Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 9
Hosiang. "Nona Ie, kau tidak begitu merampas obat dari kita."
Ie Ya sangat mendongkel hatinya. Ia sudah unjuk
kepandaiannya demikian rupa, malah tadi dengan menyolok ia
sudah dapat mengampuni jiwanya Kong Goan, tapi
kelihatannya Tay Hong Hosiang tidak rela memberikan
obatnya itu. Pikirnya, sulit ia dapat menolong Ho Tiong Jong.
Ia periihatkan tertawanya yang manis luar biasa, itulah
tandanya Ie Ya sudah sangat marah, ia memandang pada
Kong Goan dengan sorot mata halus, tapi tajam dan membuat
Kong Goan diam-diam merasa bergidik bulu tengkuknya.
"Aku barusan lengah, lantaran kuatir Taysu turut campur
tangan dalam urusan muridmu, sebab dua tangan melawan
empat tangan mana bisa menang" Nah sekarang baik kita
bertempur satu lawan satu, aku nanti dapat memperlihatkan
kepandaianku yang istimewa."
"Kau jangan omong gede." menyelak Kong Goan dengan
gusar. "Suhuku tidak nanti turun tangan mengeroyok kau
meskipun beliau melihat aku dibinasakan olehmu. Nah,
sekarang kau jangan banyak rewel lagi- mari kita bertempur
lagi, untuk memastikan siapa yang lebih unggul. Kau boleh
turun tangan jangan sungkan-sungkan terhadapku."
Tay Hong Hosiang juga mendongkel mendengar katakatanya
Ie Ya tadi, maka ia berkata pada muridnya, "Ya, Kong
Goan, kau boleh bertempar dengannya jangan sungkansungkan
lagi-" Kong Goan anggukkan kepalanya dengan pikiran lega
suhunya mengijinkan ia turun tangan telengas, ia maju dua
tindak dan lantas menyerang pada si nona dengan teIapakan
tangannya. Lie-lo-sat Ie Ya kembali gunakan ilmu mengentengi
tubuhnya yang istimewa untuk menyingkir dari serangan
lawan- Kemudian, membarengi lawan tangannya menyerang
tempat kesong ia menyerang, hingga Kong Goan terpaksa dari
menyerang telah membela diri.
Kedua pihak saling menyerang dengan seru, sepuluh jurus
dengan cepat telah dilewati, pertandingan selanjutnya makin
lama makin menarik hati, Kedua pihak telah mengeluarkan
tipu-tipu pukulan simpanannya dan masing-masing tak mau
mengalah terhadap lawannya. Betul mereka ada tandingan
yang setimpal sekaliDengan sangat hati-hati Kong Goan memberikan
perlawanan atas serangan telapakan tangan Api Setan Lie losat
Ie Ya yang ampuh. Ia tidak berani sembarangan
memandang rendah lagi musuhnya, karena barusan ia sudah
dapat pengalaman dan hampir-hampir ia rubuh di tangan si
iblis wanita telengas. Si nona mengetahui musuhnya ada
sangat gagah dan ulet, maka ia juga tidak segera dengan
melakukan serangannya. Kalau tidak pasti- ia tidak
melancarkan serangannya, karena itu berarti membuangbuang
tenaga percuma saja.
Tay Hong Hosiang duduk dikursi menonton didampingi oleh
dua muridnya Kong Ci dan Kong Tie. dua hweshio yang hanya
omongnya gede tapi kemampuannya tidak berarti- Mereka
menyakeikan sutenya begitu kekeh memberikan perlawanan
pada lawannya, bahkan merasa kagum dan diam-diam saja
menyesalkannya memandang diri-nya yang sudah berlaku
malas tidak belajar dengan sungguh-sungguh dari gurunya,
hingga kepandaiannya kalah jauh apabila dibandingkan
dengan kepandaiannya sang sute. Tay Hong Hosiang
sementara menyaksikan jalannya pertempuran, diam-diam
dalam hatinya dak dik dak juga menguatirkan muridnya akan
menjadi pecundangnya Ie Ya. Dengan tidak terasa
pertandingan sudah berjalan sampai dua ratus jurus.
Betul-betul ada itu pertandingan yang hebat sekali dan
mempesonakan dua-dua kelihatan masih kuat dan
memperlihatkan perlawanan yang sama baiknya. Entah
sampai berapa lama lagi pertandingan itu akan berjalan"
Kong Goan Hweshio tidak percuma menjadi murid
kesayangannya Tay Hong Hosiang, sebab seluruh
kepandaiannya yang diajarkan oleh gurunya kepadanya, ia
sudah dapat membuktikan semua itu telah diyakinkan dengan
sebaik-baiknya, ia bertempur kali ini dengan sangat hati-hati
dan tidak mengobral tenaganja dengan percuma oleh sebab
mana sebagai lelaki ia ada lebih tahan lama bertempur,
sebaliknya dengan Ie Ya kelihatan dengan tentu sudah mulai
keteter dan lelah.
XXVII. PENGARUHNYA GELANG BATU KUMALA.
LI LO-SAT IE YA mulai kedesak.
Tiba-tiba terdengar Kong Gosn membentak berbareng
tubuhnya Ie Ya kelihatan sempoyongan. Ternyata ia kena
pukulan telak. Kong Goan menggejar, satu pukulan keras
mampir kena bahunya si nona, Ie Ya menjerit kesakitan,
badannya tak tahan berdiri dan lantas rubuh semaput.
"Bagus,bagus Kong Goan, kau betul-beul ada murid ku
yang paling jempol" terdengar si hweshio mengalem muridnya
sambil unjukkan jari jempolnya. "Tapi lekas-Iekas kau berikan
obat padanya, kuatir nanti dia cacat hidupnya, Nah ini ambil
sebutir pil dari botol" sambil keluarkan dari sakunya sebotol
obat piL. Kong Goan menurut dan lalu menjemput sebutir
kemudian diserahkan kepada Ie Ya untuk ditelannya. Bermula
Ie Ya menolak, akan tetapi ketika dibujuk dan ia sendiri
merasa tidak tahan dengan sakitnya pada bahunya yang
barusan kena dipukul oleh Kong Goani maka ia terima juga
dan lalu ditelannya.
Ternyata obat pil itu benar benar manjur sebab dalam
waktu sedikit saja Ie Ya rasakan rasa sakit dibahunya pelahan
lahan telah hilang, hanya tinggal kesemutannya saja.
Kemudian dengan roman bengis ia menyapa pada sekalian
hweshio yang ada disini, lalu perdengarkan ketawa dingin"Hmm..." si nona menggereng, "kalian telah menghinakan
aku, bagus,bagus. Satu hinaan yang aku tak dapat
melupakannya, Kalau aku masih bernapas ada satu hari aku
akan datang kesini lagi untuk membasmi kalian dan membikin
rata ini kuil dari kawanan kepala gundul jahat."
Mendengar perkataannya si nona, bukan main marahnya
Kong Goan dan saudara saudara seperguruannya, tidak
terkecuali Tay Hong Hosiang sendiri. Kepala kuil itu dengan
mata mendelik telah berkata.
"Hei kau ini betul-betul jahat hatimu, Baru saja ditolong
jiwamu, lantas sekarang mengeluarkan perkataan yang bukan
bukani betul-betul jahat"
Ie Ya tertawa terkekeh kekeh, inilah tanda dari
kemarahannya yang meluap luap.
"Bagus, kau hweshio tua," katanya dengan nada dingin,
"kau kira dengan kepandaianmu sudah tidak ada yang berani
membentur kau Hi hi hi-. kau keliru, Coba Tiong Jong tidak
pingsan karena obat pulasmu yang celaka, tentu kalian tidak
berani menghinakan aku."
"Tiong Jong kenapa?" memotong si hweshio tua.
"Hi hi hi . . .dengan satu Ho Tiong Jong saja cukup akan
membasmi kalian kepala gundul yang jahat"jawab Ie Ya
dengan suara mengejek. Tay Hong Hosiang tertawa bergelakgelak
"Nona Ie." katanya, "kalau kau sendiri, biarpun kau belajar
lagi dua puluh tahun masih bukan tandinganku, Nah, kau
barusan bilang Ho Tiong Jong yang dengan seorang diri dapat
membasmi kuilku, aku kepingin lihat apa betul omonganmu?"
"Tidak percaya" Kau boleh buktikan sendiri kalau Ho Tiong
Jong siuman dari pingsan." jawab Ie Ya dengan mantap.
"Kong Goan- panggil sang suhu. "Ambil obat pemunah
yang aseli- kasihkan pada Ho Tiong Jong supaya dia siuman
dari pingsannya. Biarlah dia mengadu tenaga dengan aku apa
benar seperti katanya nona Ie dan sangat gagah dan dapat
membasmi kita semua. Lekas jalan."
Kong Goan masih ragu-ragu karena kuatir ditipu oleh Ie Ya.
Tapi gurunya melotot kepadanya dan berkata lagi. "Lekas
pergi, kenapa" Apa kau takut" Kita malang melintang didunia
kang-ouw tidak takut akan segala orang, masa oleh satu Ho
Tiong Jong saja takut?"
Kong Goan terpaksa menurut perintah, sebentar lagi ia
sudah kembali dan atas pengunjukan Ie Ya, Kong Goan pergi
ke tempat Ho Tiong Jong digeletaki. Di sana ia telah
memberikan obat pemunah itu dicekeki kemulutnya. Tidak
lama, Ho Tiong Jong sudah mendusin dan bebangkis beberapa
kali- semangatnya pulih kembali- rasa mabok hilang. Matanya
menyapu kesekitarnya dan melihat ada Kong Goan tidak jauh
berdiri dari padanya. Cepat Ho Tiong Jong melompat bangun,
Kong Goan kaget dan lompat mundur.
Ho Tiong Jong mengawasi pada si kepala gundul. Pikirnya,
barusan sudah kena ditipu Kong Cie Hweshio, maka kepala
gundul yang berdiri didepannya ini tentu juga ada kambratnya
dan kuil disitu diberdirikan bukan tempat orang mensucikan
diri, tapi dipakai untuk melakukan kejahatan.
dalam beberapa tahun ini entah berapa banyak korban
sudah terjatuh dalam kuil busuk ini" Demikian ia menanya
pada dirinya sendiri. Seketika itu matanya melotot mengawasi
pada Kong Goan"Kepala gundul," bentaknya "Sudah berapa banyak kalian
menjebak orang dan dibikin susah" sekarang kau disini
berjumpa dengan aku si orang she Ho. jangan harap bisa
berlalu lagi dari tempat ini sebelumnya mendapat persen
tendanganku"
Pemuda menutup bicaranya dengan satu serangan hebat.
Kong Goan Hweshio miringkan badannya danpasang kudakuda
yang dinamai Cit-seng.poo, (tindakan tujuh
bintang)jarinya berbareng diulur untuk memotong sikunyu Ho
Tiong Jong, "Bagus." kata Ho Tiong Jong, "ilmu silatmu baik sekalisayang
kau gunakan untuk kejahatani" sambil berkata ia
menyodorkan sikunya dengan sengaja untuk ditotok Kong
Goan Hweshio ada murid tersayang dari Tay Hong Hosiang,
kepandaiannya sudah tinggi- ia mahir dalam ilmu Telapakan
tangan hitam "Cengkeraman Rajawali dan Dengan jari
menaklukan naga. Pikirnya salah satu saja ilmu ini ia gunakan
pasti akan dapat merubuhkan musuhnya. Maka ketika ia
melihat Ho Tiong Jong menyodorkan sikunya yang diarah,
dalam hatinya pikirnya, "Kau cari mati sendiri." Tapi ternyata
tidak begitu gampang Kong Goan dapatkan makeudnya
karena begitu -jarinya hampir menyentuh siku lawan, Ho
Tiong Jong dengan gesit menarik pulang dan berbareng ia
menyerang dengan telapakan tangannya. Kakinya juga tak
tinggal nganggur dan melayang kepada Kong Goan-Serangan
secepat kilat itu diluar dugaannya si kepala gundul, hingga
saat itu ia rasakan pahanya sangat sakit dan tubuhnya
terbang sampai dua tumbak jauhnya. Hebat tendangan Ho
Tiong Jong, sebab Kong Goan terdengar merintih kesakitan
tulang pahanya patah.
Ho Tiong Jong mengawasi hweshio yang ia tendang
terbang tadi dengan mata beringas "Kau bukankah kepala
gundul yang membikin aku pingsan tadi kemana dia perginya,
hayo kau lekas kasih tahu."
Kong Goan Hwesho tidak menjawab, ia terus merintihrintih
kesakitan- "Hei- kau diam saja" Lekas kasih tahu, ada siapa lagi
kepala gundul jahat dalam kuil ini- boleh panggil keluar
supaya dapat membalas sakit hatimu?"
"Tiong Jong," katanya Kong Goan dengan sangat gusar
"Kau jangan pergi dahulu, sebentar kalau guruku datang kau
boleh rasakan pembalasan atas perbuatanmu yang sudah
melukai aku..."
"Tidak perduli kau punya guru atau su-couwmu sekali aku
si orang she Ho tidak akan gentar barang seujung rambut
dan-.." Ho Tiong Jong berhenti bicaranya karena mendengar
suara orang ketawa panjang, itulah suara ketawa dari seorang
yang mempunyai tenaga dalam yang mahir sekali-Pemuda biar
bagaimana juga agak terkejut mendengarnya.
Cepat ia menoleh kebelakang, disitu ternyata sudah berdiri
Tay Hong Hosiang tengah bersenyum-senyum kepadanya.
Kong Goan Hweshio saat itu sudah menelan pil untuk
menghilangkan rasa sakit, ia berkata pada gurunya "Suhu,
maafkan tecu yang tidak berguna, barusan dijatuhkan oleh Ho
Tiong Jong."
"Tidak apa. memang kau bukan tandingannya. Biarlah aku
yang akan membalas kekalahanmu," demikian kata si hweshio
tua kemudian ia berpaling kepada Ho Tiong Jong dan berkata,
"Tiong Jong kau terlalu kejam terhadap muridku yang telah
menolong kau dari pingsanmu."
Ho Tiong Jong agak kaget mendengar perkatannya Tay
Hong Hosiang. "Aku tidak tahu dia telah menolong aku, karena dia tidak
mau omong ketika aku menyerang padanya?"jawab Ho Tiong
Jong. "IHmm... kau memang satu pemuda sombong." kata Tay
Hong Hosiang^ "Aku bukan sombong. aku benci kepada kalian yang
membokongku dengan obat tidur. Kalau benar kalian laki-laki
boleh maju satu demi satu atau sekaligus menghadapi aku
siorang she Ho, jangan membokeng orang."
"Tutup mulut" bentak Tay Hong Hosiang yang mendongkel
hatinya. "Mari mari, ikut aku ketempat yang lebar. Aku
memang hendak menjajal kepandaianmu yang disohorkan
sangat jempolan"
Ho Tiong Jong tidak takut, "Baiklah dimana saja kau
menantang aku berkelahi aku akan iringi dengan senang hati."
Sesampainya disatu tempat yang cukup lebar untuk
berkelahi, tampak tidak jauh dari Ho Tiong Jong ada Li-lo sat
yang sedang berdiri dengar muka marah, karena masih
merasa ngilu bekas luka tadi bertanding dengan Kong Goan"Hei- enci Ie Ya ada disini?" kata Ho Tiong Jong ketika
matanya menyapu kearah-nya.
Perkataannya sipemuda disambut dengan anggukkan
kepala, pikirnya malam itu pasti Ho Tiong Jong dapat
menghajar si hweshio tua dan anak buahnya.
Hatinya Nona Ie girang melihat si pemuda dalam keadaan
segar, Matanya lalu melirik pada Kong Goan Hweshio, sambil
tertawa geli ia berkata.
"Kong Goan suhu, apa aku bilang" Kau kini rasakan
kelihayannya Tiong Jong, bukan saja kau merasakan
kesakitan, tapi tulang-tulang pahamu sudah remuk Rasakan
sendiri enak tidak dalam keadaan begitu Hi hi hi" Kong Goan
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sangat g usar, matanya mendelik.
"Budak hina, kau jangan banyak bacot, Kau juga boleh
merasakan hadiahku barusan bukan?"
Ho Tiong Jong kaget, Pikirnya, apa Ie Ya telah mendapat
luka" ia mengawasi lebih teliti pada Ie Ya, lantas ia dapat
kepastian bahwa Ie Ya tentu mendapat luka parah tulangnya,
karena tampak telah mengucurkan banyak keringat
disebabkan menahan rasa sakit pada lukanya itu.
"Enci Ie, apa kau terluka oleh mereka?" tanyanya dengan
hati gelisah. Ie Ya pake akan bersenyum, kepalanya
dianggukkan. Ho Tiong Jong menggereng. "Enci Ie, kau jangan banyak
berjalan- Tunggu aku disitu, aku akan membalaskan sakit
hatimu" ia berkata dengan gagah.
"jangan jumawa Ho Tiong Jong," kata Tay Hong Hosiang
sambil tertawa dingini "Kau tidak perlu membuang banyak
tempo bercakap-cakap dengan budak jahat itu. Nah.
bersiaplah untuk menerima seranganku"
"Hweshio tua,"jawab Ho Tiong Jong "kau yang jahat, tapi
mengatakan orang lain jahat, sebenarnya api artinya
perkataanmu itu?"
"Dia budak jahat, seperti juga dengan kau. Sudah ditolong
masih berani mengeluarkan perkataan yang bukan-bukan...."
"Hwesio tua, Keluarkan kepandaianmu. Kau jangan banyak
membusuki orang" menantang Ho Tiong Jong dengan gagah.
Tay Hong Hosiang yang selama malang melintang dalam
kalangan Kangouw belum pernah mendapat hinaan seperti itu,
bukan main marahnya. Dalam hatinya berpikir, malam ini ia
harus membuka pantangan membunuh, ia harus mengambil
jiwanya anak muda didepannya yarg sangat sombong itu.
Kalau tidak diberi rasa, tentu ia akan mengelunjak terusterusan
kepada orang yang lebih tua. Memikir ini lantas ia
salurkan tenaga dalamnya ke telapakan tangannya.
Berbareng dengan bentakan "awas" ia menyerang hebat
sekali- Angin pukulannya ada begitu dahsyat, apa lagi kalau
orang kena pukulan telapakan tangannya yang dahsyat itu.
Disekitar satu tumbak terasa sekali menyambarnya angin
pukulan hweshio itu.
Ho Tiong Jong terperanjat, ia tidak menduga kalau lawan
tuanya ini ada mempunyai kepandaian demikian tinggipikirnya
ini tidak boleh sembarangan.
Serangan Tay Hong Hosiang tadi disambut dengan ilmu
Kim ci Gin-ciang yang ia dapat pelajari dari Kho Kie, si orang
aneh yang bisa masuk kedalam tanah.
Tay Hong Hosiang tidak menduga sianak muda dapat
memunahkan serangannya begitu mudah, diam-diam ia
mengagumi juga kepandaiannya sang lawan yang muda belia.
Pikirnya pantasan ia tekebur, Kalau begitu ia ada isinya"
Mereka serang menyerang dalam jarak setumbak,
keduanya melancarkan pukulannya dengan tidak sungkansungkan
lagi tapi sangat hati-hati sebab masing-masing
mengetahui lawannya ada berkepandaian sangat tinggi.
Setiap kali Tay Hong Hosiang melancarkan serangannya,
telah menerbitkan suara keras. Batu dan pasir pada
beterbangan karena kesampok oleh anginpukulannya.
Lihay sekali ilmu silatnya, Kalau saja yang menjadi lawan
bukannya Ho Tiong Jong, terang-terang sudah dibikin
terjungkal atau dibikin terbang tubuhnya kena angin
pukulannya si hweshio tua yang luar biasa hebatnya.
Melihat kepandaiannya lawan ada demikian tinggi, Ho
Tiong Jong memberikan perlawanan lebih hati-hati lagi,
jangan sampai kena dipecundangi mentah-mentah. Malah
hatinya sudah mengambil keputusan, ia harus menang, ia
mesti dapat menjatuhkan lawannya untuk mencuci hinaan
atas diri-nya enci Ie nya.
Sayang maksudnya tak tercapai, karena hweshio tua yang
dihadapannya itu bukan sembarang jago silat, ia sangat lihay
karena ia sudah menguasai ilmu Tat Mo Sin-kang (tenaga saki
Tat Mo) dari Siauw lim-pay.
Bagaimana juga Ho Tiong Jong coba mendesak dan
menguasai musuhnya, ternyata telah gagal. Ketika ia hendak
mencabut goloknya untuk dipakai bertempur, ternyata sudah
terlambat. Karena serangan dahsyat dari Tay Hong Hosiang
yang dibarengi dengan tenaga dalam yang ampuh membuat
Ho Tiong Jong terpental sampai dua tumbak. Ia merasakan
dadanya sesak dan darah hidup hendak keluar dari mulutnya.
Ho Tiong Jong sebisa-bisa menelan lagi darah hidup yang
hendak keluar dari mulutnya itu, sambil mendengarkan Tay
Hong Hosiang berkata.
"Hmm Ho Tiong Jong, kini kau tak dapat mengunjuk
kesombonganmu lagi- pukulan barusan tidak sembarangan
orang dapat menangkisnya. Dalam dunia Kangouw yang dapat
menahan seranganku itu boleh di hitung dengan jari."
"Kepala gundul" bentak Ho Tiong Jong, "Aku Ho Tiong Jong
baru terhitung kalah kalau sudah tidak bernapas lagi- Siapa
takuti dengan pukulanmu, mari maju lagi" ia menentang
sambil menghunus goloknya. Tampak tubuhnya Tay Hong
Hosiang melesat tinggi seperti burung garuda saja. dengan
jubahnya yang berkibaran ditiup angin, ia turun dan berdiri
tegak didepan Ho Tiong Jong yang sudah siap dengan
goloknya. Ho Tiong Jong tidak banyak rewel lagi, lantas saja mulai
menyerang dengan hebat, ilmu golok keramatnya yang terdiri
dari delapan belas jurus telah dimainkan dengan bagus sekali"Iiih...." seru Tay Hong Hosiang heran. "Dari mana Tiong
Jong dapat ilmu golok Siauw lim pay ini?" tanyanya dalam
hati. Pikirnya, ilmu golok keramat dari Siauw lim pay
dimainkan begini bagus oleh Tiong Jong, sukar didapatkan
keduanya diantara murid- murid. Siauw lim-pay dari tingkatan
yang sepantaran dengan sipemuda . Meskipun demikian bagus
dan hebat tipu-tipu serangan dari ilmu golok delapan belas
jurus itu, menghadapi Tay Hong Hosiang ternyata tidak ada
gunanya, sebab hweshio tua sudah mahir dengan ilmu
pemunahnya dan setiap kali Ho Tiong Jong menyerang selalu
mendapat sasaran kosong. Diam-diam ia menjadi heran,
Pikirannya, "kepala gundul tua ini sangat hebat ilmu silatnya."
Tapi Ho Tiong Jong tidak tahu bahwa lawan dihadapannya itu
ada murid Siauw limpay yang pandai dan tinggi ilmu silatnya.
Ie Ya dilain sudut berdiri menjublek, terpesona oleh
kepandaian Ho Tiong Jong, pemuda itu ternyata lebih hebat
jauh kepandaiannya dibanding dengan waktu tempo hari telah
ketemu dengannya. Apa lagi kalau di ingat, Ho Tiong Jong
maju dalam pertempuran itu adalah hendak membela pada
dirinya, pikirnya ia rela dirinya mendapat luka oleh pukulannya
Kong Goan Hweshio, lantaran membela si pemuda, sebab
sekarang ia menyakeikan dengan mata kepala sendiri Ho
Tiong Jong bertempur mati matian adalah untuk kepentingan
dirinya. Melihat ilmu golok keramatnya tak dapat menyentuh ujung
jubahnya saja si kepala gundul yang lihay, Ho Tiong Jong
lantas merubah ilmu silatnya dengan Tok liong Ciang hoat
dicampur dengan ilmu silat lain-nya, serangan yang
dilancarkan olehnya sangat hebat dan indah sekali,jalannya
begitu cepat dan sukar diduga lawan-Diam-diam Tay Hong
Hosiang berpikir anak muda ini tidak dinyana sudah
mencangkok banyak kepandaian dari berbagai partai,Baiknya
saja ia yang melayani dan kalau saja orang lain, siang-siang
sudah tentu akan menjadi pecundang Ho Tiong Jong.
"Bocah" bentaknya, "Kau sudah mencuri banyak ilmu
serangan hebat dan berbagai partai, boleh dikatakan kau lihay
juga, Nah sekarang kau kembalikan itu ilmu golok delapan
belas jurus dari Siauw-lim-pay..."
Ia berkata sambil merubah gerak serangannya lebih cepat
dan lebih berat menindih musuh-nya, itukah ilmu "Tat Mo Sin
kang" yang jarang ia gunakan, kalau tidak terpaksa karena
menghadapi musuh berat.
Dari situ sudah terbukti bahwa Ho Tiong Jong masuk kelas
berat, makanya Tay Hong Hosiang sudah mengeluarkan ilmu
simpanannya itu.
Kini Ho Tiong Jong benar dibikin terkejut. ia tak menduga
sama sekali kalau hweshio tua ini ada tinggi kepandaiannya
Diam-diam ia mengeluh dalam hatinya karena pengharapan
ada sangat kecil untuk merebut kemenangan. Kalau bisa
berakhir seri saja sudah bagus.
Tapi bagaimana juga tentu si kepala gundul tidak
mengampuni kepadanya karena ia sudah berkata sombong
dihadapannya. Lie lo sat Ie Ya melihat jagonya keteter, bukan main cemas
hatinya. Sayang ia tidak bisa bergerak, coba kalau ia tidak
terluka, niscaya ia akan ceburkan diri membatu Ho Tiong Jong
melawan Tay Hong Hosiang mati-matian. Ia hanya bisa
menjerit-jerit saja memaki kalang kabut kepada Tay Hong
Hosiang. Mendengar jeritan jeritan Ie Ya, membuat banyak hweshio
dalam kuil itu sudah pada keluar datang menonton
perkelahian yang sangat seru itu.
Tekanan Tay Hong Hosiang makin dirasakan berat, Ho
Tiong Jong sudah tidak tahan melayaninya, Pikirnya untuk
mencegah kekalahannya ia harus kembali mainkan ilmu golok
keramatnya yang dapat melindungi dirinya dari kekalahan Tapi
kegesitannya Tay Hong Hosiang, ternyata ada lebih hebat dari
matanya Ho Tiong Jong.
Karena seketika ia menyerang dengan telapakan tangannya
laksana kilat dan sipemuda tubuhnya sudah dibikin melayang
sampai jauh tiga tumbak baru jatuh ia terhuyung-huyung
dengan memuntahkan darah segar, matanya berkunang
kunang dan ia tak tahan berdiri lama, lantas rubuh tidak
sadarkan dirinya lagi-Li-lo sat Ie Ya menjerit.
Ho Tiong Jong tampak menggeliat ditanah dengan
didampingi oleh goloknya, tangannya mengeluarkan darah,
rupanya kena goresan senjata tajam itu. Darah berceceran
bekas tadi ia muntahkan dari mulutnya. Mukanya pucat
seolah-olah ia sudah jadi mayat saat itu.
Lie lo-sat Ie Ya dengan paksakan diri perlahan-lahan jalan
menghampiri sipemuda, kemudian jatuhkan diri memeluk
tubuh sipemuda dan menangis.
"Tiong Jong, ah, kau... kau selalu menderita saja dalam
hidupmu. Karena hendak mencuci maluku maka kau sudah
berkorban begitu. Oh Tiong...." Li-lo-sat Ie Ya nangis
menggerung-gerung.
Sebenarnya ada sangat ganjil kejadian saat itu. dimana Ie
Ya keluarkan tangisan menggerung-gerung, Karena Ie Ya
yang terkenal dengan julukannya Wanita Telengas dan Kejam,
belum pernah mengucurkan air mata, apa lagi menangis
menggerung gerung seperti itu.
Itulah karena rasa cintanya yang sangat besar terhadap
dirinya Ho Tiong Jong yang kini menggeletak dalam keadaan
setengah mati. Tangannya yang halus meraba-raba pipi-nya dan matanya
yang tertutup coba dibukanya, sambil dengan suara pelahan ia
memanggiL "Tiong Jong kau jangan tinggalkan aku... Tiong
Jo.... ng..."
Keadaan Ie Ya saat itu mengharukan sekali siapa yang
lihat. Tiba-tiba terdengar suara bentakan keras, "Hayo kalian
pergi dari sini!!" Itulah kata suaranya Tay Hong Hosiang yang
menyuruh semua muridnya pada pergi meninggalkan tempat
itu, hanya disitu ketinggalan ia dan muridnya yang tersayang,
yalah Kong Goan Hweshio, bersama Ie Ya dan Ho Tiong Jong
yang dalam pingsanLie Io sat Ie Ya yang sedang menangisi Ho Tiong Jong
tidak merasa kalau Tay Hong Hosiang sudah berdiri
didekatnya. Terdengar ia tertawa dingini "IHm kau juga ingin
merasakan pukulanku seperti yang dirasakan oleh Tiong Jong
?" Li-lo sat Ie Ya susut air matanya, kemudian mengawasi
pada Tay Hong Hosiang dengan sorot matanya yang gusar
sekali- "Hweshio tua, kau boleh bangga dengan ilmu
pukulanmu yang kejam itu, tapi ada satu hari aku Ie Ya akan
datang kembali kesini akan membuat perhitungan."
"Ha ha ha...." tertawa Tay Hong Hosiang "Kau mau
membuat pembalasan" Lagi dua puluh tahun kau belajar
masih bukan tandinganku kau mengerti?"
Ie Ya tak menjawab ia kertak gigi dan gigit bibirnya sampai
berdarah saking menahan rasa gusarnya yang meluap luap,
Sayang ia dalam terluka didalam tubuhnya, coba ia dalam
keadaan segar, meskipun tahu dirinya tidak bakalan menang,
ia pasti akan menerjang si hweshio tua dengan nekad.
Sambil membongkekkan badannya mengambil golok
wasiatnya Ho Tiong Jong, Tay Hong Hosiang telah berkata
"Aaa... ini golok Lam thian to. memang tadinya ada milik
keluarga Seng, tapi sekarang akan menjadi miliknya gereja
Kong ben sie disini, Ha ha ha..."
"Tak tahu malu" membentak Ie Ya.
"Sudah membunuh orangnya, sekarang mau merampas
miliknya, apakah itu yang dinamai seorang pemeluk agama
Buddha" Hmm..." Tay Ho Hosiang mendelik matanya.
"Kau tangisi juga percuma dia tokh bakalan mampus,
Bocah macam begini..." kakinya berbareng diangkat hendak
menendang tubuhnya sipemuda tapi mendadak kaki itu cepat
ditarik pulang karena pandangan matanya kebentur dengan
suatu benda yang keluar dari sakunya Ho Tiong Jong.
Dekat tangannya yang berdarah ada nongol dari sakunya
Ho Tiong Jong itu gelang batu kumala hijau yang membuat
matanya si kepala gundul menjadi terbelalak heran.
Entah apa sebabnya, dengan lantas saja jatuhkan dirinya
dan menjemput keluar benda tadi dari sakunya Ho Tiong
Jong. Setelah diselidiki dengan seksama bahwa benda itu ada
yang tulen, maka seketika itu juga sambil menjunjung gelang
batu kumala dengan kedua tangannya diatas kepalanya ia
berlutut tambil mengucapkan rasa menyesal yang sangat
besar, katanya.
"Susiokcouw, maafkan tecu yang berdosa, Tecu tidak
mengenali kalau Tiong Jong ada utusan susiokcouw, oh..^.
tecu telah berbuat dosa besar sekali..."
Kong Goan Hweshio yang berada tidak jauh diri situ,
melihat gurunya dengan tiba-tiba berlutut sambil menjunjung
gelang batu kumala, ia lantas mengerti dan ia juga turut
berlutut sambil kemak kemik berdoa supaya perbuatan
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suhunya pun diampuni oleh susiok-cownya paman dari guru
sang suhu. Kong Goan berlutut dengan susah payah, peluh mengucur
deras, karena ia menahan rasa sakitnya ia di kena ditendang
oleh Ho Tiong Jong.
Lama keduanya suhu dan murid pada berlutut menghormat
benda kepercayaan partai itu, hingga Ie Ya yang tidak lahu
sebab-sebabnya menjadi keheran-heranan.
Ia tidak berkata apa-apa karena perhatiannya terus
ditujukan kepada Ho Tiong Jong yang keadaannya sangat
berat. Entah, pemuda itu dapat ketolongan atau tidak
jiwanya" Tapi dilihat keadaan lukanya demikian rupa, rupanya
pengharapan ada kecil sekaliHatinya si nona sangat gelisah, perasaan duka, menyesal
dan marah mengaduk jadi satu dalam otaknya, hingga ia juga
hampir pingsan tak dapat menahan perasaan demikian itu.
Tak lama Tay Hong Hosiang diikuti oleh muridnya telah
bangkit berdiri dan berkata pada Ie Ya.
"Nona Ie,kau ada sahabat dari utusan susiokeouw kamikini
kau juga terluka, betul-betul membuat hatiku sangat
menyesal. Tapi Nona Ie, harap kau jangan kuatir jiwanya
Tiong Jong sebab dia tidak apa-apa."
Dengan tidak menanti Ie Ya menjawab lagi, Tay Hong
Hosiang sambil membawa gelang batu kumala hijau tadi telah
berlalu dan masuk kedalam ruangan kelenteng.
Setelah ia berlalu, Ie Ya lalu memeriksa jalan darahnya Ho
Tiong Jong, ia girang, karena jalan darahnya si pemuda ada
normal, ia rupanya hanya pingsan saja, sekarang dapat ia
pikirkan kejadian barusan dimana Tay Hcong Hosiang dengan
muridnya telah beriutut menghormat kepada benda yang
keluar dari saku bajunya Ho Tiong Jong.
Perkataan si hweshio tua tadi ketika meninggalkan ia.
apakah bermaksud hendak memberi pertolongan kepada
Tiong Jong atau bagaimana, ia tidak tahu, ia terus menanti
disitu sambil saban-saban mengusap-usap pipinya sipemuda
yang telah memikat hatinya itu.
"Dia cakap dan gagah, sungguh jarang didapatkan lelaki
seperti dia." demikian ie Ya berkata dalam hatinya sendiri.
Ia memeluk pemuda tampan yang sedang pingsan
itupelahan-lahan menempelkan mulutnya itu yang kecil mungil
diatas pipi yang cakap itu, lalu rapatkan pipinya pada pipi si
pemuda dan air matanya kelihatan bercucuran mengalir pada
pipinya yang halus menyebrang kepipinya pemuda pujaannya
itu. oh. Semua kecintaan yang tulus murni dari seorang wanita
yang kejam telengas dinyatakan oleh air matanya dan oleh
kelakuannya yang sangat menyayang dan memuja, Entah lah,
bagaimana hatinya tiong long akan berdebaran atau seperti
hendak lompat dari tempatnya, apabila ia hadapkan dalam
keadaan sadar itu ciuman halus dari mulut yang kecil mungil
dan pipi cantik yang halus ditempelkan kepada pipinya"
Sebentar lagi Ie Ya terkaget dan lepaskan pelukannya pada
tubuh si pemuda, ketika mendengar tindakan orang
mendatangi Kiranya yang datang itu ada empat orang hweshio muda
dengan membawa usungan untuk membawa Ho Tiong Jong,
Sampai didepannya Ie Ya, salah satu antaranya empat hweihlo
itu berkata. "Nona, atas perintah suhu, kami berempat hendak
membawa Ho sicu kedalam untuk diberi pertolongan lukanya
yang parah itu."
"Terima kasih " kata Nona Ie dengan penuh rasa sukur,
"silahkan suhu sekalian membawanya dia ketempatnya
Taysu." Empat hweshio muda itu dengan sebat sudah angkat
tubuhnya Ho Tiong Jong dibaringkan diatas usungan,
kemudian digotong oleh mereka berempat ke dalam kelenteng
dengan diikuti oleh Ie Ya sambil mengucurkan air mata.
Entahlah, air mata yang mengalir saat itu dari kedua tela
kupan matanya yang indah itu, apa air mata kedutaan atau air
mati kegirangan "
Ho Tiong Jong dibawa kedalam satu ruangan yang cukup
besar, keadaannya sangat bersih, dimana hanya terdapat satu
tempat pembaringan dari batu pas untuk seorang. Diatas
pembaringan ini tubuhnya Ho Tiong Jong direbahkanLain dari itu ada satu meja dekat pembaringan ini,
diatasnya ada satu koper entah isinya apa" Beberapa kursi
ditaruh berjauhan dengan pembaringan dan meja tadi.
Ie Ya duduk pada salah satu kursi tadi senang hweshio
muda menanti disekitarnya IHo Tiong Jong berbaring. Kiranya
itu ada pembaringan untuk orang dioperasi, sedang koper
diatas meja itu berisi perkakas untuk melakukan pembedahan
itu. Tak lama muncul Tay Hong Hosiang diantar oleh Kong
Goan, Hanya satu hweshio yang menggotong Tiong Jong tadi
dikasih tinggal terus dalam kamar itu, yang lainnya disuruh
keluar. Kemudian Tay Hong Hosiang membuka jubahnya,
tangannya menggunakan sarung tangan- . menyuruh Kong
Goan untuk membuka pakaiannya Ho Tiong Jong untuk
diperiksa di bagian tempat lukanya.
Jago muda itu ternyata mendapat luka di bagian dadanya
kedapatan ada tanda biru yang selang berubah menghitam.
"Nona Ie. Kau tidak boleh datang dekat "kata Tay Hong
Hosiang pelahan, ketika melihat si nona bangkit dari duduknya
dan menghampiri.
Kiranya si nona merasa kaget ketika pakaiannya sipemuda
dibukai, curiga sipemuda akan di aniya oleh dua hweshio itu.
Tapi Ie Ya tidak mau berlalu, "Maafkan Tay-su, bagaimana
juga aku tak dapat ber-jauhan dengannya, Dia ada sahabatku
yang paling baik..." demikian ie Ya berkata dengan suara yang
seperti mau menangis.
Tay Hong Hosiang terharu mendengarnya ia merasa
kasihan pada si nona yang juga perlu harus di tolong lukanya.
Maka ia biarkan saja si nona mengikuti jalannya, ia
membedah lukanya Ho Tiong Jong, Meski Ie Ya tidak pernah
berkedip bila membunuh orang, kini ia melihat pemuda
pujiannya dibedah, tak tahan merasa ngeri dan menutupi
mukanya dengan tangannya, sambil terisak-isak menangis
pelahan- Ternyata Tay Hong Hosiang rupanya sudah biasa
membedah cara demikian, ia sangat sebat, sebab sebentar
saja Ho Tiong Jong sudah dibalut lukanya setelah pada bagian
yang dibedah diberi obat yang manjur.
Setelah beres, memberi pertolongan pada Tiong Jong,
lantas ia suruh muridnya yang ada disitu mengambil kursi.
Kapan tempat duduk itu sudah berada didekatnya lantas
berkata pada Ie Ya. "Nona Ie, kau juga harus kutolong. Kau
duduklah dan buka bajumu." Ie Ya tampak bingung.
Matanya mengawasi pada Tay Hong Hosiang kemudian
pada Kong Goan dan sutenya, Tay Hong Hosiang lantas saja
mengerti, sambil ketawa ia berkata. "Kong Goan dan Seng
Hay keluar dulu sebentar "
Dua orang itu tidak disuruh sampai dua kali, karena mereka
juga lantas mengerti sendiri. Mereka lalu keluar dan
merapatkan pintunya lagi
Kini Tay Hong Hosiang tinggal berduan saja dengan Ie Ya,
dikecualikan Ho Tiong Jong yang masih rebah pingsan.
"Taysu, kau benar pintar." si nona ketawa manis sambil
menekap mulutnya yang mungil.
Kemudian tanpa disuruh lantas menghampiri kursi dan
duduk disitu. Tay Hong Hosiang hanya ketawa saja, Kiranya Ie Ya
merasa malu barusan, kalau ia harus membuka baiknya
disaksikan oleh dua hweshio muda tadi. Kini ia hanya
berhadapan dengan Tay Hong Hosiang yang sudah lanjut
usianya dan boleh dijadikan engkongnya, ia tidak malu-malu
lagi. "Nona Ie, bukalah bajumu....!" menyuruh Tay Hong
Hosiang, ketika si nona masih diam saja duduk dikursinya.
"Taysu, maafkan aku, Rupanya aku harus membuat Tay su
berabe juga untuk menolong lukaku, karena aku sendiri tak
dapat membukanya sendiri, karena tanganku dirasakan linu
dan sakit..."
"ooo, begitu...."
Berbareng sihweshio tua mendekati Sinona dan membuka
sebagian bajunya di bagian bahunya yang terluka. Bahu yang
putih mulus dan lengan yang halus lunak lantas tertampak
didepan matanya Tay Hong Hosiang.
Ia kesima menyaksikan apa yang dilihatnya. Matanya ketika
kebentrok dengan sepasang matanya si nona yang halus
merayu dan senyumannya yang membuat ia melamun, tibatiba
dirasakan hatinya tergoncang. "No..na..., Ie, kau ..."
"Aku kenapa, Taysu ."
Li lo sat Ie Ya sebagai iblis wanita yang banyak
pengalaman dalam kalangan Kang-ouw sudah lantas dapat
menangkap perkataan yang diucapkan dengan gaga gugu itu.
Si kepala gundul kesima oleh kehalusan kulitnya, terpesona
oleh kecantikan dan sorot matanya yang merayu. Tapi ia tidak
keder menghadapi perubahan itu.
"No... na... le, kau.... kau cantik sekali, Wanita yang paling
cantik dalam dunia...kau..."
"Aku sudah bosen mendengar kata kata semacam itu."
"Tapi nona, memang benar kau cantik.."
PENGORBANAN TENAGA DALAM
Ie Ya kerengkan matanya yang galak sambil bersenyum
simpul. hweshio tua itu berontak hatinya tiba-tiba timbul napsu
jahatnya mengawasi pada si nona dengan mata beringas.
"Aku cantik, habis kenapa?" tanya Ie Ya tertawa.
"oh, nona Ie. kau, kau, .."
Ia sudah tak dapat mengendalikan napsu-nya, seketika itu
ia menubruk sinona dan memeluknya mulutnya menciumi
bahu dan lengan nona Ie dengan bernapsu.
Bahu dengan lengan yang halus laksana kapas itu jadi
sasaran mesra dari hidung dan mulutnya Tay Hong Hosiang,
Herannya Ie Ya tinggal membiarkan saja si hweslo tua
mengumbar napsunya menciumi bahu dan lengannya tapi
ketika Tay Hong Hosiang tangannya mulai menggerayang
hendak membuka kancing bajunya ia mencegah dan berkata
dengan suara dingin. "Tay-su kau sadariah..."
"Tidak. nona Ie..." kata si hweshio tua dengan suara parau,
karena tak dapat menahan getaran napsu birahinya..
"Tay Hong Taysu." terdengar pula suara si nona berkata
dengan suara halus tapi dingin "kau menyebutlah omitohud."
Perkataan- omitohud, yang diucapkan si nona, seolah-olah
kalajengking yang menggigit tangannya si hweshio tua sebab
dengan gemetar seketika itu ia melepaskan pelukannya dan
mundur dua tindak, matanya mengawasi pada si nona seperti
yang ketakutan"Tay-su." melanjutkan si nona. "Dua puluh tahun sudah kau
cuci tangan dan hendak kembali menjadi orang baik-baik
apakah tidak sayang ketekunan itu menjadi punah karena
bertindak" Apakah tidak akan menyesal seumur hidupnya,
hanya kesalahan sendiri tak dapat menindas napsu jahat,
membuat kesujudanmu memuji sang Buddha dua puluh tahun
lamanya menjadi hilang seperti tersapu air banjir?"
Tay Hong Hosiang menggigil tubuhnya. Satu demi satu
perkataan Ie Ya seperti juga pisau yang menyayat hatinya,
sangat perih, otaknya diliputi oleh kemenyesalan besar. sorot
matanya menjadi layu dan malah tak berani memandang Ie
Ya, yang saat itu masih tetap duduk dengan tenang dan bahu
serta lengannya yang halus putih masih seperti tadi
keadaannya telanjang yang dapat napsu birahinya si hweshio
tua melonjak. Keadaan Tay Hong Hosiang saat itu seperti anak kecil yang
sedang mendengari omelannya sang ibu. ia berdiri dengan
kepala ditundukkan, tidak berani mengawasi pada si nona.
Kecantikan Ie Ya bulu mata dan lengannya menggoncangkan
napsunya kini lenyap seperti tersapu angin tak meninggalkan
bekas. Apa yang ada dalam hatinya sekarang kemenyesalan
besar, perasaan putus harapan akan menjali seorang suci.
Pikirannya betul betul saat itu sangat kalut. Tiba tiba
berkelebat dlotaknya suatu keanehan, ia lalu menanya. "Tapi
nona Ie, eh, kenapa kau barusan diam saja ketika aku
memelukmu ?"
"Kenapa aku sudah dapat menebak akan jalan pikiranmu?"
"Eh, apa artinya itu ?"
"Kalau kau berotak dan menolak keras, kebuasanmu yang
dulu akan merajalela dalam hatimu yang sudah mulai balik
dalam kebenaran." Tay Hong Hosiang bungkam.
"Nafsu buasmu harus di beri jalan supaya pikiranmu
menjadi tenang dan nasehatku bisa masuk dalam pikiranmu."
kata pula Ie Ya, dengan tenang.
Kembali Tay Hong Hosiang membisu "Nona Ie." ia berkata
kemudian, "bahumu dan lenganmu yang halus mulus tadi
menjadi sasaran napsu iblisku, apakah kau tidak merasa jijik?"
Ie Ya bersenyum manis. "Apa boleh buat, aku harus
berkorban guna menolong orang jangan terjerumus kedalam
dosa lagi....."
"Apa artinya perkataanmu, nona Ie?"
"Kalau nafsu buasmu tidak mereda karena pengorbananku
itu dan kau berbuat yang melanggar batas, tidakkah sia-sia
untuk waktu selama dua puluh tahun kau sudah bertobat?"
"Nona Ie, oh, kau bukan saja rupamu yang cantik seperti
bidadari tapi juga hatimu cantik dan suci."
Tay Hong Hosiang mengawasi si gadis dengan mata welas
asih dan penuh dengan perasaan terima kasih, Si nona
mengerti apa yang dipikirkan oleh Tay Hong Hosiang, maka ia
membiarkan wajahnya diawasi dengan tajam oleh jago Siauw
lim sie itu. Keadaan hening beberapa lamanya.
"Taysu bagaimana dengan maksudmu untuk mengobati
lukaku?" tiba-tiba si nona memecah kesunyian, sambil ketawa
manis. "Oh. betul, betul... kenapa aku jadi lupa." kata Tay Hong
Hosiang dengan gugup, ia cepat-cepat memeriksa lukanya si
nona yang sudah siap sejak tadi bahunya yang sudah mulai
menghitam itu untuk diobati.
Ie Ya ternyata tulang bahunya telah patah dan perlu
disambung.
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tay Hong Hosiang menggunakan keakhliannya untuk
menyambung tulang itu.
Tapi biar bagaimana Ie Ya merasakan sangat sakit. Peluh
membasahi sekujur badan-nya bahna menahan rasa sakit,
akan tetapi ia tidak mengeluh oleh karenanya.
Ternyata wanita jagoan itu tahan sakit, sampai kemudian si
hweshio tua sudah selesai mengerjakan pertolongannya.
"Nona Ie." kata Tay Hong Hosiang, "tulang bahumu yang
patah sudah tersambung kembali, dengan pertolongan obatku
yang aku bubuhi pada lukamu, dalam tempo tiga hari kau
akan sembuh kembali sebagaimana semula lagi."
"Tapi, Taysu, terpaksa aku membuat kau berabe lagi ..."
"Urusan apa nona Ie ?"
Ie Ya tidak menjawab, hanya matanya melirik pada
bahunya yang masih telanjang. Kelakuan mana dapat
dimengerti oleh Tay Hong Hosiang.
"Maaf, nona Ie, mari aku tolong pakaikan bajumu lagi."
katanya, berbareng apa yang ia katakan, dan sebentar lagi
tampak Ie Ya sudah memakai bajunya lagi dan berbangkit dari
duduknya. Ia merasakan rasa sakit luka di bahunya, meskipun barusan
ia rasakan setengah mati sakitnya ketika disambungkan
tulangnya dan dlobati, tapi kini pelahan-lahan sudah hilang
dan rasa semutan juga sudah mereda.
"Terima kasih Taysu atas pertolonganmu." kata sigadis
sambil menjura.
"Tak usah mengucapkan demikian, "jawab Tay Hong
Hosiang, "hanya aku ada satu permintaan, entah apakah Nona
Ie suka meluluskannya?"
"Permintaan apa itu Taysu" Kalau sekira-nya yang pantas
kenapa aku tidak mau meluluskannya?"
"Itulah pernintaanku barusan terhadapmu nona Ie. Aku
minta kau suka tutup rahasia."
"Ow, hal itu jangan kuatir," memotong Ie Ya.
"Percayalah pada ketulusan hatiku, sebab sejak melihat
Taysu insyaf dan merasa menyesal atas kelakuanmu tadi, aku
sudah lantas anggap kejadian itu seperti tak pernah terjadi.
Harap Taysu juga pikir begitu, karena itu hatiku akan menjadi
tentram dan dengan penuh kesujudan Taysu dapat
melanjutkan niatmu yang suci..."
"Nona Ie." kini si hweshio yang memotong "apakah kau
benar berpikiran demikian" oh. benar-benar kau seorang
wanita berhati mulia, tidak serupa dengan julukanmu yang
diberikan oleh dunia Kangouw kepadamu." Ie Ya hanya
bersenyum manis sambil anggukan kepala.
Hatinya Tay Hong Hosiang kini menjadi lega dan kembali
tenang seperti semula. Apa yang terjadi barusan ia melupakan
semua, seperti apa yang dipikirkan juga Ie Ya. Maka ia lantas
membuka pintu kamar dan menyilahkan Kong Goan masuk
bersama Seng Hay.
Tulang pahanya Kong Goan juga patah karena
tendangannya Ho Tiong Jong, maka oleh gurunya ia juga
dlobati seperti ia tadi, setelah selesai lalu semua perabotan
yang dipakai disuruh dibenahi oleh Seng Tay.
Tay Hong Hosiang sambil memakai pula jubahnya telah
berkata pada Ie Ya.
"Nona Ie, kau juga Tiong Jong sebentar, aku akan
menemukan murid-muridku dan tidak lama aku akan kembali."
"Baiklah, "sahut Ie Ya, sambil mengawasi si hweshio tua
berjalan keluar diikuti oleh Kong Goan dan Seng Hay.
Ie Ya menghampiri tempat pemuda Ho Tiong Jong
berbaring. Ternyata wajahnya sipemuda tidak pucat lagi seperti
semula ia melihatnya ini rupanya karena lukanya sudah diobati
dan sudah diberi pil mujarab oleh Tay Hong Hosiang, Hatinya
Nona Ie sangat girang.
Pikirnya, ia tidak rugi bahu dan lengannya yang halus lunak
menjadi sasaran nafsu buas nya Tay Hong Hosiang, karena Ho
Tiong Jong yang sudah tertolong, dirinya juga sudah
disembuhkan dan yang paling penting si hweshio tua sudah
insyaf akan kekeliruannya dan tidak terjerumus kedalam dosa.
Mari kita lihat apa yang Tay Hong Hosiang berbuat diluar
kamar. Ia pergi kesebuah ruangan besar, di mana sudah
berkumpul banyak hweshio-hweshio muda yang menjadi anak
muridnya. Didepan mereka Tay Hong Hosiang angkat bicara,
mengingatkan pada tempo dua puluh tahun berselang
ditempat ini keadaannya masih hutan belukar.
Setelan disitu dibangun kuil Kong beng sle, periahan-lahan
diperbaiki keadaan disekitarnya, sehingga sekarang
keadaannya sudah menjadi indah. Semuanya itu berkat kerja
sama mereka yang sungguh-sungguh.
Sampai waktu itu, mereka sudah bisa berdiri dtatas kaki
sendiri, Tak tergantung pada dan dermaan orang dermawanSawah ladang untuk mereka bercocok tanam dan
kelebihannya dijual, sudah cukup untuk mengongkosi
penghidupan mereka. Dengan suara penuh kemenyesalan ia
berkata dengan tandas.
"Kita ini ada orang Siaw-lim-pay, sudah dua puluh tahun
lebih aku dengan tekun memegang pantangan membunuh,
apa mau malam ini aku sudah salah bertindak. Timbul napsu
membunuhku sehingga hampir-hampir saja aku membunuh
utusan dari su-couwku. Besar dosaku ini, Maka mulai saat ini
aku akan pergi meninggalkan kalian mengasingkan diri untuk
menebus dosa."
Keadaan yang sunyi senyap telah berobah ramai kembali,
bisik-bisik satu dengan lain-Mereka rupanya merasa heran dan
tidak puas akan ditinggalkan oleh sang guru yang demikian
baik hati dan menyayang pada mereka. Tay Hong Hosiang
lantas ulap-ulapkan tangannya dan minta supaya mereka
tenang lagi mendengarkan bicaranya.
Ia menceritakan bahwa Beng Tie Taysu dari gereja Siauwfim
sie adalah ia punya susiok, yang sangat sayang sekali
pada dirinya. Ketika suhunya mau meninggal dunia telah
memberi pesanan pada Beng Tie Taysu, supaya ia digembleng
dengan ilmu ilmu silat yang tinggi keluaran Siauw limpay.
Beng Tie Taysu telah memenuhkan pesanannya sehingga ia
menjadi salah satu orang terpandai dan partai Siauw lim.
cuma sayang sekali, setelah keluar dari perguruan,
perjalanan hidupnya telah menyeleweng sebaliknya dari
membikin harum nama partainya. Belakangan ia sadar akan
perbuatannya yang tidak benar, akan tetapi ia merasa malu
untuk minta ampun ke gereja Siauw-lim-sle, maka ditempat
itu saja ia mendirikan kelenteng dan setiap malam bersujud
kepada sang Budha untuk menebus dosanya, sebagai penutup
bicaranya ia menandaskan "Tentu kalian tahu kelenteng ini
telah berubah indah dan maju dari sebab jasanya Kong Goan
yang rajin- Maka niatku akan mengangkat dia menjadi
penggantiku setelah aku berlalu dari sini, Harap kalian
mupakat, jikalau ada yang keberatan boleh majukan usul
padaku untuk dipertimbangkan lagi."
Keadaan menjadi sunyi senyap. Tidak ada satu hweshio
yang mengeluarkan sepatah katapun, mereka semua berlutut
ketika Tay Hong Hosiang meninggalkan ruangan itu dan
menuju kekamar Ho Tiong Jong berada. Ie Ya menyambut
padanya dengan berseri-seri.
Rupanya Li lo-sat ie Ya juga dapat mencuri dengar akan
putusannya Tay Hong Ho-siang yang hendak meninggalkan
kuil itu, ia memang ada seorang wanita yang matang dalam
pengalaman soal sedikit saja ia ingin dapat tahu, maka waktu
Tay Hong Hosiang ke luar dengan dua muridnya ia juga ingin
tahu apa maksudnya.
Ketika pertemuan diakhiri, maka ia cepat-cepat sudah
berlalu lebih dahulu dan menyelinap masuk lagi kedalam
kamar Ho Tiong Jong. "Taysu, habis bagaimana dengan Tiong
Jong?" tanya si nona.
Tay Hong Hosiang tertawa, "Nona ie, kau kelihatannya
sangat gelisah kalau bicara tentang Tiong Jong, kenapa?"
Li losat Ie Ya melengak ditanya demikian ia tidak pernah
menduga bahwa akan mendapat pertanyaan seperti itu.
Sebentar saja selebar wajahnya menjadi kemerahmerahania merasa jengah, akan tetapi ia bukan wanita
pemaluan yang tidak dapat menjawab pertanyaan demikian,
sebab ia lantas tenangkan kembali hatinya yang bergoncang
dan menjawab. "Taysu, kau jangan keliru menebak. Tiong Jong ada
penolong jiwaku, maka aku merasa hutang budi kepadanya.
Kalau dia sampai kenapa-napa, bagaimana aku bisa tinggal
berpeluk tangan saja?"
"Nona Ie, kau pintar menjawab..."
"Habis harus bagaimana aku menjawabnya?"
Tay Hong Hosiang mengawasi si nona sebaliknya Ie Ya
juga pentang matanya balas mengawasi, hingga dua pasang
mata kebentrok dan dua-duanya pada bersenyum. Itulah...
artinya... T S. T..
"Nona Ie." berkata lagi Tay Hong Hosiang dengan roman
sungguh-sungguh, "aku berniat bukan saja menolong
menyembuhkan Tiong Jong dari lukanya, tapi juga aku akan
membuat tenaga dalamnya lebih sempurna lagi."
"Aku mengucapkan terima kasih atas namanya Tiong
Jong." kata si nona.
"Untuk mana aku memerlukan tempo tiga hari tiga malam
berduaan dalam kamar dengan Tiong Jong. Dalam keadaan
seperti itu tak boleh terganggu, karena kalau terganggu akan
sia-sialah maksudku dan Tiong Jong jnga keadaannya bisa jadi
tidak beres, Disini ada Kong Goan yang sedang mengikuti aku
sudah lama dan ada lima saudaranya lagi, akan tetapi kalau
mereka ketemu dengan pendekar ulung rasanya tak dapat
mengatasinya." Tay Hong Hosiang berkata sampai disini telah
menghela napas.
"Taysu, bolehkah aku membantu ?" tanya Ie Ya .
"Terang kau harus membantu, cuma saja kau sendiri belum
sembuh lukanya, seperti juga dengan Kong Goan, Bagaimana
nanti kalau ada gangguan dari luar sementara aku sedang
berada dalam kamar dengan Tiong Jong?"
Ie Ya terdiam. ia mengerti, memang kekuatiran si hweshio
tua beralasan- "Aku akan membuka pembuluh darah Tiong Jong
melancarkan peredaran darah diseluruh tubuhnya dan
memasukan aku punya tenaga dalam, selanjutnya Tiong Jong
akan menjadi kebal dan tidak takut jalan darahnya kena
totokan lawan, ini aku memeriukan tiga hari tiga malam
bersama-sama dengan dia dalam kamar..."
"Taysu," menyelak si nona, "kau bermaksud hendak
memindahkan tenaga dalammu kedalam tubuhnya Tiong Jong
?" Tay Hong Taysu bersenyum dan anggukkan kepalanya.
"Taysu.,." kata pula ie Ya dengan mata di buka lebar,
"itulah ada pengorbanan tenaga dalam, Setelah kau habiskan
tenaga dalammu untuk kebaikannya Tiong Jong, kau sendiri
akan menjadi sangat lelah dan tidak bertenaga. Ah, Taysu,
kupikir sebaiknya kau jangan lakukan pengorbanan
sedemikian itu."
"Kenapa tidak, nona Ie?"jawab Tay Hong Hosiang dengan
suara mantap. Li-losat ie Ya bungkam.
"Nona Ie," kata pula Tay Hong Hosiang, "Tiong Jong ada
utusan dari susiokcow, aku berdosa telah melukai utusan yang
mulia maka aku sudah mengambil keputusan untuk
memberikan tenaga dalamku yang telah aku latih banyak
tahun, supaya Tiong Jong merupakan bintang yang cemeriang
dalam dunia persilatan."
"Kalau begitu, biariah aku dengan Kong Goan suhu
menjaga bersama-sama pada kamar kedua, kamar kesatu
boleh dijaga oleh lima suhu lainnya."
"Bagus itulah yang saya harapkan-" kata Tay Hong
Hosiang. Kemudian ia panggil berkumpul Kong Goan dan lima
sutenya, untuk mendengar pesannya, Mereka telah ditetapkan
melakukan penjagaan seperti yang dikatakan nona Ie tadi,
diberikan kebebasan untuk membunuh sesuatu orang yang
hendak mengacau kedalam kamar dimana ia dengan Tiong
Jong berada. Setelah beres mengatur orang-orangnya Tay Hong Hosiang
menutup diri dalam kamar operasi bersama-sama Ho Tiong
Jong kamar mana memang ada tempat bersemedi orang kuil
dari Siauw-lim pay itu.
Kamar ini berdinding batu yang kuat, pintunya meski dari
kayu, tapi lebar dan kuat sekali, hingga apa yang terjadi diluar
tak dapat kedengaran kedalam.
Untuk sampai kekamar ini, orang harus melewati dahulu
dua kamar lainnya, yang dijaga oleh lima hweshio muda,
kamar kedua oleh Ie Ya dan Kong Goan- Dua orang yang
tersebut belakangan telah mengambil keputusan akan
membela mati-matian tempat jagaannya itu.
Telah dimupakati oleh keduanya, Ie Ya akan melawan
musuh dari jarak jauh dengan menggunakan senjata ikat
pinggangnya, sedang Kong Goan dapat menempur musuh
dengan jarak dekat, sebab ilmunya menggunakan telapakan
tangan ada hebat sekali.
Kalau pada beberapa saat berselang mereka menjadi
musuh, kini telah menjadi sahabat yang akrab sekali, bersatu
hati untuk melindungi Tay Hong Hosiang dan Ho Tiong Jong
dalam kamar ketiga.
Diluar tiga kamar itu masih ada penjagaan terdiri dari
beberapa hweshio yang ilmu silatnya lumayan juga ialah
mereka ditugas-kan untuk menyambut tetamu. Kalau ketemu
orang jahat jika tidak sangat perlu, dilarang turun tangan
karena ilmu kepandaiannya belum sempurna.
Pada saat Tay Ho Hosiang menutup diri, jam mengunjukan
sudahjam enam pagi tadi, tiga hari kemudian pada jam
demikian Tay Hong Hosiang sudah selesai menyempurnakan
tenaga dalamnya Ho Tiong Jong.
Demikianlah, penjagaan yang diatur dengan sangat
kuatnya itu, melewatkan dengan saat-saat dengan sangat
tegang, Dua hari telah di lewatkan sampai jam dua belas
tengah malam telah berjalan dengan tidak ada apa-apa.
Mereka merasa lega hatinya.
Hanya tinggal melewatkan malam besok, pada jam enam
pagi, tugas mereda sudah beres dan Ho Tiong Jong sudah
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sempurna di gembleng tenaga dalam oleh Tay Hong Ho siang.
Apa mau, pada besok malamnya kira2 jam sepuluh
kelenteng itu mendapat kunjungan tetamu yang tidak diingini
yang hendak mencari Ho Tiong Jong.
Tamu itu sangat galak. Ketika dirintangi jalan masuknya,
beberapa hweshio yang menghadang didepannya dengan
mudah saja dirubuhkan oleh karenanya dalam kelenteng
sebentar saja sudah menjadi gempar.
Ie Ya curiga hatinya, bahwa tamu yang datang itu tentu ia
ada dikirim oleh Perserikatan Benteng Perkampungan, untuk
mencari Ho Tiong Jong.
Teriakan-teriakan dari beberapa hweshio memperingati
kawannya supaya berjaga-jaga, Kiranya tamu yang masuk itu
telah menggunakan senjata gelap untuk mencelakakan orang.
Yang menjadi sasaran senjata gelap-nya itu ada orang punya
paha, hingga sang korban harus bergulingan menahan
kesakitanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Tamu itu sudah maju sampai kepenjagaan kesatu, dimana
dua diantara lima hweshio yang menjaga disitu sudah kena
dilukai sang tamu yang tidak diundang.
Mereka menghadang dengan gagahnya, tiba-tiba tamu
tidak diundang itu telah perdengarkan ketawanya yang dingin.
"Kalian jangan coba menghadang, karena kalian bukan
tandinganku, aku tidak mau membikin celaka orang yang tidak
tersangkut, aku datang hanya untuk mencari Ho Tiong Jong.
Lekas kasih tahu dimana orang she Ho itu?" Salah satu tiga
hweshio itu bernama Seng ceng telah menjawab.
"kedatanganmu sungguh tidak beraturan, telah membuat
orang bergelimpangan karena senjata rahasiamu,.Hmm....
mencari orang kenapa begitu caranya?"
"Aku tidak perduli, siapa saja yang menghalangi akan
maksudku. mesti tahu sendiri akibatnya, jangan banyak rewel,
lekas kasih keluar Ho Tiong Jong"
Seng ceng dengan dua saudaranya tidak banyak rewel lagi,
ketiganya lantas menyerang berbareng, Mereka menggunakan
golok, pedang dan pentungan, Tapi ternyata tamu itu betulbetul
lihay, Sebab setiap kali menggunakan telapakan
tangannya, senjata kawanan hweshio itu satu demi satu dapat
dipukul jatuh, ia tidak bersenjata, hanya menggunakan angin
pukulan saja yang dahsyat, cukup membuat senjata lawan
terpental dari cekatannya,
KETiKA melihat tiga hweshio pada jatuh senjatanya, tamu
itu tertawa bergelak- gelak. "Hm... kalian kenali aku ini Khoe
cong dari Perserikatan Benteng Perkampungan, Lekas
keluarkan Ho Tiong Jong, barulah aku dapat mengampuni
kalian..."
Suara tertawa dan bicaranya Khoe cong, sampai didengar
oleh Ie Ya dan Kong Goan Hweslo, duanya sangat kaget. Ie Ya
Paling sungkan ketemu Khoe cong justeru yang datang ia
sendiri. Khong Goan pikir lima saudaranya yang menjaga
kamar pertama bukan rendah-rendah kepandaiannya, akan
tetapi mereka kena dijatuhkan demikian mudahnya, tentu
kepandaiannya sang tetamu ini ada tinggi dan ia sendiri
mungkin tak dapat mengatasinya.
Mereka jadi kebingungan, sebab Ho Tiong Jong masih
memeriukan waktu delapan jam lagi baru dapat keluar dari
kamarnya, Kini gangguan ada dari Perserikatan Benteng
Perkampungan yang terkenal banyak orang kuatnya.
Tentu Seng Eng bukan hanya mengirim Khoe cong
seorang, tapi disusul oleh beberapa orang kuat lainnya yang
sukar diusir pergi dari rumah berhala itu. Mereka agaknya
putus asa mengingat akan keadaan itu Ho Tiong Jong yang
masih dalam gemblengan Tay Hong Hosiang, sedang
sihweshio tua sendiri tentunya sudah buang tenaganya dan
tak dapat membantu mereka bertempur dengan gerombolan
orang jahat itu.
Khoe cong yang melihat tiga hweshio di hadapannya tidak
mau memberi jalan dan kelihatannya hendak berlaku nekad
membela penjagaannya, ia telah membentak keras dengan
maksud supaya bentakannya itu kedengaran oleh Ho Tiong
Jong. "Kalian lekas minggir, aku akan bikin hancur itu kamar pasti
didalamnya ada bersembunyi si maling cilik."
"Kau tak perlu nebak-nebak dalam kamar itu siapa
didalamnya, kau lewati dahulu kami, barulah ada bicara lagi."
kata Seng Hay tenang bicaranya meskipun barusan dengan
angin pukulannya Khoe cong, senjatanya sudah dibikin
terpental, ia tampak berani sekali. Khoe cong menjadi tidak
sabaran. "Baik." katanya." lihat aku menerjang kau."
Berbareng ia menerjang dengan ganas. Si muka jelek Khoe
cong telah menggunakan pukulan dengan ilmu Telapakan
tangan dewa, untuk membukakan tiga hweshio itu. Hebat ia
mainkan ilmunya yang sangat di andalkan itu sebab buktinya
tiga hweshio itu kewalahan melayaninya.
Satu kali Seng- Hay lengah, Khoe cong sudah menerobos
dari arah sini dan menerjang ke kamar jagaannya Ie Ya dan
Kong Goan hweshio.
"celaka," kata Ie Ya dalam hati. "ini biang keladi sudah
menerobos masuk." Ie Ya cepat-cepat menyelinap kebelakang
kerai. Khoe cong tampak bengis wajahnya, betul-betul menakuti,
ia mengawasi pada Kong Goan hweshio yang berdiri tidak
bergerak didepan pintu kamar yang ada Ho Tiong Jong dan
gurunya. Kedua tangan dipalangkan didepan dadanya, seakan-akan
yang sudah bUip untuk menjaga serangan musuh.
Koe cong tertawa bergelak-gelak. Tapi ia tak berani
sembarangan menerjang kepada Kong Goan, karena ia
menduga Kong Goan ini ilmu silatnya tinggi.
Meskipun demikian ia sudah terlanjur masuk kesitu,
bagaimana juga ia harus menerjang masuk ke kamar ketiga
itu, yang didalamnya pasti ada Ho Tiong Jong.
Demikian sewaktu ia mau bergerak. mendadak ia diserang
dengan golok oleh hweshio Seng Hay dan Seng Kok. Hatinya
sangat mendongkol, kembali ia menggunakan ilmunya
"Telapak tangan dewa" untuk membubarkan mereka.
Betul-betul hebat ilmunya itu, sebab hanya beberapa
gebrakan saja, senjata dari kedua hweshio itu sudah pada
terbang dan nancap dipenglari rumah.
Seng Kok dan Seng Hay mundur dan menyender pada
dinding dengan mata dibuka lebar lantaran merasa kagum
akan ketangkasan sang lawanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Tiga hweshio lawannya, dengan menggunakan tangan
kosong coba datang mengeroyok pa ia Khoe cong, ternyata
mereka jugabukan tandingannya sipocu muda Khoe cong.
Hanya dalam beberapa jurus saja mereka juga sudah dapat
ditolak mundur.
Kong Goan hweshio yeug menyaksikan kekalahan dari
saudaranya diam-diam merasa sangat sedih menjadi serba
salah, Kalau ia meninggaikan jagaannya dan menandingi ilmu
lihay itu, dikuatir pintu yang dijaga-jaganya sangat kuat itu
akan bobol oleh serbuan kawannya si tamu lihay.
Kalau ia tidak turun tangan, bagaimana nasibnya lima
saudaranya ini, entahlah. Mereka kelihatannya bukan
tandingan si tamu lihay, sebab dengan hanya bertangan
kosong saja, pukulannya sudah dapat menerbangkan dua
senjata golok lawan sehingga nancap pada tiang penglari.
Ia jadi mengucurkan air mata. Tiba-tiba hatinya dibikin
pedih lagi mendengar jeritannya Seng Sin, salah satu
saudaranya oleh Khoe cong, ia kena ditendang dan terpental
jauh, hingga tulang pahanya patah.
"Ha ha ha..." terdengar Khoe cong ketawa girang, "Kalian
mau coba menahan padaku, nah rasakan akibatnya. Ha..ha.."
Tertawanya paling belakang belum lampias, sudah berhenti
sendirinya, karena ia harus menghindarkan serangan pedang
yang dilancarkan dengan tiba-tiba. siapakah orang yang
menyerang dengan pedang itu"
Kiranya ia bukan hwesio dari gereja disitu, hanya ada
seorang berbadan kecil langsing, wajahnya tertutup dengan
kedok kain kuning. Matanya bersorot tajam, gerakannya gesit
dan serangannya laksana kilat, hingga Khoe cong menjadi
gugup ketika ia menghindarkan serangan orang asing itu. Ia
tidak mengenali siapa ini lawan berkedok kain kuning "
Saat itu ia sangat gusar, lalu melayani lawannya dengan
menggunakan gerak tipu yang dinamai "Burung rajawali
manggut tiga kali" serangannya ang dilakukan susul menyusul
tiga kali bukan main hebatnya, akan tetapi semua itu dapat
dipunahkan oleh slorang berkedok kain kuning.
Khoe cong amat heran, karena serangan berantai itu
sebenarnya belum pernah luput, tapi kini ternyata dengan
mudah dapat dipunahkan oleh lawan"Siapa kau?" bentaknya dengan keras, Tapi sikedok kuning
tak menjawab, hanya mainkan terus ilmu goloknya yang
banyak perubahannya mencecar pada lawannya.
"Kau kenali aku dulu siapa " Kau berani melawan tuan
mudamu, jangan menyesal kalau tuan mudamu marah dan
tidak memberikan keampunan padamu..."
Bicaranya mendadak berhenti, karena ia sangat kaget
ketika satu tusukan pedang kearah tenggorokannya hampir
saja tak dapat ia hindarkan- Berkat kegesitannya saja, dengan
jalan menjatuhkan diri ke belakang, baru ia dapat menghindari
tusukan pedang sikedok kuning.
Bukan main gusarnya Khoe cong menghadapi lawan lihay
ini. Ilmu "Telapak tangan dewa" yang sangat diandaikan tak
menolong. orang berkedok kain kuning itu makin lama seranganserangannya
makin santar saja, hingga Khoe ceng menjadi
sangat gugup menangkisnya, serangan yang diarahkan ke
tempat yang berbahaya pada tubuhnya membuat Khoe cong
menjadi keringat dingin.
Seng Kok dan kawannya menyaksikan pertolongan yang
tak diduga-duga itu diam-diam merasa banyak bersyukur
kepada sang Budha yang dipujanya, karena pikirnya tuan
penolong itu sudah didatangkan oleh sang Budha. Mereka
dibikin kagum oleh ilmu silatnya orang berkedok kain kuning
itu karena tamunya yang lihay luar biasa, sudah dibikin keteter
olehnya. Menggunakan kesempatan sitamu lihay sedang bertarung
dengan tuan penolongnya, Seng Kok ajak kawannya
menolongi pada Seng Sin yang barusan kena ditendang
terbang dan tulang pahanya menjadi patah.
Mereka gotong sang korban kepinggiran dekat dinding.
Kemudian mereka itu padapasang mata lagi, menjaga
kemungkinan munculnya kawan dari si tamu itu. Ternyata ini
tak di tunggu lama oleh mereka, sebab lantas ada berkelebat
masuk ke dalam ruangan itu seorang tinggi besar dengan
membawa sepasang gegaman berupa tongkat yang sangat
berat sekali. Seng Kok dan kawan kawannya meskipun sudah pada
bersenjata lagi, ternyata tak dapat menahan terjangannya ini
tamu baru. Kelihatannya ada lebih lihay dari yang sudah,
karena saban kali senjatanya menangkis senjata lawan segera
juga sudah dapat membikin terpental orang punya senjata.
Bukan main kagetnya mereka dan merasa sangat cemas
tak dapat mentaati pesan gurunya yang saat itu sedang
berada dalam kamar berduaan bersama Ho Tiong Jong dan
tak dapat diganggu.
"Ho Tiong Jong, pengecut " teriak orang itu dengan kasar
sekali. "Lekas keluar, jangan sembunyikan diri "
Hui Seng Kang jalan menghampiri, tapi dicegah oleh seng
Kok dan Seng Hai.
"Sahabat, tahu aturan sedikit" bentak Seng Hay. "Kuil ini
bukannya kuilmu. boleh punya suka mengumbar adatmu.
Masih ada kita berdua disini, jangan kau sembarangan main
gila, Nah..."
XXX. KUIL KONG BENG SIE DIBAKAR
Baru saja menyebut "nah" atawa tongkatnya si orang kasar
berkelebat dimukanya hingga bukan main terkejutnya Seng
Hay, Dengan goloknya ia coba menangkis. tapi senjata lawan
kelewat berat, hingga ia rasakan tangannya kesemutan dan
hampir saja goloknya jatuh di lantai.
Seng Kok tampil ke muka, tapi cuma tiga gebrakan saja
sudah terpukul sampai sempoyongan, Benar-benar jagoan Hui
Seng Kang ini. Melihat demikian mudahnya ia memukul mundur
musuhnya, maka hatinya makin besar, ia terus menghampiri
kamar yang dikatakan oleh Khoe cong tadi, tapi sebelum ia
bergerak, satu tusukan pedang dari samping hampir saja
membuat ia lompat mundur. Ternyata yang menyerang tadi
adalah si orang berkedok kain kuning.
Ia sebenarnya sedang menemani Khoe cong, akan tetapi
melihat Hui seng Kang mau menerobos ke dalam kamar yang
dijaga oleh Kong Goan, dengan tiba-tiba saja ia menyerang,
sehingga si orang kasar menjadi kelabakan.
"Kau mau cari mampus" bentak Hui Seng Kang, sambil
mengawasi dengan romai gusar sekali, ia terus menerjang
dengan sepasang tongkatnya yang berat.
Ternyata menghadapi si orang berkedok kain kuning Hui
Seng Kang tidak melempem, serangannya yang bertubi-tubi
dan berat, dengan cekatan di tangkis atau dikelit oleh sikedok
kuning, betul-betul hebat ilmu silatnya dia. Siapakah dia"
Demikian kata Ie Ya dalam hatinya.
Ie Ya sudah sejak tadi mengikutijalannya pertandingan, ia
sebenarnya kepingin turun tangan, akan tetapi mengingat
lukanya masih belum sembuh benar, maka ia tidak berani
sembarangan mengeluarkan tenaga-nya, kalau tidak sangat
terpaksa, misalnya musuh menyerbu masuk kedalam
kamarnya Ho Tiong Jong. Begitu juga dengan keadaannya
Kong Goan hweshio.
Khoe cong juga sangat penasaran kepada si orang
berkedok kain kuning itu, maka melihat Hui Seng Kang
bertempur ia juga tidak tinggal diam dan lantas nyerbu
mengeroyok pada si kecil langsing.
Ternyata kepandaian si kedok kuning tidak sampai disitu
saja sebab melihat dirinya dikerubuti oleh dua jagoan dengan
lantas ia meroboh ilmu silat pedangnya sekarang tampak
pedangnya berkelebatan lebih menakuti lagi, tubuhnya seolaholah
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dikurung oleh pedangnya yang dimainkan demikian
cepatnya. Hui Seng Kang dan Khoe cong sampai tidak punya
kesempatan untuk menyerang lawannya yang gesit dan
pandai itu. Mereka merasa heran, sampai sebegitu jauh, mereka belum
menemukan tandingan yang demikian hebat, tapi jatuhnya
sampai juga mereka tak dapat mendesak mundur lawannya.
Malah mereka merasa seram sendirinya karena pedang
yang dimainkan si kedok kuning bukan hanya mengeluarkan
suara mengaung, tapi juga mengandung hawa dingin yang
dirasakan nyusup ketulang-tulang.
Kong Goan hweshio nampak si kedok kuning penolongnya,
dikerubuti demikian rupa, sudah tidak sabaran lagi, maka ia
juga lantas keluarpun bentakan dan menyerbu kedalam
kalangan pertandingan dengan golok Seng Kok yang ia
sambar dari tangan sutenya itu.
Ia menempur Hui Seng Kang dengan hebat sekali, ia
menggunakan ilmu golok delapan belas jurus keluaran Siauwlimpay
yang lihay. "Kurang ajar" teriak Hui Seng Kang, "Kiranya ilmu golok
Tiong Jong itu ada dari siauw lim-pay dan kalian kepala
gundul disini yang mengajarnya" Bagus aku akan membasmi
kuil ini sehingga tidak ada satu manusia yang terluput dari
kematian Ha ha ha..." Hai Seng Kang tertawa kejam, sepasang
tongkatnya yang bernama jantung hati dimainkan cepat sekali
menangkis dan menyerang lawannya yang menggunakan
golok. Si kedok kuning ini hanya melayani Khoe cong seorang
yang bersenjata golok rupanya dianggap enteng sekali, karena
ilmu pedangnya yang lihay dalam sekejapan saja sudah dapat
mendesak Khoe cong keluar dari dalam kamar.
Khoe cong merasa sangat malu kena didesak keluar oleh
lawannya, ia sejak umur tiga belas tahun sudah terhitung
menjadi salah satu jago dari Perserikatan Benteng
Perkampungan, Dalam sepuluh tahun ia melatih ilmu silat
dengan tekunnya dan merasa dirinya sudah berkepandaian
sangat tinggi, tidak sembarang orang berani menempur
padanya. Tidak dinyana, kini ia menghadapi lawan yang begitu kecil
pengawakannya kena didesak keluar dari kamar.
Hatinya menjadi sangat panas. Pikirnya, masa iya aku kalah
dengannya"
Tabeatnya yang nekad-nekadan seketika itu telah timbul
dan lantas mengeluarkan ilmu simpanannya untuk melayani
siorang berkedok kain kuning.
"orang asing." terdengar ia berkata pula, "lekas kau
beritahukan namamu, supaya tuan mudamu tidak
mengotorkan tangannya dengan membunuh segala orang tak
ternama. Kalau kau masih membandel, jangan sesalkan aku,
Khoe ..." Khoe cong tidak diberi kesempatan untuk melampiaskan
omong besarnya, karena sikedok kuning telah menceCer ia
dengan ilmu pedang yang lihay dan membuat ia kelab akan
untuk mengandalkan diri dari serangan-serangan itu.
Kong Goan hweshio tidak tahan melayani senjata Hui Seng
Kang yang berat, lagi pula badannya masih belum sembuh
benar, ia rasakan tangannya kesemutan kalau senjatanya
bentrok dengan senjatanya Hui Seng Kang. Dilain pihak Ie Ya
menjadi sangat gelisah. Diam diam ia berdoa, supaya Khoe
cong dengan kawannya dapat diusir pergi.
Ia mengerti, kalau siorang she Khoe itu mengetahui ia
berpihak pada Ho Tiong Jong, ia akan dianggap sebagai
penghianat dan bisa mendapat hukuman dari kepala
komplotannya, ayahnya Khoe cong sendiri, yalah hukuman
beset kulit dan dibelah hati. Suatu hukuman yang mengerikan
sekali. Ia terus mengumpat dibelakang kerai, menyaksikan Hui
Seng Kang mengamuk^
Tiba-tiba terdengar ia menjerit, karena kerai yang
mengalingi dirinya sudah jatuh terpukul oleh Hui Seng Kang.
Kini dirinya sudah dilihat oleh si orang she Hui tak dapat ia
menyembunyikan diri lagi.
"ooo, Li-lo-sat Ie Ya juga ada disini?" menyindir Hui Seng
Kang dengan nada dingin, Kemudian ia tidak menghiraukan
lagi si nona, hanya terus berjalan menghampiri pintu kamar
dimana Ho Tiong Jong berada dengan Tay Hong Hosiang. Ie
Ya dan Kong Goan menjadi ketakutanUntuk turun tangan mencegah, mereka tidak berdaya,
Maka dengan mata terbelalak mereka menyaksikan Hui Seng
Kang menggempur pintu dengan dahsyat sekali. Suara
bergedubrakan dari pintu yang rubuh digempur terdengar
nyaring. Hui Seng Kang tiba tiba dibikin kaget, didepannya sekarang
sudah berdiri Ho Tiong Jong, orang yang ia mauin itu.
Anak muda itu berdiri tegak dengan gagahnya, hingga ia
tanpa disadari telah berseru: "Tiong Jong, apa kau kaget ?"
Suaranya halus, menandakan cinta kasihnya yang mesra
serta penuh kasih sayang. Halmana tidak terluput
dariperhatinnya Hui Seng Kang, siapa segera berkata dengan
suara dingin. "^ Ya, lebih baik sekarang kau lari untuk
menyelamatkan dirimu, kalau kelak di kemudian hari
Perserikatan Benteng Perkampungan tidak dapat mencekuk
batang lehermu, benar-benar kau ada satu iblis wanita
jempolan- Ha ha ha ha..."
Li lo-sat Ie Ya bergemetar tubuhnya, ia ngeri kalau
mengingat akan hukuman apa yang ia akan terima karena
telah menghianati perserikatan- Tapi ibarat nasi sudah
menjadi bubur, rahasianya berpihak pada Ho Tiong Jong
sudah diketahui, maka timbullah kenekadannya dan ia
menyahut dengan nada dingin.
"Aku Ie Ya tidak akan mengedipkan mata menghadapi
perbuatannya. Tak usah kau mengancam, orang she Hui"
"Ha ha ha ..." Hui Seng Kang tertawa besar "Bagus-bagus,
kau ada satu wanita kosen dengan gagah berbicara begitu,
Tapi .." "Seng Kang" menyelak Ho Tiong Jong dengan suara
membentak. "Kau hanya mencari Ho Tiong Jong tidak
berurusan dengan yang lainnya bukan" Nah sekarang kau
sudah menghadapi orang yang dicari, kau boleh berbuat
sesukamu. Tapi aku mau memperingan kau, kalau mau malam
ini tak mampu membunuh aku, maka kau yang akan menjadi
setan tak berkepala."
Ho Tiong Jong berkata sambil menghunus goloknya Lamtianto. "Haa ha... bisa omong gede juga, ya?" menyindir Hui
Seng Kang, Sementara berkata demikian, Hui Seng Kang diam-diam ia
berpikir, kini ia menghadapi Tiong Jong didepan dan ie Ya
dibelakang benar dirinya kejepit, kalau mereka turun tangan
berbareng, ia bakal mendapat kerugian- Maka seketika itu
timbul akal liciknya dan berkata lagi.
"Tiong Jong, disini tempat sempit, Kalau kau satu laki-laki
hendak menempur aku, marilah keluar, bagaimana?"
"Seng Kang, siapa takuti kau" Hmm, jangan buang tempo
terimalah golokmu?"
Ho Tiong Jong keluarkan goloknya menyerang, dengan
sepasang tongkatnya Hui Seng Kan menangkis tapi tidak
urung tubuhnya sempoyongan dan tangannya dirasakan
kesemutan-Hatinya menjadijerih seketika.
"Ha, ha.... Seng Kang, kau masih bukan tandinganku Lekas
kumpulkan kawan-kawanmu untuk mengeroyok aku siorang
she Ho" Hui Seng Kang bukan main marahnya mendengar hinaan
itu. Ia pusatkan seluruh tenaganya pada sepasang senjata
pentungannya, Satu pentungan menangkis goloknya Ho Tiong
Jong yang lain nya dengan gerak tipu yang sangat lihay itu.
Suara beradunya senjata nyaring sekali.
"Tiong Jong," tiba-tiba Ie Ya berkata. "orang she Hui ini
sangat jahat, lebih baik jangan kasih dia lolos ..."
Ho Tiong Jong menjawab, hanya ia bersenyum
menganggukan kepalanya. Dilain pihak Hui Seng Kang bukan
main marahnya. "Budak hina, apa kau kira begitu mudah untuk membuhkan
aku" Hm... kau lihat sebentar aku bikin remuk kepalanya
Tiong Jong ..."
Tapi belum pertanyaan lampias, tangannya tergetar
menangkis goloknya Ho Tiong Jong. ia sangat heran
senjatanya Ho Tiong Jong tidak begitu berat kelihatannya,
akan tetapi di tangkisnya ada demikian beratnya.
Ini sebenarnya tidak heran, karena Ho-Tiong Jong
menggunakan goloknya dibarengi dengan tenaga dalamnya
yang hebat. Hui Seng Kang terus-terusan bergetar, malah satu
tongkatnya telah terpapas kutung.
Ia semakin jerih menghadapi lawan berat, Karena ini,
pembelaannya makin kalut dan satu saat kembali
pentungannya kena dipapas kutung.
Ia masih memberikan perlawanan dengan nekad, tapi
hanya sebentaran saja sebab sebentar kemudian dadanya
sudah berada dalam ancaman ujung goloknya si pemuda, Hui
Seng Kang tidak berdaya, ia hanya memejamkan matanya
untuk memenuhkan keinginannya ie Ya, akan tetapi dipikir
sebaliknya jikalau ia membunuh Hui Seng Kang satu orang,
akibatnya seluruh hweshio penghuni kuil itu akan di basmi
habis-habisan oleh Perserikatan Benteng perkampunganMengingat ini, ia urungkan ujung goloknya menusuk pada
dadanya si orang she Hui, ia hanya mengancam saja dengan
ujung goloknya kearah dada orang.
Hui Seng Kang sudah ketakutan setengah mati, pikirnya
kali ini melayanglah jiwa nya, Ketika ditunggu-tunggu Ho
Tiong Jong masih juga belum turun tangan- Hui Seng Kang
berkata. "Tiong Jong, lekas kau turun tangan Apa kau kira aku
orang she Hui takut dengan kematian- ."
"cres...." terdengar goloknya Ho Tiong Jong menembusi
dadanya, hingga Hui-Seng Kang matanya terbelalak dan
dengan badan sempoyongan ia rubuh di lantai mandi darah.
Hei, kenapa Ho Tiong Jong membunuh" Bukankah ia tadi
sudah menarik niatnya untuk mengambil jiwanya orang she
Hui itu" Inilah ada sebabnya pembaca, pada saat Hui Seng Kang
menantang ditusuk golok, tiba-tiba Ho Tiong Jong merasakan
ada angin pukulan yang luar biasa hebatnya menyerang dari
belakangnya, Ia tidak keburu berbalik maka ia segera mengerahkan
tenaga dalamnya untuk disalurkan sebagai yang diarah musuh
untuk menangkisnya serangan membokong itu.
Meskipun ia dapat memunahkan pukulan dahsyat itu, tapi
tidak urung badannya terdorong kedepan, hingga golok yang
mengarah Hui Seng Kang kontan telah menembusi dadanya si
orang tua she Hui yang apes.
Ketika Ho Tiong Jong berbalik, ia kenali orang yang
menyerang padanya adalah Hui siauw ceng, ayahnya Hui Seng
Kang. "Bagus perbuatanmu." kata Ho Tiong Jong menyindir.
"lantaran gara-gara pukulanmu membokong orang, akibatnya
adalah kematian dari anakmu sendiri..."
Hui Siauw ceng tanpa menghiraukan kata-katanya Ho Tiong
Jong telah lari menubruk anaknya yang menggeletak mandi
darah dan sudah tidak bernapas. Hatinya bukan main
sedihnya, karena kematian itu disebabkan olehnya sendiri.
Setelah mengucurkan air matanya sejenak. lalu timbul
amarahnya pada Ho Tiong Jong dan berkata pada si pemuda.
"Tiong long, bagaimana juga kematian anakku karena garagara
ancaman golokmu. Maka untuk membalas dendam hati
anakku yang sudah mati, mari kita bertempur diluar. Mari..."
menantang siorang tua.
"Ha ha..." Ho Tiong Jong ketawa dingin. "Kau menantang
bertempur dengan aku di luar, apakah kau tidak takut aku
melarikan diri?"
"Kau jangan mengimpi" jawab Hui siauw cong dengan
suara dingin. "Sekalipun kau mempunyai sayap. tidak nanti
dapat keluar dari dalam kuil ini. Aku hendak membesetmu ha
ha.." ia tertawa seram. Ho Tiong Jong tidak menjawab
Ia mengerti akan kedukaan hatinya si orang tua dan ingin
membalas kematian anaknya, meskipun kematian itu
disebabkan oleh kesalahan kepada orang lain, seakan-akan ini
ada hiburan untuk kedukaannya.
Maka ketika Hui Siauw ceng bertindak keluar, ia juga
mengikuti dengan tidak diminta lagi. Periahan-lahan ie Ya
terdengar berkata. "Tiong Jong, aku tunggu kau di luar kuil,
ya" Ho Tiong Jong hanya anggukan kepalanya, ia tidak
menjawab karena kuatir Hui siauw ceng mendapat tahu kalau
disitu ada Li lo-sat Ie Ya.
Ie Ya pada waktu melihat Hui Siauw ceng datang, telah
menyembunyikan dirinya lagi, ia hampir menjerit ketika
melihat orang tua itu membokong Ho Tiong Jong, tapi hatinya
bukan main lega dan girangnya tatkala menampak Ho Tiong
Jong tidak kurang suatu apa, malah Hui Seng Kang yang ia
benci telah binasa diujung golok pemuda pujaannya itu.
Ketika Ho Tiong Jong sudah sampai dipekarangan luar, ia
heran disitu ada Khoe cong sedang bertempur dengan
seorang yang berpengawakan kecil yang wajahnya ditutup
dengan kain kuning.
Ia merasa kagum melihat ilmu pedangnya si kedok kuning
yang hebat, hingga musuhnya terdesak mundur. Tapi
herannya, setelah ia muncul disitu, dengan tiba-tiba saja si
kedok kuning permainan silatnya agak kalut dan barbalik
keteter oleh serangan Khoe cong yang hebat.
Ho Tiong Jong berpikir, "Aku tidak kenal orang ini, tapi
kedatangannya pasti hendak membantu aku, maka nya dia
bertempur mati-matian dengan Khoe cong."
"Tapi kenapa barusan ilmu silat pedang nya demikian
bagus, sekarang berubah menjadi kalut" Betul-betul aneh.
Tapi tidak apa, aku harus menolong padanya ..."
Sebentar kemudian tubuhnya melesat dan menyelak
diantara dua orang yang sedang bertempur, hingga duaduanya
tertolak mundur.
"Tiong Jong..." seru Khoe cong heran
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya, aku Ho Tiong Jong," jawab sipemuda kemudian ia
berpaling kearah si kedok kuning dan berkata. "Saudara, kau
mundurlah. Biarlah aku yang menempur kawanan kurcaci ini.
Terima kasih atas bantuanmu, lain kali kita ketemu aku akan
membalas budimu."
Si kedok kuning mundur berdiri disamping menonton Ho
Tiong Jong menghadapi bekas lawannya tadi (Khoe cong), ia
tak bergerak apa atas perkataannya Ho Tiong Jong. Khoe
cong perdengar tertawa menghina,
"Segala anak haram berani membentur Siauw- ya (tuan
muda), benar-benar tidak tahu diri."
Kata-katanya belum lampias atau satu serangan golok yang
berat membuat si muka buruk itu gelagapan menangkisnya. ia
merasa linu tangannya ketika senjata goloknya membentur
golok lawan- Bukan main kagetnya ia tidak mengira sama
sekali bahwa Ho Tiong Jong kepandaiannya kini sukar diukur.
Dengan kepandaiannya Ho Tiong Jong seperti tempo hari,
pikirnya ia boleh menghina seenaknya pada pemuda itu, akan
tetapi sekarang setelah mendapat kenyataan kepandaian Ho
Tiong Jong lain daripada yang lain, maka tak berani
memandang rendah lagi dan terus melayani dengan ilmu-ilmu
yang lihay. Hui Siauw ceng yang ditinggalkan musuhnya, tidak tinggal
peluk tangan, ia buru dan berteriak-teriak. "Anak bau, kenapa
kan meninggalkan aku" Kau jangan mengimpi untuk melarikan
diri dari hadapanku "
Sementara itu Ho Tiong Jong dan Khoe cong sudah
bertempur Hui Siauw ceng, begitu sampai, ia juga lantas menyerbu, ia
gunakan senjata pitnya untuk menyerang Ho Tiong Jong.
orang muda itu tidakjerih dikerubuti berdua, sambil
memainkan ilmu golok keramat-nya, kini ia sudah mahir
delapan belas jurus berkat kebaikannya Ie Boen Hoei yang
sudah menurunkan enam jurus lagi kepadanya, Ho Tiong Jong
dengan tenang-tenang ia melayani musuh kuat itu.
si kedok kuning yang berdiri menonton, matanya
memancarkan sinar kagum.
"Kau lekas pergi, saudara." kata Tiong Jong tiba-tiba, ketika
melihat sikedok kuning tinggal berdiri menonton saja.
Si kedok kuning hanya anggukan kepala, tapi tak bergerak
dari tempat berdirinya, Hal mana membuat Ho Tiong Jong tak
enak hati nya, karena pikirnya ia bertempur tidak leluasa kalau
harus melindungi kedok kuning.
"Saudara, apa kau masih tak mau menurut permintaanku."
Tanya Ho Tiong Jong.
Seperti barusan, sikedok kuning hanya anggukan kepala,
tubuhnya tidak bergerak barang setindak juga.
"Bocah bau," kata Hui Siauw ceng, "jangan perhatikan
orang, perhatikan diri sendiri yang sebentar lagi akan
menemui Giam lo ong."
Ho Tiong Jong panas hatinya. Tangkisannya dibikin lebih
berat lagi, hingga saban-saban menggetarkan tangannya
lawan kalau kedua senjata beradu. Hui Siauw ceng
mengagumi tenaga dalamnya sianak muda yang hebat.
Pikirnya entah dari mana ini pemuda dapatkan
pelajarannya" Dalam sedikit waktu saja kepandaiannya sudah
melampaui orang-orang yang sudah berlatih puluhan tahun
lamanya, sungguh luar biasa.
Ia gunakan senjata pitnya lebih cepat dan menyerang
bertubi tubi pada Ho Tiong Jong akan tetapi semua itu dapat
dikelit dan di-tangkis dengan mudahnya.
Si kedok kuning kembali memancarkan sinar kagum dari
sepasang matanya yang jernih, ia tidak turun tangan, karena
ia sudah tahu bahwa dua lawannya Tiong Jong itu tidak nanti
dapat menjatuhkan kepandaiannya si pemuda yang setingkat
lebih atas dari mereka.
Sementara ia sedang terkagum- kagum oleh ilmu silatnya
Ho Tiong Jong, tiba-tiba si pemuda lompat menyambar
tubuhnya yang langsing ceking dan dilontarkan sejauh
beberapa tumbak. Lontarannya itu seperti dikendalikan saja,
karena jatuhnya si orang ber-kedok kain kuning berdiri jejak
dan tidak sempoyonganorang
berkedok kain kuning itu kelihatan merasa sangat
kagum akan berkepandaiannya Ho Tiong Jong, sebaliknya
sipemuda agak tertegun karena ketika ia sedang menyambar
pinggang si kedok kuning yang langsing liba tiba hidungnya
mengendus bau harum yang ia sudah dapatkan.
"Apakah..." tanyanya dalam hatinya sendiri.
Khoe cong yang melihat si kedok kuning dilemparkan,
pikirnya musuhnya itu akan melarikan diri, maka ia cepat
lompat menyusul. Tapi ia kecele, sebab dengan enteng sekali
si kedok kuning telah enjot tubuhnya melesat keatas dan
menghilang diatas genteng rumah, ia telah mengumpat di
tempat gelap dan terus menyaksikan jalannya pertempuran
Ho Tiong Jong dengan dua orang lawannya, yang seketika itu
telah dimulai lagi.
Ho Tiong Jong hatinya repot dengan pertanyaan "apakah
dia." tapi disampingnya, tidak lalai melayani dua musuhnya.
Ketika ia hendak merobah serangannya dan membuat dua
lawannya kucar-kacir, mendadak ia mendengar dari atas
genteng ada suara yang ketawa dinginTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Bocah bandel, apakah klau tidak mau lekas menyerah
untuk lohu ikat?"
Berbareng, orangnya melayang turun dan menyerbu dalam
kalangan pertempuran mengerubuti sipemuda. Ternyata ada
Lauw Pek cong, kepala dari Lauw ke Chung (Perkampungan
Lauw), salah seorang terkuat dari Perserikatan Benteng
Perkampungan- Ho Tiong Jong tidak jerih, malah merasa bangga dirinya
dikerubuti oleh tiga orang kuat dari Perserikatan Benteng
Perkampungan- Semangatnya terbangun dengan mendadak,
gerakannya kelihatan lebih gesit dan menyerangnya lebih
berbahaya. Pertandingan dikeroyok tiga berjalan sampai tiga puluh
jurus, mereka tidak dapat menjatuhkan si pemuda. Tampak
jalannya pertandingan tak seimbang sekali.
Tiga orang itu lihay kepandaiannya, terutama Hui Siauw
ceng jago menotok jalan darah dengan senjata pitnya yang
khusus untuk menyerang demikianDalam jurus jurus yang dilebatkan, tubuh-nya Ho Tiong
Jong bukannya tidak kena disentuh oleh serangan mereka.
Sudah beberapa kali senjata pitnya Hui Siauw ceng menotok
jalan darahnya, yang penting-penting, akan tetapi heran si
pemuda tidak apa-apa, Ho Tiong Jong seolah-olah badannya
kebal dengan totokan, juga goloknya Lauw Pek ceng sudah
berkali-kali menggores lengannya dan mengeluarkan darah,
tapi Ho Tiong Jong tinggal anteng-anteng saja memberikan
perlawanannya. semua itu seperti juga sudah dihiraukannya .
Tidak heran kalau musuh-musuhnya menjadi kebingungan
Ho Tiong Jong kebal sekali terhadap totokan dan senjata
tajam, harus dengan cara bagaimana mereka dapat
merubuhkannya pemuda kosen ini"
Tiba-tiba terdengar Khoe cong berkata, "Anak bau ini
rupanya ada pakai baju pelindung badannya, maka nya tidak
mempan totokan orang. Baik-baik kita harus menjaga jangan
sampai dia dapat meloloskan diri. Dibelakang hari dia dapat
membikin sulit Perserikatan kita, kalau malam ini kita beri
kebebasan kepadanya." Dua kawannya tidak menjawab,
hanya menyerang lebih gencar lagi.
Ho Tiong Jong sebenarnya tidak punya maksud untuk
melarikan diri, akan tetapi mendengar perkataan Khoe cong
tadi, tiba-tiba hatinya dibikin tergerak, pikirnya perlu ia
melarikan diri dahulu untuk sementara waktu. Belakangan ia
akan menuntut balas kepada mereka satu demi satu sehingga
habis. Setelah berpikir demikian maka setelah menangkis
senjatanya Hui Siauw ceng, dengan gesit ia menerjang pada
Khoe cong, yang ia anggap diantara tiga lawannya itu adalah
Khoe cong yang paling lemah.
Khoe cong tahu akan maksud Ho Tiong Jong, maka ia
teriaki kawannya, "Hei, awas anak bau ini mau meloloskan
diri" Berbareng ia menyerang dengan tipu serangan "Hong jauw
Si-liu" atau "Angin menggoyangkan cabang pohon Liu", hebat
sekali serangannya, tapi dengan mudah dapat dipunahkan
oleh Ho Tiong Jong.
Kemudian terdengar anak buahnya itu keluarkan
tertawanya yang panjang. Sambil menangkis serangan golok
Lauw Pek cong dan berkelit dari totokan senjata pitnya Hui
Siaow ceng, ia enjot tubuhnya laksana burung terbang
menciok diatas genteng.
"Tuan-tuan maafkan, lain kali saja kita ketemu lagi..."
katanya, kemudian putar tubuhnya henda benalu dari situ.
Tiga musuhnya dengan penasaran telah menyusul lompat
keatas genteng, akan tetapi satu demi satu dipukul jatuh lagi,
hingga mereka tidak berdaya. "Dia dapat meloloskan diri "
kata Khoe cong sambil banting-banting kaki. Terdengar Ho
Tiong Jong dari atas genteng berkata.
"Tuan-tuan, aku Ho Tiong Jong sudah paham siapa lawan
atau siapa kawan, nanti ada satu hari aku akan datang
kepusat Perserikatan Benteng Perkampungan untuk menguji
kepandaian kalian-Jangan cemas, pasti ada satu hari aku akan
datang pada kalian-.."
Perkataannya ditutup dengan siulan panjang orangnya
yang lantas berkelebat meninggalkan tempat itu
Meskipun dengan sangat geregetan Khoe cong dan kawan
kawannya telah memborbardeer dengan senjata-senjata gelap
mereka yang sangat di andalkan, ternyata Ho Tiong Jong
sudah menghilang dengan selamat.
Khoe cong membanting-banting kaki saking menyesal tak
dapat menangkap Ho Tiong Jong, dilain pihak Hui Siauw ceng
berCatrukan giginya dan tangannya dikepal-kepal dengan
sangat sengit, "Anak haram itu bisa lolos, sungguh sayang
sekali, Aku sebenarnya ingin menangkap hidup-hidup,
kemudian membelah dadanya dan diambil hatinya untuk
menyembahyangi anakku. oh, Seng Kang, kau sudah menjadi
korban anak haram itu..."
Hui Siauw ceng menangis sambil menghampiri mayat Hui
Seng Kang, dimana ia jatuhkan diri memeluk pada tubuh
anaknya yang sudah jadi dingin itu.
sebenarnya tidak selayaknya ia menyesalkan Ho Tiong Jong
dan mengatakan anaknya mati menjadi korbannya Ho Tiong
Jong, sebab kematiannya Hui Seng Kang karena gara-garanya
yang melakukan serangan membokong, Ho Tiong Jong
terdorong kedepan justeru ujung goloknya sedang ditujukan
ke-arah dadanya Hui Seng Kang maka enak saja ujung golok
yang tajam itu menembusi dadanya si orang kasar. Mari kita
lihat kemana Ho Tiong Jong pergi"
Waktu ia lari belum berapa tindak, matanya yang lihai
dapat melihat bayangan orang yang kecil langsing berkelebat
didepannya. ini tentu si dia, pikirnya dalam hati, maka
seketika itu juga Ho Tiong Jong lantas mengejar.
orang yang dikejar ternyata sangat gesit dan juga larinya
cepat sekali. Karena ketinggalan beberapa tumbak. maka Ho Tiong Jong
tak dapat menyandak dengan lantas, Apa mau ketika jaraknya
di antara mereka tinggal tidak seberapa dengan mendadak
bayangan kecil langsing itu telah nyelusup kedalam rimba dan
menghilang Ho Tiong Jong heran, ia celingukan mencarinya,
akan tetapi orang yang dikejar tadi tidak kelihatan meskipun
hanya bayangannya, ia jadi berdiri bengong.
Ketika ia berpaling kebelakang, alangkah kagetnya karena
melihat dijurusan kuil Kong-beng sie ada terbit kebakaran
besar. Itulah tidak salah lagi, tentu kuil Kong-beng-sie yang
terbakar, di bakar oleh itu tiga orang jahat. Demikian pikir Ho
Tiong Jong dengan sangat gelisah mengingat akan nasibnya
Tay Hong Hosiang, Padri tua itu sudah kehilangan semua
tenaganya oleh karena sudah diberikan kepadanya, maka
sudah tentu ia tidak bisa menolong dirinya sendiri.
Apakah ia dapat ditolong oleh murid-muridnya" Ya, apa
murid-muridnya tidak menjadi korban keganasan mereka
bertiga" Pertanyaan-pertanyaan itu mengaduk dalam otaknya Ho
TiongJosg. ia tak sampai hati, maka ia lantas memutar tubuh
hendak kembali kekuil Kong beng-Sie.
Selagi ia baru saja jalan beberapa langkah lantas muncul
bayangan si kecil langsing, siapa ternyata bukan lain siorang
berkedok kain kuning.
Ia menghadang di depan Ho Tiong Jong sambil
menggoyang-goyangkan tangannya. Inilah ada isyarat supaya
Ho Tiong Jong jangan kembali ke kuil, karena ada sangat
berbahaya rupanya.
Ho Tiong Jong mengerti akan gerakan itu tapi ia masih
tetap gelisah dan berkata. "Ya, kalau aku tidak kembali
menolong pada Tay Hong Hosiang, membiarkan dia binasa
dimakan api, apakah itu bukan tandanya seorang tidak
berbudi" Dia telah menolong jiwaku dan mengorbankan
tenaganya untuk kepentinganku, bagaimana aku bisa peluk
tangan saja menonton kematiannya?"
Si kedok kuning menggeleng-gelengkan kepalanya sambil
goyangkan tangannya. Ho Tiong Jong sangsi terhadap orang
didepannya ini apakah dia Seng giok cin"
Dari bau harum tadi, ketika ia menyambar pinggangnya
dan dilempar jauh-jauh supaya dapat kesempatan melarikan
diri, itulah bau harum yang biasa dipakai oleh si cantik dari
Seng keepo, gadis pujaan yang ia tak dapat melupakannya.
Matanya Ho Tiong Jong memandang tajam pada sepasang
matanya sikedok kuning, yang balas memandang dengan
melalui lubang pada bagian mata dari kedoknya, itulah
sepasang mata yang tidak asing lagi bagi Ho Tiong Jong.
Tapi apa benar seng Giok Cin mungkin ia benar sinona,
sebab ia sudah biasa menyaru dalam pakaian lelaki. Tapi, Ho
Tiong Jong sangsi, kalau benar Seng Giok Cin, kenapa ia tidak
mau bicara " Bukankah pertemuan itu ada menggembirakan
mereka" Kenapa" Apakah Seng giok cin marah kepadanya.
Untuk mendapat kepastian, maka ia lalu berkata.
"Ya, baikah, aku menurut padamu, tapi aku mau lihat
dahulu wajahmu, Nah, bukalah kedokmu."
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sikedok kuning menggeleng-gelengkan kepalanya.
Penolakan itu memang sudah diduga teriebih dahulu oleh
Ho Tiong Jong. Pemuda itu maju menghampiri tapi si kedok kuningpun
mundur menjauhi, maka sipemuda hentikan langkahnya.
"Saudara, kau telah memberikan bantuan padaku. apakah
sebabnya ?"
si kedok kuning tidak menjawab, hanya ia berdiri
memandang pada sipemuda.
"Apa saudara ini gagu?" Tanya Ho Tiong Jong.
Si kedok kuning anggukkan kepalanya. Ho Tiong Jong
melengak. Pikirnya, "pantasan dia dari tadi tak bisa bicara,
kalau begitu memangnya dia gagu"
Tapi pemuda itu sangsi untuk membantah dugaannya
sendiri, bahwa orang asing di depannya itu ada si nona
pujaannya, Apalagi, karena tiupannya angin malam pada saat
itu telah membawa harum yang ia sudah kenal baik menusuk
kehidungnya. Akhirnya Ho Tiong Jong bersenyum tawar.
Ia merasa sedih, karena gadis pujaannya itu kelihatannya
sudah tidak mau kenal lagi kepadanya. itulah mudah
dimengerti karena tingkatan giok cin dengan dirinya ada
seperti bumi dan langit, mana ia surup menjadi timpalannya"
Mengingat akan nasibnya yang malang, Ho Tiong Jong jadi
melamun pada kejadian yang lampau, bagaimana baiknya si
nona terhadap pada dirinya, bagaimana mesra si cantik
menyintai dirinya, Sekarang mungkin ia sudah diusir oleh
ayahnya dan teriunta-lunta disebabkan gara-gara dirinya yang
dituduh mencuri benda pusaka keluarga Seng, ia saat itu
menjadi bengong seketika lamanya.
Pikirnya, apakah ia balik kembali ke kuil untuk bertempur"
Tapi dipikir sebaliknya ia sendiri melawan tiga jago kenamaan
dari Perserikatan Benteng perkampungan ada berat untuk
menang, Mungkin mereka kini sudah mendapat bala bantuan
lagi, tentu akan lebih berat melawannya.
Paling baik ia batalkan niatannya kembali biarlah lain kali,
ada satu hari ia dapat mengunjungi jago-jagonya perserikatan
Benteng perkampungan ini untuk membuat perhitungan dan
disitu barulah mereka akan kenal kelihayan Ho Tiong Jong.
siorang berkedok kain kuning melihat Ho Tiong Jong seperti
orang linglung, agaknya tidak sabaran dan diam-diam telah
meninggalkan si pemuda.
Ketika Ho Tiong Jong tersadar dari lamunannya, ia
celingukan mencari si kedok kuning, ternyata sudah tidak
berada disamping nya lagi Kemana dia " Terdengar ia
menghela napas beberapa kali.
Meskipun hatinya tidak niat kembali ke-kuil Kong beng sie,
akan tetapi sang kaki tanpa disadari telah membawa dirinya
dengan perlahan-lahan kearah kuil.
Makin dekat makin berkobarnya api makin besar, hatinya
sangat perih, mengingat ia tidak berdaya memberikan
pertolongan kepada Tay Hong Hosiang yang telah berkorban
tenaganya untuk kepentingan dirinya.
Ia berdiri termenung-menung mengawasi lautan api yang
memusnahkan kuil Kong beng sie dari sebelah kejauhan air
matanya beriinang-linang. ia menyesal saat itu tak dapat
membasmi kawanan orang ganas itu, karena kalau ia berlaku
nekad, sekali kena dikepung jiwanya sukar tertolong dan kalau
ia mati, siapa yang nanti akan membalas Tay Hong Hosiang
dengan murid-muridnya yang menjadi korban keganasan
kawanan jahat, untuk menbalaskan sakit hatinya.
Selagi ia termenung tiba-tiba ada sebuah batu menyambar
dari samping atas.
Ho Tiong Jong sudah mahir menangkap suara bagaimana
kecilpun, maka sambaran batu itu sudah lantas diketahui
olehnya, cepat ia berkelit dan tubuhnya berputar kejurusan
batu tadi menyambar. Ternyata di atas sebuan pohon tidak
jauh daripadanya ada si kedok kuning yang sedang
menggapaikan tangannya.
Berbareng si kedok kuning sudah melompat turun dari atas
pohon, hingga ketika Ho Tiong Jong sampai kesitu ia sudah
angkat kaki beberapa tumbak jauhnya. Tangannja terus
menggapai lagi, ketika melihat Ho Tiong Jong berdiri
menjublek. Sipemuda tergerak hatinya, pikirnya, kalau tidak ada
urusan penting niscaya ia si kedok kuning tidak menggapaigapaikan
tangannya demikian. Berpikir kesitu, cepat cepat ia
gerakkan kakinya menyusul.
Dua orang beriumba-lumba lari, Kelihatan keduanya mahir
dalam ilmu mengentengi tubuh dan lari cepat maka dalam
tempo pendek saja sudah dilebatkan jarak beberapa li. Mereka
sampai pada sebuah lapangan yang rata, dimana ada terdapat
sebuah telaga yang jernih airnya.
Si kedok kuning sudah masuk kedalam rimba, sedang Ho
Tiong Jong merandek di-tepinya telaga dan menyaksikan
pemandangan disitu, hatinya lantas terkenang kepada masa
lampau ketika Seng Giok Cin menyediakan seperangkat baju
baru untuknya setelah ia mandi dalam telaga di Seng-kee-po.
Nona Seng cantik luar biasa, ia pandai bun dan bu (silat
dan sastra), pikirnya bukan timpalannya untuk menjadi kawan
hidup, Lebih lagi, si nona ada turunan orang hartawan, sedang
ia hanya seorang miskin dan tidak tahu siapa orang tuanya. Ia
merasa sedih kalau ia memikirkan nasibnya yang buruk.
Tiba-tiba hatinya mendadak terbuka dan bergembira, ketika
pikirannya melayang kepada saat-saat ia bersama dengan si
nona, berkuda berduaan dan saling peluk dengan mesra.
Meski Seng Giok Cin ada anaknya orang hartawan dan
kecantikannya dapat menundukkan pemuda yang mana saja,
akan tetapi ia tidak angkuh dan sombong terhadap dirinya
yang miskin, malah si nona pernah mengatakan bahwa ia
belum pernah melayani lelaki dan Ho Tiong Jong yang
pertama kalinya dilayani, sedang hatinya pun sangat tunduk
kepadanya, ramah tamah dan telaten ketika merawat dirinya
sipemuda dalam mabuk dalam sebuah hotel.
Melamunkan apa yang sudah lewat, hatinya terus
terkenang kepadanya yang baik hati itu. Pikirnya entah kapan
ia dapat berjumpa lagi dengan nona Seng?"
Saking asyik semangatnya melayang-layang hingga ia tidak
merasa kalau si kedok kuning sudah berada disampingnya
berdiri mengawasi kepadanya.
XXXI PELUKAN YANG HANGAT
SI KEDOK KUNING kelihatan seperti yang merasa sangat
kasihan kepada Ho Tiong Jong yang berdiri termenungmenung
sambil mengawasi kearah telaga.
Ia datang lebih dekat dan mengutik lengannya si pemuda,
saat itu si pemuda baru ingat dan cepat berbalik, kiranya yang
mengutik tangannya adalah si kedok kuning, Ho Tiong Jong
tertawa tawar, "Saudara kau mengajak aku kemari ada urusan
apa ?" tanyanya.
Si kedok kuning tidak menjawab, hanya tangannya
diangkat dan jarinya menunjuk ke sebuah batu besar seakanakan
menyuruh si pemuda duduk disitu.
Ho Tiong Jong tidak mengerti akan maksudnya, akan tetapi
ia tidak banyak menanya, lalu ia menghampiri dan duduk
diatas batu yang ditunjuk tadi. Kemudian si kedok kuning
menghampiri dan datang dekat padanya.
Tangannya segera diulur membukai bajunya si pemuda,
memeriksa luka-lukanya di bagian pundak dan dadanya. Ho
Tiong Jong seperti yang terkena sihir, diam saja dan biarkan si
kedok kuning tangannya memijat-mijat bagian yang terluka
untuk menjalankan darah yan membeku. Rasa sakit bukan
main, akan tetapi tidak dihiraukan oleh Ho Tiong Jong,
matanya terus mengawasi pad si kedok kuing yang seolaholah
tidak tahu bahwa dirinya diperhatikan oleh sipemuda
didepannya, Ho Tiong Jong pelahan-lahan merasa heran dan
aneh juga menghadapi kelakuannya si kedok kuning. Dilihat
dari tangannya yang begitu halus dan lemas, putih laksana
salju, si kedok kuning ini tentu ada seorang yang menyaru
lelaki. Tapi, kenapa dia begitu memperhatikan dirinya"
Sementara itu ia lihat si kedok kuning mengeluarkan dari
sakunya obat cair, di oleskan pada luka-lukanya, hingga
dirasakan sangat perih oleh sipemuda sebentar lagi, setelah
tangannya yang halus memijit-mijit lagi, lantas ia
mengeluarkan obat bubuk dan di torehkan kebagian yang luka
di bahu dan dadanya. obat bubuk. ini begitu diborehkan,
dirasakan oleh Ho Tiong Jong sangat adem dan rasa sakitpun
telah lenyap pelahan-lahan. sungguh mujarab sekali obat
bubuk itu. Sementar merasakan kesegaran dari pengaruhnya itu obat
si kedok kuning. diam-diam Ho Tiong Jong hatinya
bergoncang keras. pikirnya kalau bukan si "dia" siapa lagi
yang begitu telaten melayani dirinya"
Maka ketika kedua tangan yang halus itu hendak
merapihkan bajunya sipemuda, Ho Tiong Jong dengan tidak
sabaran telah memegangnya dan menatap wajahnya si kedok
kuning, ia berontak. matanya balas mengawasi sebentara n,
kemudian telah menundukkan kepala.
"A... dik Giok. kau..." terdengar suara Ho Tiong Jong
terputus-putus. Si kedok kuning tergetar hatinya. Pelahanlahan
ia coba menarik pulang tangannya yang dicekal oleh si
pemuda, akan tetapi sudah kasep. karena dengan satu
gerakan yang tidak terduga-duga Ho Tiong Jong sudah bikin si
kedok kuning jatuh dalam pelukannya.
"Adik Giok, hanya kau seorang yang dapat memperlakukan
diriku seperti apa yang barusan kau berbuat mengobati lukalukaku"
Adik Giok, kau..."
Dengan penuh kasih, Ho Tiong Jong dengan pelahan-lahan
telah pegang dagunya si kedok kuning yang menutupi
wajahnya dilain saat sudah terbuka dan-.. satu wajah yang
elok dan menggiurkan tertampak di depannya. "Adik ...
Giok..." Ho Tiong Jong berdebar keras hatinya.
Debaran itu telah dirasakan oleh si nona yang dipeluk eraterat.
Seng Giok Cin tidak berontak. tapi ia tampaknya tidak
gembira. Mulutnya yang mungil menyungging senyuman
tawar, hingga si pemuda menjadi sangat heran-Pikirnya
apakah gadis pintar ini tidak senang berada dalam
pelukannya. Maka ia segera melepaskan si nona berkata.
"Adik Giok, sukakah kau membalut lukaku dengan kain
kuning?" Ia bersenyum dan perkataan itupun banyak main-main
saja. Tapi Seng Giok Cin ternyata bersikap sungguh-sungguh.
Ia tidak menjawab bicaranya Ho Tiong Jong, akan tetapi ia
ambil kain kuning yang dipakai kedok olehnya barusan, lalu
disobek dan dipakai membalut luka lengan si pemuda, yang
terus dalam bingung menghadapi sikap si cantik,
Seng Giok Cin kelihatan bersikap tawar dan dingin, tetapi
dalam pekerjaan menolong luka Ho Tiong Jong tampak ada
sangat telaten. Ia membalut luka sipemuda dengan penuh
perhatian dan hati-hati, hingga Ho Tiong Jong merasa sangat
berterima kasih atas pertolongannya. Selama itu ternyata
Seng Giok Cin sepatahpun tak mengeluarkan kata-kata dari
mulutnya. Kelakuannya yang berubah begitu jauh jika dibandingkan
dengan dahulu mereka berada bersama-sama telah membuat
Ho Tiong Jong terbenam dalam teka-teki.
Sementara si nona bekerja membalut dan kemudian
merapihkan lagi, otaknya Ho Tiong Jong terus bekerja,
pikirnya, Seng Giok Cin ada satu nona tingkatan atas, paadai
silat dan surat, tentu ia merasa menyesal telah bergaul
dengannya. Buktinya kini ia bersikap dingin, tak mau membuka suara
menanyakan apa-apa sejak mereka berpisahan. Kafau si nona
tidak mau menanyakan apa apa, bagaimana ia bisa mulai
bicara" Ah, gadis pujaannya sudah mulai dingin hatinya, iapun
hatinya akan berubah dinginLebih baik ia mengasingkan diri kepuncak gunung dan tak
ketemu lagi dengan si nona, yang merasa menyesal mencintai
dirinya seorang bodoh dan miskin-Tiba-tiba hatinya merasa
sangat perih. "Adik Giok..." akhirnya ia berkata dengan suara di
tenggorokan, "terima kasih atas kebaikanmu. Tapi aku
seorang bodoh dan miskin, tidak sepatutunya mena dapat
perhatianmu seorang gadis..."
Ia hentikan bicaranya sampai disitu, sebenarnya ia
bermaksud melanjutkan bicaranya dengan kata-kata yang
kaya raya dan pintar. Tidak pantas seorang gadis demikian
memperhatikan si bodoh dan miskin yang tidak ada gunanya.
Ia tekan kata-katanya demikian yang hendak meluncur dari
mulutnya, dikuatir akan melukai hatinya si gadis karena ia
belum tahu pasti apa perubahan sikap si nona itu desebabkan
ia ada satu pemuda miskinTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Seng Giok Cin tidak menjawab, hanay sepasang matanya
yang jeli mengawasi kepada si pemuda dengan mengembeng
air matana, mukanya berubah pucat seketika.
Tiba-tiba ia menekap muka dan kemudian putar tubuhnya
pergi meninggalkan Ho Tiong Jong, yang jadi melengak tidak
tahu apa yang ia harus berbuat.
Lantas saja pikiran "diri rendah" telah menguasai dirinya, ia
biarkan si nona berlalu, malah ia jadi sangat mendongkol,
karena pikirnya si gadis benar telah tidak memandang mata
kepadanya. Ia mengalihkan pandangannya kearah telaga, ia seperti
tidak ingin melihat bayangannya si nona. Tapi cintanya yang
besar atas dirinya si gadis, tak mengijinkan ia berbuat
demikian, sebab dilain saat ia sudah memalingkan pula
pandangannya mengikuti bayangan si nona yang berjalan
dengan agak limbung kelihatannya. Hatinya merasa pilu ia
mengawasi dengan bengong pada bayangan seng Giok Cin.
Pikirnya, saat itu adalah pertemuannya yang penghabisan
kali dengan si nona, selanjutnya tidak akan berjumpa pula.
Sementara Seng Giok cinpun ada pemikiran demikianKini ia sudah ketemu Ho Tiong Jong pemuda yang menjadi
pujaan kalbunya. Selanjutnya tidak akan berjumpa lagi dengan
pemuda itu, yang ia anggap ada seorang yang tak mempunyai
rasa cinta yang teguh. Kalau memang ada mempunyai rasa
cinta yang murni, tentu tidak akan meninggalkan dirinya
mentah-mentah dalam rumah penginapan tempo hari,
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sehingga dirinya hampir-hampir menjadi korbannya penjahat
tukang memetik bunga. Memikir begitu, hatinya sangat gemas
pada pemuda cakap ganteng itu, tapi kegemasannya lantas
menjadi lumer kalau mengingat akan cinta kasih yang
dialamkan selama bergaul dengan sipemuda dalam tempo
yang singkat, naik kuda bersama sama dan bergurau dengan
penuh rasa kemesraan, hangat dalam pelukannya tak dapat ia
melupakannya. Begitu cinta Ho Tiong Jong kepada dirinya,
masih dengan tegas ia sudah menyatakan cintanya yang
murni berani mengorbankan dirinya untuk kepentingan si
nona. Tapi kenapa dia berkelakuan demikian rupa terhadap
dirinya" Kenapa ia menotok urat tidurnya dan kemudian
meninggalkan dirinya dalam kamar tidak terkunci" Apa
maksudnya "
AAAH... salah paham di antara kedua muda mudi itu.
Yang satu dianggap dirinya dipandang rendah, yang lain
menganggap si pemuda tidak teguh cintanya. Sungguh sulit
sekali diperbaikinya, karena kedua pihak tak mau membuka
mulut untuk menyatakan rasa penasarannya masing-masing.
coba kalau mereka tak sungkan-sungkan menyatakan isi
hatinya yang penasaran, sudah tentu salah paham itu tak
akan terjadi. sementara berjalan, Seng Giok cin pikirannya sangat kalut,
Air matanya terus turun bercucuran, sapu tangan yang dipakai
menyeka air mata boleh dikata sudah boleh diperas saking
banyaknya air kesedihanJalannya yang agak linglung sudah main terabas saja apa
yang melintang didepannya, seakan-akan ia jalan tanpa mata,
Ho Tiong Jong mengawasi dan kejauhan menjadi sangat
heransebelumnya
ia dapat menduga-duga sebabnya, tiba-tiba ia
dibikin kaget oleh jeritan Seng Giok Cin yang saat itu telah
kesandung oleh batu yang menghadang didepannya dan ia
sempoyongan jatuh tengkurep.
"IHuuusst..." terdengar Ho Tiong Jong berseru, lantas
tubuhnya melesat menghampiri si nona yang jatuh tengkurep.
Ia angkat si nona dengan penuh kasih,
"Adik Giok. kau kenapa?" tanyanya halus, Si nona yang
menyandarkan kepalanya didada yang kekar lebar dari si anak
muda, lalu mendongak dan mengawasi wajah yang tampan
didepannya, kedua belah pipinya berlinang-linang dengan air
mata. Ho Tiong Jong mengawasi dengan hati heran dan kasihan"Adik Giok, kau kenapa?" ia mengulangi pertanyaannya.
Seng Giok Cin tidak menjawab, sebaliknya terdengar
tangisannya yang sedih sekali sambil menyusupkan kepalanya
pada dadanya sipemuda, hingga air mata menembusi dada
yang kekar kokoh itu.
Ho Tiong Jong menjadi bingung, ia hanya dapat mengusapusap
rambutnya sigadis yang hitam jengat dengan tangan
kanannya, sedang tangan kirinya memeluk erat pada tubuh
yang langsing ceking itu.
Tampaknya ia sangat menyinta sekali, kelakuannya seolah
olah takut akan terpisah lagi dari pemudi impiannya itu.
Kelakuan yang demikian itu justeru membuat Seng Giok Cin
merasakan kehangatanya cinta murni pemuda pujaannya,
hatinya sangat girang dan pelahan lahan menangisnya yang
tadi keras menjadi pelahan dan akhirnya hanya kedengarnya
masih terisak-isak.
"Adik Giok..." terdengar Ho Tiong Jong menghibur, "kau
jangan menangis, adik Giok, karena air matamu membuat
hatiku seperti disayat-sayat dengan pisau yang tajam. Aku
cinta padamu dengan setulus hati..."
"Engko Jong, apakah kata-katamu ini betul?" tanya sigadis
masih terisak-isak.
"Apa kau masih belum percaya hatiku?"
"Tapi kenapa kau meninggalkan aku dalam keadaan
tertotok dirumah penginapan ?"
Ho Tiong Jong melengak.
"Itu..itu... itulah..." kata Ho Tiong Jong gugup,
"itu, itu apa" jawab yang tegas, kenapa kau meninggalkan
aku?" "Baik, mari kita duduk disana, aku akan menutur..." kata si
pemuda, sambil memimpin si gadis diajak duduk diatasnya
sebuah batu besar, dibawah sebuah pohon yang teduh sekali.
Ho Tiong Jong sambil masih terus menyekal tangannya si
gadis, belum mau bercerita lantas, matanya memandang
dengan tidak bosannya pada wajah Seng Giok Cin yang cantik
jelita. Seng Giok Cin tersenyum, ia tidak marah sebaliknya malah
merasa sangat bangga sang kekasih melepaskan
pandangannya begitu rupa atas dirinya tampaknya seperti
yang sangat mengagumi sekali kecantikannya.
"Engko Jong kenapa kau belum mau cerita?" ia akhirnya
menegur. "oo, ya, ya.... maaf, adik Giok, Aku beriaku kurang sopan
barusan memandang wajahmu terus-terusan- Baik, baik, aku
akan ceritakan ..."
"Tidak apa." jawab si gadis ketawa manis. "malah aku
merasa bangga wajahku yang jelek mendapat perhatianmu."
"Ah, adik Giok... wajahmu sangat cantik, tidak satu saat
aku dapat melupakannya, betul."
"terima kasih, tapi kenapa kau meninggalkan aku dalam
keadaan tertotok?" memotong si gadis, wajahnya agak guram.
"Adik Giok. maafkan, karena kala itu aku tidak ingin kau
menyaksikan-..?"
"Menyaksikan apa?"
"Menyaksikan kematianku..."
"Tapi kenyataannya sampai sekarang kau toh belum mati
?" "Ya, aku juga tidak sangka aku bisa panjang umur."
"Kau toch kena racunnya Tok-kay. ceng-ciauw dan souw
Kie Hin punya jarum hati, bagaimana jiwamu bisa terluput dari
kematian?"
"Ha ha itulah ada sebabnya, adikku yang manis..."
Seng Giok Cin deliki matanya yang jeli, tapi tidak urung
mulutnya yang mungil menyungging senyuman mesra. Ho
Tiong Jong ketawa gembira.
"Adikku, dengarlah engkomu akan ceritakan
pengalamannya yang luar biasa." kata nya dengan jenaka
sekali. Seng Giok Cin ketawa gelak ia menekap mulutnya supaya
jangan ketawa ngikik.
"Awas, ini apa?" kata Seng Giok Cin, sambil unjukkan
jempoi dan telunjuknya dalam sikap menyapit.
"Hei, mau cubit iagL" serunya jenaka.
Seng Giok Cin ulur tangannya hendak mencubit pemuda
jenaka itu. Tapi Ho Tiong Jong malah menyodorkan lengannya
untuk dicubit si gadis.
"Aduh" seru sigadis, ketika cubitannya di rasakan seperti
mencubit papan besi. Matanya terbelalak mengawasi pada
kekasihnya, "Kau, ooooo kau..."
"Kenapa?" tanya sipemuda sambil nyengir ketawa,
"Kulitmu...." kata si nona heran, "kulitmu seperti papan besi
. . ." Ho Tiong Jong terpingkel-pingkel ketawa, "Makanya, coba
adik Giok dengar dahulu aku menutur, tentu tidak berani
mencoba menyentuh kulit badanku."
"Bagaimana kau bisa jadi begitu, Engko Jong, Lekas cerita."
Ho Tiong Jong lantas menceritakan pengalamannya yang
luar biasa, ketemu dengan Ie Boen Hoei, Racunnya dapat
dikeluarkan kemudian belajar ilmu golok keramat yang kurang
enam jurus lagi, hingga sekarang ia pandai memainkan ilmu
goloknya sampai delapan belas jurus.
Kemudian menceritakan pengalamannya dalam
gemblengan Tay Hong Hosiang, yang tenaga dalamnya
diberikan kepadanya, hingga ia kebal terhadap totokan musuh
pada jalan darahnya dan tenaganya menjadi berlipat ganda
tambahnya. Dalam ceritanya itu, sudah tentu ia sembunyikan
Anak Harimau 3 Pendekar Sakti Karya Kho Ping Hoo Pendekar Bodoh 19
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama