Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 15
Dalam dugaan Si Soat Ang semula serangan yang
dilancarkan dengan segenap tenaga ini pasti akan berhasil
menembusi dada padri tersebut, siapa sangka serangannya
kembali gagal, ujung pedangnya cuma berhasil menembusi
setengah coen belaka ke dalam tubuh lawan, ia jadi sangat
terperanjat. Dengan air muka berubah hebat serta jantung berdebar
keras, badannya mundur tiga empat langkah kebelakang,
telapak kanan segera disilangkan didepan dada telapak kiri
didorong kemuka siap menantikan perubahan selanjutnya.
Boe-Wu-Cun-Cu tetap berdiri tegak ditempat semula,
tangannya yang mencekal digagang pedang pendek itu
sama sekali tidak bermaksud untuk mencabutnya keluar,
hanya air mukanya tiba2 berubah hebat diikuti badannya
mulai mundur kebelakang dengan sempoyongan.
Si Soat Ang tertegun, ia tak tahu apa yang telah terjadi.
Lain halnya dengan para jago yang hadir disitu,
pengetahuan mereka lebih luas, menyaksikan keadaan itu
mereka lantas sadar apa sebenarnya yang telah terjadi.
Seketika itu juga ada beberapa orang diantaranya
berteriak keras.
"Wakil Bengcu... kiong-hie, kiong-hie, kau berhasil
melenyapkan musuh tangguh.".
Si Soat Ang masih tidak mau percaya, sebab ditinjau dari
keadaan lawan padri tak terluka serius, ia hanya menderita
sedikit luka saja pada iga nya akibat tusukan pedang pendek tersebut.
Sementara Si Soat Ang masih ragu2, tiba2 muncul
seorang kakek tua mendekati sisi tubuhnya.
"Hu Bengcu" bisiknya lirih, "ilmu tenaga dalam yang dilatih padri tua ini adalah ilmu berhawa yang, tusukan
pedangmu barusan berhasil menembusi jalan darah KhieHay-Hiat nya dimana merupakan sumber seluruh hawa
murninya, saat ini dia sudah lemah bagaikan lampu
kehabisan minyak !"
Keterangan ini segera menyadarkan Si Soat Ang, ia baru
mendusin apa yang sebenarnya telah terjadi.
Buru2 ia angkat kepala, tampaklah wajah Boe-WuoCoen-Cu telah berubah sangat hebat, badannya bergoncang
makin keras, akhirnya roboh terjengkang keatas tanah dan
tak berkutik lagi.
Si Soat Ang jadi kegirangan setengah mati, ia segera
meloncat kedepan dan merebut kembali pedang pendeknya.
Sedangkan Tonghong Loei yang menyaksikan kejadian
itu segera berteriak keras:
"Mari kita terjang terus kedalam !"
Seketika itu juga ratusan orang sama2 berteriak keras,
kemudian menerjang naik ke atas gunung, suasana jadi
gempar dan riuh rendah.
Tidak selang beberapa saat kemudian para jago telah tiba
didepan kuil di mana terletak sebuah halaman yang sangat
luas, pintu kuil tertutup rapat.
Si Soat Ang menerjang maju ke depan, naik anak tangga
dan tiba didepan pintu, sekali tendang ia menghajar roboh
pintu kuil tadi.
Dengan jebolnya pintu masuk kuil, Si Soat Ang segera
meneruskan terjangannya kedalam diikuti Tonghong Loei
di belakang, Menyaksikan pemimpinnya sudah menerjang masuk,
ratusan orang-orang jago kangouw itu pun sama2 berteriak
keras mereka serentak ikut menerjang masuk kedalam
ruangan kuil Siauw-lim tersebut.
Dibalik pintu kuil merupakan sebuah halaman yang luas,
ditengah halaman berdiri sebuah hioloo yang amat besar
sekali, lewati lapangan tadi merupakan ruang tengah yang
megah dan mentereng.
Ketika itu dalam halaman yang luas tidak nampak
sesosok bayangan manusiapun, suasana hening dan sunyi
senyap. Si Soat Ang segera enjotkan badan melayang ketengah
halaman, dia langsung menyerbu kedalam ruang tengah
diikuti para jago sebanyak tujuh delapan puluh orang,
sama2 membuntuti di belakangnya, suasana hiruk pikuk
dan terdengar gaduh sekali.
Diantara tujuh delapan puluh orang yang turut menyerbu
kedalam ruang kuil Siauw-lim Si saat itu boleh dikata
merupakan jago2 dari kalangan sesat semua, tak
seorangpun berasal dari golongan lurus.
-ooo0dw0ooo- Jilid 23 MEREKA mengikuti dibelakang Si Soat Ang menerjang
dengan penuh napsu ke dalam pendopo tengah, rasa girang
yang meliputi mereka sukar dilukiskan dengan kata2, sebab
kuil Siauw-lim yang dianggap keramat oleh segenap lapisan
masyarakat dan dihormati selama ribuan tahun akhirnya
mereka serbu juga tanpa menjumpai perlawanan.
Menanti mereka mulai melangkah masuk ke dalam
pendopo tengah, suasana jadi hening dan tenang kembali,
dalam sekejap mata suasana jadi amat sunyi tak kedengaran
suarapun. Ruang pendopo itu diliputi dalam kegelapan, benda yang
berada didalam tempat itupun hanya bisa dilihat secara
lapat2, kecuali patung Budha, asap hio, boleh dikata tak
nampak sesuatu apapun, meski demikian suasana penuh
diliputi keagungan dan penuh kewibawaan.
Pada saat ini bukan saja semua orang bungkam dalam
seribu bahasa bahkan pada berhenti bergerak, termasuk Si
Soat Angpun tidak terkecuali.
Didepan patung Budha duduklah tiga orang padri tua,
salah satu diantaranya yang duduk ditengah mengenakan
Lhasa berwarna putih sedangkan dua orang padri yang
berada disisi kiri kanannya memakai lhasa berwarna abu2.
Sekalipun Si Soat Ang belum pernah berjumpa dengan
sang Hong-thio dari kuil Siauw-lim Si, tetapi siapapun
dikolong langit tahu bahwa ketiga kuil tersebut selalu
memakai lhasa berwarna putih, maka sepintas memandang
gadis itu segera mengetahui siapakah diantara ketiga padri
itu sebagai ketua Siauw-lim pay.
Ketiga orang padri tua itu duduk bersila di atas bantalan
kasur, didepan mereka terletak sebuah bok-khi, ketika itu
mereka sedang pejamkan mata sambil berdoa dengan suara
lirih. Suasana diliputi keheningan menambah keseriusan serta
keagungan ketiga orang padri tua itu, terhadap munculnya
jago Bulim yang kini telah bertambah hingga mendekati
ratusan orang, mereka tidak ambil gubris, seolah tidak
merasakan hadirnya orang2 itu, mereka tidak berkutik
maupun membuka matanya.
Para jago dari perserikatan Boe Tek Beng yang telah
menyerbu masuk keruang pendopo itu sama2 berdiam diri,
beberapa orang diantara orang diantaranya mulai menunjukkan sikap gugup dan gelisah, mereka sama2
berpaling kearah Si Soat Ang menantikan tindakan
selanjutnya dari gadis itu.
Perlahan2 Si Soat Ang tarik napas panjang, lalu sapanya
dengan suara dalam.
"Hong-tiang Thaysu, selamat berjumpa"!"
"Li sicu, selamat datang!" jawab padri tua berbaju putih sambil buka matanya.
"Heeei! Hweesio tua, kau tak usah berlagak pilon lagi"
Tegur Si Soat Ang dingin. "Padri tua yang kau kirim untuk berjaga dipintu masuk sudah mampus, kau tak usah
harapkan bantuannya lagi. Hmm! selama setahun ini partai
Siauw-lim kalian terlalu pandang enteng Perserikatan Boe
Tek Beng kami, aku ingin tahu bagaimanakah sikap kalian
pada saat ini ?"
"Pinceng adalah orang beragama yang telah menjauhkan
diri dari keduniawian, walaupun selama setahun Perserikatan Boe Tek Beng telah menggemparkan seluruh
kolong langit, apa sangkut pautnya dengan pinceng?"
Suara dari hwesio tua itu dingin hambar lagi ketus,
wajahnya menunjukkan sikap hambar.
"Eeei hweesio, aku ingin tahu dapatkah kau bermain
silat" kalau bisa bersilat maka kalian harus menggabungkan
diri ke dalam Perserikatan Boe Tek Beng kami, Perserikatan
Boe Tek Beng akan menguasai seluruh Bulim dan seluruh
jagad, penghidupan serta segala2nya akan kami atur buat
kalian, perduli kamu orang sipil ataupun seorang pendeta
beragama!"
Ucapan itu segera disambut dengan senyuman oleh padri
tua itu. ujarnya sambil tertawa.
"Sungguh tepat sekali pertanyaan diri Li sicu, aku tak bisa bermain silat, dan pinceng rasa li sicu seharusnya
sudah mengetahui bukan dalam sekilas pandanganmu !"
Si Soat Ang terkesiap, dengan cepat ia sambar bahu si
hweesio itu. Dalam serangannya ini, ia tidak menggunakan tenaga
dalam yang terlalu besar, namun padri tua itu sama sekali
tidak berkelit, dengan cepat kelima jari dari itu sudah
bersarang telak diatas tubuh lawan Kraak ! tulang bahu
hwesio itu segera terpencet patah.
Haruslah diketahui ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang
pada saat ini amat lihay sekali, cukup hanya salurkan satu
bagian tenaga saja sudah dapat menyiksa orang biasa, maka
patahnya tulang bahu padri tua itu menunjukkan bahwa ia
benar2 tidak pandai bersilat.
Kejadian ini membuat Si Soat Ang tertegun, segera ia
lepas tangan sambil berseru.
"Kau sama sekali bukan Hong-tiang dari kuil Siauw-lim
Sie- !" Sewaktu tulang bahunya patah diatas wajah padri tua itu
terlintas suatu perasaan tersiksa tapi hanya sekilas saja
perasaan itu telah lenyap tak berbekas dan kembali pada
wujud sebenarnya.
"Pinceng adalah Gwat-Ching dan merupakan hongtiang
dari kuil Siauw-lim, mengapa Li sicu mengatakan aku
bukan orang yang kau maksudkan ?" katanya.
Si Soat Ang mundur beberapa langkah kebelakang lalu
berpaling kearah para jago dan tanyanya.
"Benarkah dia adalah sang Hong-tiang dari kuil Siauwlim ?" Walaupun ketua dari kuil Siauw lim Si Gwat Ching
Siansu jarang sekali munculkan diri dalam dunia persilatan
namun ia masih dikenal oleh masyarakat.
Maka pertanyaan ini segera dijawab oleh beberapa orang
diantara para jago yang hadir disitu.
"Dia benar2 adalah Hong-tiang dari kuil Siauw-lim !"
"Tapi dia... dia sama sekali tidak pandai bersilat !"
Teriakan gadis tersebut membuat semua orang tertegun,
untuk beberapa saat lamanya semua orang sangsi dan tidak
mau mengerti Ketika itulah Gwat Ching Siansu telah tertawa dengan
nada tenang dan penuh kedamaian sambil tertawa katanya.
"Perkataan dari Li sicu sedikitpun tidak salah, pinceng sama sekali tidak dapat bersilat, bukan begitu saja isi kuil Siauw-lim tak ada yang dapat bersilat lagi. Apabila tidak
percaya silahkan li sicu melakukan pemeriksaan sendiri!"
Ucapan ini semakin mengejutkan Si Soat Ang ia mulai
sangsi namun rasa percaya terhadap ucapan tersebut makin
besar. Semua jagoan sama2 tenang kembali, suasana jadi
hening dan diliputi kesunyian lama... lama sekali baru
terdengar seorang kakek tua berseru.
"Hu Bengcu aku mengerti mereka pasti sadar bahwa
mereka tak sanggup membendung kekuatan kita maka
seluruh padri dalam kuil ini sudah memusnahkan ilmu
silatnya sendiri."
Si Soat Ang berseru tertahan, ia segera berpaling ke arah
Gwat Ching Siansu, padri itu tampak mengangguk tanda
membenarkan ucapan dari sikakek tua tadi.
Terdengar Gwat Ching Siansu berkata kembali.
"Ucapan dari sicu ini cuma betul separuh, seribu tiga
ratus tujuh puluh empat orang padri dalam kuil Siauw-lim
bukan disebabkan bukan tandingan kalian lantas memusnahkan ilmu silat sendiri, hal inipun dikarenakan
ingin menghindari segala malapetaka serta banjir darah
didalam pendopo agung dari Budha Maha Pengasih ini.
Pelajaran sang Budha mengatakan, Bila aku tidak masuk
neraka, siapa yang suka masuk neraka " bagi kami orang
beragama, nama serta kedudukan hanya suatu benda yang
sama sekali tidak berarti. mengapa tidak kita singkirkan dan jauhkan hal2 yang sebenarnya tidak penting itu " maka
saudara2 sekalian pun tak usah banyak ribut lagi di sini !"
Beberapa patah kata dari padri tersebut membuat semua
orang membungkam, mereka hanya bisa saling bertukar
pandangan belaka.
"Sejak detik ini kuil Siauw-lim sudah tak berjodoh
dengan umat Bu-lim lagi, silahkan anda sekalian berlalu
dari sini !" ujar Gwat Ching siansu lebih jauh.
Si Soat Ang tarik napas panjang lalu berkata.
"Sekarang kami hanya menjumpai kalian bertiga saja,
darimana kami bisa buktikan apa bila setiap padri yang ada
didalam kuil Siauw lim Sie saat ini sudah musnahkan ilmu
silat sendiri " siapa tahu kalau kalian sedang membohongi
diri kami ?"
Mendengar perkataan itu Gwat Ching Siansu mengambil
Bok-hiinya diikuti dua orang padri yang berada di sisi nya
lalu mereka bertiga sama2 memukul Alat Bok-hii tadi perlahan". Mengikuti bertalunya suara yang lambat dan berat dari
Bokhi tersebut, dari balik pintu samping pendopo muncul
dua baris hweesio yang sama2 munculkan diri dengan
langkah lambat.
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Langkah hweesio2 itu sangat lambat bahkan sama sekali
tidak mengerling ataupun memandang kearah kelompok
manusia aneh yang hadir di ruang pendopo tersebut,
mereka sama2 pejamkan mata sambil membaca doa.
Hweesio itu bukan saja keruang pendopo tersebut,
bahkan berjalan pula keluar ruangan, berputar beberapa kali ditanah lapang itu dan berhenti, makin lama jumlahnya
makin banyak sehingga setengah jam kemudian barisan
tersebut baru berhenti.
Pada waktu itu seluruh tanah lapang diluar pendopo
sudah dipenuhi dengan hweesio, sedangkan para jago dari
perserikatan Boe-Tek-Beng malah mengundurkan diri ke
sisi tembok pekarangan.
Menanti semua hwesio itu sudah munculkan diri, Gwat
Ching siansu baru berkata kembali.
"Seluruh anggota padri dari kuil siauw-lim kami telah
berkumpul semua ditempat ini, apabila li sicu menemukan
salah satu diantaranya pandai bersilat, silahkan Li sicu
suruh mereka masuk jadi anggota Boe-Tek-Beng kalian !"
Si Soat Ang segera alihkan sinar matanya kearah para
hwesio itu tampak mereka sama2 merangkap tangannya
sambil berdoa tak seorangpun yang berkutik.
"Bagaimana menurut pendapatmu ?" tanya gadis itu
kemudian kepada diri Tonghong Loei.
Peristiwa ini benar2 ada diluar dugaan, jangan dikata Si
Soat Ang serta Tonghong Loei, sekalipun Tonghong Pacu
datang sendiripun belum tentu ia dapat ambil keputusan
apabila menghadapi situasi ini.
Mendengar pertanyaan itu, Tonghong Loei termenung
sebentar, lalu serunya ragu2.
"Tentang Soal ini..."
Belum sempat ia menjawab terdengar sikakek tua yang
berulang kali buka suara itu sekarang berkata kembali.
"Hu Bengcu, Tonghong Tongcu, agaknya para padri
dalam kuil Siauw-lim benar2 telah melakukan pengorbanan
diri dengan musnahkan ilmu silat sendiri, meskipun
demikian dalam kuil banyak tersimpan kitab pusaka ilmu
silat yang luar biasa sekali nilainya, mengapa tidak kita
paksa mereka untuk serahkan kitab2 tersebut kepada kita ?"
Dua kali kakek tua itu memberikan pendapatnya, Si Soat
Ang tidak terlalu ambil perhatian, tapi sekarang gadis itu
mulai tertarik, ia lantas berpaling dan meneliti orang itu.
Tampak si kakek tua itu punya perawakan tinggi besar,
suaranya keren dan lantang tapi wajahnya aneh dan jelek
sekali. Baik Tonghong Loei maupun Si Soat Ang sama2 merasa
asing terhadap orang itu, tapi ditinjau dari suaranya yang
lantang jelas menunjukkan walaupun orangnya tua namun
tenaga dalamnya amat sempurna, ilmu silatnya tentu sangat
lihay. Tonghong Loei yang menyadari keadaan tersebut tak
berani berayal lagi, dengan cepat ia berseru.
"Perkataan anda sedikitpun tidak salah kau adalah...?"
"Mengapa Tongcu bersikap sungkan, hamba tidak
bernama orang2 menyebut diriku sebagai Thian Yang It
Loo!" "Eeeehmm . beberapa saat ini memang terlalu banyak
jago lihay yang bermunculan dalam perkampungan Jiet
Gwat Cung, maaf bila kami tidak terlalu memperhatikan
anda." Thian Yang It Loo tersenyum, ia berkata kembali
"Apabila kitab pusaka ilmu silat yang tersimpan dalam kuil Siauw-lim Si tidak diserahkan, hal ini akan meninggalkan
bibit bencana di kemudian hari."
"Gwat Cing siausu sudah kau dengar ucapan itu?" Tanya Si Soat Ang.
Mendengar ucapan itu, Gwat Ching siansu tertawa
terbahak2, sambil tertawa ia bangun berdiri dan lambat2
berjalan kedepan, ujarnya.
"Sejak semula pinceng sudah kukatakan bagi kami orang
yang beragama, barang2 sambilan macam itu sama sekali
tak berguna lagi bagi kami, sejak Tat Mo Couw-su datang
kemari dan sembilan tahun bersemedi menghadap dinding
seluruhnya beliau telah tinggalkan seratus tujuh puluh
sembilan jilid kitab pusaka ilmu silat."
"Sekarang kau simpan dimana ke seratus tujuh puluh
sembilan kitab pusaka ilmu silat itu." tanya Si Soat Ang dan Tonghong Loei hampir berbareng.
"Itu semuanya berada disana!" jawab Gwat Ching Siansu sambil menuding kearah hioloo besar yang berada ditengah
halaman luar pendopo.
Mendengar perkataan itu Tonghong Loei serta Si Soat
Ang sama2 enjotkan badannya berkelebat kesisi hioloo
besar tersebut tapi setelah menengok kedalam hioloo tadi
mereka sama2 berteriak kaget.
Mereka tidak menemukan ke seratus tujuh puluh
sembilan jilid kitab pusaka ilmu silat dari partai Siauw-lim tersebut didalam hioloo besar tadi namun tidak berada
dalam keadaan utuh, saat ini kitab pusaka tersebut sudah
tinggal abu serta puing yang berserakan.
Si Soat Ang segera putar telapaknya menghantam
kedalam hioloo besar itu, dimana angin pukulan menderu2, kertas didalam hioloo tadi beterbangan.
Ada diantara kertas itu terhembus angin dan terbang
menjauhi hioloo, namun itupun sudah tinggal berkeping2
kecil belaka, sama sekali tak dapat terbaca lagi isinya.
Para jago Perserikatan Boe Tek Beng yang berada di
sekeliling sana sama2 berebut memungut robekan kertas
tadi mereka masih dapat menjumpai lukisan serta tulisan
diatas robekan kertas tadi, sesaat kemudian helaan napas
panjang seruan kaget berkumandang memenuhi angkasa.
"Aaah..! coba lihat robekan kertas ini berasal dari kitab Siauw-lim Loo Han Koen-hoat!"
"Aah...! coba lihat ilmu sakti auman singa Bud Bun Si
Cu Hong Sin Kang."
"Aaah... ilmu semedi Tjhiet Cap Jie Cay Te Si..."
Apa yang mereka teriakan semuanya merupakan ilmu2
sakti dari partai Siauw-lim yang selama ini paling
dibanggakan. Namun saat ini seluruh rahasia ilmu silat tersebut sudah
tinggal abu belaka, meskipun masih dapat terlihat beberapa
tulisan diantara nya namun sama sekali sudah tak berguna
lagi. Si Soat Ang serta Tonghong Loei saling bertukar
pandangan sekejap mereka berdua segera meloncat mundur
kebelakang. "Aku lihat lebih baik kita tinggalkan saja tempat ini !"
kata sianak muda itu kemudian.
"Benar, walaupun kita tidak mendapatkan suatu hasil
namun nama besar kita telah menggetarkan seluruh kolong
langit !" Berkata sampai disitu gadis tersebut segera membentak
keras. "Kita segera mengundurkan diri dari sini !"
Para jago mengiakan mereka sama meloncat keluar dari
pendopo tersebut, tidak selang beberapa saat kemudian Si
Soat Ang, Tonghong Loei serta Thian Yang It Loo pun
telah mengundurkan diri dari sana.
Sepeninggalnya orang2 itu, doa para hweesio yang ada
didalam kuil semakin nyaring, membuat semua jago merasa
seakan2 mereka sedang bermimpi.
Setelah keluar dari muka gunung, tiba2 terdengar belasan
orang munculkan diri sambil berseru.
"Perserikatan Boe Tek Beng menggetarkan seluruh
kolong langit kejadian ini patut digirangkan dan
dibanggakan. Hu Bengcu silahkan menerima sebuah
penghormatan dari hamba!"
Beberapa orang itu segera jatuhkan diri berlutut diatas
tanah. Perbuatan ini segera disusul para jago lainnya dalam
sekejap mata semua orang jatuhkan diri berlutut diatas
tanah kecuali Tong-hong Loei serta Si Chen yang berdiri
terus di sisi kalangan.
Menyaksikan kejadian itu Si Soat Ang merasa amat
girang sekali hingga sukar dilukiskan dengan kata2, ia
bersuit nyaring dan berseru "Harap kalian semua segera bangun!"
Menanti semua orang telah berdiri, Si Soat Ang baru
berpaling kearah Tonghong Loei sambil berkata.
"Walaupun kuil Siauw-lim si tidak berhasil kita paksa
masuk anggota Perserikatan Boe Tek Beng, namun nama
kita sudah menggetarkan seluruh kolong langit sekarang
kita hendak ke mana lagi ?"
"Mari kita pulang ke perkampungan Jiet-Gwat Cung,
coba dengar apa pendapat dari Bengcu!" Ucapan ini sangat tidak menggembirakan Si Soat Ang, alisnya kontan
berkerut. "Aku pikir lebih baik untuk sementara waktu kita jangan pulang dulu, begitu banyak jago lihay kita bawa sehingga
partai Siauw-lim si pun jera kepada kita, boleh dikata
kekuatan kita saat ini tanpa tandingan lagi dikolong langit, partai serta perguruan apapun sudah bukan tandingan kita
lagi, aku melihat lebih baik kita terjang terus hingga keluar perbatasan, setelah mengelilingi seluruh Bu-lim baru kita
berangkat pulang ke perkampungan Jiet Gwat-Cung,
bukankah hal ini jauh lebih gagah kelihatannya ?"
"Baik !" Tonghong Loei tidak berani membantah, ia lantas menyahut "Kalau begitu kita lanjutkan perjalanan kita menuju kedepan tapi kemanakah tujuan kita yang pasti
" harap Hu Bengcu suka kasih penjelasan."
"Aku pikir, Si Thay sianseng yang berdiam di Gunung
Go-bie sangat tersohor dikolong langit..."
Bicara sampai disitu ia merandek, lalu melirik sekejap
kearah Si Chen.
Si Chen adalah seorang gadis yang sama sekali tidak
punya pendirian, ia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan
Si Soat Ang pada saat ini, ia hanya merasa dari sinar mata
gadis itu memancarkan cahaya aneh seakan2 urusan
tersebut punya hubungan dengan dirinya, tak kuasa jantung
terasa berdebar keras.
Si Soat Ang merandek sejenak lalu tertawa, ujarnya lebih
jauh: "Sudah sangat lama Si Thay sianseng tak pernah bertemu dengan putrinya, aku lihat lebih baik menggunakan
kesempatan ini kita pergi menjenguk dirinya, sekalian
undang ia masuk perserikatan, bagaimana menurut
pendapat kalian ?".
Sepasang alis Tonghong Loei langsung berkerut setelah
mendengar ucapan itu, ia tahu walaupun ucapan dari Si
Soat Ang sangat sederhana, padahal dalam pelaksanaannya
nanti pasti akan menimbulkan banjir darah yang
mengerikan. Ia tarik napas panjang, beberapa saat tak sanggup
mendapatkan alasan yang tepat untuk membantah
perkataan dari gadis tersebut.
Lama... lama sekali akhirnya ia mengangguk.
"Demikianpun boleh juga !" katanya.
Sembari menjawab otaknya berputar kencang, pikirnya.
"Dari sini menuju gunung Go-bie bukan perjalanan
hanya sehari dua hari belaka. aku harus berusaha mencari
suatu akal agar kejadian ini tidak sampai menyedihkan Si
Chen..." Si Soat Ang bukan seorang gadis bodoh, dari perubahan
sikap Tonghong Loei ia segera berhasil menebak apa yang
sedang dipikirkan sianak muda itu, ujarnya kembali.
"Perjalanan dari sini menuju gunung Go-bie sangat jauh, perintahkan sepuluh orang yang bisa bekerja untuk
berangkat lebih dahulu, di samping persiapkan tempat
pemondokan kita suruh mereka hubungi pula orang2 Bulim sekitar tempat itu"
Tonghong Loei mengiakan, ia segera memilih sepuluh
orang jago diantara rombongan itu dan perintahkan mereka
berangkat lebih dahulu.
Setelah itu Si Soat Ang serta Tonghong Loei baru
membawa para jago lainnya berangkat menuju ke Barat,
beberapa hari sepanjang perjalanan tak seorang manusiapun
berani menghadang jalan pergi mereka, siapapun tak berani
menentang setiap orang menyambut kedatangan mereka
dengan penuh hormat.
Untuk sementara waktu kita tinggalkan dulu Si Soat Ang
beserta para jago lainnya berangkat menuju gunung Go bie.
Dalam pada itu Tonghong Pek yang berada dalam
didalam perkampungan Jiet Gwat Cung selama tiga hari
tiga malam berada dalam keadaan tidak sadar, jalan
darahnya selalu tertotok oleh Tonghong Pacu, menanti
senja hari ke empat ia baru mendusin dari tidurnya.
Pertama kali mendusin ia tak tahu saat tersebut dirinya
berada dimana dan apa saja yang telah terjadi. Lama...
lama sekali otaknya baru dibikin sadar dan setiap kejadian
pun teringat kembali.
Tetapi...walau bagaimanapun Tonghong Pek memahami
duduknya persoalan, ia tidak menyangka kalau selama ini
ia tidur melulu karena jalan darah tidurnya tertotok.
Dalam keadaannya ia jatuh tidak sadarkan diri karena
Tonghong Pacu sedang paksa keluar racun yang mengeram
dalam tubuhnya.
Perlahan ia buka mata dan temukan dirinya berada
didalam sebuah kamar, ditempat itu kecuali dia seorang
tidak tampak orang kedua.
Sianak muda itu segera bangun duduk, ia merasa
badannya amat lemah dan tak bertenaga tetapi setelah
duduk bersemedi dan seluruh hawa murninya mengelilingi
badan kesegaran segera pulih kembali seperti sedia kala,
bahkan sama sekali tidak dirasakan tanda2 keracunan.
Tonghong Pek jadi kegirangan setengah mati, ia segera
meloncat bangun, tapi dengan cepat ia tertawa getir, ia
teringat keadaan Tonghong Pacu, entah bagaimana
keadaan siorang tua itu setelah berhasil paksa keluar racun yang mengeram dalam tubuhnya ?"
"Entah bagaimana keadaan dari Tonghong Pacu ?" pikir sianak muda itu dalam hati kecilnya, "Aku berterima kasih kepadanya karena ia berhasil memaksa racun yang
mengeram dalam tubuhku terdesak keluar . . . haruskah ku
terus pertentanganku akan segala perbuatan yang ia lakukan
" ataukah berpeluk tangan belaka " . ."
Dengan hati bimbang lambat-lambat Tonghong Pek
berjalan kedepan, mendorong pinta dan berjalan keluar,
dimana berdiri dua orang dengan sangat menghormat.
Ketika menyaksikan munculnya Tonghong Pek dengan
sangat menghormat kedua orang itu menyapa.
"Toa Tongcu, kan sudah mendusin" adakah pesan atau
perintah?"
"Kalian sebut aku sebagai api?" tegur Tonghong Pek dengan sepasang alis berkerut.
"Toa Tongcu!" jawab kedua orang itu dengan sikap
menghormat. Dalam hati Tonghong Pek merasa sangat gusar, ia
merasa kedua orang ini dapat menyebut ia dengan
panggilan itu tentu ada orang lain yang perintah mereka
berbuat demikian ia ingin mengumbar hawa amarah, tapi
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apa gunanya memburu napsu terhadap orang bawahan!
Akhirnya dengan nada dingin ia menegur.
"Mengapa kalian panggil aku dengan sebutan itu?"
Kedua orang itu masih belum tahu kalau Tonghong Pek
tidak suka dipanggil dengan sebutan itu, dengan rasa girang mereka berdua berkata kembali.
"Toa Tongcu bukankah kau adalah putra Sulung dari
Bengcu" tentu saja kau adalah Thian Tong Tongcu dari
Perserikatan kita, sedang Jie kongcu adalah Te Tong
Tongcu, Sebagai Toa Tongcu bertugas atas segala persoalan
dalam perserikatan itu, sudah sepantasnya kalau hamba
sekalian memanggil dengan sebutan itu?"
Tonghong Pek malas untuk ribut dengan kedua orang
itu, ia lantas berpesan.
"Lain kali aku larang kalian memanggil aku dengan
sebutan itu, aku sama sekali bukan anggota dari
perserikatan Boe Tek Beng kalian tentu saja bukan seorang
Tongcu seperti apa yang kalian katakan barusan."
Ucapan ini membuat kedua orang itu terperanjat,
sehingga berdiri dengan mata terbelalak mulut melongo,
untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan
sepatah kata. "Saat ini Bengcu berada dimana ?" Tanya Tonghong Pek kembali.
Agaknya kedua orang itu sudah dibikin terperanjat oleh
ucapan sianak muda itu, pertanyaan barusan harus diulangi
sampai beberapa kali mereka baru mendengar apa yang
ditanyakan. Salah seorang diantaranya segera menjawab. "Bengcu
berpesan..."
"Hanya sepatah kata yang diucapkan kemudian
membungkam. Sedang yang lainpun berkata dengan suara tergagap.
"Bengcu.. dia dia..."
"Sebenarnya apa yang terjadi atas diri Bengcu ?" Tanya Tonghong Pek dengan hati melengak.
Kedua orang itu sama2 tarik napas panjang, air mukapun
berubah jadi normal kembali, katanya.
"Satu jam berselang Bengcu telah meninggalkan tempat
ini, sesaat hendak berlalu wajah Bengcu kelihatan pucat
pias bagai mayat, keringat mengucur keluar membasahi
seluruh tubuhnya dan wajahnya kelihatan mengerikan
sekali, baru saja melangkah keluar dari pintu hampir2 saja
roboh terjengkang keatas tanah apa bila tidak segera
dipayang dua orang !"
"Lalu sekarang ia berada dimana ?" tanya sianak muda itu lebih jauh, hatinya terasa sangat berat.
"Sedang beristirahat didalam perkampungan."
"Manusia bodoh, gentong nasi, bicara setengah harian
sama sekali tak berguna, aku sedang bertanya ia berada
dimana?" Makian ini membuat kedua orang itu kelihatan semakin
kikuk. "Toa . Tongcu jangan marah" buru2 jawab nya, "Bengcu telah berpesan selama beliau beristirahat maka siapapun
dilarang menjumpai dirinya, dan siapapun dilarang
berbicara dengan dirinya, maka dimanakah beliau berada
kami sendiripun tidak tahu."
Sepasang alis Tonghong Pek berkerut kencang, tentu saja
ia tidak tahu bagaimana keadaan sesungguhnya, dari
penuturan kedua orang itu ia merasa seolah2 Tonghong
Pacu telah korbankan hawa murninya untuk menyembuhkan luka keracunannya.
Padahal dalam kenyataan Tonghong Pacu telah
meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung setelah
menotok jalan darah tidur dari Tonghong Pek.
Tonghong Pacu tidak pergi kemana2, ia hanya mengikuti
para jago berangkat menuju kuil Siauw lim Si dan menyaru
sebagai seorang kakek berperawakan kekar.
Dasarnya jago2 lihai yang terkumpul dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung memang datang dari
delapan penjuru, maka siapapun tak ada yang kenal atau
curiga kepadanya.
Dan ia bukan lain adalah Thian-Yang-It-Loo yang
beberapa kali memberi petunjuk kepada Si Soat Ang serta
Tonghong Loei dikala mereka berdua menjumpai kesulitan.
Tonghong Loei serta Si Soat Ang sendiri walaupun
merasa pengetahuan Thian-Yang-It-Loe sangat luas dan
menyadari bahwa ia bukan manusia sembarangan, namun
mimpipun mereka tidak mengira kalau dia adalah
Tonghong Pacu. Tonghong Pacu adalah seorang manusia licik dan teliti,
sebelum meninggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung,
iapun sudah mengatur segala sesuatunya dalam perkampungan, apa yang diucapkan kedua orang itu pada
saat inipun bukan lain adalah hasil ajarannya.
Tetapi Tonghong Pek tak tahu duduknya perkara, ia
masih mengira Tonghong pacu telah kehilangan hawa
murninya karena harus menolong dia, hatinya terasa amat
sedih sekali. Kedua orang itu saling bertukar pandangan sekejap lalu
bertanya kembali.
"Toa toa Kongcu, Bengcu berpesan seandainya kau telah
mendusin maka selama tujuh hari dilarang berlatih semedi
dengan demikian penyakit kongcu baru bisa sembuh
kembali seperti sedia kala."
"Apakah ia tidak berkata ia sendiri membutuhkan waktu
seberapa lama untuk pulihkan kembali kesehatannya seperti
sedia kala ?"
Kedua orang itu belum sempat menjawab, kembali
muncul dua orang lagi mereka lantas menuding ke arah dua
orang yang baru saja datang itu seraya berkata.
"Tentang soal ini harus ditanyakan kepada mereka sebab mereka berdualah yang memayang Bengcu, mungkin
Bengcu telah berkata kepada mereka !"
Sementara berbicara kedua orang itu sudah tiba
dihadapannya, mereka segera menjura dengan penuh rasa
hormat. "Toa Tongcu !" sapa-nya hampir berbareng.
Tonghong Pek benar2 dibikin menangis tak bisa
tertawapun sungkan, kembali ada orang yang panggil
dirinya dengan sebutan tersebut.
"Lebih baik aku tak usah gubris soal sebutan lagi,
daripada bicara dengan percuma lebih baik biarkan saja."
pikirnya dalam hati.
Maka ia lantas bertanya.
"Sekarang Bengcu ada dimana " bagaimana keadaannya
pada saat ini ?"
Kedua orang itu segera menghela napas panjang.
"Aaai . ilmu silat yang dimiliki Bengcu memang sangat
tinggi, tapi secara tiba2 bisa berubah jadi sangat lemah,
kejadian ini benar2 berada diluar dugaan."
"Eeei., kenapa sih kalau bicara mengutarakan yang tak
berguna belaka ?" Tegur Tong hong Pek gusar "Aku lagi bertanya bagaimanakah keadaannya pada saat ini ?"
"Kami tidak tahu, setelah kami bimbing ia masuk
kedalam halaman. Beliau lantas memerintahkan lima puluh
enam orang jago lihay untuk ber-jaga2 disekitar halaman
siang malam siapapun dilarang mendekati ataupun
mengganggu dirinya."
"Ehmm, apakah ia tidak mengatakan harus membutuhkan waktu beberapa lama untuk pulihkan
kembali kekuatannya ?"
"Benar, beliau telah berpesan kepada kami untuk
sampaikan kata2 ini. Toa Tongcu, katanya paling sedikit
beliau harus membutuhkan tujuh kali tujuh, empat puluh
sembilan hari atau mungkin lebih lama lagi untuk pulih
seperti sedia kala, barang siapapun dilarang menengok
dirinya termasuk Toa Tongcu sendiri"
Mendengar ucapan itu Tonghong Pek bergidik, bulu
kuduk pada bangun berdiri, hal ini disebabkan secara tiba2
ia teringat akan sesuatu.
Ia teringat seandainya demikian adanya, bukankah ia
mati dalam ruangan itupun tak akan diketahui oleh
seorangpun ?"
Tonghong Pek merasa hatinya kalut, ia angkat kepala
dan berdiri termenung dan tidak tahu bagaimana baiknya.
Pada saat itulah terdengar dua orang yang berjaga di
depan pintu berseru:
"Toa Tongcu sudah mendusin, tunggu sebentar akan
kulaporkan hal ini kepada mereka semua !".
Belum sempat Tonghong Pek mencegah, ke dua orang
itu sudah berlari keluar ruangan.
Tidak selang beberapa saat kemudian muncullah banyak
orang didepan ruangan itu, meski ada tiga ratus orang lebih jago perkampungan Jiet Gwat Cung yang ikut berangkat
menuju Siauw lim Si, namun yang tetap tinggal di sanapun
tidak sedikit jumlahnya, orang itu sama2 berbaris rapi
kemudian menghunjuk hormat dihadapkan Tonghong Pek
dan sama2 menyebut sianak muda itu sebagai "Toa
Tongcu" sedang menyebut diri sebagai hamba.
Kejadian ini seketika itu juga membuat Tong hong Pek
jadi serba salah.
oooOdwOooo BAB 25 MULA pertama Tonghong Pek masih berusaha
menampik dan tidak perkenankan orang2 itu menghunjuk
hormat tapi akhirnya makin lama orang yang datang
memberi hormat semakin banyak sehingga membuat ia tak
kuasa mencegah orang2 itu, terpaksa ia lari masuk kedalam
kamar. Sekalipun begitu suara seruan serta pemberian hormat
diluar kamar masih berkumandang juga tiada hentinya,
kurang lebih beberapa jam lamanya suasana baru sunyi
kembali. Pada saat itulah kembali terdengar seseorang berseru
dengan suara lantang.
"Toa Tongcu, hamba Goe-Khek Wie-Hiong mohon
berjumpa !"
Mendengar disebutkannya nama itu, Tonghong Pek
terkesiap. dahulu ketika ia berkelana keluar perbatasan dan lewat Kanglam, walaupun tidak pernah mampir di telaga
Thay-ouw namun ia sudah lama mendengar nama orang itu
sebagai seorang pendekar pedang yang sangat lihay, ilmu
silatnya begitu tinggi hingga sukar dilukiskan dengan kata2.
Sementara Tonghong Pek masih ragu2, suara lantang
ditempat luaran kembali berkumandang datang.
"Tongcu, hamba Cee-Kat-Wie-Hiong ada urusan mohon
berjumpa !"
"Silahkan masuk !"
Pintu terbentang dan muncullah seorang lelaki setengah
baya berperawakan tinggi kurus, orang itu berhenti di depan pintu kemudian memberi hormat kepada Tonghong Pek
ujarnya. "Tadi hamba ada urusan tak dapat datang berjumpa
harap Tongcu suka memberi maaf !"
"Coe-Kat sianseng mengapa kau berkata demikian " Aku
sama sekali bukan seorang Tongcu dari Perserikatan BoeTek-Beng kalian !"
Terhadap penolakan Tonghong Pek tersebut Coe Kat
Wie Hong pura2 berlagak pilon, ujarnya lebih lanjut.
"Barusan hamba ber-jaga2 didepan pintu perkampungan
Jiet Gwat Cung untuk menantikan kehadiran para jago dari
berbagai partai serta perguruan yang hendak datang
bergabung, barusan telah hadir adik dari Pay Hwe Kauwcu
dari wilayah Se Ih, harap Tongcu suka menyelenggarakan
penyambutan ini."
"Aaah mana boleh jadi?" Buru2 Tonghong Pek
goyangkan tangan berulang kali, "Aku bukan seorang
Tongcu, buat apa harus menyelenggarakan penyambutan
segala?" Coe Kat sianseng lebih baik tanggung jawab ini kau kerjakan sendiri."
"Tongcu, aku rasa kau tentu sudah pernah mendengar
nama besar dari perkumpulan Pay Hwie Kauw bukan ?"
kata Coe Kat Wie Hiong dengan alis berkerut "Adik
perempuan dari sang Kauwcu telah menempuh perjalanan
selaksa li datang berkunjung, semestinya penyambutan
harus dilakukan oleh Bengcu sendiri, tetapi dalam
kenyataan Bengcu.. dia.."
Teringat akan keadaan Tonghong Pacu, Tonghong Pek
menghela napas panjang, ia merasa hatinya sangat tidak
enak. "Kalian boleh pergi mencari wakil Bengcu!" serunya.
"Wakil Bengcu serta Te Tong Tongcu dengan membawa
para jago sedang berangkat menghancurkan kuil Siauw-lim
Si." Berita ini sangat mengejutkan sianak muda itu sehingga
hampir2 saja ia tersentak bangun.
"Sudah terjadi peristiwa semacam ini!" teriaknya.
"Benar, bahkan menurut kabar yang dikirim lewat
burung merpati. ketika pihak Siauw lim tahu bahwa
pasukan besar kita menyerang datang, mereka hanya
mengutus seorang padri tua untuk membendung serbuan
kita, akhirnya hweesio tua itu dikalahkan oleh wakil
Bengcu. Mengerti bukan tandingan, semua hweesio yang
ada didalam kuil Siauw lim sama2 memusnahkan ilmu silat
sendiri dan membakar semua kitab ilmu silat yang
tersimpan dalam kuil mereka. Sejak detik ini mereka telah
mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan.
Kabar berita ini bagaikan ledakan guntur disiang hari
bolong membuat telinga Tonghong Pek mendengung keras,
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mimpipun ia tidak mengira sudah terjadi peristiwa macam
itu. Setelah tertegun beberapa saat lamanya ia baru berkata.
"Lalu ... sekarang . seharusnya mereka sudah pulang
bukan?" "Tidak, mereka telah berputar ke Barat siap berangkat ke gunung Go bie untuk menghadapi Si Thay sianseng."
Tonghong Pek tertawa getir, teringat setengah tahun
berselang ketika ia pergi mencari Si Thay sianseng, waktu
simanusia nomor satu dari kalangan pekto ini mengira
dengan bersembunyi lantas tak ada urusan lagi, siapa
sangka pada saat ini pihak perkampungan Jiet Gwat Cung
telah kirim rombongan besar untuk menyerang dirinya.
Terdengar Coe-kat Wie Hiong berkata kembali.
"Tongcu, adik perempuan dari Pay Hwee Kauwcu
datang berkunjung kedalam perkampungan Jiet Gwat Cung
kita, seumpama hamba yang mewakili Bengcu untuk
menerima kedatangannya hal ini merupakan satu tindakan
kurang hormat, bukan saja jago2 Bu lim di wilayah Se Ih
merasa tidak puas bahkan sangat mengganggu pula akan
kebesaran nama ayahmu, sebaliknya ayahmu telah sudi
berkorban demi Tongcu.."
Tonghong Pek jadi serba salah dibuatnya, ia tak tahu
bagaimana harus menghadapi keadaan semacam ini.
Agaknya Coe-Kit-Wie-Hiong mengerti keadaan sianak
muda itu, setelah berpikir sebentar ia lantas berkata.
"Tongcu, hamba mempunyai suatu cara untuk mengatasi
kesulitan ini, entah bagaimana menurut pendapatmu ?"
"Coba katakan bagaimana caramu itu ?"
"Seandainya Tongcu tak mau bertemu dengan upacara
resmi maka hamba akan membawa Adik perempuan dari
Pay-Hwee-Kauwcu itu datang kemari dan berjumpa dengan
Tongcu disini kemudian dari sini kita ajak ia menuju ke
ruang tengah dimana biar hamba yang selenggarakan
upacara penyambutan walaupun jalannya upacara berbeda
namun boleh dikata kita tidak sampai meremehkan
kedatangannya, entah bagaimana menurut pendapat anda
?" Tonghong Pek merasa cara ini memang tepat sekali,
segera ia mengangguk berulang kali.
"Baik, bawalah dia kemari."
Coe Kat Wie Hiong mengiakan, kemudian dengan
hormat mengundurkan diri dari ruangan tersebut.
Sepeninggalnya si jago pedang sakti itu sambil
bergendong tangan Tonghong Pek jalan bolak balik dalam
ruangan, apa yang dipikirkan didalam hati terlalu banyak
pikiran terasa sangat kalut sekali.
Teringat para hweesio partai Siauw-lim dipaksa untuk
memusnahkan ilmu silat sendiri, ia menghela napas
panjang, hatinya merasa amat sedih.
Pada saat itulah terdengar suara dentingan nyaring
berkumandang datang, disusul suara Coe Kat Wie Hiong
berseru dari tempat luaran.
"Lapor Tongcu, tamu agung telah datang!"
"Silahkan masuk!"
Pintu terbuka, bau harum semerbak berhembus masuk
kedalam, begitu aneh bau harum itu mendatangkan rasa
nyaman di tubuh sianak muda itu.
Tonghong Pek segera angkat kepala memandang kearah
pintu tiba2 sinar matanya berkilat.
Tampaklah disisi Coe-kat-Wie-Hiong berdiri seorang
gadis yang amat cantik sekali, usianya baru dua puluh
tahunan, rambutnya panjang terurai dipundak, diatas
keningnya memakai sebuah permata berwarna merah, kulit
badannya putih halus, potongan badannya ramping dan
montok sehingga menambah kecantikan wajahnya.
Gadis itu hanya memakai secarik kain sutera yang sangat
halus untuk menutupi tubuhnya, pakaian dalam kelihatan
nyata menambah rangsangan dihati lelaki, terutama
badannya yang halus dan menarik dengan senyuman yang
menawan hati membuat jantung Tonghong Pek berdebar
keras. Seketika itu juga ia berdiri tertegun dan memandang
gadis cantik itu dengan sinar mata ter-mangu2, lama sekali
ia baru mendusin, buru2 putar kepala sambil berseru.
"Coe-kat sianseng, Nona ini..."
Tetapi kembali sianak muda itu tertegun, sebab entah
sejak kapan Coe Kat Wie Hiong telah mengundurkan diri
dari ruangan tersebut.
Perlahan-lahan Tonghong Pek berpaling kembali,
tampak gadis cantik itu per-lahan2 sedang berjalan ke
depan, sepasang biji matanya yang bening menawan hati
berkedip tiada hentinya menambah geloranya darah panas
dalam dada pemuda itu, apalagi bau harum aneh yang
makin lama semakin tebal membuat ia semakin tergiur.
Tonghong Pek berdiri tak berkutik disana, dan suatu
yang aneh, selama ini dalam hati nya malah berharap agar
gadis cantik itu bisa cepat2 tiba dihadapannya.
Detik demi detik berjalan lewat, akhirnya gadis cantik itu
tiba di hadapannya, bukan saja tiba disitu bahkan ia angkat lengannya yang putih dan ditempelkan diatas bahu sianak
muda itu. Sepanjang hidup Tonghong Pek jarang sekali mendekati
perempuan, sekalipun ia pernah bermesraan dengan Si Soat
Ang namun keadaannya jauh berbeda dengan keadaan yang
dihadapinya saat ini.
Tonghong Pek merasa kesadarannya mulai hilang, ia
merasa napsu birahinya memuncak sehingga tanpa sadar
iapun balas meraba tangan gadis itu dengan penuh
bernapsu. Pada saat ini sianak muda itupun merasa heran, apa
sebabnya ia tak kuasa menahan diri, sayang ia tak tahu
bahwa gadis yang berada di hadapannya saat ini bukan lain
adalah perempuan genit nomor wahid dikolong langit
dewasa ini, si Budha pun tergiur Liuw Coei Wa,
Sejak tindakan Coe Kat Wie Hiong mohon berjumpa
sampai munculnya gadis genit ini bukan lain adalah siasat
yang direncanakan Tonghong Pacu untuk menjirat
putranya sendiri.
Tonghong Pacu tahu Tonghong Pek adalah seorang
lelaki jujur dan tidak mungkin sudi berkomplot dengan
dirinya maka ia susun perangkap untuk menjebak si anak
muda itu, ia perintahkan para jago untuk sama2 memberi
hormat kepadanya, lalu memerintahkan pula Coei Kat Wie
Hiong membawa Liuw Coei Wa datang menghadap
dengan pura2 mengaku sebagai jago lihay yang datang dari
wilayah Se Ih. Ketika Liuw Coei Wa berjalan masuk ke dalam ruang
tadi penuh tersiar bau harum yang aneh, bau tersebut bukan
lain adalah kabut racun membangkit napsu birahi yang
tersohor di wilayah Biauw Tonghong Pek tak sadar dan
menghisap bau aneh tersebut, tidak aneh kalau ia tak kuasa
menahan diri. Entah lewat beberapa saat lamanya, menanti si anak
muda itu sadar kembali, malam hari telah tiba, dan dia
merasa dalam pelukannya tidur tertelentang sedang
menangis. Tonghong Pek tersentak kaget, diikuti ia teringat kembali
apa yang terjadi selama ini, ia jadi sedih dan termangu2.
Pada saat itulah orang yang berbaring dalam pelukannya
telah angkat kepala menatap wajah sianak muda itu malu2.
Walaupun Liuw Coei Wa adalah seorang perempuan
genit, namun wajahnya sangat cantik, apalagi titik air mata membasahi kelopak matanya pada saat ini menambah
kecantikan gadis itu.
Tonghong Pek melirik sekejap kearahnya, ia merasa
hatinya sangat sedih dan duka.
Liuw Coei Wa tidak menangis lagi wajahnya tiba2
berubah merah jengah dan ditempelkan diatas dadanya.
Lama sekali Tonghong Pek berada didalam keadaan termangu2, akhirnya ia buka suara dan berseru.
"Kau.. kau..."
"Kenapa aku?" Sahut Liuw Coei Wa tersenyum, ia
angkat kepala dan memandang si anak muda itu! "Mulai
detik ini aku telah jadi istrimu."
"Kau kau . siapa kau!"
"Aku adalah adik perempuan dari Pay Hwee Kauwcu
dari wilayah Se Ih dan bernama Coei Wa!"
Sayang ketika itu Tonghong Pek sedang merasa
pikirannya kalut, kalau tidak niscaya ia akan teringat bahwa dalam dunia persilatan terhadap seorang perempuan cabul
bernama Liuw Coei Wa.
Tetapi Tonghong Pek adalah seorang lelaki sejati,
meskipun ia tahu bahwa perempuan yang dihadapinya saat
ini adalah Liuw Coei Wa, namun tidak akan berubah sikap,
sebab apa yang terjadi selama ini adalah atas kemauan
sendiri. Sianak muda itu lantas tertawa getir dan membungkam
dalam seribu bahasa.
Mengambil kesempatan itulah Liuw Coei wa berkata
dengan suara merdu.
"Sekarang aku tak akan kembali ke-kota Se Ih. Aku
hendak berdiam di perkampungan Jiet Gwat Cung dan
melayani dirimu!"
Jantung Tonghong Pek berdebar keras, saat ini ia teringat
kembali akan diri Si Soat Ang.
Ia bayangkan bagaimanakah perasaan gadis itu
sekembalinya dari luaran dan mengetahui kejadian tersebut.
Tonghong Pek meronta dan per-lahan2 bangun berdiri,
namun sepasang lengan Liuw Coei Wa merangkul lehernya
erat2 sambil bersanding di atas dada sianak muda itu
serunya. "Ayoh cepat katakan dulu, kau suka bukan aku tetap
tinggal diperkampungan Jiet Gwat Cung dan selalu
melayani dirimu."
Tonghong Pek tertawa getir, ia tidak bicara sama sekali,
buru2 serunya. "Kau... kenakan dulu pakaianmu!" Merah padam
selembar wajah Liuw Cie Wa, tidak selang beberapa saat
kemudian gadis itu sudah muncul kembali dengan
dandanan seperti masuk kedalam untuk pertama kakinya
tadi, sambil memandang Tonghong Pek ia tersenyum.
Buru2 si anak muda itu melengos kesamping ia tidak
berani saling beradu mata dengan dirinya.
Ketika itulah terdengar suara dari Coe-Kat Wie-Hiong
berkumandang kembali dari luar ruangan.
"Tongcu hamba ada urusan hendak dilaporkan kepada
mu !" "Masuk !"
Sejak semula Coe-Kat Wie-Hiong sudah tahu apa yang
terjadi dalam ruangan tersebut, tapi dia adalah seorang
manusia licik setelah lelaki itu masuk dan memandang
sekejap kearah Liuw Coei Wa, wajahnya
lantas menunjukkan sikap kaget dan tercengang, sama sekali ia
tertegun baru berseru.
"Tongcu, hal ini... hal ini .."
Sambil berkata ia melirik sekejap kearah Liuw Cui Wa,
meski tidak diteruskan katanya, namun jelas apa yang ia
maksudkan .. Merah jengah Tonghong Pek ketika itu, sepatah katapun
tak sanggup diutarakan, apabila ada lubang disana pasti ia
sudah menerobos masuk untuk bersembunyi.
Cue-Kat-Wie-Hiong segera tertawa terbahak2, serunya.
"Aku paham sudah, ha ha haa...kiranya begini..."
Seraya berkata ia maju dua langkah kedepan, setibanya
di hadapan Tonghong Pek segera bisiknya lirih.
"Tongcu, kalau manusia tidak romantis sayang jadi
pemuda. begitu menarik dan menggiurkan nona ini, tidak
bisa disalahkan kalau Tongcu tertarik ha ..ha Tongcu
seorang yang tampan dan punya kedudukan, tidak sulit
untuk mensukseskan niatmu, haa...haa..."
Gelak tertawa orang itu sangat menusuk perasaan
Tonghong Pek, ia merasa amat sedih sekali, ingin sekali ia
menegur tapi kejelekannya sudah jatuh ketangan orang lain,
membuat ia tak berkutik kecuali tertawa getir belaka.
Terdengar Coe-kat Wie-Hiong berkata kembali, kali ini
ia semakin memperendah suaranya.
"Hanya si nona ini adalah adik perempuan dari PayHwie-Kauwcu, asal usulnya luar biasa, sulit untuk
menggebahnya pergi dengan begitu saja. Tongcu apakah
kau pernah berpikir seandainya Wakil Bengcu pulang.."
"Apakah Coe-Kat sianseng punya usul bagus ?" buru2
Tonghong Pek bertanya.
Dengan cepat Coe-Kat-Wio-Hiong geleng kepalanya
berulang kali, serunya.
"Aku lihat terpaksa urusan ini harus diselesaikan
menanti Bengcu telah sembuh dari lukanya, sekarang
bagaimanapun juga Wakil Bengcu tak ada disini, silahkan
Tongcu ber-senang2 selama beberapa hari, benar bukan
ucapan dari hamba ini ?"
Tonghong Pek berpaling kearah Liuw Coei Wa teringat
kejadian yang barusan berlangsung, jantungnya terasa
berdebar keras, ketika itu si gadis cabul itupun berjalan
mendekat, Tonghong Pek menghela napas dan biarkan ia
bersandar diatas dadanya.
Menyaksikan keadaan itu, buru2 Coe-Kat-Wie Hiong
mengundurkan diri dari ruangan.
Pertama kali berbuat Tonghong Pek berada dalam
keadaan tidak sadar dan terpengaruh oleh obat perangsang,
namun perbuatan untuk kedua kakinya dilakukan dalam
keadaan sadar, bagaimanapun juga dia adalah seorang
pemuda yang berdarah panas, menghadapi Liuw Coei Wa
yang begitu menggiurkan, ia tak kuasa menahan diri.
Demikian lah sejak itu Tonghong Pek telah terjebak
dalam perangkap Liuw Coei Wa, meskipun kadangkala ia
merasa menyesal atas perbuatannya, namun ia merasa sulit
untuk melepaskan perempuan genit itu.
Tidak selang satu bulan kemudian, kegagahan serta
kejantanannya sudah lenyap tak berbekas, cita2nya lenyap
seperti asap ditengah angkasa, bukan saja ia tidak
menampik sebagai seorang
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tongcu bahkan mulai mengurusi semua pekerjaan yang ada dalam perkampungan
Jiet-Gwat-Cung.
Setelah sampai pada tingkat ini, boleh dikata usaha
Tonghong Pacu pun berhasil sukses.
Sementara itu Tonghong Pacu sendiri telah pulang
kedalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung,
mendengar laporan dari Coe-kat-Wie-Hiong
yang mengatakan hubungan Tonghong Pek serta Liuw Coei Wa sudah tidak
terlepaskan lagi ia merasa amat kegirangan.
Tetapi ia belum juga munculkan diri, menanti beberapa
hari lagi setelah yakin Tonghong Pek sudah terjerumus
dalam perangkapnya dengan membawa tongkat Tonghong
Pacu baru munculkan diri, ia berjalan dengan badan lemas
se-olah2 sama sekali tak bertenaga lagi.
Waktu itu Tongheng Pek sedang berada di ruang tengah
untuk menyelesaikan urusan mengenai Perserikatan BoeTek-Beng, kemunculan Tonghong Pacu secara tiba2, segera
membuat suasana jadi serius.
Tonghong Pek sendiripun tertegun ketika menyaksikan
kehadiran Tonghong Pacu, ia segera bangun berdiri.
Per-lahan2 Tonghong Pacu berjalan kedepan, bibir
sianak muda itu bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu
namun tak tahu ia harus menyebut apa, menanti si
gembong iblis itu sudah tiba dihadapinya ia baru menyapa.
"Apakah kesehatan Bengcu telah pulih kembali?"
"Boleh dikata sudah dapat berjalan" sahut Tonghong Pacu hambar. "Kau tak usah menggubris diriku, selesaikan dahulu pekerjaanmu."
Tonghong Pek tertawa getir.
"Seandainya kesehatan Bengcu telah pulih kembali muka
pekerjaan disinipun tak usah aku campuri lagi"
"Apa maksud ucapanmu itu " kau adalah Thian-Tong
Tongcu, kemudian hari pekerjaan mengenai Perserikatan
Boe Tek Beng ini bakal diserahkan kepada kalian dua
bersaudara, kalau kau tidak mengurusi siapa lagi yang
mencampuri."
"Aku... Aku..."
Tidak menanti ia menyelesaikan kata2, Tong hong Pacu
telah mengulapkan tangannya.
"Kalian keluar semua lebih dulu, kami ada urusan
penting hendak dirundingkan !"
Paling sedikit dalam ruang tengah sedang hadir ratusan
orang jago, melihat Tonghong Pacu ulapkan tangannya,
mereka sama2 mengundurkan diri dari sana, hanya dalam
sekejap mata ruangan itu sudah sunyi.
"Harap Coe Kat siauseng berhenti sejenak." ujar
Tonghong Pacu kembali dengan suara dalam.
Sebenarnya Coe Kat Wie Hiong sudah tiba di depan
pintu mendengar teguran itu ia segera berjalan balik dan
berdiri dengan sikap hormat.
Tonghong Pek sendiripun merasa jantungnya berdebar
keras ketika menyakitkan Tonghong Pacu menahan Coe
Kat Wie Hiong. Menanti suasana dalam ruangan tinggal mereka bertiga,
Tonghong Pacu baru berkata dengan suara berat.
"Pekjie aku dengar dari perkataan orang perkampungan
Jiet Gwat Cung, katanya hubunganmu dengan adik
perempuan dari Pay Hwee -Kauwcu dari wilayah Se Ih
sangat luar biasa sekali, benarkah ada kejadian seperti ini?"
"Bee...Benar!" jawab Tonghong Pek dengan wajah
berubah merah jengah.
"Heee heee - heee . sebenarnya peristiwa ini bukan suatu masalah besar kalau manusia tidak romantis, sia2 jadi
seorang pemuda, aku pernah berjumpa dengan gadis cilik
itu dan memang kecantikan wajahnya luar biasa sekali
tetapi aku rasa nona Si pasti akan sangat gusar bila ia
kembali dan mengetahui kejadian ini, apakah kau pernah
berpikir sampai disitu?"
"Aai . ! Aku pernah berpikir sampai disitu!"
Pembaca yang budiman, sebenarnya Tong-hong Pek
adalah seorang pemuda gagah yang tidak bakal tunduk
dibawah pengaruh kejahatan apalagi terhadap Tonghong
Pacu yang diketahuinya punya ambisi besar untuk
menguasai seluruh jagad, meski dia adalah ayah
kandungnya sendiri.
Tetapi sekarang, setelah ia berbuat sesuatu yang
dirasakan amat memalukan dan kejelekan itu berada
ditangan orang lain, maka kegagahan Tonghong Pek pun
seketika lenyap entah kemana.
Tonghong Pacu tertawa, ia berkata.
"Kalau sudah kau pikirkan persoalan itu, tentu kau sudah mendapatkan cara yang paling tepat bukan untuk mengatasi
masalah ini ?"
"Aku tidak punya cara yang tepat."
"Tak bisa jadi kalau kau tak punya cara untuk mengatasi peristiwa ini, sekalipun ia tidak pulang kejadian ini bisa
tersiar kedalam telinganya, aku lihat lebih baik kau
tinggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung saja, aku akan
siapkan sepuluh ekor kuda jempolan bagimu untuk
melakukan perjalanan siang malam, pergi dan susullah Si
Soat Ang."
"Aku....aku harus menyusul mereka ?" tanya Tonghong Pek tertegun.
"Bagaimana merasa keberatan untuk tinggalkan Coei Wa
?"" Tonghong Pek jadi amat rikuh sehabis mendengar
perkataan itu lantas menengok kearah Coe-Kat-Wie-Hiong.
Menyaksikan sikap sianak muda itu Coe-Kat Wie-Hiong
tersenyum, katanya.
"Bengcu aku lihat itupun bukan cara yang bagus, asalkan peristiwa ini bisa di rahasiakan dengan ketat, aku rasa orang lainpun tidak berani membocorkan rahasia ini kepada nona
Si, asal orang lain tidak tahu maka meskipun Hu Bengcu
kembalipun tak usah kita takutkan !"
"Ehm.. benar, memang demikian paling bagus !" sahut Tonghong Pek tanpa sadar,
Tonghong Pacu tertawa, ia lantas menepuk pundak
sianak muda itu sambil berkata.
"Pek-jie kau boleh berlega hati, aku tidak akan membuat kau susah, dan sekarang kau pasti tidak akan menyusahkan
diriku pula bukan ?"
Walaupun ucapan dari Tonghong Pacu diutarakan
dengan wajah penuh senyuman namun bagi Tonghong Pek
sangat menusuk perasaannya, ia merasa hatinya seperti diiris2 dengan pisau tajam.
Lama sekali ia tertegun, akhirnya dengan kepala
tertunduk ia menyahut.
"Siap mendengarkan perintah dari Bengcu"
Tonghong Pacu tertawa terbahak2, dengan bantuan
tongkat per-lahan2 ia berjalan keluar dari ruangan.
Sepeninggalnya Tonghong Pacu, dengan ter mangu2
Tonghong Pek berdiri disitu ia merasa hatinya sangat sedih.
Mendadak terdengar suara tertawa cekikikan berkumandang datang, disusul munculnya Liuw Coei Wa
dengan potongan badan yang amat menggiurkan.
Menjumpai kehadiran Liuw Coei Wa, kembali sianak
muda itu tergiur, apa yang barusan di pikirkan segera
dibuang jauh2 dari benaknya, ia cekal tangan gadis itu
erat2. "Kenapa sudah begitu lama belum juga kembali?" tegur Liuw Coei Wa dengan suara manja. "Aku sudah siapkan
beberapa macam sayur sebagai teman minum arak. Aku
merasa amat kesepian berada dalam kamar seorang diri."
"Aku segera datang." buru2 Tonghong Pek menyahut.
Menyaksikan hal itu, sambil tertawa Coe Kat Wie Hiong
lantas berseru.
"Silahkan Tongcu kembali, urusan ditempat ini serahkan saja kepada diri hamba untuk menyelesaikannya."
Tonghong Pek mengangguk, dibawah bimbingan mesra
Liuw Coei Wa, iapun berlalu dan kembali kedalam kamar
untuk ber-kasih2an kembali dengan gadis cabul itu.
Dalam pada itu Si Soat Ang dengan membawa jago2-nya
melanjutkan perjalanan menuju kegunung Go-bie, sepanjang perjalanan mereka tidak jumpai hadangan
bahkan jumlah mereka malah semakin bertambah.
Kurang lebih dua bulan kemudian sampai lah mereka
dipegunungan Go-bie, saat itulah Si Soat Ang memerintahkan sepuluh orang yang punya ilmu meringankan tubuh sempurna untuk berangkat lebih dahulu
memberi kabar atas kedatangannya kepada Si Thay
Sianseng. Ketika hari kedua telah menjelang tiba, di mana pasukan
sedang bergerak menuju kedalam gunung Go-bie, sepuluh
orang yang diberangkatkan lebih dahulu itu telah balik
kembali. Menyaksikan kehadiran orang2 itu Si Soat Ang segera
menegur. "Apakah Si Thay sianseng memberikan tanggapan..."
Sepuluh orang itu saling bertukar pandangan sekejap,
kemudian salah seorang diantaranya sambil tertawa getir
menjawab. "Lapor Wakil Bengcu, kami tidak berhasil menjumpai
diri Si Thay Sianseng ?"
"Bukankah aku perintahkan kalian untuk menjumpai
dirinya, mengapa kalian membangkang perintah ?" teriak Si Soat Ang amat gusar.
Air muka sepuluh orang jago itu berubah pucat pias,
buru2 mereka menyahut.
"Kami tidak berani membangkang perintah tetapi tempat
tinggal Si Thay sianseng terletak di suatu tempat yang terjal dan susah dicapai, kami gagal untuk menerjang masuk
kedalam." "Benarkah begitu ?" tanya Si Soat Ang seraya berpaling ke arah Si Chen yang berada di sisinya.
Si Chen mengangguk.
"Benar, mulut lembah Coei Hong-Kok memang amat
berbahaya sekali, sulit bagi seseorang untuk menerjang
masuk kedalam."
"He., he bagaimana kalau kuutus putrinya sendiri untuk menghadap " apakah Si thay sianseng sudi berjumpa atau
tidak ?" Si Chen tundukkan kepalanya membungkam.
Menyaksikan istrinya malu, buru2 Tonghong Loei
berseru. "Tidak leluasa bagi kami untuk pergi menjumpai dirinya atau mungkin Si Thay sianseng sadar bahwa ia tak sanggup
menghadapi kita setelah menyaksikan kekuatan yang kita
bawa maka ia berobah pendapat."
"Paling baik ia memang tahu diri sebab kalau tidak maka kita sama2 merasa kurang leluasa."
Sewaktu mengucapkan perkataan ini sengaja Si Soat Ang
melirik sekejap kearah Si Chen, membuat jantung gadis itu
berdebar keras, ia tidak berani mengucapkan sepatah kata
pun. Demikianlah rombongan besar dari perserikatan BoeTek-Beng pun melanjutkan perjalanannya masuk kedalam
gunung Go-bie, malam itu mereka beristirahat ditengah
gunung. Hari kedua mereka meneruskan perjalanannya lebih
jauh, ketika siang hari menjelang tiba beberapa orang jago
yang pernah berkunjung kelembah Coei-Hong-Kok sama2
berseru. "Kiranya hampir tiba dimulut lembah Coei Hong Kok
tersebut.."
"Bunyikan tetabuhan musik!" Tonghong Loei segera
memerintahkan. Dua puluh orang jago yang membawa alat musik mulai
membunyikan alat tetabuhan mereka sehingga suasana jadi
ramai sekali ....Sekarang lebih setengah jam kemudian di
hadapan mereka baru kelihatan muncul sebuah tebing yang
amat terjal. Diantara dua tebing yang menjulang tinggi ke angkasa
serta terjal itu terdapat sebuah mulut selat yang amat sempit seluas empat lima depa, ruang sesempit itu hanya cukup
untuk berlalu seorang manusia.
Tapi saat ini tak mungkin bisa dilewati lagi, sebab mulut
selat tadi sudah penuh ditumpuki batu cadas baik besar
maupun kecil tingginya hampir mencapai tiga lima tombak.
Ketika rombongan semakin mendekati mulut selat itu, Si
Soat Ang ulapkan tangannya untuk menghentikan
perjalanan lalu gadis itu mendongak dan memeriksa
keadaan tempat itu, ia saksikan tumpukan batu itu
mencapai tiga lima tombak namun masih belum
menyulitkan mereka sebab disana ada dua tiga ratus orang
yang dapat singkirkan penghalang tadi.
Kesulitan justru terletak pada curam serta bahaya tebing
yang mengapit mulut selat tadi, diatas tebing merupakan
tempat yang datar dan disana telah dipersiapkan batu2
dalam jumlah besar, asal batu itu sedikit didorong niscaya
akan bergelindingan kebawah dengan hebatnya.
Ditinjau dari bawah, tumpukan batu cadas itu hampir
mencapai tiga lima ratus tumpukan, jelas pihak partai Gobie telah mengadakan persiapan untuk menyambut
kedatangan mereka.
Seandainya ada orang yang hendak menerjang tembok
batu itu dengan kekerasan, niscaya batu2 yang ada diatas
akan bergelindingan kebawah, dalam keadaan seperti itu
meski mempunyai ilmu silat yang lebih lihaypun akan
merasa sulit untuk menghindari diri.
Sehabis menyaksikan keadaan tersebut, Si Soat Ang
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
segera kerut kan alisnya.
"Tonghong Tongcu," ia berseru, "Kecuali dari sini, apakah ada jalan lain yang menghubungkan tempat ini
dengan lembah Coei Kong kok."
"Kecuali tempat ini, terpaksa kita harus melampaui
beberapa buah puncak gunung sebelah sana" sahut
Tonghong Loei sambil menuding ke arah puncak gunung
yang tinggi keangkasa.
"Tetapi hal ini tidak mungkin bisa dilaksanakan, bukan saja puncak itu tinggi lagi berbahaya bahkan kadangkala
ditengah tebing terdapat celah yang sangat dalam, terlalu
sulit bagi kita untuk melewatinya."
Si Soat Ang tarik napas panjang2, akhirnya ia berseru.
"Baiklah, katakan kepada pihak partai Go bie bahwa aku telah datang !"
Tonghong Loei mengiakan, ia segera ulapkan tangannya,
terdengar dua tiga ratus orang jago sama2 berteriak.
"Wakil Bengcu dari perserikatan Boe-Tek-Beng telah tiba
!" Teriakan tiga ratus orang jago secara serentak benar2
menghasilkan suara yang amat keras, apalagi sebagian besar
terdiri dari jago2 lihay yang mempunyai suara lantang,
seketika itu juga suara mereka menggetarkan angkasa dan
menggeletar hingga ketempat yang sangat jauh.
Suasana di atas tebing tetap sunyi senyap, kecuali
berkelebatnya bayangan manusia, tak kedengaran ada suara
sahutan. Menanti suara pantulan yang dihasilkan oleh teriakan
tadi sudah- sirap dari angkasa, dari atas tebing baru
terdengar suara sahutan seseorang dengan suara nyaring
pula. "Sudah lama ciangbunjien partai Go-bie tidak bertemu
dengan orang luar, silahkan kalian kembali saja"
Si Soat Ang bersuit nyaring.
"Putrinya sudah kembali, apakah Si Thay sianseng tidak ingin berjumpa muka ?" teriaknya.
Ilmu silat Si Soat Ang sangat lihay, ucapan itupun
menimbulkan suara pantulan yang sangat kuat.
Lewat beberapa saat kemudian dari atas tebing baru
berkumandang suara jawaban.
"Suhu bilang beliau sama sekali tidak punya putri, kalian tentu sudah salah menduga!"
Ketika suara itu berkumandang dari atas tebing Si Chen
serta Tonghong Loei dapat kenali suara tadi berasal dari
murid tertua Si Thay sianseng atau bekas toa suheng
mereka. Menanti Si Chen mendengar ucapan terakhir dari toa
sukonya ini, ia jadi amat sedih sehingga air mata tak kuasa lagi mengucur keluar dengan amat derasnya.
Buru2 Tonghong Loei mencekal tangannya erat2 sambil
menghibur. "Jangan sedih. . jangan sedih !"
"Aku tidak sedih" sahut Si Chen lirih, ia berusaha untuk menahan air matanya mengucur keluar.
Dengan pandangan dingin Si Soat Ang melirik sekejap
kearah kedua orang itu, kemudian sambil tertawa ujarnya.
"Setelah Si Thay sianseng berkata demikian, maka
kitapun tak usah mempersoalkan hubungan kita dengan
dirinya lagi, kita serbu lembah Coei Hong kok bila perlu
dengan kekerasan."
"Si Hu Bengcu!" suara diatas tebing kembali berkumandang, "Aku rasa kurang menguntungkan bila kan
ingin terjang kedalam lembah kami dengan kekerasan,
silahkan lihat."
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, dari atas tebing
berkumandang secara gemuruh yang amat nyaring, dua
tumpukan batu cadas yang ada diatas tebing telah
bergelinding ke bawah.
Batu2 itu setiap butir punya berat hampir mencapai
seratus kati dan ketika itu hampir ada tiga lima puluh butir meluncur kebawah ber-sama2, dapat dibayangkan betapa
dahsyat dan mengerikan suasana ketika itu.
Menyaksikan kejadian itu Si Soat Ang jadi terkesiap
terdengar Tonghong Loei berseru.
"Cepat mundur kebelakang."
Sebenarnya tiga ratus orang jago sedang bergerak
mendekati dinding tersebut, mendengar perintah itu mereka
sama2 berebut mundur ke belakang seketika itu juga
suasana jadi ramai dan keadaan mengenaskan sekali.
Dalam sekejap mata semua orang pada lari ke belakang
sambil saling ber desak2an ditengah teriakan para jago
itulah batu cadas saling berhamburan kebawah, keadaan
benar2 menyeram
Oooo-d-w-oooO Jilid 24 KETIKA batu besar saling bergelindingan ke bawah,
masih banyak orang yang tak sempat menghindar, bagi
mereka yang memiliki ilmu meringankan tubuh agak
sempurna segera meloncat untuk menghindar tetapi bagi
mereka yang kurang cepat menghindar segera tertimpa dan
meraung kesakitan.
Si Soat Ang yang berdiri tegak disana tiba2 menyaksikan
sebuah batu besar bergelinding ke arahnya dengan cepat ia
enjotkan badan melayang ke tengah udara..
Braak..! batu besar tadi menumbuk sebuah pohon dan
seketika itu juga diiringi suara keras tumbang keatas tanah.
Menanti batu2 cadas itu sudah selesai berhamburan di
atas tanah, semua orangpun telah dipaksa mundur sejauh
tiga lima tombak lebih.
Akibatnya dari hujan batu cadas itu. ada tujuh delapan
orang jago menggeletak dengan kaki patah, mereka
merintih tiada hentinya menahan rasa sakit yang luar biasa.
Si Soat Ang benar2 naik pitam, dengan suara keras
segera bentaknya.
"Tunggu saja saatnya, setiap kali aku berhasil
menembusi lembah Coei Hong Kok, akan ku bunuh semua
seluruh penghuni disana."
Ucapan ini tidak mendatangkan perasaan apa2 bagi
orang2 lembah Coei Hong Kok yang ada diatas tebing, lain
halnya dengan Si Che yang berada disisinya, diam2 ia
merasa bergidik.
Si Soat Ang tarik napas panjang lalu serunya kembali
"Kita mundur dahulu kebelakang."
Semua orang sama2 mengundurkan diri dari tempat itu,
mereka yang terlukapun meronta bangun untuk kemudian
menggabungkan diri dengan rombongan mereka, dalam
sekejap mata semua orang telah mengundurkan diri kurang
lebih setengah li dari mulut lembah tersebut.
Air muka Si Soat Ang berubah hebat, ia merasa sangat
tidak senang dengan keadaan yang dihadapinya saat ini.
Dengan wajah cemberut ia duduk seorang diri diatas
batu, semua orang yang merasakan kelihayan batu2 lembah
Coei Hong Kok pun tidak ada yang berani memberi
komentar, semua orang duduk dengan mulut membungkam. Lewat beberapa saat kemudian Si Soat Ang baru
mendengus dengan dingin.
"Hmm! partai Go-bie tidak lebih hanya andalkan
keuntungan letak lembahnya belaka, maka mereka berhasil
membendung jalan pergi kita, padahal dalam partai Gobie
kecuali Si Thay sianseng seorang asalkan ada beberapa
orang berhasil menyusup kedalam tidak sulit bagi kita untuk menundukan mereka.
Tak seorangpun berani membangkang atau memberi
komentar akan ucapan dari Si Soat Ang ini, sementara
dalam hati mereka berpikir.
"Siapa yang tidak tahu akan kebenaran ceng li itu, justru persoalannya terletak bagaimana caranya menyusup
kedalam lembah Coei Hong Kok"...
Tentu saja berada dihadapan Si Soat Ang tak seorangpun
yang berani mengutarakan pertanyaan itu, Sinar mata Si
Soat Ang per-lahan2 menyapu wajah para jago, tiba2 ia
teringat akan seseorang segera teriaknya.
"Di manakah Thian-Yang-It Loo ?"
Kiranya secara tiba2 gadis ini teringat sewaktu berada
dalam kuil Siauw-lim, setiap kali ia menjumpai kesulitan
Thiao-Yang It-Loo lah yang memberikan pemecahannya
tetapi setelah meninggalkan partai Siauw lim karena
sepanjang perjalanan tidak menjumpai kesulitan maka ia
tidak terlalu memperhatikan orang itu lagi, tapi sekarang
karena menjumpai kembali kesulitan didalam menjebolkan
pertahanan lembah Coei Hong-Kok maka ia mencari orang
tua itu lagi untuk diminta pendapatnya.
Dalam anggapan gadis tersebut, Thian-Yang It Loo pasti
berada didalam rombongan jago itu.
Siapa sangka dalam kenyataan Thian-Yang It Loo
adalah hasil penyaruan dari Tonghong Pacu, setelah
berhasil menundukkan kuil Siauw lim, gembong Iblis itu
merasa tidak bakal menjumpai kesulitan lagi maka ia telah
berangkat balik ke perkampungan Jiet-Gwat-Cung untuk
pusatkan perhatiannya menghadapi Tonghong Pek.
Tidak aneh kalau teriakan Si Soat Ang saat ini sama
sekali tidak kedengaran suara sahutan.
Tujuh delapan kali Si Soat Ang berteriak namun tidak
kedengaran suara jawaban hal ini makin menggusarkan
gadis tersebut, segera teriaknya keras2.
"Tonghong Tongcu?"
Tonghong Loei berada disisinya, walaupun ia tahu gadis
itu tidak mungkin bisa mengapa-apakan dirinya, namun
teriakan yang begitu keras cukup membuat hatinya
terperanjat. "Hamba berada disini!" segera sahutnya.
"Benarkah apa yang kukatakan barusan?"
"Perkataan dari Hu Bengcu sangat tepat sekali."
"Setelah malam menjelang tiba nanti kita mulai bekerja, aku dengan kau serta membawa delapan orang yang
berkepandaian paling tinggi diam2 menyusup kedalam
lembah Coei Hong Kok, asalkan kita berhasil menyerbu ke
dalam lembah berarti usaha kita akan sukses."
"Hu Bengcu." kata Tonghong Loei setelah berpikir
sebentar "Di tinjau dari keadaan tadi aku ..aku rasa tidak gampang bagi kita untuk menyusup kedalam lembah Coei
Hong Kok .."
"Apa yang kita takuti ?" tegur Si Soat Ang kurang senang.
"Aku takut kita bisa menemui kegagalan total !"
"Omong kosong, bayangkan saja kuil Siauw lim Sie yang
begitu tersohor dikolong langit, bukankah semua anggota
partainya memunahkan sendiri ilmu silatnya " kalau
Perserikatan Boe-Tek-Beng kita tak dapat melawan partai
Go-bie, bukankah kejadian ini patut dibikin sebagai suatu
lelucon " sudah tidak usah banyak bicara lagi, cepat pilih
jago lihay dan mulai mempersiapkan diri !"
Setelah gadis itu ambil keputusan Tonghong Loei tentu
saja tak berani banyak bicara lagi terpaksa ia mengiakan.
Si Soat Ang tertawa dingin sambil bergendong tangan
per-lahan2 ia berjalan keluar dari lembah tersebut.
Gadis ini mendekati kembali lembah Coei-Hong-Kok
dan memeriksa keadaan disekeliling tempat itu, ketika
menyaksikan tumpukan batu diatas tebing ia menghela
napas panjang, ia sadar apa yang diucapkan Tonghong Loei
tadi sebenarnya sama sekali tidak salah, meskipun ia
dibantu sembilan orang jago lihay belum tentu bisa berhasil menyusup kedalam lembah musuh...
Lama sekali gadis itu memeriksa keadaan lembah Coei
Hong Kok, akhirnya ia kembali ke tengah lembah, disana
Tonghong Loei telah mempersiapkan delapan orang jago
untuk menantikan perintah selanjutnya.
Malam telah menjelang tiba...namun sayang sekali
malam itu bulan muncul dengan terang nya membuat
suasana jadi cerah.
Dalam keadaan secerah ini hendak menyusup kedalam
lembah, Si Soat
Ang tahu keadaan pasti tidak menguntungkan bagi dirinya maka ia berjalan mondar
mandir disekitar sana sambil memikirkan cara yang bagus
untuk memecahkan kesulitan tadi.
Ditengah kesunyian yang mencekam itulah mendadak
muncul dua orang kehadapan Si Soat Ang seraya berseru.
"Lapor Hu Bengcu, di luar lembah ada seseorang ingin
menghadap."
"Siapakah orang itu ?" tanya Si Soat Ang sambil
tertegun. "la menyebut namanya she Liem bernama Hauw Seng"
Kata "Liem Hauw Seng" segera mendatangkan perasaan tidak enak dalam hati gadis itu, pelbagai peristiwa yang
terjadi dalam benteng Thian-It-Poo tempo dulu kembali
terlintas dalam benaknya.
Si Soat Ang tertegun beberapa saat lamanya "darimana
Liem Hauw Seng bisa muncul ditempat ini ?" ia segera
berseru. "Silahkan dia masuk kedalam."
Dua orang itu mengiakan dan segera berlalu tidak selang
beberapa saat kemudian muncullah Liem Hauw Seng
dibawah sinar rembulan yang cerah.
Ketika itu sianak muda tersebut memakai jubah panjang
langkahnya mantap wajahnya memancarkan sinar gagah,
sekilas pandang dapat diketahui bahwa ilmu silatnya telah
mencapai tingkat sempurna.
Diam2 Si Soat Ang tertawa dingin, menanti Liem Hauw
Seng sudah dihadapannya ia baru menegur.
"Kau datang darimana ?"
"Aku datang dari lembah Coei-Hong Kok !" sahut Liem Hauw Seng sambil tertawa.
Jawaban dari Liem Hauw Seng itu begitu di utarakan
suasana dalam lembah itu semakin sunyi.
Be-ratus2 orang jago Bu-lim melakukan perjalanan
selaksa li datang kesitu bukan lain adalah hendak
menghadapi partai Go-bie yang berpusat di lembah CoeiHong Kek dan sekarang berada di hadapan orang banyak
Liem Hauw Seng mengakui datang dari lembah tersebut,
keberaniannya benar2 mengejutkan orang.
Untuk beberapa saat lamanya sinar mata semua jago
sama2 ditujukan kearahnya, namun sianak muda itu masih
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tetap tenang lalu berseru.
"Ooouw. ! kiranya kau sudah jadi anak murid dari
perguruan Gobie?"
"Bukan. . bukan kau sudah salah besar." sahut Liem Hauw Seng gelengkan kepalanya berulang kali. "Sudah
sangat lama aku tiba dilembah Coei Hong Kok, sejak aku
tahu Giok Jien telah jadi murid Si Thay Sianseng, akupun
berangkat kemari, tetapi aku bukan anak murid dari
perguruan Go-bie!"
Mengungkap tentang Giok Jien, timbul perasaan yang
kurang sedap dalam hati Si Soat Ang, ia segera tertawa
dingin. "Kalau begitu kau pasti sudah bertemu dengan dirinya
bukan?" "Benar sekarang ia jadi anak murid Si Thay sianseng,
ilmu silatnya mengalami kemajuan pesat, sekarang ia sudah
bukan Giok Jien yang dahulu lagi"
Mendengar Liem Hauw Seng memuji2 kekasihnya, Si
Soat Ang semakin tidak senang hati, air mukanya kontan
cemberut. "Tidak usah banyak bicara lagi, kedatanganmu pada
malam ini untuk menjumpai diriku-tentu bukan disebabkan
hanya ingin mengucapkan beberapa patah kata itu bukan !"
"Piauw-moay .."
Seruan ini seketika memancing kasak-kusuk dari para
jago, mereka-agaknya mulai membicarakan soal anak muda
itu, sebab kecuali Tong hong Loei siapapun tidak tahu
apabila Liem Hauw Seng sebenarnya adalah engkoh misan
dari Si Soat Ang.
Liem Hauw Seng merandek sejenak, kemudian ujarnya
kembali. "Perserikatan Boe-Tek-Beng ini sebenarnya adalah suatu usaha Tonghong Pacu yang ber-angan2 hendak menguasahi
kolong langit Piauw-moay, apa gunanya kaupun ikut
terjunkan diri kedalam air keruh ini " menurut
penglihatanku lebih baik cepatlah mengundurkan diri
daripada tertimpa hal2 yang tidak diinginkan !"
"Hal yang tidak dinginkan apa saja menurut pendapatmu
" coba katakanlah !" jengek Si Soat Ang dingin.
"Piauw-moay, penjagaan sekitar lembah Coei Hong Kok
amat ketat tidak kau bisa menerjang masuk, kalau kau gagal
menerjang lembah Coei Hong Kok maka seluruh umat
Bulim akan mengetahui kejadian ini dan semua orang akan
beranggapan bahwa perserikatan Boe Tek Beng sebenarnya
bukan sungguh tanpa tandingan, apalagi diantara orang
kuat siapa berani menyatakan bahwa ilmu silat sendiri
adalah paling lihay dan tanpa tandingan dikolong langit?"
Walaupun apa yang diucapkan Liem Hauw Seng
termasuk baik, namun membuat Si Soat Ang makin
mendengar semakin gusar, sehingga akhirrya ia membentak
keras. "Sebenarnya aku memang tak punya akal untuk
menghancurkan lembah Coei Hong Kok, tapi sekarang aku
sudah temukan cara yang bagus untuk melaksanakan niatku
itu!" "Apa caramu itu.!" tanya Liem Hauw Seng dengan
airmuka sama sekali tidak berubah.
Tiba2 Si Soat Ang ayun tangannya seraya membentak.
Bentakan dari gadis itu amat keras laksana guntur
membelah bumi disiang hari bolong, seketika itu juga ada
tujuh delapan orang muncul dari sisinya dan segera
mengurung Liem Hauw Seng rapat2.
"Aku sendirilah yang hantar kematianmu." jengek Si Soat Ang sambil tertawa dingin, "Akan kutawan dirimu lalu menerjang kedalam lembah Coei-Hong-Kok dan menaiki
dinding tebing itu, meskipun ada batu yang bergelindingan
dari atas namun kaupun akan mati bersama, akan kulihat
apakah Giok Jien tega melihat kematianmu yang
mengenaskan itu."
"Piauw-moay (adik misan) aku mengira setelah ilmu
silatmu mengalami kemajuan pesat maka sedikit banyak
kau akan berubah dari sikapnya yang dahulu." ujar Liem Hauw Seng sambil menghela napas panjang. "Siapa sangka kau masih tetap seperti sedia kala, hatimu tetap adem
bagaikan salju ditengah musim dingin, niatmu untuk
mencelakai aku, mencelakai Giok Jien sama sekali tidak
berkurang."
"Rasanya aku memang demikian, kau harus menyesal
karena telah datang menjumpai diriku !"
Liem Hauw Seng tidak bicara lagi tampak ia putar badan
sambil lalu berkata.
"Kalau memang kita tidak cocok dalam pembicaraan
akupun tidak akan bicara lebih lanjut, hanya saja paman
pernah melepaskan budi kepadaku maka aku harus temui
dirimu sekali lagi !"
Sembari berkata ia berlalu dari situ.
Menyaksikan keadaan tersebut, Si Soat Ang segera
tertawa terbahak.
"Kalau kau anggap dirimu bisa datang dengan gampang,
lantas berlalu dengan gampang pula, maka tindakanmu
telah pandang enteng aku orang, eeeei bocah - mengapa
kalian tidak mulai turun tangan?"
Tujuh delapan orang telah mengurung Liem Hauw Seng
sejak tadi, apalagi ketika pemuda itu bergeser dari tempat
semula, tiga orang yang berdiri dihadapannya sudah siap
sedia turun tangan, cuma sebelum mendapat perintah dari
dara itu mereka tak berani berkutik.
Sekarang Si Soat Ang telah membentak, dua orang
segera ayunkan telapak tangannya mencengkeram bahu
Liem Hauw Seng.
Gerakan tangan kedua orang itu cepat bagaikan kilat
namun Liem Hauw Seng tetap berdiri tegak seolah2 tak
pernah terjadi sesuatu kejadianpun.
Tampaklah serangan kedua orang itu segera akan
berhasil mencengkeram sepasang bahunya, mendadak si
anak muda itu miringkan sedikit badannya kesamping,
serangan kedua orang itu seketika mengenai sasaran
kosong. Ketika sepasang tangan Liem Hauw Seng diayun dengan
kecepatan yang luar biasa hingga sukar dilukiskan dengan
kata2 ia balas mencengkeram pergelangan tangga kedua
orang itu. Dua orang jago yang sedang menyerang ke depan itu
hanya merasakan tiba2 pergelangannya jadi kencang dan
mereka sudah terjatuh ketangan Liem Hauw Seng,
bagaimanakah si-anak muda itu turun tangan tak seorang
pun yang berhasil melihat jelas.
Setelah berhasil menaklukkan kedua orang itu Liem
Hauw Seng tersenyum ujarnya.
"Aku tidak pernah mengikat tali permusuhan dengan
kalian, apa sebabnya serangan yang kalian berdua lepaskan
begitu keji?"
Sembari berkata sepasang lengannya diayun perlahan
kedepan terdengar dua orang lelaki kekar itu menjerit kaget, tubuh mereka terhuyung mundur ke belakang dan jatuh
terjengkang keatas tanah kurang lebih dua tombak dari
semula. Dalam sekali gebrakan Liem Hauw Seng berhasil
merobohkan dua orang jago tanpa keluarkan tenaga
banyak, kejadian ini besar menggemparkan seluruh
kalangan, namun bukannya keder, para jago yang
mengurung disekeliling kalangan jadi berteriak gusar,
jumlah orang yang mengurung sianak muda itupun semakin
bertambah banyak.
Terhadap datangnya kepungan Liem Hauw Seng tidak
ambil gubris, setelah melemparkan tubuh kedua orang itu
ke belakang ia lantas maju selangkah kedepan, namun
dengan cepat ia berhenti kembali sebab tujuh delapan belas
orang jago telah menghadang jalan perginya.
Tonghong Loei enjotkan badan berkelebat melewati atas
kepala para jago dan melayang ke hadapan Liem Hauw
Seng, tegurnya sambil tertawa.
"Anda bersiap sedia hendak berbuat apa " ingin
menerjang keluar dengan kekerasan ?"
"Aku khusus datang kemari untuk menasehati Piauwmoay ku, kalau memang ia tak suka mendengarkan tentu
saja aku harus berlalu" jawab sianak muda itu tenang,
sikapnya se-olah2 tidak pandang sebelah matapun terhadap
kepungan para jago.
Perkataan ini menggelikan Tonghong Loei tak terasa ia
tertawa. "Anda hendak berlalu dengan cara apa ?" ia menegur kembali.
"Aai.. ! aku tidak ingin bergebrak melawan kalian, tetapi apabila harus bergebrak, akupun punya cara untuk
menghadapinya."
Baru saja ucapan itu meluncur keluar, mendadak
pergelangannya berputar, lima jari bagaikan jepitan baja
menyambar kemuka langsung mengancam dada Tonghong
Loei. Serangan ini datangnya secara mendadak dan lihaynya
luar biasa. Tonghong Loei tidak menyangka sianak muda ini dapat
melancarkan serangan secara tiba2, ia masih berbicara
buru2 tubuhnya menyusut kebelakang dan mengundurkan
diri. Memang tepat Tonghong Loei menghindar dari
serangannya namun dengan adanya peristiwa ini maka
beberapa orang yang berdiri dibelakangnya jadi sial.
Semua orang tidak menyangka Liem Hauw Seng bakal
melancarkan serangan termasuk juga Tonghong Loei
sendiri, namun secara tiba2 sianak muda itu menyerang
membuat orang yang diserang mundur kebelakang tentu
saja atas perubahan ini beberapa orang yang berdiri
dibelakangnya jadi gelagapan dan tempat menghindar lagi.
Plak ! diiringi suara bentrokan nyaring tiga orang lelaki
yang ada dibelakang punggung Tonghong Loei kena
keterjang hingga mencelat
Meskipun ilmu silat yang dimiliki tiga manusia itu tidak
lemah, namun mereka bukan tandingan Tonghong Loei
diiringi jeritan ngeri ketiga orang itu tubuh mereka bagaikan layang2 putus benang mencelat kebelakang dan muntah
darah segar. Suasana disekeliling kalangan jadi gempar bersamaan
dengan mundurnya Tonghong Loei, beberapa puluh
macam senjata segera menyambar kearah Liem Hauw
Seng. Si Soat Angpun tertawa dingin, ia mengejek kearah
sianak muda itu, dalam keadaan seperti inipun sianak muda
itu masih ingin bergebrak melawan para jago.
Sebenarnya dengan ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang
ia masih jauh diatas kepandaian Liem Hauw Seng, asal
gadis itu turun tangan maka sianak muda itu pasti roboh
keatas tanah, namun Si Soat Ang masih ingin menjaga
gengsi, ia tidak ingin ikut seru menyerang Piauw-Ko
(Kakak misan) nya berbarengan dengan para jago.
Beberapa orang itu mengikuti teriakan Loei Sam
menyerang kearah Liem Hauw Seng, hampir boleh dikata
semua serangan datang dari belakang punggung sianak
muda itu. Namun Liem Hauw Seng sama sekali tidak gentar,
telapak kirinya berputar "Wees ..!" ia kirim sebuah pukulan yang memaksa Tonghong Loei mundur kembali selangkah
ke belakang. Bersamaan itu pula telapak kanannya berputar satu
lingkaran kebelakang, lima jarinya mencengkeram sebatang
Poan-koan-pit yang kebetulan pada saat itu menyerang
tubuhnya lalu dibetot sekuat tenaga.
Orang yang bersenjatakan Poan-koan pit itu adalah
seorang lelaki kekar berwajah segitiga, karena dibetot
tubuhnya segera terhuyung kedepan.
Dengan terhuyungnya tubuh orang itu kemuka, keadaan
pun berubah, sekarang orang itulah yang menggantikan
kedudukan Liem Hauw Seng untuk menyambut datangnya
serangan bokongan.
Kejadian ini membuat tiga orang rekannya jadi
terperanjat, dua orang diantaranya segera berteriak keras
dan tarik kembali serangannya sedang orang ketiga
berhubung melancarkan pedangnya terlalu cepat maka sulit
baginya untuk menghadapi perubahan diluar dugaan ini, ia
tak sanggup menahan kembali serangannya ujung pedang
itupun segera menembusi punggung rekan sendiri.
Sejak permulaan hingga detik itu Liem Hauw Seng sama
sekali tidak berpaling barang sekejappun, tapi agaknya ia
tahu apa yang telah menimpa diri lelaki bersenjatakan Poan
Koan Pit itu ketika orang itu tertusuk pedang rekan sendiri, ia segera tertawa dingin dan menjengek.
"Membokong orang dari belakang punggung itulah
akibat yang harus diterima!"
Sembari berseru lengannya dipentangkan ke samping
dengan menggunakan senjata Poan Koan Pit rampasan ia
tangkis empat lima buah senjata tajam yang mengancam
datang setelah itu dengan langkah lebar maju kedepan.
"Criiit !" ujung Poan Koan Pit itu seketika menusuk kearah dada Tonghong Loei.
Agaknya Tonghong Loei sama sekali tidak menduga
kalau Liem Hauw Seng memiliki ilmu silat yang amat lihay,
tadi ia kena terdesak sebab serangan datang terlalu
mendadak, kali ini ia sudah dibikin persiapan maka ketika
menyaksikan serangan sianak muda itu meluncur datang
dengan sigap ia menyambut serangan itu!
Pedangnya diputar dan segera berkelebat ke depan
menyambut datangnya ancaman, dalam sekejap mata itulah
terdengar suara bentrokan nyaring menggema diangkasa
ujung pedang serta Poan Koan Pit itu telah saling
terbentrok satu dengan lainnya.
Liem Hauw Seng dorong tangannya ke-arah pedang
ditangan Tonghong Loei segera menekuk, kemudian
diiringi bentakan nyaring bukan saja tidak ditarik sebaliknya malah mendorong pedangnya lebih kedepan.
Berada dalam keadaan seperti ini, seandainya pedang
ditangan Tonghong Loei adalah sebilah pedang biasa,
niscaya telah putus jadi beberapa potong.
Namun pedang yang berada dalam genggaman Tonghong Loei meski tidak setajam pedang Si Soat Ang
namun itupun sebilah pedang mustika, kena didorong
kedepan pedang tadi segera berubah jadi bentuk separuh
lingkaran busur. Dengan demikian pertarungan antara
kedua orang itupun dari bertanding jurus silat telah berubah jadi adu tenaga dalam.
Menjumpai peristiwa ini para jago lainnya tidak berani
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
turun tangan lagi, sebab saat ini antara Liem Hauw Seng
dengan Tonghong Loei sedang melangsungkan adu tenaga
dalam, seandainya ada keadaan seperti ini, ada orang yang
menyerang Liem Hauw Seng maka hal ini berarti orang itu
sudah pandang rendah diri Tonghong Loei.
OOOdwOOO BAB 26 TERDENGAR Liem Hauw Seng bersuit nyaring,
suaranya lantang dan nyaring bahkan panjang tiada
berkeputusan begitu nyaring suara suitan tadi sampai
menggema ke tempat kejauhan.
"Tonghong Loei, tenaga dalammu betul2 luar biasa !"
pujinya. Pada saat itu perhatian semua orang sedang dicurahkan
ke tengah kalangan dimana sedang terjadi duel tenaga
dalam yang sengit, mereka menduga dalam bentrokan ini
pasti akan berlangsung suasana yang tegang, maka siapapun
tidak menaruh perhatian bahwasanya bersamaan dengan
menggemanya suara suitan tadi dari tengah udara telah
melayang datang dua ekor burung elang yang amat besar.
"Terima kasih atas pujianmu." sahut Tong hong Loei sambil tertawa dingin.
Sembari berseru tenaga lweekangnya disalurkan ke-arah
telapak semakin dahsyat lagi, ia berusaha merobohkan
pihak lawan dalam duel tersebut.
Mendadak pada saat itulah Liem Hauw Seng enjot
badan kemudian meloncat ketengah udara.
Tindakan si anak muda itu benar2 jauh diluar dugaan
semua orang, mereka jadi tercengang, sementara Tonghong
Loei yang tak sanggup menarik kembali hawa lweekangnya
secara tiba2, membuat pedang yang semula melengkung
segera lurus kembali diiringi desiran angin tajam menyapu
lewat. Cukup tenaga pantulan dari pedang itu sudah luar biasa
sekali apalagi ditambah memancarnya hawa lweekang
Tonghong Loei yang maha dahsyat, dalam sekejap mata
tubuh Liem Hauw Seng telah mencelat ketengah udara,
jauh lebih tinggi dari kemampuannya, berada ditengah
udara ia berjumpalitan sebanyak beberapa kali dan
meluncur kembali lima enam tombak ketengah udara.
Sembari meluncur keatas Liem Hauw Seng bersuit
nyaring tiada hentinya, ketika itulah semua orang dapat
menemukan adanya dua ekor elang raksasa sedang terbang
menuju kearah sianak muda itu.
Kehadiran dua ekor elang tadi tepat pada saatnya, ketika
burung itu meluncur kebawah tubuh Liem Hauw Seng pun
sedang melayang keatas, mereka bertemu ditengah udara,
ambil kesempatan itulah tangan sianak muda itu segera
menyambar kaki elang tadi.
Dalam pada itu tubuh Liem Hauw Seng berada kurang
lebih lima enam tombak dari permukaan tanah, setelah ia
berhasil menyambar kaki burung elang tadi, kedua ekor
elang itu pun segera pentang sayap terbang keangkasa.
Ratusan orang jago yang ada dilembah bukit tersebut
sama2 berteriak setelah menjumpai peristiwa yang belum
penuh dijumpai itu.
"Cepat lepaskan senjata rahasia !" Bentak Si Soat Ang sambil berteriak aneh.
Dalam sekejap mata puluhan macam jenis senjata
rahasia sama2 meluncur keangkasa.
Tapi pada saat itu dua ekor burung elang tadi sudah
berada puluhan tombak ditengah udara, senjata rahasia
siapa yang bisa mencapai tempat ketinggian itu "
Makin lama kedua ekor burung elang itu terbang makin
keatas, dalam sekejap mata sianak muda itu sudah terbang
keluar dari lembah dan lenyap dari pandangan.
Jumlah jago lihay yang hadir dilembah bukit tersebut
tidak sedikit jumlahnya, bukan saja mereka tak bisa berbuat apa2, sekalipun Si Soat Ang yang memiliki kepandaian silat
paling lihaypun tak dapat berkutik.
Gadis ini jadi amat gusar, ia mendongkol dan mangkel
terhadap tindakan Liem Hauw Seng, bukan saja usahanya
berhasil melukai beberapa orang anak buahnya, bahkan ia
pun bisa berlalu tanpa seorangpun berhasil merintangi
kemauannya itu.
Air muka Si Soat Ang berubah sengit hebat, sedang para
jagopun mulai berbisik2 membicarakan peristiwa yang baru
saja berlangsung, namun ketika mereka saksikan air muka
wakil Bengcu mereka berubah hebat suasanapun seketika
berubah jadi tenang kembali.
Si Soat Ang tertawa paksa lalu serunya "Tonghong
Tongcu, cara dari orang she Liem itu bagus sekali !"
Ucapan ini jelas sekali artinya, ia hendak meniru Liem
Hauw Seng dengan menggunakan elang raksasa sebagai
kendaraan mengangkut untuk membawa para jago masuk
kelembah Coei Hong-Kok, meskipun Tonghong Loei tahu
bahwa tindakan ini tak mungkin mereka lakukan namun
saat ini ia tak berani bicara.
Si Soat Ang sendiripun sadar bahwa ia tak mungkin
dilakukan sebab mereka tidak memiliki burung elang yang
dapat didikan akan hal tersebut, oleh sebab itu tanpa
menantikan jawaban Tonghong Loei, ia segera putar badan
dan berjalan masuk kedalam tenda, seorang diri ia duduk
terpekur sambil putar otak mencari jalan keluar.
Para jago yang ada didalam lembah itu tak berani
bersuara, mereka pada duduk atau berbaring, suasana tetap
diliputi kesunyian.
Setelah berpikir beberapa saat lamanya, Si Soat Ang
muncul kembali dari tendanya ia memerintahkan.
"Padamkan semua api yang ada disekitar tenda, kalian
semua pergilah istirahat."
Begitu perintah diturunkan, dalam sekejap mata semua
api dalam lembah telah padam, dibawah sorotan sang
rembulan, suasana dalam lembah itu kelihatan jauh lebih
sunyi. Menanti perintahnya telah dilaksanakan Si Soat Ang
baru enjotkan badan melayang ke luar dari mulut lembah.
Banyak jago yang menyaksikan tindakannya, namun
siapapun tak ada yang berani bersuara mereka biarkan gadis
itu berlalu seorang diri.
Demikianlah, tidak selang beberapa saat keluar dari
lembah gunung. sampailah Si Soat Ang di bawah sebuah
pohon diluar lembah Coei Hong Kok.
Setelah bersembunyi dibelakang pohon, ia perhatikan
suasana sekeliling tempat itu, ia temukan diatas tebing yang curam serta menjulang keangkasa itu diliputi keheningan,
sedikit suarapun tidak kedengaran per-lahan2 gadis itu
mulai merangkak kedepan.
Menanti ia berada tiga tombak dari mulut lembah, Si
Soat Ang baru berhenti merangkak, ia cabut sebatang
pohon lalu dengan sekuat tenaga di lempar kedalam
lembah. Tenaga dalamnya amat sempurna, diiringi desiran angin
tajam pohon tersebut segera melayang kearah batu cadas
yang berserakan dimulut lembah, sepintas lalu meluncurlah
batang pohon tadi seakan2 ada beberapa orang yang
bersama melayang kedepan.
Menurut perhitungan Si Soat Ang, asal diatas tebing ada
anak murid partai Gobie melakukan, maka batang pohon
yang disambit kearah dalam lembah pasti akan dikira
musuh2 yang berusaha menyusup kedalam lembah CoeiHong Kok, mereka pasti akan melepaskan batu cadas untuk
membunuh orang tadi.
Asal peristiwa ini diulangi beberapa kali, maka tidak
selang beberapa bulan persediaan batu diatas tebing pasti
akan habis dan pada saat itulah tidak sulit bagi pasukan
induknya untuk menyerbu kedalam lembah.
Perhitungan Si Soat Ang memang sangat cermat namun
suatu peristiwa diluar dugaan telah terjadi didepan mata,
batang pohon yang diluncurkan kedalam lembah itu sama
sekali tidak menimbulkan reaksi apapun, suasana di atas
tebing tetap tenang dan sunyi senyap tak kedengaran sedikit suara pun jua.
Si Soat Ang tertegun, pikirnya.
"Apa sebabnya tiada reaksi " apakah ditengah malam
buta penjagaan oleh pihak partai Go-bie rada mengendor ?"
Gadis she Si ini adalah seorang gadis cerdas, dalam hati
ia sadar bahwa hal itu tidak mungkin terjadi, pihak partai
Gobie tidak akan mengendorkan penjagaan lembahnya apa
lagi sebagai jagoan kangouw, namun ia tak kuat menahan
pancingannya ini, maka setelah berdiri tertegun beberapa
saat lamanya ia segera berkelebat kedalam.
Beberapa tombak telah dilalui, tubuhnya yang menempel
diatas dinding tebing sama sekali tak peroleh gangguan,
suasana diatas tebing sana tenang2 seperti sedia kala, tiada batu yang digelindingkan kebawah.
Si Soat Ang merasa jantungnya berdebar keras segera
pikirnya. "Dalam partai Gobie pay, kecuali Si Thay sianseng
seorang, rasanya tak ada jago lihay lainnya, kalau aku
menerobos masuk seorang diri, meski rada menempuh
bahaya tapi itupun tidak terlalu bahaya bagi keselamatanku
asal Si Thay sianseng berhasil dikalahkan, urusan segera
akan selesai..."
Ia merasa tubuhnya sudah berada sangat dekat dengan
mulut lembah, namun dari atas tebing belum kelihatan juga
adanya suatu gerakan, ia merasa meskipun sewaktu
meloncat ke atas nanti jejaknya konangan, maka dikala
batu cadas belum digelindingkan mungkin ia sudah berhasil
memasuki lembah Coei Hong Kok.
Berpikir sampai disitu, Si Soat Ang merasa amat girang
sekali tanpa berpikir panjang lagi mengempos tenaga dan
melayang naik keatas bukit.
Ia takut ketika berada ditengah udara, dari atas tebing
bakal muncul hujan batu, maka ketika tubuhnya masih ada
ditengah udara ia mengempos tenaga lagi dan berjumpalitan keatas.
Mengikuti jumpalitan tadi bagaikan seekor burung elang,
ia meluncur lima tombak lebih keatas, diiringi desiran angin tajam tubuhnya tiba2 sudah melayang turun di atas tebing.
Sekali lagi ujung kakinya menjejak permukaan tanah,
badannya meluncur tiga tombak ke balik tumpukan batu
cadas dan langsung menyerbu ke dalam lembah Coei-HongKok. Setelah melewati sebuah selat sempit sampailah gadis itu
didalam sebuah lembah yang luas, disisi lembah mengalir
sebuah selokan yang mengelilingi limbah tadi dan
menghubungkan tempat itu dengan sebuah air terjun.
Dihadapannya menjulang tinggi bukit terjal diantara
pepohonan yang rindang berderet bangunan rumah yang
megah dan kokoh.
Waktu itu suasana dalam lembah sunyi senyap tak
kedengaran sedikit suarapun, begitu hening suasana se
olah2 dalam lembah itu tak ada seorang manusiapun..
Ketika menginjakkan kakinya untuk pertama kali diatas
puncak bukit tadi, Si Soat Ang merasa girang sebab orang2
partai Go-bie sama sekali tidak menemukan jejaknya.
Tapi sekarang setelah masuk kedalam lembah Coei Hong
Kok dan sama sekali tidak tampak manusia yang berjaga,
sebagai gadis cerdik ia tahu keadaan tentu tidak beres.
Sebab dalam situasi yang amat kritis dan tegang di
bawah ancaman serbuan musuh tangguh, tidak mungkin
pihak partai Gobie tidak melakukan perondaan serta
penjagaan, ketika itulah Si Soat Ang merasa hatinya
bergidik. Mendadak dari belakang tubuh gadis itu berkumandang
suara dari Liem Hauw Seng.
"Piauwmoay, sudah lama kita nantikan kehadiranmu,
ternyata kau datang juga, tahukah kau bahwa Giok Jien
sangat kenal dengan tabiatmu"!"
Dengan cepat Si Soat Ang putar kepala, terlihatlah Liem
Hauw Seng telah berdiri di belakang tubuhnya.
Si Soat Ang terperanjat, ia bukan kaget sebab menjumpai
sepasang muda mudi itu berada dalam lembah Coei Hong
Kok,melainkan kaget akan kemunculan kedua orang itu
tanpa menimbulkan sedikit suarapun, hal ini menunjukkan
kalau kepandaian silat yang mereka miliki telah mencapai
puncak kesempurnaan.
Gadis itu tertegun dan untuk beberapa saat lamanya ia
tak sanggup mengutarakan sepatah katapun.
"Siocia !" sapa Giok Jien sambil tertawa.
"Hmm ! bagus sekali, kiranya kalian berdua berada
disini, dimanakah Si Thay sianseng ?"
"Aku berada di sini !" mendadak seseorang menyahut dari belakang tubuhnya.
Jawaban ini semakin mengejutkan Si Soat Ang, dengan
cepat ia putar badan, tampaklah Si Thay sianseng telah
berdiri angker di belakang tubuhnya.
Dengan kehadiran ketiga orang itu maka dara asal
benteng Thian-It Poo ini pun segera terkurung dalam posisi
segi tiga. Secara lapat2 Si Soat Ang merasa keadaan tidak
menguntungkan pihaknya, tapi ia percaya dan yakin
dengan kemampuan ilmu silat yang dimilikinya saat ini, ia
segera tertawa dingin dan menjengek.
"Si Thay sianseng kau anggap penjagaan dalam lembah
Coei-Hong-kokmu ketat " kau anggap tak ada seorang
manusiapun berhasil menyusup kemari " bukankah
sekarang aku sudah berada disini ?"
Paras muka Si Thay sianseng diliputi keseriusan, ia tidak
gusar juga tidak tertawa. dengan sinar mata tajam kakek tua itu menatap sang dara beberapa saat kemudian sahutnya.
"Justru kami inginkan kehadiranmu seorang diri, kau
telah masuk perangkap kami !"
Ucapan ini mengejutkan
Si Soat Ang namun menggusarkan pula hatinya, jelas pihak partai Go-bie
sengaja mengendorkan penjagaannya untuk memancing
kehadirannya di atas bukit ini orang diri.
Kontan ia tertawa dingin tiada hentinya.
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hmm ! jangan keburu girang, siapakah yang masuk
perangkap masih terlalu pagi untuk dikatakan, Si Thay
sianseng kau hendak melawan aku seorang diri ataukah
bertiga ?"
Sementara dalam hati gadis itu berpikir.
"Akan kupanasi hatinya agar ia terima tantanganku
untuk berduel satu lawan satu, dengan adanya kejadian ini
maka posisi ku lebih menguntungkan."
Siapa sangka jawaban dari Si Thay sianseng jauh diluar
dugaannya, terdengar ia berkata.
"Setelah kau datang masuk perangkap, tentu saja kami
tidak akan berduel satu lawan satu dengan diri mu!"
Si Soat Ang naik pitam, sepasang telapaknya segera
disilangkan didepan dada dan membentak.
"Baik, majulah kalian semua, aku tidak akan gentar
menghadapi kalian! ayoh kalau tak mati, sekalian panggil
seluruh anak muridmu"
Begitu selesai berseru, sepasang telapaknya memisah dan
"Sreeet! Sreet!" dua gulung angin pukulan meluncur kedepan langsung mengancam Liem Hauw Seng serta Giok
Jien. Apabila berduel satu lawan satu tentu saja Si Soat Ang
akan mencari Si Thay sianseng tapi kalau satu lawan tiga,
maka ia hendak merobohkan dahulu Liem Hauw Seng serta
Giok Jien kemudian baru pusatkan kekuatannya untuk
melawan Si Thay sianseng.
Dalam serangannya barusan Si Soat Ang te lah
menggunakan tenaga dalamnya hingga mencapai delapan
bagian, ia menduga dengan kekuatannya Liem Hauw Seng,
Giok Jien berhasil dikalahkan, sedangkan Si Thay sianseng
tentu akan menyerang datang, ambil kesempatan dikala
sepasang lengannya terpentang lebar.
Untuk menghadapi serangan tersebut, gadis itu sudah
bikin persiapan, setelah menyelesaikan sepasang mudamudi itu, ia akan mencabut pedang pendeknya untuk
membabat tubuh Si Thay sianseng.
Siapa sangka kejadian yang demikian berlangsung sama
sekali berada diluar dugaannya serangan dahsyat yang
dilancarkan untuk mendesak Liem Hauw Seng serta Giok
Jien sama sekali tidak berhasil mendesak mundur mereka
berdua, bukan begitu saja bahkan mereka berdua malah
maju selangkah kedepan dan menyambut datangnya
serangan. Meskipun kejadian diluar dugaan, namun sebagai
seorang jago berkepandaian tinggi, walaupun menghadapi
perubahan, ia tidak gugup, hawa murninya segera dilipat
gandakan. "Plak...!" empat buah telapak saling bentrok satu sama lainnya menimbulkan suatu ledakan dahsyat.
Dalam bentrokan ini Si Soat Ang telah menggunakan
tenaganya mencapai sembilan bagian, ia yakin dalam
bentrokan ini kedua orang muda mudi itu tentu akan
mencelat dan menderita luka parah.
Namun apa yang terjadi kemudian tidak seperti apa yang
diduga semula, ketika masing2 telapak saling bertemu,
maka dari balik telapak Liem Hauw Seng serta Giok Jien
segera mengalir keluar tenaga dalam yang tidak kalah
hebatnya untuk membendung serangan tersebut.
Seketika itu juga tubuh mereka bertiga tertegun dan
sama2 berdiri kaku.
Si Soat Ang merasa amat terperanjat sekali sehingga
sukar dilukiskan dengan kata2, dari bentrokan barusan ia
menarik kesimpulan bahwa kepandaian yang dimilikinya
saat ini, hanya berimbang dengan kekuatan kedua orang
itu, meskipun akhirnya pihaknya yang menang namun
harus membutuhkan waktu yang agak lama, apalagi di sana
masih ada Si Thay sianseng.
Belum hilang suatu ingatan dalam benak dara tersebut,
Si Thay sianseng telah mendesak ke depan, ujung bajunya
segera dikebaskan mengancam tubuhnya.
Si Soat Ang sangat terperanjat ia bersuit nyaring kakinya
menjejak tanah dan segera melejit ketengah udara.
"Brak . . . !" karena loncatan ini, angin pukulan Si Thay sianseng yang amat dahsyatpun kehilangan sasaran dan
segera menghajar diatas sebuah batu cadas hingga
mengakibatkan ledakan dahsyat dan hancurnya batu itu jadi
ber-keping2. Meminjam tenaga pantulan itulah tubuh Si Thay
sianseng yang semula menjorok kedepan, akibat kelitan Si
Soat Ang tadi berhasil ditahan sementara gadis itupun
dengan enteng telah melayang turun keatas tanah.
Dalam pada itu, meski didalam lembah cuma ada
mereka empat orang yang sedang bergebrak, namun dalam
kenyataan baik diatas tebing, dibalik batu ataupun diatas
pohon penuh bersembunyi anak murid partai Go-bie,
jumlah mereka tidak kurang dua tiga ratus orang.
Sebenarnya orang2 itu dilarang Si Thay sianseng untuk
mengeluarkan suara, namun setelah menyaksikan kehebatan pertarungan yang berlangsung antara keempat
orang itu, para anak murid partai Go-bie yang bersembunyi
di sekeliling sana tak sanggup menahan kekaguman
hatinya, mereka sama2 berseru tertahan.
Meskipun suara tiap orang amat rendah namun apabila
suara tiga ratus orang bergabung jadi satu maka suara
tertahan itupun kedengaran amat keras dan mengejutkan.
Si Soat Ang punya pendengaran yang tajam ketika
seruan tertahan itu berkumandang ke luar ia jadi amat
terperanjat. Sekarang sadarlah ia bahwa posisinya sangat berbahaya,
bukan saja ilmu silat yang dimiliki Liem Hauw Seng serta
Giok Jien amat hebat, Si Thay sianseng amat dahsyat
bahkan di sekitar sanapun telah penuh dengan anak murid
partai Gobie yang setiap saat bisa mengerubuti dirinya,
sadarlah gadis ini bahwa ia sudah masuk perangkap.
Si Soat Ang sadar, untuk menolong dirinya lolos dari
mara bahaya, pada dewasa ini hanya ada satu jalan saja,
yaitu mengalahkan Si Thay sianseng, Liem Hauw Seng
serta Giok Jien.
Berpikir sampai disitu Si Soat Ang menjerit aneh,
sepasang lengannya direntangkan dan sekali lagi menubruk
kearah Liem Hauw Seng serta Giok Jien, kali ini
gerakannya jauh lebih ganas.
Tampak air muka sepasang muda mudi berubah,
mendadak tubuh mereka hendak ke bawah, telapak tangan
berputar dan bergeser keatas menyambut datangnya
serangan, agaknya sekali lagi mereka akan menerima
datangnya pukulan itu dengan keras lawan keras.
Menjumpai keadaan tersebut Si Soat Ang bersuit makin
nyaring, segenap tenaga Iweekang yang dimilikinya segera
disalurkan ke sepasang telapak.
"Plak ! Plaak !" telapak kirinya beradu dengan telapak Giok Jien sedangkan telapak kanannya beradu dengan
Liem Hauw Seng, empat telapak saling bertemu
menimbulkan ledakan yang menggetarkan seluruh permukaan bumi.
Dalam sekejap mata angin pukulan Si Soat Ang bagaikan
gulungan ombak ditengah samudra menggulung keluar,
keadaannya amat dahsyat dan luar biasa sekali.
Walaupun Liem Hauw Seng pernah menemukan
kejadian aneh yang mengakibatkan ilmu silatnya mengalami kemajuan pesat dan meskipun Giok Jien
memiliki ilmu silat dahsyat setelah menggembleng diri di
atas lembah Coei-Hong-Kok namun kekuatan mereka
masih bukan tandingan Si Soat Ang.
Ditengah bentrokan itu mendadak gadis asal benteng
Thian-It-Poo ini merentangkan telapaknya kesamping
kemudian terdengar Liem Hauw Seng serta Giok Jien
berseru tertahan, mereka masing2 terdesak mundur satu
langkah kebelakang.
Namun hanya sekejap saja sepasang mudi mudi itu
terdesak, mereka segera maju kembali satu dari kiri yang
lain dari kanan kembali menyapukan telapaknya keluar.
Kali ini hebat sekali hasil serangan mereka, tubuh Si Soat
Ang kontan tergetar dan mundur satu langkah.
Ambil kesempatan ketika ia terdesak mundur bagaikan
sambaran kilat cepatnya Si Thay sianseng telah menerobosi
antara sepasang muda mudi itu dan langsung menyambar
tubuh Si Soat Ang, sepasang telapak bergebrak serentak dan
"Bluuk, bluuk..!" dua serangan bersarang telak diatas dada serta lambung gadis itu.
Ketika menerima serangan dari Liem Hauw Seng serta
Giok Jien tadi tubuhnya sudah tergetar mundur, apalagi
sekarang termakan oleh serangan Si Thay sianseng yang
amat dahsyat, tidak ampun lagi darah segar bergolak keatas
tenggorokan, hampir2 saja ia muntah darah segar.
Si Soat Ang amat terperanjat, buru2 tubuh nya meloncat
mundur kebelakang dan mengatur pernapasan, ia berusaha
keras untuk menekan darah segar yang bergolak dalam
dadanya. Bagi gadis asal Benteng Thian It Poo ini, meski ia sudah
terkena oleh dua buah serangan, asal dengan cepat hawa
murni bisa diatur dan darah yang bergolak bisa diatasi,
tidak sulit baginya untuk mempertahankan diri.
Namun pada saat itu ia sama sekali tidak punya
kesempatan untuk berbuat demikian.
Baru saja tubuhnya meloncat mundur dan siap mengatur
pernapasan, Giok Jien serta Liem Hauw Seng satu dari kiri
yang lain dari kanan telah menubruk datang, masing2
melancarkan sebuah serangan yang amat dahsyat.
Berada dalam keadaan seperti ini apabila Si Soat Ang
tidak menggubris datangnya serangan dan mengutamakan
atur pernapasan maka ia pasti akan termakan kembali oleh
serangan musuh.
Tetapi apabila ia harus melawan serangan kedua orang
itu, golakan darah dalam dadanya pasti sulit ditahan
kembali, dalam sekejap mata Si Soat Ang merasa hatinya
serba salah. Namun keadaan yang kritis tidak memberi kesempatan
baginya untuk berpikir panjang sebab serangan dari Liem
Hauw Seng serta Giok Jien telah menyerang datang.
Si Soat Ang segera rentangkan sepasang telapaknya
untuk menyambut datangnya serangan itu.
"Plaak ! Plak ! Plaak" sekali saling beradu tenaga dengan Liem Hauw Seng serta Giok Jien, kali ini kembali ia
berhasil duduk diatas angin, sekali lagi tubuh muda mudi
itu kena digetarkan mundur.
Namun dengan adanya kejadian ini maka sulit baginya
untuk menekan golakan darah didalam dadanya, tidak
ampun lagi darah segar naik keatas tenggorokan dan ia
muntah darah. Menyaksikan dirinya muntah darah Si Soat Ang terkejut,
benci, malu bercampur gusar, pergolakan perasaan yang
maha hebat ini membuat jantungnya ikut tergetar keras,
tidak ampun lagi setelah muntah darah pertama kembali ia
muntah darah. Hawa gusar mulai menyelimuti seluruh benak Si Soat
Ang, pedang pendek yang tersohor akan ketajamannya itu
segera diloloskan.
Walaupun ia sudah muntah darah tiga kali namun
setelah pergolakan dalam dadanya berhasil ditenangkan
keangkerannya pulih kembali seperti sedia kala, cuma kali
ini keadaannya jauh lebih mengerikan sebab mulutnya
penuh berlepotan darah.
Hauw Seng, Giok jien serta Si Thay sianseng tak mau
lepaskan korbannya begitu saja, mereka tetap berdiri pada
posisi segitiga dan mengepung gadis itu rapat2.
Dibawah cahaya sinar rembulan pedang pendek ditangan
Pendekar Laknat 9 Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Elang Terbang Di Dataran Luas 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama