Ceritasilat Novel Online

Jago Kelana 13

Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 13


"Baik, lihat saja kau yang tunggangi aku atau aku yang tunggangi dirimu!"
Ucapan ini amat cabul dan kotor, tetapi Si Soat Ang
sebagai seorang gadis perawan sama sekali tak memahami
arti dari kata2 tersebut.
Dalam pada itu selesai berkata lelaki tadi tiba2 maju ke
depan, lima jarinya dipentang langsung mencengkeram
bahu Si Soat Ang.
Melihat datangnya serangan. Si Soat Ang tidak jadi
gugup, jari tangannya segera dituding ke depan seraya
menghardik. "Lihat Serangan."
Selama setahun berlatih ilmu silat dari kitab pusaka Sam
Poo Cin Keng, kepandaian silat yang dimiliki Si Soat Ang
pada saat ini sukar dilukiskan lagi dengan kata2. meskipun
ia menuding dengan perlahan namun segulung hawa murni
yang dahsyat meluncur keluar lewat ujung jarinya
menghajar jalan darah Tian Ki-hiat pada lekukan lututnya.
Lelaki itu hanya curahkan perhatiannya pada pundak Si
Soat Ang, ia bermaksud setelah berhasil menangkap dara
itu lantas menggerayangi bagian terlarang hingga ia jadi
malu. Siapa sangka, tangannya belum berhasil mencapai tubuh
lawan tiba kaki kanannya jadi lemas tidak kuasa lagi ia
jatuh berlutut diatas tanah.
Rasa kaget yang dialami lelaki itu bukan alang kepalang,
tangannya segera menekan di atas tanah siap meloncat
bangun, tetapi pada saat itulah sebuah tudingan dari Si Soat Ang yang disertai tenaga hebat telah bersarang telak dijalan darah lemas pada pinggangnya tidak kuasa lagi badannya
benar2 merangkak di atas tanah.
Dengan wajah merah jengah lelaki itu berusaha untuk
bangkit berdiri, tetapi setelah dua buah jalan darahnya
tertotok, maka sanggup ia bangun berdiri "
Dua orang jago yang lihay memiliki kepandaian rada
lihay diantara para jago yang ada disana agaknya sudah
merasa keadaan tidak menguntungkan, satu pergi menolong
lelaki tadi sedang orang kedua langsung menubruk
kehadapan sang dara.
Jago yang tiba disisi lelaki tadi dengan cepat berusaha
membebaskan jalan darah rekannya yang tertotok sayang
walaupun diusahakan berulang kali gagal juga menolong
orang, itu, lelaki tadi masih tetap berjongkok kaku diatas
tanah. Jago yang tiba dihadapan Si Soat Ang cepat menjura
seraya berkata.
"Kiranya nona adalah seorang jago lihay, entah siapakah nama anda?"
Si Soat Ang tertawa dingin.
"Bagus, baru sekarang kau tanya namaku?" jengeknya,
"Aku ingin bertanya dahulu kepadamu, siapa sih yang
begitu berani angkat dirinya jadi Boe Tek Bengcu dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung! siapakah nama besarnya?"
Kiranya selama setahun ini Si Soat Ang hanya tahu
berlatih silat dengan giat dalam gua, terhadap kejadian
diluar ia sama sekali tidak tahu, tidak aneh kalau ia tidak tahu terjadinya peristiwa yang menggemparkan seluruh
kolong langit. Mendapat pertanyaan tersebut orang itu tertegun, ia
tidak mengira dikolong langit masih ada orang yang tidak
tahu siapakah Boe Tek-Bengcu itu.
"Boe Tek Bengcu kami she Tonghong bernama Pacu, dia
adalah seorang jagoan paling lihay dikolong langit dewasa
ini." jawab orang itu setelah melengak beberapa saat
lamanya. "Ha . . ha . . ha . . aku kira siapa yang begitu besar nyali berani angkat dirinya sebagai Bengcu tiada tandingan,
kiranya situa bangka Tonghong Pacu adanya bagus . . .
bagus sekali sungguh menarik hati!"
Si Soat Ang benar2 merasa menarik, setahun berselang ia
pernah diusir Tonghong Pacu karena dianggap tidak sesuai
dengan putranya tapi sekarang ilmu silatnya amat lihay,
bisa dibayangkan betapa kagetnya Tonghong Pacu setelah
berjumpa dengan dirinya.
Orang2 yang ada dalam gardu saat ini bukan lain adalah
para jago kangouw yang telah menggabungkan diri dalam
perserikatan tersebut, namun mereka hanya manusia kelas
tiga belaka, meskipun berada dalam perkampungan Jiet
Gwat Cung namun belum tentu dalam sebulan dapat
bertemu Tonghong Pacu barang satu kalipun, dalam
pandangan mereka gembong iblis tersebut agung melebihi
malaikat. Maka dari itu menyaksikan Si Soat Ang bukannya
terkejut malah tertawa geli setelah mendengar nama
Tonghong Pacu, rasa kaget dalam hati mereka sukar
dilukiskan lagi dengan kata-2, orang yang berdiri dihadapan Si Soat Ang pun sampai mundur dua langkah ke belakang.
"Kalian mengatakan Tonghong Pacu tinggal di perkampungan Jiet-Gwat-Cung, berapa jauh sih jarak dari
sini menuju perkampungan tersebut ?"
"Tidak terlalu jauh, hanya dua tiga hari perjalanan !"
"Maksudku kalau suruh dia merangkak sampai kesitu
harus membutuhkan berapa hari !" seru Si Soat Ang sambil menuding kearah lelaki yang tertotok jalan darahnya itu.
Nona, kau kenal dengan Bengcu kami, apa gunanya
menyusahkan kami ?" seru orang itu sambil tertawa paksa.
"Oouw . . baru sekarang kau ucapkan kata-2 semacam
itu. Hm ! tadi apa yang kalian kata kan " tadi kalian
mengucapkan kata2 yang tidak senang kepadaku, sekarang
aku harus kasih sedikit pelajaran kepada kalian manusia2
tak berguna."
Tiba2 ia bangun berdiri, badannya bergerak cepat, dalam
sekejap, mata ada enam tujuh orang telah tertotok jalan
darahnya. Serangan dari Si Soat Ang benar2 sangat cepat sukar
dilukiskan dengan kata2, setelah ia berhasil merobohkan
ketujuh orang tadi, badan nya berputar menerjang keluar
gardu . . Criiit Criiit! dalam sekejap mata kembali ada
delapan orang roboh tak berkutik.
Si Soat Ang mendongak tertawa terbahak2 sambil putar
badan serunya. "Ha . . ha . . ternyata anak buah dari Boe Tek Bengcu
hanya gentong2 nasi semua."
Sembari berkata ia menotok empat orang yang ada di
hadapannya, merekapun segera roboh keatas tanah.
Kini hanya tinggal Tonghong Pek seorang, menyaksikan
datangnya serangan ia segera menyingkir ke samping dan
bersembunyi dibalik tiang gardu, dengan demikian serangan
itupun mengenai sasaran kosong.
Melihat mangsanya berhasil meloloskan diri, Si soat Ang
tercengang dan keheranan, semula ia mengira serangannya
ini pasti akan berhasil merobohkan orang itu seperti halnya dua puluh orang sebelumnya, ia berseru tertahan.
"Aaah . . kira ya masih ada juga yang berkepandaian
lumayan!" teriaknya.
Sembari berkata ia memburu kedepan . . . Braak! sebiah
serangannya dihantamkan ke atas tiang gardu itu.
Serangan ini aneh sekali, bukannya ditujukan kearah
Tonghong Pek yang bersembunyi di balik gardu sebaliknya
malah ditujukan keatas tiang, hal ini membuat dianak muda
itu jadi tercengang.
Bersamaan dengan bentrokan itu, segulung tenaga yang
maha dahsyat tiba2 menembusi tiang tadi langsung
menghantam tubuh Tong bong Pek, membuat sianak muda
itu seketika itu juga terdorong mundur tiga langkah
kebelakang. Melihat kehebatan dara itu, Tonghong Pek terkejut
bercampur girang, dari mulut Liem Hauw Seng ia tahu
kalau ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang telah peroleh
kemajuan pesat, tetapi ia tidak mengira kalau gadis itupun
berhasil menguasai ilmu yang disebut Li-san-Ta-Gouw atau
terpisah oleh bukit menghantam kerbau, suatu kepandaian
tenaga dalam yang telah mencapai pada puncaknya.
Baru saja Tonghong Pek terdorong mundur sejauh tiga
langkah, Si Soat Ang telah mengitari tiang gardu tadi seraya membentak nyaring.
"Bagus sekali, ternyata dalam perkampungan Jiet-GwatCung terdapat pula beberapa jago lihay !"
Sembari berkata, telapaknya diayun kembali siap
melancarkan serangan.
"Jangan turun tangan lebih dulu, jangan turun tangan
lebih dahulu, aku ada perkataan hendak disampaikan
kepadamu." buru2 Tonghong Pek berseru lantang.
Serangan dari Si Soat Ang cepat laksana kilat, namun
iapun dengan cepat menarik kembali serangan itu.
"Apa yang hendak kau katakan " "serunya.
Ingin sekali Tonghong Pek berteriak bahwa dia adalah
Tonghong Pek, dan selama setahun ini ia selalu teringat
akan dirinya. Tetapi berada dalam keadaan seperti ini apa yang bisa ia
katakan ?"
Ia percaya Si Soat Ang tentu tidak akan percaya atas
ucapannya, bahkan akan mentertawakan dirinya.
Dengan hati sedih ia lantas menghela napas panjang.
"Aku. . . aku . . "
"Sebenarnya siapakah kau" mengapa memakai topeng
dan tidak berani tunjukkan wajah asli mu ?" Tukas Si Soat Ang tidak sabaran lagi.
Sambil berkata ia siap menyambar topeng itu, Tonghong
Pek mengerti keadaan tidak menguntungkan, buru3 ia
mundur kebelakang sambil berseru.
"Nona Si, wajahku amat mengerikan."
Belum habis ia bicara Si Soat Ang telah berseru tertahan
sepasang alisnya melentik dan sepasang matanya yang jeli
mengawasi wajah Tonghong Pek tak berkedip.
"Kau , . kau kenali diriku?"
Tonghong Pek sadar ia sudah terlanjur bicara, terpaksa
katanya. "Aku. . . aku pernah kunjungi luar perbatasan dan
pernah pula menginap dibenteng Thian It Poo, maka aku
kenal dengan nona Si."
Ia takut ucapan ini tidak berhasil membuat gadis itu
percaya, segera tambahnya lebih jauh:
"Berhubung raut wajahku amat menyeramkan maka aku
tidak berani menemui orang dengan wajah asliku, harap
nona Si jangan menyalahkan."
Per-lahan2 Si Soat Ang turunkan kembali telapaknya,
teringat akan benteng Thian It Poo timbul perasaan
simpatiknya atas diri Tonghong Pek, sebab sejak tiba
didataran Tionggoan baru pertama kali, ini ia dengar orang
lain menyebut benteng "Thian It Poo"
"Hmm . . ! ilmu silatmu tidak lemah, jabatan apa yang
kau duduki dibawah kekuasaan Tonghong Pacu ?"
"Nona Si kau salah menduga, aku . . aku bukan anggota
perkampungan Jiet-Gwat-Cung."
"Benarkah ?" tanya Si Soat Ang tercengang.
Sembari berseru sepasang matanya dengan tajam
menatap wajah Tonghong Pek, sianak mu da itu segera
merasakan sinar matanya luar biasa, jelas tenaga dalamnya
telah mencapai pada puncaknya.
Suatu ingatan berkelebat dalam benaknya, segera ia
bertanya: "Nona Si, ilmu silatmu sangat lihay, mungkin sukar
dicarikan tandingannya dalam kolong langit, entah
bagaimana perasaanmu kalau dibandingkan dengan
kepandaian Tong hong Pacu."
"Bagus sekali pertanyaanmu itu" kata Si Soat Ang sambil tertawa. "Sepanjang perjalanan aku sendiripun selalu
bertanya pada diriku sendiri, kemarin senja aku telah
bergebrak melawan beberapa orang jago kelas satu dari
dunia persilatan, mereka semua bukan tandinganku
diantaranya terdapat pula si bongkok sakti Kiat-Hwee-Sin
Tuo." Tonghong Pek sangat terperanjat, hampir-saja ia akan
berseru. "Bagaimana keadaan suhuku, untung ia masih
sadar" kata2 tadi dengan cepat telan kembali mentah2.
"Bagaimana . . . bagaimana akhirnya ?" ia bertanya.
"Ternyata Liat-Hwee-Sin Tuo masih kenal diriku, setelah bertemu dengan aku ia lantas menanyakan kabar berita
seseorang kepadaku."
"Siapa yang ia tanyakan !" suara dari Tong hong Pek kedengaran rada gemetar.
Si Soat Ang menghela napas panjang, hal ini membuat
jantung sianak muda itu berdebar semakin keras.
"Orang yang ia tanyakan bernama Tonghong Pek,
kiranya dia adalah muridnya, tapi aku sudah hampir
setahun lamanya tidak berjumpa dengan dirinya darimana
aku bisa menjawab?"
"Apakah kau sangat rindu kepadanya ?" tiba2 Tonghong Pek bertanya.
Si Soat Ang segera berpaling dalam detik itulah seakan2
ia menangkap suatu bayangan yang sangat dikenalnya dari
sinar mata lawan namun ia tidak terlalu ambil perhatian.
Iapun tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya berkata
kembali. "Akupun tak tahu jejaknya. hal ini menggusarkan LiatHwee-Sin-Tuo sehingga akhirnya bergebrak melawan aku,
akhirnya hanya dia seorang yang beruntung tidak terluka,
menurut kau kepandaian silatku kalau dibandingkan
dengan Tonghong Pacu, siapa yang lebih lihay?"
Tonghong Pek merasa amat risau, beberapa saat
kemudian ia baru menjawab.
"Hal ini harus dilihat dulu setelah kau bergebrak
melawan Tonghong Pacu !"
Tiba2 Si Soat Ang tertawa.
"Seandainya aku tidak sampai bergebrak melawan
dirinya menurut kau bagaimanakah sikapnya kepadaku ?"
Ucapan ini sangat mengejutkan Tonghong Pek tadi ia
bermaksud untuk ajak Si Soat Ang bekerja sama dengan
dirinya untuk sama2 menghadapi Tonghong Pacu.
Tetapi sekarang, dari ucapan gadis itu ia dapat tarik
kesimpulan bahwa Si Soat Ang bukan saja tak ada niat
memusuhi gembong iblis itu bahkan ada niat untuk bekerja
sama. Seandainya Si Soat Ang benar2 bekerja sama dengan
Tonghong Pacu, bukankah hal ini sama artinya harimau
ganas tumbuh sayap " apalagi sianak muda ini sudah


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memahami bagaimanakah tabiat serta sifat Si Soat Ang.
"Apa maksudmu ber . . berkata demikian ?" buru2
tanyanya. "Apakah kau masih belum paham " seharusnya
Tonghong Pacu bisa memahami sampai taraf manakah
kepandaian silat yang kumiliki pada saat ini, dia adalah
seorang manusia licik, setelah aku tiba diperkampungan
Jiet-Gwat Cung dan seandainya tak ia berani melawannya,
maka ini berarti ia tak punya keyakinan untuk menangkan
diriku." "Lalu apa yang hendak kau lakukan?"
"Tentu saja ia bisa menangkan diriku sebaliknya akupun belum tentu bisa menangkan dirinya, berada dalam keadaan
seperti ini menurut kau bagaimanakah sikapnya terhadap
diriku?" "Maksudmu, dia bisa undang kau untuk ikut berkomplot
?" kata Tonghong Pek sambil menarik napas panjang.
"Hmm . . ajak aku berkomplot jengek Si Soat Ang sambil mendengus dingin, kalau ia tidak diberi kedudukan yang
sesuai kepadaku, aku tidak akan sudahi urusan ini !"
"Noo . na Si . . Tonghong Pacu adalah seorang manusia
licik, sekarang ia ada maksud untuk merajai dunia
persilatan apakah kau hendak berkomplot dengan dirinya?"
Dari sepasang mata Si Soat Ang tiba2 memancar keluar
cahaya tajam, lama sekali ia awasi wajah Tonghong Pek,
kemudian sahutnya tertawa terbahak-2
"Coba lepaskan topengmu, aku ingin tahu adakah kau
yang kukenal darimu!"
"Si . . siapa?" tanya Tonghong Pek terperanjat.
"Orang itu mirip denganmu, kalau bukan suaranya yang
berbeda cukup mendengar ucapanmu tadi aku pasti akan
mengira kau adalah dirinya, tetapi . . lebih baik lepaskanlah topeng yang kau kenakan itu."
Tonghong Pek merasa jantungnya berdebar keras, ia tahu
Si Soat Ang sudah menaruh curiga kepadanya.
Berada dalam keadaan seperti ini seandainya Tonghong
Pek tak mau lepaskan topeng-nya, niscaya kecurigaan
dalam hati gadis itu akan semakin hebat, maka Tonghong
Pek segera melepaskan topengnya. ilmu silat yang di miliki
Si Soat Ang memang lihay, tetapi setelah menyaksikan
wajah Tonghong Pek yang menyeramkan tak urung ia
hembuskan napas dingin,
"Sudah cukup!" serunya.
Tonghong Pek tundukkan kepala mengenakan kembali
topengnya, Si Soat Ang baru bisa menghembuskan napas
panjang. "Bagaimana sih ibumu melahirkan dirimu" wajahmu
benar2 menyeramkan dan jarang di jumpai dikolong
langit." Tonghong Pek amat sedih, dugaannya tidak meleset
ternyata Si Soat Ang tidak kenali dirinya lagi, ia tertawa
getir. "Aku . . aku bukan dilahirkan dengan wajah demikian,
dahulu sebelum wajahku berubah jadi begini pernah ada
seorang nona yang sangat cantik selalu berada bersama aku,
ia sangat baik kepadaku tetapi sekarang . ."
"Sekarang nona cantik itu berada dimana ?" tanya Si Soat Ang, agaknya ia tertarik dengan cerita tersebut.
Suara Tonghong Pek berubah makin rendah dan makin
berat, jawabnya.
"Sekarang ia belum tahu kalau wajahku telah berubah
jadi begini. aku . . akupun tidak berani beritahukan rahasia ini kepadanya, coba kau pikir seandainya ia bertemu
dengan aku bagaimana sikapnya !"
"la pasti akan sangat terperanjat !"
"Nona Si-" kata Tonghong Pek lebih jauh, "Seandainya orang yang pernah kau kenal dahulu secara tiba-2 berubah
jadi begini, kau apakah sikapmu akan tetap mesra seperti
sedia kala ?"
"Eei . . siapa yang suruh kau ngaco belo ?" tegur Si Soat Ang dengan mata melotot.
Seandainya pada saat ini Soat Ang menjawab bahwa ia
tak akan menggubrisnya lagi atau segera akan tinggal pergi
setelah berjumpa, maka dengan menahan sedih Tonghong
Pek pasti akan berlalu dari situ.
Tetapi gadis itu tidak berkata demikian, hal ini membuat
sianak muda itu jadi bingung dan tidak mengerti apa yang
harus dilakukan.
Si Soat Ang tidak membicarakan masalah itu lagi,
terdengar ia berkata:
"Aku hendak berangkat ke perkampungan Jiet Gwat
Cung, aku lihat ilmu silatmu tidak lemah, lagi pula pernah
berdiam dalam Benteng Thian It Poo, berada sama2 diriku,
aku rasa akan mendatangkan banyak kebaikan untukmu."
Walaupun Si Soat Ang berkata demikian di luaran,
padahal dalam hati ia punya tujuan lain, ia tahu kepandaian yang dimiliki Tong-hong Pek sangat lihay, seandainya ia
berangkat ber-sama2 dirinya maka Tonghong Pacu akan
semakin tak berani pandang enteng dirinya.
Dalam hati tentu saja Tonghong Pek merasa sangat
gembira dapat ber sama-2 Si Soat Ang meskipun gadis itu
tidak kenali dirinya kembali, tetapi iapun sadar setibanya
dalam perkampungan Jiet Gwat Cung entah perubahan apa
lagi yang menimpa dirinya.
Sementara ia masih ragu-2, dengan nada gusar Si Soat
Ang telah membentak.
"Bagaimana, kau suka pergi atau tidak?"
"Nona Si, kau tidak mengerti, aku sangat rela ikuti
dirimu mengunjungi perkampungan Jiet Gwat Cung, tetapi
. . aku dengan pihak perkampungan Jiet Gwat Cung pernah
mengikat permusuhan, setahun berselang aku pernah
selamatkan Si Thay sianseng dihadapan Tong hong Pacu,
aku rasa gembong iblis itu pasti amat mendendam diriku."
"Oouw . . . kiranya pernah terjadi peristiwa seperti ini!"
seru Si Soat Ang dengan hati tertarik, "Coba ceritakanlah kisah itu kepada ku mulai dan permulaan hingga akhir!"
Si Soat Ang segera duduk kembali dalam gardu diikuti
Tonghong Pek, gadis itu sama sekali tidak menggubris
terhadap para jago yang dirobohkan olehnya, dengan
semua perhatian ia dengarkan kisah yang diceritakan si
anak muda itu sejak Tonghong Pacu kawinkan putranya
dan mengambil kesempatan memancing kehadiran orangorang Bu-lim. Lalu secara bagaimana Si Thay sianseng jadi menderita
akibat sikap putrinya, lalu bagaimana ia selamatkan tokoh
sakti itu dan terjadi kekacauan dalam dunia persilatan . . .
tentu saja ia bercerita akan apa yang diketahuinya belaka.
Si Soat Ang jadi kegirangan setengah mati, serunya
kemudian. "Aaa . . . kiranya selama setahun telah terjadi banyak peristiwa, sungguh menyenangkan, sungguh menarik hati."
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya.
"Kau tak usah takut, mari kita berangkat keperkampungan Jiet Gwat Cung ber-sama2 aku tanggung
Tonghong Pacu tidak akan berani mengganggu dirimu !".
Dasarnya Tonghong Pek memang merasa berat untuk
berpisah dari sisi Si Soat Ang, dengan cepat ia mengangguk.
"Baik, kalau begitu . . . mari kita segera-berangkat ".
Si Soat Ang bangun berdiri. badan enjot meluncur keluar
dari gardu dan teriaknya:
"Ayoh kita berangkat !"
Ia meluncur ke sisi beberapa ekor kuda yang terlambat di
sisi gardu. Kuda2 itu adalah milik para jago yang tertotok jalan
darahnya, dimana telapaknya membabat laksana sebilah
kampak tali les yang terikat diatas dahan pohon telah
terbabat putus.
Ia menyambar dua ekor kuda dan lemparkan salah satu
diantaranya kearah Tonghong Pek yang telah menyusul
datang, kemudian mengeprak kuda dan meneruskan
perjalanan ke depan.
Demikianlah mereka berdua melakukan perjalanan cepat
sepanjang siang malam, ketika sore hari kedua telah tiba,
dari tempat kejauhan mereka telah dapat melihat batu
peringatan yang tinggi besar itu.
Tiba2 Si Soat Ang menahan tali lesnya dan menengok
kearah batu peringatan tersebut kemudian dengan nada
menjengek serunya:
"Boe-Tek-Bengcu " Hmm . . Hmm . . betul2 gagah sekali
pamornya . ."
"Dibawah empat buah tulisan itu masih ada serentetan
tulisan kecil" Tonghong Pek menambahkan, "la larang orang yang lewati jalan ini dengan menunggang kuda
bahkan harus lewat pinggir jalan."
"Hmm ! mari kita larikan kuda terus ke depan, sengaja
kita jangan turun dari kuda dan bikin onar ditempat ini"
Sehabis berkata ia ayun cambuk dan larikan kudanya
kembali ke depan disusul Tonghong Pek dari belakang.
Dalam sekejap mata mereka sudah berada beberapa
tombak jauhnya, tiba2 dari kedua belah sisi gardu meluncur
keluar beberapa sosok bayangan manusia disusul bentakan
nyaring berkumandang membelah angkasa.
Bukan berhenti Si Soat Ang malah larikan kudanya
semakin cepat, Tonghong Pek sendiri memang tidak
mengharapkan gadis itu bekerja sama dengan Tonghong
Pacu maka iapun ada niat untuk bikin onar sehebat-nya,
agar gembong iblis itu membenci Si Soat Ang, dengan
demikian iapun bisa bekerja sama dengan dara itu untuk
memusuhi si Bengcu tanpa tandingan ini.
Karena punya pikiran demikian, maka seperti halnya
dengan Si Soat Ang, bukan berhenti malahan menerjang
kedalam makin kencang.
Ditengah bentakan-2 keras yang menggema dari balik
gardu, seketika terdengar seseorang berteriak nyaring
kemudian meluncur ketengah udara.
Sebilah golok yang besar dan memancarkan cahaya
tajam langsung dibabat keatas batok kepala Si Soat Ang.
Ilmu silat yang dimiliki orang itu tidak lemah, badannya
berhasil mencapai ketinggian tujuh depa, dari sana
goloknya langsung kebawah dengan dahsyatnya.
Si Soat Ang naik pitam, ia merasa gusar karena tanpa
mengucapkan sepatah katapun orang itu melancarkan
serangan yang mematikan kearahnya.
Pada detik yang terakhir tiba2 Si Soat Ang enjot
badannya meninggalkan pelana dan melayang ke-tengah
udara. "Braass. . .!" Sedetik kemudian golok yang dibabat kebawah oleh orang itu dengan dahsyatnya telah
menembusi batok kepala kuda tunggangan tadi sehingga
tinggal gagangnya, darah segar muncrat bagaikan sumber
mata air menodai seluruh wajah orang itu.
Si Soat Ang mendengus dingin, badannya yang sedang
melayang ditengah udara segera melayang turun, kaki
kanannya menginjak di atas kepala orang itu keras2.
Merasakan bagaikan ditindihi dengan baja sebanyak
ribuan kati, orang itu berteriak keras, goloknya segera
dicabut keluar dari kepala kuda, putar badan dan disapu
keatas dimana kepalanya gadis itu berada.
Perubahan jurus ini dilancarkan sangat indah sekali,
seumpama Si Soat Ang tidak meninggalkan tempat itu,
niscaya kakinya akan terbabat oleh serangan tersebut.
Tetapi Si Soat Ang sudah menduga sampai kesana, ujung
bajunya segera dikebas kebawah menghantam pergelangan
orang itu. Urat nadinya jadi kaku, lima jarinya lantas terasa ngilu
dan tidak ampun lagi goloknya segera terlepas dan tangan.
Saat itulah Si Soat Ang kebaikan ujung bajunya, golok
tadi mencelat dan tahu2 sudah berada dalam genggamannya. Ia lantas membentak nyaring.
"Tanpa sebab tanpa berbicara kau telah membunuh kuda
tungganganku. Hmm ! agak nya kau sudah bersiap sedia
untuk korbankan jiwa sebagai pengganti kuda itu ! ! !"
Setelah kehilangan golok, orang ini ayun telapaknya
melancarkan tujuh delapan buah serangan, dimana angin
pukulan melanda datang memaksa Si Soat Ang terjerumus
dalam keadaan berbahaya.
Gadis itu segera enjotkan badan melayang ke tengah
udara. Merasa kepalanya jadi ringan, orang itu kegirangan,
tetapi sebelum ia sempat melakukan sesuatu Si Soat Ang
yang berada ditengah udara telah ayun goloknya membabat
batok kepala orang itu.
Merasa datangnya desiran tajam, orang itu sadar
keadaan tidak menguntungkan, buru-2 ia coba berkelit
namun terlambat.
"Braass . . . !" golok itu sudah menembusi batok
kepalanya hingga tinggal gagangnya yang ada didepan,
darah segar segera mengucur keluar memenuhi lantai,
terutama dari mulutnya, darah menyembur keluar sangat
deras, ia tidak langsung mati, setelah lari maju sejauh tujuh delapan langkah akhirnya sepasang tangan orang tadi
mencengkeram batang pohon keras-2, dan binasalah
seketika itu juga.
Suasana jadi gempar, semua orang berdiri dengan hati
kebat-kebit setelah menyaksikan keadaan itu.
Jangan dikata para jago dari perkampungan Jiet Gwat
Cung, sekalipun Tonghong Pek pun merasa jantungnya
berdebar keras.
Hanya Si Soat Ang seorang yang tetap tenang, ia merasa
sangat bangga karena dalam segebrakan ia berhasil
membunuh seorang jago lihay.
Sambil tertawa terbahak2 segera jengeknya. "Kalian
semua adalah anggota perkampungan Jiet Gwat Cung" apa
yang kalian nantikan lagi disini" ayoh cepat kabarkan
kepada Beng cu kalian, suruh ia kirim tandu untuk sambut
kedatanganku!"
Seandainya peristiwa ini terjadi ditempat lain, maka
tidaklah aneh, tetapi keonaran ini muncul didepan
perkampungan Jiet Gwat Cung yang ditakuti orang Bu-lim,
hal ini membuat semua orang jadi tertegun dan tidak habis


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengerti apa yang harus dilakukan.
"Hey, kenapa kalian tidak enyah dari sini?" bentak Si Soat Ang dengan nada gusar setelah dilihatnya orang2 itu
tetap tak berkutik dari tempat semula.
Sambil berteriak, badannya segera menggulung kedepan,
Plaak! Plaak! Tahu2 ada empat orang sudah ditampar olehnya.
Meskipun hanya ditampar namun akibatnya luar biasa,
keempat orang itu sama2 mundur kebelakang dengan
sempoyongan, bahkan diantaranya ada tiga orang telah
roboh terjengkang diatas tanah.
Sisanya setelah menyaksikan kejadian ini sama2 menjerit
dan melarikan diri kearah perkampungan Jiet Gwat Cung,
tiga orang yang menggeletak diatas tanahpun buru2
merangkak bangun ikut melarikan diri.
Hal ini makin menggembirakan Si Soat Ang, ia tertawa
ter bahak2 kemudian sambil berpaling ujarnya.
"Bagaimana menurut pendapatmu " ayoh cepat turun
dari kuda akan kita robohkan batu peringatan ini. Hmm !
Bu Tek Bengcu macam apa, kita hancurkan dulu ! .
Tonghong Pek merasa sangat kegirangan, dengan
dirobohkannya batu peringatan itu berarti akan menambah
dendam dalam hati Tong hong Pacu, mereka berdua tentu
akan berdiri saling bermusuhan bagai air bertemu api.
Dengan cepat si anak muda itu meloncat turun dari atas
kuda, kemudian ber-sama-2 Si Soat -Ang mendekati batu
peringatan itu. tenaga lwekang yang mereka miliki sangat
lihay, tetapi walaupun mereka sudah kerahkan segenap
tenaganya, batu peringatan itu belum berhasil juga
dirobohkan. Pada saat itulah dari perkampungan Jit-Gwat Cung
berkumandang datang suara derap kuda yang amat ramai,
kurang lebih ada tiga puluh ekor kuda berlarian menuju ke
tempat kejadian.
"Ayoh cepatan sedikit" ujar Si Soat Ang. "sebelum mereka tiba disini kita harus robohkan dahulu batu
peringatan itu kalau sampai mereka telah tiba disini dan
kita harus menghadapi mereka maka tak ada kesempatan
lagi bagi kita untuk turun tangan."
"Baik mari kita sama-sama kerahkan seluruh tenaga !"
Dalam sekejap mata kedua orang itu telah kerahkan
segenap tenaganya sehingga dari badan mereka menggema
suara gemerutukan yang nyaring.
Dalam pada itu, tiga puluh ekor kuda tersebut semakin
dekat, kuda yang berada dipaling depan sudah berada lima
enam tombak dari batu peringatan itu, terdengar orang yang
ada diatas kuda membentak keras.
"Tonghong Tongcu tiba !"
Si Soat Ang berdua tidak menggubris, mereka sama2
membentak keras, sepasang telapak kerahkan tenaga
berbareng, batu peringatan yang tertanam sedalam dua tiga
depa dalam tanah itu tiba2 roboh dengan timbulkan suara
amat keras. Setelah berhasil merobohkan batu tadi, mereka berdua
sama-meloncat keatas batu peringatan itu dan berdiri disana sambil bertolak pinggang.
Sementara itu ke tiga puluh ekor kuda tadi laksana
hembusan angin puyuh telah bergerak makin mendekat.
Menyaksikan batu peringatan itu roboh, air muka
mereka kelihatan terperanjat, namun mereka tidak gugup,
setibanya disitu mereka derdiri saling ber-hadap2-an.
"Tonghong Tongcu tiba !" teriak mereka.
Ditengah teriakan keras dua ekor kuda jempolan
bergerak mendekat.
Si Soat Ang mendengus dingin, jengeknya:
"Hm ! hebat juga keadaan mereka . ."
Tenaga dalamnya telah sempurna, ucapan ini dapat
dikirim sampai ketempat kejauhan, Tong hong Loei serta Si
Chen yang masih berada puluhan tombak diri tempat
itupun bisa menangkap dengan jelas sekali.
Tonghong Loei jadi orang sangat ber-hati2 ketika
mendengar suara itu sangat dikenal, ia segera tarik tali les kudanya Si Chen pun segera ikut berhenti.
Ketika menyaksikan batu peringatan itu sudah roboh,
dengan hati terkejut bercampur gusar Tonghong Loei segera
membentak. "Siapa ?"
"Loei Sam apa gunanya kau jual lagak bau dihadapanku
" apa kau sudah lupa tempo kau digotong masuk ke dalam
benteng Thian It Pou macam sesosok mayat ?"
Tonghong Loei tertegun. "Loei Sam" dua patah kata ini sudah setahun lebih tak pernah disebut orang, ia segera
kenali gadis itu sebagai Si Soat Ang sedang siorang laki
yang ada disisinya adalah simanusia aneh itu.
Diam2 Tonghong Loei keheranan, ia masih ingat ilmu
silat yang dimiliki Si Soat Ang setahun berselang sangat
biasa, darimana ilmu silatnya tiba2 bisa peroleh kemajuan
pesat" Otaknya dengan cepat berputar, ia turun dari kudanya
memberi tanda kepada Si Chen agar tetap menanti di sana
dan lambat2 maju kedepan.
"Aku kira siapa, kiranya nona Si telah datang!" sapanya dengan penuh senyuman, "Aku merasa berbangga hati."
"Sudahlah, tak perlu ulapkan kata2 menarik hati, setahun berselang aku telah kalian usir dan sekarang aku balik
kembali, kebanggaan apa yang kalian dapatkan" Hmm,
lebih kau tak usah pura2 lagi."
"Haa . . haa bagaimana menurut adat kita harus berkata demikian sekalipun kenyataan tidak, nona Si, apa maksud
datang kemari ?"
"Aku datang hanya dikarenakan dua persoalan pertama
ingin menyaksikan Boe Tek kalian. sampai dimana sih
kehebatannya sehingga dikatakan tanpa tandingan."
Tonghong Loei tarik napas, ia tertawa.
"Tentang soal ini gampang sekali, Bengcu sedang berada didalam perkampungan, seumpama nona Si hendak tantang
Bengcu kami untuk berduel urusan ini bisa kami atur
dengan gampang, aku percaya Bengcu pasti tidak akan
menampik . . ."
Berbicara sampai disini ia tertawa kering, lantas
tanyanya lebih jauh.
"Entah macam apakah persoalan kedua yang nona Si
maksud?" "Ooouw . . . persoalanku yang kedua, aku hendak
mencari kabar tentang seseorang."
Ucapan ini seketika mendebarkan hati Tong hong Pek
yang berdiri disisinya, sedangkan Tonghong Loei segera
mengerutkan alisnya, ke dua orang itu sama2 tahu bahwa
orang yang dicari bukan lain adalah Tonghong Pek.
Terdengar Si Soat Ang tertawa kering kemudian ujarnya
kembali. "Aku rasa kau tentu tahu bukan, orang yang hendak
kucari bukan lain adalah toako mu Tonghong Pek."
"Aaah . . .sayang seribu kali sayang, toakoku ini sudah berlalu tanpa pamit sejak setahun berselang, hingga kini aku belum pernah berjumpa lagi dengan dirinya, tetapi aku rasa
ia segera akan datang ke perkampungan Jiet Gwat Cung
setelah mengetahui bahwa nona Si telah berkunjung
kemari." "Ia tak berada dalam perkampungan Jiet Gwat-Cung ?"
tanya Si Soat Ang rada sangsi.
"Tentu saja tak ada, sekalipun nona Si mengobrak abrik seluruh perkampungan Jiet-Gwat Cung pun tidak akan
temukan jejaknya"
Dalam pada itu terdengar suara derap kaki kuda
berkumandang datang, kembali muncul delapan orang
ditempat itu dengan menunggang kuda hitam mereka
memakai baju berwarna hitam semua, meskipun wajahnya
berbeda namun sepasang mata mereka memancarkan sinar
tajam, keningnya menonjol tinggi sekilas pandang siapapun
akan tahu bahwa mereka adalah jago2 berkepandaian
tinggi. Disamping itu kedelapan orang itupun punya gerak gerik
yang aneh, mereka bukan lain adalah jago2 dari kalangan
sesat yang biasa disebut orang sebagai Boe-tek-Pat-Mo atau
delapan iblis tanpa tandingan.
Setelah ke delapan orang itu tiba, nyali Tong hong Loei
semakin besar, sambil menuding orang2 itu serunya.
"Nona Si, ke delapan orang itu disebut Boe-Tek-Pat-Mo
Delapan iblis tanpa tandingan, dahulu pernahkah nona
kenal dengan mereka ?"
Satu demi satu diawasinya orang2 itu, namun dengan
cepat Si Soat Ang mendengus dingin.
"Tidak kenal!" jawabnya ketus.
Tonghong Loei putar badan, kepala kedelapan orang itu
serunya: "Nona ini adalah Si Soat Ang yang berasal dari benteng Thian It Poo, ia gulingkan batu peringatan hendak cari
satroni dengan Bengcu haa . . ha . .!"
Semula ia bicara serius, kemudian diakhiri dengan gelak
tertawa jelas ia sedang mentertawakan Si Soat Ang yang
tahu diri disamping memberi bisikan kepada delapan orang
itu agar turun tangan.
Dari kedelapan iblis tadi, segera muncul seseorang
berseru lengking:
"Sungguh menggelikan! ternyata dikolong langit ada juga bocah perempuan tak tahu diri."
Si Soat Ang gusar, ia tahu ke delapan orang itu jago kelas
satu dalam perkampungan Jiet Gwat Cung, kalau ia tidak
tunjukan kelihaian nya dihadapan orang2 itu, mungkin
akan sulit baginya untuk paksa Tonghong Pacu unjukan
diri. Maka ia segera tertawa dan mengejek.
"Benar ternyata dikolong langit terdapat juga manusia
yang tak tahu diri, berani benar bicara tidak karuan didepan mataku !"
Ejekan itu menggusarkan orang itu, ia berteriak keras
lalu meloncat ketengah udara dari atas punggung kuda itu,
berada ditengah udara ia berjumpalitan tiga kali kemudian
melayang turun keatas permukaan dengan suatu gerakan
yang sangat aneh.
Setibanya diatas tanah ia langsung menuding Si Soat
Ang sambil berseru.
"Mari . . mari , . eiii bocah cilik kalau kau ingin bertemu dengan Bengcu kami hadapilah dahulu diriku !"
Si Soat Ang tertawa dingin, ia meloncat turun dari atas
batu peringatan itu seraya menegur.
"Siapa namamu ?"
"Aku she Hu bernama Hun selamanya tinggal diselat
Ginjal kerbau para2 kuda diatas gunung Wu-san !"
Jawaban ini diucapkan dengan suara tinggi melengking
sehingga membuat siapapun yang mendengar merasa
badannya jadi tidak enak.
Si Soat Ang diam2 merasa terperanjat ketika ucapan itu
berkumandang, ia merasa kepalanya jadi pening tujuh
keliling, perut kontan terasa jadi muak.
Gadis itu segera sadar bahwa keadaan tidak menguntungkan, orang ini pasti berasal dari aliran sesat,
dari jeritan tadi telah menggunakan ilmu pembetot sukma
yang luar biasa.
Hmm- Si Soat Ang tarik napas panjang, menenangkan
hatinya kemudian tertawa dingin.
"Oooh . . kiranya siluman iblis macam inilah dirimu,
ilmu hitammu hanya bisa menakut-2i orang lain jangan
harap bisa bikin pecah nyaliku !"
Hu Hun tertegun, ia tidak sangka ilmu hitamnya tidak
manjur sebaliknya pihak lawan malah bisa bicara sesumbar
kembali ia jerit melengking.
"Baik kalau begitu lihatlah seranganku ini!"
Ucapan ini telah disertai tenaga dalam sebesar tujuh
delapan bagian sekalipun tujuan nya adalah Si Soat Ang
tetapi para jago lain nyapun ikut merasakan hatinya tidak
enak, seakan2 terdapat dua batang jarum yang menusuk
telinganya. Kali ini Si Soat Ang sudah bikin persiapan, ia sama
sekali tidak merasakan sesuatu, sebaliknya malah balik
membentak. "Eeeei . . . kalau mau turun tangan ayolah turun tangan, buat apa sih teriak2 tak berguna".
Bentakan ini menggetarkan tubuh Hu Hun badannya
segera merendah, jari tangannya langsung mencengkeram
dada Si Soat Ang, bersamaan itu pula diiringi jeritan
lengking yang memekikan telinga.
Si Soat Ang tertawa dingin, ia tetap berdiri tak berkutik
ditempat semula dibiarkannya serangan itu mengenai
pergelangannya.
Hu Hun jadi kegirangan ia mengira serangannya telah
berhasil mengenai sasarannya, siapa sangka pada saat itulah ia merasa pergelangannya jadi kencang dan tahu2 kelima
jari Si Soat Ang telah mencengkeram tangannya erat2.
Hu Hun kaget, buru-2 ia tarik tangannya kembali, tetapi
gadis she-Si itu tak mau lepas tangan, dengan cepat
telapaknya membalik ke luar, hawa murni disalurkan keluar
. . . Kraak! tulang pergelangan orang she Hu itu sudah
tergentak patah jadi dua bagian.
Hu Hun menjerit ngeri, keringat dingin sebesar kacang
kedelai mengucur keluar dengan derasnya, ia merasa
kesakitan yang luar biasa.
Si Soat Ang tertawa dingin, jengeknya:
"Eeeei . . . cuma sakit sedikit saja kenapa sih ber-teriak2
dan berkaok2 macam babi mau disembelih " percayakah
kau asal kukerahkan sedikit tenaga lagi, niscaya seluruh
tulang lenganmu akan tertarik patah ?"
Pada saat ini, meskipun Hu Hun kesakitan sehingga
hampir saja jatuh tidak sadarkan diri, tetapi bagaimanapun
juga dia adalah seorang jago berkepandaian lihay, apa yang
diucapkan gadis itu dapat didengar dengan jelas, lagi pula ia tahu pihak lawan bukan cuma gertak sambal belaka.
Maka dari itu mendengar ancaman tadi, sukmanya
terasa melayang, buru2 ia tutup mulut coba menahan sakit.
"Nona . . . harap . . . harap suka lepas tangan." serunya dengan suara gemetar.
Si Soat Ang mendengus dingin.
"Apakah kau termasuk salah satu diantara delapan iblis tanpa tandingan . . . " jengeknya.
Jilid 19 Halaman 65 s/d 72 hilang
-ooodwooo- Jilid 20 SI SOAT ANG kelihatan semakin gagah sekali,
meskipun ia kehilangan lengan bajunya namun

Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemenangan yang berhasil didapat cemerlang sekali.
"Siapa lagi yang ingin pamerkan ilmu silat tanpa
tandingannya dihadapanku?" kembali ia menjengek.
Mula-2 Hu Hun kemudian disusul Cioe Yu Jien, dua
orang jago sakti itu sama2 menderita kalah dengan
mengenaskan, sekalipun sinar mata Tonghong Loei lebih
tajampun ke enam orang lainnya tak seorangpun yang
berani buka suara.
Si Soat Ang segera tertawa terbahak2.
"Tonghong Tongcu, kan jangan perintah orang lain
melulu bagaimana dengan kau sendiri?"
Merah padam selembar wajah Tonghong Loei kalau ia
tidak melayani tantangan tersebut maka pamornya dalam
dunia persilatan tentu akan hancur berantakan, sekalipun
masih ada ayahnya sebagai tulang punggung.
Diam2 sianak muda itu merasa kaget bercampur gusar
tiba2 ia tarik napas panjang, kemudian dengan wajah penuh
senyuman ujarnya.
"Baik, aku segera datang. Nona Si! setahun tidak
berjumpa tak nyana ilmu silatmu telah peroleh kemajuan
yang begini pesat, harap kau suka memberi keringanan
padaku!" "Kau tak usah tegang dan kuatir sekarang kau berada
didepan perkampungan Jiet Gwat Cung, sekalipun
menderita luka yang lebih parahpun masih bisa merawat
lukamu dirumah sendiri, kau tak usah menunggu orang lain
menggotong dirimu macam sesosok mayat lagi"
Selangkah demi selangkah Tonghong Loei berjalan maju
kedepan senyuman bibirnya ketika berada enam tujuh depa
dan hadapan gadis itu ia baru berhenti,
"Kiranya nona masih selalu teringat akan peristiwa
diluar perbatasan . . " katanya sambil tertawa." Aku rasa nona pun tentu masih menyesalkan tiga kali usaha baik kita
selalu digagalkan orang lain?"
Orang-lain tentu tidak akan paham akan kata2 tersebut,
tetapi Si Soat Ang pribadi mengetahuinya dengan jelas.
Bukan gadis itu saja, Tonghong Pek yang berada
disisinyapun mengetahui pula maksud ucapan tersebut,
sebab ketika Si Soat Ang hendak diperkosa Tonghong Loei,
dialah yang telah menolong gadis itu lolos dari noda.
Sebagai seorang gadis. Si Soat Ang jadi diam seribu
bahasa meskipun hatinya amat gusar setiap kali teringat
akan peristiwa itu.
Terdengar Tonghong Loei berkata kembali
"Nona Si kau tentu rindu padaku bukan" maka sengaja
datang ke perkampungan Jiet Gwat Cung untuk mencari
aku, benar bukan" kita berdua bisa saja teruskan jodoh kita yang dahulu, dengan demikian nonapun tak usah selalu
merasa kecewa akan peristiwa yang lampau"
Makin lama Si Soat Ang semakin gusar ia membentak
keras, pergelangannya berputar dan tahu2 sudah melancarkan sebuah serangan kedepan.
Tonghong Loei bukan manusia bodoh, tentu saja ia
sadar bahwa pihak lawan segera akan dibikin gusar dan
melancarkan serangan kepadanya selesai mendengar
ucapan itu maka ia sudah bikin persiapan.
Baru saja Si Soat Ang menggerakkan badannya, ia sudah
putar badan nyelonong kesebelah kiri gadis itu, gerakan
tubuhnya sangat cepat.
Si anak muda itu cepat, Si Soat Ang lebih cepat iapun
ikut berputar seraya melancarkan serangan kearah depan,
angin pukulan men-deru2 bagaikan gulungan ombak
ditengah samudra, menekan tubuhnya berat2.
Diam2 Tonghong Loei merasa terperanjat ia baru sadar
bahwa kepandaian gadis itu telah mencapai puncaknya.
Buru2 ia mengepos napas dan meloncat ke tengah udara.
Si Soat Ang tersenyum, ia geli melihat gerakan sianak
muda itu berada didaratpun belum tentu bisa terima
serangannya apalagi separuh badan berada ditengah udara "
Tetapi pada saat itulah tiba2 ia jumpai dari tangan
Tonghong Loei tiba2 menyambar datang serentetan cahaya
ke-perakaan. "Nona Si. cepat menyingkir ke samping !" jerit Tonghong Pek memberi peringatan.
Kiranya Tonghong Loei telah menyebarkan jaring emas
milik ibunya Kiem Lan hoa, sebagai seseorang yang pernah
menyaksikan sendiri keampuhan jaring tersebut, sekilas
pandang Tonghong Pek segera kenali kembali maka ia
lantas berteriak beri peringatan.
Si Soat Ang sendiri walaupun tidak tahu benda apakah
itu tetapi menyaksikan cahaya ke-perak2an itu segera
menyebar dan mengurung tubuhnya ia merasa terperanjat,
sadarlah gadis ini bahwa cahaya tersebut berasal dari sejenis senjata yang luar biasa.
Dengan cepat badannya menutul permukaan tanah dan
menyingkir kesamping dengan gerakan secepat kilat.
Sedetik kemudian jaring tadi dengan dahsyatnya
mengurung kearah bawah dan mengenai sasaran kosong.
Tonghong Loei terperanjat, buru2 pergelangannya
menggetar menyentak kembali jaring emasnya.
Waktu itulah, Si Soat Ang menyusup kebelakang
punggungnya. Merasakan datangnya segulung angin tajam mengancam
di punggungnya, Tonghong Loei terperanjat, dalam
keadaan gugup jaringnya segera dijaring keatas kepalanya.
Serentetan cahaya ke-perak2an meluncur melewati
kepala Tonghong Loei menyambar ke belakang dimana Si
Soat Ang berdiri tetapi suatu kejadian diluar dugaan
kembali berlangsung pada detik terakhir tiba2 gadis itu
meloncat mundur kebelakang.
Dengan demikian jaring tadi bukannya mengurung
tubuh lawan sebaliknya malah mengurung seluruh
badannya dengan kencang.
Hal ini membuat Si Soat Ang yang menyaksikan jadi
tertawa geli sampai terbahak2.
"Tonghong Tongcu jurus ini mungkin dinamakan
menyebar jaring mengurung sendiri, bukan begitu ?"
jengeknya. Tonghong Loei amat rikuh, wajahnya merah jengah
semakin diejek ia berusaha meronta semakin keras, siapa
sangka makin bergerak jaring itu mengurung makin
kencang dan gelak tertawa Si Soat Ang pun semakin keras.
Berada dalam keadaan seperti ini Tonghong Loei merasa
gusar bercampur benci, tanpa memperdulikan jaring
tersebut masih mengurung kepalanya, ia putar badan dan
melarikan diri.
Si Chen tertegun menyaksikan keadaan suaminya, ia
berseru menyapa namun tak digubris terpaksa iapun ikut
kaburkan kudanya menyusul sianak muda itu.
Delapan iblis tanpa tandinganpun tidak berani lebih lama
lagi disana, semua jago sama2 putar kuda dan melarikan
diri ter-birit2 kearah perkampungan Jiet-Gwat-Cung.
Menyaksikan peristiwa itu Si Soat Ang tidak mengejar
lebih jauh ia tertawa terbahak2 dengan riangnya.
"Mari kita kejar mereka biar ketakutan dan ter-kencing2
!" ajaknya.
Tonghong Pek sendiripun kegirangan setengah mati, ia
mengangguk. "Nona Si tak nyana ilmu silatmu sedemikian lihay
hingga berhasil mencapai pada puncaknya kau tahu jaring
tersebut adalah milik istri kedua dari Tonghong Pacu,
kauwcu dari perkumpulan Thian-li Kauw di wilayah
Biauw, Kiem Lan Hoi adanya, bahkan Tonghong Pacu
sendiripun sulit loloskan diri dari jaring itu tak nyana kau berhasil menghancurkannya."
Si Soat Ang tertawa ia naik keatas punggung kuda lalu
melirik sekejap kearah Tonghong Pek, ujarnya.
"Tidak sedikit persoalan dunia persilatan yang berhasil kau ketahui, sungguh hebat !"
Tonghong Pek membungkam, ia cuma bisa menghela
napas panjang. Kembali gadis itu menatap sianak muda she Tonghong
tajam2, tiba2 ujarnya kembali.
"Kau . . kau . . bagaimanapun juga aku merasa pernah
berjumpa dengan dirimu bukankah begitu ?"
"Kita . . kita sih pernah bertemu satu dua kali" jawab Tonghong Pek dengan hati terperanjat. "Tetapi nona Si
tentu tidak akan teringat akan diriku kembali."
"Ooouw . . begitu !" gadis inipun tidak bertanya lebih jauh.
Beberapa saat kemudian Tonghong Pek merasa hatinya
jauh lebih tenang, ia balik bertanya.
"Nona Si, kau . . mengapa kau bisa merasa kenal dengan diriku ?"
"Aku merasa agaknya kau mengetahui se-gala2nya
tentang diriku baik kejadian tempo dulu maupun sekarang,
kau se-olah2 sudah sangat kenal dengan diriku !"
Tonghong Pek terperanjat, ia tidak berani banyak bicara
lagi takut rahasianya semakin terbongkar.
Demikian kedua ekor kuda itu segera dilari kan secepat
kilat kearah depan dalam sekejap mata sudah tiba didepan
perkampungan Jiet Gwat Cung, pada saat itulah dari balik
perkampungan berkumandang suara genta yang di pukul
bertalu2, suaranya keras sangat memekikkan telinga.
Bersamaan dengan bergetarnya suara genta tersebut,
pintu tengah terbuka lebar dan dari balik perkampungan
pun muncul rombongan manusia.
Mereka semua menunggang kuda, setelah tiba diluar
pintu rombongan tadi memecah diri jadi dua bagian dan
masing2 berdiri disamping, dua orang yang berada dipaling
depan mencekal sebuah panji besar yang bertulisan kata2.
"Boe Tek Bengcu!"
Si Soat Ang segera tarik tali les kudanya, ia berkata.
"Mari kita lihat, permainan apakah yang hendak mereka
tunjukkan!"
"Agaknya Tonghong Pacu telah munculkan diri."
"Ia sambut sendiri kedatangan kita?"
"Nona Si" ujar Tonghong Pek sambil larikan kudanya ke samping gadis itu.
"Walaupun ilmu silatmu sangat lihay, tetapi Tonghong
Pacu adalah seorang manusia yang banyak akal dan licik
lagipula jumlah mereka sangat banyak, lebih baik kau
bertindak hati2."
"Apa gunanya orang berjumlah banyak" asal ada jago
yang lihay urusan akan lain, kita berdua boleh saja bekerja sama, aku rasa Tonghong Pacu tidak akan berani pandang
enteng diri kita."
Dalam pada itu setelah suara genta berlalu kini disusul
munculnya bocah perempuan dengan memakai baju warnawarni, mereka terdiri dari dua orang rombongan yang
berjalan dengan rapi, ditangan mereka membawa pelbagai
jenis alat musik dan mengalunkan irama lagu yang indah
menawan. . . Kemudian dibelakang rombongan itu mengikuti dua
ekor kuda, diatas kuda duduklah seorang lelaki dan seorang
wanita, mereka bukan lain adalah Tonghong Pacu dan
Kiem Lan Hoa. "Nona Si, sudah lama kita tidak berjumpa!" terdengar Tonghong Pacu menyapa dengan penuh senyuman.
"Benar, sudah lama kita tak berjumpa "
Kalaupun selisih jarak mereka berdua masih ada
beberapa tombak, namun sepasang
matanya yang memancarkan sinar tajam bagaikan dua bilah pisau tajam
menusuk seluruh tubuhnya.
Diam2 Si Soat Ang bergidik, namun dengan cepat ia
menghibur diri, pikirnya.
"la tidak berani bergebrak melawan aku, buat apa aku
harus jeri kepadanya."
Dalam pada itu sembari memperhatikan diri Si Soat
Ang, Tonghong Pacu berkata kembali.
"Banyak tahun kita tak berjumpa, aku dengar ilmu silat dari nona Si telah memperoleh kemajuan pesat?"
"Kurang ajar. . . tua bangka ini." pikir Si Soat Ang, "ia bukannya mengatakan ilmu silatku maju pesat, sebaliknya
masih ditambahi pula dengan kata aku dengar! Hmm! jelas
ia masih pandang enteng diriku . . ."
Mendongkol juga gadis ini, seraya sahutnya.
"Aaah tidak terhitung seberapa, aku cuma melatih isi
kitab dari Sam Poo Cin Keng secara kesasar selama setahun
!" Mula2 ketika Tonghong Pacu mendapat laporan yang
mengatakan Si Soat Ang lihay bahkan merobohkan pula
batu peringatan yang besar dan berat ditambah pula ia
berada ber sama2 simanusia aneh. Tonghong Pacu mengira
kesemuanya ini atas jasa dari simanusia aneh. Sebab ia tahu kepandaian silat dari Si Soat Ang tak seberapa lihay.
Tetapi sekarang setelah berjumpa sendiri dengan gadis
itu ia baru sadar bahwa tenaga lweekangnya amat
sempurna, semakin terperanjat lagi setelah mengetahui
bahwa kemajuan ini berkat berlatih dengan petunjuk kitab
Sam Poo-Cin Keng.
Dasarnya Tonghong Pacu memang licik dan banyak
akal, dengan cepat ia merubah rencana semula, ujarnya.
"Waah . . kalau begitu bagus sekali, nona Si mengapa
tidak masuk kedalam perkampungan dan bicara dulu ?"
"Tentu saja bagus sekali" sahut Si Soat Ang kegirangan,
"Hanya saja aku takut anak buahmu masih menaruh rasa
permusuhan dengan diriku !"
"Asal aku tidak menaruh rasa permusuhan dengan
dirimu, inilah yang penting !"
Tiba2 Kiem Lan Hoa yang berdiri disisinya membentak
keras. "Tunggu sebentar!"
Air muka Tonghong Pacu berubah hebat, ia ingin
mengumbar hawa amarahnya tetapi segera dibatalkan
niatnya itu. "ilmu silatmu sudah mencapai pada puncaknya?"
terdengar Kiem Lan Hoa menjengek. "Benarkah begitu"
tetapi sebelum kau masuki perkampungan Jiet Gwat Cung
ini, terimalah dahulu tiga buah serangan."
Si Soat Ang tertegun, namun dengan cepat sudah tertawa
kembali. "Siapa kau?" ia bertanya. "Bukankah Boe Tek Bengcu sudah ijinkan aku masuk kedalam perkampungan apa
hakmu untuk keputusan-nya?"
Dasarnya air muka Tonghong Pacu sudah berubah hebat
mendengar ucapan ini ia semakin marah, dengan perasaan
tidak puas ia mendengus berat. Agaknya Tonghong Pacu
merasa tidak senang hati karena maksudnya dihalangi oleh


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiem Lan Hoa. OOodwOO BAB 21 TAMPAK Kiem Lin Hoa dengan mata melotot
berteriak. "Apa gunanya kau bicara tak berguna, terima dulu tiga
seranganku ini !"
Disamping pusatkan perhatiannya untuk menghadapi
lawan, Si Soat Ang pun tak mau hilangkan kesempatan baik
ini untuk mengejek dan menggusarkan Tonghong Pacu,
sebagai seorang gadis cerdik setelah meninjau situasi pada
saat ini, ia sadar sekalipun perkataan macam apapun yang
diutarakan Tonghong Pacu tidak akan menyalahkan dia,
sebaiknya akan gusar terhadap diri Kiem Lan Hoa.
Maka dari itu segera ujarnya kembali:
"Ooouw ! sekarang aku paham sudah, ternyata dalam
perkampungan Jiet-Gwat-Cung walaupun cuma ada
seorang Boe-Tek-Bengcu, tetapi dalam kenyataan masih ada
seorang Beng cu yang lebih hebat lagi, Tonghong sianseng !
kehebatanmu dalam hal ini benar2 tiada kedua nya dalam
kolong langit !".
Air muka Tonghong Pacu berubah semakin mengerikan,
semua orang jadi kuatir dan ngeri, mereka bisa bayangkan
apa yang bakal terjadi semisalnya gembong iblis ini sampai
naik pitam. Pada saat itulah terdengar Kiem Lan Hoa meraung
gusar, teriaknya:
"Jurus pertama !".
Lengannya segera dibentang kedepan serentetan cahaya
ke-perak2an yang amat besar segera menyebar keseluruh
angkasa, sebuah jaring yang amat besar dengan cepat
mengurung batok kepala Si Soat Ang.
Jaring ini bukan lain adalah jaring yang di gunakan
Tonghong Loei untuk menghadapi Si-Soat Ang tadi, hanya
saja berada dalam permainan Kiem Lan Hoa. kehebatan
semakin mengerikan.
Dimana jaring besar itu menyambar kebawah desiran
angin tajam menderu2 dan memekikkan telinga, kehebatannya sukar dilukiskan dengan kata2.
Walaupun Si Soat Ang sudah bikin persiapan namun ia
tak sangka apa bila serangan dari Kiem Lan Hoa sudah
mengurung seluruh tubuhnya, Gadis ini sadar seandainya ia
sampai terbungkus didalam jaring, itu niscaya rencananya
bakal hancur berantakan
Pada detik yang terakhir. Si Soat Ang menjerit keras
tiba2 badannya roboh telentang kebelakang, gerakan
tubuhnya sangat aneh dan boleh dikata gerakan tersebut
hanya terdapat dalam kitab Sam Poo Cin Keng belaka.
"Braak . . , " daya bantingan tersebut amat besar, melebihi seribu kati. seketika itu juga muncullah sebuah
liang kecil diatas tanah dan badan gadis itu pun tepat
terjerumus dalam liang tadi sehingga lenyap dari
permukaan tanah.
Kiem Lan Hoa kegirangan ia menyangka jaringan
tersebut kali ini pasti berhasil mengurung mangsanya
sekalipun pihak lawan telah jatuhkan diri keatas tanah,
lengannya segera dibentang hingga mencapai permukaan
tanah lalu digetar dan ditariknya kedalam.
Siapa sangka jaring itu tetap ringan, tubuh Si Soat Ang
sama sekali tak berhasil dihalau-nya dengan senjata
tersebut. Saat inilah Kiem Lan Hoa baru merasa terperanjat, ia tak
sangka jaringnya mengenai sasaran kosong, sebab menurut
perkiraannya jangan dikata manusia, sekalipun seekor ular
kecilpun tak bakal lolos dari kurungan jaring tersebut.
Menggunakan kesempatan dikala Kiem Lan Hoa masih
berdiri tertegun dengan gagalnya serangan itu Si Soat Ang
meloncat bangun dari dalam liang yang dibuatnya sendiri
itu sepasang telapak bergerak berbareng melancarkan dua
buah serangan berantai.
Serangan itu datangnya sangat cepat sukar dilukiskan
dengan kata2 Kiem Lan Hoa jadi terperanjat buru2 ia
bekelit kesamping coba mengelak dari ancaman tersebut.
Tetapi terlambat ! Bruuuk ! serangan itu dingin telak
bersarang dibawah iga Kiem Lan Hoa membuat perempuan
itu berteriak keras.
Bersamaan dengan teriakan tersebut tubuhnya terhuyung
mundur kebelakang dan ayun telapaknya siap melancarkan
serangan lagi. Tetapi ia sudah terluka dalam, tak bisa di cegah lagi
darah segar menyembur keluar dari mulutnya, badannya
mundur sempoyongan dan akhirnya roboh terjengkang
keatas tanah. Melihat sasarannya roboh Si Soat Ang kegirangan
setengah mati, ia segera bersuit nyaring.
Tonghong Pacu sendiripun diam2 merasa terperanjat,
dari kepandaian yang diperlihatkan Si Soat Ang barusan, ia
dapat tarik kesimpulan bahwa ilmu silat yang dimiliki gadis itu benar2 luar biasa sekali.
"Eeei . . mengapa kau. . kau tidak balaskan sakit hatiku!"
Terdengar Kiem Lan Hoa menjerit lengking, ucapan itu
jelas ditujukan kepada diri Tonghong Pacu.
Gembong iblis itu melirik sekejap ke arah Kiem Lan
Hoa, sebagai seorang yang berpengetahuan luas hanya
sekilas pandang saja ia dapat melihat wajah luka dalam
yang sangat diderita Kiem Lan Hoa sangat parah sekali,
dalam setahun belum tentu bisa pulih kembali seperti sedia
kala, lagipula setelah sembuhpun belum tentu tenaga
lweekangnya bisa pulih seperti sedia kala.
Ternyata dalam kenyataan selama ini Tong-hong Pacu
selalu mengalah karena ia rada jeri dengan ilmu silat yang
dimiliki Kiem Lan Hoa, terutama sekali jaringnya yang luar
biasa. Kini setelah ia saksikan perempuan itu terluka parah, rasa jeri itupun seketika lenyap tak berbekas.
Mendengar teriakan itu, bukan saja ia tidak turun tangan
malahan sambil mendengus jengeknya:
"Bukankah aku sudah bilang, silahkan nona Si masuk ke
dalam perkampungan Jiat-Gwat Cung untuk bercakap2,
tapi kau tidak mau tahu dan anggap kepandaian silatmu
paling lihay, sekarang apa jadinya setelah berduel melawan
nona Si ". setelah menderita rugi apa yang harus kita
bicarakan lagi."
Ketika menyaksikan Tonghong Pacu tetap berdiri
ditempat semula walaupun ia sudah menggeletakan di atas
tanah, Kiem Lam Hoa sudah merasa mendongkol, apalagi
setelah mendengar ucapan itu. hampir-hampir saja ia tidak
percaya dengan telinga sendiri.
"Apakah yang kau kata kan?" teriaknya.
"Kau sendiri tidak tahu diri dan cari malu buat diri
sendiri. kau hendak salahkan siapa lagi?" jengek Tonghong Pacu.
Sepanjang hidup belum pernah Kiem Lan Hoa dihina
orang apalagi di ejek oleh Tonghong Pacu yang seharusnya
membantu dia, hawa amarah tak dapat dibendung lagi.
Ia berteriak aneh kemudian menubruk kedepan dengan
ganasnya. Tindakan ini berada diluar dugaan semua orang, tak
nyana setelah terluka parah ia masih sanggup menubruk
kedepan, Tetapi sayang sekali sebelum tubuhnya berhasil
menubruk Tonghong Pacu ia sudah roboh kembali keatas
tanah, darah segar menyembur keluar semakin deras lagi
dari mulutnya. Dikala tubuh Kiem Lan Hoa terbanting ke-atas tanah,
tampak dua sosok bayangan manusia ia meluncur datang
seraya berseru.
"Majikan !"
Gerakan tubuh kedua orang itu sangat cepat sekali,
ketika mereka tiba disisi Kiem Lan Hoa majikannya itu
sudah menggeletak dengan napas empas-empis, walaupun
tidak sampai pingsan namun tenaganya sudah punah sama
sekali. Dua orang yang tiba pada saatnya itu bukan lain adalah
Thay-Kiem serta Thay-Gien, dengan wajah cemas kedua
orang itu berseru.
"Majikan kenapa kau " kenapa kau ?"
Kiem Lan Hoa tidak menjawab sebaliknya sambil
menatap wajah Tonghong Pacu serunya.
"Bagus.. bagus sekali Tonghong Pacu, bagus sekali !"
Tonghong Pacu tidak malu disebut manusia paling licik
di kolong langit, saat ini ia masih menghibur Kiem Lan
Hoa dengan kata2 yang manis.
"Niocu menang kalah adalah kejadian biasa, setelah
terluka baiklah beristirahat, jangan terlalu gusar, ThayKiem Thay-Gien cepat payang majikan kalian untuk
beristirahat !"
Ucapan ini semakin menggusarkan Kiem Lan Hoa, ia
berteriak keras setelah muntah darah kembali teriaknya
sambil meronta.
"Thay-Kiem, Thay-Gien ayoh kita berangkat !"
"Baik, baik majikan, kita hendak kemana?"
"Pulang kewilayah Biauw, apakah kita harus berada
dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung lebih lama, ayoh
cepat payang aku dan segera berangkat !"
"Niocu apa perlunya kau berbuat demikian?" seru
Tonghong Pacu. Tetapi ia hanya berkata dan sama sekali tidak mencegah,
Thay-Kiem serta Thay Gien pun segera memayang tubuh
Kiem Lan Hoa dan berlalu dari sana.
Menanti bayangan tubuh diri Kiem Lan Hoa sudah
lenyap dan pandangan, Tonghong Pacu baru merasa
hatinya lega, ia segera tertawa terbahak2 dan pungut
kembali jaring tersebut, kemudian ujarnya.
"Cekcok diantara suami istri sudah merupakan suatu hal yang jamak, harap nona Si jangan mentertawakan !"
Semua peristiwa itu dapat disaksikan oleh Si Soat Ang
yang berdiri disamping kalangan, hatinya benar2 sangat
gembira sehingga sukar dilukiskan dengan kata2, dengan
adanya peristiwa itu maka ia dapat membuktikan bahwa
dalam pandangan Tonghong Pacu dia jauh lebih penting
daripada Kiem Lan Hoa.
"Tonghong sianseng kau terlalu merendah !" seru Si Soat Ang sambil tertawa.
"Nona Si, jauh2 datang kemari tentu kau sudah lelah
bukan" kata Tonghong Pacu sambil tertawa, "Asal kau ada maksud untuk ajak berkelahi, aku pasti akan melayaninya
tetapi ilmu silat dari nona Si sudah peroleh kemajuan pesat seandainya kita benar2 bergebrak maka peristiwa ini tentu
luar biasa sekali, bagaimana menurut pendapat nona Si "
benar bukan?"
"Tentu saja, tentu saja, tentang soal ini Tong hong
sianseng bisa atur per-lahan2!"
"Kalau begitu silahkan !"
"Silahkan !"
Tonghong Pacu kebaskan ujung bajunya dua rombongan
bocah laki dan perempuan itu segera mulai membunyikan
alat musiknya kembali, ditengah mengalunnya irama
merdu, Si Soat Ang naik keatas kuda dan masuk kedalam
perkampungan diiringi Tonghong Pacu sebagai penunjuk
jalan. Sepanjang perjalanan mereka dihormati oleh seluruh isi
perkampungan yang berada disepanjang jalan, suasana
penuh diliputi oleh keheningan serta kewibawaan.
Si Soat Ang yang duduk diatas kuda merasa amat bangga
sekali, mereka langsung bergerak menuju kesebuah
halaman yang indah, mentereng dan megah sekali.
"Sahabat Pek, bagaimana menurut pendapatmu ?" bisik Si Soat Ang tiba2.
"Nona Si, tak kusangka ilmu silatmu telah mencapai
taraf sedemikian hebatnya, dalam satu jurus telah berhasil
mengalahkan Kiem Lan Hoa, dengan berlalunya Kiem Lan
Hoa berarti Tonghong Pacu telah kehilangan seorang
pembantu yang diandalkan, kejadian ini benar2 merupakan
suatu keberuntungan bagi dunia persilatan".
"Akupun hendak menetap dalam perkampungan JietGwat-Cung ini, akan kulihat apa yang hendak ia lakukan
terhadap diriku !".
"Nona Si, apa. . apa maksudmu berkata demikian ?" seru Tonghong Pek setelah tertegun beberapa saat.
Si Soat Ang tidak menjawab, ia kembali bertanya:
"Sahabat Pek, menurut pendapatmu berani tidak dia ajak aku berduel ?"
"Hmm ! seandainya ia bermaksud ajak kau berduel maka
sejak semula ia sudah turun tangan, tetapi sekarang ia tentu akan mencelakai dirimu secara diam2, kau harus hati2
menjaga diri."
Ucapan ini seketika juga membuat Si Soat Ang tertegun,
tapi dengan cepat ia telah menggeleng.
"Aih tidak mungkin, tidak mungkin ia berani mencelakai diriku, ia tentu sedang berpikir bagaimana caranya untuk
menarik aku menggabungkan dengan dirinya dan dalam
perserikatan ini menduduki jabatan yang tinggi.
Hmm! Hmmm! kalau ia beri jabatan wakil Bengcu
kepadaku, memandang diatas wajahnya sebagai seorang
manusia penting dalam dunia persilatan aku bisa sudahi
persoalan ini sampai disini."
Tonghong Pek jadi terbelalak dengan mulut melongo, ia
tidak sangka setelah kehilangan Kiem Lan Hoa sekarang
muncul kembali Si Soat Ang yang lihay, untuk beberapa
saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Si Soat Ang bangun berdiri, ujarnya.
"Sahabat Pek. aku ingin pergi beristirahat lebih baik kau jangan terlalu jauh meninggal diriku seperti yang kau
katakan kemungkinan Tonghong Pacu hendak mencelakai
kita, dengan demikian kitapun bisa saling bahu membahu"
"Baik !" Tonghong Pek mengiakan sambil bangun berdiri pula dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Dalam pada itu setelah Si Soat Ang serta Tonghong Pek
berlalu dari ruangan untuk beristirahat, Tonghong Loei
menyingkap horden dan berjalan masuk, wajahnya kucal
dan kesal. "Ayah bagaimana dengan ibu ?" tanyanya, Kiranya
peristiwa yang terjadi diluar perkampungan Jiet-Gwat-Cung
telah disampaikan seseorang kepada Tonghong Loei.
"Kau kemarilah !" kata Tonghong Pacu segera
menggape. Tonghong Loei jalan mendekat, Tonghong Pacu segera
menggandeng tangannya berjalan ke luar lewat beberapa
halaman dan tiba di suatu tempat yang tersembunyi, waktu
itulah ia baru menjawab.
"Bocah. ibumu dengan membawa luka telah berlalu..."


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa kau tidak turun tangan membantu dirinya ?"
Tanya Tonghong Loei dengan alis berkerut, nadanya sangat
dingin. "Siapa yang bilang aku tak ada hasrat untuk turut
tangan" tetapi aku tidak punya keyakinan untuk menangkan
dirinya. Aaai . . . ilmu silat yang terdapat dalam kitab
pusaka Sam Poo Cin Keng betul2 luar biasa sekali"
Sepasang alis Tonghong Loei, berkerut kencang,
sepasang matanya berkedip dan menatap wajah ayahnya
tajam2, lama sekali ia baru berkata.
"Apa yang kau ucapkan benar2 atau bohong?"
"Apa maksudmu berkata demikian?" tegur Tonghong
Pacu dengan air muka berubah membesi.
Dalam hati Tonghong Loei sudah menaruh curiga
bahwa kejadian itu adalah suatu kesengajaan, namun
menyaksikan perubahan air muka ayahnya anak muda ini
merasa hati bergidik, ia tidak berani bertanya lebih jauh,
buru2 ujarnya. "Maksudku dengan demikian gerak-gerik kita apa bukan.
. . bukankah tidak leluasa ?"
Tonghong Pacu tidak menjawab, sambil bergendong
tangan ia berjalan bolak balik dalam ruangan, Tonghong
Loei pun dapat melihat ayahnya sedang merasa bingung
dan otaknya kalut, terbukti setiap langkahnya meninggalkan
bekas kaki yang sangat dalam diatas ubin.
Tonghong Loei menunggu beberapa saat lagi melihat
ayahnya belum juga berhenti, tak sabar lagi ia bertanya.
"Lalu kedudukan kami . . . "
Belum habis ia berkata, seolah2 secara mendadak
Tonghong Pacu telah teringat akan sesuatu, ia angkat
kepala, berhenti dia memandang putranya tajam2.
"Loei-jie?" ia menegur. "Bagaimana hubunganmu selama waktu mendekat ini dengan Si Chen?"
Tonghong Loei tertegun, dia cerdik namun untuk sesaat
tak dapat menebak apa maksud Tonghong Pacu
mengajukan pertanyaan tersebut kepadanya, tapi ia tahu
pertanyaan ini tentu mengandung maksud tertentu.
"Baik sekali" buru2 sahutnya.
"Seandainya aku turun tangan membinasakan dirinya,
bagaimana perasaanmu?"
"Apa... apa . . sebabnya ?" teriak Tonghong Loei dengan nada terperanjat "Kami berdua hidup rukun dengan penuh kebahagiaan, aku ingin hidup berdampingan sampai akhir
hayat, mengapa kau hendak membinasakan dirinya?"
"Tidak sulit bagi kalian berdua untuk hidup rukun dan
bahagia sampai akhir hayat, tetapi sayang kedudukan kita
sebagai Bengcu tiada tandingan dalam waktu singkat akan
ludas dan hancur berantakan !"
Dasarnya Tonghong Loei seorang pemuda cerdik,
setelah mendengar perkataan itu dan putar otak sebentar ia
segera dapat meraba apa yang sedang dipikirkan Tonghong
Pacu pada saat ini.
Sepasang matanya kontan terbelalak lebar, mulutnya
melongo dan untuk beberapa saat lamanya tak sepatah
katapun sanggup diutarakan, dalam hati ia merasa terkejut,
tercengang, marah dan pelbagai perasaan lain sehingga
tanpa sadar badannya mulai gemetar keras.
Lama sekali ia baru berseru.
"Ayah kau . . kau . ."
"Tidak salah, aku rasa kau tentu bisa memahami
maksudku bukan." tukas Tonghong Pacu sambil tersenyum.
"Dahulu bukankah kau menaruh hasrat yang amat besar
terhadap diri Si Soat Ang " mengapa harus terkejut macam
begini ?""
Saat ini Tonghong Loei sudah memahami maksud
ayahnya, ia hendak membunuh Si Chen agar dirinya pergi
mengejar Si Soat Ang dan kawin dengan gadis itu.
Dengan terikatnya hubungan ini, maka Si Soat Ang tidak
akan menyulitkan Tonghong Pacu lagi sebagai Bengcu
tanpa tandingan bukan saja tidak menyulitkan bahkan dia
merupakan seorang pembantu yang paling dahsyat.
Diam2 Tonghong Loei menarik napas panjang2, ia tahu
apa yang diucapkan ayahnya selalu dilakukan tanpa gagal,
tetapi ia tidak sudi mengorbankan istrinya, ia benar2
mencintai Si-Chen dengan segenap tenaga, ia tidak rela
istrinya dikorbankan demi terwujudnya ambisi Tonghong
Pacu. Maka dari itu ia tak bisa berkutik lagi, kecuali berseru:
"Kejadian itu sudah lampau..."
"Tetapi menurut pengamatanku, Si Soat Ang jauh lebih
cantik dari pada tempo dulu"
"Tentang soal ini... tentang soal ini...".
Tonghong Loei gelagapan, ia cuma bisa goyangkan
tangannya berulang kali.
"Loei-jie ! pikirlah baik2 " ujar Tonghong Pacu kembali dengan wajah serius. "Kita sudah membuang banyak tenaga dan pikiran sehingga akhirnya berhasil mendapat hasil
seperti ini hari, sekarang sudah terlihat batas waktu setahun telah lewat, maka kekuatan kita akan semakin besar, kita
sudah ber-siap2 menggempur seluruh partai besar,
seandainya pekerjaan ini harus hancur ditangan Si Soat Ang
seorang disaat yang paling kritis bukankah terlalu sayang
?"" "Aku tahu, tetapi kita masih punya cara lain untuk
menghadapi dirinya, perbuatannya membuat nona dalam
perkampungan Jiet-Gwat Cung serta mendorong roboh
batu peringatan tentu dengan cepat akan tersebar luas
diseluruh kolong langit, seumpama kita gunakan caramu
itu, bukankah kecemerlangan kita berdua akan punah dan
kita malu bertemu dengan orang lagi ?""
Mengetahui putranya menolak usul tersebut air muka
Tonghong Pacu berubah semakin mengerikan.
"Kalau kita tidak lakukan menurut caraku ini, apakah
kau punya cara lain yang lebih sempurna."
"Sekali tebas babat rumput ke-akar2nya, dari pada
tinggalkan bahan gurauan dimata orang lain" sahut
Tonghong Loei sambil menunjukkan gerakan membabat.
Tonghong Pacu segera tertawa dingin, "Kau anggap aku
tidak tahu cara itu" tetapi kau harus tahu, seandainya usaha kita itu gagal maka melukis harimau tidak jadi dan
muncullah anjing!"
"Pepatah kuno mengatakan serangan terang2 an mudah
dielakan serangan menggelap sukar dihindari, serahkan saja
tugas ini kepadaku dan malam ini juga aku akan turun
tangan, seandainya gagal, aku bisa hadapi situasi tersebut
mengikuti keadaan nanti."
"Hmm! aku takut sampai waktunya untuk menghindarkan diripun kau tidak sanggup?"
Tonghong Loei tertawa girang, diatas wajahnya terlintas
kebulatan tekadnya.
Melihat putranya tidak setuju dengan usul tersebut,
dengan hati kurang senang Tonghong Pacu segera ulapkan
tangannya. "Kalau begitu pergilah untuk menjajal, jangan sampai
jiwamu melayang ditangannya !"
Dengan kepala tertunduk Tonghong Loei mengiakan
kemudian berlalu dari tempat itu.
Seorang diri Tonghong Pacu berjalan bolak balik dalam
ruangan itu, teringat hubungan yang erat antara Si Soat
Ang dengan Tonghong Pek, ia menghela napas panjang.
"Aaai, seandainya Tonghong Pek berada disini dan
iapun bisa diperintah seperti Tong-hong Loei, tidak sulit
bagiku untuk mengatasi kesukaran ini, sayang seribu kali
sayang entah Tonghong Pek pada saat ini berada dimana?".
Dalam pada itu, setelah meninggalkan ruangan dengan
hati berat dan kepala tertunduk Tonghong Loei berjalan
kedepan, sepanjang perjalanan ia disapa orang namun
disambut dengan sikap acuh tak acuh.
Lama sekali ia berjalan akhirnya tibalah di suatu
ruangan, dari sisi tubuhnya muncul dua orang jagoan
menanti perintahnya.
"Tongcu kau ada pesan apa ?" terdengar kedua orang itu menyapa Tonghong Loei berhenti, lalu tanyanya dengan
alis berkerut: "Nona Si serta si manusia aneh itu tinggal di mana ?"
"Berada dalam halaman sebelah depan" jawab kedua
orang itu dengan suara lirih, "Kami sudah kirim delapan orang jago yang memiliki ilmu meringankan tubuh paling
lihay untuk ber-jaga2 diempat penjuru tempat itu, menurut
laporan simanusia aneh itu tinggal dalam ruangan sebelah
dan nona Si pun telah memadamkan lampu."
"Bawalah aku kesana ?" ujar Tonghong Loei sambil tarik napas panjang2.
Kedua orang itu saling bertukar pandangan sekejap,
kemudian salah satu diantaranya bertanya.
"Entah Tongcu akan mendatangi tempat itu dengan cara
apa " secara terbuka ataukah.."
"Tentu saja secara terbuka, bagaimanapun juga tidak
pantas kan kalau kita melakukan suatu tindakan dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung dengan sembunyi2"
Kedua orang itu masih belum paham maksud ucapan
dari Tonghong Loei itu, tapi setelah atasannya berkata
demikian merekapun tidak berani membangkang lagi.
"Baik !" jawabnya hampir berbareng.
Demikianlah Tonghong Loei segera maju ke depan
mengikuti di belakang kedua orang itu, tidak lama
kemudian sampailah mereka didepan sebuah halaman.
"Disanalah " kata kedua orang itu.
Suara mereka amat lirih dan cuma Tonghong Loei
seorang yang mendengar meskipun secara lapat2.
Pada saat itulah dari dalam ruangan tiba2 berkumandang
suara dari Si Soat Ang.
"Siapa yang kasak kusuk ditempat luaran " sepuluh orang yang diluar halaman dan bergerak gerik mencurigakan telah
berhasil kutotok semua jalan darahnya apakah kalian
datang untuk mengambil orang2 itu ?"
Tonghong Loei tertegun, walaupun ucapan dari Si Soat
Ang itu tidak jelas tetapi Tonghong Loei mengerti gadis itu sedang beritahu kepadanya bahwa orang yang mengawasi
dirinya di sekitar tempat itu telah dirobohkan semua
olehnya. Dengan cepat otaknya berputar, lalu serunya.
"Nona Si, sungguh tajam pendengaranmu, aku datang
khusus untuk menyambangi nona Si !"
"Waktu begini kau datang berkunjung, apakah tidak
merasa bahwa kedatanganmu amat mencurigakan ?" jengek
Si Soat Ang sambil tertawa dingin.
Tonghong Loei tidak menjawab sambil tertawa kering ia
dorong pintu dan berjalan masuk.
Tampaklah dua belas orang lelaki menggeletak simpang
siur didalam halaman, biji mata mereka berputar tiada
hentinya namun badan tak bisa berkutik barang sedikitpun.
Tonghong Loei pura2 tidak melihat adanya anak buah
perkampungan Jiet-Gwat-Cung roboh disana, dengan
langkah lebar ia lanjutkan perjalanannya menuju kedalam.
"Hmm . hmm . . apa maksudmu datang ke mari ?"
Terdengar Si Soat Ang menegur sambil tertawa dingin.
"Nona Si, kau adalah tamu terhormat dari perkampungan Jiet Gwat Cung kami."
"Ucapanmu ini semakin bau seperti kentut" tukas gadis itu sambil menjengek, "Kalau aku adalah seorang tamu
terhormat, mengapa kau utus begitu banyak orang untuk
celingukan macam pencuri kesiangan ?"
Tonghong Loei segera tertawa panjang.
"Nona Si hal ini tak bisa salahkan kami, seandainya
nona Si berdiam disini kemudian tiba2 kedatangan seorang
tamu ganas, apakah kau tidak bikin persiapan ?"
"Ooouw jadi aku adalah seorang tamu ganas ?" seru sang gadis sambil tertawa terbahak2.
"Batu peringatan itu kami dirikan dengan kekuatan
gabungan tujuh belas orang jago lihay, tapi kemudian
berhasil kau robohkan, apakah perbuatanmu ini tidak cukup
ganas " eei . . dimanakah sahabat Pek " Kok tidak kelihatan
?" Belum sempat Si Soat Ang menjawab, dari belakang
tubuhnya Tonghong Loei mendengar jawaban seseorang
dengan suara yang amat dingin.
"Aku berada disini !"
Buru2 Tonghong Loei berpaling, tampaklah Tonghong
Pek tahu2 sudah berdiri dibawah pohon tidak jauh dan situ.
Diam2 Tonghong Loei bergidik juga, posisinya pada saat
ini sangat tidak menguntungkan dirinya. Si Soat Ang
berada didepan dan Tonghong Pek ada dibelakang,
seandainya ter jadi pertarungan maka ia bakal konyol . . .
"Nona Si" Tonghong Loei segera berkata sambil tertawa
"Sudah lamakah kau kenal dengan Tonghong Pek?"
"Tidak lama, baru saja perkenalan..."
"Kalau begitu sulit sekali cayhe ada beberapa patah kita ingin disampaikan kepada nona Si tapi seandainya
Tonghong Pek ada disini maka . . maka hal ini kurang . ."
Si Soat Ang segera mengetahui maksud ucapannya, ia
angkat kepala dan berseru.
"Sahabat Pek, harap kau menyingkir sebentar, aku
hendak bercakap dengan Tonghong Tongcu."
"Tidak" dengan cepat Tonghong Pek menggeleng.
"Kalau ada perkataan katakan saja aku ingin turut
mendengarnya."
Air muka Si Soat Ang berubah, namun ia cuma
mendengus, sebab berada dalam keadaan seperti ini ia
masih membutuhkan bantuan dari Tonghong Pek untuk
bekerja sama dengan dirinya.
Pertanyaan ini membuat Tonghong Pek tertegun, tentu
saja ia tak dapat menjawab. "Sebab aku adalah Tonghong Pek."
Beberapa saat lamanya ia membungkam kemudian,
serunya tergagap.
"Nona Si . . kau..."
Si Soat Ang tidak menggubris dirinya lagi, sambil
tertawa dingin ia lantas berpaling ke arah Tonghong Loei.
Pada waktu itulah Tonghong Loei telah tertawa,
serunya. "Ooouw . . kiranya nona Si sedang membohongi diriku,
aku lihat hubungan nona Si dengan sahabat Pek sudah
begitu erat dan rapat sekali! aku rasa hubungan kalian
sudah bukan hubungan biasa lagi?"


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Merah padam selembar wajah Si Soat Ang tegurnya
kembali dengan suara berat.
"Sahabat Pek, aku ada persoalan hendak dibicarakan
dengan Tonghong Pacu."
Tentu saja Tonghong Pek pun dapat melihat bahwa Si
Soat Ang sudah mendongkol dan marah, tetapi ia tidak
berubah pendapat, ujarnya kembali.
"Aku tahu kalau kalian hendak bercakap2, maka aku
harus berada ditempat ini"
"Mengapa ?" teriak Si Soat Ang, ia mulai naik pitam.
"Tonghong Tongcu, silahkan masuk" katanya ia putar badan dan masuk kedalam ruangan disusul Tonghong Loei
dari belakangnya.
Tonghong Pek tahu bahwa gadis itu sudah gusar, tapi ia
tetap nekad badannya bergerak dan tahu2 sudah
menghadang didepan pintu ruangan.
"Kau ingin berbuat apa?" tegur Si Soat Ang suaranya keras dan penuh dengan nada gusar.
"Nona Si usia . . usiamu masih muda sedang dia . . dia adalah seorang siauw-jien yang banyak akal, kau mudah
ditipu olehnya dengan adanya aku di sisimu maka
keadaanmu jauh lebih aman!"
Tonghong Loei tidak mengharapkan ikut serta hadirnya
Tonghong Pek dalam ruangan tersebut, ia segera tertawa
dingin. "ilmu silat yang dimiliki nona Si amat lihay
kepandaiannya boleh dikata sebanding dengan Bengcu,
Tonghong Pek kau berkata demikian bukankah sami artinya
sudah menganggap nona Si sebagai seorang bocah cilik"
hmm hmmm! ucapanmu ini telah merusak pamor dan
nama baik dari nona Si."
Ucapan ini memanaskan hati Si Soat Ang, wajahnya
segera berubah, dengan mata melotot sambungnya dingin,
"Sahabat Pek kau boleh legakan hati aku bukan seorang
bocah, tidak mungkin bisa ditipu dengan gampang !"
Tonghong Loei merasa amat gembira melihat hasutannya menemui hasil, kembali ia berseru.
"Nona Si ditinjau dari perhatiannya yang begitu besar
terhadap dirimu, agaknya kalian . ."
Bicara sampai separuh jalan, sengaja ia berhenti, sebagai
seorang cerdik tentu saja Si Soat Ang dapat memahami
artinya. Merah padam selembar wajahnya, ia semakin gusar
terhadap diri Tonghong Pek, tiba2 bentaknya.
"Kau mau pergi atau tidak ?"
"Tidak . ." jawab Tonghong Pek seraya menggeleng.
Tiba2 Si Soat Ang menggerakkan telapaknya melancarkan sebuah serangan kedepan, gerakannya sangat
cepat laksana kilat dan tahu2 sudah tiba didepan mata.
Tonghong Pek terperanjat belum sempat ia berkutik Si
Soat Ang telah tarik kembali serangannya, agaknya ia tiada
maksud melukai si anak muda itu kecuali menggertaknya
belaka. "Kalau kau masih juga tak mau pergi, maka seranganku
selanjutnya akan bersarang telak ditubuhmu !" ancamnya.
Sambil berkata ia tarik lengannya dan menarik kembali
serangan tersebut.
Sejak berjumpa dengan Si Soat Ang, Tonghong Pek
selalu mengenakan kain kerudungnya agar tidak sampai
terlepas dan membiarkan gadis itu menyaksikan wajahnya
yang mengerikan itu.
Tapi sekarang, ketika gadis itu menarik kembali
telapaknya, berdesirlah segulung angin tajam yang segera
menggulung kain kerudung itu.
Sebelum si anak muda itu sempat berkutik, Si Soat Ang
telah melihat akan wajahnya yang jelek itu tak kuasa ia
menjerit lengking kemudian mundur tiga langkah kebelakang. Ketika mundur kebelokan badannya sempoyongan
seakan2 hendak roboh terjengkang ke-atas tanah, ambil
kesempatan itu Tonghong Loei segera maju memayang
tubuhnya. Dalam ketidak seperti ini tidak sempat lagi bagi Si Soat
Ang untuk mendorong Tonghong Loei, hatinya ketika itu
benar2 terkejut dan merasa sangat ngeri, ia tidak
menyangka orang yang selama ini bersama dirinya dan
selalu berada disisinya bukan lain adalah seorang manusia
kukoay yang berwajah mengerikan.
Mulutnya terpentang lebar, menanti sesaat lamanya tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Menyaksikan sikap dari gadis itu, Tonghong Pek segera
mengerti apa yang telah terjadi.
Peristiwa yang paling ditakuti selama ini akhirnya terjadi
juga, Si Soat Ang telah melihat wajah aslinya, tak ada
harapan lagi baginya untuk berada sama2 dirinya.
Teringat akan hal itu Tonghong Pek amat bersedih hati,
ia berdiri mematung dan sama sekali tak berkutik
Lama . . lama sekali, terdengarlah Si Soat Ang berteriak.
"Kau . . kau manusia atau setan ?"
Seraya berkata lengannya segera dipentang kedepan,
Tonghong Loei yang kebetulan berada disisinya pun merasa
segulung hawa murni yang sangat luar biasa menggulung
keluar, tanpa kuasa ia mundur dua langkah kebelakang,
seandainya ia tidak memiliki dasar ilmu silat yang lihay
niscaya ia sudah jatuh terjengkang keatas tanah.
Sementara itu Si Soat Ang telah ayun sepasang
telapaknya kedepan, Brak ! Brak ! dua gulung angin
pukulan yang maha dahsyat menerjang kedepan dengan
hebatnya. Dengan telak dua buah serangan tadi bersarang diatas
tubuh Tonghong Pek, tidak ampun lagi bagaikan layang2
putus benang tubuhnya terlempar kearah keluar jauh2.
Kalau dibicarakan dari ilmu silat yang dimiliki
Tonghong Pek, tidak mungkin ia berada dalam keadaan
tidak becus seperti itu, tapi hatinya sedang sedih maka sama sekali tiada tenaga perlawanan yang muncul dari dalam
tubuhnya. Tubuh Tonghong Pek mencelat ketengah udara,
bergulingan sejauh dua tiga tombak dan akhirnya jatuh
keatas tanah. Setelah bangun berdiri, ia menghela napas panjang,
badanpun bergerak menuju kedepan, dalam sekejap mata
bayangannya telah lenyap.
Menanti Tonghong Pek sudah berlalu Si Soat Ang baru
tarik napas panjang, ia berpaling dan tanyanya.
"Sebenarnya dia seorang manusia atau setan?"
"Sulit dikatakan." jawab Tonghong Loei dengan hati girang. "Setahun berselang manusia aneh itu pernah
munculkan diri satu kali, tetapi tak seorangpun tahu mahluk macam apakah dia."
"Oooouw . . . sungguh tak kusangka sama sekali bahwa
selama ini aku telah berada bersama seorang manusia aneh
yang begitu menyeramkan . . ." Bisik Si Soat Ang sambil tertawa getir.
"Menurut Bengcu, diwilayah Biauw terdapat sebuah pil
dari sejenis binatang beracun, apabila seorang menelan pil
tadi maka tenaga dalamnya akan peroleh kemajuan pesat
tetapi wajahnya pun akan berubah jadi sangat jelek,
contohnya macam orang aneh ini."
"Kalau begitu, dahulu. . si . . siorang aneh itu pun seperti halnya dengan manusia biasa."
"Tentu saja, kemungkinan besar dahulu si manusia aneh
itu adalah orang yang kita kenal."
Dikejutkan oleh ucapan tersebut, selisih jarak Si Soat
Ang dengan Tonghong Loei pun semakin rapat, perkataan
itu membuat jantung gadis tersebut berdebar keras, sebab
beberapa kali ia sudah menaruh curiga kemungkinan besar
orang itu pernah berkenalan dengan dirinya tapi
penyelidikannya berulang kali tidak mendatangkan hasil,
sekarang ia makin yakin bahwa orang aneh itu
kemungkinan besar adalah kenalannya.
Tetapi bagaimana pun curiganya Si Soat Ang ia sama
sekali tidak menyangka kalau si orang aneh itu bukan lain
adalah Tonghong Pek.
Setelah tertegun beberapa saat lamanya ia baru berkata.
"Aah, tidak mungkin dia bilang dahulu hanya pernah
bertemu satu kali dengan aku sewaktu berada dibenteng
Thian It Poo,"
Mengungkap benteng Thian It Poo. Tong-hong Loei pun
ada bahan pembicaraan lagi, buru2 ia menjura dalam2
kepada gadis itu.
"Nona Si" katanya. "Sewaktu merawat luka didalam benteng Thian It Poo aku belum pernah mengucapkan
terima kasih kepadamu, harap kau suka memberi maaf."
"Hmm kau tidak mengucapkan terima kasih akupun
sudah terima kasih pada langit dan bumi buat apa banyak
bicara yang tak berguna?"
Tonghong Loei tertawa.
"Nona Si anggap saja peristiwa diluar perbatasan adalah kesalahanku, tetapi hal inipun tidak dapat salahkan diriku, sebab kecantikan nona Si luar biasa, se-olah2 bidadari baru turun dari kahyangan!"
Teringat peristiwa yang lalu dimana Tong hong Loei
hendak memperkosa dirinya, merah padam selembar wajah
Si Soat Ang tapi mendengar pujian tersebut ia pun merasa
sangat gembira.
Dalam pada itu Tonghong Loei telah teringat kembali
akan perkataan dari Tonghong Pacu ayahnya minta ia
tinggalkan Si Chen untuk mendapatkan cinta dari Si Soat
Ang, kemudian memperistri sebagai istrinya rencana ini
boleh dikata sangat bagus sekali bagi masa depan mereka
dan Tonghong Loei yakin ia dapat melakukan tugas
tersebut. Tetapi Tonghong Loei tak mau berbuat demikian, sebab
iapun punya perhitungan sendiri.
Pertama, ia mencintai Si Chen dengan ber-sungguh2, ia
tak mau meninggalkan gadis tersebut demi ambisi ayahnya
untuk tetap mempertahankan kedudukan Boe Tek Bengcu
nya. Kedua, ia terbayang seandainya ucapan manis yang
diutarakan berhasil menyenangkan hati Si Soat Ang
sehingga gadis itu suka padanya dan kawin dengan dirinya,
maka dengan ilmu silatnya yang begitu tinggi serta
wataknya yang begitu manja, apakah ia bisa hidup bahagia
sepanjang masa"
Maka dari itu pandangan Tonghong Loei jauh berbeda
dengan pandangan ayahnya, ia lebih suka membinasakan Si
Soat Ang daripada melaksanakan rencana sesuai dengan
jalan pikiran ayahnya.
Dalam hati ia sudah punya rencana, asal ia berhasil
membinasakan Si Soat Ang lalu meng gantungkan jenasah
gadis itu diatas batu peringatan, maka penghinaan yang
dilakukan gadis itupun bisa dicuci dengan darahnya, nama
besar Boe Tek Bengcu pun dapat dipulihkan kembali
keangkerannya. Maka melihat Si Soat Ang gembira dan kewaspadaannya
terhadap diapun berkurang diam2 ia sangat girang.
Kembali ujarnya.
"Nona Si, setelah kau tiba di perkampungan Jiet Gwat
Cung, meskipun tidak melakukan tindakan apapun,
perkampungan Jiet Gwat Cung kami pasti akan terjadi
kekacauan hebat."
"Apa sebabnya?"
"Membicarakan dari kecantikan wajahmu yang mirip
bidadari turun dari kahyangan, apakah kau tidak berani
menjamin para jago yang banyak berkumpul dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung kami bakal saling berebut
untuk mendekati dirimu" Aku rasa mereka malah akan
bertarung sendiri untuk perebutkan dirimu" coba bayangkan
apakah situasi tidak akan kacau balau tidak keruan?"
"Oouw sungguh pandai kau merayu !" kata Si Soat Ang sambil tertawa manis. "Pertemuan ini bukan merupakan
pertemuan kita untuk pertama kakinya, apakah sekarang
dengan dulu telah terjadi perubahan besar pada diriku!"
"Berbeda, tentu saja berbeda, sekarang ilmu silatmu
lihay, wajahmu cantik rupawan, mungkin kau adalah
wanita paling cantik dikolong langit dewasa ini!"
Si Soat Ang tertawa cekikikan saking girangnya.
"Sudah sudahlah, kau datang
menengok diriku
sebenarnya ada urusan apa ?" katanya.
Sementara gadis itu masih tertawa kegirangan, diam2
Tonghong Loei telah ambil keluar sebatang jarum beracun
dari sakunya, jarum tersebut dua coen panjangnya yang
diletakkan sianak muda diantara jari tengahnya, gerakgeriknya pun amat leluasa, jangan dikata Si Soat Ang
sedang kegirangan sekalipun berada dalam keadaan was2
pun belum tentu bisa temukan gerak geriknya itu.
Setelah menggenggam jarum beracun ditangan Tonghong Loei mulai merasa tegang, ia tarik napas panjang
dan menjawab. "Aku datang kemari tidak lain ingin menanyakan sesuatu kepada nona Si, harap nona Si suka menjawab sebaiknya"
"Baik, apa yang ingin kau tanyakan ?"
"Bengcu suruh aku datang bertanya kepada nona Si, apa
keperluanmu datang ke perkampungan Jiet-Gwat-Cung ?"
"Pertanyaan ini semakin menggirangkan Si Soat Ang,
sekali lagi ia tertawa ter-kekeh2, sebab ia merasa dengan
diajukannya pertanyaan tersebut oleh Tonghong Pacu dus
berarti gembong iblis itu tidak ingin bentrok secara
kekerasan dengan dirinya, dan jelas ia ada maksud bekerja
sama, hatinya tentu saja kegirangan setengah mati.
Tetapi sengaja Si Soat Ang berkata.
"Apakah kau masih belum tahu apa maksudku datang ke
perkampungan Jiet-Gwat-Cung " aku datang untuk mencari


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gara2." "Nona Si kau adalah seorang gadis cerdik, datang ke
perkampungan Jit-Gwat-Cung untuk cari keonaran, aku
rasa bukan suatu tindakan dari seorang manusia cerdik."
"Baik mari kita bicara secara blak-2an, seandainya aku tidak bikin keonaran bagaimana sikap kalian berdua ?"
"Bagus sekali, asal nona Si berkata demikian tentu saja kami dapat merundingkan suatu cara kepadamu, aku segera
akan kembali untuk beri laporan kepada Bengcu agar dia
orang tua bisa datang dan merundingkan sendiri persoalan
ini dengan dirimu !"
Selesai berkata buru-2 Tonghong Loei berlalu, agaknya
se-olah2 ia sedang amat ter-gesa2.
Disinilah letak kelicikan Tonghong Loei, di tangannya ia
mencekal jarum beracun jelas dalam hatinya ada maksud
mencelakai Si Soat Ang, tetapi ia tik segera turun tangan
sebaliknya menunjukkan sikap se-olah2 hendak berlalu
dengan langkah tenang, agar orang semakin tidak menaruh
curiga. Dua tiga langkah kemudian ia baru berhenti, tiba2
sambil putar badan serunya.
"Aah . . masih ada satu persoalan lagi, hampir2 saja aku lupa !"
"Persoalan apa ?"
"Ada semacam benda, Bengcu ingin perlihatkan kepada
nona Si !"
Si Soat Ang masih ragu2 benda apakah yang hendak
diperlihatkan Tonghong Pacu kepadanya, pada saat itulah
Tonghong Loei sudah menggerakkan tangannya kedepan.
Tetapi pada saat yang bersamaan dibawah sorotan sinar
lampu Si Soat Ang temukan berkilatnya serentetan cahaya
biru diujung jari Tonghong Loei.
Sebenarnya Si Soat Ang berada dalam keadaan tidak siap
sedia, terhadap bokongan yang dilancarkan Tonghong Loei
boleh dikata tiada kesempatan lagi baginya untuk
menghindar. Tetapi memang nasibnya belum ditakdirkan mati, dikala
Tonghong Loei hendak melancarkan serangan bokongan
itulah, ia temukan sinar pantulan berwarna biru diujung jari si anak muda itu.
Meski pantulan tadi amat lemah namun cukup
memberikan peringatan kepada Si Soat Ang bahwa sisir
tersebut berisi dari ujung jarum yang tajam dan
mengandung racun amat jahat, badannya tergetar keras dan
segera mundur kebelakang.
Pada detik yang bersamaan Tonghong Loei telah lepas
tangan, laksana kilat jarum tadi dengan memancarkan
cahaya biru meluncur kedepan.
Menyaksikan datangnya ancaman, buru2 gadis itu
menyingkir kesamping, tetapi sayang meski pun ia
menghindar dengan gerakan cepat, daya luncur jarum
beracun itu jauh lebih cepat, baru ia bergerak benda tajam
tadi sudah mengancam datang.
Walaupun begitu keadaan lumayan juga, jarum maut
yang mula-mula mengancam jalan darah penting diatas
dadanya, kini bersarang diatas bahunya.
Si Soat Ang segera merasakan bahunya jadi kaku,
hampir boleh dikata seluruh perasaannya lenyap tak
berbekas. Tangannya segera menyambar kebahu, tapi ia bertambah
terkejut ternyata jarum yang ada dimaksud hendak dicabut
keluar tersebut kini sudah lenyap kedalam tubuhnya.
Bilamana jarum tadi tidak cepat2 dicabut ke luar, niscaya
benda itu akan menyerang kedalam badan dan menghancurkan pembuluh darah yang berada disana,
sekalipun tidak mati paling sedikit ia bakal cacad seumur
hidup. Apa lagi diujung jarum tersebut sudah dipolesi racun
yang amat keji, keadaan semakin mengerikan.
Si Soat Ang jadi terkejut bercampur gusar, tangannya
ber-turut2 menotok tiga buah jalan darah diatas bahunya,
yaitu jalan darah In-Bun. Cian-Ching serta Khie-hong tiga
tempat, gerakannya cepat lagi sebat.
Setelah ketiga buah jalan darah itu tertotok maka semua
perasaan sakit atau kaku jadi lenyap, tentu saja lengan itu sendiripun tak dapat berkutik lagi.
Tetapi demikianpun ada baiknya, jarum beracun yang
telah menyusup kedalam bahunya tak dapat bergerak lebih
kedalam dan merusak pembuluh2 darah disekitar sana.
Mula2 Tonghong Loei mengira serangannya pasti akan
bersarang telak, tapi setelah disaksikan gerakan gadis itu, ia sadar bahwa serangannya meleset dan cuma melukai
bahunya belaka.
Rasa terperanjat yang dialami sianak muda itu tak
terkirakan lagi, dengan gagalnya ia membinasakan gadis
tersebut dus berarti telah mendatangkan bencana bagi
mereka. Berada dalam keadaan seperti ini, ia tak dapat berpikir
panjang lagi, bajunya disingkap dan sebilah pedang lemas
sepanjang dua depa sudah dicabut keluar, pedang itu adalah
hadiah seorang siluman sakti dari laut Selatan.
Tonghong Loei putar pergelangan, pedang tersebut
disertai desiran angin tajam langsung menusuk kedepan.
Si Soat Ang baru selesai menotok jalan darahnya, tak
mungkin baginya untuk menangkis buru2 badannya
bergerak menghindar ke samping.
Siapa sangka ketika itulah serangan pedang yang mula2
menusuk kedepan telah tunjukkan perubahan, tiba2
arahnya berubah dan mengancam kiri kanan tubuhnya.
Pada saat ini Si Soat Ang benar2 teramat gusar, lengan
kanannya tak dapat bergerak, gerak gerikpun kurang lincah,
menyaksikan datangnya serangan amat gencar, sekali lagi ia
berkelit lalu mencabut keluar sebatang tusuk konde emas
dari rambutnya.
Dalam keadaan terdesak ia tak dapat mencabut senjata
lain kecuali tusuk konde emas itu, dengan membawa
desiran tajam benda itu segera berkelebat kearah depan
menyambut datangnya serangan pedang lawan.
Tiing . . ditengah bentrokan nyaring, cahaya tusuk konde
emas itu tepat membentur di atas ujung pedang tersebut.
Walaupun terluka, tenaga dalam yang yang tersalur
keluar lewat tusuk konde emas itu masih amat luar biasa.
Tonghong Loei yang menyangka dalam serangan ini pasti
akan merebut kemenangan jadi sangat kaget ketika ia
saksikan senjatanya jadi melengkung dan badannya tergetar
keras oleh bentrokan tersebut sehingga mundur selangkah
kebelakang. Pikiran kedua belum lewat, pedangnya yang melengkung
telah menggetar balik keasal semula, getaran ini cukup
keras membuat Tonghong Loei menjerit kesakitan,
pergelangannya jadi pecah, darah segar mengucur keluar
dengan derasnya dan pedang itupun tak sanggup dicekal
lagi, diiringi suara nyaring segera jatuh keatas tanah.
Rasa kaget dalam hati Tonghong Loei sukar dilukiskan
dengan kata2, dalam keadaan gugup ia masih sanggup
melirik sekejap kearah Si Soat Ang.
Tapi dengan cepat ia berteriak keras, bagaikan bertemu
dengan memedi ia putar badan lalu melarikan diri terbirit2.
Walaupun sangat cepat Tonghong Loei melarikan diri,
tapi Si Soat Ang tidak ingin lepaskan sianak muda begitu
saja, ia bersuit nyaring kemudian bagaikan seekor burung
elang menubruk kedepan.
Walaupun lengannya tergantung kebawah dan tak
berkutik namun telapak kirinya masih amat lihay, ketika
menubruk kebawah kelima jarinya dipentang lebar2 dan
menyertai pula desiran angin tajam.
Tonghong Loei kaget, ia merasakan segulung hawa
tekanan yang besar menghantam datang, buru2 ia angkat
kepala, tampaklah bayangan jari Si Soat Ang tahu2 sudah
didepan mata. "Nona Si..." teriak Tonghong Loei dengan amat
terperanjat. Kata "Ampun" belum sempat diutarakan keluar,
pundaknya terasa sakit, kelima jari Si Soat Ang tahu2 sudah mencengkeram erat2.
Ketika itu Si Soat Ang benar2 teramat gusar tenaga
dalam yang dikerahkanpun tidak tanggung2, begitu berhasil
mencengkeram diatas pundak lawan segera berbunyilah
gemeretukan yang amat nyaring, sekalipun Tonghong Loei
sudah kerahkan tenaga untuk melawan, tak urung ia merasa
kesakitan juga sehingga merasuk ke tulang sumsum.
Walaupun begitu Tonghong Loei masih merasa
beruntung sebab serangan ini hanya ditujukan keatas bahu,
seandainya kelima jari lawan bersarang diatas batok
kepalanya, niscaya selembar jiwanya sudah melayang sejak
semula. "Nona Si.. " serunya kembali dengan napas terengah2
"Harap ku suka ampuni selembar jiwaku."
Dua kali teriakan keras Tonghong Loei serta suitan
nyaring Si Soat Ang telah menggemparkan perkampungan
Jiet-Gwat-Cong, dalam sekejap mata suasana disekitar sana
jadi gempar dan hiruk pikuk, entah berapa banyak orang
telah muncul sambil membawa obor bahkan ada puluhan
orang banyaknya mulai mengurung sekeliling tembok
pekarangan. Sorotan cahaya obor menerangi seluruh penjuru dan
segala sesuatu yang terjadi dalam halaman itupun dapat
kelihatan jelas, tampak air muka Tonghong Loei pucat pias
bagai mayat, keringat sebesar kacang kedelai mengucur
keluar tiada hentinya, keadaan si anak muda itu
mengenaskan sekali.
Menyaksikan keadaan tersebut, para jago jadi terkejut
bercampur bingung, mereka tak berani berkutik dan tak ada
yang berani meluruk kedepan, beberapa orang diantaranya
segera lari memberi laporan kepada Tonghong Pacu serta Si
Chen. Si Soat Ang tidak terkejut atau kaget dengan munculnya
para jago, ia malah kelihatan sangat gembira.
Saat ini Tonghong Loei sudah terjatuh ketangannya,
lagipula racun yang mengeram diatas bahu kanannya telah
berhenti menyusup, ia tahu untuk sementara waktu tak ada
bahaya yang mengancam dirinya.
Maka gadis itu lantas mendongak dan tertawa dingin,
jengeknya: "Eeeei .... ! mana Tonghong Pacu " kenapa tidak datang "
apakah ia sudah tidak mau nyawa putranya lagi ?""
"Nona Si, harap ampuni selembar jiwanya ! "
Jengekan itu disahuti oleh seseorang dari tempat
kejauhan, suara itu berasal dari Tonghong Pacu dan dalam
sekejap pun ia sudah berada ditempat itu, gerakan tubuhnya
sangat cepat sukar dilukiskan dengan kata2.
Ketika mengucapkan kita "Nona Si", ia masih berada ditempat sangat jauh tapi ketika ucapan terakhir diucapkan
terdengar deruan angin tajam menyambar lewat, sesosok
bayangan tubuh telah menyambar lewat batok kepala para
jago dan tahu2 sudah berdiri ditengah halaman.
Begitu tiba disana, Tonghong Pacu segera menuding
Tonghong Loei sambil menegur.
"Binatang cilik, apa yang kau lakukan " berani benar
mencelakai nona Si ?"
Berada dalam keadaan seperti ini Tonghong Loei dibikin
gelagapan untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
"Sedang Si Soat Ang segera tertawa dingin.
"Mencelakai diriku" oouw... tidak terhitung seberapa, ia cuma melepaskan sebatang jarum beracun kepadaku,
menurut pikirannya tentu saja ia hendak sambit ulu hatiku,
sebab kalau jarum beracun itu bersarang telak diatas ulu
hatiku maka nyawaku pasti melayang tetapi sayang ia tidak
becus, serangannya hanya bersarang diatas bahuku!"
Air muka Tonghong Pacu berubah hebat.
"Apa jarum beracun !" serunya.
"Beee . . benar . ." sahut Tonghong Loei ketakutan. "Se .
. sebatang jarum yang kudapat dari perkumpulan Mo-kauw
dari wilayah, "Se. . . sebatang jarum peninggalan dari Kiem Ciam Sin Bo?"
Air muka Tonghong Pacu berubah semakin hebat,
tubuhnya kelihatan menggigil.
Walaupun Si Soat Ang sendiri tidak tahu macam apakah
jarum beracun peninggalan dari Kiem Cian Sin Bo tersebut,
namun dari perubahan wajah Tonghong Pacu, ia tahu
bahwa kejadian tersebut tentu luar biasa racun yang
bersarang ditubuhnya pasti lihay sekali.
"Lalu bagaimana baiknya ?" Gadis itu segera berteriak, kelima jarinya yang mencengkeram tubuh Tonghong Loei
semakin diperketat.
Tonghong Pacu maju beberapa langkah ke depan,
apabila pada saat ini ia melancarkan serangan niscaya Si
Soat Ang tak berdaya, sebab tangannya yang satu sudah
kaku tak dapat bergerak sedang tangan lain digunakan
untuk mencengkeram tubuh Tonghong Loei.
Maka ketika menyaksikan Tonghong Pacu maju
kedepan, ia lantas menghardik.
"Berhenti kalau kau tidak inginkan jiwa putramu lagi,
silahkan maju kedepan selangkah lagi !"
"Ayah !" buru2 Tonghong Loei berteriak.
0ooOdwOoo0 Jilid 21 TONGHONG PACU segera berhenti, ia ayun kan
tangannya dan berteriak nyaring.
"Harap saudara sekalian berlalu dari sini dan tidurlah, kalian tak usah mencampuri urusan disini, kalau tidak
jangan salahkan kalau aku akan bertindak telengas!"
Ucapan dari gembong iblis nomor wahid ini sangat
keras, tentu saja orang2 perkampungan Jiet Gwat Cung tak
seorangpun yang berani membangkang.
Para jago yang semula penuh mengelilingi halaman
tersebut dalam sekejap mata telah sama2 berlalu, suasana
jadi hening kembali.
Menanti semua orang jago telah membubar diri,
Tonghong Pacu baru berkata kembali.
"Nona Si, Silahkan masuk kedalam ruangan, mari kita
bicarakan persoalan ini didalam saja."
Si Soat Ang mendengus dingin, ia tarik tangan
Tonghong Loei untuk diajak masuk ke dalam ruangan
diikuti Tonghong Pacu dari belakang.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Eeei . . kau jangan bergerak sembarangan." Ancam Si Soat Ang kembali dengan nada ketus. "Sekali kukerahkan tenaga, maka seluruh tubuh putramu akan hancur
berantakan."
"Nona Si harap kau jangan marah" Kata Tonghong Pacu sambil tertawa getir, "Kau harus tahu, gusar tidak akan mendatangkan kebaikan bagimu, lengan kananmu . .
bagaimana sekarang rasanya ?"
Si Soat Ang tidak ingin pihak lawan mengetahui bahwa
lengan kanannya sudah tak dapat digunakan lagi, ia
menukas. "Persoalan ini tiada sangkut pautnya dengan dirimu, aku telah kerahkan tenaga untuk menahan menjalarnya racun
tersebut, ayoh cepat serahkan obat pemunahnya."
"Tentang jarum beracun Ban-Tok-Kiem-Ciam dari KiemCiam-Sin-Bo ini . ." Seru Tonghong Pacu sambil
bergendong tangan dan mondar mandir dalam ruangan "Ah
terus terang saja kukatakan, jarum itu tak ada obat
penawarnya, binatang! tahukah kau bahwa bencana besar
telah kau lakukan?"
Untuk menyatakan kegusarannya terhadap Tonghong
Loei, si gembong iblis nomor wahid dari kolong langit ini
segera mendepakkan kakinya keras2 keatas lantai, beberapa
buah ubin segera hancur berantakan termakan jejakan
tersebut. Tonghong Loei membungkam dalam seribu bahasa, ia
cuma gertak gigi sambil menahan rasa sakit.
Sedangkan Si Soat Ang merasa sangat terperanjat
sehingga sukar dilukiskan dengan kata2, seandainya benar
bahwa racun itu tak ada obat penawarnya lagi, berarti
jiwanya sebentar lagi bakal melayang, sebab meskipun
sekarang ia berhasil mencegah menjalarnya racun itu
dengan kerahkan tenaga dalam namun sampai kapan hal
tersebut bisa berlangsung"
Dengan cepat ia membentak.
"Apa maksud ucapanmu itu! kau bilang tak ada obat
penawarnya" hmm hmm . akupun tak ada cara lagi, kecuali
membinasakan dulu putramu dan menarik kembali
modalku?" Se-akan2 tidak mendengar ancaman dari gadis tersebut,
kembali Tonghong Pacu berpaling kearah putranya sambil
membentak lebih jauh.
"Coba katakan bagaimana sekarang " kau tentu tahu
bukan, hanya ada satu cara untuk menolong situasi ini !"
Air muka Tonghong Luei pucat pias bagaikan mayat, ia
mengerti apa yang dimaksudkan ayahnya.
Pada saat itulah dari tengah halaman berkumandang
datang suara teriakan dari Si Chen.
"Sam suko ! . ."
"Adik Chen !" Teriak Tonghong Loei pula sambil
mendongak. Dengan langkah ter-gesa2 Si Chen segera menerjang
kedalam ruangan dan lari menuju ke arah Tonghong Loei.
"Berhenti !" tiba2 Si Soat Ang membentak keras.
Air muka Si Chen pucat pias bagai mayat, ia segera
berhenti sedang badannya kelihatan gemetar keras, kembali
gadis itu berteriak.
"Sam Suko, kau . . kenapa kau ?"
"Aku baik sekali, coba kau lihat bukankah aku sangat
baik !" Si Chen mengangguk tiada hentinya, kembali ia berkata:
"Nona Si, terima kasih kau suka melepaskan dirinya,
janganlah biarkan ia menderita !"
Si Soat Ang tertawa dingin tiada henti nya.
"Heee heee hee... enak benar kau bicara, kenapa tidak
kau tanyakan Samsukomu apa yang telah ia lakukan ?"
jengeknya. Sebelum Si Chen sempat berbicara, Tonghong Pacu telah
menghardik: "Binatang, masih belum juga kau katakan ?"
Tonghong Loei terdesak, terpaksa ia menjawab lambat2.
"Aku telah melepaskan sebatang jarum beracun yang
bersarang diatas bahunya, hitung2 nasibkulah yang kurang
baik, kalau jarum tadi bersarang diatas ulu hatinya, niscaya ia sudah mati binasa !".
Tonghong Loei bukanlah seorang lelaki jantan ketika
ditangkap Si Soat Ang tadi ia pernah menyatakan minta
ampun tapi sekarang berada dihadapan istrinya ia
tunjukkan sikap se-olah2 tak pernah terjadi sesuatu apapun
ia ingin tunjukkan kepada Si Chen bahkan ia sama sekali
tidak jeri. Tentu saja hal ini dilakukan karena ia benar2 mencintai
diri Si Chen dengan segenap jiwa raganya.
Si Chen segera tertawa-getir.
"Sam suko, asal jarum beracun itu kita cabut keluar
bukankah urusan sudah selesai ?" katanya.
Tonghong Loei pentang mulutnya hendak bicara, tapi
Tonghong Pacu keburu telah berkata:
"Tidak gampang untuk mencabut keluar jarum beracun
tersebut, untuk mencabutnya ke luar maka harus
dibutuhkan seorang gadis yang memiliki tenaga dalam yang
sempurna, kemudian dengan salurkan hawa murninya gadis
itu harus tempelkan bibirnya diatas mulut luka dan hisap
keluar jarum beracun tersebut hanya dengan cara begini
jarum itu baru bisa dikeluarkan !"
Air muka Tonghong Loei pucat pias bagaikan mayat, ia
merasa ngeri dan gelisah.
Tetapi sepasang mata Tonghong Pacu yang tajam itu
selalu menatap diatas wajahnya, membuat sianak muda itu
tak berani mengucapkan sepatah katapun.
"Eeee, kalau begitu saja terlalu gampang..." terdengar Si Chen telah menyahut.
"Biarlah aku yang hisap keluar jarum tersebut dari
tubuhnya !"
Seraya berkata ia maju mendekat.
"Adik Chen !" teriak Tonghong Loei.
Walaupun hanya teriakan biasa dan sam sekali tidak
mengucapkan sepatah katapun, namun barang siapa pun
dapat mendengar bahwa teriakan Tonghong Loei barusan
penuh mengandung perasaan sedih dan sakit hati.
Si Soat Ang adalah seorang gadis cerdik, dari sikap
Tonghong Pacu serta Tonghong Loei tentu saja ia dapat
menduga apabila Si Chen belum menghisap keluar jarum
beracun tersebut maka selanjutnya gadis itu bakal menderita sangat hebat.
Ia takut teriakan Tonghong Loei membatalkan niat Si
Chen, buru2 sambil tertawa dingin serunya.
"Tonghong Loei nyawamu lebih penting, apa kau sudah
tidak maui jiwamu lagi ?"
Dalam pada itu Si Chen telah tiba dihadapan Si Soat
Ang, segera tanyanya.
"Nona Si, dimanakah letak jarum beracun itu ?"
Tonghong Loei benar2 tersiksa, seluruh tubuhnya
gemetar keras sehingga gigi saling beradu, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya.
"Diatas bahu kananku." jawab Si Soat Ang, "Robeklah pakaian diatas bahuku, maka kau segera akan menyaksikan
sendiri dimanakah jarum beracun tersebut bersarang !"
Si Chen kembali maju selangkah kedepan tangannya
menempel diatas bahu kanan Si Soat Ang dan berseru.
"Nona Si. maaf..."
Seraya berkata ia robek pakaian gadis itu sehingga
muncullah bahunya yang putih bersih.
Setelah pakaian dirobek maka Si Chen pun dapat
menyaksikan sebuah titik kecil berwarna merah darah
muncul diatas bahunya.
Buru2 Tonghong Pacu berseru.
"Salurkan dahulu tenaga dalammu kemudian tempelkan
bibirmu diatas mulut luka, setelah itu kerahkan lagi tenaga Iweekangmu dan mulai menghisap sampai jarum beracun
tadi terasa menempel dibibir baru boleh berhenti kalau tidak jangan sekali2 berhenti !"
"Aku mengerti." sahut Si Chen sambil mengangguk
"Nona Si. bagaimana kalau kau lepaskan dahulu Sam suko
!". "Boleh boleh saja !"
Iapun lantas lepaskan cengkeramannya pada bahu
Tonghong Loei. Si Chen tidak berbicara lagi ia berdiri tak berkutik dan
seluruh tubuhnya mulai bergemerutukan, jelas ia mulai
mengerahkan tenaga dalamnya siap melakukan pertolongan. Air muka Tonghong Loei berubah hebat, tiba2 ia
berteriak keras:
"Adik Chen !...".
Waktu itu Si Chen sedang menyalurkan hawa murninya,
ia tak dapat buka suara maka mendengar teriakan tersebut
ia cuma angkat kepala memandang sekejap kearah sianak
muda itu. Walaupun ia tidak mengucapkan sesuatu, namun dari
sepasang mata gadis tersebut memancarkan keluar perasaan
kasihnya yang bukan kepalang membuat Tonghong Loei
yang menyaksikan hal itu jadi semakin sedih.
"Adik Chen" kembali teriak-nya "jangan kau..."
Hanya ucapan itu saja yang dapat diutarakan, sebab
kelima jari Si Soat Ang telah bergerak kembali
mencengkeram beberapa buah jalan darahnya, membuat
mulutnya cuma bisa terbuka namun tak sepotong
perkataanmu berhasil diutarakan.
Walaupun Si Chen adalah seorang gadis jujur, dalam
keadaan seperti ini iapun dapat menemukan keadaan yang
tidak beres. Buru2 ia hentikan pengerahan tenaga dalamnya,
menghembuskan napas panjang dan buru-buru bertanya.
"Sam suko, apa yang kau ucapkan! cepat katakan!"
Jalan darah Tonghong Loei tertotok ia sama sekali tidak
sanggup bersuara. sepasang matanya hanya bisa melotot
sambil menatap wajah Si Chen tak berkedip.
Si Chen semakin terperanjat, ia ingin bertanya lagi Si
Soat Ang segera sudah berseru.
"la tidak mengatakan apa2, ia hanya berharap kau suka
berhati2 jangan bertindak sembrono, kalau tidak maka ia
tak bakal bisa meloloskan diri."
"Tidak. ia bukan berkata demikian."
"Kalau tidak, apa yang hendak ia katakan lagi ?" bentak Si Soat Ang, ia sudah dibikin naik pitam.
Amanat Marga 7 Kisah Para Pendekar Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Harpa Iblis Jari Sakti 24

Cari Blog Ini