Ceritasilat Novel Online

Istana Yang Suram 17

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 17


memeluk lututnya semakin erat, sementara Raden Ayu
Kuda Narpadapun dengan serta merta berjongkok sambil
menyembah "Aku meyakininya sejak aku melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kakangmas, betapapun kakangmas ingkar, tetapi sebagai
seorang perempuan aku tidak dapat berbuat lebih dari
menahan hati, baktiku bagi kakangmas"
Ki Wirit melihat air mata yang mengalir dipipi
isterinya, karena itu, maka iapun kemudian menarik
lengan anak gadisnya dan isterinya untuk berdiri.
Sementara itu Pangeran Bondan Lamatan berdiri
beberapa langkah daripadanya, ketika Ki Wirit
memandangnya, maka orang-orang lainpun
memandangnya pula dengan hati yang berdebar-debar.
sebuah pertanyaan telah menyangkut dihati mereka
"Apakah Ki Wirit yang ternyata adalah Pangeran Kuda
Narpada itu masih mempunyai persoalan khusus dengan
Pangeran Bondan Lamatan"
Sekali lagi ketegangan telah mencengkam halaman
istana itu, peristiwa yang terjadi bagaikan goncangangoncangan yang telah menghempaskan setiap orang
pada tebing-tebing kegelisahan yang semakin
memuncak. Namun, adalah diluar dugaan setiap orang, bahwa
Pangeran Bondan Lamatan, yang mereka sangka telah
salah hitung atas kehadiran orang yang bernama Ki Wirit,
yang ternyata adalah Pangeran Kuda Narpada itu, sama
sekali tidak menjadi gelisah. Seolah-olah ia tidak pernah
membuat kesalahan apappun juga, bahkan kemudian
sambil maju beberapa langkah Pangeran Bondan
Lamatan itu tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kakangmas Pangeran" berkata Pangeran Bondan Lamatan "Ternyata aku tidak berhasil mengungkit hati kakangmas Pangeran, bahwa sebenarnyalah orang yang menyebut dirinya Ki Wirit itu tidak lain adalah Pangeran Kuda Narpada, betapapun aku memaksa Ki Wirit untuk menyatakan dirinya dengan ancaman, bahkan dengan penghinaan, tetapi sama sekali tidak berhasil menggoyahkan perasaannya. Alangkah bodohku, bahwa disini ada Inten Prawesti, ternyata ia telah berhasil memaksa kakangmas Pangeran menyatakan dirinya sebagai Pangeran Kuda Narpada"
Pangeran Kuda Narpada menarik nafas dalam-dalam, katanya kemudian "Akupun mengerti adimas Pangeran, itulah sebabnya aku tidak dapat berbuat apa-apa kecuali berusaha untuk meninggalkan halaman ini"
"Tetapi kenapa kakangmas Pangeran ingin
menghindarkan diri dari kenyataan yang sebenarnya", mungkin kakangmas Pangeran lupa, bahwa aku akan mengenali kakangmas pada tata gerak kakangmas, betapapun nampak kaburan-kaburan yang barangkali kakangmas sengaja, karena aku adalah saudara seperguruan kakangmas meskipun lewat tangan yang berbeda"
Pangeran Kuda Narpada menarik nafas dalam-dalam.
"Lambang kuda dengan sepasang sayap terkembang itupun tidak akan dapat menyembunyikan lagi meskipun kakangmas memberikan alasan apapun juga"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pangeran Kuda Narpada memandang Pangeran Bondan Lamatan dengan tatapan mata sayu, dengan nada yang dalam ia berkata "Adimas Pangeran, aku adalah orang yang sudah tidak berarti sama sekali, baik bagi keluargaku, maupun bagi Demak. aku telah gagal mempertahankan Majapahit sebelum anakmas Sultan Demak datang untuk menolong Kota Raja yang megah itu. tetapi pertolongan itu sudah tidak banyak berarti bagi Majapahit. Selebihnya, aku tidak dapat menyelamatkan diriku sendiri ketika aku mengalami jebakan saudara-saudaraku yang menjadi mata gelap, setelah mereka mendengar bahwa pusaka yang aku bawa masih belum kembali ke perbendaharaan di Demak, selebihnya. Aku yang sudah mati saat itu, tentu tidak berarti lagi.
Tubuhku cacat dan akupun telah kehilangan banyak kesempatan dan waktu. Aku berada di dalam perawatan orang-orang padukuhan di lereng Merbabu itu berbulan-bulan, sebelum aku sembuh sama sekali. tetapi aku tidak menemukan keadaanku semula. Seperti sudah aku katakan, aku cacat, bukan saja lahir, tetapi batin"
Pangeran Bondan Lamatan mendekatinya, sambil berkata "Tetapi kakangmas masih mempergunakan lambang kebesaran pribadi kakangmas pada lukisan itu"
"Suatu kelemahan manusiawi adimas, kadang-kadang dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang masih merindukan masa-masa kebesaran yang pernah dialaminya"
"Marilah kakangmas" berkata Pangeran Bondan Lamatan "Marilah kita duduk di pendapa dengan sikap yang berbeda, tidak lagi dengan gelisah dan tegang, aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sudah menjadi sangat lelah. Jauh lebih lelah dari saat
aku bertempur melawan orang-orang Kumbang Kuning
dan orang-orang Cengkir Pitu, kakangmas telah
membuat aku menjadi sangat tegang"
Orang-orang yang berada di halaman istana itu
menarik nafas dalam-dalam, ternyata bahwa Pangeran
Bondan Lamatan tidak bersungguh-sungguh saat
melontarkan kecurigaannya, namun ia tidak berhasil
memaksa Ki Wirit untuk menyatakan dirinya, sehingga
dengan demikian, justru ketegangan yang sangat lelah
mencengkam jantung Pangeran Bondan Lamatan.
Suasana di halaman istana itupun segera berubah,
tidak ada lagi persoalan yang dapat membuat mereka
saling mencurigai. Masing-masing seakan-akan telah
mengenal, dalam pergaulan yang singkat di halaman
istana itu, bahwa masing-masing telah melakukan
semuanya dengan hati yang bersih dan jujur.
Dalam keadaan yang demikian, beberapa orang
diantara anak-anak muda yang ada di halaman itu,
sempat melihat kepada dirinya sendiri. Mereka mulai
menyadari, bahwa ada sesuatu yang semakin dalam
menghunjam ke dalam hati. Puteri Raksi Padmasari
menjadi gelisah oleh sikapnya sendiri. Tetapi ia tidak
akan dapat ingkar lagi, bahwa ia tidak ingin melihat anak
muda yang bernama Panon itu meninggalkan halaman
istana. Sementara itu Nyi Upih tidak lagi dapat dikelabuhi
oleh momongannya, sementara anak muda yang
bernama Sangkan itupun sangat menarik perhatiannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bukan saja karena ia adalah Raden Kuda Rupaka yang
sebenarnya, meskipun kadang-kadang masih juga
terngiang suara seruling Kidang Alit.
Dalam pada itu, Pangeran Bondan Lamatanpun mulai
mempersiakan dirinya untuk pergi ke Demak, ia tidak
dapat melepaskan kenyataan, bahwa beberapa orang
telah mengajak orang-orang yang ada di halaman itu
untuk pergi ke Demak, menghadap Sultan.
Tetapi Ki Ajar Respati, KI Reksabahu dan Kiai
Rancangbandang dengan mengucapkan banyak terima
kasih, mohon untuk diperkenankan kembali ke rumah
masing-masing. "Tetapi, kita tidak dapat meninggalkan padukuhan ini
begitu saja paman" berkata Sangkan kepada Pangeran
Bondan Lamatan.
"Kenapa?"
"Kumbang Kuning dan Cengkir Pitu sudah menjadi
lumpuh, tetapi masih ada orang-orang yang akan dapat
mengancam ketenangan penduduk padukuhan
Karangmaja" jawab Raden Kuda Rupaka.
Pangeran Bondan Lamatan memandang Raden Kuda
Rupaka sejenak, namun Pangeran Kuda Narpada
mengangguk kepalanya sambil berkata "Kemungkinan itu
besar sekali akan terjadi"
"Jadi?" bertanya Pangeran Bondan Lamatan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kita menunggu barang satu dua hari, kita akan melihat keadaan yang akan berkembang"
Ternyata Pangeran Bondan Lamatan tidak
berkeberatan, justru dalam satu dua hari tu ia masih akan dapat menghayati kehidupan yang lain dari yang dialaminya sehari-hari di Kota Raja, hidup penuh dengan kegelisahan dan kesibukan.
"Seandainya tidak ada persoalan apapun juga di daerah ini" berkata Pangeran Bondan Lamatan di dalam hati "Maka tinggal di tempat terpencil ini akan terasa betapa tenang dan damainya"
Namun sementara itu, Pangeran Bondan Lamatan harus menunggu kehadiran orang-orang Guntur Geni yang mungkin masih akan datang lagi.
Tetapi ternyata bahwa kehidupan di istana kecil itu benar-benar telah berubah, suasana telah berganti.
Kabut yang tebal telah tersingkap meskipun masih agak disudut langit, tetapi jika orang-orang Guntur Geni itu benar-benar datang, maka mereka akan berhadapan dengan kekuatan yang besar yang ada di halaman istana kecil itu. sementara mereka tidak perlu memikirkan apakah ya akan mereka makan sehari-hari, karena Ki Buyut selalu datang dengan membawa hidangan secukupnya. Apalagi ketika diketahuinya bahwa Pangeran Kuda Narpada telah ada di dalam istana itu pula.
Namun demikian di malam hari, para pengawal tidak lengah untuk berjaga-jaga, setiap kemungkinan masih dapat terjadi, orang-orang Guntur Geni adalah orangTiraikasih Website http://kangzusi.com
orang yang tidak mengenal ungah-ungguh dalam segala
hal. Tetapi jika pagi baru mulai mengembang, maka
keteganganpun segera berlalu. Meskipun kemungkinan
masih juga terjadi, bahwa orang-orang Guntur Geni akan
datang disiang hari, namun di dalam terangnya cahaya
matahari, keadaan tentu akan cepat dapat dikuasai.
Inten Prawesti yang sedang berhias di dalam biliknya,
saat bayangan matahari pagi lemingkar-lingkar didinding,
terkejut ketika ia tiba-tiba saja mendengar suara
seruling. Usara seruling yang telah lama tidak
didengarnya. Sekilas terbayang wajah Kidang Alit dengan
senyumnya yang cerah, namun yang kemudian
menumbuhkan kecemasan di dalam dirinya, bahkan
perasaan gelisah itu bagaikan selalu menghantuinya.
Tetapi suara seruling itu semakin lama menjadi
semakin meresap di dalam dirinya, ia tidak dapat
membedakan suara seruling itu dengan suaura seruling
Kidang Alit. namun ada sesuatu yang terasa lain.
meskipun Inten ragu-ragu, apakah bukan Kidang Alit
yang telah membubyikan seruling itu untuknya.
Sejenak Inten bertahan, ia berusaha untuk tidak
mendengar suara seruling itu, namun ia tidak berhasil,
semakin ia berusaha untuk menghindarkan diri dari suara
itu, rasa-rasanya, ia justru semakin dalam terpesona
olehnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Bahkan kemudian diluar sadarnya, ia kemudian bangkit dari amben, beberapa saat ia berdiri termangu-mangu, namun ia tidak dapat melawan lagi keinginannya untuk melihat siapakah yang telah membunyikan seruling itu, suaranya semakin lama semakin syahdu, seakan-akan langsung menusuk ke pusat jantung.
Dengan langkah yang tertatih, Inten keluar dari dalam biliknya menuju ke halaman samping, ketika ia muncul di pintu butulan, maka dadanyapun semakin berdebaran, ia melihat Sangkan duduk di bawah sebatang pohon yang rindang sambil meniup seruling.
Inten Prawesti mengerutkan keningnya, sejenak ia termangu-mangu, namun ia terkejut ketika suara seruling itu tiba-tiba terputus.
"O" Inten menundukkan kepalanya, wajahnya menjadi merah dan rasa-rasanya keningnya menjadi panas.
Sangkan tersenyum sambil berkata "Aku tidak pandai meniup seruling diajeng"
Inten tidak dapat segera menyahut, ada sesuatu yang bergejolak di hatinya.
"Aku baru mencoba, aku tidak sepandai Kidang Alit yang ternyata bernama Raden Waruju itu"
"Ah; Inten tidak menjawab, tiba-tiba saja ia berbalik dan berlari ke dalam biliknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sejenak ia duduk dengan gelisah, ada sesuatu yang kurang dimengertinya telah mengamuk di dalam dadanya, sehingga sejenak kemudian, tubuhnya telah menjadi basah oleh keringat.
Inten terkejut ketika tiba-tiba saja Nyi Upih telah masuk ke dalam biliknya pula. sejenak pemomongnya itu memandanginya, namun terasa pada Inten, seolah-olah pandangan mata Nyi Upih itu memancarkan suatu makna.
Tetapi Nyi Upih hanya menarik nafas dalam-dalam, iapun melangkah surut dan meninggalkannya sendiri di dalam bilik itu.
Inten termangu-mangu sejenak, diluar sadarnya iapun kemudian membaringkan dirinya di pembaringannya, namun angan-angannya telah terbang menyusuri awan-awan putih dilangit yang berlapis tujuh, memanjat pelangi bersama bidadari.
Tetapi Intenpun kemudian terkejut, tiba-tiba saja ia mendengar langkah-langkah gelisah diluar biliknya, sejenak ia mencoba memperhatikannya, tetapi ia tidak mendengar apapun sehingga Inten kemudian bangkit dari pembaringannya.
Ia tertegun ketika ia melihat pintu terbuka dan Puteri Raksi Padmasari menjengukkan kepalanya.
"O" desisnya " kau sendiri diajeng?"
"Ya" Tiraikasih Website http://kangzusi. com
"Dimana bibi?"
"Ibunda berada di dapur"
Pinten yang juga Raksi Padmasari itupun kemudian mengangguk-angguk, lalu katanya "Baiklah, aku akan menjumpai bibi di dapur"
"Tunggu, aku akan pergi ke dapur juga, tetapi kenapa tiba-tiba saja aku mendengar kegelisahan?"
Sebelum Raksi Padmasari menjawab, Panon melintas disusul Raden Kuda Rupaka yang masih menggenggam serulingnya.
Raksi Padmasari menggandeng tangan Inten dan mereka kemudian bersama-sama pergi ke dapur.
"Ah" desis Raksi Padmasari hari aku kita akan mendapat hidangan yang khusus, setiap hari kita makan hidangan yang diberikan oleh orang-orang padukuhan Karangmaja, tetapi hari ini bibi sendiri telah masak bagi kita"
"Ah" desis Raden Ayu Kuda Narpada "Adalah kebetulan bahwa Nyi Upih kemarin mendapatkan beberapa bahan mentah di padukuhan, tetapi aku tidak masak apapun hari ini, aku hanya memanaskan diri di perapian"
Raksi Padmasari tersenyum, namun kemudian iapun duduk disamping bibinya sambil berkata "Bibi, biarlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bibi tinggalkan masakan itu sejenak, mungkin Nyi Upih
tidak akan sempat menungguinya. Biarlah aku saja yang
melanjutkannya hingga masak dan siap untuk kita makan
bersama" Raden Ayu Kuda Narpada menjadi heran, namun
Raksi Padmasari mendahului berkata "Kami ingin
mempersilahkan bibi bersama dengan diajeng Inten dan
Nyi Upih masuk ke dalam bilik saja"
"Kenapa?" bertanya Raden Ayu Kuda Narpada,
sementara Inten yang tidak mengetahui
persoalannyapun menjadi heran.
Raksi Padmasari termangu-mangu sejenak, namun
agaknya ia merasa lebih baik terus terang mengatakan
apa yang mungkin terjadi.
"Bibi" berkata Raksi Padmasari "Ternyata yang
dicemaskan itu telah datang, seorang anak muda dari
padukuhan Karangmaja mengabarkan, bahwa orangorang Guntur Geni telah berada di padukuhan"
"Orang-orang Guntur Geni?" bertanya Raden Ayu
Kuda Narpada. "Ya, bibi. Paman Kuda Narpada dan yang lain telah
siap di pendapa untuk membicarakan kemungkinankemungkinan yang akan dapat terjadi. Mereka minta aku
mengajak bibi masuk ke dalam bilik, karena setiap saat
mereka dapat datang ke halaman ini lewat semua arah.
Dinding batu itu tidak menjadi soal bagi mereka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sehingga mungkin sekali mereka justru akan datang
lewat arah belakang.
Nampak kegelisahan di wajah Raden Ayu Kuda
Narpada, tetapi iapun kemudian menjawab "Baiklah Raksi
Padmasari, aku akan berada di dalam bilik bersama Inten
dan Nyi Upih" ia berhenti sejenak "Maaf, aku tidak dapat
berbuat lebih banyak dari sekedar bersembunyi"
"Ah, bibi" Raksi Padmasari memeluk bibinya sambil
berkata "Marilah, silahkan"
Merekapun kemudian pergi ke dalam bilik diikuti oleh
Nyi Upih, sementara api di perapian masih menyala.
Dalam pada itu di pendapa istana kecil itu, beberapa
orang sedang sibuk berbincang, Kiai Rancangbandang, Ki
Ajar Respati dan Ki Reksabahu masih berada di istana itu
pula, meskipun mereka telah menyatakan keinginan
mereka untuk kembali.
Seorang anak muda dari padukuhan, dengan nafas
terengah-engah telah menceritakan apa yang
diketahuinya tentang sekelompok orang-orang yang
datang ke padukuhan.
"Mereka nampaknya sangat garang; berkata anak
muda itu. Apakah kau kenal salah seorang dari mereka,
mungkin mereka pernah datang ke padukuhan
sebelumnya?" bertanya Raden Kuda Rupaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Anak muda itu termangu-mangu sejenak, namun katanya kemudian "Aku belum melihat orang-orang itu"
Yang mendengarkan ceriteranya menarik nafas dalam-dalam, bahkan Raden Kuda Rupaka tersenyum sambil berkata "Baiklah, mungkin kau mendengar dari orang lain"
Anak muda itu termangu-mangu sejenak,
dipandanginya orang-orang yang ada di sekitarnya, baru kemudian ia berkata "Aku hanya mendengar dari seseorang yang berceritera kepada Ki Buyut"
"Apa katanya", kau tidak usah gugup, kau telah berada diantara kami sehingga orang-orang Guntur Geni itu tidak dapat berbuat apa-apa lagi atasmu"
Anak muda itu mengangguk-angguk, tetapi nafasnya masih terengah-engah, baru ketika ia sudah dipersilahkan untuk minum, ia sempat menarik nafas dalam-dalam.
"Ceritakan yang kau ketahui, maksudku apa yang kau dengar" berkata Raden Kuda Rupaka.
Anak muda itu memandang Raden Kuda Rupaka yang htr tersenyum, namun senyum itu memang dapat memberikan sedikit ketenangan di hatinya, sehingga iapun mulai dapat menceritakan apa yang telah terjadi di Karangmaja menurut pendengarannya.
Yang terjadi itu memang tiba-tiba sekali, beberapa orang petani yang sedang menunggui air di sawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
melihat sekelompok orang-orang berkuda, namun
mereka tidak sempat menghindar ketika kuda yang
pertama telah berada beberapa langkah dihadapan
mereka. "He, kau orang-orang Karangmaja?" seorang
berkumis lebat itu bertanya.
Para petani itu mulai menjadi ketakutan, tetapi
mereka tidak akan dapat beringsut lagi dari tempatnya.
"He, apakah kalian tuli?" bentak orang itu, sementara
kuda-kuda yang lainpun telah berhenti pula, bahkan
kuda-kuda itu seolah-olah telah melingkar mengepung
petani yang sedang beristirahat sambil menunggui air di
sawah itu. Bentakkan itu membuat para petani itu seolah-olah
benar-benar menjadi bisu, tidak ada seorangpun yang
dapat menjawab pertanyaan yang sangat sederhana itu.
Orang berkuda menjadi marah, tiba-tiba saha ia
meloncat turun sambil mengumpat, dengan garangnya
ua menyambar pundak salah seorang petani itu dan
menariknya.

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau orang Karangmaja, kau dengar", kau tuli atau
bisu?" Bab 54 Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tubuh orang itu menjadi gemetar, bahkan kakinya bagaikan tidak bertulang lagi, ketika orang berkumis itu melepaskannya, maka iapun telah terjatuh.
Orang-orang berkuda itu kemudian berbicara diantara mereka. orang berkumis itu berkata "Mereka adalah tikus-tikus kecil yang tidak berarti, kita akan pergi ke Karangmaja"
Sejenak kemudian kuda-kuda itupun telah berderap meninggalkan para petani yang seolah-olah menjadi lumpuh oleh ketakutan, untuk beberapa saat mereka duduk dengan gemetar.
Namun kemudian salah seorang dari mereka berkata
"Kita harus melaporkannya kepada Ki Buyut"
"Ya, kita harus melaporkannya kepada Ki Buyut"
"Tetapi bagaimana jika kita bertemu lagi dengan mereka lagi?"
"Kita cari jalan lain"
Para petani itupun kemudian meninggalkan sawah mereka, dengan dicengkam oleh ketakutan mereka bergegas ke rumah Ki Buyut di Karangmaja.
Namun sementara itu, orang-orang Guntur Geni telah memasuki padukuhan, mereka langsung pergi ke padukuhan induk. Justru karena ada diantara mereka yang sudah mengenal daerah yang mereka datangi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bahkan tanpa bertanya kepada siapapun, mereka
langsung menuju ke banjar padukuhan.
Adalah malang bagi beberapa orang-orang anak muda
yang kebetulan ada di banjar. Seperti para petani yang
berada di sawah, mereka sama sekali tidak dapat
menghindarkan diri dari orang-orang yang datang
dengan sikap yang sangat kasar dan menakutkan.
Seorang yang bertubuh kerdil meloncat dengan
lincahnya dari punggung kudanya, dengan suara lantang
ia berkata kepada anak-anak muda yang menjadi
gemetar "Jangan kalian mencoba meninggalkan tempat
ini" Tidak seorangpun yang berani bergerak.
"Masuklah, masuklah ke halaman" orang bertubuh
kerdil itu nampaknya banyak tersenyum "Kami bukan
hantu yang menakutkan, kami akan menjadi sahabatsahabat kalian"
Anak-anak muda itu menjadi semakin cemas, mereka
yang berada diluar regol halaman, dengan ragu-ragu
melangkah masuk. Di belakangnya orang bertubuh kerdil
itu seolah-olah menggiring mereka, seperti menggiring
itik di pinggir parit.
Kawan-kawannya tertawa melihat tingkah orang
bertubuh kerdil itu, bahkan orang berkumis lebat yang
telah turun dari kudanya berteriak "Jangan gila, buat apa
kau kumpulkan tikus-tikus kecil ini, usirlah mereka, dan
biarlah mereka menyampaikan kedatangan kita kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Buyut. Ia harus tahu, apa yang sebaiknya dilakukan
menyambut kedatangan kita yang baru saja menempuh
perjalanan jauh. Haus, lapar, dan mungkin keinginankeinginan yang lain"
"Jangan tergesa-gesa" jawab orang kerdil itu
"Merekapun akan segera melaporkannya kepada Ki
Buyut, tetapi aku ingin sekedar bermain-main dengan
mereka, agar mereka mengetahui siapakah yang datang
di padukuhan mereka"
"Mereka telah mengenal kita, orang-orang Guntur
Geni, di padukuhan ini menurut pengetahuanku, ada
seorang yang telah mengalami perlakuan yang adil
karena kesombongannya, ia telah menjadi cacat. Nah,
aku kira tidak ada lagi orang yang akan berani
melakukan tindakan yang dapat menjerat mereka sendiri
ke dalam keadaan seperti yang telah terjadi"
"Aku mengerti, dan aku telah mendengar cerita itu
pula, tetapi biarlah mereka berada disini. He, mungkin
salah seorang dari mereka pantas untuk pergi ke rumah
Ki Buyut melaporkan kehadiran kita dan menyiapkan
segala keperluan kita"
Kawan orang pendek itu tidak sabar lagi, merekapun
segera memasuki halaman tanpa turun dari kuda.
Ternyata orang pendek itu benar-benar menahan
anak-anak muda yang berada di banjar, mereka benarbenar tidak boleh meninggalkan tempatnya, hanya
seorang yang memang mendapat tugas dari orang-orang
Guntur Geni itu untuk menghadap Ki Buyut Karangmaja,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
agar ia segera menyiapkan makan dan minum bagi
orang-orang yang telah datang ke Karangmaja.
"Cepat" bentak orang berkumis lebat "Jika hidangan
itu datang terlambat, maka kalian yang ada di banjar
inilah yang akan menjadi korban"
Anak-anak muda itu benar-benar ketakutan, seorang
dari diantara mereka segera berlari-lari menuju ke rumah
Ki Buyut untuk memberitahukan apa yang telah terjadi di
banjar. Ki Buyutpun menjadi gugup, ia tidak boleh
mengorbankan anak-anak muda yang kebetulan ada di
banjar, sehingga karena itu, maka iapun segera
memanggil beberapa orang perempuan untuk membantu
menyiapkan makan dan minuman.
"Berapa orang semuanya yang kau lihat di banjar
itu?" bertanya Ki Buyut kepada anak muda itu.
"Aku tidak tahu" jawab anak muda itu.
"Jadi berapa banyak kita harus menyediakan makan
bagi mereka?"
Anak muda itu termenung-menung, namun ternyata
Ki Buyut mendapat akal, katanya "Untuk meredakan
perasaan mereka, sebaiknya kita mengantar beberapa
buah orang, mereka akan dapat minum airnya sebelum
kita dapat menyediakan minuman hangat bagi mereka"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Beberapa laki-lakipun memanjat pohon kelapa, merekapun dengan tergesa-gesa menyapkan kelapa muda itu dan membawanya ke banjar.
Mula-mula tidak seorangpun yang berani membawa kelapa muda itu ke banjar, mereka takut kalau kelapa muda itu justru membawa membuat mereka menjadi marah.
Namun ketika ada dua orang laki-laki tua yang menyediakan diri untuk membawa dua pikul kelapa muda ke banjar itu.
Kedatangan kedua orang tua yang membawa degan itu ternyata menimbulkan kegembiraan pada orang-orang Guntur Geni. Orang yang bertubuh kurus berkata lantang "He he he. Ternyata orang-orang Karangmaja cukup cerdas, sebelum mereka dapat menyiapkan minuman hangat, mereka telah memetik beberapa buah kelapa muda. tetapi, He..!, Kau kakek tua, kelapa muda itu masih kurang. Tetapi kau tidak usah kembali ke rumah Ki Buyut untuk kelapa muda ke sana. Bukankah disini banyak terdapat pohon kelapa" "
"Ya, ya tuan. Disinipun ada pohon kelapa"
"Ambillah beberapa, sepuluh atau dua puluh butir, jangan terlalu banyak"
Kedua orang itu termenung-menung, dipandanginya anak-anak muda yang duduk gemetar disudut halaman, seolah-olah ia ingin menunjukkan bahwa anak-anak muda itu tentu terampil memanjat pohon kelapa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Agaknya orang bertubuh kurus itupun nampaknya
mengerti maksud orang tua itu, karena itu maka katanya
"Agaknya, kamilah yang terlampau bodoh, sebenarnya
kami dapat melakukan sejak saat kami datang ke tempat
ini. tetapi biarlah, sekarangpun dapat juga dilakukan,
rasa-rasanya leher kami telah tercekik oleh kekeringan"
Orang bertubuh kurus itupun kemudian memanggil
tiga orang diantara anak-anak muda itu dan menyuruh
mereka memanjat pohon kelapa yang ada di halaman
banjar itu. Namun dalam pada itu, maka orang-orang tua yang
mengantarkan kelapa muda itu ke banjar itupun bertanya
"Tuan, apakah kami sudah dapat meninggalkan halaman
banjar ini"
"Pergilah dan katakan kepada Ki Buyut bahwa yang
harus ia kerjakan segera diselesaikan dengan cepat,
jangan menunggu kami kehilangan kesabaran"
"Baik tuan. Tetapi berapa orangkah yang ada di
banjar ini?" bertanya salah seorang dari kedua orang tua
itu. Diluar dugaan pertanyaan itu ternyata telah membuat
orang bertubuh kurus itu marah, dengan lantang ia
membentak "He, kau akan memberi makan kepada kami
seperti kau akan memberi makan orang-orang
sambatan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tidak, bukan maksud kami tuan, sebenarnyalah kami tidak ingin bahwa yang kami sediakan tidak mencukupi"
"Bodoh kau, siapkan persedian buat seratus atau dua ratus orang, tentu tidak akan kurang, tetapi jika benar yang diberikan oleh Ki Buyut tidak mencukupi, maka padukuhan dan banjar ini akan aku bakar sampai habis"
Kedua orang tua benar-benar menjadi ketakutan.
"Cepat, pergi dan kau berdua harus segera kembali membawa makanan bagi kami semuanya, kau tidak usah bertanya berapa jumlah kami"
Kedua orang tua itu tidak berani membantah, mereka hanya dapat menundukkan kepalanya dengan tubuh gemetar.
"Cepat" teriak orang bertubuh kurus itu, sementara seorang yang datang mendekati orang bertubuh kurus itu bertanya "Kenapa dengan mereka"
"Mereka sudah berani bertanya, berapakah jumlah kita semuanya yang ada di banjar ini"
"He, apakah mereka telik sandi yang di kirim oleh orang-orang di istana kecil itu?"
"Tidak tuan, tidak sama sekali" salah seorang dari kedua orang tua itu menjadi semakin ketakutan "Kami sekedar ingin ingin tahu karena kami harus menyediakan makan dan minum bagi tuan-tuan disini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Persetan" tiba-tiba saja orang yang baru datang itu telah mencengkram rambut yang sudah memutih salah seorang dari kedua orang tua itu. sambil menghentakkannya ia bertanya "Jangan bohong, katakan apakah kau telah diperintah oleh orang-orang istana itu untuk menghitung jumlah kami"
"Tidak tuan. Demi langit dan bumi, yang kami lakukan sekedar dalam hubungan makan dan minum"
Orang yang mencengkram rambut orang tua itu menggeram. Bahkan kemudian rambut yang putih itu diguncang-guncangnya sambil membentak "Jangan bohongi kami"
"Tidak tuan, tidak"
Tetapi rambut orang tua itu masih belum dilepaskan.
Beberapa orang anak muda melihat peristiwa itu, terasa dada mereka bergejolak. Wajah mereka menjadi merah, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa.
Namun adalah diluar dugaan, bahwa orang bertubuh pendek yang telah menahan mereka di halaman itu datang mendekat. Sambil menunjuk kepada orang tua itu yang gemetar karena cengkraman di rambutnya terasa semakin kuat, orang bertubuh pendek itu berkata "He, kenapa kalian tidak membela kakek tua ini", bukankah ia juga datang dari antara kalian penduduk Karangmaja?"
Tidak seorangpun berani menjawab "Betapa darah mereka bagaikan mendidih, namun mereka tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
melupakan apa yang telah terjadi dengan salah seorang
kawan mereka yang telah disentuh tangan beracun dari
orang-orang Guntur Geni.
Tetapi agaknya kakek tua itupun segera dilepaskan,
dengan hentakkan kaki yang kuat, orang tua itu telah
terlempar beberapa langkah.
"Cepat pergi" bentak kedua orang Guntur Geni itu
hampir bersamaan.
Dengan tergesa-gesa orang tua yang terjatih itu
tertatih-tatih berdiri, sementara kawannya berusaha
menolongnya, kemudian dengan tergesa-gesa pula
keduanya meninggalkan halaman banjar"
Orang bertubuh pendek yang berdiri dihadapan anakanak muda yang ketakutan itu, ia tertawa melihat kedua
orang yang berlari-lari keluar regol halaman, bahkan
kemudian seolah-olah diluar sadarnya, disambarnya
salah seorang anak muda yang paling dekat
dihadapannya "He kau kemari, kau harus menjadi saksi,
bahwa orang-orang Guntur Geni tidak hanya pandai
berbicara saja"
Anak muda itu menjadi gemetar, apalagi ketika orang
bertubuh pendek itu berkata kepada kawannya, orang
bertubuh kurus yang baru saja mengusir kedua orang tua
itu "He, lihatlah anak-anak muda Karangmaja harus
mengetahui bahwa kami memang memiliki kemampuan
yang akan dapat mengimbangi kekuatan orang-orang yg
berada di istana itu, juga orang-orang Kumbang Kuning
dan orang-orang Cengkir Pitu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kawannya yang bertubuh kurus mendekatinya sambil
tersenyum, katanya "Menarik sekali, ia harus datang
kepada orang-orang lain dan menceritakan apa yang
dilihatnya disini, He, kau mau?"
Diluar sadarnya anak muda itu menjawab dengan
gemetar "Ya, ya tuan"
Orang-orang Guntur Geni itu tertawa, orang pendek
itu berkata "Aku dapat membuat kau menjadi cacat
seperti kawanmu yang pernah diperlakukan seperti itu.
tetapi aku bukan orang yang kejam seperti itu, tetapi aku
hanya ingin menunjukkan kepada kalian, bahwa kalian
tidak dapat menolak kehadiran kami. Apalagi jika kalian
mencoba membantu pihak lain"
Anak-anak muda itu justru diam membeku.
Mereka menjadi gemetar ketika tiba-tiba saja orang
pendek itu mendorong anak muda yang ditariknya sambil
berkata "Berdirilah tegak disitu"
Anak muda itu benar-benar telah membeku, seperti
patung ia berdiri tegak.
Dengan gemetar ia membiarkan orang bertubuh
pendek itu meletakkan sebuah beluluk kecil diatas
kepalanya, kemudian ia berjalan menjauh beberapa
langkah, sambil tertawa ia mencabut sebilah pisau kecil
dari ikat pinggangnya, katanya "Aku akan melempar
pisau ini dan sasarannya adalah beluluk kecil itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Anak muda itu hampir pingsan karenanya, keringat dingin keluar mengalir di seluruh tubuhnya, kakinya yang gemetar seolah-olah tidak kuasa lagi menopang berat badannya.
Suara tertawa orang yang bertubuh pendek itu masih menggema, disela-sela suara tertawanya ia berkata
"Jangan bergerak, pisau kecil ini dapat menyambar hidungmu atau lehermu"
Anak muda itu memejamkan matanya ketika orang pendek itu mengayunkan pisaunya.
Terdengar gelak tertawa memecah ketegangan, ternyata pisau itu benar-benar menancap pada beluluk itu. Orang-orang Guntur Geni yang menyaksikannya sempat tertawa melihat anak muda yang hampir pingsan itu.
"Kau hanya mampu mempergunakan pisau belati"
desis orang bertubuh kecil "Aku akan mempergunakan kapakku"
kata-kata itu bagaikan petir yang meledak ditelinga anak muda itu, apalagi ketika orang bertubuh kurus tu benar-benar meletakkan beluluk yang sudah terluka oleh pisau belati orang bertubuh pendek itu.
"Jangan bergerak" teriaknya sambil mengayunkan kapaknya mendatar.
Kapak itu terbang, dan orang-orang Guntur Geni itu bertepuk tangan ketika ia melihat kapaknya bukan saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menyambar, tetapi membelah mendatar beluluk diatas
kepala itu. Namun yang mengerikan kemudian adalah perintah
orang berkumis lebat "Sekarang biarlah anak-anak muda
itu melakukannya"
Suara tertawa serentak memenuhi halaman itu,
apalagi orang-orang Guntur Geni semakin lama menjadi
semakin banyak berkumpul di halaman.
Ketika seorang anak muda ditarik berdiri, maka sambil
merengek ia berkata "Jangan, jangan aku"
Tetapi orang-orang Guntur Geni itu tidak
menghiraukannya, justru kepada anak muda itu diberikan
sebilah pedang yang besar yang berjuntai hulunya.
"Juntai itu adalah rambut manusia yang aku ambil
dari kepala yang pernah aku penggal" berkata orang
yang memberikan pedang itu. "Nah sekarang akan
diletakkan sebuah beluluk di kepala kawanmu itu. kau
harus melemparkan pedang ini. Juntainya akan memaksa
pedang itu terbang dengan ujung di depan, langsung
mematuk sasaran"
Anak muda yang menerima pedang itu menjadi
semakin gemetar, tangannya seolah-olah menjadi lemah,
tetapi ia tidak berani menolak.
"Jika kau tidak benar-benar melemparkan pedang itu,
maka kau akan menjadi sasaran, biarlah orang lain yang
melemparkan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Anak muda itu hampir menangis, ia melihat kawannya
yang berdiri gemetar dengan beluluk diatas kepalanya
justru menjadi semakin kabur.
"Cepat, lakukan" seorang yang berkepala botak
melepaskan ikat pinggangnya. Tiba-tiba saja ia
mencambuk anak muda yang memegang pedang itu
dengan ikat pinggangnya.


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku hanya main-main" kata orang botak itu "Tetapi
jika kau tidak melakukan, aku akan sungguh-sungguh"
Tidak ada pilihan lain, dua kali ia merasakan ikat
pinggang itu mengenai punggungnya, semakin pedih.
Karena itu, maka iapun segera mengangkat
tangannya dan dengan dada yang berdebaran ia
membidik sejauh dapat dilakukan.
"Jika kau sengaja melontarkan lepas dari sasaran,
maka bergantian, kau adalah sasarannya setelah kau
dicambuk sepuluh kali"
Tidak ada yang dapat dilakukan kecuali memenuhi
perintah itu, tetapi batinnya berguncang jika ia
menyadari, bahwa lemparannya akan dapat membunuh
kawannya. Akhirnya ia tidak dapat mengelak, dengan dada yang
bagaikan retak ia melontarkan pedang itu kearah beluluk
diatas kepala kawannya, tetapi karena ia bukan orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
terlatih, maka ujung pedangnya ternyata telah mengarah
ke wajah kawannya yang berdiri membeku.
Orang-orang Guntur Geni tiba-tiba telah bersorak
ketika mereka melihat pedang itu meluncur tepat dengan
ujungnya langsung ke depan, tetapi bukan belatuk kecil
itu yang menjadi sasaran.
Anak muda yang melemparkan pedang itupun
melihat, bahwa pedangnya ternyata langsung mengarah
ke wajah kawannya, sehingga karena itu rasa-rasanya
matanya menjadi gelap, dan ia tidak tahu apa yang telah
terjadi kemudian.
Kawannya yang menyaksikan itupun serentak
memejamkan mata mereka, mereka tidak akan sampai
hati melihat kawannya terbelah wajahnya oleh pedang
yang besar itu, justru oleh kawan sendiri pula.
Namun yang terjadi adalah mengejutkan, ketika
mereka membuka matanya, maka kawannya masih tetap
berdiri tegak dengan mata terpejam, yang terdengar
adalah sorak orang-orang Guntur Geni itu semakin keras.
Ternyata ketika pedang itu hampir mengenai wajah
anak muda itu, orang yang telah memberikan pedangnya
dengan kemampuan bidik yang luar biasa telah
menyentuh ujung pedang itu dengan lemparan batu
kerikil, sehingga arah pedang itupun berubah, melesat
disisi telinga anak muda yang berdiri mematung itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun agaknya ketegangan masih belum terhenti, orang-orang Guntur Geni itu masih melakukan permainan maut yang mendebarkan.
"Jika kalian nanti meninggalkan halaman banjar ini, maka katakan kepada siapa saja, apa yang telah terjadi"
berkata salah seorang dari orang-orang Guntur Geni itu.
Anak muda itu bagaikan membeku, mereka terkejut ketika salah seorang dari orang-orang Guntur Geni itu berkata "He, bawa anak cengeng itu minggir"
Anak-anak muda muda itu dengan gemetar telah membawa kawannya yang hampir pingsan menepi.
Sementara anak muda yang harus berdiri tegak dengan kepalanya sebagai tempat untuk meletakkan sasaran itupun masih tetap berdiri dengan gemetar.
Beberapa orang Guntur Geni ternyata telah terdorong untuk menunjukkan kemampuan mereka masing-masing, agaknya mereka mendapat kesempatan dan sasaran yang tidak akan dapat melawan untuk melepaskan ketegangan selama mereka mempersiapkan diri menghadapi orang-orang Kumbang Kuning orang-orang Cengkir Pitu dan penghuni istana kecil yang terpencil itu.
Semakin lama permainan mereka justru menjadi semakin berbahaya, bahkan kegagalan kecil mulai terjadi, sehingga kadang-kadang senjata orang-orang Guntur Geni itu benar-benar menyentuh kulit anak-anak muda padukuhan Karangmaja meskipun tidak membahayakan. Namun luka-luka kecil itu darah sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mulai mengalir dan menitik diatas tanah kelahiran yang
untuk waktu yang lama terasa tenang dan damai.
Tiga orang menjadi tidak sadarkan diri sekaligus,
salah seorang Guntur Geni itu memaksa dua orang anak
muda dari Karangmaja menggigit sepotong sabut pada
kedua ujungnya, sehingga hidung kedua anak muda itu
hampir bersentuhan.
"Aku akan memisahkan mereka" berkata orang yang
bertubuh tinggi kekar, katanya kemudian "Berikan kapak
itu" Kedua orang anak muda dari Karangmaja itu menjadi
seputih kapas, tetapi mereka tidak dapat menolak.
Orang bertubuh tinggi dan kekar itupun kemudian
berdiri beberapa langkah dari kedua anak muda
Karangmaja itu, beberapa saat ia masih berdiri sambil
tertawa, kemudian katanya "Bersiaplah, aku akan
memutuskan sabut itu, jangan bergerak sedikitpun agar
hidung kalian tidak ikut terputus bersama kelapa itu"
Ketegangan telah memuncak, tetapi orang bertubuh
tinggi dan kekar itu masih saja tertawa, bahkan ia tetap
tertawa sambil mengayun-ayunkan kapaknya.
"Satu, dua, tiga" dengan satu hentakkan maka kapak
itupun terlepas dari tangan orang itu diiringi oleh suara
tertawa yang meledak.
Orang-orang Guntur Geni itu bertepuk dengan riuhnya
ketika kapak itu menyusup diantara dua wajah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pucat pasi itu, memotong sabut kelapa dimulut anak
muda itu. Namun bersamaan dengan itu, anak-anak muda yang
tidak tahan lagi oleh ketegangan-ketegangan yang
memuncak itupun menjadi pingsan.
Orang-orang Guntur Geni itu terkujut ketika terdengar
suara memanggil dari pendapa banjar, ternyata pmp
mereka menjadi jemu mendengar hiruk pikuk di
halaman, setelah orang-orang Guntur Geni itu
mempertunjukkan beberapa permainan maut sebagai
pertanda kelebihan yang mereka miliki.
"Kalian memang gila" geram seorang yang bertubuh
kerdil seperti orang yang mula-mula menahan anak-anak
muda Karangmaja "Apa yang kalian lakukan, He?"
Orang yang bertubuh kurus menjawab "Biarlah mata
mereka terbuka, bahwa kita memiliki kemampuan
bermain senjata, biarlah mereka bercerita kepada
siapapun juga, bahwa dengan senjata-senjata kita, kita
dapat berbuat apa sja. Memotong telinga dari jarak
puluhan langkah, atau memotong lengan sekalipun
dengan kapak dari jarak yang jauh"
"Hanya anak-anak sajalah yang keheranan melihat
permainan kalian" geram orang yang bertubuh pendek
itu "Kemarilah, jangan kalian takut-takuti tikus celurut itu
dengan tingkah laku yang aneh. Orang-orang Kumbang
Kuning, Cengkir Pitu atau orang-orang yang berada di
istana kecil itu tidak akan heran mendengar cerita itu,
jika kalian sekali-kali ingin memperlihatkan kelebihan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kalian, berbuatlah sebagai seorang yang mempunyai ilmu
yang matang"
Orang-orang Guntur Geni itu tidak ada yang
menyahut. "Kemarilah, kita akan berbicara tentang istana kecil
itu" Satu-satu orang-orang Guntur Geni itu melangkah ke
pendapa, salah orang-orang dari mereka sempat berkata
kepada anak-anak muda Karangmaja "Pergilah, dan
suruhlah Ki Buyut cepat-cepat mengantar makanan kami"
Anak-anak muda itu termenung-menung, namun
merekapun segera bersiap meninggalkan halaman banjar
yang bagi mereka yang terluka dan kelelahan oleh
ketegangan dan mereka yang baru saja sadar dari
pingsan telah mendapat pertolongan seperlunya dan
dibimbing keluar dari halaman itu.
demikianlah, orang-orang yang berada di pendapa
istana kecil itu mendengarkan cerita tentang orang-orang
Guntur Geni itu dengan seksama, mereka dapat
membayangkan beberapa orang-orang Guntur Geni itu
telah mengerahkan orang-orangnya yang terkuat untuk
melakukan pekerjaan yang mereka anggap sangat berat
di atas Pegunungan Sewu itu.
Dalam pada itu, Raden Kuda Rupakapun bertanya
"Apakah orang pendek yang berada di pendapa itu
benar-benar menunjukkan sesuatu yang disebutnya
sebagai orang-orang yang mempunyai ilmu yang tinggi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Anak muda dari Karangmaja itu menggelengkan
kepalanya, jawabnya "Aku tidak tahu, kawan-kawan yang
berada di halaman agaknya tergesa-gesa meninggalkan
mereka" Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk, tetapi
iapun menyadari bahwa orang pendek yang ada di
pendapa itu tentu memiliki ilmu yang tinggi, baginya
permainan maut yang telah dilakukan oleh orang-orang
Guntur Geni yang lain itu hanyalah sekedar permainan
anak-anak. "Ki Sanak" bertanya Raden Kuda Rupaka kemudian
"Apakah orang-orang Guntur Geni itu kemudian
melakukan perbuatan-perbuatan tercela lainnya di
padukuhan Karangmaja?"
"Tidak ada yang mengatakan demikian tuan,
kemudian aku mendapat perintah dari Ki Buyut untuk
segera menghubungi Raden disini, pesan Ki Buyut,
kepergianku tidak boleh terlihat orang-orang Guntur
Geni, agar aku tidak mengalami nasib seperti yang yang
terjadi atas seorang kawanku"
"Yang telah mendapat pertolongan dari Kidang Alit"
sahut Raden Kuda Rupaka.
"Ya, namun sekarang anak yang telah dapat turun ke
halaman itu terpaksa berbaring lagi dan berpura-pura
bisu dan tuli, karena orang-orang yang diduga adalah
kawan-kawan orang yang telah meracuninya itu datang
lagi" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Wajah Kuda Rupaka terlihat bersungguh-sungguh, kemudian dipandanginya wajah pamannya, Pangeran Bondan Lamatan yang nampaknya sedang merenungi keadaan. Kemudian tatapan matanya berpindah kepada Pangeran Kuda Narpada yang masih saja pada keadaannya, sebagai seorang pertapa di lereng Gunung Merbabu.
Dalam pada itu Pangeran Bondan Lamatan bertanya pula kepada anak muda yang datang dari padukuhan itu
"Apakah Ki Buyut memberi pesan-pesan yang lain?"
Anak muda itu menggeleng, jawabnya "Aku kira tidak sempat, demikian Ki Buyut membisikkan beberapa patah kata, maka akupun harus pergi ke istana ini, meskipun aku menjadi sangat ketakutan, tetapi akhirnya aku sampai juga disini"
"Terima kasih, keteranganmu sangat berguna bagi kami" sahut Pangeran Bondan Lamatan.
"Tetapi, tetapi" masih ada yang akan dikatakan oleh anak muda itu meskipun ragu-ragu.
"Ada apa?" Pangeran Bondan Lamatan menjadi tegang, bahkan yang lainpun menjadi tegang pula,
"Katakanlah"
"Tetapi, semuanya itu berarti bahwa kami tidak akan dapat mengirimkan hidangan bagi tuan-tuan hari ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Yang mendengarkan keterangan itu menarik nafas dalam-dalam, bahkan beberapa orang diantara mereka tersenyum sambil mengangguk-angguk.
Namun Pangeran Bondan Lamatan telah menjawab
"Tidak apa anak muda, jangan melakukan sesuatu yang akan dapat berakibat buruk bagi kalian, jika orang-orang itu yang memang mungkin sekali adalah orang-orang Guntur Geni melihat kalian memberikan makanan dan minuman kepada kami, maka akibatnya memang sangat buruk bagi kalian. Bukan saja yang membawa mananan itu, tetapi juga bagi Ki Buyut dan seisi padukuhan"
"Tetapi bagaimanakah tuan-tuan akan makan?"
"Kami akan berusaha sendiri, tetapi seandainya kami harus tidak makan satu dua hari, kami sudah terbiasa melakukannya"
Anak muda itu termenung-menung, namun kemudian dengan gelisah ia berkata "Tetapi aku tidak berani kembali ke padukuhan"
"Tinggallah disini, orang-orang Guntur Geni itu tentu akan segera menyerang istana ini, tetapi aku tidak tahu, apakah orang-orang Guntur Geni itu sudah mendapat keterangan tentang orang-orang Kumbang Kuning dan Cengkir Pitu yang gagal atau mereka datang dengan kekuatan yang telah diperhitungkan untuk menghadapi orang-orang Cengkir Pitu dan Kumbang Kuning" jawab Pangeran Bondan Lamatan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Anak muda itu termenung-menung, namun nampak ketakutan membayang di wajahnya.
"Jika kau takut berada disini" berkata Raden Kuda Rupaka kemudian "Baiklah, nanti malam, sesudah gelap, aku antar kau pulang"
"Tidak, aku takut pulang, tetapi aku juga takut berada disini"
"Jangan takut" Ki Wiritlah yang kemudian menyahut
"Kau dapat tinggal di dalam bersama Nyai Kuda Narpada"
Anak muda itu mengerutkan keningnya, Pangeran Bondan Lamatanpun merasa kurang mapan atas sebutan itu, tetapi karena Ki Wirit sendiri yang menghendaki, maka ia sama sekali tidak menganggapinya.
Dalam pada itu, maka mereka yang ada di pendapa itupun mulai memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi, mungkin dari orang-orang padukuhan, dari Ki Buyut sendiri, orang-orang Guntur Geni itu sudah mendapatkan gambaran tentang isi istana itu, bahkan mungkin dengan seksama mereka telah mengikuti perkembangan keadaan.
"Apakah justru mereka telah mengganggu perjalanan para prajurit yang membawa para tawanan ke Demak?"
tiba-tiba saja sebuah pertanyaan dari seorang Senapati pengawal Pangeran Bondan Lamatan telah
menggelisahkan hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi Pangeran Bondan Lamatan itu menggeleng sambil berdesis "Mudah-mudahan tidak, jika demikian tentu ada seorang penghubung datang memberitahukan keadaan keadaan itu"
Demikianlah, maka orang-orang yang ada di istana kecil itu segera mulai mengatur diri, sebagian dari mereka harus berada di pendapa, sementara yang lain mengawasi halaman samping dan kebun belakang.
"Aku akan memperbaiki pintu regol yang rusak itu"
tiba-tiba saja Sangkan yang juga bernama Raden Kuda Rupaka itu berdesis.
"Tidak banyak gunanya" sahut Pangeran Bondan Lamatan.
Bab 55 "Tetapi dengan demikian, jika orang-orang itu datang dari arah depan, mereka akan terhambat meskipun sekedar di muka pintu. Mereka akan berhenti sejenak dan terpaksa mendorong pintu yang memang sudah rusak itu."
Pangeran Bondan Lamatan mengerti maksud Raden Kuda Rupaka, dengan demikian maka mereka akan sempat menilai, siapa saja yang datang ke halaman istana kecil itu.
bersama Panon, Sangkan telah mencoba untuk memasang pintu yang rusak itu, meskipun hanya sekedar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menyandarkan kepingan-kepingan kayu dan deriji-deriji
yang telah terserak-serak, kemudian menindihnya
dengan potongan kayu patah-patah dan mengikatnya.
Pangeran Bondan Lamatan tersenyum melihat usaha
kedua anak muda itu untuk menghambat lawan dan
sekedar menghentikan mereka di muka pintu, dengan
demikian, maka masih ada kesempatan untuk berbuat
sesuatu dengan keadaan lawan yang datang.
Sejenak kemudian, setelah regol itu terhalang oleh
pintu yang rusak, maka orang-orang yang ada di
halaman itu mulai membagi tugas.
Di kebun belakang, Panon duduk di bahwah pohon
kemiri bersama Kiai Rancangbandang. disisi sebelah
kanan, Ki Ajar Respati berjalan mondar-mandir
mengamati pohon bunga yang kurang terpelihara,
sementara Ki Reksabahu duduk terkantuk-kantuk di
serambi. Ki Wirit bersama Raden Kuda Rupaka berada di
halaman sebelah kiri. Dengan nada yang dalam Ki Wirit
masih sempat bercerita, bahwa lembah dan bukit-bukit di
sekitar istana itu semula adalah bukit-bukit gundul.
"Tetapi orang-orang Karangmaja bukannya orang
yang malas. Mereka mengikuti petunjuk-petunjukku,
sehingga sekarang lembah-lembah itu mulai nampak
hijau dan diatas bukit telah tumbuh beberapa jenis
pohon-pohonan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk, ia pernah mendengar cerita tentang usaha Pangeran Kuda Narpada sebelum ia pergi bersama Pangeran-Pangeran yang tamak itu, sehingga padukuhan diatas Pegunungan Sewu itu menjadi semakin subur dan hijau. Parit-parit telah dibuat membelah bulak-bulak yang semula kekuning-kuningan, air yang ada telah dipergunakan sebaik-baiknya sesuai dengan keadaan alamnya.
Di pendapa, Pangeran Bondan Lamatan duduk diantara para prajurit, tetapi ia telah memerintahkan beberapa orang prajuritnya untuk berada disudut-sudut depan halaman istana itu. mereka harus bersiaga sepenuhnya. Mungkin mereka akan menghadapi keadaan yang tiba-tiba. sementara yang lain telah siap pula untuk bergerak ke seluruh bagian dari halaman istana itu.
Sementara itu, Puteri Raksi Padmasari berada di dalam bilik bersama Raden Ayu Kuda Narpada, Inten Prawesti dan Nyi Upih, ketiganya tidak mau melepaskan Puteri Raksi Padmasari yang minta ijin untuk melihat api di perapian.
"Jangan pergi" Inten Prawesti memegang tangan Puteri Raksi Padmasari.
"Tetapi masakan bibi akan hangus" jawab Puteri Raksi Padmasari.
"Biar sajalah" sahut Inten "Kami merasa takut tanpa kau disini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Puteri Raksi Padmasari termenung-menung sejenak, lalu katanya "Sebentar saja, aku akan mengecilkan api itu, kemudian mengaduk masakan bibi sebentar sebelum mengangkatnya. Baunya sedap sekali, sayang jika masakan itu menjadi hangus"
Inten termenung-menung sejenak, dan Puteri Raksi Padmasari berkata seterusnya "Aku hanya sebentar, belum apa-apa di halaman, bahkan mungkin tidak akan terjadi apa-apa"
Inten memandang ibunya sejenak, ketika ibunya mengangguk, maka tangan Puteri Raksi Padmasari dilepasakannya.
"Tetapi jangan terlalu lama" pesan Inten.
"Jika masakan itu sudah masak, aku akan
menyenduknya ke dalam mangkuk besar dan
membawanya kemari"
"Ah, kenapa dibawa kemari?" bertanya Raden Ayu Kuda Narpada.
"Tiba-tiba saja aku merasa lapar ketika aku mencium bau masakan itu"
Inten mengerutkan keningnya, Ia merasa ketakutan dan cemas menghadapi keadaan, tetapi nampaknya Puteri Raksi Padmasari sama sekali tidak menghiraukannya, ia masih sempat memikirkan perutnya yang lapar dan bau masakan yang harum itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ketika kemudian Puteri Raksi Padmasari keluar dari bilik bibinya, ia terkejut. Dilihatnya seorang anak muda duduk dengan gemetar.


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa kau?" Puteri Raksi Padmasari mengerutkan keningnya.
"Aku, aku dari Karangmaja" jawab anak muda itu dengan suara bergetar.
Puteri Raksi Padmasari, katanya "Ya, kau yang membawa berita tentang orang-orang yang datang ke padukuhan ya?" ia berhenti sejenak, lalu "Kenapa kau tidak di pendapa?"
"Aku, aku takut" jawabnya.
Puteri Raksi Padmasari tersenyum, katanya "Duduklah, jangan takut, mereka tidak akan sempat memasuki istana ini"
Anak muda itu tidak menjawab, ia hanya memandang saja dengan mata yang tidak berkedip ketika berjalan melintasi ruang tengah pergi ke dapur.
Puteri Raksi Padmasari tertegun ketika ia melihat Panon duduk di bahwah pohon kemiri di belakang.
Dengan ragu-ragu ia melangkah menuju ke pintu dapur, langkah terhenti ketika ia melihat Panon itu berdiri dan melangkah mendekatinya. Beberapa langkah di hadapan Puteri Raksi Padmasari, Panon berhenti sambil mengangguk hormat, dengan suara yang datar ia bertanya "Puteri, apakah yang sedang puteri cari?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ah" Puteri Raksi Padmasari berdesah "Namaku
Pinten" "Tetapi aku sekarang mengetahui siapakah puteri
yang sebenarnya" jawab Panon, lalu "Bukankah puteri
mestinya berada di dalam bilik gusti Ayu Kuda Narpada?"
"Kau panggil suami bibi dengan guru, karena kau
muridnya, bagaimana kau memanggil bibi Kuda
Narpada?" Panon menjadi bingung, sambil tersenyum Puteri
Raksi Padmasari berkata "Panon, kau jangan terlalu
merendahkan diri, kau adalah murid satu-satunya dari
pamanda Pangeran Kuda Narpada. murid orang yang
tidak ada duanya seperti pamanda Kuda Narpada tidak
kurang nilainya dari anaknya sendiri"
"Aku anak lereng Merbabu puteri"
"Puteri Raksi Padmasari memandang anak muda itu,
ia adalah anak pegunungan seperti anak-anak muda dari
Pegunungan Sewu, tetapi Panon tampak jauh berbeda
dengan kebanyakan anak-anak Karangmaja.
"Apakah anak-anak dari lereng Merbabu memiliki
kelebihan seperti Panon?" pertanyaan itu mulai
mengganggunya. Namun dalam pada itu Panon telah bertanya "Puteri,
apakah yang akan puteri lakukan", bukankah sebaiknya
puteri menemanii Gusti puteri di dalam biliknya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku akan mengambil alih tugas biyung di dapur,
biyung sedang berada di dalam bilik bersama Raden Ayu
Kuda Narpada dan puteri Inten Prawesti"
"Ah" "Aku adalah Pinten, Panon. ternyata aku merasa lebih
senang disebut Pinten anak Nyi Upih. Ada sesuatu yang
memberikan kesegaran harapan padaku dengan namaku
yang lebih sederhana itu"
"Tetapi puteri adalah Puteri Raksi Padmasari,
bagaimanapun juga, puteri tetap seorang puteri"
Wajah Pinten menjadi redup, dipandanginya Panon
sejenak, lalu katanya "Tetapi apakah ada jarak antara
seorang puteri yang kebetulan lahir di istana
Kapangeranan dengan seorang yang dilahirkan di lereng
pegunungan"
Panon menundukkan wajahnya, ia tidak segera
menjawab, namun Pinten ternyata menunduk pula,
bahkan wajahnya menjadi panas. Ia merasa telah
terdorong terlalu jauh, sehingga jantungnya berdebar
semakin cepat"
Ternyata Pinten tidak menunggu jawaban Panon,
iapun kemudian berjalan ke dapur sambil berkata "Aku
harus menyelamatkan masakan bibi"
Panon termenung-menung, Ia memandang Pinten
yang berjalan masuk ke dapur, meskipun Pinten masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menyangkutkan pedangnya di lambung dan bahkan
dengan rantai melingkar di lehernya, namun ia
merupakan seorang gadis yang sangat menarik. Panon
masih memperhatikan gadis itu memutar pedangnya,
kesamping lalu berjongkok dimuka perapian.
"Ia adalah seorang gadis dengan banyak wajah"
berkata Panon di dalam hatinya "Ia seorang gadis yang
lincah, gembira dan manja, tetapi ia juga seorang gadis
yang agung, bersungguh-sungguh dan memiliki
kemampuan olah kanuragan"
Panon terkujut ketika ia merasa punggungnya
tersenuth batu kerikil, ketika ia barpaling, dilihatnya Kiai
Rancangbandang tersenyum memandangnya.
Barulah ia sadar, bahwa ia telah berdiri merenungi
gadis yang sedang sibuk di dapur itu, sehingga karena itu
maka dengan tergesa-gesa Panonpun kemudian
meninggalkan pintu dapur dan kembali ke bahwah pohon
kemiri. "Seorang puteri yang aneh" berkata Kiai
Rancangbandang.
Panon tidak menjawab.
"Ia telah mengorbankan waktu yang paling berharga
dalam hidupnya, jika saat ini gadis-gadis remaja
sebayanya di kota Raja sedang menikmati irama gamelan
dan barangkali sedang berlatih menari, maka Puteri Raksi
Padmasari sedang berjongkok di muka perapian,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mengaduk masakan dengan pedang di lambung,
sementara orang-orang jahat telah mengintainya"
"Seperti Kiai sendiri" desis Panon tiba-tiba.
"Kenapa aku?"
"Kiai juga telah mengorbankan banyak hal dengan
memanjat tebing Pegunungan Sewu"
Kiai Rancangbandang tertawa, katanya "Aku memang
melakukannya, barangkali cara inilah yang dapat aku
lakukan untuk sekedar ikut serta dalam arus kebangkitan
Demak. dimasa Demak sedang berusaha membangun
dirinya, aku memang merasa berkewajiban untuk
membantu apa saja yang dapat aku lakukan"
"Tetapi Kiai sudah mempertaruhkan nyawa, pada
mulanya yang Kiai lakukan adalah sekedar belas kasihan
kepada-ku"
Kiai Rancangbandang, tertawa lebih keras lagi,
katanya "Mungkin, tetapi sejak semula aku tahu bahwa
kau telah melakukan sesuatu yang berguna bagi Demak.
dan akupun ingin ikut bersamamu"
Panon mengerutkan keningnya, namun iapun tertawa
pula. Namun keningnya tiba-tiba telah berkerut, ketika ia
melihat Raksi Padmasari membawa sebuah mangkuk
besar ke dalam istana kecil itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Masakan Raden Ayu Kuda Narpada itu telah diselamatkannya" berkata Kiai Rancangbandang.
Kembali Panon tertawa, ia memang tidak dapat lagi menyembunyikan perasaannya terhadap Kiai Rancangbandang, meskipun demikian ia tidak mengatakanya, dibiarkannya saja Kiai Rancangbandang menilai tingkah lakunya.
Namun demikian setiap kali Panon diganggu oleh perasaan rendah diri, ia adalah seorang anak dari lereng Gunung Merbabu.
"Jika puteri itu kembali ke Kota Raja, apakah ia masih akan ingat kepadaku?" pertanyaan itu selalu mengganggunya.
Panon menarik nafas dalam-dalam, namun ia tidak sempat melamun, karena Kiai Rancangbandangpun kemudian berkata "Banyak kejutan-kejutan yang aku alami selama aku berada di istana ini. Orang-orang yang tidak berdiri sebagai didinya sendiri, Raden Kuda Rupaka yang sebenarnya bukan Raden Kuda Rupaka, Sangkan dan Pinten yang lucu itu. gurumu dan barangkali aku masih akan terkejut jika suatu saat aku harus mengenalmu sebagai dirimu yang lain"
"Ah, aku tidak berpura-pura, Kiai. Aku adalah aku. Kiai sudah mengenal aku sebelum kita berada diatas Pegunungan Sewu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kiai Rancangbandang tertawa, katanya "Siapa tahu.
Tiba-tiba saja, justru kau adalah orang terpenting di dalam istana ini"
Panonpun tertawa, katanya "Mudah-mudahan aku dapat menjadi orang penting"
Keduanya tertawa seolah-olah mereka tidak sedang diintai oleh bahaya yang sudah berada di padukuhan Karangmaja.
Namun suara tertawa mereka itupun terputus, ketika mereka mendengar isyarat di pendapa. Dengan dahi yang berkerut merut, Kiai Rancangbandang berkata
"Pergilah ke pendapa, mungkin ada sesuatu yang penting"
Panonpun segera pergi ke pendapa, ketika ia naik ke pendapa, ia melihat Pangeran Bondan Lamatan sedang berbincang-bincang dengan Ki Wirit yang sudah ada di pendapa itu pula.
"Prajurit yang ada di regol itu melihat dua orang berkuda yang agaknya mengawasi istana ini" berkata Pangeran Bondan Lamatan kepada orang-orang yang ada di pendapa itu.
Yang lain mengangguk-angguk.
"Kita harus berhatil-hati" Pangeran Bondan Lamatan meneruskan "Tetapi disaat terakhir aku ingin dapat memperhitungkan kekuatan mereka"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Maksud Pangeran" berkata Pangeran Kuda Narpada.
"Kita akan mengirimkan satu atau dua orang untuk mengintai mereka di padukuhan, sebentar lagi malam akan turun"
Ki Wirit mengangguk-angguk pula, katanya "Baiklah adimas Pangeran, aku bersedia untuk pergi"
Tetapi Raden Kuda Rupaka yang telah berada di pendapa itu pula berkata "Biarlah aku saja yang pergi paman, mungkin aku dan Panon akan dapat melakukan tugas pengawasan ini"
Pangeran Bondan Lamatan merenung sejenak, katanya "Tetapi ingat Kuda Rupaka. Nampaknya mereka terlalu yakin akan kekuatan mereka, dua orang berkuda telah mendekati regol istana tanpa segan, seakan-akan sedang melihat-lihat rumah kenalan mereka yang sudah lama tidak bertemu"
"Baiklah paman" berkata Raden Kuda Rupaka "Mereka tentu tinggal di banjar padukuhan Karangmaja"
Ternyata bahwa Ki Wiritpun tidak berkebaratan melepaskan kedua anak muda itu untuk mengintai banjar padukuhan jika gelap akan turun"
Dengan bekal beberapa keterangan yang meskipun kurang pasti dari anak muda yang datang dari padukuhan, maka Raden Kuda Rupaka dan Panon telah meninggalkan istana itu. ketika gelap turun, anak muda Karangmaja itu tidak berani ikut serta, meskipun kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
anak-anak muda itu berjanji akan mengantarkannya
pulang sampai ke rumahnya.
Karena itu, maka Raden Kuda Rupaka dan Panon
telah meninggalkan istana itu.
Dengan berhatil-hati keduanya mendekati padukuhan
yang sepi, agaknya tidak seorangpun yang berani berada
di luar rumahnya. Bahkan ada diantara mereka yang
tidak sempat menyalakan lampu-lampu minyak di regol
halaman. Sejenak kedua anak muda itu termenung-menung,
Raden Kuda Rupaka ingin bertemu dengan Ki Buyut lebih
dahulu sebelum ia bertindak lebih jauh.
"Mungkin Ki Buyut dapat memberi beberapa
keterangan" berkata kepada Raden Kuda Rupaka.
"Baiklah" jawab Panon "Jika demikian, kita akan pergi
ke rumah Ki Buyut"
Raden Kuda Rupaka mengangguk, desisnya "Marilah,
aku kira orang-orang itu juga mempunyai beberapa
orang pengawas yang bertebaran"
Sejenak kemudian, maka keduanya telah berada di
halaman Ki Buyut di Karangmaja, ternyata halaman
rumah itu nampak sepi, tidak seorangpun yang berada di
regol dan di gardu di depan regol itu.
"Semuanya menjadi ketakutan" bisik Panon.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk kecil, kemudian iapun memberi isyarat untuk pergi ke sebelah rumah Ki Buyut yang lengang itu.
Dari sebelah pintu butulan di longkangan Raden Kuda Rupaka masih mendengar suara seorang yang sedang berbicara lirih.
Dari pembicaraan itu, Raden Kuda Rupaka dan Panon dapat mengetahui, bahwa tidak ada orang lain, apalagi orang dari Guntur Geni yang berada di rumah itu, karena itulah maka dengan berhatil-hati Raden Kuda Rupaka mengetuk pintu butulan.
Agaknya ketukan pintu itu benar-benar mengejutkan orang-orang yang ada di dalam, suara berbisik di dalam rumah itupun justru terdiam. Bahkan suara nafaspun seolah-olah telah berhenti pula.
"Ki Buyut" Raden Kuda Rupaka mencoba memanggil.
Ki Buyut yang ada di dalam termenung-menung.
Sejenak ia justru menjadi gemetar. Semula ia menyangka bahwa yang datang adalah orang-orang Guntur Geni.
namun ternyata bahwa bukan mereka, karena dari luar terdengar suara lirih "Aku Sangkan dari istana kecil itu"
Sejenak Ki Buyut masih ragu-ragu, namun ketika Raden Kuda Rupaka mengulanginya, Ki Buyut menjadi yakin, bahwa yang datang itu memang Raden Kuda Rupaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
perlahan-lahan Ki Buyut membukakan pintu butulan, meskipun demikian ia masih juga gemetaran melihat dua sosok bayangan di dalam kelamnya malam.
Baru ketika cahaya lampu minyak yang terlontar dari sela-sela pintu yang terbuka jatuh ke wajah Raden Kuda Rupaka, barulah Ki Buyut menarik nafas lega.
Cepat-cepat Raden Kuda Rupaka dan Panon
menyusup meskipun pintu butulan agar cahaya lampu minyak yang meloncat lewat pintu itu tidak menarik perhatian.
Kehadiran Raden Kuda Rupaka dan Panon
menimbulkan tanggapan yang saling bertentangan di dalam diri Ki Buyut, ia merasa senang bertemu dengan keduanya dalam ketegangan karena hadirnya orang-orang Guntur Geni yang merampas ketenangan yang mulai menjalari padukuhan Karangmaja. Namun dengan demikian, timbul pula kecemasan, bahwa mereka akan mengalami kesulitan jika orang-orang yang berada di banjar itu mengetahui kehadirannya.
Raden Kuda Rupaka nampaknya mengerti perasaan Ki Buyut itu, sehingga katanya kemudian "Ki Buyut tidak usah mencemaskan kehadiran kami. Kami akan berhatil-hati, sehingga orang-orang itu tidak akan mengetahui kehadiran kami. Mereka tentu tidak menyangka bahwa ada orang-orang yang keluar dari istana itu untuk berjalan-jalan ke padukuhan di malam hari.
"Mudah-mudahan Raden. tetapi mereka adalah orang-orang yang buas dan liar, mereka tidak menghiraukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
peradaban manusia sama sekali. meskipun sebagian dari
mereka pernah datang ke padukuhan ini, namun
beberapa orang yang lain, benar-benar telah
menumbuhkan kengerian melampaui saat sebelumnya"
Raden Kuda Rupaka mengerutkan keningnya,
kemudian dengan cemas ia bertanya "Apakah jumlah
mereka lebih banyak dari yang dulu"
"Ya, Raden. mereka berniat untuk menghancurkan
semuanya, Kumbang Kuning dan Cengkir Pitu akan
dimusnahkannya lebih dahulu, sebelum mereka akan
memasuki istana yang kini telah mulai tenang itu"
Raden Kuda Rupaka menjadi berdebar-debar, jika
orang-orang Guntur Geni itu berniat untuk
menghancurkan perguruan Kumbang Kuning dan Cengkir
Pitu itu di Pegunungan Sewu itu, maka tentu mereka
telah menyiapkan diri sebaik-baiknya"
Raden Kuda Rupaka dan Panonpun menyadari bahwa
orang-orang Guntur Geni dapat saja membawa beberapa
orang terpenting dari perguruan2 lain yang sejalan
dengan mereka, meskipun diantara mereka akan timbul
persoalan-persoalan pula kelak, tetapi mungkin pula
diantara mereka telah didapatkan kesepakatan untuk
menilai hasil dari perjuangannya.
Tetapi satu hal yang dapat ditangkap oleh Raden
Kuda Rupaka dan Panon, bahwa orang-orang Guntur
Geni masih belum mengetahui bahwa orang-orang
Kumbang Kuning dan Cengkir Pitu telah berhasil
dilumpuhkan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dengan demikian maka Raden Kuda Rupaka dan
Panon kemudian memutuskan untuk melihat-lihat orangorang ug berada di banjar padukuhan Karangmaja,
meskipun mereka sadar bahwa hal itu sangat berbahaya.
"Raden" berkata Ki Buyut kemudian "Sebenarnya aku
keberatan jika Raden mau melihat-lihat dari dekat orangorang yang berada di banjar, mereka terdiri dari orangorang kasar dan barangkali orang-orang yang memiliki
kemampuan yang tidak terduga, aku percaya bahwa
kalian juga memiliki kemampuan yang akan dapat
mengimbangi setiap orang yang berada di banjar, tetapi
jumlah mereka terlalu banyak"
Raden Kuda Rupaka tersenyum, katanya "Aku akan
berhatil-hati Ki Buyut, mudah-mudahan aku tidak
menemui kesulitan. Tetapi jika mereka melihat kami
berdua, maka kami masih akan sempat lari melintasi
bulak kecil dan kembali ke istana, kami berharap bahwa
langkah kami akan lebih cepat dari orang-orang Guntur
Geni" Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam, anak-anak
muda itu nampaknya sama sekali tidak menjadi cemas
dan takut menghadapi akibat yang dapat timbul,
persoalan yang gawat ini mereka lakukan seperti dalam
permainan disaat terangnya bulan di langit.
Agaknya Ki Buyut benar-benar tidak dapat mencegah
keduanya, karena itu, maka betapapun jantungnya
berdebaran, akhirnya dibiarkannya Raden Kuda Rupaka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dan Panon keluar dari pintu butulan dan hilang di
gelapnya malam.
Namun demikian, Raden Kuda Rupaka dan Panon
yang telah mendapat beberapa keterangan dari Ki Buyut
itu dapat memperhitungkan setiap langkahnya. Mereka
benar-benar harus berhatil-hati menghadapi orang-orang
yang berada di banjar padukuhan itu, menilai keterangan
yang mereka dapat, agaknya orang-orang Guntur Geni
memang tidak datang hanya dari perguruannya saja.


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan sangat berhatil-hati kedua anak muda itu
mendekati banjar. Mereka sadar, bahwa orang-orang
yang berada di banjar itu memiliki bermacam-macam
ilmu yang memungkinkan dapat mengetahui kehadiran
mereka berdua. Tetapi keduanyapun memiliki kemampuan untuk
menjaga diri, mereka dapat mengatur pernafasan
mereka sebaik-baiknya, langkah mereka bagaikan tidak
menyentuh tanah, sementara disaat yang gawat mereka
masih akan dapat melarikan diri menghindari lawan yang
terlalu banyak.
Ternyata bahwa orang-orang Guntur Geni itu benarbenar yakin akan kekuatan mereka. mereka seakan-akan
sama sekali tidak bersiap untuk menghadapi
kemungkinan-kemungkinan yang datang. Yang mereka
lakukan di banjar itu adalah benar-benar saat istirahat
sebelum mereka melakukan tindakan yang menentukan.
Raden Kuda Rupaka dan Panon melihat dua orang
penjaga dimuka banjar itu. ketika mereka melingkari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dinding halaman, maka mereka sama sekali tidak
mendengar nafas seorangpun di kebun belakang.
Dengan berhatil-hati Panon dan Raden Kuda Rupaka
berusaha untuk mendekati dinding, dengan kemampuan
ilmunya, keduanya berhasil meredam bunyi yang timbul
karena gerakan mereka.
Meskipun mereka berhasil mendekati banjar, tetapi
mereka tidak berhasil mendapatkan gambaran yang pasti
tentang orang-orang yang berada di banjar itu. namun
Raden Kuda Rupaka dan Panon yakin, bahwa jumlah
mereka tidak terlalu banyak untuk dicemaskan.
"Duapuluh orang" desis Panon di telinga Raden Kuda
Rupaka Raden Kuda Rupaka yang lebih sering dipanggil
Sangkan itu mengerutkan keningnya, lalu katanya
"Mungkin jumlahnya mencapai dua puluh. Tetapi kita
tidak tahu pasti apakah diantara mereka yang pantas
dihitung sepuluh"
Panon mengangguk-angguk, yang dapat mereka lihat
memang hanya ujud-ujud lahiriah, itupun tidak pasti,
karena mereka tidak dapat mengetahui dan menghitung,
yang mereka lihat hanyalah sekedar beberapa orang
yang hilir mudik, kemudian suara tertawa yang meledak
dan kasar. "Apakah kita dapat menghitung jumlah kuda mereka"
bisik Panon. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan mendekat, jika kuda-kuda itu meringkik, maka kita akan mendapatkan kesulitan, indera kuda cukup tajam untuk mencium baumu"
Panon mengerutkan keningnya, tetapi ia tidak membantah, bahkan iapun tersenyum ketika Raden Kuda Rupaka tersenyum pula.
Namun dari kejauhan mereka dapat menduga, bahwa jumlah kuda yang diikatkan di dekat longkangan itu tidak lebih dari duapuluh lima.
"Kita tidak dapat berbuat lebih banyak, kita hanya dapat membawa kesan, bahwa yang kita hadapi adalah perguruan yang kuat. Junlah mereka terlalu banyak dibanding dengan jumlah kita di halaman istana pamanda Kuda Narpada"
Panon mengangguk, desisnya "Marilah, kita akan kembali. Agaknya orang-orang Guntur Geni akan segera menyerang. Mudah-mudahan mereka tidak bertambah jumlahnya lagi"
Keduanyapun kemudian meninggalkan banjar dengan beberapa keterangan yang dapat mereka lihat dan mereka dengar dari Ki Buyut.
Raden Kuda Rupaka dan Panon sengaja tidak berbuat sesuatu yang dapat mengganggu orang-orang itu, karena jika kemarahan mereka tidak tertahankan, maka orang-orang Karangmaja yang akan mengalami kesulitan, itulah sbbnya, yang dapat mereka lakukan hanyalah sekedar mencari keterangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Di sepanjang jalan kembali ke istana kecil, keduanya
telah memperhitungkan kekuatan yang ada, keharidan
Pangeran Bondan Lamatan dan pgw-pgwnya telah
memberikan ketenangan dihari kedua anak muda itu.
"Aku justru berharap, serangan itu segera datang"
berkata Raden Kuda Rupaka "Dengan demikian tugas kita
akan cepat selesai"
Panon tiba-tiba berhenti, dengan wajah yang terang
ia berkata "Aku sependapat Raden, kenapa tidak berbuat
sesuatu agar mereka semakin cepat bergerak"
"Apa yang dapat kita lakukan?" bertanya Raden Kuda
Rupaka. Panon termenung-menung sejenak, lalu katanya "Aku
dapat memancing keributan itu, aku harap Raden
mendahului kembali ke istana kecil mempesiapkan diri
bersama orang-orang yang berada di istana itu"
Raden Kuda Rupaka memandang Panon sejenak,
kemudian dengan ragu-ragu ia bertanya "Apa yang akan
kau lakukan untuk mempercepat persoalan ini?"
"Aku membawa beberapa bilah pisau dengan ciri yang
ternyata adalah ciri Pangeran Kuda Narpada, aku tidak
menyangka sama sekali bahwa guru yang aku temui di
lembah Gunung Merbabu itu adalah Pangeran Kuda
Narpada" "Apa yang akan kau lakukan dengan pisau itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku akan melontarkan pisau itu kepada salah
seorang penjaga di depan banjar. Mereka tentu akan
marah dan mencari siapakah yang telah melakukannya,
jika mereka melihat ciri papda pisau itu, maka mereka
tentu akan mengenal, bahwa bukan orang-orang
Karangmaja yang telah melakukannya, tetapi orangorang dari istana Pangeran Kuda Narpada"
Raden Kuda Rupaka mengerutkan keningnya, katanya
"Tetapi itu sangat berbahaya bagimu, apalagi jika kau
sendiri. Jika kau ingin melakukannya, aku akan ikut
bersamamu"
"Tetapi siapakah yang akan memberitahukan bahwa
kita harus bersiap menghadapi segala kemungkinan?"
Raden Kuda Rupaka termenung-menung, sementara
Panon mendesak "Silahkan Raden kembali, aku akan
mencoba mengganggu mereka dengan pisau-pisau itu,
sementara kita semuanya sudah siap menghadap segala
kemungkinan, agaknya itu akan lebih baik daripada kita
menunggu terlalu lama"
Raden Kuda Rupaka masih nampaj ragu-ragu, namun
Panon telah berketetapan hati untuk melakukannya,
katanya "Sudahlah, silahkan Raden kembali ke istana.
aku kira semuanya akan sependapat, bahwa kita
sebaiknya segera menyelesaikan tugas ini sampai tuntas.
Memang mungkin kita akan mengalami kesulitan, tetapi
aku kira, kita masih mempunyai cukup harapan untuk
selamat." Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Akhirnya Raden Kuda Rupakapun setuju, ketika ia meninggalkan Panon, maka iapun berpesan "Hatil-hati, Panon. Lawan yang berada di banjar itu bukan orang kebanyakan yang dapat kau anggap sasaran permainan, mereka dapat menerkam dan membunuh jika kau lengah"
"Aku akan berhatil-hati, Raden" sahut Panon.
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, namun iapun kemudian dengan tergesa-gesa meninggalkan Panon dan kembali ke istana, ia harus membuat persiapan menghadapi peristiwa yang bakal menyusul demikian ia berada di istana itu"
Namun ternyata Raden Kuda Rupaka tidak dapat sampai ke halaman istana secepat yang diharapkannya.
Ketika ia keluar dari padukuhan Karangmaja dan berjalan dengan tergesa-gesa menyusuri bulak menuju ke istana kecil itu, tiba-tiba saja langkahnya terhenti, telinganya yang tajam telah mendengar desir dedaunan gerumbul di pinggir jalan yang akan dilaluinya.
Sejenak ia menunggu, agaknya ada orang yang telah bersembunyi di balik gerumbul itu dan dengan sengaja menunggunya.
Karena itu, maka Raden Kuda Rupaka justru berhenti karenanya, ialah yang kemudian menunggu, siapakah yang akan meloncat keluar dari gerumbul itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Beberapa saat lamanya ia berdiri tegak menatap gerumbul yang rimbun, ia sadar, bahwa orang yang bersembunyi itupun tentu sedang menunggunya.
Tetapi Raden Kuda Rupaka ternyata tidak telaten untuk saling menunggu terlalu lama, namun iapun tidak mau berjalan di sebelah gerumbul itu dan mendapat serangan yang tiba-tiba tampa mengetahui tingkat kemampuan orang itu.
Bab 56 Karena itu, maka Raden Kuda Rupakapun segera meloncati parit di pinggir jalan dan berjalan menyusuri pematang.
Ternyata bahwa ua berhasil memancing orang yang bersembunyi di balik gerumbul itu, dengan serta merta dua orang telah berloncatan dan berlari menyusulnya.
Raden Kuda Rupaka tidak mempercepat langkahnya, Ia justru berhenti menghadap kepada kedua orang yang menyusulnya itu.
"Siapa kau?" tiba-tiba saja salah seorang dari kedua orang itu menggeram.
Menilik tingkah laku, suara dan pertanyaan, Raden Kuda Rupaka menduga bahwa kedua orang itu dari perguruan Guntur Geni. karena itu maka iapun menjawab "Aku orang Guntur Geni"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bohong" geram yang lain "Kami adalah orang-orang Guntur Geni, katakan, siapa kau sebenarnya, sebelum kau mati disini"
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, dugaannya ternyata tepat. Untunglah bahwa ia menjumpai orang-orang itu bukan pada saat ia berangkat ke padukuhan bersama Panon. agaknya kedua orang itu bertugas mengawasi keadaan.
Dalam pada itu, Raden Kuda Rupaka tidak mau membuang waktu terlalu banyak, ia sadar akan kewajibannya untuk segera sampai ke istana kecil untuk mempersiapkan diri menghadapi induk pasukan perguruan Guntur Geni. karena itu, maka sesaat ia membuat perhitungan yang menentukan, apakah yang sebaiknya dilakukan.
Sebelum Raden Kuda Rupaka menentukan sikap, salah seorang dari kedua orang Guntur Geni itu telah membentaknya pula "Cepat jawab, siapakah kau?"
Raden Kuda Rupaka menganggap tidak perlu menjawab pertanyaan itu, ia harus segera berbuat sesuatu agar waktu yang sempit itu tidak terlalu banyak terbuang.
Namun agaknya kedua orang itupun telah bersiap, mereka segera berpencar, salah seorang dari mereka masih saja bertanya dengan kasar "Anak demit, sebut namamu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku memang anak demit" jawab Raden Kuda Rupaka. namun kegelisahannya semakin meningkat. Jika ia terlambat sampai ke istana kecil itu, sehingga ia tidak sempat memberitahukan bahwa Panon sedang memancing orang-orang Guntur Geni, maka serangan yang tiba-tiba itu akan sangat mengejutkan dan mungkin akan membawa akibat yang buruk.
Karena itulah, maka ketika salah seorang dari kedua orang itu membentaknya sekali lagi, tiba-tiba saja Raden Kuda Rupaka telah menyerangnya dengan kecepatan yang hampir tidak kasat mata wadag.
Tidak ada kesempatan bagi salah seorang dari Guntur Geni itu. serangan Raden Kuda Rupaka langsung mengenainya. Orang itu hanya sempat melindungi dadanya dengan tangannya yang bersilang, namun serangan Raden Kuda Rupaka telah melemparkannya.
Serangan itu memberikan sedikit ketenangan pada Raden Kuda Rupaka, dalam sekilas ia dapat mengetahui tingkat kemampuan salah seorang lawannya.
Sejenak kemudian, Raden Kuda Rupaka telah terlibat dalam perkelahian yang seru, orang yang terlempar itu telah sempat bangkit, kemudian ketika kawannya melihat Raden Kuda Rupaka dalam pertempuran yang kasar.
"Anak gila" geram salah seorang dari mereka "Kau tentu anak dari istana itu. kau akan menyesal bahwa kau telah bertemu dengan kami disini, kau akan mengalami nasib seperti anak Karangmaja yang bodoh itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Kuda Rupaka tidak menghiraukannyam gerakannya justru menjadi semakin cepat, setiap kali terbayang sekelompok orang-orang berkuda menyerang istana yang belum siap menghadapi kemungkinan itu.
Namun karena itulah, maka iapun mengerahkan segenap kemampuannya, ketika lawannya yang seorang sempat mengelakkan serangannya, maka tiba-tiba saja ia melenting sambil menyerang lawannya yang lain, tiba-tiba saja ia menggeram sambil menghentakkan senjata yang telah berada di gengaman.
Lawannya yang seorang itupun berusaha untuk mengelak, tetapi Raden Kuda Rupaka tidak memberinya kesempatan lagi, serangannya bagaikan badai yang menghantam daun-daun perdu yang tidak berdaya melawannya.
Kedua orang Guntur Geni itu tidak sempat mempergunakan racunnya. Yang terjadi adalah terlalu cepat bagi mereka. Raden Kuda Rupaka telah mengerahkan segenap kemampuannya tanpa
pertimbangan apapun kecuali secepatnya kembali ke istana itu.
Yang ternyata bernasib malang adalah kedua orang Guntur Geni yang ditugaskan untuk mengawasi keadaan itu. Raden Kuda Rupaka terlalu berat bagi mereka berdua, sehingga akhirnya keduanya tidak mampu lagi mempertahankan dirinya dan jatuh diatas tanah dengan berlumuran darah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Kuda Rupaka tidak sempat berbuat sesuatu atas mayat-mayat itu, ia harus segera kembali ke istana kecil itu, untuk menyampaikan rencana Panon yang mungkin sudah dilakukan, untunglah bahwa yang dijumpai Raden Kuda Rupaka bukan orang-orang terpenting dari perguruan Guntur Geni, sehingga ia masih sempat lolos dari tangan mereka.
Semua orang terkejut, ketika mereka melihat Raden Kuda Rupaka kembali hanya seorang diri, dengan wajah yang tegang Ki Wirit yang kebetulan berada di pendapa bertanya dengan cemas "Dimana Panon?"
Kecemasan itu telah terdengar pula oleh Puteri Raksi Padmasari dari ruang dalam, sehingga iapun berlari-lari dengan wajah yang tegang "Apa yang terjadi kakang?"
Dalam ketegangan itu, Raden Kuda Rupaka masih mengganggu adiknya, ia tidak segera menjawab, tetapi ia justru nampak cemas dan gugup.
"Kakang" Puteri Raksi Padmasari tidak sabar lagi menunggu. Sambil menguncang-guncang tubuh kakaknya ua bertanya lebih keras "Dimana Panon, kakang"
Raden Kuda Rupaka memandang Raksi Padmasari sejenak, namun ia masih tetap berdiam diri"
"Kakang, kakang" Raksi Padmasari yang gugup itu hampir terpekik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Baru ketika bibinya, Raden Ayu Kuda Narpada keluar dari ruang dalam, Raden Kuda Rupaka merasa bahwa telah mengganggu ketenangan istana kecil itu, sehingga justru menjadi gugup, bukan karena hilangnya Panon, tetapi justru karena bibinya telah hadir pula di pendapa diikuti oleh Inten dan Nyi Upih.
Tetapi sikap Raden Ayu Kuda Narpada membuat Raksi Padmasari menjadi semakin gelisah. Karena itu, maka iapun menjadi semakin tegang pula karenanya.
"Katakan, katakan" Raksi Padmasari hampir berteriak.
Raden Kuda Rupakapun kemudian menarik nafas dalam-dalam, dengan berhatil-hati iapun mulai mengatakan apa yang telah mereka rencanakan.
"Panon sekarang tidak apa-apa, dan mudah-mudahan ia tidak apa-apa" berkata Raden Kuda Rupaka kemudian.
Barulah Raksi Padmasari sadar, bahwa kakaknya sudah mulai lagi menggodanya, karena itu, maka tiba-tiba saja jaria-jarinya telah mencengkam lengan Raden Kuda Rupaka, sehingga kakaknya itu melonjak-lonjak.
"Raksi, jangan"
"Katakan, katakan bahwa kau sengaja menggodaku"
"Tidak, Raksi Padmasari, aku benar-benar menjadi gelisah dam cemas atas nasibnya"
"Tetapi kau pura-pura gugup"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Akhirnya Raden Kuda Rupaka berhasil melepaskan
diri, ketika Raksi Padmasari akan menerkamnya lagi,
kakaknya sempat berlari diantara orang-orang yang
berada di pendapa itu.
"Jika kau berlari-lari diantara paman-paman yang
duduk, maka kau adalah gadis deksura"
Raksi Padmasari menggeram, tetapi ia tidak mengejar
kakaknya. Dalam pada itu, Pangeran Bondan Lamatan yang
tersenyum melihat tingkah kedua anak-anak muda itupun
kemudian berkata "
"Anak-anak muda memang sering mengambil
keputusan sendiri sebelum membicarakannya dengan
orang-orang tua. Tetapi semuanya sudah terjadi. Panon
akan segera mengundang orang-orang Guntur Geni itu
ke halaman istana ini"
Ki Wirit menarik nafas dalam-dalam, kemudian
katanya "Baiklah Kuda Rupaka, kita akan segera bersiap
menghadapi setiap kemungkinan, kita harus benar-benar
mengerahkan kemampuan yang ada pada kita"
Sejenak kemudian maka Raden Ayu Kuda Narpadapun
kembali ke dalam biliknya. Ia benar-benar telah
dicengkam kecemasan tentang apa yang akan terjadi
kemudian. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Paman Bondan Lamatan serta para pengawal, tentu akan berhasil mengusir orang-orang Guntur Geni itu bibi"
berkata Raden Kuda Rupaka kepada bibinya.
Raden Ayu Kuda Narpada tidak menjawab, tetapi kehadiran Pangeran Kuda Narpada tu telah membuat hatinya menjadi tenang, jika ada sesuatu yang terjadi, maka akan dialaminya dengan seluruh keluarganya.
Sementara itu Panon telah merayap kembali ke depan gerbang halaman banjar padukuhan Karangmaja, dengan berhatil-hati ua menyusuri bagian dalam dinding halaman rumah yang terletak di depan banjar itu.
Akhir Jilid 13 Jilid 14 (Tamat)
Didalam bayangan sebatang pohon perdu yang rimbun, Panon berhenti. Sejenak ia melihat ke halaman banjar itu, berkali-kali ia masih mendengar suara gelak tertawa, bahkan sambil mengerutkan keningnya, Panon mendengar mangkuk-mangkuk yang pecah.
"Agaknya orang-orang itu menjadi gila" geram Panon.
ia membayangkan beberapa orang mabuk tuak di dalam banjar itu.
Beberapa langkah Panon maju lagi, ia melihat penjaga regol berjalan hilir mudik.
"Dua orang" desis Panon.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun ia tidak segera dapat mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu, ia masih harus melihat keadaan yang akan berkembang di banjar itu.
Karena itu, maka Panonpun bergeser lagi, ia ingin berada di tempat yang memungkinkannya melihat langsung ke pendapa. Tetapi untuk berdiri di muka regol ia merasa cemas, bahwa kedatangannya akan diketahui oleh orang-orang Guntur Geni.
Bagaimanapun juga Panon harus melihat katanya, jika orang-orang Guntur Geni itu melihatnya dan mengejar bersama, maka ia akan mengalami kesulitan.
"Untunglah bahwa aku tms seorang pelari yang baik"
gumam Panon di dalam hatinya.
Akhirnya Panon memutuskan untuk memanjat sebatang pohon duwet yang agak rimbun dan tidak terlalu dekat dengan dinding halaman.
Dari atas pohon duwet itu, Panon melihat, apa yang dilakukan oleh orang-orang Guntur Geni di pendapa. Di pendapa terdapat beberapa ungguk makanan. Beberapa mangkuk berserakan dan beberapa guci yang agaknya berisi arak.
"Mereka telah menjadi gila" geram Panon
"Sepatutnyalah bahwa mereka harus dibinasakan, meskipun mereka bermaksud sm2 buruknya dengan orang-orang Kumbang Kuning dan Cengkir Pitu, tetapi ternyata bahwa, tingkah laku mereka jauh lebih buruk dan kasar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Akhirnya Panon tidak tahan lagi melihat tingkah laku mereka. karena itupun maka iapun segera turun. Ia sudah sampai pada rencananya untuk memancing orang-orang Guntur Geni agar mereka segera menyerang istana kecil itu.
"Dengan demikian maka tugasku akan segera selesai"
Perlahan-lahan Panon mendekati dua orang penjaga regol yang berjalan hilir mudik. Sejenak Panon menunggui keduanya menjadi lengah.
Tetapi Panon menjadi gemetar ketika tiba-tiba saja ia mendengar suara seorang di balik dinding halaman banjar itu tanpa melihat orangnya "He, malam ini terlalu dingin"
"Ya, malam ini memang dingin sekali" sahut yang lain.
Terdengar suara tertawa berkepanjangan dan terdengar pula suara yang lain melengking "Apa salahnya jika kita berbuat sesuatu. kita sudah terlalu kenyang, sekarang kita memerlukan yang lain.
Dada Panon bagaikan mendengar kata-kata yang dapat ditebak arahnya itu, ternyata seorang lain menyahut "He, perintahkan dua orang pergi ke rumah Ki Buyut. Ki Buyut harus memberikan upeti bukan saja makanan. Di padukuhan itu, Kidang Alit pernah mendapatkan beberapa orang gadis cantik yang kemudian dipaksanya kawin dengan laki-laki lain, kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
lebih baik dari Kidang Alit dan kitapun berhak
mendapatkannya meskipun dengan cara berbeda"
Tetapi ternyata ada jawab yang tidak kalah
lantangnya "Kalian membuat perjuangan ini menjadi sial,
aku tidak peduli apa yang kalian lakukan setelah usaha
kita selesai"
Yang mendengar adalah suara tertawa
berkepanjangan, terdengar suara melengking menyahut
"Jangan kau rintangi, justru karena kita masih akan
bertempur besok atau lusa, kita akan meneguk katanya
duniawi sebelum kita akan mati, he, siapa tahu, kepalaku
besok terpenggal oleh orang-orang Cengkir Pitu atau
Kumbang Kuning atau orang-orang dari istana itu"
"Persetan, jika kau mau mati, matilah" sahut yang
lain. Tetapi terdengar suara lain lagi "Biarkan saja apa
yang akan dilakukan. Itu adalah tanggung jawabnya
sendiri. Dengan demikian mereka tidak akan merajuk
lagi." Tidak ada jawaban, yang terdengar kemudian adalah
pembicaraan yang tidak jelas dari balik dinding di
seberang jalan.
Sesaat Panon menunggu, ternyata ia melihat dua
orang keluar dari regol halaman, di regol keduanya
berhenti sejenak, berbicara dengan penjaga, kemudian
terdengar mereka tertawa tertahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon bukan seorang yang dungu, ia mengerti, apakah yang kira-kira akan mereka lakukan. Mereka akan pergi ke rumah Ki Buyut dan memaksakan kehendak dari beberapa orang pemimpin perguruan Guntur Geni itu.
"Ki Buyut tidak akan dapat menolak atau ia akan dibunuh sama sekali." Geram Panon dalam hatinya.


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun kematian Ki Buyut adalah korban yang sia-sia, karena mereka pasti akan tetap melakukan niatnya tanpa Ki Buyut. Mereka dapat memasuki setiap pintu, menyeret gadis-gadis keluar dari rumahnya dan memaksanya ke banjar.
Karena itu, Panon tidak dapat berpikir lain, ia mencoba untuk menghubungkan tindakan yang akan dilakukan dengan rencananya, ternyata ia menemukan jalan.
Karena itu, dengan diam-diam ia mengikuti dua orang yang berjalan mju ke rumah Ki Buyut.
"Tidak boleh terlalu jauh dari banjar" Panon menggeram. Dengan susah payah ia menahan gejolak hatinya dengan nalarnya. Betapa tangannya menjadi gemetar oleh dentang jantungnya yang memukul dinding dadanya. Orang-orang Guntur Geni itu dimata Panon tidak lagi sebagai manusia-manusia yang beradab, tetapi mereka adalah binatang-binatang buas, yang hanya pantas dimusnahkan.
Namun Panon tidak dapat kehilangan akalnya, ia sudah mempunyai rencana untuk memancing orangTiraikasih Website http://kangzusi.com
orang Guntur Geni untuk segera menyerang istana kecil
itu. Panon masih mengikuti kedua orang-orang Guntur
Geni itu, sekali-sekali ia berpaling untuk mengetahui
jarak dengan banjar padukuhan yang baru saja
ditinggalkannya.
Ketika jarak yang diperkirakan sudah cukup, maka
Panonpun meloncat mendahului kedua orang itu lewat
halaman di sebelah lorong, kemudian dengan berhatilhati ia meloncati dinding halaman, turun ke jalan
dibawah rimbunnya dedaunan yang pekat di malam hari.
Tetapi ternyata kedua orang Guntur Geni itu segera
melihatnya, karena itu langkah merekapun terhenti.
Panon tidak merasa perlu untuk bersembunyi lagi,
gejolak jantungnya hampir tidak tertahankan, ia tidak
menghiraukan lagi, apakah kedua orang itu tidak akan
membahayakan jiwanya.
Karena itu, maka Panonpun segera melangkah
mendekat sambil bertanya "Siapa kau", bukankah kau
keluar dari halaman banjar?"
Pertanyaan itu justru membuat kedua orang itu
termenung-menung sejenak, bahkan merekapun saling
berpandangan dengan dada yang berdebar-debar.
"Jawab, kau tentu orang-orang Guntur Geni, He,
apakah yang akan kau cari di malam buta ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Baru sejenak kemudian kedua orang itu sempat mengatur perasaannya, salah seorang maju melangkah sambil menggeram "Apakah kau orang gila?"
"Aku seorang dari penghuni istana kecil yang menjadi sasaran banyak perguruan itu, kau tentu akan pergi ke istana kecil itu pula untuk mencari pusaka yang kalian sangka ada disana"
Kedua orang Guntur Geni itu menjadi semakin heran, nampaknya orang yang dijumpainya di lorong yang gelap itu benar-benar orang tidak waras.
"Apa maksudmu menghentikan kami disini?"
"Tentu sudah jelas bagi kalian, kalian orang-orang Guntur Geni hanya pantas untuk dibunuh, tingkah laku kalian benar-benar tidak menunjukkan peradaban manusia yang paling rendah sekalipun, kalian tidak lebih terhormat dari serigala yang mencari sisa-sisa bangkai bekas makanan seekor harimau yang memburu mangsanya dengan keberanian"
"Kau mengigau seperti orang gila, aku kira kau memang orang gila"
"Apapun yang kau katakan, tetapi aku siap membunuh kalian"
Tiba-tiba saja kedua orang Guntur Geni itu tertawa, sambil memandang rumah yang diam membeku di sekitarnya ia berkata "Seandainya rumah dan pepohonan itu mendengar kata-katamu, mereka tentu akan tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
He, bagaimana mungkin kau akan membunuh kami
berdua", apakah kau orang perguruan Kumbang Kuning,
perguruan Cengkir Pitu atau perguruan yang lain lagi?"
"Aku telah membunuh orang-orang Cengkir Pitu dan
orang-orang Kumbang Kuning, aku juga telah membunuh
orang-orang Guntur Geni beberapa waktu yang lalu"
Wajah orang-orang Guntur Geni itu menegang,
sejenak mereka saling berpandangan. Namun tiba-tiba
saja salah seorang dari mereka tertawa, katanya "Kau
memang pandai menakut-nakuti orang. tetapi jangan
mencoba menakut-nakuti kami. Kami adalah orang-orang
Guntur Geni yang sudah kenyang makan garamnya
kehidupan di wajah-wajah kegelapan"
"Baik" jawab Panon "Marilah kita melihat bahwa katakataku bukan sekedar hanya menakut-nakuti saja"
Kedua orang Guntur Geni itu bersiap ketika mereka
melihat Panon bergeser setapak.
"Kita akan bertempur, kau berdua akan mati dan
sebentar lagi seluruh pasukan Guntur Geni akan musnah,
tidak seorangpun yang pantas untuk dibiarkan hidup.
Bagiku, orang-orang Cengkir Pitu dan Kumbang Kuning
masih terlalu baik dibanding orang-orang Guntur Geni."
Wajah orang Guntur Geni itu menjadi merah padam,
hanya karena gelapnya malam, maka wajah-wajah itu
nampaknya tidak berubah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku tidak mempunyai waktu mendengarkan
bualanmu anak gila. Bersiaplah untuk mati. Para pemimpin dari Guntur Geni itu tentu sudah menunggu aku. Mungkin mereka menjadi tidak sabar lagi, sehingga mereka akan langsung keluar dan memasuki rumah-rumah di sekitar sini"
Panon menjadi gemetar manahan kemarahan yang memuncak, tetapi kemungkinan itu memang dapat terjadi, karena orang-orang Guntur Geni ternyata lebih buas dari serigala.
Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi Panon selain dengan secepatnya menyelesaikan kedua orang, kemudian memancing orang-orang Guntur Geni untuk datang ke istana kecil, sehingga mereka tidak sempat melakukan perbuatan terkutuk lebih lama lagi.
Selangkah Panon maju lebih dekat lagi, ia mengerutkan keningnya ketika ia melihat kedua orang Guntur Geni itu menarik senjata mereka masing-masing.
"Kita akan bunuh anak ini secepatnya" berkata salah seorang dari mereka. lalu "Dengan demikian kita akan cepat-cepat pergi ke rumah Ki Buyut"
Panon tidak menyahut, tetapi iapun telah mencabut senjatanya pula, sebuah pisau belati. Ia sama sekali tidak gentar meskipun kedua lawannya mempergunakan senjata panjang.
Ketika orang Guntur Geni itu melangkah maju, diluar dugaan mereka, Panon telah meloncat menyerang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan garangnya, pisau belatinya menyambar
mendatar mengarah lambung.
Tetapi orang-orang Guntur Geni itupun sempat
mengelak, hampir bersamaan mereka menyerang Panon
dari dua arah yang berbeda.
Panon sudah memperhitungkannya, ia meloncat
menghindar, tetapi tangannya sempat terayun
menggapai wajah lawannya dengan ujung pisau
belatinya. Dengan demikian maka orang lawannya yang
wajahnya hampir saja tergores senjata itupun terpaksa
menghindar dan mengurungkan serangannya, sementara
yang lain telah kehilangan sasaran, karena Panon sempat
menggeliat dan melenting beberapa langkah.
Sejenak kemudian pertempuran itupun semakin
sengit, tetapi kedua orang Guntur Geni itu ternyata telah
salah hitung, lawannya yang masih muda itu bukannya
seorang orang dungu, yang terperosok kedalam satu
perlawanan yang kurang dimengerti, tetapi ternyata
bahwa lawannya yang muda itu benar-benar seorang
yang memiliki kelebihan dari kebanyakan anak-anak
muda sebayanya.
Dengan demikian maka, kedua orang itu harus
mengerahkan segenap kemampuan yang ada pada
mereka, keduanya harus benar-benar bertempur dengan
gigih untuk mempertahankan hidup mereka, pisau belati
di tangan anak muda itu seolah-olah berterbangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mengelilingi kepala mereka dan sekali-sekali berdesing
diujung telinga.
Panon telah mengerahkan kemampuannya, ia ingin
bekerja lebih cepat, jika ia terlalu lama, maka orangorang di istana kecil itu tentu sudah menjadi gelisah,
bahkan mungkin gurunya akan mengira bahwa ia
menemui kesulitan di perjalanan.
Tetapi kedua orang itu bukannya merupakan kesulitan
yang dapat teratasi bagi Panon, ketika ia mengerahkan
segenap kemampuannya, maka iapun mulai dapat
menekan lawannya.
Dengan garang kedua orang Guntur Geni itu
bertempur, mereka bukan saja bergerak dengan kasar,
tetapi mereka juga berteriak-teriak seperti orang
kesurupan. Namun hal itu memang sudah diperhitungkan oleh
Panon, karena itu, maka ia telah memperhitungkan jarak
dari banjar, betapapun kedua orang itu berteriak, namun
suaranya tidak akan sempat terdengar oleh orang-orang
di banjar. Sehingga dengan demikian, Panon akan dapat
menyelesaikan kedua orang itu tanpa diganggu.
Ketika salah seorang lawannya menjulurkan
senjatanya, Panon mengelakkan diri sambil menyerang
lawannya yang lain. tetapi lawannya masih sempat
menghindarinya, bahkan lawannya yang gagal itupun
memburunya dengan senjata terayun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Serangan itu datang dengan tergesa-gesa, Panon masih sempat memiringkan badannya, ia meloncat selangkah surut, namun tiba-tiba saja ia melenting menyerang diluar dugaan lawannya, justru lawannya yang seorang.
Serangan itu benar-benar tidak terduga, dengan serta merta lawannya menangkis.
Panon menarik serangannya, loncatannya yang cepat seperti burung sikatan membuat lawannya menjadi bingung, belum lagi yang seorang mampu
memperhitungkan keadaan, tiba-tiba saja serangan Panon telah mematuk dadanya.
Kesempatan untuk menghindar dan menangkis, ternyata sangat sempit, meskipun demikian orang itu masih berusaha untuk menghidarinya.
Terdengar keluhan pendek, pisau belati Panon tidak dapat mengenai sasarannya, tetapi pisau itu sempat merobek bahu lawannya, sehingga darah mengalir dari urat-uratnya yang terputus.
Orang yang terluka itu menggeram, tetapi ia tidak sempat merenungi pedih di lengannya, Panon masih saja menyambar-nyambar dengan belatinya yang berkilat-dilat di malam gelap, seakan-akan pisau itu bercahaya kebiru-biruan.
Dengan garangnya Panon menyerang lawannya, dalam kegelapan tangannya mengambang bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sayap-sayap garuda, selangkah demi selangkah
lawannya terdesak surut.
Orang-orang Guntur Geni itu semakin lama menjadi
semakin bingung. Rasa-rasanya ujung pisau itu memburu
kemana saja mereka pergi. Desing yang mengerikan
selalu membelit telinganya, sementara kulit mereka
menjadi semakin pedih oleh sentuhan-sentuhan ujung
belati yang tajam.
Sejenak kemudian, luka-luka itu telah menyentuh
yang seorang lagi, kemudian terulang dan terulang,
sehingga keduanya bukan saja menjadi basah oleh
keringat, tetapi darah merekapun bagaikan mengalir
segenap tubuh. Kedua orang Guntur Geni itu benar-benar tdl lagi
mempu bertahan dengan pedangnya, karena itu, maka
salah seorang segera bergumam "Aku akan
mempergunakan racun"
Panon tertegun sejenak, hanya sekejap. Namun
serangannya telah meluncur diudara diantara geramnya
"Aku tidak takut racun, aku mempunyai penawarnya, di
istana kecil itu terdapat berbagai macam penawar racun,
diantaranya adalah Jalu Sisik Sasra"
Kedua orang Guntur Geni itu menggeram, namun
tubuh mereka semakin lama menjadi semakin lemah.
Pada saat-saat yang paling gawat bagi keduanya,
tiba-tiba saja Panon mengurangi tekanannya, bahkan
kemudian ia berhenti menyerang. Selangkah ia meloncat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mundur sambil berkata "Kalian akan mati, aku juga
memakai racun yang lebih kuat dari racun orang-orang
Guntur Geni, tidak ada obat yang dapat mengobati lukalukamu yang terkena belatiku yang beracun"
Kedua orang itu termenung-menung, tubuh mereka
semakin lama menjadi gemetar.
"Anak iblis"
Panon tertawa, katanya "Suara tidak akan terdengar
dari banjar, mungkin penduduk yang tinggal di sekitar
sini telah menggigil ketakutan mendengar teriakanmu"
Kedua orang itu tidak menyahut, dari tatapan mamta
mereka membayang kemarahan yang tiada taranya.
"Matilah dengan tenang, aku tidak akan mengganggu"
berkata Panon kemudian.
Kedua orang itu berdiri termenung-menung, dengan
tanpa berkedip mereka memandang Panon yang justru
melangkah surut.
"Matilah, kalian memang harus mati. Orang-orang
Guntur Geni harus mati seperti binatang buas yang
tersesat di padukuhan"
Panon tidak menunggu jawaban, iapun kemudian
meloncati dinding, dan mendarat di jalan dan hilang
dalam kegelapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kedua orang itu berdiri termenung-menung, sejenak mereka saling berpandangan, namun kemudian merekapun menyadari keadaannya, tubuh-tubuh mereka menjadi semakin lemah karena darah yang mengalir dari luka. Apalagi Panon telah mengatakan, bahwa pisaunya mengandung racun yang tajam.
"Kita kembali ke banjar" desis yang seorang dengan suara gemetar.
"Tetapi apakah kata mereka nanti, ketika mereka melihat kita seperti ini?"
"Mungkin mereka akan memberikan kita penawar racun"
Kedua orang itu termenung-menung sejenak, mereka ragu-ragu untuk kembali tanpa membawa hasil dari tugas yang dibebankan kepada mereka. tetapi mereka tidak dapat mengingkari kenyataan yang terjadi atas diri mereka.
Karena itu, maka keduanyapun kemudian kembali ke banjar. Para pemimpin mereka tidak akan dapat menutup mata tentang keadaan mereka. apalagi menurut anak muda yang mencegatnya, bahwa mereka telah terkena racun yang sangat kuat.
Tertatih-tatih keduanya berusaha untuk kembali ke banjar, sekali-sekali mereka harus berhenti, bersandar pada dinding sebelah jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Diluar sepengetahuan mereka, ternyata Panon masih mengikuti mereka. ia hampir kehilangan kesabaran, ketika kedua orang itu berjalan terlalu lamban. Namun ia harus menunggu, betapapun dadanya bergejolak oleh kemarahan yang bagaikan tiada tertahan. Rasa-rasanya ia ingin memusnahkan orang-orang Guntur Geni yang menurut pengamatannya lebih buas dari serigala itu.
namun iapun masih dibayangi oleh akal sehat, sehingga ia harus melihat kenyataan bahwa orang-orang Guntur Geni membawa kekuatan yang sangat besar.
Karena itu, rencananya untuk memancing mereka ke istana kecil itulah yang akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Beberapa saat kemudian, kedua orang yang sudah terluka itu melangkah semakin dekat dengan banjar.
Para penjaga regol sudah nampak berjalan hilir mudik, bahkan sejenak kemudian salah seorang dari kedua penjaga regol itu sudah melihat dua orang berjalan tertatih-tatih kearah mereka.
"Siapa disana?"
Kedua orang itu melangkah semakin dekat.
"Siapa kalian, He" teriak penjaga itu.
"Aku, aku" suaranya terputus-putus.
Kedua orang itu menjadi curiga, suara itu pernah didengarnya. Tetapi suara itu terdengar gemetar dan putus-putus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Karena itu kedua penjaga telah melangkah mendekati kedua orang yang berjalan tertatih-tatih.
Dalam pada itu, Panon sudah menunggu, semula ia ingin meninggalkan bekas atas kedua orang yang terluka itu apabila mereka sudah berada di halaman banjar. Ia melihat kedua orang yang terluka itu telah berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Mereka merayap kembali ke banjar untuk mendapatkan pertolongan. Jika saat terakhir dari usahanya yang sudah mulai nampak di matanya, tiba-tiba saja maut merenggutnya, alangkah kecewa kedua orang itu, justru disaat terakhir.
Karena itu, Panon mengurungkan niatnya, yang nampak olehnya kemudian adalah kedua orang penjaga yang berjalan dengan tegap menjinjing senjata masing-masing.
Sejenak Panon menunggu. Dibiarkannya kedua penjaga regol itu berjalan semakin dekat.
Namun agaknya kedua orang itupun menjadi ragu-ragu. ia melihat kedua kawannya itu dalam keadaan tidak wajar, sehingga karena itulah maka merekapun terhenti beberapa langkah di hadapan kedua orang yang terluka parah itu.
"Kenapa kalian?"
Kedua orang yang terluka itu mencoba untuk maju lagi, tetapi ternyata mereka sudah sangat lemah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Salah seorang dari mereka menyahut "Aku terkena racun"
"Siapa yang meracunimu?"
Bab 57 "Aku tidak tahu, menurut keterangannya, ia adalah seorang penghuni istana kecil itu"
Kedua penjaga itu termangu-mangu sejenak, sementara kedua orang yang terluka itu masih merintih.
"Tolonglah kami, aku tidak dapat melangkah lagi, tubuhku tidak akan dapat bertahan lebih lama lagi, tanpa pertolongan. Tolong, panggillah Kiai Sampuragi. Mungkin ia dapat menolongku"
"Sampuragi tidak ada diantara kita, He, bukannya kau sudah tahu?"
"Siapapun dukun yang ada diantara kita, siapapun yang dapat menawarkan racun" suara orang itu semakin sayup.
Kedua penjaga itu termangu-mangu, tetapi mereka masih tetap berdiri di tempatnya.
Ternyata bahwa kedua orang yang terluka itu sudah tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Darah yang terluka banyak mengalir dari luka. Telah menghisap semua kekuatan yang ada pada keduanya, sehingga
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 1 Pendekar Naga Mas Karya Yen To Riwayat Lie Bouw Pek 13

Cari Blog Ini