pedang Hoan-kiang-kiam-hwat. Melihat kuan-wi-kiam
melayang datang, Tio In cepat menyambarnya, sret.....,
dari samping pedang itu diputar ketengah terus
ditusukkan kedada Tong Ko. Keadaan Tong Ko pada saat
itu, antara sadar tak sadar. Dia rasakan dunia ini gelap,
tiada berkecintaan lagi. Tusukan ujung pedang Tio In itu,
pun se-olah2 tak dirasakan. Dia hanya lekatkan
pandangannya kewajah Tio In, entah apa yang kelihatan
olehnya. Bermula Tio In girang karena tusukannya bakal
berhasil. Tapi kala ujung pedang tinggal berapa dim lagi
kedada sianak muda, tiba2 hatinya tercekat dan tertegun
sejenak. Bibirnya ber-gerak2 seperti hendak mengatakan
sesuatu. Ya, memang demikianlah. Perasaan hatinya
pada saat itu mungkin tak kalah pedihnya dengan Tong
Ko. Pemuda tambatan hatinya adalah seorang "kaki
tangan Ceng" Bukan saja lamunannya untuk mendirikan
mahligal hidup yang berhabahagia akan lenyap selama2nya. Sejak kecil ia diasuh dengan didikan budi
pekerti menyinta tanah air. Dimisalkan, ayah bundanya
tak menghalangi perhubungannya dengan Tong Ko, ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sendiripun tak sudi lagi untuk menjadi teman hidup
seorang budak pemerintah penjajah. Namun betapapun
juga, ia tetap seorang dara yang sedang dijenjang
asmara. Laksana kuntum bunga yang tengah mekar
semerbak, ia rela menyambut kedatangan sang
kumbang. Ia berhenti setengah jalan untuk menusuk itu,
adalah karena disebabkan hal itu.
Tangannya yang masih mencekali pedang itu tampak
bergemetaran sehingga pakaian Tong Kopun turut bergoyang2. Ini rupanya membikin sadar sianak muda yang
terus menundukkan kepala untuk memandangnya. Ketika
tampak pedang kuan-wi-kiam berkilau2an menyilaukan
mata itu, wajahnya makin 'muram. Dengan bibir
bergetar, ia berseru dengan nada yang tawar: "Tusuklah,
nona Tio! Mengapa berhenti?"
Dalam nada kata2nya itu terasa suatu kehampaan
yang mendalam. Suatu rasa tak mengacuhkan akan
segala apa lagi. Dia seolah2 menyuruh Tio In menusuk
pada lain orang, bukan menusuk pada dirinya. Ya, dia
bagaikan sebuah layang2 yang putus talinya, kehilangan
arah tujuan hidup. Tio In terkesiap, hatinya makin pilu.
Ia mengetahui bahwa sebenarnya tadi Tong Ko dapat
menangkis karena lengannya sebelah kanan tak kena
apa2. Tapi anehnya, anak muda itu malah menjulaikan
Liong-kau-piannya kebawah.
Ah .....Tong Ko ........... Tong Ko......! Demikian hati
Tio In mengeluh demikian pula kalbunya meronta dia
cinta padaku.....! Dia cinta padaku......!
Tanpa terasa kelima jarinya yang menggenggam
kuan-wi-kiam itu terlepas dan trang......, jatuhlah pedang
pusaka itu berkerontangan ditanah. Tapi berbareng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan jatuhnya pedang itu, terdengarlah Tong Ko
tertawa keras. "Mengapa kau tertawa?" tanya Tio In.
"Mengapa aku tertawa....." Mengapa aku tertawa....."
Bagaimana kutahu mengapa aku tertawa ini?" sahut
Tong Ko dengan lantang. Kemudian memutar tubuh dia
terus melangkah pergi. Tio In tegak ter-longong2
ditempatnya. Tak memungut pedang yang jatuh ditanah
tadi, pun tak mengejar, sianak muda. Juga ia sendiri,
termangu2 tak tahu apa yang direnungkannya!
Disebelah sana Yan-chiu yang bertangan kosong
menghadapi sikaki satu, telah bertempur dengan
serunya. Dalam hujan kapak yang dilancarkan Sin Tok, ia
berlincahan laksana seekor kupu2 di serang curahan
hujan. Walaupun hanya berkaki satu, namun Sin Tok
juga gesit sekali. Maka untuk merebut kemenangan,
rasanya juga tak mudah bagi Yan-chiu. Apa yang terjadi
pada diri Tio In yang ter-longong2 seperti orang
kehilangan semangat mengawasi Tong Ko berlalu itu, tak
lepas dari pandangannya. Namun iapun tak dapat
berbuat apa2. Sedang pada partai yang lain, pun Tio Jiang tak dapat
berbuat apa2 terhadap Liat Hwat cousu. Setelah lewat
jurus yang ke 30, gerakan Tio Jiang tampak agak kendor.
Serangan pedang Tio Jiang sepintas pandang seperti
sebuah pedang kayu mainan kanak2 gayanya. Tapi bagi
Liat Hwat cousu, serangan itu digerakkan dengan suatu
tenaga lemas yang mengandung kekuatan dahsyat. Maka
dia (Liat Hwat) pun harus mengerahkan tenaga dalam
untuk menghalau serangan istimewa itu. Dilain fihak, Tio
Jiang juga rasakan kebutan lengan baju orang tua kate
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, mengandung tenaga lwekang yang teramat
hebatnya. Jika dia tak mengundang seluruh kekuatannya,
sukarlah rasanya untuk menolak tekanan lawan itu. Maka
dia curahkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi
siorang tua kate itu, jadi terpaksa tak dapat
menghiraukan Tio In lagi.
Juga partai si Hiat-ji dengan Tio Tay-keng, walaupun
hanya pura2 saja, namun tampaknya tak kurang
serunya. Hal ini memang sengaja mereka unjukkan
begitu, untuk mengelabuhi mata Tio Jiang yang tajam
itu. Jadi terpaksa merekapun tak dapat mencegah
perginya Tong Ko. Juga rombongan orang Thiat-Thengbiau, karena mengetahui sikap bersahabat dari anak
muda itu terhadap kepala sukunya tadi, segera memberi
jalan pada Tong Ko. Begitulah dengan tindakan limbung,
Tong Ko menuju kebawah gunung.
Adalah setelah anak muda itu berjalan jauh, barulah
Tio In tersadar. Dan pada saat itu terdengar juga
mamahnya (Yan-chiu) menerlakinya: "In-ji, lekas
ambilkan pedang itu untukku!"
Tio In cepat melemparkan pedang itu kearah
mamahnya. Sekonyong2 Yan-chiu bersuit nyaring dan
tubuhnya melambung keudara. Begitu menyambar kuanwi-kiam ia terus membabat kebawah, Sin Tok gerakkan
kapaknya untuk menangkis, trang, kapak kutung dan
kuan-wi-kiam menyambar pundak Sin Tok, meninggalkan
sebuah luka sepanjang 20 an centi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
GAMBAR 10 Begitu Liau Yan Chiu sambar pedang yang
dilemparkan Tio In kepadanya itu, se-konyong2 ia bersuit
nyaring sambil melambungkan tubuh keatas dan pedang
membabat, "trang....." tahu-tahu kapak Sin Tok
terkuntung dan pundaknya terluka.
Tubuh Sin Tok menggigil kedinginan dan rasa dingin
itu serasa menusuk sampai keulu hati. Tiba2 kakinya
yang tinggal satu itu ditekuk dan tubuhnya segera
dibuang untuk bergelundungan kearah Tio In. Dengan
sebatnya nona ini mengirim tendangan. Rupanya sikaki
satu itu lebih suka mendapat persen tendangan Tio In
daripada merasakan tusukan kuan-wi-kiam Yan-chiu.
Benar Tio In tepat sekali menendangnya, namun sikaki
satu dengan membabi buta tetap bergelundung
menerjangnya seraya gerakkan tangan uatuk menyambar kaki sinona. Syukur Tio In keburu loncat
menghindar jauh2 dan pada saat itupun Yan-chiu juga
sudah mengejar datang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebenarnya Hiat-ji yang hanya bertempur pura2
dengan Tay-keng itu dapat memberi pertolongan pada
sikaki satu. Tapi dari menolong, sebaliknya anak bermata
wungu itu malah tertawa sinis melihati tingkah laku si Sin
Tok yang pontang panting seperti dikejar setan itu. Ya,
memang dia benci pada sikaki satu itu dan diam2
mendoakan supaya dia lekas mampus saja.
Dalam gugupnya sikaki satu bergelundungan kesamping. Dalam kesempatan itu dia mencuri lihat
kearah Hiat-ji. Waktu dilihatnya wajah anak itu
mengunjuk senyum sinis, gusarnya bukan kepalang. Huh,
jangan kau bergirang dulu, anak keparat. Kalau aku mati,
Tio Jiang dan isterinya itu tentu bakal dapat berkelahi
bahu membahu untuk melancarkan ilmu pedang Hoankang-kiam-hwat dan to-hay-kilam-hwat yang termasyhur.
Pada saat itu kaupun tentu takkan terluput dari keiratian,
demikian diam2 dia mengutuk Hiat-ji.
Dalam pada merangkai kutukan itu, dia tetap tak
berayal untuk bergelundungan kian kemari. Ternyata
gerakannya pun amat lincah sekali. Berulang kali Yanchiu menikam dan menusuk, namun selalu dapat
dihindarinya. Ketika dia bergelundungan kedekat Taykeng, tiba2 timbullah suatu pikiran. Begitu pentang
sepasang tangan, dia dekap kaki anak itu.
Kala itu Tay-keng tengah melancarkan sebuah pukulan
kearah Hiat-ji. Benar tadi dia mengetahui bahwa sikaki
satu itu bergeIundungan menghampiri kedekatnya, tapi
mimpipun tidak dia kalau dirinya bakal diperlakukan
begitu oleh sikaki satu. Maka tak ampun lagi, robohlah
Tay-keng. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sudah tentu Yan-chiu tak mengetahui perbuatan
puteranya yang manis itu. Maka demi menampak
puteranya sedemikian mudah dapat diringkus kakinya
oleh Sin Tok, heran juga ia dibuatnya. la mengetahui
kepandaian puteranya itu cukup tinggi. Ya....., walaupun
masih kalah setingkat dengan sikaki satu, namun biar
bagaimana tak nanti sedemikian mudahnya dapat
didekap mentah2 begitu. Dalam keherannya itu,
timbullah kecurigaan. Sayang dia tak mau merenungkan
dalam2 dan melainkan diam saja tak tahu bagaimana
harus bertindak.
"Tio-heng, maafkanlah!" sikaki satu berbisik kedekat
telinga Tay-keng. Rupanya Tay-keng itu sudah tenggelam jauh sekali kedalam bujukan mereka. Ia
cukup mengerti apa maksud sikaki satu itu.
"Mah, tahan dahulu!" serunya sembari lepaskan
pedangnya. Yan-chiu kesima. la tetap seorang wanita yang
mempunyai rasa keibuan. Setelah puteranya bungsu
meninggal, seluruh harapannya dicurahkan kepada Taykeng. la mengira kalau tak hentikan serangan, puteranya
itu tentu bakal celaka.
"Tok-kak-sin-mo, bagaimana maksudmu?" akhirnya
setelah termenung beberapa jenak, ia berseru dengan
wajah merah padam.
Sin Tok tertawa iblis, sahutnya: "Bagus, aku
maukan............... "
Baru dia mengucap samuai disitu, matanya silau oleh
dua benda putih yang melayang kearahnya. Buru2 dia
menggeliat kesamping untuk menghindar. Kiranya dua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
benda putih itu adalah dua buah batu kecil yang
ditimpukkan Tio In. Menyusul dengan timpukannya,
sinonapun sudah melayang datang terus menghantam.
Hiat-ji yang mengetahui rahasianya bakal pecah akibat
perbuatan sikaki satu itu, sambil deliki mata pada sang
kawan (Sin Tok) cepat2 menyongsong serangan Tio In
itu. Tapi dalam pada saat2 luang itu, Yan-chiu sudah
dapat bertindak dengan sebat. la mengambil putusan,
tak usah berdamai dengan mereka. Waktu Sin Tok
menggeliat menghindar timpukan batu tadi, letak
tubuhnya tepat membelakangi Yan-chiu. Kejadian itu
hanya berjalan dalam sekejap mata saja, namun hal itu
sudah cukup bagi Yan-chiu untuk melekatkan pedangnya
kepunggung orang. Hendak sikaki satu ber-putar lagi tapi
sudah tak keburu. Punggungnya terasan dingin menggigil
dan ujung kuan-wi-kiam sudah menyusup kedalam
bahunya. Yan-chiu. tak mau menarik keluar pedang itu.
"Lepaskan Tay-keng atau, sekali kugerakkan pedang,
tubuhmu pasti akan terbelah menjadi dual" serunya
menghardik. Sebenarnya kalau Sin Tok tetap memeluk kaki Taykeng, mungkin Yan-chiu pun akan pikir2 lagi sebelum
bertindak. Tapi kenyataan sikaki satu itu bukan seorang
ksatrya. Dalam menghadapi pagutan maut, dia sayang akan
jiwanya. Dekapannya pada kaki Tay-keng itupun dilepas
seraya mulutnya meratap ampun: "Hujin (nyonyah),
ampunilah jiwaku!"
Melihat puteranya terlepas, girang Yan-chiu tak
terkira. Buru2 ia meneriaki puteranya itu: "Tay-keng, kau
bersama adikmu beresi anak itu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Terpaksa Tay-keng tak berani membantah. Bersama
Tio In dia maju menyerang Hiat-ji. Yan-chiu sontakkan
pedangnya kesamping dan putuslah tulang, pi-peh-kut
dipundak Sin Tok. Darah segar menyembur keluar.
Sekalipun luka itu dapat sembuh, namun lengan
kanannya akan lumpuh tak dapat digunakan selama2nya.
Setelah itu ia loncat melayang kesamping suaminya,
seraya mengucapkan kode: "Jurus pertama!"
Tio Jiang dapat menangkap arti kode itu, bagaikan
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sepasang, naga keluar dari goanya, maka kedua pedang
pusaka yap-kun dan kuan-wi itu menari2 dengan
lincahnya. Pada jurus yang kelima, tiba2 kedengaran
suara "bret....." dan rowaklah lengan baju Liat Hwat
terpapas ujung pedang Yan-chiu. Semangat Liat Hwat
serasa terbang dibuatnya. Diam2 dia mengakui betapa
kehebatan sepasang ilmupedang hoan-kang-kiam-hwat
dan to-hay-kiam-hwat itu. Dia insyaf sukar untuk
menghadapi ilmupedang sakti mereka Itu.
Sambil mengaum keras2, tiba2 tubuhnya menggeliat
kebelakang dan bum...., bum.... terdengarlah suara
ledakan keras melayang kearah Tio Jiang dan isterinya.
Dalam kalangan persilatan Liat Hwat cousu itu disegani
karena julukannya "Liat hwat sin lui" si Geledek Api yang
sakti, kiranya dia mempunyai sebuah senjata rahasia
yang teramat istimewa sekali yani semacam senjata
granat. Yan-chiu yang kurang pengalaman sembari
mendamprat terus hendak menangkisnya dengan ujung
pedang, tapi Tio Jiang buru2 berseru mencegahnya:
"Jangan, lekas mundur sajal"
Yan-chiu mengkal hatinya, tapi ia turut juga perintah
suaminya itu. Sesaat kedua suami isteri itu loncat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mundur, dua buah ledakan yang dahsyat segera
terdengar mengguncangkan bumi. Beberapa orang Biau
yang tak keburu mcnyingkir, sudah terlempar jatuh
kebawah gunung. Suatu lingkaran asap yang tebal
bertebaran menutup sekeliling tempat itu sehingga
orang2 sama tak dapat melihat satu sama lain. Syukur
tadi Yan-chiu mau dikasih tahu suaminya kalau tidak,
ngeri tentu keadaannya.
Melihat kedahsyatan senjata granat-tangan Liat Hwat
itu, sembari memimpin tangan isterinya, Tio Jiang
berseru menyuruh ke dua anaknya menyingkir. "Taykeng, In-ji, lekas mundurl"
Yan-chiu yang cemas akan diri puterinya, beberapa
kali hendak nekad menobros kedalam kabut asap yang
tebal untuk mencarinya, tapi selalu dicegah Tio Jiang.
"Kalau mereka mendapat bahaya, sekalipun kau
menobros kesana, rasanya juga takkan menolong.
Rasanya sepasang pedang kita tadi tentu mengeluarkan
cahaya berkilau yang dapat menembus kabut asap, dan
dapat kelihata oleh mereka. Mereka tentu akan menyusul
kemari!" Tio Jiang menenangkan kecemasan hati
isterinya. Walaupun dia sendiri tak kurang gelisahnya,
namun cukup disadari bahwa untuk menobros kedalam
asap sana, juga tak berguna. Diam2 dia cemas pula
memikirkan kepentingan perjoangan mereka terhadap
pemerintah Ceng. Dengan mempunyai seorang sakti
macam Liat Hwa begitu, nyata pemerintah Ceng telah
mempunyai senjata yang ampuh untuk menindas
gerakan para orang gagah dari Lo-hu-san itu.
Hampir setengah jam lamanya barulah kabut asap itu
menipis. Mata Yan-chiu yang tajam, segera dapat melihat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahwa ditengah gelanggang pertempuran sana tampak
Tay-keng sedang ber-putar2 seperti main udak dengan
adiknya. Kiranya mereka berdua itu saling bertempur.
Karena tebalnya asap, jadi mereka tak dapat
membedakan mana lawan mana kawan lagi. Liat Hwat
dan Hiat-ji sudah tak tampak batang hidungnya lagi.
Sementara yang masih disitu, hanyalah sikaki satu Sin
Tok yang bermandikan darah sembari tak henti2nya
mengerang2 kesakitan.
"Hai, mengapa kalian bertempur sendiri?" seru Yanchiu dengan cemas2 girang demi diketahuinya kedua
puteranya tak kurang suatu apa. Kini barulah Tio In
melihat jelas bahwa lawannya itu adalah engkohnya
sendiri. Cepat2 ia loncat menghampiri mamahnya.
"Kemana Liat Hwat dan muridnya itu?" tanya Tio
Jiang. "Entahlah, mungkin mereka sudah ngacir pergi!" sahut
Tio In. "Hawa disini kotor sekali, ayuh Tay-keng, kau ikut
pada kita turun gunung!" Tio Jiang berseru kepada
puteranya. Tay-keng mengiakan. Tapi ketika mereka
berempat hendak langkahkan kakinya, se-konyong2
kedengaran Sin Tok berseru setengah mengerang: "Siaubeng-siang, tahan dulul"
Tio Jiang berpaling, bentaknya: "Ada apa?"
Wajah Sin Tok menampilkan raut maut, serunya:
"Siau-bengsiang, bila kau dapat menolong jiwaku,
hendak kuberitahu padamu suatu rahasia besar"
Wajah Tay-keng pucat seketika. Kemana maksudnya
kata-kata sikaki satu itu dia sudah faham. Rahasia yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hendak dibawakan itu bukan lain tentu mengenai dirinya
yang sudah bersekongkol dengan kaki tangan pemerintah Ceng itu. Mulut sikaki satu itu harus
dimusnakan dan untuk itu dia segera bertindak dengan
sebat. "Kalau dibiarkan hidup, kau sungguh membahayakan,
ayuh lekas pergi keakhirat sana!" serunya sembari loncat
menusuk. Yan-chiu percaya bahwa kata2 yang belum sempat
diucapkan sikaki satu itu tentu suatu rahasia yang
penting. Maka demi dilihatnya Tay-keng bertindak
sendiri, buru2 ia menereakinya: "Tay-keng, biarkan dia
omong habis dulu!"
Tapi seruan Yan-chiu itu sudah terlambat. Ujung
pedang Taydkeng sudah mencublas masuk kerongga
dada Sin Tok. Suatu jeritan seram terdengar dan
putuslah sudah jiwa sikaki satu itu.
"Tay-keng, dia seorang manusia yang takut mati.
Mungkin tadi dia hendak memberitahukan sesuatu
rahasia penting, mengapa kau buru2 membunuhnya?"
tegur Tio Jiang dengan kurang senang.
"Anak sangat benci padanya, maka tadi tak dapat
menahan diri lagi!" sahut Taydkeng.
Tio Jiang tak mencurigainya dan terus ajak lanjutukan
perdalanan. Adalah ketika mereka sudah pergi, orang2
Thiat-theng-biau itupun sibuk mengurusi mayat2 kawan
dan jenazah kepala sukunya: Se-konyong2 Liat Hwat dan
Hiat-ji menobros keluar dari salah sebuah goa. Tiba
didekat mayat sikaki satu Sin Tok, Hiat-ji ayunkan kaki
menendangnya sampai terlempar beberapa meter
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jauhnya. "Orang she Sin kau hendak bermusuhan pada
tuanmu ini, inilah upahmu!"
Biar bagaimana, Sin Tok itu adalah kawan
gerombolannya. Kalau orang sudah menjadi bangkai,
seharus segala dendam permusuhan itu habis. Tapi tidak
demikian dengan Hiat-ji. Dari situ dapat diketahui betapa
jahat dan kejamnya anak bermata ungu itu.
Dalam pada itu, tampak wajah Liat Hwat masih
mendendam kemarahan, tegurnya dengan keras: "Hiat-ji,
mengapa tadi kau cegah kugunakan lagi senjata liathwat-sin-lui (granat) !"
"Suhu" sahut Hiat-ji dengan mengulum tawa,
"betapakah susah payahnya suhu membuat liat-hwat-sinlui itu, apa gunanya di-hambur2kan tanpa guna" Aku
telah berjanji dengan Tay keng untuk bertemu digereja
Kong Hau Si nanti pertengahan bulan depan ini. Suhu,
bagaimana pendapatmu tentang benda ini?" Habis
berkata itu dia angkat tangannya. Sebuah holou (fles)
merah dengan dilekati sepotong kertas yang bertuliskan
"hong sin san" (pudar bikin gila) tampak ditelapak tangan
si Hiat-ji "Hai, darimana kau peroleh obat itu" tanya Liat Hwat.
"Tadi sewaktu bersembunyi dalam goa, kulihat disitu
ada sebuah lemari obat. Kudapati hong-sin-san berada
pada rak yang paling atas sendiri. Suhu, untuk
membasmi kawanan orang itu, hanya tergantung pada
obat inilah."
Liat Hwat tahu juga maksud muridnya itu. Setelah
berpikir sejenak, dia berkata: "Meskipun Tay-keng masuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi anggauta kita, tapi belum tentu dia mau
mencelakai orang tuanya!"
Hiat-ji tertawa, ujarnya: "Suhu tak usah kuatir. Tiga
kali sudah Tay-keng ikut aku kekotaraja untuk pelesir.
Ya" dia benar sudah mabuk plesiran dan judi. Dalam
perjudian, dia sudah pinjam padaku 100 ribu tail perak.
Untuk itu dia sudah membuat surat pernyataan hutang.
Kalau dia tak menurut padaku, cukup kusuruh orang
mengantarkan surat hutang itu pada Siau-beng-siang,
tentu celakalah dia. Menilik peribadinya Siau-ber.gsiang,
biarpun anak kandung sendiri, dia tentu tak segan2
untuk membunuhnya. Hal itu cukup rasanya diinsyafi
Tay-keng, jadi mana dia berani membangkang
perintahku" Berhasilnya rencana kita ini, itulah sudah
pasti, harap suhu jangan berbanyak hati!"
Kini Liat Hwat melengking puas, serunya, memuji:
"Hiat-ji, pintar benar kau ini! Kalau Tio Jiang suami isteri
minum obat hong-sin-san itu, bukan melainkan jiwa
mereka berdua yang melayang, pun seluruh kawan2nya
di Lo-hu-san itu akan hancur binasa, ha....., ha......!"
Puas tampaknya guru dan murid itu. Mereka
menyambut rencana kemenangannya itu dengan gelak
tawa yang girang. Kemudian mereka lalu turun gunung.
---oo
BAGIAN 18 : MENDAPAT PETUNJUK
DARI ANG HWAT CINJIN
Kita ikuti perjalanan Tong Ko.
Ternyata setelah tinggalkan gelanggang pertempuran
tersebut. dengan hati patah dan tubuh luka, dia turun
gunung. Beberapa kali tubuhnya terhuyung-huyung
bagaikan sebuah layang2 putus. Tapi anehnya, setiap
kali dia hampir terjerumus kebawah gunung, tentu setiap
kali itu juga terasa ada suatu tenaga kuat mendorongnya
supaya tak jadi jatuh.
Bermula Tong Ko turun menurut sepembawa kakinya,
sehingga tersesat. Baru ketika dia tersadar kalau berjalan
menyusur lembing karang yang curam, dia menginsyafi
akan tenaga bantuan secara diam2 itu. Kini tersadarlah
dia bahwa tenaga gelap itu bermaksud untuk
menolongnya. Buru2 dia berpaling kebelakang, namun
tiada seorangpun yang tampak.
Tong Ko coba memancing. Dia pura2 terhuyung
hendak jatuh kebawah dan benar juga tenaga aneh itu
mendorongnya dengan tepat sekali. Tapi ketika secepat
kilat dia berpaling kebelakang, kembali hanya tempat
kosong yang dijumpai. Ilmu orang gaib itu, benar2 sudah
mencapai tingkat kesempurnaan yang sukar dijajaki.
Begitu tiba dibawah gunung, segera dia berlutut lalu
berseru nyaring2: "Cianpwe telah memberi bantuan
sedemikian besarnya, kalau cianpwe tetap tak mau
unjukkan diri sehingga wanpwe tak mengetahui orang
yang telah melepas budi itu, wanpwe akan benturkan diri
kekarang!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebenarnya kalau
tak teringat akan dendam
penasaran yang berulang kali dideritanya itu, tak mau dia
gunakan siasat untuk memaksa orang mengunjukkan diri
begitu. Memang dengan siasat itu, dia yakin orang gaib
itu tentu akan tampil keluar untuk memberi pertolongan.
Benar juga ketika dia buktikan ancamannya dengan
benturkan diri kebatu karang, tiba2 .............. sesosok
tubuh yang gemuk melayang disebelah muka untuk
menghadangnya. Tepat sekali kepala Tong Ko membentur sebuah daging yang empuk, tapi pada lain
saat daging itu membal (melembung) dan terlemparlah
Tong Ko sampai setombak jauhnya.
Cepat Tong Ko menggeliat bangun dan mengawasi
kemuka. Seorang imam tua yang bertubuh tinggi besar dan
rambutnya merah, tampak berdiri menatap padanya
dengan tersenyum.
Ha......, kiranya yang dibenturnya tadi adalah perut
imam tua itu. Melihat rambut imam itu berwarna merah, timbul
suatu dugaan pada Tong Ko.
Ter-sipu2 dia berlutut dan mengucap: "Terima kasih
banyak2 ............ "
Imam tua itu kebuntukan lengan bajunya. Serangkum
angin yang membawa tenaga kuat menyampok dan
mengangkat Tong Ko bangun.
"Usah berbanyak terima kasih. Yang mencuri golokmu
it-gwan-pik-li-to itu, adalah aku!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Ko terbeliak kaget. Imam sakti itu tentu aneh
sekali perangainya.
Dipikir walaupun golok pik-li-to itu suatu pusaka yang
jarang terdapat didunia, namun tak bermanfaat malah
sebaliknya mengundang bahaya baginya.
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tong Ko ambil putusan untuk menghaturkan golok itu
kepada siimam. "Jika cianpwe suka akan golok itu, silahkan
mengambilnya!"
Siapakah gerangan imam tua berambut merah itu"
Dia bulan lain adalah Ang Hwat cinjin, itu kepala
gereja Ang Hun Kiong yang pada duapuluh tahun
berselang telah dikhianati oleh kawanan kuku garuda.
Dia memang bermaksud hendak berhamba pada
pemerintah Ceng, tapi sebagai upah, kala dia bertempur
dengan rombongan Ceng Bo siangjin, gereja Ang Hun
Kiong telah diledakkan dengan dinamit oleh Hwat Siau
dan Swat Mony, sepasang suami isteri kepala jagoan dari
pemerintah Ceng (Bacalah: Lam Beng Ciam Liong atau
Naga dari Selatan).
Dengan membawa penasaran hati, dia mengasingkan
diri digunung yang sepi untuk meyakinkan ilmu
kepandaian. Duapuluh tahun lamanya dia tekun berlatih
dan hasilnya kini menempatkan dia pada sebuah tempat
yang tertinggi dalam persilatan. Namun dia telah
membenam diri dalam kesunyian.
Makin tua rupanya dia makin masak. Dia insyaf akan
kesalahannya (akan berhamba pada Ceng) tempo
dahulu. Kini pikirannya makin luhur. Kata2 Tong Ko tadi
tepat sekali dengan seleranya. Maka tertawalah dia terTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahak2, katanya: "Nak, sungguh mulia hatimu. Sebelum
mendapatkan ilmu permainannya, golok sakti itu tetap
tak berguna. Kebetulan pada bebrapa bulan yang lalu.
Aku sudah bertaruh pada seseorang. Orang itu
mengejek, katanya meskipun ilmu kepandaianku tinggi,
tapi tetap tak dapat memenangkan ilmu permaianan
golok it-guan-to-hwat. Dia berani bertaruh bahwa aku
tentu tak dapat menciptakan suatu ilmu permainan yang
melebihi it-guan-to-hwat itu. Ilmu golok it-guan-to-hwat
itu sudah lama lenyap dari dunia persilatan, hanya
bentuk goloknya telah ditiru dan dipakai oleh suku Thiattheng-biau. Untuk menciptakan ilmu permainan sesuai
dengan yang dikatakan orang itu, aku bermaksud hendak
mengambil sebuah golok orang Thiat-theng-biau. Malam
itu ketika melalui sebuah rumah pondok kulihat kau tidur
dengan berbantal sebuah golok. Kuambil dan taruhkan
golok itu keatas. tiang penglari tanpa kau ketahui. Tapi
keesokan hari, kulepaskan hasratku untuk mengambil
golok itu. Dan selama itu kuikuti jejakmu barang kemana
kau pergi. Ho, ternyata hatimu mulia, tanganmu terbuka.
Biar kupindah dahulu golok itu. Nanti setelah kuberhasil
menciptakan suatu ilmu permainan golok untuk
memenangkan pertaruhan itu, ilmu permainan berikut
golok akan kuserahkan padamu. Nah, bagaimana
pendapatmu?"
Girang Tong Ko tak terkatakan.
"Menilik ilmu kepandaian cianpwe yang sedemikian
saktinya ini, apakah cianpwe ini bukannya Ang Hwat
locianpwe, itu kepala gereja Ang Hun Kiong yang sangat
diagungkan oleh kalangan persilatan?"
Senang dipuji, itulah sudah watak pembawaan setiap
orang. Juga Ang Hwat tak terlepas dari sifat itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Merenung sejenak, dia berkata: "Kuperhatikan setiap kali
kau bertempur dengan orang, tubuhmu se-olah2
mempunyai dua macam lwekang yang berbeda satu
sama lain. Apa sebabnya?"
Tong Ko menceritakan apa yang telah terjadi dengan
dirinya. "Benar, jika kau sempurnakan latihanmu, kau pasti
bakal merupakan bintang persilatan yang cemerlang
dikemudian hari!" kata Ang Hwat.
Demi tampak imam itu bermaksud baik, Tong Ko
segera mengambil buku pemberian The Go, katanya:
"The Go cianpwe telah memberi wanpwe sebuah buku
buah tangan Tat Mo, tapi wanpwe tak mengerti, mohon
locianpwe suka memberi petunjuk!"
Hubungan antara The Go dengan Ang Hwat cinjin itu,
bagikan seorang anak dengan ayah. Sejak berpisah
selama 20-an tahun Itu, Ang Hwat cinjin tak mengetahui
letak rimbanya sang murid itu. Baru ketika dia mengikuti
perjalanan Tong Ko secara diam2, dapatlah dia
menemukan tempat tinggal muridnya (The Go) yang
hilang itu. Tapi bahwasanya The Go telah mendapatkan
sebuah kitab pusaka yang tiada taranya itu, ia tetap
belum mengetahui. Maka buru2 disambutinya buku yang
diangsurkan Tong Ko itu.
"Coba kulihatnya sebentarl"
katanya sembari membalik halaman buku itu. Baru melihat dua buah
lukisan orang duduk bersemadhi, dia terkejut bukan
kepalang. Setelah "bertapa" selama 20-an tahun itu, ilmu
Iwekang Ang Hwat sudah mencapai puncak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kesempurnaan. Pada hakekatnya, ilmu silat dalam
kalangan persilatan itu, sumbernya dalah serumpun
(satu). Lukisan orang duduk bersemadi itu, bagi Tong Ko
memang gelap. Menurut ukuran The Go, agak jelas
sedikit. Tapi bagi. pandangan seorang tokoh macam Ang
Hwat, itulah suatu sumber ilmu inti yang gaib. Setelah
ditelitinya pula, dia mengakui, bahwa tiada sembarang
orang dapat mengetahui rahasia kegaiban ilmu yang
tertera dalam buku itu. Buru2 dilipatnya pula buku dan
berkata: "Tempat ini tak sesuai untuk bicara. Ayuh kita
menuju ketempat kediaman The Go sana!".
Tampaknya Ang Hwat cinjin yang berada disebelah
depan itu, hanya se-enaknya saja berjalan. Setiap kali
ayunkan langkah, dia tentu berhenti sejenak. Namun
bagi Tong Ko yang mengikutinya disebelah belakang,
rasanya berat sekali jalannya.
Besoknya barulah mereka tiba ditempat The Go. Benar
juga, The Go dan Siao-lan masih belum kembali pulang.
Begitu berada dalam rumah. Ang Hwat segera
mempelajari lagi buku itu. Hampir sehari penuh, dia
memeriksa buku itu . Hingga hampir senja hari. Tong Ko
masih tetap berdiri disamping imam tua itu. Wajah Imam
itu berseri-seri lalu berbangkit dari tempat duduknya,
"Usiaku sudah lanjut, buku ini tak banyak manfaatnya
bagiku. Bila kau tekun mempelajari buku ini, cukup
memahami sampai 7 bagian saja, maka kau tentu akan
dapat bertahan sampai 300an jurus berhadapan dengan
aku!" Girang Tong Ko melewati yang diharapkan. Ang Hwat
cinjin tak mau simpan rahasia. Apa yang diketahuinya
tadi, diturunkan, pada Tong Ko. Dasar Tong Ko berotak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terang, maka makin mendengari dia makin seperti
kelelap dalam lautan ilmu sumber kepandaian yang tiada
habisnya. Singkatnya saja, hampir sebulan lamanya Ang Hwat
cinjin memberi petunjuk pada Tong Ko. Baru dia dapat
mempelajari dua jurus saja, tenaganya serasa bertambah
maju, ilmu lwekangnya makin hebat. Benar saya tak
lepas mengenangkan The Go yang belum juga pulang
serta The Ing yang belum ketahuan nasibnya itu, namun
dia sudah seperti orang yang kelelap dalam lautanb ilmu.
Makin maju, makin tak dapat keluar. Akhirnya dia
percaya bahwa dengan kepandaian yang dimiliki itu, The
Go pasti tak kena apa2 dan seluruh perhatiannya kini
dicurahkan untuk "mengisap" pelajaran dalam buku Tat
Mo itu. ---oo
BAGIAN 19 : GEREJA KONG HIAU SI
Dan sekarang marilah kita beralih pada lain tempat,
yani kegereja Kong Hau Si yang terletak diwilayah Kwicu
sana. Kala itu adalah tanggal pertengahan, jadi penuh
sesaklah orang datang berkunjung kegerja besar itu.
Kaisar Ceng yang menduduki takhta kerajaan, sudah
turunan yang kedua. Keadaan didalam negeri, boleh
dikata sudah aman. Perjoangan para patriot negara
hanya dilakukan secara subversif, jadi keamanan
tampaknyak tak banyak terganggu.
Seperti lazimnya, diluar gereja sana tampak ber-deret2
para penjual menjajakan dagangannya. Ramainya bukan
kepalang. Pada sebuah dasaran yang menjual barang2
cita dan kain sutera, tampak ada seorang nona yang
bermata bundar sedang mengunjukkan sehelai sutera
hijau pupus pada pemuda kawannya yang berada
disisinya. "Koko, bagus tidak warna ini" Mamah sering
mengatakan dirinya sudah tua tak pantas bersolek. Tapi
kalau saja dia dandan, kupercaya tentu masih kelihatan
cantik. Bagaimana kalau kita belikan sutera ini untuk
beliau?" Nona itu bukan lain adalah Tio In, sedang yang
dipanggil koko (engkoh) itu adalah Tay-keng. Saat itu
pikiran Tay-keng tidak pada kain sutera yang diunjukkan
adiknya. Dia celingukan kesana sini, se-olah2 mencari
sesuatu. Maka sekenanya saja dia mengiakan pertanyaan
adiknya tadi. Tapi dalam hati dia memaki Co In:
"Hem......, budak perempuan kurangajar, mengapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkeras ikut aku ke Kwiciu. Kalau Hiat-ji datang,
bagaimana nanti" Ah, bagaimana aku dapat mengelabuhinya ya?"
Kiranya sebulan yang lalu, ketika Tio Jiang bersama
anak isterinya tiba di Giok-li-nia, sampailah padanya
suatu berita yang menggembirakan. Berita itu mengenai
diri Go Sam-kui. Penghianat yang karena jasanya
memasukkan tentara Ceng kedalam wilayah Kwiciu,
maka oleh pemerintah penjajah tersebut dia dikerunia
pangkat tinggi dan didudukkan sebagal gubernur yang
menjaga wilayah Hunlam. Tapi pada beberapa tahun
yang terakhir itu, tersiar desas-desus bahwa orang she
Go itu hendak memberontak yang membawa berita
kepada Tio Jiang itu, adalah salah seorang kepercayaan
Go Sam-kui sendiri.
Tentang keretakan antara Go Sam-kui dengan
pemerintah Ceng itu, memang sudah lama didengar oleh
Tio Jiang. Tempo hari Tio Jiang makanya sudah mengutus Taykeng ke Hun-lam itu, perlunya yalah disuruh menyelidiki
kebenarannya desas-desus itu. Tapi setelah mendapat
keterangan tentang cenderungnya gerak gerik Go Samkui itu, bukannya memberitahukan kepada sang ayah,
sebaliknya Tay-keng malah melaporkan pada Shin Hiat-ji
dan kawan2. Maka demi sekarang Tio Jiang mendapat berita itu
sendiri, dia segera mengadakan kontak dengan para
orang dari pelbagai kalangan persilatan. Benar Go Samkui itu seorang penghianat besar, tapi dia mempunyai
puluhan ribu anak tentara. Kalau Go Som-kui kali ini
benar memberontak, itu berarti suatu kekuatan besar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk mencetuskan pemberontakan mengusir penjajah
Ceng. Sebagai seorang pejoang, Tio Jiang menyambut
berita itu dengan semangat yang me-nyala2.
Sebagai pemimpin gerakan menentang penjajah, siang
malam Tio Jiang amat sibuk, jadi dia tak sempat
memperhatikan perobahan sikap puterinya. Tapi tidak
demikian dengan Yan-chiu yang mengetahui bahwa sejak
pulang dari Sip-ban-tay-san itu, Tio In tampaknya selalu
bermuram durja. Berulang kali didapatinya sang puteri
itu ter-menung2 diatas puncak tempat Tong Ko loncat
turun kedalam lembah tempo hari itu. Sebagai seorang
ibu, tahulah Yan-chiu apa yang dikandung dalam hati
gadisnya itu. Tapi iapun tak berdaya untuk menasihatnya. Kebenaran saat itu, hari pertemuan yang dijanjikan
Tay-keng pada Hiat-ji, sudah tiba. Maka diapun
mengatakan kepada orang tuanya hendak pergi ke
Kwiciu. Yan-chiu suruh dia membawa Tio In agar hatinya
terhibur. Oleh karena ingin menyelidiki tempat beradanya
Tong Ko, Tio In pun setuju. Tay-keng mendongkol, tapi
tak mempunyai alasan untuk menolaknya.
Begitulah setiba di Kwiciu, mereka mengunjungi gereja
Kong Hau Si. Melihat keramaian disitu, hati Tio In agak
terhibur, tapi sebaliknya Tay-keng sibuk tak karuan.
Berulang kali Tio In mengajaknya bicara tentang ini itu,
tapi selama itu Tay-keng hanya mendengus saja malah
kadang2 tak menyahut sama sekali. Akhirnya heranlah
Tio In dibuatnya, tanyanya: "Koko, kau ini mengapa?"
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saat itu kebetulan mata Tay-keng tertumbuk pada
seseorang yang berada didalam lautan orang disebelah
sana. Orang itu tampak melambaikan tangan kepadanya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terus berputar kebelakang. Dari potongan punggungnya,
terang orang itu Hiat-ji adanya. Maka pertanyaan Tio In
tadi, telah membuatnya terkejut seperti disengat tawon.
Tapi pada lain saat, dia sudah memperoleh daya,
sahutnya: "Dik, kau tunggu dulu disini, jangan pergi kemana2. Aku hendak kesana sebentar!"
Habis berkata itu, dia terus berputar hendak
mengayun langkah, tapi cepat2 dijambret. oleh Tio In.
"Kau hendak kemana?" tegurnya.
"Tadi kulihat seseorang yang kalau tak salah adalah
salah seorang saudara kita di Lo-hu-san, tampak sedang
main mata dengan seorang kaki tangan musuh. Aku
hendak me-mata2inya sebentarl"
"Kalau begitu aku ikut, koko. Apakah kau membawa
pedangmu, kemungkinan kita nanti menghadapi pertempuran!" sahut Tio In dengan girang.
Tay-keng mengeluh dalam hati. "Dik, sebaiknya kau
jangan turut saja. Kau baru pertama ini datang ke
Kwiciu, masih asing keadaan disini. Nah, jangan
senrbarang pergi ke-mana2, tunggu saja aku disini!"
"Mengapa" Mamah pernah mengatakan padaku,
bahwa kau ini tak boleh dipercaya, aku disuruh mengikuti
kau!" Tay-keng pucat air mukanya, hatinya berdetak keras,
bantahnya terbata2: "Dalam hal apa aku.......... tak boleh
dipercaya?"
Dengan ucapan itu dia mengunjunkkan rasa cemas
sekali karena mengira perbuatannya bersekongkol
dengan Hiat-ji itu sudah ketahuan mamahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Huh, mengapa kau begitu gelisah dikatakan begitu
saja oleh mamah" Jangan mudah ketakutan ah! Ya,
mengapa kau hendak pergi seorang diri" Tadi kutanya
apa kau membekal senjata rahasia, kaupun diam saja.
Bukantah kalau sepasang pedang pusaka kita bergabung,
akan merupakan suatu kekuatan yang sukar dicari
tandingannya" Tapi mengapa kau menolak, bukankah ini
membuktikan bahwa benar2 kau ini tak dapat
dipercaya?"
Legalah hati Tay-keng. Ternyata tadi adiknya itu
hanya menggertaknya saja agar ia diperbolehkan
mengikut. Memang demikian halnya. Barang siapa yang
berbuat salah, betapa tenang orang itu, namun tak urung
ada kalanya tentu kelihatan sikapnya. Tay-keng cukup
menginsyafi bahaya apa yang akan terjadi apabila dia
ajak adiknya itu menjumpai Hiat-ji.
"Ah, aku tadipun tak melihatnya dengan jelas. Lebih
baik mengurangkan urusan daripada cari urusan. Baik
kita jangan hiraukan orang itu lagil" akhirnya dia mencari
alasan untuk menghindari desakan adiknya.
Tio In juga dapat dibikin mengerti. Kwiciu sudah
dikuasai tentara pendudukan Ceng. Asal timbul sedikit
kegaduhan saja, tentara Ceng pasti akan mengepungnya.
Dan kalau terjadi begitu, sukarlah rasanya ia meloloskan
diri. Begitulah setelah membeli kain sutera hijau, ia ikut
sang engkoh berjalan2 lagi.
Dalam pada itu, Tay-keng tetap pasang mata mencari2 bayangan Hiat-ji. Tapi sampai begitu jauh, orang
yang dicarinya itu tak kelihatan lagi.
Pada saat itu, orang2 yang mengunjungi gereja situ
makin lama makin padat hingga sampai ber-jubel2
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dorong mendorong. Tiba2 Tay-keng melihat ada seorang
yang menghampiri kedekatnya. Setelah menatap sejenak, orang itu mengulurkan tangannya. Tay-keng
menduga bahwa orang itu tentulah pesuruhnya Hiat-ji.
Buru2 dia acungkan tangannya kebelakang dan sesaat
kemudian, tangannya sudah menggenggam sebuah
gulungan kertas kecil. Tay-keng girang tapi baru saja dia
hendak cepatkan langkahnya sekonyong2 terdengarlah
seruan orang dari sebelah belakang: "Minggir, minggir!"
Menyusul terdengar suara tok.... tok..... bebrapa kali.
Tay-keng menoleh kebelakang dan kiranya seorang
pengemis berkaki buntung, pakaiannya compang
camping berjalan mendatangi dengan sebuah tongkat.
Wajah penyemis itu luar biasa buruknya.
Dalam arus berjenis kelas manusia itu, Tay-keng tak
sempat memperhatikan sipengemis itu. Tapi ketika
pengemis buruk itu lewat disisinya, dia (Tay-keng)
segera rasakan siku tangannya kesemutan sehingga
tanpa terasa jarinya terbuka dan jatuhlah gunyan kertas
kecil itu ketanah. Dalam kejutnya Tay-keng cepat
menyambar kebawah dan dapatlah dia menangkapnya
lagi. Mengetahui kalau membentur Tay-keng, pengemis
jembel itu unjuk ketawa seperti hendak minta maaf.
Karena hatinya sedang resah, jadi Tay-keng tak sempat
untuk bikin perhitungan dengan sipengemis siapa tampak
tok...., tok...., tok...., berjalan dengan kaki tongkat lalu
disamping Tio In, terus menyusup diantara orang
banyak. Tay-keng cepat membuka gulungan kertas itu untuk
membacianya. Ada pepatah mengatakan "Harimau tentu
beranak harimau" artinya ayah pandai atau gagah sang
anak tentu juga demikian. Tapi rupanya axioma (dalil) itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya berlaku dalam arti yang sebenarnya, yaitu harimau
(binatang) itu anaknya tentu juga harimau. Sebaliknya
seorang besar, belum tentu anaknya akan selihay sang
ayah. Tio Jiang dan Tay-keng adalah contohnya. Tio
Jiang adalah seorang tokoh pejoang kemerdekaan yang
dihormati oleh semua kawan perjoangannya. Berwatak
lurus, berbubdi luhur, tendah hat!. Tay-keng seorang
anak yang dimanjakan ibunya. Dan karena selalu
dimanjakan dengan penghormatan oleh para orang
gagah -- mengingat dia itu puteranya Tio Jiang -- maka
melekatlah satu rasa tinggi hati sombong dan jumawa
mangkak. Suka pelesir, gemar arak dan judi. Bebrapa kali
dia didamprat keras oleh ayahnya, tapi bukan berobah
baik sebaliknya dia makin terjerumus dalam2. Akhirnya
relalah dia menjadi alat pekakas dari kawanan Hiat-ji.
Hampir tiga tahun dia galang gulung dengan
gerombolan Hiat-ji, hilang musnalah segala petuah dan
ajaran emas sang ayah dari lubuk sanubarinya. Dia
anggap kawanan jagoan istana itu lehih gagah dan lebih
nikmat hidupnya. Diam2 dia ingin mencapai kedudukan
seperti mereka itu. Hanya dikarenakan ayahnya itu
seorang musuh negara, jadi selama itu jalan cita2nya itu
selalu tertutup. Tanpa disadari timbullah rasa benci
kepada orang ayahnya sendiri. Dalam pertemuannya
dengan Hiat-ji digereja Kong Hau Si nanti, dia sudah
ambil putusan akan minta supaya Hiat ji mengajukan
dirinya kepada pemerintah Ceng agar dia secara resmi
diterima menjadi pembesar.
Buru2 hendak mengetahui bunyi gulungan surat tadi,
dia. Segera berpaling kepada adiknya dan berkata
dengan nada tergetar: "Dik tunggu didekat perapian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tempat pembuangan dupa itu, aku hendak pergi dulu
sebentar!"
Diluar dugaan, Tio In tak menghalanginya lagi, malah
menyuruh supaya lekas kembali. Tay-keng lega hatinya
lalu buru2 pergi. Tapi ketika dia berpaling lagi, tampak
Tio In juga tengah membuka sebuah gulungan kertas
kecil. Heran dia dibuatnya dari mana adiknya itu
memperoleh gulungan tersebut. Namun dia tak sempat
untuk memikirkan lebih jauh dan terus membuka
gulungan kertasnya sendiri.
"3 li disebelah timur gereja, ada sebuah kakus, kita
bertemu disitu. Dari sahabatmu yang cukup kau ketahui
sendiri namanya."
Kembali rasa heran mencengkeram hati Tay-keng.
Dimana saja kan bisa bertemu, mengapa harus disebuah
kakus" Tapi karena Hiat-ji sudah menjanjikan begitu,
terpaksa dia pergi kesana juga. Benar juga disitu
terdapat sebuah kakus lama yang baunya sangat
menusuk hidung. Dengan mendekap hidung, dia masuk.
Disitu tiada tampak barang seorang manusiapun tetapi
terdapat sebuah kertas yang ditempelkan pada tembok
berbunyi begini: "Tunggu didalam sini jangan ke-mana2.
Sahabatmu." Dengan menahan bau yang amat
'semerbak' itu. Tay-keng terpaksa menunggu disitu.
Surat apa yang ditangan Tio In itu" Kiranya sewaktu
sipengemis jembel tadi lewat disisinya, tiba2 tangan nona
itu terselip sebuah gulungan kertas. Sebenarnya Tio In
hendak memberitahukan hal itu kepada engkohnya, tapi
justeru pada saat itu Tay-keng menyuruhnya tunggu dulu
disitu. Tio In sandarkan diri pada tempat perapian dupa
lalu membuka gulungan kertas itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tinggalkan adikmu dan segera menuju keruang atas
tempat menyimpan kitab2. Ada urusan penting,
kutunggu!" Surat itu tanpa tanda tangan, melainkan
terdapat sebuah cap gambar anak kecil warna merah.
Gaya tulisan hurufnya cukup gagah. Tio In terkejut,
ketika mendongak kemuka dilihatnya Tay-keng sudah
menyelinap kedalam orang banyak. Surat itu terang
untuk engkohnya, mengapa diberikan kepadanya (Tio
In)" Kelirukah pengantarnya" Tapi dipikir-pikir, masakan
sipengantar itu tak dapat membedakan seorang pria dan
wanita. Dari siapakah pengirimnya
GAMBAR 11 Sambil memandangi ruangan gereja yang bertingkat
itu, Tio In menjadi ragu2. Tapi akhirnya ia masuk juga
kesitu."Apakah saudara Tio ini yang datang?" segera
terdengar tegur seseorang
itu" Lukisan seorang anak warna merah itu, apa
artinya" Dan mengapa disuruh "tinggalkan adikmu", jadi
harus Tay-keng seorang diri yang pergikah"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Makin mereka dugaan, makin timbul kecurigaannya
dan akhirnya ia akan tunggu sang engkoh kembali untuk
ditegurnya. Tapi tunggu punya tunggu hingga sampai
setengah jam lamanya, tetap sang engkoh itu tak muncul
kembali. Karena tak sabar lagi, akhirnya ia masuk
kedalam ruangan besar gereja dan bertanya. pada
seorang paderi dimana letak ruang penyimpan kitab2 itu.
Gereja Kong Hau Si itu terhitung salah satu gereja
besar dalam wilayah Kwiciu situ. Masuk keruang
belakang, akhirnya tibalah Tio In keruang tempat
penyimpan kitab, Kiranya ruang itu merupakan loteng
dua tingkat. Setelah meragu sejenak, Tio In lalu masuk
kedalam ruang itu. Dfsitu tiada terdapat barang seorang
pun jua, kecuali sebuah tangga yang menuju keatas.
Kembali dia bersangsi baik naik atau tidak. Kalau naik
terang ia bakal mengetahui siapakah orang yang
mengadakan janji dengan engkoh nya itu. Tapi kalau
tidak naik, pun belum tentu nanti engkohnya itu mau
memberitahukan bal itu kepadanya. Terang sipengantar
surat itu bukan orang Lo-hu-san, kalau tidak masakan
menyusuh engkohnya itu tinggalkan ia. Ah, hendak
kulihat siapa macamnya orang itu.
Demikian akhirnya Tio In melangkah naik ketangga.
Diruang atas memang benar merupakan tempat
penyimpan kitab2 gereja. Rak2an buku yang penuh
dengan deretan kitab2 memenuhi ruangan itu.
"Apa yang datang ini Tio-hengkah" Sudah ber-jam2
aku menunggu disini!" tiba2 terdengar tegur seorang.
Tio In terkesiap kaget. Agaknya pernah ia mendengar
pada suara itu, sayang orangnya teraling dengan deretan
lemari buku sehingga tak kelihatan jelas. Dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membesarkan pada suaranya, ia memberi penyhutan lalu
mengitari rak buku untuk menjenguk orangnya.
Ya, memang yang menunggu dibelakang lemari buku
itu adalah Hiat-ji. Seperginya dari pegunungan Sip-bantay-san, bersama Liat Hwat Cousu, dia langsung menuju
ke Kwiciu. Hiat-ji adalah seorang ta-lwe si-wi (bayangkari
istana Ceng), sudah tentu para pembesar didaerah
Kwiciu sama jeri padanya. Sejak meninggal kan kampung
halamannya di Tibet, Mo Put-siu alias Liat Hwat cousu itu
belum pernah bertemu tandingan, maka selama itu dia
anggap dirinya paling jempol dewek. Adalah ketika
bertempur dulu Tio Jiang suami isteri dan tak berdaya
menghadapi ilmu pedang hoan-kang-kian-hwat dan tohay-kiam-hwat, barulah matanya melek. Maka setibanya
di Kwicu, dia lalu sekap diri untuk meyakinkan salah
suatu ilmu Im-yang-sin-kang yang paling ganas.
Peyakinan itu memerlukan waktu selama 4 kali 7 hari
atau 28 hari. Benar singkat waktunya, tapi ilmu itu harus
diyakinkan terus menerus tanpa berhenti selama dalam
waktu itu, harus sanggup menderita suatu siksaan yang
hebat. Sebenarnya ilmu itu adalah ilmu warisan yang
tergolong ilmu hitam dari aliran agama Mokau. Sedikit
saja terdapat kesalahan dalam peyakinan, maka orang
itu akan mengalami bencana hebat, menjadi seorang
invalid seIama2nya.
Tahu akan resikonya, sekalipun ilmu itu tidak tara
saktinya, namun selama itu Liat Hwat masih bersangsi
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk meyakinkan. Adalah karena dia telah terlanjur
buka suara besar dihadapan kaisar Kong Hi sanggup
untuk membasmi anasir2 yang menentang pemerintah
Ceng, maka terpaksalah dia jalani juga peyakinan ilmu
im-yang-sin-kang yang berbahaya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat-jipun tak berani mengganggu usik pada suhunya
yang tengah meyakinkan ilmu sakti itu. Begitulah
singkatnya saja, pada hari ini peyakinan Liat Hwat sudah
mencapai hari yang ke 27, tinggal sehari lagi dia tentu
sudah berhasil. Dan pada hari itu karena tiba janjinya,
maka Hiat-ji lalu menyuruh orang untuk mengantarkan
surat kepada Tay-keng.
Ketika dia menunggu diruang penyimpan kitab dari
gereja Kong Hau Si, didengarnya ada suara tindakan kaki
mendatangi. Mengira Tay-keng yang datang, dia
menegurnya dan terus hendak keluar menyambutnya.
Tapi demi didengarnya suara penyahutan itu agak aneh
nadanya, beda dengan nada suara Tay-keng, dia batal
keluar dan bersembunyi dibelakang sebuah lemari buku.
Hai, kiranya benarlah dugaannya tadi. Yang muncul itu
bukan Tay-keng melainkan adiknya yang cantik.
Hiat-ji makin curiga. Mengapa Tay-keng tak datang
sendiri" Dalam pada itu karena sampai sekian saat belum
melihat barang seorangpun juga, Tio Inpun juga curiga.
Tio In berhenti sejenak. Ia mendapat suatu siasat,
serunya: "Anda menyuruhku datang kemari, karena dia
sedang ada urusan maka menyuruh aku yang datang.
Ada, keperluan apa harap katakan padaku. Segala apa,
kami berdua kakak beradik ini tentu saling berunding.
Mengapa anda tak mau menampakkan diri?"
Sejak Hiat-ji dengan Tio In tersesat masuk kedalam
goa dan dipaksa untuk menikah oleh siwanita aneh,
timbullah rasa cinta sesungguhnya dalam hati si Hiat-ji.
Sayang itu waktu The Ing datang mengacau sehingga
nona itu berhasil lolos. Juga waktu Sin Tok berhasil
menawan nona itu untuk dibawanya kekota raja, Hiat-ji
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetap menaruh hati pada Tio In. Pada saat itu Hiat-ji
melamun lagi. "Apakah nona ini benar2 suka padaku"
Adakah Tay-keng sudah mencium bau dan kedua kakak
beradik itu kini mau menggabungkan diri pada
rombonganku?"
Saat itu juga dia sudah segera akan unjukkan diri tapi
pada lain saat terkilaslah pada ingatannya bahwa kala
Tio In ditangkap sikaki satu tempo hari, jelas sudah
bagaimana nona itu bersitegang leher melawan mati2an.
Begitu pula bagaimana beringasnya nona itu ketika
menyerang Tong Ko yang dikiranya menjadi anggauta
rombongan Hiat-ji itu. Ah, terang nona itu tak mungkin
serupa pendiriannya dengan sang engkoh.
"Kalau benar kau disuruh kemari oleh engkohmu,
tahukah kau siapa aku ini?" akhirnya dia berseru.
Tio In merenung sebentar. Teringat ia akan lukisan
anak merah pada surat itu. Ah, biar ia coba2
menerkanya. "Kau adalah yang digelari orang sebagai Ang Hay-ji (si
Anak Merah) bukan?"
Sinona hanya main menerka, tak tahunya kalau hal itu
membuat kejut hati Hiat-ji. Walaupun kecurigaan
menyurut, namun tetap dia tak babis herannya mengapa
Tay-Keng tak datang sendiri.
" Benar, silahkan nona datasng kemari!"
Sebenarnya Tio In seorang nona yang cukup berhati2. Tapi mungkin karena kegirangan, saat itu ia agak
lengah untuk meneliti bahwa dalam nada suara orang itu
jelas terdapat perbedaan antara yang tadi dengan yang
sekarang. Disamping itu sedikitpun ia tak menduga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahwa engkohnya bakal menjumpai seorang kaki tangan
macam Hiat-ji. Maka tanpa curiga apa2, sembari
melangkah maju, ia masih bertanya: "Ang Hay-ji, kau
berada dimana"..
Melihat bahwa asal sudah membiluk sebuah deretan
Yak buku, nona itu pasti akan sudah muncul
dihadapannya, buru2 Hiat-ji ambil sebuah kitab pelajaran
agama Buddha untuk menutupi wajahnya, lalu melangkah keluar. Melihat orang main menutupi muka,
oleh karena tak mengira kalau dia itu musuh yang
dibencinya, maka seenaknya saja Tio In menggodanya:
"Biasanya orang menutupi muka dgn sebuah harpa (pipeh), tapi aneh mengapa kau memakai sebuah kitab suci
menutup muka, malukah?"
Tio In mengiring olok2nya dengan tertawa lepas,
sebaliknya Hiat-ji maju lagi dua langkah seraya
menyahut: "Ya, benar, aku memang malu!"
Menyusul dengan kata "malu" itu, dia buka kitab yang
menutupi mukanya itu dan astagafirulah Tio In seperti
disengat kala kejutnya, hampir2 ia tak percaya apa yang
dilihatnya. Bagi Hiat-ji, perobahan raut muka sinona itu
cukup menjadi pegangan. Secepat kilat tangan diulurkan
kemuka dan tepat menutuk jalan darah kian-keng-hiat
dibahu sinona. Tubuh Tio In terhuyung dan rubuh. Tapi
karena dikanan kirinya semua adalah rak buku, jadi
tubuhnya itupun tersandar pada rak itu.
Setelah menunggu sekian saat tiada tampak lain orang
lagi, legalah hati Hiat-ji. Melongok kejendela, dia
bertepuk tangan 3 kali dan tak berapa lama kemudian
muncullah seorang kedalam ruangan situ.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Shin toaya hendak memberi perintah apa?" seru
orang itu dengan laku menghormat sekali.
"Kusuruh kiu antarkan suratku pada Tay-keng,
mengapa kau berikan pada adik perempuannya?" tegur
Hiat-ji dengan bengis. Orang itu terbeliak kaget. Biji
matanya berkeliaran, wajahnya pucat lesi dan mendeproklah dia kelantai untuk berlutut.
"Hamba pantas dihukum mati, tapi benar2 hamba tak
salah menerimakan surat itu," ter-bata2 orang itu
meratap ampun. Tanpa menyahut, Hiat-ji gerakkan sebelah kakinya
yang tepat mengenai ulu hati orang itu, Hiat-ji sudah
membayangkan bahwa rencananya itu tentu berhasil dan
hasilnya pasti jauh lebih effektif (bermanfaat) dari
rencana suhunya yang hendak meyakinkan imyang-sinkang itu. Tapi ternyata rencananya itu menjumpai suatu
kegagalan. Tio In bukan seorang nona yang tolol. Begitu
kembali ke Lo-hu-san ia tentu menceritakan pengalamannya itu kepada Tio Jiang. Ini berarti pionnya
(Tay-keng) akan hancur. Usaha untuk melenyapkan
rombongan Lo-hu-san itu kelak pasti akan mengalami
kesulitan besar. Maka saking marahnya, Hiat-ji sudah
gunakan delapan bagian dari tenaganya untuk menendang. Orang itu ternyata hanya seorang opas
biasa dari kantor tihu (residen) terang dia tak kuat
menahan tendangan itu. Hanya sekali dia mengerang,
mulutnya menyembur darah dan tubuhnya terkapar
binasa. Pada detik itu Tio In sudah mempunyai pengertian
yang agak jelas, namun ia tetap tak dapat mempercayai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahwa engkohnya itu bersekongkol dengan kaki tangan
pemerintah Ceng.
"Ya, kalau benar dia (Hiat-ji) itu bersekongkeol dengan
engkoh, masakan sampai keliru menyampaikan surat itu"
Terang dia hendak gunakan siasat mengadu domba."
Demikian anggapan Tio In.
Rupanya masih belum reda amarah Hiat-ji dengan
membinasakan opas itu. Berpaling kebelakang dia
menatap wajah Tio In dengan mata ber-api2. Sembari
mengangkat tangannya pe-lahan2 keatas, dia berkata
dengan nada buas: "Nona Tio, karena kau telah
mengetahui rahasia ini, maka jangan salahkan aku orang
she Shin yang terpaksa tak dapat membiarkan kau hidup
lebih lama didunia inii" Tangannya itu diarahkan untuk
menghantam umbun2 kepala sinona.
"Celaka, apakah dugaanku keliru bahwa dia ini bukan
sedang main siasat mengadu domba" Tapi biarlah
kutunggunya saja. Kalau dia hanya menggertak scja,
terang dia hendak pinjam mulutku untuk mencelakai
engkohl" demikian masih Tio In menimang dalam hati.
Ah....., Tio In...., Tio In....., kau keliwat memintari
dirimu sendiri. Kalau saja tangan Hiat-ji itu turun
menghantam, sebelum mengetahui bahwa engkohmu itu
benar2 bersekongkol dengan kawanan kaki tangan Ceng,
nyawamu pasti melayang sudah!
Baru Hiat-ji hendak layangkan tinjunya, tiba-tiba
matanya tertumbuk akan sepasang mata bundar dari
sinona yang sedikitpun tak mengunjuk rasa takut.
Terhadap gadisnya Tio Jiang itu memang Hiat-ji sudah
jatuh hati benar. Hatinya lemas dan tinjunyapun pelahan2 diturunkan kemball.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hem, benarlah dugaanku itu. Kawanan anjing,
bangsat penghianat, jangan mimpi kau dapat berhasil
memperalat aku untuk mencelakai engkohku!" demikian
diam2 Tio In memaki.
Hiat-ji serba sulit. Melepaskan Tio In berarti
rencananya gagal dan lenyap pula semua impiannya
untuk memperoleh kedudukan yang tinggi dan penghidupan yang mewah. Namun membunuh nona
secantik itu, hatinya keliwat sayang. Sebenarnya
walaupun berusia muda, tapi si Hiat-ji itu dapat bekerja
dengan cermat dan kejam. Hanya karena kali ini.
Terbentur dengan asmara, dia sudah tak dapat
mengambil keputusan yang tegas.
Akhirnya setelah berpikir sekian lama, dia menemukan
suatu jalan yang bagus. "Nona Tio, bukan sehari dua
hatiku tercurah padamu. Tadi kau sampai rubuh itu
adalah karena terpaksa. Kita adalah orang sendiri, maka
jangan dipikir dalam hati kejadian itu" katanya coba
membujuk rayu. Tio In tak mengira kalau anak bermata ungu itu dapat
berlaku demikian. Juga Hiat-ji telah ambil putusan,
cumbu rayu itu tak boleh hanya mengandal pada mulut
manis tapipun harus disertai paksaan. Maka sebelum Tio
In dapat menyahut, anak muda itu sudah memeluknya.
Berulang kali Tio In coba salurkan jalan darah untuk
membuka uratnya yang tertutuk itu, namun gagal.
Merah padamlah selebar mukanya karena dipeluk
orang itu. Habis memeluk Hiat-ji kembali melongok
keluar ruangan dan memberi isyarat 3 kali tepukan
tangan. Waktu ada seorang datang ke situ, Hiat-ji segera
memberi perintah: "Lekas sediakan sebuah tandu besar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang tertutup rapat. Bawa nona ini kegedung thayhu.
Awas, jagalah hati2!"
Agar nona itu jangan sempat berusaha membuka jalan
darahnya yang tertutuk, Hiat-ji hendak menuntut lagi
jalan darah dipundak kiri. Tapi baru tangannya menjulur,
tiba2 punggungnya terasa dingin karena dilekati sebuah
ujung senjata tajam.
"Nona Tio jangan takut, ada aku disini!" kedengaran
seorang bernada wanita berseru kepada Tio In. Ketika
Tio In berpaling mengawasi, kiranya orang itu adalah
seorang wanita dari pertengahan umur, kulitnya agak
hitam dan mencekal sebatang samcat-hi-jat (garu
penusuk ikan yang berujung 3). Dilihatnya Hiat-ji tak
berani berkutik, tapi entah siapa wanita itu.
"Orang she Shin, telah sekian lama kunantikan kau
disini. Nona Tio sudah mempunyai kekasih, apa
maksudmu hendak membawanya kegedung thay-hu,
hendak memaksanya untuk menikah denganmu?"
kembali wanita itu berseru. Wanita itu bukan lain adalah
Ciok Siao-lan, istri The Go. Karena sifatnya yang melasan
dan disebabkan menjaga Hiat-ji, jadi ia belum sempat
untuk membuka jalan darah Tio In. Maksudnya, biarlah
nanti tunggu kalau sang suami datang. Dan sebab ini,
pada kebalikannya, ia bakal mengalami derita.
Mendengar nada suara Siao-lan itu cukup ramah dan
rupanya seperti hendak menunggu seseorang, legahlah
hati Hiat-ji. "Nona Tio sudah setuju menikah dengan aku.
Kekasihnya itu adalah aku ini mengapa kau mengadu
biru?" "Ngaco
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
be......",
belum lagi Siao-lan sempat menyelesaikan kata2nya, Hiat-ji sudah gunakan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kesempatan untuk buang dirinya kemuka hingga kini
terlepas dari ancaman, tangan menekan Iantai, kedua
kaki Hiat-ji menendang kesiku tangan Siao-lan. Saking
tak menduga serangan secara tiba2 itu, senjata garu
terlepas dari tangan Siao-lan dan terlempar keudara.
Belum Siao-lan tersadar dari kesimanya, kembali kaki
Hiat-ji bekerja dan bluk......, robohlah Siao-lan terkapar
dilantai. Dua buah jurus tendangan yang digunakan Hiatji itu adalah menirukan gaya gumul dari orang Tibet.
Hiat-ji enjot kakinya untuk melambung keatas, begitu
pun Siao-lan juga lekas2 loncat keatas. Kini keduanya
saling berebut hi-jat yang tengah melayang turun itu.
Sebenarnya ilmu silat Siao-lan tak lemah. Tapi sejak
pada 20 tahun yang lalu ia menikah dengan The Go,
puaslah sudah rasa hatinya. Sewaktu The Go berhasil
mendapatkan kitab pelajaran Tat Mo dan tiap hari bersungguh2 meyakinkan, satu kalipun Siao-lan tak pernah
buang mata memperhatikan. Baginya, dengan memperoleh seorang suami yang di-idam2kan itu, itu
sudah lebih dari cukup.
Dalam ilmu silatpun berlaku axioma (dalil) "barang
siapa berhenti berarti mundur".
Demikian halnya dengan Siao-lan. Kepandaian Hiat-ji
setingkat lebih atas dari ia. Ini jelas kelihatan sewaktu
keduanya sama2 loncat berebutan senjata. Hiat-ji dapat
meloncat lebih tinggi setengah meter darinya dan hijat
sudah tentu dia yang dapat merebutnya. Dan selagi
masih melambung diudara, Hiat-ji hantamkan hi-jat itu
pada lawan. Dalam sibuknya. Siao-lan terpaksa
berjumpalitan untuk menghindar. Tapi bagaikan seekor
burung elang, Hiat-ji memburunya turun sembari kirim
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dua buah serangan. Salah sebelah bahu Siao-lan telah
kena termakan ujung hi-jat. Sampai pada detik itu The
Go masih belum muncul dan ini makin menggelisahkan
Siao-lan. Dalam kebingungan ia berkelahi dengan kalap,
namun penjagaan Hiat-ji terlampau kokoh untuknya.
Dalam pertempuran yang berlangsung beberapa jurus
itu, kembali Siao-lan kena disengkelit roboh.
Pada saat itu muncullah bebrapa orang dengan
menggotong sebuah tandu.
Mereka memasukkan Tio In kedalam tandu terus
dibawa pergi. Teringat Hiat-ji bahwa dalam. pertempuran
digunung Sip-ban-tay-san tempo hari, secara gaib Siaolan dapat meloloskan diri, jadi terang ada seorang kawan
lihay yang membantunya. Kuatir hal itu terulang lagi,
Hiat-ji undur selangkah kemudian dengan mengetuk
seluruh tenaganya dia lemparkan hi-jat itu kearah lawan.
Syukur Siao-lan dapat miringkan tubuh untuk menghindar, tring......., hi-jat itu menyusup masuk
kedalam lantai.
Teringat Siao-lan bahwa urusan yang dipaserahkan
kepadanya oIeh The Go, masih belum selesai. Bergegas2 ia memburu keluar, tapi baik Hiat-ji maupun
tandu tadi tak tampak sama sekali. la tinggalkan gereja
Kong Hau Si situ untuk langsung menuju kegedung
thayhu (residen).
---oo
BAGIAN 20 : SIASAT SHIN HIAT JI
Menengok keadaan Tay-keng, ternyata anak itu masih
taat menunggui kakus. Lama kelamaan karena Hiat-ji
tetap tak muncul, dia sangat gelisah. Tiba2 terdengar
suara tak...., tok... mendatangi dia kiranya sipengemis
jembel berkaki kayu itu lewat disitu. Pengemis itu
berhenti dimuka pintu kakus dan menuding dengan
tongkat kayunya: "Hai, mengapa kau tegak seperti
patung didalam kakus" A yuh, lekas keluarkan tahimu dan
enyah, lo-ya hendak buang air juga!"
Sudah tentu Tay-keng marah besar. Maju selangkah
dia angkat kakinya menendang ulu hati sipengemis.
"Astaga, jadi kau hendak memukul orang"!" seru
sipengemis itu sembari lintangkan tongkatnya kemuka
dada, bluk....., menggelosolah tubuh Tay-keng ketanah,
auh....., auh....., huak...., huak...... Suara menguak itu
bukan datang dari mulut Tay-keng, melainkan dari
sipengemis jembel waktu Tay-keng terlempar jatuh
kedalam kolam tahi. Syukur Tay-keng cepat2 gunakan
tangan untuk menahan dinding kolam, sehingga
tubuhnya sampai mandi "minyak wangi". Sekalipun
begitu, tangannya berlepotan dengan benda kuning
emas yang "harum" baunya itu.
Masih Tay-keng belum sadar bahwa pengemis jembel
itu adaIah The Go yang menyaru. Dia kira karena kurang
hati2, tadi teIah terpeleset jatuh. "Bangsat jembel,"
mulutnya memaki dan siku tangannya meniodok dada
The Go. Benar semasa mudanya The Go itu seorang durjana
culas yang licik. Tapi sejak kedua kakinya buntung, dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
insyaf akan kesalahannya. Terhadap orang culas dan
chianat, dia teramat benci. Tay-keng pemuda bebodoran
itu harus diberi hajaran yang layak. Dia tak mau
menghindar tapi dalam pada itu diam2 dia kerahkan
lwekangnya kearah dada. Begitu siku Tay-keng
membentur dadanya, raganya seperti tersentuh Aliran
listrik yang kuat voltagenya. Lagi2 tubuh anak muda itu
terhuyung kedekat kolam kotoran.
Untunglah berkat kelincahan, Tay-keng cepat gunakan
gerak lin-eng-joan-soh (burung kenari menobros tali)
untuk loncat jauh2.
"Siapa kau ini?" serunya.
"Dan kau sendiri ini siapa"
Mengapa menunggui kakus?" balas bertanya The Go.
Mendengar nada orang seperti mengandung sesuatu
maksud, buru2 Tay-keng berkata: "Aku bernama Tio
Tay-keng, apakah cunke ini..........."
"Benar, ah kiranya orang sendiri. Cucu muridku tak
sempat, ada aku yang datangpun sama saja. Mari ikut
padaku!" sahut The Go.
"Pernah apa cunke ini dengan Shin Hiat-ji?" Tay-keng
bersangsi. "Liat Hwat cousu itu kalau bukan muridku, siapa lagi
dianya itu" Apa kau masih belum tahu?" The Go deliki
mata. Tay-keng terbeliak kaget, serunya: "Siapakah gelaran
cinpwe yang mulia ini?"
"Bu-kak-sian!" sahut The Go dengan ringkas. Bu-kaksian artinya si Dewa tanpa kaki.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tadi Tay-keng telah membuktikan sendiri bagaimana
lihaynya pengemis itu. Benar tak tahu dia bagaimana
kalau dibandingkan dengan Liat Hwat, tapi yang terang
dia itu jauh lebih sakti dari Hiat-ji.
Dengan, masih setengah ragu2 dia ikut sipengemis
jembel itu. Tanpa berpaling kebelakang lagi, The Go
langsung masuk kedalam gereja Kong Hou Si.
Sebenarnya memang dia sudah berjanji pada Siao-lan
suruh membekuk Hiat-ji
Begitu dia bawa Tay-keng kesana, nanti dihadapan Tio
In, hendak dia lucuti kedok si Tay-keng itu. Habis itu, dia
hendak bawa anak itu kepada ayahnya (Tio Jiang) di Lohu-san. Menjelang tiba didepan pintu gereja, timbullah
kecurigaan Tay-keng.
Mengapa dia bawa aku kedalam gereja, demikian Taykeng bertanya seorang diri.
Membarengi penuh sesak orang ber-duyun2 masuk
kedalam ruangan gereja, dia sengaja perlambat jalannya
sampai ketinggalan dibelakang, lalu memandang kearah
perapian dupa disebelah sana.
Hai......, mengapa Tio In tak tampak" Kecurigaannya
makin tebal. Sebagai seorang bakat durjana, diapun cukup pandai.
Benar ketika sipengemis jembel itu membentur
dirinya, dia dapat cepat2 menyambar lagi gulungan
kertas yang melayang jatuh Itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi bukan mustahil, pengemis yang lihay itu dalam
waktu sekejab itu dapat menukar gulungan kertasnya
dengan lain macam gulungan kertas.
Ya....., siapa tahu! Liat Hwat cousu adalah seorang
guru besar dari daerah Tibet.
Namanya sangat termasyhur.
Andaikata benar dia itu masih mempunyai suhu,
mengapa Hiat-ji tak pernah mengatakan padanya (Taykeng)" Memikir sampai disitu, buru2 dia menyelinap diantara
orang banyak. Oleh karena suasana dalam ruangan situ
sangatlah hiruknya, jadi The Go sudah tak mengetahui
akan hal itu. Baru setelah dia melalui ruang besar dan
berpaling kebelakang dia menjadi kaget demi tak
dilihatnya Tay-keng. Celaka, diam2 The Go mengeluh.
Dia yang biasanya selalu menyiasati orang, kali ini kena
di pedayai oleh seorang anak muda macam Tay-keng.
Buru2 dia balik lagi keruangan besar, tapi setelah
men-cari2 sampai lama tak dijumpai anak itu, terpaksa
dia terus menuju keloteng tempat penyimpan kitab.
Tapi disitu, kecuali mayat siopas tadi, baik Siao-lan
maupun Hiat-ji tak dijumpainya. Kali ini kecerdasan otak
The Go benar2 terbentur karang.
Turun kembali kebawah dia bertanya pada seorang
paderi dan mendapat keterangan bahwa menurut pesan
pengurus gereja, semua paderi dilarang menghampiri
ruang tempat penyimpan buku itu.
Entah karena apa, hweshio itu tak tahu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Go memperhitungkan bahwa Tay-keng tentu
hanya menyelinap diantara orang banyak, jadi belum
pergi jauh, maka dia mulai mencarinya.
Kiranya anak itu bersembunyi dibelakang sebuah
patung. Kuatir kalau The Go nanti mencarinya, dia segera akan
pergi. Tapi tiba2 dari arah belakang terdengar seseorang
berseru: "Tio-heng....! Tio-heng.....!"
Untuk kegirangannya, ternyata yang memanggil itu
adalah Hiat-ji "Shin-heng, mengapa kau suruh aku tunggu ditempat
begituan dan sampai sekian lama kau tak datang"
Apakah Bu-kak-sian itu orang kita sendiri?" tanyanya
seraya menghampiri. Bermula Hiat-ji tak mengerti apa
yang ditanyakan kawannya itu, tapi setelah direnungkan
sejenak, baru dia insyaf.
"Celaka!" serunya sembari banting2 kaki.
"Bu-kak-sian itu bukan orang Lo-hu-san, selama ini
belum pernah aku melihatnya!" kata Tay-keng.
"Mengapa kau ngelantur begitu" Ku minta kedatanganmu diruang penyimpan kitab, mengapa kau
datang kelain tempat" Hem...... terang ada orang yang
mengacau. Adikmu datang keruang itu dengan
membawa suratku, berarti rahasia kita ini sudah bocor.
Sekurang2nya ada seorang yang sudah mengetahui
rahasiamu!" kata Hiat-ji.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Momok yang paling ditakuti Tay-keng, adalah adiknya
sendiri. Dia kira tentu Tio In benar seperti yang
dikatakan Hiat-ji itu, sudah mengetahui kedoknya.
"Ai, bagaimana ini ya..., bagaimana ini...?" serunya
seperti orang menunggu vonnis (putusan peagadilan).
Sebaliknya diam2 kini Hiat-ji bersorak dalam hati.
Memang bermula dia masih kuatir, jangan2 Tay-keng tak
sampai hati untuk melakukan rencananya yang keji itu.
Tapi setelah terdesak dipojok itu, terang Tay-keng tentu
tak ragu2 lagi. Dengan tersenyum iblis, Hiat-ji segera
tarik tangan Tay-keng kesuatu tempat yang sepi.
"Shin-heng, rasanya aku harus mengikut kau kekota
raja. Dikedua propinsi Kwiciu itu, sudah tiada tempat
kakiku berpijak lagil" kedengaran Tay-keng seperti
meratap. "Ah, Tio-heng" Hiat-ji tertawa dingin, "susah....,
susah..... Kau belum mempunyai
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pahala apa2, bagaimana, kau bisa diterima dikota raja?"
Saking gelisahnya kepala Tay-keng basah dengan
kucuran keringat, ujarnya: "Shin-heng, kau harus
menolong Aku!"
Melihat saatnya sudah tiba, berkatalah Hiat-ji:
"Adikmu sudah kututuk dan sekarang kusuruh bawa
kegedung thay-hu. Pengemis yang menyebut dirinya Bukak-sian itu tentu konconya siwanita yang bergegaman
hi-jat itu. Walaupun untuk sekarang kita tak tahu siapa
mereka itu, tapi nanti kau tentu akan memperoleh
keterangan dari leng-cun (ayahmu). Kini kita hanya
mempunyai sebuah rencana. Dengan rencana itu bukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saja kau dapat terlepas dari kesulitan, pun akan
membuat suatu pahala besar!"
"Harap Shin-heng lekas katakan rencana itul" kata
Tay-keng sembari mengusap keringatnya. Tapi sebelum
menjelaskan, lebih dahulu Hiat-ji melirik tajam2 kepada
Tay-keng. "Tapi ah....., kalau kau tak mau jalankan rencana itu
malah akan runyam jadinya!"
"Jika tak mau menjalankan perintahmu, biarlah
mayatku mati tak berkubur!" sahut Tay-keng sembari
menunjuk pada langit dan bumi.
"Bagus!" kata Hiat-ji sembari merogoh keluar sebuah
fles dari batu kumala, "lekas pulang ke Lo-hu-san dan
usahakanlah sedapat mungkin untuk meminumkan puyer
dalam botol ini kepada ayah bundamu!"
Tay-keng menerima botol itu dengan tangan
bergemetaran. "Shin-heng, obat apakah ini?" tanyanya dengan suara
parau. Dengan pertanyaan itu, nyata nurani Tay-keng masih
belum buta. Dia masih kuatir jangan2 ayah bundanya akan
meninggal secara mengenaskan sekali.
Fles obat puyer itu bukan lain adalah hong-sin-san,
yang dirampas Hiat-ji dari dalam goa Kit-bong-to. Dalam
3 hari 3 malam, binasalah orang yang meminumnya.
Sebelum meninggal, orang itu akan berobah buas seperti
anjing gila, menyerang dan membunuh siapa saja yang
dijumpai. Obat itu terbuat dari ramuan busa air ludah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
anjing gila, harimau gila, ular gila dan lain2 bisa
binatang. Oleh karena itu pembuatannya sangat sukar
sekali. Sudah tentu Hiat-ji tak mau mengatakan terus terang
pada Tay-keng, katanya dengan tertawa: "Jangan kuatir,
bukan obat racun melain obat bius saja. Dalam 7 hari 7
malam orang akan lupa daratan, tapi setelah itu akan
pulih lagi seperti sediakala. Apabila ayah buadamu hilang
kesadarannya, segera kau boleh keluarkan perintah
bubarkan orang2 yang berkumpul di Lo-hu-san itu.
Setelah kau dirikan pahala, boleh ikut aku kekota raja,
baginda kaisar teatu akan menganugerahimu suatu
kedudukan yang tinggi. Kalau hal itu sudah terwujut,
ayah bundamupun tentu tak dapat berbuat apa-apa.
Bagaimana, baik tidak rencanaku in!?"
Tay-keng kegirangan sekali dan Hiat-jipun segera
menyuruhnya Iekas2 kembali ke Lo-hu-san.
Setelah itu, Hiat-ji lalu balik kegedung thay-hu. Baru
Tay-keng berjalan tak jauh, sekonyong-konyong dari
sebelah muka terdengar orang. berseru keras2: "Bangsat
busuk, kiranya kau berada disini!"
Astaga, si Bu-kak-sian! Kejut Tay-keng tak terkira,
terus dia berputar kebelakang dan hendak melarikan diri
tapi secepat itu si Bu-kak-sian sudah menghadang
dimukanya. "Adikmu, kemana ia?" hardik Bu-kak-sian.
Pikir Tay-keng, supaya dapat lekas2 lolos, Iebih baik
dia berkata terus terang.
Maka diapun menyahut kalau Tio In sudah dibawa
Hiat-ji kegedung thay-hu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagaimana kau mengetahuinya?" tanya The Go agak
terkesiap. Tay-keng mengatakan kalau tadi baru saja dia
berbicara dengan Hiat-ji.
"Dan kemana wanita yang membawa senjata hi-jat
itu?" tanya The Go.
Sebenarnya Tay-keng tak mengetahui dimana beradanya Siao-Ian, tapi untuk menyuruh The Go Iekas2
enyah dari situ, dia lalu memberi keterangan bohong:
"Wanita itu sudah ditawan oIeh Liat Hwat cosu dan
dibawa kegedung thay-hu juga. Carilah lekas kesana!"
The Go terkesiap.
Diakhir ahala Lam Beng, perserikatan bajak lautan
selatan itu terdiri dari 4 keluarga yaitu The, Ciok, Ma dan
Chi. Pengaruh mereka besar sekali. Turun termurun
mereka terikat perhubungan dan perkawinan.
Sejak kecil The Go sudah ditunangkan dengan Siaolan. Hanya karena The Go itu seorang pemuda buaya,
maka dia sudah tak menghiraukan Siao-lan. Adalah
setelah kedua kakinya buntung, baru The Go mau juga
menerima Siao-lan sebagai isterinya.
Duapuluh tahun lamanya kedua suami isteri itu
menghuni di pergunungan Sip-ban-tay-san yang sunyi
senyap dan memperoleh seorang anak tunggal yaitu The
Ing. Maka demi mendengar bahwa isterinya telah ditawan
Liat Hwat, untuk sekian saat dia termangu2 tak tahu apa
yang hendak diperbuatnya.
Begitulah tanpa berkata apa2, dia lalu berjalan pergi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dan Tay-keng yang tak kira bakal lolos sedemikian
mudahnya, pun lalu meneruskan perjalanannya ke Lohu-san. ---oo
BAGIAN 21 : SAY HONG HONG BEK
LIAN Sebagaimana kita ketahui tujuan kepergian The Go
dan Siao-Ian dari Sip-ban-tay-san itu adalah karena
hendak menolong puterinya (The Ing) yang ditawan
wanita dalam goa itu.
Keras dugaan The Go bahwa wanita aneh itu adalah
bekas kekasihnya dahulu yang dikhianatinya, yani Sayhong-hong Bek Lian.
Karena putus asa dan dendam, Bek Lian lolos dari
dunia keramaian dan mengasingkan diri.
Juga Siao-lan sangat cemaskan keselamatan puterinya. Begitulah setibanya di Lo-hu-san, The Go menebas
dua batang puhun kecil seraya menghibur sang isteri:
"Tak usah cemas. Peribadi Bek Lian kucukup faham.
Walaupun Ing ji dalam bahaya, asal ia dapat melihat
gelagat tentu takkan kena apa2. Asal aku dapat
berjumpa dengan ia (Bek Lian), Ing-ji tentu akan
dilepaskanl"
Bagi Siao-lan kata2 suaminya itu adalah merupakan
undang2 yang diindahkannya. Tapi lembah tempat goa
Bek Lian itu sangat terpencil sekali letaknya.
Hampir seharian mereka mencari, tetap belum
menemukan. Mereka percaya bahwa Tong Ko tentu tak berbohong
maka mereka tetap lanjutkan penyelidikannya. Tiba pada
sebuah puncak yang menjulang tinggi, yakni puncak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok-li-nia, terkenanglah The Go akan kejadian pada 20
tahun berselang.
Hatinyapun serasa tergetar.
Selagi mereka berdua tegak ter-longong2, tiba2
tampak 3 sosok bayangan berlari mendatangi dengan
pesatnya. Belum orangnya tiba, sudah terdengar salah
seorang berseru keras: "Hem.... Siau-beng-siang itu
sungguh tak tahu diri Peng-se-ong mengutus kita kemari,
tapi dia tak mengadakan sambutan apa-apa."
The Go terkejut mendengar itu. Peng-se-ong adalah
gelaran Go Sam-kui. Mengapa dia mengutus orang
kemari" Buru2 ditariknya Siao-lan untuk diajak sembunyi.
Ketika dekat, ternyata yang berjalan disebelah muka itu
adalah seorang yang mengenakan pakaian pembesar
Ceng, sikapnya ke-angkuh2an. Kawannya yang seorang
bertubuh kate, mengenakan pakaian compang camping
tetapi cukup bersih. Dibelakang punggungnya menggendong sebuah holou (guci) besar. Bebrapa kali
dia ambil guci araknya itu dan meneguknya berkelutukan. Tingkah lakunya menggelikan orang.
The Go terkesiap. Pernah dia mendengar bahwa dalam
kalangan persilatan daerah Hokkian ada seorang tokoh
lihay macam begitu.
Tapi entah tak tahu dia siapa namanya. Pula tak nanti
tokoh itu mau berhamba pada pemerintah Ceng.
Adakah desas desus yang mengatakan bahwa Pengse-ong Go Sam-kui itu berniat hendak memberontak itu
benar adanya"
Sedang orang yang ketiga adalah seorang tosu
(imam). TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dari gerak geriknya, dia itu seorang yang licin.
Orang yang dandanannya seperti pembesar itu
berhenti dan berkata dengan dingin: "Orang she Tio itu
sungguh tak kenal tingginya langit. Sampai dikaki puncak
sini masih tak mengirim sambutan! Aku tak percaya kalau
Peng-se-ong sudi berserekat dengan gerombolan macam
begitu!" The Go jemu akan sikap congkak orang itu.
Tapi pada saat itu sudah menyahutlah si kate tadi
dengon olok2nya yang tajam: "Co tayjin, mungkin
namamu yang besar itu telah membuat mereka
ketakutan dan tak berani turun gunung!"
Diam2 The Go geli juga akan sindiran si kate itu.
Tapi si Co tayjin itu sendiri rupanya tak mendengarnya. Adalah si imam yang tampak keruntukan kening dan
mengisiki pada Co tayjin.
Co tayjin deliki mata kepada si kate kurus itu, siapa
tak menghiraukan dan melainkan enak2 meneguk
gucinya. The Go tetap diam saja untuk menantikan
perkembangan mereka.
Lewat sejurus kemudian, rupanya Co tayjin itu tak
sabaran lagi, dan menghamburlah makian lagi dari
mulutnya: "Oleh karena orang she Tio tak mengirim
orang, ayuh kita naik keatas saja. Nanti bila bertemu
muka, biar kudampratnya!"
Buru2 si imam menyambuti: "Tayjin memang benar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Gerombolan orang2 persilatan macam itu, karena
mengandalkan ilmu silatnya lantas tak pandang mata
pada orang lagi, sungguh men.........."
Sebenarnya dia hendak memaki "menjemukan", tapi
pada saat itu si kurus sudah melirik kearahnya dan tiba2
berbatuk huk...., huh..., cuh......: segumpal ludah
meluncur dari mulutnya dan tepat sekali singgah kepipi si
imam. Imam itu tersentak kaget.
Bermula dia tak tahu, tapi serta tangannya mengusap
ternyata pipinya sudah berpupuran ludah kental. Raut
mukanya menampilkan kemarahan, tapi justeru begitu,
makin menggelikan kellhatannya.
"Ai ......maaf, Toya! Karena tenggorokanku terasa
gatal, tanpa dapat kucegah lagi aku telah batuk. Se-kali2
tak sengaja berlaku kurang ajar pada toya, harap jangan
gusar!" seenaknya hati saja si kate kurus itu menghibur
kemengkalan si imam.
Sudah tentu si Imam tak mandah diperlakukan begitu.
Maju selangkah dia menjotos si kate.
Diam2 The Go terkejut melihat gaya serangan si Imam
yang cukup berat itu.
"Hai, itulah pukulan lui-tin-cio (pukulan geledek).
Biarpun dia sengaja menyembunyikan tapi tetap
suaranya yang seperti
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
geledek menyambar itu kedengaran jelas. Jangan2 dia itu adalah kepala biara
Sam Ceng Kiong di Gunbing yang bergelar Lui-tin-sinciang Gwan Liong totiang?" demikian The Go menimang2
dalam hati. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kelima jari imam itu dicengkeramkan sedikit dan sekali
dihantamkan kemuka, maka jari2 itu terpentang semua.
Sambaran anginnya, sedikit lebih pelahan dari halilintar,
menindih si kurus. Orang kurus itupun terkejut. Matanya
membeliak tak tahu apa yang hendak diperbuat. Nyata
batok kepala si kurus itu tentu akan hancur lebur dan
untuk itu The Go serta Siao-lan sudah siap hendak loncat
keluar menolongnya.
Se-konyong2 si kurus itu terpeleset jatuh kesamping,
gayanya macam orang mabuk, namun tepat sekali dapat
menghindari hantaman si-imam tadi. Krek......, secepat
kilat jari tengah tangan kanan si kurus itu menutuk
lambung si-imam pada jalan darah yang-ke-hiatnya. Baik
ilmunya maupun kecepatannya, telah membuat The Go
kesima. Bermula si-imam tadi hendak lancarkan
pukulannya yang kedua, tapi serta lambungnya tertutuk,
tangannya pun terkulai kesamping dan menyampok
orang ketiga yang dibahasakan "Co tayjin" tadi.
"Toya, tahan, jangan melukai Co tayjin !" seru si kurus
sembari masih sempoyongan.
Imam itu sendiri bukan kepalang kagetnya.
Dia hendak menghajar si kurus, mengapa diluar
kemauannya, pukulannya nyasar kearah Co tayjin "
Tapi untuk menarik kembali, terang sudah tak sempat
lagi. Plak....., tahu2 muka si Co tayjin tadi mendapat
persen. Aduh mak, sakitnya bukan kepalang !
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bagi The Go apa yang telah terjadi itu jelaslah sudah
kiranya. Gaya sempoyongan yang diperlihatkan oleh si kurus
itu adalah ilmu cui-pat-sian (8 dewa mabuk) yang
sempurna. Kalau demikian teranglah si kurus itu tokoh
yang digemari sebagai "cui kui" si setan pemabukan Jui
Wi. Tokoh persilatan yang luar biasa itu, hendak
mempermainkan si-imam dan Co tayjin rupanya. Tapi
anehnya, mengapa dia turut dalam rombongan mereka "
"Hai, mengapa kau menampar mulut Co tayjin" Co
tayjin adalah orang kepercayaan nomor satu dari Pengse-ong. Kalau kau memukulnya, berarti memukul Pengse-ong. Jangan tanya dosamu ya !" teriak si kurus
dengan deliki mata kearah si-imam.
Wajah si-imam menampil ketakutan yang hebat,
sedang si Co tayjin yang tengah menahan kesakitan
karena separoh mukanya benjul begap, belum dapat
berkata apa-apa, kecuali mendekapnya dengan tangan.
Berselang berapa lama, barulah Co tayjin turunkan
tangannya dan menjerit keras.
"Co tayjin, pinto telah kesalahan tangan, Co tayjin :
maaf !" tersipu2 si-imam menghampirinya seraya
meratapkan maaf.
Disamping geli melihat adegan itu, diam2 The Go juga
heran melihat kelakuan si-imam itu. Imam tersebut atau
Gwan Liong totiang, The Go belum jelas bagaimana
pribadinya. Tapi kelakuannya yang sedemikian memalukan itu, sungguh tak patut. Jadi meskipun dia
faham ilmu pukulan lui-tin-chiu (pukulan geledek), tapi
terang dia bukan Gwan Liong totiang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rupanya Co tayjin itu belum mencium bau permainan
si kurus tadi, maka kecuali hanya mendeham hidung, dia
tak mendamprat si-imam itu lagi. Kalau si-imam longgar
napasnya karena terbebas dari hambur makian, adalah si
kurus iang ketawa cekikikan sembari memerintah lagi :
"Co tayjin telah memberi ampun, mengapa kau tak
berlutut menghaturkan terima kasih ?"
Kini tampak si Co tayjin itu keruntukan halis, ujarnya :
"Jui tayhiap, Peng-se-ong telah tugaskan kami bertiga
kemari, untuk itu kita bertiga harus bersatu padu, jangan
bertengkar sendiri !"
"Hi, bagaimana ni " Aku membelamu, sebaliknya kau
sesali aku ?" seru Jui Wi tayhiap.
Co tayjin alihkan pembicaraan, menyatakan bahwa
karena orang Lo-hu-san tak datang menyambut,
sebaiknya mereka naik terus keatas saja. Begitulah
mereka bertiga lalu mendaki keatas. Co tayjin disebelah
depan, si-imam mengikuti dibelakangnya sedang si kurus
tadi tetap ber-ingsut2 jalan se-enaknya saja.
Setelah mereka jauh, barulah The Go tarik Siao-lan
keluar, katanya :"Mereka orangnya Go Sam-kui dari
Hunlam, ayuh kita ikuti keatas !"
Tapi Siao-lan membantah : "Peduli apa mereka itu
orangnya Go Sam-kui atau Go liok-kui, yang penting kita
harus cari Ing-ji lebih dahulu !"
Dalam hati kecilnya, The Go ingin sekali mengetahui
apa maksud kedatangan orang-orangnya Go Sam-kui itu,
tapi karena dia tak mau mengecewakan hati isterinya
terpaksa dia menurutinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitulah mereka berdua lalu melanjutkan penyelidikannya digunung Lo-hu-san situ. Tapi sampai
keesokan harinya, tetap tak berhasil.
Sebagai seorang ibu, sudah tentu Siao-lan gelisah
bukan main, maka The Go pun coba menghiburnya.
Selagi sepasang suami isteri itu melepaskan lelah
ditepi sebuab sungai kecil, tiba2 dari arah belakang
terdengar suara ribut2.
Ketika mereka berpaling didapatinya ada seorang
tengah berlari-larian mendatangi dengan pontang
panting, seperti orang diburu setan.
Pakaiannya koyak, tapi jelas kelihatan kalau pakaiannya itu adalah pakaian pembesar Ceng.
Ketika diperhatikan, astaga itulah Co tayjin, ...... Co
tayjin yang kemarin malam berlagak sedemikian
angkuhnya. Sembari berlari, tak henti-hentinya dia berpaling
kebelakang sembari berteriak2: "Hohan....., ampunilah !
Hohan......, ampunilah !"
Buru-buru The Go tarik Siao-lan diajak bersembunyi
kedalam semak2.
Bluk......, kedengaran Co tayjin itu rubuh ditepi sungai
tak dapat bangun lagi.
Pada lain saat, seorang lelaki tinggi besar muncul
dengan mencekal sebatang ruyung.
Amboi, itulah si berangasan Kiau To, ji-ahko Thian Te
Hui. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sudah tentu The Go dan Siao-lan cepat dapat
mengenalinya. Kiau To sudah angkat jwan-pian untuk menghajar si
Co tayjin, atau sekonyong-konyong muncullah seseorang
berseru mencegahnya : "Kiau-heng, jangan.....!" sembari
angkat guci araknya, bluk......, terhindarlah Co tayjin dari
gebukan ruyung itu, berkat guci arak orang itu yang
bukan lain adalah Ciu-kui Jui Wi.
Cuh......., Kiau To meludahi Co tayjin, makinya :
"Kalau tak memandang muka Jui tayhiap, tentu kamu
kuhajar babak belur. Huh......, bangsa kutu busuk mau
jual lagak pembesar. Orang Lo-hu-san tak sudi melihat
macam begitu2-an !"
Co tayjin ber-ingsut2 sampai bebrapa langkah baru
berani berbangkit.
Tepat pada saat itu, si-imam yang pandai ilmu lui-tinkangpun tiba. Buru2 dipapahnya Co tayjin terus diajak lari.
"Kiau-heng, bukannya menyalahkanmu, tapi apabila
Siau-beng-siang
kembali, dia tentu menyesali tindakanmu tadi !" kedengaran Jui Wi menghela napas.
"Mengapa ..... " Apakah orang begituan tak pantas
dihajar " Semalam, mengingat dia adalah utusan Go
Sam-kui, aku dan Ki toako telah menyambutnya dengan
hormat. Tapi tadi pagi2, sewaktu aku menjenguk
kedalam kamarnya, dia bilang sangat lelah dan suruh aku
memijatinya. Hem......., kalau mendiang Nyo Kong Lim
masih ada, dia tentu sudah menghajarnya mampus !"
Kiau To menyomel.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya, orang macam begitu memang harus dihajar, tapi
kalini kau telah menyakiti hati dua orang tokoh penting !"
kata Jui Wi. "Siapa mereka itu ?"
"Kaum persilatan mengatakan kalau Kiau loji itu
berangasan, dan ini memang berbukti," sahut Jui Wi
dengan tertawa, "salah seorang dari mereka adalah,
suhu dari imam itu yakni Lui-tin-sin-ciang Gwan Liong
totiang !"
Kiau To terkesiap, serunya : "Tidak, Gwan Liong
totiang adalah cianpwe yang saleh. Pernah beliau dengan
suhuku Tay Siang siansu merundingkan soal-soal
keagamaan terus menerus sampai 3 hari 3 malam. Suhu
mengatakan, Gwan Liong totiang adalah sahabatnya
yang paling karib, masakan dia mau menggubris
omongan imam itu ?"
"Ah......, kau tak mengetahui asal usulnya. Imam itu
bernama Ma Ki, anak seorang hartawan di Hunlam. Gwan
Liong totiang pernah jatuh sakit keras rebah didepan
pintu hartawan itu. Berkat pertolongan hartawan Ma itu,
tertolonglah jiwa Gwan Liong totiang. Kemudian dalam
suatu huru hara, rumah tangga hartawan Ma berantakan.
Gwan Liong totiang membalas budi, ajak Ma Ki kebiara
Sam Ceng Kuan di Kunlun dan menerimanya sebagai
murid. Gwan Liong totiang mempunyai kelemahan, yakni
bertelinga tipis (tak tahan dihina). Apabila nanti Ma Ki
mengadu, benar Gwan Lion totiang tak berani terangterangan memusuhi kita, tapi diam2 dia tentu
mendendam !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kiau To merenung sejenak lalu berkata: "Tak apalah,
karena Gwan Liong totiang itu tak mau campur urusan
duniawi lagi. Dan siapakah orang yang kedua itu?"
"Go Sam-kui, sudah tentu" sahut Jui Wi, "Co tayjin
atau Co Kong-liok itu adalah orang kepertiayaan kesatu
dari Go Samkui. Mendapat hinaanmu tadi, sudah tentu
dia penasaran. Benar dewasa ini Go Sam-kui bermaksud
hendak berpaling haluan, tapi seperti kita ketahui, dia
adalah musuh rakyat Han nomor satu yang telah
memimpin orang Ceng merampas tanah air kita. Dia
mempunyai pasukan kuat. Apabila dia jadi menentang
pemerintah Ceng, itulah suatu bantuan besar bagi
perjoangan kita. Menilik hal itu, tak seharusnya kau
gegabah membikin sakit hatinya!"
Biasanya tokoh Jui Wi itu, aneh sekali gerak geriknya,
gemar memper-olok2 orang.
Tapi kalini dia bicara dengan wajah dan nada yang
ber-sungguh2. Setelah mendengarinya sampai sekian saat barulah
kedengaran Kiau To membuka mulut: "Kalau Tio Jiang
pulang, biarlah aku menerima dampratannya!"
"Bagus!" seru Jui Wi sembari tunjukkan jempolnya,
"Itulah ucapan seorang lelaki jantan. Kemengkalan hatiku
selama mengikuti kedua orang ini, hari ini baru dapat
obat penawarnya!"
Sembari pasang omong dengan gembira tawa, mereka
berdua lalu naik kepuncak Giok-li-nia lagi.
"Siao-lan!" seru The Go dengan rawan kepada sang
isteri. Dan setelah isterinya mengiakan, kembali The Go
berkata: "Siao-lan, karena kesesatanku semasa muda,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku telah melakukan banyak sekali kejahatan. Setelah
sepasang kakiku kutung barulah aku insyaf. Benar aku
telah mengunjuk jasa membantu menemukan harta
karun digereja Kong Hau Si, tapi apabila jasa itu
dibanding dengan kejahatan yang telah kulakukan
sungguh belum sembabat. Kalau dewasa ini Peng-se-ong
Go Sam-kui sungguh2 mau bergerak, ah......, disitulah
kesempatanku. Kubermaksud,...."
"Kau bermaksud hendak menasehati Go Sam-kui
supaya jangan berbanyak hati lagi untuk melaksanakan
cita2nya menentang pemerintah Ceng bukan?" tukas
Siao-lan The Go menggukkan kepala. Tapi saat itu wajah Siaolan menampil kemuraman.
"Apa yang kau kehendaki, aku selalu menurut saja.
Tapi permintaanku supaya menemukan Ing-ji dahulu!"
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rencana The Go ialah hendak membunuh Tio Kongliok, kemudian pergi menghadap Peng-se-ong di Gunbing. Dengan begitu hilanglah sebuah rintangan iang
menghalangi terlaksana cita2 Go Sam-kui itu. Tapi pada
saat itu, dia harus menemukan puterinya dahulu. A h, dia
memiliki ilmu berjalan cepat yang sempurna, lebih dahulu
mencari The Ing baru kemudian menyusul Co Kongliok,
rasania masih belum terlambat. Demikian The Go
mengambil keputusan.
"Baiklah!" dia memberi penyahutan kepada Siao-lan.
Mereka lalu lanyutkanpenyelidikannya lagi.
---o0-dwkz_kupay-0o--TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah hampir setengah harian menjelajah daerah
situ, barulah mereka tiba di goa rahasia tempat
persembunyian si wanita aneh. Sembari berseru
memanggil nama puterinya, Siao-lan menerobos masuk
kedalam air terjun, The Go mengikutinya. Keadaan disitu
tepat seperti iang diceritakan Tong Ko, namun anehnya
hanya kawanan kelelawar yang beterbangan digoa situ,
tiada barang seorang manusiapun. Kegelisahan Siao-lan
yang dialaminya berhari2 ini memikirkan keselamatan
The Ing, cukup hebat. Kini sewaktu tak didapatinya sang
puteri, ia segera mendekap kebahu suaminya seraya
menangis tersedu sedan.
"Kalau tak bertemu Ing-ji, aku bersumpah tak mau
pulang!" The Gopun cemas, dia berdiri ter-longong2. Tiba2
dirasanya selain tangis Siao-lan, disebelah sama seperti
kedengaran ratap tangis seseorang lain. Ah, Tong Ko
pernah mengatakan bahwa goa itu banyak sekali
ruangannya, mungkin dia belum memeriksanya habis.
Cepat dia suruh Siao-lan berhenti menangis. Benar juga
walaupun lemah samar2, namun isak tangis orang itu
memang ada. "Ing-jikah?" serentak Siao-lan berteriak dengan
girang. Tapi The Go yang lebih tajam petidengarannya tahu
kalau itu adalah nada tangis seorang lelaki yang samar2
seperti memanggil seseorang lain. The Go pasang telinga
betul2. Tapi ketika dia berpaling mengawasi Siao-lan,
dilihatnya wajah sang isteri itu seperti orang terpesona.
"Siao-lan kau kenapa?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siao-lan gelagapan. "Ai, tadi sepertinya aku mendengar Ing-ji memanggil aku, tapi begitu kau
menegur, mengapa suaranya hilang?" sahutnya dgn
heran. Kini tak ragu2 lagilah The Go, cepat disuruhnya sang
isteri menyalurkan lwekang untuk menutup semua jalan
darahnya. "Jangan melamun, terutama jangan terkenang akan
Ing-ji. Suara tangis itu dari tempat jauh. Kalau tak salah
itulah yang dibilang "A-siu-lo-pit-mo-biau-im" semacam
ilmu sihir untuk mengikat semangat orang. Ilmu jahat itu
dapat membikin linglung orang dan dengan tak sadar
masuk kedalam perangkapnya. Tapi ilmu itu sudah lama
menghilang, mengapa kini ada orang yang menggunakan
lagi" Ayuh, kita kesana meninjaunya, mungkin ada
sangkut pautnya dengan "Ing-jil"
The Go ajak isterinya menyusup kebagian dalam yang
ber-liku2 itu. Tiba diujung lorong goa dan membiluk
sebuah tikungan tiba2 tampak ada penerangan dan
suara tangis itupun terdengar jelas. Nada tangisan itu
aneh benar, setempo melengking menyayat hati,
setempo lincah macam orang tertawa. The Go robek
bajunya sedikit, setelah dibasahi dengan ludahnya lalu
disumbatkan ketelinga Siao-lan. Setelah itu, dia memotes
sebatang dahan, lalu menuju ke goa itu.
Dimuka pintu goa itu penuh ditumbuhi dengan alang2
gelagah yang setinggi orang, sehingga sepintas pandang
goa itu tak kelihatan dari luar. Begitu memandang
kesebelah luar, tampak pada sebuah batu pesegi seluas
3 tombak yang terletak dipinggir sebuah puhun hwe,
duduk seorang lelaki bertubuh gemuk, Wajahnya aneh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tengah menangis tersedu sedan tapi setetespun tiada
mengucurkan air mata. Dihadaparnya duduk pula
seorang hweshio tua sembari mencekal tongkat timah.
Wajah hweshio itu agung bagai seorang Buddha hidup.
The Go cepat mengenal hweshio ini sebagai Tay Siang
siansu, itu kepala gereja Liok-yong-si di Kwiciu yang
sakti. Terang kalau siorang gemuk tadi tengah menangisi
Tay Siang siansu dan nyatalah pula kalau dia itu bukan
tokoh dalam kalangan persilatan daerah Kwiciu. Kalau
tidak, masakan dia berani keluarkan ilmu iblis dihadapan
siansu sakti itu. Tay Siang telah mendapat kesempurnaan, baik dalam pelajaran keagamaan
maupun dalam ilmu silat. Sudah tentu segala macam
ilmu hitam begitu2an, tak mempan terhadap dirinya.
Tak tahu The Go entah sudah berapa lama kedua
tokoh itu mengukur kepandaian disitu dan adakah
mereka itu mengetahui jejak The Ing. Yang diketahuinya
jelas, wanita aneh yang menawan puterinya itu tentulah
Say-hong-hong Bek Lian, jelita yang dia lukai hatinya itu.
Maka walaupun dia bisa menghiburi Siao-lan, tapi dia
sendiri sebenarnya cemas tak keruan. Kemungkinan Bek
Lian membalas dendam terhadap The Ing pun bukan
tidak mustahil.
Setelah memandang beberapa jurus, dia membetot
serumpun akar rotan dan sekali tongkat dahan puhun
tadi ditutukkan ketanah, The Go pun muncul keluar. Si
gemuk tadi tengah meramkan mata. Begitu terdengar
ada suara, dia segera membuka mata mengawasi kearah
The Go. The Go terkesiap kaget melihat pancaran sinar
mata si gemuk yang luar biasa itu. Tahu kelihayan orang,
The Go tak mau memandangnya lagi, tapi se-olah2
tertarik oleh besi sembrani, dia terpaksa beradu pandang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan si gemuk. Apa boleh buat, buru2 dia pusatkan
perhatiannya. Kira2 sepeminum teh lamanya, kembali si gemuk
menangis lagi. Nada tangisnya itu menyusup kedalam
telinga The Go dan tergetarlah perasaannya. The Go
terkesiap kaget. Untung dia sekarang sudah tinggi
lwekangnya, berkat ketekunannya belajar sedari menjadi
orang cacad. Namun betapapun dia kerahkan lwekangnya, tetap telinganya dibisingkan oleh tusukan
tangis si gemuk itu. Lewat setengah jam, tenaganya
sudah diperas sebagian besar, jauh melebihi lelahnya
dari bertanding dengan seorang jago lihay.
Ah, itu mati sia2 namanya. Tanpa ragu2 lagi, dia
melangkah maju 2 tindak dan secepat kilat dia tusukkan
ujung tongkat dahan puhun kejalan darah su-hiat-hiat
dipipi orang itu. Namun si gemuk itu tampak tenang2
saja, masih enak2 berdiam diri. The Go terkesiap melihat
sikap orang itu dan gerakannyapun agak lamban. Tahu2
si gemuk itu berkisar kesamping hingga tusukan The Go
menemui tempat kosong.
The Go makin terperanjat. Gerak penghindaran orang
itu, disebut 'kian-gun-toa-na-i-hwat', yalah suatu ilmu
lwekang yang teratas kesempurnaannya. Terang orang
itu tak mau mencelakainya, karena asal membalas, dia
(The Go) pasti celaka. Diam2 dia mengeluh. Duapuluh
tahun dia berjerih payah meyakinkan kepandaian, tapi
sekali digunakan dia bertemu dengan seorang sakti
begitu. Namun karena sudah terlanjur bergerak, dia tak
mau setengah jalan. Kemball dia menusuk kearah jalan
darah su-hiat-hiat si gemuk lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Harap sicu jangan turun tangan. Lo-ceng masih
mempunyai perhitungan yang belum selesai dengan dia.
Orang luar dilarang campur tangan, harap sicu mundur
saja!" tiba2 kedengaran Tay Siang siansu berseru dengan
nada yang bening nyaring.
The Go percaya bahwa, tentu ada sebabnya hweshio
sakti itu mengatakan begitu.
Sekali gentakkan ujung tongkat ketanah, dia melesat
setombak jauhnya dari gelanggang situ.
"Mohon tanya adakan kiranya siansu berjumpa dengan
seorang wanita setengah umur membawa seorang gadis
ditempat ini?" tanyanya.
Tay Siang siansu tak mau menyahut. Tadi sewaktu
siansu itu berseru, dengan cepatnya si gemuk segera
tujukan tangisannya ke arahnya (Tay Siang), The Go
mengetahui akan hal itu, tapi tidak dengan Siao-lan yang
segera tampil kemuka dan berseru menegur:
"Siansu, apa kau masih ingat padaku" Duapuluh tahun
yang lalu aku telah berhutang budi padamu karena telah
menolong jiwaku ketika digereja Kong Hau Si. Tapi kini
kalau tak menemukan Ing-ji, akupun lebih baik mati sajal
Siansu, mengapa kau tak mau menjawab?"
The Go percaya kalau siansu itu tahu dimana
beradanya The Ing, tapi dia belum mau menerangkan
karena masih menghadapi orang gemuk itu. Maka dia
menyuruh Siao-lan bersabar sampai si gemuk itu enyah
dari situ. Ho....., jadi si gemuk itulah yang menjadi gara2
Tay Siang siansu tak mau menjawab. Kalau menunggu,
mungkin 8 sampai 10 hari belum tentu bisa selesai.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dilihatnya si gemuk itu tiada suatu apa yang luar biasa,
kecuali nada tangisnya yang aneh.
"Tay Siang siansu, orang gemuk ini memang
menjemukan, biar kubantumu mengusirnya!" tanpa
banyak pikir lagi Siao-lan lalu menyerang dengan
garunya. "Siao-lan, jangan!" teriak The Go.
"Tahan!" seru Tay Siang. Tapi Siao-lan sudah terlanjur
menusuk. Serentak berhenti si gemuk menangis, sekali
gerakan sepasang tangannya dia dapat. menangkap garu
Siao-lan Dengan tertawa gelak2, berbangkit dia seraya
berseru: "Tay Siang hweshio, apa katamu lagi"!", lalu
menarik garu itu dari tangan Siao-lan siapa terpaksa
melepaskannya. Tay Siang siansupun tampak berbangkit menghela
napas: "Ah, kalah menang sudah nasib! Tapi tetap
kuharap kau suka robah sepak terjangmu. Aku tak mau
mengganggumu lagi, tapi kelak tetap ada orang yang
mengurusimu Dimana kejahatan sudah mencapai
ukurannya disitulah timbulnya pembalasan, pergilah!"
Tanpa berkata apa2, orang itu segera berputar
kebelakang terus ngacir pergi.
Gerakannya tampak lambat2 saja, namun kecepatannya bukan kepalang. Sekejap saja dia sudah
jauh sekali. Itulah ilmu gin-kang dari kian-gun-toa-na-ihwat yang sakti.
Tahu apa yang diartikan oleh ucapan Tay Siang siansu
tadi, buru2 The Go mintakan maaf untuk isterinya. Tapi
belum habis kata2nya atau siansu itu sudah menukasnya: "Kemauan nasib sukar dirobah. Sicu tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
usah berbanyak kata, kedua orang yang kau tanyakan
itu, aku memang pernah melihatnya.........."
"Dimana?" serentak Siao-lan memutus kata2 orang
tanpa bersabar lagi.
"Beberapa hari yang lalu, mereka berdua bertempur
dengan seorang tua gemuk pendek. Orang tua kate itu
lebih lihay sehingga wanita setengah umur itu menderita
luka2 parah. Karena aku sedang mempunyai urusan
penting, jadi tak dapat memberi bantuan. Mereka berdua
lari mengitari kebalik gunung sanal"
Hendak Siao-lan menegas lebih jauh, tapi dengan
kebutkan lengan jubahnya siansu itu sudah melesat jauh.
The Go duga, bahwa yang dimaksud dengan 'urusan
penting' itu, tentulah menunjuk orang gemuk yang
memiliki ilmu tangis lwekang hebat tadi. Seorang imam
suci macam Tay Siang siansu betapapun jahatnya orang
itu namun kalau terluka berat, hweshio itu pasti tetap
akan mau menolongnya. Tapi dia ternyata Iebih.
memperhatikan siorang gemuk tadi. Jadi bagaimana
pentingnia orang gemuk tadi, kiranya sudah jelas bagi
The Go. Tadi Tay Siang siansu mengatakan 'sudah nasib',
makin menunjukkan pentingnya urusan itu. Tapi kini
siansu itu sudah berlalu, tak dapat dimintai maaf lagi.
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Waktu berpaling The Go dapatkan Siao-lan sudah tak
berada didekatnya tapi jauh disebelah tikungan sana,
hendak menuju kebelakang gunung. Terpaksa The Go
menyusulnya. Dibalik gunung itu ternyata terdapat rimba
kecil. Hati mereka berdebar ketika tampak ada sepotong
baju bergelantungan pada sebuah puhun. Rupanya baju
itu hendak dijemur. Melihat baju itu adalah baju
puterinya tak ragu2 lagi Siao-lan segera meneriakinya.
Baru dua tiga ia me-manggil2, muncullah dari balik
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semak puhun seorang gadis yang bukan lain The Ing
adanya. Saking girangnya, Siao-lan sampai tegak
membisu seperti patung, air matanya bercucuran.
"Ya..., mah....aku tak kurang suatu apa, tapi lekaslah
tolong aku. Nona Bek sudah bebrapa hari ini menderita
luka parah, aku tak dapat mengobati, ah...... benar2 aku
cemas sekali!" seru The Ing dengan gugupnya.
Mendengar puterinya menyebut 'nona Bek', makin
berat dugaan The Go bahwa wanita aneh itu tentulah
nona yang pernah disakiti hatinya pada 20 tahun yang
lalu, Tak kunjung habis sesalnya dan dia tak ada muka
untuk bertemu dengan nona itu lagi.
Namun kalau tak menemuinya, berarti dia tetap
menanggung kesalahannya itu.
"Ia berada dimana?" dia buru2 menegas.
Sebenarnya dengan Bek Lian Siao-lan itu adalah
saingan. Dulu karena ter-gila2 dengan nona itu, maka The Go
telah menolak kasihnya (Siao-lan). Tapi kini setelah
diketahuinya nona itu sakit berat, hilanglah rasa
dendamnya. Buru2 ia ikut The Ing masuk kedalam rimba.
Pada tumpukan daun, tampak berbaring seorang wanita
setengah umur, sepasang matanya setengah meram dan
mulutnya meng-erang2 kesakitan Masa 20 tahun tetap
tak mengaburkan ingatan mereka. Sekalipun sudah
menanjak usia pertengah umur, namun kecantikan Bek
Lian tetap mempesonakan.
"Lian-moay...., Lian-moay.....!" tak kuasa lagi The Go
menahan jeritan hatinya menampak bekas kekasihnya
dalam keadaan sedemikian rupa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Yah, beberapa hari yang lalu nona Bek masih sadar,
tapi kini ia sudah tak ingat suatu apa lagil" menerangkan
The Ing. The Go menanyakan, Bek Lian terluka dibagian mana.
Sahut The Ing: "Aku dibawanya kedalam goa......"
"Hal itu Tong Ko telah menceritakan semua, lekas
katakan di bagian mana lukanya itu sajal" tukas The Go.
"Yah, kau sudah bertemu dengan Tong Ko" Dimana
dia sekarang?" nona itu malah lupa menerangkan
berbalik bertanya. Melihat puterinya begitu memperhatikan sekali akan anak muda itu dan bahkan
dari sinar matanya memancarkan tanda2 timbulnya rasa
kasih, The Go keruntukan keningnya. Dia hanya
menyahut ringkas kalau Tong Ko berada dirumah.
"Ketika berada didalam goa, tiba2 ada seorang tua
kate menorobos masuk. Nona Bek bukan tandingannya,
syukur aku keburu membantu dan dapat menyelamatkan
jiwa nona Bek. Ia terluka dibagian mana, aku sendiripun
tak tahu Bebrapa hari yang lalu ia mengatakan kalau
dirinya itu orang she Bek. Pada 20 tahun yang lalu ia
telah dikhianati cintanya oleh seorang pemuda, dan sejak
itu ia mengasingkan diri. Dari waktu menawan aku, kini
sikapnya terhadap aku berobah baik. Karena takut
kesamplokan dengan setan kate itu, terpaksa kami
bersembunyi disini. Tapi lukanya dari hari kesehari makin
beratl" kata The Ing.
The Go memeriksa dan dapatkan pernapasan Bek Lian
sangat lemah. Dia memasukkan beberapa butir pil
kedalam mulut Bek Lian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ing-ji, apakah kau pernah mengatakan namaku
kepadanya?" tanya The Go.
The Ing menyatakan tidak. Pil yang diberikan The Go
itu, adalah ramuan obat yang dibikinnya sendiri dari daun
obat2an digunung Sip-ban-tay-san.
Lewat beberapa saat kemudian, Bek Lian tak
kedengaran mengerang kesakitan lagi.
"Ing-ji, maukah kau membantu ayah?" tanya The Go
kepada puterinya.
The Ing terkejut heran. Belum pernah selama ini sang
ayah mengucap kata2 yang sedemikian sungkannya.
Buru2 la mengiakan.
Lebih dahulu The Go menatap kearah wajah isterinya
dan berkata dengan berbisik: "Siao-lan, mungkin kaupun
tahu bagaimana aku telah, mempersakiti hati Lian-moay.
Maksudku, biarlah Ing-ji merawatinya disini sampai
sembuh. Mungkin dengan memandang muka Ing-ji,
nantinya Lian-moay tentu akan menghapus dendamnya
itu. Bagaimana pendapatmu?"
Bermula Siao-lan cemas sekali kalau2 puterinya itu
akan dijadikan bulan2 tempat Bek Lian menumpahkan
dendam penasarannya.
Tapi serta kini sang puteri tak kurang suatu apa, iapun
menurut saja akan maksud suaminya itu.
"Ing-ji, aku dan mamahmu masih ada urusan penting
ke Hunlam. Kau tinggal disini merawati nona Bek.
Kutinggali 49 butir pil, tiap hari boleh kau minumi 7 butir.
Kelak kalau ia sudah sembuh, kau harus menurut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
padanya jangan bikin sakit hatinya. Maukah kau
melakukan permintaan ayah ini?"
Walaupun heran namun The Ing mengiakan juga.
"Dan masih ada suatu hal lagi. Jangan se-kali2 sebut
namaku dihadapannya, ya!"
"Mengapa yah?" kini tak dapat lagi The Ing menahan
keherannya. "Ing-ji, kelak kau tentu mengetahui sendiri. Lebih
dahulu jawablah mau tidak kau meluluskan permintaanku
tadi?" jawab The Go.
Perangai The Ingpun keras, tapi demi dilihatnya sang
ayah bersungguh2, terpaksa ia tak berani membantah.
"Terhadap Tong Ko, kelak kau jangan terlalu rapat
hubunganmul" kata The Go pula.
Apapun perintah ayahnya tadi, The Ing selalu menurut
saja. Tapi kalini ia benar2 membangkang atas pesan
terakhir itu. "Yah, mengenai hal itu..............."
Sebenarnya ia hendak menyatakan "aku tak dapat
meluluskan", tapi demi pancaran mata sang ayah
menatap kearahnya, teringatlah ia bagaimana tadi
sebelumnya sang ayah telah mengutarakan "minta
bantuannya", disamping itu teringat juga ia bagaimana
mesra hubungan Tong Ko dengan Tio In itu, cepat2 ia
robah kata2nya: "Baik, yah, aku suka melakukannyal"
The Go menghela napas longgar, ujarnya: "Ing-ji,
ayah girang mendengar kesanggupanmu itu. Percayalah
kesemuanya itu adalah untuk kebaikanmu. sendiri. Apa
artinya permintaanku itu, untuk sementara ini tak dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kukatakan, kelak kau tentu mengetahuinya sendiri.
Semua2nya itu adalah kesalahan ayah semasa muda,
harap kau maafkanl"
The Ing terharu lalu jatuhkan diri kedalam pelukan
sang ayah seraya menghiburinya: "Yah, aku tentu
melaksanakan pesanmu itul"
The Go telah mengatur rencananya sedemikian
cermat. Namun seperti kata pepatah 'tiada gading yang
tak retak' atau tiada sesuatu pekerjaan yang sempurna
betul2. Rencana bagus, tapi kejadiannya malah runyam.
Tapi karena kejadian itu nanti terjadi di bagian
belakang dari cerita ini, baiklah untuk sekarang kita
tinggalkan dahulu.
Begitulah The Go dan Siao-lan segera ambil selamat
berpisah dengan puterinya.
Mereka tinggalkan Lo-hu-san untuk mengejar jejak
Co-Kong-liok dan Ma Ki.
---o0-dwkz_kupay-0o--TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 22 : PENYELIDIKAN THE GO
Dewasa itu sekalipun desas desus Go Sam-kui hendak
memberontak sudah menjadi rahasia.
Empat hari kemudian, dia mendapat keterangan
bahwa baru saja kemarinya Co Kong-liok itu lewat
ditempat situ. Malam itu juga The Go meneruskan pengejarannya.
Lewat sebuah thing (rumah kecil macam pagoda tak
bertingkat), tiba2 Siao-lan berseru: "Engkoh Go, lihatlah,
apa2an orang2 yang menggelantung diujung atap thing
itu?" The Go memalingkan paridangannya dan benar juga
pada keenam ujung atap thing itu masing2 tergantung
seseorang. Keenam orang sama terjungkir kepalanya, terang
bukan sedang melakukan latihan apa2.
Dalam herannya The Go menghampiri.
Astaga, kiranya keenam orang itu sudah menjadi
mayat semua. Tulang belulangnya sama remuk patah.
Keenam ujung atap thing itu terbuat daripada besi.
Orang2 itu digantung dengan paha tertancap.
Ditilik dari bekas noda darah yang belum kering,
terang mereka belum lama meninggalnya. Pembunuhnya
itu benar2 seorang algojo yang ganas.
Saking tak tahannya, Siao-lan segera mendekap
mukanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Go yang lebih bernyali, meng-amati2i mereka
dengan seksama.
Keenam korban itu adalah orang2 persilatan semua.
Malah ada salah seorang yang lebih kurang berumur
50-an tahun, The Go pernah mengenalnya, tapi dimana,
lupalah dia. Diantara korban2 itu, ada seorang yang belum binasa.
Kalau dengan luka2nya yang diderita itu dia belum
meninggal, terang kalau orang tua itu berkepandaian
tinggi. "Lotiang.......", baru The Go hendak menyapanya,
kedengaran napas orang tua itu mendesis, matanya
terbuka dan bibirnya bergerak2 seperti hendak berkata.
The Go tahu orang tua itu tengah meregang jiwa,
kalau diangkat turun dari "cantelannya", malah akan
melekaskan kematiannya.
Dia hanya menghampiri dekat untuk mendengari
kata2 lemah dari korban itu.
"Pembunuhan besar2an....... dikalangan persilatan
........ akan tiba.......... hati2-lah ......... tolong sampaikan
pada Siau-beng-siang..."
Berkata sampai disini, kepala orang itu terkulai,
napasnya berhenti The Go loncat mundur kesamping
isterinya. Hampir 20 tahun dia tak muncul dikalangan persilatan,
jadi sudah hampir asing.
Entah jago mana yang telah membunuh keenam jago
itu, tapi dari mulut siorang tua tadi yang meminta dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyampaikan pada Tio Jiang, terang kalau ko-chiu itu
bermusuhan dengan kaum Lo-hu-san.
"Siao-lan, orang tua itu belum berapa lama
meninggalnya, jadi si pembunuh tentu masih belum jauh.
Nanti kalau. kita kesamplokan dengannya dan terpaksa
bertempur, kalau aku sampai kalah kau harus Iekas2
melarikan diri, jangan turut nekad" The Go memesan
isterinya. Sejak gadis sampai menjadi wanita setengah umur,
cinta Siao-lan terhadap The Go tetap ber-nyala2.
Mulutnya saja ia mengiakan pesan suaminya itu, tapi
dalam hati ia telah ambil putusan, biar bagaimana juga
tak nanti ia mau tinggalkan sang suami.
The Go kini telah mencapai tingkatan seorang jago
kelas utama. Terhadap jago2 persilatan terang tak dipandangnya
mata. Tapi atas kematian keenam orang persilatan tadi,
benar2 telah membuat hatinya bercekat. Dengan
perasaan itulah maka dia meninggalkan pesan kepada
sang isteri. Tujuh delapan Ii jauhnya berjalan lagi, mereka tak
menjumpai sesuatu apa.
Baru hati mereka agak longgar, atau tiba2 dari arah
semak2 rumput terdengarlah suara orang merintih.
The Go cepat menghampiri dan menyingkap semak2
itu dengan ujung tongkatnya ..... hai........, kiranya disitu
rebah si Co Kong-liok. Mukanya mendongak keatas,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengunjuk ketakutan yang hebat, jiwanya sudah
melayang. Disebelahnya rebah tertelungkup si-imam Ma Ki.
Jubahnya robek tak keruan, sedang diulu punggungnya
terdapat sebuah telapak tangan. Bekas kelima jarinya
bahkan gurat2nya, tampak jelas sekali. The Go balikkan
tubuh si-imam, tapi hanya sekali mata si-imam terbuka
dan sebelum dapat mengucap apa2, dia sudah
menghempuskan napas terakhir.
The Go dan Siao-lan yakin bahwa pembunuh kedua
Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang itu, adalah yang membunuh keenam korban di
thing itu juga.
Orang itu tentu berada disekitar situ.
"Siao-lan......, hati2lah aku hendak bersuit memancing
orang itu. Hendak kulihat siapakah sebenarnya dia itu!"
kata The Go lalu mulai bersuit nyaring2.
Dalam keheningan malam, suitan itu makin berkumandang nyaring kedengaran sampai jauh sekali.
Lewat bebrapa detik kemudian, benar juga tampak ada
dua sosok tubuh berlari mendatangi. The Go buru2
mengumpat, hatinya berdebar keras.
Begitu tiba, kedua orang itu berhenti.
Mereka saling berpandangan.
"Hai, aneh, mengapa tiada tampak seorang jua?"
"Ditilik dari nada suitannya, terang seorang tokoh
yang lihay, tapi entah orang gagah dari mana dianya
itu?" kata yang seorang.
Mendengar pembicaraannya, terang mereka itu bukan
orang jahat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Baru The Go hendak mengunjukkan diri, tiba2 salah
seorang dari mereka menjerit ngeri, terus rubuh
Kitab Pusaka 15 Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Seruling Perak Sepasang Walet 10