Ceritasilat Novel Online

Persekutuan Pedang Sakti 5

Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Bagian 5


"Khabar yang tecu peroleh mengatakan bahwa Liong Cay thian membawa anak buah yang dilengkapi dengan empat butir peluru sakti api beracun serta delapan buah gendewa racun cairan emas"
Suara tua itu termenung berapa saat, katanya, kemudian baru bertanya lagi.
"Dari-mana ia dapatkan barang-barang tersebut ?"
"Konon Liong Cay thian berhasil membelinya dengan harga tinggi diwilayah Im kui"
Mendadak suara tua tadi mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, suara tertawanya amat keras dan amat menusuk pendengaran. bahkan kedengaran pula begitu mengerikan hati.
Setelah berhenti tertawa, ia baru berkata lagi.
"Bagus sekali, berita ini sangat penting artinya bagiku, coba kau menyingkir dulu ke samping"
Dan dari dalam ruanganpun berkumandang lagi teriakan nyaring.
"Hian nomor tiga masuk"
Kali ini undangan disebutkan tanpa mengikuti urutan yang berbaris, ini menunjukkan kalau tugas yang dibebankan pada Hian nomor tiga jauh lebih penting daripada Gi nomor lima.
Biarpun Wi Tiong hong memiliki nyali yang besar dan kepandaian silat yang tinggi pun, tak urung hatinya bergetar juga setelah mendengar dirinya dipanggil.
Buru-buru dia membungkukkan badannya sambil mengiakan, kemudian dengan langkah lebar masuk ke dalam ruangan.
Siapa tahu setelah melangkah masuk ke dalam ruangan apa yang terlihat membuat hatinya bergetar keras.
Tempat itu merupakan sebuah ruangan dalam yang lebar, empat penjuru ditutup dengan kain hitam sedang sebuah lentera dengan cahaya yang lembut mencorong ditengah ruangan, cukup membuat suasana disitu terasa redup dan menyeramkan.
Pada kursi utama duduk seorang kakek berjubah lebar warna hitam dan memelihara jenggot sepanjang dada, disamping bangku terletak pula sebuah tongkat bambu.
Di depan kakek itu terdapat sebuah meja kecil, diatas meja terletak hiolo yang mengepulkan asap dupa wangi.
Wi Tiong hong boleh dibilang sangat mengenal face"s itu. dia bukan lain adalah Tok seh siacu
Dibelakang kakek tersebut berdiri dua orang gadis berambut panjang, sementara di sisi kiri sebelah bawah berdiri seorang manusia berkerudung yang berdiri dengan
sikap menghormat, agaknya orang itu adalah Ui nomor empat.
Bertemu dengan Toh seh siacu, Wi Tiong hong malah merasa hatinya jauh lebih lega, diam-diam ia mendengus sambil berpikir.
"Rupanya siluman yang membuat ulah dalam perkumpulan Thi pit pang adalah kau!"
Berpikir sampai disitu, dia maju memberi hormat seraya katanya.
"Tecu menjumpai kaucu.!"
"Bagaimana dengan tugas yang diserahkan padamu?"
tanya si kakek berambut putih itu sambil menatap wajah pemuda itu lekat-lekat.
Semenjak tadi Wi Tiong hong sudah mempersiapkan jawaban dengan dengan sebaik-baiknya dengan kepala tertunduk dan membungkukkan badan memberi hormat jawabnya.
"Tecu mohon diampuni.."
Dia sengaja menghentikan kata-katanya sampai ditengah jalan.
Kakek berambut putih itu segera manggut-manggut.
"Apakah kau telah menjumpai kesulitan sehingga tugas tersebut tak bisa dilaksanakan dengan sempurna?"
"Benar!" buru-buru Wi Tiong hong menyahut.
Dua orang gadis yang berdiri dibelakang kakek itu segera menunjukkan perasaan kaget bercampur keheranan, serentak mereka berpaling kearah Wi Tiong hong.
"Bagus sekali" kata kakek berjtenggot putih itqu kemudian sambil mengulapkan tangannya. "harap kau berdiri dulu disitu"
Diam-diam Wi Tiong hong menghembuskan napas panjang, akhirnya keadaan yang paling gawat ini berhasil diatasi olehnya, maka dia menurut dan segera menyingkir ke samping.
Kakek berjenggot putih itu kembali mengangkat tangannya, seorang gadis yang berdiri dibelakangnya segera berseru dengan merdu.
"Gi nomor lima masuk!"
Tam See hoa melangkah masuk kedalam ruangan, sambil memberi hormat katanya.
"Tecu menjumpai kaucu,"
Kakek berjenggot putih itu memandang sekejap kearahnya, lalu sambil manggut-manggut katanya.
"Kau juga ikut datang" Betul sekali, harap berdiri dulu disana."
Ternyata ia sama sekali tidak bertanya tugas apa pun kepada Gi nomor lima tersebut.
Kendatipun Tam See hoa merasa hal ini sama sekali diluar dugaan, toh ia memberi hormat juga sambil berdiri disamping Wi Tiong hong.
Kakek berjenggot putih itu segera berpaling kearah Ui nomor empat sambil mengelus jenggotnya, bibirnya bergetar lirih, agaknya ia sedang berpesan sesuatu.
Tak selang berapa saat kemudian. Ui nomor empat membungkukkan badannya sambil menyahut.
"Tecu terima perintah"
Sambil membalikkan badan ia pun beranjak pergi dari situ.
Wi Tiong hong yang menyaksikan hal ini menjadi curiga, secara tiba-tiba si kakek itu menyampaikan pesannya kepada Ui nomor empat dengan ilmu
menyampaikan suara, berarti pasti ada sebab musababnya.
Sementara dia masih termenung, si kakek berjenggot putih itu dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu telah menatap wajah Wi Tiong hong serta Tam See hoa, kemudian pelan-pelan katanya.
"Besar amat nyali kalian berdua."
Biarpun ia beinicara dengan suara yang mendatar, namun kedua orang tersebut menjadi amat terperanjat, sudah jelas rahasia penyaruan mereka telah ketahuan.
Sambil tersenyum kembali si kakek berjenggot putih itu berkata.
"Bukankah kalian mempunyai keberanian untuk menyelundup masuk ketempat kediaman ku" Mengapa sekarang menjadi ketakutan sehingga berbicarapun tak mampu ?"
Melihat jejak penyaruannya sudah berhasil dibongkar lawan. Wi Tiong hong pun mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak:
"Hahaha...hahaah... ternyata ketajaman matamu memang cukup mengagumkan !"
Dengan satu gerakan yang cepat ia melepaskan jubah panjangnya dan meraba gagang pedang Jit-siu kiam.
Sementara itu Tam See hoa telah melepaskan jubahnya sambil mempersiapkan senjatanya. Dua orang gadis yang berdiri dibelakang kakek berjenggot putih itu kontan saja
dibuat kaget sampai paras maka mereka turut berubah hebat.
Kakek berjenggot putih itu segera menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berkata lagi:
"Aku sama sekali tidak berniat untuk turun tangan melawan kalian berdua, jadi kalian tak perlu merasa takut."
"Aku sama sekali tak takut." dengan sorot mata yang tajam Wi Tiong hong tertawa tergelak.
Sikap kakek berjenggot putih itu masih tetap sangat tenang, kembali ia berkata.
"Setelah kalian berdua datang kemari, mengapa tidak sekalian melepaskan kain kerudung muka itu?"
"Boleh saja kulepaskan kain kerudung muka ini, cuma semestinya kau pun harus melepaskan topeng yang menutupi wajahmu itu"
Kakek berjenggot putih itu nampak agak tertegun, kemudian sambil mengelus jenggotnya yang putih, pelan-pelan dia berkata lagi:
"Sejak kapan sih aku mengenakan topeng?"
"Haaahh,.haaaah.a. hhaaahh..bila kuhitung dengan jari, maka engkau adalah orang ke tiga yang kujumpai dengan dandanan seperti ini"
Berkilat sepasang mata kakek berjenggot putih itu, tiba-tiba ia menegur.
"Sebenarnya siapa sih sobat ?"
"Aku ingin mengetahui lebih dulu siapakah kau ?"
Kakek berjenggot putih itu termenung sebentar, kemudian jawabnya:
"Aku adalah Kiu tok kaucu."
"Ternyata dia bukan Tok seh siacu!" Wi Tiong hang segera berpikir dihati kecilnya.
Dengan cepat dia merobek lain kerudung mukanya, kemudian berseru dengan lantang:
"Aku adalah Wi Tiong-hong ."
Tam See hoa juga segera merobek kain kerudung hitam yang menutupi wajahnya.
Kakek berjenggot putih itu kelihatan bergetar keras karena terperanjat kemudian serunya sambil menjura.
"Oooh rupanya Wi tayhiap, sudah lama aku mendengar akan namaku..hahaheh.rupanya Tam huhoat juga datang tapi mengapa dengan menyaru?"
"Bila aku tidak datang dengan cara menyamar, bagaimana mungkin bisa mendapat tahu asal usul kaucu?"
jawab Tam See hoa sambil tenaga seram.
"Kiu tok, darimana kau bisa tahu kalau kami berdua datang dengan cara menyamar?" tanya Wi Tiong hong kemudian.
Kiu tok kaucu tertawa hambar. "Aku dengar belum lama Wi tayhiap munculkan diri dalam dunia persilatan, tapi berhasil mengalahkan Ban kiam hweecu diujung pedangmu serta menahan Tok seh siaucu dengan telapak tangan, belum pernah dunia persilatan digemparkan oleh pemuda muda usia semacam kau, boleh dibilang kemampuanmu memang sangat luar biasa, belum pernah ada keduanya sedari dulu.."
Nada ucapannya sangat datar dan tenang, ternyata ia berusia untuk memuji kelihayan ilmu silat wi Tiong hoag.
Tam See hoa segera berkata: "Tahukah kaucu bahwa Wi tayhiap adalah saudara angkat dari Ting pangcu perkumpulan kami" Disaat Ting pangcu masih disekap oleh penjahat, Wi tayhiaplah wakil pangcu dari perkumpulan kami ?"
Perkataan ini sama artinya sedang memberi peringatan kepada Kiu tok kaucu, bahwa perkumpulan Thi pit pang bukan sekelompok manusia yang bisa di permainkan dengan semaunya.
Melirik sekejap kearah Tam See hoa pun tidak dilakukan oleh Kiu tok kaucu, terdengar ia berbicara lebih jauh.
"Biarpun Wi tayhiap memiliki ilmu silat yang teramat tangguh, tapi sesudah memasuki pesanggerahan Cing sim sien ku ini, pada hakekatnya seperti menghantar diri ke mulut harimau."
Sikapnya masih tetap tenang dan lembut, namun ucapannya penuh kepercayaan diri, jadi tampaknya perkataan yang diutarakan dengan maksud memuji-muji kehebatan ilmu silat Wi Tiong hong tersebut tak lebih hanya untuk menekankan kata-kata akhirnya ini.
Atau dengan perkataan lain, dia hendak mengartikan demikian.
"Biarpun kau dapat mengalahkan Ban kiam hweecu diujung pedangmu, dapat membekuk Tok seh siacu dengan tangan kosong, namun setelah berjumpa dengan Kiu tok kaucu, segala kemampuan yang kau miliki itu tak lebih hanya cukup untuk melindungi keselamatanmu sendiri."
Wi Tiong hong yang mendengar perkataan tersebut segera menyela.
"Mengapa tidak kulihat kelihayan dari pesanggrahan Cing sim sian ini ?"
Kiu tok kaucu tertawa hambar.
"Berhubung Wi tayhiap dan Tam huhoat telah datang menghantarkan diri, sekalipun aku punya rahasia juga tak boleh sampai bocor keluar, oleh karenanya apa pun yang ditanyakan Wi tayhiap tentu akan kuberi tahu."
"Wi tayhiap datang dengan menyamar sebagai Hian nomor tiga, padahal Hian nomor tiga cuma mendapat perintahku untuk menyebarkan bubuk obat pembangkit wabah disungai yang mengalir disekeliling kota Hang ciu.
"Tugas semacam ini boleh dibilang teramat mudah untuk dilaksanakan, tetapi didalam kenyataan kau datang minta maaf karena tugasnya tak bisa diselesaikan, cukup berdasarkan hal ini sudah bisa dibuktikan kalau kau bukan Hian nomor tiga yang asli, itu berarti kau cuma orang gadungan."
"Sedangkan mengenai Gi nomor lima, dia adalah orang yang bertugas meronda pada malam ini, sebelum fajar menyingsing semestinya dia tak akan balik kemari, tentu saja dia pun manusia gadungan yang datang mencatut namanya..."
"Oooh.." Wi Tirong hong baru tahu sekarang, apa sebabnya penyaruan mereka begitu mudah diketahui lawan.
Tapi sewaktu mendengar kalau Hian nomor tiga mendapat tugas untuk menyebar obat pembangkit wabah disekitar sungai kota Hang cio. ia menjadi amat terkesiap, tanpa terasa bentaknya penuh amarah:
"Jadi kau telah mengutus anak buahmu untuk menyebar obat racun disungai yang mengalir dalam kota Hang ciu?"
"Omong kosong" seru Kiu tok kaucu marah.
"Justru lantaran kulihat di daerah sekitar Ci say sudah kejangkitan wabah menular, maka kuutus Hian nomor tiga untuk menebarkan bubuk obat penawar wabah ditempat tersebut, biarpun tak sampai melenyapkan semua wabah yang sedang terjangkit, paling tidak dapat menyembuhkan sebagian orang yang menderita..."
Wi Tiong hong jadi setengah percaya setengah tidak oleh perkataan itu, untuk sesaat dia terbungkam.
Mendadak terdengar Tam See hoa menjengek sambil tertawa dingin.
"Seandainya diwilayah Ci say benar-benar kejangkitan wabah menular, maka wabah tersebut sudah pasti merupakan hasil karya dari kaucu..."
"Darimana kau bisa tahu kalau wabah menular itu merupakan hasil karyaku?"
"Terjadinya peristiwa keracunan atas tubuh segenap anggota Thi pit pang sudah jelas merupakan hasil perbuatanmu yang telah meracuni mereka semua secara diam-diam."
"Tam huhoat, kau terlalu banyak curiga, andaikata akulah yang telah meracuni mereka, lantas mengapa pula kuobati mereka semua" Bila aku hendak turun tangan terhadap perkumpulan Thi pit pang, mengapa pula kubiarkan Ting Ci kang pulang?"
"Kau telah menggunakan sesuatu obat untuk mempengaruhi jalan pemikiran Ting pangcu, aku ingin tahu, sebetulnya apa maksud dan tujuanmu?" bentak Tam See hoa keras-keras.
Kiu tok kaucu melirik sekejap kearah Wi Tiong hong, kemudian tersenyum.
"Wi tayhiap, apakah kau dapat merasakan bahwa jalan pemikiran Ting pangcu telah terpengaruh sehingga tidak waras?"
-ooo0dw0ooo- Jilid 9 WI TIONG HONG DI BUAT TERTEGUN atas
datangnya pertanyaan tersebut, pikirnya: "Yaa, nampaknya jalan pemikiran Ting toako memang tidak seperti terpengaruh. Cuma...."
Walaupun timbul kesangsian serta kecurigaan didalam hatinya, namun untuk sesaat ia tak dapat mengemukakan kecurigaan tersebut.
Sambil tertawa dingin kembali Tam See Hoa menyela:
"Paling tidak kau toh tidak mengandung maksud dan tujuan yang baik"
"Oooh, kalau begitu aku memang tidak seharusnya menolong Ting Ci Kang dari cengkeraman Chin Tay Seng di perkumpulan Ban kiam hwee?" jengek Kiu Tok Kaucu sambil tertawa seram.
Pertanyaan tersebut kontan saja membungkamkan Tam See Hoa dalam seribu bahasa.
Betul seandainya Ting Ci Kang tidak diselamatkan oleh Kiu Tok Kaucu, maka orang yang tergeletak mati di kuil Sik Jin Tian tempo hari sudah pasti bukan wakil Cong Koan pedang berpita hitam Pak Bun Siu, melainkan Ting Ci Kang sendiri.
Pernyataan tersebut segera menyusahkan dirinya, tapi diapun jelas sadar bahwa kehadiran Kiu Tok Kaucu di
tempat tersebut sudah jelas mempunyai suatu maksud tertentu.
Berpikir demikian, tanpa terasa ia mendongakkan kepalanya lagi seraya berkata: "Walaupun kaulah yang telah menyelamatkan Ting pangcu, tapi kaupun mempunyai suatu maksud tertentu atas perkumpulan Thi Pit Pang ini, yang ingin kutanyakan sekarang tak lain adalah persoalan tersebut"
Sikap Kiu Tok Kaucu masih tetap amat tenang, pelan pelan ujarnya: "Waktu, itu Ting pangcu menderita luka yang sangat parah. Dengan penuh ketelitian dan kesabaran kuobati semua luka yang di deritanya, aku harus membuang waktu selama tiga bulan lebih untuk menyembuhkan luka luka yang dideritanya. Betul, antara aku dengan Ting pangcu kalian memang terikat perjanjian.
Setelah lukanya sembuh maka dia wajib membantuku untuk menyelesaikan suatu keinginan yang sudah lama kudambakan. Aku pun menjamin kepadanya jikalau usaha tersebut telah berhasil, bukan saja aku akan memberi banyak keuntungan kepada kalian, yang pasti aku tak akan melukai seujung rambutpun anggota perkumpulan Thi pit pang kalian. Tentang latar belakang persoalan tersebut maaf dewasa ini masih belum dapat kuungkapkan kepada kalian"
"Kau meminta kepada Ting pangcu yang jernih belum kau pengaruhi, bagaimana mungkin ia sanggup permintaanmu itu dengan begitu saja...?" kata Tam See Hoa.
Kiu Tok Kaucu tersenyum. "Keliru besar, ucapanmu itu justru merupakan kebalikannya. Justru yang hendak kulakukan dengan bantuan Ting pangcu adalah melenyapkan kaum durjana serta manusia laknat dari persilatan. Aku tidak mempunyai niat untuk melakukan sesuatu kejahatannya...."
Berbicara yang sebenarnya, Wi Tiong Hong adalah seorang pemuda yang cerdik. Semenjak memasuki pesanggrahan Ling Long San Koan, ia selalu meningkatkan kewaspadaannya untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Apalapi setelah mengetahui dari ucapan Kiu Tok Kaucu bahwa mereka sudah menghantar diri kemulut harimau
Tanpa terasa pikirnya dihati "Apabila ilmu silat yang dimiliki Kiu Tok Kaucu benar-benar mampu mengungguli kami berdua, kenapa dia hanya duduk saja dikursinya tanpa berusaha untuk turun tangan" Jikalau dibilang ia tidak bermaksud untuk turun tangan terhadap kami berdua, mengapa pula dibilang kami sudah menghantar diri ke mulut harimau dan rahasianya tak bakal tersiar keluar?"
Bila dua hal tersebut dipikirkan dengan lebih seksama lagi, maka pemuda tersebut segera menemukan kejanggalan-kejanggalan dibaliknya...
Mungkinkah ia sedang menantikan sesuatu"
Kesatu, tadi ia telah memberi perintah kepada Ui nomor empat dengan mempergunakan ilmu menyampaikan suara, sudah jelas ia sedang mengumpulkan jago jago lihaynya.
Kedua, ia menyebut diri sebagai Kiu Tok Kaucu ini berarti dia pandai sekali di dalam penggunaan racun jahat.
siapa tahu secara diam-diam ia telah melepaskan racun ke dalam tubuh mereka berdua...."
Teringat akan hal tersebut, dengan cepat dia mencoba mengatur pernapasan serta memeriksa sekujur badannya.
Kalau tidak diperiksa keadaan masih mendingan, begitu dia mulai mengerahkan tenaganya, seketika itu juga pemuda tersebut merasakan hal-hal yang tak beres.
la merasakan kepalanya mendadak menjadi pusing dan terasa amat berat, sudah jelas ia telah terkena serangan gelapnya.
Penemuan tersebut segera membuat Wi Tiong Hong merasa tak terlukiskan kagetnya terpaksa dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk menutup beberapa buah jalan darah pentingnya, kemudian berkata: "Saudara Tam, apa yang diucapkan kaucu mungkin saja ada benarnya. Lebih baik kita pulang saja lebih dulu untuk menanyakan persoalan ini kepada toako"
Tam See Hoa adalah jago kawakan yang sudah cukup lama melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, sudah barang tentu ia dapat menangkap arti lain dibalik perkataan tersebut, maka ia segera mengangguk:
"Perkataan dari Wi tayhiap memang benar. Asalkan pangcu benar benar sudah menyanggupinya, sudah barang tentu aku pun tak dapat berbicara apa-apa lagi...."
Wi Tiong Hong segera mengerling sekejap memberi tanda kepadanya agar beranjak pergi lebih dulu Tam See Hoa tak berani berayal lagi, ia segera membalikkan badan dan siap beranjak pergi dari situ Tiba tiba Kiu Tok Kaucu tertawa seram: "Hee.. Hee...
bagaimana" Apakah kalian berdua hendak pergi?"
"Kaucu masih ada urusan apalagi?" tanya Wi Tiong Hong sambil tangannya meraba gagang pedang.
Kiu Tok Kaucu segera menggelengkan kepalanya berulang kali: "Oooh tidak ada, cuma didepan pintu masih terdapat tiga orang pembantuku yang melakukan penjagaan. Mereka adalah Hian nomor tiga, Ui nomor empat serta Yu nomor lima. Mereka semua telah berkumpul disini, apabila aku belum menurunkan perintah
pelepasan, mungkin tak mudah bagi kalian berdua untuk bisa menembusi pertahanan mereka semua"
Ternyata kawanan jago yang dibawa olehnya di pesanggarahan Ling Long Han Koan tersebut tidak banyak jumlahnya, selain dia sendiri cuma ada dua orang gadis dan Hian nomor tiga sekalian tiga orang jago tangguh.
Melihat ia tidak berniat turun tangan kepadanya lantas atas dasar kemampuan dari Hian nomor tiga sekalian, mana mungkin mereka sanggup untuk menghalangi perjalanan dirinya berdua"
Tam See Hoa merasa keberaniannya timbul kembali, serunya sambil tertawa tergelak "Biarpun kaucu tidak menurunkan perintah pelepasan, memangnya kau anggap kami tak sanggup untuk menerjang secara kekerasan?"
Sikap Kiu Tok Kaucu masih tetap tenang seperti sedia kala, dia malah berkata sambi tersenyum: "Apa salahnya bila kalian berdua mencoba sendiri. "
Tam See Hoa membentak keras, tahu-tahu tubuhnya sudah menyerbu kedepan pintu serta menyingkap tirainya.
Betul juga, ia segera menyaksikan seorang lelaki berkerudung berdiri menanti didepan pintu.
Selain itu masih ada dua orang manusia berkerudung lagi yang berdiri tak jauh di belakangnya, dengan begitu semua jalan keluar telah tersumbat sama sekali.
Tam See Hoa terpaksa menghentikan langkahnya, kemudian membentak keras keras "Ayo menyingkir saja kalian!"
Senjata Poan koanpit yang berada di tangan kanannya langsung disodokkan ke dada lawan.
Lelaki berkerudung yang berada didepan pintu itu bukan lain adalah Hian nomor tiga. Ia sama sekali tidak meloloskan pedangnya. Telapak tangan kanannya dibalik menangkis datangnya ancaman pena dari Tam See Hoa, kemudian berkata: "Balik!"
Tam See Hoa berjulukan si pena baja. Permainan Poan koan pit nya boleh dibilang telah memiliki kesempurnaan yang luar biasa. Biarpun serangan tersebut dilancarkan hanya mempergunakan sebuah pena saja yang berada ditangan kanan, namun kekuatan yang disertakan didalam serangan tersebut amat dahsyat dan kuat. Tapi kenyataannya pihak lawan hanya menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan tangan sebelah saja bukankah hal ini sama artinya dengan ia sudah tidak maui tangan kanannya lagi"
Tapi kalau dibilang aneh, disinilah letak keanehan tersebut. Setelah Tam See Hoa melancarkan serangannya, ia baru merasakan ada sesuatu yang tak beres, ternyata ia tak mampu menyertakan setitik tenaga pun dalam serangan tersebut.
Dalam pada itu Hian nomor tiga sudah melepaskan tangkisan yang persis membentur diatas tubuh penanya.
Termakan oleh getaran tersebut, Tam See Hoa jadi sempoyongan dan mundur sejauh empat-lima langkah, kemudian tubuhnya roboh terduduk diatas tanah.
Mula-mula sepasang matanya masih sempat melotot besar, tapi kemudian ia pejamkan matanya dan roboh tak sadarkan diri.
Tirai yang semula tersingkap, sekarang tertutup kembali seperti sedia kala.
Semua peristiwa tersebut boleh dibilang berlangsung hanya didalam sekejap. Semula Wi Tiong Hong bermaksud membiarkan Tam See Hoa beranjak pergi lebih dulu kemudian ia sebagai penahan gempuran lawan barulah setelah keluar dari pesanggerahan Cing Sim Sian. Masalah tersebut baru dibicarakan lagi
Siapa sangka Tam See Hoa yang baru tiba didepan pintu, tiba tiba saja roboh tak sadarkan diri, kejadian tersebut kontan saja mengejutkan hatinya.
Buru-buru dia maju kedepan menghampiri tubuh Tam See Hoa. kemudian serunya sambil membungkukkan badan: "Saudara Tam, kenapa kau?"
Sambil tertawa terbahak-bahak Kiu Tok Kaucu menggoyangkan tangannya seraya menyahut: "Haaah...
haah.... haaah.... tidak menjadi soal, dia cuma terendus dupa tidurku yang hebat sehingga tertidur. Apakah kaupun ingin tidur sejenak?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Wi Tiong Hong, segera bentaknya keras: "Tua bangka celaka, kau berani mencelakai orang dengan cara yang licik?"
Menyaksikan sorot mata sang pemuda yang begitu tajam bagaikan sembilu itu, diam diam Kiu Tok Kaucu merasa amat terkejut.
Nyata sekali tenaga dalam yang dimiliki anak muda tersebut betul-betul amat sempurna. Ini terbukti dari kemampuannya untuk mengendalikan daya kerja obat tidur yang terserang kedalam tubuhnya, tanpa terasa pikirnya:
"Hmmm... biarpun tenaga dalammu amat sempurna akan kulihat seberapa lama kemampuanmu untuk
mempertahankan diri..."
Berpikir demikian sambil mengelus jenggotnya yang putih ia berkata sambil tertawa seram: "Di dalam kamarku ini, setahun empat musim selalu memasang dupa tidur yang harum baunya. Hal ini bukan bermaksud atau bertujuan jahat untuk mencelakai kalian berdua. Ini mesti disalahkan kalian belum mendapat persetujuanku telah menyelonong masuk sendiri, sekarang bagaimana mungkin bisa menyalahkan aku?"
Ketika Wi Tiong Hong melihat orang itu masih tetap duduk tak bergerak ditempat semula, ia merasa waktu berharga sekali ketika itu dan tidak boleh dibuang dengan begitu saja.
Mendadak sambil mengangkat kepala hardiknya: "Mana obat penawar racunnya?"
Tangan kanannya bergerak cepat dan secepat sambaran petir meloloskan pedangnya.
Jit Seng Kiam tak lebih hanya sebuah pedang karat yang sama sekali tak bersinar, tapi gerak serangannya betul betul cepat sekali, dimana ujung pedangnya bergetar keras, secepat petir ia sudah mengancam dada Kiu Tok Kaucu.
Sesungguhnya Kiu Tok Kaucu melihat dengan jelas bagaimana Wi Tiong Hong melancarkan serangannya, namun ia masih tetap duduk tak bergerak ditempat semula.
Mendadak terdengar dua orang gadis yang berdiri disisinya membentak keras. "berada dihadapan kaucu, kau pun berani bersikap kurang ajar"
Cahaya tajam nampak berkelebat lewat. Sepasang pedang meluncur saling menyilang ke depan untuk membendung datangnya ancaman pedang dari Wi Tiong Hong.
Belum lenyap suara bentakan itu cahaya pedang sudah berpancar ke mana mana....
"Criiing! Criingg....!"
Kedua bilah pedang tersebut bukan saja gagal untuk membendung serangan ini musuh, malah sebaliknya pedang mereka terpapas kutung menjadi dua bagian oleh pedang karat lawan....
"Criiing.... traaangg!"
Kutungan kutungan pedang tersebut segera rontok ke atas tanah....
Wi Tiong Hong sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya lagi, namun ujung pedangnya telah menempel diatas dada Kiu Tok Kaucu.
Peristiwa tersebut kontan saja mengejutkan kedua orang gadis muda itu. Saking kagetnya paras muka mereka sampai berubah menjadi pucat pias seperti mayat Kiu Tok Kaucu sendiripun merasa terperanjat didalam gugupnya dia menyambar tongkat bambunya dan dilintangkan didepan dada untuk menahan serangan Wi Tiong Hong kemudian sepasang kakinya menjejak tanah tubuh berikut bangkunya segera melejit ke belakang.
Wi Tiong Hong tertawa dingin, pedang karatnya ditusuk kedepan. Seperti bayangan tubuh saja, dia menyusul pula kedepan seraya membentak keras: "Kaucu tak usah menghindar atau mencoba untuk berkelit, aku sama sekali tak bermaksud mencelakaimu, tapi akupun tak sudi dicelakai orang lain. Asal kau bersedia menyerahkan obat pemunah racun itu aku orang she Wi pun tak akan banyak berurusan denganmu"
Kiu Tok Kaucu mundur selangkah seraya mengangguk, sahutnya: "tidak sulit apabila Wi tayhiap mengkehendaki aku serahkan obat penawar racun itu tapi paling tidak kau mesti membuat aku kalah dengan perasaan puas"
Wi Tiong Hong segera menarik kembali pedang Jit Seng Kiam nya, lalu berkata dingin: "Apakah kaucu bermaksud untuk mencoba kemampuanku?"
"Tidak, aku hanya ingin mengajakmu bertaruh"
"Bagaimana caranya bertaruh?"
Kiu Tok Kaucu tertawa seram. "Jika aku kalah, tentu saja akan kuberikan obat penawar racun itu kepadamu, tapi bagaimana pula jika aku yang berhasil menang?"
"Bila aku kalah, terserah pada kemauanmu sendiri.
Cuma saudara Tam terkena oleh seranganmu, jadi aku tetap menuntut obat penawar racun tersebut"
Kiu Tok Kaucu segera tertawa terbahak-bahak:
"Haahh... haahh.... haaahh.... soal itu mah tak usah Wi tayhiap kuatirkan. Aku dan Ting pangcu masih terikat perjanjian sedang orang she Tam itu merupakan pelindung hukum perkumpulan pena baja, sudah barang tentu aku akan memberi obat penawar racun kepadanya. Cuma bila Wi tayhiap kalah, kau tak boleh mungkir lagi lho...."
"Apa yang kau inginkan dariku?"
Sekali lagi Kiu Tok Kaucu tertawa terbahak bahak:
"Diantara kita sudah berbicara dengan amat jelas, sedang diantara aku dengan Wi tayhiap pun tidak terikat dendam sakit hati apa pun. Oleh sebab itu aku pun tidak mempunyai niat untuk bermusuhan denganmu. Aku tak lebih hanya menginginkan Lou bun-si yang berhasil diperoleh Wi tayhiap itu"
Wi Tiong Hong mendengus dingin: "Apakah kau sudah mengincarnya"
Kiu Tok Kaucu tertawa seram, "tapi jika Wi tayhiap kalah, maka aku ingin meminjam pakai selama tiga bulan.
Selewatnya tiga bulan benda itu pasti akan kukembalikan lagi kepadamu, entah...."
Sebelum ucapan tersebut selesai diutarakan, Wi Tiong Hong kembali telah menukas: "Tidak bisa, Lou bun-si bukan benda milikku, jadi aku tak bisa meminjamkan kepada siapa pun"
"Ini berarti Wi tayhiap tidak bersedia untuk bekerja sama dengan diriku?"
"Benda yang bukan menjadi milikku, tentu saja tak dapat pula kuputuskan sendiri"
"Aku ingin bertanya sekarang, apakah Lou-bun-si tersebut berada disakumu sekarang?" tanya Kiu Tok Kaucu dingin
Wi Tiong Hong tertawa nyaring: "Sekalipun berada disaku, belum tentu kaucu dapat mengungguli diriku"
"Asal berada itu sudah berada dalam sakumu, urusan lebih mudah untuk diselesaikan" kata Kiu Tok Kaucu dingin.
Wi Tiong Hong segera menggetarkan pedangnya lagi, kemudian berseru dengan gusar: "Berbicara dari tadi sampai sekarang, kau tak lebih hanya bermaksud mengincar Lou-bun-si tersebut. Baiklah kita tak sepaham dan tak sependapat, jadi lebih baik kau bersiap siap menghadapi serangankul"
Kiu Tok Kaucu mendengus. "Hmm! Aku mengajakmu berunding, hal ini disebabkan ingin kuberi muka untukmu.
Pokoknya aku sudah bertekad akan mendapatkan Lou-bun-si itu dengan cara apapun. Kau anggap aku tak mampu untuk merebutnya dari tanganmu?"
Sementara berbicara, pelan pelan dia mencabut keluar sebatang penggaris kemalanya dibalik tongkat bambunya.
Wi Tiong Hong dapat melihat senjata penggaris kemala itu berwana hijau muda, tanpa terasa pikirnya: "ia menyembunyikan senjata penggaris kemalanya dibalik tongkat bambu, berarti benda tersebut mempunyai kegunaan lain aku harus menghadapinya dengan berhati hati..."
Sementara dia masih termenung, selangkah demi selangkah Kiu Tok Kaucu telah maju kedepan, katanya tiba tiba sambil tertawa seram: "Aku tak usah mempersiapkan diri lagi, silahkan saja Wi tayhiap memberi petunjuk"
Wi Tiong Hong meraba pedangnya, kemudian berkata,
"Silahkan kaucu melancarkan serangan"
Pedang Jit Sin Kiam-nya diayunkan kedepan, tak lamban tidak pula cepat pedang itu langsung menusuk kedepan meski tubuhnya masih tetap tak bergerak ditempat semula.
Mendadak Kiu Tok Kaucu bergetar keras, berkilat sepasang matanya, ia bertanya gelisah: "Kau berasal dari perguruan Siu Lo Kau?"
Ternyata serangan pedang yang dipergunakan Wi Tiong Hong barusan adalah jurus pembukaan dari Siu Lo Cap Sa Kiam. Berhubung ia tak tahu kemampuan musuh, ia kawatir ilmu Ji Gi Kiam-hoat-nya tak sanggup menghadapi kemampuan lawan.
Sekalipun Siu Ji Cap Sa Si belum lama di pelajari, tapi perubahan jurus serangannya sudah pasti jauh lebih hebat daripada ilmu pedang Ji Gi Kiam-hoat itulah sebabnya
begitu muiai melepaskan serangan, dia lantas mengeluarkan ilmu simpanan tersebut.
Namun anak muda itu terkejut juga setelah lihat kesanggupan Kiu Tok Kaucu untuk menyebutkan identitas ilmu pedangnya secara jitu, segera piklrnya: "Pengetahuan serta pengalaman yang di miliki si gembong iblis tua ini sungguh amat luas dan hebat. Agaknya dia bukan seorang jagoan yang dapat dihadapi secara mudah."
Berpikir demikian, dengan nada angkuh sahutnya: "Aku bukan anggota perguruan Siu Lo Bun"
Jengek Kiu Tok Kaucu dingin. "setelah memasungi tunanganku ini, terpaksa akupun akan berbuat salah kepadamu"
Sementara pembicaraan berlangsung, mendadak ia melepaskan sebuah serangan kearah pedang Wi Tiong Hong dengan pergunakan senjata penggaris kemala itu.
Diam diam Wi Tiong Hong tertawa dingin, pikirnya:
"Sekalipun senjata penggaris kemalamu itu keras dan kuat, jangan harap bisa di bandingkan dengan Jit Siu Kiam ku yang mampu memotong emas ini. Hmm, sekarang kau telah mencari gara gara kepadaku, biar kusuruh kau rasakan betapa tajamnya pedangku ini!"
Belum lenyap ingatan tersebut melintas di dalam benaknya, senjata penggaris kemala lawan telah saling beradu dengan pedangnya sehingga menimbulkan suara bentrokan yang amat nyaring
"Traaaang....!"
Kedua belah pihak sama sama merasakan pergelangan tangan kanannya bergetar keras sehingga akibatnya mereka semua mundur selangkah kebelakang.
Agaknya Kiu Tok Kaucu sangat menaruh kepercayaan atas kemampuan senjata penggaris kemala miliknya itu dan tak akan menderita cacad akibat bentrokan tadi, ia sama sekali tidak melirik sekejap pun atas senjata andalannya itu.
Malahan sebaliknya dengan sorot mata yang amat tajam dia awasi pedang milik Wi Tiong Hong tersebut Tatkala dilihatnya pedang karat tersebut masih tetap utuh tanpa cacad, bahkan mata pedangnya sama sekali tidak terpengaruh oleh bentrokan yang barusan terjadi, tanpa terasa ia berseru memuji "Pedang bagus!"
Tubuhnya kembali bergerak maju sambil melancarkan serangan, dimana senjata penggaris kemalanya berputar, segera terciptalah selapis bayangan senjata berwarna hijau.
Jurus demi jurus serangan dilontarkan berulang kali, hampir semuanya tertuju ke bagian bagian yang mematikan ditubuh lawan.
Sementara itu, Wi Tiong Hong yang baru saja bentrok dengan musuhnya, lamat lamat segera merasakan munculnya segulung hawa dingin yang memancar masuk dari tubuh pedang itu langsung menembusi telapak tangannya yang menggenggam pedang, hal mana membuat hatinya segera terkesiap.
Sementara dia masih tertegun dan serangannya belum sempat dilancarkan keluar, Kiu Tok Kaucu telah melepaskan serangkaian serangan berantai yang cepat dan dahsyat kearahnya, hal tersebut membuatnya seketika terdesak hebat dan mundur beberapa mgkah dari posisinya semula....
Begitu berhasil merebut posisi yg menguntungkan, Kiu Tok Kaucu sama sekali tidak memberi kesempatan kepada Wi Tiong Hong untuk berganti napas. Senjata penggaris kemalanya secara beruntun melancarkan serangkaian
bacokan serta babatan dia lebih banyak melancarkan serangan ketimbang pertahanan.
Posisi Wi Tiong Hong segera terdesak di bawah angin, sekali lagi ia terdesak mundur sampai sejauh berapa langkah.
Mendadak pergelangan tangan kanannya digetarkan, segulung bayangan pedang segera berhamburan keluar ke empat penjuru...
"Triinggg...."
Sekali lagi pedang dan senjata penggaris kemala itu saling membentur satu sama lainnya. Kali ini senjata penggaris Kiu Tok kaucu berhasil disingkirkan.
Tiba tiba saja Kiu Tok Kaucu amat terkejut, tanpa terasa tubuhnya mundur selangkah lagi.
Atas bentrokan senjata yang barusan berlangsung, sekali lagi Wi Tiong Hong merasakan timbulnya segulung hawa dingin yang menyusup masuk lewat pedangnya langsang menyerang telapak tangannya. Hal ini membuatnya ikut terkejut, diam diam pikirnya "jangan-jangan senjata penggaris kemalanya itu mempunyai sesuatu
keistimewaan?"
Belum selesai dia berpikir, terdengar Kiu Tok Kaucu telah berkata sambil tertawa seram: "Haaahh.... haaahh...
haaahh.... kemampuan Wi tayhiap di dalam permainan pedang, sungguh hebat dan luar biasa sempurnanya...."
Selapis bayangan hijau sekali lagi meluncur ke depan dan mengurung seluruh badan Wi Tiong Hong


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan cepat si anak muda itu memutar pedangnya sambil menyongsong datangnya ancaman tersebut.
"Traaangg....!"
Sekali lagi pedang itu bentrok keras dengan senjata penggaris kemala yang meluncur datang. Tenaga getaran yang dipergunakan olehnya kali ini jelas jauh lebih kuat dan tangguh ketimbang tadi, seketika itu juga Kiu Tok Kaucu kena digetarkan tubuhnya sehingga mencelat setinggi satu depa lebih dari posisi semula.
Tapi setelah terpental ke belakang, dia segera manfaatkan kesempatan tersebut untuk menerkam Wi Tiong-hong sekali lagi dari tengah udara, senjata penggaris kemala nya menciptakan berpuluh puluh titik bayangan hijau yang bersama sama mengurung tubuh anak muda itu seperti hujan gerimis.
Sudah tiga kali pedang Wi Tiong Hong saling beradu kekerasan dengan senjata penggaris kemala Kiu Tok Kaucu, dalam setiap bentrokan yang kemudian terjadi, ia selalu merasakan munculnya segulung hawa dingin yang menyusup masuk melalui pedangnya langsung merembes ke dalam lengan kanannya yang makin lama semakin membekukan lengan tersebut. Hal semacam ini segera membikin hatinya merasa terkejut sekali....
Di dalam gelisahnya, tatkala melihat tibanya berpuluh puluh titik bayangan hijau yang mengurung tubuhnya, pemuda itu membentak keras, pedangnya kembali di putar kencang menciptakan selapis cahaya pedang yang sangat tebal.
Jurus serangan ini dilancarkan karena terdesak oleh keadaan, tanpa disadari ia telah imempergunakan Siu Lo Cap Sa Si yang maha dahsyat tersebut.
Dimana pedangnya dilepaskan, tampak tiga belas titik cahaya tajam bersama sama meluncur ke muka dengan kecepatan luar biasa.
Perlu diketahui ilmu Siau Lo Cap Sa Si tersebut baru permulaan di pelajari. Bila keadaan tidak mendesak, mustahil ia bisa mempergunakan jurus serangan tersebut hingga mencapai kemampuan yang begini dahsyat.
"Criiing, criiing, criiing...."
Serangkaian bunyi bentrokan nyaring berkumandang susul menyusul di tengah udara.
Dalam waktu sekejap mata saja. senjata penggaris kemala yang dipergunakan Kiu Tok Kaucu untuk menyerang dari tengah udara itu sudah terkena tiga belas buah bacokan dari pedang Jit Siu Kiam anak muda tersebut.
Seandainya senjata penggaris kemalanya itu bukan terbuat dari batu kemala yang telah berusia seribu tahun, sehingga benda itu mernpakan benda mestika yang tidak takut dibacok ataupun ditusuk mungkin sedari tadi ia sudah tewas dalam genangan darah.
Atau paling tidak, sekujur tubuhnya akan kena terbacok oleh ketiga belas buah serangan tadi sehingga terluka parah.
Biarpun demikian akibat yang dirasakan Kiu Tok Kaucu atas datangnya serangan tersebut cukup hebat.
Tubuhnya yang berada di tengah udara segera merasakan suatu kekuatan getaran yang kuat sekali sehingga ia terjatuh dari udara dan berjumpalitan beberapa kali, terakhir badannya terlempar sampai sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.
Mimpi pun Wi Tiong hoag tidak pernah menyangka kalau tanpa sengaja ia berhasil mempelajari jurus Cap Sa Kiam Tang-hoa (tiga belas serangan pedang dilancarkan bersama) yang merupakan jurus serangan tersusah dalam Siu Lo cap Sa Si bahkan berhasil mempergunakannya
secara sempurna hal ini kontan saja membuat hatinya merasa amat gembira.
Tidak, akibat yang diterima atas bentrokan itupun dirasakan juga olehnya sendiri tiba tiba saja ia bersin berulang kali dengan tubuh menggigil,
Kini seluruh lengan kanannya sudah menjadi kaku karena kedinginan, pedang Jit Siu Kiamnya juga tergetar sampai terlepas dari genggaman dan..
"Criing!"
Senjata tersebut akhirnya menancap di atas dinding sebelah kiri...
Bukan cuma begitu, kakinya kembali mundur sejauh enam tujuh langkah dengan sempoyongan dia bersin semakin keras dan sekujur badannya merasa kedinginan sampai merasuk kedalam tulang sumsum.
Kiu Tok Kaucu sendiri juga turut merasakan
bergolaknya hawa darah dalam dadanya akibat menerima tiga belas jurus serangan lawan, selang beberapa saat kemudian ia baru dapat melompat bangun. Dengan sorot mata yang tajam melebihi sembilu ditatapnya Wi Tiong Hong tanpa berkedip
Kemudian setelah tertawa tergelak ia berseru: "Haaahh...
haaa.... haa... kini, hawa dingin beracun telah menyerang ke dalam tulangmu, tidak sampai satu jam kemudian seluruh cairan darah didalam tubuhmu akan menjadi beku.
Tanpa pil emas racun api milikku, jangan harap kau bisa membebaskan diri dari pengaruh hawa dingin tersebut...."
Dengan masih tetap memegang senjata penggaris kemalanya, selangkah demi selangkah dia maju ke muka mendekati Wi Tiong Hong, terdengar ia berkata lebih jauh,
"Sekarang, kau sudah tidak berkekuatan lagi untuk
melancarkan serangan. Antara mati dan hidupmu, kini sudah berada dalam kekuasaanku...."
Sebagaimana diketahui didalam saku Wi Tiong Hong masih menggembol pena Lou-bun-si.
Hal itulah yang menyebabkan dia tidak terpengaruh oleh asap dupa pemabuk yang di sudut dalam ruangan tersebut, sekalipun kepalanya terasa rada pusing pusing.
Tapi setelah terjadi bentrokan berulang kali dengan senjata penggaris kemala lawan dimana hawa dingin merasuk ke dalam tubuhnya, pemuda itu tak mampu lagi untuk membendung keadaan tersebut.
Terutama sekali lengan kanannya kini sudah membeku dan hilang rasanya sama sekali. Selain tak bisa digerakkan, dirasakan pun sudah tak mampu lagi, kejadian ini segera merisaukan hatinya.
Sekarang musuh telah mendesak kearahnya, padahal ia sudah tak bersenjata lagi. Ditambah pula lengan kanannya bagaikan cacad, pada hakekatnya ia sudah tak berkemampuan lagi untuk melanjutkan pertarungan.
Dalam keadaan begini, tiba tiba alis matanya berkernyit, dengan cepat tangan kirinya merobek pakaian senjata lalu merogoh keluar Lou-bun-si.
Kemudian sambil membentak keras tubuhnya menubruk kedepan, lengan kirinya diputar dan langsung menyerang jalan darah Siao ki hiat hoa kay hiat dan sim kan hiat didada Kiu Tok Kaucu dengan jurus Hong bong sam tian tan (burung bong mengangguk tiga kali)
Tak terkirakan rasa terperanjat Kiu Tok Kaucu menyaksikan keadaan tersebut. Mimpi pun dia tak menyangka Wi Tiong Hong yang sudah terserang hawa
dingin beracun ternyata masih mampu melancarkan serangan dengan pergunakan tangan kirinya.
Melihat datangnya ancaman yang teetuju kearahnya, buru-buru dia menggerakkan senjata penggaris kemalanya untuk membendung ancaman tersebut.
"Traaangg, traaaang, traaaaanggg....."
Terdengar tiga kali bentrokan nyaring berkumandang memecahkan keheningan.
Sekali lagi Wi Tiong Hong merasakan lengan kirinya menjadi kaku akibat bentrokan tersebut. Sekali lagi tubuhnya terdorong mundur sejauh satu langkah.
Mendadak Kiu Tok Kaucu mendengar ada sesuatu yang aneh, cepat cepat ia melompat. mundur sejauh berapa depa dan cepat cepat menundukkan kepalanya untuk memeriksa.
Apa yang terjadi"
Rupanya senjata penggaris kemala yang di andalkan olehnya selama ini sebagai senjata yang tidak mempan dibacok ataupun ditusuk itu, sekarang sudah bertambah dengan tiga buah lobang kecil akibat tusukan pena kemala lawan.
Bisa dibayangkan betapa geramnya hati Kiu Tok Kaucu menyaksikan kerusakan pada benda kesayangnnnya itu...
Mencorong sinar bengis yang menggidikkan hati dari balik mata Kiu Tok Kaucu.
Ia terkejut, marah dan sakit hatl. Terutama sekali atas kerusakan yaog dialami atas senjata andalannya itu.
Biarpun dihari hari biasa hatinya kejam dan tak berperasaan, namun sekarang dia masti menahan diri terutama setelah timbulnya parasaan ngeri dan bergidik didalam hati kecilnya.
Masih tetap menggenggam senjata penggaris kemala tersebut, selangkah demi selangkah dia mundur terus ke belakang
Berhasil dengan serangannya, Wi Tiong Hong
merasakan semangatnya kembali berkobar. Dia mendesak ke muka dengan langkah lebar, bentaknya keras keras.
"Nah, jawablah sekarang dengan jelas, sesunggubnya mati hidupku berada ditangan kaucu" Ataukah mati hidup kaucu yang berada ditanganku....?"
Biarpun Kiu Tok Kaucu masih tetap menggenggam senjata penggaris kemala nya, namun ia tidak berani turun tangan lagi secara gegabah, mengikuti desakan Wi Tiong Hong yang semakin ke depan. Selangkah demi selangkah dia mundur pula ke belakang.
Tiba tiba sorot matanya mengawasi benda ditangan Wi Tiong Hong itu lekat lekat, kemudian serunya tertahan,
"Hei, bukankah benda yang berada dalam genggamanmu itu adalah Lou-bun-si?"
Rupanya dia sama sekali tidak tahu kalau Lou-bun-si selain bermanfaat untuk memunahkan pelbagai macam racun, ternyata benda tersebut dapat pula dipergunakan sebagai senjata.
"Benar" jawab Wi Tiong Hong "benda yang berada dalam genggamanku sekarang adalah Lou-bun-si. Aku ingin bertanya kepada kaucu, sebetulnya kau ingin mampus di ujung senjata Lou-bun-si ku ini ataukah bersedia untuk membicarakan pertukaran syarat denganku..."
Belum selesai ia berkata, tanpa terasa pemuda itu bersih lagi berulang kali.
Kiu Tok Kaucu dapat melihat bagaimana sekujur badan Wi Tiong Hong gemetar keras. Sudah jelas racun hawa dingin telah mulai bekerja didalam tubuhnya, hal ini membuatnya sangat kegirangan. Sambil sengaja mengulur waktu, pelan-pelan tanyanya: "Pertukaran syarat apakah yang hendak kau bicarakan denganku...?"
Sementara itu Wi Tiong Hong masih tetap berdiri sambil menggenggam senjata Lou-bun-si nya, tiba-tiba ia melihat sorot mata Kiu Tok Kaucu tanpa sengaja melirik ke belakang tubuhnya, kejadian ini kontan saja menggerakkan hatinya.
Tanpa berpiklr panjang lagi dia membalikkan tangan kirinya dengan jurus "memutar balik mata uang". Cahaya hijau menyambar keluar dari ujung Lou-bun-si dan langsung menyapu ke belakang tubuhnya.
"Criiiingg....."
"Criiiiinggg......"
Sekali lagi terdengar dua kali bentrokan nyaring berkumandang memecahkan kebeningan, tahu-tahu dua bilah pedang yang menyergap datang dari belakang sudah terpapas hingga kutung menjadi dua bagian.
Wi Tiong Hong sama sekali tidak berpaling untuk melihat kebelakang tubuhnya walau hanya sekejap mata pun. mendadak tangan kirinya kembali diayunkan ke depan.
Setitik bayangan hijau langsung menyambar kedepan dan mengancam dada Kiu Tok Kaucu, hardiknya: "Aku pikir, dada kaucu sudah pasti tak akan sekuat dan sekeras pedang mestika apa pun juga bukan" Sekarang, bila aku berniat untuk merenggut selembar jiwamu, maka hal ini semestinya bukan suatu pekerjaan yang memerlukan tenaga
besar bagiku, lebih baik kaucu memerintahkan kepada mereka untuk mundur saja..."
"Baik" kata Kiu Tok Kaucu sambil mengangkat kepalanya "kalian segara mundur semua dari sini!"
Wi Tiong Hong segera merasakan langkab kaki yang ringan dan cepat benar benar mengundurkan diri dari ruangan, tapi saat itu pula ia merasakan hawa dingin yang luar biasa dan tak tertahankan lagi semakin menyusup kedalam tubuhnya.
Dalam keadaan seperti ini, disamping dia masih mengerahkan tenaganya untuk melawan pengaruh hawa dingin tersebut, kembali bentaknya dengan suara dingin:
"Kaucu, apa kau sudah mengaku kalah?"
"Haa... haa... ha... Wi tayhiap sudah pernah mengalahkan Ban kiam hweecu, sudah pernah membekuk Tok Seh Siancu, bila sekarang akupun dikalahkan olehmu, aku rasa hal ini masih belum terhitung seberapa"
Sekali lagi Wi Tiong Hong bersin keras keras, kemudian katanya setelah itu. "Asal kaucu sudah mengakui, ini lebih baik lagi. Sekarang tentunya kau sudah bersedia menyerahkan obat penawar racun bukan?"
Dari dalam sakunya Kiu Tok Kaucu mengeluarkan sebuah botol dan mengambil sebutir pil yang segera disodorkan ke depan.
Sebenarnya Wi Tiong Hong bendak menyambut obat itu, tapi secara tiba tiba saja ia teringat kalau lengan kanannya masih membeku dan mati rasa, sedangkan tangan kirinya masih menggenggam senjata Lou-bun-si, bagaimana mungkin ia bisa menerima pil tadi?"
Ia bisa saja menyimpan dulu senjata Loa bun si nya kemudian baru menerima pil tersebut, namun dia pun enggan sampai dipecundangi si iblis tua tersebut.
Dalam keadaan begini, diapun mundur selangkah ke belakang kemudian serunya. "Harap kaucu mencekokan pil tadi kemulut saudara Tam!"
Berhubung Kiu Tok Kaucu merasakan ujung pena Lou-bun-si yang tajam berwaraa hijau itu masih menempel diatas jalan darah sendiri, untuk sesaat dia tak tahu apa yang mesti dilakukan kecuali menuruti perkataan lawan.
Karenanya terpaksa ia maju menghampiri Tam See Hoa dan menjejalkan obat itu ke dalam mulutnya, kemudian baru berkata: "Wi tayhiap masih ada petunjuk apa lagi?"
Dalam pada itu seluruh wajah Wi Tiong Hong telah berubah menjadi merah kebiru-biruan akibat kedinginan.
tubuhnya juga gemetar tiada hentinya. Sambil memaksakan diri, ia tetap menggenggam Lou bun si itu erat-erat. Serunya kemudian: "Apakah kaucu bersedia menghadiahkan sebutir pil pemunah juga untuk menghilangkan racun hawa dingin yang menyerang tubuhku?"
Sambil berkata tanpa sungkan-sungkan lagi tangannya menyambar kedepan.
Lou bun si benar-benar lebih tajam daripada mata pedang, tanpa menimbulkan sedikit suarapun ia telah merobek pakaian yang diletakan Kiu Tok Kaucu tersebut.
Tak terkirakan rasa gusar Kiu Tok Kaucu menghadapi kejadian tersebut. Sekali lagi dia melirik sekejap ke arah Lau bun si itu dengan sinar mata iri, kemudian pikirnya
"Sayang sekali, jika aku mendapat kesempatan selama seperminum teh lagi, tangan kirinya itu pasti akan turut
menjadi kaku dan kehilangan sama sekali tenaga untuk melawan"
Ia menyesal telah mengutarakan keterangan tersebut terlalu cepat. Coba kalau tidak dikatakan bahwa ia memiiiki pil emas racun api yang dapat nemunahkan racun hawa dingin tersebut, bisa jadi ia dapat mengulur waktu lebih lama lagi.
Tapi sekarang ia sudah berada dibawah tekanan senjata lawan. Untuk mencari akal lain sudah tak sempat lagi.
Berpikir demikian, tanpa terasa katanya, kemudian sambil tertawa seram. "Walaupun pil emas racun api ku dapat menghilangkan hawa racun dingin itu, namun kau mesti tahu bahwa obat itupun terbuat dari obat racun yang jahat. Asal Wi tayhiap tidak takut keracunan, sudah barang tentu aku bersedia untuk menghadiahkan kepadamu"
"Aku tidak takut dengan pengaruh racun apa pun..."
sabut Wi Tiong Hong.
Biarpun perkataan ini tidak diutarakan pun, Kiu Tok Kaucu juga tahu kalau dia memiliki Lou bun si yang dapat memunahkan pengaruh racun apa saja.
Kiu Tok Kaucu mengangkat bahunya kemudian
mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam sakunya, membuka penutup botol itu dan mengeluarkan sebutir pil sebesar gundu yang segera diangsurkan ke muka Pada waktu itu Wi Tiong Hong sudah kedinginan sampai kaku seluruh badannya, cairan darah dalam tubuhnya sudah hampir membeku rasanya....
Sambil mengawasi Kiu Tok Kaucu lekat-lekat, katanya kemudian sambil tertawa dingin: "Apabila Kaucu hendak menggunakan kesempatan ini untuk mencelakai aku.
Heeh... heeh... jangan salahkan jika kukutungi pergelangan tangan kananmu lebih dulu!"
Selesai berkata dia mencukil butiran pil itu dengan senjata Lou bun si nya sehingga melejit setinggi tiga depa, kemudian ia membuka mulut sambil menghisapnya keras keras. Pil tadi segera tertelan kedalam perutnya.
Dalam pada itu. Tam See Hoa yang jatug tak sadarkan diri tiba tiba sudah duduk kembali. Ia membuka matanya dan memperhatikan sekejap senjata Lou-bun-si ditangan Wi Tiong Hong yang masih mengancam tubuh Kiu Tok Kaucu itu, kemudian sambil melompat bangun bentaknya keras keras. "Tua bangka celaka, kau berani mencelakai diriku dengan dupa pemabuk...."
Waktu, itu Wi Tiong Hong telah menelan pil emas racun api pemberian Kiu Tok Kaucu.
Betuk juga ia segera merasakan ada segulung hawa panas yang meluncur dari lambung ke dalam perutnya. Dalam waktu singkat seluruh hawa dingin yang mencekam tubuhnya berkurang. Ia tahu pil tersebut memang tidak palsu.
Setelah mengatur napas sebentar, ia mencoba untuk menggerakkan lengan kanannya, ternyata lengan itu dapat digerakkan kembali.
Maka ketika mendengar suara bentakan dari Tam See Hoa, buru buru ia bertanya: "Saudara Tam tidak apa apa bukan?"
"Aku sudah sehat kembali"
Wi Tiong Hong segera mengawasi wajah Kiu Tok Kaucu lekat-lekat. kemudian berkata. "Kini aku cuma mempunyai sebuah syarat lagi, apakah kaucu bersedia untuk menyanggupinya?"
"Coba kau utarakan keluar"
"Aku minta kau segera memimpin anak buahmu dan meninggalkan tempat ini secepatnya"
Sepanjang karier-nya, Kiu Tok Kaucu sangat mahir di dalam penggunaaa racun jahat, tapi sekarang ia menjadi gentar oleh Lou-bun-si yang berada ditangan lawan, oleh sebab itulah kendatipun ia mampu meracuni Wi Tiong Hong didalam sentilan jari tangannya saja, toh orang itu tak berani bertindak secara gegabah.
Ketika Wi Tiong Hong telah selesai berbicara, berkilat sepasang mata Kiu Tok Kaucu, ujarnya dingin. "Apabila Wi tayhiap memojokkan diriku terus menerus sehingga tiada tempat lagi untuk berpijak, aku akan mempertaruhkan segenap jiwa dan ragaku untuk mengajakmu beradu jiwa"
Wi Tiong Hong tertewa dingin. "hee... hee... apabila Kaucu tak bersedia melepaskan perkumpulan Thi pit pang, jangan salahkan kalau aku tidak akan berbelas kasihan lagi..."
Pada saat itulah tampak sesosok bayangan manusia menerobos masuk kedalam ruangan dengan kecepatan luar biasa, sambil menerobos masuk, teriaknya keras keras.
"Saudara Wi, cepat kau hentikan seranganmu itu!"
Wi Tiong Hong dapat menangkap suara itu berasal dari Ting Ci-kang, tanpa terasa ia menarik kembali pena kemalanya dan berkata dengan penuh amarah.
"Kedatangan toako memang kebetulan sekali. Sudah tahukah kau akan rencana busuk Kiu Tok Kaucu terhadap perkumpulan Thi pit pang..."
Kiu Tok Kaucu aegera tertawa tergelak. "Huah haah haah benarkah aku mempunyai suatu rencana busuk terhadap perkumpulan Thi pit pang. Aku yakin Ting
pangcu mengetahui lebih jelas, tak ada salahnya jika Wi tayhiap menanyakan secara langsung kepada Ting pangcu"
Dengan wajah yang panik dan gelisah, buru buru Ting Ci-kang menjura berulang kali seraya berkata. "Harap kaucu jangan sampai menjadi gusar. Tentang persoalan ini saudara Wi memang tidak mengetahui latar belakangnya.
Mungkin saja sudah terjadi kesalahan pahaman atas dirinya"
Kemudian kepada Wi Tiong Hong, katanya pula:
"Saudara Wi, kaucu sudah melepaskan budi pertolongan kepadaku, mungkin kau telah menaruh kesalahan paham atas kejadian ini"
Dan akhirnya dia berkata kepada Tam See Hoa: "Siaute minta maaf kepada saudara Tam. Sesungguhnya kedatangan kaucu kemari adalah atas undanganku lagipula aku pernah berjanji dihadapan kaucu tak akan menbocorkan identitas kaucu kepada siapa saja. Mungkin dikarenakan persoalan inilah sehingga menimbulkan kecurigaan pada saudara Tam..."
Sejak melihat sikap panik dan gelisah yang ditunjukkan Ting toako nya, Wi Tiong Hong sudah merasa amat tak senang. Mendengar perkataan itu segera ujarnya. "Tahukah toako bahwa wabah penyakit menular yang berjangkit dalam tubuh perkumpulan Thi pit pang merupakan hasil karyanya seseorang?"
Ting Ci kang segera tertawa. "Harap saudara jangan sembarangan berbicara. Seandainya tiada obat penawar racun pemberian Kaucu, aku rasa segenap anggota perkumpulan sudah tumpas dan perkumpulan Thi pit pang telah punah semenjak dahulu..."
"Pangcu, sesungguhnya perjanjian apakah yang terikat antara kau dengan dia" bolehkah hamba turut mengetahui?"
tanya Tam See Hoa secara tiba tiba.
Ting Ci kang memandang sekejap kearah Kiu Tok Kaucu. kemudian sahutnya serba salah: "Saudara Tam sebagai pelindung hukum perkumpulan kami semestinya harus mengetahui hal itu. Namun masalahnya menyangkut kepentingan bersama. Dan lagi pihak lawan pun mempunyai mata mata yg kelewat banyak. Sebelum tiba waktunya, aku pernah menyanggupi permintaan Kaucu untuk marahasiakan kejadian ini, jadi aku pun tak dapat mengingkari janji. Tapi siaute berani memberi jaminan dengan mempertaruhkan nyawa bahwa persoalan ini mempunyai sangkut pautnya dengan keadaan situasi dunia persilatan. Kerja sama kita dengan Kaucu tak lebih untuk menghilangkan bencana besar dari dunia persilatan. Jadi apabila saudara Tam masih percaya kepadaku, harap kau tak usah banyak bertanya lagi...."
Mimpi pun Tam See Hoa tidak menyangka kalau semua perkataan ketua nya hanya di tujukan untuk melindungi Kiu Tok Kaucu, diam diam ia menghela napas sedih.
Tapi diluaran dia sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa pun sambil memberi hormat katanya kemudian
"Perkataan pangcu terlalu serius, masa hamba berani banyak curiga...?"
Ting Ci-kang kembali tertawa terbahak bahak: "Asal saudara Tam sudah tidak menaruh curiga lagi, aku pun sudahi pembicaraan sampai disini"
Dalam pembicaraan mana, Wi Tiong Hong telah mencabut keluar pedangnya dari atas dinding dan menyarungkan kemball.
Maka terdengar Ting Ci-kang berkata kepada Kiu tok kaucu kemudian sambil menjura. "Kaucu, harap kau sudi memandang diatas wajah orang she Ting agar tidak menjadi marah atas peristiwa ini"
Kiu Tok Kaucu segera tertawa terbahak bahak. "Haah haah haah aku kan sudah pernah berkata bahwa diantara aku dengan Wi tayhiap sama sekali tidak terikat oleh dendam sakit hati apa pun jua. Apa yang telah lewat tentu saja akan kubiarkan lewat"
Ting Ci kang segera menarik tangan Wi Tiong Hong seraya berkata lagi. "Saudara Wi, kalau begitu mari kita pergi"
Dengan seksama dan penuh perhatian Wi Tiong Hong mencoba untuk mengawasi toako nya ini. Akan tetapi ia sama sekali tidak menemukan sesuatu yang aneh atas sikap maupun gerak gerik orang itu. Walaupun demikian, dalam hati kecilnya ia selalu berperasaan kalau Ting Ci-kang telah mengalami perubahan yang amat besar.
Begitulah setengah diseret ia ditarik oleh Ting Ci kang meninggalkan pesanggerahan Ling Long san koan, sedang Tam See Hoa mengikuti dibelakang ke dua orang itu dengan perbagai persoalan mencekam pikiran dan perasaannya.
Setelah menempuh perjalanan sekian waktu, tak tahan lagi Wi Tiong Hong berkata kemudian. "Toako, apakah kau sudah mengetahui jelas tentang asal usul Kiu Tok Kaucu tersebut?"
"Kiu tok kaucu belum pernah berkelana di dalam dunia persilatan, jadi aku sendiri pun tidak begitu jelas tentang asal usulnya"
"Lantas mengapa toako bersedia untuk menjalin kerja sama dengan dirinya?"
"Sebagai umat persilatan, kita dibebani tugas menghentikan dunia ini dari kelaliman seseorang atau sekelompok manusia. Anak buah Kiu Tok Kaucu hanya delapan orang saja. Oleh karena itulah dia minta kepadaku untuk membantunya mewujudkan cita cita serta keinginannya. Berhubung daya pengaruh lawan sangat besar, lagipula terhitung seorang manusia bengis yang sudah termashur kejahatan dan kelalimannya, terutama sekali perbuatannya menteror dunia persilatan sudah tidak sehari dua hari lagi. Kesemuanya ini masih ditambah pula aku berhutang budi kepadanya karena telah menyelamatkan jiwaku. Karena itu perkumpulan Thi pit pang merasa rikuh untuk menampik permintaan bantuan darinya"
"Jikalau tujuannya memang hendak melenyapkan kaum durjana dari dunia persilatan, mengapa pula semua gerak geriknya di lakukan secara rahasia dan mencurigakan"
Lagipula dia telah mengutus anak muridnya untuk menyebarkan racun disungai kota Hang ciu, apakah perbuatan semacam ini dapat di katakan sebagai perbuatan orang baik?"
"Saudaraku, diantara kita berdua bisa saja
membicarakan persoalan apa pun, tapi tentang masalah Kaucu, kuharap saudara Wi tidak usah mencampurinya"
Mimpi pun Wi Tiong Hong tak menyangka kalau Ting toako nya bakal mengucapkan kata kata seperti ini, tanpa terasa ia jadi tertegun dibuatnya
Mendadak ia mengeluarkan Lou bun si dari dalam sakunya, kemudian sambil menghentikan langkahnya dia berkata. "Toako, Lou bun si ini semula memang menjadi milik toako, sebab benda ini tidak lain adalah lencana pena
baja perkumpulanmu. Dikarenakan kekurang hati hatian siaute, dalam suatu pertarungan kulit luar pena ini tersayat rusak. Untuk itu siaute mohon maaf yang sebesar besarnya.
Benda ini bisa memunahkan berbagai macam racun.
Banyak orang persilatan yang telah berdaya upaya untuk memperoleh atau merebutnya, untung siaute dapat menjaganya sampai sekarang. Kini sudah waktunya kukembalikan benda ini kepada pemiliknya, harap toako menerimanya kembali"
Tatkala Tam See Hoa melihat anak muda itu
mengeluarkan Lou-bun-si tersebut. sebenarnya dia bermaksud untuk menghalangi itu, sayang keadaan sudah terlambat.
Ketika Ting Ci kang menyaksikan Lou-bun-si tersebut, sekilas perasaan girang sempat menghiasii wajahnya, cepat cepat ia menerima benda itu kemudian baru berkata. "Lou-bun-si memang benda mestika di dunia ini, tapi benda ini memang berasal dari lencana pena baja perkumpulan kami, sebagai benda warisan ayah angkat ku, memang ada sebaiknya kuterimanya kembali"
Tam See Hoa yang melihat keadaan ini diam diam mengbela napas panjang, cuma ia rikuh untuk turut banyak berbicara.
Selesai mengembalikan Lou-bun-si tersebut, Wi Tiong Hong segaia menjura seraya berkata lagi. "Sesungguhnya kedatangan siaute kali ini hanya bermaksud untuk menjenguk toako saja, tapi berhubung nasib ayahku masih merupakan tanda tanya dan siaute pun selalu merasa tak tenang, biar kumohon diri lebih dulu"
Ting Ci-kang menjadi tertegun, segera dia berseru.
"Saudara Wi, kalau toh sudah berkunjung kemari, semestinya kau menginap beberapa hari lagi sebelum pergi"
Tam See Hoa yang melihat Wi Tiong Hong telah menyerahkan Lou-bun-si kepada Ting Ci kang, apalagi malam itu mereka sudah membuat permusuhan dengan pihak Kiu tok kaucu sadarlah dia, bila berdiam sehari lebih lama didalam perkumpulan itu, tak urung mereka pasti akan terkena oleh racun jahat yang diam diam dilepaskan Kiu Tok Kaucu.
Maka dari itu dengan cepat dia menyela: "Wi tayhiap adalah seorang manusia yang amat perasa. Sehari sebelum persoalan yang membebani pikirannya dapat diselesaikan, ia tak akan pernah merasa tenang. Apalagi sebagai putranya, sudah barang tentu saban hari ia memikirkan nasib orang tuanya. Pangcu, kau adalah saudara angkat Wi tayhiap, sudah sepantasnya bila kau tidak menahan dirinya"
"Bila saudara Wi memang memaksakan diri untuk berangkat, tentu saja In heng tak akan menahan secara paksa"
Sikapnya sangat tawar dan mulai dingin. Betul juga, dia memang tidak berusaha untuk menahan si anak muda itu.
Mengambil kesempatan tersebut Tam See Hoa maju pula ke hadapan Ting Ci kang. lalu setelah memberi hormat katanya, "Hamba telah menyalahi Kiu Tok Kaucu. Tadi hampir saja aku celaka oleh obat pemabuknya, ini menyebabkan kehadiranku dalam perkumpulan rasanya kurang leluasa. Menlurut pendapat hamba ingin sekali kutemani Wi tayhiap pergi dari sini, harap pangcu sudi mengijinkan harapanku ini"
Agak berubah paras muka Ting Ci-kang sesudah mendengar perkataan itu, tapi tanyanya kemudian hambar:
"Apakah saudara Tam juga hendak pergi?"
Tapi setelah berhenti sejenak, dia pun manggut manggut seraya menjawab. "Saudara Wi harus berkelana didalam dunia persilatan lantaran urusan empek, tak kurang banyak bahaya yang dijumpai olehnya. Biarpun kepandaian silat yang dimilikinya cukup tangguh, tak urung pengalamannya tentang dunia persilatan masih kurang. Bila saudara Tam bersedia menemaninya, hal ini memang jauh lebih baik sekali"
"Saudara Tam...." seru Wi Tiong Hong.
Diam-diam Tam See Hoa memberi kerlingngan mata kearahnya, kemudian baru menjura sambil berkata "Bila pangcu memang mengijinkan, hemba ingin memohon diri lebih dahulu"
Dari kerlingan mata lawan, Wi Tiong Hong tahu bahwa dia berbuat demikian tentu mempunyai suatu maksud tertentu, karenanya ia tak banyak berbicara lagi.
Begitulah, kedua orang itupun segera berpamitan dengan Ting Ci-kang dan berangkat meninggalkan gunung.
Tak selang berapa saat kemudian mereka sudah menempuh perjalanan sejauh berapa puluh li. Saat itulah Tam See Hoa baru mengangkat kepala sambil menghela napas.
Wi Tiong Hong yang menjumpai hal tersebut tidak tahan lagi segera bertanya: "Saudara Tam, kau pun ikut berpamitan dengan Ting toako, sebenarnya apa sih rencanamu?"
"Apakah Wi tayhiap tak dapat melihat kalau malam tadi pangcu seolah olah telah berubah seperti orang lanc"
Caranya berbicara maupun gerak geriknya boleh dibilang senada dan seirama dengan nada pembicaraan Kiu Tok Kaucu"
"Ucapan saudara Tam benar, Ting toako memang telah berubah menjadi sangat aneh. Aku rasa dibalik kesemuanya ini mungkin terdapat hal hal yang tidak beres"
"Sewaktu siaute mendengar Kiu tok kaucu menyebutkan nama serta julukannya tadi, dalam hati kecil aku pun segera terbayang kembali suatu peristiwa lampau"
"Apa yang telah saudara Tam bayangkan?"
"Bisa jadi orang ini ada hubungannya dengan Kiu Tok sinkun di masa lampau"
"Kiu tok sinkun?" seru Wi Tiong Hong tercengang.
"belum pernah kudengar manusia tersebut"
"Peristiwa ini sudah berlangsung puluhan tahun berselang. Kiu tok sinkun adalah julukan yang dia berikan untuk diri sendiri, nama besarnya cukup termashur terutama di wilayah sebelah barat daya.
"Tapi dia belum pernah melangkah mesuk ke daratan Tionggoan. Oleh sebab itu umat persilatan di daratan Tionggoan hanya mengetahui dia bernama Kou lou tok kun (manusia beracun dari Kou lou san). Orang ini mahir dalam permainan racun. Banyak sekali umat persilatan dari golongan hitam yang berkunjung ke Kou lou san untuk membeli obat beracun darinya
Konon racun yang dibeli darinya itu masing masing berbeda. Jika digunakan untuk mempolesi senjata pedang atau senjata rahasia, maka racun tersebut tak akan punah jika tidak diberi obat penawar racun khusus. Itulah sebabnya nama buruknya semakin populer di daratan Tionggoan..."
Menyinggung kembali soal Kou lou tok kun, tanpa terasa Wi Tiong Hong teringat kembeli akan letak selat Tok seh sia yang berada pula dibukit Kou lou san. mungkinkah
antara Kiu Tok Kaucu dengan Tok Seh Sia ada sangkut pautnya"
Tapi ia segera merasakan jalan pemikirannya kurang tepat. Tok Seh Sia didirikan oleh si pedang racun Kok In.
Setelah kabur pulang deri pulau Lam hay, semestinya tak ada hubungan apa pun dengan Kiu tok sin kun.
Tapi inipun kurang tepat, sebab bila di tinjau dari dandanan yang dikenakan Kiu Tok kaucu, bahkan sampai sebatang tangkat bambu yang dibawanya dibilang hampir serupa dengan dandanan Tok seh siaucu. Kejadian inilah membuat pemuda tersebut semakin membayangkan semakin kalut saja jalan pemikirannya.
ooo00dw00ooo Tiba tiba terdengar Tam See Hoa berkata lebih jauh.
"Konon Kou lou tok kun tersebut selain pandai mempergunakan racun, diapun sangat pandai didalam ilmu penyaruan muka, sehingga saban kali ada orang datang membeli racun kepadanya, orang yang dijumpai selalu berbeda"
"Bila didengar dari pembicaraan saudara Tam, itupun hanya bisa menerangkan kalau Kiu tok sinkun selalu pandai maramu racun. Dia juga pandai didalam ilmu manyaru muka, biarpun Kiu tok kaucu terhitung anak muridnya, tapi hal ini toh sama sekali tak ada hubungannya dengan parubahan watak serta sikap dari Ting toako"
"Tentu saja ada hubungannya. Kesatu, bila Kiu tok kaucu benar benar adalah ahli waris dari Kou lou tok kun yang pernah populer di masa lampau, maka hal ini membuktikan kalau kakek yang kita jumpai tadi sesungguhnya bukan wajah aslinya..."
Wi Tiong Hong segera mengangguk dan menyetujui jalan pemikiran ini...
Kembali Tam See Hoa berkata: "Kedua, asal kita dapat membuktikan kalau dia adalah ahli waris dari Kou lou tok kun, maka kita pun bisa menyimpulkan bahwa Ting pangcu telah terpangaruh jalan pikirannya oleh semacam obat beracun yang jahat sekali"
"Atas dasar apa kau berkata demikian?"
"Menurut cerita yang beredar di dalam dunia persilatan, waktu itu dalam kalangan hitam terdapat dua bersaudara kembar yang bernama Leng lam sianghiong. Ilmu silatnya lihay sekali. Sang lotoa telah beristeri sedang loji belum kawin, tapi ia mengincar kecantikan wajah enso-nya itu.
Suatu ketika sang lotoa sedang keluar rumah, dia pun memaksa enso nya agar mau tidur dengannya. Alhasil rayuan itu ditolak mentah mentah.
Loji takut disaat lotoa kembali, ensonya menceritakan keadaan yang sebenarnya kepadanya, maka dia pun pergi ke Kou lou tok kun untuk membeli sebungkus obat beracun yang secara diam diam diminumkan kepada ensonya.
Akibat dari minum racun tersebut, tiba tiba saja jalan pemikiran serta watak enso nya berubah seratus delapan puluh derajat, bahkan dia sendiri yang turun tangan membunuh suaminya sebelum kawin dengan sang ioji.
Hingga sepuluh tahun kemudian, waktu ensonya sudah beranak empat, entah bagaimana tiba tiba ia sadar kembali dan memperoleh kejernihan otaknya lagi separti sedia kala..."
"Dia pasti bunuh diri karena malu?" sela Wi Tiong Hong.
"Yaa, akhirnya dia pun meracuni loji sampai mati, meracuni pula ke empat anaknya yang tak berdosa sebelum bunuh dirinya sendiri.
Akibat dengan terjadinya peristiwa tersebut, timbullah kemarahan umum dari segenap umat persilatan. Semua orang beranggapan Kou lou tok kun tidak seharusnya menggunakan obat beracun sebagai barang dagangannya untuk mencelakai sesama umat manusia"
-oo0dw0oo- Jilid 10 PADA WAKTU ITU ADA BEBERAPA orang jago
lihay dari golongan putih yang berhasil mencapai bukit Kou Lou san, tapi konon mereka tak berhasil menemukan Kou Lou tok kun, entah lewat berapa saat kemudian, beberapa orang itu ditemukan tewas akibat keracunan.
"Tentu saja mereka tewas karena racun keji yang rupanya secara diam diam disebarkan ketubuh mereka oleh Kou lou tok kun, akibatnya semenjak saat itu tiada orang lagi yang berani pergi ke Kou lou san untuk mencari gara gara.
"Kalau begitu Kiu tek kaucu bisa jadi merupakan anak murid Kou lou tok kun dimasa lampau, perubahan watak yang ditunjukkan Ting toako pun bisa jadi ada hubungannya dengan orang itu"
Tam See hoa mengangguk "Yaa, aku curiga kesemuanya ini merupakan hasil permainan busuknya,"
Wi Tiong hong termenung sejenak. lalu ujarnya lagi:
"Entah Lou bun si tersebut dapat dipakai untuk memunahkan racun didalam tubuh Ting toako atau tidak."
"Jika dugaanku tak keliru, mungkin Lou bun si tersebut sudah terjatuh ketangan Kiu tok kaucu sekarang!"
Mendadak Wi Tiorg hong teringat kembali dengan perintah Kiu tok kaucu kepada Lan Pit kun untuk turun tangan terhadap So Siau hui dan mencoba untuk mendapatkan pil Pit tok kim wan diam dian pikirnya kemudian:
"Jangan jangan pil Pit tok kim wan merupakan satu satunya obat penawar yang dapat memunahkan racun jahat ramuannya. Aku masih berhutang budi pada So Siau hui, aku tak bisa berpeluk tangan belaka membiarkan ia terjatuh ketangan orang jahat."
"Aku harus berusaha keras untuk menemukan so Siau hui agar dia tahu keadaan yang sebenarnya, disamping itu akupun bisa minta sebutir pil Pit tok kim wan kepadanya untuk menawarkan racun yang mengeram ditubuh Ting toako. bukankah tindakan ini berarti sekali tepuk mendapat dua lalat."
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa berkilat sepasang matanya, buru buru katanya kemudian:
"Saudara Tam, satu satunya jalan yang bisa kita tempuh sekarang adalah menemukan nona So dari Lam hay bun, bisa jadi adalah satu satunya orang yang dapat menawarkan racun dalam tubuh Ting toako"
"Tapi dimanakah nona So saat ini?"
"Entahlah. tapi bisa jadi dia masih berada diseputar wilayah Kanglam"
"Asal nona So masih tetap diwilayah Kanglam kita pasti akan berhasil untuk menemukannya"
Wi Tiong hong masih ingat, sewaktu berpisah dengan So Siau hui waktu itu, perpisahan diseputar kota Hu yang, padahal wilayah Kang say dengan Kwi tang sangat berdekatan. bila ia belum pulang ke Selatan maka bila ingin menemukannya, mereka harus bergerak menuju kewilayah Kang say, siapa tahu bisa bertemu dengannya ditengah jalan.
Maka setelah dia menyampaikan jalan pemikirannya itu kepada Tam See boa berangkatlah kedua orang itu menelusuri bukit Hway giok san memasuki propinsi Cisay dan menuju ke Kang say dari situ mereka bergerak terus menuju ke selatan,
Pada sore hari ke tiga.
Sementara kedua orang itu masih menempuh perjalanan, tiba tiba Wi Tiong hong berseru tertahan:
"Aaah, ada yang tak beres!"
Tam See boa segera menghentikan langkahnya setelah mendengar perkataan tersebut, tanyanya:
"Wi tayhiap, apakah kau telah menemukan sesuatu ?"
"Saudara Tam, mari kita mencari suatu tempat untuk beristirahat sebentar"
Tam see hoa tahu kalau Wi Tiong hong memiliki kepandaian silat yang jauh diatas kemampuannya, bila secara tiba tiba ia mengusulkan untuk beritirahat, berarti ada sesuatu alasan tertentu, karenanya diapun mengangkat kepala untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat ini.
Tak jauh didepan sana merupakan sebuah hutan yang bersambungan dengan kaki bukit, ia pun berpaling seraya berseru:
"Mari kita beristirahat didalam hutan sebelah depan sana."
Belum selesai dia berkata, pada saat sedang berpaling itulah mendadak dilibatnya bibir Wi Tiong hong telah menghitam, tubuhnya gontai dan kehilangan keseimbangan tubuhnya, kejadian ini membuatnya amat terkejut, serunya tak terasa :
"Wi tayhiap kenapa kau?"
Dengan gugup dia mencoba untuk memegang
pergelangan Wi Tiong hong, terasa olehnya tubuh anak muda tersebut gemetar keras, tangannya turut menjadi dingin, hal ini membuat hatinya merasa semakin terkesiap.
Dengan gigi saling beradu karena kedinginan Wi Tiong hong seperti lagi berusaha mempertahankan diri, katanya tiba tiba agak tergagap.
"Saudara Tam... oooh, di. dingin sekali."
Tam See hoa tahu, bagi seorang dengan tenaga dalam yang amat sempurna dihari hari biasa tidak pernah akan merasakan kedinginan, tapi keadaan Wi Tiong hong yang kedinginan sekarang menunjukkan ada sesuatu yang tidak beres.
Cepat-cepat dia melepaskan pakaiannya dan
diselimutkan ke atas tubuh Wi Tiong hong, kemudian ujarnya:
"Saudara Wi, biar kubimbing kau menuju kebawah hutan sana, disitu duduklah bersemedhi sebentar, mungkin Wi tayhiap sudah masuk angin karena menempuh
perjalanan jauh, siapa tahu dengan mengatur napas maka kau akan sembuh kembali?"
Wi Tiong hong merasakan hawa dingin Vang menyerang tubuhnya saat itu sudah mencapai tingkatan yang tak tertahankan lagi ia merasa darah yang mengalir didalam tubuhnya seolaa olah hampir saja membeku. keadaan seperti ini hakekatnya tidak berubah seperti keadaan tiga hari berselang disaat ia terkena racun hawa dingin yang dipancarkan dari senjata penggaris kemala Kiu tok kaucu.
Dengan cepat ia sadar kembali, rupanya Hwee tok kim wan yang dipaksakan kepada Kiu tok kaucu untuk menyerahkan kepadanya itu memiliki kadar obat yang tidak cukup, meski saat itu sudah sembuh kembali, padahal racun hawa dinginnya masih tersisa didalam tubuh, dengan demikian setiap saat racun itu dapat kambuh kembali.
Teringat sampai disini, dia ingin mengutarakan jalan pemikiran tersebut kepada. Tam See hoa tapi hawa dingin sudah menyusup keluar dari seluruh tulang telulangnya sihingga lidahpun turut menjadi kaku dan membeku, biarpun dia sudah membuka mulut, akan tetapi tak sepatah katapun yang dapat diutarakan
Tam See boa sendiripun dapat merasakan bahwa dalam waktu yang amat singkat itu tubuh Wi Tiong hong makin lama semakin dingin sampai berbicarapun tak mampu lagi kejadian tersebut membuatnya terkesiap bercampur gelisah Dengan membopong tubih anak muda itu dia lari menuju kedalam hutan, ketika sudab dibaringkan dan diperiksa keadaannya. ternyata selain dadanya masih terasa hangat, hampir seluruh tubuhnya sudah menjadi kaku dan dingin.
Tak ampun lagi Tam See boa, sijago kawakan yang sudah berpengalaman luas ini dibikin kelabakan dan kalang kabut sendiri.
Untuk sesaat keningnya berkerut kencang, sambil termangu mangu gumamnya seorang diri:


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"heran sebenarnya penyakit apa yang menimpa dirinya.
Kenapa bisa demikian hebatnya?"
000OdwO000 MALAM sudah kelam, rembulan masih bersinar terang ditengah angkasa,
Dalam kesunyian yang mencekam sebuah hutan, tampak sesosok bayangan tubuh yang ramping sedang berjalan menelusuri remang remangnya cuaca,
Dia adalah seorang gadis baju hijau yang berambut sepanjang bahu, gadis itu berjalan dengan kepala tertunduk berjalan sangat lamban, kemudian ia membenahi rambutnya yang kusut terhembus angin dan mengangkat kepalanya sambil menghela napas
Helaan napas itu penuh dengan kemurungan ssrta kemasgulan seolah olah dalam hati kecilnya tersembunyi suatu peristiwa yang tidak menggembirakan hatinya Mengiringi suara helaan napasnya yang sedih, gadis itupun bergumam lirih
Meski suaranya lirih laguannya mengenaskan hati, tiba tiba dua baris air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya Pada saat itulah entah sedari kapan, di belakang gadis berbaju hijau itu telah bertambah dengan seorang kakek berbaju coklat, dengan suaranya yang lirih ia berbisik.
"Nona, rnengapa kau mesti begitu7"
Mendadak nona berbaju hijau itu merasa terkejut dan buru-buru menyeka air mata yang membasahi pipinya kemudian sambil membalikan badan. katanya sambil tertawa:
"Empek Oh hampir saja kau membuat aku terperanjat!"
Biarpun sekulum senyuman menghiasi ujung bibirnya, namun senyuman itu kelihatan dipaksakan.
Kakek berbaju coklat itu menghela napas panjang, katanya lagi:
"Nona, waktu sudah siang, kau sudah seharusnya pergi beristirahat."
"Tidak, aku tak bisa tidur" sahut nona berbaju hijau itu sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kesehatan badanmu semakin lemah, lagi pula kabut malam sudah turun, lebih baik pulanglah untuk tidur Nona berbaju hijau itu tertawa sedih lalu menggelergkan kepalanya lagi.
"Aku ingin berdiri berapa saat lagi di sini empek Oh. kau pergilah tidur dulu. Nona ketika kau hendak berpesiar ke Kanglam, justru lantaran merasa kuatir maka majikan tua menitahkan kepada hamba untuk turut serta, jika nona sampai masuk angin sekarang, bagaimanakah
pertanggungan jawabku terhadap majikan tua nanti?"
Tiba tiba nona berbaju hijau itu mendengus dingin.
"Hmm, kapan sih ayah menyayangiku" Seandainya dia sayang kepadaku, tak mungkin, tak mungkin ia akan memaksaku.. "
Kakek itu segera tertawa paksa.
"Bukan budak banyak bicara, padahal Kongcu dari keluarga Lan itu memang cukup baik, ilmu silat maupun wajahnya bagus, aku rasa memang cocok."
"Sudah, tak usah dibicarakan lagi" tukss nona berbaju hijau itu sambil menarik muka, kemudian sambil membalikan badan dia melanjutKan dengan dingin, "Hmm, aku tak mau mendengarkan perkataanmu lagi, ayah sudah mendesakku, sekarang kaupun hendak mendesakku pula"
Ucapan mana membuat sikakek menjadi tertegun
"Budak tak berani banyak bicara, cuma nona pun tak boleh banyak melamun" Lalu sambil garuk garuk kepala terusnya.
"Pandangan nona memang tak salah cuma orang she Wi itu"
Tidak sampai perkataan itu selesai diucapkan mendadak nona berbaju hijau itu membalikan badan dan berseru dengan gelisah:
"Empek Oh, kau tak usah berbicara lagi"
"Baiklah, aku tidak akan berbicara lagi" kata sikakek kemudian sambil menengok kearahnya
"aaai ...budak selalu merasa bahwa nona terlalu romantis"
Mendadak paras muka sinona baju hijau yang cantik nampak amat murung, samentara dua baris airmata jatuh bercucuran dari matanya.
Dalam keadaan begini tiba tiba berkilat sepasang maia kakek berbaju coklat itu. kemudian sambil berpaling kearah hutan, bentaknya keras keras:
"Siapa disitu?"
Tapi dalam hutan tidak nampak seorang manusia pun.
bahkan sedikit suarapun tidak kedengaran.
Nona berbaju hijau itu membelalakan matanya lebar lebar, kemudian tanyanya:
"Empek Oh, apakafa kau mendengar didalam hutan ada orang"
Kakek berbaju coklat itu mendengus dingin sepasang bahunya sedikit bergerak, sesosok bayangan manusia dengan kecepatan melebihi samburan petir telah menubruk kedalam hutan itu,
Pelan pelan nona berbaju hijau itu mendongakkan kepalanya, kemudian sambil mengawasi bayangan punggung sikakek yang menjauh, diam diam pikirnya dihati"Sampai kapan aku baru dapat memiliki kepandaian seperti yang dimiliki empek Oh Sekarang ?"
Sementara dia masih termenung, mendadak ia
mendengar empek Oh nya sedang berseru tertahan lalu berteriak dengan kaget:
"Mungkinkah wi siangkong?"
Tatkala kata wi siangkong menyusup kedalam
pendengaran nona berbaju hijau itu ia merasa nama tersebut kedengaran jauh lebih jelas daripada suara apapun.
Bergetar keras perasaan harinya, tak kuasa lagi ia lantas bertanya dengan gelisah
"Empek Oh, siapa yang kau maksudkan?"
Angin lembut berhembus lewat, tahu-tahu kakek berbaju coklat itu sudah melayang datang sambil membopong seseorang begitu melayang turun kehadapan nona tersebut segera serunya :
"Wi siangkong telah dicelakai orang. mari kita pulang dulu sebelum membicarakan soal lain."
Gadis berbaju hijau itu amat emosi, sekujur badannya sampai gemetar keras, serunya lagi terkejut:
"Mungkinkah dia?"
Kakek berbaju coklat itu manggut manggut kemudian sambil membopong orang tadi ia berjalan menelusuri hutan.
"Parahkah luka yang dideritanya?" kembali nona berbaju hijau itu bertanya.
"Tampaknya dia seperti keracunan" sahut si kakek sambil meneruskan langkahnya kedepan.
"Keracunan" kalau begitu pasti perbuatan dari orang orang Tok seh Sia hmmm! Manusia manusia itu memang pantas dibunuh."
Akhirnya tiba juga mereka ditempat tujuan. tempat tersebut adalah sebuah bangunan kuil yang amat besar, dengan membopong orang tadi, kakek berbaju coklat tersebut segera melompati pagar pekarangan dan menuju ke gedung sebelah barat.
Si nona berbaju hijau itu mengikuti pula dibelakangnya agaknya mereka memang berdiam di dalam kuil tersebut.
Gedung sebelah barat merupakan sebuah bangunan gedung yang berdiri sendiri, semua perabot disitu amat mewah, agaknya ruangan ini memang khusus disediakan bagi para tamu agung yang sedang bersembahyang disana.
Saat itu, suasana didalam kamar terang benderang bermandikan cahaya lentera.
Diatas pembaringan dekat dinding, berbaring tenang seorang pemuda tampan berbaju hijau, orang ini berwajah
cakap hanya sayang paras mukanya telah berubah menjadi hijau sehingga tak nampak setitik cahaya darah pun.
Di depan pembaringan berdiri dua orang seorang kakek berbaju coklat dan seorang lagi nona berbaju hijau Sepasang tangan kakek berbaju coklat itu sedang menguruti seluruh badan sang pemuda dengan pelan tapi penuh tenaga.
Sebaliknya si nona berbaju hijau itu mengawasi wajah sang pemuda yang tampan dengan sinar mata penuh rasa kuatir
Selang beberapa saat kemudian, tak tahan lagi nona berbaju hijau itu bertanya
"Empek Oh, dia kan sudah kita beri pil pit tok kim wan kita seharusnya racun yang lebih hebat pun sudah terpunahkan. kenapa dia masih belum juga sadar?"
Sambil menghentikan gerakan tangannya, kakek berbaju coklat itu menjawab:
"Aku telah menguruti semua jalan darahnya, dan kurasakan bahwa isi perutnya sama sekali tidak memperlihatkan gejala terluka mungkin saja dikarenakan keracunan sudah kelewat lama..."
"Empek Oh, masa kau lupa Pit tok kim wan kita merupakan obat yang amat manjur, asal masih bernapas.
begitu obatnya masuk ke perut, semua racun pun akan punah jika hanya keracunan saja tanpa berluka, mana mungkin....."
Belum lagi ucapan tersebut selesai di utarakan. tiba tiba pemuda berbaju hijau yang sedang berbaring diatas pembaringan itu sudah mulai menggerakkan badannya sambil menghembuskan napas panjang.
Bersemu merah selembar wajah gadis berbaju hijau itu, sekulum senyuman segera menghiasi wajahnya, serunya pelan:
"Wi sauhiap." Agaknya pemuda berbaju hijau itu mendengar suara panggilan tersebut, sepasang biji matanya segera bergerak dan pelan pelan membuka matanya kembali namun setelah melihat si nona baju hijau yang berdiri didepan pembaringannya. ia jadi tertegun
"Kau." serunya tertahan Tidak sampai pemuda itu menyelesaikan perkataannya nona berbaju hijau itu telah menukas sambil tersenyum
"Kau telah sadar ?"
"Kau adalah nona So?" seru pemuda berbaju hijau itu lagi sambil menatap si nona lekat lekat.
Di tatap sedemikian rupa, merah jengah selembar wajah nona berbaju hijau itu, ia menyahut
"Ehmm... memang aku, kenapa " Sudah tidak mengenal diriku lagi....?"
Pemuda itu segera mengalihkan sorot matanya dan mempeihatikan sekejap sekeliling tempat itu, lalu baru bertanya :
"Dimanakah aku sekarang" Kenapa bisa sampai disini"
Nona berbaju hijau itu segera tersenyum sehingga kelihatan dua baris giginya yang putih bersih, sahutnya:
"Kau jangan bertanya dulu, aku hendak bertanya kepadamu, siapa sih yang telah mencelakaimu?"
"Dicelakai orang?"
Pemuda berbaju hijau itu segera melompat bangun, kemudian dengan mata terbelalak serunya :
"Aaaah, tidak Aku sudah dicelakai siapa?"
"Coba lihat, sudah diracuni orang masih tidak tahu, mendingan kalau tidak tahu racun apa yang mengeram dalam tubuhmu masa siapa yang meracuni pun tidak diketahui" seru si nona berbaju hijau itu sambil tertawa.
"Jika aku memang sudah keracunan sudah pasti nonalah yang telah menolongku"
Nona berbaju hijau itu melirik sekejap kearah sikakek berbaju coklat yang berdiri disampingnya, lalu sahutnya sambil tersenyum manis:
"Oooh bukan aku, empek Oh, yang menemukan dirimu"
Sebenarnya pemuda berbaju hijau itu sama sekali tidak memandang sekejap pun kearah sikakek berbaju coklat itu, setelah mendengar perkataan tadi dia baru berpaling dan menjura:
"Terima kasih banyak atas bantuan kau orang tua aku..."
"Wi siangkon tidak usah sungkan sungkan" tukas kakek berbaju coklat itu sebelum ucapan pemuda tadi diselesaikan,
"racun keji yang mengeram didalam tubuhmu baru saja dipunahkan. tidak baik dipaksa untuk banyak berbicara.
lebih baik beristirahat sejenak"
Pemuda berbaju hijau itu segera menggeleng gelengkan anggota badannya, kemudian berseru:
"Sekarang, aku sudah merasa sembuh kembali"
"Yaa benar! Lebih baik kau segera berbaring dulu barusan andaikata empek Oh tidak meuggunakan tenaga dalamnya untuk membantumu tak nanti kau akan sembuh secepat ini"
Tiba tiba sikakek berbaju coklat itu berpaling kearah nona berbaju hijau itu, kemudian serunya:
"Aku pikir Wi sauhiap tentu sudah merasa lapar, biar budak siapkan bubur untuknya"
"Tak usah merepotkan kau orang tua aku tidak lapar kok" sahut sang pemuda cepat.
000OdwO000 KEMBALI kakek berbaju coklat itu tertawa
"Orang yang baru sembuh dari luka beracun, seringkali perutnya mudah lapar, bubur paling baik untuk mengisi perut, aku yakin kau pasti ingin makan"
Selesai berkata, dia iantas membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ
si nona berbaju hijau itu mengerti apa yang menjadi tujuan utama pembantu tuanya itu, sudah jelas empek Oh hanya beralasan demikian agar dia mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk berbincang bincang dengan si anak muda tersebut,
Tak terasa pipinya berubah menjadi merah, denyut jantungnya semakin cepat di samping girang dia pun merasa malu.
Tak usah diterangkan pun rasanya para pembaca dapat emnduga sendiri nona berbaju hijau itu adalah So Siau hui dari Lam hay bun, sedangkan pemuda berbaju hijau itu adalah Wi Tiong hong, pemuda yang diidam idamkan olehnya.
Sepeninggal empek Oh, So Siau hui dengan wajah memerah membungkam diri dalam seribu bahasa.
Sedangkan Wi Tiong hong nampak menundukkan
kepalanya, kemudian secara tiba tiba menjerit kaget.
"Eeh, kenapa kau?" So Siau hui segera menegur.
Bira buru Wi Tiong hong merogoh kedalam sakunya.
kamudian dengan wajah cemas bercampur gusar serunya:
"Bajingan keparat..."
Kaiau dilihat dari sikapnya ini. agaknya anak muda tersebut sepsrti telah kehilangan sesuatu benda"Apakah sewakiu kau jatub pingsan tadi, ada orang telah mcncuri barangmu?" tanya So Siau hui kemudian.
Berkilat sinar bengis dari balik mata Wi Tiong hong, serunya dengan penuh perasaan dendam.
"Manusia laknat itu benar benar keterlaluan dia bukan saja mencuri Lou bun si bahkan mutiara penolak pedang pun telah dibawa kabur."
(Padahal sewaktu berada diperkumpulan pena baja tempo hari, Wi Tiong hong telah mengembalikan sendiri Lou bun si tersebut kepada Ting Ci kang, tapi sekarang ia berkata begitu kepfda So Siau hui, atau mungkin pemuda ini ada suatu maksud tertentu" Untuk itu harap para Pembaca menduga sendiri.
Orang tua itu berani meracuni secara diam-diam, sudah tentu dia memang bermaksud untuk mengincar kedua mestika terserut" kata So Siau hui,
"ayo... coba kau periksa seksli lagi, coba diperiksa apakah masih ada benda lain yang hilang?"
"Benda yang berada didalam sakuku ini selain Lou bun si, hanya terdapat berapa puluh tahil perak, sedangkan mutiara penolak pedang kukenakan dijari tengah tangan yang kiri"
Tampaknya pemuda ini enggan mengungkapkan soal kitab pusaka yang dipinjamkan Ban kiam hweecu kepadanya itu terhadap So siau hui, tapi apakah kitab pusaka itupun turut lenyap"
"Bagaimana dengan pedangmu" Apakah turut hilang ?"
tanya So Siau hui lagi,
Wi Tiong bong mengangguk.
"Ya, betul, pedangku juga hilang dicuri"
Tampaknya dia tidak menaruh perhatian yang terlampau serius terbadap hilangnya pedang itu.
So Siau hui segera berkata.
"Bukankah pedangmu itu termasuk juga benda mestika"
Tempo hari aku mendengar dari Buyung Siu yang mengatakan bahwa pedangmu itu bernama Jit siu kiam, benda tadi termasuk salah satu diantara tiga benda mestika perguraan Siu lo ban"
"Yaa namanya memang Jit siu kiam" Wi Tiong hong membenarkan,
"biarpun bentuk luarnya berkarat, sesunggubnya senjata itu termasuk satu diantara tiga benda mestika Siu lo bun"
Dengan sorot mata yang murung dan sedih So Siau hui melirik sekejap ke arahnya. kemudian tanyanya lagi.
"Tempo hari kau bilang hendak terburu buru menemui pamanmu, sudah kau temukan?"
"Ooh, aaah."
Wi Tiong hong kelihatan agak gelagapan tapi berkilat kemudian sorot matanya, dengan cepat dia menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya.
"Oooh .. be... belum kutemukan"
"Lantas selama berapa hari ini kemana saja kau pergi?"
So Siau bui semakin bertanya penuh perhsdan.
"Aku dengar Ting Ci kanp. Ting toako telah pulang ke perkumpulannya, maka aku datang ke Thian bok san dan menginap berapa hari disitu"
"Dan sekarang kau bendak pergi kemana ?"
Selama ini sepasang mata Wi Tiong hong hanya mengawasi terus wajah So Siau hui tanpa herkedip, seakan akan ia berat hati untuk meninggalkan paras mukanya itu.
Ketika mendengar pcrtanyaan tadi, sambil tertawa Sahutnya.
"Aku hendak mencari pamanku" So Siau hui yang ditatap seperti itu, lama kelamaan menjadi rikuh sendiri pelan pelan dia membalikan sorot matanya kearah lain lalu ujarnya sedih.
"Kau tidak menyangla kita akan bertemu disini bukan?"
Wi Tiong Hong tidak mampu menahan diri lagi. dia menggenggam tangannya dengan lembut, bisiknya lirih:
"Yaa. aku memang tidak menyangka akan berjumpa dengan kau disini, tahukah kau betapa rinduku padamu."
Ia menarik tangannya,menarik dengan tenaga, lalu menyeretnya sehingga mendekati tubuhnya.
So Siau bui segera merasakan hatinya berdebar keras pipinya berubah semakin merah tapi ia bagaikan seekor domba yang penurut, tanpa meronta bareng sedikitpun juga tubuhnya segera menjatuhkan diri kedalam pelukannya.
Sedang dari mulutnya dia hanya mengiakan lirih, begitu lirih suara tersebut seolab olah tiada suara sama sekali.
Selembar wajah Wi Tiong hong makin lama berubah semakin merah, ia menunjukkan, perasaan bangga, sedang daM balik matanya memancarkan pula sinar terang, sinar mata itu penuh dengan perasaan dengki, cemburu, kesemsem dan napsu birahi yang jahat.
"Siau hui, kau amat cantik.." gumamnya dsngan lirih.
Sambil berbisik, kepalanya makin lama semakin menunduk, lalu dia mulai mencium rambutnya, pipinya dan hidungnya dan.
Sekujur badan So Siau hui gemetar keras, dia tak tahu mesti malu atau gembira. jantungnya seakan akan hendak melompat keluar dari rongga dadanya, pelan pelan sepasang matanya dipejamkan rapat rapat.
Selembar bibir yang panas membara dan penuh bertenaga itu pelan pelan semakin bergeser, dan kini mulai mendskati selembar bibirnya yang merah membara itu.
Mendadak... Dari luar pintu kedengaran suara langkah laki manusia yang bergerak mendekat. Bagaikan baru sadar dari impiannya, cepat cepat So Siau hui meronta bangun dari rangkulannya. merah padam selembar wajahnya, cepat cepat dia membereskan rambutnya yang kusut.
Sedangkan Wi Tiong hong segera menyumpah dihati
"Sialan kau keparat tua, cuma membikin rusak rencanaku saja."
Bsarpun begitu, diluarnya ia tetap menunjukkan sekulum senyuman yang ramah, sementara sikapnya juga dengan cepat pulih kembali seperti sedia kala.
Orang yang baru datang tak lain adalah si kakek berbaju coklat, panglima sakti berlengan emas Ou San.
Dia muncul dsngan membawa semangkuk bubun panas dengan beberapa macam sayur.
Begitu muncul. katanya sambil tertawa: "Nona, apakah kau masih mengajak Wi siangkong berbincang bincang"
Luka beracun Wi siangkong baru sembuh, kau tidak seharusnya banyak berbicara dulu dengannya"
Ia memang berbicara yang sebenarnya, So Siau hui juga cukup mengerti tentang hal tersebut, Dengan wajah memerah ia hanya membungkam diri dalam seribu bahasa.
"Waah, rupanva cuma merepotkan kau orang tua saja"
kata Wi Tiong hong seraya menjura.
Kakek Ou meletakkan hidangan itu keatas meja, kemudian katanya lagi sambil tertawa:
"Wi siangkong tak perlu sungkan sungkan lagi, mumpung masih panas. ayolah cepat bersantap Wi Tiong hong memang merasa perutnya lapar, maka tanpa sungkan sungkan lagi dia menghabiskan bubur tersebut.
So Siau hui yang melihat waktu sudah malam, segera katanya.
"Sekarang sudah larut malam Wi sauhiap sudah seharusny beristirahat dulu"
Wi Tiong hong kembali memutar sepasang bola matanys, tiba tiba ia mengaduh.
"Aduh... benar, aku jadi teringat sekarang bukankah tempat ini adalah.."
"Betul, disini memang kamar tidurku" sahut So Siau hui sambil mengangguk Wi Tiong hong menjadi gelisah serunya lagi:
"Waah, hal ini mana boleh."
"Tidak mengapa. didepan sana masih ada sebuah kamar lagi. tempat ini memangnya kamar tamu dart kuil Cing kang si, jadi pembarincan selalu tersedia, biar aku tidur di kamar depan saja"
Selesai berkata dia melemparkan sekulum senyuman kearahnya lalu bsrsama sama kakek Ou mengundurkan diri dari kamar itu dan merapatkan kembali pintunya.
Menyaksikan sampai kedua orang itu lenyap dan pandangan sakulum senyun licik mengerikan segera tersungging wajah Wi Tiong hong, ia mengawasi pintu kamar itu sambil tersenyum, kemudian sambil tetap berbaring diatas pembaringan dia - mulai memikirkan rencananya yang kedua.
Keesokan harinya, Wi Tiong hong berbaring seharian penah didalam kamar, dia bukan sedang merawat lukanya, karena luka tersebut sudah sembuh semenjak semula.
Dengan ditemani So Siau hui disisinya, dia tak pernah merasa kesepian.
Dari cerita So Siau hui, dia pun mendapat tahu kalau disini banya terdapat So Siau serta Panglima sakti berlengan emas dua orang, sedangkan para jago lihay Lam bay bun lainnya telah pulang ke markas mereka
Kenyataan tersebut membuat hatinya semakin lega.
Malampun kembali menjelang tiba.
Ketika mendekati kentongan kedua, gedung barat kuil Ciug keng san telah dilipun keheningan yang luar biasa.
lampu lentera juga telah dipadamkan semua.
Tiba tiba tampak sesosok bayangan hitam muncul didepan jsndela Wi Tiong bong.
Dengan penuh kewaspadaan orang itu memasang telinga untuk memperhatikan suasana digedung bagian belakang dimana Panglima sakti berlengan emas berdiam serta gedung Sebelah kanan, dimana So Siau hui berdiam, kemudian secera tiba tiba dia mengayunkan tangan kanannya melepaskan tiga titik cahaya biru yang langsung menyambar kedalam ruangan.
Bersamaan dengan dilepaskan senjata rahasia tersebut, tubuhnya, juga turut berkelebat lewat dan lenyap dibalik kegelsm
"Tuuuk, tuuuk. tuuuk. . *
Tiga kali benturan keras bergema dalam kamar. agaknya senjata rahasia itu sudah menghajar semua diatas pembaringan.
Biarpun suaranya tidak terlalu nyaring, namun dalam keheningan malam yang mencekam, suara tersebut tidak terhitung pelan lagi.
Menyusul kemudian terdengar Wi Tiong bong
membentak keras sambil menjebol jendela, kemudian tubuhnya melompat keluar dari kamar, dan melejit keatas atap rumah dengan gerakan burung belibis membalirkan badan.
Sesaat kemndiin dari ruang sebelah kiri telah melompat keluar sesosok bayangan manusia yang ramping langsung melompat naik keatap rumah, lalu bertanya lirih:
"Apakab kau menjumpai jejak musuh?"
"Kedatanganmu, sangat kebetulan" ucap Wi Tiong hong dengan nada gelisah,
"Sewaktu naik tadi, kulihat ada dua sosok bayangan manusia yang melarikan diri secara lerpencar..."
"Kemana mereka pergi ?"
"Kau mengejar ke selatan. biar aku ke timur" sshut Wi Tiong bong sambil menuding ke depan.
So Siau bui mengangguk, dia segera melompat kedepan dan mengejar keluar kuil,
Wi Tiong bong melompat pula ke depan, dalam dua kali lompatan saja tubuhnya sudah meluncur sejauh lima enam kaki dan lenyap dibalik kegelapan sana
Pada saat itulah dari atas ruangan sebelah barat muncul pula sesosok bayangan bitam, baru tiba diatas atap. Wi Tiong hong telah berada tujuh delapan kaki jauhnya.
Maka diapun memutar badan sambil menarik napas panjang dibawah sinar rembulan tampak ia meluncur kearah utara dengan kecepatan bagaikan segulung asap ringan.
Orang yang terakhir melompat naik keatas atap rumah ini adalah Panglima Sakti berlengan emas kakek Ou.
Dangan sorot mstanya yang tajan ia masih sempat mellhat setitik bayangan tubuh yang kecil mungil sedang bergerak keluar kuil.
Dia mengira So Siau hui yang melakukan pengejaran dengan memgabil arah yang sama denjan Wi Tiong hong karena itu ketika dilihataya ada sesosok bayangan hitam muncul lagi dari arah utara dan sedang melarikan diri ke belakang gunung. kakek itu menjengek dingin Sepasang lengannya segera didayung bersama. tubuhnya lantas melejit ke udara dan melakukan pengejaran kedepan,
"Sobat, lebih baik berhenti saja kau" bentaknya keras keras.
Tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna. apalagi malam sudah kelam. dia kuatir perbuatannya ini akan mengganggu para hwesio yang berada didalam kuil, maka disaat menerjang ke depan itulah bentakan dilontarkan.
Biarpun begitu, bentakan mana dipancarkan dengan mempergunakan tenaga dalam, maka suaranya yang memancar keluar cuma dapat didengar oleh orang yang berada di depan sana.
Tepi bayangan hitam yang berada didepan itu seolah olah tidak mendengar bentakan tersebut, seperti anak panah yang terlepas dari busurnya, dia kabur terus menuju ke utara bukit.
Bsrada dalam perguruan Lam hay bun, si panglima sakti berlengan emas termssuk jago lihay kelas satu. melihat musuhnya masih tetap kabur terus kedepan, ia menjadi naik darah, tanpa terasa bentaknya dengan marah.
"Bocah keparat, Kau anggap bisa lolos dari cengkeraman aku Ou lotoa?"
"Bila kau sampai terlepas dari cengkeramanku, percuma saja aku menjadi palima penjaga pintu langit selatan.
Dengan melesat ditengah udara bagaikan bintang di angkasa dia melucur kemuka jauh lebih Cepat lagi.
Agaknya bayangan manusia yang berada di depan sana kuatir jejak dan idetitasnya ketahuan si panglima sakti berlengan emas, ia kabur terus semakin cepat.
Bila berbicara soal ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya, dia masih kalah jauh bila dibandingkan si kakek Ou maka dengan cepat orang tadi menerobos ke dalam hutan.
Bayangan manusia itu memang cukup licik dengan suatu gerakan yang lincah dia menyusup ke balik pepohonan dan berusaha untuk menghilangkan jejak.
Terdengar hembusan angin keras melintas lewat, si kakek Ou bagaikan seekor burung elang menerjang ke depan.
Dia tak ambil peduli pantangan umat persilatan yang melarang orang mengejar kedalam, dengan sorot mata yang tajam dia menyusup pula kedalam hutan tersebut: Tapi selisih sslangkah inilah telah dimamfaatkan bayangan manusia yang berada didepan itu dengan sebaik baiknya. tahu tahu saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Tidak. mendadadak saja dari sisi kiri lebih kurang tujuh delapan kaki dari arahnya, terdengar suara daun yang rontok.
Panglima sakti berlengan emas Ou Sian segera membentak keras:
"Maknya, bocah Keparat. kau hendak kabur kemana?"
Sepasang tangannya direntangkan kedua belah sisi pohon yang besarnya semangkuk nasi ini segera terbabat sehingga patah menjadi dua bagian:
Barsamaan dengan patahnya batang pohon itu, secepat sambaran petir kakek Ou menyusup kedalam.
Tapi baru saja ia menerjang kemuka, lagi-lagi terdengar suara daun kering yang diusik orang berkamandang dari arah depan sana
Meledak hawa amarah kakek Ou dipermainkan orang seperti itu, dia mendengus marah lengan kanannya segera diayunkan ke depan dan melepaskan sebuah pukulan dahsyat kearah tiga kaki didepan sana
Serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini benar benar memiliki kekuatan yang mengerikan hati...
"Weesss!"
Segulung aagin pukulan yang sangat kuat secepat sambaran kilat segera meluncur kedepan.
Beberapa batang pohon yang tumbuh beberapa kaki didepan situ segera patah dan tertumopas keatas tanah, sementara tubuhnya meluncur kemuka semakin cepat lagi Tapi dengan roboh dan tumbangnya batang batang pepohonan tersebut, tanpa sadar justru telah membantu pihak lawan untuk menghilangkan jejaknya, memanfaatkan kesempatan tersebut orang itu segera menghilangkan jejak sendiri.
Begitulah, kedua orang itupun saling berkejaran didalam hutan seperti lagi bermain petak yang satu berusaha manyembunyikan diri sedangkan yang lain berusaha untuk mengejarnya, makin lama mereka semakin mendekati puncak bukit itu.
Suatu ketika. mendadak kakek Ou merasa bahwa didalam hutan itu seperti terdapat dua orang. karena lamat lamat ia mandengar seperti ada orang sedang membentak.
Kemudian dari suatu tempat lebih kurang berapa kaki didepan sana kedsngaran suara benturan keras dan sesaorang mendengus tertahan.
Kakek Ou yang berpendengaran tajam dapat menangkap kalau suara dengusan tertahan itu berasa! dari atas puncak bukit, maka dia juga menarik napas panjang dan melejit ke udara, laiu menembusi butan menuju keatas puncak bukit.
"BetuI juga, ketika ia mengintip dari atas ranting pohon, tampak sesosok bayangan manusia sedang menyelinap kebalik sebuab baiu besar diatas puncak bukit itu.
Menemukan kejadian ini, diam diam kakek Ou mendesis sinis, ujung kakinya segera menjejak tanah kuat kuat, tubuhnya sebal lagi melejit setinggi tiga kaki, kejadian sepasang lengannya mendayung, lengan suatu gerakan yang ringan dia menerjang ke belakang batu cadas tadi.
"Bocah keparat...." bentaknya keras. Telapak tangannya yang besar diiringi deruan angin pukulan yang amat kencang. bagaikan gulungan guntur langsung membacok ke bawah.
Ternyata orang yang berada dibelakang batu itu amat cekatan dan licik, sebelum angin pukulan dari si Panglima sakti belengan emas di lontarkan ke bawah, tubuhnya telah berguling ke arah samping, dan sekali mengguling ternyata sudah mencapai sejauh dua kaki lebih......."
"Blaaammm !"
Ditengah ledakan yang amat keras, batu beterbangan di angkasa, sebuah batu cadas tahu tahu sudah terhajar sampai hancur berantakan.......
Ketika orang itu sudah berhasil mengguling sejauh dua kaki lebih dan terhindar dari serangan kakek Ou yang maha dahsyat tersebut, tiba tiba tubuhnya melompat bangun, tidak sampai kakek Ou sempat berdiri tegak, dia telah membentak lagi
Mendadak ia mendesak kemuka, secepat kilat sebuah pukulan dilontarkan ke pinggang kakek Ou.
Tck terlukiskan amarah kakek Ou pada waktu Itu, tapi ilmu silatnya memang sangat lihay tubuhnya yang selain menerjang ke bawah itu ketika melihat serangannya
mencapai sasaran yang kosong, ia cepat bertindak untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Benar juga, ternyata musuhnya tidak melarikan diri sebaliknya malah balas melarcarkan serangan, kejadian tersebut kontan saja mengobarkan amarahnya makin memuncak.
Belum lagi tubuhnya mencapai permukaan tanah, telapak tangan kirinya telah diputar dan didorong kedepan, segulung angin pukulan segera berbembus kemuka menyongsong datangnya serangan tersebut.
Tubuhnya dengan cepst meluncur ke bawah, setelah sepasang kakinya menginjak tanah lagi, segera bentaknya
"Bocah keparat, bagus sekali seranganmu itu..."
Orang itu sudah menerjang datang pula sambil melancarkan serangan dengan sekuat tenaga, tapi ketika berada tiga depa dari kakek Ou. tiba tiba ia menjerit kaget.
"Kakek Ou, rupanya kau"


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ternyata orang yang melancarkan serangan itu adalah Wi Tiong hong: . .
Kakek Ou menjadi sangat terkesiap.
Biarpun ilmu silat yang dimtlikinya si panglima sakti berlengan emas sudah mencapai puncak kesempurnaan: dimana ilmu pukulan yang bisa dilontarkan atau ditarik kembali sekehendak hati sendiri, namun berhubung jarak diantara kedua belah pihak terlampau dekat, maka sulitlah baginya untuk menarik kembali serangan tersebut dengan begitu saja.
Tapi, apabila serangan tersebut tidak ditarik dengan segera, niscaya Wi Tiong hoog tak akan sanggup untuk menahan diri.
Pada hakekatnya semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata saja.
Kakek Ou segere menarik napas panjang, sembil bertekuk pinggang dia membalikkan tubuhnya, serangan tangan kirinya ditarik secara paksa, tapi berhubung pukulan itu sudah tak mampu dibendung lagi terpaksa dari pukulan ia rubah menjadi sapuan yaag membuat tubuh bagian kiri belakang lawan.
Pendekar Panji Sakti 9 Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Legenda Kematian 7

Cari Blog Ini