cilik itu, menjadi heran sendiri, bilamana tak diterangkan lebih dulu, ia takkan percaya bahwa Hek pek siang kuay yang terkenal keganasannya didunia persilatan berbentuk tak ubahnya seperti bocah belasan tahun.
Siang kuay berhenti ditengah danau, mata mereka jelilatan kesekeliling lembah. Na Beng Sie menganggukkan kepala sambil berkata. "Pantasan kedua bedebah itu meronda disini, kiranya lembah ini sangat menarik perhatian."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
279 "Coba terangkan padaku, dimana letak yang menarik perhatian ?" kata Lauw Siu Kim.
Dengan ujung jarinya, Na Beng Sie menunjuk kearah lembah sambil memberi komentar :
"Lihatlah lembah ini bermulut kecil, sedangkan perutnya sangat lebar, dalam ilmu berperang, lembah ini menguntungkan yang bertahan dan menyulitkan si penyerang?"
"Hm," selak Lauw Siu Kim, "aku menginginkan kau menyebut dimana tempat pedang itu, dan tidak menanyakan soal ilmu perang !"
"Jangan bergegas memutus pembicaraanku," kata Na Beng Sie, "dengarkanlah nanti engkau bisa menarik kesimpulan sendiri, dimana tempat pedang itu berada ! Lembah ini bersangkutan sekali dengan tempat pedang itu, pikirlah pedang wasiat itu kenapa bisa berada ditempat sesunyi ini, tak perlu kujelaskan lagi, tentu ada orang yang membawa dan menyembunyikan disini"."
"Aku juga tahu pedang itu disembunyikan orang, tapi dimana disembunyikan " Lekas katakana." Lagi-lagi Siu Kim memotong pembicaraan suaminya.
"Apa yang kukatakan belum selesai, dengarkan terus, engkau akan tahu sendiri dan tahu dimana letaknya tempat pedang itu !"
"Katakanlah yang penting dahulu, jangan mengoceh kebarat ketimur seperti dalang saja,"
bentak Lauw Siu Kim, "ketahuilah berbagai golongan telah berada disekitar gunung ini bilamana engkau melalaikan waktu dengan cuma-cuma, kemungkinan besar pedang itu sudah berada ditangan orang lain bukan ?"
"Dalam hal ini engkau tak perlu kuatir, kata Na Beng Sie dengan tenang. "Barang siapa berani berlaku gegabah, dua bedebah tadi adalah contoh yang baik !"
"Jangan tekebur, diatas yang kuat masih ada yang kuat, lebih-lebih tenaga kita hanya berdua, mana mungkin menundukkan seluruh jago persilatan ?"
"Bilamana pedang itu berada ditangan kita, dengan sendirinya kitalah yang menjadi jago nomor satu dikolong langit ini bukan ?"
"Benar ! Lekaslah ambil pedang itu !" ejek Lauw Siu Kim.
"Baiklah kuteruskan kata-kataku tadi," kata Na Beng Sie, karena tempat ini sangat aneh maka menarik perhatianku dan timbul dugaan bahwa pedang itu berada dilembah ini?"
"Dimana ?" tanya Lauw Siu Kim dengan bernapsu.
"Aku hanya menduga, benar tidaknya harus dilakukan pengecekan yang cermat !"
"Hm, kalau begitu engkaupun tidak tahu bukan ?"
"Biar tidak tahu, aku bisa menduga, sedikitnya ramalan ayau dugaan itu, mendekat pada kebenaran"."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
280 "Jika begitu lekaslah kita memeriksa dan meneliti lembah ini !" kata Lauw Siu Kim yang lantas bergerak terlebih dulu.
"Sabar !" seru Na Beng Sie.
"Ada apa lagi ?"
"Disiang hari mana bisa kita mencari pedang wasiat itu ?" kata Na Beng Sie. "Kita harus menanti sampai malam hari, pedang wasiat itu pasti memancarkan sinar yang berkilauan, dan memudahkan kita mencarinya."
"Maksudmu kita nongkrong terus disini sampai gelap gulita ?"
"Dalam hal ini kita harus mengutamakan kesabaran," kata Na Beng Sie. "Kini kita jadikan tempat ini yang diutamakan, lalu kita mencari lagi beberapa tempat yang lain yang cukup menarik perhatian, sesudah malam baru kita lakukan pemeriksaan."
"Jika kita pergi, nanti ada yang datang kesini bagaimana ?"
"Kita bisa memberikan tanda peringatan diluar lembah, melarang mereka masuk ! Itu sih sama saja memberi tahu pada orang lain bahwa disinilah tempatnya pedang wasiat berada !"
kata Lauw Siu Kim. Kupikir lebih baik aku menjaga disini sampai malam dan engkau pergi menyelidiki tempat lain seorang diri."
"Bagaimana kalau musuh datang waktu kita berpisah " Tenaga kita jadi terpencar, pasti celaka bukan ?"
"Habis bagaimana ?"
"Sebaiknya kita memeriksa berdua, tapi tak perlu jauh-jauh. Begitu kita melihat sinar pedang buru-buru kita kembali !"
Lauw Siu Kim terpekur agak lama, seolah-olah sedang berpikir, tapi tak ada jalan yang lebih baik dari itu, ia menganggukkan kepala dan terus mengajak suaminya berlalu untuk memeriksa tempat lain.
Setelah Siang kuay pergi jauh, Liok Jie Hui baru menarik napas dalam-dalam. "Jika menurut cara Lauw Siu Kim, menongkrongi terus danau itu bisa berabe tak keruan !"
"Kulihat sepasang suami istri itu mungil dan lucu, berpotongan seperti bocah-bocah kecil.
Yang perempuan galak dan yang lelaki sabar, pasangan berat sebelah !" kata Siau Bwee.
"Kenapa berat sebelah ?" tanya Toa Gu.
"Tentu berat sebelah, karena laki-laki itu takut bini !" kata Siau Bwee.
"Engkau jangan memandang lucu kesua suami istri itu, mereka terkenal sangat buas dan kejam, tidak sedikit jago-jago bulim terbunuh di tangannya !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
281 "Bagaimana kalau dibandingkan dengan kepandaian siang kuay dengan Lo Cianpwee ?"
tanya Siau Bwee.
"Satu lawan satu aku menang seurat, jika mereka bergabung aku kalah seurat !" jawab Liok Jie Hui.
"Kalau begitu aku dan kokoku mana bisa menahan mereka, jika sebentar malam mereka kembali lagi ?"
"Jangan kuatir, sekarang masih ada waktu," kata Liok Jie Hui, "kita boleh menganyam tikar yang besat untuk menutupi danau itu agar sinar pedang tidak memancar keluar !"
"Cara ini mana bisa dilakukan, sebab danau itu sangat lebar !" kata Siau Bwee.
Mereka bicara sedangkan sebarisan orang telah memasuki lembah ini dengan mendadak.
Untung mereka berada ditempat persembunyian dan tidak terlihat orang ini, semakin lama oranag-orang ini semakin dekat dan dapat dilihat dengan tegas. Mereka jadi kaget, lebih-lebih lagi Pek Kiam Hong, karena barisan ini dipelopori seorang perempuan cantik berbaju hitam yang bukan lain dari Soat Kouw adanya, dikiri kanannya mengikuti tiga perempuan berbaju kuning, yang bukan lain dari pada Jung jung dan kawan-kawannya.
Liok Jie Huipun tak kurang kagetnya, karena dibelakang perempuan itu, ada Thian lam siang kui dan Thay Cin Tojin. Dibelakang jago-jago kenamaan ini terdapat seorang Tauto (kaum Hipies jaman bahela) dan dua pengawal.
Tauto ini adalah ketua cabang Pek Thian pang didaerah Hoau yang, ia bernama Hoat ceng dan bergelar Houw bin Heng cia (Hwesio bermuka macan), tenaganya sangat kuat, karena itu ia memakai senjata yang berupa garu dan beratnya seratus kati. Sebenarnya Hoat ceng adalah Hwesio dari Ngo Tay San, dikarenakan sifatnya yang berangasan, sehingga sering membunuh orang, dan diusir dari sana. Ia keluar dari kuil itu, mengembara di dunia Kang Ouw sambil memelihara rambut menjadi Tauto dan akhirnya mengabdi pada Pok Thian pang, karena kepandaiannya sangat tinggi, dalam waktu pendek ia telah menjadi ketua cabang, dan mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada Tan Toa Tiau yang hanya menjadi ketua ranting.
Dalam waktu singkat rombongan ini telah sampai dipinggir danau, Soat Kouw yang menjadi ketua rombongan, celingukan keempat penjuru, lalu berkata : "lembah ini sangat sunyi dan tersembunyi lebih-lebih danau ini, suatu tempat yang cocok untuk menyembunyikan pedang pusaka, kulihat pedang yang kita cari depalan puluh persen berada didanau ini."
"Keadaan tempat ini memang sangat cocok tapi tak salahnya kalau kita mencari tempat lain,"
kata Tok Kay Pong dengan tersenyum.
"Benar !" kata Soat Kouw. "Akupun merasa heran, kenapa dilembah ini tidak terlihat barang seorang, padahal yang datang ke Hoay Giok san ini banyak sekali, buktinya kita bisa melihat dua mayat diluar lembah, menandakan bahwa mereka telah saling bunuh untuk
memperebutkan pedang pusaka."
"Mungkin mereka mula-mula menganggap lembah ini tempatnya pedang itu, kemudian baru tahu bahwa tempat ini adalah kosong !" kata Tok Kay Pong.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
282 "Menurut Fuhoat sendiri, bagaimana keadaan lembah ini ?" tanya Soat Kouw.
"Aku tak berani mengatakan ini itu, yang perlu kita harus menjelajah tempat lain juga."
Soat Kouw tersenyum, "engkau cukup bijaksana." Dan dilihatnya Thay Cin Tojin,
"Bagaimana pandangan Totiang ?"
"Benda-benda pusaka biasanya suka memancarkan sinar dimalam hari, maka itu jika engkau menaruh curiga pada lembah ini, tak salahnya menaruh beberapa pengawal disini, dan menantikan malam, jika benar pedang itu ada disini pengawal itu bisa melihat cahayanya dan memberikan laporan pada kita."
"Baiklah !" kata Soat Kouw. Dan terus memberi isyarat pada Houw bin Hong cia agar kedua pengawawlnya menjaga lembah ini.
"Kalian diamlah disini, jika ada yang masuk kesini bunuh saja," kata Houw bin Heng cia,
"jika musuh kita boleh lepaskan panah api sebagai isyarat minta bantuan."
"Siap !" seru kedua pengawal itu.
Soat Kouw segera memimpin lagi anak buahnya memeriksa ketempat lain.
"Lo Cianpwee, bagaimana sekarang ?" tanya Siau Bwee.
"Dua pengawal itu tidak ada artinya, nantikanlah malam tiba, masih belum terlambat membereskan mereka !" jawab Liok Jie Hui.
"Nampaknya jago-jago dari berbagai aliran berkumpul di Hoay Giok san, andaikan kita berhasil memperoleh pedang itu, belum tentu bisa lolos dari tangan mereka," kata Siau Bwee mengutarakan kekuatirannya.
"Ha ha ha," Liok Jie Hui tergelak-gelak, "Pokoknya bilamana pedang itu berada ditanganku, siapa yang bisa melawan lagi ?"
"Tapi Toa Gu hanya memiliki tenaga kerbau, tidak memiliki ginkang, andaikata menemui musuh kuat"."
"Semua ini sudah dalam perhitunganku, engkau tak usah merasa cemas," jawab Liok Jie Hui dengan tersenyum sinis.
Senyuman aneh itu mendatangkan perasaan tak enak bagi Siau Bwee, ia menjadi diam tak berkata-kata lagi.
Sejak itu tak terlihat lagi rombongan lain datang kelembah itu, suasana menjadi sunyi sekali.
Sedangkan Liok Jie Hui duduk bersila memelihara semangatnya untuk sebentar malam.
Pek Kiam Hong tampak beringsang betul, gagang pedangnya dipegang erat-erat, matanya sebentar-sebentar melirik pada Siau Bwee. Hal ini membuat sigadis menjadi risau, karena Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
283 iapun sedang memeras otaknya untuk mencari jalan keluar. Hanya Toa Gu seorang yang tidak memperdulikan keadaan, ia masih mengunyah dengan asyiknya makanan yang dibawa.
Siau Bwee merasaa kasihan pada sitolol itu karena ia sadar bahwa Liok Jie Hui mengandung maksud tak baik kepadanya. Toa Gu sendiri karena menganggap Liok Jie Hui sebagai gurunya, sedikitpun tak merasa kuatir atau curiga, kalau dirinya dalam bahaya.
Biarpun Siau Bwee sudah tahu apa yang akan terjadi, tapi tak mempunyai daya untuk mengatasinya. Karena bukan saja Liok Jie Hui yang harus dihadapi, masih banyak lagi jago-jago lainnya, bilamana terjadi perkelahian, bisakah ia bersama Pek Kiam Hong meninggalkan lembah itu dengan selamat " Semua ini merupakan tanda tanya yang tidak ada jawabannya.
Keadaan semakin sunyi, kepusingan Siau Bwee semakin bertambah, saat inilah Toa Gu yang sedang asyik makan, tergesa-gesa bangun dari tempat duduknya, sambil menekan perutnya ia berlari kecil pada Liok Jie Hui. "Perutku mules daningin buang air."
"Kenapa mendadak menjadi sakit ?" tanya Liok Jie Hui dengan mendelik.
"Mungkin minum air mentah itu."
"Kini masih siang, engkau tak bisa kedanau itu membuang hajat karena dijaga pengawal dari Pok Thian Pang, kupikir tahan saja segala rasa sakit itu !"
"Apakah suhu menghendaki aku berak dicelana ?"
"Ada-ada saja," keluh Liok Jie Hui. "Kalau begini rencana itu harus dipercepat. "
Dipanggilnya Siau Bwee dan Kiam Hong, lalu dibisikinya. "Beresilah pengawal yang menjaga mulut lembah secepatnya, jangan sampai ia melepaskan tanda bahaya bagi kawan-kawannya."
"Baik," kata Siau Bwee dan terus mengajak Kiam Hong. "Mari kita berangkat."
"Bilamana pengawal itu sudah diberesi, kuminta kalian menjaga mulut lembah itu," kata Liok Jie Hui.
"Baik," jawab Siau Bwee, "tapi waktu mengambil pedang itu, Lo Cianpwee jangan lupa memanggilku !"
"Tentu kuingat !" jawab Liok Jie Hui.
Baru saja Siau Bwee dan Kiam Hong berlalu Toa Gu sudah lari kebawah pohon membuka celana untuk membuang hajat.
Pek Kiam Hong sedari tadi membungkam terus begitu berada berduaan saja dengan Siau Bwee segera ia berkata dengan perlahan. "Kenapa engkau mau saja diperbudak menjaga mulut lembah, sedangkan dia sendiri enak-enakan mengambil pedang itu ?"
"Ya !" jawab Siau Bwee.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
284 "Engkau sudah gila ?" Hek pek siang yauw, Thian Lam Samkui, Thay Cin Tojin dan bibiku, orang macam mereka mana bisa kita tahu."
"Ya, karena jago-jago terlalu banyak, sementara waktu kita harus bekerja sama dengan Liok Jie Hui, jika tidak demikian pedang itu mana bisa kita peroleh."
"Dengan cara apa pedang itu bisa didapat ?"
"Dengan tipu muslihat !"
"Aku tak mengerti".."
"Jika tak mengerti jangan banyak tanya ! Dalam suasana rumit semacam ini kita harus bergerak melihat keadaan, sebaiknya engkau menurut kata-kata, pasti tidak salah !"
"Begitupun baik, tapi engkau harus berpikir harus bagaimana aku nanti menghadapi kaum Pok Thian Pang !"
"Soal kecil, waktu turun tangan, kita bisa bertopeng bukan " Tambahan yang dititik beratkan adalah pedang, bukan berkelahi !"
Dan bertanya jawab sambil berjalan, tanpa terasa mereka telah tiba di mulut lembah. Dengan menyelinap dibalik pohon mereka melangkah setapak demi setapak kearah pengawal yang sedang berjaga.
Penjaga itu agaknya kelewat letih, tampak sedang duduk sambil menundukkan kepala, rupanya ia tidur ! Maka iti tak heran jika kedatangan Siau Bwee dan Kiam Hong belum diketahuinya.
"Bagaimana " Engkau atau aku yang turun tangan ?" bisik Siau Bwee.
"Engkau saja ! Tapi jangan mencelakakan jiwanya." Kata Kiam Hong.
Siau Bwee mengangguk, lalu mencelat dengan cepat dan menerkam pengawal itu. Dan
lengannya beruntun memberi totokan yang telak, membuat pengawal itu terjungkal. Kiam Hong segera menghampiri, membantu Siau Bwee menggotong tubuh pengawal itu kebalik semak-semak. "Lekas bersembunyi ada musuh !" seru Siau Bwee separuh berbisik.
Kiam hong membalik tubuh dan memandang keempat penjuru, ia tidak melihat sepotongpun bayangan manusia. "Mana ada musuh ?" tegurnya.
"Engkau lihat ! Pengawal ini sudah mati ! Padahal bukan aku yang membunuhnya."
Mereka memeriksa tubuh pengawal itu dan mendapatkan ditengah-tengah alisnya sebuah lubang sebesar jarum, tertutup darah membeku.
"Siapa yang menurunkan tangan jahat ini ?" tanya Kiam Hong.
"Belum bisa diketahui !" jawab Siau Bwee. "Yang perlu kita harus bertopeng dan kembali secepatnya kedalam lembah."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
285 Sedangkan Liok Jie Hui yang bertugas menyingkirkan pengawal ditepi danau, begitu keluar dari tempat persembunyiannya , mendengar deheman orang".
Pengawal itupun mendengar juga, segera ia membalik badan, dan dilihatnya Liok Jie Hui ada dibelakangnya. Segera ia menghunus pedangnya dan membentak : "Engkau bernyali besar beranni memasuki tempat larangan kaum Pok Thian Pang, siapa namamu ?"
Liok Jie Hui sadar disekitar situ telah berada musuh yang tangguh, maka dengan tak ayal lagi pengawal itu diserang dengan tongkatnya. Dengan berani pengawal itu menangkis dengan pedangnya. Begitu dua senjata bentrok, terdengar suara "trang" yang amat nyaring. Dan pengawal itu pedangnya terlepas dari lengannya, ia sadar menghadapi musuh yang lihay, cepat-cepat mengundurkan diri, mau melepaskan panah api minta bantuan.
Liok Jie Hui mana mau memberikan kesempatan, tubuhnya memburu dengan cepat,
sedangkan tongkatnya tiba-tiba berbunyi "krak" dan tiba-tiba menjadi dua bilah pedang yang tajam, begitu sinar pedang berkelebat, langsung menembus tubuh pengawal itu. Liok Jie Hui mencabut pedangnya dan membarengi dengan satu tendangan. Tanpa bersuara lagi pengawal itu telah mati. Tubuhnya mental dan masuk kedalam danau. Terlihat air danau berputar-putar menyedot tubuh itu, dalam sekejap air telah menjadi tenang kembali, sedangkan tubuh pengawal itu sudah tidak terlihat lagi.
Liok Jie Hui biasanya menggunakan tongkat sebagai senjata, kini tongkatnya itu berubah menjadi pedang, dan jurus yang dipakai tadi adalah Tiang hong su jit (pelanngi membidik matahari) salah satu gerak serangan dari Keng thian cit su. Nyatanya ia telah pandai ilmu pedang itu, tak heranlah jika hasratnya memiliki pedang wasiat begitu besar, karena ingin menjadi jago Kang Ouw yang tak terkalahkan.
"Ha ha ha !" tiba-tiba terdengar suara tertawa mengejek.
"Siapa " Lekas keluar ! Jangan sembunyi-sembunyi !"
Didahului dengan kesiuran angin terdengar jawaban keras. "Aku Bayangan darah !" Belum pula suaranya hilang dari pendengaran, telah tiba bayangan merah dihadapan Liok Jie Hui.
Orang ini tinggi besar, usianya lebih kurang tujuh puluh tahun, wajahnya merah, demikian pula dengan janggutnya, ditambah pakaiannya yang merah juga, sekilas pandang tak ubahnya dengan Toapekong Api. Ia bertangan kosong, tak membawa senjata apapun. Bahkan lengan kirinya masih tergantung dalam kain yang diselendangkan kepundak, menyatakan ia sedang menderita luka, akan tetapi lengan kanannya tak ubahnya kebelakang yang kuat menentang tubuh Toa Gu yang besar.
"Liok Toako masakan sampai aku siorang she Kim ini dilupakan juga ?"
"Oh kiranya hiat mo Kim Tay," kata Liok Jie Hui dengan kaget. "Rupanya engkau masih senang memakai baju penganten yang serba merah ya " Sudah tua tabiatmu masih begitu-begitu."
"Aku tidak bisa tukar pakaian, tapi engkau sendiripun tak bisa mengubah tabiatmu ! Entah dengan tipu apa engkau bisa memperbudak kedua anak muda itu !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
286 Liok Jie Hui memandang kesekelilling lembah dan tidak melihat Siau Bwee dan Kiam Hong, hatinya menjadi lega. Cepat-cepat ia tersenyum. "Nampaknya kedatangan Kim heng kesini tentu ada yang diinginkan bukan ?"
"Sudah tahu ya sudah, buat apa tanya lagi ?"
"Sudah lamakah Kim heng kesini ?"


Perguruan Sejati Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak seberapa lama, tepat seberlalunya orang-orang Pok Thian Pang aku datang kesini, memang kenapa ?"
"Bukankah di mulut lembah itu dijaga seorang pengawal dari Pok Thian Pang ?"
"Segala keroco begitu apa artinya ?" kata Kim Tay. "Aku tidak sepertimu begitu repot memberesi seorang keroco !"
Perkataan ini membuat wajah Liok Jie Hui merah padam, tapi ia licik sedikitpun tak jadi gusar terkena sindiran itu. Malahan ia tahu bahwa orang she Kim itu kini memiliki ilmu yang tinggi dan lebih maju dari dulu-dulunya. Andaikata ia dongkol dan marah, pasti dirinya sendiri yang akan rugi, maka itu segala kedongkolan itu ditelannya dengan paksa, dan terus tersenyum-senyum.
"Waduh kepandaian Kim heng luar biasa sekali majunya, kalau begitu tak ada harapan lagi bagiku untuk memperoleh segala benda pusaka, untuk ini terpaksa aku harus mengundurkan diri."
"Apakah dengan ikhlas engkau mengundurkan diri begitu saja ?"
Liok Jie Hui yang licik segera mengeluarkan wajah yang minta dikasihani, sambil menarik napas panjang, ia mengangkat pundak, "Mau tak mau harus mau toh " Aku hanya sendirian sedangkan orang-orang Pok Thian Pang demikian banyak, demikian juga dengan Hek pek siang kuay pokoknya mereka lebih unggul?"
"Ha ha ha," Kim Tay tergelak-gelak memotong pembicaraan orang. "Orang she Liok didepan kawan lama tidak usah menyanyikan lagu lama, terus terang saja katakana kita perlu kerja sama dan mendapat pedang itu seorang satu, begitu bukan ?"
"Oh tidak ! Sejujurnya aku tak ingin memperoleh pedang itu lagi ! Jika Kim heng masih menginginkan juga, silahkan aku hanya sebagai penonton saja !"
"Engkau ingin menonton perkelahian antara aku dan mereka " Lalu memancing ikan diair keruh " Ha ha ha ! Lagi-lagi ilmu lama, apa tidak ada yang baru ?"
"Kim heng jangan berkata begitu, sesungguhnya aku tak bisa menghadapi orang-orang Pok Thian Pang yang begitu banyak."
"Lalu apa maksudmu datang kesini ?"
"Mula pertama aku tak memikir bahwa Pok Thian Pang bisa mengerahkan orang Cap sahkie yang begitu banyak, ditambah Kim heng pun datang"ada harapan apa lagi bagiku ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
287 "Aku selamanya berlaku jujur, maka itu sudah kutawari untuk bekerja sama engkau tak mau,"
kata Kim Tay. "Untuk ini tidak apa, tapi anak buahmu ini tak boleh dibawa."
"Apa perlunya Kim heng dengannya ?"
"Jadi pembantuku, dan menyuruhnya turun kedalam danau mengambil pedang itu !"
"Permintaanmu tak dapat kululusi !"
"Maka itu kerja samalah ! Keuntungan fifty-fifty, tak usah pura-pura lagi." Kata Kim Tay dengan adem.
Liok Jie Hui terpekur sejenak seperti mempertimbangkan ajakan orang yang diajukan berulang-ulang. "Memang bersatu tapi bagaimana dengan luka ditanganmu itu ?"
"Hm, luka kecil ini sedikitpun tak membuatku pusing !" jawab Kim Tay dengan mantap,
"Pokoknya engkau boleh mengambil pedang itu dan aku yang menghadang musuh.
Percayalah dalam seribu jurus tak bisa mereka mengalahkanku."
"Kalau begitu baiklah !" kata Liok Jie Hui.
"Tunggu dulu, aku masih mempunyai satu syarat."
"Katakanlah !"
"Untuk mencegah terjadinya persimpangan dari perjanjian semula sebelum anak buahmu ini turun mengambil pedang tubuhnya akan kutusuk dulu dengan Giam lo ciam (jarum elmaut).
Setelah pedang itu diserahkan padaku, baru kuberi obat pemunahnya."
Mendengar ini Liok Jie Hui menjadi girang.
"Justru aku sedang pusing mencari daya untuk melenyapkan saksi ini, tak kira engkau menganggapnya sebagai muridku. Hm, sama dengan engkau mencari penyakit sendiri, dan harus bertanggung jawab pad Hwesio tua sedang aku makan nangkanya engkau kena
getahnya." Pikirnya dengan tenang. Sungguhpun begitu apa yang terasa didalam hatinya sedikitpun tidak kentara diwajahnya. "Jikalau begitu Kim heng seperti tak percaya pada teman, dan untuk apa bekerja sama ?"
"Kita toh pertama kali mengadakan kerja sama bukan " Bagaimanapun aku harus bercuriga !"
"Tapi jarum itu beracun muridku berkepandaian tak seberapa tinggi, mana ia tahan ?"
"Aku mempunyai semacam pil yang bisa mencegah racun itu, selama satu jam, waktu itu cukup untuknya mengambil pedang."
"Tapi apa yang dapat kuperbuat, andaikata engkau menghendaki kedua-duanya pedang itu, dengan menggunakan jiwa muridku sebagai sanderan ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
288 "Pedang pusaka semacam itu, satupun sudah cukup bagiku ! Pokoknya aku tak bisa
melanggar peraturan, asal engkaupun bisa memegang janji !" Sesudah berkata ia letakkan Toa Gu ditanah dan memasukkannya kedalam dengan jarum yang baru dikeluarkan dari sakunya.
Setelah itu memberikan Toa Gu sebuah pil.
Segala kejadian itu terlihat dan terdengar tegas oleh Siau Bwee maupun Kiam Hong yang bersembunyi didalam lembah itu.
"Bedebah ! Orang she Liok itu benar-benar orang jahanam ! Mulutnya manis hatinya beracun
! Ia mengatakan pedang itu diberikan pada In Siau hiap, nyatanya suatu dusta yang keji," kata Kiam Hong dengan dongkol.
"Siang-siang sudah kukatakan Liok Jie Hui bukan orang baik, engkau tak percaya," kata Siau Bwee.
"Kita tak boleh berpangku tangan melihat Toa Gu dalam bahaya ! Ia kena dijual jahanam itu
!" "Tapi engkau harus berpikir, Kim Tay dan Liok Jie Hui memiliki kepandaian lebih tinggi dari kita, biar bagaimana dongkolpun harus bersabar, dan nantikanlah perubahan yang akan terjadi sampai pedang itu diambil mereka."
"Setelah mereka memiliki pedang itu, segalanyapun akan menjadi kasep !"
"Persoalan tak semudah yang engkau pikirkan," kata Siau Bwee. Orang semacam Liok Jie Hui yang begitu licik, bagaimanapun akan berdaya upaya menyingkirkan Kim Tay untuk memperoleh kedua-duanya pedang itu. Disamping itu iapun harus menghadapi orang-orang Pok Thian Pang. Pokoknya diamlah, malam ini pasti ada tontonan ramai !"
Mereka mengawasi lagi kearah danau, tampak Toa Gu sudah dibebaskan dari totokan. Ia marah-marah dan berkata : "Engkau kenapa mengganggu orang yang lagi berak " Dan kenapa menusuk pantatku dengan jarum ?"
"Toa Gu engkau tak boleh berlaku kurang ajar. Lo Cianpwee ini adalah kawan suhu, kau harus menghaturkan maaf kepadanya !"
"Kalau ia kawan suhu sepatutnya tak baik menusuk pantatku dengan jarum bukan ?"
"Aku menusukmu dengan jarum, karena suhumu akan menugaskan engkau melakukan
sesuatu pekerjaan besar. Tusukan jarum itu adalah bantuan padamu, supaya memperoleh sukses dalam tugasmu !"
"Suhu, betulkah yang dikatakan itu " Dan tugas apa yang suhu hendak berikan padaku ?"
"Benar ! Suhu akan memberikan engkau kesempatan membuat pahala besar, maukah ?"
"Mau !" jawab Toa Gu sambil menganggukkan kepala.
Liok Jie Hui menunjuk ke danau dan berkata : "Aku pernah mengatakan di dalam danau ini terdapat dua bilah pedang pusaka, kini kutugaskan engkau mengambilnya !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
289 "Oh, kiranya menyuruhku mengambil pedang itu !" kata Toa Gu. "Pedang itu milik suhu atau milik Lo Cianpwee ini ?"
Liok Jie Hui jadi melengak hampir-hampir tak bisa menjawab, setelah berpikir ia tersenyum, baru menjawab. "Sudah terang pedang itu bukan milikku maupun milik Kim Lo Cianpwee ini. Pedang itu entah sudah berapa puluh tahun terbenam dalam danau, jika kita yang mengambilnya berarti milik kita."
Mendengar ini Toa Gu menggelengkan kepala. "Segala pekerjaan dapat kulakukan, tapi kalau disuruh mengambil barang lain orang aku tak mau, sebaliknya suhu saja yang mengambil sendiri !"
"Barang itu tidak ada pemiliknya, tidak bisa disamakan sebagai pencuri !" kata Liok Jie Hui.
Toa Gu tetap menggelengkan kepala. "Pokoknya biar tidak ada pemiliknyapun tidak boleh sembarang ambil. Dulu waktu kukecil pernah memungut sebuah apel dijalanan, dan kena dipukuli ibu, mengatakan bukan barang sendiri tidak boleh sembarangan ambil, tak perduli ada tidak pemiliknya !"
Biarpun Toa Gu seorang awam yang sederhana, apa yang dikatakan semuanya benar,
sehingga Liok Jie Hui menjadi merah padam mendapat kuliah ini.
Kim Tay jadi tersenyum melihat Liok Jie Hui yang kemalu-maluan, lalu ia tersenyum.
"Muridmu ini seorang jujur yang patut dijadikan tauladan, dan membuatmu merasa malu bukan " Tapi yang penting, jangan sampai kata-kata muridmu ini, mengurungkan niatmu memiliki pedang itu !"
"Itu soalku kan muridku, engkau tak perlu campur bicara !" jawab Liok Jie Hui.
"Engkau boleh berkata begitu, tapi ingat sekitar sini banyak musuh-musuh yang bisa datang setiap saat"."
"Kutahu !" jawab Liok Jie Hui ketus, dan terus ia berkata lagi pada Toa Gu. "Aku kagum atas kekerasan dan kejujuranmu, karena sifatmu inilah kujadikan murid ! Engkau mengatakan ingin belajar ilmu memukul orang bukan " Tahukah engkau ilmu memukul orang itu
bagaimana ?"
"Kuberitahu ilmu memukul orang itu, tak lain tak bukan, adalah ilmu pedang yang luar biasa !
Setelah engkau pandai ilmu pedang itu, boleh malang melintang dikolong langit secara bebas
! Orang-orang akan takut padamu, saat itu jika engkau bilang hitam orang-orang itu akan mengatakan hitam jika engkau mengatakan putih merekapun akan mengatakan putih,
pokoknya segala keinginanmu akan kau peroleh secara mudah."
"Apa artinya semua itu bagiku ?" selak Toa Gu.
"Artinya besar sekali, engkau bisa hidup senang tanpa bekerja keras, dan tak perlu lagi menjual barang pecah belah sepanjang hari. Asal engkau mendehem, orang bisa
mengantarkan uang padamu !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
290 "Soal itu mudah saja, tapi yang membuatku pusing, engkau belum mempunyai senjata untuk memulai pelajaran pedang itu !"
"Oh, kiranya harus memiliki pedang dulu ?"
"Sudah terang ! Kalau tidak bagaimana engkau bisa menghadapi musuh yang bersenjata ?"
kata Liok Jie Hui dengan tersenyum, "karena inilah aku menyuruhmu mengambil pedang itu didalam danau !"
"Aku tidak mempunyai musuh yang bersenjata, maka itu tak perlu mempelajari ilmu pedang cukup ilmu memukul orang saja !"
"Betapa ilmu itu tinggi, tanpa senjata sama saja dengan nol besar !"
"Suhu harus tahu aku mempelajari ilmu memukul orang bukan berarti ilmu membunuh orang atau dibunuh orang, sehingga apa jadinya dengan ibuku ! Ia sudah tua tidak ada yang merawat lagi bukan " Maka itu aku tak perlu dengan pedang itu !"
Kim Tay tertawa mendengar perkataan itu, sedangkan Liok Jie Hui menjadi pucat, ia menggelengkan kepala sambil menarik napas menghadapi Toa Gu sitolol itu.
"Liok heng aku merasa bangga engkau mempunyai murid yang demikian suci dan baik," kata Kim Tay "sayangnya ia berguru pada alamat yang salah."
Liok Jie Hui merasa tersinggung mendengar perkataan itu. "Dalam keadaan begini engkau masih ngeledek saja, apa maumu " Ketahuilah bocah ini bertabiat seperti kerbau, kau kira engkau bisa menundukkannya ?"
"Jika tak bisa dengan kata-kata, kekerasan bisa dipakai bukan ?" kata Kim Tay, "engkau boleh mengancamnya pasti ia takut dan menurut bukan ?"
"Engkau tidak tahu tabiatnya, ia lebih suka mati daripada melakukan apa yang tidak dikehendakinya !"
"Jika begini terus, sampai kapan engkau bisa membujuknya ?"
Liok Jie Hui tidak menjawab, ia memeras otaknya sedapat mungkin, tiba-tiba terpikir olehnya suatu cara yang dianggap baik. Maka ia pura-pura lemas dan putus asa, ditepuk-tepuknya pundak Toa Gu , "engkau tak mau mengambil pedang itu akupun tak bisa memaksa, tapi dihari kemudian engkau jangan menyesalkan aku yang menjadi guru."
"Apa alasannya aku menyesalkan guru ?"
"Rupanya engkau belum mengerti betul, apa maksudku mengambil pedang didalam danau itu
!" "Aku sudah mengerti, suhu bermaksud menurunkan ilmu pedang dan menyuruhku membunuh orang !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
291 "Itu soal kecil yang kurang berarti, yang penting aku menghendaki pedang itu engkau membunuh seorang iblis diatas gunung, dan memakai pedang itu mencukil matanya untuk menolong seseorang."
"Menolong siapa ?"
"Menolong seorang buta !"
"Iblis itu apa " Dan apa gunanya mencukil mata ?"
"Iblis itu adalah jejadian yang luar biasa dan tidak mempan dibacok senjata biasa, sedangkan matanya itu bisa dijadikan obat yang luar biasa. Orang buta asal ditetesi cairan mata iblis itu akan melekat kembali. Sebab ibumu telah hilang penglihatannya, aku baru mau menjadikan kau murid, dengan tujuan mengambil pedang didanau ini. Dengan senjata pusaka ini engkau boleh membunuh iblis itu, dan mencukil matanya untuk mengobati ibumu yang telah buta, sebagai anak engkau harus berbakti dan membuat senang yang menjadi orang tua."
"Oh kiranya suhu bermaksud mengobati mata ibuku ?"
"Siapa bilang bukan " Tadinya tidak akan kuberi tahu dulu kepadamu, biar engkau girang belakangan, tapi kuterangkan juga sekarang karena engkau tak mau mengambil pedang itu !
Nah sekarang telah kujelaskan engkau boleh tidak mengambil pedang itu, tapi jangan menyesalkan aku tak bisa mengobati mata ibumu."
Mendengar ini Toa Gu tergugah hati kecilnya, air matanya memenuhi kelopak matanya.
Dengan suara parau ia menjawab : "Suhu dimana iblis itu berada " Aku akan mengadu jiwa dan mengambil matanya !"
"Tanpa pedang pusaka usahamu akan sia-sia melawan iblis itu !"
"Aku mau mengambil pedang itu, tapi bagaimana kalau ketahuan ibuku, pasti akan dicaci maki"."
"Engkau mengambil pedang untuk menolongnya, mana mungkin ia marah " Lagi pula setelah beres membunuh iblis itu, pedang ini bisa kita taruh lagi didalam danau, hitung-hitung pinjam pakai !"
"Kenapa sedari tadi tidak suhu katakana pinjam pakai " Nah sekarang aku mau
mengambilnya, tapi setelah beres membunuh iblis itu harus mengembalikan lagi kesini !"
"Oh sudah tentu harus begitu, masakan sebagai guru mau membohongi murid."
"Baiklah ! Apakah sekarang juga mengambilnya ?"
Melihat sediaan Toa Gu mengambil pedang Kim Tay menjadi girang. "Liok heng engkau benar-benar pintar, hayo lekas, tunggu apa lagi !"
Toa Gu sedang membuka baju mendengar ini, segera berhenti dan berkata dengan serius :
"Engkau jangan bergirang dulu, pedang itu hanya dipinjam bukan dimiliki !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
292 Liok Jie Hui memberi isyarat pada Kim Tay sambil berkata pada Toa Gu. "Oh sudah pasti harus mengembalikan lagi kesini. Barang siapa berani membohong tidak akan kuberi ampun
!" Setelah itu ia mengikat ujung rotan pada sebuah pohon, ujung satunya lagi diikatkan pada tubuh Toa Gu. Lalu memberikan pula sebilah belati pada sitolol itu sambil memesannya dengan berbisik : "Sebelum engkau turun ke air sebaiknya minum arak, dan pergunakanlah belati ini jika menemui makhluk-mahkluk jahat didalam air. Belati ini sudah direndam dalam racun, asal saja yang terkena ujungnya, biar sedikit akan segera mati !"
Toa Gu hanya memakai celana dalam saja dan siap turun kedalam danau. "Rotan ini bisa putus apa tidak ?"
"Jangan kuatir biarpun kecil rotan ini sangat kuat, lagi pula ada suhu yang menjagai, asal ada sesuatu yang kurang beres engkau boleh menarik-nariknya sebagai kode aku segera menarik keluar dari air itu."
"Pedang itu ada dimana, sulit apa tidak mencarinya ?"
"Gampang sekali mencarinya, asal engkau sampai didasar danau ini dan meilhat cahaya yang terang-terang, artinya pedang itu berada disitu, dan engkau boleh mengambilnya."
Toa Gu tidak berkata-kata lagi, ia minum arak beberapa tegukan, lalu menerjunkan diri ke dalam danau.
Putaran air danau itu bukan main kerasnya, dalam sekejap saja, Toa Gu tersedot kedalamnya, dan rotan yang berada diluar dengan cepat terulur masuk beberapa depa panjangnya.
Liok Jie Hui dan kim Tay dengan tak berkedip-kedip memperhatikan permukaan air danau, demikian pula dengan Pek Kiam Hong maupun Siau Bwee, mereka berdoa untuk keselamatan Toa Gu.
Dalam sekejap rotan diluar terlihat bergerak kesana kemari, permukaan danau menjadi merah oleh darah, tapi hanya sebentar saja, karena darah itu sudah hilang kedalam dasar lagi.
Sedangkan rotan itu ditarik-tarik dari dalam. Liok Jie Hui cepat-cepat menarik rotan mengangkat Toa Gu. Tampak dilengannya dan pundaknya bekas gigitan binatang, napasnya sudah senen kemis. "Ada apa dan bagaimana ?" tanya Liok Jie Hui.
"Danau unu dalam betul sampai ditengah-tengah, aku dihadang seekor ular air yang besar.
Aku digigitnya beberapa kali, untung aku memiliki ilmu kebal, kalau tidak sudah mati konyol
!" Jilid 15________
"Dengan adanya makhluk penunggu itu, pasti ada benda pusaka !" kata Kim Tay.
"Engkau benar-benar sebagai muridku yang jempolan, apakah ular itu sudah kau bunuh ?"
tanya Liok Jie Hui.
"Aku sudah menikamnya beberapa kali, entah mati atau hidup aku tak tahu !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
293 "Pokoknya asal kena sekali pasti ia akan mati, apa lagi kalau berkali-kali. Nah minum lagi arak ini, engkau pasti berhasil memperoleh pedang itu !"
Toa Gu segera menyelam lagi kedalam air, Liok Jie Hui dengan lihay melirik pada kim Tay, tampak kawan itu sedang terbengong mengawasi permukaan air, melihat ini timbul pikiran jahatnya didalam benaknya. "Akan kubereskan lawan tangguh ini dengan menggelap,"
pikirnya, sambil berpura-pura mengawasi kepermukaan air. Padahal dengan diam-diam ia mengumpulkan tenaga, dan mau segera menurunkan tangan jahatnya"..pada saat inilah dari mulut lembah terdengar suara nyaring yang amat panjang. Berbareng dengan suara itu tampak dua bayangan yang sangat cepat melayang kedalam lembah. Mereka bukan lain dari pada Hek pek siang kuay suami istri.
Begitu Liok Jie Hui melihat, hatinya tak alang kepalang kagetnya, dan yang membuatnya dongkol, kedua jejadian itu dengan mudah saja masuk kedalam lembah, sedangkan Siau Bwee dan Kiam Hong yang ditugaskan disana kemana perginya " Saat ini ia tidak bisa berpikir terlalu lama kaena Hek pek siang kuay telah tiba didepannya. "Kim heng semoga engkau tak lupa dengan janji semula !"
Kim Tay tersenyum mendengar kekuatiran kawannya itu, ia segera menghadang Hek pek siang kuay. "Bagaimana tuan dan nyonya, apakah baik-baik saja " Sudah lama kita tidak bertemu !"
Begitu masuk kedalam lembah, Hek pek siang kuay melihat pakaian Toa Gu dipinggir danau, dan rotannya terikat pada pohon sedang dipegangi Liok Jie Hui, pemandangan ini
membuatnya kaget, membuat mereka mengawasi ketengah danau tanpa menghiraukan
pertanyaan Kim Tay.
Liaw Siu Kim wajahnya terlihat asam, ia sudah merasa gusar melihat keadaan di danau. "Hei bangkai, engkau tidak mendengar kataku, nah apa yang mau engkau katakana lagi ?" Ia menyesali suaminya dengan kata-kata kasar.
"Ha ha ha !" Na Beng Sie tergelak-gelak. "Benar-benar didunia ini banyak keanehan"."
"Tutup mulutmu ! Dimaki masih bisa tertawa benar-benar menyebalkan ! Engkau tahu barang itu sudah dimiliki orang, apa-apaan ketawa lagi, mau di gaplok barangkali ?"
"Kita malang melintang puluhan tahun, selama ini belum pernah tunduk pada siapapun, tapi mulai hari ini, mau tak mau harus tunduk pada orang lain !"
Lauw Siu Kim tidak mengerti, matanya mendelik selebar-lebarnya. "Kenapa harus tunduk ?"
Dengan kipasnya Na Beng Sie menunjuk kepada Kim Tay, sedangkan matanya melirik pada Liok Jie Hui : "Puluhan tahun yang lalu, antara tiga belas jago-jago bulim, mempunyai nama dan kedudukan yang sederajat, tapi tak kira saat ini sudah berubah begitu jauh."
"Dulu dan sekarang apa bedanya, aku tak mengerti kata-katamu !" bentak Lauw Siu Kim.
"Diantara tiga belas jago-jago Bulim, yang bertabiat berangasan adalah Tong Cian Lie, sedangkan yang angkuh adalah Kim Tay bukan " Tapi kenapa orang angkuh bertabiat tinggi Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
294 serta tidak mau tunduk kepada orang lain dimasa lalu kini bisa tunduk dan mau menjadi tukang pukul orang lain " Benar-benar aneh bukan ?"
"Mungkin ia sudah pikun !" kata Lauw Siu Kim.
Suami istri yang kelihatannya mungil-mungil ini mulutnya lemas sekali, tanya jawab antara mereka ini membuat Kim Tay merah padam karena ia tersindir sebagai tukang pukul Liok Jie Hui, sungguhpun begitu ia tidak sampai marah. Ia tetap tersenyum dan berkata : "Sudah bertahun-tahun kita tak bertemu, tak kira mulut Na heng masih lemas seperti dulu, he he he?" Ia mengakui berdebat mulut tak bisa menandingi Na Beng Sie, maka kata-katanya ditutup dengan tertawa sinis.
Sedangkan Liok Jie Hui kuatir Kim Tay kena propakasi musuh, cepat menyambung perkataan kawannya. "Kami tidak mempunyai saudara dan tidak pula mempunyai istri, maka itu apa salahnya bekerja sama ?"
"Liok toako paling pintar mencari teman, dulu memperalat empat bajak dari Kuan lo dan menyulap mereka menjadi ahli-ahli pedang dari empat perguruan, akhirnya keempat bajak itu terbunuh mati, sedangkan Keng thian cit su jatuh pada Liok toako seorang. Rupanya cara itu sedang dipraktekkan disini."
"Ha ha ha kitab itu hanya satu, sedang pedang ini ada dua ! Lagi pula Kim heng bukan orang tolol seperti empat bajak itu !"
"Kuyakin apa yang tuan dan nyonya kehendaki akan gagal seperti tempo hari ! Ha ha ha !"
"Beng Sie jangan banyak bicara dengannya pokoknya pedang itu bukan miliknya, siapapun boleh mengambilnya ! Serang !" teriak Lauw Siu Kim dengan tak sabar.
Melihat sikap Lauw Siu Kim yang mau menyerang ini, Kim Tay telah siap sedia dengan Jarum Elmautnya. "Sebenarnya antara kita bukan orang lain, kenapa harus bertengkar,"
katanya menenagkan situasi gawat.
"Orang lain boleh takut dengan jarummu, aku tidak memandang sebelah mata?" ia menoleh pada suaminya. "Jangan siam saja, hayo kerjakan orang she Liok itu !" Lauw Siu Kim membuktikan perkataannya, sepadang pedangnya dengan gencar menyerang pada Kim Tay.
Yang disebut belakangan sedikitpun tak merasa jerih, sepasang lengannya melancarkan ilmu Pek kong ciang, mengimbangi ilmu pedang lawannya. Mereka berkelahi dengan sungguh-sungguh sehingga seru sekali, dalam beberapa jurus itu, keadaan tetap berimbang.
"Kim heng kuminta engkau menghentikan dulu perkelahian ini !" seru Na Beng Sie. "Aku mau bicara denganmu !"
Kim Tay berkelit dari serangan, lalu melompat keluar arena perkelahian. "Apa maumu lekas katakana !"
"Kim heng sebagai jago sejati kenapa mau bekerja sama dengan manusia licik yang rendah ini
" Lagi pula lihatlah keadaan dan situasi sudah terang bahwa Kim heng menghadapi kami berdua belum tentu menang bukan " Andaikat menangpun tak berarti apa-apa ! Karena dalam keadaan letih dan lemas itu, Liok Jie Hui akan menyerangmu..ha..ha"ha"alhasil nol besar Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
295 bagi capai lelahmu sebagai tukang pukul. Kupikir lebih baik engkau bekerja sama dengan kami dan hasilnya bagi paro bagaimana ?"
Mendengar ini Liok Jie Hui menjadi kaget, cepat-cepat ia menyelrtuk, "Akalmu memang baik, dengan kekuatan bertiga ingin menumpas aku seorang setelah itu dengan kekuatanmu berdua untuk menumpas seorang bukan " Akhirnya kedua pedang itu menjadi milikmu
berdua"ha"ha"ha"!"
"Mulutku biar jahat boleh dipercaya tidak sepertimu mulut manis hati busuk !" kata Na Beng Sie.
"Engkau boleh mengatakan aku jahat dan busuk, tapi dalam hal kerja sama ini aku
mengeluarkan modal, sedangkan kalian hanya mengandalkan omong kosong saja !" kata Liok Jie Hui.
Kim Tay menjadi serba susah, sebab jika menimbang keadaan dan situasi, tawaran Na Beng Sie sangat menarik hati. Tapi kalau dipikir lebih jauh apa yang dikatakan Liok Jie Hui lebih masuk akal. Setelah berpikir agak lama ia mengambil keputusan untuk terus memihak pada Liok Jie Hui. "Laki-laki berkata hanya sekali, kini aku sudah bekerja sama dengan Liok heng bagaimanapun tak bisa mengubah lagi keputusan yang telah kuambil !"
"Mendengar ini Liok Jie Hui kegirangan segera ia berkata, "Ini baru keputusan jantan !"
"Tapi aku hanya mengambil bagianku saja, lain dari itu bukan urusanku !" kata Kim Tay.
Kata-katanya itu berarti, setelah mendapat bagian ia berlalu dari situ. Soal suami istri itu mau merebut bagian Liok Jie Hui ia tidak mau mencampurinya.
"Hm jangan dengar omongannya dan tak perlu banyak bicara dengan cecunguk-cecunguk ini.
Mari kita serang !" kata Lauw Siu Kim. Berbareng dengan habisnya perkataan ia menerjang lagi pada Kim Tay.
Na Beng Sie tidak bisa berkata apa-apa lagi, segera membantu istrinya mengerubuti Kim Tay seorang. Kipasnya bekerja dengan tangkas dan cepat, menotok kearah dada musuh,
serangannya yang telengas ini dilakukan dengan mendadak, membuat Kim Tay kelabakan, hampir-hampir kena tertotok, ia membuang diri dengan terhuyung-huyung. Tapi tak urung lengannya terkena pula senjata musuh, membuatnya kesakitan, ia menjadi marah dan gusar dan geregetan, tapi sebelum ia memperbaiki keadaan dirinya, serangan dari Lauw Siu Kim sudah tiba. Kepaksa ia mencelat keatas dan jarumnya yang sudah dikenal sedari tadi ditebarkan kearah Na Beng Sie. Jarum itu berjumlah lima batang dilepaskan sekaligus menerjang kiri dan kanan, atas bawah dan tengah. Na Beng Sie cukup lihay ia membuka kipasnya menyampok yang kebawah, kiri dan kanan, sedangkan yang keatas dan ketengah diegoskan dengan membanting diri kebelakang. Biarpun begitu tak urung bajunya kena terserempet juga ujung jarum masuk. Bagitu Kim Tay turun ketanah, ia menyiapkan lagi dengan tujuh jarum. "Orang she Na rasakanlah Tujuh Jarum Pencabut Nyawa."
Na Beng Sie menjadi kaget, cepat mengajak istrinya melompat mundur sejauh beberapa tombak, mereka tidak berani mendekat lagi, hanya mulutnya saja memaki-maki kalang kabutan".
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
296 Kim Tay tergelak-gelak tertawa melihat keadaan ini, Liok Jie Hui pun turut tergelak-gelak dengan girangnya.
Saat inilah rotan tergetar-getar, dengan cepat Liok Jie Hui menarik keatas. Toa Gu muncul dengan tangan hampa membuat Liok Jie Hui kecewa. "Engkau turun begitu lama, tidakkah berhasil menemui pedang itu ?"
Toa Gu menggelengkan kepala. "Danau ini dalam sekali, sukar mencapai dasarnya ! Aku mencarinya setengah mati, yang kudapati hanya sebuah gua, didalamnya cukup terang seperti cahaya pelita".."
"Kenapa engkau tidak masuk kedalamnya ?" potong Liok Jie Hui.
"Kulihat didalam gua itu ada kursi dan meja, seolah-olah ada penghuninya, aku tak berani sembarangan masuk, maka kuketuk dinding baru agak lama, tak ada yang datang"."
"Anak tolol, iti tentu kamar penyimpan pedang pusaka, tak ada penghuninya, lekas engkau menyelam lagi, tak perlu mengetuk pintu, masuk saja dan ambil pedang itu."
"Enak saja main masuk, jika benar-benar ada orang bagaimana ?"
"Jangan berlaku tolol, mana bisa orang tinggal diair." Kata Liok Jie Hui yang segera memberesi lagi Toa Gu kedalam air.
Kini keadaan jadi sunyi, semua pandangan mata dari orang-orang yang berada disitu tertuju ke dalam danau, tapi begitu lama berlalu belum pula terlihat Toa Gu muncul.
Siau Bwee yang bersembunyi, berbisik pada Kiam Hong. "Hek pek siang kuay merasa jerih pada Giam lo ciam Kim Tay, kini mereka diam-diam, tentu akan bergerak lagi setelah Toa Gu berhasil mendapatkan pedang. Kini ketenangan mereka akan kuacak-acak."
"Bagaimana caranya mengacak-acak mereka ?" tanya Kiam Hong.
Siau Bwee mengeluarkan panah api yang didapat dari pengawal Pok Thian Pang. "engkau diam-diam disini, aku mau pergi dulu melepaskan panah ini." Sehabis berkata ia menyelinap pergi keluar lembah. Dalam waktu sekejap sinar terang membubung naik dari lembah sambil menperdengarkan suara nyaring.
Keempat orang yang berada dipinggir danau melihat panah api itu. Mereka kaget tak alang kepalang. "Liok heng kalau orang-orang Pok Thian Pang benar-benar datang, urusan jadi berengsek !" kata Kim Tay.
Bertepatan dengan waktu ini, rotan bergetar-getar. Liok Jie Hui segera menarik dengan cepat, air bergulung-gulung dan keluarlah Toa Gu dari dalamnya, tapi tetap dengan tangan hampa seperti tadi. "apakah kau tidak masuk kedalam gua itu ?" tegur Liok Jie Hui dengan napsu.
"Masuk," jawab Toa Gu sambil menganggukkan kepala.
"Ketemu pedang itu ?" desak Liok Jie Hui.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
297 "Ketemu !"
Keempat orang dengan sinar mata mambulat, memandang pada Toa Gu, Hek pek siang kuay maju beberapa langkah.
"Sudah ketemu kenapa tidak diambil ?" kata Liok Jie Hui sambil menelan liurnya.
"Tidak bisa diambil, di dalam gua itu ada orangnya!"
"Ada orangnya ?"
"Ya, seorang Tojin tua, pedang itu berada dalam peti dan diletakkan didepannya, cahayanya terang dan indah."
Liok Jie Hui jadi heran, gejolak hatinya memukul keras, andaikata tidak ada Kim Tay dan Hek pek siang kuay siang-siang ia sudah terjun sendiri kedalam danau. Kini ia cuma
"Oh"."terus menelan liurnya, dan dengan serius ia bertanya lagi. "apakah Tojin itu melihat kedatanganmu ?"
"Tidak !"
"Sedang apa Tojin itu ?"
"Sedang tidur !"
Liok Jie Hui merasa kaget dan sadar, giginya berkeretekan bahwa mangkelnya. "Hei engkau kenapa begitu goblok " Mungkin tidak bisa membedakan orang hidup atau mati ?"
"Suhu kalau tidak kau sebutkan hampir aku tidak ingat perbedaan orang mati dan hidup. Ah, sekarang berani kupastikan dia sudah mati ! Seharian kuledek ia diam saja tanpa
menghiraukan, duduk saja dengan tenang !"
"Waduh, moyang goblok, tidak tahan aku ! Lekas pergi deh," Liok Jie Hui menarik napas sesak sehabis berkata.
Toa Gu menyedot hawa dan menyelam kembali ke dalam air.
Suasana berbalik jadi sunyi lagi, mereka menantikan Toa Gu muncul dengan dua pedang pusaka, dan berpikir bagaimana caranya untuk memiliki pedang itu.
Liok Jie Hui berpikir bagaimana caranya meloloskan diri setelah dapat pedang itu.
Kim Tay pun sedang menghitung-hitung, bagaimana caranya menghadapi Liok Jie Hui
andaikata kawan itu ingkar janji, dan bagaimana pula menghadapi siang yauw.
Sedangkan Hek pek siang yauw sudah memastikan diri akan merampas pedang itu. Mereka mengawasi dengan tenang menantikan saat yang ditunggu".tapi malangnya mereka harus menahan ketegangan begitu lama karena Toa Gu belum muncul juga.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
298 Liok Jie Hui berkali-kali membetot-betot rotan, mendesak Toa Gu yang berada di dalam air tapi tidak mendapat balasan. Malahan orang-orang disitu mendengar kesiuran angin susul menyusul, dari jauh semakin dekat"., tak alang kepalang kagetnya Liok Jie Hui yang licik, cepat-cepat ia memperingati kim Tay. "Hati-hatilah orang-orang Pok Thian Pang telah datang
!" Begitu perkataannya selesai diucapkan orang-orang Pok Thian Pang sudah masuk kedalam lembah dan berbaris mendekati danau.
Kim Tay melihat diantara orang-orang Pok Thian Pang terdapat sam kui dan Thay Cin Tojin wajahnya menjadi sedikit berubah, diam-diam jarum Giam lo ciamnya digengam semakin erat, sedangkan hatinya berdebar-debar keras. Ia seorang angkuh yang berkepandaian tinggi, tapi jika menghadapi sam kui dan Thay Cin Tojin sekaligus, rasa jerihnya datang sendiri.
Lebih-lebih disamping mereka masih ada Hek pek siang yauw yang menantikan kesempatan untuk turun tangtan, keadaan ini benar-benar bahaya bagi dirinya.
Soat Kouw yang menjadi pemimpin rombongan, dengan mata mendelik menyapu keempat
orang yang berada disitu sambil membentak dengan kasar : "Siapa yang bernyali besar berani membunuh anak buah kaum Pok Thian Pang ?"
Liok Jie Hui dan Kim Tay diam saja pura-pura tidak mendengar. Hal ini membuat Na Beng Sie tersenyum dingin. "Liok toako dan Kim toako jika jantan sejati, berani berbuat berani bertanggung jawab, kenapa diam-diam saja, sejak kapan menjadi gagu ?" Dengan
perkataannnya ini Na Beng Sie sama dengan mengatakan bahwa anak buah Pok Thian Pang bukan mereka yang membunuh.
"Hm, kalau takut kena urusan kenapa masih nongkrong disini, pergilah biar jangan !" kata Kim Tay. Lalu memandang pada Soat Kouw dan tersenyum kecut. "Anak buahmu masih
sudah waktunya, kenapa engkau marah-marah ?"
"Engkau manusia macam apa, berani gila-gilaan disini ?" tanya Soat Kouw.


Perguruan Sejati Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Engkau siapa mau tahu namaku ?" ejek Kim Tay.
Soat Kouw menjadi gusar, ia mengangkat tangan mengeluarkan perintah. "Ciduk manusia keparat ini !"
Tiga pengiringnya segera menghunus senjat siap menjalankan perintah. Tapi keburu dihalangi Tok Kay Pong. "Sabar dulu !" Cepat-cepat ia menghampiri Soat Kouw dan membisiki
beberapa kata, lalu dengan wajahnya yang selalu tersenyum ia memberi hormat kepada lawan-lawannya. "Kim heng, Liok heng, Tuan dan nyonya Na adalah jago-jago bulim yang kenamaan, marilah kukenalkan pada Soat Kouw nio ini, ia adalah Hu pangcu dari Pok Thian Pang".."
Perhatian Liok Jie Hui tertuju kedalam danau, sedikitpun tidak menghiraukan perkataan itu, sedangkan Kim Tay berdongak kelangit tak meladeni, ia bersikap angkuh dan jumawa, sedangkan Lauw Siu Kim yang berangasan sudah tak sabar lagi melihat tingkah laku Tok Kay Pong, ia meludah dengan sengit : "Model dari seorang budak yang bisa jadi juara kalau dipamerkan."
Tok Kay Pong tidak menghiraukan ia tersenyum terus dan melanjutkan kata-katanya. "Lo Cucong kaum Pok Thian Pang yang semalanya menghormati dan memperlakukan dengan
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
299 baik setiap jago-jago dunia persilatan. Lebih-lebih terhadap Bulim Cap Sahkie ! Maka itu kebetulan kita bertemu disini, sekalian mengajak saudara-saudara menjadi anggota Pok Thian Pang."
"Aku bisa mempunyai kedudukan apa andaikata masuk menjadi anggota Pok Thian Pang ?"
tanya Kim Tay seenaknya.
"Oh bisa berkedudukan tinggi, misalnya menjadi Futhoat."
"Itu sih kedudukan rendah untuk bangsa anjing-anjing buduk, aku tak mau !" kata Kim Tay.
"Kalau jadi Pangcu sih boleh kupikir-pikir !" sehabis berkata ia tergelak-gelak.
Wajah Tok Kay Pong menjadi merah seperti bara, sejenak berlalu ia baru bisa membuka mulut lagi. "Itu adalah kebaikan dariku, jika Kim heng menampik berarti mencari susah sendiri."
"Sebelum kudapati pedang pusaka, siapapun tak bisa mengusir aku dari sini, sesudah kudapat pedang pusaka siapapun tak bisa merintangiku ! Ha ha ha."
"Engkau jangan menganggap paling jago, diluar langit masih ada langit !" kata Soat Kouw.
"Pokoknya yang kurang senang boleh maju !"
"Hai bangsat jangan sombong !" bentak Houw Bin Hengcia yang terus menggunakan senjata beratnya melakukan serangan dengan mendadak.
"Hm, engkau ini kurcaci dari mana ?" tegur Kim Tay sembari mengengosi serangan, dan membarengi dengan jarum mautnya.
Houw Bin Hengcia hanya melihat jarum-jarum yang berkeredepan tanpa bisa berbuat sesuatu apa. Tubuhnya terkena tujuh jarum dan segera terjungkel dan berkerejetan sejenak, terus tak berkutik lagi dengan jiwa melayang.
Dengan sekali kebut membuat jiwa musuh melayang, Kim Tay sengaja memamerkan
keampuhannya. Dan ia berhasil membuat keder atau jerih kaum Pok Thian Pang, tapi berbalik membuat Hek pek siang yauw senang. Begitu jarumnya terlepas, sepasang suami istri itu segera menggunakan kesempatan ini melakukan serangan. Kim Tay tidak mempunyai waktu merogoh jarumnya, ia dikepung terus dengan bertangan kosong, dalam sejenak telah berada dibawah angin.
Tok Kay Pong dengan tersenyum memandang pada Soat Kouw, "Kounio sudah sampai
saatnya kita turun tangan!"
"Benar !" jawab Soat Kouw. "Sam wie boleh mengawasi Kim Tay dan Siang Yauw, Tojin dan aku menghadapi Liok Jie Hui, sedang Jung jung bertiga harus bersiap-siap kalau ada musuh lagi dari luar !" begitu Soat Kouw beres mengatur dan mau turun tangan. Tiba-tiba saja ditengah danau terlihat suatu pemandangan yang menakjubkan. Saat ini hampir gelap, ditengah-tengah danau terlihat berkilaunya suatu sinar menerangi sekeliling.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
300 Kaum Pok Thian Pang menjadi terpesona oleh pemandangan ini, mereka urung melakukan serangan, perhatiannya tertuju kedalam danau, demikian pula Kim Tay dan Siang Yauw telah menghentikan perkelahiannya dan mengawasi ke danau.
Liok Jie Hui girangnya bukan main, kedua tangannya menarik rotan, dengan cepat sinar itu semakin lama semakin terang, dari gulungan air yang memecah tampak Toa Gu keluar. Kedua tangannya masing-masing memegang pedang, satu merah, satu putih, bercahaya dan
berkilauan menyilaukan mata.
Liok Jie Hui dengan tangan bergetar menggapai-gapai pada Toa Gu sambil berseru-seru :
"Muridku yang baik, lekas serahkan pedang itu pada suhu?"
Perkataan dari Liok Jie Hui ini membuat sekalian yang berada disitu menjadi sadar, Siang Yauw dengan cepat berlari kearah pohon, mau menguasai rotan yang tertambat disitu. Tapi Kaum Pok Thian Pang pun menuju kesitu untuk menguasai rotan itu pula, pikir mereka jika bisa menguasai rotan itu sama dengan menguasai Toa Gu, tapi pikiran mereka ini salah karena dengan begitu Liok Jie Hui yang memegang tengah rotan yang merentang antara pohon itu dan Toa Gu mendapat keuntungan tanpa ada gangguan.
"Liok toako lekas ambil pedang itu, jika mereka berani mendekat akan kusapu dengan jarum
!" seru Kim Tay.
Kaum Pok Thian Pang dan Hek pek siang Yauw sadar tak ada gunanya menguasai rotan dipohon itu, mereka meluruk ketepi danau lagi dengan serabutan. Kim Tay sudah siap sedia, begitu mereka mendekat lengannya segera bergerak, sekalian orang itu dengan sendirinya terhalang dan tidak bisa mendekat.
"Suhu mereka sedang berbuat apa ?" tiba-tiba Toa Gu membuka mulut .
"Jangan banyak bicara lekas serahkan pedang itu pada suhu !" kata Liok Jie Hui yang terus menarik Toa Gu kepinggir danau.
Begitu hampir kepinggir, Toa Gu memegang kedua pedang itu dengan tangan kirinya, lengan kanannya dijulurkan minta Liok Jie Hui mengangkatnya. "Suhu tariklah aku, tenagaku sudah habis !" katanya.
Liok Jie Hui segera memegang lengan Toa Gu, apa celaka murid yang bodoh itu menariknya dengan kencang, tak ampun lagi tubuhnya kecebur kedalam danau, sebelum ia bisa berbuat apa-apa sudah tersedot air yang mutar itu, sedangkan Toa Gu telah naik kedarat, sambil memandang kedanau dan berteriak-teriak : "Suhu ! Suhu !"
"Toa Gu berikan pedang itu kepadaku !" teriak Kim Tay.
"Ini pedang untuk suhu, kenapa harus kuserahkan kepadamu ?" jawab Toa Gu.
Kim Tay menjadi sengit, dengan cepat ia menyergap kearah Toa Gu.
"Engkau mau merampas ha !" bentak Toa Gu sambil menggerakkan lengan kirinya
mempertahankan diri. Gerakan yang dilancarkan itu adalah salah satu dari tipu Keng thian cit su yang bernama pelangi menyambar matahari, keruan saja Kim Tay menjadi kaget dan Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
301 cepat-cepat menarik lengannya sambil melompat mundur, sungguhpun begitu tak urung lengan bajunya tersobek pedang Toa Gu. Setelah berhasil memukul mundur musuhnya, Toa Gu segera lari sekencang-kencangnya sambil berteriak "Suhu !"
Kaum Pok Thian Pang dan Hek pek siang yauw tidak mengetahui asal usulnya toa Gu, mereka merasa heran melihat Kim Tay mundur teratur tanpa berjanji, ramai-ramai
mengepung Toa Gu. Diantara mereka Na Beng Sie bertindak paling gesit, dalam sekejap mata telah mencandak Toa Gu, kipasnya dirapatkan, dengan penuh kekuatan ditotokkan
kepunggung orang. Tiba-tiba saja Toa Gu membalik badan dan melancarkan serangan, lagi-lagi ia menggunakan salah satu jurus dari Keng thian cit su yang bernama kuda banal mengejar kilat. Na Bedng Sie tidak menduga, ia kaget dan dengan cepat menarik serangannya sambil mengundurkan diri, tapi tidak luput, topinya terlepas sobek, membuatnya bergidik sendiri.
"Baagaimana lukakah ?" tanya Lauw Siu Kim yang menyusul belakangan. Na Beng Sie
menjulurkan lidah. "Tidak ! tetapi bocah itu entah apanya Liok Jie Hui, ia pandai menggunakan ilmu pedang Keng thian cit su."
"Mari kita kejar lagi !" ajak Lauw Siu Kim.
Karena mereka agak merandek, kaumnya Pok Thian Pang sudah mendahului mereka dan
berada disebelah depan. Adapun Toa Gu berlari-lari memutari danau, yang lainpun turutan memutari danau itu, sangat lucu dilihatnya tak ubahnya seperti anak kecil sedang main petak.
Ia tak bisa berlari dengan kencang dalam sekejap sudah kesusul musuh-musuhnya, tapi setiap kali ia berhasil emnggebah musuh dengan serangan pedangnya yang luar biasa. Setelah memutari danau, Toa Gu berlari keluar lembah sekuat tenaga, yang mengepungpun sudah menyusul mengikutinya dari belakang.
Dengan cepat Kim Tay mendahului yang lain dan berhasil menghadang jalan Toa Gu,
demikian pula dengan Thian lam sam kui dan lain-lain. Beramai-ramai mereka mengurung Toa Gu seorang diri.
Hek pek siang yauw datang agak terlambat, ia tak memperdulikan hitam dan putih, segera memecah kurungan dan maju kedalam. Sehingga membuat Kim Tay terdesak keluar. Ia jadi gusar, jarumnya yang tinggal dua disiapkan, dan kebetulan dilihatnya Soat Kouw telah mendekat pada Toa Gu, tak ayal lagi ia mengayunkan lengannya. Melihat ini Tok Kay Pong berseru keras memperingati Soat Kouw dan membuat yang disebut belakangan bisa
menghindar oleh ancaman maut itu.
Kim Tay berhasil maju kedepan dan lagi-lagi terhalang Hek pek siang yauw, mereka jadi berkelahi lagi". Dalam perkelahian yang acak-acakan ini, masing-masing tidak
memperdulikan lagi antara kawan dan lawan, yang jadi tujuan mereka yakni mendapat pedang pusaka!
Kini kaum Pok Thian Pang bisa berada didepan, melihat ini Hek pek siang yauw dan Kim Tay berhenti berkelahi, mereka bersama-sama bergumul dengan orang-orang Pok Thian Pang !"
"Toa Gu dalam bahaya, kita harus menolongnya !" kata Siau Bwee.
"Yang mengurungnya, adalah jago-jago kenamaan, kita mana bisa menolongnya ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
302 "Kita tak perdulikan mereka jago yang bagaimana," kata Siau Bwee. "Asal bisa menolong Toa Gu keluar dari lembah ini sudah bagus"..pakailah kain dan tutup muka kita, jangan sampai dikenali mereka"."
Saat inlah mereka mendengar suatu bunyi nyaring memecah udaraq dari luar lembah.
"Sabar, siapa lagi yang datang itu ?" kata Kiam Hong.
Dengan cepat mereka bisa melihat berkelebatnya empat bayangan, yang tahu-tahu sudah berada didekat danau. Keempat orang ini semuanya bertopeng dan berlengan kosong, tapi kalau dilihat gerakannya tadi, menyatakan memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.
Tak perduli kaum Pok Thian Pang maupun Hek pek siang yauw dan Kim Tay semuanya
menghentikan perkelahian mereka begitu melihat kedatangan empat orang bertopeng ini.
Mereka dengan mata membulat mengawasi penuh perhatian, yang pertama-tama sampai
adalah seorang pelajar muda, disusul seorang gadis yang dua lagi adalah seorang tua bertangan panjang dan seorang tua bermata satu.
Pemuda pelajar itu melirik kekiri dan kanan lalu menggoyangkan tangan dengan perlahan kedua orang yang menjadi pengikutnya segera kekanan dan kekiri lalu mengangkat empat tangan mereka menggempur pada Thay Cin Tojin yang paling dekat dengan mereka.
"Beng !" terdengar bunyi nyaring, akibat bentrokan tenaga diudara, dimana Thay Cin Tojin telah melakukan tangkisan. Berbareng dengan hilangnya bunyi suara, tampak tubuh Tojin itu terpental keudara dan jatuh ke tanah dengan terguling-guling dan hampir nyebur di danau.
Salah seorang Bulim Cap Sahkie yang kenamaan sebagai Thay Cin Tojin hanya dalam jurus pertama sudah dirobohkan, membuat yang menyaksikan menjadi kagum dan gentar atas kekuatan kedua orang tua itu.
Kini kedua orang tua itu sudah melancarkan pukulan tangannya kearah Thian lam sam kui.
Yang disebut belakangan mengetahui tidak memiliki ilmu setinggi Thay Cin Tojin maka tak berani menerima pukulan itu dengan kekerasan, mereka melompat mundur, menjauhkan diri tak berani dekat-dekat.
Kedua orang tua itu membuka jalan, sedangkan pemuda pelajar dan si gadis mengikuti dibelakang siorang tua dengan tenang, begitu mereka sampai didepan Toa Gu. Pemuda pelajar yang bertopeng, memperlihatkan pada Toa Gu semacam benda dan terus berkata dengan perlahan. "Serahkan pedang itu kepadaku !"
Toa Gu memperhatikan benda ditangan pemuda itu, lalu ia tersenyum. "Hati-hatilah hadapi manusia-manusia ini, mereka lihay-lihay !"
"Tak usah cemas !" kata sipemuda pelajar.
Toa Gu tidak banyak bicara lagi, menyerahkan pedang-pedang itu kepada si pemuda.
"Terima kasih banyak atas kebaikanmu ini," kata sipemuda, seraya memberikan sebilah pedang pada si gadis, tubuhnya berputar mengajak kawan-kawannya berlalu.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
303 Jago-jago yang berada disitu dibuat kesima dan memandang kepergian empat orang itu dengan mendelong. Tapi kejadian ini hanya berjalan sejenak saja, mereka sadar kembali dan buru-buru melakukan pengejaran.
"Hei, bocah tinggalkan pedang itu !" seru Kim Tay sambil melakukan serangan pada pemuda itu.
Dengan tersenyum dingin, terlihat pemuda itu menghalau serangan musuhnya dengan tangan kiri sedangkan pedangnya membarengi gerakan itu. Begitu cepat dan luar biasa, Kim Tay tak sempat mengengos, tahu-tahu pundaknya sudah terkena pedang tubuhnya terhuyung dan jatuh ditanah".
Dibagian lain pada saat yang bersamaan. Siang yauw menyergap si gadis dengan berbareng.
Dengan tenang kedatangan dua musuh itu dipakai dengan pedang. Na Beng Sie menjadi kaget, ia tidak mengira gadis muda itu mempunyai kekuatan hebat, untung ia betubuh kecil dengan menggelinding bisa menyelamatkan diri dari bahaya. Demikian pula dengan Lauw Siu Kim terpaksa mundur teratur.
Dengan mata berapi-api Lauw Siu Kim naik pitam sedangkan Na Beng Sie dengan mulut mengangnga dan mata mendelik, melihat gadis itu pergi jauh.
Sedangkan dua orang tua lainnya dengan telapak tangannya yang bertenaga kuat, memukul mundur Sam kui dan lain-lainnya, setelah itu menyusul si pemuda dan si gadis menuju keluar lembah.
Dengan gusar Soat Kouw mengeluarkan komando : "Kejar !"
Susul menyusul orang-orangnya berserabutan pergi, melakukan pengejaran.
Siang yauw pun menyusul pula, setelah tertegun seketika lamanya, dengan cepat keadaan dilembah itu menjadi sunyi.
Kim Tay biar menderita luka tidak sampai membahayakan dirinya, tampak ia bangun dan niat menyusul pula. Tapi kena dirintangi Toa Gu. "Kim Lo Cianpwee jangan lupa, masih ada satuurusan antara kau dan aku yang perlu dibereskan !"
"Soal apa ?" bentak Kim Tay.
Dengan tersenyum Toa Gu berkata. "Lo Cianpwee boleh pergi tapi berikan dulu obat pemunah padaku ! Jarummu itu beracun aku bisa mati kalau kau pergi !"
"Hmm, obat itu bisa kuberikan tapi kau harus mengatakan dulu, siapa gurumu dan siapa keempat orang bertopeng tadi !"
"Kalau aku tak sudi memberikan keterangan bagaimana ?"
"Bagaimanapun harus mau"." Kata Kim Tay sambil mengumpulkan tenaga dan selangkah demi selangkah mendekati Toa Gu.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
304 "Dengan luka-luka yang Cianpwee derita, bisa berbuat apa kepadaku ?"
"Segala luka ringan begini sedikitpun tidak kurasa, aku masih mampu membunuhmu !"
"Engkau bisa membunuhku, tapi ada orang lain bisa membunuhmu pula !"
Dengan kaget Kim Tay celingukan keempat penjuru ia tidak melihat barang seorangpun, maka ia tertawa mengejek : "Engkau menakut-nakuti aku ya ?"
"Aha yang kukatakan benar belaka, tapi aku tak bisa memaksamu percaya bukan ?"
"Pokoknya seumur hidupku tak pernah takut pada siapapun !"
"Orang lain boleh tidak ditakuti, tapi kalau dia".ha ha ha !"
"Siapa dia ?"
"Guruku !"
"Ha ha ha, gurumu itu mungkin sudah jadi santapan ikan di danau ! Ia sudah mati kelelap !"
"O Mie To Hud ! Sie cu kenapa memaki aku dari belakang ?" tiba-tiba terdengar suara jawaban dari belakang.
Kim Tay segera membalik badan, kagetnya tak alang kepalang, karena tak seberapa jauh dari dirinya terlihat seorang Hwesio sedang duduk diatas batu dengan tenangnya.
"Engkau"..engkau"." kata Kim Tay dengan nada terputus-putus karena kagetnya.
"Mungkin kesibukan sehari-hari, membuat Sie cu lupa padaku bukan ?" kata Hwesio itu dengan tenang.
"Thay kong siansu," kata Kim Tay sambil mundur-mundur, dia cepat-cepat memberikan Toa Gu obat pemunah, setelah itu tubuhnya dengan cepat mencelat pergi dari situ.
Dengan tersenyum-senyum Toa Gu memungut obat itu dan menghampiri si Hwesio, ia
memberi hormat dan berkata : "Supek (paman guru) kapan datang ?"
Dengan tersenyum Hwesio itu turun dari batu. "Aku tak menyangka engkau terkena jarumnya Kim Tay ! Untuk inilah aku datang kemari menyamar sebagai Hwesio, kalau tidak begitu, mana mungkin ia menyerahkan obat pemunah itu !"
"Kenapa harus menyamar, katanya Supek cukup gagah ! Masakan takut dengannya ?"
"Engkau tidak tahu Kim Tay seorang beradat tinggi yang sombong sekali, tapi iapaling takut pada Tay kong Sian su," kata hwesio tetiron itu. "Andaikata aku sanggup mengelahkannya, tapi tak semudah begini ia menyerahkan obatnya itu." Sehabis berkata ia mengusap mukanya membuka kedoknya, segera tampak wajah aslinya. Seorang tua berambut putih berusia tujuh puluhan.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
305 "Supek, kapankah engkau memberikan ilmu ganti muka ini padaku ?"
"Itu urusan nanti, sekarang mari kita pergi ! Makanan itu masih berguna bawalah sekalian !"
"Urusan sudah beres untuk apa makanan ini ?"
"Jangan banyak berkata, bawalah !"
Dengan tenang-tenang mereka meninggalkan lembah itu.
Pek Kiam Hong memandang kepergian mereka dengan mengerutkan kening dan berkata-kata seorang diri: "Heran ! Kenapa bisa dia?""
"Apa yang engkau katakana ?" tanya Siau Bwee.
"Aku heran pada Hwesio tetiron itu !"
"Engkau kenal dengannya ?"
"Ya, dia adalah Cian bin sin kay Cu Lit !"
"Pantas ia bisa menyamar begitu sempurna !"
"Yang kutahu ia berada dimarkas pusat Pok Thian Pang, kenapa bisa ada disini ! Lagi pula ia sudah menjadi anggota Pok Thian Pang, kenapa membantu pihak musuh ?"
"Kau maksudkan ia membantu keempat orang bertopeng tadi ?"
"Ya," jawwab Pek Kiam Hong, "keempat orang bertopeng itu datangnya begitu cepat, peginya pun sama juga, mereka lihay sekali, entah dari perguruan mana, tapi kalau diingat-ingat pemuda pelajar yang bertopeng itu seperti kenal saja, entah dimana aku pernah bertemu dengannya."
Belum habis ia bicara, Siau Bwee sudah membekap mulutnya dan menariknya kesamping.
"Lihat ! Ada apa didanau itu !"
Pek Kiam Hong mengawasi kedanau, benar saja rumput-rumput yang berada dipinggir danau bergoyang-goyang, disusul dengan terlihatnya seorang merayap keluar. Mereka segera merebahkan diri sambil menahan napas dan memasang mata kearah orang itu, kini mereka melihat tegas, orang itu bukan siapa-siapa, dia Liok Jie Hui adanya, basah kuyup dan berlepotan Lumpur, tampaknya ia berkutet melawan sedotan air dengan mati-matian, baru bisa menolong jiwa tuanya itu.
Liok Jie Hui merasa tinggal dia saja didalam lembah itu, seenaknya saja membuka baju. Lalu memerasnya, lalu membuka celananya pula. Begitu mereka mengawasi lagi Liok Jie Hui sudah berjalan keluar sambil membawa tongkatnya. Mulutnya menggerutu terus, "Sial bocah-bocah itu, kalau ketemu lagi tidak kuberi ampun, akan kukesek-kesek badannya !"
"Hi hi hi !" Siau Bwee baru berani tertawa setelah melihat orang tua itu pergi jauh. "Kau dengar tidak dia memaki-maki kita, lain kali kalau ketemu dia lagi kita harus hati-hati."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
306 "Tentu saja dia marah, ia mengharapkan kita menjaga mulut lembah itu, bukan saja tugas itu tidak dijalankan, bahkan kita mendatangkan kaum Pok Thian Pang dengan panah api !"
"Yang kuheran Toa Gu sitolol itu, bisa betul ia pura-pura bego, padahal ilmu kepandaiannya luar biasa sekali ! Sampai Liok Jie Hui siraja licik kena dikelabuinya, benar-benar lucu !"
"Bukan saja Liok Jie Hui, kitapun kena dikelabuhinya juga bukan ?"
"Ia membahasakan Cu Lit sebagai Supek, mungkinkah ia muridnya pengemis itu ?"
"Cu Lit tidak memiliki ilmu Keng thian cit su, mungkin bukan muridnya !"
"Apa herannya, sekarang ini ilmu pedang itu sudah pasaran, sudah banyak yang bisa !"
"Biarpun bisa tidak sepandai Toa Gu !" kata Pek Kiam Hong, "tidak ingatkah waktu kita berkelahi dengannya, ilmu pukulannya begitu aneh dan luar biasa ?" Kupikir ia mempunyai hubungan erat dengan keempat orang bertopeng tadi?"
"Oh".kini aku ingat orang itu, seperti In Tiong Giok !" kata Siau Bwee.
"Benar ! Benar dia, dari tadi kupikir, kiranya dia !" kata Pek Kiam Hong.
"Kenapa tidak terpikir sedari tadi, mari kita susul !" ia menarik lengan Siau Bwee berlari-lari keluar dari lembah itu.
Malam telah berlalu matahari telah terbit dunia terang kembali. Tak seberapa jauh dari Danau Pedang menjulang tinggi sebuah gunung. Jika dilihat selayang pandang, gunung ini biasa saja, tidak ada keistimewaannya. Tapi kalau sedikit diperhatikan, bisa melihat bahwa lereng gunung sebelah barat penuh ditumbuhi pohon, merupakan hutan belukar. Sebaliknya lereng sebelah timur, begitu gundul dan tak terlihat tumbuh-tumbuhan barang sebatangpun. Orang bisa berpikir bahwa lereng timur itu tentu tanahnya terdiri dari batu-batu cadas yang tak bisa ditumbuhi pohon, memang benar keadaannya cadas melulu. Disamping itu ada gua batu yang sangat aneh sekali. Gua itu menembus lumbung gunung dari barat sampai ke timur sehingga merupakan terowongan yang panjang. Mulut gua yang disebelah barat lebih besar dari yang sebelah timur. Menandakan bahwa yang sebelah barat adalah bagian depannya dan yang sebelah timur adalah belakangnya. Biarpun mulut gua yang sebelah barat lebih besar, terhalang pohon-pohon besar, sehingga tak mudah terlihat dari luar. Disamping itu letaknya gua itu dari kaki gunung ratusan meter.
Sinar ini sinar matahari yang kemerah-merahan menyorot cadas-cadas yang gundul, sehingga menjadi merah, sedangkan bagian barat dari lereng itu masih gelap.
Ditempat rimbun karena lebatnya pohon-pohon itu, terlihat seorang gadis berpakaian hitam, sedang memungngut ranting pohon. Dan membuatnya api unggun, lalu ia menunduk sambil mengerjakan tangannya, kiranya tiga ekor kelinci yang sudah dikuliti, disitu dan dipanggangnya agar matang merata.
Rambutnya yang panjang menutupi sebagian wajahnya, tapi dari gerak geriknya dan cara ia melakukan pekerjaan itu. Tiba-tiba ia menoleh keempat penjuru sambil membentak keras, Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
307 "Siapa yang datang, lekas keluar !" Berbareng dengan suaranya, lengannya melemparkan potongan ranting kesalah satu arah yang dicurigai.
"Kounio jangan marah, aku Toa Gu !"
"Aku tak kenal dengan Toa Gu, pokoknya lekas keluar !"
"Ya aku keluar !" Dan benar-benarlah Toa Gu keluar dari balik pohon, dilengannya masih menenteng rantangan makanan. "Nona jangan marah, kedatanganku kesini bukan kehendakku sendiri supekku yang menyuruh"."
"Oh".kiranya engkau"maafkan aku," kata gadis itu.
"Oh".Kounio kenal dimana denganku ?" tanya Toa Gu.
"Kenapa tidak kenal, tadi malam engkau menyerahkan pedang kepada kami masakan sudah lupa ?"
"Oh"rupanya engkaulah salah seorang dari empat orang bertopeng itu " Kulihat wajahmu cukup cantik, kenapa harus ditutup-tutupi ?"
"Bukan begitu, kami bermaksud tidak dikenali ! Aku bernama Ciu Ceng Ceng, dan maaf atas perbuatanku tadi !"
"Tidak apa-apa !" jawab Toa Gu.
"Kemarilah kukenalkan dengan Siau cu jin (tuan muda) kami !" Toa Gu mengikuti Ceng Ceng kemulut gua, saat ini dari dalam tampak tiga orang sedang keluar. Yang satu bukan lain dari In Tiong Giok adanya, sedangkan yang berada dikiri kanannya adalah Yauw Kian Cii dan Ciu Kong. Mereka tidak mengenakan topeng lagi, Ciu Kong dan Yauw Kian Cee masing-masing memegang pedang yang tadi malam diperolehnya.
Toa Gu meletakkan rantang makanan, lalu memberi hormat dan berkata : "Aku Toa Gu memberi hormat pada In Siau hiap !"
"Tak perlu melakukan banyak hormat-hormatan, mari duduk !" katanya, "ada perlu apa Oey heng datang kesini ?"
"Aku disuruh supek kemari !"
"Kenapa Cu Locianpwee tidak turut serta ?"
"Katanya tidak bisa datang !"
"Kenapa ?"
"Ia mengatakan tidak bisa ya tidak bisa, mana bisa kutahu ! Ia menyuruhku datang kesini membawa sepucuk surat !" Segera ia menyerahkan sepucuk surat yang diambil dari dalam sakunya.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
308 Tiong Giok segera membaca surat itu, tiba-tiba wajahnya sedikit berubah, "sudah lamakah Cu Locianpwee pergi ?" tanyanya sedikit napsu.
"Ia sudah pergi sejam lamanya !"
Tiong Giok bangun dari tempat duduknya, dan mundar mandir sambil berkemak kemik : "Ai !
Ada-ada saja?""
"Siau cu jin memang kenapa ?" tanya Yauw Kian Cee dan Ciu Kong.
Tiong Giok tidak menjawab, ia menyerahkan surat yang dipegangnya kepada mereka. Mereka segera membaca surat itu yang berbunyi lebih kurang sebagai beerikut :
Tiong Giok sejak kita berpisah dimarkas besar Pok Thian Pang belum bertemu lagi, selama itu aku tidak bisa melupakan dirimu, tadi malam aku melihatmu tak kurang suatu apa, atas ini hatiku merasa girang. Engkau masih muda tapi memiliki kepandaian yang luar biasa membuatku yang tua ini merasa bangga sekali. Sebaiknya aku merasa sedih dan malu sendiri mau menyerah dan tunduk pada orang-orang Pok Thian Pang. Maka itu aku tak mempunyai muka bertemu denganmu, sungguhpun begitu perasaan hatiku ingin menyampaikan beberapa perkataan padamu, maka menyuruh orang ini membawa surat. Harap engkau jangan berkecil hati padaku dan merasa benci. Apa yang kuperbuat ini pada suatu hari engkau akan tahu sendiri, karena saat sekarang kaum kang ouw yang sejati masih terlalu lemah dan tak berdaya atas kekuatan kaum Pok Thian Pang. Besar harapanku engkau dengan pedang pusaka yang baru dimiliki ini bias melakukan suatu pekerjaan besar dan membebaskan kembali orang-orang kang ouw dari tekanan kaum Pok Thian Pang. Mengenai soal Thay Cin Tojin perlu kuberikan penjelasan agar kau tidak terus-terusan membencinnya. Ia berlaku demikian semata-mata bisa mendapat kepercayaan penuh orang Pok Thian Pang, padahal dibalik itu ia mengganggu terus orang Pok Thian Pang dari dalam. Mungkin engkau masih ingat cerita penterjemah bahasa Sangsekerta yang mati terbunuh dengan misterius di villa tenang bukan "
Semua itu adalah kerja Thay Cin Tojin ini, demikian pula kita hampir-hampir dicelakakan karena dikiranya engkau sungguh-sungguh mau melakukan pekerjaan itu. Ia sangat hati-hati sekali, sampai kita menganggap dia sudah tak guna dan mau menjadi anjing Pok Thian Pang.
Setelah aku jadi anggota, beberapa lama adanya dia baru menceritakan kandungan hatinya.
Hebat bukan "
Disamping itu mungkin ada suatu hal yang perlu kujelaskan juga kepadamu : yakni soal saudagar Cian yang terkena racun dilosmen Hiong hian can. Cian itu bukan lain diriku sendiri. Waktu Lie Keee Cie si Tongleng jahanam itu mendapat tugas bersama-sama dengan Sam Kui mengejar dirimu, aku sangat kuatir sekali. Maka dengan tipu daya dan ilmu menyamar, kubunuh Tongleng itu sedangkan aku menyamar sebagainya mengikuti Tok Kay Pong dan kawannya menuju ke Tiat Po.
Sesampainya di Hui hui cun aku keluar dari losmen Hiong hin can dengan alas an menyelidiki keadaan padahal aku pergi menyamar sebagai saudagar Cian agar bisa memberikan bantuan kepadamu dengan leluasa. Akalku ini berhasil dan bisa mengelabui mereka dan menolongmu berikut Tong Cian Lie. Saat itu aku tak bisa menemuimu karena engkau bersama Tong Cian Lie yang bertabiat berangasan aku kuatir ia tak mengerti kenapa aku menjadi anggota Pok Thian Pang sehingga timbul keruwetan yang tidak berguna. Maka aku berlalu dengan begitu saja !
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
309 Engkaupun rupanya masih penasaran kenapa seorang bertabiat keras sebagaiku mau menjadi anggota Pok Thian Pang juga, karena soal Pek Kiam Hong seorang.
Anak ini perlu dikasihani, jika dihari kemudian engkau menemui didunia Kang Ouw harap perhatikanlah ! Sementara aku tak mau menjelaskan dulu hal dia ini sejelas-jelasnya, sebelum kaum Pok Thian Pang hancur !
Sedangkan Oey Toa Gu ini karena soal pedang pusaka menjadi musuh orang kang ouw untuk keselamatannya dia ini, sukalah engkau menerimanya sebagai pembantumu. Ia sangat jujur dan memiliki bakat yang baik, mungkin bisa berguna dihari kemudian.
Kepandaianmu kian hari kian maju, ditambah dengan dua bilah pedang pusaka, tak ubahnya sangat cemerlang sekali. Untuk ini aku bersyukur. Tapi engkaupun harus ingat janganlah kepandaian itu untuk melakukan hal yang merugikan dunia kang ouw ! Engkau harus bangkit dan berjuang demi keamanan dan ketenangan dunia kang ouw !
Kini engkau berada didalam gua batu sebelah barat ! Jika sempat masuklah terus kesebelah dalam, mungkin engkau akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa ! Nah suratku sampai disini saja !
Yauw Kian Cee dan Ciu Kong dengan cepat membaca habis surat itu, lalu mengembalikan lagi pada In Tiong Giok. "Heran, memang apa hubungannya antara dia dengan Pek Kiam Hong," kata Yauw Kian Cee.
"Sewaktu bersama-sama denganku dimarkas pusat Pok Thian Pang, ia berkeras ingin
menghajar Thay Cin Tojin, dan mengamuk dengan mati-matian menghajar orang Pok Thian Pang tapi entah kenapa setelah Pangcu dan Pek Kiam Hong menemuinya, ia mau tunduk dan menjadi anggota Pok Thian Pang " Sayang dalam hal ini ia tidak menjelaskan !"
"Sabar saja, nantipun kita bakal tahu sebab musababnya ia berlaku demikian," kata Ciu Ceng Ceng.
"Sejak aku mengeram setahun lebih di Cu Cing San, guna mempelajari ilmu silat, soal dunia kang ouw tidak kutahu lagi, ingin aku bertemu dengan Cu Lo Cianpwee untuk menanyakan ini itu, sayang ia sudah pergi !"
"Ya banyak jago-jago semacam Cu Lit mau menjadi anggota Pok Thian Pang karena soal Pek Kiam Hong, kita bisa mengetahui sebabnya jika bertemu Pek Kiam Hong sendiri !" kata Yauw Kian Cee.
"Ia sendiri tidak mengetahui asal usulnya dirinya sendiri, mana ia tahu soal orang lain ?" kata In Tiong Giok.
Membicarakan soal Pek Kiam Hong membuat In Tiong Giok ingat pada Wan Jie, kekasihnya yang sudah lama ditinggalkannya. Membuatnya menarik napas !
"Siau cu jin kenapa menarik napas ?" tanya Ciu Ceng Ceng.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
310 "Aku menarik napas lega dan bukan menarik napas sesak ! Pikirlah Cu Lo Cianpwee sudah berhasil keluar dari Pok Thian Pang. Dan kita tidak perlu memikirkannya lagi, yang penting kita menurut suratnya, menyelidiki keadaan didalam gua ini."
"Gua ini sangat dalam, demi keselamatan Siau cu jin ijinkanlah kami turut serta melakukan penyelidikan !" kata Ciu Kong.
"Lo Cianpwee tidak perlu khawatir, bahaya yang bagaimana besarpun bisa kuhadapi !" kata In Tiong Giok.
"Tapi sebaiknya kita menyelidiki beramai-ramai !" kata Yauw Kian Cee.
"Tak usah ! Sebaiknya Jie wie Lo Cianpwee menjaga gua ini, biarkan aku bersama Ceng Ceng yang melakukan penyelidikan."
"Tia tia legakanlah hatimu, dengan adanya aku disamping Siau cu jin, aku jamin segalanya beres"." Kata Ceng Ceng.
"Hmm, kamu"." Dengus Ciu Kong sambil mendelik dengan sebelah matanya tanpa
melanjutkan kata-katanya.
"Kurasa Ceng Ceng cukup untuk mendampingi Siau cu jin !" kata Yauw Kian Cee. "Tetapi untuk membuat kami tenang, sebaiknya dibatasi waktu untuk menyelidiki itu, misalnya satu jam atau dua jam, bilamana dalam waktu itu belum kembali, kami bisa masuk kedalam !"
"Begitupun baik !" kata In Tiong Giok.
Tua dan muda masing-masing duduk makan bawaan Toa Gu, setelah itu mereka beristirahat sejenak. In Tiong Giok dan Ciu Ceng Ceng segera memasuki gua yang dalam itu.
Keadaan dalam gua lebih lebar dari luarnya, begitu masuk beberapa meter, terdapat sebuah kamar, disitu terdapat kursi dan meja batu, tadi malam Tiong Giok berempat setelah mendapat pedang bermalam disitu. Dibawah kamar gua itu terdapat sebuah pintu yang hitam, inilah jalan yang bisa menembus kedalam lambung gunung. In Tiong Giok dan yang lainnya belum pernah mencoba masuk kedalam.
Begitu Tiong Giok dan Ceng Ceng masuk kedalam Yauw Kian Cee dan Ciu Kong segera
menjaga pintu itu dikiri dan dikanan. Sedangkan Toa Gu bertugas sebagai pengintai diluar gua.
Keadaan didalam gua gelap sekali, mereka melangkah hati-hati dan meraba-raba dinding gua.
Soal yang membuat kaget semakin masuk semakin dingin, lain dengan keadaan di kamar di sebelah luar. Dengan menggertakkan gigi dan menyalurkan hawa sejatinya Tiong Giok menahan serangan dingin itu. "Biasanya keadaan didalam gua amat panas, tak kira ini sebaliknya, begini dingin sekali rasanya, kita harus berlaku waspada sekali !"
"Untukku keadaan gua yang begini tak heran lagi !" kata Ciu Ceng Ceng. "Sebaiknya aku yang jalan dimuka guna membuka jalan !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
311 "Begitupun baik !" kata Tiong Giok. Mereka berjalan terus didalam gelap berkat bantuan kedua pedang pusaka yang memancarkan sinar putih dan merah.
"Aneh aku sebaliknya merasa hangat !" kata Ciu Ceng Ceng.
"Ditempat begini engkau jangan bergurau !" kata In Tiong Giok.
"Jika engkau benar dingin, berikanlah aku jalan dimuka, untuk membuka jalan !"
"Begitupun baik !" kata In Tiong Giok.
"Pedang ini ada dua, sebaiknya kita membawa seorang sebilah !" kata Ceng Ceng sambil menyerahkan pedang yang memancarkan sinar merah kepada Tiong Giok, begitu pedang itu berada ditangan Tiong Giok ia merasakan hawa hangat yang nyaman sekali, rasa dinginnya segera hilang tanpa terasa, kini ia mau percaya apa yang dikatakan Ceng Ceng.
Dengan bantuan sinar pedang pusaka itu mereka masuk terus, gua itu sebentar belok kekiri sebentar belok kenanan, berliku-liku sekali. Setelah mereka menempuh perjalanan jauh, anehnya mendapatkan dirinya berada ditempat semula waktu mau memasuki gua itu. "Heran, jalan gua toh cuma satu, kita kenapa bisa kembali lagi kesini ?"
"Ah rupanya engkau keliru, kita tidak kembali lagi ketempat semula, hanya saja tempat ini serupa dengan yang didepan !" kata In Tiong Giok. "Buktinya kalau kita kembali lagi ketempat semula, tentu disitu ada Yauw dan Ciu Lo Cianpwee !"
"Benar," kata Ciu Ceng Ceng, "tempat ini serupa betul dengan yang didepan, entah sudah berapa banyak orang yang tertipu ditempat ini !" sehabis berkata ia membungkukkan badan mencelos kedalam pintu.
"Hati-hati !" kata In Tiong Giok.
"Jangan kuatir !" kata Ceng Ceng seenaknya.
Tapi begitu iaberkata, lantas menjerit ketakutan, tubuhnya terjengkang kebelakang. Dengan tangkas Tiong Giok menanggapi tubuh si gadis dan cepat-cepat membawa keluar lagi. Ia mengawasi kearah pintu dengan siap sedia, tapi keadaan tetap seperti semula, sedangkan Ceng Ceng masih tetap dalam ketakutan.
"Apa yang kau lihat ?" tanya Tiong Giok.
"Didalam ada orang?"..Oh, bukan orang?".makhluk aneh".."
"Hm. Rupanya engkau yang sudah biasa menjadi "setan" di Cu cing san dan pernah menakut-nakuti kini kena batunya !"
"Siau cu jin engkau jangan bergurau lagi ini?"benar-benar !"
"Samakah bentuknya dengan setan di Cu cing san ?"


Perguruan Sejati Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
312 "Lain ! Bentuknya sukar kukatakan, begitu melihat rohku hampir hilang, tidak bisa melihat dengan tegas."
"Jika begini batallah tugasmu sebagai pengawalku bukan ?"
"Masih tetap !" kata Ciu Ceng Ceng sambil menenangkan pikirannya.
"Diamlah disini, biar aku yang hadapi !"
"Tidak boleh ! Jika Siau cu jin kenapa-napa bagaimana aku harus bertanggung jawab pada ayahku ?"
"Ceng Ceng kau tak perlu kuatir ! Bilamana gua ini berbahaya, tentu Cu Lo Cianpwee akan menerangkan dalam suratnya. Lagipula dengan pedang pusaka dan kepandaian yang kumiliki, kiranya sudah cukup menghadapi segala bahaya !"
"Tapi sebaliknya aku saja yang masuk lagi."
"Jangan !" kata Tiong Giok, "pikiranmu sudah kalut, bisa-bisa merepotkan aku !"
"Tapi tugasku sebagai pengawal bukan ?"
"Hm, itu tugas dari ayahmu, aku sebagai Ciang bun jin mencabut tugas itu dan menjadikan engkau seorang pengiring saja !"
"Kalau begitu aku tak bisa mengatakan apa-apa lagi !" kata Ceng Ceng.
"Sekarang kutugaskan kau menjaga pintu ini, aku mau masuk !" kata Tiong Giok.
"Aku menurut ! Sebaiknya pedang ini kau bawa dua-duanya !"
"Ya," kata Tiong Giok, "jika makhluk itu lari keluar, tangkaplah ! " Sehabis berkata ia menghirup hawa dan terus merapat kepintu sambil memasang telinga, sedikitpun ia tidak mendengar suara apa-apa, kedua pedangnya dipegang dengan tangan kiri, sedangkan lengan kanannya mengeluarkan jarinya "Hiat cie leng" nya yang ampuh dilancarkan kedalam, sedangkan pedangnya diputarkan, tubuhnya membarengi masuk kedalam. Keadaan tetap tidak berubah, ia masuk dengan aman tanpa sesuatu gangguan. Dengan penuh perhatian ia
memandang sekeliling, saat inilah ia mendengar suara halus seperti bunyi nyamuk : "Anak muda gegabah betul, masuk-masuk kesini ?"
In Tiong Giok menjadi kaget, dan matanyapun segera melihat sebuah ranjang salju yang putih, diatasnya terlihat seorang yang tidak mengenakan pakaian sedikitpun. Tubuhnya begitu kurus, kepalanya botak, usianya sudah tua sekali. Yang membuat orang heran, tubuh orang tua itu hampir merupakan lingkaran bulat, karena kedua kakinya melengkung kebelakang dan berada dipundaknya, dan dengan kedua tangan dan perutnya menahan tubuhnya itu.
Suling Emas Dan Naga Siluman 21 Pedang Dan Kitab Suci Puteri Harum Dan Kaisar Karya Khu Lung Lambang Naga Panji Naga Sakti 1

Cari Blog Ini