Ceritasilat Novel Online

Jago Kelana 12

Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 12


Jiet Gwat Cung sama2 meloncat naik keatas sebuah meja.
Tindakan yang muncul secara tiba2 ini membuat semua
orang jadi tertegun, suasanapun seketika jadi sunyi hening.
Terdengar kedua orang itu segera berseru lantang:
"Sahabat2 sekalian suka sama2 berkumpul dalam
perkampungan kami. Hal ini merupakan suatu kebanggaan
buat kami tetapi seandainya bukan Tonghong sian-seng
mengadakan pesta perkawinan buat putranya di perkampungan kami, rasanya tentu sulit untuk mengumpulkan kalian semua ditempat ini, ditinjau dari hal
ini boleh dikata Tonghong sianseng adalah jagoan nomor
satu dalam dunia persilatan, benar bukan?"
Tempik sorak berkumandang memenuhi seluruh ruangan
mengiringi ucapan tersebut.
Menyaksikan sambutan para jago, semu merah air muka
Ting Kang serta Ting Lou kelihatan amat bangga, mereka
segera ulapkan tangannya untuk menenangkan suasana,
setelah hening mulai mencekam, mereka bersuit nyaring
dan berseru kembali:
"Sahabat2 dari pelbagai daerah harap tenang dahulu,
kami masih ada perkataan hendak di sampaikan kepada
kalian!" Air muka Ting Kang serta Ting Lou berubah serius dan
keren senyuman yang semula menghiasi bibirnya kini
lenyap tak berbekas, ujarnya kembali.
"Pepatah kuno mengatakan. "Ular tanpa kepala tak
dapat berjalan", sejak jaman dahulu kala meskipun
perguruan serta partai yang ada didalam Bu lim sangat
banyak, tetapi belum pernah dipilih seorang Bengcu yang
bisa memimpin seluruh perguruan serta seluruh partai yang
ada dikolong langit pertama karena tiap manusia
mempunyai tujuan yang berbeda, kedua, selama ini belum
ada seorang jago lihay dunia persilatan pun yang bisa
menguasahi seluruh umat Bulim.
Bicara sampai disini, mereka merandek sejenak. Reaksi
dari ucapan itu segera muncul dihati masing2 orang, reaksi
merekapun berbeda ada yang menunjukkan rasa girang, ada
pula yang merasa kurang beres sebab mereka dapat
menangkap maksud kedua orang bersaudara Ting untuk
mengangkat Tonghong Pacu sebagai Bulim Bengcu.
Beberapa saat kemudian dua bersaudara Ting berkata
kembali. "Dan sekarang ilmu silat yang dimiliki Tong hong
sianseng lelah dikagumi oleh seluruh kolong langit, pada
saat inipun kebetulan sekali seluruh jago dunia persilatan
pada berkumpul di perkampungan Jiet Gwat Cung. Inilah
kesempatan yang paling baik bagi kita untuk angkat
Tonghong sianseng sebagai Bu lim Bengcu, entah
bagaimana maksud anda sekalian?"
Tempik sorak kembali meledak memenuhi angkasa,
bahkan ada pula sebagian orang Bu-lim yang segera
mengakui Tonghong pacu sebagai Bengcu, mereka berteriak
keras: "Tonghong Bengcu, harap suka menerima penghormatan
kami." Dalam sekejap mata, bukan saja suasana dalam ruangan
kacau balau tidak karuan, bahkan ada pula yang mulai
meninggalkan tempat duduknya dan maju kedepan untuk
memberi hormat kepada Tonghong Bengcu.
Sedangkan mereka2 yang tidak ingin menganggap
Tonghong Pacu sebagai Bulim Bengcu segera membungkam dengan wajah serius, mereka hendak melihat
perubahan situasi kemudian.
Terdengar dua saudara Ting membentak berulang kali
untuk menekan suara hiruk pikuk banyak orang, lalu
teriaknya keras-keras:
"Harap kalian jangan bertindak sembarangan dahulu,
mengangkat Tonghong Sianseng sebagai Bengcu merupakan suatu peristiwa yang amat besar dalam dunia
persilatan, mana boleh kita bertindak seenaknya" kita harus minum darah untuk mengutarakan sumpah!"
Berbicara sampai disitu kedua orang bersaudara Ting
segera berteriak.
"Bawa kemari hioloo tersebut!"
Suara mengiakan berkumandang datang, pintu tengah
terbuka lebar delapan orang
lelaki kekar dengan
menggotong sebuah hioloo besar yang memancarkan
cahaya emas lambat2 berjalan masuk.
Para jago yang tidak ingin mengangkat Tonghong Pacu
jadi Bu-lim Bengcu jadi tertegun setelah menyaksikan
kejadian itu, dengan sudah tersedianya hioloo tersebut
berarti pihak mereka sudah siap dengan rencana tersebut.
Beberapa jago diantaranya yang tidak ingin melibatkan
diri dalam pengangkatan itu berseru:
"Cungcu berdua !"
"Saudara2 sekalian ada urusan apa ?" tanya Ting Kang serta Ting Lou sambil putar badan.
"Kami masih ada sedikit urusan yang harus diselesaikan, maaf tak bisa menghadiri upacara ini lebih lanjut, selamat
tinggal !"
Selama tiga empat orang berkata, sisanya puluhan
orangpun sama meninggalkan tempat perjamuan untuk
mohon diri bahkan makin lama jumlah orang yang mohon
diri semakin banyak.
Menyaksikan kesemuanya itu, Ting Kang serta Ting
Louw tertawa terbahak2, sahutnya:
"Saudara2 sekalian, berada didepan orang budiman tidak bicara bohong, pada saat ini anda sekalian hendak berlalu,
aku rasa dalam hati tentu kalian tidak ingin mengangkat
Tonghong sianseng sebagai Bu lim Bengcu bukan ?"
Diantara orang2 itu hanya ada dua orang yang
menjawab dengan suara keras bagaikan geledek:
"Benar kalau ingin angkat Bengcu segala, aku minta tak mau tahu!"
Semua orang segera alihkan sinar matanya ke arah orang
itu, tampaklah kedua orang itu meski suaranya keras seperti geledek namun perawakannya kecil dan pendek mereka
kenakan pakaian berwarna hitam pekat, ketika terkena sinar
memantulkan cahaya yang menyilaukan mata.
Ting Kang serta Ting Lou segera tertawa keras, ujarnya
kembali: "Aku kira siapa, ternyata Toocu berdua dari pulau Me In Too di lautan Timur, apakah kalian berdua merasa ilmu
silat yang dimiliki Tonghong sianseng kurang lihay
sehingga kalian tak mau anggap dirinya sebagai Bengcu?"
Kedua orang manusia cebol itu she Sim dan merupakan
Toocu dari pulau Me ln To yang ada dilautan Timur. ilmu
silatnya aneh sekali dan berasal dari perguruan yang
berbeda dengan aliran lain.
Suasana jadi sunyi dan hening . . . tiba2 terdengar Sim
Toa tertawa dingin: "Aku bilang tidak mau yaa tidak baik, aku baik2 hidup dengan hati gembira, mengapa harus
angkat seorang Bengcu untuk mengurusi gerak-gerik kami?"
"Ting Lotoa, Ting Lojie, kalau kalian berdua suka
diurusi oleh orang lain, mengapa tidak cepatan menganggap
Tonghong Pacu sebagai bapakmu ?"
Ucapan dari Sim Toa serta Sim Jie dua orang Toocu dan
pulau Me-In Tuo ini kasar sekali, membuat sebagian besar
para hadirin ingin tertawa namun mereka tak berani tertawa
sebab mengerti urusan amat serius.
Setelah berbicara, kedua orang toocu itupun dengan
langkah lebar berjalan menuju kepintu luar tetapi baru saja melangkah dua tiga langkah mendadak mereka tertegun,
sebab pintu besar diruang tengah telah tertutup rapat.
Bukan saja pintu tersebut tertutup rapat, bahkan di depan
pintu berdiri delapan orang lelaki yang ber-jaga2 dengan
mata melotot besar.
Menyaksikan hal tersebut, dua bersaudara she Sim
merasa terkejut bercampur gusar, mereka putar badan
seraya membentak:
"Hey orang she Ting, sebenarnya apa maksudmu ?"
"Apakah kalian berdua belum paham " seluruh jagoan
yang ada dikolong langit telah menyatakan setuju untuk
mengakui Tonghong sianseng sebagai Bu lim Bengcu,
seandainya kalian sendiri yang menolak bukankah hal ini
berarti bahwa kalian ada maksud memusuhi para jago
dikolong langit " Mana bisa kami biarkan kalian berdua
berlalu?" Siapapun dapat menduga, kepergian dua bersaudara she
Sim itu pasti tidak gampang, tetapi siapapun tak menyangka
kalau ucapan dari Ting Kang barusan begitu polos, terbuka
dan tanpa tedeng aling2.
Mendengar perkataan itu, dua bersaudara she Sim sama2
mendengus dingin, telapak tangannya diputar, serentetan
cahaya berkilauan memancar keempat penjuru. tahu2
ditangan mereka berdua telah bertambah dua bilah padang
pendek, diikuti badannya berputar kencang, cahaya pedang
berkilauan disusul desiran angin tajam men-deru2, seketika
itu juga tampak dua sosok bayangan manusia menubruk ke
arah dua bersaudara she Ting.
Baik Ting Kang maupun Ting Lou sama2 telah menduga
kalau pihak lawan bakal menyerang kepada mereka, posisi
mereka yang semula merapat kini semakin rapat lagi, ujung
baju kedua orang itu sama2 dikebaskan kedepan.
Gerakan tubuh dua bersaudara she Sim sangat cepat
sekali, baru saja Ting Kang serta Ting Lou mengebaskan
ujung bajunya, Sim Toa serta Sim Jie telah berada
dihadapan mereka, pedangnya segera merandek berbareng
pedang yang berada disebelah kiri mengancam tubuh
bagian atas, sedangkan pedang yang ada disebelah kanan
membabat kearah ujung baju yang sedang menyapu ke arah
mereka. Didalam sekejap mata suara desiran tajam berkumandang memenuhi angkasa ujung baju Ting Kang
serta Ting Lou yang sedang diayun kedepan telah tersambar
robek oleh babatan pedang pendek tersebut.
Pada saat itulah mendadak Ting Kang serta Ting Lou
jatuhkan diri ke belakang, sambaran pedang Sim toa serta
Sim-Jie yang mengincar tubuh bagian atas mereka
mengenai sasaran kosong di ikuti tendangan kilat
dilancarkan kedepan..Duuk! Duuk,.,! dua tendangan kilat
bersarang telak ditubuh dua bersaudara she Sim.
Sim Toa serta Sim Jie segera memperdengarkan jeritan
aneh yang menggetarkan seluruh ruangan, tubuh mereka
berjumpalitan beberapa kali ke belakang, sehingga
merobohkan beberapa lembar meja sebelum akhirnya
berhasil terdiri tegak kembali.
Menanti mereka berhasil berdiri tegak, air muka semua
orang itu telah berubah hebat.
Ting Kang serta Ting Lou pun tidak mengejar lebih jauh
setelah berhasil duduk diatas angin, mereka hanya tertawa
dingin tiada hentinya sambil berseru:
"Pikiran kalian berdua sudah terbuka " jangan dikata
semua orang yang hadir dalam perkampungan Jiet Gwat
Cung pada saat ini, sekalipun orang2 Bu lim lainnya yang
berani tidak mengakui Tonghong sianseng sebagai Bengcu
pun akan mengalami nasib yang sama mati atau hancur
binasa." Apa yang diucapkan dua orang bersaudara she Ting
sudah cukup jelas bagi pendengaran semua orang tetapi Sim
toa serta Sim jie kembali meraung gusar, sekali lagi
badannya menubruk ke depan Kali ini Ting Kang serta Ting
Lou tidak berani bertindak gegabah, menyaksikan
datangnya tubrukan mereka segera loloskan pedangnya
menciptakan bunga2 pedang dan sambut datangnya
serangan lawan.
-ooo0dw0ooo- Jilid 18 GERAK-GERIK Sim-toa serta Sim-jie lincah sekali,
mendadak mereka bergerak ke timur sebentar kemudian
kebarat, tiba2 maju kedepan kemudian meloncat kebelakang, dalam sekali tubrukan tujuh delapan belas
serangan telah dilepaskan.
Sebenarnya Ting Kang serta Ting Lou berdiri sejajar,
tetapi setelah senjata diloloskan maka mereka berdiri saling bertolak belakang, jurus seranganpun amat lambat sekali,
jauh berkebalikan daripada gerakan dua bersaudara she
Sim. Dalam sekejap mata dua tiga puluh jurus telah lewat,
semua orang dapat melihat bahwa posisi Ting Kang serta
Ting Lou jauh lebih menguntungkan, kedudukan mereka
kokoh dan tidak mungkin terkalahkan lagi.
Bahkan semua orang mengerti keadaan tersebut,
sekalipun Sim-toa serta Sim-jie pun sadar ini hari mereka
pasti akan menderita kekalahan, tetapi urusan sudah jadi
begini keadaan mereka bagaikan menunggang diatas
punggung harimau mau turunpun tak mungkin terpaksa


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka keraskan kepala dan perketat serangannya.
Menurut pelajaran ilmu silat, semakin tenang menghadapi serangan posisinya semakin kuat dan semakin
gelisah hatinya maka titik kelemahan akan segera
bermunculan. Demikianlah halnya dengan dua bersaudara she-Sim,
seandainya mereka tidak terburu napsu mungkin masih
bertahan beberapa saat lagi tetapi sayang karena hatinya
gelisah, meskipun tujuh delapan jurus yang dilancarkan
kelihatan gencar namun setiap serangan tentu tertampak
titik kelemahannya, dengan cepat Ting Kang serta Ting Lou
berhasil menguasai keadaan.
Tiba2 kedua orang cungcu dari perkampungan JietGwat-Cung ini bersuit panjang, gerakan pedangnya
semakin cepat . . Sreet ! Sreet! Sreet ! Sreet ! beruntun empat buah serangan telah dilepaskan.
Tampak kedua bilah pedang itu menciptakan ratusan
buah bayangan pedang, boleh dikata bagaikan dua buah
dinding baja yang sukar di tembus sama2 menekan tubuh
Sim bersaudara, hal ini memaksa Sim toa serta Simjie
terdesak mundur kebelakang.
Siapa sangka makin mereka mundur kebelakang, deruan
angin serangan menyambar semakin gencar seluruh ruang
kosong telah dipenuhi dengan desiran pedang, tiba2 ujung
pedang lawan telah menusuk kearah dadanya.
Sim toa serta Sim jie jadi terperanjat, buru2 mereka
menyusut kebelakang, pedang kiri segera dilintangkan
untuk melindungi dada.
Pada saat itulah Ting kang serta Ting Lou ber-sama2
merubah jurus serangan, lengannya melintang kedepan
pedangnya menyabet mendatar.
Terdengar jeritan
ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang memenuhi angkasa. "Brees !" dua belah lengan kiri mereka telah tertabas putus dan rontok ke atas
tanah. Darah segar segera mengucur keluar tiada hentinya
menerangi seluruh lantai, dengan wajah pucat pias bagaikan
mayat Sim toa serta Simjie mundur sempoyongan
kebelakang. Ting kang serta Ting Lou tidak mengejar lebih jauh,
pergelangan berputar dan tahu2 kedua batang pedang itu
telah dimasukan kembali ke dalam sarung ujarnya
berbareng. "Kami kutungi lengan kalian berdua sebagai peringatan
akan kecongkakkan hati kamu berdua, asalkan kalian suka
menghormati Tonghong sianseng sebagai Bu-lim Bengcu,
maka cayhe segera akan mengeluarkan obat untuk
mengobati luka kalian !"
Tabiat dua bersaudara she Sim adalah keras kepala dan
berangasan, mendengar ucapan tersebut mereka segera
memperdengarkan jeritan keras yang menggetarkan seluruh
ruangan. Mengikuti bentakan tadi, lengan kanan mereka berdua
sama2 diayun dengan kecepatan bagaikan kilat, kemudian .
. Sreeeet! Srreeet! ujung pedang tersebut tahu2 telah
ditusukan kedalam ulu hati sendiri.
Arah yang dituju tepat diatas jantung, dimana
merupakan tempat kematian, diiringi jeritan ngeri tubuh
mereka berdua roboh keatas tanah dan menghembuskan
napas yang terakhir.
Ting Kang mendengus dingin, ia segera berteriak.
"Gotong pergi mayat2 mereka!".
Tujuh delapan orang lelaki kekar segera munculkan diri,
dalam sekejap mata mayat dari dua saudara she Sim sudah
digotong pergi, noda darah diatas tanahpun disapu sampai
bersih, tidak selang seperminum teh kemudian ruang tengah
tersebut telah bersih dan tenang kembali se-olah2 tak pernah terjadi sesuatu apa pun.
"Kalau tak ada orang yang ingin belajar seperti dua
saudara she-Sim, upacara pengangkatan sumpah pun akan
segera dimulai !" teriak Ting Lou dengan suara berat.
Suara teriakan yang gegap gempita segera memenuhi
seluruh ruangan, ratusan orang lain yang tidak setuju
dengan pengangkatan itupun pada membungkam dengan
wajah berubah hebat, sejak kematian Sim toa serta Sim-jie,
mereka pun mulai sadar apabila mereka menyatakan
ketidak setujuannya, niscaya tak ada jalan ketiga bagi
mereka kecuali hidup atau mati.
Ditengah teriakan banyak orang, Ting Kang berseru
lantang. "Bawa kemari arak wangi !"
Empat orang lelaki munculkan diri dengan ditangan
masing2 membawa seguci arak, setiba nya didepan hioloo,
arak tadi segera dituangkan kedalam hioloo tersebut, bau
wangi semerbak segera tersiar keseluruh ruangan.
Tidak selang beberapa saat, keempat guci arak itu sudah
memenuhi hioloo besar tersebut, semua orang tahu
pengangkatan sumpah segera akan dimulai, suasanapun
jadi tegang kembali.
Dua bersaudara she Ting bertepuk tangan tiga kali,
muncul dua orang lelaki yang berbaju mentereng, ditangan
masing2 membawa gulungan kain sutera berwarna merah,
setibanya di ruang tengah, kain merah tadi direntangkan
diikuti muncul orang yang membawa pit serta sebuah meja
terbuat dari kayu cendana, alat2 tulis itupun diletakkan
diatas meja tadi.
"Kami angkat Tonghong sianseng sebagai Bu-lim
Bengcu, hal ini merupakan suatu peristiwa maha besar yang
belum pernah terjadi dalam dunia persilatan seratus tahun
ini" kata Ting Kang.
"Walaupun kita adalah orang persilatan, tetapi tak bisa tidak tak boleh melupakan kesusasteraan, oleh karena itu
setiap orang yang setuju dengan pengangkatan ini harus
meninggalkan nama dalam daftar tersebut, aku rasa tulisan
yang paling lihay dalam dunia persilatan kita boleh dikata
hanya Sin Chiu Suseng atau si Manusia bertangan sakti
seorang dimanakah saudara itu ?"
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, dari antara
para tetamu muncul seorang lelaki berusia empat puluhan
dengan dandanan seorang siucay, gerak geriknya halus dan
terpelajar, dengan wajah penuh senyuman serunya.
"Ting Cungcu, kalau kau berkata demikian, hal ini
membuat aku orang jadi tidak berani angkat pit . . ."
Orang itu she-Ih bernama Hong dan merupakan seorang
siucay yang melepaskan pelajaran Boen mendalami soal
Boe, dalam ilmu silat boleh dikata luar biasa juga, orang2
menyebut dia sebagai Sin Chiu Suseng atau Si Mahasiswa
bertangan sakti.
"Ih-heng, harap kau suka mencatat seluruh kejadian
besar yang berlangsung ini hari." kata Ting Kang sambil tertawa.
Sin Chiu suseng tidak menampik, ia segera ambil alat pit
dan menulis syair2 yang isinya memuji kehebatan
Tonghong Pacu, kemudian iapun menuliskan beberapa kata
diatas lembaran kain yang bakal berisi nama2 para jago,
setelah semuanya selesai ia baru putar badan berlalu.
"Harap Ih-heng meneteskan darah angkat sumpah" teriak dua bersaudara she Ting.
"Kalau ingin meneteskan darah angkat sumpah,
seharusnya cung-cu berdua yang mulai dahulu!"
Dua bersaudara she Ting tidak sungkan2 lagi, ia segera
maju ke depan, mengambil pisau belati yang ada diatas
meja dan diiriskan per-lahan2 diatas lengan sendiri, setelah meneteskan beberapa titik darah kedalam hioloo, ia pun
mencatatkan namanya diatas kain merah itu.
Demikianlah semua orang lantas turut menurut
meneteskan darah dalam hioloo dan mencatatkan nama
diatas kain lalu mengundurkan diri.
Ratusan orang lainnya yang tidak sudi angkat Tonghong
Pacu sebagai Bengcu, setelah menyaksikan kejadian itu
meski dalam hati tidak setuju, merekapun terpaksa
mencatatkan namanya dan meneteskan beberapa titik
darah. Setelah repot hampir dua jam lamanya, akhirnya tinggal
dua belas orang yang tetap berdiri tak berkutik, jelas kedua belas orang itu tidak ingin ikut dalam pengangkatan
tersebut. Ting Kang serta Ting Lou pura2 tidak tahu, kepada
mereka segera serunya.
"Sudahlah, kalian tak usah saling mengalah terus2an,
ayoh cepat teteskan darah dan tinggalkan nama, setelah itu
kita masing2 meneguk secawan arak, upacara pengangkatan
inipun selesai !"
Kedua belas orang itu berdiri dengan wajah hijau
membesi, mereka tertawa dingin tiada hentinya, seorang
kakek pendek kurus segera berseru dengan dingin.
"Ting Cungcu kami tidak ingin mengangkat siapapun
jadi Bengcu, seandainya kalian memaksa, terpaksa kami
akan bertempur sampai titik darah penghabisan !"
Walaupun perawakan si kakek tua itu pendek kecil,
tetapi sepasang matanya memancarkan cahaya tajam,
sikapnya gagah sekali, siapapun kenali orang itu sebagai
jagoan lihay dari partai Thian-cong. sipedang ditengah
mega Huan Hok. Ucapan ini segera disambut sebelas orang
lainnya. "Ucapan Huan-heng tepat sekali, memang demikian
adanya." Kesebelas orang yang baru bicara bukan lain adalah
tokoh2 lihay dari pelbagai partai, pengaruh mereka lebih
jauh lebih hebat dari pada pemberontakan Sim-toa berdua
tadi. Ting Lou segera tertawa seram, serunya. "Ucapan
saudara sekalian salah besar, apakah kalian anggap dengan
kekuatan belasan orang lantas bisa memusuhi seluruh jago
Bu-lim yang ada dikolong langit?"
"Ting Cungcu, aku orang she Huan merasa rada kurang
paham dengan ucapanmu itu." kata sipedang Ditengah
Mega Huan Hok sambil tertawa dingin, "Apakah Tonghong
sianseng benar2 adalah Bengcu dari seluruh umat dunia
persilatan sehingga semua orang Bu-lim harus mendengarkan perintahnya."
"Kalau tidak demikian lalu bagaimana?" hardik Ting Kang.
Air muka Huan Hok berubah hijau membesi dan iapun
memperdengarkan suaranya tertawa dingin yang sangat
menusuk pendengaran.
"Padahal menurut pengamatan kami, sekalipun Tonghong sianseng ingin jadi Bengcu ma ka dia sudah
sepantasnya jadi Bengcu dari manusia2 golongan sesat."
"Ooouw . . jadi kalian merasa diri kalian sebagai orang2
dari golongan lurus ?" jengek Ting Lou.
"Walaupun partai Tiam-Cong tak bisa dibandingkan
dengan beberapa partai lainnya, tetapi kamipun bukan
termasuk manusia2 liar yang bergolong sesat !"
Ting Kang serta Ting Lou sangat gusar, begitu Huan
Hok menyelesaikan kata2nya, mereka segera maju kedepan
dengan langkah lebar.
Tetapi baru saja kedua orang itu maju tiga langkah
kedepan, mendadak terdengar Tonghong Pacu berseru.
"Cungcu berdua harap tahan !"
Per-lahan2 Tonghong Pacu bangun berdiri sinar matanya
memancarkan cahaya berkilat.
Huan Hok sekalian dua belas orang sejak semula sudah
ingin bertempur sampai titik darah penghabisan, bila bisa
menerjang keluar dari perkampungan Jiet-Gwat-Cung itu
lebih baik, kalau mati merekapun akan bertahan sampai
titik darah penghabisan.
Maka dari itu menyaksikan Tonghong Pacu telah bangun
berdiri, air muka semua orang berubah sangat tegang, suara
gemerincingan senjata pun berkumandang memenuhi
angkasa. Tonghong Pacu tersenyum tenang, seakan2 tidak pernah
terjadi suatu peristiwa apapun lambat2 ia berjalan kedepan.
Tujuh, delapan langkah kemudian, akhirnya Tonghong
Pacu berhenti dihadapan Huan Bok.
Melihat jagoan lihay itu muncul dihadapannya, pedang
panjang Huan Huk segera dilintangkan didepan dada siap
menghadapi segala kemungkinan, sedang sebelas orang
lainnya segera menyebarkan diri keempat penjuru siap
menghadapi segala kemungkinan.
Setelah berdiri tegak sambil tertawa Tonghong Pacu
segera berkata.
"Saudara sekalian, berkumpulnya para jago dalam
perkampungun Jiet Gwat Cung sebenarnya bukan lain
untuk merayakan perkawinan putraku, siapa sangka telah
terjadi urusan cabang lain dimana dua saudara Ting hendak
angkat aku sebagai Bu-lim Bengcu, terhadap peristiwa ini
bahkan diriku sendiripun merasa diluar dugaan!"
Huan Hok sekalian dua belas orang mengerti Tonghong
Pacu tentu sudah membenci mereka karena mereka berdua
belas tidak mau angkat dirinya sebagai Bengcu, ia pasti
tidak akan melepaskan dirinya begitu saja, terhadap
omongan yang begitu manis siapa yang mau percaya "
Maka dari itu semua orang bungkam dalam seribu
bahasa kecuali suara tertawa dingin bergema tiada
hentinya. Tonghong Pacu merandek sejenak, kemudian sambungnya lebih jauh:
"Siapa sangka asal usul dari Ting cung-cu berdua


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendapat sambutan yang luar biasa dari para jago, hasil ini sungguh diluar dugaan dan kini saudara sekalian
menunjukkan rasa tidak puas, aku rasa dalam hati kalian
tentu pandang rendah diriku menganggap kepandaian
silatku tidak cukup dan tidak pantas menjabat sebagai
Bengcu bukankah begitu ?"
Huan Hok mengetahui, dengan ucapan tersebut
Tonghong Pacu hendak menantang mereka secara
terang2an. Sebagai seorang manusia kawakan yang kenyang dengan
asam garam, tentu saja Huan Hok memahami maksudnya,
ia segera tertawa hambar.
"ilmu silat Tonghong sianseng amat dahsyat bahkan Si
Thay sianseng pun meninggalkan tempat ini dengan
keadaan mengenaskan, ilmu silatmu luar biasa sekali."
"Ooooh... terima kasih atas pujianmu, tetapi anda
mengatakan orang yang ikut serta dalam pengangkatan ini
merupakan manusia golongan sesat, kalau begitu kaupun
menganggap aku sebagai manusia kurcaci pula?"
"Bagaimana watak anda, semua orang dalam dunia
persilatan sudah mengetahuinya dengan jelas!"
"Ooouw . . . kiranya begitu, kalau anda tidak mau bicara pun tak apalah, jadi kalian tak suka ikut serta dalam
pengangkatan ini?"
"Tidak mau!" jawab ke dua belas orang itu serentak.
Tonghong Pacu segera mendongak tertawa terbahak2,
"Kalau kalian sudah bicara terus terang, urusanpun bisa diselesaikan dengan mudah terpaksa..."
Sambil tertawa tergelak, tiba2 kakinya melangkah Tiong
Koan menuju ke Hong Bun, lima jari tangannya bagaikan
cakar mencengkeram dada Huan Hok.
Sejak semula Huan Hok sudah bersiap sedia dengan
pedang dilintangkan didepan dada, meski demikian dia
tidak menyangka kalau serangan dari Tonghong Pacu
dilancarkan sedemikian cepatnya, ia tertegun, ingin
pedangnya dibabat kedepan melancarkan serangan namun
terlambat setindak.
Dalam sekejap mata itulah . . Duukkk . . . bukan saja
kelima jari Tonghong Pacu telah mencengkeram diatas
dadanya, bahkan sebatang tulang iganya berhasil dicengkeram sampai patah.
Dalam keadaan seperti ini tentu saja Huan Hok tiada
kekuatan untuk melawan lagi, pedang ditangannya segera
terkulai kebawah.
Dua orang yang berada dikiri kanan Huan Hok bekerja
cepat, senjata ditangannya segera diayun
kedepan menyerang kearah Tonghong Pacu.
Gerakan tubuh sigembong iblis itu sangat cepat sekali,
lagi pula ia sudah menduga akan tindakan tersebut, setelah
berhasil mencengkeram tubuh Huan Hok, tangannya segera
menyusut ke belakang dan menarik tubuh sipedang di
tengah mega hingga maju kedepan.
Dengan adanya perubahan tersebut, serangan kedua
orang yang semula diarahkan Tonghong Pacu sekarang
mengancam tubuh Huan Hok.
Sebagai manusia Bu-lim yang terhitung lihay, ke dua
orang itu cukup sebat mereka segera buyarkan jurus setelah
menyaksikan keadaan tidak beres.
Terdengar Tonghong Pacu tertawa panjang, tangan
kirinya tiba2 dikebaskan kedepan melemparkan tubuh
Huan Hok. Orang yang berada disebelah kiri sementara itu sudah
menarik kembali senjata poan-koan pit nya, tetapi karena
dorongan itu muncul secara tiba2 dan tubuh Huan Hok
tahu2 sudah berada dihadapannya, ia tak berhasil
menghindarkan diri lagi, tak bisa ditahan, senjata poankoan-pit tadi segera menembusi iga Huan Hok hingga
tinggal gagangnya belaka.
ooodOwooo BAB 18 TUBUH Huan Hok merentang keras, darah segar
mengucur keluar lewat tujuh lubangnya, tanpa mengeluarkan sedikit suara pun ia putus nyawa.
Kematian Huan Hok mengerikan sekali, menyaksikan
kejadian itu orang yang bersenjata kan Poan Koan Pit itu
jadi tertegun dan berdiri mematung, ia tak tahu apa yang
harus dilakukan pada saat itu.
Sedangkan sepuluh orang lainnya segera membentak
keras dan ber-sama2 menerjang ke depan.
Tonghong Pacu enjotkan badannya melayang ketengah
udara dan hinggap diatas sebuah meja.
Ting Kang, Ting Lou serta Kiem Lan Hoa, Tonghong
Loei sekalian segera menubruk maju dalam sekejap mata
suara manusia berteriak memenuhi angkasa, kelihatanlah
ratusan orang segera akan turun tangan berbareng.
Pada saat itulah Tonghong Pacu membentak keras.
"Jangan membantu, cepat mundur ke belakang!"
Teriakan ini mengundurkan semua orang, di tengah
ruangpun segera tertinggal sebuah kalangan yang cukup
luas. Dua orang diantara sepuluh jago dengan gerakan tubuh
yang cepat berebut tiba didepan meja, goloknya segera
disapu membabat kaki meja membuat meja tersebut roboh
keatas tanah, dengan demikian Tonghong Pacu pun turut
jatuh kebawah. Siapa sangka dengan ilmu meringankan tubuh yang amat
sempurna. tiba2 Tonghong Pacu melejit ke depan, sepasang
telapaknya tahu2 sudah menekan diatas batok kepala dua
orang itu. Diiringi suara gemerutukan yang amat keras batok
kepala kedua orang itu hancur berantakan dan mati binasa
seketika itu juga Tonghong Pacu segera mencengkeram
mayat kedua orang itu diputar ditengah udara, lalu
dilemparkan kedepan.
Sementara itu kembali dua orang jago maju kedepan
melancarkan serangan dahsyat.
Siapa sangka daya lempar Tonghong Pacu terhadap dua
sosok mayat itu amat aneh sekali, ketika tiba ditengah jalan, tiba2 mayat tadi membalik dan meluncur kembali kearah
Tonghong Pacu dengan kekuatan luar biasa.
Dua orang jago yang sedang melancarkan serangan itu
sama sekali tidak menyangka akan kejadian ini, Buuuk . . .
Buuuuk . . . ! tidak ampun lagi punggung mereka tertumbuk
keras2 oleh dua sosok mayat tadi hingga muntah-darah
segar, badanpun terdorong maju ke depan, Tonghong Pacu
tertawa dingin, berbareng dengan kejadian itu jari
tangannya segera berkelebat kedepan menekan keatas dada
mereka berdua, diiringi jeritan ngeri kedua orang itupun
menemui ajalnya seketika itu juga.
Tujuh orang sisanya jadi tertegun setelah menyaksikan
lima orang rekannya mati dalam keadaan mengenaskan,
untuk sesaat mereka tak tahu apa yang harus dilakukan.
Tiba2 terdengar orang yang bersenjatakan Poan Koan Pit
itu menjerit keras, ia cabut keluar senjatanya dari tubuh
Huan Hok kemudian dengan mata melotot dan napas
terengah2, jeritnya,
"Bajingan tua, serahkan jiwamu!"
Ujung kaki menutul permukaan tanah, senjata Poankoan-pit dengan membawa segulung desiran tajam
menusuk keatas dada Tonghong Pacu.
Sigembong iblis itu mundur kebelakang, sementara dari
kiri kanan muncul dua orang melancarkan serangan.
"Kalian benar2 tidak takut mati ?" hardik Tonghong Pacu. "Baik, akan kupenuhi harapan kalian !"
Sepasang telapak berkelebat menyilang, kiri kanan ia
melancarkan dua gulung angin pukulan yang luar biasa
dahsyatnya membuat dua orang yang sedang maju segera
tertahan. Tetapi dengan rentangnya sepasang telapak tersebut
berarti bagian dadanya terbuka, orang yang bersenjatakan
Poan-koan-pit jadi kegirangan setengah mati, serangannya
segera dilancarkan kedepan.
Tiba2 terdengar Tonghong Pacu tertawa panjang,
mendadak badannya jatuhkan diri kebelakang. . "Criiit . . !"
ujung poan-koan-pit tahu2 sudah menyambar lewat diatas
batok kepalanya.
Merasakan serangannya mengenai sasaran kosong, orang
itu sadar akan keadaan tidak menguntungkan, mundurpun
percuma dalam keadaan seperti itu, ia jadi nekad, tiba2 ia
buang senjata Poan-koan-pit nya, sepasang telapak dengan
segenap tenaga segera dihantam kebawah.
Pada saat itu tubuh Tonghong Pacu terjengkang
kebelakang, serangan telapak orang itu pun dengan telak
bersarang diatas dada si gembong iblis tersebut.
"Plaak ! Plaak !" sepasang telapak orang itu telak bersarang dengan hebatnya diatas dada Tonghong Pacu.
Tetapi dengan cepat orang itu menjerit kaget, bukannya
terluka Tonghong Pacu segera bangun berdiri, sementara itu
ia sendiri mundur tiga langkah kebelakang, jatuh terduduk
diatas tanah dengan napas senin kemis.
Kiranya Tonghong Pacu telah menutup seluruh jalan
darah di dadanya, ia membuat badan keras bagaikan baja,
dua serangan orang itu meski bersarang telak ditubuhnya,
bukan saja ia tidak terluka, malahan orang itu berhasil
digetarkan hingga terluka parah.
Demontrasi tenaga dalam yang diperlihatkan Tonghong
Pacu membuat semua orang tertegun.
Dua orang diantara enam orang sisanya tiba2 membuang
senjatanya keatas tanah kemudian dengan langkah lebar
berjalan kedepan Hioloo meneteskan darah, menulis nama
sendiri dan berdiri disamping kalangan dengan wajah pucat
pias. Dengan demikian maka tinggal empat orang yang masih
berada ditengah kalangan.
"Hey, kalian berempat apakah ingin cari mati semua ?"
jengek Tonghong Pacu sambil tertawa seram.
Keempat orang itu berdiri saling berpandangan, tiba2
terdengar salah satu diantara mereka menghela napas
panjang, tetapi orang yang berada disisinya segera berseru:
"Sute, jangan.."
Belum habis dia berbicara, Tonghong Pacu telah
kebaskan ujung bajunya kearah orang itu, begitu dahsyat
angin serangan tersebut membuat ia tak sanggup
meneruskan kata2nya, sang badan merendah lalu bergelinding kesamping, golok pendek ditangannya dengan
cepat menyapu tubuh bagian bawah sigembong iblis
tersebut. Tiba tiba Tonghong Pacu enjotkan badannya ketengah
udara, kemudian melayang dengan kecepatan bagaikan
kilat, sepasang kaki tepat menginjak diatas badan orang itu, darah segar muncrat keempat penjuru.
Orang yang menghela napas panjang tadi segera
membuang senjatanya keatas tanah "Aku suka menggabungkan diri." ujarnya layu Dua orang sisanya
segera menjerit keras, pedang panjang ditangan mereka
berkelebat menggorok leher sendiri, badannya mundur
sempoyongan dan akhirnya roboh binasa diatas tanah
kematian mereka patut dipuji sebagai seorang lelaki sejati.
Tonghong Pacu tertawa dingin, bentaknya, "Gotong
semua mayat2 itu dan lempar ke-dalam jurang!"
Anak buah perkampungan Jiet Gwat Cung segera turun
tangan dengan cepat, dalam sekejap mata delapan sembilan
sosok mayat itu sudah digotong keluar, kursi meja yang
berserakan pun sudah diatur rapih, setengah jam kemudian
barulah terdengar Tonghong Pacu berseru kembali.
"Silahkan anda sekalian meneguk secawan arak
berdarah, kemudian kita adalah orang sendiri."
Beruntun semua orang yang ada di dalam ruangan
meneguk secawan arak dari dalam hioloo tersebut, menanti
satu jam dengan dipimpin Ting Kang serta Ting Lou semua
orang sama2 jatuhkan diri berlutut di hadapan Tonghong
Pacu. semua orang tidak terkecuali hanya seorang yang
tidak, yakni Kiem Lan Hoa.
Menyaksikan semua orang akhirnya berhasil ditundukkan dan sejak itu bakal berada dibawah
kekuasaannya, Tonghong Pacu jadi kegirangan setengah
mati, ia mendongak tertawa terbahak2.
"Silahkan bangun, silahkan bangun" serunya.
Semua orang bangun berdiri, suasana diliputi keheningan yang luar biasa, tak terdengar sedikit suarapun.
Beberapa saat kemudian Tonghong Pacu mendehem,
lalu sambil menuding ke-atas kain sutra berwarna merah itu
ia berkata. "Setelah kalian angkat aku sebagai Bengcu dan
meninggalkan nama disini, maka kalian harus mengikuti
peraturanku dimana ada Bengcu ada perintah, apabila
berani membangkang maka orang itu akan dibunuh tanpa
ampun."

Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika mengucapkan kata2 yang terakhir dari sepasang
matanya memancarkan cahaya tajam yang menyeramkan,
membuat para jago sama2 merasa hatinya bergidik. ia
merandek sejenak, kemudian sambil tertawa sambungnya
lebih jauh, "Jaman dulu kaisar Han Kao Couw menetapkan tiga pasal peraturan buat rakyatnya, sedangkan aku cuma
ada satu pasal, yaitu dimana perintah Bengcu tiba, siapa
yang berani membangkang akan dibunuh tanpa ampun !"
Sekali lagi gembong iblis tersebut merandek, sepasang
matanya menyapu keempat penjuru, melihat semua orang
membungkam ia lantas teruskan.
"Tentu saja segala urusan dalam persatuan ini akan
diatur dikemudian hari, sekarang aku perintahkan Ting
Kang serta Ting Lou menjabat sebagai Te-Tong Tongcu
serta Thian-Tong Tongcu yang mengurusi segala urusan
mengenai persatuan ini"
Padahal dalam kenyataan, Ting Kang serta Ting Lou
telah adakan perjanjian terlebih dahulu dengan Tonghong
Pacu tentang kedudukan yang bakal diberikan kepada
mereka, kalau bukan jabatan yang tinggi mana mereka
berdua sudi berkomplot "
Mendengar jabatan tersebut, kedua orang ini segera
menunjukkan sikap kunang senang hati setelah menjura
katanya: "Terima kasih atas penghargaan Bengcu, namun cayhe
berdua merasa tidak sesuai untuk jabatan tersebut, dari
pada mengecewakan semua orang, lebih baik tidak terima !"
"Kalian berdua tidak mau menerima jabatan ini ?" tegur Tonghong Pacu.
"Benar, harap bengcu suka memilih orang yang berbakat
saja!" "Ooouw . . aku perintahkan kalian menjabat sebagai
Thian-tong serta To Tong Tongcu yang mengurusi
persoalan persatuan ini, kalian tidak mau terima, apakah
kalian tidak tahu bahwa kedudukan ini tinggi sekali?"
Tiba2 air mukanya berubah keren, hardiknya.
"Apa yang kuucapkan tadi apakah kalian sudah lupa?"
"Hamba sekalian tidak becus, maka tidak berani
menerima."
Air muka Tonghong Pacu berubah semakin hebat ia
membentak keras. "Tadi sudah ku-katakan, barang siapa
yang berani membangkang perintah dari Bengcu, maka ia
akan dibunuh tanpa ampun . . ."
Ting Kang serta Ting Lou terkesiap, mereka berdiri
dengan mata melotot dan mulut melongo. Terdengar suara
dari Tonghong Pacu makin keras, ia berseru lebih jauh:
"Memerintahkan kalian menjabat sebagai Thian-tong, Te
Tong Tongcu merupakan perintah pertama yang kuturunkan sejak aku memangku jabatan sebagai Bengcu,
tetapi kalian berdua berani tidak menurut, kalau begini
caranya bagaimana aku bisa menjabat sebagai Bengcu lebih
jauh" Hmmm! Barang siapa yang berani membangkang
perintah Bengcu, dia harus dibunuh mati tanpa ampun!"
Bersamaan dengan ucapan itu, tiba2 Tong-hong Pacu
meloncat bangun dan berkelebat ke hadapan Ting Kang
serta Ting Lou.
"Tonghong sianseng, kami sedang . . ." seru mereka berdua.
Tetapi belum habis ia berseru, telapak tangannya sudah
diayun kebawah menghajar batok kepala mereka.
Ting Kang serta Ting Lou sadar, nyawanya berada
diujung tanduk, mereka berusaha untuk menghindar,
namun terlambat setindak.
"Plaak! Plakk!" diiringi suara bentrokan dahsyat, batok kepala kedua itu sudah terhajar telak sehingga melengkung
kedalam sebanyak tiga coen, darah segar mengucur keluar
dari tujuh lubang, biji mata mereka melotot keluar,
kematian kedua orang ini dalam keadaan yang sangat
mengerikan sekali.
Dalam sekejap mata suasana jadi sunyi senyap, semua
orang tahan napas dan tidak berani mengucapkan sepatah
katapun. Tonghong Pacu mundur dua langkah ke belakang,
berdiri tegak dan berseru dengan suara dingin.
"Sudah kalian saksikan sendiri, setelah kalian angkat aku sebagai Bengcu maka semua perintah harus didengarkan,
barang siapa yang berani melanggar dia harus dibunuh
mati!" Air muka semua orang berubah pucat pias bagai mayat,
berada dalam keadaan seperti ini siapa yang berani
mengatakan "Tidak?"
"Baik!" jawaban serempak bergema memenuhi seluruh angkasa, Diatas wajah Tonghong Pacu yang diliputi
kegusaran, terlintas senyuman manis.
"Orang2 dari perkampungan Jiet Gwat Cung apakah
sudah takluk semua" . . ." teriaknya.
Pertanyaan ini sampai diulang beberapa kali, bahkan
jago Bu-lim yang lihay pun membungkam diri, apalagi
orang2 dari perkampungan Jiet Gwat Cung !
Sekali lagi Tonghong Pacu membentak.
"Gusur pergi dua sosok mayat dari penghianat tersebut
dan buang ke dalam jurang agar dimakan srigala!"
Beberapa orang pegawai perkampungan Jiet Gwat Cung
segera munculkan diri dan membawa pergi mayat Ting
Kang serta Ting Lou dari dalam ruangan. Menanti kedua
sosok mayat itu sudah digusur pergi, Tonghong Pacu
berseru kembali dengan suara lantang.
"Tonghong Loei, terima perintah."
"Hamba ada disini!"
"Aku memerintahkan kau untuk menjabat kau sebagai
Te Tong Tongcu dari persatuan ini, walaupun usiamu
masih kecil, kau harus banyak minta petunjuk dari para
cianpwe yang ada di sini, jangan sampai kau kukecewa-kan
harapan yang kuberikan padamu !"
Tonghong Loei kegirangan setengah mati, coba
bayangkan saja, setengah tahun berselang ia masih luntang
lantung dalam dunia persilatan bagaikan seekor anjing yang
diuber-uber manusia. Tetapi sekarang dengan meminjam
pengaruh ayahnya, ia berhasil menduduki salah satu
Tongcu yang paling berkuasa didalam perserikatan umat
Bu-lim itu, sejak ini, siapa yang berani mengatakan kata2
Tidak" dihadapan mukanya"
Buru2 ia jatuhkan diri berlutut sambil berkata. "Hamba pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan
tugas se-baik2nya. hamba pasti tidak akan mengecewakan
harapan Bengcu!"
Sebetulnya Tonghong Pacu punya rencana untuk
memberikan kedua buah jabatan yang paling tinggi itu
kepada kedua orang putranya yang ia cintai, sekarang
kedudukan Te-tong Tongcu sudah diberikan kepada
Tonghong Loei, tetapi kedudukan Thian Tong Tongcu
masih lowong, jabatan ini seharusnya diberikan kepada
Tonghong Pek, tetapi putra nya yang satu ini keburu pergi,
maka agar kekuasaan tidak sampai terjatuh ketangan orang
lain, kembali ia berseru lantang:
"Untuk sementara waktu jabatan Thian-Tong Tongcu
akan kutempati sendiri !"
Semua orang sama2 menghunjuk hormat kepada
Tonghong Loei, bahkan mereka yang memiliki ilmu silat
lebih lihaypun sama2 membahasahi dirinya sebagai
"Hamba"
Tetapi Tonghong Loei sangat pandai jadi orang, bukan
saja sudah balas memberi hormat, bahkan membimbing
bangun para jago yang memiliki kepandaian lebih lihay itu
satu persatu. Kemudian Tonghong Pacu memilih kembali tujuh
delapan orang jago yang berkepandaian silat lihay untuk
menjabat sebagai Tuow-cu di masing2 daerah dan
menetapkan perkampungan Jit-Gwat-Cung sebagai markas
besar perserikatan tersebut, bagi orang2 Bu-lim yang ingin
menggabungkan diri ditetapkan bahwa mereka bisa
mendaftarkan diri pada masing2 Tuow-cu kemudian
dibawah bimbingan mereka mendatangi perkampungan
Jiet-Gwat-Cung untuk menyatakan kesanggupan.
Akhirnya ia mengutus lima, enam puluh orang untuk
berpencar ke pelbagai daerah guna menyampaikan kabar
berita perserikatan ini kepada semua umat Bu-lim, agar
seluruh jago yang ada dikolong langit mengetahui bahwa
Tonghong Pacu adalah Bu-lim Beng-cu.
Menanti semuanya telah selesai diatur, fajar pun telah
menyingsing, Tonghong Pacu segera memerintahkan untuk
membuka perjamuan baru. Kawanan jago tidak berani
berkutik lagi, mereka turut perintah sang Bengcu ini dan
mulai berpesta pora . .
OoodwooO Sementara itu kita balik pada Tonghong Pek yang duduk
ter-mangu2 disuatu hutan, memandang fajar yang
menyingsing sianak muda ini terbayang kembali bagaimana
Sunionya memberi penjelasan asal mula nama "Tonghong
Pek" tersebut, sekarang ia baru tahu kesemuanya itu hanya bohong belaka, ia memang benar2 she-Tonghong.
Tonghong Pek tertawa getir, lambat2 ia ber jalan
kedepan. Tiba2 terdengar suara langkah derap kuda berkumandang datang, waktu itu ia berada disebuah
persimpangan jalan, mendengar suara tersebut sianak muda
itu tertegun dan segera menyembunyikan diri dibalik
pohon. Tampak lima enam ekor kuda segera saling berpisah
setelah berhenti sejenak ditengah persimpangan jalan
tersebut, orang2 diatas kuda segera saling berpisah sambil
berseru. "Selamat tinggal, setelah menyampaikan perintah dari
Tonghong Bengcu, kita bertemu lagi dalam perkampungan
Jiet Gwat Cung!"
Ucapan Tonghong Bengcu tersebut, membuat Tonghong
Pek tertegun, ia sadar dalam perkampungan Jiet Gwat Ceng
tentu sudah terjadi suatu peristiwa besar, dipandang dari
lima orang yang ada diatas pelana terasa sangat di kenal
sekali, seolah2 pernah bertemu muka dalam perkampungan
Jiet Gwat Cung tetapi ada sebabnya mereka menyebut
Tonghong Pacu sebagai "Bengcu?" dan apa sebabnya pula mereka pada berpisah untuk menyampaikan perintahnya"
perintah apa yang hendak disampaikan " sementara
Tonghong Pek tertegun, empat lima ekor diantaranya telah
saling berpisah dan berlalu, tinggal seekor kuda yang
ditunggangi seorang lelaki berusia setengah baya, sedang
menarik kudanya menuju kearah Tonghong Pek.
Sianak muda itu segera munculkan diri dari balik pohon,
waktu itu lelaki setengah baya tadi sedang melarikan
kudanya kedepan, dengan begitu tanpa mengeluarkan
sedikit suara pun Tonghong Pek telah meluncur turun dari
atas pohon dan duduk dibelakangnya.
Tenaga dalam yang dimiliki Tonghong Pek pada saat ini
telah mencapai puncak kesempurnaan, sekalipun melayang
turun dan duduk dibelakang pelana orang itu, namun sama
sekali tidak mengeluarkan sedikit suarapun sehingga orang
yang berada didepannya sama sekali tidak tahu kalau
dibelakang pelana telah bertambah dengan seseorang.
Maksud Tonghong Pek berbuat demikian tidak lain
karena ia ingin tahu perintah apakah yang hendak
disampaikan Tonghong Pacu kepada umat Bu-lim.
Demikianlah ketika siang hari telah tiba, ia sudah ikut
melakukan perjalanan sejauh lima enam puluh li, memasuki
sebuah kota besar dan berhenti didepan sebuah bangunan
besar dalam kota tersebut.
Setelah kuda berhenti, Tonghong Pek meloncat turun
terlebih dahulu dari atas pelana, menanti lelaki setengah
baya tadi meloncat turun Tonghong Pek segera meloncat
kebelakangnya tanpa diketahui orang itu.
Begitulah Tonghong Pek segera mengikuti di belakang
orang itu sama2 menuju kedepan pintu bangunan, orang itu
menarik gelang didepan pintu sambil berseru.
"Apakah Ke Thay-hiap berada dirumah ?"
Dua belah pintu besar yang tertutup rapat segera terbuka
diikuti muncul empat lima orang pemuda maju menyambut
kedatangannya. kepada silelaki setengah baya itu seraya
menjura serunya.
"Oouw . . kiranya Lie Jie-siok, Lie Jie-siok . . "
Lelaki setengah baya itu tidak tahu kalau dibelakang
tubuhnya terdapat orang, berbeda dengan keempat, lima
orang pemuda itu setelah menjura mereka segera
menjumpai ada seorang manusia aneh yang berwajah
menyeramkan berdiri dibelakangnya, mereka jadi kaget dan
berubah air muka.
Terdengar dua orang diantaranya menghembuskan
napas dingin dan berseru hampir ber bareng.
"Lie Jie-siok. belakangmu. . belakangmu ."
Tetapi lelaki setengah baya itu masih belum merasa,
sambil tersenyum maki nya.
"Setan cilik, tak usah mengarang kata2 yang tidak keruan untuk menakuti2 diriku, apakah suhumu ada dirumah ?"
Ucapan ini semakin mengejutkan beberapa orang itu,
mereka segera berteriak.
"Lie Jie-siok dibelakangmu ada seorang manusia aneh,
kau . . apakah kau tidak tahu " cepat . . cepatlah putar
badan !" Menyaksikan beberapa orang itu tidak menunjukkan
sikap sedang bergurau, lelaki setengah baya itupun merasa
amat terperanjat ia segera maju dua langkah kedepan
sambil putar badan,
Seandainya Tonghong Pek ada maksud agar ia tak dapat
menemukan dirinya, gampang saja apabila ia ikut maju dan
bersembunyi terus dibelakang tubuhnya tetapi Tonghong
Pek tidak berbuat demikian, ia tetap berdiri tak berkutik
ditempat semula.
Lelaki setengah
baya itu putar badan, ketika


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyaksikan wajah Tonghong Pek ia bergidik dan
mengucurkan keringat dingin, meski demikian sebagai
seorang jago kawakan ia masih dapat menenangkan
hatinya. Suara teriakan2 ramai dari beberapa orang pemuda itu
segera menggema memecahkan kesunyian, waktu itulah
dari dalam rumah muncul seorang kakek tua.
Kakek itu berperawakan pendek lagi kurus, namun gerak
geriknya lincah sekali.
Menjumpai orang itu Tonghong Pek berseru tertahan,
kakek ini sudah sering kali ditemuinya.
Ia adalah sahabat karib gurunya Liat Hwee-Sin Tuo,
yaitu si pedang sakti Ke Hong ada-nya.
Tentu saja Ke Hong pernah bertemu dengan dirinya,
tetapi sekarang wajahnya sudah berubah amat seram, tentu
saja sipedang sakti tidak kenali dirinya lagi.
Begitu munculkan diri, sambil tertawa Ke Hong segera
menyapa. "Saudara Lie, bukankah kau ikut menghadiri perayaan
dalam perkampungan Jie Gwat Cung, mengapa . . ."
Berbicara sampai disitu, tiba2 ia menemukan Tonghong
Pek ada disitu, air mukanya berubah hebat, sambil maju
beberapa langkah ke depan hardiknya: "Siapa anda?"
Lelaki setengah baya itu she Lie bernama Ceng, akalnya
banyak lagi cerdik dan merupakan seorang jago yang lihay
baik dalam soal Boen maupun Boe, orang Bu-lim
menyebutnya sebagai "Say Cu Kat" atau si Cu-kat-liang yang cerdik.
Lie Ceng sadar kehadiran simanusia aneh tersebut tentu
mempunyai maksud2 tertentu, bahkan sewaktu masih
berada dalam perkampungan Jiet Gwat Cung ia pernah
saksikan sendiri betapa lihaynya ilmu silat simanusia aneh
itu sehingga hampir saja
Tonghong Pacu bukan tandingannya. Bagaimanapun juga ia tak mau bertindak gegabah, sebab
belum tentu pihak lawan bermaksud jelek, lagi pula meski
jumlah orang di pihaknya banyak, belum tentu adalah
tandingannya. Maka buru2 ia ulapkan tangannya kearah Ke-Hong agar
jangan bersuara, setelah itu sambil menjura ke arah
Tonghong Pek ujarnya.
"Sewaktu masih berada dalam perkampungan Jiet-GwatCung, cayhe telah melihat secara bagaimana anda
menyelamatkan jiwa Si Thay sianseng, saat ini Si Thay
sianseng berada di mana ?"
Baru saja ucapan itu selesai diutarakan ke luar, Ke Hong
telah menunjukkan perasaan kaget.
"Apa " Si Thay sianseng . . dia . . dia men derita
kekalahan ditangan Tonghong Pacu ?" serunya.
Lie Ceng mendengus dingin.
"Bukan begitu, Si Thay sianseng dibikin khe ki oleh
tindak tanduk putrinya sehingga hawa murni dalam
tubuhnya bergolak dan mengalir tidak teratur. Untung
sahabat ini segera menyelamatkan diri Si Thay sianseng,
sehingga dengan demikian Tonghong Pacu tidak sempat
bermain licik lebih jauh !"
Dari nada ucapan Liu Ceng barusan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa orang-orang Bu-lim sebagian besar
mempunyai harapan yang sama, yakni menyerahkan tugas
besar ini pada diri Si Thay sianseng,
Tetapi Tonghong Pek sadar, percuma tugas tersebut
diserahkan ketangan Si Thay sianseng, maka ia lantas
tertawa getir. "Percuma!" katanya. "Si Thay sianseng sudah pulang ke gunung Go-bie, dan apabila didengar dari nada suaranya, ia
tidak akan melangkah turun dari gunung Go-bie barang
setengah langkahpun, ia tidak mau mencampuri urusan
dunia persilatan lagi."
Mendengar ucapan tersebut, air muka Lie Ceng berubah
pucat pias bagaikan mayat, beberapa saat lamanya tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun, Tonghong Pek
berkata: "Tadi, sewaktu berada di persimpangan jalan aku dengar kalian beberapa orang mengatakan hendak menyampaikan
perintah, dan menyebut Tonghong Pacu sebagai Bengcu,
sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Sekarang Lie Ceng baru tahu, kiranya simanusia aneh ini
sudah mengikuti dirinya sejak berada dipersimpangan jalan
tadi sedangkan ia sendiri sama sekali tidak merasa, diam2
dalam hati merasa kecewa sekali.
Meski demikian, iapun dapat merasakan bahwa
Tonghong Pek tidak bermaksud bermusuhan ia segera
menghela napas panjang.
"Sahabat, silahkan masuk kedalam rumah bagaimana
kalau kita bicarakan didalam rumah saja ?" undang Ke
Hong. Tonghong Pek mengangguk, demikianlah merekapun
masuk dan duduk diruang tengah.
Setelah semua duduk, si cu-kat-Liang cerdik Li Ceng pun
lantas menceritakan seluruh peristiwa yang telah terjadi
dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung sampai Tonghong
Pacu akhirnya turun tangan membinasakan Ting Kang serta
Ting Lou. Ke Hong serta Tonghong Pek yang mendengar kisah ini
jadi tertegun, mereka duduk dengan mata terbelalak mulut
melongo. Menanti kisah telah selesai diceritakan Ke Hong segera
mendeprak meja seraya berseru.
"Lie-jie mengapa kau tidak mati saja dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung ?"
"Aaai . . Ke-heng bukan aku terlalu pandang rendah
dirimu. seandainya waktu itu kau pun hadir disana maka
tindakanmu akan seperti halnya yang kulakukan sekarang !"
Ke Hong segera meloncat bangun.
"Aku . ." sebenarnya ia hendak mengatakan aku tidak akan berbuat demikian, tetapi teringat jaraknya dari situ
menuju perkampungan Jici~ Gwat-Cung sangat dekat,
seandainya ia berani tentu saja dengan gagah ia akan
mendatangi perkampungan tersebut untuk cari gara2
dengan Tonghong Pacu, tetapi beranikah ia berbuat
demikian "
Agaknya Lie Ceng dapat menebak isi hati rekannya ini,
ia tertawa getir dan ujarnya kembali.
"Ke-heng, setelah kudengar Ting Kang serta Ting Lou
mengusulkan akan mengangkat Tong hong Pacu sebagai
Beng-cu, aku segera sadar bahwa rencana ini sudah mereka
susun lama sekali, akupun sadar barang siapa yang hadir
dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung, pasti tidak akan
lolos dari rencana tersebut, oleh karena itu aku sama sekali tidak memberikan reaksi terhadap peristiwa tersebut, maka
dari itu lah Tonghong Pacu lantas mengutus aku ke
pelbagai daerah untuk menyampaikan berita ini?"
"Menyampaikan berita apa ?"
"Tonghong Pacu menginginkan agar semua umat Bu-lim
yang ada dikolong langit mengetahui bahwa ia sudah jadi
Bu-lim Bengcu, barang siapa yang ingin ikut menggabungkan diri dalam perserikatan ini maka setiap
saat bisa datang ke pekampungan Jiet Gwat Cung, aku rasa
ia akan menanti setengah sampai setahun kemudian baru
ambil tindakan terhadap para jago yang tak mau setujui
tindakannya jadi Bengcu, Ke-heng. aku rasa kau pun harus
segera ambil keputusan?"
Pucat pias seluruh tubuh Ke Hong, kegagahan yang
terpancar diatas wajahnya kini lenyap tak berbekas.
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, ia baru
bergumam seorang diri.
"Kalau demikian adanya, kecuali kita sembunyi ditengah gunung yang terpencil bersama keluarga, rasanya tak ada
cara lain lagi"
"Ke Thay-hiap, kalau kau berbuat demikian maka
tindakan tersebut salah besar" seru Tonghong Pek dengan suara lantang, "Kau menghindar, aku bersembunyi,
bukankah hal ini akan semakin memberi kesempatan bagi
Tonghong Pacu untuk malang melintang disemua daerah"
sepantasnya kalau kita bersatu padu dan menentang
kekuasaan." Ke Hong gelengkan kepalanya,
"Si Thay sianseng yang begitu lihaypun sudah
menyingkir ke gunung Go-bie, apa yang harus kami
lakukan lagi?" katanya lemas.
Tonghong Pek tertegun beberapa saat lamanya, lambat-2
ia bangun berdiri dan menghela napas panjang.
"Yaah . . kalau memang begitu, aku mohon pamit lebih
dahulu!" Walaupun suaranya hambar tapi nyata membawa nada
memandang rendah diri Ke Hong, tentu saja iapun tahu
bahwa si manusia aneh itu sedang menghina dirinya, tetapi
ia tak mau pikirkan persoalan itu sebab pikirannva pada
saat ini sedang kalut sekali.
Dengan langkah lebar Tonghong Pek berjalan keluar dari
pintu depan, dalam hati ia merasa sangat tidak puas dengan
keputusan dari manusia she Ke tersebut, namun beberapa
bulan kemudian Tonghong Pek baru bisa memaklumi sikap
dari Ke Hong ini.
Beberapa bulan kemudian, kabar berita diangkatnya
Tonghong Pacu sebagai Bu-lim Beng cu telah tersiar luas
diseluruh kolong langit, bahkan iapun memberi batas waktu
selama selama setahun bagi umat Bu-lim untuk mengakui
Tonghong Pacu sebagai Bu-lim Bengcu, selewatnya batas
waktu tersebut bagi mereka yang tak mau mengakui akan
dilakukan pembersihan secara besar-2an.
Dalam beberapa bulan ini Tonghong Pek pun sudah
menjelajahi banyak tempat, banyak mengunjungi keluarga
persilatan, apa yang ia saksikan" semua juga kelihatan lesu dan ber-bondong2 lari masuk kedalam gunung agar tidak
ditemukan Tonghong Pacu, bahkan ada pula beberapa
perguruan dengan beratus2 anggotanya secara mendadak
lenyap dari keramaian dunia persilatan.
Setiap jago yang dijumpai se-olah2 mencerminkan
ketakutan yang tak terhingga, seakan2 mereka sadar bahwa
kepandaian silatnya bukan tandingan dari Tonghong Pacu,
kecuali menyingkir satu2nya jalan yang paling selamat
adalah menggabungkan diri dalam perserikatan tersebut.
Setengah tahun kemudian, Tonghong Pek telah tiba
dikaki gunung Go-bie.
Sianak muda ini sadar dalam kolong langit dewasa ini
hanya seorang saja yang bisa menandingi kepandaian
Tonghong Pacu, dan orang itu bukan lain adalah Si Thay
sianseng. OdOOwO BAB 19 TONG-HONG PEK sama sekali tidak tahu dimanakah
letak lembah Coei Hong Kok, selama tujuh delapan hari
lamanya ia hanya mengarungi gunung Go-bie tanpa tujuan
yang menentu. Suatu pagi, akhirnya ia tiba didepan mulut sebuah selat
yang amat sempit, mulut selat tersebut begitu sempit hingga cuma bisa dilalui oleh seorang belaka, dua belah sisinya
adalah tebing yang tinggi menjulang kelangit dan curam
sekali. Sebelah kiri dinding tebing curam tadi terukirlah dua
buah tulisan yang amat besar, tulisan tersebut berbunyi
"Coei Hong" dan memancarkan cahaya keemasan.
Kiranya tempat itulah bukan lain dari lembah CoeiHong-Kok, tempat tinggal dari Si Thay sianseng.
Ketika Tonghong Pek tiba didepan mulut selat tersebut,
terdengarlah dan dalam selat tersebut berkumandang seruan
seseorang. "Harap anda berhenti ditempat itu dan jangan maju lagi, tempat ini adalah lembah Coei Hong-Kok dari partai Gobie !"
"Cayhe justru datang untuk mengunjungi lembah CoeiHong-Kok ini."
"Tolong tanya siapakah nama anda, ada keperluan apa
datang berkunjung ke lembah Coei-Hong-Kok ?"
"Cayhe she-Pek bernama Chiet, aku ingin bertemu
dengan Si Thay sianseng karena ada urusan penting hendak
dirundingkan."
"Silahkan anda pulang saja, sudah lama guruku tidak
bertemu dengan orang asing !"
"Eeii . . cayhe rada berbeda dengan orang lain, harap
anda suka kabarkan kepada gurumu, katakan saja Pek Chiet
yang pernah ditemuinya dalam perkampungan Jiet-GwatCung setengah tahun berselang telah datang, ia pasti akan
memberikan pengecualian."
"Kalau begitu, harap anda tunggu sebentar."
Tonghong Pek tidak ter-buru2 ingin bertemu sebab ia
merasa yakin bahwa Si Thay sianseng pasti akan keluar
untuk menjumpai dirinya.
Kurang lebih setengah jam kemudian, terdengar suara
orang itu berkumandang kembali.
"Sahabat Pek, suhuku berkata bahwa beliau tidak kenal
dengan anda, ia sudah lama tidak bertemu dengan orang
asing, harap anda pulang saja !"
Mimpipun Tonghong Pek tidak menyangka kalau Si
Thay sianseng menjawab demikian atas kunjungannya,
untuk sesaat ia terkejut bercampur gusar, segera teriaknya.
"Kau . . kau . . sudah kau katakan Pek Chiet dari
perkampungan Jiet-Gwat-Cung ?"
"Telah kukatakan semua, apa jawaban dari gurukupun
sudah kusampaikan kepada anda, harap sahabat Pek segera
pulang saja"
"Hm ! cuma sepatah dua patah kata saja lantas hendak
usir aku pergi " aku rasa persoalan tidak segampang itu !"
"Kalau anda ada niat terjang masuk kedalam lembah
Coei-Hong-Kok dengan kekerasan, maka tindakanmu itu


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

salah besar" seru orang itu dengan gusar, "Selama banyak tahun sudah banyak orang yang punya niat begini, tetapi
tak seorang manusia pun berhasil menembusi selat ini
dengan selamat."
"Aku tidak percaya" teriak Tonghong Pek pula dengan murka. "Seandainya Si Thay sianseng dapat mencapai
diriku, ayoh suruh dia keluar dan turun tangan terhadap
diriku." Selama setengah tahun berkelana dalam dunia persilatan,
sikap lesu dan lemas dari para jago telah menyedihkan hati
Tonghong Pek, satu2nya harapan selama ini hanya
dicurahkan keatas tubuh Si Thay sianseng, ia berharap
tokoh sakti ini sudi menampilkan diri untuk merobohkan
Tonghong Pacu, siapa sangka apa yang didapatkan saat ini"
bukan saja tak mau bertemu, bahkan dikatakan pula bahwa
ia tidak kenal dengan dirinya.
Sembari menahan hawa gusar yang berkobar selangkah
demi selangkah sianak muda itu berjalan ke depan.
Belum sampai dua langkah ia bergerak, mendadak dari
kedua belah dinding tebing yang terjal itu berkumandang
datang suara gemuruh yang sangat memekikkan telinga.
Dengan tepat Tonghong Pek mendongak ke atas tapi
segera ia terkejut bercampur gusar sebab tampaklah
puluhan butir batu cadas yang amat besar sedang
bergelinding kebawah dengan hebatnya.
Begitu dahsyat batu2 itu bergelinding kebawah menimbulkan suara benturan yang sangat mengerikan,
berada dalam keadaan seperti ini seandainya ia nekad untuk
maju juga, niscaya badannya akan hancur berkeping2
tertindih batu2 cadas tersebut.
Buru2 Tonghong Pek mengundurkan diri ke-belakang,
sementara batu2 cadas tadi dengan cepat telah menyumbat
mulut selat tersebut.
Menyaksikan kehebatan batu2 cadas itu, timbul rasa
benci dalam hati Tonghong Pek, ia meraung keras seraya
berteriak. "Si Thay Sianseng, aku kira dirimu adalah seorang lelaki sejati, tak nyana kau adalah seorang siauw-jien yang tak
bisa dipercaya perkataannya!"
Tenaga lweekang yang dimiliki Tonghong Pek saat ini
luar biasa lihaynya, teriakan tersebut segera memantulkan
suaranya keempat penjuru, terutama sekali kata "Siauw
Jien" yang sengaja diteriakan lebih keras, hampir
seperminum teh kemudian suara pantulan itu baru sirap.
Tonghong Pek memaki diri Si Thay sianseng memang
suatu tindakan kesengajaan pertama ia benar2 gusar dan
ingin melampiaskan rasa gusarnya ini, kedua, ia ingin
memancing kemunculan Si Thay sianseng.
Tetapi suasana dalam lembah Coei-Hong-Kok masih
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Kembali Tonghong Pek memaki.
"Si Thay sianseng, sungguh kecewa kau disebut jagoan
sakti dari dunia persilatan, tak disangka tingkah lakumu
pengecut macam cucu kura-2 Hm ! Hm ! Kalau benar kau
tak sudi menggubris diriku, akupun tidak mengapa, tetapi
apa gunanya sewaktu berada diluar perkampungan JietGwat-Cung kau mengutarakan kata-2 yang sok gagah "
percuma kau jadi seorang lelaki . . lebih baik berubah
kelamin jadi wadon saja . ."
Ucapan tersebut dipancarkan dengan disertai hawa
murni sehingga menggema kedalam kembali Coei-HongKok, namun suasana dibalik lembah tersebut tetap sunyi
senyap. Makin memaki Tonghong Pek semakin gusar, untung ia
adalah seorang lelaki jujur sehingga katanya tidak sampai
kelewat batas, menanti siang hari telah tiba, sianak muda
itu baru berlalu dari sana.
Ia menghampiri sebuah selokan untuk meneguk air
hilangkan rasa haus, kemudian memetik pula buah2an
untuk menangsal perut, setelah itu mendatangi kembali
lembah Coei-Hong-Kok dan mulai memaki kembali.
Ia memaki sampai badan terasa lelah baru pergi
beristirahat, demikianlah selama tujuh hari lamanya
Tonghong Pek tetap bertahan di depan lembah Coei-HongKok sambil mencaci maki tiada hentinya.
Tetapi dari balik lembah Coei-Hong-Kok tidak muncul
sedikit reaksipun, suasana tetap sunyi dan hening.
Tonghong Pek sadar, sekalipun caci maki dilanjutkan
beberapa hari lagipun percuma saja, ia benar2 membenci,
ketika senja hari ke tujuh telah tiba, ia cabut keluar
pedangnya dan menggurat enam buah tulisan diatas
dinding muka selat tersebut.
Keenam buah tulisan tersebut berbunyi: "Ay- Mo-ThayIh-ta im- Si. Tentu saja Tonghong Pek sedang mengartikan bahwa
sia2 belaka Si Thay sianseng punya nama besar, ternyata
karena takut untuk bertemu dengan Tonghong Pacu, ia
lebih suka mengingkari janji dan bersembunyi macam cucukura2 untuk cari keselamatan sendiri.
Setelah mengukir tulisan tersebut. ia tertawa sebanyak
tiga kali, suaranya penuh dengan perasaan getir dan sedih,
kemudian masukkan kembali pedangnya kedalam sarung
dan berlalu. Sianak muda ini merasa bingung dan bimbang, dengan
kepandaian silat yang dimilikinya saat ini sekalipun belum
bisa menandingi Tonghong Pocu, ia bisa membokong
gembong iblis tersebut dengan siasat licin, tapi ada satu
persoalan yang menyulitkan dirinya, sebab Tonghong Pacu
bukan lain adalah ayah kandungnya sendiri.
Demikianlah dengan hati bimbang akhirnya ia berjalan
ke depan tiada hentinya, tujuan yang diarahpun tanpa
terasa adalah perkampungan Jiet-Gwat-Cung.
Sepanjang perjalanan, ia banyak mengunjungi jago2
kangouw kenamaan, tetapi apa yang ditemuinya " enam
tujuh bagian sudah pada meninggalkan tempat kediamannya untuk menyingkir ketempat lain.
Dan tiga empat bagian yang belum pergi, ada yang siap
meninggalkan tempat itu dengan hati kebat kebit, ada pula
yang sudah mengakui Tonghong Pacu sebagai Bu-lim Beng
cu. Setelah berkelana lama sekali. akhirnya pada saat batas
waktu Tonghong Pacu kepada umat Bu-lim tinggal sebulan
lagi, tibalah Tonghong Pek didepan perkampungan Jiet
Gwat Cung. Waktu itu kebetulan malam telah menjelang datang,
suasana dalam perkampungan Jiat Gwat Cung terang
benderang bermandikan cahaya lampu, bukan begitu saja
bahkan sejak kurang lebih tiga empat li dari pintu
perkampungan sepanjang jalan telah bermandikan pula
cahaya lampu. Dengan pandangan sayu, Tong hong Pek memandang
kearah kemegahan yang menyelimuti perkampungan
tersebut, hatinya merasa amat sedih sekali, ia menghela
napas panjang dan perlahan2 turun dari bukit menuju
kejalan raya yang lurus dan lebar.
Ketika ia tiba dipinggir jalan raya tadi, terlihatlah sebuah batu nisan yang amat besar berdiri disisi jalan, di atas batu tersebut ter-ukirlah kata2 yang amat besar sekali.
Tulisan itu berbunyi demikian. "Boe Tek Bengcu" atau Bengcu tanpa tandingan.
Dibawah tulisan tadi terukir pula beberapa baris tulisan
kecil, Boe Tek Bengcu memerintahkan, siapapun yang ingin
menghadap segera turun dari kuda dan berjalan melalui sisi
jalan, siapapun dilarang melanggar.
Ketika Tonghong Pek tiba di sana, kebetulan ada tujuh
delapan ekor kuda tiba didepan batu peringatan itu, para
jago yang ada diatas pelana sama2 meloncat turun dari atas
kuda, berbicara lirih dengan para penyambut kemudian
melanjutkan perjalanannya lewat pinggir jalan.
Menyaksikan keadaan tersebut, Tonghong Pek dapat
membayangkan bahwa kekuasaan Tonghong Pacu pada
saat ini agaknya jauh lebih hebat dari pada sang kaisar
sendiri. Sianak muda itu juga bisa tertawa getir, per-lahan2 ia
berjalan mendekati peringatan tadi.
Beberapa tombak sebelum tiba, dari dalam sebuah gardu
muncul dua orang yang segera menyambut kedatangannya
sambil menegur.
"Anda adalah . . ."
Tonghong Pek tidak ingin banyak bicara dengan mereka.
ia cuma geleng kepala dengan hati pedih.
Kedua orang itu segera saling bertukar pandangan
sekejap, mereka
merasakan sesuatu kurang beres, bentaknya. "Hey, apa maksud anda datang kemari?"
Tongheng Pek tetap tidak bersilang kedua orang itu
dengan cepat bergerak maju menekan pundak sianak muda
itu. Tetapi pada saat itulah terdengar suara derap kaki kuda
yang amat santar berkumandang disusul beberapa orang
berteriak lantang.
"Tonghong Tongcu telah tiba!"
Sebenarnya kedua orang itu sedang menekan pundak
Tonghong Pek, tetapi setelah mendengar teriakan itu buru2
mereka lepas tangan dan bergabung dengan sahabat2nya.
Ambil kesempatan itu Tonghong Pek menyingkir
kesamping sambil mendongak memandang kearah mana
berasalnya suara tadi.
Tampak dibawah sorotan cahaya lampu muncul dua
puluh empat orang lelaki yang terbagi jadi dua rombongan,
ketika tiba didepan batu peringatan tersebut mereka
berhenti, salah seorang diantaranya segera berteriak dengan suara yang keras bagaikan guntur membelah bumi.
"Tonghong Tongcu, Tongcu Hujien tiba!"
Semua orang yang ada didepan gardu tersebut serentak
jatuhkan diri berlutut diatas tanah.
Waktu itu semua orang sedang jatuhkan diri berlutut
diatas tanah kecuali Tonghong Pek seorang, tentu saja ia
terlalu menyolok dalam pandangan orang lain, maka
tubuhnya segera berkelebat menyembunyikan diri dibalik
batu tersebut. Sesaat kemudian muncullah dua ekor kuda putih yang
tinggi besar dan mulus, diatas pelana kuda bertaburan intan permata yang mahal harganya.
Tonghong Pek belum tahu siapakah yang di maksudkan
sebagai Tonghong Tongcu, sekarang setelah kedua ekor
kuda itu berjalan mendekat ia baru tahu kiranya mereka
bukan lain adalah Tonghong Loei serta Si Chen.
Ketika kedua orang itu tiba didepan batu peringatan, tiga
puluh orang yang sedang berlutut diatas tanah serentak
berseru dengan nada menghormat.
"Menghunjuk hormat buat Tongcu, Tongcu Hujin !"
"Ehmm . ." jawab Tonghong Loei acuh tak acuh.
Dibelakang Tonghong Loei serta Si Chen mengikuti pula
dua puluh empat orang pengiring sewaktu, ke dua orang itu
turun dari kuda, merekapun sama-2 turun dari kuda dan
berdiri di kedua belah sisi batu peringatan tersebut.
Tonghong Pek segera bersembunyi makin rapat lagi, ia
biarkan rombongan orang2 itu berlalu lebih dahulu, ketika
orang terakhirpun bergerak lewat, laksana kilat ia segera
turun tangan menotok jalan darahnya, kemudian
membelejeti pakaiannya dan dikenakan diatas badan
sendiri. Menanti Tonghong Loei lanjutkan perjalanan-nya
kedepan, Tonghong Pek pun segera ikut naik kuda dan
menguntil dibelakangnya.
Tidak selang beberapa saat kemudian, kelima puluh
orang itupun sudah tiba didepan pintu perkampungan Jiet
Gwat Cung, dua puluh empat orang pembuka jalan yang
bergerak didepan serentak berteriak.
"Tonghong Tongcu telah kembali, buka pintu dan
sambut kedatangan beliau . . ."
Pintu besar segera terbentang, ketika kedua puluh empat
orang itu telah menerobos masuk kedalam pintu mereka
segera berhenti disamping jalan, sementara Tonghong Loei
serta Si Chen melanjutkan perjalanannya menuju ke-dalam.
Tonghong Pek tak mau ikuti rombongan tersebut, setelah
masuk pintu ia pun meloncat turun dari atas kuda, dan
tanpa menimbulkan suara pun menerobos kedalam
kegelapan dan menerjang masuk kedalam.
Diam2 ia menguntit dibelakang kedua ekor kuda putih
itu dimana akhirnya mereka berhenti didepan ruang tengah.
Tampaklah Tonghong Loei serta Si Chen segera
meloncat turun dari atas kuda, sambil menepuk leher kuda
putih nya sianak muda itu bergumam.
"Kuda bagus, kuda bagus, aku terima pemberian ini,
terima kasih atas hadiah kalian yang berharga ini."
Didepan ruang tengah berdiri empat orang manusia aneh
yang berhidung mancung dan bermata cekung, dandanannya kukoay dan menarik perhatian.
Tampak keempat orang itu kelihatan gembira sekali
dengan ucapan itu, salah seorang di antaranya dengan logat
yang kaku berkata:
"Asal Tonghong Tongcu merasa senang, kamipun
merasa amat bangga sekali . . ."
Keempat orang itu jelas bukan orang dari daratan


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tionggoan, mereka datang dari daerah Se Ih yang jauh, hal
inipun dapat menunjukkan betapa luasnya pengaruh
Tonghong Pacu selama setahun ini.
Waktu Tonghong Pek berdiri kurang lebih tiga lima
tombak dari ruang tengah, ia dapat saksikan seluruh
kejadian itu dengan nyata.
Terdengar Tonghong Loei berkata.
"Kalian berempat terlalu sungkan, datang dari tempat
kejauhan kalian tentu merasa sangat lelah bukan" Silahkan
beristirahatlah dahulu beberapa hari kemudian baru
pulang." Tetapi keempat orang itu segera geleng kepala, salah satu
diantaranya berkata.
"Terima kasih atas maksud dari Tongcu, tetapi Kauw-cu
kami sedang menanti berita, kami harus segera berangkat
pulang untuk melaporkan hasil kunjungan ini kepada
Kauw-cu." "Kalian jauh2 datang dari ribuan li, seandainya pulang tanpa bertemu dahulu dengan Bengcu bukankah perjalanan
ini sia2 belaka?" kata Tonghong Loei sambil tertawa.
Mendengar ucapan ini air muka keempat o-rang itupun
berubah hebat, mereka menunjukan rasa gembira yang
sukar dilukiskan dengan kata2.
"Benarkah kami boleh bertemu dengan Beng cu?"
serunya hampir berbareng. "Kedudukan Bengcu maha
tinggi dan mulia, sebenarnya tidak sembarangan orang bisa
menjumpai dirinya, tetapi anda sekalian datang dari tempat
kejauhan maka keadaannya rada berbeda, biarlah aku
laporkan dahulu soal ini kepada Beng cu dan harap kalian
berempat suka menanti sejenak disini!"
Keempat orang itu kegirangan sampai mencak2 buru2
mereka mengiakan.
Tonghong Loei ulapkan tangannya, lima enam orang
segera muncul dan menjura.
Sianak muda itu lantas menuding kearah dua ekor kuda
putih itu seraya berkata.
"Kedua ekor kuda itu merupakan kuda2 jempolan yang
sulit ditemui dalam kolong langit, kalian harus hati2
merawatnya !"
Beberapa orang itu mengiakan sambil menuntun kuda
segera berlalu, sementara Tonghong Loei serta Si Chen pun
berjalan masuk keruang dalam.
Tonghong Pek awasi semua kejadian itu dengan
seksama, ia menduga keempat orang itu pasti barusan
datang dari wilayah Se-Ih, inilah kesempatan baginya untuk
menyelonong masuk, maka selangkah demi selangkah ia
mendekati keempat orang itu lalu berdiri disisinya.
Ketika Tonghong Pek muncul dari bawah pohon,
beberapa orang yang ada disekitar sana memandang
kearahnya dengan sinar mata curiga, tetapi setelah
menemui bahwasanya orang itu berhenti disisi keempat
orang dari wilayah Se-Ih tadi, mereka lantas tidak ambil
perhatian lagi terhadap diri Tonghong Pek.
Mereka mengira Tonghong Pek adalah pelayan yang
dibawa oleh keempat orang Se-Ih tersebut, maka tak
seorangpun yang menegur dirinya barang sekejappun.
Sebaliknya keempat orang dari wilayah Se-Ih itupun
salah mengira Tonghong Pek yang berhenti disisi mereka
sebagai anggota perkampungan Jiet-Gwat-Cung, mereka
lantas anggukkan kepala sebagai penghormatan Tongheng
Pek balas dengan mengangguk pula.
Beberapa saat telah lewat, tiba2 dari ruang tengah
berkumandang keluar suara teriakan lantang.
"Tamu dari Se-Ih dipersilahkan masuk kedalam ruang
tengah. untuk berjumpa dengan Boe Tek-Beng-cu !"
Keempat orang jago dari Wilayah Se-ih itu kelihatan
sangat gembira, buru-2 mereka berjalan masuk keruang
tengah, sementara
Tonghong Pek mengikuti terus
dibelakang mereka berempat.
Setelah naik lewat trap2an batu, didepan pintu muncul
dua orang pengawal menjaga keamanan disana.
Kedua orang itu persilahkan keempat tamu dari wilayah
Se-lh masuk kedalam kemudian turun tangan bermaksud
menghalangi jalan pergi Tonghong Pek, namun dengan
suatu gerakan yang lincah sianak muda itu sudah berkelebat
masuk kedalam. Setelah berada didalam, ia menepuk pundak tamu dari
wilayah Se-Ih yang ada dihadapannya, orang itu berpaling
dan tertawa kearah sianak muda kita.
Dua orang jago sakti yang berjaga pintu jadi tertegun
dibuatnya setelah menyaksikan kejadian itu, meski dalam
hati masih menaruh curiga namun tak berani turun tangan
secara gegabah lagi, mereka lantas membungkam dan
biarkan pemuda itu masuk ke dalam.
Mendadak ditengah ruang berkumandang suara tambur
dan gembrengan disusul horden tersingkap serta munculnya
Tonghong Loei. "Saudara berempat silahkan mempersiapkan diri untuk
bertemu dengan Bengcu" katanya kepada keempat orang
itu. "Saudara ini ada lah . ."
Sinar mata Tonghong Loei dialihkan kearah Tonghong
Pek dan memandangnya dengan sinar mata curiga, buru2
sianak muda itu mundur dua langkah ke-belakang, berdiri
di sisi tiang dan luruskan tangannya kebawah.
"Bengcu hanya ingin menemui empat orang ini saja,
lebih baik anda segera mengundurkan diri !" terdengar
Tonghong Loei berseru kembali.
Tonghong Pek sadar bila ia tidak mengundurkan diri,
maka rahasianya bakal konangan, maka ia tidak bicara lagi,
dengan kepala tertunduk segera mengundurkan diri ke
tempat luaran. Setelah ia mengundurkan diri dari ruang tengah, kembali
terdengar suara
gembrengan disusul gelak
tertawa Tonghong Pacu yang amat lantang memenuhi angkasa.
Sekalipun Tonghong Pek sudah berada diluar ruangan
namun telinganya terasa masih berdengung juga setelah
mendengar gelak tertawa itu, ia sadar selama setahun ini
tenaga lwee-kang yang dimiliki Tonghong Pacu telah
peroleh kemajuan yang sangat pesat.
Diam2 Tonghong Pek menghela napas panjang, lambat2
berjalan ke depan dan tak lama kemudian tibalah disuatu
halaman yang sangat luas sekali, darimana terdengar suara
senjata saling beradu dengan nyaringnya, Tonghong Pek
segera melongok ke dalam.
Tampaklah ditengah sebuah halaman berdiri tujuh
delapan orang dayang dengan membawa lampu lentera
ditengah halaman yang kosong tampak dua orang sedang
berduel dengan serunya, orang itu adalah Thay Kiem serta
Thay Gien dua orang.
Menjumpai kedua orang itu, Tonghong Pek kembali
teringat peristiwa setahun berselang, selangkah demi
selangkah ia makin mendekati kedua orang itu.
Sekalipun bodoh dan dungu namun dasar ilmu silat yang
dimiliki Thay Kiem serta Thay Gien tidak lemah,
mendengar ada suara langkah manusia, mereka segera
berhenti bergebrak dan sama2 melototi Tonghong Pek tak
berkedip. "Siapa kau?" bentaknya keras.
Mula2 Tonghong Pek tertegun, tapi teringat bahwasanya
ia sudah berubah sama sekali wajahnya tidak aneh kalau
Thay Kiem serta Thay Gien tidak ingat lagi, untuk sesaat ia tak sanggup menjawab.
Perbuatannya ini makin menggusarkan Thay Kiem serta
Thay Gien, sambil menudingkan senjatanya mereka
membentak berbareng:
"Heei . . kau manusia jelek celingukkan tidak karuan,
kebanyakan pasti membawa maksud tidak baik, ayoh jawab
sendiri kau ingin memenggal kepalamu sendiri atau suruh
kami yang lakukan!"
Ucapan ini sangat menggelikan hati Tong-hong Pek,
buru-2 jawabnya.
"Oooh . . . tentu saja aku tak mau penggal kepalaku
sendiri, kalau kalian penggal kepalaku, lalu aku kan tak bisa berbicara lagi dengan kalian! "
"kau ingin mengatakan persoalan apa dengan kami ?"
bertanya Thay Kiem serta Thay Gien dengan sepasang
mata melotot bulat.
Lambat2 Tonghong Pek berjalan maju kedepan,
kemudian menghela napas panjang dan berkata.
"Aku ingin mohon bantuan kalian berdua untuk bawa
aku menjumpai seseorang!"
"Siapa?"
"Bengcu Hujien!"
"Oooouw . . . kiranya kau hendak menemui majikan
kami, kenapa tidak kau katakan sejak tadi" untung kami
masih belum sempat memenggal kepalamu, kalau tidak kan
kau tak bisa bertemu dengan majikan kami!"
Dalam hati Tonghong Pek segera sadar, kedua orang
dayang jelek itu sudah salah mengira dirinya akan bertemu
dengan Kiem Lan Hoa, majikan mereka.
Tonghong Pek segera menghela napas.
"Kalian salah besar!" serunya, "Yang ingin kutemui bukan majikan kalian, tetapi Bengcu Hujien lainnya!"
Jelas Thay Kiem serta Thay Gien sudah dibikin bingung
oleh ucapan tersebut, mereka saling bertukar pandangan
sekejap lalu melotot kepada si anak muda itu dengan wajah
mendelong. Beberapa saat kemudian terdengar kedua orang dayang
jelek itu berunding sendiri Thay Kiem berkata:
"Bukankah majikan sudah berpesan kepada kita bahwa
lain kali harus panggil dia sebagai Bengcu Hujien."
"Benar?" Thay Gien membenarkan, "Kalau begitu dia adalah Bengcu Hujien dan Bengcu Hujien adalah majikan
benar bukan!"
"Sebetulnya
sih benar, tetapi manusia yang mencurigakan ini mengatakan bukan!" seru Thay Kiem
hampir menangis.
"Thay Kiem, Thay Gien . . ." buru2 Tong hong Pek
berseru. Baru saja ia berteriak, kedua orang itu kelihatan semakin
terperanjat. "Darimana kau bisa tahu nama kami?" teriaknya hampir berbareng.
"Sejak semula aku sudah tahu siapakah kalian, dan tahu bahwa kalian baik sekali paling suka membantu orang,
maka itulah aku mohon kalian suka menunjuk jalan buat
diriku untuk bertemu dengan . . . dengan orang yang ingin
kutemui." Pujian tersebut sangat membanggakan hati Thay Kiem
serta Thay Gien.
"Baik !" mereka segera menyanggupinya.
"Kalau kau ingin ketemu dengan majikan kami, ayoh
ikutilah kami."
"Bukan . . . bukan . . . aku tidak ingin bertemu dengan majikanmu. aku hendak bertemu dengan Bengcu Hujien
yang lain."
Yang dimaksud Bengcu Hujien yang lain oleh Tonghong
Pek bukan lain adalah ibu kandungnya sendiri, kiranya
sianak muda ini ingin berjumpa dengan ibunya yang sudah
lama ditinggalkan.
Sepasang mata Thay Kiem serta Thay Gien terbelalak
semakin besar, katanya:
"Benarkah Bengcu Hujien ada dua orang, kenapa aku
tidak tahu " Ah mungkin kau sudah salah menduga atau
salah mencari alamat tempat ini bernama perkampungan
Jiet Gwat Cung !"
Ucapan tersebut sangat menggelikan Tonghong Pek,
selama setahun ini nama perkampungan Jiet Gwat Cung
sudah tersiar luas di seluruh kolong langit, siapapun kenal dengan perkampungan tersebut, darimana ada orang yang
bisa salah alamat.
Tetapi sianak muda inipun segera merasa hatinya
tergidik, dari perkataan Thay Kiem serta Thay Gien yang
hanya mengetahui seorang Bengcu Hujien belaka maka bisa
diduga ibunya sudah mati, mungkin beliau mati ditangan
Kiem Lan Hoa, mungkin juga dibunuh oleh Tonghong
Pacu. Buru2 Tonghong Pek bertanya kembali.
"Apakah kalian tidak tahu bahwa kecuali majikan kalian ditempat ini masih ada Bengcu Hujien lainnya?"
"Tidak tahu . . ."
"Thay Kiem, Thay Gien, kalian sedang ber-cakap2
dengan siapa?" tiba2 terdengar suara teguran merdu
berkumandang datang.
Mendengar suara itu seluruh tubuh Tonghong Pek
tergetar keras sebab ia dapat dengar bahwa suara itu adalah suara dari Kiem Lan Hoa, ia bermaksud mengundurkan diri
dari situ, tetapi gerakan tubuh Kiem Lan Hoa sangat cepat,
dalam sekejap mata ia sudah berada di depan mata.
Dalam keadaan seperti ini tak mungkin bagi Tonghong
Pek untuk mengundurkan diri dari sana, kemudian ia
berdiri menanti.
Setibanya dihadapan sianak muda itu dengan sepasang
mata yang tajam Kiem Lan Hoa menatap tubuh Tonghong
Pek tajam2 "Siapa kau?" tegurnya.
"Aku . , . aku adalah seorang tamu yang datang dari
jauh." "Hmm, tamu yang datang dari jauh, sebenarnya
siapakah kau ?"
Merasakan situasi tidak menguntungkan Tong hong Pek
meloncat mundur untuk siap melarikan diri dari situ, siapa
tahu tiba2 lima jari Kiem Lan Hoa laksana kilat telah
menyambar datang.
Tonghong Pek merasa amat terperanjat buru2 ia
mengundurkan diri kebelakang, untung gerakannya masih
sebat, tubuhnya tidak sampai tersambar serangan lawan,
namun tak urung topeng yang menutupi wajahnya berhasil
disambar hingga robek.
Setelah topengnya tersambar robek, wajahnya yang
menyeramkanpun segera muncul di depan mata, Kiem Lan
Hoa kelihatan tertegun sedangkan Thay-Kiem serta Thay

Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gien segera berteriak keras.
"Majikan, dia . . dialah siluman aneh itu!"
"Tutup mulut !" hardik Kiem Lan Hoa sambil berpaling, sepasang matanya memancarkan cahaya gusar.
Thay-Kiem serta Thay-Gien tidak berani bicara lagi,
mereka membungkam dalam seribu bahasa.
Kiem Lan Hoa berpaling kembali, lambat2 katanya:
"Ooouw kiranya kau !"
"Kau . . kau tahu siapakah aku?" seru Tonghong Pek tertegun.
"Pil Lwee-tan tersebut akulah yang suruh Thay-Kiem
serta Thay-Gien berikan kepadamu, bagaimana aku tidak
tahu dirimu ?"
Pikiran Tonghong Pek seketika terasa jadi kalut, semula
ia mengira setelah wajahnya berubah menyeramkan maka
siapapun dikolong langit tak ada yang kenali dirinya lagi,
tetapi sekarang hanya dalam sekilas pandang saja Kiem Lan
Hoa telah kenali dirinya.
Disamping itu ia pun tidak tahu apa yang dimaksudkan
dengan "Lwee-tan" tersebut, untuk sesaat ia tak dapat berbicara kecuali memandang Kiem Lan Hoa dengan sinar
mata ter-manggu2.
"Tidak apa kalau kau merasa kaget bercampur
tercengang." kata Kiem Lan Hoa kembali. "Kecuali aku, memang tak ada orang lain lagi yang kenali dirimu,
sekalipun ayahmu sendiripun belum tentu bisa kenali
dirimu kecuali ia tahu bahwa kau berasal dari wilayah
Biauw. dan pernah menelan pil Iwee-tan dan ular beracun
Thian-Ming-Tik-hua"
Ucapan ini segera mengingatkan ia ketika pertama
kakinya ia datangi perkampungan Jiet Gwat Cung dan
bertemu dengan Tonghong Pa cu, ucapan pertama yang
diutarakan sigembong iblis itu adalah bertanya kepadanya
apakah berasal dari wilayah Biauw, ketika itu ia dibikin
kebingungan dan tidak habis mengerti apa sebabnya
Tonghong Pacu bisa bertanya demikian.
Tetapi sekarang, duduknya perkara bisa dibikin jelas
semua. Ia mengerti ketika dirinya menderita luka parah tempo
dulu, benda yang dimasukkan ke dalam mulutnya dengan
paksa oleh Thay Kiem serta Thay Gien pastilah pil Lweetan dari ular Thian Ming Tok coa yang dimaksudkan Kiem
Lan Hoa barusan.
Dengan ter-mangu-2 ia awasi wajah Kiem Lan Hoa, lalu
meraba wajah sendiri, katanya:
"Kau maksudkan . . . setelah menelan pil Lwee Tan
tersebut maka wajahku berubah jadi begini menyeramkan"
maka dalam sekilas pandang kau segera kenali diriku?"
"Tidak salah, didalam pil Lwee-tan dari ular beracun
Thian Ming Tok Coa tersebut mengandung hawa dingin
serta hawa panas dua macam, hawa panas dapat digunakan
untuk menyembuhkan luka dalam sedang yang dingin
merubah wajahmu jadi mengerikan, waktu itu kau
menderita luka dalam yang sangat parah dalam keadaan
habis akal terpaksa aku harus menyembuhkan lukamu lebih
dahulu, ular beracun Thian Ming Tok Coa adalah ular yang
sukar ditemui selama ratusan tahun. binatang itu hanya
dihasilkan dalam gunung yang tinggi ditengah wilayah
Biauw terutama Pil Lwee tan-nya benar2 merupakan benda
mustika yang sukar didapatkan.
)oo-dw=wioo( Jilid 19 TONGHONG PEK adalah seorang manusia cerdik, ia
dapat menangkap maksud kata2 dari Kiem Lan Hoa
barusan, buru2 sahutnya.
"Tidak. tidak kau jangan salah paham, aku sama sekali
tiada maksud untuk menyalahkan dirimu, malahan aku
merasa sangat berterima kasih sekali kepadamu, sebab
bukan saja kau berhasil menyembuhkan luka dalamku,
bahkan membantu aku pula agar orang lain tidak dapat
kenali diriku kembali!"
"Kau . . kau tidak berharap orang lain bisa kenali dirimu kembali, apa sebabnya ?" Tanya Kiem Lan Hoa tertegun.
Mendengar pertanyaan ini, Tonghong Pek menghela
napas panjang, alasannya mengapa ia tak mau dikenali
orang lain sederhana sekali, yaitu ia tidak ingin orang tahu bahwa dia adalah putra dari Tonghong Pacu, sekalipun
alasannya sederhana namun tak mungkin bisa dipahami
oleh Kiem Lan Hoa . .
OOod()woOO BAB 20 BEBERAPA saat kemudian ia baru berkata:
"Kalau dibicarakan tak mungkin bisa selesai dalam
sepatah kata, sekarang aku hanya mohon sesuatu
kepadamu."
"Apa yang kau inginkan?"
"Dikolong langit pada dewasa ini hanya kau seorang
yang kenal siapakah aku, aku mohon agar kau jangan
ceritakan kepada siapapun siapakah diriku sebenarnya,
bahkan . . . dihadapan Tonghong Pacu pun jangan ungkap
tentang diriku, kalau kau bisa sanggupi maka aku merasa
amat berterima kasih sekali."
"Sebenarnya apa maksudmu ?" seru Kiem Lan Hoa
dengan alis berkerut, "Saat ini ayahmu adalah Boe TekBengcu. saudaramu adalah Te-Tong-Tongcu sedangkan
kedudukan Thian Tong-Tongcu pun hendak diberikan
kepada dirimu, mengapa
kau malah larang aku mengungkap rahasia ini dihadapan orang lain ?"
"Seandainya kau suka menyanggupi permintaanku ini,
sepanjang hidup aku merasa sangat berterima kasih
kepadamu, budi ini tak akan kulupakan " seru Tonghong
Pek cemas. Pada saat ini Kiem Lan Hoa benar2 merasa sangat
gembira. Sejak ia berikan pil lwee-tan tersebut kepada Tonghong
Pek, dalam hati kecilnya sudah tersusun rencana.
Waktu itu ia belum tahu bagaimanakah raut wajah
Tonghong Loei putranya, menemukan bahwa Tonghong
Pek ganteng timbul suatu perasaan dengki dalam hati
kecilnya, ia takut ketampanan putranya kalah kalau
dibandingkan dengan sianak muda ini.
Maka dari itu diberinya pil lwee-tan kepada Tonghong
Pek, pertama ia inginkan agar Tong hong Pek menaruh
kesan baik kepadanya setelah tenaga lweekangnya peroleh
kemajuan pesat, kedua, iapun tahu setelah ia menelan pil
Lwe tan tersebut, wajahnya pasti akan berubah sekalipun ia
tampan akhirnya akan berubah jadi jelek dan menyeramkan
juga. Maka berada dalam keadaan seperti ini, meskipun wajah
putranya Tonghong Loei jelek pun, maka Tonghong Pek
akan lebih jelek lagi.
Dan sekarang Kiem Lan Hoa mendengar sendiri bahwa
Tonghong Pek sama sekali tidak sudi dianggap putranya
Tonghong Pacu, kejadian ini menimbulkan rasa girang
dalam hati nya disamping rasa curiga.
Segera ujarnya:
"Bisa2 saja aku merahasiakan kejadian ini dihadapannya, tetapi aku rasanya tidak pantas kalau rahasia inipun harus
mengelabui ayahmu sendiri."
"Jangan . . jangan katakan, sekalipun
berada dihadapannyapun jangan bicara."
"Kalau benar kau larang aku mengutarakan rahasia ini
dihadapannya, lalu apa maksudmu kembali ke perkampungan Jiet Gwat Cung?"
"Aku datang ke perkampungan Jiet Gwat Cung karena
ingin bertemu dengan ibuku . ." jawab Tonghong Pek sedih,
"Aku hanya ingin bertemu sebentar saja dengan beliau,
aku... aku tidak ingin ia menjumpai diriku, sebab selama ini aku hanya anggap dia sebagai sunioku belaka, sampai suatu
saat aku tahu bahwa dia adalah ibuku, kita telah berpisah."
"Eeeei . . . apa yang sedang kau katakan?" tegur Kiem Lan Hoa dengan sepasang alis berkerut.
Menyaksikan perubahan air muka Kiem Lan Hoa, dalam
hati Tonghong Pek sadar bahwa keadaan sedikit kurang
beres, buru2 ujarnya kembali.
"Bukankah sudah kukatakan" aku datang untuk
berjumpa dengan ibuku,"
"Aku masih belum paham, benarkah ibumu berada
didalam perkampungan Jiet Gwat Cung?" Senyuman Kiem
Lan Hoa kelihatan sangat dipaksakan.
"Tentu saja berada di sini?" sahut Tong hong Pek setelah tertegun beberapa saat, "Kalau tidak berada didalam
perkampungan Jiet Gwat Cung, lalu berada dimana?"
"Kalau benar kejadian ini, maka ayahmu pasti sedang
mengelabui diriku, aku sudah berdiam selama setahun
dalam perkampungan Jiet Gwat Cung ini, namun belum
pernah bertemu dengan ibumu, dan belum pernah dengar
orang mengungkap pula soal itu."
Tonghong Pek jadi berdiri ter-mangu2, lama sekali ia
baru berkata, "Hal ini mana bisa
jadi" sewaktu
Giok Jien meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung, ia masih
berada disini mana mungkin kau tidak tahu!"
"Siapakah Giok Jien?"
Tonghong Pek tidak menjawab, pikirannya saat itu
sangat kalut sekali.
"Lalu kau . . apakah selama ini kau tidak pernah
menanyakan soal ibuku kepadanya."
"Hmm! ibumu adalah orang yang paling tidak kusenangi,
tidak bertemu dengan dirinya sudah cukup menyenangkan
hatiku, mengapa harus banyak bertanya?"
Jawaban dari Kiem Lan Hoa ini hambar namun muncul
dari hati kecilnya.
Sekali lagi Tonghong Pek berdiri tertegun, setelah
beberapa saat lamanya, akhirnya ia berkata.
"Terima kasih atas kesudianmu memberitahukan persoalan ini kepadaku, ia pasti sudah terbunuh sungguh
kasihan . . ."
Tonghong Pek merasa hatinya teramat sedih, ketika ia
putar badan titik2 air mata jatuh berlinang membasahi
wajahnya. "Belum tentu telah terjadi suatu peristiwa diluar dugaan atas dirinya?" Kata Kiem Lan Koa kembali. "Bagaimana kalau kutemani dirimu untuk tanyakan persoalan ini kepada
ayahmu ?" "Tidak usah, tidak usah, kita berpisah sampai disini saja
!" Sembari berkata dengan kepala tertunduk selangkah
demi selangkah ia tinggalkan tempat itu, dalam sekejap
mata sudah jauh sianak muda itu berlalu.
Kiem Lan Hoa tidak menegur dirinya lagi, kepada Thay
Kiem serta Thay-Gien pesannya:
"Kalian berdua ingatlah baik-2, jangan kalian katakan
kepada siapapun bahwa pernah bertemu dengan seorang
manusia" Otak Thay-Kiem serta Thay-Gien sederhana sekali, tentu
saja apa yang dikatakan Kiem Lan Hoa di-ingat sekali.
"Sudah tahu !" jawab mereka berbareng.
Dalam pada itu dengan kepala tertunduk Tonghong Pek
berjalan terus ke depan, saat ini ia merasa pikirannya sangat kalut.
Ia tak tahu apa yang dipikirkan pada saat ini dan tidak
ingat lagi dimanakah ia berada bahkan ia sudah lupa bahwa
topeng yang dikenakan diatas wajahnya sudah dilepas
sehingga tampak kembali wajahnya yang mengerikan.
Dalam keadaan seperti ini ia muncul dalam perkampungan Jiet Gwat Gung, tentu saja menggemparkan
seluruh perkampungan semua orang masih ingat si manusia
aneh inilah yang telah menyelamatkan Si Thay sianseng
pada setahun berselang.
Beberapa orang diantaranya dengan cepat melaporkan
kejadian ini kepada Tonghong Pacu serta Tonghong Loei,
mendengar laporan itu Tonghong Loei segera menyusul
datang kesana. Namun Tonghong Pek sama sekali tidak merasa, sambil
menghela napas panjang ia lanjutkan langkahnya menuju
kedepan. Menanti Tonghong Loei sudah berada dihadapannya
dan membentak keras, Tonghong Pek baru sadar dan
angkat kepala. Waktu itu Tonghong Loei dengan angkuh dan jumawa
telah berdiri dihadapannya, empat orang jago lihay masing2
berdiri dikedua belah sisi.
Sedang dibelakang serta samping kiri kanan nya ada tiga
puluh orang telah mengurung dirinya rapat2.
Tonghong Pek tertegun, ia segera berhenti dan
memandang orang2 itu dengan sinar mata sayu.
"Hmm . , anda muncul kembali disini?" jengek
Tonghong Loei sambil tertawa dingin. Pada saat ini
Tonghong Pek tidak ingin timbul bentrokan dengan diri
Tonghong Loei, ia hanya kepingin cepat2 tinggalkan
perkampungan Jiet Gwat Cung, maka ia cuma tertawa
getir. "Harap kalian menyingkir aku mau pergi dari sini."
katanya. "Ooouw . . sungguh enak sekali ucapan anda, setahun
berselang karena kejadian timbul secara tiba2, Si Thay
sianseng berhasil kau larikan, tetapi sekarang kalau kau


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ingin berbuat demikian lagi, maka tindakanmu ini salah
besar, perkampungan Jiet Gwat Cung tak bisa kau datangi
sekehendak hatimu dan kau tinggalkan kalau sudah tak
mau." "Aaai. . . lalu apa yang harus aku lakukan sehingga boleh tinggalkan tempat ini?"
"Selama hidup jangan harap bisa tinggal kan tempat ini lagi !"
Tonghong Pek menghela napas panjang, ia merasa
selama setahun ini kepandaian silat yang dimiliki Tonghong
Loei peroleh kemajuan yang sangat pesat dan akhlak pun
semakin rusak. "Selama setahun ini kepandaian silatmu memang sudah
mendapat kemajuan yang sangat pesat" katanya lambat2.
"tetapi kau masih bukan tandinganku aku nasehati . ."
Tonghong Pek berkata demikian karena didasari kewelas
kasihnya, tetapi Tonghong Loei telah dibikin semakin naik
pitam. "Kurang ajar kalau begitu rasakan dahulu sebuah
seranganku." hardiknya keras.
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, telapak kiri
didorong kedepan dengan gerakan yang aneh tapi dahsyat.
Serangan tersebut aneh sekali gerakannya membuat
Tonghong Pek tertegun, pada detik itulah tiba2 dari gerakan lambat serangan itu berubah jadi cepat laksana kilat, dengan membawa segulung angin pukulan lunak berhawa im
langsung menumbuk dada Tonghong Pek.
Sianak muda itu berdiri tak berkutik, ia tiada maksud
untuk berkelahi dengan Tonghong Loei, maka ketika
serangannya hampir tiba diatas badannya, ia ambil
keputusan untuk mengundurkan diri
Laksana kilat cepatnya iapun mengayunkan telapak
tangannya menerima datangnya serangan tersebut.
"Braak . . ! ditengah bentrokan keras, ia pinjam tenaga dorongan lawan disertai enjotan badan sendiri, badannya
dengan enteng dan sebat meloncat mundur kebelakang.
Dasar ilmu meringankan tubuhnya sudah lihay, kini
ditambah pula meminjam tenaga serangan lawan, badannya
segera melayang lewat batok kepala para jago yang dirinya
dan hinggap diatas dahan pohon, dari situ ia enjot badan,
melayang kedepan dan hinggap diatas atap rumah kurang
lebih dua tombak dari tempat semula.
Dalam sekejap mata itulah ia sudah tinggalkan
Tonghong Loei sejauh lima tujuh tombak,
Meskipun silat yang dimiliki Tonghong Loei lihay, tetapi
ia tidak menyangka bisa terjadi perubahan dalam waktu
sesingkat itu, kontan bentaknya keras-2:
"Jangan lari hey bangsat, ayoh berhenti!"
Sekali lagi Tonghong Pek enjotkan badannya melayang
dua tiga tombak ke depan melewati tembok pekarangan dan
melayang keluar,
Tonghong Loei membentak keras, membawa anak
buahnya ia segera mengurung tempat itu tapi Tonghong
Pek yang tiada maksud untuk bergebrak selalu berusaha
menghindar. Meminjam luasnya daerah perkampungan Jiet GwatCung. dalam sekejap mata ia sudah berada ditengah kebun
dan bersembunyi di belakang sebuah gunungan.
Gerakannya sangat cepat, para pengejar tak seorangpun
yang tahu kemana ia pergi, baru saja Tonghong Pek
berhasil menyembunyikan diri terdengarlah suara gaduh
dan hiruk pikuk menggema di empat penjuru, tetapi
setengah jam kemudian suasana berubah jadi tenang
kembali, agaknya Tonghong Loei telah sudahi pencarian
tersebut. Teringat ibunya yang tak tahu berada dimana, Tonghong
Pek menghela napas panjang, ia menduga dalam setahun
ini ibunya tentu sudah menemui kejadian diluar dugaan.
Kejadian apakah yang menimpa dirinya" tentu saja
hanya Tonghong Pacu seorang yang tahu.
Tonghong Pek merasakan dadanya sumpek dan kesal,
helaan napas panjang tersebut kedengarannya amat
menyedihkan. Pada saat itulah tiba2 terdengar seseorang menegur.
"Siapa sih yang lagi menghela napas panjang pendek
ditempat itu?"
Tonghong Pek terperanjat dengan cepat ia berpaling
kearah mana berasalnya suara tersebut, tampaklah tidak
jauh diri tempat itu dari balik sebuah bangunan muncul
seseorang usianya masih sangat muda, kurang lebih dua
puluh lima enam tahunan, tapi gerak gerik nya mantap,
jelas diketahui meski usianya masih muda namun memiliki
tenaga dalam yang amat sempurna.
Tampak alisnya tebal matanya besar, sinar tajam
memancar keluar dari sepasang matanya ketika itu ia
sedang menatap kebalik gunung dimana Tonghong Pek
sedang menyembunyikan diri.
Tonghong Pek mimpipun tidak sangka dalam perkampungan Jiet Gwat Cung ternyata memiliki jagoan
yang begitu banyak, tetapi ia merasa meski orang itu berada disini namun roman wajahnya jauh berbeda dengan jago
lainnya, ia memiliki jiwa gagah yang sukar dilukiskan
dengan kata2. Berjumpa muka dengan sianak muda itu timbul perasaan
simpatik dalam hati Tonghong Pek, seraya menutupi
wajahnya dengan ujung baju selangkah demi selangkah ia
berjalan ke luar dari tempat persembunyiannya.
"Mengapa anda menutupi wajahmu dengan pakaian,!"
sianak muda itu segera menegur.
"Aaaai . , . wajah cayhe jelek dan menyeramkan, aku
takut anda bisa terkejut dan ketakutan."
"Soal ini anda boleh legakan hati" kata si anak muda itu sambil tertawa ramah, "Cayhe tidak akan bernyali kecil seperti yang anda bayangkan. silahkan kau unjukan wajah
aslimu." Tonghong Pek segera lepaskan ujung bajunya menyaksikan seramnya wajah orang itu. sianak muda tadi
kelihatan rada terkejut tetapi sebentar kemudian ia sudah
pulih kembali dalam ketenangan
"Wajah anda benar-2 luar biasa." serunya "Aku dengar ada setahun berselang ketika didalam perkampungan Jiet
Gwat Cung ter jadi perubahan hebat, telah muncul seorang
manusia berwajah aneh yang berhasil selamatkan Si Thay
sianseng disaat yang kritis, apakah orang itu adalah anda?"
Teringat diri Si Thay sianseng, Tonghong Pek segera
tertawa getir, ia mengangguk.
"Benar, cayhelah orangnya."
"Lalu apa sebabnya kau muncul kembali dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung!"
Tonghong Pek tidak jawab pertanyaan itu, sebaliknya dia
malah bertanya.
"Siapakah nama anda" aku lihat roman wajah anda
sangat berbeda dengan isi perkampungan Jiet Gwat Cung
ini, apa maksudku pula berada disini?"
"Aku she Liem bernama Hauw Seng!"
"Benar, darimana anda dengar nama kecil ku?"
"Aku tahu dari nona Giok Jien."
Begitu nama Giok Jien di utarakan, air muka Liem
Hauw Seng segera berubah hebat buru2, ia maju dua
langkah kedepan sambil bertanya.
"Giok Jien" kau kenal dengan dirinya" sekarang ia
berada dimana?"
Pertanyaan ini dijawab Tonghong Pek dengan suatu
helaan napas panjang.
Bagi Tonghong Pek helaan napas itu tidak berarti,
namun cukup membuat air muka Liem Hauw Seng berubah
jadi pucat pias.
"Dia . . dia . . mengapa dia ?"
"Bagaimanakah dia saat ini, akupun tak tahu, tetapi pada setahun berselang ia sudah tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat Cung !"
"Mengapa ia tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung
" mengapa ketika aku datang mencari dirinya ia sudah tidak
berada ber-sama2 Tonghong Pacu lagi ?"
"Soal itu aku sih kurang jelas, tetapi nona Giok Jien
adalah seorang gadis yang sangat baik, seandainya ia
bergaul terus dengan Tonghong Pacu malahan kurang baik
bagi dirinya"
"Tentang hal tersebut akupun tahu, tetapi paling sedikit aku bisa selalu bersama dirinya!" kata Liem Hauw Seng
sambil menghela napas panjang.
Begitu mesra kata-2nya membuat Tonghong Pek
tertegun. "Sahabat kau mengatakan pada setahun berselang pernah
bertemu dengan Giok Jien, tahu kah kau saat ini ia berada
dimana ?" kembali Liem Hauw Seng bertanya.
"Aku tahu !"
"Kau tahu ! kau benar2 tahu ?" teriak Liem Hauw Seng kegirangan setengah mati, "Dia berada dimana " katakanlah kepadaku: aku akan merasa sangat berterima kasih."
Pada waktu itu ketika ia tinggalkan perkampungan JietGwat-Cung kebetulan aku sedang menolong Si Thay
sianseng, aku tiada berdaya untuk menguasahi golakan
hawa murni dalam tubuh Si Thay sianseng dengan
kekuatan seorang diri, maka kuundang agar ia suka
membantu dengan demikian Si Thay sianseng pun berhasil
lolos dari bahaya jalan api menuju neraka, sedang Si Thay
sianseng melihat nona Giok Jien berbakat baik. ."
Baru saja ucapan itu diutarakan sampai di-sana, saking
girangnya suara Liem Hauw Seng sampai berubah hebat.
"Apakah . . dia . . dia sudah diterima jadi anak murid Si Thay sianseng ?"
"Benar." Tonghong Pek mengangguk.
Liem Hauw Seng tarik napas panjang2.
"Sungguh bagus sekali, aku segera akan berangkat
kelembah Coei Hong Kok digunung Go bie untuk
menengok dirinya, aku segera akan berangkat kesana."
serunya. Teringat kembali apa yang dialaminya selama diluar
lembah Coei Hong Kok, Tonghong Pek tertawa dingin
tiada hentinya.
"Aku rasa tidak sedemikian bagus."
Ucapan ini membuat Liem Hauw Seng tertegun.
"Apa maksud ucapan anda barusan" Giok Jien bisa jadi
murid Si Thay sianseng seorang tokoh maha sakti dari
aliran lurus, bukankah hal ini merupakan suatu kejadian
yang amat baik?"
"Hmm . . Hmm. . kau datanglah sendiri ke lembah Coei
Hong Kok, mungkin disana kau bakal mengerti sendiri!"
Dalam hati Liem Hau Seng masih menaruh curiga, tetapi
setelah mengetahui berita mengenai Giok Jien ia merasa
amat kegirangan, segera serunya kembali.
"Terima kasih kau sudi beritahu kepadaku, aku akan
mohon diri dari Tonghong Pacu saat ini juga."
"Sahabat Liem, agaknya selama setahun ini ilmu silatmu telah peroleh kemajuan yang sangat pesat."
"Benar" Liem Hauw Seng mengangguk "Dalam setiap kesulitan yang kuhadapi bukan saja tidak bisa binasa,
bahkan dalam sebuah gua aku telah berlatih giat selama
setahun ilmu silatku memang peroleh kemajuan yang
sangat pesat, dahulu apakah anda pernah bertemu dengan
diriku!" "Aku belum pernah bertemu dengan anda, tetapi aku
kenali dirimu, dan kenal pula dengan seseorang yang
hubungan erat dengan dirimu."
"Benarkah?" Seru Liem Hauw Seng tercengang. "Sejak kecil aku sudah kehilangan ke dua orang tuaku anda adalah
. . ." "Aku kenal dengan adik misanmu, Si Soat Ang."
"Oooouw . . ! kiranya dia, selama setahun ini ilmu
silatnya pun peroleh kemajuan yang sangat pesat, ditinjau
dari keadaannya mungkin ia sudah berhasil melatih ilmu
silat yang termuat kitab pusaka Sam Poo Cin Keng."
"Apa yang kau katakan ?" Teriak Tonghong Pek terkejut bercampur girang.
Liem Hauw Seng ulangi kembali perkataan nya,
Tonghong Pek segera bertanya kembali.
"Sekarang dia berada dimana ?"
"Sekarang ia masih berada dalam gua tersebut, kiranya
selama setahun aku telah berdiam dalam sebuah gua yang
sama dengan dirinya, hanya saja ia berdiam dalam gua
sebelah depan sedang aku berada dibelakang, menanti
tenaga lweekangnya telah peroleh kemajuan pesat dan
berhasil menjebolkan dinding gua dengan angin pukulannya, kita baru saling bertemu muka satu dengan
lainnya." "Dia . . dia . ."
Saking terharunya untuk beberapa saat ia tak sanggup
meneruskan kata2nya.
Liem Hauw Seng menghela napas panjang, ujarnya
kembali. "Dendam dan budi yang terikat antara aku dengan adik
Soat sukar diselesaikan dalam beberapa saat, dalam setahun
ini meski ilmu silatnya telah peroleh kemajuan pesat namun
tabiatnya sama sekali tidak berubah, setelah berjumpa
dengan diriku, ia langsung turun tangan kepadaku, siapa
sangka ilmu silatnya telah mendapat kemajuan yang sangat
pesat setelah menerima dua buah serangannya aku lantas
sadar bahwa aku bukan tandingannya, dengan keadaan
mengenaskan aku lantas melarikan diri."
Tonghong Pek merasa tidak sabaran untuk mendengarkan cerita dari Liem Hauw Seng itu segera ia
menukas. "Jadi maksudmu sekarang ia masih berada didalam gua
itu ?" "Aku pikir memang demikian adanya, aku dengar
hubungannya dengan Tonghong Pek putra sulung dan
Tonghong Pacu sangat bagus, mungkin iapun bisa
mendatangi perkampungan Jiet-Gwat- Cung"


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ucapan ini semakin membuat hati Tonghong Pek
merasa tidak karuan, ia bertanya kembali.
"Gua itu terletak dimana ?"
"Sekitar gunung Lak-Boan-San . ."
"Sahabat Liem sampai jumpa lagi !" teriak Tonghong Pek seraya ulapkan tangannya.
Setelah mengetahui berita Si Soat Ang tentu saja ia tak
mau berdiam terlalu lama disana, setelah enjot badan
melayang keluar dari dinding pekarangan badannya
langsung berkelebat keluar dari perkampungan Jiet Gwat
Cung langsung menuju kegunung Lak Boan San.
Siang hari telah tiba, ini hari adalah hari ketiga setelah
Tonghong Pek bertemu dengan Liem Hauw Seng, ketika ia
sedang melanjutkan perjalanan dan melewati sebuah gardu
besar yang penuh dengan orang, tiba2 ia dengar dari balik
gardu berkumandang suara bentakan seseorang.
"Siapa sih yang disebut Bu Tek Bengcu?"
Suara itu membuat Tonghong Pek tertegun, ia kenali
suara itu sebagai suara dari Si Soat Ang.
Inilah pucuk dicinta ulam tiba, ia ada maksud mencari
gadis itu siapa sangka sang dara sudah muncul didepan
mata, Tonghong Pek benar2 merasa kegirangan sehingga
sukar dilukiskan dengan kata2.
"Soat . . . " teriaknya.
Hanya sepatah kita yang berhasil meluncur keluar dari
mulutnya. maka ia segera teringat bahwa selama setahun ini
banyak perubahan telah menimpa dirinya, teringat bagai
mana seramnya wajah yang ia miliki saat ini, bisa
dibayangkan betapa ngeri dan kagetnya Soat Ang setelah
menyaksikan hal tersebut.
Tonghong Pek merasa amat sedih, namun ia teruskan
juga niatnya bergerak menuju kearah gardu tersebut,
wajahnya telah tertutup oleh sehelai topeng maka ia tak
takut dikenali orang.
Pada saat itulah dari balik gardu terdengar suara caci
maki bergema kalang kabut.
"Sungguh besar nyalimu!"
"Kau berani mengucapkan kata2 yang tidak senonoh
kepada Bengcu, Hmm! agaknya kau sudah bosan hidup."
Bahkan ada pula yang sambil tertawa terbahak2
menjengek. "Budak busuk, selangkah berjalan berlututlah satu kali hingga tiba didepan perkampungan Jiet Gwat Cung, asal
dapat berjumpa dengan Bengcu maka terhitung kau punya
rejeki." Diantara jago yang mengepung gardu tersebut, hanya
dua orang yang dikenali Tonghong Pek, mereka bukan lain
adalah anak murid Tonghong Pacu.
Si Soat Ang duduk ditengah gardu, setahun tidak
berjumpa wajahnya kelihatan semakin cantik menawan
hati, ketika itu ia berada ditengah kepungan para jago
dengan senyuman menghiasi bibirnya.
"Siapa yang bilang sekalipun selangkah berlutut satu kali hingga tiba di perkampungan Jiet Gwat Cung aku masih
belum bisa bertemu dengan Bengcu kalian "!" tegur Si Soat Ang sambil tertawa.
"Aku yang bilang" jawab seorang lelaki tinggi besar diantara para jago yang mengurung tempat itu.
Si Soat Ang tersenyum manis, ia kerling sekejap orang
itu kemudian katanya.
"Mungkin apa yang kau katakan benar. tetapi aku punya
suatu cara dan apabila aku gunakan cara itu untuk
mengunjungi perkampungan Jiet-Gwat-Cung maka aku
pasti akan berhasil temui Bengcu kalian itu !"
"Apakah caramu ?" tanya lelaki kekar tadi dengan mata melotot.
"Aku lihat badanmu kekar dan kuat, seandainya kau
merangkak diatas tanah dan aku anggap dirimu sebagai
kuda kemudian menunggangmu sampai perkampungan
Jiet-Gwat-Cung, niscaya Boe Tek Bengcu kalian akan buka
pintu lebar2 untuk menyambut kedatanganku!"
Para jago segera tertawa terbahak2 mendengar ucapan
itu, sedangkan lelaki tadi jadi malu sendiri bercampur gusar, dengan wajah merah jengah bentaknya.
Jodoh Rajawali 2 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Suling Emas Dan Naga Siluman 16

Cari Blog Ini