Ceritasilat Novel Online

Istana Yang Suram 12

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 12


mengganggu usahamu, namun sikapmu itu masih dapat
dimaafkan"
"Jangan banyak bicara" bentak Panji Sura Wilaga "Aku
tidak mau mendengar lagi"
Sangkan yang berlindung dibalik Panon itupun tibatiba telah maju mendekati Panji Sura Wilaga sambil
berkata "Kau ini aneh Panji, bagaimanakah seandainya
aku masih akan berbicara terus" Di dalam ruangan ini,
kaulah orang yang barada dalam kedudukan paling
lemah, karena itu, bukan kau yang harus mengatur,
tetapi kamilah"
"Persetan, lepaskan ikatan ini, aku akan membunuh
kalian semuanya"
"Kau tidak dapat melawan Pinen yang sudah terluka,
apalagi kami semuanya" jawab Sangkan "Karena itu,
jawab sajalah pertanyaan kami, kami masih ingin
menghormatimu, karena kau adalah kawan terdekat
Raden Kuda Rupaka"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Raden Kuda Rupaka akan menyampaikan kegilaan
kalian ini kepada Raden Ayu, kalian akan diusirnya dan
bahkan tindakan-tindakan lain yang lebih sepadan dari
kegilaan ini"
"Kami sebebarnya sangat menunggu kehadiran Raden
Kuda Rupaka, mudah-mudahan ia kembali dan
menghadap Raden Ayu, sebenarnyalah kami ingin
bertanya serba sedikit tentang dirinya"
"Gila"
"Nah, sebelum Raden Kuda Rupaka datang, apakah
kau bersedia menjawab beberapa pertanyaanku?"
Panji Sura Wilaga tidak menyahut.
"Panji, tolonglah, sebutlah siapakah Raden Kuda
Rupaka itu sebenarnya", maksudku, asal-usulnya dan
tugasnya sehingga ia bersedia datang ke daerah yang
terpencil ini?"
"Ia adalah Raden Kuda Rupaka, tidak ada jawaban
lain" "Kami sudah tahu" potong Pinten "Tetapi dalam
kedudukan apakah ia datang sekarang ini" apakah ia
mendapat tugas dari Sultan di Demak, atau karena ia
ingin mendapat pusaka itu bagi dirinya sendiri, atau
karena ia mendapat perintah dari ayahandanya untuk
datang melindungi Raden Ayu atau tugas-tugas lain?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku tidak tahu"
"Tentu, kau akan menjawab tidak tahu, ingat, kami dapat memaksamu"
"Tidak ada orang yang dapat memaksaku, mautpun tidak"
"Tentu mautpun tidak, tetapi ada yang lebih buruk dari maut, namamu akan kami bawa ke Demak"
sejenak wajah Panji Sura Wilaga menjadi tegang, dipandanginya wajah-wajah yang ada di sekitarnya, wajah-wajah yang nampak seperti wajah-wajah hantu yang sedang menakut-nakutinya.
Namun sejenak kemudian terdengar Panji Sura Wilaga itu menggeram "Semua yang kalian lakukan tidak akan ada artinya. Jika salah seoerang dari kalian berani melaporkan tentang peristiwa ini ke Demak, maka ia tidak akan pernah kembali lagi ke istana ini"
"Kenapa begitu" " bertanya Sangkan.
"Diperjalanan menuju ke Demak, kalian akan mati oleh ujung senjata Raden Kuda Rupaka"
"Dan Kidang Alit" potong Sangkan "Bukankah kali ini Raden Kuda Rupaka bekerja sama dengan Kidang Alit?"
"Persetan" geram Panji Sura Wilaga, namun kemudian
"Tetapi jika ia lolos dari tangan Raden Kuda Rupaka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
karena sempat menyusup diluar pengawasannya, maka
ia akan digantung di alun-alun Demak"
"Kenapa digantung di Demak" bertanya Sangkan.
"Karena Raden Kuda Rupaka adalah seorang putera
Pangeran yang berpengaruh di Demak sekarang"
"Maksudmu Pangeran Linggar Watang?" bertanya
Pinten dengan serta merta "karena menurut puteri Inten
Prawesti Raden Kuda Rupaka adalah putera Pangeran
Linggar Watang"
"Puteri Inten benar, Raden Kuda Rupaka adalah
putera Pangeran Linggar Watang"
"Tetapi Pangeran Linggar Watang tentu tidak ada di
Demak sekarang. Pangeran Linggar Watang telah lama
mengasingkan diri dari lingkungan kebangsawanan,
justru ketika Majapahit masih berdiri tegak dan bahkan
sebelum Pangeran Sargola Manik yang bergelar Adipati
Alap-alap gugur"
Panji Sura Wilaga menjadi tegang sejenak, namun
kemudian kakanya "Kau tentu mendengar cerita dari
orang-orang yang tidak banyak mengetahui tentang
Pangeran Linggar Watang, sekarang dengarlah iblis
betina, Pangeran Linggar Watang sudah berada di
Demak, ia meninggalkan Majapahit disaat terakhir,
karena ia ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan
Perabu Brawijaya yang terakhir itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Puteri Inten Prawesti bukan orang lain dari Pangeran Linggar Watang dan Pangeran Sargola Manik" potong Pinten.
"Tetapi Raden Kuda Rupaka adalah putera dari Pangeran Linggar Watang, yang kini menugaskannya melindungi bibinya disini dari tangan-tangan jahat seperti kau yang mengaku anak Nyi Upih, agaknya Nyi Upih telah ikut serta pula dalam penghianatan ini"
"Jangan mengigau. Coba katakan, siapakah yang mulai dengan keributan ini"
"Persetan, tetapi kau Sangkan, Panon dan Mina itu memang harus dibunuh, karena kalianpun ingin merampas pusaka yang harus kami bawa menghadap Pangeran Linggar Watang di Demak.
"Diamlah dulu" tiba-tiba saja Sangkan membentak
"Jika demikian, kenapa Raden Kuda Rupaka dapat bekerja bersama dengan K2", katakan, apakah memang sebenarnya ada hubungan antar keduanya meskipun dalam selubung sandi?"
"Tidak, kau gila. Apa yang kau ketahui tentang K2, He"!" Panji Sura Wilaga berteriak.
"Jangan berteriak, akulah yang harus membentak, bukan kau"
"Tutup mulutmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Wajah Sangkan menjadi tegang, namun kemudian ia justru tertawa sambil berkata "Panon dan Ki Mina, apakah kalian tidak melihat kelucuan ini?"
Panon dan Ki Mina yang seakan-akan hanya sekedar melihat tanya jawab yang membingungkan itu mengerutkan keningnya tanpa mampu menjawa sama sekali"
"Yang terikat disini adalah kau, tetapi kenapa ia justru yang membentak kami?" lalu katanya "Jangan membuat kami sakit hati, karena kami dapat berbuat apa jauh lebih buruk dari apa yang kami lakukan sekarang. Jika kami kehilangan pengamatan diri, maka kami akan berbuat kasar, akrena pada dasarnya kami adalah orang-orang kasar, kami sama sekali bukan bangsawan yang biasa hidup dalam tata ikatan adat sopan santun yang lembut.
Dalam peradaban yang tinggi. Meskipun ada diantara mereka yang justru mempunyai sifat-sifat dan watak yang sebaliknya dari ujud lahiriahnya"
"Diam, diam"
"Nah, kaulah yang kasar, kau juga seorang bangsawan meskipun barangkali dalam tataran yang rendah" potong Sangkan "Nah, sebaiknya kita mulai saja dengan hubungan yang baik. Katakan, sesuatu yang kau ketahui tentang Raden Kuda Rupaka yang sampai hati menyakiti hati bibinya"
Panji Sura Wilaga terdiam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Katakanlah Panji, kau jangan membentak-bentak saja seperti orang kesurupan, tetapi kau dapat mengucapkan beberapa kalimat yang dapat memberikan beberapa petunjuk tentang tugas Raden Kuda Rupaka dan kau sendiri"
Panji Sura Wilaga berdiam diri.
"Panon" berkata Sangkan kemudian "Agaknya Panji Sura Wilaga sama sekali tidak mau mengatakan apa-apa tentang dirinya dan Raden Kuda Rupaka. Karena itu, kita harus membuat rencana tersendiri. Salah satu dari kita akan pergi ke Demak"
"Panon mengerutkan keningnya"
"Jika kau curiga, bahwa aku hanya sekedar ingin menyingkirkan kau, maka biarlah aku yang pergi. Kau disini bersama Ki Mina dan Pinten, menjaga isi istana ini, termasuk Panji Sura Wilaga yang terikat ini"
"Gila, itu rencana gila, sudah aku katakan kau akan mati di perjalanan, atau dicincang di alun-alun Demak menjadi pengewan-ewan. Karena kau telah menghianati utusan Kangjeng Sultan Demak lewat Pangeran Linggar Watang" teriak Panji Sura Wilaga
Tetapi Sangkan menjawab sambil tertawa "Jangan hiraukan aku, apakah aku akan dicincang di alun-alun Demak atau aku akan diseret di belakang kaki kuda di sepanjang Kota Raja, atau cara-cara yang lain. Tetapi aku akan merasa puas setelah aku mendapat penjelasan dari siapapun juga tentang Raden Kuda Rupaka, jika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
benar-benar Raden Kuda Rupaka utusan Sultan Demak
lewat Pangeran Linggar Watang atau siapapun juga,
maka aku akan dengan senang hati membantunya. Aku
akan ikut mencari pusaka itu, bukan saja di halaman
istana ini, tetapi aku bersedia menelusur kembali
perjalanan Pangaeran Kuda Narpada dari Majapahit
sampai ke tempat ini"
"Diam, diam" Panji Sura Wilaga masih membentak
"Kau mengigau seperti orang gila, aku tidak mengerti apa
yang kau katakan"
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, katanya kepada
Pinten "Ia benar-benar tidak mau mengatakan sesuatu
tentang Raden Kuda Rupaka, tetapi baiklah. Dan itu
berarti ia akan terikat lebih lama lagi, mungkin sehari,
mungkin dua atau tiga hari"
Pinten mengangguk-angguk, tetapi yang
ditanyakannya adalah sesuatu yang hampir tidak ada
hubungannya dengan diamnya Panji Sura Wilaga
"Bagaimana kita memberinya makan jika ia masih tetap
terikat tangannya?"
Sangkan tersenyum, katanya "Kita lepaskan tali
pengikat tangannya"
"Jika demikian ia akan dapat melepaskan ikatan
kakinya" "Kita akan menjaganya disaat-saat ia makan, jika ia
berusaha melepaskan diri, kita pukul tengkuknya.
Siapkan bola besimu itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Yang terdengar adalah gemeretak gigi Panji Sura
Wilaga, tetapi tidak mengucapkan apa-apa.
"Lalu, apakah yang akan kita kerjakan sekarang?"
bertanya Pinten.
"Tidak ada" jawab Sangkan "Kita akan duduk diluar
bilik ini sambil membicarakan jalan yang sebaiknya kita
tempuh" Pinten tidak menjawab, sekilas dipandanginya wajah
Panon yang tegang seperti juga wajah Ki Mina, keduanya
nampak menjadi bingung mendengar percakapan
Sangkan, Pinten dan Panji Sura Wilaga.
"Marilah" Sangkan kemudian mengajak "Kita tunggu
tawanan kita ini diluar bilik ini. biarlah ia melepaskan
lelah, mungkin ia justru akan dapat tidur meskipun kaki
dan tangannya terikat"
Sekali lagi terdengar gemeretak gigi Panji Sura
Wilaga, tetapi Sangkan dan Pinten tidak
menghiraukannya lagi. Mereka kemudian melangkah
keluar diikuti oleh Panon dan Ki Mina.
"Kembalilah kedalam bilik itu Pinten" berkata Sangkan
kemudian "Kita tidak boleh terlampau yakin, bahwa
malam ini tidak akan terjadi apapun lagi"
Pinten termangu-mangu sejenak, namun iapun
kemudian berdiri sambil berkata "Baiklah, aku akan
kembali ke dalam bilik itu, Mungkin Kidang Alit yang licik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
itu justru mempergunakan kesempatan disaat kita
lengah" Pintenpun kemudian meninggalkan ketiga orang yang
masih saja duduk di serambi, mereka masih merenungi
Panji Sura Wilaga yang di dalam bilik, terikat kaki dan
tangannya. "Tentu banyak hal yang harus kita pertimbangkan"
gumam Sangkan kemudian.
Ki Mina mengangguj-angguk, katanya "Ternyata
banyak hal yang tidak kami ketahui Sangkan. Mungkin
karena kau dekat dengan Nyi Upih, atau katakan saja
bahwa karena kau anak Nyi Upih, atau mungkin lebih
banyak hal yang kau ketahui tenang Panji Sura Wilaga
dan Raden Kuda Rupaka dan tentang Pangaeran Kuda
Narpada, bahkan mungkin juga tentang pusaka yang
menjadi rebutan beberapa pihak sekarang ini"
"Tidak terlalu banyak yang aku ketahui, kalian sudah
mendengar serba sedikit tentang Raden Kuda Rupaka,
dan itulah semua yang aku ketahui tentang dirinya"
Ki Mina menarik nafas dalam-dalam, tetapi ia tidak
menyahut lagi. Dalam pada itu, Pinten telah berada di dalam bilik
Raden Ayu Kuda Narpada, ketika Raden Ayu Kuda
Narpada mendesaknya lagi tentang Raden Kuda Rupaka,
maka Pinten tidak dapat menghindar lagi, dengan raguragu iapun kemudian berkata "Gusti, sebenarnyalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bahwa Raden Kuda Rupaka kini telah meninggalkan
istana ini"
"Kenapa bisa begitu Pinten?" pertanyaan ini justru
terloncat dari mulut Inten Prawesti.
"Memang sulit untuk menerangkan alasan yang
sebenarnya, tetapi ternyata bahwa Raden Kuda Rupaka
telah berusaha membunuh Panon"
"Panon?"
"Ya, Raden Kuda Rupaka menganggap bahwa Panon
akan dapat menjadi penghalang atas usahanya, sehingga
ia ingin membunuhnya, tetapi ternyata bahwa Panon
sempat mempertahankan diri, sehingga justru Raden
Kuda Rupaka lah yang melarikan diri"
"Bagaimana dengan Panji Sura Wilaga?" bertanya Nyi
Upih. "Aku terpaksa mengikatnya"
"He"." Raden Ayu Kuda Narpada menjadi semakin
heran. "Ampun gusti" Pinten yang duduk beringsut maju
"Bukan maksud untuk melakukan perbuatan yang dapat
menyakiti hati puteri berdua. Tetapi pada saat terakhir
seperti Raden Ayu ketahui sendiri. Raden Kuda Rupaka
seolah-olah menjadi semakin berubah. Pada suatu saat
maka yang nampak kemudian adalah keinginan
pribadinya tanpa menghiraukan nasib Gusti dan puteri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Ayu Kuda Narpada menarik nafas dalamdalam, baginya Raden Kuda Rupaka memang
membingungkannya, tetapi bagaimanapun juga
Pangeran Linggar Watang adalah saudaranya.
"Apakah aku akan membiarkan Kuda Rupaka
mengalami nasib yang buruk setalah selama ini ia
melindungi aku?" desisnya
Pinten termangu-mangu sejenak, ketika terpandang
olehnya wajah Nyi Upih yang mengeredipkan matanya,
seolah-olah memberi isyarat agar ia berdiam diri saja,
maka Pintenpun menundukkan wajahnya tanpat
mengucapkan sepatah katapun lagi.
Sejenak ruangan itu menjadi hening, masing-masing
seakan-akan sedang merenungi hatinya sendiri.
Dalam pada itu, diluar halaman istana yang suram itu,
tiga orang sedang duduk termangu-mangu, masingmasing duduk sambil menundukkan kepalanya dalam
kediaman yang beku.
Namun tiba-tiba salah soerang dari mereka
mengangkat wajahnya sambil berkata "Sebenarnya aku
mendapat kesempatan baik sekarang ini"
Seorang anak muda yang lainpun berpaling, tetapi
kemudian seakan-akan dengan acuh tidak acuh ia
berkata "Memang mungkin sekali terjadi, kau sekarang
berdua dengan Kidang Alit, aku seorang diri. Mungkin
timbul niatmu untuk membunuh aku sekarang, tetapi jika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
benar demikian, maka kita bertiga akan mati bersamasama" Kidang Alit tertawa katanya "Benarkah demikian
kakang Sambi Timur, apakah kira-kira kita berdua tidak
dapat membunuh orang yang sombong ini"
Sambi Timur mengerutkan keningnya, kemudian
katanya "Bramadara telah dibinuh oleh Panji Sura


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wilaga, memang pantas sekali kita membalas dendam,
membunuh Raden Kuda Rupaka sekarang ini"
Tetapi Raden Kuda Rupaka masih dalam sikapnya,
katanya dengan nada datar "Kau berdua tidak akan
berani melakukannya, kita masih saling membutuhkan,
atau akan saling berbunuhan tanpa arti sama sekali
setelah kita bekerja terlalu lama sampai saat ini"
Kidang Alit tersenyum, jawabnya "Kau juga licik
seperti aku, kau pandai mencari dalih untuk
menyelamatkan jiwamu"
"Aku tidak ingin menyelamatkan jiwaku dengan cara
yang licik itu, jika kau menghendaki bertempur, aku akan
bertempur melawan kalian berdua dan kita akan mati
bersama-sama"
Kidang Alit tertawa semakin kerasa, katanya "Kau
sangka aku tidak dapat menilai kemampuan kita masingmasing" Kau dan aku seorang diri mungkin memiliki
kemampuan seimbang, sehingga jika Sambi Timur ikut
serta berpihak, maka keseimbangan itu tentu akan
segera bergerak, dan kau akan mati disini tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
seorangpun yang akan menangisi, Pinten tidak,
ibundanya tidak, bahkan anak Nyi Upih yang manis
itupun tidak"
Raden Kuda Rupaka merada kupingnya bagaikan
tersenuth api, tetapi ia masih tetap duduk tenang seperti
tidak menghiraukan apapun lagi, katanya "Silahkan
memilih aku tahu, kau tidak akan melakukannya"
Kidang Alit mengumpat, katanya "Kau memang licik,
tetapi baiklah, kita memang masih saling membutuhkan,
sekarang di istana itu ada beberapa orang yang pantas
diperhitungkan"
"Orang-orang gila yang tidak pantas mendapat
tempat, aku masih akan mencoba menempuh jalan lain,
jika paman Panji Sura Wilaga masih hidup, aku masih
mempunyai kesempatan"
"Apa yang akan kau lakukan?" bertanya Kidang Alit.
"Aku akan menghadap bibi, bibi tentu mempunyai
pertimbangan tersendiri, jika aku dapat berusaha agar
bibi mengusir orang-orang yang telah berkhianat itu"
"Jalan pikiranmu memang sudah buntu, jika bibimu
mau mengusir orang-orang yang ada di istananya,
kenapa kau mengambil cara lain seperti yang telah gagal
ini". kenapa kau harus memilih jalan pembunuhan?"
"Dengan membunuh mereka, maka persoalannya
akan selesai, tetapi mengusir mereka tentu masih akan
tumbuh soal-soal baru yang harus kita atasi. Tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dalam keadaan yang paling terdesak, maka jalan yang
jauh itupun akan dapat ditempuh"
Kidang Alit menarik nafas dalam-dalam, lalu katanya
"Aku ingin melihat, apakah kau akan dapat berhasil.
Tetapi jika kau gagal, maka kau akan dibantai di halaman
istana itu"
"Memang itu termasuk akibat yang harus
diperhitungkan, tetapi jika kita takut mengalami akibat
yang betapapun pahitnya, maka kita tidak akan berani
berbuat apa-apa sama sekali"
"Terserahlah kepadamu, jika kau masih memerlukan
kasih sayang bibimu yang sudah kau khianati itu"
"Aku akan mencoba. Apakah kau takut kalau aku akan
mendapatkan pusaka itu langsung dari bibi"
Kidang Alit tertawa, jawabnya "Kita semuanya sudah
menjadi gila, dan kegilaan kita akan membakar istana
kecil itu menjadi karang abang"
"Persetan" Raden Kuda Rupaka menggeram "Aku
akan menemui bibi untuk menyelesaikan semua
persoalan"
Kidang Alit tidak menanggapinya lagi. Perlahan-lahan
iapun kemudian membaringkan dirinya dan bergumam
"Aku akan tidur, aku sudah kehilangan seorang kawan
malam ini, aku tidak tahu dimanakah paman Bramadara
akan dikuburkan. Dan pembunuh itu adalah Panji Sura
Wilaga" Tiraikasih Website http://kangzusi. com
Raden Kuda Rupaka menyadari, bahwa Kidang Alit mendendamnya, dan iapun sadar, bahwa setiap saat Kidang Alit tentu benar-benar berusaha untuk membunuhnya, tetapi ia sudah terjun ke gelanggang, kematian adalah tantangan yang paling wajar dan tidak perlu ditakuti lagi.
Sebenarnyalah saat itu, orang-orang di istana kecil itu sedang membicarakan tentang mayat yang terbujur di halaman sebelah, Panon tidak mengerti, apakah yang sebaiknya dilakukan atas mayat itu.
"Kita kuburkan saja di sudut halaman istana ini" desis Ki Mina.
Sangkan mengerutkan keningnya, lalu katanya "Ketika orang-orang dari Guntur Geni terbunuh, orang-orang Karangmaja bersedia menolong menguburkan mereka, tetapi kali ini keadaannya tentu berbeda, biasanya Raden Kuda Rupaka lah yang minta pertolongan mereka"
Ki Mina termangu-mangu sejenak, dipandanginya wajah Sangkan dan Panon berganti-ganti, lalu katanya
"Kita tidak akan dapat keluar dari istana ini, jika kita tinggalkan istana ini, maka mungkin sekali orang-orang itu datang dan memaksa Raden Ayu Kuda Narpada untuk berbuat sesuatu yang mungkin benar-benar tidak dapat dilakukannya. Misalnya menunjukkan pusaka itu. Tetapi jika hanya satu atau dua orang saja diantara kita yang keluar dari istana ini, mungkin kita akan menjumpai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kesulitan, kita tidak tahu siapa saja yang kini mengelilingi
dinding istana ini"
Sangkan mengangguk-angguk, katanya "Baiklah,
tetapi kita harus melakukannya sekarang"
"Apaboleh buat" desis Ki Mina "Kita akan mencari
tempat yang paling tersembunyi"
Demikianlah, maka ketiga orang itupun segera
menguburkan mayat Bramadara dibalik gerumbul perdu
di kebun belakang, sejauh-jauhnya dari istana. Mereka
sama sekali tidak mendandai kuburan itu selain dengan
ciri-ciri yang memang sudah terdapat sebelumnya.
Batang perdu dan tanda-tanda pada dinding halaman
istana. Setelah membersihkan diri, merekapun segera
kembali ke dalam bilik belakang, mereka masih
menjumpai Panji Sura Wilaga yang masih terikat.
Demikianlah mereka memasuki bilik itu, terdengar
Panji Sura Wilaga mengumpatnya, tetapi mereka sama
sekali tidak menghiraukannya, bahkan Sangkanpun
kemudian membaringkan dirinya tanpa mengacuhkannya
lagi. Tetapi mereka bertiga itupun menjadi berdebar-debar
ketika langit menjadi terang, apakah mereka akan dapat
mempertahankan Panji Sura Wilaga jika Raden Ayu Kuda
Narpada sendiri yang datang dan memerintahkan untuk
melepaskan Panji Sura Wilaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ketika pagi menjdi terang, maka Nyi Upih dan Pintenpun mulai dengan menghidupkan api seperti yang biasa mereka lakukan, di bagian dalam Inten sibuk membersihkan lantai, sementara Sangkanpun telah keluar pula dari biliknya bersama Panon untuk mengamat-amati dinding yang rusak, sementara Ki Mina tetap berada di dalam biliknya yang tertutup menunggui Panji Sura Wilaga.
"Kita harus memperbaikinya" desis Sangkan.
Panon mengangguk-angguk, namun katanya
"Darimana kita mendapatkan bahan untuk memperbaiki dinding itu?"
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, dengan matanya yang redup ia mamandang kearah padukuhan Karangmaja, seolah-olah ia ingin mengharapkan untuk mendapat beberapa potong kayu dan bambu dari padukuhan itu.
Tetapi Sangkanpun kemudian menggeleng "Aku tidak dapat mengambilnya dari padukuhan itu, kemungkinan yang dapat terjadi serupa dengan kemungkinan yang timbul jika kita membawa mayat itu ke keburuan"
Panon mengangguk-angguk, dengna anda datar iapun bertanya "Apakah yang akan kita perbuat?"
Kita akan memprgunakan bahan-bahan yang terdapat pada bekas kandang itu, biar sajalah kuda Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga mempergunakan sebagian saja dari bekas kandang itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon mengangguk-angguk, lalu katanya "Kita dapat
mengambil sebagian, tetapi kita tidak dapat
membiarakan kuda-kuda itu kepanasan disiang hari dan
kehujanan jika hujan turun"
Sangkan mengangguk-angguk, tetapi tiba-tiba saja ia
berkatka "Pada sautu saat kita akan kesulitan mencarikan
makanan kuda-kuda itu. Yang dapat kita lakukan adalah
mencari rumput di sekitar istana ini saja, tetapi jika
rerumputan sudah mulai mengering di musim kemarau
yang panjang?"
Panon menarik nafas dalam-dalam, katanya "Berapa
musim kita sendiri dapat bertahan di dalam halaman
istana ini, bukan kuda-kuda itulah yang akan kekurangan
makan lebih dahulu, tetapi kita. Ketela pohon yang kita
tanam itu tentu akan dapat banyak menolong dihari
mendatang"
Sangkan menarik nafas, tetapi sambil menganggukangguk ia berkata "Kau benar, kita akan segera
mengalami kesulitan"
Keduanya kemudian mulai memeriksa kandang di
belakang. Mereka mencoba mencari bahan yang dapat
dipergunakan untuk memperbaiki dinding yang rusak,
tetapi mereka masih tetap memperhatikan kuda-kuda
yang berada di dalam kandang itu.
Dalam pada itu, selagi keduanya sibuk dengan dinding
yang rusak itu, mereka telah dikejutkan oleh derap
beberapa ekor kuda mendekati regol halaman istana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang tertutup. Dengan serta merta merekapun segera
melangkah ke halaman depan, bahkan Pinten dan Ki
Mina yang juga mendengar langkah itupun telah keluar
ke serambi. "Aku mendengar derap kaki kuda biyung" desis
Pinten. Bab 36 Nyi Upih memandang gadis itu dengan tatapan mata
yang asing. Dengan nada yang datar ia berkata "Hatihatilah puteri"
"Ah" desis Pinten sambil mencubit Nyi Upih.
"Aduh, jangan, ampun" desis Nyi Upih.
Pinten tersenyum memandang Nyi Upih yang
bergesar surut, lalu katanya "Aku akan berhati-hati
biyung" Nyi Upih menarik nafas dalam-dalam, lalu setapak
demi setapak ia melangkah maju sambil berkata "Jika
yang berkuda itu Raden Kuda Rupaka, maka
persoalannya akan menjadi sulit. Mungkin Raden Ayu
tidak sampai hati menolak permintaanya untuk
melepaskan Panji Sura Wilaga.
"Kakang Sangkan akan mempertahankannya biyung,
mungkin Raden Kuda Rupaka harus mengurungkan
niatnya, karena persoalannya sudah berkembang
semakin larut"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Semuanya agaknya memang harus jelas"
Pinten menarik nafas dalam-dalam, Tetapi ia tidak
menyahut, bahkan iapun kemudian masuk kembali ke
dapur. Sekilas ia melihat Ki Mina masih berdiri di serambi
dimuka biliknya, dan di dalam bilik itu terikat Panji Sura
Wilaga. Dalam pada itu, suara derap kaki kuda itupun menjadi
semakin dekat pula dengan regol halaman yang masih
tertutup. Di dapur Nyi Upih menggamit Pinten sambil berkata
"Masuklah, pergilah ke dalam bilik. Mungkin Raden Ayu
dan Pinten memerlukan kau"
Pinten termangu-mangu, namun iapun kemudian
meninggalkan dapur dan masuk ke ruang dalam.
Ketika ia memasuki bilik, dilihatnya Raden Ayu Kuda
Narpada dan Inten Prawesti duduk dengan cemasnya
dibibir pembaringan.
Ternyata kehadiran Pinten telah menenangkan hati
keduanya, bahkan Intenpun kemudian berkata
"Kemarilah, mendekatlah Pinten"
Pinten bergeser mendekat, Tetapi ia tidak menyahut.
"Kau dengar derap kaki kuda itu?" bertanya Inten.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya, puteri" jawab Pinten "Tetapi suara itu berhenti sekarang, agaknya mereka telah berada diregol depan"
Inten menjadi semakin berdebar-debar. Bahkan kemudian dengan suara gemetar ia bertanya "Siapakah mereka Pinten?"
"Aku belum mengetahuinya, puteri. Tetapi sekali Raden Kuda Rupaka dan Kidang Alit"
Ternyata dugaan Pinten itu benar, yang barada di luar regol adalah Raden Kuda Rupaka, Kidang Alit dan Kiai paran Sangit.
"Buka pintunya" Raden Kuda Rupaka berteriak dari luar regol.
Sangkan dan Panon yang berada di halaman itu termangu-mangu, Tetapi mereka melangkah mendekat.
"Bukalah pintu ini" sekali lagi Raden Kuda Rupaka mengulang "Jika tidak, aku akan membukanya sendiri, meskipun untuk seterusnya pintu ini tidak akan dapat terkunci lagi"
Sangkanlah yang kemudian mendekati pintu, Tetapi ia sama sekali tidak kehilangan kewaspadaan. Meskipun nampaknya Raden Kuda Rupaka tidak akan berbuat apa-apa, Tetapi segala kemungkinan memang dapat terjadi atas dirinya dan Panon.
Panonpun nampaknya sudah bersiaga sepenuhnya.
Meskipun ia tidak membawa senjata di tangan, Tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pada ikat pinggangnya yang tebal terselip pisau-pisaunya
yang siap dilontarkan.
Ketika pintu telah terbuka, maka tiga ekor kuda itu
berlari begitu saja memasuki halaman, seolah-olah
mereka sama sekali tidak melihat Sangkan dan Panon
yang termangu-mangu.
Ketiganya langsung meloncat turun dari kudanya
ketika mereka sudah berada di depan tangga pendapa.
Dengan serta merta mereka melangkah masuk dan
langsung menuju ke pintu peringgitan.
Tidak ada yang mereka percakapkan, Tetapi Sangkan
dan Panon mengetahui dengan pasti, bahwa mereka
akan menjumpai Raden Ayu Kuda Narpada dan puteri
Inten Prawesti.
Namun langkah ketiga orang itu tertegun di pintu,
ketika mereka melihat Pinten duduk pula di dalam bilik
itu. "Iblis betina itu ada di dalam" deis Kidang Alit.
Pinten sama sekali tidak menanggapinya, ia masih
saja duduk bersimpuh seperti kebiasaannya, meskipun
diluar sadarnya, jari-jari tangannya telah meraba bola
besinya yang terikat diujung rantai dan membelit
dibawah ikat pinggangnya.
Raden Kuda Rupaka memandang Pinten dengan kerut
merut dikeningnya, namun iapun kemudian mengangguk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dalam-dalam ketika terdengar suara Raden Ayu Kuda
Narpada "Kau angger?"
"Ya, bibi" jawab Raden Kuda Rupaka, dan kemudian
diteruskannya, "Kehadiranku kali ini, merupakan saat
yang menentukan, kami memerlukan pusaka itu, bibi"
"Anak mas" suara Raden Ayu Kuda Narpada menjadi
datar "Sebenarnya aku menjadi sangat gelisah dengan
anggapan bahwa pusaka itu telah aku simpan, berapa
kali aku sudah mengatakannya, bahwa aku tidak tahu
sama sekali, dan apa yang aku katakan itu benar,
sehingga aku tidak perlu mengulanginya"
"Tidak bibi" jawab Raden Kuda Rupaka "Keadaan kini
sudah menjadi sangat buruk, Sangkan dan Panon telah
bersepakat untuk berkhianat"
"Siapapun tidak akan dapat memaksa aku untuk
mengetahui apa yang memang tidak aku ketahui"
"Aku yakin bibi mengetahui"
"Tidak angger, dan ketidak-tahuanku itu tidak akan


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat aku ingkakri akan terjadi apa saja atas diriku"
Raden Kuda Rupaka memandang Kidang Alit sejenak,
kemudian katanya "Bibi, sudah cukup lama aku tinggal di
padepokan ini sudah banyak pertolongan dan kebaikan
hati yang aku berikan kepada bibi sekeluarga, bahkan
dengan kedua orang pengemis itu pula, sekarang sudah
waktunya aku bertindak tegas"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Ayu Kuda Narpada memandang wajah Raden Kuda Rupaka dengan cemasnya, namun kemudian ia berpaling ketika ia melihat Pinten bergeser setapak.
"Kau tidak usah ikut campur iblis betina" geram Raden Kuda Rupaka.
Namun Pinten sempat menjawab "Aku memang tidak akan ikut campur secara langsung"
"Kenapa kau sebut secara langsung?"
"Mungkin dengan cara lain aku akan mendapat permainan yang mengasyikkan"
"Tutup mulutmu, atau aku akan menyumbatnya"
"Kau hanya bertiga" tiba-tiba saja Pinten memotong
"Kami berempat disini, kau tidak akan dapat berbuat apa-apa, jika Raden Ayu mengatakan tidak, maka kami semua disini mengatakan tidak"
Wajah Raden Kuda Rupaka menjadi merah padam, Tetapi ia menyadari bahwa yg dikatakan Pinten itu adalah kenyataannya sekarang ini.
Meskipun demikian, Raden Kuda Rupaka menjawab
"Kau jangan sombong perempuan gila, meskipun kami bertiga, kami akan dapat membunuh semua orang di dalam rumah ini"
Adalah diluar dugaan mereka jika tiba-tiba saja Pinten tertawa, suaranya terdengar aneh ditelinga setiap orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang mendengarnya. Katanya disela-sela suara tawanya
"Jika kau memang ingin melakukannya dan mampu
berbuat demikian, kau tentu sudah melakukannya
semalam, tidak sekarang"
Wajah Raden Kuda Rupaka menjadi semakin merah
membara, kemarahannya sudah tidak dapat
disembunyikannya lagi, meskipun demikian, ia masih
harus melihat kenyataan, bahwa di dalam istana ini,
memang ada empat orang yang harus diperhitungkan.
"Bibi" berkata Raden Kuda Rupaka kemudian
"Mungkin bibi dapat ingkar, dan mungkin saat ini orangorang gila ini dapat membujuk bibi untuk tidak
memberitahukannya kepadaku, Tetapi bibi kelak akan
menyesal, jika aku pergi dengan kecewa, maka itu
merupakan pertanda bahwa orang-orang yang tinggal
akan saling berbunuhan untuk memperebuntukan pusaka
itu. Sangkan, Panon, Ki Mina dan Pinten akan saling
mempertaruhkan nyawanya, meskipun kemudian tiga
diantara mereka akan manjadi bangkai disamping tubuh
bibi dan diajeng Inten Prawesti yang terkapar tidak
bernyawa lagi"
Wajah Raden Ayu Kuda Narpada menjadi tegang,
demikian pula wajah Inten Prawesti.
"Bibi, apakah dengan demikian berarti bahwa aku
harus kembali menghadap ayahanda dan mengatakan
bahwa bibi tidak lagi menaruh kepecayaan kepadaku?"
"Oooo?" suara Raden Ayu Kuda Narpada seolah-olah
terputus dikerongkongan, namun kemudian ia berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jika kau bertemu dengan ayahandamu, aku mohon
maaf, aku tidak dapat memenuhi perintah kakangmas
Linggar Watang untuk menyerahkan pusaka yang
sebenarnya memang tidak aku ketahui"
"Ayahanda tidak akan percaya, ayahanda yakin bahwa
pusaka itu ada disini, bibilah yang menyimpannya"
"Aku bersedia untuk menerima akibat apapun yang
mungkin dilimpahkan karena kemarahan kakangmas
Linggar Watang, sebenarnyalah aku tidak ingkar akan
baktiku, Tetapi aku tidak dapat berbuat apa-apa.
Meskipun kakangmas Linggar Watang sendiri yang
datang kemari"
"Baiklah bibi, aku akan kembali kepada ayahanda
yang tentu akan datang sendiri kemari, ayahanda akan
mengetahui apa saja yang sudah aku lakukan disini,
bahkan aku sudah mempertaruhkan nyawaku melawan
orang-orang Guntur Geni dan melawan ilmu gendam
yang tidak dapat dihindari oleh diajeng Inten Prawesti"
"Aku akan berterima kasih"
"Baik, baik, memang kemungkinan yang paling buruk
harus aku tempuh, aku sudah menyelamatkan nyawaku,
menghadapi ujung senjata, Tetapi agaknya aku harus
mengalami nasib yang sangat buruk jika aku kembali ke
Demak tanpa pusaka itu,. namaku akan dihinakan dan
barangkali aku akan diasingkan oleh ayahanda dari
lingkungan keluarga"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Wajah Raden Ayu Kuda Narpada menjadi tegang sejenak, terpercik perasaan iba di wajahnya"
Ternyata bahwa Raden Kuda Rupaka dapat
menangkap percikan perasaan itu, maka katanya "Bibi, jika memang bibi tidak mengetahuinya, biarlah aku mohon diri, Tetapi mungkin akan lebih baik bagiku jika aku tidak akan pernah bertemu lagi, karena bagiku sebagai seorang kesatria, nama lebih berharga dari jiwa sekalipun"
"Anakmas" desis Raden Ayu Kuda Narpada "Apakah yang akan kau lakukan?"
Raden Kuda Rupaka berpaling kepada Kidang Alit, lalu katanya "Kamipun akan saling berebutan jika pusaka itu bibi berikan kepadaku, Tetapi Kidang Alit tentu akan bersedia membantu aku jika aku gagal mendapat pusaka itu"
Kidang Alit menjadi semakin termangu-mangu.
"Bibi, ujung senjata Kidang Alit tentu cukup tajam untuk membunuhku, karena ternyata aku tidak ingin lagi bertemu dengan ayahanda Linggar Watang"
"Anakmas" Raden Ayu Kuda Narpada terkejut sehingga bergeser setapak "Kau akan membunuh diri?"
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, katanya "Jika ayahanda pada suatu saat berkunjung kesini, tolong bibi katakan bahwa aku sudah gagal, bibi jangan mengatakan bahwa bibi tidak dapat menunjukkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pusaka itu kepadaku, Tetapi sebaiknya bibi mengatakan
bahwa aku terbunuh dalam perebutan pusaka itu, bibi
dapat mengatakan bahwa aku telah dibunuh oleh orangorang Guntur Geni atau oleh Kidang Alit sekalipun yang
barangkali merupakan utusan yang dikirim oleh paman
Pangeran Cemara Kuning dan paman Pangeran Sendang
Prapat" "Bohong" tiba-tiba saja Kidang Alit memotong "Aku
tidak mengenal Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran
Sendang Prapat"
"Mungkin sekali kau adalah utusannya seperti juga
aku adalah utusan ayahanda Linggar Watang"
Kidang Alit menarik nafas dalam-dalam, tetapi ia tidak
menjawab. "Nah, bibi, itu adalah pesanku yang terakhir, aku
mohon diri, Tetapi aku tidak akan pernah sampai ke
Demak dan menghadapi ayahanda dan ibunda"
"Anakmas" wajah Raden Ayu Kuda Narpada menjadi
semakin tegang.
"Bibi tidak usah mencemaskan aku"
"Tetapi, Tetapi apakah kata kakangmas Linggar
Watang tentang aku"
"Bibi tidak usah menjadi cemas, bukankah bibi
memang tidak mengetahui apapun juga tentang pusaka
itu" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Nampak keragu-raguan yang tajam membayang di wajah Raden Ayu Kuda Narpada sehingga suasana di dalam bilik itupun menjadi tegang pula. tidak seorangpun yang bergerak dan apalagi beranjak dari tempatnya.
Namun dalam pada itu terdengar suara Kidang Alit diantara derai terawanya "Kau sedang merajuk, Raden?"
Raden Kuda Rupaka memandang wajah Kidang Alit dengan tegangnya, namun kemudian jawabnya "mungkin Kidang Alit, mungkin aku sedang merajuk, Tetapi mungkin juga aku telah menyatakan tekadku bahwa aku tidak akan berani menghadapi ayahandaku tanpa pusaka itu, apakah aku akan membunuh diri, kau bunuh atau aku akan mengembara tanpa tujuan"
Kidang Alit menarik nafas dalam-dalam, lalu katanya kepada Raden Ayu Kuda Narpada "Terserahlah kepada Raden Ayu, Tetapi sebaiknya persoalan Raden Kuda Rupaka diserahkan saja kepadanya, jika ayahanda Raden Kuda Rupaka datang Raden Ayu tinggal menyatakan apa yang Raden Ayu ketahui"
Tetapi justru karena itu, kebingungan telah mencengkam hati Raden Ayu Kuda Narpada.
bagaimanapun juga ia akan menghadapi kesulitan perasaan jika benar-benar Pangeran Linggar Watang2
datang ke istana kecil ini.
Wajah-wajah yang ada di dalam bilik itu menjadi tegang, setiap orang memusatkan perhatiannya kepada Raden Ayu Kuda Narpada yang sedang dicengkam oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
keragu-raguan, seolah-olah di dalam dadanya telah
terjadi pergolakan yang dahsyat.
Namun dalam pada itu, sekali lagi bilik itu dipecahkan
oleh suara tertawa, Pintenlah yang kemudian tertawa
sambil berbicara "Hampir saja Raden berhasil, bukan
berhasil memiliki pusaka yang Raden cari, Tetapi berhasil
menyiksa perasaan Gusti putri, sebenarnyalah ada
keinginan Gusti puteri untuk menolong Raden, Tetapi
Gusti benar-benar tidak mengetahui dimanakah pusaka
yang Raden cari itu"
"Diam" tiba-tiba saja Raden Kuda Rupaka berteriak
"jangan ikut campur"
Tetapi Pinten tidak mau diam, katanya "Sebenarnya
sejak Raden berbicara aku sudah menahan tertawa, aku
tidak tahu jalur pembicaraan Raden, mula-mula Raden
mengatakan bahwa Raden akan kembali ke ayahanda
Raden, Pangeran Linggar Watang yang tentu akan
datang kemari, kemudian Raden mulai merajuk bahwa
mungkin Raden akan diasingkan oleh ayahanda Raden,
Tetapi ternyata bahwa kemudian Raden mulai
mengancam untuk membunuh diri"
"Gila, aku sumbat mulutmu dengan ujung pedang"
wajah Raden Kuda Rupaka menjadi merah padam.
Tetapi Pinten masih berbicara terus "jangan
mengancam, seharusnya Raden tahu, bahwa aku tidak
takut mendengar ancaman apapun juga dari Raden
karena ternyata Raden tidak lebih baik dari kakang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan, bukankah aku dapat minta perlindungannya
jika Raden marah"
Seolah-olah dada Raden Kuda Rupaka akan meledak
oleh kemarahan, Tetapi ia tidak dapat melakukannya,
karena pertimbangan-pertimbangan yang berlandaskan
kenyataan tentang gadis itu, Sangkan, Panon dan Ki Mina
yang masih ada di lingkungan istana ini.
Tetapi adalah diluar dugaan sama sekali, bahkan
Raden Kuda Rupakapun tidak, bahwa dengan kening
yang berkerut Raden Ayu Kuda Narpada memotong katakata Pinten "Sudahlah Pinten, kita semua mengerti,
bahwa tidak seorangpun yang dapat saling mengancam,
Tetapi sikapmu terhadap anakmas Raden Kuda Rupaka
jangan meninggalkan trapsila dan unggah-unggah"
Sejenak Pinten tercenung, sekilas dipandanginya
kakaknya yang berada dipintu, namun kemudian ia
membungkukkan kepalanya dalam-dalam sambil berkata
"Ampun Gusti, bukan maksudku bertindak deksura
terhadap kemanakan Raden Ayu, Raden Kuda Rupaka,
Tetapi dalam keadaan yang gawat sekarang ini, maka
kita masing-masing tidak boleh terlampau terpengaruh
oleh hubungan yang ada diantara kita"
"Aku mengerti, Tetapi biarlah aku yang menjawab
semua pertanyaan dan persoalan yang dikemukakannya"
Pinten menarik nafas dalam-dalam, namun sekali lagi
diluar dugaan semua orang bahwa Pinten yang nampak
ketakutan itupun berkata tersendat-sendat "Tetapi
ibunda, dalam hubungan dengan perkembangan keadaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
terakhir, agaknya kakangmas Raden Kuda Rupaka sudah
bersikap lain, meskipun ia kemanakan ibunda, Tetapi
ialah yang mulai meninggalkan trapsila dan unggahunggah" "Diajeng" potong Raden Kuda Rupaka "Aku tidak
menyangka bahwa kau benar-benar telah terpengaruh
oleh sikap gadis binal itu"
Inten memandang Raden Kuda Rupaka sejenak, lalu
"Maaf kakangmas, sikap kakangmas telah menimbulkan
ketakutan pada diriku"
Wajah Raden Kuda Rupaka menjadi merah padam,
Tetapi iapun masih menjawab "Maaf diajeng, bukan
maksudku, semuanya semata-mata terdorong oleh
keinginanku menyelamatkan pusaka itu"
"Tetapi kakangmas telah mengajak Kidang Alit
sekarang ini, seandainya ibunda mengetahui pusaka itu
dan menyerahkannya kepada kakangmas, apakah
kakangmas dapat menjamin bahwa pusaka itu akan
dapat kakangmas pertahankan dan sampai ketangan
pamanda Pangeran Linggar Watang"
"Akan aku pertahankan dengan darahku sampai
tuntas" "Jika itu terjadi, kakangmas mempertahankan sampai
maut mermenggut jiwa kakangmas, apakah itu berarti
bahwa pusaka itu diselamatkan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Inten" potong Raden Ayu Kuda Narpada sambil menggamit pundak anak gadisnya, katanya kemudian
"Sudahlah, kita tidak perlu bertengkar berkepanjangan"
ia berhenti sejenak, lalu "Angger Kuda Rupaka, sebenarnyalah aku mohon maaf kepada kakangmas Linggar Watang, tetapi sebaiknya kau tidak melakukan sesuatu yang melanggar hukum kemanusiaan jsutru atas dirimu sendiri, jika kelak kakangmas Linggar Watang sudi datang kemari, maka aku akan menjelaskannya, bahwa aku benar-benar tidak mengetahuinya sehingga kesalahan itu tidak dibebankan kepadamu"
"Tidak bibi, aku akan kembali membawa pusaka itu atau tidak sama sekali"
Wajah Raden Ayu Kuda Narpada menjadi tegang kembali, dipandanginya Raden Kuda Rupaka yang agaknya benar-benar sudah berkeras hati.
"Bibi harus mengambil keputusan sekarang"
Raden Ayu Kuda Narpada menjadi semakin gelisah, namun justru itu, ia bahkan diam mematung memanda Raden Kuda Rupaka yang tegak berdiri tegak dengan kaki renggang.
Dalam ketegangan itu, ternyata Kidang Alit mengambil sikap yang lain, seolah-olah ia sama sekali tidak terlibat dalam ketegangan itu, bahkan kemudian iapun perlahan-lahan melangkah kesudut bilik sambil memandang Inten yang berpegangan lengan ibunya.
Sekilas ia melontarkan sebuah senyuman yang aneh, namun kemudian iapun seolah-olah tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menghiraukannya lagi dan duduk seenaknya disudut,
dengan tanpa menghiraukan apa yang telah terjadi di
dalam bilik itu, maka iapun mengambil serulingnya yang
terselip dipinggangnya, langsung menempelkan
dimulutnya dan sejenak kemudian terdengar suara
seruling itu memenuhi bilik yang tidak terlalu luas itu.
Mula-mula Raden Kuda Rupaka terkejut mendengar
suara seruling itu, namun kemudian dari kerut merut di
keningnya nampak bahwa iapun sedang memperhatikan
suara itu dengan seksama.
Yang terdengar kemudian adalah sebuah lagu yang
ngelangut seolah-olah jerit hati seorang yang
merindukan cerahnya matahari, namun kemudian lagu
itu menukik rendah dan mengeluh oleh kegagalan.
Sejenak kemudian setiap hati telah dicengkam oleh
suara itu, dengan tatapan mata yang redup Kidang Alit
memandang seorang demi seorang, terutama Raden Ayu
Kuda Narpada dan Inten Prawesti.
Tiba-tiba saja nampak Raden Kuda Rupaka
tersenyum, katanya "Biasanya akulah yang melawan ilmu
gendammu Kidang Alit, kini mereka akan mengerti,
bahwa tanpa aku mereka tidak dapat berbuat apa-apa"
Suara ngelangut itu bagaikan telah menghanyuntukan
keadaan Raden Ayu Kuda Narpada, bahkan sejenak
kemudian Inten Prawesti perlahan-lahan berdiri sendiri
seperti orang yang sedang bermimpi, tatapan matanya
terlontar ke kejauhan melalui daun pintu yang terbuka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sementara Raden Ayu Kuda Narpadapun telah
menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Mereka akan kehilangan kepribadian mereka"
berkata Kidang Alit di dalam hatinya "Dan agaknya
Raden Ayu Kuda Narpada akan dapat menanggapi
keadaan" "Bibi" desis Raden Kuda Rupaka "Jika kerinduan itu


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah mengusik hati, biarlah aku berjanji untuk membawa
pamanda Pangeran Kuda Narpada kembali kepada bibi,
jika bibi bersedia mengatakan dimanakah pusaka itu
berada" Raden Ayu Kuda Narpada mengangkat wajahnya,
Tetapi wajah itu seolah-olah menjadi beku tanpa alas
kedirjaannya sendiri.
"Bibi, apakah bibi dapat mengatakannya?"
Bilik itu menjadi tegang, tatapan mata Raden Ayupun
telah kehilangan warna. Sementara itu seruling Kidang
Alit masih tetap bermain di bibirnya dengan lagu yang
kadang-kadang merendah, namun kadang-kadang
melengking tinggi, setiap kejutan membuat mereka yang
mendengarkan bagaikan terbanting ke dalam anganangan yang kehilangan sandaran, terputus dari rangkaian
yang semakin dalam.
"Bibi" berkata Raden Kuda Rupaka dengan nada
dalam "Katakanlah bibi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Ayu Kuda Narpada memandang Raden Kuda Rupaka sejenak, namun kemudian dipandanginya wajah puterinya yang kosong, dan Raden Ayu Kuda Narpada sama sekali tidak berbuat apa-apa ketika Inten Prawesti melangkah setapak mendekati Kidang Alit yang duduk disudut ruangan itu"
Suasana di dalam bilik itu menjadi semakin tegang, sementara itu Pinten yang duduk tersimpuh di lantai memandang Sangkan yang berdiri di pintu disisi Panon, mereka memandang semua yang terjadi itu dengan dada yang berdebar-debar.
Tiba-tiba saja di dalam ketegangan itu terdengar Sangkan berdesis "Apakah belum cukup Pinten?"
Pinten mengeruntukan keningnya.
"Hentikan, atau aku yang akan menghentikan suasana yang gila ini"
Pinten tertawa katanya "Aku ingin mengetahui, berapa jauh jangkauan ilmu seorang anak muda yang tampan yang bernama Kidang Alit"
Jawaban Pinten itu benar-benar mengejuntukan Raden Kuda Rupaka, Kidang Alit dan Kiai Paran Sangit, mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Pinten dapat memecahkan perhatian mereka dengan caranya, ia sama sekali tidak melawan suara seruling itu dengan benturan getar yang berlandaskan ilmunya, Tetapi ia langsung menikam perasaan Kidang Alit yang dilontarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan tajamnya disela-sela suara tertawanya yang
aneh. ":Kidang Alit memang anak muda yang tampan, cakap
dan memiliki ilmu yang tinggi, itulah sebabnya maka
beberapa orang gadis dengan pasrah telah menyerahkan
mahkota yang paling bernilai pada diri mereka. Suara
seruling dengan lagu yang menghentak-hentak namun
kadang-kadang merayu itu telah membuat jantungku
semakin cepat berdegup. Hampir saja aku berlai dan
memeluknya jika aku tidak menyadari bahwa di dalam
ruangan ini ada beberapa orang lain"
Suara seruling Kidang Alit mulai sumbang ketika
getaran jantungnya berdegup semakin keras, jika
mulutnya tidak tersumbat seruling dalam lontaran
ilmunya yang tinggi, ia tentu sudah berteriak dan
mengumpat-umpat.
Raden Kuda Rupaka mengeruntukan keningnya,
baginya yang mengganggu suara seruling Kidang Alit
bukan saja kata-kata Pinten yang menyakitkan hati itu,
Tetapi getar suara tertawanya yang asing itu agaknya
telah mempengaruhi perkataan Kidang Alit, sehingga
pemusatan pikirannya terganggu.
"Gila" desis Raden Kuda Rupaka "Gadis ini mampu
melawan ilmu Kidang Alit langsung menyerang
sumbernya. Kidang Alit merasa bahwa perlawanan Pinten tidak
diarena lontaran getar suara serulingnya, Tetapi
langsung menyerang pemusatan inderanya, karena itulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
maka Kidang Alit justru memejamkan matanya, ia
mencoba untuk bertahan, menghalau semua gangguan
lewat getar suara Pinten yang langsung mengguncang
jantung dan kata-kata gadis itu yang dengan tajam
menikam perasaannya.
Agaknya Raden Kuda Rupaka menyadari kesulitan
yang dihadapi Kidang Alit, karena itu, maka iapun
berusaha memotong serangan Pinten, katanya "Pinten,
kau jangan mserasa dirimu cantik dan barangkali cukup
menarik perhatian Kidang Alit, gadis-gadis Karangmaja
pada umumnya jauh lebih cantik dari padamu. Hampir
semuanya mereka membiarkan dirinya menjadi sasaran
permainan Kidang Alit, karena itu, jangan mengharapkan
perhatiannya, karena sebenarnyalah wajahmu tidak lebih
cantik dari biyungmu"
Tetapi Pinten bukannya seorang yang dungu seperti
yang disangka semula. Kata-kata Raden Kuda Rupaka
sama sekali tidak mempengaruhinya, bahkan suara
tertawanya meninggi disela-sela kata-katanya "Raden,
jangan iri hati, aku yakin bahwa Kidang Alit bukan orang
kebanyakan atau barangkali perantau seperti yang
dikatakannya, mungkin ia memiliki darah kebangsawanan
yang lebih tinggi dari Raden sehingga setiap gadis lebih
tertarik kepadanya dari pada kepada Raden Kuda
Rupaka" "Gila" Raden Kuda Rupaka yang menggeram
sementara suara seruling Kidang Alit menjadi kacau.
"Sudahlah Kidang Alit" berkata Pinten "Kau lebih
manis jika kau tersenyum, wajahmu nampak jelek jika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dahimu berkerinyut seperti dahi seorang kakek-kakek
tua" Sejenak Kidang Alit masih berusaha untuk meniup
serulingnya, Tetapi lagunya sudah tidak mapan lagi,
sehingga akhirnya delepaskannya sambil mengumpat
"Perempuan iblis, kau memang harus dibunuh paling
dahulu" Pinten tertawa, kemudian iapun tegak berdiri
melangkah mendekati Inten yang kebingungan.
"Duduklah puteri"
"Ooo?" perlahan-lahan kesadarannya mulai
merambat di dalam dirinya. Tiba-tiba saja ia menyadari
apa yang telah terjadi, sehingga iapun kemudian berlari
memeluk ibunya.
Aku guga kehilangan kesadaranku" berkata Raden
Ayu sambil membelai anak gadisnya.
"Nah" Pintenlah yang kemudian berbicara "Kita
semuanya sudah meyakinkan, bahwa kalian benar-benar
ingin melakukan sesuatu yang tidak sewajarnya. Kini
kalian tidak dapat berkata lagi, terutama Raden Kuda
Rupaka, bahwa yang dilakukannya itu adalah suatu
usaha yang baik. Baik bagi Demak dan baik bagi Raden
Ayu Kuda Narpada. aku sengaja ingin melihat, bahwa
dalam ketidak sadaran, kalian ingin memaksakan
kehendak kalian atas Raden Ayu Kuda Narpada, bagiku
yang kalian lakukan sudah suatu serangan yang tidak
terampuni"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Pinten" desis Raden Ayu Kuda Narpada.
"Apakah yang terjadi bukannya suatu bukti, Gusti?"
Raden Ayu Kuda Narpada termangu-mangu sejanak, kemudian dipandanginya Raden Kuda Rupaka, Kidang Alit dan Kiai Parang Sangit.
"Apakah Gusti masih belum yakin?"
"Pinten" berkata Raden Ayu Kuda Narpada
"Bagaimanapun juga ia adalah kemanakanku, aku tidak dapat berbuat sesuatu dengan mengingkari kenyataan bahwa ia adalah kemanakanku"
"Puteri" berkata Pinten kemudian "dalam keadaan seperti ini, tidak ada lagi ikatan kekeluargaan diantara setiap orang yang mempunyai kepentingan yang berbeda, masing-masing lebih mementingkan dirinya sendiri daripada keluarga, kemanakan adalah hubungan yang terlalu jauh dibandingkan dengan pusaka yang mereka cari, saudara kandungpun akan dijadikan korban apabila kepentingan yang dianggap melampaui segalanya itu dihambat"
"Ooo" Raden Ayu Kuda Narpada menundukkan kepalanya.
"Persetan" geram Raden Kuda Rupaka "Seharusnya aku tidak bersabar lebih lama lagi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau tidak dapat berbuat apapun juga sekarang Raden"
Raden Kuda Rupaka menggeram, dipandanginya wajah Kidang Alit yang tegang, namun kemudian sekilas senyum terbayang di wajah itu, katanya "Hampir saja kita berhasil Raden. Jika Raden dapat memaksa Raden Ayu untuk mengatakan dimanakah pusaka itu, maka akan datang gilirannya kita saling membunuh, Tetapi ternyata bahwa pusaka itu masih tetap tersembunyi, sehingga barangkali kita masih akan saling memerlukan"
Raden Kuda Rupaka termenung sejenak, kemudian dipandanginya Pinten, Sangkan dan Panon yang berdiri tegang.
"Bibi" berkata Raden Kuda Rupaka kemudian "Aku masih akan dapat bersabar, mudah-mudahan bibi dapat berpikir lebih bening, aku akan tetap disini sampai saatnya bibi memberitahukan pusaka itu kepadaku"
"Ooo" Raden Ayu Kuda Narpada menarik nafas dalam-dalam.
"Tetapi aku tidak mau tinggal bersama dengan dengan orang-orang yang berkhianat ini. orang-orang yang tidak setia dan tidak tahu berterima kasih. Selama ini, akulah yang menyediakan bahan bagi hidup kita semuanya seisi istana ini, namun akhirnya aku terusir dengan kasar dari istana ini"
Bab 37 Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Anakmas" sahit Raden Ayu "Sama sekali bukan maksudku mengusirmu"
"Aku tahu bibi, Tetapi selama orang-orang itu masih berada disini, aku akan tinggal di padukuhan"
"Tetapi"." Kata-kata Raden Ayu terputus, sejenak ditatapnya wajah Sangkan dan Panon yang berdiri dimuka pintu, seseolah-olah-seolah-olah ia sedang menimbang siapakah yang lebih berhak tinggal di istana ini.
Inten mamandang ibundanya dengan dada yang berdebar-debar, Tetapi karena ibundanya tidak mengatakan sesuatu, maka Inten tetap berdiam diri pula.
Sejenak kemudian, maka Raden Kuda Rupakapun mulai beringsut, Kidang Alit yang duduk disudut telah berdiri pula dan begitu juga dengan Sambi Timur yang perlahan-lahan berjalan mengikuti Raden Kuda Rupaka.
Ketika terdengar suara kuda berderap meninggalkan halaman, maka Raden Ayu Kuda Narpada rasa-rasanya tidak dapat menahan gejolak di dadanya. Nampak setitik air mata mengambang di pelupuknya.
"Alangkah pahitnya" katanya di dalam hati "Apakah yang akan dikatakan oleh kakangmas Linggar Watang, jika ia benar-benar datang ke istana yang suram ini"
Inten melihat air di pelupuk mata ibunya, namun ialah yang kemudian mencoba menghiburnya "Sudahlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ibunda, semuanya harus kita hadapi, aku sudah jemu
mengeluh dan berdesah, sekarang apa yang sedang
terjadi adalah suatu kenyataan yang harus diatasi,
untunglah bahwa kita masih mendapat perlindungan dari
Yang Maha Kuasa dengan hadirnya Pinten dan kakaknya
serta Panon dan Ki Mina"
Raden Ayu Kuda Narpada mengangguk-angguk,
Tetapi ia tidak menjawab.
Namun di dalam pada itu, ternyata bahwa kecurigaan
yang tumbuh disetiap hati tidak juga mereda, meskipun
di dalam halaman istana itu nampaknya Sangkan dan
Panon dapat bekerja bersama, Tetapi itu rasa-rasanya
ada batas yang melintang diantara keduanya, bagi
Panon, Sangkan adalah orang yang aneh, jika ia benar
anak Nyi Upih, tentu ia akan menunjukkan sifat dan sikap
yang semakin jelas menghadapi kenyataan yang telah
terjadi di halaman istana itu. namun sampai saat
terakhir, sikap dan sifatnya sama sekali tidak berubah.
Karena itulah, maka Panon merasa tidak mempunyai
waktu sama sekali untuk meninggalkan istana itu untuk
mencari gurunya. Saat-saat ia tidak berada di halaman,
banyak sekali kemungkinan yang dapat terjadi. Ia tidak
dapat mengerti dengan pasti, apakah yang kira-kira akan
dilakukan Sangkan, sedangkan keadaan nampaknya
berkembang semakin buruk.
Meskipun demikian kemudian Panon dan Ki Mina
melihat beberapa perubahan yang terjadi. Pinten dan
Sangkan nampak setiap kali berbincang dengan
sungguh-sungguh, bahkan kadang-kadang bertiga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan Nyi Upih. Mereka nampaknya menjadi semakin
cermat mengamati keadaan.
"Mereka orang-orang aneh" desis Ki Mina.
Panon mengangguk-angguk , agaknya memang akan
terjadi peristiwa yang lebih rumit di istana ini"
Namun dalam pada itu, setiap orang di dalam istana
itu, berusaha untuk tetap dalam suasana yang baik dan
berbuat untuk kepentingan bersama, setiap kali Sangkan
masih melakukan pekerjaannya bsersama dengan Panon,
mereka memperbaiki regol dengan bahan yang ada.
Namun meskipun mereka tidak membicarakan lebih
dahulu ternyata mereka sepakat untuk memperkuat regol
yang sudah menjadi semakin tua.
"Tetapi hampir tidak ada gunanya" desis Sangkan
sambil tersenyum.
"Kenapa?"
"Dengan ujung jari saja Raden Kuda Rupaka dapat
merusaknya, juga orang-orang Guntur Geni jika mereka
datang kemari lagi"
Panon mengangguk-angguk, iapun menyadari bahwa
tidak banyak gunanya memperbaiki regol sebagai usaha
pengamanan, namun demikian ia menjawab "Tetapi
dengan demikian regol itu akan nampak lebih baik
daripada kita biarkan berantakan"
"O, tentu, tentu" desis Sangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon tidak menjawab, namun keduanya dengan
sibuknya melakukan pekerjaan itu.
Dari kejauhan Pinten memandang keduanya yang
saling bekerja itu, ia tidak menyadari, kenapa ia bagaikan
mematung melihat tangan-tangan yang cekatan
mengikat potongan-potongan bambu disebelahmenyebelah, kemudian menguatkan pengikat yang telah
menjadi kendor.
Pinten terkejut ketika ia mendengar langkah
seseorang mendekatinya, ketika ia berpaling dilihatnya Ki
Mina berdiri sambil tersenyum.
"Apa yang sedang kau perhatikan Pinten?"
"Orang-orang yang sedang memperbaiki regol itu,
paman" Ki Mina mendekatinya, iapun memandang kedua anak
muda yang sedang bekerja itu sejenak, namun kemudian
katanya "mereka adalah anak-anak muda yang
mengagumkan"
"Ya" sahut Pinten diluar sadarnya.
"Kedua-duanya?" Ki Mina bertanya.
Pinten tiba-tiba saja menjadi tergagap, lalu
"Maksudku kedua-duanya adalah anak-anak muda yang
rajin meskipun bodoh"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Mina tertawa, lalu "Harapan bagi masa depan mereka masih sangat panjang tetapi sudah barang tentu, keterikatan dengan istana ini telah menumbuhkan kemungkinan lain pada diri mereka"
"Maksud paman" , bahwa dengan keterikatan mereka disini membuat mereka kehilangan kesempatan bagi hari depannya?"
"Aku tidak mengatakan tepat seperti yang kau maksudkan, Pinten, meskipun ada pula sentuhannya, misalnya tentang dirimu sendiri. Kau tidak usah membantah dan memperkuat kedudukanmu sebagai anak Nyi Upih, aku tetap percaya selama kau masih mengatakannya demikian"
Pinten mengeruntukan keningnya, tetapi ia tetap berdiam diri.
"Hidupmu agaknya telah mengalami tempaan lahir dan batin yang luar biasa, sebagai seorang gadis, kau dipengaruhi oleh perasaan yang lebih tajam dari seorang laki-laki, tetapi kau dapat menahan diri untuk tinggal di istana yang terpencil ini"
"Biyungku tinggal disini dengan kesetiaannya yang utuh terhadap Raden Ayu Kuda Narpada"
Ki Mina mengangguk-angguk, katanya "Aku
mengaguminya, dan aku juga mengagumimu,
Sangkanpun anak muda yang bersedia mengorbankan suatu masa dalam usianya yang paling berharga untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tinggal dalam tugas yang sangat berat dan bahkan
mengancam jiwanya"
"kenapa kau tidak menyebut Panon", bukankah ia
juga melakukan seperti yang dilakukan kakang
Sangkan?" "Ya, ya, kau benar. Aku kurang lengkap
menyebutnya, Sangkan, Panon, Raden Kuda Rupaka,
Kidang Alit dan mungkin masih ada lagi, namun
demikian, aku masih tetap meletakkan kekagumanku
yang tertinggi kepadamu Pinten, justru karena kau
seorang gadis yang seharusnya baru menginjak masa
yang paling menarik, masa bersolek dan mengagumi diri
sendiri" "Ah" desis Pinten.
"Aku berkata sebenarnya, lepas dari persoalan yang
sama-sama kita hadapi dengan penuh kecurigaan"
"Paman berusaha mendorong aku keluar dari istana
ini dan tinggal di tempat yang jauh untuk sekedar
bersolek dan memamerkan kecantikan, begitu?"


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak, tidak, kau jangan salah mengerti Pinten, aku
justru mengagumimu, lebih dari anak-anak muda, jika
kau kelak telah menyelesaikan tugasmu disini, maka kau
adalah gadis yang memiliki segala-galanya"
Pinten menundukkan kepalanya, bagaimanapun juga,
perasaan kegadisannya tersentuh oleh kata-kata Ki Mina,
namun ia tidak menjawab.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kelak"." berkata Ki Mina "Pada suatu masa, kau
akan mengalami perubahan seperti yang biasa dialami
oleh setiap gadis, bahkan setiap orang, sudah tentu kau
akan melakukan pilihan terhadap anak-anak muda yang
datang kepadamu, adalah suatu kelebihan pula, jika
sautu saat nanti kau memberikan pilihanmu kepada
orang yang mengerti tentang dirimu dan dapat
menghargai apa yang pernah kau lakukan disini"
"Ah" sekali lagi Pinten berdesah "Apakah maksud
paman sebenarnya ", di dalam pergolakan yang semakin
memuncak ini, sudah tentu kita tidak akan dapat
mengatakan sesuatu tentang hal itu"
Ki Mina tersenyum, katanya "Kau benar Pinten, kita
masih dicengkam oleh perasaan saling mencurigai, tetapi
aku sebagai orang tua, kadang-kadang melihat sesuatu
yang sangat wajar dalam kehidupan. Sekali-sekali aku
ingin melupakan ketegangan yang mencengkam istana
ini, sebenarnyalah aku sudah merasa jemu, tetapi sifat
kemanusiaan yang sekali-sekali aku lihat sekilas,
memberikan kesegaran baru dalam pergaulan yang
sangat sempit ini, antara kau dan anak-anak muda yang
jumlahnya terbatas"
Pinten memandang Ki Mina dengan tajamnya, dari
sela-sela bibirnya terloncat pertanyaan "Apa maksudmu
sebenarnya paman?"
"Sebenarnya aku tidak mempunyai maksud apa-apa
Pinten, kecuali kejemuan seorang tua terhadap keadaan
di sekelilingnya, tetapi aku menyadari sepenuhnya bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
aku tidak akan dapat mencari kebaharuan di luar
lingkungan halaman ini, dan ketuaanku, membayangkan
apakah kejemuan itu tidak lebih dalam lagi mencengkam
hati anak-anak muda apalagi dengan kesadaran yang
sama bahwa kita semuanya tidak dapat mencari kelainan
suasana di luar halaman istana ini"
Pinten memandang wajah orang tua itu dengan
tegangnya, namun sejenak kemudian wajah gadis itupun
tertunduk perlahan-lahan, dengan suara yang datar
Pinten berkata "Paman, aku sedang mencoba bertahan
mengatasi kejemuan ini, aku minta paman jangan
menggali kegelisahan di hatiku justru dalam saat
keadaan menjadi gawat" ia berhenti sejenak, lalu "Terus
terang paman, aku mempunyai dua macam tanggapan,
mungkin paman benar-benar disentuh oleh perasaan
kebapaan paman melihat kami yang muda-muda di
dalam lingkungan yang sangat terbatas ini, tetapi
mungkin juga paman sedang mencari kelemahanku
dalam perebutan pengaruh di dalam lingkungan sempit
ini" "O" tiba-tiba wajah Ki Minalah yang menjadi tegang,
namun hanya sekilas, karena iapun kemudian tersenyum
sambil menjawab "Maaf Pinten, aku tidak menyangka
bahwa dengan demikian kau dihadapkan pada suatu
keadaan yang tidak aku harapkan, memang setiap
perbuatan kita masing-masing akan dengan mudah
menimbulkan kecurigaan, tetapi percayalah kepadaku
untuk kali ini, bahwa aku tidak bermaksud buruk,
meskipun barangkali yang aku lakukan itu sendiri sangat
buruk" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten memandang Ki Mina sejenak, kemudian dipandanginya kedua anak muda yang masih saja sibuk memperbaiki regol.
Diluar sadarnya ia mulai menilai keduanya, yang seorang adalah kakaknya, sedang yang lain adalah anak muda yang memiliki kelebihan dari orang lain, bahkan Pinten tidak dapat menilai, siapakah yang lebih baik di dalam ilmu kanuragan dari keduanya.
Pinten menarik nafas dalam-dalam, keduanya adalah anak-anak muda yang mempunyai kelebihan.
Namun tiba-tiba Pinten memutar tubuhnya dan berjalan meninggakan tempat itu tanpa berkata sepatah katapun lagi. Ketika ia sadar bahwa kedua anak muda itu seseolah-olah-seolah-olah mempunyai tempatnya masing-masing di dalam hatinya, ia justru terkejut dan mencoba untuk mengkarinya dan pergi menjauhinya.
Ki Mina memandang Pinten yang nampaknya tergesa-gesa, tetapi ia tidak menjajagi perasaan apakah yang telah tumbuh dihati gadis itu. namun satu kekaguman telah melekat lagi padanya atas gadis yang ternyata tangkas menilai keadaan dan telah mengatakannya dengan jujur kepadanya.
"Seorang gadis yang luar biasa"
====== ****** ========
Jilid 10 Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun bagaimanapun juga Ki Mina tidak dapat melepaskan kecurigaannya, bahkan kemudian ia mencoba untuk memperingatkan dirinya sendiri, agar ia tidak tenggelam dalam kekagumannya kepada gadis itu, dan harapan yang mungkin akan dapat
menenggelamkannya ke dalam kelengahan, bahwa pada suatu saat akan ada hubungan yang lebih rapat antara Pinten dan Panon.
"Terserahlah kepada mereka yang menghayatinya"
katanya di dalam hati.
Ki Minapun kemudian kembali ke dalam biliknyam didapatkannya Panji Sura Wilaga berbaring di pembaringan, ia tidak lagi diikat kakinya, tetapi mereka yang menangkapnya masih merasa perlu mengikat tangannya dam kemudian meskipun agak longgar menyangkutkannya kepada tiang di bilik itu, sepanjang ikat pinggang Pinten yang memang cukup panjang.
Panji Sura Wilaga sama sekali tidak mengacuhkan ketika Ki Mina memasuki biliknya, bahkan seseolah-olah-oleh tidak mengetahuinya sedangkan Ki Minapun tidak menegurnya sama sekali.
Namun demikian sepercik kegelisahan mambayang di wajah Ki Mina karena ia sadar, bahwa persediaan makanan tidak akan lagi memungkinkan untuk mempertahankan keadaan seperti itu, bebeberapa lama lagi, namun ia sama sekali belum melihat jalan pemecahan yang dapat ditempuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dalam pada itu, Pinten yang meninggalkan Ki Mina dengan tergesa-gesa langsung menuju ke dapur, ia sudah melihat biyungnya meskipun perapian sedang menyala. Agaknya Nyi Upih sedang merebus air.
Pintenpun kemudian duduk di muka perapian, wajahnya menjadi buram dan tatapan matanya yang bening itupun menjadi redup. Dipandangingya api yang menjilat-jilat itu. seseolah-olah-seolah-olah di dalam jilatan lidah api itu ia melihat kehidupan yang membara diantara kegembiraan anak-anak muda sebayanya.
sedangkan ia sendiri kini berada di dalam lingkungan yang sepi dan terpencil, penuh dengan bahaya yang setiap saat dapat mengancamnya.
"Tetapi aku sudah memilih jalan hidup ini" berkata Pinten kepada diri sendiri, meskipun ia tidak dapat ingkar dari tuntutan manusiawi.
Pinten berpaling ketika ia mendengar desir langkah kaki mendekati pintu dapur, ia melihat Nyi Upih berjalan sambil menjinjing seikat daun ketela pohon yang baru dipetiknya di kebun.
Karena itu, maka Pintenpun segera berusaha menghilangkan air yang terasa membasahi pelupuknya, ia tidak ingin dilihat oleh orang lain, betapa perasaannya yang wajar kadang-kadang masih juga melonjak menyentuh hati.
Ternyata Nyi Upih tidak menghiraukannya, iapun langsung mengambil belanga dan mengisinya dengan air gentong untuk mencuci seikat daun yang dibawanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi ketika Nyi Upih akan memasukkan daun ketela
yang sudah dicuci dan diremasnya itu ke dalam belanga
diatas perapian, ia melihat Pinten yang masih sibuk
mengeringkan air yang membasah di matanya, bahkan
rasa-rasanya air itu tidak juga mau kering.
"Pinten?" Nyi Upih mengeruntukan keningnya.
"Mataku terkena asap biyung, ketika api itu mati, aku
meniupnya dengan semprung bambu, tetapi agaknya
asapnya telah masuk ke mataku, pedih sekali" jawab
Pinten. Nyi Upih menarik nafas dalam-dalam, ia memang
melihat mata Pinten menjadi merah.
Sejenak Nyi Upih termangu, namun kemudian katanya
"Pergilah keluar sejenak, atau cuculah mukamu dengan
air bersih, nanti perasaan pedih itu akan segera hilang,
jika perasaan pedih itu timbul karena asap api"
"Ya, pasti karena asap api biyung"
"Mudah-mudahan perasaan pedih yang disebabkan
oleh asap api akan cepat hilang"
Pinten menarik nafas dalam-dalam, tetapi iapun
kemudian meninggalkan dapur itu ke pakiwan untuk
memcuci wajahnya.
Ketika ia menjengukkan kepalanya ke dalam
jambangan yang terisi oleh air bening, tiba-tiba ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tertegun, dipandanginya wajah seorang gadis yang
manis di dasar jambangan itu. mata yang tajam hampir
bulat, segores alis yang lengkung panjang diatasnya.
Hidung yang tidak terlalu mancung tetapi serasi diantara
pipinya yang kemerah-merahan oleh terik panas
matahari, mulut yang kecil diantara bibirnya yang tipis
meskipun ia agak banyak berbicara.
Pinten menarik nafas dalam-dalam, namun bagaikan
seorang yang terbangun dari mimpinya, ia cepat-cepat
mengambil air dengan tempurung yang sudah di gosok
halus dan membasahi wajahnya yang kemerah-merahan
itu. Sejenak ia masih sempat melihat wajah yang
mengabur di dasar jambangan itu karena bulatan-bulatan
getar air yang tersentuh tempurungnya, semakin lama
semakin hilang, apalagi ketika iapun kemudian
melemparkan tempurung itu ke dalam air di belakang.
Pinten perlahan-lahan berdiri dan melangkah
meninggalkan pakiwan, tiba-tiba ia menjadi gelisah,
apakah, seseolah-olah-seolah-olah ia baru mengenal
dirinya sendiri sebagai seorang gadis.
Diluar sadarnya tangannya bergerak meraba
sanggulnya yang kusut. Dicobanya untuk
memperbaikinya dan mengusap rambutnya yang berurai
diatas telinganya.
Pinten terkejut ketika ia mendengar langkah tergesagesa menuju ke pakiwan, ketika ia berpaling dilihatnya
Panon melangkah cepat kearahnya, namun langkah itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
terhenti ketika Panon melihat gadis berdiri di muka
pakiwan, "O?" desisnya.
"Kenapa kau nampak tergesa-gesa" bertanya Pinten
"Apakah ada sesuatu?"
Panon menggeleng, jawabnya "Aku akan mencuci
tanganku yang tergores welat peting wulung"
"He!!, apakah tanganmu dapat terluka karena welat
peting wulung?"
"Ya, kenapa?"
"Dan luka itu sudah membuatmu demikian tergesagesa dan gelisah."
"Luka ini mengeluarkan darah, aku akan mencucinya
daripada mengotori pakaianku"
Pinten tertawa, katanya "Jika oleh luka itu kau sudah
menjadi gugup, bagiamna dengan dengan luka pedang
jika kau bertempur dengan Kidang Alit?"
"Aku bukan orang-orang kebal, Pinten" jawab Panon
"Dan agaknya welat adalah senjata yang paling tajam
jauh lebih tajam dari pedang Kidang Alit. jika seseorang
berilmu kebal dan tidak dapat dilukai dengan pedang,
maka ia akan terbunuh oleh peting wulung yang
ditajamkan ujungnya, dengan geranggang pering wulung
yang diusapkan pada tanah tempat kita berpijak, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
semua ilmu kebal dari dasar kekebalan yang manapun
akan cair dan tidak berarti sama sekali"
"Kau salah" jawab Pinten "Apakah kau pernah
mendengar ilmu Sangga Bumi?"
"Mempunyai kekuatan yang mirip dengan aji Panca
Sona" Pinten tertawa, katanya "Kau benar, tetapi Sangga
Bumi mempunyai akibat kekebalan, bukan kekuatan
untuk memperoleh dan menguasai hidupnya kembali jika
tubuhnya menyentuh tanah"
Dan Panon memotongnya "Tetapi ia menjadi kebal
selama tubuhnya masih menyentuh tanah, meskipun
demikian, jika kematian telah menjemputnya dalam
keadaan yang khusus, terpisah dari tanah tempatnya
berpijak, maka ia tidak akan memperoleh dan menguasai
hidupnya kembali"
Pinten tertawa, katanya "Kau memahaminya. He,
apakah kau pernah belajar ilmu yang disebut aji Sangga
Bumi?" "Jika demikian, tanganku tidak akan terluka"
Pinten tertawa semakin keras, lalu katanya "sekarang
apakah kau akan mencuci lukamu?"
"Ya" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan, menurut orang-orang tua, luka kecil seperti itu akan lebih cepat sembuh jika tanganmu diobati sebelum tersentuh air, aku mempunyai obat untuk segala macam luka"
"Ah, obatmu terlalu berharga untuk mengobati luka kecil seperti ini, jika lukaku sobek karena ujung pedang, maka obatmu akan sangat bermanfaat"
"Kalau begitu, marilah, aku akan mengobati dengan daun metir, kau percaya bahwa daun metir dapat menyembuhkan luka kecil seperti lukami itu"
"Ya" "Sebelum kau basahi, tunggulah disini, aku akan memetik bebeberapa tangkai dun metir di belakang pakiwan ini"
Seperti kena pesona, Panon kemudian berdiri diam ditempatnya, dipandanginya Pinten yang berlari-lari ke belakang pakiwan. ketika tangannya meraih daun metir tetapi tidak sampai karena letaknya yang terlalu tinggi, maka dengan lincahnya gadis itu melenting seperti saat ia melenting menghindari ujung senjata yang akan menyentuh tubuhnya.
Panon menarik nafas dalam-dalam, jari-jari gadis itu jauh berbeda dengan jari-jari Nyi Upih yang bulat pendek, tetapi jari-jari Pinten yang meskipun dapat dipergunakan menggenggam senjata, tetapi jari-jari itu tetap jari-jari seorang gadis yang cantik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon terkejut menyadari angan-angannya sendiri, di padukuhannya ia bergaul dengan banyak gadis-gadis yang disebut canti oleh kawan-kawannya, tetapi Pinten mempunyai kelainan dari gadis-gadis di padukuhannnya itu.
Ketika kemudian Pinten datang dambil membawa daun metir dan kemudian meremasnya dan
menempelkan di jarinya yang terluka, jantung Panon tiba-tiba menjadi berdebar kencang dan tangannya ikut gemetar,
"He" deis Pinten "Apakah welat itu beracun?"
"Kenapa?" Panon terkejut.
"Tanganmu bergetar, mungkin pengaruh racun atau semacam gragas ular yang mati di tempat itu"
Panon ragu-ragu sejenak, namun kemudian katanya
"Tidak, aku tidak merasakan pengaruh racun itu, jika aku gemetar itu tentu ada sebab yang lain"
Pinten tertegun sejenak baru kemudian ia menyadari keadaannya.
Wajah Pinten menjadi merah, ialah yang kemudian menjadi gemetar, namun karena ia baru mulai melekatkan daun metir itu, maka iapun berusaha menyelesaikan pekerjaan itu secepatnya.
Sebelum Panon berkata sesuatu, Pinten teleh melepaskan tangannya dan berjalan tergesa-gesa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
meninggalkannya, tetapi ketika ia sampai di serambi
belakang, seseolah-olah-seolah-olah ada yang
menghambatnya, sehingga diluar sadarnya iapun
berhenti dan berpaling.
Panon masih berdiri mematung di tempatnya, ia tidak
ingat lagi jari-jarinya yang terluka, ia tidak mengetahui
bahwa daun metir yang ditempelkan di jari-jarinya itu
telah terjatuh diatas tanah.
Sekilas tatapan mata mereka bertemu, namun hanya
sekejap, karena Pintenpun kemudian berlari masuk
kelongkangan belakang.
Ketika Pinten hilang di balik pintu, barulah Panon
menyadari dirinya sendiri, sambil menarik nafas dalamdalam iapun kemudian memperhatikan tangannya yang
terluka, segores kecil, tetapi ia tidak menghiraukanya
lagi, karena luka itu memang sudah tidak terasa sakit
lagi. Iapun tidak pergi ke pakiwan untuk mencuci darah
yang mengotori tangannya, karena seakan-akan ia tidak
ingin membershkan jari-jari dari sisa daun metir yang
melekat. Sejenak kemudian, maka Panon melangkahkan
kakinya meninggalkan pakiwan, tetapi langkahnya
tertegun ketika ia mendengar suara tertawa di sudut
istana itu. Ketika ia berpaling dilihatnya Sangkan berdiri
membelakanginya, tetapi suara tertawanya terdengar
berkepanjangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Gila" Panonpun mengumpat, perlahan-lahan ia melangkah mendekatinya sambil berkata "Apa yang kau tertawakan?"
Sangkan tidak segera menjawab, bahkan iapun kemudian berlari-lari kecil meninggalkan Panon.
Panon adalah anak muda yang mempunyai sifat yang berbeda dengan Sangkan, ia nampak lebih tenang dan bersungguh-sungguh, namun melihat sikap Sangkan itu, tiba-tiba Panon sudah kejangkitan sikap itu pula, hampir diluar sadarnya Panon berlari mengejarnya.
Tetapi langkah Panon terhenti ketika Sangkan kemudian berlari masuk pintu butulan, bagaimanapun juga Panon masih harus menjaga dirinya, karena ia merasa kehadirannya di tempat itu hanyalah sebagai dua orang pengembara bersama Ki Mina yang memohon perlindungan dan belas kasihan.
"Anak gila" ia masih mengumpat, tetapi iapun kemudian melangkah kembali ke dalam biliknya lewat halaman belakang.
Ketika Panon melangkah di dekat pakiwan, maka dilihatnya daun metir yang sudah diremas lembut oleh Pinten terjatuh di tanah. Ada kesan yang aneh di hati Panon terhadap gadis yang bernama Pinten itu. Sudah sejak ia mengetahui bahwa Pinten memiliki ilmu kanuragan yang tinggi, ia sudah meragukan ia adalah anak Nyi Upih, semakin ia membayangkan wajah dan sifat-sifatnya, ia menjadi semakin yakin, bahwa Nyi Upih


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dan gadis itu tidak mempunyai hubungan darah, apalagi
sebagai anak dan ibu.
Namun dengan demikian, maka kecurigaannyapun
menjadi semakin besar, bahwa terkandung niat yang
kurang baik pada gadis itu serta kakanya terhadap
pusaka yang sedang diperebutkan, seperti juga Raden
Kuda Rupaka dan Kidang Alit.
"Aku tidak boleh lengah, jika aku tenggelam ke dalam
arus perasaanku, mungkin aku akan hanyut kelaut
penyesalan, aku harus tetap berpegangan pada nalar
yang bening" berkata Panon di dalam hatinya.
Selangkah demi selangkah iapun kembali ke biliknya,
ketika ia memasuki bilik itu, dilihatnya Sangkan sudah
ada di dalam bilik itu dan duduk di sisi Ki Mina yang juga
sedang duduk di pembaringannya.
Sekilas Panon memandang Panji Sura Wilaga, namun
kemudian ia melangkah mendekati Sangkan, tetapi
karena Sangkan sama sekali tidak memperhatikannya,
seolah-olah2 tidak pernah terjadi sesuatu di halaman
belakang, maka Panonpun tidak menanyakan lagi
kepadanya kenapa ia tertawa ketika ia berada di sudut
istana itu. Panonpun kemudian duduk pula di sebelah Ki Mina
yang bergeser setapak.
Untuk bebeberapa saat lamanya mereka saling
berdiam diri, tenggelam dalam angan-angan masingmasing, hanya sekali-sekali mereka berpaling
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
memandang Panji Sura Wilaga yang wajahnya menjadi
gelap bagaikan malam yang mendung.
Dalam pada itu, selagi istana kecil itu dicengkam oleh
ketegangan yang rasa-rasanyanya setiap saat semakin
berbertambah-tambah, maka di rumah Ki Buyut di
Karang Maja, Kidang Alit duduk di pendapa bersama
Raden Kuda Rupaka, sementara itu Ki Buyut sendiri
berada di bagian belakang rumahnya dengan hati yang
kecut. "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi"
desisnya diantara keluarganya "Adalah aneh sekali jika
tiba-tiba Raden Kuda Rupaka telah berada di rumah ini"
Tidak seorangpun yang dapat menjawab, bahkan
bukan saja Ki Buyut, tetapi setiap orang menjadi heran,
bahwa Raden Kuda Rupaka telah meninggalkan istana
bibinya bersama Kidang Alit dan tinggal di rumah Ki
Buyut, tetapi tidak ada yang berani bertanya kepadanya.
Di pendapa, Raden Kuda Rupaka sendiri selalu
dicengkam oleh kegelisahan, ia masih belum menemukan
suatu jalan yang dapat dipergunakannya untuk
memecahkan persoalannya.
Dalam kesulitan yang seolah-olah2 tidak teratasi
itulah, maka iapun kemudian mulai mempertimbangkan
campur tangan perguruannya.
"Sebenarnya aku ingin menyelesaikan sendiri"
katanya di dalam hati "setiap usaha yang mengikut
sertakan banyak orang berarti mempersulit penyelesaian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Selebihnya, aku bukan lagi seorang pehlawan dari
perguruanku"
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam,
kedatangannya ke istana kecil itu benar-benar berada di
luar dugaan, semula ia mengira bahwa perjalannya tidak
lebih dari perjalan tamasya, karena semuanya akan
berjalan lancar tanpa kesulitan apapun juga, namun yang
dijumpainya ternyata bagaikan seisi rimba raya yang
penuh dengan binatang buas yang saling menerkam,
siapakah yang kuat, ialah yang akan memiliki mangsa
yang paling berharga.
Tiba-tiba Raden Kuda Rupaka mengeruntukan
keningnya, dengan ragu-ragu iapun bertanya kepada
Kidang Alit "dimanakah orangmu itu Kidang Alit?"
Kidang Alit tidak segera menjawab, dipandanginya
wajah Raden Kuda Rupaka sejenak.
"He, kenapa kau diam saja?"
Kidang Alit menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Apaboleh buat Raden, aku telah mengirimkan orangku
itu kembali kepada bebeberapa orang kawan-kawannya.
Terus terang, aku tidak dapat menyelesaikan tugasku
dengan cara ini, aku sedang memanggil beberapa orang
dari perguruanku, bahkan mungkin, mengingat persoalan
yang semakin gawat, orang-orang terpentinglah yang
akan datang kemari"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Wajah Raden Kuda Rupaka segera menegang, bahkan sejengkal ia bergeser maju, dengan suara yang berat ia berkata :Jadi kau mulai dengan benturan perguruan?"
Kidang Alit tersenyum, katanya "Apaboleh buat, aku memang sudah memprhitungkan, bahwa yang terakhir akan terjadi demikian"
Raden Kuda Rupaka memandang Kidang Alit dengan tajamnya, katanya kemudian "Perguruan kita masing-masing akan terlibat disaat-saat terakhir, aku tahu bahwa tidak ada perguruan lan yang memliki kekuatan sebesar perguruan kita"
"Apaboleh buat, apaboleh buat, pusaka yang diperebutkan memang mempunyai nilai yang wajar untuk diperebutan antara perguruan-perguruan terbesar di negeri ini"
"Bukan hanya oleh perguruan terbesar, tetapi agaknya Demakpun akan segera melibatkan dirinya.
"Jika Demak mengetahui bahwa pusaka itu ada disini"
Bab 38 Raden Kuda Rupaka berdesah sambil bergeser surut, katanya "Kau memang bodoh sekali, apakah kau kira Demak tidak memiliki petugas-petugas sandi yang dapat mencium kekisruhan yang terjadi disini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentu aku mengerti" berkata Kidang Alit "tetapi demikian, mereka tidak akan bertindak dengan tergesa-gesa, apalagi mereka tidak lagi berhubungan dengan Pangeran Kuda Narpada untuk waktu yang lama, sehingga seolah-olah mereka memang sudah melupakan seluruh persoalan"
Kidang Alit yang kemudian tertawa, katanya "Jangan berkata begitu Raden, jika kau mengatakan bahwa tentu ada orang lain di Demak yang mengetahui bahwa tentang pusaka yang hilang itu aku masih percaya, tetapi jika kau mgtkn bahwa kau datang atas nama mahkota seperti yang kau ucapkan di hadapan Raden Ayu itu, aku tentu akan tertawa berkepanjangan seperti ini"
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, sedang Kidang Alit meneruskan "Baru saja Raden mempersoalkan benturan antara perguruan dan agaknya perguruanku sudah siap"
Raden Kuda Rupaka menjadi tegang sejenak, dan tiba-tiba ia berkata "He, siapa saja yang berada di belakang perguruanmu", mereka tentu tidak berdiri sendiri, bukan"
"Tidak ada orang lain"
"Paman Sendang Prapat dan paman Cemara Kuning, jangan ingkar" dan suara Raden Kuda Rupaka semakin menghentak "Siapa kau sebenarnya Kidang Alit, sebut namamu yang sebenarnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kidang Alit memandang Raden Kuda Rupaka dengan heran, lalu "Kenapa kau bertanya begitu" Sapakah aku", pertanyaanmu aneh Raden, aku adalah Kidang Alit, memangnya siapa?"
"Jangan mengelabui aku, seperti mengelabui anak-anak, kau tentu bukan bernama Kidang Alit, seperti juga Sangkan dan Pinten"
Kidang Alit tertawa, jawabnya "Terserahlah kepadamu, mungkin aku memang bukan bernama Kidang Alit, tetapi apakah bedanya bagi Raden, siapapun aku, kita telah bersama-sama menginginkan pusaka itu untuk sementara kita dapat bekerja sama, tetapi pada suatu saat, perguruan kita akan berbenturan, tetapi sementara ini, seandainya kita tidak saling membantu, maka kita bersama-sama akan akan tidak berdaya sama sekali menghadapi anak-anak muda yang ada di halaman istana itu"
"Mereka harus disingkirkan" geram Raden Kuda Rupaka.
"Tentu, tetapi karena kita masing-masing tidak mampu melakukannya, maka aku akan menunggu hasil perjalanan kawanku menghubungi perguruanku"
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk, namun kemudian katanya "Baiklah, aku juga akan menunggu, jika satu dua orang dari perguruanmu mulai bergerak, apalagi dalam jumlah yang cukup banyak, maka orang-orang di perguruanku tentu akan mengetahuinya seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
juga sebaliknya, sehingga saudara-saudara
seperguruankupun akan datang pula ke daerah ini"
"Kita akan menunggu" berkata Kidang Alit seterusnya
"Dan kita akan melihat, apakah yang akan terjadi,
apalagi jika orang-orang dari perguruan Guntur Geni itu
datang kembali dengan pasukan segelar sepapan, maka
padukuhan ini tentu akan menjadi ramai"
"Ramai, tetapi juga berarti bencana, baru kau sendiri
disini sudah menimbulkan bencana bagi gadis-gadisnya,
apalagi lebih dari satu orang dari perguruanmu"
"Ah, jangan begitu Raden, yang terjadi bukannya ciri
dari perguruanku, mungkin itu karena kelengahanku
saja, barangkali semacam ketidak sengajaan"
"Omong kosong"
Kidang Alit tertawa, katanya "Ah, aku tidak peduli
apakah yang dikatakan orang tentang diriku, yang
penting sekarang , kapan orang-orang perguruanku itu
datang. Itu berarti istana kecil itu akan dibongkar
seluruhnya, Sangkan, Panon, Ki Mina dan siapapun yang
akan meringtangi usaha itu akan dihancurkan"
"Lalu, bagaimana dengan gadisnya?"
Sekali lagi Kidang Alit tertawa, katanya "Apakah perlu
aku menjelaskannya", apalagi setelah istana itu akan aku
duduki dengan pasukanku"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Persetan, kau kira perguruanmu sudah menerima pengakuan sebagai perguruan terbesar?"
Suara tertawa Kidang Alit meninggi, katanya "Tidak, aku tidak mengatakan demikian, dan sekarangpun aku tidak ingin mempersoalkannya lagi, aku hanya akan menunggu sampai kapanpun, mudah-mudahan dengan cepat dapat aku selesaikan dengan orang-orangku yang bakal datang sebelum prajurit-prajurit demikian mengetahui lebih banyak dan mengambil sikap tertentu"
Raden Kuda Rupaka menggeram, namun iapun berkata "Agaknya memang demikian, akupun harus menunggu, dan pekerjaan menunggu adalah pekerjaan yang paling menjemukan"
Kidang Alit memandang Raden Kuda Rupaka sejenak, sekilas terbayang perasaan aneh di wajahnya, namun sejenak kemudian kesan itupun telah terhapus tanpa bekas.
Dalam pada itu, pergolakan di istana kecil itu ternyata terlalu merambat kepada batang perguruan yang lebih besar, kegagalan orang-orang Guntur Geni, Kidang Alit dan Raden Kuda Rupaka untuk mendapatkan pusaka yang mereka anggap tersimpan di istana kecil itu, telah menggerakkan orang-orang terpenting dari perguruan masing-masing untuk mengambil sikap"
Sambi Timur yang meninggalkan Padukuhan
Karangmaja dengan tergesa-gesa berpacu
keperguruannya, perjalanan yang tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
diselesaikan dalam waktu satu hari, bahkan tidak cukup
sehari semalam.
"Mudah-mudahan mereka sudah berada diseberang
bengawan" berkata Sambi Timur kepada diri sendiri, lalu
"Jika mereka tidak berada disana, dan aku harus kembali
keperguruan, maka aku akan memerlukan waktu lebih
dari sepekan"
Namun Sambi Timur yakin bahwa orang-orang
terpenting di perguruannya sudah berada di padepokan
Lemah Putih di seberang bengawan. Sambi Timurpun
memacu kudanya semakin cepat, tetapi ia sadar bahwa
pada suatu kali kudanya tentu merasa lelah, dan
memerlukan waktu untuk beristirahat, makan dan
minum. sehingga perjalannya tidak dapat dipaksakannya
lebih cepat lagi.
Ternyata seperti yang diduganya, bahwa sekelompok
orang-orang terpenting dari perguruannya telah berada
di padepokan Lemah Putih, padepokan yang dihuni oleh
seorang tua yang memang menjadi keluarga dari
perguruan Kumbang Kuning.
Dengan gelisah mereka menunggu kedatangan anak
muda yang mereka percaya untuk pergi ke Karangmaja
mencari pusaka Maja Pahit yang hilang, yang menurut
keyakinan mereka pasti berada di tangan Pangeran Kuda
Narpada. "Seorang Senapati melihat Sang Maha Prabu telah
menyerahkan sebuah pusaka kepada Pangeran Kuda
Narpada saat-saat terakhir dari perlawanan pangeran itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
untuk memberi kesempatan bagi Sang Maha Prabu untuk
meninggalkan Kota Raja, tetapi senapati itu tidak dapat
mengatakan pusaka yang manakah yang diserahkannya
itu, tetapi sudah tentu diantara pusaka-pusaka yang kini
tidak ada di istana, mungkin Kiai Sangkelat, tetapi
mungkin Kiai Nagasasta" desis salah seorang dari
mereka. "Siapakah yang sekarang ini mulai mengungkit
persoalan itu kembali, sehingga mungkin bukan saja
orang-orang dari Kumbang Kuning, tetapi juga dari
perguruan-perguruan lain berdatangan ke Karangmaja"
desis yang lain lagi.
Dugaan-dugaan mereka itupun kemudian ditegaskan
oleh kedatangan Sambi Timur yang menceritakan apa
yang telah terjadi di padukuhan Karangmaja, tempat
persinggahan Pangeran Kuda Narpada yang bahkan telah
menetap di sana pula.
Beberapa orang dari perguruan Kumbang Kuning
itupun menjadi termangu-mangu. Sambi Timur telah
menyebut pula perguruan Guntur Geni dan Cengkir Pitu.
"Perguruan-perguruan terbesar telah berada
didalamnya" desis salah seorang dari mereka.
"Seorang anak muda bernama Panon yang memiliki
ciri dari perguruan tersendiri telah berada di dalam istana
itu pula" berkata Sambi Timur.
"Dari perguruan mana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tidak seorangpun yang dapat mengetahuinya, ia sendiri tidak pernah menyebutnya" Sambi Timur berhenti sejenak, lalu "Selain Panon ada seorang anak muda yang mengaku dirinya anak pelayan di istana itupun membawa ciri-cirinya sendiri pula yang tidak dapat dikenal"
"Siapa anak muda itu?"
"Namanya Sangkan, tetapi seperti juga Kidang Alit, namanya tentu bukan namanya sendiri"
Orang-orang itupun mengangguk-angguk, salah seorang dari mereka berkata "Kita harus
mempersoalkannya dengan pimpinan tertinggi dari perguruan Kumbang Kuning"
"Apakah kita tidak akan terlambat?" sahut yang lain.
"Persoalannya mengangkut hubungan dengan perguruan-perguruan terbesar, Guntur Geni tidak memiliki orang-orang terkuat sekarang ini, tetapi jumlah mereka jauh lebih besar dari jumlah perguruan-perguruan lain, karena sifat geraknya yang berbeda, sedangkan Cengkir Pitu pantas sekali diperhitungkan, beberapa orang bangsawan yang terasing dari pergaulan mereka, berada di lingkungan itu, mereka bukannya orang-orang yang lemah"
"Tetapi Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat tidak berada di lingkungan Cengkir Pitu"
"Keduanya orang-orang dari perguruan itu, tetapi juga bukan dari perguruan kita, mereka dapat berada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dimana saja yang mereka kehendaki, kegagalam mereka
mendapatkan pusaka itu langsung dari Pangeran Kuda
Narpada membuat mereka mendendam sampai
sekarang" "Itulah sebabnya ia sekarang berada diantara kita dan
justru seakan-akan mendapat kepercayaan dari Ajar
Sukaniti?"
Yang lain menarik nafas dalam-dalam, katanya "Aku
tidak tahu apakah sebenarnya yang mendorong orangorang itu saling berebutan, tidak seorangpun yang dapat
menyebutkan dengan pasti, pusaka apakah yang berada
di istana itu, Kiai Cangkring" Kiai Mendarang atau justru
Kiai Sangkelat?"
"Mungkin pula Kiai Nagasasra" desis yang lain.
"Apakah arti dari pusaka-pusaka itu sebenarnya"
Pusaka yang ada di istana itu adalah satu unsur saja dari
suatu kemungkinan untuk menerima wahyu, satu unsur
dari banyak unsur yang ada"
Seorang yang bertubuh tinggi, berjanggut lebar dan
bermata tajam hampir saja menjawab, tetapi kata-kata
yang sudah hampir terlontar dari mulutnya itupun
ditelannya kembali.
Sejenak mereka terdiam, terbayang di dalam anganangan masing-masing pertentangan yang akan berkobar
semakin besar antara perguruan terpenting yang sudah
dikenal namanya, tetapi ternyata di istana itu ada pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
nama-nama dari orang-orang yang tidak diketahui
asalnya yang hadir dalam penyamaran.
Baru sejenak kemudian orang bertubuh tinggi,
berjanggut lebat itu berkata "Dalam waktu dekat, Ajar
Sukaniti sudah akan berada di tempat ini, besok atau
lusa, kita akan segera membicarakannya"
"Apakah kita tidak perlu mengambil sikap lebih
dahulu?" desis seorang yang bertubuh agak kecil "Sehari
dua hari akan sangat berarti bagi kita, mungkin di harihari itu orang Cengkir Pitu telah berhasil mengambil
pusaka itu, atau dalam waktu yang sehari itu Raden
Waruju sudah menemui kesulitan yang tidak teratasi"
"Raden Waruju bukan anak-anak yang masih
merengek, ia memiliki ketajaman indera yang lengkap"
"Tetapi Raden Kuda Rupaka dari Cengkir Pitu itu juga
memiliki apa yang dipunyai oleh Kidang Alit" desis Sambi
Timur.

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yang lain menarik nafas dalam-dalam, namun yang
tinggi dan berjanggut lebat akhirnya berkata "tidak ada
yang dapat kita lakukan sekarang, kita harus menunggu
agar kita tidak salah langkah, persoalannya sudah
menjadi semakin gawat"
"Kita tidak dapat mendahuluinya" desis yang lain pula
"Kua benar, kita harus memperhitungkan, bahwa orangorang Cengkir Pitu tidak akan melepaskan
pengamatannya terhadap kita dalam keadaan serupa ini,
sejak kita tidak melihat lagi beberapa orang yang kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kenal dari perguruan Cengkir Pitu, kita sudah mulai
memperhitungkannya"
"Semula kita tidak menyangka bahwa Raden Kuda
Rupaka ternyata salah seorang dari murid Cengkir Pitu,
aku kira kepergiannya mewakili ikut campurnya pihak
istana demikian dalam persoalan ini" desis yang lain
"tetapi agaknya ia berada dipihak lain yang barangkali
justru tidak diketahui oleh ayahandanya"
"Bagaimana sikap Raden Waruju?"
"Mereka belum saling mengenal, tetapi keduanya
menyadari bahwa mereka berdiri berseberangan,
meskipun untuk suatu saat mereka saling memerlukan"
:Kau sekarang sudah mengenal Raden Kuda Rupaka
justru di Karangmaja, mungkin Ajar Sukaniti akan
mengambil sikap yang lain terhadap anak muda dari
Cengkir Pitu itu"
Mereka kemudian hanya dapat mengangguk-angguk,
karena mereka lakukan seolah-olah Ajar Sukaniti sendiri
berada di lingkungan mereka, karena persoalannya akan
menjadi sangat gawat dan berbahaya.
"Mudah-mudahan Ajar Sukaniti segera datang untuk
memberikan perintah" desis Sambi Timur "Jika orang
Cengkir Pitu menyadari kehadiranku disini, mereka tentu
akan segera bertindak"
Orang-orang Kumbang Kuning itu termangu-mangu
sejenak, mereka sadar bahwa dalam waktu yang singkat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kemungkinan yang tidak mereka harapkan sudah akan
terjadi, tetapi merekapun tidak akan berani melakukan
sesuatu sebelum Ajar Sukaniti datang menjumpai
mereka, karena Ajar Sukaniti yang muda inipun memiliki
sikap dan keputusan yang didasari ketajaman
penglihatan lahir dan batin seperti Ajar Sukaniti yang tua,
bahkan Ajar Sukaniti yang kini memimpin perguruan
Kumbang Kuning itu memiliki jangkauan cita-cita yang
agaknya lebih jauh dari Ajar Sukaniti yang telah
direnggut oleh waktu.
"Ayah terlampau baik hati" berkata Ajar Sukaniti yang
muda "Ayah tidak pernah berusaha untuk meningkatkan
diri dalam tataran kehidupan lahiriah"
Kecenderungan untuk meningkat ke tataran yang
lebih tinggi dalam gelar lahiriah itulah yang telah
membuatnya agak berbeda dari sikap dan tindakan
ayahnya yang tenang dan lebih banyak dalam olah
kejiwaan. Tetapi dengan demikian, perubahan yang terjadi
dalam sikap dan pandangan hidup itu telah menimbulkan
gairah bagi pengikutnya yang muda-muda. Bahkan
dengan harapan yang cerah di masa datang, orangorang yang telah menjadi semakin tuapun tidak
mempunyai alasan yang kuat untuk menentang usaha
Ajar Sukaniti. "Pusaka itu harus jatuh ke tangan kita" berkata Ajar
Sukaniti "Jika pusaka itu telah kita kuasai, maka setidaktidaknya kita tentu sudah membuat kejutan jiwani,
sehingga usaha-usaha yang akan datang, akan terbuka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mereka yang gagal pada perjuangan yang pertama,
tentu akan kehilangan gairah untuk mendapatkan pusaka
yang lain yang masih belum ada di gedung
perbendaharaan istana Demak sekarang, justru pusakapusaka terpenting, jika Sultan Demak sekarang ini
berhasil menguasai tahta, semata-mata hanyalah oleh
kemampuan lahiriahnya saja, tanpa sipat kandel dan
pegangan wahyu, sehingga karena itu, maka
kekuasaannya tidak akan kekal"
Terlebih-lebih lagi ketika perguruan Kumbang Kuning
itu hadir, dua orang pangeran yang gagal mendapatkan
pusaka itu dari tangan Pangeran Kuda Narpada, maka
gairah perjuangan Ajar Sukaniti itupun bertambahtambah. "Keduanya banyak memberikan petunjuk-petunjuk"
berkata Ajar Sukaniti kepada pembantunya yang paling
setia, seorang yang berjanggut putih "untuk sementara
keduanya akan dapat aku pergunakan, beberapa orang
yang masih berdarah bangsawan dari pecahan keturunan
Brawijaya yang tersebar akan semakin mantap berjuang
bersama Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran
Sendang Prapat, tetapi pada saatnya aku tidak
memerlukannya lagi"
Namun dalam pada itu, Pangeran Cemara Kuning dan
Pangeran Sendang Prapatpun bukannya dua orang
pangeran yang dungu, merekapun telah mempunyai
rencananya sendiri, jika pusaka yang berada di tangan
Pangeran Kuda Narpada itu dapat dikuasainya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kumbang Kuning bukannya tempat yang mapan bagi wahyu kerajaan, Ajar Sukaniti bernafsu untuk mencari kesempatan menduduki tahta itu bagaikan mimpi buruk yang akan selalu mengganggunnya" berkata Pangeran Cemara Kuning.
Pangeran Sendang Prapat mengangguk-angguk, namun mereka berdua dengan cerdiknya telah menempatkan dirinya diantara orang Kumbang Kuning.
Di saat terakhir, orang-orang Kumbang Kuning sudah memperhitungkan bahwa mencari pusaka itu bukannya tugas yang mudah, jika Raden Waruju berhasil mengambilnya, maka adalah terlalu berbahaya jika ia harus menempuh jarak yang terlalu panjang. Itulah sebabnya mereka sudah bersiap di tepi bengawan untuk menjemput Raden Waruju yang melaksanakan tugasnya di Padukuhan Karangmaja di punggung Bukit Seribu yang membujur panjang disisi selatan pulai Jawa bagian tengah.
Seperti yang diharapkan oleh para murid dan pengikutnya, Ajar Sukaniti yang didampingi oleh Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat itupun telah berada di perjalanan menuju ke tepi bengawan.
Namun sementara itu, ada seorang pengemis tua dengan tergesa-gesa meninggalkan daerah
pengembaraannya di sekitar padepokan Lemah Putih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi ketika ia sudah mencapai jarak beberapa ratus tonggak, maka iapun dengan tergesa-gesa memasuki sebuah halaman yang cukup luas dan hilang di butulan.
"Kemarilah Kiai" penghuni rumah itu dengan tergesa-gesa mempersilahkannya masuk melalui pintu butulan.
"Aku harus segera menghubungi perguruan Cengkir Pitu"
"Apakah ada berita dari Karangmaja?"
"Salah seorang diantara mereka datang dari seberang barat bengawan, aku kira orang itu adalah utusan dari para petugas perguruan Kumbang Kuning yang ada di Karangmaja"
Penghuni rumah itu termangu-mangu sejenak, lalu
"apakah maksud Kiai selanjutnya"
"Awasilah padepokan Lemah Putih itu, aku akan pergi menemui orang Cengkir Pitu"
"Ah" desis orang itu "Aku tidak berani, aku bukan orang yang memiliki kemampuan berbuat apapun juga, bahwa Kiai berada di rumahku ini telah membuat aku setiap malam tidak dapat tidur nyenyak"
"Pengecut"
"Aku mempunyai isteri dan anak yang masih kecil-kecil, Kiai. Hanya karena aku sudah kenal baik secara
pribadi dengan Kiai sajalah aku dapat menerima Kiai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tinggal disini dan menutup mulut bagi siapapun seperti
yang Kiai pesankan, tetapi untuk ikut langsung dalam
kegiatan ini, aku sama sekali tidak berani karena aku
tidak memiliki kemampuan seperti Kiai"
Pengemis tua itu mengerutkan keningnya, dengan
sungguh-sungguh ia berkata "Kau jangan membohongi
aku, kau pernah mempelajari ilmu kanuragan, bahkan
kau sudah mencapai tataran yang dapat dibanggakan"
"Tetapi tentu tidak bararti apa-apa di hadapan orangorang Kumbang Kuning, apalagi bagi Ajar Sukaniti yang
manapun juga"
Pengemis tua itu termangu-mangu sejenak, namun
kemudian katanya "Baiklah jika kau tidak berani
mengamat-amati padepokan Lemah Putih, kehadiran
orang-orang dari seberang bengawan itu tentu
mempunyai arti yang gawat" ia berhenti sejenak, lalu
"Jika demikian aku akan menghubungi Cengkir Pitu
segera, mungkin aku tidak akan terlambat"
"Jadi Kiai akan pergi?"
"Ya, aku akan pergi dengan kudaku"
"Di siang hari begini" tentu tindakan Kiai akan
menarik perhatian, seorang pengemis tua dengan
pakaian kumal berpacu diatas kuda?"
"Kau bodoh sekali, tentu aku tidak akan berpakaian
seperti seorang pengemis"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pemilik rumah itu mengangguk-angguk, katanya
"Terserahlah kepada Kiai, tetapi jangan biarkan aku dengan persoalan yang tidak akan mengerti ujung pangkalnya"
Pengemis tua itu mengerutkan keningnya, namun kemudian katanya "Baiklah, aku berjanji tidak akan melibatkan kau langsung atau tidak langsung, tetapi kaupun jangan mencampuri persoalanku"
"Tentu Kiai, jika aku mencampuri persoalan Kiai, berarti aku sudah melibatkan diriku sendiri ke dalam kesulitan"
Pengemis tua itu mengangguk-angguk, desisnya
"Terima kasih, aku cuma minta maaf, bahwa pertemuan kita kali ini mempunyai suasana yang khusus, tetapi aku tidak dapat ingkar pada kewajiban ini"
"Aku mengerti Kiai"
"Baiklah, aku minta diri, seperti saat aku datang, aku akan pergi sebagai seorang saudagar kaya dengan kuda yang merah tegar"
Pengemis tua itupun kemudian berganti pakaian, ia tidak lagi seorang pengemis tua, tetapi ia kemudian telah berubah menjadi seorang saudagar yang meskipun rambutnya yang satu dua helai terjurai ke bawah ikat kepalanya telah nampak memutih, namun ia masih tetap nampak segar dan gagah duduk di punggung kuda dengan keris di lambung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sejenak kemudian maka kuda itupun telah berderap meninggalkan halaman rumah itu, tidak seorangpun yang menaruh curiga apalagi menghubungkan saudagar berkuda itu dengan seorang pengemis tua yang berkeliaran di padepokan Lemah Putih, mereka yang melihat seekor kuda yang tegar berlari meninggalkan rumah itu, sama sekali tidak menghiraukannya, sekilas mereka melihat debu mengepul dan menutup hidung mereka jika debu itu menyentuh wajah mereka, namun kemudian mereka tidak menghiraukannya lagi, kemanakah orang berkuda itu pergi.
Dalam pada itu, maka orang berkuda itupun memacu kudanya semakin kama semakin cepat, tetapi karena perjalannya ke perguruan Cengkir Pitu bukannya perjalan yang pendek, maka perjalan itupun akan memerlukan waktu yang panjangg pula.
Sementara orang berkuda itu berpacu, maka diantara orang-orang yang menutup hidungnya karena debu itu adalah seorang tua yang kebetulan lewat di hadapan rumah berhalaman agak luas itu.
Sejenak orang ini termangu-mangu, setelah memperhatikan debu yang semakin tipis dan ketika tidak ada orang yang memperhatikannya lagi, maka iapun kemudian menyelinap masuk ke halaman itu dan hilang pula di halaman samping.
Beberapa saat ia termangu-mangu, namun iapun kemudian mendekati pintu butulan dan menyapa seorang yang melintas di halaman itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Siapakah yang kau cari, Ki Sanak ?" bertanya orang itu.
"Kakang Reksabahu"
Orang yang bertanya itu termangu-mangu, dengan ragu-ragu ia bertanya "Siapakah kau" "
"Aku saudara sepupunya dari kaki pegunungan Sewu"
"He, jadi kau datang dari Pegunungan Sewu?"
"Ya" "Berjalan kaki?"
Orang yang mencari Reksabahu itu tersenyum, katanya "Tidak, tetapi aku sudah singgah di tempat saudaraku yang lain, dan aku meninggalkan kudaku padanya"
Orang itu masih ragu-ragu, namun sebelum ia mempersilahkan, terdengar dari pintu butulan suara Reksabahu "He, siapakah yang mencari aku?"
Orang yang datang itu berpaling, dipandanginya Reksabahu sejenak, kemudian dengan ragu-ragu ia bertanya "Apakah kau sudah lupa kepadaku?"
"O, kau" orang itu mengerutkan keningnya "Mari, marilah masuklah"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Orang yang dipersilahkan itupun segera mengikuti Reksabahu masuk ke ruang dalam.
"Kau berada disini?" bertanya Reksabahu
"Ya, aku berada disini untuk melihat-lihat keadaan yang berbeda dengan keadaan di padepokanku"
"Aku mendengar kata-katamu, kau menyebut Pegunungan Sewu, saudaraku yang ada di Pegunungan Sewu sudah tidak ada lagi sekarang, tetapi jika yang dimaksud Pegunungan Sewu dalam arti yang luas, maka alu langsung teringat kepada Rancangbandang"
"Bukankah kedatanganku sama artinya dengan kedatangan Rancangbandang karena aku adalah kakaknya"
Ki Reksabahu tertawa, katanya mempersilahkan
"Marilah, masuklah, adalah tidak biasa seorang tamu langsung masuk lewat butulan"
Tamunyapun tertawa pula, jawabnya "Sekali ini tamumu adalah tamu yang aneh"
Ki Reksabahupun kemudian membawa tamunya ke pringgitan dan dipersilahkannya duduk diatas tikar yang sudah terbentang.
"Marilah Ki Ajar, kedatanganmu sebenarnya agak mengejutkanku, justru dalam keadaan seperti ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati itupun tersenyum, jawabnya "Aku memang sudah menduga, tetapi aku tidak dapat menahan hati untuk melihat justru saat keadaan di daerah ini tidak menentu, aku sudah melihat padepokan Lemah Putih, melihat orang-orang yang berkumpul disana, dan melihat orang yang baru saja memasuki halaman rumahmu dengan pakaian seorang pengemis, dan meninggalkan rumah ini sebagai seorang saudagar diatas punggung kuda yang tegar"
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, katanya
Pendekar Sakti Suling Pualam 9 Pedang Ular Mas Karya Yin Yong Renjana Pendekar 6

Cari Blog Ini